Pencarian

A Garland For Girls 3

A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott Bagian 3


Nyonya Warburton tersenyum sambil mengambil sebuah buku lusuh dari meja tempat Alice meletakkannya. Menyadari ada sebuah kisah romantis lain, Eva berseru, Ceritakanlah! Kisah yang tadi menyedihkan.
~154~ Cerita ini bermula dengan menyenangkan dan ada pernikahan di dalamnya, seperti yang didambakan para gadis. Sebuah cerita belumlah lengkap tanpa pernikahan. Yah, saat itu aku berusia tiga puluh lima dan diundang ke Kanada dengan sekelompok teman. Untuk menemani perjalanan, aku membawa Wordsworth ini di dalam tasku. Kami bersenangsenang di sana. Saat menuju Quebec, petualangan kecilku terjadi. Aku terpesona melihat St. Lawrence saat kapal kami berlayar pelan dari Montreal pada musim panas yang indah itu. Aku duduk di geladak atas, menikmati pemandangan sambil berkhayal. Tiba-tiba aku mendengar suara orang berdiskusi dengan serius di geladak bawah. Aku melihat beberapa pria bersandar di pagar kapal sambil membicarakan peristiwaperistiwa yang menarik perhatian publik pada saat itu. Aku tahu ada sekelompok orang terhormat di atas kapal itu karena suami temanku, Dr. Tracy, mengenal beberapa di antaranya dan mengatakan Tuan Warburton adalah salah satu ilmuwan muda pada saat itu. Kakakku pernah bertemu dengannya sebelumnya dan sangat mengagumi pria itu karena ia pria berbakat dan juga karena ia mengenal Lyman. Percakapan itu begitu mengesankan. Aku begitu tertarik sehingga lupa dengan hal lainnya. Aku mencondongkan tubuh semakin dekat dan semakin dekat agar bisa menyimak percakapan mereka. Tibatiba bukuku meluncur dari pangkuanku dan jatuh tepat di atas kepala salah satu pria itu, menghantamnya dengan keras, dan menjatuhkan topinya ke air.
Oh, lalu apa yang Anda LAKUKAN" tanya ketiga gadis
~155~ itu, terpukau oleh kekacauan yang tidak romantis itu.
Kedua tangan Nyonya Warburton saling menggenggam dengan dramatis. Matanya berbinar dan pipinya memerah saat mengingat kejadian luar biasa itu.
Anak-anakku, aku malu setengah mati! Apa yang BISA kulakukan selain bersembunyi dan mengintip sambil menanti akibat dari kecelakaan yang sial itu" Untungnya aku sendirian di sisi geladak kapal itu, jadi tidak ada perempuan yang melihat kecerobohanku. Sambil menyelinap di sepanjang tempat duduk hingga ke sudut yang jauh, aku menyembunyikan wajahku di balik sebuah surat kabar, yang untungnya ada di sana. Aku juga menonton kesibukan kecil yang timbul saat seorang lelaki di sebuah perahu di dekat kapal kami memancing topi itu dan juga keriuhan para pria melihat Samuel Warburton diserang oleh William Wordsworth. Buku malang itu diedarkan dari satu tangan ke tangan lain dan ada banyak lelucon yang dibuat mengenai Helen yang cantik yang namanya tertulis di sampul depan dengan jelas.
Aku kenal Nona Harper. Ia seorang wanita yang cantik, tapi namanya bukan Helen dan ia sudah meninggal. Tuhan memberkatinya! Kudengar Tuan Warburton berkata demikian sambil mengibaskan topi jeraminya agar kering dan mengusap kepalanya, yang untungnya masih tertutupi rambut abu-abu yang tebal pada saat itu.
Aku sangat ingin turun dan memberitahunya siapa diriku,
~156~ tapi aku tak berani untuk menghadapi semua pria itu. Kejadian itu SANGAT memalukan. Jadi aku menanti saat yang lebih tepat untuk meminta bukuku karena aku tahu kami tidak akan mendarat hingga malam hari jadi bukuku tidak akan hilang.
Biasanya wanita tidak membaca buku ini. Pasti buku ini milik seorang wanita yang menyukai sastra. Sebaiknya kau mencarinya, Warburton. Kau akan mengenalinya dengan melihat warna kaus kakinya saat ia turun untuk makan siang, kata seorang pria tua yang riang dengan nada yang membuat mukaku memerah.
Aku akan mengenalinya dari caranya berbicara dan wajahnya yang cerdas, jika buku ini milik seorang wanita. Bertemu dengan seorang wanita yang menyukai Wordsworth adalah suatu kehormatan dan juga menyenangkan karena menurutku Wordsworth adalah salah satu penyair sejati kita, jawab Tuan Warburton sambil menyimpan buku itu di sakunya. Ia berbicara begitu dengan wajah dan nada penuh hormat dan membuatku tenang.
Aku berharap ia memeriksa buku itu karena nama Lucretia dan Lyman ada di halaman depan sehingga ia akan dengan mudah mengenaliku. Lalu kami semua masuk untuk makan siang. Aku melihat kelompok itu melirik wanita-wanita di meja. Pandangan Tuan Warburton berhenti sesaat ketika berpindah dari Nyonya Tracy kepadaku. Saat itu aku takut wajahku merona seperti seorang gadis, Anak-anakku, karena Samuel memiliki mata yang bagus dan aku teringat lelucon tidak lucu
~157~ mengenai kaus kaki itu. Kaus kakiku putih seperti salju karena kakiku bagus. Aku juga menyukai kaus kaki yang bagus dan sepatu yang dibuat dengan baik. Seperti kalian lihat, kakiku masih secantik dulu. Wanita tua itu pun memperlihatkan kakinya yang kecil dan dibalut kaus kaki hitam dan sandal yang bagus dengan bangga. Ketiga gadis itu menggumam kagum. Setelah mengatur kembali lipatan gaunnya dengan anggun, Nyonya Warburton melanjutkan cerita mengenai episode paling romantis dari hidupnya.
Setelah makan siang aku kembali ke kabinku untuk menenangkan diri. Saat aku keluar di sore yang sejuk itu, aku melihat Tuan Warburton berbicara dengan Nyonya Tracy sambil memegang bukuku. Aku diam sesaat, karena aku agak pemalu untuk wanita seusiaku. Lagipula tidak mudah meminta maaf kepada seorang pria asing karena menjatuhkan buku di kepalanya dan merusakkan topinya. Pria sangat peduli dengan topi mereka. Namun aku menghalau rasa malu itu karena ia melihatku dan segera menemuiku. Dengan sangat ramah ia berkata, sambil menunjukkan nama-nama di halaman depan Wordsworthku, Aku yakin kita tidak perlu mengenalkan diri karena kita mengenal nama kedua teman kita ini. Aku sangat senang ternyata Nona Helen Harper adalah gadis kecil yang kulihat sekali dua kali di rumah ayahmu beberapa tahun yang lalu dan sangat gembira karena bisa bertemu dengannya kembali.
Itu membuat semuanya menjadi mudah dan menyenangkan.
~158~ Setelah aku meminta maaf dan Tuan Warburton meyakinkanku sambil tertawa bahwa ia menganggap diserang oleh seorang lelaki hebat adalah suatu kehormatan, kami berbincang-bincang dan segera lupa kami tidak saling kenal. Ia dua puluh tahun lebih tua daripadaku, namun ia tampan, sangat menarik, dan sangat sempurna. Ia telah lama ditinggalkan istrinya yang masih muda dan hanya hidup untuk ilmu pengetahuan sejak saat itu. Namun itu tidak membuatnya menjadi membosankan, dingin, atau egois. Walaupun ia begitu bijaksana, ia berjiwa muda dan menikmati liburan seperti seorang bocah lelaki yang baru keluar dari sekolah. Begitu juga dengan aku. Aku juga tidak pernah bermimpi kalau pertemuan itu akan menjadi sesuatu yang istimewa. Namun akhirnya kami berteman baik karena samasama memiliki rasa sayang terhadap orang-orang yang sudah tidak ada di kehidupan kami. Ya, Tuhan! Betapa anehnya cara dunia berputar dan peristiwa jatuhnya buku itu sangatlah ajaib karena dapat menyebabkan kehidupanku berubah! Yah, begitulah perkenalan kami. Kami terus berbincang selama tiga minggu karena kelompok kami mengikuti perjalanan yang sama.
Betapa terkejutnya aku ketika, di hari terakhir sebelum berpisah, Tuan Warburton mengajukan pertanyaan yang sangat serius. Aku memberikan jawaban yang ia inginkan. Itu membuatku merasa terhormat dan juga bahagia. Aku takut aku tidak pantas untuk itu, tapi aku berusaha. Aku juga merasa puas saat teringat ini terjadi berkat Lucretia setidaknya sebagian karena upayaku untuk menirunya membuatku lebih pantas untuk menjadi istri seorang lelaki bijak. Imbalan atas
~159~ upayaku itu adalah persahabatan yang sangat indah selama tiga puluh tahun.
Sambil berbicara begitu, Nyonya Warburton menundukkan kepalanya di depan lukisan seorang pria tua terhormat yang digantung di atas rak perapian. Wajahnya tampak begitu cantik dengan ekspresi lembut seorang wanita dan juga pancaran rasa bangga menjadi istri. Ekspresi seorang istri yang lupa dengan kelebihannya sendiri. Istri yang rendah hati dan merasa berterima kasih kepada pria yang menjadikan dirinya seorang rekan berdiskusi hal intelektual, seorang rekan hidup, dan seorang penyokong yang lembut hati di tahun-tahun terakhir kehidupan pria itu.
Ketiga gadis itu memandang ke atas. Hati mereka merasa betapa berharga dan mulianya kenangan seperti itu, serta betapa setia dan indahnya pernikahan seperti itu.
Alice menyentuh sampul buku kecil yang sudah lusuh itu dengan suatu rasa penghormatan baru, lalu berkata, Terima kasih banyak! Mungkin seharusnya saya tidak mengambil buku ini dari rak di sudut di kamar kerja Anda. Saya ingin mencari sisa kalimat yang dikutip Tuan Thornton tadi malam dan saya tidak meminta izin.
Terima kasih juga, Sayangku, karena kau tahu bagaimana cara memperlakukan buku. Ya, buku-buku di dalam rak kecil itu adalah pusakaku yang berharga. Aku menyimpan semua bukuku, mulai dari buku himne anak-anak hingga Alkitab
~160~ dengan jilid kuningan miliki kakek buyutku. Pada saat-saat akhir kehidupan dan awal kehidupan, kita semua kembali menjadi anak-anak dan menyukai lagu yang dinyanyikan ibu kita dan menemukan satu Buku sejati. Buku yang merupakan guru terbaik dan mendekatkan kita kepada Tuhan.
Saat suara yang khidmat itu berhenti, seberkas sinar matahari menerobos awan dan menyinari wajah wanita tua itu.
Hujan telah reda. Masih ada waktu untuk pergi ke taman sebelum makan malam, Anak-anak. Aku harus pergi dan mengganti topiku. Wanita penyuka sastra tidak boleh mengabaikan penampilan mereka setelah mengurus rumah dan juga harus menjaga kerapian diri mereka, tak peduli seberapa tua mereka. Dengan sebuah anggukan, Nyonya Warburton meninggalkan mereka, bertanya-tanya apa dampak percakapan tadi terhadap pikiran tamu-tamunya yang masih muda.
Alice pergi ke taman, berpikir mengenai Lucretia dan kekasihnya sambil mengumpulkan bunga di bawah sinar matahari. Eva yang teliti membawa Life of Mary Somerville ke kamarnya dan membaca dengan tekun selama setengah jam. Ia tidak ingin membuang-buang waktu. Carrie membawa Wanda dan perhiasannya ke perapian yang menyala. Sambil menonton buku itu dilahap api, ia memutuskan untuk membawa buku biru dan emas karya Tennyson pada perjalanan ke kota Nahant, kalau-kalau ada kesempatan untuk bertemu ilmuwan perjaka atau pria penyuka sastra. Karena pernikahan yang
~161~ indah adalah akhir dari kehidupan, mengapa tidak mengikuti contoh Nyonya Warburton dan membuatnya menjadi sangat sempurna"
Ketika mereka berkumpul pada saat makan malam, wanita tua itu senang melihat rangkaian bunga pansy segar di dada ketiga tamu mudanya. Ia juga senang saat Alice berbisik, dengan pandangan berterima kasih, Kami mengenakan bunga Anda untuk menunjukkan bahwa kami tidak akan melupakan pelajaran yang telah Anda berikan kepada kami. Ini juga untuk mengingatkan kami agar selalu memiliki pikiran mulia, seperti yang Anda dan kakak Anda lakukan. []
1 Karya George Eliot. ll 2 Karya Charlotte Mary Yonge.
3 Belgia 4 Sepatu bot yang dipakai di Inggris pada awal abad ke-19, dengan rumbai di bagian depan.
~162~ ~163~ Teratai Table of Content L uatu pagi di musim panas, sekelompok orang duduk di
serambi hotel di tepi laut. Mereka tengah membahas rencana hari itu sambil menunggu surat tiba.
Hei, lihat Christie Johnstone datang, seru seorang pria muda yang sedang duduk di atas pagar. Ia meracuni udara segar dengan bau rokok yang memuakkan.
Ya betul, itu dia. Dengan Flucker, si anak nakal di belakangnya, tampak begitu bersemangat, tambah yang lain, sambil tertawa lepas saat menoleh untuk melihat pemandangan itu.
Kedua pendatang baru itu memang terlihat mirip pasangan dalam novel Charles Reade. Semua orang menatap penuh minat saat mereka mendekat. Seorang gadis tujuh belas tahun yang tinggi, berbadan tegap, dengan mata dan rambut berwarna gelap, pipi berwarna cokelat yang merona, dan penuh
~164~ semangat saat berjalan. Ia berjalan dari pantai melalui jalan berbatu dengan sebuah keranjang berisi udang di tangan yang satu, sebuah keranjang berisi ikan di tangan yang lain, dan sebuah keranjang anyaman berisi bunga teratai di atas kepalanya. Ikan yang berwarna merah tua dan perak tampak begitu indah dan kontras dengan gaun kasarnya yang berwarna biru tua, dan tumpukan bunga air tampak bagaikan mahkota yang pas di kepalanya. Seorang bocah dua belas tahun yang gagah mengikuti langkah-langkah si gadis. Bocah itu memakai sepasang sepatu karet yang terlalu besar, topi jerami rusak di belakang kepalanya, dan membawa sebuah ember di setiap tangannya.
Gadis itu terus berjalan tanpa menoleh ataupun melirik saat melewati orang-orang di teras hotel itu, lalu menghilang di tikungan. Jelas ia mendengar mereka tertawa karena pipinya merona dan langkah kakinya semakin cepat. Namun si bocah lelaki membalas tatapan dan senyuman mereka dengan seringai gembira sehingga pemuda yang merokok itu berseru, Pagi, Pelaut! Dari mana kau"
Pulau, di sana, jawab sang bocah sambil mengacungkan ibu jarinya ke belakang bahunya.
Oh, kau penjaga mercusuar, ya"
Bukan. Aku dan kakek jadi nelayan sekarang. Namamu Flucker Johnstone, dan kakakmu Christie, kalau
~165~ tak salah" tambah pemuda itu, menikmati kegembiraan gadisgadis muda di dekatnya.
Namaku Sammy Bowen dan nama kakak Ruth.
Apakah kamu berhasil mendapatkan Boaz 1 di sana buat kakakmu"
Tidak. Kami mendapat pari setan. Besar banget.
Jawaban tak terduga itu menyebabkan para pemuda tertawa sementara bocah itu menyeringai riang tanpa mengerti apa yang lucu. Nona Ellery yang cantik tertawa manis sambil mencondongkan badan ke pagar dan bertanya,
Kau membawa bunga lili" Aku ingin membelinya jika memang dijual.
Kakak akan mengambilkannya setelah menyimpan udang. Aku tak punya. Ini umpan untuk mancing. Lalu, seolah teringat akan urusannya setelah mendengar teriakan beberapa bocah yang melihatnya, Sammy meninggalkan barang yang ia bawa dan berlari kencang menuju kandang kuda.
Pribumi di sini lucu sekali! Mereka bersikap seolah-olah merekalah pemilik tempat ini dan terlihat sama bodohnya dengan ikan-ikan di sini, kata salah satu pemuda dengan baju kelasi putih sambil melempar puntung rokoknya.
Aku tidak setuju denganmu, Fred. Selama hidupku aku
~166~ kenal dengan orang-orang seperti ini. Mereka orang-orang yang jujur, pekerja keras, mandiri. Mereka berani bagai singa dan baik hati seperti wanita walaupun mungkin mereka terlihat kasar, jawab pemuda lain yang mengenakan baju flanel biru dan pita emas di topinya.
Pelaut dan prajurit selalu saling menjaga, jadi pastilah kau melihat sisi baik orang-orang ini, Kapten. Gadis-gadis di sini memang cantik, tapi kecantikan mereka tak bertahan lama. Sayang sekali!
Hanya sedikit wanita yang tetap cantik setelah menjalani kehidupan yang penuh dengan kerja keras, ketegangan, dan penderitaan. Tidak ada yang tahu betapa besar keberanian dan keyakinan yang diperlukan agar tetap muda dan bahagia saat orang yang mereka sayangi melaut, kata seorang wanita berambut kelabu yang pendiam. Wanita itu meletakkan tangannya di atas lutut pemuda berbaju biru sambil menatapnya. Tatapan itu menyebabkan sang pemuda tersenyum sayang kepadanya dan meletakkan tangannya yang cokelat di atas tangan wanita itu.
Pastilah Ben Bowen tinggal karena gadis itu yang membawa ikan. Ben lelaki tua yang baik. Aku sering ke Daerah Tak Bertuan dengannya untuk memancing. Aku ingin mengajaknya lagi, kata seorang pria yang agak tua.
Mungkin kita bisa pergi ke pulau itu dan mengadakan pesta sup atau ikan goreng pada malam terang bulan. Sudah
~167~ bertahun-tahun aku tak ke sini, tapi waktu itu rasanya menyenangkan dan kita bisa melakukannya sekarang, usul Nona Ellery.
Tentu saja! Cari Christie! Tanyakan kepadanya saat ia kemari, kata Tuan Fred pria yang tampak muda sambil meluruskan kakinya yang lemas seakan rencana itu membuatnya bersemangat.
Tentu saja kita akan membayar karena merepotkan mereka. Orang-orang ini akan melakukan apa pun demi uang, kata Nona Ellery. Namun Kapten John begitu mereka memanggil si pelaut mengangkat tangannya sambil memperingatkan, Sst! Ia datang, saat melihat topi cokelat Ruth yang termakan cuaca muncul dari sudut.
Ruth berhenti sebentar untuk meletakkan keranjang kosong, menepuk roknya, dan menaikkan salah satu kepangan hitamnya yang jatuh. Lalu seakan telah memutuskan untuk melakukan pekerjaan yang tak disukainya secepat mungkin ia menaiki tangga, membuka tutup keranjang yang kasar, dan berkata dengan suara jernih, Apakah Nona dan Nyonya ingin membeli bunga teratai segar" Sepuluh sen seikat.
Para wanita itu bergumam kagum melihat bunga cantik itu. Para pria segera maju untuk membeli dan menghadiahkan setiap ikat bunga dengan gagah.
Aku tidak tahu bunga seindah ini dapat tumbuh di air asin,
~168~ kata Nona Ellery sambil memandangi seikat bunga yang diberikan Tuan Fred kepadanya dengan senang.
Memang tidak. Di pulau kami ada kolam air tawar kecil. Bunga ini tumbuh di sana. Di sekitar sini, hanya itu satu-satunya tempat tumbuh teratai. Ruth memandangi gadis lembut dengan gaun putih berkerut dan topi yang indah itu dengan pandangan kasihan karena ketidaktahuannya sekaligus kagum karena kecantikannya.
Bodohnya aku! Aku ini BEGITU konyol, ujar Nona Ellery sambil menyembunyikan muka di balik payung merahnya.
Tanyakan soal ikan goreng itu, bisik Tuan Fred sambil memasukkan kepalanya ke balik payung merah untuk meyakinkan makhluk cantik itu bahwa ia sendiri juga tidak lebih tahu daripadanya.
Oh, tentu saja! Dan karena terhibur, Nona Ellery berseru, Nak, bolehkah kami mengadakan pesta sup di pulaumu seperti yang biasa kami lakukan dulu"
Hanya jika kalian membawa ikan. Kakek sakit dan tidak bisa memancing.
Boleh, tapi siapa yang akan memasak" Itu pekerjaan yang mengerikan.
Semua orang bisa menggoreng ikan! Saya bisa melakukannya jika kalian mau, ujar Ruth sambil setengah
~169~ tersenyum. Bagus sekali. Jadi kami menunjukmu sebagai juru masak. Kami akan datang malam ini jika malam terang dan kami berhasil mendapatkan ikan. Jangan lupa selusin teratai terbaik untuk wanita ini besok pagi. Aku akan membayarmu sekarang agar tidak lupa, lalu Tuan Fred menjatuhkan sebuah keping dolar perak berkilau ke dalam keranjang dengan congkak. Tuan Fred bermaksud menanamkan kesan pada gadis muda yang agak terlalu mandiri itu agar ia menjadi rendah diri.
Ruth melemparkan uang itu ke atas keset kaki dan tiba-tiba mata hitamnya terlihat berkilat saat berkata, Saya tidak yakin bisa membawa lebih banyak teratai. Lebih baik tunggu sampai saya membawanya.
Aku turut berduka karena kakekmu sakit. Aku akan datang dan menjenguknya, dan membawakan surat kabar jika ia mau, kata si pria yang sudah agak tua sambil mengangguk ramah dengan wajah yang menunjukkan perhatian saat menghampiri Ruth.
Terima kasih banyak, Pak. Kakek sangat lemah sekarang, Ruth tersenyum manis menyambut Tuan Wallace yang baik dan tidak melupakan kakeknya.
Christie memiliki watak sedikit keras rupanya. Ia tidak tahu bagaimana memperlakukan seorang teman yang ingin membantunya, gerutu Tuan Fred sambil memasukkan uangnya
~170~ ke dalam saku dengan mimik jijik.
Tampaknya ia tahu bagaimana memperlakukan seorang pria saat PRIA ITU menawarkan bantuan, jawab si Jaket Biru, mengedipkan mata seolah menikmati kekecewaan temannya.
Perempuan dari golongan itu selalu merasa seolah mereka tidak cukup cantik. Menggelikan sekali! kata Nona Ellery sambil menarik sarung tangannya yang panjang sambil melirik lengan cokelat si gadis nelayan.
Gadis dari golongan mana pun pasti ingin diperlakukan dengan rasa hormat. Kebaikan dari hati yang ada di balik baju yang kasar sama baiknya dengan yang ada di balik sutra, Sayang. Bahkan, menurut cara berpikirku yang kuno, itu seharusnya lebih dikagumi, ujar sang wanita berambut kelabu.
Dengar! Dengar! gumam keponakannya, si pelaut, dengan anggukan setuju.
Jelas Ruth juga mendengar itu karena saat berbalik untuk pergi, dengan cepat ia menarik tiga teratai yang indah dari topinya dan menaruhnya di atas pangkuan sang wanita tua. Dengan pandangan berterima kasih ia berkata, Terima kasih, Nyonya.
Ruth melihat Nona Scott memberikan bunga itu kepada seorang guru pribadi kecil yang penurut dan terlupakan. Hanya itu yang bisa Ruth lakukan untuk membalas kebaikan hati Nona
~171~ Scott. Ruth pergi tanpa membawa keranjangnya. Kapten John melompati pagar dan mengejarnya sambil membawa keranjang itu. Pelaut itu menyentuh topinya saat bertemu dengan Ruth dan Ruth berterima kasih sambil tersenyum gembira seperti yang ia lakukan kepada si pria tua. Ruth tersenyum karena si pelaut menghormatinya dengan memanggilnya Nona Bowen dan ini membuat hatinya senang setelah sebelumnya dipanggil Nak! dengan kasar dan dilempari uang seolah ia adalah pengemis. Saat Kapten John kembali, surat telah tiba dan semua orang berpencar. Tuan Fred menghabiskan uang dengan merokok. Kapten John memasukkan teratai yang diberikan Bibi Mary ke lubang kancingnya dengan hati-hati. Kemudian kedua pria muda itu pergi bermain tenis.
Pada malam terang bulan itu, mereka berlayar menuju Pulau saat matahari terbenam, dengan Nona Scott dan Tuan Wallace sebagai pendamping dan pemimpin mereka. Mereka menangkap banyak ikan. Makan malam sekaligus piknik akan diadakan di daratan. Di sana Sammy, yang memakai kaus biru bersih dan topi yang lebih baik, menyambut mereka dengan berseri-seri saat menarik kapal itu.
Api sudah dinyalakan dan Ruth sedang memotong kentang. Apa ikannya sudah dibersihkan" tambahnya dengan cemas karena ia yang harus melakukan tugas membosankan itu jika belum. Pikiran itu membuat jiwa kanak-kanaknya muram.
Sudah, Sam! Tolong bantu angkat keranjang ini dan arahkan kapal ke mercusuar. Para wanita ingin melihat
~172~ mercusuar itu dulu, jawab Kapten John sambil melemparkan sepotong kue ke mulut Sammy sambil tersenyum.
Para pemuda dan pemudi berpencar, bergegas pergi ke tempat yang ingin mereka kunjungi sebelum malam. Mereka memanjat menara mercusuar dan menyapa Bibi Nabby dan Kakek di rumah kecil itu. Si wanita tua meminjamkan teko kopi besar dan berjanji Ruth akan menghidangkan ikan mereka tepat jam delapan. Lalu mereka berjalan-jalan untuk melihat kolam air tawar tempat teratai itu tumbuh.
Aneh melihat ada kolam air tawar di sini, di tengah-tengah air laut! kata salah seorang gadis saat mereka berdiri memandangi kolam yang tenang itu sementara ombak menghantam bebatuan di sekitar mereka.
Yang lebih aneh lagi, mengapa bisa ada tumbuhan yang begitu cantik dan murni, seperti teratai-teratai itu, yang bisa tumbuh dari lumpur di dasar kolam, tambah gadis lain dengan nada merenung.
Naluri menyebabkan teratai putih itu menggapai sinar matahari dan air, dan batangnya yang langsing dan kuat menjangkarkan diri ke tanah yang subur di bawah. Tumbuhan itu memiliki kekuatan untuk mengambil makanan sehingga bunganya begitu cantik kecuali jika siput dan anak lelaki merusaknya, tambah Nona Scott saat melihat Tuan Fred memukul sebuah bunga yang setengah mekar dengan tongkatnya.
~173~ Semua bunga nakal ini menutup dan merusak pemandangan yang indah. Aku sangat kecewa, keluh Nona Ellery sambil memandangi kuncup-kuncup bunga yang hijau dengan perasaan sangat kesal. Ia telah berencana untuk memakai bunga di rambutnya dan berpura-pura menjadi peri air wanita.
Kau harus datang pagi-pagi sekali. Aku pernah membaca entah di mana, saat sinar matahari pagi menyinari teratai, bunga itu akan mekar dengan cepat, dan itu pemandangan yang indah. Aku harus mencoba untuk menyaksikannya suatu hari nanti jika aku dapat ke sini tepat pada waktunya, kata Nona Scott.
Betapa romantisnya perawan tua itu! bisik gadis yang satu ke gadis yang lain.
Begitu juga anak muda. Coba dengar apa yang Floss Ellery katakan, jawab gadis yang lain.
Keduanya terkikik di balik topi besar mereka saat mendengar kata-kata ini diikuti dengan suara tawa berderai, Semua bunga membuka dan menutup hati mereka ketika matahari menyinari mereka pada saat yang tepat.
Aku harap hati manusia bisa begitu, gumam Tuan Fred. Kemudian, seolah mendapat peringatan dari komentarnya sendiri, dengan cepat ia menambahkan, Aku akan mengambilkan teratai besar di sana dan MEMBUATNYA mekar untukmu.
Sambil menginjak kayu tua yang tergeletak di kolam itu,
~174~ Tuan Fred berjalan ke ujung kolam dan membungkuk untuk memetik bunga yang setengah mekar itu. Namun pria bersemangat itu gagal membuat bunga itu mekar karena kakinya terpeleset, dan ia pun jatuh ke dalam lumpur dan air.
Tolong dia! Oh, tolong dia! jerit Nona Ellery sambil mencengkram Kapten John yang tertawa seperti bocah lakilaki. Para pemuda lain berteriak dan para gadis menjerit saat Fred berjuang menuju tepi dengan pakaian putihnya yang ternoda.
Apa yang harus kulakukan" tanyanya dengan nada putus asa.
Gulung celanamu dan pinjam sepatu bot Sam. Ibu itu akan mengeringkan sepatu dan kaus kakimu saat kau makan malam sehingga kau bisa memakainya pulang, usul Kapten John, yang terbiasa dengan kejadian seperti itu dan menganggapnya enteng.
Kata makan malam membuat anak muda yang hanya memikirkan hal-hal duniawi itu mengendus-ngendus dan berkata ia membaui sesuatu yang enak . Segera semua orang pergi ke lapangan piknik seperti ayam yang kembali ke kandang saat waktu makan tiba. Fred masuk ke dalam pondok, dan yang lainnya berkumpul di dekat api unggun yang segera berubah menjadi bara. Di sana Ruth mulai melakukan tugasnya yang panas dan terasa panjang. Gadis itu memakai celemek besar, sapu tangan merah di kepalanya, dengan lengan
~175~ baju digulung. Ia begitu sungguh-sungguh dengan apa yang ia lakukan sehingga ia hanya mengangguk dan tersenyum saat mereka menyapanya dengan tingkat kesopanan yang berbedabeda.
Ia mirip gadis Gipsi yang cantik, dengan wajahnya berwarna gelap dan api berwarna merah. Aku ingin melukisnya, kata Nona Scott yang berjiwa muda walaupun usianya sudah lima puluh tahun dan rambutnya sudah memutih.
Aku suka melihat gadis yang bekerja dengan sungguhsungguh, walaupun hanya sekadar menggoreng ikan. Banyak gadis yang hanya main-main dengan apa yang mereka lakukan. Ia bersemangat sekali! Kapten John mencondongkan tubuh dari tempat duduknya yang berbatu untuk menonton Ruth. Gadis itu baru saja mengangkat teko teh yang airnya baru mendidih, dan dengan tangan yang lain menyelamatkan penggorengannya yang diletakkan di atas tumpukan bara yang tidak stabil.
Ia gadis yang baik. Aku sangat tertarik dengannya. Tuan Wallace akan menceritakan kisahnya jika kita berminat. Ia telah lama mengenal kakek Ruth.
Jangan lupa untuk mengingatkan dia, Bi. Aku senang mendengar cerita setelah makan. Lalu Kapten John berdiri dan mengambil sepiring ikan untuk wanita tua yang telah menjadi ibunya selama bertahun-tahun.
~176~ Makan malam itu terasa menyenangkan, dan bulan masih bersinar sebelum acara itu selesai. Semua makanan itu terasa lezat. Selera makan anak muda yang lapar akibat udara laut memang sulit untuk dipuaskan. Setelah ikan terakhir lenyap dan tak ada lagi yang tersisa selain buah zaitun dan kue tiram, mereka berkumpul di sebuah batu yang landai dan jauh dari api. Mereka beristirahat sebentar setelah menikmati jamuan itu.
Tuan Fred dengan sepatu bot yang terlalu besar terus menjadi bulan-bulanan sehingga ia menjadi murung. Namun Nona Ellery menghiburnya, dan banyaknya makanan membuatnya bertahan hingga sepatunya kering. Ruth tetap tinggal untuk berbenah, dan Sammy memuaskan nafsunya dengan sisa-sisa kue manis yang tidak bisa ia biarkan terbuang. Jadi, saat seseorang mengusulkan untuk saling bercerita hingga mereka siap untuk bernyanyi, mereka meminta Tuan Wallace untuk memulainya.
Mungkin kalian mau mendengar satu kisah tentang pulau ini, kata pria tua ramah itu. Sekitar dua puluh tahun yang lalu terjadi kecelakaan di sana, di karang-karang besar itu. Ada seorang pelaut penduduk pelabuhan ini yang sangat berani. Ia berenang membawa tali dan menyelamatkan selusin pria dan wanita. Sebut saja namanya Sam. Nah, salah satu wanita yang ia selamatkan adalah seorang guru pribadi Inggris. Saat wanita majikannya pulang, gadis cantik ini yang terluka parah karena menyelamatkan anak yang ia asuh ditinggal untuk memulihkan diri, dan
~177~ Menikahi pelaut berani itu tentunya, teriak salah satu gadis.
Tepat! Mereka adalah pasangan bahagia. Kalau aku tidak salah, ayah gadis itu adalah seorang pendeta, dan ia dibesarkan dengan baik. Sam juga pria baik dan mencari nafkah dengan jujur. Mereka memiliki dua orang anak. Lalu Sam dan kedua saudara lelakinya hilang saat badai. Kejadian itu menyebabkan sang istri pun meninggal. Ayah Sam, yang menjaga mercusuar ini, mengambil kedua anak malang itu. Waktu itu si anak lakilaki masih bayi dan si anak perempuan adalah anak yang baik. Gadis itu berani seperti ayahnya, cantik seperti ibunya, dan memiliki sifat-sifat wanita terhormat walaupun tidak semua orang bisa melihatnya.
Ehem! seru si gadis cerdas. Ia mulai memahami maksud dari cerita itu tetapi tidak mau merusak cerita itu karena pemuda dan pemudi lain masih belum mengerti. Namun Nona Scott tersenyum dan Kapten John menatap pria tua dengan topi tidur sutra biru itu dengan tajam.
Tenggorokanmu gatal" tanya teman di sampingnya. Namun Kate hanya tertawa dan meminta maaf karena menyela.
Tidak banyak lagi yang bisa diceritakan. Pasti orang bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kedua anak itu. Saat badai dahsyat terjadi dua musim dingin yang lalu, penjaga mercusuar tua itu jatuh di atas karang yang licin. Jika bukan
~178~ karena sang gadis, lampu mercusuar pastilah sudah padam dan akan ada banyak kapal tenggelam di daerah berbahaya ini. Teman sang penjaga mercusuar pergi ke daratan dan tidak bisa kembali selama dua hari karena badai mengamuk dengan ganas. Namun ia tahu Ben bisa melakukannya tanpanya, karena kedua anak itu sedang berkunjung.
Pada musim dingin, kedua anak itu tinggal dengan seorang teman dan bersekolah di Pelabuhan. Keadaan pastilah baikbaik saja seandainya tulang rusuk Ben tidak patah. Ben memberi tahu gadis itu apa yang harus dilakukan dan si gadis melaksanakannya sementara si anak lelaki menemani pelaut tua yang sakit itu. Selama dua hari dua malam gadis pemberani itu tinggal di menara yang terus berguncang seolah akan runtuh, sementara hujan es dan salju meredupkan lentera mercusuar, dan burung laut terhempas ke kaca jendela hingga mati. Namun mercusuar tetap menyala dan orang-orang berkata, Semua baik-baik saja, karena kapal-kapal berbelok di saat yang tepat saat melihat cahaya yang memperingatkan mereka akan bahaya. Para pelaut yang bersyukur mendoakan orang yang menjaga mercusuar tetap menyala.
Kuharap ia mendapatkan balasannya, terdengar seruan yang bersemangat saat si tukang cerita berhenti untuk menarik napas.
Aku hanya melakukan kewajibanku, itu sudah cukup, kata si gadis saat sejumlah orang kaya di Pelabuhan mendengar cerita itu dan mengirimkan uang dan ucapan terima kasih.
~179~ Walaupun begitu, gadis itu mengambil uangnya karena Ben harus melepaskan tempat itu karena terlalu lemah untuk bekerja. Sekarang Ben bekerja dengan memancing dan menyimpan sebagian besar uangnya untuk kedua anak itu. Ia tak akan hidup lama dan kedua anak itu harus menjaga diri mereka sendiri. Wanita tua itu bukanlah saudara mereka. Gadis itu juga terlalu menjaga harga diri untuk mencari dan meminta bantuan dari teman-teman Inggrisnya yang pelupa, jika memang ada. Tapi aku tidak khawatir dengannya. Gadis pemberani seperti itu pasti bisa hidup di mana pun.
Hanya itu saja" tanya beberapa suara, saat Tuan Wallace bersandar dan mengipasi dirinya dengan topi.
Begitu mendengar kelanjutannya, aku akan menceritakannya kepada kalian. Mungkin musim panas mendatang, jika kita bertemu lagi di sini.
Jadi Anda mengenal gadis itu" Apa yang ia lakukan sekarang" tanya Nona Ellery yang tidak mendengar sebagian cerita itu saat ia duduk di sudut yang remang-remang dengan Fred yang termenung.
Kita semua mengenalnya. Aku rasa saat ini ia sedang mencuci teko kopi, jawab Tuan Wallace sambil menunjuk ke sosok di pantai yang sedang mengocok benda logam besar yang bersinar di bawah terang bulan.
Ruth" Benarkah" Betapa romantis dan menariknya! seru
~180~ Nona Ellery. Ada banyak kisah romantis yang tak terceritakan dalam kehidupan pekerja laut ini. Aku yakin gadis baik hati itu akan mendapatkan balasannya karena telah merawat sang kakek dan si adik. Aku tahu ia terpaksa mengorbankan sesuatu. Ia menginginkan pendidikan dan bisa mendapatkannya jika meninggalkan tempat ini dan hidup sendiri, tapi ia tidak mau pergi. Ia bekerja keras agar Kakek dapat hidup nyaman dan bukannya membeli buku yang sangat ia inginkan. Ada kepahlawanan sejati dalam menjual teratai dan menggoreng ikan dengan gembira demi kewajiban saat seseorang sebenarnya ingin belajar dan menikmati masa muda yang hanya satu kali, kata Tuan Wallace.
Oh, ya. Baiknya dia! Mungkin sebaiknya kita memberikan sumbangan untuknya saat kita pulang. Aku akan mengirimkan surat-surat kabar dengan senang hati dan memberikan yang bisa kuberikan. Pastilah tidak enak menjadi orang bodoh pada usia sepertinya. Aku berani berkata makhluk malang itu tidak bisa membaca, bayangkan! dan Nona Ellery mengatupkan tangannya sambil mendesah sedih.
Saat ini hanya sedikit gadis yang membaca agar bisa berdiskusi, gumam Nona Scott.
Jangan biarkan mereka menghina Ruth dengan uang mereka. Ia akan melemparkan uang itu di muka mereka seperti yang ia lakukan dengan uang yang tadi. Kau bisa
~181~ memperlakukannya dengan caramu yang manis dan lembut, Bi, dan membantunya jika ia mengizinkanmu, bisik Kapten John di telinga wanita tua itu.
Jangan sia-siakan rasa belas kasihanmu, Nona Florence. Ruth membaca surat kabar lebih baik daripada semua wanita yang kukenal. Aku pernah mendengarnya melakukan itu untuk kakeknya. Ia membacakan berita pelayaran, pasar uang, dan politik dengan bagus. Jika aku adalah dirimu, aku tak akan memberinya uang, walaupun itu gagasan yang baik. Orangorang ini memiliki kejujuran hati dalam mencari uang untuk mereka sendiri, dan aku menghormati cara mereka itu, tambah Tuan Wallace.
Maafkan aku! Seharusnya aku segera berpikir seorang nelayan memiliki harga diri seperti orangorang di tempat kecil ini, ujar Tuan Fred, menggeser kakinya ke bawah bayangan karena sinar bulan mulai memperlihatkan sepatunya yang buruk.
Mengapa tidak" Aku rasa mereka memiliki banyak hal untuk dibanggakan. Orang-orang ini jujur dan mandiri. Mereka tidak seperti orang-orang yang tidak pernah bekerja yang hanya membanggakan uang bapak mereka yang dihasilkan dari daging, minuman, atau bisnis jelek atau bisnis lain apa pun yang tidak menyenangkan, kata Kapten John sambil mengedipkan mata saat mengubah kalimatnya. Kata asinan sudah ada di ujung lidahnya ketika Bibi Mary menyentuhnya untuk memperingatkan. Beberapa gadis cantik tertawa, dan
~182~ Tuan Fred menggeliat karena semua orang sudah tahu bahwa kakeknya yang terhormat yang tidak pernah ia sebut-sebut menghasilkan banyak uang dari pabrik asinan.
Kita semua berasal dari lumpur. Kita semua akan menjadi bunga yang indah jika sebelum pulang kita memutuskan untuk mematangkan benih jiwa kita di lumpur tempat kita semua berasal, ujar Nona Scott.
Aku menyukai gagasan itu! Terima kasih, Bibi Mary, karena memberi nasihat yang begitu bagus untuk dikaitkan dengan kecintaanku terhadap teratai. Aku akan mengingatnya. Aku akan mencoba menjadi orang yang baik, seindah teratai itu, dan tidak malu karena aku berasal dari keturunan petani yang jujur, seru seorang gadis serius yang telah mengenal dan menyayangi wanita bijak itu.
Dengar itu! seru Kapten John. Ia berasal dari garis keturunan pelaut yang panjang dan merasa bangga karena reputasinya sendiri tetap bersih dan cemerlang.
Sekarang mari kita bernyanyi sebelum kehabisan waktu, usul Nona Ellery, yang bersuara merdu dan tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menyanyikan lagu-lagu sentimentil yang sesuai dengan momen itu.
Mereka bernyanyi dan bermusik selama satu jam. Sammy sangat senang. Ia mudah dibujuk untuk menyanyikan lagu-lagu pelaut dengan suaranya yang nyaring dan menyebabkan
~183~ pendengarnya riang gembira.
Ruth bisa bernyanyi cukup baik, tapi ia tidak mau menyanyi di depan orang, kata Sammy saat berhenti setelah menyanyikan sebuah lagu pendek sambil berteriak.
Pasti ia mau menyanyi untukku, lalu Tuan Wallace berjalan dengan pelan ke atas karang yang tidak jauh dari situ. Di sana Ruth duduk sendiri mendengarkan musik sambil beristirahat setelah bekerja seharian.
Menarik sekali! kata Nona Ellery dengan nada tajam karena tidak berhasil menyanyikan Wind of the Summer Night dengan baik akibat terlalu banyak makan malam. Seperti Lorelei, 2 tambahnya saat Ruth mulai bernyanyi, dengan senang hati mematuhi lelaki tua yang baik hati itu. Mereka menduga akan mendengar lagu balada yang aneh atau lagu pujian yang membosankan. Namun mereka terkejut saat mendengar suara yang indah dan jernih itu menyanyikan The Three Fishers dan Mary on the Sands of Dee dengan penuh penghayatan sehingga menggetarkan hati penyuka musik sejati dan membuat air mata tergenang di beberapa pasang mata.
Lagi! Ayo lagi! seru Kapten John saat Ruth berhenti bernyanyi. Seolah terdorong oleh tepuk tangan yang tulus, gadis itu pun menjadi bersemangat dan menyanyi seperti burung hingga kehabisan napas.
ITU yang aku sebut musik, kata Nona Scott saat
~184~ mengusap matanya sambil mendesah puas. Musik itu berasal dari hati dan masuk ke dalam hati, seperti seharusnya. Nah, sekarang sebaiknya kita pulang selagi perasaan kita masih seperti ini.
Sebagian besar anggota kelompok itu mengikutinya dan pergi untuk mengucapkan terima kasih dan selamat malam kepada Ruth. Gadis itu merasa kaya dan bahagia dengan uang yang Tuan Wallace selipkan ke dalam sakunya dan kebahagiaan singkat yang tadi dinikmatinya.
Saat kapal itu berlayar pergi dan meninggalkannya sendiri di tepi pantai, ia mengucapkan selamat jalan dengan menyanyikan lagu lama, A Life on the Ocean Wave . Semua orang ikut bernyanyi dengan senang, terutama Tuan Wallace dan Kapten John. Jadi piknik malam itu berakhir dengan suasana penuh musik dan menyenangkan bagi semua, serta dikenang untuk waktu yang lama oleh beberapa orang.
Setelah itu, Ruth dan Sammy mendapat banyak saat-saat bahagia , juga si Kakek tua yang miskin. Musim panas terakhirnya berjalan baik saat ia mulai berlabuh. Tampaknya wajar bagi Kapten John sebagai pelaut untuk pergi, membaca, dan mengobrol dengan nelayan tua itu, sehingga tidak ada yang heran jika ia sering pergi ke Pulau dengan membawa sekantung penuh surat kabar. Ia juga menghabiskan waktu di rumah kecil yang penuh dengan bau laut dan garam seperti kerang di tepi pantai.
~185~ Nona Scott juga sering ikut dengan keponakannya. Sebagai seorang pecinta tanaman, ia menemukan banyak tumbuhan di Pulau yang tidak pernah ia temui di daerah berkarang di daratan tempat hotel berdiri.
Ruth tidak mengerti bagaimana, tetapi tampaknya buku selalu bisa mencapai Pulau itu. Tentu saja itu membuatnya senang. Permintaan akan teratai meningkat dan setelah musimnya berakhir marshrosemary menjadi bunga yang digemari. Sammy berhasil menjual semua kerang dan bulu burung camar yang ia kumpulkan. Ia juga bisa menjual bendabenda tua aneh yang ia bawa dari pelayarannya dengan harga tinggi. Hasilnya ia gunakan untuk menambah kenyamanan pelayaran terakhir si pelaut tua.
Sekarang Ruth menikmati waktunya mendayung kapal setiap hari ke Point. Tuan Wallace selalu mengucapkan katakata manis atau memberikan hadiah. Gadis-gadis mengangguk saat ia lewat dan bertanya bagaimana kabar Sang Pelaut Tua. Nona Scott sering memintanya mampir di pondok untuk memberikan buku baru atau menemaninya berjalan menuju perahu Ruth sambil berbincang. Kapten John membantu Sammy memancing sehingga keranjangnya selalu penuh saat mereka pulang ke rumah.
Semua bantuan dan keramahan ini memberikan kekuatan menakjubkan dan membuat hidup Ruth yang berat terasa lebih manis. Pekerjaannya terasa lebih ringan. Ia bernyanyi saat berdiri di depan bak cuci. Ia menjaga mercusuar pada malam
~186~ hari dengan gembira ditemani buku-buku bagus. Ia juga dapat beristirahat setelah pekerjaannya selesai. Saat beristirahat itu ia duduk di batunya, memandangi cahaya dari Point, mendengar suara musik yang riang saat para anak muda menari, dan memikirkan percakapan yang menyenangkan dengan Nona Scott. Mungkin kehadiran si jaket biru di kamar tidur Kakek, melihat wajah cokelat yang ramah dan tersenyum saat ia masuk, dan mendengar suara seorang laki-laki yang sedang membaca keras-keras, membuat kehidupan Ruth yang membosankan menjadi lebih menyenangkan. Ia menyukai teman-teman barunya. Ia menyambut kedua temannya dengan keramahan yang sama dan menyaksikan kepergian keduanya dengan penyesalan yang sama. Sering kali ia bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada dirinya tanpa mereka.
Namun gadis nelayan sederhana itu tidak pernah memimpikan perasaan yang lebih hangat daripada kebaikan di satu sisi, dan rasa syukur di sisi yang lain. Ketidaksadaran ini adalah daya tariknya yang paling besar, terutama bagi Kapten John. Kapten John tidak menyukai gadis-gadis bodoh yang membuang-buang waktu untuk pacaran padahal mereka bisa melakukan kegiatan lain yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Pelaut tampan itu adalah pujaan wanita karena ia cekatan dalam semua jenis kegiatan. Ia juga merupakan pemuda tertua di antara pemuda-pemuda lainnya di Point itu. Kapten John sangat sopan dan tulus terhadap setiap wanita yang ia temui, mulai dari janda terhormat yang agung hingga gadis pelayan yang hina. Namun ia mencurahkan semua perhatiannya kepada
~187~ Bibi Mary dan tampaknya tidak tertarik kepada wajah cantik yang lebih muda.
Pasti ia memiliki kekasih hati di seberang lautan sana, kata para gadis saat melihatnya berjalan sendirian di teras yang panjang, atau saat melihat ia berayun di atas tempat tidur gantungnya sambil melamun memandangi teluk biru di depannya.
Nona Scott hanya tersenyum saat ditanyai gadis-gadis yang ingin tahu. Ia menjawab ia harap John segera menemukan teman hidupnya.
Apa itu, Kapten" Kapal uap" tanya Tuan Fred, saat ia datang ke pondok itu pada suatu sore di bulan Agustus, dengan teman-teman wanitanya yang biasa.
Hanya kapal layar, tak ada kapal uap hari ini, jawab Kapten John sambil menurunkan teropong dari matanya karena terkejut.
Apakah dengan benda itu kau bisa melihat orang di Pulau" Kami ingin tahu apakah Ruth ada di rumah, karena jika ia tidak di rumah kami tak perlu membuang waktu untuk pergi ke sana, kata Nona Ellery dengan senyumnya yang paling manis.
Aku rasa tidak. Kapal itu milik Sammy dan ada sepotong warna merah di sana. Aku rasa Nona Ruth bersamanya. Mereka berlayar ke arah sini, jadi kau bisa memanggilnya jika kau mau, jawab sang pelaut dengan sepotong warna merah
~188~ di pipinya yang terbakar matahari jika ada yang memperhatikan.
Kalau begitu kami akan menunggu di sini jika boleh. Kami memintanya untuk membawakan sejumlah rumput laut dan bunga untuk pentas kami malam ini. Kami ingin Ruth menjadi Rebecca di sumur. Kulitnya begitu gelap. Jika rambutnya diurai dan dipakaikan gelang emas dan selendang merah, aku rasa ia akan tampak cantik. Perlu waktu lama untuk menyusun Lily Maid of Astolat . Kita HARUS menampilkan sesuatu yang ringan sebelumnya. Para pria bergembira memerankan unta. Maukah kau mejadi Yakub atau Ibrahim atau siapa pun nama lelaki dengan gelang itu" tanya Nona Ellery saat mereka duduk di tangga dengan bebas dan santai karena berada di Point.
Tidak, terima kasih. Aku tidak berakting. Aku biasa menarikan tarian pelaut saat masih kecil, tapi aku berhenti melakukan itu sejak beberapa waktu yang lalu.
Sayang sekali! Semua orang berakting. Akting sedang menjadi mode, kata Nona Ellery sambil memutar mata birunya untuk memohon.
Oh, begitu. Tapi aku tidak pernah tertarik dengan teater. Aku lebih suka hal-hal yang alamiah.
Jahat sekali kau! Aku sangat mengharapkanmu karena kau tidak mungkin menjadi bajak laut.
Fred adalah orang yang kau perlukan. Ia akan
~189~ mengagetkan penonton dengan perlengkapan Kapten Kidd yang biasa, pistol dan pedang bajak laut yang cukup banyak untuk seluruh kru, dan jenggot yang bagus.
Aku tahu Ruth tidak akan melakukannya, Floss. Ia tampak kaget waktu aku memperlihatkan kostum Peri Airku dan memberitahunya untuk itulah aku menginginkan rumput laut. Tapi kau tak akan berdiri di depan semua orang dengan berpakaian seperti itu, bukan" katanya. Ia terlihat sangat malu seolah-olah belum pernah melihat gaun dengan leher rendah dan stoking sutra sebelumnya. Nona Perry menegakkan kepalanya karena merasa iba terhadap gadis yang terkejut mendengar ada orang yang mempertontonkan leher, lengan, dan pergelangan kaki yang cantik.
Kami akan MENYEWANYA, kalau begitu. Ia gadis malang yang mata duitan dan akan melakukan apa pun demi uang. Aku tidak akan buru-buru kembali ke kapalku. Kita HARUS mendapatkan Rebecca karena aku telah meminjam sebuah kendi yang bagus dan menjanjikan unta kepada para pria, kata Nona Ellery yang berlagak seperti ratu, karena ia adalah gadis tercantik dan terkaya di sana.
Ruth sudah mendarat, kurasa, karena kapal itu sudah pergi menuju dermaga. Sebaiknya kau turun dan membantunya mengangkat rumput laut itu, Fred, dan juga benda-benda lain yang kau pesan, saran Kapten John. Sebenarnya ia sendiri ingin pergi tapi ia harus bertindak sebagai tuan rumah karena Bibi Mary sedang tidur di lantai atas.
~190~ Aku terlalu lelah. Ia tak akan apa-apa. Ia biasa bekerja dan kita tidak boleh memanjakannya, seperti kata para wanita tua, jawab Tuan Fred.
Aku tidak akan memintanya untuk berakting, jika kau mengizinkanku untuk mengutarakan pendapat, kata Kapten John dengan nada tenangnya. Itu akan membuatnya tidak tenang dan juga tidak senang. Ia menyetir kapal kecil itu dan bahagia melakukannya. Biarkan ia menentukan arahnya sendiri. Lagipula, ingat, tidak baik berbicara dengan orang yang memegang kemudi.
Nona Perry membelalak. Nona Ray, gadis yang cerdas, mengangguk, sedangkan Nona Ellery berkata dengan tidak sabar, Seolah pikiran, perkataan atau perbuatan GADIS ITU penting! Sudah tugasnya untuk menuruti kemauan kita. Kita tidak boleh terlalu memanjakan gadis seperti itu. Ia tidak bisa menjadi lebih sombong lagi. Aku akan menyuruhnya hanya untuk melihat seperti apa sikapnya.
Saat Nona Ellery berkata begitu, Ruth tiba di jalan berpasir dengan membawa rumput pantai dan rumput laut, bunga matahari, dan kerang-kerangan. Ia tampak kepanasan dan lelah, tapi lebih cantik daripada biasanya dengan gaun biru dan saputangan merah yang ia pakai karena topi lamanya hilang diterbangkan angin. Melihat kerumunan orang di tangga pondok, Ruth berhenti untuk bertanya apakah keadaan baikbaik saja. Segera Nona Ellery mengajukan permintaannya dengan nada memerintah yang menyebabkan Ruth langsung
~191~ bersikap tegas, dingin, dan sekaligus tenang. Dengan mantap ia menjawab, Bagaimanapun, aku tidak bisa.
Mengapa tidak" Yah, salah satu alasannya karena aku pikir tidak pantas memerankan sesuatu yang diambil dari Alkitab hanya untuk menyombong dan mengesankan orang.
Kau pikir" Nona Ellery memberengut. Lalu dengan marah ia menambahkan, Kami akan membayarmu. Aku tahu orang di sini akan melakukan apa pun demi uang.
Kami miskin dan membutuhkan uang, dan ini adalah kesempatan yang baik untuk mendapatkannya. Aku akan melakukan banyak hal untuk memperoleh sedikit uang, tapi bukan itu, jawab Ruth, terlihat seangkuh Nona Ellery.
Kami tidak akan mengatakan apa pun lagi jika kau terlalu anggun untuk melakukan sesuatu yang bahkan KAMI pun tidak keberatan untuk melakukannya. Aku akan membayar barangbarang ini sekarang, karena sudah kupesan, dan kau tidak perlu membawakan barang seperti ini lagi. Berapa banyak yang harus kubayar" tanya gadis cantik yang tersinggung itu sambil mengeluarkan dompetnya dengan kesal.
Tidak perlu. Aku senang membantu kalian jika aku memang bisa karena kalian telah begitu baik kepadaku. Mungkin jika kau tahu mengapa aku ingin memperoleh uang, kau akan mengerti. Kakek tak akan hidup lama, dan aku tak
~192~ ingin orang lain memakamkannya. Aku bekerja dan menabung agar ia bisa dimakamkan dengan layak, seperti yang ia inginkan, dan bukan seperti orang miskin.
Ada sesuatu di wajah dan suara Ruth saat ia berkata seperti itu dan berdiri di sana dengan penampilan lusuh, lelah, dan barang bawaan yang berat. Namun ia tampak jujur, patuh, dan sabar karena rasa cinta. Hati orang-orang yang melihat dan mendengarnya tersentuh. Namun ia tidak membiarkan seorang pun berkata apa-apa karena setelah mengucapkan itu ia segera pergi, seolah untuk menyembunyikan air mata yang meredupkan matanya yang jernih dan bibirnya yang gemetar.
Floss, teganya kau! seru Nona Ray. Ia segera berlari untuk mengambil seikat rumput pantai dari lengan Ruth, diikuti gadis-gadis lain. Mereka semua malu dan menyesal karena kata-kata Ruth telah menunjukkan betapa beratnya hidup yang ia jalani padahal hidup mereka begitu santai tanpa perlu menguatirkan apa pun.
Kapten John sangat ingin untuk ikut. Namun ia masuk ke dalam rumah, menggerutu sendiri dengan muka cemberut, Gadis itu benar-benar tidak berhati! Kupu-kupu saja lebih berhati daripada dia! Aku ingin melihat gadis tak berhati itu menggeliat saat ditusuk dengan jarum! Ruth malang! Kami akan mengurus masalah itu dan memakamkan Ben tua seperti seorang laksamana. Jika tidak, aku akan gantung diri! Kapten John begitu sibuk bercerita kepada Bibi Mary
~193~ sehingga ia tidak melihat gadis itu melintas untuk menunggu kapalnya di pantai. Ruth tetap menolak uang yang diberikan kepadanya, namun ia menerima permintaan maaf mereka dengan baik.
Pada jam seperti itu, pantai hanya digunakan oleh perawat dan pelayan yang berenang dan berbincang saat anak-anak bermain pasir atau berenang di laut. Beberapa perawat bermain air. Seorang guru pribadi Jerman berseru keras karena ketika ia berada di dalam kamar mandi umum, seorang gadis kecil berusia enam tahun bermain di perahu kecil yang digunakan para pria untuk mencapai kapal pesiar yang dijangkarkan di bagian laut yang lebih dalam.
Ruth segera melihat bahaya yang dihadapi anak itu. Air sedang pasang dan membawa perahu kecil itu ke arah laut dengan cepat. Sementara itu si anak dapat menyebabkan perahu itu terbalik setiap kali ia menjulurkan lengan dan meminta tolong kepada wanita yang berdiri di pantai itu.
Tak ada yang berani mencoba menolong anak itu. Mereka semua berdiri dan meremas-remas tangan mereka dan berteriak seperti burung camar. Ruth segera melemparkan sepatu dan roknya yang berat dan berteriak dengan riang, Duduk tenang! Aku akan menjemputmu, Milly!
Ruth bisa berenang seperti ikan, tapi ia terbebani dengan bajunya dan rasa lelah akibat bekerja lebih banyak daripada biasanya. Segera saja ia menyadari ia tidak bisa berenang
~194~ secepat yang ia inginkan menuju perahu yang menjauh itu. Ruth tidak patah semangat. Namun ia merasa cemas saat napasnya memendek, lengan dan tungkainya memberat, dan ombak menyapunya semakin jauh dari pantai.
Coba mereka berhenti berteriak dan pergi mencari pertolongan. Aku bisa berenang mencapai perahu itu, tapi saat aku tiba, anak itu pasti sudah jatuh dan kami akan hilang karena aku rasa aku tak bisa berenang kembali dengan membawanya.
Tapi Ruth tetap gigih berenang dan mencoba menenangkan Milly agar perahu tidak tenggelam. Beberapa kayuhan lagi dan Ruth akan bisa mencapainya. Ia akan beristirahat sebentar dan memegang perahu itu sambil mendorongnya ke pantai. Merasa bahaya sudah lewat, ia bergegas dan meletakkan tangannya untuk meraih perahu kecil itu. Tapi tiba-tiba Milly mencondongkan tubuh karena berpikir Ruth akan memeluknya. Air segera mengalir masuk dan perahu itu tenggelam. Anak itu tercebur ke dalam air dan berteriak. Ia segera berpegangan erat kepada Ruth karena ketakutan.
Sesaat keduanya tenggelam, namun mereka segera muncul kembali. Berpikir cepat karena berada dalam bahaya, Ruth berteriak, sambil menjaga agar ia tetap mengapung, Ke punggungku, cepat! Cepat! Jangan pegang lenganku. Pegang rambutku erat-erat dan jangan bergerak.
Milly berpegangan dengan gugup dan terengah-engah ke
~195~ bahu Ruth yang kuat. Walaupun merasa berat dan sadar kekuatannya melemah, Ruth berbalik dan berenang menuju pantai. Ia memaksa pikiran dan tubuhnya bekerja. Pantai tampak begitu jauh! Mengapa perempuan-perempuan itu hanya berdiri di sana dan tidak ada yang berusaha untuk menolongnya" Tidak ada pria yang terlihat! Jantungnya seolah berhenti berdetak, dahinya berdenyut-denyut, napasnya tertahan oleh lengan yang memegangnya dengan erat. Anak itu juga seolah semakin berat dan semakin berat.
Aku akan berusaha sebisaku. Tapi mengapa tidak ada orang yang datang"
Itu pikiran terakhir yang Ruth sadari. Ia terengah sambil berenang pelan, dengan muka pucat dan mata menatap bendera yang berkibar dari pondok terdekat. Salah satu pengasuh Katholik yang baik berlutut dan berdoa. Para pelayan berteriak. Guru pribadi itu bergumam, Mein Gott 3 , aku berdosa jika anak itu tenggelam! Lalu terdengar suara siulan Kapten John yang jernih dan lembut. Pria itu berdiri di terasnya sambil menunggu Ruth untuk mengantarnya pulang dengan perahu.
Mereka hampir tiba. Beberapa kayuhan lagi dan Ruth bisa menyentuh dasar laut. Tiba-tiba pandangannya mulai gelap. Ia berbisik, Aku akan mengapung. Berteriaklah, Milly. Jangan hiraukan aku, dan Ruth berbalik sambil memegang anak itu dengan kuat. Dengan hanya wajah yang berada di permukaan air, ia berusaha bertahan.


A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

~196~ Jemput aku! Ia akan tenggelam! Oh, cepatlah! teriak anak itu dengan nada panik sehingga gadis Jerman yang egois itu sadar dan mulai bertindak. Dengan berhati-hati si gadis Jerman masuk ke air. Melihat bantuan datang, Milly kecil yang pemberani segera melepaskan diri dan berenang seperti seekor katak. Sementara itu Ruth, yang sangat lelah, perlahan-lahan tenggelam dengan kesadaran yang hampir hilang.
Teriakan para perempuan yang melengking saat mereka melihat wajah pucat itu menghilang dan tidak muncul lagi mencapai telinga Kapten John. Ia segera berlari ke bawah, merasa yakin seseorang dalam bahaya.
Ruth tenggelam! Di sana! Hanya itu yang si pelaut tangkap karena mereka begitu riuh untuk bercerita. Tanpa menunggu, ia melempar topi dan mantelnya dan segera berlari ke laut seolah siap untuk mencari kapal Atlantic 4 sampai ketemu.
Segera Ruth berhasil diselamatkan. Kapten John segera membawa Ruth ke rumah untuk menyerahkannya kepada Bibi Mary, dan hanya berhenti sesaat untuk menyuruh salah satu gadis pergi memanggil dokter. Bibi Mary segera menyelimuti Ruth dengan selimut dan menggosok badan gadis itu sementara John menyiapkan brandy panas dan air, dengan tangan gemetar dan memercikkan air ke mana-mana seperti anjing Newfoundland yang baru saja berenang.
Ruth segera sadar, tapi ia terlalu lelah untuk melakukan atau
~197~ mengatakan apa pun. Jadi ia hanya berbaring diam, merasa tidak nyaman hingga akhirnya jatuh tertidur.
Apa Milly selamat" Hanya itu yang ia tanyakan. Setelah diyakinkan bahwa anak itu sudah kembali ke pelukan ibunya, dan Sammy pergi untuk memberi tahu Kakek, Ruth menutup matanya sambil berbisik, Semua baik-baik saja. Syukurlah!
Sepanjang malam itu Kapten John mondar-mandir di teras dan mengusir para pengunjung yang datang. Mereka berkumpul untuk menanyakan kabar sang pahlawan wanita karena ia lebih menarik daripada Peri Air, Lily Maid, atau semua makhluk cantik yang berlagak di balik tirai merah di hotel. Sepanjang malam Bibi Mary menunggui Ruth dan beberapa kali berjingkat ke luar untuk memberi tahu keponakannya bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan karena gadis itu sangat kuat dan sehat. Sepanjang malam Ruth bermimpi aneh. Tapi setelah demamnya hilang, ia bermimpi indah mengenai tempat yang menyenangkan, bersama orang-orang yang ia sayangi, dengan hidup yang tentram, dan memperoleh apa yang telah lama ia inginkan. Mimpi itu begitu indah sehingga ia terbangun di waktu fajar dengan wajah damai. Ini membuat Bibi Mary menciumnya lembut saat wanita itu masuk dan melihat Ruth baik-baik saja.
Bagaimana kabarmu, Sayang" Kuharap kau sudah pulih.
Oh, ya. Aku sudah cukup sehat, terima kasih. Aku harus pulang. Kakek akan terus khawatir sebelum ia melihatku, jawab Ruth sambil duduk dengan rambut basah di pundaknya
~198~ dan sedikit rasa nyeri saat meregangkan lengannya yang lelah.
Jangan dulu, Sayang. Istirahatlah satu atau dua jam lagi, lalu sarapan. Setelah itu, jika kau mau, John akan mengantarmu pulang sebelum orang-orang datang dan membuatmu pusing dengan pertanyaan-pertanyaan kosong. Aku bangga terhadap gadisku yang pemberani dan ingin merawatnya jika ia mengizinkan.
Sambil berkata begitu, Bibi Mary memeluk Ruth lalu sibuk membangunkan pelayannya dan John dari tidurnya yang sebentar dengan bau kopi. Satu jam kemudian, dengan mengenakan selendang merah dan pakaian kelabu Nona Scott, Ruth berjalan perlahan menuju pantai sambil berpegangan ke lengan Kapten John. Bibi Mary melambaikan sapu tangannya dari karang di atas dan mengucapkan selamat jalan.
Itu waktu paling indah dari sepanjang hari itu. Matahari belum terbit, tapi laut dan langit tampak merah dengan cahaya fajar. Gelombang kecil beriak di atas pasir. Angin membawa udara segar dan harum dari padang rumput di tempat jauh. Di hutan kecil, burung-burung bernyanyi. Saat itu adalah saat-saat yang hening, damai, dan menyenangkan sebelum segala urusan dan kesibukan dunia dimulai.
Ruth duduk diam, memandang sekelilingnya seakan melihat langit dan bumi baru. Tidak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaan apa yang membuat pandangannya menjadi begitu lembut, menyebabkan warna segar kembali ke
~199~ pipinya, dan menyentuh bibirnya dengan sesuatu yang lebih indah daripada senyuman.
Kapten John mendayung dengan sangat lambat. Ia memandang Ruth dengan ekspresi baru di wajahnya. Saat gadis itu menarik napas panjang, mendesah dengan bahagia, pria muda itu mencondongkan tubuh untuk bertanya, seolah tahu apa yang menyebabkan gadis itu begitu, Kau senang karena hidup, Ruth"
Oh, aku sangat senang! Aku tidak ingin mati. Hidup terasa lebih indah sekarang, jawab Ruth, menatap Kapten John dengan tatapan penuh syukur.
Walaupun hidupmu susah"
Akhir-akhir ini hidupku lebih mudah. Anda dan Nona Mary yang baik telah banyak membantu. Aku melihat jalan hidupku dengan lebih jelas dan bermaksud untuk terus hidup, dengan berani dan gembira, karena aku yakin pada akhirnya aku akan memperoleh apa yang kuinginkan.
Begitu juga dengan aku! kata Kapten John sambil tertawa.
Aku harap aku bisa membantu dengan cara apa pun untuk membalas semua yang telah kau lakukan untukku. Aku tahu kau tidak ingin mendapatkan balasan karena telah mengangkatku dari air. Namun aku ingin membalasnya, jika aku bisa, suatu saat nanti, suara Ruth terdengar penuh tekad dan lembut saat ia menatap air hijau yang dalam. Ia bisa saja mati
~200~ jika bukan karena Kapten John.
Apa yang kau pikirkan saat tenggelam seperti itu" Perempuan-perempuan itu bilang kau tidak pernah berteriak meminta tolong.
Aku kehabisan napas untuk berteriak. Aku tahu kau ada di dekat sana. Aku harap kau datang. Aku juga memikirkan Sammy dan Kakek.
Itu jawaban yang sederhana, namun membuat Kapten John berseri. Wajah cokelatnya bersinar saat ia mendayung menyebrangi teluk yang sepi sambil memandangi Ruth yang duduk di seberangnya. Gadis itu begitu berubah karena warna baju yang sesuai dengan dirinya, bahaya yang baru saja ia lewati, serta mimpi-mimpinya.
Kapten John berbicara lagi dengan nada yang gembira sekaligus gelisah, Aku senang musim panasku yang membosankan tidak berlalu sia-sia. Tapi musim panas ini sudah berakhir dan dalam beberapa hari aku akan berlayar selama setahun, kau tahu.
Ya, Nona Mary memberitahuku kalian akan segera pergi. Aku akan merindukan kalian berdua. Tapi apakah kalian akan datang tahun depan"
Kami akan datang. Semoga Tuhan mengizinkan. Begitu juga aku. Walaupun musim gugur ini aku akan pergi,
~201~ aku akan kembali pada musim panas dan beristirahat sebentar, tak peduli apa pun yang bisa kulakukan.
Datang dan tinggallah bersama Bibi Mary jika rumahmu sudah tak ada. Aku ingin Sammy ikut bersamaku di masa mendatang. Aku sudah mengaturnya dengan Sang Pelaut dan aku akan menjaga bocah cilik itu. Usianya tak lebih muda daripada saat aku berlayar untuk pertama kalinya. Kau akan mengizinkannya pergi"
Asalkan bersamamu. Ia sudah bertekad untuk menjadi seorang pelaut, dan Kakek setuju. Semua pria di keluarga kami adalah pelaut. Aku juga akan menjadi pelaut jika aku lelaki. Aku sangat mencintai laut. Aku tak bisa meninggalkan laut begitu lama.
Walaupun laut hampir menenggelamkanmu"
Ya. Lebih baik aku mati dengan cara seperti itu daripada mati dengan cara lain. Tapi itu kesalahanku sendiri. Aku pasti tidak akan gagal andai aku tidak begitu lelah. Biasanya aku berenang lebih jauh. Namun aku sudah berada di rawa selama tiga jam mengambil pesanan para gadis, dan hari itu hari mencuci, dan aku tidak tidur hampir sepanjang malam karena menjaga Kakek. Tolong jangan salahkan laut, Kapten John.
Waktu itu kau seharusnya memanggilku. Aku sedang menantimu, Ruth.
Aku tidak tahu. Aku terbiasa melakukan segalanya sendiri.
~202~ Lagipula jika aku menunggu, pasti sudah terlambat untuk menyelamatkan Milly.
Puji Tuhan aku tidak terlambat menyelamatkanmu.
Perahu itu tiba di pantai. Sambil berbicara, Kapten John mengulurkan tangannya untuk membantu Ruth turun karena dengan gaun panjang dan badan yang lemah akibat penderitaan kemarin, gadis itu tidak dapat meloncat turun seperti yang biasa ia lakukan dengan gaun pendeknya. Pipi Ruth merona saat ia menatap mata pria di hadapannya yang sedang mengagumi kecantikannya dan menatapnya dengan rasa sayang. Bibir pria itu juga mengucapkan syukur kepada Tuhan atas keselamatannya.
Ruth tidak berbicara tapi membiarkan pria muda itu mengangkatnya turun, mengaitkan tangan gadis itu di lengannya, dan menuntunnya menaiki bukit berbatu menuju kolam kecil yang menanti sinar matahari pertama untuk membangunkannya dari tidurnya. Pria muda itu berhenti di sana. Sambil memegang tangan gadis itu ia berkata dengan pelan, Ruth, sebelum pergi aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, dan ini tempat dan waktu yang tepat untuk itu. Ketika Bibi Mary mengamati bunga-bunga, aku mengamatimu dan menemukan gadis yang kuinginkan untuk menjadi istriku. Sederhana dan pemberani serta patuh dan jujur. Itulah gadis yang kuinginkan. Maukah kau memberi semua itu, Sayang, karena aku tak bisa menawarkan apa-apa kepadamu" Maukah kau membuat lelaki ini bahagia selama pelayarannya tahun
~203~ depan dengan Sammy karena kau mengatakan ya "
Aku tidak sebaik dan sebijak itu untuk cinta! Ingatlah siapa aku, kata Ruth sambil menundukkan kepala.
Aku ingat dan aku bangga dengan itu! Dulu aku hanyalah pelaut biasa dan aku bekerja keras untuk mencapai posisiku sekarang serta menjadi pelaut yang lebih baik. Sekarang aku memiliki kapalku sendiri. Aku menginginkan teman hidup untuk tempat berlabuhku di laut atau pun di darat. Pandanglah aku dan katakan bahwa apa yang kulihat di matamu yang jujur itu benar.
Lalu Ruth mengangkat wajahnya dan sinar matahari memperlihatkan semua yang ingin pria itu ketahui. Ruth menjawab dengan sungguh-sungguh sambil menatap mata pria itu dengan matanya yang jujur , Aku berusaha menyangkal rasa cintaku kepadamu karena sadar aku hanyalah seorang gadis bodoh dan miskin. Tapi kau begitu baik kepadaku, bagaimana aku bisa menyangkalnya, John"
Jawaban itu membuat si pria muda puas dan ia mengucapkan terima kasih dengan mengecup dahi gadis itu.
Tak terlukiskan seperti apa sambutan yang mereka dapatkan di rumah cokelat kecil itu dan apa yang terjadi saat Kakek memberkati kedua kekasih itu. Sammy begitu bahagia sehingga ia harus mengeluarkan perasaannya yang melimpah ruah itu dengan berjingkrak-jingkrak di pantai dan mengejutkan
~204~ burung camar dan burung kedidi yang sedang sarapan di sana.
Tidak ada seorang pun di Point, kecuali seorang wanita tua baik hati, yang mengetahui rahasia menggembirakan itu. Sekarang ada kecantikan yang lebih lembut di wajah baru Ruth. Tak ada seorang pun yang dapat menebak apa yang menyebabkannya dan ia pun segera dilupakan karena musim panas berakhirr dan para tamu pergi meninggalkan Point, kecuali beberapa orang yang tetap tinggal hingga bulan September.
Nona Mary termasuk orang yang tinggal di sana hingga bulan September, begitu juga dengan Kapten John. Pria itu tinggal di sana selama mungkin untuk menyenangkan hati sang pelaut tua. Ia juga duduk di antara bebatuan bersama Ruth saat pekerjaan harian Ruth selesai, mendengarkan Putri Duyung - nya begitulah ia memanggil gadis itu bernyanyi seolah tak pernah menyanyi sebelumnya. Ruth membiarkan Kapten John membaca hati yang telah ia berikan kepada pria itu. Bunga teratai itu telah mekar sepenuhnya, dan seluruh hatinya telah menjadi milik pria itu.
Kakek meninggal pada hari pertama musim dingin dan dibawa ke makam oleh kawan lamanya, tanpa utang sepeser pun berkat cucu perempuannya yang pekerja keras dan anak lelaki baru yang gadis itu bawa untuknya. Lalu rumah kecil itu ditinggalkan. Sepanjang musim dingin Ruth berbahagia bersama Bibi Mary. Sementara itu, Sammy belajar dengan rajin karena terpacu untuk meraih impiannya sambil menanti sang Kapten
~205~ berlayar pulang ke rumah lagi.
Satu hari bahagia terjadi pada musim panas berikutnya, saat rumah cokelat kecil itu dibenahi untuk bulan madu seorang pelaut, dan saat bendera berkibar riang di atas pondok Nona Mary. Ruth, dengan gaun putih dan bunga pilihannya yang ia sematkan di rambut dan dadanya, mulai berlayar dengan Kaptennya tersayang. Mereka akan menempuh pelayaran panjang dengan cuaca tenang dan juga badai. Tetapi kapal mereka tidak akan pernah karam karena cinta mereka tumbuh dan berkembang seperti teratai di sisi laut. []
1 Boaz adalah pasangan Ruth dalam The Book of Ruth - Buku Ruth di alkitab
2 Wanita cantik dalam legenda Jerman yang hidup di karang dekat Sungai Rhine dan memikat para pelaut untuk mendekati karang dengan nyanyiannya.
3 Ya Tuhan! 4 Kapal yang tenggelam pada tanggal 1 April 1873.
~206~ ~207~ Mawar Mungil Table of Content P ermisi, saya sudah sampai, kata seorang gadis kecil
saat memasuki sebuah ruangan besar tempat tiga orang wanita duduk dan bekerja.
Wanita pertama sangat kurus, wanita kedua sangat gemuk, dan wanita yang paling muda sangat cantik. Wanita tertua memasang kacamatanya, wanita yang gemuk menjatuhkan jahitannya, dan wanita yang cantik berseru,
Oh, kau pasti Rosamond kecil!
Ya. Saya sudah sampai. Saya membawa surat untuk Bibi Penelope, kata anak itu tenang, seperti orang yang yakin akan disambut.
Wanita yang gemuk menjulurkan tangannya untuk meminta surat itu. Namun si gadis kecil memandang ketiga wajah itu dengan teliti, lalu menghampiri wanita tertua.
~208~ Wanita itu menyambutnya dengan memberikan kecupan, sambil berkata, Benar. Bagaimana kau tahu, Sayang"
Oh, Papa bilang Bibi Penny itu tua, Bibi Henny gemuk, dan Sepupu Cicely agak cantik. Jadi saya bisa tahu dengan segera, jawab Rosamond, puas akan kecerdasannya, namun tidak menyadari akibat dari kata-katanya itu.
Nona Penelope cepat-cepat bersembunyi di balik surat yang dibawa anak kecil itu. Nona Henrietta memberengut dengan keras sehingga kaca matanya meloncat dari hidungnya. Sedangkan Cicely langsung tertawa sambil berseru,
Aku rasa kita memiliki seorang anak pembuat ulah di antara kita, walaupun aku tak bisa mengeluhkan pujian yang kuterima.
Aku tidak pernah berharap anak Clara tahu sopan santun dan terbukti aku benar. Lepaskan topimu, Rosamond, dan duduk. Kakak tidak suka jika topimu miring seperti itu, kata Nona Henny dengan nada jengkel.
Melihat ada sesuatu yang salah, anak itu diam dan mematuhinya. Ia duduk di sebuah kursi berlengan kuno, menyilangkan kakinya yang pendek, dan melipat tangannya yang gemuk di atas tas kecil yang ia bawa. Ia duduk menatap ruangan itu dengan sepasang mata birunya yang sangat besar tanpa merasa malu, walaupun agak termenung, seolah perpisahan yang menyedihkan itu masih terasa di hati kecilnya.
~209~ Nona Penny perlahan-lahan membaca surat itu, Nona Henny melukis bunga aster di atas kanvas sambil menyentakkan pakaian sutranya dengan tersinggung, dan Nona Cicely bersandar di sofa sudut sambil memandangi sang pendatang. Ayah Rosamund adalah sepupu dari kedua wanita tua itu. Pria itu ditugaskan ke luar negeri secara mendadak. Ia membawa istrinya bersamanya dan meninggalkan gadis kecilnya untuk diasuh oleh kerabat-kerabatnya karena merasa anaknya terlalu muda untuk diajak bepergian jauh. Cicely, seorang keponakan yatim yang tinggal dengan kedua wanita tua itu harus menjaga Rosy. Musim panas di desa yang sepi bagus bagi Rosy. Lagipula perubahan suasana akan menghibur hatinya karena baru kali ini ia berpisah dari ibunya. Anak itu telah diajari dengan baik dan pernah menjadi pendamping seorang wanita yang baik hati dan lembut. Ia juga sangat bersemangat untuk menyenangkan hati kedua orangtua yang sangat dicintainya dengan memegang janji yang telah ia buat dan menjadi berani seperti Papa serta sabar dan baik hati seperti Mama.
Nah, bagaimana menurutmu, Nona" tanya Cicely saat sepasang mata biru itu kembali menatapnya setelah menjelajahi ruangan yang besar, kuno, dan agak suram itu.
Ini ruangan yang sangat besar dan gelap untuk ditempati sendirian oleh seorang gadis kecil, jawab Rosy dengan suara bergetar.
Kami membiarkan ruangan ini tetap gelap karena mata
~210~ Kakak. Saat AKU masih kecil, tidak sopan jika kita mengatakan hal-hal yang buruk mengenai rumah orang lain, terutama jika rumah itu indah, kata Nona Henny sambil melirik tajam dari balik kaca matanya ke arah anak nakal itu, yang komentar keduanya tidak lebih baik daripada komentar pertamanya.
Saya tidak bermaksud tidak sopan, tapi saya HARUS jujur. Gadis kecil menyukai tempat yang terang. Saya turut menyesal atas mata Bibi Penny. Saya akan membaca untuknya. Saya membaca untuk Mama dan Mama bilang saya cukup baik untuk seorang anak yang baru berusia delapan tahun.
Jawaban lembut dan matanya yang jujur tampaknya meredakan kemarahan Nona Henny. Ukuran badan Nona Henny adalah titik sensitifnya dan rumah tua itu adalah harta kebanggaannya. Nona Henny melepaskan kacamatanya dan berkata dengan lebih ramah,
Di atas ada sebuah kamar kecil yang bagus untukmu. Selain itu juga ada sebuah taman untuk bermain. Cicely akan mendengar kau membaca setiap hari, dan aku akan mengajarimu menjahit, karena pasti SEBAGIAN BESAR pendidikan yang berguna untukmu telah diabaikan.
Tidak, Bi. Saya menjahit empat potong setiap hari, dan membuat sedikit jahitan kecil, dan juga mengelim saputangan Papa. Saya sedang belajar menambal kaus kakinya dengan sebuah jarum besar jika jika kaus kaki itu rusak.
~211~ Rosy berhenti karena tersedak. Namun ia terlalu gengsi untuk menangis. Ia hanya mengusap dua tetes air mata dari pipinya dengan ujung sarung tangan sutra kelabunya yang kecil, mengatupkan bibir, dan bersikap sopan. Ia berniat untuk menangis sepuas hati setelah aman di dalam kamar kecil yang bagus yang dijanjikan.
Walaupun Cicely adalah seorang wanita muda yang egois dan pemalas, ia tersentuh melihat wajah sedih anak itu. Sambil menepuk sofa tempatnya berbaring, ia berkata ramah, Ke sini, Nak. Duduklah di sampingku dan ceritakan kepadaku jenis anak kucing apa yang paling kau sukai. Tabby, kucing kami, terlalu tua untuk bermain denganmu. Jadi pasti kau menginginkan seekor anak kucing. Aku yakin.
Oh, ya. Jika boleh! kata Rosy sambil melompat ke tempat duduk itu sambil tersenyum. Jelas sambutan seperti inilah yang ia sukai.
Cicely, mengapa kau menanamkan gagasan seperti itu di kepala Rosamond" Kau kan tahu kita tidak mengizinkan anak kucing di rumah karena Kakak bisa tersandung. Belum lagi kenakalan yang sering dilakukan makhluk mengerikan itu. Tabby sudah cukup untuk anak itu, dan juga bonekanya. Pasti kau punya sebuah boneka" Nona Henny bertanya khidmat seolah berkata, Apakah kau punya hati"
Oh, ya. Saya punya sembilan boneka di koper dan dua boneka kecil di tas. Mama juga akan mengirimkan sebuah
~212~ boneka yang sangat-sangat besar dari London begitu tiba di sana, untuk menghibur dan menemani saya tidur, seru Rosy, serta-merta membuka tasnya dan mengeluarkan boneka pengantin wanita dan pengantin pria, tiga potong kue bolu, sebuah botol minyak wangi, dan sebuah dompet yang langsung menumpahkan berkeping-keping uang logam dan remah-remah kue ke atas kapet yang tak bernoda.
Ya, ampun! Kacau sekali! Pungut itu, Nak. Jangan membongkar tas di ruang tamu lagi. Satu boneka sudah cukup bagiku, kata Nona Henny sambil menghela napas pasrah seakan memohon kesabaran untuk memikul malapetaka baru ini.
Rosy juga menghela napas sambil merangkak memunguti uangnya yang berharga dan memakan remah-remah kue karena itu satu-satunya cara untuk membuangnya.
Jangan dipikirkan. Ia memang sering begitu. Panas membuatnya mudah marah, bisik Cicely.
Aku pikir orang gemuk selalu menyenangkan. Aku senang ANDA tidak gemuk, jawab gadis kecil itu, dengan nada yang dapat didengar dengan jelas.
Aku tidak berani memikirkan apa yang akan terjadi seandainya saat itu Nona Penny belum selesai membaca surat dan memberikan surat itu kepada adiknya. Sambil merentangkan tangannya ke arah anak itu, ia berkata,
~213~ Sekarang aku mengerti. Kau akan jadi kesayanganku. Jadi kemarilah dan berikan aku ciuman manis, Sayang.
Tas dijatuhkan, dan dengan isakan bahagia, anak itu mendekap erat orang tua baik hati yang akhirnya menyambutnya dengan ramah.
Papa memanggilku Rosy mungil-nya, karena aku sangat kecil, pipiku berwarna merah muda, manis, dan kadang-kadang menjengkelkan, kata Rosy, sambil mendongak ceria setelah dipeluk dengan penuh kasih sayang. Semua makhluk mungil memerlukan dan menyukai pelukan seperti itu saat meninggalkan sarang mereka dan rindu untuk dierami oleh sayap keibuan.
Kami akan memanggilmu dengan nama apa pun yang kau sukai, Sayang. Rosamond adalah nama yang kuno, tapi aku menyukainya karena itu adalah nama nenekmu, wanita terbaik yang pernah ada, kata Nona Penny sambil menepuk pipi yang segar dengan air mata berkilau bagai embun di atas kelopak mawar merah jambu.
Aku bisa memanggilmu Chicken Little 1 , karena kami memiliki Henny dan Penny. Gadis-gadis dan Tabby di bawah bisa menjadi Goosey-Loosey, Turkey-Lurkey, dan Cocky- Locky. Aku akan menjadi Ducky-Lucky, dan aku yakin Foxy- Loxy tinggal di sebelah, kata Cicely, tertawa sendiri karena ide yang dianggap cerdas itu.
~214~ Nona Henny mendongak dan berkata, dengan senyum yang baru kali itu Rosy lihat, Itu benar! Lalu aku harap Chicken Little menjauhi Foxy-Loxy Musang Licik walaupun jika langit benar-benar runtuh.
Siapa itu" Musang sungguhan" Aku tak pernah melihat musang. Bolehkah aku mengintipnya" seru anak itu. Ia langsung merasa tertarik.
Bukan, Sayang. Dia hanya seorang tetangga kami yang memperlakukan kami dengan buruk. Setidaknya begitulah yang kami rasakan. Kami juga tidak saling berbicara, walaupun bertahun-tahun sebelumnya kami berteman baik. Hidup seperti ini tidak menyenangkan, tapi kami belum tahu bagaimana cara memperbaiki hubungan itu. Kami mau melakukan apa yang harus kami lakukan, tapi Tuan Thomas Dover harus memulainya karena ia yang salah.
Tolong ceritakanlah. Aku pernah bertengkar hebat dengan Mamie Parsons sesekali, tapi kami selalu berpelukan dan berbaikan, dan merasa senang kembali. Apakah Bibi tidak bisa, Bibi Penny" tanya anak itu.
Tidak, Sayang. Orang dewasa tidak bisa menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang indah itu. Kami harus menunggu hingga ia meminta maaf lalu kami akan berteman kembali. Tuan Thomas Dover telah bertahun-tahun menjadi seorang misionaris di India. Kami sangat akrab dengan ibunya. Taman kami berdempetan, dan gerbang di pagar kami
~215~ mengarah menuju jalan belakang melintasi taman mereka. Ini sangat memudahkan jika kami ingin berjalan-jalan di tepi sungai atau menyuruh pelayan melakukan tugasnya dengan cepat. Ibu Tuan Dover sangat ramah, dan kami merasa cukup nyaman hingga Thomas pulang dan membuat masalah. Tuan Thomas Dover kehilangan istri dan anaknya, lelaki malang. Levernya juga rusak. Hidup di sana untuk waktu yang lama membuatnya murung dan aneh. Jadi ia mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berkebun dan memelihara ayam.
Aku sangat senang! Aku suka bunga dan burung, gumam Rosy.
Ia tidak punya hak untuk menutup gerbang kami dan melarang kami melintasi taman kecil itu. Tidak ada PRIA SEJATI yang BERANI melakukan itu setelah semua kebaikan kami terhadap ibunya, tiba-tiba Nona Henny berseru kasar sehingga Rosamond hampir terjatuh dari pangkuan Nona Penny karena terkejut.
Tidak, Dik. Aku tidak setuju. Tuan Thomas BERHAK melakukan apa pun yang ia suka dengan tanahnya. Tapi aku pikir kita tidak akan memiliki masalah jika kau mau menjual sebagian taman kita kepadanya. Tempat pondok musim panas berdiri itu, untuk ayam-ayamnya, jawab Nona Penny dengan nada lembut.
Kakak! Kau tahu betapa pondok itu menyimpan banyak kenangan manis. Kau juga tahu betapa AKU akan sangat sedih
~216~ melihat pondok itu diruntuhkan, apalagi saat melihat ayamayam berisik itu berkotek dan mematuk di tempat yang pernah kududuki bersama Calvinku yang malang, seru Nona Henny, mencoba agar terlihat sentimentil. Padahal sulit untuk terlihat sentimentil bagi wanita gemuk dengan gaun muslin berbunga dan topi ringan berpita biru yang bertengger di atas rambut yang dulu pirang dan sekarang abu-abu itu.
Kita tidak akan membahas itu, Henrietta, kata wanita yang lebih tua dengan bermartabat.
Yah, begitulah awal dari masalah itu, lanjut Nona Penny. Sekarang kami tidak saling berbicara. Aku yakin Nyonya Dover merindukan kami. Sering kali aku pun ingin berlari ke sana dan menemuinya. Aku minta maaf karena kau tidak bisa menikmati keajaiban rumah itu. Rumah itu penuh dengan benda-benda yang cantik dan aneh, yang pasti akan menarik perhatian anak-anak. Tuan Thomas sering melancong. Ia memiliki sebuah kulit harimau asli di ruang tamu dan tampak menakutkan jika dilihat. Ia juga memiliki tombak, busur dan panah, serta kalung yang terbuat dari gigi ikan hiu, dari Pulau Kanibal. Ia juga memiliki burung-burung awetan tercantik di segala penjuru rumah itu, Sayang. Selain itu masih ada kerangkerang cantik dan keranjang, hiasan dari gading, baju-baju aneh, dan berbagai harta karun menakjubkan lainnya. Sayang kau tidak bisa melihat benda-benda itu! Nona Penny tampak sedih mengingat apa yang anak itu lewatkan.
Oh, tapi aku rasa aku akan melihat itu semua! Semua orang
~217~ baik kepadaku, dan pria tua suka anak kecil. Papa bilang begitu. PAPA juga selalu melakukan apa yang kuinginkan saat aku bilang, Tolong sambil memberikan senyum membujuk begitulah Papa menyebutnya, kata Rosy sambil mencontohkan senyum membujuk itu kepada mereka.
Kau ini makhluk kecil yang lucu. Coba lakukan itu dan buat hati lelaki membosankan itu melunak! Ia memiliki bunga mawar terbaik di kota dan juga buah yang paling lezat. Namun kami tidak pernah mendapatkan sedikit pun, padahal ia mengirimkan banyak bunga atau buah ke berbagai tempat lain. Ia sengaja meributkan masalah pondok kecil itu! Itu sangat menggusarkan, padahal mungkin kami sangat senang berada di sana. Lagipula, siapa yang tahu apa yang akan terjadi! kata Cicely berbicara sambil merapikan rambut cokelat keritingnya dan melirik cermin.
Aku akan mengambilkan beberapa untukmu, jawab Rosy, sambil mengangguk dengan tenang dan yakin akan kemampuannya. Cicely tertawa lagi dan mengusulkan agar ia pergi sekarang juga dan menyaksikan medan pertempuran itu.
Bolehkan aku BERLARI di kebun" Aku ingin lari setelah berkendara begitu lama, kata Rosy yang bersemangat untuk lari.
Ya, Sayang. Tapi jangan nakal, atau menyusahkan Tabby, atau memetik bunga. Tentu saja kau juga tidak boleh menyentuh buah yang masih hijau, atau memanjat pohon, atau
~218~ mengotori baju kecilmu. Jika saatnya tiba, aku akan membunyikan bel untuk memanggilmu agar kau berpakaian untuk minum teh.
Setelah memberikan arahan dan sebuah kecupan, Nona Penny karena Cicely tidak bergerak mengantar Rosy keluar melalui pintu belakang lorong panjang itu. Wanita tua itu mengawasi Rosy yang berjalan dengan sopan. Jalan utama taman itu begitu rapi dan telah lama tidak menjadi tempat bermain anak-anak sehingga bahkan katak dan burung robin gemuk pun bertingkah laku sangat sopan di sana.
Taman ini agak membosankan, tapi setidaknya ini lebih baik daripada ruang tamu dengan semua lukisan yang memelototi itu, kata Rosy kepada diri sendiri setelah berjalanjalan dan menemukan beberapa tempat yang indah. Rosy merasa senang saat melihat seekor kucing kuning besar berbaring di bawah sinar matahari. Ia bergegas untuk berkenalan dengan hewan mengesankan itu karena siput tidaklah ramah, dan katak memelototinya dengan lebih tajam daripada mata lukisan-lukisan nenek moyangnya yang terhormat.
Tapi, seperti para majikannya, Tabby juga tidak menyukai anak-anak. Setelah dengan malas menerima belaian dari tangan kecil yang bersemangat, kucing betina itu bangkit dan pergi dengan berwibawa menuju tempat berbaring yang lebih aman di atas tembok tinggi yang membatasi taman itu. Karena terlalu malas untuk melompat, kucing itu menaiki tumpukan pot bunga
~219~ tua yang berlumut di suatu sudut. Melihat itu, Rosy mendapatkan gagasan cemerlang. Ia segera melaksanakan gagasannya itu dengan meniru Tabby. Rosy memanjat semacam tangga itu dan mengintip ke balik tembok, senang karena mendapatkan kesempatan tak terduga untuk melihat wilayah musuh.
Oh, indahnya! serunya sambil mengatupkan tangan-tangan kecilnya yang kotor dengan gembira saat melihat keindahan tanah terlarang itu di hadapannya.
Taman itu memang surga bagi mata anak-anak. Bungabunga bermekaran di sepanjang jalan berliku. Buah masak yang merah dan menggiurkan terlihat di kebun di bawah. Berbagai jenis unggas berjalan di balik kurungan pagar kawat. Sangkarsangkar burung hias tergantung di serambi. Lalu melalui jendela rumah yang terbuka, tampaklah gorden yang aneh, senjatasenjata berkilau, dan benda-benda misterius yang ada di dalam ruangan itu.
Seorang pria berambut abu-abu dengan mantel katun aneh tidur di atas tempat duduk bambu di bawah sebuah pohon ceri besar. Separuh wajahnya tertutup sebuah sapu tangan sutra ungu.
Aku rasa pasti dia misionaris itu. Ia tidak terlihat seperti pemarah. Seandainya aku bisa turun ke sana. Aku ingin turun dan membangunkannya dengan sebuah kecupan lembut, seperti yang sering kulakukan kepada Papa. Lalu aku akan meminta
~220~ agar bisa melihat benda-benda indah miliknya.
Karena tidak merasa takut, jelaslah Rosy akan melakukan rencananya yang berani itu jika memang mungkin. Sayangnya ia tidak melihat cara untuk turun ke taman sebelah. Maka Rosy hanya bisa menarik napas dan duduk memandang dengan muram hingga Bibi Henny keluar untuk menghirup udara segar dan menyuruh Rosy turun.
Ayo kemari dan lihat apakah benih bunga pacar airku sudah mulai tumbuh. Aku selalu menanam benih itu tapi benih itu TIDAK mau muncul, kata Bibi Henny sambil menunjuk gundukan tanah yang baru digali dan disiram.
Rosy turun dengan patuh. Ia mencoba untuk memutuskan apakah tunas-tunas hijau itu adalah tunas chickweed 2 atau tunas bunga pacar air.
Tiba-tiba terdengar keributan di taman sebelah. Rosy pun diam dan mendengarkan keributan itu, sementara Nona Henny berkata dengan nada puas saat mendengar kotekan ayam, Ada masalah dengan ayam mengerikan miliknya. Aku benci ayam. Berkokok di malam hari dan membangunkan kita saat fajar dengan suaranya. Aku harap ada pencuri yang mau mencuri semua ayam itu. Orang tidak boleh mengganggu tetangganya dengan hewan piaraan yang menyusahkan.
Sebelum Rosy bisa menjelaskan mengenai keindahan ayam kate putih atau ukuran ayam jantan berwarna emas yang besar,
~221~ terdengar teriakan keras,
Berandal! Kugantung kau jika kutemui kau di sini lagi. Sana! Lari pulang! Bilang ke majikanmu untuk mengajarimu sopansantun jika ia sayang nyawamu.
Pria itu! Kasar sekali! Aku penasaran siapa yang dia tangkap" Mungkin itu bocah nakal yang pernah mencuri buah plum kami.
Kata-kata itu baru saja keluar dari mulut Nona Henny saat pertanyaannya dijawab dengan cara yang mengejutkan dan mengerikan. Dari balik tembok, dilemparkan oleh tangan yang kuat, Tabby terbang tinggi di udara dan jatuh berdebuk tepat di tengah kebun tempat mereka berdiri. Nona Henny berteriak nyaring, memungut hewan kesayangannya yang bingung, dan lari ke dalam rumah secepat yang bisa dilakukan orang gemuk sambil mengentakkan kaki meninggalkan Rosy yang menahan napas karena kaget dan marah.
Marah melihat kebiadaban itu, Rosy memanjat dengan cepat. Ia mengejutkan pria tua yang sedang marah di taman sebelah karena tiba-tiba melihat kepala berambut keemasan, wajah merah kekanak-kanakan, dan jari kecil kotor yang diarahkan dengan keras ke arahnya.
Malaikat kecil penuntut balas itu menuntut, Bapak misionaris. BERANINYA Anda membunuh kucing bibiku" Ya Tuhan ampuni jiwaku! Siapa kau" kata pria tua itu
~222~ sambil menatap tokoh tak terduga yang muncul di medan pertempuran itu.
Aku Rosy mungil, dan aku benci orang jahat! Tabby mati. Sekarang tidak ada lagi yang bisa diajak bermain di sini.
Kemungkinan menyedihkan itu membuat mata biru Rosy tiba-tiba digenangi air mata. Jari kotornya membuat pipi Rosy yang merah terkotori lumpur dan merusak penampilan malaikatnya. Namun rasa sedih Rosy justru semakin terlihat.
Kucing punya sembilan nyawa. Lagipula Tabby biasa dilempar melewati tembok. Aku sudah melakukannya beberapa kali. Tampaknya itu tidak masalah bagi Tabby karena ia selalu kembali untuk membunuh anak ayamku. Lihat ini! Pria tua itu pun mengacungkan seekor ayam mati berbulu halus sebagai bukti kejahatan Tabby.
Anak ayam kecil yang malang! erang Rosy. Ia ingin meratapi makhluk mati yang malang itu dan menguburnya dengan penuh kasih sayang. Tab MEMANG sangat nakal. Tapi, Pak, kau tahu kucing memang diciptakan untuk menangkap benda-benda, dan mereka tak bisa melawan takdirnya.
Mereka harus melawannya, atau aku akan menenggelamkan mereka. Ayam ini keturunan langka. Sekarang, setelah bersusah payah, aku hanya memiliki dua ekor, berkat berandalan milikmu itu! Jadi apa yang akan kau
~223~ lakukan" tuntut Tuan Thomas Dover dengan nada yang membuat Rosy merasa seolah ia sendirilah yang melakukan pembunuhan itu.
Aku akan berbicara dengan Tabby dan mencoba membuatnya agar menjadi kucing yang baik. Lalu aku akan mengurungnya di rumah kelinci tua di sini. Lalu aku harap ia akan menyesal dan tidak melakukannya lagi, jawab Rosy dengan nada penuh penyesalan sehingga pria tua itu langsung melunak.
Cobalah, kata Tuan Thomas sambil tersenyum sehingga wajah kuningnya langsung tampak menyenangkan. Kamu datang dari mana" Aku tidak pernah melihat anak kecil di sana sebelumnya. Mereka tidak mengizinkan anak kecil di sana.
Rosy memperkenalkan dirinya dengan cepat. Saat melihat kenalan barunya tampak tertarik, ia menambahkan senyuman membujuk yang Papa sukai,
Aku merasa sepi di sini. Jadi, mungkin Bapak mau mengizinkanku mengintip taman Anda yang indah suatu saat jika tidak menyusahkan Anda, Pak"
Anak kecil yang malang! Pastilah sangat membosankan berada di sana dengan tiga kucing betina itu, kata Tuan Thomas kepada dirinya sendiri sambil membelai ayam mati di tangannya dan menatap wajah kecil yang membungkuk ke arahnya.
~224~ Intiplah sesukamu, Nak. Atau, mungkin lebih baik, kemarilah dan bermainlah di sini. AKU suka gadis kecil, tambahnya.
Aku sudah bilang aku yakin Anda akan mau mengizinkanku. Aku ingin sekali ke sana, tapi aku yakin mereka tidak akan mengizinkanku. Aku turut menyesal mengenai pertengkaran kalian. Tidak bisakah kau memaafkan dan menjadi ramah lagi" tanya Rosy sambil mengatupkan tangannya untuk memohon. Wajah cerianya berubah menjadi sedih dan serius karena teringat perselisihan itu.
Jadi mereka sudah memberitahumu omong kosong itu, ya" Tetangga yang baik MEREKA itu, kata pria tua itu, merengut seolah tidak suka mendengarnya.
Aku senang aku tahu. Mungkin aku bisa jadi juru damai. Mama bilang juru damai itu bagus dimiliki di keluarga, dan aku ingin menjadi juru damai jika aku bisa. Apakah Anda keberatan jika aku mencoba mendamaikan sedikit, agar aku bisa berkunjung" Aku benar-benar ingin melihat burung-burung merah dan kulit harimau, jika Anda mengizinkan.
Apa yang kamu tahu tentang itu" tanya pria tua itu sambil duduk di sebuah kursi taman seolah tidak keberatan untuk terus berbincang dengan tetangga baru ini.
Hampir terguling dari tembok karena sangat sungguhsungguh, Rosy mengulang semua yang dikatakan Bibi Penny. Di
~225~ balik kata-kata yang masuk akal, sanjungan terhadap harta karunnya, dan penyesalan tulus wanita tua itu, ada sesuatu yang tampaknya memberikan pengaruh baik terhadap Tuan Dover. Saat Rosy berhenti karena kehabisan napas, pria tua itu berkata, dengan nada yang berbeda dan jelaslah bahwa proses perdamaian dimulai, Nona Carey adalah seorang wanita yang baik! Aku selalu berpikir begitu. Bilang kepadanya, teriring salam dariku, bahwa aku akan senang jika kau mengunjungiku kapan pun, jika ia tidak keberatan. Aku akan meletakkan tangga milikku di sini, dan kau boleh datang. Tapi kucing itu tidak boleh. Dan ingat, kau tidak boleh nakal, atau aku akan melemparmu seperti Tabby.
Aku tidak takut, Rosy tertawa. Aku akan langsung pergi dan bertanya padanya. Aku tidak akan menyentuh apa pun. Aku tahu kau akan senang berteman denganku. Papa bilang aku anak kecil yang manis. Terima kasih banyak, Pak. Selamat tinggal sampai bertemu lagi.
Sambil melambaikan tangan, kepala berambut kuning itu tenggelam seperti matahari terbenam. Wajah kecil yang cerah itu pun hilang. Noda lumut hijau dari tembok pada wajah anak itu membuatnya mirip wajah bertato yang sering Tuan Thomas lihat di antara teman-teman kanibalnya di Afrika.
Pria tua itu merenung sambil memegang ayam mati, lupa akan waktu, hingga bunyi bel pintunya menyadarkannya. Ia menerima surat dari Nona Penelope yang mengucapkan terima kasih karena telah mengundang Rosamond kecil, namun wanita
~226~ itu menolaknya dengan kata-kata paling sopan dan formal.
Sudah kuduga! Berkatilah wanita-wanita tua pandir itu! Mengapa mereka tidak bersikap pantas dan menerima perdamaian yang kutawarkan" Aku akan gantung diri jika melakukan itu lagi! Pasti wanita gemuk itu ada di belakang semua ini. Nona Pen pasti mau berdamai jika Henrietta yang rewel itu tidak menahannya. Yah. Sayang sekali bagi anak itu, tapi ini bukan kesalahanku, sambil melemparkan surat itu, Tuan Thomas pergi ke luar untuk menyiram mawar-mawarnya.
Selama satu atau dua minggu, Rosy Mungil tidak berani untuk mengintip ke arah tempat terlarang itu dari jendelanya. Ia disuruh bermain di halaman depan dan berjalan-jalan dengan Cicely, yang sering berhenti dan bergunjing dengan temantemannya sementara Rosy malang menunggu dengan sabar hingga kisah panjang itu selesai diceritakan.
Mengurus Tabby adalah hiburan utamanya. Rosy sangatlah baik sehingga hati kucing tua itu melunak. Kucing betina itu pun mendengkurkan ucapan terima kasihnya atas semua mangkuk berisi susu, potongan ayam, tepukan lembut, dan kata-kata manis yang dilimpahkan oleh gadis kecil itu baginya.
Wah! Wah! Tab bahkan tidak mau melakukan itu untukku, kata Nona Henny pada suatu hari saat menemukan Rosy duduk sendirian di ruang depan dengan sebuah buku bergambar dan Tabby yang tidur dengan nyaman di pangkuannya.
~227~ Hewan selalu menyukaiku, walaupun orang tidak, jawab Rosy Mungil dengan serius. Ia belum memaafkan wanita gemuk itu karena menolak tawaran menyenangkan si pria misionaris.
Itu karena HEWAN tidak bisa melihat betapa terkadang kau bisa sangat nakal, kata Nona Henny ketus, kemarahannya belum reda bahkan setelah berhari-hari.
Aku akan membuat SEMUA orang menyukaiku sebelum aku pergi. Mama menyuruhku begitu, dan aku akan melakukannya. Aku tahu bagaimana caranya, Rosy tersenyum dan mengangguk kecil, yang tampak bijak dan menyenangkan untuk dilihat, sambil memeluk makhluk pertama yang ia taklukkan dengan bangga.
Kita lihat nanti, lalu Nona Henny pergi dengan kaku, bertanya-tanya khayalan aneh apa yang akan dimasukkan gadis kecil itu ke dalam kepalanya.
Segera rencana Rosy menjadi jelas. Saat turun pada sore hari, setelah tidur siang, Nona Henny menemukan Rosamund membaca keras-keras untuk kakaknya di ruang tamu yang besar dan remang-remang itu. Mereka tampak bertolak belakang dan aneh. Wanita tua lemah, berambut putih, berwajah pucat, dengan gaun rapi, topi tinggi, rajutan, dan mata gelapnya tampak begitu berbeda dengan anak bermuka bundar dan merah yang manis itu. Rosy tampak bagaikan hiasan kecil untuk ruangan kuno itu. Ia duduk di antara teko teh dan kain sulam hiasan dinding, keramik, dan perabot antik.
~228~ Lukisan kakek dan nenek moyang yang ada di ruangan itu tampak tersenyum simpul menatap Rosy, seolah senang dan terkejut melihat anak cucu yang menarik itu duduk di antara mereka.
Astaga! Apa yang ia lakukan sekarang" tanya Nona Henny. Ia merasa lebih ramah setelah tidur.
Aku sedang membaca untuk Bibi Penny karena tidak ada orang lain yang melakukannya. Matanya sakit dan aku suka cerita, jadi aku membacakan cerita untuknya, jawab Rosy, dengan salah satu jari gemuk di atas bukunya. Perasaan bangga karena melakukan pekerjaan orang dewasa yang bisa ia lakukan tampak di matanya.
Anak ini sangat baik! Ia menemukanku sendirian dan ingin menghiburku. Jadi aku mengusulkan sebuah cerita yang cocok untuk kami berdua. Ia membaca dengan baik, dengan sedikit bantuan di sana-sini. Sudah bertahun-tahun aku tidak membaca Simple Susan , dan aku sangat menikmatinya. Aku selalu menyukai Maria Edgeworth, dan aku masih merasa ia jauh lebih hebat daripada penulis cerita anak yang baru, kata Nona Penny, tampak hidup dan senang dengan hiburan baru baginya.
Teruskan, Nak. Aku ingin mendengar selancar apa kau membaca. Nona Henny pun duduk di sofa sudut dengan sulamannya.
Jadi Rosy melanjutkan membaca dengan berani dan dengan
~229~ begitu keras sehingga segera saja ia kehabisan napas. Saat berhenti, ia berkata sambil terengah, Susan itu gadis yang baik, ya" Ia memberikan SEMUA hal-hal terbaik untuk orang lain dan juga bersikap baik ke pemain harpa tua itu. Ia tidak mengusirnya, seperti yang Bibi lakukan terhadap pemain musik itu hari ini, dan menyuruhnya untuk tetap di sana.
Organ itu mengganggu, dan aku tidak pernah mengizinkan pemain organ di sini. Ayo teruskan membaca, dan jangan mengkritik orang yang lebih tua, Rosamond.
Mama dan aku selalu membicarakan dan memetik moral dari cerita yang kami baca. IA suka melakukan itu, komentar Rosy dengan manis dan bukan dengan kurang sopan. Lalu Rosy melanjutkan membaca hingga akhir, dengan nada yang meninggi pada kata-kata yang panjang. Kedua wanita tua itu mendengarkan kisah sederhana yang dibacakan dengan suara yang kekanak-kanakan itu dengan penuh minat.
Terima kasih, Sayang. Cerita itu sangat bagus. Kita akan membaca satu cerita setiap hari. Sekarang, apa yang bisa kulakukan untukmu" tanya Nona Penny saat Rosy mendorong rambut keriting dari dahinya sambil menarik napas karena lelah dan puas.
Izinkan aku pergi ke taman belakang dan mengintip mawar-mawar cantik itu melalui mata kayu. Aku sangat ingin melihat apakah sutera Bombay 3 sudah tumbuh dan buah ceri sudah matang, kata Rosy, mengatupkan tangannya untuk
~230~ memohon. Tidak apa, Henrietta. Ya, Sayang. Pergilah dan ambilkan catnip 4 untuk Tabby. Lihat juga apakah bunga pacar air sudah tumbuh.
Usul terakhir itu menyebabkan Nona Henny setuju. Rosy pun segera pergi sambil meloncat-loncat seperti anak kuda di setiap penjuru taman yang sekarang tampak menyenangkan baginya.
Di belakang pondok musim panas ada celah kecil yang terletak di antara pondok dengan pagar. Katak-katak gemuk hidup di sana. Saat mengintip untuk melihat katak-katak itu, Rosy melihat sebuah mata kayu besar di papan tua itu. Dari situ ia bisa melihat sejumlah semak mawar, sebuah pohon, dan jendela rumah si pria misionaris . Sudah lama Rosy ingin mengintip taman pria misionaris itu, padahal pot bunga sudah tidak ada dan ia dilarang memanjat pohon. Sekarang dengan senang ia menyelip ke sudut lembab itu, tanpa mempedulikan katak berbintik yang menatapnya dengan cemas. Ia pun memandang surga terlarang yang ada di balik pagar itu.
Ya, sutera Bombay sedang berbunga, buah ceri tampak merah, dan di jendela ada kepala berambut abu-abu Tuan Thomas. Pria itu sedang duduk membaca dengan baju kuningnya yang aneh.
Rosy ingin masuk. Ia menempelkan tubuhnya begitu keras
~231~ ke pagar itu sehingga kayu lapuknya retak dan pagar itu pun roboh. Rosy hampir saja terjerembab bersama kayu itu saat kayu itu jatuh ke tumpukan hijau di bawah. Sekarang mawarmawar semarak muncul di hadapan Rosy, semak gooseberry yang ceria berdiri di dekatnya dengan buah beri keunguan yang menggoda berada dalam jangkauannya. Semak itu menutupi lubang, namun masih ada celah untuk mengintip. Jadi anak itu menyembulkan kepalanya yang berambut keriting dan dengan senang menatap ayam, bunga, buah, dan pria tua yang duduk di dekat situ tanpa menyadari keberadaan Rosy.
Aku akan merahasiakan ini. Atau mungkin aku akan memberi tahu Bibi Penny dan memohon agar ia mengizinkanku mengintip jika aku berjanji sungguh-sungguh untuk tidak masuk ke dalam, pikir Rosy yang sudah mengenal sifat sahabatnya itu.
Menjelang tidur, saat wanita tua baik hati itu datang untuk memberikan kecupan selamat tidur kedua wanita yang lain tidak ingat untuk melakukan itu Rosy, begitu Nona Penny memanggilnya, mengajukan permohonannya. Permohonan itu pun dikabulkan karena Nona Penny merasa cepat atau lambat sang juru damai cilik akan mendamaikan perseteruan itu dengan sihir cantiknya. Karena itu Nona Penny sudah siap untuk memberikan bantuan secara diam-diam.
Esok harinya, pada waktu bermain, Rosy segera menghabiskan roti jahenya yang harus ia makan dengan sopan di ruang makan dan bukan di luar. Tiba-tiba terdengar
~232~ keributan di taman. Rosy segera berlari ke jendela dan melihat Roxy, sang pelayan, berlari ke sana-ke sini mengejar seekor ayam, sementara Nona Henny berdiri di atas tangga sambil melambai-lambaikan roknya dan berteriak, Hush! sampai wajahnya merah.
Itu si ayam kate putih. Pasti ia masuk dari lubangku! Semoga mereka tak bisa menangkapnya! Bibi Henny bilang ia akan menggantung leher ayam pertama yang terbang di atas tembok.
Rosy pun bergegas bergabung dalam perburuan itu. Nona Henny terlalu gemuk untuk berlari, dan Roxy tidak sanggup mengejar ayam yang sangat lincah itu. Pengejaran itu sangat berat dan lama. Bulu-bulu berterbangan, pelayan itu kehabisan napas, Rosy jatuh, dan Nona Henny menjerit dan berteriak hingga terpaksa duduk dan diam menonton.
Akhirnya, ayam kate kecil yang dikejar-kejar itu berlari ke pondok karena sayap pendeknya tidak bisa mengangkatnya melewati tembok. Rosy bergegas mengejarnya. Segera saja terdengar suara ribut yang menunjukkan bahwa ayam nakal itu tertangkap.
Nona Henny berjalan tergopoh-gopoh di jalan kecil itu sambil berkata ia INGIN mencekik leher ayam itu. Roxy mengikuti Nona Henny dengan terengah-engah, senang karena bisa beristirahat. Namun pondok musim panas tua itu kosong. Tidak tampak seorang gadis kecil atau pun seekor ayam kate
~233~ ketakutan. Keduanya lenyap bagai ditelan bumi. Majikan dan pelayan itu saling pandang karena bingung hingga akhirnya mereka melihat sebuah jendela yang telah lama tidak digunakan terbuka dan seberkas cahaya masuk dari bukaan kecil di belakangnya.
Ya ampun! Pasti anak itu menyusup ke sana dan berlari melalui lubang di pagar itu! Apakah kau tahu, Nona" seru Roxy, berusaha untuk tidak tampak senang karena tidak perlu membunuh ayam malang itu. Ia tidak suka melakukannya.
Anak nakal! kata Nona Henny. Lalu terdengar suara yang membuat mereka berdua mendengarkan.
Masuk ke sana dan lihat apa yang terjadi, kata sang majikan, sadar tubuh gemuknya tidak akan bisa menyelip ke celah kecil di antara pondok dan pagar.
Roxy, karena kurus, melakukan apa yang diperintahkan dengan mudah. Sambil berbisik ia melaporkan apa yang terjadi di balik lubang itu dan menyebabkan Nona Henny jengkel, terkejut, dan akhirnya sungguh-sungguh senang karena anak itu melaksanakan misi yang ia emban.
Oh, maafkan. Ini semua kesalahanku! Aku membiarkan lubang itu terbuka, Tuan Thomas, jadi ayam kate itu masuk ke dalam. Tapi ayam kate ini tidak terluka sedikit pun, dan aku membawanya pulang dengan selamat. Aku tahu Bapak menyayangi ayam itu dan Tabby memakan banyak ayam,
~234~ kata suara kekanakan itu dengan nada yang paling menenangkan.
Mengapa kau tidak melemparkannya melewati tembok seperti yang aku lakukan terhadap kucing itu" tanya Tuan Dover, tersenyum sambil mengurung unggas nakal itu dan berbalik untuk menatap Rosy. Anak itu kehabisan napas dan baju rok merah mudanya terkena noda karena jatuh di rumput dan kerikil.
Itu akan menyakiti perasaan ayam kate itu, juga perasaan Bapak. Lagipula itu tidak sopan. Jadi aku datang sendiri untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa ini adalah kesalahanku. Tapi, boleh kan aku membiarkan lubang itu untuk mengintip jika aku selalu memasang papan saat pergi" Di sana begitu membosankan sedangkan di sini BEGITU menyenangkan!
Bukankah sebuah pagar kecil lebih baik pagar kecil yang sesuai dengan tubuhmu, dengan kait untuk menguncinya" Kita bisa menyebutnya lubang mungil, ujar Tuan Dover sambil tertawa. Lalu kau bisa mengintip. Mungkin wanita-wanita itu akan menyukainya dan menunjukkan bahwa mereka memaafkan perlakukan kasarku kepada Tabby dengan membiarkanmu kemari dan memetik ceri juga mawar.
Beruang Salju 5 Love Command The First Fall Karya Janice Nathania Pelangi Dilangit Singosari 10
^