Pencarian

Boulevard Revenge 3

Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea Bagian 3


maaf dan mengakuinya di hadapan keluarga pasien. . aku tidak akan lari ataupun sembunyi. . dan satu hal lagi. . aku akan pastikan operasi kali ini tidak
akan gagal" jawab Bara dengan wajah mantap dan berani lalu pergi meninggalkan ruangan
Di luar, Irina sudah bersembunyi agar tidak dipergoki Bara
" balok es ini punya nyali juga melawan Gerard dan menanggung beban yang Gerard tidak berani tanggung. . jadi ini yang membuatnya seperti cemas setengah
mati selama menangani case kali ini. . dia merasa beban karena menangani case yg dulu gagal dilakukan Gerard" dalam hati Irina
" anda terlalu pesimis dan tidak mempertimbangkan kemampuan Bara, pak. . kegagalan 10 tahun lalu itu belum tentu terulang meskipun casenya serupa. . dari
hasil meeting tadi dan presentasi Bara, dia sudah siap dan memikirkan segalanya. . saat ini juga seluruh team 1 sedang memantau kondisi pasien lagi dan
kecocokan donor juga Bara sendiri yang akan mengecek ulang sebelum operasi dilaksanakan. . saya rasa anda sebaiknya percaya dengan Bara dan teamnya. ."
ujar Bastian " bagaimana kalau memang gagal?" tanya Gerard
" kalau memang gagal sebagai pihak rumah sakit kita wajib bertanggung jawab dan mengakui kesalahan kita pada keluarga pasien. . keluarga pasien berhak
menerima permintaan maaf kita dan penjelasan kronologi kejadian yang sebenarnya. . jika memang keluarga menuntut kompensasi atau apapun, itu juga menjadi
tanggung jawab kita. . " jawab Bastian
" kita bisa habis jika itu terjadi. . nama baik rumah sakit ini bisa jatuh. . Bara bisa dituntut ke pengadilan dan ijin dokternya bisa dicabut" ujar Gerard
" Bara tahu itu pak tapi dia yakin melakukan operasi ini. . kenapa anda yang tidak yakin". . saya juga yakin pada operasi yang akan dilakukan Bara. . kalau
memang operasi ini lebih besar bunuh dirinya dari kesempatan berhasilnya. . Saya, Braga dan profesor Ilyas tidak mungkin mendukung Bara saat meeting tadi.
. sebaiknya anda yakin dan mendukung Bara dari belakang. . bukan sebagai pemilik rumah sakit tapi sebagai ayahnya. ." ujar Bastian
Kata - kata Bastian yang terus terang seperti mengatakan bahwa saat ini Gerard seharusnya mendukung Bara bukan memikirkan masalah rumah sakit, akhirnya
berhasil membungkam Gerard
Setelah mendengar semua pembicaraan Bastian dan Gerard, Irina bergegas kembali ke ruang pengecekkan donor
" dokter Bastian juga tahu soal malpraktek 10 tahun lalu. . apa Edel juga tahu soal case ini" bisa saja dokter Bastian menceritakannya pada Edel. . tapi
aku tidak mungkin bertanya pada Edel, dia pasti bisa langsung curiga dan menebak motifku yang sebenarnya. . bertanya pada Edel lebih berbahaya dibanding
menyelidikinya lewat Bara atau Braga. . tapi apa yg dimaksud dokter Bastian masalah case yg serupa dengan 10 tahun lalu" Bara juga menyebutkan kesalahan
Gerard yang tidak mau mengakui kesalahan sehingga ibunya meninggal. . apa ada case malpraktek lainnya 10 tahun lalu selain ayahku yang sama dengan case
kali ini?" dalam hati Irina bingung dengan hal baru saja didengarnya
Selama persiapan operasi besok, Bara memantau ketat semua kesiapan terutama donor jantungnya yang dia minta cek secara detail dan berkala
" aku tidak mau sampai ada kesalahan terutama pada donornya. . pastikan donor yang dibawa besok ke ruang operasi tepat yang ini dan besok 2 jam sebelum
dilakukan operasi, aku minta cek ulang golongan darah dan segala kecocokan donornya sebelum dibawa. ." ujar Bara
" baik dokter Bara. ." jawab Anya paham
" Bara. ." panggil Villan yang mau mengikuti Bara
" jangan ganggu aku dulu Villan. . aku butuh konsentrasi dan waktu sendiri. . " ujar Bara menjauhi Villan dan pergi
" sudahlah dengarkan saja kata - katanya. . saat ini Bara tidak butuh kamu. . mungkin dia lebih butuh dokter Irina dari pada kamu" ujar Azka pada Villan
Irina, Anya dan Genta memandang Azka dengan tatapan heran karena terkesan memanas - manasi Villan bukannya menghibur
" apa maksudmu dengan dia lebih butuh dokter Irina daripada aku?" tanya Villan kesal dengan kata - kata Azka
" sudah jelaskan. . dokter Bara bisa membahas detail kesiapan untuk besok dengan dokter Irina sebagai first assistant nya. . buat apa mendiskusikannya
dengan dokter anastesi?" kata Azka tanpa rasa bersalah
" mulutmu bisa aku bius biar berhenti bicara sembarangan!" ujar Villan meninggalkan mereka dengan kesal
" loh. . kenapa marah" kata - kataku benar kan?" ujar Azka heran
" kata - kata kamu tidak salah dokter Azka tapi sangat frontal dan saatnya tidak tepat. . kenapa aku jadi dibawa - bawa juga?" kata Irina ikut kesal
" tapi tepat sasaran makanya dia kesal" tambah Genta
" kenapa perempuan sangat aneh" marah saat laki - laki berkata jujur tapi lebih marah lagi saat laki - laki berkata bohong. . aneh" keluh Azka
Anya hanya tertawa dan keluar membawa kotak
Di kantornya, Edel sedang menelungkup di mejanya menutupi wajah dan matanya
Bastian memasuki kantor Edel tanpa mengetuk dan menghampiri Edel sambil membawa sebotol kecil susu hangat
Menyentuhkan leher Edel dengan botol susu hangat yang dibawanya, Bastian membuat Edel terkejut dan bangun menatap kaget ke arahnya
" kamu ngagetin aku Bas. ." ujar Edel menerima botol susu dari Bastian
" kamu sepertinya sangat lelah hari ini?" tanya Bastian mengusap kepala Edel
" iya aku capek sekali. . bagaimana dengan meeting tentang pasien tumor jantung itu?" tanya Edel sambil membereskan tasnya
" lancar dan semoga berhasil dengan baik sesuai prediksi" jawab Bastian sambil menghela napas mengingat perdebatan panjang dengan Gerard
" semoga berjalan dengan baik dan Bara tidak mengalami kesalahan yang sama. . ini cukup membuatnya tertekan kan harus mendapatkan case pasien tumor jantung
seperti 10 tahun lalu" ujar Edel
Bastian mendekati Edel dengan tatapan curiga
" darimana kamu tahu case 10 tahun lalu yang gagal ditangani Bara adalah pasien tumor jantung" aku tidak menceritakannya sedetail itu padamu Edel. . "
tanya Bastian terus mendekati Edel dengan sorot mata serius
Edel terkejut karena sadar sudah membuka rahasianya sendiri di depan Bastian
Ditatap dengan sorot mata seperti itu membuat Edel mundur menjauhi Bastian
" a. . aku. . tahu dari. . " ujar Edel bingung menjawab pertanyaan Bastian
Edel tersudut di depan rak buku besar kantornya, dan tertahan oleh kedua lengan Bastian yang berada dikedua sisi kepala Edel
Bastian menunduk untuk mengurangi kesenjangan tinggi mereka berdua dan menatap dalam Edel dari jarak dekat
" apa yang kamu tahu dan kamu sembunyikan Del" aku tahu kamu ke kantorku tadi sore sekaligus membuka file rahasia yang ada di komputerku mengenai case
10 tahun lalu. . buat apa kamu mencaritahu tentang case itu" kenapa kamu melakukannya secara sembunyi - sembunyi dariku" apa yang sebenarnya kamu cari
Edel" jujur sama aku. ." ujar Bastian
Edel tahu dia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan apa - apa dari Bastian atau Bastian bisa marah besar karena aksi sembunyi - sembunyinya
sudah terlanjur ketahuan juga pikir Edel, lalu dia menceritakan semuanya pada Bastian termasuk kecurigaannya pada motif asli Irina masuk ke rumah sakit
Boulevard Bastian terkejut mendengar semua penuturan Edel dan mengetahui Irina ada sangkutpautnya dengan malpraktek 10 tahun lalu
Setelah mengambil tas di kantornya, Irina bergegas pulang
" hari yang sangat lelah. . besok akan jadi hari yang penting. . untung donornya bisa ditemukan yang cocok dalam waktu sehari. . kondisi pasien itu sudah
darurat. . Hah" selarut ini ruang meeting sepertinya masih ada orang" ujar Irina melihat masih ada cahaya dari ruang meeting yang sudah gelap lalu menghampirinya
Saat melihat ke dalam ruang meeting, Bara masih mengulangi melihat detail terkait operasi besok
" dia benar - benar mempersiapkan semuanya dengan seksama. . Operasi ini benar - benar membebaninya sampai segitunya. ." dalam hati Irina
Melihat keseriusan Bara, Irina tidak mau mengganggu dan bergegas meninggalkan ruang meeting
" Irina. ." panggil Bara
Irina berbalik dan menghampiri Bara
" maaf aku mengganggu. . aku hanya penasaran melihat siapa yang masih ada disini. . silahkan dilanjutkan aku pamit" ujar Irina
" bisakah kamu menemaniku sebentar disini?" tanya Bara
" oke. ." jawab Irina setuju setelah berpikir sejenak dan duduk disebelah Bara
Sekitar setengah jam keduanya di ruang meeting sambil sesekali membahas detail operasi besok
Irina mulai mengantuk dan tertidur di meja meeting
Melihat Irina yang kelelahan, Bara menyudahi membaca detail pasien dan mematikan proyektor dan laptopnya lalu mencabut flash disknya
Saat akan membangunkan Irina, Bara menatap wajah tidur Irina sejenak dan menyampirkan rambut Irina yang menutupi wajahnya
" Irina. . Irina. . bangun. ." panggil Bara membangunkan Irina dengan hati - hati
Irina bangun dan menatap Bara sambil mengusap matanya yang mengantuk
" maaf aku tertidur. ." ujar Irina
" sudah larut malam. . Ayo kita pulang" ajak Bara
Irina dan Bara keluar menuju parkiran khusus dokter rumah sakit
" sebaiknya kamu kuantar. . sudah terlalu malam. ." kata Bara
" tidak usah terima kasih. . aku bawa mobil sendiri" kata Irina
" mobilmu taruh saja di sini tidak akan hilang. . tidak aman untuk perempuan membawa mobil sendiru selarut ini. ." kata Bara
" besok bagaimana aku berangkat kalau mobilnya aku tinggal?" tanya Irina
" besok aku jemput sebagai tanggung jawabku yang sudah menahanmu sampai semalam ini. . ayo naik" ujar Bara
Irina setuju karena memang sudah sangat lelah dan malas berdebat dengan Bara
Bara dan Irina pulang dengan mengendarai Land Rover Range Sport hitam milik Bara
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam karena sudah lelah
sampai di depan rumah Irina
" terima kasih sudah mengantarku pulang. . besok jika merepotkan tidak usah menjemputku, aku bisa naik taxi saja" kata Irina
" besok pagi aku jemput jam 8 kesini. . jangan naik taxi" ujar Bara
" oke. . hati - hati dijalan dokter Bara. .terima kasih" ujar Irina hendak menutup pintu mobil
" tunggu. . kamu bisa memanggilku Bara tidak usah pakai embel - embel seperti itu" kata Bara
"Baiklah. . aku juga lebih nyaman dipanggil dengan Irina saja tanpa embel - embel dokter" kata Irina
" oke. . selamat malam Irina" ujar Bara
"Selamat malam juga Bara. . Hati - hati dijalan" jawab Irina kemudian menutup pintunya
Irina memasuki rumahnya dan mobil Bara beranjak pergi
" kenapa jantungku berdegup kencang saat mendengarnya memanggilku Irina" dia sepertinya tidak seburuk yang aku kira. ." dalam hati Irina sambil memegangi
dadanya lalu menoleh ke arah mobil Bara yang semakin menjauh
Keesokan paginya Bara datang menjemput Irina sesuai janji dan keduanya berangkat ke rumah sakit bersama - sama
Di rumah sakit saat Bara dan Irina baru sampai, Azka, Atthar, Takhrit dan Bumi yang juga baru tiba terperangah melihat Bara dan Irina yang datang bersama
- sama " ada skandal baru sepertinya. . " ujar Bumi
" dokter Bara dan dokter Irina datang berduaan dengan mobil dokter Bara. . wah. . ini bisa jadi perpecahan team 1. . cinta segitiga antara dokter Bara,
dokter Irina dan dokter Villan. ." ujar Atthar
" hey. . jangan menyebutkan masalah perpecahan team 1 segala dong. . masalah percintaan bukan masalah team" ujar Azka protes
" jangan dibahas di depan dokter Villan nanti jadi perang sungguhan. . sekarang team 1 sedang menangani operasi super kompleks sebaiknya jangan diganggu
dengan masalah lain dulu. . bahaya kalau ada yang tidak fokus" kata Takhrit
" Kiet benar. . kalau mau membahas setelah ini saja. . lagipula belum tentu benar juga spekulasi kita. . ayo" kata Bumi
Tanpa mereka berempat sadari, Villan sebenarnya ada di tempat itu dan ikut menyaksikan kedatangan Bara dan Irina
" kamu menjauhi aku tapi semakin dekat dengan dokter Irina. . dari semalam kamu tidak menjawab telephoneku dan tidak membalas pesanku tapi pagi ini kamu
datang bersama dokter Irina. . kamu saja tidak pernah menjemput atau mengantarku pulang. . maumu apa Bara?" dalam hati Villan
07. The Failure and Tears
Di ruang rawat pasien bernama Bimasakti yang akan ditransplantasi jantung oleh Team 1, sudah hadir Azka, Anya, Villan dan Genta serta keluarga pasien yaitu
istri dan anak laki - lakinya
Bara tiba bersama Irina dan menghampiri pasien yang dipasangi berbagai macam alat penyokong agar bisa bertahan
Keluarga pasien menghampiri Bara dan Irina dengan wajah penuh harap
" dokter Bara. . kami sangat berharap pada anda untuk menyelamatkan hidup suami saya" ujar istri pasien penuh harap
" tolong selamatkan papa saya, dokter. ." ujar si anak memandang Bara dan Irina
Bara dan Irina menatap keduanya dengan tidak tega dan kasihan
" kami akan berusaha semampu kami untuk menyelamatkan suami ibu dan ayah kamu. . tolong dukung dengan doa demi kelancaran operasinya. . jangan panik dan
keep optimis. . percayakan pada kami dan kuasa Tuhan" ujar Bara
Irina sempat terkejut dengan kata - kata Bara yang bijak dan lembut tidak seperti biasanya, hanya bisa tersenyum dan menenangkan istri pasien sambil memegang
tangannya " semua akan baik - baik saja bu. . berdoa dan yakin segalanya bisa berjalan lancar dan sukses" ujar Irina pada istri pasien lalu mengelus kepala anak
pasien " stay strong for your mother. . ayahmu pasti kuat dan baik - baik saja ya" ujar Irina pada si anak yang berumur sekitar 16 tahun
" terima kasih dokter Bara, dokter Irina. ." ujar keduanya berterima kasih
" maaf pasien akan kami pindahkan ke ruangan intensif. . agar bisa dipantau ulang sebelum operasi" ujar Bara
" silahkan dokter. . " ujar keluarga pasien
Anya dan Genta dibantu dengan suster lainnya membawa pasien ke ruangan intensif sesuai instruksi Bara
Team 1 sibuk mempersiapkan operasi dan mengecek ulang status kondisi pasien
Untuk donornya, Bara sendiri yang melakukan pengecekkan ulang dan menekankan bahwa jangan sampai salah ambil
" jangan sampai salah memberikan dan membawa donornya ke ruang operasi. . jangan menuliskan nama inisial dokter pada kotaknya. . tulis nama yang jelas"
ujar Bara Bara mengecek langsung kondisi pasien di bantu Irina
Azka sibuk memantau data pasien lainnya yang diberikan oleh dokter Hector dan dokter Adrian setelah di cek ulang tadi pagi
Melihat kedekatan Bara dan Irina membuat Villan terbakar cemburu apalagi mengingat kejadian tadi pagi, dengan perasaan kecut menghampiri keduanya dan tidak
sengaja mendorong Irina saat sedang memeriksa alat yang terpasang pada pasien hingga hampir lepas
" kamu apa - apaan dokter Villan" hampir saja alat ini tercabut lepas dari pasien. ." tanya Irina merasa terganggu dengan sikap Villan
" maaf aku tidak sengaja. . hanya saja jarak kedekatanmu terlalu pribadi dengan Bara. . aku rasa itu tidak dibutuhkan dalam pekerjaan" jawab Villan
Irina baru akan menjawab kata - kata Villan tapi sudah di jawab duluan oleh Bara
" apa yang sedang kamu permasalahkan Villan" kita ini sedang menangani pasien dan ini bukan main - main. . apa yang ada dalam pikiran kamu sekarang" jangan
hilang fokus atau bertingkah macam - macam. . " ujar Bara kesal
" buat kamu aku bertingkah macam - macam dan dia benar" kamu yang sebenarnya sedang berpikir apa Bara" kamu mengacuhkan aku dari kemarin, tidak menjawab
telephone dan pesanku lalu tadi pagi datang bersama dokter Irina. . kamu itu kenapa sebenarnya?" ujar Villan
Irina terkejut karena Villan mengetahui bahwa tadi pagi dia dan Bara datang bersama
Azka yang sedang konsentrasi tidak jauh dari mereka bertiga, menoleh menatap ketiganya dengan wajah ngeri
Genta dan Anya juga para suster lainnya menatap ke arah mereka dengan cemas
Melihat sekelilingnya yang tidak bisa untuk melanjutkan pembicaraan, Bara menarik keluar Villan dengan wajah kesal
Di luar ruangan " jangan bertingkah kekanak - kanakan Villan! apalagi membahasnya disaat menangani pasien! kamu ini dokter bukan anak remaja. . bersikaplah sebagai layaknya
seorang dokter!" ujar Bara pada Villan
" aku memang dokter dan aku memang kekanak - kanakan tapi aku tidak bersikap membingungkan seperti kamu! kenapa kamu mengacuhkan aku" sedangkan kamu ternyata
menjemput perempuan lain. . kamu suka pada dokter Irina kan Bara?" ujar Villan
" aku tidak bersikap membingungkan. . kamu yang sekarang membingungkan dengan membahas masalah ini di saat kita harusnya fokus pada pasien! jangan membahas
masalah lain selain pasien sekarang!" ujar Bara
" jangan menghindari pertanyaanku Bara! jawab dulu pertanyaanku. . kamu suka pada dokter Irina?" tanya Villan lagi
Bara menatap Villan dengan pandangan serius
" iya aku suka pada Irina. . rasa suka yang tidak bisa aku rasakan pada kamu" jawab Bara penuh kemantapan
Villan menatap Bara dengan pandangan terluka dan mata berkaca - kaca
" kenapa. . kenapa kamu bisa dengan mudahnya menyukai dia tapi kamu tidak bisa menyukai aku yang sudah berusaha keras mendapatkan hati kamu" kenapa kamu
memperlakukan aku seperti ini Bara?" ujar Villan
" sebelumnya aku minta maaf sudah menyakiti perasaanmu Villan. . tapi aku juga tidak bisa memilih kepada siapa hatiku akan jatuh cinta. . sejak awal aku
sudah mengatakan padamu untuk jangan teruskan pertunangan ini. . aku menolak pertunangan ini karena tidak mau mempermainkan kamu dan menyakiti perasaanmu.
. aku tidak bisa mencintai kamu Villan. . bukan karena sekarang aku mencintai Irina. . tapi karena memang dari awal aku tidak bisa mencintai kamu. . aku
harap kamu mau mengerti dan tidak terus memaksakan hubungan kita. . kamu akan sakit sendiri nantinya" ujar Bara
" kamu tidak bisa mencintai aku sama seperti aku yang tidak bisa berhenti mencintai kamu. . aku bertahan dengan pertunangan ini karena aku tidak bisa kehilangan
kamu. . aku tidak bisa melupakan kamu seperti yang kamu pernah minta padaku di awal pertunangan ini" kata Villan berlinangan air mata
" kamu bukan tidak bisa melupakan aku. . kamu tidak pernah mau dan mencoba melakukannya. . selama kamu masih mempertahankan pertunangan kita maka selamanya
kamu tidak akan bisa melupakan aku. . jika kamu masih membawa - bawa masalah pribadimu dalam urusan menangani pasien, aku akan ajukan pergantian dokter
anastesi dengan team lain supaya kamu bisa fokus dan perasaanmu tidak bercampuraduk dalam proses kerja" ujar Bara
" jangan! aku tidak mau pindah ke team lainnya! kamu tidak bisa dengan seenaknya membuangku ke team lain! apa karena kamu sudah ada dokter Irina makanya
sekarang kamu mau menyingkirkan aku ke team lainnya" bukannya kamu yang mencampuradukkan masalah perasaan dalam pekerjaan?" ujar Villan
" kamu masih belum paham juga Villan" aku bermaksud memindahkan kamu karena kamu tidak bisa berkonsentrasi saat melihat aku dan Irina. . lihat saja apa
yang tadi kamu lakukan di ruangan. . kamu tanpa pikir panjang mendorongnya dan hampir membuat selang udara pasien tercabut lepas. . kamu tidak bisa bersikap
seperti anak TK yang berebut permen saat menangani pasien. . apalagi kita team bedah jantung. . team yang menangani pasien dengan kondisi berbahaya. ."
ujar Bara " aku tidak suka melihat kedekatanmu dengan dokter Irina, apa itu salah". . aku tunanganmu tidak bisa mendapatkan perhatian kamu seperti dia dan aku iri,
apa itu salah?" ujar Villan
" salah karena kondisinya tidak tepat Villan! bagaimana lagi aku harus menjelaskannya padamu. . aku pernah cemburu melihat Irina dekat dengan Braga saat
meeting kemarin tapi aku tidak bertingkah konyol dengan menarik atau mendorong jatuh Braga hanya karena cemburu. . karena apa" karena saatnya tidak tepat
dan saat itu adalah saat dimana aku harus berkonsentrasi lebih pada pasien bukan pada perasaanku. . kamu mengerti Villan?" ujar Bara
" aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti jika ini berhubungan dengan perasaanmu pada dokter Irina. . terserah apa yang mau kamu katakan. . aku tidak
akan membatalkan pertunangan kita. . untukku ini satu - satunya alasanku untuk mempertahankanmu" ujar Villan
" apa yang sebenarnya kamu pertahankan Villan" aku sama sekali tidak pernah stay dan bertahan di samping kamu. . aku sudah menjelaskan kondisi yang sebenarnya
tanpa ada yang aku tutupi. . aku juga sudah mengatakan bahwa pertunangan ini tidak bisa dilanjutkan lagi. . kita tidak bisa bersatu Villan. . perasaan
kita lain. . Maaf aku harus mengatakannya. . aku hanya menentukan sikap dalam hubungan kita agar tidak ada rasa saling mengikat. . kamu bebas pergi dengan
laki - laki lain seperti yang aku sudah katakan dari dulu dan aku juga sudah mengutarakan niatku untuk mengejar Irina. . " kata Bara menegaskan keputusannya
" kamu serius ingin mengejar dokter Irina dan meninggalkan aku" apa tidak ada artinya sama sekali keberadaanku selama ini di sampingmu Bara?" tanya Villan
sambil menangis " kamu adalah teman baikku Villan, tapi kamu mengartikan kebaikanku selama ini dengan cara dan intensitas yang salah. . aku tahu tidak bisa melarangmu
untuk mencintai aku. . tapi aku juga tidak bisa terus menerus bersikap seakan - akan aku bisa menerima kamu yang pada kenyataannya tidak bisa. . kamu berhak
bebas mencari laki - laki lain yang bisa mencintai kamu dan memberikan apa yang kamu harapkan padaku. . berhentilah mengharapkan aku, Villan. . bukalah
hatimu untuk pria lain. . aku bukan yang terbaik untuk kamu. ." ujar Bara
" aku tidak mau! untukku yang sudah berusaha selama ini demi mendapatkan hatimu dan harus kalah dengan wanita yang baru muncul di dekatmu selama kurang
lebih 3 bulan membuatku tidak rela, gak adil Bara! aku akan terus mempertahankan pertunangan kita! " ujar Villan ngotot dan berlari ke toilet
" Villan!" panggil Bara tapi membiarkannya pergi
Dari pintu ruangan, Azka dan yang lainnya berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka berdua tapi tidak bisa
" apa yang sedang kalian lakukan" ayo lanjutkan pekerjaan kalian" ujar Bara yang baru memasuki ruangan dan melihat yang lainnya sedang berusaha menguping
pembicaraannya dengan Villan
Setelah pertengkaran Bara dan Villan, semuanya memulai kembali kesibukan mereka mempersiapkan operasi transplantasi Jantung pasien bernama Bimasakti
Villan muncul sekitar 15 menit kemudian dengan mata sembab dan langsung duduk disebelah Azka untuk memulai mengamati grafik dan data Pasien
Irian terus memperhatikan Bara dan Villan dengan tidak enak hati karena menyangka pertengkaran Bara dan Villan disebabkan olehnya
" jangan menatapku dengan cara seperti itu. . ini bukan salahmu jadi jangan merasa bersalah untuk hal yang tidak kamu lakukan. . bukankah itu keahlianmu"
Bersikap berani untuk hal yang kamu anggap tidak salah kamu lakukan. ." ujar Bara sambil melakukan pemeriksaan kecocokan pasien dan donor
" bagaimana aku tidak merasa bersalah. . tadi dokter Villan jelas - jelas menyebutkan tentang masalah kamu yang datang bersamaku. . aku tidak mau dianggap
sebagai perusak hubungan orang lain" ujar Irina sambil membantu Bara
" sejak awal hubunganku dan Villan memang tidak pernah exist jadi tidak ada yang rusak atau dirusak oleh siapapun. . " jawab Bara
" kamu terlalu tidak peduli dengan hubungan kalian dan perasaan dokter Villan. . bersikaplah care sedikit. ." ujar Irina
" kalau tidak peduli aku justru tidak perlu repot - repot mempertegas bagaimana hubungan kami yang sebenarnya dan membiarkan saja dia beranggapan sesukanya.
. aku bukan laki - laki seperti itu yang dengan mudah mempermainkan perasaan wanita yang menyukaiku. . kalau aku tidak mencintainya maka akan aku bilang
tidak mencintainya. . supaya jelas dan tidak menggantungnya tanpa kepastian. . jadi dia bisa mencari kebahagiaannya dari orang lain yang pasti" kata Bara
Irina cukup terkesan dengan jawaban dan alasan Bara
" itu kalau tidak suka. . kalau kamu suka" apa yang akan kamu lakukan?" tanya Irina penasaran
Mendengar pertanyaan Irina membuat Bara berhenti dan menatap Irina
" kalau aku suka. . akan aku katakan sejujurnya dan kejar sampai dapat. . Aku tidak akan berhenti sampai dia memintaku untuk menjauhinya. . kamu sendiri
jika ada laki - laki yang mencintaimu dan mengejar cintamu. . apa yang akan kamu lakukan?" tanya Bara pada Irina dengan tatapan dalam
" aku. . " ujar Irina speechless dengan pertanyaan Bara yang tidak terduga
" dokter Bara. . dokter Irina. . sudah saatnya" ujar suster Anya mengingatkan bahwa sudah waktunya operasi dilakukan
Operasi transplantasi jantung pada pasien pengidap tumor jantung stadium akhir dengan nama Bimasakti pun dilaksanakan
Team 1 bersiap mengganti pakaian dengan pakaian khusus operasi berwarna biru langit
Bara dan Irina memasuki ruang operasi setelah mencuci bersih kedua tangan mereka dan sudah memakai masker lalu dibantu para suster memakai mantel operasi
Saat akan memulai operasinya Bara menarik napas sambil menutup matanya
Irina yang tahu Bara sangat tertekan pada operasi kali ini, menatapnya dengan simpati
Bara membuka matanya dan menatap Irina yang dibalas Irina dengan tatapan menenangkan
Dengan yakin Bara memulai operasi yang juga merupakan medan perang melawan ketakutannya sendiri
Sekitar 6 jam operasi terus berlangsung, para suster terlihat mulai kelelahan, Azka dan Villan juga
Hanya Bara dan Irina yang masih bertahan fokus dan berdiri tegak
Meskipun Irina mulai kelelahan juga, tapi masih mampu bertahan fokus membantu Bara
Pemasangan jantung baru selesai dan saatnya melihat reaksi tubuh pasien terhadap jantung barunya, ini yang paling ditakutkan Bara juga anggota team lainnya
"ACC Off (aorta cross clamping adalah Sebuah instrumen bedah yang digunakan dalam operasi jantung untuk menjepit aorta dan memisahkan sirkulasi sistemik
dari aliran hati). . " perintah Bara meminta salah satu mesin dimatikan
"Pedal. . " pinta Bara dan langsung diberikan dua pedal berbentuk pipih bertangkai
Bara memasukkan kedua pedal di kedua sisi jantung baru pada pasien yang masih dalam keadaan luka operasi yang terbuka
" mulai dengan 50 joule. . shock!" perintah Bara memberi kejutan listrik pada jantung baru pasien dan belum berdetak
" naikkan dengan 70 joule. . shock!" ujar Bara kembali memberi kejutan listrik pada jantung pasien
Setelah dua kali diberi kejutan listrik, jantung baru pasien bisa berdetak normal, menandakan operasi berhasil dan jantung bisa berfungsi pada pasien
Bara, Irina dan Azka langsung menghembuskan napas lega
Bara memberikan isyarat pada Genta, Anya dan Villan bahwa operasi berhasil, membuat ketiganya tersenyum lega


Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" kondisi internal pasien lainnya stabil. . " lapor Villan melihat monitor pantauan kondisi pasien
" kita berhasil. ." ujar Azka terduduk lega dilantai ruang operasi
Irina tersenyum lega menatap Bara yang dibalas dengan senyuman juga
" ayo kita rapikan secepatnya dan masih harus memantau kondisi pasien sampai 3 bulan kedepan untuk masalah kecocokan jangka panjang jantung baru ini dengan
pasien" ujar Bara kemudian mulai menutup dan menjahit luka operasi pasien dengan bantuan Irina
Seusai semua prosedur dilakukan, pasien dibawa ke ruang pemulihan oleh Anya, Villan dan Genta
" Azka tolong hubungi dokter Hector dan dokter Adrian untuk membantu memantau kondisi pasien pasca operasi. . aku akan menyusul duluan ke ruang pemulihan
untuk pemberian obat. . kamu ikut aku juga, Irina" ujar Bara
Bara dan Irina tiba di ruang pemulihan dan melihat grafik pasien kemudian menyuntikan obat pada pasien agar tidak terjadi penolakan organ baru pada tubuh
pasien Bastian dan Braga tiba di sana juga untuk melihat bagaimana keberhasilan operasi Bara
" selamat Bara untuk keberhasilan operasi ini. . Kondisi pasien stabil dan tidak menunjukkan penolakan pada jantung barunya. . selamat juga untuk dokter
Irina dan team 1 lainnya atas keberhasilannya. ." ujar Bastian memberikan selamat
" thanks Bas. . " jawab Bara dengan wajah tenang
" terima kasih dokter Bastian. ." jawab Irina
" ekspresi wajahmu langsung tenang dan lega. . ini operasi yang sangat sulit, sangat membebanimu. . ayah akan kami beritahu update kondisinya. . aku rasa
dia perlu tahu keberhasilanmu sebagai bukti ketakutannya tidak beralasan kemarin kan". . selamat team 1. . selamat" ujar Braga menepuk bahu Bara
" thanks Braga. . aku sendiri yang akan menghadap ayah nanti. . ada hal yang ingin aku bicarakan juga" ujar Bara
" bicara pada ayah" apa yang hendak kamu bicarakan dengan ayah" tumben sekali. . kalian berdua seingatku tidak pernah bicara tanpa bertengkar" tanya Braga
" masalah yang sering kami ributkan juga tapi kali ini akan aku bereskan. . aku ingin ini clear supaya tidak berlarut - larut. . jangan khawatir aku tidak
akan sampai dilemparnya dengan vas bunga " ujar Bara
" aku justru lebih senang jika kalian berdua ribut sampai lempar - lemparan vas bunga dibanding kalian perang verbal seperti yang terakhir kalian lakukan
dan berakhir dengan kamu yang tidak mau pulang ke rumah lagi, Bara" ujar Braga
" kalau yang satu itu, aku tidak akan menarik kata - kataku. . dan jangan mencoba untuk memperbaikinya, Braga" ujar Bara
" perang verbal antara kamu dan pak Gerard selalu terjadi setiap kali kalian bicara. . menurutku sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, Braga" ujar Bastian
Bastian dan Braga membantu Bara melakukan pantauan terakhir pada pasien sebelum perawatan intensif di ICU
Setelah pasien di bawa ke ICU dan dipastikan semuanya baik, Bara pergi menuju ruangan Gerard
Irina ke kantin khusus dokter dan meminta dibuatkan cokelat hangat
Saat duduk di salah satu kursi di kantin, Braga muncul dan menghampiri Irina
" Hy. . kamu terlihat sangat lelah, Irina" ujar Braga duduk di sebelah Irina
" ah. .Braga. . iya aku sangat lelah setelah menangani pasien tumor jantung itu" ujar Irina mengusap belakang lehernya
" itu operasi kompleks dan sulit. . sangat menguras tenaga dan pikiran. . syukur semua berjalan lancar dan hasilnya sukses" ujar Braga
" iya. . syukur bisa sukses. . sepertinya Bara sangat tertekan pada operasi tadi. . aku tidak bisa membayangkan kalau tadi kami gagal" kata Irina ngeri
membayangkannya " kamu jeli juga bahwa Bara tertekan pada operasi tadi. . aku tidak lihat tunangannya sadar pada kondisi itu. . sebagai asistennya kamu mampu membaca suasana
hati Bara ya. ." ujar Braga
" aku sudah pasti harus pandai - pandai membaca suasana hati Bara. . kalau tidak, aku dan dia bisa bertengkar terus - terusan. . thanks to you karena sudah
memberiku masukan tentang cara menghadapi Bara dan please. . aku tidak mau membahas masalah Bara dan dokter Villan" kata Irina
" Memang kenapa kamu tidak mau membahas tentang Bara dan Villan?" tanya Braga heran
Irina menceritakan kesalahpahaman Villan tadi pagi tentang kedatangan dirinya dan Bara
" hmm. . jadi begitu, Villan salah paham padamu dan Bara. . Villan sering menunjukkan sikap kekanak - kanakan, itulah yang membuat Bara sering kesal dan
semakin berjarak padanya. . Bara benci sekali perempuan seperti itu" ujar Braga menghela napas mengingat hubungan mustahil adiknya itu dengan Villan
" jarak antara mereka terlihat sekali dari awal aku bertemu mereka berdua, sudah ada kesan janggal pada interaksi keduanya. . memang perempuan seperti
apa yang disukai Bara?" tanya Irina penasaran
" wanita yang disukai Bara". .hmm. . Dewasa, cerdas, bisa membaca situasi dan pandai membawa diri. . dia tidak pernah mengatakannya secara langsung tapi
type wanita yang pernah disukainya yang seperti itu" ujar Braga
" dia pernah suka pada perempuan juga?" tanya Irina kaget
" tentu saja pernah. . Bara laki - laki normal juga, Irina. . tapi semenjak kematian ibu dia berubah dingin dan sulit didekati makanya kamu mungkin tidak
bisa membayangkan ke arah sana" kata Braga
" begitu ya. . berarti kematian ibu kalian merupakan pukulan berat untuk Bara. . kenapa hanya Bara yang berubah setelah kematian ibu kalian" apa yang membuat
kamu memiliki reaksi yang berbeda dari Bara?" tanya Irina penasaran
" karena bagi Bara, dia adalah salah satu penyebab kematian ibu diluar kesalahan ayah. . aku merasa semua ini mungkin adalah takdir yang harus kami terima
dengan lapang dada. . harus ada yang baik - baik saja diantara Bara dan Ayah yang sangat terpukul karena kepergian ibu untuk bisa menahan keduanya. . Hanya
itu yang membuatku tidak berekasi seperti Bara" jawab Braga
" kamu memilih jadi pihak yang baik - baik saja demi Bara dan ayahmu" apa kamu tidak sedih atau terluka?" tanya Irina
" sedih iya. . terluka sudah pasti. . tapi seperti yang aku bilang tadi, harus ada yang baik - baik saja untuk melindungi Bara dan mendukung ayah. . hanya
tinggal mereka berdua keluargaku. . akan aku jaga baik - baik semampuku" ujar Braga tersenyum pada Irina
" aku jadi tidak tega memanfaatkan kamu demi balas dendam pada ayahmu itu, Braga. . kamu sangat innocent dan menyayangi keluargamu. . Gerard tidak pantas
punya putera sebaik kamu. . apa kamu tahu apa yang sudah dilakukan oleh ayahmu itu" maafkan aku Braga. . aku terpaksa harus memanfaatkan kebaikan dan ketulusan
kamu untuk menjatuhkan Gerard dan rumah sakit ini. . aku sangat berharap untuk tidak melibatkan laki - laki sebaik kamu dalam misi balas dendamku tapi
apa daya kamu adalah anak Gerard. . kalau mau benci, bencilah ayahmu" dalam hati Irina menatap Braga lalu tersenyum
Setelah berbicara dengan Braga sekitar 15 menit kemudian keduanya berpisah
Saat akan pulang ke rumah, Irina menyempatkan diri menengok pasien bernama Zahir di ruang rawatnya
" dokter Irina! anda punya waktu kesini?" ujar Zahir dengan wajah berbinar senang saat melihat kedatangan Irina
" hay Zahir. . iya aku sedang ada waktu senggang jadi aku mampir ke sini. . bagaimana kondisimu" semua aman dan kamu mengikuti semua pengobatan dengan
patuh kan?" tanya Irina
" aku mengikuti semua pengobatan dengan baik seperti apa yang dokter suruh. . dokter habis melakukan operasi ya?" tanya Zahir penasaran
" iya. . operasi super sulit selama kurang lebih 6 jam" ujar Irina
" waw. . 6 jam harus mengoperasi pasien" jadi dokter bedah sangat berat ya. . apa aku juga akan dioperasi dokter?" tanya Zahir
" kamu bisa saja dioperasi kalau memang dibutuhkan. . kalau tidak dibutuhkan operasi ya tidak perlu. . kenapa" apa kamu takut?" tanya Irina
" aku tidak takut kalau dokter Irina yang melakukannya. . aku sangat percaya dan suka dengan dokter Irina. . kalau aku harus dioperasi, bisakah dokter
saja yang melakukannya?" tanya Zahir
" aku dokter bedah yang masih termasuk junior. . biasanya yang melakukan operasi dokter bedah senior tapi aku juga akan membantu. . dokter Bara yang tempo
hari kesini bersamaku itu dokter bedah handal loh. . kamu akan lebih baik ditangani dia daripada denganku" ujar Irina
" tapi aku lebih nyaman dengan dokter Irina. . aku pernah dengar dokter bedah junior juga melakukan operasi sendiri. . dokter Irina juga pernah kan?" tanya
Zahir " iya aku pernah melakukan beberapa operasi sendiri tanpa dokter bedah senior. ." jawab Irina
" jadi kalau nanti aku harus dioperasi, aku ingin dioperasi oleh dokter Irina saja. . aku percaya pada dokter. ." ujar Zahir
Irina berpikir sebentar dan tersenyum pada Zahir
" baiklah. . kalau kamu harus dioperasi, aku yang akan melakukannya. ." ujar Irina setuju
" benar" janji, dokter?" ujar Zahir senang dan menyodorkan kelingkingnya untuk meminta janji Irina
" aku janji. ." jawab Irina menyanggupi dan menyodorkan kelingkingnya lalu berjanji pada Zahir
Selama 2 minggu team 1 sibuk memantau kondisi Bimasakti pasca transplantasi jantung kemarin
Terutama Bara yang sangat fokus menangani pasien yang satu itu
Kondisi pasien stabil dan tidak ada tanda - tanda penolakan pada jantung barunya, semua terapy dan pengobatan dijalani pasien dengan baik
Hal ini merupakan keberhasilan besar untuk rumah sakit dan untuk Bara yang berhasil juga melawan ketakutannya
Irina bisa melihat perubahan mood dan ekspresi wajah Bara
" ekspresi wajah Bara sangat tenang dan ringan sekarang. . seakan beban dipundaknya telah terangkat bersamaan dengan berhasilnya operasi kemarin. . entah
kenapa aku merasa melihat kelembutan di wajah Bara yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. .eh. . ada apa denganku" kenapa aku memikirkan sekali tentang
balok es itu?" dalan hati Irina yang memegangi dadanya karena berdegup kencang saat melihat wajah Bara
Hari - hari sibuk team 1 terus berlanjut, tidak hanya team 1 yang sibuk. . team 2 juga menangani case yang tidak kalah rumit dengan team 1, menghabiskan
waktu setengah hari diruang operasi membuat anggota team 2 sama kelelahannya dengan team 1 saat melakukan operasi transplantasi jantung Bimasakti
Disisi lain, Team 3 sibuk menangani pasien - pasien gawat darurat yang dikirim dari rumah sakit cabang
Irina masih menyempatkan diri menjenguk Zahir untuk mengajaknya ngobrol di sela - sela waktunya yang padat merayap
Selang waktu 1 bulan sudah dari operasi transplantasi jantung Bimasakti, kondisi pasien stabil dan bagus tidak ada tanda - tanda ketidakcocokan atau penolakan
dari tubuhnya Hari itu team 1 harus menangani operasi CABG pada pasien jantung koroner tapi sampai hampir tiba waktu yang dijadwalkan, tidak terlihat kemunculan Bara
di rumah sakit Villan dan Azka sudah berusaha menghubungi Bara tapi telephonenya tidak diangkat
" tidak diangkat. . bagaimana ini" kalau ditunda lebih lama pasien bisa expire. ." tanya Azka panik
" aku juga tidak berhasil menghubungi Bara. . biar aku datangi saja apartemennya" ujar Villan hendak bergegas tapi ditahan Azka
" jangan! kita sudah kekurangan dokter Bara tapi setidaknya masih ada dokter Irina. . kalau kita kekurangan dokter anastesi juga, operasi ini bisa gagal
total" ujar Azka " aku coba hubungi dokter Bastian atau Braga untuk meminta substitute. ." ujar Irina menelephone Bastian dan Braga tapi tidak diangkat
" mereka berdua juga tidak mengangkat telephone. ." ujar Irina
" mungkin mereka juga sedang dalam proses operasi. . sekarang bagaimana?" tanya Genta
" aku yang akan melakukan operasinya. . dokter Azka tolong bantu aku nanti. . pasien tidak bisa menunggu lebih lama lagi. . ayo" ujar Irina mengambil keputusan
darurat Team 1 melakukan operasi tanpa Bara yang sampai operasi berakhir belum juga menampakkan diri
Villan terus berusaha menghubungi Bara tapi tetap gagal
" kamu kemana sih" seperti ditelan bumi. ." keluh Villan bingung lalu pergi mencari Bastian dan Braga untuk minta ijin meninggalkan rumah sakit
Villan bertemu dengan Bastian yang selesai bersih - bersih masih mengenakan pakaian operasi dan jas putih dokternya
" dokter Bastian. . apa kamu tahu kabar Bara". . dia tidak muncul saat operasi dan tidak bisa dihubungi. . aku mau ijin mencari ke apartemennya" ujar Villan
" maaf Villan, aku tidak bisa memberikanmu ijin meninggalkan rumah sakit sekarang karena kebetulan Cecillia dokter anastesi team 3 mengalami kecelakaan
kecil sehingga tidak bisa hadir hari ini. . team 3 ada operasi darurat untuk pasien - pasien transfer dari cabang jadi kamu diminta untuk menggantikan
Cecillia disana. . team 1 juga aku cek tidak ada jadwal operasi lagi. ." ujar Bastian
" tapi. . Bara bagaimana" aku khawatir kenapa dia menghilang tanpa kabar begini. ." ujar Villan
" nanti biar aku yang mencari kabar Bara. . akan aku suruh orang juga mencarinya. . jika ada info tentang Bara akan aku beritahukan padamu" kata Bastian
" oke. ." jawab Villan yang mau tidak mau setuju dengan Bastian
Di ruang rawat pasien, Irina sedang mengadakan kontrol kondisi pasien sambil mencatat hasilnya
Di luar ruang rawat, Irina bertemu Bastian yang langsung menghampirinya
" dokter Bastian. . selamat siang. . selesai melakukan operasi?" sapa Irina
" siang juga dokter Irina. . iya setelah ini juga aku masih ada operasi. . makanya aku mau minta tolong padamu. ." ujar Bastian
" minta tolong apa?" tanya Irina
" aku mau minta tolong kamu untuk mengecek keberadaan dan kondisi Bara. . kenapa hari ini dia tidak datang ke rumah sakit dan tidak bisa dihubungi juga.
. ini alamat apartement Bara" ujar Bastian memberikan kertas berisi alamat apartemen Bara
" bagaimana dengan rumah sakit" tidak apa - apa aku meninggalkan rumah sakit sekarang?" tanya Irina
" tidak masalah. . kamu sudah aku ijinkan dan team 1 tidak ada jadwal operasi lagi sampai besok siang. . kalau ada yang urgent biar jadi urusan team 2
dan team 3, kamu jangan khawatir. . oia satu lagi. . Bawa ini untuk jaga - jaga" kata Bastian menyerahkan sekantung kecil obat
" ini obat demam. . untuk apa aku bawa ini?" tanya Irina bingung menatap obat demam yang diberikan Bastian
"untuk jaga - jaga saja. . itu bukan hanya untuk demam kok. . " jawab Bastian
" oke. . akan aku cek kondisi Bara. . aku permisi dulu kalau begitu" ujar Irina menyanggupi permintaan Bastian dan bergegas ke kantornya
Bastian menatap kepergian Irina dengan senyum misterius lalu membuka handphonenya yang berisi sms Bara
Isi sms Bara di handphone Bastian:
Bara D.Witchlock sorry, I had fever so I can't go now. Please help my team handling everything. I am at my apartment. Thanks
Menutup sms Bara sambil tersenyum lalu menaruh kembali handphone ke saku jas putihnya, Bastian bergegas menuju ruang operasi dengan wajah riang karena
rencananya berhasil Irina pergi menuju apartemen Bara mengikuti alamat yang diberikan Bastian
" sedang apa si balok es itu pakai segala tidak masuk" tidak ada kabar juga. . membuat cemas orang - orang saja. . ternyata dia punya keahlian membuat
cemas orang ya. . tapi tidak biasanya dia mengabaikan pasien. . apa mungkin terjadi sesuatu padanya". . Aduh jangan berpikir yang tidak - tidak Irina!"
keluh Irina berbicara sendiri karena cemas
Irina sampai di apartemen Bara dan langsung naik lift menuju kamar Bara yang berada di lantai 22
" lantai 22 kamar nomor 288 . . angkanya kesukaanku semua. . angka 2 dan 8. . Apartemen ini juga sangat mewah dan elite. . punya selera bagus juga dia"
ujar Irina terkesan dengan apartemen Bara
"Tiingg!!" pintu lift terbuka dilantai 22 dan Irina turun untuk mencari kamar nomor 288
Tidak memerlukan waktu lama, Irina menemukan kamar nomor 288 yang dicarinya
" ini dia nomor 288. . langsung aku bunyikan saja belnya" ujar Irina memencet tombol bel di samping pintu bercat cokelat klasik itu
"Ting. . tong. . Ting. . tong. ." suara bel terdengar di dalam
" siapa?" tersengar suara dari intercom
" aku Irina. . apa Bara ada di dalam?" ujar Irina
Begitu mendengar nama Irina, Bara menyalakan kamera pada Intercom untuk memastikan siapa yang ada di depan pintu dan terlihat wajah Irina sedang menunggu
di depan pintu pada layar Intercomm
" Irina" kenapa dia bisa kesini?" ujar Bara bingung dan membukakan pintu untuk Irina
Begitu melihat Bara membukakan pintu, Irina langsung menyapanya
" hay Bara. ." sapa Irina sambil tersenyum
Melihat kondisi Bara yang mengenakan celana panjang hitam dan kaos berlengan panjang warna biru gelap dengan wajah pucat, mata sayu dan rambut berantakan
membuat senyum Irina memudar
" kamu sakit?" tanya Irina dengan wajah terkejut
" masuklah kita bicara di dalam. ." ujar Bara mempersilahkan Irina masuk kemudian menutup pintunya setelah Irina masuk
Irina masuk ke dalam apartemen Bara yang mewah, rapi dan bersih dengan interior mewah modern campur klasik bernuansa cokelat, gold dan putih
" wah. . apartemenmu sangat rapi dan bagus. ." ujar Irina terkesan
" silahkan duduk. . mau minum apa?" tanya Bara menuju dapurnya yang bergaya modern
" apa saja. . tidak usah repot - repot. . kamu sakit?" tanya Irina duduk di sofa ruang tengah
" hanya demam biasa. . tidak ada yang perlu dikhawatirkan. . Kenapa kamu bisa sampai kesini?" kata Bara kembali dari dapur membawakan teh hangat untuk Irina
Irina yang tidak percaya saat melihat wajah pucat Bara, menempelkan tangannya di dahi Bara
" demam biasa apanya. . demammu ini tinggi sekali. . Aku diminta dokter Bastian ke sini untuk mengecek kondisimu. . kenapa kamu tidak memberi kabar" semua
orang dirumah sakit khawatir denganmu" ujar Irina kaget dengan tingginya suhu tubuh Bara
" jangan khawatir. . setelah tidur panasnya juga akan turun. . aku tidak sempat mengabari. . Maaf" kata Bara duduk sambil menyenderkan kepalanya yang terasa
berat disenderan sofa " kamu lebih keras kepala saat sedang sakit ya. . dimana kamar tidurmu?" ujar Irina
" disitu. . kenapa?" tanya Bara
Irina menarik lengan Bara menuju kamar tidurnya lalu mendorongnya duduk di tempat tidur
Dengan sedikit memaksa, menyuruhnya tiduran kemudian menyelimutinya dengan selimut
" kamu itu sakit Bara, jangan sok kuat. . demam jangan disepelekan. . kita kan dokter. . demam bisa jadi tanda ada masalah di tubuh. . kamu sudah makan
belum?" tanya Irina " aku baru minum susu saja tadi. ." jawab Bara memegangi kepalanya yang pening
" minum susu saja" memang kamu bayi yang cukup dengan hanya minum susu". . oke akan aku buatkan bubur. . kamu tidur saja" ujar Irina beranjak keluar dan
menuju dapur Bara menatap kepergian Irina dengan ekspresi lembut
Irina melihat isi kulkas sebelum mulai membuat bubur
" isi kulkasnya lumayan lengkap dan banyak bahan makanan tapi keliatannya jarang digunakan. . dasar tempat tinggal laki - laki" ujar Irina mengambil bahan
- bahan untuk membuat bubur
Dengan cekatan dan gesit, Irina membuat makanan di dapur untuk Bara
Sekitar 30 menit makanan jadi dan Irina membawakannya ke kamar
Bara terlihat sedang tidur dengan wajah tersiksa karena suhu tubuhnya yang tinggi
Menaruh makanannya di meja, Irina membangunkan Bara dan membantunya duduk untuk makan
" ini buburnya. . Ayo buka mulutmu. .aa" ujar Irina menyuapi buburnya ke mulut Bara
Bara membuka mulutnya dan memakan bubur yang disuapi Irina
Sambil memakan bubur, Bara terus menatap wajah Irina
" kenapa" rasa buburnya tidak sesuai seleramu ya?" tanya Irina
" tidak. . Buburnya enak. . bubur apa ini?" tanya Bara
" ini bubur yang aku campur dengan sayuran dan ayam. . baguslah kalau sesuai seleramu. . berarti bisa kau habiskan" kata Irina terus menyuapi Bara sampai
buburnya habis tidak bersisa
" ini obatnya diminum dulu. ." Irina menyodorkan obat ke mulut Bara dan meminumkan segelas air putih
" kenapa kamu bisa membawa obat demam juga?" tanya Bara setelah menelan obatnya
" dokter Bastian yang memberikannya padaku sebelum kesini. . katanya untuk jaga - jaga. . kamu sering ya seperti ini makanya dokter Bastian sampai hapal?"
tanya Irina " ya mungkin Bastian memang sudah hapal dengan tabiatku" jawab Bara
" Bastian pasti sudah merencanakan ini . . bukannya Villan yang muncul tapi justru Irina. . membawa obat demam juga. . benar - benar ulahmu, Bas. . setidaknya
aku bersyukur Villan tidak muncul. . " dalam hati Bara
" aku cek dulu suhu tubuhmu. . dimana kamu meletakkan termometer?" tanya Irina
" dikotak p3k diatas lemari itu" ujar Bara menunjuk ke lemari tinggi berwarna cokelat di pojok kamarnya
Irina berusaha menjangkaunya tapi tidak sampai dengan tubuh kecilnya itu
Bara tertawa melihatnya dan maju mengambilkannya untuk Irina dari belakang
" ini nona kecil. ." ujar Bara meledek Irina sambil memberikan kotak p3knya
" jangan menghina tubuh kecilku ya! mentang - mentang panjang kakimu 2x panjang kakiku. . tapi aku kuat dan lincah. . lihat saja sekarang badan besarmu
itu harus diurus oleh badan kecilku ini karena tidak berdaya" ujar Irina meledek balik Bara
Bara hanya tertawa geli mendengar protes Irina masalah tinggi badan
" kenapa aku tidak bisa marah melihat wajah tertawanya itu" baru ini aku melihat wajahnya saat tertawa lepas begitu. . suara tertawanya juga enak di dengar.
. kenapa jantungku berdegup tidak karuan begini". . kalau ketahuan bisa malu aku" dalam hati Irina menatap wajah tertawa Bara
Irina menempelkan termometer digital ke dahi Bara dan melihat angka yang tertulis disitu
"Panasmu tidak setinggi sebelumnya, tidur saja sekarang biar obatnya bekeja" ujar Irina
"Coba aku pinjam termometernya" pinta Bara
Irina maju dan memberikan termometernya pada Bara dengan bingung
Bara menempelkannya ke dahi Irina dan melihat angkanya
" hmm. . Pantas" ujar Bara
" pantas apa?" tanya Irina bingung
" pantas kamu suka bertindak tanpa pikir panjang. . ternyata suhu tubuhmu segini" kata Bara
"Apa" berapa memangnya coba lihat" memang ada hubungannya?" ujar Irina mau mengambil termometer di tangan Bara
Bara meninggikan tangannya diluar jangkauan Irina
" curang. . mentang - mentang kamu tinggi!. . aku mau lihat! berikan padaku!" ujar Irina berusaha menjangkau termometer ditangan Bara
Karena melompat tanpa lihat ke bawah, Irina tersandung karpet dekat tempat tidur dan jatuh ke arah Bara
Dengan sigap, Bara menangkap Irina dan keduanya kehilangan keseimbangan lalu terjatuh ke tempat tidur
"Waa!!" jerit Irina
Irina menimpa Bara yang jatuh terlentang di atas tempat tidur
Karena posisi mereka yang tidak disengaja, bibir Irina dan Bara tidak sengaja saling bersentuhan
Keduanya terkejut dan kaget dengan mata terbelalak
Irina langsung bangun dan duduk dengan salah tingkah disebelah Bara
Bara juga bangun dan duduk di sebelah Irina dengan diam
" maaf tidak sengaja" ujar Irina sambil menunduk tidak berani menatap Bara
"Tidak usah minta maaf. . bukan salah siapa - siapa" ujar Bara memperhatikan sikap canggung Irina
" oiya. . sebaiknya kamu makan buah. . aku potongkan buah dulu ya" ujar Irina buru - buru menuju dapur karena malu
Bara menyusul keluar dan duduk di sofa sambil memperhatikan yang dikerjakan Irina di dapur
Mata Bara tidak lepas dari Irina sampai selesai dan membawa semangkuk buah yang sudah dipotong - potong bersama dua gelas teh
" ini makan buah. . yang ini Yuzu Tea. . bagus untuk pemulihan. . " ujar Irina meletakkan buah dan tehnya di meja
" Yuzu Tea" Kamu dapat darimana?" tanya Bara takjub dan mencium aroma harum tehnya
" aku selalu membawa - bawanya di tas karena ini favoriteku" ujar Irina meminum tehnya dengan riang
Bara mencoba juga meminum tehnya dan terkejut dengan rasanya
" enak dan harumnya unik. ." kata Bara memberikan penilaian
" iya kan. . buburnya masih ada di situ kalau nanti mau kamu makan lagi bisa dihangatkan" kata Irina
" makasih ya. ." ujar Bara
" oke no problem" jawab Irina tersenyum dan melanjutkan acara minum tehnya
Setelah makan buah dan minum teh, Bara dan Irina mengobrol di balkon apartemen Bara


Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Irina menceritakan operasi yang dilakukannya tanpa Bara
" bagus kalau bisa dihandle saat aku tidak ada. .tanpa bantuan Bastian dan Braga juga" ujar Bara
" yup. . hari ini tidak terlalu padat juga. . Kondisi pak Bimasakti juga sudah pulih. . rasanya lega ya?" ujar Irina sambil menatap langit dan menutup
matanya menghirup udara " sangat melegakan dan terasa ringan. ." jawab Bara mengamati wajah Irina dari samping
" terlihat sekali diwajahmu kalau kamu memang lega saat. . ." kata - kata Irina terputus saat Bara mencium bibirnya
Irina terkejut dan tidak bisa bergerak karena terbius oleh ciuman Bara yang lembut
Bara melepas ciumannya dan menatap Irina yang menatapnya dengan ekspresi terkejut
" maaf mengejutkanmu. . tapi ciuman tadi tulus sesuai dengan apa yang aku rasakan ke kamu Irina. ." ujar Bara
" maksud kamu?" tanya Irina masih tidak percaya dengan apa yang baru terjadi
" aku cinta sama kamu Irina" ujar Bara
" apa" kamu cinta sama aku" tapi kamu sudah punya tunangan, Bara. ." ujar Irina
" aku sudah membatalkannya setelah operasi transplantasi jantung pak Bimasakti selesai. . aku menemui ayahku untuk membatalkannya dan menyudahi apapun
ide dan rencana ayahku tentang aku dan Villan. ." ujar Bara
" tapi. . itu. . aku" ujar Irina yang lidahnya jadi kelu dengan pernyataan Bara yang diluar dugaan
" aku tidak memintamu untuk menjawab sekarang. . aku hanya mau kamu tahu apa yang aku rasakan dan tidak memaksa kamu juga untuk menerimaku. . aku minta
satu hal, Irina. . Apapun jawaban kamu, tolong jujur sesuai apa yang kamu rasakan. . dan jika kamu mencintai orang lain, aku mau kamu beritahu aku maka
saat itu aku akan mundur dari kehidupan kamu" ujar Bara
Irina terpana dengan penuturan Bara
" kenapa hatiku sakit karena tidak bisa mengatakan apa - apa" saat kamu bilang akan mundur dari kehidupanku jika aku mencintai orang lain, hatiku rasanya
mau berontak dan protes. . apa yang harus aku lakukan" aku tidak bisa terlibat hubungan percintaan disaat tujuanku belum tercapai. . apalagi kamu anak
dari musuh besarku, Bara. . kenapa aku harus terlibat urusan cinta denganmu". . tujuanku memperalat Braga tapi aku justru mulai jatuh cinta sama kamu.
. apa ini yang disebut hukum karma?" pergulatan hati Irina
" selama kamu belum memberikan aku jawaban bisakah kamu membiarkan hubungan kita apa adanya. . jangan menghindari aku atau menjaga jarak denganku. . aku
juga tidak akan memanfaatkan keadaan" ujar Bara
" aku tidak akan menghindari atau menjauhimu. . aku akan memastikan perasaanku secepatnya. . untuk saat ini aku belum paham bagaimana perasaanku padamu.
. aku mohon pengertianmu" ujar Irina menatap Bara
" aku tunggu jawaban darimu, Irina. ." ujar Bara menatap lembut Irina
" terima kasih. ." ujar Irina tersenyum lembut pada Bara
Sebelum hari gelap, Irina pamit pulang dari apartemen Bara
" aku pamit pulang dulu. . jangan lupa dimakan lagi buburnya dan obatnya. . kalau besok masih belum sehat sebaiknya kamu tidak usah memaksakan diri masuk
nanti aku akan bilang pada pihak rumah sakit" ujar Irina
" iya. . Makasih ya. . kalau sudah sehat besok aku masuk. . hati - hati dijalan" ujar Bara
" oke. . bye" pamit Irina
" bye. ." jawab Bara
Irina berjalan menuju lift dan naik lift tanpa lama menunggu
Berseling dengan tertutupnya lift yang dinaiki Irina, Villan keluar dari lift sebelah dan menuju kamar Bara
Keesokan harinya, Irina yang baru tiba di rumah sakit berjalan menuju kantornya sebelum memulai aktifitas
Sempat mengintip kantor Bara yang gelap, muncul kekecewaan di wajah Irina
" dia belum masuk sepertinya. . kalau sampai siang tidak muncul, pulangnya aku tengok lagi saja ke apartemennya. ." dalam hati Irina
Yang mengherankan di hari itu adalah sikap Villan pada Irina yang sebenarnya memang sudah aneh sejak Bara membatalkan pertunangan mereka pada Gerard
Villan lebih sinis hari itu pada Irina dibanding hari - hari sebelumnya, hal ini lama - lama membuat Irina jadi risih karena bagaimanapun juga mereka harus
bekerja sama dalam operasi
Azka, Genta dan Anya bahkan ikut merasakan keanehan sikap Villan pada Irina
" dokter Villan kenapa pada dokter Irina" seperti ingin menggorok hidup - hidup leher dokter Irina. ." tanya Anya ngeri melihat tatapan Villan pada Irina
" apa lagi coba masalahnya". . tentu saja karena dokter Bara. . dokter Villan kan tidak punya kesibukan lain selain mengurusi semua yang berhubungan dengan
dokter Bara dan isi kepalanya hanya ada dokter Bara dan dokter Bara. . mungkin dokter Bara sudah terus terang lebih memilih dokter Irina daripada dokter
Villan" ujar Azka sedikit berbisik pada Genta dan Anya
" aku setuju. . dokter Bara belakangan memang lebih open dan bersahabat karena dokter Irina. . Mungkin diam - diam keduanya sudah berpacaran. ." ujar Genta
" hey. . jangan bergosip saja. . ayo kita kontrol ke ruang rawat pasien" ujar Irina
Ketiga terkejut dengan kemunculan Irina di dekat mereka
" siap dokter Irina. ." ujar Genta langsung gugup karena kepergok sedang bergosip
Anya langsung bersiap membawa peralatan untuk Irina yang akan melakukan kontrol pasien
Saat baru keluar dari salah satu kamar rawat, terlihat staff rumah sakit berlarian menghampiri salah satu kamar
Terlihat Azka juga berlari ke arah yang sama
Mengenali kamar rawat yang dituju oleh orang - orang itu, Irina ikut berlari menghampirinya
Di dalam kamar rawat Azka sedang menangani Zahir yang sudah bersimbah darah
Dilantai kamar rawat, darah Zahir menggenang keluar dari mulut dan hidunganya
Irina menghampiri dan membantu Azka mengecek kondisi Zahir
" dokter Azka. . apa yang terjadi pada Zahir?" tanya Irina
" ini pecah pembuluh darah, kita perlu lakukan melihat kondisi dalamnya. . tapi dia dalam kondisi kritis butuh penanganan langsung" ujar Azka
" siapkan ruang operasi!" teriak Irina pada suster di dekat mereka
" ayo kita bawa ke ruang operasi. . kita perlu menghentikan pendarahannya. . " ujar Irina pada Azka
Zahir dibawa ke ruang operasi, team 1 minus Bara yang melakukan operasinya
" kamu harus bertahan, Zahir. . aku sudah menepati janjiku untuk melakukan operasi padamu jadi tolong jangan mati di tanganku" dalam hati Irina
Pendarahan terus terjadi sehingga menyulitkan Irina untuk melihat dimana letak pembuluh darahnya yang bocor
" siapkan tambahan darah!" minta Irina
Darah yang keluar di bersihkan untuk mempermudah Irina melihat letak pembuluh darahnya
Berhasil menemukan letak pembuluh darah yang bocornya, Irina menahannya dengan jarinya untuk mengurangi keluarnya darah
" kita butuh Bara sekarang. . dia pasti lebih paham situasi seperti ini" dalam hati Irina
" apakah dokter Bastian atau dokter Braga bisa dihubungi" kondisi pasien sekarang mengalami pecah pembuluh darah jantung dan katup aortanya rusak parah.
. kita tidak bisa melakukan pergantian katup sebelum menutup kebocoran pembuluh darahnya atau pasien akan kehabisan darah. ." ujar Irina
" aku sudah coba tapi keduanya sedang dalam proses operasi juga" ujar Azka
" aku juga sudah coba menghubungi Bara tapi tidak diangkat. . sudah aku tinggalkan pesan untuk Bara" ujar Villan
Operasi terus berjalan dengan Irina sebagai dokter utamanya
" aku sudah mengatasi pendarahannya, sekarang kita perlu mengganti katup aortanya. . tapi kondisi jantungnya aneh dan tidak seperti biasanya. . apa ada
yang menyuntikkan obat sebelum kejadian?" tanya Irina curiga melihat kondisi jantung Zahir yang tidak normal
" setahuku tidak ada. . jadwal farmakologi pasien baru akan dilakukan olehmu saat kontrol tadi kan". . kamu juga belum sampai di ruang rawatnya. . aku
juga curiga ini reaksi obat. . tidak mungkin kondisi seperti ini muncul tiba - tiba tanpa sebab" ujar Azka
" ini gawat. . Suster Anya, tolong bawa sample darahnya dan bawa ke bagian laboratorium untuk di tes ulang ada kandungan obat apa di dalam darahnya. .
minta substitute suster lain sebagai penggantimu. . Dokter Azka bantu aku sementara. ." ujar Irina
Disaat mereka sedang bingung, pintu ruang operasi terbuka
Bara muncul dengan mengenakan baju operasi dan masker operasi
Tanpa pikir panjang Bara menghampiri mereka dan dibantu Genta mengenakan mantel operasi
" kenapa kamu datang?" tanya Irina bingung melihat kedatangan Bara
" ini pasien yang penting untukmu kan" Aku lihat saat kamu berjanji padanya masalah operasi. . aku akan membantumu menepati janjimu padanya" ujar Bara
Irina tersenyum dan berganti posisi dengan Bara
Operasi diteruskan oleh Bara dan dibantu oleh Irina
Azka menyusul Anya untuk segera mengambil hasil tes ulang darahnya
Bara bersiap mengganti katup aortanya dengan yang baru
Azka dan Anya datang dengan hasil tes yang mengejutkan
" dokter Bara. . dokter Irina. . ini kasus kriminal, ada yang menyuntikkan heroin dan obat penambah stamina yang biasanya ada pada minuman berenergi dalam
dosis tinggi pada pasien. . itu yang jadi penyebab pecah pembuluh darah jantung pada pasien. ." lapor Azka sambil terengah - engah
Bara dan Irina terkejut, termasuk Villan dan Genta
Irina mengambil hasil tes dan membacanya dengan mata terbelalak kaget lalu memperlihatkannya pada Bara
" ini pembunuhan. . mana bisa pasien pengidap stenosis katup Aorta stadium akhir seperti Zahir bertahan dari heroin dan obat - obatan seperti ini. . "
ujar Irina Bara sadar kondisi pasien sudah tidak bisa ditolong lagi, tapi melihat ekspresi Irina yang mulai panik membuatnya mencoba lagi
Tiba - tiba pembuluh jantung lainnya pecah hingga memancarkan darah mengenai baju, tangan, dan leher Bara juga Irina
Darah keluar dengan deras, membuat kaget dan panik Bara, Irina dan semua kru operasi
" kondisi vital mengalami penurunan drastis. . denyut jantung melemah " ujar Villan melihat monitor alat pemantau kondisi pasien
Bara menoleh menatap alat pemantau detak jantung di sampingnya dan terkejut karena grafiknya menunjukkan detak jantubgnya telah berhenti.
" panel!" ujar Bara meminta alat kejutan listrik untuk jantung.
Suster Anya menyerahkan alatnya. Bara meletakkan kedua panel pada kedua sisi jantung Zahir.
" 50 joule. . shock!" perintah Bara.
Jantung masih belum kembali berdetak.
" 70 joule. . Shock!" ujar Bara.
Masih belum kembali berdetak juga.
" sekali lagi 70 joule. . Shock!" perintah Bara.
Jantung masih berhenti berdetak. Bara meraba bagian atas organ jantung. Kondisinya telah mengeras. Dengan ekspresi shock, Bara menatap Irina dengan pandangan
sedih. " kenapa kamu menatapku?" ujar Irina takut melihat tatapan sedih Bara.
" Zahir, henti jantung setelah mengalami pecah pembuluh darah sebanyak 2 kali dan mengidap stenosis katup aorta stadium akhir, terindikasi adanya heroin
dan obat - obatan terlarang lainnya pada darah, waktu meninggal hari Rabu tanggal 22 Agustus 2014 pukul 13 lewat 56 menit. . ." ujar Bara menatap kasihan
Irina " Kita belum mengganti katup aortanya. ." ujar Irina masih belum bisa menerima kematian Zahir dan kegagalan mereka menyelamatkannya.
" Jantungnya sudah benar - benar berhenti, Irina. Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi. Zahir sudah meninggal" ujar Bara berusaha meyakinkan Irina.
Azka memberikan Isyarat pada yang lainnya untuk meninggalkan Bara dan Irina disana sambil menarik Villan keluar, diikuti Genta dan Anya. Irina masih belum
bisa terima pada kata - kata Bara lalu mencoba merasakan sendiri bagian atas jantung Zahir.
" Ini. . ." kata - kata Irina terhenti saat merasakan sendiri apa yang dimaksud Bara tidak mungkin lagi.
" Maaf Irina. Kita gagal menyelamatkan Zahir. . jantungnya mulai mengeras dan sudah berhenti total" ujar Bara.
Irina mulai menangis sambil berlutut di tepi meja operasi tepat depan tubuh Zahir.
" aku sudah menepati janjiku untuk melakukan operasinya tapi kenapa kamu tidak berusaha bertahan Zahir" Aku bersumpah untuk menyembuhkan kamu. . " tangisnya
merayap. Bara merangkul dan menepuk bahu Irina penuh simpati. Ikut merasakan kesedihan wanita berambut pendek itu.
" Tolong aku menyelamatkan dia. Aku sudah janji, Bara" tangis Irina dirangkulan Bara sambil mencengkram erat selimut biru penutup tubuh Zahir yang berlumuran
darah. Bara ikut bersimpuh disebelah Irina dengan mata berkaca - kaca. Diusapnya kepala wanita yang tengah dirundung duka itu lalu menyadarkan ke bahu kanannya.
Tubuh Irina lemas dan bersandar ke dada kanan Bara sambil terduduk didinginnya lantai ruang operasi.
Tak mampu menahan luapan kesedihan yang menghantam jiwa serta raga. Butiran bening dari mata indah Irina tumpah ruah ke dada, leher dan bahu pria disampingnya.
Suara tangisan Irina menggema di ruangan operasi tempat Zahir menghembuskan napasnya yang terakhir. Tempat Irina pertama kali gagal menyelamatkan nyawa
pasiennya. 08. Edel's Secret Di ruang operasi yang baru saja menjadi saksi bisu perjuangan hidup anak laki - laki melawan penyakitnya, seakan ikut menangis atas kepergian Zahir
Zahir mengidap kelainan katup jantung sejak lahir. Terlahir dari orang tua yang tidak harmonis dan menderita kelainan bukanlah kesalahan Zahir
Setidaknya itulah yang ada dipikiran setiap orang 'waras' yang mengetahui sejarah kehidupan Zahir
Lain halnya dengan ayah kandung Zahir yang sangat mengutuk kondisi anak laki - laki yang tidak sesuai harapannya itu
Laki - laki keturunan Arab bernama Azzam, bersembunyi diantara orang - orang yang berlalu lalang di rumah sakit, Azzam mengamati ruang operasi tempat anaknya
yang malang menghembuskan napasnya yang terakhir akibat kekejaman tangan ayahnya sendiri
" apa anak pembawa sial itu sudah mati" aku lihat dokter bedah andalan rumah sakit ini muncul dan memasuki ruang operasi. . apa dokter itu berhasil menyelamatkan
hidup anak terkutuk itu?" dalam hati Azzam
Di dalam ruang operasi, Bara membiarkan Irina yang menjahit bekas operasi Zahir. Dia hanya melihat dan membantu sedikit.
Irina menjahit dan membersihkan bekas luka operasi Zahir sambil menahan tangisnya, membuat Bara semakin kasihan.
Tidak butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya, Irian dan Bara membawa keluar tubuh Zahir. Di luar ruang operasi, Gerard sudah ada disana, menunggu
keduanya Bara tahu betul apa yang akan dilakukan ayahnya itu, menatap Gerard dengan mata tajamnya
" Bara, dokter Irina. . apa ini pasien yang terindikasi obat - obatan diluar perawatan kita?" tanya Gerard
"Iya pak. . ." jawab Irina dengan perasaan berkecamuk antara sedih dan benci melihat kehadiran Gerard
" bagaimana bisa pasien yang sedang dalam perawatan kita mendapatkan obat - obatan diluar pengawasan pihak rumah sakit" ini akan jadi berita tidak baik
bahwa keamanan di rumah sakit ini tidak bisa menjamin keselamatan pasien selama dirawat disini. . apalagi pasien juga tidak berhasil kita selamatkan, ini
menambah buruk kondisi saat ini. . ada tindak kriminal yang terjadi di rumah sakit membuat citra buruk untuk kita" ujar Gerard
Irina setengah mati menahan kebencian dan emosinya saat mendengar ucapan Gerard demi menjaga kerahasiaan identitasnya
Sayangnya Bara tidak butuh menahan apapun saat mendengar kata - kata Gerard, tanpa pikir panjang menjawab semua ucapan Gerard
" bisa tidak sih, ayah sekali saja tidak usah memikirkan nama baik rumah sakit" kita ini petugas medis yang disumpah untuk melayani masyarakat sebaik mungkin
bukan selebritis yang tugasnya menjaga image di depan semua orang! ayah sudah tahu disini ada andil tindak kriminal, kenapa kesannya ayah menyalahkan kami
yang berusaha menyelamatkannya?" ujar Bara penuh emosi
" tidak mungkin ayah tidak memikirkan nama baik rumah sakit, ini adalah tugas ayah sebagai pemilik rumah sakit untuk terus menjaganya. . kamu tidak bisa
menyepelekan masalah ini, Bara. . jangan lupa kita gagal menyelamatkan pasien di meja operasi!" ujar Gerard
" aku tidak menyepelekannya! justru karena ini bukan hal sepele seharusnya kita bukannya memikirkan nama baik rumah sakit tapi berusaha mencari keadilan
untuk pasien yang menjadi korban kriminalitas! kami juga tidak berhasil karena kondisi pasien yang sudah mengalami tindak kekerasan duluan hingga tidak
bisa tertolong lagi! kita ini bukan Tuhan jadi berhentilah beranggapan bahwa kita tidak boleh gagal. . ayah membicarakan kegagalan di meja operasi seperti
tidak pernah mengalaminya saja" ujar Bara menekankan kata - katanya yang terakhir hingga cukup membungkam mulut Gerard
Bastian dan Braga muncul masih menggunakan baju operasi
" kami sudah dengar kabarnya dari Azka dan sudah kami minta team keamanan rumah sakit untuk menyelidiki kasus ini. . dari rekaman kamera cctv, hanya terlihat
ayah pasien yang masuk dan terakhir kali bersamanya sebelum kejadian ini terjadi. . disana juga ada rekaman saat ayahnya menyuntikkan beberapa obat pada
Zahir" kata Braga berusaha menenangkan ketegangan antara Bara dan ayahnya
" melihat data hasil tes darahnya, kemungkinan dari sebelum menyuntikkan obat - obat itu, ayahnya sudah beberapa kali memasukkan obat - obat berdosis tinggi
pada makanan Zahir yang memperburuk kondisinya sedikit semi sedikit. . aku dan Braga sudah melaporkannya ke pihak kepolisian dengan bukti rekaman cctv
dan catatan medis ini untuk dilakukan penangkapan pada ayah Zahir" tutur Bastian
" kenapa kalian bertindak tanpa ijinku?" Bastian, Braga! apa yang kalian lakukan bisa membuka aib rumah sakit! nama baik kita bisa rusak karena adanya
kejadian ini!" ujar Gerard
Irina yang sudah tidak tahan lagi, hendak menjawab semua kata - kata Gerard dengan emosi dan kebencian yang sudah sampai ke ubun - ubunnya
Bastian sudah memperhatikan ekspresi serta gelagat Irina dan paham Bara akan menjawabnya dengan emosi yang sama berbahayanya, memotong terlebih dulu untuk
menjawab kata - kata Gerard
" sebelumnya maaf pak jika kami bertindak tanpa seijin anda. . tapi ini kasus kriminal, kita wajib melaporkannya demi menjaga keamanan pasien - pasien
rumah sakit. . disembunyikan pun kabarnya sudah lebih dulu menyebar seantero rumah sakit karena saat itu banyak saksi mata yang melihat langsung Zahir
mengalami pendarahan hebat. . hal ini akan membuat resah semua pasien, akan lebih bijaksana jika kita tidak berusaha menutupi kejadian ini apalagi tidak
melakukan tindakan apapun atas kejadian yang menimpa Zahir. . Anda, Bara, dokter Irina juga kita semua petugas rumah sakit bisa dikenakan sanksi oleh pihak
yang berwajib jika masalah kriminal ini kita tutupi. . atau mungkin, anda lebih suka jika kita menjadi kriminal selanjutnya yang menutupi fakta sebenarnya
dari orang banyak dan kepolisian" suatu saat bangkai akan tercium juga serapat apapun kita menutupinya" sahut Bastian seakan membicarakan hal lain yang
pernah ditutup - tutupi Gerard membuatnya merasa dipukul telak tepat di kepala
Irina, Bara dan Braga menatap Bastian setengah tidak percaya, laki - laki yang mereka kenal sopan dan lembut itu ternyata bisa mengeluarkan kata - kata
setajam itu untuk melawan Gerard, padahal selama ini Bastian adalah yang paling patuh pada Gerard dibandingkan dengan mereka
Gerard juga tidak habis pikir, Bastian yang selama ini tidak pernah menunjukkan perlawanan padanya kali ini adalah yang paling telak menyerangnya secara
verbal. Karena kata - kata Bastian yang sangat masuk akal tak terbantahkan itu, mau tidak mau Gerard harus mengakui dan menyetujui tindakan mereka. Dia
juga tahu apa yang dimaksud Bastian tentang bangkai yang akan tercium juga.
" kenapa aku merasa dokter Bastian seperti sedang membelaku dan paham tentang kondisiku" tidak mungkin dia tahu tentang kebencianku pada Gerard. ." dalam
hati Irina, khawatir rahasianya berhasil diketahui Bastian
" Lakukan saja sesuka kalian, aku mau masalah ini selesai dengan baik. . urusan ini aku serahkan sepenuhnya pada kalian berempat" jawab Gerard kemudian
beranjak pergi meninggalkan mereka
Azzam mendengar semua pembicaraan mereka dengan jelas
" sialan! mereka berhasil menemukan bukti yang mengarah padaku. . dokter - dokter sialan! buat apa mereka mengurusi masalah ini segala?" aku harus segera
kabur dan bersembunyi sebelum pihak rumah sakit dan kepolisian menemukanku" umpat Azzam dalam hati bergegas melarikan diri
Irina yang mengenali Azzam, berhasil menangkap gerakan Azzam saat membawa Zahir bersama Bara, Bastian dan Braga
" itu ayah Zahir! dia pasti mau kabur! tolong titip Zahir. . jangan lari!" teriak Irina mengejar Azzam
" Irina tunggu!!" panggil Bara mengikuti Irina
" suster Anya. . Genta!! tolong bawa ke ruang isolasi. . pastikan aman dan panggil bagian keamanan untuk membantu mengamankan jasad ini. . jangan biarkan
siapapun memasuki ruangannya. . hubungi dokter Azka dan Villan untuk mengurusnya" perintah Braga pada suster Anya dan Genta yang langsung menghampiri begitu
dipanggil Braga Setelah memastikan jasad Zahir aman, Bastian dan Braga ikut menyusul Bara dan Irina
Azzam berlari membabi buta menghindari kejaran Irina dan Bara
Kondisi rumah sakit yang ramai orang lalu lalang menyulitkan mereka menangkap Azzam, Bara dan Irina juga masih kelelahan setelah melakukan operasi terlebih
Bara yang baru sembuh dari sakit
Bastian dan Braga berhasil menyusul keduanya dengan membawa sepasukan team keamanan rumah sakit untuk membantu menangkap Azzam
Melihat keadaannya terjepit, Azzam semakin panik dan saat berbelok hampir saja menabrak pasien yang sedang dibawa oleh salah satu dokter wanita
Untuk melindungi pasiennya, dokter wanita itu memutar posisi mereka membuat dirinya yang ditabrak jatuh Azzam
Azzam yang panik, menjadi nekat dan menarik dokter wanita yang ditabraknya untuk dijadikan sandera
Irina, Bara, Bastian dan Braga berhenti ditempat saat melihat Azzam menyandera salah satu dokter dengan pisau yang tak lain tak bukan adalah Edel
" hei. . lepaskan Edel! jangan bawa - bawa orang yang tidak bersalah!" bentak Bastian naik pitam saat melihat istrinya yang dijadikan sandera
" aku akan lepaskan dia setelah kalian menarik laporan ke polisi tentang kematian anak sialan itu!" tawar Azzam
" jangan mimpi kamu untuk bisa bebas setelah membunuh anak kandungmu sendiri! ayah macam apa kamu" dengan tega membunuh anaknya sendiri. .lepaskan Edel!"
umpat Irina ngeri melihat pisau dileher Edel
" kalau begitu akan aku bunuh juga dokter ini! dengan begitu kalian juga akan menerima balasan dariku karena sudah ikut campur urusanku dengan anak pembawa
sial itu!" ancam Azzam mendekatkan pisaunya ke leher Edel menggores sedikit permukaannya meninggalkan luka gores
" jangan bertindak macam - macam kamu!" seru Bastian bersiap maju menyerang Azzam
" jangan Bas. . nanti Edel semakin terancam" ujar Bara menahan Bastian
Kesal dengan perlakuan Azzam, Edel mengeluarkan suntikan dari saku jas putihnya lalu menyunyikkannya ke lengan Azzam
"Aarrgghhh!!!" jerit Azzam melepaskan Edel dan bergerak mundur melepaskan suntikan dilengannya lalu roboh
" rasakan itu! jangan main - main kamu dengan dokter spesialis kejiwaan yang biasa menangani pasien sakit jiwa berperilaku ekstrem" umpat Edel menatap
tubuh Azzam yang pingsan di lantai
Edel menghampiri pasiennya yang ketakutan untuk menenangkannya sebelum menjadi histeris, kemudian menghubungi dokter lain untuk mengambil alih pasiennya
Bastian maju dan memeriksa leher Edel yang berdarah karena luka gores pisau Azzam
" kamu tidak apa - apa" lukanya perlu dibersihkan supaya tidak infeksi. . dia pengguna heroin kita tidak tahu apa pisaunya steril atau tidak. . ayo segera
diobati" ajak Bastian melihat luka Edel dan membersihkannya dengan kapas steril beralkohol yang dia bawa di saku jas putihnya
" aku tidak apa - apa Bas. . aku harus menunggu dokter lain mengambil alih pasien ini dulu. . lukanya tidak parah kok. ." jawab Edel
Irina, Bara dan Braga masih tercengang kaget dengan apa yang dilakukan Edel
" apa yang kalian tunggu" cepat ringkus dia!" perintah Edel pada petugas keamanan yang ikut terperangah melihat aksi heroiknya
" baik dokter!" sahut petugas keamanan bergegas meringkus Azzam
" kamu tidak apa - apa Del" dokter Bastian benar, lukamu harus diobati. . siapa tahu pisaunya berbakteri" ujar Irina cemas
" aku tidak apa - apa Rin. . cuma luka gores saja. . dia siapa sih" kenapa kalian berempat mengejar - ngejarnya?" tanya Edel tidak begitu peduli dengan
lukanya dan lebih penasaran dengan identitas Azzam
Irina menceritakan semuanya tentang kejadian yang menimpa Zahir pada Edel
Setelah Azzam tertangkap dengan 'kehebatan' Edel, dia langsung dibawa dan diproses oleh pihak yang berwajib atas kasus pembunuhan berencana yang dilakukannya
pada Zahir Irina dan pihak rumah sakit menyerahkan sepenuhnya masalah Azzam pada aparat hukum untuk diadili
Dengan bantuan Bara, Bastian dan Braga, jasad Zahir dimakamkan dengan layak setelah proses otopsi dilakukan guna proses hukum Azzam
Dari keterangan yang di dapatkan pihak kepolisian, Azzam adalah seorang pengedar narkoba jenis heroin. Hidupnya serabutan dan tidak jelas. Dia merasa terbebani
dengan penyakit Zahir setelah mantan istrinya meninggal dan hak asuh Zahir jatuh kepadanya. Dia sempat bertahan menerima Zahir karena mendapatkan wasiat
dari mantan istrinya berupa sejumlah uang dan deposito dengan syarat mau merawat Zahir. Saat uang tabungan dan deposito mulai habis" Azzam terdorong untuk
melenyapkan Zahir yang dianggapnya sebagai beban.
Para dokter dan staff rumah sakit boulevard menyempatkan hadir secara bergantian di pemakaman Zahir sebagai wujud bela sungkawa atas kejadian yang terjadi
di rumah sakit tempat mereka bekerja terutama team bedah jantung dan Edel
Gerard juga menghadirinya, datang bersama Braga
Irina adalah yang paling terpukul, bersimpuh di samping makam Zahir dan menatap sedih batu nisan bertuliskan nama Muhammad Zahir
Bara duduk bersimpuh disebelah Irina lalu merangkul bahunya, ikut merasakan penyesalan yang sama dengan Irina
Villan melihat interaksi keduanya dengan perasaan sakit, entah airmatanya adalah karena kematian Zahir atau karena patah hati
Pemandangan tidak biasa itu tidak luput dari perhatian Edel dan Bastian yang berdiri berseberangan dengan Bara dan Irina


Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" mereka sepertinya sudah saling mengetahui perasaan masing - masing. . apa Bara menceritakan sesuatu terkait hubungan mereka?" bisik Edel pada suaminya
" Bara hanya menceritakan bahwa dia sudah mengungkapkan perasaannya pada Irina tapi belum mendapat jawaban apa - apa darinya" jawab Bastian
" benarkah" bagaimana dengan Villan?" tanya Edel terkejut
" sebelumnya Bara sudah membatalkan pertunangannya dengan Villan pada pak Gerard" ujar Bastian
" memang bisa" dari awal Bara sudah mencoba membatalkannya tapi pak Gerard tetap bersikeras, kenapa kali ini bisa berhasil?" tanya Edel ragu
Bastian dan Edel beranjak meninggalkan pemakaman, berjalan menuju parkiran
" Bara mengultimatum pak Gerard jika tidak mau membatalkannya maka dia akan meninggalkan rumah sakit untuk mendaftarkan diri ke rumah sakit lain kompetiter
kita dan akan mengatakannya langsung pada ayah Villan bahwa dia ingin membatalkan pertunangan mereka" kata Bastian
" good job Bara!. . orang tua itu memang harus dilawan dengan cara begitu. . dia sering membuatmu dalam posisi sulit juga kan" memberikan pasien - pasien
yang beresiko gagal padamu demi melindungi Bara dan Braga. . kapan Bara atau Braga naik jadi direktur rumah sakit menggantikan dia sih?" ujar Edel mengeluarkan
uneg - unegnya tentang Gerard
" kemungkinan Braga yang akan lebih dulu naik dari pada Bara. . melihat dari cara berpikir keduanya, Bara tidak akan tertarik duduk manis di bangku direktur
rumah sakit tanpa menangani pasien. . " ujar Bastian paham betul tabiat sahabatnya itu
" aku khawatir pada Irina. . kita tahu pelaku malpraktek ayahnya adalah pak Gerard tapi apa yang akan dia lakukan selanjutnya" Irina juga mulai jatuh cinta
pada Bara begitupun Bara. . bagaimana reaksi Bara jika tahu motif Irina" apa yang dilakukan oleh Irina setelah mencintai salah satu putera laki - laki
yang dia anggap sebagai pembunuh ayahnya" menurutmu apa perlu aku bertanya langsung pada Irina apa yang sebenarnya dia mau lakukan?" kata Edel
" sebaiknya tunggu waktu yang tepat untuk menanyakannya. . jika dia benar - benar mencintai Bara, akan ada waktunya dia menjadi bimbang antara meneruskan
balas dendamnya atau menghentikannya demi Bara. . yang lebih aku takutkan jika Irina salah paham tentang siapa yang melakukan operasi ayahnya, dia mungkin
tidak tahu bahwa ada 2 operasi transplantasi yang dilakukan secara bersamaan saat operasi ayahnya berlangsung. . tidak ada catatan lengkap mengenai kedua
operasi itu karena disembunyikan oleh pak Gerard. . bisa saja saat berusaha menyelidikinya, Irina mendapatkan potongan informasi yang membuatnya jadi salah
paham bahwa pelakunya adalah Bara alih - alih pak Gerard. ." kata Bastian memaparkan spekulasinya
Edel tersentak kaget mendengar dugaan Bastian yang tidak sampai terpikir olehnya
" kamu benar. . hal itu bisa saja terjadi. . jadi bagaimana" apa kita beritahu saja yang sebenarnya" supaya dia tidak salah paham dan merubah sasarannya
menjadi Bara. ." tanya Edel
" aku justru merasa ada keuntungannya jika hal itu terjadi. . Saat ini Bara adalah laki - laki yang dicintai Irina. . jika dia tahu Bara pelakunya, akan
ada kesempatan untuknya mengurungkan niat balas dendam itu demi Bara. ." kata Bastian
" kalau keinginan balas dendamnya lebih besar dari cintanya pada Bara bagaimana?" tanya Edel takut membayangkannya jika Irina membalaskan dendamnya pada
Bara " saat itu bukan hanya Bara yang akan dalam bahaya, tapi Irina juga akan sangat terluka oleh kenyataan yang harus ditanggungnya. . kalau itu terjadi kita
tidak bisa tinggal diam seakan tidak tahu apa - apa. . bicaralah setelah ada perubahan sikap Irina kepada Bara" ujar Bastian
" kenapa kamu tidak berusaha menghalangi Irina membalas dendam pada pak Gerard" kamu secerdik ini saat ada kemungkinan Irina mengalihkan balas dendamnya
pada Bara. . " tanya Edel bingung dengan sikap suaminya
" karena aku tidak suka dengan cara pak Gerard yang menyembunyikan kejadian 10 tahun lalu itu. . aku ingin semuanya terungkap bukan dengan tanganku tapi
dari tangan korban kejadian itu. . Hal itu akan lebih berefek untuk pak Gerard dibanding aku atau kamu yang melakukannya. . aku sebenarnya mengharapkan
Bara untuk tahu identitas Irina, supaya bisa mendorongnya untuk lebih berontak melawan pak Gerard dan membuka rahasia 10 tahun yang lalu itu. ." kata Bastian
berjalan ke mobilnya dan membukakan pintu mobil disebelah supir untuk Edel
" apa yang membuat Bara tidak berusaha membongkar rahasia itu sekarang?" tanya Edel menaiki mobil lalu mendongak menatap Bastian yang berdiri memegangi
pintu mobil tempatnya duduk
" Bara masih ketakutan dengan kejadian penculikan yang dialami bu Delilah bisa saja terulang kembali. . dia juga tidak tahu bahwa saat itu ada 2 kasus
malpraktek yang terjadi bersamaan dengan yang dilakukannya. . " ujar Bastian menatap Edel dan menutup pintu tempat Edel duduk
Saat Bastian naik dan menyalakan mobil Range Rover Camaro putihnya, Edel menarik lengan Bastian
" siapa saja yang tahu bahwa 10 tahun lalu ada 2 kasus malpraktek selain kamu?" tanya Edel dengan wajah cemas
" profesor Ilyas juga mengetahuinya. . ." jawab Bastian
Edel dan Bastian menuju rumah sakit untuk melanjutkan aktifitas mereka sebagai dokter
Hari itu adalah hari super sibuk untuk divisi kejiwaan. Entah kenapa jumlah pasien yang harus mereka tangani secara ekstra tidak ada habisnya. Edel sebagai
psikiater paling handal disana, sangat direpotkan karena harus ikut membimbing dan memantau psikiater lainnya.
Bahkan Edel sampai harus menangani pasien pengidap Self Injury (self injury adalah suatu perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatasi rasa sakit emosional
dengan cara melukai diri sendiri) yang mengamuk berusaha melukai dirinya sendiri dengan pecahan kaca ruang rawatnya
Dengan membawa pecahan kaca ditangannya yang berdarah - darah, pasien itu mengamuk dan berhasil meloloskan diri dari petugas rumah sakit yang berusaha
menahannya Edel terpaksa ikut mengejarnya bersama petugas khusus divisi kejiwaan
Kejar - kejaran berlangsung cukup lama sampai keluar divisi kejiwaan dan masuk ke halaman rumah sakit
Kehebohan yang terjadi menjadi tontonan orang yang sedang berlalu lalang
Kebetulan Irina dan Bara sedang lewat di salah satu lorong rumah sakit tidak jauh dari tempat kejadian seru itu
Penasaran dengan kehebohan yang terjadi, Bara dan Irina menghampiri untuk melihat apa yang terjadi
Edel berusaha menenangkan pasien yang membawa pecahan kaca ditangan kanannya
" Andi saya dokter Edel. . jangan takut. . bisa kamu berikan kaca ditangan kamu pada saya?" tanya Edel dengan wajah tenang penuh kewaspadaan
" aku butuh ini dokter. . dengan ini aku bisa tenang dan bahagia!" ujar pasien itu tertawa bercampur takut menciptakan ekspresi wajah yang tidak wajar
" oke. . saya juga ingin merasakan ketenangan dan kebahagiaan seperti yang kamu rasakan. . boleh saya pinjam kacanya Andi?" pinta Edel mengulurkan tangannya
meminta kaca di tangan Andi
" mereka semua membuatku takut. . apa mereka ingin menyakitiku?" tanya Andi menunjuk ke arah petugas rumah sakit dan orang - orang yang memperhatikannya
" maaf bisa tolong tinggalkan kami berdua. . " pinta Edel membubarkan orang - orang yang mengerumuni mereka termasuk petugas rumah sakit juga diminta Edel
menunggu agak jauh " nah mereka hanya orang lewat saja bukan ingin menyakiti kamu. . jadi bisa kan saya meminjam kaca itu?" ujar Edel meminta kaca ditangan Andi lagi
Setelah membujuk dengan berbagai macam alasan dan cara akhirnya Andi bersedia memberikan pecahan kaca ditangannya pada Edel
Irina dan Bara menyaksikan apa yang dilakukan Edel dengan takjub
" Edel benar - benar sabar menghadapi kondisi seperti itu. . Pasien Edel lebih berbahaya dari pasien sakit jantung" Kata Irina salut pada Edel
" tentu saja. . pasien lainnya kebanyakan justru tidak berdaya, kalau yang ini justru bisa lebih nekat dari orang normal. . ayo kita lanjutkan kontrol"
ajak Bara Saat jam istirahat siang di kantin khusus staff rumah sakit
Edel memasuki kantin dengan wajah lelah, mengambil makanan dan duduk bergabung di meja Irina, Bara dan Bastian
" a rough day Del?" tanya Irina simpati melihat kelelahan di wajah sahabatnya
" sangat Rin" jawab Edel dengan ekspresi pusing
" makan yang banyak dan selingi dengan istirahat, minimal duduk dengan nyaman. . ini minum vitamin C untuk menjaga kondisimu" kata Bastian memberikan sebotol
vitamin C untuk Edel yang duduk disebelahnya kemudian berdiri mengambilkan sebotol air mineral tambahan untuk Edel
" makasih ya sayang" kata Edel mengelus pipi Bastian, senang dengan perhatian suaminya itu
" ehem. . jangan lupakan aku dan Bara ada disini" sahut Irina meledek kemesraan Edel dan Bastian
Edel dan Bastian hanya tersenyum mendengar ledekan Irina. Bara tertawa kecil melihat tingkah ketiganya
Ditengah suasana santai yang sedang dinikmati keempat dokter kelas atas itu, seorang dokter muda bermata sipit memasuki kantin dan mencari - cari keberadaan
Edel Berhasil menangkap sosok Edel di tengah keramaian kantin, dokter muda itu langsung menghampiri Edel dengan tergesa - gesa
" dokter Edel" panggil si dokter muda
" Agung. . ada apa?" tanya Edel saat melihat kehadiran juniornya yang bernama Agung
" anda diminta datang ke divisi syaraf, ditunggu oleh dokter Athilla dan dokter Renno. . " lapor Agung
" pasien apa yang harus aku tangani kali ini" dokter Athilla bagian bedah syaraf kan" episodenya pasti sudah akut jika sudah sampai ke area dokter Athilla"
tanya Edel buru - buru menyelesaikan makannya dan meminum air putih juga vitamin C yang diberikan Bastian
" Skizofrenia, dokter. . dan sudah ada indikasi mengarah ke gangguan fungsi syaraf otak maka dari itu dokter Renno merekomendasikannya ke dokter Athilla,
dokter Athilla meminta kerjasama anda karena ini kasus Skizofrenia" jawab Agung menunggu Edel menyelesaikan makannya dengan sabar
( Skizofrenia adalah gangguan psikologis atau kejiwaan yang disebabkan oleh kelainan kimiawi pada otak, yang pada akhirnya mengganggu fungsi sistemik dan
impuls syaraf otak. Kondisi ini mengakibatkan kegagalan fungsi otak dalam mengolah informasi dari panca indera, sehingga timbul proyeksi yang tidak seharusnya.
Penderita Skizofrenia akan mengalami halusinasi, delusi, dan penurunan kemampuan beraktifitas dengan normal termasuk daya ingat. Penderita bisa melakukan
suatu kegiatan berulang - ulang tanpa disadarinya atau mengulang kata - kata orang lain. Penderita tingkat akut bisa mengalami kerusakan otak dan menyakiti
dirinya sendiri sampai melakukan bunuh diri)
" kasus berat lagi. . kamu bawa catatan riwayatnya?" tanya Edel membawa tempat makan stenlisnya untuk ditaruh di troly peralatan bekas makan
" bawa, dokter. . pasien berumur 52 tahun, pernah ada riwayat dirawat dengan penyakit yang sama 2 tahun lalu, kata dokter Athilla perlu dikonsultasikan
juga dengan spesialis bedah jantung karena pernah ada riwayat jantung koroner. . Nama pasien Bayu Sadewo" tutur Agung membacakan riwayat singkat pasien
" Praaankkkk!!!" suara nampan dan peralatan makan ditangan Edel jatuh berantakan terlepas dari genggaman Edel yang terkejut saat mendengar nama pasien
yang dijabarkan Agung Bastian juga ikut terkejut mendengar nama pasiennya
Irina dan Bara yang sejak tadi mendengarkan dengan tenang penjelasan kasus yang akan ditangani Edel, ikut terkejut melihat reaksi Edel
" Bayu Sadewo" coba aku lihat riwayatnya" ujar Edel mengambil paksa catatan riwayat ditangan Agung dan membacanya
Setelah membaca riwayat pasien yang menarik perhatiannya, Edel terkejut dengan ekspresi janggal seperti takut dan kesal
Agung menatap Edel dengan heran dan bingung. Bastian berdiri hendak menghampiri Edel.
" dimana pasiennya sekarang?" tanya Edel menarik bagian depan jas putih Agung
" di ruang isolasi 1 divisi syaraf. . dokter Edel tunggu!" panggil Agung berusaha mengejar Edel
Membawa catatan biru ditangannya, Edel melesat meninggalkan kantin menuju tempat yang diberitahu Agung
Bastian, Irina dan Bara ikut mengejar Edel karena melihat tingkahnya yang aneh, mendengar pasien pernah memiliki riwayat jantung koroner menjadi alasan
kedua mereka ikut melihat kondisi pasiennya
Di ruang isolasi divisi syaraf, Renno sedang menunggu sambil berdiskusi dengan dokter laki - laki berwajah campuran arab beralis hitam tebal
Tanpa pemberitahuan sedikit pun, Edel terengah - engah memasuki ruangan kemudian menghampiri keduanya
" dokter Renno, dokter Athilla. . Aku dibutuhkan untuk pasien Skizofrenia bernama Bayu Sadewo. . Apa benar?" rentet Edel sambil mengatur napasnya
Bastian, Irina dan Bara juga tiba bersama Agung. Melihat kedatangan keempatnya, cukup menambah keheranan Athilla dan Renno
" benar dokter Edel. . pasiennya ada disana. . tapi apa yang membuat dokter Bastian, dokter Bara dan dokter Irina juga ikut hadir disini?" jawab Athilla
bingung melihat kehadiran ketiga dokter bedah jantung di area divisi syaraf, sangat tidak biasa
" kami mendengar pasien ada riwayat jantung koroner jadi kami bertiga ikut kesini hanya untuk melihat kondisinya. . silahkan diteruskan dokter Athilla.
. kami tidak akan mengganggu" jawab Bastian menjelaskan alasan kehadiran mereka bertiga
" oh tentu saja tidak mengganggu, kehadiran kalian berempat bisa sangat membantu. . tadinya aku juga mau memanggil salah satu dari kalian tapi aku melihat
situasi dulu karena divisi bedah jantung sangat sibuk kan". . mari kita lihat pasiennya" ujar Athilla memandu keempatnya
Renno menatap heran ekspresi Edel dan kehadiran ketiga dokter bedah jantung itu yang tidak biasa, menutup mulutnya rapat - rapat mengikuti dari belakang
Disebelah kiri ruangan ada space dimana pasien dibaringkan dengan tirai penutup
Athilla membuka tirainya dan menghampiri tempat tidur pasien
" ini pasiennya. . namanya Bayu Sadewo, pengidap Skizofrenia tingkat akut" tutur Athilla disebelah pasien memberikan ruang untuk Edel, Bastian, Irina dan
Bara melihat jelas kondisi pasien
Laki - laki tua berambut putih pengidap Skizofrenia itu terbaring tidur dengan kedua tangan dan kaki yang diikat ke kedua sisi tempat tidur, wajahnya pucat
dan terlihat tidak berdaya
Edel sempat terkejut melihat wajah tua Bayu tapi ekspresinya mengeras menjadi penuh kebencian
Bastian ikut memasang ekspresi janggal penuh rasa penasaran saat menatap Bayu
" karena usianya yang sudah tua jadi kami terpaksa menyuntikkan obat penenang agar dia tidak. ." belum selesai Renno menjelaskan seluruh kondisi Bayu,
Edel sudah memotong kata - kata Renno
" maaf aku tidak bisa. ." ujar Edel tidak melepaskan pandangannya dari Bayu
"Hah" maaf apa katamu tadi dokter Edel?" tanya Renno meminta kejelasan maksud Edel apa
" aku tidak bisa membantu menangani pasien ini. . kalian bisa menghubungi dokter divisi kejiwaan lainnya. . maaf aku permisi dulu" ujar Edel pergi tanpa
menoleh sedikit pun " kenapa?" kata Renno tercengang dengan reaksi Edel, begitupun Athilla, Bastian, Bara dan Irina yang sama kagetnya
" Edel tunggu!!" panggil Bastian bergegas mengejar Edel
" maaf dokter Renno. . dokter Athilla, kami akan susul Edel dulu. . nanti akan kami kabari lagi. . sekali lagi maaf" kata Irina meminta maaf untuk Edel
Bara dan Irina menyusul Bastian dan Edel
Divisi kejiwaan tidak jauh dari divisi syaraf, Edel berjalan cepat memasuki divisi kejiwaan sambil menahan emosinya yang meluap - luap
" Edel tunggu!!" panggil Bastian berlari menghampiri Edel dan membalikkan badannya supaya bisa menatapnya
" kenapa kamu menolak pasien seperti itu" Ada apa sebenarnya?" tanya Bastian menatap bingung wajah emosional istrinya
Irina dan Bara menghampiri pasangan suami istri itu dengan tetap menjaga jarak untuk memberikan privasi keduanya untuk bicara
" aku tidak apa - apa Bas. . aku sudah terlalu sibuk dengan pasienku yang sudah ada. . aku tidak bisa kalau harus menangani pasien sekelas Skizofrenia
tingkat akut lagi dibawah pengawasanku. . dokter jiwa lain bisa mengambil alihnya selain aku" dalih Edel menyembunyikan alasan yang sebenarnya
Bastian sudah hapal dengan semua perilaku Edel apalagi saat istrinya itu menyembunyikan sesuatu darinya
Tanpa berkata apa - apa, Bastian meletakkan tangannya di dada Edel untuk merasakan denyut jantungnya
" mulutmu bisa berbohong padaku tapi detak jantungmu tidak bisa menyembunyikan apapun dariku. . kamu tidak biasanya menolak pasien apalagi dengan kondisi
separah itu. . semua tahu tidak ada dokter jiwa lainnya yang mampu menangani case sekelas Skizofrenia dari area dokter Athilla selain kamu. . satu lagi,
nama pasien itu sama dengan nama ayahmu yang sudah meninggal, reaksimu juga sangat janggal. . Apa maksudnya, Edel?" tanya Bastian meminta penjelasan Edel
Edel menatap suaminya dengan pandangan gelisah bercampur takut
" dia. . dia memang. . ayahku, Bas" jawab Edel
" apa?" dia ayahmu?" ujar Bastian terkaget - kaget disusul dengan kekagetan Irina dan Bara
09. Unforgetful Mistake Bastian, Irina dan Bara menatap Edel penuh kekagetan.
" itu ayah kamu" kamu bilang padaku, ayahmu sudah meninggal. . sekarang bagaimana mungkin pasien tadi kamu akui sebagai ayahmu" jelaskan padaku, Edel"
Bastian menagih penjelasan dari Edel sambil menahan emosinya yang mulai meletup - letup
" maaf aku tidak mengatakan yang sebenarnya padamu saat kita menikah, aku juga memang tidak tahu keberadaannya dimana. . aku hanya tahu dia masih hidup,
oleh sebab itu aku tidak mengatakan apapun tentang dia" Edel berusaha menjelaskan alasannya pada Bastian
" tapi bukan berarti kamu berbohong tentang kematiannya padaku, Del. . kamu bisa berkata sejujurnya kalau kamu tidak tahu keberadaannya dimana. . apa alasanmu
berbohong?" tanya Bastian yang merasa belum mendapatkan penjelasan yang masuk akal dari Edel
Edel hanya diam tidak berani menatap Bastian. Tidak tahan dengan ketidakterusterangan Edel, Bastian menggenggam kedua bahu Edel hingga membuatnya lebih
mendekat " beritahu aku apa alasannya, aku berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. . kamu tidak bisa bersikap seperti ini padaku, Del. . aku ini suami kamu, kamu
istri aku. . dengan adanya kejadian seperti ini, membuktikan bahwa aku belum sepenuhnya kamu percaya. . aku tidak tahu apa - apa tentang kehidupan kamu
sebelum bertemu dengan aku. . aku merasa jadi orang bodoh yang tidak tahu tentang masalah yang sedang dihadapi oleh istrinya sendiri!" suara Bastian mulai
meninggi, jelas sekali tersirat kekecewaan disetiap kata - katanya
Mendengar kata - kata Bastian, air mata Edel tidak bisa dibendung lagi. Tidak hanya suara Bastian yang mulai meninggi tapi emosi Edel pun semakin tidak
menentu seakan ada hal yang sedang ditahannya agar tidak muncul ke permukaan. sambil terisak - isak, Edel mendongak menatap pedih Bastian
" kamu mau tahu alasan kenapa aku tidak mengatakan yang sebenarnya padamu". . Aku tidak ingin punya urusan, hubungan, atau apapun dengan laki - laki itu!
aku membencinya dengan segenap hatiku! aku tidak akan pernah lupa pada apa yang sudah dilakukannya padaku dan ibuku! saat aku bertemu denganmu dan memutuskan
untuk menerima lamaranmu, aku bertekad untuk memulai hidup baru. . aku tidak mau kamu tahu apalagi punya urusan dengannya, Bas. . aku mau hidup bahagia
dengan kamu dan Vino tanpa bayang - bayang darinya" luapan emosi Edel mulai menunjukkan selama ini ada luka yang disembunyikannya rapat - rapat di dasar
hati yang terdalam Bara dan Irina bisa ikut merasakan kesedihan itu saat mendengar semua ungkapan perasaan Edel
Ungkapan hati Edel membuat perasaan Bastian campuraduk antara sedih, marah dan kecewa tapi tidak tahu harus melakukan apa. Haruskah dia marah" sedih" atau
kecewa" Melihat air mata istrinya saja sudah membuatnya tidak berdaya apa lagi untuk marah, hatinya sendiri pun menolak untuk marah pada Edel
Irina dan Bara tahu kata - kata Edel tadi adalah jujur apa yang dirasakan Edel dan tidak bisa langsung memvonisnya benar atau salah karena tidak tahu kejadian
apa yang sudah Edel alami hingga membuatnya mengambil keputusan seperti itu, meski kebohongan yang sudah Edel lakukan pada Bastian juga tidak bisa dibenarkan
" aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. . ini membuatku merasa tidak cukup mengenalmu Edel. . kamu tahu apapun kondisi kamu, aku pasti akan menerimanya
tapi aku tidak bisa terima jika kamu bohongi seperti ini. . selama 2 tahun lebih pernikahan kita, kamu sudah membohongi aku. . aku selalu berusaha memahamimu
tapi aku juga perlu kejujuran dari kamu. . hargai aku sebagai suamimu, Edel. . " barusan adalah ungkapan perasaan kecewa dan terluka Bastian atas kebohongan
Edel yang diungkapkannya sehalus mungkin
" aku minta maaf Bas. . benar - benar minta maaf kalau aku sudah mengecewakan kamu atas kebohonganku selama 2 tahun ini. . aku tidak ada maksud membohongi
kamu atau membodohi kamu. . karena aku cinta sama kamu makanya aku tidak mau kamu terlibat dalam masalahku yang satu ini. . aku mau kamu dan Vino hidup
tanpa ikut dalam masalahku dengan. . dengan laki - laki itu" Edel terus berusaha meyakinkan Bastian
" masalah apa" bagaimana aku bisa bahagia kalau aku tahu istriku tidak bahagia" kamu punya masalah dan aku tidak melakukan apapun, bahkan tahu saja tidak.
. kamu bisa membagi masalahmu padaku. . kenapa kamu bisa sebenci itu pada ayahmu sendiri" hal buruk apa yang dilakukan ayahmu padamu dan ibumu hingga membuatmu
bersikap seperti ini" biarkan aku untuk bisa membantu kamu Del" Bastian berusaha menanyakan kembali apa masalah Edel dan apa yang membuatnya bersikap seperti
itu pada ayahnya sendiri " aku tidak bisa mengatakannya, Bas. . aku mohon kamu percaya padaku, ini aku lakukan demi kebaikanmu dan Vino. . please percaya padaku. . akan ada saatnya
Laron Pengisap Darah 1 The Spiderwick Chronicles 4 Pohon Besi Kutunggu Di Pintu Neraka 1
^