Pencarian

Pendekar Yang Berbudi 14

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 14


aku ingin pergi lebih dahulu! Dan segera ia berlari keras, sehingga dalam tempo yang
pendek ia sudah berhasil meninggalkan Pek Hee dan kawan-kawan jauh dibelakangnya.
Keempat nona lari menyusul sekeras mereka sanggup.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 562
yoza collection Ho Tong sudah tiba didesa itu. Segera ia melompat turun dari kudanya. Segera pula
ia mendengar suara berisik, maka ia menoleh ke arah suara itu, untuk terus lari
menghampiri. Sebab itu, lekas juga ta menyaksikan bal yang membuatnya heran dan
kagum. Didalam sebuah lapangan untuk mengerjakan padi, ditengah-tengahnya, tampak
seorang pengemis dengan pakaian yang comparg-camping, ditangannya tercekal
seekor ayam biang. Disekitarnya, pengemis itu dikurung oleh orang-orang kampung
yang berjumlah besar. Pengemis itu bertubuh besar. Yang hebat adalah justeru ia sedang menggerogoti
ayam dan mengunyahnya, tak perduli akan darah dan bulu ayam itu!
Dan orang banyakpun berteriak-teriak: Hajar orang gila itu! Hajar orang gila itu!
Walaupun demikian, tidak ada seorang juga yang berani menghampiri dekat-desat
pada pengemis itu. Mereka membuat banyak berisik dengan hanya mengurung dan
kejauhan! Ho Tong heran dan girang sebab mengenali pengemis itu adalah Ong Pek Coan!
Maka tidak ajal lagi, ia membuka jalan di antara kurungan orang-orang kampung
itu untuk menghampiri si orang gila , sambil memanggil keras: Suhu! Mengapa kau
berada di sini" Kami justeru sedang mencarimu !
Oag Pek Coan segera berpaling, terus ia mengawasi Ho Tong. Mendadak ia berseru
dan ayamnya dilemparkan kemuka si tolol. Setelah itu ia tertawa terbahak-bahak!
Ho Tong tidak bersiaga, ia kena di timpuk dengan ayam itu, sehingga mukanya
berlepotan darah. Dengan repotnya ia menyusuti mukanya, ia berteriak-teriak: Ong
Suhu! Ong Suhu, mengapa kau tidak mengenali aku! Akulah Tiat Lohan Ho Tong!
Diam! bentak orang gila itu. Apakah kau ingin membunuh orang dengan
membasminya sampai habis semuanya" Ketahui olehmu, Ong Toaya Tuan besar Ong,
tidak takut padamu! Setelah membentak, Pek Coan melompat bangun.
Semua orang desa itu kaget. Romannya Pek Coan amat bengis dan suaranyapun
keras sekali. Karena takutnya, penduduk kampung itu lari tunggang lenggang!
Melihat orang lari kabur, tiba-tiba mata Pek Coan mendelik, terus ia menangis
menggerung-gerung. Tepat waktu itu, Pek Kong sampai disitu Ada apa " mula-mula ia
menanya kepada Ho Tong. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 563
yoza collection Pui! Pek Coan meludah. Ilmu silat Ong Toaya belum terlatih sempurna. Biarlah, aku
beri ampun jiwanya untuk beberapa hari lagi! Setelah itu, ia berbalik tertawa terbahakbntuk, terus ia membuka tindakan lebar dan lari pergi pula.
Pek Kong tertegun karena herannya. Justeru ia terdiam, teringatlah, ia akan sesuatu.
Jieko! katanya kepada Ho Tong, yang di panggil kakak nomor dua (jieko), apakah
dia itu Suheng Ong Pek Coan"
Ho Tong pun dibingungkan, sehingga tercengang oleh tingkah laku seperti orang
gila dari Ong Pek Coan. Ia baru sadar setelah mendengar pertanyaan Pek Kong, maka
segera ia mengangguk sambil menjawab: Benar dia! Lekas susul!
Belum berhenti suara si tolol atau tubuh Pek Kong sudah mencelat lari menyusul
orang gila itu. Akan tetapi ia menyesal. Meskipun ta sudah lari sepuluh lie lebih, namun
Pek Coan tak tampak sekalipun bayangannya, Entah kemana menghilangnya atau
dimana dia telah menyembunyikan dirinya.
Tak lama kemudian tibalah Ho Tong yang menyusul, begitu pula keempat nona.
Mereka berdamai sebentar, lantas mereka kembali ke desa tadi.
Setiba dimuka kampung, Kat In Tong heran mendapatkan orang-orang kampung
berkumpul mengerumuni seorang pendeta bertubuh tinggi besar. Selekas ia melihat
dengan tegas pende ta itu, ia berseru: Lihat si gundul itu! Bukankah ia Sam Gau Tauwto
Lie Seng" Mengapa ia menjadi begini"
Honghu Pek Hee mengawasi pendeta itu.
Sesungguhnya, ia adalah si kepala gundul! katanya kemudian Hari ini kita harus
menagih hutang lama kepadanya!
Sebab kata Pek Kong, yang ingat hal tempo hari. Dahulu selama di Tong Bok Cee,
ia tak ingin mencelakai kita, bahkan sebab usahanya hendak memerdekakan aku serta
jieko, ia hampir-hampir bentrok dengan Koh Piauw. Biar aku menemuinya.
Segera anak muda ini bertindak menghampiri, serta memanggil: Toasuhu!
Toasuhu! Sam Gan Tauwto menoleh, ia tertegun. Lalu ia mengawasi si anak muda. Lekas juga
ia ingat dan mengenalinya, maka cepat ia membalas hormat sambil menjura.
-nona Pendekar Yang Berbudi - Halaman 564
yoza collection Ditanya demikian, sipendeta Tauwto menghela napas.
"Panjang untuk aku menuturkannya." sahutnya. "Mari kita cari tempat yang tenang
dimana kita dapat bicara, nanti pinceng menuturkan segala sesuatunya.. "
"Bukankah ia seorang gila?" si Tauwto memotong pertanyaannya.
Terpaksa Pek Kong beramai mengikuti orang suci ini. Mereka ingin mengetahui
tentang Ong Pek Coan si gila itu. Mereka keluar dari kampung dan pergi kebukit, ketepi
sebuah jurang. Disitu terdapat sebuah gua seluas dua tombak persegi. Didalam gua itu terdapat
sebualj. peraduan dan meja bambu, pertanda bahwa itu ada penghuninya.
Sam Gan Touwto mengundang para tamu duduk. Iapun mengeluarkan dari sebuah
karungnya belasan kue bakpauw sambil meletakkannya diatas meja, ia tertawa dan
berkata: Sekarang sudah mendekati tengah hari. Para siecu habis melakukan
perjalanan jauh, tentulah belum makan sesuatu. Maka itu mari, makanlah sekedarnya.
Inilah bakpauw tanpa daging!
Ho Tong sudah lapar sekali tanpa malu-malu lagi ia menyambar sepotong bakpauw
dan segera dimasukkan kedalam mulutnya.
Keempat nona tertawa dalam hati mereka menyaksikan lagak kawan itu sehingga
mereka menjadi malu terhadap tuan rumahnya.
Pek Kong menghaturkan terima kasih. Suhu, kau ingin bicara mengenai si orang
gila. Adakah dia Ong Pek Coan" tanyanya.
Sam Gan mengangguk. Benar, sahutnya. Mula ketika pietoo berkenalan dengannya, ia masih belum
terganggu syarafnya, tidak kusangka, ketika kami bertemu pula, ia telah menjadi gila..
Tauwto itu menghela napas, baru ia melanjutkan kata-katanya: Pintoo adalah
pendeta Siauw Lim Sie, disebabkan satu pelanggaran terhadap seorang tiangloo, pintoo
telah diusir dari rumah suci itu. Ketika itu syukur ada Ong Pek Coan, yang menolongku,
kalau tidak, pintoo pasti mati diujung rotan. Empat bulan yang lalu, pintoo turut Hian Kie
Siu su dan dengan perintahnya pangcu dari Thian Liong Pang, pintoo ditugaskan
menjaga penjara. Pintoo dipesan untuk jangan melalaikan kewajiban. Segera pintoo
mendapat kenyataan, bahwa orang tawanan itu ialah Ong Pek Coan. Menurut Khong
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 565
yoza collection Liang, Ong Pek Coan adalah orang tawanan paling penting bagi partainya itu. Sebabnya
ia menjadi gila ialah karena pangcu memberikan ia obat membuat syarafnya lemah,
sehingga ia tak dapat ingat sesuatu, sedangkan dengan serupa obat lainnya dia pula
dibikin tak mengenal dirinya lagi, sehingga selanjutnya ia dapat diperintah melakukan
sesuatu tugas berat. Ong Pek Coan menjadi penoiongku, ingin pintoo menolongnya, dengan jalan berdua
kabur bersama. Sayang, mengenai penyakit gilanya itu, pintoo tidak berdaya.
Hai tauwko, gila! tegur Ho Tong yang tidak sabaran. Kau membuang-buang angin
saja! Yang kami mau tanyakan ialah Ong Pek Coan bersembunyi dimana sekarang!
Siapa sempat melayani kau mengobrol"
Pek Kong terkejut. Ia khawatir si pendeta marah.
Kakakku ini memang adatnya keras, katanya, Ia tidak sabaran, biasanya ia dimulut
lain dihati lain. Harap toasuhu tidak kecewa
Tauwto itu tertawa. Kakakmu itu terlalu jujur! katanya.
Dia katakan apa yang dipikir dibenaknya, pintoo suka padanya. Tapi Siecu, Ong Pek
Coan" Dapatkah siecu memberitahukan sesuatu kepadaku"
Pek Kong suka memberikan keterangannya terus ia menambahkan: Harap toasuhu
tidak mencurigai kami Kami mencarinya untuk hal; yang ada baiknya, tidak ada
jahatnya. Bahkan, mungkin sakit gilanya itu dapat disembuhkan.
Sam Gan Tauwto puas mendengar keterangan itu, ia girang sekali. Ketika ia hendak
membuka mulut, tiba-tiba ia tertegun. Mendadak ia mendengar satu suara yang tidak
biasanya terdengar. Tunggu, pintoo mau keluar sebentar! katanya sembari ia lari keluar.
Pek Kong semua heran. Nampak Sam Gan seperti bingung atau ketakutan, hanya
mereka tidak menyangka akan terjadi sesuatu yang hebat Mereka dimulut gua. Baru
mereka muncul sekaligus terdengar suara jeritan keras. Pek Kong kaget dan segera ia
lari kearah suara itu, hanya untuk mendapatkan si Tiauw to vang rebah diatas tanah
berumput dengan wajah berlepotan darah. Ia lompat untuk mendekati dan berjongkok
di sisinya. Mengapa toasahu" tanyanya heran.
Tidak ada jawaban. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 566
yoza collection Pek Kong semakin heran, segera ia meraba hidung orang. Ia tidak merasakan napas
menghembus keiuar. Maka kagetlah. Kiranya orang sedang pingsan. Tak ayal lagi ia
memberikan pertolongan dengan memijat disana-sini pada tubuh orang.
Lewat sesaat, tauwto itu terjaga dan terdengar puia suaranya perlahan, tak regas.
cuma ah ah uh uh. Keiika Pek Kong memeriksa, ia menjadi kaget dan heran. Ia melihat lidah orang
sudah buntung separoh. Pikirnya: Tauwto ini bukan sembarang orang! Siapakah yang
dalam waktu sesingkat ini dapat merobohkan dan memotong lidahnya" Mengapa
orangpun dapat pergi demikian cepatnya sehingga tak tampak bayangan atau bekasbekasnya"
Ho Tong dan keempat nona menyusul, merekapun kaget sekali, bahkan si tolol
segera berseru: Ini tentu perbuatan sikura-kura celaka dari Thian Liong Pang!
Menyusul suara si sembrono itu, tiba-tiba terdengarlah tawa yang nyaring
memekakkan telinga, sehingga Pek Kong semua menoleh ke samping. Mereka melihat
seorang tua yang bertubuh kecil dan kurus, rambut dan kumis janggutnya sudah putih
semua, akan tetapi matanya tajam sekali. Dia berada diatas sebuah batu hijau, tingginya
kira-kira tiga tombak. Dia tertawa pula dan lantas berkata.
Kawanan bocah, nyalimu tidak kecil! Bagaimana kalian berani mencaci dibelakang
orang" Pek Kong mengawasi dari nada bicaranya, orang itu mestinya Tong Thian Tok Liong.
Tapi orang tertawa dan manis budi kata-katanya. Sikap itu bukan sikapnya seorang
berkepala besar seperti ketua Tbian Liong Pang. Maka tak mau ia berlaku sembarangan.
Tuan, apakah kau Tong Thian Tok Liong" Orang yang ditanya tidak menjawab,
malah berbalik bertanya: 'Selama ini dalam dunia Kangouw sering terdengar halnya
seorang muda yang bernama Pek Kong ! Apakah kau bocah yang dimaksud itu"
Ya, aku yang muda bernama Pek Kong , sahut pemuda kita penuh hormat. Ia
mendapatkan orang seperti berkesan baik terhadapnya, dari itu ia tak mau berlaku
semberono. Diantara keempat nona itu, yang mana satu puterinya Honghu In Liong " tanya
pula si orang tua, sambil menunjuk keempat nona itu.
Pek Kong menunjuk pada Nona Honghu. Itulah dia! sahutnya tertawa. 'Lootiang.
apakah she dan nama besar dari lootiang" Dapatkah lootiang memberi petunjuk
kepadaku" Orang tua tertawa pula, nyaring.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 567
yoza collection Namaku si orang tua, sahutnya. Siapa yang mendengar pasti akan mati seketika.
Karena aku tidak menginginkan kalian hilang jiwa, jadi aku tidak usah memberitahukan
kalian she dan namaku! Hanya ingin memberi nasehat kepada kalian supaya
mengurangi usil kalian, jangan mencampuri urusan yang tidak mengenai diri kalian
sendiri. Selekas ia menutup kata-katanya orang tua itu lantas membuka langkah lebar dari
hadapan Pek Kong beramai !
Pek Kong tercengang karena perlakuan luar biasa orang tua itu, seketika ia sadar,
ingin menyusul, atau ia merasa ujung bajunya ada yang menarik menahannya Ketika
ia menoleh dilihatnya Sam Gan Tauwto yang mencegahnya.
Pek Hee lompat maju ingin menyusul si orang tua.
Kakak Pek Hee, jangan! Pek Kong memanggil. Akan tetapi noa itu sudah lantas saja
lari jauh, terus lenyap bersama siorang tua!
Toasuhu, siapakah orang tua itu" tanya Pui Hui pada Sam Gan.
Tauwto itu berbicara dengan suara yang tak nyata, ia menunjuk mulutnya, terus ia
menunjuk si orang tua. Jadi toasuhu dicelakai ia itu " tanya pula si nona.
Sam Gan mengangguk beberapa kali.
Pek Kong terkejut. Apakah dia Tong Thian Tok Liong" tanyanya.
Satn Gan Tauwto merayap bangun, matanya celingukkan kekiri dan kekanan, setelah
itu baharulah ia mengangguk tapi terus ia menggoyang-goyangkan tangannya,
melarang orang bicara keras, mencegah orang pergi menyusul.
Pek Kong kaget sekali setelah memperoleh kepastian orang tua itu Tong Thian Tok
Liong adanya. Lepas! serunya kepada si pendeta, yang masih memegangi ujung bajunya.
Akan tetapi Sam Gan, sebaliknya daripada melepaskan tangannya justeru berbalik
memeluknya erat-erat, sedangkan dari mulutnya terus terdengar suara ah ah-ub uhnya
itu. Pek Kong kewalahan, namun ia perlu membebaskan diri, terpaksa ia menggerakkan
ke dua belah tangannya sambil menyentuh tiga orang dengan sikutnya, setelah si
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 568
yoza collection pendeta merasa nyeri dan kaget, ia berontak sehingga bebas dari pelukan, maka ia
segera melompat lari menyusul Pek Hee.
Akan tetapi ia kehilangan Nona Honghu, juga Pui Hui bertiga, sebab Pui Hui, In Tong
dan Hong Litn. telah lari menyusul Pek Hee.
Nona Honghu lari menyusul Tong Thian Tok Liong, waktu itu memasuki sebuah
jalan pegunungan, ia ketinggalan sejauh tiga tombak dari orang tua itu, namun ia
berusaha lari lebih keras lagi tetapi ia tak berhasil mencandaknya. Ia membuka
mulutnya dan mencaci maki: Hai, orang tua! Jikalau kau benar-benar orang kosen,
beranikah kau bertempur mati atau hidup denganku"
Orang tua didepan itu tidak melayani, jangankan menyahuti menyambut tantangan,
menolehpun tidak. Ia berjalan seenaknya tetapi tetap terpisah sejarak tiga tombak dari
sinona. Konghu Pek Hee menjadi sangat gusar. Ia menghunus Gin Hee Kiam, pedangnya
yang tajam, dengan itu ia menimpuk si orang tua.
Maka melesatlah pedangnya itu.
Si orang tua, berlari terus seperti tidak tahu akan penyerangan itu, akan tetapi
selekasnya pedang hampir nancap ditubuhnya, mendadak ia berkelit dengan gesit dan
lincah. Maka lewatlah pedang itu disisinya, berbareng dengan itu ia mengulurkan
tangannya menyambar gagang senjata itu. Dilain detik, pedang itu sudah berada dalam
cekalannya. Baru sekarang ta melirik terus ia ketawa tergelak-geiak, terus pula ia
berkata dengan nyaring: Tuhan Yang Maha Esa sudah menghadiahkan aku Gin Hee Kiam, maka pedang itu
pasti akan membantuku menambah pengaruhnya ilmu pedangku Hang Liong Kiam Sut!
Selesai berkata-kata, si orang tua mempercepat larinya. Terang ia tak mau melayani
si nona. Honghu Pek Hee lari mengejar, tetapi ia kalah cepat. Lewat sekian lama ia
ketinggalan jauh dan kehilangan orang yang dikejarnya itu, sehingga ia menjadi marah
dan mendongkol serta berduka, dan akhirnya ia menangis menggerung-gerung. Hanya
belum lama, tiba- tiba ada orang yang menepuk bahunya dan terus bertanya sambil
tertawa. Mengapa kau menangis, nona"
Pek Hee terkejut, ia lompat kedepasn, baru ia menoleh Ia melihat orang yang
menegurnya ialah seorang pelajar usia setengah tua, kumisnya mirip mata tikus,
dengan matanya itu dia mengawasi padanya dengan tajam. Ia jadi mendongkol.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 569
yoza collection Aku menangis karena urusan sendiri! sahutnya, marah. Mau apa kau usilan"
Orang itu tertawa nyaring dua kali, lalu ka tanya keras. Sungguh inilah yang
dikatakan anjing naik joli berhias, anjing tidak tahu diri! setelah itu, ia meneruskan
dengan suaranya yang keras. Anak Na Po, mari!
Segera muncullah tujuh anak muda berpakaian biru, yang keluar dari semak-semak
didalam rimba disisi mereka. Satu per satu membawa pedang yang biasa disebut Ceng
kong-kiam. Luar biasa adalah, selain pakaian mereka seragam, merekapun sama tinggi
besarnya, dan semua berwajah ganteng, usianya rata rata diantaara lima atau enam
belas tahun. Nampak pula mereka masih bersifat kekanak-kanakan. Ketika keluar dari
dalam rimba, mereka bergerak dengan gesit dan lincah pertanda bahwa mereka sudah


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdidik ilmu silatnya baik sekali.
Pek Hee merasa kepalanya panas karena mendongkolnya.
Hm! Hm! ia mendengarkan suara tawar beberapa kali.
Segera ia menghunus Kim Hong Kiam, pedang lainnya, kalau Gin Hee Kiam berarti
Pedang Mega Perak Kim Hong Kiam ini Pedang Pelangi atau Bianglala Emas.
Pemimpin dari ketujuh anak itu, dengan tenang memberi hormat pada sipelajar
setengah tua sambil bertanya: Ada perintah apa. Hu-hoat"
Si orang setengah tua itu, si hu hoat, penegak hukum, menunjuk Pek Hee sambil
berkata dengan perintahnya: Tangkap anak itu dan terus ia bawa ke Kiu Kong San
menghadap pangcu! Begitu dengar orang dipanggil Hu hoat, maka tahulah Pek Hee bahwa ia sedang ber
hadapan dengan Hian Kee Siu siu Thong Liang dari Thian Liong Pang, tanpa merasa ia
menjadi marah, sambil berteriak dengan bentakannya, ia lompat kepada penegak
hukum itu, menyerang dengan jurus Lumpur Salju dan Kuku Besar .
Tahan! tiba tiba si anak berbaju biru berseru mencegah terus tubuhnya menceiat
maju dan pedangnya ditangkiskan, sehingga kedua senjata beradu nyaring dan tubuh
mereka sama sama mundur sendirinya.
Khong Liang pun mundur berkelit.
Atur barisan! berseru si penegak hukum. Dengan 'barisan ia maksudkan tin yaitu
barisan istimewa atau rahasia.
Enam pemuda lainnya menyambut titah itu, serentak mereka menghunus
senjatanya dan maju mengurung Nona Honghu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 570
yoza collection Pek Hee insaf bahwa pemuda yang pertama itu tak dapat dipandang ringan,
karenanya, kawan-kawannya ini juga tentu tak dapat tidak dihiraukan. Bentrokan tadi
dengan si anak muda membuatnya mundur selangkah. Dilain pihak, ia benci sekali
orang-orang Thian Liong Pang dan sudah bertekad untuk membunuh siapa saja orang
kaum itu yang ditemukannya. Demikianlah, walaupun musuh bertujuh, ia tidak takut
sama sekali, dengan berani ia melayani mereka. Bahkan, selekas ia menyampok
sekumpulan pedang, tubuhnya melesat terus menikam pula si penegak hukum!
Serangan itu tidak memberi hasil, belum lagi ia sampai kepada Khong Liong,
seorang lawan sudah menghadang dengan pedangnya, disusul empat yang lainnya,
sehingga ia harus melayani mereka itu
Mulanya Pek Hee dapat memisahkan diri atau segera ia sudah kena dikurung pula
demikian rapat sehingga umpama kata sulit untuknya menyingkirkan diri satu tindak
saja. Pengurungan sangat kuat, sehingga ia bagaikan seekor lalat didalam botol.. .
Mau tidak mau sinona menyesal bahwa ia sudah mengejar musuh seorang diri
sehingga sekarang ia kena dirintang dan dikurung. Seandainya ada ketiga kawannya
atau Pek Kong tak mungkin ia menghadapi kesulitan ini. Karenanya ia berkelahi dengan
menggertak gigi!. Nampaknya ketujuh lawan itu tidak mau mencelakai sinona yang dikepungnya,
terang mereka ingin menangkap hidup-hidup. Buktinya, kalau mereka menyerang terus
sampai dapat melukai. Mereka mendesak, mereka pula tidak mau bertempur berhadaphadapan satu lawan satu.
Segera juga Nona Honghu menjadi repot. Ia sudah mengeluarkan kepandaian ilmu
pedangnya yang diperolehnya dari Bwee Hong Soal Lie, tidak juga ia dapat meloloskan
diri. Membikin diri unggul sajapun sangat sulit. Sebaliknya, ia sudah bermandikan peluh
serta napasnya malai memburu.. .
Hian Kee Siu-siu terus berdiri menonton saja Menyaksikan si nona sudah mulai
letih, ia tertawa nyaring, terus ia berkata menggoda: Eh, nona manis, tak usah kau
berkelahi lebih lama pula. Sekarang sudah tidak ada jalan dari pada kau melemparkan
pedangmu menyerahkan diri! Untuk membunuh diri saja, kau tak akan mampu! Baiklah
kau takluk kepada Thian Liong Pang, segera kau menjadi Nyonya Khong Liang, dengan
demikian barulah ada jalan hidup untukmu!
Mendengar itu, bukan kepalang panas hati Pek Hee.
Aku justeru mau menggerogoti dagingmu! teriaknya dalam marahnya seraya terus
lompat menyerang. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 571
yoza collection Khong Liang tertawa nyaring, suara tawanya naik keudara, dan ia
menggerakkan kedua belah tangannya.
Tahu-tahu pedang Nona Honghu telah kena disampok untuk dirampas, kedua
tangannya ditelikung kebelakang, sehingga pipinya yang putih halus kena dicium!
Sambil mencium, sang penegak hukum dari Thian Liong Pang tertawa dan berkata:
Tidak ada jalan lolos bagimu kecuali kau menikah denganku ! Diatas pembaringan nanti
kau dapat menggerogoti sedikit dagingku! Tak ada jalan lain bagi kau,
Hampir Pek Hee pingsan karena diperlakukan sedemikian rupa oleh si penegak
hukum dari partai Naga Langit itu. Ia malu dan marah sekali. Tiba-tiba ia menegakkan
kepalanya ingin menghajar muka orang dengan kepalanya itu.
Khong Liang berkelit, setelah mana ia mencium pula.
Hahaha! tawanya. Sungguh halus dan harum!
Begitu lekas ia berkata, begitu lekas pula penegak hukum ini menjadi kaget sekali.
Setelah ia mencium, ia lantas mendengar bentakan bengis, lalu sesosok bayangan putih
berlompat kearahnya, segera ia mengenali Pek Kong.
Kaget dan bingung, ia berteriak:
kabur ke dalam rimba. Po kurung bocah ini! setelah itu, ia sendiri
Pek Kong yang baru tiba tidak mengejar pada sipenegak hukum, ia justeru
menghampiri Pes Hee sebab si nona berdiri tertegun saja.
Kakak Hee, sadarlah katanya sambil menepuk punggung orang. Justeru itu ke 7
bocah sudah maju menyerang pula.
Melihat aksi musuh. Pek Kong mendongkol.
Tanpa mengatakan sesuatu, ia meninju dengan tangan yarg satu terus menepak
dengan tangan yang lain demikian hebatnya, sehingga pengurungnya terpental semua
dan jatuh terbanting! Pek Hee sebaliknya segera terjaga, ia teringat peristiwa tadi. Bukan main malu dan
mendongkolnya. Begitu ia melihat bekas lawannya roboh, ia melompat maju sambi!
berseru: Bunuh mereka! Tahan! Pek Kong mencegah sambil menarik tangan orang. Mereka adalah orangorang yang tidak tahu apa-apa dan harus dikasihani, biarlah mereka itu pergi!
Berkata demikian Pek Kong menatapi anak-anak muda itu sampai ia melihat tegas
anak yang tadi jadi pemimpin, ila segera mengenali anak itu adalah anak muda yang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 572
yoza collection di Ku San memimpinnya menemui Khong Liang. Anak itu rebah terlentang dengan
muka pucat dan mata mendelik, tubuhnya tak bergerak.
Lekas lekas ia menghampirinya, menotok serta mengurutinya, membuatnya sadar,
Pek Hee menghampiri dengan pedang Kim Hong Kiam terhunus. Ia mengenali anak
itu sebagai si pemimpin yang tadi mengepalai kawan-kawannya mengepung padanya.
Ia mendongkol sekali. Ia masih muda benar, namun ilmu silatnya tak dapat dicela. katanya. Tentu ia
menjadi pengikut yang dipercayai Tong Thian Tok Liong! Untuk apa dia ditolong"
Sambil memberikan pertolongan, Pek Kong berkata pada nona itu Justeru ada ia
adalah orang kepercayaan Tong Thian Tok Liong, ia perlu ditolong, supaya kita dapat
menanyakan padanya hal penting yang kita ketahui..
Tak lama kemudian terjagalah anak muda itu. Begitu membuka matanya, dan
melihat Pek Kong, yang ia kenali, matanya menjadi merah, terus menangis sedih.
Akulah Na Po, katanya, memperkenalkan diri tanpa diminta lagi. Sejak masih kecil
aku sudah sebatang kara, sebab itu aku diambil oleh pihak Thian Liong Pang yang
memelihara dan mendidik aku. Karena mentaati aturan Thian Liong Pang yang keras,
dua kali sudah aku berlaku kurang ajar terhadap kau, tayhiap, tidak kusangka, sekarang
kau justeru menyelamatkan jiwaku semua.. .Tayhiap, seumur hidupku, tidak nanti aku
melupakan budimu ini . . .
Pek Kong n Adik kecil, tak usah kau memakai banyak
adat istiadat, katanya lembut. Kau terhajar olehku, sudah selayaknya aku menolong
jiwamu. Adik, mari aku tanyakan kau! Orang tadi yang seperti pelajar itu, bukankah ia
muridnya Khong Liang Na Po mencucurkan air mata mendengar ia dipanggil Adik kecil dan orang bicara
demikian manis budi. Untuk sejenak, ia memandang kesekitarnya, terutama kearah
rimba. Sekian lama itu, tak dapat ia membuka mulutnya
Pek Kong dapat menduga anak muda ini mencemaskan sesuatu takut terhadap
Khong Liang yang dikhawatirkan masih bersembunyi didalam rimba, cepat ia berkata:
Saudara kecil, bicaralah terus terang Dalam hal apapun juga, aku yang akan
bertanggung jawab. Na Po memperlihatkan roman muka yang sangat bersusah hati dan bersangsi.
Lewat sekian lama, baru ia mengawasi Pek Kong, matanya dibuat main.
Orang tadi Khong Liang sendiri, katanya kemudian perlahan sekali, Siorang tua
yang kakak lihat didalam markas batu-batu itu adalah dia juga dalam penyamarannya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 573
yoza collection Tentang orang yang kakak cari, dia dicuiik oleh Khong Liang sendiri, lalu diiampas oleh
Tiat Tan Kong Kek, namun selagi mereka bertempur, datang orang ketiga yang
membawanya lari. Keterangan itu penting bagi Pek Kong.
Tahukah kau siapa gerangan yang membawa lari nona itu" tauyanya. Apakah kau
pernah dengar dari Khong Liong atau lainnya yang menyebut-nyebut halnya orang itu!
Menurut keterangannya Khong Liang kepada pangcu, pembawa lari itu adalah
seorang yang gerak-geriknya sangat sebat dan lincah, sehingga tak terlihat tegas ia
seorang pria atau wanita. Namun ketika Tiat Tan Kong Kek mau mengangkat kaki, orang
itu pernah mengatakan, siapa yang hendak mencari dia meminta pulang nona itu, ia
dapat pergi berurusan dengan Ceng Khong Seng Nie.
Pek Kong lantas berpikir. Ia menduga-duga:
Bukankah bikshuni yang aku jumpai di Loo Ya Nia itu Ceng Khong adanya" Jika
demikian, tidaklah aneh bahwa In So Ceng demikian lihay ilmu siiatnya! Kalau benar
Couw Kun dibawa lari oleh Seng Nie, alangkah beruntungnya dia!
Karena berpikir demikian, Pek Kong tampak girang.
Kakak, kota Na Po melihat orang terdiam saja Kalau sudah tidak ada urusan apa
apalagi aku hendak berangkat pulang, supaya aku tidak dicurigai Hu hoat . .
A.dik kecil, apakah kau tak dapat meninggalkan Thian Liong Pang" Pek Kong tanya.
Na Po terdiam kemudian ia mengucurkan air mata.
Kakak, katanya, berduka sekali, Asalkan kakak tidak menolak aku, akan tiba
saatnya, bahwa aku akan pergi kepada kakak. Hanya sekarang ini belum waktunya . . .
Setelah mengucapkan demikian, si bocah menjura memberi hormat, terus ia lari
pergi. Pek Kong mengawasinya sekian lama, baru ia membalikkan tubuhnya.
Kakak, mari kita pergi! kata Pek Kong.
Nona Honghu menyesal sekali, ia masih merasa malu. Ketika ia mau mengangkat
kakinya untuk turut berjalan pergi, tiba-tiba Pui Hui bertiga datang menyusul.
Tak terjadi sesuatu, bukan" In Tong segera bertanya. Kami tersesat jalan
-tiba ia melihat pedang Pek Hee tinggal satu, ia terkejut dan berseru:
Oh.. Pek Kong khawatir Pek Hee malu dan menjadi marah, ia lekas datang sama tengah,
katanya: Pendekar Yang Berbudi - Halaman 574
yoza collection Eh, kemanakah Ho Tong" Mengapa dia tak nampak" Jangan-jangan ia menerbitkan
onar. Mungkin dia masih menjagai Sam Gan Tauw to. kata Hong Lim.
Pek Kong kenal baik tabiat Ho Tong, tak nanti kawan itu dapat bersabar menunggu
terus maka dengan cepat ia berkata: Mari kita lekas kembali!' Dan ia mendahului lari.
Melihat sianak muda kabur, keempat nona itu segera lari menyusul.
Sekembali mereka ke tempat dimana Sam Gan Tauwto terluka, mereka
mendapatkan suatu tempat kosong. Si pendeta entah telah pergt kemana, yang ada
hanya bekas-bekas darah. Ho Tong pun tidak ada disitu.
Pek Kong terdiam sejenak, segera ia mengamat-amati tempat disekitarnya,
bagaikan yang baru ingat kemudian ia berkata: Kalau dugaanku tidak salah, pastilah
Sam Gan Tauwto sudah orang bawa lari..
Lalu, kakakmu yang nomor dua
tanya ln Tong! Melihat tapak kaki kuda, ia pergi menyusul Sam Goan Tauwto, sahut Pek Kong. Dia
yang dinamakan 'Hok Ciang Panglima yang besar rejekinya, dimana berada, menemui
bencana ia bisa berbalik mendapat, rejeki, maka itu sekarang baiklah kita pergi pula ke
dalam gua batu untuk melihat-lihat disana.
Semua nona setuju, mereka memasuki gua batu, sekaligus merela jadi kaget. Disitu
Sam Gan Tauwto diketemukan telah rebah dengan kepala pecah dan disisi tubuhnya
menggeletak kwie-jiauw-cu seperti yang terdapat di dalam kantor Ban Coan Pio Hang.
Kecuali pecah kepalanya, Sam Gan Tauwto tidak mendapat luka-luka lainnya, karena
itu, tidak dapat dipastikan bahwa ia mati disebabkan senjata kuku yang liehay itu.. .
Pek Kong menghela napas. Aku mengharapkan darinya keterangan tentang Ong Pek Coan serta sebab
musabab kematian Paman Houw , katanya perlahan, Sekarang pengharapanku itu
merupakan pelembungan busa sabun.
Ia memasukkan kwie-jiauw-cu kedalam sakunya, ia pun mengangkat mayat Sam
Gan Tauwto, untuk dibawa kecelah-celah batu besar, niatnya untuk mengubur tauwto
itu disitu, atau mendadak terdengar seruan Kat In Tong.
Tunggu! Ada Apa, Adik Kat" tanya si anak muda heran.
In Tong menunjuk kearah jubah st pendeta Dalam lengan bajunya itu seperti ada
tulisannya . . sahutnya. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 575
yoza collection Pek Kong segera meletakkan tubuh orang untuk terus memeriksa lengan baju yang
ditunjuk itu. Benar saja, ia mendapatkan tulisan dengan darah, bunyinya:
Setiap hari raya, Ong Pek Coan pasti pergi kepuncak Cui Bie Hong untuk melawat
kuburan dimana ia mengisi kuburan itu. Tentang penyakit gilanya, itu dapat
disembuhkan dengan obat campuran Liong yan coh dan Pek-houw-tha. Setelah aku
menutup mata Selanjutnya, surat bukan surat lagi, hanya goresan darah yang tak dapat dibaca.
Itulah bukti bahwa sebelum ia selesai menulis, tauwto itu sudah terserang sehingga ia
mati seketika. Pek Hee mengerutkan alisnya.
Entah dimana letak puncak Cui Bie Hong itu . . . katanya. Liong-yan-coh terang
adalah semacam rumput akan tetapi bagaimana macamnya Pek-houw-tha itu" Apakah
itu nyali harimau putih seperti arti yang sebenar-benarnya ketiga huruf itu. Ataukah itu
nama semacam obat . . Pui Hui tidak dapat dibingungkan oleb pek houw tha itu, katanya: Jalanan berada
di tepi mulut, mustahil kita tak dapat mencari tahu!
Hm! Pek Hee memperdengarkan suara dingin, sebab ia tahu orang separoh
mengejek. Siapa yang tidak tahu bahwa keterangan dapat dicari" Tetapi harus diingat
pula bahwa itu meminta banyak waktu!
Pek Kong sedang bekerja untuk mengubur mayat Sam Gan Tauwto ketika ia
mendengar kedua nona seperti mengadu omong itu buru- buru ia datang sama tengah.
Seharusnya Cui Bie Hong sebuah puncak yang ternama! demikian katanya. Bila
tidak tentulah Sam Gan Tauwto akan menulis sambil menjelaskan lebih jauh. Mengenai
penyakit gila dari Ong Suheng, asalkan kita dapat menolong Tok Kak Yang Cun, jangan
dikawatirkan lagi bahwa kita tak dapat mengobatinya sehingga sembuh. Nah, mari kita
berangkat! Pemuda ini menyembah tiga kali kepada kuburan Sam Gan Tauwto, segera ia
memutar tubuhnya, mengajak nona-nona itu berangkat pergi.
Walaupun Pek Kong menemani keempat nona itu menuju ke Telaga See Ouw,
namun hatinya senantiasa ada pada Ouw Yatn Nio yang keselamatannya ia sangat
khawatirkan. Maka ia ingin sekali memperoleh ketika akan meninggalkan atau
memisahkan diri dari nona-nona iiu, agar ia dapat pergi sendiri ke Kiu Kiong San. Dilain
pihak, ia mengkhawatirkan juga keselamatan Ong Pek Coan yang dalam keadaan
sarafnya sedang terganggu mengembara tak tentu tujuannya. Siapa tahu kalau dia jatuh
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 576
yoza collection ke tangan kaum Thian Liong Pang" Itulah berbahaya. Juga Ho Tong tidak ketahuan
kemana perginya! Apakah aia pergi ke See Ouw" Atau dia menuruti adatnya menyerbu
ke Kiu Kiong San" Itupun berbahaya sekali! Diganggu berbagai pikiran itu, Pek Kong
berlari-lari sambil tunduk.
Keempat nona masggul menampak kedudukannya anak muda itu. Betapa ingin
mereka menghibur namun tak dapat menemukan kata-kata yang tepat. Disebelah itu,
mereka mempunyai pikirannya masing-masing. Dalam hati mereka masmg-masing
ingin memiliki sendiri Pek Kong, si pemuda tampan dan gagah perkasa itu.. .
Pada waktu magrib, Pek Kong dan rombongan tiba di sebuah dusun. Di rumah
penginapan mereka memperoleh tiga buah kamar kosong, maka ia mengambil sebuah
dan yang dua untuk dua orang nona masing-masing. Ketika bersantap, mereka
berkumpul bersama-sama di ruang besar.
Keempat nona mempunyai daya tariknya masing-masing, habis minum arak, wajah
mereka menjadi merah dadu, keelokan mereka semakin cemerlang.


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat semu wajah itu, diam-diam hati Pek Kong goyah. Ia merasa girang sekaligus
hatinya berdebar. Ia tahu kebiasaan seorang suami mempunyai beberapa orang istri.
Disitu terdapat banyak kemanisan tetapi juga tak kurang selingan kepahitan. Sebab itu,
memikir bagian yang tak manis itu, anak muda ini menarik napas dalam-dalam.. .
Kat In Tong tidak puas melihat orang tidak bergembira. Katanya manja: Kau telah
memhina kakak Pek Hee, untuk itu kami belum membuat perhitungan denganmu!
Mengapa sekarang kau menarik napas panjang pendek" Apakah kau menghendaki kami
semua mengangkat kaki, baru hatimu puas"
Ketiga nona lainnya tertawa mendengar kata-kata In Tong itu, Pek Kong sebaliknya,
mukanya menjadi merah. Bilakah aku menghina kakak Pek Hee" tanyanya tidak mengerti.
Apakah kau masih mau menyangka" tanya Pui Hui, tertawa. Ia menolongi In Tong.
Mengapa baru-baru ini Soat Lie mencarimu, katanya untuk membuat perhitungan"
Jika tidak aku dan In Tong datang menghalangi bukankah kau akan menjadi orang
dengan ke dua kakinya patah"
Pek Hee tahu bahwa kawan-kawannya hanya menggoda belaka, maka iapun
tertawa serta berkata: Jangan kalian membawa-bawa aku! Siapakah yang menganggap
Sian Hui Sim sebagai jantung hatinya serta memberikannya sehelai saputangan"
Mendadak Pui Hui bangkit berdiri.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 577
yoza collection Jangan kau mengoceh tidak keruan! tegurnya.
Pek Kong lekas-lekas berdiri ditengah-tengah mereka.
Jangan marah, kak Pui, katanya sambil mencekal tangan si nona. 'Sudahlah, sudah,
jangan kalian merusak kesatuan diantara kita sendiri.
Maksud Pek Kong untuk meredakan suasana, tapi hasilnya justeru kebalikannya.
Pui Hui panas hati dan mengibaskan tangannya sahingga terlepas dari cekalan.
Katanya sambil mencibirkan bibirnya. Siapa mau kau campur mulut" Terus ia
menjatuhkan diri di kursinya dan duduk cemberut.
Pek Hee tidak mau melihat Pek Kong berpegangan tangan Pui Hui. Ia bangkit serta
mengeluarkan dari dalam tangan bajunya sehelai sapu tangan, sambil
melemparkannya, ia berkata dengan keras: Nah. kau lihatlah!
Pui Hui menyambuti saputangan itu, terus ia menariknya. Ia melihat pada salah
satu ujungnya terdapat sulaman sekuntum bunga berbentuk seperti hati (sim), ditengah
tengah hati itu adalah sulaman lainnya, sebuah huruf : Hui yang mungil dan tindak.
Maka mengertilah ia akan duduknya hal. Mulanya Pek Hee menganggap bahwa Sian
Hui Sim yang menyamar sebagai pria itu adalah Pek Kong dan su
itu dikira Hui dari namanya. Jadi pantaslah si nona Honghu cemburu atau iri hati, walaupun
demikian ia tertawa tawar.
In Hong tidak tahu apa-apa, melihat sapu tangan itu, ia berkata dengan heran. Bibi
Hui, benarkah saputangan ini kau telah berikan kepada orang lain"
Ditanya demikian, Pui Hui melototkan matanya. Semula ia ingin memberikan
saputangan itu kepada kemenakannya supaya dilihatnya atau tiba-tiba ia
melontarkannya kemuka Pek Kong sambil berkata dengan nyaring.
gara-garamu! Dan terus ia lari ke dalam kamarnya sambil menangis.
In Tong menduda bahwa semua itu adalah salahnya Pek Kong. Pui, dasar kau juga!
katanya. Ia pun lari menyusul Nona Pui.
Pek Kong memeriksa saputangan itu, segera ia teringat. Sekarang jelas mengapa
baru-baru ini Pek Hee meninggalkannya dan Soat Lie menegurnya. Mengingat itu, ia
terharu. Nyata Pek Hee baik sekali. Hanya, bila ia teringat akan kesembronoan si nona,
yang mudah menaruh syak terhadap orang, ia tidak puas.
Mengapa kau tidak mau melihat dengan jelas" katanya, agak mendongkol. Lihatlah
saputangan ini di luarnya disulam dengan huruf Sim dalamnya huraf Hui bukankah
itu menyatakan terang dua huruf Hui Sun " Mengapa kau mudah menerka sehingga
urusan menjadi kacau"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 578
yoza collection Pemuda ini tidak meneruskannya, ia merasakan kata-katanya itu kurang sempurna,
maka kemudian ia menambahkan: Sebenarnya hatiku sudah diketahui jelas! Sekarang
urusan disebabkan aku, maka biarlah aku yang ber
Pek Hee segera mengerti, akan tetapi ia tiduk mudah mengalah, maka ia menuruti
tabiatnya dan berkata dengan mendongkol :
Aku toh hanya bergurau! Siapa suruh dia mendongkol" Terus ia bangkit serta
berkata Kepada Hong Lim: Mari kita ke kamar! Biar dia sendiri yang menghaturkan
maaf. Hong Lim mengawasi Pek Kong, segera ia mengikuti nona Honghu, yang sudah
bertindak pergi. Didalam kamar, ia menghibur nona itu kepada siapa-siapa ia merasa
berhutang budi sebab ayah si nona adalah tuan penolong ayahnya sendiri.
Pek Hee senang memperoleh kawan ini, maka juga mereka beromong-omong
sampai larut malam. Pui Hui dan In Tiong sebaliknya. Nona Kat kewalahan sebab Nona Pui tak dapat
dibujuk atau dihibur, bahkan sambil ia berkata akhirnya: Kau dan mereka itu boleh pergi
ke See Ouw, aku tidak turut! Aku tidak puas
In Tong menjadi bingung. Lalu bagaimana deagan soal jodohmu, bibi" tanyanya.
Pai Hui menghela napas. Sahutnya. Apakah kau mengira Loo loo nanti mengijinkan
kita berdua menikah seorang suami" Tempat kedamaianku selanjutnya ialah lembah
yang sunyi didalam gunung. Kalau nanti kau pulang dan berjumpa dengan Loo loo.
In Toog lekas-lekas menekap mulut orang.
Apapun yang kau katakan, tidak nanti aku sampaikan kepada Loo-loo! katanya.
Paling benar mari kita paksa merampas Pek long, kita bikin si hantu perempuan itu
mati karena marah dan mendongkol! Tentang persoalan kita berdua, biarlah kita
bicarakan di belakang hari!
Melihat lagak kemenakannya itu Pui Hui tertawa.
Kau bicara begini gagah! tegurnya. Apakah kau tidak malu" Marilah kita bicara
biar tenang! Bagaiman cara kita merampasnya"
In Tong pun tertawa. Ingatkah kau bibi, bahwa Pek Bwee Nio mempunyai dua orang anak, satu laki-laki
satu perempuan" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 579
yoza collection Ya, ako ingat! Lalu bagaimana " Apakah artinya itu untuk kita"
Besar faedahnya! sahut nona Kat tertawa Puteri Pek Bwee Nio iaiah Honghu Pek
Hee dan yang pria tidak ketahuan dimana ia berada kini. Suami Pek Bwee Nio yakni
Honghu In Liong bersama dengan Siauw Seng Houw adalah saudara angkat. Lalu Pek
Kong sejak masih kecil sekali sudah dititipkan pada Siauw Seng Houw! Bukankah bibi
masih ingat semua hal itu!
Pui Hui tertawa. Ia menatapinya. Semakin lama kau bicara semakin aneh! katanya
Sebenarnya hal tersebut telah Pek kong memberitahukan aku, mustahil aku tidak ingat"
'Bagus! Bukankah ada kemungkinan putera Pek Bwee Nio yang dititipkan pada
Siauw Seng Houw itu sudah dirubah she dan namanya" Karena itu, tak mustahilkah jika
mereka b Pui Hui mengerutkan alisnya. In Tong bicara beralasan dan bicaranyapun sungguhsungguh, seperti dia sudah merasa pasti benar.
Apakah kau bukan tengah menangkap angin dan menyergap bayangan" tanyanya.
In Tong tertawa pula. Walaupun aku menangkap angin dan menyergap bayangan, aku mempunyai
alasan. katanya pula. Aku katakan bahwa itulah hal itu yang mungkin terjtdi. Mari liia
pergi ke See Ouw untuk meiieoui Siangkoan Sun Siu, kepadanya kita jelaskan tentang
keragu-raguan kita ini! Andai kata Pek - long dan hantu perempuan itu mengetahui
tentang hal ini, mereka tak dapat mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Bahkan
akhirnya, mungkin, Pek long akan bersyukur terhadap kita, semau kitalah yang
menunjukkan jalan terang. Setelah itu tentulah Pek long tidak akan terlalu keras
mencintai dia yang disangka adalah kakak kandungnya sendiri! Setelah itu, kita nanti
membuka jalan supaya dia itu, bergaul erat dengan Siangkoan Sun Siu. Sampai disitu,
bukankah sudah pasti Pek long akan menjadi milik kita"
Selalu nona-nona itu memanggil Pek long kepada Pek Kong.
Pui Hui puas mendengar keterangan sang kemenakan.
Akal itu ini sungguh bagus, pujinya.
ternyata mereka bukan kakak beradik, bagaimana "
kau. Kelak kalau In Tong tersenyum. Katanya sungguh-sungguh Dalam hal itu. kita katakan saja
bahwa itu tak lebih tak kurang kecurangan atau kesangsian kita. Kemudian kalau
Siangkoan Sun Siu dan dia sudah bergaul sangat erat, mustahil kita berdua tak dapat
menarik Pek Kong kepihak kita" . .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 580
yoza collection Sampai disitu, selesai sudah bibi dan kemenakan itu berdamai. mereka merasa
puas sehingga kesudahannya mereka dapat tidur dengan nyenyak.
Sementara itu dikamar sebelah Honghu Pek Hee, yang tidur bersama Liu Hong Lim,
sudah disadarkan karena semacam bau harum yang menyusup masuk kedalam
hidungnya. Ia heran, Lantas ia mengawasi Hong Lim yang rebah di sisinya. Nona itu
bagaikan telah minum sangat banyak arak, mukanya merah dan napasnya berat. Ia
lantas mencolek, bahkan mencubit lengan orang!
Aneh Hong Lim tetap tidur nyenyak.
Ah pikirnya terkejut. Itulah tanda dari korban obat tidur!
Tengah ia berpikir keras, tiba-tiba dari luar jendela, Pek Hee menangkap kata-kata
perlahan: Sudah lama kita menantikan, sekarang sudah tiba saatnya untuk turun
tangan.. Terus terdengar satu suara lain.. suara yang parau: Beberapa anak-anak itu bukan
sembarang orang, lebih baik kita bekerja dengan lebih berhati hati!
Cukup sudah pendengaran Pek Hee. Tahulah ia bahwa orang sudah mengempos
masuk asap obat tidur, untuk merobohkan mereka, supaya mereka dapat dicelakai.
Perlahan-lahan ia bergerak turun dari pembaringan. Ia coba mengerahkan tenaganya,
ia tak merasa apa-apa yang luar biasa. Ia menjadi berpikir, mengapa ia tidak kurang
suatu apa tetapi Hong Lim tak .sadarkan diri. Namun hanya sejenak, lantas ia ingat
bahwa ia belum mengembalikan Coa Po kepada Pek Kong. Kalau tidak, pasti iapun akan
roboh bersama. Tak ayal pula, ia mengeluarkan mustika ularnya itu digoyanggoyangkan bulak-balik didepan hidung nona Liu.
Dalam waktu beberapa detik saja Hong L.im pun siuman.
Pek Hee mau mencegah orang bersuara atau memperdengarkan suara apa-apa,
lekas ia menekan tubuh orang samblt berbisik: Jangan bersuara! Ada orarg jahat disini!
BersiapLantas Nona Honghu dengan jalan berendap-endap menuju kepintu, dengan kedua
tangannya mendadak ia membuka dan menentang kedua daun pintu menyusul mana
ia berlompat keluar. Disitu ia berpapasan dengan dua orang yang mengenakan Yaheng-ie pakaian untuk keluar malam yang ringkas singset.
Kedua orarg itu kaget sekali ketika sekonyong-konyoug mereka mendapatkan pintu
kamar terbentang dan dari dalam mencelat keluar sesosok tubuh yang gerakannya
sangat cepat. Hampir tanpa berpikir pula, keduanya mencegat mundur kehalaman
dalam. Baru mereka menjejakkan kaki atau Pek Hee sudah menyusulnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 581
yoza collection Tinggalkan nyawamu! seru si nona yang lantas menyerang kedua orang itu
dengan kedua belah tangannya.
Kedua orang tak dikenal itu kaget dan heran bahwa si nona tidak pingsan oleh asap
beracunnya. Keduanya tidak melawan, bahkan tanpa menangkis lagi mereka lompat
naik ke atas genteng, ke payon halaman dalam itu. Satu diantaranya berkata: Kami
bekerja dengan menuruti perintah Hong Hwee Hoat-su! Bukankah kalian tidak kena
dicelakai! Apakah kalian kira kami takut" Segera mereka lari lagi.
Pek Hee ingin melompat naik keatas genteng untuk menyusul, atau Hong Lim
muncul sambil berkata terburu-buru. Kedua kawan kita kena dibawa lari! Ia segera
menoleh, dan masih melihat dua orang berlari sambil masing-masing memanggul
benda yang nampaknya berat.
Tidak ayal pula ia lari menyusul. Sebab, walaupun mereka berbeda paham namun
tidak dapat ia menolonginya kedua nona itu. Liu Hong juga lompat menyusul.
Kedua penculik itu nampak bertubuh kecil dan langsing. Muka mereka ditutupi
dengan kain Imam, gerakannya gesit dan cepat, akan tetapi karena mereka memanggul
barang berat, mereka dapat disusul Pak Hee. Nyata mereka jeri, tidak menunggu sampai
dekat tersusul, keduanya melemparkan benda yang dipanggulnya itu dan mempercepat
langkahnya kabur kedalam rimba.
Pek Hee tidak mengejar terus, ia lebih memerlukan menghampiri benda yang
ditinggalkan orang-orang jahat yang tidak dikenal itu. Itulah Pui Hui dan In Tong, yang
rebah terkulai tak berkutik, seperti orang-orang yang sedang tidur nyenyak sekali. Tanpa
ragu-ragu lagi ia mengeluarkan Coa po dan menolongnya, sehigga kedua nona itu
siuman. Pui Hui yang siuman lebih dahulu sebab ia mencium bau harum, ketika ia membuka
matanya, ia menyaksikan tubuhnya rebah menggeletak ditanah dan Pek Hee sedang
menggunakan Coa Po, digoyang-goyangkan pulang pergi di depan hidungnya,
sedangkan Hong Lim berdiri mendampingi mereka. Ia heran dan terkejut, sambil
menjerit ia lompat bangun berdiri.
Pek Hee segera pergi menolongi In Tong.
Kakak, tanya Pui Hui pada Hong Lim, ia tetap heran, apakah artinya ini"
Terhadap Nona Liu, Pui Hui tidak cemburu.
ang jahat mencoba mencelakai kita, sahut Hong Lim. Kalau tidak kakak Pek Hee
yang menolongi, kita bertiga tentu sudah menjadi korban orang-orang jahat itu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 582
yoza collection Dengan jelas Hong Lim menuturkan apa yang ia saksikan dan alami setelah ia
disadarkan oleh Pek Hee. In Tongpun siuman, ia menjadi heran seperti bibinya. Eh, mana Pek long" tanyanya.
Mengapa dia tak ada disini"
Pertanyaan itu mengejutkan ke 3 nona itu, Pek Hee tidak terkecuali.
Celaka! serunya. Lekas kita pulang melihatnya!
Maka berempat mereka lari pulang ke rumah penginapan. Disana sudah berkumpul
pemilik hotel serta orang-orangnya, mereka membawa lentera. Begitu mereka melihat
ke nona itu, mereka menyambut serta minta penjelasan.
Tidak apa-apa! berkata In Tong, yang mendahului lari kekamar Pek Kong Lantas
ia dan ketiga nona lainnya menjadi kaget sekali. Pintu dan jendela kamar terpentang
lebar, namun penghuninya tidak ada!.
Nona Pui terpaksa melupakan dendam iri hatinya.
'Kakak, Pui Hui tanya Pek Hee, Apakah tadi kakak melihat dia"
Pek Hee menggelengkan kepala.
Akupun tidak tahu telah datang beberapa banyak penjahat, sahutnya. Aku curiga
karena mencium sesuatu dan tampak kakak Liu sudah pingsan. Begitu aku
menyadarkannya, aku memburu keluar. Masih sempat aku menyerang dua orang
penjahat tetapi mereka kabur tanpa perlawanan, sedangkan kakak Liu melihat kalian
berdua sedang dipanggul di bawa lari, maka aku segera mengejar mereka disusul pula
oleh kakak Liu. Syukur kalian ditinggalkan pergi. Semua penjahat menghilang di dalam
hutan, tak ada dari mereka yang aku kenali.
UI HUI mengangguk. Terus ia mengawasi pembaringan Pek Kong. Ia sudah
berpengalaman dan tahu banyak tentang soal hidup dan penghidupan dalam
perantauan. Ia melihat pembaringan Pek Kong masih rapi, yang tidak ada
ialah pauwhok atau buntalan pakaiannya. Hal itu mengherankannya.
Tampaknya dia belum keperaduan untuk tidur, katanya. Soalnya mungkin
sekarang dia pergi seorang diri atau
. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 583
yoza collection Aku tahu siapa si biangnya penjahat , berkata Pek Hee. Tadi salah satu penjahat
mengatakan mereka bekerja atas perintah Hong Hwee Hoat su, maka itu besok pagi
kita cari orang alim itu untuk membikin perhitungan dengannya.
Siapakah Hong Hwee Hoat-su itu" In Tong tanya.
Pek Hee bingung karena iapun tidak kenal hoat su itu. Tapi hanya sekejap, ia lantas
berkata: Ia berada ditepi mulut kita! Kalau kita mencarinya dengan bertanya-tanya
orang, mustahil kita tak akan menemukannya!
Kata-kata si nona benar, hanya untuk itu mereka perlu mencari keterangan dahulu
Pek Hee berkata demikian dengan menuruti lagu suara orang saja. Bukankah Pui Hui
siang tadi telah mengatakan bahwa puncak Kui Bie Hong berada ditepi mulut alias di
bibir" Mendengar kata-kata nona Honghu yang bagaikan mengejek itu, Pui Hui dan In Tong
merasa kurang enak hatinya, akan tetapi mereka tidak berkata apa-apa. Ia beranggapan
mereka adalah orang-orang yang sama-sama sedang berlayar dalam sebuah perahu
sehingga mereka tak usah rewel satu dengan lain.
Demikianlah, setelah menanti tibanya terang tanah, berangkatlah meninggalkan
penginapan. Akan tetapi baru mereka tiba diMuka pintu, mereka sudah melihat Ho Tong
mendatangi di atas kudanya yang dikaburkan, dibelakangnya terdapat juga Cie Jiam
Toojin. Melihat dua orang itu, Kat In Tong segera berseru dengan pertanyaannya: Eh, sI
orang hitam, si janggut merah! Mengapa kalian bisa berada bersama"
Melihat keempat nona itu, Auwyang Kian lompat dari atas kudanya dan lari
menghampiri. Iapun tertawa.
Oh, para siecu! demikian katanya. Kalian sudah bertemu dengan Tong Thian Tok


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liong tetapi sekarang kalian tidak kurang suatu apa, sungguh menggirangkan, sungguh
kalian harus bersyukur! Kalian tahu, pintoo serta jago muda ini sia-sia saja
mengaburkan kuda kami semalam suntuk ditanah pegunungan belukar! . . Tiba-tiba ia
berhenti sejenak, setelah mana, dengan rupa agak heran, ia bertanya: Eh, eh, mana Pek
Siauw hiap" Mengapa dia tak nampak"
Honghu Pek Hee segera mendahului In Tong menuturkan peristiwa tadi malam,
yang sangat mengancam keselamatan mereka berempat.
Tootiang, ia tambahkan kemudian, Tootiang berpandangan luas dan
berpengalaman, tahukah tootiang siapa itu Hong Hwee Hoat-su"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 584
yoza collection Mendengar disebut nama rahib itu, wajah Cie Jiam berubah. Terang ia terperanjat.
Alisnyapun segera dikerutkan.
Hong Hwee Hoat-su itu bernama Nihe. sahutnya kemudian. Dia seorang pendeta
siluman dari India Selatan. Katanya dia berilmu tinggi, dapat memanggil angin dan
hujan, menimbulkan gelombang serta menyemburkan api, menelan golok, maka juga ia
memperoleh nama Hong Hwee itu, artinya Angin dan Api. Semula dia tak mudah datang
ke Tionggoan kita ini. Pada tiga puluh tahun yang lalu, dalam suatu pertempuran
melawan Sin Kiam Ciu, dia telah dikalahkan, lalu dia pulang ke negerinya, siapa sangka
sekarang dia muncul pula disini. Itulah berbahaya!
In Tong tertawa. Katanya: Bila dahulu dia kalah ditangan buyutku, asalkan Loo-loo
mau turun tangan, dia pasti dapat dibereskan! Maka aku anggap dia tak berbahaya!
Noaa tidak tahu. Cie Jiara Toojin menjelaskan: Dahulu Kat Cianpwee termasyur ilmu
pedangnya dan Hong Hwee Hoat su melawannya dengan tangan kosong, walaupun
demikian rahib itu hanya kalah seurat saja!
In Tong terdiam. Rahib ini benar.
Mendengar keterangan sang rahib dan menghubunginya dengan keterangan
Honghu Pek Hee, Pui Hui dapat menduga apa sebabnya Nihe coba menculik mereka.
Tootiang, tahukah tootiang dimana tempat singgah rahib asal India itu" demikian
dia tanya Cie Jiam Toojin.
Pintoo tidak tahu. sahut sang rahib, yang menggeleng-gelengkan kepalanya, tetapi
karena orang-orangnya muncul disini, pintoo menduga dia pasti berdiam dipuncak Pek
Bu Hong, dalam kuil Pek Tee Bio..
Jikalau demikian, berkata Hong Lini, baiklah kita segera menyusul kesana !
Cie Jiam melirik kepada Nona Liu, lalu ia ketawa.
Jangan tergesa-gesa, nona, katanya. Mari kita bersantap dulu, sambil makan kita
berpikir dan berdamai.. .
Benar! seru Ho Tong, menimbrung. Siapa berani main gila terhadap adikku yang
ketiga itu" Memang paling tepat sekarang kita makan dulu!
Berenam mereka pergi mencari rumah makan. Hari masih pagi, itu bukanlah
waktunya untuk orang bersantap, sebab itu, mereka minta disediakan barang hidangan
seadanya saja. Apa maksud Hong Hwee Hoat-su muncul pula, tidak aku ketahui, berkata Cie Jiam
Toojin kemudian, -nona tidak bertemu muka Pendekar Yang Berbudi - Halaman 585
yoza collection dengannya. Biarlah pintoo seorang diri yang berkunjung kepadanya, sambil mencari
Pek Siauwhiap. Aku akan sekalian menyelidiki tentang maksud rahib itu muncul kesini
terutama apa perlunya dia datang ke Utara. Syukur jikalau Pek Siauwhiap tidak terjatuh
kedalam tangannya, akan tetapi jikalau benar dia ditahan rahib siluman itu, kita hanya
dapat menolongnya secara diam-diam. Bukan pintoo ingin mengangkat-angkat Hong
Hwee Hoat-su, dengan sebenarnya, kita bermain sukar melayaninya'
Fui In Tong memperdengarkan suara dinginnya. Kalau benar kakak Pek berada
dalam bahaya, setelah kau tidak sanggup menolongnya, bagaimana dengan kami"
Apakah kami harus bertopang dagu saja"
Muka rahib itu menjadi merah. Ia menjadi malu. Namun ia menyeringai saja.
Jikalau kalian tidak tenang hati, katanya, terpaksa. Baiklah, kalian dapat pergi
bersama. Hanya setibanya dipuncak Pek Bu Hong, kalian harus singgah dikaki puncak
yang berdekatan, untuk menunggu kabar dari pintoo. Seumpamanya sampai matahari
turun pintoo masih belum kembali, silahkan kalian cepat-cepat pergi ke See Ouw minta
pertolongan. Sekali-kali jangan kalian coba-coba lancang turun tangan sendiri.
Nona-nona itu tertawa dalam hati. Mereka menganggap rahib itu sangat
mengangkat tinggi pada Nihe. Tetapi karena rahib itu bicara dengan sejujurnya, mereka
tak mau mengejeknya, mereka juga tak ingin memaksakan diri.
Ho Tong sebaliknya. Ia sangat tak sabar. Jikalau rahib siluman itu! katanya keras,
Tak dapat tidak, aku harus pukul sampai mati.
Semua orang berdiam. Si tolol itu tak dapat dilayani. Merekapun tahu Auwyang Kian
bersikap demikian hanya disebabkan ingtn berlaku hati-hati!
Apakah yang sebenarnya telah terjadi dengan Pek Kong.
Malam itu si anak muda sulit dapat tidur. Setelah bubaran dari si nona-nona, ia
duduk sendirian dalam kamarnya, pikirannya kacau. Arak tak dapat menghiburnya,
kegembiraannya lenyap: Berulangkali ia menarik napas panjang pendek. Dengan
memaksakan diri, ia menangsel perut. Dalam kamarnya itu, ia merebahkan dirinya,
sampai ia teringat akan halnya Ouw Yam Nio. Kasihan nona itu yang tak dapat
dimengerti oleh kaum sadar dan lurus, mereka beranggapan, dia sebagai orang kaum
sesat tak mungkin dapat menjadi orang baik-baik.
Jikalau bukan aku yang menolongnya, siapa lagi" demikianlah pikirnya lebih jauh.
Nona itu, karena sepak terjangnya lurus, ia jadi tak disukai kaumnya. Demikianlah ia
ditawan dan berada dalam ancaman bahaya maut. Pula Tong Thian Tok Liong kejam
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 586
yoza collection luar biasa, mulutnya manis tapi hatinya mirip pedang yang tajam. Siapa tahu jika Ouw
Yam Nio telah disiksanya"
Aku harus menolongnya! demikianlah pikir Pek Kong akhirnya. Dan ia sudah
mengambil keputusan dalam sekejap itu. Begitulah dengan membawa buntelannya,
diam-diam membuka jendela dan lompat keluar dari kamarnya, untuk selanjutnya pergi
seorang diri ke Kiu Kiong San.
Gunung Kiu Kiong San terletak diperbatasan antara kedua propinsi Ouwpak dan
Kang-say, puncaknya sembilan susun menyusun, demikianlah namanya Kiu Kiong San.
Gunung Sembilan susun. Tingginya seribu tombak lebih dan romannya angker. Dipuncak
teratas terdapat sebuah kuil yang diberi nama Sui Keng Kiong.
Disamping itu terpancar disana-sini masih terdapat tak sedikit kuil atau biara
lainnya. Pek Kong berangkat dari hotel tengah malam. Ketika fajar menyingsing ia sudah
berada ditempat tujuannya, begitu ia menatapi puncak., akan meneliti letak dan
keadaannya, tak ragu-ragu lagi ia mulai mendaki. Ia berlari-lari dengan ilmu
meringankan tubuh. Iapun menuju langsung ke puncak utama.
Baru tiba ditengah-tengah puncak, anak muda ini berhenti sebentar. Disitu didalam
rimba yang tak lebar, terdapat beberapa rumah gubuk kecil. Ia heran dan terus
memasang mata. Dengan hati-hati ia bertindak memasuki rimba itu. Ia ingin mencari
tahu gubuk-gubuk apa itu sebenarnya.
Baru Pek Kong maju beberapa langkah dalam rimba, segera ia mendengar tawa
dingin dibelakangnya. Dengan cekatan ia berpaling namun ia tidak melihat siapa juga.
Tak ingin ia memperhatikannya ia berjalan terus. Kembali ia mendengar tawa itu yang
dingin, sampai berulangkali. Tetap ia tidak me ihat orangnya. Karenanya ia jalan terus.
Ia tidak takut dan tidak menghiraukannya. Ia berlagak tuli dan berpura-pura tidak awas.
Hanya kemudian ia mengenali juga suara tawa itu.
Ah, bukankah Hian Siau Tootiang dari Kun Lun Pay" akhirnya ia bertanya sambil
berpaling kearah dari mana tawa itu terdengar paling belakang. Mengapa Tootiang
Dari tempat yang tak kelihatan itu datang jawaban, bukan lagi tawa dingin hanya
kata-kata tawar. Katanya secara mengejek :
Anjing liar ingin meloncat tembok tetapi dia terlambat sedetik, sudah kasip. Kau
bocah, kau hendak mengikat persahabatan namun pintoo sudah tidak mempunyai
kegembiraan lagi untuk itu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 587
yoza collection Pek Kong heran. Baik tawanya maupun kata-katanya, ia mengenali oleh itu adalah
Hian Siu yang pernah ditolongnya, namun aneh sikapnya sekarang ini dia bersikap
bermusuhan dan sangat tidak tahu prikepantasan.
Mendongkol juga si anak muda. Kau adalah seoarang beribadat! tegurnya,
mengapa kau sembarangan mencaci orang"
Hian Siu tertawa dingin. Ingatkah kau peristiwa di Citliekee" tanyanya tawar.
Disana kau memaksa pintoo merusak pedangku!
Pek Kong mengerutkan alisnya. Pikirnya : Kejadian itu adalah perbuatannya sendiri
dan akibat dari perbuatannya, mengapa kini dia mendendam terhadapku"
Hian Siu tidak mau dengar jawaban si anak muda, ia berkata pula, tetap sama
h! Kau terlalu mengandalkan kepandaianmu! Pintoo tidak mau
mempersalahkan kau, akan tetapi disebelah itu, tidak selayaknya kau mempermainkan
pintoo dan mencemoohkan ilmu silat partaiku! Kau sudah membuat pintoo tidak dapat
jalan untuk pulang ke Gunung Kun Lun San!
Pek Kong menganggap kata-kata orang itu lucu, maka juga ia tersenyum. Lantas ia
berkata: 'Tootiang, kau salah paham. Bukankah pertempuran kita di Citliekee itu karena
tootiang yang memaksanya" Lagipula, bukankah telah lazim ada yang kalah dan yang
menang" Ketika itu tootiang kebetulan keliru mengelakkan tangan. Mengapa tootiang
mendendam terus" Hian Siu tertawa tergelak-gelak. Jangan kau menggunakan lidahmu untuk berpurapura hormat dan berlak
tegurnya. Sekarang hendak pintoo tanya
kau, mau dan perlu apa kau datang kesini"
Pek Kong seorang yang jujur, ia tertegun karena sikap orang itu serta kata-katanya
yang tajam. Sekian lama ia membungkam.
Hian Siu berkata pula : Jikalau tetap kau berpura-pura tuli dan bisu, baiklah, dalam
Ko Bok Tin, kau boleh mengubur tulang ragamu!
Ko Bok Tin ialah Barisan Rahasia Kayu Kering. Dalam hati Pek Kong terkejut.
Sekarang ia insaf akan kesembronoannya. Mengapa tadi ia tidak meneliti keadaan
rimba itu" Segera ia memperhatikan keadaan disekitarnya. Lekas juga ia mengenali tin
itu. Aku kenal tin kamu ini! katanya. Apakah kau kira tin kecil semacam ini dapat
mengurung aku" Inilah Thay It Tin!
Agaknya Hian Siu tercengang. Untuk sekian lama ia tidak lantas dapat
memperdengarkan suaranya lagi. Lewat sesaat baru ia tertawa. Setelah tertawa dingin
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 588
yoza collection ia berkata pula, atau tiba-tiba Pek Kong sudah berdiri dihadapannya. Ia kaget bukan
main, sampai ia mundur lima tindak! Alis si anak muda berkerut.
Sungguh murid kepala suatu partai besar dan kenamaan! katanya, keras dan
dingin. Sungguh satu murid liehay yang mau menjadi anjing penunggu pintu lain orang
digunung Kiu Kiong San ini !
Muka Hian Siu menjadi merah padam karena malu dan marah. Orang sudah
mengejeknya dengan hebat sekali. Ia segera mengibaskan sebelah tangannya!
Pek Kong sudah maju luar biasa kepandaiannya. Ia tidak berkelit dari serangan
hebat itu, bahkan ia menyambutnya. Mudah saja tangannya terangkat atau lengannya
Hian Siu sudah tercekal! Kau benar bandel! katanya pula. Terus tangannya dikibaskan dan cekalannya
dilepaskan, tubuhnya sendiri segera mencelat kearah sebuah gubuk!
Bukan kepalang mendongkol Hian Siu. Orang sudah mempermainkannya. Justeru
Pek Kong bergerak, ia pun segera menggerak-gerakan kedua tangannya, menghajar si
anak muda. Hebat serangannya itu, mengarah punggung sebagai sasarannya!
Pek Kong dapat menangkap suara angin di belakangnya. Ketika itu ia baru
melangkah dua tindak. Ia dapat menduga orang yang menyerarignya. Rupanya rahib
itu penasaran sekali dan menjadi nekad. Asalkan ia mau, mudah saja untuk ia berkelit
kesamping. Namun ia tidak berlaku demikian, ia hendak mengajar adat pada penyerang
itu. , Maka ia mengerahkan tenaga dalamnya, membuat punggungnya menjadi kuat dan
keras bagaikan besi! Pak! demikianlah terdengar suatu suara amat keras dari pukulan kedua tangan
yang menghajar punggung! Kesudahannya bukan si anak muda yang roboh tertelungkup kedepan tapi si
penyeranglah yang terpental mundur dua tindak, lalu roboh terguling-guling, sedangkan
kedua tangannya kontan membengkak besar!
Pek Kong membalik tubuh segera, setelah ia membiarkan punggungnya dihajar
sekeras-kerasnya oleh rahib kepala batu itu, maka ia melihat bagaimana si
penyerangnya jungkir balik. Ia menjadi tidak tega, maka ia lompat menghampiri, ingin
menolong rahib itu, tapi ia terkejut setelah ia melihat muka orang. Rahib itu melotot
matanya dan mulutnya berbusa menyatakan gusarnya yang tak terbingga. Ia tidak
memperdulikan itu, ia lantas saja menguruti, untuk menghidupkan jalan darahnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 589
yoza collection Tepat anak muda kita menolongi rahib asal Kun Lun San itu, tiba-tiba ia mendengar
suara tertawa dingin dan sesosok tubuh langsing kecil mencelat lewat didekatnya.
Masih sempat ia mengenali tubuh itu.
Nona Tian Ceng! serunya, memanggil tunggu!
Sosok tubuh itu bagaikan tak mendengar suara panggilan, ia pergi terus ke arah air
terjun di tepi gunung. Pek Kong menyesal. Ia tak dapat lompat menyusul sebab ia anggap lebih perlu
menolong si rahib. Sekian lama berlalu, Hian Siu siuman dari pingsannya Begitu ia membuka matanya
ia mengenali Pek Kong yang masih mengurutinya itu. Maka tahulah ia siapa yang sudah
menolongnya. Ia dapat melihat tegas. Sekarang ia merasa bahwa anak muda dengan
siapa ia pertama kali ia bertempur dikuil Kim San Sie beda sifatnya daripada pemuda
ini. Ia men jadi heran dan ragu sekali. Tapi karena ia sudah sadar, maka lekas-lekas ia
bangkit, terus menyembah memberi hormat sambil menghaturkan terima kasih.
Kau baik hati siauwhiap, kau tidak dendam terhadapku, katanya pula. Budi
kebaikanmu ini tak nanti pintoo lupakan. Pintoo ingat sudah tiga kali kita bertempur.
Mengenai pertempuran di Kim San Sie bukan pintoo terkubur andaikata ketika itu pintoo
memegang padangku, tak mudah pintoo terkalahkan. Akan tetapi selama pertemuan di
Citliekee, pintoo merasa aneh. Pintoo bersenjatakan pedang, siauwhiap bertangan
kosong, namun belum sampai tiga jurus, pintoo sudah dikalahkan. Sungguh pintoo malu,
sehingga pintoo merasa tak ada tempat dimana pintoo dapat menyembunyikan diri!
Ketika itu, pintoopun merasa aneh. Itulah sebab ilmu silatmu, siauw hiap lain daripada
yang semula kali kita bertemu, pintoo seperti menemui orang yang lain sekali. Karena
itu, siauwhiap, mengenai hal itu, maukah siauwhiap membelikan sedikit penjelasan
padaku" Pek Kong tertegun memandang si rahib, namun segera ia mengerti duduknya hal.
Tentu sekali, ia tak mau membuat rahib ini nanti mencari dan mengganggu Tian Ceng.
Karena ini, sejenak itu ia ragu-ragu.
Itu memang aneh, kemudian jawabnya perlahan. Akupun kurang jelas.. .
Hian Siu mengawasi. Lantas ia merasa pasti bahwa ia sudah bertemu dengan dua
orang yang romannya sama. Ia tetap bersyukur terhadap Pek Kong dan membenci
terhadap orang lainnya itu. Akhirnya ia menghela napas panjang.
Siauwhiap, walaupun kau tidak menjelaskan, rasanya pintoo sudah mengerti akan
duduknya hal, katanya. Orang yang mencuri Liong-yan co dan sudah menghina pintoo,
bila pintoo berjumpa dengannya, akan pintoo cincang tubuhnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 590
yoza collection Suara bengis itu baru diucapkan atau kembali terdengar suara tertawa nyaring
yang tadi ditangkap Pek Kong. Hanya sekali ini Hian Siu yang sadar sempat melihatnya
sesosok tubuh yang gesit lincah, yang berpakaian serba putih. Hanya sekilas saja, orang
itu lenyap pula! Ah anak itu! serunya, sangat mendongkol. Bocah itu sangat menjemukan! Dia
terlalu mengandalkan pengaruh ayahnya sehingga dia bes
Pek Kong pun mengenali orang itu. Tootiang, tanyanya. Apakah tootiang kenal
wanita tadi" Hian Siu masih mendongkol namun ia tetap menjawab.
Tentang wajah atau atau roman mukanya, belum pernah aku melihatnya, demikian
sahutnya. namun aku dengar bahwa ia adalah puterinya Tong Tian Tok Liong bernama
Sian Hui Sim! Pek Kong terdiam, pikirannya kusut. Ia merasakan sesuatu yang bertentangan
didalam haiinya. Sebenarnya ia masih ragu-ragu mempercayai Tian Ceng sebagai Sian
Hui Sim, tetapi sekarang, mendengar kata-kata Hian Su ini, ia tidak dapat bersengsi pula.
Sungguh diluar dugaannya dan sukar dimengerti bahwa orang telah beberapa kali
sudah menolong jiwanya, bahkan dia sudah memberikannya Pek-bwe-ko, sampai
akhirnya ia memperoleh peruntungan yang baik, kiranya tuan penolong itu ialah puteri
Tong Thian Tok Liong si musuh besar. Tidakkah itu aneh" Bagaimanakah kini
seharusnya sikapnya terhadap nona demikian baik hati, tetapi ayahnya sangat jahat
dan menjadi musuh besar kaum Rimba Persilatan golongan sadar dan lurus.. .
Hian Siu heran melihat sianak muda tertegun saja setelah ia memberikan
keterangannya. Ia pun terkejut ketika tiba-tiba tubuh si anak muda terhuyung mau jatuh,
maka ia lompat memegangnya.
Menapa kau, siauwhiap, tanyanya. Apakah kau tidak sehat"


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek Kong menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sian Hui Sim menjadi puteri Tong Thian Tok Liong, katanya. Mau apa nona itu
datang kegunung belukar ini"
Hian Siu memandangi kesekitarnya. Ia tidak melihat lain orang disitu.
penjarakan salah seorang tongcu utama dari Thian Liong Pang,
sahutnya kemudian separuh berisik! Mungkin nona itu sudah menerima perintah dari
ayahnya. atau ketuanya, maka ia sering datang kesini untuk meronda atau melakukan
pengawasan.. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 591
yoza collection Seorang tongcu" tanya Pek Kong. Apakah dia Kiu Bwee Nio"
Memang dia! sahut Hian Siu. Dipuncak gunung ini . . .
Baru Hian Siu menjawab atau tiba-tiba ia dikejutkan oleh tertawa nyaring dari
seseorang yang terus saja menghampiri hingga dengan segera dapat dikenali ternyata
ia adalah Ceng Hie Toojin.
Rahib itu segera juga berkata: Pinto pikir siapa, kiranya Pek Siauwhiap yang dapat
dijuluki seperti Cian Tok Seng Ciu .
Oh Hian Siu bersuara tertahan. Kiranya dia! Dengan demikian, aku kalah dengan
puas . . Pek Kong mengawasi rahib itu terhadap siapa tidak berkesan buruk. Hanya ada
suatu ha! yang membuatnya tak puas terhadap si penganut Agama Too itu, Kiu Kiong
San termasuk daerah pengawasan Ceng Hie Toojin namun gunung ini dipakai Tong
Thian Tok Lioig atau Thian Liong Pang sebagai semacam pusat pertemuan. Maka atas
kata-kata si rah'b itu, ia menjawab tawar: Tootiang terlalu sungkan!
Ceng Hie tidak memperdulikan sikap tawar dari pemuda itu.
Siauwhiap datang dari tempat jauh, katanya, mari silahkaa mampir ditempatku
supaya kita dapat beromong-omong!
Pek Kong memang mau mencari Ouw Yam Nio, ia menerima baik undangan itu
untuk mana ia mengucapkan terima kasih.
Silahkan, siauwhiap! berkata pula Ceng Hie, yang terus berjalan berdampingan
bersama Hian Siu Toojin. Pek Kong mengikuti kedua rahib itu, yang memimpinnya kearah beberapa rumah
kayu. Mereka memasuki yang terbesar dimana pada atas pintunya, nampak papan
nama, yang her Sui Keng Kiong , bertuliskan air mas.
Heran! pikir anak muda kita. Sui Keng Kiong sangat terkenal tetapi mengapa hanya
sebuah rumah kayu yang baru dibangun"
Setiba didalam, Pek Kong melihat ruangan yang amat sederhana. Yang dipuja disitu
adalah gambar seorang tua yang berseragam sebagai rahib Agama Too. Rambut dan
kumis janggutnya sudah ubanan, sedangkan perlengkapan ruangnya lebih daripada
sede hara. Ceng Hie mengundang tamunya duduk, terus ia panggil pembantu rumahnya untuk
membawakan air teh. Kemudian sambil tertawa manis, tuan rumah itu berkata.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 592
yoza collection Siauwhiap, apakah jauh-jauh dari Kwan-gwa siauwhiap datang kesini untuk urusan Tok
Kak Yang Cun" Pek Kong hanya mengetahui bahwa Tok Kak Cun telah diculik pihak Thian Liong
Pang, bagaimana duduknya perkara dan siapa yang memimpin penculikan itu ia tidak
ketahui, namun ia toh menjawab: Benar!
Ceng Hie Toojin nampak terperanjat. Sekarang dia sudah tidak ada di Kiu Kiong
San" ia memberitahukan.
Alis si anak muda dikerutkan. Dimanakah dia kini berada" tanyanya.
Ceng Hie mengawasi si anak muda, ia melihat wajah orang yang tak wajar.
Begini halnya, siauwhiap, lekas-lekas ia memberikan keterangannya, Thian Liong
Pang mengundang Tok Kak Yang Cun adalah untuk meminta dia mengobati Hong Hwee
Hoat su, karena sekarang dia sedang berada di dipuncak Pek Bu Hong. Hanya aku dapat
menjelaskan, jika Hong Hwee Hoat-su sembuh, tibalah saatnya Tok Kak Yang Cun akan
Pek Kong terkejut. Mengapa begitu" tanyanya cepat.
Tong Thian Tok Liong bertabiat jahat, pandangannya picik, jawab Ceng Hie Toojin,
dia lebih dahulu sudah membenci Tok Kak Yang Cun, karena sebelumnya, Tok Kak Yang
Cun telah menolak datang kepada Tong Thian Tok Liong, maka Tong Thian Tok Liong
pernah berdamai dengan Leng In Ie su supaya Tok Kak Yang Cun dibinasakan saja,
untuk mencegah kemungkinan dikemudian hari datang bahaya dari pihaknya itu.
Pek Kong diam ternganga. 'Dalam gunung ini adakah dipenjarakan seorang tahanan" tanyanya kemudian.
Dan dimanakah dia ditahannya"
Siapakah orang tahanan yang siauwhiap maksudkan itu" tanyanya, mengawasi.
Mendengar pertanyaan si rahib, Hian Siu mengedipkan mata pada Pek Kong serta
terus membuka mulutnya sambil berkata: Tadi Pek Siauwhiap melihat seorang nona
dengan pakaian putih muncul dari balik air terjun itu, karenanya ia menyangka Tok Kak
Yang Cun dikurung dibelakang curug itu. Ketika tadi too heng datang, siauwhiap justeru
sedang menanyakan aku, meminta keteranganku. Tanpa menanti dulu jawaban dari
sirahib itu, ia meneruskan pada si anak muda: Harap siauwhiap, tidak bercuriga. Di Kiu
Kiong San ini pasti Tok Kak Yang Cun tak akan dapat dicari. Apa yang dikatakan Ceng
Hie Tootiang adalah hal yang benar, jikalau nanti siauwhiap pergi ke Pek Bu Hong,
disana siauwhiap pasti akan menemukan hal yang tak bohong.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 593
yoza collection Pek Kong cerdas, segera ia mengerti mengapa Hian Siu mengedipkan mata dan
campur bicara demikian rupa. Ia segera tertawa dan berkata: Baiklah kalau begitu !
Nah ijinkanlah aku yang muda mohon diri!
Ceng Hie Toojin mengantarkan si anak muda pergi, setelah mana ia berkata pada
Hian Siu Toojin: pur bicara, kalau tidak, pasti pintoo
akan digerecoki anak muda itu. Sekarang pintoo mempunyai urusan penting hendak
pergi kelain tempat, maka urusan disini pintoo serahkan kepada tootiang saja, tolong
tootiang mengurusnya! Pek Kong sementara itu, seperginya dari depan Ceng Hie Toojin, sudah menuju
langsung ke arah air terjun, ia mengikuti petunjuk samar-samar dari Hian Siu. Segera
setelah tiba ditempat tujuan, ia ingat pengalamannya ketika ia oleh Thian Lay Mo Lie
dikurung dalam gua Liam Tong. Maka ia menjemput batu untuk dipakai menimpuk air
terjun itu. Ia dapat menangkap suara yang keras. Itulah tanda atau bukti, bahwa bagian
belakangnya air terjun itu berisi, tidak kosong. Dibagian itu tidak ada gunanya.
Ia berdiri diam, matanya menatap kedepan, otaknya bekerja. Justeru selagi ia
berdiam tiba-tiba ada sesuatu yang menyambar kearahnya dan jatuh tepat didepannya.
Kiranya itulah sebilah pisau belati, atau pedang pendek yang tertancapkan kertas. Ia
segera memungut pisau itu berikut kertasnya, diatas kertas itu tertulis:
Pegang pisau ini dan lompat menyerbu air terjun, masuklah kedalamnya, nanti
keinginanmu akan tercapai!
Pemuda kita heran namun ia mengerti. Maka ia mengangguk keudara sambil
mengecapkan: Terima kasih untuk petunjuk ini" Kemudian ia cabut pisau belati dari
kertas itu, ia mendapatkan pisau itu tajam luar biasa. Setelah ini tanpa bersangsi pula
ia lompat menyerbu air terjun sehingga ia berada di dalam, atau dibelakang curug itu.
Ia lantas menemukan sebuah gua. Rupanya tadi mulut gua itu tak kena tertimpuk
batunya. Pintu gua terdiri dari lembar pintu besi yang tertutup rapat. Sepintas lalu pintu itu
tampaknya mirip dinding batu yang kokoh itu.
Pek Kong mengayunkan pisau belatinya ke celah pintu itu, lalu memotongnya
kebawah, maka dengan terdengarnya satu suara nyaring berisik, kedua belah daun
pintu terbentang sendirinya. Kini didepannya tampaklah sebuah gua yang gelap pekat.
Pek Kong ingat kata-kata Tiat Tan Kong Kek akan halnya dalam air terjun kadang
kala terdapat ular berbisa, maka itu ketika ia melangkah masuk ke gua ia berlaku
waspada, matanya dibuka lebar-lebar, kakinya melangkah dengan perlahan dan hatihati.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 594
yoza collection Gua itu gelap gulita sampaipun jari jemari didepan mata tidak kelihatan. Namun
bagi Pek Kong itu bukan rintangan yang terlalu menyusahkan.
Ia masih dapat melihat meskipun sanar-samar. Ia mengikuti sebuah jalan atau
terowongan yang berliku-liku. Tiba-tiba ia nampak dua cahaya terang yang membuat
seluruh gua terlihat tegas sekali. Dengan demikian iapun dapat mengetahui darimana
datangnya cahaya terang itu.
Disitu diantara tulang-belulang tampak mendekam satu mahluk aneh. Kepalanya
merupakan kepala bebek, tubuhnya berbentuk ular namun ada empat buah kakinya.
Cahaya terang itu adalah dari kedua mata mahluk aneh itu. Melihat ada orang datang,
binatang itu mengangkat kepalanya sambil terus memperdengarkan suara kokok
kokok , disusul dengan bergerak-gerak ekornya yang menyapu tulang-belulang di
belakangnya kekiri dan ke kanan.
Pek Kong melihat tembok dibelakangnya ular aneh itu berlubang, mirip mulut goa.
Segera ia menduga bahwa Ouw Yam Nio mungkin di kurung disitu. Betapa ia ingin
memeriksa goa itu. Dengan berani ia bertindak menghampiri ular berkepala bebek itu,
terus diluncurkannya sebuah tangannya tanpa senjata. Itu adalah serangan tenaga lima
ribu kati, walaupun demikian bukan serangan seluruh tenaganya.
Ular itu hebat sekali, dengan bergeliat dia menyelamatkan dirinya, malah ekornya
menyambar kepada penyerangnya itu.
Pek Kong berani sekali. Dengan pisaunya, ia menyambut serangan ular itu.
Hanya dengan satu goresan, ekor ular itu puius. Dan ekor yang putus menghantam
dinding batu sehingga terdengar suara yang keras serta tampak batu dinding itu hancur
berserakan. Begitu ekor itu putus, binatangnya juga terus masuk kedalam mulut goa, serta
memperdengarkan suara berkokoknya menandakan kegusarannya. Terang ular itu
merasa nyeri sebab lukanya itu. Akan tetapi mendadak dari dalam, ia meiesat maju,
menyerang kepada orang yang mengganggunya!
Pek Kong melihat serangan itu, dengan sebat ia berkelit kesamping. Tak berani ia
sembarang menyambutnya. Betapa keras melesatnya ekornya tadi menunjukkan
tenaga binatang itu besar luar biasa. Hanya dari samping ia mengibaskan tangannya
unuk menabas. Hebat ular itu yang tidak takut serangan. Bahkan dia membuka muiutnya
menyambar pedang untuk digigit!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 595
yoza collection Kau mencari celaka bentak si anak muda, yang menambahkan tenaganya
menikam terus. Pek Kong menyangka, ia akan dapat menikam sekaligus menggores sehingga
binatang itu terbelah dari mulutnya sampai di perutnya. Maka adalah diluar dugaannya,
mulut binatang itu keras dan kuat sekali. Mulut itu tak dapat dipotong, sebaliknya, pisau
tergigit rapat dan kencang bagaikan terjepit. Ketika itu dengan membalikkan tubuhnya,
kaki belakangnya menyambar tubuh si anak muda.
Pek Kong berkelit sambil mengerahkan tenaganya untuk menghempas, maka itu
pisaunya lepas dari gigitan dan si ular terhempas terbalik. Menggunakan kesempatan
itu dengan kecepatan luar biasa ia mengulangi menyerang perut binatang itu.
Kembali si pemuda menjadi heran. Perut ular itu keras luar biasa, kuat seperti
mulutnya, kebal terhadap senjata tajam. Bahkan hampir-hampir ia membuat pisaunya
terlepas dari genggamannya!
Hanya, setelah diserang itu, sang ular merasakan sesuatu yang hebat. Ia segera
mengerutkan tubuhnya, mundur memasuki lobang batu.
Pek Kong berjongkok untuk melihat kedalam lobang batu itu, sehingga ia dapat
melihat ruangan semacam kamar.
Hanya pintunya tertutup rapat dan mulut liang tersumbat binatang yang kuat dan
kebal itu sebelum ular itu dapat disingkirkan, tidak ada jalan lain untuk memasuki kamar
itu. Apa akal sekarang" Pek Kong berpikir sehingga ia teringat kata-kata Tiat Tan Kong Kek tentang ular
berbisa. Katanya dalam hati: Pasti ular ini turunan semacam ular luar biasa. Mengapa
aku tidak mau mencoba menikam rahangnya" Segera ia bersiap dengan tangan
kanannya mencekal pisaunya erat-erat dan tenaga tangan kirinya dikerahkan, ia maju
mendekati. Ular itu selalu siap sedia. Begitu melihat orang menghampirinya, lantas dia
mendahului menyambut dengan semburan asap putih dari mulutnya, asap masa
bergulung dan menyiarkan bau yang keras sekali.
Bau itu menyerang hidung si anak muda. Ia terkejut dan terpaksa mundur satu
tindak kepalanya terasa pusing ia tak sempat berkelit diri.
Sang ular melihat lawan tidak roboh, dia lalu mengylangi semburan mautnya itu.
bahkan sekali ini asapnya lebih tebal sambil tubuhnya melompat maju, untuk
menyembur terus dan menggigit.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 596
yoza collection Walaupun kepalanya pusing, Pek Kong tetap sadar dan tak lengah. Melihat ular itu
menyerang pula, selainnya berkelit ia pun menyiapkan pisaunya. Begitu tubuh ular
lewat disisinya, ia menikam rahang binatang itu, dibarengi dengan tangan kirinya
menghajar perut dari bawah keatas.
Serangan pembalasan itu hebat benar! Tubuh sang ular terangkat naik, terpental,
terus terbanting ketanah menerbitkan suara keras. Di lain pihak, rahangnyapun
mengucurkan darah, menyembur sejauh tiga kaki. Setelah roboh, keempat kakinya
mencakar-cakar, untuk akhirnya diam tak bergerak pula.
Pek Kong percaya pasti ular luar biasa itu sudah mati. Namun ia khawatir nanti
ada, atau muncul pula, musuh lainnya. Maka itu dengan berhati-hati ia bertindak masuk
ke dalam gua. Untuk membuka pintu, ia mengerahkan tenaganya dengan bebat.
Akan tetapi pintu bukan roboh menjemblak hanya bergerak terbuka kesamping,
sehingga terlihat tegas kamar itu. luas satu tombak persegi. Kamar pun kosong kecuali
beberapa lubang kecil ditembok.
Dengan memasang mata, anak muda kita mengawasi dengan tajam, sampai ia
melihat ada tembok yang sedikit mirip pintu. Karena suasana tenang, dengan berani ia
melangkahkan kaki masuk dengan tindakan lebar. Mendadak ia mendengar suatu suara,
lalu terus ia terserang beberapa puluh anak panah kecil yang melesat keluar dari
beberapa lobang, disusul dengan keluarnya juga banyak ular ular kecil!
Kamar itu kecil, tidak ada tempat untuk menyingkir, terpaksa Pek Kong
menggunakan kedua tangannya menangkis berulang-ulang. Syukur untuknya, hujan
panah itu berhenti, juga ular-ular kecil itu telah pada mati, sebab kecuali yang
tersampok tembok, ada pula yang menjadi korban anak panah.
Tanpa ayal lagi Pek Kong lompat kesisi pintu, terus ia mengetuk-ngetuk tembok
sambil diselingi dengan pertanyaan: Nona Ouw! nona Ouw! Apakah kau berada
didalam" Setelah pertanyaan diulangi beberapa kali, dari dalam kamar terdengar
jawaban Ouw Yam Nio yang lemah. Suara itu bernada sedih bercampur girang. Katanya:
Lekas kau kembali! Jangan kau hiraukan aku lagi!
Pek Kong tercengang, hanya sekejap, segera ia menggunakan pisaunya yang tajam
itu, menyerang pintu berulang ulang, sehingga daun pintu itu terbuka.
Dengan demikian maka didalam kamar itu tampak dua orang seorang pria dan
seorang wanita. Keduanya rambutnya kusut dan kotor mukanya, toh masih dapat
dikenali si wanita benar-benar adalah Kiu Bwee Ho Ouw Yam Nio, dan si pria Ong Pek
Coan, kakak seperguruannya yang otaknya tak waras.
Ouw Yam Nio duduk sambil menangis, dan Ong Pek Coan rebah dihadapannya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 597
yoza collection Pemuda itu kaget berbareng girang luar biasa.
Kakak apakah artinya ini" tanyanya, ia pun maju.
Ouw Yam Nio mengangkat kepalanya, katanya sedih: Aku sudah berubah menjadi
sedemikian rupa, sebab itu aku telah memikir untuk meninggalkan dunia ini! Mengapa
kau menempuh bahaya maut datang mencari aku disini" . . . .
Pek Kong melihat muka si nona penuh luka-luka sehingga wajahnya tak sedap
dipandang mata, sedangkan tadinya cantik dan manis. Namun ia tak memperdulikan
wajah buruk si nona, segera ia berkata. 'Kakak, jangan kau berkata seperti ini! Wajahmu
dapat disembuhkan sehingga pulih seperti sediakala! Marilah kita tolongi Ong Suheng
meninggalkan tempat ini, kemudian baru kita mencari jalan menuntut balas!
Disebutnya menuntut balas membangkitkan semangat Ouw Yam Nio. Nona itu
teringat akan sakit hatinya. Segera ia berjingkrak bangun.
Bagus! serunya. Marilah: Tapi, segera ia menambahkan: Aku tidak tahu bahwa
orang ini kakak seperguruanmu! Tapi aku mendengar suara ketukan pada dinding, aku
bangun untuk melihat atau mendadak dia memeluk aku maka totok roboh padanya.
Si nona menerangkan bahwa yang di totok ialah jalan darah hong-bun.
Mendengar itu, Pek Kong segera menotok sadar kakek seperguruannya. Sembari
menolong, ia menggogang-goyangkan kepala dan berkata: Jalan darah hong-bun itu
tidak terluka, yang berbahaya adalah luka didalam tubuhnya, yang nampaknya sudah
parah sekali. Rupanya ketika ia ditawan Thian Liong Pang orang telah
Kata itu tak sempat diteruskan, karena tiba-tiba dari balik tembok terdengar suara
keras dan kasar: Oh, bocah yang baik! Sungguh nyalimu tak kecil. Bagaimana kau berani
datang kesini untuk merampas tahanan" Baiklah kau ketahui, mudah kau masuk, sulit
kau keluar, sehingga sia-sia saja percobaanmu menempuh bahaya i
Kata-kata itu ditutup dengan tawa terbahak-bahak.
Pek Koag terkejut, ia menoleh dengan cepat, namun ia tidak melihat orangnya,


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ouw Yam Nio, menarik baju si anak muda, ia berkata sengit sekali: Orang itu adalah
Tong Thian Tok Liong! Dia bicara dari balik tembok dibelakangmu itu!
Pek Kong sudah menolongi kakak seperguruannya yang nampaknya telah
memperoleh keringanan bukan sedikit, tetapi karena suara yang memanaskan hati dari
Tong Thian Tok Liong itu. ia tahu bahwa tak sempat ia menolong lebih jauh. Segera ia
menepuk membuat sang kakak pingsan, sesudah itu ia angkat tubuhnya untuk
dipanggul. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 598
yoza collection Mari kita menerobos keluar ! ia mengajak Ouw Yam Nio.
Yam Nio melihat si anak muda hendak menyerang pintu, ia segera mencegah.
Jangan! demikian katanya. Jikalau kita mengambil jalan dari pintu ini, kita tak dapat
keluar dengan hidup-hidup.
Tak mungkin! kata si anak muda, tidak percaya. Atau mendadak terdengar pula
ketawanya Tong Thian Tok Liong, yang terus berkata dengan lantang: Silahkan kau
coba! Pek Kong tertawa dingin dan berkata keras pula: Kau ular kaki empat jangan kau
sombong. Kau kenali tuan kecilmu ini! Jika aku tak dapat membuat Thian Liong Pang
hancur lebur, jangan kau panggil Pek Kong lagi padaku.
Kembali terdengar gelak tawa nyaring Tong Thian Tok Liong, yang berkata pula
dengan kerasnya: Oh, bocah cilik, sungguh kau berkepala batu! Baiklah, tuanmu akan
menantikanmu! Pek Kong ingin membalas kata-kata itu, namun tiba-tiba ia merasa Ouw Yam Nio
menarik ujung bajunya serta mengutiknya. Segera ia sadar. Itu bukanlah saatnya untuk
mengadu mulut. Maka ia segera memperdengarkan suara Hm!
Ouw Yam Nio menarik anak muda itu mundur ketempat tadi, terus sampai kemulut
gua dimuka curug, disini barulah ia berkata:
Kalau kita mengambil jalan tadi itu, untuk melewati beberapa kamar lainnya, semua
itu ada dipasangkan pesawat rahasia atau perangkap yang berbahaya. Meskipun kau
dapat memaksa melewatinya, bahaya masih belum habis. Disana ada sebuah jalan
dalam tanah yang menghubungi tempat kediaman Leng In Siu-su si siluman tua yang
lihay. Maka sungguh sulit untuk kita keluar dari sana dengan menggunakan kekerasan.
Bukankah tadi kau masuk dari sini " Setelah ular luar biasa itu dibinasakan, untuk
sementara belum ada bahaya lainnya lagi. Di luar curug ini pasti ada musuh yang
menghadang kita, namun mereka belum tentu berani menyerbu kesini, sebab itu artinya
mencari mati. Kini tinggallah kita merencanakan penyerbuan keluar.
Pek Kong insaf akan bahaya yang dihadapinya. Ia mengambil keputusan cepat. Ia
menyerahkan pisau tajam itu pada si nona sambil berkata: Kakak, kau pegang senjata
ini guna melindungi aku untuk sementara waktu! Aku hendak menolongi dahulu kakak
seperguruanku ini! Ouw YamNio menyambuti pisau itu, terus ia periksa, segera tampak ia merasa heran
dan ragu-ragu. Rupanya ia telah mengenali pisau itu atau mengetahui asal usutnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 599
yoza collection Pikirannya terus bekerja keras! Hanya sebentar, bagaikan tersadar, ia terus melirik si
anak muda dihadapannya itu.
Pek Kong sedang menolongi Ong Pek Coan. Dengan kedua tangannya, ia menotok
dan mengurut silih berganti. Lewat beberapa saat, berhasillah ia membuat kakak
seperguruannya siuman sambil mengeluarkan suara tertahan,
Terus menyemburkan darah dari dalam mulutnya. Namun tak diduganya, setelah
lompat bangun, dengan tiba-tiba dia meninju adik seperguruannya!
Pek Kong terkejut, ia berkelit sambil mengulurkan sebelah tangannya, mencekal
tangan orang yang meninjunya itu Mengapa kau menyerang aku, suheng"' tanyanya.
Suheng ialah kakak seperguruan.
Ong Pek Coan menatapi sambil mendelik.
Aku justeru mau menghajarmu, jahanam cacinya bengis. Dan kembali ia meninju
dengan tangan kirinya. Pek Kong dapat berkelit sambil ia menangkap pula tangan orang.
Ketika ia membujuknya, tiba tiba Ouw Yam Nio meluncurkan tangannya menotok jalan
darah tidur si orang gila sambil berkata: Rupanya kaka
. Pek Kong tercengang, tapi ia pun segera sadar bahwa kakaknya itu tidak waras
pikirannya. Namun pada saat itu, karena girangnya dapat menemui sang suheng, ia
lupa akan hal itu, maka ia hanya coba mengobati luka didalam diri suheng itu, ia tidak
mengobati gilanya. Memang kakakku sudah gila, katanya kemudian, hanya tadi aku lupa!
Sekarang, mari kita pergi! Dan ia memanggul pula tubuh, suheng itu, dengan
cekatan ia melompat menyerbu air terjun, sehingga ia berada dibagian luarnya tanah
datar. Ouw Yam Nio menyusul melompat keluar dengan cepat. Segera ia menyaksikan
pihak musuh sudah bersiap sedia menghadangnya. Didepan mereka berbaris
pahlawan-pahlawan Thian Liong Pang yang disebut empat Toa Sat Chee si Biruang
jahat. Disisi mereka berdiri Thian Lay Mo Lie bersama Im Yang Toojin. Disisi yang lain
ialah keempat tongcu dengan sikap yang garang, hanya Heng Tong Tongcu, yaitu
Tongcu penghukum, tidak tampak.
Itulah penghadang-penghadang yang hebat, bila orang mengetahui atau
mengenalnya pasti hatinya gentar. Demikianlah Ouw Yam Nio, yang banyak
pengalamannya, yang baru saja ditolong dari kurungan maut. Namun ia lebih banyak
berkhawatir diri Pek Kong dari pada untuk dirinya sendiri.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 600
yoza collection Kebalikannya dengan si anak muda, Pek Kong sama sekali tidak takut atau jeri.
Malah ia tertawa terbahak-bahak.
Bangsa pecundang! Kalian mau apakah" tegurnya kepada penghadangpenghadang itu.
Ciauw Bin Siu su si Pelajar Bermuka Tertawa tak lagi memperlihatkan senyumnya
hanya menunjukkan wajahnya yang dingin. Eh, bocah, kau tinggalkan orang-orang yang
kau coba tolong itu! Nanti aku lepas kau kabur dari sini.
Pek Kong menginsafi suasana. Ia mengetahui bahwa tak dapat ia membuang-buang
waktu. Kalau Tong Thian Tok Liong muncul, sulitlah untuknya sebab tak mudah ia
membela diri sambil terus melindugi Ong Pek Coan dan Ouw Yam Nio. Gagal berarti siasia saja ia menempuh bahaya menolong orang itu.
Terima kasih untuk kebaikanmu sudah memberi nasehat kepadaku! ia menjawab
ancaman To Ya. Setelah itu ia bersiul nyaring, terus tubuhnya mencelat maju. Sebelah
tangannya diluncurkan, hanya baru tangan itu maju setengah atau sudah diputar, terus
disampokkan kekiri dan kekanan kepada musuh itu!
Kesepuluh penghadang tidak menyangka si anak muda akan menyerang secara
demikian. Semua terkejut, semua mengangkat tangannya untuk menangkis, maka
beradulah tangan mereka satu dengan yang lain, sehingga suaranya terdengar keras.
Mereka itu bertahan, kaki mereka pada ambles, tubuh mereka pun bergoyang-goyang.
Pek Kong sebaliknya mental mundur tiga tindak, tubuhnya terhuyung juga.
Ouw Yam Nio melompat menghampiri si anak muda. Ia menyerahkan pisau
ditangannya. Kau serahkan suhengmu kepadaku! katanya. Kau pakai pisau ini untuk melayani
mereka itu! Namun Pek Kong tertawa. Jangan khawatir, kak! katanya: Aku dapat membereskan mereka itu! Baik kakak
sendiri siap sedia menanti kesempatan segera lari menyelamatkan diri dari sini!
Hati Kiu Bwee Ho tergerak, tanpa terasa air matanya menetes turun. Ia sangat
terharu pu!a, kagum sekali pada sianak muda yang demikian gagah itu. Tak kelirulah
pilihannya. Sementara itu diantara keempat Toa Sat Cee, Hui Thian Houw Kee Pin si Harimau
Terbang menjadi sangat ganas sekali. Ia amat cemburu dan mendongkol sebab Ouw
Yam Nio demikian prihatin terhadap si musuh muda. Begitulah, menuruti amarahnya,
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 601
yoza collection ia lompat maju sambil memperdengarkan suaranya yang keras: Bocah, mari maju
terima ajalmu! Pek Kong tertawa dingin menghadapi musuh itu. Tiba tiba sebelah tangannya
meluncur. Kee Pin menduga si anak muda sudah terluka parah.
Bila tidak, tidak akan Ouw Yam Nio memeganginya, maka kagetlah ia ketika anak
muda itu menyerangnya, sebab tinju orang meluncur bagai badai menyambar atau
gelombang mendampar. Ia menangkis tetapi sudah kasip, di tangan mereka bentrok
terdengar suara nyaring, tubuhnya terus saja terpental mundur dan jungkir balik
beberapa kali akan kemudian roboh ditanah dengan mulutnya menyemburkan darah
hidup. To Ya kaget sekali, ia lompat kepada kawannya untuk menolong dengan
memberikannya sebutir obat pulung.
Setelah menyerang dan merobohkan Kee Pin, Pek Kong meneruskan lompat maju
kepada musuh lainnya, sehingga mereka menjadi kaget sekali. Namun mereka tidak
menyingkir. Kedua Toa Sat Chee dan keempat tongcu lantas maju, begitupun Im Yam Toojin.
Ho Siu Chong Liong Ku Kun bersama Thian Hud Cian Ie Yang serta Im Yang Toojin
maju kepada Pek Kong dan keempat toongcu mengurung Ouw Yam Nio, sehingga
keadaan menjadi tegang sekali.
Pek Kong pernah mengalahkan To Ya, tetapi Im Yam Toojin lebih libay dari pada
orang she To itu dan sekarang mereka dibantu Ku Kun juga. Diain pihak, sianak harus
memanggul Ong Pek Coan, sehingga ia kurang leluasa menggerakkan tubuhnya. Ia
harus membela diri sambil melindungi kakak seperguruannya itu. Karenanya, ketika ia
menghalau serangan, ia selalu main menyampok, akan menghalau yang satu dan
menyingkir dari yang lainnya.
Ouw Yam Niopun terancam bahaya dikurung dan dikepung empat tongcu. Bicara
dari hal perorangan, Yam Nio lebih gagah berani dari pada keempat tongcu itu, namun
kini ia sendiri saja, sedangkan baru saja ia dipenjarakan. Syukur untuknya, ia
bersenjatakan pisau yang tajam sekali.
Thian Lay Mo Lie belum turun tangan, ia hanya menonton dari pinggiran. Ia
terutama memperhatikan Pek Kong, pikirnya berubah. Ketika itu timbul pula cintanya
yang lama. Pihak mana aku harus bantu" demikian ia tanya dirinya sendiri.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 602
yoza collection Pertempuran belum berjalan lama tetapi karena serunya, mereka sudah
bermandikan peluh. Cit Seng Bong penasaran, ia berseru, cambuknya diluncurkan ke
kerongkongan Ouw Yam Nio, namun sebelum mencapai sasaran, ia merubah
menyerang kekaki untuk dilibat!
Pek Go Houw juga menyerang hebat, sasaran goloknya ialah pinggang ceking
langsing dari Kiu Bwee Ho, yang hendak ditebas kutung. Sedangkan Ciong Thian Auwcu,
dengan sebatang kaitannya kaitan perampas Nyawa menyambar kepala orang!
Ouw Yam Nio jeri terhadap cambuk Cit Seng Bong, ia mundur setengah tindak,
justeru itu ia kaget melihat golok berkelebat kepinggangnya, sehingga ia menjerit:
Celaka! ia kaget sebab bersamaan dengan itu datang sepasang kaitan, sampai ia tidak
mengetahui yang mana harus ditangkis . . .
Selagi putus asa si nona mendengar suatu seruan mengguntur. Tiba-tiba ia merasa
sebelah lengannya tercekal keras. Sebelum ia mengerti apa-apa, lengannya sudah
ditarik dengan kaget dan keras, sehingga berikut tubuhnya ia terangkat dan tertarik
terus terlempar setombak lebih. Syukur ia sadar dan cekatan, maka dapat ia
mempertahankan dirinya tidak sampai jatuh terbanting. Ketika ia mengawasi kearah
tempat pertempurannya tadi, ia menyaksikan pemandangan yang membuatnya heran
dan tercengang: Cit Seng Bong roboh tak berkutik, Pek Go Houw pecah kepalanya, sampai polonya
berhamburan, dan Ciong Thian Auwcu tak memegang lagi sepasang kaitannya.
Disamping itu, Hwee Ceng Pa duduk bersila ditanah dengan napas memburu tersengalsengal!
Disitu tampak Pek Kong berdiri dengan tegak dan keren, sinar matanya tajam
Dengan bengis ia berkata nyaring. ' Kawanan Thian Liong Pang! Jikalau kalian masih
merasa diri benar-benar manusia, tidak akan kalian menghina seorang perempuan
ya Kiranya si anak muda, walaupun ia sendiri terancam bahaya, terus memperhatikan
Ouw Yam Nio. Maka juga begitu ia melihat nona itu terancam bahaya dan juga
mendengar seruannya, ia menjadi gusar luar biasa. Dengan meninggalkan Im Yang
Toojin bertiga, ia melompat kearah Nona Ouw, terus segera menghajar keempat tongcu
tukang keroyok itu. Dengan satu sambaran tangan, ia menghajar Pek Go Houw, dengan
dupakan Kaki Manjangan ia merobohkan Cit Seng Bong sampai tulang-tulangnya dia
itu remuk, sedangkan dengan tangan yang lain, ia menyampok Ciong Thian Auw-cu dan
Hwee Ceng Pa ! Dan yang terakhir Ouw Yam Nio disentak-ditarik sebelum dia tahu apa-apa!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 603
yoza collection Thian Lay Mo Lie tertegun menyaksikan pertempuran dahsyat itu.
Im Yang Toojin juga terkejut, namun dia segera sadar.
Mari, kita ia mengajak, atau menganjurkan kawan-kawannya.
Mereka berdua harus dibinasakan
Mendengar itu. Pek Kong jadi terkejut. Ia sendiri tidak takut racun tetapi tidak
demikian dengan Yam Nio dan Pek Coan, penolong dan suheng itu. Sebab itu ia
memasang mata terhadap musuh sambil memikirkan daya upaya untuk menolong
kedua-kawannya itu. Justeru si anak muda sedang bingung tepat waktu itu ia mendengar suatu seruan
halus tetapi, nyaring dan berwibawa. Segera tampaklah berkelebatnya satu sinar hijau,
yang ternyata adalah seorang nona dengan berpakaian serba hijau. Dan nona itu
melihat Im Yang Toojin bersama Ciauw Bin Siu Su beramai maju menghampiri Pe Kong,
alisnya terus dikerutkan, tanpa berkata lagi, pedang di tangan kanannya berkelebat
untur dan Kilat Saling menyambar.
Sebagai keadaan serangan dahsyat itu, pedangnya Ho Siu Chong Liong dan Im Yang
Toojin terbabat kutung, sedangkan Ciauw Bin Siu su dan Thian Hud Ciang tertolak
mundur oleh sampokan tangan kiri nona itu!
Kecuali Ciauw Bin Siu su, Ho Siu Chong Liong bertiga mengenali nona berbaju hijau
itu, maka juga mereka saling mengawasi dengan mulut membungkam.
Dari mana datangnya bocah cilik berani ini! seru Ciauw Bin Siu su marah sekali.
Namun tak sempat ia menyelesaikan kata-katanya itu, ia sudah menjerit kaget serta
kesaktian. Itulah disebabkan sinona mencelat padanya dengan pedangnya diayunkan
dengan kesudahan, tanpa berdaya lagi sebelah telinganya sudah tertempiling hebat
sekali sehingga ia berputar dengan kepala pusing dan merasakan sangat nyeri. Namun
itu membuatnya semakin marah, begitu ia dapat berdiri tegak, sedangkan mukanya
merah, ia segera memasang kuda-kudanya bersedia membalas menyerang
Ho Siu Chong Liong tersadar paling dahulu, ia menghampiri kawannya yang sudah
naik pitam itu, untuk membisikkan sesuatu, atas mana mendadak dia ini menjadi
kuncup. Ketika sahabatnya menarik tangannya, tanpa menoleh lagi dia membuka
langkah seribu lari kabur bersama semua kawannya itu!
Thian Lay Mo Lie heran menyaksikan semua orang jeri terhadap si baju hijau. Tapi
iapun segera lari menyusul kawan-kawannya itu!
Pek Kong mengenali nona berbaju hijau itu, ialah In So Ceng yang pernah ia jumpai
di Liauwtong. Ia heran dan girang bercampur menjadi satu, lekas-lekas ia menurunkan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 604
yoza collection dan meletakkan Ong Pek Coan, untuk menghampiri si nona sambil memberi hormat
berkata. Terima kasih banyak. Kak In! Dengan cara bagaimana kakak mendapat tahu
aku yang rendah mendapat kesusahan disini dan sudah datang menolongnya disaat
yang tepat ini" Nona itu tiba0tiba tertawa.
Fui! serunya. Tak tahu malu! Siapakah kakakmu" Siapakah yang sengaja datang
kesini untuk menolongmu"
Pek Kong tercengang, tetapi hanya sejenak, iapun tertawa.
'Biar bagaimana, kak, katanya. Aku harus bersyukur dan berterima kasih bahwa
kakak sudah menolongku Nona itu, masih berparas tak puas.
Siapakah yang menghendaki kau bersyukur" katanya pula. Untukku sudah cukup
asalkan kau tidak membuat gara-gara sehingga aku dicaci
Pek Kong heran. Ia tak mengerti.
'Bagaimana, kak" tanyan
aku menyebabkan kau sampai dicaci"
kata si nona memotong, Hanya aku, yang boleh menanyakan kau! Aku
larang kau menanyakan sesuatu kepadaku! Meng
Sebaliknya daripada mendongkoJ atau marah, Pek Kong malah menjadi sangat
menyukai nona itu, yang polos sekali serta gayanya menarik.
Nah, kau tanyakanlah, nona!
Siapakah pria dengan pakaian compangbenar Ong Pek Coan murid Honghu In Liong"
tanya si nona. Apakah Benar! Dan nona itu dengan pakaian merah" tanya pula nona itu. Benarkah dia cicit luar
Kat Giok Tong yang menjadi pula murid Bwee Hong Soat Lie dan bernama Ouw Yam
Hong" Hampir Pek Kong menjawab Ya , ketika ia mendengar nama si nona disebut Ouw


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yam Hong dan bukan 'Ouw Yam Nio . Ia melongo sejenak terus ia bertanya kepada
Yam Nio sendiri. Ah, panjang untuk aku menuturkan.. .! Ia berhenti, air matanya mengucur deras.
Tapi In So Ceng tertawa. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 605
yoza collection Jangan bersusah hati, kak, katanya. Pasti kelak akan datang harinya, bahwa mega
hitam akan buyar berganti dengan terbitnya matahari! Sekarang marilah lekas kita
pergi ke See Ouw! Masih banyak yang aku ingin bicarakan dengan kalian!
Pek Kong mendengar dan mengerti,, maka ia tidak mau banyak omong pula. Ia
mengang at dan memanggul pula tubuh Ong Pek Coan serta dibawa pergi. Ia tahu
bahwa nona itu mengetahui jelas urusannya.
Mereka berjalan menuruni gunung belum jauh, tiba-tiba dibelakang mereka
terdengar suara hembusan angin, dan In So Ceng segera berpaling kebelakang,
sehingga ia melihat beber pa sosok tubuh sedang lari mendatangi.
Segera ia berpaling kepada Pek Kong sambil berkata: Kak Pek, kau lindungi kak
Ouw! Lekas kau menyingkir! Akan kucegat mereka dibelakang.
Bukan main senang Pek Kong dipanggil kakak. Sejak pertemuan mereka digunung
Loo Ya Nia, memang ia sukar melupakan nona yang cantik dan gagah in. Ia menoleh
dengan terkejut tetapi lekas-lekas ia menjawab Kakak In, baik kau serahkan tugas
mencegat lawan itu kepadaku!
Apa katamu kata si nona, membaliki Apakah kau tidak melihat mata kepadaku"
Setelah berkata demikian, In So Ceng lantas lari kearah beberapa sosok orang yang
sedang lari mendatangi itu.
Pek Kong menyesal dan masgul, ia menggelengkan kepalanya dalam kesangsian
dan bingung. Ia pergi membantu atau pergi berlalu,
Aku lihat kalian berdua sungguh satu pasangan yang setimpal' berkata Ouw Yam
Nio setelah ia menyaksikan gerak-geriknya muda-mudi itu. Dia berkeras. aku rasa dia
tak akan gagal. Nah mari kita pergi!
Pek Kong menurut, tetapi sambi! berjalan, ia berkata. Bicara tentang ilmu silat, ia
memang lebih menang sedikit dari pada aku. Apa yang aku khawatirkan ialah pihak
lawan nanti menggunakan racun..
Aku rasa tak perlu kau berkhawatir, kata pula Yam Nio.
Mereka berlari-lari terus. Tanpa terasa beberapa lie sudah dilalui, Lalu tiba-tiba, di
sebelah depan mereka terdengar ringkik kuda yang keras, segera tampak Ho Tong
mendatangi dengan kudanya yang dikaburkan. Si dungu itu bermata awas, ia lantas
melihat Pek Kong, segera ia berteriak sekeras-kerasnya: Celaka! Nona Honghu beramai
sudah ditawan seorang pendeta luar biasa!
Pek Kong yang mendengar seruan itu, menjadi sangat kaget.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 606
yoza collection Bagaimanakah duduknya perkara itu" tanyanya.
Ho Tong sudah datang dekat, ia menahan kudanya.
Si rahib tua berjanggut merah bersamaku mengantarkan mereka itu pergi ke Pek
Bu Hong untuk mencari kau, ia menerangkan, namun ketika kami berpisah, nyata si
rahib pergi dengan tak kembali dan si nona lenyap tak tentu rimbanya! Mungkin mereka
sudah pada mati.. . Pek Kong heran. Kapankah aku pergi ke Pek Bu Hong" katanya. Baiklah! Sekarang kau bersama
Kakak Yam ini pergi. Bawa suheng Ong Pek Coan ke See Ouw, aku sendiri akan pergi
mencari mereka itu! Nanti kita berkumpul di See Ouw saja.
Lebih baik aku ikut kau pergi ke Pek Bu Hohg, kata Ouw Yam Nio.
Si anak muda menggelengkan kepalanya.
katanya. Kesehatanmu belum
pulih, sedangkan perjalanan ini berbahaya. Baik, kakak turut Ho Tong saja..
Sebenarnya kesehatanku tidak bearti, kata Yam Nio. Disebabkan terlalu lama
dikurung dalam gua, aku menjadi dapat bisul, yang tak mengganggu banyak. Kau jangan
pergi seorang diri, kau tidak punya kawan yang dapat diajak berdamai. bukankah lebih
baik kalau aku bersamamu"
Pek Kong mengetahui bahwa dibandingkan dengan Liu HongLim, Ouw Yam Nio lebih
lietay, namun dipadu dengan Pek Hee beramai dia lebih lemah.
Maka itu, dengan mengajak nona ini untuk pergi menolong ketempat nona itu, akan
tambah berabe. Maka ia menolak, katanya penuh sabar: Memang baiklah kau ikut serta
bersama. namun pikirku lebih baik kakak ikut Ho Tong saja. Ong suheng telah menjadi
gila, dia membutuhkan perawatan dan panjagaan istimewa. Ho Tong sendiri saja pasti
tidak sanggup menjaganya. Berbahaya bilamana Ho Tong pergi berdua saja dengan
suheng. Bagaimana jika terjadi sesuatu ditengah jalan" Jadi perlu sekali kakak
mengantarkannya ke See Ouw. Perihal kepergianku ke Pek Bu Hong, janganlah kakak
khawatirkan. Kalau aku sanggup aku akan gempur lawan, kalau tidak, aku akan
mengundurkan diri. Dengan melihat gelagat, aku percaya aku tidak akan mendapat
susah Mendengar demikian, Ouw Yam Nio tidak berkeras lagi, bahkan ia menyerahkan
pisau mustika yang masih dicekal ditangannya. Katanya: Baiklah, jika demikian halnya!
Nah, kau bawalah pisau ini yang sebenarnya bernama Kim Liong, pedang kecil kuno
Kemelut Kadipaten Bumiraksa 1 Cowok Rasa Apel Karya Noel Solitude Dirty Little Secret 2
^