Pencarian

Cinta Dalam Doa 1

Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha Bagian 1


S A R A H A I S H A Problema Hati seorang Ukhti NOVEL
Cinta Dalam Doa Internet novel publicing http://suara01.blogspot.com atau
http://suara1.info Cinta Dalam Doa Dengan segenap cinta dan harapan,
Ku persembahkan novel ini
bagi mereka yang kucintai.
Untuk sebuah asa yang telah lepas dari angan-angan.
Semoga kita dapat mengambil hikmah
dari setiap peristiwa yang pernah melintasi kehidupan kita.
Amin. Dengan cinta untuk kasih dan kebersamaan di jalan da"wah ini.
Sarah Aisha Internet novel publicing Cinta Dalam Doa (Problema Hati Seorang Ukhti)
Sarah Aisha Internet novel publicing Sekapur Sirih Assalamu"alaikum. Wr. Wb.
Teriring salam penuh cinta untuk Rabb-ku, Tuhanku, Allah swt yang telah memberikan
segala nikmatNya untuk saya sehingga saya bisa menyelesaikan novel ini dalam keadaan sehat
wal "afiat tanpa kekurangan suatu apapun. Tercurah pula shalawat dan salam kepada junjungan
kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam hingga akhir
zaman. Setelah sekian lama saya sibuk dengan pekerjaan saya dan meninggalkan sejenak aktivitas
menulis saya, akhirnya novel ini terselesaikan juga. Peluh dan tenaga tergantikan juga dengan
terbitnya novel ini. Saya berharap, dengan terbitnya novel CINTA DALAM DOA ini bisa
membuat para pembaca terhibur. Syukur-syukur jika bisa mengambil hikmah dari setiap
rangkaian kata yang saya susun menjadi kalimat ini.
Ucapan terima kasih yang tak lupa saya ucapkan kepada orang tua, keluarga, kerabat, dan
juga teman-teman yang telah memberikan support meski secara tidak langsung, telah
memberikan motivasi tersendiri untuk saya. Juga untuk sahabat saya Ade. M yang telah banyak
membantu saya dalam pembuatan novel ini. Semoga kebaikan kalian semua diberi balasan yang
berlimpah dari Allah swt. Amin.
Kepada Yayasan Mujahidin Pegawai Pertanian, tempat saya bekerja. Jazakumullah khairan
katsir yang tak terhingga. Atas waktu luangnya yang saya gunakan untuk menyelesaikan novel
ini, mudah-mudahan semuanya itu bisa membawa keberkahan baik untuk saya pribadi maupun
untuk Yayasan Mujahidin Pegawai Pertanian sendiri. Semoga Allah memberikan segala yang
terbaik untuk kita semua.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Saran, kritik, dan pendapat sangat saya harapkan
sekali untuk kelangsungan novel saya selanjutnya.
Wassalamu"alaikum. Wr. Wb.
Internet novel publicing Satu Tuhan, Biarlah kutitip cinta ini pada-Mu
Karena aku tahu, tak ada yang lebih pantas mendapatkannya
Kecuali Engkau. Tuhan, Sekiranya tak ada lagi cinta
yang dapat aku hasilkan biarlah cintaku pada-Mu terus merekah sepanjang zaman.
Tuhan, Apabila sampai akhir waktu
aku tak jua mendapatkan cinta"nya"
Biarkanlah kukembalikan semua cintaku
hanya kepada-Mu Itulah sebait puisi yang ditulis oleh Aulia ketika perasaan cinta itu tengah melanda hatinya.
Perasaan cinta yang tak kunjung jua teraplikasikan pada seorang ikhwan yang entah dimana
adanya sekarang. Ikhwan itu bernama Firman. Aulia mengetahuinya saat dia datang ke perhelatan milad grup
nasyid Izzatul Islam ke 9 di Istora Senayan. Firman itu adalah salah seorang personil grup nasyid
asal Solo bernama True Voice. Mereka menjadi salah satu bintang tamu pada acara itu.
Awalnya Aulia tidak pernah mengetahui adanya grup nasyid True Voice dan tidak pernah
mengenal Firman. Namun entah mengapa, saat Aulia melihat penampilan Firman dengan aksi
panggungnya, tiba-tiba saja ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan, merasuk kedalam
sukmanya. Tiba-tiba saja pandangannya pada Firman berubah menjadi pandangan yang berbeda. Tidak
seperti saat melihat penampilan grup nasyid lainnya yang bila dilihat menjadi suatu hiburan dan
pencerahan tersendiri bagi kesenangan ruhiyahnya, tapi saat dia melihat Firman dan temantemannya
mendendangkan nasyid mereka, ada perasaan yang tak menentu arahnya.
Pandangannya berubah menjadi pandangan suka, dan pendengarannya pun berubah menjadi
pendengaran suka pada Firman.
Sekitar setengah jam Firman dan teman-temannya membawakan beberapa buah nasyid
"plesetan" di atas panggung. Firman juga membawakan sebuah lagu dangdut kepunyaan Rhoma
Irama yang berjudul Istri Shalehah.
Setiap keindahan yang tampak oleh mata
Itulah perhiasan, perhiasan terindah
Namun yang paling indah Diantara semua Hanya istri shalehah Istri yang shalehah Lagu itu terus saja terngiang di telinga Aulia. Tiba-tiba lagu itu menjadi sebuah lagu yang
indah yang pernah melintas di pendengarannya. Dan selama itu pula Aulia berusaha keras untuk
menjaga pandangannya dari melihat Firman. Namun sebuah layar besar yang terpampang di
Internet novel publicing setiap sudut Istora Senayan membuat Aulia menjadi sulit untuk menahan pandangannya. Dan di
akhir performance mereka, salah seorang dari mereka memanggil nama Firman. Jadilah nama itu
menjadi sebuah nama yang selalu di ingat oleh Aulia, sampai sekarang.
Waktu seolah bergulir semakin cepat. Saat Nuning, kakak Aulia mengajaknya untuk segera
pergi dari tempat acara karena acara sudah selesai, dia masih belum bisa melupakan sosok
Firman yang baru dilihatnya. Entah apa yang membuat Aulia menjadi tertambat hatinya pada
Firman. Yang pasti dalam perjalanan menuju Masjid Al Bina karena waktu sudah mendekati
Maghrib, Aulia masih diliputi rasa itu. Rasa yang sangat berbeda pada sosok bernama Firman.
Rasa yang tidak ia mengerti dari mana datangnya. Apakah mungkin, dia telah jatuh hati pada
Firman" Entahlah. Sejenak, dia basuh peluh yang ada di tubuhnya dengan air wudhu dan dia
tenangkan hatinya dengan menunaikan 3 rakaat shalat Maghribnya. Berjamaah dengan kakaknya
dan ratusan jamaah lainnya yang pada saat itu juga datang dalam acara milad Izis yang ke 9.
* * * Pagi kembali menjelang. Sinar matahari pun kembali naik ke permukaan untuk menampakan
dirinya dan menunjukkan pada semua penghuni bumi kalau Allah tak pernah tidur. Dia
senantiasa mengembalikan malam yang telah larut dengan pagi yang terang benderang.
Mengembalikan matahari-Nya yang sebelumnya telah ia gilirkan ke belahan bumi-Nya yang
lain, tanpa prakiraan salah sedikitpun. Dia bisa mengatur semua ini dengan cermat tanpa bantuan
siapapun. "Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan"1
Dialah Tuhan semesta alam. Dialah Tuhan seluruh makhluk yang tidak ada sekutu bagi-Nya
sampai kapanpun. Dia mengembalikan pagi ini bersama cahaya matahari pagi yang menerobos
masuk ke celah-celah kamarnya. Dia mengembalikan pagi ini bersama kicauan burung-burung
dan kokokan ayam jantan yang selalu terdengar nyaring ditelinganya. Dan dia pun
mengembalikan pagi ini bersama cita dan harapan yang tengah dirajut oleh hamba-Nya yang
bernama Aulia. Ya, pagi ini setelah shalat Shubuh dan membaca wirid Ma"tsurat, lalu beres-beres di rumah
sebentar, rencananya Aulia akan segera bergegas pergi ke kampusnya yang terletak di bilangan
Fatmawati, Jakarta Selatan. Ya, kampusnya bernama Universitas Swadarma.
Hari ini rencananya akan di adakan syuro2 di Masjid Kampus. Agenda yang nanti akan
dibahas adalah masalah Program Bedah Buku yang akan dilaksanakan kurang lebih dua minggu
lagi dari sekarang. Aulia bertugas menjadi sekretaris umum pada acara itu. Makanya jangan
heran kalau pagi ini dia tengah dinanti oleh teman-teman ikhwan3 dan akhwat4nya sebab semua
data dan proposal yang dibutuhkan untuk acara itu ada padanya.
Hari ini memang tak ada jadwal kuliah untuknya, namun karena amanah dari acara ini,
makanya dia datang ke kampus untuk mengikuti syuro yang diadakan pukul 09.00 WIB. Tapi
1 QS. Al An"am ayat 78.
2 Rapat 3 Laki-laki 4 Perempuan Internet novel publicing memang setiap harinya, meskipun tak ada jadwal kuliah, dia memang sering sekali datang ke
kampus meskipun itu hanya sekedar menyerahkan tugas pada dosen, mengikuti rapat
keorganisasiannya di LDK5 yang seperti saat ini ia laksanakan, atau membina adik-adik LDK
nya. Jalanan cukup padat pagi ini karena hari ini hari Senin. Hari pertama orang masuk kerja dan
hari pertama orang memulai kembali aktivitasnya setelah dua hari kemarin orang-orang itu
berlibur. Termasuk juga Aulia.
Dia sampai di masjid kampusnya tak kurang dari pukul 09.00 WIB saat rekan-rekan satu
organisasinya sudah memulai rapat mereka di awali dengan pembacaan ayat suci Al Qur"an dan
dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia acara bedah buku yang bernama Ramdan.
"Tumben Li, telat." Ucap Yuyun, salah satu sahabat dekatnya, ketika Aulia baru saja sampai
dan mendudukkan tubuhnya di dekat Yuyun sambil memegang bahunya.
"Iya nih. Habis macet sekali di jalan. Padahal aku sudah berangkat dari rumah jam 8. Baru
dimulai ya?" Yuyun mengangguk kemudian kembali mendengarkan Ramdan, sang ketua panitia berbicara.
Dari sepanjang Aulia berorganisasi di kampusnya, mungkin baru kali ini dia terlambat datang
ke suatu acara. Biasanya dia selalu datang tepat waktu atau kalau pun telat paling hanya lewat
beberapa menit dari waktu yang dijanjikan. Itupun kebanyakan dari teman-temannya yang lain
belum pada datang. Biasanya mereka akan berbarengan datang setelah seperempat atau setengah
jam berlalu dari waktu yang ditentukan.
Aulia berprinsip, lebih baik menunggu satu jam dari pada terlambat satu menit. Itulah prinsip
yang dijalaninya sampai sekarang. Menurutnya, orang-orang yang sering terlambat berarti
mereka adalah orang-orang yang tidak menghargai waktu. Mereka termasuk orang-orang yang
merugi. Seperti halnya yang telah Allah beri tahukan kepada semua hambaNya dalam firmanNya
Surat Al Ashr. Namun karena jalanan macet, jadilah Aulia menjadi salah seorang dari mereka yang datang
terlambat. Namun keterlambatannya itu menjadikan dia semangat untuk lebih disiplin lagi.
* * * Rapat ditutup dengan pembacaan hamdalah dan do"a penutup majelis6. Aulia, Yuyun, dan
beberapa teman lainnya memutuskan untuk makan bersama di kantin kampus. Setelah
mengelilingi matanya ke semua meja yang ada di kantin, Aulia menemukan tempat yang cukup
nyaman disana. Setelah mendudukkan tubuh mereka disana, Aulia dan teman-temannya memesan beberapa
makanan yang berbeda. Aulia memesan somay ikan, Yuyun memesan pempek Pak Karsiman
yang terkenal enak, dan beberapa temannya yang lain ada yang memesan pecel, ketoprak, dan
mie ayam. Sambil menunggu pesanan datang, mereka sedikit berbincang-bincang tentang masalah yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun herannya, Aulia seperti tak bersemangat
sekali dengan perbincangan itu. Dia lebih banyak melamun sambil memainkan sedotan yang ada
di dalam jus jeruknya. "Lia, kamu kenapa sih?" Tanya Yuyun ingin tahu.
5 Lembaga Dakwah Kampus 6 Subhanaka Allahuma wabihamdika Asyhadualla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.
Internet novel publicing Aulia terkejut dengan pertanyaan Yuyun barusan. Dia langsung membetulkan posisi
duduknya dan segera menggeleng.
"Tidak. Aku tidak apa-apa" Jawab Aulia yang menyembunyikan perasaannya saat ini kepada
teman-temannya. "Kamu ada masalah Li?" Tanya temannya yang lain bernama Ike.
Aulia hanya menggeleng sambil tersenyum simpul. Dia kembali diam. Teman-temannya juga
hanya bisa saling berpandangan sambil mengangkat bahu mereka masing-masing.
Makanan yang mereka pesan sudah datang. Aulia mengambil sepiring somay ikannya dari
tangan pelayan. Dia mengambil sebotol kecap dan menuangkannya ke atas somaynya itu, sambil
melamun. Tanpa sadar, kecap yang dituangkannya itu turun terlalu banyak dari botolnya hingga hampir
membanjiri somay ikannya. Aulia langsung tersadar saat Yuyun dan teman-temannya yang lain
menegurnya. "Aulia, kecapnya!"
"Astaghfirullah!" Ucap Aulia terkejut sambil mengangkat botol kecapnya.
"Ya ampun, kecapnya banyak sekali" Ucapnya sekali lagi.
"Kamu kenapa sih Li" Sedari tadi aku perhatikan, kamu banyak melamun. Bahkan kamu
tidak sadar kalau kecap yang kamu tuangkan kebanyakan" Ucap Yuyun penuh perhatian.
"Entahlah. Tapi, sungguh aku tidak apa-apa" Sahut Aulia sambil terus menyingkirkan kecap
yang membanjiri somaynya ke sebuah plastik. Wajahnya terlihat bingung. Tidak biasanya Aulia
bersikap seperti itu. "Tidak mungkin tidak ada apa-apa Li. Kami semua bisa membaca raut wajah dan sikapmu
pagi ini. Kamu beda Li. Tidak biasanya kamu seperti ini. Pasti ada masalah yang sedang kamu
hadapi. Ceritalah Li, mungkin kami bisa bantu" Salah seorang teman yang bernama Nasti
mencoba mencari tahu apa masalah yang tengah Aulia hadapi.
Tapi lag-lagi, Aulia hanya menggeleng sambil menjawab,
"Tidak ada apa-apa. Sungguh. Sudahlah, sebaiknya kita makan saja"
"Tapi kecapnya?" Tanya Yuyun spontan.
"Biarlah aku makan. Sayang kalau tidak dimakan akan mubazir. Toh semua ini juga karena
kelalaian aku" "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanan nya."7
"Aku telah berikan banyak nikmat nikmat pada mu, kalau kamu pandai bersyukur dan
mensyukuri segala pemberian Ku, Aku akan tambahkan lagi nikmat-nikmat (kesehatan, rezeki,
kebahagian dan ketentraman dll) kepada Mu, tapi kalau kamu tidak pandai bersyukur tunggulah
azab Ku yang pedih, baik di dunia maupun di akhirat nanti."8
"Aku takut menjadi orang yang dianggap tidak bersyukur kalau membuang makanan ini."
Ucapnya lagi lalu langsung membaca Bismillah dan memakan somay yang ada di hadapannya.
Teman-temannya yang lain pun mengikutinya.
Dibalik perasaannya kini bersama teman-temannya, ada sebongkah rasa yang tidak ia
mengerti dari mana datangnya. Mengapa rasa itu menjadi penghalang keceriaannya bersama
teman-temannya kini" Perasaan yang menurutnya, tak semestinya timbul dalam hatinya. Saat ini,
ia tengah melawan perasaan itu. Perasaan cintanya pada seorang ikhwan bernama Firman.
7 QS. Abasa Ayat 24 8 QS. Ibrahim ayat 7 Internet novel publicing Tak diduga, rasa itu semakin cepat menjalarnya dan merasuk kedalam sukmanya. Apa yang
sebenarnya ia sukai dari sosok seorang Firman, sebenarnya ia juga tidak tahu. Tapi entah
mengapa, kini ia menjadi sulit untuk menghilangkan Firman dari ingatannya. Tiba-tiba, ia ingin
sekali menikah. Menikah dengan orang yang dicintainya, dalam hati saja.
"Oh Tuhan, ampuni aku atas perasaan yang tak semestinya ada dalam hatiku." Ucap Aulia
dalam hati. * * * Dua Hari dan bulan berganti seolah kiamat pun semakin dekat. Ya, kiamat memang semakin
dekat dan bukan semakin jauh atau masih jauh. Kita tidak tahu kapan Allah akan mengutus
Malaikat IsrafilNya untuk meniupkan sangkakalanya. Yang pasti, hari itu akan semakin dekat.
Dan tugas kita sebagai hamba yang taat padaNya, senantiasa memperbaiki diri hari demi hari
agar kelak Allah merahmati kita untuk dapat masuk ke dalam surga FirdausNya. Amin.
Katakanlah: "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan
sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".9
"Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya
kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka


Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apakah faedahnya bagi mereka kesaAulian mereka itu apabila kiamat sudah datang?"10
Bagi Aulia, mungkin inilah kiamat untuknya. Perasaan cintanya pada Firman benar-benar
telah merubah segalanya. Perasaanya terhadap Firman telah membuat dunia Aulia seolah telah
kiamat. Semalam, entah karena apa, tiba-tiba saja Aulia teringat akan sosok Firman. Tak terasa,
sudah tiga tahun semenjak dia datang ke acara milad Izzatul Islam yang ke 9 dan dia melihat
Firman. Tanpa terasa juga dia telah memendam perasaan itu dalam-dalam tanpa bisa ia
membuangnya. Masih terlalu sulit baginya untuk melupakan Firman. Dan entah mengapa, seolah
perasaan itu semakin kuat bertahta di kedalaman hatinya.
Dalam hati kecilnya yang terdalam, ingin sekali rasanya dia dapat bersanding dengan Firman.
Tapi bagaimana caranya" Firman di Solo sedangkan dia di Jakarta. Terlalu sulit rasanya bila
harus mengungkapkan perasaan itu pada Firman. Sedangkan Firman sendiri tidak pernah
mengetahui bahwa ada seorang wanita yang begitu mengharapkannya, yang jauh darinya, yang
jauh dari pandangannya, dan tak pernah dikenalnya.
Perlahan dia bangkit dari tempat tidurnya dan mulai mengambil air wudhu untuk
melaksanakan shalat tahajud. Berniat mengadu pada Sang Maha Pemberi Rasa agar ditunjukkan
jalan terbaik untuknya. Seusai shalat tahajud, ia bermunajat padaNya.
"Ya Allah, sekiranya Engkau tahu, sudah sejak lama aku memendam rasa ini padanya. Rasa
yang sulit sekali aku jelaskan pada orang lain. Rasa yang sukar sekali aku ungkapkan padanya
karena dia jauh disana. Jarak dan waktu telah memisahkan kami. Dan aku, hanya dapat
mencintainya dalam hati saja.
"Ya Allah, sekiranya dia yang terbaik untukku, maka izinkanlah aku untuk menjadi yang
halal baginya. Aku yakin, tidak ada yang tidak mungkin bagiMu. Namun, jika memang dia
bukan yang terbaik untukku, maka jauhkanlah ia dari hatiku. Aku mohon Ya Allah"
9 QS. Al Mulk ayat 26 10 QS. Muhammad ayat 18 Internet novel publicing Tanpa terasa air mata itu jatuh menetes membasahi mukena yang kini menutupi tubuh Aulia.
Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tangisannya ini bukan karena dia tidak bisa
mendapatkan Firman sebagai pendamping hidupnya, tetapi perenungannya terhadap ketetapan
Allah dan perasaannya terhadap Firman yang belum juga bisa hilang dari hatinya.
Seusai melaksanakan shalat tahajud, dia menutupnya dengan melakukan shalat witir tiga
rakaat. Setelah itu dia mengambil buku diarynya dan menuliskan seluruh isi hatinya di dalam
buku tersebut. Sejurus kemudian dia mengambil hand phone-nya dan menuliskan sms untuk
kakaknya, Nuning, yang tinggal di sebelah rumahnya.
"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudahmudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."11
Dia menyeka air mata yang masih tersisa di ujung matanya. Kemudian melepaskan mukena
yang masih dikenakannya dan menutup buku diarynya.
* * * Ketika Aulia membuka mata, sejurus kemudian ada sms masuk kedalam ponselnya. Saat
dilihat, dari Maya, teman satu kelasnya di kampus. Maya ini adalah sahabat dekatnya sejak dari
SLTP. "Li, bisa kita ketemuan" Hari ini di tempat biasa jam 10"
Begitu isi sms Maya untuk Aulia. Aulia sendiri mengerutkan keningnya setelah membaca
sms dari Maya. Berpikir sejenak apakah hari ini ada acara atau tidak.
Setelah cukup berpikir, Aulia pun mengetik balasan sms untuk Maya.
"Ok May. Jam 10 di tempat biasa"
Tak lama berselang, Aulia segera bergegas pergi ke tempat yang biasa dia datangi bersama
dengan Maya, teman dekatnya. Entah apa yang ingin Maya bicarakan padanya sehingga harus
bertemu pagi ini di tempat biasa.
Di kantin kecil milik Pak Kumis, Aulia menunggu Maya sambil meminum segelas jus
alpukatnya. Tak berapa lama, datang seorang wanita mengenakan t-shirt berwarna merah marun
dipadankan dengan rok setengah betisnya menghampiri Aulia.
"Hai Li?", Ucap wanita tadi yang tak lain adalah Maya. Dia duduk di kursi yang masih
kosong di sebelah Aulia. "Hai May". Aulia menyahuti.
Baik dirinya maupun Maya tak langsung membuka pembicaraan. Maya terlihat murung dan
tak bersemangat sedangkan Aulia sendiri menatap Maya dengan penuh Tanya.
"Kamu kenapa May?", Tanya Aulia membuka pertanyaan.
Maya masih menikmati ketermenungannya. Dia hanya menatap wajah Aulia dengan ekspresi
sedih. "Irvan Li....", Ucap Maya buka suara.
"Ada apa dengannya?", Tanya Aulia seolah mencari akar permasalahan yang dihadapi
temannya itu. "Irvan selingkuh....", Jawab Maya dengan tangis yang ditahan.
"Aku lihat dia menggandeng perempuan lain.."
11 QS. Al Israa" ayat 79
Internet novel publicing Aulia menatap Maya dengan tatapan hampa. Dia tak tahu lagi apa yang harus dia katakan
pada Maya agar bisa menyadarkan semua kekhilafannya itu. Aulia diam sejenak untuk berpikir
sementara Maya sudah mengeluarkan air matanya.
Irvan adalah lelaki yang disebut Maya sebagai kekasihnya. Sudah hampir tiga bulan ini Maya
menjalin hubungan haram itu dengan Irvan. Awalnya Aulia sudah menasehati Maya agar tidak
berhubungan dengan Irvan sebab Irvan itu adalah salah satu anak kampus yang terkenal dengan
kenakalannya. Ketika Aulia memberikan nasehat itu pada Maya, yang ada justru Maya yang marah
padanya. Maya bilang kalau Irvan itu laki-laki baik yang akan selalu mendampinginya. Bahkan
karena hal tersebut, sampai-sampai Maya tidak mau lagi bertegur sapa dengan Aulia. Tapi ketika
ada masalah dengan Irvan, selalu Aulia yang menjadi tempat curhatnya.
Sebenarnya Aulia sudah enggan berurusan dengan Maya disebabkan Maya yang sulit untuk
dinasehati. Dia meminta saran pada Aulia, tapi ketika Aulia memberikan saran, dia malah
menolak dan enggan untuk berubah. Tapi biar bagaimanapun, kalau tak ada teman yang mau
mendengar keluh kesah Maya, takutnya dia akan mencari teman yang salah.
Aulia menarik nafasnya dan mulai berkata.
"May, sudah berapa kali kamu minta ketemu sama aku dan membicarakan hal yang sama"
Sudah tidak terhitung May. Aku sudah kasih kamu saran yang terbaik menurut aku, tapi kamu
tidak juga mau mendengar. Lalu apa yang kamu inginkan May?"
"Jadi kamu menyalahkan aku Li?", Tanya Maya.
"Tidak ada yang menyalahkanmu. Tapi dirimu sendiri kan yang merasa bersalah" Aku sudah
katakan, jauhi Irvan May, dia tidak pantas untukmu. Tapi apa yang kamu perbuat" Kamu masih
terus saja bersamanya. Ingat May, Allah itu tidak buta. Dia selalu melihat gerak-gerik setiap
hamba-Nya". "Tapi Irvan kan baik Li..."
"Selalu itu yang kamu katakan. Sekarang aku tanya, apa yang telah Irvan berikan pada
kamu" Bunga, perhatian, atau kasih sayang?"
"Semuanya....", Jawab Maya lesu.
"Semuanya itu hanya semu May. Apa bunga yang Irvan berikan masih segar?"
Maya menggeleng. "Apa hanya karena perhatian dan kasih sayang dari Irvan, bisa membuat kamu mengatakan
kalau Irvan itu baik sama kamu?"
Maya hanya terdiam. Tidak mengangguk atau pun menggeleng.
"Asal kamu tahu saja ya May, seorang laki-laki bisa dikatakan baik pada wanita, jika dia bisa
bersikap sopan. Sopan dalam artian yang sesungguhnya. Menghormati dan juga mengahargai.
Kalau yang aku lihat, Irvan itu tidak bisa menghormati wanita apalagi menghargai. Lihat saja
tingkahnya, setiap ada wanita yang lewat dihadapannya, selalu digodanya. Dia bahkan berani
menggamit tangan seorang wanita yang tidak dikenalnya. Aku lihat itu dengan mata kepalaku
sendiri May. Coba kamu pikir, apa dia itu baik?"
Maya kembali terdiam sambil menahan tangisnya.
"Menjadi baik itu mudah May. Asal kita senantiasa istiqomah dijalan Allah, Insya Allah,
Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kalau kita mau berbuat baik dengan cara yang
baik. Aku kan sudah pernah bilang padamu kalau laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
itu dilarang bermesra-mesraan layaknya suami istri. Itu dosa May. Tapi apa yang kamu lakukan,
kamu malah lebih memilih Irvan ketimbang aku, sahabatmu sejak kecil.
Internet novel publicing "Coba kalau seandainya saja kamu ikuti kata-kataku. Jangan pernah berhubungan dengan
Irvan, pasti kejadiannya tak akan seperti ini. Dan coba kalau kamu memegang prinsip bahwa
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim itu tidak boleh bersentuhan, maka akan lain
ceritanya. Aku yakin kamu tak akan mau dekat-dekat dengan Irvan. Karena pasti kamu akan
mencari laki-laki yang tetap menjaga kesuciannya. Dan bukan dengan cara pacaran, tapi
menikah. "Dan sekarang kamu lebih memilih kenikmatan yang semu itu, maka nikmatilah hasilnya.
Seharusnya kamu tidak boleh marah ataupun kesal kalau Irvan itu bergandengan dengan wanita
lain. Apa yang menjadi alasanmu untuk marah" Apa karena kamu sudah merasa memiliki Irvan
sebagai kekasihmu" Kamu dan wanita yang digandeng Irvan itu tak ada bedanya May. Kalian
sama-sama wanita yang bukan muhrim dengan Irvan. Dan seharusnya yang marah itu adalah
orang tuamu karena Irvan sudah seenaknya merebut hatimu dari mereka.
"Cobalah May, untuk bisa membuka pikiranmu. Masih banyak hal yang bisa kamu kerjakan
selain memikirkan Irvan. Dan masih banyak laki-laki yang lebih baik dari Irvan. Coba kamu jaga
kesucian dirimu, agar kelak kamu pun bisa mendapatkan pasangan hidup yang juga menjaga
kesucian dirinya. Ingat May, pasangan hidup kita adalah cerminan diri kita. Kalau kita baik,
maka Allah akan mengkaruniakan kita pasangan hidup yang baik pula. Tapi kalau kita buruk dan
tidak bisa menjaga kesucian diri kita, maka siap-siap saja mendapatkan pasangan yang serupa.
"Wanita sholehah itu ibarat sebuah benda yang dijual di toko dan dipajang di ruang kacanya.
Yang tidak bisa disentuh oleh siapapun kecuali orang yang akan membelinya. Tapi kalau wanita
yang hanya menuruti hawa nafsunya, dia ibarat sebuah benda yang diobral di kaki lima yang
siapa saja bisa memeganggnya tanpa harus membelinya. Kamu tinggal pilih May, mau menjadi
wanita yang pertama atau yang kedua?"
Maya menangis tersedu-sedu mendengar pernyataan Aulia barusan. Dia benar-benar
menyesal telah mengabaikan nasehat sahabat kecilnya itu. Mulai saat itu dia berjanji tak akan
lagi berhubungan dengan Irvan dan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi wanita sholehah
yang tadi Aulia katakan. Perbincangan kali ini diwarnai dengan perasaan lega antara Aulia dan juga Maya.
* * * Tiga Seusai shalat dhuha di Masjid Nurul Ilmi, Aulia tak langsung bergegas pergi ke kelas untuk
mengikuti pelajaran akuntansi perbankan dengan Ibu Tatyana, tapi lebih memilih untuk tetap
tinggal di masjid sebentar sambil memuroja"ah hafalan qur"annya.
Pelajaran Ibu Tatyana masih sekitar 30 menit lagi. Dia rasa tak masalah kalau menunggu
waktu sambil berdiam diri di masjid sambil melakukan hal-hal yang sekiranya bermanfaat
untuknya. Ditengah muroja"ah hafalannya, dia teringat kembali perkataan orang tuanya tadi pagi
dan juga tawaran dari kakanya itu. Dia mulai berpikir, kalau seandainya saja dia tidak
mempunyai penyakit itu, pasti orang tuanya akan setuju dengan keputusannya sekarang. Juga
dua lembar tiket itu yang sekarang ada dalam genggamannya.
Tapi Allah telah mentakdirkan lain. Biar bagaimanapun dia tak menyalahkan siapa pun. Dia
hanya bisa pasrah dengan keadaan sambil terus berdo"a semoga Allah selalu memberikannya
yang terbaik. * * * Internet novel publicing "Aulia! Jangan lupa minum obatnya", Teriak Bu Wardah, dari dapur. Bu Wardah adalah
Ibunda Aulia. Dia senantiasa mengingatkan Aulia agar jangan sampai telat minum obat.
"Iya Bu", Sahut Aulia tanpa semangat. Dia duduk di ruang makan sambil mengeluarkan satu
per satu obat yang hendak diminumnya.
Pak Wahyu, Ayahanda Aulia, yang sudah bersiap-siap pergi ke kantor, masih menyempatkan
dirinya duduk di beranda rumah sambil menikmati secangkir kopi buatan Bu Wardah dan
membaca koran pagi. Sedikit demi sedikit kopi itu habis diminumnya. Dia melirikkan matanya
ke jam tangannya. Sudah hampir pukul sembilan pagi. Dia segera melipat koran yang dibacanya
lalu menghabiskan kopinya yang tinggal satu tegukan lagi.
"Yuk Aulia, nanti kamu telat. Sudah diminum obatnya?", Tanya Pak Wahyu sambil berjalan
ke kamarnya. "Sudah Pak", Jawab Aulia seraya memasukkan kembali obat-obatan yang tadi sudah
diminumnya. Dari luar datang seorang perempuan berjilbab lebar dengan seorang wanita kecil,
mengucapkan salam. Dia adalah Nuning, kakak perempuan Aulia dan anaknya yang bernama
Fitri. "Assalamu"alaikum..."
"Wa"alaikumussalam...", Jawab Aulia dan Pak Wahyu hampir berbarengan.
"Belum jalan Pak?", Tanya Nuning sambil mendudukkan tubuhnya di ruang tamu dan
memangku si kecil Fitri yang baru berusia dua tahun.
"Belum", Jawab Pak Wahyu sambil mengambil sepatunya di rak sepatu dan memakainya.
"Dari tadi menunggu Aulia minum obat. Lama sekali"
"Lho! Kok jadi Lia yang disalahkan?", Ucap Aulia berusaha mencari kebenaran.
"Lha! Habis kamu yang dari tadi merengek minta izin ke acara kampusmu itu sih", Sahut Pak
Wahyu memberikan ketegasan.
"Acara apa sih memangnya Pak?", Tanya Nuning ingin tahu duduk persoalannya.
"Tuh, kamu tanyakan saja pada adikmu itu", Sahut Pak Wahyu malah menyuruh Nuning
untuk langsung bertanya pada Aulia. Nuning mengalihkan pandangannya pada Aulia tanpa
mengulang pertanyaannya tadi.
"Acara LDK. Menginap 3 hari 2 malam sambil outbond", Jawab Aulia dengan nada lirih.
"Acaranya apa saja?"
"Mbak seperti tidak pernah ikut acara LDK saja sewaktu kuliah dulu".
"Oh... Lalu apa yang membuat bapak tak menyetujuinya?", Kali ini Nuning bertanya pada
Pak Wahyu, ayahnya. Si kecil Fitri hanya diam sambil memakan kue yang sedari tadi dibawanya
sejak datang. "Kamu seperti tidak tahu adikmu saja Ning. Dia itu punya penyakit lemah jantung. Dulu saja
ikut perkemahan waktu SMP 2 hari 1 malam, sudah tidak kuat. Apalagi sekarang. Tempatnya
jauh lagi. Nanti kalau kenapa-kenapa bagaimana" Orang tua juga kan yang repot. Bapak hanya
tidak ingin kamu sakit lebih parah lagi nduk. Tolonglah kamu mengerti"
"Iya, lagipula cuaca disana kan dingin. Takutnya penyakitmu kambuh disana. Ibu tidak mau
kamu sakit lagi. Ya?", Kali ini Bu Wardah bersuara sambil menghampiri mereka di ruang tamu.
"Apa pendapatmu Ning?"
"Ya... Nuning sih setuju dengan pendapat bapak sama ibu. Biar bagaimanapun semuanya itu
melarang untuk kebaikan kamu juga Li", Jawab Nuning.
Aulia terlihat pasrah. Dia mengambil tasnya di kamar lalu berjalan menuju keluar rumah
sebelum akhirnya Nuning memanggilnya kembali.
Internet novel publicing "Eh Li, tunggu sebentar!"
Aulia menoleh ke arah Nuning tanpa bertanya ada apa.
"Sebagai ganti kepergian kamu yang dilarang bapak sama ibu, nih Mbak Ning bawakan tiket
konser nasyid. Pekan depan pukul sepuluh pagi. Ada bazarnya lho Li!"
Nuning memberikan dua lembar tiket pada Aulia. Dan Aulia langsung menerimanya.
"Memang Mas Dani tidak bisa ikut?", Tanya Aulia sembari membaca nama-nama tim nasyid
yang memeriahkan acara itu.
Mas Dani adalah suami Nuning. Mereka menikah tepat dua bulan setelah Aulia datang ke
konser IZIS tiga tahun yang lalu.
"Mas Dani bisa ikut. Itu Mbak kasih dua tiket agar kamu bisa mengajak temanmu. Kamu
pergi dengan temanmu saja ya?", Pinta Nuning.
Aulia tidak menjawab iya atau tidak. Dia masih serius membaca tiket itu. Di sela nama-nama
pengisi acara konser nasyid itu, dia melihat salah satu nama nasyid yang sangat ia kenal. True
Voice. Hatinya berdegup kencang. Dia menatap kedua mata Nuning lalu menjawab,
"Insya Allah Mbak, aku tidak janji. Aku berangkat. Assalamu"alaikum", Aulia membonceng
di motor bebek ayahnya. Dia memasukkan dua lembar tiket konser itu kedalam tasnya. Dia
kembali menatap wajah Bu Wardah dan wajah Nuning. Dalam tatapannya, dia sangat berharap
agar ibu dan juga kakaknya itu dapat mendoakannya yang terbaik.
Motor mulai melaju menembus gersangnya jalan raya.
* * * Kedua matanya masih setia menatapi dua lembar tiket yang tadi pagi diberikan oleh Nuning,
kakaknya. Al Qur"an kecilnya kini sudah dimasukkannya kedalam tas slempangnya. Tak lama
berselang, tiba seorang akhwat berjilbab lebar menghampirinya
"Assalamu"alaikum....". Ucap akhwat tersebut sambil mendudukkan tubuhnya di dekat
Aulia. "Wa"alaikumussalam". Jawab Aulia sambil menoleh kearah akhwat tersebut.
"Eh, Mbak Asih. Apa kabar Mbak?"
"Alhamdulillah baik. Bagaimana kabar kamu Li?", Tanya Asih balik.
"Alhamdulillah aku juga sehat Mbak". Jawab Aulia tanpa menambahkan pertanyaan lain
dibelakangnya. "Oh iya Li, kamu ikut acara pelatihan yang ke puncak itu?", Tanya Asih lagi yang diiringi
dengan gelengan kepala Aulia.
"Kenapa rupanya Li?"
"Bapak dan ibuku tidak mengizinkan Mbak. Padahal aku ingin sekali ikut. Tapi mau
diapakan lagi. Toh orang tua sudah bilang tidak boleh, itu tandanya mereka tidak mau aku
kenapa-kenapa. Maklumlah Mbak, aku kan punya penyakit", Jelas Aulia dengan nada lirih.
"Oh....ya ampun Li. Ya udah, sabar saja ya" Aku yakin orang tua kamu melarangmu itu juga
untuk kebaikan. Dan pasti dibalik larangannya itu tersirat sebuah perhatian khusus yang mereka
berikan untuk kamu".
"Iya Mbak", Sahut Aulia sambil tersenyum.
"Hei, tiket apa yang kamu pegang Li?", Tanya asih mengejutkan Aulia.
"Oh" ini tiket konser nasyid", Jawab Aulia pelan.
"Konser nasyid" Coba kulihat!", Ucap Asih seraya mengambil satu tiket konser dari tangan


Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aulia. Diapun memperhatikannya dengan seksama.
"Dapat dari mana kamu Li?"
Internet novel publicing "Tadi pagi Mbak-ku memberikan tiket ini. Kenapa, Mbak berminat datang ke acara ini?"
"Ehm... mau sih. Mbak-mu punya lagi?"
"Kurang tahu deh Mbak. Tapi kalau Mbak Asih mau, ambil saja tiket punyaku", Aulia
mencoba memberikan tawaran.
"Ah... tidak usahlah Li. Lagi pula, nanti aku pesan sendiri saja ke CP-nya", Tolak Asih.
"Tidak apa-apa Mbak. Lagi pula aku tidak berminat untuk datang ke acara itu..."
"Lho, kenapa Li?", Tanya Asih penasaran.
Aulia hanya menggeleng sambil tersenyum. Senyuman yang sangat khas dari seorang Aulia.
"Kamu tidak suka dengan acara nasyid?"
"Bukan. Tapi aku sedang tidak mood untuk datang ke acara-acara seperti itu. Ingin
menenangkan pikiran dulu Mbak".
"Menenangkan pikiran katamu" Memang kamu kenapa Li" Ada masalah?"
"Ah..tidak. Hanya ingin lebih tenang saja". Jawab Aulia santai.
"Nih tiketnya Mbak!", Ucap Aulia sambil menyodorkan tiket satunya lagi yang masih di
pegangnya pada Asih. "Mungkin Mbak bisa mengajak teman atau kerabat Mbak untuk datang bersama ke acara
itu". "Duh... syukran12 banget ya Li?", Asih mengucapkan terima kasih sambil meraih tiket konser
yang diberikan Aulia padanya.
Sesaat mereka diliputi keheningan. Tiba-tiba Aulia melontarkan pertanyaan pada Asih.
"Mbak?" "Ya?" "Boleh aku bertanya?" Tanya Aulia yang ditanggapi dengan anggukan Asih.
"Ehm...apa yang akan Mbak lakukan jika sebuah benda berharga milik Mbak, jatuh ke suatu
tempat yang sangaaaaat jauh dari jangkauan Mbak" Apakah Mbak akan mengambilnya
meskipun Mbak tahu resikonya sangat besar, atau justru Mbak meninggalkannya dan
membiarkan benda itu hilang dan tak akan berharap lagi benda itu akan kembali untuk
selamanya" Sedangkan tidak ada orang yang bisa Mbak mintai tolong" Apa yang akan Mbak
lakukan?", Pertanyaan Aulia mengalir begitu saja dari mulutnya.
Sekilas tampak Asih sedang memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan pada Aulia.
Ada raut penuh tanya pada wajahnya.
"Apa maksud pertanyaanmu?", Asih malah balik bertanya.
"Segala sesuatunya itu pasti memiliki maksud tersendiri. Dan untuk hal ini, simple saja.
Mbak hanya tinggal menjawab pertanyaanku dan itulah maksudku". Jelas Aulia.
"Aku sungguh tidak mengerti maksudmu Li"
"Jangan dimengerti Mbak. Tapi Mbak hanya tinggal menjawabnya saja. Simple kan?"
Asih terdiam sambil menatap penuh tanya pada Aulia.
"Kalau aku ada di posisi seperti apa yang kamu katakan tadi, aku akan...."
Asih menghentikan kalimatnya. Aulia menatapnya dengan penuh keseriusan.
"Entahlah Li. Aku tak bisa menjawabnya. Pertanyaanmu sungguh membuatku bingung. Aku
tak tahu apakah aku harus mengambilnya atau justru meninggalkannya. Sebab benda itu sangat
berharga untukku. Jadi...."
"Baiklah Mbak, aku mengerti. Terima kasih sudah memberikan pendapat untuk
pertanyaanku" "Tapi Lia, aku belum memberikan jawaban apapun atas pertanyaanmu..."
12 Terima kasih Internet novel publicing "Tak apa Mbak. Apa yang Mbak katakan tadi saja itu sudah cukup bagiku. Sudah
memberikan sedikit pemahaman padaku tentang sikap Mbak bila Mbak mengalami posisi seperti
itu". Asih terdiam. Tapi tatapannya seolah memberikan isyarat tanda tanya pada Aulia. Ada apa
dengan Aulia sebenarnya"
"Kalau begitu aku duluan ya Mbak. Masih ada kuliah dengan Ibu Tatyana. Mungkin suatu
hari nanti, Mbak akan mengerti apa maksud dari perbincangan singkat kita ini.
Assalamu"alaikum". Ucap Aulia seraya berdiri dan segera berlalu dari hadapan Asih.
"Wa"alaikumussalam", Jawab Asih gamang. Dia terus memperhatikan Aulia melangkah
menuju keluar Masjid. "Mungkin suatu hari nanti, Mbak akan mengerti apa maksud dari perbincangan singkat kita
ini". Kata-kata Aulia itu masih terus terngiang di telinga Asih. Apa maksud perkataan Aulia
sebenarnya" Diam-diam Asih merasa ada yang berbeda dari Aulia. Ada maksud terselubung
yang disembunyikan Aulia padanya. Lebih tepatnya lagi pada orang lain. Sebab akhir-akhir ini,
Asih merasakan ada yang berbeda yang tak biasanya ditunjukkan Aulia pada rekan-rekan
sesamanya. Bukan su"udzan atau hal lainnya, tapi lebih kepada pribadi Aulia sendiri yang sepertinya
menyembunyikan sesuatu. * * * Usai mengikuti mata kuliah akuntansi perbankan, Aulia mengikuti ajakan teman-temannya
untuk pergi ke SmartNet. Warung internet yang ada di sekitar Universitas Swadharma.
Kebetulan ada tugas kuliah yang memang harus diselesaikan di warung internet.
Sejurus kemudian, Aulia dan teman-temannya sudah ada di warnet. Penuh memang. Tapi
untungnya Aulia mendapatkan satu tempat kosong. Sedangkan teman-temannya yang lain
memilih satu tempat kosong untuk di pakai berdua.
Setelah memposisikan dirinya dengan nyaman di kursi, Aulia langsung mengeluarkan buku
tugasnya. Dengan cekatan dia memainkan jari-jarinya di keyboard komputer. Setengah jam
kemudian tugasnya sudah selesai. Namun karena dia sudah menyewa komputernya itu untuk satu
jam, maka dia menyempatkan dirinya untuk mencari-cari informasi di dunia maya itu.
Dia membuka Yahoo Messenger-nya juga Friendster-nya. Iseng-iseng dia membuka
Frindster orang-orang yang sedang online pada saat itu. Tiba-tiba terlintas dalam benaknya untuk
membuka Friendster milik grup nasyid True Voice. Dan sejurus kemudian, muncullah wajahwajah
itu. Wajah yang sangat tak asing lagi baginya. Hatinya berdegup kencang saat kedua
matanya memandang sosok yang selama tiga tahun ini bertahta dikedalaman relung hatinya. Ya,
Firman. Ada perasaan bersalah, senang, sedih, juga cemas saat dia membuka Friendster kepunyaan
grup nasyid pujaan hatinya itu. Merasa bersalah karena tak seharusnya dia memandang sosok
yang bukan muhrimnya itu. Senang karena akhirnya bisa melihat wajah itu dari dekat meski
hanya di dunia maya. Sedih karena selama ini, dia tak juga bisa menghilangkan sosok Firman
dari hatinya. Dan juga cemas, kalau-kalau semua hal tersebut bisa menyebabkan dia
menempatkan sosok Firman dihatinya melebihi Allah dan Rasul-Nya.
"Rabbi... maafkan aku...", Bisiknya dalam hati.
Internet novel publicing Seketika tangannya meng-klik "posting komentar" pada Friendster TV. Dia memutuskan
untuk memberikan sedikit pernyataannya pada Firman melalui posting komentar itu. Sekedar
ingin memberitahukan padanya bahwa ada seorang ukhti yang memendam rasa padanya.
"To: Firman TV From: Ukhti Sudah sejak lama aku memendam rasa ini. Rasa yang tak semestinya ada dalam hatiku. Aku belum bisa
menghilangkanmu dari ingatanku. Aku mohon do"a agar engkau dan aku bisa tetap menjaga cinta ini hanya untuk-Nya.
Maafkan aku bila mengharapkanmu"
Klik! Komentar itu langsung terkirim ke Friendster True Voice. Entah perasaan apa yang saat
itu ada pada Aulia. Merasa bersalah sudah pasti ada. Bahkan dia sangat menyesal sekali. Dia
segera menutup Friendster True Voice tersebut. Menutup Friendster-nya dan juga Yahoo
Messenger-nya. Mematikan komputernya dan memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu,
meskipun belum satu jam dia berada disana.
Teman-temannya bertanya kenapa dia terburu-buru sekali. Dan dia hanya menjawab,
"Ada urusan. Aku duluan ya" Assalamu"alaikum.."
Teman-temannya tak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya merasa ada yang berbeda dari diri
Aulia. Sedangkan Aulia sendiri, dia langsung memutuskan untuk pulang kerumah untuk
menenangkan pikirannya yang saat ini masih kacau.
* * * Empat Seusai shalat Isya, Aulia merebahkan tubuhnya yang masih terbalut mukena putih diatas
tempat tidur. Hatinya kini masih resah memikirkan kejadian tadi siang di warnet. Dia benarbenar
menyesal. Entah apa yang akan Firman dan teman-temannya katakan bila melihat katakata
itu ada dalam Friendster mereka.
Pasti Friendsternya akan muncul di dalam Friendster milik Firman dan kawan-kawannya itu.
Lalu mereka tahu bahwa ada seorang akhwat yang begitu mengharapkan Firman. Sosok seorang
wanita yang belum pernah mereka kenal sebelumnya. Tapi untung saja Aulia belum pernah
menaruh fotonya dalam Friendsternya itu. Jadi paling tidak Firman dan kawan-kawannya itu
tidak akan tahu bagaimana wajah Aulia yang sebenarnya.
Berulang kali Aulia membolak-balikan tubuhnya. Dia benar-benar cemas malam ini.
Sebelum masuk kamarnya tadi, dia menyampaikan pesan pada Ibunya agar dia jangan diganggu
karena sedang tidak enak badan. Dia mengambil ponselnya yang tergelatak tak jauh dari tempat
ia berbaring kini. Dia benar-benar bingung harus berbuat apa. Namun dia putuskan untuk
bertanya pada Mas Syarif, seorang penulis novel sekaligus munsyid yang berasal dari Jawa
Tengah. Perkenalan mereka bisa dibilang menarik. Suatu ketika Aulia mendengar sebuah lagu nasyid
yang diputar di salah satu gelombang radio Islam di Jakarta. Yang menyanyikan nasyid itu tak
lain adalah Mas Syarif itu. Tanpa disangka nasyid itu begitu menyentuh hatinya. Kemudian dia
mencari kasetnya di toko kaset Islami di daerah Depok. Dia mendapatkannya.
Setiap hari kaset itu diputar olehnya. Ketika dia membaca lirik lagu tersebut, tanpa sengaja
dia mengetahui kalau Mas Syarif itu ternyata penulis novel juga. Judul novelnya juga sama
dengan judul kasetnya. Iseng-iseng dia bertanya pada Mas Syarif itu melalui sms sederhana,
terkait masalah novelnya.
Internet novel publicing Setelah sms tekirim, Mas Syarif pun membalasnya. Aulia membeli novel tersebut dan
mengirimkan kembali sms pada Mas Syarif untuk memberikan pendapat tentang novel yang
telah dibacanya. Sms demi sms pun terkirim hanya untuk membahas isi novel tersebut. Tak lupa
Aulia selalu menitipkan salam untuk Mbak Mia, istri dari Mas Syarif. Sejak saat itu, hubungan
silaturrahmi antara Aulia dan Mas Syarif pun semakin erat.
Dan kini, Aulia tengah mengetik sms untuk Mas Syarif itu.
"Asw. Mas, Aulia mw ty, apa yg hrs Lia lkkn jk Lia sk dg seorg ikhwn yg sgt jauh. Dia seorg munsyid. Mungkin Mas tahu
siapa dia. Lia mhn solusinya Mas ya" Wass".
Sejurus kemudian sms itu terkirim pada Mas Syarif. Setelah sms itu terkirim, Aulia menaruh
ponselnya diatas tempat tidur. Dia beranjak mengambil Al-Qur"an sakunya diatas meja
belajarnya dan mulai membacanya huruf demi huruf secara khusyuk dan tartil.
Tak lama setelah itu, ponselnya berbunyi, menandakan ada satu pesan yang masuk. Aulia
menghentikan tilawahnya sejenak lalu membuka pesan di ponselnya itu.
"Asw. Li, bsk jgn lp bw prlgkpn acr bdh bku. Jgn tlt y" C U?"
Klik. Ternyata dari Yuyun. Mengingatkan kalau besok acara bedah buku dilaksanakan. Aulia
memejamkan kedua matanya. Sejenak dia terpaku dalam diam. Ada kehampaan dari dalam
hatinya yang ia sembunyikan dalam-dalam. Setelah menghela nafasnya, dia mengetik pesan
singkat untuk Mas Syarif.
"Mas, tlg dilupkn sj prtyaan Lia yg brsn. Dn tlg, rahasiakan ini pd syppn y" Aq sdh ptskn u mlpkn smwnya. Mgkn mmg bkn
jdh. Slm u Mbk Mia. Afwn w jzk".
Setelah mengirim pesan singkat itu, dia mengirim pesan balasan untuk Yuyun. Yang
menyatakan bahwa dia tak akan lupa membawa perlengkapan acara bedah buku yang sudah
disepakati bersama sewaktu rapat. Setelah semua dirasa cukup, dia meneruskan tilawah
Qur"annya itu. Berharap Allah akan memberikan rasa aman dihatinya malam ini.
* * * "Nanti jangan pulang terlalu malam Li! Katanya kamu sedang tidak enak badan kan?", Tanya
Bu Wardah, menghentikan langkah Aulia yang sedang membawa sarapannya menuju meja
makan, untuk menjawab pertanyaan Ibunya itu.
"Iya Bu. Lagi pula acaranya hanya sampai siang kok. Habis itu Lia akan langsung pulang".
Jawab Aulia yang langsung melanjutkan langkahnya menuju meja makan untuk menghabiskan
sarapannya. Pak Wahyu yang sudah rapi dengan seragam Pegawai Negeri Sipil-nya langsung ikut duduk
bersama Aulia di meja makan. Bu Wardah pun segera menyiapkan sarapan untuknya. Di tengah
menyantap sarapan pagi, datang Nuning dan Fitri, anaknya, sambil mengucapkan salam.
"Assalamu"alaikum..."
"Wa"alaikumussalam...."
"Eh... mujahidah tante. Sini, sarapan sama tante". Tegur Aulia pada Fitri. Dia langsung
menghampiri Fitri dan menggendongnya. Dipangkunya Fitri diatas tubuhnya dan sarapan
bersama dengannya. Nuning sendiri mendudukkan tubuhnya di kursi dekat ibunya.
"Sarapan Ning?", Bu Wardah menawarkan.
"Sudah tadi Bu, dirumah. Bareng Mas Dani sebelum berangkat kerja", Jawab Nuning
menolak. Internet novel publicing "Katanya kamu sakit Li. Sakit apa?", Tanya Nuning pada Aulia.
"Mbak tahu dari mana aku sakit?", Aulia balik bertanya.
"Semalam Mbak kesini memberikan makanan pada Ibu dan Bapak. Ibu bilang kamu sedang
tidak enak badan. Kamu sakit?"
"Hanya tidak enak badan saja. Paling kelelahan. Sebentar juga sembuh". Jawab Aulia dengan
pura-pura tidak sakit. Padahal sesungguhnya, selepas bangun tidur tadi, dia merasakan
jantungnya sangat sakit. Namun dia tahan dan tidak ia katakan pada keluarganya kalau
jantungnya sedang sakit saat ini.
"Wajahmu pucat Li". Ucap Nuning yang memperhatikan raut wajah Aulia.
"Benar kamu hanya tidak enak badan saja?"
"Benar Mbak. Sudahlah, aku mau berangkat ke kampus sekarang. Takut telat. Hari ini ada
bedah buku di kampus. Ayo Pak?". Aulia berusaha mengalihkan pembicaraan. Pak Wahyu
mengangguk. Aulia mencium kening Fitri dan menyerahkannya pada Nuning. Sebelum
berangkat, dia mencium tangan Ibunya dan juga kakaknya. Tak lupa dia membiasakan pada Fitri
untuk selalu mencium tangan orang yang lebih tua darinya.
"Aku berangkat ya. Assalamu"alaikum..."
"Wa"laikumussalam...", Sahut Bu Wardah dan Nuning.
Baru beberapa langkah menuju keluar rumah, Aulia menoleh kearah kakaknya itu.
"Mbak, tiket konser yang tempo hari Mbak berikan, aku kasih pada temanku".
"Lho! Kenapa Li?", Tanya Nuning penasaran.
"Tidak kenapa-kenapa. Maaf ya Mbak?", Pinta Aulia yang disambut dengan raut wajah
penuh tanya-nya Nuning. Pak Wahyu sudah siap dengan motornya. Dia langsung membawa pergi Aulia dari hadapan
Bu Wardah, Nuning, dan Fitri. Tak lupa mereka mengucapkan salam kembali sebelum pergi dan
melambaikan tangan pada si kecil Fitri.
* * * Acara bedah buku yang dilaksanakan di ruang auditorium kampus berlangsung cukup
meriah. Para hadirin yang datang pada kesempatan hari itu mengatakan bahwa acranya sangat
seru. Sebab yang disajikan oleh para panitia tidak hanya pembahasan mengenai buku yang
dibedah pada saat itu tapi juga menghadirkan tim nasyid yang ada di kampus Swadharma sendiri.
Tanpa terasa waktu kian bergulir, menghantarkan semuanya pada penghujung acara. Azan
Zuhur sebentar lagi akan berkumandang. Sebelum acara bedah buku ditutup, salah satu
mahasiswa yang aktif di LDK kampus membacakan doa penutup. Setelah itu, baru peserta
diperbolehkan meninggalkan tempat acara. Beberapa panitia ikhwan dan akhwat13 termasuk
Aulia, berdiri di depan pintu masuk ruang auditorium untuk memberikan ucapan terima kasih
pada peserta yang sudah hadir pada acara itu.
Para peserta masih saja berhamburan keluar satu per satu sambil bersalaman dengan para
panitia acara. Namun di sisi lain, Aulia yang juga tengah bersalaman dengan para peserta yang
hendak meninggalkan ruangan, merasakan sakit yang teramat sangat di bagian jantungnya.
Wajahnya sudah begitu pucat namun tak ada satu orang pun yang memperhatikan kepucat pasian
wajahnya itu. Keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuhnya akibat menahan rasa sakitnya
itu. Namun dia tetap berusaha tersenyum pada peserta yang tersisa.
13 Laki-laki dan perempuan
Internet novel publicing Sampai pada puncaknya, sakitnya itu sudah tak bisa ditahan lagi dan akhirnya Aulia pun
jatuh pingsan dan terkapar dilantai ruang auditorium. Semua yang melihatnya terjatuh langsung
bergegas menolongnya. Aminah, salah satu teman di organisasi LDK-nya yang berdiri tak jauh
dari Aulia segera membungkukkan tubuhnya untuk menolong Aulia yang saat ini pingsan.
"Astaghfirullah! Aulia!!", Teriak Aminah yang diiringi dengan kecemasan yang teramat
sangat. Teman-teman Aulia yang lain segera menghampiri tubuh Aulia yang kini tengah terbaring
lemas di lantai. Para akhwat segera bergegas mengangkat tubuh Aulia ke atas kursi yang
dirapatkan. Yuyun mengeluarkan minyak kayu putih dari dalam tasnya dan mengoleskannya di
pergelangan tangan Aulia.
Dingin. Itulah kata-kata yang terlontar dari mulut Yuyun ketika tangannya menyentuh
pergelangan tangan Aulia. Minyak kayu putih itupun di dekatkannya ke hidung Aulia namun
Aulia tak kunjung sadar. Mereka semua berinisiatif untuk membawa Aulia ke Unit Kesehatan
Kampus. Disana, Aulia direbahkan di kasur khusus pasien. Beberapa akhwat yang menemaninya
begitu cemas melihat kondisi Aulia yang tak juga menunjukkan kesadarannya dari pingsan.
Yuyun memijat tangan Aulia secara Perlahan. Tak lupa juga minyak kayu putihnya di
oleskan ke pergelangan tangan Aulia dan lehernya. Sementara itu, Ike, akhwat yang juga ikut
mengantarkan Aulia ke ruang UKK, ikut mengipasi Aulia dengan sebuah kertas. Sedangkan
Aminah berusaha menghubungi keluarga Aulia. Alhamdulillah ada jawaban. Sebentar lagi, orang
tuanya akan datang menjemput.
Tak lama berselang, akhirnya Aulia pun sadar. Perlahan dia membuka matanya dan menatap
satu per satu teman yang mengantarkannya ke ruang UKK.
"Alhamdulillah!! Kamu sudah sadar Li?", Tanya Yuyun dengan nada gembira. Spontan
semua yang ada di ruangan itu ikut gembira dan merasa lega karena Aulia sudah sadar.


Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aulia sendiri masih merasa bingung, ada dimana ia sekarang. Wajah pucatnya masih setia
menemani dirinya. Ketika Aminah bertanya apa yang dirasakannya saat ini, Aulia menjawab,
"Semua tubuhku lemas. Jantungku sakit sekali dan kepala ku pusing". Jawab Aulia sambil
terus mengedip-ngedipkan matanya.
"Kamu sudah makan?", Tanya Aminah kembali.
Aulia hanya mengangguk lirih.
Sejenak mereka semua terdiam lalu Aulia meminta tolong pada Ike untuk mengambilkan
tasnya. Ike pun dengan senang hati mengambilkannya. Setelah mengucapkan terima kasih, Aulia
berusaha mendudukan tubuhnya dan mengambil obat yang ada dalam tasnya itu. Dia segera
meminum obat itu. Berharap melalui obat itu, Allah berkenan memberikan sedikit rasa reda pada
sakitnya itu. Sejurus kemudian, obat itu sudah masuk kedalam tubuhnya. Dia kembali membaringkan
tubuhnya. Ditatapnya satu per satu wajah teman-temannya.
"Maaf ya" Karena aku, acaranya jadi berantakan". Ucap Aulia dengan lirih.
"Jangan bicara seperti itu Lia". Sahut Aminah dengan menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidak membuat acaranya berantakan. Acaranya kan sudah selesai. Lagi pula memang
tugas kita kan untuk menolong saudarinya yang sedang sakit. Sudahlah, kamu jangan
beranggapan yang macam-macam. Kamu istirahat saja ya" Sebentar lagi orang tuamu akan
datang untuk menjemputmu kesini".
Internet novel publicing "Syukran14 ya semuanya?", Lirih Aulia dengan mata berkaca-kaca. Aminah, Yuyun, dan Ike
pun menganggukkan kepala mereka sambil tersenyum.
Tiba-tiba ponsel Ike berbunyi.
"Ya Assalamu"alaikum. Oh, Lia. Alhamdulillah dia sudah sadar. Baru saja. Kenapa" Oh...
iya iya, baik. Iya, kami akan segera kesana. Ya wa"alaikumussalam..."
"Siapa Ke?", Serbu Yuyun.
"Hafidz. Dia bilang kalau Aulia sudah sadar, kita disuruh kesana, mengambil makanan untuk
Lia. Sekalian ada yang mau dibicarakan katanya".
"Ooh..." "Hmm.. kalian pergi saja. Biar aku disini sendiri", Pinta Aulia.
"Ya sudah. Kita ambil makanan untuk kamu dulu ya?"
"Tidak usah", Tolak Aulia sambil menggeleng.
"Aku tidak lapar..."
"Tapi Li, kamu harus makan agar kondisi tubuh kamu bisa kembali pulih...". Bujuk Aminah.
"Tidak apa Mbak. Aku makan dirumah saja. Toh sebentar lagi orang tuaku akan datang kan"
Salam untuk teman-teman yang lain ya" Maaf aku tidak bisa meneruskan acaranya".
"Ya sudah kalau begitu. Kamu hati-hati ya disini" Kalau ada apa-apa langsung bilang
petugas diluar" "Iya. Terima kasih ya?"
"Ya sudah, kita pergi dulu ya" Assalamu"alaikum.."
"Wa"alaikumussalam?", Jawab Aulia.
Dia kini sendiri sambil menunggu orang tuanya datang menjemput. Dia masih tidak mengerti
kenapa rasa sakit ini benar-benar merasuki jiwanya" Kenapa tiba-tiba wajah Firman begitu
melekat dalam pikirannya" Rabbi, maafkan aku....
* * * Lima Setelah orang tuanya datang, Aulia segera dibawa ke rumah sakit untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan. Di rumah sakit, dokter menyarankan agar Aulia banyak-banyak istirahat
karena jantungnya tidak kuat jika harus dipaksa mengikuti aktivitas dia yang begitu banyak
sebagai mahasiswa sekaligus aktivis LDK di kampusnya.
Setelah dirasa cukup, Aulia dan keluarganya pamit dan langsung keluar dari ruang dokter. Di
dalam langkah yang dipijakkan Aulia, ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya yang tiba-tiba saja
menyusup kedalam dadanya. Ada sedikit kegamangan akan kehidupannya di masa mendatang.
Tiba-tiba saja harapannya akan sebuah kehidupan yang lebih baik di masa depan hilang terseret
arus kehidupan seiring dengan pernyataan dokter beberapa saat yang lalu. Dan seketika saja
bayang-bayang Firman kembali hadir dalam episode kehidupannya ini.
Jantungnya semakin sakit dan kepalanya kembali pusing. Dia merasakan tubuhnya melayang
dan sangat ringan. Tanpa terasa tubuhnya jatuh pingsan. Dia mendengar Bapak dan Ibunya
langsung memanggil namanya tatkala dia terjatuh. Namun rasa sakit dan pusing itu mengalahkan
semuanya. Tubuhnya semakin lemas. Kemudian dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.
* * * 14 Terima kasih Internet novel publicing Ketika dia membuka mata, samar-samar dia melihat wajah ibunya.
"Kamu sudah sadar Lia?", Tanya Bu Wardah retoris.
Aulia tak menjawab. Dia masih meyakinkan dirinya bahwa Allah masih memberikan
kesempatan padanya untuk menghirup udara segar di dunia ini.
Hari-hari terus berlalu seiring dengan berjalannya waktu. Matahari yang terbit dari timur dan
tenggelam di barat, tempat peraduannya, sudah tak lagi terhitung berapa kali hal itu terjadi sejak
kejadian Aulia pingsan di rumah sakit.
Semakin hari kondisi Aulia semakin lemah. Sudah beberapa hari ini dia tidak masuk kuliah
dan vacum dari semua kegiatan di luar kampusnya. Sementara itu jantungnya pun semakin lemah
dan setiap waktu dia merasakan sakit yang teramat sangat di jantungnya. Dia merasa kondisinya
sudah tidak sehat lagi seperti dulu.
Kini dia lebih sering melaksanakan shalat tahajud di sepertiga malam sambil mengeluarkan
air matanya seusai itu untuk bermunajat, meminta kesabaran atas segala cobaan yang tengah
menghampirinya kini. Dan biasanya, dia akan menuliskan seluruh isi hatinya kala itu dalam buku
hariannya. Namun akhir-akhir ini, entah mengapa perasaannya pada Firman yang selama ini terpendam,
tiba-tiba saja begitu kuat merasuki jiwanya. Dia sungguh tak bisa melupakan Firman, sosok yang
sangat diharapkannya. Karena semua hal itu, dia jadi tidak nafsu makan, akibatnya tubuhnya kini
menjadi kurus. Penyakitnya saat ini bukan hanya lemah jantung saja, namun juga perasaan terpendamnya
terhadap Firman pun kini sudah menjadi penyakit baru yang bersarang di kedalaman hatinya,
yang semakin hari semakin menggerogoti tubuhnya. Penyakit yang sebenarnya dia tahu obatnya,
namun karena perasaan itu begitu kuat tertanam disana, maka sulit sekali rasanya untuk diobati.
* * * Pagi ini Aulia tengah merenung di sisi jendela kamar. Wajahnya memancarkan raut wajah
yang hampa. Dia hanya bisa pasrah menghadapi segala cobaan ini.
Dari luar kamar, tampak Nuning, kakaknya masuk kedalam kamarnya sambil mengucapkan
salam dan menyebut namanya.
"Assalamu"alaikum. Aulia..."
"Eh...wa"alaikumussalam...", Jawab Aulia sedikit terkejut. Dia memalingkan wajahnya ke
arah Nuning. Sesekali dia membetulkan posisi duduknya.
"Kamu sedang apa?", Tanya Nuning sembari memposisikan dirinya berdiri di samping
tempat Aulia duduk. "Sarapan yuk?", Ajak Nuning tanpa mendengar lagi jawaban dari Aulia atas pertanyaannya
yang pertama tadi. Aulia menggeleng, "Aku nggak lapar Mbak. Aku ingin disini saja". Jawab Aulia singkat. Seperti tak ada gairah.
"Tapi Li, kamu harus makan. Sudah beberapa hari ini kata Ibu dan Bapak, kamu susah sekali
makan. Makanlah Li! Jangan kamu turutkan keinginan yang tidak baik itu". Bujuk Nuning
lembut. Aulia menghela nafasnya dan membuang pandangannya keluar jendela. Entah apa yang
dirasakannya kini. "Tapi aku sungguh tidak lapar Mbak. Orang yang tidak lapar jika dipaksa untuk makan, itu
akan tidak ikhlas makannya nanti. Mbak mengerti kan?". Ucap Aulia berusaha mengelak.
Internet novel publicing "Bukan masalah ikhlas atau tidak Li. Tapi ini masalah kesehatanmu. Semenjak pulang dari
rumah sakit, kamu sudah tidak memikirkan lagi kesehatanmu. Itu artinya kamu menzhalimi
dirimu sendiri. Ingat Li, Allah tidak suka dengan orang-orang yang menzhalimi diri orang lain,
terlebih lagi terhadap diri sendiri. Kalau kamu tidak lagi memikirkan kesehatanmu dan tidak mau
makan dengan alasan kamu tidak lapar, itu sama saja dengan kamu menzhalimi dirimu sendiri.
Mungkin saat ini kamu tidak lapar dan kamu tidak ingin makan, tapi tubuhmu itu kan butuh
makan Li. Untuk bisa terus hidup dan berkembang"
Aulia hanya terdiam sambil sesekali menghela nafasnya. Mungkin dia tengah memikirkan
perkataan kakaknya barusan.
"Li, kehidupan seorang manusia itu terdiri dari dua unsur. Unsur lahiriyah dan unsur
batiniyah. Dan kedua unsur itu harus selalu seiring sejalan agar mereka bisa tumbuh dan
berkembang secara seimbang. Jika saat ini unsur batiniyahmu mengatakan kamu tidak lapar dan
tidak mau makan, hal itu tidak berlaku untuk unsur lahiriyahmu. Dia butuh makan. Dia butuh
minum. Dia butuh dikasihi dan butuh diperhatikan. Agar dia bisa terus hidup dan bisa
menjalankan amanah yang telah Allah berikan. Kamu harus bisa memikirkan hal itu dan
berusaha menyeimbangkan keduanya. Kamu tidak boleh egois karena kamulah si pemilik unsur
lahiriyah dan batiniyah itu. Kalau bukan kamu yang memperhatikan dan merawat keduanya,
siapa lagi Li" Mbak" Atau Bapak dan Ibu" Bukan kami Li, tapi kamu. Kamu yang harus
merawat keduanya. Mbak yakin kamu mengerti apa yang Mbak maksud". Sambung Nuning
berusaha memberikan semangat dan motivasi untuk adiknya itu.
Lagi-lagi Aulia hanya diam seribu bahasa. Tapi kini raut wajahnya lebih serius
mendengarkan kakaknya itu berbicara. Perlahan Aulia memalingkan wajahnya pada Nuning
kemudian dia mengeluarkan sepatah kata,
"Mbak...." "Apa aku masih punya masa depan?", Tanya Aulia begitu lirih terdengar.
Nuning terkejut mendengar pertanyaan adiknya itu. Dia tak langsung bisa menjawab. Dia
merasakan ada yang mengganjal di tenggorokannya. Mulutnya tercekak.
Perlahan matanya basah. Dipandanginya wajah Aulia yang begitu pucat dan kurus.
"Punya Li. Kamu masih punya masa depan. Setiap orang pasti mempunyai masa depan
dalam hidupnya. Apa kamu mengkhawatirkan hal itu?"
Aulia mengangguk. "Aku adalah wanita yang tidak berdaya Mbak. Keadaanku di dunia ini hanya menjadi beban
bagi orang lain. Penyakit yang bersarang di tubuhku ini telah membuat aku tak bisa berbuat
banyak dalam hidupku". Ucap Aulia penuh kepasrahan.
"Aulia! Kamu jangan bicara seperti itu. Allah tidak mungkin menciptakan hamba-Nya
dengan kesia-siaan dalam hidupnya. Pasti ada hikmah dibalik semua itu. Dan Mbak yakin kamu
bisa mengambil hikmah itu. Aulia yang Mbak kenal dulu tidak pantang menyerah. Dia selalu
bisa menjadi cahaya bagi sekelilingnya. Dia amat tegar dan tidak mudah rapuh. Tapi sekarang,
mana Aulia yang dulu" Mbak tidak melihat lagi sorot mata penuh ketegaran dan semangat dari
matamu. Ayo Aulia! Bangkit! Kembalikan lagi semangat hidupmu. Mbak akan selalu
membantumu". Ucap Nuning terus memberikan semangat untuk Aulia.
"Lalu apa yang harus aku lakukan Mbak" Apa yang bisa diperbuat oleh seorang yang
penyakitan seperti aku" Bahkan..". Aulia menghentikan kata-katanya.
"Bahkan apa Li?". Tanya Nuning penasaran.
"Bahkan..... untuk mencintai dan dicintai oleh seorang ikhwan sholeh saja aku sudah tak
berani berharap. Lalu apa yang harus aku lak......"
Internet novel publicing Belum sempat Aulia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba dia merasakan sakit yang teramat
sangat di bagian jantungnya. Dia tak tahan lagi dan akhirnya jatuh pingsan. Penyebab dia
pingsan seperti ini bukan hanya karena jantungnya yang sakit, tapi juga karena rasa cintanya
yang semakin mendalam pada Firman yang tak juga bisa hilang dari hatinya.
* * * Ketika Aulia membuka matanya, dia tersadar kalau saat ini dia tengah berada di rumah sakit.
Tubuhnya terasa sangat lemas dan kepalanya begitu pusing. Dia merasakan tangannya seperti
ada yang menggenggam. "Kamu sudah sadar sayang?"
Suara lembut Bu Wardah sedikit memberikan ketenangan pada Aulia. Dia hanya
mengangguk tanpa bersuara. Bola matanya hanya diarahkan ke atap kamar rumah sakit. Dia
merasakan kehampaan saat ini.
Bu Wardah keluar untuk memberitahukan hal ini pada dokter. Tak lama berselang, dia
datang bersama seorang dokter wanita berkerudung. Dokter itu segera memeriksa keadaan Aulia.
Setelah selesai meemeriksa keadaan Aulia, dia bilang bahwa jantungnya sangat lemah. Oleh
karena itu, Aulia disarankan untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka setuju. Aulia pun
dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Namun kondisinya semakin lemah.
Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Aulia tak kunjung pulih. Malah
justru kondisinya semakin memprihatinkan. Tubuhnya menjadi kurus. Wajahnya pucat dan
terdapat semacam lingkaran hitam di kedua matanya.
Beberapa temannya di kampus dan di keorganisasiannya banyak yang menjenguk dan
memberikan semangat baru untuknya. Namun kedatangan teman-temannya itu tidak membawa
pengaruh besar pada keadaannya. Kondisinya tetap tidak berubah. Malah justru semakin parah.
Sejak tadi malam hingga menjelang zuhur ini, Aulia tidak membuka matanya meski sekejap
saja. Keluarga yang senantiasa menungguinya sudah mulai cemas. Mereka pun berkonsultasi
pada dokter yang menangani penyakit Aulia.
"Bagaimana keadaannya dok?". Bu Wardah segera menyerbu dokter berkerudung itu dengan
pertanyaannya. "Sabar Bu!". Tukas Nuning yang saat itu datang sendiri tanpa membawa suami dan anaknya.
Dokter berkerudung yang bernama Rina itu diam sejenak sambil menatap satu per satu
keluarga Aulia pada saat itu.
"Kita tunggu beberapa saat lagi, kalau dia tak kunjung sadar juga, maka dia
mengalami.....koma!"
"Apa dok" Koma"!" Tanya Bu Wardah dan Nuning bersamaan dengan nada yang cukup
tinggi. Pak Wahyu yang pada saat itu baru datang membeli makan terheran-heran mengapa istri
dan anaknya itu begitu histeris.
Dokter pun kembali menjelaskan apa yang tadi sudah ia jelaskan pada Bu Wardah dan
Nuning. Setelah mendengar pernyataan dokter itu, Pak Wahyu, Bu Wardah, dan Nuning sendiri
tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Mereka menangis di depan kamar Aulia. Setelah itu dia
menghubungi suaminya untuk mengabarkan hal ini.
* * * Internet novel publicing Enam Sudah sepekan berlalu sejak dokter menyatakan bahwa Aulia koma. Namun sampai sekarang
Aulia tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Dia masih tetap memejamkan matanya dan belum
sadarkan diri. Dokter Rina sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyadarkan Aulia dari koma, namun dia
merasa agak sedikit janggal dengan penyakit yang diderita Aulia. Sepanjang sejarahnya dia
menjadi dokter ahli jantung, tak pernah ada pasiennya yang mengalami koma sampai berharihari
karena penyakit lemah jantungnya. Dia pun mulai meneliti dan memeriksa kembali penyakit
apa yang sebenarnya sampai bisa membuat Aulia koma.
Dan setelah menjalani pemeriksaan pada Aulia, ternyata koma yang dideritanya itu bukan
karena penyakit lemah jantungnya, tapi penyakit yang lain. Penyakit yang hanya bisa
disembuhkan, bila apa yang dipendam dalam hatinya bisa terwujudkan.
"Apa dok"!" Nuning histeris setengah tak percaya.
"Koma yang dialami Aulia itu bukan karena penyakit lemah jantung yang dideritanya selama
ini?" "Iya", Jawab dokter Rina lembut.
"Lalu penyakit apa dok yang sebenarnya dialami oleh Aulia?"
"Mungkin keluarganya sendiri yang lebih tahu". Jawab dokter Rina yang membuat sebuah
tanda tanya besar dihati Nuning. Dia mengerutkan dahinya.
"Kami yang lebih tahu dok?"
Dokter Rina mengangguk. "Maksud dokter apa?"
"Penyakit yang dialami oleh Aulia sebenarnya simple saja. Saat ini ia mengalami depresi
yang sangat berat. Mungkin disebabkan oleh tekanan batin yang terlalu berlebihan, atau
semacam masalah yang tidak bisa ia pecahkan dan ia pendam sendiri, sehingga mengalami
depresi. Nah, depresi yang sangat berat itu pasti berpengaruh pada jantungnya yang saat ini
sangat lemah. Sehingga mengakibatkan koma yang berkepanjangan kalau depresi yang dia alami
tidak segera dicarikan solusinya. Untuk itu mengapa saya katakan, mungkin keluarganya lebih
mengetahui permasalahannya". Jelas dokter Rina.
Nuning sendiri masih bingung masalah apa yang sebenarnya saat ini tengah dialami oleh
adiknya itu. Dan karena apa ia bisa sampai tertekan. Nuning terus memikirkan hal itu. Dia pamit
pada dokter Rina dan segera keluar dari ruangannya. Dia berjalan sangat pelan sambil
memikirkan perkataan dokter Rina barusan.
Dia menghampiri kamar Aulia. Disana ada Pak Wahyu dan Bu Wardah. Sedangkan suami
dan anaknya sedang berada di luar rumah sakit untuk membeli makan siang. Nuning segera
menjelaskan pada orang tuanya itu tentang penyakit Aulia. Tidak ada yang dikurangi atau
ditambahi. Semua sama seperti apa yang dikatakan oleh dokter Rina tadi.
* * * "Mas, aku tidak pernah habis pikir kalau penyakit yang dialami Aulia itu akibat depresi yang
dia alami. Apa ya Mas yang kira-kira membuat dia sampai depresi seperti itu?" Tanya Nuning
disela-sela waktu senggangnya menidurkan Fitri, anaknya.
"Entahlah dik. Aku juga belum bisa menemukan kemungkinan apa yang membuat Aulia
depresi". Sahut Dani, suami Nuning, sambil mengotak-atik laptopnya.
Internet novel publicing Sesaat mereka terdiam dan berkelana dengan pikiran mereka masing-masing. Tiba-tiba Dani
melontarkan sebuah ide yang cukup brilian.
"Dik, bagaimana kalau kita ke kampus Aulia dan bertanya pada teman-temannya. Siapa tahu
saja mereka tahu apa permasalahan yang tengah Aulia hadapi sampai saat ini"
Perlahan ada secercah harapan pada raut wajah Nuning. air mukanya begitu berseri-seri.
Diapun setuju atas usulan suaminya itu. Dan memutuskan, besok mereka berdua akan memulai
investigasi mereka di kampus Aulia.
* * * Tanpa membawa Fitri, akhirnya Nuning dan Dani pergi ke kampus Aulia. Pertama-tama


Cinta Dalam Doa Karya Sarah Aisha di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka mencari mahasiswa yang sekelas dengan Aulia. Kemudian mereka menanyai mereka
satu per satu ketika jam istirahat tiba. Tapi dari hasil investigasi mereka, tak ada satupun teman
yang mengetahui kalau Aulia punya masalah selama ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk
mencari mahasiswa dan mahasisiwi yang notabene-nya aktivis da"wah kampus. Kemudian
meminta salah satu dari mereka untuk mengumpulkan beberapa diantaranya untuk ditanyai
perihal masalah yang dialami Aulia.
Dari sekian banyak aktivis yang dimintai keterangan, ada beberapa orang yang memang
menangkap gelagat yang aneh dan tak seperti biasanya pada Aulia. Mereka adalah Asih dan
beberapa teman-teman akhwat Aulia. Asih yang tempo hari pernah berbincang sebentar dengan
Aulia di masjid kampus, menuturkan pada Nuning yang saat ini bertanya padanya,
"Aulia pernah menawarkan tiket konser nasyid pada saya. Ketika saya tanya alasannya apa,
Aulia menjawab dia ingin menenangkan pikiran dulu. Saya coba tanya padanya apa dia ada
masalah sehingga ingin menenangkan pikiran segala. Tapi dia hanya mengulang perkataan yang
tadi dia lontarkan. Ingin menenangkan pikiran. Pada saat itu saya tidak tahu apa masalah dia, tapi
paling tidak saya menangkap gelagat yang tidak biasa padanya".
"Gelagat apa yang anti15 maksud?". Tanya Nuning dengan penuh penasaran.
Sejenak Asih menghentikan kata-katanya sambil mengingat - ingat kembali perbincangan
singkatnya dengan Aulia. "Gelagat yang tidak biasanya Aulia lakukan. Saat itu ia lebih tenang, lebih pendiam, dan
lebih....serius. Saya katakan ia lebih serius sebab setelah ia memberikan tiket itu pada saya, dia
langsung bertanya, apa yang akan saya lakukan jika sebuah benda berharga milik saya, jatuh ke
suatu tempat yang sangat jauh dari jangkauan saya. Apakah saya akan mengambilnya meskipun
saya tahu resikonya sangat besar, atau justru saya meninggalkannya dan membiarkan benda itu
hilang dan tak akan berharap lagi benda itu akan kembali untuk selamanya. Sedangkan tidak ada
orang yang bisa saya mintai tolong. Saat itu saya hanya bertanya apa maksudnya dia bertanya
seperti itu, tapi dia hanya menjawab "Segala sesuatunya pasti memiliki maksud tersendiri. Dan
untuk hal ini, simple saja. Mbak hanya tinggal menjawab pertanyaanku dan itulah maksudku".
Hanya itu yang ia katakan. Saya berpikir sejenak tapi jawaban itu tak kunjung datang di pikiran
saya. Saya katakan padanya, "Kalau aku ada di posisi seperti apa yang kamu katakan tadi, aku
akan....". saya tidak meneruskan kata-kata saya dan lebih memilih untuk mengatakan bahwa saya
bingung untuk menjawabnya. Namun anehnya, apa yang saya katakan itu menurut Aulia sudah
cukup baginya. Menurutnya sudah memberikan sedikit pemahaman padanya tentang sikap saya
bila saya mengalami posisi seperti itu. Saat itu saya sudah mulai menyadari kalau Aulia tidak
seperti biasanya. Apalagi ketika ia hendak pamit pada saya karena masih ada kuliah lagi. Dia
15 Kamu (bentuk tunggal untuk perempuan)
Internet novel publicing mengatakan mungkin suatu hari nanti, saya akan mengerti apa maksud dari perbincangan singkat
kami pada saat itu". Asih menutup ceritanya. Sedangkan Nuning semakin tidak mengerti apa
masalah yang sebenarnya dialami Aulia. Dia mengucapkan terima kasih padanya dan memohon
doa untuk kesembuhan Aulia. Asih pun senantiasa mendoakannya.
Kemudian Nuning bertanya lagi pada beberapa teman akhwat Aulia. Yuyun, salah satu dari
mereka menyatakan, "Tempo hari seusai syuro di masjid kampus, kami memutuskan untuk makan siang di kantin.
Sambil menunggu pesanan datang, kami memutuskan untuk berbincang-bincang sebentar.
Namun herannya, Aulia seperti tak bersemangat sekali dengan perbincangan itu. Dia lebih
banyak melamun sambil memainkan sedotan yang ada di dalam jus jeruknya. Kami bertanya apa
dia ada masalah, tapi dia hanya menjawab "Tidak ada apa-apa" lalu dia kembali diam dan tidak
seperti biasanya. Kemudian tak berapa lama pesanan kami pun datang. Aulia yang pada saat itu
memesan somay ikan kalau tidak salah, menuangkan kecap pada somaynya itu. Tapi dia
menuangnya sambil melamun. Entah apa yang dipikirkannya pada saat itu. Alhasil, kecap yang
dituangnya pun terlalu banyak. Dia terlihat bingung ketika kami beritahukan kecapnya
kebanyakan. Dia segera beristighfar kemudian memakan somaynya meskipun dengan penuh
kecap". Jelas Yuyun seingatnya. Kemudian cerita itu dilanjutkan oleh Ike.
"Pernah juga kami pergi ke warnet bersama Aulia karena ada tugas yang harus diselesaikan.
Aulia duduk di meja komputer tersendiri. Tapi tak beberapa lama, tiba-tiba dia bangkit dari
duduknya dan langsung berpamitan pada kami. Ketika kami bertanya ada apa, Aulia hanya
menjawab dia ada urusan dan langsung pergi dengan terburu-buru. Semenjak itu kami melihat
seperti ada yang disembunyikan olehnya dari kami. Tapi kami tidak tahu apa".
Nuning memejamkan matanya. Menghela nafasnya dalam-dalam dan merasakan betapa
rumitnya jalan yang harus ditempuhnya untuk mengetahui permasalahan adiknya itu. Sampai
saat ini dia belum menemukan titik terang dari permasalahan Aulia. Dia pun mencatat semua inti
dan permasalahan dari kisah yang tadi diceritakan Asih dan beberapa akhwat teman Aulia itu.
Setelah mengucapkan terima kasih, Nuning dan Dani pun menyudahi investigasi mereka.
* * * Tujuh Keesokan harinya, Dani lagi-lagi mempunyai ide yang cemerlang. Dia menyarankan agar
mencoba mencari buku harian Aulia. Menurutnya, siapa tahu saja dia menuliskan masalahnya itu
di buku hariannya. Tanpa berlama-lama, Nuning pun segera menggeledah kamar Aulia untuk mencari buku
harian adiknya itu. Di laci, di lemari, bahkan di bawah tempat tidurnya sudah dia cari. Dan
Alhamdulillah ketemu! Buku harian itu ditaruh Aulia di sebuah buffet kecil yang semuanya
berisi buku bacaan. Nuning serasa menemukan sebuah harta karun yang tak ternilai harganya.
Dia segera membuka lembar demi lembar buku harian adiknya itu dan membacanya dengan
seksama. Rabu, 7 Mei 2008 (18:58) Mbak Nuning, Andai kau tahu siapa yang saat ini tengah aku cintai. Andai saja kau tahu siapa
yang membuatku menangis karena nya.
Mbak Nuning, Internet novel publicing Kalau saja kau tahu siapa ikhwan yang telah mencuri hatiku. Bila saja kau tahu siapa
ikhwan yang berhasil melumpuhkan hatiku. Mungkin kau tak akan menyangka.
Semenjak aku melihatnya untuk pertama kali, jujur hatiku tertambat olehnya. Kalau
aku tahu seperti ini akhirnya, aku kira buta adalah lebih baik untukku daripada aku
harus menanggung perasaan ini de ngan tujuan yang tidak jelas.
Mbak Nuning, Kau mengenalnya. Kau mengenal ikh wan yang saat ini ada dalam hatiku. Andai
saja kau sadar, dia adalah.....
Nuning menghentikan sejenak membaca buku harian Aulia. Ada sebuah tanda tanya besar
yang tiba-tiba menggelayuti pikirannya. Apa mungkin saat ini Aulia tengah jatuh cinta" Dan
siapa yang sebenarnya dicintai olehnya" Siapa sosok ikhwan yang dikenalnya yang juga dicintai
oleh Aulia" Dia kembali membaca.
Senin, 12 Mei 2008 (22:16)
Rabbi, Belum pernah seumur hidup aku men cintai seseorang sampai sebegini dalam nya.
Hanya sekali aku melihatnya tapi wajahnya belum bisa aku lupakan sampai sekarang.
Rabbi, Tiga tahun aku memendam cinta ini. Cinta pada seseorang yang sangat jauh dariku.
Seseorang yang sangat jauh dari pandanganku. Seseorang yang tak pernah kukenal
sebelumnya. Seseorang yang tak pernah tahu adanya aku.
Rabbi, Sekiranya Engkau mengizinkan, pertemu kanlah aku dengannya dalam bingkai
sya riatMu. Namun bila tidak, maka mudah kanlah aku untuk melupakannya.
Rabbi, Izinkanlah kutitipkan cinta ini padaMu. Biarkanlah cinta ini tumbuh dan bersemi
hanya disisiMu. Jika aku sendiri pun tak tahu lagi harus kemana kutempatkan cintaku,
maka perkenankan lah aku untuk menyimpan cinta ini dalam saku kemuliaanMu.
Hingga pada waktunya nanti ku ambil lagi cinta itu untuk seseorang yang Kau
pilihkan untukku, jika seseorang itu bukanlah "dia".
Nuning semakin berpikir. Siapa kira-kira ikhwan yang dicintai oleh Aulia, yang juga
dikenalnya, tapi ikhwan itu tidak mengetahui keberadaan Aulia" Ikhwan yang sangat jauh
darinya, dari pandangannya, dan tidak pernah dikenal sebelumnya"
"Oh Rabbi, masalah ini semakin sulit dipecahkan.." Gumam Nuning disela-sela waktunya
membaca buku harian Aulia. Dia memutuskan untuk membaca tulisan Aulia yang berikutnya.
Selasa, 13 Mei 2008 (21:16)
Rabbi, Sungguh aku tak dapat melupakannya. Tolong katakan padaku, apa yang harus aku
lakukan" Jika melupakannya, apa itu berarti seorang muslimah itu tidak boleh jatuh
cinta" Internet novel publicing Tuhan, Aku begitu mengharapkannya. Adakah dia merasakan kehadiran seorang akhwat
yang mencintainya ini" Tolong aku Rabb. Kirimkanlah obat penawar cinta ini agar aku
tak menjadi seperti Laila Majnun yang meninggal karena memendam cintanya.
Mengapa cinta ini jatuh, pada sebuah hati yang begituuuuu.. jauh. Sehingga aku tak
dapat lagi menjangkaunya. Apakah aku harus meninggalkan cinta tersebut pada hati
yang jauh itu, atau aku harus berusaha untuk meraihnya" Sampai seka rang aku belum
menemukan jawabannya. Tiba-tiba Nuning teringat akan sebuah cerita yang pernah dikisahkan oleh sahabat Aulia,
Asih. Yang mengatakan bahwa Aulia pernah bertanya tentang sebuah benda berharga yang jatuh
di tempat yang sangat jauh. Nuning segera mengambil catatan kecil yang berisi inti sari dari
semua investigasi dia dan Dani dengan teman-teman Aulia, dari dalam tasnya. Dia segera
mencocokkan pernyataan Asih yang sempat ia tulis, dengan tulisan Aulia yang baru saja
dibacanya. Berulang kali dia mencocokkan dan hasilnya memang pernyataan itu begitu mirip. Tulisan
yang ditulis Aulia sangat mirip dengan pertanyaan yang pernah ia lontarkan kepada Asih.
Nuning menarik kesimpulan bahwa pertanyaan yang ditanyakan Aulia pada Asih itu adalah
pertanyaan tentang perasaannya terhadap ikhwan misterius yang dicintainya. Namun karena Asih
bingung harus menjawab apa, makanya Aulia merasa cukup dan segera pergi.
Benda berharga yang dimaksudkan Aulia adalah cintanya. Cinta dia pada ikhwan misterius
itu. Dan sampai sekarang, dia belum menemukan jawaban itu. Jawaban apakah dia harus
berusaha meraihnya atau justru dia harus meninggalkan benda berharga yang tak lain adalah
cintanya itu. Tapi siapa ikhwan itu" Apa yang dimaksudkan Aulia begitu jauh" Nuning meneruskan
membaca. Kamis, 15 Mei 2008 (16:34)
Tuhan, Kau sudah mengkaruniakan cinta ini dalam hatiku. Tapi kenapa begitu sulit aku
menempatkan cinta ini dalam hatinya"
Sabtu, 24 Mei 2008 (22:25)
Duh, engkau yang telah mencuri hatiku.
Siapakah kiranya yang kelak akan menjadi bidadarimu" Titipkanlah salamku
untuknya. Bahagiakanlah dia seperti aku akan membahagiakan orang yang akan
menjadi pahlawanku. Aku yakin, "dialah" yang terbaik untukku dan juga untukmu.
Semoga "dia" akan menjadi cinta sejatiku dan juga cinta sejatimu.
Amin...... Tiba-tiba kedua mata Nuning basah. Sembab. Hatinya merasa sakit sekali. Kemana saja dia
selama ini. Mengapa dia tidak mengetahui masalah yang diderita oleh adiknya itu. Kenapa
kejadian ini harus terjadi sementara kalau saja dia mau sedikit lebih dekat dengan adiknya itu,
mungkin Aulia mau membagi perasaannya itu padanya.
Internet novel publicing Nuning membasuh air matanya yang mulai turun membasahi wajahnya. Dia pun membuka
lembar berikutnya. Sabtu, 24 Mei 2008 (23:58)
Tuhan, Cinta memang tak harus memiliki. Adakalanya kita harus merelakan apa yang kita
ingini tak bisa kita miliki.
Tuhan, Bila sekiranya dia memang bukan yang terbaik untukku, maka hidupkanlah
cintaku ini dalam ladang keikhlasanMu. Andai saja aku bisa memutar waktu sebelum
aku melihatnya. Oh Tuhan, Aku mencintainya......
Sabtu, 7 Juni 2008 (17:34)
Tuhan, Maafkan diriku yang telah menyimpan dia dalam hatiku. Sungguh Ya Allah,
semakin berusaha aku melupakannya semakin aku mengharapkannya. Hatiku menjadi
sedih jika mengingat semua ini.
Tuhan, Berikan aku kekuatan.... Senin, 9 Juni 2008 (20:11)
Bunda, Orang yang aku cintai telah membenciku. Dia membenciku bukan karena wajahku.
Bukan juga karena fisikku. Dia membenciku, karena aku telah mencintainya.
Bunda, Orang yang aku cintai telah membenciku. Dia membenciku tanpa pernah dia melihat
wajahku sebelumnya. Sabtu, 21 Juni 2008 (11:05)
Ya Allah, Apakah aku termasuk orang-orang yang merugi" Apakah aku termasuk orang-orang
yang tak shalihah karena telah menyimpan dia dalam hatiku" Ya Allah, Maafkan aku.
Aku benar-benar menyesal atas semua kejadian ini. Aku bertaubat Ya Allah. Sungguhsungguh
bertaubat. Tak akan lagi aku memikirkannya.
Nuning menutup buku harian Aulia. Air matanya sungguh tak dapat ditahannya. Ada sebuah
perasaan bersalah ketika dia membaca buku itu. Mengapa dia tak bisa membantu adiknya itu
yang saat ini tengah dilanda perasaan cinta oleh seorang ikhwan. Tapi siapa ikhwan itu"
Internet novel publicing Dengan cekatan dia segera mencari tahu siapa ikhwan itu. Dia geledah semua isi lemari
pakaian Aulia. Dia buka semua laci yang ada disana. Tak lupa juga ia mencari apapun yang bisa
memberikan dia informasi tentang siapa ikhwan itu, di dalam buffet kecil tempat Aulia menaruh
buku-buku kuliah dan buku-buku bacaannya.
Namun hasilnya nihil. Seluruh isi kamar sudah digeledah namun Nuning tetap tak dapat
menemukan informasi apa-apa tentang ikhwan misterius itu. Dia hampir pasrah. Di waktu yang
bersamaan hand phone nya berdering. Satu panggilan dari Dani, suaminya.
"Ya, assalamu"alaikum Mas?", Sapa Nuning dengan lembut.
"Wa"alaikumussalam. Gimana, sudah ketemu buku hariannya?", Tanya Dani dari sebrang
sana. "Sudah Mas". Jawab Nuning lesu.
"Lalu, ada informasi apa" Apa yang Aulia tulis di buku hariannya?"
Nuning menghela nafasnya.
"Dia sedang jatuh cinta, Mas". Nuning memberitahu.
"Jatuh cinta" Dengan siapa?"
"Itu dia masalahnya. Dia tidak menuliskan siapa nama ikhwan yang saat ini dia sukai.
Pokoknya banyak hal yang berkaitan dengan investigasi kita kemarin di kampus Aulia, dengan
buku hariannya ini. Kalau bisa, Mas cepat pulang ya" Banyak sekali yang ingin aku bicarakan"
"Iya. Mas akan secepatnya pulang. Kalau begitu sudah dulu ya" Assalamu"alaikum...."
"Wa"alaikumussalam...."
Nuning segera mematikan hand phone-nya dan berniat untuk menaruhnya kembali di dalam
tasnya, sebelum tiba-tiba sebuah gagasan mendahului pemikirannya. Dia tak jadi menaruh hand
phone nya kedalam tas. Seketika dia teringat akan hand phone Aulia. Jangan-jangan dalam hand
phone itu Aulia menuliskan semuanya. Tentang perasaannya dan siapa ikhwan itu.
Pedang Keadilan 4 Detektif Stop - Paket Bergambar Tengkorak Pendekar Muka Buruk 17
^