Pencarian

Kisah Menakjubkan Rasulullah 2

115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman Bagian 2


sedangkan Al-Quran diturunkan kepada Tuan?" tanya
Ibn Mas"ud. "Aku senang mendengarnya dari orang lain," jelas
Rasulullah Saw. Maka, Abdullah ibn Mas"ud pun membacakan
Surah Al-Nis?" dari awal surah hingga ayat 41: Maka
bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), apabila Kami
datangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan
Kami mendatangkanmu (Muhammad) sebagai saksi atas
mereka itu (sebagai umatmu)"
Saat mendengar ayat itu dibacakan, Rasulullah Saw.
berujar, "Cukup!"
Ibn Mas"ud menghentikan bacaannya dan melihat
kedua mata beliau meneteskan air mata.[]
86 Fuad Abdurahman Sayangilah, Niscaya Kau Disayangi S uatu ketika Rasulullah Saw. mencium cucunya, AlHasan ibn Ali r.a. Saat itu, seorang sahabat, Al-Aqra"
ibn Harits Al-Tamimi ada di samping beliau. Menyaksikan
betapa Rasulullah sangat mengasihi cucunya, Al-Aqra"
berkata, "Aku punya sepuluh anak, tetapi tidak pernah
aku mencium seorang pun di antara mereka."
Rasulullah Saw. berujar, "Barangsiapa yang tidak
menyayangi, tidak akan disayangi."
Dalam kesempatan yang lain, seorang Arab Badui
menemui Rasulullah Saw. dan berkata, "Aku melihatmu
menciumi anak-anak kecil, sementara kami tidak pernah
melakukannya!" Rasulullah Saw. berkata, "Sungguh aku tidak punya
kuasa sedikit pun untuk menolongmu seandainya Allah
mencabut rahmat dari hatimu."
Rasulullah Saw. merupakan sosok yang penuh kasih
sayang. Setiap kali seseorang datang menemui beliau,
pasti beliau memberinya harapan dan akan memenuhi
harapannya jika beliau mampu dan memiliki apa yang
diinginkan orang itu. Salah seorang sahabat yang banyak meriwayatkan
hadis beliau, yakni Anas ibn Malik r.a. mengatakan,
"Tidak pernah aku melihat orang yang paling mengasihi
fakir miskin dibanding Rasulullah Saw."
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda,
"Orang yang punya rahmat pasti akan dirahmati AlRahm?n Tab?raka wa Ta"?l?. Rahmatilah makhluk di
bumi, niscaya kalian akan dirahmati Dia yang di atas
langit" (HR Ahmad).[]
88 Fuad Abdurahman Kasih Sayang Allah Lebih Besar S etelah Perang Hawazin berakhir, sejumlah tawanan
yang terdiri atas anak-anak dan para wanita dihadapkan
kepada Rasulullah Saw. dan beliau memperhatikan mereka.
Lalu, beliau dan para sahabat melihat seorang tawanan
wanita tampak sibuk sendiri. Ia melangkah ke sana
kemari mencari-cari putranya, belahan jiwanya. Ia tampak
terguncang, berteriak-teriak, dan bertingkah seperti orang
gila. Ia datangi setiap anak kecil yang sedang disusui ibunya.
Ia periksa wajah mereka satu per satu. Payudaranya hampir
saja pecah karena air susu yang tertahan. Ia berharap
putranya ada di sisinya sehingga ia bisa memeluk dan
menciuminya sepuas-puasnya, meskipun untuk itu ia harus
korbankan nyawanya. Beberapa saat kemudian, sang ibu menemukan
putranya. Seketika, air matanya mengering, akal sehatnya
kembali lagi. Ia langsung meraih dan mendekapkannya
ke dadanya. Tangisan anak itu membuat kasih sayangnya
meluap-luap. Sang anak dipeluk dan dicium dengan
lembut, lalu dirapatkan ke dadanya dan ia sodorkan
payudaranya. Rasulullah Saw. yang sangat penyayang dan pengasih
melihatnya dengan tatapan penuh kasih. Beliau melihat
sang ibu sangat letih. Begitu lama ia menanggung
kerinduan yang sangat dalam kepada putranya. Derita ibu
dan anak itu sungguh teramat besar. Para sahabat yang
duduk bersama Rasulullah Saw. pun melihat tingkah ibu
dan anak itu. Setelah si ibu terlihat tenang, Rasulullah
berpaling kepada para sahabat dan bertanya, "Menurut
kalian, apakah ibu itu akan rela jika anaknya dilemparkan
ke dalam kobaran api?"
Para sahabat terkejut mendengar pertanyaan
Rasulullah Saw. Bagaimana mungkin si ibu melempar
anaknya ke dalam api" Bukankah anaknya itu adalah
belahan jiwanya" Bagaimana bisa ia lemparkan anaknya
ke dalam siksa" Mereka melihat ibu itu sangat mengasihi
putranya sehingga mengabaikan penderitaan dirinya
sendiri. Ia menciumi, memeluk, dan membasahi wajah
anaknya dengan cucuran air matanya. Bagaimana
mungkin ia melemparkan anaknya ke dalam api, padahal
ia adalah ibu yang penuh kasih sayang"
Mereka menjawab, "Tentu saja tidak, wahai
Rasulullah. Demi Allah, ibu itu pasti tidak akan rela. Ia
tidak akan pernah bisa melakukannya."
Rasulullah Saw. berkata, "Nah, kasih sayang Allah
terhadap hamba-Nya lebih besar dibanding kasih sayang
ibu itu kepada anaknya."[]
90 Fuad Abdurahman Memenuhi Undangan Tetangga S etelah pernikahan Rasulullah Saw. dan Aisyah r.a.
diresmikan pada tahun kedua Hijriah, pasangan
suami-istri itu pindah ke rumah (lebih tepatnya bilik)
baru, yaitu ke salah satu bilik di samping Masjid
Nabawi yang dibangun Rasulullah Saw. dari tanah liat
dan beratapkan anyaman pelepah kurma. Tidak ada
perlengkapan berharga di dalam bilik itu. Di dalamnya
hanya ada sebuah tempat tidur dari kulit yang disamak,
diisi bulu, dan di pintu bilik digantungkan tirai dari bulu.
Suatu hari, Rasulullah Saw. sedang bersama Aisyah
r.a. di rumahnya. Ketika mengetahui bahwa Rasulullah
Saw. ada di rumah Aisyah r.a., salah seorang tetangganya,
yang berasal dari Persia dan dikenal piawai memasak
segera menyiapkan hidangan. Setelah hidangan siap, ia
lalu menemui dan mengundang Rasulullah Saw. untuk
menyantap hidangan masakannya. Karena saat itu
sedang bersama istri tercinta, beliau bertanya kepada
orang Persia itu, "Saudaraku, apakah Aisyah istriku, juga
diundang?" "Tidak, wahai Rasulullah," jawab orang Persia itu.
Ternyata, ia menyiapkan hidangan itu hanya untuk beliau.
Mendengar jawaban orang Persia itu, Rasulullah
Saw. berkata kepada sang istri tercinta, "Wahai Aisyah,
engkau tidak diundang."
Merasa sungkan menerima undangan tanpa
mengajak istri tercinta, Rasulullah Saw. lantas menolak
dengan halus undangan tetangganya itu.
Merasa ingin sekali rumahnya didatangi Rasulullah
Saw., orang itu mengundang lagi beliau untuk mencicipi
hidangan yang telah disiapkan di rumahnya.
Rasulullah Saw. yang tidak biasa menolak undangan,
bertanya kepada orang Persia itu dengan ramah dan
santun, "Wahai Saudaraku, apakah Aisyah, istriku, juga
diundang?" "Tidak, wahai Rasulullah," jawaban orang Persia itu
sama seperti sebelumnya. Ia sama sekali tidak peka
terhadap perasaan Rasulullah Saw. kepada istrinya
tercinta. Beliau enggan memenuhi undangan tetangganya
itu dan meninggalkan istrinya seorang diri di rumah.
Mendengar jawaban tetangga Persia tersebut,
Rasulullah Saw. berkata kepada sang istri tercinta, "Wahai
Aisyah, engkau tidak diundang." Untuk kali kedua, beliau
pun menolak dengan halus undangan itu. Rasulullah Saw.
enggan menerima undangan tanpa mengajak Aisyah.
92 Fuad Abdurahman Namun, orang Persia ini bersikukuh ingin
dikunjungi Rasulullah Saw., karena kedatangan beliau
menjadi kehormatan baginya. Maka, untuk kali ketiga,
ia mengundang lagi Rasulullah Saw. agar berkenan
mencicipi hidangan yang telah disiapkannya.
Dan, untuk ketiga kalinya pula Rasulullah Saw.
bertanya kepada orang Persia itu dengan ramah dan
santun, "Apakah Aisyah, istriku, juga diundang?"
"Ya, wahai Rasulullah!" Tetangga Persia itu merasa
bersalah dan menyesali kebodohannya.
Mendengar jawaban si tetangga Persia itu, Rasulullah
Saw. langsung mengiyakan dan menyatakan akan segera
mengunjungi rumah tetangganya itu. Beberapa saat
kemudian, Rasulullah dan istrinya, Aisyah r.a. berjalan
menuju rumah orang Persia itu.[]
Memenuhi Undangan Tetangga
93 Pemberian Nama yang Indah B etapa senang Abu Usaid di hari itu, karena ia baru
saja dikaruniai oleh Allah Swt. seorang putra. Saat
bayinya lahir dengan selamat, Abu Usaid langsung ingat
apa yang dilakukan Al-Zubair ibn Al-Awwam dan istrinya,
Asma binti Abu Bakar. Suami-istri ini dikaruniai seorang
putra bernama Abdullah, yang kelahirannya disambut
penuh suka cita oleh kaum Muslim. Mereka bergembira
karena kelahiran Abdullah mematahkan ramalan yang
disebarluaskan kaum Yahudi bahwa kaum Muslim tidak
akan pernah memiliki keturunan selama menetap di
Madinah. Abu Usaid pun ingat bagaimana pasangan itu
membawa bayi mereka kepada Rasulullah Saw. agar
beliau menyuapkan makanan awal dari kunyahan beliau
kepada bayi mereka, kemudian memberinya nama yang
indah. Maka, Abu Usaid bergegas membawa bayinya
kepada Rasulullah Saw. Kebetulan saat itu beliau sedang
ada di masjid bersama para sahabat. Betapa gembira
beliau melihat Abu Usaid yang datang membawa
bayinya. Rasulullah Saw. langsung mengambil bayi itu
dan meletakkan di pangkuannya, sedangkan Abu Usaid
duduk di samping beliau. Namun, tidak lama kemudian tiba-tiba Rasulullah
Saw. menyerahkan kembali sang bayi kepada Abu Usaid.
Beliau berdiri dan meninggalkan masjid menuju rumah
salah seorang istrinya. Tentu saja, Abu Usaid bingung
melihat tindakan beliau. Ia tidak tahu apa yang terjadi
dan apa yang beliau kehendaki. Ia terpaku diam ketika
salah seorang sahabat menggendong bayinya.
Belum lenyap kebingungannya, tiba-tiba Rasulullah
Saw. datang lagi ke masjid, mendekatinya, dan berkata,
"Wahai Abu Usaid, di mana bayi tadi?"
"Itu, wahai Rasulullah," ujar Abu Usaid.
Setelah menerima kembali bayi itu, Rasulullah Saw.
menyuapinya dengan kunyahan kurma yang beliau
ambil dari rumah salah seorang istri beliau, kemudian
mengusap bayi itu dan mendoakannya.
"Siapa nama bayi ini?" tanya Rasulullah Saw.
"Fulan, wahai Rasulullah," jawab Abu Usaid.
"Jangan! Berilah ia nama "Al-Mundzir"," saran
Rasulullah Saw. Maka, Abu Usaid pun memberi nama putranya itu
dengan nama indah yang diberikan Rasulullah Saw.: "AlMundzir".[]
Pemberian Nama yang Indah
95 Cinta Rasulullah kepada Keluarganya U mmul Mukminin, Aisyah r.a. menuturkan, "Tidak
pernah aku melihat seorang pun yang paling mirip
keadaannya dengan Rasulullah Saw. dalam cara berdiri
dan cara duduknya seperti Fatimah, putri beliau. Bila
ia datang, Rasulullah segera berdiri menyambutnya,
menciumnya, dan mendudukkannya di tempat
duduknya." Begitu sering Rasulullah Saw. mencium Fatimah
sehingga Aisyah r.a. pernah menegurnya. Namun,
Rasulullah yang mulia menjawab, "Wahai Aisyah, kalau
aku merindukan surga, aku akan mencium Fatimah."
Bahkan, Rasulullah Saw. mengungkapkan kecintaannya
kepada putrinya di hadapan para sahabatnya. Beliau
sering berujar, "Sesungguhnya Fatimah adalah belahan
jiwaku. Siapa pun menyakitinya, berarti ia menyakitiku.
Siapa pun membuatnya marah, berarti ia membuatku
marah." Rasulullah Saw. juga sangat mencintai cucu
kesayangannya, Al-Hasan dan Al-Husain. Ibn Abbas r.a.
bercerita, "Suatu hari, ketika kami berkumpul bersama
Rasulullah, Fatimah datang sambil menangis. Tentu
saja, Rasulullah kaget dan bertanya, "Biarlah Ayahmu
ini menjadi tebusanmu, mengapa engkau menangis
Putriku?" Fatimah menjawab, "Al-Hasan dan Al-Husain
pergi keluar rumah dan aku tidak tahu di mana mereka
saat ini." Rasulullah berkata, "Jangan menangis, karena
pencipta mereka lebih menyayangi mereka daripada
engkau dan aku." Jibril pun turun dan berkata,
"Wahai Muhammad, jangan berduka. Mereka ada di
perkampungan Bani Najjar. Keduanya tertidur. Allah telah


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengutus malaikat untuk menjaganya."
Kemudian Rasulullah Saw. beserta beberapa sahabat
berangkat menuju perkampungan Bani Najjar. Mereka
mendapati keduanya tidur berpelukan dan malaikat
menaungi mereka dengan kedua sayapnya. Rasulullah
Saw. mengambil mereka dan memeluknya hingga
mereka terbangun. Beliau meletakkan Al-Hasan di bahu
kanannya dan Al-Husain di bahu kirinya. Abu Bakar yang
melihatnya berkata, "Wahai Rasulullah, berikan salah
seorang anak itu untuk kugendong." Rasulullah Saw.
menjawab, "Alangkah indahnya kendaraan mereka dan
alangkah indahnya para penunggangnya."
Cinta Rasulullah kepada Keluarganya
97 Tiba di masjid, beliau berdiri dengan Al-Hasan dan
Al-Husain masih berada di kedua bahunya. Kemudian
beliau berkata, "Wahai Muslim, maukah kutunjukkan
kepada kalian orang yang paling baik, kakek dan
neneknya?" Mereka menjawab, "Tentu saja, wahai
Rasulullah." Beliau bersabda, "Al-Hasan dan Al-Husain.
Kakek mereka Rasulullah, penutup para rasul, dan nenek
mereka Khadijah binti Khuwailid, penghulu wanita ahli
surga.?" Suatu hari, Al-Hasan dan Al-Husain melihat rombongan
kafilah lewat dan mereka melihat seorang anak kecil
di atas seekor unta. Mereka pun merengek kepada
sang kakek, Rasulullah Saw., agar bisa naik unta.
Maka, Rasulullah Saw. membungkuk menjadikan tubuh
beliau bagaikan unta dan menyuruh keduanya naik ke
punggung. Kemudian, beliau merangkak keliling ruangan
sehingga mereka tertawa-tawa senang. Kelak, beliau
mengatakan betapa bahagianya menjadi tunggangan
anak-anak yang sangat dicintainya.
Di lain kesempatan, Rasulullah Saw. pernah
memanjangkan sujud ketika shalat isya sehingga jamaah
menyangka beliau sedang menerima wahyu. Usai shalat,
beliau menjelaskan, "Tidak, bukan karena itu. Anakku
menunggangi punggungku. Aku tidak ingin menyegerakan
sujudku sebelum ia memenuhi hajatnya."[]
98 Fuad Abdurahman Tempat Orang Kikir dan Dermawan A isyah r.a. menuturkan bahwa seorang wanita muda
menghadap Rasulullah Saw. mengeluhkan tangan
kanannya yang kaku tak dapat digerakkan. Ia berkata,
"Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar tanganku
sembuh seperti sedia kala."
"Apa yang menyebabkan tanganmu seperti ini?"
tanya Rasulullah Saw. "Aku bermimpi Kiamat tiba. Neraka Jahanam
menyala-nyala. Pintu-pintu surga telah dibuka. Lalu, aku
melihat ibuku berada di tepi Neraka Jahanam. Pada
salah satu tangannya ada sepotong lemak hewan, dan
di tangan lainnya sepotong kain yang dipakai untuk
menangkis kobaran api yang menyambar-nyambar.
"Mengapa Ibu berada di tepi neraka" Padahal,
Ibu taat kepada Allah dan ayah ridha kepadamu," aku
bertanya kepada ibuku. "Anakku, ketika di "Mengapa Ibu berada dunia aku adalah orang du di tepi neraka" Padahal,
yang kikir! Tempat ini y Ibu taat kepada Allah dan
diperuntukkan bagi ayah ridha kepadamu," aku
orang yang kikir," bebertanya kepada ibuku.
"Anakku, ketika di dunia aku
gitu ibuku menjawab. adalah orang yang kikir! "Apakah lemak Tempat ini diperuntukkan dan kain yang ada di d bagi orang tanganmu itu?" ta yang kikir." ?"Kedua benda inilah
pernah ibu sedekahkan yang pe selama di dunia. Hanya kedua benda
inilah yang pernah kusedekahkan sepanjang hidupku."
"Lalu, di manakah Ayah?"
"Ayahmu berada di surga. Ia orang yang dermawan.
Surga diperuntukkan bagi orang dermawan."
Lalu, aku pergi ke surga menemui ayahku. Ternyata,
ia sedang berdiri di sisi telaga, memberi minum orangorang.
Lantas aku berkata, "Ayah, ibuku adalah istrimu
yang taat kepada Allah dan engkau ridha kepadanya.
Sekarang, ia berada di tepi Jahanam. Api berkobar-kobar
menyambar tubuhnya, sedangkan di sini Ayah memberi
minum orang lain dari telaga Nabi. Berilah ibu seteguk
air dari telaga ini!"
100 Fuad Abdurahman "Wahai Putriku, Allah telah mengharamkan telaga
Nabi ini untuk orang yang kikir dan berdosa," jawab
ayahku. Lalu, aku mengambil segelas air telaga itu tanpa
seizin ayahku dan membawanya ke Neraka Jahanam. Aku
meminumkannya kepada ibuku yang sangat kehausan.
Tiba-tiba, aku mendengar suara, "Mudah-mudahan Allah
menjadikan kaku tangan orang yang memberi minum
orang kikir dengan air dari telaga Nabi!"
Sejak saat itulah tanganku menjadi kaku, wahai
Rasulullah." Mendengar kisah wanita itu, Rasulullah Saw.
meletakkan serbannya ke tangan wanita itu dan
mendoakannya, "Ya Allah, demi kebenaran mimpi yang
diceritakannya, sembuhkanlah tangan wanita ini!"
Seketika, tangan wanita itu kembali bisa digerakkan.[]
Tempat Orang Kikir dan Dermawan
101 Bagian 3 Rasulullah Saw. Bersama Para Sahabat Selamat Datang, Anakku R asulullah Saw. pernah menulis surat kepada seorang
kepala suku yang bernama Habib. Ketika Habib,
yang dikenal sebagai tiran yang kejam, membaca surat
itu, ia memperlakukan utusan Nabi Saw. dengan kasar,
bahkan membunuhnya. "Singkirkan surat ini dari hadapanku!" teriaknya
penuh kemarahan. Para pembantunya segera menyingkirkan surat
itu dan menyatukannya dengan surat-surat lain dalam
sebuah kotak, lalu disimpan di ruang penyimpanan
istana. Surat yang dikirimkan Nabi Saw. itu tidak pernah
disentuh lagi. Kepala suku itu memiliki seorang anak laki-laki
yang tampan bernama Khabbab. Suatu hari Khabbab
memasuki ruang penyimpanan istana untuk melihatlihat beberapa dokumen. Ketika ia memeriksa kotak
surat, ia melihat surat dari Nabi Saw. Surat itu menarik
perhatiannya sehingga ia membuka dan membacanya.
Ketika itulah, api keimanan menyala-nyala dalam hatinya.
Cahaya Islam membara dalam dadanya dan menyebar ke
seluruh anggota tubuhnya.
Khabbab membaca surat itu berkali-kali. Sejak hari
itu, ia kerap terlihat merenung dan berpikir khusyuk.
Ia tidak makan, tidak minum, tidak pula tidur. Ia terus
merenung seraya bertanya dalam hati, "Siapakah
Muhammad yang telah menulis surat ini?"
Akhirnya, suatu hari Khabbab memberanikan diri
berbicara kepada ayahnya tentang surat itu. Namun,
sang ayah memarahinya, "Ya, aku menerima surat itu,
tetapi aku tidak menyukai isinya. Surat itu bilang, agama
dan keyakinan kita, serta patung-patung sesembahan
kita adalah palsu. Penulis surat itu seorang penyihir yang
ingin menaburkan benih perpecahan di antara bangsa
Arab dengan menciptakan agama dan kepercayaan
baru. Ia bilang, Islam adalah satu-satunya agama dan
kepercayaan sejati. Ia tidak membedakan orang kaya dan
miskin. Ia memandang sama antara budak dan orang
merdeka. Berhati-hatilah Anakku, jangan sampai kau
terpengaruh!" Khabbab, yang hatinya telah disinari cahaya Ilahi
dan kecintaan kepada Muhammad, sangat terkejut
mendengar ucapan ayahnya.
"Ayah sungguh memalukan!" ujar Khabbab keras,
"bagaimana bisa Ayah berkata seperti itu" Ayah telah
membunuh utusan yang membawa pesan kebenaran."
Selamat Datang, Anakku 105 Sekalipun sang ayah menentangnya, keinginan
Khabbab untuk memeluk Islam makin keras. Di malam
dan siang hari, diam-diam ia berdoa kepada Tuhan,
"Wahai Tuhan Yang Maha Melindungiku, Engkau Maha
Mengetahui isi hatiku. Aku mencintai Rasul-Mu, meskipun
aku belum melihat wajahnya. Aku ingin mempersiapkan
diriku sehingga tak ada lagi keraguan. Jika saatnya tiba,
jumpakan aku dengan kekasih-Mu. Tunjukkan kepadaku
keindahannya, sekali saja. Setelah itu, biarkan aku mati.
Aku tidak lagi memikirkan mahkota atau kekuasaan."
Lalu Khabbab pergi ke tempat-tempat sepi, menangis
tersedu. Ia tidak pernah berhenti menyebut nama
Rasulullah. Ia tidak tidur, tidak bersenang-senang, dan
tidak berkumpul dengan orang-orang. Ia menjauhi
manusia. Ayahnya murka ketika mengetahui tingkah aneh
putranya itu. Suatu hari, ayahnya berkata, "Lihatlah
Anakku, kau telah menghinakan dirimu dan membawa
kesialan bagi kita semua. Kami benar-benar kecewa!
Kuberikan penawaran terakhir sebelum kuserahkan
dirimu kepada algojo. Kembalilah kepada agama dan
kepercayaanmu. Jadilah kau raja sebagai penggantiku!"
Namun, Khabbab menjawab, "Ayah, apa yang Ayah
katakan" Aku tidak akan menukar emas untuk kaleng
rombeng. Aku adalah hamba Allah; Dia adalah Tuhan
Yang Maha Melindungi seluruh alam. Aku adalah pencinta
kekasih-Nya. Hatiku dipenuhi cinta kepadanya. Tak jadi
106 Fuad Abdurahman masalah bagiku, bagaimana kau akan menghukumku,
bahkan jika kau memberi hukuman seribu kali lebih
berat dari hukuman yang sekarang kuterima, atau jika
kau memenggal semua anggota tubuhku, aku tidak akan
pernah meninggalkan Islam."
Khabbab terdiam sejenak lalu melanjutkan,
"Hukuman apa pun yang telah kausiapkan, lakukanlah!
Inilah kepala, punggung, dan badanku. Aku di sini,
di hadapanmu. Ayo teruskan! Hukumanmu tak akan
berpengaruh apa-apa kepadaku. Cinta kasih telah
menyelimuti diriku. Aku telah menyerahkan jiwa
dan ragaku kepada jalannya. Api cinta telah menjadi
sahabatku. Mereka yang mengikuti Muhammad,
menyerahkan segala yang mereka punya demi ia. Ayah!
Hancurkan keangkuhanmu, jangan merasa malu di
hadapan rakyatmu. Kalau Ayah cerdas, peluklah Islam.
Ayah telah menyeruku pada kekafiran dengan tangisan,
sementara aku menyerumu menuju kebenaran dengan
kata-kata manis." Ayahnya sadar, tidak ada harapan lagi untuk
mengembalikan anaknya. Ia tahu, Khabbab tidak akan
pernah berada di sisinya lagi. Maka, ia pun memanggil
para algojo dan berkata, "Siksa ia selama tiga hari, lalu
bunuh di hari keempat!"
Tiga hari tiga malam mereka menyiksa Khabbab
dengan berbagai siksaan. Kaki dan tangannya diikat
dengan rantai besar. Saat mendekati waktu eksekusi,
Selamat Datang, Anakku 107 algojo yang sedang bertugas diliputi rasa kantuk tak
terhingga hingga ia jatuh tertidur.
Ketika Khabbab menimba air dari sumur, dengan
tangan dan kaki dirantai, ia bermunajat, "Ya Tuhan
Yang Maha Melindungi, Engkau Mahakuasa dan Engkau
Maha Esa. Engkau melihat keadaanku sekarang. Engkau
adalah Yang Maha Menyembuhkan hamba yang berada
dalam tekanan. Engkau pun telah mengetahui cinta
kasihku. Bukakan bagiku jalan lurus menuju kekasih-Mu,
Muhammad. Tunjukkan kepadaku keindahan wajahnya
yang diberkahi. Aku memuji-Mu dalam rasa sakit dan
aniaya yang kualami demi agama dan kepercayaanku.
Apabila aku mati tanpa sempat bertemu Muhammad
dan memandangnya dengan kedua mataku, sungguh aku
akan tersiksa menunggu datangnya Hari Kebangkitan.


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sedetik saja terpisah darinya, kurasakan bagai ratusan
tahun. Ya Allah, yang menuntaskan segala persoalan,
aku memohon, biarkan aku bertemu dengannya." Selesai
berdoa, ia menarik napas panjang.
Usai Khabbab bermunajat, Allah memberikan apa
yang Dia kehendaki, tentu kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. Allah berkata kepada Jibril, "Khabbab telah
menghadapi ujian yang pedih sebagai seorang pencinta.
Pergilah dan lepaskan ikatannya. Aku akan menyebarkan
cerita tentang cinta kasihnya terhadap kekasih-Ku, juga
derita yang ditanggungnya demi Aku dan ia. Khabbab
adalah teladan bagi seluruh hamba-Ku yang mengaku
108 Fuad Abdurahman mencintai kekasih-Ku. Waktu perjumpaan telah tiba.
Biarkan pencinta bersua dengan yang dicinta." Serta
merta, belenggu yang mengikat tangan dan kakinya
lepas. Kemudian, Khabbab pergi dari tempat itu. Ia tidak
mengetahui jalan mana yang harus ditempuh. Namun,
jiwanya terus terbang bagaikan burung elang, meratap
menyeru kekasihnya, "Duhai Pembimbingku, Nabiku,
Kekasihku!" Dengan kuasa Allah, ia melewati jarak 80
hari perjalanan hanya dalam satu malam. Ia menunggang
"kuda cinta" hingga akhirnya memasuki Madinah AlMunawwarah. Ia telah berada di tempat cahaya yang
tidak pernah redup. Tiba di Madinah, salah seorang sahabat Nabi, Amr,
bertemu dengannya. Ia melihat seorang pemuda yang
terus menangis dengan wajah memancarkan kerinduan.
Ia merangkulnya dan menanyakan sebab tangisannya,
"Hai Anak Muda, apakah kau lapar atau haus" Mari,
aku akan memberimu roti dan air. Anakku, aku melihat
tanda-tanda keimanan dalam dirimu."
Khabbab menjawab, "Aku tidak ingin makan dan
minum. Aku telah lama melupakannya, cinta telah
mencukupiku." Amr sadar, pemuda ini seorang pencinta. "Kepada
siapakah cintamu tertuju" Katakanlah kepadaku, Anakku
.?" Selamat Datang, Anakku 109 Saat itu, Khabbab tidak tahu, di mana ia berada. Ia
berusaha menjaga rahasianya, karena takut menyebabkan
derita baginya. Amr memahami kondisi pemuda itu
sehingga ia berkata, "Alhamdulillah, aku seorang Muslim.
Jika kau percaya kepadaku, demi Muhammad, aku tidak
akan memberitahukan rahasiamu kepada siapa pun."
Khabbab merasa tiba-tiba hatinya diliputi berkah
dan kebahagiaan tak terkira saat mendengar nama
kekasihnya. Seketika ia larut dalam kerinduan cinta yang
dalam. Sementara, di saat yang sama, Jibril turun menemui
Rasulullah Saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku
sampaikan salam kepadamu. Engkau harus keluar
bersama sahabat-sahabatmu menyambut pencinta
yang datang dari jauh untuk menemuimu. Ia begitu
mencintaimu. Tampilan luarnya kumal, tetapi hatinya
adalah istana megah. Ia telah banyak menderita, demi
Islam. Allah berfirman: Aku telah menganugerahkan
kepada Khabbab kesabaran Ayyub a.s. Biarkan kekasihKu menyambutnya dan membawanya menuju berkahnya.
Aku cinta kepadanya karena cintanya kepada kekasihKu."
Maka, Rasulullah Saw. dan para sahabat bergegas
pergi menemui Khabbab. Beliau merangkulnya dan
berkata, "Selamat datang duhai pencinta yang beriman,
selamat datang Anakku ...."
110 Fuad Abdurahman Ketika Khabbab ingin mengusap wajahnya dari
debu dengan kaki Baginda Nabi, beliau berkata ramah,
"Anakku, apa yang telah engkau tanggungkan demi
Islam?" Maka, Khabbab menceritakan perjalanannya mencari
Sang Kekasih. Mendengar penuturan Khabbab, Baginda
Nabi dan semua sahabat mencucurkan air mata.
Itulah akhir perjalanan sang pencinta. Mereka
berujung pada kebahagiaan luar biasa. Khabbab
membuktikan cinta kasihnya, bertemu Rasulullah Saw. di
dunia ini, dan akan bersamanya di akhirat nanti. Seorang
pencinta Rasulullah Saw. akan mereguk kebahagiaan
yang sedalam-dalamnya dan selamanya.[]
Selamat Datang, Anakku 111 Menyambung Tangan yang Terputus S uatu hari Rasulullah Saw. pergi keluar Madinah. Di
tengah perjalanan, beliau melihat seorang laki-laki
sedang menimba air untuk memberi minum untanya.
Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah kau ingin mengupah
seseorang untuk membantumu menimba air?"
"Ya benar, aku akan memberi tiga butir kurma untuk
satu ember air." Rasulullah Saw. setuju dan mulai menimba air untuk
mendapatkan beberapa butir kurma. Setelah menimba
beberapa ember air, tali timba terputus dan jatuh
ke sumur. Lelaki itu marah dan melontarkan sumpah
serapah kepada beliau. Bahkan ia menampar wajah
Baginda yang mulia, lalu memberikan 24 butir kurma
sebagai upah. Laki-laki itu menampar wajah yang mulia,
padahal beliau telah berusaha keras mengambil kembali
ember dan tali timba itu dari dalam sumur. Beliau telah
melakukan berbagai upaya untuk mengambilnya.
Setelah Rasulullah Saw. pergi, laki-laki itu teringat pada
keburukan yang telah dilakukannya. Ia telah menyakiti
seseorang yang sama sekali tidak bersalah. Ia menampar
wajah orang itu, padahal ia sendiri melihat kesungguhan
dan kesabaran orang itu saat berusaha mengambil ember
yang terjatuh ke dalam sumur. Ia sadar, ia telah melakukan
kejahatan dengan menampar wajah yang mulia. Ia sadar,
orang yang diupahnya itu sama sekali tidak bersalah.
Dirinyalah yang bersalah karena telah berbuat aniaya
kepadanya. Maka, ia menghunus pedangnya sendiri dan
menebaskannya pada tangan yang telah menampar
wajah yang mulia itu. Seketika tangannya terputus. Darah
mengucur deras, dan ia pun jatuh pingsan.
Tidak lama berselang datang melintas satu
rombongan kafilah. Mereka melihat seorang laki-laki
terkapar di tanah dengan tangan yang terputus. Mereka
membalut dan berusaha menghentikan aliran darah
laki-laki itu. Kemudian, mereka memercikkan air pada
wajahnya sehingga ia siuman dari pingsannya.
Setelah laki-laki bangun, mereka bertanya, "Apa yang
terjadi padamu?" "Tadi aku menampar wajah seseorang yang ciricirinya anu dan anu. Namun, orang itu sama sekali tidak
marah atau membalas perbuatanku. Sekarang aku takut
akan mendapatkan siksa dan balasan sehingga kupotong
sendiri tanganku." "Tahukah kau, siapa orang yang tadi kautampar itu?"
tanya mereka. "Tidak." Menyambung Tangan yang Terputus
113 "Ialah Muhammad, Nabi dan Rasul terakhir yang
diutus Allah." Mendengar keterangan kafilah itu, kontan saja ia
terhenyak! Ia pun menanyakan keberadaan Rasulullah Saw.
Kemudian, ia mengambil potongan tangannya
dan bergegas pergi menuju Madinah untuk menemui
Rasulullah Saw. Tiba di Madinah, ia melihat para sahabat
duduk bersama di suatu tempat.
Para sahabat bertanya, "Apa keperluanmu?"
"Aku ingin bertemu Muhammad. Aku ada suatu
keperluan dengannya."
Salman Al-Farisi mengantar lelaki itu kepada
Rasulullah Saw. Saat duduk berhadapan, ia
mengungkapkan penyesalannya yang besar karena telah
menampar wajah beliau. "Mengapa kaupotong tanganmu?" tanya Rasulullah.
"Aku tidak menginginkan tangan yang telah kupakai
untuk menampar wajahmu yang mulia," jelasnya.
"Masuklah agama Islam," ajak Rasulullah Saw.
"Jika kau benar-benar dalam kebenaran,
sambungkanlah tanganku yang terputus ini."
Rasulullah Saw. mengucapkan "Bismill?hir-rahm?nirrah?m" sambil menyambungkan potongan tangan
lelaki itu. Dan, tangan yang terputus itu menyatu
kembali seperti tak pernah mendapatkan sedikit pun
luka sebelumnya. Maka, laki-laki itu pun langsung
mengucapkan dua kalimat syahadat.[]
114 Fuad Abdurahman Burung yang Berzikir dan Unta yang Menangis S ahabat Anas ibn Malik r.a. menuturkan bahwa ia
pergi ke gurun bersama Rasulullah Saw. Di sana,
mereka menyaksikan seekor burung yang sedang
berkicau. Beliau bertanya kepada Anas, "Apakah kau
tahu, apa yang dikatakan burung ini?"
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
"Burung itu mengatakan, "Ya Allah, Engkau telah
menghilangkan penglihatanku dan Engkau menciptakanku
dalam keadaan buta. Maka, berilah rezeki kepadaku,
karena aku lapar." Tiba-tiba, Rasulullah Saw. dan Anas r.a. melihat
burung lain datang membawa belalang di mulutnya dan
memasukkannya ke mulut burung yang buta itu. Setelah
makan, burung itu kembali berkicau.
"Apakah kau tahu apa yang dikatakan burung ini
barusan?" tanya Rasulullah Saw. lagi.
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
"Burung ini mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang
tidak melupakan siapa pun yang mengingat-Nya,?" jelas
beliau. Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa burung itu
berkata, "Barangsiapa yang tawakal kepada Allah, Dia
akan mencukupinya." Kisah yang nyaris serupa dialami sahabat Abdullah ibn
Ja"far. Ia menuturkan bahwa suatu hari ia menemani
Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan. Di tengah
perjalanan, Rasulullah Saw. ingin buang hajat. Biasanya,
beliau suka dinding yang tinggi atau rerimbunan pohon
kurma yang berdekatan sebagai tirainya. Maka, beliau
pergi ke balik sebuah dinding (bangunan) milik orang
Anshar. Ternyata, di dalamnya ada seekor unta jantan.
Ketika Rasulullah Saw. melihatnya, unta itu merintih
seraya meneteskan air mata.
Melihat keadaannya, Rasulullah Saw. mendekatinya
dan menghapus air matanya. Unta itu pun diam, tak lagi
merintih. Rasulullah Saw. bertanya, "Siapakah pemilik unta ini?"
Datang seorang pemuda Anshar dan berkata, "Ia
milikku, wahai Rasulullah."
"Apakah kamu tidak takut kepada Allah yang telah
mengaruniakan unta ini kepadamu" Sungguh, unta ini
mengadu kepadaku bahwa kau membuatnya lapar dan
susah."[] 116 Fuad Abdurahman Seorang Budak yang Mulia D ikisahkan bahwa ada seorang budak yang
hendak dijual di pasar. Para pembeli berdatangan
menawarnya. Ketika para pembeli mengerumuninya,
tiba-tiba budak itu berteriak lantang, "Barangsiapa ingin
membeliku, aku mengajukan syarat, yaitu jika waktu
shalat tiba, aku minta dibebaskan mengerjakan shalat
berjamaah di belakang Rasulullah Saw. Siapa pun yang
bersedia menerima syaratku ini, ia berhak membeliku."
Akhirnya, seseorang bersedia memenuhi syaratnya
dan membeli budak itu. Sejak saat itu, ia dibebaskan
mengerjakan shalat berjamaah bersama Rasulullah Saw.
Ia selalu mendirikan shalat secara berjamaah dan tidak
pernah ketinggalan. Suatu hari, Rasulullah Saw. tidak melihatnya di
barisan jamaah kaum Muslim. Beliau menanyakan
keberadaannya dan para sahabat menjawab, "Wahai
Rasulullah, budak itu sedang sakit."
"Aku ingin menjenguknya," ujar Rasulullah Saw.
Meskipun ia seorang budak, Rasulullah melihat
bahwa ia adalah kekasih Allah. Beliau bergegas pergi
ke rumah majikan budak itu, menjenguknya, dan
duduk di sampingnya. Setelah itu, beliau beranjak pergi
meninggalkannya. Kemudian Rasulullah berpesan kepada
para sahabat, "Kabarkan kepadaku keadaannya tiga hari
ke depan." Tiga hari kemudian, para sahabat menyampaikan kabar,
"Wahai Rasulullah, budak itu dalam keadaan sekarat!"
"Mari kita pergi menjenguknya," ajak Rasulullah
kepada para sahabat. Rasulullah Saw. bergegas pergi menjenguknya.
Namun, tidak lama budak itu bersua dengan Rasulullah,
karena Allah telah memanggilnya. Rasulullah sendiri
yang memandikan, mengafani, menshalati, dan
menguburkannya. Banyak sahabat yang merasa iri melihat perlakuan
istimewa Rasulullah Saw. kepada budak berkulit hitam itu.
Menanggapi hal itu, Rasulullah Saw. membacakan


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayat 13 Surah Al-Hujur?t [49]: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikanmu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.[] 118 Fuad Abdurahman Kata-Kata yang Diperebutkan Malaikat K etika Rasulullah Saw. beserta para sahabat
menunaikan shalat berjamaah, tiba-tiba seorang
pria berjalan cepat memasuki masjid. Ia bergabung dalam
barisan shalat dengan napas masih tersengal-sengal,
karena ia hampir berlari agar bisa shalat berjamaah.
Lalu ia mengucapkan, "Al-hamdu lill?hi hamdan kats?ran
thayyiban mub?rakan f?h (Segala puji bagi Allah dengan
puji tak terhingga, yang baik, dan penuh berkah)."
Selepas shalat, Rasulullah Saw. menghadap ke
arah jamaah dan bertanya, "Manakah orang yang tadi
mengucapkan sesuatu saat aku shalat?"
Tidak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan
Rasulullah Saw. karena mereka tidak memahami
maksudnya. Karena tak seorang pun menjawab, beliau
bertanya lagi, "Manakah orang yang mengucapkan
sesuatu ketika aku shalat tadi" Sesungguhnya ia tidak
mengucapkan kata-kata yang buruk."
Laki-laki yang memasuki shalat dengan napas
tersengal-sengal itu sadar, ialah yang beliau maksudkan.
"Aku, wahai Rasulullah," jawabnya dengan suara lirih
sambil menundukkan kepala karena malu. Ia melanjutkan,
"Aku datang ke masjid nyaris berlari. Akibatnya, napasku
tersengal-sengal dan kemudian kuucapkan kata-kata tadi."
"Sungguh, aku melihat dua belas malaikat berebut
untuk menyampaikan kata-kata itu kepada Allah Swt.,"
ujar Rasulullah Saw. dengan wajah berbinar-binar.
Dalam riwayat Bukhari dari Rifa"ah diceritakan bahwa
suatu hari para sahabat mendirikan shalat berjamaah
bersama Rasulullah Saw. Ketika bangun dari rukuk,
beliau mengucapkan, "Sami"all?hu liman hamidahu (Allah
mendengar orang yang memuji-Nya)." Tiba-tiba, seorang
sahabat berucap, "Rabban? laka al-hamd hamdan
kats?ran thayyiban mub?rakan f?h (Wahai Tuhan kami,
segala puji bagi-Mu dengan puji tak terhingga, yang baik,
dan penuh berkah)." Usai shalat, Rasulullah Saw. menghadap kepada
jamaah dan bertanya, "Siapakah orang yang tadi
mengucapkan sesuatu ketika aku bangun dari rukuk?"
"Aku, wahai Rasulullah," jawab sahabat itu.
Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh, aku melihat
lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba untuk
menjadi yang pertama menuliskan kata-kata itu."[]
120 Fuad Abdurahman Meminta Doa kepada Rasulullah R asulullah Saw. tak pernah malu dan bosan
mendoakan para sahabat. Beliau juga tidak sungkan
ketika diminta mendoakan mereka. Berikut ini beberapa
kisah seputar doa beliau untuk para sahabat.
Dikisahkan bahwa seorang laki-laki buta menemui
Rasulullah Saw. dan berkata, "Berdoalah kepada Allah
agar Dia menyembuhkanku!"
Rasulullah Saw. bersabda, "Jika engkau mau, aku
akan mendoakanmu, dan jika engkau mau juga, engkau
bisa bersabar." Lelaki itu bersikukuh, "Doakanlah aku, wahai
Rasulullah." Maka, Rasulullah Saw. menyuruhnya berwudhu
dengan baik dan kemudian berdoa dengan kalimat:
All?humma inn? as"aluka wa atawajjahu ilayka
binabiyyika, Muhammadin Nabiy al-rahmah. Ya
Muhammadu, inn? atawajjahu bika f? h?jjati h?dzih?,
fataqdhi wa tasyfa"ani f?h? wa tasya?"hu f?yya (Ya Allah,
aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu
dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang pengasih.
Wahai Muhammad, aku menghadap denganmu dalam
kebutuhanku ini. Ya Allah, berikan izin kepadanya untuk
memberikan syafaat kepadaku).
Ia membacakan doa itu berulang-ulang. Di saat
pulang ke rumahnya, matanya sudah bisa melihat lagi.
Suatu hari Rasulullah Saw. melihat Abu Umamah dengan
raut muka yang menampakkan kesusahan. Beliau
bertanya, "Apa yang terjadi kepadamu?"
Abu Umamah menjawab, "Aku sedang menghadapi
kesulitan dan utang yang harus kubayar."
"Maukah kuajarkan kepadamu kata-kata yang
bila kauucapkan, niscaya Allah akan menghilangkan
kesusahan darimu dan melunasi utangmu?"
"Tentu saja, wahai Rasulullah."
"Ucapkanlah doa ini di pagi dan sore hari:
"All?humma inn? a"?dzu bika min al-hammi wa alhazan, wa a"?dzu bika min al-"ajzi wa al-kasal, wa
a"?dzu bika min al-jubni wa al-bukhl, wa a"?dzu bika
min ghalabah al-dayn wa qahr al-rij?l (Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan,
aku berlindung kepada-Mu dari lemah dan malas, aku
berlindung kepada-Mu dari takut dan kikir, dan aku
122 Fuad Abdurahman berlindung kepada-Mu dari kuasa utang dan paksaan
orang-orang)?". Abu Umamah menuturkan, "Maka, aku mengamalkan doa itu setiap pagi dan sore. Terbukti, Allah
menghilangkan kesusahanku dan melunasi utangku."
Lain lagi dengan Qubaishah ibn Al-Makhariq. Ia datang
menemui Rasulullah Saw. dan memberi salam. Beliau
membalas salamnya dan menyambutnya.
"Apa yang membuatmu datang menemuiku, hai
Qubaishah?" tanya Rasulullah Saw.
"Wahai Rasulullah, aku makin tua, kulitku telah
menipis, tubuhku melemah, dan aku menjadi lunak di
hadapan istriku, serta tidak sanggup lagi mengerjakan
sesuatu yang dulu bisa kukerjakan. Maka, ajarkanlah
kepadaku beberapa kata yang mudah-mudahan dijadikan
Allah berguna bagiku, dan ringkaskanlah."
Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Qubaishah, ucapkan
sebanyak tiga kali tiap usai mendirikan shalat shubuh:
"Subh?nall?h wa bihamdih, subh?nall?h al-"azh?m wa
bihamdih, wa l? hawla wa l? quwwata ill? bill?h al-"aliyy
al-"adzh?m (Mahasuci Allah dengan puji-Nya, Mahasuci
Allah Yang Mahaagung dengan puji-Nya, tiada daya dan
kekuatan kecuali dengan kehendak Allah Yang Mahatinggi
lagi Mahaagung).?" Meminta Doa kepada Rasulullah
123 "Jika kau mendawamkan doa ini," kata Rasulullah
Saw., "atas izin Allah kau akan aman dari kebutaan,
penyakit kusta, dan lepra. Selain itu, ucapkan juga:
"All?humma ihdin? min "indik, wa afidh "alayya min
fadhlik, wansyur "alayya min rahmatik, wa anzil "alayya
min barakatik (Ya Allah, tunjukilah aku dengan petunjukMu, curahkanlah karunia-Mu kepadaku, sebarkanlah
rahmat-Mu kepadaku, dan turunkan berkah-Mu
kepadaku.?"[] 124 Fuad Abdurahman Membeli Unta dengan Harga Lebih J abir ibn Abdullah pernah bersama Rasulullah Saw.
dalam suatu perjalanan. Unta yang ditunggangi
Jabir tampak keletihan. Maka, ia membawa untanya
menghadap Rasulullah Saw. dan beliau mendoakannya,
kemudian berkata, "Tunggangilah kembali untamu!"
Jabir kembali menunggangi untanya, yang ternyata
telah kembali bugar sehingga bisa mendahului
rombongan yang lain. Saat beristirahat, Rasulullah Saw.
bertanya kepada Jabir, "Bagaimana untamu sekarang?"
"Berkat Tuan, wahai Rasulullah, sekarang untaku
kembali bugar." "Apakah kau akan menjual untamu?" tanya
Rasulullah Saw. Tentu saja Jabir merasa malu menolaknya sehingga
ia menjawab, "Ya."
Akhirnya, disepakati harganya sebesar satu kati
emas. Setelah itu, Rasulullah Saw. berkata, "Kau boleh
menungganginya sampai tiba di Madinah."
Sesampainya di Madinah, Rasulullah Saw. berkata
kepada Bilal, "Berikan harga untanya, dan lebihi dari
harganya, lalu kembalikan unta itu kepadanya!"
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa ketika Rasulullah
Saw. berkumpul dengan para sahabat di Masjid Nabawi,
tiba-tiba muncul seorang pria yang langsung menemui
beliau. Saat berada di dekat Nabi Saw., dengan katakata yang kasar ia langsung meminta beliau melunasi
utangnya berupa seekor unta.
Tentu saja para sahabat jengkel melihat tingkah
laki-laki yang tak tahu adat itu. Mereka hampir saja
melabraknya jika tidak dicegah Rasulullah Saw. Kemudian
beliau berkata kepada mereka, "Tentu saja pemberi
utang berhak menagih utangnya!"
Rasulullah Saw. diam Ras sejenak, lalu melanjutkan, seje "Yang terbaik "Beli "B lah seekor unta untuk orang ini, lalu u di antara kalian serahkan kepadaadalah orang yang
nya!" paling baik dalam Para sahabat semelunasi utangnya."
gera meninggalkan mas m jid untuk membeli (Al-Hadis) unta seharga unta un milik orang itu, tetapi 126 Fuad Abdurahman mereka tidak mendapatkan unta yang cocok. Mereka
mendapatkan unta yang lebih bagus dan lebih tinggi
harganya. Maka, mereka menemui Rasulullah Saw. dan
melapor, "Wahai Rasulullah, kami tidak mendapatkan
unta seperti yang engkau inginkan. Kami mendapatkan
unta yang lebih bagus dan lebih mahal harganya."
"Belilah unta itu, lalu serahkan kepada orang ini.
Perlu kalian ketahui, yang terbaik di antara kalian adalah
orang yang paling baik dalam melunasi utangnya," jawab
Rasulullah Saw.[] Membeli Unta dengan Harga Lebih
127 Rezeki dari Allah R ombongan kabilah Asyari yang terdiri atas Abu
Musa, Abu Malik, dan Abu Amir menempuh
perjalanan untuk menemui Rasulullah Saw. Namun di
tengah perjalanan, mereka kehabisan bekal sehingga
mengutus salah seorang di antara mereka pergi lebih
dulu untuk meminta bekal kepada Rasulullah Saw.
Ketika tiba di tempat Rasulullah Saw., orang itu
mendengar beliau membacakan firman Allah: Dan tidak
ada suatu binatang melata pun di bumi yang tidak diberi
rezeki oleh Allah " (QS H?d [11]: 6).
Mendengar ayat Al-Quran itu dibacakan, orang itu
berkata dalam hati, "Kaum Asyari telah durhaka kepada
Allah." Ia bergegas kembali menemui kaumnya, tidak
melanjutkan tugasnya untuk meminta bantuan
bekal kepada Rasulullah Saw. Saat bertemu dengan
rombongannya, ia berkata, "Bergembiralah, pertolongan
Allah telah tiba." Orang itu sengaja tidak menceritakan
kejadian sebenarnya yang ia alami di tempat Rasulullah.
Teman-temannya menyangka, ia benar-benar telah
memberitahukan keadaan mereka dan meminta bekal
kepada Rasulullah Saw. Lalu, beberapa saat kemudian,
datang dua orang membawa kantong besar berisi roti
dan daging sehingga mereka bisa makan sampai kenyang.
Salah seorang dari mereka berkata, "Masih tersisa
banyak makanan sehingga kita harus mengembalikannya
kepada Rasulullah!" Lalu rombongan Asyari ini menemui Rasulullah Saw.
dan berkata, "Wahai Rasulullah, kami belum pernah
merasakan makanan yang lebih baik dan lebih lezat
daripada makanan yang engkau berikan kepada kami."
Tentu saja Rasulullah Saw. kaget dan berkata, "Aku
tidak pernah mengirimkan makanan kepada kalian."
Mereka pun kaget mendengar tuturan Rasulullah, lalu
menceritakan apa yang telah mereka alami.
Maka, Rasulullah Saw. menanyai si utusan itu, "Apa


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang telah kaulakukan?"
Ia menjawab, "Itu adalah rezeki yang telah dikirimkan
Allah kepada kami sehingga kami dapat makan dan
minum sampai puas." Pada tahun delapan Hijriah, Rasulullah Saw. memberangkatkan ekspedisi yang dipimpin Abu Ubaidah ibn
Rezeki dari Allah 129 Al-Jarah membawa pasukan berjumlah 300 orang. Beliau
membekali mereka dengan sekarung kurma. Ekspedisi ini
berangkat menuju ke sebuah pantai.
Di tengah perjalanan, Abu Ubaidah membagi
pasukannya masing-masing satu buah kurma. Banyak di
antara anggota pasukan itu yang mengeluh karena hanya
diberi sebutir kurma. Namun, mereka baru akhirnya
sadar bahwa bekal yang mereka bawa sangat sedikit
sehingga setiap butir kurma sangatlah berharga.
Setelah bekal kurma itu habis tak tersisa, mereka
makin ketat menahan lapar. Untuk mengganjal perut
sepanjang perjalanan mereka kumpulkan dedaunan,
lalu dibasahi, dan dijadikan makanan. Mereka bertahan
seperti itu selama beberapa hari. Saat tiba di pantai,
mereka menemukan seekor ikan paus yang terdampar.
Mereka pun makan dagingnya yang mencukupi mereka
selama setengah bulan. Bahkan, daging paus itu masih
tersisa saat ekspedisi mereka di tempat itu berakhir.
Maka, mereka membawa sisa daging itu sebagai bekal
perjalanan pulang ke Madinah.
Saat Abu Ubaidah dan pasukannya tiba ke Madinah,
mereka segera menghadap Rasulullah dan melaporkan
ekspedisi serta pengalaman mereka. Beliau manggutmanggut lalu berkata, "Itu adalah rezeki dari Allah untuk
kalian. Masih adakah sisa daging paus itu untuk kami
makan?" Maka, mereka mengirim sisa daging paus itu
kepada Rasulullah Saw., dan beliau pun memakannya.[]
130 Fuad Abdurahman Allah sebagai Penyelamat S uatu hari, dalam sebuah perjalanan menuju Ghatafan,
Rasulullah Saw. dan pasukan Muslim menghentikan
perjalanan karena hujan turun dengan sangat lebat.
Beliau berlindung di bawah sebatang pohon, sementara
anggota pasukan lain berpencar, masing-masing mencari
tempat bernaung dan beristirahat.
Namun, rupanya musuh yang bersembunyi di
ketinggian bukit melihat Rasulullah dan pasukannya yang
tengah berlindung dari hujan deras. Mereka juga melihat
saat itu Rasulullah bernaung hanya seorang diri tanpa
seorang sahabat pun melindunginya. Mereka melihat
kesempatan emas untuk membunuh Muhammad.
Maka, mereka mengutus seorang lelaki yang paling
berani dalam peperangan, yaitu Du"tsur ibn Al-Harits.
Ia menyelinap, berjalan mengendap-endap mendekati
tempat Rasulullah Saw. beristirahat. Setelah dekat, ia
mengawasi sekelilingnya, memastikan bahwa tak ada
seorang sahabat pun yang mengawal Muhammad.
Dengan sikap yang waspada, ia berjalan perlahan dan
saat jaraknya sangat dekat, ia cabut pedangnya dan
mengacungkannya kepada Muhammad.
Tentu saja Rasulullah Saw. terkejut, tetapi tetap
bersikap tenang. Sambil menghunus pedang yang
mengilap, Du"tsur membentak, "Siapakah yang dapat
menyelamatkanmu sekarang"!"
Rasulullah Saw. menjawab dengan tenang,
"Allah!" Anehnya, mendengar jawaban beliau, tubuh
Du"tsur bergetar hingga pedang di tangannya terjatuh.
Dengan sigap, Rasulullah Saw. mengambil pedangnya
lalu balik bertanya, "Sekarang, siapakah yang dapat
menyelamatkanmu?" Ia menjawab, "Tak ada seorang pun."
"Mengapa kau tidak katakan saja Allah"!" ujar
Rasulullah Saw. Kegaduhan itu didengar para sahabat sehingga
mereka langsung mengepung Du"tsur. Mereka meminta
kepada Rasulullah Saw. agar diperbolehkan membunuh
orang itu. Du"tsur merengek dan mengiba meminta
ampunan kepada Rasulullah Saw. sehingga beliau
mengampuni dan membebaskannya.
Lalu, ia berlari ke markas pasukannya sendiri
dan menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Ia
mengatakan bahwa Muhammad adalah orang yang
sangat pemurah dan baik hati. Ia ceritakan berbagai
132 Fuad Abdurahman keutamaan Rasulullah sehingga mereka semua tertarik
dan menyatakan masuk Islam.
Allah Swt. senantiasa menjaga dan memelihara RasulNya dari makar dan reka-perdaya musuh-musuhnya,
termasuk dari kejahatan kaum Yahudi. Ada banyak kisah
tentang upaya Yahudi untuk menyakiti dan membunuh
Rasulullah. Usai Perang Uhud yang menorehkan duka
mendalam di hati Rasulullah Saw. dan kaum Muslimin,
Yahudi Bani Nadir berkonspirasi untuk membunuh
Rasulullah Saw. Kesempatan itu mereka dapatkan ketika
beliau mendatangi perkampungan Yahudi itu untuk
merundingkan sesuatu. Saat itu, beliau duduk di rumah
salah seorang pemuka Yahudi Bani Nadhir ditemani
beberapa orang sahabat. Mereka melihatnya sebagai peluang emas untuk
membunuh Muhammad. Maka, mereka memerintahkan
salah seorang Yahudi untuk naik ke dinding rumah
sambil membawa sebongkah batu besar untuk kemudian
ditimpakan ke atas kepala Muhammad.
Namun, sesaat sebelum niat jahat orang Yahudi
itu terlaksana, Rasulullah Saw. bangun dari tempat
duduknya, kemudian langsung pergi meninggalkan
perkampungan itu. Tentu saja mereka tidak tahu
Allah sebagai Penyelamat 133 bahwa Jibril telah mengabarkan niat jahat mereka dan
menyelamatkan Rasulullah Saw.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah Saw. mengumpulkan
para sahabat dan bersepakat untuk mengusir orang
Yahudi Bani Nadhir dari Madinah. Rasulullah Saw.
mengirim utusan yang membawa surat ultimatum:
"Keluarlah kalian dari Madinah, karena kalian telah
berkhianat. Aku memberi kalian tempo sepuluh hari.
Siapa pun yang masih tinggal di kampung itu setelah
waktu yang ditentukan, ia akan dibunuh."
Namun, setelah waktu yang ditetapkan berakhir,
mereka mengabaikan peringatan itu dan tetap
bertahan di perkampungan itu. Maka, Rasulullah segera
menghimpun pasukan Muslim untuk mengepung dan
mengusir mereka dari Madinah. Mereka bersikukuh
bertahan di balik benteng Bani Nadhir. Namun, setelah
dua puluh hari pengepungan, mereka menyerah dan
memohon ampunan kepada Rasulullah. Mereka meminta
dibolehkan pergi meninggalkan perkampungan itu
dengan membawa harta dan keluarga mereka.
Rasulullah Saw. mengizinkan mereka pergi dari
Madinah. Akhirnya, Yahudi Bani Nadhir pergi dari
Madinah meninggalkan bahan makanan, tanah pertanian,
50 baju besi, dan 340 bilah pedang.[]
134 Fuad Abdurahman Cinta kepada Rasulullah S uatu hari seorang Arab Badui datang menghadap
Rasulullah Saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah,
kapan Kiamat tiba?" Rasulullah Saw. tidak segera
menjawabnya, karena waktu shalat telah tiba. Beliau
segera mendirikan shalat bersama para sahabat.
Usai shalat, beliau berpaling kepada para jamaah
dan bertanya, "Mana tadi orang yang bertanya tentang
Hari Kiamat?" "Aku, wahai Rasulullah," jawab Arab Badui itu.
"Apa yang telah kau persiapkan untuk menghadapinya?"
"Demi Allah, aku tidak mempersiapkan amal shalat
atau puasa yang banyak. Aku hanya mencintai Allah dan
Rasul-Nya." "Kau akan dikumpulkan dengan orang yang kaucintai."
Anas ibn Malik yang meriwayatkan hadis ini
berkomentar, "Aku belum pernah melihat orang Islam
begitu bahagia setelah masuk Islam, seperti saat kami
mendengar pernyataan Nabi bahwa siapa pun yang
mencintai Nabi maka ia akan digabungkan bersama
beliau pada Hari Kiamat."
Diriwayatkan dari Abu Abdillah bahwa di Madinah
ada seorang penjual minyak wangi. Ia dikenal sangat
mencintai Rasulullah Saw. Setiap kali punya keperluan,
ia tidak akan pergi sebelum memandang wajah beliau.
Di kalangan sahabat, ia terkenal sebagai orang yang
suka menatap Rasulullah Saw. Setiap kali bersua, ia akan
memandang wajah Rasulullah dengan pandangan yang
lama dan dalam. Suatu hari ia menemui Rasulullah Saw., berlamalama duduk bersama beliau hingga ia merasa puas
memandang wajah beliau. Setelah itu, ia beranjak pergi.
Namun, tidak lama berselang, ia datang lagi menemui
Rasulullah Saw., yang kemudian memberi isyarat dengan
tangannya agar ia duduk. Maka, orang itu pun duduk di
hadapan beliau. Rasulullah bertanya, "Mengapa kau melakukan itu,
padahal sebelumnya kau tidak bertingkah seperti itu?"
Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, demi yang
mengutusmu dengan membawa kebenaran sebagai Nabi,
ketika tadi aku meninggalkanmu, hatiku dipenuhi ingatan
kepadamu. Karenanya, aku tidak bisa bekerja karena
136 Fuad Abdurahman selalu teringat kepadamu. Karena itulah, aku buru-buru
kembali menemuimu." Kemudian, ia meminta izin Rasulullah Saw. untuk
memandang wajahnya lagi. Beliau mendoakan kebaikan
untuknya. Lama setelah kejadian itu Rasulullah Saw. tidak
melihatnya. Suatu hari, Rasulullah Saw. bertanya kepada para
sahabat, "Ke mana orang itu?"
"Wahai Rasulullah, kami pun tidak melihatnya
berhari-hari," ujar para sahabat.
Rasulullah Saw. mengambil sandalnya dan beranjak
pergi ke pasar diikuti para sahabat, karena ia berjualan
minyak wangi di sana. Namun, tiba di tokonya, si penjual
minyak wangi itu tidak ada sehingga Rasulullah Saw.
bertanya kepada orang-orang di sekitarnya.
Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, pedagang
minyak wangi itu telah meninggal dunia." Orang-orang
berkomentar tentang ia, "Wahai Rasulullah, kami
mengenalnya sebagai pedagang yang jujur, tepercaya,
dan amanah. Namun, ada satu kelemahannya."
"Apa itu?" tanya Rasulullah Saw.
"Ia senang perempuan (bukan melakukan maksiat)."
Rasulullah Saw. berujar, "Sungguh, ia sangat
mencintaiku. Jika ia sedikit tidak jujur dalam berdagang,
Tuhan akan mengampuninya karena kecintaannya
kepadaku."[] Cinta kepada Rasulullah 137 Berebut Berkah Rasulullah Saw. P ara sahabat teramat mencintai Rasulullah Saw.
Mereka bersedia mengorbankan apa pun demi
junjungan tercinta, termasuk harta, waktu, bahkan
nyawa. Tidak hanya itu, mereka meyakini, apa pun yang
berasal dari Rasulullah Saw. adalah kebaikan, penuh
berkah. Karena itulah, banyak di antara sahabat yang
berebut berkahnya. Nabi sendiri tidak melarang mereka
melakukan itu. Beberapa hadis sahih yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari, Muslim, dan juga Ahmad menuturkan
betapa para sahabat selalu mengharapkan berkah
beliau. Misalnya, dikisahkan bahwa ketika Rasulullah
Saw. berwudhu, para sahabat akan memperebutkan air
bekas wudhu beliau. Bahkan, mereka nyaris berkelahi.
Ketika ada sahabat yang tidak kebagian air bekas wudhu
beliau, ia akan menggesekkan tangannya ke tangan
sahabat lain yang mendapatkan air bekas wudhu beliau.
Mereka lakukan semua itu karena yakin, apa pun yang
disentuh Rasulullah Saw. pasti mendatangkan berkah dan
kebaikan. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu hari
Rasulullah Saw. berwudhu kemudian memanggil dua
orang sahabatnya, Amr ibn Al-Ash dan Bilal ibn Rabah.
Selesai berwudhu, Rasulullah Saw. memercikkan ludahnya
pada air bekas wudhunya, lalu menyuruh dua sahabat
itu meminumnya. "Ada berkah di situ," ujar Rasulullah
Saw. Tanpa ragu lagi, Amr ibn Al-Ash dan Bilal meminum
air itu (HR Bukhari). Suatu hari Rasulullah Saw. tidur siang di sebuah taman.
Keringat beliau mengucur dari dahinya. Seorang sahabat
perempuan yang melihat keringat menetes dari dahi
Rasulullah Saw. bergegas mengambil wadah dan dengan
hati-hati menadahinya. Tak lama kemudian Rasulullah
Saw. terbangun dan bertanya, "Apa yang kaulakukan?"
Perempuan itu menjawab, "Ya Rasulullah, aku
mengharapkan berkah dari keringat Tuan." Dalam sebuah
riwayat diceritakan bahwa sepeninggal Nabi Saw., wadah
tempat menghimpun tetesan keringat beliau itu sering
dipinjam para sahabat. Kalau ada orang yang sakit,
wadah itu dipinjam untuk diisi air lau diminumkan


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada si sakit. Banyak orang yang sembuh karena
berkah air yang dimasukkan ke wadah yang pernah
Berebut Berkah Rasulullah Saw.
139 menjadi wadah keringat Rasulullah Saw. (HR Muslim
dan Ahmad). Usai menyembelih kurban dalam peristiwa haji wadak,
Rasulullah Saw. memanggil tukang pangkas. Dalam
satu riwayat tukang pangkas itu bernama Ma"mar ibn
Nadhlah. Rambut beliau dipangkas habis mulai dari
bagian kanan kepala beliau. Setelah itu, Rasulullah Saw.
membagi-bagikan rambutnya kepada orang-orang secara
bergiliran. Menurut sebagian pendapat, beliau memberi
satu atau dua lembar untuk setiap orang. Kemudian,
beliau meminta si tukang pangkas untuk mencukur
bagian kiri kepala beliau.
Semua orang berkumpul di sekitar beliau agar bisa
memperoleh helai-helai rambut yang mulia. Mereka
tidak membiarkan sehelai rambut pun jatuh ke tanah.
Selain jalur Imam Muslim, ada banyak jalur
periwayatan lain mengenai peristiwa pembagian rambut
ini. Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, seorang
ibu datang membawa anak kecil dan berkata, "Wahai
Rasulullah, ini anakku. Izinkan ia berkhidmat menjadi
pelayanmu." Kelak anak kecil ini menjadi salah seorang
perawi hadis terkenal, yaitu Anas ibn Malik r.a.
140 Fuad Abdurahman Suatu hari Anas mengundang Rasulullah Saw. untuk
makan di rumah orangtuanya. Beliau bertanya, "Di
mana tempat shalatmu" Tunjukkan kepadaku!" Anas
mengantarkan beliau menuju tempat shalat dan beliau
mendirikan shalat di sana. Usai shalat, beliau minta
bejana berisi air, lalu mencelupkan tangannya yang mulia
ke dalam bejana itu dan memercikkannya ke sudut
rumah. Kelak setelah Rasulullah meninggal dunia, banyak
sahabat dan juga tabiin yang tidak pernah berjumpa
dengan Rasulullah mendatangi rumah Anas r.a.
hanya untuk mendirikan shalat di tempat beliau dulu
mendirikan shalat. Mereka yakin, shalat di tempat
itu memiliki keutamaan tersendiri karena tempat itu
mendatangkan berkah.[] Berebut Berkah Rasulullah Saw.
141 Mencintai Surah Al-Ikhl?sh R asulullah Saw. mengutus seseorang untuk
memimpin satu pasukan kecil. Ketika menjadi imam
shalat, setelah membaca Surah Al-F?tihah ia membaca
Surah Al-Ikhl?sh. Tidak hanya sekali. Pada setiap shalat
yang bacaannya dijaharkan, ia selalu membaca Surah AlIkhl?sh setelah surah Surah Al-F?tihah, dan tidak hanya
pada rakaat pertama, atau kedua, tetapi pada setiap
rakaat. Kebiasaannya itu menimbulkan tanda tanya
dalam benak sebagian pasukan, sehingga mereka
menyampaikan hal itu kepada Nabi Saw. saat mereka
pulang ke Madinah. Mendengar laporan mereka,
Rasulullah bersabda, "Tanyakan kepadanya, mengapa ia
berbuat seperti itu?"
Ketika ditanya, ia menjawab, "Karena surah ini
mengandung sifat Allah Yang Maha Penyayang dan aku
sangat suka membacanya."
Ketika mengetahui alasan orang itu, Rasulullah Saw.
berkomentar, "Sampaikan kepadanya bahwa Allah Swt.
mencintainya." Dikisahkan bahwa seorang sahabat Anshar menjadi
imam di Masjid Quba". Setiap kali usai membaca
Surah Al-F?tihah, ia membaca Surah Al-Ikhl?sh, lalu
dilanjutkan dengan surah yang lain. Itu ia lakukan
pada setiap rakaat. Tentu saja sebagian sahabat heran
dengan kebiasaannya ini. Sebagian mereka meminta
sang imam agar ia membaca surah yang berbeda,
bukan hanya Surah Al-Ikhl?sh. Namun, tetap saja ia
bersikukuh dengan kebiasaannya itu. Maka, ketika suatu
hari Rasulullah Saw. datang di daerah itu, para sahabat
menceritakan kebiasaan imam masjid itu. Rasulullah Saw.
pun memanggilnya dan bertanya, "Hai Fulan, mengapa
kau tidak mengindahkan permintaan kawan-kawanmu.
Apa yang membuatmu selalu ingin membaca Surah AlIkhl?sh?"
Laki-laki itu menjawab, "Wahai Rasulullah, aku
sangat mencintai surah ini."
"Sungguh, dengan mencintainya, pasti Allah
memasukkanmu ke surga."[]
Mencintai Surah Al-Ikhl?sh
143 Alangkah Jauh Jarak di Antara Mereka A l-Mubasysyir?t adalah bagian yang tersisa dari
kenabian hingga akhir zaman, biasanya berupa
mimpi-mimpi baik yang dialami seseorang. Sahabat
Anas r.a. menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
"Sesungguhnya risalah (Tuhan) telah berakhir. Maka,
tidak ada lagi seorang rasul atau nabi setelahku, kecuali
Al-Mubasysyir?t". Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah,
apakah Al-Mubasysyir?t itu?" Beliau menjawab, "AlMubasysyir?t adalah mimpi seorang Muslim yang
saleh dan itu bagian Nubuwat (kenabian)?" (HR Ahmad
dan Al-Turmudzi). Kisah berikut ini adalah contoh AlMubasysyir?t.
Dikisahkan, ada dua orang dari Baliyyin menghadap
Rasulullah Saw. Keduanya menyatakan masuk Islam dan
salah seorangnya lebih rajin berjihad sehingga ia gugur
sebagai syahid dalam sebuah pertempuran. Sementara,
orang kedua meninggal setahun kemudian.
Thalhah ibn Ubaidillah r.a. menuturkan, "Aku mimpi
berada di halaman salah satu surga dan aku melihat
dengan kedua orang Baliyyin itu. Lalu, dari arah surga
terlihat seseorang berjalan keluar lalu menjemput
orang yang terakhir meninggal
eninggal untuk masuk surga dan n ia mengantarnya ke dalam. m. "Wahai Rasulullah, laki-laki yang disebutkan
Lalu orang itu kembali pertama itu lebih rajin lagi mendekati orang berjihad hingga ia gugur yang mati syahid dalam sebagai syahid. Namun, pertempuran, dan bermengapa orang kedua yang
kata, "Kembalilah, karena
lebih dulu masuk surga?"
kamu belum saatnya mennjadi penghuni tempat ini!?""
Suatu hari Thalhah menceritakan mimpinya itu kepada para sahabat lain
sehingga mereka keheranan mendengar mimpi Thalhah
itu. Lalu, Thalhah dan beberapa kawannya menuturkan
keheranan mereka kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. bertanya, "Apa yang membuat kalian
merasa heran?" "Wahai Rasulullah, laki-laki yang disebutkan pertama
itu lebih rajin berjihad hingga ia gugur sebagai syahid.
Namun, mengapa orang kedua yang lebih dulu masuk
surga?" Alangkah Jauh Jarak di Antara Mereka
145 "Bukankah ia masih hidup selama setahun setelah
kawannya itu meninggal?"
"Benar, ya Rasulullah."
"Dengan sisa umurnya itu ia masih berjumpa dengan
bulan Ramadhan dan ia berpuasa. Ia juga mendirikan
shalat dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya."
"Benar, ya Rasulullah."
Rasulullah Saw. berkata, "Alangkah jauh jarak di
antara mereka berdua, seperti jarak antara langit dan
bumi" (HR Ahmad).[] 146 Fuad Abdurahman Rasulullah Keluar karena Lapar S uatu hari Abu Bakar r.a. keluar dari rumahnya
menuju masjid. Di tengah jalan, Umar r.a. melihatnya
dan bertanya, "Hai Abu Bakar, mengapa kau keluar
rumah di saat seperti ini?"
"Aku keluar rumah karena merasa sangat lapar."
"Demi Allah, aku juga merasa lapar," timpal Umar.
Lalu, tidak lama berselang muncul Rasulullah Saw.
menghampiri mereka. "Apa yang membuat kalian berdua
keluar rumah di saat seperti ini?"
"Demi Allah, kami berdua keluar rumah karena
merasa sangat lapar," jawab Abu Bakar dan Umar.
"Demi Dia yang jiwaku berada dalam genggamanNya, aku pun merasa lapar seperti kalian. Ayo ikutlah
bersamaku," ajak Rasulullah Saw.
Kemudian mereka bertiga berjalan menuju rumah
Abu Ayyub Al-Anshari r.a. Nabi Saw. pergi ke rumah Abu
Ayyub karena biasanya ia mengantarkan makanan untuk
beliau setiap hari. Dari kejauhan Ummu Ayyub r.a. melihat kedatangan
mereka dan bergegas menyambutnya, "Marhaban
(Selamat datang), wahai Nabi Allah, dan orang yang
bersamanya." "Di manakah Abu Ayyub?" tanya Rasulullah Saw.
Ketika itu Abu Ayyub sedang bekerja di kebun
kurmanya, tak jauh dari rumahnya. Mendengar suara
Rasulullah Saw., buru-buru ia tinggalkan pekerjaannya
dan menghampiri beliau. "Marhaban, wahai Rasulullah, dan orang yang
bersamanya. Ya Rasul, engkau datang bukan pada waktu
yang biasanya." "Engkau benar," ujar Rasulullah.
Tanpa bertanya lagi, Abu Ayyub bergegas pergi
menuju kebun kurmanya, lalu memotong setangkai
kurma. Pada tangkai kurma itu ada kurma yang sudah
matang dan pula yang masih muda. Lalu, ia cepat-cepat
menghidangkannya kepada Rasulullah.
"Mestinya kau tidak perlu memotong setangkai
seperti ini. Cukup kauambil beberapa butir kurma yang
telah matang untuk kami," ujar Rasulullah Saw.
"Wahai Rasulullah, aku lebih suka engkau makan
kurma yang sudah matang dan yang masih muda. Aku
juga akan menyembelih seekor kambing untukmu," kata
Abu Ayyub. "Jika kau ingin menyembelih kambing, janganlah
yang banyak air susunya."
148 Fuad Abdurahman Lalu, Abu Ayyub menyembelih seekor kambing
dan menyerahkan dagingnya kepada Ummu Ayyub,
"Masaklah daging ini, dan buatlah roti diolesi mentega.
Lalu, hidangkan kepada kami."
Sebagian daging itu direbus, dan sebagian
lainnya dibakar. Setelah matang, Ummu Ayyub segera
menghidangkan masakannya ke hadapan Rasulullah
Saw., Abu Bakar, dan Umar. Sebelum makan, Nabi Saw.
mengambil sepotong daging dan menaruhnya di atas
roti, dan berkata, "Hai Abu Ayyub, kirimkanlah daging ini
kepada Fatimah. Ia belum makan selama beberapa hari."
Lalu, Rasulullah Saw. dan kedua sahabatnya makan
hingga kenyang. Usai makan, beliau berkata, "Roti "
daging " dan kurma." Kedua matanya tampak berkacakaca. "Demi Dia yang jiwaku berada dalam genggamanNya, sungguh ini adalah nikmat yang akan ditanya kelak
pada Hari Kiamat. Jika kalian dapatkan makanan seperti
ini, ucapkanlah "bismill?h". Setelah makan, ucapkanlah:
"Segala puji bagi Allah yang telah mengenyangkan dan
memberi kami nikmat". Itulah yang paling utama."
Keesokan harinya Rasulullah Saw. memberi seorang
budak perempuan yang masih kecil kepada Abu Ayyub.
Beliau berpesan agar budak itu diperlakukan dengan
baik. Setelah berunding dengan istrinya, Abu Ayyub
memerdekakannya.[] Rasulullah Keluar karena Lapar
149 Rasulullah pun Bercanda A nas ibn Malik r.a., sahabat yang tinggal di
rumah Rasulullah Saw. sejak kecil, menuturkan,
"Sesungguhnya Rasulullah Saw. kerap bergaul dan
main bersama kami (anak-anak kecil). Suatu hari beliau
menyapa saudaraku yang masih kecil, "Hai Abu Umair,
apa yang telah dilakukan nughair?" Nughair adalah
burung kecil miliknya yang biasa diajak bermain, tetapi
burung itu telah mati. Anas r.a. juga bercerita bahwa seseorang dari dusun
terpencil yang bernama Zahir ibn Haram. Rasulullah
Saw. menjulukinya "orang dusun". Ketika beliau mempersiapkan segala sesuatu untuk suatu perjalanan, beliau
berkata, "Sesungguhnya Zahir adalah anak dusun kami."
Rasulullah Saw. menyukai Zahir, padahal rupanya
tidak bagus sama sekali. Suatu hari beliau mendatanginya
ketika ia menjual perhiasannya. Tanpa diketahui Zahir,
Rasulullah Saw. mendekapnya dari belakang.
Zahir kaget dan berkata, "Lepaskan aku!" Lalu, ia
menoleh ke belakang dan terkejut ketika melihat ternyata
orang yang mendekapnya adalah Rasulullah Saw. Alihalih melepaskan diri, Zahir melekatkan punggungnya
pada dada Rasulullah Saw.


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian Rasulullah Saw. berkata kepada orang
banyak, "Siapa yang mau membeli budak ini?"
Namun, tak seorang pun menyahut. Maka, Zahir
berkata, "Sepertinya, aku tidak laku, wahai Rasulullah."
Rasulullah Saw. berkata kepadanya, "Di sisi Allah kau
berharga mahal, wahai Zahir."
Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa para sahabat
berkata, "Hai Rasulullah, engkau mencandai kami."
Beliau tersenyum dan berkata, "Sesungguhnya aku
tidak berkata kecuali yang benar."
Hampir sama dengan kisah di atas, seorang wanita
tua datang menemui Rasulullah Saw. lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia
memasukkanku ke surga."
Rasulullah Saw. tersenyum seraya menjawab,
"Nek, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh
wanita tua!" Kontan saja wanita tua ini menangis sambil
beranjak pergi. Rasulullah pun Bercanda 151 Melihat wanita itu pergi sambil menangis, Rasulullah
Saw. berkata kepada para sahabat, "Katakan kepadanya
bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua
renta (tetapi dijadikan muda lagi). Bukankah Allah telah
berfirman, Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari
itu) secara langsung. Lalu kami jadikan mereka perawanperawan, yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya" (QS
Al-W?qi"ah [52]: 35-37)"[]
152 Fuad Abdurahman Setan Tak Pernah Jera R asulullah Saw. menugaskan Abu Hurairah untuk
menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Suatu
hari seseorang datang dan mengambil makanan dari
tempat penyimpanan zakat. Abu Hurairah merebutnya
kembali dan berkata, "Sungguh, aku akan melaporkanmu
kepada Rasulullah!" Orang itu menjawab, "Tapi, aku sangat membutuhkannya! Aku punya tanggungan keluarga." Karena
kasihan, Abu Hurairah membiarkan orang itu mengambil
makanan tersebut. Keesokan harinya Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Abu
Hurairah, apa yang engkau lakukan kepada orang yang
datang tadi malam?" Abu Hurairah menjawab, "Wahai Rasulullah, orang
itu mengeluhkan kebutuhan dan tanggungan keluarganya.
Aku merasa kasihan sehingga membiarkannya mengambil
makanan dan pergi begitu saja."
"Ketahuilah! Ia berdusta dan akan kembali lagi," ujar
Rasulullah Saw. Mendengar penuturan Rasulullah Saw., Abu Hurairah
yakin bahwa orang itu akan kembali. Maka, ia pun siaga
berjaga. Benar saja. Malam harinya orang itu datang lagi
dan mengambil makanan dari tempat penyimpanan
zakat. Abu Hurairah langsung menegurnya dan berkata,
"Sungguh, aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah!"
Orang itu menjawab, "Biarkan aku mengambil
makanan ini. Sungguh, aku sangat membutuhkannya.
Aku punya tanggungan keluarga. Setelah malam ini, aku
tidak akan kembali lagi."
Untuk kedua kalinya, Abu Hurairah membiarkan
orang itu pergi karena merasa kasihan.
Esok harinya, Rasulullah Saw. bertanya kembali, "Hai
Abu Hurairah, apa yang kaulakukan kepada orang yang
datang tadi malam?" Abu Hurairah menjawab, "Wahai Rasulullah, orang
itu datang lagi. Ia mengeluhkan kebutuhan dan tanggungan keluarganya. Aku merasa kasihan sehingga membiarkannya mengambil makanan dan pergi begitu saja."
Rasulullah Saw. berkata mengingatkan Abu Hurairah,
"Sesungguhnya, ia telah berdusta dan akan kembali lagi."
Pada malam ketiga, Abu Hurairah berjaga lagi.
Ternyata benar, orang itu datang kembali dan mengambil
makanan dari tempat penyimpanan zakat. Kali ini Abu
154 Fuad Abdurahman Hurairah memperingatkannya dengan keras, "Sungguh,
aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah! Ini
peringatan terakhir! Kau bilang tidak akan kembali lagi,
tetapi ternyata kau datang lagi!"
Ia menjawab, "Biarkan aku memberitahukan
kepadamu beberapa kata yang dengannya Allah akan
memberimu manfaat. Jika kau akan tidur, bacalah ayat
kursi. Maka, Allah akan memeliharamu dan setan tidak
akan mendekatimu hingga pagi hari."
Untuk ketiga kalinya, Abu Hurairah membiarkan
orang itu pergi. Ketika Abu Hurairah menyampaikan kejadian itu
kepada Rasulullah Saw., beliau berkata, "Ketahuilah,
ucapan orang itu benar, tetapi ia sendiri berdusta.
Tahukah engkau siapa yang berbicara kepadamu sejak
tiga malam yang lalu, hai Abu Hurairah?"
Abu Hurairah menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah."
"Ia adalah setan."[]
Setan Tak Pernah Jera 155 Berbagi Peran dengan Sahabat S uatu hari Rasulullah Saw. pergi bersama para
sahabat. Ketika berhenti di suatu tempat, beliau
memerintahkan untuk menyembelih seekor domba dan
menghidangkannya untuk makan siang.
Seorang sahabat berkata, "Aku yang akan
menyembelih domba itu."
Sahabat lainnya berkata, "Aku yang akan menguliti
domba itu." Dan yang lainnya berkata, "Aku yang akan memasaknya."
Melihat semangat mereka, Rasulullah menimpali,
"Aku yang akan mengumpulkan kayu bakar dan
menyalakan apinya." Sontak para sahabat berkata, "Biar kami saja
yang melakukannya, wahai Rasulullah. Kami akan
mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan api. Kami
tak mau menyusahkanmu." Para sahabat tidak ingin
melihat Rasulullah Saw. bersusah payah dan kelelahan.
Namun, dengan lembut beliau berujar, "Aku
tahu. Namun, aku tidak ingin
melebihkan diriku atas kalian
lian "Jika kedua teman dan bergantung kepada orang
ng saling mencintai lain. Sesungguhnya Allah tidak
satu sama lain maka suka hamba-Nya bergantung
yang paling dicintai kepada orang lain." oleh Allah di antara keduanya adalah yang paling mencintai temannya." Dalam riwayat lain dikisahkan
an bahwa Rasulullah Saw. dan
Hudzaifah Al-Yaman pergi ke luar
Madinah. Di tengah perjalanan keduanya beristirahat.
Ketika Rasulullah ingin mandi, Hudzaifah mengambil
sepotong kain dan menjadikannya sebagai tabir. Usai
mandi, beliau mengambil kain itu lalu berdiri menabiri
Hudzaifah hingga ia selesai mandi.
Setelah mandi, Hudzaifah berterima kasih kepada
Rasulullah Saw. atas kebaikan dan kerendahan hati beliau.
Kemudian ia meminta maaf dan berkata, "Ayah dan
ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, janganlah
engkau menyusahkan dirimu dengan melayaniku."
Namun, Rasulullah Saw. bersikukuh memberikan
pelayanan kepada Hudzaifah, teman seperjalanannya,
dan berkata, "Jika kedua teman saling mencintai satu
sama lain maka yang paling dicintai oleh Allah di antara
keduanya adalah yang paling mencintai temannya."[]
Berbagi Peran dengan Sahabat
157 Bagian 4 Kisah-Kisah tentang Akhlak yang Terpuji Dipelihara sejak Kanak-Kanak K ondisi masyarakat Makkah sebelum Muhammad
mendapatkan risalah sangatlah kacau. Masyarakatnya gemar berperang, berzina, berjudi, mabukmabukan hingga mengubur anak perempuan hidup-hidup.
Kendati demikian, Allah selalu memelihara Muhammad
dari semua keburukan itu sejak kanak-kanak. Beliau
tidak pernah melakukan perbuatan yang menyimpang.
Tak pernah terbetik dalam hatinya keinginan melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kemanusiaan yang
biasa dilakukan orang jahiliah, kecuali dalam dua
kesempatan. Namun, kemudian Allah menurunkan sekat
dan memalingkan beliau dari keinginan itu.
Kesempatan yang pertama adalah di malam ketika
beliau beristirahat dari menggembala kambing. Saat itu
beliau berkata kepada temannya sesama penggembala,
"Tolong jaga kambing-kambing gembalaanku, karena aku
ingin pergi ke kota dan bercengkerama di malam hari
seperti yang dilakukan para pemuda lain."
"Baiklah, aku akan menjaganya."
ganya. Kemudian Muhammad beranjak
ranjak pergi. Saat tiba di pinggiran kota,
ta, "Tolong jaga di samping sebuah rumah h kambing-kambing yang pertama dijumpainya,
gembalaanku, karena aku ingin pergi ke kota beliau mendengar tetabuhan
dan bercengkerama di rebana dan seruling. Beliau
malam hari seperti yang bertanya kepada seseorang,
dilakukan para "Keramaian apakah itu?"
pemuda lain." "Pesta pernikahan Fulan
an dengan Fulanah," ujar orang itu.
tu. Kemudian beliau duduk mendengarkan
alunan musik itu. Namun, Allah menutup telinga beliau
dan membuatnya mengantuk, lalu terjatuh tidur hingga
matahari terbit. Beliau terbangun dan bergegas kembali
ke tempat penggembalaan. Tiba di sana, temannya
bertanya, "Apa yang engkau lakukan semalam?"
"Aku tidak melakukan apa-apa," jawab Rasulullah,
lalu menceritakan apa yang dialaminya tadi malam.
Pada kesempatan kedua, Rasulullah kembali meminta
temannya untuk menjaga kambing gembalaannya, dan
kawannya itu menjawab, "Baiklah, aku akan menjaganya."
Kemudian beliau beranjak pergi menuju Kota
Makkah dengan tujuan yang sama seperti beberapa
waktu sebelumnya. Beliau kembali mendengar
Dipelihara sejak Kanak-Kanak
161 alunan musik seperti di malam itu. Lalu beliau duduk
mendengarkannya dan kembali jatuh tertidur, sama
seperti di malam itu. Beliau baru bangun ketika cahaya
matahari menyengat. Lalu, beliau bergegas kembali
kepada temannya dan menceritakan peristiwa yang
dialaminya semalam. Setelah dua kejadian itu, beliau tak pernah punya
keinginan lagi untuk melakukan perbuatan buruk hingga
Allah Swt. memuliakan beliau dengan risalah-Nya.[]
162 Fuad Abdurahman Cinta Rasulullah kepada Umatnya S etelah pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah
meninggal dunia, dan setelah boikot kaum Quraisy
terhadap Bani Hasyim yang berlangsung selama tiga
tahun berakhir, tidak ada orang yang bisa dijadikan
pelindung oleh Rasulullah Saw. Setelah kematian dua
orang pelindungnya itu, kaum kafir Quraisy makin leluasa
berbuat jahat dan menyakiti beliau. Mereka melakukan
berbagai hal untuk mengusik dan menyakiti Muhammad.
Misalnya, berkali-kali mereka menimpakan kotoran atau
tanah ke atas kepala Rasulullah yang mulia ketika beliau
shalat di dekat Ka"bah. Setiap kali Rasulullah mendapat
perlakuan buruk seperti itu, Fatimah datang kemudian
membersihkan kotoran itu sambil menangis.
Hari demi hari perlakuan buruk kaum kafir Quraisy
kepada Rasulullah Saw. makin menjadi-jadi. Nyaris
setiap hari mereka menyakiti beliau. Para sahabat
juga mendapat perlakuan serupa. Kaum Quraisy makin
leluasa menekan dan menindas kaum Muslim. Maka,


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suatu hari, Rasulullah memutuskan untuk pergi ke Thaif
berharap para pemuka Bani Tsaqif mau menolongnya
dan memberinya perlindungan. Namun, tiba di kota
itu, mereka justru memperlakukan Rasulullah dengan
sangat buruk. Mereka mengolok-olok, mengejar, bahkan
melempari beliau dengan batu hingga kaki beliau terluka
dan berdarah. Kemudian Rasulullah Saw. berlindung di
kebun milik Utbah ibn Rabiah, seorang tokoh Quraisy.
Menurut tradisi Arab, orang yang masuk pekarangan
orang lain dianggap telah memperoleh perlindungan dari
si pemilik rumah. Sambil mengusap keringat dan menyeka darahnya,
Rasulullah Saw. berdoa kepada Allah, "Ya Allah, hanya
kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatanku, sedikitnya
upayaku, dan hinanya pandangan orang kepadaku.
Wahai Yang Maha Penyantun, Engkaulah Tuhanku
dan Tuhan orang-orang yang tertindas. Kepada siapa
Engkau akan serahkan aku" Kepada orang asing yang
memperlakukanku dengan jahat, ataukah kepada saudara
jauh yang mengusirku?"
Tak lama, Malaikat Jibril turun dan berkata, "Hai
Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu.
Dan malaikat yang mengurus gunung-gunung telah
diperintahkan oleh Allah untuk mematuhi semua
perintahmu. Ia tidak akan melakukan apa pun, kecuali
atas perintahmu." 164 Fuad Abdurahman Malaikat yang menjaga gunung berkata,
"Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk
berkhidmat kepadamu. Jika kau mau, biar kujatuhkan
gunung itu kepada mereka. Jika engkau mau, akan
kulempari mereka dengan bebatuan. Dan jika engkau
mau, akan kuguncangkan bumi di bawah kaki mereka."
Namun, apa jawaban Rasulullah Saw." Beliau
berkata, "Hai Malaikat Gunung, aku datang kepada
mereka karena berharap mudah-mudahan akan keluar
dari keturunan mereka orang yang mengucapkan "l?
il?ha illall?h (tiada tuhan selain Allah)."
Kemudian Malaikat Gunung berkata, "Engkau
seperti disebutkan oleh Tuhanmu: sangat penyantun
dan penyayang." Subh?nall?h, lihatlah Rasulullah Saw.! Beliau tidak
mengizinkan malaikat penjaga gunung untuk menyiksa
Bani Tsaqif yang telah mengusir dan menyakitinya.
Beliau berharap, meskipun mereka tidak mau beriman,
keturunan mereka nanti akan beriman. Semua itu
menunjukkan betapa Rasulullah Saw. sangat mencintai
umatnya. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. pernah
selama tiga hari berturut-turut hanya makan sedikit.
Ketika istrinya, Aisyah, menanyakan sebabnya, beliau
menjawab, "Selama masih ada ahli shu"ah (orang miskin
Cinta Rasulullah kepada Umatnya
165 yang tinggal di serambi masjid), aku tidak akan makan
hingga kenyang." Ini menunjukkan betapa besar kasih
sayang Rasulullah Saw. kepada kaum fakir.
Tidak hanya itu, Rasulullah Saw. juga memikirkan
umatnya di kemudian hari. Beliau khawatir sebagian
umatnya makan kekenyangan, sedangkan sebagian
lainnya kelaparan karena tidak mendapatkan makanan.
Karena itulah Rasulullah Saw. berpesan, "Tidaklah
beriman salah seorang dari kalian jika ia tidur dalam
keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan."[]
166 Fuad Abdurahman Kezuhudan Rasulullah Saw. D iriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw.
sedang bersama Jibril di atas Bukit Shafa. Rasulullah
Saw. berkata, "Hai Jibril, demi Dia yang mengutusmu
dengan benar, keluarga Muhammad belum pernah
makan berkecukupan, baik dengan tepung (yang buruk)
maupun tepung (yang bagus)."
Segera setelah Rasulullah Saw. berkata begitu,
terdengar suara gemuruh dari langit. Beliau bertanya
kepada Jibril, "Apakah Allah telah memerintahkan tibanya
Hari Kiamat?" "Tidak," jawab Jibril, "Allah memerintahkan Israfil a.s.
untuk turun kepadamu ketika mendengar ucapanmu."
Israfil pun datang dan berkata, "Allah mendengar
apa yang engkau katakan. Aku diutus untuk membukakan
pintu-pintu (kekayaan) bumi, dan memerintahkan
kepadaku untuk memberimu pilihan, apakah Gunung
Tihamah yang penuh dengan permata, berlian, emas,
dan perak; ataukah kau menjadi seorang raja dan nabi;
ataukah kau menjadi seorang hamba biasa dan nabi?"
Jibril memberikan isyarat kepada Rasulullah Saw. agar
bersikap tawadhu. Rasulullah Saw. menjawab, "Aku ingin menjadi
seorang hamba biasa dan nabi." Beliau mengucapkannya
tiga kali. Suatu hari Ukaidir ibn Abdul Malik, seorang pemuda
dari Dumatul Jandal, menghadiahkan pakaian sutra
kepada Rasulullah Saw. Beliau memakainya"sebelum
pakaian sutra diharamkan"lalu mendirikan shalat.
Selang beberapa waktu, beliau tanggalkan baju sutra
itu dengan kasar, seolah-olah membencinya. Beliau
kemudian berkata, "Baju ini tidak pantas untuk orangorang bertakwa."
Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa setelah menempuh
suatu perjalanan Rasulullah Saw. hendak singgah di
rumah putrinya, Fatimah. Namun, beliau mengurungkan
niatnya saat melihat tirai yang menghiasi pintu rumah
dan juga dua gelang perak yang melingkar di lengan
putrinya. Tentu saja Fatimah berduka saat mengetahui
bahwa Rasulullah enggan singgah di rumahnya.
Abu Rafi yang melihat kejadian itu merasa iba lalu
menghampiri Fatimah dan menanyakan yang terjadi.
168 Fuad Abdurahman Sambil tetap menangis, Fatimah menceritakan peristiwa
yang baru saja dialaminya. Ia masih belum mengerti,
mengapa Rasulullah Saw. enggan singgah ke rumahnya"
Abu Rafi mengetahui penyebabnya dan berkata,
"Itu karena tirai dan dua gelang yang melingkar di
lenganmu!" Fatimah pun sadar dan memahami mengapa
ayahandanya urung singgah di rumahnya. Maka,
ia langsung menanggalkan tirai dan juga gelang di
tangannya. Kemudian ia memerintahkan Bilal untuk
menyerahkan barang-barang itu kepada Rasulullah sambil
berpesan, "Sampaikan kepada Rasulullah bahwa aku
sudah bersedekah, dan ini hanya sisanya."
Saat Bilal menghadap Rasulullah, beliau berkata,
"Pergi dan juallah barang itu, sedekahkan hasilnya
kepada ahlu shu"ah (kaum fakir yang tinggal di serambi
Masjid Madinah)." Lalu, Bilal menjual dua gelang perak milik Fatimah
tersebut seharga dua setengah dirham. Setelah itu,
ia menyedekahkannya kepada ahli shu"ah. Tak lama
kemudian, Rasulullah Saw. masuk ke rumah Fatimah dan
berkata, "Demi ayahku, engkau telah berbuat baik."[]
Kezuhudan Rasulullah Saw.
169 Rasulullah Seorang Pekerja Keras S ejak kecil hingga beranjak dewasa Rasulullah Saw.
bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan
kambing milik orang Makkah. Beliau pergi menggembala
bersama saudara sesusuannya. Beliau juga pernah
menggembalakan domba milik Bani Asad. Selanjutnya,
beliau bekerja kepada penduduk Makkah dengan gaji
tetap. Rasulullah Saw. kerap menggembalakan kambingkambing itu hingga jauh di luar Kota Makkah.
Tentang pekerjaannya ini Rasulullah pernah berujar,
"Tak seorang pun di antara para nabi yang tidak
menggembalakan domba."
Seorang sahabat bertanya, "Dan engkau juga, wahai
Rasulullah?" "Ya, aku juga."
Ketika usia Rasulullah Saw. beranjak dewasa, beliau
mencari nafkah dengan berdagang, atau mengelola
barang dagangan orang lain. Karena keahliannya itulah
beliau dipercaya oleh salah satu saudagar Makkah,
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, untuk mengelola
perdagangannya. Khadijah adalah saudagar kaya yang
disegani, yang sering mempekerjakan para pemuda
Makkah untuk mengelola usahanya. Saat mendengar
keuletan, kejujuran, dan keluhuran akhlak Rasulullah,
Khadijah memanggilnya, dan menyuruhnya untuk
membawa barang dagangannya ke Negeri Syam (Suriah).
Khadijah memercayakan barang dagangan dalam
jumlah yang banyak kepada pemuda Muhammad.
Untuk menemani Muhammad dalam perjalanan niaga
itu Khadijah memerintahkan salah seorang budaknya
yang bernama Maisarah. Keduanya berangkat menuju
Syam untuk berdagang. Muhammad menjalankan
kepercayaan itu dengan sungguh-sungguh. Ia kerahkan
segala kecakapannya berdagang disertai perilakunya yang
jujur dan ramah. Maka, tidak mengherankan jika dalam
perjalanan dagangnya itu Muhammad dan Maisarah
mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat lebih besar
dibanding modal yang dipercayakan Khadijah.
Dikisahkan bahwa ketika kaum Quraisy, yang bersekutu
dengan kaum Yahudi, dan beberapa kabilah Arab lain
berangkat untuk menyerang Madinah, Rasulullah Saw.
menyuruh para sahabat untuk menggali parit, atas usul
Salman Al-Farisi. Semua kaum Muslim bekerja keras
menggali parit sebagai strategi pertahanan menghadapi
Rasulullah Seorang Pekerja Keras
171 serangan kaum Quraisy dan sekutunya. Tidak ada seorang
pun yang santai dan berleha-leha. Semua orang turun
tangan menggali, termasuk Rasulullah sendiri. Beliau
tidak hanya memerintah dan mengawasi. Beliau juga
turun langsung ikut menggali bersama kaum Muslim.
Beliau mengangkut tanah juga bebatuan sambil
menyembunyikan rasa laparnya. Beliau menyenandungkan syair berikut ini:
Tiada daya jika bukan karena-Mu
Kami takkan mendapatkan petunjuk
Takkan bersedekah dan takkan shalat
Berikan ketenangan dalam hati kami
Kukuhkan kaki kami saat hadapi mereka
Kaum musyrik telah berbuat melampaui batas
Jika mereka meniupkan fitnah, kami menepisnya.
Rasulullah Saw. sejak kecil dikenal sebagai pekerja yang
tekun dan jujur, sehingga orang-orang Makkah menyukai
dan memercayainya. Beliau juga tidak segan membantu
dan berkorban demi orang lain. Bahkan, setelah diangkat
sebagai Rasulullah dan menjadi pemimpin Madinah,
beliau tidak segan atau malu bekerja keras dengan
tangannya sendiri untuk membantu orang lain. Misalnya,
beliau pernah bekerja mengumpulkan harta untuk
membantu penebusan seorang budak dari majikannya.
172 Fuad Abdurahman Budak itu adalah Salman Al-Farisi, salah seorang
sahabat besar yang dikenal dengan kecerdikan dan
kegigihannya berjuang menegakkan kebenaran. Ia berasal
dari tanah Persia. Didorong keinginan untuk mencari
jalan yang benar dan lurus, ia tinggalkan tanah kelahiran
hingga tiba di tanah Arab sebagai budak.
Salman menceritakan perjumpaannya dengan
Rasulullah yang kemudian menyuruhnya untuk berusaha
membebaskan diri dari majikannya yang beragama
Yahudi. Rasulullah Saw. berkata kepadanya, "Tebuslah
dirimu, hai Salman!"
Salman berusaha menebus kemerdekaannya dengan
mengumpulkan upahnya dari mengurus kebun kurma.
Ia bisa mengumpulkan 300 butir kurma yang disimpan
dalam beberapa wadah berukiran indah, ditambah uang
sebanyak 40 uqiyah. Rasulullah Saw. berkata kepadanya,
"Pergilah, dan tebuslah kebebasanmu!"
Maka, Salman menemui majikannya dan
menyampaikan maksudnya. Ia memberikan semua
wadah berisi kurma itu kepadanya, dan majikannya
menyimpan wadah itu. Dari urusan makanan pokok,
utang Salman sudah lunas. Namun, uang sejumlah 40
uqiyah itu belum bisa menebus kemerdekaannya. Salman
menemui Rasulullah dan mengadukan masalahnya.
Kemudian Rasulullah Saw. memberikan emas berbentuk
telur dan menyerahkannya kepada Salman, "Ambil ini,
dan lunasi tebusanmu!" perintah Rasulullah. Salman
Rasulullah Seorang Pekerja Keras
173 menerima benda itu dan menimbangnya kepada
seorang tukang emas yang mengatakan bahwa emas itu
berharga 40 uqiyah. Jumlah itu cukup untuk menebus
kemerdekaannya. Maka, Salman bergegas menemui
majikannya dan menyerahkan semua uang itu sebagai
harga penebusan dirinya. Akhirnya, Salman, seorang
Muslim asal Persia, keluar dari rumah orang Yahudi
itu sebagai manusia yang merdeka. Ia sangat senang
bisa mendampingi Rasulullah setiap saat. Ia bahagia
bisa berperang di sisi Rasulullah dan kaum Muslim. Ia
senang ketika usulannya untuk menggali parit di sekitar
Madinah sebagai bentuk pertahanan dari serangan
musuh diterima oleh Rasulullah dan kaum Muslim. Ia


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahagia karena menjadi Muslim yang merdeka.[]
174 Fuad Abdurahman Muliakanlah Orang Lain S uatu hari seseorang menemui Rasulullah Saw. dan
wajahnya menampakkan bekas-bekas perjalanan
jauh. Setelah beristirahat sejenak, ia mengutarakan
keinginannya, "Wahai Rasulullah, saat ini aku ditimpa
kesusahan. Aku sungguh merasa lapar!"
Tanpa bertanya lagi, Rasulullah Saw. langsung
menemui istri-istrinya dan bertanya, "Adakah makanan
untuk orang ini?" Sayang, semua istri beliau saat itu tidak
memiliki apa-apa untuk dimakan. Mereka menjawab,
"Kami tidak punya makanan. Demi Dia yang mengutusmu
dengan kebenaran, kami tidak punya apa-apa selain air
(minum)." Kemudian Rasulullah Saw. bertanya kepada para
sahabat, "Apakah ada salah seorang di antara kalian yang
mau menjamu orang ini sebagai tamu" Jika ada, semoga
Allah merahmatinya."
Abu Thalhah Al-Anshari bangkit dan berkata, "Aku,
wahai Rasulullah." Kemudian, ia bergegas membawa tamunya ke
rumah. Ia temui istrinya dan menanyakan makanan untuk
disuguhkan kepada tamu Rasulullah itu. Namun, istrinya
menjawab bahwa mereka tidak memiliki persediaan
makanan sedikit pun kecuali cadangan makan malam
untuk anak-anaknya. Abu Thalhah berpikir keras, lalu berkata kepada
istrinya, "Wahai Istriku, bila makan malam tiba, tidurkanlah anak-anak, sediakan makanan untuk tamu kita,
dan jangan lupa matikan lenteranya, agar ia mengira kita
(juga ikut) makan." Istri Abu Thalhah mengerjakan pesan suaminya. Ia menidurkan anak-anaknya lebih dini, kemudian mereka duduk
bersama tamunya, berpura-pura ikut makan. Mereka hanya
membuat bunyi-bunyi seperti orang yang sedang makan.
Jika tamu mereka makan hingga kenyang, Abu Thalhah dan
keluarganya melewati malam dalam keadaan lapar.
Allah Swt. memberitahukan apa yang terjadi kepada
Rasulullah Saw., dan beliau merasa sangat bahagia, lalu
memberitahukan kepada Abu Thalhah bahwa Allah
meridhainya. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa keesokan
harinya Rasulullah Saw. berkata kepada Abu Thalhah,
"Hai Abu Thalhah, Allah amat takjub atas apa yang kalian
berdua lakukan terhadap tamu kalian."
176 Fuad Abdurahman Lain lagi dengan Abdullah Al-Bajali. Suatu ketika ia
mendatangi majelis Rasulullah Saw., tetapi karena datang
terlambat, ia tak kebagian tempat. Ia mondar-mandir
mencari tempat duduk. Lalu, para sahabat terkejut
ketika Rasulullah Saw. yang mulia bangkit dan membuka
gamisnya. Dengan tangannya sendiri beliau melipat
gamisnya lalu mengantarkannya kepada Abdullah dan
berkata, "Jadikanlah ini untuk tempat dudukmu."
Namun, Abdullah enggan mendudukinya. Alihalih, ia ciumi gamis Rasulullah Saw. dengan air mata
berlinang, "Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu
sebagaimana Tuan memuliakanku."
Dengan tersenyum beliau berujar, "Bila datang
kepada kalian orang mulia dari suatu kaum, muliakanlah
ia."[] Muliakanlah Orang Lain 177 Berbaktilah kepada Kedua Orangtuamu S uatu hari seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah Saw., "Ya Rasul, kepada siapakah aku
harus berbakti?" "Ibumu," jawab Rasulullah.
"Setelah itu, kepada siapa lagi?"
"Ibumu." "Lalu, siapa lagi?"
"Ibumu." Sahabat ini masih penasaran dan bertanya lagi,
"Lalu, setelah itu?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Lalu, kepada ayahmu."
Dalam kesempatan yang lain seorang sahabat datang
menghadap Rasulullah Saw. dan berkata, "Wahai
Rasulullah, aku akan berbaiat kepadamu untuk hijrah.
Aku tinggalkan kedua orangtuaku disertai tangisan duka."
Namun, bagaimanakah jawaban Rasulullah Saw."
Beliau berujar, "Kembalilah kepada kedua orangtuamu.
Buatlah mereka tertawa sebagaimana kau telah membuat
keduanya menangis." Selaras dengan kedua kisah di atas, Rasulullah menghimpun
barisan kaum Muslim untuk berperang, seorang sahabat
menghadap beliau meminta izin untuk ikut berjihad.
"Apakah kau masih punya ibu-bapak?" tanya
Rasulullah Saw. "Ya, masih ada," jawab sahabat itu.
"Berjihadlah untuk mereka," titah Rasulullah Saw.
Peristiwa serupa dialami Muawiyah ibn Jahimah AlSulami. Ia menuturkan bahwa ia menghadap Rasulullah
Saw. dan berkata, "Aku telah berniat untuk ikut berjihad
bersamamu, wahai Rasulullah. Aku hanya mengharapkan
ridha Allah dan pahala akhirat."
Namun, Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah ibumu
masih hidup?" "Ya, ia masih hidup."
"Pulanglah, dan berbaktilah kepadanya!"
Muawiyah beberapa kali datang memohon
agar diizinkan ikut berjihad, tetapi Rasulullah selalu
menyuruhnya berbakti kepada ibunya seraya berkata,
"Hai Muawiyah, jagalah ibumu. Sebab, surga berada di
bawah telapak kakinya."[]
Berbaktilah kepada Kedua Orangtuamu
179 Janganlah Berbuat Kasar R asulullah Saw. benar-benar merupakan pemimpin
ideal yang dikenal dengan kejujuran dan
keadilannya. Beliau juga tidak pernah mempersulit suatu
persoalan. Bagi Rasulullah, apa yang bisa dipermudah,
jangan dipersulit. Dalam segala urusan beliau juga
menyukai yang pertengahan, atau yang sedang-sedang.
Setiap kali mengutus sahabat ke suatu daerah, beliau
berpesan, "Mudahkanlah dan jangan mempersulit.
Sampaikan kabar gembira dan jangan memicu kebencian.
Ambillah jalan pertengahan, dan lakukanlah apa pun
sesempurna mungkin sesuai dengan kemampuanmu!"
Rasulullah Saw. tidak pernah menyerang atau
menyakiti orang lain untuk membela dirinya. Setiap kali
diminta untuk memilih antara dua pilihan, beliau selalu
memilih yang paling ringan, aman, dan bebas dari dosa.
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw.
hendak mendirikan shalat bersama para sahabat. Tibatiba seorang Arab Badui kebelet kencing, lalu begitu saja
ia kencing di sudut masjid bagian belakang. Tentu saja
para sahabat jengkel melihatnya dan hendak memukul
orang itu. Namun, Rasulullah Saw. menahan mereka,
"Biarkan ia tuntaskan hajatnya dulu!" Setelah orang
Arab Badui itu menyelesaikan hajatnya, Rasulullah Saw.
memanggilnya, "Agar kau tahu, tak sepantasnya kencing
atau buang kotoran di masjid. Sebab, masjid itu tempat
untuk berzikir kepada Allah, shalat, dan membaca AlQuran."
Kemudian Rasulullah Saw. berkata kepada para
sahabat, "Sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan, bukan mempersulit. Guyurlah air kencingnya dengan
satu ember air!" Mendengar ujaran Rasulullah, orang Arab Badui itu
berdoa, "Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan
jangan Engkau rahmati selain kami seorang pun!"
Mendengar doa yang diucapkan orang itu, Rasulullah
berpaling kepadanya dan berkata, "Sungguh kau telah
mempersempit perkara yang luas (rahmat Allah)."
Dikisahkan pula bahwa suatu hari ketika Rasulullah Saw.
berkumpul dengan para sahabat, seorang Arab Badui
datang menghampiri beliau meminta sesuatu, dan beliau
pun memberinya. Ketika si Badui ditanya, "Apakah kau
puas dan merasa diberi anugerah?"
Janganlah Berbuat Kasar 181 Ia menjawab, "Aku belum merasa bahwa Tuan sudah
berbuat baik." Tentu saja para sahabat yang mendengar ucapannya
merasa jengkel dan seseorang hendak memukulnya.
Namun, Rasulullah Saw. menahan mereka. Lalu, beliau
membawa orang itu ke rumahnya, dan di sana beliau
menambah lagi pemberiannya. Barulah setelah itu ia
berkata, "Semoga Allah membalas Tuan dengan sebaikbaik pemberian."
Rasulullah Saw. berujar, "Lain kali, bila kau ada
bersama sahabat-sahabatku, katakanlah seperti itu di
hadapan mereka. Sebab, mereka agak tersinggung oleh
ucapanmu tadi." Keesokan harinya, orang Badui itu berbuat seperti
yang dianjurkan Rasulullah Saw. sehingga para sahabat
merasa senang. Lalu, Rasulullah Saw. bersabda,
"Perumpamaanku dan orang Badui ini adalah seperti
seseorang dan untanya yang mengamuk. Ketika beberapa
orang berusaha menjinakkannya, ia makin beringas.
Maka, pemiliknya berkata, "Biarkan aku sendiri yang
menjinakkannya!" Dan dengan cara-cara seperti yang
biasa ia lakukan, amukan unta itu mereda, lalu diam
sehingga bisa dimuati barang-barang untuk diangkut."[]
182 Fuad Abdurahman Tahanlah Amarah! S uatu ketika Rasulullah Saw. sedang duduk bersama
Abu Bakar r.a. Tiba-tiba, muncul seseorang yang
mencela Abu Bakar. Menyaksikan tingkah orang itu,
Rasulullah Saw. hanya diam dan tersenyum. Namun, Abu
Bakar merasa jengkel dan kesal mendengar celaan orang
itu sehingga ia pun balas mencelanya. Namun, Rasulullah
tidak menyukai kelakuan Abu Bakar. Beliau bangkit
berdiri dan merengkuh pundak Abu Bakar dengan raut
muka yang menampakkan kemarahan.
Tentu saja Abu Bakar merasa heran dan bertanya,
"Ya Rasul, ketika orang itu mencelaku kau tetap duduk
dan diam. Namun, ketika aku membantah celaannya,
engkau tampak marah dan berdiri"!"
Rasulullah Saw. menjelaskan, "Ketika kau diam
tidak membalas, ada malaikat yang menyertaimu dan
ialah yang membantah celaan orang itu. Namun ketika
kau mulai membantahnya, malaikat itu pergi dan yang
datang adalah setan."
Abu Bakar terdiam mendengar penjelasan Rasulullah
Saw. kemudian beliau melanjutkan, "Hai Abu Bakar, ada
tiga hal yang semuanya benar. Pertama, ketika seorang
hamba dizalimi, kemudian ia memaafkannya karena Allah,
niscaya Allah akan memuliakannya dengan pertolonganNya. Kedua, ketika seorang hamba memberi sedekah dan
menginginkan kebaikan, Allah akan menambah banyak
hartanya. Ketiga, ketika seorang hamba meminta harta
kepada manusia untuk memperbanyak hartanya, niscaya
Allah tambahkan kepadanya kekurangan."
Dalam kesempatan lain, beliau bersabda, "Jika
engkau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah.
Jika engkau marah, diamlah."
Abu Dawud meriwayatkan dari Amr ibn Abi Qurrah bahwa
ketika tinggal di Madain, Hudzaifah menceritakan berbagai
hal yang disampaikan Rasulullah Saw. ketika beliau
dalam keadaan marah. Tentu saja orang-orang merasa
gentar, takut, dan kemudian mereka meninggalkannya
seorang diri. Lalu, mereka datang menemui Salman AlFarisi menceritakan segala yang dikatakan Hudzaifah dan
bagaimana sikapnya ketika bercerita. Mereka menanyakan
pendapat Salman tentang hal itu, dan ia menjawab,
"Hudzaifah lebih tahu apa yang ia katakan."
Salman tidak membenarkan dan tidak pula
menyalahkan segala yang dikatakan Hudzaifah. Maka,
184 Fuad Abdurahman orang-orang itu kembali menemui Hudzaifah dan berkata,
"Kami telah menemui Salman dan menceritakan apa
yang engkau katakan. Namun, ia tidak membenarkan
dan tidak pula menyalahkan."
Maka, Hudzaifah bergegas menemui Salman yang
sedang berada di kebunnya dan berkata, "Hai Salman,
mengapa kau tidak membenarkan apa yang aku dengar
dari Rasulullah?" Salman menjawab, "Jika Rasulullah marah, beliau
Golok Bulan Sabit 7 Pedang Sinar Emas Kim Kong Kiam Karya Kho Ping Hoo Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 35
^