Pencarian

Perintah Maut 4

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 4


Kang Han Cing. Peringatannya sudah terlambat !
Pelayan berbaju hijau yang dipanggil Siao Siang
sudah menusukkan belatinya, Kang Han Cing
menggerakkan tangan, dengan dua jari menjepit
pisau itu. Siao Siang berusaha menarik kembali pisaunya
tapi tidak berhasil. Dicabutnya, juga tidak berhasil.
265 Dua jari jepitan Kang Han Cing seperti berakar
keras, tidak bergeming. Siao Siang memiliki ilmu kepandaian cukup
kuat, ia segera melepaskan pisaunya lalu kedua
jarinya dikeraskan, menotok jalan darah Kang Han
Cing. Serangan ini mengenai sasaran, terdengar
suara, puk, tapi Siao Siang yang kaget, se-olah2
membentur besi, tangan itu hampir patah, ia
berteriak, aduh, dan mundur kebelakang.
Kang Han Cing melepaskan menjatuhkan pisau dilantai.
jepitannya Gadis berbaju hijau yang menyamar Kang Han
Cing tertawa dingin, diperhatikannya pemuda itu
dan berkata : "Ilmu kepandaian hebat ! Sedang berdemontrasi
!" "Hei," berkata Kang Han Cing. "Dengan maksud
apa kau mencelakakan orang ?"
"Maksudmu ?" bertanya si gadis berbaju hijau.
"Aku ingin mengetahui jelas, siapa yang
melakukan perkosaan dan pembunuhan di Ciokcuk-am."
Gadis berbaju hijau berkata dingin :
"Hendak memeriksa hal perkosaan " Ha, kau
salah cari." "Mengapa salah cari ?" bertanya Kang Han Cing.
266 Selembar wajah gadis berbaju hijau itu menjadi
merah, membanting kaki dan berkata :
"Nah ! Kau sudah ketahui. Aku juga seorang
wanita. Mana mungkin bisa memperkosa wanita?"
Keterangannya memang tepat. Tapi siapa yang
memperkosa Yen Siu Lan " Siapa yang
membunuhnya " Sedangkan Kang Han Cing sudah mengikuti
bayangan gadis berbaju hijau ini, gadis ini dengan
menyamar dan menggunakan kedok tipis, hampir
saja ia mencelakakan Ciok Sim Taysu dan Put-im
Suthay. Kalau saja tidak ada Goan Tian Hoat yang
meng-ojok2 sang toako, fitnah jatuh pula keatas
dirinya. "Kang jiekongcu," berkata si gadis berbaju hijau.
"Kau sudah mengikutiku lama ?"
"Ya," berkata Kang Han Cing.
Gadis berbaju hijau itu bertanya lagi : "Apa
maksudmu ?" "Mudah saja," berkata Kang Han Cing.
"Kupersilahkan kau menggunakan kedok tipis tadi,
mengenakan pakaian yang sepertiku. Dan turut
aku." "Dengan alasan apa" Aku harus turut dirimu?"
si gadis menantang. "Lebih baik nona mengikuti saja." berkata Kang
Han Cing perlahan. "Kalau tidak, bagaimana ?" bertanya gadis
berbaju hijau itu. 267 "Apa boleh buat, aku harus menggunakan
kekerasan." berkata Kang Han Cing.
"Eh, mau ngajak berantam ?"
"Nona sendiri yang memaksa," berkata Kang
Han Cing, "Dalam keadaan apa boleh buat, harus
juga kulakukan." "Bagus." berkata si gadis berbaju hijau, "Sudah
lama kudengar ilmu kepandaian silat Kang
jiekongcu yang hebat, tapi belum kucoba. Mari kita
bergebrak beberapa jurus."
"Boleh saja," berkata Kang Han Cing. "Kalau
nona tidak bisa mengambil kemenangan kuharap
saja bisa turut aku."
"Tentu." berkata si gadis berbaju hijau. "Nah !
Mulailah." "Silahkan kau yang mulai !" berkata Kang Han
Cing. "Baik. Terima seranganku." pedangnya disentak
sedikit, menusuk perut Kang Han Cing.
Kang Han Cing tidak pernah gentar, sret, ia
mengeluarkan pedang, dan menepuk serangan
pedang si gadis. Gadis berbaju hijau itu tertawa cekikikan,
pedangnya sebagai seekor ular yang licin, bergelut
dan meluncur kebawah, dari sana meletik keatas,
cahaya kilatan pedang berkelebat, mengancam
tenggorokan. Kang Han Cing terkejut, kecepatan ilmu pedang
gadis ini sungguh luar biasa, karena itu, untuk
268 mengimbanginya ia pun bergerak cepat menutup
kearah luar. Si gadis tidak berhenti sampai disitu, di tengah
jalan ia mengubah arah, tusukan pedang
mengancam, kini menggores dari atas kebawah.
Se-olah2 mau membelah perut Kang Han Cing.
Kang Han Cing menubruk tempat kosong, rasa
kagetnya tidak kepalang. Cepat2 menyedot perut
mundur satu langkah. Inisiatif penyerangan masih berada di tangan si
gadis berbaju hijau, pedangnya ber-kilat2,
sekaligus menyerang ditujuh tempat.
Setiap tempat yang diarah adalah tempat yang
berbahaya. Betapa bunga hati si gadis berbaju hijau,
menyaksikan kecepatan gerakannya yang berhasil
menekan Kang Han Cing, si pemuda sudah berada
didalam situasi posisi terjepit, tentu saja si gadis
tidak melepaskan kesempatan baik, terus menerus
menyerang lagi, mulutnya membentak, tangannya
terayun, membuat gerakan istimewa, terjadi
delapan kali getaran pedang, ujung pedang
mengancam delapan tempat, delapan tempat itu
adalah delapan jalan darah kematian Kang Han
Cing. Bilamana salah satu dari kedelapan ancaman
serangan pedang itu mengenai sedikit saja
tubuhnya, Kang Han Cing akan luka parah. Dan
bila serangan pedang si gadis berhasil menusuk
sedikit, Kang Han Cing akan mati segera.
Ancaman hebat dan luar biasa !
269 Tapi disaat inilah, terdengar suara Kang Han
Cing: "Awas nona !" Terdengar suara tang, tang, ting, ting, semua
serangan pedang si gadis ditangkis dengan baik.
Hanya dengan me-nyentil2 ujung pedang serangan
istimewa si gadis berbaju hijau punah dan hancur.
Secepat itu pula, pedang Kang Han Cing berhasil
menekan pedang si gadis dengan kekuatan
raksasa. Si gadis berbaju hijau tidak menyangka
kalau Kang Han Cing ini masih mempunyai banyak
ilmu simpanan, ia hendak menarik pulang
pedangnya, tapi sudah terlambat.
Pletok.....pedangnya berdentang dilantai. tertekan dan jatuh Apa boleh buat gadis berbaju hijau melepaskan
pegangan lompat jauh ke belakang.
Kang Han Cing sangat yakin kepada ilmu
kepandaian yang dimiliki, tidak mengejar gadis
tersebut, ia berdiri tenang, dengan kalem berkata :
"Nona sudah menderita kekalahan, mari turut
aku !" "Siapa yang kalah ?" berkata si gadis berbaju
hijau. "Nah ! Lihat lain acaraku!"
Tangannya terayun, jalur2 merah mengarungi
ruangan itu, menelungkup kearah Kang Han Cing.
Menduga kepada datangnya senjata rahasia
Kang Han Cing menggerakkan pedang, dengan
tertawa dingin menangkis serangan2 itu.
270 Dugaan Kang Han Cing meleset, jalur2 merah
yang ditaburkan oleh si gadis adalah jalur2 yang
sangat halus, semacam sutera halus, terpecah dan
buyar disekitar kepalanya, mengeluruk jatuh.
Yang lebih hebat, jalur2 sutera halus itu
mempunyai kaitan2 kecil, kaitan tersebut khusus
untuk menangkap orang, siapa saja yang terkait,
tidak mungkin mengelakkan diri, dan selanjutnya
bisa meringkusnya. Kang Han Cing kurang pengalaman Kang-ouw,
ia tidak kenal dari mana senjata luar biasa tadi.
Berulang kali pedangnya menangkis, tubuhnyapun
mundur ke belakang. Si gadis berbaju hijau tertawa cekikikan dan
berkata : "Jalaku ini bernama jala penembus langit, dewa
dan iblispun tidak bisa mengelakkan. Apalagi
seorang manusia" Menyerahlah !"
Dengan senjata yang aneh luar biasa itu, si
gadis berbaju hijau mendesak Kang Han Cing.
Berulang kali Kang Han Cing menabas jala
berlapis langit, jala itu aneh, alot, dipotong tidak
putus, ditabas menjadi lembek, pedangnya tidak
berdaya. Yang lebih hebat lagi, kalau menangkis
datangnya jala itu, ujung kaitannya yang tajam
melengkung datang, semakin cepat ia bergerak,
semakin cepat pula reaksinya, kecuali berlompatan
kesana kemari, tidak ada lain jalan untuk
memecahkan senjata aneh itu!
271 Bekerjanya jala penembus langit memang aneh
luar biasa, si gadis berbaju hijau sudah melatih
diri selama tahunan, mengurung Kang Han Cing.
Kang Han Cing berusaha mengelakan datangnya
kurungan2 itu, terlalu sulit, ia berlompatan kian
kemari, pedangnya menangkis dan memotong, tokh
tidak berdaya. Ia harus mengelakan datangnya
kaitan2 kecil itu lagi, lebih2 sulit lagi.
Pedang Kang Han Cing juga termasuk pedang
pusaka, pedang yang bisa memutuskan segala
benda2 keras. Menghadapi jala2 halus itu, ia tidak berdaya.
Tiba2 pikiran Kang Han Cing tergerak, dia tidak
bisa membabat putus jala sutera halus. Tapi
kaitan2 yang ber-bengkok adalah terbuat dari
logam, kini diincarnya logam2 itu.
Trang, sebuah kaitan yang datang berhasil
dibabat putus. Trang, lagi2 sebuah kaitan dari ujung jala
penembus langit dipapas putus.
Trang, trang, trang..... Kang Han Cing membabat putus kaitan2 yang
berada diujung jala penembus langit itu.
Dengan terpapasnya kaitan2 logam pada jala
itu, bobot berat yang menggerakkan jalur2 sutera
menjadi lenyap, si gadis berbaju hijau kualahan,
betapa hebatpun ilmu kepandaian tenaga dalam, ia
tidak bisa lagi memainkan, sutera-sutera halus itu
tiada bertenaga. Kini kaitan2nya sudah terpapas
272 habis, ia menjadi sangat marah, dilemparkan
senjata istimewa itu, dengan marah membentak:
"Kang Han Cing! Bukan maksud kami
membunuh dirimu. Tapi kau keliwatan, apa boleh
buat. Nah! Terima ini !"
Begitu tangannya merogoh saku, ia melempar
kearah Kang Han Cing, terjadi hujan jarum
beracun, jarum-jarum itu sangat halus, bertaburan
seperti air hujan. Jarak mereka terlalu dekat, seharusnya tidak
mudah mengelakkan serangan jarum beracun itu,
tapi Kang Han Cing selalu sudah siap sedia, tangan
kirinya diluncurkan, dengan tenaga dalam
memukul jarum-jarum beracun yang sudah
menyambar terdepan, tubuhnya berjumpalitan,
meluncur ke belakang. *** SI GADIS berbaju hijau telah memperhitungkan
sesuatu, ia berani memalsukan Kang Han Cing,
tentu mempunyai ilmu kepandaian yang cukup
tinggi. Sesudah pedang, jala penembus langit dan
jarum beracun tidak berhasil, kini tangannya telah
memegang sebilah belati, dengan belati ini, ia
menyerang Kang Han Cing, membarengi serangan


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jarum beracunnya, ditujukan kearah si pemuda.
Disaat itu, tubuh Kang Han Cing sedang
melengkung kebelakang, datangnya serangan belati
sangat mendadak, sulit mengelakkannya, hal ini
sudah termasuk salah satu perhitungan si gadis
berbaju hijau, maka ia menusuk dengan pisau
belati. 273 Ada dua cara untuk menangkis datangnya
serangan itu. Cara yang pertama adalah
menggunakan senjata memukul pergi belati lawan,
cara yang kedua adalah bergulingan ditanah,
menjatohkan diri, tapi cara ini lebih celaka.
Kang Han Cing tidak menggunakan cara2 yang
lazim, tiba2 saja badannya yang melengkung itu
ditempangkan kembali ! Celaka ! Ini berani memajukan perutnya untuk
ditublas oleh belati si gadis berbaju hijau.
Si gadis berbaju hijau menjadi kaget, mana
mungkin ada cara perlawanan yang seperti itu"
Menjerit keras. Ia bingung untuk meneruskan
serangan belatinya yang sudah disodorkan ke
depan itu. Tak....... Didalam situasi kebingungan itu, tiba2 jari Kang
Han Cing menyentil belati si-gadis. Belati itu jatuh
terbang. Kang Han Cing sudah berdiri berhadaphadapan, jarak mereka cukup dekat, hampir
bersampokkan kulit. Dengan ilmu kepandaiannya yang tinggi, Kang
Han Cing berhasil mengelakan segala macam
bahaya. Ia sudah berada diambang pintu
kemenangan, dengan sombong berkata :
"Nona, apa lagi permainanmu " Silahkan..."
Sebelum kata2 Kang Han Cing dilepas habis,
lain senjata rahasia lagi melepus, tangan kiri si
274 gadis terayun, benda merah menghampiri Kang
Han Cing. Kang Han Cing sedang ber-pikir2 senjata
rahasia macam apa lagi yang dikeluarkan "
Tangannya menyaup, menerima datangnya gumpalan merah itu. Aaaaa ". Ternyata selembar saputangan merah, bau
harum parfum seorang gadis menusuk hidung.
Hanya selembar saputangan
digunakan untuk menyerang "
merah yang Saputangan merah ini bukan saputangan biasa,
hawa bau harum itu telah mendapat olahan2
istimewa pula, disaat Kang Han Cing mengendus
bau harum itu, tiba2 sepasang kakinya menjadi
lemas, ia terjatuh duduk.
Kang Han Cing keracunan secara halus.
Giliran gadis berbaju cekikikan, katanya : hijau yang tertawa "Hi, Hi......... Kang-jie kongcu, sampai disini
sajakah pertempuran kita?"
Kedua tangan dan kedua kaki Kang Han
tidak bertenaga lagi, ia bisa melihat ia
mendengar, bisa bersuara, tapi tidak
menggerakan tenaga. Kekuatannya dihancurluluhkan oleh gumpalan racun itu.
Cing bisa bisa telah Si gadis berbaju hijau memandang ke arah Kang
Han Cing, kemudian menoleh kearah pelayannya
dan berkata: 275 "Siao Siang, Kang jiekongcu adalah tamu kita,
mana pantas membiarkan seorang tamu duduk
numprah ditanah, Hayo ! Lekas bawakan kursi !
Bangunkan dan dudukkan diatas kursi."
Si pelayan Siao Siang bisa bekerja cepat
menyeret sebuah kursi, diletakkan di-tengah2 lalu
memayang Kang Han Cing yang sudah tiada daya,
didudukkan diatas kursi itu.
Sesudah selesai, Siao keluhan dan berkata: Siang mengeluarkan "Uh, orang ini berat sekali !"
Si gadis berbaju hijau mendelikkan mata,
mendatangi Kang Han Cing dan berdiri didepan si
pemuda, ia tertawa: "Jiekongcu, apa masih ingin menyeret aku ke
Ciok-cuk-am ?" Kang Han Cing mengatupkan
menggubris cemoohan tadi.
mata, tidak Si gadis berbaju hijau berkata lagi :
"Saputangan merahku tidak mempunyai daya
bius, hanya bisa menjinakkan seseorang yang
galak. Mengapa Kang jiekongcu menutup mata,
tidak berani menerima kenyataan ?"
Suaranya merdu, sangat menarik hati.
Kang Han Cing merentangkan kedua mata, ia
membentak : "Bah! Mengapa tidak berani ?"
"Hi, hi....." gadis itu tertawa lagi.
276 "Ilmu kepandaian Kang jiekongcu memang
hebat. Sudah boleh membanggakan diri di dalam
dunia Kang-ouw." Dengan marah Kang Han Cing membentak:
"Aku telah tertipu olehmu, kalau mau bunuh
lekas bunuh, jangan banyak cingcong."
"Maaf !" berkata si gadis berbaju hijau, "Tidak
seharusnya aku menggunakan obat pelemas itu
menjatuhkan jiekongcu. Tapi.....tidak ada jalan
lain. Terpaksa aku harus menahan jiekongcu."
"Kau hendak menahan aku disini?" bertanya
Kang Han Cing. Gadis berbaju hijau itu menganggukkan kepala.
"Maksudmu ?" "Ayah angkatku ingin bertemu."
Hati Kang Han Cing tergerak, ternyata si gadis
berbaju hijau hanya dalang, ia masih mempunyai
seorang ayah angkat. Ayah angkat itu hendak
bertemu " Apa maksud tujuannya " Siapakah
orang yang menjadi ayah angkat si gadis "
Mungkinkah lengcu Panji Hitam"
Kang Han Cing menentang sepasang sinar mata
si gadis yang jeli, ia bertanya:
"Lengcu Panji Hitam yang kau maksudkan ?"
"Tidak perlu ter-buru2," berkata
"Sebentar lagi kalian segera bertemu."
si gadis. "Siapa nama ayah angkatmu ?" bertanya Kang
Han Cing. 277 "Tanya saja kepadanya, kalau ayah angkatku
bersedia memberi tahu, ia bisa bicara sendiri.
Tidak perlu meminta keteranganku."
Hati Kang Han Cing tergerak, dari pembicaraan
tadi, ia bisa membuktikan bahwa ayah si gadis
berbaju hijau bukanlah lengcu Panji Hitam. Siapa "
Oh!...mungkinkah orang yang menjadi pemimpin
dari lengcu Panji Hitam "
Sekali lagi Kang Han Cing menatap gadis
didepannya, gadis itu sangat cantik, cukup
menarik, badannya padat dan gempal, memiliki
ilmu kepandaian silat yang cukup tinggi. Berani
menyamar dirinya, membuat fitnah yang jahat.
Rasa sakit hati Kang Han Cing itu segera
mereda. Mereka saling pandang sebentar, cepat2
Kang Han Cing bertanya : "Bagaimana sebutan nona?"
"Ouw ..... aku lupa memberi tahu." berkata si
gadis. "Aku Suto Lan."
Nama si gadis berbaju hijau adalah Suto Lan !
Apa maksud tujuan Suto Lan menggunakan
wajah Kang Han Cing, mencelakakan Kang Han
Cing" Inilah yang harus diselidiki.
"Kapan aku bisa bertemu dengan ayah angkat
nona ?" bertanya lagi Kang Han Cing.
Gadis berbaju hijau Suto Lan berkata.
"Tidak lama. Tunggulah beritanya. Lebih baik
jiekongcu menetap disini dahulu, sesudah kuberi
278 tahu ayah angkatku itu, nanti jiekongcu akan
mendapat panggilan."
Sesudah itu, dari dalam saku bajunya, Suto Lan
mengeluarkan sebuah botol obat, dituangnya, dari
sana meluncur sebutir obat berwarna putih,
diletakkan ditangan dan diserahkan kepada Kang
Han Cing, ia berkata : "Inilah obat, agar kau bisa bebas dari pengaruh
racun lemas itu !" Kang Han Cing memandang obat itu dan
bertanya : "Apa kau tidak takut aku melarikan diri ?"
Dengan tertawa Suto Lan berkata:
"Obat lemas itu sangat istimewa, tidak bisa
membius orang, kerjanya juga sangat lambat, tapi
penyembuhannya pun sangat lambat. Kau harus
membutuhkan waktu tiga hari, maka kau baru
bisa bebas kembali. Sekarang obat yang kuberikan
hanya sebutir, kau hanya bisa menyembuhkan
sepertiga dari kelumpuhan2 itu. Kau bisa bergerak,
tapi tidak bisa mengerahkan tenaga. Belum boleh
menggunakan tenaga."
Dengan dingin Kang Han Cing berkata: "Pantas
saja nona begitu royal !"
"Jangan salahkan aku." berkata Suto Lan. "Kau
boleh menjadi tamu ditempat ini."
Suto Lan menjulurkan tangannya, menjudukan
obat itu dan berkata : "Bersediakah kau makan obat ini ?"
279 Keadaan Kang Han Cing begitu mengenaskan, ia
duduk numprah dibangku, mengangkat tangannya
saja sudah tidak bisa, apalagi untuk berjalan "
Mendapat sodoran obat, ia segera merentangkan
mulut. Per-lahan2 Suto Lan meletakkan obat itu
kedalam mulut Kang Han Cing, diberi minum dan
ia berkata : "Maafkan ! Aku masih ada lain urusan. Disini
ada Siao Siang yang melayani segala kebutuhan
jiekongcu, kalau perlu sesuatu, panggil saja
dirinya." Sesudah itu, ia berpesan kepada Siao Siang :
"Siao Siang, jiekongcu masih belum makan.
Lekas siapkan barang santapan."
Siao Siang segera mengiyakan perintah itu, lari
keluar untuk membuat makanan.
Suto Lan meninggalkan tempat itu !
Bekerjanya obat tadi sangat cepat sebentar
kemudian Kang Han Cing bisa menggerakkan
tangan dan kaki. Tapi ia masih tidak bisa
menggunakan tenaga, pengaruh bau harum
semerbak dari saputangan merah itu memang
hebat. Kang Han Cing tidak menjadi khawatir atas
kesulitan dirinya, ia harus membongkar rahasia,
siapa orang yang membuat fitnah jahat itu"
Bintik2 terang mulai menampak, kalau saja ia
meneruskan penyelidikannya, tidak sulit 280 menemukan kekerokan. biang keladi dari segala biang Si gadis berbaju hijau Suto Lan hanya sebuah
pion, orang telah memalsukan dirinya, dengan
maksud memperdalam fitnah-fitnah itu.
Kang Han Cing berjalan mundar-mandir
diruangan tadi. Ia sedang berusaha, bagaimana
membebaskan diri dari kehilangan tenaga"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak lama kemudian, tampak pintu terbuka,
Siao Siang berjalan masuk dengan makanan.
Pelayan itu berkata : "Jiekongcu, silahkan makan !"
Kang Han Cing memang mulai merasakan
perutnya keroncongan, tidak segan2 melahap
semua makanan itu. Siao Siang menantikan disamping, menunggu
sampai selesai, si pelayan bertanya :
"Jie-kongcu masih mau tambah apa lagi ?"
"Tidak. Sudah cukup."
Siao Siang memberesi sisa2 makanan.
Menggunakan kesempatan ini, Kang Han Cing
mengajukan pertanyaan : "Siao Siang, apakah ditugaskan
kebutuhan nona Suto Lan tadi ?"
melayani "Sekarang ditugaskan untuk melayani
kongcu," berkata Siao Siang tertawa.
jie 281 "Karena majikanmu takut aku melarikan diri,
maka kau mendapat tugas untuk mengawasiku,
bukan ?" "Jie kongcu jangan sampai memikir kesitu."
berkata Siao Siang. "Nonaku berlaku baik budi,
sampaipun kamarnya diserahkan kepadamu. Terus
terang saja aku bicara padamu, biasanya nona
Suto Lan itu dingin dan angkuh, belum pernah
berlaku baik kepada siapapun juga. Walau
saudara2 seperguruannya, iapun acuh tak acuh.
Terkecuali kau ! Jie-kongcu !"
Dari pembicaraan ini, Kang Han Cing bisa
mengetahui lain rahasia, ternyata Suto Lan bukan
seorang diri, si gadis berbaju hijau itu masih
mempunyai banyak saudara seperguruan.
Siapakah saudara2 seperguruannya " Inilah
yang perlu diselidiki. *** "OH....." berkata Kang Han Cing, membawakan
sikapnya yang terkejut. "Tempat ini menjadi kamar
nona Suto Lan ?" "Tentu saja kamar nona Suto Lan. Apa kau
tidak mempunyai mata melihat?"
Berkerutkan alis, Kang Han Cing berkata :
"Oh! Maaf! Mana baik mengangkangi kamar
orang, lebih baik aku dipindahkan ke kamar lain
saja." Dengan tertawa misterius Siao Siang berkata :
282 "Inilah perintah nona Suto Lan. Dikatakan
olehnya, waktu sudah malam. Mencari kamar lain
tidak mudah, juga harus memberes2kan. Takut
kalau Jiekongiyu tidak betah maka ia menjediakan
kamar ini." "Sebelumnya, aku Kang Han Cing mengucapkan
banyak terima kasih."
"Nanti saja, berterima kasih kepada nona Suto
Lan," berkata Siao Siang tertawa kecil.
"Oh ! Gedong ini apa milik ayah angkat nona
Suto Lan ?" "Boleh dianggap seperti itu." jawab Siao Siang
dengan nada diplomatik. "Aku belum pernah bertemu
tentunya jago silat luar biasa."
dengannya, "Entah ya." "Apa hartawan kaya?"
"Majikan merasakan suaranya. tua kami..." tiba2 Siao Siang
keceplosan bicara, ia menutup
Hati Kang Han Cing memaki, pikirnya pelayan
ini sangat ber-hati2. Dan ia tidak bicara lagi.
Sesudah memberesi sisa makanan, Siao Siang
meninggalkan kamar itu. Menunggu kepergiannya Siao Siang, Kang Han
Cing mengunci pintu, dan ia membaringkan diri
ditempat tidur. 283 Inilah pembaringan yang biasa digunakan oleh
Suto Lan, bau parfum dari seorang gadis terasa
hangat merangsang. Harumnya bedak dan gincu,
terus menerus menyerang hidung Kang Han Cing.
Paling susah menerima kebaikan budi seorang
gadis. Demikianlah istilah ini bisa Kang Han Cing
rasakan. Tidur ditempat yang begitu empuk,
dengan bau2 harum yang semerbak membuat
pikirannya me-layang2 jauh.
Berkresak-kresek setengah malaman, Kang Han
Cing belum bisa tertidur. Karena itu akhirnya ia
meninggalkan pembaringan, per-lahan2 memeriksa
didalam kegelapan. Waktu kentongan kedua sudah lewat, sebentar
lagi kentongan ketiga akan dipukul.
Gedung itu sangat sunyi dan sepi, tenang tidak
terdengar sedikit suarapun.
Kang Han Cing tidak menyalakan lampu,
matanya yang lihai sudah biasa memeriksa
sesuatu di tempat kegelapan. Ia mem-buka2 laci,
memeriksa kalau2 menemukan obat pemunah
pelemas badan itu. Setengah malaman Kang Han Cing ngaduk
kamar Suto Lan, tentu saja ia tidak berhasil
mendapatkan benda yang dicari, Suto Lan itu
menggunakan obat pelemas melenyapkan kekuatan menjatuhkan Kang Han Cing, tentu ia
tidak menaruh obat penawar racun tersebut
didalam kamarnya. 284 Mengetahui akan hal ini, akhirnya Kang Han
Cing berbaring kembali di tempat tidur.
Kang Han Cing berusaha menenangkan
pikirannya, sedapat mungkin ia memeramkan
mata, mata meram dengan pikiran yang melayanglayang, tentu saja ia tidak mudah tidur.
Beberapa saat kemudian terdengar ayam
berkokok. Tanpa disadari baru Kang Han Cing
jatuh tertidur. Kang Han Cing bangun sesudah matahari ditengah2 langit, ia turun dari pembaringan dan
membuka pintu. Dipintu kamar Siao Siang sudah menanti,
melihat Kang Han Cing yang sudah bangun,
pelayan itu memberi hormat, dengan tertawa
berkata : "Jiekongcu bisa tidur nyenyak ?"
Wajah Kang Han Cing menjadi merah kalau saja
teringat bagaimana ia gulang-guling ditempat tidur
yang banyak pikiran kusut itu, ia menjadi malu
kepada diri sendiri, dengan cengar-cengir berkata :
"Nonamu sudah kembali ?"
"Lebih dari satu kali." jawab Siao Siang. "Kami
takut mengganggu ketenangan jie-kongcu, maka
tidak membangunkan."
"Eh, mengapa tidak mau mengetok pintu ?"
Dengan tertawa misterius Siao Siang berkata :
"Inilah perintah nona Suto Lan. Dia melarang
hamba mengganggu ketenangan jie-kongcu."
285 Dengan masih tertawa misterius, Siao Siang
berkata : "Inilah perintah nona, hamba mengganggu kesenangan tidur Kongcu."
dilarang Sesudah itu, Siao Siang berkata lagi:
"Biar hamba ambilkan air buat cuci muka."
Pinggulnya diputarkan, meninggalkan Kang Han
Cing. Tidak lama kemudian Siao Siang membawa air
buat cuci muka. Sesudah itu ia mengundurkan
diri. Tak lama kembali dengan ransum makanan.
Kang Han Cing bercuci muka, membersihkan
diri. Setelah selesai membersihkan diri ia duduk
dimuka meja menghabisi makanan pagi yang
tersedia. "Dimana nonamu ?" Begitu Siao Siang
menongolkan kepala, Kang Han Cing mengajukan
pertanyaan. Sebelum Siao Siang menjawab, dipintu telah
menongol seorang, itulah gadis berbaju hijau Suto
Lan. Hari ini Suto Lan mengenakan pakaian yang
ketat, juga berwarna hijau muda, tepat di bagian
dada terlukis sepasang burung Hong, indah sedang
menari2. Berbeda dengan semalam, kalau itu waktu Suto
Lan mengenakan pakaian ringkas, gagah dan
keren, ini kali Suto Lan membawakan sikapnya
seorang gadis remaja, seorang gadis putri
286 hartawan. Mukanya dipupur, bibirnya
merah, semakin cantik, semakin menarik.
dipoles Kedua sinar mata saling bertumbukkan, Suto
Lan menundukkan kepala dan bertanya :
"Jiekongcu bisa tidur pulas ?"
Kang Han Cing mengelakkan lirikan mata itu,
tertawa tawar berkata : "Terima kasih. Bagaimana " Apa nona sudah
bertemu dengan ayah angkat nona?"
"Mengapa begitu ter-buru2 ?" bertanya Suto
Lan. "Tidak betah disini ?"
"Urusanku masih banyak." berkata Kang Han
Cing. "Secepat mungkin bisa menemui ayah angkat
nona ! Dan cepat nona berikan obat penawar racun
lemas itu." "Tidak lama lagi. Sesudah bertemu dengan ayah
angkatku, tentu saja kuberi obat penawar racun
lemas itu." Tiba2 Kang Han Cing teringat sesuatu,
mengangkat kepala, memandang dengan berani
pada wajah yang menarik itu, ia bertanya:
"Ada sesuatu yang aku tidak mengerti, bisakah
nona memberi keterangan?"
"Keterangan apa?"
"Tentang perkosaan dan pembunuhan di vihara
Ciok-cuk-am. Siapakah yang sudah melakukannya?" Dengan tertawa kecil Suto Lan berkata:
287 "Oh! Tidak enak didengar."
"Mungkinkah bukan perkosaan?"
"Apa kau sudah melihat dengan mata sendiri ?"
balik tanya Suto Lan. Selembar wajah si gadis menjadi merah.
Kang Han Cing masih belum bisa men-duga2,
bagaimana hal itu bisa terjadi " Segera ia berkata :
"Disaat aku tiba ditempat itu, Yen Siu Lan
sudah terbaring didalam keadaan telanjang, ia
mati. Inilah yang kusaksikan."
"Kau hendak tahu urusan kematian Yen Siu
Lan?" "Didalam soal ini menyangkut nama baikku.
Tentu saja harus tahu."
Suto Lan berkata: "Yen Siu Lan mati dibawah kami."
Kang Han Cing merentangkan sepasang
matanya lebar2, gadis secantik inikah yang
membunuh orang" Dia hampir tidak percaya
karena itu meminta ketegasan, katanya:
"Nona yang membunuh Yen Siu Lan?"
"Eh, tidak percaya ?" bertanya Suto Lan.
"Betul2 sulit diterima."
"Dengar." berkata Suto Lan perlahan. "Karena
Yen Siu Lan sudah berkhianat kepada golongan,
karena itu harus mendapat hukuman kematian."
288 "Oh !" Kang Han Cing terkejut. "Yen Siu Lan
juga termasuk salah satu dari anggota kalian?"
Suto Lan memberikan satu kerlingan mata yang
menarik, ia berkata: "Hanya ini yang bisa kuberitahu kepadamu.
Lain tidak." "Golongan apakah nama golongan kalian itu ?"
bertanya Kang Han Cing. "Maaf ! Untuk sementara masih harus
dirahasiakan !" berkata Suto Lan. "Belum
waktunya memberitahu kepadamu."
Hati Kang Han Cing mengeluh, ia sedang
berhadapan dengan sesuatu golongan yang
misterius, golongan baru yang tidak dikenal


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehnya. Suto Lan membiarkan Kang Han Cing
termenung seperti itu, beberapa saat kemudian ia
bertanya perlahan: "Aku juga ada sesuatu yang hendak ditanyakan,
bisakah kau memberi jawaban yang memuaskan?"
"Urusan apa?" bertanya Kang Han Cing.
Sepasang mata Suto Lan yang jeli terputar,
tidak henti2nya mengirim kerlingan mata. Ia
berkata: "Ilmu kepandaian jiekongcu betul menakjubkan.
Orang pertama yang mendapatkan pujianku,
siapakah yang berhasil mendidik kongcu seperti
itu, bagaimana sebutan dan nama suhu jiekongcu
?" 289 Kang Han Cing berkata : "Suhu tidak berkelana didalam rimba persilatan,
namanya tidak mau diketahui orang. Sampaipun
aku juga tidak mengetahui jelasnya."
"Bohong !" berkata Suto Lan tertawa, "Mana ada
murid yang tidak tahu nama gurunya " Tentu
jiekongcu tidak mau memberitahu."
"Sungguh." berkata Kang Han Cing, "bukan
tidak mau memberitahu. Kenyataan memang tidak
tahu. Bilamana nona bertanya kepada toako, ia
juga memberi keterangan yang seperti ini."
Suto Lan melicini bibirnya dan berkata :
"Hi, hi....kau pandai bicara."
Pembicaraan itu terputus duduk berhadap2an. kembali. Mereka Beberapa lama kejadian yang canggung itu
diputuskan oleh tertawanya Suto Lan, ia berkata :
"Jiekongcu, kita mengganti bahan pembicaraan,
bagaimana ?" "Apa yang nona hendak
bertanya Kang Han Cing. percakapkan ?" "Apa saja, seperti........"
Tiba2 terdengar suara derap langkah kaki yang
bergerak cepat tiba di pintu dan ter-batuk2. Itulah
suara Siao Siang. "Nona Suto perlahan. Lan......" panggil Siao Siang "Ada apa?" bentak Suto Lan.
290 Horden tersingkap, Siao Siang berjalan masuk,
ia memberi hormat dan berkata:
"Baru saja hamba menerima perintah khungcu,
ia memberitahu kalau mengharap kedatangan
nona dan jiekongcu. Segera !"
Suto Lan memperlihatkan terkejut, dengan heran berkata:
sikapnya yang "Biasanya ayah jarang mau menemui tamu.
Baru saja ia melatih diri, hendak bertemu dengan
Kang jiekongcu ?" Sesudah itu ia bangkit dari tempat duduknya,
berkata kepada Kang Han Cing:
"Mungkin ayah kangen kepada nama besar
Kang jiekongcu, maka pagi2 sudah hendak
bertemu. Mari kuajak."
Pikiran Kang Han Cing juga masih kacau,
tenaganya juga sudah tiada, ia menjadi tawanan
halus. Dari rombongan baru yang tidak diketahui
asal usulnya ini, karena itu ingin sekali bisa
mengetahui yang lebih banyak : Siapa ayah Suto
Lan yang misterius "
*** SUTO LAN mengajak Kang Han Cing meninggalkan kamar itu. Mereka melalui loronglorong panjang, tiba disebuah ruangan. Dan disini
Suto Lan berkata : "Inilah kamar ayah angkatku."
Didepan pintu berdiri dua orang gadis, masing2
menyoren pedang dipinggang, melihat kedatangan
291 Suto Lan, hormat. kedua gadis pelayan itu memberi Suto Lan menganggukkan kepala, mengajak
Kang Han Cing memasuki ruangan tengah.
Dari dalam terdengar satu suara yang sangat
dingin dan kaku. "Suto Lan yang datang?"
"Ya." jawab Suto Lan. "Anakmu telah membawa
Kang jiekongcu." "Suruh dia masuk." suara dingin dan ketus itu
berkata. Suto Lan menoleh kearah Kang Han Cing dan
berkata : "Itulah ayah angkatku. Mari masuk."
Ruangan itu serba sederhana, diatas sebuah
bangku panjang yang terbuat dari kayu jati,
dikedua ujung terdapat pot bunga, dengan bunga
lain yang semerbak, meresap dan menusuk
hidung. Didepan bangku panjang itu terdapat empat
kursi, terukir dengan baik.
Kini, diatas bangku panjang berduduk seorang
tua bermuka keren, ia mengenakan pakaian hijau.
Tubuhnya tinggi besar, jenggotnya yang putih
terurai panjang ke bawah. Matanya bercahaya,
menyorot ke arah Kang Han Cing.
"Kau inikah Kang jiekongcu ?" ia bertanya.
292 Kang Han Cing menganggukkan kepala dan
berkata : "Betul. Boanpwee Kang Han Cing."
Dengan nada yang dingin dan kaku, orang tua
itu berkata: "Silahkan duduk !"
Tanpa diperintah kedua kali, Kang Han Cing
mengambil kursi dan duduk disana.
Suto Lan juga mengambil kursi lain dan
merendengi Kang Han Cing, mereka duduk
berhadapan dengan orang tua itu.
Orang tua bermuka keren itu berkata :
"Selamat datang atas kunjungan Kang-jie
kongcu ke rumah ini, aku mengucapkan selamat."
Kang Han Cing memperhatikannya beberapa
saat, ia bertanya : "Bolehkah boanpwee bertanya " Bagaimana
sebutan cianpwee yang mulia ?"
Dengan dingin dan ketus orang tua berbaju
hijau itu berkata : "Aku tidak suka memberitahu kepada orang
lain." jawabnya temberang.
"Ho, ho......." Kang Han Cing mengeluarkan
dengusan dari hidung. "Aku paling tidak suka
bicara dengan orang yang tak mempunyai nama."
Wajah orang tua itu berubah, ia berkata keras :
"Hei, berani kau berlaku kurang ajar ?"
293 "Kukira, orang yang kurang ajar itu adalah
orang yang tidak bernama."
"Dihadapanku, kau berani mengucapkan kata2
ini lagi ?" Dengan menantang Kang Han Cing berkata :
"Mengapa tidak" Ambil saja golok, pasang
dileherku, akan kuucapkan lagi seribu kali, mau?"
"Bagus....bagus...." orang tua itu merengus.
"Hendak kulaksanakan permintaanmu itu."
Mendengar berteriak : kata2 tadi, cepat2 Suto Lan "Ayah....." Si orang tua berbaju hijau melirik ke arah Suto
Lan, ia berkata : "Ada urusan apa ?"
Suto Lan berkata : "Bukankah kau hendak merundingkan sesuatu
dengan Kang jiekongcu?"
"Uh !" orang tua menganggukkan kepala. berbaju hijau itu Dengan perlahan Suto Lan berkata :
"Maka bercakaplah baik2. Jangan bersitegang."
Orang tua berbaju hijau tertegun, sepasang
sinar mata yang tajam menatap kearah sang
puteri, dan pindah ke wajah Kang Han Cing, wajah
itu sangat tampan, orangnya gagah, sikapnya baik.
Kedua muda mudi dihadapannya adalah pasangan
294 yang setimpal, tanpa terasa, ia menganggukkan
kepala, mengurut jenggotnya dan berkata :
"Ho, ho... ayahmu mengganggunya." bukan bermaksud Selembar wajah Suto Lan menjadi merah
menoleh kearah Kang Han Cing dan berkata :
"Jiekongcu, bisakah kau bersabar sedikit. Kita
ber-cakap2 secara ramah tamah, bukankah lebih
baik dari pada bersitegang."
Terdengar suara Kang Han Cing :
"Ada urusan apa yang hendak dirundingkan
oleh ayah angkatmu, silahkan saja katakan."
Kini wajah orang berbaju hijau yang marah tadi
mereda kembali, suaranyapun didatarkan serata
mungkin, per-lahan2 berkata :
"Aku ada sedikit kesulitan yang hendak
meminta keterangan Kang jiekongcu, kuharap saja
kau bisa berterus terang."
"Urusan apakah itu ?" bertanya Kang Han Cing.
Orang tua berbaju hijau berkata.
"Aku juga pernah bertemu muka beberapa kali
dengan ayahmu. tiga bulan yang lalu tersebar
berita tentang kematiannya. Dikatakan dia sudah
almarhum. Apa betul ada kejadian yang seperti ini
?" Kang Han Cing terpaksa berpikir sekali lagi,
hatinya mengeluh. "Dia masih menganggap ayah belum mati."
295 Untuk menjaga kehormatan menjawab pertanyaan itu: dirinya, ia "Kesehatan ayah belum pernah terganggu.
Mendadak ia menghembuskan napas yang
terakhir, memang keadaan ini sangat membingungkan orang. Aku dan toako mendampinginya, mana mungkin bisa kematian
palsu?" Tampak sinar mata orang tua berbaju hijau itu
menatap Kang Han Cing tajam-tajam, ia hendak
me-nimbang2 benar tidaknya dari keterangan yang
diberikan oleh si pemuda, mulutnya berdehem
sebentar, ia berkata : "Betul2 Kang toa sianseng sudah meninggal
dunia !" Hati Kang Han Cing berkata sendiri :


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari kata2nya ia masih meragukan kematian
ayah. Mungkinkah orang2 ini mempunyai hubungan erat dengan hilangnya mayat ayah."
Dugaan Kang Han Cing tepat ! Sedari ia
meninggalkan gedung keluarga Kang ber-sama2
Goan Tian Hoat, berulang kali mendengar cerita
tentang manusia2 palsu. Dari yang pertama2
manusia imitasi Ban Ceng San, dari manusia palsu
Than Hoa Toh, dan manusia palsu dari si gadis
berbaju hijau Suto Lan yang menyamar menjadi
dirinya, dan hubungan2 itu ternyata mengkaitkan
dirinya dalam serentetan pemalsuan-pemalsuan
besar. 296 Orang2 pemalsu ini adalah turunan Su-khong
Eng, tokoh misterius berkerudung hitam didalam
cerita Pembunuh Gelap. Untuk mengetahui cara2 pemalsuan, para
pembaca bisa mencari buku cerita dengan judul
PEMBUNUH GELAP, dimana dituturkan dengan
terperinci, partai Raja Gunung menyamar diri
mereka, dan mengubah wajah mereka.
Kang Han Cing menantang sepasang sinar mata
orang tua berbaju hijau itu, dengan dingin ia
berkata : "Lotiang masih meragukan kematian ayah "
Alasan apa kalau kematian ayah itu adalah
kematian palsu ?" Wajah orang tua berbaju hijau tetap dingin
beku, sepatah demi sepatah ia berkata :
"Orang yang mempunyai pikiran ini bukan aku
seorang, kukira merekapun mempunyai pikiran
yang sama." Alis Kang Han Cing yang lentik terangkat,
dengan marah ia bergeram:
"Dugaan yang tidak masuk diakal."
Orang tua berbaju hijau itu mengurut jenggot, ia
berkata : "Dimana yang tidak masuk akal. Sesudah
kematian ayahmu, peti mati itu kosong. Inilah
kenyataan." Sepasang mata Kang Han Cing ber-kilat2, ia
membentak : 297 "Ternyata tindakan lengcu Panji Hitam yang
membongkar peti mati ayahku adalah instruksimu!" Nah! Orang tua berbaju hijau ini adalah salah
satu tokoh penting dari golongan Perintah Maut.
Orang inilah yang sudah menyuruh lengcu Panji
Hitam membongkar peti mati Datuk selatan Kang
Sang Fung. Orang ini juga yang menyuruh Suto
Lan menyamar Kang Han Cing mempermainkan
Put-im suthay dan Ciok Sim taysu.
Orang tua berbaju hijau itu tertawa tawar, ia
berkata : "Sesudah kematian ayahmu, peti mati itu
kosong melompong. Apa salahnya aku menyuruh
orang memeriksa?" "Memeriksa " Apa lagi yang diperiksa di
kelenteng Ciok-cuk-am " Mengapa menyuruh
orang mencelakakan diriku " Mengapa menyuruh
orang memancing aku ke tempat itu" Sesudah
membunuh Yen Siu Lan ! Mengapa mengundang
Put-im suthay dan Ciok-sim taysu, menjebak
diriku ?" "Terlalu banyak sekali pertanyaan itu." berkata
orang tua berbaju hijau. "Kematian Yen Siu Lan
hanya suatu kebetulan, kebetulan kau datang
kesana. Salahmu sendiri."
"Dengan alasan apa kalian membunuh Yen Siu
Lan ?" bentak Kang Han Cing.
"Yen Siu Lan adalah salah satu anggota kami
yang sudah berkhianat. Kematian Yen Siu Lan
298 tidak ada hubungannya denganmu, Kang jiekongcu."
"Huh !" Kang Han Cing mengeluarkan dengusan
dari hidung. Terdengar lagi suara orang tua berbaju hijau :
"Undanganku kepadamu merundingkan sesuatu."
adalah untuk "Katakan lekas !"
"Kudengar cerita tentang ilmu kepandaianmu
yang hebat, bagaimana kalau kau masuk menjadi
anggota kita" Aku mendapat tugas untuk
mengajak dirimu." Hati Kang Han Cing tergerak, ternyata orang tua
berbaju hijau ini juga bukan pimpinan tertinggi, ia
hanya mendapat perintah saja. Memandang
kepadanya dan bertanya : "Siapakah yang mengajak aku?" memberi instruksi untuk "Ketua Perintah Maut."
"Siapa yang menjadi ketua perintah Maut ?"
"Sebelum kau bersumpah menjadi anggota
Perintah Maut, urusan ini tetap menjadi suatu
rahasia." "Bagaimana anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga Perintah Maut" Apa yang menjadi
panji hidup Perintah Maut "! Bagaimana haluan
politik Perintah Maut ?"
299 "Legakan hatimu, golongan Perintah Maut
adalah wadah untuk menampung semua tokohtokoh silat yang ada, menyatukan persengketaan2
yang terjadi didalam rimba persilatan. Kalau saja
kau mau menjadi salah satu anggota, tidak nanti
mengecewakan. Kukira kedudukanmu tidak berada
dibawahku." Kang Han Cing tidak segera memberikan
jawaban, ia sedang memikir, golongan Perintah
Maut adalah golongan baru, semboyannya masih
gelap, dari tindak-tanduk yang dilakukan orang2
itu, golongan ini bukanlah golongan betul. Ia tidak
mau terjerumus kedalam kehinaan, sudah
seharusnya ia menolak. Sebelum Kang Han Cing
membuka suara, orang tua berbaju hijau itu
berkata lagi : "Bagaimana ?"
Kang Han Cing mendongakkan kepala dan
bertanya : "Aku dipaksa harus masuk ?"
Orang tua berbaju hijau masih merocos terus,
katanya : "Bukan paksaan, hanya berapa anjuran. Kalau
saja kau menerima tawaran ini, kedudukanmu
sangat baik. Kedudukan hu-huat !"
"Apa artinya huhuat ?" bertanya Kang Han Cing.
"Huhuat hanya berada dibawah ketua, sama
saja dengan wakil ketua, kecuali ketua pribadi, kau
bisa menggerakkan seluruh anggota kita."
"Oh......" Orang tua berbaju hijau berkata lagi :
300 "Lebih jelas lagi kuceritakan. Beberapa tahun
yang lalu, aku juga yang mendapat tugas
menyambangi ayahmu, kukatakan kepada ayahmu, golongan kita menyediakan tempat
huhoat kepadanya, dengan maksud agar ia bisa
menerima jabatan itu........."
"Ayah tidak akan menerima tawaran itu !"
potong Kang Han Cing singkat.
(Bersambung 5) Jilid 5 "HA, HA ! Keluarga Lie di Ho-peh adalah seorang
dari empat datuk persilatan yang sangat disegani
orang. Mana bisa memandang pada partay kecil
seperti Hay yang-pay " Kedatanganku kesini untuk
berobat, bukan hendak mengadu kekuatan atau
kebesaran nama !" "Bila kau merasa penasaran marilah kita
bertanding ! Tidak akan ada yang menghalanghalangi pula kalau kalian dapat mengalahkan
diriku." berkata si pemuda she Lie.
"Ha, Ha ! Dari tadi saja kau katakannya.
Hendak kulihat, apa kehebatan ilmu silat dari
keluarga Lie, yang telah menggemparkan daerah
utara ini, hingga membuat turunannya besar
kepala !" ucap Jen Pek Coan mengejek.
"Hm ! Hanya dengan kemampuanmu saja?"
ucap pemuda itu dengan mata menyorot tajam.
"Aku sendiri pun telah cukup melawanmu !" Kata Jen Pek Coan.
untuk 301 "Lebih baik kalian maju berbareng !"
Melihat sedikitpun orang tidak memandang
mata, hati Jen Pek Coan bergelora panas, ia
mencabut pipa rokok yang terselip dipinggang,
katanya sengit : "Jangan omong besar, kau robohkanlah aku
lebih dulu !" Pemuda itu mengerutkan alis, katanya lirih :
"Untuk merobohkan dirimu tidak terlalu sulit !
Bila kau dapat bertahan dua puluh jurus
seranganku, biarlah Lie Wi Neng mengaku kalah !"
Betapa marahnya Jen Pek Coan diejek serta
dihina demikian. Ia berkelana di dunia kangouw
puluhan tahun, belum pernah menemukan orang
yang besar kepala seperti Lie Wi Neng ini.
Tiba2 kupingnya dapat mendengar suara
suhengnya yang diucapkan dari jauh dengan
kikang : "Hati2lah jite. Ia berani omong besar tentu
mempunyai kehebatan ilmu silat yang tidak boleh
dipandang enteng !" Jen Pek Coan adalah jago persilatan yang
berpengalaman luas, ia jadi malu pada diri sendiri
karena gampang terpengaruh oleh hawa panas
hingga melanggar pantangan yang harus memiliki
ketenangan jiwa bila hendak bertanding.
Cepat2 Jen Pek Coan menenangkan hatinya
yang terbakar panas, dengan menjura ia berkata :
302 "Aku yang bodoh meminta petunjuk dari Lie
kongcu !" Berbareng dengan ucapannya, tangan kanan
mendorong kedepan, "Wutt !" tempat bako dari
pipa itu melayang memukul kearah musuh.
Inilah jurus "Liu sing cui nyet" atau bintang
mengejar rembulan. Jurus ini sebenarnya tidak
akan cepat ia gunakan keluar, hanya karena Lie Wi
Neng sangat memandang enteng hingga ia berniat
bisa lebih cepat mengalahkannya.
Dalam hati Jen Pek Coan menduga, lawannya
tentu akan terkena pancingan, maka berbareng
pipa rokok itu memukul sangat cepatnya.
Lie Wi Neng tertawa dingin, tiba2 ia
membukakan kipas yang dipegangnya, lalu mengibaskan kearah meluncurnya tempat bakok sambil
kakinya melangkah maju setindak.
"Wutt !" Tempat berbalik. bakok itu terpukul hingga mental Betapa terkejutnya hati Jen Pek Coan, sungguh
ia tidak duga sebelumnya, kalau lawannya
mempunyai tenaga sinkang demikian besar, hingga
hanya mengibaskan kipas saja bisa memukul
kembali serangan senjatanya.
Untuk menahan senjatanya sudah tidak keburu,
cepat ia miringkan tubuh serta melompat mundur
setengah tindak ! "Hm !" Lie Wi Neng tertawa dingin berbarengan
tubuhnya mencelat maju sangat cepatnya, kipas
303 ditangannya itu ditutupkan kembali lalu menotok
kearah dada lawannya. Gerakannya sedemikian cepat, hingga membuat
Jen Pek Coan kuwalahan. Cepat ia menyedot napas


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lalu tubuhnya melompat kebelakang delapan
tombak. Putra Lie Kong Tie Lie Wi Neng hanya berdiri
tenang, dia tidak mau menguber. Ia tertawa dingin
serta berkata sambil mengipas2.
"Ini baru jurus kesatu !"
Si tangan sakti Jen Pek Coan adalah wakil ketua
dari Hay yang-pay yang sangat disegani oleh kaum
bulim di daerah utara. Kini baru satu jurus telah
dibuat terdesak oleh seorang anak muda dari
keluarga Lie. Hatinya sungguh merasa malu serta
penasaran. Darahnya tambah mendidih diejek
lawannya. Tanpa pikir lagi, ia menerjang maju, menyerang
pemuda itu dengan pukulan2 yang luar biasa
cepatnya, hingga angin pukulan menderu2 dan
senjata pipa itu berobah menjadi sinar putih
mengurung lawannya ! Lie Wi Neng tetap berdiri tenang, tidak
menghiraukan serangan lawan, begitu serangan itu
mendekat, ia hanya miringkan tubuh serta
kipasnya ditutup kembali, lalu balas menyerang
dengan totokan2 yang tidak kalah cepatnya !
"Trak ! Trak !"
Senjata mereka beradu dua kali
mengeluarkan suara yang amat keras.
hingga 304 Tiba2 berkelebat bayangan kipas menempel
pada pipa, kemudian meluncur turun, menotok ke
arah jalan darah telapak tangan kanan Jen Pek
Coan. Kecepatan yang tiada tara !
Jen Pek Coan terkejut, sedikitpun tidak dapat
melihat bagaimana lawannya melakukan serangan
ilmu silat yang aneh, serta sangat cepat ini. Ia
hanya merasai serangan pipa bakonya dielakannya
dengan mudah. Terpaksa Jen Pek Coan cepat menarik
senjatanya serta melompat ke samping satu tindak.
Lie Wi Neng memandang lawan yang sudah
dikalahkan itu, sikapnya sangat angkuh dengan
suara yang dingin, ia mengejek dengan lirih.
"Hm ! Tidak disangka, pandanganku meleset,
aku kira kau bisa bertahan sampai duapuluh jurus
! Dilihat dari kemampuanmu, paling kuat hanya
sanggup bertahan sepuluh jurus saja ini baru
jurus yang kedua !" Ucapan itu beralasan, serta merupakan
kenyataan yang tidak bisa dibantah. Walaupun
baru dua jurus, tapi untuk menghadapi ilmu
silatnya yang serba aneh dan luar biasa hebatnya,
Jen Pek Coan bukanlah tandingan dari pemuda
berbaju biru itu. Karena pertandingan itu ia lebih
banyak hanya pertahankan diri daripada menyerang. Kenyataan ini tidak bisa disangkal, Kuo Se Fen
pun mengakuinya. Ia merasa kuatir serta gelisah,
305 takut jitenya benar2 tidak bisa bertahan sampai
sepuluh jurus menghadapi serangan pemuda ini !
Kuo Se Fen menduga2, siapakah gerangan suhu
dari Lie Wi Neng " Memang, ilmu tangan kosong dari keluarga Lie
kehebatannya sangat tersohor didunia kang ouw,
hingga Lie Kong Tie dapat julukan si telapak
tangan dewa ! Biarpun ilmu cakar elang dari Hay
yang-pay tidak sehebat dengan ilmu telapak tangan
dewa tapi tidaklah mungkin kalah sedemikian
jauhnya ! Kuo Se Fen belum pernah mendengar bahwa si
telapak tangan dewa itu mahir dalam segala
senjata, lebih2 senjata yang aneh2 seperti kipas
putranya ini. Maka ia dapat menduga putra si telapak tangan
dewa ini tentu masih mempunyai suhu, selain
mendapat pelajaran dari ayahnya sendiri.
Tapi hatinya dibikin bingung karena dalam
dunia kangouw boleh dikata orang yang
menggunakan kipas sebagai senjata sangat jarang,
lebih2 yang mempunyai ilmu silat demikian
anehnya ! Ketika Kuo Se Fen sedang berpikir-pikir,
nampak Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing yang
berada dalam depot pun sedang merundingkan
sesuatu, sambil berbisik, Kang Han Cing
menggoyang-goyangkan jari tangannya pula diatas
meja batu itu. Goan Tian Hoat mendengarkannya
dengan penuh perhatian dan kadang2 kepalanya
manggut-manggut. 306 *** Bab 6 SEBAGAI orang yang telah lama berkecimpungan di dunia Kangouw, bagaimanapun
Jen Pek Coan memiliki ketenangan dalam
menghadapi segala hal maupun kesulitan. Setelah
bertanding dua jurus, maklumlah ia bahwa kini
sedang berhadapan dengan seorang yang memiliki
ilmu kepandaian sangat tinggi, yang sebelumnya
belum pernah ia temui. Lebih2 yang sedang
dihadapinya kali ini adalah ilmu silat yang sangat
aneh dan selama hidup belum pernah dilihatnya.
Maka dalam hati ia mengambil keputusan
dalam pertempuran ini akan bertahan serta
membela diri saja. Karena ia maklum menyerang
akan lebih membahayakan dirinya.
Maka dalam pertempuran selanjutnya Jen Pek
Coan hanya bertahan dan melindungi rapat
seluruh bagian tubuh yang penting, walaupun
mendapat serangan gencar dan hebat ia dapat
mengelak setiap serangan, hingga membuat
lawannya penasaran. Sekejap saja pertempuran telah berlangsung
hampir sepuluh jurus. Lie Wi Neng yang
menghadapi lawan hanya bertempur dengan
bertahan, ia jadi sengit dan tidak sabar, ia
maklum, bila tidak berhasil merobohkan lawannya
dalam sepuluh jurus ini, niscaya ia akan mendapat
307 malu besar atas kata2 sombong yang pernah
diucapkan. Berpikir demikian, hatinya jadi gelisah, darahnya mendidih panas, hingga wajah yang
putih bersih itu berobah merah padam, air
mukanya nampak beringas !
Tiba2 tubuhnya berputar sangat cepat, disusul
dengan suara bentakannya yang melengking :
"Lepas !" Bagaikan bintang meluncur jatuh, kipasnya
menyabet ke arah pundak kanan Jen Pek Coan !
Secepat itu pula Jen Pek Coan membabatkan
pipanya, menangkis datangnya serangan kipas,
tempat bakoknya berkelebat meluncur ke pundak
lawan pula ! Tapi diluar dugaan, Lie Wi Neng tiba2 menarik
serangannya dengan mengedutkan sedikit tangan,
serangan kipas itu balik menyabet ke atas.
"Trak !" Terdengar suara beradunya dua senjata hingga
mengeluarkan suara yang menggetarkan ulu hati.
Jen Pek Coan merasai betapa besarnya tenaga
pukulan kipas lawan, hingga hampir saja
melepaskan senjatanya. Begitu senjata tertangkis, Lie Wi Neng tidak
memberi kesempatan untuk lawannya bisa siap
bertahan, berbarengan selagi senjata lawannya
terbentur keras, cepat bagaikan halilintar,
308 tangannya meluncur turun menotok pundak kanan
lawan ! Pundak kanan Jen Pek Coan terasa kesemutan,
sangat nyeri, tanpa bisa dihindari senjatanya
terlepas dari genggamannya, mental tinggi keatas
udara ! Hati Jen Pek Coan sangat gelisah, darahnya
mendidih panas, sambil membentak keras jari
tangan kiri yang terpentang bagai cakar elang itu
menyerang ke dada lawan. Lie Wi Neng terkejut, sungguh ia tidak sangka,
kalau sang lawan yang sudah tertotok masih dapat
membalas mengirimkan serangan mautnya itu.
Dengan gesit ia mengelak datangnya serangan itu
dengan miringkan tubuh sedikit. Akan tetapi
terlambat, serangan jari tangan lawan berhasil
menjambret sebagian baju didadanya hingga sobek
! Kalau saja Jen Pek Coan yang tertotok serangan
Lie Wi Neng tidak memiliki tenaga sinkang besar,
tidak mungkin ia bisa bertahan setelah pundaknya
berhasil ditotok. Tadi, begitu Jen Pek Coan merasakan
pundaknya nyeri, cepat ia menahan napas serta
memusatkan tenaga sinkangnya keatas tangan kiri
untuk menyerang dengan cakar mautnya. Akan
tetapi sial ! Ia hanya berhasil membeset robek baju
lawan saja. Kakinya terasa lemas hingga jatuh duduk diatas
tanah. 309 Melihat bajunya sobek dicakar lawan, Lie Wi
Neng jadi bertambah beringas, matanya melotot,
bentaknya dingin : "Hm ! Bedebah ! Kau kira bisa bertahan sampai
sepuluh jurus dengan menyobek bajuku !"
Tiba2 ia melangkah maju setindak, kakinya
menendang Jen Pek Coan. "Tahan, Lie kongcu !" Kuo Se Fen berseru kaget
tubuhnya mencelat maju. Jen Pek Coan yang masih terduduk ditanah,
begitu melihat lawan menendang dengan keras,
cepat2 ia bergulingan menghindarkan ancaman
bahaya maut dengan menggunakan jurus "Keledai
menggelinding malas", setelah serangan tendangan
lawan berhasil dielakan, ia lompat bangun lalu
berkata : "Cukup ! Sudah sepuluh jurus bukan?"
Ternyata jalan darah Jen Pek Coan tidak
terkena totokan, ia jatuh duduk hanya karena
kakinya merasa agak lemas akibat pukulan kipas
diatas pundaknya. Dengan wajah cemberut dingin, Lie Wi Neng
mengipas2kan dirinya, sorot matanya berpindah
kearah diri Kuo Se Fen, katanya sombong :
"Selanjutnya giliranmu, bukan ?"
Dihina demikian, Kuo Se Fen menjadi marah,
wajahnya berubah. Akan tetapi ia menyadari
keadaan sangat menguatirkan, ia maklum pemuda
ini memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa
tingginya hingga sukar ditaklukan. Bila mana ia
310 tidak bisa memenangkan pertandingan ini habislah
pamor serta nama baik partay Hay yang-pay di
bawah tangannya. Untuk mengundurkan diri dari sengketa ini juga
tidak mungkin, karena dirinya akan ditertawai
sebagai pengecut. Setelah berpikir sejenak kemudian mengelus2
jenggotnya ia berkata : "Ya. Dengan sendirinya aku minta pelajaran
darimu !" Baru saja ucapannya habis, tiba2 Goan Tian
Hoat bangkit dari tempat duduknya lalu
melangkah menghampiri suhunya :
"Itio, untuk menghadapi bocah ini, tidak perlu
itio turun tangan sendiri. Biarlah siauwte yang
melayaninya lebih dulu !"
Kuo Se Fen mengerutkan kening. Pikirnya :
"Susiokmu sendiri bukan tandingannya, lebih2
kau, bukankah berarti hanya mengantarkan jiwa
mentah2." Setelah berpikir begitu Kuo Se menggelengkan kepala perlahan, katanya :
Fen

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jaga saja saudaramu baik2, biarkan aku yang
turun tangan." Goan Tian Hoat bagai tidak mendengar kata2
suhunya, ia tetap berdiri tenang, katanya :
"Itio bila berhadapan dengan Lie cuangcu sudah
sepantasnya itio sendiri yang turun tangan. Akan
tetapi untuk melayani orang she Lie dari kaum
311 muda, sebagai seorang ketua dari Hay yang pay,
sungguh menurunkan harga diri itio, juga akan
jadi buah tertawaan kaum bulim. Biarlah siauwte
saja yang mewakili diri itio !"
Mendengar kata2 Goan Tian Hoat hati Kuo Se
Fen tergerak, serta ber-pikir2 : "Tian Hoat adalah
seorang yang sangat cerdik serta banyak
pengalaman. Apakah ia tidak menyadari bahwa
dirinya bukan tandingan pemuda ini yang ilmu
silatnya luar biasa tinggi serta aneh " Jangan2 ia
berbuat demikian karena hendak membela nama
baik perguruan, hingga sudah tidak pikirkan
jiwanya sendiri ! Akan tetapi untuk apa harus
berbuat demikian " Bukankah pengorbanannya
sia2 belaka ?" Berpikir demikian, wajah Kuo Se Fen ditekukan,
bentaknya sungguh2 : "Mundurlah ! Kau bukan tandingannya !"
"Harap itio jangan kuatir, siauwte rasa masih
sanggup untuk menghadapi Lie kongcu." ucap
Goan Tian Hoat pantang mundur.
Mendengar ucapan muridnya, ia jadi lebih
mencurigai bahwa murid ini hendak mengadu jiwa
untuk bisa membalas budi besarnya.
Kuo Se Fen sangat terharu atas kesetiaan serta
kebaktian muridnya ini hingga membuat hatinya
sangat berduka. "Itio ! Izinkanlah ia mencobanya !" terdengar
suara Kang Han Cing yang lemah pelahan dari
depot itu. 312 Betapa terperanjat Kuo Se Fen mendengar
permintaan Kang Han Cing ini. Sungguh ia tidak
dapat mengerti, mengapa Kang Han Cing
menyokong muridnya yang hendak berkorban!
"Apakah perundingan kalian
tanya Lie Wi Neng tidak sabar.
telah selesai," "Sabarlah ! Biar bagaimanapun dirimu akan
dapat diusir pergi !" ejek Goan Tian Hoat.
"Ha, ha, ha, ha! Diusir pergi" Hm ! Dalam dunia
kangouw sukar untuk mencari orang yang bisa
mengusir diriku !" "Gunung tinggi masih ada yang lebih tinggi,
manusia pandai, masih terdapat yang lebih pandai,
Hm ! Janganlah kau sombong, menganggap sudah
tidak ada orang yang dapat mengalahkan ilmu
kepandaianmu !" kata Goan Tian Hoat sengit.
"Hm ! Akan tetapi terhadap Hai yang pay,
ucapanku sedikitpun bukanlah sombong !"
"Syut !" Goan Tian Hoat mencabut senjatanya,
lalu bentaknya keras : "Bedebah tidak tahu diri, kacailah mukamu,
apakah kau kira ilmumu bisa mengalahkan ilmu
silat Hai-yang-pay ?"
Darah Kuo Se Fen pun mendidih panas
mendengar hinaan pemuda ini, ucapnya mengejek:
"Ha, ha ! Ka Ling, kau cobalah dulu ilmu silat
orang sakti ini ! Aku sendiripun akan minta
pelajaran padanya !"
313 Sinar mata Lie Wie Neng memandang tajam,
menudingkan kipasnya berkata :
"Aku tidak ada waktu mendengarkan ocehan
kalian, lebih baik kalian maju berbareng saja!"
Goan Tian Hoat berkata : "Tadi sudah
kukatakan bahwa untuk menghadapi dirimu tidak
perlu pamanku turun tangan."
Wajah Lie Wie Neng merah padam, hatinya
mendongkol, matanya melotot, ia membentak :
"Mari kita bertempur !"
"Ha, ha ! Jangan terburu nafsu, kukira kau
akan kuwalahan menghadapi seranganku!" kata
Goan Tian Hoat. "Jahanam tidak tahu diri ! Terima serangan !"
bentak Lie Wie Neng marah.
Berbareng dengan ucapannya, ia melipat
kipasnya, menyerang Goan Tian Hoat dengan
kecepatan luar biasa. Serangan kipas itu berobah menjadi sebuah
sinar berbentuk setengah bulat menyerang dada
Goan Tian Hoat. Goan Tian Hoat terkejut, betapa dahsyatnya
angin dorongan yang keluar dari serangan kipas
lawan. Cepat2 melintangkan golok didepan dada,
didorong kedepan dengan jurus "Cui-kong-tui-men"
atau orang mabok mendorong pintu, dari ilmu Kiukong-to-huat.
"Trang !" 314 Terdengar suara dua senjata beradu keras,
tangan kanan Goan Tian Hoat terasa sakit
kesemutan dan hampir2 senjatanya terlepas, cepat
tubuhnya mundur setengah tindak.
Kuo Se Fen mengerutkan alis.
"Benar saja ia hendak mengadu jiwa." pikirnya
gelisah. Lie Wie Neng tertawa dingin, tiba-tiba tubuhnya
mencelat maju, "Set"set" nampak dua buah sinar
putih berkelebat keluar dari kipasnya, meluncur ke
kedua pundak Goan Tian Hoat.
Goan Tian Hoat membongkokkan tubuhnya
sedikit, ia berhasil menghindari dua serangan sinar
putih itu, berbarengan dengan jurus "Ka-cu-an-cehu" atau pemburu menusuk harimau, goloknya
menusuk ke perut lawan. Lie Wie Neng memiringkan tubuh sedikit, ia
robah gerakan kipasnya, memukul ke balik golok
yang liwat disamping tubuhnya.
"Trang !" Kembali terdengar suara beradunya dua senjata
yang sangat keras, tanpa dapat ditahan, tubuh
Goan Tian Hoat terdorong mundur dua tindak.
Untung goloknya tidak terlepas karena digenggam
dengan dua tangan, hanya telapak tangannya
terasa panas dan sakit. Hati Kuo Se Fen berdebar hebat, ia
menggenggam senjata ditangan, ber-siap2 untuk
menolong muridnya dari ancaman maut. Ia sadar
315 muridnya itu bukanlah tandingan Lie Wie Neng
yang memiliki ilmu kepandaian tinggi serta aneh.
"Ha, ha! Lumayan juga ilmu kepandaianmu,
sanggup bertahan sampai dua jurus! Jaga
seranganku yang ketiga !"
Dengan menggoyangkan tangan, Lie Wie Neng
menerjang maju, sekejap saja kipas itu lenyap dari
pandangan mata, berobah menjadi segulungan
sinar putih, disertai deruan angin yang luar biasa
kerasnya. Sinar putih itu bagaikan kabut
menyerang mengurung tubuh Goan Tian Hoat.
Mendapat serangan yang sangat aneh serta luar
biasa hebatnya, Goan Tian Hoat cepat2 mundur
dua tindak, menghindari kurungan serangan kabut
kipas lawan, sedang tangannya menggenggam
goloknya erat. Tiba2 Goan Tian Hoat berseru keras berbareng
tubuhnya mencelat maju kembali dengan kecepatan luar biasa ! Trang ! Trang ! Terdengar dua kali suara bentrokan, kedua
senjata yang sangat keras, mendadak gulungan
sinar putih yang tadi mengurung diri Goan Tian
Hoat buyar lenyap tanpa bekas.
Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan menjadi tegang
menyaksikan jalannya pertempuran yang seperti
itu, tidak pernah mereka mengedipkan matanya,
akan tetapi mereka tidak dapat melihat dengan
cara bagaimana Goan Tian Hoat berhasil
mengelakkan serangan lawannya yang sangat luar
316 biasa aneh serta dahsyat. Dalam hati mereka
merasa heran, karena ilmu silat yang digunakan
Goan Tian Hoat bukanlah jurus2 yang terdapat
dalam "Kiu-kong-to-huat" dari Hai-yang-pay.
Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng lompat
mundur. Pertempuran terhenti. Goan Tian Hoat
berdiri bengong dengan muka bercucuran keringat
! Wajah Lie Wie Neng pucat pasi, tangan kirinya
memegangi pundak kanan yang terluka berat, luka
itu mengucurkan darah, membuat baju dibagian
pundak kanan menjadi merah. Kipasnya terjatuh
ditanah. Keempat pengawal Lie Wie Neng, ketika melihat
kongcunya terluka, mereka terkejut, cepat lompat
menghampirinya. Lie Wie Neng dengan sinar mata berkilatan
memandang tajam ke diri Goan Tian Hoat, katanya
dingin : "Ilmu silat yang kau gunakan itu adalah ilmu
yang pertama kali berhasil memecahkan jurus2
ilmu kipasku. Siapakah yang mengajarimu ?"
"Ha, Ha ! Betapa lucunya kau ini, aku adalah
anak murid Hai-yang-pay tentu saja aku
mempelajarinya dari Hai-yang-pay !" sahut Goan
Tian Hoat setelah menenangkan hatinya.
Lie Wie Neng tidak percaya atas keterangan itu,
akan tetapi ia tidak banyak bicara lagi, mendengus
dingin, berlalu dari tempat itu. Dirinya diiringi oleh
317 empat orang pengawalnya yang telah memungut
kipasnya diatas tanah. : Setelah mereka pergi Kuo Se Fen cepat bertanya
"Goan Tian Hoat, apakah kau terluka ?"
"Tidak. Hanya lengan teecu agak terasa
kesemutan dan linu." ucap Goan Tian Hoat sambil
mengusap keringat dimukanya.
"Syukurlah, kau telah menyelamatkan nama
baik Hai-yang-pay." ucap Jen Pek Coan girang.
Kuo Se Fen tidak mengutarakan sesuatu
apapun, hanya memandangi diri muridnya.
Goan Tian Hoat dapat merasai pandangan sinar
mata gurunya yang penuh selidik, maka cepat ia
berkata memberi penjelasan.
"Kebenaran saja teecu berhasil memecahkan
serangan kipasnya. Jurus yang barusan teecu
gunakan adalah petunjuk dari toako." mukanya
menoleh kearah Kang Han Cing.
Karena mereka dalam samaran
menyebut Kang Han Cing toako.
maka ia Mendengar penjelasan itu, Kuo Se Fen jadi
tercengang, dengan mengusap jenggot, ia berkata
terharu : "Aih! Memang sungguh luar biasa ilmu sakti
dari keluarga Kang !"
Walaupun dimulut Kuo Se Fen berkata
demikian, akan tetapi dalam hati merasa heran.
Sedari kecil, Kang Han Cing dirawat oleh
318 neneknya, keadaan tubuhnya lemah serta sakitan.
Lagi pula ilmu silat yang luar biasa anehnya ini
tidak mirip seperti ilmu silat keluarga Kang.
"Ha, Ha ! Pantas saja aku tidak dapat
mengikutinya dengan pandangan mata !" ucap Jen
Pek Coan. Saat itu pandangan mata Jen Pek Coan dapat
menangkap dari kejauhan ada sebuah bayangan
orang sedang lari mendatanginya.
"Toasuheng, ada orang datang lagi !"
Kuo Se Fen menoleh dengan pandangan tajam,
katanya mesem : "Biarlah mereka datang ! Mungkin urusan ini
hari berbuntut panjang !"
Sekejap saja bayangan itu telah tiba, ternyata
adalah seorang imam yang memakai jubah warna
hijau, tangannya membawa sebuah kebutan bulu.
"Apakah kalian dari Hai-yang-pay ?" tanya imam
itu dengan memberi hormat.
"Benar." sahut Kuo Se Fen.
"Entah yang manakah Kuo tayhiap ketua Haiyang-pay ?"
"Aku sendiri." "Pinto diperintahkan Kuancu untuk menyambut
kedatangan kalian." Kuancu berarti pemilik kelenteng. Di
berarti Tian-hong totiang yang dimaksudkan.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sini, "Mohon maaf atas kelancangan kami ini !"
319 "Silahkan ! Kuancu sedang menunggu kalian."
ucap imam itu kemudian berjalan dimuka untuk
menunjuk jalan. Mereka lalu mengikutinya dari belakang.
Hati Kuo Se Fen gembira karena kekuatiran
terhadap Tian Hong Totiang yang diduganya tidak
mau bertemu kini lenyap. Setelah berjalan limapuluh tombak jauhnya,
mereka telah tiba dihalaman muka dari Pek-yunkuan.
Halaman itu penuh dengan pohon2 obat yang
mengeluarkan bau harum menyedapkan. Sebenarnya halaman ini adalah sebuah lereng
gunung yang berlatar rata.
*** Bab 7 SEBELUMNYA tempat ini merupakan sebuah
lereng yang kemudian dikerjakan hingga menjadi
suatu dataran seluas belasan hektar.
Ditengah-tengah pohon2 obat, terdapat beberapa buah jalan kecil yang dibuat dengan batu
berwarna putih. Jalan2 kecil itu saling bersimpangan, dari jauh nampak berbentuk
sebuah patkuat besar. Pek-yun-kuan dibangun
ditengah pat-kuat besar itu.
Disekitar Pek-yun-kuan, udara penuh dengan
kabut tebal yang tidak tembus oleh sinar matahari,
dari keadaan alam itu, orang menyebutnya Pekyun-kuan (timbangan awan).
320 Tiba2 imam itu menghentikan langkah, menoleh
kebelakang, sambil tertawa dia berkata :
"Harap kalian mengikuti pinto dibelakang !"
Kemudian ia melangkahkan kaki berjalan,
mengikuti jalan berliku-liku diatas batu2 kecil
berwarna putih itu. Melihat cara imam itu berjalan, hati Kuo Se Fen
merasa heran, dalam hati ia ber-tanya2, mengapa
Tian Hung totiang membuka jalan sedemikian
rupa, tidak membuat jalan lurus saja "
Walaupun ia berpikir seperti itu, akan tetapi
kakinya terus mengikuti langkah si imam itu dari
belakang, sebentar saja mereka telah tiba disuatu
kebon yang penuh dengan pohon2 bambu.
Si imam itu tidak bicara sepatahpun, ia berjalan
terus, pandangan mata meneliti sekitar tempat itu
dengan cermat. Tiba2 Jen Pek Coan melangkah maju mendekati
suhengnya, berkata dengan menggunakan ilmu
"Coan-ing-jou-mih" (Menyampaikan suara dari
jarak jauh yang hanya bisa didengar oleh orang
yang dituju). "Apakah toasuheng dapat merasai kebun obat
ini agak aneh?" Kuo Se Fen yang sedang ber-pikir2 jadi
tersentak bangun, betapa tidak, ia pun heran atas
cara imam itu mengambil jalan, bukankah dengan
jalan lurus lebih mudah dan cepat" Apa
maksudnya harus ber-putar2" Hatinya menyesal
tidak memperhatikannya dari semula !
321 Setelah melewati kebun bambu dihadapan
mereka nampak sebidang tanah lapang yang
sangat luas serta penuh oleh rumput2 halus,
hingga dari kejauhan nampak seperti sebuah
selimut raksasa berwarna hijau muda. Ditengah2nya terdapat sebuah jalanan yang terbuat
dari batu warna putih. Nampak sebuah bangunan yang besar serta
megah terbentang diujung jalan. Sebuah papan
merek yang tertulis tiga huruf emas "Pek - yun kuan" tergantung diatas.
Setibanya didepan bangunan itu, si imam baju
hijau berbalik sambil menjura berkata :
"Silahkan Kuo tayhiap berempat ikut pinto ke
ruangan tamu! Kuancu sedang menunggu kalian."
"Silahkan menghormat. !" ucap Kuo Se Fen balas Si imam lalu berjalan masuk diikuti oleh Kuo Se
Fen berempat. Setelah melalui ruangan depan yang besar
mereka belok ke kiri, nampak terdapat tiga buah
kamar berderetan. Didepan setiap kamar terdapat pot2 kembang
yang jumlahnya puluhan buah, hingga sepanjang
tia itu menjadi harum menyedapkan.
Dengan pandangan matanya Kuo Se Fen mengamat2i keadaan sekelilingnya dalam hati bertanyatanya, dimanakah Lie Kong Tie si telapak tangan
dewa tinggal" 322 Tiba2 nampak olehnya seorang tosu tua yang
mengenakan jubah berwarna hijau pula, keluar
dari sebuah kamar dengan wajah berseri2.
Rambutnya digulung keatas wajahnya putih kemerah2an, jenggotnya panjang sampai ke dada.
"Selamat datang Kuo tayhiap, Jen ji-hiap! Harap
maafkan atas terlambatnya penyambutan pinto!"
ucap tosu tua yang bukan lain adalah Tian Hung
totiang, sambil cepat menjura memberi hormat.
Pandangan mata Kuo Se Fen tertuju ke diri tosu
tua itu, hatinya sangat kagum melihat wajahnya
yang putih ke-merah2an serta sangat bercahaya.
Akan tetapi hatinya menjadi tercengang dan heran,
menurut cerita orang, Tian Hung totiang adalah seorang yang sifatnya angkuh serta sombong, kini
nyatanya tidaklah demikian.
Cepat ia melangkah maju menjura memberi
hormat, katanya : "Harap totiang tidak menjadi gusar atas
kedatangan kami yang mengganggu ketentraman
totiang !" "Ha, Ha! Janganlah Kuo tayhiap berlaku
sungkan ! Pinto sangat gembira, dari jauh2 Kuo
tayhiap sudi berkunjung! Mari silahkan kita
mengobrol didalam." sambut Tian Hung Totiang.
Lalu mereka mengikutinya masuk ke dalam
kamar. Kamar itu sangat bersih, serta perabotannya
teratur sangat rapih. Tian Hung totiang kemudian
mempersilahkan tamunya duduk.
323 Seorang tosu kecil mengantarkan teh yang
masih hangat. Begitu duduk, pandangan mata Tian Hung
totiang jatuh ke diri Kang Han Cing serta Goan
Tian Hoat, lalu tanyanya:
"Siapa mereka ini ?"
"Mereka adalah keponakan pinto, bernama Ong
Ka Siong dan Ong Ka Ling."
Ong Ka Siong dan Ong Ka Ling adalah nama2
samaran Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat.
Kang Han Cing, Goan Tian Hoat cepat bangkit,
lalu menjura sambil berkata :
"Boanpwee memberi hormat pada kuancu !"
"Silahkan kalian duduk !" Tian Hung totiang
balas menghormat. Baru saja Kuo Se Fen hendak memberitahukan
maksud kedatangannya, Tian Hung totiang sudah
berpaling, katanya : "Apakah keponakan Kuo tayhiap menderita
sakit ?" "Sungguh luar biasa tajamnya pandangan
totiang, memang Ka Siong sedang sakit, terkena
racun yang sangat aneh. Pinto membawanya kesini
untuk minta pertolongan totiang, karena telah kemana2 ia berobat belum juga bisa sembuh."
Mendengar disebutnya racun yang sangat aneh,
wajah Tian Hung totiang berobah kaget!
"Racun aneh " Racun apakah itu ?"
324 "Entahlah ! Tubuhnya makin lama makin
lemah, serta sinkangnya terasa lenyap hingga
akhirnya jalan pun harus dituntun."
"Ini ..... Ini......" Tian Hung totiang bertambah
kaget. "Baiknya pinto periksa dahulu !"
Tian Hung totiang lalu mengambil sebuah kursi
duduk berhadapan dengan Kang Han Cing.
Cepat Kang Han Cing mengulurkan tangan kiri
keatas meja untuk diperiksa denyut nadinya,
setelah itu berganti tangan kanannya.
Begitu selesai Tiang Hung totiang memandang
Kang Han Cing dengan mengerutkan alis,
kemudian ia menoleh kearah Kuo Se Fen katanya :
"Ada sesuatu yang hendak pinto tanya, harap
Kuo tayhiap tidak menjadi gusar !"
"Mengenai soal apakah itu?"
"Apakah wajahnya memakai obat pengubah
muka?" tanya Tian Hung totiang.
Ditanya demikian Kuo Se Fen terkejut, sungguh
tidak disangka Tian-hung totiang mempunyai
pandangan mata sedemikian tajam.
Setelah me-mikir2, Kuo Se Fen berpaling, serta
ucapnya dengan wajah sungguh2 serta pelahan :
"Apakah totiang tidak keberatan, kalau kita
bicara didalam. Karena ada sesuatu hal yang
sangat penting hendak kusampaikan !"
"Ha, Ha! Walaupun Pek-yun-kuan bukan
terbuat dari bahan logam, akan tetapi tanpa seizin
pinto, siapapun jangan harap bisa masuk kesini.
325 Maka janganlah Kuo tayhiap merasa kuatir,
bicaralah, tidak akan ada orang luar mencuri
dengar !" Kuo Se Fen tidak dapat berkata apa2 maka
katanya kemudian : "Kalau begitu baiklah semuanya. Sebetulnya keponakanku......" Tian-hung totiang pelahan, katanya : akan ia kujelaskan bukanlah menganggukan kepala "Memang pinto telah mendugainya, akan tetapi
siapakah ia sebenarnya ?"
"Ia adalah taysianseng !" jikongcu dari almarhum Kang Tiang-hung totiang terkejut, sorot matanya
memandang tajam ke arah diri Kang Han Cing,
kemudian katanya heran : "Kang jikongcu?"
"Tian Hoat, cepat kau bersihkan obat pengubah
wajah jikongcu itu !" perintah Kuo Se Fen.
Dari dalam saku bajunya Goan Tian Hoat cepat
mengeluarkan sebutir obat, setelah mengoleskan
sedikit diatas handuk kecil kemudian ia berikan
kepada Kang Han Cing. Kang Han Cing lalu mengusapkan handuk itu
keatas wajahnya dan sekejap saja berobah jadi
sebuah wajah yang putih bersih serta tampan,
beralis lenting dan kedua matanya bening jeli,
nampak bibirnya agak ke-merah2an serta 326 mempunyai gigi yang sangat putih bersih. Hanya
sayang, wajah setampan itu sangat pucat dan lesu
karena sakit. Sorot mata Tian Hung totiang terus mengamat2i wajah Kang Han Cing. Setelah lewat
beberapa lama, baru ia mengulurkan tangan untuk
memeriksa kedua mata Kang Han Cing.
"Hm ! Betul saja itu pula......" ia tidak
meneruskan kata2nya seperti orang keterlepasan
omong. Melihat Tian Hung totiang tidak meneruskan


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata2nya, Kuo Se Fen jadi curiga, cepat bertanya :
"Apakah Totiang telah mengetahui penyakitnya
?" Dengan mengusap jenggot Tian Hung totiang
menjawab pelahan: "Menurut pendapat pinto, tubuhnya bukanlah
hanya terkena semacam racun saja !"
Kuo Se Fen sangat terkejut, tanyanya pula :
"Kalau begitu, ia terkena oleh beberapa racun
yang diadukan menjadi satu?"
"Benar. Dari pemeriksaan dalam tubuhnya
terdapat San-lung racun pembuyar tenaga, Pai-sia
racun Penyurut darah, dan Siau lin racun
melemahkan tubuh, tiga macam racun lunak.
Mungkin masih ada racun lain yang hingga kini
belum menjalar?" 327 Tian Hung-totiang tidak melanjutkan pula
penjelasannya hingga menambah kecurigaan Kuo
Se Fen. Hati Goan Tian Hoat jadi bergetar hebat karena
sangat terkejut, tanyanya tidak sabar.
"Apakah ada obat untuk menyembuhkan ketiga
macam racun itu ?" Tian Hung totiang menggelengkan kepala: menjawab dengan "Ai ! Kalau untuk menyembuhkan semacam saja
mungkin masih bisa!"
"Kalau begitu tiga macam racun beraduk ini
tidak dapat disembuhkan?"
"Sebenarnya obat pemunah racun itu dibuat
berdasarkan jenis racunnya untuk dicairkan daya
kerjanya. Cara memusnahkannya adalah dengan
menggunakan racun jenis lain yang saling
berlawanan hingga daya kerja kedua racun itu
menjadi lemah dan musnah. Akan tetapi untuk
menemukan jenis yang berlawanan ini tidaklah
mudah, serta harus mencari yang kekuatanya daya
kerjanya sama hingga tidak membahayakan.
Misalnya senjata rahasia beracun dari seseorang,
walaupun banyak kaum bulim yang mahir dalam
ilmu obat racun, akan tetapi sangatlah sukar
untuk bisa membuatkan obat pemunahnya dan
harus dari orang itu juga. Jikongcu............"
Tiba2 ia berhenti bicara, sorotan matanya
mengawasi kearah jendela, bentaknya: "Siapa di
luar ?" 328 Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan bangkit berdiri.
Melihat bentakannya tidak digubris orang tubuh
Tian Hung totiang mencelat sangat cepat kearah
pintu, akan tetapi ia hanya mendapatkan sebuah
bayangan orang berkelebat serta lenyap dari
pandangannya. Hati Tian Hong totiang jadi terkejut melihat
kecepatan bayangan itu, ia berpikir keras,
siapakah orang itu yang mempunyai ilmu ginkang
demikian hebatnya " Dengan air muka tidak berobah ia balik masuk
ke dalam, katanya mesem :
"Harap kalian janganlah ambil pusing, mungkin
ia adalah seorang murid pinto yang kebetulan
lewat dari belakang!"
Melihat wajahnya agak berlainan, Kuo Se Fen
menjadi gelisah, akan tetapi ia merasa tidak enak
untuk banyak bertanya, maka ia duduk kembali
tanpa bicara apa pun. "Entah bagaimanakah keadaan jikongcu ini ?"
tanya Jen Pek Coan kemudian.
"Dari pemeriksaan, ternyata jikongcu terkena
tiga macam obat racun lunak, selain itu masih
belum kelihatan telah menjalar dalam tubuhnya......." "Menurut pendapat totiang, penyakit boanpwee
sukar untuk disembuhkan bukan?" ucap Kang
Han Cing lirih. Sambil memandangi diri Kang Han Cing, Tian
Hung totiang berkata : 329 "Memang tidak seorangpun tabib yang sanggup
menyembuhkan penyakitmu."
Kuo Se Fen dapat menangkap arti kata2 itu,
yang dimaksud tentu tidaklah termasuk dirinya.
Maka katanya girang : "Ilmu pengobatan totiang sangat tinggi, tentu
bisa menolongnya." "Pengetahuan pinto tidaklah seberapa, mungkin
pintopun tidak bisa mengobatinya."
Kuo Se Fen jadi kecewa, katanya :
"Mohon totiang bisa mencarikan jalan !"
"Telah dua puluh tahun lamanya pinto
bersahabat dengan Kang taysianseng. Kalau saja
pinto menemukan cara untuk bisa menyembuhkan
penyakit putra dari sahabat lama, tidak akan pinto
berpeluk tangan tidak mengobatinya, hanya......."
Sekali lagi Kuo Se Fen dibuat kecewa oleh
jawaban itu. Dengan tertawa kecil yang dipaksakan
ia berkata : "Bagaimana kalau totiang menyembuhkan
semacam racun dulu, baru kemudian mencari
jalan untuk menyembuhkan yang dua lainnya ?"
"Tidak mungkin bisa dengan cara demikian,
untuk menghilangkan penyakitnya haruslah sekaligus. Karena racun2 didalam tubuhnya itu
telah bercampur menjadi satu dan menjalar ke
seluruh tubuh serta sampai di dekat jantungnya.
Cara demikian bisa memperdalam penyakitnya."
330 "Kuo susiok, dari keterangan totiang penyakit
siauwte ini mungkin tidak bisa disembuhkan pula.
Terhadap diri siauwte tidaklah begitu menjadi soal,
hanya siauwte sungguh berterima kasih atas budi
kebaikan hati susiok berdua serta saudara Goan
yang telah sudi mengantarkan siauwte berobat
kesini !" "Harap Kang jihiante jangan kecil hati, aku
yakin dalam dunia seluas ini tentu ada obat yang
dapat menyembuhkan penyakit hiantit !" hibur Kuo
Se Fen cepat. "Ha, Ha! Kata2 Kuo tayhiap memang tidak salah
! Dalam dunia ini hanya ada dua macam obat yang
bisa menyembuhkan penyakitnya," ucap Tiang
Hung totiang. Semua orang jadi heran atas ucapan Tian Hung
totiang, bukankah tadi ia mengatakan tidak ada
obat untuk menyembuhkan penyakit Kang Han
Cing. "Apakah nama kedua obat yang totiang
maksudkan itu ?" tanya Goan Tian Hoat tidak
sabaran. "Yang kesatu adalah Ban-ing-hui-tian dari Tonghai Suan-hian (dua orang dewa dari laut Tong-hai).
Obat ini dibuat dari tigaratus enampuluh satu
macam bahan2 yang sangat jarang serta sukar
didapat, maka sungguh merupakan barang
mustika yang tak ternilai harganya. Tiada penyakit,
luka atau keracunan yang tidak bisa disembuhkannya." 331 "Mengenai riwayat Tong-hai Suan-hian ini,
semasa muda aku pernah mendengarnya dari
suhu. Memang pada beberapa puluh tahun yang
lalu Ban-ing-hui-lian-tan oleh kaum bulim telah
dianggap sebagai barang mustika yang sangat
berharga. Akan tetapi kini dimanakah harus kita
cari obat mujijat itu?" Kuo Se Fen heran.
Tian Hung katanya : totiang menganggukan kepala, "Memang obat ini sangat sukar didapat. Dulu
karena sangat mengagumi Tong-Hai Suan-hian,
pinto pernah menjelajahi sekeliling laut Tong-hay
untuk mencari jejak mereka, akan tetapi ternyata
kepergian itu sia2 belaka. Sekembalinya pinto
berkeinginan untuk bisa mengolah obat seperti
Ban-ing hui-tian-tan ini. Akan tetapi tidak
disangka dari jerih payah puluhan tahun pinto
hanya berhasil membuat sekuaali Sia-ce-tan saja,
yang khasiatnya hanya bisa menambah tenaga
saja. Aih !" Mendengar cerita itu hati Goan Tian Hoat agak
mendongkol, untuk apa me-nyebut2 obat Ban-inghui-tian-tan yang tidak mungkin didapat "
"Apakah obat yang kedua itu totiang ?" tanya
Goan Tian Hoat kemudian. "Yang kedua adalah rumput Toh-la !" jawab Tian
Hung totiang tanpa pikir2.
"Apakah rumput Toh-la itu dapat menyembuhkan penyakit jikongcu ?" tanya Goan
Tian Hoat lebih lanjut. 332 "Ha, Ha! Rumput Toh-la ini mempunyai khasiat
yang luar biasa, terhadap segala macam racun.
Jangan pula baru tiga macam racun terdapat
dalam tubuh jikongcu, tigapuluh macam pun bisa
dipunahkan !" "Dalam sedemikian banyaknya pohon2 obat
yang totiang tanam apakah terdapat rumput
tersebut ?" "Rumput Toh-la merupakan tanaman yang
sangat terpantang bagi si penanam obat. Kalau
saja ada sebatang pohon rumput itu, Pek yun-kuan
ini tidak akan terdapat pohon obat lain."
"Apa sebabnya demikian ?" tanya Goan Tian
Hoat heran. "Rumput itu hanya terdapat didaerah Toh-si
dalam propinsi Tien-nam. Ia mempunyai khasiat
melunakan segala obat2an, bila ditaroh bersama
dengan obat lain, ia akan menghilangkan khasiat
obat lain itu. Maka bagi orang yang membuat
obat2an paling takut menyimpan rumput Toh-la
itu." *** Bab 8 TERNYATA rumput Toh-la juga berupa racun
bagi obat2an lainnya. Maka tidak ada yang berani
menyimpan. "Kalau memang rumput Toh-la itu bisa
menyembuhkan penyakit jikongcu, segera 333 boanpwee berangkat pergi ke Tien-nam untuk
mencarinya. Entah bagaimanakah bentuk ciri2
rumput Toh-la itu ?"
"Rumput Toh-la mempunyai bentuk seperti
kamlan dan berwarna hitam. Akan tetapi ditempat
yang sama, kadang2 terdapat tumbuhan lain yang
mempunyai bentuk serupa dengan rumput Toh-la.
Tumbuhan itu sangat beracun bisa membuat
tubuh menjadi hitam dan mati kalau memakannya
! Sedangkan pribumi disana pun tidak bisa
membedakan mana rumput Toh-la dan mana
rumput yang beracun !"
"Kedua tetumbuhan itu tentu mempunyai
perbedaannya bukan?" tanya Goan Tian Hoat.
"Benar. Untuk bisa membedakannya harus
menunggu ia berkembang, kalau warna kembangnya putih bersih, tidak salah lagi itulah
rumput Toh-la sedang warna kembang yang
beracun berwarna merah ke-ungu2an."
Goan Tian Hoat menjura memberi hormat,
katanya kemudian : "Boanpwee mengucapkan banyak terima kasih
atas petunjuk totiang !"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari sini ke Tien-nam jaraknya sangat jauh
hingga perjalanannya cukup lama. Dari pemeriksaan racun dalam tubuh ji-kongcu, paling
lama hanya bisa tertahan sebulan lagi racun itu
tidak menyerang jantung."
334 "Boanpwee akan melakukan perjalanan siang
dan malam, mungkin dalam waktu sebulan cukup
untuk pulang pergi."
Tian Hung totiang bergeleng kepala, katanya.
"Harap siauwsicu bersabar, karena selain tidak
paham soal obat2an, daerah Toh si itupun sangat
asing bagi siauwsicu. Rumput Toh la itu hanya
tumbuh dipuncak gunung yang curam berbahaya,
serta sangat sukar didapat, maka pergi kesanapun
belum tentu berhasil mendapatkannya !"
"Akan tetapi, jalan ini adalah lebih baik dari
pada membiarkan penyakit jikongcu ber-larut2,
tambah lama tambah berat totiang."
Tian Hung totiang tertawa mesem, katanya
kemudian : "Memang kata2 siauwsicu ini tidak salah. Akan
tetapi menurut pendapat pinto, ji-kongcu lebih
baik berdiam disini, kelak akan pinto mencari jalan
untuk mengobatinya. Bilamana ternyata pinto
tidak berhasil dalam waktu sebulan mengobatinya,
dalam keadaan terpaksa pinto akan menggunakan
cara lain........" "Entah cara apakah itu?" tanya Goan Tian Hoat
heran. "Terpaksa harus menggunakan cara pengobatan
Kim-cen-kuo-sia (menusukkan jarum2 emas ke
jalan darah)." "Kalau begitu mengapa tidak sekarang saja
totiang mencobanya ?"
335 "Ha, ha ! Ini kalau dalam keadaan terpaksa
karena pengobatan dengan cara Kim cen-kuo-sia,
tenaga sinkang si pasien akan lenyap terlalu
banyak. Maka walaupun jiwanya dapat tertolong,
akan tetapi setelah sembuh orang itu tidak bisa
lagi bersilat !" Wajah Goan Tian Hoat berobah pucat katanya
terkejut : "Berarti ludeslah harapan saudara Kang Han
Cing " Dia akan menjadi seorang bercacat seumur
hidup ?" Tiang Hung totiang menganggukkan kepala,
membenarkan kesangsian itu.
"Seorang akhli silat paling takut mengalami
peredaran jalan darah Masuk Api," berkata Goan
Tian Hoat. "Teristimewa takut kehilangan ilmu
silatnya. Kehilangan ilmu silat sama saja dengan
kehilangan jiwanya. Bagaimana bisa melakukan
pengobatan seperti ini ?"
"Maka," Berkata Tian Hung totiang, "Kalau tidak
berada didalam keadaan terpaksa, aku tidak
bersedia melakukan tugas berat tadi."
Goan Tian Hoat berkata : "Lebih baik boanpwe segera pergi daerah Tiennam mengambil obat Toh la."
"Bersabarlah beberapa waktu," Berkata Tian
Hung totiang. "Sesudah kalian datang ditempat ini,
segalanya serahkan kepadaku."
Goan Tian Hoat mendebat, katanya :
336 "Sesudah totiang menghadapi jalan buntu, tokh
harus melakukan pengobatan dengan penusukan
jarum juga, bukan " Celakalah sudah hari depan
Kang jie kongcu." Kuo Se Fen membiarkan muridnya mendebat
Tian Hung totiang, hal ini dikarenakan beberapa
sebab. Sebab pertama, sebagai seorang ketua Hai-Yang
Pay dia harus mempunyai kewibawaan dan
keagungan, harus mempunyai pandangan yang
jauh. Karena itu, tidak pantas mendebat Tian Hung
totiang yang ternama. Lain lagi kedudukan bagi Goan Tian Hoat,
sebagai kaum muda yang berdarah panas, sudah
dianggap tidak janggal kalau dia melakukan
sesuatu kesalahan. Apa lagi hanya berupa
kesalahan kecil, menyinggung dan mencemoohkan
Tian Hung totiang. Kesalahan sepele yang tiada
artinya. Sebab kedua dari bungkemnya mulut Kuo Se
Fen, disebabkan karena beraninya Tian Hung
totiang yang berkata seperti itu, tentu mempunyai
sesuatu pegangan kuat yang belum diketahui,
apakah pegangan Tian Hung totiang" Inilah yang
sedang diperkira-kirakan.
Semakin lama, sifat Goan Tian Hoat semakin
kurang ajar. Ini tidak boleh ! Sebagai rombongan
yang hendak meminta pertolongan Pek-yun-kuan,
mereka layak menaruh hormat kepada ketua yang
bersangkutan. Sopan santun bahasa harus dipegang teguh.
337 Sudah waktunya Kuo Se Fen turun gelanggang
perdebatan, sudah waktunya menyetop ketidak
puasan Goan Tian Hoat. Tian Hung totiang lebih cepat, mengurut jenggot
dan berkata : "Ada lebih baik, kalau sicu tidak ter-buru2
menuju ke daerah Tien-nam. Karena muridku
sudah melakukan perjalanan jauh itu, paling
lambat satu bulan pasti ada beritanya."
Hati Kuo Se Fen tergerak, dia mengajukan
pertanyaan : "Mungkinkah Datuk Persilatan Lie Kong Tie juga
menderita keracunan yang sama " Membutuhkan
obat Toh-la?" Jen Pek Coan juga bertanya :
"Mungkinkah Totiang sangat membutuhkan
obat yang bisa mengerusak segala macam
ramuan2 jamu itu ?" Tian Hung totiang melirik kepada orang2 yang
berada didepannya, apa boleh buat, dia harus
berterus terang, katanya :
"Adanya Datuk Persilatan Lie Kong Tie ditempat
ini juga meminta pengobatan, dan obat yang
dibutuhkan adalah......obat Toh-la itu."
"Aaaa...." Berteriak Kuo Se Fen terkejut. "Racun
apakah yang bersarang di dalam tubuh Datuk
Persilatan itu?" "Racun yang sama dengan ramuan racun yang
bersarang didalam tubuh Kang jie-kongcu."
338 Wajah Kuo Se Fen berubah.
"Bibit permusuhan hitam ?" Dia bertanya.
dengan Lengcu berbaju Tian Hung totiang berkerut alis, memandang
para tamunya dan bertanya :
"Bagaimanakah asal usulnya lengcu berbaju
hitam itu ?" Kuo Se Fen memberikan keterangan :
"Lengcu berbaju hitam adalah pemimpin dari
suatu golongan yang mengenakan seragam hitam,
mengenakan kerudung tutup muka yang juga
berwarna hitam. Di saat Kang Han Cing melakukan
perjalanan menuju ke kota Yang-ciu, mendapat
sergapan golongan baru yang misterius ini. Haiyang-pay juga pernah mendapat serbuannya. Dari
adanya kejadian ini, menurut dugaanku, racun2
jahat itu adalah hasil buah karya si lengcu berbaju
hitam dan kawan2." Mulut Tian Hung totiang berkemak-kemik :
"Lengcu berbaju hitam" Komplotan baru yang
misterius" Mengapa aku belum pernah mendengar
cerita tentang mereka?"
Berkata sampai disini, meneruskan pembicaraan: Tian Hung totiang "Oh, suwie berampat adalah tamu2 Pek-yun
kuan, sudah selayaknya kalau kami menghormat,
masih tersedia dan sudah kami siapkan empat
buah kamar, khusus tempat istirahat suwie
berempat. Kalau membutuhkan sesuatu, beritahu
saja kepada pelayan2 kami. Sebelumnya, maaf
339 beribu maaf, bukan maksudku mengadakan pembatasan bergerak, seperti suwie berempat ketahui,
kamar2 dibagian Barat adalah kamar tamu2 Datuk
Persilatan keluarga Lie, agar tidak sampai terjadi
yang tidak diinginkan, atau bentrokan2 yang
membawa kegaduhan, kami harap suwie berempat
tidak mendatangi tempat2 itu."
Kuo Se Fen tertawa dan berkata:
"Tentu...Tentu....tenangkanlah hati totiang. Asal
saja mereka tidak mendatangi dan mencari setori
ditempat ini, kami jamin tidak akan terjadi
sesuatu." "Satu keterangan lagi." Berkata Tian Hung
totiang. "Kecuali kamar2 dibagian barat itu, suwie
berampat bebas bergerak kemanapun suwie suka,
suwie berampat tidak terikat. Hanya satu yang
harap diperhatikan baik2. Rimba bambu diluar
pagar rumput juga bukan tempat yang boleh
sembarangan dipijak."
Dalam hati Jen Pek Coan berdesis:
"Seperti apa yang sudah kuduga, daerah pagar
rumput itu berupa sesuatu yang mengandung
barisan tin lihay." Kuo Se Fen meng-angguk2kan
memberi janji dan berkata :
kepalanya, "Akan kami perhatikan baik2 pesan totiang
tadi." "Nah! Sudah waktunya
istirahat. Aku meminta diri."
suwie berampat 340 "Silahkan." Berkata Kuo Se Fen, dia tidak
mencegah kepergian orang.
Tian Hung totiang meninggalkan tamu2nya.
Sesudah mengantar kepergian Tian Hung
totiang, Kuo Se Fen memperhatikan tempat tempat
yang sudah tersedia. Satu ruangan makan, satu
ruangan tamu dan dua ruangan tidur.
Dibelakang ruangan2 ini terdapat perlataran
luas, ada pintu yang menembus ke-bagian lain,
tapi sudah ditutup dan diselot. Tempat ini berupa
bagian2 yang tersendiri. Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat menempati
sebuah ruangan tidur. Kuo Se Fen mengambil tempat bersama-sama
Jen Pek Coan. Meninggalkan cerita Kang Han Cing dan Goan
Tian hoat. Mengikuti gerak-gerik Kuo Se Fen dan
Jen Pek Coan. Jen Pek Coan terbaring dibale-bale, setiap
ruangan terdapat dua tempat tidur, kamar itu
tidak terkecuali. Kuo Se Fen duduk ditepian meja, tangannya
memegangi cawan teh yang disediakan untuk
mereka, tapi tidak segera ditenggak, jago tua ini
sedang melamun, memikirkan rangkaian kejadian2
yang serba misterius. Suatu saat, dia menoleh kearah sang sutee dan
mengajukan pertanyaan : 341 "Jietee, dikala menempur 4 jenderal dari Datuk
Persilatan keluarga Lie tadi, kulihat kau agak
keteter. Entah terjadi perubahan angin apa,
dengan cara dan tipu baru yang kau dapat pelajari
dari mana, mengapa bisa mengubah situasi,
memenangkan pertempuran ?"
Hampir bersamaan, Jen Pek Coan juga berkata :
"Oh, Ya ! Kalau saja bukan bantuan toa suheng,
aku sudah dikalahkan mereka."
"Huah !" Kuo Se Fen terjengkit, cawan tehnya
hampir terlepas dari pegangan. "Apa" Bagaimana
hal ini bisa terjadi?"
Jeng Pek Coan memperlihatkan sikapnya yang
ke-bingung2an, ia bertanya :
"Mungkinkah bukan bantuan toa suheng ?"
Perlahan-lahan, Kuo cawannya, ia bertanya : Se "Jietee, pernahkah kau menggunakan senjata rahasia ?"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Fen meletakkan melihat aku Sebagai saudara seperguruan, tentu saja Jen
Pek Coan maklum, kalau suheng itu tidak mahir
menggunakan senjata rahasia, maka belum pernah
Kuo Sen Fen menggunakan senjata gelap.
Najis! Katanya. Dan anehnya, disaat dia berada didalam situasi
kejepit, ada sesuatu yang membantu, itulah
senjata gelap, maka 4 jendral dari Datuk Persilatan
Lie bisa dikalahkan. Tentu saja bukan bantuan sang toa suheng.
342 "Wah." Dia mengeluh. "Didalam keadaan terjepit
dan sulit seperti itu, kalau tidak ada bantuan yang
tepat, kukira nama Hai-yang-pay bisa terjungkel.
Tapi....Siapakah yang membantu kita?"
Siapakah yang membantu Jen
mengalahkan 4 jendral keluarga Lie "
Pek Coan "Benda apakah yang meluncur dan memberi
bantuan gelap?" Bertanya Kuo Se Fen.
"Tampaknya seperti butiran batu2 kecil,"
berkata Jen Pek Coan. "Tadinya kukira bantuan
toa suheng. Maka tidak kutaruh perhatian. Orang2
yang kukalahkan sudah tertotok beku, maka bisa
cepat menyelesaikan pertempuran maut itu."
Mulut Kuo Se Fen sudah terbuka, siap
meneruskan pembicaraan. Disaat ini, mendatangi
dua tosu kecil, pesuruh kelenteng Pek-yun kuan.
Maka sang ketua Hai-yang pay menghentikan
pembicaraannya. Dua tosu kecil membawa baki kayu, di atas baki
itu terdapat beberapa macam makanan, tentu saja
terdiri dari sayur2an, para tosu dilarang memakan
barang berjiwa, sebagai peng-ikut2 aliran yang beragama suci, kelenteng Pek-yun-kuan tidak
menyediakan arak atau daging, juga tidak
memakan ikan, yang tersedia hanya sayur mayur,
demikianlah makanan untuk para tamu2nya.
Dua tosu kecil itu memberi hormat dan berkata
kepada tamu2nya : "Kuancu kami meminta maaf atas kekurangan
persiapan kelenteng Pek-yu-kuan hanya sayur2an
343 saja yang bisa kami sediakan. Silahkan para sicu
mencoba makanan kami."
Sesudah itu makanan itu. mereka meletakkan makanan- "Terima kasih," Berkata Kuo Se Fen. "Dan tolong
sampaikan rasa syukur kami kepada kuancu
kalian." Kedua tosu kecil itu tertawa, sesudah
meletakkan makanan2nya, mereka meminta diri
meninggalkan kamar2 itu. Jen Pek Coan sudah berkoar kearah kamar
lainnya : "Tian Hoat, ajak Kang jie kongcu untuk makan
dan mengisi perut." Dengan dibantu oleh Goan Tian Hoat, Kang Han
Cing meninggalkan kamar istirahat.
Berempat menghabiskan makanan yang sudah
tersedia. Mungkin terlalu letih, Kang Han Cing meminta
bantuan Goan Tian Hoat, dipepayang dan kembali
ke kamarnya. Jen Pek Coan juga sudah kenyang, ber-sama2
dengan sang toa suheng, mereka meninggalkan
ruang makan. Kuo Se Fen masih belum bisa beristirahat,
terlalu banyak urusan yang ngeruwet pikiran.
Jen Pek Coan mengeluarkan pipa bakonya,
menyulut api, menyedotnya beberapa kali, duduk
dipapan pembaringan dan berkata :
344 "Menurut keterangan Tian Hung totiang, Datuk
Persilatan Lie Kong Tie keracunan. Racun yang
mengerusak pembuluh2 darah si Datuk Persilatan
adalah racun yang tidak berbeda dengan
keracunan Kang Han Cing. Suatu bukti kalau
komplotan baru yang sering mengeluarkan
Perintah Maut ini adalah golongan pemberani,
hendak mengganggu datuk2 persilatan. Datuk
Persilatan Kang Sang Fung sudah disingkirkan dari
permukaan bumi, Lie Kong Tie hampir menemukan
kehancurannya. Prestasi2 baru untuk Lengcu
berbaju hitam." Kuo Se Fen berkata: "Lengcu baju hitam juga bukan merupakan otak
dari komplotan misterius itu."
"Siapakah komplotan Perintah Maut" Sesudah
membunuh mati Datuk Selatan Kang Sang Fung,
meracuni Datuk Utara Lie Kong Tie, kukira tidak
segan2 mereka bertindak kepada dua Datuk
Persilatan lainnya."
"Tentu saja tidak."
"Satu kekuatan baru yang tidak boleh pandang
ringan." "Kekuatan jahat yang berupa bencana bagi
ketenangan rimba persilatan."
Tiba2.....Jen Pek Coan menjerit kaget:
"Toa suheng......"
Matanya terbelalak, belakang Kuo Se Fen. memandang ke arah 345 Sebagai ketua partai Hai-yang-pay, Kuo Se Fen
juga mempunyai telinga yang hebat, itu waktu
terdengar desisan panjang.... syiuuut, syiuuuut
...... Secepat Kuo Se Fen menoleh, secepat itu pula
mumbul ke atas roket berapi.
Mengkerutkan alisnya, Jen Pek Coan bertanya
perlahan : "Mungkinkah tanda bahaya bagi kelenteng Pekyun-kuan ?"
Wajah Kuo Se Fen juga menjadi tegang, berpikir
beberapa waktu, ia berkata :
"Tanda bahaya meluncur datang di arah bagian
timur, kalau menurut perkiraan, sebelah kiri
kelenteng Pek yun-kuan. Tentunya bertemu
dengan musuh, atau tanda dari penyerangan lawan
kita." Jen Pek Coan sudah bersiap2 dengan pipa
rokoknya, siap menghadapi pertempuran baru.
Kuo Se fen masih bersikap tenang.
Jen Pek Coan bertanya : "Toa suheng, haruskah kita membantu mereka
?" Kuo Se Fen mengeluarkan senjata, itulah golok
pusaka, dia memberi perintah :
"Jaga ruangan tempat kita, bangunkan Tian
Hoat. Hati2 dibagian belakang. Biar aku yang
melihat keadaan." 346 Disaat ini, terdengar lagi beberapa pekikanpekikan panjang, se-olah2 harimau mengaum,
seperti kera yang saling sahut, berkumandang
didaerah pegunungan, suaranya sangat jernih dan
bersih. Kuo Se Fen mengkerutkan alis dan berkata :
"Datangnya mereka begitu cepat. Kukira sudah
berada di depan kelenteng Pek-yun-kuan." setelah
berkata tubuhnya melejit meninggalkan Jen Pek
Coan. Jen Pek Coan ber-siap2 menghadapi situasi
darurat, menuju kearah ruangan Kang Han Cing
dan Goan Tian Hoat. Mengikuti perjalanan Kuo Se Fen, gesit laksana
kera, dia merambat naik. Sayup2 mulai terdengar suara bentrokan
senjata, kelenteng Pek-yun-kuan sudah mendapat
penyerangan. Kuo Se Fen mempunyai pengalaman yang luas,
hanya sekali tangkap, dia sudah bisa menduga
arah datangnya pertempuran itu, ternyata musuh
sudah berada didepan kelenteng.
Sebagai salah seorang tamu Pek-yun-kuan, Kuo
Se Fen harus berlaku tahu diri, musuh yang terlalu
kuat bisa mengakibatkan hancurnya Pek-yunkuan, dia harus membantu.
Tapi tenaga bantuan tidak dipaparkan secara
terang2an, kalau saja pihak Pek-yun kuan salah
mengerti, sembarang bergerak menghancurkan
musuh, dia bisa dianggap kurang ajar, dianggap
347 memalukan kelenteng Pek-yun-kuan. Kalau tidak
bisa diterima, tindakan itu bisa menimbulkan
salah mengerti. Demikianlah Kuo Se Fen merayap dan merayap,
mengikuti arah yang dibagian gelap, dia
menyembunyikan diri diatas pohon2.
Dari cahaya sinar rembulan yang suram,
pelataran rumput bergulat dua orang, masingmasing mengeluarkan tenaga menempur lawannya.
Seorang adalah tosu tinggi besar yang
mengenakan jubah abu2, kumis dan berewoknya
jembros, senjatanya berupa ruyung halus,
gerakannya gesit dan cekatan.
Lawan si tosu adalah laki2 setengah umur yang
berbaju hijau, dia menggunakan sebatang pedang,
gerakannya aneh dan banyak perobahan. Menempur dan merangsak tosu berjubah abu2.
Kecuali kedua orang yang bertempur, masih ada
dua orang lagi, kedua orang ini berdiri di belakang
laki2 berbaju hijau. Menggunakan tutup kerudung
muka berwarna hijau. Kecuali sitosu berbaju abu2, Kuo Se Fen tidak
melihat hadirnya Tian Hung totiang ditempat itu,
dia menjadi bertanya kepada diri sendiri, kemana
kepergian kuancu pemilik Pek-yun-kuan itu"
Dua orang yang bertempur masih saling gebrak,
tiga puluhan jurus lagi dilewatkan.
Hut....tosu berbaju abu2 memukul keras, bluk,
ruyungnya menderu2. 348 Laki2 berpedang juga tidak kalah galaknya, dia
mengubah cara, dengan kecepatan luar biasa,
menyerang lima jurus. Lima jurus serangan itu terdiri dari lima macam
gerakan yang tidak sama, hal mana membuat Kuo
Se Fen yang menonton pertandingan mengeluarkan
suara tertahan, lima jurus tadi ber-turut2 terdiri
dari jurus ilmu pedang Bu-tong-pay, Ngo bie-pay,
Hoa-san-pay dan Heng-san-pay.
Tosu berjubah abu juga termasuk salah seorang
kuat, ia adalah pembantu Tian Hung totiang
ternama, namanya Ho-leng Koan-hoang Tian Hoa
Tosu. Sesudah terjadinya adu tempur itu, kedua jago
terpisah. Salah satu dari dua ngeluarkan bentakan : orang lainnya, me- "Serahkan kepadaku!"
Maka orang yang berkerudung menggunakan
pedang mengundurkan diri.
Disaat orang berkerudung yang berbadan besar
ini hendak tampil kedepan, muncul sesuatu
bayangan, inilah Tian Hung totiang.
Orang berkerudung tinggi besar menghadapi
Tian Hung totiang. Tiang Hung totiang memperhatikan ketiga
lawannya, satu persatu diteliti dengan seksama,
kemudian ia berkata : 349 "Sam-wie bertiga bisa melewati barisan Pat-kwaci dari kelenteng Pek-yun-kuan, suatu tanda kalau
samwie bertiga memiliki kepandaian tinggi,
tentunya bukan jago biasa, entah dari golongan
mana sam-wie datang ?"
Orang berkerudung tinggi pemimpin rombongan tiga menganggukkan kepala berkata :
besar adalah orang itu,

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaaa.....hanya aturan2 yang ada pada Pek-yunkuan ini adalah peraturan biasa, barisan tin kalian
mungkin bisa menjebak atau melarang masuknya
binatang2 kecil, tapi tidak mungkin bisa mencegah
kehadiran kami." *** Bab 9 TlAN HUNG TOTIANG mengkerutkan alisnya,
dia membentak: "Sebutkan nama kalian !"
Sepasang sinar mata orang berkerudung
berbaju hijau itu memancarkan cahaya kemilauan,
ia tertawa sebentar dan berkata:
"Kuancu hendak bertanya " Baiklah, aku adalah
Lengcu Panji Hijau."
Rombongan ini mengenakan pakaian berwarna
hijau, dengan tutup kerudung berwarna hijau,
sang pemimpin menyebut namanya sebagai Lengcu
350 Panji Hijau, ternyata setanding dengan Lengcu
Panji Hitam. Kuo Se pertandingan berkata: Fen yang menonton jalannya menganggukkan kepala, hatinya
"Sudah kuduga ! Komplotan dari pihak musuh."
Tian Hung totiang pernah mendengar cerita Kuo
Se Fen tentang adanya Lengcu Panji Hitam yang
menyerang Hai yang pay. Kini Lengcu Panji Hijau yang menyerang Pekyun kuan, tentunya dari komplotan yang sama,
hatinya terkejut, dia berusaha menenangkan
ketegangan itu dan menganggukkan kepala
berkata : "Ternyata Lengcu Panji Hijau. Sayang sekali
kami jarang berkelana didalam rimba persilatan,
belum pernah mendengar nama ini, maafkan
ketololan kami." Lengcu Panji Hijau tertawa besar, dia berkata :
?" "Kini kuancu sudah bisa mendengarnya, bukan
Dengan bertanya : sikap sungguh2 Tian Hun totiang "Apa maksud kedatangan samwie bertiga
malam2 berkunjung kedalam kelenteng Pek-yunkuan ?"
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Menurut berita yang kami dapat, Datuk
persilatan Lie Kong Tie menetap dan istirahat di
351 dalam kelenteng ini, betulkah ada kejadian yang
seperti itu ?" Ternyata kedatangan rombongan berbaju dan
berkerudung hijau dengan maksud tujuan si Datuk
Persilatan Lie Kong Tie !
Wajah Tian Hung totiang berubah, tapi dia tidak
menyangkal akan adanya Lie Kong Tie istirahat
dan minta pengobatan didalam kelentengnya, dia
menganggukkan kepala dan berkata :
"Ya !" Lengcu Panji Hijau angkat tangan, memberi
hormat dan berkata : "Terima kasih, kami hendak membikin sedikit
gangguan." Sesudah itu, dia menganggukkan kepala kepada
kedua orangnya, berkata kepada mereka.
"Mari ! Mari kita masuk."
Ketiga rombongan berbaju hijau itu hendak
memasuki kelenteng Pek-yun-kuan.
Hal ini betul2 melanggar keagungan Tian Hung
totiang, dengan keren dia membentak :
"Berhenti !" Lengcu Panji Hijau menghentikan langkahnya,
diikuti juga oleh kedua anak buahnya yang berbaju
hijau, menghadapi Tian Hung totiang dan bertanya
: "Maksud kedatangan kami adalah mengunjungi
keluarga Lie, mengapa kuancu hendak menahan?"
352 Tian Hung totiang berkata:
"Lie Kong Tie sicu sedang istirahat tidak boleh
diganggu, apalagi kelenteng Pek-yun-kuan bukan
kelenteng biasa, kami melarang orang bertingkah."
Lengcu berbaju Hijau mendongakan kepala,
memandang langit dan berkata:
"Kedatangan kami sangat penting, kalau saja Lie
Kong Tie tayhiap tahu kedatangan kami, pasti
datang menemui, urusan ini tidak ada hubungan
dengan kuancu." Tian Hung totiang mengeluarkan kebutannya,
inilah senjata istimewa, ia siap menempur ketiga
jago itu, dan dengan tenang berkata:
"Kelenteng Pek-yun-kuan tidak pernah melibatkan diri didalam persengketaan rimba
persilatan, tapi bukan berarti takut pada
pertempuran atau kekerasan, silahkan! Untuk
mengunjungi tamu2 kami memang tidak sulit.
Cukup sesudah mengalahkan kami."
Wajah Lengcu Panji Hijau yang tertutup
kerudung itu tentunya berubah, terpeta sekali
pada sepasang sinar matanya yang ber-kilat2, ia
berkata : "Jangan kuancu menyesal dikemudian hari.
Melibatkan diri dalam urusan yang seperti ini,
adalah langkah2 yang sang tolol."
Tiba2 dari dalam kelenteng berlari seseorang, itu
adalah putra Datuk Persilatan Lie Kong Tie.
Dengan senjata kipasnya yang istimewa Lie Wie
Neng siap ikut campur. 353 Langsung Lie Wie Neng menghadang Lengcu
Panji Hijau dan membentaknya keras :
"Eh, dedemit dari mana yang berani malang
melintang dikelenteng Pek-yun kuan " Lekas enyah
dari tempat ini !" Menyaksikan kegesitan Lie Wie Neng, Kuo Se
Fen juga mengeluarkan pujian dalam hati :
"Lie Wie Neng ini tidak kalah dari ayahnya,
entah murid jago silat dari mana ?"
Lengcu Panji Hijau memberi hormat kepada Lie
Wie Neng, katanya: "Lie Wie Neng kongcu yang datang ?"
"Ya," jawab Lie Wie Neng. "Aku adalah putra dari
Datuk Persilatan Lie Kong Tie."
"Ha, ha...." Lengcu Panji Hijau tertawa. "Inilah
suatu yang tak terduga, sungguh kebetulan."
"Ada urusan apa?" bentak Lie Wie Neng.
"Kami mempunyai sesuatu urusan yang sangat
penting." jawab Lengcu berbaju hijau.
"Katakanlah ! Urusan apa ?" Lie Wie Neng
berkata sombong. "Urusan penting dengan ayahmu...."
"Aaaa...." Lie Wie Neng semakin beringas.
"Ayahku menderita keracunan, tentunya dibokong
olehmu ?" "Tepat !" Lengcu Panji Hijau tidak menyangkal
tuduhan itu. 354 "Ha, ha...." Sepasang alis Lie Wie Neng
terjengkit. "Kau akan kubunuh lebih dulu ! Terima
serangan !" Secepat itu pula, senjata Lie Wie Neng yang
berupa kipas wasiat diluncurkan ke arah musuh,
menyerang Lengcu berbaju hijau.
Gerakan Lie Wie Neng sangat cepat dan gesit,
berada diluar dugaan. Tapi gerakan Lengcu berbaju hijau juga tidak
kalah gesitnya, melejit ke belakang mengelakan
serangan Lie Wie Neng, ia tertawa dan berkata :
"Sabar ! Maksud kedatangan kami bermaksud
baik. Mungkinkah Lie kongcu tidak bersedia diajak
berunding?" Lie Wie Neng membentak : "Sesudah aku membunuhmu, sesudah mengambil obat penawar racun, baru berunding !"
Lie Wie Neng bisa bicara tanpa menghentikan
serangannya, semakin gencar dan semakin cepat.
Lengcu Panji Hijau memang hebat, bagaikan
bayangan, dia mengikuti setiap kibasan kipas Lie
Wie Neng. Menyedot napasnya dan melayang jauh,
ia berkata tertawa : "Yang sangat disayangkan, obat penawar racun
itu tidak berada pada diriku."
Lie Wie Neng mendesak maju lagi, dengan dingin
berkata : 355 "Tidak ada obat penawar racun itupun tidak
menjadi soal, yang penting kau harus menjadi
orang tawanan disini."
Lengcu Panji Hijau berusaha mengelakan setiap
serangan Lie Wie Neng, ia menghindari bentrokan
yang lebih keras, berputar ditengah lapangan,
suatu ketika ia berhasil juga meloloskan diri, maka
ia sempat berkata : "Huh ! Sangkamu, setelah mendapatkan obat
Toh-la itu, kau bisa mengobati penyakit ayahmu ?"
Dan sesudah melakukan pembicaraan tadi
Lengcu Berbaju Hijau mengelakan serangan Lie
Wie Neng lagi. (Bersambung 6) *** Jilid 6 HATI Kuo Se Fen yang menonton jalannya
pertandingan juga terkejut, gumamnya :
"Ilmu kepandaian Lengcu Panji Hijau ini cukup
hebat, agaknya tidak berada di-bawah Lie Wie
Neng." Lie Wie Neng menyerang semakin kalap, sayang
sekali, betapa hebatpun dia menyerang, tidak satu
juruspun yang bisa mengenai sasarannya.
Ilmu meringankan tubuh Lengcu Panji Hijau
memang lumayan, dia mengelak lagi dan berkata :
356 "Kipas wasiat memang hebat ! Murid pendekar
kipas wasiat Kim Tong telah mendapat kemajuan
lumayan. Sampai disini saja kita melakukan
pertempuran, sudah waktunya melakukan perundingan, bukan ?"
Lagi2 Kuo Se Fen terkejut, ternyata Lie Wie Neng
ini adalah murid kesayangan Kim Tong ! Pantas
saja memiliki kipas wasiat, tentu saja memiliki
ilmu kepandaian hebat. Lie Wi Neng bisa mengukur sampai dimana
tingginya kepandaian silat si Lengcu Berbaju Hijau.
Mengetahui tidak mudah mengalahkan lawan, ia
melipat kipas menghentikan serangan. Dengan
dingin berkata: ?" "Perundingan apa lagi yang hendak kau katakan
"Dengarlah baik2." berkata lengcu Panji Hijau,
"Sesudah mengetahui jelas duduknya perkara,
kalau kau masih belum puas menghendaki
diteruskannya pertempuran, aku bersedia melayanimu !" "Lekas katakan !" bentak Lie Wie Neng.
Dengan tenang Lengcu Baju Hijau berkata :
"Sebelum aku membuka acara perundingan,
terlebih dahulu akan kuperlihatkan seseorang."
Setelah itu Lengcu Baju Hijau bertepuk tangan
tiga kali. Bersamaan dengan suara tepukan Lengcu Baju
Hijau, dari luar rimba muncul tiga orang, satu
357 adalah tosu berbaju kelabu, diiringi oleh dua orang
berseragam hijau. Lagi2 anak buah Lengcu Panji Hijau !
Ketiga orang itu segera memberi hormat kepada
Lengcu Panji Hijau. Sesudah tampilnya Lie Wie Neng, Tian Hung
totiang berdiri ditepi, membiarkan Lie Wie Neng
menempur musuh.

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Munculnya tosu yang baru datang sangat
mengejutkan Tian Hung totiang, tosu itu adalah
murid kesayangannya, ia bernama Cin Su Can,
mendapat tugas untuk mengambil obat Toh-la
didaerah Tien-Nam. Tapi kini keadaan sudah
berubah, ia bersama-sama dengan dua orang
berbaju hijau yang datang, tentu sudah berkhianat. Cin Su Can sudah memberi hormat kepada
Lengcu Panji Hijau. Suatu tanda bahwa sang murid
itu sudah berganti politik.
Alis Tian Hung totiang yang lentik berdentik, ia
membentak kearah sang murid durhaka:
"Cin Su Can, berani Berkomplot dengan musuh."
kau berkhianat" Cin Su Can meskipun telah mendapat
dukungan kuat, sesudah berkhianat kepada sang
guru, tentu saja tidak berani menentang bentakan
itu, ia menundukkan kepala diam.
Terdengar suara Lengcu Panji Hijau berkata :
"Cin Su Can, ceritakan kesulitanmu."
358 Dari jarak yang cukup jauh, Cin Su Can
bertekuk lutut, diarahkan kepada Tian Hung
totiang, dia menangis dan berkata :
"Suhu, teecu sangat malu kepada kau si orang
tua." Tian Hung totiang membentak :
"Murid durhaka, sesudah kau menjual rahasia
kepada musuh, masih berani kau memanggil suhu
segala ?" Air mata Cin Su Can jatuh berceceran, dia
menundukkan kepala semakin rendah, ia berkata :
"Teecu telah menjadi murid selama dua puluh
lima tahun, budi suhu belum terbalaskan, teecu
sangat menyesal, apa boleh buat, sayang sekali
teecu mempunyai kesulitan yang tidak bisa
dipecahkan, harap suhu bisa memaafkan kesalahan teecu." Menyaksikan sang murid yang seperti itu, rasa
sedihnya Tian Hung totiang tidak tertahan, sedari
kecil ia mendidik sang murid, akhirnya berkhianat
dan berdiri dipihak musuh. Kemarahannya
menggelora tidak terhingga, ia menggeram dan
membentak: "Murid durhaka, enyahlah kau dari tempat ini !"
Seiring dengan suaranya Tian Hung totiang
menyerang, kebutannya diarahkan kearah kepala
Cin Su Can, hendak menamatkan riwayat hidup
sang murid durhaka. 359 Disaat yang sama, tangan Lengcu Panji Hijau
juga bergerak, menahan turun serangan Tian Hung
totiang, sambil berkata: "Sebagai seorang beribadah, mengapa kuancu
mengambil langkah yang ter-buru2 ?"
Tian Hung totiang merasakan satu kekuatan
yang tidak terlihat menahan datangnya pukulan,
membuat tangannya tidak bisa terjulur panjang,
hal ini membuat ia terkejut, hatinya mengeluh:
"Kekuatan tenaga dalam orang ini betul2 hebat,
ia seorang musuh tangguh."
Tiang Hung totiang mengetahui pengkhianatan
sang murid disebabkan oleh Lengcu Panji Hijau
yang misterius ini, memancarkan cahaya mata
yang beringas, ia membentak :
"Pantas saja ia berani berkhianat. Ternyata
mendapat backing kuat, eh " Baiklah, untuk
membikin bersih nama pintu perguruan, sebelumnya aku harus menempur dirimu."
"Bukan maksudku untuk menempur kuancu."
berkata Lengcu Panji Hijau sabar. "Tenanglah. Kau
harus menggunakan sedikit aturan."
Dengan marah Tian Hung totiang membentak :
"Siapa yang tidak menggunakan aturan ?"
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Walau Cin Su Can itu murid kesayanganmu,
sudah selayaknya bertanya dan menyelidiki
terlebih dahulu. Dari sebab apa ia tidak
360 menjalankan perintah " Apakah boleh membunuh
orang tanpa alasan?"
"Tanpa alasan "!" Tian Hung totiang semakin
marah. "Dia sudah tidak menjalankan perintah,
menjual diri kepada lain golongan, membuka
rahasia kepada musuh. Apa belum cukup dengan
kesalahan-kesalahan ini ?"
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Bukan dia yang tidak menjalankan perintah,
dia bernaung dibawah panji kebesaran Panji Hijau,
Tapak Tapak Jejak Gajahmada 6 Trio Detektif 38 Misteri Kaca Kaca Remuk Reuni Reunion 1
^