A Garland For Girls 1

A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott Bagian 1


Daftar Isi R angkaian Ivy dan Sepatu Dansa B unga Poppy dan Gandum M ay Flowers
P ansy T eratai M awar Mungil B unga Laurel Gunung dan Suplir
Kata Pengantar C erita-cerita berikut ini kutulis untuk menghibur diri
pada masa pengasinganku.. Nama-nama bunga yang kusukai dan menghibur hatiku kugunakan sebagai judul cerita dan menjadi daya tarik dari karyaku.
Jika gadis-gadisku mendapatkan keindahan atau pencerahan dari bunga-bunga biasa ini, Garland dari teman lama mereka ini tidaklah sia-sia.
L.M. ALCOTT. SEPTEMBER, 1887.
Rangkaian ivy dan Sepatu Dansa
Table of Content "T IDAK bisa! Sebaiknya aku menyerah dan membeli
yang baru. Aku menginginkannya, tapi aku khawatir merusak rencanaku untuk Laura, kata Jessie Delano dalam hati, menggeleng saat memandang sepasang sepatu kecil rusak yang hampir tak bisa diperbaiki. Ia menusukkan jarinya dengan siasia untuk terakhir kalinya. Pikirannya penuh dengan harapan dan rasa cemas yang terlalu besar untuk seorang gadis periang berusia enam belas tahun.
Setahun yang lalu kakak beradik itu adalah anak-anak kesayangan seorang lelaki kaya. Tapi ayah mereka wafat dan mereka pun ditinggalkan dalam kemiskinan.
Mereka memiliki beberapa saudara, tapi mereka telah menyinggung perasaan seorang paman mereka yang kaya. Ia
~1~ menawarkan tempat tinggal kepada Jessie, tetapi Jessie menolak untuk dipisahkan dari kakaknya. Laura cacat dan tidak ada seorang pun yang menginginkannya. Jessie tidak akan pernah meninggalkan Laura, jadi mereka tetap bersama dan tinggal di sebuah kamar sederhana tempat ayah mereka meninggal. Mereka berupaya mencari sesuap nasi hanya dengan kemampuan yang mereka miliki. Laura dapat melukis dengan baik. Setelah berkali-kali gagal, akhirnya ia mulai bisa menjual lukisan bunga-bunganya yang cantik dan lembut. Bakat alami Jessie adalah menari. Gurunya yang dulu, seorang wanita Perancis yang baik hati, menawarkan posisi sebagai asisten guru di kelas tari anak kepada murid kesayangannya itu.
Jessie berupaya keras untuk menerima posisi itu dan menjadi guru yang rendah hati. Ia harus sabar menemani anak laki-laki dan perempuan yang bodoh berputar-putar di lantai licin yang biasa ia gunakan untuk menari bahagia, saat ia masih menjadi bintang kelas dan ratu pesta dansa. Tapi demi Laura, Jessie menerima tawaran itu dengan penuh rasa syukur. Mereka menanti datangnya musim dingin yang panjang dan berat dengan rasa cemas yang mereka sembunyikan dalam hati masing-masing. Laura takut jatuh sakit jika bekerja terlalu berat. Jika ia sakit, bagaimana nasib adiknya yang masih muda dan cantik" Tetapi kedua gadis itu bekerja keras, bercakapcakap gembira, menunggu penuh harap sampai nasib baik menghampiri mereka. Kadang-kadang hati mereka merasa susah sampai mereka menangis.
~2~ Saat ini cobaan hidup kecil menimpa Jessie. Otak cerdasnya berusaha memecahkan masalah bagaimana agar uang lima dolar yang ia tabung dapat digunakan untuk membeli sepatu untuknya sendiri dan juga cat untuk Laura. Kedua benda itu sangat mereka butuhkan. Selama ini ia menggunakan sepatu yang sudah aus agar dapat menabung untuk membeli kejutan kecil. Namun sekarang lubang-lubang di sepatunya sudah tak bisa ditambal, dan pita terbesar pun tak dapat menyembunyikan bagian depan yang aus kendati ditutupi begitu banyak tinta dan penghitam.
Ini sepatu Perancisku yang terakhir dan aku tak bisa membeli sepatu lagi. Aku benci benda-benda murah! Tapi aku harus membelinya, karena sepatuku sudah butut dan semua orang harus melihat kakiku saat aku mengajar menari. Oh, Tuhan! Miskin itu tidak menyenangkan! Jessie memandang sepatu kecil butut itu dengan rasa sayang. Air mata menggenangi matanya.
Jangan bicara yang bukan-bukan, jangan berkeluh-kesah! Pergi dan lakukan tugasmu, dan masuklah dengan gembira agar Laura tidak khawatir. Sambil melompat, gadis itu mulai bernyanyi dan berhenti menangis. Ia mondar-mandir di kamar kecilnya yang suram, membersihkan sarung tangan lamanya, memperbaiki baju putih satu-satunya, dan berharap dapat membeli bunga untuk dipakai karena semua perhiasan telah lama dijual. Lalu, sambil tersenyum kepada kakaknya, ia pergi membeli sepatu dan cat. Laura memang tidak minta dibelikan
~3~ cat, tapi lukisannya membutuhkan cat.
Karena dibesarkan dalam kemewahan, Jessie menyukai benda-benda cantik. Gaun yang warnanya sudah luntur, sarung tangan yang telah dibersihkan, dan sepatu yang ditambal menimbulkan rasa sedih di hatinya. Godaan terus-menerus dari benda-benda indah, berguna, dan tidak dapat diperoleh adalah godaan yang sangat besar. Laura jarang pergi keluar sehingga tidak mengalami godaan seperti itu. Lagipula Laura tiga tahun lebih tua daripada Jessie, berhati lembut, dan hidup bahagia di dunianya sendiri. Maka Jessie merahasiakan perasaannya, walaupun kadang ia merasa iri dan kecewa karena melihat banyak hiburan, uang, dan keindahan di dunia yang tak dapat ia nikmati.
Aku merasa bisa mencopet hari ini tanpa merasa bersalah jika aku mencopet orang kaya. Sayang tidak ada seorang pun yang mengingat kami, padahal dulu Papa selalu dermawan. Jika aku menjadi kaya lagi, aku akan mencari semua gadis miskin yang bisa kutemukan dan memberikan mereka sepatu yang bagus atau barang lainnya, pikirnya saat berjalan di jalan yang ramai, berhenti tanpa sadar di etalase toko untuk melihat barang-barang di dalamnya dengan pandangan mendamba.
Sambil berusaha menahan godaan dari sebuah sepatu Perancis dengan pita dan gesper, dengan bijak Jessie membeli sepatu polos yang dapat diperbaiki. Setelah itu ia pergi, dengan hati yang agak terhibur karena harga sepatu itu murah.
~4~ Di toko barang-barang seni, Jessie diberitahu bahwa lukisan bunga musim gugur Laura sangat digemari. Wajah Jessie dipenuhi kebahagiaan dan rasa syukur yang begitu tulus sehingga lelaki tua penjual cat itu memberikan lebih banyak barang daripada uang yang Jessie bayarkan. Lelaki tua itu teringat masa-masa sulit yang pernah ia alami dan merasa kasihan terhadap gadis kecil cantik itu, apalagi ia pernah mengenal ayah Jessie.
Jadi Jessie tidak perlu berpura-pura bahagia saat pulang ke rumah dan memperlihatkan harta karun yang ia bawa. Laura sangat senang karena hadiah tak terduga itu. Ia juga senang karena makan malam dengan roti, susu, dan anggur. Rasanya seperti piknik. Jessie tersenyum sambil berdandan untuk pergi ke pesta.
Pesta itu hanyalah pesta anak-anak di rumah salah satu murid Mademoiselle-nya, dan Jessie diundang hanya untuk membantu anak-anak itu berdansa. Sebenarnya Jessie tidak ingin datang ke pesta itu karena yakin akan bertemu dengan wajah-wajah yang ia kenal di sana. Jessie tak sanggup melihat wajah-wajah yang dipenuhi rasa kasihan, penasaran, atau tak peduli. Namun Mademoiselle meminta bantuan Jessie, dan karena Jessie merasa sangat berterima kasih kepadanya, ia pun pergi tanpa berharap dapat bersenang-senang. Ia yakin hanya akan merasa lelah dan jengkel.
Jessie tidak memerlukan waktu lama untuk mengenakan gaun wol putih, menyisir rambut hitam keritingnya, dan melipat
~5~ sepatu dan sarung tangan. Setelah siap, ia berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya. Ia sadar ia sangat cantik. Matanya besar, pipinya merah, dan ia terlihat anggun. Gaun yang ia kenakan memang bukan gaun baru atau mewah karena tidak ada pita atau bunga untuk memberikan sentuhan warna yang dibutuhkan. Jessie memiliki jiwa artistik. Dulu, saat hidupnya senang dan semua keinginannya dapat terkabul dengan mudah, ia suka memesan pakaian yang menawan untuk dirinya sendiri. Jessie memasang pita-pita yang ia miliki dengan sedih. Jumlah pitanya hanya sedikit dan warnanya telah memudar.
Oh, Tuhan! Di mana aku BISA menemukan sesuatu yang dapat membuatku tidak seperti biarawati, yang sangat lusuh pula" katanya seraya merindukan hiasan koral merah muda yang ia jual untuk membayar tagihan dokter Laura.
Bunyi tok, tok, tok yang lembut mengejutkan Jessie dan ia berlari untuk membuka pintu. Tak ada seorang pun di sana kecuali Laura yang terlelap di atas sofa. Tok, tok, tok! Seolah diketuk oleh tangan yang tak terlihat. Karena bunyi itu tampaknya datang dari jendela, Jessie memandang ke sana, menduga ada merpati jinak yang datang untuk mencari makan. Namun ia tidak melihat merpati lapar atau burung gereja pemberani. Ia hanya melihat setangkai tumbuhan ivy Jepang yang melambai-lambai tertiup angin. Satu tangkainya yang sangat cantik dan diselimuti daun-daun berwarna merah tua mengetuk dengan tidak sabar seakan menjawab pertanyaan
~6~ Jessie dan berkata, Ini satu tangkai untukmu. Ayo, ambillah!
Mata tajam Jessie langsung terpesona melihat warna tumbuhan yang indah itu. Ia segera berlari ke jendela dengan gagasan baru di pikirannya. Hari itu adalah hari yang membosankan di bulan November dan kemungkinan besar hanya terdapat gudang, tong abu, dan sapu tua yang muram di belakang rumah itu. Namun seluruh bagian belakang rumah tampak cerah oleh sulur-sulur merah dari tumbuhan merambat yang menutupi tembok kumal itu bagaikan mantel. Tumbuhan itu seolah bersemangat untuk menghibur mata dan hati semua orang yang melihatnya, sekaligus memberi wejangan mengenai keberanian, aspirasi, dan rasa syukur kepada siapa pun yang mampu memahaminya. Tumbuhan itu memberi contoh perjuangan hidup melalui kemunculannya dari sepetak tanah di halaman belakang yang penuh dengan benda-benda, berjuang mencari sinar matahari dan udara hingga menjadi tumbuhan yang kuat dan indah. Perjuangannya menyebabkan dinding kosong itu menjadi hijau di musim panas, begitu indah di musim gugur, menjadi pelindung di musim dingin serta menjadi tempat bernaung burung-burung saat matahari bersinar hangat.
Jessie menyukai tumbuhan cantik itu dan menikmati keindahannya sepanjang musim panas. Tanpa sadar Jessie menirukan tumbuhan itu dan mencoba untuk menjadi berani dan ceria. Jessie juga berasal dari tempat yang muram, tetapi akhirnya ia menyadari langit biru masih menaungi dunia, matahari masih bersinar untuknya, dan udara segar dari surga
~7~ membelai pipinya lembut. Sering kali pada malam hari, saat Laura tidur, Jessie mencondongkan tubuhnya dari jendela tinggi itu dan berkhayal, mengenang kehidupan lamanya, atau mencoba menatap masa depan dengan berani dan yakin. Tumbuhan rambat itu telah merasakan tetesan air yang lebih hangat daripada air hujan atau embun saat keadaan begitu sulit. Tumbuhan itu juga mendengar doa yang dibisikkannya dan mengintip untuk melihatnya tidur dengan damai saat masa-masa berat telah berlalu. Tumbuhan itu pula yang pertama kali menyapanya dengan mengetuk jendela saat gadis itu bangun di pagi hari dengan harapan baru. Tumbuhan itu seolah tahu suasana hati dan masalah Jessie, menjadi teman sekaligus kepercayaannya. Sekarang tumbuhan itu datang untuk membantu Jessie seperti seorang ibu peri saat Cinderella ingin menghadiri pesta dansa.
Itu dia! Kenapa aku tak memikirkannya" Begitu ceria, lembut, dan indah. Ini lebih baik daripada bunga-bunga biasa, dan tidak ada orang yang akan berpikir aku boros karena aku tak perlu mengeluarkan uang.
Lalu Jessie mengumpulkan tangkai-tangkai panjang tumbuhan rambat yang indah itu. Daun-daunnya berkilat begitu cantik. Kembali ke depan cermin, Jessie memasangkan rangkaian daun kecil di kepalanya dan seikat daun yang lebih besar di dadanya. Ia mengamati dirinya sendiri dengan rasa puas, lalu mengikat syal wolnya dan pergi tanpa membangunkan Laura.
~8~ Jessie mendapati anak-anak berjingkrak-jingkrak tidak sabar untuk mulai menari balet. Mereka bersemangat karena musik, lampu, dan gaun indah, membuat pesta itu seperti sebuah pesta sungguhan. Semua yang hadir menyambut Jessie. Segera ia melupakan sepatu murah, sarung tangan yang ditambal, serta gaun tuanya. Ia memimpin murid-muridnya menarikan tarian indah dengan anggun dan terampil. Para ibu yang berbaris di dinding berkata itu adalah hal termanis yang pernah mereka saksikan.
Siapa gadis kecil itu" tanya salah seorang pria yang menunggu di dekat pintu.
Tuan rumahnya menceritakan kisah hidup Jessie dengan singkat dan terkejut saat mendengar lelaki itu berkata, dengan nada puas, Aku senang gadis itu miskin. Aku menginginkan kepalanya. Sekarang aku memiliki kesempatan untuk mendapatkannya.
APA maksud Anda, Tuan Vane" tanya sang tuan rumah sambil tertawa.
Aku memerlukan satu wajah muda untuk lukisanku, dan gadis kecil dengan daun-daun merah itu tampak menawan. Tolong wakili aku.
Tidak perlu. Anda bisa berbicara langsung kepadanya, jika Anda suka, tapi tentunya bukan untuk kepalanya. Harga dirinya cukup tinggi dan aku yakin ia tidak akan mau hanya
~9~ duduk sebagai seorang model.
Kupikir aku dapat mengatasi itu, jika Anda berbaik hati membantu saya.
Baiklah. Anak-anak akan turun ke bawah untuk makan malam dan Nona Delano akan beristirahat. Anda bisa bertanya kepadanya sekarang, jika Anda berani.
Saat berdiri mengawasi anak terakhir pergi, seorang lelaki tinggi memohon untuk mengambilkan sesuatu bagi Jessie seolah Jessie adalah wanita tercantik di ruangan itu. Tentu saja Jessie memilih es krim. Lalu gadis itu pergi ke sebuah sudut untuk mengistirahatkan kakinya yang lelah. Ia lebih suka berada di ruang tamu yang sepi daripada ruang makan yang berisik karena tidak yakin ia pantas berada di sana.
Tuan Vane membawakan semangkuk penuh makanan yang paling disukai Jessie. Kemudian lelaki itu mengambil sebuah meja dan mulai makan. Ia mengajak Jessie berbicara dengan cara yang bersahaja dan menyenangkan sehingga Jessie tak mungkin merasa sungkan. Dengan cepat ia pun merasa nyaman. Jessie tahu lelaki itu adalah seorang seniman terkenal dan sangat ingin memberitahunya mengenai Laura yang sangat mengagumi lukisan lelaki itu dan akan sangat senang berbicara dengannya. Lelaki itu bukan seorang lelaki yang sangat muda atau pun tampan, namun ia memiliki wajah ramah dan sikap yang akrab dan sangat menawan. Dalam sepuluh menit Jessie sudah berbicara dengan bebas, tidak sadar selama itu sang
~10~ seniman mempelajarinya di cermin. Mereka berbicara tentang anak-anak. Lalu setelah memuji tarian indahnya, Tuan Vane menambahkan, Aku sedang mencari sebuah wajah untuk sebuah lukisan yang sedang kukerjakan. Sayangnya anak-anak kecil itu terlalu muda jadi aku harus mencari orang untuk menjadi model peri hutanku di tempat lain.
Apakah sulit menemukan model" tanya Jessie.
Memang sangat sulit menemukan yang kuinginkan. Aku bisa mendapatkan banyak gadis pengemis, tapi wajah yang kuinginkan haruslah wajah yang halus, muda, sedang beranjak dewasa, tapi juga anggun. Hal seperti itu tidak mungkin muncul dari latihan yang biasanya dijalani model-modelku. Aku buruburu dan tidak tahu harus mencari ke mana. Kalimat terakhir itu tidaklah sepenuhnya benar karena cermin panjang telah memperlihatkan gambaran yang pria itu inginkan.
Saya membantu di kelas dansa Mademoiselle dan ia memiliki murid dari berbagai usia. Mungkin Anda bisa menemukan seseorang di sana.
Jessie tampak begitu tertarik sehingga sang seniman merasa ia telah mengawali percakapan dengan baik. Maka saat lelaki itu memberikan keranjang kue untuk ketiga kalinya, ia melangkah lebih jauh.
Kau sangat baik. Tapi masalahnya, aku khawatir tidak ada gadis kecil yang mau duduk untukku jika aku memberanikan
~11~ diri memintanya. Aku mengakui aku TELAH melihat wajah yang sesuai dengan keinginanku, namun aku takut aku tak akan bisa mendapatkannya. Tolong berikan saran untukku. Apakah menurutmu makhluk cantik itu akan merasa tersinggung jika aku memintanya dengan penuh hormat"
Tentu tidak. Ia akan merasa bangga bisa membantu menyelesaikan lukisan Anda. Kakak saya pikir lukisan Anda sangat indah. Kami menyimpan salah satu lukisan Anda saat kami terpaksa menjual yang lain, kata Jessie bersemangat dan terus terang.
Itu pujian yang indah dan membuatku bangga. Tolong sampaikan itu kepada kakakmu, dan juga terima kasihku. Lukisan yang mana yang kalian simpan"
Lukisan kepala wanita cantik yang sedang bersedih dan disebut Madonna oleh orang-orang. Kami menyebutnya Ibu dan sangat menyukainya. Kata Laura wanita itu seperti ibu kami. Saya tak pernah melihat ibu, tapi Laura ingat wajahnya yang cantik.
Jessie menundukkan pandangannya karena takut akan menangis. Tuan Vane berkata, dengan suara yang menunjukkan bahwa ia memahami perasaan Jessie, Aku sangat senang jika lukisanku membuatmu bahagia. Aku sendiri teringat pada ibuku saat melukis lukisan itu bertahun-tahun yang lalu. Jadi kau benar-benar memahaminya dan memberikan nama yang tepat. Nah, mengenai kepala yang lain, kau pikir aku bisa mengajukan
~12~ gagasan ini kepada pemilik kepala itu, kan"
Mengapa tidak, Pak" Saya pikir akan bodoh sekali jika ia menolaknya.
Jadi KAU tidak akan tersinggung seandainya aku memintamu duduk untuk dilukis"
Oh, tidak. Saya sudah sering duduk untuk Laura dan ia bilang saya model yang sangat baik. Tapi ia hanya melukis halhal sederhana yang cocok dengan saya.
Itulah yang ingin kulakukan. Maukah kau menanyakannya kepada wanita muda itu untukku" Ia ada di belakangmu.
Jessie berbalik dengan terkejut, bertanya-tanya siapa yang masuk ke ruangan itu. Namun yang ia lihat hanyalah wajahnya sendiri yang penuh rasa ingin tahu di cermin, dan wajah Tuan Vane yang tersenyum di atas wajahnya.
Maksud Anda saya" seru Jessie. Ia terkejut, senang sekaligus malu sehingga hanya bisa tertawa dengan muka memerah dan terlihat lebih cantik daripada biasanya.
Ya, tentu saja. Nyonya Murray pikir permintaan ini akan menyinggungmu. Tapi aku senang karena kau mengabulkan keinginanku. Kau memakai rangkaian daun kecil yang membuatmu anggun dan tampaknya sangat menyukai lukisan. Ini hanya daun-daun ivy. Tapi daun-daun ini begitu indah
~13~ sehingga saya ingin memakainya, lagipula saya tak memiliki hiasan lain, kata gadis itu, senang karena hiasan sederhananya dapat memikat mata seorang seniman.
Itu sangat berseni dan sangat menarik perhatianku. Aku berkata kepada diriku sendiri, Itu kepala yang kuinginkan dan aku HARUS mendapatkannya jika bisa. Bolehkah" tanya Tuan Vane.
Dengan senang hati, jika Laura tidak keberatan. Saya akan bertanya kepadanya. Jika ia tidak keberatan tentu saya akan sangat bangga karena rangkaian daun ini ada di dalam sebuah lukisan terkenal, jawab Jessie.
Terima kasih banyak! Sekarang aku bisa menertawakan Nyonya Murray dan menyiapkan palet lukisku. Kapan kita bisa mulai" Karena kakakmu cacat dan tidak bisa datang ke studioku bersamamu, bolehkah aku membuat sketsa di rumahmu" kata Tuan Vane, terlihat sangat senang atas keberhasilannya.
Apakah Nyonya Murray bercerita tentang kami" tanya Jessie cepat. Senyumannya memudar dan harga diri muncul di wajahnya. Ia yakin nasib malang mereka diketahui karena Tuan Vane membicarakan kesehatan Laura yang malang.
Hanya sedikit, jawab teman baru itu, dengan pandangan simpati.
Saya tahu model dibayar untuk duduk. Apakah Anda ingin
~14~ melakukan itu karena saya miskin" tanya Jessie dengan rasa tidak suka yang tak dapat ditutupi sambil melirik ke gaun yang sudah memudar dan sarung tangan yang ditambal dengan rapi.
Tuan Vane tahu gadis kecil itu sangat peka, maka ia menjawab dengan nada yang paling bersahabat, Aku tak pernah berpikir seperti itu. Aku ingin KAU membantuku karena aku adalah seniman yang sangat membutuhkan kecantikan dan keanggunan sejati. Aku harap kau mengizinkanku memberikan salinan sketsa itu untuk kakakmu sebagai rasa terima kasihku karena kebaikan hatimu.
Rasa tidak suka di wajah Jessie hilang dan gadis itu kembali tersenyum. Jawaban lembut sang seniman berhasil menghapus kemarahannya dan membuatnya segera meminta maaf, Tadi saya bersikap sangat kasar, tapi saya belum belajar untuk rendah hati dan sering lupa saya ini miskin. Anda boleh datang ke rumah kami kapan pun. Laura akan senang melihat Anda bekerja dan akan gembira dengan apa pun yang Anda berikan untuknya. Begitu juga saya, walaupun saya tidak pantas untuk itu.
Aku tak akan menghukummu dengan melukis ekspresi tidak sukamu yang menakutkanku. Aku akan melakukan yang terbaik agar wajah itu tetap bahagia dan tidak memerah karena marah. Cukuplah daun-daun cantik ini yang berwarna merah, jawab sang seniman, senang karena berhasil berdamai. Saya SANGAT senang karena memakainya! Lalu, seolah
~15~ mencoba untuk meminta maaf atas kemarahannya tadi, Jessie bercerita mengenai tumbuhan ivy itu dan betapa ia menyukainya. Tanpa sadar Jessie menceritakan kisah hidupnya yang sedih dan menyebabkan pendengarnya semakin tertarik kepada model barunya.
Anak-anak kembali masuk dengan riuh, dan Jessie dipanggil untuk memimpin mereka. Namun sekarang hatinya terasa ringan, begitu juga langkahnya, karena ia memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dipikirkan. Ia sekarang memiliki harapan untuk membantu Laura. Tuan Vane berjanji untuk datang keesokan harinya. Pada pukul delapan Jessie berlari pulang untuk menceritakan kabar baik itu kepada kakaknya, juga untuk mengawetkan rangkaian daun yang mendatangkan kabar bahagia itu.
Jessie yakin hal yang membahagiakan akan terjadi. Ia berkhayal membangun sebuah istana untuk Laura dengan sudut kecil untuknya sendiri, di mana ia bisa melihat Laura tumbuh menjadi wanita yang sehat dan juga seorang seniman besar. Jessie ingin memperoleh banyak uang sehingga mereka bisa menghabiskan satu atau dua bulan di tepi pantai saat musim panas, karena itu adalah obat yang baik untuk saraf dan otot Laura yang lemah. Ia pernah berangan-angan untuk menjadi seorang penari balet, karena menari adalah kesukaannya. Namun semua orang tidak menyukai rencana itu, dan batinnya sendiri mengatakan bahwa itu bukanlah kehidupan yang baik untuk seorang gadis muda. Permintaan Tuan Vane untuk
~16~ melukis kepalanya memberikan harapan baru. Semakin Jessie memikirkannya, semakin ia menyukai gagasan itu. Ia berniat untuk menanyakan segala hal tentang model kepada teman barunya, berharap pekerjaan itu dapat menghasilkan banyak uang.
Jessie tak menceritakan apa pun kepada kakaknya. Namun saat duduk bersama Tuan Vane keesokan harinya, Jessie menanyakan banyak hal. Sebagai seorang lelaki bijaksana, baik serta murah hati, pria itu segera melihat bahwa tidaklah baik bagi seorang gadis cantik, impulsif, dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang untuk hidup di dunia model yang penuh cobaan dan godaan tanpa perlindungan. Jadi seniman itu berkata bahwa rencana Jessie tidak akan mungkin terwujud, kecuali selama gadis itu mengizinkannya membuat sejumlah sketsa dari kepalanya dan membayarnya.
Jessie setuju dengan usul sang seniman. Walaupun kecewa, ia merasa terhibur karena menghasilkan cukup banyak uang untuk membeli benda-benda yang ia inginkan.
Sang seniman tampaknya tidak terburu-buru untuk menyelesaikan lukisannya dan selama berminggu-minggu ia datang untuk duduk di ruangan sunyi yang semakin hari semakin menarik perhatiannya. Selama melukis wajah sang adik yang sering berubah, ia juga mempelajari kecantikan sang kakak dan belajar menyukainya. Namun tidak seorang pun yang tahu rahasia itu. Jessie terlalu sibuk memutar otak memikirkan cara untuk mendapatkan lebih banyak uang.
~17~ Karena itu ia tidak menyadari apa pun yang terjadi di hadapannya, seolah ia hanyalah sebuah boneka kayu.
Tiba-tiba, saat ia tidak mengharapkannya, pertolongan datang dengan cara yang begitu lucu. Suatu hari, saat duduk dengan lelah, menanti sampai para gadis dan anak-anak meninggalkan ruang ganti setelah kelas menari selesai, seorang teman lama masuk dan menghampirinya seraya berkata dengan nada yang biasanya melukai hati Jessie, Anak malang! Apa kau tidak lelah setengah mati mengajar bayi-bayi bodoh itu"
Tidak. Aku suka menari dan hari ini kami belajar gerakan baru. Lihatlah! Indah bukan" dan Jessie, yang sadar akan kemampuannya dan suka memperlihatkannya, berputar dengan ringan seolah kakinya tidak pegal setelah bekerja selama dua jam.
Indah sekali! Aku harap aku bisa belajar mengikuti gerakan dan bukan sekadar meloncat dan memantul. Gendut itu menyedihkan, keluh Fanny Fletcher saat Jessie kembali dengan berseri-seri dan kehabisan napas.
Mungkin aku bisa mengajarimu. Aku berpikir untuk menjadi guru karena aku harus melakukan sesuatu. Mademoiselle memperoleh setumpuk uang dengan bekerja sebagai guru, ujar Jessie. Ia duduk untuk beristirahat dan memutuskan untuk tidak malu dengan pekerjaannya atau membiarkan Fanny mengasihaninya.
~18~ Aku harap kau DAPAT mengajarku! Aku pasti akan mempermalukan diriku sendiri di festival amal. Pasti kau telah mendengar tentang itu, bukan" Sayang kau tidak bisa ikut ambil bagian karena itu pasti akan menyenangkan dan luar biasa. Aku akan membawakan tari Hongaria, salah satu tarian yang paling sulit. Tapi gaunnya cantik dan aku ingin memakainya. Mama yang menjadi pengurusnya, jadi aku bisa ikut ambil bagian walaupun aku tahu gadis-gadis lain tidak ingin aku ikut dan anak-anak laki-laki mengolok-ngolok aku. Lihatlah apakah ini tarian teraneh yang pernah kau lihat!
Fanny mulai menari dengan berani melintasi lantai yang lebar dan mulus. Ia mengetukkan kaki, meluncur, dan berputar. Tariannya tampak aneh namun mungkin akan terlihat lebih hidup jika ia tidak begitu gemuk, canggung, dan tidak lentur. Dengan susah payah Jessie menahan tawa saat Fanny mengakhiri tariannya dengan berbaring terlentang di atas lantai dan duduk sambil menggosok siku dengan sikap putus asa.
Aku tahu tarian itu! Itu czardas tarian rakyat Hongaria. Aku bisa menunjukkan bagaimana seharusnya tarian itu ditarikan. Berdirilah dan cobalah bersamaku! kata Jessie, berlari untuk membantu temannya berdiri.
Lalu mereka menari, tapi dengan segera mereka berhenti karena Fanny tidak dapat mengikuti gerakan Jessie. Lalu Jessie menariknya, mengetukkan kaki, dan bersenandung dengan siasia.
~19~ Lakukanlah sendiri. Aku akan mempelajari bagaimana seharusnya tarian itu ditarikan dan menari dengan lebih baik nanti, kata Fanny sambil terengah-engah. Ia mengempaskan diri di atas kursi beludru yang mengelilingi ruang tari itu.
Mademoiselle masuk dan menonton mereka selama beberapa saat. Segera saja ia melihat apa yang dibutuhkan. Karena Nyonya Fletcher adalah salah satu langganan terbaiknya, dengan senang hati ia membantu putri tertua Nyonya Fletcher itu. Jadi ia berjalan menuju piano dan memainkan musik pada saat Jessie dengan satu lengan di pinggulnya dan lengan lain di pundak teman berdansanya yang tak terlihat menari di ruangan itu. Gadis itu mengetukkan kaki, meluncur dengan cepat, dan berputar dengan anggun dalam tempo yang sesuai dengan musik bersemangat yang membuat kakinya seolah terbang. Jessie menari maju, mundur, berputar dan berputar, dengan sikap yang anggun, melakukan langkah kaki yang rumit, dan melompat dengan penuh semangat. Ia menari dengan riang, terbawa oleh musik dan gerakan yang sangat ia sukai.
Fanny bertepuk tangan kagum, dan Mademoiselle berteriak, Bien, tres bien, charmante, ma cherie! 1 saat Jessie berhenti, dengan wajah bahagia dan tersenyum, dengan satu tangan di dada dan satu lagi di keningnya sebagai salam penutup tarian itu.
Aku HARUS mempelajarinya! Datanglah ke rumahku dan ajari aku menari. Mau, kan, Jessie" Aku akan senang hati
~20~ membayarmu jika kau tidak keberatan. Aku benci ditertawakan. Aku tahu jika ada orang yang bisa membantuku pasti aku bisa menari seperti teman-teman lain. Professor Ludwig selalu mengomeli kami semua.
Fanny tampak begitu sedih. Jessie merasa terharu hingga ia tidak bisa menolaknya. Lagipula tawarannya begitu menggoda karena memungkinkan ia untuk mendapatkan tambahan uang untuk kakak, begitulah Jessie menyebut tabungannya. Jadi dengan ramah Jessie menyetujuinya. Setelah beberapa kali menjalani latihan yang melelahkan namun berhasil baik, Fanny yang sangat berterima kasih mengusulkan kepada temantemannya yang juga kesulitan menari untuk mengundang Jessie menghadiri latihan-latihan pribadi yang mereka adakan karena festival semakin dekat.
Sebagian anak-anak muda itu mengenal Jessie Delano. Mereka membujuk Jessie untuk datang dan membantu mereka menguasai gerakan sulit tari czardas. Saat bersama mereka, Jessie merasa menemukan kembali dunianya. Ia melatih kelompok canggung itu dengan baik sehingga Profesor Ludwig memuji kemajuan mereka saat latihan bersama dan tidak lagi mengomel sehingga gadis-gadis pemalu itu senang. Sebelumnya hati mereka selalu ciut saat lelaki kecil mengerikan itu membentak dan meremas-remas tangan setiap kali mereka melakukan kesalahan.
Para pemuda juga membutuhkan bantuan karena sebagian dari mereka tampak bagaikan belalang canggung saat
~21~ menggerakkan tungkai yang panjang atau siku dengan kikuk. Jessie berdansa dengan mereka dan menunjukkan cara bergerak yang anggun dan penuh semangat. Ia juga mengajar para pemuda itu untuk memperlakukan pasangan dansa mereka tidak seperti boneka, tetapi seperti seharusnya tentara Hongaria bersenang-senang dengan gadis petani di festival itu. Latihan mereka berlangsung meriah. Semua orang membicarakan festival amal yang menjadi topik hangat di kota dan ingin datang sebagai pemain atau penonton. Dengan sedih Jessie menahan godaan menghabiskan tiga dolar yang ia simpan untuk membeli tiket. Mungkin ia akan pergi jika ada yang menemani, tetapi Laura tidak dapat pergi dan Tuan Vane sedang pergi. Tidak ada teman yang ingat untuk mengundangnya. Jadi ia menyembunyikan keinginannya dan sebisa mungkin bersenang-senang di setiap latihan yang ia ikuti.
Pada hari gladi resik di rumah Fanny, terjadi sesuatu yang menguji kesabaran Jessie sekaligus memberinya imbalan dengan pengorbanan kecil. Banyak berdansa membuat sepatu Jessie rusak. Sepasang sepatu barunya sudah lebih dahulu aus dan kondisi sepasang sepatu yang lain juga buruk. Jessie berharap sepatu itu bisa bertahan setidaknya sampai malam itu lalu ia akan membeli sepatu yang lebih baik dengan uang dari Fanny. Sebenarnya Jessie tidak ingin menerima uang dari Fanny, tapi gaji dari Madamoiselle diperlukan di rumah, sedangkan uang dari sumber lain ia simpan untuk hadiah pesiar bagi Laura. Hanya sesekali ia membeli sesuatu untuk dirinya sendiri. Ia belajar untuk rendah hati, bekerja keras, dan mensyukuri gaji
~22~ kecilnya demi kakaknya. Malam itu semua orang bergembira saat semua pasangan dengan pakaian berwarna-warni menari penuh semangat. Sepatu sepatu bertumit logam mengetuk-ngetuk lantai dengan berirama. Topi-topi berbulu melambai, dan jaket dengan kepangan tampak berkilauan saat mereka berayun ke sana ke sini atau berbaris mengikuti irama musik gaduh dari orkes yang dibentuk mendadak. Jessie memandang dengan penuh harap sehingga Fanny, yang sakit pilek parah, berbaik hati meminta Jessie untuk menggantikannya karena ia batuk setiap kali bergerak.
Kegembiraan itu berkembang hingga akhir. Saat tarian itu selesai, di tengah-tengah lantai tergeletak sebuah sepatu kecil yang lusuh, dengan bagian tepi yang robek, bagian tumit yang melesak, dan tampak buruk dengan tali dan kait yang rusak. Sepatu kecil itu benar-benar buruk sehingga tak ada seorang pun yang mengaku sebagai pemiliknya saat salah satu pria muda mengacungkannya dan mengumumkan dengan riang, Di manakah Cinderella" Ini sepatunya. Sudah saatnya ia memiliki sepasang sepatu baru. Tampaknya sepatu kaca sekarang sudah tidak bisa bertahan lama.
Mereka semua tertawa dan memandang berkeliling untuk mencari kaki yang tidak bersepatu. Gadis-gadis berkaki kecil segera memperlihatkan kaki mereka, sedangkan yang lain langsung menyembunyikan kaki mereka. Namun tak ada Cinderella yang muncul untuk meminta sepatu tua itu. Muka
~23~ Jessie memerah semerah topinya. Ia melirik Fanny dengan pandangan memohon sambil menyelinap ke pintu terdekat. Ia tahu sebentar lagi semua orang akan sadar sepatu itu miliknya karena gadis-gadis lain mengenakan sepatu bot merah yang sesuai dengan kostum mereka.
Fanny paham. Walaupun canggung dan tidak terlalu pintar menari, Fanny adalah gadis berhati lembut. Ia segera menyelamatkan temannya dari rasa malu. Sepatu malang itu berpindah dari satu tangan ke tangan lain diiringi ucapan menggoda dari para pemuda dan penyangkalan dari para gadis.
Tolong berikan itu kepadaku! pinta Fanny, berusaha menangkap sepatu itu.
Tidak. Cinderella harus datang dan memakai sepatu ini. Di sini Sang Pangeran telah siap untuk membantunya, kata sang penemu sepatu sambil memegang benda itu tinggi-tinggi.
Dan di sini ada kakak-kakak yang sombong dan siap untuk memotong jari dan tumit mereka agar kaki mereka muat di sepatu kecil itu, tambah seorang pemudi yang sangat menikmati lelucon itu.
Dengar! Sepatu itu milik Jessie Delano dan ia telah pergi karena kehilangan sepatu itu. Jangan menertawakan dan mengolok-olok sepatu itu. Sepatu itu rusak karena dipakai untuk membantu kita. Kalian semua tahu kesulitan yang Jessie hadapi, namun kalian tidak tahu betapa sabarnya ia membantu
~24~ Laura yang malang dan bekerja untuk hidup. Aku memintanya untuk mengajariku menari, dan aku akan membayarnya dengan baik karena aku tak akan mungkin bisa menari jika ia tidak menolongku. Jika kalian merasa berterima kasih seperti aku, dan kasihan kepadanya, kalian bisa menunjukkannya dengan cara apa pun yang kalian suka karena miskin itu pastilah tidak menyenangkan.
Fanny berbicara dengan cepat. Di akhir kalimatnya ia sengaja batuk untuk menyembunyikan suaranya yang bergetar, sedikit takut akan akibat perbuatannya yang impulsif. Namun itu dorongan hati yang tulus, dan hati-hati anak muda yang sebenarnya baik itu menjawabnya dengan cepat. Sepatu tua itu diserahkan dengan penuh hormat kepada Fanny, diikuti dengan permintaan maaf dan rasa sesal. Namun tak ada yang menerima permintaan maaf itu karena Fanny sudah berlari mencari Jessie yang tengah menanti kesempatan untuk menyelinap pergi tanpa terlihat. Fanny tidak berhasil membujuk Jessie agar tinggal untuk makan malam. Akhirnya, diiringi dengan banyak ucapan terima kasih, Jessie dibiarkan pulang. Fanny kembali ke rumah untuk menyusun rencana dengan tamu-tamunya sambil menikmati salad lobster, es krim, dan kopi kental.
Merasa bagaikan Cinderella saat bergegas memasuki malam di musim dingin dan meninggalkan saat-saat indah di belakangnya, Jessie berdiri menunggu kendaraan di sudut jalan yang berangin. Ia berdiri dengan sepatu rusak di tangannya, dengan mata digenangi air mata letih dan kesal, dan dengan
~25~ perasaan dongkol akan nasibnya yang terasa tidak adil dan penuh beban.
Ingatan sepintas tentang kehidupan lamanya yang mudah dan bahagia yang ditimbulkan gladi resik itu membuat hidupnya terasa semakin berat. Malam itu ia merasa tidak dapat menanggungnya lagi. Jessie sangat ingin pergi ke festival itu, namun tidak ada seorang pun yang ingat untuk mengajaknya. Walaupun seandainya ia menuruti godaan dan menggunakan uangnya sendiri, ia tetap tidak dapat pergi sendiri. Laura akan menyewa kendaraan jika Jessie mencoba pergi sendiri. Jelas ia tidak mungkin melakukan itu karena enam atau tujuh dolar adalah jumlah yang banyak bagi mereka. Jessie akan sangat bahagia jika ia dapat menjadi salah satu gadis yang terlibat di dalam festival itu, menari di atas rumput dengan kostum yang indah mengikuti irama musik orkestra, dan menikmati keceriaan dua malam yang menyenangkan. Tapi ia merasa bagaikan pungguk merindukan bulan. Maka ia berusaha menyenangkan hatinya dengan mengkhayalkan semua itu sambil berjalan dalam badai salju. Ia menangis hingga tertidur setelah bercerita dengan ceria kepada Laura mengenai gladi resik yang menyenangkan, tanpa menceritakan bencana yang ia alami.
Esok harinya matahari bersinar dan harapan pun muncul kembali. Sambil berpakaian Jessie bernyanyi agar hatinya ceria, masih meyakini ada seseorang yang mengingat dirinya sebelum hari itu berakhir. Saat ia membuka jendela, burung-burung pipit
~26~ menyambutnya dengan kicauan merdu. Matahari menyinari tumbuhan ivy yang tertutupi salju hingga tampak berkilau begitu indah karena tumbuhan itu bergantung bagaikan selubung renda di dinding yang kusam. Jessie tersenyum saat melihat tumbuhan itu. Ia menghirup udara segar dalam-dalam dan merasa ceria karena terhibur oleh tumbuhan itu. Lalu dengan berani dan gembira ia memandang langit biru yang bersih dan melakukan tugas-tugas hari itu tanpa menduga akan menerima kejutan menyenangkan sebagai imbalan untuk pengorbanan kecilnya yang mengajarkannya untuk kuat, sabar, dan berani seperti yang dilakukan orang-orang hebat.
Sepanjang pagi ia menanti bel berbunyi, namun tidak ada yang datang. Pada pukul dua siang ia pergi ke kelas dansa, berkata kepada dirinya sambil menghela napas, Pasti semua sedang sibuk. Tak heran aku dilupakan. Aku akan membaca mengenai festival yang menyenangkan itu di surat kabar dan akan mencoba tetap berbahagia.
Walaupun sedang merasa tidak ingin menari, Jessie sangat sabar menghadapi murid-murid kecilnya. Saat pelajaran telah usai, ia duduk untuk beristirahat sejenak dengan benak dipenuhi kemegahan festival. Tiba-tiba Mademoiselle menghampirinya dan dengan kata-kata yang manis wanita itu memberikan kejutan menyenangkan pertama. Mademoiselle menawarkan gaji yang lebih besar, kelas dengan murid-murid yang lebih tua, dan banyak pujian atas keterampilan dan kesetiaannya. Tentu saja Jessie menerima tawaran itu. Ia segera pulang untuk
~27~ memberi tahu Laura, lupa akan hatinya yang susah, kakinya yang lelah, dan kekecewaan yang ia rasakan.
Kejutan kedua berdiri menantinya di depan pintu rumah. Kejutan itu adalah pelayan Nyonya Fletcher yang berdiri dengan sebuah kotak besar dan surat dari Nona Fanny. Jessie tidak tahu bagaimana ia sanggup mengangkat dirinya dan bingkisan itu menaiki tangga yang tinggi, saking terburuburunya ia untuk melihat apa yang ada di dalam kotak besar itu. Jessie mengejutkan kakaknya karena ia menerobos masuk ke dalam ruangan itu dengan kehabisan napas, muka merah dan bersinar, sambil berteriak, Gunting! Cepat! Gunting!
Segera tali dan kertas dibuka, penutup kotak dilemparkan, dan jeritan gembira terdengar saat Jessie melihat kostum Hongaria yang ia kenal terbaring di depannya. Ia tak dapat menebak apa maksud dari semua itu hingga ia membuka surat dan membaca kata-kata menggembirakan ini:
DEAR JESS, Sakit pilekku semakin parah dan dokter tidak mengizinkan aku pergi malam ini. Menyedihkan sekali, bukan" Tarian kami akan hancur berantakan kecuali jika kau mengisi tempatku. Aku tahu kau akan melakukannya untuk kami dan bersenangsenang. Semua orang akan gembira. Kau menari jauh lebih baik daripada aku. Gaunku pasti cocok untukmu, asalkan dilipat dan dijahit di sana-sini. Sepatu botnya juga tidak terlalu besar karena, untungnya, walaupun gemuk aku memiliki kaki yang
~28~ kecil! Mama akan menjemputmu pada pukul tujuh dan mengantarkanmu pulang dengan selamat. Lalu besok kau harus datang ke rumahku pagi-pagi dan menceritakan semuanya kepadaku.
Di dalam kotak kecil, kau akan menemukan hadiah kecil sebagai rasa terima kasih kami atas kebaikanmu membantu kami semua.
Teman baikmu selamanya, FAN. Begitu Jessie bisa bernapas kembali dan pulih dari rasa terkejut, ia membuka bingkisan cantik yang diikat pita merah muda. Ternyata isinya adalah vas berbentuk sepatu kristal yang penuh dengan bunga mawar. Di bawah bunga-bunga itu terlihat kilauan keping uang emas sejumlah dua puluh lima dollar. Sebuah kartu kecil terselip di ujungnya, seakan-akan dengan begitu banyak upaya untuk membuat hadiah itu tampak begitu indah, sang pemberi masih merasa takut menyinggung perasaan penerimanya.
Kartu itu bertuliskan: Kami mengembalikan sepatu kaca yang hilang saat pesta
~29~ kepada Putri kami tersayang, teriring ucapan terima kasih dan doa.
Jika anak-anak muda baik hati yang mengirimkan hadiah indah itu dapat melihat bagaimana hadiah mereka diterima, keraguan mereka pasti langsung lenyap. Jessie tertawa dan menangis sambil menceritakan kisah semalam kepada Laura, menghitung keping uang yang berharga itu, dan mengisi sepatu cantik itu dengan air sehingga bunga mawar itu tetap segar. Lalu, saat jarum-jarum bekerja dan sambil mengepas pakaian yang indah itu, mereka berbincang dengan gembira. Kedua kakak-beradik itu merayakan kebahagiaan tak terduga ini bersama-sama.
Bagian termanis dari semua kejutan indah ini adalah mereka mengingatku pada waktu paling sibuk, dan berterima kasih dengan cara yang begitu indah. Aku akan menyimpan sepatu kaca itu seumur hidupku untuk mengingatkanku agar jangan berputus asa, karena di balik kesulitan selalu ada kemudahan, kata Jessie sambil melompat gembira dan membunyikan tumit logam sepatu botnya. Ia membayangkan saat-saat membanggakan ketika ia menarikan czardas di depan seluruh penduduk Boston.
Laura yang lembut hati ikut senang dan bersimpati setulus hati. Ia sibuk menjahit bagai lebah yang sibuk, dan mengantarkan adiknya yang gembira pada pukul tujuh dengan senyumannya yang termanis. Ia tidak membiarkan Jessie tahu mengenai harapan dan kecemasan yang ia sembunyikan di
~30~ dalam hatinya. Ia menutupi perasaan rindu dan kecewanya sehingga hari-harinya terasa semakin sedih dan sepi. Ia juga merasa keceriaan festival amal itu tak dapat menghilangkan rasa rindu terhadap seorang teman yang telah menjadi seseorang yang dekat dan ia sayangi.
Tak perlu diceritakan bagaimana malam itu membuat Jessie kecil berbahagia. Ia menikmati setiap saat dari festival itu, menarikan bagiannya dengan baik, dan diantar pulang pada tengah malam. Betapa keinginan anak muda untuk bersenangsenang seakan tak ada habisnya.
Yang mengherankan Jessie, Laura masih bangun dan menanti untuk menyambutnya. Wajah Laura penuh dengan kebahagiaan sehingga Jessie menduga nasib baik juga menimpa kakaknya. Ya. Akhirnya kejutan indah dan imbalan atas jerih payah Laura tiba. Ia menceritakannya dengan sedikit kata-kata sambil membentangkan tangannya dan berkata, Ia kembali! Ia mencintaiku! Aku sangat bahagia! Adik kecilku sayang, sekarang segala kesulitanmu telah usai. Kau akan memiliki rumah lagi.
Jadi impian-impian mereka pun menjadi kenyataan, seperti halnya yang seringkali terjadi di dunia kita yang sibuk, saat para pemimpi berjuang keras dan tetap berharap untuk pada akhirnya mendapatkan imbalannya.
Laura menikmati musim panas dengan beristirahat di tepi pantai. Ia mendapatkan orang yang lebih kuat daripada Jessie
~31~ sehingga ia bisa bersandar. Ia juga mendapatkan obat yang lebih mujarab daripada yang bisa diresepkan oleh dokter sehingga kesehatannya kembali pulih. Jessie kembali menari dengan hati yang ringan. Kali ini untuk bersenang-senang, bukan untuk mendapatkan uang. Ia pun mendapati kehidupan barunya terasa lebih manis setelah ia menjalani berbagai cobaan di kehidupan yang lama. Pada musim gugur, mereka melangsungkan pernikahan yang tenang. Lalu ketiga orang yang bahagia itu berlayar ke Italia, surga dunia untuk para seniman.
Aku tak perlu mawar, kata Jessie, tersenyum kepada dirinya sendiri di cermin. Tangannya mengencangkan serangkaian daun ivy yang indah di bagian dada gaun putih barunya. Aku akan setia pada teman lamaku yang telah membantuku melewati hari-hari kelamku. Sekarang ia harus bergembira bersamaku di hari-hariku yang cerah dan terus mengajariku untuk mendaki menuju cahaya dengan berani dan sabar. []
1. Bagus, bagus sekali, sangat indah, sayangku!
~32~ ~33~ Bunga Poppy dan Gandum Table of Content S AAT kapal uap besar itu mulai berlayar ke sungai,
lambaian sapu tangan-sapu tangan putih bagai awan di dermaga mulai menghilang dan ucapan-ucapan selamat jalan semakin sayup. Perpisahan telah usai.
Di antara penumpang kapal itu terlihat seorang wanita paruh baya dan penuh semangat tengah bersandar pada lengan seorang pria paruh baya berkacamata. Mereka berdua tampak tenang dan ceria seperti orang yang telah terbiasa mengalami perpisahan. Di depan mereka berdiri dua orang gadis. Jelas kedua gadis itu adalah tanggung jawab mereka. Jelas juga kedua gadis itu bukanlah kakak beradik karena mereka begitu bertolak belakang dalam segala hal. Gadis yang lebih muda adalah gadis ceria berusia tujuh belas tahun. Ia memakai pakaian sederhana berwarna biru laut dan putih. Rambutnya
~34~ yang pirang melambai ditiup angin, matanya berbinar memandang ke segala tempat, mulutnya sibuk berbicara, dan terlihat gembira. Kedua tangannya penuh dengan buket bunga selamat jalan. Dengan angkuh dan bukan dengan kelembutan hati, ia mengamati kelompok gadis-gadis lain yang mendapatkan bunga lebih sedikit daripada dia.
Temannya adalah gadis yang mungil, pendiam, dan berusia beberapa tahun lebih tua. Gadis itu memakai pakaian yang sederhana dan berbalut selendang. Ia tampaknya tidak memperhatikan apa pun kecuali tiga titik hitam di dermaga. Ia masih melambaikan sapu tangan putihnya yang mungil dan memandang daratan dengan mata disipitkan. Wajahnya manis dan sederhana, matanya cerdas, dan mulutnya tegas. Raut wajahnya menyiratkan seseorang yang telah belajar untuk mempercayai diri sendiri dan mengendalikan diri.
Wanita dan pria tadi memandang kedua gadis itu dengan penuh minat. Mereka menyukai anak muda dan ingin mengenal kedua gadis itu dengan lebih baik karena mereka akan menjadi pemandu dan wali kedua gadis itu selama enam bulan. Profesor Homer pergi ke luar negeri untuk mencari fakta penting untuk karya sejarahnya, dan seperti biasanya ia membawa serta istrinya. Mereka tidak memiliki keluarga dan wanita baik itu siap untuk pergi ke belahan dunia mana pun dalam waktu singkat. Karena khawatir akan merasa kesepian saat suaminya meneliti kertas-kertas tua di perpustakaan asing, Nyonya Homer mengundang Ethel Amory, anak perempuan temannya,
~35~ untuk menemaninya. Tentu saja tawaran itu diterima dengan senang hati, karena jarang sekali ada kesempatan untuk bepergian seperti itu. Ethel juga sangat gembira, tetapi ada satu hal yang menyusahkannya. Mama tidak mengizinkannya membawa seorang pelayan Perancis. Mama lebih suka membawa seorang wanita muda sebagai pendamping. Karena pergi bertiga akan terasa aneh, maka seorang teman keempat bukan saja sangat baik, tapi juga penting bagi gadis itu karena ia tidak terbiasa mengurus dirinya sendiri.
Jane Bassett-lah orang yang kubutuhkan, dan Jane perlu bepergian. Ia perlu perubahan setelah mengajar selama beberapa tahun ini. Perjalanan ini akan sangat baik baginya karena ia bisa mengambil manfaat dan juga bersenang-senang selama enam bulan. Lagipula upah yang kutawarkan akan membuat waktunya tidak tersia-sia, kata Nyonya Amory saat membahas rencana itu dengan anaknya.
Ia hanya berusia tiga tahun lebih tua daripada aku. Lagipula aku tidak suka diurus, dan diawasi, atau pun dicereweti. Aku bisa memerintah seorang pelayan. Tapi seorang pendamping lebih parah daripada seorang guru privat. Pendamping itu selalu sensitif, dan menjaga harga diri, serta sulit diajak berteman. Aku bisa menyuruh-nyuruh pelayan, tapi seorang pendamping pastilah lebih buruk daripada guru pribadi. Orangorang seperti itu selalu saja sensitif dan sombong, dan sulit untuk didekati. Semua orang membawa pelayan dan aku pun telah memilih Marie yang manis dan ingin pulang kampung. Ia juga berbicara
~36~ Perancis dengan baik. Izinkan aku membawa Marie, Mama! pinta Ethel yang manja dan biasanya mendapatkan apa yang ia inginkan.
Tapi kali ini Mama bersikeras. Ia berkeinginan kuat agar anaknya dapat belajar banyak melalui pendampingan seorang gadis dari lingkungan yang lebih baik daripada gadis-gadis lain yang setipe dengannya. Ia pun ingin memberi Jane Besset kecil yang baik hati sedikit kebahagiaan, mengingat Jane telah menjadi guru pribadi sejak berusia enam belas tahun dengan sedikit sekali liburan di antara kehidupan rutinnya yang keras. Namun sekali ini Mama berkeras. Ia sangat ingin anaknya mendapatkan manfaat dari seorang pendamping yang lebih baik daripada gadis-gadis teman anaknya. Ia juga ingin memberikan hiburan bagi Jane Basset mungil, yang telah menjadi guru privat sejak usia enam belas tahun dan jarang bepergian karena hidupnya keras dan penuh tanggung jawab.
Tidak, Sayang. Aku sudah mengundang Jane. Jika ibunya mengizinkannya, Jane-lah yang akan pergi. Ia gadis yang kau butuhkan. Ia bijaksana dan baik hati serta cerdas dan cakap. Ia juga tidak malu untuk melakukan apa pun untukmu dan bisa mengajarimu banyak hal. Nyonya Homer setuju dengan rencanaku, dan aku yakin pada akhirnya kau akan senang. Perjalanan ini bukan hanya sekadar bersenang-senang seperti yang kau inginkan, dan aku tidak mau engkau membebani teman kita. Kalian bisa saling menjaga saat Profesor dan istrinya sibuk. Jane akan menjadi pendamping yang lebih baik
~37~ daripada perempuan Perancis genit itu, yang mungkin akan meninggalkanmu begitu tiba di Paris. Aku tidak akan tenang jika kau pergi dengannya, namun aku percaya sepenuhnya kepada Jane Basset karena ia setia dan bijaksana.
Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Ethel pun mencebik sia-sia. Jane menerima tawaran itu dengan senang hati. Setelah menanti selama satu bulan, mereka berangkat dengan perasaan senang. Gadis yang satu pergi dengan kegairahan untuk melihat dunia baru, sedangkan gadis yang lain pergi dengan perasaan menyesal meninggalkan orang-orang yang ia sayangi.
Ayo, Nona Basset, kita tak bisa melihat mereka lagi. Lebih baik kita mulai menikmati perjalanan ini. Kau bisa membawa benda-benda itu ke bawah dan merapikan kabin sedikit. Aku akan berjalan-jalan untuk mengenal kapal ini dan mendapatkan barang-barangku sebelum makan siang. Kau bisa menemukanku di suatu tempat.
Ethel berbicara dengan agak memerintah. Gadis itu telah memutuskan untuk menjadi majikan dan menjaga agar Jane Bassett sadar akan posisinya walaupun Nona Basset paham tiga bahasa dan menggambar dengan lebih baik daripada Nona Amory.
Jenny mengangguk riang dan mencari tangga. Karena belum pernah menaiki kapal uap sebelumnya, ia agak bingung. Aku akan menunjukkan jalannya, Sayang. Aku selalu
~38~ membereskan barang-barangku sesegera mungkin, karena kita tidak pernah tahu kapan kita harus berganti pakaian. Profesor akan menemanimu, Ethel. Tidak baik jika kau berjalan-jalan sendirian, dan setelah berkata begitu Nyonya Homer memimpin jalan ke bawah sambil berpikir bagaimana kedua gadis muda itu akan berteman.
Jane merahasiakan rasa kangen rumahnya dan menyibukkan diri. Segera saja kabin itu terlihat nyaman karena pakaian sudah dimasukkan ke dalam lemari, koper sudah disimpan, dan kabin itu tampak siap untuk ditempati selama perjalanan.
Tapi di mana barang-barang MILIKMU" Kamu memberikan seluruh kabin, tempat tidur di bawah, dan semua yang terbaik untuk Ethel, kata Nyonya Homer saat melongok untuk melihat keadaan tetangganya yang pendiam.
Oh, saya menyimpannya dalam koper. Barang yang saya bawa tidak sampai setengah dari apa yang Ethel bawa, jadi saya tidak membutuhkan ruangan yang luas. Saya terbiasa tinggal di sudut seperti tikus, jawab Jane. Saat mengintip dari tempat tidur atas, Jenny tampak mirip dengan tikus dengan gaun abu-abu dan mata bersinar.
Yah, Sayangku, aku ingin memberikan sedikit nasihat. Jangan biarkan anak itu memperbudakmu. Ia bermaksud baik, tapi ia melakukannya tanpa pikir panjang. BUKAN tugasmu untuk menjadi budaknya. Bersikaplah yang tegas dan ia akan mematuhi dan menghargaimu. Dengan begitu kau akan
~39~ membantunya. Aku tahu banyak tentang itu. Aku sendiri pernah menjadi pendamping saat masih muda dan mengalami masa-masa sulit hingga akhirnya aku memberontak dan memposisikan diriku di posisi yang seharusnya. Sekarang, mari kita ke atas dan menikmati udara segar selagi bisa.
Terima kasih. Saya akan mengingatnya, kata Jane. Ia merasa sangat berterima kasih atas sikap ramah wanita itu karena semua hal tampak begitu asing baginya. Rasa ragu apakah dirinya pantas untuk menduduki posisi itu juga memberati hatinya.
Tapi segera semua itu terlupakan saat ia duduk di geladak dan memandangi pulau-pulau, mercusuar-mercusuar, dan pantai-pantai yang dilewati saat kapal itu melaju ke laut. Di sinilah impiannya sejak lama akhirnya tiba. Kesulitan hidup Jane dimulai sejak ia masih kecil. Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara, yang semuanya perempuan. Ibunya adalah seorang janda. Semula ia belajar giat, setelah itu ia mulai bekerja sebagai guru pribadi anak-anak. Mengajar orang lain selama bertahuntahun memberinya banyak pengalaman. Ia terus meningkatkan diri hingga akhirnya di sinilah ia sekarang, menjadi pendamping seorang wanita muda baik-baik yang pergi ke luar negeri. Di luar negeri semua kesempatan untuk belajar bahasa, belajar sejarah, melihat pemandangan terbaik, dan menikmati lingkungan pergaulan yang baik akan menjadi miliknya. Tidak heran wajah tenang di bawah topi abu-abu sederhana itu tampak bersinar saat ia memandang dunia tak dikenal di
~40~ depannya. Pikirannya melayang begitu jauh sehingga ia tidak sadar ada sepasang mata yang mengawasinya dengan lembut. Nyoya Homer duduk sambil merajut dengan tekun di sampingnya.
Aku yakin akan menyukai Tikus itu. Kuharap Lemuel juga akan puas. Ethel bisa bersikap menyenangkan saat ia mau, tapi ia harus dijaga, dan itu kurang menarik, pikir wanita itu sambil melirik ke geladak. Di sana suaminya berdiri dan berbicara dengan sejumlah pria sementara gadis yang ia jaga sudah berteman dengan gadis-gadis periang yang akan menjadi teman seperjalanannya.
Daisy Miller, sepertinya, lanjut Nyonya Homer, yang memiliki pandangan tajam untuk menilai karakter. Wanita itu senang mempelajari orang di sekitarnya seperti sang Profesor yang suka mempelajari negarawan, raja, dan pejuang yang telah mati. Gadis-gadis muda itu memiliki kesamaan dengan gadis-gadis Amerika yang selalu dijumpai orang saat bepergian. Mereka memakai pakaian model terbaru, memiliki kecantikan semu yang lembut seperti kebanyakan gadis, bersuara keras dengan tawa melengking, dan bertingkah laku bebas yang membuat heran para nyonya muda serta gadis Inggris yang sangat menjaga tingkah laku. Tampak jelas Ethel terkesan dengan gaya mereka karena mereka memiliki pria dan pelayan yang taat dan tampak begitu kaya. Kelompok itu terdiri atas seorang ayah yang gemuk dan seorang ibu yang kurus. Selain itu ada tiga gadis yang beranjak dewasa dan seorang pemuda
~41~ berusia enam belas tahun. Sang Profesor segera menyadari mereka semua begitu bersemangat sehingga ia pamit dan meninggalkan Ethel dengan teman barunya. Sambil tersenyum gadis itu menolak untuk meninggalkan mereka.
Apakah saya perlu mendampinginya" tanya Jenny, tersadar dari lamunannya yang indah.
Oh, tidak. Tidak perlu. Ia baik-baik saja. Mereka itu keluarga Sibley dari New York. Ayah Ethel mengenal mereka. Ethel tentu bosan dengan kita para pendiam sehingga ia senang mendapatkan teman yang menyenangkan. Bahkan mungkin kau juga bosan" tambah sang Profesor sambil melirik Jenny.
Tidak. Mereka pasti tidak akan menerima saya. Lagi pula mereka juga bukan jenis orang yang saya sukai. Saya akan merasa gembira bersama para pendiam jika mereka tak keberatan, jawab Jenny dengan nada riang.
Kami tidak keberatan. Kami akan melemparkanmu ke laut begitu kau mulai berteriak dan meloncat-loncat seperti itu, jawab sang Profesor, tertawa membayangkan gadis muda yang serius itu melakukan hal semacam itu. Jenny juga tertawa. Ia berlari untuk memungut bola Nyonya Homer yang menggelinding menuju lubang kuras. Saat kembali, ia mendapati sang Profesor mengamati buku yang ia tinggalkan. Seperti semua pelancong muda, kulihat kau membawa
~42~ Baedeker dan bersiap sejak awal. Buku itu berguna, tapi aku sangat mengenal Eropa-ku jadi aku tak membutuhkannya.
Saya pikir akan lebih baik jika saya membaca sedikit mengenai rute kita, jadi saya tak perlu bertanya. Pastilah pertanyaan-pertanyaan saya terasa membosankan bagi orang yang tahu semua hal tentang Eropa, kata Jenny sambil memandang sang Profesor dengan pandangan sangat hormat karena ia menganggap pria itu adalah sebuah ensiklopedia berjalan yang tahu semua pengetahuan di dunia.
Kata-katanya itu menyenangkan hati sang Profesor, yang ramah dan juga bijak, dan senang membiarkan pengetahuannya mengalir ke benak-benak yang haus, seberapa kecil pun cangkir mereka. Pria itu menyukai wajah cerdas di depannya. Satu atau dua pertanyaan yang diajukan dengan malu-malu membuatnya rela meninggalkan hobi favoritnya dan menerangkan dengan senang hati. Jenny menyimak semua penjelasan sang Profesor. Ia sedang terhanyut dalam sejarah Perancis saat gong makan siang berbunyi dan memanggilnya.
Ethel kembali ke kelompoknya sambil berjingkrak-jingkrak. Ia memuji-muji keluarga Sibley dan bercerita mengenai rencana mereka untuk bersenang-senang bersama.
Mereka akan pergi ke Langham. Jadi kita juga bisa pergi bersama mereka. Mereka tahu semua toko terbaik dan juga sejumlah bangsawan. Mereka juga akan tiba di Paris bersama kita dan membantu kita berbelanja baju-baju dan benda-benda
~43~ indah. Tapi kita tidak akan berbelanja dan membeli baju baru hingga kita pulang, kau tahu. Tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal semacam itu. Lagipula kita tidak boleh menyusahkan keluarga Homer dengan koper-koper tambahan, jawab Jenny.
Aku akan membeli apa pun yang kusuka dan memiliki sepuluh koper jika aku mau. Aku tidak akan menyelidiki bukubuku atau pun reruntuhan tua dan hidup dengan baju bepergian selamanya. Kau boleh melakukan apa pun yang kau suka. Tapi aku berbeda, dan AKU tahu apa yang pantas.
Setelah berkata seperti itu, Ethel langsung duduk di kursinya di meja dan mulai mengangguk dan tersenyum pada keluarga Sibley di seberang meja. Jenny mengatupkan bibirnya dan tidak menjawab. Ia menikmati makan siangnya sambil berupaya melupakan kegelisahannya karena mendengar percakapan di sekitarnya.
Sepanjang sore itu Ethel menyibukkan dirinya sendiri dan lebih sering bersenang-senang bersama kenalan barunya. Jenny merasa lelah dan gembira karena bisa membaca dan berkhayal di kursi nyamannya.
Saat matahari terbenam, laut semakin bergelombang dan orang-orang mulai menghilang ke bawah. Ada banyak tempat kosong pada saat makan malam. Orang-orang yang datang
~44~ untuk makan pun tiba-tiba kehilangan selera makan mereka. Keluarga Homer sudah biasa berlayar, namun Jenny tampak pucat dan Ethel berkata kepalanya sakit. Walaupun begitu, keduanya bertahan hingga pukul sembilan saat keluarga Sibley tergesa menyelesaikan makan malam mereka dan Ethel merasa sebaiknya ia tidur lebih cepat agar siap untuk menghadapi esok.
Jenny mengalami malam yang buruk, namun ia tidak mengganggu siapa pun. Ethel tidur nyenyak dan berniat bangun pagi, bersemangat untuk menjadi orang pertama di geladak. Namun suatu gerakan mendadak mengirimkan Ethel dan sisirnya ke sebuah sudut. Saat ia bangkit, semua benda di dalam kabin itu terlihat jungkir balik, dan rasa ingin pingsan yang mematikan merasukinya.
Bangun, Jane! Kita tenggelam! Ada apa" Tolong! Tolong! Sambil meratap sedih Ethel jatuh terguling ke ranjangnya, menderita akibat mabuk laut.
Selama tiga hari cuaca yang buruk dan rasa putus asa menguasai mereka. Nyonya Homer merawat gadis-gadis itu sampai Jenny mampu untuk duduk dan menghibur Ethel. Namun Ethel mengalami saat-saat yang buruk karena rangkaian jamuan makan siang sebagai ucapan selamat jalan yang ia hadiri sebelum pergi menyebabkan kondisi badannya tidak baik untuk melakukan perjalanan laut. Gadis malang itu tidak mampu mengangkat kepalanya selama berhari-hari. Teman-teman barunya hanya menjenguknya satu kali, dan setelah itu mereka
~45~ tidak mau repot-repot mengunjunginya. Namun Jenny yang setia duduk menemani Ethel setiap saat. Ia membaca dan berbicara di siang hari dan bernyanyi hingga Ethel tidur di malam hari. Sering kali ia merangkak dari tempat tidurnya ke atas sofa untuk menyalakan lilin dan melihat apakah gadis yang menjadi tanggung jawabnya terselimuti dengan hangat dan cukup nyaman. Ethel terbiasa dimanja, sehingga ia tidak terlalu berterima kasih. Namun ia menyadari perhatian yang diberikan untuknya dan merasa Jane adalah orang yang cekatan seperti layaknya pelayan, dan ia mengatakannya kepada Jenny.
Jenny mengucapkan terima kasih dan tidak mengatakan apa pun mengenai kegelisahannya sendiri. Namun Nyonya Homer melihat mereka dan menulis kepada Nyonya Amory bahwa sejauh ini sang pendamping bekerja dengan baik.
Beberapa hari berikutnya penghuni kabin di geladak terbangun pada tengah malam karena mendengar bunyi tubrukan dan teriakan. Mesin kapal berhenti. Segera terjadi kepanikan. Wanita-wanita berteriak, anak-anak menangis, dan pria-pria berpakaian aneh muncul dari kamar mereka dan berseru, Ada apa"
Karena pada malam hari lampu tidak boleh dinyalakan di dalam kabin, kegelapan memperparah ketakutan mereka. Perlu beberapa saat sebelum situasi sebenarnya diketahui. Nyonya Homer segera pergi ke kamar kedua gadis yang ketakutan itu. Ia mendapati Ethel memegang Jenny yang sedang berusaha mencari pelampung penyelamat yang diikat ke dinding.


A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

~46~ Kita menabrak! Jangan tinggalkan aku! Ayo mati samasama! Oh, mengapa aku pergi" Mengapa aku pergi" ratap Ethel.
Sementara itu Jenny berusaha terdengar ceria saat menjawab, sambil memasukkan kepala Ethel ke pelampung penyelamat satu-satunya yang dapat ia temukan, Iya! Iya! Tenang, Sayang! Aku rasa sementara ini keadaan aman. Pegang ini erat-erat sementara aku mencari sesuatu yang hangat untuk kau pakai.
Saat ketiga orang itu telah memakai pakaian dan selendang, terdengar suara Profesor yang tertawa terbahak-bahak. Terdengar pula suara-suara riang lain dan suara Nyonya Sibley yang sedang menghardik dengan ganasnya. Setelah itu Tuan Homer datang untuk memberi tahu mereka agar tenang. Kapal berhenti hanya untuk mendinginkan mesin dan keributan yang terjadi disebabkan oleh Joe Sibley. Pemuda itu terjatuh dari tempat tidurnya akibat mimpi buruk karena makan Welsh rarebit semacam roti keju dan telur rebus pada pukul sebelas malam.
Merasa lega dan agak malu karena ketakutan, semua orang kembali ke kabin masing-masing. Namun Ethel tidak bisa tidur. Ia menempel pada Jenny masih dalam keadaan histeris hingga sebuah suara lembut mulai menyanyikan Abide with me dengan manisnya.
Ethel bangun esok harinya dan berbaring di permadani kulit
~47~ beruang Profesor di geladak, tampak pucat dan menarik. Sementara itu keluarga Sibley duduk di dekatnya, membicarakan peristiwa seru semalam, walaupun Joe yang malang merasa muak mendengarnya. Jenny menyelinap ke sudutnya dan duduk dengan sebuah buku di pangkuannya. Ia menghirup udara segar hingga merasa segar kembali dan bisa menikmati perbincangan singkat dengan pasangan Homer. Mereka duduk di dekat Jenny dan menjaganya. Setiap hari mereka belajar untuk menyayangi dan menghormati gadis kecil yang setia itu yang menyimpan kekhawatirannya untuk dirinya sendiri dan selalu memandang ke depan dengan gembira segelap apa pun langit di depannya.
Dalam pelayaran ini, hanya ada satu peristiwa lagi yang perlu diceritakan. Peristiwa ini menyebabkan perubahan dalam hubungan kedua gadis itu.
Saat bersiap untuk tidur di suatu malam yang telah larut, Nyonya Homer mendengar Jenny berkata-kata dengan nada yang belum pernah ia gunakan sebelumnya,
Sayangku, aku harus mengatakan sesuatu kepadamu karena jika tidak aku akan merasa seolah tidak melakukan tugasku. Aku berjanji kepada ibumu kau harus tidur cepat karena kau tidak cukup kuat. Sekarang, kau TIDAK MAU tidur pada pukul sepuluh, seperti yang selalu kuingatkan setiap malam. Kau malah tidak tidur dan bermain kartu atau duduk di geladak hingga semua orang pergi kecuali keluarga Sibley. Nyonya Homer menanti kita dan ia lelah. Lagipula sangat tidak
~48~ sopan jika kita membiarkannya terus terjaga. Bisakah kau melakukan apa yang semestinya kau lakukan dan TOLONG jangan membuatku harus menyuruhmu"
Ethel merasa mengantuk dan marah. Ia menjawab dengan tersinggung sambil menjulurkan kakinya agar sepatu botnya dibukakan. Jenny, yang sangat ingin menyenangkan Ethel, tidak menolak apa pun pelayanan yang dimintanya.
Aku akan melakukan apa yang kusuka. Jadi kau dan Nyonya Homer tidak perlu mengkhawatirkanku. Mama ingin aku bersenang-senang, dan aku akan melakukan itu! Tidak ada salahnya begadang untuk menikmati cahaya bulan, dan bernyanyi, juga bercerita. Nyonya Sibley lebih tahu apa yang pantas untuk dilakukan daripada kau.
Rasanya Nyonya Sibley tidak begitu. Ia pergi tidur dan membiarkan gadis-gadis bergenit-genit dengan para petugas dengan tidak pantas, jawab Jenny dengan tegas. Aku akan sedih jika mereka mengomentarimu seperti mengomentari gadis-gadis Sibley itu, Mereka sangat liar, tapi sangat menyenangkan.
Mereka berkata begitu" Sangat tidak sopan! Ethel tampak begitu tersinggung. Ia belum mengenal dunia dan belum kehilangan naluri dasar yang akan menjadi tumpul saat ia memasuki kehidupan modern yang berantakan.
Aku mendengar mereka berkata begitu. Aku juga tahu
~49~ orang-orang dari keturunan baik-baik yang ada di kapal ini tidak suka dengan tingkah laku keluarga Sibley yang buruk dan ribut. Nah, kau, Sayangku, masih muda dan belum terbiasa dengan kehidupan semacam ini. Jadi kau harus berhati-hati dengan apa yang kau bicarakan dan apa yang kau lakukan, dan juga dengan siapa kau pergi.
Ya ampun! Semua orang akan berpikir KAU sebijak Sulaiman dan setua gunung-gunung. KAU masih muda. KAU belum pernah bepergian. KAU juga tidak lebih mengenal dunia daripada aku. Jadi kau tak perlu menguliahiku.
Aku tidak lebih bijak atau lebih tua. Tapi aku MEMANG lebih mengenal dunia daripada kau. Aku sudah mengurusi diriku sendiri dan bekerja sejak umur enam belas tahun. Bekerja keras selama empat tahun telah mengajariku banyak hal. Aku di sini untuk mengawasimu. Aku akan melakukannya dengan sungguh-sungguh, tak peduli apa yang akan kau katakan atau berapa besar kesulitan yang kau buat. Aku sudah berjanji dan aku akan menepati janjiku. Kita tidak akan menyusahkan Nyonya Homer dengan masalah kecil kita, tapi kita akan saling membantu dan bersenang-senang. Aku akan melakukan apa pun yang aku bisa untukmu. Tapi aku TIDAK akan membiarkanmu melakukan hal-hal yang tidak mungkin aku izinkan untuk dilakukan. Jika kau menolak untuk mematuhiku, aku akan menulis surat kepada ibumu dan meminta untuk pulang. Nuraniku tidak mengizinkanku mengambil uang dan mendapatkan kenikmatan kecuali jika aku bekerja untuk itu
~50~ dan melaksanakan kewajibanku.
Ya ampun! seru Ethel, terkesan dengan kata-kata tegas dari Jane yang lembut. Ia juga takut jika dipulangkan dengan cara yang memalukan.
Sekarang kita jangan berkata apa-apa lagi karena kita bisa marah dan mengatakan hal-hal yang akan kita sesali. Aku yakin kau akan sadar bahwa aku benar jika kau memikirkannya dengan tenang. Jadi, selamat malam, Sayang.
Selamat malam, jawab Ethel. Setelah itu keadaan hening.
Nyonya Homer tidak sengaja mendengar percakapan itu karena kedua kabin tersebut berdempetan, dan pintu yang berventilasi menyebabkan semua pembicaraan, kecuali bisikan, dapat terdengar.
Aku tidak mengira Jane bisa berbicara seperti itu. Ia mendengarkan nasihatku dan bersikap tegas. Aku sangat senang. Ethel harus diluruskan sesegera mungkin karena jika tidak kita semua tidak akan tenang. Setelah ini ia akan menghormati dan mematuhi Jane. Jika tidak maka aku SENDIRI yang harus menasihatinya.
Nyonya Homer benar. Sebelum tertidur, ia mendengar sebuah suara lembut berkata, Apa kau sudah tidur, Nona Bassett"
Belum, Sayang. ~51~ Aku mau bilang, aku sudah memikirkannya. Kumohon JANGAN menulis surat kepada Mama. Aku akan bersikap baik. Aku menyesal telah bersikap kasar kepadamu. Mohon maafkan
Kalimat itu tidak selesai karena tiba-tiba terdengar suara berdesir, sedikit isakan, dan beberapa ciuman sayang yang berarti Jenny telah turun untuk memaafkan, menenangkan, dan memeluk anak nakalnya. Maka semua baik-baik saja.
Setelah itu tingkah laku Ethel menjadi sangat sopan selama sisa perjalanan. Perjalanan itu berakhir di Queenstown. Keluarga Homer berpikir bahwa melihat Irlandia dan Skotlandia sebentar bagus untuk kedua gadis itu. Karena sang Profesor memiliki urusan di Edinburgh, maka itu adalah rute yang terbaik bagi mereka semua. Namun Ethel ingin melihat London dan menolak melihat keindahan Danau Killarney. Ia memalingkan muka melihat delman khas Irlandia. Ia bahkan mengatakan Dublin adalah tempat yang membosankan.
Ethel lebih menyukai Skotlandia. Ia sangat menikmati pemandangan indah di sana dengan pendamping seperti keluarga Homer. Sang Profesor tahu segala hal mengenai reruntuhan dan peninggalan masa lampau. Sementara itu istrinya memiliki ingatan mengenai banyak legenda, puisi, dan cerita roman sehingga fakta yang membosankan menjadi mudah diingat dan sejarah yang menjemukan menjadi menarik. Jenny sangat bersemangat. Ia menyenandungkan lagu indah
~52~ Robert Burns saat mengunjungi tempat yang sering Burns kunjungi. Ia berjalan-jalan sambil mengingat Highland Mary, Tam o Shanter 1 , tikus ladang, dan bunga aster. Ia juga bertempur dalam pertempuran hebat bersama Fitz-James dan Marmion 2 dan mencoba apakah the light harebell 3 akan mendongakkan kepala, menjauhi tangkainya yang ramping 4 , seperti yang tertulis dalam puisi Lady of the Lake 5 .
Ethel berkata berkata Jenny benar-benar sinting. Namun Jenny menjawab, Biarkan aku menikmati ini selagi bisa. Aku memimpikan ini sejak lama sehingga aku tidak menyadari impianku menjadi kenyataan. Aku tak boleh menyia-nyiakan ini sedetik pun. Jadi Jenny menikmati syair dan kisah roman Skonlandia itu beserta kabut dan udara pekat dari bebukitan. Ia tampak berseri-seri seperti bunga heather 6 cantik yang sering ia pakai.
Apa yang bisa kita lakukan saat hujan turun di tempat bodoh ini" kata Ethel suatu pagi ketika cuaca buruk membuat rencana wisata mereka ke Stirling Castle batal.
Menulis surat dan membaca agar siap saat berkunjung nanti. Kita bisa tahu banyak mengenai kastil itu dan tidak merepotkan orang dengan pertanyaan-pertanyaan kita, jawab Jenny. Ia sudah duduk di bangku di samping jendela di teras mereka di hotel dengan buku dan tas suratnya.
Aku tidak menulis surat. Aku juga tak suka membaca buku
~53~ panduan. Lebih mudah bertanya, walaupun tak banyak yang ingin kuketahui dari tempat tua bulukan ini, kata Ethel sambil menguap dan memandang jalan yang becek.
Mengapa kau berkata seperti itu" Apa kau tak peduli dengan Mary malang, Pangeran Charlie, dan cerita romantis lainnya di negeri ini" Padahal bagiku semua itu seolah terjadi kemarin, dan aku tak akan pernah bisa melupakan apa pun tentangnya. Aku pikir sebaiknya kau lebih menaruh minat dan memanfaatkan kesempatan baik ini. Lihat saja betapa Nyonya Homer begitu baik dan mau menolong, menjelaskan setiap tempat terkenal yang kita lihat. Itu membuatnya sangat menarik. Aku akan terus mengingat beberapa kalimat bagus dari buku Nyonya Homer karena aku tidak bisa membeli buku Burns yang indah ini. Apa kau tidak ingin menghabiskan hari yang membosankan ini dengan saling berdeklamasi dan berbincang mengenai tempat-tempat indah yang telah kita lihat"
Tidak, terima kasih. Aku tak mau belajar. Sekarang saatnya bersenang-senang. Mengapa membuat otakku lelah dengan hal-hal mengenai Skotlandia ini jika Nyonya Homer bisa menjelaskannya untukku" Maka Ethel yang malas beralih pada surat kabar di atas meja untuk mencari hiburan yang lebih sesuai dengan seleranya.
Tapi aku pikir kita tidak boleh hanya memikirkan kesenangan kita. Mengajar, menghibur, atau membantu orang lain juga menyenangkan. Aku senang bisa mempelajari
~54~ kepandaian baru ini. Suatu hari nanti aku akan menjadi orang yang berarti seperti Nyonya Homer bagi kita, jika aku bisa. Tidakkah kau lihat betapa terpesonanya orang-orang Inggris yang ada di Holyrood ketika Nyonya Homer mendeklamasikan kalimat-kalimat indah itu untuk kita" Pria tua itu membungkuk dan berterima kasih kepada Nyonya Homer dan wanita cantik itu memanggilnya buku kumpulan kutipan-kutipan indah. Aku pikir itu sangat indah dan menyenangkan. Jadi aku menceritakannya kepada ibu dan adik-adikku.
Ya, memang. Tapi apakah kau tahu mereka adalah Lord Cumberland dan keluarganya" Pemandu memberitahuku setelahnya. Aku tidak tahu mereka orang penting karena mereka memakai gaun wol sederhana dan sepatu bot tebal.
Aku tahu mereka pria dan wanita terhormat dari tingkah laku dan cara bicara mereka. Apa kau pikir mereka akan bepergian dengan mahkota dan mantel bulu" jawab Jenny sambil tertawa.
Aku bukan orang bodoh! Tapi aku senang bertemu mereka karena aku bisa bercerita kepada keluarga Sibley. Mereka begitu menganggap penting gelar, dan menyombong tentang Lady Watts Barclay, padahal suaminya hanya pembuat bir yang diberi gelar bangsawan. Aku akan membeli kain wol kotak-kotak seperti yang dipakai salah satu anak perempuan Lord Cumberland dan melambaikannya di depan muka gadisgadis Sibley. Mereka begitu SOMBONG karena pernah ke Eropa sebelumnya.
~55~ Jenny segera tenggelam dalam buku-bukunya, jadi Ethel duduk meringkuk di kursi di dekat jendela dengan surat kabar London yang penuh gambar peristiwa-peristiwa kerajaan. Keadaan hening selama satu jam. Kedua gadis itu tidak melihat kacamata Profesor naik ke atas surat kabarnya dan mengintip saat mereka berbincang di ujung lain ruangan itu. Mereka juga tidak melihatnya tersenyum sambil menuliskan catatan pendek di buku catatannya. Profesor sangat senang melihat kekaguman Jenny terhadap istrinya sehingga ia membuat rencana bagus untuknya.
Nah, akhirnya kita bersenang-senang. Aku akan sangat gembira, seru Ethel saat mereka meluncur di jalanan kota London menuju Hotel Langham yang kumal, tempat yang disukai orang Amerika untuk berkumpul.
Mata Jenny juga berbinar. Ia tampak seolah siap untuk melihat pemandangan dan kegembiraan baru yang dijanjikan oleh kota tua yang terkenal itu. Walaupun begitu ia merasa ragu jika ada hal lain yang lebih menyenangkan daripada Skotlandia.
Keluarga Sibley ada di hotel itu. Para perempuan segera pergi berbelanja dan melihat-lihat sementara para pria pergi mengurus masalah yang lebih penting. Joe ditugasi untuk mendampingi para wanita. Pemuda malang itu harus membuat mereka senang. Pada siang hari ia mengekor ketujuh perempuan itu. Pada malam hari ia memasukkan mereka ke dalam dua kendaraan untuk mengunjungi teater dan konser
~56~ karena mereka memaksa untuk menghadirinya walaupun merasa panas dan lelah.
Nyonya Homer dan Jenny segera bosan dengan pusaran kegembiraan begitu mereka menyebutnya. Maka mereka merencanakan darmawisata yang lebih tenang beberapa jam setiap hari untuk beristirahat, menulis, dan membaca seperti yang dilakukan oleh para turis yang bijaksana di tengah kesibukan dan kesenangan yang mereka lakukan. Ethel memberontak dan memilih para perusuh, begitulah sebutan tak sopan Joe untuk gerombolan wanitanya. Ethel selalu gembira dengan toko-toko di Regent Street, taman-taman pada waktu ramai, dan pertunjukan pada malam hari yang selalu penuh di mana pun pada musim itu. Ia meninggalkan kelompoknya yang bijaksana setiap kali bisa meloloskan diri. Dengan Nyonya Sibley sebagai pengawal, ia bersenang-senang bersama gadis-gadis Amerika itu. Hal ini membuat Jenny khawatir dan membuatnya merasa seolah tidak melakukan tugasnya. Namun Nyonya Homer menenangkannya dengan mengingatkan mereka hanya akan tinggal di London selama satu bulan lalu kedua kelompok itu akan berpisah. Keluarga Sibley akan pergi ke Paris sedangkan sang profesor harus berada di Swis dan Jerman sepanjang bulan Agustus dan September.
Jadi Jane memutuskan untuk menikmati hiburan yang ia sukai dengan teman-teman barunya yang baik. Ia berusaha membalas kebaikan mereka dengan melakukan semua hal kecil
~57~ yang mampu ia lakukan. Gadis itu juga menghabiskan hari-hari menyenangkan di tempat-tempat termasyhur yang mereka kenal dengan sangat baik. Ia banyak belajar dan mengingat semua yang ia lihat dan dengar.
Saat mereka mengunjungi Westminster Abbey 7 , Ethel segera merasa bosan dengan makam-makam dan kapel-kapel. Ia mengatakan yang pantas dilihat di sana hanyalah tablo mengerikan Malaikat Kematian berbentuk tengkorak yang muncul dari pintu setengah terbuka untuk menancapkan anak panahnya pada Nyonya Nightingale, dan relif menggelikan yang menggambarkan seorang bangsawan besar dengan jubah bangsawan panjang dan mahkota yang digotong ke surga oleh malaikat-malaikat kecil yang menggembung karena keberatan.
Jenny duduk terpesona di Poets Corner Pojok Penyair, sambil mendengarkan Nyonya Homer menyebut nama-nama orang terkenal di depan mereka. Ia mengikuti penjaga gereja dari kapel ke kapel dengan rasa tertarik saat penjaga itu menceritakan kisah dari setiap makam bangsawan atau makam yang bernilai historis. Ia tidak berlama-lama mengamati patung lilin Madam Tussaud dan menghabiskan beberapa jam yang menyenangkan dengan membuat sketsa biara indah di gereja itu. Sktesa itu akan menambah koleksi lukisan cat airnya, yang selalu ia buat di setiap tempat, dan dapat digunakan untuk mengajar murid-muridnya di rumah.
Di menara, ia semakin bergairah saat melihat tempat tragis yang ia kunjungi dan kisah heroik yang ia dengar mengenai para
~58~ raja dan ratu, para bangsawan berhati mulia dan para cendekia cerdas yang mati di sana. Ethel benci cerita seram, katanya, dan hanya peduli dengan mahkota permata, patung lusuh di galeri baju baja, dan orang Highland 8 aneh yang meniup bagpipe 9 di halaman.
Di Kew, Jenny bersenang-senang dengan bunga-bunga langka. Ia terpukau melihat Victoria regia bunga teratai raksasa. Teratai itu begitu besar sehingga seorang anak dapat duduk di salah satu daunnya yang tebal seolah duduk di sebuah pulau hijau. Rasa tertarik dan rasa gembiranya menyentuh hati penjaga taman itu sehingga lelaki itu memberi sebuah buket bunga anggrek untuk Jenny. Hal ini menyebabkan Ethel dan gadis-gadis Sibley, yang saat itu bersama mereka, cemburu. Namun segera mereka bosan dengan tanaman dan pergi untuk memesan teh di Flora s Bower salah satu pondok kecil tempat para pelancong beristirahat dan menyegarkan diri. Di sana mereka menikmati teh encer dan bath bun semacam kue kering yang manis dan berisi buah-buahan kering di sebuah ruangan kecil sehingga mereka harus meletakkan selendang mereka di perapian atau di luar jendela saat mereka makan.
Di beberapa pesta yang mereka hadiri karena temanteman keluarga Homer adalah orang-orang tua Jenny duduk di sudut dan mencatat peristiwa menyenangkan itu sementara Ethel menguap. Namun si Tikus mendapatkan remah-remah dari percakapan menyenangkan saat ia berada di dekat Nyonya Homer. Ia juga mereguk percakapan bijak dan jenaka
~59~ yang terjadi di antara teman-teman yang datang untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada sang Profesor dan istrinya yang menarik. Setiap malam Jenny mendapatkan nama baru dan terkenal untuk ditambahkan ke dalam daftar di buku hariannya.
Namun permata dari kumpulan pengalamannya selama di London ia dapatkan dengan cara yang tak terduga. Itu tidak hanya membuatnya senang, tapi juga membuat gadis-gadis yang senang berpesta itu memandang Jenny dengan penuh rasa hormat.
Izinkan saya tinggal menemani Anda. Saya lebih suka tidak pergi ke Crystal Palace 10 karena saya tak akan bisa menikmatinya sementara Anda terbaring di sini, sakit dan sendirian, kata Jenny suatu pagi yang indah saat gadis-gadis itu turun dan siap untuk melancong dan mendapati Nyonya Homer terbaring karena sakit kepala.
Tidak, Sayang, kau tidak perlu melakukan apa pun untukku. Terima kasih. Aku hanya membutuhkan ketenangan. Satu-satunya kekhawatiranku adalah aku tidak mampu menuliskan catatan suamiku untuknya. Aku telah berjanji untuk menyelesaikannya tadi malam, tapi aku begitu lelah sehingga tak dapat melakukannya, jawab Nyonya Homer, saat Jenny mencondongkan tubuh dengan penuh kegelisahan dan kasih sayang.
Izinkan saya melakukannya! Saya akan senang membantu.
~60~ Saya bisa karena saya pernah menyalinnya dan Profesor bilang hasil kerja saya bagus. Tolong izinkan saya. Saya lebih menyukai pagi yang tenang di sini daripada pergi dengan kelompok yang ribut, karena keluarga Sibley juga pergi.
Nyonya Homer akhirnya setuju walaupun enggan. Saat yang lain pergi dengan agak kecewa, Jenny bekerja dengan cepat sehingga pekerjaan itu selesai dalam waktu satu atau dua jam. Profesor datang untuk menengok istrinya yang tengah tidur sebelum pergi ke British Museum untuk memeriksa beberapa buku dan perkamen terkenal. Ia sangat senang melihat catatannya telah selesai. Lalu ia mengajak Jenny untuk ikut dengannya mengunjungi sebuah tempat yang akan JENNY sukai walaupun sebagian besar anak muda merasa tempat itu agak membosankan.
Maka pergilah mereka. Ditemani oleh pria tua yang ramah, Jenny menjelajahi museum yang luas tempat berbagai benda menakjubkan di dunia dikumpulkan. Ia menikmati setiap detiknya hingga Tuan Homer memanggil Jenny karena pekerjaannya hari itu telah selesai. Hari sudah siang, tapi Jenny tidak merasakan waktu berlalu. Ia datang sambil tersenyum dari Egytpian Hall Ruang Mesir siap untuk makan siang seperti yang diusulkan sang Profesor. Mereka baru saja akan keluar saat bertemu dengan seorang pria yang mengenali orang Amerika yang berhenti untuk menyapanya dengan ramah. Jantung Jenny berdentam saat ia dikenalkan kepada Tuan Gladstone. Ia mendengarkan suara merdu yang tidak beraksen
~61~ Inggris dengan saksama dan menatap wajah pria terkenal yang letih namun ramah dan bijak itu dengan penuh perhatian.
Saya sangat senang! Saya sangat ingin bertemu dengannya. Saya merasa sangat gembira mengingat Perdana Menteri Inggris sudah membungkuk dan tersenyum kepada saya, kata Jenny, gembira dan agak gugup setelah perkenalan singkat itu.
Kau boleh ikut ke House of Common majelis rendah denganku dan mendengarnya berbicara suatu hari nanti. Jadi kegembiraanmu akan tuntas karena saat itu kau telah melihat Browning, mendengar Irving, dan minum teh dengan Jean Ingelow, serta melihat keluarga bangsawan, kata sang Profesor sambil menikmati ketertarikan Jenny yang kuat terhadap orang-orang dan tempat-tempat.
Oh, terima kasih! Itu pasti menyenangkan. Saya suka melihat orang-orang terkenal karena itu memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai mereka. Itu juga menambah hasrat saya untuk lebih mengenal dan mengagumi kebaikan mereka.
Ya. Itu baik untuk dimiliki, dan sebisa mungkin kita akan menambahnya. Nah, sekarang kau boleh naik Hansom 11 dan lihatlah apakah kau menyukainya.
Jenny melakukannya dengan senang hati karena para perempuan tidak menggunakan kendaraan itu ketika sendirian. Ethel pernah menaiki kendaraan itu satu kali bersama Joe dan ia sering menyombongkannya. Jenny, seperti gadis lainnya, juga
~62~ senang membanggakan petualangan kecilnya. Pada hari itu ia akan mendapatkan petualangan lain yang melebihi apa yang pernah diketahui teman-temannya.
Setelah melalui perjalanan singkat dan makan siang lezat di restoran terkenal, mereka berjalan-jalan di taman. Sang Profesor menyukai sahabat mudanya, dan sangat berterima kasih atas catatan yang ditulis dengan rapi dan membantu pekerjaannya.
Saat mereka menyandarkan diri di pagar untuk memandang kereta-kereta kuda indah yang sedang meluncur, salah satu kereta itu berhenti di dekat mereka. Wanita tertua dari dua wanita di dalam kereta itu membungkuk dan memberi isyarat kepada Profesor Homer. Sang Profesor segera menghampiri mereka. Kedua wanita itu menyapanya dengan ramah dan mengundangnya untuk ikut berkendara di taman yang bernama Ladies Mile itu. Jenny hampir berhenti bernapas saat dikenalkan kepada Duchess of S , dan mendapati dirinya duduk di dalam kendaraan mewah, berhadapan dengan sang bangsawan dan pendampingnya, dengan seorang kusir yang memakai rambut palsu putih duduk di atas dan dua orang pelayan pria berbedak berdiri di belakang.
Dalam hati ia gembira karena telah bersikap sangat baik sehingga bisa berjalan-jalan dengan sang Profesor. Karena ingat bahwa gadis Inggris muda diharapkan bersikap sopan ketika bersama orang tua, ia diam dan bersikap sopan. Sesekali ia mencuri pandang dari balik pinggiran topinya kepada wanita
~63~ terhormat itu. Wanita bangsawan itu sedang berbincang ringan dengan tamunya mengenai pekerjaan si tamu. Sebagai salah seorang anggota keluarga bersejarah di Inggris, wanita itu sangat tertarik dengan pekerjaan sang Profesor. Sebelum Jenny dan Profesor turun di depan pintu hotel, sang bangsawan mengucapkan beberapa kata dengan ramah kepadanya. Penjaga pintu hotel itu mengenali seragam yang dikenakan oleh si kusir dan si pelayan sehingga ia kagum dan menyebarkan berita mengenai hal itu.
Ini contoh baik tentang kehidupan di Kota Besar. Kita pergi melakukan pekerjaan harian kita dengan berjalan kaki, menghibur diri kita dengan menaiki kereta sederhana melewati lumpur, berhenti di taman untuk melihat orang-orang kaya dan orang-orang besar, lalu masuk ke dalam kereta bangsawan. Akhirnya kita pulang dengan keadaan dan perasaan yang lebih agung. Bukankah begitu" tanya sang Profesor saat mereka menaiki tangga. Pria itu mengamati aura bermartabat yang Jane tunjukkan tanpa ia sadari saat seorang pelayan yang suka menjilat melesat membukakan pintu.
Aku rasa begitu, jawab Jane yang jujur, tertawa saat melihat sang Profesor mengedipkan mata di balik kacamatanya. Saya suka kemuliaan dan MERASA agak lebih percaya diri mengingat saya pernah berbicara dengan seorang wanita bangsawan sesungguhnya. Namun saya lebih menyukai wajah tuanya yang cantik dan tingkah lakunya yang menawan dibandingkan keagungannya atau nama besarnya. Ia
~64~ mengenakan pakaian yang lebih sederhana daripada Nyonya Sibley dan berbicara dengan ramah seolah ia tidak merasa lebih tinggi daripada kita. Namun orang tidak akan lupa bahwa ia adalah seorang bangsawan.
Itu dia, Sayangku. Ia MEMANG seorang wanita bangsawan dalam segala maknanya, dan ia berhak atas gelar yang ia miliki. Para raja lahir dari nenek moyangnya, dan ia juga adalah wanita yang melayani sang Ratu. Namun ia memimpin badan amal di London dan merupakan teman bagi semua orang yang membantu dunia. Aku senang kau telah bertemu dengannya dan melihat seperti apa yang disebut kaum ningrat sejati itu. Kita, orang Amerika, sering meremehkan gelar tapi banyak di antara kita yang diam-diam mendambakan gelar itu dan tunduk di depan tiruan buruk dari benda yang asli. Jangan memenuhi bukumu dengan nama-nama terkenal, seperti yang dilakukan cukup banyak orang bijak, tapi tuliskanlah namanama terbaik. Ingat, Tidak semua yang berkilau itu emas.
Baik, Pak. Jenny mencatat nasihat itu. Ia tidak mengatakan apa pun hingga Nyonya Homer membicarakannya, setelah mendengar ceritanya dari suaminya.
Andai aku berada di sana dan bukannya menghabiskan waktu di istana yang besar dan berisi sampah-sampah itu! Seorang Wanita Bangsawan tulen! Pastilah keluarga Sibley terbelalak! Aku rasa setelah ini kita tidak akan mendengar lagi soal Lady Watts Barclay, dan kau akan diperlakukan dengan penuh hormat. Lihat saja nanti! kata Ethel, yang sangat
~65~ terkesan dengan keberuntungan pendampingnya dan bersemangat untuk menceritakannya.
Jika itu bisa mempengaruhi mereka, maka rasa hormat mereka tidaklah berharga, jawab Jane sambil menyambut tangan Ethel yang disodorkan kepadanya saat mereka pergi untuk makan malam sopan santun yang tidak biasa. Jenny memahami apa yang menyebabkan Ethel bersikap seperti itu dan tersenyum karenanya.
Ethel seolah merasakan teguran itu, tapi ia tidak mengatakan apa pun. Ia bersikap lebih sopan kepada Jenny, yang tanpa disadari diikuti oleh gadis-gadis lain setelah mereka mendengar mengenai petualangan Jenny bersama sang Profesor. Perubahan itu sangat disyukuri Jane yang sabar, yang telah menerima banyak sikap melecehkan yang tidak ditunjukkan dengan terang-terangan. Namun semua itu segera berakhir karena kedua kelompok itu berpisah. Teman-teman kita menyeberangi terusan dan berlayar dari Rhine di Inggris ke Schwalbach di Jerman. Nyonya Homer ingin mencoba mata air yang mengandung besi di sana untuk mengobati rematiknya sementara sang Profesor beristirahat setelah bekerja di London.
Itu perjalanan yang menarik. Minggu-minggu berikutnya pun terasa menyenangkan. Kedua gadis itu berjalan-jalan di mata air kecil bernama Little Brunnen, bergembira dengan orangorang dari berbagai belahan Eropa yang datang untuk mencoba air mineral terkenal itu, dan beristirahat di bawah pohon limau.
~66~ Jenny menemukan banyak hal yang bisa ia gambar di tempat ini. Sepanjang hari ia sibuk menggambar kumpulankumpulan orang yang terlihat bagai lukisan saat mereka duduk di Allee Saal. Ia juga menggambar daerah berhutan saat mereka berjalan-jalan di bebukitan, gerbang dan patung di St. Elizabeth s Chapel atau rumah tua yang aneh di Jews Quarter. Bahkan ia pun menggambar babi, lengkap dengan penggembala babi yang meniup terompetnya pada pagi hari untuk membangunkan semua babi pemalas dari kandangnya.
Kegiatan yang paling Ethel sukai adalah membeli perhiasan kecil di stan dekat Sthalbrunnen. Di sana dipajang kristal cantik, batu akik, dan perhiasan logam yang tampak memikat. Selain itu juga ada kembang gula Perancis, ukiran Swiss, renda dan bordir Jerman, serta gambar-gambar indah dari berbagai pemandangan indah atau ilustrasi dari buku terkenal. Ethel menghabiskan banyak uang di sini dan menambah suvenirnya sehingga membutuhkan koper baru untuk menampung semua harta karun rapuh yang ia kumpulkan. Ia tidak mau mendengar nasihat agar menunggu hingga tiba di Paris karena di sana ia bisa membeli barang-barang yang lebih murah dan mengepaknya dengan aman untuk diangkut.
Jenny menghibur dirinya dengan sebuah buku Jerman, Goethe Gallery 12 karya Kaulbach, dan satu set perhiasan untuk masing-masing adiknya. Kristal ungu, merah muda, dan putih cukup murah dan cantik bagi gadis-gadis muda. Ia merasa sangat kaya karena mendapatkan gaji yang berlimpah dan bisa
~67~ diambil kapan pun ia suka, namun ketika ia membuat daftar hadiah-hadiah yang pantas, ia tetap menahan godaan dan menghemat uangnya karena ingat setiap sen diperlukan di rumah.
Saat meninggalkan reruntuhan di Hohenstein pada suatu sore yang indah, kedua gadis itu berjalan di bukit. Mereka menghibur diri mereka dengan mengumpulkan bunga-bunga di sepanjang jalan. Saat kembali ke tempat mereka, Ethel membawa satu buket besar bunga poppy merah sedangkan Jenny membawa satu buket bunga corn-flower 13 biru untuk Nyonya Homer dan seikat gandum hijau untuk dirinya sendiri.
Tampaknya kalian baru saja memetik bunga, kata sang Profesor saat menonton kedua gadis itu menghiasi topi jerami kasar mereka dengan bunga poppy yang ceria dan gandum yang menjuntai.
Rasanya seolah aku melakukan itu setiap hari, Tuan, dan berpanen besar kesenangan, bukan yang lainnya, jawab Jenny penuh terima kasih.
Bunga poppy-ku lebih cantik daripada benda kaku itu. Mengapa kau tidak mengambil bunga poppy" tanya Ethel, menilai dekorasi indahnya dengan sangat puas.
Bunga-bunga itu tidak bertahan lama. Gandumku akan bertahan lama dan semakin cantik saat gandum-gandum itu matang di topiku, jawab Jenny, dengan gembira memasang
~68~ tumbuhan runcing yang anggun itu di antara serat-serat jerami sehingga membentuk mahkota yang runcing.
Nanti semua bijinya rontok dan yang tersisa hanya sekam. Aku yakin itu tidak indah, ujar Ethel sambil tertawa.
Yah, beberapa burung lapar akan senang dan memakan biji-biji itu. Sekamnya akan bertahan lama dan mengingatkanku akan hari yang membahagiakan ini. Kelopak bunga poppy-mu sudah mulai rontok dan baunya tidak enak. Aku lebih suka gandum penghasil roti yang jujur ini daripada bunga candumu, jawab Jenny sambil tersenyum bijaksana saat melihat kelopak berwarna merah jatuh meninggalkan tempatnya.
Oh, aku akan membeli bunga poppy palsu di toko topi langgananku dan bunga itu akan bertahan selama yang kuinginkan. Kau boleh memakai gandum tua runcingmu yang berguna itu, jawab Ethel, merasa agak terluka melihat tatapan kedua orang tua itu yang tengah bertukar pandang.
Mereka tidak berkata-kata lagi. Namun, lama setelahnya, kedua gadis itu tetap mengingat percakapan kecil tadi karena kedua buket yang bertolak belakang itu adalah moral dari cerita kecil ini, dan bukan hanya sekadar hiasan.
Di Jenewa, Ethel nyaris mabuk melihat perhiasan-perhiasan berkilau yang dipajang. Ia harus diawasi karena jika tidak bisabisa ia menghabiskan uang terakhirnya dengan ceroboh. Mereka harus membawa paksa Ethel keluar dari toko-toko
~69~ yang menarik. Tidak ada yang merasa aman hingga Ethel berada di danau, atau berkendara ke Chamouni salah satu desa di Jenewa, atau tidur di tempat tidurnya.
Gereja paling terkenal di Inggris Raya, juga dikenal sebagai Collegiate Church of Saint Peter di Westminster. Jenny membeli sebuah jam saku, benda yang sangat penting bagi seorang guru, dan tempat ini adalah tempat yang paling baik untuk mendapatkan jam yang bagus. Ia memilih jam itu dengan teliti dan dengan perundingan serius bersama sang Profesor. Nyonya Homer menambahkan sebuah rantai kecil dan segel karena melihat Jenny memaksakan dirinya untuk puas dengan sebuah tali hitam.
Ini untuk membalas banyak kebaikanmu, Sayang. Suamiku memberikan ini teriring ucapan terima kasih bagi sekretaris yang sabar dan selalu membantunya dengan sepenuh hati, kata Nyonya Homer saat ia datang pada pagi hari untuk membangunkan Jenny dengan ciuman. Hari itu hari ulang tahun Jenny yang ke dua puluh satu.
Hadiah keduanya adalah satu set buku kecil seperti yang selama ini ia kagumi. Jenny merasa sangat tersentuh karena mereka mengingatnya. Ethel memberikan beberapa helai renda. Sudah lama Jenny ingin membelikan renda untuk ibunya di Brussel, tapi ia tidak melakukannya karena, walaupun sangat indah, benda itu sangat mahal. Itu hari yang membahagiakan. Ia menulis surat yang indah untuk dikirim ke rumah dan dengan bangga menyegelnya dengan segel kecil.
~70~ Setelah hari itu, Ethel mengunjungi toko-toko yang menarik, membaca novel di taman hotel, atau mengikuti para pelancong dengan lesu. Pada saat yang sama, Jenny menyimpan berbagai suvenir berharga saat mereka mengunjungi tempat-tempat indah yang terbentang bagaikan kalung mutiara di sekitar danau yang indah itu, dengan Mont Blanc sebagai baiduri indah yang memegang kalung itu. Calvin dan Jenewa, Voltaire dan Ferney, De Stael dan Coppet, taman Gibbon di Lausanne, penjara Byron di Chillon, hutan kastanye Rousseau di Clarens, dan semua legenda, relik, dan kenangan mengenai pahlawan, penulis roman, penyair, dan ahli filsafat Swiss dipelajarinya dengan baik, diingatnya, dan dinikmatinya. Saat mereka naik kapal uap menuju Paris, Jenny merasa seolah kepala dan hatinya, dan juga satu koper kecilnya, menyimpan harta yang lebih berharga daripada semua perhiasan yang ada di Jenewa.
Di Lyons, ia membeli benda penting yang kedua. Saat mereka mengunjungi sebuah pabrik besar, Jenny membeli kain sutra hitam yang bagus untuk ibunya. Kain itu, bersama dengan renda yang indah dari Ethel, akan membuat wanita kesayangannya terlihat cantik. Ia berseri puas membayangkan kegembiraan semua orang di rumah saat pakaian indah itu dikenakan ibu mereka tercinta. Ibu yang tidak peduli betapa lusuhnya penampilannya asalkan anak-anaknya mengenakan pakaian yang pantas.
Saat mereka tiba di Paris, Jenny tersiksa karena harus menghabiskan hari demi hari untuk berbelanja, berbicara
~71~ dengan penjahit baju, dan bepergian dengan Bois sementara ia sangat ingin merasakan Revolusi Perancis bersama Carlyle, menggambar relik aneh di Hotel Cluny, atau bersenang-senang dengan barang-barang di Louvre.
Mengapa kau SELALU ingin belajar dan meneliti" tanya Ethel. Saat itu mereka sedang mengikuti Nyonya Homer dan seorang teman Perancisnya di Palais Royal dengan toko-toko yang menarik, kafe-kafe, dan keramaian orang pada suatu hari.
Impianku adalah bisa menjadi guru bahasa Jerman dan sejarah di sebuah sekolah putri tahun depan. Itu kesempatan yang bagus, dan aku dijanjikan untuk itu jika aku layak. Jadi aku harus belajar setiap kali aku bisa agar aku siap. Itu sebabnya mengapa aku lebih suka Versailles daripada Rue de Rivoli. Itu juga alasan mengapa aku lebih suka berbincang dengan Profesor Homer mengenai raja-raja dan ratu-ratu Perancis daripada membeli intan tiruan dan makan es krim di sini, jawab Jenny. Ia tampak bosan dengan benda-benda berkilau, keributan, dan debu di tempat menyenangkan itu. Hatinya ada di penjara Conciergerie dengan Marie Antoinette yang malang atau di Invalides tempat terbaringnya Napoleon agung.
Masa depan yang menyedihkan! Aku rasa sebaiknya kau menikmati waktu yang menyenangkan ini selagi bisa dan percaya pada keberuntunganmu, jika kau harus terus mengajar, kata Ethel sambil berhenti berjalan untuk mengagumi etalase yang penuh dengan topi wanita yang indah.
~72~ Tidak. Itu kesempatan yang menyenangkan bagiku karena aku suka mengajar. Lagipula aku tidak bisa mempercayakan semua hal pada keberuntungan. Tuhan menolong orang yang menolong dirinya sendiri, begitu kata ibu. Aku ingin adikadikku menjalani hidup yang lebih mudah daripadaku. Karena itu aku harus mempersiapkan peralatan dan membuat diriku pantas untuk bekerja dengan baik jika pekerjaan itu datang untukku, jawab Jenny dengan mantap sehingga si wanita Perancis menoleh ke belakang dan bertanya-tanya apakah kedua gadis itu bertengkar.
Apa maksudmu dengan peralatan" tanya Ethel sambil berpaling dari topi wanita yang ceria ke kembang gula yang terlihat sangat menarik di etalase sebelah.
Profesor Homer berkata pikiran yang dibekali dengan baik adalah peralatan yang dapat digunakan seseorang untuk mengukir jalan hidupnya. Nah, peralatanku adalah pengetahuan, ingatan, selera, kemampuan untuk mengajarkan apa yang kuketahui, tingkah laku yang baik, pikiran sehat, dan kesabaran, jawab Jenny.
Ethel mendesah karena sadar telah menjadi beban, terutama pada saat-saat terakhir ini. Ia bersikeras mengajak Jane karena bahasa Perancisnya sendiri sangat tidak bagus dan hampir tak berguna, walaupun di rumah ia merasa ia sudah tahu banyak. Akhir-akhir ini ketidaktahuannya akan banyak hal membuatnya merasa tidak enak. Di Hotel Madame Dene ada sejumlah wanita Inggris dan Perancis yang menyenangkan. Di meja itu
~73~ terjadi perbincangan menarik, yang Jenny nikmati dengan sepenuh hati walaupun ia tidak banyak bicara. Namun Ethel, karena ingin membuat dirinya tampak menonjol di depan gadisgadis Inggris yang pendiam, berusaha untuk berbicara. Ia sering membuat kesalahan yang menyedihkan karena ingatannya yang campur aduk mengenai nama-nama dan tempat-tempat dan juga pengetahuannya mengenai segala hal yang sangat dangkal. Pada suatu hari ia berkata kepada seorang wanita Perancis dengan nada yang meremehkan, Tentu saja kami ingat kewajiban kami kepada Lamartine-mu pada saat Revolusi kami, dan juga semua orang Perancis pemberani yang membantu kami.
Maksudmu Lafayette, Sayang, bisik Jenny cepat, saat wanita Perancis itu tersenyum dan membungkuk. Wanita itu bingung mendengar bahasa Perancis yang dilafalkan secara aneh, namun ia menangkap nama sang penyair.
Aku tahu apa yang kumaksud. Kau tak perlu merepotkan dirimu dengan membetulkan dan menyelaku saat aku berbicara, jawab Ethel dengan nada suaranya yang kurang sopan. Ia terganggu dengan senyuman di wajah gadis Perancis yang ada di depannya. Wajah Jenny pun memerah karena sikap kasar dan sikap tidak tahu terima kasih Ethel. Ethel sangat menyesal setelah mendengar penjelasan Jane. Ia berpikir seharusnya saat itu ia memperbaikinya sehingga hal itu bisa dianggap sebagai selip lidah. Sekarang semua sudah terlambat. Namun Ethel tetap diam dan tidak memberi kesempatan
~74~ kepada Nona Cholmondeley untuk tersenyum dengan kesombongan yang begitu menjengkelkan walaupun sebenarnya itu wajar karena Nona Cholmondeley adalah gadis yang berpendidikan tinggi.
Memikirkan hal ini, dan berbagai kesalahan lain yang ia lakukan dan upaya Jane untuk menyelamatkannya, Ethel merasa benar-benar menyesal. Ia berjalan tanpa bicara dan berpikir apa yang bisa ia hadiahkan kepada gadis baik hati yang telah melayaninya dengan sangat baik dan juga menjalani hidupnya yang sederhana dan berat dengan sangat bersemangat. Semua pesanan telah diberikan, acara belanja sudah hampir selesai, dan Mademoiselle Campan, wanita Perancis tua yang menginap di Hotel mereka, siap untuk bertamasya. Jadi mengapa tidak memberikan liburan bagi Jane dan membiarkannya meneliti dan belajar selama sisa waktu di Paris itu" Dalam waktu dua minggu, Paman Sam akan menjemput mereka pulang sementara keluarga Homer akan pergi ke Roma untuk musim dingin. Pastilah baik untuk menyenangkan hati Nona Basset sehingga laporannya akan menyenangkan Mama. Itu juga akan menentramkan Papa jika ia marah melihat banyaknya uang yang dihabiskan oleh putri kecilnya yang boros. Sekarang Ethel menyadari, seperti yang dilakukan seseorang ketika nasi sudah menjadi bubur, bahwa ada banyak hal yang seharusnya ia lakukan tapi tidak ia lakukan. Ia menyesal karena hanya memikirkan dirinya sendiri dan bukannya membuat hidup gadis baik hati itu menjadi lebih menyenangkan. Masa depan si gadis baik hati sebentar lagi tiba
~75~ dan tampak tidak menarik bagi si gadis kaya.
Jenny sangat berterima kasih ketika Ethel mengusulkan rencana itu. Ethel juga menjamin tugas Jane tidak akan terbengkalai jika ia pergi bersama keluarga Homer dan mempercayakan gadis yang harus ia jaga kepada Mademoiselle Campan itu. Seperti Ethel, wanita tua itu juga menyukai kain siffon dan akan senang menerima hadiah-hadiah cantik sebagai ungkapan terima kasih atas jasanya.
Namun nasib sial menimpa niat baik Ethel dan liburan Jenny! Keduanya tidak mendapatkan apa-apa. Ethel jatuh sakit karena terlalu banyak makan kue kering dan mual-mual sehingga harus terus berbaring hingga Paman Sam datang.
Semua orang bersikap sangat baik dan keadaan Ethel tidaklah gawat. Namun rasanya hari-hari berlalu dengan lambat. Sang pasien sangat rewel dan sang perawat sangat lelah. Namun akhirnya minggu kedua tiba dan kesehatan Ethel membaik. Semua orang kembali ceria. Mereka pun berbenah. Paman Sam membuat dirinya nyaman sementara menanti keponakannya siap untuk bepergian kembali. Kedua gadis itu mulai mengepak barang sedikit demi sedikit karena banyaknya barang yang Ethel beli membuat barangnya sulit untuk dipak.
Maryamah Karpov 5 Goosebumps - 20 Teror Orang Orangan Sawah Pusaka Pulau Es 10
^