Pencarian

Anak Dan Kemenakan 1

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli Bagian 1


Sen Sastro Nostalgia r &" Egmuulx"
Marah Rusli fr ,..-__ Amf/% dam %manakm Marah Rusli 315 (Sp FERFLEIAKAAH namum. RI Balai Pustaka
Anak dan %makaa Diterbitkan oleh Penerbitan dan Percetakan
PT Balai Pustaka (Persero)
Jalan Bunga Na. B'BA Matraman, Jakarta Timur 13140
Te lfFa ke. [BE-21) 858 33 aa
Website. httpanulwaalaipustakaeoid
BPNO.1954 NG. KDT. 813 Cetakan 121956 Cetakan 422008 Penulis : Marah Rusli i-r + 328 hlm.;14,8 ! 21cm
ISBN: ?"?"6864694
Penyelaras Bahasa : Febi Dasa Ramadan
Penata Letak : Nurhamzah Perancang Sampul :Adjie Soeeanta
Undang-Undang Republik Indonesia Numur 19 Tahun 213132 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hakdptamerupakanhakeksktusifbagi penciptaatau Pemegang HakGiptauntukmengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya. yang timbul secara obn'atis setelah suatu ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KeterrtLan Pidana Pasal "2: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dengan PaEIZ ayat [13 atau Pasal 49 ayat [1j dan ayat [23 dipidana dengan pidana penjara
masing"masing paling singkat 1 [atuj bulan damatau denda paling sedikit Rp1.000.000.00
[satu juta rupiahj atau pidana penjara paling Ian-a " [tujth tahun danfataudenda paling banyak
apaaoneonaonee [Iin'a miliar rupiah].
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan. memamerkan. mengedarkan. atau menjLaI lapada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagairrana
dimaksud pada ayat [1Jdipidana dengan pidana penjara paling larra5 tahun danlatau denda
paling banyak Rp500.000.000.00 [Iirra ratus juta rupiah).
_"Mmmun Kw" DWMM Cinta adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada
makhluknya. Cinta dikaruniakan baik kepada yang kaya maupun
yang miskin. Akan tetapi, manusia terkadang sulit untuk dapat
menerima keberadaan cinta itu, terutama jika cinta itu timbul
di hati dua manusia yang menurut pandangan manusia berbeda
derajatnya. Namun, kehendak dan ketentuan Tuhan tidak dapat
diubah oleh manusia. Sekuat apa pun manusia menghalangi
bersatunya dua hati yang telah disatukan oleh rasa cinta karunia
Tuhan ini, kehendak dan ketentuan Tuhanlah yang pasti berlaku.
Marah Rusli, sastrawan yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia menulis Anak dan Kemenakan ini dengan
sangat memukau. Semoga cetak ulang buku ini untuk yang kedua kalinya dapat
mengobati kerinduan masyarakat Indonesia akan karya Marah
Rusli. Balai Pustaka ._ 613 Amrie Jm %mm "1
';r V '-...______'._._"_"-?"-..
Gaafar Girl" Kata Pengantar ....................................................................... viii
1. Kembali dari Barat ........................................................ 1
2. Perayaan Penyambutan Mr. Yatim ............................... 24
3. Usaha Baginda Mais .................................................... 44
4. Mr. Yatim Tercerai dari Putri Bidas ari ........................ 66
5. Hari Raya Idul Fitri ........................................................ 100
B. Perjudian Hari Raya ....................................................... 120
". Pengadilan Perkara Mak Uning .................................... 150
B. Perkawinan Mr. Muhd. Yatim dengan Sitti Nurmala
dan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ........................ 184
9. Usaha Sahabat Karib ................................................... 19"
10. Sutan Ali Akbar .............................................................. 226
11. Tukang Pedati Malim Batuah ....................................... 24"
12. Mamak dan Kemenakan ............................................... 288
13. Perkawinan Mr. Yatim dengan Puti Bidasari ............ 303
--"--"2..---"
iv alesan: %Wlw ;).;5 -. rfp
d...-- 1-_ mmm-namum.- Balai Pusuk: Hari masih pagi, baru pukul 6 lebih. Matahari belum
menjenguk dari puncak gunung, yang memagari Teluk Bayur di
sebelah timur dan melengkung ke barat, sampai ke Bukit si Kabau
yang menjadi tiang selatan pintu teluk ini, sehingga lautan di sana
masih kegelap"gelapan; di atasnya tergantung di awang"awang,
selapis kabut yang tebal, yang menyelimuti muka air.
Fajar yang menyingsing berbanjar"banjar melintang di mercu
gunung tadi, belum dapat menyigi teluk ini, untuk menerangi
cuaca yang remang di dalamnya. Bulan sabit yang makin tinggi di
ufuk timur, telah pudar cahayanya, sebagai bulan kesiangan, hanya
dapat menerangi bagian pelabuhan Teluk Bayur, yang terletak di
pinggir utara. Dalam pelabuhan, hanya kelihatan kapal Canopus, yang
dinamakan juga kapal setengah kompeni, sedang berlabuh dengan
tenangnya, sebagai seekor angsa yang amat besar, merapung
kedinginan,ditimpa embun pagi.
Di bawah ujung jembatan arang yang amat tinggi itu, berlabuh
pula sebuah kapal dagang, sebagai itik meromok kelaparan,
menunggu makanan pagi, yang belum jatuh dari atas.
Hanya kedua kapal inilah yang ada di pelabuhan Teluk Bayur,
sebab waktu itu kebenaran pelabuhan ini sedang lengang. Tetapi
di darat, di atas cerocok yang di hadapan hanggar 4, kelihatan
penuh orang berdiri, laki"laki perempuan, tua muda, berkumpul"
kumpul mengecek atau berjalan"jalan hilir mudik, sebagai hendak
% .- :..-.:. 6P Amt: m amara." 1
": v arm?" mmmmumunl Balai Pustaka Anak dan Kemenakan meluangkan waktu, supaya jangan kesal
menunggu. Rupanya ada orang yang akan datang dari laut, sebab
kapal yang akan berangkat, tak ada. Begitulah adat Padang: datang
dijemput, pergi diantarkan, supaya: datang tampak muka, pergi
tampak punggung. Ditilik dari orang yang menjemput, nyatalah orang yang
disongsong, orang ternama juga, karena di antara orang yang
berkumpul"kumpul itu banyak kelihatan pembesar"p embesar,
pegawai-pegawai, saudagar-saudagar, orang-orang kaya, kadi, dan
alim ulama. Bukan bangsa Indonesia saja, tetapi bangsa Belanda,
Tionghoa, Arab, dan Keling pun ada pula. Sekaliannya menghadap
ke laut, akan melihat kapal yang ditunggu, yang sampai waktu itu
belum kelihatan asapnya pun.
Di tengah orang banyak itu,kelihatan Sutan Alam Sah, I-Iopjaksa
Padang, sedang berkata"kata dengan Kepala Polisi de Haan, Letnan
Arab Said Abu Bakar dan Kepala bangsa Keling Ana I-Iosen. Tiada
jauh dari sana kelihatan Mr. Ahmad Kepala Pengadilan, Rajo
Lelo Tuanku Demang Padang, Lei Bun I-Iwat Kapten Cina, Datuk
Bendaro Inspektur Sekolah Rakyat dan Baginda Mais saudagar
besar di Padang. Dekat mereka, berhadap"hadapan Menteri Polisi
Panduko Emas, Ajung Jaksa Marah Sutan, Kadi Melano Arip dan
Sahbandar Ter Laag. Pada bagian perempuan kelihatan Rangkayo Sitti Mariama
istri Hopjaksa Sutan Alam Sah, Rangkayo Sitti Jamjam istri
Tuanku Demang, Rangkayo Upik Bungsu istri saudagar Baginda
Mais, Rangkayo Sitti Pasah istri Menteri Polisi, Raden Sularsih istri
Mr. Ahmad sedang bercakap-cakap. Di tempat yang lain berkumpul
pula beberapa Rangkayo dan Sitti. sedang ribut berkata"kata.
Gadis-gadis pun tiada ketinggalan. Mereka berhimpun pada
beberapa tempat dengan berpakaian cara Barat, meronceh dan
bersenda gurau: Puti Bidasari anak Hopjaksa Sutan Alam Sah,
sahabat karibnya Sitti Nurmala anak saudagar Baginda Mais, Sitti
Zahra anak Menteri Polisi, Sitti Saudah anak Inspektur Sekolah
-"--"2.---"
'2 alesan: Mantan" -.
--"---".='.__--- ;: &
mmm-namum.- Balai Pusuk: Rakyat, Dokter Aziz tabib di Padang, Mas Kadarisman opseter
Pekerjaan Umum, Muhammad Saleh wartawan dan pemuda"
pemudi yang lain-lain. Di stasiun yangletaknya dibelakang pelabuhan, telah datang
pula kereta api dari Padang, membawa orang yang ketinggalan
atau pekerja, yang akan menurunkan barang"barang dari kapal,
sehingga bertambah penuh sesaklah hanggar 4, yang cerocoknya
akan dirapati oleh kapal I-Ieemskerk. Bendi dan dos" yang datang
dari Padang membawa muatan, telah berleret di pinggir jalan,
menanti penumpang yang akan dibawanya kembali ke kota itu.
Di antara orang-orang yang baru datang dari kota Padang,
kelihatan dua orang laki"laki yang masuk dari pintu Sahbandar.
Rupanya keduanya bersahabat karib, tetapi di dalam segala hal
berbedaan sifat-sifatnya. Oleh karena kedua orang ini akan
melakukan peranan yang penting dalam cerita ini, maka marilah
kita nyatakan apa-apa perbedaan sifat-sifat mereka itu.
Yang seorang tinggi dan langsir badannya, sedang kulitnya
kuning dan gayanya sebagai seorang bangsawan. Tetapi yang
seorang lagi pendek dan gemuk badannya, kulitnya hitam dan
mukanya bopeng sedikit. Pakaiannya berlainan pula. Orang yang pertama memakai
pakaian cara bangsawan kuno di Padang, sedang orang yang kedua
memakai pakaian datuk-datuk dari Darat. I-Ianya umurkeduanyalah
yang rupanya agak sama, kira"kira 55 tahun.
Tatkala dilihat mereka orang banyak berkumpul-kumpul di
cerocok hanggar 4, heranlah mereka, sehingga yang tinggi ber"
tanya kepada seorang sahabatnya yang ada di sana, "Mengapakah
orang sebanyak ini ada di sini, Engku Kalipah'?"
"Menyambut Mester Muhammad Yatim, kembali dari negeri
Belanda, Mak Acikz' Sutan Pamenan."
1) Sado 2) mamakkacik "-"-_._s?"?"?"-_
6P aaa- am %mm 3 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"M ester Muhammad Yatim yang mana?"
"Anak Engku Hopjaksa Sutan Alam Sah."
"Yang dahulu bekerja di kantor pengadilan di Padang ini?"
"Ya, Mak Acik."
"Mengapa ia ke negeri Belanda?"
"Meneruskan pelajarannya, di Sekolah Hakim Tinggi, sehingga
ia sekarang mendapat gelar mester doktor. "
"Mester doktor" Jadi pangkat hakim dan tabib sekali?" tanya
Sutan Pamenan dengan herannya.
"Entahlah, Mak Acik. Hamba pun kurang mengerti pangkat
1n1." "Yang belum didengar telah didengar, yang belum dilihat telah
dilihat!" kata kawan Sutan Pamenan tadi yang bernama Datuk
Gampo Alam. "Benar, Datuk. Dunia telah tua," kata Sutan Pamenan.
"Banyak terjadi yang ganjil-ganjil."
"Bila masuk kapal Jawa, Engku Kalipah?"
"Tak lama lagi, Mak Acik', labu-labu telah naik di Bukit si
Kabau. Sebetulnya kapal ini harus masuk pukul 6 pagi. Tetapi
rupanya terlambat, buktinya sampai sekarang belum datang. "
"Baiklah, kami kemari sebentar," lalu keduanya meneruskan
perjalanannya, menuju ke hanggar 5.
"Benar kata Datuk tadi, yang belum didengar telah didengar,
yang belum dilihat telah dilihat," kata Sutan Pamenan, sambil
berjalan dekat Datuk Gampo Alam. "Cobalah lihat pula gadis"gadis
kaum muda itu! Pakaiannyalah cara Barat. Berapajanggalnya mereka
berpakaian sedemikian! Awak Melayu, hendak menjadiorang Barat,
jadi rupanya sebagai beruk dibajui. Biarpun memakai sutra dan
beledu sekalipun, ekor di mana disembunyikan.
Dan lihat pula kelakuan mereka! Adakah patut anak-anak
gadis bercampur gaul dengan laki"laki sebagai tak ada perbedaan
-"--"2.---"
4 alesan: Mantan" -.
-----".='.__--- >: ff,
mmm-namum.- Balai Pusuk: antara laki"laki dan perempuan" Bersenda gurau di muka orang
banyak dengan bebas; tertawa gelak-gelak, memperlihatkan gigi
yang berlapis emas, sebagai tidak beradat istiadat, tidak bersopan
santun lagi. " "H ilang rasa dan periksa, hilangbasa dengan basi, hilang segan
dengan malu," berpepatah Datuk Gampo Alam sambil tersenyum
cemooh. "Ya, demikianlah kelakuan anak"anak sekarang. Gadis"gadis
kita, jangankan bercampur gaul dan bersenda gurau sedemikian
itu di tengah orang banyak, keluar rumah pun tak suka.
Tentang sekolah tadi, mengapakah harus pergike Barat benar,
untuk menuntut ilmu" Kurangkah ilmu kepandaian di Padang ini"
Ilmu kehakiman pun cukup dalam adat pusaka ninik moyang kita
Datuk Ketemenggungan dan Perpatih Nan Sebatang. Sekarang ia
dari sekolah rendah ke sekolah menengah, dari sekolah menengah
ke sekolah tinggi dan dari sekolah tinggi ke Barat pula. Sudah itu
ke mana lagi" Ke langit yang ketujuh"
Sekalipun itu hanya "huru-huru") belaka. Sebab orang begitu,
kita pun harus begitu pula. Tak hendak kalah. Orang satu, awak
nak dua; orang dua, awak nak tiga. Di mana akan habis" Jika
sekalian kesukaan ini tidak berbiaya, sudahlah. Pandanglah sebagai
perintang bagi orang yang tak perlu bekerja. Ini bukan sedikit
biayanya, berpuluh ribu! Sekolah si Yatim ini berapa telah menelan uang" Dan apa
hasilnya" Menjadi loba dan tamak. Tak puas dengan kehakiman
saja, hendak menjadi doktor pula. Sekalian pangkat hendak
diborongnya sendiri. "
"Memang tak salah orang tua-tua kita, melarang anaknya
bersekolah, lebih"lebih yang perempuan; sebab merusak. Buktinya
telah kelihatan sekarang: Terang bak siang," kata Datuk Alam
pula. 3) turut-turutan

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"-"-_._s?"?"?"-_
6P aaa- am %mm 5 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Contohnya si Bidasari ini dengan sekalian teman-temannya
itu. Bukan tak tahu adat dan sopan santun saja, tetapi menjadi
sombong pula. Sangkanya tak ada yanglebih daripadanya. Awaklah
gagah sendiri, 'lah pandai sendiri, 'lah tinggi sendiri. Dan si Yatim
ini, jangan"jangan pulang mengapit bidadari Barat pula. Tak
diingat kulit hitam. Sebagai Insinyur Hamzah. Punah harta benda
dan sawah ladang orang tua. karena hendak menyekolahkan anak,
sampai ke Barat. Tetapi setelah ia pandai dan tinggi pangkatnya:
Lupa kacang pada kulitnya. Datang ke Padang ini tiada hendak
tinggal di rumah orang tuanya lagi, tetapi di hotel: karena nyonya
tak dapat makan nasi dengan sambal lada dan duduk bersela di
lantai. Kalau orang tua hendak bertemu dengan anaknya, harus
datang sendiri ke hotel. Orang yang telah mulia dan berpangkat
tinggi, tak boleh tinggal di kampung. Akhirnya, ayahnya mati,
karena malu dan ibunya merana, karena menyesal."
"Salah sendiri: Tangan mencencang bahu memikul."
Pemuda dan pemudi yang diperkatakan ini tiada tahu, mereka
dicela sedemikian itu. Tetapi jika tahu sekalipun, agaknya tiada
juga mereka indahkan comelan dua orang laki"laki tua, yang masuk
kaum tua ini. Jangankan dihiraukan, didengarkan pun tak ada
gunanya kata mereka. Oleh sebab itu. walaupun dilihat mereka
Sutan Pamenan dan Datuk Gampo Alam melintas tiada berapa
jauh dari mereka, dengan merengut, tetapi mereka terus bersenda
gurau, sindir"menyindir dengan tiada mengindahkan.
Tiba-tiba kedengaran suara Puti Bidas ari berseru, "Kapal
Heemskerk!" lalu ia berlari-lari ke bendungan batu yang jauh
menganjur ke laut, dari ujung hanggar yang di sebelah barat,
pengempang ombak dari barat laut. diikuti oleh teman-
temannya. Sekalian orang yang mendengar seruan Puti Bidasari, menoleh
pula ke barat daya, lalu berkata dengan riangnya, "Ya, kapal
Heemskerk masuk." -"--"2.---"
6 alesan: Mantan" -, dp
Sesungguhnya kapal yang ditunggu"tunggu itu telah masuk
pintu Teluk Bayur dengan asapnya yang bergumpal"gumpal, yang
tertinggal sampai jauh di belakang. Haluannya telah menuju ke
pelabuhan dan jalannya telah mulai dilambat kan. Walaupun
penumpang telah kelihatan memutih berleret dibiraikapal, menoleh
ke pangkalan, tetapi siapa orangnya, belum dapat diketahui. Puti
Bidasari dengan teman-temannya pun, walau telah lebih dekat ke
kapal, tetapi belum dapat juga memperbedakan saudaranya dari
penumpang lain. Oleh sebab itu diambilnyalah teropongnya lalu
diperhatikannya orang yang berdiri di pinggir kapal, seorang"
seorang. Ya, sekarang nyata kelihatan olehnya Mr. Yatim berdiri di
sebelah belakang kapal, dekat tiang, di bawah sekoci, sedang
meneropongpula ke darat, seraya melambai-lambaikan setangannya.
Puti Bidasari membalas lambaian kakaknya ini dengan setangan
pula seraya berseru, "Selamat datang, Tim! Selamat datang ke
tanah airmu!" "Sudah tampakkah ia, Bida?" tanya Sitti Arbiah, seraya
memperhatikan benar-benar orang yang berdiri di birai.
"Sudah Arbi. ltu di buritan kapal, dekat tiang, di bawah
sekoci. " "Coba pinjami aku teropongmu!"
Puti Bidasari memberikan teropongnya kepada Sitti Arbiah,
yang meneropong pula ke tepikapal. Tetapi tidak segera kelihatan
olehnya orang yang ditunggunya. "M ana" Tak kelihatan olehku."
"Bagaimana engkau dapat menaruh sir kepada Yatim, karena
dengan teropong pun tak dapat kaulihat dia, apalagi dengan mata
biasa. Mari kulihat!" mengusik Sitti Saudah, lalu mengulurkan
tangannya, hendak mengambil teropong dari Sitti Arbiah.
"Tunggu dahulu, Dah," sahut Sitti Arbiah dengan memper"
tahankan teropong yang ada dalam tangannya. "Ha, sekarang baru
bertemu jantung hatiku. Ya. di sebelah belakang, dekat tiang dan
dibawah sekoci. Mengapa ia bersembunyi di sana" 'Tu, 'tu. Lihat ia
?""--...S?"?"?"--
st_if. 5P Amol: cako" %mmlzw 7
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
melambai aku! Baru kelihatan olehnya sahabat karibnya. Selamat
datang Tim! Selamat bertemu kembali dengan keka... ibu bapamu
dan handai tolanmu yang kaukasihi, di antaranya aku. "
Olok"olok Sitti Arbiah ini menimbulkan senyum di bibir Puti
Bidasari, walaupun di dalam hati kecilnya, kurang suka ia mendengar
kelakar yang sedemikian, dihadapkan kepada abangnya.
"Berikan teropong itu kepadaku. Arbi! Bukan engkau saja
yang hendak melihat Yatim. Aku pun ingin pula," kata Sitti Saudah
seakan-akan marah. "Dan aku pun ingin pula dilambainya. " ujar Sitti Zubaidah,
seraya merebut teropong Puti Bidasari dari tangan Sitti Arbiah, lalu
meneropong ke kapal. "Aku segera dapat melihatnya; ia berbaju jas
tutup putih, pantalon putih dan topi hitam ...."
"Dan sepatu?" tanya Sitti Arbiah. sebagai hendak
mencemoohkan sahabatnya ini.
"Biru agaknya. Kurang nyata rupanya, karena diliputi cuaca
biru laut. Yang nyata, memang ia. melambai engkau, sebab
pergerakan tangannya hanya menuju engkau saja. "
"Coba, aku pun hendak melihat pula," kata Sitti Nurmala yang
berdiri dekat dr. Aziz. "Saudah dahulu," kata Sitti Zubaidah, seraya memberikan
teropong Puti Bidasari kepada Sitti Saudah.
Setelah Sitti Saudah meneropong pula ke kapal dan berkata,
"Benar Yatim," lalu diberikannyalah teropong itu kepada Sitti
Nurmala, yang menerimanya dan meneropong pula ke kapal.
"Walaupun telah ke Barat dan mendapat gelar mester dengan
doktor, tetapi ia tetap sederhana dengan pakaiannya dan tentujuga
dengan hati dan tingkah lalunya," kata Sitti Nurmala perlahan"
lahan, sebagai kepada dirinya sendiri.
Demikianlah teropong itu beralih dari tangan ke tangan,
sehingga kembali pula kepada Puti Bidasari.
Sementara itu kapal Heemskerk kian lama kian dekat ke
cerocok dan penumpangnya yang berkumpul"kumpul berdiri di
-"--"2.---"
8 alesan: Mantan" -.
--"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Balai Pusuk: birai kapal, makin lama makin nyata kelihatan. Anak kapal mulai
bers edia"sedia, untuk melabuhkan jangkar, sedang juru mudi telah
naik ke atas buritan, untuk menghentikan kapal dan memberi
perintah kepada kelasi supaya berlabuh.
Penyambut yang telah berdiri berdesak-desak di pinggir cero-
cok, tak putus-putusnya melambai ke kapal dengan setangan yang
aneka warna, sehingga rupanya sebagai bermacam"macam bendera
yang dikibarkan. Dari kapal, lambaian ini dibalas pula dengan
kibaran setangan yang beratus banyaknya, di birai kapal.
Menurutkegembiraanpengibaran setangan ini, nyatalahkedua
belah pihak tak sabar lagi menunggu pertemuan yang hasrat itu.
Orang di darat rasakan hendak menjengkau kapal, supaya dapat
mengabirkannya, sedang orang dikapal rasa hendak melompat ke
darat, sup aya dapat memeluk kaum keluarga dan sahabat kenalan
yang telah tampak rupanya dan kedengaran suaranya memanggil,
tetapi belum dapat dihampiri. Memang hanya orang yang pernah
meninggalkan kampung halaman saja, yang dapat mengetahui
bagaimana perasaan hati, apabila balik dari rantau karena dapat
menjejak tanah tepi. Tiada berapa lama kemudian rapatlah kapal Heemskerk di
cerocok dan dinaikkanlah tangga ke birai. Dengan tiada bertangguh
lagi, turunlah Mr. Yatim, lalu memburu ibu bapanya, yang berseru
mengucapkan selamat datang kepadanya, lalu dipeluknya Sutan
Alam Sah dan diciumnya tangannya, kemudian diburunya Sitti
Mariama, lalu dipeluk dan diciumnya pula. Sudah itu barulah
adiknya Puti Bidasari, yang telah memeluknya lebih dahulu.
Kemudian pergilah ia berjabat tangan seraya meminta terima kasih
kepada sekalian orang yang datang menjemputnya, yang ribut
berkerumun mengelilinginya, lebih-lebih gadis-gadis dan pemuda-
pemuda. Laki-lakiperempuan, tuamuda, tinggi rendah, sekaliannya
rata dijabatnya tangannya dengan manis tegur sapanya dan halus
tutur bahasanya, sehingga sekaliannya puas akan penyongsongan
mereka atas kedatangan Mr. Muhammad Yatim.
"Bagaimana Tim, selamat dijalan?" tanya ayahnya.
"Berkat doa Ayah. "
"-?"._5"-?"?"-_
PP asam? gemas 9 l". V '-...______'._._"_"-?"-..
"Tidak mabuk di laut?" tanya ibunya.
"Tidak, Bu. Hanya dekat Kolombo ada angin sedikit. "
"Engkau bagaimana Bida, telah lulus dalam ujian Mulomu
yang akhir?" "Sudah, Tim." "Syukur. Selamat!"
"Dan engkau Nur, apakabar?" tanyanya kepada Sitti Nurmala,
yang datang bersama-s ama ayahnya mendekati Mr. Yatim.
"Kabar baik. " Sementara itu Sutan Alam Sah menyuruh opasnya
menguruskan barang Mr. Yatim.
Demikianlah tegur sapa mereka yang baru bertemu kembali
itu. Setelah bertemu dengan sekalian sahabat kenalannya dan
bercakap"cakap sebentar dengan mereka, berangkatlah Mr. Yatim
dengan ibu bapanya dan adiknya dalam sebuah kereta yang telah
disediakan oleh saudagar Baginda Mais, ke Padang, ke rumahnya
di Pondok, diikuti old] orang-orang yang menyongsongnya, yang
banyak pula naik bendi, sehingga rupanya sebagai suatu arak-
arakan. Sekalian kelakuan Mr. Yatim ini, dari kapal sampai turun ke
darat dan dari cerocok sampai berangkat ke Padang, diperhatikan
benar"benar oleh Sutan Pamenan dan Datuk Gampo Alam. Tetapi
tak ada kelihatan oleh mereka sesuatu yang dapat dicelanya.
Walaupun Sutan Pamenan heran atas penglihatan yang tiada
disangka"s angkanya ini, tetapi inilah pula yang menambah geram
hatinya, karena ia tak dapat menghinakan kaum muda yang sangat
dibencinya ini. "Salah rupanya terka kita, Mak Acik, tentang anak Hopjaksa
ini. Lihatlah pakaiannya! Sederhana saja dan tingkah lakunya
hormat serta sopan santun kepada tiap"tiap orang, biarpun tinggi
atau rendah, tua atau muda, perempuan atau laki"laki. Dan
rupanya ia datang sendiri. Tiada mengepit bidadari Barat," kata
Datuk Gampo Alam. -"--"2.---"
1" alesan: Mantan" -, dp
Bagr'nda Mais dengan Hopjaksa ketika penyambutan kedatangan
Mr. Muhammad Yatim di Teluk Bayur
"'"-"-..S"_?"'-?"-
;, 1.3, aaa- aa %mm . I . ni"..- '--...____'-_._"_"---.
' Sekarang ini tentu saja baik, sebab baru datang. Biasanya yang
baru itu mula-mula memang baik, tetapi kalau telah mencengkam
kukunya, baru terasa sakitnya. Mengail harus berumpan dahulu.
Dan tentang bidadari yang Datuk maksudkan tadi, mudah pula
disembunyikan; kemudian baru dikeluarkan. Cobalah kita lihatkan
dahulu ikan bermain!"
Setelah sampai Mr. Yatim ke rumah orang tuanya di Pondok,
barulah ia dapat berkata-kata dengan ibu bapanya dan adiknya
dengan senangnya, menceritakan hal ihwalnya diBenua Eropa, dalam
tiga tahun perceraian mereka dan mendengarkan hal ihwal orang
tuanya dengan adiknya serta kota Padang dengan pen-duduknya,
dalam waktu itu. Kemudian dilteluarkannyabawa"bawaannya yang dikumpulkan"
nya dalam suatu peti besar. Ada baju hujan untuk ayahnya dan
adiknya, ada selendang bulu dan cita Paris untuk ibu dan adiknya,
dokoh dan anting"anting untuk Puti Bidasari, sepatu dan selop
untuk ibu bapanya dan lain-lainnya. Begitu pula alat perkakas
seperti piring mangkuk, sendok garpu dan lain"lain, untuk rumah
tangganya. Pun sahabat kenalannya yang karib, sebagai dr. Aziz,
Sitti Nurmala, Mr. Ahmad dan pemuda pemudi yang lain-lain,
tiada pula dilupakannya. Pada petang hari datang ke rumahnya orang"orang yang
tiada sempat menyongsongnya pagi tadi dan orang-orang yang
baru mendapat kabar tentang kedatangannya. Lain daripada itu
datang pula suatu panitia penyambutan Mr. Yatim yang dibentuk
oleh penduduk Padang dan yang terutama diusahakan oleh
kaum saudagar, pemuda dan pemudi serta pegawai, yang hendak
mengadakan perayaan penyambutan pada malam ketiga, sesudah
Mr. Yatim datang, di rumah bola Medan Perdamaian di Kampung
Sebelah. Mereka berharap supaya Mr. Yatim dengan orang tuanya
suka menerima penyambutan ini dan pada malam yang tersebut
sudi datang ke rumah bola itu.
-"--"2.---"
12 alesan: Mantan" -, dp
Walaupun Mr. Yatim sebenarnya kurang setuju dengan cara
penghormatan ini, tetapi harus diterimanya juga permintaan
mereka, supaya jangan mengecewakan dan mengecilkan hati orang
banyak; karena hal yang sedemikian, telah dilazimkan di Padang
pada orang bes ar"besar.
Pada malam harinya, sesudah makan, Mr. Yatim duduk"duduk
pula bercakap"cakap dengan Puti Bidasari di serambi sisi rumahnya,
karena gadis ini rupanya belum puas mendengar cerita abangnya,
tentang kediamannya tiga tahun di negeri dingin. Hopjaksa dan
istrinya tiada duduk bersama-sama,karena tiada hendak mengganggu
percakapan kedua anaknya ini, karena diketahui mereka Mr. Yatim
amat segan kepada ayahnya, sehingga tiadalah akan bebas ia berkata-
kata dengan adiknya. Sebelum uraian percakapan kedua pemuda yang baru
berjumpa ini dipaparkan, ada baiknya diketahui hal ihwal kedua
orang tuanya. Sutan Alam Sah adalah seorang bangsawan kota Padang ber"
umur kira-kira 50 tahun. Waktu itu ia menjabat pekerjaan Hopjaksa
di Padang, la dipandang dan disegani penduduk Padang, bukan saja
karena bangsa dan pangkatnya yang tinggi dan karena ia masuk
orang berada, tetapi pula karena ia seorang baik budi pekertinya
dan adil dalam timbangannya. Lebih"lebih dalam golongan kaum
muda ia dihormati dan dimuliakan, karena ia dapat menyetujui
pikiran dan haluan kaum ini. yang baru berkembang di Padang dan
sukapula membantu cita"cita mereka. Tetapi oleh sebab inilah pula
ia kurang disukai kaum tua', bahkan acapkali diejek dan dihinakan


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka, yang kebanyakan terjadi dari kaum bangsawan dan kaum
adat. yang belum dapat menerima aturan"aturan yang baru ini,
yang banyak bertentangan dengan adat istiadat mereka, yang
masih hendak dipegang teguh oleh mereka.
Istri Sutan Alam Sah yang bernama Sitti Mariama yang
pada waktu itu berumur 45 tahun dan juga berasal tinggi, adalah
se"orang perempuan Padang yang telah mendapat pendidikan
"-"-_._s?"?"?"-_
6P aaa- am %mm 13 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
sekolah, sehingga ia pun dapat pula membenarkan aliran kaum
muda. Ialah yang mengajak"ajak suaminya memajukan anaknya
Mr. Yatim yang sebiji mata itu sampai ke sekolah kehakiman di
Jakarta. Sesudah tamat belajar di sana dan bekerja di kantor
pengadilan di Padang setahun lamanya, disuruhnya pula anaknya
ini meneruskan pelajarannya di sekolah Hakim Tinggi di negeri
Belanda, 3 tahun lamanya, sehingga anak ini dapat mencapai
derajat master dan doktor dalam kehakiman, tatkala ia berumur
2" tahun. Atas permintaannya, dapatlah Mr. Yatim ditempatkan
di negerinya sendiri di Padang.
Anaknya yang seorang laki-laki ini rupanya belum dapat
memuaskan keinginan hati Sutan Alam Sah. IS'leh sebab itu
dimintanyalah kepada kakaknya yang perempuan. Puti Renosari
dan iparnya Sutan Baheram. anak mereka yang bernama Puti
Bidasari. yang pada waktu itu berumur 20 tahun. Kemenakannya
ini dipeliharanya di rumahnya sendiri, sebagai anak kandungnya,
bersama"sama dengan Yatim, sejak Puti Bidasari berumur 6
tahun. Memang Puti Bidasari. sebagai kemenakan kandungnya,
tanggungannya, menurut adat Padang. Inilah sebabnya Puti
Renosari dan Sutan Baheram tiada berani berkata apa"apa. tatkala
Puti Bidasari disekolahkan dan dimajukan pula oleh Sutan Alam
Sah, walaupun hanya sampai ke sekolah Mulo saja, sebab sekolah
yang lebih tinggi belum ada di Padang. Sebenarnya mereka tiada
setuju anaknya masuk golongan kaum muda, karena mereka sendiri
memeluk paham kaum tua. Sutan Alam Sah dan istrinya Sitti Mariama tiada
memperbedakan kedua anak ini, tetapi mengasihi dan menyayangi
mereka dengan kasih sayang yang sama. Oleh sebab itulah orang
yang tak tahu hal ini akan bersangka, keduanya bersaudara
kandung, walaupun tampang mukanya tiada sama', karena
keduanya mempunyai sifat dan gaya yang acapkali kedapatan pada
bangsawan asli. -"--"2.---"
14 alesan: Mantan" -, dp
Tentang kerancakan yang laki-laki dan kecantikan yang
perempuan, memang dapat dikatakan keduanya s etara: Bagai bulan
dengan matahari, kata peribahasa. Mr. Yatim dapat dikatakan
masuk laki-laki yang bahari dan tangkas, sedang Puti Bidasari
dapat dikatakan masuk perempuan yang molek dan jelita. Di
antara pemuda di Padang waktu itu, hanya dr. Azizlah yang dapat
membanding Mr. Yatim karena rupa dan bentuk badan mereka
hampir sama. Di pihak pemudi, hanya Sitti Nurmalalah yang
menyayangi Puti Bidasari. Tentang kemolekan kedua gadis ini,
dapatlah dikatakan Sitti Numiala cantik dan Puti Bidasari jelita.
Ragu mata memandang; tak tahu mana yang akan dipilih.
Perhubungan Mr. Yatim dan Puti Bidasari, yang pada mulanya
tak lain daripada kasih sayang antara adik dengan kakak, dengan
tiada diketahui mereka, telah menjadi percintaan yang sejati,
antara laki-laki dan perempuan. Walaupun Mr. Yatim sadar bahwa
perasaan seni yang telah timbul dalam hatinya, terhadap kepada
adiknya Puti Bidasari, memang sumbang rasanya bagi mereka yang
tiada tahu bahwa keduanya hanya bersaudara sepupu, sedang di
Padang acapkali dilakukan, bahkan diusahakan oleh tiap-tiap mamak
anaknya dengan kemenakannya, tetapi apa hendak dikata"
Percintaan itu telah timbul sendiri dalam hati sanubarinya
dengan tak dapat ditindihnya lagi. Walaupun dicobanya dengan
sekuat kemauannya melenyapkan perasaan ini, tetapi sia"sia
belaka. Bahkan kebalikannya yang diperolehnya.
Apa daya upaya dukun"
cinta merapi dalam sekam. Makin diobat makin sakit,
tawar bertimpa bisa datang.
Sungguhpun demikian, keduanya masih menyembunyikan
kuku kepada orang lain dan kepada diri mereka sendiri dengan
menyatakan keluar, daya penarikan itu tak lain daripada kasih
sayang antara saudara dengan saudara. Tetapi kedua orang tua
"-"-_._s?"?"?"-_
6P amr- am %mm 15 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
mereka, lebih-lebih Sitti Mariama, tajam matanya. Terkilat ikan
dalam air, tentu olehnya jantan betinanya. Nyata kelihatan oleh
mereka percintaan yang sejati telah berbayang di muka kedua
anaknya. Percintaan ini disambutnya dengan segala kesenangan
hati, karena memang inilah pengharapan mereka sejak semula,
yaitu hendak mendudukkan anak dan kemenakannya, yang
keduanya sangat disayanginya. Inilah pula sebabnya Sutan Alam
Sah tiada segan-segan dan tiada memandang rugi memajukan
Mr. Yatim, sampai ke Sekolah Hakim Tinggi di negeri Belanda,
walaupun biayanya bukan sedikit, supaya dapatlah kemenakannya,
yang menurut adat Padang, harus dilebihkannya daripada anaknya
sendiri, memperoleh suami yang mulia dan berpangkat tinggi. Oleh
sebab itulah pula Puti Bidasari, bukan disuruhnya menuntut ilmu
sekolah saja, sampai ke sekolah Mulo, tetapi dipelajarinya pula
sekalian ilmu kepandaian yang berguna bagi seorang istri pegawai
yang tinggi dan bagi ibu sejati.
Tatkala Mr. Yatim berangkat ke Barat, ada timbul sebentar
kuatir dalam hatinya, kalau"kalau anaknya ini akan tergoda
oleh gadis Barat yang cantik molek itu, sehingga ia lupa akan
Puti Bidasari dan karena itu tak sampai cita-citanya. Tetapi
sekarang nyata anaknya kembali sendiri dan perhatiannya kepada
adiknya tidak berkurang, bahkan bertambah rupanya. Inilah
yang meriangkan hati mereka dan menambahkan pengharapan
keduanya, akan sampai juga cita-citanya.
Hanya Puti Bidas arilah yang belum yakin benar akan hal itu,
lebih"lebih jika teringat ia akan sindiran temannya Sitti Arbiah di
Teluk Bayur pagi itu. Oleh sebab itu hendak diajuknya hati saudara
sepupunya ini kepadanya, supaya dapat ia memperoleh kepastian,
masih tetapkah hati Mr. Yatim kepadanya, sebagai dahulu atau
telah berubah. Kesempatan yang baik, ada sekarang, karena mereka
hanya berdua di serambi sisi rumahnya, tempat yang terang"terang
samar, karena disinari lentera hijau yang tergantung agak keluar.
"Tim, cobalah ceritakan pula hal ihwal negeri Barat itu! Belum
puas rasanya aku mendengar ceritamu tadi," kata Puti Bidas ari yang
-"--"2.---"
16 alesan: Stiawan" -,
--"---".='.__--- ;: &
mmm-namum.- Balai Pusuk: duduk di atas sebuah bangku rotan panjang, di sisi saudaranya Mr.
Yatim, seraya menuangkan air teh ke dalam cangkir Mr. Yatim.
"Tentang ap anya yang hendak kaudengar lagi Bida" Karena
hal ihwal benua besar itu amat banyak dan jauh berbeda dengan
keadaan di sini," sahut Mr. Yatim, lalu meminum teh yang disajikan
old] Puti Bidas ari. "Mulailah dengan p ergaulan hidup, lebih"lebih antara laki"laki
dan perempuan, misalnya."
"Mengapa itu yang kaukehendaki?" tanya Mr. Yatirm seolah-
olah heran. "Karena itulah peristiwa yang sedang hangat di Padang masa
ini, lebih-lebih dalam perselisihan paham antara kaum muda dan
kaum tua. Kebanyakan kita yang harus memandang ke Barat,
karena terbawa oleh arus Barat, menerima saja segala kebaiatan
itu dengan kedua belah tangan, acapkali dengan tiada memikirkan
sedalam-dalamnya kemanfaatan dan kemelaratannya', seakan-
akan hilang budi bicara kita dan silau mata kita karena ditimpa
sinar Barat yang terang cemerlang itu. Lupa kita kepada pepatah
Barat sendiri yang mengatakan: Tidak selamanya emas, barang
yang cemerlang itu, sedang orang tua"tua kita belum dapat, ya,
mungkin tak akan dapat menurutkan arus Barat ini, lebih"lebih
karena mereka terikat oleh adat istiadat, yang menjadi undang"
undang negeri kita. Memang sungguh sebagai kata peribahasa:
Belanda mati karena pangkat.
Cina mati karena uang. Arab ma ti karena agama. Tetapi Melayu mati karena adat. Kalau Belanda berbenteng
besi, Melayu berbenteng adat.
Perjuangan antara tua dan muda di Padang ini telah timbul,
bukannya dalam adat istiadat saja, bahkan juga dalam agama,
kebudayaan, ilmu kepandaian; ringkas kata dalam segala hal.
Pada pikiranku kedua belah pihak hendaknya janganlah
semata"mata menurutkan hati tua atau hati muda saja', melainkan
"-"-_._s?"?"?"-_
6P amr- am %mm 1" i': V '-...______'._._"_"-?"-..
sungguh-sungguh memikirkan perkara ini, yang sangat penting
bagi keselamatan bangsa dan negara. Yang muda jangan karena
kes ilauan mata saja dan yang tua jangan pula karena ikatan adat
pusaka lama saja, mempertahankan pendirian dan kesukaan
masing"masing. Kedua belah pihak harus memikirkan dan
mengusahakan jalan yang baik, yang harus diturut pada masa
ini dengan tiada mengabaikan kehendak zaman, tetapi tiada pula
menyia"nyiakan yang sungguh baik, yang telah ada pada kita.
Hendaknya bagai: menghela rambut dalam tepung, rambut jangan
putus, tepung jangan terserak, karena kedua-duanya beralasan
kebenaran, yaitu kebaikan dan kejayaan bangsa.
Sungguhpun demikian jangan pula kita lupakan bahwa jarak
antara Timur dan Barat itu amat jauh, sehingga perbedaannyapun
amat besar pula. Ada yang baik di sana. tak baik di sini dan ada
pula yang tak baik di sana, tetapi baik di sini.
Timur itu memangnya Timur,
Barat itu tentulah Barut.
Karena hasrat bercampur gaul,
janganlah badan sampai melarat.
Bukankah demikian, Tim?"
M r. Yatim yang pada mulanya sekadar hendak bersenda gurau
dengan Puti Bidasari, makin lama makin terbawa oleh tutur dan
pikiran adiknya ini, sehingga ia seakan-akan bergantung pada
bibirnya mendengarkannya.
Dengan senyum simpul ia menjawab, "Bida, tak kusangka
telah sekian jauh kemajuanmu dalam 3 tahun kutinggalkan
engkau. Ayah salah, bukan aku yang harus disuruhnya menjadi
mester, melainkan engkau', karena lidahmu pasih berkata-kata dan
lancar tutur bahasamu."
"Kalau"kalau engkau nanti tak dapat mempertahankan
pesakitanmu, mungkin aku dapat menolongmu. Jadi ada juga
-"--"2.---"
13 arleen: Stiawan" -,
--"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Balai Pusuk: faedahnya aku pacak berkata-kata," jawab Puti Bidasari dengan
olok"olok, sebagai tiada mengindahkan pujian abangnya, walaupun
hatinya berbunga karena penghargaan ini.
"Piltiranmu ini memang benar. Dalam memajukan bangsa dan
negara, memang kita harus berhati"hati, supaya jangan sampai
telanjur sebagai perbuatan: si bujang baru berkeris dan si gadis
baru bersubang. Karena akibatnya bukan sedikit hikmahnya;
keselamatan bangsa dan negara tergantung padanya. Jika sekali
terjerumus kepada yang tak baik, karena salah jalan, tak mudah
diperbaiki lagi. Dan siapa yang akan bertanggung jawab dalam hal
itu" Memang terutama kita pemuda dan pemudi yang mendaki.
Orang-orang tua yang menurun, hampir tak dapat kita bawa-bawa
dalam kesalahan ini. Marilah kita mulai dengan pergaulan antara perempuan dan
laki-laki di Barat, sebagai kehendakmu tadi. Memang di sana
hampir tak ada perbedaan antara pemuda dan pemudi, dalam
pergaulan. Bila saja dan di mana saja, dapat perempuan dan laki-
laki bercampur gaul dengan tiada mendatangkan kejanggalan atau
kesumbangan di mata orang banyak ...."
"Baikkah ini kita tiru?" tanya Puti Bidasari.
"Ada baiknya, tetapi ada pula buruknya. Oleh sebab itulah di
dalam pemilihannya, jangan kita lupakan apa yang kau"panenkan
tadi: Timur itu memangnya Timur dan Barat itu tentulah Barat.
Marilah kita ambil misal yang kasar saja. Berpeluk"pelukan dan
bercium"ciuman, buat masyarakat Barat bukan suatu perkara yang
ganjil, tetapi biasa saja, yang tidak akan menimbulkan pikiran dan
perasaan sir di dalam hati. Mungkin karena hawa negerinya dingin
dan mereka menghajatkan panas. Tetapi pada kita, jangankan
sampai demikian, kilat mata saja telah boleh membawa pikiran
yang sumbang: Singgung lebih dari kena ...."
"Sekarang engkau sebagai orang yang berdarah panas bagai-
mana perasaanmu di negeri dingin?" mendekat Puti Bidas ari kepada
tujuannya. "Karena engkau di sana tentulah banyak mempunyai
"-"-_._s?"?"?"-_
6P amr- am %mm 19 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
kesempatan untuk bercampur gaul dengan pemudi Barat. Mungkin
telah ada yang menambat hatimu atau telah adayang berjanji akan
mengikut kemari," kata Puti Bidasari pula, seraya tersenyum.
"Jika yang menambat hatiku, memang telah ada dan ia telah
ada pula di Padang ini. Tetapi mengapa kautanyakan hal ini?" jawab
Mr. Yatim dengan tersenyum pula.
"Sebab sebab aku ingin mempunyai ipar bangsa Barat,"
sahut Puti Bidasari dengan tersenyum pula, tetapi wajah mukanya
berubah dan hatinya berdebar"debar. "Siapa namanya perempuan
yang telah menambat hatimu itu. "
"Nantilah kusebut," kata Mr. Yatim dengan bersungguh-
sungguh rupanya. "Tentang kesempatan untuk bercampur gaul
dengan pemudi Barat, sebenarnya tak ada padaku. "
"Ajaib! Mengapa tidak?"
"Sebab aku ingin menyelesaikan pelajaran selekas-lekasnya,
supaya lekas pula dapat pulang kembali."
"Supaya lekas pulang kembali" Mengapa Tak senangkah
engkau di sana" Di negeri surga dunia itu. "
"Di mana ada surga, di sana ada pula neraka, karena keduanya
bersaudara kandung, kadang"kadang pindah"memindah. Lain
daripada itu memang aku kurang senang tinggal di sana, walaupun
dekat surga, seperti katamu tadi. Mungkin karena seperti kata
orang kita: Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri
sendiri, baik juga di negeri sendiri."
"Tetapi apa yang tak menyenangkan engkau di sana" Sedang


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang lain mati-matian dan habis-habisan untuk ke sana?" tanya
Puti Bidas ari dengan herannya.
"Sekaliannya, Bida. Negerinya, hawanya, makanannya,
aturannya dan lain"lainnya. Tak ada yang dapat kusesuaikan
dengan kesukaanku, sehingga aku sangat canggung. Tak putus"
putusnya aku teringat ke Padang ini, dalam 3 tahun itu. "
"Tetapi Tim, apa yang menarik engkau sekeras itu ke Padang
ini, negeri yang buruk, lengang dan kecil ini?"
-"--"2.---"
'20 arleen: Stiawan" -,
----------".='.__----- >: 5!"
mmm-namum.- Balai Pusuk: "Sekaliannya, Bida', tanah air, kampung halaman, kaum
keluarga, sahabat kenalan dan Mungkin karena aku seorang
yang sangat terikat kepada kampung itulah acapkali aku di dalam
keramaian, kebesaran dan keelokan di sana berasa sunyi senyap,
karena rindu pulang kembali. Awan berarak 'kutangisi, teringatkan
kampung dengan halaman."
"Heran! Perasaian yang sedemikian baru kudengar dari orang
yang kembali dari Barat. Adalah sebagai ayam bertelur atas padi,
mati kelaparan; itik berenang dalam air, mati kehausan. Tetapi
siapa yang kaurindukan itu?"
"Terutama ayah dan ibu dan ...."
"Dan siapa lagi" Nurmala?"
Anak dan Kemenakan "Bukan, adikku yang bernama Bidasari."
"Bidasari mana debar juga. tanya Puti Bidasari dengan hati berdebar-
"Bidasari yang duduk di hadapanku sekarang."
"Cis. tak malu! Tua"tua sudah menjadi mester doktor, masih
hendak didukung orang tua dan diulitkan adik perempuan," kata
Puti Bidasari pula pura-pura mencela abangnya, karena hendak
menyembunyikan mukanya yang menjadi merah dan tangannya
yang gemetar, karena sekaranglah baru diketahuinya benar-benar,
bahwa kakaknya ini cinta kepadanya.
"Ya. cercalah aku! Memang patut aku ditertawakan, cinta
kepada adik sendiri, sehingga tak betah di dalam surga, karena
selalu merindukan engkau."
"Engkau seorangkah yang mempunyai ibu bapa dan adik yang
dicintainya" Dan jika terpisah jauh, tentu saja cinta-mencintai,
dekat jelang"menjelang, kata pepatah kita."
"Bida, dengarlah baik-baik! Sekarang hendak kucurahkanlah
isi hatiku yang telah lama kudendam. 14 tahun lamanya kita
telah bercampur gaul dengan berkasih"kasihan sebagai bersaudara
"-"-_._s?"?"?"-_
6P amr- am %mm 21 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
kandung. Walaupun kasih sayangku dahulu kepadamu memang
kasih sayang kakak kepada adik, tetapi dengan tiada kuketahui
dan dengan tiada pula kusengaja kesayanganku itu perlahan"lahan
telah berubah menjadi cinta kepada kekasih.
Jangan kausangka aku telah menurutkan saja hawa nafsuku
yang tak patut ini. Dengan segala daya upaya dan tenaga batinku
telah kuusahakan melenyapkan perasaan ini. Tetapi sia"sia belaka.
Apa dayaku" Jangankan hilang atau berkurang, bahkan menjadi
bertambah"tambah hebat, sehingga tak dapat lagi aku bercerai
lama dengan engkau. Inilah sebabnya aku tak betah jauh daripadamu. Hampir"
hampir saja aku tak dapat meneruskan pelajaranku di negerijauh
itu. Sekalian perasaanku ini dahulu tiada kusampaikan kepadamu,
karena aku hendak menunggu derajat yang kucita"citakan, yang
hendak kuserahkan kepadamu. Sekarang derajat itu telah ada
dalam tanganku. Oleh sebab itu beranilah aku menyatakan
percintaanku ini kepadamu.
Kuharap sudilah engkau menerima aku sebagai suamimu
nanti. Bagaimana pikiranmu Bida" Dapatkah engkau mengabulkan
hasrathatiku yang telah sekian lama kudendam dalam cita-citaku. "
tanya Mr. Yatim seraya mendekati Puti Bidasari dan memegang
tangannya. Puti Bidasari menekur dan berdiam diri beberapa lamanya,
tetapi tangannya tiada ditariknya dari tangan Mr. Yatim.
"Bagaimana Bida" Dapatkah aku berharap akan kasihmu?"
tanya Mr. Yatim pula. "Aku menurut," jawab Puti Bidasari dengan suara yang hampir
tak kedengaran. Dengan segera Mr. Yatim memeluk Puti Bidasari lalu men"
ciumnya pada kedua belah pipinya, bukan dengan cium saudara,
tetapi cium kekasih. -"--"2.---"
'22 arleen: Stiawan" -, tlp
Perbuatan kedua kekasih itu tiada lepas dari mata ibunya, Sitti
Mariama. Ketika diketahuinya bahwa persangkaannya tiada salah,
sangatlah gembira hatinya. Dengan segera ia pergi mendapatkan
suaminya menyampaikan kabar itu.
"-"-_._s"-?"?"-_
6P esa am Gamgee 23 "n:: V '-...______'._._"_"-?"-.. -
Tiga hari kemudian daripada kedatangan Mr. Yatim, yaitu
pada hari Sabtu, siaplah sekalian persediaan di rumah bola Medan
Perdamaian di Kampung Sebelah, untuk mengadakan perayaan
penyambutan Mr. Muhammad Yatim kembali ke negerinya sendiri,
sebagai yang lazim dilakukan di Padang.
Rumah bola yang besar itu telah dihiasi amat baiknya dengan
bermacam"macam daun"daunan, pucuk dan kembang"kembangan,
sehingga rupanya amat semarak. Di tempat masuk ke halaman
telah diperbuat sebuah pintu gerbang yang besar dari bambu, yang
bertuliskan huruf bilah, "Selamat datang!" Dari pintu gerbang ini
sampai masuk ke halaman, diperbuat pula pagar yang melengkung"
lengkung, yang dihiasi kelapa muda, yang jatuh berjurai"jurai ke
bawah. Sekalian tiang"tiang yang besar dalam rumah bola itu telah
dililit dengan daun beringin yang dijalin dan di antara tiang"tiang
ini terbentang pula tali daun"daun itu melengkung"lengkung ke
bawah. Di para dan di dinding, bergantungan kembang dan pita
kertas yang bermacam"macam warnanya dan bentuknya, silang"
menyilang, belit"membelit menjadikan gubahan yang amat permai
rupanya. Di atas pintu tengah langkan muka, tertulis dengan huruf
kertas perada, "Selamat datang Mr. Dr. Muhammad Yatim!"
Beratus"ratus kursi dengan mejanya telah diatur di beranda
muka, tengah dan belakang sampai ke bilik"bilik dan ruangnya,
& 24 ama-x gamma; - 6p __*., ______7________, x - umwmummun Balai Pusram menurut tingkatan jamu yang akan mendudukinya, laki"laki,
perempuan, pembesar, pegawai, saudagar, rakyat biasa dan lain"
lainnya. Di alas meja yang dihampari alasan yang elok-elok,
bertaburan jambangan yang berisi bunga"bungaan yang amat baik
karangannya dan semerbak baunya. Sekalian ruang lelah diterangi
dengan lampu gasolin dan tanglung yang bermacam"macam
warnanya. Begitu pula di pekarangan muka, sisi dan belakang,
di pagar"pagar sampai ke pintu gerbang, penuh lilin dan pelita,
sehingga cuaca terang benderanglah di sana.
Bermacam"macam makanan yang lezat cita rasanya dan
minuman yang menyegarkan dan menggembirakan dengan piring
mangkuk, sendok garpu, gelas dan serbetnya serta alat"alat makan
yang lain-lain, telah tersedia untuk beratus-ratus jamu. Musik
dengan bunyi"bunyian yang lain, telah teratur di atas panggung,
tempat permainan. Begitu pula alat perkakas untuk pertunjukan
sep erti tari-tarian, pencak, s ihir, dabus dan lain-lainnya. Penyambut
jamu dengan pelayan"pelayan telah hadir dengan pakaian yang
baik"baik. Di jalan dan pekarangan telah berdiri polisi, untuk
mengatur perjalanan dan penjagaan.
Perayaan yang besar dan banyak biaya ini diadakan atas
usaha dan desakan Baginda Mais kepada sekalian saudagar yang
kaya"kaya dan pembesar"pembesar tinggi, orang"orang yang
kenamaan di Padang dan orang-orang biasa pun, yang sekaliannya
dimintanya, supaya ikut menghormati dan merayakan kedatangan
seorang pembesar bangsanya, yang pulang dari Eropa, membawa
derajat yang tinggi dan ilmu kepandaian yang dalam, yang akan
dipergunakannya, untuk keselamatan dan kejayaan bangsanya.
Penduduk Padang harus memperlihatkan kepada umum, dengan
cara yang raya, bahwa mereka sangat berbesar hati dan bangga atas
kemajuan yang yang telah dapat dicapai oleh seorang anaknya.
Memang Baginda Mais dan penduduk Padang pada umumnya
sangat berbesar hati dan menghargai kedatangan Mr. Yatim ini.
Bukan saja karena mereka penuh pengharapan atas pertolongan-
*_*-__" 6P esa am Gamgee 25 5". V '-...______'._._"_"-?"-..
pertolongan yang dapat diberikan Mr. Yatim, tetapi karena pada
hemat mereka, Mr. Yatim mempertinggi semarak Gunung Merapi
dengan derajat dan tingkat yang dibawanya ke negerinya. Oleh
sebab itu tiada diindahkan mereka berapa biaya dan kesusahan
untuk perayaan ini, yang harus diselesaikan dalam 3 hari, asal saja
penghormatan ini memuaskan Mr. Yatim dan penduduk Padang.
Baginda Mais dapat berbuat sedemikian karena di antara
saudagar Padang yang banyak itu, ialah yang terkaya. Sungguh
sebagai kata pepatah: Ia bergedung di daratan dan berkapal di
lautan. Toko dan rumah sewaannya, kebun kelapa, kopi dan
kulit manisnya, sawah dan ladangnya ada di mana-mana, di
Padang, di Pariaman dan di Padang Darat, berpuluh"puluh dan
beratus-ratus bau banyaknya. Hasil hutannya diambilnya dari
Padang Darat, Tarusan, Painan, Balai Selasa sampai ke Indrapura,
Pariaman, Air Bangis, Natal, Barus, Singkil dan tempat yang lain"
lain yang dibawanya ke tanah Jawa, Singapura, Kalimantan dan
Sulawesi dengan kapal kecilnya dan perahulayamya. Perhubungan
perdagangannya sampai ke Barat.
Sungguhpun demikian ia mulanya hanya saudagar kecil
kerambil saja di Pariaman, tempat lahirnya. Walaupun ia hanya
bersekolah rendah, tetapi karena rajinnya dan karena ada pe"
mandangannya dalam perdagangan, dapatlah dicapainya tingkat
yang boleh dikatakan tinggi dalam perdagangan di Padang.
Istrinya Upik Bungsu, yang berumur 40 tahun, yang 10 tahun
lebih muda daripadanya, berasal dari Ulakan. Ia pun bukan seorang
perempuan yang terpelajar, karena tatkala kecilnya ia hanya
diserahkan mengaji ke surau. Oleh sebab itulah ia sangat segan
kepada suaminya dan diturutkannya segala kemauannya; apalagi
karena Baginda Mais bukan sebagai beberapa saudagar-saudagar
Padang yang lain: apabila telah kaya timbul takabur dalam hatinya
sehingga berbuat sesuatu yang kurang baik dikerjakannya, misalnya
hidup royal dengan beristri banyak. Baginda Mais di dalam hal itu
tetap sederhana. -"--"2.---"
'26 arleen: Wanted" -, tlp
Tatkala istrinya yang pertama meninggal dunia, waktu
mudanya, kawinlah ia dengan Upik Bungsu ini dan sejak itu tiada
kawin-kawin lagi. Mungkin karena istrinya ini seorang perempuan
yang cantik, sehingga tertahan langkahnya kepada perempuan yang
lain. Hanya suatu cacat yang ada pada Baginda Mais ialah yang
dikatakan orang Padang: uju, artinya suka dipuji-puji. Bukannya
kekayaannya saja yang dibanggakannya dan "dilagakkannyam,
tetapi juga karena kecantikan istrinya, lebih-lebih kecantikan
anaknya Sitti Numiala, yang pada waktu berumur 19 tahun,
sahabat karib Puti Bidasari, Mr. Yatim dan dr. Aziz.
Memang Sitti Nurmala seorang gadis yang cantik di Padang.
Berdua dengan Puti Bidasari, ia dinamakan pemuda dan pemudi:
bunga sejoli di kota Padang.
Oleh sebab Baginda Mais tiada hendak kalah dari Sutan
Alam Sah, ayah Puti Bidasari, disekolahkannyalah Sitti Nurmala
bersama"sama Puti Bidasari, sampai tamat sekolah Mulo dan
disuruhnya pula menurut segala ilmu kepandaian perempuan yang
dipelajari oleh Puti Bidasari. Tak dipandangnya biaya dan belanja
untuk menyamai, bahkan jika dapat, untuk melebihi Puti Bidasari,
yang di dalam ketinggian bangsanya, memang susah dilawan oleh
Sitti Nurmala. "Biar kalah uang, asal jangan kalah hati," kata Baginda Mais.
"Sitti Nurmala harus jadi gadis yang ternama di seluruh kota
Padang ini. " Sebagai Puti Bidas ari telah tersangkut hatinya pada saudara
sepupunya Mr. Yatim, begitu pula Sitti Nurmala telah tertambat
pula hatinya kepada dr. Aziz, yang membalas percintaan gadis ini
dengan kasih sayang sejati. Sebagai Puti Bidasari dan Sitti Nurmala
dinamakan bunga sejoli di kota Padang, Mr. Yatim dan dr. Aziz
dapat pula dinamakan kumbang sepasang di kota Padang, karena
rupanya yang hampir sama eloknya itu sebagai telah dibayangkan.
Banyak yang akan percaya, jika dikatakan keduanya kembar.
l) diperagalrannya ?"?"r" 6P ame am %mm 27 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Sebelum Mr. Yatim.kembali dari Eropa. Baginda Mais
rupanya tiada beralangan bermenantukan dr. Aziz. karena pada
waktu itu dialah pemuda yang terutama di Padang. Tetapi setelah
Mr. Yatim kembali ke Padang dengan membawa derajat mester
doktor, bertukarlah haluan Baginda Mais; karena sekarang bukan
dr. Aziz lagi. melainkan Mr. Dr. Yatimlah pemuda yang terutama
di Padang. Dan sebagai gadis yang ternama, haruslah ia kawin
dengan pemuda yang terutama. Inilah satu daripada keinginan
Baginda Mais, yang menyebabkan ia berugi"rugi dan bersusah
payah mengadakan peralatan penyambutan kedatangan Mr. Yatim,
yang diharapkannya dapat dipungutnya jadi menantunya.
"Hendak tuah, bertabur urai," katanya kepada istrinya, yang
membenarkan perkataannya ini. karena tak berani menyangkal,
walaupun ia berasa perbuatan ini kurang baik terhadap dr. Aziz.
Hal yang kedua yang menyebabkan Baginda Mais sangat
menghargai kedatangan Mr. Yatim ini. ialah karena ia sebagai
seorang s audagar yang suka kepada kemajuan, mempunyai harapan
besar, Mr. Yatim akan suka menolong kaum pedagang di Padang,
dalam beberapa hal perdagangan, yang bersangkutan dengan
peraturan Negeri atau yang menghajatkan nasihat dari seorang
advokat. Oleh sebab itu kelak akan diumbuknya Mr. Yatim, supaya
ia meninggalkan pekerjaannya yang sekarang ini. Kalau suka Mr.
Yatim, akan dibukanya suatu kantor advokat di Padang, yang akan
dikepalai oleh mester ini. Dan supaya ia tetap tinggal di Padang,
haruslah ia kawin dengan perempuan Padang, yaitu anaknya, Sitti
Nurmala. Dengan demikian: sekali merengkuh dayung, dua tiga


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pulau terlampau. Oleh sebab itu tiada diagak-agaknya mengeluarkan biaya
untuk perayaan penyambutan Mr. Yatim ini. Sekalian yang perlu
untuk meramaikan perayaan itu. diadakannya, ya. didatangkannya
dari negeri"negeri yang jauh dari kota Padang. Ahli pencak Mudik,
ahli silat Padang Darat, orang kebal dari Solok, ahli dabus dari
Permainan dan lain"lainnya. Karena kekuatan uang Baginda Mais
-"--"2.---"
'23 Asam www -, --"---".='.__--- i &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
dan kegiatan pekerjaan panitia, dapatlah diadakan dan dis eles aikan
sekalian yang perlu, dalam waktu yang singkat itu.
Sebelum pukul 7 malam, sekalian anggota panitia telah hadir
dan penyambut jamu telah siap menanti di hadapan Rumah Bola
Medan Perdamaian di Kampung Sebelah, yang telah terang ben"
derang, karena sekalian lampu telah dipasang, sedang musik pun
telah mulai pula bermain melagukan lagu yang merdu.
Tiada berapa lama kemudian, datanglah Baginda Mais dengan
istrinya, Upik Bungsu, dan anaknya Sitti Nurmala, dalam bendinya
yang ditarik oleh kuda Batak, dengan pakaian yang indah"indah dan
perhiasan yang mahal"mahal, sehingga lebih"lebih Sitti Nurmala,
amat cantik rupanya dengan pakaiannya cara Barat, yang seakan"
akan ditabur dengan emas dan berlian. Rupanya adalah sebagai
Baginda Mais hendak memperagakan kekayaannya dan kecantikan
anaknya pada malam itu. "Dia harus menjadi "putri perayaan" malam ini," pikir Baginda
Mais tatkala Sitti Nurmala disuruhnya berdandan sebagus"
bagusnya, "sup aya setara dengan raja perayaan" itu yakni Mr.
Yatim. Gadis"gadis yanglain, begitu pula orang"orang kayayang datang
sesudah keluarga Baginda Mais ini, tiada pula hendak ketinggalan
dalam mengatur pakaiannya dan memakai perhiasannya, adalah
seakan"akan mereka hendak mengadakan perlombaan dalam
kecantikan dan dandanan. Penonton telah penuh masuk di pekarangan, karena pendekar"
pendekar yang hendak bergelombang dua belas", memencak dan
bersilat, telah siap pula', tinggal menunggu kedatangan l'u'lI'. Yatim
lagi, dengan ibu bapanya.
Kira"kira hampir pukul 8. hadirlah sekalian jamu, sehingga
penuh sesak Medan Perdamaian itu, dari dalam sampai ke luar,
dengan laki-laki dan perempuan, pemuda dan pemudi, dari sekalian
"-"-_._s?"?"?"-_
6P .zm dm %mm 29 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
golongan dan lapisan, yang ada di Padang Pukul B tepat, masuklah
kereta yang membawa Mr. Yatim dengan jbu bapanya dan adiknya,
disambut oleh panitia dengan gelombang dua belas, diiringi oleh
musik si Gasi, yang melagukan lagu yang sangat gembira, lalu
dibawalah mereka ke ruang dalam, yang telah disediakan kursi
untuk mereka, di tengah"tengah tempat kedudukan jamu.
Pakaian Pu'lr. Yatim, walaupun secara Barat, tetapi sederhana.
Berkopiah beledu hitam macam Singapura, baju jas terbuka dari
linen putih Rusia, memakai rompi dari kain itu juga, sedang
kemejanya putih dengan dasi hitam pendek, berpantalon linen
pula, dan bersepatu hitam. Saku atas bajunya dihiasi sapu tangan
sutra yang warnanya biru langit.
Walaupun pakaian ini dapat dikatakan biasa saja, tetapi
karena potongannya amat baik, sesuai dengan badannya, tampan
benar rupanya. Hopjaksa Sutan Alam Sah memakai pakaian perayaan,
sebagai dilazimkan oleh pembesar Padang, yaitu: Destar "ciling
menurun"6) baju jas terbuka dari lakan hitam, kemeja putih,
tetapi tiada berdasi', celana pantalon putih yang ditutup dengan
kain sarung Bugis hitam, sampai ke lutut dan sepatu hitam. Dari
saku bajunya terjuntai rantai arloji emas dengan main"mainan dari
kuku harimau, yang dipalut dengan emas pula, warnanya kuning
berkilat, sebagai kancing baju huruf W"nya.
Sitti Mariama pun memakai pakaian perayaan, sebagai biasa
dipakai orang"orang kaya di Padang, yaitu selendang batik Jawa,
yang tua warnanya, baju kurung sutra hitam berkembang, kancing
tangan dan peniti dadanya dari emas bermata intan, berkain Bugis
Balang Nipa, yang merah tua warnanya, berselop beledu bersulam
manik. Di atas dasar pakaiannya ini. kelihatan sinar perhiasannya,
emas dan berlian, pada kundai, telinga, leher dan dadanya serta
pada tangannya.") nama semacam. bentuk destar Pakaian Puti
3) nama semacam bentuk destar
-"--"2.---"
3" Asam www -, 45P Bidasari cara Barat, walaupun tak banyak bunga, tetapi pandai ia
mengadu warna dan mengatur pakaiannya dengan perhiasannya,
pantas dan bertambah molek rupanya.
Inilah yang nyata dan segera tampak padanya malam itu,
sedang pakaian Sitti Nurmala kelihatan mewah.
Gaunnya tiada dalam benar, dari sutra yang halus dan lazuardi
warnanya, sesuai benar dengan badannya yang lamp ai. Rambutnya
yang hitam dawat, keriting berombak"ombak, dikundaibergantung.
Pada pinggirnya diberibersisir dan penusuk emas yang bertatahkan
berliankecil"kecil, sehinggagemerlapan sinarnya, sebagaikelemayar
di tempat gelap. Kerabunya berlian yang besar. Dokohnya sebutir delima,
dipinggiri oleh berlian gosokan I'u'less yang kecil-kecil, sehingga
adu manis rupanya, merah bercampur putih. Rantainya emas yang
sangat halus nya, sehingga hampir tiada kelihatan, seakan"akan
dokoh itu tergantung tiada bertali.
Gelangnya keroncong halus, yang sekaliannya bertatahkan
berlian kecil-kecil yang amat gemilang sinarnya, sebagailampu kilat
yang amat halus, menjalar mengelilingi pergelangan tangan"nya.
Cincinnya hanya sepasang; pada jari manis kirinya, cincin zamrud,
tokoh hati"hati, yang amat hijau warnanya, ditatah ber"lian pula
pinggirnya. Dan pada jari manis kanannya, sebentuk cincin berlian
besar, yang datar matanya dan bujur telur bentuk"nya. Sepatunya
tinggi tumit, dari beledu hijau, berdasi merah jambu pada mukanya.
Di dadanya hanya tercantum setangkai kembang melati susun,
yang telah mekar dengan sehelai daunnya.
Walaupun pakaian Puti Bidasari sederhana saja, tapi tak kalah
dibandingkan dengan pakaian Sitti Nurmala. Hal itu disebabkan
pandainya berdandan dan badannya dimakan pakai pula.
Setelah berhentilah gelombang 12 dan musik si Gasi,
tampillah ketua panitia ke muka, berpidato mengucapkan selamat
datang kepada Mr. Yatim dan sekalian jamu di Medan Perdamaian
dengan menerangkan apa maksud pertemuan pada malam itu dan
"-"-_._s?"?"?"-_
6P .zm dm %mm 31 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
mengucapkan terima kasih atas kesudian hadirin, yang telah
mengabulkan pemiintaan panitia, untuk menghadiri perayaan
penyambutan Mr. Dr. Yatim pada malam itu. Sesudah itu, dis erah-
kannyalah pidato kepada Baginda Mais, yang tampil ke muka,
sebagai wakil saudagar-saudagar di Padang.
Di dalam pidatonya itu dikemukakannya. bahwa penduduk
Padang s angat bersuka hati menyambutkedatangan Mr. Dr. Yatim,
karena kepulangannya ke negerinya sendiri, adalah sebagai kata
pantun: Si lajur di ladang kapas,
kembangiah bungi pemateri.
Karena mujur bunda melepas,
bagai ayam pulang kepa utar n.
Bertambah kesyukuran penduduk Padang, karena Mr. Dr.
Muhammad Yatim kembali ke tanah airnya, adalah dengan
membawa buah tangan yang sangat besar artinya, yaitu derajat
mester dan doktor dalam ilmu kehakiman, derajat yangbaru dapat
dicapai oleh anak Sumatra. la yakin bahwa hasil yang baik dari
usaha Mr. Dr. Muhammad Yatim mi, sangat dibanggakan oleh
mereka, bukannya akan membawa kebaikan saja bagi pengadilan
di Padang, tetapi juga akan memberi contoh yang patut ditiru oleh
pemuda dan pemudi di Padang.
Di sini nyata bahwa derajat dan pangkat yang tinggi sebagai
ini, bukan hanya dapat dicapai oleh orang Padang saja, bahkan
oleh bangsawan Padang, yang acapkali disangka hanya dapat
bersuka ria saja. Kesyukuran dan kebanggaan penduduk Padang, dihadapkan
pula kep'ada Engku Hopjaksa Sutan Alam Sah. yang telah sudi
dengan susah payah dan biaya yang bukan sedikit, memajukan
putranya, sampai ke tingkat yang setinggi itu, yang hasilnya
-"--"2.---"
32 Asem (315.9wa -, -----".='.__--- x ff,
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
akan memberi faedah dan manfaat kepada masyarakat Padang
khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.
la yakin pula, bahwa jasa yang akan dicurahkan oleh Mr. Dr.
Muhammad Yatim kepada penduduk Padang: yang sekepal akan
menjadi gunung dan setitik akan menjadi lautan. la di Padang akan
menjadi: kayu besar di tengah padang, tempat bernaung kepanasan
dan tempat berlindung kehujanan. Cerdik tempat bertanya, kaya
tempat meminta. Oleh sebab penyambutan tergesa"gesa dan amat sederhana ini
tiada cukup rasanya untuk menyatakan kesyukuran dan kegirangan
hati mereka. Akan kekurangan itu dipohonkannya maaf banyak"
banyak. Sebagai suatu tanda mata atas kemajuan putra Padang serta
penghargaan dan kesyukuran penduduk Padang, dipersembah"
kannya suatu tanda mata, yang sampai kepada waktu itu dipegang
oleh Sitti Nurmala, yang berdiri di belakang ayahnya, lalu
diisyaratkannya kepada anaknya ini, supaya mengunjukkan tanda
mata itu. Sitti Numiala maju ke hadapan Mr. Yatim, lalu menyerahkan
kepadanya sebuah kotak kecil panjang, dengan senyum simpul
yang manis. Mr. Yatim menerima dengan ucapan terima kasih kepada Sitti
Nurmala, lalu dibukanya. Di dalamnya terbungkus sebuah tongkat
dari kayu meranti yang berbarik"barik amat eloknya, sedang
kepalanya terbuat dari emas, berukir-ukir dan bersurat: Mr. Dr.
Muhammad Yatim. Mr. Yatim girang rupanya akan tanda mata ini, karena ia
tersenyum simpul beberapa lamanya memandang tongkat yang
berharga itu. Sudah itu majulahke muka dr. Aziz, yang mengucapkan
pula pidato selamat datang kepadanya atas nama pemuda dan
pemudi Padang. Ia pun berasa bangga dan bersukacita atas hasil
yang telah diperoleh Ketua mudanya, dalam 3 tahun usahanya di
Benua Eropa. Perantauannya tiada kosong, tetapi adalah membawa
"-"-_._s?"?"?"-_
6P zee- dm %mm 33 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
hasil yang besar arti dan faedahnya bagi pengadilan dan penduduk
Padang umumnya', pergi sebagai seorang ahli hukum, tetapi pulang,
sebagai mester doktor dalam kehakiman.
Inilah satu daripada tujuan kaum muda Padang, yaitu mem-
bawa bangsanya ke padang kemajuan, di dalam segala lapangan.
Selama orang Padang masihketinggalan di dalam segalahal tiadalah
dapat ia setara dengan bangsa lain', sedang zaman meminta, supaya
mereka tampil bersama-sama ke muka.
Sesudah contoh yang diberi oleh Mr. Dr. Muhammad Yatim
ini, ia yakin pula pemuda dan pemudi Padang akan lebih giat lagi
menurut contoh ini dan dimintanya kepada sekalian ibu bapa di
Padang, supaya membantu anaknya itu dalam usahanya mencapai
cita"cita yang tinggi dan mulia.
Akan Mr. Dr. Muhammad Yatim jika dapat selama-lamanya
tinggal bekerja di Padang dengan selamat sempurnanya, di dalam
kandungan sehat wal afiat, untuk kehakiman di Padang dan
perkumpulannya, yang segera akan dipimpinnya kembali. Sebagai
tanda kesyukuran, diunjukkannya sebuah arloji dari emas, yang
diterima oleh Mr. Yatim dengan girang dan terima kasihnya.
Kemudian majulah Mr. Ahmad yang berkata atas namanya
sendiri dan nama sekalian kaum pengadilan. Ia pun memberi
selamat atas kedatangan dan atas hasil usaha sejawat ini, yang
dahulu telah bekerja setahun lamanya dengan dia. Dalam waktu
itu ia telah bekerja dengan rajin dan cakapnya, sehingga ia yakin
sekarang, sesudah bertambah pengetahuannya, Mr. Dr. Muhammad
Yatim akan lebih baik dapat menjalankan tugas kewajibannya,
istimewa pula karena ia bekerja di tanah airnya sendiri.
Ia bersyukur karena cita"citanya sampai, yang diamal pecah.
Dengan mengucapkan selamat bekerja di tanah airnya sendiri
kepada Mr. Dr. Muhammad Yatim, diucapkannya pula selamat
tinggal kepada sejawatnya ini dan kepada sekalian penduduk kota
Padang, yang segera akan ditinggalkannya, sebab gantinya Mr. Dr.
Muhammad Yatim telah tiba. Dimintanya pula terima kasih atas
-"--"2.---"
34 Asem (315.9wa -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
sekalian kebaikan penduduk Padang kepadanya dalam 3 tahun ia
menjalankan tugas pekerjaannya di kota ini.
Sesudah pidato ini berturut"turut berpidato kaum Pemerintah
dan polisi, yang bekerja sangat rapat dengan kaum pengadilan.
Sesudah itu dibalaslah sekalian pidato-pidato itu oleh M r. Yatim
dengan fasih lidahnya dan lancar tutur bahasanya. Terlebih dahulu
ia meminta terima kasih kepada panitia perayaan, perkumpulan"
perkumpulan, orang"orang yang bekerja atau membantu dengan
tenaga, harta dan pikiran, untuk menyatakan perhatian yang
amat besar atas kembalinya ke Padang dan atas hasil yang telah
diperolehnya dalam usahanya mencapai tingkat yang tinggi dalam
ilmu kehakiman. Demikian pula atas kasih sayang yang telah
diperlihatkan dalam jemputannya ke Teluk Bayur dan perayaan
pada malam itu. Lebih"lebih kepada Engku Baginda Mais dan
saudagar"saudagar sahabat kenalan beliau, yang sangat bersusah
payah dan berugi besar. Tak ada yang jauh dan tak ada yang berat
bagi mereka, untuk mengadakan perayaan, yang sungguh"sungguh
dapat dikatakan sangat besar, untuk menyambut kedatangannya,
yangpada rasa hatinya tiada seberapa istimewanya. Semoga Tuhan
akan membalas budi mereka sekaliannya dengan balas an yang
berlipat ganda. Apabila sesungguhnya kembalinya ke Padang itu mengandung
arti, maka sekaliannya itu adalah kurnia Allah, ibu bapa dan kaum
keluarganya serta sahabat kenalannya, yang telah memberi hidayah
dan petunjuk, sokongan dan pertolongan, nasihat dan pikiran
kepadanya, budi yang tiada terbatas olehnya dan bukan sedikit
artinya dalam usahanya untuk mencapai sekalian hasil yang telah
dibanggakan pada malam itu.


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Harapannya tiada lain, semoga Tuhan menolongnya untuk
menyebarkan sekalian faedah yang dap at ditimbulkan dari segala
kebaikan yang ada dalam ketinggian derajat dan kedalaman ilmu,
yang dibawanya pulang ke Padang, kepada masyarakat, bangsa
dan negaranya. Ia berjanji akan mempergunakan pertolongan
Tuhan itu dengan sebaik"baiknya, untuk keselamatan bangsa dan
negaranya. Diharapkannya, semoga contoh yang telah diberikan
*_*-__" 5P Asem? Gemari-.sg 35 ');-_ V '-...______'._._"_"-?"-..
oleh ibu bapanya dan sahabat kenalannya itu: sebagai benih yang
baik, yang jatuh ke laut, menjadi pulau yang subur tanahnya.
Setelah dijawab sekalian pidato"pidato itu old] Mr. Yatim,
diedarkanlah kue"kue dan minuman, sedang musik bem'rain pula
melagukan lagu gembira. Sudah itu keluarlah beberapa ahli silat
dari Bukittinggi, yang mempertunjukkan kepandaiannya dalam silat
dan randai. Silat bukannya dengan tangan saja, tetapi juga dengan
senjata tajam dan godam yang mengerikan penonton, yang belum
biasa melihatnya. Lebih-lebih tatkala seorang pendekar diserang
oleh 4 orang yang bersenjata sewah, rudus, kerambik dan batu
berajut, banyak penonton, terutama perempuan, yang menutup
matanya. Tetapi tari pedang yang dimainkan orang Mudik, tiada
mengerikan mereka. Kemudian majulah beberapa pemuda dan pemudi menarikan
tari setangan dengan lagu kaparinyo dan tari sempaya berganti-
ganti. Mendengar lagu kaparinyo ini, rupanya yang tua"tua, yang
teringat masa mudanya, tak dapat menahan hati, lalu ikut menari,
laki-laki dengan laki-laki, sehingga bertambah-tambah ramainya.
Tari setangan ini dengan beberapa tari yang lain yang lazim
di Padang, dibarui oleh pemuda dan pemudi, sehingga dapat
ditarikan oleh perempuan dan laki"laki dengan tidak melanggar
rasa kesopanan sebagai tari Balanse dan tari Kaparinyo, yang
telah lama di Padang. Dengan demikian, dapatlah diganti dansa
Barat yang tidak disetujui oleh orang tua"tua dan juga oleh
sebagian anak-anak muda, dengan tari sendiri, yang tiada kurang
menggembirakan. Tari"tari ini disertai oleh nyanyian pantun, berbalas"balasan
yang menambah kegirangan.
Atas permintaan orang banyak Mr. Yatim terpaksa menari .
saputangan dengan Puti Bidasari, diiringkan oleh dr. Aziz dengan
Sitti Nurmala. Sejak waktu itu kelihatan Puti Bidasari hampir selalu dekat
Mr. Yatim. -"--"2.---"
36 Asem (315.9wa -, 45P Melihat hal yang sedemikian ini, rupanya Baginda Mais kurang
senang hatinya, karena harapannya hendak memperagakan kepada
umum, bahwa anaknyalah yang setara dengan Mr. Yatim, tiada
sampai. Istimewa pula karena bukannya Puti Bidasari saja yang
sebagai lekat kepada Mr. Yatim, tapi anaknya Sitti Nurmala pun
hampir tiada lepas dari dr. Aziz. Oleh sebab itu dipanggilnyalah
anaknya itu, lalu berkata perlahan"lahan: "Nur, mengapa tiada
kaudekati Mr. Yatim" Perlihatkanlah kepada sekalian jamu, bahwa
engkaulah "putri perayaan" malam ini, yang harus memasangi
Mr. Yatim, sebagai "raja perayaan". Di antara gadis"gadis yang
ada, engkaulah yang tercantik, yang harus melayaninya, sebagai
orang yang tertinggi. Kurang baik rupanya, kalau ia dibiarkan
dengan Puti Bidasari saja, sebagai tak ada gadis-gadis lain yang
mengindahkannya. Oleh sebab itu pergilah kepadanya dan ajaklah ia
menari, supaya jangan dikatakan orang kita tak tahu menghormati
kepala jamu itu. " Tatkala didengar Sitti Nurmala perkataan ayahnya ini, ariflah
ia, apa tujuan ayahnya. Walaupun ia tiada suka melakukannya, tetapi
tiada berani membantah. Oleh sebab itu pergi juga ia kepada Mr.
Yatim mengajak menari. Kemudian akan dibicarakannya perkara
ini dengan dr. Aziz dan akan dicarinya akal untuk membatalkan
maksud ayahnya ini. Mr. Yatim tiada dapat menampik ajakan sahabat karibnya
yang disayanginya ini. Oleh sebab itu menarilah mereka berdua.
Puti Bidasari sebenarnya tiada suka melihat tunangannya
menari dengan gadis lain, walaupun dengan Sitti Nurmala yang
terlebih disayanginya dari sahabatnya yang lain. Bukan karena
ia cemburu kepada Sitti Nurmala, tetapi karena ia hendak
memperlihatkan kepada orang banyak, bahwa ia telah bertunangan
dengan Mr. Yatim. Sungguhpun demikian dirasainya pula, bahwa
ia tak boleh melarang Mr. Yatim menari dengan gadis lain, karena
itu suatu kehormatan bagi saudaranya. Oleh sebab itu pergilah ia
kepada kumpulan gadis-gadis yang lain.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P zee- dm %mm 37 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Setelah menarilah Mr. Yatim dengan Sitti Nurmala, pergilah
Baginda Mais kepada dr. Aziz, yang sedang meminum limonade
seorang diri. "Dokter, tidakkah dokter hendak menari pula" Lihatlah Mr.
Yatim menari dengan Sitti Nurmala! Sebagai merpati dua sejoli."
Dr. Aziz memperhatikan muka Baginda Mais, sebagai hendak
mengajuk, yang dituju saudagar ini dengan perkataannya itu. Lalu
ia menjawab, "Nantilah hamba menari pula dengan Nurmala. "
"Ajaklah Puti Bidasari menari dahulu, sup aya Mr. Yatim
jangan menari sendiri. "
"Baiklah," kata dr. Aziz, lalu pergi mengajak Puti Bidasari
menari, mengawani Mr. Yatim dengan Sitti Nurmala.
Setelah dilihat Baginda Mais kedua pasang pemuda dan
pemudi itu telah menari dengan amat baiknya, pergilah ia duduk
dekat Hopjaksa Sutan Alam Sah, lalu berkata, "Engku Hop, coba
lihat Mr. Yatim menari dengan Nurmala itu! Amat manisnya.
Sebagai bulan dengan matahari. Begitu pula dr. Aziz dengan Puti
Bidasari. Bagaimana pikiran Engku, jika kita pertunangkan kedua
pasang merpati yang sejoli ini?"
Sutan Alam Sah segera arif akan maksud Baginda Mais
ini, walaupun perkataannya itu dikeluarkannya sambil tertawa.
Hatinya mulai kuatir, kalau"kalau saudagar ini benar"benar
mengingini anaknya, sebagai menantu. Oleh sebab itu dengan
segera dipotongnya pembicaraan itu dengan perkataan, "Yatim
telah bertunangan dengan Bidasari, sebelum, ia pergi ke negeri
Eropa. Tiada lama lagi akan hamba kawinkan mereka. "
"Telah bertunangan dan akan dikawinkan, adik dengan
kakak?" tanyanya dengan amat herannya, karena sesungguhnya
tiada diketahuinya bahwa Mr. Yatim bukan kakak kandung Puti
Bidasari, tetapi saudara sepupunya.
"Puti Bidasari bukan anak hamba, tetapi kemenakan hamba,
patut dikawinkan dengan Yatim, anak hamba. Satu dari maksud
hamba menyuruh belajar Yatim ke negeri Barat, ialah supaya
kemenakan hamba mendapat suami yang baik."
-"--"2.---"
33 Asem (315.9wa -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Mendengar jawaban Hopjaksa ini hilanglah kegembiraan
Baginda Mais dan putuslah pengharapannya. Segala usahanya akan
memungut menantu Mr. Yatim akan sia"sia belaka. Idamannya
yang telah bersarang dalam hatinya, semenjak ia mendapat kabar,
Yatim di negeri Barat telah mendapat derajat mes ter dan doktor,
sekarang menguap diudara. Teringatpantun ejekan yang demikian
bunyinya: Saputangan penyapu tangan,
diambilpenyapu muka. Malang tangan celaka tangan,
dalarn tangan orang yang punya.
"Sekali-kali tiada saya sangka, Puti Bidas ari kemenakan Engku.
Pada hemat saya ia anak kandung engku juga, adik Mr. Yatim. "
"Bidasari anak kandungkakak hamba Puti Renosari dan ayahnya
Sutan Baheram. Oleh karena hamba ingin hendak mendudukkannya
dengan Mr. Yatim, hamba peliharalah ia di rumah hamba bersama"
sama dengan Yatim sejak ia berumur 6 tahun dan hamba sekolahkan
ia, supaya Yatim mendapat istri yang terpelajar. Dan rupanya kedua
anak ini telah bercinta"cintaan pula."
"Sebenarnya saya ingin hendak mengambil Mr. Yatim jadi
menantu saya, untuk Sitti Nurmala, supaya ia tetap tinggal di
Padang ini dan bekerja untuk bangsanya dalam suatu kantor
pengacara, yang akan saya dirikan dan saya serahkan sebulatnya
kepadanya," kata Baginda Mais dengan amat kecewa rupanya.
"Setelah ia kawin dengan Bidas ari pun dapat juga Engku
menyampaikan niat Engku itu, asal Yatim sendiri suka. Tentang
Sitti Numiala, rasa hamba dr. Aziz tak kurang baiknya dan rupanya
mereka pun telah bercinta"cintaan pula. Tidakkah lebih baik kalau
keduanya dikawinkan, supaya perkawinannya dapat dilangsungkan
bersama"s ama dengan perkawinan Yatim dengan Bidasari. "
"Nantilah saya pikirkan," sahut Baginda Mais, tetapi dalam
hatinya ia berkata, "Tidak, Mr. Yatim harus kawin dengan Nurmala.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P eua- am %malzw 39 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Aku tidak akan mundur. Segala daya upaya akan kujalankan, untuk
mengambil Yatim untuk menantuku. Biar habis uangku, asal sampai
cita"citaku. Akan kuperlihatkan lagi kekuasaan kekayaanku" Tak
lalu dandang di air, di gurun ditanjakkan juga."
Selesai menari, diedarkanlah makanan, karena perut mulai
berasa lapar dan sesudah makan, dipertunjukkanlah permainan
sulap dan sihir untuk penutup.
Di atas sebuah meja diletakkan sebuah lukah oleh seorang
hobatan lalu dibacakannya mantera. Lukah ini bergerak dengan
sendirinya, mula"mula perlahan"lahan, tetapi kian lama kian
kencang dan cepat, ke kiri dan ke kanan, seakan"akan orang ratib
dengan tiada berhenti-hentinya. Penonton heran dan geli melihat
keganjilan ini. Seorang penonton disuruh menahan gerakan lukah ini, tetapi
tak dapat. Lukah ini terus bergerak, walaupun dipagut oleh orang
ini. Kemudian disuruh"suruh orang menahan lukah itu; seorang
di kanan, seorang di kiri. Itu pun tiada dapat. Jangankan berhenti
lukah itu, bahkan kedua orang ini tertarik ke kiri dan ke kanan,
sebagai tiada berdayalagi. Ketakjuban dan gelihati penonton makin
bertambah, sehingga sekaliannya tertawa gelak"gelak. Dengan
4 orang pun lak dapat dihentikan pergerakan lukah itu. Hanya
sesudah dipegang oleh orang hobatan tadi, barulah ia diam.
Permainan kedua yang diperlihatkan ialah pengendaraan
kuda. Delapan orang anak-anak yang berumur kira-kira 15 tahun,
disuruh menunggang 4 buah sapu ijuk. Tiap"tiap sapu, 2 orang
anak. Seorang memegang ijuknya sebagai kepala kuda, dan seorang
lagi memegang tangkainya, sebagai ekor kuda. Kemudian keempat
kuda ini dilepaskan. Kedelapan anak-anak ini terayun ke kiri ke
kanan, terdorong ke muka dan tersurut ke belakang, kadang-
kadang terlompat ke atas, sebagai penunggang kuda yang tiada
berdaya yang dipermain"mainkan oleh kudanya', adalah seakan"
akan anak ini tiada ingat lagi akan dirinya.
Penonton tertawa pula amat ramainya, karena geli melihat
kelakuan anak-anak itu. -"--"2.---"
4" nanam (35549wa -, 45P
Akhirnya bertumbuklah penunggang seekor kuda dengan
penunggang kuda yang lain, sehingga jatuhlah mereka ke tanah.
Barulah mereka ingat akan dirinya dan terlepas tangannya dari
sapu itu. Tatkala ditanyakan kepada penunggang"penunggang ini waktu
itu, mengapa mereka tadi sebagai orang mengigau dalam tidur,
seorang pun tiada ada yang ingat, apa yang telah terjadi atas
dirinya. Mereka pun heran melihat orang menertawakannya dan
menanyakan kepadanya, perbuatan yang pada rasa mereka tidak
dilakukannya. Permainan yang ketiga yang dipertunjukkan, lebih
mengherankan penonton. Seorang anak yang berumur kira"kira 10
tahun, disuruh meniti kawat yang panjang, yang telah dibentangkan
di atas panggung. Anak ini tak berani meniti kawat itu. Setelah
dipegangkan oleh orang hobatan tadi masih ia jatuh beberapa
kali. karena ia belum biasa meniti bambu pun, apalagi kawat yang
sehalus itu. Kemudian anak ini dimurcakan oleh dukun hobatan di
atas sebuah kursi. Setelah dibangunkan pula, lalu disuruh meniti
kawat tadi. Sekarang dapat dititinya kawat ini dengan sendirinya,
pulang balik beberapa kali dengan mudahnya dan tiada jatuh, tetapi
dengan tiada disadarkannya perbuatannya ini. Setelah ia dibangunkan
kembali dari biusnya dan disuruh pula meniti kawat tadi, tiadalah
dapat dan tiadalah berani lagi ia.
Permainan yang keempat ialah kekebalan. Seorang guru maju
ke muka, lalu membuka bajunya, sehingga kelihatan punggung
dan dadanya. Sesudah dibacanya mantera, lalu disuruh tetaknya
punggung dan dadanya dengan parang yang tajam. Tiap"tiap kali
ditetak, rupanya ia sebagai merejan, sehingga gembung dada dan
punggungnya dan karena itu rupanya tetakan ini tiada melukai
kulitnya. Hanya garis putih yang berbayang, sebagai suatu bekas
yang segera hilang pula kembali.
Sebagai penutup, diperlihatkan permainan dabus. Seorang
khalifah memanterai beberapa orang muridnya, lalu disuruhnya
mereka ratibsaman, sampai mereka murca, tak ingatkan diri.
Kemudian disayatnya kulit dada dan punggung murid"murid
'--"-__'=T"'?"?"- .
6P Amil" am %mm 41 5". V '-...______'._._"_"-?"-..
ini, sampai luka dalam', tetapi darahnya tiada keluar. Setelah
diperlihatkan luka ini kepada penonton, lalu dipertautkannya
kedua pinggir luka ini dengan tangannya, kemudian ditekannya
dan diurutnya beberapa kali dengan telapak tangannya. Kedua
pinggir luka ini bertaut kembali, hanya tinggal bekasnya, sebagai
guris an. Dabus ini bukannya memberi ngeri saja kepada penonton,
tetapi juga mendatangkan keheranan yang amat sangat.
Di sini ditutuplah parayaan penyambutan Mr. Yatim ini oleh
panitia dengan ucapan terima kasih dan selamat malam dan
sekalian jamu pun kembalilah ke rumah masing"masing dengan
perasaan puas. Hanya Baginda Maislah yang tak puas dan kecewa,
walaupun peralatan yang telah diadakannya dengan susah payah
dan biaya yang tak sedikit itu, tak ada celanya. Karena maksud
yang ditujunya dengan mengadakan perayaan yang besar ini. yaitu
hendak memungut menantu Mr. Yatim, tampak"tampaknya takkan
dapat dicapainya. Oleh sebab itu, walaupun malam telah larut, tatkala ia
sampai ke rumahnya, matanya tak dapat dipicingkannya dan
gelisahlah ia berbaring di tempat tidurnya, sampai pagi hari,
karena memikirkan kepastian yang didengarnya dari Sutan Alam
Sah, tentang anaknya Mr. Yatim, tidak lamalagi akan dikawinkan
dengan Puti Bidasari.

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak," katanya kepada istrinya, Upik Bungsu, pada ke"esokan
harinya. "M r. Yatim tak boleh kawin dengan Puti Bidasari, tetapi
harus dengan Nurmala. Sebagai saya telah mengusahakan peralatan
kedatangan mester ini, begitu pula akan saya usahakan peralatan
perkawinannya dengan Nurmala, dengan tiada memandang uang
atau susah. Apa gunanya harta saya yang sekian banyaknya ini,
jika tiada dapat ia memenuhi sekalian keinginan hati saya. Yang
harus dikerjakan lebih dahulu ialah menceraikan Puti Bidasari
dengan Mr. Yatim, kemudian memperhubungkan Mr. Yatim
dengan Nurmala. Dan untuk ini harus diceraikan Nurmala dari
dr. Aziz, karena rupanya anak ini telah jatuh cinta kepada dokter
ini, sebagai Bidas ari telah cinta pula kepada Mr. Yatim. Bagaimana
pikiranmu, Pik'?" -"--"2.---"
42 nanam (35549wa -, --"---".='.__--- i &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Sebenarnya Upik Bungsu tiada memilih antara Mr. Yatim
dan dr. Aziz, untuk suami anaknya. Baginya sama keduanya,
sama"s ama muda, sama"sama rancak dan sama"s ama berpangkat.
Kalau dr. Aziz yang dipilihnya hanyalah karena dilihatnya anaknya
Nurmala, suka kepada dokter ini. Tetapi ia tiada berani membantah
kesukaan suaminya. Oleh sebab itu ia harus melebihkan Mr. Yatim
dari dr. Aziz. "Tak dapatkah kita minta pertolongan dukun yang pandai ilmu
guna"guna pekasih dan pembenci, supaya Mr. Yatim benci kepada
Puti Bidasari dan suka kepada Nurmala dan supaya Nurmala suka
kepada Mr. Yatim dan benci kepada dr. Aziz?" kata Upik Bungsu,
yang hendak menyenangkan hati suaminya.
"Pikiranmu ini memang benar. Inilah jalan yang harus kita turut
lebih dahulu. Dukun yang pandai, banyak, tetapi harus kita pilih
yang ayahnya. Perkara biayanya takkan kita tumang. Berapa saja kita
isi adatnya Lain daripada itu coba kita bujuk orang tua Puti Bidasari. Sutan
Baheram dan Puti Renosari, supaya mereka mau mengawinkan
anaknya ini dengan laki-laki lain. Kita beri ia uang seberapa
yang dimintanya dan kita tanggung sekalian biaya perkawinan
itu. Kemudian kita usahakan pula mencari laki"laki bangsawan
atau berpangkat yang suka mengawini Puti Bidas ari dengan uang
jemputan Rp 1.000,00 misalnya."
"Ya, Engku. Inilah yang sebaik-baiknya kita kerjakan, untuk
mencapai maksud kita ini," kata istrinya.
"Esok harinya kita pergi ke Kampung Sebelah, ke rumah
mereka, untuk menduga hati mereka. Tentang laki"laki yang suka
mengawini Puti Bidasari dan dukun guna"guna itu, segera pula
akan saya usahakan."
Sitti Nurmala yang diperundingkan oleh kedua orang tuanya
ini, pada waktu itu masih berselubung kain selimut, karena
mengantuk dan lelah beralat malam tadi.
"-"-"._s"-?"?"-" .
6P eua- am %malzw 43 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Sutan Baheram adalah seorang bangsawan Padang, yang
berumur lebih dari 50 tahun. Ia ipar Hopjaksa Sutan Alam Sah,
sebab ia kawin dengan kakak Hopjaksa ini, Puti Renosari. Dari
perkawinan ini mereka hanya mempunyai seorang anak perem"
puan, yaitu Puti Bidasari, yang pada waktu itu berumur 20
tahun. Anaknya yang lain"lain, kakak Puti Bidasari, mati muda
sekaliannya, sehingga timbul kepercayaan dalam hatinya, bahwa
ia pantang memelihara anak.
Oleh sebab itu, tatkala dipinta oleh iparnya, Sutan Alam Sah,
Puti Bidasari, anaknya yang bungsu, segera diberikannya, dengan
harapan anak ini, kalau diakui anak oleh orang lain, dapat hidup.
Pekerjaan Sutan Baheram hanya mengurus rumah"rumah,
sawah dan kebun, harta pusaka peninggalan orang tua Sutan Alam
Sah dan Puti Renosari. Pekerjaannya yang lain tak ada, karena
kepandaiannya pun tak ada. Sekolahnya hanya sekolah rendah
kelas tiga, sedang istrinya, Puti Renosari, hanya mengaji ke surau.
Itu pun tiada pula tamat Quran.
Oleh karena halnya yang sedemikian ini pula, tak dapat ia
membantah, tatkala Sutan Alam Sah menyerahkan Puti Bidasari ke
sekolah Mulo, walaupun pada sangkanya sendiri anak perempuan
belum perlu bersekolah benar. Lagi pula Sutan Alam Sah. 'mamak
Puti Bidasari, berkuasa atas kemenakannya.
Rumah Sutan Baheram, yang di Kampung Sebelah itu, ialah
rumah yang dibuatkan oleh Sutan Alam Sah, untuk kakaknya Puti
. $ 44 Anaheim: gamma; - 613 ..," ___"231 -.1<- umwmummun Balai Pustaka Renosari, karena adat Padang memandang mulia, apabila seorang
laki-laki dapat membuatkan rumah saudara perempuannya.
Ke rumah Sutan Baheram inilah Baginda Mais, pada hari Ahad,
sesudah perayaan Mr. Yatim di rumah Bola Medan Perdamaian
itu, pergi dengan istrinya Upik Bungsu, kira"kira pukul 9 pagi,
untuk mencari jalan, supaya dapat juga ia mengambil menantu
Mr. Yatim. Upik Bungsu pun berpendapat, jika bangsawan dan
cendekiawan disertai dengan hartawan, dapatlah ia mengembang
seluas"luasnya. Kebenaran Sutan Baheram dengan istrinya ada di rumah, lalu
diterimanyalah Baginda Mais dengan istrinya duduk berempat di
langkan tengah. Setelahlaki"laki merokok sebatang dan perempuan
memakan sirih sekapur, berkatalah Baginda Mais, "Puti tadi malam
tak kelihatan oleh saya di rumah Bola Medan Perdamaian," kata
Baginda Mais, untuk membuka rundingan.
"Kurang enak rasanya badan hamba; oleh s ebab itu hanya ayah
Bidasari saja yang pergi," jawab Puti Renosari.
"Ya, Engku Sutan Baheram memang kelihatan oleh saya dan
rupanya beliau bangga akan kecantikan Puti Bidasari. Memang
dalam majelis yang besar itu, di antara gadis-gadis yang banyak,
tak ada yang dapat melawan anak Puti dan kalau boleh saya
berterus terang, anak saya Nurmala dan Bidasari, seorang cantik,
seorang jelita, sama-sama rancak', ragu mata memandang. "
Sutan Baheram dan Puti Renos ari belum dapat menerka
kemana tujuan Baginda Mais dengan pendahuluan perkataannya
ini. "Oleh sebab itu timbul pertanyaan dalam hati saya, mengapa
Puti Bidasari belum diperjodohkan, sedang menurut umurnya,
telah patut ia dipersuamikan. Kalau-kalau kurang baik pada
pemandangan orang, yang belum dapat memaklumi aturan kaum
muda sekarang." Sutan Baheram dan Puti Renosari yang benci kepada kaum
muda melihat muka Baginda Mais, seakan-akan heran, apa
"-"-"._s"-?"?"-" .
6P .am am %mm 45 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
sebabnya saudagar ini menghiraukan perkara perkawinan anak
orang lain, sedang anaknya sendiri, yang telah besar pula, belum
juga dikawinkannya. Tetapi setelah dipikirkannya benar-benar,
termakan juga olehnya perkataan Baginda Mais ini. Oleh sebab
itu menjawablah Sutan Baheram, "Memang anak kami telah lama
hendak kami kawinkan, tetapi mamaknya, Engku Hop, masih
hendak menunggu." "Tetapi anak Engku, Nurmala, mengapa belum dipersuamikan
pula, karena umurnya hampir sama dangan Bidas ari?" tanya Puti
Renosari, sebagai hendak membalikkan pertanyaan Baginda Mais
tadi, yang dirasainya kurang pada tempatnya. Saudagar ini arif
akan tikam balasan ini, tetapi dibuatnya sebagai tiada didengarnya
perkataan Puti Penosari ini.
"Itulah sebabnya kami datang kemari. Sebenarnya kami ingin
benar hendak mengambil Mr. Yatim, jadi menantu kami, untuk
Nurmala. Bukan karena ini dan itu, tetapi semata-mata untuk
keperluan bangsa kita di Padang ini, supaya Mr. Yatim dapat tetap
bekerja di Padang ini, dalam suatu kantor pengacara, yang akan
saya dirikan untuknya, sehingga ia dapat mencurahkan sekalian
tenaganya dan kepandaiannya untuk keperluan sekalian penduduk
Padang. Segala biaya yang perlu untuk ini, akan saya adakan.
Inilah pula sebabnya telah saya usahakan, supaya peralatan
penyambutannya tadi malam, dapat dilangsungkan dengan
sebesar"besamya."
"Maksud Engku ini, pada hemat hamba, amat baik. Tetapi
sudahkah Engku bicarakan dengan Engku Hop. Pada rasa hamba,
ia pun akan menyetujui maksud yang baik ini. "
"Sudah saya bicarakan dengan beliau, tetapi kata beliau
"Ditampiknyakah peminangan Engku itu" Dan itukah sebab"
nya Engku datang kepada kami, untuk meminta pertolongan
kami?" tanya Puti Renosari yang memang seorang perempuan
bijak dan berani. -"--"2.---"
46 nanam (35549wa -. dp "Beliau tidak mengatakan tak suka, tetapi kata beliau, Mr.
Yatim telah dipertunangkan dengan Puti Bidasari dan segera akan
dikawinkan dengan dia. "
"Apa katanya?" tanya Puti Renosari dengan terkejut, seraya
memandang muka Baginda Mais dengan marah rupanya.
Baginda Mais dan istrinyaheran melihat Puti Renosari terkejut
dan marah mendengar perkataannya ini. Pada sangkanya ia dengan
suaminya tentulah sangat menyetujui maksud Hopjaksa ini.
Oleh sebab itu Sutan Baheram segera berkata, untuk
melenyapkan keheranan jamunya ini, "Agaknya beliau bermain"
main." "Pada sangka saya pun demikian pula mulanya, sebab saya
tak tahu Puti Bidasari anak Engku. Saya kira ia adik kandung Mr.
Yatim. Masakan orang akan dikawinkan dengan adik kandungnya
sendiri" Setelah beliau berkata Puti Bidasari kemenakan beliau,
yang telah lama beliau sediakan untuk Mr. Yatim, sehingga Mr.
Yatim disuruh meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda dan Puti
Bidasari disekolahkan sampai ke sekolah Mulo, nyatalah kepada
saya, bahwa maksud Engku Hop ini memang sesungguhnya dan
telah lama diidamkannya. "
"Tidak, Bidasari tidak akan dikawinkan dengan Mr. Yatim,"
kata Puti Renos ari dengan garangnya, sehingga sekarang Baginda
Mais dengan istrinya bertambah heran melihat kelakuan Puti
Renosari. Apabila benar Puti ini tak suka, anaknya dikawinkan
dengan Mr. Yatim, baginya: Pucuk dicinta, ulam tiba, sumur digali,
air terbit. "Kalau benar demikian maksud Hopjaksa, memang agak ganjil
rasanya, kalau kami tiada dibawa berunding dalam hal ini dan
Hopjaksa memutuskan sendiri kesukaan hatinya. Ia memang mamak
Bidasari.yang memelihara dan mendidiknya, tetapikami ibu bapanya.
Patut juga mengetahui dan menyetujui perkawinan anak kami. Tak
dapat kami disisihkan saja, sebagai: ayan lebih penggunting, atau
orang yang: masuk tak genap, keluar tak ganjil."
"-"-"._s"-?"?"-" .
6P .am am %mm 47 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Tentu, Engku. Saya pun heran mendengar perkara yang
sepenting ini, belum dibicarakan oldi Engku Hop dengan Engku
dan Puti, sebagai ibu bapa Puti Bidasari, sehingga Engku dan Puti
mendapat kabar ini dari saya. Jika saya tahu demikian halnya,
niscaya tiadalah saya sampaikan perkara ini kepada Engku dan
Puti. Menurut kepastian yang saya dengar tadi malam dari Engku
Hop, saya bersangka perkara ini memang telah dirundingkan
masak"masak dengan Engku dan Puti," kata Baginda Mais, tetapi
dalam hatinya, mungkin ia di sini dapat jalan untuk melalukan
jarumnya. "Biarpun bagaimana juga, hamba tiada setuju anak hamba
dikawinkan dengan si Yatim," mengeras Puti Renosari.
Mendengar kepastian itu berserilah muka Baginda Mais,
karena di sini terang tampak olehnya jalan untuk mencapai
keinginan hatinya. Jika dapat ditetapkannya hati Puti Renosari,
yang tak suka bermenantukan Mr. Yatim, niscaya tercerailah ia dari
Puti Bidasari. Sudah itu takkan susah lagi, untuk menduduk-kan
Mr. Yatim dengan Sitti Nurmala.
Tak disangkanya ia akan mendapat pisang terkubak, di rumah
Sutan Baheram, yang akan memudahkan usahanya mendapat Mr.
Yatim. Oleh sebab itu akan dipergunakannya kesempatan yang
baik ini. Jika perlu digosoknyal) Puti Renosari. Bukankah ia telah
bersumpah, akan bermenantukan Mr. Yatim"
"Setelah mendapat kepastian dari Puti, bahwa Puti Bidasari
tidak akan dikawinkan dengan Mr. Yatim, senanglah hati saya
dan timbullah kembali harapan saya, akan dapat juga memungut
menantu Mr. Yatim. Betapakah besar hati sayajika saya dalam hal
ini mendapat pertolongan dari Engku dan Puti. "
"Kalau Engku kuatir, harapan Engku ini akan teralang oleh
niat Engku Hop, hendak mengawinkan Puti Bidasari dengan
Mr. Yatim, dapat hamba pastikan di sini, bahwa alangan itu tak
1) dibangkitkannya marah Puti Renosaxi dengan kata-kata yang tajam, supaya
bertambahmaxah kepada Hopjaksa
-"--"2.---"
43 aman: www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
akan ada lagi. Hambalah yang akan menyingkirkannya," kata Puti
Renos ari dengan gagahnya.
"Syukur, syukur alhamdulillah!" kata Baginda Mais dengan
amat sukacitanya, walaupun sampai waktu itu belum dapat di-
pikirkannya, apakah sebabnya Sutan Baheram, lebih-lebih Puti
Renos ari, tiada suka bermenantukan Mr. Yatim, yang dipuja-puja
itu. Tetapi apa pedulinya sebab-sebab ini. Yang diingatnya hanya
mendapat Mr. Yatim, sebagai menantu. Masakan orang yang
setinggi, sepandai dan serancak itu akan mempunyai sesuatu cacat
yang hina, yang menyebabkan ia tak patut didudukkan dengan
Nurmala. Kalau memang ada kekurangan ini, tentu Sutan Alam Sah
pun tak suka memberikannya kepada kemenakannya, yang harus
dilebihkannya dari anaknya.
Tidak, Sutan Baheram dan Puti Renosari marah kepada
Hopjaksa ini, sebab ia melangkaui mereka dalam perkara per-
kawinan anaknya. Memang kurang baik perbuatan Sutan Alam Sah
ini dan sepatutnyalah saudara dan iparnya marah kepadanya.
"Dan hamba akan menolong Engku dengan segala daya yang
ada pada hamba, untuk mendapat Mr. Yatim sebagai menantu
Engku," kata Sutan Baheram.
"Terima kasih, Engku, terima kasih. Sekalian belanja untuk
menyampaikan maksud saya itu, tiada akan saya bilang.
"Sekarang marilah kita kembali kepada pangkal pembicaraan
kita tadi! Tidakkah lebih baik pada pikiran Engku dan Puti, kalau
P'uti Bidas ari segera dikawinkan?"
"Segera dikawinkan" Masih kuatirkah Engku ia akan menjadi


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alangan dalam usaha Engku ini?" tanya Puti Renosari.
"Bukan itu saja, tetapi pada pikiran saya memang ia telah
patut dikawinkan. Jangan Puti lupakan, apa yang hamba katakan
tadi. Kehendak kaum muda janganlah terlalu diturutkan, karena
belum dapat dipahamkan oleh sekalian orang.
Lain daripada itu, jika dapat dengan jalan inilah saya hendak
membalas budi Engku dan Puti tadi."
Puti Renos ari dan suaminya berpikir sejurus.
"-"-"._s"-?"?"-" .
.--':-_i ,_ 6P .am dm malam 49
',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"H amba setuju dengan pikiran Engku itu,"kata Sutan Baheram.
"Memang tak baik ditunggu lama lagi. Umurnya telah lebih dari
cukup. Jika diserahkan kepada Engku Hopjaksa saja perkawinan
Bidasari, niscaya ia akan menjadi gadis tua tak berlaki. Karena
hal ini tentu akan diserahkannya saja kepada Bidasari, sebab
pikirannya memang kemuda"mudaan.
Dan karena Bidasari suka kepada Yatim, niscaya akan
ditunggunya sampai Yatim bercerai degan Nurmala atau sama
sekali ia tidak hendak bersuami. "
"Tetapi kalau hendak kita kawinkan Bidasari, siapa yang patut
kita dudukkan dengan dia?" tanya Puti Renosari.
"Puti carilah, sutan mana yang patut pada pikiran Puti clan
Engku, untuk menjadi suami Puti Bidasari. Kalau perlu, kita
jemput ia. Sekalian permintaan sutan itu, untuk penjemputnya,
begitu pula sekalian biaya perkawinan, saya yang menanggung.
Engku dan Puti tak usah mengadakan apa-apa, asal saja maksud
saya, untuk memungut Mr. Yatim jadi menantu, tak: mendapat
alangan apa"apa."
Puti Renosari dan Sutan Baheram terdiam sejurus, sebagai
memikirkan siapa yang patut, untuk menjadi menantunya. Mereka
ingin dapat menentukan orang ini pada waktu itu juga, supaya
dapat dibicarakan bersama-s ama dengan Baginda Mais dan istrinya.
Tetapi tak kelihatan oleh mereka, bakal menantu mereka ini.
"Bagaimana pikiran Engku dan Puti tentang Sutan Malik,
kemenakan Sutan Pamenan, anak Puti Umi" Anak ini belum kawin,
sebagai Puti ketahui dan ia bangsawan asli, setara dengan Puti
Bidasari. Walaupun ia sekarang belum mempunyai mata pencarian,
tetapi boleh saya beri pekerjaan yang layak baginya dengan gaji
yang cukup, untuk kehidupannya berdua suami istri, kalau ia
suka bekerja. Jika tidak, akan saya pikirkan, bagaimana yang baik
untuknya. Mungkin ia suka berdagang. Lebih baik lagi. Saya beri
pokok, seberapa perlu."
"Baiklah. Perkataan Engku ini kami pertimbangkanlah lebih
dahulu. Berilah kami tempo beberapa hari. Kepastiannya segera
-"--"2.---"
5" Asem www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
akan kami sampaikan kepada Engku. Tetapi rasanya pertimbangan
Engku itu dapat kami terima," kata Sutan Baheram.
"Syukurlah!" kata Baginda Mais dengan sukacitanya. "Akan
pertolongan Engku dan Puti itu, lebih dahulu saya pintakan terima
kasih banyak"banyak. Mudah"mudahan s arnpaijuga sekalian maksud
kita ini dengan segera dan selamatnya. lni saya tinggalkan uang
Rp300,00 untuk biaya pertama dari usaha kita ini. Jika kurang,
Engku kabarkanlah kepada saya. Seberapa perlu, saya kirimkan."
"Terima kasih!" sahut Sutan Baheram, lalu diterimanya uang
itu dengan suka hatinya. Memang Sutan Baheram tidak mempunyai uang, untuk
mengawinkan anaknya. Hasil yang diterimanya dari penye-
lenggaraan harta pusaka istrinya dan Sutan Alam Sah, hanya cukup
untuk kehidupannya sehari"hari.
Sekarang ada orang yang mau menanggung mengadakan belanja
ini', besar juga hatinya, karena ia tak usah bergantung lagi kepada
iparnya Hopjaksa itu dan karena itu dapat berkeras mengawinkan
anaknya dengan orang yang dikehendakinya sendiri.
Tentang perjanjian Baginda Mais itu, ia tiada ragu"ragu,
karena diketahuinya saudagar itu amat kaya dan tiada akan takut
rugi, untuk menyampaikan sesuatu keinginan hatinya, yang telah
dipastikannya. Dan karena ujuz'nya, asal dapat mengambil"ambil
hatinya dan mengangkat-angkatnya, tiadalah akan ditolaknya
sebarang permintaan. Oleh sebab itulah kedatangan Baginda Mais ini dipandangnya
sebagai mendapat durian runtuh. Uang dan perkawinan anaknya,
akan diperolehnya dengan mudah. Apalagi yang lebih dari itu"
"Sekarang, sebab perundingan kita telah selesai, bermohonlah
kami pulang kembali," kata Baginda Mais, dengan lapang rasa
pikirannya. "Tentang suami Puti Bidasari yang akan kita usahakan
itu, segera akan saya beri kabar."
2) pungah, sumbang "-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm malam 51 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Baiklah, Engku. Kami pun mengucapkan terima kasih
banyak-banyak pula alas pertolongan dan kemurahan hati Engku
dan orang kaya. Mudah-mudahan sampai juga maksud kita yang
baik ini dengan segera dan selamatnya. "
Di jalan Baginda Mais berkata kepada istrinya yang sampai
waktu itu tiada berkata sepatah pun, "Petang ini juga saya akan
pergi ke rumah Sutan Pamenan, meminang kemenakannya Sutan
Malik, karena rupanya Sutan Baheram dan Puti Renosari, tidak
keberatan menerima Sutan Malik, asal mereka dapat memakan
pisang terkubak. Tetapi jika tidak dengan pertolongan kita, untuk
menanggung segala biaya, niscaya tak beranilah mereka memberi
kepastian ini. Dan Sutan Pamenan pun pada pikiran saya akan
dapat pula kita bujuk dengan uang, untuk mengawinkan ke"
menakannya Sutan Malik, dengan Puti Bidasari. Lalu jarum, lalu
kelindan. Lain daripada itu Datuk Gampo Alam, sahabat dan guru
Sutan Pamenan, bukannya seorang pendekar saja, tetapi seorang
dukun besar pula. Dapat kita minta pertolongannya sekali, untuk
menceraikan Mr. Yatim dari Puti Bidasari dan memperjodohkan
Mr. Yatim dengan Nurmala serta memberikan kebenci, supaya
Nurmala tak suka lagi kepada dr. Aziz."
"Jika demikian, rasanya akan sampai juga cita-cita Engku itu
dengan segeranya," jawab Upik Bungsu, yang sebagai kita ketahui,
lebih suka menurutkan kesukaan anaknya Sitti Nurmala, daripada
kemauan suaminya Baginda Mais.
Petang itu pergilah Baginda Mais seorang dirinya ke rumah
Sutan Pamenan, di Kampung Terendam.
Sutan Pamenan ini adalah seorang bangsawan Padang, yang
telah jatuh miskin, sebab ia sangat suka berjudi, dalam segala
macam perjudian dan sangat boros dalam kehidupannya. Sekalian
harta bendanya, yang pada mulanya sangat banyaknya, pusaka
dari mamaknya, untuknya dan saudaranya Puti Umi, punah
tandas diperjudikannya dan dihamburkannya, untuk memuaskan
kesukaan hatinya dan hawa nafsunya.
IC'leh sebab itu namanya kurang baik. selain dari terkenal
sebagai tukang judi juga. tukang kawin dan tukang berkelahi. la
-"--"2.---"
52 Asem www -, --"---".='.__--- ;: &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
ditakuti orang, bukan karena bangsanya yang tinggi, tetapi karena
ia berani. Memang ia mahir memencak dan bersilat, sehingga ia
masuk orang yang dapat dikatakan pendekar. la suka berkelahi
itu seakan"akan hendak mencobakan dan melatih dirinya, dalam
kepandaian berkelahi, yang diperolehnya terutama dari Datuk
Gampo Alam, gurunya dan sahabatnya.
Tatkala mudanya ia bukannya suka berjudi saja, tetapi lebih
gemar pula kawin dan mengganggu anak istri orang. Tetapi
perbuatannya ini dilakukannya bukan karena ia seorang laki"
laki yang memang suka kawin saja, melainkan karena ia merasa
bangga, kalau dapat dikatakan orang: tak ada seorang perempuan
yang tak dapat ditundukkannya, kalau dikehendakinya. Karena hal
itu adalah suatu kemegahan baginya, yang katanya bersandarkan
kekayaan dan keberaniannya serta kebangsaannya yang tinggi,
yang di Padang memang dihargai benar"benar, sehingga ia dijemput
beratus"ratus rupiah dan dibelanjai oleh mamak dan orang tua
istrinya. lDlehkarenaitukawinlah ia disana-sini dengan tiada mengingat
atau mengindahkan apa pun, sehingga tiada diketahuinya lagi,
berapa kali ia telah kawin dan berapa orang anaknya', apalagi
di mana dan bagaimana nasib anak-anaknya itu. Istimewa pula
karena menurut adat Padang, anak itu memang bukan tanggungan
bapa, melainkan tanggungan mamak, yaitu saudara laki-laki dari
ibunya. Hampir dalam tiap"tiap kampung, ya sampai ke luar kota
Padang, di Mudik, Pariaman, Painan dan Padang Darat, ada istri-
nya atau jandanya dengan anak atau tidak dengan anak.
Tetapi pada waktu Baginda Mais pergi ke rumahnya, istrinya
hanya seorang Jamalia, yang tinggal bers ama"sama dengan dia di
Kampung Terendam', mungkin karena umurnya telah lebih dari 50
tahun, tetapi mungkin pula karena uangnya tak ada lagi.
Walaupun banyak anak kandungnya, sehingga tiada
diketahuinya jumlah sekaliannya dan tiada dikenalnya rupanya,
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm malam 53 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
tetapi pada waktu itu, tak ada seorang pun anaknya yang
tinggal dalam rumahnya, di Kampung Terendam itu, yang dapat
dipandangnya sebagai turunannya dan dapat melipur hatinya di
hari tuanya, sehingga ia sunyi daripada keluarga dan tinggal hanya
berdua dengan istrinya, sebagai dagang di rantau orang. Hanya
seorang anaknya yang ada dekat padanya, yaitu Marah Udin, laki-
laki yang berumur kira"kira 12 tahun. Tetapi anak ini pun tidak
pula tinggal padanya, melainkan pada saudaranya yang perempuan,
Puti Umi, jadi pada "induk bakonya"33di Sawahan, karena Marah
Udin tidak beribu dan bermamak lagi.
Dari harta Sutan Pamenan yang banyak dulu itu, yang masih
tinggal lagi, hanya rumah yang dihuninya di Kampung Terendam
dan rumah yang dihuni saudaranya dengan kemenakannya, Sutan
Malik, di Sawahan. Ayah Sutan Malik ini telah lama meninggal dunia dan ibunya
tiada hendak kawin lagi, karena sebagai janda seorang bangsawan,
sedang ia seorang Puti pula, tak mudah baginya mendapat jodoh
Tusuk Kondai Pusaka 13 Goosebumps - 20 Teror Orang Orangan Sawah Dewi Penyebar Maut I 1
^