Pencarian

Bulan Dan Bintang 2

Bulan Dan Bintang Karya Thelapislazuli Bagian 2


"Kamu kalau lagi malu, lucu gitu mukanya." Radith memuji dan membuat Neona mendengus serta menengguk air mineralnya dengan segera. Berharap hawa panasnya
segera hilang." "Kamu kok malah ikutan ngeledekin Neona sih Dith, kasian pipinya sampai merah gitu kok." Bunda merangkul Neona dengan penuh kasih sayang. Entah mengapa
sejak bertemu dengan Neona, Bunda melupakan keinginannya yang mustahil untuk memiliki seorang anak perempuan dan kini ia berharap Neona adalah jawaban
atas keinginannya. "Semoga Neona lah yang menjadi anak menantuku ya Allah." Doa Bunda dalam hati."
Keakraban mereka terbangun dengan sangat baik. Neona bahkan merasa bukan menjadi orang asing diantara keluarga Reno. Ia ikut tertawa mendengar Bunda dan
Reno yang sering berdebat dengan gayanya masing-masing. Hingga akhirnya sebuah pengumuman terdengar dari pengeras suara. Waktu penetapan siapa perwakilan
sekolah." Bunda dan Reno segera mendekati papan yang dimaksudkan pengumuman dari pengeras suara itu. Radith dan Neona mengikuti dari belakang dengan wajah yang tidak
kalah tegangnya. Saat mendekat ke papan, Reno sudah meremas tangan Bunda. Bahkan yang berani membaca pengumuman adalah Bunda. Banyak suara kekecewaan yang
terdengar dari setiap siswa yang berdiri di papan tersebut.
Selamat kepada : Clarissa Aurora Pradipta"
Langit Moreno Trisdiantoro
Yang terpilih mewakili sekolah untuk seleksi olimpiade tingkat Kota cabang mata pelajaran Matematika. Info pelatihan sekolah akan diberikan setelah ini.
Harap menghubungi Pak Ali. Koordinator Matematika.
"Renooooo selamat sayangkuu!!!! Kamu membanggakan Bunda!" Bunda berteriak, membuat Reno kaget dan memeluk bundanya dengan erat."
Reno menangis terharu dalam pelukkan Bunda. Bahkan ia lupa bahwa tadi pagi ia merasa malu dan kesal diantar oleh Bunda dan kakaknya. Melihat adegan berpelukkan
antara Reno dan Bunda, Radith dan Neona pun ikut memastikan apa yang terjadi. Mereka kaget dan saling tatap. Tanpa sadar, Neona memeluk Radith karena murid
spesialnya itu berhasil lolos menjadi perwakilan sekolah di olimpiade cabang matematika."
Neona merasa berhasil membantu murid yang kata Pak Dedi terancam tidak naik kelas karena matematika. Radith kaget dengan pelukkan erat dan dadakan dari
Neona. Namun ia bahagia dengan momen-momen seperti ini. Entah bagaimanapun, seleksi Reno hari ini, membuat Neona tampak membuka kesempatan lebih pada dirinya
untuk mendekat. Setelah saling menggenggam erat, kini mereka berpelukkan. Neona mungkin tak sadar, ini lingkungan sekolah. Banyak murid yang melihatnya.
Tapi apa peduli Radith dengan itu, yang penting Neona masih memeluknya dan membagikan kebahagiaan dan senyum yang sangat manis menurutnya."1
"Eheem" siapa yang lolos siapa yang dipeluk." Reno dan Bunda ternyata sudah sejak tadi selesai dengan selebrasi mereka dan kini asyik menyaksikan pemandangan
romantis yang terjadi antara Neona dan Radith. Mendengar perkataan Reno, Neona baru sadar, ia memeluk pria yang seharusnya ia hindari. Jantungnya berdetak
lebih cepat, pipinya kembali memanas. Entah sudah berapa kali pipinya terasa terbakar.
"Maaf Mas?" Neona melepaskan pelukan, mengalihkan pandangan. Ia malu."
"Heey,, ngga apa-apa kok. Selamat ya Na! Kamu hebat juga." Radith memandang wajah Neona yang sudah merah padam. Dalam hatinya mengutuk kelakuan adiknya.
Apakah Reno tidak tahu, itu adalah bagian terbaik dalam hidup seorang Radith?"
Bunda dapat melihat dengan jelas bahwa putra sulungnya menatap Neona dengan tatapan penuh cinta. Bahkan sejak awal mereka bertemu di rumahnya dulu. Meski
Neona belum memperlihatkan dengan jelas, namun Bunda yakin, Neona hanya butuh diyakinkan. Bunda sudah setuju dengan permintaan Radith membantunya dan ia
memutuskan untuk mengambil bagian dalam proses peyakinan hati Neona terhadap Radith. Apalagi Neona telah banyak membawa kebahagiaan bagi dirinya dengan
membuat putra bungsunya mendapatkan prestasi yang luar biasa ini."
Kini Radith, Reno, Bunda dan Neona sedang dalam perjalanan menuju restoran favorit Reno. Ini permintaan Reno, sebagai perayaan keberhasilan katanya. Neona
kembali duduk di samping Radith karena ulang Reno. Padahal sejak insiden pelukkan itu, Neona belum berani menatap Radith lama-lama. Hatinya masih senang
berdisko ria. Neona takut, Radith bisa mendengarnya. Radith sendiri memperhatikan Neona dengan senang. Ekspresi malu yang ditunjukkan Neona menjelaskan
bahwa Neona berbeda dengan wanita yang banyak tak tahu malu saat ingin mendekati dan menggoda Radith."
"Duuuh" aroma cinta banget ya Bun di mobil ini." Reno menceletuk dan dibalas dengan suara tawa dari Bunda. Murid special ini semakin tengil rupanya. Neona
tampak menghela nafas sedangkan Radith mengulum senyumnya."
"Bun, suruh Mang Darman jemput kita aja deh nanti. Jadi kita ganti mobil. Kasian ini yang mau mesra-mesraan pasti keganggu sama kita." Reno masih setia
menggoda sang guru dan kakaknya."
Dalam hatinya ia ingin meminta maaf karena bukannya mengucapkan terima kasih pada Neona, malah terus meledekknya. Bagi Reno, memberikan kesempatan Neona
mengenal Radith dan keluarganya adalah kado terbaik darinya untuk sang guru. Reno memang berbeda usia jauh dari Radith, tapi Reno sering ikut menilai wanita-wanita
yang dulu sempat mengejar kakaknya. Kali ini Reno sangat setuju, bahwa Neona kelak menjadi kakak iparnya."
"Ren, kamu kenapa gangguin Neona mulu sih" Kasian itu. Bukannya terima kasih sudah dibimbing sampai lolos tahap sekolah?" Bunda mencairkan suasana hati.
Neona dalam hati bersyukur karena ada malaikat di antara dua iblis ganteng ini."
"Bukannya ngga terima kasih Bunda.. ini soal lain kok. Lagian Mas Radithnya pasif sih. Jadi ya Reno aja yang godain Bu Neona. Katanya mau deket sama Bu
Neona kayak Reno" Katanya iri kalau Reno dapat perhatian Bu Neona" Makanya caper kayak Reno hahaha" Reno membocorkan rahasia Radith."2
Bukan hanya Neona yang merah padam. Kali ini Radith tampak kehabisan kata-kata dan oksigen. Ia tak berani melihat Neona yang kini terlihat minta penjelasan.
Bunda tertawa mendengar keterangan Reno. Dalam hati, Bunda berpikir bahwa Reno akan menjadi tim yang baik untuk mendekatkan putra sulung dengan menantu
idamannya ini. Bunda tidak tega dengan wajah Neona yang semakin merah, maka dengan segera Bunda mengalihkan pembicaraan hingga mereka menyelesaikan rencana
hari itu." "BAB 10 "Boleh duduk di sini?" suara wanita dengan penekanan dan bernada sinis terdengar di tengah suasana kantin guru yang lumayan ramai."1
Neona yang sedang menikmati ketupat sayurnya pun, mendongakkan kepala melihat siapa yang meminta izinnya tadi."
"Oh silahkan Mba Sandra.. Tumben makan di kantin Mba?" Neona berbasa-basi. Sebagai junior, tentu hal itu harus dilakukan bukan?"3
"Mau makan bareng kamu aja. Lagian sudah mau setahun, kayaknya kita belum akrab yaa. Kamu akrabnya sama Yolly doang sih ya." Ucapan itu bermakna lain di
dalam pikiran Neona. Bukan rahasia lagi, wanita cantik di depannya ini sudah "mengejar Yolly jauh sebelum Neona datang ke sekolah itu. Sejak jalan bareng
yang berujung kepergok Reno, Neona memang menjaga jarak pada Yolly."
"Saya akrab sama semuanya kok Mba, kalau Kak Yolly itu karena dia senior waktu zaman kuliah." Sandra menghentikan sendokkanya lantas memandang ke arah
Neona dengan tatapan penuh saingan.2
"Saya dulu se kampus sama Yolly juga. Berarti kan saya senior kamu juga. Kok kamu ngga akrab dengan saya" Kamu malah harusnya kenal saya, saya dulu sekertaris
BEM Fakultas MIPA." Nafsu makan Neona luntur saat itu juga."4
Ingat alasan mengapa Neona ingin pria sederhana yang tak usah tampan" Karena Neona malas berdebat dan seakan merebutkan perhatian satu pria seperti saat
ini. Sejak awal, ia ragu dengan perasaannya pada Yolly. Meski Yolly tidak sekaya Radith, tetap saja, Yolly adalah pria idaman kaum hawa. Entah mengapa
Neona justru kini berpikir, jika Yolly saja punya fans seagresif Sandra, bagaimana dengan Radith?"
"Maaf Mba, soalnya dulu saya sama Kak Yolly di kepanitiaan bareng, jadi kenal." Neona harus menahan emosi. Dimanapun ia tahu, junior akan selalu salah."
"Well, ngga peduli sih sebenarnya. Cuma kamu harus tahu, Yolly itu dijodohkan dengan saya sebenarnya. Jadi ya, saya bilang aja untuk atur jarak ya dan
tahu diri ya." Sandra meletakkan garpunya lantas meminta izin untuk duluan, dengan alasan ada kelas."2
Neona terdiam. Tunggu apa tadi" Dijodohkan" Mengapa dia tidak tahu" Jadi pria sederhana seperti Yolly juga mengalami kasus perjodohan" Atau memang sekarang
kasus perjodohan itu sudah punya semua kalangan" Lagipula, mengapa dijodohkan dengan seorang Sandra Aurelia Wijaya" Neona tiba-tiba merasa sedih. Benarkah
Yolly dijodohkan" Yolly memilih Sandra kah" Setidaknya itu yang harus ia pastikan."
***** "Jadi seleksi tingkat kota akan dilaksanakan dalam 1 bulan lagi. Saya berharap kalian berdua bisa bekerja sama dan serius melakukan pelatihan." Suara Pak
Ali mengisi ruangan yang hanya terisi oleh Clarissa, Reno, Neona dan Pak Leon. Neona baru tahu, jika Clarissa adalah murid privat Pak Leon sejak kelas
1. Tak heran, murid manis ini jago dalam matematika."2
"Saya tahu, Moreno murid privat Bu Neona dan Clarissa murid privat Pak Leon, tapi Saya tidak mengharapkan persaingan diantara kalian. Saya justru berharap
kalian terus mewakili sekolah hingga tahap nasional. Kalian mengerti?" Semua mengangguk setuju. Karena keadaannya seperti ini, pelatihan yang awalnya diprogram
sekolah diubah menjadi pelatihan intensif yang diserahkan pada coachnya masing-masing. Reno menjadi tanggung jawab Neona, begitupun Clarissa menjadi tanggung
jawab Leon. Itu berarti, pertemuan Neona dengan Reno akan menjadi 3x dalam sepekan di rumahnya. Ini pertanda baikkah untuk jantung Neona" 3x dalam sepekan
bertemu dengan Radith?"
Neona membayangkan apa yang akan terjadi jika selama sebulan, dalam sepekan 3x harus bertemu dengan Radith. Mendengar godaan dari Reno si murid special
nan tengilnya itu dan belum lagi kelakuan Radith yang suka membuat dirinya kikuk dan canggung. Semoga semua tak seburuk yang ia bayangkan. Neona hanya
ingin membuktikan dirinya adalah guru matematika terbaik di sekolah itu."
Sebenarnya, kesibukkkannya mengurus Reno ini, membuat Neona lupa dengan perkataan Sandra tentang perjodohannya dengan Yolly. Neona memang belum mengkonfirmasi
dengan Yolly kabar itu. Meski dua hari yang lalu ia melihat Sandra pulang bersama dengan Yolly dan hari ini ia melihat Sandra dan Yolly makan siang bersama.
Ah, kalau memang Yolly sudah dijodohkan, jelas Neona akan mundur teratur. Lagian, Yolly memang tidak pernah menunjukkan hal yang serius, hanya sekedar
lempar kode sembunyi hati.
Neona memutuskan untuk menjauhi Yolly dan fokus pada keberhasilan Reno. Bagaimana pun ini akan menjadi bahan pertimbangan prestasi mengajarnya, bukan"
"BAB 11 "Bunda seneng banget deh, Neona semakin sering ke rumah. Kalau bisa malah tinggal di sini." Bunda tertawa dengan riang yang membuat Neona memalingkan pandangannya.
Ia jadi mengintepretasikan perkataan Bunda dengan hal yang membuat dirinya malu. Kenapa keluarga ini senang sekali menggodanya, sih" Semua sama, kecuali
Ayah yang jarang terlihat. Pembisnis memang sibukkan?"1
"Semoga Reno tidak bosen ya Bunda, Neona selalu datang dan menjejali dengan soal matematika selama 1 bulan penuh." Neona tersenyum menanggapi Bunda.
"Saya ngga akan bosen kok Bu, apalagi itu pahala buat saya karena bisa bikin Mas Radith bahagia." Mulai lagi ketengilannya. Astaga ini baru pertemuan pertama
dari total 12 pertemuan yang akan mereka jalani dalam persiapan ini."
"Yasudah kalian mulai belajar, Bunda mau nonton televisi dulu yaa. Sudah Radith ke kamar atau kemana kek, jangan gangguin adiknya." Bunda meninggalkan
anak-anaknya dan Neona di ruang keluarga.
"Kalau Radith di sini memangnya kenapa Bund?" Neona tampak mulai curiga dengan pertanyaan Radith."1
"Loh iya juga, Reno kan ngga digangguin, jadi ngga apa-apa Mas Radith di sini." Reno mendukung pertanyaan kakaknya. Radith tampak bahagia.
"Tuh Reno ngga keberatan, lagian Radith cuma mau baca buku, jadi ngga berisik. Cuma bosen kalau baca bukunya di kamar." Radith tampak kompak dengan adiknya.
Ujian buat Neona apalagi ini Tuhan.."
"Ya sudah, Bunda pokoknya mau nonton. Selamat berlatih Renoo!" Bunda melangkah tergesa ke arah ruang televisi yang berbeda dengan ruang keluarga yang kini
diisi oleh Reno yang sedang serius mengerjakan soal dari Neona, Neona sedang mencari dan memilah soal, sedangkan Radith mencuri pandang ke arah Neona.
Buku yang ia bawa, hanyalah kedok. Ia tahu bahwa Neona tahu kalau dirinya diperhatikan. Itu terlihat dari kikuknya Neona saat membuka buku dan berkali-kali
menjatuhkan pulpen."
"Bu, saya sudah selesai. Lagian soal seperti ini sudah di luar kepala." Reno mengambil keripik di depannya."
"Jangan sombong Reno. Coba lihat, jenis soal seperti ini, kalau kamu tidak hati-hati bisa salah. Coba kamu kerjain soal yang ini sekarang." Neona memberikan
soal lainnya. Memang muridnya ini sebenarnya cerdas, namun sifat menyepelekkannya harus dibunuh.
"Bu, daritadi pulpennya jatuh mulu, ganggu konsentrasi Reno loh ini." Neona yang sadar dengan kekikukkan yang disebabkan lirikan dan senyum Radith di sebelah
sana pun harus memutar otak."
"Kamu, baru denger pulpen jatuh aja keganggu. Suasana seleksi OSN itu bisa diluar kuasa kita loh Ren. Meski sudah dibuat setenang mungkin, gangguan kecil
bisa aja terjadi. bahkan peserta lain juga bisa ganggu kamu." Reno mengerti tentang soal itu, meski ia tahu itu alasan lain untuk menutupi kegugupan Neona
atas tatapan Radith."
Lirikan mata Radith semakin intens kepada Neona, Neona semakin kikuk dan kesal dengan kelakuan kakak dari muridnya ini. Mengapa dirinya selalu merasa tersiksa
jika berada di antara dua iblis berwajah tampan ini."
"Bu, Buu.. ini tuh x nya di kali ke sini, terus di kuadratin ya.." Reno menginterupsi lamunan Neona
"Hah gimana Mas?" Baik Reno maupun Neona terkaget."
"Bu, saya Reno yang dipanggil Mas di sana" Lagian kami kan ngga kembar, kok jadi salah panggil gitu" Pikiran Ibu ke Mas Radith ya?" Reno tersenyum jahil,
Neona menghela nafas."1
"Kamu kalau godain Ibu, Ibu pulang yaaa.." Neona merasa muridnya ini sukses membuat dirinya malu. Maka nada ketusnya harus ia keluarkan untuk menggertak
sang murid yang super tengil ini."
"Ih Ibu, waktu saya oon aja, Ibu sabar banget dan ngga pernah nyerah sampe mau pulang. Ini kenapa mau pulang" Oh karena Mas Radith yaaa?" Reno dengan semua
ketengilannya sukses membuat Neona harus mengelus dadanya. Ia tak mau darah tinggi hanya karena melatih Reno selama 12 kali. Kadang ia berkeinginan, Reno
kembali bodoh, sehingga yang terjadi adalah kefokusan untuk mempelajari materi bukan seperti ini."
Mendengar namanya dipanggil, Radith meletakkan buku yang sejak tadi tidak dibacanya, ia mendekat ke arah adik dan Neona."
"Apa nih nama Mas dipanggil-panggil?" Neona menoleh ke arah datangnya Radith. Iya berharap Reno tidak memberitahu kakaknya ini."
"Itu, Bu Neona mau pulang. Padahal Reno cuma nanya, terus Bu Neona salah manggil Reno dengan nama Mas, eh pas aku protes malah ngancem pulang." Doa Neona
tidak dikabulkan. Radith tersenyum bangga, ternyata intimidasinya berhasil, lihat kini wajah Neona merah padam. Meski Neona berusaha menutupi tapi itu
tidak mungkin." "Bu, Reno mau kamar mandi dulu yaaa" Sebentar kok." Neona mengangguk pasrah dengan kelakuan Reno yang semakin menjadi-jadi. Tunggu dengan anggukkannya
itu, membuat Neona kini hanya berdua dengan Radith, kan"
"Mas kenapa senyum-senyum terus sih?" Neona memprotes kelakuan kakak dari muridnya yang sebenarnya sama saja."
"Ngga apa-apa, cuma ngerasa bahagia aja. Jadi gini rasanya dipikirin sama orang. Sampai orangnya salah manggil orang lain. Akhirnya dipikiran kamu ngga
cuma Reno, ternyata ada akunya." Radith menatap dalam dan lembut ke arah Neona dan memberikan senyum manis. Neona sudah mati kutu. Wajah tampan dengan
pandangan meneduhkan justru membuat Neona melemas."
"Omongan Reno jangan dipikirin serius Mas." Neona melawan rasa tak kuasa dalam dirinya atas tatapan Radith.
"Kenapa memangnya" Kalau itu bikin aku seneng, ngga salah kan" Kamu jangan malu gitu dong. Makasih ya Na, sudah mengizinkan aku ada di kepalamu. Setelahnya
izinkan aku menetap di sana ya?" Tangan Radith mengusap rambut Neona yang membuat Reno menunda langkahan kakinya. Ia senang dengan kemajuan kakak dan tanggapan
gurunya. Meski perlahan, ia yakin gurunya akan luluh pada Radith."
"Bab 12 Sejak Reno harus mengikuti pelatihan intensif, Neona kini harus berada di rumah Reno tiga kali sepekan. Awalnya Neona menawarkan sekolah sebagai alternative
tempat belajar, namun sudah pasti ditolak mentah-mentah. Katanya belajar di rumah lebih kondusif. Neona setuju dengan perkataan itu, hingga hari ini terjadi.
Reno mengajaknya latihan di caf" salah satu mall. Katanya mencari suasana pelatihan yang baru. Reno selalu punya alasan yang tidak bisa dibantahkan, karena
selalu ada Radith dan Bunda yang mendukungnya.
Ini baru pekan pertama pelatihan Reno, namun mengapa semuanya terasa sulit bagi Neona. Bukan sulit karena harus melatih Reno, namun sulit untuk menghadapi
kekompakkan kakak beradik yang ternyata sama-sama senang membuat hati Neona berdegup kencang dan malu dengan candaan dan godaannya.
"Loh kamu kok bawa mobil sendiri sih Ren?" suara Bunda menginterupsi lamunan Neona.
"Reno nanti mau jalan sama Nadhira setelah pelatihan, Bun. Jadi beda mobil sama Mas Radith." Reno menjawab dengan santai. Kini Reno sudah benar-benar memiliki
SIM A dan dengan bebas membawa mobil sendiri.
"Yuk, jalan!" Sosok Radith keluar dengan tidak kalah tampan dari sang adik. Jujur, kini Neona merasa berada di tengah dua malaikat surge yang rupawan.
Pantas saja banyak murid perempuan yang iri padanya. Bisa bersama dua kakak beradik ini. Sebenarnya Neona curiga, jika memang Reno mau melakukan pelatihan
di caf", mengapa Radith ikut" Dengan alasan mengantar Neona, cukup bisa dipercayakah"
Setelah berpamitan pada Bunda dan Ayah, mereka kini sudah sampai pada caf" yang ditunjuk Reno. Tempatnya memang enak untuk belajar. Reno dan Neona sudah
sibuk berdiskusi dan berlatih. Radith izin pergi entah kemana. Neona bersyukur karena ia tidak harus menjadi kikuk dengan keberadaan Radith. Dirinya sebenarnya
bingung, mengapa tubuhnya sering berkhianat pada otaknya. Jelas ia menetapkan Radith adalah pria pertama yang akan ia jauhi, namun pesona Radith terlalu
kuat untuk diabaikan. "Bu, buku latihan yang ini sudah saya kerjain semua. Nanti saya beli buku lagi deh yaa.. lama-lama bosen juga Bu, kalau sudah bisa." Reno menunjukkan semua
hasil pekerjaannya. 1 "Kamu jangan sombong Ren, seorang olimpian sejati itu ngga akan jumawa sama ilmunya. Bisa saja ngga cukup, kamu harus tangguh dan bermental pemenang. Jaga
emosi dan kesehatan." Neona tidak bosen mengingatkan muridnya ini untuk tetap fokus dan konsentrasi. Ia tahu, bahwa godaan seseorang yang sudah merasa
bisa adalah sombong dan itu berakibat pada kelengahan dan ketidak telitian. Fatal bukan"
"Bu, jam latihan sudah selesai. Nah itu dia Mas Radith juga sudah balik. Saya nunggu Nadhira. Ibu balik sama Mas Radith saja yaa.." Neona mengangguk pasrah.
Bilang tidak pun, Radith sudah di depannya. Ini sabtu siang, sebenarnya Neona mau pergi ke toko buku dan mengunjungi kedai es krim favoritnya.
"Mas, Reno cabut dulu yaa, Nadhira sudah mau sampe soalnya. Jaga Bu Neona baik-baik yaaa!! Bu, saya duluan. Terima kasih buat pelatihannya hari ini." Reno
meninggalkan Neona yang kini berhadapan dengan Radith.
"So, kita mau kemana" Ngga mungkin pulangkan?" Radith bertanya seakan memberikan pilihan padahal ia ingin menikmati waktu berdua dengan Neona.
"Aku mau ke toko buku sebenarnya. Jadi kalau Mas Radith ada acara, nanti aku naik ojek on-line aja deh." Neona tampak tahu strategi dan siasat kakak dari
muridnya ini. "Aku temenin ya, Na. Lagian kamu kenapa sih seneng banget naik motor abang ojek on-line?""Padahal ada aku yang lebih ganteng dan wangi." Radith pura-pura
cemberut dan Neona hanya tertawa kecil mendengar perkataan Radith yang sebenarnya berisikan fakta itu. 1
"Tuh kan ninggalin. Jalannya sampingan kenapa sih?" Radith menjajarkan langkah pada perempuan di sampingnya. Radith berkali-kali melihat ke arah tangan
Neona yang bebas bergerak. Rasanya ia ingin menggenggam erat dan menunjukkan pada dunia, bahwa inilah wanita yang membuat dunianya jungkir balik. Ia ingin
membuat Neona tertawa bahagia hari ini dan itu semua karena dirinya.
Pergi ke toko buku, ternyata Neona membeli beberapa buku untuk bahan ajar, membeli beberapa buku novel dan perlengkapan ATK. Setelah puas dari toko buku,
Radith mengajak Neona makan siang.
"Akhirnya kita bisa makan siang berdua, setelah sarapan berdua. Makasih ya, Na." Radith memecahkan keheningan di antara mereka.
"Loh kok Mas yang makasih" Kan yang traktir Mas Radith?" Neona merasa tak enak dengan Radith. Bahkan sejak ia di toko buku, Radith sudah berkali-kali menawari
untuk membayarkannya, untungnya Neona berhasil menolak.
"Makasih sudah mau makan bareng aku. Maaf juga yaa, kemarin-kemarin kelakuan Reno bikin kamu kesel. Aku juga deh, bikin kamu jadi malu gitu yaa." Radith
tersenyum dengan manisnya. Jantung Neona mulai melakukan ancang-ancang untuk berdegup dengan kencang. Ia netralisir dengan segera meminum air mineral yang
ada di mejanya. "Ya, Reno memang murid tengil tapi ajaib dan cerdas. Namanya juga masih remaja. Aku ngga apa-apa kok." Jelas Neona bohong. Gara-gara kelakuan Reno dan
Radith, ia akhir-akhir mengalami gejala serangan jantung.
"Na, kalau boleh nanya, kamu kenapa mau jadi guru dan kenapa harus matematika?" Radith merasa ini adalah waktu yang tepat mengenal Neona lebih dalam.
"Hemm.. jadi guru itu banyak pahalanya Mas. Selain tidak melupakan ilmu, ya, pahalanya juga ngalir terus bukan" Lagipula, aku mau berkarya terus meski
nantinya sudah menikah. Jadi guru kan ngga menjadikan aku wanita karier yang sibuk dan melupakan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu. Kenapa matematika"
Hem, aku suka berhitung dan berlogika. Matematika tuh kayak kehidupan Mas. Segala sesuatu punya satu jawaban benar atas sebuah masalah, meski cara mendapatkannya
banyak. Ada jalan paling lambat hingga paling cepat. Semua itu pilihan, yang penting untuk satu jawaban yang paling tepat." Neona merasa senang jika ada
orang yang menanyakan alasan mengapa dirinya menjadi seorang guru."
Di saat wanita seusianya pasti sedang membangun karir di kantor bergedung tinggi di kawasan ibu kota. Radith yang mendengar jawaban Neona pun semakin kagum.
Jelas wanita di depannya adalah wanita yang berbeda. 'Ayolah Na, aku saja bisa melihat kalau kamu itu beda, masa kamu tidak bisa melihat kalau aku ini
beda dari pria lain"' Tanya Radith dalam hati.
"Kalau Mas sendiri, kenapa ngga ngurus perusahaan Ayah?" Neona merasa harus melakukan komunikasi dua arah. Karena tadi Radith sudah menanyakan alasan profesinya,
mengapa tidak Neona menanyakannya balik.
"Pasti cerita dari Lendra ya" Well, setelah selesai kuliah di Amerika, tadinya aku mau bantu Ayah. Tapi jiwa bisnisku justru bikin aku memilih bisnis bengkel
dan showroom mobil. Ayah setuju, jadilah aku mandiri dengan bangun bisnis itu sendiri. Awalnya susah sih, cuma ya, so far semua jalan dengan baik." Radith
senang, Neona mau bertanya tentang dirinya.
Neona mengangguk. Di dalam kepalanya, ia membayangkan, betapa banyak wanita yang rela menghamba di depan Radith, untuk bersanding dengan pria ini, mengingat
bisnis yang dimiliki Radith, sudah bisa diprediksikan berapa penghasilannya. Ia mendengar dari Lendra bahwa bengkel dan showroom yang dimiliki Radith ini
cukup besar dan terkenal. Sebenarnya Neona heran, dari semua spekulasinya mengenai jumlah wanita yang jadi fans Radith, ia tak pernah menemukan satu nama
pun. Bahkan Radith mengatakan dia tak punya pacar sama sekali dari dulu" Mungkinkah" 1
"Eheemmm.. Na. Boleh nanya lagi ngga?" Radith merasa Neona sedang menenggelamkan diri dalam pemikirannya yang entah apalah itu.
"Boleh Mas, kan daritadi kita memang lagi tanya jawab." Neona mengundang tawa Radith yang membuat kesehatan jantungnya terganggu. Tawa itu membuat hati
Neona berdesir. "Hmm.. sorry kalau lancang. Tapi mau nanya sih, kamu lagi deket sama seseorang ngga" Kayak teman deket atau pacar mungkin?" Neona hampir tersedak. Namun
untungnya ia mengontrol dirinya dengan baik. Pertanyaan ini mengarah ke sana lagi.
"Kalau dekat ada. Cuma sepertinya kita tidak bisa lebih dari teman. Dia sudah dijodohkan." Radith tersenyum puas. Akhirnya dirinya menang sebelum berangkat
perang. "Ooh.. dijodohin. Tapi dianya suka dengan perjodohan itu" Maksudnya dia milih wanita yang dijodohin itu?" Radith bertanya antusias. Neona tampak berpikir
dan menilai seperti apa Yolly terhadap Sandra.
"Sepertinya demikian Mas. Lagian, kalau memang dia punya rasa yang sama dengan aku, sudah pasti dia milih aku dan akan mengajak aku berjuang bersama melawan
perjodohan itu kan?" Neona mengutarakan kekecewaannya terhadap Yolly.
"Aku sepakat sama kamu. Kalau dia pria yang memang serius sama kamu, meski lawannya satu dunia. Pasti dia akan memperjuangin kamu. Jika tidak, berarti
kamu tidak cukup berarti untuknya." Dalam hati Radith bersyukur dengan kebodohan pria yang dimaksud Neona itu. Meski tidak disebutkan namanya, tapi Radith
tahu dari Reno orang yang sedang dibicarakan adalah Yolly.
"Mas sendiri ngga dijodohin gitu" Atau punya calon istri?" Neona melempar pertanyaan. Inilah umpan Radith yang ditangkap baik oleh Neona. Radith sengaja
membahas soal Yolly, berdasarkan info Reno, dan ia tahu Neona akan bertanya hal yang sama. Ini kesempatan, membuat Neona paham siapa Radith sebenarnya.
"Aku punya pilihan sendiri. Bunda dan Ayah hanya mendukung yang terbaik. Aku beruntung bukan" Meski yaa, awalnya Bunda sempat berniat mengenalkan aku dengan
si ini si itu, tapi akhirnya Bunda paham, cinta tak indah jika dicampuri rekayasa manusia." Radith memberikan informas yang sesungguhnya dan ia berharap
itu akan membuat Neona tak memandangnya sebagai pria dari keluarga penuh drama seperti pemikiran Neona.
Neona mengangguk dan berpikir. Benarkah orang dari kalangan atas seperti Radith tidak mengenal perjodohan seperti yang selama ini ia baca dari novel dan
sinetron" "Na, kan tadi kamu, aku temenin ke toko buku, abis ini temenin aku main ke Timezone yuk! Please..." Neona tertawa hanya karena melihat ekspresi memelas
yang lucu dari Radith. Karena dirinya tidak punya acara apa-apa, menemani Radith sepertinya bukan hal yang buruk. Ia pun mengangguk dan Radith tentu berseru
riang. Kini mereka berjalan menuju"Timezone. Radith mengajak Neona untuk ke arena permainan basket. Neona merasa dirinya dan Radith seperti sepasang remaja yang
sedang bersenang-senang bersama."
"Kamu pegangin kemeja aku yaa." Radith melepas kemeja flanelnya dan kini ia hanya terlihat menggunakan kaos abu-abu ketat. Sungguh membuat semua mata perempuan
di sekitar mereka tak bisa berkedip. Neona tiba-tiba merasa minder dengan pandangan orang yang melihat ke arah dirinya dan Radith secara bergantian.
"Hey, kamu ngelamunin apa sih?" Neona kaget, ternyata sudah setengah jam lebih ia menunggu Radith yang sepertinya memang hanya ingin bermain dengan bola
orange itu. Kekagetannya bertambah, saat penampilan Radith yang agak berantakan, karena keringan yang menetes di dahi dan tercetak di kaosnya. Pemandangan
surgawi apakah ini" "Ngga kok, Mas sudah selesai mainnya?" Radith mengangguk dan berjalan ke counter penukaran poin. 1
"Kamu ngga mau main apa-apa" Sorry ya bikin kamu nungguin aku main basket. Aku kangen main basket. Coba deh tanya sama Lendra, dulu kita pernah main basket
bareng buat fakultas." Neona percaya dengan kemampuan basket pria di depannya. Cukup banyak poin yang dihasilkan dari kemampuannya memasukkan bola itu
pada ring. Saat Neona sedang melihat keadaan Timezone yang dipenuhi oleh pasangan muda mudi yang seumuran Reno, ia dikagetkan dengan bulu-bulu di sekitar
pipinya. "Ini buat perempuan yang sabar banget nungguin aku main basket tanpa mengeluh. Terima ya Na." Neona kaget. Ia tak menyangka Radith memberikan sebuah boneka
beruang cokelat padanya. Jadi dia menukar semua poinnya dengan boneka ini" 5
Radith sebenarnya bisa saja membelikan boneka yang lebih besar dari ini, yang mahal dari luar negeri juga bisa. Namun ia merasa, hadiah untuk Neona haruslah
yang ia usahakan dengan keringat. Meski akhirnya ia benar-benar berkeringat. 1
"Serius buat aku Mas" Kan tadi Mas yang main?" Neona membelakkan matanya tak percaya. Meski Radith adalah sosok pria yang ia blacklist, namun pesona pria
ini pada dirinya semakin tidak bisa ditampik. Kalau ada sebuah pintu di hati Neona terasa terketuk, ini salah tidak"
"Serius buat kamu. Jadi terima yaa" Aku berjuang buat dapetinnya loh. Nih lihat keringetan bangetkan aku?" Radith menunjukkan bercak keringat pada tubuhnya.
Ia memastikan semuanya masih dalam keadaan wangi.
"Ini tissuenya, Mas. Makasih yaa bonekanya. Neona terima." Neona memberikan tissue dan memeluk boneka yang diberikan Radith. Dalam hati Radith, ia iri
dengan boneka yang langsung mendapat pelukan erat dari Neona, sedangkan dirinya harus menunggu moment yang membuat Neona lupa diri seperti pengumuman Reno


Bulan Dan Bintang Karya Thelapislazuli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dulu. "Aku punya hadiah buat Mas Radith. Yuk ikutin akuu.." Neona menarik tangan Radith yang baru saja selesai menggunakan kemejanya lagi. Ia tersenyum puas.
Tangannya digenggam erat dan ditarik oleh perempuan yang begitu mencuri hatinya ini. Meski Radith tidak tahu, kemana ia akan dibawa oleh Neona.
"Nah, aku mau traktir es krim. Mas jangan nolak yaa?" Radith mengangguk dan tersenyum. Ternyata benar dugaannya. Neona itu perhatian dan manis.
"Kamu sering ke tempat ini ya?" Radith melihat pelayan kedai es krim ini begitu ramah pada Neona.
"Ini tempat favorit aku. Hemm.. Mas orang ketiga yang aku ajak ke sini. Setelah keluarga aku tentunya."Terang Neona.
"Orang keduanya siapa?" tanya Radith gusar.
"Hem... Kak Yolly, guru kesenian di sekolah. Gurunya Reno juga." Neona menjawab lalu pikirannya teringat saat dimana ia terpergok oleh Reno. Radith teringat
dengan cerita Reno. Dulu ia marah saat mendengar cerita Reno, namun hari ini hatinya terasa tercubit mendengar dirinya kalah urutan dengan Yolly.
"Dia orang spesial yang kamu ceritain tadi ya?" Neona mengangguk. Suasana menjadi sedih dan Radith benci akan hal itu. Bagaimana bisa" Janjinya adalah
membuat Neona tersenyum bahagia.
Neona yang sadar akan perubahan ekspresi Radith segera mengalihkan topik. Tidak adil bagi Neona jika ia menghancurkan momen seru ini dengan Radith, apalagi
jika momen itu rusak karena mengingat seseorang yang bahkan tidak memberikan keterangan apapun pada dirinya.
"Gimana Mas, enak ngga es krimnya" Kalau mau nambah bilang yaa." Neona tersenyum dengan tulus. Jelas itu membuat mood Radith membaik. Ia bahkan heran,
hanya dengan seulas senyum, moodnya bisa kembali seperti ini.
"Na, sorry bentar." Ibu jari Radith menyentuh ujung bibir Neona yang terdapat noda es krim coklat. Neona membeku ditempat merasakan jari tangan yang hangat
menyentuh bibirnya. Ini memang kejadian yang sudah diceritakan dimana-mana. Namun, saat itu terjadi pada dirinya, Neona pun tak kuasa menghadapi debaran
jantungnya.3 "Sudah bersih. Manis es krimnya." Radith menjilat jari yang tadi ia pakai untuk membersihkan noda es krim. Ada rasa cokalat dan strawberry di jarinya itu.
Seperti rasa es krim yang bercampur dengan lipstick yang digunakan Neona. Neona hanya mengangguk malu. Ia merasakan kakinya lemas dan pipinya menghangat
dengan perilaku Radith. Melihat Radith yang tidak kikuk sama sekali, dirinya menjadi mengutuk anggota tubuhnya yang lemah hanya karena pesona seorang Bintang
Radithya Trisdiantoro. 1 Setelah puas menikmati es krim dengan obrolan yang selingi canda tawa, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Sebelum sampai ke tempat parkiran, Radith
menemukan tempat foto box. Entah mengapa jiwa remajanya muncul. Dengan sedikit memaksa Neona, akhirnya mereka punya foto berdua dari foto box itu. 'Efek
tidak punya pacar jaman remaja mungkin seperti ini ya" Inikah yang disebut dengan telat puber"' tanya Radith dalam hatinya.
Setelah mengantar Neona, Radith kembali ke rumah dengan wajah dan mood terbaiknya. Ia tidak menyangka hari ini bisa semenyenangkan ini. Ia tahu, Neona
adalah alasan utamanya. Ia memandangi fotonya dengan Neona dan menyetir mobil dengan dendangan setiap lagu dari audionya.
"Dasar alay! Gila ya Mas, gw sama Nadhira aja ngga mau foto box begitu!" Reno teriak mengatai Kakaknya yang datang dengan wajah sumringah dan senyum yang
tidak lepas dari bibirnya.
"Bodo amat! Kalau foto pake kamera handphone, pasti Neona nolak, makanya pake cara begini deh. Lagian bagus gini, fotonya sudah kecetak dan langsung bisa
dipajang dan masuk dompet hehehe.." Radith tampak tersenyum puas dan tidak berhenti memandangi foto dengan berbagai gaya itu.
Reno geleng-geleng kepala dengan kelakuan kakaknya ini. Bahkan dirinya tidak pernah melakukan hal demikian. Sekalinya dulu ia foto dengan Nadhira, pacarnya
meminta foto di studio mahal dan tentu dengan persiapan yang mirip seperti orang yang melangsungkan pre-wedding.
Sementara di kamar Neona, dirinya masih memandangi boneka beruang dan foto dirinya bersama Radith. Bagaimana semua ini bisa terjadi" Radith itu kakak dari
muridnya yang merupakan tipikal pria yang sangat ia ingin jauhi. Namun mengapa semakin ke sini, semua fakta yang ada di dalam diri Radith tidak seperti
yang dinilai Neona" Tanpa Neona sadari, ada senyum lebar kala dirinya memeluk boneka beruang pemberian Radith dan yang paling dahsyat hatinya menghangat
kala mengingat setiap derai tawa yang tercipta di antara mereka.
"BAB 13 Sore itu, Neona bergegas merapikan mejanya. Hari ini tidak ada jadwal mengajar kelas klinik ataupun melatih Reno. Ia melirik jam di tangannya. Sudah pukul
4 ternyata. Saat ia sedang memasukkan map berisi tugas para muridnya, tiba-tiba sosok yang selama ini menghindari dan bungkam seribu bahasa padanya ada
di depannya. "Kamu sudah mau pulang ya, Na?" Tanya sosok itu.
"Iya, sudah waktunya pulang." Neona menyibukkan diri dan berharap pria ini segera berlalu. Ia sudah tidak ingin mengingat rasa apa yang pernah ia punya
dengan pria macam ini. "Boleh ganggu waktu kamu sebentar ngga, Na" Ada yang mau aku omongin soalnya." Selanya pada aktivitas Neona.
"Kalau mau ngomong, ya silahkan Kak. Di sini saja, biar tidak meninggalkan banyak fitnah." Neona berkata dengan nada ketus.
"Kalau yang kamu takutkan adalah Sandra, dia sedang pelatihan di luar kota." Jawab Yolly santai.
Neona melotot tidak suka. Perkataan Yolly tadi justru membuat Neona seperti selingkuhan atau orang ketiga di antara hubungan Yolly dan Sandra. Yolly pun
sadar ucapannya salah. "Maaf bukan maksud menyinggung kamu. Tapi itukah yang kamu permasalahkan" Kalau kamu tidak keberatan, saya mau ngomong sesuatu yang harus diluruskan."
Yolly tampak menyesal dengan ucapannya tadi.
Neona merasa ruang guru memang bukan tempat yang tepat. Meski jika dirinya berjalan dengan calon suami orang, ia berjanji ini yang terakhir kali. Ia pun
setuju mengikuti Yolly. Ternyata Yolly mengajaknya ke kedai kopi dekat dengan rumahnya. Well, setidaknya ini tempat yang lebih baik.
"Soal perjodohan aku sama Sandra itu benar. Bahwa aku akan segera menikah juga benar. Tapi kalau kamu berpikir saya cinta dengan Sandra itu salah." Neona
memperhatikan Yolly tanpa memotong pembicaraannya.
"Sebenarnya, aku cinta kamu, Na. Sejak kita bertemu di acara kampus dulu. Sejak saat itu aku suka kamu. Aku kaget kita dipertemukan lagi. Aku berniat melanjutkan
rasa saya pada kamu. Apalagi hampir setahun belakangan ini kedekatan kita membuat aku yakin, rasa ini bukan hanya sekedar suka melainkan rasa sayang dan
cinta. Tapi takdir berkata lain. Orang tuaku punya utang, dan keluarga Sandra yang bisa bantu. Saat orang tua Sandra mengusulkan perjodohan, maka kedua
orang tuaku setuju karena merasa berutang budi. Aku bisa apa." Yolly menunjukkan wajah tak berdaya dan frustasi.
Mendengar penjelasan Yolly hati Neona sakit. Bagaimana bisa pria di depannya baru mengakui dan menyatakkan perasaannya di saat statusnya akan menjadi suami
orang lain dengan kronologi yang begitu klasik.
"Kakak bilang suka sama Neona" Bahkan sampai sayang dan cinta" Boleh kalau Neona ngga percaya" Itu bukan cinta kak! Kalau kakak cinta, kakak pasti memperjuangkannya.
Dunia bahkan kakak lawan demi cinta itu. Kalau kakak cinta dan bilang sama aku lebih cepat, kita bisa berjuang bareng. Meski drama yang kayak gini paling
aku hindari. Tapi kalau kakak bilang dari awal, pasti ngga kayak sekarang. Bukankah cinta membuat yang tiada menjadi ada, penolakkan menjadi penerimaan,
pertentangan menjadi penerimaan" Semua itu bisa dilakukan cinta, asal dilakukan orang dua orang yang saling." Neona berbicara dengan nada yang cukup tinggi.
Neona mengeluarkan semua yang ada dipikirannya. Ia tak menyangka, pria yang ia mencuri perhatian dan hatinya sejak dulu ini, akhirnya menghadapi kasus
perjodohan. Bahkan yang terburuknya pria ini takluk hanya karena perjodohan ini, memilih pasrah dan melepaskan cinta yang baru diucapkan hari ini.
"Maafkan Kakak, Na. Kakak ngga berdaya melawan semuanya." Yolly tampak frustasi. Baru kali ini Neona melihat pria pujaan hatinya bisa gusar dan frustasi
seperti ini. "Kakak minta maaf pun, semua sudah terjadi bukan" Jadi inti dari pertemuan kita kali ini apa ya?" Neona rasa pertemuan ini harus segera diakhiri. Tidak
baik lama-lama dengan pria yang akan bersanding dengan wanita lain.
"Intinya, kamu harus tahu bahwa aku mencintai kamu, meski aku ngga pernah bisa memperjuangkan kamu, dan bahkan baru berani mengungkapkan hari ini, tapi
doakan aku bisa membahagiakan istri saya, meski aku sendiri tidak yakin akan hal itu. Maafin aku Na. Doaku, semoga kamu bertemu dengan cinta sejati kamu,
Na. Kamu itu istimewa dan ini undangan pernikahan aku sama Sandra. Kami menikah 2 pekan lagi. Kamu dateng yaa.." Yolly memberikan undangan berwarna merah
muda dengan nama Sandra dan Yolly di sana. 1
Neona ingin menangis saat itu juga. Namun dirinya harus menahan air mata demi harga diri dan hatinya. Orang di depannya jelas tidak pantas mendapatkan
air matanya. Ia memang pernah menaruh hati pada pria ini, bahkan pernah meletakkan mimpinya pada pria ini. Namun dengan apa yang terjadi dan penjelasannya.
Neona tahu, alasan untuk melepaskan Yolly. Dia tidak cukup mencintai Neona. Bahkan cinta Neona terlalu besar dan nyata untuk seorang Yolly. Neona menerima
undangan dari tangan tangan Yolly dengan senyuman.
"Okeey, pasti akan datang kok. Semoga gossip kita juga hilang setelah Kakak menikah ya. Salam buat Sandra. Makasih juga sudah mengundang aku. Aku pamit
pulang ya Kak, ini sudah sore." Neona beranjak dari tempat duduknya.
Neona tampak tak mempedulikan Yolly yang akan menahan dirinya. Baginya yang terpenting adalah segera sampai ke rumah, terutama kamarnya. Ia mau meluapkan
semuanya di sana. Benar saja, saat ia sampai ke rumah, ia langsung masuk ke kamar dan menangis sepuasnya. Ia menangisi kebodohan dirinya sendiri. Ia menilai
Yolly berdasarkan spekulasi dan asumsinya.
Membayangkan sosok Yolly yang begitu dekat dengan kriterianya, hingga justru hal buruk yang paling ia benci justru menimpa Yolly. Dijodohkan lantas meninggalkan
cintanya dan menyerah pada rekayasa manusia.
Neona mengambil boneka beruang yang entah mengapa wajahnya yang lucu membuat Neona tersenyum dan memeluknya dengan erat. Ia merasa menjadi tenang dan hatinya
terasa lega. Jauh dalam lubuk hatinya, Neona menangisi kebodohan dirinya karena menerima seseorang karena melihat orang tersebut seperti kriterianya, merasa
itulah jodoh yang pas untuk dirinya padahal ada Tuhan yang menetapkan takdir hidup manusia.
Tok tok tok... "Naa... makan dulu yukk. Kenapa sih kamu" Pulang-pulang kok langsung masuk kamar?" Suara Ibu menginterupsi kontemplasi yang dilakukan Neona. Ia segera
mengusap air matanya. "Ngga apa-apa Bu. Iya ini Neona mau makan tunggu ya!" Neona membasuh wajahnya di kamar mandi dan keluar dari kamarnya. Entah mengapa ia masih memeluk boneka
beruang pemberian Radith itu saat keluar kamar. Sialnya ternyata di ruang keluarga ada Radith yang tampak bingung melihat mata Neona yang memerah, namun
melihat tangan Neona dengan erat memeluk boneka beruang pemberiannya, hatinya pun menghangat dan senyum terbit di bibirnya.
Radith membiarkan Neona makan dengan ditemani Ibu. Sedangkan dirinya yang memang sudah berjanji untuk berbincang dengan Bapak pun kini sudah asyik membahas
pameran otomotif yang akan berlokasi tidak jauh dari bengkel Radith.
"Dith, Bapak tinggal dulu yaa, kamu ngobrol sama Neona saja. Makasih info tentang pameran otomotifnya. Kalau Bapak pergi, Bapak kabarin ya." Bapak beranjak
meninggalkan Neona dan Radith. Dalam hati Neona, ia ingin bertanya sedekat apa Radith dengan Bapaknya" Sampai kata 'bapak kabari' ini seakan mereka berkomunikasi
intens. "Kamu kenapa, Na" Kamu habis nangis ya?" Radith berpindah duduk ke samping Neona. Neona masih membawa boneka beruang pemberian Radith, mengangguk lemah.
Entah mengapa hanya dengan memeluk beruang ini, ia merasa kuat.
"Do you want to share with me?" Radith memperhatikan wajah Neona. Neona menaikkan pandangannya dan kini ia sudah bertatapan dengan pria berwajah menenangkan
ini. "Kak Yolly ngasih undangan ke aku sore ini. Aku nangis bukan karena dia mau nikah. Tapi aku sedih, karena kebodohan aku. Selama ini aku punya kriteria
tentang pasangan hidup. Aku pikir Kak Yolly adalah yang paling pas sama kriteria itu, terus ternyata dia cuma pria lemah yang pengecut dengan cintanya.
Menyerah pada rekayasa manusia. Tapi aku ngga sedih dia nikah. Setidaknya dengan begini aku tahu, kalau cintaku bahkan terlalu besar untuk orang kayak
gitu." Baru kali ini Neona mau menceritakan masalah pribadi pada orang lain dan orang lain itu adalah Radith, pria berbahaya dan jauh dari kriterianya
selama ini. "Kamu sudah berpikir dengan benar kok. Jangan sedih dong. Nih dengerin Mas Radith mau ngomong. Makanya jangan menilai orang dari luarnya. Kamu boleh punya
kriteria idaman, tapi jangan langsung bilang engga sama seseorang yang jauh dari kriteria kamu. Bisa jadi apa yang menurut kamu baik, itu justru yang buruk.
Kebalikkannya, apa yang kamu anggap buruk, mungkin justru itu yang terbaik. Agama kita mengajarkan begitukan?" Radith menyadarkan Neona.
Neona terkesima mendengar nasihat bijak dari Radith. Setelah hatinya sering berdegup kencang karena gombalan pria tampan ini, ternyata nasihat hidup dengan
landasan agama ini lebih membuat dirinya meleleh. Ia merasa juga sudah salah menilai Radith.
"Mas Radith, maafin Neona yaa, dari awal banget, Neona menilai yang buruk-buruk tentang Mas Radith. Maaf sudah menyama ratakan Mas dengan pria lain. Maaf
Mas." Neona menunduk malu dengan semua tuduhan tak berasalan atas Radith.
"Ssttsss jangan minta maaf, semuanya kan karena kita ngga saling kenal. Kalau sudah kenal kan ya baru tahu kalau ternyata begini ternyata begitu." Radith
tersenyum tulus. Dalam hatinya ia senang, mendengar Neona mengakui pemikiran salahnya selama ini.
Mendengar Radith mengatakan seperti itu, Neona melepas boneka beruang dan menghambur ke badan Radith. Radith kaget namun senang bukan kepalang. Bahkan
ini dilakukan dengan sadar oleh Neona. Meski ini jadi seram karena dilakukan di rumah Neona. Bapak atau Ibu tahu, Radith bisa dihajarkan ya" 1
"Sudah yaa, jangan nangis lagi. Kamu itu berhak dapat cinta yang lebih besar dari cinta kamu pada diri kamu sendiri kok." Neona melepas pelukkan nyaman
dirinya pada Radith. Ia tahu sekarang, rasa nyaman memeluk boneka itu hampir sama rasanya dengan memeluk Radith.
"Na, tahu ngga, tadi aku iri loh kamu meluk si teddy bear. Eh pas aku dapet pelukkan juga jadi ngga iri lagi. Bahkan maunya kalau kamu kangen atau mau
meluk aku, yaa kamu peluk si teddy aja yaa, meski kalau mau peluk aku ya boleh banget." Radith kembali memberikan senyuman jahil dan godaan yang sontak
membuat pipi Neona memerah. Ia sadar memeluk Radith, bahkan ia mengatakan dalam hati kalau pelukkan itu nyaman dan menenangkan. Cuma kalau sudah digoda
Radith seperti ini, malunya jelas tak akan hilang.
"Kenapa malu sih" Tadi meluk aku ngga malu." Radith melihat pipi Neona yang memerah, kembali menggoda sang empunya pipi.
"Mas Radiith!! Sudah jangan bahas itu lagi, ah! Maaf kalau Neona agresif. Jangan bilang Reno ya.." Neona merutuki dirinya yang terlihat begitu agresif
di depan Radith, dan memohon kejadian ini tidak diketahui oleh adiknya.
"Loh kok agresif" Ah, tapi aku suka kok, kamu kayak gitu. Jadi ngga masalah. Kamu kok jadi bawa-bawa Reno sih?" Mendengar nama adiknya disebut, Radith
menjadi kesal dan bertanya maksud Neona.
"Iya, kalian kan kompak dan deket banget, jangan cerita yang begini-begini. Aku kan guru Reno di sekolah. Harga diriku bisa jatuh nanti." Jawab Neona.
"Hahah tenang saja, Na, ngga semua hal harus Reno tahu kok. Oh iya, jadinya kamu dateng ke acara pernikahan Yolly?" Radith merubah topik pembicaraan tentang
Reno. Ia sudah cukup merasa pada adiknya, sudah saatnya obrolan Radith dan Neona bukan tentang Reno.
"Dateng dong. Kenapa ngga dateng?" tanya Neona balik.
"Siapa tahu ngga kuat dateng ke resepsi mantan... Meski cuma mantan gebetan, kan tetap judulnya mantan. Kamu yakin kuat dateng kondangan?" Radith menggoda
Neona. "Ish! Kan aku bilang tadi, pernikahan mereka justru jadi bukti buat aku, bahwa aku berhak dapet cinta yang lebih baik, iya ngga?" Neona bertanya dan Radith
mengangguk mantap. "Na, kamu mau aku temenin ngga kondangannya" Siapa tahu butuh pegangan?" Wajah Radith sungguh jahil, sontak membuat Neona memukul pria itu dengan boneka
yang ada di tangannya. "Hmmm... Memangnya Mas mau nemenin aku" Kalau Mas mau nemenin, aku senang. Nanti kondangan kita pasti bareng Reno ya?" tanya Neona tiba-tiba demi menutupi
kegugupan karena saat mendengar Radith akan menemaninya, hatinya senang.
"Baiklah, dengan senang hati Mas temenin kamu. Kamu kenapa sih" Mulai ngga suka ada Reno diantara kita ya" Takut digodain lagi, hmm?" Radith menangkap
ada nada tak suka dari Neona saat menyebut nama Reno, ini membuat Radith senang,
"Iya, soalnya Mas kalau sudah sama Reno kayak tim yang kompak buat ngebully aku. Aku suka kehabisan otak nanggepin kalian." Neona cemberut dan membuat
Radith gemas. Dalam hatinya mengucap syukur. Akhirnya Neona mulai ingin berdua dengan Radith tanpa ada Reno.
"Kalau kamu ngga mau bareng sama Reno, semua bisa diatur. Lagian Reno pasti dateng sama pacarnya. Jadi nanti aku jemput kamu ya ke rumah ini." Neona mengangguk.
Setidaknya ketidak hadiran Reno membuat jantungnya agak tenang. Radith akan sedikit kalem jika tanpa Reno, si murid tengilnya itu.
"Na, karena sudah malem, Mas balik yaa.. besok kamu ngajar Reno di rumah lagi kan" Jangan bosen ya ketemu sama Mas mulu, siapa tahu ini latihan kalau takdir
berkata kita jodoh." Radith berkata dengan nada lembut dan senyum yang manis.
DEG. Neona merasakan serangan pada jantungnya ini mulai lagi. Ia memilih tersenyum dan memanggil kedua orang tuanya karena Radith mau pamit.
"Mas Radith, Makasih yaa" Neona kini mengucapkan kalimat itu duluan. Dirinya mengantar Radith ke depan pagar.
"Buat apa, Na?" Radith tampak berpikir dan terkaget mendengar Neona yang hari ini begitu komunikatif dan terbuka padanya.
"Buat dengerin Neona, buat nasihatnya, buat janji nemenin kondangan, pelukkannya dan bikin Neona deg-degan kalau ngeliat senyum Mas. Ya udah Mas pulang
hati-hati di jalan. Besok aku tunggu buat jemput di sekolah ya." Neona berlari ke dalam rumahnya. Ia tidak mau mendengarkan apapun tanggapan Radith yang
pastinya membuat jantungnya makin berkejaran. Radith yang mendengarnya pun bahagia bukan kepalang.
Bagaimana tidak" Saingannya sudah tersingkir akibat kepengecutannya sendiri, lantas ia tahu bahwa Neona tidak sama sekali sedih dengan keadaan saingannya
itu. Yang paling penting untuk Radith, Neona tampak membuka diri dan hatinya untuk dirinya. Itu kemajuan pesat bukan"
"BAB 14 Hari ini sekolah benar heboh dengan undangan pernikahan Yolly dan Sandra. Semua orang yang pernah bergosip tentang Neona dan Yolly pun diam. Setidaknya
itu membuat Neona senang. Akhirnya gossip itu hilang di sekolahnya. Dini yang juga senang dengan Yolly tampak paling sedih. Banyak juga murid perempuan
yang mengadakan hari #kamiberduka karena undangan itu. Dasar anak remaja masa kini. Ternyata bukan hanya artis yang menikah yang jadi pembicaraan, pokoknya
kalau ada idolanya yang naik ke atas pelaminan dengan orang lain, suasana duka langsung terasa dimana-mana."
"Aku pikir Bu Neona jadinya sama Pak Yolly loh. Padahal waktu itu kita makan es krim bareng ya Ren. Keliatan serasi pula. " Nadhira sedang menikmati makan
siang bersama Reno di kantin
"Keliatan serasi kan belum tentu jodoh Nad. Lagian Bu Neona ngga cocok-cocok amat kok sama Pak Yolly." Reno menanggapi dengan nada ketus.
"Kamu kok sewot banget sih sama Pak Yolly" Kamu ngga naksir sama Bu Neona kan?" Reno yang mendapat tuduhan bodoh dari perempuan yang sudah ia pacari selama
dua tahun ini pun menyatukan alis."
"Kamu kalau cemburu yang benerlah, masa aku suka sama yang usainya beda jauh kayak gitu." Reno menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku nuduh beralasan kok. Kamu sekarang banyak waktu sama Bu Neona daripada aku tahu ngga sih." Nadhira cemberut dan merajuk.
"Astaga Nad.. aku pelatihan sama Ibu Neona buat olimpiade. Dulu kamu malu punya pacar yang oon sama matematika, sekarang aku anak olimpiade matematika
kamunya malah nuduh yang aneh-aneh, Jangan gitu ah, aku ngga suka." Reno yang biasanya ngalah pada Nadhira pun memilih untuk sedikit keras. Tuduhan Nadhira
jelas tak masuk akal kali ini."
Sebenarnya jauh di dalam lubuk hati, Reno merasa bersalah karena akhir-akhir ini dirinya lebih sibuk dengan matematika daripada Nadhira. Hingga perempuan
itu menuduhnya dengan hal konyol seperti tadi. Reno berniat untuk menebus kesalahannya ini dengan membelikan hadiah yang biasanya selalu mempan membalikkan
kehangatan hubungannya. Ia akan membelikan hadiah sebelum ia mengikuti pelatihan matematika sore ini."
***** Pukul 4 sore. Sudah saatnya pulang bagi sebagian guru yang tidak memiliki jadwal kelas tambahan atau aktivitas tambahan seperti Neona. Ia baru saja selesai
membuat latihan soal yang sengaja ia rancang dengan menaikkan level kesulitan soal untuk Reno. Ia tahu muridnya cerdas, sehingga soal monoton justru akan
membuatnya jenuh dan berujung dengan kejumawaannya. Saaat ia sedang melanjutkan persiapan soalnya, tiba-tiba Mas Dito, satpam sekolah mendatangi mejanya."1
"Mba Neona, ditunggu sama Mas Radithya di depan, katanya cepat ikut, Reno kecelekaan, Mba." Pak Slamet berkata dengan nafas yang tersengal-sengal.
Neona bahkan lupa untuk menanyakan hal lain-lain. Iya begitu kaget, ia meninggalkan semua hal, kecuali tasnya. Ada apa ini" Mengapa bisa Reno kecelakaan.
Para siswa memang sudah pulang sejam yang lalu. Apakah Reno kecelakaan saat pulang tadi?"
"Naa.. ayo, Na!" Radith berseru dari dalam mobilnya. Neona pun langsung masuk ke dalam. Wajah Radith yang biasanya tenang, kini begitu kusut. Neona sampai
bingung. Apalagi Radith sedang mengendari mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi."
"Mas, hati-hati nyetirnya. Aku tahu Mas khawatir sama Reno. Aku juga khawatir, tapi jangan ngelakain kita Mas." Radith yang mendengar kata kita dari bibir
Neona pun tersadar dengan kegilaan yang baru ia buat. Ia terlalu kalut saat mendapat telepon dari rumah sakit. Hal terburuknya adalah kedua orangnya pergi
keluar kota hari ini."
"Maafin Mas, Na. Ini Mas pelanin kok." Radith membuktikan perkataannya. Kini mobil berjalan dengan lebih tenang. Neona tersenyum dan mencoba menenangkan
dengan mengusap lengan atas tangan kiri Radith."
"Maaf bikin kamu jadi ikut, soalnya tadi aku dapet telepon pas ngarah ke sekolah buat jemput kamu. Karena ini nyangkut Reno, makanya aku ajak kamu. Maaf
ya Na. Bunda sudah di Bandara arah ke Jakarta kok." Radith meminta maaf, karena melibatkan Neona sampai harus membuatnya ikut ke rumah sakit.
"Kok minta maaf sih Mas, Reno kan adikku juga. Jadi yaa aku khawatir juga." Neona masih setia mengelus lengan Radith berharap menenangkan. Radith bukan
hanya tenang, tapi kini hatinya ingin bersorak-sorak saat mendengar Neona mengatakan Reno adalah adiknya juga."
Padahal mungkin saja, Neona mengatakan Reno adalah muridnya. Tapi apapun kemungkinan lainnya, yang terpenting Radith mendengar Neona mengatakan Reno juga
adiknya. Itu bukan berarti Neona menempatkan dirinya sejajar dengan Radith" Berdampingan mungkin"
Radith dan Neona menuju reseptionis untuk menanyakan korban kecelakaan yang baru masuk ke ruang gawat darurat. Karena masih penangan dokter, Radith dan
Neona menunggu di ruang tunggu depan ruangan gawat darurat. Radith terlihat kalut dan kusut. Neona sedih melihat sosok Radith menjadi kacau seperti ini."
"Mas Radith harus kuat. Kita harus berdoa yaa bersama, Biar semuanya berjalan baik-baik saja ya." Neona melihat adanya butiran bening di ujung mata Radith.
"Renoo Na.. Dia di dalam belum sadar, katanya kecelakaannya cukup parah. Aku harus gimana" Reno adikku satu-satunya. Waktu dulu aku ngga punya saudara,
aku tiap hari minta sama Bunda sama Ayah. Sampe akhirnya aku punya adik yang jaraknya lumayan jauh. Aku bersumpah bakal jaga Reno. Terus Reno sekarang
kecelakan. Aku gagal ya, Na?" Radith mengusap wajahnya kasar."
Neona memeluk Radith dari samping, memberikan usapan pada kedua lengan kokohnya. Radith yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun menyandarkan kepalanya
yang terasa pusing ke pundak Neona. Mungkin keuntungan dari tubuh Neona yang tidak mungil. Berat dan besar badan Radith dapat ditopang dengan baik."
"Mas, kita berdoa yaa, jangan mikir yang macem-macem. Semua terjadi karena izin Allah. Jangan nyalahin diri sendiri. Toh Mas Radith kan sudah di sini,
nungguin Reno. Aku nemenin Mas di sini kok. Tadi udah bilang sama Ibu buat pulang agak malam. Pokoknya Mas tenang yaa.." Neona masih memberikan usapan
pada lengan kekar Radith.
"Makasih banyak yaa, Na." Makasih sudah nemenin Mas di sini. Ngomong-ngomong kamu belum makan yaa" Kita makan dulu gimana?" Radith memperhatikan wanita
yang ikut khawatir dengan keadaan adiknya itu."
"Yuk kita makan Mas, terus sholat dan berdoa yaa buat kesembuhan Reno." Neona bangkit dari tempat duduknya.
Mereka pun pergi ke bagian kantin rumah sakit dan dilanjutkan dengan beribadah. Ada yang tidak disadari keduanya. Bahwa sejak mereka pergi ke kantin, hingga
saat ini mereka akan kembali menemui Reno, tangan mereka saling menggenggam erat. Seakan ada kekuatan yang ingin mereka bagi bersama."
"Na, Reno sudah pindah ke ruang inap, tapi dia belum sadar juga ternyata. Kita tunggunya di dalam aja yaa." Neona mengangguk dan memasukki ruang inap kelas
VVIP milIk Reno." Terlihat beberapa jahitan ada di kepala, tangan dan kaki Reno patah. Reno bahkan belum sadarkan diri. Melihat keadaan Reno, Radith kembali menangis namun
tangisan itu hanya mengeluarkan air mata tanpa suara. Neona memberikan pelukkan kekuatan untuk pria yang begitu rapuh di depannya. Mereka memilih sofa
sebagai tempat mereka duduk dan menunggu. Neona memberikan semua dukungan terbaiknya. Dirinya merasa sedih juga melihat keadaan Reno. Reno bahkan sudah
ia anggap sebagai adiknya yang membawa hal-hal menakjubkan dalam hidup seorangg Neona. Salah satunya bertemu dengan pria yang sejak tadi menggenggam tangannya
dengan sangat erat ini."
Waktu sudah menunjukkan pukul 8, tepat di saat Bunda sampai di ruangan Reno. Bunda histeris melihat keadaan Reno. Ia mencari sosok Radith yang ternyata
sedang tertidur kelelahan dengan wajah kusut di sofa bersama dengan Neona. Melihat mereka tidur dengan wajah sama-sama lelah dan kacau namun saling memberikan
kekuatan membuat hati Bunda menghangat. Ia tersenyum melihat Radith dan Neona yang saling menumpukkan kepala dengan tangan yang saling menggenggam seakan
membagi kekuatan." "Buund.. bund.." suara lemah itu menyadarkan Bunda dari pemandangan meneduhkan Radith dan Neona."
"Renoo.. kamu sudah sadar sayang" Kamu kenapa sih?" Bunda menghampiri putra bungsunya yang tampak meringis dengan luka yang ada di sekujur tubuhnya."
"Duh, ini sakit semua.. ini rumah sakit ya" Mas Radith mana Bun" Loh bukannya Bunda ke Semarang sama Ayah?" Reno memang masih lemah dan baru sadar dari
koma, namun tenaga untuk berbicaranya seperti tidak pernah habis.
"Kamu baru sadar jangan banyak nanya. Sebentar Bunda panggil dokter dulu yaa.?"
Tak menunggu lama, dokter yang dipanggil datang dan memeriksa keadaan Reno. Untung saja benturan di kepalanya tidak membuat hal-hal yang tidak diinginkan.
Reno menceritakan keadaannya yang tadi ingin membeli kado Nadhira, lantas kehilangan keseimbangan saat akan menyalip sebuah mobil truck. Ia membuang stir
motor ke arah trotoar dan berakhir di rumah sakit ini. Beruntung, meskipun kepalanya harus mendapat 6 jahitan dan sempat tak sadarkan diri, namun tidak
ada kerusakkan organ seperti yang dikhawatirkan. Hanya kakinya yang patah ringah di bagian tulang kering. Reno memang ajaib, setelah menjelaskan kronologis
yang membuat Bunda susah bernafas malah mengomentari pemandangan di depan matanya."
"Bund, itu Mas Radith tidurnya nyaman banget ya" Pasti karena ada Bu Neona. Reno seneng deh, meski harus babak belur kayak gini, tapi kalau bisa ngeliat
Mas Radith sama Bu Neona kayak gitu bikin adem ya Bun." Reno melihat ke arah sofa di kamar inapnya ini.
"Iya Ren, Bunda kan sudah bilang, mereka itu serasi. Lagian Bunda juga cuma mau menantu kayak Neona kok. Tinggal kita lihat saja nih usaha kakakmu sejauh
mana dapetin guru kamu itu." Bunda mengusap lengan putra bungsunya yang penuh dengan memar.1
"Buuund, fotoin mereka Bun. Jadi kalau mereka menyangkal hubungan mereka kita punya bukti valid hehe" pinta Reno.
Bunda heran dengan putra bungsunya yang sudah hampir mati, keadaannya babak belur dan baru sadar pingsannya malah meminta yang aneh-aneh. Meski demikian,
Bunda tetap mengambil foto Radith dan Neona dari berbagai angle."
Setelah itu Bunda membangunkan keduanya. Radith dan Neona yang kaget langsung salah tingkah seperti biasa. Radith protes mengapa baru dibangunkan sejam
setelah adiknya sudah sadar. Neona merasa malu, karena saat ia membuka mata, kepalanya berada di bahu Radith dan tangan mereka saling menggenggam erat.
Kalau Reno sudah sadar sejam lalu, begitupun dengan kedatangan Bunda. Sudah dipastikan mereka berdua melihat posisi tidur dirinya dan Radith."
"Kamu hati-hati anterin Neonanya ya Dith, Bunda di sini. Nanti kamu pulang aja ke rumah buat ambilin baju Reno." Radith mengangguk dan mengajak Neona meninggalkan
rumah sakit. Bagaimana pun dirinya telah membuat Neona pulang selarut ini. Meski ia merasakan sangat bahagia. Sejak ia membuka mata saat dibangunkan oleh
Bundanya dan melihat tangan mereka saling menggenggam, Radith mulai yakin Neona memiliki rasa yang sama dengan dirinya. Hanya tinggal membuat Neona mengakui
rasa itu dan memperjuangkannya bersama."


Bulan Dan Bintang Karya Thelapislazuli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"BAB 15 Setelah kejadian kecelakaan kemarin, Neona hari ini berencana akan menjenguk murid spesialnya itu. Kemarin ia tak sempat bertanya banyak. Neona hanya ingat,
ia dibangunkan oleh Bunda dengan keadaan menggenggam erat tangan Radith. Cukup mengingat itu, pipi Neona merona sempurna."
"Bu Neona, apakah hari ini Ibu mau menjenguk Reno?" suara lembut menginterupsi ingatan Neona akan kejadian kemarin bersama Radith di rumah sakit."1
"Iya Clarissa, kamu mau jenguk Reno juga?" Perempuan berparas ayu dengan kaca mata tebal dan rambut hitam rapi dengan model di kepang itupun tersenyum
dan mengangguk." "Kalau begitu, nanti kamu bareng sama Ibu saja yaa." Neona tersenyum ramah pada murid pintar nan manis itu.
Selesai jam sekolah, Neona dan Clarissa sudah duduk di ruang tunggu. Mereka memutuskan untuk menggunakan taksi on-line.
Neona tampak memperhatikan Clarissa dengan seksama. Gadis yang terkenal sangat pintar ini tampak sangat sederhana. Ia hanya selalu menguncir rambutnya
dengan model kuncir kuda. Dalam hati, "Neona menilai bahwa gadis ini manis, cerdas dan baik hati. Neona seperti melihat cermin waktu akan dirinya dulu
saat masih duduk di bangku SMA.
Jalanan sore itu lengang, tak butuh waktu lama, Neona dan Clarissa sudah sampai di rumah sakit. Di ruangan tempat Reno dirawat hanya ada Bunda. Setelah
melihat Clarissa, Reno meminta bantuan Bunda untuk menegakkan tubuh di ranjangnya. Neona dan Bunda memilih untuk keluar karena tidak mau menganggu mereka.
Entah mengapa, Neona merasa ada hal lain yang ditunjukkan dari sorot mata Clarissa. Padahal Clarissa bukanlah pacar Reno. Berbicara pacar Reno, dimana
Nadhira?" "Hei, kamu sudah di sini?" suara itu membuat jantung Neona yang tadinya tenang, kini bergemuruh."
"I..iya Mas. Tadi pulang dari sekolah, aku mampir ke sini." Neona menjawab sambil menenangkan jantungnya.
"Kok ngga bilang sama Mas" Kan bisa aku jemput, hmm?" Radith kini duduk di samping Neona.
"Ngga usah, nanti aku ngerepotin Mas." Radith memperhatikan Bunda dan Neona yang berada di luar ruangan, sedangkan kamar adiknya tertutup."
"Bunda sama Neona kok di luar" Di dalam ada siapa?" Radith bertanya pada Bunda.
"Ada temennya Reno, muridnya Neona juga." Bunda tersenyum meski wajahnya tampak kelelahan."
"Siapa" Nadhira, Na?" Radith menebak dan Neona menggeleng."
"Dia yang jadi delegasi olimpiade matematika juga. Namanya Clarissa." Radith mengangguk. Lantas teringat bahwa dirinya tadi belum makan siang dan ini sudah
hampir malam. Ia tahu Bundanya lelah dan sudah saatnya Bunda pulang, Reno akan dijaga oleh dirinya.
"Bunda, tadi katanya mau pulang" Mang Darman sudah di parkiran Bun. Reno biar Radith yang jaga aja." Radith mendekat ke arah Bundanya yang sudah tampak
begitu lelah. Bunda mengangguk, ia sudah berpamitan dengan Reno, sebelum Clarissa dan Neona datang. Kini Bunda sudah masuk mobil dan berlalu bersama Mang
Darman." "Kamu sudah makan, Na" Temenin aku makan yuk gimana?" Radith bertanya pada Neona, setelah mereka mengantar Bunda ke parkiran.
"Aku temenin Mas aja ya, tapi ke ruangan Reno dulu. Siapa tahu Clarissa mau pulang, jadi kita bilang Reno dulu kalau mau makan." Radith mengangguk dan
berjalan beriringan menuju kamar Reno."
"Bu, saya pamit pulang dulu ya, setidaknya saya sudah mengetahui keadaan partner sekaligus rival saya ini. Dia manja yaa Bu ternyata." Clarissa mengejek
Reno yang justru semakin cemberut dan menggemaskan."
"Wah bener banget itu. Reno memang manja. Terima kasih ya sudah jenguk Reno! Kalian itu sama-sama delegasi olimpiade matematika ya?" Radith tampak senang
bisa meledek adiknya saat ini. Apalagi apa kata gadis ini" Dia Rival Reno" "
"Iya Mas, saya sama Reno sama-sama jadi delegasi matematika. Oh iya, Mas ini kakaknya Reno sekaligus pacarnya Bu Neona ya?" Clarissa bertanya dengan polos.
Reno terbahak sedangkan Radith dan Neona saling membuang muka dengan gerakkan kikuk."1
"Mas dijawab itu pertanyaannya! Jangan malah senyum-senyum!" Reno tampak senang karena ternyata Clarissa membalas ledekkan Radith untuk dirinya tadi. Pemandangan
yang menyajikan perubahan warna wajah dari kakak dan gurunya adalah favoritnya kini. Tiada hari tanpa membuat kakak dan gurunya mati kutu bagi Reno adalah
kebahagiaan." "Oh iya Clarissa bukannya kamu malam ini adalah pelatihan sama Pak Leon ya?" Neona mengalihkan pembicaraan. Neona tahu, Clarissa adalah perempuan yang
tidak suka bergosip dan lebih mementingkan prestasi akademik. Buktinya setelah diingatkan, Clarissa langsung pamit pada Reno, Neona dan Radith."
Setelah Clarissa pulang, Radith merasa canggung dengan Neona apalagi pertanyaan itu tidak terjawab dengan baik. Ia harus menghalau suasana kikuk ini. Ia
pun memperhatikan sekeliling. Tampak ada sekotak cokelat homemade dan ia yakin, Bunda dan Neona tidak mungkin memberikan itu pada Reno.
"Jadi, meskipun rival tapi sayang gitu yaa Ren" Sampai ada cokelat segala ckckck" Radith mengejek adikknya. Reno terperanjat. Ia belum sempat menyembunyikan
cokelat yang sudah pasti dibahas oleh kakaknya itu."
"Apaan sih Mas"! Cokelat itu punya Reno, kalau Mas mau, beli sendiri sana. Sudah ah! Bu Neona tolong dong bawa Mas Radith. Reno mau istirahat." Neona tampak
memperhatikan cokelat yang dibahas Radith. Ia pun menduga bahwa cokelat itu adalah pemberian Clarissa, si gadis pintar.
?"Mas Radith, ayo katanya mau makan, nanti maag-nya kambuh kalau telat makan." Alih-alih menyelamatkan Reno, Neona justru membuat dirinya mendapat tatapan
dalam dari Radith." "Kamu bilang apa tadi, Na" Kamu tahu kalau aku punya maag?" Radith menatap dalam dan memberikan senyuman mengintimidasi. Neona jelas salah ngomong. Entah
bagaimana ia teringat cerita Bunda bahwa Radith punya sakit maag."
"Bunda yang waktu itu ngasih tahu, terus aku inget. Ayo makan atau aku pamit pulang aja?" Radith panik ketika mendengar kata pulang dari bibir Neona. Ia
pun membatalkan niatnya untuk membuat pipi Neona merona. Meski kalau boleh jujur, hati Radith seperti mau meloncat kala Neona diam-diam mengenal dirinya,
seperti tadi." Reno yang melihat kakak dan gurunya seperti itu ikut bahagia. Ia berdoa semoga Neona kelak menjadi kakak iparnya, tidak jauh berbeda dengan doa Bunda dan
Radith sendiri, bukan?"
Setelah Radith dan Neona meninggalkan Reno dalam kamar sendirian, Reno merasakan sedih yang teramat. Dimana kehadiran Nadhira sang pacar" Yang bahkan sejak
kemarin tidak menghubunginya. Padahal, Reno hampir mati karena gadis itu." Ia membuang pandangan dan bertumpu pada kotak cokelat dari rival sekaligus partnernya
dalam olimpiade ini."
"Semoga cokelatnya bisa membuat Lo seneng dan cepet pulih. Gue ngga mau sendiri jadi delegasi sekolah. Kalaupun Gue jadi delegasi tunggal dan menang, harus
setelah kita sama-sama tanding di seleksi tingkat kota. Jadi Lo harus sehat ya Ren." Ucap Clarissa
Meski perkataannya syarat akan nilai persaingan dan kompetisi, sisi hati Reno menghangat melihat perhatian Clarissa. Perempuan kutu buku, yang sibuk mengurus
kelompok ilmiah remaja di sekolahnya itu ternyata bisa perhatian pada dirinya, bahkan lebih perhatian dari Nadhira, pacar yang selama ini ia puji dan puja.
*****" Sudah 10 hari Reno di rawat, hari ini adalah waktu kepulangannya. Meski ia masih harus menggunakan tongkat saat berjalan. Ia pun sudah bisa keluar dari
ruangan yang ia sebut sebagai penjara. Selama di rawat, Reno meminta Neona tetap melatihnya. Ia mengatakan yang sakit adalah badannya tapi kemampuan otaknya
tidaklah berkurang. Lagipula Reno tak mau kalah dari Clarissa."
"Na, kamu jadi kondangan dan aku anter kan?" Radith yang sore itu mengantar Neona pulang dari rumahnya bertanya tentang rencana yang dulu pernah ditawarkan
pada dirinya." "Oh iya, aku hampir lupa. Akhir pekan ini yaa, aku konsen sama pelatihan Reno soalnya Mas. Tinggal satu pekan lagi kan soalnya. Tapi aku salut sama adik
kamu Mas. Meski dia kecelakaan, semangatnya tinggi." Radith mengangguk tanda setuju."
"Mas Radith bisa nganterin aku kondangan kan?" Neona memastikan janji Radith dulu."
"Bisa dong, kan dulu Mas sudah bilang mau temenin kamu. Jadi pas Minggu, Mas jemput kamu di rumah ya?" Neona tersenyum manis yang sudah dipastikan membuat
hati Radith menghangat dan merasa bahagia. Ia semakin yakin untuk segera melamar Neona. Di saat yang tepat."
"Makasih ya Mas, Neona tunggu di rumah." Radith mengangguk serta tesenyum dengan tenangnya lantas kembali memfokuskan pandangannya ke jalanan. Sedangkan
Neona sudah setengah mati menahan debaran jantung setiap melihat senyum Radith. Ia harus akui, dinding pertahanan hatinya semakin hari semakin lebur karena
sikap dan perhantian Mas Radith.
Sekuat apapun Neona membangun pikiran buruk tentang Radith, semua terbantahkan dengan baik oleh pembuktian yang diberikan Radith. Kini Neona sibuk menelaah
dirinya sendiri. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Tanya Neona dalam hatinya.
"Bab 16 Tok tok tok "Naaa ngapain sih di dalem"! Ngerem apa gimana ya" Itu Radith sudah nungguin kamu. Mau kemana sih sama Radith" Kencan ya" Oh, jadi sekarang sudah mau sama
Radith toh.. Aihh! Cieee?" Suara Lendra yang lengkap dengan berbagai macam godaannya membuat Neona mendengus kesal. Ia kini sedang sibuk menghias dirinya
di depan cermin." "Bilangin sama Mas Radith, suruh tunggu Neona sebentar lagi yaa Mas Lendra..." Neona mengulas perona pipi sekali lagi dan selesai. Hari ini ia menggunakan
dress batik berwarna biru dengan tatanan rambut yang agak ia buat bergelombang, make up natural dan semua terlihat pas tanpa berlebihan."
"Nah ini Neonanya sudah selesai. Kamu lama banget sih, Na. Tunggu kalian mau kemana sih" Rapi banget dan kok ini pakaiannya senada" Kalian janjian?" Lendra
memang paling heboh pagi ini. Ia yang sejak awal mendukung adiknya dengan Radith, kini semakin bahagia melihat progress hubungan adiknya itu. Namun, bukan
Lendra namanya, kalau hasrat menggoda adiknya tidak tinggi."
Neona dan Radith tampak saling pandang dan tersenyum. Belum-belum jantung Neona sudah berdegup kencang melihat senyum dari pria yang menggunakan batik
warna senada dengan dirinya."
"Mas, Ibu sama Bapak sudah jalan ya?" Neona sudah izin untuk kondangan bersama Radith semalam. Ibu dan Bapak di hari minggu ini memang sudah ada agenda
kondangan yang lain. Tinggalan Mas Lendra, Mba Lala dan Fakhri yang sejak tadi pagi sedang asyik mengurus ikan yang baru di beli Fakhri di pasar pagi ini."
"Yaps, jadi kalian mau kemana nih?" Lendra masih menodong pertanyaan yang sama.2
"Mau kondangan" Jawab Neona dan Radith kompak."
"Aih kompaknya bikin seeerr gimana gitu euy! Yasudah hati-hati di jalan. Jangan jadi partner kondangan mulu Dith, kalau ngga jadi partner hidup ntar Lo
nyesek." Lendra dengan mulutnya membuat Radith terbahak sedangkan Neona sudah mendahului Radith ke arah mobil. Hari ini Radith membawa salah satu koleksi
mobil mewahnya. Melihat itu, Neona sedikit kesal, bayangkan ini hanya kondangan, mengapa Radith harus mengeluarkan Porsche Macan 2.0 yang harganya milyaran."
"Kamu kenapa, Na" Aku salah ya bawa mobil begini?" Radith menatap wajah Neona yang terlihat semakin anggun hari ini."
"Mobilnya terlalu ngundang perhatian Mas, aku kurang suka sebenarnya." Neona menjawab jujur. Ia tahu, jika ada pria tampan dengan mobil mahal, sudah pasti
menjadi pusat perhatian. Padahal maksud Radith membawa mobil seperti ini adalah ia mau membuat Neona tidak merasa minder berpartner kondangan dengan dirinya."
"Maaf ya, kalau aku salah bawa mobil. Kita ganti mobil dulu apa gimana?" Radith tampak kecewa dengan tanggapan Neona atas idenya. Harusnya ia juga tahu,
Neona bukan tipe wanita kebanyakkan yang suka dengan kemewahan demi diakui oleh sekitar.
"Ngga usah nanti telat. Besok-besok jangan bawa yang gini lagi ya Mas, kalau kita kondangan. Yang biasa aja." Meski arti biasa yang diucapkan Neona adalah
mobil Toyota Crown yang biasa digunakan para menteri.
"Jadi bakal ada kondangan-kondangan selanjutnya yang aku temenin dong ya?" Dengan santai Radith menyalakan mesin dan tersenyum menggoda. Neona baru sadar,
perkataannya menyiratkan bahwa ia mau ditemani oleh Radith di kemudian hari. Bodohnya Neona!
"Ngga usah malu Na, aku seneng kok nemenin kamu. Tapi kata Lendra tadi bener juga loh. Kalau jadi partner kondangan mulu, ngga berujung jadi partner di
pelaminan sendiri, ngenes ya." Radith terkekeh dan melirik Neona sekilas.
Neona merutuki mulut Lendra untuk yang kesekian kali. Suasana di mobil kembali canggung. Neona memang tidak pernah mau menanggapi godaan Radith. Dalam
hatinya masih sibuk membangun benteng pertahanan, meski "perlu diakui sering benteng itu lebur dan membuat Neona uring-uringan. Ia sadar dan mengakui,
tipikal pria seperti Radith adalah pria yang sangat mudah untuk dicintai. Bagi Neona, belum yakin dengan kemungkinan itu. Bahkan ia belum selesai menelaah
apa yang dirinya rasakan, selama Radith berada di sampingnya, selama ini."
Suasana Ballroom tempat resepsi sejoli hasil perjodohan itu memang mewah dan megah. Konsepnya adalah tradisional glamour. Makanan ikon dari berbagai macam
daerah yang tersaji lengkap, mulai dari yang ringan hingga berat. Mengingat siapa orang tua Sandra, kemewahan ini menjadi hal yang lumrah.Melihat bagaimana
para undangan yang datang itu bergaya, sebenarnya Neona mau bersyukur dengan ide Radith membawa mobil mewahnya. Meski sudah dipastikan, sejak mereka keluar
mobil tersebut, banyak mata perempuan lapar yang menatap Radith tanpa kedip."
Neona sedih melihat perilaku wanita yang seakan sudah melupakan kodrat dan martabatnya hanya demi harta dan kemewahan. Seakan lapar akan semua hal yang
bersifat kesenangan duniawi. Radith tampak santai, ia sudah biasa dengan tatapan semacam itu. Baginya, fokusnya hanyalah pada sosok wanita di sampingnya.
Ia sebenarnya ingin menggandeng tangan Neona, namun ia urungkan. Ia tak mau, suasana semakin cangguh, apalagi setelah perkataan soal pelaminan tadi."
"Kamu mau langsung ketemu pengantin atau makan dulu?" Radith memperhatikan Neona yang tampak celingukan."
"Makan dulu gimana Mas" Sekalian cari yang lain?" Radith mengikuti Neona yang sepanjang jalan berpapasan dengan rekan sesama guru di sekolah. Berarti ini
adalah guru-guru Reno jugakan ya?"
"Mas, aku mau ambil sate dulu ya, Mas mau makan apa?" Neona bertanya dan Radith mengedarkan pandangan mencari apa yang sebaiknya ia makan. Sebenarnya ia
merasa asing di sini. Tidak ada yang ia kenal. Meski setiap bertemu dengan rekan-rekan dari sekolah, Neona selalu mengenalkan. Meski saat ditanya ini siapanya"
Selalu dijawab oleh Neona, ini adalah kakak dari Reno. Jawaban macam apa itu" Jawaban itu benar, tapi tidak diharapkan Radith.
"Aku ambil ketupat sayur aja deh. Kayanya enak." Radith memutuskan makanannya dan Neona bingung dengan pilihan Radith. Dari semua makanan tradisional yang
ringan, justru makanan berkuah panas yang dipilih Radith. Setelah menemani Neona mengambil sate, Radith kini berada di stand ketupat sayur.
"Mas, ini sambelnya pakai terasi ya?" suara Neona terdengar bertanya pada seorang pria yang bertugas menyajikan."
"Iya Mba, ini ada campuran terasinya biar lebih gurih." Pria itu tersenyum dengan ramah."
"Mas, kamu jangan pakai sambel itu, ada terasinya. Nanti alergi kamu kambuh." Neona mengingatkan dan Radith tersentak kaget. Setelah Neona tahu dirinya
mengidap maag, kini Neona tahu bahwa dirinya alergi udang. Jadi sekarang yang tak mengenal dengan baik siapa terhadap siapa" Radith tampak merasa bodoh."
"Kamu tahu aku alergi udang, Na?" Radith mengedipkan matanya tak percaya dan Neona mengangguk."
"Beberapa kali makan bareng sama Mas, aku perhatiin Mas ngga pernah makan udang, terus Reno pernah bilang kalau Mas memang alergi udang, meski hanya dalam
bentuk terasi atau kerupuk udang." Radith mengunyah lontong dengan senyuman yang ia kulum. Ia merasa Neona luar biasa. Bagi Radith, perhatian, kecerdasaan
dan kesederhanaan Neona adalah paket lengkap yang lebih daripada sekedar pengertian cantik secara fisik."
"Mas sudah selesai" Yuk kita salamin pengantinnya." Neona tampak sudah selesai dengan satenya, begitu pun Radith.
"Kamu yakin" Sudah siap ketemu sama Yolly di sana?" Radith menaruh mangkuk ketupat sayurnya dan Neona mengangguk mantap. Sejak tadi malam, Neona mensugesti
sebuah kekuatan pada dirinya. Radith juga memberikan masukkan bijak yang membuat kekuatannya seakan bertambah. Toh Yolly bukan mantan Neona, mengapa Neona
harus bersedih" Ini sudah menjadi keputusan Yolly juga bukan?"
"Sudah Mas, yuk?" Neona memimpin jalan, Radith menyamakan langkahnya.
"Kalau kamu butuh pegangan, kamu bisa pegangan sama tangan ak.." Belum selesai Radith berkata, Neona yang merasa mendapat izin pun tanpa ragu menggandeng
tangan Radith saat melangkah ke arah pelaminan."
Mata Neona melihat sepasang pengantin yang begitu serasi secara fisik. Hari ini Sandra begitu cantik dan Yolly, memang tampak sangat tampan. Tanpa sadar
Neona meremas tangan Radith dan Radith memberikan kekuatan dengan mengusapkan ibu jarinya pada punggung tangan Neona."
Neona melangkah semakin dekat ke arah pelaminan. Setelah menyalami dua wanita seusia Ibu, tiba saat dimana Neona berhadapan dengan Yolly. Ia menarik nafas
dalam. Yolly tampak terkejut. Senyuman palsu yang sejak pagi ia berikan pada semua orang, mendadak tidak berkerja di depan Neona. Bibirnya menegang."
"Selamat ya Kak Yolly, semoga bahagia dan pernikahannya abadi." Neona tersenyum tulus. Itu adalah kalimat yang sudah ia persiapkan sejak awal. Ia tulus
mendoakan. Seperti waktu itu, ia sudah mengikhlaskan pilihan Yolly."
"Te.. terima kasih Na, kamu datang sama siapa?" tenggorokan Yolly tercekat, ia masih tak mampu melihat Neona di depannya. Bagaimanapun, hati Yolly memilih
Neona. "Ah iya ini Yolly" Selamat ya, saya Radith yang nemenin Neona hari ini." Radith mendengar pertanyaan Yolly dengan sorot mata yang sendu. Ia tahu pria itu
menyimpan cinta pada Neona, namun akibat kelemahannya, justru ia kehilangan Neona."
"Selamat Mba Sandra, cantik sekali hari ini. Langgeng pernikahannya." Sandra tampak kaget dengan kehadiran Neona yang tampak tidak terjadi apa-apa. Bahkan
Sandra sempat membayangkan menyaksikan Neona yang nangis saat dirinya berhasil memenangkan Yolly. Sandra merasa bersalah akan keinginan jahatnya itu. Ia
pun menarik Neona dalam pelukkannya."
"Makasih ya Na, maaf kalau aku sempat nuduh kamu macem-macem sama Mas Yolly. Semoga kamu juga dapat yang terbaik yaa.." Neona membalas pelukkan itu. Ia
bisa merasakan cinta yang besar dari Sandra. Meski ini hasil perjodohan yang diminta oleh Sandra, tapi pasti semua dilakukan karena Sandra mencintai Yolly.
Ia hanya ingin Yolly mencintai Sandra dengan baik. Bagaimanapun mereka sudah berjanji di depan sang pencipta bukan?"
Yolly dan Radith memperhatikan kedua wanita yang saling berpelukkan erat. Mereka diam namun dalam hati kaget. Dalam benak keduanya, Sandra dan Neona mungkin
akan saling mengejek dan bertengkar, namun ternyata mereka tidak demikian. Radith tersenyum dengan kedewasaan Neona. Pemandangan itu, harus segera berakhir
ketika antrian sudah terlihat agak mengular. Radith berinisiatif melingkarkan tangan di pinggang Neona dan berbisik."
"Kita turun yuk, antriannya jadi panjang tuh." Neona pun melepaskan pelukkan Sandra, Yolly tak berkedip melihat tangan Radith yang melingkar mesra pada
pinggang gadis yang ia cintai. Namun Yolly juga tidak bisa melakukan apapun, karena kini kewajibannya adalah membuat istrinya bahagia dan istrinya bukan
Neona, melainkan Sandra."
Sandra melepaskan pelukkan Neona dan melihat punggung Neona dan Radith yang berlalu meninggalkan pelaminan lantas beralih pada suaminya. Ia tahu, suaminya
mencintai wanita itu. Namun ia yakin, cintanya akan membuat suaminya mencintai dirinya suatu saat nanti. Ia harus berjuang meski mungkin itu berat. Ia
sudah egois untuk memaksakan kehendak bukan" Maka ia harus bertanggung jawab atas keegoisannya."
Sementara setelah turun dari pelaminan, Radith melepaskan tangan yang tadi ia lingkarkan di pinggang Neona. Neona merasa malu, ia tahu pinggangnya bukan
tipe pinggang mungil nan seksi yang selalu diharapkan para pria. Tapi Radith tampak tak mempermasalahkan itu."
"Na, kamu hebat deh. Kamu dewasa banget! Aku bangga." Radith memberikan senyuman dan tatapan memuji pada Neona."
"Aku kan pantas berbahagia dengan cinta yang lebih baik Mas. Aku ke atas sana, untuk memastikan rasa aku dengan Kak Yolly sudah selesai. Tadinya aku pikir
aku akan nangis saat melihat dia bersanding dengan wanita lain. Tapi nyatanya aku malah biasa aja. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Aku mau cinta baru
datang menyapa, bukan terpuruk akan bayang-bayang cinta yang sudah tak mungkin dimiliki. Ya kan?" Radith mengangguk dan tersenyum lebar. Neona merasa lega
yang luar biasa. Semua yang dia bayangkan ternyata tidak terjadi. Bahkan ia tidak merasa ada dendam atau sakit hati sedikit pun melihat Yolly bersanding
dengan Sandra."1 "Na, kalau kamu perhatiin muka Yolly tadi, itu namanya ekspresi penyesalan orang yang ngga mau memperjuangkan cinta. Kayak yang pernah aku bilang, cinta
dan perjuangan itu satu paket. Kalau memang rasa cintanya sudah satu frekuensi, perjuangan itu wajib dilakukan bersama. Yolly sudah salah. Ia tak menyamakan
cintanya dulu, membesarkan rasa ketakutannya hingga ia tidak dipersilahkan untuk memperjuangkannya." Radith mengutarakan pendapatnya.
Neona menatap Radith. Ia merasa semua yang dikatakan Radith memang benar. Ia pun setuju akan semua hal itu. Ia berjanji untuk berani berjuang. Bukan menunggu
cinta datang dengan kriteria cari aman yang pernah ia ikrarkan. Namun menemukan cinta yang satu frekuensi dengan dirinya hingga ia bisa berjuang bersama.
Radith pun demikian. Ia mengatakan itu karena ia mau memastikan bagaimana cinta Neona pada dirinya dulu, baru akan memperjuangkan cinta mereka bersama.
Semoga semua sesuai dengan doa yang selama ini ia panjatkan. Bahwa Jyotika Neona Bagaskara adalah pendamping hidupnya kelak. Menjadi Nyonya Radith dan
Ibu bagi anak-anaknya nanti.
"BAB 17 Masa persiapan seleksi olimpiade pun berakhir. Pagi ini adalah hari seleksi yang dinantikan. Seleksi akan dilakukan di sekolah yang ditunjuk oleh panitia.
Keadaan Reno sudah membaik, selain perban dan jahitannya sudah dilepas, Reno juga sudah bisa berjalan normal." Neona ikut menemani Reno seleksi. Berbeda
dengan Reno yang diantar oleh Bunda dan Radith, Neona pergi bersama Pak Ali dan Pak Leon menggunakan mobil sekolah."
Sesampainya di tempat seleksi, Neona mencari keberadaan Radith dan Bunda. Tak susah, karena mereka berada di ruang tunggu sekolah itu."
"Mas Radiith, Bunda!" Neona memanggil dan keduanya menoleh dan memberikan senyum hangat. Neona baru sadar, senyum Bunda dan Radith itu serupa."
"Na, kamu sudah sampai" Reno sudah masuk ruangan ujiannya tadi." Bunda memberikan informasi, matanya tertuju pada dua pria di belakang Neona.
"Iya Bunda, ini Neona bareng sama Pak Ali dan Pak Leon. Semua ini guru matematika di sekolah." Neona mengenalkan dua guru seniornya kepada Bunda dan Reno.
"Wah, ngga nyangka ya, kita bertemu lagi, setelah dulu saya memanggil Ibu, waktu Reno terancam tidak naik kelas karena nilai matematika. Sekarang justru
kita bertemu di seleksi olimpiade matematika." Pak Ali menyapa Bunda.
Bunda tersenyum malu mendengar Pak Ali mengatakan pengalaman setengah tahun lalu, saat dirinya harus menangis meminta tolong agar anaknya bisa naik kelas."
"Ini semua berkat Neona Pak, tanpa dia mana ada Reno bisa ikut olimpiade." Bunda membanggakan wanita yang ia harap segera menjadi menantunya itu. Neona
yang mendapatkan pujian demikian pun merasa malu. Ia menggelengkan kepala canggung."
"Oh iya, ini saya mau pamit dulu, karena ada yang harus dibicarakan sama panitia, Neona kami tinggal ya, Ayo Bu, Mas kami duluan." Suara Pak Leon yang
berpamitan membuat kini hanya tinggal Bunda, Radith dan Neona di ruang tunggu itu."
"Bunda, tadi kan Radith sudah bilang akan ke bengkel, jadi kalau Radith tinggal dulu ngga apa-apa kan" Sama Neona saja nunggunya. Nanti kalau sudah selesai
urusan bengkel, Radith ke sini lagi. Ini kayak waktu itu kan" Pengumumannya langsung?" Radith pamit kepada Ibunya."
Bunda mengangguk begitu pun Neona. Radith meninggalkan dua wanita itu. Sebenarnya urusan ke bengkelnya bukan masalah yang penting. Namun permintaan Bunda
yang ingin berbicara empat mata pada Neona yang membuat dirinya memberikan peluang pada Bundanya. Toh, Radith tahu ini untuk kebaikkan masa depannya yang
menyangkut Neona." Maka kini, Bunda dan Neona sudah berada di meja kantin sekolah tempat seleksi dilangsungkan yang ternyata jauh lebih besar dari kantin di sekolah Reno.
Bahkan kantinnya ada yang khusus di ruangan dan ber-AC, seperti yang dipilih Bunda saat ini. Bunda memesan teh manis dan beberapa gorengan, sementara Neona
memesan susu hangat. Neona sangat senang berada di dekat Bunda. Meski lebih kalem dari Ibunya, namun sifat bersahaja dan hangat dari Bunda membuat Neona
nyaman." "Na, Bunda boleh nanya ngga sama kamu" Tapi ini obrolan kita saja yaa." Bunda mendekatkan tubuhnya ke arah Neona, seakaan pembicaraannya tidak boleh didengar
oleh siapapun. Padahal kantin ber-AC itu hanya ada mereka berdua, pelayan dan beberapa pengunjung yang duduknya jauh dari Bunda dan Neona.
"Ya ampun Bunda, kalau mau tanya, silahkan saja. Masa sampai minta izin segala." Neona tertawa melihat ekspresi penuh rahasia dari wajah Bunda."
"Kamu sama Radith itu bagaimana, Na?" Bunda bertanya langsung."
Neona menghentikan tenggukan susunya. Ia kaget, ternyata Bunda akan bertanya hal itu. Setelah selama ini Bunda hanya merelai keributan akibat kekompakkan
dua putranya meledek Neona saat kapanpun, kini justru yang paling serius bertanya.
"Hmm" Neona sama Mas Radith?" Neona bingung dengan jawabannya sendiri. Ia takut dan belum yakin atas apa yang ia telaah di dalam dirinya selama ini. Apalagi
untuk mengakui perasaannya pada wanita yang melahirkan pria itu. Bahkan Radith sendiri belum pernah membicarakan perasaannya selama ini."
"Iyaa, kalian berdua, Sayangku. Bunda sebenarnya gregetan sama kalian berdua. Kemana-mana berdua, terlihat serasi, tapi kok yaa, Bunda belum denger kabar
apa-apa dari kalian berdua. Anak Bunda itu php sama kamu ya?" Ekspresi Bunda sungguh mirip anak muda yang sedang kepo dengan hubungan temannya."
"Mas Radith ngga php kok Bu. Justru Mas Radith memang ngga pernah mengumbar kata apa-apa. Jujur sama Bunda, selama ini Neona nyaman sama Mas Radith, karena
perilakunya. Lagipula selama Mas Radith ngga punya pacar, Neona juga ngga, yaa deket menjadi teman ngga ada salahnya kan ya Bund" Atau Bunda nanya begini
karena Mas Radith mau dijodohin ya" Jadi Neona harus jaga jarak?" Neona yang bertanya, tapi sebenarnya hati kecilnya tidak terima dengan kemungkinan jawaban
dari wanita di depannya ini."
"Ya ampun Na, Bunda ngga kayak gitu kok. Memang awalnya Bunda mau jodohin Radith sama anaknya temen-temen Bunda. Cuma Bunda dan Ayahnya Radith berpikir
ulang. Toh kami saja tidak dijodohkan kenapa kami menjodohkan anak-anak kami. Lagian kalau Bunda mau jodohin sama seseorang. Orangnya itu kamu Na." "Bunda
sempat kaget dengan tuduhan Neona, meski demikian ia bisa melihat ada rasa kecewa dan takut saat Neona menuduhnya menjodohkan putra sulungnya itu.
Perkataan Bunda membuat Neona membeku di tempat. Bagaimana bisa, Bunda mengatakan hal yang bahkan tidak pernah dikatakan bahkan oleh Radith."
"Bunda serius milih aku" Bunda ngga salah" Mas Radith itu sosok sempurna yang hanya akan sempurna kalau didampingi oleh wanita sempurna juga. Neona hanya
perempuan biasa Bunda, dari segi fisik juga begini banget." Neona merasa itulah faktanya. Meski hatinya tak ikhlas saat membanyangkan Radith bersanding
dengan makhluk indah dan itu bukan dirinya.
"Buat Bunda, kamu yang sempurna buat dampingin anak Bunda. Kamu yang perhatian sama Radith, kamu yang bisa nenangin saat Radith kalut, kamu bahkan bisa
membantu adiknya Radith, si Reno sampai sejauh ini. Kamu buat kami sekeluarga bahagia. Kamu hebat Na. Bunda mau menantu Bunda ya kamu salah satunya." Neona
terkejut dengan jawaban Bunda. Seorang Neona yang biasa ini bisa mendapatkan hati "seorang Nyonya Abimanyu Tridiantoro. Bagaimana bisa"
"Bunda serius ngomong kayak begini" Padahal Mas Radith ngga pernah ngomong apa-apa loh Bun. Jangan jodohin Neona sama Mas Radith, siapa tahu Mas Radith
punya pilihan lain dan itu bukan Neona." Neona harus menyadarkan dirinya. Mungkin saja selama ini Radith punya cinta yang terpendam kepada orang lain yang
tidak diketahui sang Bunda."
"Coba kamu tanya Radith, dan kamu pasti tahu jawabannya siapa yang dipilih Radith. Bahkan Bunda ngomong ini kare.." ucapan Bunda terpotong.
"Karena aku curhat sama Bunda Na.." suara orang yang tadi bilang akan pergi ke bengkel tiba-tiba terdengar."
"Loh kok kamu ke sini Dith" Katanya ke bengkel. Bunda pikir kamu sudah kemana tahu." Bunda ikut kaget dengan kemunculan Radith."
"Radith lupa tadi titip dompet di tas sama Bunda, pas sudah mau masuk tol baru sadar. Jadi balik lagi ke sini dan malah denger Bunda lagi ngomongin Radith."
Radith tahu Bundanya akan berbicara dengan Neona, namun ia tak tahu kalau pembahasannya sampai membuat Neona mempertanyakan pilihannya. Radith duduk di
samping Bunda menghadap Neona."
"Ternyata lagi ngomongin curhatan aku ya, Bun" Bunda ngga bisa jaga rahasia ternyata." Radith pura-pura kecewa. Bunda hanya tersenyum penuh arti. Sedangkan
Neona tampak bingung dengan interaksi syarat makna dari anak dan ibu di depannya ini."
"Duh, tempatnya ngga banget sih ya, masa di kantin sekolah. Tapi karena tadi Bunda mungkin sudah bahas, aku jelasin semuanya ya, Na. Sekalian di depan
Bunda. Jadi aku memang serius ngomongnya. Bunda saksinya." Radith menelan ludah dan menghirup udara sedalam-dalamnya."
"Aku memilih kamu Na. Aku sayang dan cinta kamu, Na. Entah sejak kapan, yang jelas semua yang terjadi diantara kita semakin membuat aku yakin, bahwa kamu
yang selama ini aku cari. Kamu bisa tanya sama semua orang di rumah kamu. Bahwa aku serius sama kamu Na. Aku memang belum pernah bilang, karena aku mau
memastikan cinta ini cukup besar untuk dijadikan alasan aku berjuang untuk kamu Na. Aku mau kamu jadi pendamping hidup aku, Na. Mas tanya sama kamu. Kamu
mau kan, Na kalau jadi pendamping aku dan kita berjuang bersama?" Radith menyelesaikan pengakuannya dengan baik. Sang Bunda menatap bangga dan kini Neona
yang merasa mendapat serangan jantung."


Bulan Dan Bintang Karya Thelapislazuli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Semua orang di rumah" Maksudnya Mas Radith?" Neona bertanya dengan debaran jantung yang sudah tidak karuan ritmenya.
"Sejak aku tahu kalau Lendra teman kuliah, aku minta tolong dia dan kakak ipar kamu. Setidaknya aku mau tahu jawaban kamu tentang seandainya Radith memilih
kamu." Radith membongkar rahasianya.
Neona teringat pembicaraannya dengan kakak iparnya itu. Astaga ternyata itu settingan untuk dirinya. Bahkan Mba Lala mau disuruh Mas Lendra untuk menjadi
agen yang mengorek informasi hatinya. Ck! Neona memutar kembali semua memori tentang Radith dari awal. Semua keanehan yang ia rasakan jika berada di dekat
Radith, benteng pertahanan yang semakin melebur jika berada di dekat Radith dan semua hal yang selama ini ia pikirkan tentang Radith, termasuk proses penelaah
diri yang sedang ia lakukan akhir-akhir ini.
"Karena aku sudah ngomong semuanya, sekarang aku tanya kamu, tanggapan kamu sama pengakuan aku tadi gimana, Na?" Radith bertanya dengan tatapan dalam seakan
di dunia ini hanya Neona lah yang menjadi pusat hidupnya."
Neona takjub dengan pengakuan Radith yang tidak penuh emosi dan rayuan gombal atau kata bahkan janji manis beracun seperti yang digambarkan sinetron dan
novel tentang pria di luaran sana. Seorang Radith yang tadinya ia takuti dan hindari karena semua asumsi dan praduga yang dibangun Neona sendiri, nyatanya
tidak ada satupun yang terbukti. Bahkan pria ini berani mengakui semua perasaannya di depan Bunda. Neona sekarang tahu hatinya memilih Radith, sejak ia
merasakan debaran aneh dari jantungnya dan semua kekuatan serta ketenangan yang diberikan Radith untuk dirinya. Neona sudah menyelesaikan penelaahan pada
diri dan hatinya hari ini."1
"Mas bilang, kalau ngga berani ngakuin cinta, akan menyesal?" Neona bertanya dengan menegakkan duduknya."
?"Iya benar." Radith menjawab dengan wajah tegang.
"Mas, dulu mas pernah bilang, kalau mau berjuang bareng itu harus punya cinta yang satu frekuensi?" Neona bertanya lagi.
"Benar sekali?" Radith menjawab dan mencoba mencari arah pembicaraan Neona kali ini.
"Jadi, kalau kita mau berjuang bareng, aku harus ngungkapin apa yang aku rasa, biar kita sama-sama tahu, kita satu frekuensi rasa apa ngga?" Radith mengangguk
dengan perasaan semakin was-was."
"Kalau gitu, karena Neona mau berjuang bareng sama Mas, Neona mau mengakui kalau Neona juga ada rasa cinta yang entah bagaimana ceritanya bisa tumbuh di
hati ini. Iya Mas, Neona mau berjuang sama Mas, Mas mau kan?" Neona berani mengakuinya. Meski semua terasa cepat, namun Neona juga tidak punya alasan mengapa
harus menolak Radith, yang nyatanya sudah mengisi hari-harinya kini."
Radith dan Bunda kaget mendengar jawaban Neona.
"Iya, Mas mau berjuang sama kamu, karena Mas sayang dan cinta sama kamu, Na. Dari awal, meski kelihatan sulit, tapi Mas yakin, kamu satu rasa sama Mas."
Radith menjawab pertanyaan balik dari Neona. Bunda langsung memeluk Neona dengan histeris. Ia tak menghiraukan pandangan orang di kantin ini."
Radith merasa apa yang menjadi doanya selama ini akhirnya terkabul. Radith senang bukan kepalang. Cintanya dijawab oleh Neona. Meski ia tidak bisa memeluk
Neona saat ini, karena wanita itu sedang dimonopoli oleh Bundanya, tapi ia bersyukur. Ia sempat berpikir akan ada waktu yang tepat untuk menyatakannya
pada Neona, ternyata ketepatan itu bukan menyoal persiapan, tapi juga izin semesta. Banyak bukan, sesuatu sudah dipersiapkan tapi gagal" Karena semesta
tak mengizinkan?" "Bundaaa.. Mas Radith, Bu Neona, Reno sudah seles" loh kenapa pada pelukkan gini nih" Reno ketinggalan apa nih?" Reno berjalan menghampiri meja tempat
dimana Bunda, Radith dan Neona berada.
"Reno sudah selesai" Waaah sini sini Nak.." Bunda melepaskan pelukkan pada Neona. Radith berpindah duduk di samping Neona. Reno mendekat dan duduk di samping
Bundanya." "Tadi bagaimana Reno" Lancar mengerjakannya?" Neona justru memedulikan keadaan Reno."
"Wah tentu bisa dong Bu, tinggal didoakan biar lolos ya.." Reno meminum teh manis milik Bunda."
"Mulai sekarang, kalau di luar sekolah kamu panggil Neona, Mba yaa Ren." Reno tersedak mendengar perkataan Radith. Namun ia langsung paham, saat melihat
cara Neona dan Radith saat saling menatap."
"Kalian jadian yaa" Aaaah seriuss" Waah ini kabar gembira banget! Jadi tadi Bunda memeluk Bu.. Eh Mba Neona karena itu" Gokil juga Mas Radith nembaknya
di depan Bunda, tapi tempatnya ngga elit banget di kantin sekolah orang pula. Ck!" Reno dengan gaya tengilnya sudah kembali. Radith dan Neona tertawa terbahak
mendengar semua tanggapan Reno. Jadian" Ini istilah anak remaja banget yaa"2
"Iya Ren, semua karena kamu yang oon matematika yaa, jadi sampe dapet guru yang mencuri hati Mas. Untung yang nyuri mau tanggung jawab dengan nerima Mas."
Bukan berarti setelah Radith mengakui perasaannya, lantas membuat pria ini mengurangi hobi meledek Neona. Menggoda Neona sudah menjadi aktivitas menyenangkan
bagi Radith dan juga Reno.
"Akhirnya yaAllah, hamba ini bisa tidur nyenyak! Ngga ada yang galau tiap mal" Awww! Sakit Mas!" Belum selesai Reno membeberkan aib Radith, kakaknya sudah
mencubit lengan sang adik."
"Hah" Galau gimana" Siapa yang galau Ren?" Neona tampak mendapatkan hal yang bisa ia gunakan untuk meledek balik Radith."
"Sudah Na, kamu jangan dengerin Reno, dia ngarang bebas." Radith meberengut kesal dan mencoba menghentikan keingintahuan Neona terhadap aibnya itu.
"Ngga Mas, aku mau denger dari Reno. Coba lanjutin Ren, apa maksudnya tadi" Inget, aku ini guru kamu loh, yaa." Neona memasang wajah serius, Bunda hanya
tertawa melihat kelakuan anak-anaknya dan Neona."
"Duuh, bingung euy, satu kakak kandung satunya lagi calon kakak ipar + guru. Jadi tuh.." Reno menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
"Renooooooo!" Belum selesai Reno mengatakan apa yang ditanyakan Neona, sosok Clarissa mendekat meja mereka."
"Eh maaf, ternyata ada Mas Radith, Bu Neona dan Bundanya Reno. Tadi manggil cuma mau ngajak makan siang aja. Tapi kayaknya ngga jadi deh." Clarissa tersenyum
pada semuanya, Reno mengeritkan kening, sejak kapan Clarissa jadi baik seperti ini. Radith dan Neona menangkap hal yang sama dari apa yang mereka lihat
saat ini." "Kamu ikut makan siang sama kami saja Clarissa, ngga apa-apakan Bund?" Radith mengedipkan mata ke arah Bunda dan tentu Bunda paham apa yang dikodekan oleh
Radith. Ia tahu perempuan manis ini menaruh perhatian lebih pada putra bungsunya. Clarissa yang awalnya tampak malu dan menolak akhirnya mengalah dan mau,
setelah Neona yang mengajaknya."
"Pengumumannya masih jam 3 kan, kita makan di luar aja deh yuk.." Radith mengandeng Neona tanpa canggung dan mengajak rombongan ini ke arah mobilnya."
"Aku ngasih kabar ke Pak Ali sama Pak Leon dulu ya Mas. Oh iya kamu jadinya ngga ke bengkel dong" Urusannya gimana?" Ternyata Neona memang sangat konsentrasi
akan sesuatu yang terjadi. Bahkan Radith lupa niat akan pergi ke bengkelnya tadi. Sudah tidak ada yang penting di bengkel dibandingkan status barunya dengan
Neona." "Ngga jadi ke bengkelnya. Kalau balik ke sini malah dapet yang lebih membahagiakan." Radith tersenyum ke arah Neona dan Neona pun menggelengkan kepalanya.
Bunda melihatnya dengan senyum bahagia. Semoga semuanya tidak terhambat kendala apapun."
*****" Setelah selesai makan siang, Reno, Clarissa, Bunda, Radith, dan Neona sudah kembali ke sekolah tempat seleksi dilangsungkan. Tampak ketegangan di wajah
yang ada di sana. Neona berdoa, dua muridnya ini bisa menjadi delegasi kota mereka dan maju untuk tingkat provinsi. Radith yang tegang, mencoba menenangkan
kekasih hatinya yang tampak lebih tegang dari dirinya."
"Kamu sudah hebat karena mau mengajarkan Reno sejauh ini. Kita berdoa ya.." Neona menggenggam tangan Radith lebih kuat. Ia berdoa dan berharap semua yang
terbaik untuk Reno dan Clarissa."
Pengumuman pun dibacakan. Hanya akan ada 4 delegasi yang mewakili kota mereka. Tanpa sadar, Reno menggenggam tangan Clarissa dengan erat. Nama Clarissa
disebutkan diurutan 1 dan itu membuat Pak Ali, Pak Leon dan Neona terpekik bahagia. Reno tampak cemas, kini Neona beralih dengan merangkul bahu adik pacarnya
itu." Dan delegasi terakhir mewakili cabang matematika adalah atas nama Langit Moreno Trisdiantoro."
Semua yang mendengar itu berucap syukur. Radith memeluk adik kesayangannya. Ia tidak menyangka semua berubah sejauh ini. Dulunya Reno begitu tidak antusias
dengan mata pelajaran itu, namun lihat, karena Reno memiliki semangat yang tinggi, ia mengubah itu semua."
"Ren, selamat ya! Kita harus berjuang sampai Nasional! Ingat Gue butuh lawan, dan Gue mau itu Lo." Clarissa memberikan tepukan di bahu Reno cukup keras.
Reno tersenyum lebar mendengar perkataan Clarissa, sedangkan Neona dan Radith saling menatap. Mereka sepertinya akan membahas Reno dan Clarissa, jika anak
itu tidak ada diantara mereka."
Hari ini Neona kembali ke rumah diantar Radith dengan status baru. Hatinya berbunga-bunga. Melepas beban kecurigaan selama ini terhadap Radith, dan meleburkan
beban berat akibat pembangunan benteng pertahanan hatinya selama ini ternyata bisa membuat dirinya seringan ini."
"Na, makasih yaa sudah mau menerima perasaan aku ke kamu. Makasih juga kamu punya perasaan yang sama ke aku. Nanti aku langsung tanya sama Bapak dan Ibu,
kapan aku boleh melamar secara resmi kamu di depan keluarga kita berdua ya?" Radith mengucapkan keinginan terbesarnya setelah mendapatkan pengakuan cinta
Neona. Iya, Radith mau melamar dan segera menjadikan Neona satu-satunya wanita dalam hidupnya yang sah di depan Agama dan Negara.
"Makasih juga ya Mas. Terima kasih sudah memilih Neoa. Maaf kalau dulu aku pernah punya pikiran buruk tentang Mas dan terima kasih sudah mempunyai itikad
baik mau ngomong sama Ibu dan Bapak." Neona semakin takjub dengan keinginan Radith yang ingin segera melamarnya.
"Jangan minta maaf Na, justru dengan begitu kamu jadi tahu, bedanya setelah dan sebelum kenal aku kan" Artinya proses pendekatan kita berhasil. Kamu jadi
kenal aku. Kamu ngga menilai aku kayak pria kebanyakan." Radith tersenyum dan mengusap rambut Neona dengan sayang."
Neona mengangguk. Ia tersenyum dan pikirannya terlempar saat awal dia melihat pria di sampingnya ini. Rasanya semua ia lihat bernilai negatif. Padahal
semakin ke sini, justru hal-hal itu tak terbukti. Radith justru lebih dewasa dari apa yang dibayangkan Neona."
"Oh iya Mas, tadi lihat cara Clarissa ngeliat Reno ngga?" Neona teringat apa yang sangat ingin ia bahas dengan Radith.
"Lihat kok, I guess, there is something happen between them, am I right?" Radith menanggapi pertanyaan Neona."
"Iya, menurutku, meski Clarissa bilang Reno rivalnya, tapi insting perempuanku bilang, kalau dia menaruh perhatian lebih sama adik Mas. Sayang ya, Reno
sudah pacar." Neona mengutarakan pandangannya selama ini. Sebagai perempuan, jelas ia tahu, perlakuan Clarissa pada Reno adalah hal yang istimewa.
"Ah pacarnya juga mana perhatian sama Reno" Reno mau mati karena pacarnya, tapi ngejenguk Reno aja ngga. Bahkan kata Reno, pacarnya itu hanya ngehubungi
by chat dan ya sudah begitu." Radith tampak kesal, mengingat kelakuan pacar Reno. Padahal, pacar adiknya Reno itu sudah kenyang dengan hadiah mahal dan
fasilitas dari Reno. "Romansa anak remaja kadang sudah serumit itu yaa. Aku heran deh. Aku kenal cinta aja baru-baru ini." Neona berpendapat lagi dan Radith mengangguk setuju.
Kadang ia heran mengapa kisah cinta Reno kadang lebih pelik dari dirinya yang sudah berusia 28 tahun ini."
Mereka pun sudah sampai di rumah Neona. Kedatangan keduanya disambut hangat oleh ibu dan Bapak. Seperti biasa, Radith berbincang dengan Bapak dan Ibu.
Meski kini suasananya menjadi lebih serius. Ini dilihat dari raut keduanya. Hingga perbincangan mereka diakhiri kala Radith mencium telapak tangan Bapak
dan Ibu bergantian, membuat Neona yang melihatnya menjadi terharu."
"Aku sudah dapat izin dari Bapak dan Ibu. Pekan depan aku lamar kamu ya, Na. Bunda sama Ayah pasti senang deh." Radith mengucapkan dengan senyuman yang
tulus dan penuh kebahagiaan, yang membuat hati Neona berbuncah. Ia bahagia, terharu dan yang jelas ia hanya berani berdoa semua sesuai dengan doanya selama
ini. " "BAB 18 "Jadi dengan terpilihnya Clarissa dan Reno sebagai delegasi kota, pelatihan diserahkan pada diknas tingkat kota. Tapi jika Bu Neona dan Pak Leon masih
melatih murid didiknya masing-masing kami persilahkan. Seleksi tingkat provinsi akan dilaksanakan satu bulan lagi. Kalau lolos jadi wakil provinsi, maka
olimpiade tingkat nasional akan dilaksanakan satu bulan setelah kamu lolos dari tahap provinsi.?"
Pak Ali menyampaikan informasi di rapat hari ini. Reno dan Clarissa secara mengejutkan meminta pelatihan mereka digabung saja. Dengan pengajar yang bergantian
antara Neona dan Pak Leon."
"Bu Neona ngga usah khawatir ngga ketemu sama Mas Radith, les privat kita lanjut kok Bu. Meski jadi sepekan sekali lagi." Reno yang memang hobi membuat
Neona, si pacar kakaknya ini kesal dengan godaannya."
Mengingat pacar, Reno justru malah menjadi sedih. Hubungannya dengan Nadhira sudah tak jelas sejak ia kecelakaan. Bagaimana bisa, saat ia membutuh support,
pacarnya hilang entah kemana, bahkan dirinya berjuang dalam seleksi olimpiade tidak didukung. Saat ia lolos pun tidak ada ucapan selamat. Nadhira ini pacar
macam apa sih" "Kamu ngga usah ngeledekin Ibu terus Ren. Kamu tetap harus fokus sama seleksi ini." "Neona memperingati Reno.
"Siap kakak ipar! Aku akan membanggakan dirimu!" Reno berteriak lantang dan memberikan sebuah penghormatan layaknya Neona adalah tiang bendera."
Hati Neona yang biasanya merasa jengkel dengan kelakuan Reno. Kali ini tidak. Ia merasa menghangat dan berbunga-bunga ketika mendengar Reno menyebut dirinya
sebagai kakak ipar. Ia teringat pada janji Radith yang akan melamarnya di akhir pekan ini. Sebahagia inikah ketika hubungan cinta antara dua pribadi akan
segera disatukan dan "dihalalkan di depan Tuhan."
******" "Mas, kamu ngga apa-apa nganterin aku ke toko buku begini?" Neona tampak kasihan melihat Radith yang agak lelah namun masih memaksakan untuk mengantar
Neona berburu novel baru."
"Kan Mas sudah bilang, mau nemenin kamu. Jadi ngga apa-apa. Aku justru seneng banget bisa nemenin pacar sendiri." Radith memberikan senyuman yang tulus.
Membuat Neona tersenyum manis."
"Na, sebentar deh" coba kamu liat ke restoran itu arah jam 12." Radith menahan lengan Neona saat mereka ada di depan sebuah restoran. Neona memusatkan
perhatian sesuai dengan instruksi Radith.
"Ituu" Nadhira bukan ya Mas?" Neona melihat sosok yang menjadi perbincangannya dengan Radith kini berada di restoran dengan seorang pria. Yang jelas itu
bukan Reno." "Kamu mau kita ke sana ngga" Sekalian makan aja gimana" Mastiin sih, siapa cowo itu." Radith tampak begitu penasaran, sehingga tanpa memperhatikan jawaban
Neona, dirinya sudah melangkah ke dalam restoran itu. Neona mengerti Radith dan mengikutinya masuk ke dalam. Dirinya merasa penasaran juga, dengan siapa
pacar Reno ini pergi. "Hai Nadhira.. kamu makan di sini juga?" Neona menyapa Nadhira yang kaget. Radith sengaja memilih meja yang bersebelahan dengan Nadhira."
"Buu.. Bu Neona" Ibu sama Mas Radith?" Nadhira tampak menelan ludahnya dengan susah payah. Bagaimana pun dirinya tidak menyangka akan bertemu dengan guru
dan kakak dari pacarnya. "Iyalah dia sama saya, sayakan pacarnya. Kamu sama siapa ke sini?" Mata Radith beralih pada pria di depan Nadhira yang tadi hanya ia bisa lihat dari arah
punggungnya." "Mereka siapa Nad?" Pria itu bertanya balik melihat interaksi Nadhira dengan dua orang yang baru datang dan duduk di sebelah mereka. Neona merasa pernah
melihat wajah pria ini, seperti mirip dengan seseorang."
"Ini guru Nadhira di sekolah dan pacarnya Mas." Mendengar jawaban itu, Radith dan Neona menangkap arti yang lain dan saling pandang. Pertama, mengapa Radith
dikenalkan sebagai pacar Neona dibandingkan sebagai kakak pacarnya" Kedua, siapa pria ini" Mengapa Nadhira memanggilnya Mas" Seingat Radith, Nadhira ini
anak tunggal." "Iya saya guru Nadhira di sekolah. Kalau Anda, kakaknya?" Neona tampak mengerti arti kerutan di dahi Radith.
"Oh bukan, saya calon suaminya Nadhira, nama saya Sandi. Kakak saya mengajar di sekolah Nadhira juga. Hanya saja dia guru kesenian, mungkin Mba kenal dengan
Yollyansyah Darma Pratama" Itu kakak saya." Terang pria yang mengakui statusnya dengan Nadhira sebagai calon suami. "
Dua hal yang membuat Neona dan Radith kaget. Mereka ingin mendengar banyak penjelasan dari Nadhira, namun sepertinya tidak mungkin. Neona sendiri sangsi,
jika Pria ini tahu hubungan Nadhira dengan Reno. Radith terlihat marah, ia tak menyangka, wanita yang sangat dicintai adiknya ini, tega menjalin hubungan
dengan pria lain, tanpa memberikan kepastian atas hubungannya dengan Reno."
"Woow, selamat yaa, belum selesai sekolah sudah punya calon suami. Saya saja baru ketemu calon istri di usia 28 tahun. Kamu beruntung Bung, sudah bertemu
calon istri dengan cepat. Masih kuliah?" Radith menutupi kemarahannya dan tampak penasaran dengan sosok pria yang menjadi saingan adiknya ini. Nadhira
sejak tadi hanya bisa bungkam seribu bahasa dengan wajah pucat pasi."
"Iya saya masih kuliah Mas, saya semester terakhir jurusan Teknik Elektro. Nadhira dan saya dijodohkan, dan beruntungnya Nadhira mau menerima saya." Terang
Sandi dengan wajah bangga dan bahagia.
Lagi-lagi dijodohkan. Ini orang tua Yolly hobi menjodohkan anak-anaknya ya" Neona melirik Radith yang tampak paham dengan arti lirikan tanpa kata itu."
"Oh dijodohin. Nadhira mau dijodohin" Keren banget. Soalnya banyak yang menolak dijodohin. Misalkan karena sudah punya pilihan sendiri gitu. Sudah punya
pacar hasil milih sendiri, gitu." Neona menyindir Nadhira dengan perkataan yang dianggap tak bermakna bagi Sandi tapi cukup membuat Nadhira semakin pucat.
Nadhira meminta izin ke toilet, dan ini dimanfaatkan oleh Neona."
"Kamu selesaikan semua hal yang harus kamu selesaikan. Jangan menyakiti hati orang untuk mendapatkan kebahagiaan dari orang lain. Saya dan Mas Radith tidak
akan ikut campur. Ini masalah kalian." Neona mengatakan hal yang seharusnya ia katakan. Ia meninggalkan Nadhira yang masih terpaku dan membisu di depan
wastafel toilet." Setelah suasana tegang yang terjadi di restoran, rencana membeli novel Neona pun batal. Ia memilih untuk segera pulang. Selain tampak wajah Radith yang
semakin kusut melihat ulah pacar adiknya itu, Neona juga kehilangan hasrat setelah ia sempat emosi dengan kelakuan Sandi dan Nadhira. Sepertinya isu perjodohan
menjadi isu yang sensitif bagi Neona."
"Mas, kenapa sih, orang jaman sekarang banyak yang merekayasa jodoh begitu" Ya, kalau memang mereka cocok sih, itu urusan lain. Tapi kalau ternyata perjodohan
membuat pihak di luar cerita sakitkan itu salah." Neona mengeluarkan unek-uneknya pada Radith juga yang tampak tak suka dengan keadaan yang baru mereka
hadapi." "Ya begitulah" sebenarnya ngga salah sama perjodohan. Itu kan cara menemukan jodoh juga, kayak kalau kita nyari sendiri, dijodohin itu dipilihin. Jadi
salah kalau memaksakan kehendak dan ada motif di perjodohan itu semua. Menutup mata, atas ketidak cocokan dari yang menjalankan hubungan itu. Itu yang
salah." Radith mencoba memberikan pengertian yang lebih benar kepada Neona. Ia tahu, kekasihnya ini masih sensitif dengan isu perjodohan. Apalagi ternyata
pelakunya masihlah dari keluarga yang sama. Keluarga Pratama."6
Mereka membahas sedikit tentang masalah Reno, hingga mereka sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya pada Reno. Apa yang hari ini terjadi akan dikatakan
oleh Radith, hanya saja semua keputusannya, baik Radith dan Neona tidak akan mencampuri. Biarkan Reno yang memutuskan. Neona dan Radith akhirnya sampai
di rumah Neona, Radith langsung meminta izin, karena besok ia masih banyak pekerjaan. Bahkan hanya tinggal 2 hari lagi, keluarganya melamar keluarga Neona
secara resmi. Meski masalah Reno muncul, Radith berharap rencananya ini tidak berantakan."
*****" "Ren, Mas boleh ngomong ngga?" Radith menginterupsi aktivitas adiknya."
Reno yang sedang bermain game on- line pun menoleh ke arah kakaknya. Tumben, kakaknya sampai meminta izin untuk berbicara padanya."
"Ngomong aja sih Mas, kok tumben pake minta izin. Tentang apa nih" Kan ngelamar Bu Neonanya tinggal besok?" Reno terkekeh melihat wajah Radith yang bersemu
merah ketika nama gurunya itu diucapkan."
"Ini bukan tentang Neona atau Mas. Ini tentang kamu Ren." Radith duduk di samping adik kesayangannya itu.
"Kok tentang Reno Mas?" Reno mengerutkan kening menatap Radith dengan serius dan penasaran.
"Hubungan kamu sama Nadhira gimana Ren" Mas kok sudah lama ngga denger kamu jalan sama dia?" Mendengar nama perempuan yang sudah menjauhi dirinya tanpa
sebab membuat Reno semakin penasaran. Ini kali pertama, kakaknya menanyakan hubungannya."
"Hem,, jujur kami kayak lagi break sih Mas. Reno sibuk sama olimpiade, dia juga ada kompetisi nari gtu. Jadi susah ketemu. Kenapa Mas?" Reno duduk dan
memperhatikan ekspresi Radith dengan seksama. Jelas ini ada apa-apa, tebak Reno.
Setelah menarik nafas dalam, Radith memberanikan diri untuk menceritakan pertemuannya dengan Nadhira, sosok Sandu dengan status yang dikatakan Sandy pada
Radith dan Neona. Reno yang mendengarnya pun diam sejenak mencoba menelaah semuanya."
"Reno memang ngerasa hubungan ini hambar Mas, sejak Reno kecelakaan. Coba Mas bayangin, mana ada pacar yang ngga perhatian kayak Nadhira begitu" Aku hampir
mati karena dia loh. Dia dateng" Ngga kan" Malah justru Clarissa yang selalu bilang aku rivalnya, dateng. Nadhira sama aku memang harus putus Mas." Reno
menanggapi cerita kakaknya."
"Kamu ngga apa-apa Ren" Maksud Mas kamu ngga sedih dengan keputusanmu?" Radith bertanya hati-hati.
"Ngapain sedih Mas,kalau perempuan itu sudah tak satu frekuensi cintanya sama kita, ngapain harus diperjuangin" Berjuang sendiri itu ngga enak. Harus ada
partner atau rivalnya." Jawab Reno.
"Woow, Mas pikir kamu langsung galau gitu Ren. Ini bisa tegar kayak gini, karena sudah ada gebetan baru yaa" Siapa tuh Clarissa" Kayaknya Bunda suka Ren
sama dia.. cocok juga sama kamu, kalau menurut Mas sama Neona yaa.." Radith langsung merubah suasana sedih yang tadi sudah ia bangun dengan menggoda adiknya.
Reno cemberut dan memberikan lemparan bantal pada kakak sulung yang ia cintai ini. Radith memperhatikan adiknya. Ia bangga, bahwa adiknya memiliki kedewasaan
Datuk Lembah Neraka 1 Dewa Linglung 19 Pendekar Tanpa Bayangan Pedang Pembunuh Naga 17
^