Pencarian

Pedang Keadilan 4

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 4


277 kuat, aku rasa alasan tersebut tak perlu dikemukakan
lagi di sini." Mendengar perkataan tersebut diam-diam Lim Hankim
menghela napas, pikimya: "Ucapan macam apa ini"
sudah jelas tahu kalau perbuatan mereka
dilatarbelakangi alasan yang kuat, kenapa tidak diijinkan
mengemukakannya ke luar..?"
Terdengar sastrawan berbaju hijau itu meneruskan
katanya: "siapkan alat siksa air"
Tirai di sudut ruangan itu segera terbuka lebar,
Delapan orang lelaki kekar yang bertelanjang dada
dengan menggotong sebuah kuali besi yang amat besar
muncul dengan langkah lebar.
Dasar kuali besi itu dihubungkan langsung dengan
sebuah tungku batu yang sangat tinggi dan besar, Api
dalam tungku itu berkobar-kobar sedang dalam kuali
penuh berisi air. Benda-benda itu mereka letakkan di
depan hiolo batu tersebut Tampak salah satu lelaki itu
mengayunkan tangannya membuka mulut api di tungku
besar tersebut jilatan api yang membara dalam tungku
itu kelihatan makin berkobar, lidah api berwarna hijau
segera menjilat setinggi dua depa lebih.
satu ingatan segera melintas dalam benak Lim Hankim,
pikirnya tanpa terasa: "Mungkinkah yang
dimaksudkan siksaan air adalah memasukkan seseorang
278 ke dalam air mendidih lalu menggodoknya sampai
mampus" Aaaai, kalau benar-benar seperti apa yang
kuduga, kejadian ini benar-benar mengerikan sekali."
sementara itu dua orang gadis yang sedang berlutut di
tanah itu tampak melompat bangun begitu melihat air
yang mulai mendidih dalam kuali serta melihat kobaran
api di tungku tersebut Membayangkan bagaimana
tersiksanya bila digodok dalam air mendidih, mereka jadi
bergidik, Beg itu melompat bangun, tangannya segera
diayunkan ke atas batok kepala sendiri, mereka mencoba
untuk membunuh diri. Tampaknya sastrawan berbaju hijau itu sudah
menduga hal itu. Melihat kedua orang gadis tersebut
mencoba bunuh diri, ia segera tertawa dingin: "He he
he,.. ingin mampus" Tidak semudah itu,.,"
sekali tangan kanannya diayunkan, lengan kedua
orang gadis tersebut yang sudah terangkat tiba-tiba saja
kembali terkulai lemas. Dengan ketajaman mata yang
dimilikinya Lim Han-kim dapat saksikan bahwa sewaktu
sastrawan berbaju hijau itu mengayunkan tangannya
tadi, sebutir butiran perak yang kecil ikut meluncur ke
luar dengan kecepatan luar biasa.
Tanpa terasa ia jadi terkesiap. pikirnya: "Hebat betul
ilmu silat yang dimiliki orang ini. Tak disangka dia sudah
menguasai ilmu "Butir Beras Menotok Jalan Darah" yang
susah dikuasai itu."
279 Terdengar sastrawan berbaju hijau itu kembali
membentak dengan suara rend ah tapi berat: "siksaan
dilaksanakan" Delapan orang lelaki bertelanjang dada itu serentak
mengiakan dan maju ke depan, Mereka gantung tubuh
dua orang gadis itu diudara lalu menggesernya pelanpelan
ke arah kuali penuh air tersebut
Begitu sampai di atas kuali, mereka mulai kendorkan
talinya pelan-pelan sehingga tubuh dua orang gadis itu
terseret turun pelan-pelan. Dalam sekejap lutut mereka
sudah terbenam ke dalam air mendidih dalam kuali
tersebut. Agaknya dua orang gadis tersebut sudah tahu bahwa
jeritan serta rengekan minta ampun mereka tak mungkin
bisa menimbulkan iba di hati orang tersebut, karenanya
sambil menggertak gigi kencang-kencang, mereka coba
menahan siksaan rasa sakit dibagian tubuh mereka yang
terendam dalam air mendidih itu. Mereka tak terdengar
mengeluh maupun merintih.
Tali derek makin diturunkan, air mendidih yang
merendam tubuh dua orang gadis itupun makin
meninggi, sekejap kemudian selangkangan mereka
sudah terbenam rata. Dalam keadaan begini, meski dua
orang gadis itu tahu bahwa mereka pasti mati dan coba
bertahan, namun akhirnya mereka tak tahan juga. jeritan
ngeri yang menyayat hati pun mulai bergema memenuhi
280 seluruh ruangan. jeritan kesakitan itu melolong
menggidikkan hati, membuat siapa pun tak tahan
mendengarnya. Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasakan emosinya
bergelora dalam hatinya, tak tahan lagi ia membentak
keras: "Tahan" Bentakan itu keras bagaikan suara guntur yang
membelah bumi, seluruh ruangan ikut bergetar sampai
goncang keras, bahkan cahaya lilin dan lentera pun ikut
bergoncang tiada hentinya.
sastrawan berbaju hijau itu segera ulapkan tangan
kirinya memberi komando. Lelaki yang bertugas di
samping alat siksaan segera menarik kembali talinya dan
menderek naik tubuh kedua orang gadis yang sedang
menjalani siksaan tersebut
Dengan cepat Lim Han-kim mengalihkan pandang
matanya, ia melihat pakaian yang dikenakan dua orang
gadis tersebut sampai sebatas selangkangan sudah
menempel pada tubuh mereka, Lamat- lamat ia saksikan
lepuh-lepuh besar menghiasi seluruh kaki mereka,
Menyaksikan semua itu, tak tahan lagi dia menghela
napas sedih, Tampak sastrawan berbaju hijau itu dengan
sinar matanya yang dingin dan tajam mengawasi wajah
Lim Han-kim lekat-lekat, lalu sambil tertawa hambar
tegurnya: "Buat apa kau berteriak-teriak" Apa ingin
281 menggantikan mereka untuk menjalankan siksaan tersebut?"
"Aku tahu setiap partai dan perkumpulan
mempunyaiperaturan yang ketat dan wajib ditaati," sahut
Lim Han-kim dingin. "Tapi semestinya setiap pelanggaran
cukup dijatuhi hukuman sewajarnya, kenapa kau mesti
menggunakan alat siksa semacam ini untuk menghadapi
dua orang gadis muda" Tidakkah kau merasa bahwa
perbuatan tersebut tidak cukup gagah?" Kembali
sastrawan berbaju hijau itu tertawa dingin.
"Justru aku sedang melaksanakan kewajiban partai
terhadap kaum pembangkang, Kami mempunyai tiga
pantangan berat dan bagi yang melanggar harus
menjalani siksaan air, siksaan api dan siksaan manusia."
Lim Han-kim sangat emosi, dia merasa hawa
amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. sayang
tangannya masih diborgol dan tubuhnya masih dirantai,
dan rantai yang dipergunakan sangat kuat serta susah
dipatahkan sekalipun ia mempunyai niat untuk menolong
orang, apa mau dikata dirinya tidak memiliki kekuatan
untuk melakukan nya. Terdengar gadis-gadis itu dengan suara yang
merengek mulai berseru: "Kaucu... berbuatlah kebaikan
dengan menghadiahkan kematian utuh buat kami....
sampai di alam baka pun kami tak... tak akan melupakan
budi kebaikan kaucu..."
282 Nada suara mereka amat memelas, membuat iba
siapa pun yang mendengar. orang berbaju kuning yang
mengenakan topeng itu tetap membungkam, ia Hanya
memandang sekejap dua orang gadis tersebut dengan
sorot matanya yang dingin menggidikkan. Tampaknya
hatinya tak tergerak sama sekali oleh rengekan yang
mengibakan hati itu. Kembali sastrawan berbaju hijau itu berkata sambil
tertawa dingin: "..... Apa yang kalian alami baru sedikit
siksaan yang tak berarti, siksaan yang lebih berat nanti
akan segera menyusul."
Kemudian setelah mengulapkan tangannya memberi
tanda, ia melanjutkan. "sementara waktu siksaan air
dianggap selesai. Biarkan mereka menikmati siksaan dari
tubuh yang melepuh itu selama tiga hari, kemudian
siksaan manusia baru di-laksanakan"
Dua orang lelaki berbaju hijau mengiakan dan segera
muncul untuk menurunkan dua orang gadis yang sudah
setengah sekarat itu dari kuali air mendidih dan
kemudian menggotongnya pergi.
sementara itu delapan lelaki berwajah bengis yang
bertelanjang dada itu tetap tinggal dalam ruangan tanpa
bergerak. 283 Diam-diam Lim Han-kim menghela napas, pikirnya:
"Entah siapa lagi yang mendapat giliran untuk
menjalankan siksaan paling keji ini..."
Dengan mata yang setengah terpejam, sastrawa
berbaju hijau itu menyapu sekejap seluruh ruangan. Kata
nya kemudian sambil tertawa: "Gerak-gerik organisasi
kami selalu rahasia, oleh sebab itu jarang sekali umat
persilatan yang mengetahui..."
"Aku ingat sekarang.." mendadak terdengar seseorang
berteriak keras. Ketika Lim Han-kim berpaling, ia temukan si
pembicara ternyata adalah Han Si-kong si monyet tua.
"Coba terangkan apa yang kau ingat," perintah
sastrawan itu. " Kalau tebakanku tidak keliru, kalian semestinya
adalah perkumpulan Hian hong- kau yang biasanya
malang melintang diwilayah barat-daya dan bermarkas
diperbukitan Im-kui..."
sastrawan berbaju hijau itu segera tertawa terbahakbahak:
"Ha ha ha ha... tepat sekali dugaanmu, Ternyata
Han tayhiap mempunyai pengetahuan dan pengalaman
yang benar-benar luas, Betul, organisasi kami memang
selalu berkeliaran di wilayah perbukitan Im-kui dan
jarang sekali menginjakkan kaki di wilayah Kang-lam
284 serta Tionggoan, Tapi sekarang dunia sudah ka-cau,
banyak malapetaka terjadi di kolong langit. Ketua partai
kami sebagai seorang yang berhati besar dan penuh
belas kasih menganggap inilah saatnya bagi kami untuk
menghimpun rekan-rekan persilatan dan bekerja sama
menegakkan kembali keamanan dalam dunia."
"Huuuuh, partai aliran sesatpun ingin omong besar,
Hmmm jangan harap kalian " mampu melaksanakan
pekerjaan besar itu," ejek Han Si-kong ketus.
sastrawan berbaju hijau itu tertawa dingin, berpaling
ke wajah Lik-ling, ujar-nya: "Monyet tua ini begitu
sombong dan tekebur, Kalau tidak diberi sedikit siksaan
rupanya dia belum tahu kehebatan kita..."
Lik-ling tersenyum, tukasnya: " orang ini sang at
tersohor di wilayah Kang-lam maupun Tionggoan,
sebagian besar jago persilatan merupakan kenalan
lamanya, oleh sebab itu, semenjak membekuknya aku
tak pernah menyiksa dirinya, Sungguh tak disangka
biarpun sudah kupenjarakan hampir dua tahun lamanya,
sikap angkuh dan jumawanya belum juga luntur. Kalau
memang hendak diberi sedikit pelajaran, silahkan Huhoat
(pelindung hukum) mengambil keputusan"
sastrawan berbaju hijau itu mengalihkan
pandangannya ke wajah manusia berbaju kuning yang
duduk di tengah itu dan memohon pendapatnya:
"Bagaimana kau-cu?" Manusia bertopeng itu tetap
285 membungkam, Hanya kali ini dia menggelengkan
kepalanya. "Baiklah," ujar sastrawan berbaju hijau itu kemudian.
"sebentar kaucu masih harus menjumpai tamu agung,
kalau memang tak ada petunjuk lain, kami semua tak
berani merepotkan kaucu lagi."
Pelan-pelan orang berbaju kuning itu bang kit berdiri,
memutar badan dan berjalan meninggalkan ruangan, Likling
dan sastrawan berbaju hijau itu serentak bangkit
berdiri untuk menghantar kepergian ketua-nya,
sementara orang-orang berbaju hitam beserta
kedelapan lelaki bertelanjang dada itu bersama-sama
jatuhkan diri berlutut sambil menyembah, sampai
bayangan tubuh orang berbaju kuning- itu keluar dari
ruangan diiringi empat lelaki dan empat perempuan kecil,
baru mereka bersama-sama bangkit berdiri
sesudah bayangan punggung ketuanya lenyap
daripandangan, sastrawan berbaju hijau itu baru
berpaling ke wajah Han si-kong sambil ujarnya: "Kaucu
kami benar-benar berbelas hati, dia tak tega menyiksa
atau menyakiti tubuhmu..."
Mendadak terdengar suara langkah kaki yang terburuburu
berkumandang datang. Paras muka Lik-ling dan
sastrawan berbaju hijau itu segera berubah, serentak
mereka bangkit berdiri 286 Lik-ling mengayunkan tangannya dengan cepat
memberi tanda, lalu melompat turun dari panggung kayu
dan buru-buru keluar dari ruangan- sementara itu si
sastrawan berbaju hijau menyapu pandang sekejap ke
seluruh ruangan- kata nya kemudian- "sementara bawa
mereka ke penjara air, singkirkan semua peralatan siksa
yang ada..." Delapan orang lelaki tinggi besar bertelanjang dada itu
segera menggotong pergi kuali besi dan tungku raksasa
tersebut menuju ke belakang ruang utama, sedang
belasan lelaki berbaju hitam yang ada di secutar ruangan
serentak turun tangan me-ngerudungi tawanan masingmasing
dengan kain hitam dan menggiringnya ke luar
dari ruangan-

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Han-kim merasa tangannya yang di-borgol
diggndeng seseorang meninggalkan ruangan tersebut,
jalan yang ditempuh dari atas makin merendah ke
bawah, tak lama kemudian ia mendengar suara aliran air,
seakan-akan lalu ia dilemparkan ke dalam sebuah sungai
kecil. Air yang dingin cepat membenamkan sepasang
kakinya sebatas lutut. Kedengaran seseorang dengan suara yang parau
sedang mencaci maki: "Jika aku berhasil melepaskan diri
dari sini, bila aku tak mampu meratakan pesanggrahan
Tho-hoa-kit ini rata dengan tanah, percuma aku si raja
287 monyet ceking berkelana hampir puluhan tahun lamanya
dalam dunia persilatan-.."
Ternyata suara itu berasal dari Han si-kong, semakin
memaki, ia semakin marah sehingga kata- kata
makiannya pun makin lama semakin tak sedap didengar.
Namun para pengiring mereka itu rata- rata memiliki
pendidikan iman yang cukup tangguh, sekalipun
mendengar kata-kata makian kotor yang sangat tak
sedap didengar itu, tak seorang pun di antara mereka
yang menanggapi ataupun menunjukkan suatu reaksi.
Waktu itu, biarpun sepasang mata Lim Han-kim
tertutup oleh kain hitam, pendengarannya sama sekali
tidak terganggm Dia dapat merasakan rantai di tubuh
nya bergetar keras seakan-akan diikatkan pada sesuatu
benda, disusul kemudian suara air yang beriak. Agaknya
para manusia berbaju hitam yang menggiring mereka ke
situ telah mengundurkan diri
Han si-kong sendiri, ketika makiannya tidak
memperoleh tanggapan, lama kelamaan dia jadi bosan
sendiri dan berhenti dengan sendirinya.
Dalam keheningan yang menyelimuti seluruh ruangan,
tiba-tiba terdengar suara seorang gadis memanggil
sambil menghela napas panjang: "Lim siangkong"
Lim Han-kim dapat menangkap suara panggilan itu
berasal dari samping tubuh nya, tapi ia tak yakin apakah
288 di antara belasan orang yang sama-sama terkurung
dalam penjara air itu tak ada orang dari she Lim,
karenanya untuk sesaat dia tetap membungkam tanpa
menjawab. Ketika panggilannya tidak mendapat tanggapan, gadis
itu segera mempertinggi suara panggilannya dan
berteriak lagi: "Lim Han-kim"
Karena panggilan kali ini langsung menyebut
namanya, Lim Han-kim tidak ragu-ragu lagi, sahutnya:
"Ada urusan apa nona?"
Mendengar jawaban tersebut berasal dari samping
tubuh nya, gadis itu segera mem-perkecil suara nya dan
berkata lagi: "Aku kuatir obat jinsom milikmu itu sudah
berhasil mereka rampas, aaaai... sebetulnya aku
berharap dengan mencuri obat mestika-mu itu, aku bisa
mengobati penyakit nona kami, siapa sangka usahaku
gagal, aku malah terjebak oleh perangkap orang-orang
Hian-hong-kau hingga tertawan-.."
Teringat betapa pentingnya artipil mestika itu, buruburu
Lim Han-kim bertanya: "Bukankah kalian telah
mengutus orang untuk mengantar pil mustika tersebut
berangkat duluan?" Gadis itu menghela napas panjang: "sebenarnya kami
hanya menipumu, ketika datang untuk menyambangi
289 lelayonmu tempo hari. Pil tersebut telah kami
sembunyikan lebih dulu, kemudian sesudah berpamitan,
baru pil itu kami ambil lagi,"
Diam-diam Lim Han-kim mengeluh, pikirnya:
"Ternyata manusia dalam dunia persilatan benar-benar
licik dan penuh tipu muslihat, tak nyana aku tertipu lagi
oleh mereka waktu itu"
Tapi dengan pendidikannya yang baiki serta wataknya
yang lembut, dia enggan memaki atau menegur orang
lain meski kejadiannya jadi begini parah, Mulutnya tetap
membungkam dalam seribu basa.
Terdengar gadis itu berkata lebih jauh: "Tahu bakal
terjadi peristiwa macam ini, aku tak bakal mencuri obat
mustikamu itu sehingga bukan cuma kami terseret dalam
keadaan seperti ini, kaupun ikut menderita."
Lim Han-kim membatin- "Betul juga perkataan ini,
Kalau bukan gara-gara pil mestika tersebut, tak nanti aku
balik kepesanggrahan Tho-hoa-kit dan aku pun tak usah
tersekap di tempat semacam ini."
sedang di luar ia menjawab dengan hambar "Kejadian
yang sudah lewat biarkan saja lewat Kita tak perlu
menyinggungnya kembali Cuma... ada satu persoalan
yang ingin kutanyakan kepada nona, bersediakah kau
untuk menjawab nya?"
290 "soal apa?" "Yakinkah nona, pil mustika tersebut benar-benar
sudah terjatuh ke tangan orang-orang Hian- hong- kau?"
Gadis itu berpikir seb entar, kemudianjawabnya tegas:
"Aku yakin dugaanku tak salah, Ketika kami terbokong
oleh serangan gelap orang-orang Hian- hong- kau hingga
pingsan di tepi hutan, begitu sadar kami jumpai sudah
terkurung disini, padahal pil mestika itu tersimpan dalam
sakuku, sudah pasti mereka telah menggeledah dan
mengambilnya." Mendengar keterangan itu kembali Lim Han-kim
berpikir "Pil mustika itu mempunyai kaitan yang erat
dengan mati hidup Ciu locianpwee.Jika kudengar dari
penuturan ketua kuil awan hijau, orang ini rupanya
mempunyai hubungan yang cukup akrab dengan
keluargaku. Kalau tidak, tak nanti ibu mengutus aku dan
adik Liong untuk menghantar sendiri pil mustika itu kepadanya,
sedang suhupun tak nanti menderita luka parah
gara-gara pil itu. Hmmm, aku mesti cari akal untuk
meloloskan diri dari kurungan ini dan berupaya merebut
kembali pil mustika itu.,."
ingatan tersebut segera mengobarkan semangatnya
untuk meloloskan diri, diapun mulai peras otak mencari
jalan keluar 291 Ketika sampai lama ditunggu tidak terdengar juga
jawaban dari Lim Han-kim, tak tahan gadis itu menghela
napas sambil berkata lagi:
"Nona kami cantik tiada taranya di kolong langit Aaaai
Kasihan gadis secantik itu ternyata mengidap sejenis
penyakit yang amat parah hingga sepanjang tahun harus
tersiksa oleh penyakit itu dan tiap hari mesti pingsan satu
kali." "Betul majikan tua kami telah mengumpulkan tabibtabib
kenamaan dari seluruh dunia untuk mengobatinya,
Pelbagai obat mustika pun sudah dicari untuk
menyembuhkan penyakit tersebut, namun tak satu pun
berhasil menyembuhkan dirinya, oleh sebab itulah kami
selalu bersedih hati lantaran peristiwa ini."
sesungguhnya Lim Han-kim sedang berpikir
bagaimana caranya merebut kembali obat mustika itu
agar bisa digunakan untuk menyelamatkan jiwa Ciu
Huang yang terancam, tapi dia pun tak bisa tidak
memberi tanggapan atas perkataan gadis itu, maka
tanyanya sambil lalu: "Penyakit apa sih yang
dideritanya?" Padahal yang benar ia tidak mendengar secara jelas
apa yang sedang dibicarakan gadis itu, Hanya secara
lamat-lamat saja ia mendengar kalau terkena sejenis
penyakit, maka dia pun ajukan pertanyaan itu seada-nya.
292 Gadis itu menghela napas sedih: "Penyakit yang
diderita nona kami sangat aneh, pelbagai tabib
kenamaan yang ada di dunia ini tak berhasil mendugaduga
sumber dan sebab-sebab penyakitnya, Penyakit itu
sudah dibawanya semenjak lahir. Meskipun di masa
mudanya ia sudah banyak mewarisi pelbagai ilmu silat
dari tuan kami namun didikan ilmu silat tersebut tak
pernah berhasil membentuk tubuh nona kami jadi sehat
dan kuat." "Aaaai... kalau penyakit itu tidak kambuh, keadaannya
tak beda jauh dtngan orang biasa, bisa bergurau dan
omong-omong, tapi begitu kambuh... tahu-tahu saja dia
pingsan tidak sadarkan diri..."
Ia berhenti sejenak memb eri kesempatan kepada Lim
Han-kim untuk mengajukan pertanyaan Ketika tidak
mendengar pemuda itu bersuara, tak tahan dia
bergumam lebih jauh: "Loya kami tak berputra, dia
Hanya memiliki seorang putri tunggal itulah sebabnya
sejak kecil nona kami sangat disayang dan dimanja,
Aaaai.,. padahal nona kami cantik bagaikan bidadari,
kecerdasannya tiada bandingan, dia pun ramah terhadap
siapa pun sehingga siapa saja senang dan kerasan
berkumpul dengannya. sayang Thian tidak
memberkahinya tubuh yang sehat baginya sehingga
seorang nona yang begitu cantik dan pintar harus
tersiksa sepanjang tahun oleh gerogotan penyakit aneh
itu..." 293 "oooh.,." Tiba-tiba Lim Han-kim memotong
pembicaraan gadis itu Bisiknya: "Apa-kah nona masih
menggembol pisau belati atau sejenis nya?"
"Pisau belati untuk apa?" tanya nona itu tertegun-
"Akan kucoba membebaskan borgol di tanganku."
Gadis itu termenung sejenak. lalu jawab-nya: "Setelah
tertangkap. semua barang milik kami telah digeledah dan
dirampas mereka, tapi dalam sakuku masih tersembunyi
sebilah pedang pendek yang sebetulnya siap kugunakan
bilamana perlu, hanya saja... hanya saja..."
Agaknya dia malu untuk meneruskan perkataan itu
sehingga sesaat lamanya ia tak mampu melanjutkan
keterangannya, Waktu itu ingatan Lim Han-kim hanya
dipenuhi bagaimana caranya merebut kembali pil mustika
miliknya. Melihat gadis tersebut tergagap dan tidak
melanjutkan per-kataannya, tak tahan ia bertanya: "
Hanya kenapa" Harap nona jelaskan-"
sepasang mata mereka berdua sama-sama
dikerudungi kain hitam sehingga kedua belah pihak tidak
dapat saling memandang. Terdengar perempuan itu menjawab dengan suara
rendah: "Sepasang tanganku diborgol, sulit bagiku untuk
mengambil ke luar pedang pendek itu."
294 "Katakan saja pedang pendek itu kau sembunyikan di
mana, biar aku ambil sendiri.."
Lama sekali perempuan itu membungkam, akhirnya
dia baru berkata agak lirih: "Aku sembunyikan di balik
pakaian dalam-ku. siangkong... siangkong... apa bisa.."
sebenarnya dia ingin bilang apakah siangkong bisa
mengambil sendiri, tapi kemudian ia anggap perkataan
semacam itu tak pantas diutarakan, Tapi dia pun tak
ingin dianggap permintaan pemuda tersebut ditolak
mentah-mentah, maka untuk sementara waktu gadis
tersebut jadi bingung dan tak tahu apa yang mesti
diucapkan- Lim Han-kim sendiri pun dibuat tertegun, sampai lama
kemudian ia baru berkata: "Waaah... kalau begitu,.,
kalau begitu.,, kurang baik rasanya jika aku mengambil
sendiri.." Kedua nya sama-sama membungkam suasana dalam
ruang itupunpulih kembali dalam keheningan, tak
kedengaran suara sedikit pun yang bergema disitu, Tibatiba
terdengar suara langkah kaki manusia bergema
memecahkan keheningan. Terdengar seseorang dengan suara yang parau dan
kasar bertanya: "siapa di antara kalian yang bernama
Lim Han-kim?" "Aku" 295 Terdengar suara langkah orang berjalan
menghampirinya, disusul suara orang membebaskan
ikatan rantainya, setelah itu baru orang tersebut berseru:
"Ayo ikut aku" "jangan kuatir, tak bakal kau dibunuh."
"Ke mana?" Lim Han-kim tertawa dingin, dia segera bangkit
berdiri, sambil menarik borgol di tangan pemuda tersebut,
lelaki itu berkata lagi: "Biar aku menuntunmu. . . "
Lim Han-kim merasa borgoinya jadi kencang, tahutahu
dia sudah dituntun meninggalkan tempat itu.
sebagai pemuda yang lembut di luar, keras di hati, Lim
Han-kim jadi teramat gusar setelah dia dibetot orang itu
secara kasar. sebenarnya dia hendak mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melawan, tapi satu ingatan
segera melintas dalam benaknya, Tanpa membantah lagi
dia menurut dan berjalan meninggalkan tempat tersebut,
Melihat Lim Han-kim sama sekali tidak melawanorang
itu tertawa tergelak kegirangan "Ha ha ha ha...
memang pintar orang yang tahu keadaan-"
Kali ini dia kendorkan cengkeramannya dan
melanjutkan perjalanan menuju ke depan Lim Han-kim
mengikuti terus di belakang orang itu, Dia selalu menjaga
296 jarak sejauh satu langkah. Tiap kali kaki kiri orang itu
melangkah, Lim Han-kim segera menyusul dengan
melangkahkan pula kaki kirinya, sedang bila orang itu
mengangkat kaki kanannya, pemuda itu segera
mengikuti pula jejaknya. Jangan dilihat sepasang matanya ditutupi dengan kain
kerudung hitam, hanya mengandalkan ketajaman
pendengarannya pun dia bisa mengikuti semua gerakgerik


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang itu dengan tepat. Bila orang cepat, ia pun
cepat. Bila orang itu melambatkan langkah nya, dia pun
turut melambat Kerja sama semacam ini tak ubahnya
seperti tubuh dengan bayangan.
Tampaknya orang itu bermaksud menjajal kepandaian
silat Lim Han-kim, sepanjang perjalanan kadangkala dia
percepat langkah nya, di lain ketika dia sengaja
memperlambat langkahnya. Lim Han-kim merasa jalan yang dilalui-nya makin naik
ke atas, tampaknya mereka sedang berjalan menuju ke
atas dengan banyak liku-liku dan tikungan jalan-
Entah sudah berapa jauh mereka berjalan, tiba-tiba
orang itu menghentikan langkahnya sambil memuji:
"llmu meringankan tubuh yang anda miliki sUngguh
hebat. Ketajaman pendengarannya pun luar biasa.
SUngguh mengagUmkan- sUngguh mengagUmkan-"
297 Pelan-pelan Lim Han-kim menurunkan kembali kaki
kanannya yang sudah terangkat dia tetap membUngkan
dalam seribU basa, Tiba-tiba terdengar suara seorang
perempuan berkata dengan merdu: "Lepaskan kain
kerudung yang menutupi wajahnya"
Lim Han-kim segera mengenali suara perempuan itu
sebagai suara Lik-ling. sementara dia masih termenung,
tiba-tiba matanya jadi silau, Ternyata kainpenutup
matanya telah dilepaskan Apa yang diduga Lim Han-kim tidak salah, perempuan
itu memang Lik-ling, wanita itu sedang duduk
dipembaringan dengan wajah ceria. Tempat di mana dia
sekarang adalah sebuah kamar tidur yang dihias sangat
indah dan mewah, bau harum semerbak tersiar
memenuhi seluruh ruangan itu.
Dua orang dayang berbaju hijau yang membawa
pedang pendek berdiri disisi perempuan cantik itu.
sementara itu Lik-ling telah mengayunkan tangannya
sambil berseru: "Kau boleh mengundurkan diri"
Lim Han-kim coba berpaling, ia jumpai seorang lelaki
berpakaian ringkas warna hitam sedang melangkah ke
luar dari ruangan tersebut Biar cuma sekejap pandangan,
namun ia dapat melihat separuh wajah lelaki itu.
298 Ternyata orang itu berkulit halus dan putih, wajahnya
sangat tampan, Dengan jari tangannya yang ramping
dan indah Lik-ling menuding sebuah bangku di sebelah
ka nanny lalu kata nya sambil tertawa manis: "siangkong,
silahkan duduk." Lim Han-kim memandang bangku itu sekejap lalu
menurut dan duduk. sikapnya yang dingin dan hambar
nampaknya segera membangkitkan hawa amarah dua
orang dayang berbhijau itu, alis mata mereka segera
berkerut, matanya melotot besar.
Dayang yang berada disebelah kiri malah mengumpat
sambil mendengus: "Hmmmm, benar-benar manusia tak
tahu diri" Mendadak Lim Han-kim melompat bangun, wajahnya
diliputi hawa amarah. Tapi sesudah tertegun sejenak.
pelan-pelan ia duduk kembali.
Lik-ling tersenyum, katanya: "Lim siang-kong takusah
gusar lantaran sikap mereka berdua. Biasa, anak
perempuan memang suka cerewet dan kalau bicara tak
dipikir dulu..." Lim Han-kim mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Lik-ling, tapi dia hanya memandang sekejap.
sementara mulutnya tetap membungkam.
299 "siangkong" kembali Lik-ling menegur sambil tertawa.
"sudah banyak ragam manusia yang pernah kujumpai,
tapi belum pernah kutemui orang sediam dan setenang
Lim siangkong, Bahkan kalau tak perlu, agaknya kau
segan untuk buka suara..."
Kemudian setelah tertawa cekikikan tambahnya:
"Apakah Lim siangkong sudah pikirkan?"
"Pikirkan soal apa?"
"Tentu saja soal mati hidupmu."
"Hmmm, belum pernah"
"Bolehkah aku menasehatimu sepatah dua patah
kata?" Dengan sinar mata tajam Lim Han-kim memandang
sekejap sekeliling ruangan, lalu dia membungkam.
"Benar-benar seorang manusia mandiri yang aneh.,."
gumam Lik-ling perlahan, setelah membetulkan letak
rambutnya yang kusut, ia melanjutkan lagi.
"Berbicara dari situasi yang kau hadapi sekarang,
boleh dibilang aku bisa membuatmu hidup tapi dapat
juga membuatmu mati, Tentang hal ini tentunya kau
sudah paham bukan?" Lim Han-kim hanya tertawa
hambar, mulutnya tetap membungkam.
300 Lik-ling berpaling sekejap. ketika menjumpai kedua
orang dayangnya sudah diliputi hawa amarah dan siap
mengumbar emosinya. Buru-buru dia memberi tanda
kepada mereka berdua dan katanya seraya tertawa:
"Lebih baik kalian berdua masuk ke dalam"
Dua orang dayang itu mengangguk dan berlalu dari
situ, tapi sebelum meninggalkan ruangan mereka sempat
berpaling dan tetap melototi Lim Han-kim dengan
pandangan penuh amarah. Lim Han-kim benar-benar keheranan, pikirnya: "Aneh
benar, kenapa ucapannya terhadap dua orang dayang itu
begitu sopan dan sungkan-sungkan-.."
setelah dua orang dayangnya berlalu, Lik-ling baru
bangkit berdiri, Tampak tangan kanannya diayunkan,
dari balik ujung bajunya terlintaslah sekilas cahaya putih
yang menyambar lewat dari sisi jidat kanan Lim Han-kim.
"Plaaaak..." benda itu segera menancap di atas tiang
ruangan dan menembusinya dalam- dalam. Ternyata
benda itu adalah sebilah pisau terbang. Terdengar Likling
tertawa terkekeh-kekeh: "Pisau terbang itu sudah kububuhi racun yang amat
ganas, Betapa pun lihaynya ilmu silat seseorang, jangan
harap sanggup menahan kehebatan racun tersebut
Hmmm, asal kulit badanmu terluka sedikit saja, niscaya
kau akan keracunan dan mati..."
301 "Apa maksud nona berkata demikian?" tegur Lim Hankim
sambil menatap wajah perempuan itu tajam-tajam,
Lik-ling tertawa terkekeh, "Aku ingin kau mulai
memikirkan masalah mati hidupmu, seandainya serangan
golok terbangku tadi melukai tubuhmu, mungkin saat ini
jiwamu sudah melayang dan tubuhmu mulai kaku."
Lim Han-kim tidak berkata apa-apa, wajahnya tetap
dingin dan kaku, hanya sinar matanya tampak lebih
tajam berkilat. BAB 10. Antara Mati dan Hidup
Lik-ling menghela napas panjang, kembali ujarnya.
"Usiamu sekarang ibarat sang surya yang baru terbit di
ufuk timur, masa depanmu masih panjang dan
cemerlang..." setelah termenung berpikir sebentar, kembali
lanjutnya: "Berbicara dari kepandaian silat yang kau
miliki, sudah pantas bila kau dimasukkan ke dalam
deretan jago-jago pilihan dalam dunia persilatan, jadi aku
duga gurumu tentu seorang manusia berbakat yang luar
biasa." "Meski gurumu hebat, bukan berarti ia dapat
mendidikmu sedemikian lihaynya hanya dalam belasan
tahun yang singkat, Bila dugaanku tak salah, kaupasti
merupakan keturunan keluarga persilatan kenamaan
302 yang mulai dididik ilmu silat sejak kecil, Nah, dengan
kemampuan semacam ini tentunya terlalu sayang bukan
jiwa mesti mati dalam usia muda." Lim Han-kim tertawa
dingin. "Nona,jika ingin mengucapkan sesuatu, lebih baik
utarakan terus terang, Aku paling tak suka diajak putarputar
haluan-" Lik-ling kembali tersenyum
"Seandainya aku ingin membunuhmu sekarang, hal ini
bisa kulakukan dengan mudah sekali, tapi aku pun dapat
segera membebaskan borgolan tangan dan rantai di
tubuhmu serta membiarkan kau pergi dari sini.,."
Dengan langkah yang genit dia berjalan menghampiri
anak muda itu, sambil melangkah demikian, ia kembali
melanjutkan- "Memang, kalau bicara menurut adat serta jiwa
mudamu, Kau lebih suka mati secara gagah, Tapi...
pernahkah kau berpikir, bagaimanakah perasaan ibumu
yang mungkin menantikan kepulanganmu" Apa lagi
wajahmu tampan, ilmu silatmu hebat, terlalu sayang jika
harus mati secara mengerikan..."
Tiba-tiba ia berpaling, dengan biji matanya yang jeli
ditatapnya wajah perempuan itu lekat-lekat, kemudian
lanjutnya lagi: "Selama ini aku terkenal kejam dan tidak
berbelas kasihan, belum pernah aku tunjukkan sikap
welas kasih seperti terhadapmu sekarang, Kau tahu,
303 sudah berapa banyak jago persilatan yang tewas atau
terluka di tanganku" siapa saja yang sudah terjatuh ke
tanganku, mereka selalu hanya disodorkan dua pilihan.
Pertama, mati secara mengerikan dan kedua, bergabung
dengan partai Hian- hong- kau kami, Nah, sekarang aku
pun ingin tawarkan kedua jalan tersebut kepadamu,
silahkan kau memilih sendiri.."
Dia menghela napas panjang, lanjutnya kemudian-
"Tapi aneh benar... aku merasa seperti punya jodoh yang
istimewa denganmu.."
Dari dalam sakunya dia keluarkan sebuah lencana
emas, sambil tertawa ia ber-tanya: "Kau kenal dengan
pemilik lencana emas ini?"
Memandang lencana emas tersebut, Lim Han-kim
segera mengenali benda itu sebagai lencana pemberian
Kim Nio-nio. "Tentu saja kenal" jawabnya agak termangu.
"Apa hubunganmu dengannya?"
Dari nada pertanyaan itu bisa disimpulkan ia pun kenal
dengan pemilik lencana emas ini. Lama sekali Lim Hankim
termenung, ia tak mampu menjawab pertanyaan
tersebut 304 sebagai orang yang jujur dan polos, dia merasa
kurang leluasa untuk menjelaskan bahwa Kim Nio-nio
telah menganggapnya sebagai adik angkatnya...
sambil menyimpan kembali lencana emas itu Lik-ling
berkata lagi sambil ter-tawa: "Padahal tak usah kau
jelaskan pun aku sudah tahu."
"Kau tahu" Tahu apa?"
"Kau tak usah berlagakpilon, Masa kau tak memahami
apa yang kumaksudkan itu...?"
Dengan penuh kegusaran Lim Han-kim melototkan
matanya bulat-bulat, tegurnya: "Kau anggap aku Lim
Han-kim manusia macam apa" Hmmmm Aku tak ingin
kau ngaco belo." Lik-ling tertawa cekikikkan-
"Padahal kejadian semacam ini tidak lucu dan aneh,
Aku pun tak berniat menanyakan lebih jauh, Nah,
sekarang ada satu persoalan yang jauh lebih penting,
aku harap kau segera mengambil keputusan-"
"soal apa?" "sudah kau putuskan mati hidupmu?"
"Belum" " Kalau begitu sudah kau putuskan memilih mati?"
"Juga tidak" Lim Han-kim menggeleng,
305 "Lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku mesti pikirkan dulu persoalan ini baik-baik,"
"Berapa waktu kau butuhkan?"
"Mungkin tiga sampai lima hari, mungkin juga sesaat
lagi aku sudah dapat mengambil keputusan."
"Baiklah" kata Lik-ling kemudian sambil tersenyum,
"Pikirkanlah seorang diri di sini, aku beri waktu
sepenanakan nasi lamanya, Nanti aku akan datang lagi
untuk menanyakan keputusanmu."
Habis berkata, ia benar-benar membalikkan badan dan
berjalan menuju ke ruang dalam, Di ruangan yang begitu
luas, kini tinggal Lim Han-kim seorang. suasana disekeliling
tempat itu a mat sepi, hening, tak kedengaran
sedikit suara pun- Lim Han-kim menghela napas panjang, ia putar otak
berpikir keras. Keadaan yang begitu mendesak membuat
anak muda ini mau tak mau harus mempertimbangkan
kembali situasi yang sedang dihadapinya dengan lebih
serius. Dari nada pembicaraan Lik-ling tadi, ia sudah dapat
merasakan bahwa dia betul-betul sudah dihadapkan
pada masalah mati dan hidup, selain itu dia pun
menyadari bahwa Lik-ling sendiri pun tak dapat
memutuskan tentang mati hidupnya, Yang pasti
306 sastrawan berbaju hijau itulah yang sesungguhnya
memegang peranan penting.
Tentang manusia kuning ini... ia memberikan
semacam dugaan misterius yang sukar dilukiskan,
Kemungkinan besar ia benar-benar adalah ketua Hianhong-
kau yang merencanakan semuanya ini, tapi bisa
juga hanya boneka yang sengaja diatur sastrawan
berbaju hijau itu untuk mengelabui pandangan orang
lain- Dandanan serta gerak-geriknya telah menutupi
seluruh kekuasaannya, tak mungkin ada orang bisa
memahami apakah dia betul- betul ketua Hian- hongkau
yang asli atau bukan. Kemudian pemuda itu pun teringat asal usulnya sendiri


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang penuh misteri, teringat juga pada pil mestika yang
hilang, ibunya yang sudah tua...
Sambil menghela napas panjang Lim Han-kim angkat
kepalanya dan menggeleng-gelengkan kuat-kuat, ia
mesti menenangkan pikirannya dan membuang jauh-jauh
semua pikiran yang kusut agar bisa mencari akal dan
jalan terbaik untuk mengatasi persoalan di depan mata.
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
seseorang memanggilnya dengan suara lembut: "Lim
slang kong.."." Lim Han-kim terkejut dan cepat-cepat
307 berpaling, ia temukan seorang gadis berbaju serba hijau
telah berdiri di sampingnya.
Waktu itu dia sedang putar otak mencari jalan keluar,
ternyata sama sekali tak disadari sejak kapan gadis
berbaju hijau itu sudah hadir di sampingnya, Lamatlamat
diapun dapat mengenali gadis ini sebagai gadis
yang meminta sapu tangan dari tangannya.
Ketika melihat anak muda itu menunjukkan wajah tak
tenang, gadis berbaiu hijau itu segera berkata lagi lirih:
"Aku berterima kasih sekali atas pertolongan slang kong
tempo hari. Berkat pemberian sapu tangan itu, kami
berhasil menghindarkan diri dari penderitaan tiga
siksaan-" Lim Han-kim merasa malu bercampur menyesal, diamdiam
pikirnya: "Yaa... sapu tangan itu sudah
kuhadiahkan kepada nona ini, tapi aku justru datang
ingin memintanya kembali sehingga gara-gara itu aku
tertangkap..." Melihat Lim Han-kim tidak memberi tanggapan,
tampaknya gadis berbaju hijau itu merasa amat gelisah,
katanya kembali: "siangkong, aku tak bisa berdiam terlalu lama di sini.
Bila kau membutuhkan bantuanku, cepat katakan."
308 Pelan-pelan Lim Han-kim mengalihkan sorot matanya
ke wajah gadis berbaju hijau itu, lalu bisiknya: "Nona,
apakah kau dapat usahakan membuka borgol di
tanganku ini?" setelah memperhatikan borgol di tangan
Lim Han-kim dengan seksama, gadis berbaju hijau itu
gelengkan kepalanya berulang kali,
"Tampaknya nona Lik-ling sudah tahu kalau ilmu silat
siangkong sangat lihay, sehingga dia tak memakai besi
biasa untuk memborgolmu. setahuku borgol semacam ini
Cuma ada dua, satu digunakan oleh monyet tua, tak
disangka yang lain ternyata dipergunakan untuk
memborgol siang-kong."
Lim Han- kin tertegun, dia membungkam diri da lam
seribu bahasa, Terdengar gadis berbaju hijau itu berkata
lagi: "Kedua perangkat borgol khusus itu memang sengaja
disiapkan untuk menghadapi jago-jago berilmu silat
tinggi, oleh sebab itu...."
Tiba-tiba ia menghentikan perkataannya dan
menyembunyikan diri ke belakang tubuh Lim Han-kim.
Tampak seorang lelaki berperawakan tinggi besar
dengan langkah berat berjalan masuk ke dalam ruangan,
tubuhnya sempoyongan seakan-akan sepasang kakinya
sudah tiada bertenaga lagi untuk menahan perawakan
tubuhnya yang tinggi besar.
309 Dalam sekali pandang saja Lim Han-kim sudah tahu
kalau lelaki tersebut telah menderita luka akibat pukulan
seorang jago tangguh, bahkan luka yang dideritanya
amat parah danjiwanya tak mungkin bisa bertahan
selama seperminum teh lagi. Terdengar lelaki itu
berteriak-teriak dengan suara yang berat:
"Noo... nona.... Lik-ling... nona... nona Lik-ling...." Tapi
sebelum sempat mengucapkan sesuatu, tahu-tahu
badannya roboh terjungkal ke atas tanah dan tak
bergerak lagi. Cepat-cepat perempuan baju hijau yang bersembunyi
di belakang Lim Han-kim itu melompat keluar dan
mencoba membangunkan lelaki tersebut sejak lelaki itu
roboh ke tanah sampai nona berbaju hijau itu munculkan
diri untuk membangunkan lelaki tersebut, semuanya
berlangsung dalam waktu singkat.
Baru saja ia membimbing lelaki tersebut, Lik-ling
siperempuan cantik itu sudah muncul di depan pintu
ruangan sambil menegur: "Apakah dia masih hidup?"
Nona berbaju hijau itu berlagak wajar, ia mengangkat
kepalanya seraya menyahut "Jiwanya sudah putus."
"sudah mati?" seru Lik-ling tertegun, cepat-cepat dia
maju menghampiri lelaki itu. Lim Han-kim yang
menyaksikan semua itu diam-diam menggelengkan
kepalanya sambil berpikir.
310 "sesungguhnya mereka termasuk satu kelompok dan
sepantasnya bila susah sama dijinjing senang sama
dinikmati, tapi sayang para pemimpin organisasi ini justru
memupuk kekuasaan mereka pada peraturan serta
siksaan yang kejam sehingga memaksa anak buahnya
harus menggunakan akal dan tipu muslihat untuk
menyelamatkan jiwa sendiri, akibatnya suatu kerja sama
yang erat mustahil bisa digalang...."
Tampak Lik,ling membungkukkan badannya
memeriksa sebentar seluruh tubuh lelaki itu dengan
seksama, ujarnya kemudian: "Tampaknya orang ini
dilukai oleh tenaga pukulan seorang jago tangguh
sehingga isi perutnya hancur."
Tiba-tiba terdengar suara suitan nyaring yang tinggi
melengking berkumandang datang. Air muka Lik-ling
segera berubah hebat, sambil melompat bangun
perintahnya: "Cepat singkirkan jenazah itu, musuh
tangguh telah menyerang masuk ke lorong bawah
tanah." Nona berbaju hijau itu mengiakan dan menggotong
jenazah lelaki tadi buru-buru tinggaikan ruangan tersebut
selama ini Lim Han-kim hanya mengawasi semua
kejadian itu sambil berpeluk tangan, meskipun wajahnya
tetap mempertahankan sikap tenangnya, namun dalam
hati kecilnya justru merasa amat gelisah.
311 Pelan-pelan Lik-ling membalikkan tubuhnya sambil
menegur dingin: "sudah kaupikirkan baik-baik" ingin
tetap hidup" Atau lebih baik memilih mati?"
"Aku belum mengambil keputusan"
Lik-ling tertawa dingin, dengan suatu kecepatan tinggi
ia lancarkan sebuah totokan menyodok jalan darah di
tubuh Lim Han-kim. Dengan memutar pergelangan
tangan-nya, ia cengkeram tubuh anak muda itu dan
menaruhnya di sudut ruangan, setelah itu baru dia lari
keluar dari ruangan sekalian menutup pintunya rapatrapat.
Dalam waktu singkat suasana dalam ruangan pun
menjadi gelap gulita hingga melihat kelima jari tangan
sendiripun rasanya susah, Dalam keadaan seperti ini,
pikiran Lim Han-kim kembali bergelora, dia mulai berpikir
kembali bagaimana caranya meloloskan diri dari situ.
Pintu ruangan amat tebal lagi kokoh, tak kedengaran
sedikit suara pun yang bergema sampai di situ, Hal ini
membuat anak muda tersebut tidak dapat menduga
siapa gerangan jago silat yang telah menyerang masuk
sampai ruang bawah tanah pesanggrahan Tho-hoa-kit.
Tapi bila membayangkan kembali kematian lelaki kekar
tadi, jelas bisa disimpuikan bahwa orang itu bukan
sembarangan jago, otomatis pertempuran yang segera
berlangsung pastilah suatu pertarungan yang luar biasa
sengitnya. 312 Posisinya pada saat ini boleh dibilang sangat rawan,
bukan saja ia tak mampu menyelamatkan diri sendiri,
persoalan-persoalan yang sebelumnya tak pernah
dibayangkan pun kini satu persatu muncul dalam
benaknya, pikiran dan perasaannya jadi makin kusut dan
kalut. Mendadak terdengar suara benturan keras bergema
memecahkan keheningan. Tampaknya ada orang yang mengayunkan senjata dan
tepat menghajar di atas pintu ruangan tersebut, namun
lantaran pintu batu itu kuat dan tebal maka setelah
dihajar dua kali belum juga berhasil menggetarkannya,
serangan berikutpun kemudian diurungkan.
Lim Han-kim tak dapat menduga dari aliran manakah
musuh tangguh itu, ditambah lagi ia baru terjun ke
dalam dunia persilatan dan tidak banyak jago yang
dikenalnya, maka ia pun merasa kurang leluasa untuk
berteriak. sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar
suara seorang perempuan sedang memanggilnya dengan
suara lirih: "Lim siangkong... Lim siangkong...."
Lim Han-kim coba memperhatikan suara panggilan itu
dengan lebih seksama, lamat-lamat ia dapat mengenali
suara itu sebagai suara dari nona berbaju hijau yang
313 pernah diberi sapu tangan, maka sahutnya: "Aku berada
di sini" sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dan
melayang turun di sisi tubuhnya, setelah berada cukup
lama dalam ruangan gelap itu, sepasang mata Lim Hankim
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan di situ dan lamat-lamat bisa melihat keadaan
dalam ruangan ia segera mengamati bayangan manusia
itu dengan seksama. Betul juga, ternyata orang itu
memang si nona berbaju hijau.
Waktu itu dia membawa sebilah pedang yang
memancarkan hawa dingin yang menggidikkan hati,
ujung pedang ditudingkan ke atas dada anak muda itu,
Tampa k si nona berjongkok untuk meneliti sebentar
borgol dan rantai di tubuh Lim Han-kim. . setelah diamati
berapa saat, ia tarik kembali pedangnya seraya
menggeleng, "Aku benar-benar menyesal karena tak
sanggup menolong Lim siangkong... aku minta maaf...."
Lim Han-kim tahu ucapan gadis itu memang benar,
iapun tertawa hambar, "Aku memang tidak berharap
nona datang menolong ku."
"Aaaai... Meskipun aku tak mampu menolong
siangkong, namun aku berhasil mendengar tentang suatu
persoalan, Asal siang-kong dapat menahan hinaan dan
penderitaan ini sementara waktu, baik kaucu kami
314 maupun nona Lik-ling tak nanti berani mencelakai jiwa
siangkong." "Kenapa begitu?" tanya Lim Han-kim keheranan
"Aku sempat menyadap pembicaraan antara kaucu
dengan Lik-ling tentang jiwa siangkong, mereka bilang
membiarkan siangkong tetap hidup jauh lebih
bermanfaat daripada dibunuh, Aku mengerti siangkong
adalah seorang pendekar sejati yang pantang dihina, aku
kuatir pikiranmu tidak terbuka hingga mengambil
keputusan pendek. itulah sebabnya aku sengaja datang
memberi kabar. jangan takut kehabisan kayu bakar, Asal
mau menunggu, kesempatan tetap tersedia untuk
melarikan diri Moga-moga saja kita punya jodoh, suatu
hari nanti aku pasti akan datang membantu...."
"Terima kasih banyak atas pemberitahuanmu, tentu
akan kuingat baik-baik nasehatmu itu."
"Ingat siangkong, jangan berpikiran pendek dan
menghabisi jiwa sendiri." selesai berpesan, cepat-cepat
dia berlalu dari sana. Dalam keheningan dan kesepian yang luar biasa Lim
Han-kim menunggu hampir satu jam lamanya, namun
Lik-ling tidak muncul lagi di tempat itu, sedang nona
berbaju hijaupun tidak tampak datang lagi.
315 sementara pemuda itu masih menunggu dengan
perasaan gelisah, tiba-tiba matanya jadi silau, Tampak
selapis cahaya lentera menyorot masuk ke dalam, pintu
ruangan yang tertutup rapatpun pelan-pelan membuka
kembali, seorang bocah lelaki yang membawa lentera
muncul dengan langkah lebar, di belakangnya mengikuti
sastrawan berbaju hijau itu, sesaat kemudian Lik-ling
nampak muncul juga dari balik pintu Kepada Lim Hankim
sastrawan berbaju hijau itu segera menjura dan
menyapa sambil ter-tawa: "Aku tidak tahu kalau saudara Lim datang dari lembah
Hong-yap-kok, bila selama ini bersikap kurang sopan
harap kau sudi memaafkan."
Diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Lebih baik kulayani
pembicaraan ini, siapa tahu aku dapat memperoleh
kesempatan untuk membujuknya melepaskan borgolan."
Maka sambil manggut-manggut sahutnya: "Terima
kasih atas pujianmu."
Tampaknya sastrawan berbaju hijau itu sudah dapat
menebak isi hati Lim Han-kim, katanya lagi sambil
tersenyum: "Tampak-nya Lim siauhiap sudah tak sabar
lagi..." Maaf, tampaknya kami harus menyiksamu
beberapa saat lagi."
Ia memang licik dan lebih berpengalaman Dari ucapan
yang begitu singkat, secara tidak langsung ia telah
316 memberitahu kepada Lim Han-kim bahwa jangan ha rap
bisa membujuknya untuk melepaskan borgolan tersebut
dan mencari kesempatan untuk melarikan diri
Lim Han-kim mengalihkan sinar matanya ke wajah Likling
yang sedang berjalan mendekat, Dia kembali
berpikir: "Tampaknya nona berbaju hijau itu tidak
membohongiku. Baik kedudukan, status maupun
peringkat orang ini dalam perkumpulan Hian-hong-kau
sama sekali tidak berada di bawah kekuasaan ketua,
Kenapa secara tiba-tiba ia bersikap begitu sungkan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadaku" Hmmm, sudah pasti ada sebab-sebabnya, aku
tak boleh gegabah, Tapi... kalau dipikirkan kembali, aku
cuma seorang pemuda yang baru terjun ke dunia
persilatan dan tak punya nama besar, lalu apa
gunaku.,.?" Pada saat itu si sastrawan berbaju hijau itu sedang
berpaling ke wajah Lik-ling sambil bertanya: "Apakah
musuh tangguh itu berhasil ditangkap?"
Lik-ling berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "orang
itu berilmu silat sangat tinggi dan lagi bukan cuma
seorang, tampaknya mereka hapal sekali dengan situasi
kita di sini, Barusan aku sempat bertarung beberapa
gebrakan dengannya, tapi kemudian ia berhasil
meloloskan diri." Paras muka sastrawan berbaju hijau itu tampak
berubah hebat, namun ia tidak bertanya lagi, hanya
317 matanya berkedip memberi isyarat pada si bocah
pembawa lentera. si bocah lelaki itu segera memahami maksudnya, dari
sakunya dia mengeluarkan secarik kain hitam dan segera
diikatkan ke mata Lim Han-kim.
Terdengar sastrawan berbaju hijau itu berkata lagi
dengan suaranya yang dingin bagaikan es: "Jika Lim
tayhiap tak ingin menderita siksaan, lebih baik jangan
meronta atau melakukan perbuatan apapun yang dapat
merugikan diri sendiri."
Lim Han-kim segera merasakan tubuhnya diangkat
seseorang dan tak lama kemudian terasa angin dingin
menerpa badan-nya, bau harum bunga pun tersiar di
sekitar nya. Agaknya ia sudah dibawa ke luar dari ruang
bawah tanah dan dimasukkan ke dalam sebuah kereta.
selang beberapa saat kemudian terdengar suara kereta
bergerak menempuh perjalanan.
Lim Han-kim tak dapat melihat sesuatu karena
matanya dikerudungi kain hitam, namun dengan
andalkan pendengarannya ia dapat merasakan kereta
kuda itu bergerak makin lama semakin cepat, tanpa
terasa pikirnya dengan perasaan cemas:
"Entah mereka hendak mengajakku pergi ke mana"
Tapi tempat itu jelas lebih berbahaya ketimbang
pesanggrahan Tho-hoa-kit.... Waaah, jika aku sampai
318 dikirim ke tempat semacam itu, tidak gampang lagi jika
ingin meloloskan diri, lebih baik aku berusaha kabur di
tengah jalan-.." Berpikir sampai di situ, ingatan untuk melarikan diri
pun muncul makin kuat dalam hatinya, Diam-diam ia
menghimpun tenaga dalam dan mencoba menggerakkan
tangan kanannya guna menarik lepas kain yang
mengerudungi sepasang matanya.
siapa sangka, baru saja ia menggerakkan tangannya
mendadak sikutnya terasa amat sakit, seakan-akan ada
sesuatu benda yang menembusi kulit tubuhnya, kontan
lengan itu jadi lemas dan tak mampu diangkat kembali
peristiwa ini sama sekali di luar dugaan, anak muda itu
kontan saja dibuat terkejut setengah mati.
Terdengar seseorang dengan suara yang dingin dan
menyeramkan menegur: "Jika kau ingin merasakan
siksaan tusukan jarum emasku, silahkan saja untuk
meronta lagi...." Lim Han-kim semakin terkesiap. pikir-nya: "Ternyata ia
menusuk jalan darahku dengan jarum emas, tak heran
kalau lengan kananku jadi lumpuh dan tak mampu
digerakkan lagi." "Blaaaam..."
Mendadak terdengar suara benturan keras bergema di
udara disusul kemudian terdengar seseorang berteriak
319 kesakitan, seluruh kereta kuda itu bergoncang keras dan
angin kencang pun berhembus lewat.
Tampaknya ada seseorang yang kena digempur
hingga mencelat ke luar dari kereta kuda itu. Menyusul
kemudian terdengar seseorang tertawa terbahak-bahak
sambil mengejek: "Ha ha ha... bocah keparat Meskipun kau telah
menusuk kedua lenganku dengan jarum emas, tentunya
kau tidak menduga bukan aku masih bisa menggunakan
sepasang kakiku untuk menendangmu" Ha ha Lim Hankim
segera mengenali suara itu sebagai suara dari Han
si- kong yang pernah dijumpai dalam penjara bawah
tanah, tak tahan ia menegur: "Han locianpwee, kaukah di
situ?" Kembali Han si- kong tertawa terbahak-bahak,
"Ha ha ha... dunia memang amat sempit, tak disangka
kita berjumpa lagi di sini."
Gelak tawanya begitu santai dan ringan, seakan-akan
mati hidup bukan masalah besar baginya, Belum sempat
Lim Han-kim mengucapkan sesuatu, Han si- kong telah
berkata lagi: "Bocah keparat, penjaga kereta itu berhasil
kutendang hingga tersungkur jatuh dari atas kereta.... Ha
ha ha... moga-moga tendanganku tadi tepat menghajar
jalan darah kematian di tubuhnya, sekalipun tidak sampai
mampus, paling tidak bakal cacad seumur hidup,..."
320 Terasa kereta kuda itu kembali bergoncang sangat
keras, rupanya orang yang kena ditendang hingga
mencelat jatuh dari kereta tadi kini telah melompat naik
kembali "Hei, bocah busuk. panjang amat umur-mu" bentak
Han si kong. suara tertawa dingin berkumandang
datang" Hmmmm... monyet tua, kita lihat saja
bagaimana akhir dari permainan ini. jangan kuatir,
sepanjang perjalanan kali ini pasti akan kuberi
penderitaan yang lebih setimpal untukmu."
Han si-kong tertawa tergelak: "Ha ha ha... biarpun kau
tusuk sepasang lututku dengan jarum emas, aku masih
punya mulut untuk memaki orang, Bila kaupotong
lidahku, aku tetap akan memakimu di dalam hati, kecuali
kau bunuh aku, Hmmm selama aku masih hidup di dunia
ini, hutang piutang antara kita tetap akan diperhitungkan
sampai tuntas." Tiba-tiba saja Lim Han-kim meras akan sepasang
lututnya kaku, ternyata dua batang jarum emas
tertancap pula di lututnya itu.
Agaknya orang itu kuatir Lim Han-kim meniru cara
rekannya dengan melancarkan tendangan ke tubuhnya,
maka sebelum didahului lawan, ia turun tangan lebih
dulu dengan menusuk sepasang lutut lawannya.
321 Sementara itu Han Si- kong masih mencaci maki tiada
hentinya, tapi sipengawal tampaknya sudah tahu kalau
monyet tua itu susah dilayani, maka ia biarkan monyet
tua itu memaki sepuasnya tanpa memberi tanggapan.
Lama kelamaan Han si- kong jadi bosan sendiri karena
makiannya tidak ditanggapi, akhirnya dia pun berhenti
sendiri, Dalam keheningan hanya terdengar suara roda
kereta yang berputar. Kereta itu tiada hentinya
bergoncang keras, mungkin karena dilarikan sangat
cepat sedang jalanan tidak rata, akibatnya goncangan
yang ditimbulkannya terasa sangat keras.
Lim Han-kim dan Han si-kong tak bisa berbuat banyak
karena jalan darah penting di tubuh mereka sudah
ditusuk jarum emas. Dalam keadaan seperti itu mereka
hanya bisa pasrah. Tampaknya Han si-kong tidak tahan berdiam diri
dalam kesepian, selang berapa saat kemudian kembali ia
berteriak: "Hei, bocah busuk. Kalian hendak membawa
kami ke mana?" seseorang tertawa dingin sambil menyahut "He he
he... lebih baik jangan banyak bacot, sampai waktunya
kau bakal tahu sendiri."
Lim Han-kim serta Han si-kong masih mengenakan
kain kerudung hitam di wajahnya sehingga mereka tak
322 dapat melihat bagaimana bentuk wajah orang itu, namun
suara pembicaraan dapat diikuti dengan jelas.
Dengan marah Han si-kong berseru: "Jika kau tak
ingin aku berteriak dan ribut terus, lebih baik jawab
semua pertanyaanku secara baik-baik.Jika kau ingin
berlagak bisu tuli.... Hmmm jangan salahkan kalau aku
akan memaki delapan keturunanmu berikut nenek
moyangmu." Tampaknya ancaman itu sangat manjur, seseorang
segera menjawab dengan ketus: "Kami hanya akan
mengantar kalian ke tepi sungai, Di situ ada orang lain
yang akan menggantikan kami, soal kalian mau dibawa
kemana, setelah sampai diperahu nanti tanyakan saja
kepada mereka." "Ha ha ha... aku percaya kalian tak bakal berani
membohongi aku,Baik Jika sampai kami tidak dinaikkan
perahu, hati-hati kalau kereta mu itu akan kuhajar
sampai remuk." sebagai seorang jago persilatan yang punya nama
besar dan selalu dihormati orang, Han si-kong merasa
mendongkol sekali karena mesti menuruti perintah
orang, karena itu semua rasa dongkolnya ia coba
salurkan keluar lewat umpatan-umpatannya, padahal
beberapa buah jalan darah penting ditubuhnya telah
tertotok, jangan lagi meremuk kereta tersebut, bergerak
323 sedikitpun sudah tak mampu. Entah berapa saat sudah
lewat. Kereta kuda yang sedang berlari kencang itu tiba-tiba
berhenti, sipengawal ikut melompat turun dari kereta.
Dari kejauhan sana kemudian terdengar suatu
pembicaraan suara tersebut sangat lirih dan lembut
sehingga walaupun mereka berdua memiliki ketajaman
pendengaran yang luar biasapun susah untuk
menangkap dengan jelas. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang
riuh. Agaknya ada sejumlah orang berjalan menghampiri
kereta itu. Lim Han-kim merasa ada sebuah tangan yang
mencengkeram tubuhnya dan mengangkat badannya
secara paksa, sebenarnya dia ingin melawan, namun
jalan darah penting nya tertotok. sehingga pemuda itu
tak mampu mengumbar keinginannya.
Dalam keadaan begini dia cuma bisa mendengus
dengan perasaan sangat mendongkol, sementara itu
terdengar pula Han si- kong mengumpat dengan penuh
amarah: "Kau anggap aku tak punya kaki dan tak bisa
jalan sendiri" siapa suruh kalian meng-gendongku?"
Keberangasan monyet tua itu membuat Lim Han-kim
diam-diam berpikir lagi di hati: "sudah dipenjarakan
selama dua tahunpun sifatnya masih berangasan, apalagi
sebelum dipenjarakan dulu, orang ini pasti kasar
324 berangasan dan suka naik darah, mungkinsaja sedikitsedikit
sudah berkelahi dengan orang lain...."
Kedengaran suara makian Han si- kong ma kin lama
semakin mengecil dan ma kin tak jelas lagi.
Lim Han-kim makin keheranan, sekali lagi dia berpikir
"Aneh sekali, sudah jelas dia masih mengumpat tiada
hentinya, kenapa suaranya tiba-tiba lenyap?"
Sementara masih berpikir, tiba-tiba tubuhnya terasa
diangkat orang dan dimasukkan ke dalam sebuah peti
kayu, tiga penjuru berupa papan tebal sehingga
membuat badannya sama sekali tak dapat bergerak.
Kejadian ini sangat mengejutkan hati-nya, ia segera
membatin: "Bukankah aku dimasukkan ke dalam peti
mati" Mungkin-kah mereka akan menguburku hidup,
hidup?" sepasang matanya memang tak bisa melihat benda,
tapi berdasarkan perasaan dia yakin tubuhnya telah
dimasukkan ke dalam sebuah peti mati, Disusul
kemudian ia mendengarpeti kayu itu dipaku orang dari
luar dan napasnya mengendus bau yang aneh, agaknya
penutup peti mati telah dirapatkan orang, Tak lama
kemudian peti itu digotong orang dan bergerak entah
menuju ke mana. 325 "Habis sudah... habis sudah riwayatku." pikir Lim Hankim.
"Tak disangka aku, Lim Han-kim, harus mati dikubur
orang dalam perjalanan awalku di dunia persilatan
padahal ibuku masih menanti kedatanganku kembali.
Adik Liong juga masih menungguku di kuil awan hijau."
Makin dipikir makin sedih hatinya dan perasaannya
makin kalut, tapi dia tak ingin banyak bicara, Meskipun
mati hidup sudah diujung tanduk. Ia tetap segan untuk
bersuara. Entah berapa waktu sudah lewat, tiba-tiba ia
merasa penutup peti mati itu dibuka orang lalu terdengar
seseorang berseru: "Terima kasih"
sepotong kueh Mantau dilemparkan masuk.
sebenarnya Lim Han-kim bermaksud puasa, tapi
setelah teringat bahwa dalam situasi dan keadaan seperti
ini dia butuh menjaga kondisi badannya sebelum
berusaha mencabut jarum emas dari jalan darah
pentingnya dan melakukan pertarungan terakhir, dengan
cepat kueh mantau tersebut dilahapnya sampai habis.
suara ombak mulai terdengar membelah angkasa,
ternyata mereka benar-benar berada di atas perahu dan
rupanya perahu itu sedang berlayar, Belum habis ingatan
melintas lewat, peti mati itu sudah ditutup kembali rapatrapat.
326 Lim Han-kim menghela napas panjang, ia tak banyak
pikir lagi dan segera menelan habis kueh yang dijejalkan
ke mulutnya itu. Perjalanan ini betul-betul sUatu perjalanan yang
sangat tenang tapi menyeramkan. Dari situasi saat ini,
Lim Han-kim tahu bahwa dia tidak memiliki kemampuan
untuk melawan bencana yang bakal datang. ia terpaksa


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus bersikap pasrah sementara waktu.
Lambat laun Lim Han-kim mulai dapat menyesuaikan
diri dengan kehidupan semacam ini. Pemikiran yang
panjang membuat pikiran dan tubuhnya jadi amat lelah,
tanpa terasa dia pun terlelap tidur
Dia tak tahu saat itu siang atau malam, dia juga tak
tahu berapa waktu sudah lewat, ia hanya merasa
seakan-akan semua penghidupan di dunia ini telah pergi
meninggalkan nya. Mendadak tubuh perahu mengalami goncangan yang
sangat keras, tubuh Lim Han-kim ikut bergoncang cula
mengikuti gerak gelombang air sungai, Menyusul getaran
demi getaran yang datang bergelombang, tiba-tiba saja
anak muda itu merasakan lengan kanannya dapat
bergerak bebas lagi. Ternyata goncangan tubuh perahu akibat amukan
gelombang air itu menyebabkan jarum emas yang
327 menancap dijalan darah Ci-ti-hiat disiku kanannya
tersangkut pada rantai hingga tercabut lepas.
Menghadapi kejadian semacam ini, Lim Han-kim
bagaikan menemukan setitik jalan kehidupan di tengah
pengaruh kematian-secepat kilat Lim Han-kim bekerja
mencabuti semua jarum emas yang menancap dijalan
darah pentingnya. Tapi sayang ia tak berhasil
melepaskan borgol dan rantai dl-tubuhnya, selain itu dia
pun mengerti bahwa mencoba mematahkan borgol sama
artinya dengan membuang tenaga per-cuma.
Diam-diam dia ambil keputusan, meskipun tangan
masih diborgol namun dia tak mau menurut perintah
orang. Bila ada kesempatan dia ingin turun tangan
beradu nasib. suara bentrokan senjata tajam bergema makin
nyaring, satu ingatan segera melintas dalam benak Lim
Han-kim, cepat-cepat dia mendorong penutup peti mati
itu. Ketika penutup peti mati terbuka, angin sungai yang
kencang segera menerpa lewat, suara bentrokan senjata
pun kedengaran makin jelas, Ternyata di atas perahu
benar-benar sedang berlangsung suatu pertempuran
sengit. Pelan-pelan Lim Han-kim menurunkan penutup
peti mati itu, ia sedang pertimbangkan haruskah keluar
dari peti mati itu ataU tidak"
328 Mendadak terdengar suara benturan yang sangat
keras, tampaknya ada seseorang melompat naik ke atas
peti mati itu. Disusul kemudian suara benturan nyaring
kedua bergema, Ada sesuatu yang meng-gempur peti
matinya keras- keras. Rasa ingin tahu menyelimuti benak Lim Han-kim,
sekali lagi dia membuka penutup peti mati itu sambil
mengintip keluar, Tampak seorang lelaki berbaju hitam
dengan memainkan sebilah golok besar sedang
bertarung melawan seseorang. Lawannya berada di
samping peti mati hingga tidak terlihat wajah nya,
namun ia memakai senjata kaitan.
Bayangan kaitan cahaya golok saling menyambar
membentuk lapisan yang tebal, pertempuran itu
berlangsung amat sengit, permainan golok lelaki berbaju
hitam itu kelihatan bukan tandingan permainan senjata
kaitan lawannya, ia nampak keteter hebat dan cuma
mampu menangkis melindungi diri, badannya terdesak
mundur berulang kali. Tiba-tiba terdengar suara bentakan keras bergema
memecahkan keheningan, kembali seorang lelaki berbaju
serba hitam menerjang masuk ke dalam arena
pertempuran. Gerak tubuh orang itu sangat Cepat
bagaikan sambaran kilat. Belum lagi badannya berdiri
tegap. golok di tangannya sudah diayunkan ke depan
melepaskan sebuah babatan. "Traaang...."
329 Di tengah benturan nyaring, senjata kaitan tersebut
berhasil digetarkan hingga mencelat ke samping, waktu
itu, sebenarnya lelaki berbaju hitam yang pertama tadi
sudah hampir menderita kekalahan Melihat datang nya
bala bantuan, semangatnya segera berkobar kembali
sepasang golok menyerang berbarengan waktu mereka
balas mendesak musuhnya. Tampak permainan senjata kaitan itu menyusut
mundur ke belakang, jelas ia sudah terdesak oleh kerja
sama sepasang golok itu hingga posisinya terdesak dan
mesti mundur beberapa langkah.
Untuk beberapa saat Lim Han-kim tak dapat
membedakan mana pihak Hian- hong- kau dan pihak
mana sipenyerang, bahkan dia pun tak sempat melihat
secara jelas manusia macam apakah penyerang
bersenjata kaitan itu. Di tengah benturan senjata yang amat nyaring,
mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
bergema membelah angkasa, Pelan-pelan Lim Han-kim
menutup kembali penutup peti mati itu, sambil menghela
napas pikirnya: "Entah siapa yang terluka parah..?" Tapi ingatan lain
dengan cepat muncul di dalam benaknya, Lamat- lamat
dia bisa merasakan bahwa sipenyerang bersenjata kaitan
itulah yang sudah tergeletak tewas di atas lantai geladak.
sesudah berlangsungnya pertarungan sengit tadi,
330 suasana pulih kembali dalam keheningan yang luar
biasa,jalan perahu juga pulih dalam kestabilan semula.
Namun pikiran dan perasaan Lim Han-kim justru
bergolak hebat seperti amukan ombak samudra, Dia
merasa tidak seharusnya menyerah begitu saja
menunggu kematian dan membiarkan musuh
menentukan nasibnya. Kini jarum emas yang menusuk jalan darah nya telah
bebas, kain kerudung penutup muka juga sudah dilepas,
sekalipun tangannya masih diborgol dan badannya masih
dirantai, namun bukan berarti ia tak mampu memberikan
perlawanan yang setimpal Tapi ingatan lain kembali melintas, dia tahu perahu
tersebut saat ini sedang berlayar di tengah sungai,
padahal ia tak mampu mendayung perahu untuk pergi ke
daratan. Menghadapi gulungan ombak dan derasnya arus
sungai, dia merasakan suatu perasaan ngeri di hati
kecilnya. Dia tak mengerti kenapa setiap kali melihat arus
sungai, perasaan ngeri dan bergidik selalu muncul
menghantui perasaannya, Lim Han-kim berusaha mencari
sumber sebab itu, kenapa ia bisa menaruh rasa begitu
ngeri terhadap .. air. 331 Sementara pikirannya masih melayang kian kemari,
tiba-tiba perahu itu berhenti berlayar, sesaat kemudian ia
merasa peti mati itu seakan-akan digotong orang.
Buru-buru anak muda itu berhenti melamun dan
menghimpun tenaga dalamnya, Bersiap sedia bila
sewaktu- waktu ada orang yang membuka penutup peti
pula. Dia akan pergunakan kecepatan yang paling tinggi
untuk melepaskan sebuah serangan dahsyat.
siapa tahu apa yang kemudian berlangsung sama
sekali di luar dugaannya, Biarpun sudah ditunggu cukup
lama, tak seorang manusia pun yang membuka penutup
peti mati itu. Tapi ia bisa merasakan bahwa peti mati
tersebut sudah meninggalkan perahu dan menempuh
perjalanan dengan digotong orang.
Lebih kurang belasan li kemudian tiba-tiba peti mati
itu diturunkan ke tanah, setelah beristirahat sebentar,
perjalanan kembali dilanjutkan perjalanan kali ini lebih
singkat, belum berapa lama peti mati itu kembali
diletakkan ke tanah. Dengan sabar Lim Han-kim menanti, dia beranggapan
cepat atau lambat pada akhirnya pasti ada orang yang
akan membuka penutup peti mati itu. Tapi sayang sekali
lagi ia dibuat kecewa, setelah peti mati diturunkan kali
ini, dipenggotong peti tersebut ternyata pergi
meninggalkan benda tersebut Bahkan tak ada orang
332 yang membuka penutup peti mati itu untuk diperiksa
isinya. Akhirnya habis sudah kesabaran Lim Han-kim. Cepat
dia ayunkan tangan kanannya membuka penutup peti
mati itu dan bangun terduduk. sejauh mata memandang
hanya kegelapan yang menguasai jagad, rupanya malam
sudah tiba. saat ini mereka berada di sebuah rumah kosong yang
terbuat dari batu bata. Luasnya tidak seberapa, tiga buah
peti mati berjajar di tengah ruangan pelan-pelan Lim
Han-kim mendorong penutup peti mati itu sambil
melompat keluar, Ke-tika melongok keluar, ia saksikan
bintang bertaburan di langit, Ternyata malam itu tak
berbulan sama sekali, tertutup awan gelap.
jendela di ruangan dalam keadaan ter-buka, agaknya
sama sekali tanpa penjagaan Lim Han-kim segera maju
beberapa langkah dan menarik pintu ruangan Ternyata
pintu itu tidak terkunci, sekali tarik segera terbuka lebar.
Baru saja anak muda itu hendak melangkah keluar,
mendadak ia teringat kembali akan Han si- kong,
pikirnya: "Walaupun sifat orang ini rada aneh dan kasar.
Bagaima-napun jiwanya besar dan gagah perkasa, aku
tak boleh membiarkan dia tersiksa terus di tempat ini...."
Berpikir sampai di situ, ia pun berjalan balik dan
membuka peti mati yang ada di tengah, Ternyata isi peti
333 mati itu adalah seorang gadis berkerudung kain hitam
Be-berapa batang jarum emas menancap dijalan darah
penting nya, ia berbaring terlentang di situ tanpa
bergerak. Mungkin untuk mencegah gadis itu berisik,
maka mulutnya disumbat dengan kain putih.
Biarpun Lim Han-kim memiliki ketajaman mata yang
melebihi orang lain, akan tetapi dalam kegelapan malam
yang amat pekat ditambah lagi wajah gadis itu ditutup
dengan kain hitam, sulit baginya untuk mengenali siapa
gerangan perempuan itu, sesudah berpikir sebentar ia tutup kembali peti mati
itu dan ganti membuka peti mati yang ada disebelah kiri,
isipeti mati ini benar-benar adalah Han si- kong. Ben-tuk
wajah dan perawakan tubuhnya dapat dikenali dalam
sekali pandang saja. Melihat mulut orang inipun disumbat dengan sapu
tangan putih, tanpa terasa Lim Han-kim tertawa geli,
pikirnya: "Maka nya aku tidak mendengar suara
umpatannya lagi, ternyata mulutnya sudah disumbat
orang." sebetulnya dia bermaksud mengambil sumbatan itu,
tapi satu ingatan segera ber-lintas lewat, pikirnya:
" orang ini amat suka mengumpat, kalau kain
penyumbat mulutnya kuambil dulu, ia pasti akan mulai
mencaci maki lagi untuk melampiaskan rasa dongkolnya,
334 Waaah. kalau sampai berisik, perbuatanku tentu akan
ketahuan musuh. Ehmmm Lebih baik kulepaskan kain penutup mata nya lebih
dulu sebelum bertindak lebih jauh...."
Borgol di tangannya sama sekali tidak mengganggu
gerak-gerik jari tangannya, Dengan cepat kain hitam
penutup mata monyet tua itu sudah dilepaskan.
Dengan sepasang mata nya yang besar Han si- kong
mengawasi wajah Lim Han-kim tiada hentinya, tapi
berhubung mulutnya tak mampu bersuara dan tubuhnya
tak mampu bergerak, hanya sepasang biji mata nya yang
tetap bebas berkeliaran. "Locianpwee, jangan mengumpat dulu," bisik Lim Hankim
sambil mengambil kain penyumbat mulutnya.
BAB 11. Menaklukkan si Monyet Tua
" Cepat kau cabut jarum emas dari lengan kananku"
seru Han si-kong tak sabar
Lim Han-kim tersenyum, pikirnya lagi: "sifat orang ini
benar-benar tak sabaran, Bukannya bertanya dulu
bagaimana caraku meloloskan diri dan berada di mana
sekarang, ternyata ia malah minta aku mencabutkan
jarum emas nya dulu."
335 sambil berpikir dia turuti perminta an orang dan
mencabut keluar jarum emas dari sepasang lengan dan
kakinya, Begitu jarum-jarum emas itu membebaskan
jalan darahnya yang tersUmbat, Han si- kong segera
melompat keluar dari peti mati dan menghembuskan
napas panjang. "Tempat manakah ini?" tanya nya.
Lim Han-kim hanya menggeleng sebagai tanda
jawaban. Tampaknya Han si-kong sudah tahu kalau pemuda ini
tak begitu suka bicara, hal mana tidak terlalu dipikirkan
lagi, sambil berpaling ke arah peti mati yang ada di
tengah, kembali ia bertanya: "Siapa yang berada dipeti
mati itu?" - " "seorang nona" Han Si-kong berpaling memandang Lim Han-kim
beberapa saat. Tiba-tiba ia maju dengan langkah lebar,
membuka peti mati itu dan melepaskan kain hitam
penutup mata nya, memb uang kain penyumbat
mulutnya dan mencabut lepas jarum emas dari sepasang
lengan dan kakinya. semua gerakan itu dilakukan secara beruntun dalam
waktu singkat, selama inipula dia tak pernah memandang
wajah nona itu sekejappun.
336 Diam-diam Lim Han-kim merasa sangat kagum,
pujinya didalam hati: " Kebesaran jiwa orang ini benarbenar


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengagumkan aku kalah jauh dibandingkan dia."
Terdengar ujung baju berh embus memotong udara,
gadis itupUn sudah melompat keluar dari peti mati.
sekarang Lim Han-kim dapat menyaksikan wajah nya
dengan lebih jelas, ternyata dia tak lain adalah gadis
yang mencuri pil mustika miliknya tempo hari. Pada saat
itu Han si-kong telah selesai memperhatikan situasi di
sekeliling tempat itu, katanya kemudian pelahan:
"Mereka bisa mengirim kita bertiga sampai di sini dengan
susah payah, aku percaya penjagaan di tempat inipasti
lebih ketat dan kuat."
"Tapi mungkin juga mereka anggap kita tak mampu
bergerak lantaran jalan darah kita tertancap jarum emas
sehingga mereka mengendorkan penjagaan dengan
membiarkan pintu dan jendela tetap terbuka," sambung
nona berbaju hijau itu. Dengan cepat Han si-kong menggeleng, "Menurut
penilaian dan pandangan berdasarkan pengalamanku
selama puluhan tahUn berkelana dalam dunia persilatan,
penjagaan yang tampaknya makin kendor justru
merupakan penjagaan makin ketat dan berbahaya, kita
tak boleh bertindak gegabah."
337 Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menghela napas
panjang, katanya: "Sekarang tangan kita malih diborgol,
tubuh kita juga masih dirantai. Dalam keadaan seperti ini
mana mungkin kita bisa bertarung melawan orang lain
dan meloloskan diri dari ruangan ini?"
"Yaaa... aku juga tak tahu borgol ini terbuat dari
bahan apa sehingga begitu kuat dan susah dipatahkan.
Padahal dulu aku pernah diborgol juga dengan besi
nomor wahid, ditambah lenganku diikat dengan otot
kerbau, tapi dalam sekali gertakan saja benda-benda
tersebut berhasil kupatahkan sama sekali."
"Borgol yang kita kenakan terbuat dari besi baja yang
dicampuri emas. itulah sebabnya sangat alot dan kuat,"
sela Lim Han-kim menerangkan.
Tiba-tiba ia berjalan menghampiri gadis berbaju hijau
itu, dengan menghimpun tenaga dalamnya ia betot
borgol di tangan gadis itu kuat- kuat.
Dalam sekali sentakan, borgol pada pergelangan
tangan gadis berbaju hijau itu segera patah jadi berapa
bagian dan berserakan di tanah.
"Kepandaian silat yang sungguh tangguh" cuji Han sikong
sambil tersenyum . sedang nona berbaju hijau itu
mengawasi wajah Lim Han-kim sambil tertawa manis:
"Terima kasih banyak atas pertolonganmu"
338 Lim Han-kim tidak berkata apa pun, ia membalikkan
badan dan berjalan menuju keluar ruangan,
Bagaimanapun juga Han si-kong adalah seorang jago
kawakan yang berpengalaman luas, melihat Lim Han-kim
melangkah ke-luar, ia segera membentak keras:
"Berhenti" Lim Han-kim termangu, tapi ia menghentikan juga
langkahnya. Han si-kong segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak dengan suara
nyaring. Melihat perbuatan itu dengan kening berkerut nona
berbaju hijau itu menegur: "Bagaimana sih kamu ini"
Kenapa tertawa sekeras ini?"
"Kenapa?" sahut Han si-kong sambil berhenti tertawa.
"Kau anggap semua gerak gerik kita di sini tak diketahui
orang?" "Dengan gelak tertawa sekeras itu tentu saja orang
lain akan mendengar dan mengetahui semua."
" Kalau pengalamanku menempuh dunia persilatan
selama puluhan tahUn bUkan perjalanan sia-sia. Aku
yakin semenjak kita keluar dari peti mati gerak gerik kita
sudah berada di bawr pengawasan orang lain."
Lim Han-kim. mencoba mengalihkan sorot matanya
menyandang ke sekeliling, ia hanya melihat jendela dan
339 pintu terbUka lebar. Misalny di luar ada orang,
semestinya jejak mereka sudah ketahUan
Dengan perasaan tak percaya iapUn berpikir "Kalau
bukan gara-gara gelak tertawa mu, tentu mereka tak
bakal mengetahui perbuatan kita."
Tampaknya Han si- kong sudah melihat sikap tak
percaya yang diperlihatkan Lim Han-kim serta gadis
berbaju hijau itu, kembali dia berkata sambil tertawa
tergelak: "Ha ha ha... jadi kalian tak percaya" Kenapa
tidak mencoba buka pintu dan melongok keluar?"
Dengan langkah cepat Lim Han-kim maju ke muka dan
membuka pintu kayu di ruang depan, Bersamaan dengan
terbukanya pintu itulah, mendadak ia mendengar Han sikong
memperingatkan: "Hati-hati...."
Betul juga, Begitu pintu terbuka tampaklah dua bilah
cahaya putih yang dingin menggidikkan hati menyapu
datang dengan kecepatan luar biasa. sedemikian
cepatnya sampai menimbulkan selapis desingan tajam.
Lim Han-kim telah mempersiapkan diri dengan baik.
sepasang kakinya segera menjejak tanah, Dengan
menggunakan borgol ditangannya dia sambut ancaman
tersebut, sementara tubuhnya mundur tiga langkah
dengan cepat. "Traaaaang.."
340 Terdengar denting an nyaring berkumandang di udara,
Ternyata borgol tersebut sudah saling membentur
dengan cahaya putih yang menyambar datang, Lim Hankim
segera merasakan tenaga serangan itu bukan saja
cepat dan ganas, juga kuat sekali, Hatinya betul- betul
terkesiap. "Andaikata Han si-kong tidak memperingatkan aku
sejak awal sehingga aku keluar dari pintu tanpa
persiapan, bukan mustahil aku sudah terluka oleh
serangan itu" Dari luar kamar terdengar suara pujian
seseorang: "Bocah muda, hebat betul kepandaianmu Tak
disangka kau mampu membendung serangan pedangku
dengan borgol itu." Lim Han-kim segera menyaksikan di depan pintu
ruangan ternyata sudah tersedia dua buah kurungan besi
yang amat besar. Pintu besi itu tertutup rapat sehingga
tidak nampak barang apa yang berada dalam kurungan
itu Namun jika dilihat bahwa kurungan itu begitu tinggi
besar dan kuat, sudah jelas benda tersebut bukan
barang sembarangan Sebuah kepala yang besar dengan rambut yang kusut
dan kotor nongol keluar dari antara dua kurungan besi
itu, sepasang matanya yang besar memancarkan sinar
yang tajam, Lim Han-kim sangat terkejut, pikirnya:
341 "orang berambut kusut ini memiliki sepasang mata
yang begitu besar, bisa dibayangkan berapa tinggi
perawakan badannya."
Untuk berapa saat Lim Han-kim, tak bisa membedakan
suara pujian tadi berasal dari manusia bermata besar ini
atau bukan, tapi jika dilihat di tangan orang itu.
memegang sebilah pedang, bisa diduga orang inilah yang
barusan menyerangnya. Maka sambil menjura ujarnya: "Tenaga serangan
pedang anda sangat kuat dan luar biasa, akupun merasa
kagum sekali." Pelan-pelan orang itu menarik kembali kepalanya yang
besar dan lenyap di balik kurungan besi itu, yang tampak
sekarang tinggal pedangnya yang bersinar tajam.
Ketika ia berpaling, dijumpainya Han Si-kong sedang
berdiri termangu-mangu sambil mengawasi kurungan
besi itu tanpa berkedip jelas peristiwa ini membuat jago
kawakan dari dunia persilatan inipun turut tertegun dan
merasa kejadian tadi benar-benar di luar dugaannya.
sebenarnya banyak persoalan yang ingin ditanyakan
Lim Han-kim kepadanya, namun menyaksikan Han Sikong
seperti sedang memikirkan sesuatu, maka niat
itupun segera diurungkan 342 Nona berbaju hijau itu habis juga kesabarannya
melihat semua pihak membungkam diri, tiba-tiba
tegurnya: "Hei, locian-pwee Kau sedang memikirkan
sesuatu atau dibuat pecah nyalimu"
Pelan-pelan Han si-kong tersadar kembali dari
lamunannya, memandang gadis berbaju hijau itu
sekejap. katanya: "Aku sedang memikirkan manusia
berkepala besar bermata besar itu."
"oooh... kalau kau kenal dengannya memang lebih
bagus, Asal ia bersedia menggeser kerangkeng besinya
sedikit saja, kita dapat segera menerjang keluar dari
sini." Han si-kong tidak menanggapi dia bergumam seorang
diri. "Benarkah dia" sungguhkah orang itu" Tapi... tapi
rasanya hal ini tidak mungkin."
"Locianpwee" dengan alis berkenyit nona berbaju hijau
itu berseru lagi, "Apa sih yang kau gumamkan seorang
diri" Nampak-nya kau sudah dibuat sinting lantaran
ketakutan" Tiba-tiba paras muka Han si-kong berubah jadi serius,
serunya: "Yaa, iha, dia, pasti dia Tak mungkin di kolong
langit ada orang kedua yang berwajah mirip dengannya."
343 Lim Han-kim merasakan hatinya ikut berdebar keras,
tanpa sadar dia menyela: "Han Locianpwee, siapa sih
yang kau maksudkan?"
"orang gila dari Lam-gak."
"orang gila dari Lam-gak....?" seru Lim Han-kim dan
gadis berbaju hijau itu bersamaan waktunya.
Mendadak dari balik terali besi itu muncul sebuah
papan nama. Di atas papan itu tertulis berapa kata yang
berbunyi: "sudah bertemu buat apa saling mengenal, kita
sama-sama orang pengembara."
Dengan seksama gadis berbaju hijau itu membaca
tulisan di atas papan kayu itu lalu diulanginya beberapa
kali, mendadak ia berpaling dan serunya pelan: "Lim
siang-kong" "Ada apa?" "setelah membaca dua baris tulisan di atas papan
kayu itu, aku jadi teringat sesuatu."
sebelum Lim Han-kim memb erikan tanggapannya,
tiba-tiba terdengar Han si-kong membentak keras:
"Hei, orang gila dari Lam-gak. kau masih kenal dengan
aku Han si-kong si monyet tua?"
"siapa bilang aku sudah tak kenal dengan kau monyet
tua," jawab orang itu dari balik kerangkeng besi.
344 "Kalau toh kau sudah mengenali aku sebagai sahabat
lamamu, apa yang hendak kau perbuat terhadapku hari
ini?" "Asal kalian tidak meninggaikan rumah itu, aku tak
akan melancarkan serangan"
Mendengar jawaban tersebut kontan saja Han si-kong
tertawa dingin, "He he he... ada satu hal ingin
kutanyakan kepadamu, siapa sih pemilik bangunan ini"
jagoan macam apakah dia sehingga kau si orang gila dari
Lam-gak yang bernama besar rela jadi kuku garudanya
dan menjagakan pintu rumahnya"
"sejak tadi aku toh sudah memberitahu kepadamu
lewat papan kayu tersebut, Walau sudah bertemu buat
apa saling mengenal, kita toh sama-sama orang
pengembara." Dua kalimat kata itu sesungguhnya merupakan
perkataan yang memedihkan hati, apalagi sekarang
diutarakan oleh si orang gila tersebut dengan suaranya
yang melolong macam binatang, membuat nadanya
makin menggidikkan hati. Han si-kong mendengus dingin, dia segera menutup
pintu ruangan rapat-rapat, duduk bersila di tanah dan
tidak berkata lagi. 345 Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang,
pelan-pelan dihampirinya Han si-kong, lalu tegurnya
dengan lembut: "Lo-cianpwee, kenapa sih kau ini?"
sikapnya tiba-tiba saja berubah jadi lembut, gerak
geriknya juga lebih halus menawan. sambil berjongkok
di hadapan kakek itu, dia berkata lebih lanjut:
"Locianpwee, keadaan kita sekarang boleh dibilang
berada di biduk yang sama, Bencana kita tanggulangi
bersama, rejeki kita nikmati berbareng. Apabila kau
menjumpai persoalan yang menyedihkan hati, utarakan
saja keluar, mungkin kita dapat ikut bantu memecahkan"
Mendadak Han si-kong angkat kepalanya sambil
mencengkeram rantai di tubuh nona berbaju hijau itu,
bisiknya: "Jangan bergerak" Kemudian dia ayunkan
tangannya melepaskan satu pukulan "Blaaaam..."
Rantai besi itu segera retak separuh.
secara beruntun Han si-kong melepaskan tiga buah
pukulan berantai Rantai besi itu rontak retak dan
berhamburan ke atas tanah, sambil mendongakkan
kepalanya terbahak-bahak monyet tua itu berseru: "Ha
ha ha... ternyata kepandaian silatku belum punah."
sikapnya penuh diliputi emosi, agaknya dia sudah
kehilangan kontrol. Tanpa terasa Lim Han-kim memuji: "Locianpwee,
hebat benar tenaga pukulan pasir besimu"
346 Han si-kong merasa semangatnya berkobar kembali,
sambil bangkit berdiri dan tertawa tergelak, serunya:
"Bocah cilik, bagi kita lelaki sejati, soal mati hidup bukan
masalah serius yang perlu dipikirkan. Tapi kita tak bisa
menyaksikan nona ini turut mengorbankan jiwanya di
sini. Daripada kita duduk menunggu mati, apa salahnya


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau kita lindungi nona ini dan berusaha meloloskan diri
dari kematian..." Meskipun Lim Han-kim tidak begitu paham dengan
tujuan monyet tua itu, namun dia menyahut juga:
"Perkataan locianpwee memang tepat sekali, kita harus
berusaha membantu gadis ini lolos dari bahaya, untung
borgol dan rantainya sudah kita singkirkan"
Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang,
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali tukasnya:
"Kalian berdua sudah salah paham...."
"Kau harus tahu, waktu bagi kita saat ini lebih
berharga dari emas." bentak Han si-kong cemas. " Kalau
kita harus menunggu sampai penyakit gila si orang gila
dari Lam-gak kumat, pingin kabur pun belum tentu
mampu. Mari, biar aku membukakan jalan dengan
membendung serangannya, kau si bocah, hati- hati
menjaga kerangkeng besi itu, jangan beri kesempatan
kepadanya untuk membuka. Bila ada kesempatan,
pergunakan baik-baik, usahakan untuk kabur dari sini
secepatnya." 347 Selesai berkata, tanpa menanti jawaban lagi dia
berjalan membuka pintu ruangan.
"Tunggu dulu, tunggu dulu.,." seru nona berbaju hijau
itu. "Bagaimana kalau kita bicarakan dulu persoalan ini
sampai jelas?" "Tak usah dibicarakan lagi, asal kau berhasil kabur
lebih dulu, itu sudah betul."
"Tidak bisa, Kalau kau tidak menjelaskan lebih dulu,
aku tak akan pergi dari sini."
Dengan gemas Han si-kong menghentakkan kakinya
ke atas tanah, umpatnya: "Hmmm Kau benar-benar
bocah perempuan yang tak tahu diri, Kalau ada urusan,
cepat katakan." "Tampaknya kau takut sekali dengan orang gila dari
Lam-gak?" "Meskipun orang gila dari Lam-gak tidak waras
otaknya, namun ilmu silatnya benar-benar lihai sekali,"
"Bagaimana jika ilmu silat locianpwee dibandingkan
dengan kepandaian silatnya?"
"Mungkin kalau dipaksakan hanya mampu menahan
sepuluh gebrakan." Nona berbaju hijau itu mengalihkan sinar matanya ke
atas wajah Lim Han-kim kemudian katanya lagi:
348 "Bagaimana kalau ilmu silat Lim siangkong dibandingkan
dengan kepandaian locianpwee?"
"Jika dilihat dari kemampuannya mematahkan borgol
tadi, agaknya ilmu silatnya tidak berada di bawah
kepandaianku" "Nah, itulah dia. Dari kita bertiga, ilmu silatku
terhitung paling lemah, sekalipun kamu berdua ada
maksud membantuku melarikan diri, belum tentu aku
akan berhasil melepaskan diri dari cengkeraman orang,
sekalipun kita berhasil menembusi pertahanan si gila dari
Lam-gak. belum tentu aku mampu menghindari kejaran
mereka." "Ehmmm, tak kusangka kau hanya seorang gadis
muda, namun mempunyai pandangan dan jalan pikiran
yang begitu luas." Gadis berbaju hijau itu menghela napas: "Aaaai... tadi,
akupun telah membicarakan situasi kita saat ini dengan
Lim siangkong, Di antara kita bertiga harus ada seorang
yang kabur dari sini, tapi aku hanya seorang wanita, dan
lagi ilmu silatku paling lemah. Aku rasa biar mati pun tak
usah disayangkan" "Aku sendiri juga sudah tua, biar matipun pantas,"
sambung Han si-kong sambil mengelus jenggotnya yang
putih, 349 "Itu berarti tinggal Lim siangkong seorang...."
sambung gadis berbaju hijau itu.
Buru-buru Lim Han-kim menyela: "Aku Lim Han-kim
juga bukan seseorang yang sayang mengorbankan jiwa
ku. ... " "Padahal di antara kita bertiga, salah satu diantaranya
harus berusaha melarikan diri dari sini, Kebetulan kaulah
orang yang paling pantas kabur dari sini, Lim siangkong,
Lebih baik kau jangan menampik lagi."
"Tapi tanganku masih diborgoi, badanku juga masih
dirantai, mana mungkin bisa lolos dari tempat ini?"
Gadis berbaju hijau itu termenung berpikir sejenak.
sesaat kemudian ujarnya: "Majikan tuaku menyimpan
sebilah pedang mustika yang luar biasa tajamnya, Asal
kuberi tanda pengenal kepada Lim siangkong dan kau
pergi menjumpai majikan tuaku itu, sudah pasti beliau
bersedia memutuskan borgol di tanganmu itu."
" Kalau memang begitu, tak usah ditunda-tunda lagi.
Cepat serah kan tanda pengenal itu kepadanya, kita
segera antar dia keluar dari sini," sela Han si-kong.
Karena borgol dan rantainya sudah putus, nona
berbaju hijau itu dapat bergerak bebas, Dari sakunya dia
keluarkan selembar saputangan, kemudian bisiknya: "Lim
siangkong, harap kau berjongkok sebentar. Akan
350 kuberitahukan bagaimana caranya menjumpai majikan
tuaku." Mendadak pintu ruangan dibuka orang, kemudian
tampak seorang pemuda berjubah panjang melangkah
masuk ke dalam. Han si-kong segera menghadang jalan perginya sambil
membentak: "siapa kau?"
Di belakang pemuda tadi mengikuti seorang bocah
kecil berwajah bersih yang membawa sebuah lentera
terbuat dari kain putih, Pada ujung lentera itu tertera
sebutir mutiara, Ketika tersorot oleh cahaya lentera,
mutiara tersebut memantulkan selapis cahaya yang amat
menyilaukan mata membuat suasana gelap dalam
ruangan itu segera terusir lenyap. Pemuda itu bersikap
dingin dan serius. Dengan sorot matanya yang tajam dia awasi Han sikong
sekalian sekejap. kemud ian berkata: "Aku dari
marga Hongpo, siapa nama kalian?"
Meskipun sikapnya dingin dan serius, namun nada
pembicaraannya cukup sopan dan ramah.
Diam-diam Han si-kong berpikir: "Jelek-jelek begini
aku sudah puluhan tahun lamanya berkelana dalam
dunia persilatan. Betul tidak semua pentolan persilatan
yang kukenal, namun paling tidak pernah kudengar
351 namanya, Heran, kenapa belum pernah kudengar jago
tangguh dari marga Hongpo,"
sementara dia berpikir, mulutnya menjawab dengan
lantang: "Aku Han si-kong, sedang saudara itu dari
marga Lim." "oooh, rupanya si Raja Monyet Ceking." pemuda itu
manggut-manggut serius. "Aah, tak usah memuji, itu hanya julukan yang
diberikan rekan-rekan persilatan kepadaku."
Pemuda itu segera berpaling kearah Lim Han-kim,
seraya menjura katanya pula: "Boleh aku tahu nama
lengkap saudara Lim?"
"Lim Han-kim" "Lim Han-kim?" secara beruntun pemuda itu
menggumamkan nama tersebut berulang kali, agaknya
dia berusaha mengingat-ingat siapa gerangan Lim Hankim
itu. Tapi karena tak berhasil menemukan asal usulnya,
maka sinar matanya segera dialihkan ke wajah nona
berbaju hijau, katanya: "Boleh aku tahu nama nona?"
Gadis itu berpikir sebentar, akhirnya dia menjawab: "Aku
bernama Han-gwat" 352 Pemuda itu segera mengernyitkan alis matanya, "Nona
Han-gwat, kau berasal dari marga apa?"
"Kau cukup memangil aku Han-gwat saja, tak perlu
tahu apa nama margaku.."
Pemuda itu tertawa hambar. "Aku tak pernah
memaksakan kehendakku"
Kemudian setelah berhenti sejenak. la meneruskan
kembali: "Lebih baik kalian jangan punya ingatan untuk
melarikan diri." "Hmmm, itu sih belum tentu," tukas Han si-kong.
Pemuda itu tersenyum. "Kami sedang menyelidiki suatu kejadian, sebelum
duduknya persoalan menjadi jelas kami tak akan biarkan
siapapun pergi dari sini. Asal persoalan tersebut tak ada
sangkut pautnya dengan kalian, bukan saja kami segera
akan membebaskan kalian bertiga, bahkan kami
hadiahkan juga benda mustika sebagai tanda mata.
sebaliknya jika kalian nekad hendak melarikan diri, aku
kuatir persoalan akan bertambah ruwet."
la angkat kepalanya dan tertawa lalu terusnya:
"Kenyataannya kalian sanggup melepaskan diri dari
pengaruh totokan jarum emas dan lolos dari peti mati,
Kepandaian semacam ini sungguh mengagumkan hati."
353 Kemudian setelah mengalihkan sinar matanya ke
wajah gadis berbaju hijau itu, terusnya: "Nona ini telah
berhasil melepaskan borgolnya, aku rasa kau siap pergi
dari sini bukan?" "Hmmmm" Han si-kong mendengus, "Kau anggap
dengan menyuruh si gila dari Lam-gak menjaga pintu ini,
kami bertiga tak sanggup meloloskan diri?"
selintas rasa kasihan menghiasi wajah pemuda itu,
katanya sambil menghela napas: "Aaaai... meskipun ilmu
silatnya sangat lihay, tapi pengalamannya sungguh
mengenaskan" "Huuuh, si gila dari Lam-gak tak kenal budi dan
teman, manusia macam ini memang pantas mendapat
pembalasan yang setimpaL" sekali lagi pemuda itu
tersenyum. "Bagaimana" Kau kenal?" tanyanya. Han sikong
mendengus, "Hmmmm Bukan hanya kenal, aku pernah
menemaninya selama tiga bulan ditengah hutan
belantara di Lam-gak. Wak-tu itu dia sedang menderita
penyakit gawat dan jiwanya terancam bahaya, Dengan
susah payah aku merawatnya sehingga dia berhasil lolos
dari ancaman bahaya maut, Tak disangka dia... dia lupa
budi." "Kau jangan salahkan dia," tukas pemuda berwajah
serius itu cepat "la bisa terdampar sampai di sini karena
354 mempunyai kesulitan yang sukar diutarakan keluar.
sekalipun antara kau dengan dia punya hubungan yang
akrab, tak nanti ia sanggup membantumu"
Walaupun Han si-kong orangnya polos dan lurus,
namun bagaimanapun juga pengalamannya dalam dunia
persilatan sudah cukup matang, dan lagi dia pun bukan
orang bodoh, Pada awal perjumpaannya dengan si gila
dari Lam-gak tadi, ia memang rada gusar karena
rekannya tak kenal budi. Dengan wataknya yang berangasan, begitu ia emosi
otomatis pikirannya tersumbat sama sekali dan kontan
saja mencaci maki tiada hentinya, Tapi setelah
mendengar perkataan pemuda itu,pikiran dan
perasaannya segera tenang kembali, pikirnya:
"Tentu bukan tanpa sebab dia sampai bersembunyi di
belakang dua kerangkeng besi itu, si gila dari Lam-gak
memang berwatak aneh, dingin, suka menyendiri dan
rada sinting, tapi selama hidupnya jarang mempunyai
sahabat karib. Hanya terhadap aku seorang sikapnya
selalu menaruh hormat, jika bukan dipaksa oleh keadaan,
mustahil dia menganggap asing diriku."
dalam kesempatan itu, pemuda berwajah serius itu
sudah menyambung lebih jauh: "Selamanya ayahku tak
pernah mengganggu orang lain apabila dia tidak diusik
lebih dulu, oleh karenanya Lak-seng-tong kami tak
pernah berhubungan dengan umat persilatan,
355 bagaimanapun kalutnya kolong langit dan sengitnya
perselisihan dunia persilatan, asal tidak mengusik orangorang
Lak-seng-tong, belum pernah kami
mencampurinya. Tapi jika ada orang berani mengusik
Lak-seng-tong kami barang sejengkalpun, apa lagi
melukai orang-orang kami, Hmmm Tidak perduli manusia
macam apakah dia dan tokoh lihai macam apapun,jangan
harap bisa lolos dari pengejaran kami serta mendapat
pembalasan yang setimpal.
Namun begitu kami, orang-orang Lak-seng-tong pun
tak pernah melukai orang yang tidak bersalah. Asal
kalian tak ada hubungannya dengan kejadian ini, begitu
penyelidikan selesai kami segera akan mengantar kalian
pergi dari tempat ini."
"siapakah ayahmu" Mungkinkah aku kenal?" tanya
Han si-kong. "Ayahku gemar bersyair dan melukis, selama ini tak
pernah mencampuri urusan dunia persilatan, jadi
meskipun kusebutkan belum tentu kau kenal. Apa lagi
sebagai putranya, aku pantang menyebut nama ayahku
begitu saja, jadi maaf kalau aku tak bisa menyebutkan."
Diam-diam Han si-kong berpikir: "Lak seng-tong"
Rasanya dalam dunia persilatan memang belum pernah
beredar nama Ko-lam enam bintang ini...."
356 sudah cukup lama dia berkelana dalam dunia
persilatan, banyak jago persilatan yang dikenalnya, tapi
nama Lak-seng-tong memang belum pernah
didengarnya. Untuk sesaat dia cuma berdiam diri saja.
suasana dalam ruangan itupun pulih kembali dalam


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keheningan segulung angin malam berhembus lewat
mengibarkan ujung baju beberapa orang itu Lim Han-kim
tak pernah suka bicara meskipun banyak pertanyaan
yang menyelimuti perasaannya, Menyaksikan sikap
dingin pemuda tersebut, ia semakin malas mengajukan
pertanyaan. Tampaknya gadis berbaju hijau itu tak sanggup
menahan diri, tiba-tiba ia bertanya: "Sebenarnya
peristiwa apakah itu sehingga kami pun ikut terlibat"
Bersediakah kau memberi penjelasan" "
Dengan pandangan mata yang dingin anak muda itu
menyapu wajah gadis itu sekejap. lalu katanya dingin:
"Sebetulnya kalian sudah ditawan orang lain di mana
kami berhasil menyelamatkan kamu semua dan
membawanya kemari, jadi seandainya kami berharap
kamu semua tinggal dua tiga hari lagi di sini, rasanya
pantas bukan?" "Jembatan kembali kejembatan, jalan raya kembali
kejalan raya, sebagai orang persilatan yang berkelana di
kolong langit, kami selalu membedakan dengan jelas
mana budi mana dendam, Kami merasa berterima kasih
357 sekali karena kalian telah menolong kami, tapi kalau
memaksa kami untuk tetap tinggal di sini.,., Hmmm,
sungguh membuat hati orang tak rela."
Tampaknya pemuda itu sudah tak sabar lagi, alis
matanya berkerut, ujarnya dingin: " Kalian tak usah
membantah lagi. jika merasa tak puas, kami siap
menerima pembalasan tersebut setiap saat."
selesai berkata ia segera membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ. "Berhenti" bentak Han si-kong
dengan suara amarah yang berkobar.
Waktu itu pemuda tersebut sudah melangkah keluar
dari ruangan, mendengar bentakan mana ia berhenti
lagi, ternyata sambil berpaling: "Ada apa?"
"Aku berterima kasih dulu atas pertolongan kalian,"
kata Han si-kong sambil menjura.
"Tidak usah" pemuda itu tertawa dingin.
"orang jantan tidak berbuat curang, Tolong siaucungcu
bisa sampaikan kepada ayahmu, bila aku orang
she- Han bertiga dapat menerjang keluar dari Lak-sengtong
ini, suatu ketika tentu akan datang lagi kemari."
"Hmmm, jika kalian yakin bisa meninggaikan tempat
ini, silahkan saja berbuat sekehendak hatimu."
358 Han si- kong tertawa tergelak "Ha ha ha ha.... sekali
aku bilang akan pergi, aku tetap akan pergi dari sini."
"Hmmmmm, aku takut kau tak bisa memenuhi
harapan tersebut" "sau-cungcu, kau jangan memojokkan orang. Aku tahu
Lak-seng-tong telah dijaga secara ketat dengan jebakan
yang berlapis- lapis, Tapi apabila kami keluar bersamasama
sau-cungcu, sekalipun ada jebakan belum tentu
bisa dipergunakan sewajarnya."
Jelas sekali dengan perkataan tersebut dia sedang
memperingatkan kepada sekalian bahwa saat sekarang
adalah saat terbaik untuk meloloskan diri Berubah paras
muka pemuda itu, tantangnya: " Kalau mau coba,
silahkan" Han si- kong tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha.... sudah banyak tahun aku orang she-
Han malang melintang dalam dunia persilatan, Tak
sedikit kejadian gawat semacam ini pernah kujumpai Aku
pasti akan puas dan takluk apabila sau-cungcu betulbetul
mampu menghalangi kepergianku"
sambil berkata, dia menggerakkan tubuhnya
menerjang ke luar dari ruangan tersebut meskipun dia
sudah dipenjarakan hampir dua tahun lebih
dipesanggrahan Tho-hoa-kit, namun selama dua tahun
tersebut ia selalu berusaha meloloskan diri sehingga ilmu
silatnya tak pernah lupa dilatih,justru gara-gara peristiwa
359 itu bukan saja ia dapat memusatkan pikirannya untuk
melatih diri secara rajin, tenaga dalamnya juga
memperoleh kemajuan yang amat pesat. Tak heran kalau
terjangannya kali ini dilaksanakan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat. sewaktu berada dipenjara bawah tanah tempo hari,
Lim Han-kim pernah merasakan kehebatan tenaga
pukulannya, Dia tahu tenaga dalam yang dimiliki orang
tua itu sangat tangguh, maka ia cepat menghindar
kesamping dan berdiri sebagai penonton.
Melihat datangnya terjangan dari Han si- kong,
pemuda itu tertawa dingin, Dia segera melepaskan juga
sebuah pukulan tandingan.
Jangan dilihat serangan itu merupakan serangan
biasa, namun karena saat yang dipergunakan untuk
melancarkan serangan tersebut dan sasaran yang diarah
pada ancaman mana tepat sekali, sebaliknya sepasang
tangan Han si- kong masih diborgol sehingga tak
mungkin melakukan tangkisan, akhirnya dia dipaksa
untuk mundur ke belakang.
Han si- kong jadi tertegun dibuatnya, diam-diam ia
berpikir "serangan itu tidak tampak aneh atau luar biasa,
Aneh, kenapa ia berhasil memaksa aku mundur dari
posisiku" Tampaknya aku tak boleh pandang enteng
kemampuan bocah ini."
360 sekali lagi dia melangkah maju ke depan, Kali ini dia
tidak menerjang secara gegabah, tenaga dalamnya
dipersiapkan dulu sambil maju pelahan-lahan, pemuda
itu segera mengulapkan tangannya memberi tanda,
bocah pembawa lentera itu segera mundur ke luar dari
ruangan dan mengangkat lenteranya tinggi-tinggi.
sekalipun Han si- kong belum melihat ketangguhan
dan kesaktian jurus serangannya, namun kali ini dia tak
berani bertindak gegabah, Pada jarak dua tiga kaki dari
pemuda itu ia hentikan diri, lalu sepasang tangannya
merangkap di depan dada dan didorong keluar bersama
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Dengan tenaga dalamnya yang amat sempurna,
tolakan bersama ini betul-betul luar biasa, Belum lagi
ujung telapak tangannya tiba pada sasaran, deruan angin
pukulan yang kuat telah menerpa tiba.
Dengan sangat tenang pemuda itu melepaskan satu
pukulan juga. Tang an kirinya dengan jurus "Burung
Merak Mementang sayap" menggulung ke samping,
sementara badannya mengegos ke samping menyusul
gerak serangan tadi. Begitu lolos dari ancaman serangan Han si-kong,
tangan kanannya segera dibalik balas menyerobot ke
muka, Kelima jari tangannya dipentang lebar-lebar
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
musuhnya, jurus serangan yang dipergunakan ini
361 tampaknya sederhana tanpa sesuatu yang aneh atau luar
biasa, namun di balik kesederhanaan itu justru terselip
kemantapan dan ketenangan yang luar biasa.
Arah sasaran serangannya juga merupakan tempat
strategis yang susah dibendung.
Begitu tenaga pukulan Han si-kong tergiring ke
samping oleh tangkisannya, berat badan kakek itu
otomatis turut tergeser kesamping, Pada saat itulah
ancaman dari pemuda itu menyongsong tubuhnya, Hal
ini membuat Han si- kong seakan-akan menyongsong
datangnya ancaman tadi dengan badan sendiri.
Han si- kong jadi amat terkesiap. buru-buru dia
melompat mundur sejauh dua langkah untuk meloloskan
diri Untuk berapa saat ia jadi tertegun dan mengawasi
anak muda itu dengan wajah melongo. Dengan
pengalamannya yang luas, setelah berulang kali didesak
mundur lawannya, sadarlah Han si- kong bahwa ia telah
berjumpa dengan musuh tangguh, ia juga tahu pemuda
itu bukan meraih kemenangan secara kebetulan dan
kegagalannya membendung ancaman lawan juga bukan
lantaran sepasang tangannya masih diborgoL
Tiba-tiba Lim Han-kim menerjang maju ke muka, dia
merangkap tangannya yang diborgol di depan dada, lalu
serunya: "Aku ingin menjajal berapa jurus seranganmu"
362 "Silahkan dicoba," sahut pemuda itu sambil tertawa
dingin. Karena melihat jurus serangan yang dipakai pemuda
itu untuk mendesak mundur Han Si-kong, hanya terdiri
dari jurus serangan biasa, maka dia pun mempergunakan
jurus yang umum juga, yakni "Bocah Lelaki Menyembah
Buddha" untuk melepaskan satu serangan-
Dengan wajah serius pemuda itu berdiri menanti,
Ditunggunya sampai tenaga serangan Lim Han-kim
hampir mencapai badannya, tiba-tiba saja tangan
kanannya menggunakan jurus "Menggapai Awan Di
bawah Tangan" untuk balas mengancam lawan. Kelima
jari tangannya setengah terpentang menyambar kemuka
dan mengancam urat nadi pada pergelangan tangan Lim
Han-kim. Jurus serangan yang dig una kan sangat umum,
bahkan hampir semua orang yang pernah belajar silat
dapat menggunakan-nya, tapi pentangan kelima jari
tangannya itu justru berbeda sekali, Bahkan saat dan
arah sasarannya juga tepat sekali, yakni di saat Lim
Han-kim selesai menggunakan jurus serangannya itu.
dalam posisi seperti ini Lim Han-kim jadi amat
terkesiap, mau tak mau dia harus mundur dua langkah
untuk menghindarkan diri, Pemuda itu tertawa dingin, ia
balikkan badan dan pelan-pelan berlalu dari situ. Diiringi
si bocah pembawa lentera, dia menghindari dua
363 kerangkengan besi itu dan lenyap di balik kegelapan
malam. Dengan termangu-mangu Lim Han-kim mengawasi
bayangan punggung pemuda itu hingga lenyap dari
pandangan, sementara pelbagai persoalan memenuhi
benaknya. Tiba-tiba Han si-kong menghentakkan kakinya
berulang kali sambil mengeluh:
"Aaaai... sewaktu menggunakan jurus "Bocah Lelaki
Menyembah Buddha" tadi andaikata gerak serangannya
kau perlambat sedikit, lalu sebelum selesai digunakan
ganti menggunakan jurus "Membersihkan Debu Berbicara
santai", maka dengan tepat kau akan memecah kan jurus
serangan yang dipergunakan pemuda itu..."
"Biarpun jurus seranganku telah digunakan sampai
puncaknya, tapi seandainya aku merubah diri
menggunakan jurus "Tangan sakti Menggunting Bunga"
dengan mengunci urat nadinya..."
"Tangan sakti Menggunting Bunga.,." Tangan sakti
Menggunting Bunga.,.?" gumam Han si-kong lirih,
"Bagus, bagus sekali Lote, perubahan jurusmu sangat
hebat dan luar biasa. Pada saat itu bila ia tidak segera
mundur untuk menghindarkan diri, niscaya urat nadinya
akan berhasil kau cengkeram, Tapi... kenapa kau tidak
menggunakannya waktu itu?"
364 "Justru kelima jari tangannya yang setengah
terpentang itulah masalahku. Aku kuatir meskipun
sentilannya belum tentu menimbulkan desingan angin
serangan yang tajam, tapi apabila jari tangannya tibatiba
setengah inci lebih panjang saja, niscaya urat nadiku
akan terluka dari ancamannya"
" Kalau begitu kita tidak boleh menyerang lebih dulu?"
tanya Han si- kong melongo. Lim Han-kim
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Ketika locianpwee bertempur melawannya tadi,
boanpwee lihat ia berulang kali menggunakan jurus
serangan yang umum untuk memaksa mundur
locianpwee, Hal mana membuatku menduga bahwa ia
cuma andalkan ketepatan dan kemantapan saja, maka
segera kucoba untuk turun tangan sendiri"
"Tapi begitu bentrokan terjadi, aku baru tahu kalau
dugaan itu keliru. Bukan saja lawan benar-benar dapat
menggunakan teori "tepat" dan "mantap" secara jitu lagi
pula di balik jurus-jurus serangan yang umum ternyata
diselipi juga dengan perubahan gerakan yang
mengerikan. sepintas lalu memang kita anggap jurus
serangan itu umum dan tiada keanehan, padahal di balik
kesederhanaan itu justru terselip hawa pembunuhan
yang mengerikan" Han si- kong termenung sebentar sambil
membayangkan apa yang telah terjadi, kemudian
365 katanya sambil menghela napas panjang: "Aaaai... apa
yang lote katakan memang tepat sekali, sungguh tak
disangka kita telah berjumpa dengan musuh tangguh di
tempat ini." Pelan-pelan Lim Han-kim berpaling, Kepada nona
berbaju hijau itu ia berbisik, "Nona tak usah membuang
tenaga danpikiran lagi, tak mungkin kita bisa lolos dari
sini." "Kalau tak bisa lolos, apakah kita harus berpeluk
tangan saja menunggu kematian?" tukas si nona.
setelah sama-sama terjerumus dalam ancaman
bahaya maut, secara otomatis timbul perasaan solider di
antara ketiga orang itu. Kesulitan memang seringkali
mempersatukan manusia. setelah hening berapa waktu, Han si-kong mendehem
kembali sambil berkata: "Sudah banyak tahun aku
malang melintang di Utara maupun selatan sungai besar.
Tak sedikit jago tangguh yang pernah kuhadapi. sungguh
tak nyana hari ini aku harus pecundang di tangan
seorang bocah yang tak bernama sama sekali."
Nona berbaju hijau itu menghela napas pula,
sambungnya: "Yaa, semisalnya majikan tuaku berada


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disini, biarpun ilmu silat orang itu sepuluh kali lipat lebih
hebatpun tak nanti dia sanggup menghalangi kepergian
kita." 366 "siapa sih majikan tuamu" Berani amat kau bicara
tekebur?" "Hmmmm Menyinggung soal nama besar majikan tua
kami, tiada orang di dunia ini yang tidak menaruh rasa
hormat kepadanya." "sudah setengah harian kau bicara namun belum kau
sebut namanya, siapa sih orang itu" Hmmm Anak
perempuan tak boleh bicara macam begitu, kalau ingin
diutarakan katakan saja terus terang."
"Majikan tuaku adalah...." Tiba-tiba ia seperti teringat
suatu persoalan penting, ucapannya tidak jadi diteruskan
BAB 12. Lolos dari Kurungan
Dengan alis mata berkerut Lim Han-kim segera
menukas: "Locianpwee, kelihatannya bukan pekerjaan
gampang bagi kita untuk meloloskan diri dari sini, tapi
aku rasa...." "Kau ada akal?" tanya gadis berbaju hijau itu penuh
harapan- "Eeei, bagaimana kalau jangan memotong
pembicaraan dulu," tegur Han si- kong dingin.
"Biarkan saja ia bertanya," kata Lim Han-kim.
367 "Bagaimana kalau kita bersama-sama menghimcun
tenaga dan merobohkan dinding ruangan bagian
samping?" "Tak usah dijelaskan lagi," kembali Han Si-kong
menukas. "Tak usah dibicarakan juga aku sudah tahu
cara ini. "Buat apa kau terburu napsu" Tunggu sampai
aku selesai menjelaskan rancangan-ku sebelum memberi
komentar..." Melihat gadis itu bicara dengan serius dan
bersungguh-sungguh, Han si-kong tidak mengejeknya
lagi. Dengan pandangan tajam dia alihkan perhatiannya
ke wajah si nona. Tampak nona berbaju hijau itu
membetulkan dulu letak bajunya, sesudah duduk bersila
dengan sikap tegap. dia merangkap tangannya di depan
dada dan bergumam: "Nona, harap kau ijinkan Han-gwat pergunakan
tabung sakti panca warna untuk menghadapi situasi pelik
ini." "Hei anak perempuan, kau sedang berbicara dengan
siapa?" tegur Han si-kong keheranan-
"Aku sedang berbicara dengan nona kami"
Perkataan itu diucapkan dengan serius dan sungguh
hati, seakan-akan nonanya memang berada di situ
368 Biarpun Han si-kong tahu bahwa di ruangan itu tak
ada orang lain, tak urung dia celingukan juga
memandang sekeliling ruangan- setelah yakin memang
tiada orang lain- ia baru berkata: "Haaai.... siapa sih
Pendekar Muka Buruk 14 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Rajawali Hitam 1
^