Pencarian

Pedang Keadilan 3

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 3


ilmu jari Im-hong-cinya melancarkan sebuah totokan
mematikan Dalam kurungan bayangan ruyung yang
menyelimuti angkasa, tak heran bila serangan bokongan
itu segera mendatangkan hasil yang nyata.
Ci Mia-cu hanya merasakan segulung desingan angin
dingin menerjang bahunya, tahu-tahu ia sudah terhajar
oleh bokongan musuh, Tak tertahan lagi, hawa napsu
membunuh menyelimuti wajahnya, Dengan menghimpun
hawa murninya untuk menahan rasa sakit, dia
membalikkan tangan menggunakan jurus "Memancing
ikan Di sungai Langit" Kebutannya berbalik menghantam
punggung lelaki kekar itu
Biarpun ia terluka parah, namun serangan itu
dilancarkan dengan kekuatan yang maha hebat, setiap
186 bulu kebutannya boleh dibilang telah disaluri tenaga
dalam yang maha dahsyat. Mimpi pun lelaki beruyung itu tak mengira, musuhnya
yang sudah terkena bokongan ilmu jarinya ternyata
masih sanggup melancarkan serangan balasan dengan
kedahsyatan yang mengerikan Belum sempat ia berbuat
sesuatu, tahu-tahu rasa sakit yang menyayat hati telah
menyerang tiba, permukaan tubuhnya yang tersambar
kebutan musuh langsung saja terluka lebar, darah segar
bercucuran membasahi permukaan tanah.
Menyaksikan pemimpin mereka menderita kerugian
besar, para jago anggota sepasang Ular Dari Lautan
Timur tak dapat menahan diri lagi, serentak mereka
siapkan senjata tajam dan bersiap-siap mengeroyok.
sambil tertawa dingin Li Bun-yang segera mengejek:
"Ooooh, rupanya anak murid didikan sepasang Ular Dari
Lautan Timur tak lebih hanya sekelompok manusia yang
mencari kemenangan dengan cara mengeroyok....
Heheheh.... begitukah adat kalian?"
selama ini, si gadis berbaju hijau serTayu Siau-liong
sudah habis kesabarannya melihat pertarungan yang
sedang berlangsung. sejak semula mereka sudah
bersiap-siap untuk turun tangan, hanya saja belum
menemukan kesempatan yang tepat. Maka begitu Li
Bun-yang buka suara, mereka berdua serentak melompat
ke arena siap melancarkan seranganTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
187 Dua batang gedang bergulung-gulung membentuk
lapisan kabut yang amat menyilaukan mata, dari kiri dan
kanan mereka himpit musuhnya dari dua jurusan yang
berbeda. sejak menderita kerugian di tangan gadis berbaju
hijau tadi, rasa dongkol Yu siau-liong belum tersalurkan,
Kini begitu ada kesempatan, ia segera melancarkan
serangan habis-habisan- ia ingin gunakan kesempatan ini
untuk menunjukkan kemampuannya di hadapan gadis
berbaju hijau itu. Tampak pedangnya berputar kencang,
lalu menyerobot masuk ke depan menusuk dada seorang
lelaki bersenjata. Kalah cepat dalam melepaskan serangannya tadi,
tusukanpedang nona berbaju hijau itu segera terhadang
oleh lompatan Yu Siau-liong ke depan. Meski begini ia
tak mau mengalah dengan begitu saja. pedangnya cepatcepat
diputar lalu balik menyerang lelaki yang sudah
terluka parah itu. Jangan dilihat sepasang bocah laki perempuan ini
masih berusia muda. Yang satu sudah memperoleh
warisan ilmu silat keluarganya, sedang yang lain hasil
didikan seorang guru kenamaan.
Ditambah lagi mereka berdua belum tahu urusan
dunia. selain usia mereka seimbang, rasa ingin
menangnya pun amat kuat, Tak heran begitu serangan
188 dilancarkan segenap kemampuan yang dimilikinya segera
dikerahkan. Lelaki yang melancarkan serangan paling muka itu
hanya bersiap-siap untuk menghadapi Li Bun-yang serta
Ci Mia-cu, terhadap Yu Siau-liong boleh dibilang ia tidak
memikirkannya di dalam hati.
Melihat tusukan pedang Yu Siau-liong menyambar
tiba, golok yan-leng-to nya segera dikebaskan dengan
jurus "Burung Rajawali Mementang sayap." Dalam
anggapannya babatan tersebut pasti dapat mementalkan
pedang di tangan bocah lelaki itu, atau paling tidak
menggetarkan senjatanya. siapa tahu sikap memandang
ringan musuhnya ini mengakibatkan kematian baginya.
Tusukanpedang Yu Siau-liong yang sedang
menyambar datang itu tahu-tahu melenceng ke samping
lalu menerobos maju ke muka, menyusul gerak serangan
tersebut tubuhnya mendesak ke muka.
"Traaaaaang..."
Di tengah bentrokan nyaring, golok Yan-leng-to itu
sudah mencelat ke sisi arena, Baru saja lelaki kekar itu
menyadari gelagat tidak menguntungkan, keadaan sudah
terlambat Golok Ya n- leng-to nya sudah terkunci oleh
babatan pedang Yu siau-liong, Untuk sesaat ia jadi
gelagapan dan tak mampu menarik goloknya kembali,
ter-gopoh-gopoh badannya mundur sejauh tiga langkah.
189 Pedang Yu Siau-liong bagaikan bayangan tubuhnya
saja, tiba- tiba menyongsong ke muka dengan jurus
"Awan semi Terbentang Lebar," selapis cahaya pedang
menyelimuti seluruh angkasa. Tidak menanti sampai
lelaki kekar itu mengubah gerak badannya, ujung
pedangnya sudah nyelonong masuk ke depan- Cahaya
kilat berkelebat, dengan jurus "Gadis Cantik Melempar
Peluru", pedangnya menusuk dada musuh.
Jeritan ngeri yang menyayat hati segera
berkumandang memecah kesunyian Ujung pedang yang
tajam langsung menembus dada hingga nongol di
punggungnya, percikan darah segar berhamburan
membasahi lantai, kematiannya benar-benar
mengerikan- Berhasil menghabisi musuhnya dalam sekali gebrakan,
Yu Siau- liong merasa amat bangga, setengah mengejek
ia menoleh ke arah gadis tersebut Waktu itu si nona
berbaju hijau sedang memutar prdang nya bagaikan
pusingan roda kereta, belum sempat lelaki yang terluka
parah itu menggerakkan ruyung nya untuk menangkis,
tahu-tahu ujung pedang telah tiba di hadapannya.
Di antara kilatan cahaya tajam, tak ampun tubuhnya
terbabat putus menjadi dua bagian.
Menyaksikan peristiwa ini diam-diam Li Bun-yang
mengerutkan dahinya rapat-rapat, tapi belum sempat dia
mengucapkan sesuatu, mendadak terdengar dua
190 bentakan nyaring bergema memecah keheningan sebilah
golok besar dan sebatang tombak berantai perak telah
menyerang nona berbaju hijau itu sampai menimbulkan
desingan angin tajam. Dengan gesit dan cekatan nona berbaju hijau itu
memutar pedangnya sambil menghindar ke samping,
Kemudian pedangnya berputar, dengan jurus "Naga sakti
Muncul Tiga Kali," ia bentuk selapis cahaya pedang yang
menyergap secara berpisah ke arah dua orang lawannya.
Yu siau-liong merasa semangatnya makin berkobar
Dengan cekatan tangan kirinya melolos senjata pena
baja dari punggungnya, lalu mengimbangi permainan
pedang secara beruntun ia serang empat orang lelaki
kekar lainnya. Dari delapan orang murid sepasang Ular Dari Lautan
Timur, dua orang di antaranya sudah tewas, sisanya
enam orang, Dua orang mesti menghadapi gadis berbaju
hijau itu sedang Yu siau-liong menghadapi empat orang
sisanya. selama pertarungan sengit berlangsung, Lim Han-kim
hanya berdiri tenang di sisi arena. Diam-diam ia telah
mengerahkan tenaga dalamnya membuat persiapan, asal
Yu siau-liong menjumpai ancaman bahaya maut, ia telah
siap memberikan bantuan-nya. sebaliknya si Golok sakti
Roda Emas Thio Tay-kong mengikuti jalannya
pertarungan dengan wajah serius dan tegang.
191 Ketua Kuil Awan Hijau Ci Mia-cu yang tersohor dalam
dunia persilatan dengan ilmu silatnya yang ampuh telah
dapat ditakarnya, Tapi kehebatan serta keganasan ilmu
pedang Yu siau- liong serta gadis berbaju hijau itu sama
sekali di luar dugaan-nya.
Melihat bayangan pedang kedua orang itu meluncur
dan melayang dengan hebat-nya, bukan saja tidak
menunjukkan tanda-tanda kalah, bahkan lebih banyak
menyerangnya daripada bertahan, Meskipun anak murid
sepasang Ular Dari Lautan Timur mengeroyok dengan
enam lawan dua, ternyata mereka tak berhasil meraih
kemenangan hal ini membuat perasaannya makin lama
makin khawatir. Tanpa terasa pikirnya: "Kalau dilihat posisi saat ini,
keadaanku sungguh berbahaya padahal dipihak mereka
masih ada dua orang yang belum turun tangan, Li Bunyang
dari keluarga persilatan Bukit Hong-san sudah
termashur sebagai jagoan yang sukar dihadapi ilmu
silatnya pasti tidak berada di bawah kemampuan ketua
Kuil Awan Hijau. sedang pemuda berbaju putih itu nampak begitu
tenang dan santai. jelas dia pun bukan manusia
sembarangan.... Aaaaai, nampaknya dalam pertarungan
hari ini, pihak kami lebih banyak kalahnya daripada
menang...." 192 sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar Yu
siau- liong membentak keras, pedangnya dalamjurus
"Awan Hitam Menutupi Rembulan," telah menciptakan
selapis hawa pedang yang berlapis- lapis, Di bawah
perlindungan cahaya putih itulah diam-diam pena
bajanya melancarkan tusukan kilat.
Jeritan ngeri yang menyayat hati kembali
berkumandang membelah angkasa, Lagi-lagi seorang
murid sepasang Ular Lautan Timur tergeletak dengan
bermandi darah. Gelisah dan mendongkol perasaan gadis berbaju hijau
itu melihat Yu siau-liong berhasil merobohkan seorang
musuh lagi. pedangnya segera diputar lebih kencang,
dengan mengeluarkan ilmu simpanan keluarganya
"Bentangan Layar Menyeberangi Kesengsaraan."
Di antara kilatan cahaya tajam, ia tangkis tusukan
tombak lawan, tubuhnya berbareng dengan serangan itu
mendesak maju lebih ke depan, ia tangkis bacokan golok
Yan-leng-to sambil melepaskan sebuah babatan
maut,jeritan ngeri yang menyayat hati kembali
berkumandang lelaki bersenjata golok Yan-leng-to itu
sudah terbacok bahunya hingga terbelah jadi dua
potong. Dalam waktu singkat dari delapan orang murid
sepasang Ular Dari Lautan Timur, separuh di antaranya
sudah terluka parah atau tewas, kejadian ini membuat
193 Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong tak sanggup
menahan diri lagi sambil melolos Roda Emasnya dari
punggung dan meloloskan golok tipis dari pinggangnya,
ia membentak keras: "Tahan"
Waktu itu keempat lelaki yang sedang bertempur
sudah merasa amat kaget dan sedih setelah melihat
saudara-saudara seperguruannya tewas, Apa daya kedua
orang musuh mereka bukan saja berilmu tinggi,
serangannya pun ganas dan telengas. Mereka sadar jika
pertempuran ini dibiarkan berlangsung terus, niscaya
mereka akan tertumpas semua.
Maka begitu mendengar bentakan nyaring dari Thio
Tay-kong, cepat-cepat mereka manfaatkan kesempatan
ini untuk mengundurkan diri, sambil melepaskan sebuah
serangan serempak mereka melompat ke belakang,
Baru saja Yu siau-liong dan gadis berbaju hijau itu siap
mengejar, Li Bun-yang dan Lim Han- kim telah
menghardik mereka. Mengawasi jenazah yang tergeletak
di tanah, tiba-tiba gadis berbaju hijau itu mengejek
sambil tertawa: "Ternyata anak murid sepasang Ular Dari Lautan
Timur cuma gentong nasi belaka.,.,hmmmm Dengan
mengandalkan ilmu silat semacam ini juga berani jual
lagak di Kuil Awan Hirjau benar-benar manusia tak tahu
diri" 194 sebaliknya Yu siau-liong sambil angkat bahu dan
menuding si Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong
dengan ujung pedangnya berkata pula seraya tertawa:
"Eeeiii apa kau baru puas setelah mencabut keluar
senjatamu dan berteriak teriak macam orang kebakaran
jenggot" Kalau tak puas, lebih baik kau maju sendiri saja,
jangan biarkan anak cucu ular-ular itu menghantar
nyawa dengan percuma."
Meskipun sikapnya tetap tenang, namun nada
ucapannya jauh lebih tajam dan menyakitkan hati
daripada perkataan gadis berbaju hijau itu. Golok sakti
Roda Emas Thio Tay-kong memandang sekejap mayatmayat
yang tergelepar di tanah, lalu sambil tertawa
dingin ujarnya kepada ketua Kuil Awan Hijau:
"Dendam berdarah atas kematian anak murid
sepasang Ular Dari Lautan Timur ini akan kucatat atas
nama ketua Kuil Awan Hijau, Hmmm Dalam sepuluh hari
mendatang, sepasang Ular Dari Lautan Timur akan
berkunjung sendiri ke Kuil Awan Hijau untuk menagih
hutang darah ini." Ci Mia-cu bukan bocah kemarin sore, dia tahu Thio


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tay-kong hendak menggunakan alasan tersebut untuk
menyelamatkan mukanya, maka sahutnya sambil tertawa
hambar: "sejak mengundurkan diri dari dunia persilatan,
aku belum pernah melukai siapa pun, terserah Thio
tayhiap mau bicara apa"
195 BAB 7. Menyatroni Loteng Hui-jui-lo
Thio Tay-kong menyarungkan kembali goloknya.
sambil balikkan badan meninggalkan tempat itu, katanya
lagi: "Bila berjumpa dengan sepasang Ular Dari Lautan
Timur nanti, pasti akan kusampaikan keadaan yang
sebenarnya kepada mereka."
Beberapa orang itu datang dengan garang, kini
mereka harus pergi dengan loyo dan membawa
kekalahan besar, keadaannya sungguh mengenaskan.
"Berhenti...." Tiba-tiba Yu siau-liong membentak
keras, sambil mengayunkan pedangnya, ia mengejar.
"Biarkan mereka pergi" cegah Ci Mia-cu sambil
mengebaskan senjata kebutannya.
Dengan gemas Yu siau-liong melototi Ci Mia-cu
sekejap, kemudian baru menyarungkan kembali
pedangnya, jelas ia merasa tak puas terhadap imam
tersebut karena membiarkan musuhnya pergi dengan
begitu saja. Ci Mia-cu tersenyum, sorot matanya dialihkan sekejap
ke wajah Yu siau-liong dan gadis berbaju hijau itu , lalu
katanya: "Kalian berdua masih begitu muda, ternyata
memiliki ilmu pedang yang luar biasa sempurnanya, Aku
196 percaya di kemudian hari kalian pasti akan menjadi
sepasang pendekar pedang kenamaan."
Yu siau-liong sedikit pun tidak gembira atas pujian ci
Mia-cu, katanya sambil menggelengkan kepalanya:
"Melepaskan mereka pergi dari sini, sama artinya
membiarkan mereka jadi penunjuk jalan buat sepasang
Ular Dari Lautan Timur.... Hmmmm Bagus Bagus
sekali..." Lim Han- kim mengerti, adik seperguruannya ini
walaupun masih kecil namun mempunyai sifat tinggi hati,
kecuali dia dan gurunya, perkataan siapa pun tak pernah
digubrisnya, Takut bocah itu salah bicara sehingga
bentrok sendiri dengan ci Mi-cu, buru-buru bentaknya:
"Adik Liong, jangan bicara sembarangan-"
Yu siau-liong sendiri meskipun sangat nakal dan keras
kepala, ia menaruh sikap yang amat hormat dan penurut
terhadap Lim Han- kim. Mendengar bentakan itu dia pun
tak berani membantah lagi, mulutnya ditutup rapatrapat.
Li Bun-yang tertawa kepada CiMia- cu katanya:
"Bukan maksudku membantu saudara Yu ini, tapi aku
sependapat dengannya. Terlalu enak membiarkan
mereka pergi dengan begitu saja."
Ci Mia-cu tertawa hambar. "saat ini ciu tayhiap sudah
waktunya untuk siuman, Aku harus secepatnya masuk ke
ruangan untuk mendampinginya. Bayangkan, mana
197 mungkin aku bisa bertarung melawan mereka...." setelah
berhenti sejenak, terusnya lagi dengan suara lirih:
"saat ini, sukar bagi kita untuk menduga apakah ada
obat mujarab yang bisa dipakai untuk menolong ciu
tayhiap. Andaikata sampai terjadi pertempuran kita bisa
kerepotan-..." "Padahal asal totiang tidak menghalangi niat kami
sudah lebih dari cukup, toh kami tak menyuruh totiang
turun tangan sendiri"
"Sudahlah.... bagaimana kalau saudara sekalian
beristirahat sejenak dalam ruangan" Aku harus pergi
menengok keadaan luka yang diderita Ciu tayhiap...."
Li Bun-yang tertawa dan manggut-manggut Dengan
mengajak gadis berbaju hijau itu ia sebera berlalu dari
sana. "Locianpwee, perlukah aku turut serta?" tanya Lim
Han- kim lirih. "Setelah sadar dari tidurnya kali ini, aku tidak punya
keyakinan untuk tetap mempertahankan kehidupan ciu
tayhiap. Lebih baik Lim kongcu ikut bersamaku...."
Yu siau-liong biar kecil orangnya tapi sangat
berpengalaman, sekalipun ia tidak mendengar ci Mia-cu
menyinggung tentang dirinya, tapi agaknya ia tahu kalau
dirinya tak boleh ikut serta.
198 Tiba-tiba saja dia pergi menyusul Li Bun-yang serta
gadis berbaju hijau itu menuju ke bilik sebelah Barat.
sekali lagi Ci Mia-cu dan Lim Han- kim memasuki gedung
utama, menelusuri lorong bawah tanah dan masuk ke
ruang rahasia. saat itu, lelaki yang penuh pembabat itu sudah
membalikkan badannya, dengan sepasang maTayang
melotot besar ia awasi kedua orang itu dengan
termangu- mangu. Bukan cuma sekujur badannya, bahkan kepalanya pun
penuh dengan kain pembalut. Kecuali hidung, mulut dan
sepasang matanya, hampir seluruh bagian tubuhnya
yang lain dipenuhi oleh kain putih.
saat ini, biarpun dia mementangkan matanya besarbesar
tapi sinar matanya telah memudar, Beberapa helai
rambut berwarna putih nampak mencuat dari balik kain
putih, ci Mia-cu menghela napas sedih, Pelan-pelan
dihampirinya orang itu, lalu bisiknya: "Tenaga saudara
Ciu belum pulih kembali, lebih baik jangan banyak
berbicara" Menggunakan kesempatan ini Lim Han- kim maju
menghampirinya, sambil menjura dalam-dalam katanya:
"Aku yang muda Lim Han- kim menjumpai Ciu
locianpwee." 199 Kakek itu mengerdipkan matanya beberapa kali, lalu
dengan suaranya yang lemah dan sangat lirih bisiknya:
"Aku sudah tak sanggup menahan diri lagi. Lebih baik totiang
tak usah membuang waktu dan tenaga dengan
percuma...." Ci Mia-cu tersenyum. "ciu tayhiap. kau tak usah risau
atau cemas. Beristirahatlah dengan tenang, Aku telah
menyiapkan beberapa macam obat mujarab untuk
mengobati luka saudara Ciu. percayalah dalam tiga
sampai lima hari lagi obat itu sudah sampai di sini...."
"Aku mengerti tubuh bagian luar maupun dalamku
telah menderita luka parah yang mematikan Kau tak
usah membuang tenaga dan pikiran lagi dengan
percuma.^.." "Saudara Ciu, kau mesti percaya dengan ilmu
pengobatanku...." Pelan-pelan Ciu Huang pejamkan matanya kembali,
lalu tanyanya: "Siapakah bocah itu?"
Ci Mia-cu tidak langsung menjawab, ia berpikir
sebentar kemudian baru sahutnya: "Seorang angkatan
muda dari dunia persilatan ia juga putra seorang
sahabatku Nah, saudara Ciu, kau jangan banyak bicara
lagi." 200 Ciu Huang benar-benar tidak berbicara lagi, napasnya
yang pelan tapi agak tersendat kedengaran jelas dalam
pendengaran kedua orang itu. Pelan-pelan Ci Mi cu
menarik tangan Lim Han- kim lalu mengundurkan diri
dari ruang rahasia, dengan cepat mereka menuju ke bilik
sebelah Barat. Dengan langkah lebar Li Bun-yang menyongsong
kedatangan mereka, kepada Lim Han- kim segera
tanyanya: "Saudara Lim, kau telah berjumpa dengan ciu
tayhiap?" "Ya a a, aku telah bertemu dengannya."
"Bagaimana keadaan lukanya"^
Sebelum Lim Han- kim sempat menjawab, mendadak
Ci Mia-cu telah mengalihkan pembicaraan ke soal lain:
"Saudara Li, adikmu butuh berapa hari lagi untuk sampai
di sini?" Dengan pengalaman Li Bun-yang yang begitu luas, ia
segera menyadari bahwa keadaan luka Ciu Huang telah
mengalami perubahan dratis, maka jawab nya setelah
berpikir sebentar: "Bila adikku masih ada di rumah,
dengan kecepatan larinya paling cepat dalam tiga hari,
paling lambat lima hari sudah pasti tiba di Kuil Awan
Hijau." "Aaaaaii kalau begitu mungkin sudah terlambat."
201 "Mengapa?" tanya Li Bun-yang cemas, "Apakah
keadaan lukanya sudah terjadi perubahan?"
"semenjak memperoleh pengobatan dariku dan
merawat lukanya dalam ruang rahasia, kesadarannya
belum pernah sejernih hari ini. Aku kuatir keadaan
lukanya akan berubah...."
Mendadak terdengar suara seseorang yang parau dan
serak berkumandang datangi "Hey kau si hidung kerbau
kecil, pentang matamu lebar-lebar. coba lihat apakah
dalam kuilmu yang bobrok di tengah hutan belukar
begini terdapat barang berharga yang patut kucuri.... h
emmm jangan menuduh aku yang bukan-bukan-.."
Begitu mendengar suara itu, Yu siau-liong segera
melejit ke udara, Bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya dia melompat keluar dari ruangan. Melihat Yu
siau-liong sudah melompat keluar, gadis berbaju hijau itu
kuatir dia akan ketinggalan. Dengan kecepatan yang tak
kalah hebatnya segera menerobos keluar juga dari
ruangan. "siapa sih orang itu" serak amat suaranya " bisik Ci
Mia-cu dengan kening berkerut. Dengan langkah lebar ia
berjalan pula meninggalkan ruangan-
"Ya a a, suara ini sangat kukenal" kata Li Bun-yang
pula, "Biar aku turut menengok"
202 Di tengah pembicaraan, tubuhnya telah melesat pula
keluar, Tidak nampak bagaimana pemuda itu
menggerakkan tubuhnya, tahu- tahu ia sudah
menyelinap keluar dengan gerakan cepat bagaikan
sambaran kilat Dalam waktu singkat ia sudah melampaui
di depan ketua Kuil Awan Hijau ini.
"Locianpwee, tunggu sebentar" mendadak Lim Hankim
berseru: Baru saja Ci Mia-cu hendak melangkah ke luar, ia
segera menghentikan langkahnya sambil beraling,
"Ada apa." "Adik seperguruanku itu nakalnya bukan kepalang,
Harap totiang menjaganya baik-baik, jika ia menanyakan
tentang aku, katakan saja aku berada di ruangan rahasia
sedang melayani ciu locianpwee."
" Lantas kau hendak ke mana?" tanya ci Mia-cu agak
tertegun- Lim Han- kim tertawa getir, "Aku hendak mengejar
obat mustikaku yang tercuri itu."
Kemudian tanpa menunggu jawaban dari Ci Mia-cu, ia
melejit ke udara dan sudah melesatpergi dari sana,
"Eeei, jangan gegabah.,." teriak Ci Mia-cu dengan
gelisah, cepat-cepat ia menyusul ke luar jendela.
203 Kedua orang itu hanya selisih waktu sekejap saja,
namun ketika Ci Mia-cu sampai di luar jendela, ia hanya
menyaksikan setitik bayangan putih berkelebat menjauh,
dalam sekejap saja sudah lenyap dari pandangan- Untuk
beberapa saat lamanya imam tua ini hanya bisa berdiri di
atas atap sambil termangu- mangu, gumamnya tanpa
sadar: "Hobat benar ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki pemuda ini, Aaai.... inilah yang dinamakan ombak
belakang sungai Tiangkang selalu mendorong ombak di
depan-nya, sudah waktunya generasi tua diganti oleh
generasi muda...." Dalampada itu, suara teriakan parau tadi kembali
kedengaran bergema di udara:
"Apakah ketua Kuil Awan Hijau ada?"
Ci Mia-cu segera tersentak sadar, cepat-cepat dia
melompat turun, menutup kembali jendela belakang dan
siap melangkah keluar. Terdengar suara langkah kaki manusia berjalan
mendekat, lalu terdengar suara Li Bun-yang yang sedang
berteriak: "Eeei, ada urusan apa kau si pencuri tua
datang ke Kuil Awah Hijau ini...?"
ci Mia-cu segera melongok ke luar ia saksikan seorang
kakek pendek berperawakan ceking yang berusia lima
puluh tahunan, memelihara jenggot kambing di
janggutnya dan berwajah letih penuh debu sedang
204 berjalan mendekat diiringi Li Bun-yang di sisinya. Yu
siau-liong dan gadis berbaju hijau itu mengikuti di
belakang mereka berdua. Begitu masuk ke dalam
ruangan, tanpa menunggu Li Bun-yang memperkenalkan
Kuil Awan Hijau, kakek ceking pendek itu sudah menjura
sambil bertanya: "Apakah totiang adalah ketua Kuil Awah
Hijau?" "Aku adalah Ci Mia-cu, boleh kutahu siapa anda?"
Kakek ceking pendek itu tersenyum. "Namaku kurang
sedap didengar orang memanggilku si pencuri Tua Nyoo
Cing-hong" "Ehmmm, sudah lama kukagumi. nama besar anda."
Nyoo Cing-hong dengan sinar matanya yang tajam
memperhatikan sekejap sekeliling ruangan, kemudian
ujarnya lagi: " Kalau tak ada urusan penting, tak mungkin aku
berkunjung ke mari Boleh kutanya koancu, apakah Ciu
Huang beristirahat di Kuil Awan Hijau ini?"
"Ada urusan apa Nyoo tayhiap bertanya tentang hal
ini?" tanya Ci Mia-cu dengan kening berkerut.
"Menurut kabar yang kudengar, katanya Ciu tayhiap


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah dibokong musuhnya sehingga menderita luka
parah. Boleh kutahu berita ini benar-benar telah terjadi
atau hanya isapan jempol saja?"
205 pertanyaan yang diajukan secara langsung dan blakblakan
ini sama sekali di luar dugaan siapa pun- Untuk
berapa saat lamanya Ci Mia-cu dibuat gelagapan, ia tak
tahu apa yang mesti diperbuatnya,
oleh sebab itu dia hanya termenung saja tanpa
menjawab. Melihat hal mana, Li Bun-yang segera
menyela: "Ada apa" Eeei si pencuri tua" Apakah kau pun sudah
menjadi kuku garudanya Sepasang Ular Dari Lautan
Timur?" Ucapan mana langsung membuat Nyoo cing-hong
tertegun, teriaknya agak penasaran "Biarpun julukan aku
si pencuri tua kurang sedap didengar, tapi aku percaya
diriku masih punya harga diri. Li kongcu, tidakkah kau
merasa bahwa pertanyaanmu itu kelewat menghina aku
si pencuri tua?" "Lantas dari mana kau mendapat tahu berita tentang
ciu tayhiap?" Tiba-tiba Nyoo cing-hong angkat kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Hahaha... tempo hari aku si
pencuri tua pernah hutang nyawa dengannya, karena itu
aku khusus datang ke mari untuk menjenguknya,
sekalian menghantar sebotol obat mujarab..."
206 Setelah berhenti sejenak, terusnya lagi dengan suara
sedih: "Andaikata ciu tayhiap sudah meninggal, berilah
kesempatan kepada aku si pencuri tua untuk
menyambangi pusaranya, anggaplah sebagai rasa terima
kasih atas budi pertolongan nya tempo hari...."
"Luka yang diderita ciu tayhiap sangat parah, aku rasa
obat mujarab pada umumnya tak mungkin bisa
menyembuhkan luka tersebut"
"Kalau obat itu cuma obat biasa, biar muka aku si
pencuri tua lebih tebal pun tak nanti aku akan ke Kuil
Awan Hijau ini untuk mencari malu."
" Lantas obat mujarab apakah itu" BoIeh-kah aku
menengok dan memeriksanya lebih dulu?"
Dari dalam sakunya Nyoo Cing-hong mengeluarkan
sebuah botol porselen, sambil disodorkan katanya:
"Kalau aku si pencuri tua tidak salah lihat, seharusnya
obat itu adalah pil jinsom seribu tahun buatan si dewa
jinsom Phang Thian-hua." Yu siau-liong segera
mengalihkan pandangannya ke arah botol porselen itu,
tapi ia segera menjerit kaget: "Haaah.,. itu betul pil
jinsom seribu tahun milik keluarga kami."
Tiba-tiba ia teringat akan Lim Han-kim. Dengan
matanya yang besar ia coba perhatikan sekeliling tempat
207 itu, tapi kemudian dengan wajah penuh kegusaran,
teriaknya: "Koancu, di mana toako ku?"
"Dia ada sedikit urusan, sebentar lagi akan balik
kemari." sambil berkata demikian ci Mia-cu menerima botol itu,
membuka penutupnya dan kontan seluruh ruangan
tercium bau harum semerbak yang amat menyegarkan
hati. "Ehmmm... betul. Betul sekali" serunya sambil
manggut-manggut. "obat mustika ini benar-benar obat
paling mujarab dalam dunia persilatan dewasa ini. obat
ini tak lain adalah pil jinsom seribu tahun, hasiljerih
payah si dewa jinsom Phang Thian-hua."
sambil menjura Nyoo cing-hong segera berpesan:
"Apabila luka yang diderita ciu tayhiap telah sembuh,
tolong sampaikan salamku si pencuri tua untuknya, Nah,
aku mohon diri lebih dulu."
selesai berkata, dia membalikkan badan dan berlalu
dengan langkah lebar, Buru-buru Ci Mia-cu berteriak:
"Nyoo tayhiap. harap tunggu sebentar Ada urusan yang
ingin kutanyakan kepadamu."
"Ada urusan apa, koancu?" tanya Nyoo Cing-hong
sambil menghentikan langkahnya. walaupun ia
mempunyai julukan yang kurang enak didengar, si
208 pencuri tua, akan tetapi tindak-tanduk maupun cara
pembicaraannya sangat terbuka, gagah dan memakai
aturan, setelah menghela napas panjang, ci Mia-cu berkata:
"Aaaai... Ciu tayhiap memang berada di kuil awan hijau
kami Berkat bantuan obat jinsom berusia seribu tahun
ini, selembar nyawa Ciu tayhiap boleh dibilang telah
berhasil kita selamatkan dari ambang alam baka, Untuk
bantuan ini, biar aku wakili saudara Ciu mengucapkan
banyak terima kasih kepadamu."
sambil berkata, dia rangkap tangannya di depan dada
dan memberi hormat dalam-dalam. Nyoo cing-hong
tertawa tergelak. "Ha ha ha ha... aku si pencuri tua sudah berhutang
budi pertolongan dari ciu tayhiap Jadi sudah sepantasnya
bila kubalas budi kebaikan tersebut Aku rasa, aku tak
boleh mengganggu ketenangan koancu lagi Maaf, aku
ingin mohon diri lebih dulu." Begitu selesai bicara, dia
putar badan dan buru-buru meninggalkan ruangan
tersebut. Mengawasi bayangan punggung Nyoo Cing-hong yang
menjauh, tanpa terasa Ci Mia-cu menghela napas
panjang, pujinya: 209 "Meskipun orang ini terkenal lantaran ilmu
mencurinya, namun sifatnya yang gagah perkasa
sungguh mengagumkan"
Pada saat itulah Li Bun-yang baru merasa lenyapnya
Lim Han-kim. Dengan kening berkerut ia segera
bertanya: "Ke mana perginya saudara Lim?"
Ci Mia-cu tidak terbiasa bicara bohong. Didesak oleh Li
Bun-yang, imam tua ini kontan saja gelagapan sehingga
untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup
mengucapkan sepatah kata pun- Berapa saat kemudian
baru ia hentakkan kakinya ke tanah dengan gemas
sambil berkata: "Aaaai.,. seandainya dia mau menunggu
sesaat saja, kepergiannya kali ini tak bakal sia-sia...."
"Jadi... dia... ke mana ia pergi?" teriak Li Bun-yang
kaget "Setelah mengetahui luka yang diderita Ciu tayhiap
amat parah dan cuma pil jinsom berusia seribu tahun
yang dapat menyembuhkan ia jadi amat menyesal.
Sekarang mungkin dia sedang berusaha untuk
menemukan kembali obatnya yang tercuri itu."
"Dunia begini luas, ke mana dia pergi untuk
mencarinya?" "Aaaai... Yang di luar dugaan obat tersebut justru
telah terjatuh kembali ke tangan kita.,."
210 "Aduuh, celaka" Tiba-tiba Li Bun-yang menjerit kaget.
Si nona berbaju hijau yang selama ini hanya
membungkam segera menyela dengan keheranan:
"Toako, apanya yang celaka?"
"Biarpun Lim Han-kim kelihatan lemah lembut,
sesungguhnya dia mempunyai hati yang keras. Biar
wajahnya dingin dan kaku, hatinya lembut dan welas
kasih, Betul ilmu silat yang dimilikinya sangat tangguh
tapi belum cukup berpengalaman untuk menghadapi
kelicikan dunia persilatan, apalagi..."
"Tampaknya Ci Mia-cu pun telah memahami maksud
ucapan Li Bun-yang yang belum selesai itu, tanpa terasa
ia berseru pula: "Apakah Li kongcu takut dia pergi
mencari si dewa jinsom Phang Thian-hua seorang diri?"
"Benar pil mustika yang telah hilang ibarat batu yang
tercebur ke dalam samudra luas. Bagaimana mungkin ia
bisa menemukannya tanpa memperoleh tanda atau
petunjuk apa pun" jadi kurasa ia pasti teringat dengan si
pembuat obat, mustika tersebut Aku yakin dia pasti
sedang berusaha menemukan Phang Thian-hua."
"Waaah... kalau benar-benar demikian, jiwanya
terancam bahaya besar.,." keluh Ci Mia-cu dengan
kening makin berkerut dan wajah semakin gelisah. Li
Bun-yang menghela napas panjang.
211 "Aaaai... Phang Thian-hua termasuk seorang jago silat
yang berwatak aneh, ia suka menyendiri dan belum
pernah punya hubungan dengan dunia persilatan,
mungkin ibuku pun tidak kenal dengannya."
"Menurut apa yang kuketahui tokoh silat yang
mempunyai hubungan paling akrab dengan si dewa
jinsom Phang Thian-hua hanya satu orang, yakni si kakek
sepuluh penjuru siang Lam-ciau..."
" Kakek sepuluh penjuru siang Lam-ciau, siang
locianpwee" Aku kenal dengan orang tua ini. Hanya saja
dia suka mengembara, jejaknya seperti burung bangau
yang terbang di angkasa. Dalam waktu demikian singkat
ke mana aku harus pergi mencari-nya?"
Tiba-tiba terdengar si nona berbaju hijau menjerit
kaget: "Haaaah, ke mana perginya si setan cilik itu?"
Li Bun-yang maupun ci Mia-cu sama-sama tertegun
dan segera berpaling, Betul juga, Yu siau-liong telah
lenyap dari situ. "Aaai... sungguh menjengkelkan" seru Li Bun-yang
sambil menghentakkan kakinya dengan gemas. " Kenapa
aku lupa memperhatikannya?"
" Lebih baik kita segera mengejarnya" usul si nona
cepat. 212 "llmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini cukup
tangguh. Aku rasa pada saat ini dia sudah berada berapa
li dari sini, mau dikejar pun rasanya sukar untuk disusul."
"Aaaai... inilah yang dinamakan sudah salah
bertambah salah," keluh Ci Mia-cu. "se-lama hidup belum
pernah aku melakukan perbuatan sebodoh dan sepikun
hari ini." setelah meninggalkan kuil awan hijau, Lim Han-kim
segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk
meneruskan perjalanan, dengan kecepatan seperti anak
panah yang terlepas dari busurnya dia meluncur menuju
ke tepi sungai Tiangkang.
Untuk mempercepat perjalanannya, pemuda ini
berusaha menghindari jalan raya dan orang banyak.
setelah menentukan arah, ia menelusuri tanah
perbukitan dan meluncur dengan kecepatan tinggi.
Perjalanan yang ditempuh tanpa berhenti ini sangat
melelahkan badan, Ketika sampai di tepi sungai, sekujur
badannya sudah basah kuyup oleh keringat ia lalu
berjongkok di tepi sungai, membasahi seluruh wajahnya
dengan air yang dingin sehingga membuat kesegaran
badannya pulih kembali. Ketika mendongakkan kepalanya kembali, terlihat
olehnya sebuah sampan nelayan sedang meluncur pada
213 jarak sepuluh kaki dari tepi sungai, Dengan ketajaman
matanya yang melebihi manusia biasa, ia segera dapat
menangkap dengan jelas orang yang berada di perahu
nelayan itu adalah seorang kakek bertopi caping dengan
mengenakan jas hujan. Maka dengan mengerahkan
tenaga dalamnya ia berteriak keras:
"Paman tua, bersediakah kau membawa perahumu ke
mari dan membawaku menuju ke pantai seberang" Aku
bersedia membayar mahal."
Teriakan itu kedengarannya tidak terlampau keras,
tapi kakek yang berada puluhan kaki jauhnya di tengah
sungai itu dapat mendengarnya dengan jelas sekali.
Tampak Kakek itu menarik kembali jala-nya lalu
berpaling, setelah mengamati beberapa saat barulah ia
melihat Lim Han-kim, maka sampannya segera didayung
mendekat. Ketika sampan itu masih berada dua kaki dari tepi
pantai, Lim Han-kim tak sabar lagi menanti, ia segera
genjot badannya melompat ke depan. ilmu meringankan
tubuh yang dimilikinya benar-benar amat sempurna.
Ketika badannya melayang turun di atas sampan
tersebut, keadaannya ibarat daun kering yang terjatuh di
geladak sam-pan kecil itu sama sekali tidak terguncang
barang sedikitpun 214 Dengan perasaan terkejut bercampur tak percaya,
kakek itu mengamati Lim Han-kim beberapa saat
lamanya, kemudian baru gu-mamnya: "Waaah... anak
muda, kau pandai terbang?"
Lim Han-kim tertawa hambar, "Aaah, aku cuma
pernah belajar silat beberapa hari, Paman tua. Tolong
antar aku ke pantai seberang, ada urusan penting yang
harus segera ku selesaikan"
Kakek itu manggut-manggut, dayungnya segera
dikayuh kuat-kuat. sampan kecil itupun meluncur ke
pantai seberang, dengan sorot matanya yang tajam Lim
Han-kim mengawasi arus sungai yang mengalir deras.
Tapi beberapa saat kemudian tiba-tiba paras mukanya
berubah hebat, ia segera bungkukkan badan menerobos
masuk ke ruang perahu, Matanya di pejamkan rapatrapat,
badannya bersandar di dinding perahu, wajahnya
kelihatan pucat pias seperti mayat.
Entah sudah lewat berapa waktu, tiba-tiba ia dengar
kakek itu berseru keras: "Siangkong, perahu telah
menepi di pantai seberang."
Ketika Lim Han-kim membuka mata dilihatnya
matahari telah tenggelam di langit barat. ia segera
melompat keluar dari sam-pan dan naik ke daratan,
Diambilnya sekeping uang emas, sambil memberikannya
pada nelayan itu ia berkata:" Paman tua, anggaplah


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

215 sedikit uang ini sebagai tanda terima kasihku, Harap
diterima" Dengan langkah lebar ia tinggalkan tempat tersebut,
Ketika kakek itu menerima uang tersebut dan
melihatnya, ia segera berteriak keras. "Siangkong, emas
ini terlalu banyak... Aku.Tidak berani menerimanya..."
Lim Han-kim tidak menggubris, perasaannya sangat
gelisah, Dia ingin secepatnya meneruskan perjalanan
menuju ke pesanggrahan Tho-hoa-kit. Tak berapa lama
kemudian pemuda itu sudah sampai di Tho-hoa-kit.
pemandangan masih tetap seperti sedia kala, Di tengah
hembusan angin sepoi yang membawa bau harum bunga
yang semerbak, tampak tamu memenuhi. seluruh
ruangan, Lim Han-kim ragu-ragu sejenak.
Tetapi kemudian melanjutkan langkahnya menuju
pesanggrahan tersebut pemuda itu boleh dibilang telah
memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang keadaan
di pesanggrahan Tho-hoa-kit. setelah melewati sanggar
arak di bagian muka, ia menulu ke balik pepohonan
bunga Tho. sesudah menelusuri jalan setapak yang terbuat dari
batu putih, tibalah ia di sebuah persimpangan jalan. Lim
Han-kim segera berhenti sebentar untuk mengawasi
keadaan sekeliling tempat itu. Akhirnya ia memilih jalan
yang ada di tengah untuk meneruskan langkahnya,
216 Pemandangan di sekitar situ sungguh indah menawan
Merahnya bunga dan hijaunya dedaunan membuat
suasana dalam hutan bunga Tho itu ibarat lukisan alam
yang menarik. Meskipun demikian, penjagaan di tempat itu ternyata
sangat ketat. Baru saja Lim Han-kim berjalan sejauh
empat- lima kaki, mendadak dari belakang dua batang
pohon Tho yang tinggi besar muncul dua orang pemuda
berbaju hijau. Kedua orang pemuda itu berusia antara dua puluh
tahunan wajah mereka cukup tampan, cuma saja sinar
matanya liar dan lamat-lamat memancarkan kebengisan
wajahnya pucat pasi dan agak mengerikan
Lim Han-kim memperhatikan dua orang pemuda itu
sekejap. lalu tanpa banyak bicara meneruskan
langkahnya, Mendadak kedua orang pemuda berbaju
hijau itu melompat ke luar dari balik pohon dan
menghadang jalan sambil menegur: "Tuan, hendak ke
mana kau?" "Loteng Hui-jui-lo"
" Loteng- Hui-jui-lo?" seru dua orang pemuda itu
dengan wajah tercengang, mereka tertegun untuk
sejenak. 217 Lim Han-kim tidak memberi tanggapan apa pun,
hanya sinar matanya yang tajam mengawasi kedua
orang itu lekat-lekat. Sementara itu dua orang pemuda tersebut juga
sedang mengamati Lim Han-kim tanpa berkedip.
kemudian orang yang berada di sebelah kiri bertanya lagi
dengan suara keras: "Apakah tuan hendak menyambangi
Nona Lik-ling?" Lim Han-kim manggut-manggut.
Dua orang pemuda itu saling bertukar pandangan
sekejap. lalu sahutnya: "Pertemuan dengan Nona Lik-ling
sudah ditentukan pada tiga hari kemudian, Harap tuan
tinggalkan nama dan bagaimana kalau datang lagi tiga
hari kemudian?" "Hmmmm Apa pun yang terjadi, aku harus
menjumpainya hari ini juga."
selesai menjawab Lim Han-kim meneruskan
langkahnya menuju ke depan. Dengan sorot mata yang
cepat dua orang pemuda itu memandang ke sekeliling,
setelah melihat tidak ada orang lain, serentak mereka
menerjang maju ke depan, Telapak tangan kiri diayunkan
langsung menghajar dada Lim Han-kim dengan serangan
dahsyat. "Berhenti" hardiknya ketus.
Dengan sikap yang teramat santai, Lim Han-kim balas
mengayunkan tangan kanannya mencengkeram tubuh
pemuda yang di sebelah kiri Diam-diam hawa murninya
218 disalurkan lalu mendorongnya ke depan untuk
menghantam orang yang di sebelah kanan.
Belum sempat menyadari apa yang terjadi, orang itu
sudah merasakan separuh badannya kesemutan lalu
segenap kekuatannya hilang lenyap. sadarlah mereka
bahwa mereka telah menjumpai musuh tangguh, tak
terlukiskan rasa kaget dan ngeri yang menyelimuti
hatinya. Melihat musuh menggunakan tubuh rekannya untuk
menyambut serangan yang sedang dilancarkan, pemuda
yang gi sebelah kanan tak kurang rasa kagetnya, Buruburu
dia tarik kembali ancaman tersebut dan cepat-cepat
melompat mundur dengan sempoyongan.
Dalam kesempatan itu Lim Han-kim telah
mempersiapkan diri baik-baik, Tentu saja ia tak biarkan
musuhnya kabur dengan begitu saja, dengan sekali
lompatan dia sudah mengejar ke hadapan pemuda
tersebut. Dengan sekali sambar ia telah cengkeram
tubuh orang itu. "Hmmm" dengusnya pelan, " kalau berani bergerak
lagi, akan kugetarkan jantungmu sehingga mampus
seketika.." Pemuda itu tak berani berkutik lagi, dia sadar
musuhnya bukan cuma gertak sambal.
219 Lim Han-kim kembali mengayunkan tangannya
menepuk punggung pemuda tersebut lalu katanya lagi:
"Jalan darah penting kalian sudah kulukai dengan ilmu
Memotong Nadi. Dalam tujuh hari berikut, lebih baik
jangan pergunakan tenaga dalam atau bertarung
melawan orang lain, kalau tidak kalian bisa tumpah darah
dan tewas dalam keadaan mengerikan."
Biarpun jalan darah kedua orang pemuda itu sudah
dikuasai lawan sehingga tidak mempunyai kekuatan
untuk melawan, namun sorot matanya tetap
memancarkan sinar kelicikan.
"Hmmm" Kembali Lim Han-kim mendengus dingin, "
kalau kalian tidak percaya, coba salurkan tenaga
dalammu untuk di-coba..."
Habis berkata ia segera tepuk bebas totokan jalan
darah kedua orang pemuda itu
Kedua orang pemuda itu menuruti saran tersebut dan
diam-diam mencoba menyalurkan tenaga dalamnya,
Betul juga, mereka segera merasakan kedua jalan darah
penting di punggungnya tersumbat Hawa murni di tubuh
mereka segera terputus di tengah jalan.
sekarang mereka baru betul-betul terkesiap. sikapnya
pun kontan berubah seratus delapan puluh derajat,
sambil memberi hormat katanya: "Kami benar-benar
punya mata tak berbiji, tidak mengenali tuan begitu
220 hebat dan luar biasa, Harap tuan sudi memaafkan
kelancangan kami." "Hmmm... sementara waktu terpaksa aku mesti
menyiksa kalian dulu, Sebelum meninggalkan tempat ini
pasti akan kubebaskan jalan darah kalian yang tertotok
itu." Setelah berjalan berapa langkah, mendadak ia
berhenti sambil katanya lagi: "ingat Mati hidup kalian
sudah berada dalam genggamanku sekarang, Bila dalam
setengah bulan totokan jalan darah tersebut belum
dibebaskan, maka nadi tay-im-keng kalian bakal
membeku hingga terluka, Akibatnya, jiwa kalian pun
bakal terancam. Maka hati-hatilah bertindak."
Meskipun kedua orang pemuda itu tidak menjawab
apa-apa, namun mereka segera mengangguk berulang
kali. Lim Han-kim tidak menggubris kedua orang lawannya
lagi, dengan langkah lebar ia meneruskan perjalanannya
menuju ke loteng Hui-jui-lo.
Selapis tumbuhan bambu hijau mengelilingi sebuah
bangunan loteng yang indah, dua belah pintu pagar yang
terbuat dari bambu berada dalam keadaan setengah terbuka,
Lim Han-kim segera mendorong pintu pagar dan
masuk ke dalam dengan langkah lebar.
221 Seorang dayang kecil berwajah cantik menyongsong
kedatangannya dengan cepat, sambil membungkukkan
badan memberi hormat, tegurnya: "Tuan, kau tidak
merasa salah jalan?"
"Bukankah tempat ini adalah loteng Hui-jui-lo?" Lim
Han-kim balik bertanya sambil tertawa hambar.
"Benar, tuan lngin mencari siapa?"
"Nona Lik-ling"
sambil menjawab, pemuda itu meneruskan langkahnya
menuju ke dalam bangunan loteng.
Dengan gelisah dayang itu berteriak: "Eeeei.,, tuan,
tunggu dulu saat ini nona kami tak punya waktu,
Tinggalkan dulu namamu, datanglah dilain hari" "Tidak
bisa. Hari ini juga aku harus menemuinya."
o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o
JILID 05 HAL. 21 HILANG o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o
serta menghalangi jalannya,
Dayang yang berada di sebelah tengah segera
menjulurkan tangannya setelah mengamati wajah Lim
Han-kim sekejap. "Bawa kemari" serunya.
222 "Apanya?" jawab Lim Han-kim dingin.
Tampaknya dayang yang berada di tengah itu
merupakan pemimpin rombongan dayang tersebut
Alisnya segera berkerut sesudah mendapat jawaban tadi.
"Tentu saja undangan dari nona kami" serunya tak
senang. "Aku tak punya"
"Kalau tak ada undangan, mau apa kau kemari?"
"Aku datang mencari seseorang" kata Lim Han-kim
sambil mengamati anak tangga menuju ke tingkat tiga.
"Mencari siapa?"
"Nona Lik-ling"
Kemudian sambil ulurkan tangan kanan-nya, ia
menambahkan: " Lebih baik kalian menyingkir Aku tak
ingin bertarung dengan kalian."
"Kurang ajar, besar amat lagakmu" teriak kawanan
dayang itu penuh amarah. serentak mereka melancarkan
serangan mencengkeram tubuh Lin Han-kim.
Alis mata pemuda Lim kontan saja berkerut, sorot
matanya memancarkan sinar tajam, Dengan cepat ia
ayunkan tangannya memaksa mundur serangan
kawanan dayang tersebut, lalu tangan kirinya dengan
223 ilmu cengkeraman Ki-na-jiu menyambar pergelangan
tangan kanan dayang yang ada di tengah itu.
Dalam sekali sentakan, dayang tersebut kontan
tertarik hingga badannya berputar arah dan balik
menumbuk kawanan dayang lainnya.
serangan tersebut benar-benar luar biasa, tak
terlukiskan rasa kaget kawanan dayang itu, serentak
mereka melompat mundur. Menggunakan kesempatan ini Lim Han-kim segera
melejit ke udara menghindari kerumunan kawanan
dayang tersebut dan langsung lari ke arah anak tangga
tingkat tiga. Tampaknya kawanan dayang itu sadar bahwa
kepandaian mereka belum cukup untuk menghalangi
jalan orang, serentak mereka hentikan langkahnya dan
tidak mengejar lagi. Pemandangan di loteng tingkat tiga jauh berbeda
dengan keadaan di tempat lain, Di separuh ruangan
sebelah depan keadaannya sama dengan keadaan ruang
lain, tapi separuh ruang di bagian belakang merupakan
sebuah gardu yang amat luas dengan dedaunan sebagai
atap dan karpet merah menghiasi seluruh lantai.
Perjamuan yang diselenggarakan di gardu terbuka itu
belum bubar, dua orang lelaki bertubuh kekar sedang
224 duduk berhadapan sambil minum arak. seorang
perempuan cantik berbaju hijau duduk di antara dua
orang lelaki kekar tadi. sambil tertawa, sepasang matanya yang besar tiada
hentinya mengawasi wajah dua orang lelaki itu
bergantian Gerak-geriknya genit dan merayu membuat
dua orang lelaki yang dihadapinya jadi tak tenang
perasaan hatinya. Biarpun Lim Han-kim cukup lama berdiri di situ,
ternyata tak seorang pun yang menyadari kehadirannya.
Akhirnya si wanita cantik berbaju hijau itu yang lebih
dulu menyadari kehadiran Lim Han-kim. Tiba-tiba saja ia
turunkan tangan yang menutupi mulutnya dan duduk
dengan wajah serius. sementara itu dua orang lelaki tersebut masih duduk
minum arak sambil tertawa terbahak-bahak. tapi setelah
mengetahui kehadiran Lim Han-kim, paras mukanya
segera berubah sangat hebat, serentak mereka letakkan
kembali cawannya ke atas meja. Lelaki yang duduk
menghadap timur segera tertawa dingin sambil menegur:
"Bocah keparat, besar amat nyalimu" sambil menekan
permukaan meja, dia melompat maju ke depan sambil
melepaskan sebuah babatan ke dada lawan.
225 Cukup mendengar dari deruan angin serangan yang
meluncur datang, Lim Han-Kim sadar bahwa musuhnya
bukan lawan yang lemah. Dengan cekatan dia memutar


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

badannya ke samping, lalu dengan ilmu Langkah Tujuh
Bintang, badannya menyusup dari sisi lelaki tadi
langsung menuju ke gardu perjamuan.
"Jadi kau yang bernama Lik-ling?" tegurnya sambil
menatap wajah perempuan cantik itu tajam-tajam.
sementara itu perempuan cantik berbaju hijau tersebut
telah dapat menguasai dirinya kembali, dia tertawa. "Aku
memang Lik-ling, siapa nama siangkong?"
"Kau tak perlu tahu siapa namaku...."
"Braaak..." Mendadak lelaki yang duduk di sebelah barat
menggebrak meja keras-keras, potongnya: "Besar amat
bacotmu Biar aku Bwee Locu memberi pelajaran dulu
kepada cecunguk macam kau,.,"
Memandang bekas jari tangan yang membekas di
permukaan meja, Lim Han-kim kembali berpikir: "Tenaga
dalam orang ini betul-betul amat sempurna, aku tak
boleh memandang enteng kemampuannya."
sementara itu lelaki yang melancarkan serangan
pertama kali tadi kembali menerjang datang, Dengan
jurus " Harimau Lapar Menerkam Kambing" kelima jari
226 tangannya dipentangkan lebar-lebar untuk
mencengkeram batok kepala musuhnya.
Kembali Lim Han-kim gerakkan badannya menghindar
sejauh beberapa depa, kali inipun dia tidak melancarkan
serangan balasan, sementara itu, lelaki yang duduk di
sebelah barat telah meninggalkan tempat duduknya dan
menerjang ke depan. sambil mengayunkan telapak
tangannya dia melepaskan sebuah babatan ke punggung
Lim Han-kim. Dengan cekatan kembali Lim Han-kim menggeserkan
langkahnya satu tindak kesamping, Lagi-lagi serangan
tersebut berhasil dihindarinya.
Dalam waktu singkat dua orang lelaki itu telah
lepaskan serangan berulang kali. Satu dari muka, yang
lain dari belakang, Dengan serangan-serangan cepat
mereka mendesak musuhnya habis-habisan. Tampak
bayangan tangan menyambar silih berganti,
anginpukulan yang menderu- deru memekak telinga.
Di tengah kepungan angin serangan yang begitu
gencar dan luar biasa, Lim han-kim tetap tidak
melancarkan serangan balasan, Dengan mengandalkan
ilmu gerakan tubuhnya yang sakti luar biasa, tubuhnya
menyelinap ke sana kemari.
227 Bagaimanapun gencar dan hebatnya serangan kedua
orang itu, ternyata tak satu pun yang berhasil mengenai
sasaran. sementara itu perempuan cantik berbaju hijau
tersebut tampaknya sangat menikmati jalannya
pertarungan Dengan senyuman dikulum, dia ikuti
jalannya pertarungan dengan penuh perhatian semakin
lama kedua orang lelaki itu melepaskan serangannya
makin ganas dan gencar, namun gerak tubuh Lim Hankim
makin lama pun semakin sakti dan luar biasa.
Tubuhnya bergerak bagai awan di angkasa,
bagaimanapun ganas dan gencarnya serangan yang
dilepaskan kedua orang itu, tak satu pun serangan yang
berhasil menjawil ujung bajunya.
senyuman yang menghiasi ujung bibir perempuan
cantik berbaju hijau pun makin lama semakin redup.
paras mukanya makin lama berubah semakin serius.
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, mendekati arena
pertarungan dan bentaknya keras-keras: "Hey, kalian
bertiga jangan berkelahi lagi"
selama ini hanya dua orang lelaki itu yang
melancarkan serangan tiada hentinya.
sejak awal sampai akhir Lim Han-kim belum pernah
melepaskan satu serangan balasan pun, Karenanya
begitu si perempuan cantik berbaju hijau itu membentak,
228 dua orang lelaki tadi serentak menarik kembali
serangannya dan melompat mundur dari arena.
sebaliknya Lim Han-kim sendiri pun diam-diam
mengagumi kehebatan kedua orang lawannya, sekalipun
ia tidak melancarkan serangan balasan, namun dapat
terasa olehnya betapa tangguh dan hebatnya ilmu silat
kedua orang lelaki tersebut, terutama tenaga pukulannya
yang kuat, ia sadar dua orang tersebut merupakan
musuh tangguh. Melihat pertarungan telah berhenti, dengan
pandangan mata yang genit perempuan cantik berbaju
hijau itu memandang Lim Han-kim sekejap. lalu ujarnya
sambil tersenyum: "Kalau dua ekor harimau berkelahi,
akhirnya seekor di antaranya pasti terluka. Bila kalian
bertiga meneruskan pertandingan semacam ini, siapa
pun yang akhirnya terluka tentu akan merupakan
pemandangan yang kurang sedap dalam suasana
begini." sebenarnya dua orang lelaki itu sudah dibuat terkesiap
tak terkirakan setelah puluhan jurus serangan berantai
mereka gagal menyentuh ujung baju lawannya. Dengan
adanya bujukan perempuan cantik tersebut, mereka
gunakan kesempatan tersebut untuk mengundurkan diri
229 BAB 8. Keracunan dan Terkurung
Lim Han-kim mengernyitkan alis matanya rapat-rapat.
Di balik kemurungan yang menyelimuti wajahnya,
terselip lapisan hawa dingin yang kaku, ia sama sekali
tidak menanggapi bujukan perempuan cantik tersebut.
Biarpun bajunya yang putih kini penuh berlumpur
karena harus menempuh perjalanan cepat, namun
kekotoran itu tidak menutupi ketampanan serta
kegagahannya. Kembali perempuan cantik berbaju hijau itu memberi
hormat kepada Lim Han-kim lalu berkata:
"Lik-ling tak lebih hanya perempuan bernasib jelek
yang bertugas menyambut serta menghibur para tamu.
Aku merasa beruntung karena para tamu sudi
menghargai diriku. Nah, kongcu, bila tak keberatan mari
ambil tempat duduk. biar kulayani kongcu sebagai tanda
persahabatan...." Lalu setelah berhenti sejenak dan tertawa, sinar
matanya dialihkan ke wajah dua orang lelaki itu sambil
menambahkan: " orang gagah bilang, tidak berkelahi
maka tak kenal, Pertarungan yang baru berlangsung
benar-benar seimbang dan sama-sama mengagumkan
Betul aku tak mengerti ilmu silat, tapi aku yakin bila tidak
230 bertarung selama satu sampai dua jam, mustahil menang
kalah bisa ditentukan..."
Ia berbicara seperti bergumam, sama sekali tidak
memberi kesempatan kepada orang lain untuk
menimbrung apalagi memotong, Lim Han-kim segan
banyak bicara, dengan langkah lebar ia segera berjalan
menuju ke meja perjamuan dan tanpa sungkan-sungkan
mengambil tempat duduk. Dengan langkah yang lemah gemulai Lik-ling segera
menyusul di belakang pemuda itu dan mengambil tempat
duduk pula. Akhirnya dua orang lelaki itupun menyusul di belakang
Lik-ling dan duduk pula di sekeliling meja perjamuan.
Lik-ling bertepuk tangan pelan, dua orang dayang
segera muncul perempuan itu menitahkan dayangnya
untuk menyiapkan kembali perjamuan baru, Tak selang
berapa saat, arak wangi dan hidangan telah siap.
selama ini Lim Han-kim tetap bersikap dingin danhambar,
sikap semacam ini membuat dua orang lelaki itu
tak enak untuk membuka pembicaraan untuk
menghilangkan kekakuan yang mencekam suasana, Likling
segera angkat cawan araknya dan berkata kepada
Lim han-kim sambil tertawa: "Bolehkah aku tahu siapa
nama kongcu?" 231 Lim Han-kim berpikir sebentar, lalu menggeleng, "Aku
tak lebih cuma seorang prajurit tanpa nama, sekalipun
diutarakan belum tentu nona kenali" Lik-ling tertawa.
"Kalau memang kongcu enggan menyebutkan
namamu, akupun tak akan terlalu memaksa.,."
Kemudian sambil memandang kedua orang lelaki itu,
tambahnya: "Kedua orang ini mempunyai nama besar
yang amat masyhur di wilayah Kang-lam, yang satu
adalah siang Thian-kian dari kota siok-ciu sedang yang
lain adalah Lu PekJeng dari kota yang Yang- ciu"
"Lama kudengar nama besar anda" Buru-buru Lim
Han-kim mengangguk. "Tidak berani, tidak berani..." siang Thian-kian
menimpali. "Boleh ku tahu siapa anda" Tampaknya
saudara bukan berasal dari wilayah Kang-lam?"
"Benar, aku datang dari jauh, luar perbatasan "
"saudara, ilmumu sangat aneh dan tangguh. Kau
merupakan musuh tangguh yang pernah kujumpai
selama ini," sambung Lu Pekspeng pula, "Bila tak
keberatan, terimalah satu cawan arak sebadai rasa
hormatku..." Tanpa banyak bicara Lim Han-kim angkat cawan dan
meneguk isinya, tapi sebelum habis diteguk tiba-tiba ia
letakkan kembali cawannya sambil berkata: "Aku tidak
232 kuat minum arak, karena itu terima kasih ku ucapkan
atas kebaikan anda berdua."
Lik-ling tersenyum, sambil berpaling ke arah dua
orang lelaki itu katanya: "Kalau memang kongcu tidak
minum arak. tentu kami pun tak bakal memaksa. Biar
aku saja yang mewakili anda untuk menerima
penghormatan ini." Tanpa menunggu persetujuan dari dua orang lelaki
tadi, ia teguk isi cawannya hingga habis.
Melihat itu, siang Thian-kian segera tertawa terbahakbahak,
"Ha ha ha ha... kalau nona mau mewakili,
bagaimana kalau menerima secawan arak lagi?"
Lik-ling melirik Lim Han-kim sekejap. lalu tertawa:
"Aku takut kedudukanku yang rendah tidak cukup berhak
untuk mewakili kongcu ini.,."
sambil berkata ia benar-benar angkat cawannya dan
sekaligus menghabiskan isinya.
Berkilat sepasang mata Lu Pekspeng, tiba-tiba ia
bangkit berdiri sambil ujarnya: "sudah cukup arak dan
hidangan yang kami nikmati, Rasanya akupun tak akan
mengganggu lebih lama, maaf kami hendak mohon diri
dulu." 233 "Betul, aku pun harus mohon diri," sambung siang
Thian-kian sambil menjura. Pelan-pelan Lik-ling bangkit
berdiri sambil memberi hormat.
"Aku benar-benar menyesal karena malam ini tak bisa
memuaskan kalian berdua," katanya, "Biarlah lain saat
kalau kalian berkunjung lagi, aku pasti akan menemani
sampai mabuk." Siang Thian-kian tertawa hambar. "Bila mendapat
undangan, kami pasti datang memenuhi."
Dengan langkah lebar, ia segera berjalan
meninggalkan tempat itu. Dengan pandangan dingin Lu
Pekspeng memandang ke Lim Han-kim sekejap. lalu
serunya pula sambil menjura: "sampaijumpa lain waktu."
Memandang bayangan punggung kedua orang itu
hingga lenyap di balik pepohonan, Lik-ling baru berpaling
dan tersenyum, ujarnya: "Dua pendekar dari Siok-ciu dan
Yang- ciu telah pergi dengan membawa rasa marah, Aku
takut hutang ini bakal tercatat atas nama kongcu"
"Hmmm Antara aku dengan mereka tiada ikatan
dendam ataupun sakit hati, bagaimana mungkin hutang
tersebut tercatat atas namaku."
Kembali Lik-ling tertawa, " Kecantikan wanita
memabukkan orang, keganasan pedang mengucurkan
234 darah. sejak dulu sampai sekarang ada berapa banyak
pendekar yang terkalahkan di tangan kaum wanita?"
"Hmmm sayang kedatanganku bukan karena tertarik
oleh kecantikan wajah nona..."
"Kongcu adalah manusia pilihan, tentu saja tak bisa
dibandingkan dengan orang lainnya," sahut Lik-ling
tersenyum. Paras muka Lim Han-kim tetap dingin dan hambar,
seakan-akan ia tidak terpengaruh oleh pujian perempuan
tersebut Lik-ling yang tabah benar-benar memiliki
ketenangan yang luar biasa, Bagaimana pun Lim Hankim
menyindir dan mengejek. ternyata ia tidak
terpengaruh sama sekali, maka ujarnya lagi sambil
tertawa hambar: " Kongcu, kau memang ganteng dan
gagah, Apa sangat mempesona hati wanita, Hanya
sayang, pakaianmu sangat mengurangi kegagahanmu
Dalam kamarku tersedia berapa stel pakaian pria.
Bagaimana kalau kongcu tukar pakaian dulu sebelum kita
berbincang-bincang?"
"Aku rasa tidak perlu, Kebaikanmu biar kuterima
dalam hati saja." Lik-ling berkerut kening, matanya yang
besar berkedip beberapa kali, lalu tegurnya.
"Kongcu, berulangkali kau tolak tawaran dan kebaikan
kami Aku jadi tak habis mengerti sebenarnya apa
maksud kedatanganmu?"
235 "sederhana sekali," jawab Lim Han-kim setelah
menyapu wajah Lik-ling sekejap dengan pandangan
dingin. "Aku datang untuk minta kembali sebuah benda."
"Barang apa itu?" Lik-ling tertegun,
"selembar sapu tangan" Lik-ling segera tertawa
cekikikan: "Aku masih menduga barang berharga apa
yang kau minati, rupanya cuma selembar sapu-tangan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kongcu, bagaimana juga kau sudah mengunjungi loteng
Hui-jui-lo. Terlepas apa maksud kedatanganmu yang
pasti kau adalah tamuku, Bagaimana kalau minum
beberapa cawan arak dulu" Nanti aku pasti akan
persembahkan saputangan itu kepadamu."
Tampaknya mimpi pun Lim Han-kim tidak menyangka
kalau tujuannya minta kembali saputangan tersebut
dapat berjalan begini lancar, untuk sesaat dia malah
tertegun dibuatnya. Dengan tangannya yang lembut Lik-ling mengambil
cawan arak di hadapan Lim Han-kim dan menukarnya
dengan cawan arak yang telah dipergunakan barusan,
kemudian katanya: "Tidak sedikit orang persilatan yang
pernah kujumpai Kebanyakan mereka banyak menaruh
curiga, Aku rasa kongcu pun tidak terkecuali Nah,
bagaimana kalau kita minum arak dengan pergunakan
cawanku?" 236 Tanpa menunggu jawaban pemuda tersebut ia segera
angkat cawan dan meneguk habis isinya.
sebetulnya Lim Han-kim ingin menampik, tapi dia
takut ditertawakan orang sebagai pengecut yang bernyali
kecil, Dengan terpaksa diambilnya cawan tersebut dan
pelan-pelan meneguk isinya, sementara itu ia kerahkan
hawa murninya untuk menahan arak yang diteguknya
agar tidak masuk ke ke dalam perut.
sambil tersenyum Lik-ling berkata lagi: " Kongcu
datang dari jauh, bila harus pulang dengan tangan
hampa rasanya kasihan jangan kuatir, keinginanmu tentu
akan kupenuhi nanti. Tapi sebelum itu, bersediakah
kongcu menemani aku memainkan sebuah lagu, karena
sejak kecil aku senang meniup seruling.,."
"Aku tak berani merepotkan nona, apa lagi masih ada
urusan penting yang mesti segera diselesaikan Biarlah
maksud baikmu itu kuterima di dalam hati kecil saja..."
Lik-ling merogoh keluar sebuah seruling dari sakunya,
lalu katanya: "Sekalipun kongcu tak berminat menikmati
permainan serulingku, namun aku ada niat
menghiburmu...^ Tanpa memperdulikan lagi persetujuan dari Lim Hankim,
ia mulai meniup seruling hijau itu. serentetan lagu
merdu pun segera berkumandang memecah keheningan.
237 "Kepandaiannya meniup seruling betul-betul sudah
mencapai tingkat kesempurnaan Ketika mulai meniup,
nada lagunya pedih dan memilukan hati, seakan akan
menyayat perasaan siapa pun.
Tanpa terasa Lim Han-kim terpengaruh oleh nada
seruling tersebut, Semua kemurungan dan kepedihan
hatinya terungkap keluar, wajahnya yang sudah murung
dan kusut kini makin gelap dan dilapisi hawa kesedihan
yang luar biasa. Mendadak nada seruling itu berubah makin rendah
dan berat, iramanya semakin menyayat perasaan seperti
jeritan hati seorang perempuan lemah yang sakit parah
dan ingin menyampaikan rasa rindunya kepada kekasih
hati yang telah lama berpisah.
Dalam waktu singkat Lim Han-kim sudah dibikin
mabuk oleh irama seruling yang memilu hati itu,
badannya duduk mematung tak berkutik. sampai
permainan seruling itu terhenti, ia baru tersentak kaget,
seakan-akan baru sadar dari impian, Lim Han-kim
celingukan memandang ke sekeliling tempat itu. ia makin
terkesiap ketika melihat hari sudah gelap. pikirnya
dengan hati kecut: "Rupanya aku sudah terpengaruh
oleh permainan serulingnya..."
sambil menarik napas panjang, pelan-pelan ia bangkit
berdiri sementara itu Lik-ling sudah menyimpan
serulingnya Tanpa menanti sampai Lim Han-kim buka
238 mulut, ia sudah berkata lebih dulu: "siangkong, tolong
berikan pandangan dan kritikmu tentang kepandaian
meniup serulingku?" Lim Han-kim angkat kepalanya memandang bintang
yang bertaburan di angkasa. Gumamnya kemudian
terdengar antara menjawab dan tidak: " Waktu sudah
malam, aku harus pergi.,."
Lik-ling mengerutkan kening, selapis hawa napsu
membunuh terlintas di wajahnya, Namun hanya sekejap
hawa pembunuhan itu sudah lenyap kembali, dengan
senyuman tetap menghiasi bibirnya dia melanjutkan: "
Harap kongcu tunggu sebentar, aku segera pergi
ambilkan saputangan untukmu:"
Ia bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan-
Langkahnya lemah gemulai pinggangnya yang ramping
dan goyangan pinggulnya membuat perempuan itu
kelihatan lebih merangsang, Dengan pandangan dingin
Lim Han-kim hanya mengawasi perempuan itu
meninggalkan ruangan tanpa mengucapkan sesuatu.
Tiba-tiba tampak cahaya api menyilaukan mata,
sebuah lentera telah menerangi seluruh ruangan, Dengan
gerakan cepat Lim Han-kim menggeser tempat
duduknya. 239 Ia pilih tempat duduk yang strategis di mana ia dapat
bebas memandang serta leluasa mengawasi Lik-ling yang
menyelinap masuk ke ruang belakang.
Dari balik jendela tampak menerawang sesosok
bayangan manusia yang bergerak ke sana kemari, tapi
kemudian berhenti tak bergerak.
Waktu meluncur lewat dengan cepatnya dalam
penantian Lim Han-kim. sepenanakan nasi sudah lewat,
namun Lik-ling belum tampak munculkan diri Habis
sudah kesabaran Lim Han-kim, tanpa sadar ia bangkit
berdiri dan berjalan menuju ke ruang belakang.
Pintu kamar berwarna merah berada dalam keadaan
setengah terbuka menutupi separuh pemandangan di
dalamnya dan juga menutupi bayangan Lik-ling yang ada
di dalam ruangan Baru saja Lim Han-kim hendak melangkah masuk ke
dalam, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya:
"Di tengah malam buta begini, rasanya kurang sopan jika
aku memasuki kamar seorang wanita tanpa permisi,
apalagi antara aku dan dia tak punya ikatan apa-apa..."
Lim Han-kim lantas urungkan niatnya untuk masuk ke
dalam kamar, dan berdiam diri beberapa saat, Tapi
sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, tiba-tiba
terdengar suara Lik-ling berkumandang keluar dari balik
kamar. "Siang kong terlalu kolot dan ikut aturan, padahal
240 loteng Hul-jui-lo bukan istana raja muda atau istana
kaisar, sedang aku pun bukan seorang perempuan suci
atau istri orang.." "Nona, harap kembalikan saputangan itu secepatnya,"
tukas Lim Han-kim dengan suara dingin, "Aku masih ada
urusan penting dan harus tinggaikan tempat ini
secepatnya." Suara helaan napas sedih terdengar lirih dari dalam
ruangan, disusul kemudian terdengar kembali suara
seruling yang bernada setiih, Menanggapi hal itu, Lim
Han-kim hanya tertawa dingin. Sekali tendang ia sepak
pintu kamar itu hingga terpentang lebar,
Tapi apa yang kemudian tampak di hadapannya
membuat pemuda tersebut berdiri tertegun Rupanya Likling
hanya berpakaian dalam yang sangat minim dengan
kain putih tipis menyelimuti badannya.
Waktu itu ia sedang bersandar di atas pembaringan
sambil meniup serulingnya, membawakan lagu-lagu yang
memilukan hati. sorot matanya memancarkan cahaya
yang sangat aneh, sementara wajahnya tampak hampa
dan dengan senyum hambar mengawasi Lim Han-kim
tanpa berkedip. Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasakan hatinya
bergetar keras, ia merasa irama seruling yang memilukan
hati bagaikan jeritan kekasih yang sedang dimabuk
241 asmara itu seperti jarum atau pedang yang menikam
dadanya dalam-dalam. Pemuda ini sebera merasakan gelagat tidak
menguntungkan Buru-buru ia menghimpun hawa
murninya, alis matanya berkerut dan tenaga dalamnya
disalurkan untuk mengendalikan gejolak emosinya yang
membara. ia berusaha membuangjuuh-jauh semua
pikiran di hatinya dan membendung gelora napsu birahi
yang membakar la la m dadanya.
Irama seruling yang dimainkan Lik-ling makin lama
semakin cepat seperti aliran air terjun yang menumbuk
dadanya, Lim Han-kim seketika merasakan napsu
birahinya memuncak. Wajahnya kontan berubah jadi
merah membara, peluh mulai bercucuran membasahi
seluruh jidat dan wajahnya, Kurang lebih seperminuman
teh kemudian, suasana baru pulih kembali dalam
ketenangan. Air muka Lik-ling yang bersandar di-pembaringan itu
kelihatan berubah hebat, Cepat-cepat dia bangkit berdiri
dan mulai berlarian mengelilingi ruangan kamar, irama
serulingnya makin lama pun semakin cepat seperti
pukulan ombak yang menghajar batu karang, Makin lama
tubuhnya berputar makin cepat dan akhirnya ia berlari
seperti terbang saja. 242 Peluh bercucuran membasahi seluruh pakaiannya yang
tipis itu, membuat lekukan tubuh bagian terlarangnya
kelihatan makin nyata dan mencolok.
Tiba-tiba terdengar suara benturan yang amat keras
bergema memecahkan keheningan, Lik-ling yang semula
berlarian mengelilingi ruangan kini sudah jatuh
terjerembab diatas tanah, otomatis permainan
serulingnya juga terputus di tengah jalan.
Pelan-pelan Lim Han-kim membuka matanya kembali,
memandang Lik-ling yang tergeletak di atas tanah. Ia
angkat telapak tangan kanannya siap melepaskan
pukulan. Lik-ling hanya berbaring diam di atas tanah, agaknya
ia sudah tak memiliki tenaga untuk melawan lagi. Bila
serangan dari Lim han-kim ini benar-benar dilepaskan tak
ayal lagi perempuan cantik itu pasti akan tewas seketika,
Tapi pemuda tersebut tidak berbuat demikian. sebelum
serangan dilepaskan, ia telah menurunkan telapak
tangannya. sesaat sesudah terlepas dari bahaya kematian, pelanpelan
Lik-ling yang baru sadar dari pingsannya
menggerakkan tangannya dan bangkit untuk duduk.
Waktu itu seruling kemalanya sudah terpental ke-sudut
ruangan, lebih kurang tiga- empat depa dari posisi
semula, Tampak perempuan itu terbatuk-batuk,
243 Badannya bergoncang keras, kemudian ia muntahkan
darah segar. Lim Han-kim segera berpaling ke arah lain, katanya
dingini "Akutak ingin membunuh kaum wanita, cepat
serahkan sapu-tangan yang kuminta, Aku harus segera
pergi dari sini." sambil bertopang pada sepasang tangannya Lik-ling
berusaha bangkit dari atas tanah, Dengan sempoyongan
ia menuju ke depan pembaringan merangkak naik dan
katanya dengan napas terengah-engah:
"Luka yang kuderita amat parah. Gerak-gerikku kurang
leluasa, saputangan itu ada di bawah pembaringanku,
tolong ambillah sendiri"
Lim Han-kim tertegun, tapi akhirnya dia berjalan
mendekati pembaringan tersebut.
Rambut Lik-ling sangat kusut dan berurai tak keruan di
bahu, Wajahnya pucat pias seperti mayat, sepasang
matanya terpejam dan noda darah masih mengotori
ujung bibirnya. Tampaknya luka yang dideritanya sangat
parah, ia berbaring terlentang di atas pembaringan
seperti orang mati, sesaat sesudah terlepas dari bahaya ke-matian, pelanpelan
Lik-ling yang baru sadar dari pingsannya
menggerakkan tangannya dan bangkit untuk duduk,
244 Waktu itu seruling kemalanya sudah terpental ke sudut
ruangan, lebih kurang tiga-empat depa.
Lim Han-kim ragu-ragu sesaat, tapi akhirnya ia
menjulurkan tangannya meraba ke bawah pembaringan
Benar juga, dari situ ia menemukan selembar
saputangan berwarna putih. Tapi ketika saputangan
tersebut dibentangkan ternyata tidak tampak tulisan apa
pun di situ, Hanya saja dari saputangan itu terendus bau
harum semerbak yang menerpa lubang hidungnya.
Ternyata benda itu bukan benda yang sedang dicarinya.
Kejadian ini membuat anak muda terse-but naik
pitam, Baru saja dia akan mengumbar hawa amarahnya,
mendadak pandangan matanya jadi ge1ap. "Aduh,
celaka" pekiknya dalam hati
sebuah pukulan langsung dibacokkan ke tubuh Lik-ling
yang sedang berbaring tanpa gerak itu
sayang sekali, belum sempat tenaga dalamnya
disalurkan keluar, tubuhnya sudah tak sanggup menahan
diri lagi. Dia merasakan kepalanya jadi sangat berat dan
kakinya lemas, Tanpa ampun lagi tubuhnya mundur
sempoyongan sebelum terjerembab di atas tanah.
Entah berapa waktu sudah lewat pelan-pelan Lim Hankim
sadar kembali dari pingsannya, ia buka matanya dan
mengawasi sekeliling tempat itu, tapi suasana amat
gelap hingga untuk melihat ke lima jari tangan sendiri
245 saja sangat susah. ia coba gerakkan tangan dan kakinya,
tapi segera berkumandang suara gemerincing nyaring


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besi yang saling geser, Rupanya seluruh badannya telah
dirantai orang. Lim Han-kim coba tenangkan- hati, sekali lagi
memperhatikan keadaan di sekitarnya, Ternyata ia telah
terkurung oleh empat dinding yang terdiri dari dinding
batu yang amat tebal dan kuat. Tak ada seberkas cahaya
pun yang memancar dalam ruangan tersebut.
Dari keadaan yang dihadapinya ini, Lim Han-kim
segera mengerti bahwa ia telah kena ditawan orang
sebagai tahanan dan kini dikurung dalam sebuah penjara
batu yang amat kuat. selain itu, ia pun sadar bahwa penjara batu ini pasti
berada jauh di bawah tanah, Tanpa terasa dia menghela
napas dan berpikir "Aku tidak menyesal seandainya mesti
mati dalam penjara bawah tanah ini gara-gara sikapku
yang lemah dan kurang tegas terhadap musuh, Tapi Ciu
Tayhiap... Dia sakit keras dan sangat membutuhkan pil
mustika itu untuk menyelamatkan jiwanya. Kalau sampai
gara-gara kejadian ini jiwanya jadi terancam, Aaaai, aku
bisa menyesal sepanjang masa..."
sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar
suara berderit yang memecahkan keheningan Deritan
nyaring itu berasal dari atas dinding penjara, Cepat-cepat
Lim Han-kim membuang jauh-jauh lamunan-nya. ia
246 pusatkan pikiran untuk memperhatikan apa yang bakal
terjadi. Menyusul suara deritan nyaring tadi, dari atas dinding
penjara terbukalah sebuah lubang seluas berapa depa.
selapis cahaya lentera menyorot masuk ke dalam,
sebuah tangan yang halus dengan membawa sebuah
baki kayu nyelonong masuk melalui lubang tadi,
kemudian terdengar suara merdu seorang gadis berkata:
"Lim siang-kong, silahkan menikmati hidangan"
Bau harum arak dan daging yang semerbak pun
menerpa masuk memenuhi seluruh ruang penjara,
Mengendus bau harum arak dan daging, Lim Han-kim
segera merasakan perutnya agak lapar, Namun baru saja
dia hendak mengambil hidangan tersebut untuk menjaga
kondisi tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara besi
bergemerincing lalu muncul sebuah tangan aneh yang
kurus kering seperti cakar burung elang menyambar baki
berisi hidangan itu Dengan rasa kaget Lim Han-kim berpaling. Ternyata
disudut ruangan penjara itu duduk seorang kakek kurus
kering yang mengenakan pakaian compang-camping,
Rambutnya kelihatan sangat kusut, kotor dan terurai tak
karuan, wajahnya penuh ditumbuhi jenggot, kumis dan
berewok sehingga menutupi raut wajah aslinya.
247 sementara ia masih termenung, lubang pada dinding
yang terbuka tadi kembali menutup rapat. suasana dalam
ruang penjara pun kembali dalam kegelapan
Untung Lim Han-kim mempunyai ketajaman mata
yang melebihi orang biasa, Meskipun berada dalam
kegelapan, ia masih dapat melihat tempat duduk orang
itu, bahkan diapun dapat menyaksikan dengan jelas
semua tingkah laku serta gerak gerik-nya.
Kakek itu sangat kurus sehingga boleh dibilang tinggal
kulit pembungkus tulang, Kecuali pakaian compangcamping
yang menutupi bagian terlarang tubuhnya,
boleh dibilang ia tidak memiliki apa-apa lagi.
Rupanya kakek itu sudah lama kelaparan Begitu
menyambar baki kayu tersebut, dengan rakus ia sikat
semua hidangan yang ada dan menelannya dengan
tergesa-gesa. Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: "Entah sudah berapa lama orang ini tidak
makan, Aaaai, rakus betul orang ini..."
Biarpun orang itu mempunyai perawakan tubuh yang
kecil, pendek lagi kurus kering namun takaran makannya
luar biasa. Tak selang berapa saat kemudian semua
hidangan yang ada telah dimakannya sampai habis.
Namun tampaknya ia belum puas, sepoci arak wangi
yang tersisa diteguknya pula sampai ludes.
248 setelah kenyang makan dan minum, sambil menepuknepuk
perutnya, ia letakkan kembali baki itu ke lantai,
Lalu dengan pandangan menyesal ditatapnya Lim Hankim
sekejap seraya berujar: "Eeei, bocah kecil, maaf
kalau aku sikat habis hidangan yang menjadi jatahmu.
Baiklah aku berjanji akan mengembalikan jatah mu pada
pengiriman berikut..."
"Aku tidak lapar" sahut Lim Han-kim sambil
menggeleng. "Tidak lapar?" tampaknya semangat kakek kurus
kering terbangkit kembali setelah kenyang makan.
Dengan mata berkilat kilat ia tertawa tergelak. "Ha ha
ha... bocah kecil, Kecuali kau punya rencana ingin mati
kelaparan dalam penjara ini atau tenaga dalammu sudah
begitu sempurna hingga tidak makan pun masih bisa
pertahankan jiwamu. Kalau tidak, kau mesti makan
hidangan yang dikirim kemari..."
Bicara sampai di situ, tampaknya ia teringat kembali
pada peristiwa sedih yang menimpa dirinya. semangat
yang semula berkobar kini lenyap kembali. sesudah
menghela napas panjang, lanjutnya: "Aku sudah
terkurung dalam penjara ini lama... lama sekali.,."
Tak terlukiskan rasa terkejut yang menyelimuti
perasaan Lim Han-kim, tanpa sadar ia berpikir: "Kalau
sepanjang hidupku aku bakal terkurung dalam penjara
249 bawah tanah yang gelap gulita ini, waah... bukankah
lebih baik cepat mati saja..."
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa ia bertanya:
"sudah berapa lama locianpwe terkurung di sini?"
Kakek kurus kering itu menggaruk-garuk kepalanya
yang kotor, lalu menggeleng sedih:
" Waktu yang pasti aku kurang jelas, tapi kalau
dihitung-hitung rasanya sudah lebih dari dua tahun"
"Dua tahun-,." "Apa kau anggap dua tahun terlalu pendek?" tukas
kakek kurus itu dengan suara keras.
Tapi nada suaranya segera berubah jadi pedih lagi,
terusnya: "Biarpun dua tahun tidak terhitung kelewat
lama. Namun kau jangan lupa, kita terkurung dalam
sebuah penjara bawah tanah yang tak memperlihatkan
sinar sepanjang masa, Hidup sehari di sini rasanya lebih
lama daripada hidup setahun, tujuh ratus hari sama saja
dengan tujuh ratus tahun-.."
Tiba-tiba Lim Han-kim teringat pada ibunya yang
menunggu di lembah Hong yap-kok. Tanpa terasa rasa
sedih menyelimuti perasaannya, ia menghela napas
panjang. 250 Mendadak kakek kurus kering itu tertawa terbahabahak.
suaranya amat nyaring dan menggema dalam
ruang penjara yang dikelilingi batu yang kuat. Gema
tertawanya memekakkan telinga, bagaikan suara guntur
yang membelah bumi. Dengan cepat Lim Han-kim kerahkan tenaga dalamnya
untuk melawan suara gelak tertawa tersebut, Dengan
perasaan was-was pikirnya: " Hebat benar tenaga dalam
orang ini, Tampaknya kemampuan yang ia miliki tidak
berada dibawah kemampuanku."
Gelak tertawa itu berlangsung kurang lebih
seperminuman teh lamanya sebelum berhenti, lalu
dengan suara yang menggeledek kakek itu berseru: "Hey
bocah kecil, apakah kau mulai takut" Ha ha ha ... asal
kau hidup selama dua tahun dalam penjara batu ini, aku
percaya keadaanmu akan sejorok dan selusuh aku
sekarang ini^..." Lim Han-kim hanya mengawasi kakek , itu tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. setelah menghela napas
lagi kembali kakek kurus itu bertanya: "Bocah cilik,
kenapa kau tak berbicara?"
Lim Han-kim tidak menanggapi pertanyaan itu, ia balik
bertanya: "Locianpwee, selama dua tahun terkurung
dalam penjara bawah tanah ini, apakah tidak ada niatan
bagimu untuk melarikan diri?"
251 "Agaknya mereka tahu kalau ruang penjara biasa tak
mungkin bisa mengurung diriku, maka ruang penjara ini
mereka bangun lebih kokoh dan kuat..."
Kemudian sambil menggetarkan rantai yang
memborgol tubuhnya, dia meneruskan: "Bahkan rantai
yang dipergunakan untuk memborgol badanku pun
bukan terbuat dari bahan besi baja biasa.."
Lama dia berhenti bicara. Tampaknya pikiran dan
perasaannya sedang kalut, tapi sesaat kemudian ia
bertanya lagi dengan nada suara yang berubah: "Bocah
kecil, aku lihat ilmu silat yang kau miliki cukup tangguh,
Boleh aku tahu siapa guru- mu."
"Maaf, nama guruku tak boleh kuutara-kan secara
sembarangan." Kakek kurus itu tampak agak tertegun, tapi ia segera
tertawa: "Tenaga khikang pekikan harimauku barusan
mempunyai daya pengaruh yang amat besar dalam
ruang penjara ini, Tidak setiap jago persilatan sanggup
menghadapinya. Tapi kau sanggup menerima pekikan
tersebut tanpa bergeming. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa tenaga dalam yang kau miliki benar-benar sudah
amat sempurna." Lim Han-kim tidak menggubris pertanyaan itu, dia
malah pejamkan matanya dan bersandar pada dinding
penjara. 252 Melihat anak muda itu sama sekali tidak menggubris
perkataannya, Kakek kurus itu jadi naik darah, sambil
tertawa dingin tegurnya: "Hmmmm Bocah busuk. dengan
usiamu begitu muda, kau berani bersikap kurang ajar
kepadaku.." Lim Han-kim membuka matanya, memandang kakek
itu sekejap. lalu tersenyum dan tetap tidak berkata-kata,
Berubah hebat paras muka kakek kurus itu, tapi nada
suaranya berubah jadi lebih lembut dan ramah, katanya
lagi: "Sekarang kita sudah menjadi senasib sependeritaan
Ha ha ha... Bila aku mati kelaparan dalam ruang penjara
ini, aku yakin kau pun tak bakal bisa hidup lebih lama."
Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti akan
mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut kembali
diurungkan. Terdengar kakek kurus itu berkata lebih lanjut:
"Mereka sudah enam-tujuh hari tidak mengirim rangsum
kepadaku, Hari ini tiba-tiba saja mereka mengirim
hidangan dan arak wangi. Tampaknya aku sudah boleh
ikut membonceng makan dengan kehadirannya"
Lim Han-kim menghela napas panjang. ia tetap
membungkam dalam seribu bahasa. . "Hey bocah kecil,
kau tahu siapakah aku?" dengan gusar kakek kurus itu
menegur. Sambil tersenyum Lim Han-kim gelengkan
kepalanya. 253 Kakek itu berseru: "Kalau kau sering berkelana dalam
dunia persilatan, tentu kau pernah mendengar nama
besarku..." Tampaknya orang ini sudah teriampau lama terkurung
disitu dan tak punya kesempatan untuk bicara dengan
orang lain, Tak heran bila ia jadi nyerocos tanpa henti.
Sayang orang yang diajak bicara adalah Lim Han-kim
yang paling tak suka banyak bicara, Tak heran kalau
kakek itu jadi mencak-mencak karena gusar.
Setelah mendehem berat beberapa kali kakek kurus
itu berkata lebih jauh: "Bocah cilik, kenapa kau tak
bersuara" kau pernah mendengar julukan si "Raja
Monyet ceking, bukan?"
Dalam anggapannya, setelah mendengar julukannya
"si Raja Monyet ceking," Lim Han-kim pasti terkejut
setengah mati. Siapa tahu apa yang kemudian terjadi
sama sekali di luar dugaannya, pemuda itu cuma tertawa
hambar. Kakek kurus itu semakin naik darah, hardiknya:
"Akulah si Raja Monyet ceking Han Si-kong"
Lim Han-kim menghela napas panjang, ia tetap tidak
menggubris perkataan kakek itu. Tiba-tiba Han Si-kong
melompat bangun, rantai yang memborgol tubuhnya
bergemerincing nyaring. 254 "Nama si Raja Monyet Ceking Han si-kong mungkin
belum pernah kau dengar, tapi sebutan si monyet tua
tentu pernah kau dengar bukan?"
Dalam gusar dan mendongkolnya, ia berteriak-teriak
macam monyet kena terasi saja. Lim Han-kim beriarbenar
dibuat tak berdaya oleh ulah kakek tersebut,
terpaksa jawabnya hambar: "Oooh, rupanya Han locianpwee"
Han si-kong jadi kegirangan, serunya: "oooh... jadi
dunia persilatan masih kenal dengan nama besarku
meski sudah hampir dua tahun aku terkurung di sini?"
Lim Han-kim menggeleng. "Lantas... bukankah kita tak pernah bertemu,
Darimana kau bisa tahu kalau aku adalah si monyet tua?"
"Aku baru mendengarnya dari mulutmu, "jawab Lim
Han-kim singkat selesai bicara ia pejamkan matanya dan
coba tidur. Biarpun dalam hati kecilnya Han si-kong amat
gusar bercampur mendongkol namun dia tak bisa
berbuat apa-apa terhadap pemuda tersebut, terpaksa
dengusnya dingini "Hmmm Suatu saat, bila aku sudah keluar dari penjara
ini, aku pasti akan menghajarmu habis-habisan."
255

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Han-kim menghela napas panjang: "Aaaai... harap
locianpwee jangan salah paham, Aku hanya tak suka
bicara saja." "Anak muda, bersikaplah lebih terbuka" Belum lagi
perkataan itu diselesaikan, mendadak terdengar lagi
suara gemerincing nyaring bergema dari arah dinding
penjara. Setelah ada pengalaman pertama tadi, Lim Han- kim
segera mengerti bahwa dinding tersebut sebentar lagi
akan terbuka. Cepat-cepat ia melompat bangun dari
tidurnya Benar juga, gema suara gemerincing tadi disusul
dengan terbukanya sebuah pintu rahasia dari atas
dinding penjara tersebut, Dua orang gadis berbaju hijau
yang membawa pedang dan lentera berjalan masuk ke
dalam ruangan tersebut. Mendadak Han si-kong melompat bangun, tangan
kanannya secepat kilat menyambar pergelangan tangan
dayang berbaju hijau yang berjalanpaling depan itu.
"Traaaaang.." Dentingan nyaring kembali bergema, sebelum jari
tangannya sempat menyentuh tubuh dayang berbaju
hijau itu, rantainya sudah sampai di ujung sehingga
kakek tersebut tak sanggup meneruskan gerakkan-nya
lagi. 256 Ternyata sewaktu dirantai, panjang rantai tersebut
telah diperhitungkan secara matang dengan jarak pintu
rahasia tersebut sehingga dengan begitu uluran tangan
Han si-kong gagal mencapai sasarannya.
Dayang berbaju hijau yang diserang tadi mendengus
dingin, pedangnya diayunkan ke muka balas membabat
tubuh lawan, Dengan gerakan cepat Han si-kong
memutar tubuhnya menghindari babatan pedang itu,
menyusul kemudian sebuah pukulan kembali
dilontarkannya. Agaknya ia sadar kalau ujung jarinya tak mungkin bisa
menyentuh tubuh lawan, maka dalam serangannya kali
ini dia kerahkan juga tenaga dalamnya.
segulung angin pukulan yang sangat kuat segera
menyambar ke muka, membabat tubuh dua orang gadis
berbaju hijau itu. selapis bunyi nyaring bergema dalam
ruang penjara, Agaknya tenaga pukulan itu benar-benar kuat dan
ampuh. serentak dua orang gadis berbaju hijau itu melompat
ke samping untuk menghindarkan diri dari babatan angin
serangan yang sangat kuat itu. "Blaaaammmmm"
Diiringi getaran yang sangat kuat, angin pukulan itu
menghajar bagian atas dinding sampai menimbulkan
257 suara yang memekakkan telinga. "sempurna amat
tenaga dalam orang ini," puji Lim Han-kim dalam hati.
setelah berhasil menghindarkan diri dari pukulan
dahsyat itu, dua orang gadis berbaju hijau itu menerjang
ke sisi Lim Han-kim dengan cepat salah seorang di
antaranya segera berkata: " Lim siang kong, nona kami
perintahkan agar mengundang Lim siang kong pindah ke
tempat hunian baru."
Dalam saat itu Lim Han-kim sudah mencoba
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mematahkan
rantai yang membelenggu tubuhnya, namun usaha
tersebut tidak berhasil. Dia lantas angkat kepala dan
memandang dua orang gadis itu dengan pandangan
dingin, mulutnya tetap membungkam.
Tiba-tiba gadis berbaju hijau yang berjalan duluan itu
berpaling ke arah Han si-kong sambil membentak:
"Hmmmm... monyet tua, malam nanti kami akan
mengadu ilmu lagi, jika kau tetap membangkang..."
"Budak busuk" tukas Han si-kong tak kalah gusarnya.
"Kau anggap aku manusia macam apa" Tak nanti aku
akan menuruti perintah kaum wanita macam kalian...
Hmmmm... hmmmmm... ingin aku mengabulkan
permintaan kalian" Huuuh, tanggung lebih susah
daripada naik ke langit."
258 "Kau tak usah berlagak sok. Asal kau mampu
menahan siksaan kami, mengabulkan atau tidak
permintaan kami itu terserah padamu."
"Hmmm Aku tak akan memikirkan mati hidupku di
dalam hati." Gadis berbaju hijau itu balas tertawa dingin:
"sudah banyak jago persilatan yang kujumpai
kehilangan kegagahan serta kependekarannya di bawah
siksaan keji.. Bahkan banyak di antaranya yang
merengek-rengek minta ampun. Hmmm Aku tak percaya
tubuhmu itu otot kawat tulang besi yang tahan
bantingan. jangan sampai tiba waktunya nanti kau pun
merengek-rengek minta ampun."
"Budak sialan" teriak Han si-kong penuh amarah,
sebuah pukulan kembali di-lontarkannya. Dua gadis
berbaju hijau itu tahu tenaga pukulan yang dimiliki
lawannya sangat tangguh, buru-buru mereka melompat
ke samping menghindarkan diri.
salah seorang gadis berbaju hijau itu segera
mengeluarkan sebuah anak kunci dari sakunya dan
memasukkannya ke dalam sebuah lubang kecil di atas
dinding batu tersebut Ketika diputar tiga kali ke kanan,
tiba-tiba saja rantai yang memborgol tubuh Lim Han- kim
terbuka secara otomatis. sekalipun borgol sudah dilepas, namun rantai besi
yang membelenggu tubuhnya masih mengikat badannya
259 kencang-kencang, Lim Han- kim melompat bangkit,
tegurnya: " Kalian hendak membawaku ke mana?"
Gadis berbaju hijau itu tertawa, "Nona telah berpesan
agar kami mengantar Lim kongcu pindah ke sebuah
tempat yang indah dan bersih," Kemudian setelah
berhenti sejenak, tambahnya: "Kami hanya menjalankan
perintah, semoga Lim kongcu jangan menyusahkan kami
berdua." Lim Han- kim manggut-manggut " Kalau begitu mari
kita berangkat" kata gadis berbaju hijau yang pertama
sambil mengangkat lenteranya, Berangkatlah dua orang
gadis itu menggiring Lim Han- kim keluar dari ruang
penjara: Kepada Han si-kong, pemuda kita menggapai
sambil serunya: "Locianpwee, harap kau jaga diri baikbaik"
Begitu keluar dari pintu penjara, pintu rahasia tersebut
kembali tertutup rapat secara otomatis. sambil berjalan
beriringan dengan pedang terhunus, kedua orang gadis
berbaju hijau itu mengajak Lim Han- kim keluar dari
pintu penjara, menelusuri lorong bawah tanah selebar
dua-tiga depa dan menuju ke arah muka.
Waktu itu seluruh tubuh Lim Han- kim masih
dibelenggu rantai, Tak heran ketika ia berjalan rantai
tersebut menimbulkan suara gemerincing nyaring,
setelah melewati beberapa buah tikungan akhirnya
sampailah mereka di sebuah persimpangan jalan,
260 Mendadak gadis berbaju hijau yang pertama itu berhenti
sambil balikkan badan, lalu katanya sambil tertawa:
"Lim kongcu, kau tentunya orang yang cerdik dan
mengerti keadaan, Lebih baik jangan punya ingatan
untuk melarikan diri. Aaaaai, ketahuilah hal mana bisa
mendatangkan bencana kematian bagimu."
Dengan sorot mata dingin Lim Han- kim mengawasi
dua orang gadis itu sekejap. sementara mulutnya tetap
membungkam. Dari dalam sakunya gadis itu kembali mengeluarkan
selembar kain hitam, katanya lebih jauh: "Kami terpaksa
harus menyiksa siangkong sebentar dengan menutupi
sepasang matamu." Lim Han-kim mengerti keadaan semacam itu tak
mungkin dihindari, maka ia pejamkan matanya dengan
pasrah, Dengan cepat gadis berbaju hijau itu mengikat
sepasang mata pemuda tersebut dengan kain hitam yang
sudah tersedia. Tak lama kemudian Lim Han-kim merasa tangannya
digandeng orang untuk meneruskan perjalanannya
dengan langkah lebar, jalan yang mereka tempuh makin
ke atas. Rasanya mereka sedang melewati anak tangga
yang menjorok ke atas permukaan tanah.
261 Ehtah berapa saat kemudian tiba-tiba tangannya
ditahan orang dan merekapun berhenti lalu terdengar
gadis berbaju hijau itu berseru sambil tertawa merdu:
"sudah sampah sebentar lagi aku dapat melepaskan kain
penutup matamu." Lim Han-kim merasakan rantai di tubuhnya berdenting
nyaring, disusul kemudian kain penutup matanya dilepas
orang, Ketika ia dapat melihat kembali, tampak dua
orang gadis berbajuk hijau itu sudah keluar dari pintu
hingga cuma nampak bayangan punggung mereka saja
yang menjauh. Kini ia sudah berada dalam sebuah gedung dengan
dekorasi serta perabot yang indah dan mewah, selain
ruang utama terdapat pula sebuah kamar dengan
pembaringan serta kelambu yang sangat mewah.
Lim Han-kim coba mengalihkan sinar matanya untuk
memperhatikan sekeliling tempat itu. ia dapat melihat
bahwa pada ruang utama maupun kamar tidur, masingmasing
terdapat sebuah jendela, Haneja saja jendela itu
berterali besi yang dilapisi pula oleh sebuah jala kawat.
Terali besi itu besarnya seibu jari dan kelihatan kuat
sekali, Biar orang berilmu tinggi pun rasanya susah untuk
mematahkan besi tersebut, meski begitu Lim Han-kim
yakin bahwa ruangan ini sudah berada di atas
permukaan tanah. 262 " Waktu itu meskipun dalam ruangan diterangi cahaya
lampu, namun suasana terasa mulai redup, agaknya saat
itu senja telah menjelang tiba. Ketika ia coba berpaling,
pintu di mana dua orang gadis tersebut keluar masih
berada dalam keadaan terbuka.
Hanya tujuh-delapan depa setelah itu, jalanan
berbelok ke kanan sehingga tak dapat dilihat apakah
jalan itu tembus dengan penjara bawah tanah atau tidak.
sewaktu masuk ke dalam kamar tadi, sepasang mata
pemuda ini ditutup rapat-rapat sehingga membuatnya
sukar untuk membedakan mana jalan yang telah
dilewatinya. Di tambah lagipesan dari dua orang gadis
tersebut sebelum pergi, sementara badannya masih
dirantai kuat-kuat. pemuda itu sadar bahwa di balik pintu
yang dibiarkan terbuka itu pasti sudah disiapkan jebakan
yang sangat lihai, maka dari itu ia memilih lebih baik
duduk mengatur pernapasan sambil berusaha mencoba
meloloskan diri Karena itulah Lim Han-kim segera menuju ke ruang
utama dan duduk bersila di sudut ruangan, ia mencoba
mengatur napas, namun bagaimana pun dicoba usaha itu
gagal pikirannya terasa kusut, pelbagai kemurungan dan
kekesalan hatinya bertumpah ruah dalam benaknya.
263 BAB 9. Tiga siksaan dari Partai Hian-Hong
Kalau diingat kembali pembicaraan Ci Mia-cu, agaknya
ia menyimpan banyak rahasia yang mencurigakan
seakan-akan mati hidup Ciu Huang mempunyai sangkut
paut yang erat dengan dirinya, Kemudian ia teringat pula
pada teka-teki mengenai asal-usulnya.
Sejak dia dapat berpikir, dia selalu belajar silat dengan
tekun di bawah pengawasan gurunya yang keras serta
belajar sastra di bawah bimbingan ibunya. Namun setiap
kali dia menanyakan soal ayahnya, ibunya selalu
menegur dengan gusar. Teringat soal gurunya yang selalu bersikap ketat
dalam memberi pelajaran silat kepadanya, tapi justru
bersikap begitu hormat terhadap ibunya, hal ini membuat
kecurigaan dalam hatinya makin bertambah.
Berdasar pengamatan yang dilakukan secara diamdiam,
ia dapat mengetahui bahwa ibunya bukan cuma
berpengalaman luas, bahkan ilmu silat yang dimilikinya
sangat hebat, tapi kenapa ia tak pernah membicarakan
soal ilmu silat dengan dirinya"
sementara pikirannya sedang kalut, tiba-tiba terdengar
suara tertawa merdu berkumandang memecah
keheningan, lalu tampak seorang gadis berbaju merah
muncul dengan membawa baki kayu.
264 Begitu bertemu dengan Lim Han- kim, gadis itu
berkata sambil tertawa: " Hidangan yang kami kirim tadi
tentunya sudah diserobot si monyet tua, bukan" Aku
percaya siangkong sudah lapar sekarang."
Dari baki itu dia hidangkan sepoci kecil arak wangi,
sepiring kue tipis dan empat piring ikan laut yang lezat.
Bau harum semerbak yang tercium dari hidangan itu
segera membuat Lim Han- kim merasa lapar sekali,
Dengan matanya yang jeli, gadis berbaju merah itu
memandang pemuda itu sekejap. lalu sambil menuding
kue tipis di piring ia berujar sambil tertawa: "Kami orangorang
Kang lam biasanya makan nasi, tapi sam-kau tahu
siangkong datang dari barat- laut. Kuatir siangkong tak
biasa makan nasi, maka beliau khusus turun tangan
sendiri di dapur untuk menyiapkan sepiring kue tipis.
semoga siangkong cukup berselera untuk makan."
Lim Han- kim memandang hidangan itu sekejap. lalu
pikirnya: "Dalam usaha melarikan diri malam ini tak bisa
dihindari pertempuran sengit pasti terjadi. Memang ada
baiknya kalau aku bersantap dulu untuk menambah
semangat dan tenaga.,."
Melihat gadis berbaju merah itu berdiri di sisinya
sambil mengawasi dengan mata mendelik, meski merasa


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lapar pemuda itu merasa sungkan untuk melahap
hidangan yang tersedia. 265 Ketika melihat Lim Han- kim belum juga bersantap.
tiba-tiba gadis berbaju merah itu memenuhi cawan
dengan arak dan meneguknya sampai habis, lalu
diambilnya sepotong kue tipis dan dicicipi pula sayur
lainnya, begitu selesai dia baru berkata sambil tertawa:
"Sekarang siangkong boleh bersantap dengan tenang
bukan...?" Dengan langkah gemulai dia berjalan
meninggalkan ruangan. Biarpun tubuh Lim Han- kim masih di-rantai, namun
tidak mengganggunya untuk bersantap sendiri Ditambah
lagi dia tahu malam nanti bakal berlangsung
pertempuran sengit. Tanpa terasa semua hidangan yang
tersedia di sikat nya sampai habis.
Tak lama kemudian dayang berbaju merah itu muncul
kembali untuk membereskan mangkuk dan sumpit, sikap
maupun tindak tanduk dayang-dayang tersebut
terhadapnya selama ini tampak amat sungkan dan
hormat, tiada sikap permusuhan barang sedikit pun yang
mereka tunjukkan kepada pemuda kita, Namun Lim Hankim
yang tak suka berbicara dengan orang pun enggan
banyak bertanya, sekalipun di hati kecilnya dia merasa
amat keheranan. selang sesaat kemudian muncul lagi seorang gadis
berbaju cutih menghidangkan teh wangi, Gadis ini tidak
bicara apa-apa, setelah air teh dihidangkan ia segera
mohon diri. 266 Langit pun makin lama makin gelap. suasana dalam
ruangan semakin meredup, Lim Han-kim dengan
ketajaman matanya yang dapat melihat di dalam
kegelapan segera menghimpun tenaga dalamnya
mencoba mematahkan borgol dan rantai yang melilit
tubuhnya. Beberapa kali dia mencoba untuk mematahkan rantai
tersebut, namun setiap kali pula usahanya gagal, Hal
mana membuatnya amat terperanjat segera pikirnya:
"Kalau aku gagal mematahkan rantai dan borgol ini,
sekalipun bisa lolos dari ruangan ini belum tentu aku
mampu melayani serangan musuh."
Berpikir begitu, ia bersiap-siap mengerahkan ilmu
menyusut tulang untuk melepaskan borgolan tangannya,
setelah itu ia baru mencoba mematahkan rantai di
tubuhnya. Tapi sebelum ia bertindak sesuatu, tiba-tiba tampak
cahaya lampu berkilauan diujung lorong, disusul
kemudian tampak dua orang gadis berjalan masuk ke
dalam ruangan. orang yang di depan membawa lentera adalah dayang
baju merah yang mengantar hidangan siang tadi. orang
kedua memakai baju berwarna hijau, juga berdandan
seorang dayang, Mereka muncul dengan tangan
telanjang dan senyum dikulum, sikap dan tingkah laku
mereka santai dan sama sekali tidak menunjukkan sikap
267 permusuhan Gadis berbaju merah itu sambil mengangkat
lenteranya berkata: "Kami mendapat perintah untuk
mempersilahkan siang-kong.."
Tiba-tiba ia menghentikan perkatannya, Lim Han-kim
segera bangkit berdiri dan siap melangkah ke luar dari
ruangan tersebut Sebenarnya gadis berbaju merah itu berniat jual mahal
agar pemuda itu terpancing dan mengajukan pertanyaan
kepadanya. siapa sangka Lim Han- kim bukan saja tidak
bertanya, bahkan segera bangkit dan melangkah pergi,
seakan-akan dia sama sekali tidak mempersoalkan
keselamatan jiwanya, kontan saja dia tertegun.
Akhirnya tanpa bicara lagi dia membalikkan badan dan
berjalan lebih dulu untuk membuka jalan, Lim Han- kim
mengikuti di belakang gadis berbaju merah itu sedang si
nona berbaju hijau menyusul sang pemuda.
sesudah keluar dari pintu mereka berjalan menuju
keluar Lorong yang dilalui dari arah atas terasa makin
turun ke bawah, jelas mereka sedang berjalan menuju ke
bawah tanah, Hal ini membuat Lim Han- kim keheranan,
pikirnya tanpa terasa: "Kenapa menuju ke bawah tanah"
Jangan-jangan mereka sedang mengantarku balik lagi ke
penjara bawah tanah"
Lorong itu penuh liku-liku dengan penjagaan yang
ekstra ketat, Ditiap sudut tikungan selalu tampak lentera
268 digantungkan untuk menerangi suasana, di bawah
lentera berdiri seorang lelaki berbaju hitam.
Ketika Lim Han- kim coba memperhatikan, ia lihat
lelaki berbaju hitam itu selain membawa senjata di
tangan kanan, tangan kiri mereka masing-masing
membawa sebuah kotak busur yang panjangnya satu
depa lima inci. semuanya berdiri dengan sikap dingin tapi
serius, biarpun ada orang berlalu di hadapannya, bukan
saja tidak menghalangi bahkan melirik pun tidak.
sesudah melalui sembilan kali tikungan, pemandangan
yang terbentang di depan mata pun berubah.
Di hadapannya sekarang terbentang sebuah ruang
utama yang amat luas. Lentera dan lilin menerangi
seluruh ruangan hingga tampak jelas, sementara
bayangan manusia nampak berdiri berjajar sekalipun
hadir banyak orang, namun tak kedengaran suara sedikit
pun. Mendadak gadis berbaju hijau itu mempercepat
langkahnya menyusul ke samping Lim Han-kim, lalu
bisiknya: "Tadi nona berpesan agar kusampaikan kepada
siangkong, seandainya kaucu mengajukan pertanyaan,
lebih baik kau jangan menghadapinya dengan kasar atau
mengumbar emosi." "Ketua apa?" 269 "Siangkong tak perlu banyak tanya, Asal kau
laksanakan apa yang kupesan, tentu segalanya akan
beres, Untuk persoalan lain, nona kami pasti akan
membantu siang- kong dengan petunjuknya . "
selesai menyampaikan pesannya, gadis berbaju hijau
itu kembali memperlambat langkahnya dengan mengintil
di belakang Lim Han-kim. setelah tiba di pintu gerbang ruang utama, gadis
berbaju hijau itu menurunkan lenteranya ke bawah dan
menjura dalam-dalam sambil melapor: "Lim Han-kim
telah datang menghadap"
Dari balik ruangan muncul seorang lelaki berwajah
bengis, Dengan kasar dia jambret borgol di tangan Lim
Han-kim lalu menyeretnya masuk ke dalam ruangan
dengan langkah lebar. sementara itu dua orang dayang
yang mengawal Lim Han-kim tadi serentak
mengundurkan diri dari situ
Lim Han-kim sebera merasakan bahwa tenaga yang
membetot borgol tangannya luar biasa kuatnya, Diamdiam
ia menghimpun tenaga dalamnya dan tetap berdiri
di tempat tanpa berderak.
Begitu gagal menggeser posisi anak muda tersebut,
lelaki berwajah bengis itu langsung merasa terperanjat
pikirnya segera: "Tak nyana bocah muda ini memiliki
270 tenaga yang luar biasa besarnya. Tampaknya aku tak
boleh bertindak kasar."
Cepat dia berpaling sambil tersenyum, lalu sambil
menggandeng pemuda itu dengan halus dia melangkah
masuk. sambil mengikuti lelaki tadi memasuki ruangan, Lim
Han- kim gunakan kesempatan untuk memperhatikan
sekejap suasana di sekelilingnya.
Tampak olehnya dua belas orang manusia berbaju
hitam yang tinggi besar berdiri mengelilingi seluruh
ruangan, Mereka berdiri kaku tanpa bergerak sementara
wajahnya dilapisi hawa pembunuhan dan kelicikan yang
luar biasa. Pada dinding sebelah belakang berdiri sebuah
panggung kayu, Di atas panggung berjajar tiga buah
kursi berlapis kulit harimau.
Di sisi kiri panggung kayu itu berdiri dua orang bocah
lelaki berbaju hijau sedang di sebelah kanannya berdiri
dua orang bocah perempuan berbaju kuning, Di depan
panggung terletak sebuah hiolo kemala setinggi berapa
depa, jilatan api berwarna bini berkobar dari balik hiolo,
memancarkan asap hijau yang membuat seluruh ruangan
berbau sangat harum. Luas ruangan pertemuan itu lebih kurang lima kaki,
Pada masing-masing sisi ruangan berbaris pula belasan
buah bangku kayu yang telah diduduki banyak orang,
271 ada lelaki ada pula perempuan namun wajah mereka
dikerudungi kain hitam sementara tangannya memakai
borgol dan tubuhnya dirantai.
Lelaki berwajah bengis itu membawa Lim Han-kim
menuju ke sebuah bangku kayu yang tersedia lalu
bisiknya: " Duduklah"
Dari atas dinding ia tarikseuntai rantai yang segera
diikatkan pada borgol di tangan Lim Han-kim, kemudian
ia juga mengenakan selembar kain kerudung hitam di
kepalanya. Entah berapa waktu sudah lewat. Tiba-tiba
keheningan dipecahkan oleh suara genta yang
dibunyikan tiga kali, kemudian suasana pulih kembali
dalam keheningan Waktu itu sepasang mata Lim Han-kim sudah ditutup
oleh selapis kain hitam yang tebal sehingga sulit baginya
untuk menyaksikan suasana dalam ruangan pertemuan
tersebut, tapi ia mendengar ada suara langkah kaki
manusia yang bergema, jelas ada orang memasuki ruang
tersebut. suara langkah kaki yang kacau itu tiba-tiba saja
berhenti Lalu ia mendengar ada suara yang lembut
bergema di sisi telinganya, namun suara itu teramat
lembut sehingga Lim Han-kim hanya mendengar lamatlamat
dan sepotong-sepotong. 272 "... ilmu silatnya sangat tangguh... terima saja ke
dalam organisasi kita..."
Tiba-tiba Lim Han-kim merasakan pandangan matanya
jadi silau. Ternyata kain kerudung hitam yang semula
menutupi matanya telah dilepas orang, Pada saat itu di
kursi kebesaran di atas panggung kayu telah duduk
sebaris manusia, orang yang duduk di sebelah kanan
ternyata tak lain adalah pelacur cantik dari loteng Hul-juilo,
Lik-ling adanya. orang yang duduk di sebelah kiri adalah seorang
manusia berwajah putih bersih tanpa jenggot ia
mengenakan jubah berwarna hijau dan tampaknya
sangat halus, namun wajahnya menampilkan kebengisan
dan kelicikan yang luar biasa. Waktu itu matanya
setengah terpejam, seakan-akan baru saja mendusin dari
tidurnya yang nyenyak. orang yang duduk di tengah mengenakan sebuah
topeng berbentuk aneh, ia memakai jubah warna kuning
dan tangannya mengenakan seperangkat sarung tangan
berwarna hitam. Kecuali sepasang matanya yang nampak
memancarkan sinar tajam, boleh dibilang seluruh tubuh
lainnya tersembunyi di balik jubah dan topengnya.
Terdengar sastrawan berbaju hijau yang duduk di
sebelah kiri itu menghardik dengan suara rendah: "Bawa
ke mari Han Si-kong"
273 Dua orang lelaki berbaju hitam tadi segera menyeret
ke luar seseorang dari bangku sebelah selatan, setelah
sampai di tengah ruangan mereka lepaskan kain
kerudung yang menutupi wajahnya.
Lim Han- kim segera mengalihkan perhatiannya ke
tengah ruangan, benar juga, orang yang dihadapkan ke
tengah ruangan tak lain adalah si raja monyet ceking
Han Si-kong, si monyet tua yang pernah dijumpai dalam
penjara batu bawah tanah itu.
Biarpun tangannya diborgol dan tubuhnya dirantai,
Han Si-kong sama sekali tak nampak jeri atau keder,
Dengan tegarnya ia berdiri di tengah ruangan sambil
mengawasi sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya
dingin: "Hukuman apa yang hendak kalian jatuhkan
kepadaku" Hmmm, silahkan turun tangan"
Biar sudah dua tahun hidup tersiksa dalam penjara
bawah tanah, ia masih tetap angkuh, tinggi hati dan
berhati tegar. Manusia berbaju kuning yang duduk di
kursi tengah itu menggunakan sepasang matanya yang
memancarkan sinar tajam mengawasi wajah Han si-kong
tajam-tajam, namun ia tidak mengucapkan sesuatu.
Terdengar sastrawan berbaju hijau itutertawa
dingin,jengeknya: "Han Si-kong, tahukah kau situasi
yang sedang kau hadapi?"
274 "Hmmm" Han Si-kong balas menghardik dengan
marah. "Sejak kalian menawanku dan mengurung di sini,
aku sudah tak pernah pikirkan lagi mati hidupku, Mau
bunuh, mau cincang, silahkan Kalau aku orang she- Han
sampai berkerut kening, anggap saja aku bukan
manusia." sastrawan berbaju hijau itu tertawa licik "Han si-kong,
ucapanmu itu rada kelewatan. Kalau ingin membunuh
atau menghabisi nyawamu, tak nanti kukurung dirimu
selama dua tahun lebih di dalam penjara bawah tanah."
"Lantas apa yang hendak kalian perbuat terhadapku?"
tanya Han Si-kong agak tertegun.
sastrawan berbaju hijau itu kembali tertawa dingin:
"Hehehe... Han si-kong, kau bilang pengetahuan dan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengalamanmu sangat luas, coba lihat, kenalkah kau
dengan aku?" Han si-kong angkat kepalanya dan mencoba
memperhatikan wajah sastrawan berbaju hijau itu
dengan pandangan tajam, ia lalu termenung dan tidak
bicara lagi. Dengan sinar mata yang dingin dan menggidikkan hati
sastrawan berbaju hijau itu balas menatap wajah Han Sikong,
sambungnya lagi: "Kau tak usah tergesa-gesa,
Coba pikirkan lagi pelan-pelan, mungkin saja kau dapat
teringat." 275 sampai lama Han si-kong termenung sambil berpikir
namun ia belum berhasil juga mengingat siapakah orang
itu, akhirnya sambil menggeleng katanya: "Aku tak bisa
mengingatnya kembali."
sastrawan berbaju hijau itu kembali tertawa dingin:
"He he he he.... Coba kau saksikan nanti beberapa
macam alat siksa yang akan diperagakan, mungkin dari
situ bisa mengingatkan kembali daya ingat-mu."
Bicara sampai di situ, dia ulapkan tangannya memberi
tanda, Dua orang lelaki berbaju hitam segera muncul
kembali dan menyeret balik Han si-kong menuju ke
bangku tempat duduknya semula.
orang berbaju kuning yang duduk di tengah dan
memakai topeng di wajahnya itu tidak pernah
mengucapkan sepatah kata pun sejak tadi, kecuali
matanya saja yang berkedip. Meski demikian, ternyata
sastrawan baju hijau itu menaruh sikap yang sang at
hormat terhadapnya, sambil menjura dalam- dalam ia
berbisik: "Apakah siksaan terhadap dua orang
penghianat bisa segera dimulai?"
orang berbaju kuning itu manggut-manggut, ia tetap
membungkam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
sastrawan berbaju hijau itu segera bertepuk tang an
dua kali sambil menghardik: " Hadapkan para
penghianat" 276 Dari bangku sebelah selatan ruangan dua orang lelaki
berbaju hitam segera menyeret ke luar dua orang gadis
yang didorong ke depan hiolo batu dan melepas kan kain
kerudung mukanya. Lim Han-kim mencoba mengamati kedua orang gadis
itu dengan lebih teliti, ternyata mereka baru berusia
delapan sampai sembilan belas tahunan, wajahnya cantik
tapi saat ini dalam keadaan pucat pias seperti mayat.
Di bawah sorotan cahaya lilin, wajah itu demikian
pucat hingga kelihatan mengerikan Tubuh mereka
bergetar keras, menandakan perasaan ngeri dan takut
yang teramat sangat dalam diri mereka.
Lik-ling yang duduk disusunan panggung kayu tibatiba
membentak dengan suara dingin: "Besar amat nyali
kalian berdua, berani menghianati perkumpulan dan
mencoba melarikan diri.."
Belum lagi dua orang gadis tersebut membantah
tuduhan tersebut, kembali Lik-ling membentak lagi:
"setelah bertemu kaucu, kenapa tidak berlutut?" Dua
orang gadis itu buru-buru jatuhkan diri berlutut.
Dengan suara dingin sastrawan berbaju hijau itu
berkata pula: " Kalian bersekongkol untuk melarikan diri,
Kesalahan macam ini sudah cukup beralasan untuk
menjatuhkan hukuman mati buat kalian, sekalipun
mungkin perbuatan tersebut didasari alasan yang cukup
Rahasia Peti Wasiat 1 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Panji Wulung 3
^