Kisah Masa Lalu 2
Kisah Masa Lalu Karya Dirgitadevina Bagian 2
*** Dimas mendongak. Awan mendung telah berkumpul di atas kepalanya. Aroma air juga terasa ketika angin pelan-pelan berhembus. Dimas pun tak ingin buang waktu. Ia berhenti bergelut dengan tanaman dan mulai mengemasi perangkat berkebunnya.
Suara pintu mobil ditutup memutar leher Dimas. Ada Andiev di samping pintu sebuah sedan berwarna putih. Gadis itu segera masuk dan mobil mulai meninggalkan depan teras. Ake dan Ikam terlihat melambai dengan senyum berbinar-binar.
Kenapa" Dimas mendatangi mereka. Keduanya serempak berhenti melambai.
Andiev..., jawab Ake. Dia akhirnya pulang. Entah kenapa, hatiku senang sekali. Ikam tidak dapat menyembunyikan senyum yang semarak.
Berbeda dengan Ake dan Ikam, Andiev sama sekali tidak berbahagia meski tahu ia akan pulang. Bukan ayah dan ibu yang menjemputnya. Bukan pula paman yang memiliki hubungan keluarga. Pria yang kini duduk di sampingnya menyetir mobil tak lain adalah Hein.
Aku harap, kau tidak berbohong. Setelah cukup jauh dari rumah Bang Edi, Hein bersuara. Aku sudah beberapa kali dibohongi di sini. Dan aku juga akan melakukan hal yang sama padamu jika kau bertindak sama. Akan kupatahkan seluruh tulang di tubuhmu....
Andiev menelan ludah. Kata-kata itu.... Nada bicaranya....
Jadi, kau tidak berbohong, kan"
Jangan bawa-bawa keluargaku! Andiev membalas.
E..." Ayah dan ibuku.... Jangan apa-apakan mereka...!
Aku tidak berani menjamin jika aku pulang tanpa giganium. Jadi, ini yang harus kau ingat. Keluargamu ada pada kami. Jika kau bertingkah, tidak hanya kau yang kehilangan nyawa, orang tuamu juga. Hein membumbui kata-kata yang ia lontar.
Kita... tinggal dua kelokan lagi. Andiev terpengaruh.
Mobil akhirnya tiba di sebuah simpang. Instruksi Andiev membuat Hein mengambil jalur kanan. Dan setelahnya, mereka bertemu tikungan ke kiri. Agak jauh mereka masuk, Andiev meminta berhenti di depan sebuah rumah. Andiev mengenal rumah itu sebagai tempat yang pernah ia tinggali selama hampir tiga minggu. Ia berjumpa dengan Ilyas, Ake, dan Ikam di rumah itu.
Jadi, di sini tempatnya" Hein mematikan mesin mobil.
Andiev mengangguk sekali.
Sebaiknya, kau bertindak cepat. Tampaknya, sebentar lagi akan hujan.
Keduanya turun. Hein terlebih dulu mengunci pintu mobil dan meminta Andiev berjalan di depannya. Gadis itu memandu melewati jalan kecil di sisi kiri rumah Ilyas. Mereka menuju halaman belakang rumah.
Aneh..., guman Andiev. Pintu rumah terbuka, mengapa tampak sepi" Jendela juga masih tertutup. Di mana Bang Ilyas"
Hei...! Hein menegur. Andiev tersadar dan memfokuskan kembali arah jalannya.
Di dekat sumur, mereka berhenti. Andiev menjongkok di hadapan bunga yang sudah ia tanam selama lebih kurang dua minggu. Mawar tersebut tampak sehat. Ilyas mungkin merawatnya dengan baik, meski hanya membersihkan rumput-rumput di sekelilingnya. Ilyas pernah menyarankan untuk menanam bunga itu di dalam pot. Tetapi, entah kenapa Andiev lebih memilih menancapkan akarnya langsung pada tanah.
Kita tidak punya waktu untuk mengagumi beberapa tangkai bunga. Hein kembali menegur. Andiev memejamkan mata beberapa detik, lalu memperhatikan sekeliling. Ia berhasil mendapat sebilah kayu. Digunakannya untuk membongkah tanah yang ditumbuhi mawar miliknya. Tanah itu disingkirkan baik-baik, dan ia mulai menggali.
Tak menunggu cukup lama, cangkul kayu Andiev membentur benda plastik. Semua tanah di atasnya disingkirkan dengan cepat. Koper berwarna perak dibalut kantong plastik transparan akhirnya diangkat dari lubang.
Itu dia" tanya Hein.
Iya.... Andiev menyobek kantong pembalut koper.
Kembali ke mobil! Andiev segera berdiri dan menenteng tas setinggi lututnya tersebut. Hein terus mengekor. Ia baru melejit mendahului Andiev ketika gadis itu sudah di samping mobil untuk membuka pintu.
Anak kunci terulur ke dalam slot. Pada saat itu juga, pergelangan tangan Hein mendadak tak dapat diputar. Sebuah tangan lain menggenggam tangannya. Dan ketika ia menoleh, sebuah kepalan tangan menghantam wajahnya dengan sangat keras.
Hein terpukul mundur dan terjerembab. Kunci yang ia genggam kini beralih ke tangan pria lain. Dengan kunci itu, ia berhasil membuka pintu mobil, memaksa Andiev untuk masuk, dan menyalakan mobil.
Astro" Samar-samar, Hein melihat sosok pria yang menyerangnya. Ia mencoba berdiri. Penglihatannya buram. Hidungnya berdarah dan panas. Hantaman yang sangat telak telah mengganggu keseimbangan tubuhnya.
Astro membuka kaca jendela dan berucap, Sampaikan ini pada Tuan Morgan. Perjanjian kita batal. Aku akan menetap dan menjual giganium di sini.
Hein ditinggal begitu saja.
PETA BINTANG Sembari menunggu polisi dan sejumlah anggota DINA, Irene mengajak Hilda dan putrinya menuju sebuah ruangan lapang. Ruangan itu terpisah dari laboratorium pengembangan Mata Rantai oleh beberapa kelokan koridor. Warna putih bercahaya mengisi seluruh dinding, langit-langit, bahkan lantainya. Di ruang tersebut, Irene mengaku telah menyalin seluruh berkas peta bintang dari basis data Koloni Juran. Proses menyalin memakan kapasitas lebih dari sepuluh ribu terabita media simpan di mainframe laboratorium.
Pegang putrimu. Pastikan ia tidak berada jauh darimu.
Sesuai saran Irene, Hilda menggenggam tangan putrinya erat-erat.
Kita mulai.... Irene menjentikkan jari. Lampu mendadak redup. Yuni memilih untuk mendekati pinggang ibunya. Ketika suasana semakin gelap, ia melihat sebuah titik kecil bersinar pelan. Titik kecil itu melayang dan jumlahnya bertambah kian cepat memenuhi ruangan yang mereka tempati. Dan setelah tiga kali mengerjap, Yuni mendapati sekelilingnya telah berubah. Seperti jutaan bintang terhampar luas di depan matanya. Dan sekarang, ia serasa berdiri di tengahtengah ruang angkasa.
Ini.... Hilda tergagap. Konstelasi yang kuceritakan. Irene berbalik. Ia sangat ingin melihat raut wajah Hilda. Ia tahu astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang digeluti oleh Hilda. Namun semenjak menikah, Hilda tidak lagi berhubungan dengan dunia perbintangan. Ini adalah surprise sekaligus cara bagi Irene untuk menebus dosa. Karena kesibukannya menangani proyek Borneolab, Irene sama sekali tidak muncul di acara pernikahan sahabat karibnya itu.
Ini pertama kalinya aku melihat hologram jagad raya berskala masif. Hilda terkagum. Matanya seolah tak mampu berkedip dihadapkan oleh hamparan titik sinar serupa bintang dalam ukuran mini. Salah satu proyeksi bintang yang paling dekat dengan matanya, mungkin memiliki garis tengah kurang dari lima milimeter. Meski lebih kecil dari kelereng, bintik bintang dan prominensanya cukup terlihat. Ini menunjukkan bahwa proyeksi tersebut begitu detil. Selama ini, Hilda hanya pernah menyaksikan proyeksi antariksa yang hanya terpusat pada beberapa objek langit, berukuran seperempat dari luas lantai ruangan ini, serta memerlukan meja proyeksi.
Irene mengambil senyum. Kau bisa melihat lebih dari ini, Hilda. Kau bahkan bisa melakukan zooming hingga miliaran kali. Kau akan mendapat hasil akhir yang menakjubkan.
Hamparan titik-titik bersinar yang mengumpul di beberapa bagian, melebar dan membesar sangat cepat. Yuni sedikit pusing. Ia merasa melewati terowongan cahaya dengan kereta api supercepat. Setelah beberapa detik, semua berhenti bergerak. Tidak hanya titik-titik kecil yang tampak, bahkan benda-benda bulat sebesar bola tenis juga terlihat melayang di sekeliling mereka.
Ini.... Ujung mata Hilda terfokus pada sebuah planet berwarna oranye. Benda bulat sebesar jeruk itu tampak melayang tenang. Rotasinya bagai tarian yang indah.
Itu belum apa-apa. Aku punya ketertarikan sendiri untuk fungsi zooming yang dimiliki peta ini.
Maksudmu" Hilda berpindah ke sosok sahabat karibnya semasa kuliah dulu. Mereka tinggal dalam satu asrama.
Aku bisa mengambil potret panorama setiap planet. Seakan-akan, aku berdiri di atas permukaannya pada saat aku mengambil gambar.
Lima bingkai ukuran satu kali dua meter muncul di hadapan mereka. Dua di antaranya menggambarkan suasana matahari tenggelam pada planet yang memiliki matahari ganda. Tiga sisanya, memperlihatkan langit cerah beserta daratan dan perairan yang terhampar luas. Cukup sulit bagi Hilda untuk menerima, bahwa kelima foto raksasa di hadapannya, sama sekali bukan gambar yang diambil dari panorama Bumi.
Dan..., ini yang lebih membuatku tertarik.... Semua foto menghilang. Kamar lapang itu tibatiba berubah kembali seperti terowongan cahaya. Semua benda langit bergerak cepat. Yuni merasa pusing melihat cahaya-cahaya itu, belum lagi ketika mereka seperti menghunjam sebuah planet berwarna hijau. Yuni terpejam.
Titik pandang yang semula tegak lurus dengan horison, bergeser menjadi datar. Kelam jagad hampa telah lenyap berganti langit biru muda dan hamparan air yang cukup luas.
Yuni membuka mata dan sedikit bingung. Di ujung kakinya tidak terlihat lantai marmer atau warna gelap proyeksi jagad raya. Itu pasir!
Irene, apa lagi ini" Hilda lagi-lagi sulit untuk berkedip. Di depannya, biru air begitu kontras dengan biru langit di atasnya. Di sisi kiri, terlihat sebuah matahari yang cukup cerah. Dan di sisi kanan, tampak garis lebar dan tiga benda bulat menghiasi langit. Kita mendarat di sebuah planet, jawab Irene. Sedikit mencermati, Hilda akhirnya sadar, bahwa garis lebar di sisi kanannya adalah cincin planet ini. Lebar aslinya mungkin lebih dari sepuluh ribu kilometer, hingga bisa dilihat dengan mata telanjang dari darat. Dan tiga benda langit berwarna pucat itu, sepertinya planet lain atau mungkin satelit alami planet yang mereka darati.
Sulit dipercaya. Ini semua grafis komputer" Irene sedikit mengangguk. Meski ilusi optik, sensor yang dimiliki mainframe-nya, memberi kesan bahwa kita bersentuh langsung dengan objek sekeliling yang tercipta. Irene menunduk. Kaki kanannya bergeser maju mundur beberapa kali, menyisakan garis di pasir.
Puas menatap laut, Hilda berputar. Baru ia sadar bahwa di belakang mereka berdiri kokoh sebuah tebing. Cukup tinggi untuk membuat Hilda sakit leher saat mendongak. Di sisi teping, sepertinya menempel beberapa tumbuhan sejenis rumput dan pohon.
Sudah puas" Mungkin, kau mau melihat jagad raya sekali lagi.
Semua kembali bagai terowongan cahaya. Yuni memejamkan mata karena takut kepalanya pusing. Setelah beberapa detik, ruangan kembali gelap. Hanya cahaya dari jutaan titik di sana yang menerangi mereka.
Hilda memutar leher ke kanan dan kiri. Teks-teks pelengkap muncul seiring arah fokus matanya menumpu. Pada saat itu, ia sadar. Mereka berada di dalam komputer dengan sistem eye-tracking yang baru pertama kali ini ia rasakan kinerjanya.
Dua hal penting yang kami dapat ketika kami bertandang ke Koloni Juran. Pertama, adalah basis data peta bintang yang sangat detail. Dan kedua, komputer dengan sistem pelacak fokus mata. Kita kini berada di dalam desktop komputer tersebut.
Hilda mengangguk. Banyak teks-otomatismuncul yang telah ia baca. Irene juga menyerahkan sebagian kontrol dan Hilda mempelajarinya dalam hitungan menit. Irene ingin ia membuka hal-hal penting yang belum pernah mereka lihat selama riset.
Basis data dan hasil analisis mereka membuatku terkesan. Pekerjaan ini pasti memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya tidak sedikit.
Irene mengangguk. Bagaimana pun, setelah satu minggu riset di Koloni Juran, itu telah cukup memberi gambaran proses kerja Divisi Analisis Jagad Raya. Yap, tiga triliun bintang di tiga galaksi. Bukan, bukan hanya tiga galaksi, tetapi tiga gugus galaksi, ralat Hilda cepat. Mereka mencoba memetakan superkluster.
Irene mendelik. Superkluster"
Kumpulan gugus galaksi. Mereka sepertinya sangat ingin membentuk simulasi peta bintang jagad raya. Tetapi, mereka hanya berhasil memetakan delapan ratus triliun bintang di tiga ribu galaksi.
Kau bercanda" cegat Irene. Sistem informasi komputer ini yang memberitahuku. Isinya adalah tiga triliun bintang di tiga galaksi.
Hilda malah tertawa kecil. Dengan mata telanjang saja, aku bisa melihat hamparan bintang dalam kelompok-kelompok yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Jika tampilannya diperkecil.... Proyeksi semakin memampat. Semuanya tampak lebih kecil dari sebelumnya. Kumpulan-kumpulan titik cahaya itu terhampar kian banyak dan kian jelas. ..., ada lebih dari seratus kelompok bintang, yang berarti lebih dari seratus galaksi.
Aku tak menduganya.... Justru Irene yang kini berbalik memasang wajah terheran-heran. Ia mengaku memang tidak pernah mendalami ilmu astronomi. Dan orang-orang yang menangani basis data tersebut juga bukan orang-orang yang berkompeten dalam sains perbintangan. Mereka hanya menyalin peta ini karena menganggap basis data milik Divisi Analisis Jagad Raya Koloni Juran adalah peninggalan yang sangat berharga. Para peneliti dari Departemen Antariksa Borneolab sama sekali belum dilapori akan penemuan itu.
Kau menguasai rekayasa perangkat lunak, kan" ingat Hilda. Beberapa item dari information summaries sistem ini sangat keliru. Aku sarankan kau untuk memeriksa fungsi pencacahnya.
Irene mengangguk-angguk, sementara Yuni hanya bisa melirik kiri dan kanan. Sama sekali ia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh kedua wanita dewasa tersebut. Superkluster" Rekayasa perangkat lunak" Fungsi pencacah" Mereka makan apa"
Jika sistem informasinya keliru, bagaimana kau bisa tahu jumlah pasti bintang dan galaksi yang berhasil dipetakan" Irene sangat ingin tahu bagaimana sahabatnya itu bisa menyebut angka delapan ratus triliun bintang dan tiga ribu galaksi . Tidak mungkin dihitung manual, kan" sambung Irene. Aku mencocokkan dari catatan yang ada. Aku tidak pernah menemukan catatan semacam itu di komputer utama mereka.
Mungkin, karena hanya disisipkan dalam basis data ini sendiri. Aku menemukan log dari salah satu anggota, sepertinya ketua tim. Hilda menampakkan sebuah bingkai holografik. Bingkai tersebut melayang di sisi kanan dan berisi teks berwarna putih menyala.
Kau menemukan catatan lain"
Ada. Kurasa, ini adalah catatan terakhir dan tidak begitu penting. Disebutkan bahwa setelah berhasil memetakan seluruh objek di tiga ribu galaksi, mereka mulai mengambil gambar objek-objek tersebut dengan kemampuan GPU yang dimiliki oleh komputer yang mereka bangun, sekaligus memperbaiki sistem render untuk menghasilkan gambar yang lebih baik. Penulis log menyebutkan ada yang menarik saat mengambil gambar delapan juta tata surya. Empat ribu di antaranya memiliki bintang ganda, tiga ratus memiliki bintang tiga, dan dua puluh lima berbintang enam. Pemandangan yang belum pernah dilihat oleh penduduk Koloni Juran, karena mereka menempati planet artifisial, jauh dari bintang mana pun. Maksudnya"
Ada lebih dari empat ribu tata surya yang memiliki matahari lebih dari satu.
Matahari sampai enam..." Bukannya Irene tidak tahu tentang keberadaan tata surya berbintang lebih dari satu. Tetapi, ia lebih membayangkan jadinya apabila tata surya tersebut berbintang ganda, hingga berbintang enam. Sepertinya, tidak akan ada istilah malam di sana.
Kau ingin melihat bagaimana kondisi tata surya tersebut" Aku bisa men-zooming peta ke semua lokasi yang disebutkan. Kalau tadi kita bertandang ke planet Zironoa, mungkin kita bisa melihat-lihat kondisi Opostus dan Nebuva.
Irene hendak menjawab, tetapi bunyi sebuah alarm kecil menyela mereka.
Ada Letnan Kolonel Marfin dan Mayor Jenderal Lubis di ruang tunggu. Mereka ingin berbicara dengan Ketua. Itu suara dari seorang staf bagian informasi. Kedua nama yang ia kenal sebagai utusan Polri membuat ia berpikir sejenak.
Maaf, aku harus pergi dulu. Silakan kau menelusuri lagi peta raksasa ini. Irene pamit. Dan selebihnya, ia sibuk hingga enam puluh menit kemudian.
SAKIT Hilang. Getaran halus yang terasa di laboratorium muncul tenggelam beberapa kali.
Anda baik-baik saja" Seorang petinggi polisi melihat gelagat aneh pada Irene. Sudah beberapa detik usai ditanya, wanita di sampingnya hanya menutup mulut.
Irene segera menggeleng. Getaran-getaran halus di ujung kakinya kembali mengusik. Ada apa" Asteroid dan puing-puing semakin banyak yang jatuh" Ini baru hari kedua!
Ketua.... Seorang staf laboratorium dengan seragam oranye memanggil. Irene menoleh. Ketua merasakan itu..."
Irene mengangguk sedikit. Dan sebuah dentuman tiba-tiba kembali mengguncang, serasa menarik jantung mereka ke atas. Laboratorium sontak hening. Veren yang memperhatikan persiapan Digta di ruang kendali menerawang, seakan waspada langit-langit akan runtuh. Sementara di dalam superkomputer hasil kloning mainframe Koloni Juran, Hilda segera bersimpuh dan memeluk putrinya dengan erat.
Ada pesan masuk dari resepsionis! Digta menekan ENTER. Sebuah bingkai dengan satu paragraf teks membentang di monitornya.
Pihak TNI meminta maaf atas gangguan yang terjadi. Mereka berusaha menempatkan senjata-senjata berat di sekeliling Borneolab sebagai tindak penjagaan. Mereka tidak ingin kehilangan fasilitas penting di sini, seperti yang telah menimpa DIVENN dan DINA.
TNI..." Kita bisa meminta kontak visual dengan pihak keamanan, saran seorang staf. Digta mengangguk dan menekan sebuah tombol di papan ketik. Monitormonitor besar di laboratorium serta-merta dikapling. Tampil dua puluh lima gambar dari kamera pengintai yang berbeda. Gambar-gambar itu membuat mereka terbelalak.
Itu..." Veren mendekat.
Jin.... timpal Digta. Sekitar enam buah kendaraan tempur tersebut berjaga-jaga di sekeliling fasilitas Borneolab. Masing-masing memanggul dua peluncur roket berkapasitas enam belas rudal. Selain itu, mereka juga menenteng meriam laras panjang serta menyiagakan senapan serbu. Ada yang berbeda dengan jin kali ini. Sepertinya berpostur lebih besar ketimbang yang ia lihat bersama Irene tadi pagi.
Itu kapal induk" Mereka menurunkan senjatasenjata berat. Seorang staf mendapati tiga buah pesawat berukuran lebar melayang di atas sekumpulan gedung. Dari bagian bawah pesawat-pesawat itu, menjulur rantai-rantai.
Itu kapal logistik TNI-AU. Kita dalam siaga perang" timpal yang lain.
Di sela-sela penurunan senjata berat berbentuk meriam berlaras panjang, sebuah meriam yang telah terpasang mengumpulkan cahaya di ujung larasnya. Setelah beberapa detik, meriam tersebut menembak. Gambar di kamera pengintai berguncang, begitu pula dengan seisi Borneolab.
Sebuah pesan lain kembali masuk. Digta segera mengontak Irene.
Aktivasi dan sinkronisasi Mata Rantai sudah selesai. Siap membuka portal.
Irene berputar ke arah landasan Matar Rantai. Tentukan koordinat dan eksekusi sekarang.
Baik! Digta mengetikkan sebaris perintah di jendela terminal. Ia menekan ENTER dan batangan proses menindih di atas jendela tersebut.
Di langit-langit ruang utama, dua bingkai lengkung masing-masing memisah menjadi dua bagian lain. Keempat bingkai lengkung yang tercipta kemudian berputar satu lingkaran penuh dan turun membentuk bingkai vertikal. Sisi-sisi bingkai yang berhadapan memunculkan cahaya. Udara mulai bergelombang seperti hawa panas.
Portal berhasil dibuka. Lokasi yang diambil adalah lokasi yang sama dengan portal mesin waktu terdahulu.
Kau bisa melihat kondisi di sana"
Digta berpaling pada monitor yang cukup besar. Sebuah bingkai gambar memaku matanya beberapa detik.
Ya, bahkan sangat jelas, Digta kemudian bersuara. Di sini..., aku bisa melihat..., semuanya hilang.
Hilang" Irene mengernyitkan dahi.
Veren yang masih berada di ruang kendali kembali memajukan langkahnya. Proyeksi temaram tersebut, dan sesekali dihiasi kilatan cahaya petir, membuat lututnya terasa lemas. Pos Penjaga Portal hilang"
*** Alisya memekik di rumah sakit. Suaranya nyaris bersahutan dengan gemuruh guntur seusai petir. Lima perawat dan tiga orang dokter sudah bermandikan keringat untuk menahan rontaannya di ranjang pasien. Usai pingsan di tengah jalan, lima belas menit ini ia tersadar dan mendadak bagai kesetanan. Matanya kembali merah dan ia meraung sejadi-jadinya.
Aku... tidak mampu lagi...! Seorang perawat tersandar di sisi kamar. Kedua tangannya terasa kaku untuk mengepal.
Apa yang terjadi" Otot gadis ini layaknya serat baja! Seorang dokter masih tetap mencengkeram pergelangan Alisya, dibantu seorang perawat.
Ia terus bergerak. Aku sulit untuk menyuntikkan penenang.
Tiga perawat lain akhirnya jatuh. Seorang di antaranya sempat terdorong nyaris terjengkang. Alisya semakin mengamuk. Suaranya kian berisik dan membangunkan hampir seluruh pasien.
Gaya juga tidak dapat menjernihkan isi kepalanya. Mendengar Alisya terus menjerit, membuat ia seperti cacing di atas abu. Sontak ia berdiri dari kursi di lorong rumah sakit dan menerobos ke dalam kamar. Kedua tangannya berhasil menggantikan empat tenaga manusia yang telah hampir kehabisan napas. Ia mencengkeram pergelangan tangan Alisya yang berusaha menyobek kulitnya sendiri.
Cepat! Suntik dia! Gaya turut menjerit. Namun, Alisya semakin meronta. Gaya turut mengimbangi. Hingga akhirnya, kaki ranjang pasien tidak mampu menopang lagi tekanan yang diterima. Kaki ranjang patah dan kasurnya terjerembab. Gaya akhirnya berhasil mengunci tangan Alisya. Ia menekan kedua pergelangan tangan sahabatnya itu sekuat tenaga, hingga merekahkan ubin kamar.
Suntik! Dokter bergerak cepat. Ia mengulur jarum ke kulit lengan kiri Alisya dan menembuskan cairan bening dari tabung suntiknya. Alisya menjerit. Urat-urat di lehernya bermunculan lebih banyak. Dan seketika, ia pingsan.
Untuk beberapa saat, semua terlihat membekukan wajah. Gaya masih menunggu reaksi balasan dari Alisya. Tangannya masih setia mencengkeram.
Apa-apaan ini..." Seorang dokter terdengar mengeluh.
Kita harus mencari ranjang baru. Dokter lain keluar dari kamar.
Gaya terduduk. Sahabatnya tak lagi bergerak. Wajahnya basah oleh keringat dan rambut panjang Alisya tergerai menutupi hampir sebagian wajah.
Apa yang terjadi..." gumam Gaya. Ia tak sadar bahwa seorang perawat mendekatinya dari belakang.
Terima kasih atas bantuan Anda, ucap perawat itu. Gaya hanya mampu mengangguk dan perawat itu segera menyusul dokter yang mencari ranjang pengganti.
*** Tiga puluh menit setelahnya, Alisya telah mendapat ranjang baru dan seorang perawat kembali berjaga di kamar itu. Sementara Gaya, ia terlihat merenung di koridor. Duduk di kursi panjang seorang diri. Kedua tangannya mengepal di atas pangkuan.
Tangan ini.... Apa yang terjadi" Sekilas gambar seperti terulang. Ia menahan tangan Alisya hingga meruntuhkan tempat tidur pasien, bahkan membuat retak ubin kamar. Sesuatu yang mengerikan seperti merasuk di kedua tangannya.
Aku.... .... Obat itu sudah merenggut beberapa sisi kemanusiaanku. Dan aku tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi.
Apa yang kau bicarakan"
Bertambah kuat, bahkan melebihi manusia normal, apakah masih bisa dikatakan manusia" Secara fisik, kita memang masih manusia. Tetapi secara kemampuan, kita telah berubah menjadi mesin penghancur. Kita monster.
Monster.... Kedua tangannya semakin mengepal.
*** Kau baik-baik saja" Polisi wanita yang muncul tadi sore datang menegur. Ia mengambil tempat di sisi kanan Gaya.
Gaya menggeleng, lalu menjawab, Kau pernah memberitahuku bahwa tulang rusukku patah. Tetapi menurut dokter, tulang-tulang di tubuhku baik-baik saja. Apa yang sebenarnya terjadi"
Iris menghela dan membalas, Usai aku memberitahumu, tulang rusukmu yang patah perlahan kembali utuh. Aku tidak ingin memberi tahu, karena kurasa itu hanya akan membuatmu shock.
Aku sudah benar-benar menjadi monster.... Apa yang kau bicarakan" Kurasa, itu hanya ulah residu fibernetik yang tertinggal. Kuharap kau tahu, karena kau dulunya adalah asisten Dokter Karim. Residu tersebut tetap di dalam tubuh hingga satu tahun. Dalam range masa itu, efek-efek fibernetik yang seharusnya hilang akan tetap muncul meski sedikit. Yap, meskipun masih ada pengecualian khusus untuk kemampuan otot dan kekerasan tulang. Itu permanen.
Tetapi, tidak untuk daya sembuh. Meski mengenakan fibernetik generasi kedua dalam dosis utuh sekalipun, aku perlu waktu dua minggu untuk pulih.
Pasti ada penjelasan untuk itu, tanggap Iris. Salah satu rekanku yang terluka tadi sore, wajahnya juga sudah berangsur pulih sangat cepat. Padahal, ia hanya diinjeksi dengan satu dosis fibergen2.
Satu-satunya alasan adalah aku telah menjadi monster. Persis seperti yang pernah dikatakan oleh Alisya.
Tidak benar. Meski disanggah oleh Iris, Gaya masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Aku pikir, menjadi lebih kuat akan lebih baik. Tapi ternyata, semua terasa aneh. Aneh, ya" susul Iris kemudian.
Gaya menoleh. Mungkin, sama anehnya ketika pertama kali aku menggunakan Unit Gerbang"
Pakaian zirah yang kulihat tadi sore" He-e. Dengannya, apa yang sebelumnya tidak bisa kulakukan, kini dengan mudah dapat kucapai. Menjadi kuat tidaklah salah, karena ada yang harus dilindungi, bukan karena sesuatu yang kita benci.
Gaya tertegun. Sesaat setelahnya, ia beranjak berdiri dan pamit untuk pergi entah ke mana.
*** Berhasil melarikan diri, Sonia membawa Ilyas ke rumahnya dan mengobati luka memar di sekujur punggung sahabatnya itu. Tak lupa, ia menelepon Dimas untuk memperingatkan Ake dan Ikam.
Jika ingin pulang, ke rumahku saja, pinta Sonia. Selain memberi kabar tersebut, ia juga mempertanyakaan keberadaan Andiev.
Ia sudah dijemput pamannya, jawab Dimas. Sonia sempat terbelalak.
Cepat sekali ia sampai, benak Sonia. Memangnya, kenapa" Dimas bertanya di ujung telepon.
Ciri-ciri orangnya bagaimana"
Ng.... Dimas masih sempat mendongak. Matanya menerawang, mengingat ketika ia melihat awan mendung tepat di puncak kepalanya. Tinggi, putih, rambutnya pendek, yang pasti laki-laki. Ia memiliki jenggot halus" Tidak.
Sonia mendesah. Sepertinya lega, tetapi dadanya masih terasa sumpek.
Ke mana mereka pergi"
Kan, sudah dibilang. Andiev dijemput pulang. Terima kasih! Dan ingat, sampaikan pesanku tadi pada Ake dan Ikam. Mereka masih ada di sana, kan"
Ada. Mereka belum naik dari kolam renang. Sonia mengucap salam dan menutup telepon. Ilyas seperti masih bimbang ketika ia memberi tahu bahwa ada orang lain yang menjemput Andiev di rumah Dimas. Ake dan Ikam yang asyik bermain di kolam renang meski hari sudah turun hujan dan beranjak sore, enam puluh menit selebihnya sudah menampakkan batang hidung di rumah Sonia. Hanya sesaat mereka terlihat simpati oleh keadaan Ilyas. Selebihnya, mereka mencoba televisi lima puluh inci di ruang tengah.
Sementara mereka menonton, Sonia mencuci piring di dapur. Tidak ada pembantu, ia tidak menuruti saran sang ayah. Ilyas yang muncul saat ia hampir selesai berberes, membuat ia berputar dan berkacak pinggang.
Kau kusuruh tidur, mengapa ada di sini" Ilyas mendongak dan sedikit gemetar. Aku haus....
Galak Sonia mereda. Ia berputar dan mengambil sebuah gelas. Biar aku ambilkan. Dan gelas tersebut tersodor pada Ilyas usai diisi air.
Pemuda itu tampaknya memang benar-benar haus. Gelas kaca yang cukup besar itu sudah kosong dalam beberapa teguk. Wajar saja Sonia menawarkannya segelas air minum lagi. Ilyas malah menggeleng.
Kembali ke kamar. Tidur! perintah Sonia dan segera membelakanginya. Bukannya pergi seperti yang dipinta, Ilyas mematung menatap ubin dapur di bawah kaki Sonia. Ia mencoba menyusun beberapa kalimat. E..., Sonia...!
Sonia meletakkan piring terakhir di rak, mematikan keran, dan mengelap tangannya dengan serbet. Ia berputar lagi dan sedikit jengkel. Sahabatnya itu masih di dapur. Ia mulai menaikkan tangan di pinggang dan seolah-olah hendak mengaum. Buru-buru Ilyas memotong.
Bisa antar aku pulang nanti subuh"
Kening Sonia berlekuk-lekuk. Tangannya pelanpelan terulur ke bawah. Pulang..."
Ilyas mengangguk kecil, mencoba melihat air wajah Sonia. I..., iya....
Permintaanmu yang aneh-aneh saja hari ini. Sonia mengomel dengan suara terlampau tajam. Ia bicara seolah-olah tidak pernah meminta yang anehaneh hingga Ilyas pusing sendiri. Setelah melarangku menelepon polisi takut rumahmu dipasangi pita kuning dan kau tidak bisa masuk sekarang meminta pulang"
Aku, kan, memintanya untuk besok.... Ilyas merungut.
Tidak! Kau sakit! Aku harus sekolah. Seragamku ada di rumah semua.
Tiga hari ini, kau dan teman-temanmu itu tidak boleh sekolah. Diam di sini. Biar aku yang memintakan izin.
Tapi.... Tangan kiri Sonia mulai naik ke pinggang. Tangan kanannya mengangkat hingga sebatas leher. Telunjuknya berputar lalu menunjuk lurus ke pintu dapur, seraya berkata, Sekarang, putar tubuhmu dan kembali ke kamar!
Ilyas menciut. Mau tak mau ia berputar seperti telunjuk Sonia dan mulai beranjak dari dapur. Hanya beberapa langkah ia dapat berjalan dengan benar. Selanjutnya, pergelangan kakinya terasa nyeri. Sebelum terjerembab, Sonia segera menyambut bahu kanan Ilyas dengan pundaknya.
Lihat, bagaimana kau bisa sekolah jika berjalan saja mesti dipapah seperti ini" Kau mau, sepanjang hari kita terus seperti ini"
Kan, masih ada Ake dan Ikam.
Baru berkenalan dengan mereka saja, aku sudah bisa menebak bagaimana sifat mereka. Dua kutil itu terlalu baik. Mereka pasti berebut ingin memapahmu, hingga akhirnya bikin susah sendiri.
Ilyas sedikit mengiyakan.
Terserah kau saja, ingin sekolah atau tidak besok. Yang pasti, jika kau sekolah, aku yang harus menjagamu. Suka ataupun tidak suka. Mau ataupun tidak mau.
Ilyas hanya mampu menahan napas dan otaknya berputar dalam proses tak berujung. Pekikan dua sahabatnya di ruang keluarga sontak memutar kepala keduanya. Cepat-cepat Sonia memapah Ilyas untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Begitu wajah Sonia muncul, telunjuk Ake lentik ke televisi. Sebuah berita menyorot kekacauan di pusat kota tadi sore. Sebuah gedung tampak mengepulkan asap tipis dari salah satu sisinya yang berlubang. Dan ketika kamera berpindah ke bawah, sosok orang yang pernah mereka lihat membelalakkan mata Ilyas dan Sonia dalam detik nyaris sama.
Alisya" Sepenggal reporter berkata, Mabes Polri sendiri tidak memberikan keterangan apa-apa mengenai unit khusus tersebut yang tiba-tiba muncul saat meringkus pelaku pengeboman yang selamat. Mabes Polri hanya memberikan keterangan bahwa aksi peledakan kali ini semakin jauh dari pola peledakan sebelumnya yang dilakukan oleh jaringan terorisme di Indonesia....
Kedua mata Sonia memicing. Jadi, penjahat yang diburu oleh Kak Alisya adalah teroris" Berarti, tugas DINA sama seperti Densus 88, dong" tandas Ake.
Masa, tugas keduanya tumpang tindih" Semua melirik Ilyas.
*** Digta, kau tidak apa-apa" Irene memasuki ruang kendali Mata Rantai. Ia mendapati asistennya itu tercenung di depan layar sebuah komputer. Ia tidak memperhatikan apa pun di layar tersebut. Irene bisa melihat fokus matanya yang kosong.
Merasa tidak dijawab, Irene kembali menegurnya. Digta akhirnya bagai tersadar dan bertanya apakah ada yang bisa ia bantu.
Kau mungkin sudah lelah. Sebaiknya, kau beristirahat, saran Irene.
Digta balas menggeleng kecil. Aku sudah beristirahat di rumah sakit.
Dalam kondisi ini, bahkan setelah apa yang kau alami, aku rasa itu tidak ada pengaruhnya. Kau memikirkan Ayu, bukan" Sebaiknya, kau beristirahat dan tenangkan dirimu. Aku akan sangat memerlukanmu nanti. Untuk sekarang, kita percayakan semuanya pada para staf, yang mungkin setelah kau beristirahat, giliran mereka kusuruh untuk segera tidur.
Beberapa staf Mata Rantai bersorak singkat. Terima kasih, Bu! Terima kasih! sambut mereka meriah. Semenjak Mata Rantai memasuki tahap uji coba, tidak satu pun di antara mereka yang sempat pulang ke rumah. Beristirahat pun sekenanya di laboratorium.
Sekarang, beristirahatlah...!
DI BALIK TIRAI Pada Masa Koloni, Bumi dikuasai oleh Koloni Sapphire. Saat Perang Kosmik pecah, armada tempur Koloni Cincin Zeus secara dramatis berhasil menundukkan koloni tersebut. Stasiun-stasiun angkasanya yang berjarak hingga satu juta kilometer dari Bumi berhasil dilumpuhkan, hingga tidak dapat dihuni lagi. Pusat pemerintahan Sapphire yang mengorbit Bulan berakhir menjadi puing. Namun, sejumlah fasilitas militer milik Koloni Sapphire masih tersebar di mana-mana.
Meriam Golmet termasuk dalam fasilitas tersebut. Setelah terkatung-katung mengorbit Bumi selama hampir satu dasawarsa, meriam antiarmada itu akhirnya menjelma menjadi berbagai meriam pelindung. Di Indonesia, Meriam Golmet diadopsi menjadi PILAR. Puing sisa pusat pemerintahan Sapphire yang tekadang menerobos atmosfer bumi menjadi alasan utama PILAR dikembangkan. Sementara sebagai pusat pengawasan PILAR, DIVENN memfungsikan kembali stasiun transit milik Koloni Sapphire yang terbengkalai.
Stasiun transit itu bernama NUS-4. Satu-satunya stasiun transit yang tersisa mengorbit di atas Indonesia, setelah dua stasiun lainnya hancur dalam perang, sementara satu yang lain bergeser posisi ke atas Filipina. Oleh karena itu, NUS-2 kini menjadi milik negara tersebut, dan berganti nama menjadi Philipine Sky. Tapi setidaknya, NUS-4 masih membawa bonus tiga kapal induk antarbintang dan beberapa kapal kargo yang siap dipakai kapan saja.
*** Pintu anjungan berhasil ditutup. Bersiap melepaskan diri.
Gordenia menjadi kapal induk pertama yang meninggalkan stasiun. Kapal antarbintang sepanjang hampir tiga kilometer itu membawa unit jin yang dipimpin oleh Imam. Dalam lima belas menit, mereka harus mencapai rombongan asteroid yang bercampur puing Cincin Zeus, dan kini juga telah bercampur dengan puing sejumlah stasiun Sapphire. Tugas Imam dan keempat rekannya adalah mengawal kapal induk dan kapal kargo untuk menyingkirkan bunker nuklir dari arak-arakan tersebut. Hanya mereka berlima yang mengawal tiga kapal induk. Karena, hanya mereka berlimalah yang memiliki unit jin dengan kemampuan tempur di ruang angkasa.
Setelah Gordenia berlepas dengan kecepatan tinggi, Geraldine dan Grista menyusul di belakang. Tak lama berselang, sejumlah kapal induk lain terdeteksi di radar. Unit bantuan dari beberapa negara mengirim konfirmasi untuk segera bergabung.
*** Ada yang tahu seberapa tua Gordenia yang kita tumpangi ini" Imam pada saat itu tengah mengutakatik sederet panel dalam kokpit jin miliknya. Suara Haris tiba-tiba terpancar dari pengeras suara di dalam helm.
Berapa" Kini, suara Rudi yang terdengar. Seratus enam puluh dua tahun, jawan Haris. Yang benar saja" Setua itu"
Aku dapat informasi langsung dari orang yang mengetuai perawatan kapal induk ini. Tiga kapal induk yang ada di NUS-4 diproduksi dua belas tahun sebelum Perang Kosmik. Gordenia dan dua kapal lain tengah menjalani perawatan saat armada Cincin Zeus memasuki teritori Koloni Sapphire. Pada Masa Koloni, mesin-mesin perang memang didesain untuk bertahan selama ratusan tahun, papar Haris.
Bicara soal tua..., Iwan akhirnya ikut dalam perbincangan. Helden ternyata baru saja menjadi ayah.
Hei, yang benar saja" Rudi menyahut. Istrinya baru melahirkan tadi pagi.
Mengapa tidak memberi tahu kami, Helden" pekik Rudi. Sahabat karibmu ini mengapa tidak diberi tahu"
Helden sendiri tertawa pendek. Kau susah sekali menjaga rahasia, Iwan. Ia menggeleng-geleng. Iwan hanya terkekeh mendapat komplain dari Helden. Saat menerima kabar bahwa anak pertamanya telah lahir, Iwan memang berada di dekatnya. Aku sendiri baru tahu beberapa jam sebelum kita berangkat kemari. Rencananya, akan kuberi tahu kalian setelah misi ini selesai, lanjut Helden.
Laki-laki atau perempuan" tanya Haris. Yang kudengar laki-laki.
Wah, Helden! Semoga putramu gagah seperti ayahnya! Rudi menyambut semarak.
Imam yang sedari tadi hanya ikut sebagai pendengar, kemudian mengingatkan, Kita akan menjenguk istri dan putramu di rumah sakit. Tapi sekarang, kita selesaikan dulu tugas ini. Lima menit lagi kita harus meluncur.
Rudi yang paling vokal segera membalas, Oke! Sementara Haris, mengacungkan jempol tepat pada monitor kokpit. Wajah rekan-rekannya yang dilindungi helm pilot terpampang di sana.
Seperti yang dijanjikan, lima menit setelah itu, seseorang dari pusat informasi tempur memberikan kontak. Peluncuran segera dimulai. Masing-masing pilot segera menyalakan mesin jin dalam kondisi penuh. Setelah semua status dikonfirmasi dalam keadaan hijau, landasan hangar Gordenia yang mereka pijak pelan-pelan membuka. Hamparan bintang menyambut. Setelah beberapa detik landasan terbuka, sepasang mesin pendorong kelima jin berbalik ke atas.
Lengan-lengan baja yang menahan mereka segera membuka kaitan. Mesin pendorong menyala. Kelima jin itu pun meluncur ke luar.
Sesampai di luar, mereka hanya bisa mematung. Rombongan batu dan puing menghampar. Lebarnya mungkin ribuan kilometer.
Sebanyak ini..." Sebesar ini..." Yang benar saja..." Rudi tercengang. Beberapa puing menyedot pandangannya. Ukuran benda-benda itu mungkin sama atau lebih besar dari kapal induk yang baru saja ia tumpangi.
Imam yang mengetuai tim mendapat kontak dari Gordenia. Wajah kapten kapal muncul di monitor kanan kokpit.
Kami telah menandai beberapa asteroid. Pastikan sekeliling mereka bersih, sehingga kapal kargo bisa menarik asteroid bunker tersebut keluar dari rombongan. Pesan itu turut diterima empat rekannya yang lain. Berhati-hatilah....
Imam memperhatikan peta yang muncul di monitor kanan. Ada tiga asteroid yang berbalur warna merah.
Kalian sudah melihat posisinya" Sudah! sambut Helden.
Kalau begitu, kita bereskan!
*** Pusat kendali Gordenia. Dua staf memegang kemudi kapal induk. Posisi mereka tepat di samping kanan sang kapten. Di depan mereka, delapan staf berjejer dalam dua baris, mengurusi jalur komunikasi, radar, dan beragam status kapal induk.
Seorang staf radar kemudian mendapati sesuatu muncul dalam radius radar yang ia pantau. Sebuah titik kecil yang berkedip beberapa kali, lalu menghilang. Beberapa menit tak terlihat, kedipan itu muncul kembali bahkan hingga empat titik sekaligus di empat lokasi berbeda. Meski saling berjauhan, keempar titik tersebut muncul dalam rombongan puing Cincin Zeus.
Kedipan itu hanya muncul selama tiga detik, membuat staf itu penasaran dan mencoba menunggu apakah titik-titik itu akan muncul lagi atau tidak. Dan kurang dari sepuluh detik setelahnya, keempat titik itu kembali tampak, namun bergeser cukup jauh dari posisi semula.
Kapten, radar menangkap empat objek tak dikenal. Keempatnya muncul dalam rombongan asteroid. Staf radar segera melapor. Kedipan kali ini bertahan lebih dari tiga detik. Bahkan setelah gambar dari radar yang sama turut terpampang di monitor utama ruang kendali, titik-titik tersebut masih terdeteksi meski hanya sebentar.
Hilang" sang kapten terlihat kaget.
Keempat objek itu sudah tiga kali ditangkap radar, namun sudah tiga kali pula lenyap, Kapten, lapor staf itu kembali.
Berhasil memperoleh kontak visual" Radar menangkap sinyalnya, tetapi tidak memperoleh gambaran holografik, staf radar yang lain melapor.
*** Bunker pertama telah berhasil ditarik menjauh. Diperlukan lima pesawat kargo untuk menggiringnya ke lokasi yang aman untuk dipreteli atau diledakkan.
Imam segera memimpin teman-temannya meluncur menuju bunker kedua. Kali ini, asteroidasteroid kecil mengelilingi asteroid bunker yang mereka incar. Puing-puing koloni juga turut bertebaran di sekitarnya. Rudi dan Helden mendarat di bunker itu. Tugas mereka memasang kait untuk tali baja.
Imam dan dua rekannya yang lain berpencar. Mereka turut memasang kait pada sejumlah asteroid dan puing yang akan menghalangi bunker ditarik menjauh.
Iwan telah berhasil memasang kait pada sebuah puing terluar. Kabel-kabel baja dari dua kapal kargo turut telah tersambung. Ketika puing itu baru saja ditarik, radarnya menangkap sesuatu. Objek tak dikenal tiba-tiba muncul dan meluncur dengan cepat ke arahnya. Iwan segera berputar untuk melihat apa yang sebenarnya mendekat. Radar holografik miliknya sama sekali tidak bisa menangkap bentuk fisik objek tersebut. Dan setelah berputar, yang ia dapati hanya hamparan puing dan bintang.
Titik di radar terus meluncur.
Lapor, radar jinku sepertinya ada masalah. Ia mendeteksi sesuatu. Objek itu di depanku, tapi aku tidak bisa melihatnya.
Imam berhenti memasang kait. Ia menoleh radar dan menjumpai sebuah titik berwarna merah melaju menghampiri titik berwarna hijau. Aku rasa, radar jinku mendeteksi objek yang sama. Imam kemudian menyentuhkan jarinya pada titik berwarna merah pada layar radar. Ia ingin melihat bentuk fisik objek yang tertangkap. Namun, sebuah pesan membuat keningnya berkerut. Objek ini memiliki sinyal, tetapi bentuknya tidak dapat dideteksi. Aku rasa, ini adalah objek dengan modus siluman. Teknologi kamuflase siluman mampu membuat radar tidak mengenali objek yang ditemukannya.
Dengan kata lain, ini adalah pesawat tempur" Penyusup...! Iwan bersiaga. Senapan mesin yang ia panggul segera diangkat. Negara mana yang menggunakan cara licik seperti ini"
Yang pasti, teknologi perang mereka sangat tinggi. Semua tim, bersiaga! Kita kedatangan penyusup! Imam meluncur mendekati posisi Iwan. Ia harus bermanuver beberapa kali menghindari puing, sebelum akhirnya menemukan rekannya yang melayang kebingungan dari jauh.
Penyusup" Di saat seperti ini" Yang benar saja" Rudi turut bersiap bersama Helden dan Haris.
Iwan merasa terancam. Objek yang mendekat itu sepertinya tidak beritikad baik. Jika semacam unit pembantu, seharusnya apa pun itu yang mengendalikannya memberikan kontak radio. Berdasarkan posisi yang tertangkap radar, Iwan segera membidik. Namun begitu ia merasa siap untuk menembak kapan saja, objek itu tiba-tiba menghilang dari radar.
Ke mana benda itu" Iwan kaget kebingungan. Hanya berselang satu detik, rombongan benda berpijar tiba-tiba menyerbu ke arahnya. Iwan tersentak kaget dan bergegas menarik kendali. Ia berhasil menghindar. Rentetan benda berpijar itu akhirnya menghantam sebuah asteroid. Kandungan gas metan di dalamnya terpicu dan akhirnya meledak. Serpihannya terlontar ke mana-mana, termasuk menabraki puing di sekitar bunker. Rudi dan Helden terpaksa melepas tembakan yang seharusnya dihindari. Beberapa puing mengancam keselamatan bunker dan harus dihancurkan.
*** Kapten, terjadi penyerangan pada unit jin! seorang staf komunikasi memperoleh kabar dari Imam.
Penyerangan dalam misi damai" sang kapten tersentak dari tempat duduknya.
Unit bantuan dari Eropa dan Australia juga diserang, Kapten! staf lain turut mengabari. Kapten kapal Gordenia itu mengernyit tak habis pikir.
Bukan hanya Indonesia yang diserang" Radar kembali mendeteksi objek tak dikenal. Terdeteksi satu buah. Meluncur ke arah Gordenia dari sisi kanan!
Apa-apaan ini" Persiapkan meriam dan senapan mesin di sisi kanan! Tembak benda itu!
Tugas pengendali senjata akhirnya dipercepat dari jadwal. Seharusnya, mereka baru menembak setelah evakuasi bunker selesai. Sasaran tembak pun adalah asteroid dan puing-puing raksasa. Namun sesuai perintah kapten, staf senjata mulai memainkan jemari mereka. Dua puluh titik pada sisi kanan hologram kapal mereka sorot dengan seretan jempol dan telunjuk. Sebuah tombol muncul dan langsung disentuh. Kini, ia berpindah pada hologram radar. Ia mengunci sasaran dengan menyentuhkan jarinya tepat pada titik yang meluncur ke sisi Gordenia.
Di luar, dua puluh laras senapan dan meriam berputar ke satu arah. Hujan benda berpijar meluncur deras dari laras-laras itu. Objek yang menjadi target tak bergeming dan terus meluncur. Beberapa tembakan akhirnya mengenai objek itu. Siluet warna merah dan hitam tersibak untuk beberapa detik, kemudian membaur kembali benar-benar tidak terlihat.
Kisah Masa Lalu Karya Dirgitadevina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hunjaman empat garis sinar tiba-tiba menusuk sisi kanan Gordenia. Garis-garis itu berputar dan bergerak naik, seperti ingin memotong kapal itu menjadi dua. Namun baru beberapa puluh meter memotong, hantaman beberapa peluru meriam membuat benda yang menembak itu terpental ke bawah. Setelah selubung silumannya menghilang, benda logam mengkilap tersebut meluncur meninggalkan Gordenia sembari terus dikejar hujan tembakan.
Lambung sektor D8 mengalami rusak parah! Ruang kendali riuh oleh alarm peringatan. Lampu merah berkedip-kedip.
Tutup semua jalur pada sektor yang rusak! perintah sang kapten. Staf kapal yang melapor segera memainkan jemarinya pada hologram yang tampil. Kapten, target menuju rombongan asteroid. Berhenti menembak! Jangan sampai mengenai asteroid-asteroid itu!
Staf senjata mengangguk. Ia menyentuh sebuah tombol merah pada hologram. Serta-merta, hujan tembakan mereda. Sesaat setelahnya, menyusul alarm peringatan berhenti berbunyi. Lampu merah tidak lagi berkedip-kedip.
Isolasi sektor rusak berhasil, Kapten. Kapten kapal Gordenia itu menarik napas dan menghela singkat. Punggungnya yang terus ditarik tegak, akhirnya mulai mendekati sandaran kursi. Benda apa itu..."
Kita memperoleh kontak fisiknya, Kapten, lapor seorang staf radar tiba-tiba. Beberapa tembakan sepertinya berhasil membuka selubung objek itu. Tampilkan!
Sebuah hologram muncul di tengah ruang kendali. Objek yang menyerang mereka tampak utuh seperti sebuah pesawat tempur berbentuk bintang. Di keempat sisinya, menempel laras panjang menjulur ke depan.
Pesawat apa ini" Dari basis data Gordenia, ini mesin tempur jenis jin, Kapten. Tipe HER.
Jin berteknologi tinggi. Milik siapa"
Staf radar menyentuh sebuah tombol. Hologram objek yang diketahui sebagai unit jin tersebut berputar. Sebuah lambang di salah satu sisinya kemudian disorot dan diperbesar puluhan kali.
Milik Cincin Zeus, Kapten....
*** Yang benar saja" Rudi sibuk memberondong beberapa asteroid yang mendekati bunker. Beberapa rudal dari objek tak terlihat itu membuat mereka meledak dan terpecah ke mana-mana. Kita berhadapan dengan jin dari koloni yang sudah hancur"
Dua buah rudal menghantam asteroid bunker. Ledakannya menggetar asteroid itu, dan cukup membuat Rudi juga berteriak, Berhenti menembaki kami! Apa kau tahu" Ada orang yang menunggu kami di rumah!
Ia dan Helden kemudian meninggalkan asteroid bunker dan memasang semua senjata yang dibawa. Keduanya berpencar karena lagi-lagi dihujani tembakan mendadak. Sebelum sinyal kendaraan tempur itu menghilang dari radar, Rudi menyempatkan dirinya untuk balas menarik picu. Dan lagi, tidak ada muntahan peluru yang mengenai sasaran.
Benda ini sepertinya hanya bisa menembak dalam jarak dekat, terka Helden.
Sepertinya begitu, sambut Imam. Kalian segera keluar! perintahnya pula. Berbahaya baku tembak di sekitar bunker.
Keduanya segera bermanuver di antara celah puing. Imam menunggu di ujung celah dengan O- Cannon teracung. Begitu ia melihat serbuan benda berpijar di belakang kedua rekannya, sesegera pula ia melepas tembakan. Dua kali ia menembak, dua kali meleset. Mengetahui bahwa jin itu mengikuti di belakang, Rudi dan Helden turut mempersiapkan senapannya dan menembak ke belakang sembari terus meluncur menuju Imam.
Salah satu tembakan mengenai jin itu. Selubungnya tersingkap beberapa saat, kemudian kembali menutup. Dalam waktu yang hanya beberapa detik, jin yang mereka tembak sepertinya berubah bentuk menjadi sosok yang mereka kenal. Sosok jin yang sebenarnya, dengan laras-laras itu menjadi tangan dan kaki. Begitu tak tampak lagi di ujung mata, tibatiba jin yang dikendarai Rudi terhempas pada puing yang berukuran sangat besar.
Selubung itu kembali terbuka beberapa detik. Tampak jelas Rudi dicengkeram oleh jin itu. Begitu selubungnya kembali menutup, giliran Helden yang terlempar ratusan meter saat berbalik hendak membantu.
Entah mengapa, selubung jin dengan lambang Koloni Cincin Zeus yang menyerang mereka kini sering kali tersingkap. Baru Helden bisa menguasai jinnya untuk tidak berputar-putar, jin milik Koloni Cincin Zeus kembali terlihat di depannya sembari mengacungkan meriam. Helden yang terkaget, turut mengacungkan O-Cannon dan serempak menembak.
Kepala jin Helden tertembak hingga hancur, sementara O-Cannon miliknya menghanguskan lengan kiri jin Cincin Zeus. Usai menembak, jin aneh dengan warna merah-hitam tersebut kembali berubah menjadi pesawat tempur. Ia menabrakkan diri pada Helden. Laras-laras senapan miliknya mengapit erat, kemudian menusuk sebuah puing.
Helden terkunci. Alarm tanda bahaya bergaung di dalam kokpit. Ia akhirnya terlepas, ketika jin Cincin Zeus bergerak mundur untuk kemudian berubah kembali menjadi sosok jin merah-hitam. Lengan kanannya yang masih utuh mengacungkan senapa berlaras panjang, tepat ke arah kokpit.
Rudi berusaha keluar dari jepitan kawat-kawat puing yang ia tabrak ketika dilempar oleh jin Cincin Zeus. Begitu berhasil melepaskan diri, mesin pendorong segera dipacu untuk meluncur ke arah Helden.
Ketika ia bersiap mengacungkan O-Cannon, lesutan dari meriam lain turut meluncur dan lebih dulu menghantam punggung jin Cincin Zeus. Tembakan itu berasal dari Imam yang berusaha secepat mungkin turut membantu Helden. Namun, jaraknya masih terpaut sangat jauh.
Rudi yang berjarak cukup dekat, menjadi sasaran balas dendam jin tersebut. Ia berputar dan menembak berkali-kali ke arah Rudi. Helden memanfaatkannya untuk mengacungkan O-Cannon. Ia berhasil menembak tiga kali, sebelum akhirnya lengan jin miliknya terpotong oleh sabetan jin Cincin Zeus. Dalam kondisi yang sama-sama ringsek, lagi jin berwarna merahhitam itu mengacungkan senapan. Di bawah hujan tembakan dari rekan-rekan Helden, ia pun menarik pelatuk.
Berkas terang meluncur, menghunjam kokpit jin milik Helden. Daya hancurnya mengikis kerangka luar, lalu meremukkan rangka-rangka kokpit. Berkas-berkas sinarnya sempat menusuk tubuh Helden, sebelum bagian depan kokpit menyusul menghantam dengan telak.
Heldeeeeen! Rudi memekik kencang. O- Cannon terus ia tembakkan hingga panasnya mencapai titik kritis dan tidak bisa lagi dipakai hingga beberapa menit ke depan. Jin dari Cincin Zeus tersebut ternyata masih bisa bergerak. Ia mengelak untuk melarikan diri. Tidak ingin ia kabur, Rudi membuang O-Cannon dan mengangkat senapan serbu dan segera memberondong ke arah jin asing itu.
Hantaman dari O-Cannon milik Imam kali ini berhasil membuatnya oleng. Hujan peluru dari Rudi yang mengamuk membuatnya tak berkutik dan hancur.
GARIS WAKTU Malam beranjak larut dan hujan setia turun dengan deras. Beberapa unit meriam raksasa di selasela beberapa gedung, mobil-mobil peluncur rudal, serta sejumlah unit jin yang terparkir menyedot pandangan Irene pada riset yang pernah ia jalani. Kelebat-kelebat cahaya halus juga sesekali melintas di langit. Serbuan rudal dan beberapa dentuman meriam menyambut sebuah bola berpijar yang meluruh cepat.
Lebih baik, kau tetap di sini. Irene menarik tirai dan berputar membelakangi jendela. Hilda yang sudah puas ia ajak berkeliling di separuh fasilitas Borneolab, merapatkan selimut di tubuh Yuni hingga sebatas leher. Putrinya terlelap di tempat tidur Digta, di ruang pribadi Digta dan Irene, fasilitas perusahaan.
Hilda hanya mengangguk. Ia juga menyadari kondisi di luar sana. Hujan air tak kunjung reda, hujan batu di mana-mana, dan Indonesia menurut desas-desus dalam siaga perang.
Operasi penjinakan bunker nuklir milik Cincin Zeus sudah berakhir satu jam lalu. Semua bunker berhasil diamankan. Keduanya melirik Digta di sudut kamar. Ia membuka jas laboratoriumnya dan terlihat santai dengan kaos berwarna merah muda. Irene memintanya untuk lebih dulu beristirahat, jadi ia memiliki cukup waktu untuk memeriksa sejumlah berita dari jaringan komputer global sebelum atasannya itu datang menyusul. Berita yang beredar sepertinya sama sekali tidak menyinggung perihal penyerangan empat unit jin dari Cincin Zeus.
Sembari berbicara tadi, Digta rupa-rupanya membaca sebuah benda berbentuk buku. Di balik kedua sampulnya yang tebal, terdapat dua monitor yang menempel di sisi kiri dan kanan.
Berhasil" tanggap Irene. Digta segera mengangguk. Syukurlah.... Tapi ngomong-ngomong..., buku itu.... Ia mendekat pada Digta. Aku pernah melihat buku itu sebelum ini.
Perang Dunia Ketiga.... Banyak yang meramalkan, tetapi tak satu pun yang mengharap itu akan terjadi.... Namun, bagaimana pun, aku kini berada di antara dentuman perang itu.... Digta membaca beberapa baris kalimat yang muncul pada salah satu monitor di balik sampul buku itu. Irene segera teringat pada sebuah benda yang mereka temukan saat riset beberapa bulan lalu.
Ini adalah sepenggal tulisan favoritku. Buku harian tersebut ditutup. Kata-kata terakhir di catatan terakhir. Ada noda darah di sampul belakang. Dan....
Foto mahasiswi yang sangat mirip dengan stafku yang keras kepala. Irene menyambung. Digta menoleh. Aku masih ingat detail diari yang ditulis mahasiswi semester akhir tersebut. Dan aku juga masih ingat untuk melarang staf riset membawa benda-benda dari masa mana pun.
Jangan berburuk sangka dulu, Ibu Ketua. Ini adalah hasil duplikasi dengan bantuan MIA. MIA" Setahuku, alat pindai-cetak tri-matra itu sudah rusak.
Ya, begitulah. Namun, aku sempat memperbaikinya dan memindai diari digital mahasiswi ini. Usai aku cetak, MIA rusak lagi.
Buku harian ditaruh di atas meja. Digta lalu tersandar dan menengadah dengan mata terpejam. Tangan kanannya naik dan merasai keningnya yang hangat.
Dua puluh empat jam terakhir..., mengerikan.... Meteor, Bili, Ayu....
Kau harus istirahat, Digta....
Ia membuka mata. Irene tampak mengutak-atik komputer di meja yang sama di sisi kanan.
Ketua juga.... Ia menyahut.
*** Irene hanya tersenyum. Matanya sudah terlanjur terpaku pada monitor yang dipenuhi ikon folder berwarna ungu. Jemarinya cepat mengarahkan kursor pada sebuah ikon. Ia klik dua kali dan berkas-berkas catatan langsung terhampar. Di sinilah ia menyimpan catatan hasil riset, khususnya riset peradaban lima tahun sebelum Perang Dunia Ketiga dan lima tahun sejak perang itu berkobar. Buku harian digital yang telah Digta salin dengan teknik penyalinan struktur atom tadi, memberi inspirasi untuk membongkar berkas-berkas lama.
Total, ada lima belas riset dengan topik berbeda yang terbagi menjadi tiga kelompok riset utama. Tim riset Irene membagi mereka dalam kategori Perang Dunia Ketiga, Masa Koloni, dan Perang Kosmik. Dari riset-riset tersebut, tim di bawah naungan Borneolab berhasil menyusun sebuah cerita, skenario raksasa yang telah mereka sebar di berbagai media.
Namun bagi Irene, riset belum berakhir. Masih banyak misteri yang harus dipecahkan. Masih banyak peninggalan yang harus dibawa kembali.
*** Abad 23. Sudah seratus tahun lebih Bumi hidup dengan mengonsumsi energi terbarukan. Banyak perkebunan sebagai sumber biofuel, banyak kincir air di waduk-waduk dan air terjun, serta banyak kincir angin di daerah terbuka tak subur. Bumi mulai berbenah. Hijau di mana-mana, meski telah terlambat untuk beberapa hal. Musnahnya beratus-ratus ras floura dan fauna, lubang di atmosfir yang terlanjur menganga seperti orang mengantuk, dan batu es di kutub yang tidak bisa dibekukan sediakala semudah layaknya menumpuk salju di lemari es.
Wabah misterius selanjutnya terdeteksi di Amerika Selatan. Wabah yang kini ditangani oleh Departemen Virologi Borneolab merusak kebun-kebun di benua itu, lalu merambat ke Amerika Utara, terbang ke Asia, dan hinggap ke Eropa dan Afrika. Kurang dari satu tahun, produksi biofuel terhenti. Bumi kembali terjerumus pada masa yang dikenal dengan krisis energi, krisis yang sebelumnya pernah dialami planet ini tak lebih dari dua abad sebelumnya.
Wacana untuk menggunakan energi nuklir akhirnya kembali muncul ke permukaan. Namun, seperti yang dapat diduga, penduduk masih enggan menerima. Mereka masih alergi dan takut apabila kekuatan yang didapat dari proyek nuklir tersebut disalahgunakan.
Di bawah tekanan protes, Aliansi Amerika, Timur Raya, dan Eropa yang sedianya akan mengembangkan energi nuklir balik menuding. Telunjuk mereka lentik di depan hidung negara-negara yang menentang keras kebijakan mereka. Mudah bagi negara-negara yang menentang, seperti Indonesia dan tetangga-tetangganya, karena mereka memiliki tambang minyak bumi yang masih dapat berfungsi. Melarang negara-negara lain untuk tidak mengeksploitasi nuklir hanyalah satu dari beberapa strategi untuk mencari keuntungan. Atau, strategi melemahkan lawan.
Kondisi semakin keruh. Entah mengapa, di minggu ini banyak orang yang melempar batu di genangan air yang seperempatnya adalah lumpur. Apakah mereka tidak tahu, jika semakin banyak batu di dalam genangan air, maka airnya akan keruh dan meluap" Satu entri dari buku harian seorang gadis. Ia tercatat sebagai mahasiswi Universitas Indonesia.
Ketika buku harian tersebut ditemukan, Jakarta telah menjadi puing.
*** Jenewa, empat bulan usai Bumi kembali panas. Meja runding yang telah berkali-kali diadakan, tidak pernah menyelesaikan masalah. Begitu pula dengan pertemuan kali ini. Perundingan Jenewa justru sebagai ajang melempar ancaman. GUACCO (Group of Nuclear Acceptor Countries) meminta tanggung jawab dari pihak-pihak yang selama ini menentang kebijakan mereka. GUACCO meminta jatah minyak bumi, batu bara, serta gas alam dari negara-negara yang masih memiliki stok, sebagai syarat utama negara mereka tidak dijatuhi puluhan rudal. Pusat-pusat pertambangan akan menjadi target bombardir, supaya semua pihak di planet ini merasai penderitaan yang sama.
Namun, pihak seberang tidak dapat menyanggupi. Stok yang tersedia cukup terbatas. Belum lagi, ada desakan dari Greenpeace. Orasi mereka meminta pihak berwenang untuk mengusut asal-usul wabah misterius penghancur kebun serta cara menanggulanginya. Telur kini sudah di ujung tanduk.
*** Waktu yang sama, teknologi antariksa sudah bergerak maju. Terdapat setidaknya lima stasiun angkasa besar yang mengorbit Bumi, dan masih sepuluh lagi yang lain, dalam ukuran kurang dari setengahnya. Krisis energi membuat beberapa keluarga kaya menerbangkan sanak keluarga mereka ke atas, memberi bantuan pengembangan stasiun, dan menikmati lancarnya pasokan energi matahari.
Ketika peperangan pecah di bawah, semakin banyak orang yang terbang ke langit. Beberapa adalah keluarga yang memiliki uang sangat banyak, sebagian besar adalah rakyat biasa, baik diterbangkan oleh pemerintah, atau pemberian dari orang-orang kaya yang masih memiliki hati.
Kurang dari satu bulan, negara-negara GUACCO berhasil menundukkan negara-negara yang menentang kebijakan mereka. Mereka juga berhasil menguasai tambang minyak bumi di negara-negara Arab dan Indonesia, lalu meneruskan proyek pembangkit energi nuklir sebagai program jangka panjang. Begitu proyek rampung, mereka meneruskan ekspansi teknologi antariksa. Koalisi GOACCO berhasil membuat stasiun angkasa baru, tak jauh dari kelompok stasiun yang didiami para pengungsi. Pengungsi-pengungsi di sana, kini sudah menikmati hidup ribuan kilometer dari atas tanah dan enggan untuk pulang.
Dua tahun setelah proyek stasiun angkasa koalisi GOACCO rampung, tersiar kabar bahwa terjadi penggabungan pemerintah dari negara-negara GUACCO. Konflik kembali pecah. Arus pengungsi menuju stasiun angkasa kembali terjadi. Pemerintah GUACCO yang baru terbentuk akhirnya melancarkan misi sapu bersih. Sasaran mereka adalah kantungkantung pejuang di negara Arab yang telah ada ratusan tahun, kelompok sporadis di Asia Tenggara, milisi di sejumlah benua, dibantu oleh beberapa armada militer yang desersi. Ratusan juta jiwa menjadi korban akibat diturunkannya Malaikat Maut Angela pada lokasi yang menjadi target. Rudal berhulu ledak nuklir itu mampu menggulung tanah seluas Singapura.
Kian hari, stasiun milik GUACCO semakin besar, serta tidak hanya satu. Total, ada lima stasiun berjejer dengan bentuk menyerupai bangun segitiga terbalik. Label SAPPHIRE terlihat jelas dari salah satu sisi stasiunnya. Dan Masa Koloni, telah dimulai sekarang.
*** Stasiun itu rupa-rupanya pusat pemerintahan yang dinamai Koloni Sapphire. Bumi adalah planet inang dan semua yang ada di sana, harus tunduk di bawah kekuasaan Dewan Tertinggi Koloni. Merasa terancam, pelan-pelan stasiun lain bergeser menjauh, dan membentuk koloni sendiri.
Menurut riset, terdapat lima koloni raksasa selama Masa Koloni. Dua di antaranya adalah Koloni Sapphire dan Koloni Cincin Zeus. Kedua koloni tersebut tidak pernah sepaham, dan terus terlibat pertikaian sepanjang Masa Koloni. Sementara Koloni Sapphire terus memperluas kekuasaan, menyerbu koloni-koloni kecil, menjadikan mereka koloni satelit, Koloni Cincin Zeus mengirimkan pasukan untuk menghambat mereka, menghancurkan instalasi-instalasi militer di koloni satelit, untuk mengembalikan kekuasaan koloni-koloni satelit yang telah dijajah.
*** Selama masa itu, banyak teknologi yang berkembang. Di bidang medis, tim riset Irene dibuat kagum oleh One-stop Medical Serving Toolkit, paket pelayanan medis lengkap dalam satu tempat. Mulai dari pengecekan penyakit dengan alat pindai superdetail, hingga pembedahan tanpa tangan manusia yang menyentuh daging yang tersayat. Semuanya ditangani komputer, dan dokter-dokter ahli hanya duduk di kursi sebagai operator. Penemuan ini kian berharga ketika tim menjumpai teknologi lain bernama HELIX, pembuat model makhluk hidup berdasarkan analisa terhadap informasi genetik seperti DNA dan kromosom. Tidak membuag kesempatan, teknologiteknologi tersebut tengah diadopsi oleh Departemen Medikal Borneolab.
Departemen Alat Berat dan Militer juga turut serta dalam mengadopsi hasil temuan Irene. MIGEN adalah hasil karya tersebut. Diadopsi dari mesin tempur primadona selama Masa Koloni. Bentuk asli MIGEN berasal dari model mesin dinamai generation force. Mesin tersebut berbentuk robot raksasa dengan tinggi sekitar dua puluh dua meter. Seorang juru pandu sebagai pengendara.
Banyak sebutan bagi mesin ini, mulai dari genforce hingga jin. Sebutan terakhir cukup banyak dipakai di mayoritas koloni. Hal ini disebabkan masalah logat untuk melafal istilah gen.
Irene mencatat, sistem jin berkembang dalam tiga versi besar. Dimulai dari HIS, HIM, dan terakhir adalah HER. Mesin dengan sistem HIS (Hyper Injection System) memiliki sistem memori untuk menghapal tindakan pilot jika program HIS diaktifkan. Jika sistem merasa telah merekam delapan puluh persen kemampuan pilot, maka jin bisa aktif sendiri apabila mendeteksi musuh yang mendekat.
Hyper Injection Mechanism serta Hyper Explode Reaction ialah perkembangan lebih lanjut dari HIS. Pada versi HIM, kokpit jin sudah dilengkapi radar hologram. Peta pertempuran tampil di muka pilot secara real-time. Untuk HER, jin telah memiliki banyak bentuk transformasi dan beberapa di antaranya tidak perlu pilot sama sekali. Pada perkembangan sistem HER, Koloni Sapphire benar-benar mengembangkan sayap untuk memperoleh koloni satelit lebih banyak.
Jin adalah satu dari teknologi yang juga diadopsi oleh Departemen Robotika Borneolab. Selain jin, mereka juga mengembangkan teknologi robotika yang telah berkembang sebelum Perang Dunia Ketiga. Ion atau intelligence on net adalah perkembangan teknologi robot lebih lanjut. Ion terbagi menjadi beberapa kategori. Di antaranya adalah ion tempur (ion combat), sebagai robot pengganti prajurit di medan perang. Ion jenis ini tidak berkembang dengan pesat. Jenis lain adalah ion humanir (ion humanear) atau ion yang mendekati manusia. Mereka diprogram dengan bahasa dan dilengkapi algoritma untuk berbuat kesalahan, bahkan melupakan sesuatu. Tak ketinggalan, juga ada ion selfer. Ion ini dibuat untuk membuat ion lain.
Dan terakhir, Departemen Komputika mendapat hadiah sistem komputer tercanggih sejagad raya. Disalin oleh tim riset satu tahun sebelum Perang Kosmik terjadi. Sistem komputasi untuk mainframe itu hampir serupa dengan sistem komputer untuk basis data jagad raya milik Koloni Juran. Beberapa operator ditaruh di dalam ruangan penuh cahaya tanpa barang lain, selain kursi dan meja kecil di tengah-tengah ruang dengan posisi saling membelakangi. Komputer dinyalakan, dan ruangan itu dipenuhi oleh bingkaibingkai hologram. Selain dilengkapi pelacak fokus mata, juga dilengkapi pelacak getaran elektris di udara. Sistem komputer seperti ini membuat proses kerja operator penangan basis data menjadi sangat cepat. Mereka bisa memindah data dengan menyeret ujung jari, bahkan seperti melempar sebuah batu ke direktori tujuan.
*** Sayang, tidak satupun peningkatan teknologi tersebut yang tersisa ketika perang besar berkobar. Koloni Sapphire telah benar-benar geram dengan tindak tanduk dan tingkah polah Koloni Cincin Zeus. Dengan segala kekuatan militer, mereka menyerang. Banyaknya koloni kecil di bawah pengamanan Koloni Cincin Zeus, serta banyaknya pula koloni satelit milik Koloni Sapphire, membuat perang meluber hingga seluruh jagad raya. Delapan miliar penduduk lenyap dalam hitungan kurang dari empat puluh delapan jam. Perang ini dikenal dengan Perang Kosmik oleh penduduk Bumi. Pada saat kejadian, mereka hanya melihat ratusan ribu unit jin melesat ke langit, lalu bola-bola api berjatuhan, dan sebuah benda besar jatuh ke laut salah satu stasiun transit. Setelah guncangan menghilang, ribuan pesawat kecil mendarat di tanah. Mereka berasal dari berbagai penjuru jagad raya dan orang-orang di dalamnya adalah pengungsi dari koloni-koloni yang telah hancur.
Usai Perang Kosmik, Bumi benar-benar mengulang dari awal. Jumlah penduduk yang kurang dari satu setengah miliar, menjadikan banyak tempat kembali sepi dan berhutan. Baru seratus tahun terakhir, Bumi benar-benar mencapai pembangunan yang dibilang modern . Namun, penampilan Bumi pada saat itu tak berbeda jauh dengan penampilan Bumi pada abad 21.
Rindu untuk mengetahui kebudayaan nenek moyang, sejarah-sejarah sebelum Perang Kosmik, serta teknologi-teknologi yang hilang, Irene sebagai staf riset senior Borneolab, membangun mesin waktu untuk mengembalikan mata rantai yang terputus.
EH" Tuk! Auh! Gaya segera menarik kepalanya ke kanan. Ia mengusap-usap keningnya dan kemudian membuka mata. Pada saat itu juga, ia terlihat bingung. Ia tidak lagi berada di lorong rumah sakit, duduk di sebuah kursi kayu yang panjang. Sekarang, sepertinya ia berada di dalam sebuah mobil yang melaju cepat. Ia duduk di kursi belakang di sebelah kiri. Sementara di sebelah kanan, Iris menemaninya sembari memejamkan mata. Mungkin tertidur.
Hei..., hei..., hei...! Gaya menggoyang-goyang tangan kiri Iris.
Eh..." Iris mengangkat sedikit wajahnya dan membuka mata, meski tidak begitu lebar.
Kita di mana..." Gaya segera bertanya, dengan suara pelan.
Di mobil.... Iris kembali menunduk. Matanya kembali terpejam erat.
Di mobil mana" Kita mau ke mana" Gaya semakin kuat mengoyang-goyang tangan kiri Iris. Suaranya yang kini sudah terdengar cukup jelas, membuat pengemudi mobil melirik.
Sebelum terlanjur Gaya histeris pengaruh baru bangun tidur, ia menyahut, Kita akan pulang. Gaya menoleh cepat. Pulang ke mana" Tentu saja ke masa kita berasal, sahut sang
Supir. Gadis yang berada di kursi belakang itu sepertinya masih mengalami proses bangun tidur yang belum sempurna. Setelah pertanyaannya dijawab, giliran ia merasa penasaran dengan sang pengemudi. Ia lepas sabuk pengaman, lalu menjulurkan kepala di antara barisan kursi depan, tepat di atas ruang untuk tuas persneling.
Reno" Gaya terkaget menjumpai seorang rekan satu timnya di Unit Pemburu. Terakhir kali ia berjumpa dengan Reno hampir satu bulan lewat. Setahu Gaya, Reno dan kedua rekannya yang lain dalam Tim 1 masih menjalani perawatan di Pusat Kesehatan DINA. Mereka terluka parah karena harus menghadapi Astro. Sejak kapan kau sembuh" Bagaimana kau bisa ada di sini"
Reno, pemuda yang menyetir, hanya terkekeh. Ia lalu menjawab, Aku sudah sembuh beberapa hari lalu. Aku ada di sini, tentu karena mesin waktu milik Borneolab. Aku baru diterjunkan sekarang untuk membawa kalian pulang.
Kami..." Gaya menoleh ke belakang. Ia mencari seseorang dan tidak menemukannya. Kembali ia menghadap ke depan. Kalau begitu, di mana Alisya" Kau meninggalkannya, ya" Tangannya segera naik ke leher Reno. Ia guncang batang leher pemuda itu sembari dicekik kuat-kuat. Kau meninggalkannya, ya" Alisya sakit keras, Ren! Dia perlu Dokter Karim! Reno menginjak rem dan mobil berhenti mendadak. Andai Gaya sudah tidak berpindah posisi di belakang kursi supir, mungkin ia sudah tersungkur mencium dasbor mobil. Punggung kursi Reno menyelamatkannya.
Alisya sudah pulang lebih dulu.... Dia ikut mobil lain...! jelas Reno. Batang napasnya masih terhimpit. Tolong jangan cekik aku! Aku bisa mati! Aku baru sembuh! Reno pun menggelepar.
Gaya menarik kedua tangannya. Ia sepertinya tidak menyadari seberapa kuat ia mencekik. Leher Reno sampai memerah. Tanpa menyadari hal itu, ia kembali duduk di kursi belakang.
Kau tidak berbohong"
Reno mengurut batang lehernya yang berdenyutdenyut. Buat apa berbohong" Kita ini rombongan terakhir. Itu juga karena gara-gara kau yang susah sekali dibangunkan. Aku jadi terpaksa menggendongmu naik ke mobil!
Gaya kaget. Kau menggendongku"
Reno lagi-lagi terkekeh. Ia kembali memajukan mobil. Itu kesempatan sekali seumur hidup! bangganya, yang kemudian menuai hadiah bogem mentah di ubun-ubun.
Mobil terus meluncur memasuki jalan layang. Mencapai sebuah ruas jalan yang sepi, udara kosong yang ditabrak mobil tiba-tiba berubah bagai sekeping cermin, menelan mobil yang mereka tumpangi, dan menghilang.
** Bersambung ** (KISAH MASA DEPAN)
Creative Commons Attribution-No Derivative Works 3.0 Unported
CREATIVE COMMONS CORPORATION IS NOT A LAW FIRM AND DOES NOT PROVIDE LEGAL SERVICES.
DISTRIBUTION OF THIS LICENSE DOES NOT CREATE AN ATTORNEY-CLIENT RELATIONSHIP. CREATIVE COMMONS PROVIDES THIS INFORMATION ON AN "AS-IS" BASIS. CREATIVE COMMONS MAKES NO WARRANTIES REGARDING THE INFORMATION PROVIDED, AND DISCLAIMS LIABILITY FOR DAMAGES RESULTING FROM ITS USE.
License THE WORK (AS DEFINED BELOW) IS PROVIDED UNDER THE TERMS OF THIS CREATIVE COMMONS PUBLIC LICENSE ("CCPL" OR "LICENSE"). THE WORK IS PROTECTED BY COPYRIGHT AND/OR OTHER APPLICABLE LAW. ANY USE OF THE WORK OTHER THAN AS AUTHORIZED UNDER THIS LICENSE OR COPYRIGHT LAW IS PROHIBITED.
BY EXERCISING ANY RIGHTS TO THE WORK PROVIDED HERE, YOU ACCEPT AND AGREE TO BE BOUND BY THE TERMS OF THIS LICENSE. TO THE EXTENT THIS LICENSE MAY BE CONSIDERED TO BE A CONTRACT, THE LICENSOR GRANTS YOU THE RIGHTS CONTAINED HERE IN CONSIDERATION OF YOUR ACCEPTANCE OF SUCH TERMS AND CONDITIONS.
1. Definitions a. "Adaptation" means a work based upon the Work, or upon the Work and other pre-existing works, such as a translation, adaptation, derivative work, arrangement of music or other alterations of a literary or artistic work, or phonogram or performance and includes cinematographic adaptations or any other form in which the Work may be recast, transformed, or adapted including in any form recognizably derived from the original, except that a work that constitutes a Collection will not be considered an Adaptation for the purpose of this License. For the avoidance of doubt, where the Work is a musical work, performance or phonogram, the synchronization of the Work in timed-relation with a moving image ("synching") will be considered an Adaptation for the purpose of this License. b. "Collection" means a collection of literary or artistic works, such as encyclopedias and anthologies, or performances, phonograms or broadcasts, or other works or subject matter other than works listed in Section 1(f) below, which, by reason of the selection and arrangement of their contents, constitute intellectual creations, in which the Work is included in its entirety in unmodified form along with one or more other contributions, each constituting separate and independent works in themselves, which together are assembled into a collective whole. A work that constitutes a Collection will not be considered an Adaptation (as defined above) for the purposes of this License.
c. "Distribute" means to make available to the public the original and copies of the Work through sale or other transfer of ownership.
d. "Licensor" means the individual, individuals, entity or entities that offer(s) the Work under the terms of this License.
e. "Original Author" means, in the case of a literary or artistic work, the individual, individuals, entity or entities who created the Work or if no individual or entity can be identified, the publisher; and in addition (i) in the case of a performance the actors, singers, musicians, dancers, and other persons who act, sing, deliver, declaim, play in, interpret or otherwise perform literary or artistic works or expressions of folklore; (ii) in the case of a phonogram the producer being the person or legal entity who first fixes the sounds of a performance or other sounds; and, (iii) in the case of broadcasts, the organization that transmits the broadcast.
f. "Work" means the literary and/or artistic work offered under the terms of this License including without limitation any production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression including digital form, such as a book, pamphlet and other writing; a lecture, address, sermon or other work of the same nature; a dramatic or dramatico-musical work; a choreographic work or entertainment in dumb show; a musical composition with or without words; a cinematographic work to which are assimilated works expressed by a process analogous to cinematography; a work of drawing, painting, architecture, sculpture, engraving or lithography; a photographic work to which are assimilated works expressed by a process analogous to photography; a work of applied art; an illustration, map, plan, sketch or threedimensional work relative to geography, topography, architecture or science; a performance; a broadcast; a phonogram; a compilation of data to the extent it is protected as a copyrightable work; or a work performed by a variety or circus performer to the extent it is not otherwise considered a literary or artistic work. g. "You" means an individual or entity exercising rights under this License who has not previously violated the terms of this License with respect to the Work, or who has received express permission from the Licensor to exercise rights under this License despite a previous violation.
h. "Publicly Perform" means to perform public recitations of the Work and to communicate to the public those public recitations, by any means or process, including by wire or wireless means or public digital performances; to make available to the public Works in such a way that members of the public may access these Works from a place and at a place individually chosen by them; to perform the Work to the public by any means or process and the communication to the public of the performances of the Work, including by public digital performance; to broadcast and rebroadcast the Work by any means including signs, sounds or images.
i. "Reproduce" means to make copies of the Work by any means including without limitation by sound or visual recordings and the right of fixation and reproducing fixations of the Work, including storage of a protected performance or phonogram in digital form or other electronic medium. 2. Fair Dealing Rights. Nothing in this License is intended to reduce, limit, or restrict any uses free from copyright or rights arising from limitations or exceptions that are provided for in connection with the copyright protection under copyright law or other applicable laws. 3. License Grant. Subject to the terms and conditions of this License, Licensor hereby grants You a worldwide, royalty-free, non-exclusive, perpetual (for the duration of the applicable copyright) license to exercise the rights in the Work as stated below:
a. to Reproduce the Work, to incorporate the Work into one or more Collections, and to Reproduce the Work as incorporated in the Collections; and, b. to Distribute and Publicly Perform the Work
including as incorporated in Collections. c. For the avoidance of doubt:
i. Non-waivable Compulsory License Schemes. In those jurisdictions in which the right to collect royalties through any statutory or compulsory licensing scheme cannot be waived, the Licensor reserves the exclusive right to collect such royalties for any exercise by You of the rights granted under this License;
ii. Waivable Compulsory License Schemes. In those jurisdictions in which the right to collect royalties through any statutory or compulsory licensing scheme can be waived, the Licensor waives the exclusive right to collect such royalties for any exercise by You of the rights granted under this License; and,
iii. Voluntary License Schemes. The Licensor waives the right to collect royalties, whether individually or, in the event that the Licensor is a member of a collecting society that administers voluntary licensing schemes, via that society, from any exercise by You of the rights granted under this License. The above rights may be exercised in all media and formats whether now known or hereafter devised. The above rights include the right to make such modifications as are technically necessary to exercise the rights in other media and formats, but otherwise you have no rights to make Adaptations. Subject to Section 8(f), all rights not expressly granted by Licensor are hereby reserved. 4. Restrictions. The license granted in Section 3 above is expressly made subject to and limited by the following restrictions:
a. You may Distribute or Publicly Perform the Work only under the terms of this License. You must include a copy of, or the Uniform Resource Identifier (URI) for, this License with every copy of the Work You Distribute or Publicly Perform. You may not offer or impose any terms on the Work that restrict the terms of this License or the ability of the recipient of the Work to exercise the rights granted to that recipient under the terms of the License. You may not sublicense the Work. You must keep intact all notices that refer to this License and to the disclaimer of warranties with every copy of the Work You Distribute or Publicly Perform. When You Distribute or Publicly Perform the Work, You may not impose any effective technological measures on the Work that restrict the ability of a recipient of the Work from You to exercise the rights granted to that recipient under the terms of the License. This Section 4(a) applies to the Work as incorporated in a Collection, but this does not require the Collection apart from the Work itself to be made subject to the terms of this License. If You create a Collection, upon notice from any Licensor You must, to the extent practicable, remove from the Collection any credit as required by Section 4(b), as requested. b. If You Distribute, or Publicly Perform the Work or Collections, You must, unless a request has been made pursuant to Section 4(a), keep intact all copyright notices for the Work and provide, reasonable to the medium or means You are utilizing: (i) the name of the Original Author (or pseudonym, if applicable) if supplied, and/or if the Original Author and/or Licensor designate another party or parties (e.g., a sponsor institute, publishing entity, journal) for attribution ("Attribution Parties") in Licensor's copyright notice, terms of service or by other reasonable means, the name of such party or parties; (ii) the title of the Work if supplied; (iii) to the extent reasonably practicable, the URI, if any, that Licensor specifies to be associated with the Work, unless such URI does not refer to the copyright notice or licensing information for the Work. The credit required by this Section 4(b) may be implemented in any reasonable manner; provided, however, that in the case of a Collection, at a minimum such credit will appear, if a credit for all contributing authors of the Collection appears, then as part of these credits and in a manner at least as prominent as the credits for the other contributing authors. For the avoidance of doubt, You may only use the credit required by this Section for the purpose of attribution in the manner set out above and, by exercising Your rights under this License, You may not implicitly or explicitly assert or imply any connection with, sponsorship or endorsement by the Original Author, Licensor and/or Attribution Parties, as appropriate, of You or Your use of the Work, without the separate, express prior written permission of the Original Author, Licensor and/or Attribution Parties.
c. Except as otherwise agreed in writing by the Licensor or as may be otherwise permitted by applicable law, if You Reproduce, Distribute or Publicly Perform the Work either by itself or as part of any Collections, You must not distort, mutilate, modify or take other derogatory action in relation to the Work which would be prejudicial to the Original Author's honor or reputation. 5. Representations, Warranties and Disclaimer
UNLESS OTHERWISE MUTUALLY AGREED TO BY THE PARTIES IN WRITING, LICENSOR OFFERS THE WORK AS-IS AND MAKES NO REPRESENTATIONS OR WARRANTIES OF ANY KIND CONCERNING THE WORK, EXPRESS, IMPLIED, STATUTORY OR OTHERWISE, INCLUDING, WITHOUT LIMITATION, WARRANTIES OF TITLE, MERCHANTIBILITY, FITNESS FOR A PARTICULAR PURPOSE, NONINFRINGEMENT, OR THE ABSENCE OF LATENT OR OTHER DEFECTS, ACCURACY, OR THE PRESENCE OF ABSENCE OF ERRORS, WHETHER OR NOT DISCOVERABLE. SOME JURISDICTIONS DO NOT ALLOW THE EXCLUSION OF IMPLIED WARRANTIES, SO SUCH EXCLUSION MAY NOT APPLY TO YOU.
6. Limitation on Liability. EXCEPT TO THE EXTENT REQUIRED BY APPLICABLE LAW, IN NO EVENT WILL LICENSOR BE LIABLE TO YOU ON ANY LEGAL THEORY FOR ANY SPECIAL, INCIDENTAL, CONSEQUENTIAL, PUNITIVE OR EXEMPLARY DAMAGES ARISING OUT OF THIS LICENSE OR THE USE OF THE WORK, EVEN IF LICENSOR HAS BEEN ADVISED OF THE POSSIBILITY OF SUCH DAMAGES. 7. Termination
a. This License and the rights granted hereunder will terminate automatically upon any breach by You of the terms of this License. Individuals or entities who have received Collections from You under this License, however, will not have their licenses terminated provided such individuals or entities remain in full compliance with those licenses. Sections 1, 2, 5, 6, 7, and 8 will survive any termination of this License.
b. Subject to the above terms and conditions, the license granted here is perpetual (for the duration of the applicable copyright in the Work). Notwithstanding the above, Licensor reserves the right to release the Work under different license terms or to stop distributing the Work at any time; provided, however that any such election will not serve to withdraw this License (or any other license that has been, or is required to be, granted under the terms of this License), and this License will continue in full force and effect unless terminated as stated above.
8. Miscellaneous a. Each time You Distribute or Publicly Perform the Work or a Collection, the Licensor offers to the recipient a license to the Work on the same terms and conditions as the license granted to You under this License.
b. If any provision of this License is invalid or unenforceable under applicable law, it shall not affect the validity or enforceability of the remainder of the terms of this License, and without further action by the parties to this agreement, such provision shall be reformed to the minimum extent necessary to make such provision valid and enforceable.
c. No term or provision of this License shall be deemed waived and no breach consented to unless such waiver or consent shall be in writing and signed by the party to be charged with such waiver or consent.
d. This License constitutes the entire agreement between the parties with respect to the Work licensed here. There are no understandings, agreements or representations with respect to the Work not specified here. Licensor shall not be bound by any additional provisions that may appear in any communication from You. This License may not be modified without the mutual written agreement of the Licensor and You. e. The rights granted under, and the subject matter referenced, in this License were drafted utilizing the terminology of the Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (as amended on September 28, 1979), the Rome Convention of 1961, the WIPO Copyright Treaty of 1996, the WIPO Performances and Phonograms Treaty of 1996 and the Universal Copyright Convention (as revised on July 24, 1971). These rights and subject matter take effect in the relevant jurisdiction in which the License terms are sought to be enforced according to the corresponding provisions of the implementation of those treaty provisions in the applicable national law. If the standard suite of rights granted under applicable copyright law includes additional rights not granted under this License, such additional rights are deemed to be included in the License; this License is not intended to restrict the license of any rights under applicable law.
Creative Commons Notice Creative Commons is not a party to this License, and makes no warranty whatsoever in connection with the Work. Creative Commons will not be liable to You or any party on any legal theory for any damages whatsoever, including without limitation any general, special, incidental or consequential damages arising in connection to this license. Notwithstanding the foregoing two (2) sentences, if Creative Commons has expressly identified itself as the Licensor hereunder, it shall have all rights and obligations of Licensor.
Except for the limited purpose of indicating to the public that the Work is licensed under the CCPL, Creative Commons does not authorize the use by either party of the trademark "Creative Commons" or any related trademark or logo of Creative Commons without the prior written consent of Creative Commons. Any permitted use will be in compliance with Creative Commons' then-current trademark usage guidelines, as may be published on its website or otherwise made available upon request from time to time. For the avoidance of doubt, this trademark restriction does not form part of this License.
Creative Commons may be contacted at http://creativecommons.org/.
Tentang Penulis Dirgita adalah nama pena dari Citra Paska. Hampir semua kegiatannya adalah menulis. Mulai dari menulis cerpen, novel, hingga terjemahan program-program bebas terbuka (free and open source software).
Fiksi ilmiah dan laga adalah genre cerita yang paling sering dikembangkan oleh Dirgita. Sementara tema yang paling sering diangkat, tidak begitu jauh dari isu kemanusiaan. Informasi lebih lanjut mengenai Dirgita bisa dijumpai di beberapa tempat berikut.
" YM: dirgitadevina
" WP: http://dirgita.wordpress.com.
" MP: http://dirgita.multiply.com.
" FB: http://facebook.com/dirgita.
" TW: http://twitter.com/dirgita. " K.com: http://kemudian.com/users/dirgita.
Pendekar Mata Keranjang 5 Pendekar Perisai Naga 6 Pemanah Sakti Bertangan Seribu Siluman Goa Tengkorak 3
*** Dimas mendongak. Awan mendung telah berkumpul di atas kepalanya. Aroma air juga terasa ketika angin pelan-pelan berhembus. Dimas pun tak ingin buang waktu. Ia berhenti bergelut dengan tanaman dan mulai mengemasi perangkat berkebunnya.
Suara pintu mobil ditutup memutar leher Dimas. Ada Andiev di samping pintu sebuah sedan berwarna putih. Gadis itu segera masuk dan mobil mulai meninggalkan depan teras. Ake dan Ikam terlihat melambai dengan senyum berbinar-binar.
Kenapa" Dimas mendatangi mereka. Keduanya serempak berhenti melambai.
Andiev..., jawab Ake. Dia akhirnya pulang. Entah kenapa, hatiku senang sekali. Ikam tidak dapat menyembunyikan senyum yang semarak.
Berbeda dengan Ake dan Ikam, Andiev sama sekali tidak berbahagia meski tahu ia akan pulang. Bukan ayah dan ibu yang menjemputnya. Bukan pula paman yang memiliki hubungan keluarga. Pria yang kini duduk di sampingnya menyetir mobil tak lain adalah Hein.
Aku harap, kau tidak berbohong. Setelah cukup jauh dari rumah Bang Edi, Hein bersuara. Aku sudah beberapa kali dibohongi di sini. Dan aku juga akan melakukan hal yang sama padamu jika kau bertindak sama. Akan kupatahkan seluruh tulang di tubuhmu....
Andiev menelan ludah. Kata-kata itu.... Nada bicaranya....
Jadi, kau tidak berbohong, kan"
Jangan bawa-bawa keluargaku! Andiev membalas.
E..." Ayah dan ibuku.... Jangan apa-apakan mereka...!
Aku tidak berani menjamin jika aku pulang tanpa giganium. Jadi, ini yang harus kau ingat. Keluargamu ada pada kami. Jika kau bertingkah, tidak hanya kau yang kehilangan nyawa, orang tuamu juga. Hein membumbui kata-kata yang ia lontar.
Kita... tinggal dua kelokan lagi. Andiev terpengaruh.
Mobil akhirnya tiba di sebuah simpang. Instruksi Andiev membuat Hein mengambil jalur kanan. Dan setelahnya, mereka bertemu tikungan ke kiri. Agak jauh mereka masuk, Andiev meminta berhenti di depan sebuah rumah. Andiev mengenal rumah itu sebagai tempat yang pernah ia tinggali selama hampir tiga minggu. Ia berjumpa dengan Ilyas, Ake, dan Ikam di rumah itu.
Jadi, di sini tempatnya" Hein mematikan mesin mobil.
Andiev mengangguk sekali.
Sebaiknya, kau bertindak cepat. Tampaknya, sebentar lagi akan hujan.
Keduanya turun. Hein terlebih dulu mengunci pintu mobil dan meminta Andiev berjalan di depannya. Gadis itu memandu melewati jalan kecil di sisi kiri rumah Ilyas. Mereka menuju halaman belakang rumah.
Aneh..., guman Andiev. Pintu rumah terbuka, mengapa tampak sepi" Jendela juga masih tertutup. Di mana Bang Ilyas"
Hei...! Hein menegur. Andiev tersadar dan memfokuskan kembali arah jalannya.
Di dekat sumur, mereka berhenti. Andiev menjongkok di hadapan bunga yang sudah ia tanam selama lebih kurang dua minggu. Mawar tersebut tampak sehat. Ilyas mungkin merawatnya dengan baik, meski hanya membersihkan rumput-rumput di sekelilingnya. Ilyas pernah menyarankan untuk menanam bunga itu di dalam pot. Tetapi, entah kenapa Andiev lebih memilih menancapkan akarnya langsung pada tanah.
Kita tidak punya waktu untuk mengagumi beberapa tangkai bunga. Hein kembali menegur. Andiev memejamkan mata beberapa detik, lalu memperhatikan sekeliling. Ia berhasil mendapat sebilah kayu. Digunakannya untuk membongkah tanah yang ditumbuhi mawar miliknya. Tanah itu disingkirkan baik-baik, dan ia mulai menggali.
Tak menunggu cukup lama, cangkul kayu Andiev membentur benda plastik. Semua tanah di atasnya disingkirkan dengan cepat. Koper berwarna perak dibalut kantong plastik transparan akhirnya diangkat dari lubang.
Itu dia" tanya Hein.
Iya.... Andiev menyobek kantong pembalut koper.
Kembali ke mobil! Andiev segera berdiri dan menenteng tas setinggi lututnya tersebut. Hein terus mengekor. Ia baru melejit mendahului Andiev ketika gadis itu sudah di samping mobil untuk membuka pintu.
Anak kunci terulur ke dalam slot. Pada saat itu juga, pergelangan tangan Hein mendadak tak dapat diputar. Sebuah tangan lain menggenggam tangannya. Dan ketika ia menoleh, sebuah kepalan tangan menghantam wajahnya dengan sangat keras.
Hein terpukul mundur dan terjerembab. Kunci yang ia genggam kini beralih ke tangan pria lain. Dengan kunci itu, ia berhasil membuka pintu mobil, memaksa Andiev untuk masuk, dan menyalakan mobil.
Astro" Samar-samar, Hein melihat sosok pria yang menyerangnya. Ia mencoba berdiri. Penglihatannya buram. Hidungnya berdarah dan panas. Hantaman yang sangat telak telah mengganggu keseimbangan tubuhnya.
Astro membuka kaca jendela dan berucap, Sampaikan ini pada Tuan Morgan. Perjanjian kita batal. Aku akan menetap dan menjual giganium di sini.
Hein ditinggal begitu saja.
PETA BINTANG Sembari menunggu polisi dan sejumlah anggota DINA, Irene mengajak Hilda dan putrinya menuju sebuah ruangan lapang. Ruangan itu terpisah dari laboratorium pengembangan Mata Rantai oleh beberapa kelokan koridor. Warna putih bercahaya mengisi seluruh dinding, langit-langit, bahkan lantainya. Di ruang tersebut, Irene mengaku telah menyalin seluruh berkas peta bintang dari basis data Koloni Juran. Proses menyalin memakan kapasitas lebih dari sepuluh ribu terabita media simpan di mainframe laboratorium.
Pegang putrimu. Pastikan ia tidak berada jauh darimu.
Sesuai saran Irene, Hilda menggenggam tangan putrinya erat-erat.
Kita mulai.... Irene menjentikkan jari. Lampu mendadak redup. Yuni memilih untuk mendekati pinggang ibunya. Ketika suasana semakin gelap, ia melihat sebuah titik kecil bersinar pelan. Titik kecil itu melayang dan jumlahnya bertambah kian cepat memenuhi ruangan yang mereka tempati. Dan setelah tiga kali mengerjap, Yuni mendapati sekelilingnya telah berubah. Seperti jutaan bintang terhampar luas di depan matanya. Dan sekarang, ia serasa berdiri di tengahtengah ruang angkasa.
Ini.... Hilda tergagap. Konstelasi yang kuceritakan. Irene berbalik. Ia sangat ingin melihat raut wajah Hilda. Ia tahu astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang digeluti oleh Hilda. Namun semenjak menikah, Hilda tidak lagi berhubungan dengan dunia perbintangan. Ini adalah surprise sekaligus cara bagi Irene untuk menebus dosa. Karena kesibukannya menangani proyek Borneolab, Irene sama sekali tidak muncul di acara pernikahan sahabat karibnya itu.
Ini pertama kalinya aku melihat hologram jagad raya berskala masif. Hilda terkagum. Matanya seolah tak mampu berkedip dihadapkan oleh hamparan titik sinar serupa bintang dalam ukuran mini. Salah satu proyeksi bintang yang paling dekat dengan matanya, mungkin memiliki garis tengah kurang dari lima milimeter. Meski lebih kecil dari kelereng, bintik bintang dan prominensanya cukup terlihat. Ini menunjukkan bahwa proyeksi tersebut begitu detil. Selama ini, Hilda hanya pernah menyaksikan proyeksi antariksa yang hanya terpusat pada beberapa objek langit, berukuran seperempat dari luas lantai ruangan ini, serta memerlukan meja proyeksi.
Irene mengambil senyum. Kau bisa melihat lebih dari ini, Hilda. Kau bahkan bisa melakukan zooming hingga miliaran kali. Kau akan mendapat hasil akhir yang menakjubkan.
Hamparan titik-titik bersinar yang mengumpul di beberapa bagian, melebar dan membesar sangat cepat. Yuni sedikit pusing. Ia merasa melewati terowongan cahaya dengan kereta api supercepat. Setelah beberapa detik, semua berhenti bergerak. Tidak hanya titik-titik kecil yang tampak, bahkan benda-benda bulat sebesar bola tenis juga terlihat melayang di sekeliling mereka.
Ini.... Ujung mata Hilda terfokus pada sebuah planet berwarna oranye. Benda bulat sebesar jeruk itu tampak melayang tenang. Rotasinya bagai tarian yang indah.
Itu belum apa-apa. Aku punya ketertarikan sendiri untuk fungsi zooming yang dimiliki peta ini.
Maksudmu" Hilda berpindah ke sosok sahabat karibnya semasa kuliah dulu. Mereka tinggal dalam satu asrama.
Aku bisa mengambil potret panorama setiap planet. Seakan-akan, aku berdiri di atas permukaannya pada saat aku mengambil gambar.
Lima bingkai ukuran satu kali dua meter muncul di hadapan mereka. Dua di antaranya menggambarkan suasana matahari tenggelam pada planet yang memiliki matahari ganda. Tiga sisanya, memperlihatkan langit cerah beserta daratan dan perairan yang terhampar luas. Cukup sulit bagi Hilda untuk menerima, bahwa kelima foto raksasa di hadapannya, sama sekali bukan gambar yang diambil dari panorama Bumi.
Dan..., ini yang lebih membuatku tertarik.... Semua foto menghilang. Kamar lapang itu tibatiba berubah kembali seperti terowongan cahaya. Semua benda langit bergerak cepat. Yuni merasa pusing melihat cahaya-cahaya itu, belum lagi ketika mereka seperti menghunjam sebuah planet berwarna hijau. Yuni terpejam.
Titik pandang yang semula tegak lurus dengan horison, bergeser menjadi datar. Kelam jagad hampa telah lenyap berganti langit biru muda dan hamparan air yang cukup luas.
Yuni membuka mata dan sedikit bingung. Di ujung kakinya tidak terlihat lantai marmer atau warna gelap proyeksi jagad raya. Itu pasir!
Irene, apa lagi ini" Hilda lagi-lagi sulit untuk berkedip. Di depannya, biru air begitu kontras dengan biru langit di atasnya. Di sisi kiri, terlihat sebuah matahari yang cukup cerah. Dan di sisi kanan, tampak garis lebar dan tiga benda bulat menghiasi langit. Kita mendarat di sebuah planet, jawab Irene. Sedikit mencermati, Hilda akhirnya sadar, bahwa garis lebar di sisi kanannya adalah cincin planet ini. Lebar aslinya mungkin lebih dari sepuluh ribu kilometer, hingga bisa dilihat dengan mata telanjang dari darat. Dan tiga benda langit berwarna pucat itu, sepertinya planet lain atau mungkin satelit alami planet yang mereka darati.
Sulit dipercaya. Ini semua grafis komputer" Irene sedikit mengangguk. Meski ilusi optik, sensor yang dimiliki mainframe-nya, memberi kesan bahwa kita bersentuh langsung dengan objek sekeliling yang tercipta. Irene menunduk. Kaki kanannya bergeser maju mundur beberapa kali, menyisakan garis di pasir.
Puas menatap laut, Hilda berputar. Baru ia sadar bahwa di belakang mereka berdiri kokoh sebuah tebing. Cukup tinggi untuk membuat Hilda sakit leher saat mendongak. Di sisi teping, sepertinya menempel beberapa tumbuhan sejenis rumput dan pohon.
Sudah puas" Mungkin, kau mau melihat jagad raya sekali lagi.
Semua kembali bagai terowongan cahaya. Yuni memejamkan mata karena takut kepalanya pusing. Setelah beberapa detik, ruangan kembali gelap. Hanya cahaya dari jutaan titik di sana yang menerangi mereka.
Hilda memutar leher ke kanan dan kiri. Teks-teks pelengkap muncul seiring arah fokus matanya menumpu. Pada saat itu, ia sadar. Mereka berada di dalam komputer dengan sistem eye-tracking yang baru pertama kali ini ia rasakan kinerjanya.
Dua hal penting yang kami dapat ketika kami bertandang ke Koloni Juran. Pertama, adalah basis data peta bintang yang sangat detail. Dan kedua, komputer dengan sistem pelacak fokus mata. Kita kini berada di dalam desktop komputer tersebut.
Hilda mengangguk. Banyak teks-otomatismuncul yang telah ia baca. Irene juga menyerahkan sebagian kontrol dan Hilda mempelajarinya dalam hitungan menit. Irene ingin ia membuka hal-hal penting yang belum pernah mereka lihat selama riset.
Basis data dan hasil analisis mereka membuatku terkesan. Pekerjaan ini pasti memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya tidak sedikit.
Irene mengangguk. Bagaimana pun, setelah satu minggu riset di Koloni Juran, itu telah cukup memberi gambaran proses kerja Divisi Analisis Jagad Raya. Yap, tiga triliun bintang di tiga galaksi. Bukan, bukan hanya tiga galaksi, tetapi tiga gugus galaksi, ralat Hilda cepat. Mereka mencoba memetakan superkluster.
Irene mendelik. Superkluster"
Kumpulan gugus galaksi. Mereka sepertinya sangat ingin membentuk simulasi peta bintang jagad raya. Tetapi, mereka hanya berhasil memetakan delapan ratus triliun bintang di tiga ribu galaksi.
Kau bercanda" cegat Irene. Sistem informasi komputer ini yang memberitahuku. Isinya adalah tiga triliun bintang di tiga galaksi.
Hilda malah tertawa kecil. Dengan mata telanjang saja, aku bisa melihat hamparan bintang dalam kelompok-kelompok yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Jika tampilannya diperkecil.... Proyeksi semakin memampat. Semuanya tampak lebih kecil dari sebelumnya. Kumpulan-kumpulan titik cahaya itu terhampar kian banyak dan kian jelas. ..., ada lebih dari seratus kelompok bintang, yang berarti lebih dari seratus galaksi.
Aku tak menduganya.... Justru Irene yang kini berbalik memasang wajah terheran-heran. Ia mengaku memang tidak pernah mendalami ilmu astronomi. Dan orang-orang yang menangani basis data tersebut juga bukan orang-orang yang berkompeten dalam sains perbintangan. Mereka hanya menyalin peta ini karena menganggap basis data milik Divisi Analisis Jagad Raya Koloni Juran adalah peninggalan yang sangat berharga. Para peneliti dari Departemen Antariksa Borneolab sama sekali belum dilapori akan penemuan itu.
Kau menguasai rekayasa perangkat lunak, kan" ingat Hilda. Beberapa item dari information summaries sistem ini sangat keliru. Aku sarankan kau untuk memeriksa fungsi pencacahnya.
Irene mengangguk-angguk, sementara Yuni hanya bisa melirik kiri dan kanan. Sama sekali ia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh kedua wanita dewasa tersebut. Superkluster" Rekayasa perangkat lunak" Fungsi pencacah" Mereka makan apa"
Jika sistem informasinya keliru, bagaimana kau bisa tahu jumlah pasti bintang dan galaksi yang berhasil dipetakan" Irene sangat ingin tahu bagaimana sahabatnya itu bisa menyebut angka delapan ratus triliun bintang dan tiga ribu galaksi . Tidak mungkin dihitung manual, kan" sambung Irene. Aku mencocokkan dari catatan yang ada. Aku tidak pernah menemukan catatan semacam itu di komputer utama mereka.
Mungkin, karena hanya disisipkan dalam basis data ini sendiri. Aku menemukan log dari salah satu anggota, sepertinya ketua tim. Hilda menampakkan sebuah bingkai holografik. Bingkai tersebut melayang di sisi kanan dan berisi teks berwarna putih menyala.
Kau menemukan catatan lain"
Ada. Kurasa, ini adalah catatan terakhir dan tidak begitu penting. Disebutkan bahwa setelah berhasil memetakan seluruh objek di tiga ribu galaksi, mereka mulai mengambil gambar objek-objek tersebut dengan kemampuan GPU yang dimiliki oleh komputer yang mereka bangun, sekaligus memperbaiki sistem render untuk menghasilkan gambar yang lebih baik. Penulis log menyebutkan ada yang menarik saat mengambil gambar delapan juta tata surya. Empat ribu di antaranya memiliki bintang ganda, tiga ratus memiliki bintang tiga, dan dua puluh lima berbintang enam. Pemandangan yang belum pernah dilihat oleh penduduk Koloni Juran, karena mereka menempati planet artifisial, jauh dari bintang mana pun. Maksudnya"
Ada lebih dari empat ribu tata surya yang memiliki matahari lebih dari satu.
Matahari sampai enam..." Bukannya Irene tidak tahu tentang keberadaan tata surya berbintang lebih dari satu. Tetapi, ia lebih membayangkan jadinya apabila tata surya tersebut berbintang ganda, hingga berbintang enam. Sepertinya, tidak akan ada istilah malam di sana.
Kau ingin melihat bagaimana kondisi tata surya tersebut" Aku bisa men-zooming peta ke semua lokasi yang disebutkan. Kalau tadi kita bertandang ke planet Zironoa, mungkin kita bisa melihat-lihat kondisi Opostus dan Nebuva.
Irene hendak menjawab, tetapi bunyi sebuah alarm kecil menyela mereka.
Ada Letnan Kolonel Marfin dan Mayor Jenderal Lubis di ruang tunggu. Mereka ingin berbicara dengan Ketua. Itu suara dari seorang staf bagian informasi. Kedua nama yang ia kenal sebagai utusan Polri membuat ia berpikir sejenak.
Maaf, aku harus pergi dulu. Silakan kau menelusuri lagi peta raksasa ini. Irene pamit. Dan selebihnya, ia sibuk hingga enam puluh menit kemudian.
SAKIT Hilang. Getaran halus yang terasa di laboratorium muncul tenggelam beberapa kali.
Anda baik-baik saja" Seorang petinggi polisi melihat gelagat aneh pada Irene. Sudah beberapa detik usai ditanya, wanita di sampingnya hanya menutup mulut.
Irene segera menggeleng. Getaran-getaran halus di ujung kakinya kembali mengusik. Ada apa" Asteroid dan puing-puing semakin banyak yang jatuh" Ini baru hari kedua!
Ketua.... Seorang staf laboratorium dengan seragam oranye memanggil. Irene menoleh. Ketua merasakan itu..."
Irene mengangguk sedikit. Dan sebuah dentuman tiba-tiba kembali mengguncang, serasa menarik jantung mereka ke atas. Laboratorium sontak hening. Veren yang memperhatikan persiapan Digta di ruang kendali menerawang, seakan waspada langit-langit akan runtuh. Sementara di dalam superkomputer hasil kloning mainframe Koloni Juran, Hilda segera bersimpuh dan memeluk putrinya dengan erat.
Ada pesan masuk dari resepsionis! Digta menekan ENTER. Sebuah bingkai dengan satu paragraf teks membentang di monitornya.
Pihak TNI meminta maaf atas gangguan yang terjadi. Mereka berusaha menempatkan senjata-senjata berat di sekeliling Borneolab sebagai tindak penjagaan. Mereka tidak ingin kehilangan fasilitas penting di sini, seperti yang telah menimpa DIVENN dan DINA.
TNI..." Kita bisa meminta kontak visual dengan pihak keamanan, saran seorang staf. Digta mengangguk dan menekan sebuah tombol di papan ketik. Monitormonitor besar di laboratorium serta-merta dikapling. Tampil dua puluh lima gambar dari kamera pengintai yang berbeda. Gambar-gambar itu membuat mereka terbelalak.
Itu..." Veren mendekat.
Jin.... timpal Digta. Sekitar enam buah kendaraan tempur tersebut berjaga-jaga di sekeliling fasilitas Borneolab. Masing-masing memanggul dua peluncur roket berkapasitas enam belas rudal. Selain itu, mereka juga menenteng meriam laras panjang serta menyiagakan senapan serbu. Ada yang berbeda dengan jin kali ini. Sepertinya berpostur lebih besar ketimbang yang ia lihat bersama Irene tadi pagi.
Itu kapal induk" Mereka menurunkan senjatasenjata berat. Seorang staf mendapati tiga buah pesawat berukuran lebar melayang di atas sekumpulan gedung. Dari bagian bawah pesawat-pesawat itu, menjulur rantai-rantai.
Itu kapal logistik TNI-AU. Kita dalam siaga perang" timpal yang lain.
Di sela-sela penurunan senjata berat berbentuk meriam berlaras panjang, sebuah meriam yang telah terpasang mengumpulkan cahaya di ujung larasnya. Setelah beberapa detik, meriam tersebut menembak. Gambar di kamera pengintai berguncang, begitu pula dengan seisi Borneolab.
Sebuah pesan lain kembali masuk. Digta segera mengontak Irene.
Aktivasi dan sinkronisasi Mata Rantai sudah selesai. Siap membuka portal.
Irene berputar ke arah landasan Matar Rantai. Tentukan koordinat dan eksekusi sekarang.
Baik! Digta mengetikkan sebaris perintah di jendela terminal. Ia menekan ENTER dan batangan proses menindih di atas jendela tersebut.
Di langit-langit ruang utama, dua bingkai lengkung masing-masing memisah menjadi dua bagian lain. Keempat bingkai lengkung yang tercipta kemudian berputar satu lingkaran penuh dan turun membentuk bingkai vertikal. Sisi-sisi bingkai yang berhadapan memunculkan cahaya. Udara mulai bergelombang seperti hawa panas.
Portal berhasil dibuka. Lokasi yang diambil adalah lokasi yang sama dengan portal mesin waktu terdahulu.
Kau bisa melihat kondisi di sana"
Digta berpaling pada monitor yang cukup besar. Sebuah bingkai gambar memaku matanya beberapa detik.
Ya, bahkan sangat jelas, Digta kemudian bersuara. Di sini..., aku bisa melihat..., semuanya hilang.
Hilang" Irene mengernyitkan dahi.
Veren yang masih berada di ruang kendali kembali memajukan langkahnya. Proyeksi temaram tersebut, dan sesekali dihiasi kilatan cahaya petir, membuat lututnya terasa lemas. Pos Penjaga Portal hilang"
*** Alisya memekik di rumah sakit. Suaranya nyaris bersahutan dengan gemuruh guntur seusai petir. Lima perawat dan tiga orang dokter sudah bermandikan keringat untuk menahan rontaannya di ranjang pasien. Usai pingsan di tengah jalan, lima belas menit ini ia tersadar dan mendadak bagai kesetanan. Matanya kembali merah dan ia meraung sejadi-jadinya.
Aku... tidak mampu lagi...! Seorang perawat tersandar di sisi kamar. Kedua tangannya terasa kaku untuk mengepal.
Apa yang terjadi" Otot gadis ini layaknya serat baja! Seorang dokter masih tetap mencengkeram pergelangan Alisya, dibantu seorang perawat.
Ia terus bergerak. Aku sulit untuk menyuntikkan penenang.
Tiga perawat lain akhirnya jatuh. Seorang di antaranya sempat terdorong nyaris terjengkang. Alisya semakin mengamuk. Suaranya kian berisik dan membangunkan hampir seluruh pasien.
Gaya juga tidak dapat menjernihkan isi kepalanya. Mendengar Alisya terus menjerit, membuat ia seperti cacing di atas abu. Sontak ia berdiri dari kursi di lorong rumah sakit dan menerobos ke dalam kamar. Kedua tangannya berhasil menggantikan empat tenaga manusia yang telah hampir kehabisan napas. Ia mencengkeram pergelangan tangan Alisya yang berusaha menyobek kulitnya sendiri.
Cepat! Suntik dia! Gaya turut menjerit. Namun, Alisya semakin meronta. Gaya turut mengimbangi. Hingga akhirnya, kaki ranjang pasien tidak mampu menopang lagi tekanan yang diterima. Kaki ranjang patah dan kasurnya terjerembab. Gaya akhirnya berhasil mengunci tangan Alisya. Ia menekan kedua pergelangan tangan sahabatnya itu sekuat tenaga, hingga merekahkan ubin kamar.
Suntik! Dokter bergerak cepat. Ia mengulur jarum ke kulit lengan kiri Alisya dan menembuskan cairan bening dari tabung suntiknya. Alisya menjerit. Urat-urat di lehernya bermunculan lebih banyak. Dan seketika, ia pingsan.
Untuk beberapa saat, semua terlihat membekukan wajah. Gaya masih menunggu reaksi balasan dari Alisya. Tangannya masih setia mencengkeram.
Apa-apaan ini..." Seorang dokter terdengar mengeluh.
Kita harus mencari ranjang baru. Dokter lain keluar dari kamar.
Gaya terduduk. Sahabatnya tak lagi bergerak. Wajahnya basah oleh keringat dan rambut panjang Alisya tergerai menutupi hampir sebagian wajah.
Apa yang terjadi..." gumam Gaya. Ia tak sadar bahwa seorang perawat mendekatinya dari belakang.
Terima kasih atas bantuan Anda, ucap perawat itu. Gaya hanya mampu mengangguk dan perawat itu segera menyusul dokter yang mencari ranjang pengganti.
*** Tiga puluh menit setelahnya, Alisya telah mendapat ranjang baru dan seorang perawat kembali berjaga di kamar itu. Sementara Gaya, ia terlihat merenung di koridor. Duduk di kursi panjang seorang diri. Kedua tangannya mengepal di atas pangkuan.
Tangan ini.... Apa yang terjadi" Sekilas gambar seperti terulang. Ia menahan tangan Alisya hingga meruntuhkan tempat tidur pasien, bahkan membuat retak ubin kamar. Sesuatu yang mengerikan seperti merasuk di kedua tangannya.
Aku.... .... Obat itu sudah merenggut beberapa sisi kemanusiaanku. Dan aku tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi.
Apa yang kau bicarakan"
Bertambah kuat, bahkan melebihi manusia normal, apakah masih bisa dikatakan manusia" Secara fisik, kita memang masih manusia. Tetapi secara kemampuan, kita telah berubah menjadi mesin penghancur. Kita monster.
Monster.... Kedua tangannya semakin mengepal.
*** Kau baik-baik saja" Polisi wanita yang muncul tadi sore datang menegur. Ia mengambil tempat di sisi kanan Gaya.
Gaya menggeleng, lalu menjawab, Kau pernah memberitahuku bahwa tulang rusukku patah. Tetapi menurut dokter, tulang-tulang di tubuhku baik-baik saja. Apa yang sebenarnya terjadi"
Iris menghela dan membalas, Usai aku memberitahumu, tulang rusukmu yang patah perlahan kembali utuh. Aku tidak ingin memberi tahu, karena kurasa itu hanya akan membuatmu shock.
Aku sudah benar-benar menjadi monster.... Apa yang kau bicarakan" Kurasa, itu hanya ulah residu fibernetik yang tertinggal. Kuharap kau tahu, karena kau dulunya adalah asisten Dokter Karim. Residu tersebut tetap di dalam tubuh hingga satu tahun. Dalam range masa itu, efek-efek fibernetik yang seharusnya hilang akan tetap muncul meski sedikit. Yap, meskipun masih ada pengecualian khusus untuk kemampuan otot dan kekerasan tulang. Itu permanen.
Tetapi, tidak untuk daya sembuh. Meski mengenakan fibernetik generasi kedua dalam dosis utuh sekalipun, aku perlu waktu dua minggu untuk pulih.
Pasti ada penjelasan untuk itu, tanggap Iris. Salah satu rekanku yang terluka tadi sore, wajahnya juga sudah berangsur pulih sangat cepat. Padahal, ia hanya diinjeksi dengan satu dosis fibergen2.
Satu-satunya alasan adalah aku telah menjadi monster. Persis seperti yang pernah dikatakan oleh Alisya.
Tidak benar. Meski disanggah oleh Iris, Gaya masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Aku pikir, menjadi lebih kuat akan lebih baik. Tapi ternyata, semua terasa aneh. Aneh, ya" susul Iris kemudian.
Gaya menoleh. Mungkin, sama anehnya ketika pertama kali aku menggunakan Unit Gerbang"
Pakaian zirah yang kulihat tadi sore" He-e. Dengannya, apa yang sebelumnya tidak bisa kulakukan, kini dengan mudah dapat kucapai. Menjadi kuat tidaklah salah, karena ada yang harus dilindungi, bukan karena sesuatu yang kita benci.
Gaya tertegun. Sesaat setelahnya, ia beranjak berdiri dan pamit untuk pergi entah ke mana.
*** Berhasil melarikan diri, Sonia membawa Ilyas ke rumahnya dan mengobati luka memar di sekujur punggung sahabatnya itu. Tak lupa, ia menelepon Dimas untuk memperingatkan Ake dan Ikam.
Jika ingin pulang, ke rumahku saja, pinta Sonia. Selain memberi kabar tersebut, ia juga mempertanyakaan keberadaan Andiev.
Ia sudah dijemput pamannya, jawab Dimas. Sonia sempat terbelalak.
Cepat sekali ia sampai, benak Sonia. Memangnya, kenapa" Dimas bertanya di ujung telepon.
Ciri-ciri orangnya bagaimana"
Ng.... Dimas masih sempat mendongak. Matanya menerawang, mengingat ketika ia melihat awan mendung tepat di puncak kepalanya. Tinggi, putih, rambutnya pendek, yang pasti laki-laki. Ia memiliki jenggot halus" Tidak.
Sonia mendesah. Sepertinya lega, tetapi dadanya masih terasa sumpek.
Ke mana mereka pergi"
Kan, sudah dibilang. Andiev dijemput pulang. Terima kasih! Dan ingat, sampaikan pesanku tadi pada Ake dan Ikam. Mereka masih ada di sana, kan"
Ada. Mereka belum naik dari kolam renang. Sonia mengucap salam dan menutup telepon. Ilyas seperti masih bimbang ketika ia memberi tahu bahwa ada orang lain yang menjemput Andiev di rumah Dimas. Ake dan Ikam yang asyik bermain di kolam renang meski hari sudah turun hujan dan beranjak sore, enam puluh menit selebihnya sudah menampakkan batang hidung di rumah Sonia. Hanya sesaat mereka terlihat simpati oleh keadaan Ilyas. Selebihnya, mereka mencoba televisi lima puluh inci di ruang tengah.
Sementara mereka menonton, Sonia mencuci piring di dapur. Tidak ada pembantu, ia tidak menuruti saran sang ayah. Ilyas yang muncul saat ia hampir selesai berberes, membuat ia berputar dan berkacak pinggang.
Kau kusuruh tidur, mengapa ada di sini" Ilyas mendongak dan sedikit gemetar. Aku haus....
Galak Sonia mereda. Ia berputar dan mengambil sebuah gelas. Biar aku ambilkan. Dan gelas tersebut tersodor pada Ilyas usai diisi air.
Pemuda itu tampaknya memang benar-benar haus. Gelas kaca yang cukup besar itu sudah kosong dalam beberapa teguk. Wajar saja Sonia menawarkannya segelas air minum lagi. Ilyas malah menggeleng.
Kembali ke kamar. Tidur! perintah Sonia dan segera membelakanginya. Bukannya pergi seperti yang dipinta, Ilyas mematung menatap ubin dapur di bawah kaki Sonia. Ia mencoba menyusun beberapa kalimat. E..., Sonia...!
Sonia meletakkan piring terakhir di rak, mematikan keran, dan mengelap tangannya dengan serbet. Ia berputar lagi dan sedikit jengkel. Sahabatnya itu masih di dapur. Ia mulai menaikkan tangan di pinggang dan seolah-olah hendak mengaum. Buru-buru Ilyas memotong.
Bisa antar aku pulang nanti subuh"
Kening Sonia berlekuk-lekuk. Tangannya pelanpelan terulur ke bawah. Pulang..."
Ilyas mengangguk kecil, mencoba melihat air wajah Sonia. I..., iya....
Permintaanmu yang aneh-aneh saja hari ini. Sonia mengomel dengan suara terlampau tajam. Ia bicara seolah-olah tidak pernah meminta yang anehaneh hingga Ilyas pusing sendiri. Setelah melarangku menelepon polisi takut rumahmu dipasangi pita kuning dan kau tidak bisa masuk sekarang meminta pulang"
Aku, kan, memintanya untuk besok.... Ilyas merungut.
Tidak! Kau sakit! Aku harus sekolah. Seragamku ada di rumah semua.
Tiga hari ini, kau dan teman-temanmu itu tidak boleh sekolah. Diam di sini. Biar aku yang memintakan izin.
Tapi.... Tangan kiri Sonia mulai naik ke pinggang. Tangan kanannya mengangkat hingga sebatas leher. Telunjuknya berputar lalu menunjuk lurus ke pintu dapur, seraya berkata, Sekarang, putar tubuhmu dan kembali ke kamar!
Ilyas menciut. Mau tak mau ia berputar seperti telunjuk Sonia dan mulai beranjak dari dapur. Hanya beberapa langkah ia dapat berjalan dengan benar. Selanjutnya, pergelangan kakinya terasa nyeri. Sebelum terjerembab, Sonia segera menyambut bahu kanan Ilyas dengan pundaknya.
Lihat, bagaimana kau bisa sekolah jika berjalan saja mesti dipapah seperti ini" Kau mau, sepanjang hari kita terus seperti ini"
Kan, masih ada Ake dan Ikam.
Baru berkenalan dengan mereka saja, aku sudah bisa menebak bagaimana sifat mereka. Dua kutil itu terlalu baik. Mereka pasti berebut ingin memapahmu, hingga akhirnya bikin susah sendiri.
Ilyas sedikit mengiyakan.
Terserah kau saja, ingin sekolah atau tidak besok. Yang pasti, jika kau sekolah, aku yang harus menjagamu. Suka ataupun tidak suka. Mau ataupun tidak mau.
Ilyas hanya mampu menahan napas dan otaknya berputar dalam proses tak berujung. Pekikan dua sahabatnya di ruang keluarga sontak memutar kepala keduanya. Cepat-cepat Sonia memapah Ilyas untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Begitu wajah Sonia muncul, telunjuk Ake lentik ke televisi. Sebuah berita menyorot kekacauan di pusat kota tadi sore. Sebuah gedung tampak mengepulkan asap tipis dari salah satu sisinya yang berlubang. Dan ketika kamera berpindah ke bawah, sosok orang yang pernah mereka lihat membelalakkan mata Ilyas dan Sonia dalam detik nyaris sama.
Alisya" Sepenggal reporter berkata, Mabes Polri sendiri tidak memberikan keterangan apa-apa mengenai unit khusus tersebut yang tiba-tiba muncul saat meringkus pelaku pengeboman yang selamat. Mabes Polri hanya memberikan keterangan bahwa aksi peledakan kali ini semakin jauh dari pola peledakan sebelumnya yang dilakukan oleh jaringan terorisme di Indonesia....
Kedua mata Sonia memicing. Jadi, penjahat yang diburu oleh Kak Alisya adalah teroris" Berarti, tugas DINA sama seperti Densus 88, dong" tandas Ake.
Masa, tugas keduanya tumpang tindih" Semua melirik Ilyas.
*** Digta, kau tidak apa-apa" Irene memasuki ruang kendali Mata Rantai. Ia mendapati asistennya itu tercenung di depan layar sebuah komputer. Ia tidak memperhatikan apa pun di layar tersebut. Irene bisa melihat fokus matanya yang kosong.
Merasa tidak dijawab, Irene kembali menegurnya. Digta akhirnya bagai tersadar dan bertanya apakah ada yang bisa ia bantu.
Kau mungkin sudah lelah. Sebaiknya, kau beristirahat, saran Irene.
Digta balas menggeleng kecil. Aku sudah beristirahat di rumah sakit.
Dalam kondisi ini, bahkan setelah apa yang kau alami, aku rasa itu tidak ada pengaruhnya. Kau memikirkan Ayu, bukan" Sebaiknya, kau beristirahat dan tenangkan dirimu. Aku akan sangat memerlukanmu nanti. Untuk sekarang, kita percayakan semuanya pada para staf, yang mungkin setelah kau beristirahat, giliran mereka kusuruh untuk segera tidur.
Beberapa staf Mata Rantai bersorak singkat. Terima kasih, Bu! Terima kasih! sambut mereka meriah. Semenjak Mata Rantai memasuki tahap uji coba, tidak satu pun di antara mereka yang sempat pulang ke rumah. Beristirahat pun sekenanya di laboratorium.
Sekarang, beristirahatlah...!
DI BALIK TIRAI Pada Masa Koloni, Bumi dikuasai oleh Koloni Sapphire. Saat Perang Kosmik pecah, armada tempur Koloni Cincin Zeus secara dramatis berhasil menundukkan koloni tersebut. Stasiun-stasiun angkasanya yang berjarak hingga satu juta kilometer dari Bumi berhasil dilumpuhkan, hingga tidak dapat dihuni lagi. Pusat pemerintahan Sapphire yang mengorbit Bulan berakhir menjadi puing. Namun, sejumlah fasilitas militer milik Koloni Sapphire masih tersebar di mana-mana.
Meriam Golmet termasuk dalam fasilitas tersebut. Setelah terkatung-katung mengorbit Bumi selama hampir satu dasawarsa, meriam antiarmada itu akhirnya menjelma menjadi berbagai meriam pelindung. Di Indonesia, Meriam Golmet diadopsi menjadi PILAR. Puing sisa pusat pemerintahan Sapphire yang tekadang menerobos atmosfer bumi menjadi alasan utama PILAR dikembangkan. Sementara sebagai pusat pengawasan PILAR, DIVENN memfungsikan kembali stasiun transit milik Koloni Sapphire yang terbengkalai.
Stasiun transit itu bernama NUS-4. Satu-satunya stasiun transit yang tersisa mengorbit di atas Indonesia, setelah dua stasiun lainnya hancur dalam perang, sementara satu yang lain bergeser posisi ke atas Filipina. Oleh karena itu, NUS-2 kini menjadi milik negara tersebut, dan berganti nama menjadi Philipine Sky. Tapi setidaknya, NUS-4 masih membawa bonus tiga kapal induk antarbintang dan beberapa kapal kargo yang siap dipakai kapan saja.
*** Pintu anjungan berhasil ditutup. Bersiap melepaskan diri.
Gordenia menjadi kapal induk pertama yang meninggalkan stasiun. Kapal antarbintang sepanjang hampir tiga kilometer itu membawa unit jin yang dipimpin oleh Imam. Dalam lima belas menit, mereka harus mencapai rombongan asteroid yang bercampur puing Cincin Zeus, dan kini juga telah bercampur dengan puing sejumlah stasiun Sapphire. Tugas Imam dan keempat rekannya adalah mengawal kapal induk dan kapal kargo untuk menyingkirkan bunker nuklir dari arak-arakan tersebut. Hanya mereka berlima yang mengawal tiga kapal induk. Karena, hanya mereka berlimalah yang memiliki unit jin dengan kemampuan tempur di ruang angkasa.
Setelah Gordenia berlepas dengan kecepatan tinggi, Geraldine dan Grista menyusul di belakang. Tak lama berselang, sejumlah kapal induk lain terdeteksi di radar. Unit bantuan dari beberapa negara mengirim konfirmasi untuk segera bergabung.
*** Ada yang tahu seberapa tua Gordenia yang kita tumpangi ini" Imam pada saat itu tengah mengutakatik sederet panel dalam kokpit jin miliknya. Suara Haris tiba-tiba terpancar dari pengeras suara di dalam helm.
Berapa" Kini, suara Rudi yang terdengar. Seratus enam puluh dua tahun, jawan Haris. Yang benar saja" Setua itu"
Aku dapat informasi langsung dari orang yang mengetuai perawatan kapal induk ini. Tiga kapal induk yang ada di NUS-4 diproduksi dua belas tahun sebelum Perang Kosmik. Gordenia dan dua kapal lain tengah menjalani perawatan saat armada Cincin Zeus memasuki teritori Koloni Sapphire. Pada Masa Koloni, mesin-mesin perang memang didesain untuk bertahan selama ratusan tahun, papar Haris.
Bicara soal tua..., Iwan akhirnya ikut dalam perbincangan. Helden ternyata baru saja menjadi ayah.
Hei, yang benar saja" Rudi menyahut. Istrinya baru melahirkan tadi pagi.
Mengapa tidak memberi tahu kami, Helden" pekik Rudi. Sahabat karibmu ini mengapa tidak diberi tahu"
Helden sendiri tertawa pendek. Kau susah sekali menjaga rahasia, Iwan. Ia menggeleng-geleng. Iwan hanya terkekeh mendapat komplain dari Helden. Saat menerima kabar bahwa anak pertamanya telah lahir, Iwan memang berada di dekatnya. Aku sendiri baru tahu beberapa jam sebelum kita berangkat kemari. Rencananya, akan kuberi tahu kalian setelah misi ini selesai, lanjut Helden.
Laki-laki atau perempuan" tanya Haris. Yang kudengar laki-laki.
Wah, Helden! Semoga putramu gagah seperti ayahnya! Rudi menyambut semarak.
Imam yang sedari tadi hanya ikut sebagai pendengar, kemudian mengingatkan, Kita akan menjenguk istri dan putramu di rumah sakit. Tapi sekarang, kita selesaikan dulu tugas ini. Lima menit lagi kita harus meluncur.
Rudi yang paling vokal segera membalas, Oke! Sementara Haris, mengacungkan jempol tepat pada monitor kokpit. Wajah rekan-rekannya yang dilindungi helm pilot terpampang di sana.
Seperti yang dijanjikan, lima menit setelah itu, seseorang dari pusat informasi tempur memberikan kontak. Peluncuran segera dimulai. Masing-masing pilot segera menyalakan mesin jin dalam kondisi penuh. Setelah semua status dikonfirmasi dalam keadaan hijau, landasan hangar Gordenia yang mereka pijak pelan-pelan membuka. Hamparan bintang menyambut. Setelah beberapa detik landasan terbuka, sepasang mesin pendorong kelima jin berbalik ke atas.
Lengan-lengan baja yang menahan mereka segera membuka kaitan. Mesin pendorong menyala. Kelima jin itu pun meluncur ke luar.
Sesampai di luar, mereka hanya bisa mematung. Rombongan batu dan puing menghampar. Lebarnya mungkin ribuan kilometer.
Sebanyak ini..." Sebesar ini..." Yang benar saja..." Rudi tercengang. Beberapa puing menyedot pandangannya. Ukuran benda-benda itu mungkin sama atau lebih besar dari kapal induk yang baru saja ia tumpangi.
Imam yang mengetuai tim mendapat kontak dari Gordenia. Wajah kapten kapal muncul di monitor kanan kokpit.
Kami telah menandai beberapa asteroid. Pastikan sekeliling mereka bersih, sehingga kapal kargo bisa menarik asteroid bunker tersebut keluar dari rombongan. Pesan itu turut diterima empat rekannya yang lain. Berhati-hatilah....
Imam memperhatikan peta yang muncul di monitor kanan. Ada tiga asteroid yang berbalur warna merah.
Kalian sudah melihat posisinya" Sudah! sambut Helden.
Kalau begitu, kita bereskan!
*** Pusat kendali Gordenia. Dua staf memegang kemudi kapal induk. Posisi mereka tepat di samping kanan sang kapten. Di depan mereka, delapan staf berjejer dalam dua baris, mengurusi jalur komunikasi, radar, dan beragam status kapal induk.
Seorang staf radar kemudian mendapati sesuatu muncul dalam radius radar yang ia pantau. Sebuah titik kecil yang berkedip beberapa kali, lalu menghilang. Beberapa menit tak terlihat, kedipan itu muncul kembali bahkan hingga empat titik sekaligus di empat lokasi berbeda. Meski saling berjauhan, keempar titik tersebut muncul dalam rombongan puing Cincin Zeus.
Kedipan itu hanya muncul selama tiga detik, membuat staf itu penasaran dan mencoba menunggu apakah titik-titik itu akan muncul lagi atau tidak. Dan kurang dari sepuluh detik setelahnya, keempat titik itu kembali tampak, namun bergeser cukup jauh dari posisi semula.
Kapten, radar menangkap empat objek tak dikenal. Keempatnya muncul dalam rombongan asteroid. Staf radar segera melapor. Kedipan kali ini bertahan lebih dari tiga detik. Bahkan setelah gambar dari radar yang sama turut terpampang di monitor utama ruang kendali, titik-titik tersebut masih terdeteksi meski hanya sebentar.
Hilang" sang kapten terlihat kaget.
Keempat objek itu sudah tiga kali ditangkap radar, namun sudah tiga kali pula lenyap, Kapten, lapor staf itu kembali.
Berhasil memperoleh kontak visual" Radar menangkap sinyalnya, tetapi tidak memperoleh gambaran holografik, staf radar yang lain melapor.
*** Bunker pertama telah berhasil ditarik menjauh. Diperlukan lima pesawat kargo untuk menggiringnya ke lokasi yang aman untuk dipreteli atau diledakkan.
Imam segera memimpin teman-temannya meluncur menuju bunker kedua. Kali ini, asteroidasteroid kecil mengelilingi asteroid bunker yang mereka incar. Puing-puing koloni juga turut bertebaran di sekitarnya. Rudi dan Helden mendarat di bunker itu. Tugas mereka memasang kait untuk tali baja.
Imam dan dua rekannya yang lain berpencar. Mereka turut memasang kait pada sejumlah asteroid dan puing yang akan menghalangi bunker ditarik menjauh.
Iwan telah berhasil memasang kait pada sebuah puing terluar. Kabel-kabel baja dari dua kapal kargo turut telah tersambung. Ketika puing itu baru saja ditarik, radarnya menangkap sesuatu. Objek tak dikenal tiba-tiba muncul dan meluncur dengan cepat ke arahnya. Iwan segera berputar untuk melihat apa yang sebenarnya mendekat. Radar holografik miliknya sama sekali tidak bisa menangkap bentuk fisik objek tersebut. Dan setelah berputar, yang ia dapati hanya hamparan puing dan bintang.
Titik di radar terus meluncur.
Lapor, radar jinku sepertinya ada masalah. Ia mendeteksi sesuatu. Objek itu di depanku, tapi aku tidak bisa melihatnya.
Imam berhenti memasang kait. Ia menoleh radar dan menjumpai sebuah titik berwarna merah melaju menghampiri titik berwarna hijau. Aku rasa, radar jinku mendeteksi objek yang sama. Imam kemudian menyentuhkan jarinya pada titik berwarna merah pada layar radar. Ia ingin melihat bentuk fisik objek yang tertangkap. Namun, sebuah pesan membuat keningnya berkerut. Objek ini memiliki sinyal, tetapi bentuknya tidak dapat dideteksi. Aku rasa, ini adalah objek dengan modus siluman. Teknologi kamuflase siluman mampu membuat radar tidak mengenali objek yang ditemukannya.
Dengan kata lain, ini adalah pesawat tempur" Penyusup...! Iwan bersiaga. Senapan mesin yang ia panggul segera diangkat. Negara mana yang menggunakan cara licik seperti ini"
Yang pasti, teknologi perang mereka sangat tinggi. Semua tim, bersiaga! Kita kedatangan penyusup! Imam meluncur mendekati posisi Iwan. Ia harus bermanuver beberapa kali menghindari puing, sebelum akhirnya menemukan rekannya yang melayang kebingungan dari jauh.
Penyusup" Di saat seperti ini" Yang benar saja" Rudi turut bersiap bersama Helden dan Haris.
Iwan merasa terancam. Objek yang mendekat itu sepertinya tidak beritikad baik. Jika semacam unit pembantu, seharusnya apa pun itu yang mengendalikannya memberikan kontak radio. Berdasarkan posisi yang tertangkap radar, Iwan segera membidik. Namun begitu ia merasa siap untuk menembak kapan saja, objek itu tiba-tiba menghilang dari radar.
Ke mana benda itu" Iwan kaget kebingungan. Hanya berselang satu detik, rombongan benda berpijar tiba-tiba menyerbu ke arahnya. Iwan tersentak kaget dan bergegas menarik kendali. Ia berhasil menghindar. Rentetan benda berpijar itu akhirnya menghantam sebuah asteroid. Kandungan gas metan di dalamnya terpicu dan akhirnya meledak. Serpihannya terlontar ke mana-mana, termasuk menabraki puing di sekitar bunker. Rudi dan Helden terpaksa melepas tembakan yang seharusnya dihindari. Beberapa puing mengancam keselamatan bunker dan harus dihancurkan.
*** Kapten, terjadi penyerangan pada unit jin! seorang staf komunikasi memperoleh kabar dari Imam.
Penyerangan dalam misi damai" sang kapten tersentak dari tempat duduknya.
Unit bantuan dari Eropa dan Australia juga diserang, Kapten! staf lain turut mengabari. Kapten kapal Gordenia itu mengernyit tak habis pikir.
Bukan hanya Indonesia yang diserang" Radar kembali mendeteksi objek tak dikenal. Terdeteksi satu buah. Meluncur ke arah Gordenia dari sisi kanan!
Apa-apaan ini" Persiapkan meriam dan senapan mesin di sisi kanan! Tembak benda itu!
Tugas pengendali senjata akhirnya dipercepat dari jadwal. Seharusnya, mereka baru menembak setelah evakuasi bunker selesai. Sasaran tembak pun adalah asteroid dan puing-puing raksasa. Namun sesuai perintah kapten, staf senjata mulai memainkan jemari mereka. Dua puluh titik pada sisi kanan hologram kapal mereka sorot dengan seretan jempol dan telunjuk. Sebuah tombol muncul dan langsung disentuh. Kini, ia berpindah pada hologram radar. Ia mengunci sasaran dengan menyentuhkan jarinya tepat pada titik yang meluncur ke sisi Gordenia.
Di luar, dua puluh laras senapan dan meriam berputar ke satu arah. Hujan benda berpijar meluncur deras dari laras-laras itu. Objek yang menjadi target tak bergeming dan terus meluncur. Beberapa tembakan akhirnya mengenai objek itu. Siluet warna merah dan hitam tersibak untuk beberapa detik, kemudian membaur kembali benar-benar tidak terlihat.
Kisah Masa Lalu Karya Dirgitadevina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hunjaman empat garis sinar tiba-tiba menusuk sisi kanan Gordenia. Garis-garis itu berputar dan bergerak naik, seperti ingin memotong kapal itu menjadi dua. Namun baru beberapa puluh meter memotong, hantaman beberapa peluru meriam membuat benda yang menembak itu terpental ke bawah. Setelah selubung silumannya menghilang, benda logam mengkilap tersebut meluncur meninggalkan Gordenia sembari terus dikejar hujan tembakan.
Lambung sektor D8 mengalami rusak parah! Ruang kendali riuh oleh alarm peringatan. Lampu merah berkedip-kedip.
Tutup semua jalur pada sektor yang rusak! perintah sang kapten. Staf kapal yang melapor segera memainkan jemarinya pada hologram yang tampil. Kapten, target menuju rombongan asteroid. Berhenti menembak! Jangan sampai mengenai asteroid-asteroid itu!
Staf senjata mengangguk. Ia menyentuh sebuah tombol merah pada hologram. Serta-merta, hujan tembakan mereda. Sesaat setelahnya, menyusul alarm peringatan berhenti berbunyi. Lampu merah tidak lagi berkedip-kedip.
Isolasi sektor rusak berhasil, Kapten. Kapten kapal Gordenia itu menarik napas dan menghela singkat. Punggungnya yang terus ditarik tegak, akhirnya mulai mendekati sandaran kursi. Benda apa itu..."
Kita memperoleh kontak fisiknya, Kapten, lapor seorang staf radar tiba-tiba. Beberapa tembakan sepertinya berhasil membuka selubung objek itu. Tampilkan!
Sebuah hologram muncul di tengah ruang kendali. Objek yang menyerang mereka tampak utuh seperti sebuah pesawat tempur berbentuk bintang. Di keempat sisinya, menempel laras panjang menjulur ke depan.
Pesawat apa ini" Dari basis data Gordenia, ini mesin tempur jenis jin, Kapten. Tipe HER.
Jin berteknologi tinggi. Milik siapa"
Staf radar menyentuh sebuah tombol. Hologram objek yang diketahui sebagai unit jin tersebut berputar. Sebuah lambang di salah satu sisinya kemudian disorot dan diperbesar puluhan kali.
Milik Cincin Zeus, Kapten....
*** Yang benar saja" Rudi sibuk memberondong beberapa asteroid yang mendekati bunker. Beberapa rudal dari objek tak terlihat itu membuat mereka meledak dan terpecah ke mana-mana. Kita berhadapan dengan jin dari koloni yang sudah hancur"
Dua buah rudal menghantam asteroid bunker. Ledakannya menggetar asteroid itu, dan cukup membuat Rudi juga berteriak, Berhenti menembaki kami! Apa kau tahu" Ada orang yang menunggu kami di rumah!
Ia dan Helden kemudian meninggalkan asteroid bunker dan memasang semua senjata yang dibawa. Keduanya berpencar karena lagi-lagi dihujani tembakan mendadak. Sebelum sinyal kendaraan tempur itu menghilang dari radar, Rudi menyempatkan dirinya untuk balas menarik picu. Dan lagi, tidak ada muntahan peluru yang mengenai sasaran.
Benda ini sepertinya hanya bisa menembak dalam jarak dekat, terka Helden.
Sepertinya begitu, sambut Imam. Kalian segera keluar! perintahnya pula. Berbahaya baku tembak di sekitar bunker.
Keduanya segera bermanuver di antara celah puing. Imam menunggu di ujung celah dengan O- Cannon teracung. Begitu ia melihat serbuan benda berpijar di belakang kedua rekannya, sesegera pula ia melepas tembakan. Dua kali ia menembak, dua kali meleset. Mengetahui bahwa jin itu mengikuti di belakang, Rudi dan Helden turut mempersiapkan senapannya dan menembak ke belakang sembari terus meluncur menuju Imam.
Salah satu tembakan mengenai jin itu. Selubungnya tersingkap beberapa saat, kemudian kembali menutup. Dalam waktu yang hanya beberapa detik, jin yang mereka tembak sepertinya berubah bentuk menjadi sosok yang mereka kenal. Sosok jin yang sebenarnya, dengan laras-laras itu menjadi tangan dan kaki. Begitu tak tampak lagi di ujung mata, tibatiba jin yang dikendarai Rudi terhempas pada puing yang berukuran sangat besar.
Selubung itu kembali terbuka beberapa detik. Tampak jelas Rudi dicengkeram oleh jin itu. Begitu selubungnya kembali menutup, giliran Helden yang terlempar ratusan meter saat berbalik hendak membantu.
Entah mengapa, selubung jin dengan lambang Koloni Cincin Zeus yang menyerang mereka kini sering kali tersingkap. Baru Helden bisa menguasai jinnya untuk tidak berputar-putar, jin milik Koloni Cincin Zeus kembali terlihat di depannya sembari mengacungkan meriam. Helden yang terkaget, turut mengacungkan O-Cannon dan serempak menembak.
Kepala jin Helden tertembak hingga hancur, sementara O-Cannon miliknya menghanguskan lengan kiri jin Cincin Zeus. Usai menembak, jin aneh dengan warna merah-hitam tersebut kembali berubah menjadi pesawat tempur. Ia menabrakkan diri pada Helden. Laras-laras senapan miliknya mengapit erat, kemudian menusuk sebuah puing.
Helden terkunci. Alarm tanda bahaya bergaung di dalam kokpit. Ia akhirnya terlepas, ketika jin Cincin Zeus bergerak mundur untuk kemudian berubah kembali menjadi sosok jin merah-hitam. Lengan kanannya yang masih utuh mengacungkan senapa berlaras panjang, tepat ke arah kokpit.
Rudi berusaha keluar dari jepitan kawat-kawat puing yang ia tabrak ketika dilempar oleh jin Cincin Zeus. Begitu berhasil melepaskan diri, mesin pendorong segera dipacu untuk meluncur ke arah Helden.
Ketika ia bersiap mengacungkan O-Cannon, lesutan dari meriam lain turut meluncur dan lebih dulu menghantam punggung jin Cincin Zeus. Tembakan itu berasal dari Imam yang berusaha secepat mungkin turut membantu Helden. Namun, jaraknya masih terpaut sangat jauh.
Rudi yang berjarak cukup dekat, menjadi sasaran balas dendam jin tersebut. Ia berputar dan menembak berkali-kali ke arah Rudi. Helden memanfaatkannya untuk mengacungkan O-Cannon. Ia berhasil menembak tiga kali, sebelum akhirnya lengan jin miliknya terpotong oleh sabetan jin Cincin Zeus. Dalam kondisi yang sama-sama ringsek, lagi jin berwarna merahhitam itu mengacungkan senapan. Di bawah hujan tembakan dari rekan-rekan Helden, ia pun menarik pelatuk.
Berkas terang meluncur, menghunjam kokpit jin milik Helden. Daya hancurnya mengikis kerangka luar, lalu meremukkan rangka-rangka kokpit. Berkas-berkas sinarnya sempat menusuk tubuh Helden, sebelum bagian depan kokpit menyusul menghantam dengan telak.
Heldeeeeen! Rudi memekik kencang. O- Cannon terus ia tembakkan hingga panasnya mencapai titik kritis dan tidak bisa lagi dipakai hingga beberapa menit ke depan. Jin dari Cincin Zeus tersebut ternyata masih bisa bergerak. Ia mengelak untuk melarikan diri. Tidak ingin ia kabur, Rudi membuang O-Cannon dan mengangkat senapan serbu dan segera memberondong ke arah jin asing itu.
Hantaman dari O-Cannon milik Imam kali ini berhasil membuatnya oleng. Hujan peluru dari Rudi yang mengamuk membuatnya tak berkutik dan hancur.
GARIS WAKTU Malam beranjak larut dan hujan setia turun dengan deras. Beberapa unit meriam raksasa di selasela beberapa gedung, mobil-mobil peluncur rudal, serta sejumlah unit jin yang terparkir menyedot pandangan Irene pada riset yang pernah ia jalani. Kelebat-kelebat cahaya halus juga sesekali melintas di langit. Serbuan rudal dan beberapa dentuman meriam menyambut sebuah bola berpijar yang meluruh cepat.
Lebih baik, kau tetap di sini. Irene menarik tirai dan berputar membelakangi jendela. Hilda yang sudah puas ia ajak berkeliling di separuh fasilitas Borneolab, merapatkan selimut di tubuh Yuni hingga sebatas leher. Putrinya terlelap di tempat tidur Digta, di ruang pribadi Digta dan Irene, fasilitas perusahaan.
Hilda hanya mengangguk. Ia juga menyadari kondisi di luar sana. Hujan air tak kunjung reda, hujan batu di mana-mana, dan Indonesia menurut desas-desus dalam siaga perang.
Operasi penjinakan bunker nuklir milik Cincin Zeus sudah berakhir satu jam lalu. Semua bunker berhasil diamankan. Keduanya melirik Digta di sudut kamar. Ia membuka jas laboratoriumnya dan terlihat santai dengan kaos berwarna merah muda. Irene memintanya untuk lebih dulu beristirahat, jadi ia memiliki cukup waktu untuk memeriksa sejumlah berita dari jaringan komputer global sebelum atasannya itu datang menyusul. Berita yang beredar sepertinya sama sekali tidak menyinggung perihal penyerangan empat unit jin dari Cincin Zeus.
Sembari berbicara tadi, Digta rupa-rupanya membaca sebuah benda berbentuk buku. Di balik kedua sampulnya yang tebal, terdapat dua monitor yang menempel di sisi kiri dan kanan.
Berhasil" tanggap Irene. Digta segera mengangguk. Syukurlah.... Tapi ngomong-ngomong..., buku itu.... Ia mendekat pada Digta. Aku pernah melihat buku itu sebelum ini.
Perang Dunia Ketiga.... Banyak yang meramalkan, tetapi tak satu pun yang mengharap itu akan terjadi.... Namun, bagaimana pun, aku kini berada di antara dentuman perang itu.... Digta membaca beberapa baris kalimat yang muncul pada salah satu monitor di balik sampul buku itu. Irene segera teringat pada sebuah benda yang mereka temukan saat riset beberapa bulan lalu.
Ini adalah sepenggal tulisan favoritku. Buku harian tersebut ditutup. Kata-kata terakhir di catatan terakhir. Ada noda darah di sampul belakang. Dan....
Foto mahasiswi yang sangat mirip dengan stafku yang keras kepala. Irene menyambung. Digta menoleh. Aku masih ingat detail diari yang ditulis mahasiswi semester akhir tersebut. Dan aku juga masih ingat untuk melarang staf riset membawa benda-benda dari masa mana pun.
Jangan berburuk sangka dulu, Ibu Ketua. Ini adalah hasil duplikasi dengan bantuan MIA. MIA" Setahuku, alat pindai-cetak tri-matra itu sudah rusak.
Ya, begitulah. Namun, aku sempat memperbaikinya dan memindai diari digital mahasiswi ini. Usai aku cetak, MIA rusak lagi.
Buku harian ditaruh di atas meja. Digta lalu tersandar dan menengadah dengan mata terpejam. Tangan kanannya naik dan merasai keningnya yang hangat.
Dua puluh empat jam terakhir..., mengerikan.... Meteor, Bili, Ayu....
Kau harus istirahat, Digta....
Ia membuka mata. Irene tampak mengutak-atik komputer di meja yang sama di sisi kanan.
Ketua juga.... Ia menyahut.
*** Irene hanya tersenyum. Matanya sudah terlanjur terpaku pada monitor yang dipenuhi ikon folder berwarna ungu. Jemarinya cepat mengarahkan kursor pada sebuah ikon. Ia klik dua kali dan berkas-berkas catatan langsung terhampar. Di sinilah ia menyimpan catatan hasil riset, khususnya riset peradaban lima tahun sebelum Perang Dunia Ketiga dan lima tahun sejak perang itu berkobar. Buku harian digital yang telah Digta salin dengan teknik penyalinan struktur atom tadi, memberi inspirasi untuk membongkar berkas-berkas lama.
Total, ada lima belas riset dengan topik berbeda yang terbagi menjadi tiga kelompok riset utama. Tim riset Irene membagi mereka dalam kategori Perang Dunia Ketiga, Masa Koloni, dan Perang Kosmik. Dari riset-riset tersebut, tim di bawah naungan Borneolab berhasil menyusun sebuah cerita, skenario raksasa yang telah mereka sebar di berbagai media.
Namun bagi Irene, riset belum berakhir. Masih banyak misteri yang harus dipecahkan. Masih banyak peninggalan yang harus dibawa kembali.
*** Abad 23. Sudah seratus tahun lebih Bumi hidup dengan mengonsumsi energi terbarukan. Banyak perkebunan sebagai sumber biofuel, banyak kincir air di waduk-waduk dan air terjun, serta banyak kincir angin di daerah terbuka tak subur. Bumi mulai berbenah. Hijau di mana-mana, meski telah terlambat untuk beberapa hal. Musnahnya beratus-ratus ras floura dan fauna, lubang di atmosfir yang terlanjur menganga seperti orang mengantuk, dan batu es di kutub yang tidak bisa dibekukan sediakala semudah layaknya menumpuk salju di lemari es.
Wabah misterius selanjutnya terdeteksi di Amerika Selatan. Wabah yang kini ditangani oleh Departemen Virologi Borneolab merusak kebun-kebun di benua itu, lalu merambat ke Amerika Utara, terbang ke Asia, dan hinggap ke Eropa dan Afrika. Kurang dari satu tahun, produksi biofuel terhenti. Bumi kembali terjerumus pada masa yang dikenal dengan krisis energi, krisis yang sebelumnya pernah dialami planet ini tak lebih dari dua abad sebelumnya.
Wacana untuk menggunakan energi nuklir akhirnya kembali muncul ke permukaan. Namun, seperti yang dapat diduga, penduduk masih enggan menerima. Mereka masih alergi dan takut apabila kekuatan yang didapat dari proyek nuklir tersebut disalahgunakan.
Di bawah tekanan protes, Aliansi Amerika, Timur Raya, dan Eropa yang sedianya akan mengembangkan energi nuklir balik menuding. Telunjuk mereka lentik di depan hidung negara-negara yang menentang keras kebijakan mereka. Mudah bagi negara-negara yang menentang, seperti Indonesia dan tetangga-tetangganya, karena mereka memiliki tambang minyak bumi yang masih dapat berfungsi. Melarang negara-negara lain untuk tidak mengeksploitasi nuklir hanyalah satu dari beberapa strategi untuk mencari keuntungan. Atau, strategi melemahkan lawan.
Kondisi semakin keruh. Entah mengapa, di minggu ini banyak orang yang melempar batu di genangan air yang seperempatnya adalah lumpur. Apakah mereka tidak tahu, jika semakin banyak batu di dalam genangan air, maka airnya akan keruh dan meluap" Satu entri dari buku harian seorang gadis. Ia tercatat sebagai mahasiswi Universitas Indonesia.
Ketika buku harian tersebut ditemukan, Jakarta telah menjadi puing.
*** Jenewa, empat bulan usai Bumi kembali panas. Meja runding yang telah berkali-kali diadakan, tidak pernah menyelesaikan masalah. Begitu pula dengan pertemuan kali ini. Perundingan Jenewa justru sebagai ajang melempar ancaman. GUACCO (Group of Nuclear Acceptor Countries) meminta tanggung jawab dari pihak-pihak yang selama ini menentang kebijakan mereka. GUACCO meminta jatah minyak bumi, batu bara, serta gas alam dari negara-negara yang masih memiliki stok, sebagai syarat utama negara mereka tidak dijatuhi puluhan rudal. Pusat-pusat pertambangan akan menjadi target bombardir, supaya semua pihak di planet ini merasai penderitaan yang sama.
Namun, pihak seberang tidak dapat menyanggupi. Stok yang tersedia cukup terbatas. Belum lagi, ada desakan dari Greenpeace. Orasi mereka meminta pihak berwenang untuk mengusut asal-usul wabah misterius penghancur kebun serta cara menanggulanginya. Telur kini sudah di ujung tanduk.
*** Waktu yang sama, teknologi antariksa sudah bergerak maju. Terdapat setidaknya lima stasiun angkasa besar yang mengorbit Bumi, dan masih sepuluh lagi yang lain, dalam ukuran kurang dari setengahnya. Krisis energi membuat beberapa keluarga kaya menerbangkan sanak keluarga mereka ke atas, memberi bantuan pengembangan stasiun, dan menikmati lancarnya pasokan energi matahari.
Ketika peperangan pecah di bawah, semakin banyak orang yang terbang ke langit. Beberapa adalah keluarga yang memiliki uang sangat banyak, sebagian besar adalah rakyat biasa, baik diterbangkan oleh pemerintah, atau pemberian dari orang-orang kaya yang masih memiliki hati.
Kurang dari satu bulan, negara-negara GUACCO berhasil menundukkan negara-negara yang menentang kebijakan mereka. Mereka juga berhasil menguasai tambang minyak bumi di negara-negara Arab dan Indonesia, lalu meneruskan proyek pembangkit energi nuklir sebagai program jangka panjang. Begitu proyek rampung, mereka meneruskan ekspansi teknologi antariksa. Koalisi GOACCO berhasil membuat stasiun angkasa baru, tak jauh dari kelompok stasiun yang didiami para pengungsi. Pengungsi-pengungsi di sana, kini sudah menikmati hidup ribuan kilometer dari atas tanah dan enggan untuk pulang.
Dua tahun setelah proyek stasiun angkasa koalisi GOACCO rampung, tersiar kabar bahwa terjadi penggabungan pemerintah dari negara-negara GUACCO. Konflik kembali pecah. Arus pengungsi menuju stasiun angkasa kembali terjadi. Pemerintah GUACCO yang baru terbentuk akhirnya melancarkan misi sapu bersih. Sasaran mereka adalah kantungkantung pejuang di negara Arab yang telah ada ratusan tahun, kelompok sporadis di Asia Tenggara, milisi di sejumlah benua, dibantu oleh beberapa armada militer yang desersi. Ratusan juta jiwa menjadi korban akibat diturunkannya Malaikat Maut Angela pada lokasi yang menjadi target. Rudal berhulu ledak nuklir itu mampu menggulung tanah seluas Singapura.
Kian hari, stasiun milik GUACCO semakin besar, serta tidak hanya satu. Total, ada lima stasiun berjejer dengan bentuk menyerupai bangun segitiga terbalik. Label SAPPHIRE terlihat jelas dari salah satu sisi stasiunnya. Dan Masa Koloni, telah dimulai sekarang.
*** Stasiun itu rupa-rupanya pusat pemerintahan yang dinamai Koloni Sapphire. Bumi adalah planet inang dan semua yang ada di sana, harus tunduk di bawah kekuasaan Dewan Tertinggi Koloni. Merasa terancam, pelan-pelan stasiun lain bergeser menjauh, dan membentuk koloni sendiri.
Menurut riset, terdapat lima koloni raksasa selama Masa Koloni. Dua di antaranya adalah Koloni Sapphire dan Koloni Cincin Zeus. Kedua koloni tersebut tidak pernah sepaham, dan terus terlibat pertikaian sepanjang Masa Koloni. Sementara Koloni Sapphire terus memperluas kekuasaan, menyerbu koloni-koloni kecil, menjadikan mereka koloni satelit, Koloni Cincin Zeus mengirimkan pasukan untuk menghambat mereka, menghancurkan instalasi-instalasi militer di koloni satelit, untuk mengembalikan kekuasaan koloni-koloni satelit yang telah dijajah.
*** Selama masa itu, banyak teknologi yang berkembang. Di bidang medis, tim riset Irene dibuat kagum oleh One-stop Medical Serving Toolkit, paket pelayanan medis lengkap dalam satu tempat. Mulai dari pengecekan penyakit dengan alat pindai superdetail, hingga pembedahan tanpa tangan manusia yang menyentuh daging yang tersayat. Semuanya ditangani komputer, dan dokter-dokter ahli hanya duduk di kursi sebagai operator. Penemuan ini kian berharga ketika tim menjumpai teknologi lain bernama HELIX, pembuat model makhluk hidup berdasarkan analisa terhadap informasi genetik seperti DNA dan kromosom. Tidak membuag kesempatan, teknologiteknologi tersebut tengah diadopsi oleh Departemen Medikal Borneolab.
Departemen Alat Berat dan Militer juga turut serta dalam mengadopsi hasil temuan Irene. MIGEN adalah hasil karya tersebut. Diadopsi dari mesin tempur primadona selama Masa Koloni. Bentuk asli MIGEN berasal dari model mesin dinamai generation force. Mesin tersebut berbentuk robot raksasa dengan tinggi sekitar dua puluh dua meter. Seorang juru pandu sebagai pengendara.
Banyak sebutan bagi mesin ini, mulai dari genforce hingga jin. Sebutan terakhir cukup banyak dipakai di mayoritas koloni. Hal ini disebabkan masalah logat untuk melafal istilah gen.
Irene mencatat, sistem jin berkembang dalam tiga versi besar. Dimulai dari HIS, HIM, dan terakhir adalah HER. Mesin dengan sistem HIS (Hyper Injection System) memiliki sistem memori untuk menghapal tindakan pilot jika program HIS diaktifkan. Jika sistem merasa telah merekam delapan puluh persen kemampuan pilot, maka jin bisa aktif sendiri apabila mendeteksi musuh yang mendekat.
Hyper Injection Mechanism serta Hyper Explode Reaction ialah perkembangan lebih lanjut dari HIS. Pada versi HIM, kokpit jin sudah dilengkapi radar hologram. Peta pertempuran tampil di muka pilot secara real-time. Untuk HER, jin telah memiliki banyak bentuk transformasi dan beberapa di antaranya tidak perlu pilot sama sekali. Pada perkembangan sistem HER, Koloni Sapphire benar-benar mengembangkan sayap untuk memperoleh koloni satelit lebih banyak.
Jin adalah satu dari teknologi yang juga diadopsi oleh Departemen Robotika Borneolab. Selain jin, mereka juga mengembangkan teknologi robotika yang telah berkembang sebelum Perang Dunia Ketiga. Ion atau intelligence on net adalah perkembangan teknologi robot lebih lanjut. Ion terbagi menjadi beberapa kategori. Di antaranya adalah ion tempur (ion combat), sebagai robot pengganti prajurit di medan perang. Ion jenis ini tidak berkembang dengan pesat. Jenis lain adalah ion humanir (ion humanear) atau ion yang mendekati manusia. Mereka diprogram dengan bahasa dan dilengkapi algoritma untuk berbuat kesalahan, bahkan melupakan sesuatu. Tak ketinggalan, juga ada ion selfer. Ion ini dibuat untuk membuat ion lain.
Dan terakhir, Departemen Komputika mendapat hadiah sistem komputer tercanggih sejagad raya. Disalin oleh tim riset satu tahun sebelum Perang Kosmik terjadi. Sistem komputasi untuk mainframe itu hampir serupa dengan sistem komputer untuk basis data jagad raya milik Koloni Juran. Beberapa operator ditaruh di dalam ruangan penuh cahaya tanpa barang lain, selain kursi dan meja kecil di tengah-tengah ruang dengan posisi saling membelakangi. Komputer dinyalakan, dan ruangan itu dipenuhi oleh bingkaibingkai hologram. Selain dilengkapi pelacak fokus mata, juga dilengkapi pelacak getaran elektris di udara. Sistem komputer seperti ini membuat proses kerja operator penangan basis data menjadi sangat cepat. Mereka bisa memindah data dengan menyeret ujung jari, bahkan seperti melempar sebuah batu ke direktori tujuan.
*** Sayang, tidak satupun peningkatan teknologi tersebut yang tersisa ketika perang besar berkobar. Koloni Sapphire telah benar-benar geram dengan tindak tanduk dan tingkah polah Koloni Cincin Zeus. Dengan segala kekuatan militer, mereka menyerang. Banyaknya koloni kecil di bawah pengamanan Koloni Cincin Zeus, serta banyaknya pula koloni satelit milik Koloni Sapphire, membuat perang meluber hingga seluruh jagad raya. Delapan miliar penduduk lenyap dalam hitungan kurang dari empat puluh delapan jam. Perang ini dikenal dengan Perang Kosmik oleh penduduk Bumi. Pada saat kejadian, mereka hanya melihat ratusan ribu unit jin melesat ke langit, lalu bola-bola api berjatuhan, dan sebuah benda besar jatuh ke laut salah satu stasiun transit. Setelah guncangan menghilang, ribuan pesawat kecil mendarat di tanah. Mereka berasal dari berbagai penjuru jagad raya dan orang-orang di dalamnya adalah pengungsi dari koloni-koloni yang telah hancur.
Usai Perang Kosmik, Bumi benar-benar mengulang dari awal. Jumlah penduduk yang kurang dari satu setengah miliar, menjadikan banyak tempat kembali sepi dan berhutan. Baru seratus tahun terakhir, Bumi benar-benar mencapai pembangunan yang dibilang modern . Namun, penampilan Bumi pada saat itu tak berbeda jauh dengan penampilan Bumi pada abad 21.
Rindu untuk mengetahui kebudayaan nenek moyang, sejarah-sejarah sebelum Perang Kosmik, serta teknologi-teknologi yang hilang, Irene sebagai staf riset senior Borneolab, membangun mesin waktu untuk mengembalikan mata rantai yang terputus.
EH" Tuk! Auh! Gaya segera menarik kepalanya ke kanan. Ia mengusap-usap keningnya dan kemudian membuka mata. Pada saat itu juga, ia terlihat bingung. Ia tidak lagi berada di lorong rumah sakit, duduk di sebuah kursi kayu yang panjang. Sekarang, sepertinya ia berada di dalam sebuah mobil yang melaju cepat. Ia duduk di kursi belakang di sebelah kiri. Sementara di sebelah kanan, Iris menemaninya sembari memejamkan mata. Mungkin tertidur.
Hei..., hei..., hei...! Gaya menggoyang-goyang tangan kiri Iris.
Eh..." Iris mengangkat sedikit wajahnya dan membuka mata, meski tidak begitu lebar.
Kita di mana..." Gaya segera bertanya, dengan suara pelan.
Di mobil.... Iris kembali menunduk. Matanya kembali terpejam erat.
Di mobil mana" Kita mau ke mana" Gaya semakin kuat mengoyang-goyang tangan kiri Iris. Suaranya yang kini sudah terdengar cukup jelas, membuat pengemudi mobil melirik.
Sebelum terlanjur Gaya histeris pengaruh baru bangun tidur, ia menyahut, Kita akan pulang. Gaya menoleh cepat. Pulang ke mana" Tentu saja ke masa kita berasal, sahut sang
Supir. Gadis yang berada di kursi belakang itu sepertinya masih mengalami proses bangun tidur yang belum sempurna. Setelah pertanyaannya dijawab, giliran ia merasa penasaran dengan sang pengemudi. Ia lepas sabuk pengaman, lalu menjulurkan kepala di antara barisan kursi depan, tepat di atas ruang untuk tuas persneling.
Reno" Gaya terkaget menjumpai seorang rekan satu timnya di Unit Pemburu. Terakhir kali ia berjumpa dengan Reno hampir satu bulan lewat. Setahu Gaya, Reno dan kedua rekannya yang lain dalam Tim 1 masih menjalani perawatan di Pusat Kesehatan DINA. Mereka terluka parah karena harus menghadapi Astro. Sejak kapan kau sembuh" Bagaimana kau bisa ada di sini"
Reno, pemuda yang menyetir, hanya terkekeh. Ia lalu menjawab, Aku sudah sembuh beberapa hari lalu. Aku ada di sini, tentu karena mesin waktu milik Borneolab. Aku baru diterjunkan sekarang untuk membawa kalian pulang.
Kami..." Gaya menoleh ke belakang. Ia mencari seseorang dan tidak menemukannya. Kembali ia menghadap ke depan. Kalau begitu, di mana Alisya" Kau meninggalkannya, ya" Tangannya segera naik ke leher Reno. Ia guncang batang leher pemuda itu sembari dicekik kuat-kuat. Kau meninggalkannya, ya" Alisya sakit keras, Ren! Dia perlu Dokter Karim! Reno menginjak rem dan mobil berhenti mendadak. Andai Gaya sudah tidak berpindah posisi di belakang kursi supir, mungkin ia sudah tersungkur mencium dasbor mobil. Punggung kursi Reno menyelamatkannya.
Alisya sudah pulang lebih dulu.... Dia ikut mobil lain...! jelas Reno. Batang napasnya masih terhimpit. Tolong jangan cekik aku! Aku bisa mati! Aku baru sembuh! Reno pun menggelepar.
Gaya menarik kedua tangannya. Ia sepertinya tidak menyadari seberapa kuat ia mencekik. Leher Reno sampai memerah. Tanpa menyadari hal itu, ia kembali duduk di kursi belakang.
Kau tidak berbohong"
Reno mengurut batang lehernya yang berdenyutdenyut. Buat apa berbohong" Kita ini rombongan terakhir. Itu juga karena gara-gara kau yang susah sekali dibangunkan. Aku jadi terpaksa menggendongmu naik ke mobil!
Gaya kaget. Kau menggendongku"
Reno lagi-lagi terkekeh. Ia kembali memajukan mobil. Itu kesempatan sekali seumur hidup! bangganya, yang kemudian menuai hadiah bogem mentah di ubun-ubun.
Mobil terus meluncur memasuki jalan layang. Mencapai sebuah ruas jalan yang sepi, udara kosong yang ditabrak mobil tiba-tiba berubah bagai sekeping cermin, menelan mobil yang mereka tumpangi, dan menghilang.
** Bersambung ** (KISAH MASA DEPAN)
Creative Commons Attribution-No Derivative Works 3.0 Unported
CREATIVE COMMONS CORPORATION IS NOT A LAW FIRM AND DOES NOT PROVIDE LEGAL SERVICES.
DISTRIBUTION OF THIS LICENSE DOES NOT CREATE AN ATTORNEY-CLIENT RELATIONSHIP. CREATIVE COMMONS PROVIDES THIS INFORMATION ON AN "AS-IS" BASIS. CREATIVE COMMONS MAKES NO WARRANTIES REGARDING THE INFORMATION PROVIDED, AND DISCLAIMS LIABILITY FOR DAMAGES RESULTING FROM ITS USE.
License THE WORK (AS DEFINED BELOW) IS PROVIDED UNDER THE TERMS OF THIS CREATIVE COMMONS PUBLIC LICENSE ("CCPL" OR "LICENSE"). THE WORK IS PROTECTED BY COPYRIGHT AND/OR OTHER APPLICABLE LAW. ANY USE OF THE WORK OTHER THAN AS AUTHORIZED UNDER THIS LICENSE OR COPYRIGHT LAW IS PROHIBITED.
BY EXERCISING ANY RIGHTS TO THE WORK PROVIDED HERE, YOU ACCEPT AND AGREE TO BE BOUND BY THE TERMS OF THIS LICENSE. TO THE EXTENT THIS LICENSE MAY BE CONSIDERED TO BE A CONTRACT, THE LICENSOR GRANTS YOU THE RIGHTS CONTAINED HERE IN CONSIDERATION OF YOUR ACCEPTANCE OF SUCH TERMS AND CONDITIONS.
1. Definitions a. "Adaptation" means a work based upon the Work, or upon the Work and other pre-existing works, such as a translation, adaptation, derivative work, arrangement of music or other alterations of a literary or artistic work, or phonogram or performance and includes cinematographic adaptations or any other form in which the Work may be recast, transformed, or adapted including in any form recognizably derived from the original, except that a work that constitutes a Collection will not be considered an Adaptation for the purpose of this License. For the avoidance of doubt, where the Work is a musical work, performance or phonogram, the synchronization of the Work in timed-relation with a moving image ("synching") will be considered an Adaptation for the purpose of this License. b. "Collection" means a collection of literary or artistic works, such as encyclopedias and anthologies, or performances, phonograms or broadcasts, or other works or subject matter other than works listed in Section 1(f) below, which, by reason of the selection and arrangement of their contents, constitute intellectual creations, in which the Work is included in its entirety in unmodified form along with one or more other contributions, each constituting separate and independent works in themselves, which together are assembled into a collective whole. A work that constitutes a Collection will not be considered an Adaptation (as defined above) for the purposes of this License.
c. "Distribute" means to make available to the public the original and copies of the Work through sale or other transfer of ownership.
d. "Licensor" means the individual, individuals, entity or entities that offer(s) the Work under the terms of this License.
e. "Original Author" means, in the case of a literary or artistic work, the individual, individuals, entity or entities who created the Work or if no individual or entity can be identified, the publisher; and in addition (i) in the case of a performance the actors, singers, musicians, dancers, and other persons who act, sing, deliver, declaim, play in, interpret or otherwise perform literary or artistic works or expressions of folklore; (ii) in the case of a phonogram the producer being the person or legal entity who first fixes the sounds of a performance or other sounds; and, (iii) in the case of broadcasts, the organization that transmits the broadcast.
f. "Work" means the literary and/or artistic work offered under the terms of this License including without limitation any production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression including digital form, such as a book, pamphlet and other writing; a lecture, address, sermon or other work of the same nature; a dramatic or dramatico-musical work; a choreographic work or entertainment in dumb show; a musical composition with or without words; a cinematographic work to which are assimilated works expressed by a process analogous to cinematography; a work of drawing, painting, architecture, sculpture, engraving or lithography; a photographic work to which are assimilated works expressed by a process analogous to photography; a work of applied art; an illustration, map, plan, sketch or threedimensional work relative to geography, topography, architecture or science; a performance; a broadcast; a phonogram; a compilation of data to the extent it is protected as a copyrightable work; or a work performed by a variety or circus performer to the extent it is not otherwise considered a literary or artistic work. g. "You" means an individual or entity exercising rights under this License who has not previously violated the terms of this License with respect to the Work, or who has received express permission from the Licensor to exercise rights under this License despite a previous violation.
h. "Publicly Perform" means to perform public recitations of the Work and to communicate to the public those public recitations, by any means or process, including by wire or wireless means or public digital performances; to make available to the public Works in such a way that members of the public may access these Works from a place and at a place individually chosen by them; to perform the Work to the public by any means or process and the communication to the public of the performances of the Work, including by public digital performance; to broadcast and rebroadcast the Work by any means including signs, sounds or images.
i. "Reproduce" means to make copies of the Work by any means including without limitation by sound or visual recordings and the right of fixation and reproducing fixations of the Work, including storage of a protected performance or phonogram in digital form or other electronic medium. 2. Fair Dealing Rights. Nothing in this License is intended to reduce, limit, or restrict any uses free from copyright or rights arising from limitations or exceptions that are provided for in connection with the copyright protection under copyright law or other applicable laws. 3. License Grant. Subject to the terms and conditions of this License, Licensor hereby grants You a worldwide, royalty-free, non-exclusive, perpetual (for the duration of the applicable copyright) license to exercise the rights in the Work as stated below:
a. to Reproduce the Work, to incorporate the Work into one or more Collections, and to Reproduce the Work as incorporated in the Collections; and, b. to Distribute and Publicly Perform the Work
including as incorporated in Collections. c. For the avoidance of doubt:
i. Non-waivable Compulsory License Schemes. In those jurisdictions in which the right to collect royalties through any statutory or compulsory licensing scheme cannot be waived, the Licensor reserves the exclusive right to collect such royalties for any exercise by You of the rights granted under this License;
ii. Waivable Compulsory License Schemes. In those jurisdictions in which the right to collect royalties through any statutory or compulsory licensing scheme can be waived, the Licensor waives the exclusive right to collect such royalties for any exercise by You of the rights granted under this License; and,
iii. Voluntary License Schemes. The Licensor waives the right to collect royalties, whether individually or, in the event that the Licensor is a member of a collecting society that administers voluntary licensing schemes, via that society, from any exercise by You of the rights granted under this License. The above rights may be exercised in all media and formats whether now known or hereafter devised. The above rights include the right to make such modifications as are technically necessary to exercise the rights in other media and formats, but otherwise you have no rights to make Adaptations. Subject to Section 8(f), all rights not expressly granted by Licensor are hereby reserved. 4. Restrictions. The license granted in Section 3 above is expressly made subject to and limited by the following restrictions:
a. You may Distribute or Publicly Perform the Work only under the terms of this License. You must include a copy of, or the Uniform Resource Identifier (URI) for, this License with every copy of the Work You Distribute or Publicly Perform. You may not offer or impose any terms on the Work that restrict the terms of this License or the ability of the recipient of the Work to exercise the rights granted to that recipient under the terms of the License. You may not sublicense the Work. You must keep intact all notices that refer to this License and to the disclaimer of warranties with every copy of the Work You Distribute or Publicly Perform. When You Distribute or Publicly Perform the Work, You may not impose any effective technological measures on the Work that restrict the ability of a recipient of the Work from You to exercise the rights granted to that recipient under the terms of the License. This Section 4(a) applies to the Work as incorporated in a Collection, but this does not require the Collection apart from the Work itself to be made subject to the terms of this License. If You create a Collection, upon notice from any Licensor You must, to the extent practicable, remove from the Collection any credit as required by Section 4(b), as requested. b. If You Distribute, or Publicly Perform the Work or Collections, You must, unless a request has been made pursuant to Section 4(a), keep intact all copyright notices for the Work and provide, reasonable to the medium or means You are utilizing: (i) the name of the Original Author (or pseudonym, if applicable) if supplied, and/or if the Original Author and/or Licensor designate another party or parties (e.g., a sponsor institute, publishing entity, journal) for attribution ("Attribution Parties") in Licensor's copyright notice, terms of service or by other reasonable means, the name of such party or parties; (ii) the title of the Work if supplied; (iii) to the extent reasonably practicable, the URI, if any, that Licensor specifies to be associated with the Work, unless such URI does not refer to the copyright notice or licensing information for the Work. The credit required by this Section 4(b) may be implemented in any reasonable manner; provided, however, that in the case of a Collection, at a minimum such credit will appear, if a credit for all contributing authors of the Collection appears, then as part of these credits and in a manner at least as prominent as the credits for the other contributing authors. For the avoidance of doubt, You may only use the credit required by this Section for the purpose of attribution in the manner set out above and, by exercising Your rights under this License, You may not implicitly or explicitly assert or imply any connection with, sponsorship or endorsement by the Original Author, Licensor and/or Attribution Parties, as appropriate, of You or Your use of the Work, without the separate, express prior written permission of the Original Author, Licensor and/or Attribution Parties.
c. Except as otherwise agreed in writing by the Licensor or as may be otherwise permitted by applicable law, if You Reproduce, Distribute or Publicly Perform the Work either by itself or as part of any Collections, You must not distort, mutilate, modify or take other derogatory action in relation to the Work which would be prejudicial to the Original Author's honor or reputation. 5. Representations, Warranties and Disclaimer
UNLESS OTHERWISE MUTUALLY AGREED TO BY THE PARTIES IN WRITING, LICENSOR OFFERS THE WORK AS-IS AND MAKES NO REPRESENTATIONS OR WARRANTIES OF ANY KIND CONCERNING THE WORK, EXPRESS, IMPLIED, STATUTORY OR OTHERWISE, INCLUDING, WITHOUT LIMITATION, WARRANTIES OF TITLE, MERCHANTIBILITY, FITNESS FOR A PARTICULAR PURPOSE, NONINFRINGEMENT, OR THE ABSENCE OF LATENT OR OTHER DEFECTS, ACCURACY, OR THE PRESENCE OF ABSENCE OF ERRORS, WHETHER OR NOT DISCOVERABLE. SOME JURISDICTIONS DO NOT ALLOW THE EXCLUSION OF IMPLIED WARRANTIES, SO SUCH EXCLUSION MAY NOT APPLY TO YOU.
6. Limitation on Liability. EXCEPT TO THE EXTENT REQUIRED BY APPLICABLE LAW, IN NO EVENT WILL LICENSOR BE LIABLE TO YOU ON ANY LEGAL THEORY FOR ANY SPECIAL, INCIDENTAL, CONSEQUENTIAL, PUNITIVE OR EXEMPLARY DAMAGES ARISING OUT OF THIS LICENSE OR THE USE OF THE WORK, EVEN IF LICENSOR HAS BEEN ADVISED OF THE POSSIBILITY OF SUCH DAMAGES. 7. Termination
a. This License and the rights granted hereunder will terminate automatically upon any breach by You of the terms of this License. Individuals or entities who have received Collections from You under this License, however, will not have their licenses terminated provided such individuals or entities remain in full compliance with those licenses. Sections 1, 2, 5, 6, 7, and 8 will survive any termination of this License.
b. Subject to the above terms and conditions, the license granted here is perpetual (for the duration of the applicable copyright in the Work). Notwithstanding the above, Licensor reserves the right to release the Work under different license terms or to stop distributing the Work at any time; provided, however that any such election will not serve to withdraw this License (or any other license that has been, or is required to be, granted under the terms of this License), and this License will continue in full force and effect unless terminated as stated above.
8. Miscellaneous a. Each time You Distribute or Publicly Perform the Work or a Collection, the Licensor offers to the recipient a license to the Work on the same terms and conditions as the license granted to You under this License.
b. If any provision of this License is invalid or unenforceable under applicable law, it shall not affect the validity or enforceability of the remainder of the terms of this License, and without further action by the parties to this agreement, such provision shall be reformed to the minimum extent necessary to make such provision valid and enforceable.
c. No term or provision of this License shall be deemed waived and no breach consented to unless such waiver or consent shall be in writing and signed by the party to be charged with such waiver or consent.
d. This License constitutes the entire agreement between the parties with respect to the Work licensed here. There are no understandings, agreements or representations with respect to the Work not specified here. Licensor shall not be bound by any additional provisions that may appear in any communication from You. This License may not be modified without the mutual written agreement of the Licensor and You. e. The rights granted under, and the subject matter referenced, in this License were drafted utilizing the terminology of the Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (as amended on September 28, 1979), the Rome Convention of 1961, the WIPO Copyright Treaty of 1996, the WIPO Performances and Phonograms Treaty of 1996 and the Universal Copyright Convention (as revised on July 24, 1971). These rights and subject matter take effect in the relevant jurisdiction in which the License terms are sought to be enforced according to the corresponding provisions of the implementation of those treaty provisions in the applicable national law. If the standard suite of rights granted under applicable copyright law includes additional rights not granted under this License, such additional rights are deemed to be included in the License; this License is not intended to restrict the license of any rights under applicable law.
Creative Commons Notice Creative Commons is not a party to this License, and makes no warranty whatsoever in connection with the Work. Creative Commons will not be liable to You or any party on any legal theory for any damages whatsoever, including without limitation any general, special, incidental or consequential damages arising in connection to this license. Notwithstanding the foregoing two (2) sentences, if Creative Commons has expressly identified itself as the Licensor hereunder, it shall have all rights and obligations of Licensor.
Except for the limited purpose of indicating to the public that the Work is licensed under the CCPL, Creative Commons does not authorize the use by either party of the trademark "Creative Commons" or any related trademark or logo of Creative Commons without the prior written consent of Creative Commons. Any permitted use will be in compliance with Creative Commons' then-current trademark usage guidelines, as may be published on its website or otherwise made available upon request from time to time. For the avoidance of doubt, this trademark restriction does not form part of this License.
Creative Commons may be contacted at http://creativecommons.org/.
Tentang Penulis Dirgita adalah nama pena dari Citra Paska. Hampir semua kegiatannya adalah menulis. Mulai dari menulis cerpen, novel, hingga terjemahan program-program bebas terbuka (free and open source software).
Fiksi ilmiah dan laga adalah genre cerita yang paling sering dikembangkan oleh Dirgita. Sementara tema yang paling sering diangkat, tidak begitu jauh dari isu kemanusiaan. Informasi lebih lanjut mengenai Dirgita bisa dijumpai di beberapa tempat berikut.
" YM: dirgitadevina
" WP: http://dirgita.wordpress.com.
" MP: http://dirgita.multiply.com.
" FB: http://facebook.com/dirgita.
" TW: http://twitter.com/dirgita. " K.com: http://kemudian.com/users/dirgita.
Pendekar Mata Keranjang 5 Pendekar Perisai Naga 6 Pemanah Sakti Bertangan Seribu Siluman Goa Tengkorak 3