Pencarian

La Barka 3

La Barka Karya Nh Dini Bagian 3


mereka. Begitulah kami sering-sering bersama, saling membuka
hati masing-masing. Lalu pada waktu-waktu kawanku tidak ber"
layar, dan aku ingin menemuinya, Sophie meminjamkan apar"
temen yang disewakan David kepada kami berdua. Surat-surat
kawanku dijatuhkan di alamat apartemen Sophie. Dengan demi"
kian, keluargaku tidak mengetahui sama sekali hubungan yang
ada antara Jean dan aku."
Monique baru menyebutkan nama kawannya: Jean. Bagai"
134 La Barka 2.indd 134 manakah dia" Tampan" Tinggi atau sedang tubuhnya" Baguskah
matanya" Monique tidak bertubuh bagus, bahkan sebaliknya.
Dari pinggul dan pinggangnya tidak ada bedanya. Leher yang se"
dang itu pun tebal, dan pada saat-saat tertentu merupakan lipat"
an-lipatan penuh lemak. Tetapi ia memiliki wajah yang selalu
meriah dan segar. Pipinya selalu merah jambu asli. Dan yang
lebih mengagumkan orang adalah betisnya yang panjang ber"
bentuk lampai, serta kaki-kakinya yang ramping. Kami berdua
mempunyai nomor sepatu sama, padahal badannya tiga atau
empat kali tebal badanku. Sepadan dengan keseluruhannya, dada
Monique berat dan menarik perhatian. Selera laki-laki tidak
da"pat diterka oleh perempuan seperti diriku, pendatang dari
seberang lautan dan daerah Timur yang mempunyai cara berpikir
serba berlainan. Lagi pula, Monique memiliki daya pengikat
bukan jasmaniah. Bicaranya tajam, terlalu sering berdasarkan
kebaikan hati yang naif. Itu juga dapat menarik hati laki-laki.
Siang itu, kawanku membukakan rahasianya kepadaku. Dari
sana pulalah aku mulai mengerti sikapnya yang selalu memanja"
kan Sophie, penuh perhatian dan pelayanan. Tapi kini Monique
menjadi khawatir. Dikatakan selanjutnya, kalau hingga saat itu
ia dapat menenggang kelakuan Sophie, semata-mata disebabkan
karena Sophie akan kawin dengan David. Tetapi dengan per"
mainan cinta yang ditunjukkannya tanpa sembunyi-sembunyi
dengan Jacques, kini dengan Xavier, Monique tidak tahu apa
yang harus dia katakan. "Barangkali aku akan masa bodoh kalau Sophie melakukannya
di tempat lain. Tapi di sini, di rumahku! Oh, kalau David men"
dengar hal ini!" "David tidak akan mengetahui, kalau kau tidak mengata"
kannya." 135 La Barka 2.indd 135 "Bukan aku yang akan mengatakan. Kau lupa pada Francine.
Lidahnya berbahaya. Dan dia telah melihat, bagaimana Sophie
bergaul dengan Jacques. Lalu sekarang dengan Xavier...."
"Dia akan tinggal lama di sini?"
"Sudah kukatakan kepada Sophie bahwa aku tidak mau ber"
tanggung jawab kalau sampai David mendengar ia tinggal di sini
bersama kawannya laki-laki. Lalu dia berkata akan tinggal hanya
sehari lagi." "Kalau demikian, mereka pergi besok pagi."
"Mudah-mudahan. Tadi mereka tidak mengatakan mengenai
hal itu." "Kau jadi pergi?"
"Ya, sebenarnya aku ke Marseille untuk bertemu dengan
Jean di apartemen Sophie. Sebab itulah aku tidak dapat berbuat
lain selain membiarkan Xavier datang, karena Sophie juga me"
merlukan tempat untuk tinggal bersama dengan pemuda itu."
Kami sebentar tidak berbicara.
"Yvonne datang malam ini?" tanyaku kemudian.
"Ya. Kuserahkan kepadamu untuk menerimanya. Kau lebih
berumur daripada Sophie. Lagi pula, Sophie akan terlalu sibuk
dengan Xavier. Berilah mereka kamar sebelah lain. Akan ku"
sediakan alas dan selimut."
"Bagaimana dia" Maksudku, cantik?"
"Yvonne" Pendek, gemuk. Setengah Prancis setengah Vietnam.
Anak perempuannya berumur dua belas tahun, yang laki-laki
tujuh tahun." "Suaminya?" "Dengan suaminya yang pertama dia bercerai setelah beranak
seorang, yang perempuan. Lalu hidup bersama dengan orang lain
yang kukenal baik, beranak yang laki-laki itu. Kau lihat, orang"
nya baik dan ramah."
136 La Barka 2.indd 136 "Kau berangkat sore ini dan kembali besok malam?"
"Aku belum tahu kapan kembali. Kulihat nanti dengan Jean,
apakah dia dapat tinggal bersamaku dua atau tiga hari. Kalau
tidak, aku akan kembali besok malam."
"Kalau Xavier masih di sini besok?"
Ia tidak menjawab dengan segera. Lalu mengeluh sambil ber"
kata, "Dengan peristiwa-peristiwa ini aku jadi pusing rasanya. Biar
kita selesaikan nanti sekembaliku. Yang terang aku pergi sore ini.
Untuk beberapa waktu aku mau bermimpi."
Alangkah benar kata kawanku itu. Karena keruwetan soal yang
secara tidak sadar terjalin di rumahnya, Monique memerlukan
pergantian suasana. Bertemu dengan orang yang dicintai selalu
menyegarkan hati dan pikiran.
Malam itu aku melihat acara di televisi seorang diri. Sophie
menghilang dengan pasangannya entah ke mana. Film berakhir
larut di malam dari. Kubawa selimut dan bantal ke ruang duduk,
lalu berbaring di kursi panjang.
Sejak beberapa hari itu pemanas di rumah dinyalakan. Per"
gantian udara akhir-akhir ini amat terasa. Dan dengan alat
pe?"ma"nas yang cukup aku tidak akan sukar berjaga menunggu
keda"tangan kawan Monique dari Paris malam itu. Dengan susah
payah, aku mencoba membaca buku cerita detektif. Halaman
yang sama berulang kali kuturuti huruf-hurufnya dari atas ke ba"
wah. Tetapi aku tidak dapat memusatkan perhatian. Tidak tahu
dengan pasti, pikiran apakah yang mengganggu.
Untuk sementara, aku tidak mengkhawatirkan keadaan ke"
uang"an karena bank suamiku telah mengirim cukup buat per"be"
lan"jaan hingga dua bulan mendatang. Jumlah itu tidak merupa"
kan kekayaan besar, namun dengan cara hidup sederhana yang
biasa kulakukan, aku akan dapat menghematnya. Kalau aku
137 La Barka 2.indd 137 tetap tinggal dengan Monique, pengeluaran yang besar kukira
di"per"untukkan buat makanan.
Kawanku memiliki kepandaian khusus untuk menyediakan
makanan-makanan lezat. Dia gemar sekali memasak. Ini mengun"
tungkan aku karena dengan demikian aku mengenal beberapa
masakan yang semula asing bagiku. Tetapi aku juga ikut menang"
gung pengeluarannya. Sedangkan aku bermaksud untuk berhatihati mengeluarkan uang sebelum segala sesuatunya menjadi pasti
di antara suamiku dan aku, juga sebelum aku mendapat pekerjaan
dengan bayaran yang sesuai dengan kemampuanku.
Ya, barangkali karena memikirkan masalah-masalah hari
depan itulah malam itu aku sukar memusatkan perhatian pada
baca"anku. Kesulitan-kesulitan Monique tidak kuhiraukan benar.
Kalau ia terlibat dalam cerita percintaan orang lain, itu salahnya
sendiri. Ini tidak berarti bahwa aku menyalahkan hubungannya
dengan Jean. Monique cukup dewasa dan mengerti untuk berbuat
menuruti kehendak hatinya. Seperti juga sikapku terhadapmu.
Masing-masing dari kita tidak perlu saling membenarkan atau
menyalahkan karena masing-masing tidak menemukan kepuasan
dalam perkawinan terdahulu.
Aku benar-benar memikirkan Monique dengan persoalan
Sophie. Aku memang sering mendengar ada wanita-wanita muda
yang hidupnya beralih dari pelukan laki-laki satu ke laki-laki lain,
untuk mencari pengalaman, juga untuk dapat mem"beli beberapa
gaun model terakhir, sepatu keluaran toko-toko ter"kenal, dan
sebagainya. Aku tidak membenci atau merasa tidak senang ter"
hadap mereka. Bagiku masing-masing dari kita meng"anut arus
hidup sendiri-sendiri. Segalanya tergantung pada pendidikan
yang diterima sewaktu kecil dan berbagai pengaruh selan"jutnya,
nasib atau peruntungan. 138 La Barka 2.indd 138 Kukira Monique berperasaan sama denganku. Pada umumnya,
kami mempunyai pandangan hidup yang sejajar. Malahan
kadang-kadang kawanku itu jauh lebih maju. Hanya, kebetulan
Sophie adalah wanita muda yang menggauli David. Sophie yang
berarti bijaksana dalam bahasa Yunani, nama yang sering diambil
orang Eropa, mungkin dengan harapan agar pemakainya juga
bersifat bijak. Barangkali Sophie bersifat bijaksana. Tetapi tidak
bagi Monique. Sedang bagiku sendiri, telah kukatakan berkalikali, aku tidak menyukainya. Entah mengapa, tetapi begitulah.
Ada rasa antipati yang kudapati dari keseluruhan dirinya.
Dan kini lebih-lebih lagi karena caranya yang kuanggap
rendah dengan menyalahgunakan kepercayaan seorang lelaki
yang akan menjadikannya seorang istri. David tentulah tidak
memu"tuskan seorang diri ketika memesan cincin pertunangan,
yang tepat masuk ke jari manis Sophie. Sophie tahu dan mengerti
apa yang dia kerjakan. Bagi wanita itu, David adalah mangsa
yang naif, mudah dan setia.
Tiba-tiba aku berpikir bahwa David tidak mengetahui dirinya
menjadi semacam kotak uang yang menyenangkan, di mana
Sophie sewaktu-waktu dapat mengulurkan tangan ke dalamnya
untuk mengambil seberapa dia perlu. Tanpa sadar, kuharap Fran"
cine mengunjungi kami selekas mungkin. Karena seperti kata
Monique, dengan Francine segalanya dapat tersebar luas, seperti
meluasnya kebakaran di hutan-hutan cemara Prancis Selatan di
musim panas. Aku belum pernah bertemu David. Tetapi melalui cerita-cerita
Monique aku mengetahui bahwa pemuda itu tidak akan menjadi
suami yang kikir. Karena bagiku, seorang suami pelit adalah lakilaki malang, yang tidak dapat menghargai kekenesan wanita, ke"
elokan istrinya yang berganti pakaian atau sanggul sesuai dengan
139 La Barka 2.indd 139 umur maupun model sewajarnya. Kedermawanan seorang suami
adalah satu kelebihan yang tidak mudah didapatkan oleh keba"
nyakan perempuan. Pukul dua lebih malam itu, mereka datang. Seperti pada
malam pesta, anjing-anjing tidur di rumah Joseph. Setelah saling
memperkenalkan diri, Yvonne dan anak-anaknya masuk ke dapur
serta mengusung barang-barang dari mobil.
Seperti kata kawanku, wanita itu ramah dan tampaknya ber"
sifat terbuka. Kuterangkan seperlunya bahwa Monique harus
berangkat sore kemarin ke rumah seorang kawan. Kutunjukkan
ka"mar yang akan mereka tempati selama tinggal di La Barka.
Ku"lihat anak-anak gembira karena tahun yang lewat mereka
juga mendapat kamar yang sama. Turun kembali ke dapur untuk
minum, Yvonne memberitahu bahwa keesokan harinya akan
datang seorang kawannya, pelukis dari Paris. Apakah masih ada
kamar buat dia" Aku sama sekali tidak mengharapkannya. Kukatakan bahwa
di ruang bawah atap tentulah ada tempat; hanya aku tidak tahu
apakah Monique akan menyetujuinya. Kujelaskan pula bahwa
Sophie dan Xavier juga ada di La Barka. Baik ditunggu besok
sore, bila Monique kembali pulang.
Tetapi Monique tidak pulang keesokan harinya. Jean barang"
kali ingin tinggal bersamanya dua atau tiga hari. Pelukis yang
datang hari itu mendapat tempat di ruang bawah atap sebelah
barat. Kupasangkan beberapa kain sebagai korden penyekat,
juga penutup ruangan. Di sebelah lain di ruang yang sama ma"
sih bertumpuk kasur-kasur tebal dari karet. Yvonne mengatur
bilik itu sebaik-baiknya. Karena tidak ada tempat tidur, kasur
kami letakkan langsung di lantai kayu. Yvonne mengalasinya
de"ngan kain-kain putih dan selimut yang dapat kutemukan di
140 La Barka 2.indd 140 lemari Monique. Guy, pelukis itu, mempunyai cukup tempat
untuk bergerak dan menimbun segala macam tas dan peralatan.
Dia bah"kan masih memiliki sebuah jendela lebar menghadap ke
barat; pada senja-senja yang terang, dari sana dapat terlihat mata"
hari tenggelam dengan berbagai kekayaan warnanya.
Segera dapat kunyatakan bahwa tanpa Monique di rumah,
segala sesuatu menjadi kurang menyenangkan. Datangnya
Yvonne berarti terjaminnya kebutuhan kendaraan buat berbelanja
ke desa Trans, juga buat pengambilan air minum. Bagiku serta
bagi Sophie, sisa makanan yang kami beli untuk seminggu atau
bebe"rapa hari masih ada. Tetapi dengan tambahnya penghuni
dibutuhkan lebih dari itu.
Sophie dan Xavier tidak mau turun berbelanja maupun me"
nolong mengangkut air dari desa. Mereka mengulang beberapa
kali bahwa mereka tidak mau menjadi gemuk, hanya makan
seadanya, roti, selada serta buah-buahan. Yvonne membantah
bahwa meskipun hanya makan itu, juga harus tetap turun ke
desa untuk mengisi botol-botol besar dengan air minum di depan
gedung wali kota. Lalu kembali ke La Barka bersama-sama. Tetapi
Sophie dan Xavier tidak mau pergi. Akhirnya, kami mengalah.
Tetapi Yvonne memisahkan makanan yang dia beli, menem"
pel"kan namanya dengan huruf besar-besar, lalu ditaruh di
lemari es. Sedangkan sayur dan buah-buahan dibawanya ke da"
lam kamar. Untuk makanan, aku berpendapat seperti Sophie.
Apalagi karena memang sebaiknya kami menghabiskan dulu apa
yang ada di rumah. Tetapi melihat sikapnya dan Xavier yang
masa bodoh untuk mengambil air, kupikir mereka keterlaluan.
Seharian mereka tidak mempunyai kesibukan selain bercanda,
bercumbu, dan tidur bersama. Kadang-kadang aku merasa muak
melihat mereka berdua. Aku senang melihat pasangan-pasangan
141 La Barka 2.indd 141 yang rukun, lebih-lebih bila jasmaniah mereka sepadan, seperti
halnya dengan Sophie dan Xavier.
Pemuda itu sedang, badannya ramping dan penuh kekuatan.
Mukanya sederhana, tetapi simpatik. Potongan kepala seimbang
dengan bentuk wajahnya yang selalu berwarna kecoklatan se"perti kebanyakan pemuda-pemuda Prancis Selatan. Memang
keduanya merupakan pasangan yang pantas. Keduanya muda dan
kelihatan sehat. Tampak saling mencinta, bahkan terlalu tampak,
hingga semua yang mereka kerjakan bersama kelihatan tidak
asli, dibuat-buat untuk dipertunjukkan kepada kami penghuni
La Barka. Tinggal bersama orang lain di rumah kawan yang sedang tidak
hadir, baru kuketahui memerlukan kesabaran besar. Dengan
anakku, aku tidak mempunyai persoalan. Dengan Joseph, demi"
kian pula. Tetapi selalu menjadi orang ketiga pada saat-saat
kesalahpahaman terjadi antara Sophie dan Yvonne, rasanya aku
ingin segera meninggalkan tempat itu. Terhadap Yvonne sendiri


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku juga tidak mendapatkan kesulitan. Terang bahwa hadirnya
Guy di La Barka bukanlah untuk menjadi penonton atau pelukis
yang mengabadikan keindahan alam.
Yvonne banyak bercerita mengenai dirinya. Yvonne bersenang
hati bila orang menanyakan kehidupannya karena menaruh
perhatian kepada pengalamannya. Dan aku menjadi orang yang
sering bertanya karena aku memang ingin menceritakan kejadian
serta kehidupan orang-orang yang kutemui di Eropa sebagai
tempat tinggalku. Kawanku Monique pernah berkata bahwa Yvonne sejak bebe"
rapa tahun tinggal serumah dengan seorang laki-laki. Tetapi
Yvonne menyebut laki-laki itu "suamiku". Dengan jelas aku me"
lihat bahwa padanya masih ada rasa rendah diri, perasaan ber"
142 La Barka 2.indd 142 salah karena tinggal bersama seorang laki-laki tanpa kawin. Atau"
kah dia masih berpikir bahwa orang-orang yang kawin mendapat
tempat lebih terhormat" Lebih-lebih bagi seorang perempuan"
Ataukah dia sengaja menceritakan karena dia kira aku belum
mengetahui hal yang sesungguhnya"
Bagaimanapun juga, Yvonne menceritakan kepadaku bahwa
"suaminya" sejak beberapa bulan tidak tinggal serumah lagi de"
ngan mereka. "Suamiku adalah seorang penerbit. Aku selamanya bekerja
menjadi sekretarisnya di kantor. Setelah aku tidak lagi bekerja di
kantornya, segalanya tiba-tiba menjadi salah. Sekarang dia tidak
menghendaki diriku lagi. Sekretarisnya yang baru telah meng"
ambil tempatku. Begitulah nasib perempuan. Awasilah benarbenar segala hal di sekitar suamimu, kau akan selamat."
Demikianlah kata-katanya yang diucapkan dengan sungguhsungguh. Kami ber-aku dan ber-engkau oleh persahabatan yang
terjalin cepat di antara kami berdua. Bagiku tidak ada halangan
untuk bergaul akrab karena kulihat wataknya yang terus terang
dan terbuka. Dia tidak lupa menanyakan banyak hal mengenai
diriku. Seperti yang kukatakan kepada orang-orang lain, aku
ting"gal di La Barka untuk berlibur, tetapi juga untuk menunggu
penyelesaian perceraianku. Selain itu, aku hanya omong kosong
karena kupikir tidak perlu seorang yang baru kukenal seperti
Yvonne mengetahui lebih banyak.
Malam ketiga sejak kepergiannya, Monique menelepon. Dia
juga berbicara dengan Yvonne sebentar. Kepadaku dia tanyakan
apakah segalanya baik dan tidak ada masalah. Kujawab sebaiknya
dia lekas kembali. Juga kukatakan ada surat lagi dari Daniel.
Lalu Monique berkata akan pulang esok pagi-pagi. Aku gembira
mendengar itu. Setidak-tidaknya bukan aku lagi yang akan meng"
143 La Barka 2.indd 143 urusi pertengkaran-pertengkaran yang terjadi antara Sophie dan
Xavier dengan anak-anak Yvonne atau Yvonne sendiri. Selalu
mengenai kamar mandi, mengenai kegaduhan langkah-langkah
di ruang bawah atap yang mengganggu kamar-kamar di tingkat
lebih rendah dan lain-lain lagi.
Sejak pagi, hari terang dan hangat. Berangsur dengan naiknya
matahari, udara menjadi panas, menjanjikan musim yang sebe"
nar"nya untuk hari itu. Yvonne yang sejak kedatangannya ter"
kurung oleh cuaca buruk dan kewajiban-kewajiban berbelanja
serta mengangkut air, pagi itu cepat-cepat membangunkan anakanaknya lalu berangkat ke pantai. Aku sempat bertemu hanya
sebentar. Di dapur, sewaktu aku turun bersama anakku, dia telah siap,
hendak keluar menuju mobil. Kudengar suaranya menawari
Joseph untuk pergi bersama ke pantai. Tukang kebun yang tahu
diri, dengan sopan menjawab tidak mau. Dari jendela dapur aku
melihat Yvonne di samping mobilnya, masih berbicara dengan
Joseph. Mungkin membujuknya supaya ikut pergi. Kemudian
kulihat dia beranjak, dan masuk ke rumah, ke dapur.
"Aku mau memanfaatkan hari yang cerah ini untuk pergi ke
laut," katanya kepadaku.
"Monique datang pagi ini," sahutku.
"Lalu?" "Barangkali kau dapat menunggunya. Atau pergi menjemput"
nya ke stasiun di Les Arcs."
"Dia tidak minta dijemput kemarin, bukan?"
"Tidak." "Aku sudah terkurung di sini tiga hari, sekarang aku mau
ke"luar. Bagaimanapun, aku kemari bukan untuk menjadi peng"
usung air atau penjemput orang."
144 La Barka 2.indd 144 Aku tidak menyahut. Barangkali Yvonne benar. Lagi pula,
Monique tidak mengatakan pukul berapa keretanya akan tiba dari
Marseille. Kalau ditunggu, siapa tahu Yvonne akan kehilangan
hari yang bermatahari itu. Tetapi aku tidak menyukai caranya
menjawab. Keluar dari rumah, kudengar sekali lagi ia bertanya kepada tu"
kang kebun. Lalu deru mobil meninggalkan halaman depan. Bebe"
rapa waktu kemudian, kulihat Guy menikmati makanan pagi.
"Saya kira Anda ke pantai bersama Yvonne dan anak-anak,"
kataku. "Maunya Yvonne demikian. Tetapi saya hendak melukis.
Ke"marin saya menemukan sudut yang manis di Trans, di dekat
jembatan. Sekarang harinya baik, jadi saya akan mengerjakan
lukisan itu." "Anda tidak memilih laut?"
"Kadang-kadang saya memilih laut. Tetapi kali ini saya kira
lukisan dahulu karena laut tidak akan lari, tetap di tempatnya.
Sedangkan lukisan, beberapa hari lagi warna-warna pohon dan
lainnya dapat berubah."
"Satu pikiran yang realistis. Tapi kelihatannya Yvonne tidak
bersenang hati karenanya."
"Oh, selalu demikian. Dia maunya menang sendiri. Kalau dia
memutuskan untuk tidak mau mengerti, ya begitulah."
Aku tersenyum. Sebab itulah Yvonne mendesak Joseph untuk
berangkat ke pantai dengan mereka. Laki-laki yang mana pun
jadilah! Dengan Guy, sebentar aku berbincang mengenai beberapa hal,
lalu dia bersiap-siap akan turun ke desa. Lengkap dengan alatalatnya. Kulihat dia berangkat meninggalkan rumah, berbelok,
lalu menghilang di balik pohon-pohon zaitun.
145 La Barka 2.indd 145 Setelah mengemasi alat-alat dapur, bersama anakku aku ke
kebun. Sophie dan Xavier belum turun. Aku semakin tidak mem"
pedulikan apa yang mereka kerjakan. Apalagi Monique datang
pagi itu. Dialah yang harus mengambil keputusan, kapan Xavier
harus pergi dari sana. Monique datang sekitar pukul sepuluh, diantar oleh Ren".
"Aku beruntung sekali pagi ini. Kuambil bus dari Les Arcs,
turun di depan gereja, lalu siapa yang kulihat" Ren"!" katanya
sambil mencium kedua pipiku. Sambungnya "Bagaimana kau" Di
mana Yvonne?" "Mereka ke laut."
Ren" mendekatiku, dan mencium pipiku pula. Aku tersenyum
kepadanya. Terus terang kukatakan, aku gembira melihatnya pagi
itu. Sejak malam pesta kami tidak bertemu. Aku berjanji akan
meneleponnya, tapi sampai waktu itu belum kukerjakan.
"Kau tidak pergi dengan mereka ke pantai?" tanya Ren".
"Tidak. Monique pulang hari ini."
"Rina selalu mematuhi tata cara kesopanan," kata Monique
sambil menuju ke rumah. "Kau mau minum apa, Ren?""
"Kalau ada, jus saja."
Kutinggalkan anakku di kebun. Beberapa hari dia tidak ber"
main di luar. Karena udara baik lagi, kubiarkan dia meneguk
keha"ngatan matahari sebanyak mungkin.
Seperti biasa, kami duduk di dapur. Monique membaca suratsurat. Ren" minum jus.
"Kapan kita keluar malam, Rina?"
"Sekarang Monique ada di rumah, kapan-kapan saja."
Ren" berpaling menghadap ke kawanku lalu berkata,
"Kuajak Rina keluar malam."
Monique mengesampingkan surat-surat, kelihatan wajahnya
146 La Barka 2.indd 146 lebih segar dan bercahaya, walaupun tampak bekas-bekas kele"
tihan kurang tidur. "Ya, bawalah dia keluar. Kalian cukup dewasa, mengapa mem"
beritahu lebih dulu kepadaku?"
"Harus kutanyakan, kalau kau mau menjaga anakku," kataku.
"Kau bodoh, tentu saja kujaga anakmu," sahut Monique.
"Kapan, Rina?" desak Ren".
"Bagiku kapan-kapan saja. Aku selalu di rumah."
"Sabtu yang mendatang ini?"
"Ya, lebih baik Sabtu karena Senin yang akan datang, Daniel
tiba," sela Monique. "Dan kau tahu, aku tidak senang berduaan
dengan dia." "Dia datang?" Ren" keheranan.
"Ya, Senin nanti. Suratnya yang lalu mengatakan bulan
depan. Tapi tiba-tiba sekarang dia sudah ada di Belgia."
"Barangkali urusan dapat diselesaikan lebih cepat," kulihat
Ren" mengejapkan matanya.
"Rina sudah tahu," jawab Monique. "Ya, barangkali urusan
sudah dia selesaikan. Ah, aku akan dapat menarik napas lega."
Kami dengar suara langkah-langkah di tangga, lalu Sophie
dan Xavier muncul di pintu. Masing-masing bersalaman atau
ber"ciuman. "Ada surat dari Daniel," kata Monique sambil melihat kepada
Sophie. "Sebaiknya kau baca sendiri karena ada hal yang me"
nyangkutmu." Sophi membaca halaman yang ditunjukkan. Sebentar-seben"
tar alisnya naik, atau kepalanya ditelengkan. Dia berikan kembali
kertas itu kepada Monique.
"Lalu?" tanyanya, suaranya biasa.
"Kau mengerti maksudku atau tidak?"
147 La Barka 2.indd 147 "Daniel mengatakan akan datang. Dia juga mengatakan tidak
ingin menjumpai terlalu banyak orang di rumahnya, terutama
orang-orang yang tidak dia kenal."
"Jadi aku ingin tahu, kapan Xavier pergi," kata Monique lagi.
"Oh, saya dapat pergi sewaktu-waktu. Di Draguignan ada
kawan yang menyediakan kamar buat saya," sahut pemuda itu.
"Kalau Xavier pergi, saya juga turut," kata Sophie.
Aku tidak dapat menyembunyikan kejengkelanku mendengar
suaranya. Itu diucapkan seolah-olah sebagai ancaman. Seakanakan Monique tidak dapat hidup tanpa dia karena selalu memerlu"
kan bantuannya. Tetapi dengan sabar Monique mengemukakan
rasa penyesalannya harus "mengusir" mereka. Lalu dengan terus
terang pula dia mengatakan bahwa hal itu lebih patut karena
dia tidak mau hubungannya yang baik dengan David terancam.
Disambung lagi bahwa buat Sophie pintu La Barka akan selalu
terbuka, seperti pada waktu-waktu yang lalu.
Aku berkesimpulan bahwa Xavier juga mengetahui Sophie
telah bertunangan dengan David. Barangkali oleh desakannya,
Sophie tidak lagi mengenakan cincin berlian yang biasa kulihat.
Atau mungkin pula cincin itu merupakan hambatan saat terjadi
belaian yang intim. Akhirnya, Monique berkata,
"Sebelum pergi, sebaiknya kalian memberikan alamat baru
karena kalau ada surat datang dapat diteruskan. Di mana?" Ka"
wan"ku menarik sampul surat yang baru diterima, lalu bersiap
akan menulis. "Oh, di tempat Francine," Xavier menjawab, seolah-olah
Francine adalah kawan karibnya sejak berpuluh tahun.
Tanpa sadar Monique dan aku berpandangan. Lalu katanya,
"Mudah kalau demikian."
Kami berdua mengantar Ren" hingga ke mobil.
148 La Barka 2.indd 148 "Kau lihat, Ren?" Kau meninggalkan rumah, Francine mene"
rima pondokan," kata kawanku.
"Oh, dia bisa berbuat sekehendak hatinya!"
"Yang kukhawatirkan, Francine akan bercerita kepada David."
"Biarkan dia bercerita, Monique," aku menyambung. "Kurasa
justru itulah jalan yang sebaik-baiknya. Kau harus menyelamatkan
David dari Sophie. Kasihan dia dikelabui. Dia tidak tahu bahwa
Sophie mempunyai kekasih begitu, bukan?"
"Tidak. Setidak-tidaknya itulah yang kuketahui. Dia selalu
menyebut Sophie dengan segala kebaikannya. Baru kali inilah
aku melihatnya demikian."
"Barangkali ia memang sengaja berbuat begitu untuk mele"
paskan diri dari David. Barangkali ia sudah bosan," kata Ren".
"Sudah lama mereka berkenalan?"
"Setahun kukira. David membawanya kemari liburan tahun
yang lalu." Ren" meninggalkan La Barka, kami berdua masuk ke rumah.
Kami dapati Sophie seorang diri di dapur, masih meneruskan
minum kopi. Kamar mandi kelihatan tertutup dan terdengar
suara air. Xavier tentu ada di dalamnya.
"Apakah pelukis kawan Yvonne itu juga akan kau suruh pergi?"
tanya Sophie kepada kawanku.
"Itu juga merupakan soal. Dalam suratnya, Yvonne sama sekali
tidak mengatakan akan membawa kawannya kemari. Tetapi
Daniel kenal baik dengan Yvonne. Mereka berkawan bahkan
sebelum perkawinan kami. Lagi pula selalu Daniel mengundang
Yvonne dan anak-anaknya supaya berlibur di sini. Jadi lain dengan
halmu dan Xavier. Kau baru bertemu Daniel satu kali, meskipun
sekarang dapat dikatakan kenal baik, tapi setidak-tidaknya masih
kurang erat kekawanannya dibanding dengan Yvonne."
149 La Barka 2.indd 149 "Mendengar kau berkata demikian, seolah-olah kau takut
kepada suamimu." "Bukan takut, Sophie, tapi segan. Aku tidak suka percekcokan.
Kalau dia temui kau di sini seorang diri, lain soalnya. Tetapi
kalau ada Xavier, dia akan bertanya, lalu aku harus menerangkan
yang sebenarnya. Tentulah di hari-hari yang menyusul dia akan
melihat sendiri pergaulan kalian."
Mereka sebentar diam. Aku menolong kawanku mulai meng"
atur pecah-belah yang akan dicuci.
"Daniel mengetahui bahwa kau kawan tetap David. Jadi
bagiku lebih baik kalau ia tidak melihatmu bersama pemuda lain
di sini." "Orang dapat berubah pikiran, bukan?"
"Tentu. Boleh saja engkau berubah pikiran, tetapi jangan
kaupergunakan rumah ini. Daniel juga menyebut La Barka se"
ba"gai rumahnya. Kalau dia pulang dan berkata tidak mau men"
jumpai orang-orang yang tidak dia kenal, aku menghormati


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehen"daknya itu."
Monique menjelaskan dengan suara sabar. Sophie menjawab
dengan cara yang masa bodoh. Aku meninggalkan keduanya un"
tuk menengok anakku di kebun.
Siang itu kuterima suratmu. Berkali-kali ia kubaca, pendek
namun penuh isi. Tidak lupa kaukatakan di dalamnya keingin"
anmu segera dapat meninggalkan daerah yang kau sebut "busuk"
itu. Tidak ada hal mengenai serangan yang baru-baru ini aku sak"
sikan di televisi. Mungkin suratmu berangkat sebelum kejadian
tersebut. Kau lebih berani membicarakan hal kita berdua dari"
pada di surat-surat yang lalu. Barangkali ini disebabkan oleh
penge"tahuanmu bahwa aku akan segera berpisah secara sah dari
suamiku. Kautambahkan di bawah beberapa alamat di kota150
La Barka 2.indd 150 kota kecil di sekitar Paris, di mana aku seharusnya mencoba
menanyakan mengenai tempat tinggal maupun pekerjaan. Aku
gembira menerimanya. Bagiku itu adalah bukti perhatianmu
terhadap masa depanku. Kaukatakan bahwa aku sebaiknya tidak
tinggal jauh dari ibu kota karena sehabis masa kerjamu di Saigon,
kau akan bekerja di kantor pusat surat kabarmu.
Malam itu dengan Monique aku berbincang hingga larut.
Kami berbaring berdua di tempat tidurnya. Yvonne dan anakanak"nya kelelahan setelah seharian di pantai. Sebelum pukul sem"
bilan telah tidur. Tidak ada niat untuk melihat film di televisi.
Beberapa hal mengenai kau kusingkapkan kepada Monique.
Tidak semuanya. Karena aku ingin menyimpannya hanya untukku
sendiri. Aku membuka rahasia ini kepada Monique, sebagai ganti
atau pembayaran kepercayaannya telah menceritakan kepadaku
mengenai Jean. Tidak kukatakan kepadanya bahwa kau bertugas
di Saigon, melainkan di Timur Tengah, yang juga tetap bergolak
dengan perang tidak menentu. Aku juga tidak mengatakan nama"
mu yang sebenarnya. Beberapa orang berpendapat bahwa nama
tidak ada artinya. Tetapi bagiku berlainan. Nama seseorang selalu
ada artinya, apalagi jika itu merupakan nama seseorang yang kita
sayangi, kita cintai. Mungkin tidak ada arti kata-katanya, hanya
pada pendengaranlah itu dapat dirasakan. Dan namamu bagiku
memiliki arti besar sekali.
Sabtu pekan itu aku jadi keluar dengan Ren". Kami ke Nice
melalui jalan tol. Di sana kami bertemu dengan sepasang kawan"
nya, lalu kami makan di restoran. Sesudah itu kami melihat film
baru yang ditangani oleh Bertolucci, sutradara terkenal. Segalanya
lezat dan bermutu. Makanan di rumah makan sederhana tetapi
sedap, filmnya juga bagus. Hanya kami mendapat tempat agak di
depan. Keluar dari sana mataku sakit dan kepalaku pusing.
151 La Barka 2.indd 151 Ren" membawaku langsung pulang ke desa Trans. Tapi se"
waktu melalui jalan di pinggir laut, kami memutuskan untuk
minum kopi. Di sebuah kafe kami berhenti, menghadap laut te"
rang oleh deretan lampu-lampu sepanjang pantai yang mene"rangi
pelabuhan tua. Di masa itu digunakan sebagai tempat kapalkapal pesiar bersandar.
Kota-kota di pantai Laut Tengah tidak pernah tidur di malam
hari. Trotoar penuh manusia dengan berbagai cara berpakaian.
Sebentar-sebentar mobil lewat, lalu beberapa orang muda keluar
dari kafe, berbondongan memenuhi jalan raya. Ren" ingin mem"
bawaku ke kabaret. Keluar dari pelabuhan tua, kami berjalan kaki menuruti
lorong-lorong sempit tetapi selalu menarik oleh keasliannya.
Kami menuju kota yang juga disebut tua, turun dan naik tangga
batu. Tetapi sampai di kabaret tidak ada tempat lagi. Sabtu ma"
lam, kami seharusnya datang lebih sore. Aku agak kecewa karena
di kabaret itu terdapat acara pelawak yang kusukai.
Lalu kami meneruskan jalan kaki, mengambil arah yang tidak
langsung ke tempat mobil diparkir. Kami berjalan berdampingan
atau beriringan, sesuai dengan keadaan lorong atau tangga yang
kami lalui, tergantung pada etalase toko yang ingin kami lihat.
Kadang-kadang tangan Ren" menggandengku, kadang-kadang
kurasakan di atas pundakku.
Kami berbicara ringan dan bebas, mengenai bermacam hal
dan berbagai pendapat. Malam itu aku lebih mengenal Ren" dan
mengenal caranya berpikir. Dia dapat dikatakan laki-laki yang
lemah kemauan, tidak suka berjuang untuk mendapatkan lebih
dari yang dia miliki. Amat aneh buat seorang pedagang. Tetapi
biasa buat orang-orang dari daerah Prancis Selatan. Sifatnya da"
pat dikatakan lunak, namun tidak lepas dari kebaikan-kebaik"
152 La Barka 2.indd 152 an terhadap orang lain, umpamanya selalu siap sedia membantu
kenalan atau kawan. Monique mengulang berkali-kali, jika
orang memerlukan bantuan Ren", dapat dipastikan akan ber"
hasil. Dalam hal apa saja. Ren" tidak kaya, tetapi dia selalu
sedia memberi bantuan uang secukupnya kepada seorang kawan
yang memerlukan. Soal kendaraan pun demikian pula. Pernah
dia meminjamkan sebuah dari mobil-mobil dagangannya kepada
seorang kawan. Kawan tersebut mendapat kecelakaan jauh dari
kota. Ren"-lah yang membiayai segala pengeluaran pengang"
kutan serta perbaikan mobil itu. Seandainya hal itu terulang,
dengan senang hati dia akan membantu pula. Mungkin orang
dapat mengatakan bahwa Ren" bersifat lembek. Tidak memiliki
kepribadian yang kuat. Tetapi sebagai seorang kawan, dia amat
bernilai. Pukul satu malam kami pulang ke La Barka, mengambil
jalan yang sama. Di dalam mobil kami meneruskan pembicaraan
mengenai film yang telah kami lihat, buku-buku yang telah kami
baca, lalu berpindah ke soal perkawinan. Pandangannya seperti
kebanyakan laki-laki lain. Perkawinan baginya terutama untuk
membangun keluarga, yang berarti untuk mempunyai anak. Dia
melanjutkan bahwa seandainya Francine dan dia mempunyai
anak, apa pun yang kurang dari istrinya akan dapat dimaafkan
dan diterima. Teringat olehku pada malam pesta, Ren" mencium dan mem"
belai kepala anakku. Masih kelihatan olehku gambaran itu, pan"
dang Ren" yang merasuk tajam seakan hendak menelan bulatbulat anakku yang tidur dengan segala sifat kebocahannya. Aku
tidak dapat membayangkan kesedihan laki-laki yang tidak mem"
punyai keturunan. Aku bahkan tidak memahaminya. Bagiku
laki-laki tidak akan sanggup hidup seharian tinggal di rumah
153 La Barka 2.indd 153 untuk merawat rumah dan anak-anak. Mereka berkata senang
kepada anak-anak itu hanya sebentar-sebentar. Dapatkah lakilaki mempunyai kesabaran yang sama dengan perempuan" Sean"
dainya dunia menjadi terbalik, perempuan-perempuan harus
bekerja mencari nafkah dan laki-laki tinggal di rumah, akankah
mereka tetap berkata bahwa mereka senang kepada anak-anak
mereka" Kami terus berbantah mengenai hal itu hingga sampai di
halaman La Barka. Dari jauh kulihat jendela tengah di tingkat pertama masih
menyala. Monique belum tidur. Ren" menghentikan mobil di
tempat biasanya, agak jauh dari tangga teras. Aku hendak turun
ketika tangannya meraih wajahku dan berkata,
"Kau puas dengan tamasya kita malam ini?"
"Puas sekali." "Sayang mengenai kabaret itu. Lain kali tidak usah ke bioskop.
Dari sini langsung makan, lalu ke kabaret."
"Ya, tapi harus ada pelawak yang benar-benar lucu."
"Itu dapat dilihat di surat kabar."
"Bagaimanapun, terima kasih banyak-banyak untuk malam
ini." Kuraih tengkuknya yang lebih tinggi dariku, dan kucium
pipi"nya. Bibirnya hangat mengusap bibirku. Aku segera menun"
dukkan kepala. "Ren", kau ingat kataku dulu" Persahabatan yang kaumaksud"
kan mungkin berlainan dengan yang kumaksudkan."
Dia tertawa lembut, dirangkulkannya lengannya ke leherku.
"Kau tidak suka kepadaku?" dia bertanya.
"Kalau aku tidak suka kepadamu, tentu aku tidak keluar
malam dengan kamu." 154 La Barka 2.indd 154 "Biarkan aku menciummu barang sekali."
"Hanya untuk pacaran?"
"Hanya untuk pacaran."
Kami berpandangan sebentar sebelum kurasakan sentuhan
bibirnya yang semula lembut kemudian menjadi panas dan ber"
nafsu. Akhirnya, kutolakkan tubuhnya perlahan. Aku memaling"
kan kepala menghindari wajahnya. Diciumnya rambut dan teng"
kukku. "Aku ingin kita tetap berkawan, Ren"," kataku. "Kalau kita
melewati batas kekawanan yang biasa, kalau seseorang dari kita
berbuat kesalahan, tidak akan ada lagi perasaan kesungguhan
seperti semula. Mungkin dendam, mungkin kemarahan."
Ren" menegakkan kepalanya. Dalam keremangan sinar, sekali
lagi dia menatap mataku. Kedua tangannya memegang wajahku.
"Kau benar," akhirnya dia menyahut. "Kau memang benar.
Hanya, kalau pada satu kali kau kesepian, ingatlah kepadaku."
"Aku akan ingat kepadamu."
"Kau panggil aku?"
"Dan kau akan datang secepatnya?"
"Secepatnya." "Meskipun umpamanya aku tinggal jauh dari sini?"
"Aaah, kau harus memberiku waktu dua atau tiga hari."
Kami tertawa perlahan bersama-sama. Aku turun dari mobil.
Dia antarkan aku hingga pintu. Sekali lagi dia cium sudut bibir"
ku. Betul seperti yang kukatakan kepada Ren", aku puas dengan
tamasya malam itu. Telah lama aku hidup, dapat dikatakan, ter"
penjara oleh kewajiban sebagai ibu. Aku gemar menonton film.
Di Draguignan ada beberapa gedung bioskop yang sering mem"
pertunjukkan film bagus. Pada hari-hari libur dan Minggu, ada
155 La Barka 2.indd 155 pertunjukan pagi dan siang yang sebenarnya dapat kulihat. Tetapi
aku tidak suka meninggalkan anakku di bawah pengawasan
orang lain. Apalagi suasana malam seperti yang kusaksikan
dengan Ren" di Nice belum pernah kulihat sebelumnya. Aku
mengenal kota itu hanya pantainya yang menggarisi jalan besar,
menghubungkan lapangan terbang. Sekarang aku telah mengenal
sebagian lain dari kota dengan daya tarik lebih asli.
Kehidupan malam Prancis yang sering kubaca dan kudengar
mulai kulihat sendiri. Dan bukan suamiku yang memperkenalkan
kepadaku sebagaimana dulu sering kuimpikan. Seperti kebanyak"
an orang, sewaktu kawin aku juga memendam harapan-harapan
lain yang tidak menyinggung kekeluargaan. Prancis yang kukenal
sejak aku mempelajari bahasa di sekolah, dilanjutkan ke kursus di
kedutaan, kemudian negerinya yang kukenal waktu aku bekerja
pada keluarga Prancis, itu semuanya bukan Prancis yang kudengar
dan kulihat dari cerita kawan yang telah pergi ke sana. Mereka
kelihatan ringan hati menikmati berbagai pemandangan, keluarmasuk daerah tontonan yang berakhir larut, dilanjutkan ke ton"
tonan lain, untuk kemudian diteruskan ke rumah makan yang
menyediakan soup a l"oignon, masakan Prancis yang terkenal.
Mereka menceritakan pula ketika berjalan-jalan menelusuri
trotoar penuh kursi-kursi kafe pada musim yang baik, semuanya
dikerjakan dengan perlahan dan lena, tidak tergesa. Aku datang
di negeri ini pertama kali sebagai pengasuh, pamong anak-anak.
Sering aku mendapat libur dari majikanku, walaupun ha"nya bebe"
rapa jam. Aku juga sempat keluar dari siang hingga sore, tetapi
jarum arloji yang ada di tanganku selalu kuingat. Ini mem"buat
aku gelisah. Tidak pernah aku menikmati masa senggangku di
soup " l"oignon: sup bawang bombay
156 La Barka 2.indd 156 kota tanpa kekhawatiran akan terlambat kembali ke tempatku
bekerja. Sesudah kawin, suamiku mendapat cuti dua bulan dari kan"
tornya, yang kami gunakan sebagian besar untuk berkeliling
di Indonesia, Semenanjung Malaysia dan Singapura, di mana
ter"dapat taman-taman cagar alam yang ingin dia lihat. Waktu
sepuluh hari yang kami habiskan di Prancis adalah untuk me"
nengok beberapa anggota keluarganya, kemudian beberapa hari
di Prancis Selatan. Paris hanya sehari kulihat, sambil berlari dari
stasiun metro ke perhentian bus atau sebaliknya.
?"" Karena hari kedatangan suaminya diajukan lebih dari sepuluh
hari, Monique tidak bekerja di toko mulai Kamis, jadi dua
hari setelah pulang di La Barka. Sejak waktu itu pula, ia tidak
henti"nya membersihkan rumah. Yvonne mendapat kesempatan
menggantikan Monique sebagai penjual di toko Francine. Bagi"
nya amat menguntungkan. Pagi dia berangkat dengan kedua
anaknya, siang datang untuk makan, kemudian berangkat lagi
sambil meninggalkan anak-anaknya di kolam renang. Aku tidak
turut karena takut kena selesma lagi. Sabtu berikutnya aku akan
keluar malam dengan Ren". Apalagi aku tidak begitu suka kepada
anak-anaknya. Omongan mereka kasar, tidak sopan. Anakku
dengan mudah akan dapat mereka pengaruhi.
Minggu siang kami mendapat kesempatan duduk bersama di
ruang tamu. Udara cerah tetapi sejuk. Monique mengatur tempat
perapian dengan hiasan kayu kering ditambah beberapa jenis
bunga ilalang, sehingga tampak unik menarik. Rumah bersih dan
siap menerima kedatangan suaminya.
157 La Barka 2.indd 157 Tamu yang mulai datang ialah kedua orangtua Daniel. Mereka
merupakan pasangan yang paling aneh yang pernah kulihat. Yang
laki-laki pendek dan gemuk, selalu berbicara dengan suara keras
dan ludah tersembur. Dia mengenakan baju wol tebal berwarna
hijau. Sekilas pandang, terbayang olehku seekor ulat hijau yang
selalu menggeliat penuh lipatan di tubuhnya. Kalimat-kali"mat
yang dia ucapkan menunjukkan pendidikan yang tidak mem"
pedulikan sopan santun. Bagi orang-orang seperti dia, tata cara
per"gaulan tidak merupakan kepentingannya. Sedangkan perem"
puan yang duduk di sampingnya, membisu saja jika tidak ditanya
oleh Monique atau Yvonne yang juga telah mengenal dirinya.
Keriput-keriput kulit memenuhi wajah. Pipi menurun, berupa
kantung-kantung kecil kendur. Tidak ada selintas sinar pun
dari pandang kedua matanya, sehingga air muka tampak dingin
membeku. Mulutnya kecil membentuk garis setengah lingkaran
yang tajam. Badannya beberapa sentimeter lebih tinggi dari
suaminya. Duduknya tegak, betis-betis tersusun baik.
Mereka berdua baru pulang dari daerah Paris. Daniel telah
menelepon dari Brussel dan berkata akan sampai di La Barka
hari Senin. Jadi mereka mendahului datang untuk melihat apa"


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kah segalanya telah semestinya buat menyambut anak mereka.
Selintas Monique melayangkan pandang ke arahku. Aku me"
ngerti. Seperti dia, aku merasakan betapa kalimat itu menyakit"
kan hati orang yang bersangkutan. Dengan tenang seperti biasa,
Monique bertanya, apakah yang dimaksudkan mereka "siap dan
semestinya" untuk menyambut Daniel.
"Tentu saja rumah harus dibersihkan. Daniel mengatakan di
telepon tidak mau rumahnya penuh dengan orang-orang yang
tidak dia kenal." "Tetapi Bapak dapat melihat, La Barka selalu bersih. Setiap
158 La Barka 2.indd 158 kali Bapak datang, apakah pernah melihat La Barka kotor" Me"
ngenai tamu-tamu, yang ada di sini waktu ini adalah orang-orang
yang sudah dikenal Daniel dengan baik. Kecuali Guy, dia kawan
Yvonne. Oleh karenanya Daniel tidak akan menolak pemuda
itu." "Yang ini?" sambungnya sambil mengangkat kepalanya ke
arahku. "Sudah saya perkenalkan tadi, ini Rina, tinggal di sini sejak
beberapa minggu bersama anaknya. Suaminya akan datang pula.
Mereka adalah kawan kami sejak dari Vietnam."
"O ya, saya lupa. Bila suaminya datang?"
"Minggu depan," jawabku asal saja.
Lagaknya berbicara sambil memandang rendah kelilingnya
amat tidak kusukai. Tetapi dia bersikap demikian tidak hanya
terhadapku. Namun, aku merasa tak tahan diperlakukan orang
sebagai bawahannya. Selagi mereka masih duduk, aku keluar ke teras mengamati
anakku di kebun. Telah kusaksikan sendiri, bagaimana mertua
kawanku. Kalau Monique dan Daniel jadi bercerai, aku yakin
kawanku akan benar-benar bernapas lega. Lingkungan keluarga
Monique sama sekali berbeda dengan lingkungan keluarga Daniel.
Ada orang yang berkata bahwa perbedaan tingkatan sosial tidak
akan mempengaruhi hubungan suami-istri. Hal itu mungkin
benar jika pasangan tersebut hidup terlepas dari lingkungannya
semula. Pendidikan serta pengaruh keliling selalu merupakan
dasar pertumbuhan bagi setiap manusia. Bersamanyalah sifat
sese"orang terbentuk, yang kuat atau yang lemah, yang bijaksana
maupun yang pendek akal. Untunglah Sophie dan Xavier telah meninggalkan La Barka
sejak beberapa hari. Sebagian dari kekhawatiran Monique meng"
159 La Barka 2.indd 159 hilang bersama kepergian kedua orang muda itu. Tetapi ini tidak
berarti bahwa percakapan mengenai mereka terputus. Sama sekali
tidak. Hampir setiap hari bila Yvonne pulang dari toko Francine,
selalu ada cerita yang dia bawa mengenai tingkah laku seseorang.
Rupa-rupanya pada hari Minggu itu pun Sophie masih sempat
mengganggu ketenangan kawanku. Kudengar bapak mertuanya
berkata, "Ada pesta besar-besaran di La Barka minggu yang lalu kata
orang." "Pesta?" Monique tidak segera mengerti maksud bapak
mertuanya. "Menurut kata orang hingga pagi hari pesta itu berlangsung."
"Minggu yang lalu?" sambung Monique kemudian. "Ah, ya,
kami merayakan ulang tahun Sophie, kawan kami dari Marseille.
Saya kira Bapak berdua juga pernah bertemu."
"Sophie, wanita muda yang cantik?" suaranya tiba-tiba lebih
hangat terdengar dari tempatku.
"Wanita yang cantik seperti Bapak katakan."
"Berapa umurnya sekarang?"
"Dua puluh satu tahun."
"Ah, umur dewasa," dia berhenti sebentar untuk menyambung,
"Sudah pergi dari sini?"
Kelihatan benar betapa dia menaruh perhatian kepada kawan
Monique yang muda itu. "Saya kira ia tinggal di rumah Francine."
"Katanya kau memasang proyektor-proyektor di kebun, dan
musiknya keras sampai kedengaran di desa bagian bawah," tibatiba ibu mertuanya menyambung, hal yang jarang terjadi.
"Memang, ada lampu besar untuk menerangi empat penjuru
kebun di dekat teras. Karena itulah kami dapat mengadakan pem"
160 La Barka 2.indd 160 bakaran daging di luar. Waktu itu udara baik. Kalau tentang
mu"sik, saya kira orang-orang terlalu berlebihan. Dari desa di
bawah!" suara kawanku kesal. "Rupa-rupanya banyak mata-mata
mengawasi perbuatan saya di rumah saya sendiri."
"Terus terang saja, ini rumah anak saya juga!" sahut bapak
mertuanya. Entah bergurau entah bersungguh-sungguh.
"Kalau tidak salah, kami berdua kawin atas perjanjian hak
bersama." "Kau menunjukkan kepada orang-orang di desa bahwa
suamimu tidak di rumah, lalu kau berpesta besar-besaran begitu?"
kata mertua perempuan lagi.
"Anda berdua memang aneh. Saya rasa Ibu juga mengerti
bahwa Daniel tidak lagi mengirim uang untuk makan dan
barang-barang lain yang saya perlukan. Saya bekerja sendiri sejak
bebe"rapa bulan ini. Kalau saya tidak berhak berbuat bebas di
rumah saya sendiri, apakah La Barka dapat di sebut rumah Ibu
atau rumah Daniel saja" Selama ini, saya memeliharanya dengan
sebaik-baiknya." Suara Monique sabar dan jelas, sedang suara mertuanya kaku
dan gusar. Aku tidak tahu, apakah Yvonne masih ada di ruang
duduk. Atau mungkin mulai menyiapkan barang-barang atau
makanan yang akan dia bawa ke laut. Kulihat anak laki-lakinya
ber"main bersama anakku di dekat tangga.
Aku turun mendekati mereka. Kupilih anak tangga yang
kelihatan bersih lalu duduk di atasnya. Lebih baik kuamati dari
dekat kedua anak itu. Aku tidak menghendaki sesuatu terjadi
di antara mereka. Dari jauh tampak Joseph dengan topinya
yang tua mencangkul di bagian sayuran. Pipa-pipa karet melalui
tang"ga menyalurkan air dari parit kecil di luar pagar. Seseorang
menarik kursi di arah belakangku. Aku menoleh, melihat Guy
161 La Barka 2.indd 161 menyelonjorkan kedua kaki ke atas kursi lain. Badannya setengah
berbaring dengan muka menengadah dan mata terpejam karena
panas matahari. Yvonne mengikuti sambil memanggil,
"Philippe!" Satu kali tidak ada jawaban. Aku tahu bahwa anaknya men"
dengar. "Dia di sini," seruku, "bermain dengan anakku!"
Yvonne datang mendekatiku, lalu duduk di tangga yang sama.
"Kukira di mana kau. Menghilang begitu saja."
"Bosan mendengarkan percakapan mereka," jawabku.
"Oh, urusan keluarga begitu biar diselesaikan mereka sendiri.
Benar kau tidak turut ke pantai?"
"Tidak, terima kasih."
"Biarkan anakmu kami bawa."
"Terlalu merepotkan. Lagi pula dia masih harus tidur siang."
"Sayang. Kelihatannya bermain-main dengan baik bersama
Philippe." Aku tidak menyahut. Kuamati memang mereka bermain de"
ngan asyik. Tetapi kenakalan Philipe dapat timbul secara tibatiba. Anak laki-laki berumur tujuh tahun dapat berbuat beribu
macam kebengalan. "Aku sendiri sebenarnya tidak begitu ingin ke laut. Tentulah
airnya dingin. Hanya, Guy belum ke pantai, terus melukis. Biar
berganti suasana." "Ya, kulihat banyak hasilnya beberapa hari ini."
"Kau suka lukisannya?"
"Warna-warnanya segar," jawabku hati-hati.
Lukisannya sendiri tidak kusukai. Mentah dan tanpa peng"
ucapan. Aku tidak ahli dalam hal seni. Tetapi aku dapat meng"
hargai sesuatu yang bagus. Kurasa Guy adalah seorang di antara
162 La Barka 2.indd 162 berpuluh ribu pelukis yang merasa berbakat, tetapi tidak insaf
bahwa kadang-kadang sekolah atau pendidikan dalam hal itu
juga penting buat perkembangan hasil-hasilnya. Aku tidak tahu
dengan pasti apa pekerjaannya. Tetapi kulihat ia mencontoh
hiasan wayang kulit yang kuberikan kepada Monique, dan meng"
gambar topeng-topeng kecil dari Meksiko yang dipasang kawanku
di dinding kamar Yvonne. Mungkin ia bekerja sebagai dekorator
atau perencana gambar buat bahan-bahan pakaian.
Sebelum mertua kawanku pergi, mereka keluar dan berbicara
dengan Joseph. Kudengar suara mereka naik hingga teras. Lalu
mereka berjalan melihat ini-itu, memanggil tukang kebun, menu"
ding sesuatu sambil memberi petunjuk atau perintah. Kemudian
meneruskan pemeriksaannya. Si istri membuntuti suaminya
tanpa berkata sepatah pun.
Ketika mereka meninggalkan La Barka, aku kembali ke ruang
duduk. Monique yang tadi mengantar mertuanya hingga ke ha"
laman, masuk lagi ke rumah, langsung mulai membersihkan meja
dari gelas-gelas yang terpakai. Deru mobil kedengaran bersama
gonggong anjing. "Ada tamu lagi," kataku kepadanya.
"Kukira Francine," kata kawanku.
Aku berdiri menengok dari jendela. Benar, mobil Francine.
Monique berpendengaran tajam, dapat membedakan mobil Fran"
cine dari mobil lainnya. "Entah apa yang akan dia ceritakan hari ini, biasanya dia
datang malam." "Mungkin dia mau makan siang bersama kita. Kau undang?"
"Tidak ada makanan istimewa. Kalau mau, telur mata sapi
atau dadar, biarlah dia makan dengan kita," jawab kawanku, lalu
aku pergi ke dapur dengan gelas-gelasnya.
163 La Barka 2.indd 163 Matahari di atas terus makin hangat dan nyaman. Kami semua
duduk di sana. Kelompok daun-daunan yang melindungi bebe"
rapa tempat merupakan naungan bercelah-celah warna hitam
seperti cat tertumpah di lantai. Yvonne membaringkan diri di
atas sebuah kursi malas di samping Guy. Aku duduk di bangku
kecil sambil kadang-kadang melongok ke kebun. Francine dan
Monique di atas kursi kebun dari besi.
Francine mengatakan semula hendak ke Saint Tropez mengun"
jungi seorang kawan. Tetapi pada waktu dia akan berangkat, ka"
wan itu meneleponnya bahwa ia harus ke Toulon, karena saudara"
nya mendapat kecelakaan. "Kalau udara panas, barangkali enak ke pantai. Sophie dan
Xavier mengusulkan. Tetapi aku malas menyetir. Kuingat teras
di La Barka luas dan kena matahari kalau siang. Jadi, aku datang
kemari." "Kau telah mengambil inisiatif yang baik," jawab Monique
dengan kesopanan yang nyata. "Kau makan siang dengan kami?"
Aku tidak tahu, apakah sesungguhnya Monique menghendaki
kawannya tinggal di La Barka.
"Tidak ada daging. Ada beberapa potong keju, telur dan tomat
buat selada." "Seadanya saja. Aku tidak lapar."
Francine tiba-tiba berpaling ke arahku, katanya,
"Kau keluar malam dengan Ren?""
"Ya," jawabku sederhana.
Tidak ada alasanku untuk mengatakan sebaliknya. Muka Fran"
cine yang menghadap kepadaku kutatap dengan terus terang.
"Kalian ke mana?"
"Ke bioskop, lalu jalan-jalan di kota tua di Nice."
"Berdua?" 164 La Barka 2.indd 164 "Di Nice ada kawan-kawan Ren" yang kami temui. Aku lupa
namanya." "Tidak mampir di kafe di pinggir laut?"
Aku tidak segera menjawab. Lebih kuteliti wajah Francine.
Apakah sebetulnya yang dia maksud"
"Ah, ya. Aku lupa. Rupa-rupanya kau lebih mengetahui hing"
ga peristiwa yang kecil-kecil. Barangkali kau juga tahu pukul
berapa kami kembali ke La Barka."
"Ya, aku juga mengetahuinya."
Itu diucapkan dalam nada yang menggelisahkan. Mengapa aku
menjadi gugup" Karena aku telah keluar malam satu kali dengan
suaminya" Atau bekas suaminya" Siapakah yang memberitahukan
hal itu kepadanya" "Dan kalau aku boleh bertanya, siapa mata-matamu?" aku
bertanya serupa bergurau.
"Ah, itu rahasiaku," jawab Francine, setengah tertawa. Ter"
tawa mengejek atau gembira yang membuat aku kaget.
"Kau suka kepada Ren?"" tanyanya lagi.
"Kukira semua orang suka kepadanya."
"Maksudku, kau sebagai perempuan, terhadap Ren", lakilaki."
"Terus terang kukatakan, memang Ren" memiliki daya tarik
yang besar." "Ah, kulihat kau cinta kepadanya."
Kulayangkan pandangku selintas ke arah Monique. Tampak ia
ingin menolongku, tetapi tidak tahu apa yang harus dia katakan.
"Aku suka kepada Ren"," kataku tegas. "Cinta bagiku lain
halnya." "Dia berusaha memikatmu?"
"Aku tidak tahu. Kalaupun benar seperti katamu, lalu apa
165 La Barka 2.indd 165 pedulimu" Kalian hidup terpisah. Kukira masing-masing boleh
berbuat sekehendak hati tanpa saling campur tangan."
"Ayo, Francine," Monique menyela tiba-tiba. "Rina baru
keluar malam satu kali dan kau menghebohkannya. Kau cemburu
benar." "Seandainya kalian masih serumah, tidak akan aku keluar
dengan Ren"," kataku lagi. Marahku mulai naik.
"Kalau tidak salah, kau yang memutuskan untuk hidup
terpisah, bukan?" kata Monique.
"Oh, itu cerita lama yang menyedihkan."
"Bagaimana itu terjadinya" Baru beberapa pekan, bukan?"
"Suatu malam aku pulang dari toko, Ren" belum datang. Se"
malaman akhirnya tidak muncul. Keesokan hari aku menelepon
ke hanggar, teman di sana menjawab tidak tahu. Tapi setelah
kudesak, dia mengatakan bahwa Ren" berangkat ke Paris mengan"
tar seorang kawan. Tentu saja aku segera mengerti siapa kawan
yang dimaksudkan itu."


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ren" tidak meninggalkan pesan buat kau?"
"Ya, di hanggar dia hanya berkata kalau aku menelepon supaya
dijawab ia ke Paris. Setidak-tidaknya ia dapat meninggalkan surat
buatku di rumah. Mengapa pesan kepada orang di hanggar?"
"Berapa hari ia pergi?"
"Oh, tidak lama. Hanya tiga hari. Cukup buat pulang-pergi
saja." "Tentulah kau meminta penjelasan sewaktu dia kembali,"
kata Monique. "Bukan penjelasan yang sebenarnya. Dengan Ren" sukar
untuk mengadakan percakapan yang sungguh-sungguh. Pagi-pagi
aku terbangun karena suara mobilnya. Aku buka pintu, ia hanya
berkata: Eh, ya; aku harus mengantarkan dia ke Paris. Dengan
166 La Barka 2.indd 166 anak-anak, kasihan naik kereta api semalaman. Mobilnya rusak,
ditinggal di bengkel Draguignan!"
"Hanya itu?" tanya Monique lagi.
"Kiramu apa lagi yang dapat dikatakan?" suara Francine kude"
ngar seperti tak acuh. "Apa jawabmu?" "Aku tidak berkata apa-apa."
Hal yang sama sekali tidak kupercaya. Francine bukan perem"
puan patuh dan penurut. Dia bukan jenis orang yang bisa me"
mendam perasaan. "Kalau itu terjadi dengan diriku, telah lama barang-barang
Ren" kulemparkan di depan pintu. Biar dia tidak masuk rumah
lagi," tukas Monique.
"Aku tidak punya waktu buat mengurusi hal demikian. Biar
ia yang mengatur barang-barangnya di kopor sendiri. Pagi itu
juga kukatakan, aku tidak mau menjadi tertawaan orang. Lalu ia
pindah ke rumah orangtuanya."
"Ia tidak membela diri?"
Mengapa Monique demikian membenarkan Francine" Me"
ngapa kawanku itu begitu ingin mengetahui kalimat-kalimat
bodoh yang dapat dikatakan Ren" pada saat semacam itu" Me"
nurut pendapatku, Ren" lebih senang meninggalkan rumah
tangga"nya. Dia kini dapat hidup membujang dengan bebas,
tanpa gerutu atau teguran istrinya mengenai hal yang kecil-kecil,
yang sebenarnya dapat dibiarkan. Di pihak Francine, perasaan
apa sebenarnya yang dikandung terhadap suaminya, aku sama
sekali tidak dapat menduga. Menurut kata Monique, Francine
mulai bergaul dengan seorang pemuda yang jauh lebih muda dari
dia. Francine bahkan terang-terangan sering bersama dengan
pemuda itu pergi ke pantai, ke tempat-tempat umum di mana
167 La Barka 2.indd 167 banyak kenalan serta kawan mereka berkumpul. Apakah ini
untuk menunjukkan bahwa ia pun tidak kesepian dan dapat
memikat laki-laki lain" Ataukah memang sebenarnya ia tidak
mempedulikan Ren" lagi" Kalau memang demikian, mengapa
berbagai pertanyaan serta desakan dia tujukan kepadaku hanya
karena aku telah keluar malam satu kali dengan Ren?"
Yvonne yang berdampingan dengan Guy sedikit pun tidak men"
campuri percakapan kami. Tempat mereka memang agak jauh, di
sudut dengan cahaya matahari yang lebih melebar. Sekali-sekali
kuperhatikan Yvonne melihat ke arah kami. Tetapi aku tidak
peduli. Akhirnya, Francine tinggal bersama kami hingga pukul enam
sore. Makan siang amat cepat dan sederhana. Yvonne dan ke"
luarga berangkat ke pantai langsung setelah makan. Aku naik
ke kamar dengan anakku. Monique menemani Francine di teras
melan"jutkan mandi sinar matahari.
Dalam percakapan-percakapan selanjutnya, tidak kurasakan
kekakuan yang sekecil-kecilnya pun di antara Francine dan
diriku. Mungkin ini disebabkan, karena dari pihakku tidak kuse"
sal"kan perbuatanku telah keluar malam bersama Ren". Aku tidak
merasa sebagai pencuri suami orang, karena memang aku tidak
mengerjakan sesuatu yang dapat dikatakan melewati batas. Kalau
Ren" telah kubiarkan menciumku, itu bukan berarti bahwa aku
menyerahkan segala hakku serta meminta hak Ren" pula.
Pergaulan yang kuharapkan bersama laki-laki itu adalah ke"
kawan"an yang akrab. Tetapi dapatkah seorang perempuan meng"
harapkan kekawanan yang sesungguhnya dari seorang laki-laki
tanpa perbuatan lain yang lebih intim" Kalau tidak seorang yang
mulai, selalu seorang lainnya yang menghendaki pergaulan lebih
akrab lagi. Tidakkah ada di dunia ini bentuk kekawanan antara
168 La Barka 2.indd 168 laki-laki dan perempuan yang benar-benar dekat tanpa hubungan
sex" Menjelang senja Francine pergi. Monique mengajakku meno"
long dia membersihkan kamar yang pernah ditempati Sophie.
Televisi telah dipasang dengan pertunjukan buat anak-anak. Kami
berdua dapat bekerja tenang tanpa gangguan anakku. Kawanku
menjalankan alat penghisap debu, aku mengganti seprei serta
mengatur barang-barang yang ada di meja. Kutemukan sebuah
kotak tipis persegi panjang yang pada mulanya kusangka obatobatan. Kutunjukkan kepada Monique.
"Rina," serunya. "Masakan kau tidak tahu itu apa?"
Aku benar-benar tidak tahu. Kubuka kotaknya, isinya kuamati.
Terdiri dari bungkusan-bungkusan plastik yang berpisahan, se"
perti balon-balon dari karet yang belum dihembus. Lalu kotak
itu kubaca. Barulah aku mengetahui untuk apa barang-barang ter"
sebut. Dengan hati-hati kukembalikan bungkus-bungkus plastik
itu ke dalam kotaknya. "Kita buang?" tanyaku.
"Itu mahal. Pakailah," kata kawanku sambil tersenyum me"
man"dangku. "Aku" Bagaimana mungkin! Simpanlah, kalau kau bertemu
dengan Jean ...," kataku tanpa mengakhiri kalimatku.
"Dia tidak mempergunakan benda-benda seperti itu. Tidak
ada bahayanya buat aku."
Benarlah tidak ada bahayanya bagi kawanku. Kemandulannya
merupakan jaminan tidak ada risiko berat akibat pergaulan intim
dengan laki-laki mana pun juga. Suamiku juga tidak pernah me"
makai alat seperti itu. Tidak dapat kubayangkan betapa tidak
nyamannya mempergunakan benda yang demikian melekat.
"Baik, kita berikan kembali kepada Sophie dan Xavier, kalau
kita ketemu di Draguignan."
169 La Barka 2.indd 169 "Sayang, tadi Francine baru kemari."
"Oh, itu bukan sesuatu yang mendesak benar," kata kawanku
lagi, suaranya terdengar kesal. Diam-diam aku meneruskan kerja"
ku. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur. Tangannya diusap"
kan ke kepala untuk mengatur kembali rambut-rambut kecil
yang keluar dari susunannya.
"Kupikir-pikir siapa yang memberitahu Francine bahwa kau
keluar malam dengan Ren"," kata Monique sambil me"mandang
kepadaku. "Mengapa kauhiraukan betul hal itu" Bagiku tidak ada soal.
Yang terang, aku tidak mencuri suaminya."
"Memang. Tetapi hal itu menggusarkan hatiku. Seolah-olah
semua yang terjadi di sini selalu diawasi orang. Kau ingat katakata mertuaku" Mereka juga mengetahui semua yang terjadi di
sini." "Joseph?" "Oh, tidak. Joseph tidak suka kepada mertuaku. Dia orang
baik. Dapat dikatakan dialah temanku satu-satunya di lingkungan
Trans-Draguignan." "Barangkali ada kawan-kawan Francine yang kebetulan keluar
pula malam itu." "Ya, tetapi Francine bahkan tahu pukul berapa kau sampai di
rumah kembali." "Atau kau sendiri, atau Ren", atau Yvonne."
"Aku, terang tidak. Ren?" Mengapa Ren?" Hanya Yvonne
yang besar kemungkinannya telah mengatakan itu."
"Tetapi Francine mengetahui ke mana saja aku pergi. Aku
yakin tidak mengatakannya kepadamu di depan Yvonne."
Kulihat Monique berpikir sambil memandangiku. Dia menarik
napas, dan berkata, 170 La Barka 2.indd 170 "Bagaimanapun, sebaiknya dari sekarang kau berhati-hati
kalau berbicara dengan Yvonne."
Kawanku berhenti sebentar kemudian katanya,
"Dia tidak sebaik yang kaukira."
"Apa maksudmu?"
"Sebetulnya aku tidak mau mengatakan ini kepadamu. Tetapi
kini kupikir lebih baik kau kuberitahu hal yang sebenarnya."
Monique mengenal Yvonne melalui Daniel sebelum perkawin"
an mereka. Yvonne sudah berkeluarga, tetapi bekerja sebagai sekre"
taris di Paris. Pada suatu waktu, ketahuan ia menggunakan sejum"
lah besar uang kas kantor yang dipercayakan orang kepadanya.
Lalu ia dikeluarkan. Beberapa waktu kemudian suaminya me"
ning"galkan dia. Menurut Monique, barangkali karena laki-laki
itu semakin sadar bahwa perempuan seperti Yvonne hanya me"
rugikan suami. Karena suaminyalah yang diharuskan mengem"
balikan uang yang dia curi. Sebab itulah Yvonne tidak masuk
penjara. Dari laki-laki satu ke laki-laki lain, akhirnya Yvonne
mengandung dengan seorang penerbit cukup kaya. Dia menjadi
pacar tetap lelaki itu sejak beberapa tahun ini. Malahan mereka
kemudian tinggal bersama di sebuah apartemen besar yang di"
sewa oleh laki-laki itu. Seorang pembantu rumah tangga datang
seminggu tiga kali, lalu datang setiap hari sampai pukul tujuh
malam, akhirnya menjadi pembantu tetap, tidur di kamar sewaan
tersendiri. Kata Monique, pada waktu itulah Yvonne hidup de"
ngan kemewahan yang memang selalu dia idamkan. Dia tidak
memiliki kegiatan lain, menjaga anaknya, makan, tidur dan ber"
belanja barang-barang bagus. Badannya semakin menjadi pendek
oleh kegemukannya. Kawan laki-laki yang hidup bersamanya
memberi segala permintaannya. Dengan kelahiran anak mereka,
Yvonne mengharapkan segera dilangsungkan perkawinan agar
171 La Barka 2.indd 171 tidak terasa berdiri di luar hukum masyarakat. Tetapi Andre,
kawan yang kemudian selalu disebutnya "suamiku" dalam per"
cakapan-percakapan, tidak sependapat dengan dia. Demikian
mereka meneruskan hidup bersama hingga beberapa bulan sebe"
lum waktu liburan. Surat dari Yvonne mengatakan bahwa Andre tidak mau se"
rumah lagi dan menyewa sebuah apartemen lain. Tetapi setiap
bulan masih ada uang buat semua keperluan: sewa apartemen,
gaji pembantu, makan, kebutuhan-kebutuhan mobil karena
Yvonne tetap memiliki mobil Andre, serta untuk sekolah anakanak. Jadi, Andre-lah yang menanggung anak perempuan dari
suami pertama. Secara garis besar tidak ada perubahan. Sabtu
atau Minggu, kadang-kadang Andre datang berkunjung untuk
me"nemui anak mereka, Philippe, bermain dan berlaku sebagai
seorang bapak yang baik. Pergaulan hanya sampai di situ. Tidak
terjadi hubungan lain lagi. Pada waktu-waktu Yvonne me"
merlukan uang yang lebih dari bulan-bulan biasa, Andre mengi"
rimkan jumlah yang diminta. Untuk berlibur di La Barka dengan
sadar Monique telah menjadi komplot Yvonne. Beberapa hari
setelah sampai di sana, Yvonne meminta kepada Monique supaya
menulis surat kepada Andre, mengatakan bahwa tidak ada lagi
kamar di rumahnya, sehingga Yvonne dan anak-anaknya terpaksa
harus menyewa apartemen di kota lain yang dekat pantai. Akhir"
nya Yvonne menulis telah mendapat apartemen kecil di Saint
Maxim dengan sewa yang masih rendah bila dibandingkan de"
ngan sewa apartemen-apartemen lain yang sudah dia kunjungi.
Berkat bantuan Monique itulah, maka Yvonne dengan segera
mendapat kiriman uang banyak dari Andre, yang kemudian
dapat digunakan untuk membeli berbagai macam pakaian serta
barang-barang lainnya. 172 La Barka 2.indd 172 Monique juga berkata bahwa itu adalah kali terakhir Yvonne
dapat mengelabui matanya. Ia tidak akan menolong lagi da"
lam hal-hal demikian. Kedatangannya bersama Guy tanpa
memberitahu lebih dulu amat menyakitkan hati. Yvonne berbuat
sekehendaknya karena mengira bahwa Daniel akan selalu setuju.
Yvonne juga seperti Francine dalam banyak hal, kata kawanku.
Lidahnya tidak tertahan untuk membicarakan hal-hal kosong,
untuk membicarakan perbuatan orang lain, untuk mengadukan
kejadian-kejadian. Memang kelihatannya orang baik, bersifat
terbuka dan ramah. Tetapi justru itulah senjatanya.
Monique tidak mau mengatakan semua ini kepadaku semula,
karena dia anggap aku akan berada di luar pergaulan Yvonne.
Tetapi rupanya keadaan memaksa. Aku mempercayai Monique.
Ia bukan orang yang suka menceritakan kejahatan orang lain
hanya untuk kesenangan sendiri. Kalau ia berpendapat bahwa
sesuatu hal patut dikatakan, memang demikian sebaiknya.
Petang hari, aku sedang menyediakan makan anakku, telepon
berdering. Monique menjawab dan berbicara sebentar, lalu masuk
ke dapur. "Ren" bertanya, apakah dapat mampir sebentar. Dia sedang
mengunjungi kawannya di Trans."
"Lalu" Dia kemari?"
"Ya. Kukatakan, dia dapat minum aperitif sebelum waktu ma"
kan." Beberapa waltu kemudian Ren" tiba. Kelihatannya segar dan
mukanya kemerahan. Seharian katanya ia berbaring di pantai.
Ketika selesai mandi di tempat kawannya, lalu berpikir akan
mam"pir ke La Barka.
ap"ritif: minuman sebagai pembangkit nafsu makan
173 La Barka 2.indd 173 "Kalau kau datang siang tadi, istrimu ada di sini," kataku.
"Ah." "Seharian Francine bersama kami," sambung Monique.
"Apa saja ceritanya?"
"Selalu sama," kata Monique. "Dia banyak meng-interview
Rina." "Mengenai apa?"
"Mengenai keluar malam kita," sahutku.
Ren" memandang kepadaku.
"Oo," kepalanya terangguk-angguk. "Apa yang kaukatakan
kepada dia?" "Yang sebenarnya," lalu kuamati dia. "Dari mana Francine
tahu bahwa kita keluar bersama" Kau yang mengatakan?"


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak. Francine datang ke rumah orangtuaku, lalu tiba-tiba
katanya: Kau keluar malam dengan Rina semalam" Aku jawab
"ya". Apa lagi yang dapat kukatakan?"
"Tentulah Yvonne," kata Monique seperti kepada dirinya
sendiri. "Di mana ia?" tanya Ren".
"Yvonne" Ke laut," jawab Monique.
"Kukira memang Yvonne. Karena Francine tahu pukul berapa
kami pulang segala." kata Ren". "Lalu aku terpaksa mengatakan,
ke mana kami telah pergi, dengan siapa serta makan di mana."
Kupandangi laki-laki itu. Badannya tinggi, tangan dan kakinya
panjang serta kuat. Keseluruhannya menunjukkan kejantanan
yang nyata. Raut muka yang tajam cakap, selalu disertai dengan
gerak pasti dan diperhitungkan. Laki-laki ini telah mengatakan
segalanya kepada istri yang ditinggalkan di rumah, walaupun ia
pernah hidup bersama dengan berbagai kesepian serta kebosanan.
Mengapa ia berbuat demikian" Takutkah ia kepada Francine"
174 La Barka 2.indd 174 "Mengapa kaukatakan kau terpaksa memberitahu Francine ke
mana kita telah pergi" Dia menanyakannya?"
"Tidak, dia tidak menanyakannya. Hanya, aku tidak suka
heboh. Jadi, kukatakan semua."
"Juga bahwa kau telah mencium mulutku?"
"Oh, Rina, tentu saja tidak," jawab Ren" tersinggung, tangan"
nya diulurkan mencapai tanganku.
"Ren" memang benar," Monique mencampuri. "Dengan
Francine lebih baik berterus terang. Kalau ia mendengar sesuatu
tentu akan berusaha untuk lebih mengetahui. Kau lihat buktinya,
Rina" Sewaktu menanyaimu, ia juga mendesak hingga sampai
ke perincian waktu yang telah kalian habiskan. Jadi, dia ingin
mengetahui, apakah jawabanmu sama dengan jawaban Ren"."
"Ah, kau selalu membela orang lain," kataku kepada kawanku
dengan kesal. "Mengapa membela" Aku hanya membenarkan Ren"."
"Aku tidak membenarkan Ren"," kataku tegas, dan kutatap
laki-laki di depanku itu.
"Kau tidak kenal Francine," sahut Ren". "Dari soal yang kecil
dia dapat mengobarkan menjadi besar, yang akibatnya merupakan
bencana buat semua orang."
"Dalam hal ini aku tidak melihat bencana apa yang dapat di"
timbulkan. Aku menunggu perceraianku, sedangkan kau sudah
ke"luar dari rumah tanggamu. Menurut hukum, seseorang yang
me?"ninggalkan rumah tangganya, dalam perkara perceraian pasti
dikalahkan. Barangkali kau masih mempedulikan nama baik"mu,
takut kalau-kalau terkenal merosot karena keluar malam ber"
samaku." "Oh, peduli amat dengan itu semua."
Tangannya melepaskan tanganku untuk mengibas seolah
meng"hapuskan kalimat-kalimat yang baru kuucapkan.
175 La Barka 2.indd 175 "Tentu saja kau masih mempedulikannya."
"Kukatakan aku tidak peduli. Aku sering keluar dengan
wanita-wanita lain, bahkan sebelum meninggalkan kediaman
bersama." "Dan kaukatakan itu kepada Francine?"
"Kalau dia mendengar, ya."
"Kaukatakan sejelas-jelasnya" Seperti hal kita ke mana saja?"
"Ya, mengapa tidak?"
Aku terdiam, sambil tetap mengamati laki-laki itu. Ya.
Mengapa tidak" Mungkin telah menjadi janji mereka, suami-istri,
untuk saling menceritakan pengalaman masing-masing dengan
pasangan lain yang mereka pilih buat kesenangan sementara.
Hal semacam itu terjadi dan sering kudengar dalam pergaulan
di sekitarku. Rasa simpati terhadap Ren" yang hampir tumbuh
menjadi kasih tiba-tiba melayang tak menentu, entah ke mana.
Bagiku, apa yang dia kerjakan adalah bukti kelemahan watak
seorang laki-laki yang amat kurendahkan.
Sejak keluar malam bersama dia, aku merasa lebih mengenal
dia. Lebih mengerti sifat yang dimilikinya. Dia memang tidak
dapat dikatakan mempunyai pribadi kuat. Tetapi aku mengharap"
kan setidak-tidaknya kesanggupan untuk membantah kemauan
perempuan yang telah ditinggalkannya. Setidak-tidaknya men"
jawab pertanyaan-pertanyaan Francine dengan kalimat yang
menunjukkan ketegasan bahwa masing-masing tinggal berpisahan
dan apa-apa yang mereka kerjakan tidak menjadi urusan masingmasing.
Tetapi Ren" tidak mempunyai keberanian untuk berbuat
demikian. Ataukah oleh kepengecutannya terhadap percekcokan
yang dapat timbul karenanya" Bagaimanapun, perasaan yang
kukandung terhadap laki-laki itu sama sekali berubah. Sewaktu
176 La Barka 2.indd 176 ia pamit hendak meninggalkan La Barka, seperti biasa kami ber"
ciuman pipi. "Kulihat kau masih marah," katanya kepadaku.
Monique turut keluar hingga ke teras. Aku berhenti di sana.
Kubiarkan Ren" menuruni tangga, tanpa kujawab.
"Kau benar-benar keras kepala, Rina," kata Monique.
"Barangkali aku keras kepala. Yang terang aku tidak dapat
membenarkan perbuatannya. Seorang laki-laki takut kepada
bekas istrinya." "Masih istrinya, Rina, masih istrinya. Kau lupa, mereka be"
lum bercerai." "Dengan watak keduanya seperti sekarang ini, barangkali
mereka tidak akan membicarakan perceraian."
?"" Tuan rumah jadi datang keesokan harinya. Kakak perempuan
Monique, Josette, menjemputnya dari lapangan terbang Nice,
lalu mengantarkan Daniel ke La Barka.
Daniel bertambah gemuk namun kelihatan tua dan risau.
Hari itu juga ia bersama Monique melanjutkan urusan perceraian
yang tidak dapat diselesaikan melalui surat. Hilir-mudik ke
Dra"guignan, hingga beberapa hari aku tidak bertemu dengan
Monique, secara tenang maupun bercakap dengan panjang lebar
seperti biasanya. Kemudian tibalah waktu di mana mereka mem"
bagi hak milik menjadi dua "secara adil".
Berhari-hari mereka berbincang, dan dapat dikatakan selalu
diiringi dengan naiknya darah Daniel. Akhirnya timbul perteng"
karan yang terus terang aku malu menyaksikannya. Monique ber"
tahan hendak memiliki rumah. Atas nasihat notaris akhirnya
177 La Barka 2.indd 177 badai mereda. Daniel bersedia menerima bagian tanah yang
seharga dengan rumah tersebut. Disusul oleh pembagian barangbarang yang terdapat di dalam rumah. Itu pun membutuhkan
beberapa letusan perbantahan. Masing-masing hendak merebut
sesuatu, yang menurut mereka, dibeli oleh masing-masing. Dari
barang-barang keperluan rumah tangga di dapur sampai kepada
benda bermutu menurut cita rasa maupun harganya.
Dalam memperhatikan itu semua, aku menarik beberapa
pelajaran. Betul, Monique lebih menunjukkan sifat mengalah
dan tidak menghendaki pertengkaran dalam pembagian itu, ke"
cuali untuk mendapatkan rumah. Tetapi ia tidak berhenti me"
ngeluh atau menyesal karena telah melepaskan benda-benda
yang menjadi bagian Daniel.
Setelah selesai, Daniel meninggalkan La Barka untuk tinggal
di rumah orangtuanya. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak akan
muncul lagi. Kami masih mendapat kunjungan mereka bertiga
atau Daniel seorang diri dengan alasan untuk mengambil ini atau
itu, atau menyelesaikan serah terima yang harus ditandatangani
Monique. Pada waktu itulah aku seringkali bertemu dengan Daniel
maupun dengan Monique sendiri. Masing-masing menye"sal dan
kentara memperlihatkan ketidakpuasannya dalam pembagian ter"
sebut. Seharusnya Monique puas mendapatkan rumah, seperti yang
dia harapkan. Baginya, La Barka adalah ciptaannya. Sewaktu
ru"mah itu dibeli, keadaannya amat parah. Perombakan serta
per"baikan-perbaikan dikerjakan di bawah pengawasannya yang
teliti. Monique dapat dikatakan tinggal di La Barka jauh lebih
lama daripada Daniel yang selalu berpergian atau bekerja di luar
Prancis.. Kawanku lebih merasa terikat pada rumah itu daripada
Daniel. Tetapi Daniel juga menghendaki rumah tersebut dengan
178 La Barka 2.indd 178 perhitungan: sebuah rumah lebih mudah dijual daripada tanah.
Untunglah notaris membela Monique, yang berakhir dengan
keputusan seperti telah kukatakan semula.
Aku berjanji, kalau tiba waktunya bagi suamiku dan aku sen"
diri untuk membagi milik kami, aku akan berbuat sepatut mung"
kin. Aku malu melihat dan mendengar cara mereka mengeluhkan
ketidakpuasan kepada orang-orang lain. Akan kubiarkan suami"ku
memilih atau mengambil segala yang dia suka. Bagiku yang penting
adalah pembagian keuangannya. Lagipula kukira suamiku tidak
akan berbuat seperti Daniel. Kalaupun terjadi sesuatu penyesalan,
kuharap aku akan dapat memendamnya untuk diri sendiri.
Kini Monique kembali memakai nama keluarganya. Dalam
sikap dan hidup sehari-hari ia kelihatan lebih lena dan bersenang
hati. Bersama Daniel, ia sepakat mempergunakan tanah meman"
jang di sebelah kiri La Barka untuk membangun tempat berteduh
serta bermain bagi anjing-anjing. Untuk sementara, selagi Daniel
belum mempunyai rumah di Prancis, ketiga anjing itu tetap men"
jadi milik Monique. Demikianlah kehidupan berlangsung di rumah itu seperti
tanpa perubahan sedikit pun. Jacques kembali dari perjalanan
de"ngan membawa kedua anaknya, seorang perempuan berumur
belasan tahun, dan seorang laki-laki muda. Guy, kawan Yvonne,
telah pergi sebelum perceraian Monique diumumkan. Keberang"
katannya adalah akibat percekcokan dengan Yvonne.
Seperti datangnya, Guy meninggalkan La Barka tanpa ber"
temu dan pamit kepada nyonya rumah.
Tetapi itu segera terlupakan dengan munculnya keluarga
Jacques. Mereka menempati ruang di bawah atap.
Segera anak-anak Yvonne menjadi sahabat karib anak-anak
Jacques. Sejak Jacques datang, kuperhatikan tingkah Yvonne
179 La Barka 2.indd 179 berubah, yang hingga saat itu belum kulihat. Juga tidak sewaktu
Guy di antara kami. Dia bangun paling pagi untuk menyiapkan
makanan. Pekerjaan rumah tangga yang dulu selalu Monique dan
aku selesaikan, kini Yvonne turut mengerjakannya. Pakaiannya
kelihatan lebih rapi, tidak asal saja seperti pada waktu lampau.
Beberapa kali kedua keluarga berangkat ke pantai bersama-sama,
selalu Yvonne mengatur serta mengumpulkan barang-barang mau"
pun pakaian renang yang mereka perlukan. Tingkahnya seperti
seorang ibu yang sabar terhadap anak-anak muda itu.
Pada waktu-waktu ada kesempatan, dengan aneh aku me"li"hat
Yvonne menyiapkan masakan tertentu yang akan kami makan
bersama. Seperti seekor ayam betina, dengan badannya yang pen"
dek gemuk itu sering-sering ia mengitari Jacques, mengikuti"nya
ke mana pergi. Tetapi aku melihat, orang yang menjadi sasaran
sama sekali tidak memperhatikannya.
Begitu datang, Jacques menanyakan di mana Sophie. Terus
terang Monique menceritakan apa yang telah terjadi. Selintas
tidak tampak kekecewaan laki-laki itu karena tidak menjumpai
apa yang dia kehendaki. Akhirnya ia pun dapat menyaksikan
sendiri, bagaimana kelakuan Sophie karena Draguignan bukanlah
kota yang besar. Sewaktu aku turun ke sana bersama Monique, Jacques juga
bertemu dengan Sophie dan pasangannya di toko Francine.
Pada kesempatan itulah aku memberikan kepada Sophie bung"
kusan yang kutemukan di kamar yang dulu dia tempati. Itu
kuma"sukkan ke dalam sebuah sampul untuk melindungi nama
dan warna kotaknya. Tetapi Sophie melihat ke dalam sampul.
Xavier di dekatnya, bertanya apakah itu. Sophie mengeluarkan
kotak tersebut serta menunjukkannya kepada Xavier. Pada waktu
itulah Jacques mendekati kami. Ketiganya tertawa meneliti
180 La Barka 2.indd 180 ben"tuk-bentuk karet itu tanpa rasa enggan maupun malu. Aku
tersipu tidak mengerti perbuatan mereka. Rupa-rupanya itu
bukan"lah sesuatu yang perlu disimpan rapi, maupun dilindungi
oleh bungkusan rapat seperti amplop misalnya.
Entah apa yang terjadi pada waktu-waktu Yvonne dan Jacques
sekeluarga menghabiskan waktu seharian di laut. Aku hanya
melihat seminggu kemudian, Yvonne berubah lagi kelakuannya.
Ia muram dan marah-marah. Karena Monique telah bekerja
kembali, ia berkata bahwa seharusnya kawanku memberinya ke"
sempatan untuk mengambil tempatnya lagi di toko Francine.
Monique yang tidak mengerti maksudnya, menjawab, hal itu
tidak mungkin. Kalau Yvonne memerlukan pekerjaan, sebaiknya
ia menanyakannya kepada Francine. Kejadian itu disusul dengan
perbantahan mengenai anjing-anjing yang menggonggong pada
malam hari. Yvonne merasa bahwa malam-malam menjadi
tidak tenang karenanya. Kemudian ia mengeluh tentang jendela
kamar"nya yang tidak bertirai, sehingga sinar terang pagi-pagi
membangunkan dia terlalu cepat.
Sebagai sambungan dari keluhan itu, ia membeli beberapa
meter kain jendela berwarna merah anggur. Menurut mutu tenun"
annya tentulah mahal harganya. Dengan segera Monique berkata
bahwa setelah gajian nanti ia akan mengganti uang pem"belian
itu. Tetapi Yvonne kembali menjadi lemah lembut, bahkan me"
ngatakan tirai itu merupakan hadiah.
Pada hari Minggu yang baik, Yvonne bersama anak-anaknya
bersiap hendak ke pantai. Tiba-tiba Jacques memutuskan tidak
berangkat bersama mereka. Oleh satu sebab, anak-anaknya pun
ingin tinggal di La Barka. Akhirnya Yvonne pergi sendiri dengan
kedua anaknya. Hari amat panas dan tidak berangin. Kami bermalas-malasan
181 La Barka 2.indd 181 di teras. Tidak ada kunjungan dari keluarga maupun teman.
Barang"kali semua di pantai untuk mendapatkan kesegaran. Se"
sudah makan siang, Jacques berkata ingin menengok sampai sebe"
rapa jauh kerja perbaikan yang dilakukan orang di rumah yang
dia beli. Monique dan aku hampir melompat kegirangan. Itu
adalah kesempatan bagiku melihat rumah tersebut. Jacques telah
berkali-kali ke sana. Tetapi aku selalu berhalangan untuk ikut.
Siang itu, kami tutup La Barka dengan pesan kepada Joseph
kalau-kalau ada orang yang datang, lalu kami naik dua mobil
menuju salah satu desa di pinggiran Draguignan.


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benarlah rumah itu besar. Bahkan besar sekali. Seperti La
Barka, dua tingkat, tetapi jauh lebih luas. Kebunnya pun besar.
Beberapa dahan tampak tertimbun di suatu sudut, menandakan
bahwa orang telah mulai membersihkannya.
Aku menyukai rumah yang besar. Tetapi rumah Jacques itu
bagiku terlalu megah. Entah apa yang hendak dia kerjakan di
dalam rumah seluas itu. Apalagi kalau dipikir bahwa anak-anak
masih memerlukan waktu bertahun-tahun untuk bersekolah dan
menghabiskan waktu jauh dari sana. Barangkali Jacques meren"
canakan untuk liburan saja.
Desa terdekat terletak kira-kira enam kilometer. Lain halnya
dengan La Barka yang berdampingan dengan desa Trans. Kalau
hendak tinggal di rumah itu, orang harus mempunyai lemari es
yang besar, lalu membeli persediaan makanan buat hidup paling
sedikit selama dua minggu.
Kami kembali ke La Barka sore hari. Joseph berkata tidak
ada orang yang berkunjung. Ketika Yvonne kembali dari laut
beberapa saat kemudian, ia segera mengetahui bahwa kami telah
pergi melihat rumah Jacques. Anak-anak yang memberitahukan
hal itu. Apalagi memang itu tidak merupakan rahasia. Tetapi aki"
182 La Barka 2.indd 182 bat"nya sama sekali tidak terdugakan. Yvonne marah-marah dan
berkata seolah-olah kami pergi ke sana memang sengaja tidak
mengajak dia. Dia juga ingin melihat rumah itu. Seakan-akan
kami sengaja menunggu sampai ia pergi, lalu kami berangkat.
Seperti biasa, Monique dengan sabar menerangkan segalanya.
Jacques tidak bermaksud pergi ke sana sebenarnya. Kehendak
itu datang secara tiba-tiba saja selesai makan. Lalu Jacques mem"
benarkan kawanku. Monique menambahkan, jika Yvonne mau,
kami dapat ke sana lagi pada hari Minggu atau hari lain. Dengan
susah payah kawanku menolak pikiran Yvonne bahwa kami se"
ngaja mengesalkan hatinya. Kejadian itu kukira berhenti di situ.
Malamnya kami makan bersama dalam suasana ramah.
Keesokan harinya kawanku bekerja seperti biasa. Anak-anak
keluar ke kebun sebegitu selesai makan pagi. Jacques masih di
tem"pat tidur. Aku mengerjakan cucian pakaian anakku di kamar
mandi di dekat dapur. Yvonne duduk di bangku menghadapi
kopinya di meja makan. "Apakah kau tahu, Rina, Monique cemburu kepadaku?"
Aku menoleh sebentar melongokkan kepala dari pintu yang
memisahkan kamar mandi dan dapur.
"Tidak. Mengapa?"
"Monique cemburu kepadaku," ulangnya. Sesudah berhenti
sebentar, katanya lagi, "Sebelum Jacques datang, ia berkata bah"
wa Jacques adalah suami yang dia harapkan."
Keheranan, dan mungkin karena aku kurang tanggap, aku
mengulang kalimatnya. "Suami yang dia harapkan?"
"Ya. Baginya Jacques seorang suami yang ideal. Monique
baru saja bercerai. Dan Jacques juga bercerai. Setiap tahun dia
pulang ke Prancis, tetapi akan segera berangkat lagi ke Kongo.
183 La Barka 2.indd 183 Buat Monique ini adalah kesempatan untuk memikat perhatian
Jacques. Kalau ia berhasil, berarti ia juga berangkat ke luar negeri
sebagai istri." Aku diam. Segera aku mengerti maksud sebenarnya perempuan
itu. Ataukah aku keliru" Lebih baik kubiarkan ia berbicara
seorang diri. Aku ingin mengetahui lebih banyak. Tetapi Yvonne
tidak segera menyambung kalimatnya. Aku menjulurkan kepala
ke pintu dan melihat dia sedang menghirup minuman.
"Aku tidak mengetahui hal itu," kataku pendek.
"Oh, itu rahasianya. Dia hanya mengatakan kepadaku. Dan
kemarin kalian ke rumah Jacques juga termasuk satu dari rencana
pemikatannya. Aku berani bertaruh, Monique banyak memberi
petunjuk untuk pengaturan kamar atau tempat-tempat di dalam
rumah, bukan?" Itu benar. Memang Monique tidak pernah dapat membungkam
kalau ada pikiran yang baik untuk mengatur atau merencanakan
rumah maupun pesta. Itu termasuk kelemahannya.
"Betul." "Dia tidak suka aku selalu ada di sekitar Jacques. Kauperhatikan
bagaimana ia gugup, kalau melihat Jacques mendengarkan ceritaceritaku."
"Aku tidak memperhatikan," kataku terus terang.
"Ah, cobalah perhatikan. Juga ia tidak suka Jacques seringsering pergi ke pantai bersamaku. Pendeknya ia cemburu."
Aku mengira sebaliknya. Tetapi aku tidak mengatakan hal itu.
Apa lagi yang hendak ia karang" Aku mulai mengerti kata-kata
Monique yang menegurku, agar berhati-hati dengan perempuan
ini. Lima belas tahun berkawan, kata Monique. Bagaimana ia
dapat menanggung kekawanan semacam itu" Dengan tenang aku
meneruskan cucianku. 184 La Barka 2.indd 184 "Dan kau belum mengetahui semuanya. Sewaktu kau keluar
malam dengan Ren", dialah yang mengatakannya kepada
Francine." "O, ya?" aku semakin heran.
"Ia mengatakannya kepada Francine, agar Francine tetap
menyukainya. Monique memerlukan pekerjaan di toko itu."
"Tapi Monique tidak bekerja waktu itu. Bagaimana ia mem"
beritahukannya kepada Francine?"
"Oh, itu soal mudah. Dengan telepon barangkali." Yvonne
berhenti sebentar, lalu, "Monique juga ke Draguignan dengan
Daniel sesudah itu. Mudah saja ia mampir ke tempat Francine."
Dengan seluruh kesadaranku, aku makin terpikat oleh per"ca"
kapan itu. Manakah yang benar" Monique dengan sifat-sifat yang
kukenal tidak mungkin berbuat demikian. Mengenai Jacques, aku
juga tiba-tiba bimbang. Lalu Jean" Siapa tahu barang"kali memang
ceritanya mengenai Jean dimaksudkan untuk mengelabuiku. Ah,
itu tidak mungkin. Tetapi ada semacam kekuatan di dalam suara
Yvonne. Ia membujuk orang dengan mudah. Susah payah aku
ber"tahan pada pendirianku sendiri.
"Ah, sekarang aku tidak peduli lagi. Biar Monique atau orang
lain yang mengatakannya kepada Francine. Bagiku laki-laki
se"perti Ren" tertalu pengecut. Ia tidak menarik. Aku kecewa
denganya. Sayang, ciumannya hangat."
"Ooo, kalian telah berciuman?"
"Lalu apa yang kaukirakan?"
"Mmm," hanya jawab itu yang kudengar.
Sekali lagi aku melongokkan kepala untuk mengintai. Ia ber"
main mengadukkan sendok ke dalam cangkirnya. Mungkin se"
dang berpikir-pikir alangkah hebatnya kabar itu jika disam"pai"
kan kepada Francine. 185 La Barka 2.indd 185 "Kau harus mengatakannya secepat mungkin kepada Francine
sebelum Monique mendahuluimu, karena ia juga mengetahuinya.
Tambahkan sekalian bahwa laki-laki seperti suaminya atau bekas
suaminya bukan pilihanku," kataku.
Aku memeras pakaian-pakaian kecil dan keluar hendak meng"
gantungkannya di belakang rumah.
"Karena kau kira aku akan menyampaikannya kepada Fran"
cine?" "Aku tidak mengira, melainkan memastikannya!"
Lalu kutinggalkan Yvonne merenungi kalimatku itu.
Pada kesempatan berikutnya aku mengadakan pembicaraan
terbuka dengan Monique. Seperti telah kuharapkan, ia meno"lak
tuduhan Yvonne mengenai Jacques. Hal itu tidak perlu kusangsi"
kan karena kulihat sendiri datangnya surat-surat dari Jean yang
sedang berlayar di sekitar pelabuhan-pelabuhan Prancis Utara.
Mengenai halku sendiri dengan Ren", aku sama sekali tidak
meragukan bahwa Yvonne-lah yang mengatakannya kepada Fran"
cine. Aku ingin berbicara dengan Monique mengenai itu karena
bagiku tidak sepantasnya seseorang seperti Yvonne yang dianggap
sebagai seorang kawan telah berkelakuan demikian. Monique
mengetahui bahwa Yvonne tidaklah sebaik seperti yang dia kira.
Tetapi terhadap ia sendiri, Yvonne belum pernah berbuat sesuatu
pun yang melukai hatinya. Aku meminta maaf kepada Monique
karena telah mengungkapkan apa yang terjadi. Tetapi Monique
membenarkan aku. Baginya, aku berbuat sebagaimana mestinya.
Sekarang ia telah bercerai dengan Daniel, tidak ada sesuatu pun
yang dapat mencegahnya untuk tidak berkawan dengan Yvonne.
Tetapi Monique adalah Monique. Dia tidak sampai hati mengusir
orang seperti Yvonne. Ia juga terikat oleh tata cara pergaulan yang
diajarkan orang baik-baik. Kawanku itu tidak mengubah sikap.
186 La Barka 2.indd 186 Katanya, ia menunggu kejadian lain yang da"pat dengan langsung
memungkinkan dia menyilakan Yvonne meninggalkan La Barka.
Tetapi kami tidak memerlukan kejadian tersebut. Disebabkan
oleh kemarahannya karena Jacques tidak memperhatikan dirinya,
Yvonne melakukan kelancangan dengan mengatakan kepada
laki-laki itu apa yang telah dia katakan kepadaku.
Akibatnya, pada suatu malam, sewaktu kami sedang makan,
dengan terus terang Jacques bertanya kepada Monique apakah
benar ia mengharapkan menjadi istrinya agar dibawa ke Kongo" Di
meja makan Monique tampak menganggap kawannya bergurau.
Tetapi Jacques tidak kelihatan ingin bercanda. Setelah beberapa
waktu berlalu, akhirnya kawanku berkata akan menerangkan hal
itu nanti. Sesudah mencuci piring, aku tidak melihat mereka ber"
dua di ruang duduk. Yvonne bersama anak-anaknya seperti biasa
melihat tayangan televisi. Sebentar-sebentar, Yvonne berdiri,
dan bergerak hilir-mudik seperti kecemasan.
Mulai keesokan harinya, Jacques tampak selalu bergembira
dan berdua dengan Monique, bahkan sering berangkulan dan
ber"canda. Kadang-kadang terselip dalam kalimat mereka ren"
cana-rencana yang akan mereka kerjakan di Kongo kelak. Atau
perbaikan-perbaikan yang seharusnya diubah dalam rumah
Jacques. Dengan jelas itu kulihat untuk mengesalkan hati Yvonne,
karena kadang-kadang aku sempat menemukan mata kawanku
atau Jacques yang berkejap sebelah ke arahku. Sampai-sampai
Jacques mengemukakan pertanyaan secara bersungguh-sungguh
ke"pada kedua anaknya apakah yang mereka pikir seandainya
Monique menjadi ibu tiri mereka. Tentu saja berbagai macam
jawab maupun sesal yang mereka katakan dengan terus terang
pula. Tetapi itu tidak mengurangi suasana berkasihan kedua kom"
plotan tersebut. 187 La Barka 2.indd 187 Berhari-hari kawanku dan Jacques berkelakuan seperti itu,
sampai pada suatu malam seesudah selesai dengan pekerjaan di
dapur, kami duduk di ruang tamu, Yvonne berkata akan pindah
tempat berlibur guna lebih mendekati pantai. Katanya seorang
kenalannya telah mendapat apartemen yang cukup menarik
sewanya. Monique hanya menjawab kalau memang demikian
yang dia kehendaki, terserahlah.
La Barka menjadi lebih tenang dengan kepergian Yvonne.
Hidup pedesaan benar-benar menjadi damai sebagaimana semula
kutemukan sewaktu aku tiba. Halaman seluas dua puluh kali sepu"
luh meter telah selesai dipagari untuk tempat anjing-anjing ber?"ke"
liaran sesuka hati. Di sudut, Joseph membangun sebuah ba"ngunan
persegi panjang lengkap dengan atap untuk berteduh. Bebe"rapa
pohon zaitun dan figues dibiarkan tetap tumbuh di sana.
Maman datang dari Cannes membawa hadiah seekor kambing
muda. Dari dokter hewan, Monique mendapat dua ekor kucing
yang amat lucu warna bulunya. Selama beberapa hari kehidupan
menjadi santai penuh kekeluargaan. Kawanku menghabiskan wak"
tunya untuk memperelok ruangan demi ruangan di rumah itu.
Menurut rencananya, jika ada rezeki, ia akan mengecat kem"
bali seluruh rumah. La Barka kini adalah miliknya pribadi. Ia
juga masih memerlukan sebuah mobil, karena Daniel-lah yang
mendapatkannya pada waktu pembagian hak milik dalam proses
perceraian lalu. Sebagai gantinya, kawanku mendapat tanah yang
dekat-dekat di keliling rumah. La Barka ditambah kebun yang
menjadi bagiannya, cukuplah besarnya. Cukup untuk ditambah
atau didirikan rumah kecil lain. Impian Monique hanyalah pema"
sangan bak cadangan air dengan pipa-pipa dari desa hingga ke
La Barka. Kalau itu telah terlaksana, lain-lainnya dapat menyusul
melengkapi kemewahan. 188 La Barka 2.indd 188 Christine engan meluncurnya hari-hari tanpa gangguan, aku se"
makin betah tinggal di rumah Monique. Jacques tetap
berada di sana juga, tetapi dapat dikatakan setiap hari keluar, ke
pantai atau mengurus pengawasan perbaikan rumah. Aku hanya
melihat dia dan anak-anaknya malam hari. Kesibukan mereka
sama sekali tidak kuhiraukan.
Udara sering baik dan cerah. Panasnya nyaman, kecuali pa"
da saat-saat mendekati tengah hari. Joseph membuat rumahrumahan dari ranting dan dahan cemara di belakang garasi, tidak
jauh dari tempat penjemuran pakaian. Anakku mengangkut
ham"pir semua kekayaannya ke sana. Dengan demikian, ada tiga
tempat tertentu di mana aku dapat menemukan anakku, yaitu
di tanah tanggul yang rimbun oleh sebatang pohon zaitun tua di
pojok kandang anjing dan kambing, atau di pondok Joseph, atau
di gubuk di belakang garasi.
Monique menjadi semakin repot karena tidak ada mobil. Bila
Jacques bangun terlalu siang, Monique turun berjalan kaki ke
desa untuk mencegat bus yang akan ditumpangi ke Draguignan.
Dari tempat perhentian bus ke toko Francine masih harus ber"
189 La Barka 2.indd 189 jalan kaki agak jauh. Waktu pulangnya, sering kali ia diantar
Francine atau Ren". Kalau Ren" yang datang, tidak jarang ia ikut
makan malam bersama kami. Sikap Ren" terhadapku tetap mesra
dan memikat. Pada saat-saat bersendiri denganku, tidak lupa ia
berusaha menyentuhku lebih dari semestinya. Gerakannya selalu
bernafsu dan kelihatan bersungguh-sungguh. Beberapa kali aku
hampir terbawa hanyut oleh rangsangan laki-laki itu.
Tidakkah kau sering mengulangi kepadaku bahwa masingmasing dari kita berdua adalah makhluk bebas" Kau tidak suka jika
aku cemburu atau mencurigai pergaulanmu dengan perempuanperempuan lain. Demikian pula kau menegaskan bahwa aku
da"pat berbuat segalanya dengan laki-laki lain. Katamu, dengan
peng"alaman-pengalaman itulah masing-masing dari kita akan
semakin menghargai, akan dapat menyadari kelebihan-kelebihan
yang dimiliki pihak lainnya. Dari pengenalan dan kesadaran itu"
lah dapat diharapkan timbulnya keeratan pergaulan yang lebih
lama, agar dapat mencapai keabadian, yang dengan sewajarnya
menyampaikan kita kepada penyatuan rohaniah.
Tetapi dengan Ren" aku tidak ingin bergaul lebih dari keka"


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wanan biasa. Selain aku memang tidak berniat mengerjakan se"
suatu yang kuanggap sebagai pengkhianatan terhadapmu, lebihlebih disebabkan oleh merosotnya penghargaanku terhadap lakilaki itu. Monique pernah mengatakan kepadaku bahwa Ren"
heran mengapa sikapku berubah, dingin bila berhadapan de"ngan
dia. Tanpa ragu-ragu aku menjawab bahwa Ren" amat menge"
cewakan harapanku. Melihat tokohnya yang tegap dan cakap,
barangkali aku terlalu bermimpi menginginkan perbuatanperbuatan yang lebih tegas dari dia. Pengalaman yang lalu tidak
segera akan kulupakan. Lagi pula, dengan penolakan itu aku merasakan semacam
190 La Barka 2.indd 190 kepuasan. Mungkin Ren" terlalu biasa dapat membujuk perem"
puan-perempuan yang dia kehendaki. Berkali-kali ia mengajakku
keluar malam, tetapi selalu kujawab bahwa aku tidak ingin dijadi"
kan cemoohan orang. Ia mengatakan penolakan itu sebagai
kom?"pleks rendah diri. Aku sama sekali tidak mempedulikan dia.
Kalau"pun itu benar merupakan kompleks rendah diri, aku tidak
menderita karenanya. Yang jelas aku mengetahui dengan pasti
bahwa aku manusia berperasaan. Menjadi sasaran penyelidikan
atau per?"tanyaan-pertanyaan Francine sungguh mencemari masa
libur"anku. Suamiku tiba di La Barka akhir bulan itu. Ia tinggal selama
empat hari. Ia membawakan surat-surat yang harus kutanda"
tangani, dan akan diajukan ke pengadilan oleh ahli hukum wa"kil
kami. Menurut apa yang dia dengar, soal itu akan dapat sele"
sai dalam jangka dua atau tiga bulan. Ia mengusulkan untuk
ke?"mu"dahannya, agar kami tidak bercerai seperti yang telah diren"
canakan, tetapi mengajukan urusan-urusan untuk perpisah"an
jasmani. Dengan demikian, kami tetap bersama, yang berarti men"
datangkan beribu kebaikan bagi anak kami; sedangkan masingmasing memiliki kebebasan tidak terbatas dalam pergaulan.
Aku tidak mengerti apa yang menyebabkan dia berubah pi"
kiran. Tetapi selama tinggal di La Barka, tampak oleh kami,
Monique dan aku sendiri, ia mencurahkan waktu banyak sekali
untuk anakku. Mereka berjalan mengelilingi La Barka yang
telah menjadi bagian Daniel. Sering-sering berdua turun ke desa
berjalan kaki. Pada hari ketiga, suamiku menyewa sebuah mobil
tanpa sopir, lalu mengajak kami, anakku dan aku, mengunjungi
tempat yang mempunyai pemandangan alam terkenal di lembah
Verdun. Tidak ada pertengkaran-pertengkaran yang sering terjadi
seperti pada waktu yang sudah-sudah.
191 La Barka 2.indd 191 Barangkali itu disebabkan karena singkatnya pertemuan
kami. Suamiku harus segera berangkat ke kantor pusat di ibu
kota untuk mengikuti kursus yang diadakan setiap enam bulan
sekali bagi insinyur-insinyur perusahaannya, di mana mereka di"
beritahu mengenai kemajuan-kemajuan serta penemuan-penemu"
an terbaru dalam bidangnya. Sebelum berangkat ia berkata agar
aku memikirkan baik-baik usul yang dia ajukan. Sementara itu,
sambil lalu dia akan mencari apartemen buat tempat tinggal
kami di sekitar Paris. Suratku terakhir kepadamu belum kaubalas. Aku merasa
ber"kewajiban menulis lagi kepadamu mengenai hal itu. Telah
kaukatakan bahwa kau tidak akan sering mengirim berita ke"
padaku. Tetapi aku mengharap setidak-tidaknya dua surat dalam
satu bulan. Kadang-kadang aku bahkan menerima lebih dari
itu. Sewaktu-waktu kau berpindah kota, kau ingat aku dengan
mengirimkan kartu-kartu bergambar kepadaku. Kau tidak per"
nah lupa menggariskan kalimat-kalimat harapan agar aku mem"
beritahu mengenai perkembangan-perkembangan proses per"cerai"
anku. Sehari berlalu, dua hari, kemudian disusul oleh hari-hari lain.
Aku tetap menunggu kabar darimu. Keputusan apa yang harus
kuberikan kepada suamiku jika ia menelepon dari ibu kota" De"
ngan Monique aku juga membicarakan hal itu. Pandangannya
sama denganku. Sebagai seorang wanita, perpisahan jasmani bu"
kanlah cara yang dapat dikatakan memberi kebebasan luas buat
bergerak. Benar aku akan dapat bekerja. Tetapi urusan-urus"an
rumah tangga tetap akan menjadi tanggungan perempuan. Pada
waktu-waktu anak sakit, penjagaan di malam hari juga tetap
diserahkan kepada perempuan. Di waktu-waktu aku ingin me"
nerima kunjungan teman-temanku sendiri, aku tetap harus ber"
192 La Barka 2.indd 192 sepakat dengan suamiku, sedangkan jika kami berpisah dalam
arti bercerai, aku akan menyewa apartemen sendiri. Pada waktu
bekerja aku akan dapat menitipkan anakku di rumah-rumah
titipan balita atau tetangga yang menerima pengawasan anakanak secara harian. Pekerjaan rumah dapat kukerjakan semauku.
Setidak-tidaknya aku lebih mempunyai kemerdekaan.
Sebaliknya, memang benar suamiku juga memikirkan anak
kami. Cinta kasih bapak dan ibunya tidak terpisah. Anakanak yang tumbuh dengan kesayangan selengkapnya memiliki
keseim"bangan jiwa yang kokoh, kecerdasan yang tajam. Aku
masih mendapat waktu luas untuk memikirkannya. Tetapi yang
penting bagiku adalah pendapatmu mengenai hal ini. Rencana
masa depan kita berdua tidak pernah kaukatakan dengan jelas
dan tegas. Aku mengira bahwa pendirianmu dan pendirianku
selalu sejajar. Pada waktu kau membicarakan apa yang hendak
kaukerjakan kelak, tidak pernah lupa kausertakan pendapatku
mengenai hal itu. Kita tidak pernah membicarakan perkawinan. Hal yang juga
bukan merupakan pokok menarik bagiku. Dari pengalaman aku
tahu, perkawinan bagiku tidak lagi merupakan tanda percintaan
yang disatukan. Itu adalah pengesahan hukum yang dikarang
manusia, di mana dua orang yang barangkali saling mencinta,
setelah lima, sepuluh atau dua puluh tahun hidup bersama,
tidak lagi menemukan pokok pembicaraan yang menarik satu
sama lain. Dua orang yang kemudian disebut suami-istri, yang
melan"jutkan kehidupan sebagai otomat tanpa berpikir maupun
berkehendak. Ajaran yang diberikan orang kepadaku memberikan anggapan
yang sebaik-baiknya terhadap perkawinan. Dengan bertambahnya
umur serta hidup di kelilingku yang kulihat dan kualami, kini aku
193 La Barka 2.indd 193 menempatkan diri di luar anggapan atau ajaran itu. Kalau aku
jadi bercerai, barangkali aku akan hidup bersama seorang lakilaki, tetapi tidak untuk kawin lagi. Di Prancis semakin banyak
wanita-wanita bersendiri yang mempunyai anak, mendidik serta
membesarkan anak mereka sambil bekerja. Pasangan-pasangan
yang tinggal bersama juga semakin bertambah jumlahnya. Me"
reka mendapat cibiran bibir dari pihak tua yang konservatif.
Tetapi ini tidak mengecilkan hati bagi yang berkepentingan.
Kalau ada orang yang sanggup hidup demikian tanpa kesulitan,
barangkali aku pun sanggup melakukannya.
Jacques dan anak-anaknya telah pindah ke rumah mereka.
Perbaikan-perbaikan belum selesai, tetapi kamar-kamar sudah
dapat ditinggali dengan perlengkapan secara berkemah.
La Barka kembali sepi, namun bertambah kelihatan megah
olehnya. Bunga-bunga beraneka ragam yang ditabur di depan
dinding teras bertumbuhan dengan warna yang menarik. Bekas
mertua kawanku yang berkunjung menyatakan keheranannya,
karena belum pernah mereka lihat Monique sedemikian rajin
me?"melihara La Barka maupun kebunnya. Dengan sederhana
kawan"ku menjawab bahwa rumah itu sekarang adalah miliknya
sepenuhnya. Ia mau dan dengan senang hati membelanjakan
sebagian dari gajinya untuk menghiasinya. Aku juga turut banyak
mengerjakan kewajiban rumah tangga. Membersihkan kamarkamar dan menyiapkan makanan tidak mengesalkan hatiku, ter"
utama karena hanya kami bertigalah yang menempati rumah itu.
Pada suatu sore, Monique menelepon dari toko mengabarkan,
Christine akan datang dan makan bersama kami. Ia bertanya
kalau ada sesuatu yang harus dibeli. Dua hari yang lalu kami
telah berbelanja daging serta sayur-sayuran untuk seminggu.
Ku"katakan, sebaiknya ia menambah persediaan anggur untuk
194 La Barka 2.indd 194 minuman. Christine akan datang bersama anak sulungnya yang
bernama Robert. Kata kawanku, dia baru menempuh ujian
Akademi Peternakan di dekat Paris.
Aku hanya sekali bertemu dengan Christine. Pada waktu itu,
aku masih gadis. Di rumah ibu Monique di Cannes kami makan
bersama, dilanjutkan dengan percakapan sepanjang hari di dalam
kebun yang berteras amat luas. Christine berbadan hampir serupa
dengan Monique, hanya tubuhnya agak lebih tinggi. Rambutnya
dipotong pendek seperti laki-laki, dengan gelombang-gelombang
kecil yang turun hingga ke tengkuk. Wajahnya waktu itu tidak
memberikan suatu kesan tajam kepadaku, biasa dan bergaris ter"
atur seperti wajah beribu wanita muda lain yang dapat ditemukan
di jalan. Kalau aku mengingatinya setelah bertahun-tahun tidak
bertemu, itu disebabkan oleh kepribadiannya yang telah me"
mikatku. Entah disebabkan oleh profesinya sebagai guru, entah
memang pembawaan watak yang demikian. Christine bagiku
adalah teladan perempuan muda yang memiliki keseimbangan
kuat di dalam jiwanya. Baru sehari kami berkenalan, pada malam
hari tatkala kami harus berpisah, terasa amat berat, karena
telah terjalin keakraban. Kami sudah ber-aku dan ber-engkau.
Ibu Monique berkata kepadaku bahwa Christine adalah kawan
keluarga yang dapat dipastikan bantuannya. Telah menjadi dalil
di negeri mana pun juga, seorang kawan selalu sukar dicari pada
waktu kita benar-benar memerlukannya. Berkali-kali Christine
membuktikan bahwa dengan dia, kekawanan dapat berlangsung
pada saat-saat yang sukar, baik dalam persoalan lahiriah maupun
rohaniah. Kami saling menulis kabar sekali setahun bersamaan de"ngan
kartu ucapan selamat hari Natal dan Tahun Baru. Pada kesem"
patan-kesempatan yang tersedia, aku mengirimkan benda-benda
195 La Barka 2.indd 195 berguna dari Asia yang kuketahui akan mendapat tempat baik di
rumahnya. Cita rasanya dengan Monique maupun dengan aku
tidak ada bedanya. Malam itu aku menyiapkan tiga macam lauk
yang tidak terlalu pedas sebagai suguhan makanan.
Mereka datang setengah delapan. Monique pergi menjemput
ke rumah Christine dulu sambil minum-minum. Christine me"
nyediakan makanan untuk dua orang anaknya yang tidak dapat
turut ke La Barka karena banyaknya mata pelajaran keesokan
harinya. Mereka sudah besar-besar, yang bungsu berumur kirakira enam belas tahun, dan kakaknya akan menempuh ujian
penghabisan sekolah menengah.
Aku tidak menduga akan melihat Christine demikian kurus.
Sewaktu kami berciuman dan aku tinggal beberapa lama di peluk"
annya, kami bertatapan pandang serta saling menyelidik wajah
masing-masing. Yang kudapati bukanlah wajah segar seseorang
yang baru pulang dari masa liburannya. Selain keriput-keriput
kulit di samping kedua matanya, pipinya cekung, matanya juga
mendalam jauh. Badannya yang dahulu tidak kelihatan tinggi,
malam itu tampak seolah memanjang. Hanya suaranyalah yang
tiba-tiba kukenal. Ia tertawa dan dengan gembira menanyaiku
berbagai berita. Aku diperkenalkan kepada Robert, pemuda gagah, bahkan
tampan, berambut gondrong namun rapi membingkai muka
kelaki-lakian dengan pandang lembut dari kedua matanya. Un"
tuk selanjutnya, ia tidak banyak berbicara.
Di meja makan, Christine duduk di sampingku, sedangkan
Robert di samping Monique. Sering aku merasa pemuda itu
meng"awasiku, memandangi rambut yang kugulung ke atas kepala
dengan jepitan dari penyu, atau mengalihkan pandangnya ke
lengan serta tanganku yang kadang-kadang kuletakkan di sam"
196 La Barka 2.indd 196 ping piring menyela dua atau tiga suapan nasi. Anakku yang
hilir-mudik ke ruang duduk dan ruang makan juga tidak lepas
dari per"hatiannya. Aku mengira Robert sedang membandingkan diriku dengan
anakku, mencari persamaan-persamaan antara kami berdua. Sam"
bil melayani percakapan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
Christine, kadang-kadang aku juga memandangi Robert. Dua
tiga kali kami tersenyum bersama-sama tanpa berkata sesuatu
pun. Aku mengetahui dari Monique bahwa Christine telah bercerai
beberapa tahun yang lalu. Kawanku bahkan menyebutnya sebagai
contoh, ketika kami membicarakan pergantian maksud suamiku
dalam urusan perpisahan kami.
Christine dan suaminya untuk beberapa waktu juga melak"
sanakan perpisahan badaniah. Mereka tinggal bersama demi ke"
baikan anak-anak, tetapi kemudian ternyata selalu pihak suami
yang mendapat kelebihan dalam banyak hal. Kawanku men"
cerita"kan pertengkaran-pertengkaran suami-istri itu seringkali
disebabkan oleh penolakan si suami terhadap kedatangan atau
kunjungan beberapa kawan Christine yang tertentu. Tetapi
Christine mempunyai kekuatan kemauan dan sanggup bergigih.
Terhadap wanita seperti dia seorang laki-laki yang ingin selalu
menang dapat ditaklukkan. Tapi, kalau hal seperti itu terjadi
pada diriku, kukira akulah yang mengalah.
Aku tidak biasa bercekcok. Didikan yang kuterima mengajar"
kan kedamaian berpikir dan berbuat. Kalau ada kekasaran-keka"
saran yang telah mempengaruhiku di tahun-tahun terakhir se"
su"dah meninggalkan rengkuhan Ibu Biara, tentulah itu bu"kan
kepandaian untuk bertengkar. Mungkin pula disebabkan watakku
yang agak mirip Ren", tidak menyukai kehebohan. Selagi dapat
197 La Barka 2.indd 197 dihindari, aku lebih suka memendam perasaan, baik itu berupa
kesusahan maupun penderitaan oleh perlakuan orang terhadapku.
Kecuali jika aku berhubungan dengan kawan-kawan yang telah
lama kukenal dan kusukai, maka barulah aku bisa berterus
terang. Dalam percakapan malam itu, aku mengetahui garis besar
segala peristiwa yang terjadi pada keluarga Christine. Suaminya
kawin dengan seorang mahasiswi, jauh lebih muda daripadanya.
Seperti telah menjadi kebiasaan, mereka hidup bersama, lama
sebelum kawin. Christine pun berkawan intim dengan seorang
dokter hewan yang terkenal di daerah itu. Tetapi semuanya ber"
laku dengan kerahasiaan yang rapat. Hingga bertahun-tahun tidak
ada atau jarang kenalan yang mengetahui, bahkan anak-anak"nya
pun setelah besar baru menyingkap kehidupan intim ibunya.
Kini Robert berumur dua puluh tiga tahun, menunggu hasil
ujian penghabisan tahap akhir Akademi Peternakan terkenal di
dekat Paris. Lulus dari sana, ia dapat mengambil tingkat keahlian
mengenai jenis binatang yang dipilih, lalu menggabung pada
perusahaan-perusahaan riset atau bekerja dengan modal sendiri
mendirikan sebuah peternakan. Dia kelihatan seperti seseorang
yang mengetahui ke mana ia pergi dan apa yang dia lakukan.
Meskipun tidak banyak bicara, tetapi pikirannya tampak tidak


La Barka Karya Nh Dini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah berhenti. Dari tanya-jawabnya dengan Monique aku
mengetahui bahwa ia ingin meneruskan pelajaran hingga ke
tingkat keahlian. Pada waktu hampir selesai makan, percakapan kami berkisar
pada keluarga Christine serta perjalanan liburan mereka ke Eropa
Timur. Ketika Monique bangkit mengambil beberapa macam
keju dari lemari es, seolah tiba-tiba baru teringat olehnya, ia ber"
Darah Ksatria 5 Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Pertarungan Di Lembah Selaksa 1
^