Pencarian

Anak Dan Kemenakan 2

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli Bagian 2


lagi. IC'leh sebab itu bergantunglah ia, dalam kehidupannya kepada
saudaranya Sutan Pamenan, yang menurut adat Padang, harus
memelihara saudaranya yang perempuan.
Sutan Malik sendiri belum hendak bekerja, karena katanya
belum ada pekerjaan yang layak baginya. Tetapi sebenarnya
karena pada rasa hatinya, ia sebagai seorang bangsawan tak patut
menyewakan tenaganya, untuk kehidupannya. Perempuan Padang
masih banyak yang ingin membelanjainya, asal ia mau kawin.
IC'leh sebab itulah Sutan Malik kerjanya sampai waktu itu,
hanya bersuka"sukaan saja, dengan uang yang diperolehnya
dari mamaknya, Sutan Pamenan, yang hidup dari kemenangan
penjudiannya dan dari cukai bandar penjudian yang diadakannya.
Tatkala Baginda Mais sampai ke rumah Sutan Pamenan di
Kampung Terendam, Sutan ini sedang ada di rumahnya dengan
sahabat karibnya Datuk Gampo Alam. sedang merundingkan
3) saudara bapa yangperempuan
-"--"2.---"
54 Asam www -, 45P perjudian yang lazim diadakan di luar rumah di Padang, pada tiap"
tiap Hari Raya Idul Fitri, karena bulan puasa Ramadhanpada waktu
itu telah dekat: di mana mereka akan mendapat pokok, di mana
akan membuka perjudian dan permainan apa yang akan diadakan
mereka: dadu, sabung ayam. lenong" pinang atau ambunglsjuang.
Lain daripada uang pokok penjudian, harus pula diusahakannya
uang untuk merayakan Idul Fitri, pembeli makanan dan pakaian
untuk anak"anak, pembakaran mercon dan penerangan rumah,
bersiar"siar dengan bendi, dan untuk memenuhi kewajiban
yang telah dibiasakan di padang, sebagai tahlil di rumah dan di
kuburan, zakat dan fitrah dan lain"lainnya, yang sekaliannya harus
dilakukannya, supaya jangan dihinakan orang.
Sedang keduanya duduk berunding membicarakan s ekaliannya
ini dengan tiada diketahui mereka dari mana mereka akan beroleh
uang sekian banyaknya, tiba"tiba kedengaranlah salam Baginda
Mais, lalu keluarlah Sutan Pamenan ke beranda muka.
Setelah dilihatnya yang datang itu Baginda Mais, saudagar
yang kaya itu, yang rupanya hendak berkata-kata dengan dia, lalu
dibawanya naik ke rumahnya dan masuk ke langkan dalam. Datuk
Gampo Alam yang ada di sana, hendak berdiri dan keluar dari tempat
ini, tetapi Baginda M ais minta ia menunggu sebentar, karena dengan
dia ada pula yang hendak dirundingkannya, lalu duduklah mereka
bertiga di atas kursi, mengelilingi sebuah meja marmer.
Setelah merokok sebatang rokok nipah, yang disajikan Sutan
Pamenan, berkatalah Baginda Mais, "Di mana kemenakan kita
Sutan Malik dan bagaimana keadaannya sekarang. Engku?" tanya
Baginda Mais kepada Sutan Pamenan.
"Di Sawahan, di rumah ibunya, saudara hamba Puti Umi dan
keadaannya adalah baik saja. Engku," jawab Sutan Pamenan.
"la masih belum berumah"), bukan?"
4) putar 5) lempar ke atas 6) berumah artinya di sini: beristri
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm malam 55 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Belum, Engku."
"Bagaimana pikiran Engku, jika kita perumahkan dia, karena
rasanya umurnya telah cukup."
Sutan Pamenan tiada lekas menjawab, tetapi terdiam sesaat,
seakan-akan hendak menduga, apakah maksud jamunya ini
dengan perkataan yang telah dikeluarkannya dengan berterang"
terangan itu. Dan oleh sebab ia bers angka, Baginda Mais datang
hendak meminang kemenakannya, untuk anaknya Sitti Nurmala,
bertanyalah ia dengan langsung pula, "Dengan siapa."
Memang Sutan Pamenan akan bersuka hati, kalau keme"
nakannya dipinang oleh saudagar yang kaya ini, untuk anaknya
sendiri. "Dengan gadis bangsawan, Puti Bidasari."
Sutan Pamenan dan Datuk Gampo Alam mendengar nama
yang disebut Baginda Mais ini. Oleh sebab itu bertanyalah ia: "Puti
Bidasari anak Engku Hopjaksa, Sutan Alam Sah."
"Bukan anak kandungnya, tetapi kemenakannya."
"Ya, ya, benar. Lupa hamba. Tetapi mengapakah Engku yang
menguruskan perkara ini" Karena ibu bapa dan mamaknya masih
ada." "Baiklah saya berterus terang kepada Engku, supaya ringkas
pembicaraan kita ini. Saya ingin benar mengambil menantu Mr.
Muhammad Yatim, untuk anak saya Sitti Nurmala, supaya ia
tetap tinggal di Padang ini, bekerja dalam suatu kantor pengacara,
dengan laki"laki dan perempuan,pemuda dan pemudi, dari sekalian
sebagai advokat; terutama untuk keperluan penduduk Padang.
Tetapi ayahnya rupanya hendak mengawinkannya dengan Puti
Bidasari. Supaya dapat saya sampaikan maksud saya ini, haruslah
Puti Bidas ari dikawinkan dengan orang lain. Dalam hal ini dengan
kemenakan Engku, Sutan Malik.
Inilah sebabnya saya datang kepada Engku berdua, meminta
pertolongan, supaya Mr. MuhammadYatimtidak kawin dengan Puti
-"--"2.---"
56 Asean: www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Bidasari, tetapi dengan anak saya, Sitti Nurmala. Kepada Engku
Sutan Pamenan saya minta, supaya suka menyetujui perkawinan
Sutan Malik dengan Puti Bidasari dan kepada Engku Datuk Gampo
Alam saya pinta, sup aya suka mengerjakan 4 orang, yaitu memberi
pekasih kepada Mr. Muhammad Yatim dan anak saya Nurmala,
supaya Mr. Muhammad Yatim suka dikawinkan dengan Nurmala
dan Puti Bidasari suka pula dikawinkan dengan Sutan Malik, dan
memberi kebenci kepada mereka, supaya Mr. Muhammad Yatim
benci kepada Puti Bidasari dan Puti Bidasari benci kepada Mr.
Muhammad Yatim, sedang anak saya Nurmala benci kepada dr.
Aziz dan dr. Aziz benci pula kepada Nurmala.
Segala biaya perkawinan dan pengobatan ini, akan saya
tanggung dan kepada Sutan Malik akan saya beri suatu pekerjaan
di toko saya, supaya ia dapat hidup dengan sempurnanya dengan
istrinya. Kedua orang tua Puti Bidasari telah saya jelang dan
mereka telah memberi kepastian kepada saya, bahwa mereka
tidak beralangan akan mengawinkan anaknya Puti Bidasari dengan
Sutan Malik dan akan menolong saya, sampai tercapai maksud
saya. M ereka rupanya marahkepada Engku Hop, karena Engku Hop
telah menetapkan perkawinan Mr. Muhammad Yatim dengan Puti
Bidasari dengan tiada bermufakat lebih dahulu dengan mereka."
"Tetapi kalau Engku Hop, sebagai mamak Puti Bidasari,
tiada suka kemenakannya ini dikawinkan dengan Sutan Malik,
bagaimana. " tanya Sutan Pamenan.
"Itu atas tanggungan Sutan Baheram dan istrinya Puti Reno"
sari. Bagaimana pikiran Engku Sutan dan Engku Datuk?"
Lama kedua orang yang ditanyai ini berpikir, menimbang
buruk baiknya kehendak Baginda Mais ini. Tetapi lekas terasa oleh
mereka, bahwa pemiintaan saudagar yang kaya ini, untuk mereka
ketiganya, adalah suatu keuntungan besar yang artinya: Uang dan
untuk kemenakannya, gadis bangsawan yang cantik.
Lain daripada itu, karena perkawinan Sutan Malik dengan Puti
Bidasari ini akan: terbangkit kembali batang terendam dan baiklah
"-?"._5"-?"?"-_
6P Amis dm %mm 5" i". V '-...______'._._"_"-?"-..
nama mereka yang memang mereka rasai, telah lama terbenam ke
dalam lumpur kehinaan. Setelah Sutan Pamenan memandang muka Datuk Gampo
Alam, sebagai hendak berkata, "Terimalah durian runtuh ini,"
berkatalah ia kepada Baginda Mais, "Jika dari hamba, hamba
terimalah peminangan Engku ini, asal kemenakan hamba dijemput
dengan sepatutnya, sebagai adat bangsawan Padang. "
"Apa yang dikehendaki Sutan Malik, saya adakan."
"Sungguhpun demikian tentulah perkara ini harus hamba
rundingkanlebih dahulu dengan saudara hamba Puti Umi, ibu Sutan
Malik. Tetapi pada hemat hamba, ia pun tiada akan beralangan, jika
sebagai ini jalannya."
"Tentang penerangan kepada Puti Umi, bagaimana duduknya
perkara ini, kepada Engkulah saya serahkan. Saya percaya akan
kebijaksanaan Engku, untuk mencapai keinginan hati saya ini.
Sekarang Engku Datuk! Bagaimana pikiran Engku tentang
pekasih dan kebenci itu" Sudikah Engku Datuk menolong saya?"
"Tentang itu jangan Engku risaukan! Mengapa pula hamba tak
suka. Bukankah sekaliannya itu juga untuk kemenakan kita, Sutan
Malik. Jangankan itu, lebih dari itu akan hamba kerjakan juga.
Engku tahu baiknya saja."
"Terima kasih atas kesudian dan pertolongan Engku-Enngku
kedua. Saya harap Engku terimalah ini dahulu, Rp200,00 untuk
Engku Sutan Pamenan dan Rp 100,00 untuk Engku Datuk Gampo
Alam, sebagai uang pendahuluan, untuk biaya pekerjaan kita,
kalau-kalau ada yang perlu dibeli atau dibiayai dengan segera. Lain
daripada ini, apa saja yang patut dibeli atau diadakan, Engku"Engku
beri tahukanlah kepada saya. Jangan segan"segan dan malu"malu.
Saya adakan. Sekarang bermohonlah saya pulang kembali, karena waktu
sembahyang telah datang," kata Baginda Mais, lalu ia berdiri dan
berjabat tangan dengan kedua orang yang bersahabat karib ini, dan
kembali ke rumahnya dengan peras aan yang memuaskan hatinya.
-"--"2.---"
53 Asean: www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Setelah berangkatlah Baginda Mais, duduklah, kembali Sutan
Pamenan dan Datuk Gampo Alam berpandang"pandangan, seraya
tersenyum, karena kegirangan hatinya, menerima uang yang masih
digenggamnya. "Betapakah baiknya jika tiap"tiap akan hari raya kita berte"mu
dengan malam lailatulkadar ini," kata Datuk Gampo Alam.
"Siapa menyangka, kita akan mendapat durian runtuh ini.
Memang seperti kata orang: Apabila kesukaran telah memuncak,
niscaya pertolongan telah mendekat. Tadi hamba sebenarnya telah
putus asa, untuk mendapat uang yang perlu di bulan Puasa dan
Hari Raya ini. Tetapi sekarang hamba tak kuatir lagi, karena uang
yang baru kita terima ini sekadar pembuka jalan. Keperluan yang
sebenarnya akan berpuluh kali lipat ganda dari ini, karena peti
uang Engku Baginda Mais tak dapat dikosongkan. Di mana harus
menjemur, jika tidak di panas matahari. "
Sesungguhnya kedatangan Baginda Mais tadi sangat
menggirangkan Sutan Pamenan dan Datuk Gampo Alam. Bukan
karena saudagar ini membawa keuntungan saja kepada mereka,
serta melepaskan hutang Sutan Pamenan tentang memperumahkan
kemenakannya, Sutan Malik, tetapi akan dapat pula melepaskan
dendam sakit hati mereka, kepada Sutan Alam Sah dan keluarganya,
sebagai kaum hakim dan kaum muda, yang selalu mereka pandang
sebagai musuh kaum penjudi dan kaum tua.
Oleh sebab itu bagaimanapun juga, perkawinan Sutan Malik
dengan Puti Bidasari ini akan diteruskan, walaupun hanya untuk
menyakitkan hati musuhnya ini saja.
Pada hari Ahad, sesudah perayaan di rumah bola Medan
Perdamaian di Kampung Sebelah, untuk menyambut kedatangan
Mr. Yatim, pergilah hakim muda ini dengan adiknya Puti Bidasari
bertandang ke rumah dr. Aziz, di Kandang, karena demikianlah
kesukaan kaum muda di Padang. Apabila tak bekerja, berkumpul-
kumpul di rumah bola atau di rumah seorang daripada mereka,
bersuka"sukaan, bersenda gurau, makan"makan dan minum"
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm malam 59 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
minum, berjalan-jalan ke luar kota Padang, mandi-mandi di sungai
atau mendaki gunung Padang dan menurun ke Air Manis, lalu
menyeberang ke pulau Pisang Kecil dan akhirnya menembus ke
Teluk Bayur. Kadang"kadang mereka berperahu ke pulau Pisang
Besar, memancing ikan dengan membawa bunyi-bunyian.
Tentu saja kelakuan, perbuatan, kesukaan dan pikiran mereka
ini tiada disetujui, bahkan dicela dan dihinakan oleh kaum tua,
yang masih lebih banyak di Padang. Kaum muda dikatakan
mereka kebarat"baratan, tiada menurut adat istiadat dan tiada
mengindahkan agama lagi. Dengan demikian terjadilah dua kaum
di Padang, yaitu kaum muda dan kaum tua, yang bertentangan di
dalam segala"galanya, sehingga bermusuh"musuhan. Tetapi kaum
muda yang telah mendapat didikan, tiada mengindahkan celaan
dan permusuhan dari kaum kuno ini, melainkan terus melakukan
aturan mereka karena mereka yakin akan kebaikannya.
Bukan di dalam peraturan dan adat istiadat saja terjadi
perbelahan antara kaum tua dan kaum muda, tetapi dalam agama
pun demikian pula, sehingga terpisah anak dari bapa, saudara dari
saudara, suami dari is tri.
Sungguhpun demikian, jika dipikir dan direnungkan dalam"
dalam, nyata bahwa sekaliannya itu tak lain daripada perubahan
yang menjadi permainan zaman. Tua dan muda hanyalah sebutan
bagi sesuatu benda dalam suatu masa. Yang muda akan menjadi
tua dan yang tua muda juga pada mulanya.
Apabila kaum tua ingat akan perubahan zaman ini. yang
menurut keyakinan mereka memang ada, karena tak ada yangkekal
dalam dunia yang fana ini, selain daripada Tuhan yang Esa, dan
kaum muda tak lupa pula, bahwa: Timur itu memanglah Timur,
Barat itu tentulah Barat', karena hasrat bercampur gaul, niscaya
tak adalah sebutan, "Kaum Muda" dan "Kaum Tua".
Pada hari Ahad yang tersebut, tiadalah mereka hendak ke
mana"mana, karena lelah beramai"ramai tadi malam di rumah bola
-"--"2.---"
6" aman: www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Medan Perdamaian. Oleh sebab itu dr. Aziz ada di rumahnya, lalu
duduklah mereka bertiga bercakap"cakap.
"Ganjil rasanya kita bertiga ini," kata Puti Bidasari, lalu
ditulisnya sepucuk surat dan disuruh antarkan kepada Sitti
Nurmala, untuk memanggil gadis ini.
Tiada berapa lama kemudian datanglah Sitti Nurmala ke
rumah dr.Aziz, lalu bertanya, "Ada apa, Bida, maka kausuruh
panggil aku?" Dengan bertanya demikian, duduklah ia di atas sebuah kursi
di antara dr. Aziz dan Mr. Yatim.
"Tak ada apa"apa, sekadar hendak duduk"duduk bersama"
sama, bercakap"cakap hari Ahad," sahut Puti Bidas ari.
"Aku baru bangun. Tak dapat tidur semalam"malaman. Bukan
karena lelah saja badanku, sebab keramaian tadi malam, tetapi


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih"lebih karena kusut pula pikiranku mendengar perkataan
ayahku tadi malam sehingga pukul 5 pagi baru aku tertidur,
sebab keletihan badan dan pikiran. Biarpun tak kaupanggil aku,
maksudku memang akan pergi juga kepadamu bertiga, untuk
menceritakan perkara ini.".
"Perkara apakah itu, Nur" Cobalah ceritakan!" kata Puti
Bidasari. "Tatkala aku akan pergi ke Medan Perdamaian tadi malam,
aku telah dirusuh ayahku berdandan secantik-cantiknya dengan
memakai sekalian perhiasanku yang semahal-mahalnya, supaya
aku menjadi "bidadari perayaan" dan dapat memasangi kamu
Tim, sebagai "raja perayaan", katanya. Dan di dalam majelis itu
aku disuruhnya menari dengan dikau, supaya dapat dilihat orang
banyak, bahwa kita memang sejoli, sebagai bulan dengan matahari.
Maksudnya tak lain, melainkan supaya dapatlah ia bermenantukan
engkau, sebab katanya, pada waktu ini engkaulah laki"laki yang
setinggi"tingginya dan sepandai"pandainya di Padang ini," kata
Sitti Nurmala dengan suara orang yang hendak menangis.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm %mmlzm 61 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
Jika diperhatikan benar-benar tampang muka Mr. Yatim
dan Sitti Nurmala, memang dapat dikatakan mereka keduanya
sepasang atau sejoli, karena raut mukanya hampir sama, yaitu
sama-sama panjang, sedang matanya sama-sama besar dan bulat
serta penglihatannya sama"sama tajam. Hanya pada Sitti Nurmala
pemandangannya seakan-akan diliputi oleh suasana lembut dan
tenang yang menambah kecantikan mukanya.
Kulitnya sama-sama kuning dan badannya sama-sama lampai.
Jika dikatakan keduanya bersaudara, mudah dipercayai. Inilah pula,
sebabnya keduanya bersayang"sayangan, tetapi dengan kesayangan
saudara. Istimewa pula karena keduanya anak tunggal, tiada beradik
dan tiada berkakak. Kesayangan kepada kekasih, hanya ada pada
Mr. Yatim terhadap Puti Bidasari dan pada Sitti Nurmala terhadap
kepada dr. Aziz. Mendengar keluh Sitti Nurmala ini, Mr. Yatim tersenyum
tetapi Puti Bidasari memandang sahabatnya ini dengan kasihan
lalu diusap"usapnya tangan Sitti Nurmala. Hanya dr. Azizlah yang
agak muram mukanya. Memang ayahmu demikian pekertinya, ingin terutama dalam
segala hal. Tetapi janganlah kau kuatir Nur, karena kami telah
bertunangan dan pertunangan ini telah disetujui oleh kedua
orang tuaku. Jika tak ada aral melintang, sebulan lagi kami akan
kawin,"kata Mr. Yatim dengan riangnya.
"Benar Bida?" tanya Sitti Nurmala tercengang.
"Benar Nur," sahut Bidasari dengan tersenyum riang.
"Ooo, syukur!" berteriak Sitti Nurmala seraya memeluk dan
mencium Puti Bidasari dengan besar hatinya. "Selamat Bida,
selamat! Semoga engkau mendapat kurnia dan kenikmatan dalam
perkawinanmu ini selama-lamanya. Dan engkau pun demikian
pula, Tim!" katanya seraya menjabat tangan Mr. Yatim beberapa
lamanya dengan amat teguhnya, seakan-akan ke sanalah hendak
dikeluarkannya segala sesakan yang menekan dadanya tadi,
sekarang telah lepas, karena mendengar kabar baik itu.
-"--"2.---"
62 aman: %maniwe -, -----".='.__--- x 5!"
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
Pun dr. Aziz memburu kedua sahabatnya ini dan menjabat
tangannyaberganti"ganti seraya berkata dengan amat sukanyapula:
"Selamat Bida! Selamat Tim! Semoga Allah memberi keselamatan
dan kesenangan kepada kamu berdua dalam perkawinanmu
nanti." Mr. Yatim dan Puti Bidasari sangat terharu melihat kesukaan
hati kedua sahabat karibnya ini, karena diketahui mereka, apabila
Mr. Yatim dan Puti Bidas ari telah kawin, tentulah Baginda Mais
tidak akan meminang Mr. Yatim lagi untuk Sitti Nurmala dan
besarlah kemungkinan, saudagar ini akan menerima dr. Aziz
kembali, untuk dijadikan menantunya.
"Nur dan Ziz, kami pohonkan kepada Allah semoga engkau
berdua pun segera pula mendapat kemujuran sebagai kami ini,"
kata Mr. Yatim dan Puti Bidasari sekali.
"Terima kasih! Terima kasih! Mudah-mudahan demikian
jugalah hendaknya," sahut Sitti Nurmala dan dr. Aziz dengan
salehnya. "Wahai, alangkah s enang hatiku apabila kedua perkawinan kita
serentak dapat dilakukan," kata Sitti Nurmala dengan harapan.
"Sabar Nur, apabila pertunangan kami ini telah disiarkan
dengan resmi, akan pergilah kami berdua kepada orang tuamu
untuk memohonkan, jika perlu dengan berlutut di kakinya,
supaya dikabulkannya juga segala keinginan hatimu itu. Dan pada
sangka kami, apabila tak ada kemungkinan lagi padanya untuk
bemienantukan aku, niscaya diterimanyalah Aziz sebagai dahulu
dengan senang hatinya," kata Mr. Yatim untuk melipur hati kedua
sahabatnya ini. "Terima kasih Tim dan Bida. Aku harap sampai juga maksudmu
yang baik ini," sahut Sitti Nurmala dengan harapan.
"Tim dan Bida, kabar yang baik ini harus kita rayakan dengan
sekalian teman-teman kita di rumahku ini," kata dr. Aziz.
"Ya, ya, tentu," kata Sitti Nurmala dengan riangnya. "Cukup"
lah makanan dan minumanmu untuk mereka?"
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm %mmlzm 63 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
"Jika tak cukup, dicukupkan. Tolonglah lihatkan sebentar, apa
yang kurang!" Sementara Sitti Nurmala memeriksa makanan dan minuman
dalam lemari dr. Aziz, dokter ini menyuruh kusirnya, kusir Mr.
Yatim dan kusir Sitti Nurmala, menjemput sekalian sahabat
kenalannya laki"laki dan perempuan.
Tiada berapalamakemudian daripada ituberkumpullah s ekalian
sahabat kenalan mereka di rumah dr. Aziz. Di situ berkatalah dr.
Aziz: "Saudara-saudara sekalian! Maksud kami mengumpulkan
saudara"saudara semuanya ialah hendak memberitahukan, bahwa
Mr. Yatim telah bertunangan dengan Bidasari dan pertunangan ini
telah disetujui oleh orang tuanya. Jika tak ada aral melintang, s ebulan
lagi akan kawin. Pemberitahuan ini sekadar pemberitahuan antara
sahabat dengan sahabat. Resminya nanti, akan diumumkan."
Kabar ini disambut dengan gembira oleh sekalian yang hadir,
lalu mereka datang mengerubungi Mr. Yatim dan Puti Bidasari,
untuk memberi selamat kepada mereka berdua, "Selamat Tim!
Selamat Bida! Selamat pertunanganmuberdua!" kata mereka seraya
menjabat tangan Mr. Yatim dan Puti Bidasari.
"Terima kasih! Terima kasih!" sahut Mr. Yatim dan Puti
Bidasari, membalas ucapan selamat teman"temannya ini dengan
menjabat pula tangan mereka.
Di antara yang hadir, hanya Sitti Arbiahlah yang belum
mengucapkan selamat kepada Mr. Yatim dan Puti Bidasari.
"Mengapa engkau tiada hendak memberi s elamat kepada Yatim
dan Bidasari atas pertunangannya, Arbi?" tanya Sitti Saudah. "Tak
sukakah engkau mereka bertunangan. "
"Aku kecewa" jawab Sitti Arbiah.
"Mengapa kecewa?"
"Sebab sebenarnya bukan Bidasari yang harus bertunangan
dengan Yatim, tetapi aku. Sekarang nasi sudah jadi bubur, apa
boleh buat! Harus aku terima kekalahan ini. Mudah-mudahan di
-"--"2.---"
64 aman: %maniwe -. --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ili Pusuk:
masa yang akan datang tiada kejadian lagi kesalahan yang sebesar
ini. Nah Tim dan Bida, terimalah ucapan selamat pertunangan
dari kekasihmu yang kecewa. Kuharap engkau berdua selamat dari
permulaan pertunangan ini s ampai kepada perkawinan, peranakan,
percucuan, percicitan dan per seterusnya. Umur panjang, rezeki
murah, anak dan cucu, cicit dan apa namanya anak cicit" dan
seterusnya bertambah-tambah
"Mereka belum beranak, baru bertunangan saja," menyela Sitti
Saudah. "... Baiklah, amal ibadah bertambah"tambah, pangkat dan
derajat bertambah tinggi tetapi jangan lupa kepada kekasih
yang kecewa. " "Terima kasih Arbi. Aku berjanji tidak akan melupakan engkau.
Jika ada di antara anak atau cucu atau cicitku dan seterusnya jadi
Yatim pula, yang berderajat mester, niscaya akan kupertunangkan
dia dengan engkau," sahut Puti Bidasari dengan tertawa, diikuti
oleh sekalian yang mendengarkannya,
Setelah itu makan"makan dan minum"minumlah mereka
bersuka"sukaan dan bersenda gurau, sampai larut siang.
Kira"kira pukul 2 siang barulah masing"masing kembali ke
rumahnya. "-"-_._s?"?"?"-_
6P Amr- dm %mmlzm 65 ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
(+ - m. MM" MPM BA" ' Setelah sampailah Mr. Yatim dan Puti Bidasari ke rumah
Sutan Alam Sah di Pondok, lalu masuklah mereka dari langkan
sisi, karena mereka tiada hendak mengganggu orang tuanya, yang
pada waktu itu mungkin telah tidur. Tetapi rupanya tidak demikian
halnya, karena di sana tiba"tiba didengarnya suara orang berkata"
kata, di langkan dalam, dengan keras suaranya, sebagai orang yang
bertengkar. "Suara ibumu, Bida," kata Mr. Yatim, yang kenal suara induk
bako nya ini, lalu didengarkannya percakapannya itu.
"Benar. Tetapi mengapakah ibuku berkata"kata dengan
garangnya, sebagai orang marah rupanya," sahut Puti Bidasari, lalu
didengarkannya pula benar"benar percakapan di langkan dalam itu.
"Dan aku dengar engkau hendak mengawinkan Bidasari
dengan Yatim. Benarkah itu Jaksa?" tanya Puti Renosari.
"Ya, benar, Uni". Karena inilah cita"cita dan keinginan hati
hamba, maka hamba majukan Yatim sampai setinggi itu, supaya
Bidasari mendapat suami yang berpangkat tinggi dan dapat
dibanggakan." "Aku tak suka anakku dikawinkan dengan Yatim," kata Puti
Renosari dengan pendek dan tegasnya.
1) uni= kakak perempuan & 66 Amkdmr gamma; - 613 ..," f" x- umwmummun Balai Pustaka Di situ terperanjatlah Mr. Yatim dan Puti Bidasari amat
sangat. "Mengapa ibumu tak suka engkau dikawinkan dengan aku,
Bida?" tanya Mr. Yatim dengan gemetar suaranya.
"Kita salah dengar atau ibuku bermain"main. Marilah kita
dengarkan pula," sahut Puti Bidasari, tetapi hatinya berdebar"
debar juga, karena perkataan ibunya tadi nyata terdengar olehnya
dan rupanya tiada main-main.
"Tak suka?" tanya Sutan Alam Sah, dengan terkejut. "Mengapa
pula Uni tak suka Bidasari dikawinkan dengan Yatim" Bukankah
baik, kalau Bidasari mendapat suami seorang mester yang telah
berpangkat doktor pula. Di seluruh Sumatera ini baru ia sendiri
yang berpangkat setinggi itu. Daripada lepas kepada orang lain,
kan lebih baik dikawinkan dengan anak kemenakan sendiri. Lagi
pula kedua anak itu rupanya telah suka sama suka."
"Jika benar maksudmu sedemikian itu, mengapakah
kauputuskan sendiri saja perkara ini, tidak kaurundingkan dahulu
dengan kami. Tidakkah kami ini ayah bunda Bidasari" Mengapakah
kami ini kaupandang sebagai sarapz' saja" Mentang"mentang kami
miskin dan tiada berpangkat, dapat kauperbuat sesuka hatimu,
dengan anak kami. " Kalimat yang akhir ini dikeluarkan oleh yang
berkata-kata, yang sesungguhnya Puti Renosari, ibu Puti Bidasari,
dengan suara orang menangis, karena rupanya ia sangat sedih,
diperlakukan sedemikian oleh adiknya, Sutan Alam Sah.
"Dengarlah itu Tim! Sekarang mulai terang perkara ini. Ibuku
rupanya bersedih hati, sebab ayahmu tiada membicarakan perkara
ini dengan orang tuaku."
"Jika demikian, memang salah ayahku. Tetapi marilah kita
dengar lebih lanjut!" kata Mr. Yatim.
"Hamba rasa di sini ada salahpaham sedikit. Walaupun hamba
ingin sekali hendak mengawinkan Bidasari dengan Yatim, tetapi
itu hanya baru cita"cita saja. Sebelum hamba pastikan, tentu akan
2) sampah *?"-"_S?""-?"-
6P ama.- dm %mm 6" ',r: V '-...______'._._"_"-?"-..
hamba rundingkan lebih dahulu dengan Uni dan Udo") dan kaum
keluarga yang lain"lain. Barulah dapat ditetapkan," kata Sutan
Amal Sah, yang rupanya tiada dapat melihat kakaknya bersedih
hati. "Tetapi dari mana Uni mendapat berita yang pas ti ini?"
"Dari Baginda Mais. Tatkala ia tadi malam meminang Yatim,
untuk anaknya Nurmala, dengan pas ti kaukatakan, bahwa engkau
hendak mengawinkan Yatim dengan Bidasari.
"Ooo, dari Baginda Mais. Memang benar hamba berkata
sedemikian kepadanya tadi malam. Pertama karena pada pikiran
hamba tak pada tempatnya perkara ini disinggungnya sambil lalu
di tengah orang banyak, dalam rumah bola, dengan cara yang
sedemikian itu: Sebagai meminta anak ayam. Mungkin bukan
demikian maksudnya. Tetapi kalau sedemikian caranya, tentu ia
akan mendapat balasan secara itu pula."
"Dengarlah itu Tim! Cuaca terang kembali. Memang Engku
Baginda Mais agak campah dalam perbuatan dan perkataannya.
Tiada dipikirkannya dalam-dalam. Asal keluar saja mungkin karena
kekayaannya sebagai kata ayahmu tadi: Gajah terdorong karena
gadingnya. " "Aku kuatir Engku Baginda M ais putus asa mendengarkepastian
ayahku, sehingga ia mengadu kepada orang tuamu; mungkin pula
ia menusuk"nusuk mereka, untuk menghalangi perkawinan kita.
Aku tak percaya orang tuaku akan melangsungkan perkawinan kita
ini dengan tiada berunding lebih dahulu dengan orang tuamu. Dan
sebab orang tuamu mendengar kabar ini dari orang lain, tentu ia
marah." "Biarpun demikian, perkara ini segera juga akan selesai.
Masakan orang tuaku mau mendengar tusukan Engku Baginda
Mais," kata Puti Bidasari.
Tetapi tatkala itu didengarnya pertanyaan Sutan Baheram
kepada Sutan Alam Sah, "Tetapi mengapakah Sutan tidak suka
mengawinkan Yatim dengan Nurmala" Bukankah ia anak seorang


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

S) uda= kanda -"--"2.---"
63 Assam www -, --"---".='.__--- )" "P
hartawan dan bukankah baik kalau cendikiawan dipadu dengan
hartawan?" "Dengar itu Bida!" kata Mr. Yatim.
"Oleh sebab hamba tiada hendak menukar keselamatan dan
kes enangan anak dan kemenakan hamba dengan kekayaan Baginda
Mais," sahut Hopjaksa dengan agak pedas, karena dirasainya
sekarang bahwa honar") ini datangnya dari pihak Baginda Mais.
"Mengapa Sutan berkata demikian?" tanya Sutan Baheram.
"Sebab sebagai telah hamba katakan tadi. Yatim dan Bidasari
telah berjanji hendak kawin dan telah meminta kepada hamba,
supaya mereka dikawinkan. Lain daripada itu Nurmala dan dr.
Aziz pun rupanya telah suka sama suka pula. Apa jadinya kalau
Yatim dipaksa kawin dengan Nurmala" Jangan kita lupakan pula
pikiran anak-anak muda sekarang. Mereka tiada hendak dipaksa
dalam perkawinan. IC'leh karena kehendak Yatim dan Bidasari ini baru saja hamba
ketahui, karena Yatim baru kembali, belum sempat hamba pergi
kepada Udo dan Uni untuk membicarakannya, walaupun hamba
sendiri, dalam pokoknya, telah setuju. Tiba-tiba tadi malam
Baginda Mais meminta Yatim untuk anaknya, Nurmala. Oleh sebab
itulah hamba katakan saja, bahwa Yatim akan dikawinkan dengan
Bidasari." "Apa katamu tadi" Bidasari telah berjanji akan kawin dengan
Yatim" Bidasari tidak akan dikawinkan dengan Yatim. Aku tak
suka," kata Puti Renosari dengan pastinya dan dengan suaranya
yang garang. Di situ hilang pula segala pengharapan Mr. Yatim dan Puti
Bidasari, karena sekarang telah nyata benar, tak salah lagi, Puti
Renosari tak suka bermenantukan Mr. Yatim.
"Mengapa ibumu benar tak suka kepadaku. Bida. Apa salahku
kepadanya?" tanya Mr. Yatim dengan sedih suaranya.
4) sebab yang tak baik "-"-_._s?"?"?"-_
6P Ami: sm (355357942320: 69
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Aku pun tak tahu, Tim. Cobalah kita dengarkan pula
percakapan mereka. Mungkin nanti dikatakannya, apa sebabnya
ibuku mengeluarkan perkataan yang sedemikian itu. "
"Ni, apa sebabnya Uni tak suka kepada anak hamba" Apa
salahnya?" Kedengarannya, suara Sutan Alam Sah dengan agak
marah rupanya. "Apa cacatnya, maka Uni hinakan ia sedemikian
ini?" "Yatim anakmu" Anakmu dari mana" Dari tukang pedati
Malim Batuah di Indarung" Pada sangkamu kami tak tahu asal usul
Yatim ini, sehingga hendak kauperbodoh kami dengan mengatakan
ia anak kandungmu dari istrimu di Indarung itu. Jika benar, siapa
istrimu itu, bila engkau kawin dengan dia dan di mana ia sekarang"
Kalau ia telah menginggal dunia, sebagai katamu dahulu, di mana
kuburannya" Siapa ibu bapanya" Biarpun disepuh emas lancung,
kilat tembaga tampak jua.
Oleh sebab kami tak percaya akan hal ini, maka kami suruh
selidiki asal"usul anak yang akan menjadi kaum keluarga kami
ini, supaya kami jangan sampai tertipu. Dan nyata Yatim anak
tukang pedati Malim Batuah di Indarung, yang kauambil jadi
anakmu. Entah apa sebabnya, kami tak tahu, karena engkau di
sini pandai sendiri, tak hendak meminta pertimbangan kami. Kami
orang bodoh, tak tahu apa-apa, boleh ditusuk hidung kami sebagai
kerbau. Kaulihat, bukan air muara yang kutimba, tetapi sudah
kusauk dari hulunya. Sekarang nyata ada faedahnya penyelidikan kami itu. Jika
tiada, niscaya Puti Bidasari, anak Puti Renosari dan Sutan Bahe-
ram, kemenakan Sutan Alam Sah, Hopjaksa Padang, akan menjadi
bini anak tukang pedati. Sepandai"pandai membungkus, yang busuk itu akan berbau
jua. " Tatkala Mr. Yatim mendengar ia anak seorang tukang pedati,
seorang yang hina, bukan anak kandung Sutan Alam Sah, Hopjaksa
Padang yang mulia dan bangsawan itu, terangkatlah kepalanya
-"--"2.---"
?" Asem www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: ke belakang; mulutnya terbuka, matanya terbelalak, tetapi
penglihatannya kabur, mukanya pucat dan badannya gemetar.
Tuduhan yang sekali"kali tiada disangkanya ini, didengarnya
sebagai halilintar membelah bumi, dalam cuaca yang terang
benderang. Tiap"tiap perkataan ibu Puti Bidas ari masuk ke
telinganya, adalah sebagai pukulan cemeti ekor pari, yang datang
bertubi"tubi dicambukkan ke mukanya, sehingga tertunduklah ia
menutup mukanya dengan kedua belah tangannya, karena sangat
malunya 'mendengar asal"usulnya yang amat rendah itu. Ia seorang
mester doktor, yang telah mendapat derajat yang setinggi itu di
Benua Eropa, bukan anak Hopjaksa Sutan Alam Sah, bangsawan
asli Padang, tetapi anak seorang tukang pedati di mudik Padang,
seorang pengembara, yang dap at dikatakan tak mempunyai
kampung halaman, kaum keluarga, kawan"kawan; orang yang hidup
sebagai burung di udara, di mana hinggap, di sana bertempat.
Tadi malam ia baru dihormat dan dimuliakan, dipuja dan
dijulang tinggi oleh penduduk kota Padang, sekarang sudah dijatuh
dan dihentakkan ke lembah lumpur yang dalam, sehingga hancur
luluh, tak baik lagi. 0, nasib! O, permainan hidup! Sungguh engkau kejam dan
tak menaruh belas kasihan! Sebagai kucing mempermain"mainkan
tikus kecil yang tak berdaya, dalam tangannya, demikianlah engkau
mempermainkan anak manusia, makhluk yang termulia di atas
dunia ini. "Engkau anak tukang pedati, Tim" Engkau?" Mustahil,
mustahil! Ibuku salah, tiada benar. Segera juga ayahmu akan
menyatakan kesalahan tuduhan ini," meratap Puti Bidasari karena
terkejut, malu dan sakit hatinya, mendengar kekasihnya dituduh
sedemikian dengan perkataan yang sebagai duri menusuk"nusuk
hati jantungnya. Tetapi penyangkalan Sutan Alam Sah yang ditunggu"tunggu
mereka itu tiada kedengaran. Hopjaksa iniberdiam diri. sebagai tak
dapat membantah, karena tuduhan itu benar semata"mata. Hanya
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (355357942320: 71
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Suara Sutan Baheram yang terdengar, sesudah sesaat lamanya,
"Di dalam hal yang sedemikian ini tentu Sutan maklum, kami tak
dapat membiarkan anak kami dikawinkan dengan Yatim."
"Selagi engkau hendak menjunjung anak seorang tukang
pedati, sampai ke langit yang ketujuh sekalipun, tak dapat kami
cegah, walaupun tak dapat kami setujui. Karena perkara itu bukan
perkara kami, melainkan perkaramu sendiri dan yang akan habis,
uangmu pula. Inilah sebabnya kami berdiam diri sampai sekarang,
dalam segala perbuatanmu atas Yatim. l-lendakpun kami larang,
tentu tak dapat, karena engkau hendak: Bersutan di matamu
dan beraja di hatimu sendiri. Akan tetapi kalau anak kami akan
engkau kawinkan dengan anak tukang pedati itu, kewajiban
kamilah akan menghalangi perkawinan itu. Kalau engkau sendiri
tak dapat melihat dan merasai lagi, bahwa perbuatanmu itu akan
menghinakan nama dan turunan kita, yang sejak dahulu sampai
sekarang belum pernah bernoda dan bercacat, itu bukan kesalahan
kami. Kami belum buta dan belum tuli dalam hal ini. Dan supaya
jangan sampai kaukawinkan juga Bidasari dengan Yatim di belakang
kami, dengan segera Bidasari akan kami kawinkan dengan seorang
bangsawan asli," kata "P'uti Renosari dengan garangnya, seakan"
akan bertambah marahnya. Memang Puti ini ternama sebagai
seorang perempuan yang pemarah, berani dan bijak berkata"
kata. "Dan aku sebagai mamak kandung Bidasari tidak akan
menyetujui dan akan menghalang-halangi perkawinan itu," baru
menjawab Sutan Alam Sah dengan sangat marahnya pula.
"Mamak yang tidak mengindahkan kepentingan
kemenakannya, bahkan akan menjatuhkan nama kemenakannya,
tiada patut dipandang sebagai mamak lagi," sahut Puti Renosari
pula dengan bertambah keras suaranya. "Engkau seorang tua,
tetapi pura-pura hendak menjadi kaum muda dan supaya engkau
diakui oleh kaum muda, kaukorbankan kemenakanmu, anakku
yang sebiji mata. Kaulepaskan ia siang malam bercampur gaul
-"--"2.---"
"& Asem www -, --"---".='.__--- i &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: dengan laki-laki. bersiar"siar ke mana-mana, bersuka-sukaan ke
sana"sini, sampai berdansa dan berkepit tangan dengan laki"laki,
di muka orang banyak. Atau hendak kaujadikan perempuan jalang
anakku?" Adakah ini menurut aturan dan adat istiadat bangsa kita"
Engkau hendak menjadi mamak kaum tua, tetapi pikiran dan
perbuatanmu, pikiran dan perbuatan kaum muda. Kaum muda
tidak mempunyai mamak, tidak mempunyai mentua, tidak
mempunyai ibu bapa, apalagikaum keluarga, tidak mempunyai adat
pusaka lama, tidak mempunyai undang"undang bangsa Melayu,
sebab mereka bukan bangsa Melayu dan adat istiadatnya ialah
peraturan bangsa Barat. Tetapi kami, kaum tua, masih mempunyai
adat lembaga yang kami pegang teguh, untuk menjadi pedoman
hidup kami. Kami masih mempunyai bangsa, tanah air, ibu bapa,
kaum keluarga yang sedarah sedaging dan sehidup semati dengan
kami', masih kami mempunyai suku bangsa yang mengikat kami
dalam perhubungan yang lebih luas. Bukan kami orang yang tak
beraturan, sehingga harus meminjam dan meniru aturan orang
lain. Bukan kami orang yang tak tahu sopan santun, rasa periksa,
hereng gendeng dan tak tahu memperbedakan perempuan dan
laki"laki, sehingga mencampurkan pemuda dan gadis siang malam,
petang pagi, di dalam dan di luar rumah berangkuh"angkuhan,
berkepit"kepitan dengan meminum sopi, karena yang sedemikian
itu sumbang pada mata kami dan mata adat kami dan dilarang oleh
agama kami. Jika sekaliannya itu hendak kaulakukan, keluarlah
engkau dari bangsa Melayu, tetapi anakku jangan kau bawa-
bawa," kata Puti Renos ari dengan bertambah"tambah amarahnya,
sehingga keluar pula air matanya.
"Sudahlah, jangan kita perpanjang perkara ini. Pendirian kita
memang tak"sama. Apa boleh buat. Jalan kita telah bersimpang,
tak dapat kita seiring lagi. Marilah kita masing-masing menurut
jalan sendiri"sendiri," kata Sutan Baheram, untuk menghabisi
perbantahan adik dan kakak ini.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (355357942320: 73
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Ya, resan air ke air, resan minyak ke minyak." kata Puti
Renosari, lalu ia berdiri. "Di mana si Bida" Bida. Bida! Di mana
kamu" Kumpulkan pakaianmu! Mari kita pulang!" serunya sambil
mencari anaknya. Sekalian perbantahan antara I-I opjaksa Sutan Alam Sah dengan
kakaknya Puti Renosari, terdengar oleh Mr. Yatim dan Puti Bidas ari
dan pada akhir pertengkaran itu nyatalah oleh mereka, bahwa
sekalian tuduhan ibu Puti Bidasari atas diri Mr. Yatim tepat benar,
karena tiada dibantah oleh Sutan Alam Sah. Jadibenar Mr. Yatim
bukan anak Hopjaksa Sutan Alam Sah, melainkan anak tukang
pedati Malim Batuah di Mudik Indarung. Dan karena diketahui
mereka bagaimana kerasnya orang tua Puti Bidasari memegang
adatnya, putuslah harapan mereka akan dapat mencapai sekalian
cita"cita mereka. Tetapi jika benar Mr. Yatim anak tukang pedati dan di sini
rupanya tak ada keragu"raguan lagi, maka tiadalah patut pula
ia beristrikan Puti Bidasari, walaupun pangkatnya amat tinggi
sekalipun. Karena dalam hal itu ia akan membawa hina gadis
kekasihnya ini dan menariknya ke dalam lumpur kehinaan. Oleh
sebab itu harus diputuskannya perhubungannya dengan Puti
Bidasari, kalau ia kasih sayang kepada gadis ini.
Demikianlah pikiran dan ketetapan hati Mr. Yatim pada waktu
itu dan inilah pula yang membawa keputusasaan padanya, dalam
cita"citanya hendak kawin dengan gadis bangsawan ini.
Puti Bidasari lama tiada terkata"kata, mendengar tuduhan
ibunya atas kekasihnyaini. Walaupun kebenaran tuduhan itu sekali-
kali tiada dapat diterimanya, tetapi mamaknya sendiri tiada dapat
mempertahankan Mr. Yatim. Bukankah ini suatu tanda, bahwa
tuduhan itu benar" Dan oleh sebab diketahuinya pula kekerasan
hati ibunya dan bagaimana kuat orang tuanya memegang adat
negerinya, ia pun berputus asa pula atas sekalian cita-cita yang
telah sekian lama didendamnya dalam hatinya dengan hasrat yang
amat besar itu. -"--"2.---"
"4 Asem www -, tfp Dengan muka yang pucat dan badan yanggemetar menangislah
ia tersedu-sedu di pangkuan Mr. Yatim, yang mengusap-usap
kepalanya. "Tim, aku tiada dapat dan tiada hendak bercerai dengan
engkau," katanya dengan suara yang terputus"putus.
Bagaimana akal kita sekarang" Marilah kita lari dari Padang
ini, supaya terlepas dari segala ikatan dan kungkungan adat dan
peraturan, yang telah kuno itu. Aku menurut barang ke mana
hendak kaubawa', biar ke dalam api neraka sekalipun. "
"Sabar Bida, sabar! Turutkan dahulu kemauan mereka buat
sementara, sebab mereka sedang marah. Jika diadu beliung dengan
ruyung, niscaya rusak keduanya. Apabila telah kembali pikirannya,
niscaya akan timbul juga ingatan yang baik dan kita sementara itu
akan dapat pula berkira"kira. "
"Aku kuatir, apabila kita telah bercerai, takkan bertemu
kembali," jawab Puti Bidasari yang rupanya hilang segala budi
bicaranya. "Jangan kuatir! Jika perjodohan kita memang ada, tak seorang
manusia pun dapat menceraikan kita. Bukankah garam di laut,
asam di darat bertemu juga dalam kuali" Tetapi jika perjodohan
itu tak ada, di akhirat kita akan bertemu juga kembali."
Tatkala itulah kedengaran suara Puti Renosari memanggil"
manggil anaknya. Oleh sebab itu berkatalah Puti Bidasari dengan
tetap suaranya, "Walaupun apa juga yang akan terjadi, Tim, aku
tetap adikmu dunia akhirat. Jika kita di dunia ini tak dapat bersatu,
di padang mahsarlah kita akan nanti"menanti."
Tatkala itu didengar Puti Bidasari ibunya membuka pintu
langkan sisi dan tatkala dilihatnya anaknya ada di sana bersama"
sama Mr. Yatim, berkatalah ia dengan sangat geramnya: "Bida,
kumpulkan sekalian pakaianmu dan ikut aku pulang kembali! Di


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sini bukan tempatmu lagi. "
Dengan menutup mukanya, seakan-akan hendak menyem-
bunyikan air matanya yang jatuh bercucuran, masuklah Puti
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (355357942320: 75
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Bidasari ke biliknya, lalu menjatuhkan dirinya ke atas tempat
tidurnya, menangis tersedu-sedu dengan amat sedihnya, di atas
bantalnya. Ibunya membungkus sekalian pakaiannya yang ada
dalam lemarinya, lalu menarik anaknya keluar. Sebuah bendi yang
melintas di sana dipanggilnya, lalu dinaikinya dengan anak dan
suaminya bendi ini dan berangkatlah mereka ke rumahnya di
Kampung Sebelah. Setelah dibawalah Puti Bidasari oleh ibunya pulang ke
rumahnya di Kampung Sebelah, duduklah Mr. Yatim di langkan sisi
rumahnya, termenung seorang diri dengan pikiran yang tak keruan,
seakan-akan belum dapat diinsafkannya benar-benar kebesaran
kecelakaan yang sekonyong"konyong telah menimpa dirinya.
Perubahan nasibnya, dari mujur ke malang, sangat tiba-tiba,
sehingga hampir tak dapat diikutinya. Dengan sekaligus, lenyaplah
sekalian pengharapan dan cita"citanya yang telah bertahun"tahun
didendamnya dalam hatinya. Puti Bidasari yang sekian lama
diidamkannya menjadi istrinya, tak mungkin dapat diharapkannya
lagi', ya, tak boleh diharapkannya lagi. Adat lembaga Padang telah
mematahkan pengharapannya ini pada pangkalnya dengan: patah
arang, tak dapat diperhubungkan kembali.
Apa yang akan diperbuatnya sekarang" Masih baikkah ia tetap
tinggal di Padang, sesudah mendapat kehinaan yang sedemikian"
Atau lebih baik ia menghitamkan kampung halamannya ini dan
lenyap di rantau orang" Karena dengan demikian saja agaknya masih
dapat dihapuskannya arang yang telah tercoreng di mukanya.
Dengan sekejap mata ia telah terluncur dari mercu gunung
kemuliaan yang tinggi, terperosok masuk ke dalam lembah
kehinaan yang dalam. Adalah halnya sebagai: Dari jung turun ke
sampan. Sekalian mereka, yang 4 hari yang baru lalu, memuja-
memuji dan memuliakannya, sekarang tentulah menertawakan,
memperolok-olokkan dan menghinakannya. Bukankah yang dipuji
dan dimuliakan itu hanya: Matahari yang meningkat naik, bukan
-"--"2.---"
"6 Asem www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: yang mengunjur turun" Jika berani ia sekarang memperlihatkan
dirinya di luar rumahnya, niscaya ia akan ditunjuk oleh orang
banyak dengan jarinya yang bengkok, seraya berkata dengan
mencibirkannya. "Lihat tu berjalan mester doktor anak tukang
pedati! Kalau awak pipit, mengapa hendak membubung terbang
ke langit tinggi, sebagai elang. "
Tetapi jika ia hendak menghitamkan kampung halamannya,
ke mana ia akan pergi" Minta pindahkan ia dari Padang atau ke
luar sama sekali dari jabatannya yang tinggi ini" Jika ia keluar dari
pekerjaannya, dapatlah ia turun kembalike tingkat bapanya tukang
pedati, mengembara ke sana kemari, menambangkan pedatinya,
untuk mencari sesuap pagi dan sesuap petang.
Tetapi pula dapatkah ia mengerjakan pekerjaan tukang pedati
itu" Karena ia telah dibiasakan oleh ayah angkatnya mengerjakan
pekerjaan yang halus. Jika ia dari semula tetap tinggal pada
bapanya tukang pedati, niscaya mudahlah baginya akan melakukan
pekerjaan yang kasar ini.
Perbuatan ayah angkatnya ini, yang tentulah baik maksudnya,
telah membawanya kepada keadaan yang sulit. Apakah tidak lebih
baik, kalau ia dahulu ditinggalkan saja pada bapanya tukang pedati
itu" Atau kalau ayah angkatnya hendak mengangkat anak, ia
mengambil anak dari tingkatan bangsawan Padang"
Tengah Mr. Yatim berpikir"pikir sedemikian itu, datanglah
ibunya Sitti Mariama kepadanya. Setelah direnungnya anak
angkatnya ini beberapa lamanya dari pintu dengan air mata
berlinang"linang di pipinya, dihampirinyalah Mr. Yatim dan
duduklah ia di sisinya. Dengan memeluk bahunya berkatalah
ia dengan lemah lembut dan pilu suaranya. "Tim. anakku yang
kukasihi! Walaupun kejadian ini sangat mengharukan pikiranmu
dan menyedihkan hatimu, tetapi janganlah engkau lupa akan
dirimu. Jangan kauturutkan hati sedih dan rasa kecewa, karena ia
dapat menghanyutkan engkau ke laut lepas."
?""--...S?"?"?"--
.-:-_i_'. YP Amril: calm %mmlzw 77
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Mr. Yatim tiada menjawab, karena tiada dapat mengeluarkan
perkataan. Hatinya bertambah terharu, karena di dalam kejatuhan
dan kehinaannya ini, masih didengarnya kata"kata manis, yang
timbul dari dalam hati yang sungguh kasih sayang. Tadi didengarnya
dari mulut Puti Bidasari dan sekarang dari ibu angkatnya, bahwa
mereka masih mengakuinya dan setia kepadanya. Karena tak dapat
menahan hatinya, menelungkuplah ia ke pangkuan ibunya, sebagai
dahulu acapkali dilakukannya, tatkala ia masih kecil. Dahulu ia
biasa berbuat sedemikian, kalau ia kesedihan, untuk mendapat
bujukan. Sekarang di dalam kepiluannya ini, ke sanalah pula ia
pergi, untuk mencurahkan kesakitan hatinya.
"Tim," kata Sitti Mariama pula seraya mengusap-us ap rambut
anaknya, "tak ada kesusahan yang tak dapat diatasi dan tak
ada kesedihan yang tak dapat dilipur. Ingatlah bahwa sekalian
percobaan itu hanya permainan dunia dan sekalian penanggungan
dan perasaian itu permainan nasib. Bagaimanapun juga hebat rupa
dan rasanya, ia tetap hanya permainan, tidak sungguh dan tidak
benar dan tidak pula kekal. Setelah habislah permainan, niscaya
akan lenyaplah pula sekalian peranan dan tinggallah keadaan sedia
kala. Hanya tamsil dan ibaratnyalah yang masih tinggal, mengesan
dalam hati kita, untuk dapat dipergunakan sebagai penyuluh,
dalam permainan yang akan datang.
Oleh sebab itulah sebaik-baiknya sekalian kecelakaan itu
dapat kita sebarkan dan dapat pula kita pandang sebagai suatu
latihan kepada kecelakaan yang lebih besar lagi, yang mungkin
datang sesudah itu. Karena sesungguhnya, sekalian kecelakaan dan
malapetaka itu mengandung hikmah yang besar dan berguna bagi
kita dalam kehidupan kita di dunia yang fana ini, asal saja suka
dan dapat kita mempergunakannya.
Aku yakin, bahwa tiap-tiap hujan akan diikuti oleh panas,
tetapi tiap"tiap panas pun akan diikuti oleh hujan. Panas dan
hujan silang berganti: itulah kehidupan yang fana dalam dunia ini.
Panas selalu akan memersikkan sekalian yang hidup, dan akhirnya
-"--"2.---"
"3 Asem www -, --"---".='.__--- i &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: membawa kematian. l-lujan selalu akan menimbulkan air bah, yang
akan menghanyutkan sekalian yang hidup dan akhirnya membawa
kematian juga. Tak ada yang tetap, melainkan Tuhan. Sekaliannya berubah-
ubah. Yang susah akan menjadi senang dan yang hina akan menjadi
mulia juga. Sekaliannya ini bukan hanya kata"kataku saja, tetapi
sesungguhnya keyakinan yang ditimbulkan oleh perasaanku. Oleh
sebab itu aku yakin pula, keadaanmu sekarang inipun akan menjadi
baik kembali dan cita"citamu akan sampai juga. Buah kemenangan
yang diperoleh sesudah peperangan, sebagai kauketahui, akan lebih
lezat rasanya daripada buah kemenangan yang diperoleh sebagai
hadiah. Tentang asal usulmu, walaupun bertimbun bukti dan saksi
yang mengatakan engkau anak tukang pedati, tetapi hati kecilku
mengatakan tidak. Mereka bersaksikan manusia dan bukti dunia,
tetapi aku bers aksikan Tuhan dan bukti jiwaku. Mana yang benar,
nanti akan kita lihat. Akan engkau, biarpun bagaimana juga halmu
dan apa juga yang akan terjadi atas dirimu, aku sekali telah
mengaku anak atas dirimu, engkau akan tetap tinggal anakku,
dunia akhirat. Kasih sayangku kepadamu tidak sebagai embun di
ujung rumput. " Mr. Yatim mengangkat kepalanya dari pangkuan ibunya dan
mencium tangan ibunya dengan sangat hasratnya karena sekalian
perkataan ibunya dan kasih sayangnya yang dinyatakannya dalam
kesusahannyaini termasuk benarke dalam hatinya dan diterimanya
dengan perasaan sangat terima kasih.
Sebagai telah kita bayangkan dahulu, Sitti Mariama seorang
perempuan Padang yang bersekolah dan dapat dikatakan ter-
pelajar. IO'leh sebab itulah pikirannya tiada kuno lagi dan dapat
memahamkan pikiran dan tujuan kaum muda. Itulah yang menukar
pikiran suaminya sehingga Sutan Alam Sah, walaupun kaum
bangsawan, tetapi perhatiannya condong kepada kaum muda,
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (355357942320: 79
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
sehingga ia banyak menurut aliran kaum muda. Itulah sebabnya
ia tiada suka kawin"kawin, sebagai kebanyakan bangsawan Padang
dan berani menyekolahkan Mr. Yatim sampai ke negeri Belanda,
Puti Bidasari sampai ke sekolah menengah dan membiarkan
kemenakannya ini bercampur gaul dengan pemuda pemudi lain,
sebagai adat kaum muda. Dan ialah pula yang meminta kepada
suaminya mengambil Mr. Yatim, waktu kecilnya karena mereka
tiada beranak dan Sitti Mariama kuatir, suaminya beristri pula,
karena ingin mempunyai anak.
Oleh karena seorang anak laki"laki rasanya belum cukup untuk
menghibur Sutan Alam Sah dan pula untuk mengambil hati orang
tua Puti Bidas ari, diambilnyalah Puti Bidasari dan dipeliharanya di
rumahnya, sebagai anak kandungnya. Setelah kedua anaknya ini
besar dilihatnya dengan gembira, perhubungan kedua anak kian
lama kian erat. Dengan ini diharapkannya bukan saja kedua anaknya yang
memang sangat dikasihinya, akan tetap bercampur dan dengan
begitu dapat pula ia melepaskan utang suaminya, terhadap ke"
menakannya, dengan cara yanglazim di Padang, yaitu mengawinkan
anak dengan kemenakan, tetapi diharapnya pula, supaya keluarga
suaminya dan keluarga iparnya Puti Renosari, juga agak renggang,
karena pertikaian paham kaum muda dan kaum tua, dapat menjadi
rapat kembali. Tetapi benih usahanya ini tiada jatuh ke tanah subur,
melainkan mati lemas di dalam tanah. Bahkan menambah curiga
keluarga Puti Renos ari kepada keluarga Sutan Alam Sah.
Walaupun pendidikan dan kebebasan yang diberikan Sutan
Alam Sah kepada Puti Bidasari sebagai duri di mata orang tuanya,
tetapi Puti Renosari belum berani berbuat apa"apa, karena
mereka masih sangat bergantung kepada adiknya Sutan Alam Sah.
Sekarang, setelah I-Iopjaksa ini melangkauinya dalam perkawinan
anaknya Puti Bidasari. lebih"lebih setelah Baginda Mais yang kaya
raya itu meminang Puti Bidasari. hilanglah kuatir hatinya, tidak
akan mendapat pertolongan lagi dan keluarlah dendam lamanya
-"--"2.---"
3" Asem www -, --"---".='.__--- i &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: berlipat ganda, sebagai yang telah dicurahkannya tadi kepada
adiknya Sutan Alam Sah. Pun kepada Sitti Mariama Puti Renosari memperlihatkan
dendam kesumatnya. Karena ia sekali-kali tiada dibawa berunding,
oleh Puti ini tentang hal Mr. Yatim dan Puti Bidasari, sehingga ia
tiada mengeluarkan perkataan barang sepatah pun. Tetapi, karena
itulah pula ia terlepas dari serangan-serangan yang mungkin tak
mudah dapat ditangkis nya. Lagipula ia sebagai orang datang, dalam
keluarga Hopjaksa ini, tiada berhak mencampuri perkara suaminya.
Begitu pula Sutan Baheram, walaupun ayah Puti Bidasari sekalipun,
ia tetap orang semenda, orang luar. Hal Puti Bidasari ini adalah
semata"mata perkara Puti Renosari dan adiknya Sutan Alam Sah.
Bukan sedikit penanggungan dan perasaian Sitti Mariama, sebagai
istri orang bangsawan yang berpangkat tinggi di Padang. Sebagai
istri biasa, ia sudah kurang disukai oleh iparnya Puti Renosari,
apalagi sebagai is tri yang tunggal. Karena ialah yang menyebabkan
Sutan Alam Sah tiada suka beristri lagi, sehingga bangsawan ini
dihinakan orang, dikatakan tak laku, karena sesuatu cacat. Dan
karena itu pula kurang uang jemputan yang diterima oleh Puti
Penosari, untuk adiknya ini.
Oleh sebab itu dituduhnyalah iparnya ini telah memberi
makan perbuatannya kepada suaminya. Sutan Alam Sah, yaitu
guna-guna, sehingga suaminya: patah silm, dan mati kutu. tunduk
kepadanya dan menurut sebarang katanya. Lain daripada itu sebab
Sitti Mariama menyetujui pula paham kaum muda, yang sangat
dibencinya. Bukan ejekan dan penghinaan saja yang diterimanya dari
iparnya ini, tetapi penggodaan yang lain"lain pun. dari permulaan
ia kawin dengan Sutan Alam Sah sampai kepada waktu itu, asung
fitnah, khisit khianat, sampai dikerjakannya dengan guna-guna.
hendak diracun dan dibunuh. Tetapi sekaliannya itu dapat
dihin"darkannya dengan sabar dan keteguhan hatinya.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (355357942320: 31
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
"Jadi tuduhan ibu Bidasari tadi tentang asal usul hamba,
memangberalasan?" tanya Mr. Yatim,yangbaru dapat mengeluarkan
suaranya. "M arilah kita tanyakan kepada ayahmu, karena ialah yang lebih
mengetahui hal ihwalmu. Pikiranku sendiri tentang asal usulmu,
sudah kukatakan. Biarpun sekota Padang ini orang mengatakan
engkau anak tukang pedati, ibu tak percaya dan tak pula akan
percaya. Mustahil anak domba akan menjadi anak harimau. Tak masuk
dalam akalku. Tetapi keyakiananku ini tak dapat kukeluarkan
tadi. Pertama karena tak ada suatu buktipun yang nyata, yang
dapat kukemukakan sehingga tak ada seorang pun yang akan
percaya perkataanku itu. Kedua karena aku dalam hal Bidasari
tak dapat campur tangan, karena aku orang lain. Walaupun aku
13 tahun memelihara dan mendidiknya sebagai anak kandungku
sendiri. Perkara perkawinan Bidasari semata"mata hak ibu dan
mamaknya. " Setelah sampai mereka ke langkan dalam, dilihatnya merela
Sutan Alam Sah sedang duduk termenung seorang diri, merenung
ke hadapan rumahnya, sehingga tiada didengarnya Mr. Yatim dan
istrinya datang menghampirinya. Mukanya merah, sebagai sekalian
darahnya naik ke kepalanya, tangannya yang dikepalkannya,
gemetar dan napas nya sesak.
"Udo, ini Yatim, hendak bertanya apa"apa," kata Sitti Maria"
ma perlahan"lahan. Seakan-akan terkejut, diangkatnyalah kepalanya dan ketika
terpandang ia akan Mr. Yatim yang sangat berdukacita rupanya,
berubah air mukanya, yang keras menjadi lembut dan yang marah
menjadi sedih.

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa Tim" Marilah duduk dekatku! Apa yang hendak
kautanyakan?" Mr. Yatim duduk di atas kursi yang diduduki Sutan Baheram
tadi, sedang ibunya duduk di atas kursi, bekas tadi.
"Apa yang hendak kautanyakan?" kata Sutan Alam Sah pula.
"Tentang tuduhan NanakS) tadi atas asal usul hamba," jawab
Mr. Yatim. "Jadi kaudengar pertikaian kami tadi. " kata Hopjaksa pula.
"Benar, Ayah. Kebenaran hamba dan Bida baru kembali dari
rumah dr. Aziz." "Tuduhan itu tak mungkin. Orang yang mempunyai mata yang
nyalang, pikiran yang sehat dan ilmu firasat, biar sedikit sekalipun,
tidak akan percaya, walaupun sekota Padang ini mengatakan engkau
anak tukang p edati. Mas akan gunung akan runtuh, walaupun seribu
ekor anjing sekalipun menyalak. Hanya orang yang buta matanya
dan tidak mempunyai kira-kira atau orang yang benci kepadamu
atau kepadakulah yang akan menyorak"nyoraikan asung fitnah ini,
untuk menghinakan kita," kata Sutan Alam Sah, sedang darahnya
mulai naik pula ke kepalanya.
"Aku tahu, memang banyak orang yang tak suka kepadaku
dan berbuat bemiacam"macam fitnah di belakangku, karena dengki
khianat atas kemujuranku, pangkatku yang tinggi dan kehormatan
orang kepadaku dan dengan demikian hendak diburukkannya
namaku dan dijatuhkannya aku dari pangkatku.
Orang benci melihat aku berpangkat Hopjaksa, melihat harta
bendaku masih ada, melihat anakku sampai menjadi mester doktor,
pangkat yang belum pernah dapat dicapai oleh mereka; benci
karena aku tidak hendak menurut adat Padang yang telah kuno.
usang dan tak dapat dipakai lagi itu ', benci karena aku menentang
peraturan nenek moyang mereka, yang pada rasaku tak sesuai lagi
dengan keadaan sekarang, bahkan boleh pula mengalang-alangi
kemajuan bangsa kita dan lain-lainnya. Oleh sebab itu dicarikannya
titian berakuk untuk aku, supaya aku celaka atau lenyap sekalipun
dari dunia ini. " 5) mak tua "-"-"...S?"'-?"-
6P Ama!- sm (355357942320: 33
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Sekalian empedu yang pahit yang telah menyesak diperutnya
tadi, tetapibelum dapat dikeluarkannya, dimuntahkannya sekarang,
seakan-akan dengan jalan demikianlah hendak dilepaskannya
sakit hatinya kepada saudaranya yang memaki"makinya tadi. Dan
karena belum puas hatinya, disambungnya pula perkataannya,
sedang permintaan anaknya belum dipenuhinnya, "Memang
demikianlah adat kita di Padang ini. Tak dapat melihat orang
senang dan berpangkat, difitnahkan. Yang tinggi dirubuhkan,
tetapi yang rendah diinjak-injak pula. Yang kaya dimelaratkan
sedang yang miskin dihinakan. Segala susah: mulia tak haik, hina
pun buruk. Bagaimana hendaknya, supaya dapat tinggal di Padang
ini dengan selamat dan senangnya" Sebagai membawa kuda nakal:
didahulukan menyepak, dikemudiankan mendongkaks).
I-Ierankah kita, apabila hampir habis orang di Padang ini lari
ke negeri orang, mencari kesejahteraan yang tiada diperolehnya
di negerinya sendiri. Setelah lepaslah mereka ke rantau orang, tiadalah mereka
ingin pulang kembali, karena di luar negerinya mereka senang,
tak diganggu oleh tingkah laku kita di sini dan bebas dari sekalian
ikatan adat istiadat kuno, yang tiada dapat diterima mereka'lagi
dengan pikirannya yang telah berubah. Dan kalau mereka tak
kembali lagi, setelah tersangkut di rantau orang mencomellah
mereka di kampung mengatakan yang pergi itu telah lupa kampung
halamannya. Tak ingat lagi sanak saudaranya, menggemukkan
kerbau orang, menyia"nyiakan kerbau sendiri, tak membalas guna
dan lain"lainnya. Akan tetapi kalau ada yang beruntung baik, dapat mencapai
kembali tanah tepi. diharapkan daripadanya, ia membawa buah
tangan emas berbungkal-bungkal dan intan bercupak-cupak. Jika
tiada, diejeklah ia. 6) melompat "___"2.3...- 84 Malo: www -. Sekarang apa akibatnya keadaan yang sedemikian itu" Negeri
makin lama makin kosong dan lengang, sebab orang setiap hari
keluar, penghasilan makin mundur, karena kurang usaha, sawah
ladang terbengkalai, karena tak ada yang mengerjakan, rumah
dan lumbung tak berisi, karena orang telah habis, kampung dan
halaman tiada terpelihara, sebab tak ada yang mengurus. Yang
tinggal di kampung hanya yang tua"tua dan bodoh"bodoh, kuno"
kuno pikirannya, tak dapat memajukan negeri.
Coba kalau tiada demikian, tentu negeri takkan kosong,
bahkan bertambah ramai dan baik, karena yang pergi berbalik
kembali dengan membawa hasil perantauannya; tidak pun uang
dan harta, tetapi penglihatan dan perasaian baru, yang memberi
manfaat kepada bangsa dan negerinya.
Apayang telah menimpa dirimu sekarang ini, tak lain daripada
akibat keadaan buruk, yang masih merajalela seluruh Padang ini
jua. "Hamba harap Ayah terangkan juga asal mulanya," sela Mr.
Yatim untuk menahan curahan kepadaran hati ayahnya ini.
Sesungguhnya di situ barulah ingat Sutan Alam Sah, bahwa
ia belum lagi mengabulkan pemiintaan anaknya tentang asal
usulnya, karena terbawa oleh kepanasan hatinya kepada saudara
perempuannya, lalu ia mengucap, "Astaghfirullah!"
"Aku harap engkau jangan menyesal, karena rahsia penting
yang mengenai dirimu ini, tidak kubuka lebih dahulu kepadamu,
sehingga engkau sekarang tersemu mendengarnya. Sebabnya,
pertama karena aku ingin hendak mengakui engkau sebagai anakku
sejati. Padamu pun hendaknya jangan ada sesuatu celaan, yang
dapat membimbangkan hatimu dalam pengakuanmu kepadaku
dan kepada ibumu, sebagai ayah dan ibu kandung: pendeknya
supaya dapat engkau mengaku keluarga kepada sekalian keluargaku
dengan sepenuh"penuhnya.
Kedua karena aku samas ekali tidak percaya engkau anak Malim
Batuah sebagai dakwaan atas dirimu. Tak mungkin terlalu besar
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (samaan; 35 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
jaraknya. Lain daripada itu antara engkau dengan Malim Batuah
tak ada suatupun yang serupa atau yang sama, baik bentuk badan,
baik tingkah laku atau sifat dan tabiat. Perbedaannya sebagai bumi
dengan langit dan malam dengan siang. Bagaimana aku dapat
mengira"ngirakan engkau berasal daripadanya. Mungkinkah: Dari
telaga yang keruh akan mengalir air yang jernih"
Ketiga, andaikata benar engkau anak kandung Malim Batuah,
apatah salahnya jika engkau dapat mencapai pangkat yang setinggi
ini. Bahkan lebih baik, kalau engkau dapat meningkat setinggi itu,
karena itulah suatu tanda, bahwa bangsa kita suatu bangsa yang
pandai, karena bukan bangsawan dan cendekiawan saja, tetapi
orang kebanyakan dapat melompat ke derajat yang tinggi.
Orang yang sebagai engkau Yatim, biarpun berasal rendah
sekalipun, pada pemandanganku lebih berguna dari orang berasal
tinggi, tetapi bebal dan dungu. Mulanya aku mengambil engkau
anak, begini, riwayatnya:
Lama aku telah kawin dengan ibumu ini, tetapi kami tiada
beranak. Biarpun berapa kami menginginkan anak, tetapi tiada
juga dikaruniai Tuhan. Beristri lagi aku tak mau, walau beristri
banyak mulia di Padang ini, dipandang laku. Karena itu laki"
laki yang seperti aku ini, yang hanya dapat beristri seorang saja,
dihinakan, karena tak laku, mungkin karena sesuatu cacat."
Di sini Sitti Mariama menoleh kepada suaminya dengan
pandangan terima kasih, karena ia tiada dipermadukan.
"Pada suatu hari aku berjalan-jalan dengan ibumu ke Indarung,
hendak melihat-lihat orang yang akan menjual kebunnya. Tiba-tiba
kami lihai di sana seorang kanak"kanak laki"laki, yang berumur
kira-kira 3 tahun, sedang bermain-main dengan beberapa
kanak"kanak yang lain. Kanak"kanak ini berlainan benar rupanya
dan tingkah lakunya dari kanak-kanak yang lain-lain yang biasa
kelihatan di kampung. Walaupun pakaiannya sama buruknya
dengan pakaian teman-temannya, tetapi tampang mukanya,
gayanya nyata kelihatan lain sendiri.
-"--"2.---"
36 Malo: www -, --"---".='.__--- i &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Hatikamisegera tertarikkepada anakini,istimewapulakarena
melihat pembelaannya atas seorang kawannya yang perempuan,
yang sebaya dengan dia, tatkala anak perempuan ini diganggu oleh
seorang anak laki-laki yang lain, yang merebut boneka kayunya,
sehingga anak perempuan ini menangis. Dengan segera anak ini
merebut kembaliboneka itu dariperampasnya dan mengembalikan
boneka itu kepada yang empunya, sehingga ia berhenti menangis.
Oleh karena si perampas ini hendak merampas kembaliboneka itu,
terjadilah perkelahian antara anak itu dengan si perampas, yang
jauh lebih besar daripadanya, tetapi tidak ditakutinya.
Di sini nyata pula kepadaku perbedaan tabiat anak ini dari
anak"anak yang biasa. Dengan segera hatiku jatuh mesra kepada
anak itu, lalu kupisahkan ia dari lawannya, dan kutanyakan kepada
orang di sana, anak siapa anak ini. Jawab mereka, anak seorang
tukang pedati, yang bernama Malim Batuah, yang rumahnya dekat
di sana. Lalu kubawa anak ini ke rumah Malim Batuah itu, yang
kebenaran ada di rumahnya, yaitu suatu pondok tua yang buruk.
Ia sedang makan dengan istrinya Mak Inang, di atas sebuah balai"
balai bambu. Aku tanyakan kepadanya benarkah anak yang kubawa
kepadanya itu sesungguhnya anaknya" Jawabnya benar anaknya,
namanya Yatim. Lalu kuceritakan kepadanya, apa sebabnya kubawa
kembali Yatim kepadanya. "Memang ia tak dapat melihat sesuatu kelaliman, niscaya
dibelany . Anjing dan kucing pun tak boleh dipukul, biarpunmencuri
makanan sekalipun. Jika ia mempunyai makanan, biarpun
sedikit, dibagi"bagikannya kepada kawan"kawannya, lebih"lebih
yang kecil. Ia tak pernah mengambil apa"apa, jika tak diberikan
kepadanya. Ia tak suka meminta-minta, tak suka menangis, walau
jatuh sekalipun. Tetapi ia suka bertanya"tanya, apa yang tiada
diketahuinya. Demikianlah sifat"sifat baik, yang telah ada pada
anaknya ini," kata Malim Batuah.
"-"-_._s?"?"?"-_
6P Ama!- sm (samaan; 3"
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Di sini telah mulai kurang percaya kami, bahwa anak itu yang
mempunyai sifat"sifat yang baik"baik ini, anak seorang tukang
pedati. IClleh sebab itu kutanyakan kepadanya, adakah ia atau
istrinya mempunyai sifat-sifat yang sedemikian. Jawabnya tidak.
Setelah kami duduk sejurus, atas permintaan ibumu,
kutanyakanlah sekali lagi kepadanya, benarkah Yatim anak
kandungnya atau sekadar anak angkatnya, yang diberikan orang
kepadanya. Tetapi ia berkeras mengatakan bahwa anak itu anak
kandungnya sendiri. "Benar, Engku, anak hamba dengan is tri hamba ini. "
"Jangan kau marah, Malim, kalau kukatakan aku tak dapat
mempercayai perkataanmu itu. Karena tak ada suatu pun yang
bersamaan antara engkau atau istrimu dengan Yatim. Sangat jauh
perbedaannya. Bukannya sifat"sifat yang lahir saja, tetapi sifat"sifat
yang batin pun, seperti katamu tadi. Oleh sebab itu kupintalah
kepadamu, supaya engkau berkata benar kepadaku, anak siapa
Yatim ini. Karena maksudku baik kepadanya. Kalau engkau suka,
hendak kupinta anak ini kepadamu, akan kuangkat anak dan
kupelihara baik-baik. Kusekolahkan, supaya jika ada untungnya,
dapat ia menjadi orang baik"baik. Aku ini tiada beranak dan ingin
hendak beranak. Aku ajung jaksa Padang."
"Sungguh, Engku. Yatim ini anak kandung hamba dengan
istri hamba Mak Inang ini. Kalau ia bukan anak kandung hamba,
apatah salahnyakalau hamba berkatabenar. Sebab tak ada sesuatu,
larangan memelihara anak ini."
ISlleh karena tampak olehku ia tiada juga akan berkata benar,
lalu berkata pula aku: "Sudahlah, sekalipun dia benar anakmu,
sekarang kupintalah kepadamu berdua, supaya kauberikan anak ini
kepada kami. Aku berjanji akan mengangkat anakmu ini menjadi
anak angkatku dan akan memelihara dan mengasuhnya. Bagaimana
pikiranmu?" Setelah berdiam sejurus, berkatalah Malim Batuah: "Permintaan
Engku ini memang seharusnya hamba kabulkan, karena maksud
-"--"2.---"
33 Assam www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- B:.Ilj Pusuk:
Engku baik kepadanya. Kalau anak ini tinggal pada hamba, tentulah
ia akan menjadi tukang pedati pula: bak bapa, bak anak. Tetapi
dengan Engku, boleh ia menjadi orang pandai', mungkin pula orang
berpangkat. Jadi untuk kebaikan dan keselamatannya, dengan rela
hamba serahkan ia kepada Engku."
"Syukur, kalau engkau mempunyai pikiran yang sedemikian
itu. Terima kasih! Hanya kupinta kepadamu berdua, keselamatan
Yatim, janganlah engkau buka"buka rahsia ini, supaya dapatlah
kukatakan ia anak kandungku sendiri. Tentu saja engkau dapat
datang ke rumahku, bila saja engkau suka, kalau engkau hendak
bertemu dengan dia. Dan kalau untungnya baik dan ia menjadi
orang mulia kemudian hari, tidaklah kulupakan menyuruh ia
membalas jerih payahmu. Dan engkau sendiri, jika kekurangan apa."apa atau mendapat
kesulitan, janganlah takut-takut atau malu-malu, datanglah
kepadaku. "Ini uang sedikit untukmu, pembeli rokok," lalu kuberikan
kepadanyauang sekadarnya, yang diterimanya dengan amat sukacita
rupanya, lalu kubawalah engkau ke Padang ini dan kusiarkan kabar
di sini, bahwa engkau anak kandungku, dari istriku, yang kukawini
di Indarung. Oleh sebab istriku itu tiba-tiba meninggal dunia dan
tak ada orang yang akan memelihara engkau, terpaksalah kubawa
engkau kemari. Begitulah kabar itu kusiarkan.
Pada sangkaku hanya ibumu ini saja yang mengetahui rahsia
ini, selain daripada aku sendiri, sedang ibumu telah bersumpah,
tiada akan membukakan rahsia ini, karena sebenarnya ia lebih
ingin beranakkan engkau. Bagaimana rahsia ini diketahui oleh orang tua Bidasari,
telah kaudengar tadi. Selagi engkau hanya mengaku adik sepupu
kepada Bidasari, rupanya bagi mereka tiada mengapa benar.
Tetapi sekarang engkau hendak kawin dengan Bidasari, mereka
berkeberatan. Tentulah karena mereka kuatir akan asalmu yang
rendah dan kalau"kalau rahsiamu ini terbuka kemudian hari.
"-"-_._s?"?"?"-_


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

6P .am sm %mm 39 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Inilah riwayatmu yang sebenar-benarnya. Tetapi sebagai telah
kukatakan tadi, aku, dari dahulu sampai sekarang, sekali"kali tidak
percaya engkau anak Malim Batuah ini, karena: pertama rupa dan
fiilmu berlainan benar dengan rupa dan fiilnya, di dalam segala hal.
Kedua, tatkala kupinta engkau kepadanya, segera diberikannya saja.
Kasih sayang orang tua kepada anaknya, sekali-kali tiada kelihatan
olehku pada mereka keduanya. Aku tak dapat mempercayainya,
ia segera suka memberikan engkau kepadaku itu, semata"mata
karena hendak memajukan engkau. Tak sampai ke sana perasaan
seorang tukang pedati. IC'leh sebab itu aku lebih percaya, engkau
lekas diberikannya kepadaku itu, hanyalah supaya lekas terlepas
dari kesusahan memeliharamu, yang diketahuinya tiada'kan dapat
dilakukannya dengan sempurnanya.
Ketiga, sesudah itu tak pernah ia datang kepadaku, untuk
melihat engkau atau bertanyakan halmu, hilang di mata, hilang
di hati olehnya. Adakah ini perbuatan ibu bapa kandung, biarpun
bagaimana juga rendah tingkat derajatnya dalam masyarakat"
Sedangkan hewan lagi mempunyai kasih sayang kepada anaknya
dan tiada hendak bercerai daripada anaknya yang masih kecil.
Apalagi manusia. Inilah alas anku, maka aku tak percaya, engkau anaknya.
Tetapi anak siapa engkau, kalau bukan anaknya" lni tak dapat pula
kuketahui, karena tak berani aku menyiasati perkara ini lebih jauh',
takut kalau-kalau rahsiamu ini jadi terbuka.
Sebenarnya anak siapa engkau, tiada kuindahkan, karena
engkau telah menjadi anakku dan sebagai anakku engkau sekali"
kali tiada mengecewakan aku, bahkan mengharumkan namaku,
sedang engkau sendiri rupanya senang pula beribu bapaan kami.
Apalagi perlunya aku menyelidiki asal usulmu" Bukankah lebih
baik, kalau tiada kauketahui orang tuamu yang sebenarnya, supaya
tiada was-was engkau mengaku ibu bapa kepada kami.
Sekarang dapatlah kautimbang sendiri, mungkinkah engkau
anak tukang pedati Malim Batuah itu" Sebagai kataku tadi, orang
-"--"2.---"
9" Assam www -, -----".='.__--- .>: ff,
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: yang mempunyai mata, rasa dan pikiran yang sehat, tiada akan
dapat membenarkan, engkau seorang anak yang tiada berasal baik.
Tetapi apa hendak kukata" Ibu Bidasari memang keras kepala dan
sangat terikat kepada kebangsawanannya dan adat istiadat Padang.
Biarpun derajat dan kepandaianmu, untuk masyarakat, sepuluh
kali lebih berharga daripada ketinggian asal seseorang bangsawan
biasa. Tetapi bagi mereka memang tak ada yang lebih daripada
asal yang tinggi dan turunan bangsawan. "
Lama Mr. Yatim terdiam, sesudah mendengar riwayatnya ini.
Ia pun tiada dapat menerima begitu saja, ia anak tukang pedati
Malim Batuh ini. Tetapi di dalam halnya sedemikian ini, baik jika
diketahuinya, siapa orang tuanya. Mungkin orang baik-baik juga,
sehingga tiada sangat menghinakan dirinya dan dapat mengubah
pikiran orang tua Bidasari, terhadap kepadanya. Inilah yang segera
harus diusahakannya. Hatinya bersyukur juga kepada ibu bapa angkatnya ini,
yang telah sudi mengambilnya dari seorang yang hina, untuk
diakuinya sebagai anak kandungnya dan telah mengasuhnya dan
mendidiknya, sampai ke tingkat masyarakat yang tinggi, walaupun
sekaliannya itu dilakukannya, semata"mata karena ingin hendak
mempunyai anak. Dan jika ditanyakan baikkah perbuatannya ini
pada hakikatnya" Jawabnya baik, untuk kepentingannya sendiri.
Tetapi tanggung jawabnya pun besar pula. Nyata kepada dirinya
sendiri. Apabila ia tiada dinaikkan setinggi itu oleh ayah angkatnya
ini, tiada pula ia akan jatuh sedalam itu, menanggung perasaan
tiada terkira"kira. Jika ia tetap tinggal anak tukang pedati, tiadalah
ia akan rubuh dari puncak gunung kemuliaan, ke lembah kehinaan.
Tiada seberapa sakitnya. Sekarang: nasi telah menjadi bubur, tak
dapat dikandang lagi. Yang patut dipikirkan, bagaimana akalnya
supaya dapat keluar dengan selamatnya dari kesulitan ini.
"Hamba meminta terimakasih banyak-banyak kepadaAyah dan
Ibu atas kasih sayang, telah sudi menyambut untung hamba yang
"-"-_._s?"?"?"-_
6P .am sm %mm 91 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
malang ini dan atas sekalian susah payah mendidik dan memajukan
hamba, sampai setinggi ini. Hamba sangat menyesal, Ayah dan Ibu
tiada dapat mencapai sekalian cita"cita dan keinginan hati Ayah
dan Ibu itu, sedang kejatuhan hamba ini akan menghinakan dan
menyusahkan Ayah dan Ibu pula.
Sekali"kali tiada hamba sangka, hal yang sedemikian ini.
Jika hamba tahu, hamba turunan seorang tukang pedati, niscaya
tiadalah hamba akan berani menjatuhkan hati kepada Bidasari.
Sekarang ini haruslah hamba menarik diri hamba kembali, supaya
jangan membawa Bidasari pula jatuh bersama"sama ke lembah
kehinaan. Dan supaya perkara ini lekas dapat lenyap dari ingatan
orang Padang, baiklah hamba minta pindah dari Padang ini dan
sebaik-baiknya jangan kembali lagi ke Padang ini," kata Mr. Yatim
dengan suara yang sedih. Sutan Alam Sah dan Sitti Mariama terdiam beberapa saat
lamanya, mendengar maksud anaknya ini. Hati mereka sangat
susah dan sedih melihat keputusasaan anaknya, sehingga ia hendak
menghitamkan kampung halamannya.
"Yatim, jangan kauturutkan hati yang sangsai. Jangan sampai
demikian pikiranmu, hendak meninggalkan tanah lahirmu, karena
sangka-sangka tentang asal usulmu, yang sekali-kali belum tentu
lagi dan karena pikiran yang kuno yang tiada dapat dipergunakan
lagi. Masa dan zaman sekarang memintaorang yang berfaedah
dan berguna bagi masyarakat, bukan bangsawan yang hampa, yang
hanya memikirkan kesukaan dan kepentingan diri sendiri, tetapi
bangsawan yang suka rela berkorban.
Seandainya sungguh engkau anak tukang pedati, apakah
buruknya asal usulmu itu untuk masyarakat, di dalam ketinggian
derajatmu sekarang ini" Tak ada, bahkan semata"mata kebaikan
dan kebanggaan jua. Bangsawan tinggi tak dapat menduduki
tingkatanmu sekarang ini.
Dan sesungguhnya sekalian tukang pedati, rendah akhlaknya
dari kaum bangsawan" Tidak, bukan" Tetapi kakakku belum sampai
-"--"2.---"
92 Assam www -. --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: ke sini pengetahuannya. Ia masih mabuk ketinggian bangsanya
sendiri. Mereka masih berselubung kekunoannya, tetapi engkau
jangan mengindahkan perkara kecil-kecil, yang tiada berarti sebagai
ini. Kalau engkau mengundurkan diri dari Padang ini, bukankah
itu artinya kekalahan bagimu dan bagi kaummu" Pikiran muda
yang baru timbul di Padang ini, akan lenyap kembali dikalahkan
oleh pikiran tua. Tidakkah sayang itu" Dan bukankah maksudmu
kemari ini hendak memajukan bangsamu. orang Padang ini"
Perlihatkan kepada mereka bukannya kaum tua saja yang dapat
kokoh dalam pendiriannya, tetapi kaum muda lebih lagi.
Memang di Padang ini belum banyak yang dapat menghargai
putra bumi yang sebagai engkau ini. Agaknya hanya baru
Baginda Mais saja, di antara orang tua-tua di sini. Diterimanya
engkau dengan resmi yang bukan sedikit biaya dan urusannya.
Diperlihatkannya kepada orang banyak, bahwa pangkat dan
kepandaianmu, harus sangat dihargai, karena sangat berguna bagi
bangsa dan negara. Diusahakannya menahan engkau di sini dengan
hendak mengeluarkan uang berpuluh ribu, ya hendak mengambil
engkau jadi menantu, karena diketahuinya, betapa besar faedah
kediamanmu di Padang ini', bukan untuk kepentingannya saja,
tetapi terutama untuk kepentingan umum.
Hendaknya dari pihak kita pun dapat pula kita perlihatkan
kepada orang ramai, bahwa pendapat Baginda Mais ini benar dan
kita hargai sungguh-sungguh.
Oleh sebab itu kupinta kepadamu dengan amat sangat, apabila
benar Bidasari dikawinkan oleh orang tuanya dengan seorang
bangsawan asli, seperti kata ibunya, kau terimalah permintaan
dan hasrat Baginda Mais yang besar itu, yaitu ingin mendudukkan
"engkau dengan anaknya Sitti Nurmala; karena apabila Bidasari
telah dikawinkan, tentu tak dapat engkau tunggu lagi ia.
Apa yang kurang pada gadis ini" Kecantikannya tiada kurang
dari kecantikan Bidas ari. Begitu pula kepandaiannya, atau fiil dan
"-"-_._s?"?"?"-_
6P .am sm (355357942320: 93
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
tingkah lakunya, sedang hartanya yang bukan sedikit itu, tak ada
pada Bidas ari. Asalnya pun tak kurang dari Bidasari, karena ia anak
Baginda. Apa yang kaukehendaki, akan diadakan oleh Baginda Mais,
karena ia pada masa ini, orang yang terkaya di Padang ini', sungguh-
sungguh sebagai peribahasa: bergedung di daratan dan berkapal di
lautan." "Ayah, janganlah gusar! Hamba sayang kepada Nurmala hanya
sebagai sayang kepada saudara sendiri, bukan kepada kekasih. Lain
daripada itu, ia telah berkasih"kasihan dengan dr. Aziz, sahabat
karib hamba benar. Apa akan jadinya dengan perkawinan kami
itu. " jawab Mr. Yatim dengan segera, karena diketahuinya ke mana
tujuan ayahnya. "Yatim, percayalah engkau akan perkataanku yang telah tua
ini. Tentang kasih sayang yang engkau ingini itu, apabila engkau
telah kawin dengan Numiala, akan datang juga kesayangan kepada
kekasih itu. Cobalah lihat aku dengan ibumu ini! Tatkala kami kawin,
belum kami mempunyai percintaan, kekasihan atau kesayangan,
seperti yang kaukehendaki itu. Karena kami kawin secara kuno,
atas kemauan orang tua. Sebelum kami dikawinkan, aku tak tahu
apa-apa tentang ibumu. Melihat rupanya atau mendengar suaranya
pun belum. Apalagi mengetahui tingkah lakunya, fiil pikirannya.
Bagaimana boleh percintaan sudah melekat"
Tetapi sesudah kawin, dapat juga kami harga"menghargai
perhubungan kami, dalam kehidupan perkawinan kami, sehingga
cinta kasih sayang itu datang sendiri. Bahkan di situ terbuka
mataku, tentang hal ihwal kehidupan suami istri, sehingga kutolak
sekalian peraturan dan kebiasaan kuno di Padang ini.
Tak dapat kuuraikan dan kunyatakan kepadamu, apa dan
berapa penderitaan dan perasaian kami, yang telah kami tanggung,
karena penolakan itu. Sungguh, hanya karena nasib yang baik saja
kami sampai sekarang masih hidup dengan selamatnya. Jika tiada,
telah lama kami lenyap dari dunia ini.
-"--"2.---"
94 Assam www -. --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: Apa yang belum dilakukan orang kepada kami, supaya
kami berceraian dan supaya aku menurut adat Padang, kawin
di sana, kawin di sini, dengan tiada mengindahkan tujuan, sarat
dan maksud perkawinan', hanya semata-mata karena hendak
menurutkan hawa nafsu, aturan bangsa dan kebiasaan negeri.
Asung fitnah yang diikuti oleh dendam kesumat, guna-guna yang
disertai oleh ramuan, pekasih kebenci; tipu daya, aniaya, sampai
kepada racun dan pembunuhan, ya, 1001 macam cara lain, untuk
memaksa kami, menurut aturan Padang atau jika tiada, untuk
membinasakan kami. Niat mereka sungguh seperti kata orang;
Jika tak lalu dandang di air, di gurun ditanjakkan. Tetapi dengan
pertolongan Allah, kami masih dapat tetap berdiri di atas dasar
keyakinan kami. Padamu, telah ada benih kasih sayang kepada Nurmala;
demikian pula Nurmala kepadamu. Tinggal lagi mengubah sayang
kepada sahabat, menjadi kasih kenada kekasih Paria rasaku, tiada,
seberapa susahnya". Bidasari lebih baik jangan kauharapkan lagi.
Jika tiada disukai ibu bapanya, terlepaslah ia dari tanganmu, untuk
selama-lamanya. Aku tahu benar kelakuan, pikiran kekerasan
hati mereka. Perjuangan kami yang telah berpuluh"puluh tahun
lamanya tentang hal ini dan telah berhasil baik bagi pihak kita,
karena mereka telah membiarkan kemauan kita, sekarang, karena
halmu, akan menggelora kembali.
Oleh sebab Bidas ari telah dibiarkan mereka tinggal padaku dan
bersekolah sampai ke sekolah menengah serta mendapat didikan
cara kaum muda, pada sangkaku mereka telah suka menurutkan
aliran baru. Tetapi sekarang nyata, mereka dalam hati kecilnya
masih tetap kuno, seperti dahulu, belum berubah sedikit pun.
Oleh sebab itu, terimalah peminangan Baginda Mais ini."
"Ayah, oleh sebab hamba ingin hendak meninggalkan Padang
juga, biarlah hamba jangan kawin di Padang ini," jawab Mr.
Yatim. "-"-_._s?"?"?"-_
6P .am sm (355357942320: 95
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Mendengar jawab Mr. Yatim ini terdiamlah pula Sutan Alam
Sah. Mukanya yang mulai lembut tadi, sekarang menjadi muram.
"Yatim, kupinta sekali lagi dengan sangat kepadamu, supaya
kaukabulkan juga permintaanku ini," kata Sutan Alam Sah dengan
sungguh-sungguh. "Tidak pun untuk kamu, tetapi untuk aku.
Pukulan saudaraku ini bukannya menghinakan engkau saja, tetapi
memberi malu aku pula, bahkan menyinggung pula kehormatan
kaum muda, karena dengan ini dapat diperlihatkan mereka kepada
orang banyak, bahwa mereka tidak menghargai dan memandang
sebagai sarap segala usaha dan pergerakan kaum muda', karena
engkau adalah hasil usaha kaum muda. Mereka berasa beroleh
kemenangan, jika dapat mengalang"alangi segala cita-cita kaum
muda. Oleh sebab itu kuharap kaukawini juga Sitti Nurmala, supaya
jangan sampai disiarkan mereka, bahwa anakku karena bukan
turunan bangsawan, walaupun pangkatnya tinggi, tetapi tak
seorang perempuan pun yang suka dikawininya. Sangat memberi
malu kepadaku. Jika engkau berasa berutang budi sedikit kepadaku,
kabulkanlah permintaanku yang satu-satunya ini, untuk
menghapus arang telah dicorengkan orang di mukaku. Walaupun
sehari engkau kawini Nurmala, tak ap a', sudah itu kauceraikan pula
dan kau tinggalkanlah kota Padang ini. Apa boleh buat! Asal dapat
kau perlihatkan kepada orang Padang ini, apabila bangsawan tiada
menghargai anakku, hartawan masih ada yang memuliakannya.
Jika tiada kauturut keinginan hatiku yang akhir ini, niscaya
kubawalah penyesalannya ke dalam kuburku," kata Sutan Alam
Sah dengan suara yang garang bercampur sedih.
Permintaan ayahnya yang keras ini, menambah kesulitan Mr.


Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yatim. Tadi yang dipikirkannya hanyalah kehinaan yang menimpa
dirinya dan kehilangan Bidasari. Tetapi sekarang, ditambah pula
dengan keharusan mengawini perempuan yang tiada dicintainya
-"--"2.---"
% Assam www -, --"---".='.__--- )" &
mmm-namum.- Bajaj Pusuk: dan tunangan sahabat karibnya. Kesusahannya ini nyata berbayang
pada air mukanya yang bertambah keruh dan sedih, sehingga ia
menundukkan kepalanya beberapa lamanya.
Sitti Mariama iba hatinya melihat anaknya ini: sesudah jatuh,
ditimpa tangga pula, karena ia tahu tabiat suaminya. Jika telah
diambilnya sesuatu keputusan, tiadalah dapat lagi ia dipalingkan
dari keputusan itu. Oleh sebab itu dipikirkannyalah suatu jalan
tengah, yang dapat memberi kesempatan kepada anaknya, untuk
memikirkan hal ini dengan tenangnya.
"Hamba harap, supaya dalam pada itu, kita usahakan juga
menyelidiki asal usul Yatim yang sebenarnya, karena hamba pun
dari dahulu tiada sekali"kali percaya, Yatim anak kandung tukang
pedati Malim Batuah. Kita cari ia kembali, kita bujuk atau kita ancam, supaya ia
berkata benar. Sementara itu kita suruh pula orang yang boleh
dipercayai mencari keterangan di mana didapat Yatim oleh
Malim Batuah ini. Walaupun dahulu tiada berani kita melakukan
penyelidikan ini, karena kita takut rahsia Yatim, bukan anak kita,
akan terbuka, tetapi sekarang bahaya itu tak ada lagi', karena pada
pikiran hamba, orang tua Bidasari tentu akan membukakan juga
rahasia ini." "Demikian pun baik," kata Sutan Alam Sah, yang berasa lapang
pula. pikirannya sedikit, karena mendapat jalan ini, "walaupun
aku tak percaya Malim Batuah sekarang akan membuka rahsia
ini, sedang dahulu ia menutup mulutnya rapat"rapat. Hanya yang
-kupinta kepadamu Yatim, pada hari Bidasari dikawinkan oleh
orang tuanya, suka pula hendaknya engkau pada hari itu juga,
aku kawinkan dengan Nurmala. Akan tetapi kalau Bidasari tidak
dikawinkan, tak perlu pula engkau mengawini Nurmala, kalau
sesungguhnya memang engkau tak suka."
Mr. Yatim tiada menyahut, karena pikirannya kusut,
pemandangannya gelap dan mulutnya terkunci. Hanya ibunya yang
berasa agak lapang sedikit karena mendapat jalan itu. Kalau dapat
"-"-_._s?"?"?"-_
_ 6P Ama!- sm (355357942320: 9"
l". V '-...______'._._"_"-?"-..
diundurkan perkawinan Bidasari, niscaya dapat pula diundurkan
perkawinan Mr. Yatim dengan Nurmala. Sementara itu mungkin
dapat keterangan tentang asal usul Yatim yang baik.
Pada keesokan harinya, disuruhlah orang mencari tukang
pedati Malim Batuah; mula"mula ke Indarung, sudah itu ke tempat
lain-lain, sekeliling kota Padang. Tetapi usaha itu sia-sia belaka.
Seorang pun tak tahu di mana tukang pedati ini pada waktu itu.
Masih hidupkah ia atau sudah mati. Khawatir Sitti Mariama makin
hari makin bertambah, sebab kalau ia dan istrinya telah meninggal,
niscaya tak mungkinlah akan mendapat keterangan lagi tentang
asal usul Mr. Yatim dan hal itu akan tetaplah ia anak tukangpedati
Malim Batuah di mata orang banyak.
Sementara itu Mr. Yatim telah berkirim surat ke Jakarta,
supaya ia dengan selekas"lekasnya dipindahkan dari Padang ke
mana saja. Jika tak dapat, supaya ia diperhentikan saja dari pe-
kerjaannya. "A."; .fi-G;" "LXM'Q'N'h NX'NXNN xxx'x
." 1. tw Bidasari direnang ibunya, karena Yatim selalu terbayang dalam
ingatannya. "Hari raya! Hari raya!
Esok hari kita berlian raya.
Ya, esok hari kita berlian raya,
Marilah kita bersuka ria!"
Demikianlah sorak sorai anak"anak di jalan"jalan dan di
pekarangan"pekarangan rumah, karena mendengar bunyi tabuh
gemuruh pada segala pihak, tabuh yang ditunggu"tunggu mereka
sejak pagi hari, tanda bulan Ramadhan telah berakhir dan pada
keesokan harinya akan datanglah 1 Syawal dengan segala upacara
"Idul Fitrinya", yang akan membawa beberapa kesukaan dan
keriangan kepada mereka. Bukannya anak"anak saja, tetapi orang"orang tua ikut pula
bersuka hati menyambut alamat hari besar ini. Karena bagi mereka
pun 1 Syawal berarti kelepasan dari kewajiban puasa yang 30 hari,
dalam bulan Ramadhan, satu daripada kelima rukun Islam, yang
harus dilakukan oleh sekalian kaum Muslimin.
Oleh sebab orang Padang dapat dikatakan taat memeluk agama
Islam, rukun ini sangat dipentingkan di sana. Sungguhpun bagi
setengah orang lebih"lebih yang kurang berada, Idul Fitri acapkali
membawa kewajiban yang tak ringan, yang acapkali disertai oleh
kenang"kenangan yang sedih, karena teringat kepada mereka yang
telah tak ada lagi, yang walaupun telah lenyap dari mata, tetapi di
hari ini timbul kembali dengan terangnya di dalam kalbu.
. $ 100 amin-.az gamma; _- gp
*. f" x- umwmummun Balai Pustaka Sejak dari awal sampai ke akhir puasa, bemiacam-macam
syarat yang telah dilakukan, yang berhubungan dengan puasa bulan
Ramadhan. Di dalam bulan Sya'ban telah harus diadakan tahlil
untuk keselamatan sekalian arwah yang telah meninggal dunia, di
rumah atau di kuburan mereka yang hendak mendoakan, sambil
membersihkan dan memperbaiki kuburan ini. Kemudian mandi
berlimau dan makan-makan pada hari penghabisan bulan ini, yang
acapkali dilakukan juga diluar rumah', mandi"mandi disungaisambil
makan"makan di tepian atau di gunung, yang maksudnya supaya
suci jasmani dan rohani, dalam menjalankan kewajiban puasa ini
dan makan"makan untuk memuaskan nafsu makan, supaya dapat
menjalankan kewajiban ini dengan selamatnya dan jangan terlalu
digoda oleh kelaparan. Sudah itu dalam bulan Ramadhan berpuasa
siang hari dan bertarawih malam hari. Kemudian berzakat dan
berfitrah, suatu pula dari rukun Islam yang kelima tadi dan
akhirnya pada 1 Syawal bersyukur kepada Allah dalam salat Ied,
yang diadakan di masjid dan langgar atau di luar rumah, karena
telah dapat menjalankan kewajiban puasa dengan selamatnya, lalu
jelang-menjelang, Iebih-lebih yang tua, halal bil halal, bermaaf-
maafan atas sekalian dosa kesalahan yang telah teperbuat, lahir
dan batin, yang boleh memberatkan dunia akhirat dan menjelang
kuburan kaum keluarga yang telah me"ninggal dunia.
Oleh sebab itulah Idul Fitri bagi orang dewasa di Padang
kebanyakan hanyalah suatu kewajiban menjalankan syarat"syarat
yang berhubungan dengan puasa, tetapi bukan kesukaan yang
meriah, bahkan acapkali perayaan yang disertai ratap tangis yang
sedih pilu, karena teringat kepada yang telah hilang atau yang jauh
di rantau orang. Hanya bagi anak"anaklah ia hari yang sangat menggembira"
kan, karena ia membawa bermacam-macam kesukaan', pakaian
yang bagus"bagus, makanan dan minuman yang sedap nyaman
dan uang yang banyak untuk bersiar"siar dengan bendi, kereta api,
perahu, dan kendaraan yanglain"lain, sedang bagipenjudi ia berarti
'--"-__'=T"'?"?"- _
5P Jawa %malwf 101 ');-_ V '-...______'._._"_"-?"-..
kesukaan penjudian yang bebas, yang membawa kemenangan atau
kekalahan dan kadang-kadang diakhiri dengan keributan, tetapi
selalu menimbulkan peras aan harap cemas.
Bunyi tabuh hari raya tadi menggerakkan semangat untuk
menyambut hari yang besar ini. Anak"anak lari ke sana kemari,
karena kegirangan. Ada yang membeli mercon, lilin, dan kembang
api, untuk dipasang malam hari raya', ada yang mengambil pakaian
ke tukang menjahit atau kedobi, untuk dipakai esok hari, sedang
orang dewasa ribut menyediakan makanan dan minuman dan
mengatur perkakas rumah tangga, untuk menerima jamu pada
keesokan harinya, yang akan datang berhalal bil halal. Orang
alim membersihkan mesjid dan langgar, untuk sembahyang Ied
1 Syawal. Penjudi menyediakan ayam sabungan dengan tajinya,
tikar dadu dengan dadunya, pinang lenong dengan piringnya,
gundu ambung dengan uangnya dan lain"lainnya. Masing"mas ing
bergerak mengerjakan keperluan sendiri"sendiri, untuk merayakan
Idul Fitri. Tabuh hari raya memang menggeletarkan suasana yang tenang
dan sentosa, selama bulan puasa, menjadi suasana tergesa"gesa.
Di pasar Kampung Jawa, yang sejak mulai puasa memang telah
ramai orang berjual makanan dan minuman, untuk pembukaan
puas a, pakaian, untuk dipakai hari raya serta petasan dan kembang
api, untuk dipasang malam 2" sampai takbiran, pada petang itu
bertambah-tambah ramai mendengar bunyi tabuh hari raya ini,
karena sekalian orang hendak membeli yang belum ada atau
mencukupkan yang masih kurang untuk hari raya.
Oleh sebab itu penuh sesaklah di pasar itu dengan orang,
sehingga hampir tak dapat berjalan lagi. Penjual"penjual rasa
kekurangan tangan untuk melayani sekalian pembeli, yang tergesa-
gesa. Hiru biru, kacau bilau, tak keruan pendengaran. Orang"orang
yang tanya-menanya, pinta-meminta dan tawar-menawar harga,
bercampur gaul dan seakan"akan berlomba"lomba hendak dahulu"
mendahului. -"--"2.---"
102 asean: tawwa; -, dp Pada suatu meja yang penuh dengan bermacam"macam kue,
berdiri seorang laki-laki tua, berumur kira-kira 00 tahun dengan
seorang anak laki-laki yang berumur 12 tahun, sibuk melayani
pembeli yang berkerumun di hadapan meja mereka.
"Kue bolu sepuluh, Pak Alim!" meminta seorang pembeli.
"Baik Munaf. Marah", tolong bungkuskan kue bolu itu 10
buah!" kata orang tua tadi kepada anak yang menolongnya, seraya
membungkus kue penjaram, untuk seorang pembeli.
"Maaf, Engku!" katanya kepada 5 eorang yang meminta beli kue
gegatas. "Kalau tadi hamba tahu, orang esok hari akan beriepasa,
niscaya hamba pinjamlah kedua tangan istri hamba, yang sekarang
bersenang"senang di rumah menjahit pakaian hari rayanya, sebab
kedua tangan hamba rupanya hari ini tak cukup," berolok-olok Pak
Alim. "Tambah air, tambah sagu, Lim," jawab seorang tua pembeli.
"Benar, Engku. Sayang sekarang rupanya air banyak, tetapi
sagu kurang," sahut Pak Alim sambil bekerja.
Sekejap mata ia menoleh kepada pembantunya, yang
dipanggilnya Marah tadi. Dilihatnya anak ini tiada bekerja,
melainkan merenung seorang anak yang sebaya dengan dia, yang
sedang membawa sekeranjang mercon yang dibelikan ayahnya
pada sebuah toko Cina yang dekat di sana. Karena banyaknya
petasan ini yang bermacam"macam jenisnya, dari mercon lidi
sampai kepada long yang besar, yang berbungkus dan beruntai,
begitu pula kembang api bermacam"macam warna dan bentuknya,
hampir tiada terbawa olehnya keranjang itu dan harus ia ditolong
oleh ayahnya, yang pergi sendiri ke pasar, untuk membelikan
anaknya mercon. Tatkala anak yang dipanggil Marah Udin oleh Pak Alim
tadi melihat mercon yang sekian banyaknya ini, dibelikan oleh
1) marah : namatingkat kebangsawanan
2) berlepas puas '--"-__'=T"'?"?"- _
6P Amil" am %malwf 103
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
ayahnya, untuk seorang anaknya, lupalah ia akan kewajibannya,
sehingga terlambat ditolongnya seorang pembeli yang rupanya
tergesa"gesa. Setelah dilihat oleh Pak Alim penolongnya ini terlalai akan
pekerjaannya, lalu disindirnya dengan pantun, yang dinyanyi"
kannya sambil melayani pembeli:
"Anak Paab pergi ke kota,
membeli pita tigi pulub. Jangan maa a'irintang rnata,
karena rnata binasa tubab. "
Kena sindiran ini Marah Udin ingat kembali kepada peker-
jaannya, lalu dibungkusnya cepat"cepat kue yang diminta orang
tadi kepadanya dengan kemalu"maluan. Tetapi orang yang hendak
membeli kue ini dilihatnya tak ada lagi, sehingga dimasukkannya
kembali kue ini ke tempatnya.
"Kalau begini kitaberjualan, Marah, kitapulang kue tak habis.
Sampai ke rumah diberangi oleh Nanak."
Mendengar teguran ini merahlah muka anak ini dan air
matanya rasakan keluar karena malu, lalu ia bertekun pula
melayani pembeli. Oleh karena itu tiada dilihatnya pembeli yang
tak jadi membelikuenya tadi telah kembali ke tempat penjualannya
dengan membawa beberapa bungkus mercon dan kembang api, lalu
diberikannya kepada Marah Udin seraya berkata: "Ambillah ini dan
bekerjalah baik"baik, supaya lekas habis jualanmu dan lekas pula
engkau pulang kembali untuk membakar merconmu. Mana kueku
tadi?" "Telah hamba masukkan kembali ke dalam petiman. Hamba
sangka tak jadi Bapa membeli, karena terlambat hamba bungkus,"
sahut Marah Udin, sedang mercon yang diberikan kepadanya
belum herani diterimanya karena kuatir tak boleh menerimanya,
sebab belum menolong pembeli yang baik budi ini.
. .-?""-'2...--"
104 asean: tawwa; -, q...." ): &P mmm-namum.- Bajaj Pusuk: "Memang salahku, karena tiada kukatakan kepadamu tadi,
tatkala aku pergi, bahwa aku masih hendak membeli kue itu.
Sekarang bungkuslah kembali ondeh"ondeh itu sepuluh buah!"
Dengan segera Marah Udin membungkus kembali ondeh"
ondeh sepuluh buah. Sementara itu bertanyalah pembeli inikepada
Pak Alim: "Anak siapa budak ini, Lim?"
"Masih terlalu muda untuk berjualan sebagai ini dan di waktu
orang akan berlepas. Tentu saja tak dapat dipusatkannya pikirannya
kepada jualannya." Setelah diberikan Marah Udin onddi"ondeh yang telah
dibungkusnya kepada pembeli yang pengasih ini, barulah berani
ia menerima mercon yang diberikan tadi kepadanya dengan amat
suka hatinya lalu dimintanya terima kasih kepada orang ini dengan
mencium tangannya.

Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Marah Udin, anak kandung Sutan Pamenan, yang dipelihara
oleh "induk bakonya" Puti Umi di Sawahan. Oleh karena ibunya
Sulaiha dan mamaknya Pecik Mahmud, yang berasal dari Bangkahulu
telah meninggal dunia, tak adalah orang yang akan memeliharanya
lagi. Oleh sebab itu diambillah ia oleh induk bakonya Puti Umi
tadi, yang berasa bertanggung jawab atas anak pisangnya"a ini, lalu
dipeliharanya di rumahnya di Sawahan.
Sampai kepada waktu itu Marah Udin ini tiada disekolahkan
atau disuruh mengaji ke surau atau belajar ilmu-ilmu yang masuk
pendidikan anak laki"laki di Padang, sebagai pencak, tari"menari,
berpidato, pepatah petitih dan adat istiadat Minangkabau atau
kepandaian yang lain', karena pada sangka Puti Umi kepandaian
ini kurang perlu untuk anak pisangnya Marah Udin, apalagi karena
tak ada uang untuk membiayainya, walaupun uang sekolah rendah
hanya 10 sen sebulan. Oleh sebab itu pengetahuan Marah Udin hanya mengurus
rumah tangga sedikit, menyapu halaman, belanja ke pasar dan
3) anak saudara yang laki-laki
"-"-__'=T"'?"?"- _
6P Amil" am %malwf 105
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
melayani saudara sepupunya, Sutan Malik, kemenakan ayahnya,
yang dirajakan dalam rumah ibunya Puti Umi.
Walaupun anak yanglain yang sebaya dengan dia, dalam bulan
Puasa banyak memikirkan hari raya yang akan datang, tetapi ia
tiada sempat berbuat sedemikian, karena sibuk menolong Pak
Alim berjual kue-kue di pasar Kampung Jawa yang keuntungannya
bukan saja dipergunakan untuk keperluan sehari"hari, tetapi
sekarang untuk hari raya Idul Fitri yang bukan sedikit biayanya.
Karena Sutan Malik menghendaki segala syarat-syarat hari raya,
dipenuhi benar"benar untuk dia.
Pakaiannya harus serba baru, uang untuk bersiar"siar dan
bersuka"suka, mungkin untuk berjudi, harus sudah tersedia',
makanan dan minuman lebih-lebih petasan harus banyak di
rumahnya, supaya jangan kalah pula ia nanti, kalau hendak
berlomba-lomba memasang mercon dengan orang lain, terutama
dengan tetangganya Panduko Sati, yang pada tahun yang baru
lalu telah dapat mengalahkannya. Sampai kepada waktu itu belum
dapat dilenyapkannya rasa malu, karena kekalahan ini.
Oleh sebab itu ia telah meminta uang Pp200,00 kepada
mamaknya Sutan Pamenan, untuk membelanjai sekaliannya ini.
Dan oleh karena Sutan Pamenan tidak mempunyai uang sebanyak
itu, ia telah pergi kepada Baginda Mais meminta uang Rp500,00
untuk belanja kemenakannya untuk hari raya. Tetapi dari uang
yang Rp500,00 diberikannya kepada Sutan Malik hanya Rp200,00
sedang yang Pp300,00 disisihkannya untuk pokok penjudian.
Begitu pula Datuk Gampo Alam tak hendak ketinggalan me"
merah pundi"pundi Baginda Mais, yang tak kunjung kosong', karena
ilmu pekasih dan pembencinya sangat pula memerlukan uang.
Dengan tersenyum Baginda Mais memberikan uang"uang ini,
karena ia tiada suka cita"citanya teralang.
Pada malam takbiran itu, kira"kira pukul setengah tujuh,
walaupun mambang masih menyingit di sebelah barat, lampu-
lampu, pelita, lilin dan tanglung, dari dalam sampai ke luar rumah,
"___"2.1"..."
106 asean: tawwa; ,; -, dp
di" M V mmm-namum.- Bajaj Pusuk: dari muka sampai ke belakang dan di rumah"rumah orang yang
kaya-kaya, di pekarangan, di pintu gerbang, sekaliannya telah
dipasang, sehingga terang"benderanglah sekalian rumah"rumah,
sampai ke jalan"jalan sehingga kota Padang seakan"akan terbakar.
Tidak lama kemudian daripada itu kedengaranlah petasan
dibakar, meletus pada segenap tempat, sebagai bunyi beratus-ratus
bedil dalam peperangan yang hebat, menimbulkan beratus"ratus
bunga api mengilat di mana"mana, disertai oleh bunyi yang bahana,
yang memecahkan anak telinga.
Cerawat menjalar naik ke udara, lalu meletus menyemburkan
berpuluh"puluh bintang aneka warna yang berkembangan di
angkasa, lalu jatuh berhamburan ke bawah dan lenyap sebelum
sampai ke bumi. Amat pem'iai rupanya dipandang mata. Asap yang
mengebul yang memenuhi awang"awang, menutup pemandangan
dan melayang perlahan"lahan ke atas, sehingga kota Padang rupanya
sebagai ditutup kabut yang tebal. Jalan raya tak dapat ditempuh,
pekarangan tak dapat dimasuki, kuatir kalau"kalau terbakar kena
api mercon, long, dan bom.
Di rumah Puti Umi di Sawahan tiada terkira"kira hebatnya
bunyi mercon yang dipasang oleh Sutan Malik. Mamaknya Sutan
Pamenan dan Datuk Gampo Alam, yang ada di'sana, tiada hendak
ikut dalam peperangan mercon, ini, karena mereka sedang sibuk
bersiap"siap untuk peperangan lain yang akan dilakukannya es ok
hari di gelanggang perjudian.
Dari beranda rumah kakaknya ini dilihat oleh Sutan Pamenan
sekali-kali kemenakannya lari ke sana-kemari memasang mercon
yang telah digantungkannya pada beberapa tiang dan pohon,
seakan-akan seorang perwira yang sedang mengerahkan tentaranya,
sehingga tak sempat, ia memasang mercon bungkusan atau long
dan bom, apalagi kembang api dan cerawat, karena lawannya
yang di sebelah rumahnya, anak Panduko Sati, seorang saudagar
kain yang kaya, telah memasang pula petasannya pada beberapa
tempat. Dan rupanya ia tiada hendak kalah dari musuhnya, Sutan
"-"--__'=T"'?"?"- _
6P 359421?"an %mm 10"
i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Malik, yang bukannya tahun yang lalu saja, tetapi sekarang pun
hendak dialahkannya pula. Dan oleh karena di sana ada dua orang
temannya yang menolongnya memasang mercon, peletusan di
rumah Panduko Sati lebih hebat daripada di rumah Sutan Malik.
Inilah yang menimbulkan panas hati Sutan Malik, karena
nyata sekarang ia akan kalah pula sebagai tahun yang lalu. Hal
yang sedemikian ini sekali"kali tiada dikehendakinya lagi. Sesudah
ia bersusah payah mengumpulkan petasan selama bulan puasa,
sekarang usahanya itu akan diakhiri pula dengan kekalahan"
"Tidak," katanya dengan geramnya seraya merentakkan kakinya ke
tanah, lalu dilemparkannya mercon bantingnya ke arah musuhnya.
Lebih geram hatinya karena melihat mamaknya tiada hendak
membantunya melainkan membiarkan iaberperang sendiri. Tatkala
dimintanya pertolongan kepada mereka, ada Datuk Gampo Alam
datang sebentar menolongnya, tetapi Datuk ini tiada cepat dan
tiada gembira pula rupanya dalam pertandingan yang semacam
ini. Untunglah pada waktu itu datang Pak Alim dengan Marah
Udin dari pasar, mendagang tempat kue"kue yang telah kosong.
"Mengapa terlambat benar engkau datang, Udin" IDrang telah
lama memasang mercon," kata Sutan Malik kepada adik sepupu-
nya dengan marahnya, sebagai hendak melepaskan panas hatinya
kepada mamaknya yang tiada mau menolongnya.
"Kami hampir tak dapat berjalan, Udo, karena jalan besarpun
penuh dengan pembakaran mercon dan long serta bom, sehingga
kamiharus berhenti sebentar"sebentar mencari jalan yang aman,"
sahut Marah Udin dengan ketakutan.
Memang Marah Udin sangat takut kepada kakak sepupunya
ini, sehingga tak berani menyangkal perkataannya, melainkan
menurut sebarang perintahnya.
"Kalau takut kepada mercon, tak berguna engkau kepadaku.
Engkau bukan minyak tanah, lekas dimakan api. Terbakar pun
-?"-?"-'2..---"
103 Asam msa -, gp engkau apatah salahnya" Apa gunanya engkau ada di sini" Hanya
untuk menghabiskan nasi saja?"
"Mana uang penjualan kue?"
"Ada pada Pak Alim. "
"Alim, belikan mercon uang itu, supaya jangan lekas habis
merconku," memerintah Sutan Malik.
"Biarlah hamba serahkan dahulu kepada nanak Puti, supaya
diketahui beliau pendapatan kami dan dapat diperhitungkan,"
jawab Pak Alim. "Belikan mercon uang itu, kataku!" berteriak Sutan Malik
dengan marahnya, seraya hendak memukul Pak Alim. Oleh karena
itu, pergilah Pak Alim membeli mercon ke toko yang dekat di
sana. Memang Sutan Malik, sebagai anak tunggal Puti Umi dan
kemenakan tunggal Sutan Pamenan, sangat dimanjakan oleh
keduanya. Barang kehendaknya tiada dilalui, sekalian keinginan
hatinya diadakan, ia dipuji dan dipuja.
Biasanya anak yang sedemikian, meliwati watas dan tiada
mengindahkan apa atau siapa, walau ibunya sekalipun. Sedangkan
perkataan mamaknya, yang menjadi ahli waris kaum keluarganya
dan dituakan serta dihormati, acapkali dilanggamya. Ia berbuat
sekehendak hatinya dan menurutkan segala kemauannya: beraja di
hati dan bersutan di matanya sendiri. IClleh sebab itu merajalelalah
ia dalam rumah ibunya Puti Umi ini, yang tiada berani pula
menegur dan membantah anaknya ini.
Sementara itu mercon di rumah Panduko Sati, lebih ramai
bunyinya. IClleh karena itu berteriaklah Sutan Malik kepada Marah
Udin dengan marahnya, "Hai bebal, pasanglah long dan bom itu,
supaya di sini lebih ramai dari sebelah! Mengapa engkau inga-
inga, sebagai kerbau terkejut oleh gung" Atau engkau menunggu
tempelengku dahulu, baru hendak mulai?"
'--"-__'=T"'?"?"- _
6P Amril: dm %mnm 109 i': V '-...______'._._"_"-?"-..
Bayar Nyawa 2 Gadis Oriental Karya Itong Rahmat Hariadi Kesatria Baju Putih 8
^