Pencarian

Relections Of Life 3

Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho Bagian 3


*** Setiap orang bijaksana hingga dia berbicara. Peribahasa Irlandia
M e i Hari yang Menentukan Tujuan Hidup
P ada 29 Mei 1765, seorng pria berpidato menentang kese-
wenang-wenangan terhadap penduduk daerah koloni Amerika. Ia berbicara dengan penuh semangat di House of Burgesses (Majelis Tinggi).
Seorang pria lain, seorang mahasiswa yang sedang menempuh studi di William and Mary College, menyempatkan diri untuk datang dan mendengarkan pidato pria itu. Ia tidak pernah menduga bahwa pidato yang didengarnya itu memiliki arti tersendiri dalam hidupnya. Ia menulis, Saya menghadiri perdebatan itu dengan berdiri di ruang depan House of Burgesses dan menyimak penampilan cemerlang Tuan Henry selaku orator ternama. Sungguh luar biasa, saya belum pernah mendengar orang berbicara seperti itu.
Pria yang mengungkapkan hal itu adalah Thomas Jefferson. Ketika itu, ia sedang mendengarkan pidato Patrick Henry, seorang patriot Amerika Serikat. Di kemudian hari, Thomas Jefferson menyatakan bahwa hari itu adalah hari yang terpenting dalam hidupnya hari yang menentukan tujuan hidupnya.
Seorang bapak bangsa yang besar lahir ketika mendengar pidato dari sosok yang luar biasa. Sebagian dari kita yang memiliki talenta untuk menjadi pewarta damai, menghadirkan pencerahan melalui kata-kata dan pemikiran.
Kini, mari kita merenung: apakah keberadaan kita bisa menjadi panutan, inspirasi, dan teladan bagi orang lain menjadi sesuatu yang bisa membuat orang lain menentukan tujuan hidupnya"
*** Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa merdeka. Soekarno
M e i Persahabatan dan Pengabdian Hassan
A mir adalah anak pendiam yang kerap mengalah dan murung.
Namun, ia suka menulis cerita. Sementara itu, ayahnya adalah sosok yang sangat bertolak belakang dengannya. Bahkan, suatu ketika, ia pernah berkata, Seorang anak yang tidak membela dirinya sendiri akan menjadi seorang pria yang tidak membela apa pun.
Meski demikian, Amir memiliki seorang sahabat bernama Hassan. Hassan adalah orang Hazara yang memiliki konlik dengan Afghanistan. Orang Hazara digambarkan sebagai budak bagi orang Afghanistan. Singkatnya, orang Hazara dianggap rendah oleh orang Afghanistan. Sebenarnya, Hassan dan ayahnya adalah budak keluarga Amir, tetapi keduanya tetap bersahabat, bukan sebagai tuan dan budak.
Akan tetapi, suatu ketika persahabatan mereka terkoyak, tepatnya ketika Hassan disodomi oleh Assef. Sebenarnya, Amir menyaksikan peristiwa tersebut, tetapi ia hanya diam. Ia tidak melakukan apa pun untuk sahabatnya. Sejak saat itu, Amir kerap menyalahkan dirinya, sedangkan Hassan sangat terpukul dengan kejadian itu. Keduanya lantas tak banyak bicara satu sama lain.
Kisah di atas adalah penggalan dari ilm The Kiterunner. Melalui ilm ini kita diajak untuk merenung tentang keberanian dan ketulusan.
Di kemudian hari, ketika Hassan telah meninggal, Amir baru tersadar tentang ketakutan di masa lalunya yang tak pernah berani ia lawan.
Sangat disayangkan, pengabdian dan persahabatan yang indah dari seorang yang amat menyayangi kita baru kita sadari setelah orang itu pergi untuk selamanya.
Bagaimana dengan kita, sudahkah kita menjadi sahabat yang baik bagi orang lain"
*** Menjadi sahabat bagi seseorang adalah sebuah tugas yang mulia, dan sekaligus juga paling sulit dilakukan.
M e i Gitaris dan Doktor Fisika
A walnya, Brian May adalah seorang isikawan. Ia mulai me-
nyusun disertasinya pada 1974. Namun, karena saat itu Queen, grup band legendaris yang digawanginya, tengah naik daun, proyek itu ia hentikan. Pada 1991, ketika Freedie Mercury, sang vokalis, meninggal, ia tetap mencoba untuk eksis di dunia musik. Ia sempat menerbitkan beberapa lagu Queen, membuat album kompilasi, dan bermusik dengan beberapa grup band baru.
Pada 2006, niat untuk kembali menyelesaikan desertasinya muncul. Dan, pada Agustus 2007 lalu, ia resmi menjadi seorang Doktor. Pada Februari 2008, ia diangkat menjadi seorang Rektor di Liverpool John Moores University, Inggris. Sebelumnya, jabatan itu dipegang oleh Cherie Blair, istri Tony Blair, mantan perdana menteri Inggris.
Ketika menjadi gitaris Queen, ia merancang gitarnya bersama ayahnya. Ia memberi nama gitar itu Red Special. Ia adalah seorang gitaris yang tak pernah berhenti berinovasi untuk menciptakan sound yang unik dan sulit ditiru oleh gitaris lain. Ketika gitaris lain mulai menggunakan pick gitar (pemetik dawai gitar yang berbentuk segitiga dan terbuat dari plastik) agar dapat memainkan melodi dengan lebih cepat, ia menggunakan sebuah koin uang lawas. Ia mengaku memiliki ribuan koin, sehingga tak khawatir kehabisan.
Brian May adalah sosok pembelajar. Gitaris dan doktor Fisika ini tak ingin berdiam diri dalam memaknai kehidupannya. Usia tak pernah menjadi penghambat baginya untuk terus mengembangkan diri dan mencari cara agar hidupnya mendatangkan manfaat bagi orang lain.
*** Kaca, porselen, dan nama baik adalah sesuatu yang mudah pecah dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa
meninggalkan bekas yang tampak. Benjamin Franklin
M e i Ayam Mati Jadi Roti Isi S eorang ibu tidak suka dengan seorang tetangganya, seorang
gadis kecil yang suka memelihara ayam. Ayam-ayam itu adalah hewan yang paling berisik di dunia! pekiknya. Tentu saja, hal ini membuat gadis kecil yang memelihara ayam itu merasa sungkan. Alhasil, ia selalu mencegah ayam-ayamnya agar tidak memasuki pekarangan milik tetangganya itu.
Suatu ketika, gadis kecil itu lalai menjaga ayam-ayamnya. Dua ayamnya yang masih kecil masuk ke pekarangan rumah si ibu yang cerewet. Tentu saja, hal itu membuatnya naik pitam. Ia mengambil penggebuk kasur dan menghantam kedua ayam itu hingga tewas.
Melihat hal itu, ibu gadis kecil yang bijak itu berkata, Bawalah kedua ayam yang mati itu kepadaku. Ia lantas membuat adonan dari tepung dan telur. Ayam-ayam mati itu direndamnya dalam air panas dan bulu-bulunya ia cabuti. Beberapa jam kemudian... beberapa roti isi daging ayam siap disantap! Ibu itu berkata kepada anak gadisnya, Bawalah roti ini kepada tetangga kita itu. Ia pasti menyukainya.
Anak gadis itu hampir menangis ketika melihat roti-roti itu. Namun, ibunya berpesan agar ia mendatangi si ibu cerewet dengan ramah. Jangan lupa untuk tersenyum, ujarnya.
Si ibu cerewet sangat senang dengan roti isi. Ketika di kemudian hari ia mengetahui bahwa roti isi yang dimakannya dibuat dari kedua ayam yang mati karena gebukannya, ia hampir pingsan. Ia menyesal karena telah menewaskan kedua ayam itu, tetapi juga bersyukur atas kebaikan hati tetangganya.
Ketika kejahatan dibalas kejahatan, kita juga berbuat jahat. Ketika kebaikan dibalas kebaikan, itu manusiawi. Namun, ketika kejahatan dibalas kebaikan, nah... itu baru luar biasa!
*** Ketika kita membalas kejahatan dengan kebaikan, sesungguhnya kita juga sedang menyelamatkan diri kita sendiri.
M e i Benar-benar Dimarahi, Benar-benar Disayangi
S uatu ketika, Ma Yan, gadis yang beranjak dewasa dalam novel
karya Sanie B. Kuncoro, dimarahi habis-habisan oleh ibunya karena gagal dalam ujian bahasa China, mata pelajaran utama di sekolahnya. Ya, novel berjudul Ma Yan ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis kecil di pedalaman China.
Setelah semua kerja keras yang kita lakukan, hanya inikah hasilmu" tanya ibunya dengan sengit. Ibunya lantas memarahi Ma Yan dengan kata-kata yang cukup pedas. Kalimat-kalimat yang ibu gunakan ketika memarahiku sangat tajam, lebih tajam daripada pisau pengerat daging terkeras sekalipun, ujar Ma Yan.
Dalam kekesalannya, sang ibu sempat berujar bahwa sesungguhnya Ma Yan tak layak mendapat roti buatan ibunya yang ia buat setiap pekan. Nilai ujian Ma Yan tak sebanding dengan pengorbanan ibunya. Namun, tanpa diduga, ibunya bersikap lain. Tak lama setelah marah, melalui perantaraan bibi Ma Yan, secara diam-diam ibunya mengirimkan beberapa donat yang nikmat, dan baju hangat untuk melindungi Ma Yan dari hawa dingin.
Ketika melihat donat dan baju hangat itu, Ma Yan tak kuasa menahan tangisnya. Betapa besar kasih seorang ibu kepada anaknya. Anak yang benar-benar dimarahi, juga benar-benar disayanginya!
Terkadang, kita marah karena membenci sikap seseorang. Bahkan, yang lebih parah, kita kerap marah tanpa alasan yang jelas. Pernahkah kita marah dengan maksud yang tulus agar orang lain yang kita marahi sadar bahwa kita ingin mereka berubah" Semoga marah-marah kita adalah salah satu wujud dari keberadaan kasih sayang yang ada dalam hati kita.
*** Marah tanpa kasih hanya melahirkan kebencian, tetapi kasih yang menjadi dasar marah akan menjadi sebuah kenangan.
M e i Bukan Dinasihati, Tetapi Tambah Dimarahi
M enghadapi anak nakal memang susah. Di sekolah tempat
saya mengajar, para guru dibiasakan untuk menuliskan catatan di buku agenda siswa jika ada seorang siswa yang berbuat onar selama di sekolah. Tujuannya agar siswa dapat dinasihati lebih lanjut di rumah oleh orangtuanya. Nah, suatu ketika, seorang siswa membuat ulah.
Sontak, saya segera mengambil agendanya, dan hendak menulis tentang ulahnya tersebut. Namun, sebelum hal itu terjadi, siswa itu justru menangis. Hal itu membuat hati saya sedih. Sembari terisak-isak, ia berkata, Pak, kalau ditulis di agenda, saya akan tambah dimarahi oleh orangtua saya. Bahkan, kadang saya dipukul. Dia juga menceritakan bahwa orangtuanya tidak peduli dengan alasan apa pun yang dibuatnya ketika ia nakal. Ia sudah terlanjur dicap nakal selalu nakal.
Sebagai guru yang setiap hari menghadapi ratusan siswa, saya tidak hafal dengan kondisi keluarga masing-masing anak didik saya. Saya sempat kesal dengan tindakan orangtua yang alihalih memberi nasihat, justru ikut memarahi tanpa mendengar persoalan yang sesungguhnya sedang dihadapi oleh anaknya.
Mungkin, kekesalan saya juga dikesalkan oleh para orangtua, karena bisa saja mereka menganggap saya tidak tahu banyak tentang tindak-tanduk anaknya di rumah. Ya, membesarkan anak memang bukan perkara yang mudah! Serba sulit dan menantang. Namun, di atas semua itu, mari kita serahkan anak-anak kita kepada Tuhan. Jika Ia menitipkan seorang anak kepada kita, Ia juga memiliki kuasa untuk mengubah hati anak-anak itu untuk bertumbuh dan berkembang sesuai rencanaNya.
*** Mendidik pertama-tama berarti memberikan diri untuk dijadikan panutan dan sumber pengetahuan.
M e i Usia atau Tanggung Jawab"
L ife begins at forty. Ah, yang benar saja! jawaban ini mungkin
diberikan oleh sederetan tokoh berikut:
Isaac Newton, yang memperkenalkan hukum gravitasi ketika berusia 24 tahun.
Victor Hugo, yang menulis kisah tragedi pertamanya ketika berusia 15 tahun.
Blaise Pascal, yang mulai menulis karya-karyanya ketika berusia 16 tahun, dan mengakhirinya ketika berusia 37 tahun.
Johannes Calvin, yang bergabung dengan gerakan Reformasi ketika berusia 21 tahun dan menulis karyanya yang terkenal, Instituo, ketika berusia 27 tahun.
Charles Dickens, yang menulis Oliver Twist, novelnya yang termasyhur ketika berusia 25 tahun.
Awalnya, Life Begins at Forty adalah sebuah judul buku, tetapi kerap dijadikan semboyan hidup. Mungkin, karena, secara biologis dan psikologis, usia 40 tahun dianggap sebagai tolok ukur kedewasaan. Namun, kedewasaan dapat pula ditafsirkan dengan merujuk pada sisi yang berbeda. Kedewasaan tidak hanya diukur dari jumlah usia, tetapi juga kehidupan yang bertanggung jawab.
Paling tidak, tokoh-tokoh yang disebut di atas bisa dibilang bertanggung jawab atas talenta yang Tuhan berikan kepadanya. Mereka tahu bahwa dengan segala yang telah mereka miliki mereka tak boleh tinggal diam. Mereka harus melakukan sesuatu, berjuang untuk mendapatkan yang terbaik.
Kini, marilah kita merenung: sudahkah kita bersyukur dan memberdayakan segenap talenta yang kita miliki dengan baik"
*** Hidup manusia yang bertanggung jawab membuat pemilikNya bersukacita, membuatNya menganugerahi manusia itu dengan limpahan karunia.
M e i Nikmatnya Teh Keramahan I a dipanggil Sahib Greg, meskipun berasal dari Montana, Ame-
rika Serikat. Panggilan sahib (panggilan akrab yang juga menyiratkan rasa hormat di kalangan orang Arab) melekat pada dirinya karena ia kerap mondar-mandir di Himalaya. Nama aslinya adalah Greg Mortenson.
Suatu ketika, di Karakoram, puncak tertinggi kedua di dunia yang berada di pegunungan Himalaya, ia hampir mati beku. Namun, ia berhasil diselamatkan oleh penduduk lokal, dan sempat dirawat di rumah Haji Ali Korphe. Nah, di rumah sang haji inilah ia mempelajari beragam makna teh yang disuguhkan kepadanya.
Cangkir teh yang pertama bermakna sambutan untuk tamu asing. Cangkir kedua bermakna bahwa sang tamu dianggap sebagai teman. Dan, cangkir ketiga bermakna: Kau bergabung dengan kami, dan karenanya keluarga kami siap berbuat apa pun, bahkan mati, demi dirimu.
Semua keramahan yang diterimanya membuatnya ingin melakukan sesuatu bagi warga Karakoram yang amat solider ini. Dengan semangat yang besar, ia berhasil membangun 55 gedung sekolah di sepanjang perbatasan Pakistan dan Afghanistan.
Itulah yang dikisahkan dalam novel Three Cups of Tea: One Man s Mission to Promote Peace, One School at Time. Seorang Haji Asia bersahabat dengan seorang pendaki kulit putih, bahkan bahu-membahu membangun sekolah. Di kemudian hari, ketika sekolah yang dibangun Greg diserang Taliban, sang Haji-lah yang melindungi sekolah itu sembari berkata, Akan kami bela sampai mati!
Sayangnya, keramahan yang menjadi ciri khas orang gunung dan kebaikan yang tulus kepada orang asing nyaris punah dalam kehidupan metropolis.
*** Keramahan, persahabatan, dan saling berbagi adalah hal-hal indah yang selamanya patut dilestarikan.
M e i Stres yang Mengerikan M inggu siang, 9 November 2008, jam 12 lewat sedikit. Ketika
itu, saya sedang menunggu pesanan pempek di sebuah warung sembari menyaksikan siaran berita televisi.
Seorang bayi berusia 3 bulan terluka karena dipukuli oleh ibunya yang stres. Beruntung, tetangganya mengetahui hal itu, dan menyelamatkan sang bayi. Bayi itu menutup mata, lelap, dan tampak lemah dalam dekapan tetangga yang menyelamatkannya.
Hingga berita itu ditayangkan, tidak disebutkan alasan mengapa ibu bayi itu berlaku demikian. Berita hanya menyatakan bahwa ibu bayi itu sedang stres. Dan, sepertinya stres yang dialami oleh ibu bayi itu memang mengerikan.
Saya mencoba berspekulasi untuk mencaritahu kemungkinan penyebab stres yang mendera ibu bayi itu. Dan, saya menyimpulkan bahwa, apa pun alasannya, menghantam kepala bayi untuk melampiaskan stres bukanlah cara yang tepat.
Harus diakui bahwa terkadang pelampiasan stres yang dipicu oleh beratnya tekanan hidup memang mengerikan. Bahkan, bagi beberapa orang, hidup itu sendiri dianggap mengerikan.
Memang, ada yang mengatakan bahwa yang terpenting ada lah sikap atau respons kita terhadap beragam hal yang kita alami dalam hidup, bukan terhadap hal yang kita alami itu sendiri. Namun, apakah kita akan kuat jika menerima beragam malapetaka secara beruntun"
Mari kita menyerahkan seluruh hidup kita, baik suka maupun duka, kepada Tuhan, karena Ia menjanjikan penghiburan dan jalan keluar.
*** Seruan di tengah badai memang sulit didengar, tetapi ingatlah bahwa telinga Tuhan itu sangat tajam.
M e i Ketika Hari Bersejarah Itu Tiba
K alau saya tidak puas dengan apa yang saya miliki, saya juga
tetap tidak akan puas sekalipun saya memperoleh apa yang saya inginkan, ujar Ralph Gutrie. Hal ini bukan saja berlaku pada apa yang kita sebut sebagai rezeki, melainkan juga untuk segenap keberadaan hidup kita: kepemilikan, talenta, kepercayaan, dan hikmat yang Ia telah anugerahkan.
Mari kita berkaca pada tokoh ternama di masa lalu. Namanya Nabi Daud. Awalnya ia hanya menggembalakan sedikit domba. Namun, ia tetap bersyukur sembari bernyanyi dan bermain kecapi. Ia tidak mengeluh, mendendam, atau merasa disisihkan dari sanak saudaranya. Ia menjaga domba-dombanya dengan baik, bahkan menaklukkan binatang-binatang buas yang berusaha menyerang domba-dombanya.
Ketika Goliat yang suka menggertak tiba, Daud berani menghadapinya. Ia berujar, Tuhan telah melepaskan aku dari cakar singa dan beruang, Ia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.
Mungkin, Daud tidak pernah membayangkan bahwa ia akan selalu dikenang. Namun, dari dirinya kita bisa belajar bahwa kita harus mensyukuri dan mengelola apa pun yang Tuhan berikan ke pada kita.
Kita tak akan pernah tahu kapan hari bersejarah itu akan tiba. Kita hanya bisa mempersiapkan diri untuk menunggu mo men yang ditetapkan Tuhan. Jika kita tidak siap, maka hari bersejarah itu justru akan menjadi hari malapetaka kita lari dan terpontang-panting ketika digertak Goliat yang seharusnya kita remukkan!
*** Manusia celaka mengabaikan apa yang seharusnya ia lakukan dan melakukan apa yang tidak penting baginya untuk dikerjakan.
M e i Kreativitas Perlu Penelusuran
S uatu hari, seorang pria bernama George Washington Carver
berdoa. Ia meminta agar Tuhan menyatakan rahasia alam se mesta kepadanya. Manusia kecil, kau kurang besar untuk mengetahui rahasia alam semestaKu, jawab Tuhan kepadanya melalui suatu cara.
Sepertinya George mengalami doa yang ditolak. Namun, Ia belum selesai. Tuhan melanjutkan: Namun, Aku akan me nunjukkan kepadamu rahasia kacang. Uraikanlah kacang itu. Carver melakukannya, dan ia menemukan beberapa ratus unsur dalam benih dan kulit kacang yang kecil itu.
Akan tetapi, Tuhan masih belum juga selesai. Sekarang satukan kembali dalam beragam bentuk. Carver kembali melakukannya. Dan, dari pekerjaan itu, ia menghasilkan berbagai jenis makanan, plastik, cat, minyak, dan produk-produk lain. Ia menyulut revolusi pertanian dan industri di Amerika dengan menggunakan apa yang telah Tuhan berikan padanya dengan berani, kreatif, dan tekun.
Dari kisah ini, kita bisa mengetahui bahwa sesungguhnya sesuatu yang tampak sederhana bisa menjadi luar biasa. Seperti kata seorang gitaris ternama, Eric Johnson, The smallest things makes the hugest difference.
Kini, yang menjadi pertanyaannya bagi kita adalah: sejauh mana kita berani dan tekun menelusuri suatu hal yang ada di hadapan kita" Rahasia, hikmat, cara-cara baru segenap kreativitas dalam menjalani hidup ini akan akan tersingkap jika kita mau menelusuri, mencari, berdoa, dan menggapai lebih dalam sesuatu yang menjadi bidang kehidupan kita saat ini.
*** Orang yang bertekad terus mencari ketika yang lainnya memutuskan untuk berhenti sebaiknya tidak hanya mencari dengan dayanya sendiri, tetapi juga membekali diri dengan hikmat yang ilahi.
M e i Berakhir Sudah P ria itu ditemukan meninggal di apartemennya setelah me-
nenggak 6 butir pil penenang. Padahal, saat itu, ia baru saja merampungkan sebuah ilm yang sangat digandrungi oleh banyak orang. Film itu sendiri baru rilis enam bulan setelah pria itu dikubur.
Pria itu bernama Heath Ledger. Ia berasal dari Australia. Banyak yang menduga bahwa aktingnya dalam sekuel Batman The Dark Night layak mendapat Oscar. Kepada sahabatnya, Christian Bale, pemeran Batman dalam ilm itu, ia mengaku bahwa ia sangat menikmati aktingnya dalam ilm itu, tidak seperti ilm-ilm lain yang pernah dibintanginya.
Ada beragam pendapat yang berbeda seputar kematian Heath Ledger yang namanya mulai melambung sejak berperan dalam A Knight s Tale. Ada yang menduga bahwa sosok Joker yang diperankan Ledger terus membayanginya. Ada juga yang ber anggapan bahwa relasinya dengan pasangannya sedang tidak beres.
Setelah hidupnya tamat, berakhir sudah kesempatan lain yang mungkin saja bisa melejitkan kembali namanya, meskipun di mata beberapa orang kenangan tentangnya tak akan berakhir.
Terlepas dari beragam pendapat yang ada, ada satu hal yang bisa kita pelajari dari kematian Ledger: bahwa kesenangan dan kebanggaan tidak serta-merta membuat hidup seseorang menjadi tenang. Kita membutuhkan Tuhan, lebih dari apa pun yang ada di dunia ini.
*** Batas antara kegagalan dan kesuksesan sangatlah tipis, sehingga kadang kita tidak mengetahui jika kita telah melewatinya. Ralph Waldo Emerson
M e i Bapak Jelek S uatu ketika, saya kelelahan mengurus beberapa administrasi
pembelajaran sebelum mengajar di kelas. Saat itu, saya hendak mengajar kesenian. Setelah menjelaskan tentang cara mewarnai gambar yang baru saja saya bagikan, tak dinyana, seorang murid yang cukup akrab dengan saya mendekati saya dan berkomentar, Bapak jelek.
Saya heran dengan komentarnya, terlebih karena ia masih duduk kelas satu SD. Saya lantas bertanya, Apanya yang jelek" Namun, ia tidak menjawabnya.
Saya sempat menduga bahwa mungkin anak ini sedang marah dengan saya karena suatu hal yang tidak saya ketahui atau tidak sengaja saya lakukan.
Akan tetapi, yang makin membuat saya heran adalah fakta bahwa tak lama kemudian ia kembali mendatangi saya dan menanyakan tentang warna yang pas untuk mewarnai sebuah bagian dalam gambar yang saya berikan. Bahkan, ia mengajukan pertanyaan itu dengan santai di pangkuan saya! Senyumnya lepas, tanpa beban.
Anak-anak adalah sosok yang polos, yang mengungkapkan apa pun yang dilihatnya secara jujur. Karenanya, mereka tak pantas dimarahi jika berlaku kurang baik. Merujuk pada fakta ini saya lantas menyimpulkan bahwa mungkin saya dinilai jelek karena tampak kelelahan.
Kini, mari kita merenung: sudahkan kita mendengar anakanak kita dan mencoba memahami apa yang menjadi dasar dari perbuatan mereka yang kurang terpuji" Setiap orang memiliki alasan tertentu untuk melakukan sesuatu, dan begitu pula halnya dengan anak-anak. Namun, berbeda dengan anak-anak, orang dewasa umumnya pandai membuat-buat alasan.
*** Jika Anda tidak ingin melakukan sesuatu, siapkan alasan yang baik. Peribahasa Yahudi
M e i Mengejar Kebahagiaan S aya menemukan dua ilm yang menggunakan frasa pursuit of
happiness. Yang pertama adalah tagline semacam subjudul ilm Modern Times karya Charlie Chaplin. Film ini sangat satiris memuat banyak kritik sosial. Dalam ilm ini, Chaplin sangat jeli dalam mempresentasikan keadaan sosial yang sangat kritis ketika Amerika sedang dilanda depresi secara besar-besaran.
Yang kedua adalah Pursuit of Happyness, yang dibintangi oleh Will Smith. Film ini mengisahkan tentang perjuangan seseorang untuk menjadi pialang saham. Sebuah perjuangan yang sangat mengharukan.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: siapakah orang yang pertama kali mencetuskan frasa pursuit of happiness ter sebut" Jika Anda pernah mendengar deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (declaration of independence), maka Anda akan tahu bahwa Thomas Jefferson adalah sosok yang pertama kali mencetuskan frasa tersebut. Mengapa" Karena deklarasi tersebut memuat kata-kata: & Life, Liberty and the pursuit of Happiness. Konon, Thomas Jefferson memperoleh kata-kata tersebut dari John Locke, yang menyatakan: life, liberty, and estate (or property) .
Kini, mari kita menyadari bahwa hendaknya kita tidak melupakan Tuhan dalam perjuangan kita untuk menggapai kemakmuran. Dan, jangan lupa untuk bersyukur atas apa pun yang kita peroleh. Dengan cara demikian, seberapa pun kemakmuran yang telah kita capai, kita akan selalu merasa bahagia.
*** Penemuan terbesar manusia terungkap ketika ia menyadari bahwa ia bisa mengubah hidupnya dengan mengubah jalan pikirannya. William James
M e i Are You Talkin to Me"
K esendirian bisa bermakna baik dan tidak baik. Di satu sisi,
ketika sendiri kita bisa merenung tentang diri kita sendiri, mungkin sembari membaca renungan ini. Namun, di sisi lain, kesendirian juga bisa memicu munculnya niat jahat karena memungkinkan beragam ilusi yang mengerikan masuk ke dalam pikiran kita.
Itulah yang terjadi pada diri Travis Bickle, tokoh utama ilm Taxi Driver besutan Martin Scorsese. Travis (diperankan dengan apik oleh Robert De Niro) adalah sosok yang kesepian.
Gelisah mengusir kesepiannya, ia mencari beragam hal yang sekiranya dapat membuat hidupnya berarti. Setelah cintanya ditolak oleh seorang wanita, ia membeli beragam senjata, berlatih angkat beban, dan berusaha untuk menjadi pahlawan entah untuk siapa ia melakukan hal itu. Di depan cermin ia berkata, Are you talkin to me"
Wanita yang menolak cintanya adalah salah satu tim sukses kandidat presiden. Entah berhubungan atau tidak, Travis berniat untuk membunuh kandidat presiden itu, tetapi gagal. Kemudian, ia mencoba cara lain untuk menunjukkan keberadaannya dengan berupaya untuk menyelamatkan seorang pelacur remaja. Dan, ia berhasil, meskipun pada awalnya pelacur itu tampak tidak ingin diselamatkan.
Apakah Anda senang dengan kesepian" Jika Anda senang dengan kesepian, maka ada baiknya Anda merenungi kesepian Anda. Bagaimanapun, Anda perlu bergaul, dan tidak selalu murung atau merenung. Buatlah beragam variasi agar hidup Anda berimbang dan penuh makna.
Are you talkin to me"
Yes, I am, ujar teman bicara Anda, bukan pantulan wajah Anda di cermin. Dan, tampaknya itu lebih baik, lebih waras.
*** Mengasihani diri sendiri adalah musuh kita yang paling buruk, dan jika kita takluk padanya, maka kita tidak akan pernah melakukan sesuatu
M e i Di Bawah Kaki Kita A da dua hal yang menarik tentang pengacauan bahasa yang
dilakukan Tuhan pada manusia di Bumi dalam peristiwa Menara Babel. Ketika itu, manusia hendak membangun menara yang sangat tinggi untuk menggapai langit. Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya manusia tidak puas dengan apa yang telah mereka raih di Bumi. Dan, bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah di balik kekacauan komunikasi tersebut. Tuhan ingin agar manusia bisa memahami satu sama lain dengan lebih baik.
Terhadap kedua hal ini, Toni Morison, salah satu pemenang Nobel di bidang sastra, berkata: Jika manusia di Bumi memiliki satu bahasa, maka hal itu akan mempercepat pembangunan (Menara Babel), dan manusia akan sungguh-sungguh bisa menggapai surga. Namun, surga yang seperti apakah yang dimaksud di sini" Mungkin, memang belum tiba waktunya bagi kita untuk menggapai surga& mungkin, surga yang mereka bayangkan dapat ditemukan di (bawah) kaki mereka sendiri.
Seorang yang bijak pernah mengatakan bahwa dunia tempat kita berpijak akan menjadi indah jika kita mau menerima orang lain apa adanya. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa sesungguhnya surga itu ada di dunia: surga yang terjalin dalam hubungan kita dengan sesama. Inilah yang seharusnya syukuri. Jika kita tidak mensyukurinya, maka perbedaan antarmanusia akan menjadi semakin runcing dan surga akan punah.
*** Mempercayai semua orang adalah sebuah kesalahan, dan begitu pula halnya dengan tidak mempercayai satu orang pun. Peribahasa Inggris
M e i Empat Langkah Menuju Pemulihan
D alam Memulihkan Kesaksian yang Rusak, yang mayoritas
ditulis oleh Earl Wilson (bersama enam penulis lainnya), disebutkan bahwa pertobatan yang hanya terungkap dengan penyesalan tidaklah cukup. Mengapa" Karena ada empat langkah penting menuju pemulihan yang perlu dilakukan.
Pertama, dosa harus diakui sebagai dosa. Mayoritas orang berdalih, mendeinisikan dosa sebagai masalah, kekurangan, dan lain-lain. Bagaimanapun, dosa adalah dosa, dan harus diakui sebagai dosa.
Kedua, jembatan untuk berbuat dosa harus dimusnahkan. Hal ini penting karena mayoritas orang yang telah mengakui dosanya masih memiliki keinginan untuk kembali berbuat dosa. Keinginan ini harus ditangkal dan disucikan.
Ketiga, beragam kemungkinan yang memicu orang untuk berbuat dosa harus disingkirkan. Sebenarnya, langkah ini mirip dengan langkah kedua. Namun, ia lebih menekankan pada halhal yang membuat keinginan kita untuk melakukan dosa kembali tersulut. Hal-hal inilah yang harus kita singkirkan.
Keempat, harus ada kesediaan untuk mengizinkan agar dosa-dosa lain yang telah kita perbuat kembali disoroti. Pemulihan hati melibatkan semua dosa, bukan hanya dosa-dosa tertentu saja, meskipun kita belum bisa mengidentiikasi dosa-dosa kita secara menyeluruh karena kita kerap gamang dalam mengartikan dosa akibat nilai-nilai kehidupan yang kian permisif dan kompleks.
Melalui keempat langkah ini hati kita akan diperbaharui. Banyak orang yang bahkan ketika sudah mendapat pengajaran dan pengetahuan akan kebenaran pun kadang masih suka berbuat dosa. Dosa memang nyaman dilakukan. Dan, kebenaran sangat sulit diamalkan. Dosa itu memang nikmat, tetapi perlahan-lahan akan membunuh kita. Pemulihan itu memang berat, tetapi ia akan membuat hidup kita damai dan sejahtera.
*** Semua yang dimulai dengan marah akan berakhir dengan malu.
M e i Lebih Lama daripada Perang
S aya ingat akan momen ketika skripsi saya tak kunjung sele-
sai. Umumnya, pada momen ini, mayoritas mahasiswa akan me ninggalkan beragam kegiatan yang sedianya diikutinya. Mereka berdalih bahwa mereka sedang sibuk (dengan skripsinya). Demikian pula halnya dengan saya. Ketika itu, saya harus meninggalkan beragam pelayanan saya di gereja. Namun, di balik ke sibukan dengan skripsi, secara jujur, harus diakui bahwa sesungguhnya ada faktor lain yang menghambat saya untuk menulis skripsi, yaitu: rasa malas.
Terkait dengan hal ini, saya bersyukur karena memiliki seorang ayah yang bijak. Suatu ketika, ia bertanya, Perang Diponegoro berlangsung dari tahun kapan sampai kapan ya"
Sebagai mahasiswa jurusan Sejarah, tentu saja, saya tahu jawaban atas pertanyaan itu. Alhasil, dengan mantap saya menjawab, 1825 sampai 1830.
Akan tetapi, ayah saya menimpali jawaban saya dengan berkata, Heran aku, memang ada ya, orang yang kuliah lebih lama daripada perang"
Timpalan ini menempelak saya. Terlebih karena ketika itu kuliah saya sudah mencapai semester 11. Dan, baru sekitar setahun setelahnya saya merampungkan kuliah saya.
Saya beruntung karena memiliki orang-orang seperti ayah saya yang selalu mengingatkan saya untuk tetap fokus pada hal-hal yang harus saya lakukan dalam hidup saya.
Kini, mari kita merenung: apakah yang seharusnya kita utamakan dalam hidup namun kerap kita singkirkan" Apakah kita akan membiarkan diri kita terombang-ambing dalam kemalasan"
*** Fokus dalam hidup membuat pikiran kita tertata, dan memudahkan kita untuk meraih masa depan yang lebih baik.
M e i Bahkan Seorang Raja Sekalipun Tak Mampu Menghalanginya
P ria ini hanyalah seorang miskin yang berasal dari sebuah desa.
Namun, ia beruntung karena bisa bekerja di kerajaan Spanyol sebagai pegawai rendahan. Ketika bekerja di kerajaan itu, ia kerap takjub dengan kapal-kapal yang mengibarkan bendera Spanyol, terutama kapal-kapal yang telah mengitari beragam samudra. Ketika itu, nama-nama seperti Christopher Columbus dan Vasco da Gama mulai meroket.
Pemandangan itu memicu mimpi pegawai rendahan tersebut. Suatu hari nanti, aku juga akan berlayar, ujarnya dalam hati. Namun, sang Raja tidak suka padanya, terlebih dengan mimpinya itu. Sang Raja menganggapnya sebagai orang desa yang tidak terampil
Akan tetapi, kesempatan itu akhirnya datang juga. Ia diterima menjadi seorang awak kapal. Hal ini memicu pesatnya perkembangan pengetahuannya di bidang pelayaran. Alhasil, dalam waktu singkat, ia berhasil menjadi nahkoda kapal. Kini, kita mengenangnya sebagai orang yang pertama kali mengelilingi dunia. Ya, namanya adalah Ferdinand Magellan.
Umumnya, kita kurang gigih bahkan tidak yakin ketika memperjuangkan hal-hal yang mampu kita raih. Ferdinand Magellan tahu tujuan hidupnya: menjadi pelaut. Dan, tidak ada seorang pun yang mampu menghalanginya untuk menggapai tujuan hidupnya tersebut. Bahkan, seorang raja sekalipun. Pencapaian besar menjadi akhir dari setiap perjuangan besar. Dan perjuangan yang besar itu harus kita mulai dari sekarang. Marilah kita memulainya dengan keyakinan dan kegigihan!
*** Sekalipun kehidupan diwarnai oleh beragam kondisi, kita diberi pikiran untuk memilih warna yang kita sukai.
John Homer Miller M e i Menerima Hidup Apa Adanya
J ika Anda mencermati buku-buku iksi yang belakangan ini
marak di toko buku, maka Anda akan menyadari bahwa salah satu buku iksi yang menyedot minat pembaca saat ini adalah bukubuku yang membahas tentang psikopat. Sebenarnya, sebelum novel-novel semacam ini marak, Sidney Sheldon telah menulis novel Tell Me Your Dreams, yang mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang memiliki tiga kepribadian dengan merujuk pada riset psikoanalisis yang cukup mendalam.
Gadis yang kerap murung dan merenung ini bisa menjelma menjadi sosok yang anggun, funky, dan sekaligus kejam. Hal ini terjadi karena ia memiliki trauma akan masa lalunya yang sulit dan terhapuskan. Alhasil, ia menjalani hidup dengan bergontaganti kepribadian tanpa pernah menyadari apa yang sesungguhnya sedang menimpa dirinya.
Saat ini, ada begitu banyak orang yang hidup dalam kepahitan. Krisis global dan berbagai bencana alam telah menjadi isu sentral yang memicu stres dalam hidup setiap orang. Tentu saja, hal ini mengkhawatirkan, terutama jika dikaitkan dengan meningkatnya minat pembaca terhadap buku-buku psikopat.
Kemurungan semestinya ditakar dengan menghadapi hidup secara jujur dan dengan rendah hati mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan kita dalam menghadapi kesulitan hidup, kepahitan, dan berbagai masalah yang mendera batin kita. Hanya dengan cara inilah kita bisa menjalani hidup kita dengan lega, seperti yang dikatakan oleh seorang bijak, Kehidupan tidak ditentukan oleh hal-hal yang terjadi pada diri Anda, tetapi ditentukan oleh bagaimana Anda menyikapi hal-hal yang terjadi pada diri Anda.
*** Orang yang berani menghadapi kegagalan adalah orang yang mampu meraih keberhasilan. Robert F. Kennedy
M e i Pikiran yang Diperbudak Setan
N ama Abdullah Harahap tak pernah dikenal sebagai tokoh
penting dalam sastra Indonesia pada 1970-an dan 1980-an. Padahal, ia adalah pengarang yang produktif, kerap menulis novel stensilan tentang setan, balas dendam, seks, jimat, dan beragam hal yang berbau horor lainnya.
Di kemudian hari, ada tiga sastrawan (Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad) yang memiliki kesamaan sejarah literer. Ketiganya, dalam suatu masa hidupnya masingmasing di masa lalu, pernah membaca karya-karya Abdullah Ha rahap. Lalu, ketiganya menghadirkan buku kumpulan cerpen berjudul Kumpulan Budak Setan.
Dalam buku itu, ketiganya berusaha menampilkan horor yang lebih membumi, elegan, dan berpijak pada realitas, seperti yang pernah dinyatakan oleh Thomas Hobbes, ilsuf pengusung empirisme asal Inggris: All generous minds have a horror... they are the brute beasts of the intellectual domain. Merujuk pada pernyataan tersebut menjadi jelas bahwa horor adalah pikiran liar yang tak terkendali (brute beasts of the intellectual domain). Karenanya, ada baiknya jika kita merenungkan kembali hal-hal yang selama ini kerap kita pikirkan.
Saat ini, tidak sedikit orang yang (akhirnya) mengalami gang guan jiwa karena berlarat-larat ketika memikirkan sesuatu. Ada yang menyimpan dendam, rasa cemburu, sakit hati, dan beragam perasaan negatif lainnya. Juga, ada yang tidak bisa menerima kekalahan dan kenyataan hidup. Itulah kondisi jiwa yang berpeluang menciptakan horor kondisi pikiran yang diperbudak setan. Kondisi pikiran yang berpeluang menerbitkan sisi-sisi yang menakutkan pada diri manusia. Waspadalah!
*** Orang yang baik adalah orang yang bebas, meskipun dia hanyalah seorang budak; orang yang jahat adalah budak, meskipun ia adalah seorang raja.
M e i Organis yang Buta A walnya, bayi itu lahir dalam keadaan normal di Prancis pada
1809. Namun sayangnya, pada usia tiga tahun ia mengalami kecelakaan yang mengenaskan. Sebuah alat tajam yang biasanya dipakai untuk melubangi kayu atau kulit menusuk matanya. Alhasil, sejak saat itu, ia menjadi buta.
Akan tetapi, kebutaan yang dialaminya itu tidak meng ha langi niatnya untuk mengembangkan diri. Ia tetap mempelajari se sua tu yang sangat disukainya: musik. Tekadnya untuk mendalami suatu bidang sangatlah besar bahkan, ia kerap mengalahkan anakanak yang normal. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada usia 19 tahun ia sudah menjadi guru bagi orang-orang buta yang ingin belajar musik di sebuah institut pendidikan di kota Paris.
Cobaan berat yang kemudian ia alami adalah ketika ia menderita TBC. Saat itu, penyakit TBC masih sulit disembuhkan. Namun, dengan kegigihannya yang besar dan mukjizat yang didapatkannya, ia sembuh.
Suatu hari, salah seorang temannya bercerita bahwa ada seorang kapten yang mengirimkan berita rahasia dengan cara melubangi kertas. Jadi, berita itu masih dapat dibaca, meskipun tanpa penerangan.
Sontak, ketika mendengar hal itu, ia memperoleh pencerahan di hatinya. Ia berkata kepada dirinya sendiri, Kini, aku bisa membuka pintu dan jendela agar orang-orang buta dapat melihat. Ya, pria itu bernama Louis Braille, penemu huruf Braille.
Keputusasaan dapat melukai hati, menghambat proses kreatif, dan membuat manusia mati sebelum waktunya. Kini, se telah menyaksikan kisah hidup Braille, mari kita merenung: apakah selama ini kita mudah menyerah"
*** Ada satu hal yang lebih kuat daripada seluruh angkatan perang di dunia, itulah ide yang tiba pada waktunya. Victor Hugo
M e i Romo dan Anak-anak Asuhnya
S uatu ketika, Romo Mangun diundang untuk berbagi ilmu
tentang reformasi dalam sebuah acara. Ia menyanggupi undangan tersebut jika diperkenankan membawa anak-anak asuhnya. Setelah mengisi acara tersebut, penyelenggara acara mengajak Romo Mangun dan anak-anak asuhnya untuk bercengkerama sembari makan di Restoran Morolejar di lereng Gunung Merapi.
Setibanya di tempat itu, anak-anak asuh Romo Mangun terpana melihat suguhan restoran yang memikat dan memantik air liur: gurami bakar asam manis, lengkap dengan nasi rojolele yang mengepulkan asap. Dan, mereka pun makan dengan lahap hingga kekenyangan.
Usai makan, Romo Mangun melihat bahwa ada makanan yang tersisa. Namun, anak-anak asuhnya menyatakan bahwa mereka sudah sangat kenyang. Alhasil, Romo Mangun meminta agar sisa-sisa makanan tersebut dituang ke piringnya. Ini adalah salah satu kebiasaan Romo Mangun. Bahkan, ia selalu melakukan hal ini di sepanjang hidupnya. Ia adalah sosok yang sangat greteh (cermat) dalam hal makanan.
Kita yang kerap menyia-siakan makanan mungkin bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Kesederhanaan hidup mendatangkan kebahagiaan. Dan, yang lebih membahagiakan lagi adalah ketika kita tetap hidup sederhana dalam kekayaan yang kita miliki sebagai bentuk empati atas kehidupan orang lain yang tidak beruntung seperti kita, sembari berderma demi kesejahteraan sesama.
Kemewahan tidak selalu berarti buruk, tetapi kemewahan yang didasari niat utuk pamer dan berfoya-foya adalah hal yang sangat buruk. Hidup hemat itu baik, tetapi jika selalu pelit dan kikir dengan dalih sedang mengirit, maka itu adalah yang hal yang sangat buruk.


Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Sesungguhnya, kehidupan yang sederhana dan bersahaja tidak akan pernah membuat kita kehilangan kehormatan.
M e i Bunga untuk Guru S uatu ketika, seorang murid kanak-kanak yang nakal, yang pa-
ling sering membuat onar, kabur dari kampung halamannya. Ia pergi ke kota besar, hidup sebagai gelandangan, dan akhirnya tak bisa pulang. Hal ini membuat penduduk desa resah. Alhasil, seorang guru yang masih remaja memutuskan untuk mencari anak itu ke kota.
Akan tetapi, perjalanan ke kota membuat guru itu kelelahan. Hal ini terjadi karena ia kurang makan dan harus berjalan kaki dalam jarak tempuh yang sangat jauh untuk mencari murid nakalnya itu. Namun, ia tidak menyerah, karena guru lain yang lebih senior telah berpesan: jangan ada satu pun yang hilang not one less.
Film Not One Less besutan Zhang Yimou ini dengan apik menggambarkan sukacita orang yang berhasil ditemukan setelah lama menghilang. Dalam perjalanan pulang, sang murid dan guru berangkulan, menangis bersama. Bahkan, ketika itu, sang murid yang kabur berjanji akan memberi gurunya bunga.
Merujuk pada ilm tersebut, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana dengan kita, yang selama ini jauh dari Tuhan" Tidak rindukah kita untuk kembali kepadaNya" Kehidupan di luar Tuhan mungkin membahagiakan, tetapi semu. Hanya Dia-lah sumber kebahagiaan sejati dan pemuas segenap hasrat kita. Ketika kita kembali kepadaNya setelah menghilang sekian lama, kita akan merasakan sukacita yang besar, yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, bak anak nakal dalam ilm di atas yang sedianya tidak menyukai bunga tetapi berjanji akan memberi gurunya bunga ketika ia mendekapnya. Tidak rindukah Anda dengan sukacita seperti itu"
*** Cinta adalah kehidupan. Dan, jika Anda kehilangan cinta, Anda kehilangan kehidupan.
Leo Buscaglia M e i Guru yang Terlupakan J ika kita berupaya untuk melacak jejak para pendiri bangsa
ini, maka Soekarno dan Hatta akan menjadi dua sosok utama. Namun, ada beberapa sosok penting lainnya yang kerap terlupakan. Salah satunya adalah Tan Malaka, yang di masa Orde Baru identik dengan cap komunis. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, pada masa Orde Baru segala sesuatu yang berbau komunis haram untuk dipelajari.
Padahal, Tan Malaka, yang lahir pada 1897, adalah seorang yang di masa kecilnya mewarisi tradisi Minang: rajin sembahyang dan hafal Qur an. Bahkan, pada 1913, ia melanjutkan studinya ke Belanda.
Salah satu misi studi Tan Malaka adalah pendidikan. Dalam Naar de Republiek Indonesie, salah satu karyanya yang monumental, ia menulis, Memajukan pendidikan di bawah kekuasaan yang tak segan-segan berdusta, memperkosa undang-undang yang dibuatnya sendiri, dan menginjak-injak hak-hak rakyat adalah hal yang berat. Seiring kemerdekaan Indonesia, tidak sedikit sekolah yang mendasarkan semangat dan cita-citanya pada tokoh yang satu ini.
Ada begitu banyak orang yang dilupakan oleh bangsa ini hanya karena sejarah yang ditulis secara keliru. Memang, hidup ini kadang penuh dengan tipu muslihat. Begitu pula halnya dengan keseharian kita banyak orang yang mungkin telah berjasa dalam hidup kita di masa lalu, tetapi kini kita lupakan hanya karena embusan berita miring yang belum tentu benar. Karenanya, sebelum terlambat, mari kita menghapus segala anggapan miring nan kabur tentang orang-orang yang telah berjasa, baik untuk diri kita maupun bangsa Indonesia. Bagaimanapun, mereka adalah sosok yang pantas mendapat penghargaan.
*** Saya tertarik pada dunia dan kehidupan yang ada di masa kini, bukan pada dunia lain dari kehidupan di masa depan. Jawaharlal Nehru
M e i Seperti Bulldog R uben Gonzales adalah atlit asal Argentina, peraih medali
emas pada Olimpiade Musim Dingin 1988, 1992, 2002, dan 2006. Olahraga yang digelutinya adalah luge, sejenis balapan dengan media kereta salju sebuah cabang olahraga yang sangat berbahaya. Yang luar biasa dari pencapaian Ruben Gonzales adalah fakta bahwa ia tidak dibesarkan di daerah bersalju, bahkan ia baru menekuni olahraga luge ketika berusia 21 tahun.
Umumnya, kita beranggapan bahwa menekuni sesuatu pada usia 21 tahun adalah terlambat. Adapun, anggapan ini didasarkan pada asumsi bahwa umumnya orang-orang yang memiliki pencapaian yang hebat sudah menekuninya sejak dini sejak kecil. Namun, tidak demikian halnya dengan Ruben Gonzales. Tekad dan semangatnya yang besar membuatnya dijuluki bulldog oleh teman-temannya. Inilah yang mengantarnya pada pencapaian yang gemilang. Inilah yang mengubah nasibnya.
Berkaca pada Ruben Gonzales, mari kita merenung: apakah kita sudah mempelajari dan membiasakan diri kita untuk memahirkan sesuatu dengan tekun dan serius"
Kesenangan belajar memisahkan kaum muda dengan kaum tua. Sejauh Anda bersedia untuk belajar, Anda tidak akan pernah menjadi tua, ujar Rosalyn S. Yallow. Mari kita tingkatkan usaha kita. Usia bukanlah halangan meskipun kita juga perlu mencermati stamina tubuh kita sendiri terkait dengan usia kita. Ruben Gonzales telah membuktikan bahwa bakat harus diasah, dan bukan media untuk membanggakan diri.
*** Tidak ada kata terlambat untuk memulai jika kita mengetahui bahwa yang akan kita mulai bukanlah suatu keisengan.
J u n i Akibat Minum Air Asin S uatu hari di bulan Juli 1942, Jerman dan Inggris sedang ber-
perang merebut El Alamien yang ada di Afrika Utara. El Alamien adalah pintu masuk menuju Iskandariah. Itulah sebabnya, mengapa Inggris berusaha mempertahankannya mati-matian. Jika El Alamien dikuasai Jerman, maka Iskandariah juga akan dikuasai oleh Jerman, dan itu berarti segenap Afrika akan berada di bawah kekuasaan Jerman.
Pada hari yang ditentukan, kedua pasukan berperang. Namun, ada yang aneh dengan perang itu: entah mengapa, pasukan Jerman berhenti menyerang secara tiba-tiba, dan mundur! Padahal, ketika itu Jerman memiliki senjata yang canggih yang mungkin hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk mengalahkan pasukan Inggris. Namun, mereka memilih untuk mundur. Mengapa mereka melakukan hal itu"
Ternyata, sehari sebelum berperang, pasukan Jerman telah berjalan mendekati batas pertahanan Inggris. Ketika itu, mereka yang kehausan karena tidak minum selama lebih dari sehari meminum air yang asin. Alhasil, tubuh mereka melemah ketika perang sedang berlangsung.
Air asin itu ibarat nasihat, saran, atau apa pun yang berawal dari hikmat manusia yang diselubungi kepalsuan. Kesegarannya hanya berlangsung singkat, tidak tahan lama. Sekilas, ketika meminum air asin dahaga kita akan terpuaskan, tetapi, tak lama kemudian, kita akan kembali kehausan.
Jika kita mau berpaling kepada Tuhan, kita akan mendapatkan air yang akan memuaskan dahaga kita di sepanjang hidup kita. Mari kita menyambut air kehidupan yang diberikan Tuhan kepada kita dengan membuka hati kita kepadaNya.
*** Hikmat yang berasal dari Tuhan memberikan kekuatan dan kehidupan, sedangkan hikmat duniawi hanya mampu mencerahkan sesaat.
J u n i 1400 Kali Lebih Berat C lifford R. Anderson, dokter sekaligus penulis buku, menya-
takan bahwa jika kita hidup hingga usia 70 tahun, maka berat makanan yang kita konsumsi adalah sekitar 1400 kali badan kita saat ini. Mari kita merenungi fakta ini: makanan seperti apa sajakah yang sudah kita makan hingga sekarang"
Jika makanan yang beratnya 1400 kali berat badan kita itu ditukar dengan uang, maka jumlahnya sangatlah besar apalagi jika makanan itu berasal dari restoran kelas dunia. Namun, mungkin selama ini kita tidak pernah berpikir bahwa makanan apalagi yang mahal juga dapat menjadi biang dosa. Mari kita merenungkan hal ini lebih lanjut.
Pertama, rokok. Beberapa orang mungkin menganggap rokok sebagai dosa bahkan hampir disejajarkan dengan narkoba dan minuman keras. Namun, ingatlah bahwa Tuhan tidak hanya menghendaki kita untuk menjauhi rokok, narkoba, dan minuman keras saja, tetapi juga meminta kita untuk sungguh-sungguh menjaga kesucian tubuh yang dianugerahkanNya kepada kita dari dosa dan hal-hal berbahaya yang dalam konteks makanan bisa dipahami sebagai makanan yang mengandung lemak berlebih, jeroan, makanan instan, dan lain-lain. Itulah sebabnya, mengapa saya mengamini khotbah seorang pendeta yang mengatakan bahwa seorang perokok tidak lebih berdosa daripada seorang penggila jeroan.
Bagaimana pola makan Anda saat ini" Apakah Anda sedang menumpuk dosa dan beragam penyakit dalam setiap santapan yang masuk lewat mulut Anda" Semoga tubuh yang Tuhan karuniakan kepada kita untuk memuliakan namaNya dapat kita rawat dan jaga dengan pola makan yang benar.
*** Kesehatan yang terjaga dengan baik membantu kita untuk menjalani hidup dalam kebahagiaan dan keberhasilan.
J u n i Berharap Pernikahan Digagalkan
W anita ini benar-benar konyol, tetapi juga kasihan. Saya
mendengar ceritanya dari seorang teman. Ketika itu, ia sudah berdiri di depan altar gereja, menggandeng mesra calon suaminya. Ya, ketika itu ia sedang berada dalam salah satu prosesi terpenting dalam hidupnya: pernikahan. Namun, tahukah Anda apa yang sesungguhnya ia harapkan sebelum ia mengucapkan janji pernikahannya"
Ia berharap pernikahannya digagalkan! Adakah di antara Anda yang keberatan atas pernikahan ini" tanya sang pendeta sebelum kedua mempelai mengucap janji pernikahannya. Pertanyaan ini membuat jantung mempelai wanita berdebar kencang. Namun, tidak ada satu pun jemaat yang menghadiri pernikahan tersebut yang mengangkat tangannya. Alhasil, perni kahan itu tetap dilanjutkan, dan kedua mempelai mengucap janji pernikahannya secara bergantian. Senyum terkulum di bibir mempelai wanita, tetapi hatinya menangis.
Ya, ia berharap ada jemaat yang mengangkat tangannya ketika pendeta mengajukan pertanyaan di atas. Hal ini terjadi karena ia masih belum yakin bahwa pria yang sedang ia tatap adalah suami terbaik yang Tuhan berikan untuknya.
Mari kita merenung: apakah kita pernah mengambil suatu keputusan dalam kebimbangan" Apakah kita pernah mengambil suatu keputusan karena terpaksa" Ini adalah hal yang mengerikan, apalagi jika keputusan itu menyangkut hal-hal penting dalam hidup kita.
Tuhan ingin agar kita senantiasa mencaritahu kehendakNya. Ia ingin mendatangkan damai sejahtera, bukan kebimbangan dan ketidakpastian. Kita diminta untuk senantiasa menghampiriNya agar Ia memberitahu kita apa yang harus kita lakukan. Kini, sebelum Anda salah langkah, renungkan kembali keputusan yang hendak Anda buat dalam doa.
*** Kasih itu identik dengan perasaan sayang yang diberikan dengan hati
J u n i Tolok Ukur Dosa S uatu ketika, saya terlibat dalam diskusi tentang sebuah ilm
dengan teman-teman saya. Ketika itu, saya baru saja menonton sebuah ilm yang menurut saya kurang apik jika dibandingkan dengan novelnya. Ya, ilm itu diadaptasi dari sebuah novel. Dalam diskusi tersebut, salah seorang teman saya berkomentar, Jadi, sampean merasa imajinasi sampean lebih bagus daripada imajinasi sang sutradara ilm itu ya" tanyanya. Saya tertempelak dengan komentar tersebut.
Di kemudian hari, saya kembali terlibat dalam diskusi tentang ilm tersebut dengan teman saya yang lain. Ia beranggapan bahwa ilm itu lebih baik ketimbang novelnya. Aku tidak betah membaca novelnya, karena tidak runut, ujarnya.
Ya, kita kerap mengukur segala sesuatu dengan kaidah atau dimensi yang berbeda. Di satu sisi, hal ini mengindikasikan bahwa kita adalah sosok yang demokratis dan berpikiran terbuka. Namun, di sisi lain, kecenderungan ini juga berpotensi negatif, terutama ketika kita harus membuat tolok ukur tertentu tentang dosa.
Karena terbiasa mengukur segala sesuatu dengan beragam kaidah atau dimensi yang berbeda, kita menjadi lunak terhadap dosa. Dosa cenderung kita samakan dengan masalah, penderitaan, kekurangan, atau ketidakberdayaan. Alhasil, kita cenderung menjadi permisif: mengizinkan segala sesuatu, termasuk dosa, untuk dilakukan.
Sebelum terjerembab terlalu jauh dengan hal ini, terlebih karena kita tidak mengetahui dengan pasti mana yang benar dan mana yang salah, marilah kita kembali kepada perintah dan larangan Tuhan yang mampu menjadi tolok ukur dan hakim bagi sebuah kehidupan yang menang atas dosa dan berlimpah damai sejahtera.
*** Semakin seseorang mengetahui perintah dan larangan Tuhan, semakin banyak dosa diperbuatnya.
J u n i Meooong! S uatu malam, seorang paman yang tinggal bersama nenek saya
kelaparan. Dan, ia memutuskan untuk mencari makanan di dapur dengan mengendap-endap dan ekstra hati-hati agar tidak mengganggu nenek saya dan orang-orang yang tidur di kamar dekat ruang makan. Namun, karena secara tidak sengaja menggeser lemari makan hingga mengeluarkan bunyi menderit, nenek saya terbangun. Ia menggoda paman saya dengan mengeluarkan bunyi, Meooong!
Tentu saja, hal ini membuat paman saya tertawa. Dengan menggunakan bahasa Jawa ia berkata, Ono kucing ngeleh iki, Bude. (Ada kucing lapar ini, Bude). Setelah mendengar hal itu, nenek saya kembali tidur.
Lapar adalah hal yang manusiawi. Setiap orang akan kelaparan jika belum makan. Bahkan, orang sudah makan seka lipun masih bisa merasa lapar. Namun, bagaimana dengan lapar rohani" Pernahkah Anda merasa lapar secara rohani"
Akuilah bahwa sesungguhnya kita tidak membiasakan diri untuk senantiasa lapar akan Tuhan. Kita tidak memberi hati dan pikiran kita santapan rohani yang bergizi secara teratur. Padahal, kita tidak hanya terdiri dari tubuh (isik) saja. Kita memiliki jiwa dan roh yang harus senantiasa dikuatkan, disegarkan, dan dimantapkan.
Karenanya, mulai detik ini, mari kita mulai mengenyangkan hati dan pikiran kita akan irman Tuhan. Mari kita membiasakan diri untuk berdoa secara teratur agar jiwa dan roh kita senantiasa kuat, segar, dan mantap. Dengan begitu, hidup kita akan menjadi semakin indah. Percayalah!
*** Doa adalah dasar yang kokoh bagi kehidupan yang berkemenangan. Jika Anda ingin menjadi pemenang, perbanyaklah waktu untuk berdoa.
J u n i Membuat Rencana yang Matang
D alam Oprah Winfrey Show yang tayang pada 30 Mei 2009
di Metro TV, Oprah Winfrey dengan jeli mengangkat bagaimana keluarga di Amerika Serikat mengatasi krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Salah satu yang menarik adalah upaya seorang ibu rumah tangga yang suka memburu beragam koran yang terbit di hari Minggu untuk mendapatkan lembaran-lembaran diskon, mengamati barang-barang diskon di supermarket langganannya, dan dengan cermat merencanakan apa yang akan ia belanjakan dalam seminggu. Dengan cara ini, ia berhasil menghemat hingga
70%. Sebuah penghematan yang fantastis, bukan" Sebenarnya, kita bisa melakukan cara yang sama untuk Tuhan. Namun, kita kerap berdalih dengan menyatakan argumen yang tidak pas namun terkesan rohani: hidup ini mengalir saja, Tuhan sudah mengatur segala sesuatunya untuk kita, santai saja. Tentu saja, argumen ini menyesatkan.
Bagaimanapun, kita perlu terbiasa untuk membuat rencana. Ingatlah bahwa Tuhan membuat kehidupan kita dengan rencanaNya. Dengan sebuah rencana kita akan lebih siap untuk menghadapi hari depan. Keberadaan rencana membuat hidup kita tertata. Ketika kita terbiasa merencanakan segala sesuatu, maka kita akan mengetahui strategi dan taktik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Jadi, tidak ada ruginya membuat rencana. Toh, sekalipun rencana itu gagal, karena mungkin Tuhan tidak menghendakinya, masih ada sesuatu yang bisa kita pelajari seraya berserah kepada Tuhan.
*** Menanti dengan sabar adalah jalan untuk melaksanakan kehendak Tuhan. Jeremy Collier
J u n i Mbah Setyowikromo dan Mbah Khatijah
M bah Setyowikromo memiliki istri bernama Khatijah. Setiap
pagi, Khatijah menyuguhkan teh hangat sebelum Mbah Setyowikromo berjualan arang ke Yogyakarta, yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari Desa Suko, tempat mereka tinggal. Sebenarnya, berjualan arang tidak membuahkan untung berlimpah, hanya berkisar Rp2.000 Rp5.000.
Upah yang tak seberapa dari pekerjaan yang telah digeluti oleh Mbah Setyowikromo sejak zaman Belanda ini serta-merta membuatnya tak pernah jajan ketika berjualan di Yogya. Bahkan, ia hanya makan sekali sehari, yaitu: sore hari. Istrinya yang berjualan daun jati menunggunya setiap sore, memasak makanan untuk disantap berdua. Dari hidup yang sederhana seperti itu, keduanya masih sempat menabung agar bisa menyumbang Rp20.000 atau Rp25.000 jika tetangga mereka membuat hajatan. Kami tidak tega menyantap makanan bingkisan dengan lauk ayam goreng utuh jika tidak membayarnya, ujar Mbah Khatijah.
Kehidupan Mbah Setyowikromo dan Mbah Khatijah adalah cermin bagi kita yang kadang mencari uang dengan cara yang tidak halal, sering tidak setia, lupa membalas kebaikan orang lain, dan mengidap rabun akut ketika melihat dan berempati atas upaya-upaya orang lain dalam memaknai dan menghargai hidup.
Kini, mari kita merenung: sudahkah kita menjadi pribadi yang hidup bermartabat" Sebenarnya, martabat tidak ditentukan oleh kekayaan dan ketenaran, tetapi ditentukan oleh penghargaan yang kita berikan bagi setiap jerih payah untuk meraih kebahagiaan dalam kejujuran dan pengorbanan.
*** Bersikaplah ceria sehingga orang akan menganggap Anda sebagai orang kaya yang bahagia, meskipun Anda tidak memiliki sepeser pun uang di kantong Anda. Anonim
J u n i Menciptakan Timbunan Sampah
D alam Re-Code Your Change DNA, Rhenald Kasali menawar-
kan eksperimen tentang membuang sampah. Ia memin ta kita untuk membuang sampah di salah satu sudut kantor dan membiarkannya selama beberapa hari jangan biarkan petugas cleaning service membersihkannya. Biarkan saja sampah itu di situ. Maka, dalam beberapa hari kemudian, Anda akan melihat timbunan sampah tisu, puntung rokok, dan beragam jenis sampah lainnya.
Sebuah timbunan sampah dapat tercipta karena ulah satu orang. Ini menjadi tesis penting: kehidupan adalah sebu ah pengaruh. Kita memengaruhi, dipengaruhi ya, saling memengaruhi. Khusus dalam hubungannya dengan memberikan pengaruh, eksperimen ini semestinya menjadi bahan perenungan kita: seberapa jauh dan besarkah pengetahuan dan prinsip-prin sip kita atas hidup yang kita inginkan untuk diikuti orang lain"
Kita yang tahu besar dan jauhnya hal-hal penting tadi tentunya akan lebih teliti dalam berbuat sesuatu, terutama jika Anda adalah seorang pemimpin di suatu perusahaan atau kantor, pendidik, atau orangtua, karena perbuatan kita akan menuai perbuatan yang sama.
Kini, mari kita lebih berhati-hati dalam menebarkan pengaruh. Kehidupan akan berarti begitu besar ketika kita bisa menebarkan pengaruh yang berarti. Kehidupan tidak akan bermakna apa pun, kepemimpinan dan teladan kita akan menjadi sebuah omong kosong, jika sehari-hari kita terbiasa melakukan hal-hal yang tidak bermutu, hingga pada akhirnya kita tidak menemukan sesuatu yang berharga hanya sebuah timbunan sam pah.
*** Kesadaran akan kehadiran Tuhan perlu ditingkatkan dalam kehidupan seseorang yang sering abai terhadap beragam perbuatan cela yang kerap dilakukannya.
J u n i Para Pengumpul Sampah R obert M. Bramson membahas tentang orang-orang sulit
dalam Coping with Dificult People. Adapun, yang dimaksud dengan orang-orang sulit dalam buku tersebut adalah orang-orang yang kerap mengganggu kelanggengan suatu hubungan akibat reaksi dan berbagai ekspresi atas emosi negatif yang mereka miliki. Nah, salah satunya adalah para pengumpul sampah.
Para pengumpul sampah adalah orang-orang yang senang mengungkit-ungkit beragam hal yang tidak baik yang tidak sepantasnya dikenang dan dibahas. Senjata mereka adalah batubatu yang disembunyikan dalam bola salju: sindiran, satire, candaan yang menyakitkan, dan semacamnya, ungkap Bramson.
Alih-alih mengajak kita untuk maju, para pengumpul sampah cenderung menarik kita ke belakang. Setiap orang memiliki masa lalu, rahasia, dan kehidupannya masing-masing. Nah, halhal memalukan yang berkaitan dengan masa lalu, rahasia, dan kehidupan seseorang itulah yang hendak dijadikan bulan-bulanan oleh para pengumpul sampah. Hidung mereka seakan-akan mampu mengendus hal-hal busuk yang sedianya sudah tertutup rapat, bahkan mereka tidak segan-segan untuk menghadirkannya secara sinis kepada orang-orang yang ada di sekitarnya sungguh sebuah suguhan yang memalukan.
Kini, mari kita merenung: apakah kita adalah pengumpul sampah" Apakah kita dikelilingi oleh para pengumpul sampah"
Mari kita menghadapi hari depan dengan lebih berani! Masa lalu memiliki tempatnya sendiri dan tak semuanya pantas diungkap. Pengalaman memalukan tidak seharusnya membuat hidup kita hancur. Seburuk apa pun masa lalu yang kita miliki, kita masih berhak memperjuangkan hari depan yang lebih baik.
*** Setiap orang fasik adalah najis dalam pandangan Tuhan, dan setiap
orang benar adalah suci dalam pandangan Tuhan yang menghakimi tanpa kesalahan. Santo Agustinus
J u n i Sederhana dan Spesifik K etika mengajar tentang pentingnya memiliki cita-cita da-
lam hidup kepada murid-murid sekolah dasar tempat saya mengajar, saya senantiasa berpesan bahwa memiliki cita-cita adalah hal yang bagus. Bahkan, dapat dikatakan sebagai hal yang penting. Apalagi, jika cita-cita itu ada sejak dini. Namun, karena rata-rata usia anak didik saya tidak sampai sepuluh tahun, mereka kerap kesulitan untuk memahami apa yang sesungguhnya saya maksud dengan tekanan tersebut.
Memang, anak-anak tidak harus memiliki cita-cita sejak kecil. Bahkan, besar kemungkinan beberapa dari kita menjalani sesuatu yang berbeda dengan apa yang sedianya kita idam-idamkan. Dulu, saya bercita-cita menjadi seorang dokter dan musisi, sekarang saya menjadi guru yang sesekali menulis.
Cita-cita (atau visi) adalah hal yang penting, terutama jika kita sedang berupaya untuk mencaritahu kehendak Tuhan, memulai atau mengerjakan suatu proyek, dan berusaha menggapai impian kita akan sesuatu. Namun, kita juga membutuhkan efektivitas akan cita-cita (atau visi) tersebut.
Agar menjadi efektif, cita-cita (atau visi) haruslah sederhana, mudah diingat, dan spesiik, ujar George Barna dalam The Power of Vision. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa sesungguhnya kita harus menyatakan cita-cita (atau visi) yang hendak kita bangun dengan sebuah kalimat yang sederhana, yang akan memudahkan kita untuk mewujudkannya.
Semoga Anda bisa mewujudkan cita-cita (atau visi) Anda. Semangat!
*** Berdoalah seakan-akan kerja tidak akan menolong, dan bekerjalah seakan-akan doa tidak akan menolong.
Pepatah Jerman J u n i Ketegaran dan Kegigihan S aya percaya bahwa ketangguhan mental dan hati jauh le-
bih kuat daripada keunggulan isik yang kita miliki, ujar seorang pria berkulit hitam. Ia adalah seorang pemain basket yang ketika kecil pernah dikeluarkan dari tim basket sekolahnya. Meski demikian, ibunya tetap mendukunganya. Bahkan, sang ibu memintanya untuk berangkat lebih pagi ke sekolah pukul enam pagi untuk berlatih.
Ia juga pernah gagal diterima di North Carolina State University, universitas idamannya. Ia diterima di universitas lain, dan di tempat inilah ia memperbaiki kemampuan bertahannya (defense) dalam bermain basket. Di kemudian hari, ia disebut sebagai defender terbaik di NBA (liga basket Amerika Serikat).
Ia adalah tonggak kebangkitan bisnis NBA, yang hingga kini belum ada yang mampu menggantikannya. Ia adalah Michael Jordan.
Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari perjuangan Michael Jordan dalam menggapai kesuksesannya, yaitu: ketegaran dan kegigihan.
Sekalipun mengalami beragam penolakan dan kegagalan dalam hidupnya, Michael Jordan tetap tegar. Ia tidak terjurumus dalam depresi dan mengasihani dirinya sendiri ketika mengalami beragam penolakan dan kegagalan. Ia tetap berjuang untuk menggapai mimpinya, meskipun harus melalui jalan yang terjal dan tidak mudah.
Beragam penolakan dan kegagalan yang dialami Michael Jordan dalam hidupnya tidak membuatnya menyerah. Bahkan, hal itu semakin membulatkan tekadnya untuk berjuang. Ia tetap gigih dalam memperjuangkan mimpinya.
Bagaimana dengan kita" Semoga kita selalu tegar dan gigih dalam memperjuangkan mimpi kita seperti halnya Michael Jordan.
*** Ketegaran dan kegigihan adalah fondasi untuk menggapai kehidupan
J u n i Sebuah Topeng Bernama Wibawa
R oberts Liardon, pendeta yang ngetop pada 1990-an, pernah
mengajarkan sesuatu yang sangat baik tentang karakter. Ia mengambil dua contoh, yaitu: Yusuf dan Simson. Yusuf dikaruniai Tuhan keahlian untuk menafsirkan mimpi, sedangkan Simson dikaruniai Tuhan keperkasaan. Meski demikian, keduanya memiliki karakter yang bertolak belakang. Yusuf menjalani hidup dengan saleh, sedangkan Simson sangat menyenangi perzinaan.
Dalam konteks hidup kita saat ini, perbedaan karakter antara Yusuf dan Simson merujuk pada sebuah kata, yaitu: integritas. Oxford English Dictionary mengartikan integritas sebagai kondisi utuh yang tidak bisa dipecah belah, bersatu, tidak cacat atau cuil, bersifat konsisten . Sementara itu, Merriam Webster s Dictionary mengartikan integritas sebagai kondisi tanpa cacat atau cela; hubungan yang menyeluruh dengan kondisi asli . 1
Umumnya, kita terkesima dengan pelayanan seorang hamba Tuhan yang bagi kita tampak luar biasa berkarisma, berwibawa, dan selalu tampil memukau. Karenanya, tak jarang hamba-hamba Tuhan dipuji karena kefasihan, kehebatan, wibawa, dan beragam pesona lainnya. Padahal, itu hanyalah kedok. Inilah yang harus kita cermati dengan saksama.
Memang, Tuhan akan memakai siapa pun yang diinginkan- Nya, termasuk yang memiliki karakter buruk sekalipun seperti Simson. Namun, ada baiknya jika kita juga mengembangkan karakter baik seperti Yusuf; ada baiknya jika menjalani hidup dengan penuh integritas. Anda tidak ingin mengakhiri hidup Anda dengan pahit seperti yang dialami oleh Simson, bukan"
*** Banyak orang mengatakan bahwa kepintaranlah yang membuat seorang ilmuwan besar. Namun, mereka keliru, karakterlah yang membuat seorang ilmuwan besar. Albert Einstein
1 Bandingkan dengan KBBI yang mengartikan integritas sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga mewakili potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran . Bandingkan juga dengan Tesaurus Bahasa Indonesia yang
J u n i Kedatangan Seorang Pembawa Surat
P eristiwa ini terjadi ketika perang saudara sedang berkecamuk
di Amerika Serikat. Ketika itu, Jenderal Grant tidak bisa ber perang. Ia merasa seluruh badannya sakit. Alhasil, ia dan pasukannya memutuskan untuk beristirahat di rumah seorang petani sembari berpikir tentang kelanjutan perang yang terus berkecamuk. Di malam hari, ia berendam dengan air panas dan meng gosok seluruh badannya dengan balsem. Ia tidak bisa tidur dengan tenang.
Keesokan paginya, seorang pembawa surat datang. Ia membawa surat dari Jendral Lee yang mengabarkan bahwa ten taranya akan menyerah. Sontak, ketika mengetahui hal itu, penyakitnya lenyap. Ya, ia sembuh seketika!
Berapa banyak dari kita yang memiliki pengalaman yang kurang lebih sama dengan yang dialami oleh Jenderal Grant" Ketika menderita karena suatu keadaan yang menekan dan membutuhkan solusi mendesak, muncul berita yang melegakan yang muncul tepat pada waktunya yang secara ajaib menyembuhkan derita yang menghinggapi jiwa dan tubuh kita.
Memang, Tuhan itu penuh dengan kejutan. Ia turut bekerja dalam segala sesuatu dan mendatangkan kebaikan bagi kita. Namun, kita kerap tidak memercayainya dengan sepenuh hati. Kita tahu bahwa Ia dapat mendatangkan kelegaan ketika kita berada dalam kesesakan, tetapi kita kerap mengabaikanNya.
Berharap kepada Tuhan tidak pernah mengecewakan. Percayalah bahwa Ia tidak akan meninggalkan kita jika kita mau memelihara kesucian hidup kita. Dia dapat memulihkan kita dengan caraNya yang ajaib jika kita mau berserah kepadaNya dengan sepenuh hati.
Anda yang sedang berbeban berat, datanglah kepadaNya. Ia akan mengangkat semua beban Anda dengan kasih dan kuasa- Nya. Ia akan menyegarkan tubuh dan Jiwa Anda.
*** Iman akan Tuhan tidak memberikan solusi instan atas persoalan dan
J u n i Kecantikan Luntur dan Gigi Ompong
S aya tidak mau khawatir dan gelisah, karena hal itu akan merusak
kecantikanku, sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku, ujar Merle Oberson, seorang aktris yang sangat can tik.
Perasaan tidak enak yang disebabkan oleh kegelisahan dan kekhawatiran bisa mengurangi persediaan kapur dalam badan sehingga merusak gigi, ujar dr. McConigee.
Mungkin, selama ini kita tidak menyadari fakta bahwa kekhawatiran dan kegelisahan yang menggerogoti pikiran kita bisa melunturkan kecantikan dan membuat gigi kita ompong! Terkait dengan fakta ini, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana kita bisa menghindarkan diri kita dari kekhawatiran dan kegelisahan di zaman yang serba susah seperti sekarang" Ini bukanlah perkara yang mudah, terlebih dengan fakta bahwa saat ini ada begitu banyak perusahaan yang mengurangi pegawainya yang, tentu saja, akan memudahkan kita untuk terjebak dalam kekhawatiran dan kegelisahan.
Memang, wawas diri itu perlu. Namun, agar tidak terjebak dalam kekhawatiran dan kegelisahan yang berkepanjangan, kita harus senantiasa ingat akan Tuhan. Percayakanlah seluruh hidup Anda kepadaNya, karena Ia akan melimpahkan Anda dengan beragam rahmat dan rezeki. Percayalah, Ia akan selalu mengiringi langkah Anda. Jadi, Anda tidak perlu lagi merasa khawatir dan gelisah.
*** Jika hati Anda menginginkannya, ia akan menemukan seribu jalan untuk mendapatkannya; tetapi jika hati Anda tidak menginginkannya, ia akan menemukan seribu alasan.
Peribahasa Dayak J u n i Segera Memulai, Lalu Menata
J ohn Steinbeck, yang dipuji karena novelnya, The Grapes of
Wrath, meraih penghargaan Pulitzer, memiliki kehidupan yang sangat menarik.
Pagi hari, setelah bangun tidur, ia langsung bergegas menuju meja kerjanya, menulis beragam pikiran yang melintas di kepalanya. Ia tidak berpikir akan menjadi apa tulisan tersebut. Ia hanya ingin segera menulis; ia hanya ingin segera memulainya, tanpa banyak pertimbangan.
Setelah itu, ia akan beristirahat, lalu mandi. Usai mandi, ia akan kembali duduk di meja kerjanya, mencermati tulisan yang sedianya telah ditulisnya, menatanya dan membuatnya menjadi tulisan yang baik.
Mungkin, sebagian besar dari kita khususnya yang dijuluki perfeksionis melakukan hal yang berkebalikan dengan apa yang dilakukan oleh John Steinbeck. Dalam membuat segala sesuatu, kita menghendaki agar segenap proses yang ada di dalamnya berjalan sempurna.
Akan tetapi, faktanya adalah jika kita menghendaki agar segenap proses yang hendak kita jalankan berjalan sempurna, kita tidak akan pernah memulainya. Karenanya, tak ada salahnya jika kita meniru apa yang dilakukan oleh John Steinbeck.
Hidup ini tidak selalu berjalan sempurna. Namun, menurut hemat saya, awal yang kacau masih lebih baik daripada tidak memulainya sama sekali. Toh, sekalipun memulainya dengan kacau, kita masih bisa berupaya untuk menyelesaikannya dengan sempurna.
*** Jangan takut untuk mengajukan pertanyaan bodoh, karena itu lebih mudah diatasi ketimbang kesalahan yang bodoh. William Wister Haines
J u n i Tempat yang Tepat untuk Kembali
S uatu ketika, Juno, gadis berusia 15 tahun yang hamil karena
kecelakaan , kembali ke rumahnya. Hatinya guncang dan bimbang. Dalam hati ia berkata, Aku baru sadar betapa aku menyukai rumah ketika berada di tempat yang berbeda. Ia lantas memetik sebuah bunga, dan memutarkan mahkotanya yang berwarna ungu di permukaan perutnya yang mulai membuncit.
Adegan dalam ilm Juno ini amat menyentuh. Juno harus menanggung beban yang sangat berat akibat bayi yang dikandungnya. Beruntung, dia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Ayahnya adalah sosok yang kaya akan belas kasih dan sangat memahami jiwa remaja putrinya yang penuh dengan rasa ingin tahu.
Kehamilan di usia remaja kerap kali menjadi persoalan bagi pasangan muda-mudi, orangtua, hingga bahkan segenap anggota keluarga dan teman-teman kedua belah pihak. Dan, tidak sedikit yang memutuskan untuk melakukan aborsi atau menelantarkan bayinya, karena tidak tahan dengan beragam tekanan (atau stigma) yang melekat pada dirinya.
Bagaimana dengan kita" Bagaimana dengan keluarga kita" Apakah segenap anggota keluarga kita merasa nyaman ketika berada di rumah" Apakah segenap anggota keluarga kita mau menerima diri kita apa adanya, bahkan ketika kita terjerembab dalam lubang dosa sekalipun"
*** Di satu sisi, orangtua dapat menjadikan keluarga sebagai tempat ternyaman di dunia, tetapi, di sisi lain, orangtua juga dapat menjadikan keluarga sebagai tempat di mana anak-anak merasa tidak kerasan.
J u n i Memulai, Menekuni, Lalu Menemukan Keajaiban
S aya tidak pernah memutuskan untuk menjadi penulis. Awalnya,
saya tidak membayangkan bahwa saya akan mendapatkan nafkah dari tulisan saya. Saya menulis layaknya seorang anak yang riang karena bisa memahami hidup melalui pikiran saya& ujar Nadine Gordimer ketika menerima Nobel Sastra.
Sejak kecil, Nadine Gordimer memang senang menulis. Melalui tulisannya, ia berusaha untuk memetakan beragam hal yang ia jumpai dan rasakan. Pada usia 15 tahun, cerita pertamanya diterbitkan.
Beberapa orang menemukan panggilan hidupnya ketika memulai sesuatu yang mengasyikkan. Sederhana, bukan" Mereka tidak menunggu mimpi, penglihatan supernatural, atau bisikan magis. Seperti halnya Nadine Gordimer, mereka memulai, menekuni, dan, di kemudian hari, menemukan keajaiban.
Bagaimana dengan kita" Apakah kita sudah memulai atau menekuni sesuatu" Apakah selama ini kita terlalu sibuk me mikirkan beragam hal yang hendak kita lakukan namun tak kunjung memulainya"
Ingatlah bahwa inspirasi muncul ketika kita memulai sesuatu. Karenanya, janganlah melulu berpangku tangan dan merenung. Mulailah berkarya!
*** Keajaiban yang muncul secara tiba-tiba hanya ada dalam dongeng; di dunia ini keajaiban muncul jika kita mau bekerja keras.
J u n i Rahasia Kemesraan yang Langgeng
D alam salah satu penelitiannya, John Gottman, salah satu
peneliti ternama tentang pernikahan, menyatakan bahwa salah satu hal yang membuat pernikahan tetap langgeng adalah komunikasi, terutama tentang hal-hal kecil.
Hal-hal kecil seperti apa" Hal-hal kecil yang seolah tampak tidak berarti, tetapi di dalamnya terdapat momen keakraban. Misalnya, bercengkerama sembari menyaksikan matahari yang terbenam, bergandengan tangan, atau bertukar kata-kata ro mantis.
Penelitian ini pada akhirnya membuat kita merenung ten tang hakikat sebuah hubungan. Memang benar bahwa hadiah, kata-kata mesra, bunga, atau kado bisa menciptakan kejutan atau perasaan tertentu dalam hati seseorang. Namun, jika tidak dilakukan tanpa penyerahan diri, kebersamaan, dan saling memahami, dampaknya tidak akan berlangsung lama.
Sesungguhnya, rahasia untuk melanggengkan pernikahan itu mudah. Anda hanya cukup menjadi diri Anda sendiri apa adanya. Tak perlu bersusah payah menjadi pujangga atau memikirkan kejutan meskipun sesekali hal itu juga perlu diupayakan, sebagai bumbu yang akan melengkapi hidup pernikahan yang kita jalani.
*** Jika Anda sungguh-sungguh mencintai pasangan Anda dengan tulus, jangan pernah menyakitinya, apalagi dengan kekerasan, bahkan ketika ia melakukan kesalahan (fatal) sekalipun.
Anonim J u n i Totalitas: Eksplorasi Bakat
P ada 2003, Jubing Kristianto, mantan pemimpin redaksi se-
buah media massa ternama di negeri ini, memutuskan untuk menjadi gitaris purnawaktu ya, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya. Pada Februari 2007, ia mengeluarkan album solo pertamanya dengan judul Becak Fantasy, yang mendapat pujian dari banyak pengamat musik.
Yang unik dari album tersebut adalah fakta bahwa Jubing berhasil membuat aransemen dan variasi nada yang berbeda bahkan tidak lazim. Misalnya, ia mengaransemen lagu Becak karya Ibu Sud dan Burung Kakatua dengan komposisi nada, akor, dan irama yang sangat berbeda dengan yang selama ini kita ketahui, sehingga terdengar seperti lagu baru bahkan awalnya saya tidak menyadari jika lagu tersebut adalah lagu Becak dan Burung Kakatua . Terkait dengan hal ini, harian Kompas menyatakan bahwa Jubing & tidak hanya membuat aransemen yang serius& tetapi juga memainkannya dengan sangat apik, sangat alamiah.
Jubing telah empat kali menjuarai Yamaha Festival Gitar Indonesia. Karenanya, keputusannya untuk terjun secara total di dunia musik bukanlah keputusan yang sembarangan. Ia mengajarkan kepada kita bahwa konsekuensi dari sebuah totalitas dalam menekuni sesuatu adalah eksplorasi tanpa henti.
Nah, itulah yang kerap menjadi masalah bagi kita: eksplorasi. Ketika berbicara tentang totalitas, kita akan bertemu dengan begitu banyak orang yang menyatakan bahwa mereka ingin terjun secara total di suatu bidang tertentu. Namun sayangnya, tak jarang mereka terjun bebas tanpa arah. Hal ini terjadi karena kita tidak belajar secara teratur. Alhasil, kita babak belur, dan perlahanlahan semangat itu memudar. Mungkin, sudah tiba saatnya bagi kita untuk memperbaiki totalitas kita dengan mengeksplorasi pembelajaran yang tertata dan berencana. Dengan cara inilah kita menghargai bakat yang Tuhan berikan kepada kita. ***
J u n i Hilang dengan Sendirinya S tres bisa hilang dengan sendirinya" Percayalah! Seorang dokter
yang bijaksana berkata, Stres itu ada karena kita membuatnya. Karenanya, bekerjalah sesuai kemampuan. Belanjalah secukupnya, sesuai kebutuhan. Hilangkan rasa iri, benci, dan serakah. Usahakanlah hidup yang prasaja penuh syukur. Percayalah, stres itu akan hilang dengan sendirinya, ujar dr. David Walker.
Jika direnungkan, apa yang dikatakan oleh dr. David Walker itu ada benarnya maknanya menempelak, sekaligus praktis.
Umumnya, kita bercita-cita untuk melakukan banyak hal sekaligus. Mengapa" Karena kita menginginkan sesuatu yang lebih demi peningkatan gengsi, pendapatan, dan kepemilikan. Alhasil, kita mudah stres, dan mudah terserang penyakit.
Tidak hanya itu, kita juga kerap merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki. Kita selalu tergoda untuk belanja lagi dan lagi, bahkan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Alhasil, berapa pun uang yang kita miliki tidak akan terasa cukup. Kita cenderung diperbudak oleh uang, karena kita berpikir bahwa uang adalah segalanya. Sadarlah, stres mengintip dari setiap rupiah yang kita keluarkan.
Juga, dengan dendam, rasa marah yang tak pernah pudar, iri hati, dan kebencian. Hati yang menyimpan beragam perasaan negatif ini adalah biang stres yang sangat keji menjauhkan makna dan pernyataan kasih Tuhan dalam hidup kita.
Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki, karena ia membuat hidup kita tenang dan menjauhkan kita dari stres. Dalam sebuah kitab ada tertulis: Segenggam ketenangan lebih baik daripada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin. Ini dapat membantu kita untuk memahami, menjalani, dan bertahan hidup. Selamat menjalani hidup yang melimpah dengan syukur!
*** Ucapan syukur dari hati yang tulus atas apa pun yang kita miliki saat ini akan membuat hidup kita tenteram.
J u n i Keluasan Suatu Visi B erapa jarak tempuh Malang Sidoarjo" Jika Anda mampu
menjawab pertanyaan ini dengan tepat, maka dapat disimpulkan bahwa Anda adalah orang yang bervisi sempit. Hal yang sama berlaku jika Anda mampu menjawab dengan tepat pertanyaan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak Malang Sidoarjo.
Anda bisa dianggap memiliki visi yang luas jika Anda mampu menjawab pertanyaan lain, seperti: jalan alternatif apa yang bisa ditempuh untuk menghindari kemacetan" Di manakah tempat membeli cenderamata yang baik" Dan lain-lain, yang pada intinya membutuhkan penjelasan yang lengkap dan perhitungan khusus.
John P. Kotter menyatakan, Visi adalah gambaran realitas akan masa depan yang logis dan menarik. Semakin logis dan menarik kita menjelaskan sesuatu, semakin mudah kita mengajak orang lain untuk terlibat dalam visi tersebut. Misalnya, seseorang yang mampu menjelaskan hal-hal yang menarik selama perjalanan Malang Sidoarjo berpotensi menjadi seorang pemandu wisata yang andal.
Semakin spesiik sebuah visi, semakin tinggi kemungkinannya untuk berkembang menjadi sebuah visi yang besar. Apa pun yang kita lakukan, sejauh bisa mendatangkan hasil yang lebih, melibatkan banyak orang, dan mendatangkan keuntungan bagi lebih banyak orang, sebaiknya kita lakukan bersama orang lain, bukan sendirian. Dan, kebersamaan itu muncul jika kita memiliki visi yang luas, bukan sekadar wacana atau gambaran yang masih samar.
*** Semakin dalam kita mempelajari dan menggumuli sesuatu, semakin besar kemungkinan kita untuk meraih keberhasilan dari sesuatu yang kita pelajari dan gumuli tersebut.
J u n i Tolok Ukur Inteligensia H ingga kini, mayoritas sekolah dan lembaga pendidikan ma-
sih kerap memberikan tes IQ kepada murid-muridnya, bahkan tak jarang secara mendadak. Memang, hal itu tidak salah. Namun, akan menjadi salah besar jika seorang ibu bersorak-sorai, riang, ketika mendapati anaknya ber-IQ tinggi sebelum masuk sebuah sekolah seolah-olah tes IQ adalah satu-satunya tolok ukur inteligensia anaknya.
Adalah Howard Gardner, seorang peneliti di Harvard University, yang melalui penelitian yang dilakukannya beberapa tahun yang lalu menyatakan bahwa inteligensia tidak ditentukan sejak lahir. Tidak hanya itu, Gardner juga menyatakan bahwa inteligensia anak berkembang di sepanjang kehidupannya. Inteligensia bertumbuh, berubah, dan berkembang seiring de ngan berlalunya waktu dan kesempatan yang diupayakan se seorang, ujar Gardner.
Sesungguhnya, Tuhan menganugerahkan setiap orang kemampuan tertentu yang berbeda satu sama lain. Tes IQ hanyalah re presentasi sesaat dan mungkin juga sempit atas kondisi kecer dasan seseorang. Mari kita menghargai setiap kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Percayalah, Tuhan memberikan begitu banyak peluang kepada kita untuk mengembangkan diri menjadi orang yang lebih baik jika kita mau hidup sesuai dengan rencanaNya yang indah.
*** Tuhan tidak akan melihat medali, pangkat, atau gelar yang Anda peroleh, tetapi Ia akan melihat bekas luka-luka Anda. Elbert Hubbard
J u n i Berdebat dengan Sehat K etika menulis renungan ini, pilpres putaran pertama 2009
baru saja selesai. Pilpres itu berlangsung dengan cukup seru, para kandidat bersaing dengan sengit, terutama dalam debat capres yang ditayangkan di televisi.
Terkait dengan hal ini, saya teringat dengan Daniel S. Lev yang pernah berkata, (Zaman dulu) para elite politik berdebat dengan sengit& saling membantah& tetapi setelah itu mereka bersenda gurau sembari minum kopi, ngobrol ngalor-ngidul, dan tetap bertanggung jawab kepada rakyatnya.
Berdebat memang bisa menyakitkan, apalagi jika yang diperdebatkan menyangkut hal-hal yang sulit diubah misalnya, prinsip atau keyakinan. Karenanya, sikap hati yang terbuka ketika berdebat perlu dikembangkan, terlebih dalam kehidupan yang semakin dinamis dan plural seperti sekarang.
Perdebatan yang mengarah kepada konlik yang berkepanjangan adalah bukti dari kualitas karakter para pendebat yang tidak sehat. Itulah sebabnya, mengapa kita perlu memilah hal-hal apa saja yang perlu kita cermati dalam debat yang kita ikuti, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu hal yang perlu kita pilah, yang tampaknya belum menjadi kebiasaan bagi bangsa kita, adalah pemahaman bahwa debat bukanlah ajang untuk mengekspos cacat kepribadian seseorang, melainkan upaya untuk memahami perbedaan yang menjadi cikal bakal terciptanya kehidupan yang harmonis dan saling melengkapi. Debat, dalam kerangka berpikir ini, seharusnya tidak menjadi ajang yang menakutkan, tetapi ajang yang menarik dan mengasyikkan.
*** Perdebatan dan perbantahan adalah dua hal yang berbeda. Perdebatan berupaya untuk mencari solusi, perbantahan memicu konlik.
J u n i Apa Adanya

Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

D ulu, kita berharap untuk menjadi orang yang lebih baik,
terutama dalam melayani Tuhan. Di satu sisi, itu adalah hal yang bagus, tetapi, di sisi lain, itu juga salah. Yang benar adalah kita harus menjadi diri kita sendiri apa adanya. Namun, dengan catatan: jangan sampai harga diri kita jatuh karena terlalu jujur dan menyatakan segala sesuatu apa adanya, demikian nasihat salah seorang teman saya yang kini menjadi gembala sidang sebuah gereja.
Sebagai sesama aktivis gereja, kami selalu dikelilingi adikadik rohani yang kerap menganggap kami suci, patut dijadikan teladan, atau bahkan mulia bak malaikat, yang menjalani hidup tanpa cela. Karenanya, kami sedikit menjaga jarak, dan jarang mengutarakan isi hati dengan jujur atas sesuatu yang mungkin bisa ditafsirkan sebagai dosa atau menurunkan derajat kami.
Beberapa dari antara Anda yang membaca renungan ini mungkin pernah menjadi pemimpin di sebuah organisasi. Tak jarang, tanpa kita sadari, kedudukan tersebut membuat kita tampil berbeda .
Nah, tampilan yang berbeda itulah yang kini perlu kita cermati dengan saksama. Selama berkecimpung dalam pelayanan (kurang lebih 12 tahun), saya kerap bertemu dengan orang yang gagal karena selalu menjadi orang lain . Tampilkan diri Anda apa adanya: biarkan orang lain mengetahui kekurangan kita, tetapi tidak secara na"f dan konyol. Dengan menampilkan diri apa adanya, kita akan menjelma menjadi sosok yang menarik karena membiarkan Tuhan melalui perantaraan orang lain membentuk kehidupan kita menjadi lebih baik.
*** Menjaga wibawa itu baik, tetapi jangan sampai kita terseret dalam kemunaikan.
J u n i Tidak Ada Rahasia D alam sebuah wawancara, Eddie Lembong menyatakan suatu
hal yang penting tentang keberhasilan. Ia adalah seorang pemimpin Perhimpunan INTI (Indonesia-Tionghoa) yang terbilang sukses secara inansial. Rahasia dagang itu tidak ada... Karena ada jarak, dan kami (orang Tionghoa) dianggap makmur, mereka (orang pribumi) menganggap kami memiliki rahasia yang kami sembunyikan. Nanti, kalau masyarakat bisa belajar, mereka akan kaget sendiri, sebab kami memang tidak memiliki rahasia apa-apa.
Saya sepakat dengan apa yang dinyatakan oleh Eddie Lembong. Tidak ada rahasia (khusus) dalam mencapai suatu keberhasilan. Kita menuai apa yang kita tabur. Kesialan menjadi bahan releksi. Kegagalan menjadi batu loncatan. Dan, seterusnya. Kita sudah sering mendengarnya.
Sesungguhnya, yang menjadi akar masalah adalah fakta bahwa kita kerap berpikir ras lain lebih hebat ketimbang kita. Bukan hanya orang Tionghoa, orang Eropa, Amerika, Arab, atau orang asing lainnya yang berbeda dengan kita cenderung kita anggap lebih bermartabat, lebih berbudaya, lebih berhasil, dan sederet lebih lainnya sedangkan kita berada di belakang, bahkan jauh di belakang mereka.
Mentalitas ini perlu diubah. Kita yang selama ini berkubang dalam lumpur kesialan, iri terhadap kelebihan orang lain, dan mengasihani diri sendiri, perlu bangkit dengan cara pandang yang konstruktif dalam menapaki hidup. Percayalah, Semua impian dapat kita wujudkan jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya, ujar Walt Disney.
*** Kebahagiaan datang jika kita berhenti mengeluh tentang beragam kesulitan yang kita hadapi, dan mengucapkan terima kasih atas beragam kesulitan yang tidak kita alami.
Anonim J u n i Pekerjaan yang Mulia K etika membaca harian Tribun Jabar salah satu koran lokal
di Bandung edisi 25 Juni 2009 saya menemukan sebuah opini yang sangat menarik, yang disampaikan oleh Rani Pardini, S.Pd, guru SMA KP dan Bina Muda Cicalengka, yang menyatakan bahwa guru bukan profesi jalan pintas. Membaca tulisannya saya disadarkan tentang hakikat hidup dan pengabdian seorang guru. Guru semestinya memiliki kekayaan batin yang berlimpah: ilmu, renungan, teladan, dan motivasi. Guru kental akan panggilan hidup, bukan panggilan perut, ujarnya secara gamblang.
Ketika merenungkan kembali tulisan tersebut, saya teringat akan profesi guru yang kerap dianggap mulia. Bahkan, dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, ketika merenung lebih jauh, saya yakin bahwa sesungguhnya bukan hanya guru yang melakukan pekerjaan mulia. Seorang entrepreneur, misalnya, juga mampu melakukannya.
Jadi, semua berawal dari cara pandang kita. Jika kesahajaan seorang guru, berikut dengan ilmu, motivasi, dan inspirasi yang melekat pada dirinya dijadikan tolok ukur kemuliaan pekerjaannya, maka pekerjaan lain dapat diukur dengan tolok lain yang tetap menjadikannya mulia.
Saya yakin semua pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan menyejahterakan hidup, memberi manfaat bagi orang lain, dan dilakukan dengan penuh kesetiaan adalah pekerjaan yang mulia. Bagaimana dengan Anda" Apakah pekerjaan yang Anda lakukan juga memiliki tujuan yang mulia"
*** Seorang guru yang mengajar dengan asal-asalan kalah mulia jika dibandingkan dengan seorang pebisnis yang tekun dan jujur.
J u n i Membebaskan, Tidak Mengekang
S uatu hari, bude saya seorang dosen yang memiliki minat
tinggi dalam hal pendidikan dasar menceritakan tentang anak nya yang sejak kecil ia perlakukan dengan sangat sabar, bahkan diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan tujuan hidupnya sendiri. Sejauh ini ia memang berhasil.
Sekalipun bude saya berprofesi sebagai dosen yang sangat menyukai ilmu humaniora, anaknya mencetak beberapa prestasi yang mengesankan di bidang sains. Ia pernah dua kali meraih medali emas olimpiade astronomi tingkat nasional. Tidak hanya itu, ia juga pernah menjadi utusan olimpiade astronomi di Ukraina. Pada beberapa kesempatan, ia menjadi narasumber di beberapa daerah di Indonesia untuk berbicara tentang astronomi.
Di zaman yang menawarkan beragam pilihan hidup, mem beri kebebasan bagi anak untuk memilih apa pun yang diinginkannya dan memperlakukan mereka dengan sabar adalah sebuah tantangan tersendiri bagi orangtua. Apalagi, jika yang dipilih adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dari apa yang sedianya diperkirakan oleh orangtua.
Itulah sebabnya, mengapa orangtua perlu senantiasa berpikiran terbuka. Tujuan hidup setiap orang berbeda-beda. Pendidikan, binaan, dan arahan yang orangtua berikan tidak seharusnya mengarahkan anak untuk mengikuti apa yang orangtua kehendaki, tetapi mengarahkan mereka untuk menjadi diri mereka yang terbaik. Semua itu harus dilakukan cara yang membebaskan, bukan dengan cara mengekang, karena masa depan mereka adalah milik mereka sendiri. Dan kita, selaku orangtua dan pendidik, diciptakan untuk bersukacita melihatnya.
*** Ketika kita memberikan beberapa pilihan kepada seorang anak, kita juga harus menunjukkan konsekuensi dari pilihan tersebut.
J u n i Menikmati Hasil S uatu hari, pakde dan bude saya yang bijaksana berkata pada
saya tentang apa yang selama ini saya kerjakan dalam dunia tulis-menulis: Mungkin, saat ini, hanya kamu yang bisa menikmati tulisanmu sendiri. Namun, teruslah berkarya dan belajar walaupun orang lain belum menghargainya. Percayalah, suatu saat, orang lain akan memperoleh manfaat dari apa yang kamu lakukan.
Sontak, ketika mendengar hal ini, saya teringat akan Pramoedya Ananta Toer, penulis asal Blora yang tetap menulis meskipun ia dan karya-karyanya disingkirkan dengan cara-cara yang kejam dan menyedihkan pada masa Orde Baru. Praktis, dengan cara ini, peluang agar karya-karyanya dibaca dan diapresiasi orang lain tertutup. Namun, siapa sangka, penolakan, penyingkiran, dan penyanderaan yang keji atas dirinya justru berakhir manis.
Mungkin, tidak ada penulis kreatif lain di negeri ini yang memiliki pengalaman serupa dengan kandidat peraih Nobel Sastra itu, terutama dalam hal ketahanan hidup. Apalagi, di zaman di mana menerbitkan buku tak semudah seperti sekarang.
Percayalah, kita akan merasakan indahnya keberhasilan dengan penuh makna jika kita telah mengalami beragam kegagalan. Karenanya, kembangkan dan milikilah ketahanan hi dup yang kukuh.
*** Ketekunan mendatangkan ketabahan; ketabahan membuat kita mampu menjalani hidup, meskipun hidup yang kita jalani penuh dengan rintangan.
J u n i Untung Tidak Ikut Dibakar
P ada April atau Mei 1942 di Blora, pakde saya, yang saat itu
berusia tiga setengah tahun, menemani kakeknya yang hendak mengambil pensiun untuk terakhir kalinya. Ketika itu, kondisi eknomi sedang morat-marit karena Jepang mulai berkuasa di tanah air. Bahkan, uang pensiun terakhir sang kakek hanya cukup untuk membeli satu setengah kilogram ketela.
Sekalipun saat itu pakde saya masih kecil, mau tidak mau, ia berpikir tentang kelangsungan hidup keluarganya; akan makan apa, dan seterusnya. Selama enam tahun, 1942 1948, pakde saya dan keluarganya mengungsi sebanyak empat kali. Hal ini terjadi karena rumah pakde saya yang cukup besar dan berada di tepi jalan besar dijadikan markas oleh tentara Jepang. Tidak hanya pada masa pendudukan Jepang, ketika pemberontakan PKI berlangsung, pakde saya dan keluarganya juga harus mengungsi, karena saat itu ada begitu banyak rumah yang dibakar. Untung rumah pakde tidak ikut dibakar, ujarnya.
Kini, pakde saya yang sudah berusia 71 tahun. Dan, ia masih ingat akan masa kecilnya. Ini terjadi karena ia mengalami beragam hal dramatis. Hidupnya penuh kenangan, masa kecilnya penuh tantangan.
Mungkin, kita tidak menyimpan hal-hal dramatis yang menyisakan kenangan tertentu dalam hati kita. Namun, hal itu tidak serta-merta berarti bahwa hidup yang kita jalani adalah hidup yang biasa-biasa saja. Ingatlah bahwa hidup akan menjadi indah jika kita memaknainya dengan menyertakan tujuan hidup yang pasti, berjalan bersama Tuhan, dan senantiasa merenungi segala sesuatu yang kita alami sebagai pelajaran.
*** Saya tidak berusaha untuk mengerti apa yang saya percayai, tetapi saya percaya agar saya mengerti. St. Anselmus dari Canterbury
J u n i Sensitivitas Si Hidung Besar
P ria ini dikenal sebagai sosok yang memiliki kecerdasan musik
di atas rata-rata, perfeksionis, dan sensitif. Lirik lagu baik yang bertema sosial maupun cinta yang ia ciptakan, berikut dengan koreograi dan video klipnya, menuai acungan jempol dari banyak pihak. Namun, di balik kecemerlangan itu, hatinya kerap gusar.
Hal ini terjadi karena suatu hari ayahnya mengatakan bahwa ia memiliki hidung yang besar. Bahkan, ayahnya kerap memanggilnya dengan sebutan si hidung besar. Tentu saja, hal ini membuatnya tersinggung.
Ketika popularitasnya semakin menanjak, ia memutuskan untuk melakukan operasi bedah wajah dan kulit hingga berkalikali. Alhasil, sebelum meninggal, pria berkulit hitam itu benarbenar telah bertransformasi menjadi pria berkulit putih.
Ya, ia adalah Michael Jackson atau yang kerap dipanggil Jacko. Ketika menulis surat wasiatnya, Jacko tidak menyebut ayahnya, Joseph Walter Joe Jackson, sebagai salah satu ahli waris kekayaannya. Hal ini terjadi karena sang ayah kerap mengolokoloknya.
Kini, mari kita merenung: apakah kita pernah mengolokolok, menyindir, atau menyinggung perasaan orang lain dengan sedemikian dalam" Memang, guyonan, sindiran, dan olokan tak melulu salah. Bercanda itu manusiawi, dan wajar. Namun, kita juga perlu mencermati situasi dan kondisi yang melingkupi kita, terutama orang yang kita jadikan sasaran. Sindiran yang disasarkan kepada orang yang mudah tersinggung dapat menyulut marah dan dendam yang tak kunjung padam. Karenanya, hati-hatilah ketika bercanda.
Juga, apakah selama kita telah menjelma menjadi orang yang terlalu dan mudah mengamuk ketika disindir" Cobalah untuk lebih santai, dan sesekali menghadapi sindiran dengan senyum lebar.
*** J u l i Sebelum Nisanmu Tertancap
4 Oktober 2008. Saya dan beberapa anggota keluarga ziarah ke
beberapa makam leluhur dan saudara di Pemakaman Bergota, Semarang. Namun, yang membuat saya terperanjat adalah kehadiran sebuah makam yang berada tepat di depan makam ne nek saya. Makam itu adalah makam milik Rr. Soemarti, atau yang biasa dipanggil Bu Marti, guru saya ketika TK.
Sebenarnya, saya tidak memiliki banyak ingatan tentang Bu Marti. Namun, ibu saya bercerita bahwa ia adalah guru yang baik dan setia mengabdi. Mendengar hal itu, bapak saya meminta saya untuk menabur bunga di makam Bu Marti. Bahkan, ia berkata, Semoga pengabdiannya di masa lalu juga membuatmu terus mengabdi bagi bangsa ini, hingga pada akhirnya ada orang yang bangga dan tersenyum padamu.
Lalu, entah mengapa, dalam perjalanan pulang saya mengarang puisi ini:
Sebelum nisanmu tertancap, sudah kau perjuangkankah harap" menjadi pribadi yang tak lemah semangat, ketika hidup dan nyawa lambat laun didekati karat"
Sebelum nisanmu tertancap, adakah hati yang selalu siap,
menjadikan impianmu bukan sekadar gembar-gembor, tetapi terus bersemayam di dada walau kau tak tersohor"
Sebelum nisanmu tertancap,
sudah kau ampunikah mereka yang silap, yang kerap membuat dirimu menjadi tak berdaya, akibat dusta, maki, itnah, dan cela yang menusuk jiwa"
Sebelum nisanmu tertancap,
pernahkah kemulianNya kautangkap" Kau simpankah di hatimu janji dan perintahNya" Hingga kelak kau dapat yakin kembali dalam pelukanNya"
*** Segala yang lahir akan mati, tetapi cahaya kehidupan yang
J u l i Terlambat Menjemput K etika SD, saya kerap diantar dan dijemput sekolah oleh
ibu saya dengan sepeda. Kebetulan ibu saya mengajar di sebuah TK yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat saya belajar. Suatu ketika, ibu saya ada rapat mendadak di sekolahnya, sehingga membuatnya terlambat menjemput saya. Alhasil, saya pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Namun, entah bagaimana, ibu saya lebih dulu tiba di rumah ketimbang saya. Terkait dengan pengalaman ini, di kemudian hari, tepatnya ketika saya sudah besar, ibu saya berkata, Waktu itu Mamah sangat khawatir karena akan terlambat menjemputmu. Ternyata, kamu baik-baik saja.
Umumnya, kita mengkhawatirkan banyak hal dalam hidup. Seperti halnya ketakutan, kekhawatiran adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Manusia memang kerap diliputi kekhawatiran dan ketakutan, karena ada hal-hal yang seolah-olah tampak tak terselesaikan. Memang, ada kalanya kekhawatiran (dan ketakutan) menuntut penanganan mendesak dan memang ada beberapa kekhawatiran (dan ketakutan) yang bisa diatasi dengan cepat. Namun, tak jarang pula, kekhawatiran (dan ketakutan) yang kita alami tidak dapat diatasi dengan cepat. Itulah sebabnya, mengapa kita perlu menanggapinya dengan doa dan penyerahan diri kepada Tuhan.
Kekhawatiran (dan ketakutan) yang dilarutkan dalam berbagai kegelisahan dan kesedihan dapat membuat hidup kita serba bimbang, dan wajah selalu bermuram durja. Alhasil, kita terbelenggu oleh beban yang berat. Padahal, Tuhan ingin agar kita datang kepadaNya dan mendapatkan kelegaan.
Kekhawatiran yang ditangani dengan benar berarti membiarkan Tuhan bekerja sesuai kehendakNya. Dan, sebagai mana yang kita ketahui bersama, Tuhan tak pernah diam. Dalam segala kekhawatiran yang mengimpit hidup kita, Tuhan akan mendatangkan kebaikan.
*** Tuhan akan memimpin kita menuju hidup yang
J u l i Menjamu Malaikat T eman indekos saya bercerita tentang mendiang ibunya yang
ketika hidup membuka depot kecil. Suatu hari, datang seorang pria muda yang kehausan. Ia tampak sangat rapi, dan meminta segelas air mineral. Mendengar hal itu, tanpa ambil pusing, ibu teman saya yang terkenal murah hati itu memenuhi permintaan tersebut. Pria muda itu lantas duduk sejenak, mengucapkan terima kasih, lalu pamit. Ketika pria muda itu keluar dari halaman rumahnya, ibu teman saya itu keluar untuk mencarinya; ia hendak menanyakan sesuatu. Namun, pemuda itu telah lenyap.
Kejadian ini mengingatkan saya akan sebuah ayat dalam Alkitab: Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.
Perbuatan baik harus dilakukan tanpa pandang bulu, terlebih kepada orang yang menderita. Mengapa" Karena apa yang kita lakukan kepada orang yang menderita juga kita lakukan kepadaNya. Kita tidak berbuat baik karena orang lain berlaku baik kepada kita. Kita tidak berbuat baik agar suatu ketika mendapat berkat. Dan, kita semestinya membalas kejahatan dengan kebaikan.
Keterlibatan malaikat dalam perbuatan baik semestinya dipandang sebagai anugerah istimewa Tuhan bagi mereka yang budiman. Juga, dapat dipandang sebagai perkenanan Tuhan akan perbuatan baik yang kita lakukan bagi orang lain. Meski demikian, perlu juga ditegaskan di sini bahwa alih-alih berharap dikunjungi malaikat seperti cerita di atas, yang terpenting adalah perbuatan baik itu sendiri. Ya, kita tak boleh berhenti berbuat baik, karena kita akan menuai apa yang kita tabur.
*** Orang benar berbuat baik sebagai media untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
J u l i Jawaban yang Berbeda J angan lupa mendoakan saya, ya" Kita sering mendengar
kalimat ini, terutama jika orang yang meminta didoakan sedang mengalami kesulitan (atau menemui jalan buntu). Memang benar bahwa doa dapat mengatasi segala sesuatu. Namun, berapa banyak dari kita yang menyadari bahwa sesungguhnya doa adalah sarana kita untuk mengetahui kehendak Tuhan"
Dalam The Prayer Factor, Sammy Tippit menyatakan, Berdoa dengan kehendak yang diserahkan kepada Tuhan berarti merisikokan hidup kita kepada Tuhan. Terlalu banyak orang dalam generasi ini yang mencari kenyamanan. Terlalu banyak orang menggunakan doa untuk melarikan diri dari kesulitan.
Doa bukan sekadar kegiatan untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang kita minta atau niatkan akan mendapat jawaban, atau hidup yang lurus dan lancar , tetapi juga sarana untuk menguji: apakah segala sesuatu yang kita minta dan niatkan itu sesuai dengan kehendak Tuhan"
Sebenarnya, sebelum berdoa, Tuhan telah mengetahui apa yang akan kita minta. Dan, Ia bisa menjawab Ya , Tidak , atau Tunggu. Namun, jika suatu ketika kita mendapati bahwa Tuhan hanya diam, dan kita tidak menemukan jawaban atas segala sesuatu yang kita minta dan niatkan dalam doa, maka sesungguhnya Tuhan sedang meminta kita untuk menyadari jawaban yang berbeda Tuhan senantiasa meminta kita untuk bersabar dan bersandar kepadaNya, karena Ia punya alasan atas sikapNya tersebut.
*** Doa adalah tempat latihan jiwa. C.E. Cowman
J u l i Bangkit dari Kubur K ejadian ini dialami oleh kakek saya, paman ibu saya. Pada
1960-an, ia yang adalah seorang pelaut kerap berlayar ke beberapa negara. Suatu ketika, tepatnya ketika berlayar di sekitar perairan China, kapal yang ditumpangi kakek saya meledak. Ia meloloskan diri dengan menggunakan pelampung dan kayu pecahan kapal.
Beruntung, ia selamat, dan mendarat di daratan China sete lah terapung-apung di laut selama beberapa hari. Di China, ia bekerja selama beberapa tahun, mengumpulkan uang untuk kembali ke Blora, Jawa Tengah, tempat asalnya.
Setibanya di rumah, ia bertemu dengan salah satu keponakannya yang sedang metani (mencari uban) rambut ibunya. Namun, entah mengapa, keponakannya itu tidak mengenali dirinya. Dan, ketika ia (kembali) memperkenalkan dirinya, seisi rumah gempar, bahkan ada yang pingsan! Bagaimana tidak, pria yang sudah dianggap mati, kini ada di depan rumah bak bangkit dari kubur! Sukacita dan sorak-sorai menghiasi sebuah rumah di siang bolong.
Kejadian di atas jarang terjadi. Namun, pernahkah kita merenung, bahwa suatu saat kita akan kembali bertemu dengan orang-orang yang sudah mati. Ya, roh kita tak tinggal dalam kubur. Kita akan bangkit dari kubur.
Dan, nanti, di kerajaan surga, kita akan berkumpul dengan saudara-saudara kita yang menjaga iman dan kesetiaannya. Itulah sebabnya, mengapa kita harus menjalani kehidupan di dunia ini dengan kekudusan dan penuh sukacita. Mari kita persiapkan segala sesuatunya dengan baik, sebelum roh kita bangkit dari kubur.
*** Kehidupan yang kita jalani di dunia ini adalah gladi bersih bagi kehidupan yang kekal.
Rick Warren J u l i Tamu Setia nan Istimewa S uatu ketika, John Wesley diundang makan malam di rumah
seorang terpandang di suatu kota. Ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam, ia meminta diri untuk pulang, meskipun acara belum usai.
Mengapa" tanya si empunya acara.
Karena esok, jam 4 pagi, saya kedatangan tamu saya, jawab John Wesley.
Selain terkenal dengan julukan Pendeta Berkuda, karena ia memang kerap berkhotbah dari atas kudanya kepada kerumunan orang yang menemuinya, John Wesley juga terkenal karena ketekunannya berdoa setiap pukul 4 pagi. Dengan demikian, men jadi jelas bahwa yang menjadi tamunya pada pukul 4 pagi adalah Tuhan.
John Wesley telah memperlakukan Tuhan sebagai tamu yang setia nan istimewa melalui keteraturannya berdoa. Berbeda dengan John Wesley, kita umumnya terjebak dengan pemahaman bahwa berdoa dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, layaknya sebuah minuman kaleng: diminum bila haus, dicari bila diperlukan. Tentu saja, hal ini menyesatkan. Mengapa" Karena asumsi umum tersebut berarti dua hal, yaitu: di satu sisi, kita seolah-olah merasa sedemikian dekat dengan Tuhan, sehingga kita bisa menghubungiNya kapan pun dan di mana pun kita membutuhkannya. Namun, di sisi lain, asumsi bahwa kita bisa berdoa kapan pun dan di mana pun kepada Tuhan adalah kedok kemalasan, karena kita enggan berkomitmen untuk berdoa secara teratur. Alhasil, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya kita menjadi sosok yang tidak peduli, tidak setia, dan malas berdoa.
Sadarlah, Tuhan bukanlah minuman kaleng. Dan, kita harus memperlakukanNya dengan spesial.
*** Doa melahirkan percaya, percaya melahirkan cinta, cinta melahirkan pelayanan, pelayanan melahirkan perdamaian. Bunda Teresa
J u l i Bila Kita Lelah Mencari S aya merasa sangat terilhami ketika membaca novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata. Novel itu mengisahkan tentang perjuangan anak-anak pedalaman Belitong dalam menempuh pen didikan sebuah perjuangan yang sangat berat.
Salah satu tokoh dalam novel tersebut adalah Lintang. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan sekitar 80 km untuk pergi sekolah dan pulang ke rumah, sembari bernyanyi lagu Padamu Negeri. Ia mengayuh sepeda yang terlalu besar dan tinggi untuknya, sehingga membuatnya tak bisa duduk di sadelnya selama mengendarainya. Selain bersekolah, Lintang dan anakanak lainnya juga membantu orangtua mereka bekerja.
Tentang Lintang, Andrea Hirata menulis, Belajar adalah hiburan yang membuatnya lupa pada seluruh kepenatan dan kesulitan hidup. Buku baginya adalah obat dan sumur kehidupan yang airnya selalu memberi kekuatan baru. Dan, hal ini terbukti; setiap tahun, Lintang selalu menjadi juara kelas, bahkan ia berhasil membawa sekolahnya memenangi lomba cerdas cermat dengan mengalahkan sebuah sekolah elit yang sedianya langganan juara. Lintang adalah sosok yang menyalakan semangat sahabatsahabatnya untuk belajar.
Belajar adalah sebuah proses perjuangan yang kadang membuat beberapa orang berhenti. Mengapa" Karena tak jarang kita merasa bahwa sesuatu yang kita cari tampaknya berada di luar jangkauan kita. Padahal, jika kita mau terus berusaha, jawaban yang sesungguhnya kita cari itu dapat kita jangkau dengan mudah. Inilah yang sesungguhnya memungkinkan kita untuk meraih apa pun yang kita inginkan. Jadi, tetaplah berjuang, jangan mudah menyerah!
*** Cara efektif untuk menjamin nilai masa depan ialah menghadapi masa kini dengan berani dan konstruktif.
Rollo May J u l i Dua Sisi Memaksa Diri D ua kuda yang bisa berbicara, Bree dan Hwin, sedang mem-
bawa dua manusia, Shasta dan Aravis, menuju Narnia. Perjalanan ini seharusnya ditempuh dengan cepat, karena Narnia dalam keadaan genting. Namun, Bree bimbang: apakah ia memang tak sekuat sedia kala selaku kuda milik seorang tentara perang, atau jangan-jangan ia sedang tidak menggunakan segenap kekuatannya. Di tengah kebimbangan tersebut, mereka memutuskan hal yang keliru, yaitu: beristirahat sejenak.
Dalam sekuel Narnia yang berudul Kuda dan Anak Manusia, C.S. Lewis menguraikan sebab musabab kebimbangan Bree: & salah satu akibat terburuk (dari) diperbudak dan dipaksa melakukan berbagai hal adalah (fakta bahwa) kau akan mendapati dirimu hampir kehilangan kekuatan untuk memaksa dirimu sendiri ketika tidak ada lagi (sosok) yang bisa memaksamu.
Akuilah, tak jarang kita merasa seperti Bree. Keberadaan orang lain atau institusi yang menuntut kita untuk melakukan sesuatu bukanlah hal yang salah. Namun, sebaiknya kita tidak menjadikannya sebagai dasar penggerak hidup kita. Mengapa" Karena dengan demikian kita akan diperbudak oleh orang lain atau institusi yang menaungi kita. Sadarlah, setelah Tuhan, kitalah yang berkuasa atas diri kita. Dan, sudah layak dan sepantasnya jika segenap pekerjaan dan hidup kita ditujukan demi kemuliaan Tuhan.
Sebelum terlena dengan besarnya kekuatan yang kita miliki akibat kemalasan yang selama ini mendera kita, mari kita paksa diri kita untuk berkarya dan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Dan, ingatlah bahwa bekerja tanpa batas adalah hal yang salah, tetapi memaksa diri untuk bekerja ketika kita bermalasmalasan adalah keharusan!
*** Kerajinan tidak melekat sebagai sifat, tetapi melekat sebagai sikap dalam diri orang-orang pilihan.
J u l i The World is Not Yours P ada April 1980, Fidel Castro, penguasa Kuba, membuka
pelabuhan di Mariel, Kuba, yang memungkinkan warga Kuba pindah ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, mereka tinggal secara terisolasi di Freedomtown. Hal ini terjadi karena mayoritas mereka memiliki catatan kriminal. Di tempat inilah, Tony Montana (yang diperankan oleh Al Pacino) berkenalan dengan Manny Ribera (yang diperankan oleh Steven Ballier). Mereka mengadakan kesepakatan pembunuhan untuk mendapatkan kebebasan dari Freedomtown.
Setelah bebas, mereka menjadi pembunuh bayaran dan memiliki banyak koneksi. Kau harus mendapatkan uang. Jika kau sudah mendapatkan uang, kau akan mendapatkan kekuasaan. Dan, jika sudah mendapatkan kekuasaan, kau akan mendapat wanita, ujar Tony kepada Manny, sahabatnya.
Seiring berjalannya waktu, Tony makin kaya, dengan melakukan beragam bisnis haram. Setelah merasa telah mendapat segala sesuatu yang diinginkannya, ia menyusun lampu hias di rumahnya dengan tulisan The World is Yours .
Sekalipun memuat beragam kata kotor, ilm Scarface garapan sutradara Brian De Palma ini sungguh-sungguh menggambarkan orang yang haus akan keduniawian. Menjelang akhir cerita kita akan menyadari bahwa the world is yours adalah sebuah kesalahan fatal. Hidup Tony berakhir dengan mengerikan setelah ia merasa telah mendapat segala sesuatu yang diinginkannya.
Tangan Berbisa 6 Hardy Boys Naga Berkepala Empat Darah Pendekar 12
^