Pencarian

Pendekar Yang Berbudi 15

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 15


buatan jaman Cun Ciu Liat Kok. Sebenarnya pedang ini adalah pedang Tong Thian Tok
Liong, entah bagaimana sekarang pedang ini berada ditanganmu
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 607
yoza collection Pek Kong menyambutnya. Sejenak ia berpikir. Ia menganggap tak baik ia
memberikan penjelasan tentang pedang itu, maka ia berkata dengan samar-samar:
oleh dari air terjun, tidak kusangka bahwa inilah senjata si hantu
kepala! Ouw Yam Nio teringat kejadian dalam gua tadi. Ia dapat menduga dari mana
didapatkannya pisau itu, namun kini hatinya telah tawar bahkan ia ingin
menyempurnakan jodohnya si anak muda, maka tak mau ia bicara banyak. Segera ia
memberi salam perpisahan, lalu ia pergi bersama Ho Tong dan Pek Coan.
Pek Kong berdiri mengawasi kepergian tiga orang itu, pikirnya bekerja ia dapat
dengan, cepat mengambil keputusan. Maka terus ia lari kembali. Ia mau cari In So Ceng
untuk mengajak nona itu pergi bersama ke Pek Bu Hong. Tepat ia tiba ditempat tadi,
dimana katanya So Ceng mau menghadang musuh, ia justeru menyaksikan sinona lagi
terancam bahaya besar"
Dari balik semak semak terdengar suara ketawa Im Yang Toojin, yang terus berkata:
Bubuk mustajab Thay It le San San akan membuatmu dalam waktu tiga hari mati tanpa
sakit lagi. Namun kau nona cantik, kau manis sekali, maka itu paling sedikit kau harus
lebih dahulu dipaksa menikmati sesuatu yang merupakan kebahagiaanmu.
Pek Kong kaget, ia melompat kearah dari mana suara itu datang. Tepat ia melihat
sirahib tengah hendak merangkul pinggang In So Ceng. Ia menjadi marah bukan buatan,
maka ia membentak sambil lompat menyerang.
Bukan main kagetnya Im Yam Toojin.
Tadi, setelah dilabrak nona Im Yang Toojin bersama-sama Ciauw Bin Siu su, Ho Siu
Chong Liong dan Thian Hud Ciang lari pulang melaporkan mengenai kegagalan mereka
mencegat atau mengejar Pek Kong yang melarikan Ong Yam Nio. Mereka menceritakan
hal mereka dihadang In So Ceng dan mohon keterangan perihal nona gagah itu. Setelah
itu mereka dapat perintah menawan si nona.
Kedua pihak segera bertemu dan Im Yam Toojin, yang tidak berani menggunakan
kekerasan, sudah menggunakan racunnya dan nona In roboh sebagai korban, karena
ia tidak menyangka musuh menggunakan racun berbahaya itu. Si rahib sangat tertarik
pada si nona dan ingin mengganggu nona ttu. Di luar dugaan, justeru ia mau merangkul
si nona, datanglah Pek Kong yang membentak dan menyerangnya. Dengan tak berdaya
imam cabul itu terhajar sehingga terpental satu tombak lebih. Cepat ia merayap bangun
dan menoleh, ia mengenali Pek Kong, kagetnya bukan main, semangatnya bagaikan
terbang. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 608
yoza collection Lari! serunya, dan ia mendahului mengangkat kaki. Ciauw Bin Siu su pun jeri sekali
terhadap Pek Kong. Melihat si anak muda datang, ia kabur tanpa ragu-ragu lagi. Dan
larinya itu disusul dua orang kawan lainnya.
Pek Kong tidak mau mengejar, sebab ia melihat In So Ceng rebah tak berdaya di
tanah. Ia menghampiri nona itu, sambil berjongkok disisinya, ia tanya. 'Bagaimanakah
kak In, apakah kau terluka parah"
Nona itu membuka matanya, begitu ia melihat si anak muda, ia berkata dengan
sengit. Pergilah kau tangkap dahulu rahib jahat itu!
Pek Kong bangkit, hanya untuk melibat bayangan si imam yang bersama ketiga
kawannya, kabur sejauh setengah lie.
Tak dapat mereka disusul.. katanya, menyesal. Lebih baik aku menolong
menyembuh kan luka kakak.
Berkata demikian, si anak muda ini mengurlurkan kedua tangannya. Ia mau
menggunakan ilmu menekan dan mengurut Ayam Emas Mematuk Gabah, atau tibatiba ia cepat-cepat menarik pulang tangannya itu.
Kakak dapatkah kau berjalan" demikian ia bertanya!
In So Ceng mengawasi anak muda itu, ia dapat menduga keragu-raguan orang.
Diamara mereka memang terhalangi pantangan Lan Lie Siu Siu Put Cin, artinya, pria
dan wanita di larang berpegangan tangan. Iapun malu bila tubuhnya diraba-raba si
anak muda, walaupun ia sangat mencintai anak muda itu dan akan merasa sangat
nikmatnya bila orang menyentuhnya. Tentu sekali tak dapat sianak muda mengobatinya
ditempat terbuka itu. Ia senang namun iapun merasa malu. Disamping wajahnya
menjadi semu merah dadu, ia lantas menggertakkan gigi menahan nyeri, mencoba
menggerakkan tubuhnya untuk bangkit berdiri!
Kakak! serunya dan ia roboh pula dengan tubuh terlentang di tanah.
Pek Kong terkejut. Kau, kenapa kakak"! tanyanya, sedangkan matanya mengawasi
si nona. Muka So Ceng merah sekali, matanya dipejamkan. napasnya memburu, namun
setelah itu. ia terus bernapas perlahan-lahan dan akhirnya berdiam saja. Ternyata ia
pingsan. Melihat demikian, Pek Kong tidak ragu-ragu lebih jauh. Nona itu harus segera
ditolong. Ia menggunakan ilmunya Ayam Emas Mematuk Gabah . Lewat beberapa
menit, In So Ceng masih belum siuman. Mula-mula Pek Kong bingung, namun lekas juga
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 609
yoza collection ia teringat bahwa ilmunya hanya dapat menolong orang terluka, tetapi tidak orang
pingsan seperti si nona Segera ia memikirkan daya lainnya.
Apa daya" demikianlah pikirnya. Dapatkah aku menyedot hawanya"
Tengah si anak muda itu ragu-ragu, tiba tiba ia mendengar satu suara bagaikan
mendengung di udara. Celaka! pikirnya. Ia kaget sekali.
Ia menyangka bahwa musuh datang pula. Tetapi ia cepat mengambil keputusan. Ia
sambar tubuh si nona untuk diangkat dan dipondong serta dibawa lari dengan tak
melihat arah dahulu. Ketika itu sudah sore. Sesudah lari sekian lama, Pek Kong mendapatkan dirinya berada ditempat
pegunungan dan rimba, ketika satu kali ia mengawasi wajah si nona. Ia kaget tak
kepalang. Muka itu berubah menjadi merah kehitaman!
Tak dapat tidak, dia harus segera ditolong! pikirnya. Maka ia lari terus mencari
sebuah gua. Disitu ia letakkan si nona ditanah terus ia tempei mulutnya pada mulut
nona itu, ia menarik napas, menyedot bawa dari dalam mulut nona itu.
Itulah ilmu penyedot napas yang dinamakan Un Cie Kip Kie - Menghisap dan
menyedot. Tapi juga percobaan ini tidak memberikan hasil, bahkan keadaan In So Ceng
menjadi lebih parah: Napasnya menjadi semakin lemah dan semakin lemah sampai
hanya tinggal satu-satu kali hembusan . . .
Dalam keadaan bingung, Pek Kang masih dapat mengasah otak, ia tidak segera
putus asa. Maka ia mendapat pul.a satu pikiran lain. Disebelah Un Cie Kip Cie ada pula
ilmu 'Thian Tee Kauw Tay . Langit dan Bumi Saling Membahagiakan. Atau dengan kata
lain hubungan suami isieri .
Dasar celaka! ia berkata menyesal,
Mau atau tidak, si nona harus ditolong, maka juga dengan terpaksa si anak muda
mem berikan pertolongannya. Ia segera menggunakan berbareng kedua ilmunya itu.
Lewat beberapa menit, tampak perubahan pada wajah sinona, tak lagi suram
nampaknya, bahkan lambat laun menjadi merah segar, akan tetapi kemudian pulih
kembali seperti biasa. In So Ceng bagaikan sedang bermimp' manis sekali.
Kak! katanya perlahan, kedua tangannya merangkul erat-erat.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 610
yoza collection EK KONG menduga orang sudah siuman dan sadar, ia segera berkata di
telinga sinona. Kak, kau sudah siuman" Akan tetapi ketika ia mengawasi
muka orang, nona itu masih meram saja dan tubuhnyapun tak bergerak.
Saat-saat masih berlalu sekian lama, selagi sianak muda berpikir keras, nona itu
memperdengarkan suara perlahan, terus membuka matanya. Begitu ia melibat keadaan
dirinya bersama Pek Kong itu, ia meronta sambil berseru: Eh, kau bikin apakah" Namun
belum lagi ia memperoleh jawaban, insaflah ia apa yang telah terjadi, maka ia menangis,
airmatanya bercucuran deras.
Sekian tahun guruku merawat dan mendidik aku, beliau mengatakan bahwa
kutukan asmaraku belum juga habis, sekarang terbuktilah kata-katanya itu. Dengan
keadaan seperti ini, masih ada mukakah aku untuk pulang dan menemui guruku" Dan
kau, apa yang kau dapat bikin atas diriku"
Dan ia menangis terus. Pek Kong menghela napas. Ia nampak letih sekali, seperti kehabisan tenaga. Itulah
sebab ia telah menghamburkan tenaga dalamnya.
Inilah terpaksa, kak, karena aku tak dapat berbuat lain, katanya kemudian, perlahan.
Kau pingsan, jiwamu terancam bahaya. Untuk menolongmu, tiada jalan lain dari pada
yang telah kuperbuat ini. Aku hanya ingin menolongmu, tidak ada maksud jahat padaku.
Kak, sudah terlanjur, aku hanya dapat berjanji bahwa tak nanti aku sia-siakanmu!
In So Ceng melihat keletihan orang, ia percaya keterangan itu. Tiba-tiba ia menangis
pula dan menubruk si anak muda, dirangkulnya erat-erat.
Oh, Pek long! panggilnya, Pek long, adikmu ini tidak memarahi atau menyesalimu.
Hanya, usiaku akan pendek sekali. Si rahib jahanam sudah mengatakan bahwa aku
hanya hidup tiga hari lagi, karena itu, aku khawatir aku nanti menyia-nyiakan cintamu.. .
Pek Kong mengawasi, wajahnya terang. Nyatanya ia girang sekali.
Tiga haripun sudah cukup" katanya. Kau jangan khawatir!
Apa katamu, Pek long" So Ceng bertanya heran.
Masih dapat aku berusaha menolong jiwamu! berkata sianak muda, yang terus
menerangkan bahwa ia memiliki Coa-po.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 611
yoza collection Bagus, bila demikian! kata So Ceng, yang harapannya timbul kembali. Dengan
demikian maka untuk selama-lamanya kita tak akan berpisah! Hanya Pek-long, aku
heran sekali, mengapa sekarang ini, pada detik ini, aku merasa tubuhku sangat segar,
tenaga dalamku sempurna sekali"
Pek Kong pun heran, maka ia berpikir.
Mungkin dalam tubuhku masih ada sisa kekuatan melenyapkan bisa, katanya
kemudian. Paras si nona memerah. Biarpun bagaimana juga, ia toh merasa jangah.
Ah, kau mengoceh saja! katanya.
Tidak, aku tidak bergurau, berkata Pek Kong. Ketahuilah bahwa aku pernah makan
pekbwee- ko. Anak muda ini segera menuturkan peristiwa ia mendapatkan buah mujizat itu.
In So Ceng percaya itu, ia menjadi girang luar biasa.
Kalau benar demikian, terang aku akan sehat seluruhnya! serunya. Dalam
girangnya ia merangkul leher sianak muda dan menciumi pipinya.
Pek Kong malu, akan tetapi ia menyambutnya.
Tengah muda-mudi itu bagaikan lupa daratan, tiba-tiba mereka mendengar suara
ketawa yang dingin, datangnya dari dalam gua itu juga. Maka keduanya terkejut dan
menoleh dengan segera. Muka Pek Kong menjadi merah sekali karena malu. Diantara mereka sudah tambah
seorang lain. Justeru orang yang membuatnya sangat likat. Orang itu adalah Nona Sian
Hui Sim, nona yang besar artinya baginya. Dengan mata bersinar tajam, nona itu berdiri
mengawasi. Iapun berdiri didekatnya sianak muda.
Adik Sian. siapa sudah menghinamu" tanya si anak muda. Ia menyangka nona itu
sedang mendongkol. Hm! si nona memperdengarkan suaranya, sedang wajahnya menandakan ia
penasaran. Jangan kau berlagak pilon!
Segera si nona memutar tubuhnya hendak berjalan pergi.
Pek Kong melompat maju. Sebenarnya bagaimanakah adikku" tanyanya, bermohon. Sungguh aku tidak tahu.
Siapa sudah main gila nadamu" Asal k
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 612
yoza collection hut sinona keras dan sengit.
Pek Kong tercengang, matanya menatap nona itu.
Sudahlah, jangan kau bicara lagi. Sian Hui Sim menambahkan, kemudian menghela
napas. Leng In Ie su sedang membawa sejumlah orang, segera dia akan tiba maka itu
lekas kau bawa orangmu pergi dari sini.
Begitu kakinya menjejak tanah, nona itu melompat pergi terus berlari-lari.
Pek Kong terperanjat mengawasi kepergian orang yang segera merupakan titik
bayangan diantara sinar rembulan dan binatang-binatang untuk kemudian lenyap
dengan cepat. Sebaliknya, sebagai gantinya ia melihat sejumlah titik hitam mendatangi
dengan semakin membesar, maka begitu ia sadar, lantas ia pondong In So Ceng terus
dipanggul dan dibawa lari.
Berapa lama ia sudah lari terusan Pek Kong tidak mengetahui hanya saja ia baru
memperlambat larinya setelah ia melihat sang fajar tiba. In So Ceng yang merasa
lukanya tidak berbahaya lagi, lantas berkata Pek long. kau turunkan aku! Aku dapat
berjalan sendiri. Kaupun perlu beristirahat.
Pek Kong menurunkan sinona, ia memeriksa nadinya, ia mendapat kenyataan
bahwa rona itu belum bebas seluruhnya dari sisa racun, hanya sudah tidak berbahaya
lagi. Baiklah, katanya, asalkan kau berhati- hati menjaga diri.
Segera mereka berjalan sambil berpegangan tangan, sampai mereka memasuki
sebuah dusun! Mereka mengisi perut disebuah rumah makan, sesudah itu, setelah
menanya-nanya orang arah puncak Pek Bu Hong, mereka melanjutkan perjalanan
mereka. So Ceng senang sekali dengan perjalanannya ini, ia merasakan sangat manis.
Pek long, katanya sembari jalan, Ingatkah kau peristiwa itu hari ketika kita berdua
bertempur mati-matian" Andaikata ketika itu guruku tidak tiba disaat yang tepat,
mungkin salah satu dari kita akan terluka atau binasa. Mana kita akan menghadapi
saat menggembirakan sebagai hari ini. Mungkin inilah hutang asmara dari limaratus
tahun yang lalu dan entahlah, siapa yang sebenarnya berutang.. .
Pek Kong tertawa mendengar si sona menimbulkan soal peristiwa yang mereka
alami itu. Bukankah gurumu itu Ceng Khong Sin Nie" Tanyanya.
In So Ceng mengangguk. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 613
yoza collection Bukan main girangnya Pek Kong hingga ia keterlepasan berkata: Bersyukur kepada
Langit dan Bumi! Bukankah kau mempunyai seorang sumoay"
Sumoay ialah adik perempuan seperguruan.
In So Ceng heran atas kelakuan Pek Kong.
Ah, kau bagaikan orang otak miring. katanya. Kalau aku mempunyai seorang adik
seperguruan, ada apakah sangkut-pautnya itu dengan kau"
Pek Kong melengak, lantas dia tertawa.
Bubankah sumoaymu itu bernama Siauw Couw Kun" ia sebaliknya bertanya.
So Ceng menjadi terlebih heran pula.
Bukan main lega hatinya Pek Kong. Si adik Couw Kun yang tak dapat ia lupakan
siang maupun malam, yang telah keselamatan dirinya sangat dikhawatirkan, ternyata
tidak kurang suatu apa, bahkan dia itu telah menjadi muridnya seorang guru yang
liehay. Dari ancaman malapetaka, Nona Siauw menjadi memperoleh keberuntungan dan
kebahagiaan. Saking girang, ia teriawa lebar. Tapi, ingat pada Couw Kun, ia lantas
teringat pamannya yang mati celaka. Mendadak timbul rasa sedihnya, maka sehabis
tertawa, ia terus mengucurkan air mata.. .
Kembali In So Ceng menjadi heran hingga dengan roman bingung ia mengawasi
pemuda tampan dan gagah itu, yang tingkah polanya menjad.i tidak keruan sebentar
girang, sebentar sedih. Iapun menjadi berpikir, dan mengingat sesuatu, hingga ia
menjadi melengak " Bukankah Pek Kong ini adalah si pemuda yang adik seperguruanku ingat selalu"
ekarang, diluar kehendakku, aku telah rampas kekasihnya itu.
Bagaimana aku harus menjelaskannya"
Nona Ie menjadi bingung. Iapun ingat bagaimana keragusaat nona tersebut hendak memberikan sumpahnya.
Tapi tidak dapat ia berdiam lama-lama.
Sudahlah, jangan berlagak edan!' katanya kemudian. Sebenarnya ada hubungan
apa antara kau dan adik Couw Kun itu" Kau bicaralah supaya kita dapat bicara terlebih
jauh tentang dia! Pek Kong tidak berkeberatan memberikan keterangannya dengan jelas, setelah
mana ia ia menambahkan: Adikku itu telah menjadi murid gurumu, aku girang bukan
kepalang, itulah sebabnya, saking girang aku berbalik menjadi terharu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 614
yoza collection Lega juga hatinya So Ceng. Menurut keterangannya Pek Kong ini, Pek Kong dan
Cauw Kun adaiah sahabat-sahabat dari sesama kecil hingga pergaulannya jadi sangat
erat, tetapi sampai begitu jauh, keduanya belum mengikat janji akan bersatu padu
sebagai suami isteri. Akhirnya ia tertawa dan berkata: Syukurlah bahwa sampai
sebegitu jauh kau belum ketahui dimana beradanya adikmu itu, kalau tidak ada
kemungkinan kau membuatnya celaka! Pek Kong heran.
Kenapa begitu adikku"
Itulah sebabnya, diwaktu dia mau belajar silat, adikku harus berjarnji buat suhu
waktu tertentu tak boleh ingat lain-lain hal kecuali memusatkan perhatiannya kepada
pelajarannya, agar dia tak tersesat, So Ceng menerangkan. Kalau perhatiannya


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpencar kepada lain-lain hal, latihannya akan gagal dan tubuhnya pun bakal celaka,
Pek Kong girang dan bersyukur. Hanya sejenak, ia menghela napas. Kembali ia
terharu akan peruntungannya adik itu, yang sebegitu jauh telah hidup menderita.
Sekarang dik, tanyanya kemudian, Dapatkah kau menerangkan padaku maksud
dari perjalananmu ke Selatan ini" Adakah itu mengenai sesuatu tugas"
In So Geng mau memberikan keterangannya, maka itu Pek Kong jadi mengetahui
halnya Ceng Khong Sia Nie gusar sekali atas sepak terjangnya Thian Liong Pang yang
sudah menculik Tok Kak Yang Cun dan mencelakai rajawali Kim Cie Tay Peng. Karena
itu, bhikshuni itu sudah memerintahkan Tiat Tat Kong Kek pergi ke Selatan untuk
menyelidiki gerak-gerik Tong Thian Tok Liong, dan ia dikirim untuk menyambut atau
membantu Tiat Tan Kong Kek apabila perlu.
Set e a h di Ouwkorg, So Ceng lantas bertemu dengan Tiat Tan Kong Kek, yang
sedang menuju ke Utara. Berhubung hal Pek Kong mungkin sudah menyerbu Kiu Kiong
San dari itu ia menyusul dengan cepat. Maka, kebetulan sekali mereka telah ketemu
ditengah jalan, Hrgga sekarang berkemdahan mereka menjadi tuami isten karena
perbuatannya Im Yang ! oojtn.
Perjalanan Pek Kong dan So Ceng dilanjutkan terus. Ditengah jalan mereka gembira
sekali. Lebih-lebih sebab tujuan mereka sama. Tanpa sebab, mereka suka saling melirik
dan bersenyum. Mereka sangat erat dan bebas.
Demikianlah diwaktu pagi dihari kedua, mereka sudah tiba di kaki Pek Bu Hong
puncak Halimun Putih. Disini mereka lantas merundingkan siasat menolong Pek Hee
beramai secara diam-diam.
Tindakan pertama yang paling penting ialah mereka memikirkan jalan untuk
mendaki puncak. Mereka mendapat kesulitan sebab puncak itu setiap saat tertutup
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 615
yoza collection halimun atau uap putih, uap yang mendapatkan namanya itu Pek Bu. Selain beruap,
dinding gunung pun curam dan licin.
Bagaimana mereka dapat mendakinya" Sebagai orang asing mereka tidak
mengenal puncak itu, tidak tahu keadaan di sekitarnya. Tegasnya mereka tidak tahu
jalannya. Pek Kong berpikir keras, ia nampak masgul. Adakah jalan rahasia disitu" So Ceng
pun berpikir, bahkan matanya selalu memandangi dinding gunung.
Pek long! katanya kemudian tiba-tiba.
Kau lihat itu! Tak dapatkah kita mendaki dari situ" Si nona menunjuk kesuatu arah,
kemana si anak muda lantas memandang, Hingga ia mendapat lihat satu bagian gunung
yang mirip sepotong tanah renggang yang sangat kecil yang menjulang keatas. Disitu
batu karang bagaikan dipisah dua, lebarnya cuma tiga kaki, hingga tangan, atau kaki
orang dapat dipentang untuk mendaki itu. Dari arah itu terdengar suara seperti air
menetes jatuh tak hentinya.
Pek Kong terus mengawasi, otaknya bekerja.
Nampaknya dapat kita naik dari sana, katanya kemudian, Hanya dikhwatirkan
disana terdapat banyak binatang atau serangga berbisa. Baik aku yang naik terlebih
dahulu, jikalau tidak ada rintangan apa-apa baru kau menyusul adikku!
Kalau mau naik, mari kita naik bersama! berkata So Ceng.
siap belakangan! Pek Kong bersenyum. Lupakah kau bahwa aku kebal akan pelbagai bisa" katanya. Karena itu terlebih
baik kalau aku yang mencoba dulu!
So Ceng mengawasi pacarnya itu, ia bersenyum. Ia merasakan hatinya bermadu.
Nyata si anak muda sangat menyayangnya. Kalau begitu, baiklah kau naik lebih dulu!
katanya. Mereka jalan menuju sampai ditempat yang renggang itu. Pek Kong lantas
mulai mendaki. Ia mementang tangan dan kakinya. Mula-mula ia melapai dengan
perlahan-lahan, ia mendaki terus karena sampai sebegitu jauh tidak terdapat rintangan
apa-apa. Sesudah naik sejauh enampuluh tombak Pek Kong dapatkan bagian yang renggang
itu menjadi lebih lebar, sehingga selanjutnya tak dapat ia mementang tangan dan
kakinya guna memegang, meraba atau menginjakkan kaki. Sebaliknya, dikirinya ia
mendapatkan mulut sebuah gua lebar enam kaki,
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 616
yoza collection Ia melongok kedalamnya. Dengan lantas ia kena menyedot hawa yang merupakan
uap hitam, yang membuat kepalanya pusing. Maka itu, ia lantas mengawasi tajam.
Kiranya itulah dua ekor kelabang atau lipan besar, yang menyemburkan hawa dari
mulutnya, hawa mana menyerupai uap hitam.
Dia akan dapat turut mendaki puncak.
Hanya berpikir sejenak, anak muda ini lantas menghunus Kim Liong Kiam, pedang
emasnya, pedang pendek yang mirip pisau belati itu, terus ia maju, setindak demi
setindak, menghampiri sepasang kelabang raksasa.
Melihat ada orang datang, binatang itu mementang matanya lebar-lebar, selekasnya
orang datang cukup dekat, mendadak mereka mementang mulutnya untuk terus
menyerang dengan semburan seperti uap tadi. Dua gulung asap terus berhamburan ke
arah sianak muda, hingga tampak tinggal sinar matanya kedua binatang berbisa itu
yang mencorong tajam! Pek Kong berkelit dengan memendakkan tubuh menghindari uap beracun itu,
kemudian sambil bangun ia menabas lipan yang sebelah kanan.
Habis menabas itu, sianak muda heran. Ke dua lipan itu sangat awas dan gesit,
melihat datangnya serangan, mereka lantas berkelit, sehingga lolos dari ancaman
bahaya itu, Gerak badannya sedemikian lincahnya membuat pedang yang tajam itu
untuk sementara tidak memperoleh hasil apa-apa.
Kedua lipan ini berani dan galak luar biasa, lantas keduanya merangsak, lompat
menerkam untuk menggigit.
Pek Kong menjadi panas hati. Ia mengulur tangan kirinya, menyambar mencekal
seekor yang disebelah kiri, tetapi binatang itu yang rupanya merasa nyeri, sudah lantas
mengeluarkan liur racunnya. Maka kontan sianak muda merasakan tangannya nyeri.
Justeru itu, lipan yang lainnya sudah menerkam bahu dan menggigitnya!
Dalam sibuknya, Pek Kong membacok lipan yang kedua ini. Sekali ini ia berhasil
sebab binatang itu tengah menggigit dan tidak berkelit. Pedang yang tajam membuat
tubuh binatang itu terbatas menjadi dua potong dan nyawanya terbang melayang!
Tetapi racunnya menyerang tubuh si anak muda hebat sekali. Anak muda itu pusing
kepala dan tanpa tertahankan lagi, ia terhuyung dan roboh pingsan. Kemudian, ketika
siuman, ia mendengar suara tangisan sedih disisinya Ia lekas-lekas membuka matanya,
hingga ia merasa tubuhnya berada di dalam pelukan kekasihnya.
Eh, adik" tanyanya heran, Kenapa kau menangis"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 617
yoza collection So Ceng sebaliknya menjadi girang tak terkirakan melihat kekasihnya tak kurang
suatu apa. Air matanya berhenti mengucur dengan segera. Tanpa memikir pula ia
mencium punggung si anak muda.
Pek Kong memejamkan matanya, untuk berpikir. Ia ingat kejadian tadi, selagi ia
menempur binatang lipan. Lantas ia meraba bahunya.
Oh! serunya perlahan. Oh, kiranya kau yang menolong aku, dik! Dan lantas ia
merangkul sinona, yang tubuhnya tertarik keras hingga keduanya roboh bergulingan.
Eh, eh, sudah gilakah kau" tegur si nona, malu tetapi girang, lalu ia berpura-pura
marah. Bagaimana, kau hendak terus mendaki puncak atau tidak"
Pek Kong mencium pula, baru dia menjemput pedangnya. Baru ia memutar tubuh
buat keluar dari gua itu, sekonyong-konyong ia melihat sesuatu yang bercahaya terang
di kaki dinding belakang, dari manapun lantas terasa suatu macam bau harum. Dikaki
dinding itu tampak semacam pohon mirip anggrek, yang berbuah warna putih sebesar
cangkir kecil. Warna putih itu yang mendatangkan cahaya itu.
So Ceng heran melihat kekasih itu berdiam saja mengawasi kekaki dinding, hingga
iapun dapat melihat pohon itu, bahkan nampaknya ia lebih heran dari pada sianak
muda. Katanya: Aneh pohon itu! Tadi aku libat pohon itu tanpa buah, aneh sekarang dia
berbuah ". Oh, apakah itu buah dewa"
Pek Kong tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menghampiri pohon itu, terus ia petik
buahnya. Bagian bawah buah itu berwarna merah api, bersinar memain, kulitnya keras
sekali. Buah itu mirip sebutir mutiara. Ia tertawa. Buah ini pasti ada khasiatnya! kata
ia pada nona In. Kau simpanlah!
Ah! sinona memperdengarkan suaranya. Punyaku toh punyamu juga! Kau saja
yang menyimpannya! Pek Kong tidak mendesak. Ia memasukkan buah itu kedalam sakunya. Kemudian
dengan jalan berendeng mereka keluar dari dalam gua. Mereka mengambil mulut gua
yang lainnya. Ada dua mulut gua disitu.
Maka sekarang, didepannya mereka dapatkan sebuah jurang atau lembah, yang
penuh pepohonan. Diantara pepohon itu terdapat tanah berumput tebal. Jadi, untuk turun
ke bawahnya mereka dapat berlompat turun. Untuk naik keataspun mereka dapat
menggunakan dahan-dahan pohon sebagai alat penghubung.
Pek Kong turun lebih dahulu, baru si nona.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 618
yoza collection Setibanya didalam rimba, Pek Kong melihat bebepapa ujung payon rumah, maka
tidak ayal lagi mereka berjalan menghampiri rumah itu, yang ternyata sebuah rumah
berhala. Sepi saja rumah suci itu, tak terdengar suara orang, tak terlihat gerak-gerik apa
juga. Adik, kau tunggu diluar sini, kata Pek Kong pada So Ceng, yang berdiri merapat
dengannya. Aku mau masuk guna melihat lihat dahulu.
Kau berhati-hatilah! pesannya.
Pek Kong mencium pula nona itu, ia tertawa, lantas ia berlompat naik keatas tembok
pekarangan untuk terus loncat turun kesebelah dalam dimana terdapat gununggunungan. Di. balik gunung itu ia menyembunyikan diri.
Belum lama maka tampaklah seorang pendeta bertubuh gemuk berjalan separuh
terhuyung-huyung karena mabuk arak dengan tangannya berpegangan rapat dengan
seorang wanita muda yang dandanannya perlente. Mereka muncul dari pintu model
rembulan sebelah kiri untuk memasuki pekarang, atau taman belakang.
Sembari berjalan sinyonya muda tertawa dan kata: Kau keledai gundul pandai
sekali membawa dirimu. Baru menenggak dua cangkir arak, lantas kau mendustai aku.
Bagaimana kalau nanti kau dipergoki sikepala gundul tua itu" Kau masih menyayangi
batok kepala, mu atau tidak"
Si pendeta terokmok menepuk-nepuk pinggulnya si nyonya muda.
Apa yang harus dibuat takut" katanya, tertawa pula. Setiap hari dia menukar yang
baru dan segar, dan aku mesti selalu membantu dia . . .
Melihat dan mendengar sampai disitu, tahu sudah Pek Kong bahwa para pendeta
dari rumah berhala itu adalah orang-orang suci palsu, maka mengertilah ia bagaimana
harus bertindak. Justeru dua orang itu lewat didekatnya, mendadak ia berlompat keluar
sambil terus menyerang si pendeta,
Aduh! pendeta itu menjerit, terus tubuhnya terguling roboh!
Nyonya muda itu kaget dan ketakutan, dengan tubuh bergemetar ia lantas berlutut
meminta-minta ampun. Pek Kong tidak ingin orang membuat berisik, maka ia lantas mengancam: Jangan
bersuara atau aku akan lantas ambil jiwa anjingmu. Jawablah pertanyaanku, jangan
berdusta! Disini ada seorang imam tua berjanggut merah serra tiga atau empat orang
nona-nona, dimanakah mereka itu dikurungnya"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 619
yoza collection Nyooya itu mencoba menetapkan hatinya, matanya melirik si anak muda. Melihat
orang tampan dan tidak bengis, lantas dia tertawa!
Anak muda", katanya. disini tidak ada imam, ada juga nona-nona atau perempuan
muda yang tak sedikit jumlahnya! Kau hendak menanyakan yang mana"
Dua orang nona mengenakan pakaian serba putih dan dua lagi mengenakan
pakaian warna merah seluruhnya, terangkan Pek Kong. Merekapun membekal senjata
tajam . . . . Oh si nyonya berseru tertahan, sedang matanya memain secara centil genit:
Orang muda, baik kau matikan saja hatimu! Empat perempuan yang hina dina itu adalah
orang-orang yang dipenujui oleh Hoat su kami, mereka disekap didalam kamar rahasia
buat nanti Hoat su pelesir senang-senang dengan mereka itu . .
Pek Kong tidak puas. Wanita ini sangat genit.
Dimana letaknya kamar rahasia itu" tanyanya bengis.
Nyonya itu kaget tetapi cuma sebentar, terus dia tertawa pula. Tak tahu aku dimana
adanya kamar rahasia itu, sahutnya.
u suka berbaik denganku, umpamanya aku mengambil kau sebagai
saudaraku, mungkin dapat aku mengajak kau pergi mencarinya . .
Tak dapat Pek Kong menguasai diri lagi, dalam gusarnya ia mendupak wanita busuk
itu hingga roboh binasa seketika, sesudah mana ia berjalan kepintu model rembulan itu
dan memasukinya, segera telinganya mendengar lapat-lapat suara ketawa yang ramai,
ia maju terus sampai di sebuah ruang dimana ia mendapati tiga pasang pria wanita
tengah berpelesiran lupa daratan, kelakuannya tak sedap dipandang . . .
Mungkin mereka itu pandai silat, baik aku tidak ganggu mereka, pikir Pek Kong
setelah mengawasi sekian lama. Ia lantas meninggalkan ketiga pendeta beserta gulagulanya itu, untuk mengintai kamar yang lainnya.
Seorang yang bertubuh besar dan berewokan justeru terdengar berkata sambil
tertawa nyaring: Keempat nona-nona itu sungguh cantik! Pantas diwaktu bapak guru
memerintahkan aku bersama sutee dan liok sumoay pergi menculiknya, kami dipesan
wanita-wanita untuk jangan melukai mereka itu.
Semula aku menyangka mereka itu bukan sembarang orang dan bapak guru
mengkhawatirkan kita gagal, sekarang baharu aku tahu bahwa bapak guru hanya
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 620
yoza collection menyayangi paras elok mereka! Sebenarnya bapak guru menikmati kepelesiran dengan
mereka itu! Didalam kamar itu ada sebuah pembaringan diatas itu berduduk seorang wanita
dengan pakaian serba hitam. Dia tertawa dan kata: Ah, sam suheng, coba kau ketahui
terlebih dahulu maksudnya guru kita, bukankah ada kemungkinan kau yang nanti
mendahului bersenang-senang dengan nona-nona itu" Habis kau, baharulah bapak
guru, bukankah" Disebelah kiri mereka itu terdapat seorang wanita yang mukanya jelek, dia tertawa
den turut bicara. Katanya: Ah, bocah, nyata kau telah tergerak hati! Lihat, bagaimana
kalau nanti tiba saatnya yang bapak guru bersenang-senang denganmu!
Hm! kata si wanita yang berbaju hitam; Dalam hal itu tidak ada yang aneh!
Bukankah Su suci telah mengajarkannya!
Su suci ialah kakak seperguruan wanita yang keempat.
Mendengar kata-kata itu, ramailah tawa orang didalam kamar itu.
Masih adi seorang pendeta bertubuh tinggi besar didalam kamar itu, sekarang
terdengar dia berkata: Cit-sutee, ketika kau pulang, apa perintahnya bapak guru
kepadamu"' Seorang pemuda yang duduk di kursi terakhir melirik ke jendela, lalu dia menjawab
dengan perlahan: Aku telah dipesan baik-baik menjaga keempat nona itu, juga supaya
aku menjaga agar sirahib berjanggut merah tidak mati kelaparan! Anak kunci dari
beberapa kamar rahasia itu aku diperintahkan membawanya untuk disampaikan
kepada toa-suheng . Dia berbangkit dan terus menyerahkan anak kunci itu dialah yang
disebut cit sutee. Kakak tertua itu menyambuti anak kunci itu, dia berdiam sebentar, baru dia berkata:
Kalian jangan pergi kemana-mata. Aku hendak melongok sebentar, segera aku akan
kembali! Si wanita, yang berada disebelah pendeta tinggi besar itu, lantas berkata keras pada
si toa suheng itu: -hatilah kau! Jikalau kau berani menyeleweng, awas akan aku
adukan kau kepada bapak guru!
Pendeta itu tertawa berulang kali, terus dia mencium pipinya wanita itu. Jangan
khawatir!' katanya sambil terus berlalu pergi.
Pek Kong berdiam saja di tempatnya bersembunyi, tahulah ia yang saatnya buat
turun tangan akan segera sampai, maka itu seberlalunya pendeta itu, ia lantas
menguntit. Ia berlaku waspada agar orang yang dikuntit tak mengetahuinya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 621
yoza collection Pendeta itu pergi ke pendopo besar, dari kolong meja pemujaan dia memasuki
sebuah pintu rahasia, pintu dari ruang di dalam tanah. Lorong didalam itu menuju ke
sebuah ruang yang besar. Gambar itu disingkap, maka disitu terlihat sebuah pintu
kamar. Dengan sebuah anak kunci, pendeta tinggi besar itu membuka pintu kamar. Dengan
terpentangnya kedua daun pintu itu, di dalamnya terlihat Honghu Pek Hee berempat
sedang rebah diatas sebuah pembaringan
Pek Kong tidak dapat menahan sabar lagi. Belum lagi si pendeta melangkah masuk,
ia sudah lompat menyerang.
Pendeta itu masih agak sinting tetapi dia lihay, dia mendapat tahu ada yang
menyerangnya, dengan sebat dia memutar tubuh sambil tangan kirinya menangkis
serangan, maka dia bebas dari serangan itu. Tapi Pek Kong berlaku sebat luar biasa.
Ketika tangannya di tangkis, ia memutar pergelangan tangannya itu terus menangkap
tangan orang, dan di.cekalnya keras sekali!
Katakan padaku dimana ditahannya rahib berjanggut merah itu" demikian
tanyanya bengis, sedangkan cekalannya bagaikan jepitan besi, sampai sipendeta tak


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat berkutik. " Tapi dia cuma kaget, dia tidak takut, setelah mendapat kenyataan
musuh seorang pemuda usia delapan atau sembilan belas tahun, dia menjadi heran,
lalu dengan paksaan tertawa dia tanya: Oh, siecu, kalau kau datang untuk sirahib
berjenggot merah, buat apa kau datang-datang menyerang aku"
Pek Kong tidak senang bahwa orang mengalihkan perjalanannya.
Masih kau tidak mau lekas bicara! bentak.nya, cekalannya diperkeras.
Aduh! sipendeta berkaok kesakitan, terus kedua kakinya lemas, hingga dia lantas
jatuh bertekuk lutut, sedangkan otot-otot didahinya pada menonjol dan warnanya
matang biru. Walaupun dia sangat menderita namun dia menggertak gigi menahan
nyeri. Dengan begitu dia membandel tak mau bicara. Hong hu Pek Hee berempat sudah
lantas melihat kepada Pek Kong. Mereka rebah tak dapat bergerak karena sudah ditotok,
tetapi pikiran mereka sadar. Mereka girang melihat anak muda itu.
Pek long! In Tong membuka mulutnya. Kau gunakan ilmu Hun Kin Co Kut, pasti dia
mau bicara. Itulah tak perlu! menjawab Pek Kong yang sebaliknya terus menotok jantung orang
hingga si pendeta roboh dengan jiwanya terbang melayang, sesudah mana ia
merampas semuanya anak kunci, lalu ia membebaskan nona-nona itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 622
yoza collection Tak mau sianak muda menyia-nyiakan waktu. Ia mencari Auwyang Kian, yang
diketemukan disebuah kamar rahasia lainnya setelah ia menyingkap sebuah gambar
lukisan di tembok yang sebelah. Ketika itu si rahib sedang duduk dengan kepala tunduk.
Auwyang Too-heng, apakah kau terluka"' tanya Pek Kong.
Rahib itu mengangkat kepalanya, ia melihat si anak muda. Ia tertawa sedih.
'Aku tidak terluka tetapi aku letih sekali, sahutnya. Sudah beberapa hari aku tidak
di Tiba-tiba In Tong tertawa.
'Mari dahar disana! katanya, jenaka. Terus ia lari kekamarnya tadi. Ia memang
masih mempunyai barang makanan sebab mereka mendapat makanan cukup.
Rahib itu tertawa, hatinya terbuka.
Tunggu tootiang, berkata Pek Kong, periu aku membantu mengembalikan tenaga
tootiang! Pemuda itu lantas menekan rahib itu pada jalan darah lengtay, dengan jalan
itu ia menyalurkan tenaganya. Auwyang Kian merasa hawa hangat tersalurkan masuk
kedalam tubuhnya. Hanya beberapa derik dia sudah dapat berlompat bangun!
dia tertawa. Sekarang, meskipun aku tidak dahar lagi, tenagaku sudah
pulih hingga pasti aku akan sanggup menempur si pendeta siluman sebanyak tiga
puluh jurus! Tetapi, siauwhiap, ia menambahkan, untuk bertanya, Kau dapat masuk
kemari, apakah tadi siauwhiap tidak ketemu pendeta siluman itu"
Pendeta siluman itu tidak ada didalam kuilnya, sahut Pek Kong. Disini cuma ada
beberapa anjing laki-laki dan perempuan yang menjadi murid-muridnya yang menjaga
kuil. Kalau begitu, mari kita lekas pergi! kata Auwyang Kian.
Mari! mengajak Pek Kong, yang lantas berjalan keluar.
Tepat mereka tiba diambang pintu luar, Pek Kong telah mendengar tawa dingin dari
seorang wanita, yang berkata dengan ancamannya: Nonamu akan membuatmu mati
puas. He Ia menjadi kaget. Ia lantas ingat kepada In So
Ceng. Maka melesatlah ia keluar, hingga sempat ia menyaksikan So Ceng sudah rebah
di tanah dalam keadaan pingsan dan seorang nyonya muda yang dandanannya sangat
perlente dan reboh tengah mengangkat lengannya akan menghajar nona itu!
Setan al pemuda kita menmbentak sambil ia lompat lebih jauh kepada nyonya
muda itu seraya kedua tangannya ditolakkan keras sekali untuk menyerang.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 623
yoza collection Nyonya itu merobohkan In So Ceng dengan bokongan serangan tipu silat Liap Hun
Ciang Membetot Nyawa setelah itu dia hendak membinasakannya dengan
memperdengarkan ejekan, namun dia menjadi kaget, dan karena tiba-tiba terdengar
bentakannya Pek Kong yang mendadak datang, hingga tanpa disengaja dia menahan
serangannya, sedangkan tubutmya terus berlompat mundur, hingga dia lolos dari
serangan itu. Selekasnya nyonya itu melihat si anak muda, yang demikian tampan dan gagah
sikapnya, dia menjadi tertarik. Dengan muka terang, dia lantas menanya: Eh, kakak kecil,
kenapa kau merintangi aku turun tangan"
Pek Kong mengawasi tajam. Bersama nyonya itu berada juga si pria berewokan
yang tadi berpesta pora bersama si wanita jelek dan muda-mudi, iapun berdiri di
belakangnya nyonya itu. Ia sebal melihat mereka itu.
Minggir! bentaknya. Kembali ia menyerang kali ini dengan sebelah tangan.
Nyonya muda itu berkelit kesisi, dia tertawa manis dan kata: Kakak kecil, jangan
kau tak tahu diri! Jikalau bukannya aku ingin menemani kau bersenang-senang, segera
juga aku hajar kau dengan Liap Hun Ciang, tangan mautku!
Pek Kong mengawasi tajam pada nyonya itu, terutama pada In So Ceng, yang tetap
rebah diam. Ketika ia melihat tibanya Auwyang Kian beramai yang menyusulnya, ia
berkata nyaring; Kakak Hee, lekas tolongi nona itu dengan Coa-po! Dia terkena racun!
Terus ia lompat kepada sinyonya muda yang centil itu. Katanya bengis: Tuan mudamu
hari ini akan membuat darahmu berhamburan disini!
Sinyonya melihat suasana menegang, dengan satu isyarat ia membuat orang-orang
dibelakangnya lantas mengambil kedudukan mengepung sianak muda. Merekapun
lantas menghunus senjatanya masing-masing.
Mana kakak seperguruanku" dia tanya Pek Kong, matanya mengawasi tajam,
suaranya keras. Dia maksudkan si pendeta yang tadi membawa kunci.
Telah kubunuh mati! sahut Pek Kong, tertawa dingin. Kau juga segera akan
menyusul dia! Nyonya itu tertawa pula, lalu mendadak wajahnya menjadi suram.
Bagus! serunya kemudian. Hari ini aku dapat turun tangan dengan ada alasannya!
Kalau akupun sekalian membinasakan beberapa anjing-anjing betina itu, tak nanti bapak
guru menyesali aku! Kata-kata itu ditutup dengan diajukannya sepasang tangannya, yang telapakannya
hitam sebab dia segera menggunai ilmunya pukulan Tangan Membetot Nyawa. Kedua
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 624
yoza collection tangan itu diajukan, ditarik dan diajukan pula, lantas menghembuslah anginnya,
membawa semacam uap hitam yang berbau hanyir sekali.
Pek Kong terkejut. Ia menduga itulah tangan beracun. Segera ia menyampok
berulang-ulang, sedangkan kepada nona-nona kawannya ia menyerukan: Lekas kalian
berkumpul menjadi satu! Iapun melompat kehadapan mereka, dan lagi-lagi
menyampok terus menerus membuyarkan dan memusnahkan uap itu.
Sesaat kemud'an, ketika uap sudah buyar dan lenyap sinyoayapun lenyap
bersamanya. Pek Kong heran, ia mengawasi dengan tajam. Tiba-tiba ia mendengar suara pedang
menyambar, terus terasa dingin pada iganya. Maka ia maju kedepan, untuk terus
memutar tubuh dan menangkis, dan lebih jauh membalas menyerang!
Ketika itu tampak Honghu Pek Hee serta lain lainnya seperti orang-orang yang
terkena racun, sedangkan In So Ceng tetap rebah tanpa sadarkan diri.
Lalu terjadi hal yang menyebalkan anak muda itu. Ia sudah dihadang dua orang
musuh yang berpakaian serba hitam serta si pria berewokan, sedangkan si nyonya
cantik bersama dua orang waniia bermuka buruk sudah melompat kearah rombongan
Pek Hee. Mengertilah Pek Kong akan bahaya yang mengancamnya, terutama sebab musuh
menggunakan uap hitam yang beracun itu. Karena itu ia harus berlaku bengis dan
cepat. Musuh pun sudah turun tangan.
Luar biasa cepatnya, anak muda kita sudah menghunus Kim Liong Kiam, sambil
berseru ia menangkis serangan si berewok, menyusul mana ia lompat kepada sinyonya
centil menyerang dengan satu luncuran tangan kiri dan menyampok terhuyung siwajah
buruk disisinya. Si centil kaget! Ia justeru mau merobohkan Pek Hee serta lain-lainnya. Ia merasakan
hembusan angin dingin, pertanda dari datangnya serangan. Maka ia menjejakkaan
kakinya di tanah, untuk lompat mengapungkan diri tinggi satu tombak, terus jungkir
balik, maka jaga segera ia dapat melihat pedang tajam di tangan sianak muda. Tahan!
teriaknya, mencegah sianak muda maju. Ia sendiri menghembuskan terus uap putih,
akibatnya uap hitam yang disemburkan kepada rombongan Pek Hee buyar dalam
sekejap. Segera setelah itu sadarlah Pek Hee sekalian.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 625
yoza collection Pek Kong melompat kepadanya, untuk berdiri disisinya, kemudian ia berpaling
kepada si nyonya serta mengawasinya. Ia heran atas atas kelakuan aneh wanita itu,
yang menyerang dengan uap hitam, ialu mempunahkannya dengan uap putihnya.
Nyonya itu mengawasi anak muda kita. Agaknya ia heran.
Eh, kakak kecil! tanya, Apakah guruku itu telah memerintahkan kau datang kesini
untuk mengambil semua orang tawanan ini"
Pek Kong mengetahui bahwa dalam hal ini telah terjadi salah paham namun ia
tidak mau menghiraukan itu, ia hanya menggunakan waktu yang baik ini.
Sudah kau ketahui, untuk apa kau tanya la
Nyonya itu mengawasi, mulutnya kemak-kemik, sehingga terdengar suaranya: Kim
Liong Kiam adalah pedang yang dijadikan barang pertanda dengan guruku, tidak
seharusnya ini adalah senjata palsu.. . Kemudian dengan roman marah, ia menatapi
anak muda itu serta berkata dengan bengis. Kalau kau datang kesini untuk mengambil
orang-orang tawanan, apa kau lancang memasuki kamar rahasia dan juga telah turun
tangan mencelakai orang-orang disini"
Pek Kong tertawa dalam hati. Terang sudah nyonya itu keliru menganggap atau
menduga, sebab dia melihat Kim Liong Kiam ditangannya. Hanyalah ia kurang mengerti
akan duduknya hal, ia tak tahu janji diantara Tong Thian Tok Liong dan Hong Hwee
Hoat-su. Karenanya, tak dapat menjawab pertanyaan si nyonya.
Justeru itu Auw Yang Toojin lalu tertawa nyaring dan berkata: Kalau bukan kakak
seperguruanmu sengaja hendak menyusahkan kami, mustahil terjadi salah paham ini"
Alis si nyonya berkerut. Celaka! katanya.
Ia berpikir sejenak, terus ia berkata kepada Pek Kong. Kalau kau menipu aku, awas
jiwa semutmu! Kemudian sambil menoleh pada kawan-kawannya, ia mengajak : Mari!
Ia pun mendahului melompati tembok untuk berlalu.
Auwyang Kian menghela napas lega menyaksikan berlalunya nyonya centil itu.
Inilah ia tidak sangka. Semula ia menerka, rombongannya pasti bakal menghadapi
bahaya, sebab nyonya itu liehay asap hitamnya.
Pek Kong sebaliknya tidak mau menyia-nyiakan waktu. Ia minta Coa-po dari-Pek
Hee dan segera menolong menyadarkan In So Ceng, setelah mana ia ajar kenal nona
itu dengan Pek Hee semua. Kemudian ia berkata Mari kita lekas menyingkir dari sini
supaya tak usah mendapat rintangan lainnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 626
yoza collection Bertujuh mereka lantas meninggalkan kuil itu tetapi sesudah berjalan jauh juga,
tiba-tiba Pek Kong ingat Tok Kak Yang Cun yang belum sempat dito!ong. Maka ia
menghentikan langkah dan berkata : Tempat ini sudah terpisah cukup jauh dari Pek Bu
Hong, asal kita terus berjalan dengan waspada tak nanti musuh dapat menyusul.
Pergilah kalian jalan terus, aku sendiri mau kembali kekuil tadi. Aku mau menolong Tok
Kak Yang Cun, setelah itu bersama dia akan menyusul kalian.
Auwyang Kian tidak setuju, ia berkhawatir, katanya; Tak dapat kau kembali ke kuil
tadi! Benar Hong Hwee si pendeta siluman tidak berada dikuilnya namun muridmuridnya ini liehay sekali, terutama uap hitam mereka yang beracun itu! Kalau kau
kembali, mana mereka mau memberi ampun padamu "
Aku pikir tidak apalah, kata Pek Kong, Tak dapat tidak, hari ini Tok Kak Yang Cun
harus ditolong dan dibebaskan, sebab kalau sampai dia mengobati sipendeta siluman
sehingga sembuh, itulah lebih sulit lagi, lebih berbahaya pula.
Aku pergi bersamamu! kata In So Ceng. mu silatmu memang liehay, dik, berkata
Pek Kong, tetapi uap hitamnya si siluman wanita sangat jahat, itulah berbahaya
untukmu. Kalau toh kau pergi juga, faedahnya tidak ada, sebaliknya, kau bisa mendapat
celaka pula. Aku berani menghadapinya karena aku membawa Coa-Po yang tidak takut
racun, disamping itu akupun dapat menjaga diri, sekalian aku akan berikan hajaran pada
kawanan pria dan wanita itu!
Begitu ia menutup kata-katanya, Pek Kong melompat terus berlari-lari pergi.
Auwyang Kian mengawasi orang berlalu sampai bayangannya lenyap dikejauhan,
ia menghela napas dan berkata "Kawanan siluman itu bukanlah lawan Pek Siauwhiap,
yang dikawatirkan ialah disana nanti terdapat si imam yang lebih liehay pula. Nonanona bagaimana pikiran kalian?"
Kat In Tong percaya akan kegagahan Pek Kong. Katanya "Baru-baru ini Kakak Pek
sudah bertaruh makan bangkai katak dengan Cian Tok Seng Ciu. Dia menang, maka itu
apa artinya kawanan murid dari sipendeta siluman Hong Hwee itu" Tak mungkin
"Apakah kau artikan kita tak usah campur tangan lagi?" Hong Lim berkata.
In Tong mengawasi Nona Liu.
kalian tak tenteram hati, bagaimana kalau aku menyusul secara diamdiam" tanyanya, yang terus melirik peda Pui Hui.
Hong Lim dan yang lainnya terheran-heran, In Tong seperti juga mengajak Nona
Pui pergi bersama ia dan Pek Hee merasa iri hati.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 627
yoza collection Pui Hui sebaliknya. Maka ia berkata: "Aku tahu kau memang gatal kaki, kaupun cerdik
sekali, maka kalau kau pergi sendiri, itulah baik!"
In Tongpun tertawa. Namun ia berkata. Apakah kau sangka aku tak berani pergi
seorang diri?" Begitu ia berkata, begitu Nona Kat melompat pergi, maka dilain saat ia sudah lari
jauh dan menghilang seperti Pek Kong tadi.
Pek Hee dan Hong Lim lega jauh hatinya melihat In Tong pergi seorang diri
walaupun demikian, mereka heran, mereka menoleh kepada Pui Hui. Mereka tidak
mengatakan apa-apa. Pui Hui tertawa dalam hati, segera ia menarik tangan So Ceng. Mati kita
meneruskan perjalanan kita!" katanya kepada Nona In, juga kepada yang lainnya. Ia
tertawa, menandakan bahwa batinya terbuka.
Mau atau tidak, Pek Hee dan Hong Lim turut serta pergi.
Sementara itu Pek Kong langsung kembali ke Pek Bu Hong. Ia sudah memikirkan
akan mengaku sebagai orangnya Tong Thian Tok Liong. Bukankah tadi si wanita centil
bersikap aneh sebab melihat Kim Liong Kiam ia percaya, wanita itu akan membebaskan
juga Tok Kak Yang Cu Hanya.. .
Ketika pemuda kita hendak mendaki puncak tiba-tiba ia mendengar bentakan
nyaring yang datang dari samping dan disitu muncul si nyoya centil, yang terus
menghadang dihadapannya sambil tertawa dingin dia terus berkata dengan bengis ,
bocah, yang baik! Betapa berani kau dengan lancang menyamar menjadi orangnya
Tong Thian Tok Liong untuk menipuku?"
Pek Kong heran. Inilah tidak ia sangka. Namun ia tidak takut.
"Kau boleh mengatakan apa yang kau suka s
untuk mengadu lidah denganmu! Kau juga boleh lakukan apakah kehendakmu!
Wanita itu, menjadi heran bahwa orang berani sekali. Katakan apa maksudmu
datang kembali ke sini?" tanyanya kemudian.
Pertanyaan si nyonya membuat Pek Kong mengambil kesimpulan bahwa nyonya
itu hanya mencurigainya. Maka itu iapun menjawab: "Tadi Tok Kak Yang Cun belum
sempat diundang! Gurumu membutuhkan dia setiap hari, untuk mengotati kakinya.
Menurut si nyonya jawaban itu cocok dengan hal yang sebenarnya. Namun ia tetap
menanya pula: Saudara, bagaimana aku harus memanggilmu" Ada urusan apakah kau
datang kemari" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 628
yoza collection Pek Kong menatap. Orang toh sudah mengetahui maksud kedatangannya, mengapa
ia masih ditanyakan pula" Tapi ia seorang yang cerdas maka ia berkata dengan lantang:
"Diatas ada Raja Langit, dibawah ada Ratu Bumi! Dalam segala hal aku Tok Koh Ang
yang bertanggung jawab! Aku yang rendah ialah Tian Ceng yang menerima perintah
datang ke s Kata-kata itu Pek Kong dapat cangkok dari Ho Tong, kata-kata rahasia atas isarat
di Thian Liong Pang, dan digunakan disini tepat sekali.
Sinyonya centil tertawa. Karanya kau kakak Tian Ceng demikian katanya. Mari turut aku!
Pek Kong mengangguk. Ia berjalan dibelakang nyonya itu, sehingga ia melihat
pinggang orang yang langsing dan tubuh yang ramping. Jalannya pun halus,
nampaknya tenang-tenang saja, tak tahunya langkahnya cepat sekali !
Tak lama tibalah mereka dalam kuil, yang sebenarnya dinamakan Pek Tee Bio.
Dipendopo segera muncul seorang pria berewok bersama sepasang muda-mudi.
Ketika mereka itu melihat sinyonya datang bersama Pek Kong, mereka heran.
Su sumoaynya, berkata si berewok, jenasah kedua suheng sudah selesai diurus!
Bagaimana kemudian jika guru kita menanyakan tentang mereka" Bagaimana harus
menjawabnya" Nyonya itu menoleh kepada Pek Kong, matanya bersorot tajam.
Bagaimana pendapatmu sebaiknya untuk menjawabnya" tanyanya, tertawa.
Pek Kong menjawab dengan lantang : Suhengmu itu menemui ajalnya ditanganku
maka akulah seorang yaug harus bertanggung jawab.
Si nyonya tertawa pula. Kembali ia berkata dan bertanya: Guruku mempunyai ilmu
gaib, dikolong langit ini tiada keduanya, sampaipun Pangcu kalian jeri terhadapnya!
Kalau guruku itu mengetahui kau yang membinasakan ke dua suheng kami itu,


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimanakah kau akan memberikan tanggung jawabmu terhadapnya"
Pek Kong tetap tidak takut, ia bahkan bersikap dingin.
Tong Thian Tok Liong mungkin jeri terhadapnya, tak nanti . . .
Baru berkata demikian, si anak muda terkejut. Ia teringat bahwa ia keliru omong.
Maka lekas-lekas ia melanjutkan, katanya. Aku tak percaya bahwa gurumu akan tidak
memakai aturan dan prikepantasan!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 629
yoza collection Si nyonya agak curiga, namun ia toh tertawa. Katanya: Da!atn dunia Kang Ouw, si
kuat ada caranya, si kasar ada aturannya sendiri masing-masing! Maka itu, jikalau kau
merasa bahwa kau bukanlah lawan guruku, lebih baik kau jangan banyak omong besar
seperti ini! Berkata demikian, si centil dengan genitnya melirik kepada si anak muda, terus ia
menoleh kepada sawan kawannya serta melanjutkan: Kedua kepala gundul itu sudah
menerima bagiannya. Mereka sudah menemui ajalnya, maka itu, bilamaira kelak kalian
ditanyakan oleh guru tentang sebab mutababnya, katakan saja bahwa mereka itu mau
main gila terhadap keempat anak-anak itu. Sebab itu mereka sudah dihajar sampai
mati oleh Kakak Tian ini! Katakan bahwa dalam suatu pertempuran Kak Tian sudah
keliru menurunkan tangannya sehingga mereka berdua mendapat nasib buruk itu.
Mendengar kata-kata si genit itu. timbullah kesan yang menjemukan Pek Kong.
Nyonya itu sungguh cabul, jelus dan telengas, sekali pun terhadap kakak-kakak
seperguruannya sendiri, dia bersikap demikian kejam. Bagaimana jahatnya terhadap
lain orang sukar di bayangkan.
Tiga orang itu saling mengawasi, mereka bungkam.
Melihat sikap ketiga orang itu, siwani.a centil menjadi tidak senang wajahnya
menjadi muram. Lalu katanya dingin: Sam suheng, sutee dan sumoy, bagaimana
Pertanyaan itu tidak bengis, namun ketiga saudara seperguruan itu sudah gemetar,
sehingga roman muka mereka nampak pucat pasi.
Ya, ya, sahutnya berbarengPuas si nyonya bahwa orang tidak menentangnya, dari berwajah muram, ia menjadi
gembira. Maka katanya sambil tertawa: Mari aku ajar kenal dulu kalian kedua belah
pihak! Pek Kong menerima baik perkenalan dengan ketiga orang Pek Bu Hong itu.
Kemudian Hek Hong Lo Bie Tin, si wanita centil, yang gelarnya berarti si Phonix
Hitam, berkata kepada si pria berewok bernama Teng Cu Han gelar Hwee Liong, si Naga
Api. Nah sam suheng, kau gendonglah Tok Kak Yang Cun kesini dan serahkan dia pada
kak Tian ini! Cu Han nampak ragu-ragu. Bukankah kau sudah pesan berulang-ulang untuk dia jangan . . katanya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 630
yoza collection Tapi Lo B;e Tin membentak. Jangan kau membantah perintah! Lekas pergi! Jangan
banyak bicara lagi! Dengan malu, dan apa boleh buat, pria itu berlalu.
Ya. ya, sahutnya. Pek Kong menyaksikan semua itu, ia tertawa dalam hati. Pikirnya: Perempuan
siluman ini lancang sekali, kalau sebentar perbuatannya diketahui oleh Hong Hwee
Hoat-su, mungkin selembar jiwanya akan diminta.
Setelah Cu Han pergi, Bie Tin tertawa manis.
Kak Tian, tanyanya pada si anak muda, yang ketampanannya menggiurkan hatinya,
Apakah kedudukan kakak dalam Thian Liong Pang kalian" Kau sudah diberi tugas yang
sangat penting ini! Kedudukanku rendah tidak, tinggipun tidak, sahut Pek Kong seenaknya saja, aku
hanya memperoleh kepercayaan dari Pangcu.
Lo Bie Tin mengawasi dengan tajam.
Jika demikian, kak. kaulah orang kepercayaan Tong T
Benar! si anak muda menjawab cepat.
Dalam Partai kalian, ada berapakah orang yang dipercayai seperti kau, kak, Thian"
si nyonya bertanya pula. Hanya aku yang rendah seorang diri, sahut Pek Kong si Tian Ceng tetiron.
Tiba-tiba si nyonya tertawa nyaiing. Berhenti tertawa, ia berkata pula: Maaf, maaf,
aku kurang hormat. Baru-baru ini pernah datang kesini seorang pemuda yang dipanggil Na Po yang
aku percaya menjadi orang kepercayaan Pangcu kalian, tak tahunya kaulah yang lebih
dipercayanya, kak Tian"
Mendengar demikian, Pek Kong merasa kurang tenteram. Ia menduga orang mulai
mencurigainya, maka lekas-lekas ia berkata: Na Po itu ialah pengikut pribadi dari Hu
hoat Khong Liang. Dia memang seorang kepercayaan juga.
Nampak Bie Tin lega-hati.
Justeru itu Teng Cu Han telah kembali sambil menggendong Tok Kak Yang Cun. Si
nyonya tertawa dan berkata: Kak Tian, silahksn kau bawa pergi orang mati itu! Jika dia
dapat dibawa sampai kehadapan guruku maka dia akan ditolong karena guruku
mempunyai kepandaian menghidupkan pula orang yang sudah mati..
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 631
yoza collection Pek Kong mengawasi Tok Kak Yang Cun ta ulah dia bahwa orang sudah menjadi
korban bisa, karenanya tak mau ia ayal-ayalan pula.
Maaf, aku mengganggu saja, katanya sambil terus menyambut orang yang mau
ditolong itu, Setelah memberi hormat, ia berlalu.
Sekali ini si anak muda berlari-lari terus, sampai sejauh beberapa puluh lie terpisah
dari kaki puncak Pek Bu Hong. Begitu ia memasuki sebuah rimba, disitu ia meletakkan
Tok Kak Yarg Cun di tanah, niatnya untuk, menolong mengobatinya. Justeru ia mau
mulai bekerja, tiba-tiba dihadapannya berkelebat sesuatu, sehingga ia terkejut. Ia
menyangka mungkin Lo Bie Tin siwanita cantik centil yang datang menyusul. Segera
ia angkat pula tubuh Tok Kak Yang Cun, untuk dibawa pergi. Tiba-tiba ia mendengar
kata - kata halus : Pek-long! Kau lihat aku datang, mengapa kau mau pergi pula " Si
anak muda mengenali suara itu, ia heran. Namun setelah melihat benar orang itu, ia
tertawa. Kau membuat aku kaget! katanya. Mengapa kau datang menyusul"
Orang itu adalah Kat In Tong, si nona jenaka.
In Tong perlihatkan senyumnya, namun belum lagi ia menjawab, sekonyongkonyong ada asap bitam dan bau menghembus kearahnya. Seketika ia merasa pusing
dan mual sehingga mau tumpah-tumpah, tubuhnya pun terhuyung-huyung.
Pek Kong kaget, lekas-lekas ia sambar tubuh nona itu untuk dipeluk. Sedangkan
dengan tangan yang lain, ia menyampok berulang-ulang membuyarkan asap hitam itu.
Hanya sesudah itu, disitu berdiri Bie Tin si nyonya cantik!
Pek Kong berlaku sebat, ia segera menyesapkan Coa-po ke dalam genggaman In
Tong sambil berkata: Lekas kau sadarkan orang itu! ia sendiri terus maju, menghadapi
si nyonya manis itu. Begitu ia memegang Coa-po, In Tong pulih kembali kesegarannya. Lalu ia bawa Coa
Po kepada Tok Kak Yang Cun, meletakkannya pada dada orang.
Ketika itu terdengar tawa dingin si centil, yang berkata sama dinginnya. ' Oh, bocah
yang baik, bagaimana kau berani main gila di hadapan nyonya besarmu! Kau ketahuilah,
pada saat kau menyebut nama Tong Thian Tok Liong, pada saat itu juga sudah
Pek Kong tidak gusar, ia malah tertawa.
Kalau kau sudah ketahui dari siang-siang mengapa kau menyerahkan Tok Kak
Yang Cun padaku" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 632
yoza collection Pek Kong gusar sekali! erempuan centil, janganlah kau sembarangan mencaci
orang tegurnya. Tetapi sinyonya tertawa. Lo Bie Tin belum berumur tigapuluh tahun namun ia pernah mempermainkan pria
sebanyak tigaribu orang! Apakah sangkamu hanya kau simustika" Bocah, bila tidak
secara baik-baik kau dengar kata-kataku, lihatlah bagaima na akan aku merampas
nyawamu. Pek Kong mendongkol sekali. Ia membungkam.
Ketika itu Kat In Tong sudah berhasil menyadarkan Tok Kak Yang Cun, yang ia jagai
terus. Mendengar kata-kata kotor si nyonya, - ia menegur: Perempuan tak tahu malu!
Pek Kong, baiklah kau lekas singkirkan dia!
Lo Bie Tin memperlihatkan roman menyesal dan penasaran, ia berduka dan juga
mendongkol. Begitu ia melihat In Tong, kegusarannya nampak tak tertahankan. Maka ia
berkata dengan sengit: Bocah, nyatalah aku menduga keliru terhadapmu! Aku tidak
tahu bahwa kau justeru tidak berbudi dan tidak memiliki perasaan yang halus. Segera
setelah kau tiba disini kau malah bercumbu-cumbu.
Belum lagi Lo Bie Tin memperdengarkan jawabannya, ia sudah mendapat bala
bantuan. Disitu muncul empat orang kawannya, ialah Hwee Liong Teng Cu Han, Hwee
Pan Un Cu Ciang, si wanita jelek Oey HongCian Bie Jie, dan si nona berbaju bitam Lan
Hong Kim Bie Kie. Melihat orang berjumlah besar, Pek Kong segera memesan Kat In Tong: Adik Kat,
jangan tinggalkan Seng Loocianpwee!
Lo Bie Tinpun mulai bertindak. Ia menuding si anak muda sambil berkata pada
kawan-kawannya: Kalian tangkap pemuda itu. Ia sendiri menghampiri In Tong.
Teng Cu Han mentaati perintah, segera ia maju bersama.
Pek Kong memandang dengan tajam. Ia melihat, selain tangan kanan memegang
pedang, tangan kiri berempat orang itu berlainan warnanya. Maka ia menduga tentulah
tangan mereka itu beracun semuanya. Karena itu, tak mau ia berlaku semberono.
Segera ia menghunus Kim Liong Kiam. Ia menggunakan ilmu pedang Ngo Kim Kiam
hoat. Taas terdengar satu suara dan pedang Cu Han putus.
Cian Bie Jie berseru, tubuhnya melesat, tangannya dikibaskan. Maka nampaklah
asap kuning menghembus kearah si anak muda.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 633
yoza collection Kim Bie Kie turut lompat maju dengan mengeluarkan asap biru.
Hwee Pa maju diikuti pula oleh Hwee Liong yang sadar dari kagetnya sebab
pedangnya sapat. Mereka juga menghembuskan asap yang berwarna merah dan
hawanya panas sekali. Pek Kong bersiul nyaring, pedangnya di kibaskan keseluruh
penjuru sehingga memperdengarkan suara angin keras, cahaya berkilauan diatas
warna-warni hembusan asap musuh-musuhnya itu. Ini adalah yang pertama kali ia
menggunakan ilmu pedang Ngo Kim. Memang ia kurang mahir namun tenaganya yang
besar membantu banyak padanya.
Sambil berkelahi, Pek Kong juga memikirkan Kat In Tong dan Tok Kak Yang Cun.
Sebab itu sebentar-sebentar ia melirik kearah mereka itu, sehingga ia melihat si nona
seperti terkurung uap hitam. Bie Cin menggunakan asapnya sambil mencaci maki In
Tong, maka Nona Kat balas memakinya.
Perempuan itu lihay, dia juga menjadi kepala disini, ia tak dapat diampuni! Pikir
anak muda kita. Maka untuk menghampiri wanita itu, tiba-tiba ia menyerang hebat pada
Teng Cu Hin. Ia meninju dengan kepalan kirinya.
Cu Han tahu lawannya lihay, tangan siap tak kalah liehaynya dari pada pedangnya.
Segera ia berkelit, karena itu sebuah pohon dibelakangnya terhajar.
Pek Kong melompat maju kepada musuhnya yang lain.
Sambut tanganku! serunya sambil menyerang Bie Tin. Ia membacok kepala si
wanita genit. Bie Tin terperanjat. Ketika itu ia sedang merasa puas sebab dengan uap hitamnya
ia berhasil mengurung In Tong. Ia tidak menyangka bahwa si anak muda dapat lolos
dari kepungan Cu Hang berempat. Terpaksa ia lompat kesamping.
Pek Kong benci sekali, tak gampang ia lepaskan musuh itu. Maka ketika si nyonya
lompat berkelit. Ia susul dengan satu hajaran tangan kirinya.
Bie Tin belum sempat menginjak tanah, justeru itu tiba-tibalah serangan susulan
itu. Tak ampun lagi, tubuhnya terhajar hebat, terpental setombak lebih, membentur
sebuah pohon besar, kepalanya terbentur lebih dahulu, kepala itu pecah keluar polonya
bersama hamburan darahnya.
Teng Cu Han berempat menyaksikan kesudahan hebat itu. Tadi ketika sianak muda
meninggalkan mereka, mereka lari menyusul. Bukan main kaget mereka, tak terkirakan
takutnya maka tak memikir panjang lagi segera mereka membalikkan tubuh dan lari
tunggang langgang menghilang dalam rimba yang lebat!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 634
yoza collection Sementara itu In Tong membulang-balingkan Coa Po, membuyarkan sisa asap
hitam yang jahat itu. Sesudah itu ia tertawa dan berkata kepada si anak muda, orang
Pek long, mengapa kau membiarkan keempat orang jahat itu lolos"
Pek Kong tertawa. Bukankah kita tak dapat menyusul mereka" jawabnya.
Sementara itu Tok Kak Yang Cun sudah dapat berdiri dan berjalan. Ia menghampiri
si anak muda dan memberi hormat.
Pek siauwhiap, selamat bertemu kembali! katanya. 'Sudah lama kita berpisah.
Terima kasih banyak! Bagaimanakah maka siauwhiap suami isteri ketahui aku siorang
Maka In Tong menjadi merah. Orang menyebut ia dan Pek Kong sebagai suami
isteri. Ia malu, namun dalam hatinya ia girang sekali. Ia membungkam saja.
Pek Kong juga malu namun tak dapat ia menyangkal atau menerimanya.
Marilah kita pergi! katanya mengalahkan perhatian. Kita bicara sambil berjalan.
Tok Kak Yang Cun mengangguk dan ikut pergi.
kemudian tanya Pek Kong, Bagaimana dengan sakit kaki Hong Hwee
Hoat-su, tak dapat penyakit itu disembuhkan atau tidak"
Siorang tua yang ditanya tertawa terbahak-bahak.
Jikalau obatnya dapat dicari, penyakit kaki itu bukan tak dapat diobati, sahutnya,
hanya kalau aku yang mengobatinya, pada saat aku pergi, itu pula waktunya bahwa dia
akan menjadi pincang atau lumpuh seumur hidupnya.
Pek Kong tertawa. Ia tahu artinya jawaban orang tua itu
Itulah bagus, lootiang! ia memuji.
Kalau tidak, pasti lootia
Tok Kak Yang Cun berduka. Katanya. Aku jaga mengerti, hari itu aku mengobatinya,
itu pula hari akhir hidupku! Sia-sia dia mencari pek-houw-tha, karena itu dia sudah
membuat aku si tua masih panjang umur namun dalam keadaan menderita . .
Disebutnya nama obat itu membuat Pek Kong berpikir.
Lootiang, tanyanya, apakah yang dinamakan pek-houw-tha itu nyali harimau putih
atau cuma namanya semacam obat saja"
Itu bukan nyali harimau hanya semacam anggrek yang buahnya putih kemerahmerah dan yang kulitnya keras dan kosong didalamnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 635
yoza collection Pek Kong sungguh tertarik hatinya. Segera ia mengeluarkan buah yang ia peroleh
didalam gua. Apakah buah itu semacam ini, lootiang" tanyanya.
Tok Kak Yang Cun menyeroboti, ia mengawasi dengan teliti. Ia menyentil beberapa
kali, sehingga terdengar suara nyaring, dan ketika ia menggoyang-goyangkannya,
didalamnya tidak terdengar suara apa.
'Bagus , serunya. ah buah yang dimaksud itu ! Siauwhiap, dimanakah kau
memperoleh buah ini"
Pek Kong tidak segera menjawab, ia hanya tertawa girang. Bagus ! serunya. 'Ong
Suheng akan tertolong! Dan sakit hati Paman Houw juga dapat terbalaskan! Hahaha!
Tok Kak Yang Cun tahu bahwa si anak muda itu dalam keadaan girang yang meluap
luap. Ia membiarkannya, lalu melihat kesekelilingnya. Tiba-tiba ia jadi kaget serta
berseru: Lekas lari! Si pendeta siluman datang!
Pek Kong terperanjat, dan berhenti tertawa, segera ia menoleh kearah kemana
siorang tua berpaling. Maka ia pun dapat melihat asap bergulung mendatangi dari arah
puncak Pek Bu Hong diantaranya ada asap yang kemerah-merahan. Sebaliknya awan
tak nampak sama sekali. Mengerti bahwa bahaya besar tengah mengancam, si anak muda menyerahkan
pek-houw-tha pada Tok Kak Yang Cun sambil berkata. 'Lootiang, lekas kau bersama
Nona Kat lari menyingkir! Aku mempunyai seorang saudara seperguruan yang sedang
sakit, dia membutuhkan pek-houw-tha, karena itu tolong lootiang mengobatinya!
Begitu bekerja tanpa menanti jawaban. Pek Kong lari kearah asap untuk menyambut
st pendeta siluman. Kat In Tong kaget. Tek-long! serunya, dan terus ia lompat menyusul.
Jangan, nona! Tok Kak Yang Cun mencegah. Jangan nona pergi menyusul, nanti
pemusatan pikiran Pek Siauwhiap terganggu !
In Tong kaget, ia berhenti berlari.
Mari, nona! Tok Kak Yang Cun mengajak- Kita harus menyembunyikan diri! Iapun
lantas lari mencari tempat sembunyi.
In Tong percaya orang tua itu, ia menyusul, untuk bersembunyi bersama. Dari
tempat persembunyian itu mereka mengintai memasang mata.
Asap putih itu datang sangat cepat dan seketika itu juga sampai didepan Pek Kong
dan berhenti dengan segera. Maka kini tampaklah bentuknya orang itu ialah seorang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 636
yoza collection yang mirip makhluk luar biasa. Tingginya tak sampai lima kaki, mukanya hitam,
tubuhnya tertutup jubah merah. Rupanya separuh siluman.
Pendeta siluman! Pek Kong membentak dengan berani.
Orang aneh itu menatapi si anak muda, terus ia tertawa dua kali, nyaringnya
bagaikan guntur. Kemudian dengan suara yang keras berpengaruh, katanya: Eh, bocah,
apakah kau yang sudah menipu dan membawa lari orang- rang tawanan dikuil Pek Tee
Bio" Pek Kong angkat kepalanya, memperlihatkan sikap gagahnya.


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendeta Hong Hwee, kaulah si pendeta siluman! bentaknya. Ia bukan menjawab
sebaliknya menegur: Kau merampas menculik wanita baik, dosamu adalah dosa tak
berampun, kau harus mati! Pendeta siluman, hari ini tuan kecilmu akan mengajar adat
kepadamu sup Hong Hwee Hoat-su, demikian pendeta itu, si Pendeta Angin dan Api, tertawa pula,
tertawa dingin. Siapakah kau" tanyanya keras. Lebih dulu sebutkanlah she dan namamu.
Tuan kecilmu adalah Pek Kong sahut Pek Kong sama kerasnya.
Tuan kecil! ialah siauwya.
Pek Kong, si pendeta mengulangi
Dan ia mengetrokkan tongkat panjangnya yang mirip toya, ketanah, sehingga
terdengar suara yang nyaring sejauh sepuluh tombak sekitarnya serta pasir dan tanah
ketrokannya terbang meletik. Ketika berbuat demikian, ia tampak sangat bengis,
matanya bersinar tajam sekali.
katanya sombong. Di Kui Kiong San kau menculik Ouw
Yam Nio, itulah perkara kecil! Tapi kau nyata bernyali luar biasa besarnya! Kau berani
datang mengacau juga dihadapan Sang Buddhamu. Jikalau kau tidak diajar adat,
mungkin kau akan melakukan sesuatu diatas kepala Sang Buddha!
Sambil berkata demikian, Hong Hwee bertindak menghampiri, langkahnya sangat
perlahan, setiap tindak langkahnya meninggalkan tapak kaki yang dalam. Itulah bukti
dari kuatnya kuda-kudanya.
pikir Pek Kong. Maka ia siap waspada.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 637
yoza collection ETIKA itu jauh dibelakang Hong Hwee Hoat-su tampak beberapa orang
bagaikan bayangan sedang lari mendatangi kearah si pendeta siluman,
segera satu diantaranya berseru.
Suhu! Kiranya orang itu adalah Oey Hong Cian Bie Jie si Angin Kuning serta saudarasaudaranya. Tak usah suhu yang turun tangan" kata wanita itu kepada gurunya.
Biarlah murid yang membekuknya!
Hong Hwee Hoatsu menghentikan langkahnya. Kau setia dan harus dipuji! kata
gurunya itu. Baiklah, Kau bole
Pek Kong tertawa melihat keempat bekas pecundangnya. Sama saja, siapapun
yang maju lebih dulu akan menerima ajalnya!
Bie Jie hendak mendapatkan kesayangan gurunya maka ia beraksi.
Dengan sebat ia menghunus pedangnya, sambil maju kepada lawan, iapun
menyiapkan tangan kirinya yang diperlengkapi dengan asap beracunnya. Cepat sekali
ia sudah berdiri di hadapan si anak muda.
Pek Kong sudah siap sedia. Justeru orang tiba dan terus menyerang, iapun
menyambutnya dengan tangkisan pedangnya. Terus kakinya terangkat naik,
menendang tanpa menanti wanita itu menggunakan tangan kirinya yang lihay.
Satu jeritan dari Cian Bie Jie. Jeritan yang menyayat hati, dibarengi dengan tubuh
terpental tinggi dan berjumpalitan, akan akhirnya jatuh terbanting ketanah! Namun si
pendeta siluman sungguh hebat. Ia bukan kaget atau marah, ia justeru tertawa,
tangannya di ulur akan menjambret, maka dilain saat wanita itu sudah berada dalam
rangkulan gurunya, bahkan terus saja Houg Hwee Hoat su mencium pipi orang
meskipun wanita itu berwajah buruk!
Kau telah roboh! nilah satu pelajaran untukmu.
Cian Bie Jie merasa sangat nyeri karena tendangan si anak muda.
Ia mengira bahwa ia akan mati terbanting, ia tak sangka bahwa gurunya telah
menolongnya. Maka itu, sebab dicium gurunya, hilang rasa nyerinya, kalau tadi ia
menjerit, sekarang ia tertawa !
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 638
yoza collection Hong Hwee Hoat-su meletakkan muridnya, agar simurid berdiri, lalu tubuhnya
bergerak. Dalam sekejap, ia sudah berdiri berhadapan dengan Pek Kong sejarak lima
kaki. Terus ia berkata dengan keren. Buddhamu kembali kewilayah Tionggoan ini,
pertama karena ia mengagumi wanita-wanitanya yang cantik-cantik, kedua sebab aku
ingin menemui orang-orang yang terkenal gagah dan liehay! Karena itu bocah, apakah
kau benar-benar mempunyai kepandaian yang berarti" Sebenarnya kau harus segera
dikirim ke neraka, namun melihat usiamu yang masih begini muda, bagiku bukanlah
yang membuat namaku cemerlang bila aku menang darimu! Sekarang ada satu jalan!
Akan Buddhamu berdiri disini tanpa bergerak, aku berikan ketika padamu menyerang
aku sampai tiga kali, lalu setelah tiga seranganmu itu, baru aku akan mengambil jiwamu
yang tak berharga! Pek Kong tidak takut, bahkan ia sengaja bersikap sombong.
Siapakah yang ingin kau main mengalah itu" katanya keras, nadanya mengejek.
Pendeta itu terheran-heran, itulah jawaban diluar dugaannya. Setelah itu, dia
nampak gembira, inilah sebab, menurut anggapannya, orang mau mengantarkan
nyawanya sendiri. Bagus, bagus! serunya. Kau masih begini muda tetapi kau hendak menyamakan
dirimu dengan diriku! Baiklah, kau maju dan menyeranglah! Percaya, aku tak akan
melukai padamu! Bukan main mendongkolnya Pek Kong, ia gusar tak terkirakan. Pendeta itu sangat
memandang rendah terhadapnya. Telinga dan mukanya sampai berubah menjadi
merah. Baiklah! serunya. Dan dia berlompat maju sambil menggerakkan kedua belah
tangannya! Benar-benar Hong Hwee Hoat-su tidak melihat mata kepada lawannya itu, begitulah
walaupun diserang hebat, dia berdiri dengan sebuah kakinya hingga tubuhnya
bersandar pada tongkatnya, sedangkan tenaganya dikerahkan tujuh bagian. Dengan
berani dia menyambut keras dengan keras!
Sungguh hebat serangannya Pek Kong itu. Hong Hwee Hoat su kaget hingga ia
mengeluarkan seruan tertahan. Serangan lawan membuat tubuhnya terpental
bergulingan lima tombak di tanah yang berpasir din berdebu itu. Untung dia tak roboh
terkulai. Dia merasakan darahnya bergolak, matanya berkunang-kunang dan tuli
pendengarannya. Sungguh liehay . katanya didalam hati.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 639
yoza collection Dengan hanya satu kali mengerahkan tenaganya, Hong Hwee Hoat su telah
mendapat pulang kesegaran tubuhnya, setelah berdiri tetap, dia tertawa bergelak.
Oh, bocah yang baik, katanya, Benar-benar kau memiliki ilmu yang tinggi!
Sekararang, jurus pertama telah selesai! Masih ada jurus lainnya lagi! Setelah itu awas,
hendak aku mengambil jiwamu!
Kali ini si pendeta mengancam jiwa orang sedangkan tadi ia mengatakan tidak
menghendaki jiwa lawannya.
Pek Kong juga bukan menang diatas angin seluruhnya. Pertahanan si pendeta
membuat tubuhnya terpental mundur lima langkah. Diam diam ia berkata di dalam hati:
Aku menggunakan tenaga delapan bagian, tetapi dia benar liehay, dapat bertahan!
Kalau dia terus membalas menyerang, bukankah aku akan celaka.. ." Dia sedang sakit
kaki, kalau kedua kakinya sehat, tak mungkin aku da pat bertahan. Bukankah dia seorang
Karena ini, anak muda kita berniat membinasakan sipendeta, supaya Thian Liong
Pang tak usah tambah tenaga yang liehay itu. Mendengar kata-kata ancaman ini si
pendeta, ia lantas maju menghampiri. Diam diam ia mengerahkan tenaga sepenuhnya.
Selekasnya keduanya terpisah tinggal kira-kira satu tombak. Ia menjejak tanah,
mulutnya berseru, maka mencelatlah tubuhnya sambil kedua tangannya diluncurkan!
Hong Hwee Hoat-su tahu akan kelihayan lawan, diapun siap sedia, tetapi ketika
serangan diwujudkan, dia kaget sekali. Satu bentrokan dahsyat, yang bersuara keras,
lantas dia terhuyung-huyung, sedangkan Pek Kong mencelat tinggi.
Pendeta itu telah melanggar janji, dia bukan cuma bertahan, tapi juga
menggerakkan kedua tangannya menangkis serangannya si anak muda.
Namun demikian, tak dapat dia bertahan seluruhnya. Dia terhuyung sebab
tongkatnya patah, tubuhnya terus roboh terguling.
Kat In Tong yang mengintai menjadi kaget luar biasa, hampir ia menjerit. Iapun mau
berlompat keluar guna menolongi kekasihnya itu. Tapi tak dapat ia lakukan. Karena Tok
Kak Yang Cuu menarik tangannya sambil berkata perlahan: Jangan bingung, nona!
Nona Kat mengurungkan maksudnya. Justeru itu, ia mendengar tawanya Hong
Hwee Hoat-su, yang telah bangkit pula dan berkata: Anak yang baik, jiwamu tidak
sampai melayang, bagus! Cukup sampai disini percobaan kita. Budhamu tidak mau
mengambil jiwamu, suka aku memberi ampun! Nanti sesudah kau merawat lukamu,
baru aku menagih jiwamu! In Tong segera menoleh kepada si pendeta kemudian ia mengawasi Pek Kong.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 640
yoza collection Anak muda itu jatuh ke tanah untuk terus duduk bersila, kepalanya tunduk, matanya
dipejamkan, sedangkan kedua belah lengannya bergerak-gerak gemetar tak hentinya,
seperti juga kedua lengan itu terluka parah.
In Tong lega juga hatinya, itu berarti si pendeta takkan melakukan penyerangan.
Yang benar adalah bahwa pendeta itu telah terluka tak ringan, tak dapat ia berkelahi
lebih jauh, maka dia sengaja mengeluarkan kata-kata jumawa itu. Maka sehabis berkata
begitu dia lantas mengajak muridnya berlalu dengan cepat!
Kat In Tong berlari-lari kepada Pek Kong, Masih anak muda itu memejamkan
matanya, alisnya berkerut, mukanya kebiru-biruan, bibirnya hitam Dia duduk bersila
diam saja hingga mirip sebuah patung.
Pek-long! menjerit sinona yarg hatinya mencelos. Ia mau lantas menolongi dengan
menguruti tubuhnya orang, tapi ia ditarik oleh Tok Kak Yang Cun. siapa terus
membisiknya. ' Suamimu teriuka tak ringan, nona, namun kau tak perlu berkbawatir. Dia
seorang dengan bakat dan kepandaian luar biasa, aku percaya tak akan ada bahaya
bagi dirinya. Sekarang dia tengah mengobati dirinya dengan mengerahkan tenaga
dalamnya dan bersemedhi hingga dia berada dalam keadaan bu ngo, yakni tak sadar
akan dirinya sendiri. Kalau nona menyentuh atau menyadarkannya, mungkin dia gagal
dan menjadi terseret karenanya, hingga dia tak dapat diobati lagi!
In Tong terperanjat. Si orang tua berbicara secara sungguh-sungguh. Ia lantas
mengawasi pula pada kekasihnya itu. Sekarang ia mendapatkan dari ubun-ubunnya si
anak muda mulai keluar hawa mirip embun. Hal itu membuat hatinya lega. Ia menjadi
percaya keterangannya Tok Kak Yang Cun barusan.
Seng Cianpwee, dia menanya, sampai kapan kiranya dia akan sadar"
Tok Kak Yang Cun menggelengkan kepala. Tak dapat aku menjelaskannya,
sahutnya. Dalam hal itu, Pek Siauwhiap mengandalkan kepada kekuatan tenaga
bathinya sendiri. In Tong terdiam. Seng Cianpwee. katanya pula sejenak, pendeta siluman itu demikian liehay,
siapakah yang sanggup mengalahkannya"
Ditanya begitu, Tok Kak Yang Cun tertawa.
Lam Pek Jie Khong, Leng Tay Jie Yu, semua mereka itu adalah orang-orang dengan
kepandaian luar biasa, sahutnya, maka itu tak menaklukkan sipendeta siluman,
sebenarnya tak terlalu sukar. Yang menyulitkan ialah mereka sangat mengutamakan
pertapaannya masing-masing, mereka tak mudah atau sungkan melakukan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 641
yoza collection pembunuhan. Karenanya yang dibuat khawatir ialah, kalau lama-lama kepandaiannya
si siluman menjadi bertambah lihay, hingga diakhirnya pihak lurus nanti menemui
kesulitannya. Syukurlah kalian suami isteri telah memberikan pek-houw-tha padaku
maka pendeta siluman itu akan bercacad seumur hidupnya . .
Lam Pak Jie Kbong, Tok Kak Yang Cun artikan dua Khong dari Selatan dan
Utara dan Leng Cuy Jie Yu ialah dua sahabat dari Leng Tay. Baru ia menutup
mulutnya atau ia dan juga In Tong dikejutkan oleh suara tawa yang nyaring dan
cempleng, maka lekas-lekas mereka berpaling kearah dari mana suara itu datang. Maka
terlibatlah oleh mereka berlari mendatanginya Cian Bie Jie siwanita muridnya Hong
Hwee Hoat su. Ah! keduanya berseru kaget.
In Tong segera bersiap akan menyambut musuh itu.
Jangan takut, jangan galak! berkata Cian Bie Jie setibanya didepan kedua lawannya
itu. Aku tidak berniat menempur kau! Ia berkata kepada Nona Kat yang ia lihat sudah
bersiap sedia menempurnya. Setelah itu mendadak ia lompat kesisinya Pek Kong!
Seketika juga romannya menjadi bengis. Ia membentak: Mari!
Kau mau apa" tegur In Tong, yang terkejut berbareng heran.
Jangan kau berlagak pilon! bentak Cian Bie Jie. Kau serahkan Pek houwtha padaku!
Kau menyerahkan secara baik-baik ! Atau lebih dahulu akan aku menghendaki jiwamu!
In Tong gusar sekali Ia sebal dengan lagak dan kata-kata jumawa wanita itu.
Kau berani turun tangan atas diriku" tantangnya. Ia menggerakkan tangannya.
Tahan!' Tok Kak Yang Cun datang sama tengah. Kemudian ia menghadapi musuh
itu amuk berkata dengan sabar: Pek-houw-tha berada dalam tanganku siorang tua, aku
bisa serahkan padamu Namun jika diserahkan sekarang, kau tentu akan membunuh
anak muda itu. Siapa berani pastikan" Maka itu, untuk aku menyerahkannya, kau harus
menjauhi beberapa langkah dari anak muda itu.
Memang wanita iiu mengancam keselamatan Pek Kong.
Cian Bie Jie menoleh kepada pemuda she Pek itu. Baik! katanya sambil tertawa
dan terus dia mundur lima langkah.
Tok Kak Yang Cun mengawasi wanita itu, agaknya dia ragu-ragu.
Nona, katanya kemudian kepada In Tong, Nona, tolong pinjamkan Coa Po padaku!
Kat In Tong tidak dapat menerka maksudnya siorang tua tetapi karena ia percaya
dengan lantas ia menyerahkan mustika ular itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 642
yoza collection Tok Kak Yang Cun menyambuti terus, ia buka bungkusannya untuk memegang Coa
Po dengan tangan kanannya, sedangkan pek-houw-tha ia keluarkan dan dicekal dengan
tangan kirinya, lalu ia menggoyang-goyangkan kedua benda itu. Kemudian ia
menghadapi Cian Bie Jie, untuk berkata engan suara keras: Ditangan kananku ini ialah
Coa Po, ular sakti yaog menjadi penakluk dari beribu macam bisa, maka jikalau kau
berniat menggunai racun terhadap aku si orang tua, pasti kau bakal mati tak ada
kuburannya! Lekas kau mundur lagi sepuluh langkah! Akan akan lemparkan pek-houwtha padamu!
Baru sekarang Cian Bie Jie mengerti mengapa ketika Lo Be Tin menempur Nona
Kat kawannya itu tidak berhasil merobohkan si nona, kiranya nona itu memiliki Coa Po.
Ia yang memang cerdik menginsyafi bahwa seorang diri tak dapat ia melawan nona
itu serta Tok Kak Yang Cun, maka ia mau mengalah, tetapi bukan mengalah dengan
tunduk sama sekali. Maka ia sengaja tertawa dan berkata lantang: Baiklah, aku lulusi
permintaanmu ini! Tetapi ingat, jikalau kau tidak serahkan pek-houw-tha, nonamu akan
merampas nyawamu! Dan mundurlah ia lagi sepuluh langkah.
Selekasnya wanita itu mundur, In Tong segera berlompat maju untuk mengambil
tempat diantara wanita itu serta Tok Kak Yang Cun, ia tidak mempunyai janji apa-apa,
ia merdeka bergerak kemana ia suka.
Tok Kak Yang Cun sudah lantas mengayunkan tangannya melemparkan sesuatu
sambii berkata nyaring: Kau sambutlah!
Cian Bie Jie selalu memasang mata, ia melihat suatu benda dilemparkan kepadanya
karena ia mengira itulah pek-houw-tha, ia mengulur tangannya menyambut, akan tetapi
selekasnya ia memegang dan menggengga benda ini, mendadak ia merasakan
tangannya nyeri sekaii, nyeri sampai ke uluhatinya, terus seluruh tangannya dirasakan
sangat panas seperti terbakar api. Ia kaget dan lekas-lekas melemparkan benda itu. Ia
mencaci maki dengan gusarnya: Oh, bangsat tua, kau menipu aku, ya" Jikalau aku tidak
meremukan tulang-tulangmu, aku sumpah tidak . .
Sementara itu Kat In Tong bengong menyaksikan kejadian itu, tetapi ia lantas
mengerti bahwa Tok Kak Yang Cun tentu sudah melemparkan Coa po kepada musuh
sebab tangan musuh ada racunnya, Coa po membasminya.
Justeru selagi Cian Bie Jie masih kalap dan kelabakan Nona Kat sudah lantas lompat
menyerang dengan senjatanya, palu wan yo chui.
Celaka muridnya Hong Hwee Hoat su itu. Tak sempat dia berkelit atau menangkis,
tepat dadanya kena terhajar, maka sambil menjerit keras sekali dia roboh terkulai
dengan jiwa melayang ! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 643
yoza collection In Tong berlaku sebat, ia lompat pada musuh itu akan mengambil kembali Coa po
yang jatuh di tanah. Justeru ia mau kembali pada Pek Kong, ia dikejutkan oleh tawa nyaring dari arah si
anak muda, ketika ia berpaling untuk melihatnya. ia tampak di sisi kekasihnya berdiri
seorang wanita berpakaian serba hitam. Wanita itu adalah Kim Bie Kie, yang dengan
pedangnya diancamkan kebatang lehernya Pek Kong sambil berkata dingin: Eh, tua
bangka, ternyata kau sudah menggunakan akal licin! Sekarang lekas kau serahkan pekhouw-tha kepadaku, kalau tidak, lebih dahulu aku akan pisahkan kepala pemuda ini dari
tubuhnya! Tok Kak Yang Cun kaget sekali. Inilah ia tidak sangka sama sekali. Hebat sibaju
hitam yang datangnya secara sangat tiba-tiba. Ketika ia mengawasi nona Kat, si nona
tampak sangat bingung. Ia insyaf akan keadaan sulit itu. Kalau ia serahkan pek-houwtha, akan lenyaplah obat mujijat itu. Pula, kalau ia sudah menyerahkannya, belum tentu
jiwa Pek Kong akan terjamin! Bagaimana kalau Kim Bie Kie tidak menepati janji dan
membinasakan juga pemuda itu" Bukankah benda dan jiwa akan hilang ke dua-duanya"
Kitn Bie Kie menyaksikan orang ragu, ia menggerakkan pedangnya, mengancam
Mana yang kalian inginkan, pek-houw-tha atau jiwa anak
muda ini" Tok Kak Cun mengawasi Bie Kie. Ia ragu-ragu, namun ia sudah memikirkan sesuatu.


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Segera ia berkata : Pasti akan aku serahkan pek-houw-tha.. . hanya aku minta!
Jangan mengoceh saja! bentak Bie Kie. 'Lekas lemparkan buah itu! Kembali ia
mengayunkan pedangnya mengancam hendak menahas leher Pek Kong.
In Tong bingung bukan main. Seng Loo- cianpwee! teriaknya hampir menangis.
Lekas lemparkan pek-houw-tha padanya!
Sementara itu Tok Kak Yang Cun yang berpengalaman dapat menerka hati Kim Bie
Kie. Nona itu tidak saja menginginkan pek-houw-tha, iapun berniat membawa lari Pek
Kong. Nona, akan kuserahkan pek-houw-tha kepadamu! katanya kemudian. Tapi ingat,
jangan sekali-kali kau sentuh Pek Siauwhiap. Dia sedang mengobati dirinya, kalau kau
menggagalkannya, maka itulah saat dari penyesalan dan penasaranmu seumur
hidupmu! Wajah sirerba hitam menjadi merah. Orang menerka tepat isi hatinya.
Aku mengerti! katanya, cepat. Tak usah kau menyebutnya lagi! Lekas lemparkan
pek-houw-tha padaku! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 644
yoza collection Yang Cun mengawasi Pek Kong dengan tajam, ia melihat pemuda itu menggerakgerakkan alisnya. Ia tahu bahwa saat pengobatan dirinya pemuda itu telah selesai. Ia
menjadi amat lega hati. Segera ia melemparkan pek-houw-tha sambil berseru nyaring:
Nona, sambutlah! Pek Kong sudah mengerahkan tenaga dalamnya, pernapasannya sudah disalurkan
seluruhnya sehingga, darahnya dapat mengalir secara menyeluruh, sampai ia
merasakan tubuhnya segar sekali. Ketika ia mendengar seruan mengguntur dari Tok
Kak Yang Cun, ia telah sadar sesadar-sadarnya dalam sedetik. Lantas ia membuka
matanya, sehingga ia melihat segalanya dan mengerti duduknya hal.
Tok Kak Yang Cun berlaku cerdik. Ketika ia melemparkan pek-houw-tha, ia
melemparkannya kesamping kira-kira setindak disisi Kim Bie Kie. Maka untuk
menyambuti obat itu, Bie Kie harus mengulurkan tangannya sambil cenderungkan
tubuhnya kesisi pemuda kita. Namun, belum lagi ia dapat menyambut pek-houw-tha,
tiba-tiba ia merasakan pinggangn
dan lemas, seketika juga tubuhnya
lantas roboh terguling. Akan tetapi ia masih cukup sadar, ia membuka matanya. Kini
tahulah ia bahwa orang sudah menohoknya dan sipenotok adalah Pek Kong sendiri.
Kat Ia Tong sangat membenci muridnya Hong Hwee Hoat su ini, maka selagi si
wanita itu roboh, serentak ia melompat maju menotok jalan darah kematiannya.
Melayanglah jiwa wanita itu, tubuhnya menggeletak ditanah pegunungan,
menemani tubuh Kim Bie Kie!
Pek Koig sudah bangkit berdiri lebih dahulu ia pungut pek-houw-tha, terus ia
menghela napas dan berkata perlahan: Sebenarnya dia ini belum waktunya mati..
Kau katakan bahwa dia belum wakiunya mati" kata In Tong sambit mencibir. Tadi
dia sudah tanggalkan pedangnya dibatang lehermu membuat aku kaget setengah mati..
Pek Kong mengawasi si nona, mulutnya ditutup rapat. Ia mengerti cintanya nona
itu terhadapnya! In Torg menyerahkan Coa Po, sambil bertanya prihatin: Pek long, apakah kau
sembuh benar dari luka dalam tubuhmu"
Si anak muda mengangguk dan bersenyum. Ya, sudah, sahutnya. Marilah kita
pergi. Tok Kak Yang Cun menghampiri, sewaktu melihat wajah si anak muda, ia terkejut.
Dahi anak muda itu nampak gelap.
Mari kita lekas mencari rumah penginapan! katanya. Kita perlu istirahat sehari
dua hari. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 645
yoza collection Orang tua ini ahli pengobatan yang sudah berpengalaman, dan ada maksud tertentu
dalam kata-katanya. Pek Kong dapat mengerti akan hal itu, demikianpun In Tong. Maka
nona ini bersoja pada tabib itu sambil berkata: Lootiang, aku harap dengan sangat
Lootiang mau tolong mengobati Pek Kong.. .
Janganlah pakai cara-cara seperti ini, nona, kata Tok Kak Yang Cun, yang juga mem
balas hormat. Pek Kong terharu menyaksikan keprihatinan si notia. Untuknya nona itu mau berkor
ban. Begitulah sore itu, bertiga Pek Kong dapat mencari pemondokkan dalam kampung
di rumah seorang penduduk. Ia dapat sebuah kamar bersama Tok Kak Yang Cun, dan
In Tong terpaksa tidur dengan putrinya tuan rumah.
Pada keesokan harinya kesehatan Pek Kong maju banyak, tinggal hanya
pernapasannya belum lurus seluruhnya. Sementara itu, ia ingin lekas-lekas melanjutkan
perjalanannya. Tok Kak Yang Cun mengerti keinginan kawannya itu. Sebaliknya ia ingin anak muda
itu beristirahat beberapa hari lagi. Apa daya" Segera ia pergi keluar. Sebelumnya ia
pesan In Tong untuk terus menemani si anak muda agar dapat beristirahat. Ia keluar
dengan alasan mau mencari obat.
Pek Kong dapat bersabar untuk menemani Ia ingin segera sampai di See Ouw.
Disebelah itu, ia juga ingin benar, agar Ong Pek Coan lekas sembuh. Tok Kak Yang Cun
mengatakan bahwa kakak seperguruannya itu tak dapat sembuh dengan hanya
mengandalkan liong yan coh dan pekhouwtha.
In Tong girang sekali. Dengan perginya Tok Kak Yang Cua, ia mendapat banyak
kesempatan selalu berkumpul dengan pemuda yang dikasihinya itu. Begltulah ia terus
mendampinginya, banyak yang ia atau mereka bicarakan.
Pek long, kemudian tanyanya. Tahukah kau tentang Kak Honghu serta Siangkoan
Tayhiap" Pek Kong heran akan pertanyaan itu. Ada urusan apa diantara mereka berdua"
tanyanya. Siangkoan Tayhiap amat menyukai Kak Honghu..
Mereka memang setimpal sekali,
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 646
yoza collection Setimpal memang setimpal namun Kak Honghu mencintai kau! Lagipula
Loocianpwee Cian Tok Seng Ciu telah menyetujui jodoh kita beramai, agar kami
merawati kau seorang! Pek Kong berdiam, hatinya berdebar.
Sebenarnya itu adalah kata-kata Cian Tok Seng Ciu sendiri!' katanya kemudian.
Sama sekali aku belum memberikan persetujuanku. Karena itu kepastiannya belum
ada. Disebelah itu, kalian juga mempunyai orang-orang yang tertua dan harus dapat
persetujuan mereka lebih dahulu, atau sedikitnya mereka belum diberitahukan tentang
hal kita ini! Mana dapat kita mengambil keputusan sendiri secara sembrono ini"
Itulah kata-kata yang In Tong tak pernah duga akan menerimanya Sebab itu ia
melongo menatapi si anak muda. Lalu katanya manja - Pantas saja Kak Liu mengatakan
bahwa kau paling pandai menyangkal! Benar-benar urusan kita inipun kau
menyangkalnya! Tidak demikian kaum wanita, kata-kata yang diucapkan tidak mungkin
ditariknya pulang ! Sekarang kau jangan harap akan mendapat pulang sabuk badakmu
itu! Pek Kong terdiam, ia merasa sulit sekali, tak dapat bertengkar dengan In Tong. Apa
pula si nona setelah berkata-kata seperti yang mengambek, sudah lantas berjalan ke
luar. Sulit! pikirnya. Agaknya kalau aku sudah mati, barulah urusan menjadi beres.
Anak muda itu harus berpikir banyak. Ia sudah berhasil menolong Ong Pek Coan
dan Tok Kak Yang Cun, dan Couw Kun kini sudah diketahui berada pada Ceng Khong
Seng Nie. Itu berarti bahwa sebagian tugasnya sudah selesai. Mengapa aku tidak mau
langsung pergi mencari Tong Thian Tok Liong untuk mengadu jiwa dengannya
demikian ia mengambil keputusan.
Ketika pikirannya sedang kacau dan risau.
Ketika itu ia berada sendirian. Dengan segera ia mengambil keputusan, maka
keluarlah ia dari kamarnya dan terus berlari lari menuju Kiu Kiong San!
Berlari-lari belum ada satu jam, anak muda ini merasa perutnya nyeri. Itulah
disebabkan kesehatannya belum pulih benar akibat pertempuran dengan Hong Hwee
Hoat-su, Napasnya terus memburu. Segera ia memperlambat langkahnya dan jalan
memasuki rimba. Dibawah sebuah pohon besar ia duduk bersila untuk menyalurkan
pernapasannya. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 647
yoza collection Beberapa lama ia duduk bersemedhi, Pek Kong tidak mengetahuinya, sampai ia
merasakan matanya silau dengan satu cahaya keemas-emasan, ketika ia membuka
matanya, kiranya cahaya itu adalah sinar matahari pagi!
Ketika ia coba bernapas, Pek Kong masih merasakan sedikit nyeri dibagian dalam
tubuhnya. Tentang tenaganya, ia merasakan sudah pulih sebagian besar. Ketika ia mau
bangkit berdiri dengan maksud melanjutkan perjalanan, ia dikejutkan oleh satu suara
dingin yang terdengar tiba-tiba dari belakangnya.
Segera ia berpaling untuk melibatnya. Kiranya itulah Pek Gan Kwte Leng Sie Cay,
yang juga duduk bersila sejenak dua tombak daripadanya. Ia heran dan hatinyapun
panas. Leng Sie Cay melihat roman kegusaran dari sianak muda, ia tetap duduk bersila,
hanya sekali ini ia tertawa sambii berkata: Sutee, kau sungguh lihay. Ketika kau
bersemedhi dari ubun-ubunmu mengepul keluar uap putih seperti halimun. Bagi
kakakmu ini walau belajar lagi tigapuiuh tahunpun tak akan dapat menyusul dan
menyamai kau! Pek Kong mendongkol. Leng Sie Cay mengaku kakak beradik seperguruan
dengannya. Ia dipanggilnya sutee, adik seperguruan.
Ngaco! bentaknya. Siapakah adik seperguruanmu"
Kakakmu mendengar dari guru kita bahwa kau juga muridnya, katanya, karenanya
mengapa tak dapat aku memanggil
Pek Kong menghargai Cian Tok Seng Ciu akan tetapi tidak Leng Sie Cay ini, bahkan
ia mencurigai bahwa Leng Sie Cay adalah pembunuh dari paman Houwnya. Seorang
musuh mana dapat ia akui sebagai kakak seperguruannya"
Aku belum dapat dianggap sebagai murid Cianpwee Cian Tok Seng Ciu! katanya.
Ketika loocianpwee memberi aku pelajaran ilmu Tok Kang Sip Sam Sie. dia
mengajarnya dengan jalan kami berdua mengadu kepandaian. Itulah tindakan sepihak
dari Ioocianpwee dan karenanya aku belum mengangkatnya menjadi guru.
Pek Gan Kwie tertawa. Sama saja! katanya ngorot. Memang sebelum kau menjadi murid yang sah,
diantara kalian belum ada sebutan guru dan murid secara resmi, namun demikian,
kenyataan bahwa kau telah diwariskan semacam ilmu silat, maka itu tidak salahlah jika
aku memanggil sutee padamu! Baiklah kau ketahui, sutee, kakakmu ini meskipun
mendapat nama kotor yang telah meluas sekali namun bila aku melakukan sesuatu, itu
dilakukannya terang-terangan, secara laki-laki sejati! Aku datang berterang, perginya
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 648
yoza collection berterang juga! Jika aku berani berbuat, tentu juga aku berani bertanggung jawab!. Tidak,
Pek Kong mengawasi sambil berpikir. Ia tak percaya orang dihadapannya ini adalah
orang baik-baik. Maka dengan dingin dan keras, ia berkata: "Jikalau kau pikir untuk
mengakui aku sebagai adik seperguruanmu, itulah kau bermimpi atau mengkhayal saja!
Aku hendak mengajukan pertanyaan padamu tentang beberapa soal. Jika kau menjawab
dengan sejujur-jujurnya, dengan memandang kepada gurumu mungkin aku dapat
memberikan keputusan ringan kepadamu. Jika sebaliknya, yaitu kau memfitnah orang,
awas, akan kuhajar kau sam
Mata Pek Gan Kwie bersinar merah, sinar penuh kemarahan, setelah itu, ia tertawa.
kan Hong Too Siauw Seng Houw sudah terluka binasa diujung Cian Tok Bong Hong ciam,
jarum mautmu yang berbisa itu"
Menurut cerita yang tersiar diluaran, demikianlah halnya!
Tidak benar! Kian Kun Kiam serta Tok sie Sam Tay Su Gie, mereka itu tentulah kau yang turun
tangan membinasakannya secara gelap!
Tak dapat dikatakan aku yang telah turun tangan secara langsung!
Pek Kong heran. Semua tuduhannya telah dibantahnya.
Sekarana jawab satu pertanyaanku lagi: Ada berapa orangkah yang menyimpan
atau memiliki jarum beracun Cian Tok Bong Hong Ciam itu"
anya aku si orang she Leng sendiri!
Pek Kong mendongkol sekali, ia gusar.
Jika senjata rahasia itu hanya dimiliki olehmu seorang! katanya bengis, dan kau
pula mengakui bahwa orang binasa oleh jarummu itu, mengapa kau menyangkal bahwa
kejahatan itu bukan dilakukan olehmu"
Pek Gan Kwie tertawa dingin. Sahutnya: Benar ya benar, bukan ya bukan! Untuk
apa aku mendustai atau menipumu"
Kembali si anak muda menjadi heran.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 649
yoza collection Kau bicara sangat bertentangan satu dengan lain! Bagaimana kau dapat
Itulah disebabkan aku pernah memberikan jarum beracunku pada orang lain,
jawab Pek Gan Kwie dengan sabar,
Kepada siapakah" Kepada Sian Hiauw In. Memang Pek Kong memang mempunyai dugaan demikian, bahwa pamannya
binasa ditangan Tong Thian Tok Liong, sekarang dugaannya itu terbukti. Namun ia
masih mengkhawatirkan orang mendustainya.
Bukti apa kau punya" tanyanya pula.
Leng Sie Cay agak kurang senang Dia seorang tokoh yang malang melintang
didunia Kang Ouw, siapa menentangnya pasti hilang jiwanya, namun sekarang orang
menanyakan seperti juga ia sedang diadili sebagai pesakitan. Sebab itu ia tertawa
dingin. Kau mau percaya syukur, tidak percaya terserah! katanya sengit. Untuk apa aku
si orang she Leng harus menunjukkan bukti segala"
Segera hantu ini menengadah. Ia tidak memperdulikan lagi si anak muda.
Pek Kong jadi hilang sabar. Ia maju mendekati, sebelah tangannya pun diangkat
dekat siap menghajarnya. Leng Sie Cay tetap diam saja. Tak ada tanda-tanda yang dia niat melawan atau
berlalu. Menyaksikan demikian, si anak muda berhenti. la tidak jadi menyerang.
Mengapa senjata rahasia yang sedemikian jahat kau serahkan pada orang lain"
tanyanya Leng Sie Cay tetap membungkam.
Pek Kong mendongkol. Apabila kau tetap tidak mau bicara, jangan salahkan aku kejam! ancamannya.
Leng Sie Cay melirik sambil tunduk, tiba-tiba ia berlompat bangun. Iapun tertawa
terkekeh-kekeh. Eh, bocah yang masih bau pupuk, janganlah kau terlalu galak! katanya. Jikalau aku
bukan sedang menerima perintah susiok untuk mencari kau, janganlah kau harap dapat
menemui aku buat mengajukan segala pertanyaanmu ini! Tak mudah! Tadipun, jikalau
aku si orang she Leng ingin merampas jiwamu, dengan mudah dapat aku lakukan!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 650
yoza collection Namun aku paling tidak bisa melakukan sesuatu secara menggelap atau membokong!
Kalau tidak, bocah, tak mungkin kau mempunyai kesempatan berlaku galak sedemikian
rupa terhadapku! Pek Kong terkejut. Segera ia menjadi tenang. Mungkin tak benar
seluruhnya kata orang, kenyataannya kinipun Pek Gan Kwie tak ingin mencelakai
padanya. Memang, tadi asalkan dia mau, dia itu dapat membokongnya. Dalam keadaan
tenang Pek Kong dapat berpikir.
Baiklah tuan, tanyanya kemudian. Menurut kau, Siauw Seng Houw binasa ditangan
Tong Thian Tok Liong tapi sekarang aku ingin tahu sebabnya! Dapatkah kau
memberitahukan padaku sebab sebabnya itu"
Mendergar suara orang berubah menjadi sabar, Pek Gan Kwie menghela napas,
setelah itu ia menuturkan semua perbuatan atau tindak-tanduknya Tong Thian Tok
Liong, si Naga Berbisa Menembusi Langit.
Asal mulanya Tong Thian Tok Liong Sian Hiauw In, Keua dari Thian Liong Pang
partai Naga Langit, mencintai Pek Bwee Nio, namun lamarannya telah ditolak sehingga
ia memperdendam, maka ia mengambil keputus- an akan membinasakan semua
keluarga kakek gurunya. Akan tetapi ia tidak berani bertindak sembrono. Ia mengetahui,
bahwa salah satu diantara Sam Tay Su Gie Keluarga Tek dapat membunuh padanya.
Sebab itu. ia segera memancing Pek Gan Kwie Leng Sie Cay degan umpan Pek bwee
ko, buah mujizat itu, sehingga Leng Sie Cay mau bekerjasama dan memberikan padanya
satu kantong kecil jarum beracun Cian Tok Bong Hong Ciam.
Menurut rencana Sian Hiauw In pembalasan harus dijalankan oleh Leng Sie Cay.
Leng Sie Cay berhasil memancing keluar Pek Bwee Nio, akan tetapi ketika ia kembali
ke rumah batu, ia mendapat kenyataan tiga orang Keluarga Tek itu - kakek dan cucucucunya sudah roboh terluka dan binasa! Kemudian ia mendapat keterangan, bahwa
untuk turun tangan, Sian Hiauw In sudah mengundang Leng In Ie su serta keempat Toa
Sat Chee datang membantu padanya, dan orang yang membunuh itu ialah Ciauw Bin
Siu su To Ya si Sasterawan Bermuka Tertawa.
Kemudian Pek Bwee Nio, yang kabur membawa luka dttubuhnya, telah dengan Kian
Kun Kiam Honghu In Liong. Lalu kedua belah pihak, Pek Bwee Nio dan Sian Hiauw In
sudah berjanji akan bertempur pula disebuah tempat dekat Ngo bwee kwan. Disini lagilagi Sian Hiauw In mengundang bala bantuan, diantaranya terdapat pula Ciauw Bin Siu
su si Sasterawan Bermuka Tertawa itu.
Dalam pertempuran itu, Honghu In Liong menemui ajalnya dimedan pertempuran


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Pek Bwee Nio, yang lagi mendapat luka, kembali dapat meloloskan diri.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 651
yoza collection Setelah setengah tahun berselang dari saat pertempuran di Ngo bwee kwan itu
maka terdengarlah berita halnya Pek Bwee N:o telah melahirkan seorang bayi dan
kemudian seorang diri ia pergi merantau mencari Tong Thian Tok Liong untuk
melakukan pembalasan sakit hati keluarga dan suaminya. Sian Hiauw In bukanlah
lawan Pek Bwee Nio, namun dia mempunyai jarum beracun dari Pek Gan Kwie itu, maka
kesudahan pertempuran dialah yang menang dan lawannya binasa terkena jarumnya.
Siauw Seng Houw bersama Honghu In Liong menjadi saudara-angkat satu dengan
lain. Entah bagaimana halnya, lewat tujuh belas tahun, Siauw Seng Houw sudah pergi
mencari Tong Thian Tok Liong dan keduanya sudah bertempur mati-matian Ketika itu
ilmu silat Sian Hiauw ln sudah mendapat kemajuan pesat, ia berhasil mengalahkan
Siauw Seng Houw, yang terpaksa harus lari menyingkir.
Demikian ceritera atau tuturnya Leng Sie Cay yang menambahkan: 'Dalam
pertempuran antara Tong Thian Tok Liong dengan Siauw Seng Houw itu aku tidak hadir
bersama. Sebab itu, kalau bukan kau yang mengatakan bahwa pamanmu binasa karena
Cian Tok Bong Hong Ciam, anak, hingga saat inipun aku tidak tahu sebab musabab
kematiannya itu. Inilah yang menyebabkan mengapa aku hanya mengambil bagian
tidak langsung. Mendengar keterangan itu, maka tahulah Pek Kong bahwa Siauw Seng Houw,
pamannya sudah binasa ditangan Sian Hiauw In. Dan mengapa Siauw Seng Houw baru
membuat pembalasan sesudah tujuhbelas tahun, itulah pasti disebabkan sang paman
harus merawat dan mendidik dulu padanya begitupun Siauw Couw Kun, puteri Seng
Hauw sendiri. Mengingat budi besar Seng Houw terhadapnya. Pek Kong menghela napas dalamdalam dan pedih hatinya, maka juga akhirnya ia berkata dengan sengit: Jikalau aku
siorang she Pek tidak memotong-motong tubuh Siauw Hiauw In menjadi beribu-ribu
potong, tak mau aku menjadi manusia!
Pek Gan Kwie tertawa melihat kemarahan orang itu.
Sekarang kau sudah mengerti duduknya hal, katanya. Sekarang tibalah saatnya
untuk aku pergi! Tunggu dulu! teriak Pek Kong, yang terus menambahkan: Ingatlah apa yang
tuturkan ini padaku! Asalkan ada sedikit saja yang tidak benar, awas, kepalamu akan
hancur! Kembali Pek Gan Kwi tertawa,
Batok kepalaku si orang she Leng tak lebih dari dua kati beratnya, katanya, jadi
batok kepalaku ini tidak berharga sama sekali! Sembarang waktu kau dapat datang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 652
yoza collection mengambilnya. Hanya kau harus ingat, kalau nanti batok kepalaku sudah berpisah dari
leher, siapakah kelak yang akan menjadi saksi untukmu"
Pek Kong terdiam. Si Hantu bermata. Biru berbicara dan hal yang benar.
Ah! serunya dalam hati kapan tak ingat sesuatu, ialah halnya ia melakukan
perjalanan ini untuk mengadu jiwa dengan Tong Thian Tok Liong. Karena itu, mengapa
ia tidak mau mengajak Leng Sie Cay pergi bersama untuk dijadikan saksi"
Ketika si anak muda berpikir, Pek Gan Kwie sudah pergi jauh. Lekas-lekas ia
membuka langkah untuk menyusul.
Lalu di sebuah tikungan, diaman si Hantu bagaikan menghilang, ia justeru melihat
seseorang lain sedang mendatangi kearahnya. Dan begitu ia mengenal orang itu
seorang pemuda yang tampan - ia menjadi girang sekali.
Oh, saudara Tian Ceng! sapanya.
Sungguh, kau sudah membuat aku sangat memikirkanmu! Dalam keadaan girang
yang luar biasa, bukan Pek Kong memberi hormat pada si anak muda, ia justeru untuk
memeluknya! Selagi si anak muda memeluk tubuh orang, ia menjadi terkejut dan heran
dibuatnya. Orang yang dirangkul itu justeru menundukkan kepalanya dan bukan bersuka ria
seperti ia sendiri, bahkan lantas mengucurkan air mata dengan deras sekali dan
menangis dengan sedihnya.
Dalam keadan heran Pek Kong teringat sesuatu, yang membuat hatinya berdebardebar. Ia ingat bahwa Tian Ceng yang sering membantu atau menolongnya adalah Sian
Hui Sim si nona yang menjadi puteri musuh besarnya, musuh yang sedang ia satroni!
Tiba-tiba saja pemuda ini menolak tubuh orang serta bertanya: Benarkah kau Sian
Hui Sim" Ditanya begitu, jusieru kesedihan Tian Ce !g menjadi bertambah-tambah, sehingga
tubuhnya menjadi, lemas, Tanpa merasa ia jatuh di.hadapan si anak muda, terus ia
merangkul kedua kaki pemuda kita sambil menangis sedu-sedan.
Pek Kong menjadi bingung A.pa yang harus kuperbuat" tanyanya dalam hati. Ia termenung berpikir keras.
Dilain saat, barulah anak muda ini dapat menenangkan dirinya.
Nona, bangunlah, katanya kemudian, nadanya lembut. Mari kita bicara .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 653
yoza collection Sian Hui Sim, yang ketika itu menyamar sebagai pemuda, mencoba menenteramkan
hatinya. Ia bangkit berdiri, tapi ketika membuka mulutnya akan bicara, ia masih
menangis seguk-seguk. Tadi ciancat sudah mendengar semua pembicaraan diantara kau dan Pek Gan
Kwie, demikian kata si nona, yang menyebut dirinya bukan dengan aku hanya dengan
ciancat, artinya gundik yang rendah. Dengan kata-kata itu ia sudah berlaku merendah
Jala Pedang Jaring Sutra 17 Kibot 02 Misteri Kapal Tua Pedang Naga Kemala 1
^