Nggak Sekadar Ngampus 2
Nggak Sekadar Ngampus Karya Bambang Q-anees Bagian 2
Namun, karena perjalanan ini menuju diri kamu di masa depan, karena perjalanan ini menuju kebahagiaan dirimu sendiri; tentulah yang dibawa selama perjalanan bukanlah benda-benda fisik. Yang harus kamu bawa adalah niat, semangat pantang menyerah, dan ketabahan.
Rasulullah pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghiffari.
"Wahai Abu Dzar, perbaharuilah perahumu karena lautan itu sangat dalam. Carilah perbekalan yang lengkap karena perjalanan itu sangat jauh. Kurangilah beban karena rintangan itu amatlah sulit untuk diatasi. Ikhlaslah dalam beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah Zat Yang Maha Melihat."
Kamu sudah baca" Ingatlah, lautan yang akan kita arungi sangatlah dalam. Jadi, kita harus memperbaiki perahu. Perahu itu adalah diri kita, seluruh kepribadian kita.
Perjalanan yang kamu lalui juga akan memakan waktu yang panjang. Jadi, kamu harus memiliki banyak bekal. Bekalnya adalah pengetahuan. Beban yang harus kamu kurangi adalah keinginan yang
berlebihan, rasa sombong, dan rendah diri. Sisanya, kamu harus ikhlas menemani saya di halaman-halaman berikut ini.
Pengetahuan adalah bekal yang harus kamu bawa. Ke mana kamu hendak menuju" Ini pengetahuan yang pertama. Apa dan bagaimana situasi selama perjalanan" Ini yang kedua.
Karena kamu sedang kuliah, pengetahuan tentang kehidupan selama kuliah sangatlah penting (pengetahuan kedua). Bila tidak tahu sedikit pun mengenai apa dan bagaimana kehidupan selama kuliah, kamu akan kehilangan arah: tersesat.
So, sebelum berangkat, ada baiknya kamu diam sejenak untuk melengkapi dirimu dengan tekad yang benar dan pengetahuan yang memadai. Nabi Yunus adalah seorang pejalan yang sangat terburu-buru. Kamu tentu tahu kisah lanjutannya. Kapal yang ia tumpangi mengalami kekacauan. Emosi dan masalah Nabi Yunus rupanya menyebar dan menimbulkan masalah bagi orang lain di sekitarnya. Akhirnya, Nabi Yunus harus dilemparkan ke laut, tak bisa meneruskan perjalanannya. Tak cuma itu, Nabi Yunus kemudian dimakan hiu besar. Ia baru selamat setelah menyadari kesalahannya.
Jangan terburu-buru, pelajari dengan saksama apa yang akan kamu dapatkan bila hendak melakukan perjalanan. Kamu tak boleh seperti Nabi Yunus. Karena masalahnya, orang lain menjadi kesusahan.
Kebiasaanmu , Harimaumu Kamu pasti kenal pepatah yang bilang, "Mulutmu, harimaumu!" Pepatah ini benar. Kamu akan mendapat bencana dari apa yang kamu bicarakan; kamu pun akan mendapat perlindungan dari apa yang kamu bicarakan. Kebiasaan pun memiliki logika yang sama. Apa yang kamu kerjakan berulang-ulang, tanpa kamu sadari adalah juga harimau kamu.
Ya. Kamu akan dimakan oleh kebiasaanmu itu. Kamu akan menjadi celaka oleh kebiasaan yang tidak pernah kamu sadari. Selama kuliah di perguruan tinggi adalah saat kamu mengenali dan mengubah kebiasaanmu itu.
Marilah kita kenali apa itu kebiasaan!
Apa yang kamu lakukan setiap bangun tidur" Apakah kamu berdiam sebentar, tidak langsung bangun; tetapi malah melihat langit-langit kamar" Apakah setelah bangun tidur pagi, kamu langsung ke kamar mandi" Apakah setelah bangun tidur, kamu langsung bernyanyi" Carilah apa yang biasa kamu lakukan tanpa berpikir! Semua itu adalah kebiasaanmu!
Apa yang kamu kerjakan ketika tidak ada aktivitas apa pun" Apakah kamu langsung meraih remote control seraya melihat televisi dengan tanpa tujuan, pindah-pindah channel tanpa ada satu pun yang kamu perhatikan" Apakah kamu memilih tidur atau mencari teman karena merasa
bosan sendirian di rumah"
Kebiasaan Sama Dengan Refleks
Kebiasaan merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, "Apa yang harus dilakukan dan mengapa"" Keterampilan adalah "Bagaimana melakukannya"" Dan keinginan adalah motivasi, "Keinginan melakukan"" Agar sesuatu menjadi kebiasaan dalam hidup kita, kita harus memiliki ketiga hal ini.
Batasan kebiasaan dari Covey ini cukup mengejutkan, terutama ketika menemukan batasan Islam dari Sachiko Murata, "Islam dipandang sebagai sebuah 'agama' (din) dengan tiga dimensi fundamentalnya.
Tiga dimensi itu adalah Islam (tunduk kepada kehendak Allah), iman (percaya kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya), dan ihsan (niat yang tulus, benar, dan baik). Kita juga bisa menyebutnya sebagai tindakan, pemahaman, dan niat yang benar, "
Jadi, iman berisi petunjuk, "Apa yang harus dilakukan dan mengapa""; Islam mengenai, "Bagaimana melakukannya""; sedangkan ihsan mengenai, "Keinginan melakukan"". Ajaran Islam, dengan demikian, mengarahkan kita pada kebiasaan
tertentu, kebiasaan yang memberi kedamaian.
Sayangnya, batasan iman, Islam, dan ihsan model Sachiko Murata ini jarang disadari oleh banyak pemeluk ajaran Islam. Tentu saja, kebiasaan umat Islam tidak mengarah pada kebiasaan yang baik dan afektif, malah sebaliknya. Kebiasaan kita benar-benar tanpa pengetahuan (iman), tanpa metodologi yang benar (Islam), juga tindakan tanpa hati sama sekali. Akibatnya adalah apa yang kita alami saat ini: Islam diidentikkan dengan terorisme.
Lupakan kesedihan ini. Kita kembali pada kebiasaan yang terkait dengan iman, Islam, dan ihsan. Allah pernah berfirman dalam Hadis Qudsi bahwa "Aku sebagaimana engkau kira."
Cara memandang menjadi penentu keberadaan suatu hal, bahkan Tuhan (wujud dan maujud-Nya) bergantung pada bagaimana kita memandang-Nya. Kalau kita beriman bahwa Allah adalah sumber seluruh alam dan kehidupan ini, alam dan kehidupan pun dikenai hukum yang sama: ia ada sebagaimana kita memandangnya.
Kalau hidup ini dipandang sebagai rahmat, ia akan memberi rahmat kepada kita; demikian pun sebaliknya. Syaikh Naqsabandi, mursyid utama Tarekat Naqsabandiyah, memiliki cara pandang yang unik terhadap diri manusia. Menurut Syaikh yang satu ini, semua manusia adalah pemahat; patungnya adalah diri sendiri.
Syaikh Naqsabandi memang menamai dirinya sebagai pemahat karena bagi Syaikh, begitu manusia dilahirkan dalam bayangannya kita ini
seperti kayu pahatan yang belum selesai bentuknya. Sudah ada bayangan bentuk, namun belum utuh sempurna, belum indah dan menarik.
Sadar tak sadar, seluruh tindakan kamu adalah kerja pemahatan. Salah sedikit saja, kayu diri itu akan tak berbentuk atau patah. Namun, kalau pekerjaan kamu sesuai dengan aturan Ilahiah, pekerjaan itu akan memahat tubuh kamu menjadi seperti rupa Ilahi.
Sayangnya, kamu lupa pada kerja pemahatan ini. Akibatnya, rupa kamu menjadi rupa ya
ng bukan-bukan. Bila kamu menemukan diri ini penuh nafsu dan amarah; jangan-jangan, itulah bentuk yang dihasilkan dari pekerjaan memahat kamu sehari-hari.
Wah, bahaya sekali bila kamu sering lupa pada konsekuensi tindakan sebagai pahatan bagi diri. Karena semakin seenaknya kamu bertindak, semakin buruk pula rupa kayu diri kamu. Bahkan, mungkin saja, rupa kamu tidak lagi berbentuk apa pun, selain kayu jelek yang hanya layak untuk kayu bakar.
Ya, makanya, kamu mesti merumuskan blue print rupa pahatan diri kamu. Merumuskan blue print membuat seluruh tindakan kamu sedikit demi sedikit membuat kayu diri berbentuk sesuai dengan citra Ilahi. Sebaliknya, tanpa blue print yang disadari, kamu akan menjelma menjadi sekadar kayu bakar.
Orang bijak melakukan penciptaan dalam dua kali: penciptaan pertama dalam rencana dan penciptaan yang kedua dalam tindakan. Rencana itu kemudian dijadikan sebagai tujuan akhir dari
penciptaan. Dengan cara inilah, kamu akan dapat menciptakan segala sesuatu menjadi berkualitas.
Kebiasaan terhubung dengan karakter. Apa itu karakter" Karakter, menurut Stephen Covey, pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita. Karena konsisten dan sering merupakan pola yang tak disadari; kebiasaan secara terus-menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita ... atau ketidakefektivan kita.
Karena terbiasa meniru pola orang kebanyakan, kita menjadi seperti orang kebanyakan. Karena terbiasa mengimani Tuhan sebagaimana orang kebanyakan, kitab suci tak pernah dijadikan pedoman, pokoknya apa yang biasa itulah yang lazim; itulah kebenarannya.
Kenali kebiasaan baik dan buruk, lalu ubahlah kebiasaan buruknya. Kuliah adalah kesempatan kamu untuk menetapkan sendiri tujuan untuk perubahan itu dan melakukan kerja keras untuk perubahan diri. Pasti tidak mudah. Asal kamu tahu, di dunia ini ada satu rumus sederhana: segala yang istimewa didapatkan dengan cara tak sederhana; segala yang biasa-biasa saja didapatkan dengan cara sederhana.
Untuk ke pasar, mereka harus melalui sungai yang cukup dalam. Pokoknya, seluruh kaki keledai itu akan terendam.
Suatu hari, Nashruddin akan menjual garam ke pasar. Garam itu dimasukkan ke dalam karung dan kini berada di atas punggung keledai. Saat me-nyeberangi sungai, Nashruddin mencambuki keledai itu agar dapat melewati sungai dengan segera. Tapi, keledai adalah keledai. Ia justru menyengajakan diri untuk berendam di kedalaman air sungai, sampai semua karung yang membawa garam itu terendam. Sesampainya di seberang sungai, Nashruddin marah besar. Pasalnya, garamnya telah lenyap setengah. Sebagian garam rupanya telah mencair dan terbawa arus air.
"Keledai sialan, kenapa kamu menjual garam pada air sungai"!" bentak Nashruddin. Keledai diam dan berjalan sambil melenggang.
Esok harinya, Nashruddin membawa barang dagangan baru. Seperti biasa, ia meletakkan karung di atas punggung keledai dan seperti biasa, mereka juga akan melewati sungai yang sama.
Begitu melewati sungai, keledai langsung menceburkan diri, merendam berlama-lama. Nashruddin tersenyum melihat kelakuan keledai. Setelah beberapa lama, Nashruddin menggiring keledai itu ke seberang sungai. Kali ini, keledai berjalan terseok-seok. Ia merasakan bebannya menjadi semakin berat.
"Hehehe ... tahu rasa kamu, keledai! Kini, cara yang sama tak menghasilkan manfaat yang sama. Kemarin, dengan cara merendamkan garam ke sungai, kamu dapat meringankan beban. Kini, merendamkan diri ke sungai, justru membuat bebanmu lebih berat ketimbang sebelumnya. Huh ... dasar keledai!"
Nashruddin sangat girang telah memperdayai keledai. Rupanya, kali ini, ia mengisi karung dagangannya dengan kapas. Tentu saja, kapas akan memberat begitu terkena air. Jadi, beban setelah masuk sungai lebih berat ketimbang sebelumnya.
Apa hubungan kisah Nashruddin dengan kebiasaan" Keledai Nashruddin bukan sembarang keledai. Ia adalah analogi bagi tubuh manusia. Konon, antara tubuh dan keledai memiliki kebiasaan yang sama. Keledai itu binatang yang lamban dan hanya bersuara kalau lapar atau k
ecapekan. Giliran mendapatkan kesenangan, keledai sama sekali tidak bereaksi: seperti tak mendapatkan apa-apa. Pola hidup keledai adalah demi kesenangan. Tubuh kita pun sama dengan itu: suka mengeluh dan lamban melakukan hal-hal baru.
Sifat lain dari keledai adalah ia akan mengulangi kegiatan yang sebelumnya dianggap menguntungkan. Bila sebelumnya, dengan cara merendamkan beban ke sungai, ia merasa bebannya berkurang; pada kali kedua, saat membawa kapuk, ia pun melakukan hal yang sama. Hasilnya tentu berbeda. Garam basah akan mencair, kapuk basah akan menggumpal dan memberat.
Kisah Nashruddin sebenarnya sedang menceritakan apa itu kebiasaan. Tubuhlah yang memproduksi kebiasaan, yaitu pengulangan tindakan-tindakan sebelumnya yang menyenangkan bagi tubuh. Karena itu, bila kita hendak melakukan perubahan, badanlah yang pertama kali menolaknya. Ingat, keledai hanya bersuara bila ia merasa lelah dan lapar. Reaksinya macam-macam. Kadang-kadang, muncul rasa kantuk, mual, berkunang-kunang, seluruh sendi terasa linu atau lemas, dan banyak hal lain lagi.
Menghadapi gejala-gejala seperti itu, kita akan segera berpikir, Wah, kayaknya harus berhenti dulu, nih. Kesehatan badan itu penting untuk dijaga! Begitu berhenti, badan tak bisa langsung pulih. Sebaliknya, justru ia akan memberikan gejala baru: ngantuk berat dan akhirnya tertidur.
Mengikuti cara Nashruddin, keledai badan ini harus diberi pelajaran. Kebiasaannya harus diubah. Salah satu caranya dengan membuat badan menjadi kapok. Kalau badan mengemukakan gejala kelelahan, abaikan dulu. Itu hanya gejala awal. Bila kita mengabaikannya, akhirnya badan akan segera menyesuaikan diri. Rasa capek yang muncul hanyalah cara badan untuk merayu agar kita mengurungkan niat awal. Melalui cara ini, ia tak akan mengeluh lagi. Ia akan memiliki kebiasaan baru, yaitu mendukung keinginan pikiran.
Jagalah Tubuhmu Jangan kamu remehkan tubuhmu! Kalaupun ia memiliki sifat dan sikap seperti keledai, tubuhmu tetaplah penting. Seluruh gagasan yang cemerlang keluar dari tubuhmu. Seluruh prestasi yang gemilang berasal juga dari bantuan tubuhmu. Pikiran keluar dari otak dan otak adalah organ tubuh yang tersimpan di tempurung kepalamu itu. Ini berarti, tanpa tubuhmu, tak ada otak; pikiranmu juga tak ada.
Mari, kita buat contoh sederhana. Kamu tahu komputer" Ya, komputer. Pada peralatan model komputer, kamu mengenali dua hal: hardware dan software. Seluruh benda-benda yang kamu beli di toko komputer adalah hardware-nya.
Ada banyak spesifikasi dengan ukuran kecepatan dan daya tampungnya masing-masing. Saat membeli hardware, kamu akan memilih yang terbaik: prosesornya harus paling cepat dan cerdas, harddisk-nya juga begitu, monitor harus yang terang dan lebar, dan seterusnya. Apakah komputer yang kamu beli dari toko itu langsung dapat dinyalakan" Apakah komputermu langsung bisa dioperasikan"
Tunggu dulu, semua hardware yang bagus dengan kualitas tertinggi itu tidak bakal langsung dapat dioperasikan. Hardware itu hanya benda mati, sama seperti besi mati yang dipenuhi jalinan kabel. Hardware komputermu itu baru akan beroperasi bila kamu isikan software-nya. Kamu harus isikan program tertentu (sesuai dengan
keinginan) pada komputermu. Melalui software itulah, besi mati dengan jalinan kabel yang aneh akan dapat menunjukkan fungsinya.
Nah, hubungan antara badan kamu dengan pikiranmu itu sama dengan hubungan antara hardware dan software. Program sehebat apa pun sangat bergantung pada ketersediaan hardware-nya. Sebaliknya, hardware sehebat apa pun hanya akan berguna bila diisi dengan program software yang luar biasa!
Tubuhmu itu adalah hardware terbaik yang diberikan Allah buat kamu. Melalui tubuhmu itulah, seluruh program hidupmu berjalan. Namun, tubuh saja tidak akan membuat kamu hebat. Tubuh harus berjalan sesuai program pikiranmu-tubuh harus dikendalikan oleh kesadaranmu.
Sayangilah tubuhmu, namun jangan biarkan dia manja. Bawaan tubuh adalah makan, bersenang-senang, dan tidur (seperti keledai). Tundukkan bawaan itu: isi program tertentu. Bila tubuhmu rusak, hidupmu akan hancur. Jangan biarkan bawaan tubuh mengend
alikan seluruh hidupmu. Latihlah tubuhmu biar tetap segar. Olahragalah dengan teratur. Begitu bangun pagi, segera regangkan seluruh otot dan persendianmu. Jangan lama-lama, cukup 10 menit. Setelah Shalat Subuh, baru kamu jalankan olahraga ringan seperti loncat-loncat atau lari-lari kecil.
Makanlah makanan yang bergizi dan jagalah kesehatanmu. Ingat, hanya kamu yang tahu apa
dokter hanya bisa bertanya, "Sakit apa"" So, kamulah yang tahu kapan saatnya istirahat dan kapan saatnya menjalankan program!
Tubuh itu seperti kendaraan yang akan membawa kamu ke tempat tujuanmu. Buatlah kendaraanmu itu tanpa masalah, jangan sampai ia mogok. Bisa saja kamu sangat cerdas; namun bila tubuhmu mogok (otakmu misalnya rusak), kamu akan kehilangan kecerdasan itu. Bisa saja kamu punya niat membantu orang; namun bila tubuhmu rusak, semuanya tinggal isapan jempol belaka.
Ada banyak mahasiswa yang sangat serius mengejar target impian, sampai-sampai ia membiarkan matanya jadi minus dan punggungnya jadi beng-kok. Itu bukan cara yang baik. Buat apa kamu berhasil bila kamu sakit-sakitan.
Bisa saja 10 tahun ke depan kamu menjadi orang yang sesuai dengan impianmu, namun kamu tidak bisa menikmatinya. Karena saat itu, kamu sedang berjuang menghadapi tubuhmu yang sedang mogok (sakit tipes, batuk-batuk, atau penyakit akibat kelelahan lainnya).
Bila dapat mengendalikan tubuhmu sesuai program, kamu akan bisa meningkatkan satu kecerdasan dalam dirimu, yaitu kecerdasan fisik.
KAMARMU, KERAJAANMU Bila seekor binatang dipindahkan dari hutan ke halaman rumahmu, ia akan melakukan sejumlah ritual pengenalan wilayah baru. Ia akan memandangi tem-pat barunya secara teliti, berjalan hilir mudik sampai menemukan batas nyaman dari wilayahnya.
Setelah itu, ia akan membuat tempat barunya menjadi tempat yang sesuai dengan seleranya. Tempat baru tentu saja memiliki bau yang asing, maka ia akan meludah atau kencing di tempat itu sampai tem-pat itu cocok dengan selera rasa betahnya.
Itu dilakukan di semua tempat yang telah dia observasi sebagai batas nyaman bagi dirinya. Dengan cara itu, binatang liar ini telah menjadikan tempat barunya sama dengan tempat lamanya: hutan. Ia siap hidup dengan nyaman seperti di rumahnya yang dulu. Bagi yang lain, harap hati-hati karena bila melanggar garis nyamannya; dia akan menerkamnya.
Nah, kamu juga baru pindah dari rumahmu ke tempat yang baru dan asing. Dulu, mungkin kamarmu serbalengkap dan berdekatan dengan dapur yang semuanya telah tersedia di sana. Satu-satunya kekurangan dari kamarmu yang dulu adalah peraturan.
Di rumah, kamu mendapatkan semuanya, kecuali kebebasan. Soalnya, pergi dan pulang harus
dibawahi kendali ibu bapakmu. Kamu pun harus izin atau setidaknya memberi tahu lewat telepon atau SMS. Di rumah, kamu juga tidak memiliki kebebasan dalam menentukan kapan waktu tidur dan waktu bangun. Bahkan, kamu pun tidak bisa membawa teman secara sembarangan dalam waktu lama.
Kini ... kamu mendapatkan seluruh kebebasan-mu. Kamar kos yang kamu dapatkan, sepenuhnya dibawah kendalimu. Tak ada bapak, tak ada ibu, tak ada kakak atau adik; kamulah penguasa tunggal di kamar itu. Apa pun yang kamu mau, bisa kamu lakukan kapan saja. Kamu bisa tidur jam berapa pun, bisa bangun jam berapa pun; semuanya bergantung pada keinginanmu. Temanmu bisa menginap di kamarmu dan pulang kapan saja sesuai keinginan kamu.
Kini, kamu mendapatkan kebebasan yang lama kamu idam-idamkan. Kamu mendapatkan kebebasan di kamarmu. Tapi, nanti dulu, apakah itu yang kamu namakan sebagai kebebasan" Apakah kebebasan adalah berbuat sesukamu, tanpa batas, tanpa kendali"
Jawabannya, kamu harus buat eksperimen ini. Cobalah angkat satu tanganmu, lalu lihatlah kelima jarimu. Manakah yang paling bebas bergerak ke segala arah" Jari telunjuk, jari tengah, jari manis, ke-lingking, atau ibu jarimu yang besar itu" Tentu saja ibu jari. Dialah yang paling bebas bergerak. Ibu jari bisa membuat gerakan rotasi (berputar) secara sempurna.
Nah, kini, ada pertanyaan kedua: Apakah kamu
mau ibu jarimu lebih bebas lagi" Soalnya, ibu jarimu itu belum benar-benar bebas. Ia masih menempel di telapak
tanganmu. Kalau mau lebih bebas lagi, coba (yang ini cukup dibayangkan) kamu potong ibu jarimu itu-pisahkan dari telapak tangan. Lalu, lihatlah, apakah ia bisa bergerak-gerak" Tentu saja, ia menjadi bangkai: diam dan membusuk tak lama lagi.
Kamu dapat menyimpulkan, dari eksperimen ini, bahwa kebebasan membutuhkan ikatan. Jempol bisa bebas bergerak justru karena ia terikat pada tempatnya. Ketika tanpa ikatan dengan telapak tangan, jempol justru tidak bisa bergerak sama sekali. Kalau begitu, kebebasan justru ditemukan dalam ikatan.
Kamu merasa bebas kalau kamu memiliki aturan. Tanpa aturan sama sekali, kamu bahkan tak bisa disebut bebas.
Kalau begitu, tunda dulu rasa senangmu. Kamu tidak boleh langsung merasa bebas sebebas-bebasnya. Kamu harus membuat ritual yang sama dengan bintang liar yang mendapat tempat baru. Pertama, kamu harus mengenali kamarmu. Coba teliti, pintu kamarmu, pintu jendela, periksa juga air untuk mandi; lalu ukurlah luas kamarmu dan buatlah rencana penataan kamar (di mana kamu akan menaruh komputer, rak buku, tempat tidur, baju kotor, dan lain-lain).
Kedua, setelah itu, keluarlah! Cermati tetangga-tetangga kamarmu. Kalau perlu, mengobrollah untuk mengenali karakter tetangga-tetangga barumu. Kini, kamu bergantung pada mereka. Kamu
menjadi bagian dari mereka. Bahkan, dapat dikatakan, kini merekalah keluargamu.
Kemukakan siapa kamu dengan cara yang benar tidak terlalu sombong, juga tidak terlalu merendah. Kalau terlalu sombong, kamu akan dijauhi, bahkan dibenci oleh tetangga-tetangga barumu. Sebaliknya, kalau terlalu merendah; kamu akan diinjak, dihina, dan menjadi anak bawang.
Ingat, kini kamulah yang mengendalikan seluruh kehidupanmu. Kamu kini menjadi raja bagi dirimu sendiri. Kenali tetangga barumu. Buatlah dirimu nyaman. Buatlah catatan kecil di buku harianmu mengenai karakter dan kesan pertamamu pada tetangga barumu itu.
Ketiga, keluarlah dari asramamu dan lihat daerah sekelilingmu. Seterusnya kamu tentukan sendiri langkah yang harus kamu lakukan.
Batas Nyaman Tapi yang paling penting dari semua itu adalah kamu harus membuat ritual garis batas nyaman. Kalau binatang melakukannya dengan mengencingi wilayah tempat tinggalnya, kamu tentu tidak harus begitu. Binatang memang mengandalkan hidung untuk mengenali suatu tempat; kalau dia mencium aroma yang sama dengan dirinya, dia akan segera mengenali bahwa itu tempat tinggalnya. Makanya, binatang memberi tanda tempat tinggalnya dengan air kencing, air liur, dan kotorannya.
Jadi, fungsi pertama dari air kencing bagi binatang adalah sebagai ciri bagi dirinya bahwa itu adalah tempat tinggalnya. Kamu tidak mesti sejorok itu. Kamu tetap harus memiliki kamar yang bersih seperti kamar hotel. Kamu cukup memberi tanda gambar atau kata-kata di pintu kamarmu. Tuliskan siapa dirimu di pintu itu, melalui cara ini kamu tidak keliru masuk kamar. Asal kamu tahu, kamar asrama pastilah kamar dengan bentuk, ukuran, dan warna pintu yang sama.
Fungsi kedua dari air kencing bagi binatang adalah tanda bagi binatang lain bahwa tempat dengan bau kencing seperti ini telah dikuasai. Binatang lain tak boleh sembarangan memasuki batas wilayah bau kencing itu, kalau nekat melampaui batas itu pastilah si pemilik wilayah akan menerkamnya.
Nah, kamu pun harus membuat tanda yang sama agar orang lain tidak seenaknya masuk ke kamar kamu. Kamulah binatang liar yang siap menerkam siapa pun yang melanggar batas nyaman kamarmu. Tentu saja tidak usah dengan air kencing, yang kamu butuh-kan adalah ketegasan dan keadilan.
Kamu harus tegas mengatur waktu kapan saatnya orang lain boleh bertamu ke kamarmu, kapan saatnya mereka harus hengkang dan balik ke kamarnya masing-masing. Kamu harus berani mengatakan pada mereka, "Maaf, ya, saya harus tidur lebih awal. Kalau bisa, saya ingin sendirian"; atau "Bisa nggak, mengetuk pintu duluan!"; atau "Wah, bukannya mengusir, nih, saya harus mengerjakan sesuatu untuk kuliah besok!"
Percaya, deh, semua kata-kata tadi tak mudah untuk kamu katakan. Kamu pasti akan dibayangi rasa takut dan segan. Apalagi yang bertamu ke kamarmu adalah seniormu di asrama atau senior
mu di kampus. Tapi, kalau kamu tidak pernah mencoba mengatakannya, kamu akan menjadi korban. Kamarmu akan menjadi terinal, semua orang masuk dan pergi tanpa jelas keperluannya.
Kalau kamarmu sudah jadi terminal, kamu bukan lagi raja di dalamnya; kamu mungkin hanya calo atau bukan siapa-siapa. Begitu kamarmu menjadi terminal, mereka akan menganggap semua yang ada di kamarmu adalah milik mereka. Mereka akan membuang sampah sembarangan, membuang puntung rokok di mana saja sambil berkata, "Wah, asbak di sini besar sekali, ya!" bahkan membawa teman-teman mereka yang tidak kamu kenal.
Kemukakan ketegasan kamu, katakan, "Maaf, bisa keluar dulu, saya mau tidur siang" atau kalimat lain yang membuat mereka bisa menghargai kerajaan kecilmu itu. Inilah yang dimaksud dengan ketegasan.
Raja Boneka dan Kompeni Belanda
Keadilan yang dimaksud adalah bila kamar kamu ingin dihargai orang, kamu pun harus menghargai kamar temanmu. Biasanya, kamu membuat standar ganda: pada orang lain kamu membuat aturan ideal, pada dirimu sendiri kamu memilih aturan yang sembarangan.
Kalau kamu melakukan kekonyolan seperti ini, ketegasan kamu tidak bakal dihargai. Mereka akan bilang (langsung atau hanya dalam hati), "Alaaah ... kamu juga kemarin seenaknya menggunakan kamar saya, nggak tahu waktu ...!" Kalau sudah begini, kamu benar-benar kehilangan kewibawaan. Kerajaan kamar kecilmu tidak lagi berdaulat, sebagai raja kamu hanya raja boneka.
Ihwal raja boneka, kamu pasti pernah dengar siasat kompeni Belanda untuk menundukkan raja-raja di negeri ini. Mulanya, mereka pedagang biasa, datang membawa barang dagangan yang hendak ditukarkan dengan hasil bumi di pelabuhan negeri ini.
Pedagang bebas, status kompeni waktu itu, tak memiliki hak istimewa; ia dianggap sama dengan pedagang dari negeri lain. Jadi, kalau mereka datang tidak tepat waktu, bisa saja barang-barang yang mereka butuhkan tak didapatkannya.
Akhirnya, mereka bernegosiasi agar mendapat hak istimewa dengan janji akan memberi harga yang lebih mahal ketimbang pedagang negeri lain. Karena harga yang ditawarkan cukup menggiurkan, raja-raja pe-milik pelabuhan mengabulkan negosiasi itu.
Setelah itu, kompeni Belanda mengajukan negosiasi baru, "Demi keamanan barang dagangan kami, beri kami keleluasaan membawa pasukan pengaman. Ini penting agar bisnis kita lancar, Tuan!"
Lagi-lagi, raja-raja pribumi setuju. Dibuatlah
loji-loji kecil tempat khusus pedagang Belanda dengan pasukan pengaman sendiri. Dengan uang di tangan, semua hal bisa dibeli, apalagi ada senjata yang lebih modern ketimbang pasukan kerajaan. Mereka pun bisa leluasa memperbesar pengaruhnya.
Perlahan namun pasti, mereka melebarkan daerah kekuasaannya-mulanya hanya loji kecil, sekarang halaman sekitar loji itu dianggap sebagai wilayah kekuasaannya. Mulanya mereka membeli barang melalui perantara kerajaan, kemudian membeli langsung. Mulanya bersopan-sopan, namun dengan senjata di tangan, mereka berdagang dengan paksaan.
Lalu, dengan siasatnya yang licik, mereka mengajukan hak monopoli. Bahwa hanya pada dia saja kerajaan itu boleh menjual hasil buminya. Saat monopoli terjadi, kompeni bisa menentukan harga-harga seenak udelnya sendiri.
Singkat cerita, raja pemilik pelabuhan itu kemudian tak memiliki kekuasaan sedikit pun. Semuanya diatur dan dikendalikan oleh pendatang kurang ajar itu, kompeni namanya. Sialnya, ada beberapa raja kecil yang merasa nikmat dalam penjajahan. Asal seluruh kebutuhan pribadinya dipenuhi kompeni, mereka rela melakukan apa pun. Untungnya ada orang-orang yang masih berpikiran sehat, mereka tidak rela dijajah; mereka memberontak. Orang-orang itu di antaranya adalah si Jampang atau si Pitung.
Nah, kamarmu adalah pelabuhan kecil itu. Kamu rajanya dan ada banyak orang model kompeni
Belanda yang ditolong, namun secara licik balik menguasai. Kalau bisa mengatasi seluruh rayuan dan manipulasinya, kamu akan merdeka. Bila tidak bisa, kamu akan menjadi raja boneka. Atau, kamu akan memberontak seperti si Pitung. Nah, lho, masa kamu dianggap ekstremis dan pembuat kerusuhan di kamarmu sendiri.
Antara Privasi dan Publik
Kamu pasti akan bil ang, "Ah ... terlalu didramatisasi. Masa ada mahasiswa yang bertindak seperti kompeni Belanda, orang lain juga tahu batas." Kamu boleh saja tidak percaya, namun kamu akan membuktikan sendiri bagaimana repotnya bila kamarmu sudah dimonopoli oleh orang lain.
Asal kamu tahu saja, harimau saja tahu betapa pentingnya wilayah dan waktu privat (pribadi). Karena itu, harimau yang baru dipindahkan dari hutan langsung mengencingi wilayahnya agar orang lain tak bisa sembarangan keluar-masuk. Harimau, binatang apa pun, juga kamu, memiliki saat-saat untuk sendirian. Kamu tidak bisa betah bila kamarmu terus-menerus dipenuhi orang lain.
Tidak percaya" Coba jawab pertanyaan ini: Apakah kamu pernah merasa sedih" Bila ya, saat merasa sedih, apakah kamu membutuhkan tempat untuk menyendiri, tempat kamu akan menangis sepuasnya" Saat sedih, kamu tak butuh siapa pun, hanya butuh dirimu sendiri. Baru setelah bisa
menangis sepuasnya, kamu membutuhkan teman mengobrol: curhat.
Pertanyaan kedua: Pernahkah kamu merasa capek dan membutuhkan ketenangan untuk beristirahat"
Ya, so pasti kamu juga manusia. Saat butuh waktu istirahat, kamu pun butuh tempat istirahat yang membuat kamu merasa nyaman tanpa gangguan sedikitpun. Saat capek, kamu mungkin butuh tidur dalam waktu yang lama atau mendengarkan musik ke-sukaanmu sepanjang hari.
Bayangkan bila kamarmu jadi pelabuhan kecil. Baru saja kamu membaringkan badanmu, tiba-tiba ada temanmu yang datang dengan temannya yang lain. Baru saja kamu menyetel lagu kesukaanmu, ada temanmu yang membawa kaset kesukaannya dan bilang, "Norak amat, sih, lagu kayak begitu didengerin, mendingan ini, nih ...!"
Lihatlah betapa kamu membutuhkan ruang privasi, ruang yang dapat digunakan saat kamu ingin sendirian. Ruang yang membuat kamu merasa aman dan nyaman.
Kamu perlu ruang yang aman untuk menyimpan foto dan buku-buku bacaanmu. Kamu juga butuh ruang yang nyaman untuk menyimpan seluruh cita-cita dan strategi pencapaiannya. Ruang seperti itu tidak terwujud begitu saja. Ruang seperti itu harus kamu perjuangkan. Kamu harus membangunnya secara perlahan. Mulanya pasti susah; tapi percayalah, lamakelamaan, orang lain akan memahami apa mau kamu.
Di samping ruang privat, kamu pun butuh ruang publik. Maksudnya, kamu pasti membutuhkan saat-saat berkomunikasi dengan orang lain. Kamu butuh juga mengobrol, kamu butuh teman. Jadi, kamarmu itu tidak seharusnya tertutup 24 jam, tak memberi peluang bagi temanmu untuk bermain. Mereka sesekali diundang atau diperbolehkan datang ke kamarmu, namun dalam waktu yang wajar. Menutup kamarmu dari siapa pun akan membuat kamu ditinggalkan teman-temanmu, kamu akan dianggap sombong atau sok jaim. Namun, membukanya 24 jam penuh sama saja dengan mengundang kompeni datang ke kamarmu.
Ingatlah satu catatan: ruang privat itu harus di-rebut, ruang privat itu harus diciptakan sesuai dengan kebutuhanmu, bukan berdasarkan kebutuhan orang lain. Kamulah rajanya, buatlah peraturan.
Ya, selama kuliah-dengan seluruh kebebasanmu memiliki kamar sendiri dan berada di luar kontrol kedua ortumu-kamulah rajanya. Kini, sukses dan tidak sukses, 100% di tangan kamu. Kini, saatnya kamu membuktikan diri bahwa kamu memang jagoan yang bisa mengejar seluruh mimpimu.
Kamu disebut raja bila kamu mengerahkan seluruh kemampuan maksimalmu untuk meraih apa yang kamu mau. Ingat, kamu sekarang sedang melakukan perjalanan panjang menuju dirimu yang paling membahagiakan di depan sana, bahkan mungkin juga di hari ini!
Kamu akan menjadi raja bila kamu dapat tegas
memilih untuk bahagia. Kamu memilih untuk terus mencari jalan bahagia bagi dirimu sendiri tanpa harus mengorbankan yang lain. Kamu dapat disebut raja di kerajaan kamarmu bila kamu bisa dengan tegas berkata, "Takkan kubiarkan kebiasaanmu yang jelek itu menular kepadaku!"
RUANG KULIAH ADALAH GELANGANG PERANG
Kini, kamu harus mengenali ruang kuliahmu. Tempatnya, sih, tidak ada bedanya dengan ruang kelas di SMA dulu. Ada ruang terbuka, di tengahnya ada kursi berjejer, papan tulis di bagian depan, serta podium dan kursi (yang sama dengan yang kamu duduki) khusus untuk dosenmu. Semuanya sama
, tidak ada yang istimewa. Bedanya hanya pada peraturan dan kebebasan.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu harus masuk kelas dengan seragam yang rapi, yang sama dengan teman-temanmu yang lainnya. Kini, saat kuliah, kamu boleh menggunakan pakaian apa pun, asal rapi dan sopan.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu diajari dan diberi simpulan dari teori-teori, dipaksa menghafal teori dan istilah. Kini, saat kuliah, kamu dididik menyelidiki alasan yang melandasi lahirnya suatu teori dan kamu tidak harus menghafal bila merasa tidak perlu.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu diasuh oleh guru di sekolah. Apa pun aktivitasmu (bolos, membuat kerusuhan, atau lainnya) pasti akan dilaporkan kepada orang-tuamu. Kini, saat kuliah, tak ada yang mengatur. Kamu bisa masuk atau bolos kuliah sesuai dengan keinginan kamu. Dosenmu juga tidak berhubungan dengan kedua ortumu.
Dulu, sewaktu di SMA, gurumu begitu aktif berbicara di depan kelas, menerangkan segala
sesuatu sampai detail. Saat kuliah, kamu akan menemukan dosen yang hanya mengemukakan sejumlah kata kunci-konsep-konsep inti saja-sisanya kamu sendirilah yang harus mengembangkannya.
Tak ada absensi yang akan dilaporkan ke rumahmu. Pihak perguruan tinggi hanya akan menyurati orang-tuamu bila kamu terlibat masalah besar (tindak pidana atau kematian).
Bila kamu bolos dari kuliah, itu bukan masalah perguruan tinggi, itu masalahmu sendiri. Kamu dianggap sudah dewasa. Karena itu, kamu diberi kebebasan untuk memilih masuk atau bolos kuliah. Tak ada yang memaksa kamu karena ibu bapakmu juga tidak tahu.
Thalab itu Bukan Menunggu
Uthlubul ilma walaw bishin, itulah bunyi salah satu Hadis Nabi yang cukup terkenal. Carilah ilmu sampai ke Negeri Cina, begitu umumnya orang memaknai hadis ini. Baiklah, kita mulai mengupas hadis ini.
Hadis ini berisi dua pesan. Perintah "mencari" ini pesan pertama dan "sampai ke Negeri Cina" adalah pesan kedua. Sepintas, hadis ini seperti menyatakan: Bahkan bila ilmu itu ada di Negeri Cina sekalipun, kamu harus mengejarnya,
mendapatkannya. Hadis ini begitu bersemangat. Jauhnya jarak bukan alasan untuk membiarkan ilmu menjadi mubazir. Ilmu ada untuk kamu kuasai. Jadi,
kuasailah ilmu walaupun letaknya sangatlah jauh, walaupun harus menyeberangi lautan dan gunung.
Jadi, hal pertama yang hendak disampaikan melalui hadis ini adalah bahwa manusia memiliki kewajiban untuk mencari dan menemukan ilmu, tanpa kecuali. Kuliah adalah salah satu cara pencarian itu. Kuliah, dengan demikian, pertama kali harus didasarkan pada niat untuk "mencari" dan "menemukan". Ini sengaja ditekankan karena kita sering menjadi tawanan kebiasaan "ingin dilayani" atau "bergantung pada orang lain".
Kita sering bergantung pada orang lain. Kita memiliki semangat karena ada orang lain yang memompanya. Kamu akan rajin kuliah bila dosennya cantik dan menyenangkan, atau ia sangat galak dan ketat. Namun, bila dosennya biasa-biasa saja, kamu akan menyepelekannya. Lihatlah, betapa cara kita hidup sangat ditentukan oleh orang lain! Ini dapat kamu buktikan sendiri.
Coba, deh, sesekali kamu amati perilakumu dan perilaku temanmu saat sudah berkumpul di kelas, lalu sang dosen tidak datang. Apakah yang kamu rasa-kan: (a) kamu merasa kesal atau (b) merasa se-nang" Apakah yang kamu lakukan: (a) berdiskusi atau membaca buku atau (b) menghabiskan waktu untuk nongkrong"
Bila jawaban kedua pertanyaan itu "b", kamu telah kehilangan semangat thalab. Kamu bukanlah "pencari" ilmu. Kamu hanya penerima, penunggu, dan penggerutu. Kamu bergerak bukan karena dirimu sendiri. Kamu bergerak karena orang lain.
Maka, terimalah nasib bahwa keberhasilanmu bergantung pada orang lain. Begitu sendirian, kamu benar-benar tidak berdaya.
Menjadi mahasiswa adalah menjadi thalab, menjadi pencari dan penemu yang tangguh. Pencari memiliki niat yang kuat dari dalam dirinya. Ia tak peduli pada kondisi yang dihadapinya. Ia akan mencari sampai ke Negeri Cina sekalipun. Ia akan terus mencari ilmu walaupun dosennya tidak ada dan terus tidak ada. Mungkin, ia akan bertanya kepada seniornya, membaca buku, atau menuliskan hasil bacaan. Ketidakhadiran dosen di ruang kuliah tidak akan m
embuatnya senang, tidak akan membuatnya berhenti mencari ilmu. Ilmu ada di mana-mana, bukan hanya dari mulut dosen. Jadi, tidak ada dosen bukanlah akhir dari segalanya.
Hal kedua dari hadis itu adalah kata Cina. Makna umumnya sudah dikemukakan bahwa Cina menunjuk daerah terjauh. Jadi, perintah menuntut ilmu tidak batal hanya karena jarak yang jauh. Dengan kata lain, jarak yang jauh bukan alasan yang menggugurkan kemestian mencari ilmu. Namun, kata Cina ternyata memiliki makna yang lain dan ini yang lebih penting.
Dalam khazanah sufistik, kata Cina tidak hanya kata untuk negeri yang jauh, namun juga sebuah kata sandi. Cina dalam bahasa Arab ditulis shyn (shad, ya, dan nun). Bila diurai dengan rumus abajadun, akan berjumlah 150. Angka 150 ini merujuk pada huruf qaf dan nun, membentuk kata qann.
Kata qann dalam bahasa Arab berarti "pengamatan, penelitian dengan cermat". Jadi, makna dari hadis itu ialah carilah ilmu dengan cara melakukan pengamatan atau penelitian yang cermat.
Kamu tidak bisa sambil lalu dalam mencari ilmu. Kamu tidak bisa menerima begitu saja suatu ilmu. Mencari memang membutuhkan pengamatan dan penelitian. Tanpa penelitian dan pengamatan; kamu tidak disebut pencari, melainkan penunggu atau penggerutu.
Makna kedua dari qann adalah "fokus, pemusatan". Ini menghasilkan makna lain dari hadis tadi, yaitu carilah ilmu sampai mencapai pemusatan. Carilah ilmu sampai ke titik fokusnya. Carilah ilmu bukan hanya permukaannya, masuklah ke inti terdalam dari suatu ilmu.
Wah, menarik juga, ya, permainan makna dari kata shyn. Kata ini ternyata memberi tahu kita tentang bagaimana cara kita mencari ilmu. Coba, deh, ucapkan keras-keras kalimat berikut ini!
- "Aku ingin mencari ilmu dengan sangat serius, jarak bukan halangan."
- "Aku adalah pencari ilmu, bukan penunggu. Sumber ilmu ada di mana-mana. Ke mana sumber ilmu, ke sanalah aku berada."
- "Aku ingin memfokuskan perhatian secara teliti untuk mendapatkan ilmu."
Dosenmu, Tambur yang Menunggu Tabuhan
Dosen kadang tampil menyebalkan-muncul sebentar, cas ... cis ... cus lalu memberi tugas yang berat-berat. Dosen kadang begitu tidak peduli apakah kamu paham atau tidak, bisa melakukan tugas itu atau tidak. Pokoknya, dia tampil sedingin es.
Pada orang seperti itu, kamu tidak bisa diam saja. Kamu harus menyerangnya. Kamu harus mencecarnya dengan pelbagai pertanyaan yang membuat es di wajahnya itu segera mencair. Sosok dingin dan tidak mau meraih dirimu itu akan semakin dingin dan menyusahkan bila tidak segera dipecahkan.
Dosen memang berbeda dengan guru. Dosen lebih berjarak, sedangkan guru kadang-kadang dapat bertindak seperti orangtua sendiri. Walaupun ada juga, sih, dosen yang sangat dekat dan hangat. Namun, kedekatan dengan dosen tidak bisa datang begitu saja.
Ibarat tambur, ia tak akan berbunyi, kecuali kamu menabuhnya memukulnya keras-keras. Maka, bacalah buku sebanyak-banyaknya sebelum masuk ruang perkuliahan. Ajukan bantahan atau pertanyaan sebelum ia menguap dan memutuskan untuk meninggalkan kelasmu, padahal baru 15 menit. Dan jangan biarkan ia merasa menang karena menemukan mulut kamu menganga.
Di hadapan tambur, kamu diminta untuk mendemonstrasikan kelincahan tanganmu dalam memukul secara berirama. Maksudnya, saat
mencecar dia (dengan sanggahan, pertanyaan, atau pendapat lain), kamu tidak boleh melakukannya secara monoton. Harus berirama. Kadang-kadang keras, kadang-kadang lembut, kadang-kadang cepat, bila perlu lambat. Kamu harus tahu situasi. Artinya, kamu tidak boleh mempermalukan dia dengan pertanyaan yang membuatnya gagap. Tapi, kamu juga tidak boleh terus-menerus memberikan pertanyaan yang membuat ia tidak berpikir sama sekali.
Strategi ini terlihat kejam. Tetapi, itulah satu-satunya cara agar ia tidak meremehkan kamu. Tanpa perlawanan sedikit pun, mereka akan tampil seadanya. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, justru membantu dosen agar melakukan persiapan secara matang. Sebaliknya, kalau didiamkan, ia akan masuk ke kelasmu tanpa persiapan sedikit pun. Soalnya terletak pada "pengulangan". Ya, dosen itu bisa jadi selama bertahun-tahun mengajar mata kuliah
yang sama. Jadi, ia hafal di luar kepala semua materi. Negatifnya, ia lupa untuk mengembangkan dirinya. Ia menganggap tanpa persiapan saja sudah cukup.
Nah, kalau kamu memberikan seribu pertanyaan kepadanya, itu sama dengan menolong dia dari kejumudan. Berikan pertanyaan dan dia akan berpikir keras.
Satu kebiasaan lain yang harus kamu lakukan selama kuliah adalah beranilah untuk mengajukan permintaan. Kalau kamu merasa tidak paham, kemukakan permintaan kepada dosen atau
temanmu agar ia mau menerangkannya buat kamu. Jangan takut, anggap saja dosen atau temanmu yang lebih pintar itu seperti Jin Aladin.
Jin Aladin, tentu saja, seperti jin lainnya berwajah seram. Namun, bila kamu mengajukan permintaan dengan sopan, ia akan memberikan secara sukarela. Maksudnya, rasa seram dan segan hanyalah sensasi awal sebelum kamu mengajukan permintaan. Setelah kamu melawan rasa takut, malu, atau segan; rasa takut itu terbukti tidak ada.
Awalnya pastilah sulit, tapi percayalah, semua yang pertama pasti terasa sungguh berat. Selanjutnya biasa aja, tuh!
Dosenmu bisa saja seperti tambur. Jika dirangsang dengan pertanyaan kritismu, baru ia akan memberikan seluruh bunyi ilmunya kepada kamu. Namun, bukan berarti kamu boleh menganggapnya remeh, lalu kamu permainkan.
Dosenmu, bagaimanapun, adalah sumber mata air jernih. Darinya kamu mendapatkan transfer ilmu atau informasi. Bisa saja ia malas membaca informasi baru yang berkaitan dengan mata kuliah yang ia ajarkan, namun ia memiliki pengalaman yang panjang. Ia menang umur. Tentunya, ia lebih dahulu melakukan perenungan panjang mengenai kehidupan.
So, jagalah tambur itu agar tidak rusak. Pukullah dengan penuh rasa hormat. Karena bila tambur itu rusak, kamu tidak akan mendengar bunyi ritmisnya sama sekali. Jaga dan hormatilah gurumu. Melalui cara itu, kamu akan dengan cepat menyerap semua informasi yang diberikannya. Sebaliknya, bila
sudah terlebih dahulu menganggap remeh atau membenci, kamu akan susah memahami apa yang disampaikan dosen itu.
Ruang Kuliah Tak Hanya di Dalam Kelas
Kuliah tidak seharusnya hanya untuk mendapatkan nilai. Kuliah adalah persiapan sebelum kamu hidup yang sebenar-benarnya. Saat kuliah, kamu seharusnya mengembangkan seluruh potensi yang kamu miliki.
Kamu dan semua umat manusia, konon, memiliki sepuluh kecerdasan. Kesepuluh kecerdasan ini berguna bagi kehidupanmu. Karenanya, semua kecerdasan ini harus dikembangkan dengan baik. Ruang kuliah, seperti sudah kamu ketahui, hanya
mengasah dua atau tiga kecerdasanmu. Sisanya, kamu usahakan sendiri di luar ruang kuliah. Kamu harus mengusahakannya!
Potensi kecerdasan yang kamu miliki bisa berbentuk macam-macam.
1. Kecerdasan verbal-linguistik atau kecerdasan mengolah kata. Kamu cerdas verbal-linguistik bila kamu pintar bicara, berdebat, membuat cerpen atau novel, serta menulis artikel.
2. Kecerdasan numerik. Kecerdasan ini ditemukan pada orang yang bisa dengan mudah menangkap data dan angka. Biasanya, ia akan menjadi pemikir yang rasional dan tenang.
3. Kecerdasan ruang. Kecerdasan ini terbiasa melihat pola, desain, dan ruang. Biasa ditemukan pada profesi seniman, arsitek, dan koreografi yang bisa menggambarkan benda-benda atau kejadian, dua atau tiga dimensi, menjadi nyata.
4. Kecerdasan musikal. Kecerdasan yang berhubungan dengan suara, ritme, dan irama.
5. Kecerdasan fisik. Dengan kecerdasan ini, kamu dapat menggunakan tubuhmu dengan baik, seperti atlet dan penari.
6. ini dia yang dibutuhkan dalam gaul, kecerdasan interpersonal. Melalui kecerdasan ini, kamu dapat bergaul dengan mudah sehingga kamu mendapat julukan "cerdas gaul".
7. Kecerdasan intrapersonal (mengenai diri sendiri). Ini berarti, kamu memiliki kemampuan
untuk "sadar diri". Sadar diri ini berhubungan dengan caramu mengatasi emosi, misalnya rasa takut, rasa malu, atau rasa marah dan iri. Kecerdasan natural, yaitu kecerdasan yang
8. menunjukkan kepekaan kamu terhadap dunia sekitar kamu.
Apakah kamu dapat melihat situasi yang akan
9. terjadi dan mengambil tindakan tepat untuk menanggapinya" Bila yakin bisa melakukannya, kamu memiliki kecerdasan visi.
Kecerdasan integr itas. Kemampuan untuk 10 menghubungkan seluruh kecerdasan 1-9.
Ada catatan, nih. Ada juga yang membagi kecerdasan menjadi empat: kecerdasan fisik, kecerdasan emosi, kecerdasan mental, dan kecerdasan spiritual.
Nah, ruang kuliah-paling-paling-hanya mengasah kecerdasan verbal-linguistik. Sisanya, jangan harap bisa kamu dapatkan dari ruang kuliah. Kamu harus menggunakan waktu luangmu untuk melatih kecerdasan yang lain. Caranya bisa dengan mendaftarkan diri ke kegiatan ekstra yang sesuai dengan bakatmu, keinginanmu. Kamu bisa masuk kegiatan ekstra apa pun, bahkan yang tidak ada hubungannya dengan jurusan yang kamu pilih.
Bergaullah dengan banyak orang. Dengan gaul, kamu akan mengasah kecerdasan interpersonal dan intrapersonalmu. Bila menganggap kuliah hanyalah bolak-balik dari kamar ke ruang kuliah, kamu akan menyesal di kemudian hari. Ingatlah, kamu akan menjadi manusia justru bila kamu tidak terjebak di
ruang kuliah. Gunakanlah Tujuh Topi Berpikir
Saat kuliah, kamu akan mendapatkan banyak informasi dari dosenmu atau dari buku-buku yang kamu baca. Kalau kamu sering membaca, otakmu akan men-jadi gudang yang berisi tumpukan informasi. Informasi-informasi itu harus diolah dan dijadikan sesuatu yang baru. Ini berarti, kamu harus berpikir.
Bagaimana, sih, cara berpikir yang asyik"
Ada banyak cara, di antaranya yang diajukan Edward de Bono, yaitu dengan menggunakan sejumlah topi. De Bono menggunakan simbol topi bagi sejumlah cara berpikir.
Jadi, cara adalah topi karena ia menutupi kepala kita sehingga tidak lagi telanjang. Begitu menggunakan satu cara, kita telah menggunakan topi tertentu. Saat itu, cara berpikir yang didasarkan kebiasaan umum telah diganti.
Bagi de Bono, topi yang kita kenakan dalam berpikir itu tidaklah satu. Jadi, ada banyak topi. Ini berarti, ketika berpikir, kita secara bergantian menggunakan sejumlah topi dan tak pernah secara absolut hanya satu topi.
TUJUH TOPI BERPIKIR Topi PUTIH Carilah FAKTA, INFORMASI, dan TEORI sebanyak-banyaknya. Fakta akan menunjukkan simpulannya sendiri.
Topi MERAH Gunakan PERASAAN, PENGALAMAN, dan EMOSI kamu. untuk menanggapi FAKTA yang telah tersaji.
Topi HITAM Kini, bertanyalah, secara kritis. Carilah SISI NEGATIF dari FAKTA tadi, sekaligus dari tanggapan Topi MERAH.
Topi KUNING Cari alasan dan dukungan logis dari FAKTA yang kamu terima. Buat alasan dari tanggapan emosi kamu, juga buat argumen dari penilaian kritis kamu.
Topi HIJAU Carilah alternatif lain, simpulan yang berbeda dari simpulan yang sudah kamu dapatkan dari FAKTA-EAKTA.
Topi BIRU Buatlah jalinan antara hasil dari topi yang satu dengan topi yang lain. Kendalikan semuanya dengan baik agar menjadi, satu bangunan yang utuh.
Topi EMAS Merujuk pada TEORI atau PRINSIP.
Jadi, setiap informasi yang kamu terima dari bacaan (atau ceramah), hendaklah diolah dengan ketujuh topi ini. Caranya, ujilah informasi itu dengan sejumlah pertanyaan.
- Apa fakta dari pernyataan ini"
- Apakah saya bisa menerimanya begitu saja"
- Bagaimana perasaan saya bila pernyataan ini benar"
- Apa efek negatif bila pernyataan ini benar"
- Apa alasan logis dari pernyataan ini"
- Apakah hanya pernyataan ini yang benar"
- Adakah pernyataan lain"
- Apakah ada teori lain yang sama dengan pernyataan ini"
- Bagaimana saya bisa menstrukturkan pernyataan ini menjadi baru, menjadi milik saya"
Ketujuh topi ini dapat digunakan secara sembarangan. Maksudnya, kamu bisa saja terlebih dahulu menggunakan topi hitam (melakukan tinjauan kritis terhadap informasi yang kamu terima), kemudian topi-topi yang lain.
Melalui ketujuh topi ini, kamu tidak akan diam saja ketika mendengarkan ceramah dosen. Kamu justru akan terus melahirkan pertanyaan-pertanyaan terhadap informasi. Selamat mencoba!
SIAPAKAH TEMANMU Kamu Ditentukan oleh Temanmu
Pernah dengar lagu Tombo Ati" Salah satu pesan dari lima obat hati adalah bergaullah dengan orang-orang saleh. Kenapa begitu" Kalau kamu bandingkan dengan empat obat hati yang lain, bergaul dengan orang saleh adalah obat yang paling mudah dilakukan.
Bandingkanlah dengan obat hati dari Opick yang lainnya, yaitu membaca Al-Q
uran dengan maknanya, berpuasa sunnah, mengerjakan shalat malam, dan berzikir di malam hari secara khusyuk.
Membaca Al-Quran sangatlah berat, apalagi dengan maknanya segala. Buktinya, jujur saja, deh, apakah Al-Quran yang ada di kamarmu itu pernah dibaca" Berpuasa sunnah juga susah, selalu saja ada alasan untuk tidak berpuasa. Yang ketiga dan keempat adalah yang paling susah-pada malam yang dingin saat sedang asyik tidur atau menonton sepak bola, kamu diminta shalat malam dan berzikir. Namun, obat berteman dengan orang saleh sangatlah gampang. Apalagi, biasanya orang-orang yang saleh adalah orang-orang yang lembut dan baik hati.
Kenapa berteman dengan orang saleh menjadi obat bagi hati"
Berteman dengan seseorang berarti terus-menerus bersama dengan dia, saling membantu, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Melalui keakraban dalam waktu yang lama dengan seseorang, kamu akan terpengaruh dan menjelma seperti dia.
Sewaktu SMP, tentu kamu pernah disuruh praktik fisika tentang induksi magnetik. Teori ini mengatakan bahwa benda-benda tertentu dapat dipengaruhi dengan cara tertentu sehingga ia menjadi bersifat seperti magnet. Sifat magnet salah satunya adalah dapat menarik benda-benda lain.
Pada praktikum itu, kamu diminta menggosok-gosokkan penggaris plastikmu ke rambut kepala. "Gosokkan dalam gerak teratur!" begitu perintah guru fisikamu. "Lalu, coba dekatkan permukaan penggaris plastikmu pada serpihan kertas yang sudah tersedia sebelumnya."
Kamu pun mendekatkan penggaris itu dan ajaib, kertas-kertas itu terangkat mengikuti gerak penggaris. Serpihan kertas itu seperti menari-nari, tertarik oleh gerak penggaris plastikmu. Hal yang sama kamu temukan pada besi. Bila besi digosokkan atau sering bersentuhan dengan magnet, lama-kelamaan ia akan bersifat seperti magnet: dapat menarik benda-benda peng-hantar.
Nggak Sekadar Ngampus Karya Bambang Q-anees di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berteman pun memiliki rumusan yang sama. Semakin sering berdekatan dengan seseorang, kamu akan menjelma seperti dia. Hukum ini dibicarakan secara serius oleh filsuf Mullashadra.
Tentu saja, ada syarat-syarat khusus yang membuat kamu dapat terserap menjadi seperti temanmu. Syarat itu adalah ketulusan, kejujuran, dan keadilan. Nah, berteman dengan orang saleh
tentu dapat menjadi obat hati. Terus berdekatan dengan orang saleh akan membuat kamu mendapatkan pancaran kesalehannya yang membuat hati kamu terus-menerus tenteram.
Selama kuliah, carilah teman yang membuat kamu merasa tenteram dan dapat memberi kamu pancaran kesalehan. Temanmu menentukan siapa diri kamu. Melalui temanmu, kamu menemukan siapa dirimu. Tentu saja, bila kamu tulus, tak mengukur pertemanan berdasar untung-rugi sesaat; jujur, berarti kamu tidak mendekati seseorang demi memanipulasi dia; dan adil, apa yang kamu dapatkan, dia pun akan mendapatkannya atau memberikan sesuatu sesuai dengan porsinya.
Kata saleh memiliki arti yang cukup menarik. Kira-kira, arti saleh adalah "yang baik dan memperbaiki". Teman yang saleh berarti teman yang baik (bagi dirinya) dan (mau dan mampu) memperbaiki orang lain, yaitu kamu.
Mari, kita mengenali jenis-jenis temanmu berdasarkan kebiasaan tindakan mereka. Ada dua jenis tindakan yang menjadi ciri utama amal saleh, yaitu baik dan memperbaiki. Baik artinya ia baik bagi diri-nya sendiri-ia terus-menerus memperbaiki seluruh sikap dan emosinya. Memperbaiki artinya ia baik bagi orang lain-ia berusaha menyenangkan dan membahagiakan orang lain.
Nah, mari kita lihat kuadrannya!
[ inzomnia: kuadran tidak ditampilkan, download versi djvu atau beli buku aslinya :) ]
Berdasarkan tabel kuadran teman itu, kamu bisa menilai orang-orang di sekitarmu. Namun, kamu harus menghindari jebakan kemiripan antara keempat kuadran ini.
Teman yang saleh, sepintas lalu, mirip dengan teman Yes Man. Keduanya memiliki keinginan membuat orang lain bahagia. Perbedaannya, teman saleh membahagiakan orang lain dengan ketulusannya. Ia seperti matahari-ia menyinari karena ia memang bercahaya. Sementara teman yang Yes Man, berusaha mengada-ada. Ia mau tampil sedemikian menarik agar mendapatkan teman. Teman yang Yes Man adalah teman yang sangat kesepian dan mereka b
isa berubah menjadi teman saleh dengan syarat ia mulai memedulikan dirinya.
Sementara, teman yang egois dan teman yang bukan teman, sama-sama memiliki kemiripan tidak peduli pada orang lain. Mereka terkurung oleh dirinya sendiri. Bedanya, teman yang egois membuat kerajaan sendiri dengan dasar kesombongan bahwa dirinya tidak membutuhkan siapa pun. Teman egois merasa sudah cukup sempurna dan orang lain hanya datang untuk mengganggu.
Teman yang bukan teman juga mengurung dirinya karena rasa putus asa. Rasa putus asa yang luar biasa membuatnya mendendam pada siapa pun yang terlihat baik. Ia merasa tersinggung terhadap kesuksesan orang lain. Karena itu, ia ingin mencelakakannya.
Temanmu adalah Modalmu "Manusia merasa kesepian karena mereka membangun tembok dan bukannya jembatan." (Anonim) Pepatah ini harus kamu baca dengan saksama. Tembok pembatas akan membuat kamu kesepian. Sebaliknya, jembatan akan membuat kamu memiliki banyak teman. Kamu memang raja di kamarmu. Namun, jangan biarkan diri kamu menjadi raja yang lalim. Kamu harus menjadi raja yang memiliki banyak teman, raja-raja lain yang menguasai kerajaan kamar kecilnya.
Menolak mereka agar tidak membuat kamarmu jadi pasar tetap harus dilakukan. Namun, lakukan dengan cara yang sopan. Soalnya, cara yang kasar sama dengan membangun tembok penghalang antara kamu dan temanmu, maka gunakan cara yang lembut.
Cara kamu memperlakukan teman dapat mengasah kecerdasan emosi (EQ). Kecerdasan emosi ini adalah cara kamu mengelola emosi secara tepat. Kalau kamu pemarah, pemalu, terlalu arogan, egois, atau terlalu mengalah; semua itu menunjukkan kebodohan emosi. Kecerdasan emosi akan menunjukkan bagaimana cara kamu mengendalikan perasaanmu di tengah orang lain atau bagaimana mengendalikan keinginanmu di tengah sejumlah tantangan.
Kecerdasan emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan. Melalui kecerdasan ini,
kamu akan mendapatkan pengetahuan mengenai diri kamu sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain.
Berteman akan mengasah kecerdasan emosimu. Karena saat berteman, kamu akan mengenali diri kamu, misalnya, ternyata ada beberapa sikap dan sifatmu yang disenangi orang lain. Begitu kamu mengenali ada sifat buruk pada dirimu, kamu harus segera mengubahnya.
Namun, tidak semua sifatmu yang dianggap buruk oleh orang lain harus kamu ubah. Kamu tetap harus menyaringnya karena kamulah yang menjadi raja bagi dirimu. Sebagai raja, kamu bukanlah pelayan yang terus-menerus membuat orang lain senang.
Melalui berteman, kamu jadi paham bagaimana karakter orang per orang. Si A karakternya pemarah. Kepadanya kamu harus berhati-hati, jangan sampai menyinggung perasaannya. Si B orangnya pemalu, maka kamu harus membesarkan hatinya dan seterusnya.
Kenalilah teman-temanmu, catat karakternya, catat kebiasaannya, kenali bagaimana cara mengendalikannya (biasanya, kelemahan orang adalah apa yang paling disenanginya); kemudian buatlah catatan mengenai apa yang bisa kamu lakukan terhadap mereka.
Pengetahuan kamu tentang karakter teman-temanmu akan menjadi modal saat kamu hidup di tengah masyarakat. Karakter manusia hampir sama satu sama lain. Jadi, kalau memiliki catatan ihwal karakter teman-teman, kamu memiliki modal untuk mengenali karakter orang lain. So, jadikan teman-temanmu sebagai jembatan untuk mengenali diri dan karakter manusia secara umum.
Kamu harus membangun jembatan, bukannya dinding pemisah; barulah kamu dapat membangkitkan kecerdasan emosimu. Berempati adalah salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan emosimu. Empati adalah kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan pelbagai hal. Empati adalah memandang dengan perasaan orang lain. Andaikan kamu menjadi dia, itulah rumus empati. Melalui empati, kamu akan memahami kenapa si A jadi pemarah dan si B jadi pemalu. Melalui empati juga, kamu akan lebih
Empati adalah cara mengembangkan kedua telingamu dan menutup satu mulutmu yang kadangkala terlalu bawel. Emp
ati adalah lebih banyak mendengarkan-lebih dulu mendengarkan- sebelum memberikan penilaian. Jadilah telinga bagi teman-temanmu, sesekali bolehlah berkomentar. Kalaupun berkomentar, kamu harus berbicara sesuai dengan perasaan dia.
Empati yang baik akan menghasilkan sinergi. Apa itu sinergi" Uraian Sean Coveye cukup menarik untuk digunakan.
Kompromi berarti 1+1=114 Kerja sama adalah 1+1=2 Sinergi itu 1+1=3 atau lebih
Sinergi adalah kerja sama yang kreatif, seluruhnya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
Ketika kamu berteman, pastilah ada kerja sama dengannya. Dia punya satu hal, kamu juga punya satu hal. Keduanya disatukan dan menghasilkan sesuatu yang baru. Jika 1+1=1, ini berarti hubungan yang egois. Hanya ada satu yang menang, temanmu dikalahkan. Kalau berkomunikasi menggunakan cara seperti ini, kamu akan ditinggalkan teman-temanmu. Mereka merasa dijajah, dibungkam, dan tidak merasa mendapatkan sesuatu yang baru darimu. Kamu harus mencoba memberi milikmu kepadanya, tidak hanya meminta.
Kemudian, rumus 1+1=114. Ini namanya kompromi. Kamu memberikan sebagian dari diri kamu
pada dia dan dia pun begitu. Ini lebih baik daripada sikap egoistik, namun kurang memberikan banyak manfaat.
Bagaimana dengan 1+1=2" Ini namanya kerja sama. Kamu (pendapat, keyakinan, cita-cita) digabungkan menjadi satu kesatuan dengan temanmu. Sinergi adalah 1+1=8 atau 16 atau bahkan 1.600. Ini bukan penjumlahan, melainkan kerja sama kreatif yang menghasilkan manfaat yang lebih besar.
Temanmu bisa saja teman dari kuadran 1, namun ia tidak akan banyak memberi manfaat padamu bila kamu tidak melakukan sinergi dengannya. Dekati dia dan bekerja samalah untuk tidak hanya membuat potensi kalian berdua tidak terhambat. Lebih dari itu, jadikanlah gabungan dua potensi menjadi satu kekuatan baru yang menghasilkan manfaat-manfaat baru yang tak terduga sebelumnya.
Kamu adalah hasil sinergi kedua orangtuamu. Hasilnya adalah kamu+ayahmu+ibumu. Sinergi kedua orangtuamu tidak hanya menghasilkan kamu, melainkan menghasilkan perubahan kesadaran lelaki biasa menjadi seorang ayah dan kesadaran wanita biasa menjadi seorang ibu.
Namun, sinergi ini tak bisa dilakukan dengan mudah, kecuali kamu belajar untuk terus memberikan empatimu. Belajar menggunakan telinga lebih dahulu; belajar untuk lebih banyak mendengarkan, bukan memaksakan apa yang kamu yakini benar.
Percayalah, semakin banyak kamu bersinergi dengan teman-temanmu, semakin banyak kesenangan yang akan kamu raih. Lebih dari itu, masa depanmu juga ditentukan oleh sinergi yang kamu lakukan selama kuliah.
Tips dari Sean Covey: Mewujudkan Sinergi
RENCANA TINDAKAN -DEFINISIKAN MASALAH ATAU PELUANGNYA
Merumuskan masalah apa yang akan disinergikan dan mengukur peluang keberhasilannya.
-jalan mereka Berusaha memahami terlebih dahulu ide-ide orang lain.
-jalan saya Berusaha untuk dipahami dengan mengutarakan ide-idemu.
-urun rembuk Menciptakan kemungkinan dan ide-ide baru.
-jalan yang terbaik Mencari solusi terbaik. Selamat bersinergi! Waktu Luang Setelah kuliah, mengikuti aktivitas ekstra, mengobrol bareng teman, jalan-jalan, dan mengerjakan pekerjaan rumah (mencuci, menyapu, dan lain-lain); kamu masih punya banyak waktu luang. Pepatah menyatakan, "Keberhasilan seseorang bergantung pada bagaimana ia mengatur waktu luangnya!"
Untuk apa waktu luang itu" Pada bagian awal, kamu telah membaca bahwa saat-saat tertentu kamu butuh sendirian, tanpa orang lain. Kamu membutuhkan waktu pribadi yang kamu gunakan untuk menyapa dirimu, mengenali emosimu, dan memperbaiki semangatmu dalam perjalanan hidup
ini. Salah satu fungsi dari waktu luang adalah untuk mengasah gergajimu.
Bila kamu seorang tukang kayu, kamu tak bisa menghabiskan seluruh waktumu untuk menggergaji kayu. Sesekali, kamu harus berhenti untuk memeriksa gergajimu dan mengasahnya agar ia tetap tajam. Bila terus dipakai, gergaji itu akan patah atau tumpul. Akhirnya, gergaji itu tak bisa lagi kamu gunakan.
Kamu tentu saja bisa membeli gergaji baru untuk menggantikannya, namun itu tidak berlaku bila gergaji itu adalah kesadaran dan tenaga kamu. Gergaji patah b
isa diganti; namun bila kesadaran macet atau stres, kamu harus memperbaikinya dari dalam. Ini membutuhkan waktu yang tak sebentar. Makanya, jangan karena mengejar setoran, lantas kamu tak peduli pada kesehatan tubuhmu sendiri atau kamu lupa untuk menyenangkan pikiranmu.
Waktu luang sangat penting untuk mengasah gergaji atau untuk menambah kemampuanmu. Segala sesuatu yang digunakan terus-menerus akan aus, demikian juga pikiran, tubuh, dan kesadaranmu. Inilah hal terpenting dari tersedianya waktu luang.
Kapan kamu bisa menemukan waktu luang"
Waktu luang tidak datang begitu saja. Ia ada bergantung pada penilaian kamu mengenai "mana yang urgen (mendesak)" dan "mana yang penting". "Yang penting" merupakan hal-hal yang paling penting bagi kamu, kegiatan-kegiatan utama kamu, dan yang berkontribusi terhadap tercapainya misi
serta sasaranrnu. "Yang mendesak (urgensi)" merupakan hal-hal menekan yang menuntut perhatian agar segera dilaksanakan.
Kadang-kadang, kamu berada pada suatu situasi yang begitu terdesak. Semuanya harus diselesaikan sekarang juga. Saat itu, kamu merasakan kiamat kecil. Kamu panik dan hasil akhirnya bisa ditebak, kamu tidak bisa menyelesaikan pekerjaanmu.
Namun, ada pula orang yang justru dalam keadaan terdesak sanggup mengerjakan sesuatu secara baik. Ini dinamakan kecanduan urgensi. Jalan tengahnya adalah bila kamu sanggup memilah dan memilih, mana yang mendesak dan mana yang tidak. Agar kamu tahu bagaimana cara mengatur dirimu dalam waktu, lihatlah indeks urgensi berikut.
Indeks Urgensi Lingkarilah nomor pada deretan angka yang paling dekat menggambarkan perilaku atau sikap yang biasa pada kamu, sehubungan dengan pernyataan-pernyataan yang terdapat pada lajur kiri (0=Tidak Pernah [T]; 2=Kadang-Kadang [K]; 4=Selalu [S].
1 Dalam keadaan tertekan, saya bisa melakukan sesuatu secara baik. T-K-S
2 Saya sering menyalahkan tekanan dan luar diri atas kegagalan saya dalam memanfaatkan waktu guna melakukan introspeksi diri secara mendalam. T-K-S
3 Saya sering dibuat jengkel oleh kelambanan orang dan hal-hal di sekitar saya. Saya benci menanti dan berdiri menunggu giliran. T-K-S
4 Saya merasa bersalah kalau hari libur cuti dan menganggur tanpa pekerjaan. T-K-S
5 Sepertinya, saya selalu buru-buru berpindah dari. satu kejadian ke kejadian lain. T-K-S
6 Sering kali, saya. menyuruh orang menyingkir agar saya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. T-K-S
7 Kalau sedang ada pekerjaan, saya merasa cemas kalau saya lepas kontak dengan pemberi pekerjaan. T-K-S
8 Saya sering sibuk memikirkan satu hal ketika sedang melakukan hal-hal lain. T-K-S
9 Saya berada dalam situasi prima ketika sedang menangani situasi krisis. T-K-S
10 Kegairahan yang muncul dari ketegangan saat berada dalam krisis terasa lebih memuaskan daripada mengerjakan suatu pekerjaan secara bertahap. T-K-S
11 Untuk menangani masalah mendesak (krisis), saya sering memboroskan waktu yang sungguh bermakna dengan orang-orang yang penting dalam hidup saya. T-K-S
12 Saya mengendalikan bahwa orang lain pasti memahami bila saya terpaksa mengecewakan mereka atau membiarkan hal-hal tak terurus agar saya dapat menangani masalah-masalah mendesak. T-K-S
13 Saya selalu berupaya menangani suatu krisis untuk memberi suatu makna atau tujuan pada hidup saya. T-K-S
14 Saya sering makan sambil bekerja. T-K-S
15 Saya terus menerus berpikir bahwa suatu hari nanti, saya dapat melakukan, apa yang saya ingin laku kan. T-K-S
16 setumpuk pekerjaan yang berhasil saya bereskan membuat saya merasa sepertinya saya ini sungguh prodviktif. T-K-S
0-25 Pola pikir urgensi rendah (tak ada satu pun pekerjaan yang mendesak).
25-45 Pola pikir urgensi kuat.
46 + Kecanduan urgensi. Setelah menyelesaikan indeks urgensi ini, jumlahkanlah angka yang kamu lingkari untuk mendapatkan jumlah total dan ukurlah diri kamu dengan rumus ini.
Nah, kamu ada di level mana" Jujurlah! Melalui kejujuran, kamu dapat menemukan kebiasaan burukmu, lalu segera bisa mencarikan cara penyelesaiannya. Jujur membuat kamu bisa menemukan kebiasaan burukmu yang (misalnya) kecanduan urgensi. Penyakit ini membuat kamu terus-menerus panik
dan merampas waktu kamu untuk bersenang-senang atau santai. Agar lebih jelas, kamu bisa membaca kuadran waktu ini. Kuadran waktu ini disusun berdasarkan "apa yang mendesak" dan "apa yang penting".
Jenis-jenis Pengaturan Waktu
Apakah kamu berada dalam kuadran 4" Atau kuadran 1 dan 3" Marilah kita lihat bagaimana
karakteristik dari masing-masing kuadran!
Kuadran 1 (Orang yang Suka Menunda-nunda)
Bila berada di kuadran 1, kamu kehilangan kesadaran mana yang penting dan mana yang mendesak.
PR tentulah penting, namun karena kamu anggap akan dikumpulkan minggu depan; PR itu kamu biarkan. "Nanti sajalah," begitu katamu. Akhirnya, kamu mengerjakan PR malam hari pada hari pengumpulan. Hasilnya pastilah acak-acakan. Ciri utama dari kuadran ini adalah menunda-nunda sampai akhirnya, melupakan mana yang penting dan mendesak.
Bila berada pada kuadran ini, kamu akan membiarkan pakaian kotor di kamarmu itu menumpuk. Kamu merasa terlalu sibuk sehingga lupa mengembalikan buku atau VCD pinjaman. Moto orang pada kuadran ini adalah, "Saya akan berhenti menunda-nunda-Nanti!"
Kuadran 3 (Orang yang "Yes Men")
Bila berada pada kuadran 3, kamu adalah orang yang berusaha keras agar orang lain senang dan berusaha menanggapi semua keinginan mereka. Orang pada kuadran ini sering menganggap kepentingan orang lain sebagai sesuatu mendesak yang harus dikerjakan. Kalau ada teman yang datang ke kamarnya, ia akan mengajak begadang. Saat itu, kamu meninggalkan apa yang penting dan mendesak bagi dirimu sendiri. Kamu takut mengecewakan orang lain. Bila berada di kuadran 3
ini, kamu akan menjelma sebagai orang plinplan. Satu waktu, kamu punya rencana ini. Beberapa saat kemudian, kamu berubah pikiran karena orang lain mengajak kamu melakukan rencana lain.
Kuadran 4 (Orang yang Pemalas)
Ini kuadran yang paling bahaya. Kuadran ini diisi oleh orang yang mengerjakan secara serius hal-hal yang sebenarnya tidak penting dan tidak mendesak. Kamu berada di kuadran ini bila kamu terlalu banyak tidur, terlalu banyak main game, terlalu banyak menonton teve (bahkan film yang sudah kamu tonton sekalipun).
Inti kesalahan dari penghuni kuadran 1, 3, dan 4 adalah ketidakmampuan membedakan mana yang penting dan mana yang mendesak. Begitu kegiatan mendesak dianggap biasa-biasa saja, kegiatan itu akan menjadi bom waktu yang tak tertahankan begitu waktunya tiba. Begitu kegiatan penting dianggap sepele, kamu akan kehilangan banyak hal yang berharga. Maka, kamu harus mencoba meloncat ke kuadran 3.
Kuadran 2 (Tahu Menempatkan Prioritas)
Inti dari kuadran 2 adalah kamu tahu mana kegiatan yang penting dan mana yang tidak penting. Mana kegiatan yang mendesak dan mana yang biasa-biasa saja. Coba, deh, kenali kegiatan kamu. Bila melihat kuadran tadi, kamu akan menemukan empat jenis pekerjaan, yaitu:
a. pekerjaan penting yang tidak mendesak;
b. pekerjaan tidak penting yang mendesak;
c. pekerjaan tidak penting yang tidak mendesak;
d. pekerjaan penting yang mendesak.
Sebaiknya, kamu dapat mengenalinya satu per satu. Orang yang berdiam di kuadran 2 adalah orang yang sanggup memilih untuk mendahulukan pekerjaan yang penting secara bertahap sehingga pekerjaan tidak mendesak dirinya. Ia bisa leluasa mengerjakan suatu pekerjaan sesuai waktu dan kepentingannya.
Kamu bisa menjadi manusia di kuadran 2 bila belajar menghentikan sifat menunda-nunda, belajar berkata tidak pada ajakan orang lain, dan berhenti bersifat malas-malasan. Soalnya, seluruh sikap kuadran 1, 3, dan 4 ini memiliki efek yang cukup berbahaya bagi kamu.
Efek Kuadran 1 Kamu jadi gampang stres, sering mengalami kecemasan, kelelahan, dan prestasi kamu biasa-biasa saja.
Efek Kuadran 3 Memiliki reputasi sebagai "tukang" menyenangkan orang lain, kurang disiplin, dan disepelekan teman-temanmu.
Efek Kuadran 4 Kamu jadi kurang memiliki
tanggung jawab, memiliki rasa
bersalah ketika gagal, dan kemalasan yang tidak ketulungan.
Bila berada dalam kebiasaan kuadran 2, kamu akan menjadi orang yang bisa mengendalikan dirimu sendiri. Kamu akan benar-benar menjadi raja bagi dirimu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan 1. Kenalilah hal-hal y ang paling membuang waktumu.
Apakah kamu sungguh perlu mengobrol 2 jam di telepon, chatting sepanjang malam, atau nonton siaran ulang telenovela (atau sepak bola)"
Yang paling membuang waktuku adalah ...........
......... 2. Apakah kamu tukang menyenangkan orang lain,
yang mengatakan "YA" terhadap segala hal yang diinginkan orang lain" Kalau begitu, cobalah berlatih untuk berkata, "TIDAK"!
3. Kalau kamu punya ujian penting pada minggu
ini, janganlah menunda-nunda hingga satu hari sebelumnya untuk belajar. Belajarlah sedikit demi sedikit pada setiap harinya.
4. Ingat-ingatlah suatu rencana yang selama ini telah kamu tunda, padahal sangat penting bagi dirimu. Jadwalkan waktu untuk kamu laksanakan pada minggu ini.
Hal-hal yang aku tunda selama ini.................
KAMPUS KEEMPAT CARA MENANGANI PERUBAHAN RUTE
Kini, kamu siap melakukan perjalanan, seluruh bekal sudah disiapkan. Bekal yang dimaksud bukanlah sejumlah benda-benda seperti makanan, uang, dan selimut. Bekal perjalanan dirimu itu adalah sejumlah cara pandang yang jernih mengenai siapa dirimu, siapa temanmu, apa itu kuliah, bagaimana mengatur waktu, dan bagaimana mengatur kerajaan kecil kamarmu. Semua cara pandang baru itu adalah bekalmu.
Kini, kamu bisa melakukan perjalanan dengan penuh keyakinan. Kamu sudah tahu arah. Kamu juga sudah memahami bagaimana menjaga diri selama dalam perjalanan. Bekalmu, pemahaman baru itu, akan menjaga kamu bila selama perjalanan ada orang yang mau memanipulasimu. Sekarang, segeralah lakukan perjalanan, sebelum terlambat!
Oya, ada yang terlupa. Manusia tidak pernah lepas dari keraguan. Ada banyak orang yang tiba-tiba saja memutuskan jalur perjalanannya. Mulanya ia hendak ke kanan, lalu karena pikiran tertentu, ia ragu akan pilihannya dan memutuskan untuk berhenti dan memilih jalur lain.
Bila mengalami hal seperti ini, cobalah berhenti sejenak, merenung, dan menimbang-nimbang secara jernih. Bisa jadi, keputusanmu untuk mengubah jalur perjalanan berasal dari dorongan emosionalmu belaka, oleh rasa iri melihat orang lain merasakan kebahagiaan justru karena ia berbeda
arah perjalanan denganmu. Kamu mengubah jalur perjalanan mungkin juga karena takut mengalami kegagalan. Biasanya, ini bersumber dari pengalaman orang terdahulu yang memiliki cita-cita yang sama dan gagal.
Berhentilah sejenak, pikirkanlah! Tunda keputusanmu untuk berhenti. Tanyakan pada dirimu sendiri, seserius apa keinginanmu untuk pindah jalur" Apakah semua risiko sudah dihitung dengan baik" Apakah tidak terlambat bila harus pindah rute" Lakukan riset kecil pada dunia pilihan barumu itu, benarkah seperti yang kamu bayangkan bahwa ia memberi akhir yang bahagia atau hanya isu belaka"
Perompak-perompak Masa Depan
Memang, selalu saja ada perampok yang akan menghadang perjalanan siapa pun, juga perjalanan kamu saat ini. Perompak itu akan memprovokasi agar kamu menyerah dan tidak meneruskan perjalananmu. Bila kamu tetap teguh dalam niat awal, perompak itu akan membuat kamu ragu akan peralananmu. Ia akan mengajukan sejumlah cerita mengenai kegagalan orang sebelum kamu, orang yang memiliki rute perjalanan yang sama.
Perompak perjalananmu lahir dari senior-senior-mu. Mereka adalah (1) senior dari disiplin ilmu yang berbeda dengan pilihanmu, mereka berhasil dengan disiplin ilmunya; (2) senior dari disiplin ilmu yang sama denganmu dan mereka mengalami masa
sarjana yang suram. Begitu kamu menemukan dua fakta ini, muncullah perompak dari dalam dirimu, "Pilihanmu salah! Mendingan, kamu pindah jurusan atau berhenti saja, deh!" Seruan perompak itu semakin hari semakin kuat dan kamu bisa saja menyerah kalah.
Bila kamu berhadapan dengan perompak seperti ini, hadapilah dengan tenang. Jangan langsung mengiyakan, jangan langsung percaya padanya. Tugas perompak memang memisahkan kamu dari kafilah. Begitu terpisah, saat itu kamu menjadi sasaran empuk baginya. Bila kamu berhadapan dengan perompak seperti ini, kembalilah membuka jawaban sebelumnya, mengenai pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1. Apakah yang ingin kamu miliki (to have) dalam hidup"
2. Bila telah memilikinya, apa yang ingin kam
u lakukan (do) dalam hidup kamu"
3. Ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak (be)"
Bacalah jawaban-jawabannya, lalu hubungkan dengan jurusan baru yang akan kamu pilih itu. Melalui cara ini, kamu akan memahami apa yang harus kamu lakukan. Misalnya, kamu akan menemukan kesadaran bahwa pilihan kamu sekarang inilah yang paling sesuai dengan apa yang kamu inginkan atau sebaliknya.
Rumput Tetangga Terlihat Lebih Indah
Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih indah. Begitupun dengan keberhasilan. Ketika kamu melihat keberhasilan orang, memang selalu menggiurkan, seraya membuat kamu berpikir singkat. Kamu berkata, "Ia berhasil karena jurusannya menjanjikan masa depan! Sementara jurusan yang saya pilih sama sekali tidak menjanjikan masa depan!"
Padahal, keberhasilan seseorang bukan terletak pada ijazah. Keberhasilan seseorang terletak pada kemampuan dirinya. Lagian, kita sudah sepakat bahwa keberhasilan seseorang di perguruan tinggi ditentukan oleh banyak faktor. Ijazah bukan satu-satunya faktor. Keberhasilan seseorang bisa jadi karena ia memiliki kepribadian dan relasi yang luar biasa.
Lagi pula, belum tentu apa yang kamu anggap menyenangkan, juga menyenangkan. Kamu hanya memandangnya dari luar, seperti yang kamu lakukan saat mengamati akuarium. Ikan warna-warni berenang dengan tenang di dalam akuarium. Semuanya tampak tenang tanpa masalah. Sesekali, kamu mungkin merasa iri pada ketenangan ikan. Tapi, tontonlah film Finding Nemo, salah satu ikan yang ada di dalam akuarium sana bisa jadi ikan anak-anak yang terpisah dari ibunya. Ia kangen dan ketakutan. Ia ingin bertemu dengan ibunya. Ia mungkin bercucuran air mata, namun karena setiap air matanya langsung bercampur dengan air di
sekitarnya, kamu tak melihat tetesan air mata itu. Simpulannya, apa yang kamu anggap indah, belum tentu indah; apa yang kamu anggap menyenangkan, belum tentu juga mudah kamu dapatkan.
Kalau merasa iri, yang perlu kamu lakukan adalah istiqamah. Bersabarlah pada jalan yang sedang kamu tempuh. Keberhasilan adalah bila kamu tak menghentikan langkahmu. Kegagalan dan keberhasilan bergantung pada satu langkah saja. Bila bergerak satu langkah lagi, kamu mungkin berhasil. Sebaliknya, bila mundur satu langkah karena rasa iri, kamu pasti mengalami kegagalan.
Istiqamahlah! Tetaplah pada jalanmu, pada tekad awalmu!
Ini ada beberapa tips yang bisa membantumu untuk tetap beristiqamah dalam tujuan kuliahmu.
Tips 1: Menyemangati dan Memuji Diri Sendiri
Perlu kamu lakukan untuk memercayai diri sendiri. Saat kamu merasa percaya diri dan yakin, akan lebih mungkin melihat hasil yang positif. Jika belum percaya pada dirimu sendiri bahwa kamu adalah seorang pejalan yang punya tujuan berharga, berpura-puralah bahwa kamu adalah pejalan seperti Sinbad. Ia pejalan yang akan menemukan harta karun di depan sana. Mengapa" Meragakan diri sendiri membuat kamu takut mencoba.
Saat meramalkan kegagalan, besar kemungkinannya kamu menyerah karena pikirmu kamu sudah mengetahui hasilnya. Sebaliknya, saat meramalkan keberhasilan, kamu mungkin mengerahkan upaya terbaik dan mencapai tujuan yang telah kamu tentukan.
Untuk melihat diri dalam keadaan terbaik, tulislah sepuluh hal positif tentang dirimu. Pelajari daftar itu dan simpan di mana pun agar kamu dapat melihatnya setiap hari. Sehingga setiap kali kamu melihatnya, akan muncul dorongan rasa percaya diri. Setiap hari, katakan pada diri sendiri bahwa kamu kreatif, pintar, dan punya potensi hebat. Memuji diri sendiri dan sungguh-sungguh percaya bahwa kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, akan mendorongmu terus melangkah.
Kemudian, teruslah menghibur diri sehingga kamu selalu termotivasi. Dorong dan puji dirimu! Yakinlah akan dirimu! Itu akan membantumu.
Kumpulkan dan simpan sejumlah pujian yang pernah kamu dapatkan dari orang lain. Bahkan, kamu dapat membuat sebuah daftar hal baik yang dikatakan orang tentangmu dalam beberapa tahun ini. Misalnya, seorang temanmu bilang, "Kamu yang terbaik! Denganmu aku merasa tenang!" atau ibumu bilang, "Kamu anak terbaik yang pernah kumiliki." Tulislah semuanya. Namai kumpulan ini sebagai "Antologi
pujian atas diri" atau apa saja. Saat kamu merasa kecewa atau ragu-ragu, ambil daftar ini dan ingatkan dirimu betapa hebatnya kamu.
Ini ada saran menarik dari Caryn.
- Tulislah surat pada dirimu sendiri atau berpura-puralah surat itu dari seseorang yang kamu sayangi di dunia ini. Orang ini boleh siapa saja, nyata atau bayangan, manusia atau bukan. Jika mau, boleh lebih dari satu orang.
- Penulis surat itu semestinya orang yang mengenalmu dengan lebih jelas, memercayaimu, dan mencintaimu tanpa syarat.
- Menulis dan membaca surat dapat membantumu merasa lebih percaya akan kemampuanmu. Kamu bisa melihat contoh surat ini.
Buat saya, Apa kabar" Kamu kelihatan keren hari ini rambutmu, pakaianmu, dan semuanya. Kamu tampaknya benar-benar sehat dan bahagia dan ini membuat saya bahagia karena saya mengharapkan yang terbaik untukmu. Apa pun kesalahan yang kamu perbuat dalam hidup, sebenarnya kamu teramat baik di dalam. Saya tahu, kamu sebenarnya jauh lebih pintar daripada tingkahmu dan kadang-kadang kamu menyembunyikan idemu karena takut akan apa yang dipikirkan orang. Saya tahu, kamu juga orang yang sangat baik dan kamu memikirkan orang lain dengan sungguh-sungguh, khususnya yang kamu sayangi.
Satu hal lagi yang saya ketahui, yaitu kamu penulis yang baik. Ya, kamu! Saya membaca puisi yang kamu tulis kemarin dan hampir menangis. Karena itu begitu bagus. Saya juga suka sandiwara yang kamu tulis pada musim panas yang lalu.
Teruslah menulis! Jangan sampai rasa takut menghentikanmu. Kalau kamu kesepian, menulislah untuk saya. Saya selalu di sini untukmu.
Salam, -Saya Tips 2: Mengalahkan Penghambat Kreativitas
Pakar kreativitas, Dr. Teresa Amabile, menggambarkan lima penghambat kreativitas; di antaranya pengawasan, penilaian, penghargaan, tekanan, dan persaingan. Periksa daftar ini, kamu akan melihat semua penghambat itu berkenaan dengan penghakiman yang bersifat memadamkan kreativitas.
Tak ada yang mengesalkan ketimbang sekelompok hakim yang membuatmu sulit melakukan
apa pun-sulit memulai, sekaligus sulit menghargai yang telah kamu kerjakan. Setelah kamu mencoba memulai satu pekerjaan, apa yang terjadi" Adakah suara yang kamu kenal, suara yang tidak begitu menggembirakan, mengatakan hasil karyamu tidak bagus"
Bagaimana menyingkirkan hakim itu" Caryn menyarankan penyingkiran hakim dari dalam pikiran penulis, misalnya, sebagai berikut.
- Ambil selembar kertas kosong.
- Setel jam beker selama lima sampai sepuluh menit.
- Tulis pikiran negatif yang muncul di benakmu tentang kebiasaan baru yang akan kamu mulai, tentang dirimu, tentang hidupmu.
- Tulis sebanyak-banyaknya. Jangan cemaskan tata bahasa, ejaan, tanda baca, atau akal sehat.
- Jika macet, tulis saja "Tak terpikir ... tak terpikir ... tak terpikir" sampai kata-katanya muncul di kertasmu.
- Saat waktunya habis, sobek kertasnya hingga jadi serpihan kecil. Katakan kepada para hakim, "Kalian sudah selesai bicara, tetapi saya tak butuh kalian lagi!"
- Lemparkan serpihan kertas itu ke tempat sampah atau masukkan ke WC.
- Kemudian, tariklah napas panjang untuk bersantai.
- Mulailah melakukan kebiasaan barumu.
Tips 3: Mendobrak Hambatan Kreativitas
Salah satu hal yang menghambat kamu adalah terlalu banyak pertimbangan di dalam kepala kamu. Mau ke sini, sesuatu di kepalamu bilang, "Jangan! Nanti Mau memulai, ada juga suara di
kepalamu, "Nanti sajalah ... kamu, kan, masih capek!" atau "Nantilah ... semua orang juga begitu!" dan lainnya. Pokoknya, di kepalamu itu seperti ada hantu yang terus menjagamu tetap berada pada lingkaran kenyamanan.
Hantu yang terus membuatmu kaku itu bagi Caryn disebut "anjing penjaga". Begitu kamu memulai sesuatu, anjing penjaga itu melompat naik turun dan menggonggong. Ada saja yang ia perhatikan. Menurutnya, pekerjaan awalmu kurang meyakinkanlah, membosankanlah, atau sebagai tindakan bodoh-pokoknya serbasalah.
Ia bahkan mengancam menggigitmu dan menghalangi langkahmu. "Anjing pengawas yang menjengkelkan dan anjing pemburu yang kelelahan dan lambat. Anjing pengawas menginginkan semuanya rapi, teratur, terlindungi, dan dapat dipertahankan. Anjing pemburu yang ke
lelahan hanya ingin berguling-guling dan di-sayangi. Siapa yang dapat menyalahkan mereka" Keduanya hanya menginginkan kenyamanan dan keamanan."w
Caryn bilang, kamu harus segera mengatasi anjing itu, kecuali kamu sudah dengan tepat menerapkan pepatah, "Anjing menggonggong, kafilah berlalu". Tugas anjing memang menggonggong, tugas kamu sebagai kafilah, ya ... berlalu saja.
Selamat mencoba! Kepustakaan Covey, Stephen, Principle Centered Leadership
(terj.), Jakarta: Binarupa Aksara, 1997. Chopra, Deepak, Pemenuhan Hasrat Seketika
(terj.), Batam: Karisma Publishing Group, 2004. Merrill, A. Roger & Rebecca R. Merill, First Things
First, (terj.), Jakarta: Interaksara, 2004. _, Kehidupan itu Penting,
(terj.), Jakarta: Interaksara, 2004.
Bambang Q-Anees adalah seorang dosen Filsafat dan Teologi di Jurusan Aqidah Filsafat UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. S1 dan S2-nya dilalui di perguruan tinggi yang sama dan pada 2000, dia jadi PNS dosen. Jadilah dia pengajar tetap, lalu hari-harinya pun dipenuhi aktivitas bareng mahasiswanya. Menulis adalah aktivitas utama yang "terpaksa" dilakukannya dengan mencuri waktu tidurnya.
Sehari-harinya, ia sering mengenakan jins dan kerap nongkrong bareng mahasiswanya sambil ngopi dan membincangkan banyak hal. Semua ini berdasarkan filosofi yang dianutnya; mengajar berarti membantu mahasiswa untuk menemukan potensi dan kecerdasan dirinya. Filosofi ini membuatnya sering kehabisan waktu untuk meladeni tingkah polah mahasiswanya tersebut.
Filsafat mengajarkannya banyak hal. Paling tidak, ia mengajarkan ketelitian dalam berpikir dan disiplin dalam menjalankan kehidupan. Dulu, sewaktu baru pertama kali menjadi mahasiswa, dia pernah mengalami "gegar tradisi". Soalnya, SD dan SMP dia lalui di kampung yang cukup terpencil di Serang-Banten.
Ketika dia sekolah SMA di kota. Itu pun tetap saja membuatnya kebingungan, ketika terpaksa harus mandiri di kota besar, Bandung. Untunglah ada banyak teman baru yang menyelamatkannya.
Buku ini adalah sejumlah catatan dari semua yang pernah dia lakukan sebagai mahasiswa yang kini dapat menuai hasilnya (alhamdulillah cukup sukses).
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
tamat Menjenguk Cakrawala 7 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Gadis Ketiga 5
Namun, karena perjalanan ini menuju diri kamu di masa depan, karena perjalanan ini menuju kebahagiaan dirimu sendiri; tentulah yang dibawa selama perjalanan bukanlah benda-benda fisik. Yang harus kamu bawa adalah niat, semangat pantang menyerah, dan ketabahan.
Rasulullah pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghiffari.
"Wahai Abu Dzar, perbaharuilah perahumu karena lautan itu sangat dalam. Carilah perbekalan yang lengkap karena perjalanan itu sangat jauh. Kurangilah beban karena rintangan itu amatlah sulit untuk diatasi. Ikhlaslah dalam beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah Zat Yang Maha Melihat."
Kamu sudah baca" Ingatlah, lautan yang akan kita arungi sangatlah dalam. Jadi, kita harus memperbaiki perahu. Perahu itu adalah diri kita, seluruh kepribadian kita.
Perjalanan yang kamu lalui juga akan memakan waktu yang panjang. Jadi, kamu harus memiliki banyak bekal. Bekalnya adalah pengetahuan. Beban yang harus kamu kurangi adalah keinginan yang
berlebihan, rasa sombong, dan rendah diri. Sisanya, kamu harus ikhlas menemani saya di halaman-halaman berikut ini.
Pengetahuan adalah bekal yang harus kamu bawa. Ke mana kamu hendak menuju" Ini pengetahuan yang pertama. Apa dan bagaimana situasi selama perjalanan" Ini yang kedua.
Karena kamu sedang kuliah, pengetahuan tentang kehidupan selama kuliah sangatlah penting (pengetahuan kedua). Bila tidak tahu sedikit pun mengenai apa dan bagaimana kehidupan selama kuliah, kamu akan kehilangan arah: tersesat.
So, sebelum berangkat, ada baiknya kamu diam sejenak untuk melengkapi dirimu dengan tekad yang benar dan pengetahuan yang memadai. Nabi Yunus adalah seorang pejalan yang sangat terburu-buru. Kamu tentu tahu kisah lanjutannya. Kapal yang ia tumpangi mengalami kekacauan. Emosi dan masalah Nabi Yunus rupanya menyebar dan menimbulkan masalah bagi orang lain di sekitarnya. Akhirnya, Nabi Yunus harus dilemparkan ke laut, tak bisa meneruskan perjalanannya. Tak cuma itu, Nabi Yunus kemudian dimakan hiu besar. Ia baru selamat setelah menyadari kesalahannya.
Jangan terburu-buru, pelajari dengan saksama apa yang akan kamu dapatkan bila hendak melakukan perjalanan. Kamu tak boleh seperti Nabi Yunus. Karena masalahnya, orang lain menjadi kesusahan.
Kebiasaanmu , Harimaumu Kamu pasti kenal pepatah yang bilang, "Mulutmu, harimaumu!" Pepatah ini benar. Kamu akan mendapat bencana dari apa yang kamu bicarakan; kamu pun akan mendapat perlindungan dari apa yang kamu bicarakan. Kebiasaan pun memiliki logika yang sama. Apa yang kamu kerjakan berulang-ulang, tanpa kamu sadari adalah juga harimau kamu.
Ya. Kamu akan dimakan oleh kebiasaanmu itu. Kamu akan menjadi celaka oleh kebiasaan yang tidak pernah kamu sadari. Selama kuliah di perguruan tinggi adalah saat kamu mengenali dan mengubah kebiasaanmu itu.
Marilah kita kenali apa itu kebiasaan!
Apa yang kamu lakukan setiap bangun tidur" Apakah kamu berdiam sebentar, tidak langsung bangun; tetapi malah melihat langit-langit kamar" Apakah setelah bangun tidur pagi, kamu langsung ke kamar mandi" Apakah setelah bangun tidur, kamu langsung bernyanyi" Carilah apa yang biasa kamu lakukan tanpa berpikir! Semua itu adalah kebiasaanmu!
Apa yang kamu kerjakan ketika tidak ada aktivitas apa pun" Apakah kamu langsung meraih remote control seraya melihat televisi dengan tanpa tujuan, pindah-pindah channel tanpa ada satu pun yang kamu perhatikan" Apakah kamu memilih tidur atau mencari teman karena merasa
bosan sendirian di rumah"
Kebiasaan Sama Dengan Refleks
Kebiasaan merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, "Apa yang harus dilakukan dan mengapa"" Keterampilan adalah "Bagaimana melakukannya"" Dan keinginan adalah motivasi, "Keinginan melakukan"" Agar sesuatu menjadi kebiasaan dalam hidup kita, kita harus memiliki ketiga hal ini.
Batasan kebiasaan dari Covey ini cukup mengejutkan, terutama ketika menemukan batasan Islam dari Sachiko Murata, "Islam dipandang sebagai sebuah 'agama' (din) dengan tiga dimensi fundamentalnya.
Tiga dimensi itu adalah Islam (tunduk kepada kehendak Allah), iman (percaya kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya), dan ihsan (niat yang tulus, benar, dan baik). Kita juga bisa menyebutnya sebagai tindakan, pemahaman, dan niat yang benar, "
Jadi, iman berisi petunjuk, "Apa yang harus dilakukan dan mengapa""; Islam mengenai, "Bagaimana melakukannya""; sedangkan ihsan mengenai, "Keinginan melakukan"". Ajaran Islam, dengan demikian, mengarahkan kita pada kebiasaan
tertentu, kebiasaan yang memberi kedamaian.
Sayangnya, batasan iman, Islam, dan ihsan model Sachiko Murata ini jarang disadari oleh banyak pemeluk ajaran Islam. Tentu saja, kebiasaan umat Islam tidak mengarah pada kebiasaan yang baik dan afektif, malah sebaliknya. Kebiasaan kita benar-benar tanpa pengetahuan (iman), tanpa metodologi yang benar (Islam), juga tindakan tanpa hati sama sekali. Akibatnya adalah apa yang kita alami saat ini: Islam diidentikkan dengan terorisme.
Lupakan kesedihan ini. Kita kembali pada kebiasaan yang terkait dengan iman, Islam, dan ihsan. Allah pernah berfirman dalam Hadis Qudsi bahwa "Aku sebagaimana engkau kira."
Cara memandang menjadi penentu keberadaan suatu hal, bahkan Tuhan (wujud dan maujud-Nya) bergantung pada bagaimana kita memandang-Nya. Kalau kita beriman bahwa Allah adalah sumber seluruh alam dan kehidupan ini, alam dan kehidupan pun dikenai hukum yang sama: ia ada sebagaimana kita memandangnya.
Kalau hidup ini dipandang sebagai rahmat, ia akan memberi rahmat kepada kita; demikian pun sebaliknya. Syaikh Naqsabandi, mursyid utama Tarekat Naqsabandiyah, memiliki cara pandang yang unik terhadap diri manusia. Menurut Syaikh yang satu ini, semua manusia adalah pemahat; patungnya adalah diri sendiri.
Syaikh Naqsabandi memang menamai dirinya sebagai pemahat karena bagi Syaikh, begitu manusia dilahirkan dalam bayangannya kita ini
seperti kayu pahatan yang belum selesai bentuknya. Sudah ada bayangan bentuk, namun belum utuh sempurna, belum indah dan menarik.
Sadar tak sadar, seluruh tindakan kamu adalah kerja pemahatan. Salah sedikit saja, kayu diri itu akan tak berbentuk atau patah. Namun, kalau pekerjaan kamu sesuai dengan aturan Ilahiah, pekerjaan itu akan memahat tubuh kamu menjadi seperti rupa Ilahi.
Sayangnya, kamu lupa pada kerja pemahatan ini. Akibatnya, rupa kamu menjadi rupa ya
ng bukan-bukan. Bila kamu menemukan diri ini penuh nafsu dan amarah; jangan-jangan, itulah bentuk yang dihasilkan dari pekerjaan memahat kamu sehari-hari.
Wah, bahaya sekali bila kamu sering lupa pada konsekuensi tindakan sebagai pahatan bagi diri. Karena semakin seenaknya kamu bertindak, semakin buruk pula rupa kayu diri kamu. Bahkan, mungkin saja, rupa kamu tidak lagi berbentuk apa pun, selain kayu jelek yang hanya layak untuk kayu bakar.
Ya, makanya, kamu mesti merumuskan blue print rupa pahatan diri kamu. Merumuskan blue print membuat seluruh tindakan kamu sedikit demi sedikit membuat kayu diri berbentuk sesuai dengan citra Ilahi. Sebaliknya, tanpa blue print yang disadari, kamu akan menjelma menjadi sekadar kayu bakar.
Orang bijak melakukan penciptaan dalam dua kali: penciptaan pertama dalam rencana dan penciptaan yang kedua dalam tindakan. Rencana itu kemudian dijadikan sebagai tujuan akhir dari
penciptaan. Dengan cara inilah, kamu akan dapat menciptakan segala sesuatu menjadi berkualitas.
Kebiasaan terhubung dengan karakter. Apa itu karakter" Karakter, menurut Stephen Covey, pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita. Karena konsisten dan sering merupakan pola yang tak disadari; kebiasaan secara terus-menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita ... atau ketidakefektivan kita.
Karena terbiasa meniru pola orang kebanyakan, kita menjadi seperti orang kebanyakan. Karena terbiasa mengimani Tuhan sebagaimana orang kebanyakan, kitab suci tak pernah dijadikan pedoman, pokoknya apa yang biasa itulah yang lazim; itulah kebenarannya.
Kenali kebiasaan baik dan buruk, lalu ubahlah kebiasaan buruknya. Kuliah adalah kesempatan kamu untuk menetapkan sendiri tujuan untuk perubahan itu dan melakukan kerja keras untuk perubahan diri. Pasti tidak mudah. Asal kamu tahu, di dunia ini ada satu rumus sederhana: segala yang istimewa didapatkan dengan cara tak sederhana; segala yang biasa-biasa saja didapatkan dengan cara sederhana.
Untuk ke pasar, mereka harus melalui sungai yang cukup dalam. Pokoknya, seluruh kaki keledai itu akan terendam.
Suatu hari, Nashruddin akan menjual garam ke pasar. Garam itu dimasukkan ke dalam karung dan kini berada di atas punggung keledai. Saat me-nyeberangi sungai, Nashruddin mencambuki keledai itu agar dapat melewati sungai dengan segera. Tapi, keledai adalah keledai. Ia justru menyengajakan diri untuk berendam di kedalaman air sungai, sampai semua karung yang membawa garam itu terendam. Sesampainya di seberang sungai, Nashruddin marah besar. Pasalnya, garamnya telah lenyap setengah. Sebagian garam rupanya telah mencair dan terbawa arus air.
"Keledai sialan, kenapa kamu menjual garam pada air sungai"!" bentak Nashruddin. Keledai diam dan berjalan sambil melenggang.
Esok harinya, Nashruddin membawa barang dagangan baru. Seperti biasa, ia meletakkan karung di atas punggung keledai dan seperti biasa, mereka juga akan melewati sungai yang sama.
Begitu melewati sungai, keledai langsung menceburkan diri, merendam berlama-lama. Nashruddin tersenyum melihat kelakuan keledai. Setelah beberapa lama, Nashruddin menggiring keledai itu ke seberang sungai. Kali ini, keledai berjalan terseok-seok. Ia merasakan bebannya menjadi semakin berat.
"Hehehe ... tahu rasa kamu, keledai! Kini, cara yang sama tak menghasilkan manfaat yang sama. Kemarin, dengan cara merendamkan garam ke sungai, kamu dapat meringankan beban. Kini, merendamkan diri ke sungai, justru membuat bebanmu lebih berat ketimbang sebelumnya. Huh ... dasar keledai!"
Nashruddin sangat girang telah memperdayai keledai. Rupanya, kali ini, ia mengisi karung dagangannya dengan kapas. Tentu saja, kapas akan memberat begitu terkena air. Jadi, beban setelah masuk sungai lebih berat ketimbang sebelumnya.
Apa hubungan kisah Nashruddin dengan kebiasaan" Keledai Nashruddin bukan sembarang keledai. Ia adalah analogi bagi tubuh manusia. Konon, antara tubuh dan keledai memiliki kebiasaan yang sama. Keledai itu binatang yang lamban dan hanya bersuara kalau lapar atau k
ecapekan. Giliran mendapatkan kesenangan, keledai sama sekali tidak bereaksi: seperti tak mendapatkan apa-apa. Pola hidup keledai adalah demi kesenangan. Tubuh kita pun sama dengan itu: suka mengeluh dan lamban melakukan hal-hal baru.
Sifat lain dari keledai adalah ia akan mengulangi kegiatan yang sebelumnya dianggap menguntungkan. Bila sebelumnya, dengan cara merendamkan beban ke sungai, ia merasa bebannya berkurang; pada kali kedua, saat membawa kapuk, ia pun melakukan hal yang sama. Hasilnya tentu berbeda. Garam basah akan mencair, kapuk basah akan menggumpal dan memberat.
Kisah Nashruddin sebenarnya sedang menceritakan apa itu kebiasaan. Tubuhlah yang memproduksi kebiasaan, yaitu pengulangan tindakan-tindakan sebelumnya yang menyenangkan bagi tubuh. Karena itu, bila kita hendak melakukan perubahan, badanlah yang pertama kali menolaknya. Ingat, keledai hanya bersuara bila ia merasa lelah dan lapar. Reaksinya macam-macam. Kadang-kadang, muncul rasa kantuk, mual, berkunang-kunang, seluruh sendi terasa linu atau lemas, dan banyak hal lain lagi.
Menghadapi gejala-gejala seperti itu, kita akan segera berpikir, Wah, kayaknya harus berhenti dulu, nih. Kesehatan badan itu penting untuk dijaga! Begitu berhenti, badan tak bisa langsung pulih. Sebaliknya, justru ia akan memberikan gejala baru: ngantuk berat dan akhirnya tertidur.
Mengikuti cara Nashruddin, keledai badan ini harus diberi pelajaran. Kebiasaannya harus diubah. Salah satu caranya dengan membuat badan menjadi kapok. Kalau badan mengemukakan gejala kelelahan, abaikan dulu. Itu hanya gejala awal. Bila kita mengabaikannya, akhirnya badan akan segera menyesuaikan diri. Rasa capek yang muncul hanyalah cara badan untuk merayu agar kita mengurungkan niat awal. Melalui cara ini, ia tak akan mengeluh lagi. Ia akan memiliki kebiasaan baru, yaitu mendukung keinginan pikiran.
Jagalah Tubuhmu Jangan kamu remehkan tubuhmu! Kalaupun ia memiliki sifat dan sikap seperti keledai, tubuhmu tetaplah penting. Seluruh gagasan yang cemerlang keluar dari tubuhmu. Seluruh prestasi yang gemilang berasal juga dari bantuan tubuhmu. Pikiran keluar dari otak dan otak adalah organ tubuh yang tersimpan di tempurung kepalamu itu. Ini berarti, tanpa tubuhmu, tak ada otak; pikiranmu juga tak ada.
Mari, kita buat contoh sederhana. Kamu tahu komputer" Ya, komputer. Pada peralatan model komputer, kamu mengenali dua hal: hardware dan software. Seluruh benda-benda yang kamu beli di toko komputer adalah hardware-nya.
Ada banyak spesifikasi dengan ukuran kecepatan dan daya tampungnya masing-masing. Saat membeli hardware, kamu akan memilih yang terbaik: prosesornya harus paling cepat dan cerdas, harddisk-nya juga begitu, monitor harus yang terang dan lebar, dan seterusnya. Apakah komputer yang kamu beli dari toko itu langsung dapat dinyalakan" Apakah komputermu langsung bisa dioperasikan"
Tunggu dulu, semua hardware yang bagus dengan kualitas tertinggi itu tidak bakal langsung dapat dioperasikan. Hardware itu hanya benda mati, sama seperti besi mati yang dipenuhi jalinan kabel. Hardware komputermu itu baru akan beroperasi bila kamu isikan software-nya. Kamu harus isikan program tertentu (sesuai dengan
keinginan) pada komputermu. Melalui software itulah, besi mati dengan jalinan kabel yang aneh akan dapat menunjukkan fungsinya.
Nah, hubungan antara badan kamu dengan pikiranmu itu sama dengan hubungan antara hardware dan software. Program sehebat apa pun sangat bergantung pada ketersediaan hardware-nya. Sebaliknya, hardware sehebat apa pun hanya akan berguna bila diisi dengan program software yang luar biasa!
Tubuhmu itu adalah hardware terbaik yang diberikan Allah buat kamu. Melalui tubuhmu itulah, seluruh program hidupmu berjalan. Namun, tubuh saja tidak akan membuat kamu hebat. Tubuh harus berjalan sesuai program pikiranmu-tubuh harus dikendalikan oleh kesadaranmu.
Sayangilah tubuhmu, namun jangan biarkan dia manja. Bawaan tubuh adalah makan, bersenang-senang, dan tidur (seperti keledai). Tundukkan bawaan itu: isi program tertentu. Bila tubuhmu rusak, hidupmu akan hancur. Jangan biarkan bawaan tubuh mengend
alikan seluruh hidupmu. Latihlah tubuhmu biar tetap segar. Olahragalah dengan teratur. Begitu bangun pagi, segera regangkan seluruh otot dan persendianmu. Jangan lama-lama, cukup 10 menit. Setelah Shalat Subuh, baru kamu jalankan olahraga ringan seperti loncat-loncat atau lari-lari kecil.
Makanlah makanan yang bergizi dan jagalah kesehatanmu. Ingat, hanya kamu yang tahu apa
dokter hanya bisa bertanya, "Sakit apa"" So, kamulah yang tahu kapan saatnya istirahat dan kapan saatnya menjalankan program!
Tubuh itu seperti kendaraan yang akan membawa kamu ke tempat tujuanmu. Buatlah kendaraanmu itu tanpa masalah, jangan sampai ia mogok. Bisa saja kamu sangat cerdas; namun bila tubuhmu mogok (otakmu misalnya rusak), kamu akan kehilangan kecerdasan itu. Bisa saja kamu punya niat membantu orang; namun bila tubuhmu rusak, semuanya tinggal isapan jempol belaka.
Ada banyak mahasiswa yang sangat serius mengejar target impian, sampai-sampai ia membiarkan matanya jadi minus dan punggungnya jadi beng-kok. Itu bukan cara yang baik. Buat apa kamu berhasil bila kamu sakit-sakitan.
Bisa saja 10 tahun ke depan kamu menjadi orang yang sesuai dengan impianmu, namun kamu tidak bisa menikmatinya. Karena saat itu, kamu sedang berjuang menghadapi tubuhmu yang sedang mogok (sakit tipes, batuk-batuk, atau penyakit akibat kelelahan lainnya).
Bila dapat mengendalikan tubuhmu sesuai program, kamu akan bisa meningkatkan satu kecerdasan dalam dirimu, yaitu kecerdasan fisik.
KAMARMU, KERAJAANMU Bila seekor binatang dipindahkan dari hutan ke halaman rumahmu, ia akan melakukan sejumlah ritual pengenalan wilayah baru. Ia akan memandangi tem-pat barunya secara teliti, berjalan hilir mudik sampai menemukan batas nyaman dari wilayahnya.
Setelah itu, ia akan membuat tempat barunya menjadi tempat yang sesuai dengan seleranya. Tempat baru tentu saja memiliki bau yang asing, maka ia akan meludah atau kencing di tempat itu sampai tem-pat itu cocok dengan selera rasa betahnya.
Itu dilakukan di semua tempat yang telah dia observasi sebagai batas nyaman bagi dirinya. Dengan cara itu, binatang liar ini telah menjadikan tempat barunya sama dengan tempat lamanya: hutan. Ia siap hidup dengan nyaman seperti di rumahnya yang dulu. Bagi yang lain, harap hati-hati karena bila melanggar garis nyamannya; dia akan menerkamnya.
Nah, kamu juga baru pindah dari rumahmu ke tempat yang baru dan asing. Dulu, mungkin kamarmu serbalengkap dan berdekatan dengan dapur yang semuanya telah tersedia di sana. Satu-satunya kekurangan dari kamarmu yang dulu adalah peraturan.
Di rumah, kamu mendapatkan semuanya, kecuali kebebasan. Soalnya, pergi dan pulang harus
dibawahi kendali ibu bapakmu. Kamu pun harus izin atau setidaknya memberi tahu lewat telepon atau SMS. Di rumah, kamu juga tidak memiliki kebebasan dalam menentukan kapan waktu tidur dan waktu bangun. Bahkan, kamu pun tidak bisa membawa teman secara sembarangan dalam waktu lama.
Kini ... kamu mendapatkan seluruh kebebasan-mu. Kamar kos yang kamu dapatkan, sepenuhnya dibawah kendalimu. Tak ada bapak, tak ada ibu, tak ada kakak atau adik; kamulah penguasa tunggal di kamar itu. Apa pun yang kamu mau, bisa kamu lakukan kapan saja. Kamu bisa tidur jam berapa pun, bisa bangun jam berapa pun; semuanya bergantung pada keinginanmu. Temanmu bisa menginap di kamarmu dan pulang kapan saja sesuai keinginan kamu.
Kini, kamu mendapatkan kebebasan yang lama kamu idam-idamkan. Kamu mendapatkan kebebasan di kamarmu. Tapi, nanti dulu, apakah itu yang kamu namakan sebagai kebebasan" Apakah kebebasan adalah berbuat sesukamu, tanpa batas, tanpa kendali"
Jawabannya, kamu harus buat eksperimen ini. Cobalah angkat satu tanganmu, lalu lihatlah kelima jarimu. Manakah yang paling bebas bergerak ke segala arah" Jari telunjuk, jari tengah, jari manis, ke-lingking, atau ibu jarimu yang besar itu" Tentu saja ibu jari. Dialah yang paling bebas bergerak. Ibu jari bisa membuat gerakan rotasi (berputar) secara sempurna.
Nah, kini, ada pertanyaan kedua: Apakah kamu
mau ibu jarimu lebih bebas lagi" Soalnya, ibu jarimu itu belum benar-benar bebas. Ia masih menempel di telapak
tanganmu. Kalau mau lebih bebas lagi, coba (yang ini cukup dibayangkan) kamu potong ibu jarimu itu-pisahkan dari telapak tangan. Lalu, lihatlah, apakah ia bisa bergerak-gerak" Tentu saja, ia menjadi bangkai: diam dan membusuk tak lama lagi.
Kamu dapat menyimpulkan, dari eksperimen ini, bahwa kebebasan membutuhkan ikatan. Jempol bisa bebas bergerak justru karena ia terikat pada tempatnya. Ketika tanpa ikatan dengan telapak tangan, jempol justru tidak bisa bergerak sama sekali. Kalau begitu, kebebasan justru ditemukan dalam ikatan.
Kamu merasa bebas kalau kamu memiliki aturan. Tanpa aturan sama sekali, kamu bahkan tak bisa disebut bebas.
Kalau begitu, tunda dulu rasa senangmu. Kamu tidak boleh langsung merasa bebas sebebas-bebasnya. Kamu harus membuat ritual yang sama dengan bintang liar yang mendapat tempat baru. Pertama, kamu harus mengenali kamarmu. Coba teliti, pintu kamarmu, pintu jendela, periksa juga air untuk mandi; lalu ukurlah luas kamarmu dan buatlah rencana penataan kamar (di mana kamu akan menaruh komputer, rak buku, tempat tidur, baju kotor, dan lain-lain).
Kedua, setelah itu, keluarlah! Cermati tetangga-tetangga kamarmu. Kalau perlu, mengobrollah untuk mengenali karakter tetangga-tetangga barumu. Kini, kamu bergantung pada mereka. Kamu
menjadi bagian dari mereka. Bahkan, dapat dikatakan, kini merekalah keluargamu.
Kemukakan siapa kamu dengan cara yang benar tidak terlalu sombong, juga tidak terlalu merendah. Kalau terlalu sombong, kamu akan dijauhi, bahkan dibenci oleh tetangga-tetangga barumu. Sebaliknya, kalau terlalu merendah; kamu akan diinjak, dihina, dan menjadi anak bawang.
Ingat, kini kamulah yang mengendalikan seluruh kehidupanmu. Kamu kini menjadi raja bagi dirimu sendiri. Kenali tetangga barumu. Buatlah dirimu nyaman. Buatlah catatan kecil di buku harianmu mengenai karakter dan kesan pertamamu pada tetangga barumu itu.
Ketiga, keluarlah dari asramamu dan lihat daerah sekelilingmu. Seterusnya kamu tentukan sendiri langkah yang harus kamu lakukan.
Batas Nyaman Tapi yang paling penting dari semua itu adalah kamu harus membuat ritual garis batas nyaman. Kalau binatang melakukannya dengan mengencingi wilayah tempat tinggalnya, kamu tentu tidak harus begitu. Binatang memang mengandalkan hidung untuk mengenali suatu tempat; kalau dia mencium aroma yang sama dengan dirinya, dia akan segera mengenali bahwa itu tempat tinggalnya. Makanya, binatang memberi tanda tempat tinggalnya dengan air kencing, air liur, dan kotorannya.
Jadi, fungsi pertama dari air kencing bagi binatang adalah sebagai ciri bagi dirinya bahwa itu adalah tempat tinggalnya. Kamu tidak mesti sejorok itu. Kamu tetap harus memiliki kamar yang bersih seperti kamar hotel. Kamu cukup memberi tanda gambar atau kata-kata di pintu kamarmu. Tuliskan siapa dirimu di pintu itu, melalui cara ini kamu tidak keliru masuk kamar. Asal kamu tahu, kamar asrama pastilah kamar dengan bentuk, ukuran, dan warna pintu yang sama.
Fungsi kedua dari air kencing bagi binatang adalah tanda bagi binatang lain bahwa tempat dengan bau kencing seperti ini telah dikuasai. Binatang lain tak boleh sembarangan memasuki batas wilayah bau kencing itu, kalau nekat melampaui batas itu pastilah si pemilik wilayah akan menerkamnya.
Nah, kamu pun harus membuat tanda yang sama agar orang lain tidak seenaknya masuk ke kamar kamu. Kamulah binatang liar yang siap menerkam siapa pun yang melanggar batas nyaman kamarmu. Tentu saja tidak usah dengan air kencing, yang kamu butuh-kan adalah ketegasan dan keadilan.
Kamu harus tegas mengatur waktu kapan saatnya orang lain boleh bertamu ke kamarmu, kapan saatnya mereka harus hengkang dan balik ke kamarnya masing-masing. Kamu harus berani mengatakan pada mereka, "Maaf, ya, saya harus tidur lebih awal. Kalau bisa, saya ingin sendirian"; atau "Bisa nggak, mengetuk pintu duluan!"; atau "Wah, bukannya mengusir, nih, saya harus mengerjakan sesuatu untuk kuliah besok!"
Percaya, deh, semua kata-kata tadi tak mudah untuk kamu katakan. Kamu pasti akan dibayangi rasa takut dan segan. Apalagi yang bertamu ke kamarmu adalah seniormu di asrama atau senior
mu di kampus. Tapi, kalau kamu tidak pernah mencoba mengatakannya, kamu akan menjadi korban. Kamarmu akan menjadi terinal, semua orang masuk dan pergi tanpa jelas keperluannya.
Kalau kamarmu sudah jadi terminal, kamu bukan lagi raja di dalamnya; kamu mungkin hanya calo atau bukan siapa-siapa. Begitu kamarmu menjadi terminal, mereka akan menganggap semua yang ada di kamarmu adalah milik mereka. Mereka akan membuang sampah sembarangan, membuang puntung rokok di mana saja sambil berkata, "Wah, asbak di sini besar sekali, ya!" bahkan membawa teman-teman mereka yang tidak kamu kenal.
Kemukakan ketegasan kamu, katakan, "Maaf, bisa keluar dulu, saya mau tidur siang" atau kalimat lain yang membuat mereka bisa menghargai kerajaan kecilmu itu. Inilah yang dimaksud dengan ketegasan.
Raja Boneka dan Kompeni Belanda
Keadilan yang dimaksud adalah bila kamar kamu ingin dihargai orang, kamu pun harus menghargai kamar temanmu. Biasanya, kamu membuat standar ganda: pada orang lain kamu membuat aturan ideal, pada dirimu sendiri kamu memilih aturan yang sembarangan.
Kalau kamu melakukan kekonyolan seperti ini, ketegasan kamu tidak bakal dihargai. Mereka akan bilang (langsung atau hanya dalam hati), "Alaaah ... kamu juga kemarin seenaknya menggunakan kamar saya, nggak tahu waktu ...!" Kalau sudah begini, kamu benar-benar kehilangan kewibawaan. Kerajaan kamar kecilmu tidak lagi berdaulat, sebagai raja kamu hanya raja boneka.
Ihwal raja boneka, kamu pasti pernah dengar siasat kompeni Belanda untuk menundukkan raja-raja di negeri ini. Mulanya, mereka pedagang biasa, datang membawa barang dagangan yang hendak ditukarkan dengan hasil bumi di pelabuhan negeri ini.
Pedagang bebas, status kompeni waktu itu, tak memiliki hak istimewa; ia dianggap sama dengan pedagang dari negeri lain. Jadi, kalau mereka datang tidak tepat waktu, bisa saja barang-barang yang mereka butuhkan tak didapatkannya.
Akhirnya, mereka bernegosiasi agar mendapat hak istimewa dengan janji akan memberi harga yang lebih mahal ketimbang pedagang negeri lain. Karena harga yang ditawarkan cukup menggiurkan, raja-raja pe-milik pelabuhan mengabulkan negosiasi itu.
Setelah itu, kompeni Belanda mengajukan negosiasi baru, "Demi keamanan barang dagangan kami, beri kami keleluasaan membawa pasukan pengaman. Ini penting agar bisnis kita lancar, Tuan!"
Lagi-lagi, raja-raja pribumi setuju. Dibuatlah
loji-loji kecil tempat khusus pedagang Belanda dengan pasukan pengaman sendiri. Dengan uang di tangan, semua hal bisa dibeli, apalagi ada senjata yang lebih modern ketimbang pasukan kerajaan. Mereka pun bisa leluasa memperbesar pengaruhnya.
Perlahan namun pasti, mereka melebarkan daerah kekuasaannya-mulanya hanya loji kecil, sekarang halaman sekitar loji itu dianggap sebagai wilayah kekuasaannya. Mulanya mereka membeli barang melalui perantara kerajaan, kemudian membeli langsung. Mulanya bersopan-sopan, namun dengan senjata di tangan, mereka berdagang dengan paksaan.
Lalu, dengan siasatnya yang licik, mereka mengajukan hak monopoli. Bahwa hanya pada dia saja kerajaan itu boleh menjual hasil buminya. Saat monopoli terjadi, kompeni bisa menentukan harga-harga seenak udelnya sendiri.
Singkat cerita, raja pemilik pelabuhan itu kemudian tak memiliki kekuasaan sedikit pun. Semuanya diatur dan dikendalikan oleh pendatang kurang ajar itu, kompeni namanya. Sialnya, ada beberapa raja kecil yang merasa nikmat dalam penjajahan. Asal seluruh kebutuhan pribadinya dipenuhi kompeni, mereka rela melakukan apa pun. Untungnya ada orang-orang yang masih berpikiran sehat, mereka tidak rela dijajah; mereka memberontak. Orang-orang itu di antaranya adalah si Jampang atau si Pitung.
Nah, kamarmu adalah pelabuhan kecil itu. Kamu rajanya dan ada banyak orang model kompeni
Belanda yang ditolong, namun secara licik balik menguasai. Kalau bisa mengatasi seluruh rayuan dan manipulasinya, kamu akan merdeka. Bila tidak bisa, kamu akan menjadi raja boneka. Atau, kamu akan memberontak seperti si Pitung. Nah, lho, masa kamu dianggap ekstremis dan pembuat kerusuhan di kamarmu sendiri.
Antara Privasi dan Publik
Kamu pasti akan bil ang, "Ah ... terlalu didramatisasi. Masa ada mahasiswa yang bertindak seperti kompeni Belanda, orang lain juga tahu batas." Kamu boleh saja tidak percaya, namun kamu akan membuktikan sendiri bagaimana repotnya bila kamarmu sudah dimonopoli oleh orang lain.
Asal kamu tahu saja, harimau saja tahu betapa pentingnya wilayah dan waktu privat (pribadi). Karena itu, harimau yang baru dipindahkan dari hutan langsung mengencingi wilayahnya agar orang lain tak bisa sembarangan keluar-masuk. Harimau, binatang apa pun, juga kamu, memiliki saat-saat untuk sendirian. Kamu tidak bisa betah bila kamarmu terus-menerus dipenuhi orang lain.
Tidak percaya" Coba jawab pertanyaan ini: Apakah kamu pernah merasa sedih" Bila ya, saat merasa sedih, apakah kamu membutuhkan tempat untuk menyendiri, tempat kamu akan menangis sepuasnya" Saat sedih, kamu tak butuh siapa pun, hanya butuh dirimu sendiri. Baru setelah bisa
menangis sepuasnya, kamu membutuhkan teman mengobrol: curhat.
Pertanyaan kedua: Pernahkah kamu merasa capek dan membutuhkan ketenangan untuk beristirahat"
Ya, so pasti kamu juga manusia. Saat butuh waktu istirahat, kamu pun butuh tempat istirahat yang membuat kamu merasa nyaman tanpa gangguan sedikitpun. Saat capek, kamu mungkin butuh tidur dalam waktu yang lama atau mendengarkan musik ke-sukaanmu sepanjang hari.
Bayangkan bila kamarmu jadi pelabuhan kecil. Baru saja kamu membaringkan badanmu, tiba-tiba ada temanmu yang datang dengan temannya yang lain. Baru saja kamu menyetel lagu kesukaanmu, ada temanmu yang membawa kaset kesukaannya dan bilang, "Norak amat, sih, lagu kayak begitu didengerin, mendingan ini, nih ...!"
Lihatlah betapa kamu membutuhkan ruang privasi, ruang yang dapat digunakan saat kamu ingin sendirian. Ruang yang membuat kamu merasa aman dan nyaman.
Kamu perlu ruang yang aman untuk menyimpan foto dan buku-buku bacaanmu. Kamu juga butuh ruang yang nyaman untuk menyimpan seluruh cita-cita dan strategi pencapaiannya. Ruang seperti itu tidak terwujud begitu saja. Ruang seperti itu harus kamu perjuangkan. Kamu harus membangunnya secara perlahan. Mulanya pasti susah; tapi percayalah, lamakelamaan, orang lain akan memahami apa mau kamu.
Di samping ruang privat, kamu pun butuh ruang publik. Maksudnya, kamu pasti membutuhkan saat-saat berkomunikasi dengan orang lain. Kamu butuh juga mengobrol, kamu butuh teman. Jadi, kamarmu itu tidak seharusnya tertutup 24 jam, tak memberi peluang bagi temanmu untuk bermain. Mereka sesekali diundang atau diperbolehkan datang ke kamarmu, namun dalam waktu yang wajar. Menutup kamarmu dari siapa pun akan membuat kamu ditinggalkan teman-temanmu, kamu akan dianggap sombong atau sok jaim. Namun, membukanya 24 jam penuh sama saja dengan mengundang kompeni datang ke kamarmu.
Ingatlah satu catatan: ruang privat itu harus di-rebut, ruang privat itu harus diciptakan sesuai dengan kebutuhanmu, bukan berdasarkan kebutuhan orang lain. Kamulah rajanya, buatlah peraturan.
Ya, selama kuliah-dengan seluruh kebebasanmu memiliki kamar sendiri dan berada di luar kontrol kedua ortumu-kamulah rajanya. Kini, sukses dan tidak sukses, 100% di tangan kamu. Kini, saatnya kamu membuktikan diri bahwa kamu memang jagoan yang bisa mengejar seluruh mimpimu.
Kamu disebut raja bila kamu mengerahkan seluruh kemampuan maksimalmu untuk meraih apa yang kamu mau. Ingat, kamu sekarang sedang melakukan perjalanan panjang menuju dirimu yang paling membahagiakan di depan sana, bahkan mungkin juga di hari ini!
Kamu akan menjadi raja bila kamu dapat tegas
memilih untuk bahagia. Kamu memilih untuk terus mencari jalan bahagia bagi dirimu sendiri tanpa harus mengorbankan yang lain. Kamu dapat disebut raja di kerajaan kamarmu bila kamu bisa dengan tegas berkata, "Takkan kubiarkan kebiasaanmu yang jelek itu menular kepadaku!"
RUANG KULIAH ADALAH GELANGANG PERANG
Kini, kamu harus mengenali ruang kuliahmu. Tempatnya, sih, tidak ada bedanya dengan ruang kelas di SMA dulu. Ada ruang terbuka, di tengahnya ada kursi berjejer, papan tulis di bagian depan, serta podium dan kursi (yang sama dengan yang kamu duduki) khusus untuk dosenmu. Semuanya sama
, tidak ada yang istimewa. Bedanya hanya pada peraturan dan kebebasan.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu harus masuk kelas dengan seragam yang rapi, yang sama dengan teman-temanmu yang lainnya. Kini, saat kuliah, kamu boleh menggunakan pakaian apa pun, asal rapi dan sopan.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu diajari dan diberi simpulan dari teori-teori, dipaksa menghafal teori dan istilah. Kini, saat kuliah, kamu dididik menyelidiki alasan yang melandasi lahirnya suatu teori dan kamu tidak harus menghafal bila merasa tidak perlu.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu diasuh oleh guru di sekolah. Apa pun aktivitasmu (bolos, membuat kerusuhan, atau lainnya) pasti akan dilaporkan kepada orang-tuamu. Kini, saat kuliah, tak ada yang mengatur. Kamu bisa masuk atau bolos kuliah sesuai dengan keinginan kamu. Dosenmu juga tidak berhubungan dengan kedua ortumu.
Dulu, sewaktu di SMA, gurumu begitu aktif berbicara di depan kelas, menerangkan segala
sesuatu sampai detail. Saat kuliah, kamu akan menemukan dosen yang hanya mengemukakan sejumlah kata kunci-konsep-konsep inti saja-sisanya kamu sendirilah yang harus mengembangkannya.
Tak ada absensi yang akan dilaporkan ke rumahmu. Pihak perguruan tinggi hanya akan menyurati orang-tuamu bila kamu terlibat masalah besar (tindak pidana atau kematian).
Bila kamu bolos dari kuliah, itu bukan masalah perguruan tinggi, itu masalahmu sendiri. Kamu dianggap sudah dewasa. Karena itu, kamu diberi kebebasan untuk memilih masuk atau bolos kuliah. Tak ada yang memaksa kamu karena ibu bapakmu juga tidak tahu.
Thalab itu Bukan Menunggu
Uthlubul ilma walaw bishin, itulah bunyi salah satu Hadis Nabi yang cukup terkenal. Carilah ilmu sampai ke Negeri Cina, begitu umumnya orang memaknai hadis ini. Baiklah, kita mulai mengupas hadis ini.
Hadis ini berisi dua pesan. Perintah "mencari" ini pesan pertama dan "sampai ke Negeri Cina" adalah pesan kedua. Sepintas, hadis ini seperti menyatakan: Bahkan bila ilmu itu ada di Negeri Cina sekalipun, kamu harus mengejarnya,
mendapatkannya. Hadis ini begitu bersemangat. Jauhnya jarak bukan alasan untuk membiarkan ilmu menjadi mubazir. Ilmu ada untuk kamu kuasai. Jadi,
kuasailah ilmu walaupun letaknya sangatlah jauh, walaupun harus menyeberangi lautan dan gunung.
Jadi, hal pertama yang hendak disampaikan melalui hadis ini adalah bahwa manusia memiliki kewajiban untuk mencari dan menemukan ilmu, tanpa kecuali. Kuliah adalah salah satu cara pencarian itu. Kuliah, dengan demikian, pertama kali harus didasarkan pada niat untuk "mencari" dan "menemukan". Ini sengaja ditekankan karena kita sering menjadi tawanan kebiasaan "ingin dilayani" atau "bergantung pada orang lain".
Kita sering bergantung pada orang lain. Kita memiliki semangat karena ada orang lain yang memompanya. Kamu akan rajin kuliah bila dosennya cantik dan menyenangkan, atau ia sangat galak dan ketat. Namun, bila dosennya biasa-biasa saja, kamu akan menyepelekannya. Lihatlah, betapa cara kita hidup sangat ditentukan oleh orang lain! Ini dapat kamu buktikan sendiri.
Coba, deh, sesekali kamu amati perilakumu dan perilaku temanmu saat sudah berkumpul di kelas, lalu sang dosen tidak datang. Apakah yang kamu rasa-kan: (a) kamu merasa kesal atau (b) merasa se-nang" Apakah yang kamu lakukan: (a) berdiskusi atau membaca buku atau (b) menghabiskan waktu untuk nongkrong"
Bila jawaban kedua pertanyaan itu "b", kamu telah kehilangan semangat thalab. Kamu bukanlah "pencari" ilmu. Kamu hanya penerima, penunggu, dan penggerutu. Kamu bergerak bukan karena dirimu sendiri. Kamu bergerak karena orang lain.
Maka, terimalah nasib bahwa keberhasilanmu bergantung pada orang lain. Begitu sendirian, kamu benar-benar tidak berdaya.
Menjadi mahasiswa adalah menjadi thalab, menjadi pencari dan penemu yang tangguh. Pencari memiliki niat yang kuat dari dalam dirinya. Ia tak peduli pada kondisi yang dihadapinya. Ia akan mencari sampai ke Negeri Cina sekalipun. Ia akan terus mencari ilmu walaupun dosennya tidak ada dan terus tidak ada. Mungkin, ia akan bertanya kepada seniornya, membaca buku, atau menuliskan hasil bacaan. Ketidakhadiran dosen di ruang kuliah tidak akan m
embuatnya senang, tidak akan membuatnya berhenti mencari ilmu. Ilmu ada di mana-mana, bukan hanya dari mulut dosen. Jadi, tidak ada dosen bukanlah akhir dari segalanya.
Hal kedua dari hadis itu adalah kata Cina. Makna umumnya sudah dikemukakan bahwa Cina menunjuk daerah terjauh. Jadi, perintah menuntut ilmu tidak batal hanya karena jarak yang jauh. Dengan kata lain, jarak yang jauh bukan alasan yang menggugurkan kemestian mencari ilmu. Namun, kata Cina ternyata memiliki makna yang lain dan ini yang lebih penting.
Dalam khazanah sufistik, kata Cina tidak hanya kata untuk negeri yang jauh, namun juga sebuah kata sandi. Cina dalam bahasa Arab ditulis shyn (shad, ya, dan nun). Bila diurai dengan rumus abajadun, akan berjumlah 150. Angka 150 ini merujuk pada huruf qaf dan nun, membentuk kata qann.
Kata qann dalam bahasa Arab berarti "pengamatan, penelitian dengan cermat". Jadi, makna dari hadis itu ialah carilah ilmu dengan cara melakukan pengamatan atau penelitian yang cermat.
Kamu tidak bisa sambil lalu dalam mencari ilmu. Kamu tidak bisa menerima begitu saja suatu ilmu. Mencari memang membutuhkan pengamatan dan penelitian. Tanpa penelitian dan pengamatan; kamu tidak disebut pencari, melainkan penunggu atau penggerutu.
Makna kedua dari qann adalah "fokus, pemusatan". Ini menghasilkan makna lain dari hadis tadi, yaitu carilah ilmu sampai mencapai pemusatan. Carilah ilmu sampai ke titik fokusnya. Carilah ilmu bukan hanya permukaannya, masuklah ke inti terdalam dari suatu ilmu.
Wah, menarik juga, ya, permainan makna dari kata shyn. Kata ini ternyata memberi tahu kita tentang bagaimana cara kita mencari ilmu. Coba, deh, ucapkan keras-keras kalimat berikut ini!
- "Aku ingin mencari ilmu dengan sangat serius, jarak bukan halangan."
- "Aku adalah pencari ilmu, bukan penunggu. Sumber ilmu ada di mana-mana. Ke mana sumber ilmu, ke sanalah aku berada."
- "Aku ingin memfokuskan perhatian secara teliti untuk mendapatkan ilmu."
Dosenmu, Tambur yang Menunggu Tabuhan
Dosen kadang tampil menyebalkan-muncul sebentar, cas ... cis ... cus lalu memberi tugas yang berat-berat. Dosen kadang begitu tidak peduli apakah kamu paham atau tidak, bisa melakukan tugas itu atau tidak. Pokoknya, dia tampil sedingin es.
Pada orang seperti itu, kamu tidak bisa diam saja. Kamu harus menyerangnya. Kamu harus mencecarnya dengan pelbagai pertanyaan yang membuat es di wajahnya itu segera mencair. Sosok dingin dan tidak mau meraih dirimu itu akan semakin dingin dan menyusahkan bila tidak segera dipecahkan.
Dosen memang berbeda dengan guru. Dosen lebih berjarak, sedangkan guru kadang-kadang dapat bertindak seperti orangtua sendiri. Walaupun ada juga, sih, dosen yang sangat dekat dan hangat. Namun, kedekatan dengan dosen tidak bisa datang begitu saja.
Ibarat tambur, ia tak akan berbunyi, kecuali kamu menabuhnya memukulnya keras-keras. Maka, bacalah buku sebanyak-banyaknya sebelum masuk ruang perkuliahan. Ajukan bantahan atau pertanyaan sebelum ia menguap dan memutuskan untuk meninggalkan kelasmu, padahal baru 15 menit. Dan jangan biarkan ia merasa menang karena menemukan mulut kamu menganga.
Di hadapan tambur, kamu diminta untuk mendemonstrasikan kelincahan tanganmu dalam memukul secara berirama. Maksudnya, saat
mencecar dia (dengan sanggahan, pertanyaan, atau pendapat lain), kamu tidak boleh melakukannya secara monoton. Harus berirama. Kadang-kadang keras, kadang-kadang lembut, kadang-kadang cepat, bila perlu lambat. Kamu harus tahu situasi. Artinya, kamu tidak boleh mempermalukan dia dengan pertanyaan yang membuatnya gagap. Tapi, kamu juga tidak boleh terus-menerus memberikan pertanyaan yang membuat ia tidak berpikir sama sekali.
Strategi ini terlihat kejam. Tetapi, itulah satu-satunya cara agar ia tidak meremehkan kamu. Tanpa perlawanan sedikit pun, mereka akan tampil seadanya. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, justru membantu dosen agar melakukan persiapan secara matang. Sebaliknya, kalau didiamkan, ia akan masuk ke kelasmu tanpa persiapan sedikit pun. Soalnya terletak pada "pengulangan". Ya, dosen itu bisa jadi selama bertahun-tahun mengajar mata kuliah
yang sama. Jadi, ia hafal di luar kepala semua materi. Negatifnya, ia lupa untuk mengembangkan dirinya. Ia menganggap tanpa persiapan saja sudah cukup.
Nah, kalau kamu memberikan seribu pertanyaan kepadanya, itu sama dengan menolong dia dari kejumudan. Berikan pertanyaan dan dia akan berpikir keras.
Satu kebiasaan lain yang harus kamu lakukan selama kuliah adalah beranilah untuk mengajukan permintaan. Kalau kamu merasa tidak paham, kemukakan permintaan kepada dosen atau
temanmu agar ia mau menerangkannya buat kamu. Jangan takut, anggap saja dosen atau temanmu yang lebih pintar itu seperti Jin Aladin.
Jin Aladin, tentu saja, seperti jin lainnya berwajah seram. Namun, bila kamu mengajukan permintaan dengan sopan, ia akan memberikan secara sukarela. Maksudnya, rasa seram dan segan hanyalah sensasi awal sebelum kamu mengajukan permintaan. Setelah kamu melawan rasa takut, malu, atau segan; rasa takut itu terbukti tidak ada.
Awalnya pastilah sulit, tapi percayalah, semua yang pertama pasti terasa sungguh berat. Selanjutnya biasa aja, tuh!
Dosenmu bisa saja seperti tambur. Jika dirangsang dengan pertanyaan kritismu, baru ia akan memberikan seluruh bunyi ilmunya kepada kamu. Namun, bukan berarti kamu boleh menganggapnya remeh, lalu kamu permainkan.
Dosenmu, bagaimanapun, adalah sumber mata air jernih. Darinya kamu mendapatkan transfer ilmu atau informasi. Bisa saja ia malas membaca informasi baru yang berkaitan dengan mata kuliah yang ia ajarkan, namun ia memiliki pengalaman yang panjang. Ia menang umur. Tentunya, ia lebih dahulu melakukan perenungan panjang mengenai kehidupan.
So, jagalah tambur itu agar tidak rusak. Pukullah dengan penuh rasa hormat. Karena bila tambur itu rusak, kamu tidak akan mendengar bunyi ritmisnya sama sekali. Jaga dan hormatilah gurumu. Melalui cara itu, kamu akan dengan cepat menyerap semua informasi yang diberikannya. Sebaliknya, bila
sudah terlebih dahulu menganggap remeh atau membenci, kamu akan susah memahami apa yang disampaikan dosen itu.
Ruang Kuliah Tak Hanya di Dalam Kelas
Kuliah tidak seharusnya hanya untuk mendapatkan nilai. Kuliah adalah persiapan sebelum kamu hidup yang sebenar-benarnya. Saat kuliah, kamu seharusnya mengembangkan seluruh potensi yang kamu miliki.
Kamu dan semua umat manusia, konon, memiliki sepuluh kecerdasan. Kesepuluh kecerdasan ini berguna bagi kehidupanmu. Karenanya, semua kecerdasan ini harus dikembangkan dengan baik. Ruang kuliah, seperti sudah kamu ketahui, hanya
mengasah dua atau tiga kecerdasanmu. Sisanya, kamu usahakan sendiri di luar ruang kuliah. Kamu harus mengusahakannya!
Potensi kecerdasan yang kamu miliki bisa berbentuk macam-macam.
1. Kecerdasan verbal-linguistik atau kecerdasan mengolah kata. Kamu cerdas verbal-linguistik bila kamu pintar bicara, berdebat, membuat cerpen atau novel, serta menulis artikel.
2. Kecerdasan numerik. Kecerdasan ini ditemukan pada orang yang bisa dengan mudah menangkap data dan angka. Biasanya, ia akan menjadi pemikir yang rasional dan tenang.
3. Kecerdasan ruang. Kecerdasan ini terbiasa melihat pola, desain, dan ruang. Biasa ditemukan pada profesi seniman, arsitek, dan koreografi yang bisa menggambarkan benda-benda atau kejadian, dua atau tiga dimensi, menjadi nyata.
4. Kecerdasan musikal. Kecerdasan yang berhubungan dengan suara, ritme, dan irama.
5. Kecerdasan fisik. Dengan kecerdasan ini, kamu dapat menggunakan tubuhmu dengan baik, seperti atlet dan penari.
6. ini dia yang dibutuhkan dalam gaul, kecerdasan interpersonal. Melalui kecerdasan ini, kamu dapat bergaul dengan mudah sehingga kamu mendapat julukan "cerdas gaul".
7. Kecerdasan intrapersonal (mengenai diri sendiri). Ini berarti, kamu memiliki kemampuan
untuk "sadar diri". Sadar diri ini berhubungan dengan caramu mengatasi emosi, misalnya rasa takut, rasa malu, atau rasa marah dan iri. Kecerdasan natural, yaitu kecerdasan yang
8. menunjukkan kepekaan kamu terhadap dunia sekitar kamu.
Apakah kamu dapat melihat situasi yang akan
9. terjadi dan mengambil tindakan tepat untuk menanggapinya" Bila yakin bisa melakukannya, kamu memiliki kecerdasan visi.
Kecerdasan integr itas. Kemampuan untuk 10 menghubungkan seluruh kecerdasan 1-9.
Ada catatan, nih. Ada juga yang membagi kecerdasan menjadi empat: kecerdasan fisik, kecerdasan emosi, kecerdasan mental, dan kecerdasan spiritual.
Nah, ruang kuliah-paling-paling-hanya mengasah kecerdasan verbal-linguistik. Sisanya, jangan harap bisa kamu dapatkan dari ruang kuliah. Kamu harus menggunakan waktu luangmu untuk melatih kecerdasan yang lain. Caranya bisa dengan mendaftarkan diri ke kegiatan ekstra yang sesuai dengan bakatmu, keinginanmu. Kamu bisa masuk kegiatan ekstra apa pun, bahkan yang tidak ada hubungannya dengan jurusan yang kamu pilih.
Bergaullah dengan banyak orang. Dengan gaul, kamu akan mengasah kecerdasan interpersonal dan intrapersonalmu. Bila menganggap kuliah hanyalah bolak-balik dari kamar ke ruang kuliah, kamu akan menyesal di kemudian hari. Ingatlah, kamu akan menjadi manusia justru bila kamu tidak terjebak di
ruang kuliah. Gunakanlah Tujuh Topi Berpikir
Saat kuliah, kamu akan mendapatkan banyak informasi dari dosenmu atau dari buku-buku yang kamu baca. Kalau kamu sering membaca, otakmu akan men-jadi gudang yang berisi tumpukan informasi. Informasi-informasi itu harus diolah dan dijadikan sesuatu yang baru. Ini berarti, kamu harus berpikir.
Bagaimana, sih, cara berpikir yang asyik"
Ada banyak cara, di antaranya yang diajukan Edward de Bono, yaitu dengan menggunakan sejumlah topi. De Bono menggunakan simbol topi bagi sejumlah cara berpikir.
Jadi, cara adalah topi karena ia menutupi kepala kita sehingga tidak lagi telanjang. Begitu menggunakan satu cara, kita telah menggunakan topi tertentu. Saat itu, cara berpikir yang didasarkan kebiasaan umum telah diganti.
Bagi de Bono, topi yang kita kenakan dalam berpikir itu tidaklah satu. Jadi, ada banyak topi. Ini berarti, ketika berpikir, kita secara bergantian menggunakan sejumlah topi dan tak pernah secara absolut hanya satu topi.
TUJUH TOPI BERPIKIR Topi PUTIH Carilah FAKTA, INFORMASI, dan TEORI sebanyak-banyaknya. Fakta akan menunjukkan simpulannya sendiri.
Topi MERAH Gunakan PERASAAN, PENGALAMAN, dan EMOSI kamu. untuk menanggapi FAKTA yang telah tersaji.
Topi HITAM Kini, bertanyalah, secara kritis. Carilah SISI NEGATIF dari FAKTA tadi, sekaligus dari tanggapan Topi MERAH.
Topi KUNING Cari alasan dan dukungan logis dari FAKTA yang kamu terima. Buat alasan dari tanggapan emosi kamu, juga buat argumen dari penilaian kritis kamu.
Topi HIJAU Carilah alternatif lain, simpulan yang berbeda dari simpulan yang sudah kamu dapatkan dari FAKTA-EAKTA.
Topi BIRU Buatlah jalinan antara hasil dari topi yang satu dengan topi yang lain. Kendalikan semuanya dengan baik agar menjadi, satu bangunan yang utuh.
Topi EMAS Merujuk pada TEORI atau PRINSIP.
Jadi, setiap informasi yang kamu terima dari bacaan (atau ceramah), hendaklah diolah dengan ketujuh topi ini. Caranya, ujilah informasi itu dengan sejumlah pertanyaan.
- Apa fakta dari pernyataan ini"
- Apakah saya bisa menerimanya begitu saja"
- Bagaimana perasaan saya bila pernyataan ini benar"
- Apa efek negatif bila pernyataan ini benar"
- Apa alasan logis dari pernyataan ini"
- Apakah hanya pernyataan ini yang benar"
- Adakah pernyataan lain"
- Apakah ada teori lain yang sama dengan pernyataan ini"
- Bagaimana saya bisa menstrukturkan pernyataan ini menjadi baru, menjadi milik saya"
Ketujuh topi ini dapat digunakan secara sembarangan. Maksudnya, kamu bisa saja terlebih dahulu menggunakan topi hitam (melakukan tinjauan kritis terhadap informasi yang kamu terima), kemudian topi-topi yang lain.
Melalui ketujuh topi ini, kamu tidak akan diam saja ketika mendengarkan ceramah dosen. Kamu justru akan terus melahirkan pertanyaan-pertanyaan terhadap informasi. Selamat mencoba!
SIAPAKAH TEMANMU Kamu Ditentukan oleh Temanmu
Pernah dengar lagu Tombo Ati" Salah satu pesan dari lima obat hati adalah bergaullah dengan orang-orang saleh. Kenapa begitu" Kalau kamu bandingkan dengan empat obat hati yang lain, bergaul dengan orang saleh adalah obat yang paling mudah dilakukan.
Bandingkanlah dengan obat hati dari Opick yang lainnya, yaitu membaca Al-Q
uran dengan maknanya, berpuasa sunnah, mengerjakan shalat malam, dan berzikir di malam hari secara khusyuk.
Membaca Al-Quran sangatlah berat, apalagi dengan maknanya segala. Buktinya, jujur saja, deh, apakah Al-Quran yang ada di kamarmu itu pernah dibaca" Berpuasa sunnah juga susah, selalu saja ada alasan untuk tidak berpuasa. Yang ketiga dan keempat adalah yang paling susah-pada malam yang dingin saat sedang asyik tidur atau menonton sepak bola, kamu diminta shalat malam dan berzikir. Namun, obat berteman dengan orang saleh sangatlah gampang. Apalagi, biasanya orang-orang yang saleh adalah orang-orang yang lembut dan baik hati.
Kenapa berteman dengan orang saleh menjadi obat bagi hati"
Berteman dengan seseorang berarti terus-menerus bersama dengan dia, saling membantu, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Melalui keakraban dalam waktu yang lama dengan seseorang, kamu akan terpengaruh dan menjelma seperti dia.
Sewaktu SMP, tentu kamu pernah disuruh praktik fisika tentang induksi magnetik. Teori ini mengatakan bahwa benda-benda tertentu dapat dipengaruhi dengan cara tertentu sehingga ia menjadi bersifat seperti magnet. Sifat magnet salah satunya adalah dapat menarik benda-benda lain.
Pada praktikum itu, kamu diminta menggosok-gosokkan penggaris plastikmu ke rambut kepala. "Gosokkan dalam gerak teratur!" begitu perintah guru fisikamu. "Lalu, coba dekatkan permukaan penggaris plastikmu pada serpihan kertas yang sudah tersedia sebelumnya."
Kamu pun mendekatkan penggaris itu dan ajaib, kertas-kertas itu terangkat mengikuti gerak penggaris. Serpihan kertas itu seperti menari-nari, tertarik oleh gerak penggaris plastikmu. Hal yang sama kamu temukan pada besi. Bila besi digosokkan atau sering bersentuhan dengan magnet, lama-kelamaan ia akan bersifat seperti magnet: dapat menarik benda-benda peng-hantar.
Nggak Sekadar Ngampus Karya Bambang Q-anees di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berteman pun memiliki rumusan yang sama. Semakin sering berdekatan dengan seseorang, kamu akan menjelma seperti dia. Hukum ini dibicarakan secara serius oleh filsuf Mullashadra.
Tentu saja, ada syarat-syarat khusus yang membuat kamu dapat terserap menjadi seperti temanmu. Syarat itu adalah ketulusan, kejujuran, dan keadilan. Nah, berteman dengan orang saleh
tentu dapat menjadi obat hati. Terus berdekatan dengan orang saleh akan membuat kamu mendapatkan pancaran kesalehannya yang membuat hati kamu terus-menerus tenteram.
Selama kuliah, carilah teman yang membuat kamu merasa tenteram dan dapat memberi kamu pancaran kesalehan. Temanmu menentukan siapa diri kamu. Melalui temanmu, kamu menemukan siapa dirimu. Tentu saja, bila kamu tulus, tak mengukur pertemanan berdasar untung-rugi sesaat; jujur, berarti kamu tidak mendekati seseorang demi memanipulasi dia; dan adil, apa yang kamu dapatkan, dia pun akan mendapatkannya atau memberikan sesuatu sesuai dengan porsinya.
Kata saleh memiliki arti yang cukup menarik. Kira-kira, arti saleh adalah "yang baik dan memperbaiki". Teman yang saleh berarti teman yang baik (bagi dirinya) dan (mau dan mampu) memperbaiki orang lain, yaitu kamu.
Mari, kita mengenali jenis-jenis temanmu berdasarkan kebiasaan tindakan mereka. Ada dua jenis tindakan yang menjadi ciri utama amal saleh, yaitu baik dan memperbaiki. Baik artinya ia baik bagi diri-nya sendiri-ia terus-menerus memperbaiki seluruh sikap dan emosinya. Memperbaiki artinya ia baik bagi orang lain-ia berusaha menyenangkan dan membahagiakan orang lain.
Nah, mari kita lihat kuadrannya!
[ inzomnia: kuadran tidak ditampilkan, download versi djvu atau beli buku aslinya :) ]
Berdasarkan tabel kuadran teman itu, kamu bisa menilai orang-orang di sekitarmu. Namun, kamu harus menghindari jebakan kemiripan antara keempat kuadran ini.
Teman yang saleh, sepintas lalu, mirip dengan teman Yes Man. Keduanya memiliki keinginan membuat orang lain bahagia. Perbedaannya, teman saleh membahagiakan orang lain dengan ketulusannya. Ia seperti matahari-ia menyinari karena ia memang bercahaya. Sementara teman yang Yes Man, berusaha mengada-ada. Ia mau tampil sedemikian menarik agar mendapatkan teman. Teman yang Yes Man adalah teman yang sangat kesepian dan mereka b
isa berubah menjadi teman saleh dengan syarat ia mulai memedulikan dirinya.
Sementara, teman yang egois dan teman yang bukan teman, sama-sama memiliki kemiripan tidak peduli pada orang lain. Mereka terkurung oleh dirinya sendiri. Bedanya, teman yang egois membuat kerajaan sendiri dengan dasar kesombongan bahwa dirinya tidak membutuhkan siapa pun. Teman egois merasa sudah cukup sempurna dan orang lain hanya datang untuk mengganggu.
Teman yang bukan teman juga mengurung dirinya karena rasa putus asa. Rasa putus asa yang luar biasa membuatnya mendendam pada siapa pun yang terlihat baik. Ia merasa tersinggung terhadap kesuksesan orang lain. Karena itu, ia ingin mencelakakannya.
Temanmu adalah Modalmu "Manusia merasa kesepian karena mereka membangun tembok dan bukannya jembatan." (Anonim) Pepatah ini harus kamu baca dengan saksama. Tembok pembatas akan membuat kamu kesepian. Sebaliknya, jembatan akan membuat kamu memiliki banyak teman. Kamu memang raja di kamarmu. Namun, jangan biarkan diri kamu menjadi raja yang lalim. Kamu harus menjadi raja yang memiliki banyak teman, raja-raja lain yang menguasai kerajaan kamar kecilnya.
Menolak mereka agar tidak membuat kamarmu jadi pasar tetap harus dilakukan. Namun, lakukan dengan cara yang sopan. Soalnya, cara yang kasar sama dengan membangun tembok penghalang antara kamu dan temanmu, maka gunakan cara yang lembut.
Cara kamu memperlakukan teman dapat mengasah kecerdasan emosi (EQ). Kecerdasan emosi ini adalah cara kamu mengelola emosi secara tepat. Kalau kamu pemarah, pemalu, terlalu arogan, egois, atau terlalu mengalah; semua itu menunjukkan kebodohan emosi. Kecerdasan emosi akan menunjukkan bagaimana cara kamu mengendalikan perasaanmu di tengah orang lain atau bagaimana mengendalikan keinginanmu di tengah sejumlah tantangan.
Kecerdasan emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan. Melalui kecerdasan ini,
kamu akan mendapatkan pengetahuan mengenai diri kamu sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain.
Berteman akan mengasah kecerdasan emosimu. Karena saat berteman, kamu akan mengenali diri kamu, misalnya, ternyata ada beberapa sikap dan sifatmu yang disenangi orang lain. Begitu kamu mengenali ada sifat buruk pada dirimu, kamu harus segera mengubahnya.
Namun, tidak semua sifatmu yang dianggap buruk oleh orang lain harus kamu ubah. Kamu tetap harus menyaringnya karena kamulah yang menjadi raja bagi dirimu. Sebagai raja, kamu bukanlah pelayan yang terus-menerus membuat orang lain senang.
Melalui berteman, kamu jadi paham bagaimana karakter orang per orang. Si A karakternya pemarah. Kepadanya kamu harus berhati-hati, jangan sampai menyinggung perasaannya. Si B orangnya pemalu, maka kamu harus membesarkan hatinya dan seterusnya.
Kenalilah teman-temanmu, catat karakternya, catat kebiasaannya, kenali bagaimana cara mengendalikannya (biasanya, kelemahan orang adalah apa yang paling disenanginya); kemudian buatlah catatan mengenai apa yang bisa kamu lakukan terhadap mereka.
Pengetahuan kamu tentang karakter teman-temanmu akan menjadi modal saat kamu hidup di tengah masyarakat. Karakter manusia hampir sama satu sama lain. Jadi, kalau memiliki catatan ihwal karakter teman-teman, kamu memiliki modal untuk mengenali karakter orang lain. So, jadikan teman-temanmu sebagai jembatan untuk mengenali diri dan karakter manusia secara umum.
Kamu harus membangun jembatan, bukannya dinding pemisah; barulah kamu dapat membangkitkan kecerdasan emosimu. Berempati adalah salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan emosimu. Empati adalah kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan pelbagai hal. Empati adalah memandang dengan perasaan orang lain. Andaikan kamu menjadi dia, itulah rumus empati. Melalui empati, kamu akan memahami kenapa si A jadi pemarah dan si B jadi pemalu. Melalui empati juga, kamu akan lebih
Empati adalah cara mengembangkan kedua telingamu dan menutup satu mulutmu yang kadangkala terlalu bawel. Emp
ati adalah lebih banyak mendengarkan-lebih dulu mendengarkan- sebelum memberikan penilaian. Jadilah telinga bagi teman-temanmu, sesekali bolehlah berkomentar. Kalaupun berkomentar, kamu harus berbicara sesuai dengan perasaan dia.
Empati yang baik akan menghasilkan sinergi. Apa itu sinergi" Uraian Sean Coveye cukup menarik untuk digunakan.
Kompromi berarti 1+1=114 Kerja sama adalah 1+1=2 Sinergi itu 1+1=3 atau lebih
Sinergi adalah kerja sama yang kreatif, seluruhnya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
Ketika kamu berteman, pastilah ada kerja sama dengannya. Dia punya satu hal, kamu juga punya satu hal. Keduanya disatukan dan menghasilkan sesuatu yang baru. Jika 1+1=1, ini berarti hubungan yang egois. Hanya ada satu yang menang, temanmu dikalahkan. Kalau berkomunikasi menggunakan cara seperti ini, kamu akan ditinggalkan teman-temanmu. Mereka merasa dijajah, dibungkam, dan tidak merasa mendapatkan sesuatu yang baru darimu. Kamu harus mencoba memberi milikmu kepadanya, tidak hanya meminta.
Kemudian, rumus 1+1=114. Ini namanya kompromi. Kamu memberikan sebagian dari diri kamu
pada dia dan dia pun begitu. Ini lebih baik daripada sikap egoistik, namun kurang memberikan banyak manfaat.
Bagaimana dengan 1+1=2" Ini namanya kerja sama. Kamu (pendapat, keyakinan, cita-cita) digabungkan menjadi satu kesatuan dengan temanmu. Sinergi adalah 1+1=8 atau 16 atau bahkan 1.600. Ini bukan penjumlahan, melainkan kerja sama kreatif yang menghasilkan manfaat yang lebih besar.
Temanmu bisa saja teman dari kuadran 1, namun ia tidak akan banyak memberi manfaat padamu bila kamu tidak melakukan sinergi dengannya. Dekati dia dan bekerja samalah untuk tidak hanya membuat potensi kalian berdua tidak terhambat. Lebih dari itu, jadikanlah gabungan dua potensi menjadi satu kekuatan baru yang menghasilkan manfaat-manfaat baru yang tak terduga sebelumnya.
Kamu adalah hasil sinergi kedua orangtuamu. Hasilnya adalah kamu+ayahmu+ibumu. Sinergi kedua orangtuamu tidak hanya menghasilkan kamu, melainkan menghasilkan perubahan kesadaran lelaki biasa menjadi seorang ayah dan kesadaran wanita biasa menjadi seorang ibu.
Namun, sinergi ini tak bisa dilakukan dengan mudah, kecuali kamu belajar untuk terus memberikan empatimu. Belajar menggunakan telinga lebih dahulu; belajar untuk lebih banyak mendengarkan, bukan memaksakan apa yang kamu yakini benar.
Percayalah, semakin banyak kamu bersinergi dengan teman-temanmu, semakin banyak kesenangan yang akan kamu raih. Lebih dari itu, masa depanmu juga ditentukan oleh sinergi yang kamu lakukan selama kuliah.
Tips dari Sean Covey: Mewujudkan Sinergi
RENCANA TINDAKAN -DEFINISIKAN MASALAH ATAU PELUANGNYA
Merumuskan masalah apa yang akan disinergikan dan mengukur peluang keberhasilannya.
-jalan mereka Berusaha memahami terlebih dahulu ide-ide orang lain.
-jalan saya Berusaha untuk dipahami dengan mengutarakan ide-idemu.
-urun rembuk Menciptakan kemungkinan dan ide-ide baru.
-jalan yang terbaik Mencari solusi terbaik. Selamat bersinergi! Waktu Luang Setelah kuliah, mengikuti aktivitas ekstra, mengobrol bareng teman, jalan-jalan, dan mengerjakan pekerjaan rumah (mencuci, menyapu, dan lain-lain); kamu masih punya banyak waktu luang. Pepatah menyatakan, "Keberhasilan seseorang bergantung pada bagaimana ia mengatur waktu luangnya!"
Untuk apa waktu luang itu" Pada bagian awal, kamu telah membaca bahwa saat-saat tertentu kamu butuh sendirian, tanpa orang lain. Kamu membutuhkan waktu pribadi yang kamu gunakan untuk menyapa dirimu, mengenali emosimu, dan memperbaiki semangatmu dalam perjalanan hidup
ini. Salah satu fungsi dari waktu luang adalah untuk mengasah gergajimu.
Bila kamu seorang tukang kayu, kamu tak bisa menghabiskan seluruh waktumu untuk menggergaji kayu. Sesekali, kamu harus berhenti untuk memeriksa gergajimu dan mengasahnya agar ia tetap tajam. Bila terus dipakai, gergaji itu akan patah atau tumpul. Akhirnya, gergaji itu tak bisa lagi kamu gunakan.
Kamu tentu saja bisa membeli gergaji baru untuk menggantikannya, namun itu tidak berlaku bila gergaji itu adalah kesadaran dan tenaga kamu. Gergaji patah b
isa diganti; namun bila kesadaran macet atau stres, kamu harus memperbaikinya dari dalam. Ini membutuhkan waktu yang tak sebentar. Makanya, jangan karena mengejar setoran, lantas kamu tak peduli pada kesehatan tubuhmu sendiri atau kamu lupa untuk menyenangkan pikiranmu.
Waktu luang sangat penting untuk mengasah gergaji atau untuk menambah kemampuanmu. Segala sesuatu yang digunakan terus-menerus akan aus, demikian juga pikiran, tubuh, dan kesadaranmu. Inilah hal terpenting dari tersedianya waktu luang.
Kapan kamu bisa menemukan waktu luang"
Waktu luang tidak datang begitu saja. Ia ada bergantung pada penilaian kamu mengenai "mana yang urgen (mendesak)" dan "mana yang penting". "Yang penting" merupakan hal-hal yang paling penting bagi kamu, kegiatan-kegiatan utama kamu, dan yang berkontribusi terhadap tercapainya misi
serta sasaranrnu. "Yang mendesak (urgensi)" merupakan hal-hal menekan yang menuntut perhatian agar segera dilaksanakan.
Kadang-kadang, kamu berada pada suatu situasi yang begitu terdesak. Semuanya harus diselesaikan sekarang juga. Saat itu, kamu merasakan kiamat kecil. Kamu panik dan hasil akhirnya bisa ditebak, kamu tidak bisa menyelesaikan pekerjaanmu.
Namun, ada pula orang yang justru dalam keadaan terdesak sanggup mengerjakan sesuatu secara baik. Ini dinamakan kecanduan urgensi. Jalan tengahnya adalah bila kamu sanggup memilah dan memilih, mana yang mendesak dan mana yang tidak. Agar kamu tahu bagaimana cara mengatur dirimu dalam waktu, lihatlah indeks urgensi berikut.
Indeks Urgensi Lingkarilah nomor pada deretan angka yang paling dekat menggambarkan perilaku atau sikap yang biasa pada kamu, sehubungan dengan pernyataan-pernyataan yang terdapat pada lajur kiri (0=Tidak Pernah [T]; 2=Kadang-Kadang [K]; 4=Selalu [S].
1 Dalam keadaan tertekan, saya bisa melakukan sesuatu secara baik. T-K-S
2 Saya sering menyalahkan tekanan dan luar diri atas kegagalan saya dalam memanfaatkan waktu guna melakukan introspeksi diri secara mendalam. T-K-S
3 Saya sering dibuat jengkel oleh kelambanan orang dan hal-hal di sekitar saya. Saya benci menanti dan berdiri menunggu giliran. T-K-S
4 Saya merasa bersalah kalau hari libur cuti dan menganggur tanpa pekerjaan. T-K-S
5 Sepertinya, saya selalu buru-buru berpindah dari. satu kejadian ke kejadian lain. T-K-S
6 Sering kali, saya. menyuruh orang menyingkir agar saya dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. T-K-S
7 Kalau sedang ada pekerjaan, saya merasa cemas kalau saya lepas kontak dengan pemberi pekerjaan. T-K-S
8 Saya sering sibuk memikirkan satu hal ketika sedang melakukan hal-hal lain. T-K-S
9 Saya berada dalam situasi prima ketika sedang menangani situasi krisis. T-K-S
10 Kegairahan yang muncul dari ketegangan saat berada dalam krisis terasa lebih memuaskan daripada mengerjakan suatu pekerjaan secara bertahap. T-K-S
11 Untuk menangani masalah mendesak (krisis), saya sering memboroskan waktu yang sungguh bermakna dengan orang-orang yang penting dalam hidup saya. T-K-S
12 Saya mengendalikan bahwa orang lain pasti memahami bila saya terpaksa mengecewakan mereka atau membiarkan hal-hal tak terurus agar saya dapat menangani masalah-masalah mendesak. T-K-S
13 Saya selalu berupaya menangani suatu krisis untuk memberi suatu makna atau tujuan pada hidup saya. T-K-S
14 Saya sering makan sambil bekerja. T-K-S
15 Saya terus menerus berpikir bahwa suatu hari nanti, saya dapat melakukan, apa yang saya ingin laku kan. T-K-S
16 setumpuk pekerjaan yang berhasil saya bereskan membuat saya merasa sepertinya saya ini sungguh prodviktif. T-K-S
0-25 Pola pikir urgensi rendah (tak ada satu pun pekerjaan yang mendesak).
25-45 Pola pikir urgensi kuat.
46 + Kecanduan urgensi. Setelah menyelesaikan indeks urgensi ini, jumlahkanlah angka yang kamu lingkari untuk mendapatkan jumlah total dan ukurlah diri kamu dengan rumus ini.
Nah, kamu ada di level mana" Jujurlah! Melalui kejujuran, kamu dapat menemukan kebiasaan burukmu, lalu segera bisa mencarikan cara penyelesaiannya. Jujur membuat kamu bisa menemukan kebiasaan burukmu yang (misalnya) kecanduan urgensi. Penyakit ini membuat kamu terus-menerus panik
dan merampas waktu kamu untuk bersenang-senang atau santai. Agar lebih jelas, kamu bisa membaca kuadran waktu ini. Kuadran waktu ini disusun berdasarkan "apa yang mendesak" dan "apa yang penting".
Jenis-jenis Pengaturan Waktu
Apakah kamu berada dalam kuadran 4" Atau kuadran 1 dan 3" Marilah kita lihat bagaimana
karakteristik dari masing-masing kuadran!
Kuadran 1 (Orang yang Suka Menunda-nunda)
Bila berada di kuadran 1, kamu kehilangan kesadaran mana yang penting dan mana yang mendesak.
PR tentulah penting, namun karena kamu anggap akan dikumpulkan minggu depan; PR itu kamu biarkan. "Nanti sajalah," begitu katamu. Akhirnya, kamu mengerjakan PR malam hari pada hari pengumpulan. Hasilnya pastilah acak-acakan. Ciri utama dari kuadran ini adalah menunda-nunda sampai akhirnya, melupakan mana yang penting dan mendesak.
Bila berada pada kuadran ini, kamu akan membiarkan pakaian kotor di kamarmu itu menumpuk. Kamu merasa terlalu sibuk sehingga lupa mengembalikan buku atau VCD pinjaman. Moto orang pada kuadran ini adalah, "Saya akan berhenti menunda-nunda-Nanti!"
Kuadran 3 (Orang yang "Yes Men")
Bila berada pada kuadran 3, kamu adalah orang yang berusaha keras agar orang lain senang dan berusaha menanggapi semua keinginan mereka. Orang pada kuadran ini sering menganggap kepentingan orang lain sebagai sesuatu mendesak yang harus dikerjakan. Kalau ada teman yang datang ke kamarnya, ia akan mengajak begadang. Saat itu, kamu meninggalkan apa yang penting dan mendesak bagi dirimu sendiri. Kamu takut mengecewakan orang lain. Bila berada di kuadran 3
ini, kamu akan menjelma sebagai orang plinplan. Satu waktu, kamu punya rencana ini. Beberapa saat kemudian, kamu berubah pikiran karena orang lain mengajak kamu melakukan rencana lain.
Kuadran 4 (Orang yang Pemalas)
Ini kuadran yang paling bahaya. Kuadran ini diisi oleh orang yang mengerjakan secara serius hal-hal yang sebenarnya tidak penting dan tidak mendesak. Kamu berada di kuadran ini bila kamu terlalu banyak tidur, terlalu banyak main game, terlalu banyak menonton teve (bahkan film yang sudah kamu tonton sekalipun).
Inti kesalahan dari penghuni kuadran 1, 3, dan 4 adalah ketidakmampuan membedakan mana yang penting dan mana yang mendesak. Begitu kegiatan mendesak dianggap biasa-biasa saja, kegiatan itu akan menjadi bom waktu yang tak tertahankan begitu waktunya tiba. Begitu kegiatan penting dianggap sepele, kamu akan kehilangan banyak hal yang berharga. Maka, kamu harus mencoba meloncat ke kuadran 3.
Kuadran 2 (Tahu Menempatkan Prioritas)
Inti dari kuadran 2 adalah kamu tahu mana kegiatan yang penting dan mana yang tidak penting. Mana kegiatan yang mendesak dan mana yang biasa-biasa saja. Coba, deh, kenali kegiatan kamu. Bila melihat kuadran tadi, kamu akan menemukan empat jenis pekerjaan, yaitu:
a. pekerjaan penting yang tidak mendesak;
b. pekerjaan tidak penting yang mendesak;
c. pekerjaan tidak penting yang tidak mendesak;
d. pekerjaan penting yang mendesak.
Sebaiknya, kamu dapat mengenalinya satu per satu. Orang yang berdiam di kuadran 2 adalah orang yang sanggup memilih untuk mendahulukan pekerjaan yang penting secara bertahap sehingga pekerjaan tidak mendesak dirinya. Ia bisa leluasa mengerjakan suatu pekerjaan sesuai waktu dan kepentingannya.
Kamu bisa menjadi manusia di kuadran 2 bila belajar menghentikan sifat menunda-nunda, belajar berkata tidak pada ajakan orang lain, dan berhenti bersifat malas-malasan. Soalnya, seluruh sikap kuadran 1, 3, dan 4 ini memiliki efek yang cukup berbahaya bagi kamu.
Efek Kuadran 1 Kamu jadi gampang stres, sering mengalami kecemasan, kelelahan, dan prestasi kamu biasa-biasa saja.
Efek Kuadran 3 Memiliki reputasi sebagai "tukang" menyenangkan orang lain, kurang disiplin, dan disepelekan teman-temanmu.
Efek Kuadran 4 Kamu jadi kurang memiliki
tanggung jawab, memiliki rasa
bersalah ketika gagal, dan kemalasan yang tidak ketulungan.
Bila berada dalam kebiasaan kuadran 2, kamu akan menjadi orang yang bisa mengendalikan dirimu sendiri. Kamu akan benar-benar menjadi raja bagi dirimu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan 1. Kenalilah hal-hal y ang paling membuang waktumu.
Apakah kamu sungguh perlu mengobrol 2 jam di telepon, chatting sepanjang malam, atau nonton siaran ulang telenovela (atau sepak bola)"
Yang paling membuang waktuku adalah ...........
......... 2. Apakah kamu tukang menyenangkan orang lain,
yang mengatakan "YA" terhadap segala hal yang diinginkan orang lain" Kalau begitu, cobalah berlatih untuk berkata, "TIDAK"!
3. Kalau kamu punya ujian penting pada minggu
ini, janganlah menunda-nunda hingga satu hari sebelumnya untuk belajar. Belajarlah sedikit demi sedikit pada setiap harinya.
4. Ingat-ingatlah suatu rencana yang selama ini telah kamu tunda, padahal sangat penting bagi dirimu. Jadwalkan waktu untuk kamu laksanakan pada minggu ini.
Hal-hal yang aku tunda selama ini.................
KAMPUS KEEMPAT CARA MENANGANI PERUBAHAN RUTE
Kini, kamu siap melakukan perjalanan, seluruh bekal sudah disiapkan. Bekal yang dimaksud bukanlah sejumlah benda-benda seperti makanan, uang, dan selimut. Bekal perjalanan dirimu itu adalah sejumlah cara pandang yang jernih mengenai siapa dirimu, siapa temanmu, apa itu kuliah, bagaimana mengatur waktu, dan bagaimana mengatur kerajaan kecil kamarmu. Semua cara pandang baru itu adalah bekalmu.
Kini, kamu bisa melakukan perjalanan dengan penuh keyakinan. Kamu sudah tahu arah. Kamu juga sudah memahami bagaimana menjaga diri selama dalam perjalanan. Bekalmu, pemahaman baru itu, akan menjaga kamu bila selama perjalanan ada orang yang mau memanipulasimu. Sekarang, segeralah lakukan perjalanan, sebelum terlambat!
Oya, ada yang terlupa. Manusia tidak pernah lepas dari keraguan. Ada banyak orang yang tiba-tiba saja memutuskan jalur perjalanannya. Mulanya ia hendak ke kanan, lalu karena pikiran tertentu, ia ragu akan pilihannya dan memutuskan untuk berhenti dan memilih jalur lain.
Bila mengalami hal seperti ini, cobalah berhenti sejenak, merenung, dan menimbang-nimbang secara jernih. Bisa jadi, keputusanmu untuk mengubah jalur perjalanan berasal dari dorongan emosionalmu belaka, oleh rasa iri melihat orang lain merasakan kebahagiaan justru karena ia berbeda
arah perjalanan denganmu. Kamu mengubah jalur perjalanan mungkin juga karena takut mengalami kegagalan. Biasanya, ini bersumber dari pengalaman orang terdahulu yang memiliki cita-cita yang sama dan gagal.
Berhentilah sejenak, pikirkanlah! Tunda keputusanmu untuk berhenti. Tanyakan pada dirimu sendiri, seserius apa keinginanmu untuk pindah jalur" Apakah semua risiko sudah dihitung dengan baik" Apakah tidak terlambat bila harus pindah rute" Lakukan riset kecil pada dunia pilihan barumu itu, benarkah seperti yang kamu bayangkan bahwa ia memberi akhir yang bahagia atau hanya isu belaka"
Perompak-perompak Masa Depan
Memang, selalu saja ada perampok yang akan menghadang perjalanan siapa pun, juga perjalanan kamu saat ini. Perompak itu akan memprovokasi agar kamu menyerah dan tidak meneruskan perjalananmu. Bila kamu tetap teguh dalam niat awal, perompak itu akan membuat kamu ragu akan peralananmu. Ia akan mengajukan sejumlah cerita mengenai kegagalan orang sebelum kamu, orang yang memiliki rute perjalanan yang sama.
Perompak perjalananmu lahir dari senior-senior-mu. Mereka adalah (1) senior dari disiplin ilmu yang berbeda dengan pilihanmu, mereka berhasil dengan disiplin ilmunya; (2) senior dari disiplin ilmu yang sama denganmu dan mereka mengalami masa
sarjana yang suram. Begitu kamu menemukan dua fakta ini, muncullah perompak dari dalam dirimu, "Pilihanmu salah! Mendingan, kamu pindah jurusan atau berhenti saja, deh!" Seruan perompak itu semakin hari semakin kuat dan kamu bisa saja menyerah kalah.
Bila kamu berhadapan dengan perompak seperti ini, hadapilah dengan tenang. Jangan langsung mengiyakan, jangan langsung percaya padanya. Tugas perompak memang memisahkan kamu dari kafilah. Begitu terpisah, saat itu kamu menjadi sasaran empuk baginya. Bila kamu berhadapan dengan perompak seperti ini, kembalilah membuka jawaban sebelumnya, mengenai pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1. Apakah yang ingin kamu miliki (to have) dalam hidup"
2. Bila telah memilikinya, apa yang ingin kam
u lakukan (do) dalam hidup kamu"
3. Ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak (be)"
Bacalah jawaban-jawabannya, lalu hubungkan dengan jurusan baru yang akan kamu pilih itu. Melalui cara ini, kamu akan memahami apa yang harus kamu lakukan. Misalnya, kamu akan menemukan kesadaran bahwa pilihan kamu sekarang inilah yang paling sesuai dengan apa yang kamu inginkan atau sebaliknya.
Rumput Tetangga Terlihat Lebih Indah
Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih indah. Begitupun dengan keberhasilan. Ketika kamu melihat keberhasilan orang, memang selalu menggiurkan, seraya membuat kamu berpikir singkat. Kamu berkata, "Ia berhasil karena jurusannya menjanjikan masa depan! Sementara jurusan yang saya pilih sama sekali tidak menjanjikan masa depan!"
Padahal, keberhasilan seseorang bukan terletak pada ijazah. Keberhasilan seseorang terletak pada kemampuan dirinya. Lagian, kita sudah sepakat bahwa keberhasilan seseorang di perguruan tinggi ditentukan oleh banyak faktor. Ijazah bukan satu-satunya faktor. Keberhasilan seseorang bisa jadi karena ia memiliki kepribadian dan relasi yang luar biasa.
Lagi pula, belum tentu apa yang kamu anggap menyenangkan, juga menyenangkan. Kamu hanya memandangnya dari luar, seperti yang kamu lakukan saat mengamati akuarium. Ikan warna-warni berenang dengan tenang di dalam akuarium. Semuanya tampak tenang tanpa masalah. Sesekali, kamu mungkin merasa iri pada ketenangan ikan. Tapi, tontonlah film Finding Nemo, salah satu ikan yang ada di dalam akuarium sana bisa jadi ikan anak-anak yang terpisah dari ibunya. Ia kangen dan ketakutan. Ia ingin bertemu dengan ibunya. Ia mungkin bercucuran air mata, namun karena setiap air matanya langsung bercampur dengan air di
sekitarnya, kamu tak melihat tetesan air mata itu. Simpulannya, apa yang kamu anggap indah, belum tentu indah; apa yang kamu anggap menyenangkan, belum tentu juga mudah kamu dapatkan.
Kalau merasa iri, yang perlu kamu lakukan adalah istiqamah. Bersabarlah pada jalan yang sedang kamu tempuh. Keberhasilan adalah bila kamu tak menghentikan langkahmu. Kegagalan dan keberhasilan bergantung pada satu langkah saja. Bila bergerak satu langkah lagi, kamu mungkin berhasil. Sebaliknya, bila mundur satu langkah karena rasa iri, kamu pasti mengalami kegagalan.
Istiqamahlah! Tetaplah pada jalanmu, pada tekad awalmu!
Ini ada beberapa tips yang bisa membantumu untuk tetap beristiqamah dalam tujuan kuliahmu.
Tips 1: Menyemangati dan Memuji Diri Sendiri
Perlu kamu lakukan untuk memercayai diri sendiri. Saat kamu merasa percaya diri dan yakin, akan lebih mungkin melihat hasil yang positif. Jika belum percaya pada dirimu sendiri bahwa kamu adalah seorang pejalan yang punya tujuan berharga, berpura-puralah bahwa kamu adalah pejalan seperti Sinbad. Ia pejalan yang akan menemukan harta karun di depan sana. Mengapa" Meragakan diri sendiri membuat kamu takut mencoba.
Saat meramalkan kegagalan, besar kemungkinannya kamu menyerah karena pikirmu kamu sudah mengetahui hasilnya. Sebaliknya, saat meramalkan keberhasilan, kamu mungkin mengerahkan upaya terbaik dan mencapai tujuan yang telah kamu tentukan.
Untuk melihat diri dalam keadaan terbaik, tulislah sepuluh hal positif tentang dirimu. Pelajari daftar itu dan simpan di mana pun agar kamu dapat melihatnya setiap hari. Sehingga setiap kali kamu melihatnya, akan muncul dorongan rasa percaya diri. Setiap hari, katakan pada diri sendiri bahwa kamu kreatif, pintar, dan punya potensi hebat. Memuji diri sendiri dan sungguh-sungguh percaya bahwa kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, akan mendorongmu terus melangkah.
Kemudian, teruslah menghibur diri sehingga kamu selalu termotivasi. Dorong dan puji dirimu! Yakinlah akan dirimu! Itu akan membantumu.
Kumpulkan dan simpan sejumlah pujian yang pernah kamu dapatkan dari orang lain. Bahkan, kamu dapat membuat sebuah daftar hal baik yang dikatakan orang tentangmu dalam beberapa tahun ini. Misalnya, seorang temanmu bilang, "Kamu yang terbaik! Denganmu aku merasa tenang!" atau ibumu bilang, "Kamu anak terbaik yang pernah kumiliki." Tulislah semuanya. Namai kumpulan ini sebagai "Antologi
pujian atas diri" atau apa saja. Saat kamu merasa kecewa atau ragu-ragu, ambil daftar ini dan ingatkan dirimu betapa hebatnya kamu.
Ini ada saran menarik dari Caryn.
- Tulislah surat pada dirimu sendiri atau berpura-puralah surat itu dari seseorang yang kamu sayangi di dunia ini. Orang ini boleh siapa saja, nyata atau bayangan, manusia atau bukan. Jika mau, boleh lebih dari satu orang.
- Penulis surat itu semestinya orang yang mengenalmu dengan lebih jelas, memercayaimu, dan mencintaimu tanpa syarat.
- Menulis dan membaca surat dapat membantumu merasa lebih percaya akan kemampuanmu. Kamu bisa melihat contoh surat ini.
Buat saya, Apa kabar" Kamu kelihatan keren hari ini rambutmu, pakaianmu, dan semuanya. Kamu tampaknya benar-benar sehat dan bahagia dan ini membuat saya bahagia karena saya mengharapkan yang terbaik untukmu. Apa pun kesalahan yang kamu perbuat dalam hidup, sebenarnya kamu teramat baik di dalam. Saya tahu, kamu sebenarnya jauh lebih pintar daripada tingkahmu dan kadang-kadang kamu menyembunyikan idemu karena takut akan apa yang dipikirkan orang. Saya tahu, kamu juga orang yang sangat baik dan kamu memikirkan orang lain dengan sungguh-sungguh, khususnya yang kamu sayangi.
Satu hal lagi yang saya ketahui, yaitu kamu penulis yang baik. Ya, kamu! Saya membaca puisi yang kamu tulis kemarin dan hampir menangis. Karena itu begitu bagus. Saya juga suka sandiwara yang kamu tulis pada musim panas yang lalu.
Teruslah menulis! Jangan sampai rasa takut menghentikanmu. Kalau kamu kesepian, menulislah untuk saya. Saya selalu di sini untukmu.
Salam, -Saya Tips 2: Mengalahkan Penghambat Kreativitas
Pakar kreativitas, Dr. Teresa Amabile, menggambarkan lima penghambat kreativitas; di antaranya pengawasan, penilaian, penghargaan, tekanan, dan persaingan. Periksa daftar ini, kamu akan melihat semua penghambat itu berkenaan dengan penghakiman yang bersifat memadamkan kreativitas.
Tak ada yang mengesalkan ketimbang sekelompok hakim yang membuatmu sulit melakukan
apa pun-sulit memulai, sekaligus sulit menghargai yang telah kamu kerjakan. Setelah kamu mencoba memulai satu pekerjaan, apa yang terjadi" Adakah suara yang kamu kenal, suara yang tidak begitu menggembirakan, mengatakan hasil karyamu tidak bagus"
Bagaimana menyingkirkan hakim itu" Caryn menyarankan penyingkiran hakim dari dalam pikiran penulis, misalnya, sebagai berikut.
- Ambil selembar kertas kosong.
- Setel jam beker selama lima sampai sepuluh menit.
- Tulis pikiran negatif yang muncul di benakmu tentang kebiasaan baru yang akan kamu mulai, tentang dirimu, tentang hidupmu.
- Tulis sebanyak-banyaknya. Jangan cemaskan tata bahasa, ejaan, tanda baca, atau akal sehat.
- Jika macet, tulis saja "Tak terpikir ... tak terpikir ... tak terpikir" sampai kata-katanya muncul di kertasmu.
- Saat waktunya habis, sobek kertasnya hingga jadi serpihan kecil. Katakan kepada para hakim, "Kalian sudah selesai bicara, tetapi saya tak butuh kalian lagi!"
- Lemparkan serpihan kertas itu ke tempat sampah atau masukkan ke WC.
- Kemudian, tariklah napas panjang untuk bersantai.
- Mulailah melakukan kebiasaan barumu.
Tips 3: Mendobrak Hambatan Kreativitas
Salah satu hal yang menghambat kamu adalah terlalu banyak pertimbangan di dalam kepala kamu. Mau ke sini, sesuatu di kepalamu bilang, "Jangan! Nanti Mau memulai, ada juga suara di
kepalamu, "Nanti sajalah ... kamu, kan, masih capek!" atau "Nantilah ... semua orang juga begitu!" dan lainnya. Pokoknya, di kepalamu itu seperti ada hantu yang terus menjagamu tetap berada pada lingkaran kenyamanan.
Hantu yang terus membuatmu kaku itu bagi Caryn disebut "anjing penjaga". Begitu kamu memulai sesuatu, anjing penjaga itu melompat naik turun dan menggonggong. Ada saja yang ia perhatikan. Menurutnya, pekerjaan awalmu kurang meyakinkanlah, membosankanlah, atau sebagai tindakan bodoh-pokoknya serbasalah.
Ia bahkan mengancam menggigitmu dan menghalangi langkahmu. "Anjing pengawas yang menjengkelkan dan anjing pemburu yang kelelahan dan lambat. Anjing pengawas menginginkan semuanya rapi, teratur, terlindungi, dan dapat dipertahankan. Anjing pemburu yang ke
lelahan hanya ingin berguling-guling dan di-sayangi. Siapa yang dapat menyalahkan mereka" Keduanya hanya menginginkan kenyamanan dan keamanan."w
Caryn bilang, kamu harus segera mengatasi anjing itu, kecuali kamu sudah dengan tepat menerapkan pepatah, "Anjing menggonggong, kafilah berlalu". Tugas anjing memang menggonggong, tugas kamu sebagai kafilah, ya ... berlalu saja.
Selamat mencoba! Kepustakaan Covey, Stephen, Principle Centered Leadership
(terj.), Jakarta: Binarupa Aksara, 1997. Chopra, Deepak, Pemenuhan Hasrat Seketika
(terj.), Batam: Karisma Publishing Group, 2004. Merrill, A. Roger & Rebecca R. Merill, First Things
First, (terj.), Jakarta: Interaksara, 2004. _, Kehidupan itu Penting,
(terj.), Jakarta: Interaksara, 2004.
Bambang Q-Anees adalah seorang dosen Filsafat dan Teologi di Jurusan Aqidah Filsafat UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. S1 dan S2-nya dilalui di perguruan tinggi yang sama dan pada 2000, dia jadi PNS dosen. Jadilah dia pengajar tetap, lalu hari-harinya pun dipenuhi aktivitas bareng mahasiswanya. Menulis adalah aktivitas utama yang "terpaksa" dilakukannya dengan mencuri waktu tidurnya.
Sehari-harinya, ia sering mengenakan jins dan kerap nongkrong bareng mahasiswanya sambil ngopi dan membincangkan banyak hal. Semua ini berdasarkan filosofi yang dianutnya; mengajar berarti membantu mahasiswa untuk menemukan potensi dan kecerdasan dirinya. Filosofi ini membuatnya sering kehabisan waktu untuk meladeni tingkah polah mahasiswanya tersebut.
Filsafat mengajarkannya banyak hal. Paling tidak, ia mengajarkan ketelitian dalam berpikir dan disiplin dalam menjalankan kehidupan. Dulu, sewaktu baru pertama kali menjadi mahasiswa, dia pernah mengalami "gegar tradisi". Soalnya, SD dan SMP dia lalui di kampung yang cukup terpencil di Serang-Banten.
Ketika dia sekolah SMA di kota. Itu pun tetap saja membuatnya kebingungan, ketika terpaksa harus mandiri di kota besar, Bandung. Untunglah ada banyak teman baru yang menyelamatkannya.
Buku ini adalah sejumlah catatan dari semua yang pernah dia lakukan sebagai mahasiswa yang kini dapat menuai hasilnya (alhamdulillah cukup sukses).
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
tamat Menjenguk Cakrawala 7 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Gadis Ketiga 5