Pencarian

Latahzan For Teens Love 2

La Tahzan For Teens Love Karya Sabil El Marufie Bagian 2


Dalam khazanah ilmu psikologi, kondisi mental Kang Harlan sebelum dia menyadari perilaku tak produktifnya merupakan upaya keluar dari comfort zone. Artinya, dia berusaha menyadari bahwa perilakunya dulu
tidak bermanfaat untuk masa depan. Comfort zone, memiliki arti zona perasaan bahwa dirinya merasa nyaman dengan segala sikap dan tindakannya. Padahal setelah keluar dari kebiasaan itu, dia menyadari bahwa hal seperti itu tak baik dan tak bermanfaat.
Rasulullah Saw. pernah bersabda. "Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, ia adalah orang beruntung. Barang siapa yang hari ini lebih buruk ketimbang hari kemarin, maka ia adalah orang yang celaka." Hadis ini secara tersirat memerintahkan umat Islam, termasuk kamu, untuk terus berbenah diri ke arah yang lebih baik. Caranya dengan menyadari bahwa kehidupan ini mesti diisi dengan aktivitas yang mengarah pada kebaikan yang bermanfaat untuk masa depan. Ketika Kang Harian berhasil keluar dari "zona aman", yakni ketidakteraturan hidup yang merugikan, dia sedang melangkah menuju perbaikan diri.
Dan, tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu merupakan bentuk cinta kita terhadap diri sendiri. Sehingga, dengan bermodalkan cinta terhadap diri sendiri ini, kamu akan terus berusaha memoles potensi terpendam dalam diri. Seperti kasus Kang Harian. Dia terus mencoba menggali potensi dalam dirinya berdasarkan prinsip-prinsip cinta. Seandainya dalam diri Kang Harian tidak terhunjam dorongan cinta, dia tidak akan menemukan keterpen-daman potensinya. Dia akan larut dengan kecacatan yang dideritanya.
Jadi. memang betul bahwa cinta orang yang satu ini bisa menghantarkan dirinya ke gerbang kemandirian
hidup. Itulah kemenangan yang diperolehnya selama menjalani kehidupan saat ini yang sedemikian ketat persaingannya. Terbukti, beliau mampu mengemban amanat pekerjaannya di MQ Corporation dan pernah memegang bagian SDM di sebuah stasiun televisi swasta.
Berkaca pada kisah penuangan hidupnya, kamu juga bisa melakukan hal yang serupa dengan kecintaan yang berbalut kemenangan. Sebagai seorang manusia cacat, ternyata Kang Harian tidak patah semangat Kecacatannya tidak juga menjadikannya sebagai manusia putus asa. Dia sangat bahagia dengan karunia yang diberikan Allah Swt. kepadanya.
Itulah contoh manusia yang bersyukur atas pem-berian Allah. Lantas, bagaimana dengan kamu" Mampukah kamu menjadi manusia yang penuh semangat dan bergairah menjalani kehidupan ini" Mudah-mudahan bisa. Dan. saya rasa kamu harus bisa. Kalau tak bisa. apa kata dunia"
13. Cinta Hamba kepada Tuhan
Sesungguhnya Dialah yang menciptakan (makhluk) dari
permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Pengasih.
-QS Al-Buruj (85): 13-14 Imam Ahmad bin Hambal merupakan salah satu dari imam yang banyak dijadikan rujukan dalam menetapkan suatu hukum Islam. Dia adalah murid kesayangan Imam Syafi'i yang sangat cerdas, saleh, dan rajin beribadah kepada Allah. Dia juga memiliki kebersihan niat, keteguhan mencintai-Nya. dan sangat diagung-agungkan oleh warga karena kemuliaan akhlaknya. Saking tak mau terjebak pada sikap riya. dia pernah berkata. "Aku akan pergi dari daerah sini agar tidak ada yang mengenaliku dan menyembahku. Karena aku takut setelah kematian-ku. umat akan menjadikanku sebagai tandingan Allah."
Ada beberapa kisah hidup Imam Ahmad yang bisa diteladani. Misalnya dalam keteguhan memegang niat. Suatu ketika, dia bersama muridnya, Yahya bin Main, pergi dari Irak ke Yaman untuk menemui Abdur Razaq. Maksud kepergiannya ke Yaman untuk mengambil riwayat hadis yang tersambung kepada Abdur Razaq. Namun, ketika sampai di Makkah. Yahya melihat Abdur Razaq sedang beribadah di Baitullah. Yahya pun berkata kepada Imam Ahmad. "Ya ... Syaikh, kita tanyakan saja kepada Abdur Razaq sekarang, daripada pergi ke Yaman."
Tanpa disangka, sang Imam menjawab, "Aku telah melangkahkan kaki dari Bagdad dengan niat menuju rumah Abdur Razaq bin Hamam di Yaman untuk menambah pahala dari Allah Swt. Aku tidak akan mengubah niatku ini."
Ahmad bin Hambal juga seorang hamba yang haus akan ilmu, dan selalu menulis hadis yang diamalkannya terlebih dulu. Dia rela mewakafkan hartanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Seperti yang pernah dialaminya ketika akan berguru kepada seorang syaikh, tapi kehabisan uang di jalan. Dia tidak menghentikan upaya pencarian ilmu itu. Dengan sekuat tenaga, dia rela menjadi kuli di pasar untuk mengumpulkan bekal Setelah uang terkumpul, dia pun melanjutkan perjalanan menuntut ilmunya itu.
Murid Imam Syafi'i ini iuga memandang cinta terhadap harta sah-sah saja, tapi harus proporsional, seperti yang pernah dikatakannya. Zuhud adalah tidak senang menerima dunia dan tidak sedih apabila mening-
galkan dunia. Aninya, ketika kita mendapatkan uang seribu didiam, misalnya, tidak terlalu bahagia menerimanya dan tidak sedih jika harta itu berkurang."
Dari beberapa gambaran pribadi Imam Ahmad tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa ketika dalam diri terhunjam asma Allah, manusia akan konsisten dan tenang. Kekonsistenan dalam diri adalah bentuk dari mencintai sesuatu hal, yakni untuk menjaga kepercayaan yang dicintai. Dalam kasus Imam Ahmad, dia mengharapkan bahwa dengan konsisten menjaga niatnya akan mengantarkan dirinya dicintai Allah. Cinta dalam pandangan Imam Ahmad mewujud menjadi ketaatan terhadap yang dicintainya, Allah Swt. Yang Maha Pengasih.
Dalam mewujudkan tujuan hidup itu, langkah pertama adalah mencintai. Sebelum dicintai Allah, sejatinya kita mencintai-Nya sepenuh hati dan jiwa. Seorang pecinta Allah, Rabi ah Al-Adawiyah mengatakan bahwa seseorang yang jatuh cinta kepada Allah akan mencintai-Nya dengan kerinduan untuk mematuhi segala kehendak Zat yang dicintainya. Dan, sebagai Pencipta Yang Maha Mencintai, Dia memi
liki sifat Al-Wadud. yang berarti mencintai secara lapang hamba-Nya. Kalau sifat ini diadopsi oleh kita dalam kehidupan sehari-hari, berarti dalam menjalankan aktivitas harus kosong dari kehendak buruk.
Ketika mengenakan sesuatu, para pecinta akan menjalankan segala pekerjaan dengan kepatuhan terhadap Allah sebagai hasil dari rasa kagum kepada-Nya Terlebih kalau kamu merasa memiliki banyak dosa dan telah lama sekali meninggalkan kewajibanmu atas-Nya. Dalam Al-Quran. Allah Swt berfirman. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pecinta (QS Hud [11]: 90).
Bukan hanya Rabi'ah Al-Adawiyah, Nabi Syu'aib pun merasa sangat takjub kepada Allah Dengan menye-but-Nya sebagai Al-Wadud. merupakan bentuk dari
rasa kagum Nabi Syu'aib kepada Sang Pencipta alam raya. Allah Swt.
Menurut Prof. Quraish Shihab. kata Al-Wadud bisa memiliki dua arti: sebagai objek dan subjek. Kalau sebagai objek, makna Al-Wadud adalah mencintai dan mengasihi, sedangkan sebagai subjek, Al-Wadud adalah yang dicintai.
Allah Swt., ketika melekatkan sifat Al-Wadud dalam ayat-ayat Al Quran merupakan penanda bahwa Dia harus dicintai dan akan membalas mencintai hamba-Nya. Cinta-Nya kepada hamba tidak akan terhitung jumlah dan kadarnya. Itulah wujud cinta Allah yang seluas alam raya yang mesti kita peroleh dengan cara mencintai-Nya terlebih dahulu. Cinta Ahmad bin Ham-bal tadi mengejawantah dalam sikap dan tindakan hidupnya. Segala aktivitas beliau selalu diarahkan untuk memperoleh ridha-Nya. Tidak ada tujuan lain selain untuk mendapatkan cinta Allah yang sangat indah untuk dikenang dan teramat nikmat dirasakan.
Ketika segala aktivitasmu dilandaskan kepada Allah, itu akan memengaruhi sikap dan tindakanmu ke arah yang lebih suci. Alhasil, hubunganmu dengan keluarga, harta, jabatan, dan lingkungan pun tidak akan berbentuk dominasi. Namun, berbentuk hubungan yang saling menenteramkan sebagai aktualisasi dari sifat Al-Wadud. yang pantas untuk diejawantahkan dalam kehidupanmu. Artinya, kamu harus bisa mencintai dan menjadi orang yang pantas untuk dicintai dengan menampakkan perilaku yang jujur, konsisten, amanah, dan tidak terjajah
oleh sesuatu yang bersifat material. Sebab, banyak terjadi hubungan antar-sesama manusia diakhiri dengan permusuhan ketika niat awalnya diorientasikan pada kekayaan dan jabatan. Setelah orang itu tidak memiliki apa-apa. Ia akan ditinggalkan.
Cinta hamba kepada Allah tidak boleh berbentuk seperti itu. Sebab, setiap hari dan sampai mati pun, kita akan terus membutuhkan cinta Allah Swt., tanpa kecuali. Seandainya cinta Allah tidak kita peroleh dalam kehidupan ini. sia-sia rasanya menggunakan napas kehidupan ini. Akan tetapi, saya yakin bahwa Allah akan tetap mencintai hamba-Nya meskipun telah berkubang dengan sejuta dosa dan salah. Ingat. Allah adalah Sang Pencipta alam raya yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai.
Jadi. wajib dong, jika sebagai hamba-Nya, kamu mencintai Allah dengan kepasrahan penuh menaati tata aturan-Nya di muka bumi. Maka. dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. posisinya sama dengan perilaku pecinta yang merasa kagum kepada yang dicintainya. Bukankah ketika kamu tidak ingin menyakiti hati seseorang yang kamu cintai, acapkali mengabulkan apa yang dimintanya" Begitu pun ketika kita mencintai Allah. Kita akan rela mati demi memperjuangkan apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang hamba Allah yang terkasih.
Kalau Allah bisa mencintai dan pantas dicintai oleh hamba-Nya. kenapa kita juga tidak bisa menirunya" Menjadi seorang hamba yang mencintai Allah dan memperoleh balasan cinta-Nya sehingga kita menjadi
hamba yang pantas dicintai manusia lain dan Allah semesta alam. Bukankah Allah Swt. berfirman. Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang (QS Maryam [19): 96)"
14. Bentuk Cinta Dahsyat Alam Raya
Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungg
uh-sungguh akan bersabar atas gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Hanya kepada Allah orang-orang yang benawakal, berserah diri.
-QS Ibrahim (14): 12 Siapa bilang kalau matahari, bulan, gunung, lautan, hewan, dan tumbuhan tidak memiliki rasa cinta" Sebagai ciptaan-Nya, mereka memiliki bentuk cinta masing-masing kepada Sang Pencipta alam raya ini, Allah Swt. Bentuk cinta mereka itu salah satunya adalah ketaatan menjalankan perintah yang diberikan kepadanya. Misalnya matahari, dari dulu sampai sekarang terbit dan timur dan tenggelam di barat. Selain itu, matahari juga rajin menyinari alam raya agar memperoleh secercah penghidupan.
Itulah wujud cinta matahari kepada pencipta-Nya. Ketika dirinya diperintah Allah untuk melakukan penyinaran kepada dua sejoli bunga di taman, ia manut tanpa ada penolakan. Ketika diperintahkan Allah untuk tetap pada orbit perputaran, secara konsisten sang surya berputar pada porosnya.
Kekonsistenan matahari mengerjakan perintah dan amanat Allah patut kita tiru agar muncul kesadaran atas kemahakuasaan-Nya. Salah satu upaya yang dapat menghantarkan kepada maqam (tingkatan) seperti itu adalah dengan menadaburi gejala-gejala alam yang menebarkan rasa cintanya secara khas. Cinta yang membuat bumi ini tetap pada porosnya dan membuat manusia bisa menjalankan aktivitas hidupnya.
Nabi Ibrahim adalah salah satu suri teladan bagi orang-orang yang mau mengetahui bahwa di balik peris-tiwa alam raya terselip kemahaesaan Allah. Sebelum diangkat sebagai nabi. Ibrahim melakukan pencarian siapakah Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi. Untuk ukuran orang sezamannya, beliau adalah manusia rasional yang membutuhkan pembuktian empiris atas praktik menyembah patung yang dilakukan umatnya. Beliau tidak puas dengan jawaban tokoh masyarakat waktu itu yang mengatakan bahwa menyembah berhala sudah dilakukan secara turun-temurun.
Maka pada suatu ketika, dirinya merasa penasaran untuk mencari Tuhan. Siapakah yang menciptakan dirinya" Itulah yang akan disembahnya dan diperlaku-kan sebagai Tuhannya. Kala waktu berganti malam, dia
pun melihat bayangan putih bulat yang menyinari malam. Itu adalah bulan. Beliau berbisik dalam hatinya. Inilah Tuhanku" Tapi, lama-kelamaan, bulan itu pun surut dan berganti sinar mentari dari arah timur menyorot daerahnya. Ah ... pasti ini Tuhanku, ia besar dan bercahaya, serta sangat gagah, bisiknya dalam hati.
Lagi-lagi, Ibrahim merasa kecewa karena ketika waktu berganti malam, matahari itu pun tidak terlihat kembali. Dengan kekecewaannya itu, beliau mulai berpikir. Pasti ada sesuatu Zat Mahaagung yang men-ciptakan bulan dan matahari. Mereka berdua sedang menjalankan perintah dari-Nya. Dialah Allah Swt.
Sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan menyertakan akal-pikiran, sejatinya kita merenungi setiap ciptaan-Nya. Sebab, dengan menafakuri seluruh pen-ciptaan di alam semesta oleh Allah Yang Mahakuasa, akan menebalkan rasa cinta kita kepada-Nya. Adapun hikmah atau pelajaran yang bisa diperoleh dari kisah tadi adalah betapa keyakinan membutuhkan pencarian. Itu tecermin dari tindakan Nabi Ibrahim yang sedang mencari kebenaran sehingga dengan keyakinan atas adanya Yang Mahakuasa di alam raya ini, membuatnya selalu mematuhi perintah dan larangan-Nya.
Manusia dengan alam memiliki perbedaan unsur dalam bahan dasar penciptaan. Seorang manusia di-
berikan akal. sedangkan alam-dalam hal ini matahari dan bulan-tidak diberikan akal. Ketika manusia lahir ke bumi dan semakin dewasa, ia memerlukan pencarian kebenaran dengan menggunakan akal sehatnya. Setelah mereka mengetahui kebenaran itu. tentu saja dalam dirinya akan terhunjam benteng keimanan yang kukuh untuk mencintai Sang Penciptanya. Dan, inilah yang disebut dengan ma'rifatullah, yakni terbukanya hijab antara seorang hamba dengan Allah Swt.
Ketika telah terbuka, akan muncul kepasrahan penuh untuk menunaikan ajaran yang telah digariskan dalam kitab suci Al-Quran dengan konsisten. Hal ini dilakukan juga oleh matahari yang terus mematuhi perintah Allah untuk tetap berada di pusat orbit. Sehingga, ketika Bumi
be rputar dan tidak terhalangi bulan. Bumi menjadi siang hari. Dan, bulan pun berperilaku sama. ia mematuhi perintah Allah untuk mengelilingi Bumi sehingga ketika dirinya menghalangi cahaya matahari. Bumi menjadi malam hari.
Nah. keteraturan itulah yang mesti ditiru oleh umat manusia. Terciptanya keteraturan ditentukan oleh sebesar apa cinta kamu kepada Allah. Ketika cinta kamu tidak mengarah kepada-Nya. secara otomatis tindakanmu akan melenceng dari garis yang ditentukan-Nya. Namun, ketika cinta dalam diri sebesar tak terkira kepada-Nya, itu akan memengaruhi tindakanmu di muka bumi. Ketika Allah memerintahkan manusia untuk menebarkan ajaran kedamaian, hal itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika diri-Nya memerintahkan umat manusia untuk melaksanakan shalat lima waktu, tentunya ditunaikan secara konsisten sebanyak lima kali sehari semalam.
Allah Swt. berfirman. Perhatikanlah matahari dan cahaya paginya: dan bulan yang mengambil cahaya darinya; dan siang ketika matahari cahayanya cemerlang ... (QS Al-Syams [91]: 1-3). Kalau dipahami, ayat ini memerintahkan gejala alam, yakni matahari yang menyinari Bumi dan bulan yang mengambil atau menghalangi cahaya matahari harus ditafakuri. Dan, arti dari matahari menyinari Bumi adalah penanda bahwa sebagai manusia beragama kita mesti menebarkan penghidupan kepada sesama dengan beralaskan cinta dan kasih sayang. Coba kamu pikirkan ketika Bumi ini tak mendapatkan
cahaya malahan. Tanaman tidak akan tumbuh subur dan hidup serasa berada dalam sangkar yang gelap gulita.
Akhirnya, kita meniadi manusia yang tak bisa berbuat apa-apa. Jadi. sebagai bentuk cinta kepada Allah
atas diciptakannya matahari. alangkah baiknya jika mulai mensyukuri nikmat ini. Sebab, rasa syukur merupakan wujud kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya atas anugerah yang telah diberikan. Nah, rasa syukur matahari karena telah diciptakan Allah itu berupa konsistensi terus menerangi planet-planet yang berada di sekitarnya, termasuk Bumi Jadi, menebarkan cinta kasih di antara sesama juga merupakan bentuk cinta kita kepada Tuhan. Itu juga kalau didasarkan pada niat yang suci. tulus, dan ikhlas.
Selamat memancarkan rasa cinta kamu ketika berinteraksi dengan orang di sekeliling. Dan. itulah seorang abdi yang dicintai Allah dan akan memperoleh keberkahan hidup tak terkira berupa balasan cinta dari seseorang yang kita cintai. Ibu. ayah. teman, saudara, tetangga, bos, karyawan, bahkan seluruh alam raya akan mencintaimu sepenuhnya. Amin.
15. Ditolak Bukan Akhir Segalanya
dan mungkin saja. kamu membenci sesuatu yang sesungguhnya menjadi sumber kebaikan bagimu, atau
mungkin saja kamu mencintai sesuatu yang sesungguhnya merupakan sumber kehancuran bagimu.... -QS Al-Baqarah(2):216
Ketika luapan cinta berbalas penolakan, dunia seakan menyempit hingga mengakibatkan hidup manusia merasa tak bergairah. Inilah fase ketika seseorang akan mengalami krisis cinta dalam dirinya (crisis of love), ia akan terkena perasaan yang bisa membunuhnya atau diistilahkan dengan "kehambaran cinta" yang terus mendekam! hati (jafa'al-mahabbah). Rasa kasih dan sayang dalam dirinya akan berubah menjadi kekecewaan-kekecewaan yang memicu kebencian. Tak heran jika orang yang ditolak cintanya kerap kali mencaci maki karena tak siap siaga ditolak cinta.
Dalam ayat tadi, jelas digambarkan bahwa tidak semua yang kita senangi bisa diperoleh. Oleh karena itu, ketika cintamu kepada seseorang tak bermuara, sebetulnya Allah sedang mengarahkan kamu untuk melabuhkannya di muara hati yang lain. Seandainya terus terlena dengan penolakan itu, berarti kamu telah membuat penghalang perjalanan hidupmu sendiri. Jadi, kalau ditolak cinta sampai bunuh diri segala, itu namanya tak cinta terhadap masa depan hidup. Orang seperti ini dalam ajaran Islam termasuk seorang manusia pengkhianat dan pengecut.
Pada masa penjajahan Belanda dulu, ada seorang anak pribumi miskin yang sekolah bersama anak-anak Belanda yang kaya raya. Pemuda itu. di kelasnya termasuk murid yang paling pintar, cerdas, suka berbicara, dan ganteng. Suatu ketika, dia jatuh ci
nta kepada seorang siswi di kelasnya. Namun sayang, siswi itu adalah seorang anak bangsawan Belanda. Karena dia sangat menyukai gadis itu. hatinya berbisik. Ah ... cinta itu tak mengenal strata. Kalau saya cinta kepada wanita itu, utarakanlah sebaik-baiknya.
Maka pada suatu hari, di tempat yang indah dia pun mengutarakan cintanya kepada sang wanita pujaannya itu. Wanita itu memang menyukainya juga. Tapi, karena ada perbedaan antara dirinya dengan sang pemuda, wanita itu pun menolaknya. Sang pemuda pun harus rela meninggalkan pelabuhan hatinya. Sejak saat itu, dia sangat membenci pemikiran feodalistik yang banyak
membeda-bedakan strata sosial di masyarakat. Terutama membenci kolonialisasi atau penjajahan.
Setelah lama berselang, sang pemuda pribumi itu kembali menyukai seorang temannya di sekolah menengah atas (HBS). Wanita itu menarik perhatiannya karena memiliki kulit bersih dan putih. Tapi, lagi-lagi cintanya tak mendapatkan muara di hati sang wanita dari etnik Cina itu. Sebab, pada waktu itu bangsa Indonesia atau pribumi berada pada tingkatan terendah dibandingkan bangsa Cina.
Namun, penolakan cintanya oleh sebagian wanita tak membuat sang pemuda kalah semangat dalam belajar. Berkat ketekunan menuntut ilmu dia pun mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi. Dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di Technich Holland School (THS) yang sekarang lebih dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Ya, pemuda tersebut pada 1945 menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia. Dialah Presiden Soekarno.
Keteguhan hati dan kekuatan jiwa pemuda itu memang patut diacungi jempol. Ketika Adolf Hitler tidak bisa menahan duka jika ada wanita yang menolaknya, Soekarno memiliki ketahanan mental sekuat baja. Tak heran jika bukti ketahanan mentalnya ini dia perlihatkan tatkala memimpin bangsa Indonesia yang baru merdeka selama 20 tahun (1945-1965). Ketika berceramah di atas podium Perserikatan Bangsa-Bangsa, dia bisa memukau ribuan mata yang hadir. Sehingga menurut sebagian kisah yang agak anekdotis, utusan dari Uni
Soviet waktu itu bertepuk tangan dengan kaki dan tangannya.
Terlepas dari absah dan tak absahnya kisah yang memuat pelajaran berharga bagi kita itu berani ketika cinta yang kita luapkan pada sesuatu hal. baik itu manusia, barang, dan segala sesuatu yang bersifat ben-dawi tak terwujud, bukan mengatasinya dengan kekecewaan. Sebagai seorang Muslim sejati, cinta Allah saja yang dikejar dan ingin diwujudkan menjadi nyata. Kalau saja dalam kehidupan tidak memperoleh pelabuhan cinta di sisi Allah, baru bisa dibilang kita akan kecewa. Tapi. kekecewaan itu bukan mengarah pada kebencian-kebencian, melainkan mengarah pada pengisian diri dengan amal saleh dan rajin mengabdi kepada-Nya.
Bagi para pujangga Persia, cinta dianggap sebagai eliksir (al-iksir), yakni semacam zat kimia yang selama berabad-abad dicari karena dipercaya dapat mengubah satu unsur ke unsur lainnya. Pujangga Timur itu mengambil alih istilah "eliksir" sebagai kata yang tepat untuk mengganti "cinta", karena berdaya gugah terhadap seseorang atau substansi. Maka. penolakan cinta terhadap pemuda itu telah mengubah dirinya untuk menjejali dirinya dengan cinta yang baru. Dengan demikian, ia pun mendapatkan semangat baru sehingga tidak mengganggu rasa semangat di dalam dirinya. Proses belajar pun tidak terganggu diakibatkan penolakan cinta yang sangat pahit.
Jadi, rumusan ketika cinta kita ditolak dan tidak mau terus-menerus hanyut dalam duka lara. tanamkan kem-
bali dalam diri rasa cinta pa-da objek yang berbeda. Tak salah dong. jika ada yang mengartikan cinta sebagai "eliksir". Sebab, mampu mengubah keadaan manusia dari satu sifat ke sifat lainnya.
Cinta, seperti yang telah dikemukakan adalah suatu energi yang bertalian dengan keaktifan yang memancar dan membentuk sikap hidup. Ini artinya, rasa cinta mampu mengarahkan manusia untuk bertindak menurut aturan-aturan. Dengan berpijak pada aturan agama inilah, setiap manusia bisa menghindarkan diri dari perangkap nafsu-nafsu hewani. Mengapa" Sebab, ketika rasa cinta yang dibangun berasal dar
i energi kebajikan, ia sedang menangguhkan diri atau bersabar menunggu waktu yang tepat sehingga muncul ketenangan rasa.
Orang yang memupuk dirinya dengan semangat hidup tidak akan terlena begitu cintanya tak bermuara. Menanamkan niat baik dan ketulusan dalam berbuat baik kepada semua orang, akan menciptakan keharmonisan dalam kehidupan. Dengan berbuat baik kepada orang, orang lain pun akan mencintaimu, kecuali orang yang mendasarkan gerak jasadnya pada kedengkian dan kebencian. Mereka pasti membencimu!
Andai kamu tidak memperoleh pelabuhan cinta di hati seseorang, jangan khawatir! Toh. di sekitar kita terhampar objek yang bisa kita cintai juga. Seperti yang dilakukan Bung Karno. dia mengalihkan kekecewaan cintanya menjadi bentuk kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sehingga bisa membuka cakrawala wawasannya dan menjadi seorang tokoh penting negara ini yang disegani oleh pemimpin negara lain. Itu semua karena dia seorang manusia yang teguh dan tidak gampang putus asa.
Lantas, bagaimana dengan kamu" Bunuh diri ketika ditolak cinta" Ih, amit-amit! Apa kata dunia"!!!
16. Cintanya Kahlil Gibran
Aku senantiasa mencintaimu sepanjang abad. Sungguh, aku terlalu mencintaimu sejak aku belum mengenalmu. Dan tak seorang pun yang mampu memisahkan kita. Engkau pun tak akan mampu mengubah hubungan kita. juga aku. juga Tuhan .... Di dunia ini engkau adalah wanita yang paling agung bagiku.
-Kahlil Gibran Siapa yang tak kenal Kahlil Gibran" pasti kamu tahu pengarang dan penyair sepanjang abad ini. Dia lahir pada 6 Januari 1883 di Beshari, kota badai, gempa, dan petir. Dia wafat pada 10 April 1931. Disinyalir, sejumlah karya Gibran dilatarbelakangi oleh kisah cintanya. Menurut sebagian kisah. Gibran pertama kali jatuh cinta kepada Hala Dahir. Namun, hubungannya tak direstui orangtua Hala. Dia ternyata dijodohkan dengan pemuda
pilihan orangtuanya. persis seperti tokoh Selma Karamy dalam Sayap-Sayap Parah.
Cinta sejati Gibran jatuh kepada seorang wanita bernama Mary Haskell. Dia juga jatuh hati kepada Gibran sehingga tumbuh benih-benih cinta di hati kedua insan ini. Pertemuan itu menghasilkan jalinan persahabatan sejati, sehidup semati, yang didasari oleh cinta platonik yang lepas dari nafsu berahi.
Mary Haskell menjadi seorang penyemangat Gibran, sekaligus pengoreksi karya-karyanya yang berbahasa Inggris.* Namun, cinta Gibran tak mau terikat tali perkawinan hingga Mary Haskell pun menerima pinangan lelaki lain.
Karena itu, sampai akhir hayatnya Gibran tak pernah menikah. Meskipun tidak sampai menikah, cinta mereka mendalam sekali. Hubungan cinta mereka melekat ibarat jiwa yang tak terpisahkan. Cinta Gibran kepada Mary tecermin pada 319 surat yang ditulisnya sebagai wujud kekaguman kepada seorang wanita bernama Mary Haskell. Begitu juga dengan cinta Mary. Dia sama-sama mencintai Gibran dan menulis 206 surat berisi jawaban atas cinta Gibran.
*Atas biaya Mary Haskell, pada 1908 Gibran berangkat ke Prancis untuk mendalami seni lukis. Ketika Gibran menimba ilmu di negeri asing pun, biaya hidupnya masih ditanggung oleh Mary Haskell hingga 1920. Karena mencintai Gibran. Mary Haskell berani berkorban meskipun harus merelakan gajinya berkurang demi kesuksesan orang yang dicintainya.
Gibran, dalam suratnya menulis,
Aku senantiasa mencintaiku sepanjang abad. Sungguh, aku terlalu mencintaimu sejak aku belum mengenalmu. Dan tak seorangpun yang mampu memisahkan kita, Engkau pun tak akan mampu mengubah hubungan kita, juga aku, juga Tuhan... Di dunia ini engkau adalah wanita yang paling agung bagiku.
Itulah bentuk cinta Gibran kepada Mary. Dengan bangunan cinta yang tercipta, pada 1923. buku Al-Nabiy (The Prophet) terbit. Sayangnya pada 1926. Mary memutuskan untuk meninggalkan Gibran.
Sampai akhir hayatnya, Gibran tetap mencintai Mary. Begitu pun Mary. Ketika mengetahui bahwa Gibran meninggal dunia, Mary menyempatkan diri melayatnya meskipun waktu itu suaminya sedang sakit. Tepatnya pada 10 April 1931, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah tiada, tapi keagungan cintanya kepada sang wanita, khusus
nya Mary Haskell, bisa dilihat dari karya-karyanya yang menyihir.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah cinta Kahlil Gibran. memang banyak sekali. Tapi. ada satu inti ajaran yang harus diingat oleh para pecinta sejati. Betapa tidak,
sebuah hubungan cinta tidak seluruhnya akan mewujudkan cita-cita untuk menyatukan raga dan jiwa. Seperti cinta Mary Haskell dan Gibran yang tak pernah menyatu secara ragawi, namun memiliki ikatan kuat dalam hati masing-masing. Hebatnya lagi, ikatan itu dibawa sampai mati.
Ketika Mary Haskell meninggalkan Gibran, tentunya karena ada perbedaan prinsip. Gibran, yang pada waktu itu masih belum merasa sukses, berkeyakinan bahwa belum saatnya menyatukan raga dan jiwa dengan Mary Haskell. Sementara itu, Mary Haskell karena takut menjadi wanita tua tak bersuami, langsung menerima pinangan lelaki lain. Jadi, tidak semua hubungan cinta yang dibangun seseorang bisa mewujud menjadi sebentuk pernikahan. Adakalanya hubungan cinta itu berbuah kegagalan.
Namun, Gibran tidak larut dalam kekecewaan. Dengan sabar dan telaten, dia berkarya untuk mengaktualisasikan dirinya. Meskipun tanpa Mary Haskell di sampingnya, tidak membuat Gibran menjadi manusia lemah. Dia terus-menerus melahirkan karya berbentuk cerita sastra yang romantis sehingga membuat para pembaca hanyut di kedalaman cinta Kahlil Gibran.
Dalam perspektif ajaran Islam, kecintaan terhadap sesuatu tak selayaknya membuat manusia terus berada pada kondisi malas. Apalagi ketika kegagalan menerpa cintanya. Tak semestinya terus bergiling gisik dengan tangisan kekecewaan yang mematikan kreativitas. Dari kisah percintaan Gibran tadi, kita bisa menyadari bahwa
tidak semua orang hebat sukses dalam segala hal. Dengan tidak menikah, misalnya. Gibran telah gagal melestarikan keturunannya sehingga darah kepenyairannya tak teralirkan kepada anak-anaknya.
Dengan kekuatan cinta yang abadi. Gibran berhasil membuat tembok pertahanan dalam jiwanya ketika hubungan dengan seorang wanita mengalami kegagalan. Tembok itu adalah kecintaannya pada seni lukis dan sastra Arab. Maka. secara cermat Gibran menjadi seorang manusia yang menyadari bahwa dia terdiri dari dua bagian.
Meminjam pendapat Plato, secara alami manusia terdiri dari dua bagian: jiwa dan raga. Tiap-tiap bagian itu memiliki kebutuhan, sifat, dan keinginan yang berbeda, berlawanan, dan tarik-menarik. Baik jiwa maupun raga mempunyai satu energi yang disebut cinta, tapi
orientasi beragam dengan ekspresi yang berbeda pula. Raga atau tubuh meluapkan cintanya dalam bentuk hasrat seksualitas. Sementara, jiwa mengejawantahkan cintanya dalam bentuk keinginan mengabadikan rasa cintanya. Itulah yang telah dipraktikkan Gibran ketika berpisah dengan pujaan hatinya. Dia meyakini bahwa meskipun cintanya tak menyatukan raganya dengan Mary Haskell, toh. masih bisa bersatu secara batin.
Tak heran ketika Gibran wafat. Mary Haskell rela meninggalkan suaminya yang sakit sebagai tanda masih memiliki ikatan batiniah yang dibenihi cinta tulus ikhlas. Itulah pengorbanan cinta yang sejati. Pengorbanan yang muncul dari kenangan masa lalu yang mereka rajut berdua yang tak terlupakan. Sehingga, ketika mereka berpisah, bukan kebencian yang menyeruak ke permukaan melainkan sebuah kerinduan untuk terus bertemu dengan sang kekasih.
Ini terjadi karena jiwa berhasil lepas dari penjara raga, yaitu saat kekuatan cinta yang terpancar dari unsur jiwa menguasai kekuatan cinta yang bersifat ragawi. Kata Plato, itulah cinta yang membawa kedamaian dan keselarasan (harmony), juga cinta sejati yang bersifat tetap, universal, dan dapat mengantarkan manusia pada "keabadian".
Lantas, apakah kita sebagai seorang manusia modern harus terjebak pada cinta berbalut ragawi" Cinta yang hanya mengagungkan nafsu hewani. Kalau kita
mengaku umat Muslim yang menganut kesejatian dan keabadian cinta Ilahi, kisah Gibran patut diteladani.
Kalau Gibran bisa mengalahkan cinta berbalut dorongan-dorongan ragawi, kenapa kita tidak bisa" Ah. saya yakin kamu semua bisa melakukannya. Asalkan, tertancap kuat di benak dan terhunjam di kedalaman hati sanub
ari bahwa cinta itu mesti ditujukan kepada sesuatu yang bersifat batini. Setelah itu, insya Allah arah cintamu akan terus tertuju kepada Allah Swt. yang mencintai hamba-Nya yang menjadi sang pecinta sejati. Seorang hamba yang menjadikan cinta dan kegagalan sebagai motivator pengembangan hidup ke arah yang lebih baik dan lebih berani. Seorang hamba-Nya yang senantiasa menjadikan cintanya yang luhur (the sublime love) dalam kehidupan yang dipenuhi berjuta keindahan.
17. Cinta Jalaluddin Rumi
Manusia tanpa hati dan akal budi hanyalah segenggam lempung dan tanah. Hanya cintalah yang dapat menjadikan hati dan akal budi itu berfungsi.
-Jalaluddin Rumi Jalaluddin Rumi adalah tokoh sufi paling terkenal di antara sufi yang lain. Sebab, dengan tarian suci yang diciptakannya, menyebabkan dia menjadi sesosok manusia lembut dan menyejukkan jiwa. Selain sebagai seorang sastrawan, dia juga tampil sebagai ahli tasawuf. Ketaatan dan kecintaannya kepada Tuhan mewujud ke dalam tarian-tarian sufi ciptaannya yang bergerak indah dan memiliki nilai filosofis yang dahsyat. Sebelum menjadi seorang pecinta sejati. Rumi adalah seorang guru agama yang dihormati warga, murid, dan pengikutnya.
Diceritakan bahwa pada usia 36 tahun, Rumi sudah bosan mengajar ilmu ibadah formal (fiqh). Dia sadar
bahwa pengetahuan fiqhiyah tidak akan mengubah kondisi kejiwaan muridnya. Rumi juga yakin bahwa ketika manusia ingin mengubah dirinya, ia harus mendapatkan pencerahan batin terlebih dulu. Sebab, dalam diri manusia terdapat suatu tenaga tersembunyi, yang bisa membawanya meraih kebahagiaan dan berwawasan luas. Tenaga tersembunyi itu disebutnya sebagai cinta Ilahi ('isyq).
Perjalanan ruhaniah Jalaluddin Rumi dalam mencari kekuatan tersembunyi dalam diri, bermula dari pertemuannya dengan seorang tokoh sufi bernama Syamsi Tabriz. Berikut kisah perjalanannya.
Suatu ketika, pada 1244- 1245, Rumi berjumpa Syamsi Tabriz. Dia adalah seorang ulama sufi dari Tabriz(Ibukota Daulah Ilkhan Mongol di Persia pada masa itu.) yang senang mengembara mencari makna hidup. Ulama agung ini juga adalah seorang fakir, yang tak memikirkan harta dan keselamatannya. Tak terlihat rasa takut dalam dirinya meskipun saat itu sedang marak peperangan di tempat yang dilaluinya. Isi khutbah Syamsi Tabriz ternyata memikat Rumi untuk mengagumi kepribadiannya. Ajaran yang disampaikan Syamsi Tabriz pun mengobati rasa putus asa umat Islam saat itu yang sedang berada dalam kekacauan akibat perang.
Kekuatan cinta Ilahi adalah inti ajaran Syamsi Tabriz. Dia juga mengajarkan bahwa dalam mengubah nasib, manusia harus berikhtiar dengan mengoptimalkan kekuatan cinta Ilahi. Ulama agung ini juga mengajarkan
agar senantiasa menyingkirkan kelemahan dan kebodohan dalam diri. Umat Islam tidak boleh terjebak pada keyakinan pasif, yang memasrahkan diri kepada takdir sehingga tidak dapat melakukan perubahan.
Ternyata, ajaran itu memikat hati Jalaluddin Rumi sehingga dia mengubah total kehidupannya. Sejak saat itu. Rumi tak pernah berpisah dari guru panutannya itu. Ke mana pun Syamsi Tabriz pergi, Rumi muda selalu mengikutinya.
Singkat cerita, dengan keintiman yang sedemikian melekat antara Rumi dan Al-Tabrizi, banyak menimbulkan kecemburuan dari masyarakat dan muridnya. Akibatnya, guru dan murid itu harus berpisah. Sang ulama luhur itu diusir oleh murid-murid Rumi yang tidak menyukai ajarannya di Kunya. Rumi. waktu itu. sedih dan kerinduannya terhadap Syamsi Tabriz memaksanya pergi meninggalkan Kunya untuk memperdalam ilmu tasawuf.
Pengalaman hidup yang ditimba dari Syamsi Tabriz inilah yang membuat bakatnya sebagai penyair hidup. Ketika dia berumur 37 tahun, lahirlah syair-syair yang indah bertemakan cinta dan kerinduan mistikal. Ini sesuai dengan yang dikatakan Syamsi Tabrizi, bahwa kekuatan cinta dapat mentransformasikan jiwa seseorang menjadi lain. Rumi bukan saja mengalaminya, melainkan melakukannya dengan sadar.
Kerinduan berbalut cinta kepada gurunya yang tak kunjung bersua sejak perpisahan itu, membuatnya mengalami keindahan cinta transendental atau cinta
ilahiah. Kare na kerinduannya tak kunjung berlabuh. Rumi kemudian mengakhiri pengembaraannya dan kembali ke Kunya untuk mengajarkan pengalaman ruha-ninya kepada murid-muridnya.
Perjalanan Rumi itu merupakan wujud dari laku yang didasan kekuatan cinta Ilahi. Maka. sejak itu. Rumi bukan saja masyhur sebagai ahli tasawuf dan guru ke-ruhanian. melainkan juga sebagai sastrawan agung dan budayawan terkemuka di Seantero dunia Islam.
Bagi kita yang suka menelaah karya sastra, akan menemukan semangat kenabian dalam puisi-puisinya. Sementara itu bagi seorang seniman yang menyenangi gerak estetik tubuh, bisa menyaksikan putaran-putaran transendental tarian suci Rumi.
Hikmah yang dapat kita petik dari kisah penalanan ruhani Rumi adalah kekaguman atas kepribadian seseorang bisa mengubah keyakinan dan perilaku. Sebelum Jalaluddin Rumi bertemu dengan Syamsi Tabriz, dia adalah seorang guru ngaji yang membahas soal hukum (fiqhiyah). Namun, aktivitas mengajarkan ilmu fiqh seakan meredup ketika dari dalam dirinya muncul kesadaran bahwa untuk memelihara manusia dan "kesesatan laku" harus berdasarkan kecintaan penuh kepada Allah.
Dan hal ini dia peroleh dari Syamsi Tabriz, seorang murid dari ayahnya sendiri, yang tidak mengajarkan ilmu tasawuf kepada "sang penari suci" sepanjang abad ini. Meskipun sang ayah tidak mengajarkannya, kedatangan Syamsi Tabriz membuat Rumi mengalami perubahan total dalam hidupnya. Kecintaan Rumi kepada Sang Khaliq menjadikannya rela mengikuti ke mana pun Syamsi Tabriz pergi. Dia berharap dapat mengambil pelajaran dari pergaulannya dengan ulama saleh dari Mongol itu.
Hebatnya lagi, Rumi mendapatkan ilmu tak terkira dari pergaulannya dengan sahabat sekaligus gurunya. Syamsi Tabriz. Lagi-lagi. persahabatan Rumi dengannya banyak tidak disukai orang banyak, yang mengakibatkan sahabat sekaligus gurunya itu meninggalkan Rumi sendirian. Dia kecewa, tapi tidak serta merta menjadi seorang manusia tak berguna. Dengan kegigihan dan kebulatan tekadnya, dia menyusul sang guru ke berbagai daerah, tapi tidak pernah dijumpainya. Nah, di perjalanan itulah dia mendapatkan aneka pelajaran yang bisa dipetik sehingga mencerahkan akal dan batinnya.
Dia pun pulang ke daerahnya dengan membawa oleh-oleh ajaran kasih-mengasihi antar-sesama manusia. Ajarannya pun tidak serta merta memisahkan antara cinta terhadap manusia dan terhadap kekasih abadi, Allah Yang Maha Pengasih. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw. bahwa cinta dan kasih sayang yang murni dan suci merupakan "cerminan" (emanasi) dari cinta dan kasih sayang Allah Yang Mahaluas. "Tuhan memiliki seratus rahmah (cinta dan kasih sayang). Satu di antara-
nya diturunkan ke dunia ini. Dengan satu rahmah itulah umat manusia (secara Fitrah) saling berbagi cinta dan kasih sayang" (HR Ahmad).
Uraian tadi men-coba memberi pemahaman kepada kita bah-wa mencari seorang guru dan sahabat yang bisa menghidupkan kekuatan cinta dalam diri adalah keniscayaan tak nisbi. Ketika kamu ingin mengasah diri untuk menjadi seorang kreator dan rajin menyembah-Nya, kehadiran kawan atau seorang ahli dalam bidangnya bisa mewujudkan keinginanmu. Jadi, inti dari menjalani kehidupan ini adalah untuk mencari kekuatan tersembunyi yang bisa menyemangatimu untuk terus melakukan perubahan ke arah lebih baik.
Ketika Rumi berputar-putar menari di jalanan adalah wujud cinta kreatif kepada sang guru dan Tuhan sehingga melahirkan tarian sufi yang indah dan menawan. Lantas, sudahkah kamu mencipta karya sebagai bentuk kecintaanmu kepada seseorang atau kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyukai keindahan karya manusia" Semoga saja sudah!
18. Kesucian Cinta Imam Al-Bukhari
Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
-QS Ali-'Imran (3): 92 Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan merupakan tanda kesucian cinta seseorang. Sebab, dengan memiliki pengetahuan yang luas seseorang akan bersikap bijak ketika mengurai sebuah persoalan hidup. Maka-nya, filsafat sebagai ilmu yang
diartikan jalan bagi pecinta kebijaksanaan adalah salah satu ilmu yang harus digandrungi anak muda. Dalam bahasa Latin, orang yang mencintai ilmu pengetahuan dikategorikan memiliki cinta yang phylos. Artinya, ia mencintai sesuatu hal yang dapat membuat dirinya menjadi manusia bijaksana.
Dalam kehidupan Imam Bukhari, wujud kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan bisa dilihat dari pengorbanannya dalam mencari hadis. Sampai ke segala penjuru dan menggunakan uang hasil keringatnya sendiri, Imam Bukhari mencari dan belajar ilmu. Itu dilakukan karena beliau sangat mencintai pepatah-pepatah bijak dari Rasulullah Saw. agar tetap bisa dinikmati seluruh umat Islam sepanjang abad.
Nama asli beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari. Dia lahir di Bukhara (Kini Uzbekistan), keturunan darah Iran, pada 194 H (810 M). Ayahnya wafat ketika dia masih kanak-kanak, dan ibunya membesarkan beliau sendirian. Sang ibu dengan kasih sayang mendidiknya dengan berlandaskan ajaran Islam yang baik.
Semenjak kecil, kecerdasan Imam Bukhari telah terlihat. Ketika usianya belasan tahun, beliau sudah menghafal 70.000 hadis Rasulullah Saw. Dia pergi menunaikan ibadah haji ketika berumur 16 tahun bersama ibunya. Setelah menyelesaikan ibadah haji, dia tidak langsung pulang ke daerahnya, tetapi berguru kepada ulama di Makkah. Maka, pada umur 18 tahun. Imam Bukhari menerbitkan bukunya yang pertama mengenai sahabat-sahabat Rasulullah Saw., dan buku sejarah bertajuk Al-Tarikh al-Kabir.
Demi mencari dan mempelajari hadis Rasulullah, Imam Bukhari rela menempuh perjalanan jauh. Dia pernah mengunjungi daerah Damsyik, Kaherah, Bagdad, Basra, Madinah, dan tempat lainnya yang biasa untuk mempelajari dan membincangkan hadis-hadis. Semasa di Bagdad pun. Imam Bukhari selalu berdiskusi tentang hadis dengan Imam Ahmad bin Hambal.
Dengan kepintarannya menghafal dan menulis, beliau menulis tentang 1800 orang yang meriwayatkan hadis Rasulullah Saw., dan hanya menulis mengenai mereka yang lulus ujian yang ditetapkan. Imam Bukhari mempunyai ingatan yang mengagumkan, dan sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan Islam tak tertandingi. Dia menuliskan hadis Rasulullah Saw. dalam kitab Al-Jami al-Sahih. Selama 16 tahun, dia menyelidiki 600.000 hadis dan memilih 7.525 hadis yang lulus seleksi kesahihan. Dia juga, sebelum menuliskan hadis, selalu menunaikan shalat dua rakaat terlebih dahulu untuk menjaga daya ingatnya.
Akan tetapi, popularitas Imam Bukhari menimbulkan perasaan iri hati di kalangan beberapa ulama sehingga akhirnya beliau diusir dari bumi Bukhara oleh gubernurnya. Dia wafat di tempat pembuangan pada malam Idulfitri, 256 Hijriah di Khartank dekat Samarkand. Dia meninggal dunia setelah memberikan warisan berharga untuk umat sebagai wujud kecintaannya pada ilmu pengetahuan dari Nabi Saw.
Inilah yang disebut dengan kesucian cinta Imam Bukhari. Dengan kecintaannya pada apa yang diucapkan, dilakukan, dan disetujui Rasulullah Saw., membuatnya berani berkorban dan rela melakukan perjalanan ratusan kilometer. Bayangkan saja, waktu itu belum ada transportasi modern seperti sekarang yang bisa mempercepat dan mempermudah perjalanan. Perjalanan dari Bandung ke Ciamis saja. kalau dengan menunggangi kuda, tidak akan ada yang sanggup, saya kira.
Lantas, bagaimana perasaan kamu ketika pergi ke sekolah" Banyak sekali anak muda sekarang yang tidak sungguh-sungguh mencari ilmu. Kalau datang ke sekolah atau kampus, paling-paling banyak nongkrongnya, ketimbang mencari ilmu di perpustakaan. Karena memiliki kesucian cinta terhadap ilmu pengetahuan. Imam Bukhari rela melakukan apa saja asalkan ilmu itu diperolehnya meskipun harus berjalan menuntun keledai atau unta melewati padang pasir.
Ternyata, kisah pengorbanan Imam Al-Bukhari ini mengindikasikan bahwa ketika kita mencintai sesuatu hal. kita akan sanggup berkorban agar sesuatu hal itu bisa diperoleh.
Jadi, agar kesucian mencintai ilmu pengetahuan bisa terwujud dalam dirimu, yakinkanlah hati bahwa menuntut ilmu merupakan perintah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat
manusia. Rasulullah Saw. pernah bersabda. "Menuntut ilmu itu diwajibkan kepada Muslim dan Muslimah. bahkan semenjak lahir sampai ke liang lahat." Nah, orang yang dalam kesehariannya mencintai aktivitas membaca, mengisi pengajian di masyarakat, berdiskusi, menghafal, dan menulis ide gagasannya, merupakan bentuk kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan.
Tinggal satu yang perlu dibenahi. Soal niat mencari ilmu. Apakah ditujukan kepada Allah semata, ataukah
kepada selain-Nya" Sebagaiseorang Muslim, yang
nasib bangsa berada dipundaknya. niatan yang harus dihunjamkan di kedalaman hati adalah mencari ridha Allah dan bisa memberikan kontribusi nyata
bagi masyarakat. Ketika kita mengkaji sebuah landasan teoritik keilmuan, misalnya, mem-
praktikkan dan mengamalkannya ketika berinteraksi dengan masyarakat adalah keniscayaan.
Itulah orang-orang yang mencintai ilmu pengetahuan secara bening, jernih, dan suci. tanpa ada embel-embel motif kesenangan duniawi. Sebab, ketika seseorang mencari dan mendapatkan ilmu. itu akan mengantarkannya menjadi manusia sejahtera dunia dan akhirat.
Apakah kamu menginginkannya" Oleh karena itu. mulai saat ini. terus cari dan pelajari ilmu pengetahuan agar kamu menjadi manusia yang meluas cakrawala pemahamannya sehingga menebarkan kedamaian dan ketenteraman sikap, serta tindakan yang bisa mengangkat derajat dinnya dan manusia lain.
19. Cinta Revolusif Ahmad Dahlan
Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar yang harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tapi mungkin juga engkau akan binasa. Wahai Dahlan. coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu. renungkanlah yang terdekat denganmu, dan tinggalkanlah yang lainnya.
-Maklumat Ahmad Dahlan Kalimat tersebut ditulis oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk mengingatkan fungsinya sebagai hamba Allah yang harus membuat perubahan dalam masyarakat. Dan perjalanan hidupnya, dia pun menemukan berjuta ilmu dan pelajaran yang akan digunakan untuk menyele-
saikan problem yang menimpa umat Islam waktu itu. Ketika memahami ajaran Islam, beliau mencoba untuk menyesuaikannya dengan realitas sosial. Maka. berdirilah organisasi Muhammadiyah.
Saya bukan mengajakmu untuk menjadi anggota Muhammadiyah. Namun, sekadar menyampaikan bahwa sang pendiri Muhammadiyah itu, K.H. Ahmad Dahlan. memiliki kecintaan terhadap Tuhan dan manusia sehingga mendorongnya untuk melakukan gerakan-gerakan revolusif dalam bidang agama. Dia mencoba menafsirkan ayat-ayat Al-Quran untuk kepentingan umat manusia. Tak heran jika dia banyak menimba ilmu dari pelbagai organisasi dan diwujudkan dalam gerakan dakwah yang menjawab kebutuhan umat. Misalnya, dengan mendirikan sekolah atau panti asuhan agar kalangan musad'afin bisa merasakan sepercik kesejahteraan dan ketenteraman hidup.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang. Dahlan dengan mudah diterima dan dihormati kalangan masyarakat. Dia aktif di berbagai organisasi seperti Jam-'iyatul Khair. Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Dia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al Quran dan hadis.
Pada 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah guna menunaikan cita-cita pembaha-
ruan Islam di bumi Nusantara. Perkumpulan ini berdiri pada 18 November 1912. Sejak awal. Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Oleh karena itu, atas jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan. Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 657 Tahun 1961."
Mengapa dia bisa melakukan perubahan seperti itu" Sebab, dia memiliki dorongan cinta "
revolusif". Aninya, sebuah rasa dalam diri manusia untuk melakukan perubahan-perubahan karena peka terhadap persoalan yang diderita umat dengan mengamalkan apa yang tersirat dalam Al-Quran dan hadis. Dia meyakini bahwa dengan memberikan pengabdian kepada bangsa, merupakan wujud kecintaan terhadap Allah. Ini dibuktikan ketika dirinya menulis peringatan atau maklumat di atas kertas buat memacu diri sendiri agar melakukan pertolongan kepada masyarakat sehingga dapat menggapai cinta-Nya.
Dalam perspektif Erich Fromm, cinta yang terhunjam dalam hati Dahlan, membuatnya memiliki "energi kreatif" untuk menggerakkan keterbelakangan umat.
Itulah yang dinamakan dengan hasrat untuk mengubah kondisi orang-orang yang dicintainya, yaitu bangsa dan umat Islam Indonesia. Cinta seperti ini juga lebih cocok dimasukkan pada kategori cinta terhadap kehidupan (biofilia). Alhasil, perilaku yang muncul dari sang pe-cinta adalah sesuatu yang membangun, menggerakkan optimisme hidup, dan menebarkan keselamatan bagi seluruh alam.
Cinta yang dibangun Ahmad Dahlan telah membahagiakan hati masyarakat miskin, dengan mendirikan lembaga-lembaga penyantun. Sebagai warisan kecintaan Ahmad Dahlan juga. sekarang banyak SMA Muhammadiyah yang memberikan biaya pendidikan murah untuk kalangan fakir miskin. Dia mewakafkan tenaga dan pikirannya agar tercipta kebahagiaan di tubuh bangsa Indonesia. Dia seakan telah mengamalkan sabda Nabi Saw. bahwa, "Barang siapa yang membahagiakan seseorang, maka ia telah membaha-giakan aku (Mu hammad). Barang siapa yang membahagiakan aku, ia telah membahagiakan Allah."
Oleh karena itu. sebagai sang pecinta sejati.
mengarahkan tujuan cinta ke arah yang bisa merevolusi kondisi umat adalah hal yang patut ditiru dan perjuangan Ahmad Dahlan Perjuangan yang tidak hanya melawan secara fisik bangsa penjajah, tapi melawan sesuatu yang tak terlihat jelas. Kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan tak akan pernah sirna dari muka bumi. kalau saja dalam diri manusia tidak terhunjam cinta ilahiah yang revolusif. Kecintaan yang dapat mengubah kondisi batin umat manusia ke arah yang positif dan mencerahkan kehidupan. Itulah sang pecinta revolusif ajaran Islam yang semestinya menebarkan keselamatan di muka bumi.
Cinta Ilahi dalam diri kamu akan membentuk kepri-badian yang sempurna sehingga tak ada kata dan ucapan yang tak sesuai dengan tindakan nyata. Hal itu akan terus mewujud menjadi karakter yang berdasarkan atas kecintaannya terhadap Allah Swt. yang mampu mengeluarkan manusia dari belenggu persoalan-persoalan hidup. Kalau cinta yang kalian anut sudah me-wujud menjadi hal-hal positif dan membangun, tak akan ada lagi kekerasan di muka bumi.
Kekerasan itu tidak hanya pukul-memukul dalam perkelahian, tapi juga kekerasan yang bisa mengakibatkan seseorang merasa inferior dan tak berguna di hadapan manusia lain. Maka, ketika kamu berinteraksi dengan sesama, menghargai dan menebarkan kebajikan sebagai aktualisasi cinta adalah ketaknisbian yang mutlak. Artinya, kamu harus menebarkan sikap, pikiran, dan tindakan yang bisa membuat orang lain merasa nyaman.
Contohnya, ketika ada temanmu yang tak bisa membayar iuran SPP atau membutuhkan pertolongan, sebagai seorang pecinta yang revolusioner, akan melakukan penanggulangan adalah langkah yang tepat. Itu juga dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dia dengan semangat perubahan dan pembaharuan, memberikan solusi berharga bagi bangsa Indonesia sehingga buah kinerjanya bisa dirasakan sampai saat ini. Dia tidak mencari kehidupan di organisasi, tapi mencoba menghidupkan organisasi agar terus memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
Rasulullah Saw. bersabda. "Ada tiga hal yang dengannya seseorang akan menemukan manisnya keimanan, yaitu saat Allah dan Rasul-Nya ia cintai melebihi yang lain. mencintai sesama dengan tulus karena Allah, dan benci untuk kembali pada kekufuran setelah dibebaskan Allah dari malapetaka itu sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam kobaran api". (HR Bukhari dan Muslim)
Kalau kamu tertarik dengan cinta ala K.H. Ahmad Dahlan, kenapa tidak menirunya" Saya yakin ba
hwa sebagai seorang manusia, kamu pasti bisa melakukannya. Tak percaya, silakan kamu mendirikan organisasi untuk pemberdayaan umat dan bangsa. Orang seperti ini baru layak memperoleh penghargaan di dadanya sebagai manusia pecinta luhurnya rasa cinta dalam dirinya. Itulah sang pencipta kedamaian di muka bumi. Apakah kamu termasuk sang pencipta kedamaian di muka bumi"
20. Kekuatan yang mengubah Kebencian
Amanda asked, "Do you have some words of wisdoms"" AT. Syamsi Ali said, "Amanda, you have searched it, and now you found it.
Why you have to be scared" You believe in God, and God is there to take your hands. Be confident in what you believe in."
Perasaan benci terhadap sesuatu hal ternyata bisa menimbulkan kecintaan yang sangat. Cinta, pada posisi ini menjadi kekuatan yang mengubah benci menjadi benar-benar cinta. Sehingga, membuat si pembenci, Amanda, sangat mencintai Islam sepenuh jiwa dan raga. Alhasil, setelah sekian lama dia mencurigai Islam, hijab kebenciannya menjadi sirna. Jadi, kebencian ternyata bisa dihilangkan ketika diri kita menyelami samudra keluasan Islam.
Kutipan kalimat pada pendahuluan tulisan tadi, diambil ketika Amanda yang non-Muslim sedang merasa
galau dan bimbang. Dia menganggap bahwa Islam merupakan ajaran damai. Namun, di satu sisi, dia membaca berita kekerasan terhadap sesama manusia yang dilakukan umat Islam. Kebenciannya pun semakin menggunung. Untung saja, suatu hari, dia pergi ke komunitas Muslim di New York untuk melakukan pengamatan atas ajaran Islam. Berikut ini penggalan kisah perjalanan Amanda dalam mencari kebenaran.
Sekitar awal September 2006 lalu, kelas Islamic Forum for non-Muslims kedatangan seorang gadis bule bermata biru. Dia duduk di salah satu sudut ruang dengan mata yang tajam, hampir tidak kerkedip dan bahkan memperlihatkan pandangan yang tajam. Ketika sesi tanya jawab dimulai, sang gadis itu mengangkat tangan, dan tanpa tersenyum menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan sebagian peserta ternganga.
Amanda, begitulah namanya, merupakan seorang non-Muslim yang merasa gelisah dengan ajaran Islam. Dia membenci ajaran ini sama seperti yang lainnya karena pencitraan yang buruk oleh media. Namun, kebenciannya tidak serta merta menutup Amanda untuk mendalami Islam. Sedikit demi sedikit kebenciannya berubah menjadi keraguan. Dia ragu, apakah kekerasan yang di-praktikkan sebagian umat Islam itu sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak" Tak henti-hentinya dia membaca buku dan mencari informasi tentang Islam di Internet.
Singkat cerita. Amanda mendatangi forum keislaman di daerahnya. Ini dilakukan untuk meyakinkan kebenciannya terhadap Islam itu benar. Tapi. setelah lama berdiskusi dengan sang imam. terbukalah hatinya. Rasa benci yang mendendam ternyata berubah menjadi cinta. Dengan mengetahui Islam secara objektif, dia pun akhirnya melontarkan pertanyaan kepada sang Imam.
"Do you have some words of wisdoms"' tanya Amanda.
M. Syamsi Ali. sang imam, menjawab, "Amanda, you have searched it, and now you found it. Why you have to be scared" You believe in Cod, and Cod is there to take your hands. Be confident in what you believe in."
Akhirnya, setelah berdiskusi dan mempelajari Islam, Amanda mengirimkan kembali e-mail-nya. Dia mengatakan bahwa dia berniat untuk secara formal mengucapkan syahadat. Maka, pada Senin (5 Maret 2007), dia pun mengikrarkan kalimat cintanya pada Islam.
Menarik sekali kisah masuknya Amanda ke dalam pangkuan Islam. Pertama kali mengenal ajaran Islam, justru diawali dengan rasa benci sehingga di benaknya muncul citra Islam yang keras. Namun, rasa bencinya itu tidak terus-terusan dipelihara Amanda. Dengan tekun dan tekad bulat, dia berusaha ingin membuktikan kebenciannya dengan mendalami Islam. Setelah sekian lama mendalaminya, citra keras yang dilekatkan pada Islam tersingkir dari benaknya.
Rasa benci dalam diri Amanda berubah menjadi sebentuk cinta. Nah, hikmah di balik kisah tadi adalah mencintai sesuatu membutuhkan pembuktian konkret. Tanpa mengetahui apa yang akan kita cintai, tentunya luapan cinta tidak akan betul-b
etul bermuara di tempat yang tepat. Ketika kamu berinteraksi dengan seseorang, misalnya, kalau terjebak dalam "pencitraan buruk" kepada orang, kebencianmu adalah kesia-siaan. Sebab, kamu belum melakukan cek and ricek.
Upaya mengecek apa yang dicitrakan terhadap seseorang adalah cara pertama agar kebencianmu berubah menjadi cinta. Manusia, termasuk saya dan kamu, tak boleh memendam ras benci yang mendendam terhadap sesuatu hal. Entah itu teman, orangtua, pekerjaan, sekolah, guru bahkan Tuhanmu. Semua rasa benci mesti disingkirkan dari dalam diri untuk mencapai kebahagiaan sejati. Sebab, modal utama untuk membahagiakan diri adalah
dengan memiliki rasa cinta, bukan memodali diri dengan rasa benci yang merugikan.
Coba kamu bayangkan ketika di hadapanmu hadir sesuatu yang dibenci" Saya kira. kamu akan meludah, menyingkir, bahkan
mengusirnya. Itu adalah perilaku yang berasal dari fobia atau rasa takut akibat kebencian terhadap sesuatu hal.
Istilah fobia merupakan perakan kecil dari rasa benci sehingga kamu takut bahwa seorang teman akan menyakitimu. Misalkan, kamu membenci si Udin karena- katanya-dia tak menyenangkan atau jutek. Maka, ketika si Udin berada di hadapanmu, muncul rasa jijik sehingga ada niatan mengusirnya.
Jadi, kamu pada posisi itu sedang mengidap "Udin-fobia" yang akan mematikan hubunganmu dengan seseorang. Ini disebabkan kamu telah termakan pencitraan jelek terhadap si Udin yang keabsahannya belum tentu benar.
Rasa benci itu sah-sah saja hadir dalam dirimu. Tapi, rasa itu tidak bersifat permanen atau abadi, ia (rasa benci) akan berubah ketika kamu menelusuri apakah benar orang tersebut layak dibenci atau tidak.
Ada pepatah bahwa ketika kita mencintai sesuatu atau apa pun, cintailah dengan sewajarnya sebab siapa tahu yang dicintai itu akan mengubahmu untuk membencinya. Dan, bencilah sewajarnya sebab siapa tahu yang dibenci itu akan mengubahmu untuk mencintainya. Oke kalau begitu, cintai dan bencilah sesuatu hal sewajarnya. Jangan berlebihan karena rasa itu akan membentukmu menjadi seorang manusia yang mengidap gejala fobia; rasa takut yang sangat terhadap sesuatu hal. Ketika kamu membenci, akan merasa takut berada di sampingnya. Begitu pun ketika kamu mencintai berlebihan. Kamu akan takut kehilangannya dan membuat kamu membenci orang yang akan mengambilnya.
21. Kebenaran yang Menyadarkan
Cinta adalah perasaan terpisah dari keagungan dan kesempurnaan ruh yang abadi. Ruh abadi yang pada dasarnya adalah sumber dan ~bumi pertiwi" yang bersatu padu dalam dirinya sendiri. Cinta adalah keterpesonaan dan keterpanggilan jiwa untuk mencari tempat asal-Nya yang hakiki dan asli.
-Ali Syari'ati Jansen H. Sinamo*, dalam buku sakunya menceritakan kisah penderitaan seekor anak kerang di dasar lautan. Suatu ketika, sang anak kerang itu datang kepada ibunya untuk mengadukan penderitaan yang ditanggung selama beberapa hari. Rasa sakit tak terkira dirasakan si anak kerang ketika sebutir pasir tajam seakan mengoyak-ngoyak tubuhnya yang merah dan lembek. Maka. sang ibu kerang dengan bijaksana memberikan pengertian kepada sang anak kesayangannya.
"Anakku," ujar sang ibu sembari meneteskan air-mata. "Tuhan tidak memberikan kepada kita (bangsa kerang) sebuah tangan pun sehingga ibu tak bisa menolongmu. Memang sakit sekali Anakku. Tapi. terimalah itu semua sebagai takdir alam. Kuatkanlah hatimu, jangan terlalu lincah bermain, dan kerahkan semangatmu untuk melawan rasa sakit tak terperi itu. Terakhir, tegarkan jiwamu. Anakku tersayang, seperti ketegaran yang dimiliki para pahlawan. Sekarang, balutlah pasir itu dengan getah dalam perutmu. Hanya itulah yang bisa kita (bangsa kerang) lakukan ketika ada sebutir pasir memasuki tubuh," ujar ibunya memberikan pepatah yang menyejukkan hati sang anak.
Anak kerang itu pun mencoba menuruti nasihat ibunya. Ada hasilnya, namun, masih terasa penh pedih merangsek ke dalam tubuhnya. Kadang, di tengah menahan pendentaannya atas rasa sakit itu, sang anak meragukan nasihat ibunya, ia putus asa. Tetapi, hanya itulah satu-satunya jalan untuk mengeluarkan diri dari penderit
aan yang memerikan, ia pun terus bertahan. Dengan bercucuran airmata, ia berusaha tegar, mengukuhkan hati. dan menguatkan jiwanya selama berbulan-bulan.
Tanpa disadarinya, suatu hari, sang anak kerang itu melihat sebutir mutiara telah terbentuk dalam dagingnya. Makin lama. mutiara tersebut semakin halus. Sungguh indah dan nikmat orang yang menyaksikan kejelitaan
dan keindahan yang dipancarkan sang anak kerang tersebut ia pun seakan terbiasa dengan rasa sakitnya. Kemudian, ketika masanya tiba. sebutir mutiara besar, indah, bercahaya, dan kukuh terbentuk dalam dagingnya. Si anak kerang, yang dahulu menangis karena menahan rasa sakit, sekarang telah berhasil mengubah sebutir pasir tak berharga menjadi mutiara yang banyak diburu orang-orang kaya. Deritanya selama ini telah berubah menjadi sebentuk mahkota kemuliaan yang membuat setiap manusia mengidam-idamkannya.
Begitu juga dengan kehidupan yang dijalani setiap manusia. Sebagai manusia, tentunya kita mesti menyikapi searif dan sebijak mungkin segala hal yang menimpa. Baik itu berupa penderitaan maupun kegembiraan Sebab, kehidupan itu bagaikan roda yang berputar, kadang penderitaan berada di hadapan kita. kadang juga kegembiraan yang menghampiri. Oleh sebab itu, agar dari kedalaman hati kiya lahir kekuatan, berusahalah untuk senantiasa ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupan Tuhan merupakan Sang Pemberi.
Ketika kita memiliki kekuatan, keikhlasan, dan semangat dalam diri. tentunya segala persoalan yang melilit kehidupan akan dihadapi arif dan bijaksana. Kita tidak akan pernah mencaci maki Allah, kehidupan dan takdir-Nya. Pencarian makna hidup atau kebenaran, kalau konsisten dilakukan akan melahirkan perubahan yang dahsyat dalam diri dan memukau mata tiap orang yang memandang. Seperti yang telah berhasil dilakukan sang
anak kerang dalam cerita yang saya kutip dan Jan-sen H Sinamo tadi.
ia (anak kerang) mampu bertahan di tengah-tengah kenes-tapaan hidup, penderitaan, dan kesakitan yang dideritanya. Hasilnya pun sungguh teramat fantastis, ia menjadi satu dari berjuta kerang yang berharga di mala orang banyak ketika kerang-kerang yang lainnya cuma disantap di pinggir jalan dan berada dalam gerobak yang bertuliskan. "Sedia Kerang Rebus" Sang anak kerang itu, setelah lama memendam penderitaan, akhirnya menemukan kebenaran makna di balik yang menimpa dirinya, ia menjadi kerang yang berbalut mutiara keindahan yang dihasilkan dari penderitaan.
Nah, manusia juga bisa menjadi makhluk sejati ketika dirinya mampu menemukan hakikat kebenaran dalam hidup. ia, tentunya dengan pribadi yang luhur akan mengundang decak kagum setiap orang. Hal itu terjadi karena ia bisa mengambil hikmah dalam setiap peristiwa kehidupan yang dilakoninya.
Jadi, inti dari perubahan ke arah kemuliaan hidup terletak pada seberapa besar perhatian kita pada setiap peristiwa yang menimpa. Kita akan menjadi seorang manusia yang tangguh, kukuh, dan berani menghadapi
kerasnya kehidupan sehingga membentuk kepribadian kita sekukuh dan sekuat baja.
Tipologi manusia tadi, tentu saja dicipta dan tercipta dari segala usahanya dengan berbekal kekuatan spiritualitas. Salah satu kekuatan yang mesti dimiliki seorang manusia yang menginginkan cerahnya hidup terus menghampiri, ia yakin ada Zat Yang Mahakuasa terus melindungi dan menaungi jalan hidupnya ke mana pun ia pergi. Tak heran jika ia pun terus berusaha seikhlas mungkin menghadapi berjuta derita yang datang bersimpangan.
Maka, untuk menciptakan manusia seperti itu, kita memerlukan media untuk menghadirkan sebuah pengikat spiritualitas antara diri kita dan Allah. Pener-paan diri dengan kepedihan akan menghadirkan ikatan spiritualitas dalam diri manusia. Dalam kitab Al-Quran juga, komitmen spiritual ternyata telah ada semenjak manusia berada di kandungan seorang ibu. Setelah berumur 40 hari dalam kandungan, ruh telah ditiupkan ke jasad manusia, dan pada saat itu kita berikrar, ... qalu bala syahidna ... (kami bersaksi bahwa Engkau (Allah) adalah Tuhan kami semua).
Kalau saja kita mengakui bahwa Allah itu adalah Sang Khaliq, tentunya segala perintah da
ri-Nya mesti dilaksanakan. Ary Ginanjar Agustian mengatakan bahwa dalam diri manusia harus terwujud prinsip hidup yang memandang masa depan (visioner) agar dapat meraih kemuliaan hidup, dan sudah semestinya manusia melengkapi diri dengan sebuah pengharapan akan keberhasilan di masa depan (futuristik). Dengan inilah
akan lahir motivasi-motivasi dahsyat hingga memicunya untuk bertahan meskipun berjuta penderitaan siap menghajar dan menerjang.
ia berubah menjadi manusia yang kokoh, kukuh, dan keukeuh-peuteukeuh* ketika mengharapkan kebenaran dan keridhaan Allah dalam kehidupan. Jadi, mencari hakikat kebenaran hidup adalah keniscayaan. Ketika hijab kebenaran hidup tersibak selebar-lebarnya, akan mengantarkan kita tetap berada di jalur terarah pada kasih sayang Allah. Dalam kondisi seperti itu, dari kedalaman hati kita akan muncul ketenangan, ketenteraman, dan kekhusyukan dalam menjalani kehidupan ini.
Jadi, carilah hakikat kehidupan yang benar guna menciptakan kekuatan dahsyat dan spiritualitas agung dalam diri sehingga aktivitas dipenuhi kebersemangatan yang memukau. Utamanya, dicatat sebagai kebaikan di sisi Allah dan bisa menjadi tabungan pahala bagi kamu di akhirat kelak. Amin ya Rabbal 'alamin!
*Keukeuh peuteukeuh berasal dari bahasa Sunda yang berarti kekonsistenan diri dalam menginginkan sesuatu hal, termasuk keinginan atau harapan berada di sisi-Nya.
22. Mukjizat Cinta Hakiki
Setiap kebahagiaan yang berakar ke luar, ia keropos, mudah dicabut, ia juga gampang diterbangkan angin kehidupan.
-Gede Prama Kebahagiaan seorang anak manusia mesti berakar kuat pada kecintaan yang penuh terhadap Allah Swt. Misalnya, ketika kita berkecukupan secara material tidak menjadikannya lupa atas orang sekeliling sehingga dalam menjalani aktivitas kehidupan, kita akan selalu menunduk dan tidak sombong serta takabur. Kekayaan pun akan menjadi sumber kebahagiaan yang menenteramkan jiwa. Itulah mukjizat yang dahsyat dari cinta hakiki.
ia, tentunya, tak akan merasa risi dengan harta yang dimiliki karena sebagian hartanya sudah dibersihkan.
Tak akan merasa dikejar-kejar hal duniawi. Pokoknya. kecintaan terhadap-Nya bisa membentuk seseorang menjadi manusia yang selalu menolong orang lain sebagai penanda bahwa ia mencintai hartanya secara proporsional. Ketika mengelola harta, ia melakukan perniagaan dengan Allah dan mengharap ridha-Nya. Maka, hartanya pun tak akan berkurang, tetapi terus bertambah.
Nabi Muhammad Saw. pernah berkisah. Ada seorang petani di Madinah. Dia berdiri di antara kebun kurmanya yang kering kekurangan air. Pohonnya kering tanda tidak subur dan tidak berbuah dengan baik. Dia khawatir, bila kekurangan air, kebun itu tidak akan memberi hasil maksimal untuk kebutuhan hidupnya dan keluarga. Dia memohon kepada Allah. Kedua tangannya, dia angkat setinggi mungkin seraya melafalkan doa kepada Allah agar diturunkan hujan.
Tak lama sejak itu, Allah mengirimkan awan untuk berkumpul Beriringan sedikit demi sedikit, awan berkumpul dengan cukup lebat di atas kebunnya. Sang petani tersenyum kegirangan. Hatinya berucap, Allah mengabulkan doa dan permintaanku tadi!
Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Terdengar olehnya suara berasal dari langit, "Wahai Awan. pergilah ke tanah si Fulan!"
Maka, berjalanlah awan ke arah lain, ke tempat yang tidak diketahui oleh si petani yang baru saja berdoa. Sang petani itu kesal, "Mengapa hujan tidak jadi turun di tanahku"" bisiknya. Dia pun berlari mengikuti ke mana
gumpalan awan itu berhenti Untuk mengetahui ke mana Dia akan menurunkan air hujan. Akhirnya, sampai di suatu tempat yang subur. Awan pun berhenti dan menurunkan air hujan di tanah tersebut.
Petani tersebut merasa heran ketika melihat ada seorang pria bersahaja yang sedang berdoa dan mengucap syukur kepada Allah karena telah menurunkan air hujan di tanahnya. Lalu. petani itu memanggil si pemilik tanah, Dia mengajukan pertanyaan. "Wahai Saudaraku, amalan apa yang membuat usahamu berkah sehingga kudengar dari langit yang memerintahkan menurunkan air hujan di tanahmu""
Si pemilik tanah pun menjawab
pertanyaan petani itu. "Rahasianya, setiap kali kebun dan tanah ini memberi hasil, hanya sepertiga darinya yang aku makan. Seper-tiganya lagi aku kembalikan kepada tanah ini sebagai tambahan modal. Lalu sepertiganya lagi. aku berikan kepada Allah Swt. sebagai infakku di jalan-Nya. Itulah amalan rutin yang aku kenakan sehingga membawaku menghasilkan berkah tak terkira."
Harta, dalam pandangan petani yang kedua, merupakan rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Dan, dia pun meyakini bahwa ada yang penting untuk ditunaikan ketika mengurus harta pemberian-Nya itu. Memberikan sepertiga dari hasil yang diperoleh untuk kepentingan kemanusiaan, yakni dengan infak,
sedekah, dan zakat. Itulah upaya pembersihan harta dari kekotoran sebagai wujud cinta hakiki kepada Allah Pada posisi kekayaan yang melimpah ruah. sebagai seorang Muslim kita diperintahkan untuk memberkahi harta tersebut dengan membenkan sebagian harta kepada yang hak menerimanya.
Kebahagiaan-salah satunya dengan kekayaan yang berlimpah-tidak membuat petani saleh yang kedua takabur. Setelah kecapekan mengelola tanahnya, dia menancapkan keyakinan itu semua atas bantuan Allah. Sebagai tanda syukur kepada-Nya. dia pun menyisihkan sepertiga dari hartanya. Pada posisi demikian, dia telah mencapai derajat sebagai pecinta sejati yang tidak menjadikan harta sebagai segala-galanya.
Meskipun dia sukses besar dari segi harta duniawi, itu tak membuatnya melupakan perintah Allah untuk menginfakkan sebagian dari hasil jerih payahnya. Sebab, dia yakin bahwa tanpa ada rahmat dari-Nya. segala usahanya tak akan membuahkan hasil. Itulah cinta sang petani kepada Tuhannya yang dibuktikan dengan menggunakan hartanya secara tepat. Akhirnya, sang petani itu pun memperoleh kebahagiaan sebagai imbalannya.
Gede Prama mengilustrasikan kebahagiaan sebagai sesuatu yang harus berakar kuat pada cinta. Orang Jepang, Korea, dan Cina-katanya-banyak berguru pada pohon bambu. Pohon ini kalau diresapi ternyata memiliki makna filosofis buat hidup. Beberapa sebab pohon bambu dijadikan guru kehidupan adalah pertama, pohon ini kukuh karena berakar kuat ke dalam tanah. Kedua,
pohon bambu juga terus segar dalam segala musim kendati tidak berbuah dan berbunga. Ketiga, semakin tinggi pohon ini semakin merunduk. Terakhir, pohon itu di tengahnya kosong.
Orang yang merasa dirinya cinta kepada Allah, maka hartanya akan diperlakukan sebagai media untuk menggapai ridha-Nya. Hidupnya pun bagaikan pohon bambu yang terus mengakarkan aktivitas kepada Allah. Bisa terus mempertahankan kesegaran hidup karena ia selalu berdoa atas apa yang diusahakannya. Dan, tidak berlaku sombong karena menganggap bahwa kekayaannya merupakan pemberian Allah Swt. Terakhir, di dalam dirinya kosong dari nafsu keserakahan menimbun harta benda layaknya pohon bambu.
Mencintai Allah dan berusaha mendapatkan cinta-Nya merupakan suatu kewajiban. Apalagi kalau kita mengaku sebagai sang hamba yang mengabdikan hidup kepada Allah. Seperti sabda Rasulullah Saw., "Cintailah Allah karena Dialah yang telah mencurahkan nikmat' Nya kepada kalian. Cintailah aku (Muhammad) karena cinta kalian kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena cinta kalian kepadaku" (HR Tirmidzi).
Sebagai tanda syukur kepada Allah, sudahkah kamu meluapkan kecintaan hakiki dalam hidup ini" Tidak terjajah harta kekayaan, tidak dikendalikan kekuasaan, dan tidak dikendalikan oleh kecantikan pasangan, serta nilai besar pada ujian. Tapi, semua aktivitas itu akan berkah jika kamu mengakarkan secara kuat pada tauhidullah. Itulah mukjizat yang bisa membuatmu bahagia sepenuh jiwa.


La Tahzan For Teens Love Karya Sabil El Marufie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mulailah dari sekarang meyakini bahwa segala aktivitasmu harus dipersembahkan untuk mengabdi kepada-Nya. Allah Swt. Yang Maha Pemberi dan Maha Mengasihi hamba-Nya. Setelah itu, bekerja dan ber-aktivitaslah kamu dengan penuh kejujuran tanpa terpasung kreativitas. Insya Allah, cintamu pada hidup akan menjadi mukjizat yang bisa mengubah kehidupanmu yang diridhai Allah. Amin ya Rabbal 'alamin!
23. Cinta Pengabdian Tanpa Henti
"Ya Allah, hamba mohon cinta-Mu dan cinta orang-orang yan
g mencintai-Mu. serta amalan yang mendekatkan pada cinta-Mu."
-HR Thabrani dan Tirmidzi
Rabi'ah Al-'Adawiyah mengatakan bahwa untuk
mencapai tingkat penghambaan yang tinggi kepada Allah diperlukan cinta. Kamu boleh setuju atau tidak tentang pemikiran seorang tokoh legendaris sufi wanita ini. Kamu juga boleh merenungkan kenikmatan cinta yang dipraktikkannya.
Tahu tidak, kalau dia selalu menghabiskan jatah waktu untuk beribadah dan berzikir kepada Allah semata" Bahkan pernah suatu waktu ada seorang ulama terkemuka hendak meminangnya. Rabi'ah AI-'Adawiyah malah menjawab. "Maaf Tuan. saya tidak bisa menerima pinangan Baginda karena cinta saya sudah dihabiskan untuk Kekasihku. Allah "
Lho. kenapa Rabi'ah Al-Adawiyah bertindak demikian" Sebab dalam pikirannya, cinta kepada manusia hanya akan menghabiskan waktu untuk memalingkan ibadah kepada-Nya. Tidaklah heran jika dia hanya mengharapkan cinta Allah.
Pada posisi itu. dia sudah sedemikian cinta, rindu, dan ingin berbicara dengan Allah layaknya sepasang kekasih. Inilah salah satu kenikmatan dalam ibadah yang dipegang Rabi'ah Al-Adawiyah dalam memahami cinta.
Imam Al-Ghazali dalam Mahabbah mengatakan. Allah adalah yang paling berhak menerima cinta (mustahiq mahabbah). Mahabbah atau cinta pada Allah merupakan puncak beragama. Setelah sampai ke puncak mahabbah. tidak ada lagi pendakian. Setiap manusia yang mencapai tingkatan cinta seperti itu yang dirasakan hanyalah kerinduan (syauq) dan kemesraan (uns). Mahabatullah merupakan penyerahan diri kepada Allah secara total.
Menyandarkan segala sesuatu itu hanya kepada-Nya dan mengutamakan ketaatan kepada-Nya pula sehingga kamu mencintai Allah dengan segenap hati dan jiwamu. Cinta seperti ini merupakan puncak kenikmatan ruhani. Hatimu tidak merasa memiliki kenikmatan kecuali menjadikan kecintaan kepada Allah dan rasul Nya di atas segala-galanya. Jika sudah terjalin cinta antara seorang hamba dengan Tuhannya. Allah akan memberikan apa yang dibutuhkan hamba-Nya.
Seperti yang dilakukan Rabi'ah Al-Adawiyah. cintanya kepada Allah telah mengarahkan jalan hidup-
nya sehingga seluruh gerak jasadnya tercurah untuk-Nya. Dia telah mendaki puncak cinta yang tak bertepi sehingga merasa tak pantas menjalin cinta dengan sesama manusia. Sebab, hatinya takut terbagi menjadi dua. Cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia. Dia pun berlari-lari di jalanan dekat pasar seraya meneriakkan rasa cintanya kepada Allah, hanya sekadar untuk meyakinkan umat bahwa segala aktivitas ibadahnya bukan karena berharap surga dan menghindari api neraka.
Ibadahnya Rabi'ah Al-Adawiyah adalah ibadah yang dilandasi rasa cinta menggebu kepada Sang Khalik Yang Maha Mencintai. Maka, yang muncul dari seluruh desah napas hidupnya adalah keabadian beribadah. Seluruh denyut nadi bertakbir mengagungkan kemaha-agungan Sang Pencipta kehidupan. Allah Rabbul Izzati.
Saya yakin, kamu tidak akan mampu meniru cintanya beliau. Namun, paling tidak, kamu harus mencoba menomorsatukan cinta kepada Allah dibandingkan yang lainnya. Rada posisi demikian, cinta yang hanya diniatkan untuk menggapai ridha Allah akan menenangkan suasana batin.
Kita jangan terjebak atau mau diperbudak cinta yang menggelapkan alam pikir. Kalau kamu gelap mata dan hati karena cinta, itu tandanya kamu tidak mendasarkannya kepada Tuhan Yang Mahasuci. Jadi, biar tidak terjebak dengan cinta klise atau palsu, saya sarankan, cinta itu harus diikuti dengan cinta hablum minallah (cinta kepada Allah) dan cinta hablum minannas (cinta kepada manusia).
Dengan hanya mengutamakan cintamu kepada Allah, cintamu pun akan menukik di kedalaman hati. dan jiwa rasanya terbang ke awang-awang. Buktinya. Rabi ah Al-Adawiyah. Di kedalaman hatinya terpatri asma Allah sehingga dia merasa belum mampu menjalin cinta dengan orang lain. Makanya, ketika seorang ulama besar sepangkal Hasan Al-Bashri hendak meminangnya, dia segera menolak secara halus.
Hal ini berbeda dengan kamu. Cintamu kebanyakan menjauh dari Allah, malahan dekat dengan setan. Itu tandanya, cinta kamu akan terkontaminasi dengan ke-sesatan. Misal
nya, bisa dilihat dari praktik cinta berikut ini.
Pertama. cinta berlebihan pada harta. Dalam otakmu hanya ada harta. Ingat, harta merupakan biang kerok dari bertebarannya kerakusan. Coba kamu saksikan seorang
rentenir yang memin jamkan uang bukan atas dasar kemanusiaan, melainkan atas kalkulasi untung rugi. Bukannya menolong, melainkan malah mencekik kaum miskin. Mereka sangat mencintai harta secara mem-babi buta. Tak sedikit pun
menyisakan cinta kepada sang Ilahi Rabbi. Akibatnya, segala aktivitas hidup menjadi laku eksploitasi terhadap orang di sekitar.
Kedua, cinta berlebihan pada tahta. Seorang politikus, misalnya, rela menggadaikan rumah hanya untuk memuluskan jalan menjadi seorang pejabat. Namun, setelah duduk di kursi empuk kekuasaan, mereka lupa terhadap rakyatnya. Orang seperti ini tidak menancapkan dalam diri bahwa kekuasaan adalah amanat yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, kejujuran, dan penegakan kebenaran.
Ketiga, cinta berlebihan kepada pasangan. Misalnya, pemuda yang rela meninggalkan keyakinan agamanya hanya karena sang wanitanya beragama lain ia tidak mencintai agama dan Tuhannya seikhlas mungkin. Sebab, kalau ia yakin, hal itu tidak akan membuatnya menggadaikan keimanan hanya karena sang wanita berbeda agama. Jadi, cintanya kepada agama tidak ikhlas, ia mengharapkan cinta manusia dengan cara menyingkirkan cinta kepada Allah Swt.
Ketiga bentuk cinta tadi, akan membuat sempit pikiran ketika harus memaknai hidup ini. Makanya, dengan menyebut nama Allah, kita seolah sedang melaksanakan proses tazkiyatun nafi (menyucikan jiwa) dalam mem-praktikkan cinta. Seperti yang diucapkan seorang tokoh sufi. Jalaluddin Rumi. Dia berujar manis, "Jika kau bukan seorang pecinta, jangan pandang hidupmu adalah hidup sebab tanpa cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada hari perhitungan nanti. Setiap waktu yang
berlalu tanpa cinta akan menjelma menjadi sesosok wajah yang memalukan di hadapan Tuhan."
Jadi, cinta merupakan pangkal dari setiap perbuatan yang menentukan baik dan buruknya perbuatanmu. Maka, setiap kehendak yang menghalangi kesempurnaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, itu akan menghambat kesempurnaan pribadimu. Hal itu juga akan menghalangi pangkal dari iman atau paling tidak melemahkannya. Dalam Al-Quran Surah Al-Syu'ara' ayat 75-77, Allah Swt. berfirman, Ibrahim berkata, "Maka apakah kamu telah memerhatikan apa yang telah kamu sembah, kamu dan nenek moyang yang terdahulu" Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhmu, kecuali Tuhan semesta alam ..."
Nabi Ibrahim telah menjadikan persahabatan dengan Allah dan membersihkan diri dari setiap sesembahan selain Dia sebagai kebenaran akhir. Kebenaran akhir itu adalah La Ilaha Illallah (tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Kalimat inilah yang diwariskan oleh kaum Hunafa' (Nabi Ibrahim) kepada umatnya sampai hari Kiamat nanti.
Kamu mestinya memiliki rasa cinta kepada Allah melebihi apa yang kamu miliki sekarang. Sebab, yang kamu miliki sebenarnya adalah kepunyaan-Nya yang harus dikembalikan. Harta, tahta, dan pasangan hanyalah amanat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Mungkin sampai hari ini kita dekat dengan Allah ketika ditimpa suatu persoalan hidup, dan lupa kepada
Sang Khalik ketika mendapatkan kesenangan. Maka ingatlah, sebaik-baiknya manusia ialah orang yang dekat dengan Allah ketika dalam kesenangan dan kesusahan. Itulah yang dinamakan dengan pengabdian cinta tanpa henti (the eternal of love).
EPILOG Revolusi atas Nama Cinta Dalam satu buku. saya pernah membaca bahwa Kahlil Gibran tidak menikah karena dia salah seorang penganut ajaran cinta gaya agape. Dorongan-dorongan seksual Kahlil Gibran disalurkan menjadi sebentuk karya tulis yang dahsyat, agung, mencengangkan, bahkan legendaris banget. Ini yang secara teoretis Sig-mund Freud menyebutkan dengan upaya "sublimasi". Apa itu sublimasi" Ya, sederhananya adalah penyaluran hasrat cinta dengan cara mengalihkannya pada objek lain.
Kahlil Gibran, telah berhasil menciptakan karya yang sampai saat ini terkenal d
an memengaruhi umat manusia di seluruh dunia. Karya beliau, baik roman, puisi, atau cerita-cerita naratif yang magis adalah luapan seksual yang tersalurkan secara benar. Cinta dalam
bentuk ini telah melahirkan karya yang tak terkira. Ya. cinta yang bergerak ke luar dirinya. Model cinta seperti ini juga muncul dari kesadaran sebagai puncak evolusi manusia. Cinta merupakan kunci untuk mengarahkan diri melakukan evolusi yang sulit, ke arah "makin mantapnya kepribadian yang dimiliki". Untuk kasus Gibran. dia "terlempar keluar dari cinta diri dan mulai mengeluarkannya untuk orang lain" lewat penciptaan karya sastra.
Satu lagi, adikarya yang diciptakan karena besarnya rasa cinta, yaitu bangunan Taj Mahal di India. Kemegahan dan keindahan Taj Mahal merupakan luapan cinta Raja Shah Jahan kepada istnnya Mumtaj Mahal.
Banyak lagi karya anak manusia yang eksis sampai hari ini karena didasari rasa cinta mendalam kepada Tuhan, hidup, dan pasangan hidupnya. Mereka, menurut saya. telah berhasil memoles cinta dengan hal yang berbau spiritualitas. Artinya, mereka mampu mengalihkan tujuan pengungkapan cintanya ke dalam bentuk yang lebih kekal atau abadi. Mereka juga mampu menghargai sesuatu yang layak dicintainya sepenuh hati. Tidak ada motif lain yang bersifat material. Pokoknya, tulus nan ikhlas adalah landasan dalam mengukuhkan rasa cintanya hingga mampu menciptakan keindahan karya. Itulah apa yang saya namakan revolusi atas nama cinta. Dorongan cinta pada suatu objek yang dicintai dapat mengubah sesuatu yang tak berani menjadi lebih berarti.
Revolusi atas nama cinta adalah mengubah perilaku dengan maksud agar yang dicinta menyukai dan men-
cintaimu. Mengapa demikian" Sebab, tak pelak lagi kalau orang yang sedang dimabuk rasa cinta dalam diri, akan melakukan apa pun yang disukai oleh yang dicintainya, ia menjadi takut melanggar pantangan yang tidak sesuai dengan kehendak yang digariskan sang pelabuhan cintanya. Tak heran jika ada seorang pemuda yang berhenti merokok gara-gara wanita pujaannya tak suka kepada orang yang merokok.
Dalam pandangan ilmu tasawuf, ketika seseorang merasa takut kepada yang dicintainya, ia akan melakukan upaya penghitungan diri (muhasabah). Aktivitas muhasabah tidak akan berjalan dengan baik apabila dalam dirinya tidak memiliki rasa khauf dan raja'. Padahal menurut Al-Muhasibi. pangkal dari introspeksi diri (muhasabah) adalah khauf (rasa takut) dan raja' (pengharapan).
Khauf adalah kesakitan hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa diri pada masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah orang berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan. Sementara, raja' diartikan sebagai pengharapan atau optimisme, yaitu perasaan senang hati karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi. Orang yang berharap dan berpenantian akan taat dan mencegah diri dari maksiat. Raja' menuntut tiga hal. Pertama, cinta kepada yang diharapkan. Kedua, takut bila harapannya hilang. Ketiga, berusaha untuk mencapai pengharapannya.
Khauf dan raja' saling berhubungan. Kekurangan rasa khauf menyebabkan seseorang lalai dan berani berbuat maksiat. Sedangkan khauf yang berlebihan akan menjadikannya putus asa dan pesimistis. Begitu juga sebaliknya, apabila sikap raja' terlalu besar, hal ini akan membuat seseorang menjadi sombong dan meremehkan amalannya karena terlalu optimistis.
Nah, orang-orang yang mencintai Allah Swt., akan melakukan upaya muhasabah dalam aktivitas kesehariannya. Dalam kisah yang saya sertakan di setiap subjudul, kebanyakan manusia berhasil cintanya dan menemukan kesuksesan tatkala dirinya sudah bermuhasabah. Ketika dirinya tersadar dari ketidaktepatan perilakunya.
terjadilah revolusi dalam hidupnya. Mereka berubah menjadi orang-orang yang tepat mengaktualisasikan pe-rasaan cintanya. Itulah yang saya maksud dengan revolusi atas nama cinta.
Sebuah dorongan dahsyat yang dihasilkan rasa cinta akan mampu mengubah sikap, tindakan, dan pola pikir seseorang menjadi lebih baik. Sebab, seperti seorang anak manusia yang telah merasakan nikmatnya muhasabah, ia
akan berhati-hati dan waspada terhadap segala sikap dan tindakan yang bisa mencelakakan dirinya. Muhasabah itu semacam koreksi dan kontrol diri yang harus dilakukan oleh sang pecinta sejati di muka bumi, termasuk kamu.
Jadi, revolusi diri akan terwujud tatkala dalam diri kamu ada secercah rasa khauf dan raja' sehingga hidupmu akan lebih terarah. Sebagai seorang pecinta sejati.
melakukan muhasabah (koreksi atau mengontrol diri) adalah keniscayaan. Dengan cara inilah, akan selalu tampak pada diri kamu perbuatan apa yang baik dan etis untuk dilakukan. Alhasil, kamu tidak akan melakukan suatu perbuatan jahat meskipun kecil mudaratnya.
Karena itu, sangat beruntung orang yang selalu mengontrol perbuatannya, apalagi kalau meyakini semua amalnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Kamu, tentunya akan menjadi seorang hamba yang mampu melakukan perubahan secara cepat ketika terhanyut dalam kebebalan moral. Dalam keyakinanmu hanya tertanam "la" yang berarti tidak ada kecintaan hakiki, dan kata "illa" yang berarti kecintaan terhadap Tuhan. Inilah semangat tauhid yang mampu mengubah tindakan sekejap mata.
Mengatakan tidak terhadap penjajahan cinta yang tak abadi dan non-ilahiah. Dan. kamu pun meyakini untuk mengingkari segala bentuk "cinta semu" demi menggapai kecintaan abadi Ilahi Rabbi. Kemudian, kamu memproklamasikan diri sebagai hamba yang menunjukkan niat dalam segala hal hanya kepada Allah. Setelah itu. akhirnya Sang Pecinta berusaha mewujudkan apa yang dijelaskan dalam kitab suci dan Sunnah Nabi menjadi sebentuk tindakan bajik.
Revolusi atas nama cinta harus diarahkan kepada Allah semata. Sebagai bentuk pengingkaran pada tujuan
yang tak abadi dan mengarahkan diri kamu agar tetap melakukan amal saleh dengan berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam ketika berinteraksi dengan realitas sosial. Itulah yang dikategorikan sebagai manusia revolusioner plus pecinta kesejatian dan keabadian dalam hidupmu.
Bukankah dalam Al-Quran dialaskan. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Perumpamaan itu diberikan bagi orang-orang yang berpikir (QS Ibrahim [14]: 24-25).
BONUS Analisis Wawancara Cinta Ini adalah bagian khusus yang saya persembahkan agar kamu bisa membuka cakrawala pemahaman tentang cinta. Kamu mesti menjawab setiap pertanyaan dengan jujur dan apa adanya untuk membuktikan bahwa cinta itu dipahami oleh orang-orang secara berbeda.
1. Bagaimana sikap kamu ketika ada tetanggamu yang berbeda agama" Sebutkan alasannya!
2. Apa yang akan kamu lakukan ketika ada provokasi untuk menghancurkan tempat ibadah warga yang divonis sebagai aliran sesat" Jelaskan alasannya!
3. Menurutmu benar atau tidak bahwa persahabatan, memelihara kedamaian, dan menjaga alam merupakan bentuk cinta" Alasannya"
4. Ketika kamu menyukai sesuatu hal, apa yang menjadi tujuannya" Berikan alasannya!
5. Suatu ketika, kamu sedang berjalan di trotoar. Kemudian, kamu melihat pengemis yang berpakaian compang-camping. Apa yang akan kamu lakukan" Memberinya uang atau membiarkannya" Berikan alasan yang logis!
6. Apakah semua yang kamu lakukan tadi merupakan wujud kecintaan atau bukan" Alasannya"
7. Kalau begitu, apa pengertian cinta menurut kamu"
Kepustakaan Abu Dzacky, Doa-Doa Cinta: Kumpulan Doa Terpilih untuk Meraih Cinta Barakah, Bandung: DAR! Mizan, 2007.
Andreas Harefa, 'Menjadi Manusia Pembelajar", Kompas, 2002.
Amin Rais, Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan, Bandung: Mizan, 1998.
Bill, "Suhaib bin Sinan Budak Persia yang Menjadi Imam Masjid", Alkisah, no. 18, 30 Agustus-12 September 2004.
Cik Hasan Bisri, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, t.t.
Florance, Cheri L. dan Marin Gazzaniga, Maverick: Kisah Seorang Ibu Menolak Diagnosis Autisme atas Putranya, Bandung: Qanita, 2005.
Gede Prama, Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan: Mengolah Bencana Menjadi Vitaminnya Jiwa,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Giddens, Anthony, Transformation of Intimacy: Seksualitas, Cinta, dan Erotisisme dalam Masyarakat Modern, Yogya-karta: Freshbook, 2004.
Gustiana, "In The Name of Love' Liku-Liku Cinta dari Dua Keluarga", Pikiran Rakyat, 13 April 2008.
Habiburrahman el-Shirazy, "Di Atas Sajadah Cinta", Basmala dan Republika, 2007.
Herron. Ron dan Val J. Peter. I Love Me: Gimana Jadi Remaja Pede n' Smart, Bandung: Kaifa, 2003.
Indah, "Kukayuh Semangat Hidupku dari atas Kursi Roda", h.7, Tabloid MQ. no. II. vol. 5. Maret 2005 Muharram-Safar 1426 H.
Shorsm John. Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi, cet. ke-4. Bandung: Mizan. 2007.
Sinamo, Jansen H., Dari Pasir Menjadi Mutiara, Yogyakarta: Gradien Books. 2005.
Tarbawi, edisi 68, th. 5/Rajab I424H/18 September 2003.
Yasraf A. Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Millenium Ketiga dan Matinya Posmo-dernisme, Bandung: Mizan, 1998.
Tentang Penulis Sabil el-Ma'rufie aslinya bernama Sukron Abdilah. Dia lahir 22 Maret 1982 di Garut. Anak ketujuh dari delapan bersaudara ini rajin berkarya karena untuk meluapkan rasa cinta.
Aktivitas kesehariannya diisi dengan kegiatan menulis artikel di media massa, pelatihan menulis, bakti sosial, mengelola weblog. dan diskusi. Untuk mewadahi sejumlah kegiatannya, dia aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Bandung, Tepas Institute, Studi Agama dan Kearifan Lokal, dan Writing and Reading Club (WRC).
Tulisannya tersebar di sejumlah media cetak dan elektronik. Di antaranya, Pikiran Rakyat, Kompas, Galamedia, Medikom, Majalah Suara Muhammadiyah, Tabloid Al-Hikmah, Tribun Jabar Online. Gema Mujahidin. Harian Online Kabar Indonesia, dan di weblog
pribadinya. Dia juga telah menerbitkan karya buku remaja. Agar Cintamu Nggak Bikin Bete (Fajar Publishing House, 2006), Hidup Sehat ala Punk Hardcore (DAR! Mizan, 2006), dan buku laris, Dahsyatnya Shalat Dhuha (DAR! Mizan, Cet. IV, 2008).
Menuntut Balas 17 Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Lanjutan Sin Tiauw Hiap Lu Karya Sin Long Piala Api 7
^