Pencarian

Aileen 2

Aileen Karya Sherls Astrella Bagian 2


"Kau mau ke mana?" Evans menarik tangan Aileen.
"Membuat pesananmu."
"Aku belum memesan."
"Aku sudah tahu apa yang kau inginkan."
"Apa?" Fb.me/overebook "Makanan yang bisa mengenyangkan perutmu yang sedang kelaparan itu."
"Salah," Evans memajang senyum kemenangannya, "Aku ingin kau
menemaniku." Mata kanan Aileen menyipit. "Sejak kapan kau menjadi genit seperti ini?"
"Sejak aku tertarik padamu," Evans menjawab polos.
"Tidak lucu!" sahut Aileen.
Setelah kemarin mendengar segala sesuatunya dari Sigrid, Evans tidak lagi
kaget mendapat jawaban itu. "Aku juga tidak sedang bergurau," ia berkata
serius. Aileen merasa panas membakar wajahnya diiringi degup jantungnya yang
bertambah cepat. "Aku akan memesan sesuatu untukmu," ia menarik tangannya
dari genggaman Evans dan memunggungi pemuda itu sebelum wajahnya
terlihat. Evans mengulum senyum senangnya. Ia yakin ia melihat pipi merah Aileen.
Saat ini, baginya, itu cukup untuk membuktikan Aileen bukan tidak mempunyai
perasaan apa pun padanya.
"Apa kau sudah gila!" Tersenyum-senyum sendiri seperti orang kurang waras!"
Leopold tiba-tiba muncul menghardik dan ia memperingati Evans dengan tajam,
"Jangan menggoda pekerjaku selama kau di sini." Lalu ia melihat Aileen.
"Kalau kau punya waktu untuk bergurau dengan tamu, mengapa kau tidak
membantuku berbelanja."
Fb.me/overebook "Baik, Leopold," Aileen melepas apronnya dengan rasa bersalah.
"Ini daftar belanjanya," Leopold mengeluarkan secarik kertas dari dalam
kantongnya dan menyerahkannya pada Aileen.
"Aku akan mengambil tas dan segera berangkat," Aileen menerima kertas itu
dan langsung melesat ke lantai atas untuk bersiap-siap. Sesaat kemudian Aileen
kembali ke lantai bawah " siap untuk pergi.
"Kau sudah membawa daftar belanjamu?" Evans berdiri ketika Aileen
mendekat. Aileen melihat Evans dengan heran. Ia semakin bingung ketika Evans membuka
pintu untuknya. "Aku akan mengantarmu," Evans menjawab kebingungan Aileen.
"Tetapi"," Aileen melihat ke restoran yang kosong.
"Leopold mengusirku. Ia tidak ingin melihatku menggodamu di rumah
makannya. Katanya aku hanya akan merusak reputasinya." Tanpa menanti
jawaban Aileen, Evans menggandeng tangan gadis itu, "Aku punya banyak
waktu kosong hari ini untuk mengantarmu."
Aileen mengikuti Evans tanpa protes lagi. Setelah ia pikir-pikir, pergi bersama
Evans lebih baik daripada pergi sendiri. Ia sempat melihat daftar belanja
Leopold. Panjangnya daftar belanja itu membuatnya yakin ia tidak sanggup
berbelanja seorang diri. Sialnya, Sigrid yang selalu berbelanja bersamanya tidak
Fb.me/overebook ada di rumah. Pagi ini Sigrid telah meninggalkan rumah untuk memenuhi janji
dengan temannya. "Kau mau ke mana?" tanya Evans begitu ia sudah menyalakan mesin mobilnya.
"Ke Careffour," jawab Aileen. Hanya itulah satu-satunya supermarket terdekat
dan di sana pulalah ia sering berbelanja.
Evans tidak membuang waktu untuk mengantar Aileen. Leopold telah
memberinya kesempatan ini. Ia telah membantunya membawa Aileen pergi. Ia
tidak punya alasan menyia-nyiakan kesempatan ini. Untuk itu ia telah
menyiapkan rencana. "Kita sudah tiba," Evans menghentikan mobil.
Aileen langsung melangkah keluar ketika Evans mematikan mesin mobil.
Evans tersenyum melihat gadis itu sudah menantinya di sisi mobil dengan
wajah tidak sabar. Ia yakin tugas berbelanja ini akan segera usai. Semula itulah
perkiraannya namun ia mulai kehabisan kesabaran ketika dua jam hampir
berlalu. Evans melihat Aileen yang berjalan perlahan-lahan di antara rak-rak peralatan
dapur. Evans kesal melihat Aileen mengamati panci-panci itu satu per satu
dengan teliti. Ia tidak mengerti apa yang mereka lewatkan. Semua barang
pesanan Leopold sudah ada di dalam kereta yang ia bawa.
Aileen mengambil sebuah cangkir keramik dan mengamatinya dengan hati-hati.
Fb.me/overebook "Apa lagi yang ia cari di sini?" pikir Evans lelah. Ia tidak pernah menyangka
berbelanja di supermarket bisa begitu lama seperti ini. Dan yang lebih tidak
pernah disangkanya adalah seorang gadis muda bisa berlama-lama berkutat di
daerah perabotan rumah tangga! Ia tidak tahu mata seorang gadis bisa bersinarsinar hanya dengan melihat barang-barang yang digemari ibu rumah tangga!
Aileen meraih cangkir di deret lain dan mengamatinya baik-baik.
"Kau ingin membeli cangkir?" Evans membuka suara.
"Aku tidak terlalu membutuhkannya tetapi cangkir-cangkir ini sangat lucu,"
jawab Aileen. "Kalau memang tidak perlu, jangan membeli."
Aileen merenung. Ia memperhatikan cangkir-cangkir di tangannya satu per satu.
Dari pandangan matanya, Evans tahu Aileen sangat menginginkan cangkircangkir itu. Matanya itu tak berbeda dari para wanita yang bingung antara
membeli atau tidak membeli baju yang menarik hatinya. "Kalau kau memang
menginginkannya, beli saja."
"Tetapi aku tidak tahu mana yang harus kubeli." Lagi-lagi Aileen menimangnimang dua cangkir itu dengan bingung.
Evans tidak tahu Aileen bisa seperti seorang wanita yang sedang berbelanja
ketika menghadapi barang-barang seperti ini. Evans tidak mengerti apa yang
menarik dari barang-barang rumah tangga ini.
Fb.me/overebook Tiba-tiba Evans ingat Aileen pernah berkata ia lebih suka melihat-lihat
peralatan dapur daripada baju-baju. Daripada department store, ia lebih suka
toko buku. Evans ingat ketika menemani kedua ibu mereka berbelanja, Aileen
suka mengeluh lelah. Tidak jarang ketika diajak pergi, Aileen lebih suka
menanti di dalam mobil " merajut!
Evans melihat Aileen yang masih kebingungan menentukan pilihannya. Aileen
memang berbeda dengan gadis-gadis yang dikenalnya tetapi ia tetap seorang
gadis. Evans mengulum senyumannya. Ia menikmati ekspresi bingung Aileen.
Ia menikmati kegundahan hati Aileen. Tapi ini bukan saat yang tepat untuk
menikmatinya. Tidak ingin menghabiskan lebih banyak waktu di tempat yang membosankan
ini, Evans mendesak dengan tidak sabar, "Cepat, putuskan!"
Aileen termenung. "Apa sulitnya memilih satu di antara dua benda ini!?" Evans tidak sabar melihat
Aileen terus memperhatikan dua cangkir itu secara bergantian, "Kau hanya
perlu mengambil mana yang lebih kausukai."
"Aku suka keduanya."
"Beli saja keduanya."
"Tapi aku hanya ingin satu."
"Pilih saja salah satu."
Fb.me/overebook "Aku suka gambar ini," Aileen menyodorkan cangkir putih dengan lukisan
pemandangan bergaya Cina kuno. "Tapi ini juga lucu." Aileen menyodorkan
cangkir dengan gambar beruang coklat.
"Kau benar-benar merepotkan! Aku suruh kau pilih salah satu, kau bilang kau
suka keduanya. Aku suruh kau beli keduanya, kau bilang hanya ingin satu."
"Apa boleh buat, aku adalah seorang Gemini."
"Apa hubungannya dengan Gemini!" Kau dari dulu selalu begini!" Evans kesal.
Kalau ia tidak segera bertindak, mereka bisa menghabiskan waktu seharian di
sini. Evans mengambil cangkir beruang dari tangan Aileen. "Itu lebih cocok
untukmu." Aileen kaget bercampur bingung.
"Cepat! Kita sudah tidak punya waktu lagi," ia menggandeng tangan Aileen dan
tangannya yang lain mendorong kereta belanja mereka ke kasir.
Tanpa memberontak, Aileen ikut mengantri di kasir untuk membayar belanjaan
Leopold dan cangkir itu. "Simpan ini," Evans menyodorkan sebuah cangkir pada Aileen ketika gadis itu
menyimpan cangkirnya dengan hati-hati. Aileen tertegun melihat cangkir
beruang itu. "Cepat! Kita sudah tidak punya waktu," Evans mendesak dan mengambil tas
belanjaan Aileen. Ia sudah tidak sabar sehingga begitu Aileen menyimpan
cangkir itu di dalam tasnya, ia segera menarik tangan gadis itu.
Fb.me/overebook "Apa kau punya urusan penting?" tanya Aileen ketika mereka sudah berada di
dalam mobil. "Ya," jawab Evans. Belum sempat Aileen bereaksi, ia sudah melanjutkan,
"Perutku sudah minta diisi."
Aileen teringat tujuan semula kedatangan Evans di restoran keluarga Wilder.
"Aku akan menyiapkan makanan untukmu begitu kita tiba," katanya. "Tidak
perlu. Kita tidak akan kembali ke sana."
Aileen kaget. "Apa!" Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku." Ini adalah
jam kerjanya. Ia tidak pernah meninggalkan restoran ketika ia sedang bekerja
kecuali atas perintah Leopold seperti saat ini.
"Aku sudah meminta ijin Leopold," Evans menerangkan, "Hari ini kau boleh
pergi bersamaku sepanjang hari. Sigrid akan menggantikan tugasmu."
Aileen tidak pernah mendengar hal ini. Ia tidak tahu apa yang sedang
direncanakan Evans tetapi tiba-tiba saja inderanya memberitahunya Evans tidak
merencanakan ini seorang diri.
Leopold yang tidak pernah menyukai pria-pria yang mencoba mendekatinya,
tidak mungkin memberi Evans ijin dengan mudahnya. Bahkan setelah merestui
Geert, Leopold tetap tidak suka bila Geert menggodanya apalagi membawanya
pergi seharian. Bagi Leopold, merestui dan mengijinkan adalah hal yang berbeda. Ia memang
menutup sebelah mata ketika Geert mencoba menarik perhatiannya tetapi ia
Fb.me/overebook tidak pernah suka ketika ia menjawab godaan Geert. Seperti yang dikatakannya
pada Evans, ia tidak mengijinkan tamunya menggoda pegawainya karena itu
hanya akan merusak reputasi restoran yang dibangunnya dengan susah payah.
Tidak jarang Leopold memanggilnya ketika ia tidak bisa menoleransi sikap
Geert. Di lain waktu, ia akan mengusir Geert dan dirinya. "Kalau ingin
berpacaran, lakukan di luar! Jangan mencemari tempatku!" katanya tiap kali.
Aileen sama sekali tidak curiga ketika Leopold menyuruhnya berbelanja. Ini
adalah satu dari sekian cara Leopold untuk menyelamatkannya dari godaan para
tamu lelaki. Ia juga tidak terlalu heran ketika Leopold membiarkan Evans
menawarkan bantuan. Leopold sudah tahu Evans adalah sepupunya. Leopold
juga sadar ia tidak mempunyai alasan untuk mencegah Evans berhubungan
dengan saudaranya. Tetapi, mengijinkan Evans untuk membawanya pergi
sepanjang hari" Leopold yang konservatif itu tidak mungkin memberi Evans ijin! Leopold selalu
menekankan pada Geert untuk memulangkannya sebelum jam sembilan malam.
Leopold memasang wajah masam ketika ia pulang larut beberapa hari lalu. Ini
tidak mungkin! Sigrid yang selalu mempunyai acara bersama teman-temannya di hari Sabtu
juga tidak mungkin mempunyai waktu luang untuk menggantikan tugasnya.
"Tidak mungkin," Aileen mengutarakan keragu-raguannya.
"Kau tidak percaya padaku?" Evans bertanya. Ia mengeluarkan handphonenya.
"Kau mau menanyakannya langsung?" ia menyerahkan handphonenya.
"Tidak," Aileen cepat-cepat menolak, "Aku percaya padamu."
Fb.me/overebook Evans tersenyum puas. Aileen menyadari mobil menjauhi restoran Leopold. "Kita tidak pulang dulu
untuk menaruh barang belanjaan Leopold?"
"Tidak mengapa," jawab Evans, "Barang-barang itu tidak akan rusak."
Aileen melihat kantong-kantong kertas di bangku belakang. Pantas saja Leopold
tidak menyuruhnya barang yang perlu segera disimpan di dalam lemari es.
Aileen kembali melihat Evans.
Pemuda itu sedang tersenyum gembira!?"
Aileen tidak yakin akan penglihatannya.
"Ada apa?" tanya Evans menyadari Aileen tengah memperhatikannya.
"Tidak ada apa-apa," Aileen segera memalingkan wajah. Ia pasti telah salah
melihat. Evans tidak mungkin gembira hanya karena berhasil mengajaknya
pergi. Ia pasti berpikir terlalu banyak. Leopold tidak punya alasan untuk
membantu Evans. Mereka juga tahu pernikahan antar saudara bisa
menyebabkan mutasi DNA yang berakibat buruk pada keturunan mereka.
Mutasi DNA" Aileen termenung. Satu lagi alasan kuat untuk tidak jatuh cinta
pada Evans, muncul. Dengan ini apa ia masih buta" Tidak mungkin! Aileen
tidak ingin keturunannya cacat hanya karena keegoisannya.
100 Fb.me/overebook Sekarang ia pasti bisa membunuh perasaan yang belum berkembang ini.
Sekarang ia pasti bisa melihat Evans hanya sebagai seorang kakak! Tak sampai
satu jam kemudian, perasaan itu lenyap dari hati Aileen.
Aileen mendesah. Ini adalah satu dari sekian penyebab mengapa sampai
sekarang ia tidak pernah berpacaran. Gemini, sang anak kembar, bukanlah
orang yang setia. Ia mudah jatuh cinta dan mudah berpaling hati.
Kapankah ia akan menemukan cinta sejatinya" Aileen ragu. Dengan sifatnya
yang seperti ini, ia yakin ia tidak akan pernah menemukannya. Lagipula, lelaki
manakah yang mampu bertahan dengan sifatnya yang berubah-ubah ini"
Aileen termenung. Evans sudah bosan dengan keadaan diam mereka. Sejak mereka di dalam mobil,
Aileen sudah berdiam diri. Pada awalnya ia tidak mempedulikannya tetapi lama
kelamaan ia mulai merasa risih. Ia merasa Aileen sama sekali tidak menganggap
keberadaannya! Selama menyantap makanannya, Aileen berdiam diri. Sekarang setelah selesai
menyantap makan siangnya, ia melamun.
Tangan kiri Aileen menopang dagunya sementara tangannya memainkan
sendok dalam gelas. Pandangannya menerawang keluar. Entah apa yang tengah
dipandanginya. Evans menggerak-gerakkan tangan di depan wajah Aileen tapi gadis itu sama
sekali tidak berkedip juga menoleh. "Apa yang kaulamunkan?"
101 Fb.me/overebook Aileen tidak menjawab. "Kau melamunkan Geert?"
Aileen tidak membuka suara.
Evans kesal. "Untuk apa kau terus memikirkannya. Toh dia sudah
mengkhianatimu." Aileen terperanjat. Dengan matanya yang membelalak lebar, ia bertanya,
"Kau" tahu?"
"Aku tidak buta! Aku tidak tuli! Semua orang tahu Balkanende
mengkhianatimu." "Dia tidak mengkhianatiku," Aileen setengah berbisik. Setiap kali diingatkan
hal ini, hatinya selalu sakit. Entah kapan perasaan ini akan hilang. Evans
semakin kesal mendengarnya. "Mengapa kau terus berpihak padanya!?"
Dengan suara tenangnya, Aileen membenarkan, "Aku tidak pernah berpihak
pada siapa pun. Aku hanya memberitahu kenyataan." Ia tidak punya alasan
untuk berbicara atas nama Geert. Ia juga tidak perlu menutupi kesalahan Geert
karena pemuda itu tidak pernah melakukan kesalahan yang dituduhkan padanya.
"Aileen!" protes Evans, "Ada apa dengan otakmu!" Dia sudah
mengkhianatimu! Untuk apa kau terus membelanya!" Apa kau sudah
sedemikiannya butanya hingga otakmu menjadi tumpul. Pria itu tidak memiliki
kelebihan apapun yang pantas untuk kau pikirkan!!"
102 Fb.me/overebook Mata jernih Aileen menjadi sendu. "Jangan bicarakan dia."
"Mengapa tidak?" sahut Evans, "Kau di sini tapi pikiranmu melayang ke sana."
Aileen menatap Evans. "Lalu mengapa?" tanyanya polos.
"Aku tidak suka!" potong Evans, "Pria itu tidak lebih baik dariku. Di sini aku
berusaha memulihkanmu tetapi kau tidak memberi kesempatan dirimu sendiri
untuk pulih." Aileen membelalak. Inikah alasannya" "Kau tidak perlu melakukannya. Aku


Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak pernah memikirkan Geert."
"Alasan!" Evans tidak mengerti mengapa Aileen masih terus membela Geert.
"Kalau kau memang mau memikirkan dia, lebih baik kau pergi!"
Aileen menatap Evans dengan mata sendunya. Ia mengambil tas di sisinya dan
dengan tenang, ia berdiri.
Evans panik. "Kau mau ke mana!?" ia menarik tangan Aileen.
Aileen melihat Evans. "Jalan-jalan. Aku bosan di sini," ia memberikan jawaban
yang terlintas di kepalanya.
"Aku juga bosan," Evans ikut berdiri.
Aileen menangkap nada lega dalam suara Evans tapi ia diam saja. Ia juga
mendiamkan Evans yang mengapit tangannya. Aileen sadar mereka berjalan
bergandengan seperti sepasang kekasih tapi ia tidak memusingkannya.
103 Fb.me/overebook Sejujurnya, saat ini ia tidak mempunyai ruang kosong di kepalanya untuk
memikirkan hal itu. Aileen tidak dapat menghalangi kehangatan yang menghangatkan dadanya.
Evans adalah pemuda yang seperti ini. Tanpa segala pesonanya pun, ia pasti
dapat dengan mudah mendapatkan wanita yang diincarnya. Karena itu pula ia
tidak pernah bosan mengagumi Evans. Walaupun sekarang ada satu
keburukannya yang membuatnya bosan, sesaat kemudian pasti ada
kelebihannya yang kembali bersemi.
"Evans," Aileen merasa ia perlu mengutarakannya, "Kau adalah kakak yang
penuh perhatian. Aku selalu menyukaimu." Hatinya terasa hangat. Kesedihan
yang sesaat lalu masih menggerogoti hatinya sekarang sudah hilang.
Langkah kaki Evans terhenti. Matanya yang melebar menatap tajam Aileen.
Aileen tersenyum. "Aku senang mempunyai kakak sepertimu."
Tangan Evans mengepal di sisinya. Ia merasa amarah di dadanya sudah berada
di pangkal tenggorokannya.
Dengan wajahnya yang polos dan suaranya yang tanpa dosa, Aileen kembali
menekankan, "Selamanya kau adalah kakak yang paling kusayangi."
Evans merasa paku ditancapkan ke hatinya.
"Sekarang kita akan ke mana?" Aileen bertanya manja.
104 Fb.me/overebook Evans menyerah. Ia tidak mengerti bagaimana harus bereaksi. Gadis ini benarbenar seorang penyihir. Di suatu saat ia dengan wajah malaikatnya,
menancapkan paku tepat di hati korbannya. Di saat lain ia dengan wajah
genitnya menggaet korbannya.
"Evans?" Aileen menatap Evans dengan mata kekanak-kanakannya.
Ini adalah salah satu bagian dari sang Gemini murni yang membuatnya tidak
dapat berhenti memikirkannya.
"Kau punya tempat yang ingin kaukunjungi?" tanya Evans, "Kalau kau tidak
punya, aku yang memutuskan."
"Tidak ada," jawab Aileen.
"Maka," Evans mengambil tangan Aileen ke lengannya, "Aku yang mengatur
kencan ini." Aileen hanya tersenyum lebar. Tidak ada salahnya membiarkan mimpi masa
kecilnya terkabul. "RatuBuku 105 Fb.me/overebook Chapter 7 Aileen memperhatikan Evans yang sedang berdiskusi dengan serius. Dari cara
berpakaian kedua pria itu dan dari sinar mata mereka, Aileen dapat menebak
mereka tengah membicarakan masalah bisnis. Yang tidak dimengerti Aileen
adalah mengapa Evans harus membicarakan masalah bisnisnya di restoran ini.
Ini bukan pertama kalinya Evans muncul di siang hari bersama rekan kerjanya.
Entah mengapa Aileen merasa ini juga bukan yang terakhir kalinya Evans
mengadakan rapat pentingnya di sini.
"Lagi-lagi kau melihat Evans," Sigrid menggoda.
"A-aku tidak memperhatikannya," Aileen membantah. Demi sepasang mata
curiga yang menatapnya itu, Aileen menambahkan, "Aku tidak mengerti
mengapa akhir-akhir ini dia sering mengadakan rapat kerja di sini. Restoran kita
bukan kantornya!" Sigrid mengulum senyumnya. "Kau tidak suka?"
"Tidak ada hubungannya denganku!"
"Tentu saja ada. Dia bisa berada di sini karena seseorang," Sigrid menatap
Aileen lekat-lekat, "Dia takut pria lain akan merebut hati orang itu."
"Omong kosong!" sahut Aileen, "Dia tidak punya alasan untuk
mengkhawatirkanku." Ia sudah menegaskan hubungannya dengan Geert. Bukan
hanya sekali tetapi berkali-kali hingga rasanya tiap mereka bertemu Aileen pasti
menegaskannya kembali. 106 Fb.me/overebook "Oh, kau sudah mengakuinya?" Sigrid terperanjat.
Ingin menyangkalnya pun sudah hampir tidak mungkin. Sikap Evans sudah
tidak perlu disangkal. Keluarga Wilder, termasuk Leopold yang selalu kritis
pada pengagum Aileen, sudah menegaskan sikap. Satu-satunya yang membuat
kekeraskepalaan Aileen bertahan adalah pernyataan Evans di masa lalu.
"Aku akan merapikan meja," Aileen melihat satu keluarga beranjak pergi.
Memperhatikan Aileen merapikan meja, Helena memunculkan kepala di lubang
dinding dapur dan berkomentar, "Dia memang keras kepala."
"Aku bisa mengerti kekeraskepalaannya itu," Sigrid menanggapi. "Semuanya
itu kembali pada Evans."
"Aku yakin ia bisa membuktikan kesetiaannya pada Aileen," kata Helena, "Aku
yakin hanya dia yang sanggup mengobati luka hati Aileen."
"Dia kembali," Sigrid memperingati. Helena segera menghilang ke dalam
dapur. Aileen meletakkan nampan berisi piring-piring kotornya di counter dapur.
Matanya menatap Sigrid penuh ingin tahu.
"Ah, ada tamu," Sigrid menyingkir.
Aileen membunyikan bel di counter dapur.
107 Fb.me/overebook "Letakkan di sana."
Aileen menurutinya. "Helena," Aileen bersandar di sisi counter. Ia ingin
mengetahui isi pembicaraan mereka. "Hari ini adalah hari yang lenggang." Ia
tidak tahu bagaimana memulai.
"Beginilah resiko membuka restoran. Ada saatnya ramai, ada juga saatnya sepi.
Kita tidak bisa menebaknya."
Otak Aileen berputar keras. Bagaimana ia harus membuka memulainya" Bila ia
menanyakannya, pasti akan membuat mereka yakin ia juga menyukai Evans.
Tidak mungkin tidak. Untuk apa ia mengetahui isi pembicaraan mereka kalau ia
tidak peduli" Mungkin sebaiknya ia tidak menanyakannya. Toh ia sudah dapat
menebaknya. Tetapi" ia ingin tahu isi pembicaraan mereka.
Aileen terkejut oleh suara bel yang dipasang di dekat pintu. Matanya terpaku
pada pemuda yang berjalan ke arahnya dengan senyum lebar. Sesuatu
memperingatinya yang dituju pemuda itu tak lain adalah dirinya.
"Kau sudah puas?" Evans mengurung Aileen di tembok.
"Siapa yang sedang melihatmu!?" Aileen membuang muka.
"Aku tidak mengatakannya," Evans tersenyum puas " membuat Aileen kesal.
"Mengapa kau di sini" Bukannya kau ada rapat?"
"Rapatku sudah usai." Saat itulah Aileen menyadari tamu Evans sudah tidak
ada. "Tanggalkan celemekmu," perintah Evans kemudian.
108 Fb.me/overebook Aileen hanya melihat Evans dengan bingung.
"Kau ingin aku melepaskanmu untukmu?" Evans menawarkan diri.
"Ti-tidak perlu!" Aileen langsung menolak.
Evans hanya menahan senyum gelinya dan menanti Aileen melepas
celemeknya. Segera setelah Aileen meletakkan celemeknya di counter dapur,
Evans meraih tangannya, "Ayo kita pergi."
Aileen terperanjat. "Apa yang akan kaulakukan!?"
"Aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku hanya akan membawamu pergi,"
Evans meraih tas kerjanya di meja.
Aileen dengan setengah berlari mengikuti langkah lebar Evans. "Engkau mau
membawaku ke mana?" "Sudahlah ikut saja," Evans membuka pintu.
"Kau bisa membuatku dipecat," protes Aileen.
"Aku sudah meminta ijin pada majikanmu."
"APA!!!?" Evans pura-pura tidak mendengar seruan Aileen.
109 Fb.me/overebook Ia bersiul-siul senang sambil menarik Aileen meninggalkan Sigrid dan Helena
yang mengulum senyum memperhatikan mereka.
"Evans, kau akan membawaku ke mana!?" Aileen bertanya lagi dengan panik.
Evans terus bersiul-siul gembira. Langkah-langkah lebar dan cepat Evans lamalama membuat Aileen kesal. "Apa kau tidak bisa berjalan pelan?"
Hardikan itu membuat Evans tersadar. "Maaf," katanya ringan sambil
memperlambat langkah. "Aku terlalu senang bisa membawamu keluar hingga
lupa segalanya." Aileen mengacuhkannya. Evans seperti baru kali ini berhasil memaksanya
pergi. Apakah ia tidak ingat sudah berapa kali ia menculiknya dari tempat
kerjanya" "Dasar lelaki," gerutu Aileen di lubuk hatinya, "Selalu saja mau menang
sendiri." "Sekretarismu pasti marah-marah."
"Mengapa ia harus marah padaku?"
"Engkau melimpahkan semua tugasmu padanya dan kabur dari kantor."
Evans tersenyum. "Engkau masih perlu mengenalku bila kau ingin menjadi
sekretarisku." "Aku tidak pernah ingin menjadi sekretarismu!" bantah Aileen.
110 Fb.me/overebook "Sebagai informasimu, aku bukan seorang yang tidak bertanggung jawab. Aku
tetap melakukan tugasku walau aku tidak berada di kantor."
"Restoran Wilder bukan kantormu! Jangan seenaknya menjadikan tempat kami
ruang rapatmu! Kami tidak menyukainya?"
"Benarkah?" tanya Evans, "Yang aku ketahui, Leopold sangat menyambut
kedatanganku. Wilder juga berterima kasih padaku. Aku membantu
mengembangkan usaha mereka. Kau tahu rekan rapatku bukan orang biasa.
Mereka adalah petinggi perusahaan-perusahaan terkemuka. Kalau mereka puas
atas pelayanan kalian, mereka pasti akan datang lagi beserta rekan-rekan mereka
yang lain." Aileen juga menyadari beberapa rekan rapat Evans kembali mengunjungi
restoran mereka di kesempatan lain. Beberapa di antara mereka bahkan sudah
menjadi langganan Restoran Wilder.
"Masuklah," Evans membuka pintu penumpang.
Aileen menurutinya dan segera setelahnya Evans duduk di belakang kursi
kemudi. "Kita akan ke mana?" Aileen membuka pembicaraan.
"Apa yang kaukhawatirkan?" tanya Evans, "Aku tidak akan mencelakaimu.
Aku adalah seorang pria yang bertanggung jawab. Jangan selalu berkata aku
tidak pernah muncul di kantor. Kau tidak tahu apa yang kulakukan setiap saat."
"Tentu saja," komentar Aileen, "Aku bukan pengasuhmu."
111 Fb.me/overebook "Walaupun aku tidak ada di kantor, aku tetap mengerjakan tugas-tugasku. Di
jaman serba praktis ini, aku tidak harus berada di kantor. Aku bahkan bisa
mengadakan rapat melalui internet. Tengah malam pun aku masih berhubungan
dengan rekan kerjaku di belahan dunia lain. Apa kau masih berpendapat aku
tidak bertanggung jawab?"
"Ya" ya" kau bertanggung jawab," Aileen merasa Evans akan memulai
ceramah panjangnya. Aileen merasa perasaannya tidak pernah salah ketika
Evans akhirnya menghentikan ceramahnya bersamaan dengan mesin mobilnya.
Tidak menanti ceramah panjang Evans lagi, Aileen langsung turun begitu mobil
berhenti. "Kau mau ke mana?" protes Evans.
"Tidak tahu," Aileen menjawab jujur. "Kau yang membawaku ke sini."
"Kau sadar, rupanya," Evans tidak berusaha menutupi kekesalannya oleh
ketergesa-gesaaan Aileen.
Aileen mengulum senyumnya. Tiba-tiba saja setan kecil di hatinya beraksi. "Ke
mana kencan kita hari ini?" ia memeluk lengan Evans dengan mesra.
Evans terpaku. Matanya menyelidiki ekspresi gembira Aileen dengan curiga.
"Kau sedang mempermainkanku," ia menyadari permainan Aileen, "Tetapi aku
tidak membencinya," ia mengakui dan mengapit lengan Aileen di antara
sikunya. 112 Fb.me/overebook Aileen sadar permainannya sudah berbalik arah tetapi ia juga tahu tidak ada
kesempatan yang akan diberikan Evans untuknya melepaskan diri. Maka, ia
hanya dapat dengan tenang mengikuti langkah kaki Evans ke dalam sebuah
restoran. Aileen kembali kesal pada Evans ketika berpasang-pasang mata tidak
melepaskannya. Mengapa Evans tidak memberitahunya terlebih dahulu"
Mengapa ia tidak memberinya kesempatan untuk berganti pakaian" Sekarang
bahkan para pelayan terus memperhatikan pakaiannya yang terlalu biasa untuk
restoran mahal kelas atas ini.
Aileen sadar Evans sudah merencanakan makan siang ini ketika pelayan
mengantar menu pembuka tanpa mereka memesan. Dan itu membuat Aileen
semakin kesal. "Sampai kapan kau akan mendiamkanku?" tanya Evans di akhir makan siang
mereka. Aileen masih berdiam diri. Evans menyerah. "Aku punya sesuatu untukmu," ia
merogoh sakunya. "Kau ingin menyuapku?"
"Menurutmu?" goda Evans.
Aileen hanya menatap Evans dengan curiga.
Evans tersenyum samar. "Tutuplah matamu."
113 Fb.me/overebook Kening Aileen berkerut. "Lakukan saja," bujuk Evans.
Aileen menutup matanya. Sesaat kemudian ia merasa Evans memegang tangan
kirinya. "Apa yang sedang dibuat Evans?" pikirnya. Aileen merasa Evans
memasukkan sesuatu di jari manisnya lalu sesuatu yang lembut dan hangat
menekan punggung tangannya. "Evans mencium tanganku!" Aileen
menyadarinya dengan kaget dan heran.
Evans tersenyum simpul. "Selamat ulang tahun."
"Aku tidak ulang tahun."
"Aku tahu," senyum Evans melebar, "Aku yang berulang tahun."
Untuk sesaat Aileen kaget. Namun secepat itu pula ia kembali menguasai
perasaannya. "Aneh," Aileen melepas cincin di jari manisnya. Dan lagi,
mengapa ia harus memasangnya di jari manis tangan kanannya!"
"Jangan!" Evans mencegah.
Alis mata Aileen terangkat tinggi.
"Hargailah jerih payahku mencari benda yang sesuai dengan kepribadianmu,"
senyum di wajah Evans menandakan ia sedang bercanda. Tapi raut wajahnya
menjadi lebih serius ketika ia melanjutkan, "Aku memberikannya agar tiap kali
kau melihat cincin itu kau ingat kapan aku ulang tahun. Tentu saja tujuan
utamaku adalah kau tidak lupa merayakannya dan memberiku hadiah."
114 Fb.me/overebook "Aku tahu hari ini ulang tahunmu," gumam Aileen. Tetapi ia lupa.
"Apa kau tidak ingin mengucapkan sesuatu?"
Mata Aileen menatap lurus mata Evans. "Eh?"
"Selamat ulang tahun, misalnya."
Bibir mungil Aileen membentuk huruf O yang manis.
Evans tersenyum. Matanya memandang lekat wajah Aileen. "Dari dulu kau
tidak berubah. Pendiam dan sopan. Aku tidak pernah melihatmu tanpa gaun
berleher tinggi dan berlengan panjang. Bahkan di musim panas yang


Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyengat." "Aku tidak suka," sahut Aileen dingin.
"Aku ingat pertama kalinya kau memakai gaun yang terbuka."
Saat itu juga masih tergambar jelas di kepala Aileen. Ia tidak akan pernah
melupakan saat yang mengesankan juga memalukan itu.
Hari itu adalah pesta perkawinan perak orang tua Evans dan itu adalah pertama
kalinya Aileen datang pada pesta sebagai seorang remaja. Aileen yang baru
empat belas tahun itu ingin tampil menarik dan cantik. Karena ibunya hanya
sibuk dengan penampilan Denise, Aileen memutuskan untuk mendandani
dirinya sendiri. 115 Fb.me/overebook Sepanjang hari ia menghabiskan waktu mencari baju pesta yang cocok untuk
dikenakannya pada malam special ini. Setelah lama mencari, akhirnya ia
menemukan gaun yang menarik hatinya. Gaun merah muda itu terbuat dari sutra
lembut dengan rumbai-rumbai pita putih yang menarik. Gaun seperti inilah
yang diinginkan Aileen! Tanpa pikir panjang, Aileen memutuskan untuk
mengenakan gaun pendek itu.
Akibatnya baru ia rasakan dalam pesta itu.
Aileen tak sadar leher gaun yang rendah itu menampakkan bentuk dadanya
yang baru tumbuh. Pundak gadisnya yang segar dan putih kemerahan seperti
buah segar memikat hati tiap pria. Belum lagi rok yang hampir tidak menutupi
pahanya. Seperti kupu-kupu yang baru lahir dengan segala kecantikan dan
kesegarannya, Aileen menarik mata semua lelaki.
Mulanya ia merasa senang mendapat perhatian tapi lama-lama ia merasa risih.
Mata mereka bukan mata penuh kekaguman, seperti yang diharapkannya. Mata
mereka menyala menakutkan " membuat bulu kuduknya berdiri. Mata-mata itu
seperti ingin menelannya bulat-bulat. Sinar menyala yang selalu siap menelan
itu semakin merisihkan Aileen dalam setiap gerakannya.
Dengan gelisah, Aileen berusaha menutup bagian tubuhnya yang terbuka.
"Salahmu memakai baju terbuka seperti itu."
Pipi Aileen terasa panas oleh hardikan itu. Ia menatap Evans dan dengan
menyembunyikan rasa malunya, Aileen berkata dingin. "Aku tidak punya
pilihan lain." 116 Fb.me/overebook Evans melepas jasnya dan mengenakannya di pundak Aileen.
Aileen yakin wajahnya memerah seperti apel. Ia ingin bersembunyi. Ia enggan
bertemu Evans tapi sepertinya Evans tidak mau beranjak dari sisinya. Sikap
acuhnya membuat Aileen semakin serba salah.
"Nona manis, maukan kau berdansa denganku?"
Sapaan itu mengejutkan Aileen.
"Maaf," Evans merangkulkan tangan di pundak Aileen dan menariknya
mendekat. "Ia sudah berpasangan denganku."
Aileen menatap Evans dengan mata penuh pertanyaan dan tuntutan, bersamaan
dengan perginya pria itu.
"Jangan pergi jauh-jauh dariku," Evans memperingati.
Aileen menengadah. Pandangan mata Evans tajam dan jauh. Diikutinya jalan
pandangan itu dan sampailah ia pada sekelompok pria yang melihatnya dengan
mata seram mereka. Sekali lagi Aileen menengadah pada Evans yang terus
menatap tajam mereka tanpa melepaskan Aileen. Di sisi lain, Aileen merasa ada
yang memperhatikannya. Dilihatnya sekelompok wanita yang menatapnya
dengan iri. Aileen makin merasa malu dan serba salah tapi Evans tak pernah
menyadarinya. Inilah salah satu sikap gentle Evans yang terus membuat Aileen terkesan.
Aileen takkan lupa bagaimana Evans menjaganya sampai pada akhirnya Evans
mengantarnya pulang. 117 Fb.me/overebook Melihat pesta akan terus berlangsung sampai subuh, Evans langsung mengambil
inisiatif. Diambilnya mackingtosh ibunya yang selalu tersedia di gantungan baju
dekat pintu besar. "Pakailah," Evans menyerahkan, "Aku akan mengantarmu pulang."
"Eh?"" Evans mendorong dengan lembut. "Pesta ini takkan berakhir sebelum pagi,"
katanya menjawab kebingungan Aileen.
Tak banyak yang dilakukan Aileen selain mengenakan mackingtosh itu dan
mengikuti Evans. Evans sendiri yang mengantarnya dan memastikan ia
memasuki rumah dengan selamat. Aileen tak mengeluh walau ia harus pulang
sementara keluarganya masih bersenang-senang di pesta itu.
Hari itu menjadi pelajaran bagi Aileen bahwa menjadi menarik tidak selalu
menyenangkan. Lebih menyenangkan menjadi gadis biasa daripada pusat
perhatian dan kecemburuan.
"Engkau tidak mau mencobanya?"
"Aku tak tertarik."
"Kau memang unik seperti gadis jaman pertengahan yang sopan, anggun,
dan?" 118 Fb.me/overebook "Angkuh juga puritan," sahut Aileen dingin. Ia cukup sering mendengar
komentar itu. Evans menggeleng. "Tidak. Tidak seperti itu. Di luar engkau seperti gadis
pertengahan yang penurut tapi di dalam penuh pertentangan dan
pemberontakan." "Terima kasih," Aileen menyahut asal.
"Dengan senang hati," Evans memberikan senyumannya yang menawan. "Jadi,
M"lady, apakah Anda berkenan menerima undangan saya?"
"Undangan?" Aileen keheranan.
"Oh, aku pasti lupa mengatakannya," ujar Evans, "Besok aku ada undangan
sosial dan aku harus hadir bersama pasanganku."
"Kau bisa memilih wanita lain," gerutu Aileen. Ia tidak suka cara Evans yang
selalu tergesa-gesa. "Sayangnya, aku hanya tertarik mengajakmu," Evans tersenyum tidak bersalah.
"Aku tidak punya persiapan."
"Jangan khawatir. Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu."
"Kau begitu yakin aku pasti mau."
119 Fb.me/overebook "Aku selalu percaya diri," lagi-lagi Evans memberikan senyum menawannya
yang membuat dada Aileen berdebar-debar.
Aileen juga menyadarinya. Ia pasti sudah buta bila ia tidak menyadarinya
setelah hampir tiga bulan sering berhubungan dengannya.
Evans tidak perlu persetujuan orang lain ketika ia sudah memutuskan sesuatu.
Dengan sifatnya yang suka berubah-ubah dan sulit membuat keputusan, orang
seperti Evans memang diperlukan. Namun ada saatnya ia tidak suka Evans
membuat keputusan untuknya seperti saat ini.
"Apa ini?" Aileen menuntut jawaban melihat tiga tas besar di atas meja.
"Gaun pestamu malam ini," jawab Evans ringan, "Sepatu dan sepasang anting
sebagai pelengkapnya."
"Pesta?" Aileen bingung.
"Kau tidak lupa undanganku kemarin "kan?"
"Aku belum menjawabnya," protes Aileen.
"Aku tidak ingat," Evans memasang wajah tanpa dosa.
Aileen hanya menatap pemuda yang terus memasang wajah tak berdosa itu.
Entah sudah berapa kali Evans memutuskan segala sesuatu tanpa
persetujuannya. Memang di saat-saat tertentu Evans bisa menjadi seorang yang
mau menang sendiri. "Jam berapa?"
120 Fb.me/overebook "Jam 5 sore aku akan menjemputmu," Evans tersenyum penuh kemenangan.
"Sekarang aku harus segera pergi ke kantor sebelum kau mengusirku."
Menyadari matahari sudah tinggi, Aileen cepat-cepat menegaskan, "Benar. Kau
harus segera berangkat. Apa kata orang kalau sang direktur terlambat."
"Tapi, sebelumnya," Evans memeluk Aileen dan mencium kening gadis itu.
"Pengisian energi ok," Evans melepaskan Aileen dan melangkah pergi dengan
senyum mengembang. "Wah" wah" wah" ini kabar baru," Sigrid sengaja menggoda gadis yang
memerah padam itu. "Aku tidak punya perasaan apa-apa padanya," Aileen menyangkal.
"Aku tidak mengatakannya," Sigrid tersenyum penuh arti.
Wajah Aileen semakin merah padam. "A-aku masih punya urusan," Aileen
mengambil tiga tas besar di meja dan menghilang ke dalam.
"Aku bisa memastikan Aileen jatuh cinta pada Evans," komentar Helena.
"Sependapat," ujar Sigrid, "Dia tidak pernah menunjukkan reaksi seperti ini.
Aileen selalu tahu bagaimana mengatasi Geert."
"Evans adalah tipe yang tidak mudah diatasi Aileen," Helena sependapat.
"RatuBuku 121 Fb.me/overebook Chapter 8 Aileen menatap gaun yang ia gantung di sebelah cermin besarnya dengan
terpesona. Tangannya menyentuh kainnya yang lembut dengan hati-hati.
Jahitannya yang rapi membuatnya kagum. Rok panjangnya yang jatuh lembut
membuatnya tidak dapat tidak menyukai gaun ini. Potongannya yang anggun
membuatnya kian jatuh hati pada gaun itu.
Evans benar-benar mengerti seleranya. Evans tahu ia menyukai gaun yang jatuh
lembut dan merumbai-rumbai seperti ini. Evans paham ia tidak suka potongan
yang berlebihan. Namun"
Aileen putus asa. Evans tahu ia tidak suka mengenakan baju yang terbuka
namun ia masih memberinya gaun ini.
Ia menyukai gaun hitam polos ini. Ia menyukai rok panjang sutranya yang
dilapisi kain sifon berwarna senada. Tapi ia tidak menyukai atasannya yang
tanpa lengan, tanpa bahu. Bahkan kerutan di bagian depan dapat dipastikan
akan menonjolkan bentuk dada pemakainya.
Mengapa Evans membeli gaun seperti ini untuknya" Bagaimana Evans
mengharapkan ia muncul dengan gaun ini" Bagaimana ia harus menutupi
bagian tubuhnya yang terbuka" Gaun ini bahkan tidak dilengkapi syal sifon
hitam yang dapat digunakannya untuk mencegah pandangan orang tertuju pada
dadanya. Aileen melihat jam yang tergantung di dinding. Sekarang ia tidak punya waktu
untuk membeli gaun. Kalaupun ia dapat, Evans tidak akan senang. Aileen tidak
122 Fb.me/overebook mengerti akan dirinya sendiri. Di luar ia terus menegaskan ia tidak tertarik atas
undangan ini namun matanya tidak henti-hentinya melihat jam. Mulai dari
Sigrid hingga Leopold menyadari kebiasaan barunya ini tetapi mereka tidak
mengatakan apa-apa. Hanya Aileen seorang yang tidak menyukainya. Demi
menekan perasaan tidak sabarnya, Aileen dengan sia-sia mencegah dirinya terus
memperhatikan betapa lambatnya waktu berlalu hari ini.
Sigrid benar. Ia tidak sabar menantikan saat ini.
Akhirnya ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat, ia sudah
selesai mandi. Ia siap berdandan cantik untuk pesta sore ini namun ia
kehilangan minatnya. Malah, ia berharap Evans tidak pernah datang.
Tetapi" itu tidak mungkin bukan" Tengah hari tadi Evans sudah menelepon
untuk mengingatkannya. Beberapa saat lalu Evans kembali meneleponnya
hanya untuk mengingatkan ia harus mengenakan gaun yang diberikannya.
Aileen mendesah putus asa. Tahu ia tidak punya pilihan, maka ia pun segera
mempersiapkan diri. Di kesempatan biasa ia hanya memerlukan lima belas menit untuk berdandan.
Tetapi kali ini ia merasa satu setengah jam tidak cukup. Ia sudah mencoba
beberapa tatanan rambut tetapi ia tetap tidak menemukan satu tatanan pun yang
cantik dan dapat menutupi pundaknya yang telanjang. Ketika waktu hanya
tinggal setengah jam, Aileen memutuskan untuk membiarkan rambutnya terurai.
"Aku tidak peduli komentar Evans," Aileen menegaskan pada dirinya sendiri,
"Ia harus berterima kasih aku sudah berdandan untuknya." Tetapi hatinya
berdebar-debar keras ketika ia melangkahkan kaki untuk menemui Evans.
123 Fb.me/overebook Evans menyambut Aileen dengan senyumannya.
Matanya memperhatikan Aileen yang berjalan mendekat dengan anggun. Tubuh
sempurna Aileen terbungkus oleh gaun yang menawan. Warnanya yang hitam
membuat kulit putih Aileen tampak kian putih. Potongan gaun itu membuat
pinggang Aileen yang ramping tampak kian ramping dan menonjolkan dadanya
yang montok. Aileen adalah gadis yang kurus namun ia memiliki buah dada
yang diidamkan banyak wanita. Pasti Aileen akan membuat banyak wanita iri
padanya. "Sudah kuduga gaun ini cocok untukmu," Evans mengulum senyum
gembiranya. Aileen tidak gembira mendengarnya. Tetapi dadanya yang bersemi berdebar
keras. "Namun," seperti biasa Evans tidak pernah melupakan protesnya, "Mengapa
rambutmu hanya begini?" ia memegang rambut Aileen yang terurai hingga
pinggangnya tanpa satu hiasanpun.
Seketika kegembiraan di hati Aileen lenyap. "Aku tidak punya waktu untuk
mengatur rambutku." "Tapi kau punya waktu untuk berdandan."
Aileen tidak menanggapi. Ia memang menyempatkan diri untuk memoleskan
dandanan tipis di wajahnya tapi ia tidak berniat mengikat rambut panjangnya.
Hanya rambut itulah yang dapat menutupi pundaknya yang terbuka. Aileen
124 Fb.me/overebook melepaskan rambutnya dari genggaman Evans dan menatanya sedemikian rupa
untuk menutupi dadanya. Evans kembali tersenyum. "Aku sudah menduganya," gumamnya.
"Apa?" Aileen bertanya.
"Tidak ada, Tuan Puteri," Evans mengambil tangan Aileen dan meletakkannya
di atas lengannya yang sudah terbuka untuk Aileen. "Bagaimana mungkin
hamba berani mengomentari penampilan Anda yang menawan?" Evans
membawa Aileen ke mobilnya.
Aileen segera duduk diam di dalam mobil namun ia tidak dapat berhenti
menutupi belahan dadanya yang terbuka, dengan rambutnya.
Walaupun ia tengah berkonsentrasi menyetir mobil di antara lalu lintas yang
padat, Evans tahu apa yang sedang diperbuat Aileen. Ia tidak akan
mengomentari perbuatan Aileen yang mengganggu matanya itu. Sebentar lagi
gadis itu tidak akan mempunyai cara untuk menutupi dadanya yang menawan
itu. Setelah melewati beberapa rambu lalu lintas dan belokan, Evans menghentikan
mobil di depan sebuah salon.
"Kita sudah sampai," ia mengumumkan.
Aileen terperanjat. Ia memperhatikan sekeliling dengan bingung. "Di sini tidak
ada restoran," komentarnya. Ini adalah pusat pertokoan. Di sini tidak ada satu
tempat pun yang bisa dijadikan tempat jamuan kalangan kelas atas.
125 Fb.me/overebook Ketika Aileen masih kebingungan memperhatikan sekelilingnya, Evans sudah
melangkahkan kaki ke pintu mobil di sisi Aileen.
"Mari, Tuan Puteri," ia mengulurkan tangan pada Aileen.
Aileen yang masih kebingungan, menyambut uluran tangan Evans tanpa
protesnya yang selalu mengumandang ketika Evans memperlakukannya seperti
nona besar. "Kita mau ke mana?" tanya Aileen ketika Evans menuntunnya menjauhi mobil.
"Kita akan mendandanimu menjadi seorang puteri," Evans membuka pintu
salon. "Apa?" Aileen kaget.
"Selamat datang, Tuan Renz," seorang pria menyambut kedatangan mereka.
"Inikah gadis yang Anda katakan itu?" ia menatap Aileen dengan senyum
lembut. "Tolong urus dia dengan baik," Evans mendorong Aileen dengan lembut.
"Tentu, Tuan Renz. Saya tidak akan mengecewakan Anda." Dengan tidak sabar
pria itu menuntunnya ke kursi yang sudah dipersiapkan untuknya.


Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam setengah jam berikutnya, Aileen hanya bisa duduk diam menahan protes
sementara pria itu mendaur ulang tatanannya mulai dari rambut hingga
dandanan tipisnya. 126 Fb.me/overebook Melalui kaca di depannya, Aileen melihat Evans yang duduk di kursi tunggu
sambil membaca koran. Menyadari tatapan Aileen, Evans menengadah dan tersenyum tidak bersalah.
Aileen sadar Evans sudah merencanakan ini. Evans sudah mengatur agar pria
ini mendandaninya. Evans langsung berdiri ketika pria itu menyelesaikan tugasnya. "Sekarang kau
benar-benar sempurna," Evans tersenyum menyambut Aileen.
"Terima kasih," Aileen menyambut uluran tangan Evans.
"Saya senang Anda puas, Tuan Renz."
"Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku."
"Semoga malam Anda menyenangkan," pria itu mengantar kepergian mereka.
Begitu mereka melangkahi pintu salon, Aileen menarik tangannya dari apitan
Evans. "Hei," Evans memprotes, "Di mana terima kasihmu?"
"Aku sudah mengatakannya padamu," Aileen menyahut dingin.
Evans mengulum senyum melihat Aileen langsung memasuki mobil ketika ia
membuka kunci mobil. "Tunggu!" Evans menahan pintu mobil.
127 Fb.me/overebook "Ada"," Aileen membelalak merasakan bibir Evans di punggungnya yang
terbuka. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya terasa panas membakar.
Tangan Aileen yang gemetar berusaha membuka pintu mobil. Ia ingin segera
bersembunyi di dalam mobil!
"Jangan bergerak," Evans memerintah.
Melalui kaca jendela mobil, Aileen melihat Evans memasangkan sesuatu di
lehernya. Aileen terperangah melihat kalung manis di lehernya.
"Sekarang kau sudah menjadi putri cantik."
Bisikan Evans membuat dada Aileen berdebar kian kencang. "K-ki" kita tidak
punya waktu," Aileen membuka pintu dan menyembunyikan wajah panasnya di
balik kaca mobil. Evans hanya tersenyum. Aileen menatap bayangan dirinya di kaca spion mobil dengan putus asa.
Sekarang sudah tidak ada rambut yang dapat menutupi dadanya. Rambutnya
telah tergulung rapi dengan model terbaru. Riasan wajah tipisnya sudah
dirombak total menjadi riasan yang mempesona. Tetapi" Aileen juga
menyadari ia tampak cantik mempesona dan seksi.
Aileen berharap Evans melepaskannya. Ia ingin kembali ke kamarnya yang
aman. Evans memperlambat kecepatan mobil. Ketika mobil sudah berhenti, seorang
pria membuka pintu untuk Aileen dan mengulurkan tangan.
128 Fb.me/overebook Aileen melihat pelayan itu dan menerima uluran tangannya. Di saat-saat seperti
inilah ia tidak begitu menyukai Evans.
Seorang pria juga membuka pintu mobil untuk Evans. Berlainan dengan pria
yang menyambut Aileen, pria itu membawa mobil Evans ke tempat parkir.
Evans mendekati Aileen dengan senyum bangga. Tubuhnya yang gagah
membusung penuh percaya diri.
Aileen meletakkan tangan di siku Evans yang terbuka dan berjalan di sisinya
tanpa suara. Segera ketika mereka memasuki ruangan pesta, Aileen merasa
semua mata tertuju padanya. Suatu hal yang membuatnya merasa tak nyaman.
"Evans!" seorang pria menyambut, "Lama tak berjumpa. Ke mana saja kau
bersembunyi?" "Aku tidak ke mana-mana."
Pria itu menatap Aileen lekat-lekat dengan pandangan yang menakutkan Aileen.
"Siapa gadis cantik ini?"
Aileen kaget. Evans merangkulkan tangan di pinggangnya. "Ia adalah Aileen
LaSalle," Aileen heran mengapa Evans tidak mengatakan ia adalah saudaranya.
"Aku mengerti maksudmu, Evans," pria itu menepuk pundak Evans dengan
keras, "Seharusnya dari dulu kau begini. Jangan hanya bermain-main dengan
wanita." 129 Fb.me/overebook Aileen tak mengerti arah pembicaraan pria asing itu tapi dalam hatinya muncul
kecurigaan. "Apa yang dikatakannya?" ia langsung melontarkan pertanyaan itu.
"Tidak ada," Evans menolak menjawab.
Otak Aileen berputar cepat. "Ia pasti mengomentari hobimu," Aileen tanpa
ragu-ragu mengutarakan pikirannya, "Makanya, Evans, segera berhubungan
serius dengan seorang wanita dan menikah."
"Aku sudah menemukannya," Evans mengakui.
"Oh"," Aileen tidak dapat menutupi rasa pedih di hatinya.
"Evans!" seorang pria di usia pertengahan mendekat, "Lama tidak bertemu."
Evans segera menyambut uluran tangan pria itu dan dalam waktu singkat
terlibat pembicaraan hangat dengannya.
Aileen tetap berdiri di sisi Evans seperti seorang gadis kecil penurut. Telinganya
dengan tekun mendengarkan isi pembicaraan bisnis kedua orang itu tetapi tidak
satu kalimat pun yang dapat diresap otaknya.
Tak sampai sepuluh menit, seorang pria lain mendekat diikuti pria lain. Lagilagi mereka membicarakan masalah serius dengan melupakan keberadaan
Aileen. Dalam waktu singkat, Evans sudah dikerumuni oleh para rekan
bisnisnya. Berdiri di sisi Evans, Aileen makin menyadari perbedaan dunia mereka. Evans
dilahirkan sebagai seorang businessman sukses. Ia dididik untuk menjadi
130 Fb.me/overebook seorang direktur handal. Sesungguhnya, sejak kecil Evans sudah menunjukkan
bakat bisnisnya. Bakat ditambah kerja keras, membuat Evans berhasil mendapatkan kepercayaan
sebagai direktur anak cabang perusahaan keluarganya hanya dalam waktu
singkat. Karena itu pula tidak heran bila Evans sangat terkenal di dunia bisnis
dan di antara para wanita. Ditambah kenyataan rupanya yang rupawan dan
tubuh atletisnya yang tidak berlemak, Evans adalah dambaan hati banyak
wanita. Orang tua Aileen juga mempunyai bisnis yang cukup berhasil tetapi
keberhasilan itu tidak ada nilainya dibandingkan salah satu anak cabang
perusahaan keluarga Renz. Kenyataan ini membuat Aileen semakin berkecil
hati. "Siapakah gadis kecil di sisimu?" seorang pria di antara kerumunan itu akhirnya
menyadari keberadaan Aileen.
Evans menoleh pada Aileen yang sekarang sudah hampir berdiri di
belakangnya. "Ia adalah Aileen LaSalle," tanpa ragu-ragu Evans melingkarkan
tangan di pinggang Aileen dan menariknya ke sisinya.
"Senang berkenalan dengan Anda," Aileen mencoba bersikap sesopan mungkin.
Pria yang menyadari keberadaannya, tersenyum. "Engkau adalah gadis manis
yang cantik." "Terima kasih," Aileen merasa pria itu memandangnya sebagai gadis belasan
tahun dibandingkan gadis yang hampir lulus kuliah.
131 Fb.me/overebook Pria itu tertawa menyadari kekesalan Aileen. "Tampaknya ia tidak suka kami
terus menahanmu di sini," ia berkata pada Evans.
Baru saat itulah Evans sadar sejak mereka tiba di sini setengah jam lalu, ia terus
mengabaikan Aileen. "Jangan khawatir. Saya senang mendengarkan pembicaraan Anda," Aileen
segera membuka suara. "Jangan memikirkan saya. Bila Anda merasa terganggu
oleh kehadiran saya, saya akan menepi."
Tetapi Evans berpendapat lain. "Aileen," ia memegang siku kanan gadis itu dan
membungkuk " mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu, "Di meja sana ada
banyak makanan. Engkau bisa memilih apa pun yang kausukai."
"Aku tahu," Aileen kesal. Bahkan Evans pun memperlakukannya seperti
seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa.
"Tunggulah aku di sana," matanya mengarah pada dinding di seberang, "Aku
akan segera menyusulmu."
Aileen mengangguk. "Gadis kecilmu sungguh mempesona dan penurut," lagi-lagi pria itu memberi
komentar akan Aileen. "Ia memang mempesona tetapi," Evans menambahkan dengan senyum
terkulum, "Ia tidak sepenurut seperti yang kaulihat."
132 Fb.me/overebook "Diakah orang yang membuatmu sering menghilang dari kantor?" tanya yang
lain. Evans tertawa. "Dia pasti marah kalau mendengarmu."
"Diakah yang membuatmu bertapa?" yang lain mencari ketegasan.
Evans hanya tertawa namun matanya terus memperhatikan Aileen yang dengan
gembira memilih cake. "RatuBuku "Anda bisa gendut dengan cake sebanyak itu."
Aileen terperanjat. "Anda suka cake?"
Sesuatu dari pria itu membuat Aileen merasa tidak nyaman. "Ya, saya suka
makanan manis." "Saya memperhatikannya dari tadi," pria muda itu mengakui.
Aileen sadar bukan hanya pria itu seorang yang memperhatikannya sejak awal.
Baik pria maupun wanita di tempat ini terus memperhatikannya dengan penuh
ingin tahu sejak ia menginjakkan kaki di sini terutama ketika ia mulai
menyantap berbagai macam cake yang tersedia di meja.
133 Fb.me/overebook Tetapi, siapa yang mempedulikannya" Setiap tamu mempunyai hak untuk
menyantap makanan yang tersedia.
"Apakah Anda sendirian?"
Pertanyaan itu cukup untuk memberitahu Aileen apa yang ada di kepala pria itu.
"Tidak," Aileen menjawab tegas tetapi ia enggan memberitahu dengan siapa ia
datang. "Apakah pria itu mempunyai kesibukan lain?"
"Benar," Aileen berharap pria itu segera pergi. Dalam hatinya ia bertanya-tanya
mengapa Evans tidak segera datang.
"Sampai pasangan Anda itu datang, boleh saya menemani Anda?"
Tentu saja tidak! Tetapi demi kesopanan, Aileen menjawab, "Tentu," dan
berharap dadanya tidak terlalu terbuka untuk menjadi santapan sedap mata pria
itu. Mata kelabu Evans menggelap. Sinar matanya yang tajam menusuk
pemandangan di depannya " pada Aileen yang tersenyum ramah pada pria di
sisinya. Keakraban mereka membakar hati Evans.
"Permisi," ia berpamitan pada rekan-rekan bisnisnya.
Langkah-langkahnya yang lebar menggetarkan lantai.
134 Fb.me/overebook Mendengar langkah-langkah mendekat, Aileen memalingkan kepala. "Evans,"
Aileen tersenyum lega, "Aku?" senyum di wajahnya menghilang oleh raut
murka Evans. "Maaf, Tuan. Ia tidak bisa menemanimu lebih lama lagi," Evans mengambil
piring di tangan Aileen dan meletakkannya di meja. Kemudian, tanpa berbasabasi ia menarik Aileen dengan kasar.
Aileen kesulitan mengimbangi langkah lebar Evans. "Kita mau ke mana?"
Evans tak menjawab. Raut mukanya keras.
Tak ada protes dari Aileen. Gadis itu bersyukur bila Evans menjauhkannya dari
tempat ini. Ia sudah ingin meninggalkan tempat ini semenjak ia menginjakkan
kaki di sini. Evans membawa Aileen menyeberangi Hall pesta yang luas dan berhenti di
pintu masuk. "Saya akan segera mengeluarkan mobil Anda, Tuan," pria penyambut tamu
segera berlari ke tempat parkir.
Aileen lega. Akhirnya mereka akan meninggalkan tempat itu.
Tak sampai lima menit, mobil Evans tiba di depan mereka.
Seorang pria segera membuka pintu untuk Aileen dan membungkuk hormat.
"Masuk," Evans mendorong kasar Aileen lalu ia menuju pintu kemudi.
135 Fb.me/overebook Aileen memperhatikan Evans dengan heran.
Evans menjalankan mobil meninggalkan rumah megah itu.
Melalui sudut matanya, Aileen memperhatikan Evans yang menyetir dengan
wajah tegang. Ia tidak mengerti mengapa Evans menjadi sinis. Aileen tidak dapat mengartikan
raut keras Evans. Biasanya Evans akan mengutarakan kekesalannya. Evans
tidak pernah memasang raut wajah ini padanya. Sikapnya itu membuat Aileen
merasa tidak nyaman. Untuk mengusir perasaan itu, ia memandang keluar jendela. Ia tidak dapat
mengerti jalan pikiran lelaki dan ia tidak mau terlalu memikirkannya. Aileen
memperhatikan sinar-sinar bangunan dan pepohonan yang muncul satu persatu
di jendela lalu menghilang. Matanya terpaku pada pemandangan yang silih
berganti itu. Ia menikmati perjalanan pertama dan terakhirnya ini. Takkan ada
lagi pesta ketiga yang dihadiri orang-orang kaya dan gaun malam yang terbuka
ini. Tiba-tiba Aileen menyadari betapa lemahnya pendiriannya. Benar Evans
membelikan gaun ini untuk dikenakannya dalam pesta ini. Benar Evans
memaksanya datang ke pesta ini dengan gaun malam ini. Benar Evans memesan
salon khusus untuk mendandaninya. Namun tidak berarti ia harus menuruti
semua keinginan Evans. Ia bisa menolak datang. Ia bisa menolak mengenakan
gaun ini. Tapi" Semua telah terjadi. Untuk apa sekarang ia mempersoalkannya"
136 Fb.me/overebook Saat ini yang terpenting untuk Aileen adalah ia sudah meninggalkan tempat
yang tidak nyaman itu ke kamarnya yang aman.
Aileen heran menyadari mobil berhenti di pinggir jalan. Ia melihat Evans
dengan bingung dan mendapati pemuda itu tengah menelungkupkan kepala di
setir mobilnya dengan bersadar pada lengannya.
Ini memang yang terbaik. Lebih baik mereka berhenti daripada menantang
bahaya dengan membiarkan Evans menyetir dalam keadaan mengantuk.
"Sungguh konyol."
Aileen melihat Evans dengan heran.
"Aku merasa konyol."
Apakah pemuda ini sedang mengingau"
"Aku memaksamu datang menemaniku dengan tujuan membuatmu senang. Aku
berhasil tapi aku memaksamu pulang."
Aileen tidak dapat memahami Evans sepenuhnya tetapi mulutnya tidak perlu
menanti otaknya untuk menanggapi, "Tak mengapa. Sejujurnya, aku tidak suka
tempat itu." Evans tersenyum tipis. "Aku mengerti."
Keduanya kembali terdiam.
137 Fb.me/overebook Aileen kembali pada keasyikan awalnya. Matanya memandang keluar tapi
pikirannya melayang entah ke mana. Ia hampir melupakan keberadaan Evans
ketika pria itu kembali memecah kesunyian.
"Aku minta maaf."
Aileen berpaling. Kata-kata itu terasa asing di telinganya.
"Sebenarnya tamu-tamu tak harus datang berdua."
Aileen tersenyum simpul. Ia tahu pria lebih senang datang berdua dalam pestapesta semacam ini.
"Tapi aku mengajakmu karena aku ingin menunjukkan pada teman-temanku
gadis yang akan menjadi pendampingku untuk sisa hidupku."
Kata-kata inilah yang tidak diketahui Aileen. Gadis itu hanya terperangah.
Evans mengangkat kepalanya dari kemudi dan menggenggam tangan Aileen.
"Kau bersedia?"
"Aku"," Aileen merasa lidahnya kelu. Matanya bergerak-gerak menghindari
pandangan Evans.

Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tahu kau masih mencintai Geert tapi aku mempunyai kepercayaan diri aku
pasti dapat membuatmu mencintaiku."
138 Fb.me/overebook Aileen terdiam. Mengapa hingga di saat seperti inipun Evans tidak dapat
memepercayainya" "Aileen?" Evans menuntut jawaban Aileen dengan tidak sabar.
Evans pasti tidak sepenuhnya menyadari apa yang sedang dikatakannya saat ini.
Aileen tahu besok pemuda ini akan melupakan saat ini.
"Jangan bercanda," Aileen melepaskan tangannya, "Kalau aku serius, baru tahu
rasa kau." "Sebaliknya, aku akan sangat senang," Evans membenarkan. Sekali lagi ia
menggenggam tangan Aileen dan kali ini ia tidak akan melepaskannya sebelum
Aileen menjawabnya. "Aku"." Aileen tidak tahu haruskah ia menerimanya atau menolaknya. Ia tidak
berbohong ketika ia memberitahu Evans ia pernah mempunyai keinginan
menjadi istrinya. Namun keinginan masa kanak-kanak itu sudah" lama hilang.
Benarkah itu" Aileen bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Tak peduli sekeras
apa usahanya mengingkari kenyataan itu, sebagian dari dirinya bahagia ketika
Evans menjemputnya, sebagian dari dirinya berbunga-bunga ketika Evans
membuatnya tersanjung. "Sudah diputuskan," seperti biasa, Evans mengambil keputusan di atas
kebingungan Aileen, "Kau akan menjadi kekasihku."
Aileen kaget. 139 Fb.me/overebook "Setidaknya kau harus memberiku kesempatan membuatmu melupakan Geert.
Andai sampai pada saatnya kau tetap tidak bisa melupakan Geert, aku
menyerah." "Aku tidak pernah memikirkan Geert," Aileen membenarkan.
"Semua sudah diputuskan!" Evans puas dengan keputusan yang dibuatnya itu.
"Evans"," Aileen menelan kembali kata-katanya melihat wajah puas Evans.
Evans bukan pria yang bisa diubah ketika ia menunjukkan wajah ini. Namun
Aileen yakin pemuda itu akan melupakan malam ini secepat ia berganti
pasangan. Aileen percaya Evans tengah mabuk.
"RatuBuku 140 Fb.me/overebook Chapter 9 Aileen meremas majalah di tangannya.
"Mengapa engkau tidak memberitahuku?" Sigrid mengulang kembali protesnya
yang terus berkumandang sejak ia membaca majalah itu.
Di sampul majalah itu terpasang potret Evans merangkulkan tangannya dengan
mesra di pinggang seorang gadis muda bergaun hitam yang seksi. Wajah gadis
itu memandang sisi lain kamera tetapi Aileen tahu siapa gadis itu, demikian
pula Sigrid. Menambah suasana mesra foto tersebut, sederet judul besar
terpampang: "Pacar Baru Evans Renz!!! Dan yang Terakhir?"
Aileen geram. Mengapa Evans membiarkan ini terjadi!" Evans dengan segala kekayaan dan
kekuasaannya tentu dapat mencegah hal ini.
"Mengapa kau tidak memberitahuku kau telah bertunangan dengan Evans?"
desak Sigrid lagi. "Aku tidak bertunangan dengan Evans!" bantah Aileen.
"Tetapi majalah itu tidak berkata demikian."
Aileen segera membuka halaman berita yang memuat dirinya dan Evans.
Semakin ia membacanya, semakin melebar matanya dan semakin memanas
141 Fb.me/overebook emosinya. Mengapa Evans membiarkan berita semacam ini!" Mengapa Evans
membiarkan orang-orang mengarang pernyataannya sesuka hati mereka!"
Apanya yang gadis pujaan Evans!?" Apanya yang cinta sejatinya!"
Evans tidak mungkin mengatakannya! Evans, sang playboy, adalah sepupunya!!
Yang membuat Aileen semakin gemas adalah kenyataan mereka telah diikuti
sejak ulang tahun Evans! Artikel itu memang tidak menyebutkan namanya juga tidak menyebutkan
tempat tinggalnya tetapi mereka memasang foto-fotonya bersama Evans baik
ketika mereka merayakan ulang tahun Evans maupun ketika Evans
membawanya ke pesta sosial semalam. Bahkan, foto ketika Evans
menyematkan cincin di jemarinya!!!
Evans tidak mungkin tidak menyadari mereka tengah diikuti. Evans tidak
mungkin tidak tahu ia adalah satu dari sekian incaran para paparazzi. Dari
segala pencegahan yang bisa dilakukan, mengapa Evans memilih memesan
restoran" Mengapa ia membiarkan orang lain mengetahui rencananya!?"
"Aileen?" Sigrid khawatir.
Aileen melempar majalah itu di meja.
"Kau mau ke mana?" Sigrid mencegah.
142 Fb.me/overebook "Aku akan membuat perhitungan dengan pemuda itu!" Aileen melepaskan diri.
Begitu tergesa-gesanya ia hingga ia hampir menabrak Helena yang hendak
memasuki ruangan. Helena melihat kepergian Aileen dengan penuh tanda tanya. "Mau ke mana
dia?" tanyanya pada putrinya, "Mengapa ia tampak murka?"
"Ia pergi menemui Evans," Sigrid menjawab.
"Apa yang terjadi pada mereka" Apa mereka bertengkar?" tanya Helena lagi.
"Kau akan mengerti setelah melihat ini," Sigrid memberikan majalah yang
hampir tidak berbentuk itu kepada ibunya.
"RatuBuku "Kali ini kau sudah melebihi batas, Evans."
"Aku tahu, Mama."
"Ayahmu tidak senang."
"Aku tahu," kata Evans lagi.
"Beritahu aku, Evans, apa kali ini kau serius?"
"Ya," Evans duduk tegak, "Aileen adalah kekasih terakhirku dan satu-satunya
cinta sejatiku." 143 Fb.me/overebook "Aku akan senang sekali kalau kau benar-benar serius. Tetapi kalau kau hanya
ingin bermain-main, lebih baik kau berhenti saat ini juga. Ini bukan permainan
yang lucu." "Aku tidak pernah seserius ini," Evans menegaskan.
"Aku lega. Engkau membiarkan hal ini terjadi sudah menjadi sebuah bukti
keseriusanmu. Tetapi penegasanmu adalah bukti yang terkuat. Aku berharap
kalian bisa segera menikah."
"Aku juga berharap demikian."
Wanita di seberang telepon tertawa. "Kulihat kali ini kau benar-benar jatuh
cinta." "Aileen adalah gadis yang mempesona. Aku akui aku selalu takut pria lain akan
merebutnya dariku." "Karena itu kau membiarkan mereka menulis gosip ini?"
"Ini bukan gosip. Ini adalah kenyataan," Evans membenarkan. "Membiarkan
berita itu tersebar luas berarti membantuku menyingkirkan setiap pria yang
tertarik pada Aileen. Mama, kau tidak tahu betapa banyak tamu pria di restoran
itu yang jatuh hati pada Aileen."
"Karena itukah kau memindahkan kantormu ke restoran mereka?"
"Itu adalah salah satu alasanku," Evans mengakui.
144 Fb.me/overebook "Kulihat kalian harus segera disatukan sebelum kau menghancurkan bisnis
keluarga kita." "Aku juga sangat menginginkannya, Mama, tetapi harus kuakui ini bukan hal
yang mudah." "Aileen masih tidak dapat melupakan Geert?" tanya Kathy.
"Ia selalu membantahnya tetapi aku tahu ia terus memikirkan Geert."
"Aileen pasti marah dengan berita ini."
"Mungkin," Evans mengakui, "Tetapi itu bukan masalah besar. Aku tidak akan
membiarkan ini terjadi kalau aku mengkhawatirkannya."
"Kulihat kali ini engkau menggunakan segala cara untuk mendapatkan Aileen."
"Ya. Aku harus menggunakan semua cara yang terpikirkan olehku. Ia bukan
gadis yang mudah ditaklukan."
"Engkau tidak mengejarnya karena itu bukan?" lagi-lagi Kathy dibuat khawatir
oleh komentar putranya. "Tentu saja tidak, Mama. Ia memiliki segala yang kuinginkan dari seorang
wanita. Ia adalah satu-satunya gadis yang sanggup mengacaukan duniaku dan
juga membuatku bahagia. Bersamanya seperti berada di dunia penuh kejutan
yang menarik." "Aileen pasti gembira mendengarnya."
145 Fb.me/overebook "Ia tidak mempercayaiku," keluh Evans, "Ia terus menegaskan aku adalah
seorang kakak baginya."
"Itu adalah dampak dari perbuatanmu sendiri."
"Ya," Evans juga menyadarinya. "Aku yakin aku pasti bisa mendapatkannya. Ia
pernah jatuh cinta padaku dan aku pasti bisa membuatnya jatuh cinta lagi
padaku untuk yang terakhir kalinya."
"Ia pernah jatuh cinta padamu!?" Kathy Renz terperanjat, "Benarkah itu?"
"Ia memberitahuku sendiri. Tetapi, katanya, itu hanyalah perasaan seorang
gadis kecil dan ia sudah tidak lagi merasakannya sekarang."
"Aku percaya kau pasti bisa mendapatkannya kembali. Percayalah padaku,
Evans, seorang gadis selalu memendam perasaan pada cinta pertamanya."
"EVANS RENZ!!" pintu ruangan kantor terbuka lebar.
Evans terkejut melihat sepasang mata murka gadis yang melangkah masuk
dengan langkah-langkah tegasnya.
"Aku akan meneleponmu lagi," katanya menutup pembicaraan.
"Kabari aku kalau ia sudah mengangguk," Kathy mengingatkan dengan
antusias. "Ia sudah menerima cincinku."
146 Fb.me/overebook Kathy terperanjat. Namun sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, putranya
telah menutup telepon. "Maafkan saya. Saya telah berusaha mencegah tetapi Nona ini tidak
menghiraukan larangan saya."
"Tinggalkan kami berdua," Evans memerintah. Ketika berita itu dimuat, ia
sadar cepat atau lambat Aileen pasti muncul.
Sekretaris Evans pun meninggalkan kantor Evans. Tak lupa ia menutup pintu
untuk memberi mereka privasi.
"Jelaskan apa maksud semua ini!" Aileen menggebrak meja di hadapan Evans.
"Apa maksudmu?" Evans menautkan jari-jemarinya di atas meja dan memasang
sikap tidak bersalah. "Kau tahu maksudku!" Aileen merasa ia hampir gila oleh sikap tenang Evans.
"Kau tahu mereka tengah membuntuti kita. Kau tahu mereka berpesta ria
dengan bualan mereka tetapi mengapa kau membiarkan mereka!?"
"Mereka tidak membual. Mereka hanya menulis cerita nyata."
"Cerita nyata apa!" Antara kau dan aku tidak ada apa-apa!"
"Aku tidak menduga daya ingatmu selemah ini."
147 Fb.me/overebook "Apa maksudmu!?" Aileen tidak menyukai ketenangan Evans di saat ia sudah
hampir meledak. Evans berdiri dan mencondongkan badan ke Aileen. "Sekarang aku adalah
kekasihmu," ia mengingatkan dengan tersenyum.
Aileen terperanjat. "I" itu" itu?" Rona merah menghiasi wajah pucatnya.
Evans menyukai reaksi Aileen ini. "Kau bahkan sudah bersedia menikah
denganku," ia dengan sengaja menggoda Aileen.
"Menikah denganmu!?" Aileen kaget. "Jangan bercanda!"
"Aku tidak bercanda. Engkau juga sudah menerima cincin pertunanganmu."
"Cincin tunangan?" Aileen kembali bertanya heran. Simpul-simpul
kebingungan di kepalanya terus bertambah. "Kapan kau memberikannya?"
Aileen menyadari Evans tengah memperhatikan sesuatu darinya dan ia
mengikuti arah pandangan Evans dengan waspada. Mata Aileen tertumbuk pada
cincin yang Evans sematkan di jari manis tangan kanannya pada hari ulang
tahun Evans. Aileen terperanjat. Evans hanya tersenyum melihat reaksi Aileen.
"Ini?" Aileen tidak percaya. "Tapi katamu" katamu ini"," mata Aileen
berpindah-pindah antara cincin di jari manisnya dan Evans. Ia berharap Evans
hanya bercanda namun ia tidak menemukan satupun tanda yang ia cari dari
wajah yang tersenyum itu. Sepasang mata yang menatapnya serius, mulai
148 Fb.me/overebook membuat genderang di dadanya bertabuhan. "A-aku" aku," Aileen berusaha
melepas cincinnya dengan jari-jarinya yang gemetaran.
"Jangan kau lakukan itu," Evans menangkap tangan Aileen. Ia menjauhkan
tangan kiri Aileen dan tangannya yang lain meremas lembut jari-jemari tangan
kanannya. "Aku tidak akan membiarkan kau melakukannya," ia memperingati
Aileen dengan keseriusan yang membuat genderang di hati Aileen berbunyi
semakin keras. "Ini adalah segel hubungan kita," Evans menunduk mencium
cincin di jari Aileen. Sentuhan lembut di jari-jemarinya membakar wajah Aileen. Aileen ingin
menutupi wajahnya namun dengan kedua tangannya di genggaman Evans, ia
hanya dapat berharap wajahnya tidak memerah.
Evans tersenyum lembut melihat Aileen yang tersipu. "Kau benar-benar manis,"
ia menyukai rona wajah Aileen yang semakin memerah.
Pernyataan itu membangunkan Aileen dari mimpi. Ia ingat Evans pernah
berkata ia ingin mempunyai adik perempuan yang semanis dirinya. Dengan
memendam kekecewaannya, Aileen berkata, "Karena itu kau ingin mempunyai
adik perempuan sepertiku."
"Benar," Evans menyahut spontan.
"Aku benar, bukan?"
Sekarang giliran Evans yang heran.
149 Fb.me/overebook "Kau hanya menggodaku," Aileen menarik tangannya, "Sejak dulu kau hanya
menganggapku sebagai adikmu."
"Tidak!" Evans kembali mencengkeram kedua pergelangan tangan Aileen.
"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai adikku."
"Sudahlah, Evans. Lelucon ini tidak lucu." Aileen tidak suka cara Evans
membuatnya berdebar-debar kemudian menyakitinya.
"Aku serius!" Evans berkata tegas, "Kau ingin bukti?"
Sesuatu di wajah Evans membuat Aileen waspada. Sebelum ia sempat
menyadarinya, Evans sudah memutari meja kerjanya dan berdiri di depannya.
"A-apa yang akan kaulakukan?" Aileen panik.
"Menurutmu?" cara Evans mendekat membuat Aileen mundur. Pemuda itu
terus menyudutkan Aileen sehingga gadis itu terjerembab di sofa panjang depan
meja kerjanya. Evans tersenyum puas. Ia menekan kedua tangan Aileen di sofa. Dan dengan
tubuhnya yang besar, ia memenjarakan Aileen di sofa panjang kantornya.
Aileen panik namun" ia juga berdebar-debar. Ia takut namun ia juga
menantikan tindakan Evans selanjutnya. Perasaan ini sungguh luar biasa. Aileen
tidak sanggup mengungkapkan perasaan campur aduk yang menyebar dari
dadanya hingga ke seluruh tubuhnya.
150 Fb.me/overebook Evans dapat merasakan getaran tubuh Aileen namun ia tidak berniat melepaskan
Aileen. Sebaliknya, ia mempersempit jarak di antara mereka.
Aileen menutup matanya dengan spontan. Sesaat setelahnya ia dapat merasakan
hembusan nafas Evans menggelitik wajahnya. Ketegangan yang menguasainya
membuatnya tidak melakukan apa yang pasti sudah dilakukannya di saat
normal. Sentuhan lembut yang menyentuh bibirnya sudah benar-benar


Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuatnya melupakan rasa gelinya.
Seseorang mengetuk pintu. Aileen dan Evans langsung memisahkan diri dengan
kaget. Serasa seperti dibangunkan dari mimpi indah, pikiran Aileen kacau balau. Ia
duduk tegang di kursi dengan kepala menunduk. Sedangkan Evans mengambil
langkah-langkah lebar ke meja kerjanya.
"Masuk!" katanya sambil membolak-balik kertas kerjanya.
Seorang wanita berbaju seksi memasuki ruangan. Matanya yang jeli langsung
melihat Aileen yang memainkan jari jemarinya di pangkuannya.
"Maaf, saya tidak tahu adik Anda ada di sini."
Evans melihat Aileen yang tidak terusik oleh kehadiran kepala department
human resourcenya. Diam-diam ia mensyukuri gangguan wanita itu yang tepat
waktu ini. Andai ia tadi tidak mengetuk pintu, Evans tidak dapat menjamin apa
yang sekarang sudah terjadi. Ia benar-benar marah oleh ketidakpercayaan
Aileen sehingga sesaat lalu kemarahan menguasainya.
151 Fb.me/overebook "Ada apa?" tanya Evans.
"Ada beberapa surat yang perlu segera Anda periksa dan tanda tangani. Suratsurat ini mendesak." Mata wanita tu melirik Aileen.
"Aku mengerti," Evans menerima surat-surat itu.
Aileen merasa tidak nyaman oleh lirikan wanita itu. Wanita itu pasti telah
mengenalinya dan ia tidak perlu menebak pikiran wanita itu. "Evans,"
panggilnya menarik perhatian pemuda itu, "Aku akan pulang dulu. Jangan lupa
bereskan masalah ini."
"Tunggu!" Evans berdiri, "Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu," Aileen menolak, "Aku bisa pulang sendiri. Kau masih punya
banyak pekerjaan. Bye?"
"TUNGGU!" Evans langsung menyambar tangan Aileen. "Taruh berkas-berkas
itu di mejaku. Aku akan segera kembali."
"Baik." Aileen melihat sinar kecemburuan di wajah wanita cantik itu tetapi ia tidak
peduli. "Aku akan mengantarmu pulang," Evans menuntunnya pergi.
"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri."
152 Fb.me/overebook "Cerewet!" bentak Evans.
Aileen terdiam. "Tuan Renz," sekretaris Evans langsung berdiri menyambut kemunculan
mereka. "Telepon terus berdering mencari Anda. Menurut petugas jaga,
beberapa wartawan ingin bertemu Anda."
"Ini semua salahmu," Aileen melirik Evans. Evans berjalan ke jendela dan
melihat kerumunan di bawah gedung. Lalu melihat Aileen.
"Kau tidak membuat hidupku mudah," Aileen terus menyalahkan Evans, "Kau
tidak tahu bagaimana aku harus menghindari mereka dalam perjalanan ke sini.
Aku bahkan tidak bisa membayangkan aku bisa secerdik itu. Tetapi sepandaipandainya aku menyamar, mereka pasti bisa menemukanku. Bagi mereka,
menemukan tempat tinggalku bagaikan menelepon rumah mereka sendiri."
Ia tidak memikirkannya! Ia sama sekali tidak memikirkannya ketika ia
memesan tempat di restoran. Ia juga tidak memikirkannya ketika ia mengetahui
para paparazzi mendapatkan fotonya bersama Aileen.
Evans pucat pasi. Ia sering melihat berita orang-orang terkenal mengalami
kecelakaan hanya karena ingin menghindari para paparazzi. Ia tidak
memikirkannya! "Aileen," Evans memeluk gadis itu erat-erat. Untunglah gadis ini bisa datang ke
sisinya dengan selamat. 153 Fb.me/overebook Evans berpaling pada sekretarisnya. Dengan wajah seriusnya, ia berkata,
"Siapkan mobil di pintu belakang. "Juga siapkan pesawat. Setengah jam lagi
aku akan segera tiba di bandara." Evans meremas tangan Aileen dan menarik
gadis itu kembali ke dalam kantornya.
"Lepaskan!" Aileen memberontak.
"Diam, Aileen!" suara dan wajah tegang Evans membuat Aileen tunduk.
"Berikan padaku," Evans lalu memerintah sang manager yang masih berada di
sana. Tanpa melepaskan Aileen, ia memeriksa berkas-berkas itu dan
menandatanganinya. Tepat setelah Evans membereskan berkas-berkas itu, sang sekretaris Evans
masuk untuk memberitahu mobil telah siap.
"Segera hubungi aku bila terjadi sesuatu," Evans memberikan tas kerjanya
kepada Aileen lalu menyimpan laptopnya. Tanpa memberi kesempatan pada
gadis itu untuk memahami keadaan, Evans kembali menggenggam tangannya
dan menariknya pergi. "Kita akan ke mana?" akhirnya Aileen mempunyai keberanian untuk bertanya
setelah mereka berada di dalam lift.
"Kita akan pergi menyepi hingga keadaan tenang."
"Menyepi ke mana?" gerutu Aileen, "Mereka tidak ubahnya seperti lalat yang
menyebalkan. Mengapa kau tidak mengadakan konferensi press atau
semacamnya untuk menutup mulut mereka. Kau pasti bisa."
154 Fb.me/overebook "Itu adalah tindakan bodoh yang memberi mereka umpan," Evans
menerangkan, "Saat ini langkah yang paling tepat adalah menghilang sampai
mereka menemukan umpan baru."
"Ah, tentu saja kau berpengalaman menghadapi mereka."
"Menarikmu dalam keadaan ini adalah kesalahanku," Evans menyesal,
"Percayalah padaku keadaan akan kembali normal dalam waktu singkat."
"Kapan?" "Sudah, jangan menggerutu terus," Evans meletakkan tangan di atas kepala
Aileen, "Keriputmu akan bertambah banyak kalau kau terus menggerutu," ia
menggosok kepala Aileen. "Lepaskan aku!" Aileen menyingkir. "Aku bukan anak kecil."
"Percayalah padaku. Aku tidak ingin kau terus membenciku." Evans tersenyum
melihat Aileen memeluk tas kerjanya erat-erat. "Daripada memeluknya,
bukankah lebih baik kau memeluk pemiliknya?" ia mengambil alih tas kerjanya.
Aileen hanya berdiri kebingungan.
"Kita masih punya banyak waktu untuk bermesraan tetapi tidak di sini," Evans
kembali menggenggam tangan Aileen ketika pintu lift terbuka.
"RatuBuku 155 Fb.me/overebook Chapter 10 Aileen bersandar di pagar serambi dan melepaskan desahan bosannya.
Evans tersenyum melihatnya. "Kau masih marah padaku?"
Aileen menolak untuk melihat Evans. Evans berkata mereka hanya perlu
menyingkir setidaknya selama dua hari tetapi" ini sudah hari kelima mereka
berada di pulau kecil milik keluarga Renz dan gosip akan mereka masih belum
mereda. Para kuli koran berspekulasi akan melenyapnya mereka berdua. Dan demi
menambah maraknya suasana, Kathy Renz, ibu kandung Evans berkomentar ia
sangat senang karena akhirnya putranya akan menikah.
Sejak Evans "menyelamatkan"nya ke pulau kecil ini, Aileen hanya sekali
menghubungi keluarga Wilder. Itupun di malam Evans "menyelamatkan"nya
dan hanya untuk memberitahu mereka bahwa ia ada bersama Evans. Setelahnya
Aileen tidak pernah menghubungi mereka juga tidak pernah muncul di
universitasnya. Aileen termenung. Sejauh mana sekarang pelajarannya. Dua minggu lagi adalah
ujian akhir " ujian penentu kelulusannya tetapi ia membolos. Untungnya,
mungkin, ia tidak mempunyai kelas pada hari Jum"at dan pada hari Rabu serta
Kamis ia hanya mempunyai dua kelas. Ditambah kenyataan hari ini adalah hari
Sabtu, total ia membolos tiga kelas.
Aileen berharap Senin lusa ia bisa kembali ke kehidupan normalnya.
156 Fb.me/overebook "Aku mengaku bersalah karena telah salah perhitungan tetapi setidaknya aku
tidak menelantarkanmu."
Aileen melihat Evans lalu kembali pada lamunannya. Benar, Evans tidak
menelantarkannya. Mereka datang tanpa membawa apapun namun Evans, entah
bagaimana, bisa mendapatkan baju untuknya mulai dari baju dalam hingga baju
yang sekarang dikenakannya. Yang harus Aileen akui adalah ketepatan Evans
dalam memilih ukurannya. "Karena kita sudah berada di sini, mengapa kita tidak menikmatinya?"
Pertanyaan itu berhasil membuat Aileen memalingkan kepalanya pada Evans.
"Kau mau berenang denganku?"
"Berenang?" Aileen melihat sekeliling. Selain bangunan villa keluarga Renz ini,
ia tidak melihat bangunan lain apalagi kolam renang. "Di mana?"
"Di mana pun kau mau," Evans tersenyum sambil merentangkan tangan.
Aileen melihat laut di sekeliling pulau dengan mata nanar. Ia tidak
bermaksud" "Baju renang pesananku untukmu sudah tiba pagi ini."
"B-ba" baju renang?" Aileen pucat pasi. Hilang sudahlah alasan utamanya.
157 Fb.me/overebook "Kau pasti tidak sabar melihat baju renang pilihanku," Evans tersenyum puas,
"Aku menjamin pilihanku tidak buruk."
"Aku sudah tahu," gumam Aileen. Siapa lagi yang memilih baju-baju terbuka
yang sekarang dikenakannya ini kalau bukan Evans" Kecuali modelnya, yang
menurut Aileen, terlalu terbuka, Aileen menyukai tiap baju yang dipilih Evans "
khusus untuknya. "Cepat!" Evans mendorong Aileen, "Segeralah bersiap-siap. Aku akan
menyuruh seseorang menyiapkan bekal piknik kita."
"A" aku tidak ingin berenang."
"Mengapa" Hari ini sangat baik untuk berenang, tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin." "Aku tidak ingin berenang!" Aileen menegaskan.
"Segeralah bersiap-siap," desak Evans, "Kau hanya akan membuang waktu di
sini." "Aku tidak mau!" Aileen bersikeras.
"Mengapa?" Evans keheranan. "Apa kau tidak bisa berenang" Aku akan
mengajarimu dengan senang hati."
"A-aku," Aileen menghindari wajah Evans dan membuat pengakuan, "Tidak
berani berenang di laut."
158 Fb.me/overebook Evans terperanjat. "Bukankah kau bisa berenang?"
"Itu beda!" Aileen malu mengakui ia masih sering takut berenang di tempat di
mana ia tidak bisa menyentuh lantai walau ia suka berenang dan menikmati
menyelam di dalam air. "Tidak ada yang beda. Selama kau bisa berenang, kau tidak akan tengelam."
"Sudahlah!" Aileen kesal, "Aku akan ke pantai bersamamu tetapi aku tidak
akan berenang." "Kita akan membicarakannya kemudian," Evans memutuskan, "Jangan lupa
mengenakan baju renangmu. Aku akan menantimu di bawah. Sepuluh menit
lagi kita akan pergi." Dan untuk terakhir kalinya, ia mengingatkan, "Jangan lupa
baju renangmu." Ini adalah satu dari sekian yang tidak disukai Aileen dari Evans. Namun Aileen
lebih tidak menyukai pendiriannya yang lemah.
Tak sampai sepuluh menit kemudian ia sudah berdiri di depan Evans.
"Baju renangmu?" itulah pertanyaan pertama yang diucapkan Evans.
"Aku sudah mengenakannya," Evans tentu tidak ingin ia memamerkannya
sekarang, bukan" "Kau sudah membawa handuk?"
"Aku tidak berniat berenang," gumam Aileen.
159 Fb.me/overebook "Aku sudah menebaknya," Evans tersenyum. "Ayo berangkat," Evans
menggenggam tangan Aileen.
"Ini sudah menjadi kebiasaan barumu hari-hari belakangan ini," komentar
Aileen. "Apa?" "Ini," Aileen mengangkat tangannya yang digenggam Evans erat-erat.
"Apa salahnya" Engkau adalah kekasihku," Evans sudah mengatakannya ribuan
kali sejak mereka berada di sini, "Dan ini hanyalah satu-satunya caraku untuk
memastikan kau tidak akan pergi."
"Aku tidak akan ke mana-mana. Kalaupun aku ingin, aku tidak dapat,"
komentar Aileen lagi. Sejak ia berada di sini, Aileen sudah memperhatikan satusatunya transportasi mereka dengan daratan hanyalah perahu " yang tidak ada "
dan helikopter " yang hanya muncul sekali untuk mengantar keperluan mereka.
"Aku belum mendengar pendapatmu tentang baju renang pilihanku."
"Aku tidak menyukainya," Aileen menjawab tajam.
Evans tertawa lepas. Apa lagi reaksi yang bisa ia harapkan dari gadis jaman
pertengahan ini" Sekarang ia bisa menutupi tubuhnya dengan gaunnya tetapi
beberapa langkah lagi"
Evans tersenyum puas. 160 Fb.me/overebook "Cari tempat yang kau sukai," Evans memberitahu ketika mereka sudah
menginjakkan kaki di hamparan pantai hangat.
Aileen dengan segera menemukan tepat sejuk di bawah pohon.
Sesuai dengan kehendak Aileen, Evans membiarkan gadis itu menebar tikar.
Sambil menanti Aileen, Evans melepas bajunya.
"Evans," Aileen melaporkan, "Kau boleh meletakkan keranjang?" Pipi Aileen
memerah. Ia bukan gadis naif yang tidak pernah melihat pria dalam pakaian
renang. Tetapi" melihat pria yang diseganinya hanya mengenakan celana
renang adalah hal lain. Evans segera memindahkan keranjang di kakinya ke tengah tikar beserta
bajunya. "Kau bisa meletakkan bajumu di sini. Tidak akan ada yang
mengambilnya." Tentu saja Aileen mengetahuinya! Selain mereka dan beberapa pelayan
keluarga Renz, tidak ada orang lain di pulau ini.
"Kau tidak berenang?" alis Evans terangkat, "Kita sudah tiba di pantai dan kau
tidak berenang?" Ia juga ingin berenang tetapi" "Kalau kau ingin berenang, berenanglah
sendiri!" Aileen membuang wajah.
161 Fb.me/overebook "Percayalah ini akan menyenangkan," Evans berdiri di belakang gadis itu.
"Sama sekali tidak menakutkan." Tangannya bergerak menarik tali pundak gaun
Aileen lepas dari pundak gadis itu.
"Apa yang kaulakukan!?" Aileen menghadap Evans sambil mencengkeram
bajunya erat-erat. "Membantumu melepas baju," Evans menjawab tanpa rasa bersalah.
Pipi Aileen serta merta memerah. "Aku tidak butuh bantuanmu!"
"Benarkah?" Evans tersenyum. Ini bukan alasannya memilih gaun dengan
potongan dada terbuka untuk Aileen. Ini juga baru pertama kalinya ia
menyadari betapa tepatnya ia memilih gaun dengan bahu setali untuk Aileen.
Dengan terpaksa, Aileen melepas gaunnya di bawah tatapan mata Evans.
"Cepat!" Evans langsung menarik tangan Aileen begitu gadis itu meletakkan
bajunya di atas tikar. "T-tunggu!" Aileen panik. Walaupun ia melepas gaunnya, tidak berarti ia mau
berenang. "Ada apa?" Evans melihat Aileen dengan heran. Sesaat kemudian ia menyadari,
"Kau ingin mengoles krim anti matahari?"
"Ti" tidak," Aileen membuang muka. Sesungguhnya, ia sudah
mengenakannya sebelum menemui Evans.
162 Fb.me/overebook Evans mengulum senyumnya. "Mengapa kau tidak memberiku kesempatan
melayanimu?" protesnya.
"Terserah padaku!" Aileen menjauhkan wajahnya yang memanas dari Evans.
"Mengapa kau tidak segera berenang?"
"Mengapa kau tidak mengatakannya dari tadi?" Evans menarik Aileen ke


Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pantai. "Tunggu, Evans!" Aileen panik, "Aku tidak ingin berenang! Aku" aku?"
"Jangan khawatir," tentu saja Evans masih ingat ketakutan Aileen akan
berenang di laut. "Aku akan terus menggenggam tanganmu," Evans
meyakinkan, "Tidak ada yang perlu kautakuti."
"Tapi"," Aileen ragu-ragu.
"Percayalah padaku," Evans menarik Aileen ke tengah laut.
"EVANS!!!" Aileen merapatkan diri pada Evans dan merangkul lengannya eraterat. Aileen merasa gelombang lautan mulai menenggelamkan dirinya.
"Percayalah padaku," Evans melepaskan tangan Aileen dari lengannya namun
ia masih tetap menggenggam tangan gadis itu. Evans mengangkat kakinya dan
mulai berenang. Aileen mau tidak mau juga ikut berenang. Seperti pikirannya, berenang di laut
berbeda dengan berenang di dalam kolam renang. Di dalam kolam renang, ia
tidak pernah merasakan gelombang besar yang mengombang-ambingkan
163 Fb.me/overebook tubuhnya. Di dalam kolam renang juga tidak ada ombak vertikal yang
mengangkat dan menurunkan tubuhnya. Namun" di dalam kolam renang ia
tidak akan dapat melihat pemandangan bawah laut yang cantik seperti ini.
Aileen menghirup nafas dalam-dalam dan menyelam ke dalam air. Ia gembira
melihat gerakan-gerakan kecil di lantai laut. Ia senang melihat ikan-ikan yang
berlaian ke dalam tempat persembunyian mereka ketika ia mendekat. Ia
terpesona oleh tarian tumbuhan laut.
Evans tersenyum memperhatikan Aileen. Sesaat lalu gadis itu masih ketakutan
sekarang ia sudah hanyut dalam kegembiraan. Evans tidak melepaskan tangan
Aileen. Ia sudah berjanji padanya untuk menjaganya dan ia tidak dapat
membiarkan Aileen lepas dari pandangannya. Walaupun ia berkata berenang di
laut tidak berbahaya, namun tidak berarti bahaya itu benar-benar tidak ada.
Evans tidak dapat menjamin ombak laut tidak akan mengganas secara tiba-tiba.
Evans hanya dapat menjamin dengan tubuhnya yang kurus kecil itu Aileen pasti
dihanyutkan ombak laut dengan mudah.
Evans mulai merasa heran. Hampir semenit lamanya mereka menyelam di
dalam laut tanpa alat bantu apa pun. Manusia pada umumnya tidak sanggup
menahan nafas lebih dari semenit walaupun di dalam air. Ia yang sering
berenang pun tidak sanggup menahan nafas lama-lama. Namun Aileen
sepertinya masih tidak berniat kembali ke permukaan.
Aileen melihat permukaan laut. Ia tidak menyelam terlalu dalam. Ia masih bisa
bertahan beberapa saat dan kemudian kembali ke permukaan laut untuk
mengambil nafas. Ia ingin memperhatikan sekumpulan ikan menghilang di balik
karang. 164 Fb.me/overebook Evans memperhatikan Aileen yang sama sekali tidak seperti kehabisan nafas.
Mungkin gadis ini tidak selemah yang ia bayangkan.
Aileen mulai bergerak ke permukaan laut. Ia merasa ia mulai mencapai limitnya
namun ia percaya ia pasti segera mencapai permukaan laut.
Aileen heran. Ia merasa ia sudah berenang cukup lama namun ia masih tidak
mencapai permukaan yang bersinar itu. Aileen merasa dadanya mulai sesak
namun ia masih belum mencapai permukaan yang serasa dalam jangkauannya
itu. Aileen panik. Seseorang menariknya ke permukaan air dengan cepat.
Aileen kaget. Sesaat kemudian ia sudah berada di permukaan air. Nafasnya
tersenggal-senggal. Dengan rakusnya, ia menghirup udara melalui mulutnya.
Sebuah tangan besar memegang kepalanya dan merapatkannya ke dada
telanjang. Aileen merasa begitu lega. Sedetik lalu ia sempat berpikir ia akan mati
tenggelam. Ia merasa tenang dan aman. Tangannya memeluk dada itu dan ia
membaringkan kepala di dada itu dengan mata terpejam.
"Kau benar-benar membuatku kaget."
Aileen terperanjat. Ia segera menjauhkan diri.
Tangan kanan Evans yang melingkari pinggangnya tidak mengijinkannya
menjauhkan diri lebih jauh dari dua puluh sentimeter. Tangan kirinya yang
masih memegang kepalanya juga tidak mengijinkannya mengubah posisinya.
165 Fb.me/overebook "Lain kali jangan menyelam melebihi batas kemampuanmu," Evans
memperingati dengan serius.
Aileen tidak sanggup melihat pria di hadapannya.
"Kalau kau ingin melihat pemandangan bawah laut, kita bisa menggunakan
peralatan selam. Aku membawamu ke sini untuk berenang bukan untuk
menenggelamkan diri!"
"Maaf," gumam Aileen dengan kepala tertunduk.
"Kau benar-benar membuat jantungku copot," ia kembali memeluk Aileen.
Aileen tidak memberontak.
Evans menautkan jarinya di antara jari-jari Aileen. Seketika ia menyadari
sesuatu yang janggal. Ia menarik tangan kiri Aileen ke hadapannya. "Di mana
cincinmu?" tanyanya panik.
"Aku meninggalkannya di kamar."
"Mengapa kau melepaskannya!?" Evans marah.
"Aku tidak ingin ia rusak oleh air laut," Aileen membela diri dan menjelaskan,
"Perhiasan mudah berubah warna bila terkena air laut."
Amarah Evans mereda secepat munculnya. "Seharusnya kau memberitahuku."
"Untuk apa?" Aileen keheranan.
166 Fb.me/overebook "Untuk mencegahku khawatir," Evans memberitahu kemudian ia memberi
contoh, "Seperti barusan, aku mengira cincinmu jatuh ke dalam laut."
"Aku tidak seceroboh itu," Aileen tidak suka cara Evans berbicara yang seperti
menuduhnya itu. "Benar tapi kau pelupa," sambung Evans.
Aileen membuang wajah dengan kesal. Ia kaget melihat laut di sekeliling
mereka. Tangannya menggapai Evans dengan panik. Matanya memandang tepi
pantai di kejauhan dengan tidak percaya. Pasti ombak laut telah membawa
mereka sejauh ini dari pantai tanpa mereka sadari.
Evans kembali memeluk Aileen. "Sekarang kau baru sadar kita sudah hampir ke
tengah laut?" Evans tersenyum geli.
Aileen terlalu panik memikirkan kakinya yang tidak berpijak pada lantai laut
untuk membalas Evans. Evans menyadari kepanikan Aileen itu. "Kita kembali ke pantai," ia
melingkarkan lengan Aileen di lehernya kemudian melingkarkan lengannya ke
pundak Aileen dan berenang ke tepi pantai.
Secara spontan Aileen menggerakkan kakinya untuk mengimbangi gerakan
Evans. Tidak satupun yang ia pikirkan saat ini selain segera ke tempat di mana
kakinya bisa berpijak. Karenanya ia begitu lega ketika kakinya menyentuh
pasir. 167 Fb.me/overebook "Kau benar-benar aneh," komentar Evans, "Kau bisa berenang tetapi kau takut
berenang di tempat dalam. Apa yang kau khawatirkan" Selama kau bisa
berenang, kau tidak akan tenggelam."
"Tidak ada urusannya denganmu!" Aileen membuang muka.
Evans tertawa geli. Selama beberapa hari tinggal bersama Aileen di pulau ini, ia
semakin mengenali watak Aileen yang tidak pernah diketahuinya. Aileen adalah
gadis yang rajin. Ia suka bangun pagi tetapi ia sudah tidak dapat membuka mata
melebihi tengah malam. Ia suka melakukan bersih-bersih dan ia tidak suka
berdiam diri. Selalu ada saja pekerjaan rumah tangga yang bisa ia temukan
untuk menghabiskan waktu kosong. Aileen juga tidak suka melihatnya
meletakkan barang sembarangan. Entah sudah berapa kali Aileen
mengomelinya karena hal-hal kecil seperti meletakkan handuk di atas kursi
dapur. Evans menyukai semua penemuan barunya akan Aileen. Namun yang paling
disukainya adalah reaksi Aileen ketika ia malu. Ketika gadis itu merasa malu ia
akan membuang wajah dengan kesal atau menggerak-gerakkan bola matanya.
Ketika ia ditanyai pertanyaan yang membuatnya malu, ia pasti akan berusaha
mengalihkan pembicaraan. Begitu mudahnya ia dimengerti dan begitu manisnya
reaksinya sehingga Evans senang menggodanya.
Evans kembali menautkan jari-jarinya di antara jari Aileen. "Apa kau mau
berjalan-jalan di tepi pantai?" tanyanya.
"Dengan baju renang ini?" tanya Aileen, "Apa aku tidak bisa mengganti baju
dulu?" 168 Fb.me/overebook "Tidak perlu," Evans menuntun Aileen.
"Tunggu, Evans!" Aileen memberontak. Sudah sejak lama ia menginginkan
bikini yang seksi seperti ini. Ia selalu ingin tampak menarik tetapi ia tidak
menyukai perasaan tidak nyaman ini. Aileen merasakan keinginan yang kuat
untuk menutupi bagian-bagian tubuhnya yang terbuka. "Setidaknya biarkan aku
mengenakan sesuatu."
Evans memperhatikan Aileen yang menutupi dadanya dengan tangannya.
"Tidak akan ada yang melihatmu kecuali aku."
"Itu yang tidak aku sukai," Aileen memalingkan kepala.
"Kita masih punya bekal piknik," Evans mengingatkan.
Aileen mendesah putus asa.
"RatuBuku "Aileen?" Evans mengetuk pintu kamar Aileen dengan perlahan. "Aileen,
makan malam sudah siap." Evans memutuskan untuk masuk ketika Aileen
masih belum menjawab. "Aileen?" Evans mencari-cari sosok Aileen di dalam ruangan. Ia yakin gadis itu
ada di dalam. Mereka berpisah setengah jam lalu untuk membersihkan badan
dari air laut. Mereka juga telah berjanji akan bertemu lagi untuk makan malam.
Evans melihat sesosok gadis berbaring di atas meja serambi hanya dengan
mengenakan baju renang minimnya.
169 Fb.me/overebook "Aileen, jangan tidur di sini," ia menggoyang pundak Aileen dengan perlahan,
"Kau bisa jatuh sakit."
"Hmm"," Aileen mengerang dalam mimpinya.
"Kau bisa sakit kalau kau tidur di sini," ia memberi tahu dengan lembut.
Aileen sama sekali tidak menyahut.
Evans duduk di sisi Aileen. Aileen pasti lelah setelah seharian bermain di
pantai. Hanya sekali mereka berenang di laut setelahnya Aileen menolak
berenang bagaimana pun kerasnya paksaan Evans. Selebihnya, mereka hanya
bermain di tepi pantai seperti anak kecil dan menikmati makan siang mereka.
Evans memandangi Aileen dengan bahagia. Lima hari belakangan ini gadis ini
membuat hidupnya dipenuhi oleh kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan
bersama wanita lain. Gadis ini telah memenuhi seluruh sudut hidupnya sehingga
Evans tidak yakin ia bisa hidup tanpanya.
Tidur tenang Aileen sama sekali tidak terusik.
Evans mengulurkan telunjuknya menyentuh bibir Aileen. Beberapa hari lalu ia
hampir saja mencium gadis itu. Andai tidak diganggu sekretarisnya, ia pasti
sudah mencium Aileen. Evans berpikir bagaimanakah rasanya ciuman Aileen.
Ibu jari dan telunjuknya sudah berpindah ke dagu Aileen.
"Hmm"," Aileen kembali mengerang dalam mimpinya.
Gadis manis yang tanpa perlindungan ini benar-benar menggoda!
170 Fb.me/overebook Evans mendekatkan wajahnya.
"Evans"," gumam Aileen.
Evans terperanjat. Ia segera menjauhkan diri dari Aileen. "Kau bisa sakit kalau
kau tidur di sini," sekali lagi ia memberitahu. Lagi-lagi ia hampir kehilangan
kontrol. "Hmm?" Aileen mengganti posisi kepalanya.
Evans gemas. Di sini ia berusaha mengekang diri. Di sana gadis ini terus tidak
menyadari bahaya yang mengancamnya.
"Jangan salahkan aku," ia memperingati dan mengangkat tubuh yang tak
berdaya itu. Aileen menggeliat begitu punggungnya menyentuh kasur empuk dan
mengerang. Evans gemas dibuatnya.
"Siapa?" Aileen menggosok matanya. "Evans?" tanyanya dengan suara
mengantuk. "Selain aku, siapa lagi yang bisa memasuki kamarmu?" tanya Evans.
Aileen duduk di tempat tidur. Matanya masih enggan membuka.
"Aku tidak berkomentar kalau kau ingin memamerkan tubuh molekmu tetapi
aku tidak mau kau jatuh sakit."
171 Fb.me/overebook Aileen terperanjat. Ia segera menyadari keadaannya saat ini. Aileen meraih
selimut dan menutupi tubuhnya dari pandangan Evans. "Kau tidak" tidak","
Aileen malu, "Bukan?"
"Tidak apa?" Evans tergoda.
"Kau tahu?" "Tidak, aku tidak tahu," Evans sengaja.
Aileen sadar Evans tidak akan mempermudahnya. "Ah, sudahlah! Lupakan apa
yang kukatakan," ia menyerah, "Kau tidak mungkin melakukannya."
"Sulit mengatakannya," Evans berkomentar, "Bagaimanapun juga aku adalah
pria normal." Aileen menatap Evans dengan matanya yang melebar. "Itu" itu tidak
mungkin." "Kau ingin bukti?" Evans bertanya, "Aku bisa memberikannya setiap saat
terutama sekarang." "Bukti apa?" "Menurutmu apa yang bisa dilakukan seorang pria dan wanita yang berduaan di
dalam kamar?" Ia menangkap tangan Aileen dan mendorongnya ke tempat
tidur. "Terutama ketika sang wanita hanya mengenakan bikini?"
172 Fb.me/overebook Aileen panik. Tangannya tidak bisa bergerak di bawah tekanan Evans.
Tubuhnya terpenjara oleh tubuh Evans yang berada di atasnya. Aileen takut.
Kali ini ia tidak dapat merasakan apa pun selain ketakutan dan kepanikan.
Evans tersenyum. Ia tahu ia sudah membuat Aileen melihatnya sebagai seorang
pria tetapi ia masih tidak berniat melepaskan gadis yang mempesona ini.
Tubuh Aileen bergetar hebat. Matanya tertutup rapat ketika Evans mulai
mendekatkan wajahnya. Ia menyadari posisinya yang tidak menguntungkan ini.
Ia menyadari sepenuhnya bahaya yang mengancam ketika seorang pria
mengurung seorang gadis yang hanya mengenakan bikini di tempat tidur
terutama ketika pria itu hanya mengenakan sehelai celana renang.
Evans mendaratkan ciuman di dahi Aileen.
Aileen membuka matanya dengan kaget.
"Kau kecewa?" Evans menggoda.
"T-tidak," Aileen membuang wajahnya yang memerah.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan melakukan apa pun yang akan
mencelakaimu," Evans melepaskan Aileen, "Aku tidak akan menyentuhmu
sebelum kita menikah. Tentu saja itu termasuk ini," telunjuk Evans menyapu
bibir Aileen. Dada Aileen mulai berdebar keras.
"Aku ingin memberimu ciuman yang tidak akan pernah kaulupakan."
173 Fb.me/overebook Pernyataan itu membuat jantung Aileen berdebar kian keras.
"Segeralah mandi," Evans memunggungi Aileen. "Aku sudah lapar."
Aileen bangkit dan mulai mencari baju di lemari baju. Segera setelah
mendapatkan baju yang diinginkannya, ia melesat ke kamar mandi.
Evans duduk lemas di tempat tidur.
Hanya Tuhan yang tahu apa yang membuatnya berhenti. Benar ia adalah orang
yang menyalakan api namun Aileen, tanpa gadis itu sadari, membuat api itu
kian membara. Dengan wanita lain, Evans pasti tidak mencoba untuk menahan diri. Namun
Aileen bukan mereka. Ia adalah seorang gadis manis abad pertengahan yang
anggun dan sopan. Demi keheranannya sendiri, Evans tahu apa yang Aileen inginkan dari


Aileen Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hubungan sepasang kekasih dan apa yang tidak disukainya.
Bila ia masih ingin mendapatkan Aileen, ia harus menjaga jarak yang cukup
aman dengan Aileen. Namun Evans tidak yakin ia mampu bertahan untuk waktu
yang lama. Untuk itu pertama-tama ia harus melakukan sesuatu terhadap situasi
saat ini. "RatuBuku 174 Fb.me/overebook Chapter 11 Aileen bimbang. Apakah Evans masih ada di dalam" Bagaimana ia harus melihat pemuda itu"
Evans pasti sudah melihatnya setengah telanjang. Evans bahkan sudah memeluk
tubuhnya yang hanya tertutup bikini minim.
Tangan Aileen sudah menggenggam pegangan pintu tetapi hatinya masih belum
siap untuk memutarnya. Aileen menatap pintu kamar mandi. Ia tidak bisa selamanya bersembunyi dari
Evans. Ia sadar ia tidak boleh berlama-lama di dalam kamar mandi. Tidak ada
yang bisa memastikan tindakan Evans jika ia tidak segera keluar.
Aileen memantapkan hatinya untuk membuka pintu.
Dengan perlahan-lahan bagaikan pencuri, Aileen menapakkan kaki keluar.
Matanya langsung mencari-cari sosok Evans.
Aileen lega mengetahui Evans sudah tidak ada di dalam kamarnya.
Aileen duduk di depan meja rias dan mencari sisir di dalam laci. Jarinya
menyentuh sesuatu yang dingin dan bulat. Aileen mengeluarkan benda itu.
Aileen membawa cincin di tangannya ke sinar terang dari jendela.
175 Fb.me/overebook Sinar matahari memantulkan sinar yang cemerlang di puncak berlian cincin
yang Evans pesan khusus untuknya. Sebatang emas putih melingkar anggun.
Kedua ujungnya bertautan membentuk mata dengan berlian putih di tengahnya.
Evans benar-benar tahu seleranya. Sederhana dan anggun! Walau ia tidak
menginginkannya, Aileen tidak dapat menyangkal ia menyukai cincin ini "
bukan karena nilainya tetapi karena bentuknya. Takkan pernah ada hari ia
berhenti mengagumi cincin ini.
Aileen sadar ia harus segera mengenakan cincin ini kembali sebelum Evans
kembali marah. "Berikan padaku."
Aileen kaget. Evans berlutut di depan Aileen dan mengambil cincin di tangannya dengan satu
tangan dan tangan Aileen dengan tangan yang lain.
"Kutegaskan padamu, mulai hari ini hanya aku yang boleh memasang cincin di
jari manismu ini. Tentu saja, hanya aku yang boleh melepasnya." Evans
memasukkan cincin itu di jari manis kanan Aileen.
Lagi-lagi Evans mengisi hati Aileen dengan haru dan harapan.
"Aileen," Evans menautkan jari-jemarinya di antara jari-jemari Aileen, "Setelah
ujianmu selesai dan setelah upacara kelulusanmu, menikahlah denganku."
176 Fb.me/overebook Dada Aileen berdegup kencang oleh tatapan lembut Evans. Matanya mengitari
sekeliling ruangan untuk menghindari tatapan itu.
"Tatap aku, Aileen," tangan kanan Evans merangkum pipi Aileen sementara
tangan kirinya tetap bertautan dengan tangan Aileen.
Aileen menatap Evans malu-malu.
"Kau mau menikahiku, bukan?" Evans meyakinkan dirinya sendiri.
Wajah Aileen terpaku ke Evans tetapi bola matanya kembali menghindar. Ia
ingin menghilang dari hadapan Evans.
"Aku tidak akan melarangmu bila kau ingin berkarir namun aku tidak bisa
membiarkanmu bekerja di sembarang tempat."
Mata Aileen terpaku pada Evans.
"Keamananmu adalah pertimbangan utamaku," Evans menjawab pertanyaan di
mata itu, "Engkau adalah santapan lezat bagi mereka yang ingin memeras harta
keluarga Renz. Aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya." Evans menatap
Aileen lekat-lekat, "Kau bisa memahami keputusanku?"
Aileen mengangguk. Ia terlalu dipenuhi keharuan untuk dapat mengeluarkan
suara. Evans menganggap kediaman Aileen itu sebagai jawabannya.
177 Fb.me/overebook "Setelah kuliahmu selesai, kita akan pulang untuk membicarakan pernikahan
kita dengan orang tuamu dan orang tuaku."
"Pu"lang?"" Bahagia seketika menghilang dari wajah Aileen.
"Jangan khawatir," Evans meremas lembut tangan Aileen, "Orang tuamu pasti
merestui kita." Sinar mata Aileen kian kosong.
"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," Evans berdiri dan memeluk Aileen,
"Aku tetap akan menikahimu dengan atau tanpa restu mereka."
Aileen mencengkeram lengan Evans. Andaikan saja Evans tahu apa yang
dikhawatirkannya" Andaikan saja ia tahu apa yang ditakutkannya"
Pada akhirnya waktu terus berlalu tanpa mempedulikan perasaan Aileen dan
hari itu pun tiba. "Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," Evans menggenggam tangan Aileen.
"Mereka tidak akan menentang."
Tentu saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Mereka suka menjalin
hubungan keluarga dengan Renz. Evans pasti dapat menikahi seorang LaSalle.
Hanya saja" Aileen memperhatikan daratan nun jauh di bawah.
178 Fb.me/overebook "Kita bukan sepupu dalam arti sebenarnya," Evans mengulurkan tangan di
belakang kepala Aileen dan menariknya ke pundaknya, "Tidak ada yang perlu
kau khawatirkan. Tidak akan ada yang menentang hubungan kita."
Bagaimana ia diharapkan menghadapi masa depan yang terpampang jelas di
hadapannya" Bagaimana ia harus menyambut kenyataan yang tidak ia
inginkan" "Jangan khawatir," Evans meremas tangan Aileen dengan lembut.
Aileen balas meremas tangan Evans dengan erat.
Andaikan saja ia bisa mempercayai kata-kata itu"
"RatuBuku "Aku akan turun untuk menyapa orang tuamu," kata Evans ketika mobil
berhenti di depan rumah keluarga LaSalle.
Aileen mengangguk. Ia merasa ia masih belum siap menemui orang tuanya.
Sopir keluarga Renz mengeluarkan koper Aileen sementara gadis itu
membunyikan bel pintu. Evans berdiri di belakang Aileen " turut menanti seseorang membuka pintu.
Seorang pelayan membuka pintu. Di dalam terlihat Josef LaSalle sudah menanti
kedatangan mereka dengan tidak sabar.
"Selamat datang," Josef menyambut, "Masuklah, Evans, masuklah."
179 Fb.me/overebook "Selamat malam," Evans menyapa.
Pelayan membantu Aileen membawa kopernya.
Evans menoleh pada Aileen. "Segeralah beristirahat," pesannya, "Aku ingin
membicarakan beberapa hal dengan orang tuamu."
Aileen mengangguk. Josef membawa Evans memasuki ruang duduk.
Aileen terus memperhatikan mereka hingga pintu tertutup dan tanpa banyak
bicara ia mengikuti pelayan yang sudah membawa pergi kopernya.
Ia memang menyanggupi pesan Evans tetapi hatinya tidak tenang. Segera
setelah memastikan kopernya sudah masuk kamar, ia melesat kembali ke lantai
bawah. Aileen bersandar di pintu. Sesekali matanya melirik ruangan pintu ruangan
tempat orang tuanya dan Evans berbicara. Sesekali matanya berpaling pada
mobil keluarga Renz yang menanti Evans. Sesekali pula matanya beralih pada
lain. Ia gelisah menantikan kemunculan Evans.
"Kau menantiku?" Evans mengagetkan Aileen.
"Evans," Aileen menjatuhkan diri di dada pemuda itu.
Evans tersenyum. "Aku tidak tahu kau begitu merindukanku," ia memeluk
Aileen. 180 Fb.me/overebook Aileen memeluk Evans erat-erat. Ia butuh memastikan dirinya pemuda ini
masih ada di sini. "Kau bisa bernapas lega sekarang," Evans membelai rambut panjang Aileen,
"Orang tuamu tidak menentang hubungan kita."
Tentu saja! Mereka tertarik pada harta warisan Evans! Tapi"
"Masuklah ke kamarmu dan beristirahatlah yang cukup," Evans menjauhkan
Aileen, "Besok aku akan datang setelah berunding dengan orang tuaku."
Aileen menatap Evans penuh harapan.
"Kau terlalu mencemaskan banyak hal." Evans melihat kecemasan di mata
Aileen, "Orang tuaku tidak akan menentang hubungan kita. Sebaliknya, Aileen,
aku dapat menyakinkanmu mereka sangat senang. Sekarang tidurlah dan
berhenti berpikir. Aku akan memastikan semuanya berjalan sempurna." "Aku
Pendekar Bayangan Malaikat 2 Sherlock Holmes - Charles Augustus Milverton The Heike Story 12
^