Pencarian

Kisah Menakjubkan Rasulullah 4

115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman Bagian 4


"Bukankah ia punya baju selain yang dipakainya
itu?" Dikafani dengan Baju Zirah Nabi
291 "Betul, ia punya dua kain yang kuberikan kepadanya,"
jawab Jabir. "Panggil ia, dan suruh memakai dua pakaian itu!"
pinta Rasulullah Saw. Maka penggembala itu pun mendatangi Rasulullah,
lalu memakai dua pakaian itu dan beranjak pergi.
Rasulullah Saw. bertanya, "Bagaimana keadaannya
sekarang" Semoga Allah memuliakannya! Bukankah ini
lebih baik?" Si penggembala itu mendengar ucapan Rasulullah
Saw. Ia mengharapkan kebaikan sehingga berkata, "Di
jalan Allah, wahai Rasulullah."
"Di jalan Allah," timpal beliau.
Dan, laki-laki penggembala itu pun akhirnya terbunuh di jalan Allah.[]
292 Fuad Abdurahman Seorang Badui Beristri Bidadari S uatu hari Rasulullah Saw. berjalan melewati
tenda seorang Arab Badui. Saat itu, beliau tengah
menempuh perjalanan bersama para sahabat menuju
Khaibar untuk berperang. Mendengar ada orang
yang lewat di dekat tendanya, orang Badui itu segera
membuka penutup tenda dan bertanya, "Siapakah
kalian?" Seorang sahabat menjawab, "Rasulullah dan para
sahabatnya dalam perjalanan untuk berperang."
"Apakah jika aku bergabung, aku akan mendapatkan
sesuatu dari keuntungan dunia?" tanya Badui itu.
"Benar, siapa pun yang ikut serta akan mendapatkan
bagian ganimah yang dibagi di antara kaum Muslim,"
ujar seorang sahabat. Mendengar jawaban itu, ia bergegas menuju
untanya yang terikat, lalu menungganginya, dan bergabung dengan pasukan Islam. Dalam perjalanan, ia
mendekatkan untanya di samping unta Rasulullah Saw.
Melihat perbuatannya, para sahabat yang bersikap
waspada, berusaha menghalaunya dari sisi Rasulullah
Saw. Namun, beliau menahan mereka seraya berkata,
"Biarkan ia mendekatiku. Demi Dia yang jiwaku berada
dalam genggaman-Nya, sesungguhnya ia adalah salah
seorang penghuni surga."
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa orang Badui
itu berasal dari Habsyi dan berkulit hitam. Ia bekerja
sebagai penggembala kambing milik seorang Yahudi.
Ketika bertemu Rasulullah, ia tertarik pada Islam,
lalu menyatakan keimanannya. Rasulullah Saw. pun
menerangkan Islam kepadanya dan beliau tidak pernah
meremehkan siapa pun yang memeluk Islam.
Kemudian, terjadilah peperangan antara kaum
Muslim melawan Yahudi Khaibar. Orang Badui itu pun
tak mau ketinggalan. Ia ikut berperang di pihak Islam.
Tak lama kemudian, ia mendapatkan anugerah syahid,
terkena lemparan batu yang menewaskannya, padahal
ia belum pernah mendirikan shalat sekali pun.
Peristiwa syahidnya orang Badui itu disampaikan
kepada Rasulullah Saw., yang bergegas mendatanginya,
dan duduk di sisi kepalanya. Rasulullah Saw. tersenyum
dan tampak gembira " tetapi kemudian beliau
memalingkan wajahnya. 294 Fuad Abdurahman Para sahabat heran, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah,
kami melihatmu tersenyum, tetapi kenapa setelah itu
engkau berpaling?" Rasulullah Saw. menjawab, "Apabila kalian melihatku
bergembira, itu karena kemuliaan ruhnya di hadapan
Allah Swt. Aku memalingkan kepala karena saat ini
istrinya dari kalangan bidadari sedang berada di dekat
kepalanya." Kisah hampir sama dialami Jabir. Ia lebih memlilih 72
bidadari surga daripada wanita dunia. Mari kita simak
kisah kepahlawanannya! Suatu hari, pada musim semi yang cerah, Jabir
duduk-duduk di samping shu"ah, yaitu rumah di
samping masjid yang khusus disediakan bagi kaum fakir
tunawisma, dan Jabir adalah salah seorang penghuninya.
Ketika ia khusyuk mengasah pedangnya, seseorang
datang dan bertanya, "Assalamu"alaikum, hai Jabir. Apa
yang sedang kamu lakukan?"
"Wa"alaikumussalam, wahai Rasulullah. Aku sedang
mengasah pedang," jawab Jabir terkejut karena yang
datang adalah Rasulullah Saw.
"Aku tahu, kamu masih sendirian."
"Allah bersama kita."
Seorang Badui Beristri Bidadari
295 "Tentu. Tapi, yang kumaksud, mungkin kau membutuhkan seorang pendamping hidup," ujar Rasulullah
Saw. Jabir heran mendengar ujaran Rasulullah Saw.
"Ya Rasulullah, di kota ini, mana ada orang yang mau
memberikan putrinya kepada orang yang miskin, jelek,
hitam, dan tunawisma seperti aku ini?"
"Allah bersama kita. Kau adalah seorang pemuda
Muslim dan pemberani. Di dalam Islam, derajat manusia
ditentukan oleh ketakwaannya. Nah, atas namaku,
pergilah temui Ziad ibn Labid dan pinanglah putrinya
yang bernama Zulfah untukmu."
Maka, Jabir segera pergi ke rumah Ziad untuk
meminang putrinya atas nama Rasulullah Saw. untuk
dirinya. "Rasulullah menyuruhku datang ke sini menemui
Tuan dan, atas nama beliau, meminang putri Tuan,
Zulfah, untukku," ujar Jabir.
Tentu saja Ziad terkejut. Ia tak menyangka bahwa
Rasulullah Saw. berpesan seperti itu. Ia tampak
kebingungan. Bagaimana mungkin Zulfah, putrinya yang
cantik jelita, menikah dengan Jabir yang kondisinya
seperti itu" Begitulah jeritan hatinya.
Maka, ia bertanya meyakinkan dirinya, "Apakah
Rasulullah sendiri yang mengatakan itu kepadamu?"
"Semua orang tahu siapa aku," ujar Jabir, "aku adalah
seorang Muslim dan tak pernah sekali pun berdusta."
296 Fuad Abdurahman "Aneh. Menurut adat istiadat, kita hanya
mengawinkan putri-putri kita dengan laki-laki yang
sederajat. Rasulullah pasti mengetahui hal ini. Baiklah,
sekarang, pergilah dulu, dan aku akan menemui
Rasulullah sendiri," ucap Ziad.
Zulfah, yang mendengarkan percakapan ayahnya
dengan Jabir dari dalam kamar, segera menjumpai
ayahnya. "Ayah, mungkin ia berkata jujur. Jika ia benar
jujur, penolakan Ayah berarti penolakan terhadap
Rasulullah. Ayah, segera susul ia sebelum pergi jauh.
Dan, segeralah Ayah temui Rasulullah."
Ziad bergegas menyusul Jabir dan memintanya
kembali. Ia juga meminta Jabir untuk menunggu di rumah
hingga ia menemui Rasulullah Saw. dan membicarakan
pinangannya. Setelah bertemu Rasulullah, Ziad berkata,
"Ya Rasulullah, tadi Jabir datang ke rumahku. Atas nama
engkau, ia meminang putriku. Bukankah menurut adat,
kita menikahkan putri-putri kita hanya dengan laki-laki
yang sederajat?" "Hai Ziad, Jabir adalah orang yang bertakwa.
Apa yang kamu pikirkan tentang derajat itu tidak ada
hubungannya dengan Islam. Dalam Islam, laki-laki takwa
sama sederajat dengan wanita takwa," ujar Rasulullah
Saw. Pada awalnya Ziad enggan menikahkan putrinya,
Zulfah, dengan Jabir. Tetapi setelah mendengar
Seorang Badui Beristri Bidadari
297 penjelasan Rasulullah Saw., Ziad ridha menerima
pinangan Jabir. Namun, sesaat sebelum akad nikah dilangsungkan,
tiba-tiba Bilal ibn Rabah berseru agar kaum Muslim
bersiap-siap pergi ke medan perang. Jabir yang
mendengar seruan ini tidak berpikir panjang. Ia langsung
bergabung bersama Rasulullah Saw. beserta para
sahabat lainnya untuk berjihad dan meninggalkan calon
pengantinnya. Jabir pergi ke medan perang bersama pasukan
Muslim. Di medan perang, ia bertempur gagah berani.
Pedangnya yang tajam mengilat berkelebat ke sana
kemari mencari mangsa. Akhirnya, Jabir terkena sabetan
pedang musuh yang mengantarkannya pada kesyahidan.
Usai peperangan, para sahabat menemukan Jabir,
sang pengantin, terbujur kaku sebagai syahid di antara
para syuhada lain. Sungguh, Jabir lebih memilih 72
bidadari surga yang dijanjikan Allah bagi para syuhada
daripada wanita di dunia.[]
298 Fuad Abdurahman Benteng Terakhir Khaibar S etelah pasukan Quraisy dan sekutu mereka pulang
dengan wajah tertunduk karena tidak bisa menyerang
Madinah dalam Perang Ahzab, Rasulullah memerintahkan
kaum Muslim untuk bergerak menuju Khaibar. Beliau
memerintahkan kaum Muslim untuk mengepung dan
menyerang perkampungan Yahudi itu karena berkhianat
dan menikam kaum Muslim dari belakang.
Maka, selama beberapa hari kaum Muslim
mengepung Khaibar dan menjatuhkan benteng-benteng
mereka. Setelah beberapa hari pengepungan, semua
Benteng Khaibar telah dikuasai kaum Muslim kecuali
Benteng Al-Wathih dan Al-Sulalim. Inilah benteng Yahudi
terbesar di Khaibar, yang paling sulit ditembus. Rasulullah
Saw. beserta kaum Muslim mengepung benteng ini
hingga dua minggu lamanya.
Suatu hari, seorang Yahudi bernama Marhab keluar
dari benteng itu menantang duel, "Siapakah di antara
kalian berani berduel melawanku"!"
"Siapakah yang berani menghadapinya?" tanya
Rasulullah Saw. kepada pasukan Muslim.
"Aku yang akan menghadapinya, wahai Rasulullah,"
tegas Muhammad ibn Maslamah, "Demi Allah, aku akan
mengalahkannya. Kemarin saudaraku telah gugur."
Maka, Rasulullah Saw. berkata, "Hadapilah ia. Ya
Allah, tolonglah Muhammad untuk mengalahkannya!"
Muhammad pun melangkah cepat menyambut
kedatangan Mahrab. Keduanya bertarung dengan sengit
dan Muhammad ibn Maslamah berhasil membunuh
musuhnya. Tidak lama kemudian saudaranya Marhab, Yasir,
keluar dan berteriak, "Siapakah di antara kalian yang
berani berduel melawanku"!"
Zubair ibn Al-Awwam, langsung menyambutnya
tegas, "Aku akan menghadapimu!"
Namun, ibunda Zubair, Shafiyyah, yang merupakan
bibi Rasulullah Saw. berkata, "Jangan, wahai Rasulullah.
Ia akan membunuh anakku."
Rasulullah Saw. menukas, "Bahkan anakmulah yang
akan membunuhnya, insya Allah." Rasulullah memberi
isyarat kepada Zubair untuk maju melayani tantangan
Yahudi itu. Zubair pun maju, bertarung, dan membunuh
Yasir. Setelah duel itu, perang pun berkecamuk hebat
antara pasukan Muslim dan pasukan Yahudi Khaibar.
Panji perang pasukan Muslim dipegang oleh Abu
Bakar yang sekaligus menjadi komandan perang. Abu
300 Fuad Abdurahman bakar berperang dengan hebat, tetapi sejauh ini belum
berhasil menaklukkan benteng itu. Hari kedua, Umar
mengambil alih bendera dan maju berperang dengan
hebat, lebih hebat dari hari pertama. Namun, Umar pun
tidak berhasil menembus benteng itu.
Malamnya, Rasulullah Saw. berkata kepada para
sahabat, "Sungguh, aku akan memberikan bendera ini
besok pagi kepada seseorang yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan
memberikan kemenangan lewat tangannya dan ia tidak
akan lari dari medan perang." Tentu saja, semua sahabat
berharap ialah orang yang dimaksud Rasulullah Saw.
Keesokan harinya semua Muslim berkumpul menanti
titah Rasulullah Saw. Setelah semua bersiap-siap, beliau
bertanya, "Di manakah Ali ibn Abi Thalib?"
Orang-orang menjawab, "Ya Rasulullah, ia sedang
sakit mata." Beliau meminta mereka untuk membawa Ali ke
hadapan beliau. Setelah berhadapan, Rasulullah
membalurkan ludahnya ke mata Ali dan mendoakannya.
Seketika itu juga kedua mata Ali sembuh seakan tidak
pernah sakit sebelumnya. Kemudian, Rasulullah Saw. memberikan bendera
kepada Ali seraya berpesan, "Ambillah bendera ini dan
berperanglah. Jangan pernah sekali pun kau berpaling
hingga Allah memberimu kemenangan!"
Benteng Terakhir Khaibar 301 Ali segera menyiapkan pasukannya dengan tangkas
dan terjun ke medan perang dengan gagah berani. Ia
tancapkan bendera pasukan Muslim di sela-sela batu
di bawah benteng Yahudi. Dalam satu perang tanding,


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perisai Ali terlepas sehingga ia menyentakkan salah
satu pintu Benteng Khaibar yang dipakainya sebagai
tameng. Ali mengangkat pintu gerbang dengan tangan
kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang pedang.
Ia terus bertarung hingga berhasil membunuh Salam ibn
Misykam dan Al-Harits ibn Abi Zainab, dua pimpinan
pasukan Yahudi. Ali terus memegang erat tameng dari
pintu gerbang itu hingga Allah memberikan kemenangan
kepada pasukan Muslim. Usai perang, sepuluh orang sahabat mencoba
mengangkat pintu gerbang benteng yang dijadikan
tameng oleh Ali ibn Abi Thalib. Namun, mereka tak
mampu mengangkatnya. Wall?hul musta"?n.[]
302 Fuad Abdurahman Ya Allah, Ridhailah Ia! S eorang pemuda bergelar Dzul Bajadain (pemilik
baju yang dibelah dua), datang ke Madinah setelah
melewati warqon"sebuah gunung di kanan jalan antara
Madinah dan Makkah. Ia tiba di Madinah pada waktu
sahur dan langsung beristirahat di masjid. Pagi hari itu,
seperti biasa, Rasulullah Saw. memperhatikan setiap
orang yang hadir di masjid setelah mereka menunaikan
shalat shubuh. Lalu pandangan beliau jatuh pada wajah
pemuda ini sehingga beliau bertanya, "Hai Anak Muda,
siapakah engkau?" Ia menyebutkan nasabnya, lalu
menyebutkan namanya: Abdul Uzza.
Setelah pemuda itu menyebutkan namanya,
Rasulullah langsung menegurnya dan mengatakan,
"Tidak! Namamu adalah Abdullah (hamba Allah), Dzul
Bajadain." Kemudian beliau melanjutkan, "Tinggallah di
sebelah rumahku!" Sejak hari itu, si pemuda menjadi tamu Rasulullah
Saw. Ia menjadi Muslim yang saleh dan tekun belajar.
Ia juga rajin menghafal Al-Quran. Para sahabat
memanggilnya "Abdullah" seperti nama yang diberikan
Nabi Saw. Ketika kaum Muslim bersiap-siap menuju medan
perang Tabuk, Dzul Bajadain berkata kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar
memberiku kesyahidan!"
Rasulullah Saw. mengikatkan seutas tali berwarna
coklat (terbuat dari kulit pohon), lalu berdoa, "Ya Allah,
aku mengharamkan darahnya untuk orang kafir!"
Namun, Dzul Bajadain berkata, "Ayah dan ibuku
menjadi tebusanmu wahai Rasulullah, bukan itu yang
kuinginkan!" Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya jika
kau telah bertekad keluar untuk berperang, lalu kau
jatuh sakit hingga mati, atau terlempar dari hewan
tungganganmu hingga lehermu patah dan mati, kau
adalah syahid." Dalam ekspedisi itu, kaum Muslim berkemah di
Tabuk selama beberapa hari. Di hari-hari itulah Dzul
Bajadain jatuh sakit, dilanda demam tinggi, hingga
akhirnya meninggal dunia di sana.
Bilal ibn Harits berkata, "Aku menyertai Rasulullah
bersama Bilal ibn Rabah di samping kuburnya. Waktu itu
Bilal membawa lampu. Kami berdiri di sana. Tiba-tiba,
Rasulullah berkata, "Dekatkan jenazah saudara kalian
kepadaku!?" 304 Fuad Abdurahman Saat hendak meletakkannya di liang lahat, beliau
berkata, "Ya Allah, sesungguhnya sore tadi aku telah
ridha kepadanya, maka ridhailah ia."
Ibn Mas"ud yang menyaksikan pemakaman Dzul
Bajadain berkomentar, "Demi Allah, sungguh aku
berangan-angan seandainya aku berada di posisinya.
Padahal, aku masuk Islam 15 tahun lebih dulu dibanding
pemuda itu."[] Ya Allah, Ridhailah Ia! 305 Kalimat yang Menjadi Cahaya R asulullah Saw. pernah mengirim satu unit pasukan.
Di antara mereka ada seseorang bernama Hudhair.
Lantaran tahun itu paceklik (sedikitnya persediaan
makanan), Rasulullah Saw. memberikan bekal kepada
setiap personil pasukan, tetapi beliau lupa memberikan
bekal kepada Hudhair, karena ia berada di barisan paling
belakang. Meski demikian, Hudhair tetap ikut berangkat sambil
mengharap pahala dari Allah dan bersabar. Ia terus
mengulang-ulang kalimat thayyibah, "L? il?ha illall?h
wall?hu akbar wa al-hamdu lill?h wa subh?na all?h wa
l? hawla wa l? quwwata ill? bill?h (Tiada tuhan selain
Allah, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah, Mahasuci
Allah, dan tiada daya serta kekuatan kecuali bersama
Allah)". Hudhair juga melafalkan, "Ya Allah, Tuhanku,
inilah sebaik-baik bekal."
Lantaran wiridannya itulah, Malaikat Jibril datang
menemui Rasulullah Saw. seraya berkata, "Rabbku
mengutusku menemuimu, untuk menyampaikan bahwa
engkau memberi bekal semua sahabatmu, tetapi lupa
membekali Hudhair. Ia berada di barisan paling belakang
dan terus mengucapkan, "L? il?ha illall?h wall?hu akbar
wa al-hamdu lill?h wa subh?na all?h wa l? hawla wa l?
quwwata ill? bill?h". Ia juga berkata, "Ya Allah, Tuhanku,
inilah sebaik-baik bekal.?"
Jibril melanjutkan, "Sungguh, ucapannya itu
akan menjadi cahaya baginya pada Hari Kiamat yang
terbentang antara langit dan bumi. Maka, kirimkanlah
bekal kepadanya." Mendengar penuturan Jibril, Rasulullah Saw. langsung
memanggil seseorang dan menyuruhnya memberikan
bekal kepada Hudhair. Beliau berpesan kepada si utusan
agar jika telah menemuinya, hendaklah ia menghafal
kalimat-kalimat yang diwiridkan Hudhair. Beliau juga
berpesan agar utusan itu menyampaikan salam darinya
dan mengatakan bahwa beliau lupa memberinya bekal,
dan Allah mengutus Jibril untuk mengingatkannya.
Jibril memberi tahu Rasulullah Saw. tentang posisi
Hudhair yang masih tetap melafalkan kalimat-kalimat itu.
Setelah bertemu, utusan Rasulullah itu mendekatinya
dan berkata, "Rasulullah menyampaikan salam untukmu.
Beliau mengutusku untuk memberikan bekal ini
kepadamu. Beliau lupa memberimu bekal, lalu Jibril
datang kepada beliau mengingatkan hal itu."
Kalimat yang Menjadi Cahaya
307 Hudhair hanya bisa memuji Allah dan bershalawat
kepada Rasulullah Saw., lalu berujar, "Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam. Rabbku mengingatku dari
atas tujuh lapis langit sana dan dari atas Arasy-Nya.
Dia mengasihani rasa lapar dan kelemahanku. Ya Rabb,
sebagaimana Engkau tidak melupakan Hudhair, jangan
jadikan Hudhair lupa kepada-Mu!"
Si utusan menghafal apa yang diucapkan Hudhair,
lalu bergegas kembali menghadap Rasulullah Saw. dan
menyampaikan apa yang didengarnya dari Hudhair.
Maka, Rasulullah Saw. bersabda, "Kalau saja saat itu
kau tengadahkan kepalamu ke langit, pasti kau akan
menyaksikan kata-katanya itu terbang seperti cahaya
yang terang, terbentang antara langit dan bumi."[]
308 Fuad Abdurahman Rasulullah Sang Pemberani S etelah penaklukan Makkah, Rasulullah Saw. tinggal
beberapa waktu di kota itu. Tak lama kemudian,
beliau mendengar bahwa suku Hawazin yang dipimpin
Malik ibn Auf Al-Nashri telah menghimpun pasukan
untuk menyerang Rasulullah Saw. didukung suku Tsaqif
dan beberapa suku lainnya di sekitar Makkah.
Maka, Rasulullah segera memobilisasi pasukan dan
segera bergerak meninggalkan Makkah. Pasukan Muslim
saat itu berjumlah sekitar 12.000 orang. Dua ribu orang
dari penduduk Makkah yang baru masuk Islam dan
10.000 lagi pasukan Muslim dari Madinah, dari Muhajirin
dan Anshar. Kedua pasukan bertemu di daerah Hunain, sebuah
lembah di jalan menuju Thaif. Ketika pasukan Islam
bergerak melintasi sebuah lembah yang dihimpit
bukit-bukit, pasukan Hawazin menyergap mereka tibatiba. Pasukan Muslim dihujani anak panah di tengah
kegelapan di pagi buta itu sehingga barisan umat Islam
kocar-kacir dan banyak di antara mereka yang lari dari
medan perang. Melihat pasukan Islam lari berhamburan, beberapa
orang Quraisy"yang masih kafir dan membenci
Islam"yang bergabung dalam pasukan Islam karena
menginginkan ganimah berkata, "Kini, sihir si juru tenung
itu telah batal!" Sebagian lainnya berkata, "Ooooh,
mereka akan terus melarikan diri. Mereka baru akan
berhenti berlari jika telah sampai di laut."
Lalu, apa yang dilakukan Rasulullah Saw. ketika
menyaksikan pasukannya kocar-kacir" Apa yang beliau
lakukan saat 12.000 orang pasukannya, hasil perjuangan
puluhan tahun itu nyaris hancur dan musnah"
Rasulullah Saw. tetap bertahan!
Beliau berusaha menyadarkan pasukannya yang
kehilangan keseimbangan karena sergapan musuh
yang datang tiba-tiba. Ketika pasukan Muslim kocarkacir melarikan diri ke berbagai arah, pasukan Hawazin
mulai bergerak menuruni bukit untuk menghancurkan
pasukan Muslim. Rasulullah Saw. berseru, "Hai manusia,
kembalilah! Akulah Rasulullah, aku Muhammad ibn
Abdullah!" Kemudian beliau meminta Al-Abbas memanggil
orang-orang yang lari, karena Al-Abbas memiliki suara
yang kuat dan keras. Maka, Al-Abbas pun berseru
lantang, "Hai orang-orang Anshar! Hai para pejuang
310 Fuad Abdurahman Badar! Hai ahli baiat Al-Ridhwan! Kemarilah, Muhammad
ada di sini!" Dari sini kita bisa mengetahui keteguhan dan
keberanian Rasulullah Saw. Dalam keadaan apa pun
beliau tetap bertahan, tabah, dan gagah berani.
Setelah seruan Al-Abbas, sedikit demi sedikit
pasukan Muslim kembali ke dalam barisan. Jika hewan
tunggangannya tidak mau dibelokkan, si penunggang
turun dan menghelanya menuju Rasulullah Saw.
sambil berseru, "Labbaika, y? Ras?lull?h! Labbaika, y?
Ras?lull?h! (Aku penuhi panggilanmu, wahai Rasulullah)."
Selanjutnya, peperangan berlangsung sengit. Konon,
dalam peperangan ini dua suku bangsa Arab punah
seluruhnya. Pasukan Islam memenangi perang dan
menahan ribuan orang, 22.000 ekor unta, 40.000 ekor
kambing, dan 4.000 ons emas. Semuanya digiring ke
Lembah Ji"ranah.[] Rasulullah Sang Pemberani
311 Bagian 7 Kisah-Kisah tentang Keimanan dan Ketakwaan Pelajaran dari Jibril S uatu hari Rasulullah Saw. duduk bersama Umar ibn
Al-Khaththab dan beberapa orang sahabat lainnya.
Tiba-tiba, muncul seorang laki-laki dengan pakaian yang
sangat putih, rambut yang sangat hitam, dan wajahnya
tidak menampakkan jejak-jejak perjalanan. Tidak ada
seorang sahabat pun yang mengenalinya. Laki-laki
itu duduk di hadapan Rasulullah Saw. Ia sandarkan
kedua lututnya pada kedua lutut Rasulullah Saw., dan
meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua paha
beliau. Selanjutnya, laki-laki ini berkata, "Hai Muhammad,
terangkanlah kepadaku tentang Islam."
Rasulullah Saw. menjawab, "Islam adalah engkau
bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
berpuasa pada bulan Ramadhan, serta mengerjakan
haji ke Baitullah bila engkau mampu."
Laki-laki itu berkomentar, "Engkau benar, hai
Muhammad!" Komentar laki-laki itu membuat para sahabat
heran, karena ia yang bertanya, tetapi ia juga yang
membenarkannya. Laki-laki ini bertanya lagi, "Terangkanlah kepadaku
tentang iman!" Rasulullah Saw. menjawab, "Iman adalah kau
beriman (percaya) kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan
kau percaya pada takdir Allah yang baik maupun yang
buruk." "Engkau benar, hai Muhammad," komentar lakilaki itu. Lalu ia bertanya lagi, "Terangkanlah kepadaku
tentang ihsan!" Rasulullah Saw. menjawab, "Ihsan adalah engkau
menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.
Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihatmu." Lagi-lagi laki-laki ini berkomentar, "Engkau benar, hai
Muhammad!" Lalu ia bertanya lagi kepada Rasulullah
Saw., "Beritahukan kepadaku tentang (kapan tibanya)


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hari Kiamat!" Kali ini Rasulullah Saw. menjawab, "Orang yang
ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang
bertanya." Pelajaran dari Jibril 315 "Kalau begitu, ceritakanlah kepadaku tanda-tanda
(datangnya) Hari Kiamat itu!" pinta laki-laki tersebut.
Rasulullah Saw. berkata, "Apabila seorang budak
perempuan melahirkan majikannya, apabila orang
telanjang dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin
manusia, dan apabila para penggembala telah bermewahmewahan dengan gedung-gedung yang megah. Itulah di
antara tanda-tanda Kiamat. Ada lima perkara yang tidak
diketahui kecuali oleh Allah."
Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman Allah:
Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang
Kiamat, Dialah yang menurunkan hujan, Dia mengetahui
apa yang ada di dalam rahim, tidak ada seorang pun
yang bisa mengetahui di bumi mana ia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS Luqm?n [31]: 34).
Lalu, laki-laki itu meninggalkan majelis. Rasulullah
Saw. berpaling kepada para sahabat, "Bawalah kembali
laki-laki itu kepadaku!" Maka, para sahabat berusaha
mengejarnya, tetapi mereka tak mendapati jejak-jejak
kepergiannya. Rasulullah Saw. bertanya kepada Umar, "Wahai
Umar, tahukah engkau siapakah yang bertanya tadi?"
Umar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui." "Ia adalah Jibril yang datang mengajarkan agama
kepada manusia."[] 316 Fuad Abdurahman Nasihat Rasulullah kepada Muaz dan Abu Dzarr M uaz ibn Jabal pernah duduk berboncengan dengan
Rasulullah Saw. sehingga jarak antara keduanya
hanya seujung pelana. Ketika itu Rasulullah Saw. berkata,
"Hai Muaz ibn Jabal."
"Labbaika, y? Ras?lull?h," jawab Muaz.
Kemudian Rasulullah Saw. berjalan sesaat dan
memanggil lagi, "Hai Muaz ibn Jabal."
"Labbaika, y? Ras?lull?h," jawab Muaz lagi.
Beliau berjalan sesaat, kemudian berkata lagi, "Hai
Muaz ibn Jabal." Muaz pun menjawab, "Labbaika, y? Ras?lull?h."
"Apakah kau mengetahui kewajiban manusia terhadap Allah?"
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
"Sesungguhnya kewajiban manusia terhadap Allah
adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu pun."
Beliau berjalan sesaat, lalu kembali menyeru, "Hai
Muaz ibn Jabal." Muaz menjawab, "Labbaika, y? Ras?lull?h."
"Apakah kamu tahu apa hak yang pasti dipenuhi oleh
Allah terhadap manusia apabila mereka telah melakukan
kewajibannya?" "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Rasulullah Saw. bersabda, "Allah tidak menyiksa mereka."
Suatu saat Abu Dzarr bertanya kepada Rasulullah Saw.,
"Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama?"
"Iman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya,"
jawab Rasulullah Saw. Abu Dzarr bertanya lagi, "Budak apa yang paling
utama dimerdekakan?"
Beliau menjawab, "Budak yang paling bernilai
menurut pemiliknya dan paling tinggi harganya."
"Seandainya aku tidak bisa melakukan itu?"
"Kaubantu kaum buruh atau kau menolong orang
bodoh." Abu Dzarr masih bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Tuan jika aku tidak mampu dalam beberapa amal perbuatan itu?"
Rasulullah Saw. bersabda, "Cegahlah dirimu dari
berbuat buruk kepada orang lain. Itu adalah sedekahmu
terhadap dirimu sendiri."[]
318 Fuad Abdurahman Takdir Baik dan Buruk A li ibn Abi Thalib r.a. menuturkan bahwa suatu hari
ia dan para sahabat lain pernah melayat jenazah di
Baqi Gharqad. Tidak lama kemudian datang Rasulullah
Saw., yang kemudian duduk bersama para sahabat. Saat
itu beliau memegang sebatang ranting, lalu menggarisgariskan dan memukul-mukulkannya di tanah. Kemudian
beliau berkata, "Tidaklah seseorang diciptakan kecuali
Allah telah menentukan tempatnya di surga atau di
neraka, serta telah ditentukan pula celaka atau bahagia."
Kemudian seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah,
kalau begitu, kami berdiam diri saja tanpa berbuat apaapa!"
"Barangsiapa tergolong bahagia (beruntung) maka ia
akan beruntung, dan barangsiapa tergolong celaka maka
ia akan mengerjakan amal orang celaka."
Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Berbuatlah!
Masing-masing dimudahkan (untuk berbuat sesuai
dengan ketentuan celaka dan bahagianya). Orang yang
tergolong bahagia akan dimudahkan untuk mengerjakan
amal orang yang bahagia (beruntung), dan orang yang
tergolong celaka akan dimudahkan untuk mengerjakan
amal orang yang celaka."
Setelah itu, Rasulullah Saw. membaca ayat: Adapun
orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan
bertakwa serta membenarkan adanya pahala yang
terbaik (surga) maka Kami akan menyiapkan baginya
jalan yang mudah. Adapun orang yang pelit dan merasa
dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala yang
terbaik maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang
sukar (QS Al-Lail [92]: 5-10).[]
320 Fuad Abdurahman Membuat Perhitungan dengan Allah S uatu hari ketika Rasulullah Saw. khusyuk bertawaf
di Ka"bah, beliau mendengar seorang Arab Badui
di hadapannya berzikir, "Y? Kar?m " y? Kar?m "."
Rasulullah Saw. meniru bacaan orang Badui itu: "Y?
Kar?m " y? Kar?m "." Kemudian, orang itu berhenti di
salah satu sudut Ka"bah dan kembali melafalkan Asma
Allah itu. Rasulullah Saw. yang mengikuti di belakangnya
ikut berhenti dan melafalkan: "Y? Kar?m " y? Kar?m "."
Merasa seperti dipermainkan, orang itu menoleh ke
belakang dan ia melihat seorang laki-laki yang gagah dan
tampan, tetapi ia tidak mengenalinya.
Orang Arab Badui itu berkata, "Hai orang tampan!
Apakah kau sengaja mengolok-olokku karena aku orang
Badui" Seandainya bukan karena ketampanan dan
kegagahanmu, pasti sudah kuadukan kelakuanmu kepada
kekasihku, Muhammad Rasulullah."
Mendengar perkataan orang Badui itu, Rasulullah
Saw. tersenyum lalu bertanya, "Apakah engkau mengenali
nabimu, hai orang Arab?"
"Belum." "Jadi, bagaimana kau beriman kepadanya?"
"Aku percaya sepenuhnya terhadap kenabian dan
kerasulannya meskipun aku belum pernah melihatnya
sekali pun. Aku membenarkan setiap ketetapannya
meskipun aku belum pernah bertemu dengannya," ujar
orang Badui itu. Maka, Rasulullah Saw. berkata kepadanya, "Hai
orang Badui! Ketahuilah, akulah nabimu di dunia dan
penolongmu kelak di akhirat!"
Laki-laki itu terkesiap, takjub. Pandangannya tak
lepas dari wajah Rasulullah Saw. Akhirnya, ia yakin, lakilaki di hadapannya adalah Rasulullah.
Ia bertanya dengan suara bergetar, "Tuan ini benar
Nabi Muhammad"!"
"Ya," jawab Rasulullah Saw.
Ia langsung merunduk untuk mencium kedua kaki
Rasulullah Saw. Namun, secepat kilat Rasulullah Saw.
menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya,
"Hai orang Arab! Jangan berbuat seperti itu! Perbuatan
seperti itu hanya dilakukan seorang budak kepada
majikannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk
menjadi orang yang takabur, yang meminta dihormati
atau diagungkan, melainkan untuk menyampaikan kabar
322 Fuad Abdurahman gembira bagi orangg yang beriman dan membawa bawa "Jika Allah akan memperhitungkan dosa-dosaku
peringatan bagi yang ng maka aku akan memperhitungkan
mengingkari-Nya." betapa besar ampunan-Nya.
Ketika itulah Jika Dia memperhitungkan Malaikat Jibril turun kemaksiatanku maka aku akan
memperhitungkan betapa luas
dan berkata, "Ya pengampunan-Nya. Jika Dia
Muhammad, Rabb Almemperhitungkan kekikiranku
Sal?m menyampaikan maka aku akan memperhitungkan
salam kepadamu dan n pula betapa agung berfirman, "Katakanlah
lah kedermawanan-Nya!" kepada orang Baduii itu, agar tidak terpesonaa dengan
belas kasih Allah. Ketahuilah, Allah akan menghisabnya
(menghitung amal perbuatannya) di akhirat nanti, akan
menimbang semua amalnya, baik yang kecil maupun
yang besar!?" Setelah menyampaikan berita tersebut, Jibril pun
pergi. Orang Badui kemudian berkata, "Demi keagungan
serta kemuliaan Allah, jika Allah akan membuat perhitungan atas amalanku maka aku pun akan membuat
perhitungan dengan-Nya!"
"Apa yang akan kamu perhitungkan dengan Allah?"
tanya Rasulullah Saw. "Jika Allah akan memperhitungkan dosa-dosaku maka
aku akan memperhitungkan betapa besar ampunan-Nya.
Jika Dia memperhitungkan kemaksiatanku maka aku
Membuat Perhitungan dengan Allah
323 akan memperhitungkan betapa luas pengampunan-Nya.
Jika Dia memperhitungkan kekikiranku maka aku akan
memperhitungkan pula betapa agung kedermawananNya!"
Mendengar ucapan orang Badui itu, Rasulullah
Saw. menangis mengingat betapa benarnya ucapan
orang Badui itu. Air mata beliau meleleh membasahi
janggutnya. Lantaran itu, Malaikat Jibril turun lagi menemui
Rasulullah Saw. seraya berkata, "Ya Muhammad, Rabb
Al-Sal?m menyampaikan salam kepadamu dan berfirman,
"Hentikan tangisanmu! Sungguh karena tangisanmu,
penjaga Arasy lupa akan bacaan tasbih dan tahmidnya,
hingga Arasy berguncang. Katakanlah kepada temanmu
itu bahwa Allah tak akan menghisab dirinya, juga tak
akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah telah
mengampuni semua kesalahannya dan ia akan menjadi
temanmu di surga nanti!?"
Betapa bahagia orang Badui itu. Ia pun lalu menangis
karena tidak kuat menahan haru.[]
324 Fuad Abdurahman Keberanian Qais S uatu hari datang rombongan utusan menemui
Rasulullah Saw. dipimpin Qais ibn Harsyah. Setelah
berhadapan, Qais ibn Harsyah berkata, "Ya Rasulullah,
aku membaiatmu atas apa-apa yang diturunkan Allah
kepadamu dan bahwa aku tidak akan berkata kecuali
yang benar." Rasulullah Saw. menimpali, "Suatu ketika, setelah
lewat beberapa masa sepeninggalku, kau akan diuji
Allah dengan satu penguasa yang kau tidak mampu
mengatakan yang benar kepadanya."
Qais menjawab, "Demi Allah, saat aku membaiatmu
dengan suatu janji, pasti aku akan menepatinya."
"Kalau begitu," ujar Rasulullah Saw., "Kau tidak akan
dapat dicelakakan oleh manusia."
Sepeninggal Rasulullah Saw., Qais selalu mengkritik
penguasa di negerinya, yaitu Ziyad dan putranya yang
kerap bertindak sewenang-wenang dan menyimpang
dari agama. Perilakunya itu didengar oleh Ubaidillah ibn
Ziyad sehingga ia memerintahkan bawahannya untuk
menangkap Qais. Setelah keduanya berhadapan, Ubaidillah bertanya,
"Engkaukah yang telah berbuat dusta terhadap Allah dan


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rasul-Nya?" Qais menjawab, "Tidak, tetapi jika kau ingin tahu,
akan kukatakan siapa sebenarnya yang telah berbuat
kebohongan terhadap Allah dan Rasul-Nya!"
"Katakanlah, siapakah orang itu?"
"Orang itu adalah engkau, ayahmu, dan orang-orang
yang kalian jadikan gubernur," jawab Qais tegas.
"Aku mendengar bahwa kau menganggap dirimu
tidak dapat dicelakakan oleh manusia. Benarkah itu?"
"Benar." Maka, Ubaidillah berkata, "Sekarang kau akan tahu
bahwa kau sebenarnya pendusta," ujar Ubaidillah, lalu
berpaling kepada pengawalnya: "Panggil algojo!"
Ketika pengawalnya pergi untuk memanggil algojo,
Qais berkata, "Demi Allah, tidak ada jalan bagimu untuk
mencelakakanku." Belum lama pengawal itu berlalu, tubuh Qais, sahabat
Rasulullah Saw. yang jujur dan tegas itu, jatuh tersungkur ke
lantai. Ketika para pengawal memeriksa dan menggoyanggoyangkan tubuhnya, ternyata ia telah meninggal. Semoga
Allah menyayangi dan mengampuninya. Sungguh benarlah
apa yang telah dikatakan Rasulullah Saw.: tak ada manusia
yang bisa mencelakainya.[]
326 Fuad Abdurahman Jangan Bohong! S uatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah
Saw. untuk menyatakan keislamannya. Setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat, ia berkata, "Wahai
Rasulullah, sebenarnya aku orang yang selalu berbuat
dosa dan merasa sangat susah meninggalkannya."
Rasulullah Saw. berujar, "Maukah kau berjanji
kepadaku untuk meninggalkan dusta?"
"Ya, aku berjanji," jawab lelaki itu, "apakah hanya itu
yang harus kulakukan"!"
"Ya, benar," jawab Rasulullah Saw.
"Kalau hanya meninggalkan dusta, itu mudah sekali.
Aku bisa melakukannya," pikir lelaki itu ketika beranjak
pergi meninggalkan Rasulullah Saw. dan pulang ke
rumahnya. Memang, riwayat menuturkan bahwa sebelum
memeluk Islam ia dikenal sebagai orang jahat.
Kegemarannya adalah mencuri, berjudi, dan mabuk.
Maka, setelah memeluk Islam, ia berupaya meninggalkan
segala keburukan itu. Karena itulah, ia menemui
Rasulullah Saw. dan meminta nasihat beliau.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, laki-laki ini
berpikir, "Rasanya berat juga meninggalkan kebiasaan
berbohong seperti yang dikehendaki Rasulullah itu."
Benar saja, setiap kali muncul dorongan untuk
melakukan kejahatan, hatinya berbisik, "Jika kau berani
berbuat jahat lagi, apa yang akan kaukatakan ketika
Rasulullah bertanya kepadamu" Apakah kau akan
berbohong kepadanya?"
Setiap kali hendak berbuat jahat, ia ingat pesan
Rasulullah Saw. dan hati kecilnya berbisik, "Kalau
aku berbohong kepada Rasulullah, berarti aku telah
mengkhianati janjiku. Sebaliknya, jika jujur, berarti aku
akan menerima hukuman karena aku telah menjadi
Muslim. Oh Tuhan " sungguh dalam pesan Rasulullah
itu terkandung hikmah yang sangat agung."
Setelah sekian lama berjuang melawan dorongan
nafsunya, akhirnya ia bisa meninggalkan kebiasaan
jahatnya. Sejak ia mendapat nasihat Rasulullah itu, ia telah
memulai babak baru dalam kehidupannya. Ya, ia telah
berhijrah dari kejahatan menuju kemuliaan hidup seperti
yang digariskan Rasulullah Saw. hingga ia benar-benar
berubah menjadi Muslim yang saleh dan mulia.
328 Fuad Abdurahman Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw. berpesan
kepada para sahabatnya, "Hendaklah kalian selalu
jujur. Kejujuran akan menunjukkan seseorang kepada
kebaikan dan kebaikan akan menuntun pelakunya
menuju surga. Sebaliknya, jauhilah perkataan bohong.
Sebab, kebohongan akan menunjukkan seseorang pada
kejahatan, dan kejahatan akan menuntun pelakunya
menuju neraka." Dalam redaksi lain dikatakan, "Sesungguhnya jujur
itu akan membawa pelakunya menuju kebaikan, dan
kebaikan akan membawanya menuju surga. Sungguh,
seseorang yang berlaku jujur akan ditetapkan di sisi
Allah sebagai "shidd?q" (orang jujur). Sesungguhnya
kebohongan itu akan membawa pelakunya menuju
kejahatan, dan kejahatan akan membawanya menuju
neraka. Sungguh, seseorang yang suka bohong akan
ditetapkan di sisi Allah sebagai "kadzd?b" (pembohong)"
(HR Muslim).[] Jangan Bohong! 329 Keimanan yang Kukuh S uatu ketika Abu Thalib, paman Rasulullah Saw.
yang menjadi pelindung dan pembela beliau,
didatangi para pemuka Quraisy. Mereka mengancam
dan memperingatkan Abu Thalib. Dengan lantang mereka
berkata, "Hai Abu Thalib! Kau sudah tua dan memiliki
kedudukan terhormat. Kami menghormatimu dan
kami segan kepadamu. Kami telah memintamu untuk
memperingatkan keponakanmu agar menghentikan
dakwahnya, tetapi kau membiarkannya. Kami tak
bisa bersabar dan menahan diri lagi menghadapi
tingkahnya mencaci-maki Tuhan kami, merendahkan
akal kami, dan mengecam leluhur kami. Seharusnya kau
melarangnya melakukan semua itu. Jika tidak, kami akan
memeranginya dan juga dirimu hingga salah satu dari
dua golongan kita binasa!"
Lalu mereka pergi meninggalkan Abu Thalib.
Sepertinya Abu Thalib merasa berat juga jika harus
bertentangan dengan para pemuka Quraisy, sukunya
sendiri sehingga akhirnya ia menemui keponakannya,
Muhammad, dan berkata, "Tadi para pemuka Quraisy
mendatangiku, meminta agar kau tidak lagi meneruskan dakwakmu. Jika kau bersikukuh, mereka
akan memerangimu dan juga keluarga kita. Cobalah
kau perhatikan peringatan mereka, Anakku. Aku
mohon, janganlah engkau membebaniku lebih dari
kemampuanku." Rasulullah Saw. tertegun sejenak merenungkan
ucapan dan keadaan pamannya yang sudah tua itu.
Roda dakwah seakan-akan terhenti sejenak menantikan
keputusan apa yang akan diambil Rasulullah Saw.
Akhirnya, dengan mata berlinang, Rasulullah Saw.
menjawab: "Paman, seandainya mereka (mampu) meletakkan
matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku
agar aku menghentikan dakwah ini, aku tidak akan
pernah meninggalkannya hingga aku menang atau aku
mati mempertahankannya."
Ya, seperti itulah besarnya kekuatan iman! Abu
Thalib gemetar mendengar jawaban keponakannya. Ia
diam tertegun cukup lama. Akhirnya, ia sadar, ia tengah
berhadapan dengan kekuatan suci serta kehendak yang
sangat agung dan mulia. Keteguhan sosok di hadapannya
melebihi segala tenaga hidup yang ada.
Keimanan yang Kukuh 331 Rasulullah Saw. kemudian beranjak pergi
meninggalkan pamannya dengan hati iba. Melihat
keteguhan iman Rasulullah Saw., akhirnya Abu Thalib
mengalah. Ini adalah kali kedua Abu Thalib mengalah
kepada keponakannya setelah melihat linangan air
matanya. Dulu, ia juga mengalah ketika keponakannya
yang masih belia ingin ikut bersamanya berdagang ke
Negeri Syam ". Setelah merenung cukup lama, Abu Thalib pun
bangkit dan melangkah cepat menyusul keponakannya,
Muhammad Saw. lalu berkata, "Anakku, teruskanlah!
Lanjutkan perjuangan dakwahmu, dan berkatalah sesuka
hatimu. Demi Allah, aku takkan menyerahkanmu kepada
mereka selama aku masih hidup."
Dengan demikian, usaha kaum Quraisy untuk
membujuk Abu Thalib agar keponakannya itu menghentikan dakwah, gagal total.[]
332 Fuad Abdurahman Keimanan yang Menakjubkan P ada suatu penghujung malam, menjelang shubuh,
Rasulullah Saw. hendak berwudhu. Beliau bertanya
kepada para sahabatnya, "Apakah masih ada air untuk
berwudhu?" Ternyata, tidak ada seorang sahabat pun
yang memiliki air. Namun, mereka mendapatkan satu
kantong yang masih menyisakan sedikit tetesan air, dan
mereka membawanya kepada Rasulullah Saw. Kemudian,
beliau memasukkan jari-jemarinya ke dalam kantong air
itu. Saat beliau mengeluarkan tangannya, terpancarlah air
dari sela-sela jarinya dengan deras. Para sahabat berbaris
untuk berwudhu dengan air tersebut. Bahkan, Abdullah
ibn Mas"ud tidak hanya berwudhu, tetapi juga minum
darinya. Setelah semua berwudhu, Rasulullah Saw. dan
para sahabat mendirikan shalat shubuh berjamaah.
Sesudah shalat, Rasulullah Saw. duduk menghadap
ke arah para sahabat, lalu bertanya, "Tahukah kalian,
siapa yang paling menakjubkan imannya?"
"Para malaikat," jawab para sahabat.
"Bagaimana mungkin mereka tidak, sedangkan
mereka adalah pelaksana perintah Allah" Mereka terusterusan menjalankan perintah Allah dan menunaikan
amanah-Nya," ujar Rasulullah Saw.
"Kalau begitu, para nabi," tebak para sahabat.
"Bagaimana mungkin para nabi tidak beriman,
sedangkan mereka menerima wahyu dari Allah Swt."!"
Para sahabat terdiam sejenak, lalu berkata, "Kalau
begitu, kami, para sahabatmu."
Rasulullah Saw. berkomentar, "Bagaimana mungkin
kalian tidak beriman, sementara, baru saja kalian
menyaksikan sendiri apa yang baru saja terjadi."
(Maksudnya, para sahabat menyaksikan sendiri mukjizat
yang ditampakkan Rasulullah Saw.).
"Kalau begitu, siapakah manusia yang paling
menakjubkan imannya itu, wahai Rasulullah?" tanya
para sahabat makin penasaran.
Rasulullah Saw. bersabda, "Mereka adalah
kaum yang datang sesudahku. Mereka tidak pernah
berjumpa denganku, tidak pernah melihatku. Namun,
ketika menemukan Al-Quran terbuka di hadapan
mereka, mereka lalu mencintaiku. Mereka mencintaiku
dengan kecintaan yang luar biasa sehingga sekiranya
mereka harus mengorbankan seluruh hartanya agar
bisa berjumpa denganku, mereka akan menyerahkan
seluruhnya." 334 Fuad Abdurahman Mudah-mudahan kita termasuk kelompok ini,
kelompok yang tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah
Saw. dan tidak pernah hidup sezaman, tetapi sangat
mencintainya. Kita mengenalnya dari Al-Quran yang
terbuka di depan kita. Kita mengetahuinya dari para
ulama yang menyampaikan isi Al-Quran itu kepada kita.[]
Keimanan yang Menakjubkan
335 Jika Jujur, Ia Pasti Masuk Surga S uatu ketika para sahabat menghadiri majelis
Rasulullah Saw. dan tiba-tiba mereka dikejutkan
oleh kedatangan seorang laki-laki Badui. Ia datang dan
langsung menghadap Rasulullah Saw. kemudian terjadilah
dialog di antara keduanya.
Orang Badui itu berkata, "Wahai Muhammad,
utusanmu telah datang kepada kami. Ia menyampaikan
ucapanmu bahwa "Sesungguhnya Allah telah
mengutusmu". Benarkah seperti itu?"
"Ia benar," jawab Rasulullah Saw.
"Jadi, siapakah yang menciptakan langit?"
"Allah." "Siapakah yang meninggikan gunung-gunung dan
menjadikan apa yang ada di dalamnya?"
"Allah." "Demi Allah yang telah menciptakan langit dan
meninggikan gunung-gunung, apakah Allah telah
mengutusmu?" "Ya," jawab Rasulullah Saw. singkat.
"Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib
mendirikan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Benarkah begitu?" "Ia benar." "Demi Allah yang telah mengutusmu, apakah Allah
memerintahkan ini kepadamu?"
"Ya." "Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib
membayar zakat atas harta kami. Benarkah begitu?"
"Ia benar." "Demi Allah yang telah mengutusmu, apakah Allah
memerintahkannya?" "Ya." "Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib berpuasa
di bulan Ramadhan. Benarkah begitu?"
"Ia benar."

115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Demi Allah yang telah mengutusmu, apakah Allah
memerintahkannya?" "Ya." "Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib berhaji
bagi orang yang mampu. Benarkah begitu?"
"Ia benar." Kemudian orang itu berkata, "Demi Allah yang telah
mengutusmu dengan benar, aku tidak akan menambah
dan tidak akan mengurangi semua itu."
Setelah orang itu pergi, Rasulullah Saw. berpaling
kepada para sahabat dan bersabda, "Sungguh, jika ia
jujur, ia pasti masuk surga."[]
Jika Jujur, Ia Pasti Masuk Surga
337 Rasulullah Senang Bercerita B erbagai sirah Nabawiyah menuturkan bahwa
Rasulullah Saw. pun suka bercerita. Biasanya, beliau
bercerita kepada umatnya tentang kisah umat-umat
terdahulu, umat para nabi sebelum beliau. Tentu saja
Rasulullah Saw. mengetahui semua kisah itu melalui
wahyu dari Allah Swt. Suatu hari Rasulullah Saw. dikelilingi para sahabat.
Tak lama kemudian beliau bercerita, "Ada seorang lakilaki sebelum kalian yang menderita sakit. Karena tidak
sabar menahan penyakitnya, ia memotong urat nadinya
hingga mengalirlah darahnya tanpa henti. Akhirnya, lakilaki itu mati.
Kemudian Allah berfirman, "Hambaku ini
mempercepat kematiannya (bunuh diri) sehingga haram
baginya surga.?" Di lain waktu Rasulullah Saw. bercerita lagi, "Ada seorang
laki-laki yang berlebih-lebihan memperlakukan dirinya
sendiri. Ketika ia merasa bahwa kematiannya telah
dekat, ia berpesan kepada anak-anaknya: "Nanti, jika
aku telah mati meninggalkan kalian, bakarlah tubuhku
hingga menjadi abu. Lalu biarkan angin menerbangkan
abu jasadku itu. Demi Allah, sekiranya Allah berkenan
menyiksaku, tentu aku akan disiksa dengan siksaan yang
tidak pernah ditimpakan kepada selainku.?"
Rasulullah Saw. melanjutkan, "Setelah ia mati, anakanaknya benar-benar melaksanakan wasiatnya. Kemudian
Allah Swt. memerintahkan bumi agar mengumpulkan
seluruh abu jasadnya yang telah berhamburan di muka
bumi. Lalu, bumi menjalankan perintah-Nya, dan tibatiba tubuh laki-laki itu berdiri tegak.
Allah Swt. bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkanmu melakukan itu?"
Laki-laki itu menjawab, "Karena rasa takutku kepadaMu, wahai Tuhanku.?"
Akhirnya, apa yang terjadi dengan laki-laki tersebut"
Rasulullah Saw. mengakhiri ceritanya, "Kemudian Allah
mengampuni dosa orang itu (karena rasa takutnya
kepada Allah)" (HR Bukhari-Muslim).[]
Rasulullah Senang Bercerita
339 Kesucian Kalimat L? Il?ha Illall?h S eorang sahabat, bernama Al-Miqdad ibn Al-Aswad
r.a. bertanya kepada Rasulullah Saw., "Ya Rasulullah,
bagaimana pendapat Tuan jika aku bertemu dengan orang
kafir lalu ia menentangku, lalu ia menebas satu tanganku
dengan pedang hingga putus, kemudian ia berlindung
dari seranganku di balik sebatang pohon seraya berkata,
"Aslamtu (aku berislam)". Apakah boleh aku membunuhnya,
setelah ia mengucapkan kata-kata tersebut?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Jangan membunuhnya."
Al-Miqdad melanjutkan, "Ya Rasulullah, namun ia
telah menebas salah satu tanganku, lalu mengucapkan
kata-kata masuk Islam. Bolehkah aku membunuhnya?"
"Jangan membunuhnya! Jika kau membunuhnya
maka ia berada dalam kedudukanmu sebelum kau
membunuhnya. Dan kau berada dalam kedudukannya
sebelum ia mengucapkan kata-kata masuk Islam," ujar
Rasulullah Saw. Seorang sahabat lainnya, yaitu Usamah ibn Zaid,
mengalami hal serupa. Hanya saja, Usamah telah
membunuhnya. Kejadian itu bermula ketika Usamah
dikirim oleh Rasulullah Saw. menuju suatu peperangan.
Pasukan Muslim tiba di Al-Huruqat, daerah Juhainah,
di saat shubuh. Dalam situasi perang, Usamah
berhadapan dengan seorang laki-laki yang kemudian
mengucapkan kalimat L? il?ha illall?h, tetapi Usamah
tetap menyerangnya hingga ia terbunuh.
Kejadian ini tak bisa lepas dari ingatan Usamah.
Akhirnya, saat tiba di Madinah, ia melaporkan kepada
Rasulullah apa yang telah ia lakukan terhadap lakilaki itu. Setelah mendengar penuturan Usamah, beliau
bertanya, "Orang itu telah mengucapkan L? il?ha illall?h
dan kau tetap membunuhnya?"
"Benar, wahai Rasulullah, tetapi ia mengucapkan L?
il?ha illall?h hanya karena takut pedangku," ujar Usamah
membela diri. Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Mengapa tidak kau
belah hati orang itu sehingga kau tahu apakah hatinya
mengucapkan L? il?ha illall?h atau tidak?" Beliau terus
mengulang-ulang pertanyaannya itu kepada Usamah
sehingga sepanjang hari itu Usamah diliputi penyesalan
mendalam dan berharap ia belum menjadi seorang
Muslim dan ingin masuk Islam.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah Saw.
bertanya kepada Usamah, "Apakah kau membunuhnya?"
Kesucian Kalimat L? il?ha illall?h
341 "Ya," jawab Usamah.
Lalu beliau bertanya lagi, "Bagaimana kau
mempertanggungjawabkan perbuatanmu kepada orang
yang telah mengucapkan L? il?ha illall?h apabila Hari
Kiamat tiba?" "Ya Rasulullah, mohonkan ampunan untukku," suara
Usamah bergetar. Rasulullah Saw. mengulang-ulang pertanyaan di atas
tanpa menghiraukan permintaan Usamah ibn Zaid.[]
342 Fuad Abdurahman Keadilan Tak Pandang Bulu D ikisahkan ada seorang wanita dari keluarga
terhormat dan disegani yang berasal dari Bani
Makhzum telah mencuri. Maka, ia harus dihukum
sesuai dengan perbuatannya: tangannya harus dipotong.
Namun, kaum dan keluarga wanita itu merasa keberatan
karena hukuman itu akan menjadi pukulan berat. Mereka
akan merasa terhina. Karena itulah, mereka melakukan
berbagai upaya agar Rasulullah memaafkan wanita itu
dan membatalkan hukuman potong tangan.
Mereka mencari orang yang bisa dimintai tolong
untuk menyampaikan keinginan mereka dan membujuk
Rasulullah. Mereka bertanya satu sama lain, "Siapakah
yang akan berbicara kepada Rasulullah?"
Sebagian mereka menjawab, "Tidak ada yang bisa
dipercaya selain Usamah ibn Zaid, kekasih Rasulullah!"
Mereka tahu, Usamah adalah putra Zaid, sahabat yang
dekat dan dicintai Rasulullah.
Akhirnya, mereka menemui Usamah dan memohon
kepadanya untuk menghadap Rasulullah Saw. dan
menyampaikan maksud mereka.
Maka, Usamah beranjak pergi menemui Rasulullah
dan menyampaikan keinginan keluarga wanita itu.
Mendengar permintaannya, Rasulullah terlihat marah,
lalu berkata, "Apakah kau meminta keringanan atas
hukum yang telah ditetapkan Allah?" Kemudian, beliau
berdiri dan berkhutbah di hadapan kaum Muslim hingga
sampai pada sabdanya: "Sesungguhnya yang telah membinasakan umat
sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat
dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak
menghukumnya. Sebaliknya, jika orang rendahan yang
mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi
Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad
mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong
tangannya!" Tidak ada yang berubah pada ketetapan Allah dan
Rasul-Nya, dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Wanita
dari keluarga yang terhormat itu tetap harus menjalani
hukuman: tangannya dipotong. Aisyah r.a. menuturkan,
"Wanita itu kemudian bertobat, memperbagus tobatnya,
dan menikah. Ia pernah datang dan menyampaikan
hajatnya kepada Rasulullah."
344 Fuad Abdurahman Keadilan Rasulullah Saw. juga terlihat jelas dalam
peristiwa Perang Badar. Dalam peperangan yang
dimenangi kaum Muslim m ini, banyak sekali orang "Sesungguhnya yang telah
Quraisy yang ditawan. wan. membinasakan umat sebelum
Mereka semua diikat kat kalian adalah jika ada orang
dengan tali agarr terhormat dan mulia di antara
tidak bisa melarikan mereka mencuri, mereka tidak
menghukumnya. Sebaliknya, jika
diri. Di antara orang rendahan yang mencuri, para tawanan itu mereka tegakkan hukuman terdapat Al-Abbas, terhadapnya. Demi Allah, bahkan
paman Rasulullah seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku
Saw. sendiri yang akan memotong
Dalam peperangan gan tangannya!" itu, Al-Abbas belum menjadi Muslim dan ia bergabung dengan pasukan k Quraisy Q i hingga akhirnya tertangkap dan tangannya dibelenggu.
Tali yang mengikat tangan para tawanan begitu
kuat sehingga mereka mengerang kesakitan. Mereka
dikumpulkan di dekat masjid, dekat rumah Rasulullah
Saw. sehingga beliau mendengar suara erangan para
tawanan itu, termasuk suara pamannya. Erangan AlAbbas itu membuat beliau tidak bisa tidur. Rupanya para
sahabat menyadari perasaan Rasulullah Saw. sehingga
mereka melonggarkan ikatan pada tangan Al-Abbas.
Keadilan Tak Pandang Bulu
345 Setelah itu, tak terdengar lagi erangan kesakitan dari
mulutnya. Tentu saja Rasulullah Saw. heran. Maka, beliau
menyuruh seseorang untuk pergi memeriksa mengapa
suara pamannya tak terdengar lagi. Si utusan
menyampaikan bahwa Al-Abbas tidak lagi mengerang
kesakitan karena ikatan di tangannya telah dilonggarkan.
Mengetahui hal itu, beliau langsung berkata kepada para
sahabat, "Semua tawanan harus diperlakukan sama.
Longgarkan ikatan semua tawanan. Jangan membedabedakan antara yang satu dan yang lain. Atau, ketatkan
lagi ikatan pada tangan Al-Abbas agar semuanya
mendapat perlakuan yang sama."
Akhirnya, ikatan pada tangan semua tawanan itu
dilonggarkan.[] 346 Fuad Abdurahman Keseimbangan dalam Memenuhi Hak S ahabat Anas r.a. menuturkan bahwa ada tiga orang
yang datang bertamu ke rumah istri-istri Rasulullah
Saw. untuk bertanya tentang ibadah beliau.
Ketika diberi tahu tentang bagaimana ibadah beliau,
ketiganya sadar, ibadah mereka sungguh tidak ada apaapanya dibanding Rasulullah Saw. Setelah keluar dari
rumah Rasulullah, mereka berkata, "Di manakah kita
jika dibandingkan dengan ibadah Rasulullah" Padahal,
beliau adalah hamba yang telah dijamin mendapatkan
ampunan dari seluruh dosa, baik yang telah lalu maupun
yang akan datang." Lalu salah seorang di antara mereka berkata, "Aku
akan terus mendirikan shalat malam sepanjang hidupku."
Orang kedua berkata, "Aku akan terus berpuasa
setiap hari sepanjang tahun tanpa berhenti, meski satu
hari." Tidak mau kalah, orang ketiga berkata, "Aku akan
menjauhi perempuan dan tidak akan menikah sepanjang
hidupku." Rupanya, Rasulullah Saw. mendengar kabar tentang
ketiga orang itu sehingga suatu hari beliau menemui
mereka dan berkata, "Hai kalian yang mengatakan begini
dan begitu! Demi Allah, bukankah aku orang yang paling
takut di antara kalian kepada Allah dan paling takwa
kepada-Nya" Meski demikian, aku berpuasa dan aku juga


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbuka, dan aku juga menikahi wanita! Barangsiapa
tidak menyukai Sunnahku maka ia bukanlah golonganku!"
Kisah hampir sama dialami Salman Al-Farisi dan Abu
Darda. Kedua sahabat ini dipersaudarakan oleh Rasulullah
Saw. Suatu hari, Salman mengunjungi Abu Darda dan
melihat istri Abu Darda mengenakan pakaian yang sangat
sederhana tanpa hiasan sedikit pun.
Karena terharu, Salman bertanya, "Mengapa
keadaanmu seperti ini?"
Sang istri menjawab, "Saudaramu itu, Abu Darda,
sama sekali tidak punya hasrat terhadap kenikmatan
dunia." Tidak lama kemudian, datang Abu Darda untuk
membuatkan makanan. Setelah itu ia berkata kepada
Salman, "Makanlah, hari ini aku sedang berpuasa."
348 Fuad Abdurahman Salman menjawab, "Aku tidak akan
makan kecuali kau u makan bersamaku!" "Wahai Rasulullah, tali ini
Ketika malam tiba, ba, milik Jainab. Apabila ia sebelum Abu Dardaa lelah dan mengantuk saat pergi untuk shalat, melaksanakan shalat malam, ia
bergelayut dan bersandar ia berkata kepada pada tali ini agar tetap bisa Salman, "Tidurlah!"
mendirikan shalat." Rasulullah
Salman pun Saw. berkomentar, "Tingkah
tidur. Namun, tidak seperti itu tidaklah baik. Jika
ia lelah dan mengantuk, tidur
lama kemudian iaa dan beristirahatlah. Jangan
bangun lagi dan berkata ata dipaksakan!" kepada Abu Darda, arda, "Tidurlah!" Pada akhir malam, l SSalman l bangun, kemudian membangunkan Abu Darda,
"Bangunlah sekarang!" Lalu, mereka berdua shalat
bersama. Salman berkata kepada Abu Darda, "Sesungguhnya,
Rabb-mu memiliki hak atas dirimu. Namun, dirimu juga
memiliki hak atas dirimu, begitu juga, keluargamu.
Mereka punya hak atas dirimu. Maka, berikanlah hak itu
kepada setiap yang mempunyai hak."
Keesokan harinya Abu Darda menemui Rasulullah
Saw. dan menceritakan apa yang dikatakan Salman.
Beliau menjawab singkat, "Salman benar."
Keseimbangan dalam Memenuhi Hak
349 Hal di atas berlaku juga untuk wanita sebagaimana
terungkap dalam kisah berikut. Diriwayatkan bahwa suatu
hari Rasulullah Saw. memasuki masjid untuk mengimami
shalat. Namun, di dalam masjid beliau melihat seutas tali
terbentang dari satu tiang ke tiang lainnya. Beliau pun
bertanya kepada para sahabat, "Tali apa ini?"
Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tali ini
milik Jainab. Apabila ia lelah dan mengantuk saat
melaksanakan shalat malam, ia bergelayut dan bersandar
pada tali ini agar tetap bisa mendirikan shalat."
Rasulullah Saw. berkomentar, "Tingkah seperti itu
tidaklah baik. Jika ia lelah dan mengantuk, tidur dan
beristirahatlah. Jangan dipaksakan!"[]
350 Fuad Abdurahman Bersama Penghuni Surga S uatu hari Rasulullah Saw. duduk-duduk bersama para
sahabat, kemudian beliau berkata, "Sebentar lagi
akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki ahli
surga." Tiba-tiba, muncul seorang sahabat Anshar yang
janggutnya masih basah oleh air wudhu. Ia mengapit
kedua sandalnya dengan tangan kirinya.
Keesokan harinya Rasulullah Saw. berkata seperti
kemarin, "Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki
penghuni surga." Lalu muncullah laki-laki yang sama.
Begitu juga ada hari ketiga. Rasulullah Saw. mengulangi
ucapan seperti di hari sebelumnya, dan tidak lama
kemudian para sahabat melihat laki-laki yang sama.
Ketika majelis Rasulullah Saw. usai, Abdullah ibn Amr
ibn Al-"Ash r.a. mengikuti laki-laki itu untuk mengetahui
keadaannya. Saat tiba di depan rumah laki-laki itu,
Abdullah mendekatinya dan berkata, "Aku sedang
bertengkar dengan ayahku. Aku berjanji kepada ayah
tidak akan menemuinya selama tiga hari. Bolehkah jika
aku menginap di rumahmu selama tiga hari?"
"Oh ya, silakan. Aku tidak keberatan," orang
Anshar itu menerimanya dengan ramah. Abdullah pun
mengikutinya memasuki rumah itu dan menginap di
sana selama tiga malam. Selama itu Abdullah terus
mencari tahu, ibadah apa gerangan yang dilakukan
orang itu sehingga Rasulullah Saw. menyebutnya sebagai
ahli surga. Namun, selama tiga hari itu Abdullah tidak
melihatnya melakukan suatu ibadah yang istimewa.
"Selama tiga hari ini aku tidak melihatnya melakukan
amalan yang istimewa, sampai-sampai aku hampir saja
meremehkan amalannya," kata Abdullah dalam hati.
Akhirnya, Abdullah merasa penasaran dan berkata
terus terang kepada orang itu, "Hai hamba Allah,
sebenarnya, aku tidak bertengkar dengan ayahku.
Aku juga tidak menjauhinya. Aku mengikutimu karena
mendengar Rasulullah Saw. berkata tentang dirimu
sampai tiga kali, "Akan datang seorang laki-laki penghuni
surga." Dan yang kemudian datang adalah engkau. Aku
ingin melihat amalanmu agar aku bisa menirunya.
Mudah-mudahan, dengan amalan yang sama, aku bisa
mencapai kedudukanmu."
Laki-laki Anshar itu menjawab, "Engkau sendiri telah
melihat apa yang kulakukan selama ini, tidak kurang
tidak lebih." 352 Fuad Abdurahman Ketika Abdullah ibn Amr hendak pulang, laki-laki itu
memanggilnya, dan berkata, "Demi Allah, amalanku tidak
lebih dari apa yang telah kaulihat. Hanya saja, aku tidak
pernah menyimpan niat buruk terhadap kaum muslim.
Aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka
atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka."
"Ah, hatimu bersih dari perasaan buruk dan rasa
dengki terhadap kaum Muslim. Itulah rupanya yang
membuatmu mencapai kedudukan yang terpuji itu.
Sikap seperti itulah yang justru tidak kami miliki," kata
Abdullah pada akhirnya.[]
Bersama Penghuni Surga 353 Berkat Rahmat Allah Semata S uatu ketika Rasulullah Saw. keluar menemui para
sahabatnya. Setelah berada di tengah-tengah mereka,
beliau menyampaikan suatu berita:
"Baru saja yang kukasihi, Malaikat Jibril, beranjak
pergi dari hadapanku. Ia memberitahuku, "Hai
Muhammad, demi Allah yang mengutusmu dengan
kebenaran. Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba,
di antara sekian banyak hamba-Nya, yang beribadah
kepada-Nya selama 500 tahun. Ia hidup di puncak
gunung yang ada di tengah laut. Lebarnya 30 hasta dan
panjangnya 30 hasta juga. Sementara, jarak lautan itu
dari masing-masing arah mata angin sepanjang 4.000
farsakh. Allah mengalirkan mata air di puncak gunung itu
hanya seukuran jari. Airnya sangat segar, mengalir sedikit
demi sedikit, hingga menggenang di bawah kaki gunung.
Allah juga menumbuhkan pohon delima. Setiap malam,
ada delima yang matang untuk dimakan di siang hari.
Ketika hari menjelang petang, hamba itu turun ke bawah
untuk berwudhu, lalu memetik buah delima untuk
dimakan. Setelah itu, ia mendirikan shalat.
Setiap hari ia berdoa kepada Allah Swt. agar
diwafatkan dalam keadaan bersujud. Ia juga memohon
agar jasadnya jangan sampai rusak dimakan tanah dan
binatang. Ia juga ingin agar kelak dibangkitkan dalam
keadaan bersujud.?" Rasulullah Saw. menghentikan ceritanya sejenak.
Para sahabat bertanya, "Selanjutnya bagaimana,
wahai Rasulullah?" ?"Ketika hamba itu dibangkitkan pada Hari Kiamat,
ia dihadapkan kepada Allah Swt., yang berfirman kepada
malaikat, "Masukkanlah hamba-Ku ini ke dalam surga
karena rahmat-Ku." Namun, hamba Allah ini membantah, "Ya Rabbi, aku
masuk surga karena ibadah yang kulakukan sepanjang
hidupku." "Masukkanlah hamba-Ku ini ke dalam surga karena
rahmat-Ku," firman Allah Swt. lagi.
"Ya Rabbi, masukkanlah aku ke surga karena
amalku," lagi-lagi ia membantah.
"Cobalah kalian timbang, lebih berat mana
antara nikmat yang Aku berikan kepadanya dan amal
kebaikannya!" perintah Allah Swt. kepada para malaikat.
Ternyata, setelah ditimbang, nikmat penglihatan
yang diberikan Allah kepada hamba itu lebih berat
Berkat Rahmat Allah Semata
355 dibandingkan ibadahnya selama 500 tahun. Belum lagi
nikmat anggota tubuh yang lainnya.
"Sekarang, masukkan hamba-Ku ini ke dalam
neraka!" perintah Allah Swt.
Maka, ia pun diseret untuk dimasukkan ke dalam
neraka. Kontan saja ia merengek, memelas, memohon
agar tidak dimasukkan ke neraka: "Ya Rabbi, Engkau
benar. Aku masuk surga hanya karena rahmat-Mu.
Masukkanlah aku ke dalam surga-Mu!"
"Kembalikanlah ia!" perintah Allah Swt.
Ia pun dihadapkan lagi kepada Allah: "Hai hamba-Ku,
siapa yang menciptakanmu ketika kamu belum menjadi
apa-apa?" "Engkau, wahai Tuhanku."
"Itu karena keinginanmu sendiri atau karena rahmatKu?"
"Semata-mata karena rahmat-Mu."
"Siapa yang memberi kekuatan kepadamu sehingga
bisa mengerjakan ibadah selama lima ratus tahun?"
"Engkau, ya Rabbi."
"Siapa yang menempatkanmu di gunung yang
dikelilingi lautan" Kemudian, siapa yang mengalirkan
air segar untukmu di tengah laut yang airnya asin"
Lalu, siapa yang setiap malam memberimu buah delima
yang seharusnya berbuah hanya satu tahun sekali" Di
samping itu semua, kamu memohon agar Aku mencabut
356 Fuad Abdurahman nyawamu ketika bersujud dan Aku telah memenuhi
permintaanmu! Siapa yang melakukan semua itu?"
"Engkau, ya Rabbi."
"Itu semua karena rahmat-Ku. Dan hanya dengan
rahmat-Ku pula Aku memasukkanmu ke surga. Sekarang,
masukkanlah hamba-Ku ini ke surga! Hamba-Ku yang
paling banyak memperoleh kenikmatan adalah kau,
wahai hamba-Ku!" Allah Swt. menyuruh malaikat untuk memasukkannya
ke surga." Jibril menuntaskan ceritanya, kemudian berkata
kepadaku, "Wahai Muhammad, sesungguhnya segala
sesuatu itu terjadi hanya karena rahmat Allah Swt.?"
Dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah menuturkan
kisah heroik tentang keimanan dan ketakwaan seorang
pemuda yang berpengaruh besar terhadap suatu kaum.
Para mufasir menceritakan kisah tentang pemuda ini
ketika menafsirkan firman Allah:
Binasalah orang yang membuat parit (yaitu para
pembesar Najran di Yaman). Yang berapi (yang punya)
kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap
orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang mukmin
Berkat Rahmat Allah Semata
357 itu hanya karena (mereka) beriman kepada Allah yang
Mahaperkasa dan Maha Terpuji. (QS Al-Bur?j [85]: 4-8)
Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang mempunyai
seorang penyihir. Ketika usia si penyihir itu beranjak


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

makin tua, ia berkata kepada raja, "Paduka, usiaku
makin renta. Untuk menyiapkan penggantiku, datangkan
padaku seorang anak muda yang akan kuajari dan kulatih
berbagai ilmu sihir." Raja mengabulkan permintaannya,
kemudian ia memilih seorang anak muda yang dianggap
paling berbakat untuk diajari ilmu sihir.
Keesokan harinya mulailah pemuda itu belajar sihir
di rumah si penyihir itu. Setiap pagi anak muda itu
berangkat dari rumahnya menuju rumah si penyihir.
Namun, dalam perjalanannya menuju rumah si penyihir,
ia melewati tempat seorang pendeta yang sedang
berceramah. Ia merasa tertarik pada si pendeta itu
sehingga ia berhenti dan mendengarkan ceramahnya.
Begitulah hari-hari yang dilalui anak muda itu. Setiap
pagi ia pergi dari rumahnya, berjalan, berhenti dan
mendengarkan ceramah si pendeta, lalu melanjutkan
perjalanan menuju rumah ahli sihir untuk mempelajari
sihir. Karena sering terlambat datang, si penyihir
memukul anak muda ini. Keesokan harinya, anak muda
itu mengadukan kepada pendeta apa yang dialaminya
kemarin. Si pendeta menasihatinya: "Jika kau takut
358 Fuad Abdurahman kepada si tukang sihir, katakanlah kepadanya: "Aku
ditahan keluargaku sehingga terlambat datang." Dan jika
kamu merasa takut kepada keluargamu, katakanlah, "Aku
ditahan oleh si tukang sihir.?"
Suatu hari, anak muda itu melihat binatang besar
yang menghalangi jalan orang-orang. Maka, ia berkata,
"Ini kesempatan bagiku untuk mengetahui, mana yang
lebih baik, ilmu yang diajarkan sang penyihir ataukah
ajaran sang pendeta?"
Lalu ia mengambil batu dan berdoa, "Ya Allah, jika si
pendeta itu lebih Engkau sukai daripada si tukang sihir,
bunuhlah binatang ini agar orang-orang bisa lewat."
Kemudian, ia lemparkan batu di tangannya kepada
binatang itu dan binatang itu mati. Maka, orang-orang
bisa melewati jalanan itu dengan aman dan leluasa.
Keesokan harinya si anak muda menceritakan
kejadian tersebut kepada si pendeta. Sang pendeta
berkata, "Anakku, kini kau lebih baik dibanding aku.
Menurutku, kelak kau akan mendapat cobaan. Jika kau
mendapat cobaan, jangan sebutkan namaku kepada
siapa pun!" Allah menganugerahkan karunia yang besar kepada anak
muda itu sehingga ia memiliki kemampuan mengobati
yang luar biasa. Dengan izin Allah, ia bisa menyembuhkan
kebutaan, penyakit kusta, dan penyakit-penyakit lain.
Berkat Rahmat Allah Semata
359 Suatu hari salah seorang teman raja yang tidak bisa
melihat mendengar kabar tentang keahlian anak muda
itu. Maka, ia bergegas pergi menemui anak muda itu
sambil membawa berbagai hadiah yang berharga. Setelah
bertemu, ia berkata, "Jika kau dapat menyembuhkanku,
kuberikan semua hadiah ini kepadamu!"
Anak muda itu menjawab, "Aku tidak bisa
menyembuhkan siapa-siapa. Sesungguhnya hanya Allah
yang menyembuhkan. Jika Tuan mau beriman kepada
Allah, aku akan mendoakan kesembuhan untukmu."
Akhirnya, teman raja itu menyatakan keimanannya
kepada Allah. Lalu, anak muda itu mendoakan
kesembuhannya dan Allah mengabulkan doanya sehingga
teman sang raja itu bisa melihat kembali.
Setelah pandangannya pulih seperti semula, ia
datang menemui raja sebagaimana biasanya. Tentu
saja sang raja heran melihat temannya yang kini telah
sembuh dan bisa melihat kembali. Sang raja bertanya,
"Siapa yang telah berhasil memulihkan penglihatanmu?"
Temannya itu menjawab, "Tuhanku."
Raja kembali bertanya, "Apakah kau punya tuhan
selain diriku?" "Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu," tegasnya.
Tentu saja sang raja murka sehingga ia menyiksa
temannya itu seraya menekannya agar berterus terang,
siapa yang telah memengaruhi dan membuatnya beriman
kepada Tuhan selain dirinya. Akibat tekanan dan siksaan
360 Fuad Abdurahman sang raja serta para pengawalnya, ia bercerita tentang
ajaran yang diterimanya dari si anak muda murid sang
penyihir. Mendengar penuturan temannya itu, sang
raja langsung memerintahkan para pengawal untuk
menangkap si anak muda dan menyeretnya ke istana.
Ketika anak muda itu tiba di istana, sang raja
bertanya, "Anakku, kemampuan sihirmu sungguh hebat.
Kau telah mampu menyembuhkan kebutaan, penyakit
kusta, dan penyakit lainnya."
Anak muda itu menjawab, "Aku tidak bisa
menyembuhkan penyakit apa pun. Satu-satunya yang
bisa menyembuhkan adalah Allah."
Raja murka mendengar ucapan anak muda itu
sehingga ia disiksa dengan siksaan yang sangat keras. Ia
dipaksa menyebutkan orang yang telah memengaruhinya
dan membuatnya beriman kepada Tuhan selain sang
raja. Setelah mendapat berbagai macam siksaan,
akhirnya anak muda itu bercerita tentang pendeta yang
mengajarinya keimanan. Maka, raja memerintahkan para pengawal untuk
menyeret sang pendeta ke hadapannya. Setelah pendeta
itu tiba, sang raja langsung menekannya dengan perintah
yang tegas: "Keluarlah dari agamamu!"
Namun, sang pendeta bergeming. Dengan tegas ia
menolak perintah sang raja. Maka, raja memerintahkan
para pengawalnya untuk menggergaji kepala si pendeta
itu hingga terbelah dua. Setelah si pendeta mati, raja
Berkat Rahmat Allah Semata
361 berpaling kepada temannya yang telah sembuh dari
kebutaan. Ia pun diperintahkan untuk meninggalkan
agama Tuhan. Namun, sebagaimana si pendeta, ia pun
menolak perintah sang raja sehingga sebagai akibatnya,
ia mendapat nasib yang sama dengan si pendeta.
Lalu, didatangkanlah si anak muda yang telah
belajar sihir. Raja menyuruhnya kembali kepada agama
leluhurnya. Namun, anak muda itu pun menolak perintah
sang raja. Maka, raja memerintahkan para pengawalnya
untuk menyeret anak muda itu ke atas bukit: "Bawalah
ia ke atas bukit. Sampai di puncak bukit, tawarkan lagi
kepadanya untuk kembali pada agama leluhur. Jika ia
menolak, lemparkan ia dari puncak bukit!"
Mereka pun menyeret anak muda itu ke atas bukit.
Dalam perjalanan, anak muda ini berdoa, "Ya Allah,
binasakanlah mereka dengan kehendak-Mu!"
Mendadak seketika itu juga bukit tersebut
berguncang dan para pengawal itu berjatuhan satu demi
satu. Lalu, anak muda yang telah bebas itu berjalan
menuruni bukit dan kembali menemui raja.
Tentu saja sang raja heran dan bertanya, "Apa yang
terjadi dengan para pengawalku yang tadi menyeretmu?"
"Allah telah membinasakan mereka semua," jawab
anak muda itu. Mendengar ucapannya, raja menyuruh para
pengawalnya yang lain untuk membawa anak muda itu
ke tengah laut dengan sebuah perahu kecil.
362 Fuad Abdurahman Raja berpesan: "Jika kalian tiba di tengah samudra,
tawarkan kepadanya untuk kembali ke agama lamanya.
Jika ia menolak, lemparkan ke laut!"
Para pengawal membawa anak muda itu ke tengah
samudra. Dalam perjalanan, anak muda kembali berdoa,
"Ya Allah, binasakanlah mereka dengan kehendak-Mu!"
Usai berdoa, perahu yang ditumpangi mereka
terbalik hingga semua pengawal itu mati tenggelam,
sedangkan si anak muda dapat menyelamatkan diri dan
kembali menemui raja. Tentu saja sang raja terkesiap heran, lalu bertanya
kepadanya, "Apa yang terjadi dengan para pengawalku
yang membawamu ke tengah samudra?"
Pemuda itu menjawab, "Mereka telah dibinasakan
Allah." Kemudian ia berkata lagi, "Kau tidak akan bisa
membunuhku, kecuali jika kau memenuhi keinginanku."
"Apa yang kau inginkan?" tanya raja.
Pemuda itu menjawab, "Kumpulkanlah manusia
di sebuah bukit. Lalu, saliblah tubuhku pada sebatang
pohon kurma. Lalu, ambillah anak panah dan letakkan
di tengah-tengah busurnya. Sebelum kaulontarkan anak
panah itu, katakanlah: "Dengan menyebut nama Allah,
Tuhan si anak muda." Jika kau melakukannya, kau pasti
bisa membunuhku." Berkat Rahmat Allah Semata
363 Akhirnya, raja tersebut mengumpulkan orang-orang
di sebuah bukit. Setelah mereka berkumpul, raja
memerintahkan pasukannya untuk menyalib pemuda itu
pada sebatang kurma. Kemudian raja mengambil busur
dan sebuah anak panah dari sarungnya, meletakkannya
di tengah-tengah busur, lalu berkata: "Dengan nama
Allah, Tuhan anak muda ini."
Dan, anak panah di tangan sang raja terlontar
dengan sangat cepat menuju sasarannya. Anak panah itu
tepat menembus jantung pemuda itu hingga ia terkulai
mati. Menyaksikan kejadian tersebut, semua orang yang
berkumpul di bukit berkata: "Kami beriman kepada
Tuhan anak muda ini. Kami beriman kepada Tuhan anak
muda ini. Kami beriman kepada Tuhan anak muda ini."
Tentu saja peristiwa itu mengejutkan sang raja
dan membuatnya murka. Ia perintahkan semua
prajuritnya untuk menggali sebuah parit yang
sangat besar dan dalam. Setelah parit itu siap, raja
memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan kayu
bakar dan meletakkannya di dasar parit. Setelah itu,
ia memerintahkan mereka untuk membuat api dari
tumpukan kayu bakar itu sehingga parit yang besar itu
menjadi lubang api yang sangat panas. Setelah itu, raja
berpaling kepada semua orang dan berkata, "Siapa pun
di antara kalian yang tidak mau kembali kepada agama
lamanya, terjunlah ke dalam parit itu!"
364 Fuad Abdurahman Ternyata tidak ada seorang pun yang mau kembali
pada agama lamanya. Alih-alih kufur dari agama Allah,
mereka melangkah mantap menceburkan dirinya ke
dalam parit api yang berkobar-kobar hebat. Orang yang
terakhir berjalan menuju parit api adalah seorang ibu
yang menggendong bayinya. Wanita itu melangkah
pelan karena merasa kasihan kepada bayinya yang masih
menyusui. Ia tak sampai hati membawa bayinya ke dalam
kobaran api. Namun, tiba-tiba"dengan izin Allah"bayi
itu berkata, "Wahai Ibu, bersabarlah! Sesungguhnya
engkau berada dalam kebenaran." Dan dengan langkah
yang mantap, wanita itu pun terjun ke dalam kobaran
api.[] Berkat Rahmat Allah Semata
365 Perbanyak Amal Sebelum Ajal K etika salah seorang sahabatnya meninggal,
Rasulullah Saw. mengantarkan jenazahnya hingga
pemakaman. Pulang dari pemakaman, Rasulullah
Saw. melayat keluarga almarhum. Beliau menghibur
mereka dan berpesan agar tetap bersabar dan tawakal
menghadapi musibah itu. "Apakah sebelum meninggal, almarhum mewasiatkan
sesuatu?" tanya Rasulullah Saw.
"Aku mendengar ia mengatakan sesuatu di antara
napasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal," jawab
istrinya. "Apa yang dikatakannya?"
"Aku tidak tahu, wahai Rasulullah. Apakah ucapannya
itu sekadar rintihan sebelum meninggal, ataukah ia
kesakitan karena dahsyatnya sakratulmaut. Aku tidak
bisa menangkap ucapannya lantaran terputus-putus."
"Apa yang ia ucapkan?"
"Ia mengatakan, "Andai lebih lama lagi ". Andai
yang masih baru ". Andai semuanya "." Hanya kata-kata
itu yang tertangkap telingaku. Sungguh aku tidak tahu
maksudnya." Rasulullah Saw. tersenyum, lalu bersabda, "Sungguh,
ucapan suamimu itu benar adanya. Begini ceritanya.
Suatu hari, ia berjalan cepat ke masjid untuk menunaikan
shalat Jumat. Di tengah jalan, ia berjumpa dengan
orang buta yang juga hendak ke masjid. Orang buta
itu berjalan tersandung-sandung karena tidak ada yang
menuntun. Maka, suamimu membimbingnya sampai ke
masjid. Ketika hendak mengembuskan napas terakhirnya,
ia melihat pahala amal salehnya itu sehingga ia berkata,
"Andai lebih lama lagi .?" Maksudnya, seandainya dulu ia
menuntun orang buta itu lebih lama lagi, pasti pahalanya
lebih besar." "Terus, ucapannya yang lain, ya Rasulullah?" tanya
si istri penasaran. "Kalimatnya yang kedua ia ucapkan karena suatu hari
ia pergi ke masjid pagi-pagi di tengah cuaca yang sangat
dingin. Di tepi jalan, ia melihat seorang laki-laki tua
duduk dengan tubuh menggigil. Hampir saja, orang tua


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu mati kedinginan. Kebetulan, suamimu mengenakan
dua buah mantel: yang lama dan yang baru. Ia mencopot
mantelnya yang lama, lalu memberikannya kepada lelaki
tua itu, dan ia sendiri mengenakan mantel yang baru.
Nah, menjelang kematiannya, suamimu melihat balasan
Perbanyak Amal Sebelum Ajal
367 amal salehnya itu. Ia menyesal dan berkata, "Andai yang
masih baru yang kuberikan kepadanya, pasti pahalaku
jauh lebih besar.?" "Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya,
wahai Rasulullah?" "Apakah kau masih ingat, suatu hari suamimu datang
dalam keadaan sangat lapar dan minta disediakan
makanan" Kau pun bergegas menghidangkan sepotong
roti yang telah dicampur daging dan mentega. Namun,
saat hendak memakannya, tiba-tiba seseorang mengetuk
pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi
rotinya menjadi dua potong. Sepotong diberikan kepada
musafir itu dan sepotong lainnya ia makan sendiri.
Menjelang wafat, suamimu menyaksikan betapa besar
pahala amalnya itu sehingga ia menyesal dan berkata,
"Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya
kuberi separo. Sebab, andai semuanya kuberikan
kepadanya, sudah pasti pahalaku akan berlipat ganda.?"[]
368 Fuad Abdurahman Kepustakaan Abdul Azhim ibn Abdul Qawi, Mukhtashar Shah?h
Muslim, cet. ke-1, (Riyadh, KSA: Dar Ibn Khuzaimah,
1414 H/1994 M). Abdul "Aziz Al-Darini, Thah?rah Al-Qul?b wa Al-Khud?" li
"all?m al-Ghuy?b. (Edisi Indonesia: Terapi Menyucikan
Hati: Kunci-Kunci Mendekatkan Diri kepada Ilahi, cet.
ke-2, Bandung: Al-Bayan, Mizan, 1424 H/2004 M).
Abdullah Al-Talidi, Al-Mubasysyir?n bi Al-Jannah, (Beirut:
Dar Ibn Hazm, 1992 M). Abdullah Nashih Ulwan, Al-Ukhuwwah Al-Isl?miyyah.
(Edisi Indonesia: Merajut Keping-Keping Ukhuwwah,
cet. ke-2, Solo, CV. Ramadhani, September 1990 M).
Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh, Problematika
dan Jalan Keluarnya, cet. ke-1, (Bandung: Pustaka
Hidayah, Ramadhan 1430 H/Agustus 2009 M).
Abdurrahman Ra"fat Basya, Shuwarun min Hay?t AlShah?bah, cet. ke-1, (Kairo Mesir: Darul Adab AlIslami, 1418 H/1997 M).
Abi Hamid Al-Ghazali, Ihy?" "Ul?m Al-D?n, jilid 2, cet.
ke-2, (Beirut Libanon: Dar Al-Fikr, 1411 H/ 1991 M).
Abil Abbas Ahmad Al-Zubaidi, Mukhtashar Shah?h
Bukh?r?, cet. ke-1, (Kairo Mesir: Darul Hadits, 1425
H/2005M). Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Hadza Al-Hab?b Muhammad
Ras?lillah Saw. Ya Muhibb, cet. ke-9, (Kairo Mesir:
Dar As-Salam, 1428 H/2007 M).
______, Minhaju Al-Muslim, cet. ke-4, (Kairo Mesir: Dar
as-Salam, tt.) Abu Ja"far Al-Warraq Al-Thahawi, Al-Aq?dah AlThahawiyyah, tp.tt.
Abu Islam Ahmad ibn Ali, "Ala M?"idah Al-Nab?y Saw.,
cet. ke-1, (Riyadh KSA: Dar Al-Qasim, 1429
H/2008 M). Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtar Al-Ah?dits Al-Nabawiyyah
wa Al-Hikam Al-Muhammadiyyah, (Beirut Libanon:
Dar Al-Fikr, tt.). Ahmad Muhammad Al-Khufi, Min Akhl?q Al-Nab?y, cet.
ke-1, (Kairo Mesir: Nahdhah Mash, 1992 M).
Ahmad Muhammad Hasan, et al, Adzkiy?" Al-Shah?bah,
(Mimbar Tauhid wa Al-Jihad tt.), (Edisi Indonesia:
Hikayat Orang-Orang Cerdik, cet. ke-1, Solo: Pustaka
Arafah, 2005 M). Ahmad Mir Khalaf Zadeh & Qasim Mir Khalaf Zadeh,
Kisah-Kisah Bismillah, cet. ke-4, (Jakarta: Qorina,
Ramadhan 1428 H). ______, Kisah-Kisah Allah, cet. ke-3, (Jakarta: Qorina,
Agustus 2006 M). 370 Fuad Abdurahman Ahmad Rofi" Usmani, Wangi Akhlak Nabi, cet. ke-1,
(Bandung: Mizania, September 2007 M/ Ramadhan
1428 H). "Aidh ibn Abdullah Al-Qarni, La Tahzan, cet. ke-20,
(Riyadh KSA: Maktabah Al-"Ubaikan, 1427 H/ 2006
M). ______, Muhammad Saw. Kaannaka Tarahu, (Beirut
Libanon: Dar Ibn Hazm). Amatul Hadi Rasyiduddin, Hadhrat Rasul-i-Karim Saw.
Awur Bachche, (Edisi Indonesia: Rasulullah dan AnakAnak, cet. ke-2, Jakarta, PT. Arista Brahmatyasa,
Januari 1995 M). Amin ibn Abdullah Al-Syaqawi, Durusun Yawmiyyah, jilid
1-3, cet. ke-4, (Riyadh KSA: Muassasah Fuad, 1427
H/2006 M). Anonim, Majm?"?t Al-Maw?lid, (Bandung: Dahlan, tt.)
Bambang Q. Anees, Ya Rasul, Izinkan Aku Mencintaimu,
cet. ke-1, (Bandung: Makrifat, 2008 M).
Fadhl Al-Haj Muhammad, Al-Sirah Al-Nabawiyyah (Li
Al-Syab?b), cet. ke-1, (Riyadh KSA: Dar Al-Thuwaiq,
1427 H/ 2006 M). Faridah A.W. Malangyudo, Kisah-Kisah Patriot Muslim,
cet. ke-1, (Jakarta: PT. Arista Brahmatyasa, November
1993 M). Fuad Abdurahman, Kehebatan Sedekah, cet. ke-1, (Bandung:
DAR! Mizan, Ramadhan 1430 H/Sepetember 2009
M). Kepustakaan 371 ______, Keajaiban Maaf, cet. ke-1, (Bandung: DAR!
Mizan, Dzulhijjah 1430H/Desember 2009 M).
______, Dahsyatnya Jujur, cet. ke-1, (Bandung: DAR!
Mizan, Shafar 1431 H/ Januari 2010 M).
______, Kisah Menakjubkan Para Syuhada, cet. ke-1,
(Bandung: DAR! Mizan, Shafar 1431 H/ Januari 2010
M). ______, Senyumlah Bunda, cet. ke-1, (Bandung: DAR!
Mizan, Jumada Al-Ula 1431 H/Mei 2010 M).
Habiburrahman El-Shirazy, Di atas Sajadah Cinta, cet.
ke-XXII, (Jakarta: Republika, April 2008 M).
Hani Al-Hajj, Alfu Qishsh wa Qishshati min Qishashi AlSh?lih?n wa Al-Sh?lih?t wa Naw?dir Al-Z?hid?n wa
Al-Z?hid?t, (Al-Maktabah Al-Taufiqiyyah, tt.)
Hasan ibn Ahmad Hasan Himam, Maw?qif Al-Nab?y ma"a
Al-Athf?l, cet. ke-2, (Riyadh KSA: Dar Al-Hadharah,
1427 H/ 2006 M). Hilmi ibn Muhammad, Rawdh Al-Riy?h?n f? Qishash AlMuj?hid?n, (Edisi Indonesia: Kisah-Kisah Pahlawan
Generasi Pilihan, cet. ke-1, Klaten, Wafa Press, Juni
2007 M). Imam Bukhari, Shah?h Bukh?r?, jilid 1-4, tt. (Beirut
Libanon: Dar Al-Fikr). ______, Al-Adab Al-Mufrad, cet. ke-1, (Makkah KSA:
Maktabah Nizar Mushtafa Al-Baz, 1425 H/2004 M).
Imam Muslim, Shah?h Muslim, jilid 1-2, cet. ke-1, (Beirut
Libanon: Dar Al-Fikr, 1412 H/1992 M).
372 Fuad Abdurahman Ibnu Abi Jamrah, Mukhtashar Shah?h Bukh?r?, (Terjemah
Indonesia oleh Penerbit Alif Media Bandung, dengan
judul 296 Mutiara Hadis Bukhari, April 2005 M).
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur"a Al-Azh?m, jilid 1-4, cet. ke-8,
(Kairo Mesir: Dar Al-Hadis, 1418 H/1998 M).
______, Al-Bid?yah wa Al-Nih?yah, jilid 6, cet. ke-1,
(Beirut Libanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1415
H/1994 M). ______, Qishash Al-Anbiy?", cet. ke-1, (Beirut Libanon:
Muassasah Al-Ma"arif, 1424 H/ 2003 M).
Imam Turmudzi, Al-Syama"il Al-Muhammadiyyah wa
Khash?"ish Al-Mushthafawiyyah, cet. ke-2, (Makkah
KSA: Maktabah Nizar Mushtafa Al-Baz, 1425 H/2004
M). Imam Nawawi, Riyadh Al-Sh?lih?n, cet. ke-2, (Makkah
KSA: Maktabah Nizar Mushtafa Al-Baz, 1425 H/2004
M). ______, Hadits Al-Arba"?n Al-Nawawiyyah, tt. tp.
K.H. Habib Syarief Muhammad Alaydarus, 135 Shalawat
Nabi, cet. ke-1, (Bandung: Pustaka Hidayah, Dzul
Qa"dah 1428 H/Desember 2007 M).
M. Quraish Shihab, Lentera Hati, cet. ke-5, (Bandung:
Mizan, 1416 H/1995 M). Majdi Muhammad Al-Syahrawi, Miata Qishshah wa
Qishshah min Qishashi Al-Sh?lih?n wa Nawadi AlZ?hid?n, (Kairo Mesir: Al-Maktabah Al-Taufiqiyyah,
tt). Kepustakaan 373 Muhyiddin Sulaimah & Muhammad Muwa"q Sulaimah,
Qishashun wa Azhar, min Al-Rawdh Al-Nabawy, cet.
ke-2, (Riyadh KSA: Dar Al-Huda, 1427 H/2006 M).
Mushaf Al-Nur, Al-Qur"an Terjemahan Perkata, cet. ke-1,
(Bandung: Al-Mizan Publishing House, Oktober 2010
M/Dzulqa"dah 1431 H).
Mushtafa Mahmud, Muhammad Saw., Muhawalah
lifahmi Sirah Al-Nabawiyyah, (Edisi Indonesia:
Muhammad Saw., Sebuah Upaya untuk Memahami
Sejarah Rasulullah, cet. ke-2, Jakarta, tp. 1981 M).
Muhammad Abu Al-Yusr Abidin, Hikayat Al-Shufiyyah,
(Kairo Mesir: Dar Al-Basyair, 1997, tt.)
Muhammad Husain Haikal, Hay?t Muhammad, cet. ke-2,
(Kairo Mesir: Dar Al-Ma"arif, 1935 M).
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Hay?tu Al-Shah?bah,
(Beirut Libanon: Dar Al-Fikr, 2002 M).
Muhammad ibn Hamid Abdul Wahab, Sitt?na Qishshah
Rawaha Al-Nabi Saw. wa Al-Shah?bah Al-Kiram, cet.
ke-1, (Riyadh KSA: Dar Al-Thuwaiq, 14323 H/2002
M). Muhammad Tamur, Al-Ah?d?ts Al-Qudsiyyah Al-Shah?hah
wa Syuruhuha, cet. ke-1, (Makkah KSA: Maktabah
Nizar Mushtafa Al-Baz, 1425 H/2004 M).
Muhammad ibn Jamil Zainu, Quthufun min Al-Syam?"il
AL-Muhammadiyyah wa Al-Akhl?q Al-Nabawiyyah
wa Al-Adab Al-Islamiyyah, Dar Wathan.
374 Fuad Abdurahman Muhammad Nur Ali, Antara Ahli Surga dan Ahli Neraka,
cet. ke-1, (Bandung: Pustaka Hidayah, Mei 2003 M/
Shafar 1429 H). Muhammad Ali Al-Hasyimi, Syakhshiyyah Al-Muslim, cet.
ke-10, (Beirut Libanon: Dar Al-Basyair Al-Islamiyyah,
1423 H/2002 M). Muhammad Al-"Ariefi, F? Bathni Al-Hut, (Edisi Indonesia:
Di dalam Perut Ikan Paus, cet. ke-1, Jakarta, Qisthi
Press, September 2006 M).
Muhammad Ridha Al-Hakimi, Saluni Qabla an Tafqiduni,
(Beirut Libanon: Muassasah Al-A"lami, 1399 H).
Muhammad ibn "Alwi Al-Maliki, Abwab Al-Faraj, tt. tp.
Muhammad ibn Abdul Wahab, Mukhtashar Sirah AlRas?l, cet. ke-1, (Beirut Libanon: Dar Kitab Al-Arabi,
1424 H/2004 M). Musa Al-Khatib, Du"a Al-Hasyarat wa Al-Thair wa Al-Jibal
f? Al-Qur"ani Al-Karim, cet. ke-1, (Kairo Mesir: Dar
Al-Afaq Al-Arabiyyah, 1423 H/2003 M).
Nizar Abazhah, f? Madinah Al-Rasul, (Edisi Indonesia:
Ketika Nabi di Kota, cet. ke-1, Jakarta: Zaman, 2010
M). ______, F? Bayt Al-Rasul, (Edisi Indonesia: Bilik-bilik Cinta
Muhammad, cet. ke-3, Jakarta: Zaman, 2010 M).
______, F? Shuhbati Al-Rasul Saw., (Edisi Indonesia:
Sekolah Cinta Rasulullah, cet. ke-1, Jakarta: Zaman,
2010 M). Kepustakaan 375 Nurhayati Amir, Kaca-kaca Berdebu, cet. ke-4, (Bandung:
Mizan, 1991 M). Sa"id Abdul Azhim, Al-Atqiya" Al-Akhfiya", (Kairo Mesir:
Dar Al-Iman Iskandariyyah).
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Al-Rahiq Al-Makhtum,
(Makkah KSA: Maktabah Nizar Mushtafa Al-Baz, 1424
H). Yusuf ibn Abdullah Al-Wabil, Asyrat Al-Sa"ah, cet. ke-28,
(Damam KSA: Dar Ibn Al-Jauzi, 1426 H).
376 Fuad Abdurahman Profil Penulis Fuad Abdurahman, lahir di Cianjur pada 24 Mei. Sejak
kecil, lulusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN (sekarang UIN)
SGD, Bandung ini sangat menggandrungi buku. Hobinya
membaca dan menulis. Penulis"yang juga juara kaligrafi
tingkat nasional"ini lulus pada 1996 dengan yudisium
cumlaude. Ia sempat mengabdi di almamaternya, MTs.
Manarulhuda Cianjur, kemudian menjadi pengajar di
Pesantren Terpadu Serambi Makkah, Padangpanjang,
Sumatera Barat, antara 2000-2002.
Penulis pernah bekerja di Maktabah dan Tidzkar
Gallery di Al-Zulfi, Riyadh KSA, dari 2004 hingga 2007.
Kemudian ia pulang ke tanah air dan bekerja sebagai
penulis buku, penerjemah, dan kaligrafer Arab untuk
beberapa penerbitan, selain menjadi Tour Leader umrah.
Ia juga menjadi Dewan Hakim tetap cabang kaligrafi
pada MTQ tingkat Kabupaten Cianjur. Pada waktu-waktu
tertentu, penulis menerima pesanan lukisan kaligrafi
dan dekorasi kaligrafi di masjid-masjid (Indonesia dan
Malaysia). Profil Penulis 377 Pada 2011, penulis meraih IBF Award dari IKAPI
lewat bukunya Senyumlah Bunda, sebagai buku Islam
Terbaik kategori Fiksi Anak. Buku "Membuat Tuhan
Tersenyum" ini merupakan buku bestseller-nya yang telah
mengalami cetak ulang. Saat ini, ia fokus menulis bukubuku tentang sejarah Rasulullah Saw., tokoh-tokoh hebat


115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dunia Islam, dan novel. Kini, penulis tinggal bersama istri tercinta, Siti Noor
Aisah, dan kedua putranya, Faiz Zainulfikri Sulthoni dan
Muhammad Farhan Rasyidi, di Komplek Perumahan
Taman Cileunyi, Blok J-2, Cileunyi Kulon, Cileunyi
Bandung. Penulis bisa dihubungi melalui email: abufaizfarhan571@gmail.com
378 Fuad Abdurahman Beragam pertanyaan seputar keislaman dijawab dengan
bernas oleh para ahli yang memiliki kapasitas ilmu mumpuni.
Seri Islam Q & A adalah buku-buku yang wajib ada
di rak buku Anda. Karena cinta, pahit berubah menjadi
j di manis i Karena cinta, tembaga berubah menjadi emas
Karena cinta, kematian berubah jadi kehidupan
Karena cinta, raja berubah jadi hamba.
(Jalaluddin Rumi)) Si Pedang Kilat 1 Kedele Maut Karya Khu Lung Tangan Berbisa 3
^