Hitler Bangkit Lagi 6

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes Bagian 6


asal. "Ngomong-ngomong, di mana Stauffenberg?"
Koper itu adalah ide lain dariku. Bahkan, seluruh
peristiwa itu kembali padaku dengan detail yang
tajam ketika kami mengunjungi Sarang Serigala. Aku
mengusulkan kami harus memasukkannya sebagai fitur
tetap dalam program tersebut. Itu dan kunjungan ke
376 HITLER BANGKIT LAGI meja peta. Aku pikir kami seharusnya menyembunyikan
koper dengan cara baru untuk masing-masing tamu.
"Mengingat kita telah sepakat mengenai penarikan
pasukan dari Afghanistan," aku berkata, mencondongkan
badanku di atas meja, "sebagai penutup, tolong katakan
kepada kami: "Jika Partai Hijau mengambil alih kekuasaan di negeri ini, negara pertama mana yang bakal mereka
caplok?"" "Kopernya berdetak," kata K"nast, melongo.
Itu ide Sensenbrink. Ia mengemukakannya persis
sebelum aku. "Jangan gila," kataku. "Koper tidak berdetak. Sebuah
koper bukan sebuah jam weker. Negara mana, yang
Anda katakan?" "Apakah konfeti yang akan keluar dari situ" Atau
tepung" Atau jelaga?"
"Demi Tuhan, mengapa Anda tidak melihatnya?"
"Itulah persisnya yang Anda ingin saya lakukan,
bukan" Berhentilah melakukan itu, saya tidak gila!"
"Maka Anda tak akan pernah tahu," kataku. "Kami,
sebaliknya, telah menemukan banyak hal menarik tentang partai Anda yang paling menyenangkan. Terima
kasih banyak karena telah menghabiskan malam bersama kami"Frau Renate K"nast!"
Selama tepuk tangan aku melirik ke belakang panggung,
tempat Sensenbrink dan Madame Bellini sedang berdiri.
Mereka bertepuk tangan dan kemudian mengepalkan
tinju mereka dengan dua jempol menunjuk ke atas.
Sebuah perasaan yang bagus.
377 Tiga Puluh Satu eterampilan paling penting yang sudah
kuperoleh selama karierku sebagai politikus adalah
kemampuan untuk menilai kewajiban publik seseorang
secara akurat. Pada dasarnya aku selalu memandang
hina ketergantungan pada para dermawan, tetapi demi
negaranya sang politikus sering kali harus berkompromi.
Mungkin jabat tangan dan penghormatan di depan
publik terhadap orang-orang terbaik dalam masyarakat
adalah sebuah atraksi bagi para seniman politik kasta
itu yang mencapuradukkan kehidupan di ruang publik
dengan kehidupan untuk ruang publik, untuk bangsa,
untuk pria kecil yang hidup bersahaja dan menghemat
roti untuk disajikan di mejanya serta membeli sandang
untuk anak-anaknya. Dan siapa pun yang menghabiskan
bahkan seperempat jam untuk menonton berita di
televisi akan, dengan kepastian yang muram, melihat
setidaknya setengah lusin dari para penjilat itu, menjilati
beberapa orang penting atau lainnya. Perilaku seperti
itu selalu membuatku jijik, dan aku melakukannya demi
378 HITLER BANGKIT LAGI partai, demi Volk Jerman, demi pelestarian ras kami,
atau untuk satu unit Mercedes baru.
Dan untuk apartemen empat ratus meter persegi di
Prinzregentenplatz. Dan aku kira untuk Obersalzberg juga.
Namun, semua ini adalah akuisisi yang meningkatkan
daya tarik partai dan juga gerakan, selain daya tarik
F"hrer. Aku merasa takjub ketika berpikir tentang
luapan pengunjung ke Obersalzberg, membuatku
heran bahwa ada orang yang dapat menyatakan bahwa
di tempat itu aku bisa beristirahat! Dan kemudian ada
kunjungan Mussolini"mengerikan! Intinya, seorang
F"hrer tidak bisa menarik diri dari kehidupan publik,
atau hanya sesekali. Jika ibu kota Reich hancur lebur,
maka dia mungkin mengasingkan diri untuk sementara
di Fuhrerbunker-nya. Jika tidak, F"hrer adalah milik
Volk-nya. Itulah mengapa aku sangat senang menerima
undangan dari Munich. Pada akhir Agustus lalu majalah sebuah perkumpulan
terkenal mengirimiku surat, di mana redakturnya memintaku memberikan kunjungan ke publikasi tersebut
selama Volkfest Jerman Raya, festifal Volk, yang telah
kembali ke nama aslinya "Oktoberfest". Semua orang
di Flashlight mendorongku menghadiri acara tersebut;
karena pada awalnya aku masih ragu-ragu. Aku belum
pernah berada di sana selama periode pertama hidupku,
tetapi waktu telah berubah begitu pula makna tradisi
yang berlangsung selama dua pekan ini. Seperti yang
diyakinkan beberapa orang padaku, Oktoberfest kini
menjadi sebuah Volksfest yang berlangsung tanpa
melibatkan bagian yang sangat besar dari populasi.
379 TIMUR VERMES Siapa pun yang ingin duduk dan menikmati makanan
dan minuman di salah satu tenda harus memesan
berbulan-bulan sebelumnya, terkadang bertahun-tahun
sebelumnya, atau jika tidak, mereka harus menjadwal
ulang kunjungan mereka ke jam-jam ketika tidak ada
orang Jerman yang sopan bermimpi akan pergi ke sana.
Ah, tidak ada orang waras yang merencanakan suatu
urusan sepele seperti kunjungan ke sebuah Volkfest
berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelumnya.
Akibatnya, demikian yang kuketahui, di pagi dan
sore hari tempat itu penuh dengan orang-orang Jerman
yang tak senonoh serta orang-orang asing dan para
wisatawan yang tertarik oleh aura festival yang tersohor
itu. Pada jam makan siang, orang-orang ini sudah
dengan putus asa mencoba untuk membuat hari menjadi
malam. Baik Madame Bellini maupun Sensenbrink
memperingatkan aku untuk tidak muncul terlalu
awal, karena itu menyiratkan bahwa kita adalah orang
pinggiran yang tidak penting. Malam hari juga bukan
untuk penduduk setempat, tetapi untuk perusahaanperusahaan dari setiap cabang industri yang ada. Praktis
setiap perusahaan yang setengah terkenal merasa berkewajiban mengatur kunjungan ke "Wiesn" untuk para
kliennya atau pers. Tapi, beberapa awak pers, yang tidak
puas dengan apa yang ditawarkan atau dengan para tamu
yang hadir, atas kemauan sendiri mengatur kunjungan
yang lebih menyenangkan ke "Wiesn". Aku pikir ini
sangat pintar, bahkan sangat mirip dengan rangkaian
tindakan Goebbels. Aku diyakinkan bahwa sekarang beberapa pertemuan
ini sama pentingnya dengan arena opera di zaman dulu.
380 HITLER BANGKIT LAGI Dan pesta malam yang diadakan majalah ini termasuk
yang paling penting. Selain itu sambutanku ternyata
menjadi aksi propaganda tiba-tiba yang sangat efektif; di
masa lalu aku menjaga jarak dari festival, dan sekarang
beberapa tabloid berita mampu menulis di halaman
depan mereka, "Festival Pertama F"hrer". Hubungan
mulus yang sekarang kunikmati dengan koran-koran
ini kurenungkan dengan kepuasan yang tidak sedikit,
berarti bahwa kebutuhan untuk membentuk sebuah
V"lkischer Beobachter yang baru turun dalam daftar
prioritasku. Aku tiba di kota sekitar tengah hari dan menggunakan
waktu untuk mengunjungi secara singkat tempat-tempat
lama yang digemari. Aku bertahan untuk sementara
waktu di Feldherrnhalle, mengingat kembali darah
yang ditumpahkan oleh para kamerad yang setia di
sana; aku bernostalgia dengan berjalan-jalan melewati
Hofbr"ukeller; lalu, dengan sejumlah ketakutan, aku
berjalan ke K"nigsplatz. Tetapi alangkah gembiranya aku
ketika melihat semua bangunan megah masih berdiri tanpa
cedera: Propylaea, Glyptothek, Koleksi Barang-barang
Kuno Negara! Dan"aku nyaris tidak berani berharap"
tidak hanya F"hrerbau dan Gedung Administrasi
N.S.D.A.P. masih berdiri, tapi juga digunakan! Bahkan
para demokrat yang percaya diri dan keras kepala itu
pun berpandangan bahwa K"nigsplatz hanya lengkap
dengan penambahan bangunan-bangunan yang berseni
tinggi ini. Merasa gembira, aku terus berjalan melalui
Schwabing; seolah atas kemauannya sendiri, kakiku
membawaku ke Schellingstra"e, dan ke sebuah reuni
yang tak diharapkan. Akan sulit menyampaikan betapa
381 TIMUR VERMES besarnya kegembiraanku ketika aku melihat tanda
Osteria Italiana, di baliknya tak ada yang tersembunyi
selain tempat nongkrong lamaku, Osteria Bavaria. Aku
akan senang masuk dan memesan sesuatu yang kecil,
mungkin segelas air mineral, tapi waktu terus berjalan
dan aku harus kembali ke hotel, dari mana sebuah taksi
menjemputku malam itu. Kedatanganku di Theresienwiese, tempat berlangsungnya Oktoberfest, membawa keseriusan. Polisi telah
menjaga sekeliling tempat besar itu, tetapi mereka tidak
membuat upaya untuk memastikan keamanan atau
ketertiban. Baru saja aku hendak keluar dari mobil, dua
sosok yang sangat mabuk terhuyung-huyung ke arahku
dan ambruk ke kursi belakang.
"Brrralleeiiiinschraaa"e!" salah seorang dari mereka
berkata dengan cadel, sementara yang lain tampak sudah
tertidur. Si sopir, seorang pria yang kuat, mengusir dua
peminum sekaligus dengan kata-kata, "Hei! Keluar! Ini
bukan taksi!" Kemudian dia menemaniku ke tempat
festival. "Maafkan soal tadi," katanya. "Selalu seperti ini
pada Oktoberfest sialan."
Kami berjalan beberapa meter di seberang jalan
ke tempat festival. Sulit untuk percaya bahwa siapa
pun dapat menemukan gagasan menggelar pesta
malam yang memiliki nilai sosial apa pun di tempat
terkutuk ini. Barisan pemabuk yang seperti tanpa akhir
menyandarkan kepala mereka di pagar darurat, kencing
di sepanjang pagar itu. Yang menunggu sejumlah tokoh
itu adalah para perempuan dalam keadaan yang samasama genting; cukup jelas bahwa mereka akan suka
melakukan hal yang sama, tetapi tidak berani karena
382 HITLER BANGKIT LAGI ada sisa-sisa kesusilaan bawah sadar mereka. Bersandar
pada tiang reklame, satu pasangan sibuk bercumbu.
Maksud lelaki itu jelas hendak mendorong lidahnya ke
dalam mulut perempuan itu, tapi karena dia tergelincir
ke bawah dia luput dari sasarannya dan mulutnya
mengenai hidung perempuan itu. Akibat gangguan itu,
perempuan itu membuka mulutnya dan menjulurkan
lidahnya tanpa tujuan. Keduanya meluncur ke bawah,
pada awalnya perlahan, kemudian lebih cepat, menuruni
lekukan tiang sampai mereka menyentuh tanah. Mereka
memekik dalam tawa dan berusaha mengatakan sesuatu, tapi ketiadaan konsonan membuat ocehan
mereka tidak dapat dimengerti. Berbaring di bawah
sang perempuan, pria itu menggeliat, duduk sebentar
dan kemudian diam-diam memasukkan tangannya ke
dalam belahan dadanya. Meskipun tidak jelas apakah si
perempuan menyadarinya, pada sisi lain, tiga orang Italia
menyaksikannya dengan penuh minat dan memutuskan
mengikuti berbagai peristiwa di tempat yang lebih dekat.
Berbagai upaya tercela itu gagal menarik perhatian orang
lain, dan tentu saja polisi pun tidak, yang sedang sibuk
mengangkat banyak tubuh tak sadar dari tanah.
Berlawanan dengan namanya, Theresienwiese"
"Padang Rumput Theresa?"memiliki sangat sedikit
rumput; satu-satunya bidang kecil tanah hijau dapat
ditemukan di sekitar pepohonan yang mengelilingi
tempat festival. Dalam hal ini, tidak ada yang berubah
sejak pertama kali aku berada di Munich. Sejauh yang
dapat aku mengerti, para pemabuk"beberapa dari
mereka pingsan"menduduki hampir seluruh bidang
rumput itu. Setiap kali aku melihat tempat kosong, aku
383 TIMUR VERMES sudah bisa melihat seseorang bergulung ke arah itu.
Suatu waktu di tempat istirahat sementaranya itu dia
akan roboh, muntah, atau keduanya. "Apakah selalu seperti ini?" aku bertanya kepada sang sopir.
"Jumat lebih buruk," dia menjawab dengan lambat.
"Oktoberfest sialan!"
Aku tidak bisa menjelaskan mengapa, tetapi tiba-tiba
alasan untuk kehancuran manusia ini menghantamku
seperti bom. Pasti sudah menjadi keputusan yang diambil
oleh N.S.D.A.P. pada 1933 untuk lebih meningkatkan
popularitas partai di antara Volk: kami menentukan
harga bir. Sejak itu, partai lain rupanya berusaha meraih
popularitas mereka dengan cara yang sama.
"Betapa khas orang-orang bodoh ini," aku berseru.
"Apakah mereka tidak menaikkan harga bir" Belakangan
ini sembilan puluh pfennig untuk satu liter adalah
lelucon!" "Apa maksudmu dengan sembilan puluh pfennig?"
tanya sang sopir. "Sembilan euro per liter, kawan!
Sepuluh jika kau memasukkan tip."
Ketika aku berjalan melewati tempat itu aku melihat
rongsokan kemasan bir yang luar biasa. Entah bagaimana,
dengan segala salah urus perekonomiannya, partaipartai ini pastinya menghasilkan tingkat kesejahteraan
yang tak terduga. Ah, tidak harus berperang tentu saja
menghemat biaya ekstra. Namun, melihat keadaan Volk
di sini, bahkan individu yang paling teperdaya sekalipun
harus mengakui bahwa pada 1942 atau 1944, ya, bahkan
di malam pengeboman paling mengerikan, orang-orang
Jerman berada dalam keadaan lebih baik ketimbang
pada malam September ini di awal milenium ketiga.
384 HITLER BANGKIT LAGI Secara fisik, setidaknya.
Sembari menggelengkan kepala, aku mengikuti


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sang sopir, yang membawaku ke seorang perempuan
berambut pirang di pintu masuk menuju tenda dan
kemudian dia berbalik menuju mobilnya. Dengan
kabel melingkar di kepalanya dan mikrofon di depan
mulutnya, dia berkata dengan senyum lebar, "Hai, aku
Tschill"dan Anda?"
"Schmul Rosenzweig," kataku, merasakan kejengkelan
naik lagi. Apakah aku benar-benar sulit dikenali"
"Terima kasih. Rosenzweig... Rosenzweig... ," dia
mengulangnya. "Saya tidak menemukan satu pun
Rosenzweigs dalam daftar."
"Astaga," aku mengutuk. "Apakah aku terlihat seperti
seorang Rosenzweig" Hitler! Adolf!"
"Anda bisa mengatakannya pada kesempatan pertama
tadi," dia mengeluh dengan suara bergetar sehingga aku
hampir merasa menyesal dengan komentarku. "Apakah
Anda tahu berapa banyak orang yang kami terima di sini"
Saya tidak bisa diharapkan mengenal mereka semua!
Terutama jika mereka mulai memberikan nama palsu.
Sebelumnya saya mendapati istri Becker tertukar dengan
mantan pacarnya"dia memarahiku karena itu..."
Aku tidak asing dengan simpati. Seorang F"hrer
sejati merasa setiap sesama orang Jerman seolah anakanaknya sendiri. Tapi belas kasihan tidak pernah membantu siapa pun.
"Kuatkan dirimu," kataku tajam. "Kau berada di pos
ini karena atasanmu bergantung padamu! Lakukan
yang terbaik dan dia tidak akan lalai memberikan
dukungannya padamu!"
385 TIMUR VERMES Dia menatapku bingung, tapi"seperti yang sering
terjadi di parit perlindungan"kata-kataku yang
kasar pasti memicu keberanian dalam dirinya. Dia
mengangguk dan membawaku ke pesta malam di
bagian atas tenda, di mana aku langsung diperkenalkan
kepada seorang redaktur. Dia ini adalah perempuan
pirang kawakan mengenakan sebuah gaun tradisional,
dengan sepasang mata biru berkilau. Keceriaannya
meyakinkan aku bahwa dia akan menjadi seorang pengawas kantor yang sempurna di markas besar partai.
Aku mungkin tidak perlu mempercayakan sebuah surat
kabar kepadanya, meskipun... lembar gosip dengan tips
kesehatan dan pola merajut... itu bisa saja berhasil, siapa
tahu" Dia mungkin sangat senang berbicara; dia tampak
seolah sudah membesarkan empat atau lima anak, dan
dia pasti sangat kesepian di rumah.
"Ah!" dia berseri-seri. "Herr Hitler!" Sudut-sudut
matanya mengedip dengan nakal, seolah-olah dia baru
saja melontarkan lelucon riang.
"Benar," kataku.
"Saya sangat senang Anda ada di sini."
"Nyonya, aku yang merasa senang," kataku, dan
sebelum aku dapat menambahkan kata lain, senyuman
yang bahkan lebih bersinar menghiasi wajahnya. Ketika
dia berputar ke samping aku mengira sesi foto wajib akan
segera dilakukan. Dengan ekspresi serius, aku berputar
ke arah yang sama, ada cahaya, dan penontonku ada
di ujung cahaya. Dalam pikiranku, dengan cepat aku
membuat sketsa rencana empat tahun di mana si redaktur
itu akan menghabiskan setidaknya lima menit untuk
berbicara denganku di sini tahun depan, dan dua puluh
386 HITLER BANGKIT LAGI tahun setelahnya"hanya dalam teori, tentu saja, karena
pada tahap itu niatku adalah bisa mengatakan "Tidak,
terima kasih" dengan sopan atas undangan-undangan
seperti ini. Lalu dia harus puas dengan seseorang seperti
G"ring. "Sampai nanti," kata redaktur itu dengan lembut.
"Saya berharap Anda bisa tinggal untuk sementara
waktu." Pada saat itu seorang perempuan muda yang
mengenakan kostum tradisional menarikku ke kawanan
perempuan yang berpakaian sama dengannya.
Ini adalah salah satu tradisi paling menakutkan
yang pernah aku hadapi. Tidak hanya redaktur dan
perempuan muda ini, tetapi setiap perawan lokal
terakhir merasa wajib mengenakan gaun dengan gaya
yang selalu dikenakan oleh gadis-gadis desa, tetapi
yang bahkan pada pandangan pertama tampak sebagai
imitasi mengerikan. Kami sudah menempuh jalan yang
sama di Liga Gadis Jerman, kuakui, tapi seperti tersirat
dari namanya, kami berhadapan dengan para gadis.
Sebaliknya, yang berkumpul di sini didominasi oleh para
perempuan yang kegadisannya berakhir setidaknya satu
dekade lalu, jika bukan beberapa dekade. Aku dibawa
menuju meja bir di mana sejumlah orang telah duduk.
"Apa yang bisa saya ambilkan untuk Anda?" tanya
seorang pelayan, yang gaun tradisionalnya setidaknya
mengandung keaslian seragam kerja yang jujur. "Satu
liter?" "Tolong, air murni," kataku.
Dia mengangguk dan menghilang.
"Hei, seorang pro," kata seorang pria kulit hitam gendut
yang duduk di samping seseorang yang pirang di ujung
387 TIMUR VERMES lain meja. "Tapi kau harus mendapatkannya dalam satu
gelas besar! Terlihat lebih bagus di foto. Percayalah, aku
telah melakukan ini selama lima puluh tahun sekarang."
Dia menyeringai sangat lebar, memperlihatkan sejumlah
gigi yang tak dapat digambarkan. "Tidak tampak begitu
bagus berada di "Wiesn" dengan segelas air."
"Sampah! Air murni justru terasa sangat kuat," kata
seorang perempuan agak berumur dengan pakaian
tradisional yang berhadapan denganku. Kemudian
aku mendengar selentingan bahwa dia mencari nafkah
dengan bermain di salah satu drama seri amatir. Artinya,
ketika dia tidak tampil dalam saluran lain yang, jika aku
memahaminya dengan benar, juga terdiri dari tokohtokoh kelas tiga yang dibawa ke hutan purbakala di
mana mereka membiarkan diri mereka terlihat melewati
berbagai jenis cacing dan kotoran.
"Kau menggarap hal-hal lucu, aku sudah melihat
beberapa programmu," kata perempuan itu, meneguk
dari gelasnya dan membungkuk untuk memberiku pemandangan belahan dadanya.
"Senang bertemu denganmu," kataku. "Aku juga
sudah melihat beberapa punyamu."
"Apakah aku mengenalmu?" seorang pemuda pirang
bertanya dari sisi lain meja.
"Tentu saja," kata negro itu, menandatangani selembar foto untuk pria lain dengan pena berujung tebal.
"Itu Hitler dari Gagmez. Jumat, MyTV! Tidak, tunggu
dulu, dia punya program sendiri sekarang. Kalian
harus menontonnya, dia akan membuat kalian tertawa
terbahak-bahak." "Tapi dia berbeda dari biasanya, itu juga agak politis,"
388 HITLER BANGKIT LAGI kata si belahan dada. "Itu hampir seperti acara Harald Schmidt!"
"Bukan kesukaanku, aku takut," kata si lelaki pirang,
berpaling kepadaku. "Maaf, kawan. Bukan karena urusan
pribadi, tapi politik"aku hanya berpikir tidak ada yang
pernah berubah. Semua partai itu dan itu, semuanya
hanya kekacauan." "Seorang pria yang berpandangan sama denganku,"
kataku ketika pelayan meletakkan air mineralku di atas
meja. Aku minum seteguk dan melihat ke bawah ke ruang
utama tenda berharap melihat orang-orang bergoyang ke
sana kemari pada saatnya musik dimainkan. Tapi tidak
ada seorang pun bergoyang. Semua orang berdiri di meja
dan bangku-bangku, dengan pengecualian mereka yang
baru saja jatuh. Orang-orang meratap dan berteriak
memanggil seseorang bernama Jude. Aku mencoba
mengingat apakah G"ring pernah menyebutkan pesta
pora besar-besaran ini setelah salah satu kunjungannya,
tetapi memoriku tidak menyimpan ingatan seperti itu.
"Dari mana asalmu?" tanya perempuan berumur itu.
"Jerman Selatan, bukan?" Sekali lagi belahan dadanya
ditawarkan kepadaku seperti sebuah tas koleksi.
"Dari Austria," kataku.
"Seperti yang sebenarnya!" kata si belahan dada.
Aku mengangguk dan membiarkan pandanganku
mengembara di sekitar tenda. Ada jeritan, kemudian
sejumlah perempuan bergaun lucu berusaha memanjat
ke bangku dan membujuk orang lain untuk bergabung.
Ada sentuhan putus asa dalam diri para perempuan tidak
menarik ini dengan semangat tingginya yang dibuat-buat.
Tapi mungkin penampilan menipu, dan itu hanya sebuah
389 TIMUR VERMES akibat dari bibir mereka yang sangat bengkak, yang
terlepas dari segala upaya malah membuat mulut mereka
berekspresi merajuk, bahkan agak tersinggung. Secara
kebetulan aku memandang sekilas bibir perempuan
berumur dengan belahan dada di hadapanku. Bibir itu,
setidaknya, tampak normal.
"Aku juga tidak suka semua suntikan itu," kata si
belahan dada. "Maaf?" "Nah, kau sedang melihat bibirku, bukan?"
Dia menyesap bir. "Aku tidak akan membiarkan
seorang dokter mendekatinya. Meskipun kadangkadang aku berpikir akan lebih mudah kalau aku
melakukannya. Maksudku, tak satu pun dari kita yang
bertambah muda, bukan?"
"Seorang dokter" Apakah kau merasa kurang sehat?"
"Kau manis sekali," kata si belahan dada, membungkuk
di atas meja, menggoda seseorang untuk mengambil
isinya. Meraih bahuku, dia membalikkan aku sehingga
kami berdua memandang ke arah yang sama. Dia
mengeluarkan bau bir yang jelas, sekalipun belum pada
tingkat yang tidak enak. Kemudian, dengan sedikit
kedutan jari telunjuknya, dia menunjuk dari kanan ke
kiri dandanan para perempuan: "Operasi payudara.
Operasi hidung. Payudara. Bokong. Entahlah. Bibir.
Bokong. Payudara"baru beberapa waktu yang lalu.
Entahlah. Entahlah. Hidung. Bibir. Payudara. Bokong.
Payudara dan bokong, dibayar oleh saluran televisi atau
perusahaan produksi; dia melakukannya untuk laporan
khusus." Dia duduk lagi dan menatapku.
"Tapi kau sudah melakukan sesuatu, bukan?"
390 HITLER BANGKIT LAGI "Aku sudah melakukan apa?"
"Kemiripan ini, ayolah! Seluruh industri sedang
kebingungan, bertanya-tanya siapa yang melakukannya.
Meskipun..." Di sini dia menyesap bir lagi. "...jika kau
bertanya padaku, kau harus menuntut si bajingan itu."
"Perempuanku sayang, aku tidak mengerti apa yang
sedang kau bicarakan!"
"Operasi, demi Tuhan," katanya dengan nada kesal. "Jangan berpura-pura seolah kau tidak pernah melakukannya. Itu jelas konyol."
"Tentu saja ada banyak operasi," kataku, bingung. Dia
adalah seorang perempuan yang menyenangkan dalam
caranya sendiri. "Sea Lion, Barbarossa, Cerberus..."
"Tidak pernah mendengarnya. Apakah kau puas?"
Di bawah sana mereka memainkan "Pilot, beri
lambaian pada matahari", yang membuatku berada
dalam suasana nostalgia yang menyenangkan. Aku
menarik napas. "Pertama-tama segala sesuatunya baik,
tapi kemudian ada beberapa kebingungan. Bukan berarti
Inggris akan melakukannya lebih baik. Atau orangorang Rusia... Tapi tetap saja."
Dia menelitiku. "Aku tidak melihat ada bekas luka,"
katanya dengan aura seorang profesional.
"Aku tidak akan mengeluh," kataku. "Luka yang
paling dalam adalah yang ditorehkan takdir di hati kita."
"Kau benar," katanya dengan senyuman, memegang
birnya ke arahku. Aku membalas isyaratnya dengan
air mineralku, kemudian meneruskan usahaku untuk
memahami sifat kumpulan yang aneh ini. Kaum muda
kurang terwakili di sini, namun tujuan malam ini
tampaknya adalah bertingkah seolah-olah seseorang
391 TIMUR VERMES tidak sehari pun lebih tua dari dua puluh tahun. Aku
menduga inilah alasan di balik parade gaun berbelahan
rendah, serta perilaku individu-individu tertentu. Ini
membingungkan. Kesan yang ditimbulkannya padaku
begitu kuat sehingga aku tidak bisa menghapusnya dari
pikiranku. Semua lelaki ini tidak dapat menoleransi
penurunan fisik mereka atau mengimbanginya dengan
pekerjaan yang menggunakan otak, atau setidaknya
kedewasaan tertentu. Semua perempuan yang menolak duduk kembali dengan penuh kepuasan ini, memelihara dan membesarkan anak-anaknya untuk Volk,
tetapi mereka berperilaku seolah inilah satu-satunya
kesempatan untuk merebut kembali masa muda mereka
yang sudah layu untuk beberapa jam yang berharga.
Aku akan senang mencengkeram leher orang-orang ini
dan berteriak, "Kendalikan diri kalian! Kalian mempermalukan diri sendiri dan tanah air kalian!" Aku
sedang merenungkan hal-hal seperti itu ketika seorang
laki-laki mendekati meja dan mengetuknya dengan
buku-buku jarinya. "Malam," katanya dengan dialek yang jelas itu, yang
selalu mengingatkanku pada kota kediaman Streicher
yang indah. Dia berusia pertengahan empat puluh atau
lebih tua, dengan rambut hitam panjang, dan didampingi
oleh perempuan yang pasti putrinya.
"Lothar," kata si perempuan berumur dengan belahan
dada, bergeser ke samping. "Silakan duduk!"
"Tidak, aku tidak lama. Aku hanya ingin mengatakan
kupikir apa yang kau lakukan brilian. Aku melihat pertunjukanmu pada hari Jumat"aku hampir mandi keringat, tetapi yang kau katakan juga sangat benar. Semua
392 HITLER BANGKIT LAGI soal Eropa dan lain-lain! Dan minggu sebelumnya, hal
dengan sosial apa itu..."
"Parasit sosial," kataku.


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"...persis," katanya, "itu, dan semua hal tentang anakanak. Anak-anak memang benar-benar merupakan
masa depan kita. Kau benar-benar menemukan jawaban
yang tepat. Aku hanya ingin kau tahu."
"Terima kasih," kataku. "Aku senang sekali. Gerakan
kami membutuhkan dukunganmu. Dan aku akan senang kalau aku bisa menganggap putrimu tersayang
salah satu penggemar kami juga."
Tiba-tiba dia tampak marah, kemudian dia tertawa
terbahak-bahak dan berbalik ke putrinya. "Dia melakukannya lagi. Benar-benar kejam! Mengenaimu
di tempat yang benar-benar menyakitkan." Lalu dia
mengetukkan buku-buku jarinya di atas meja sekali lagi
dan berkata, "Ciao!"
"Kau tahu itu bukan putrinya, "kan?" kata si belahan
dada ketika Lothar sudah pergi.
"Aku menduga sejauh itu," kataku. "Tentu saja tidak
bisa menjadi putri kandungnya; secara rasial hal itu tidak
mungkin. Aku menduga dia mengadopsi gadis itu. Aku
selalu menjadi pendukung kuat adopsi; jauh lebih baik
ketimbang memiliki seorang anak muda miskin seperti
itu tumbuh di panti asuhan..."
Si belahan dada memutar bola matanya.
"Tidak bisakah kau mengatakan apa pun yang
normal?" dia mengeluh. "Aku harus pergi ke kamar
gadis kecil itu! Jangan kabur! Kau mungkin mengerikan,
tapi setidaknya kau tidak membosankan."
Aku meneguk air. Aku masih bertanya-tanya apa
393 TIMUR VERMES yang akan kulakukan malam ini ketika aku mendengar
keributan di belakangku, seorang perempuan dikerubuti
kerumunan wartawan. Perempuan itu kelihatannya
salah satu daya tarik utama acara tersebut, karena dia
dikejar oleh para fotografer dan juru kamera televisi
hampir tanpa jeda. Dia memiliki corak kulit selatan,
yang membuat gaun tradisionalnya terlihat sangat ganjil,
dan pengaturan lehernya sangat aneh. Meski begitu,
penampilannya secara keseluruhan dapat digambarkan
sebagai terhormat dalam pengertian vulgar, kesan ini
hancur ketika dia membuka mulutnya. Dia berbicara
dengan nada lebih tinggi dari setiap gergaji mesin
yang kuketahui. Tapi para fotografer dan wartawan tak
memedulikan kebisingan itu. Dia baru saja akan mencicit
ke depan kamera ketika seorang fotografer melihatku di
latar belakang dan membawa perempuan itu ke mejaku
untuk mengambil gambar kami berdua. Perempuan itu
tampak tidak antusias. Aku tahu ekspresi itu. Di balik sepasang mata yang
tertawa palsu, aku bisa mendeteksi sebuah mesin tak
kenal ampun yang menghitung apakah foto ini akan
terbukti menguntungkan untuknya atau tidak. Yang
membantuku melihat ke balik roman mukanya adalah
karena aku membuat perhitungan yang sama dalam
pikiranku, meskipun pada hakikatnya lebih cepat
dan, apalagi, menghasilkan sebuah jawaban negatif.
Keraguannya menceritakan kepadaku bahwa dia, di
sisi lain, tampaknya belum punya kesimpulan. Baginya
konsekuensinya tidak pasti dan karenanya sebuah risiko,
karena itu dia akan lebih suka menghindar dengan
gurauan. Tetapi sekarang salah seorang fotografer
394 HITLER BANGKIT LAGI bergerak maju dan melemparkan sebuah slogan ke
dalam keributan ini: "Beauty and the Beast", dan sejak itu
kumpulan anjing pers yang menyalak itu tidak bisa lagi
dihentikan. Jadi, si mesin penghitung yang eksotis itu
menghadapi situasi ini dengan percaya diri dan bergegas
ke arahku dengan tawa terbahak.
Perempuan tipe ini bukanlah suatu fenomena baru;
dia juga hidup tujuh puluh tahun lalu, meskipun dia tidak
semencolok ini. Kecanduannya terhadap pengakuan tak
mengenal batas dan harga dirinya rendah. Dia berusaha
memuaskan hal ini dengan mencoba menyembunyikan
setiap hal yang dianggapnya sebagai kekurangan.
Karena berbagai alasan yang tak bisa dimengerti tipe
perempuan ini menganggap hanya ada satu metode yang
cocok: mengubah segalanya menjadi ejekan. Dia adalah
tipe perempuan paling berbahaya yang bisa dijumpai
seorang politikus. "Wow, itu Anda!" dia mencicit, mencoba melemparkan dirinya padaku. "Alangkah hebat! Dapatkah aku
memanggil Anda Adi?"
"Kau bisa memanggilku Herr Hitler," jawabku dengan
tenang. Terkadang hanya itu yang diperlukan untuk menghentikan orang. Namun, dia tidak terpengaruh, dia
duduk di pangkuanku dan berkata, "Tenang, Herr
Hitler! Jadi apa yang akan kita berdua lakukan pada para
fotografer tua bermuka tebal itu" Eh" Hmm?"
Dalam situasi semacam ini seseorang tidak akan
memperoleh sesuatu pun dan bisa kehilangan segalanya.
Sembilan puluh sembilan dari seratus lelaki akan
kehilangan keberaniannya pada titik ini dan dipukul
395 TIMUR VERMES mundur dengan dalih "mengatur kembali garis depan"
atau "menarik kembali unit-unit". Aku sudah cukup
sering melihatnya pada musim dingin di Rusia pada
1941, yang pada suhu minus 30 derajat, bahkan suhu
minus 50 derajat turun begitu tiba-tiba pada pasukanku.
Tidak ada orang yang mengatakan, "Mundur, mundur!"
Aku sendiri mempertahankan keberanianku dan mengatakan, "Pada saat ini, tidak boleh mundur satu meter
pun! Setiap orang yang menyerah akan ditembak."
Napoleon gagal, tapi aku sendiri mempertahankan garis
depan, dan pada musim semi kami memburu anjinganjing pelacak Siberia berkaki bengkok itu seperti
kelinci, melewati Don, ke Rostov, ke Stalingrad dan
seterusnya"aku tidak ingin masuk ke detail yang tidak
perlu sekarang. Pokoknya, tidak ada pertanyaan tentang mundur saat
itu, atau sekarang di dalam tenda bir yang tidak nyaman
ini. Situasi tidak akan pernah kehabisan harapan jika
seseorang memiliki kemauan fanatik untuk meraih
kemenangan. Seseorang cuma perlu memikirkan
keajaiban yang memberkati House of Brandenburg
pada 1762. Tsarina Elisabeth meninggal, putranya,
Peter, menandatangani perdamaian, dan Frederick
Yang Agung diselamatkan. Jika Frederick menyerah
sebelumnya, tak akan ada keajaiban, tidak akan ada
Kerajaan Prussia, tidak ada apa-apa sama sekali, hanya
mendiang Tsarina. Banyak orang mengatakan seseorang
tidak bisa mengandalkan keajaiban. Aku mengatakan
bisa. Seseorang hanya perlu menunggunya muncul.
Sampai saatnya tiba seseorang harus memegang posisi
seseorang. Selama satu jam, satu tahun, satu dekade.
396 HITLER BANGKIT LAGI "Kau tahu, nyonya," kataku, mengulur-ulur waktu,
"Aku sangat senang bisa kembali ke sini lagi, di
Munich yang indah, ibu kota gerakanku"apakah kau
mengetahuinya?" "Tidak, alangkah menarik," dia mencicit tak mengerti
apa yang sedang terjadi, dan memainkan jemarinya di
rambutku. Untuk gadis seperti ini, meremehkan figur
kekuasaan dengan mengganggu penampilannya adalah
hal yang paling sederhana di dunia. Jika takdir memang
memiliki keajaiban di sakunya, sekaranglah waktu untuk
menyingkapnya. Tiba-tiba salah seorang fotografer menyodorkan sebuah pena hitam besar di depan hidungku.
"Mengapa kau tidak menandatangani gaun tradisional itu?"
"Gaun tradisional?"
"Tentu saja!" "Yeah! Gagasan hebat!" Ini komentar salah seorang
rekannya. Naluri paling dasar manusia adalah sekutu yang paling
bisa diandalkan, terutama bila seseorang tak memiliki
apa pun lainnya. Gadis itu tak punya kepentingan
sedikit pun agar gaunnya ditandatangani. Namun para
fotografer yang paling ngotot; mereka harus memberi
variasi pada foto belahan dada cabul yang lazim. Dan
dia hanya bisa memberikan perlawanan terbatas pada
permintaan mereka. Dia yang hidup dengan pedang,
mati oleh pedang, meski pedang itu tak lebih dari sebuah
kamera. Dalam setiap peristiwa aku melihat sebuah
peluang untuk memperlambat musuh, bahkan mungkin
membawa beberapa bala bantuan.
397 TIMUR VERMES "Bolehkah, nyonya?"
"Tapi hanya pada kainnya," ia memekik ragu-ragu.
"Dan jangan membuatnya terlalu besar."
"Tentu saja," kataku, dan kembali ke persoalan.
Setiap detik yang aku menangkan di sini dihitung
dobel, jadi aku menambahi tanda tanganku dengan
beberapa hiasan. Aku merasa cukup bodoh, dan setelah
beberapa saat harus berhenti; aku mulai terlihat seperti
salah sorang gadis kecil yang mencoret-coret di buku
pertemanannya. "Selesai," kataku menyesal.
Salah seorang fotografer mengatakan "Astaga!"
Perempuan itu mengikuti pandangannya.
Aku melihat dengan terkejut ketika matanya yang
menakutkan melebar sebesar piring.
"Maafkan aku, aku tahu lipatan itu agak berantakan.
Itu tidak akan terjadi, tentu saja, dengan cetakan gambar
normal. Apakah kau tahu aku dulu pernah menjadi
seorang pelukis...?"
"Apa kau sudah gila?" dia memekik, melompat dari
pangkuanku. Aku hampir tidak dapat mempercayainya.
Keajaiban Oktoberfest. "Maafkan aku, nyonya?" kataku. "Aku tidak yakin
aku benar-benar memahamimu."
"Aku tidak bisa berkeliaran di Oktoberfest dengan
sebuah swastika di dadaku!"
"Tapi tentu saja kau bisa," kataku meyakinkan dia.
"Kau tahu ini bukan tahun 1924. Negara ini mungkin
tidak memiliki pemerintah yang bijaksana, tapi para
pembual parlemen bersumpah demi kebebasan berekspresi, dan..."
398 HITLER BANGKIT LAGI Dia tidak mendengarkan lagi; malahan dia menggosok dengan begitu marah sekitar lehernya sehingga
nyaris tampak cabul. Dan bahkan jika aku tidak bisa
sepenuhnya memahami keputusasaannya, situasinya
tampaknya sudah diselamatkan. Dia adalah orang
yang akhirnya tidak tampak begitu sedap di foto. Dan
sebenarnya laporan televisi bahkan lebih baik; dia dapat
dilihat sedang tumbuh, wajahnya berubah dengan sangat
mengerikan dan melontarkan rentetan penghinaan.
Kebanyakan berita ditutup dengan kepergiannya
beberapa menit kemudian dengan sebuah taksi, tampak
pucat dan mengirimkan kata seru yang paling luar biasa.
Ketika semuanya dipertimbangkan aku lebih suka
penampilan yang lebih bermartabat. Tapi mengingat
keadaan, hasilnya lebih dari patut dihormati. Bagaimana
pun juga aku menganggap kerugianku sendiri lebih
rendah daripada musuh. Volk selalu mencintai pemenang
yang waspada, yang tahu bagaimana membela diri, dan
yang tidak menyia-nyiakan lebih banyak usaha pada
orang seperti itu dibanding yang akan dia lakukan pada
seekor lalat. Aku hendak memesan air mineral lagi ketika air sudah
ditaruh di atas meja di depanku. "Dari laki-laki di sana,
dengan salam darinya," kata pelayan sambil menunjuk
ke arah laki-laki itu berada. Memandang dengan tajam
melalui kerumunan orang-orang aku melihat, beberapa
meja jauhnya, sosok pirang dengan wajah dengan warna
ayam peternakan. Keriput memberinya penampilan
seorang Luis Trenker kuno, setelah dipikir-pikir ia
tampak seolah-olah sedang menyeringai aneh. Ketika
dia menangkap pandanganku, laki-laki itu mengangkat
399 TIMUR VERMES salah satu tangannya memberikan salam, kepalan tangan
dan ibu jarinya mengacung ke atas. Dia berusaha keras
memperlebar senyum kasarnya, tapi tidak berhasil.
Aku mengusap mataku dan memutuskan untuk
angkat kaki secepat aku bisa. Dapat dibayangkan
minuman di sini tercemar. Karena tepat di samping lakilaki itu duduk tiruan gadis yang baru saja meninggalkan
tenda dengan sebuah gambar swastika di dadanya.
400 Tiga Puluh Dua alan yang akan ditemukan takdir untuk
mencapai tujuannya sungguh mengherankan.
Takdir mengizinkan seorang laki-laki mati di parit
perlindungan, sementara yang lainnya selamat. Dia
memandu seorang kopral yang polos ke konferensi
partai sempalan kecil, yang kelak akan dipimpinnya
ketika partai itu menarik jutaan anggota. Beberapa orang
yang dipersiapkan untuk kejayaan ia kirim ke tahanan
selama satu tahun di tengah-tengah pekerjaan mereka,
sehingga mereka bisa punya waktu menulis sebuah
buku termasyhur. Takdir juga membuat persiapan bagi
sang F"hrer yang sangat dibutuhkan sehingga ia ikut
dalam program seorang anak nakal Turki, hanya untuk
melampauinya dengan begitu mudah sehingga dia punya
program sendiri yang diberikan kepadanya. Dan aku
juga yakin sudah menjadi suratan takdir bahwa Fr"ulein
Kr"meier tidak tahu apa-apa tentang pisau cukur.
Sekali lagi sudah waktunya untuk istirahat berpikir.
Sekalipun aku selalu mempercayai bermaknanya ke-
401 TIMUR VERMES datanganku kembali, dalam gempuran berbagai peristiwa
yang terjadi sekarang upayaku untuk memastikan
makna ini untuk sementara harus kutinggalkan. Dan


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk saat ini tidak ada masalah lain yang mendesak
untuk diurus; pada saat ini Volk tampaknya terbebas
dari kesulitan besar dan penghinaan. Tetapi sekarang
nasib memutuskan untuk membuka mataku, seperti
dulu di Wina. Sampai sekarang aku sedikit sekali bersentuhan
dengan kehidupan sehari-hari; Fr"ulein Kr"meier
membebaskanku dari tugas-tugas kecil. Baru ketika
aku memutuskan untuk mengerjakan sendiri beberapa
tugas, aku mendapati banyak hal telah berubah. Akhirakhir ini aku telah kehilangan pisau cukur lamaku yang
enak dan aman. Sampai sekarang aku sudah harus
membiasakan diri dengan peralatan darurat dari plastik,
keunggulan yang dimaksudkan untuk dimilikinya
adalah bahwa pisau cukur ini menggabungkan beberapa
silet tak memadai yang memarut kulit sekaligus, tetapi
secara tidak menyenangkan. Karena aku mampu
membedakannya berdasarkan kemasan, ini dianggap
sebagai kemajuan besar, khususnya berkaitan dengan
versi sebelumnya, yang berisi satu silet lebih sedikit.
Betapapun juga, aku tidak bisa melihat keunggulannya
dibandingkan dengan silet tunggal. Sia-sia aku berusaha
menjelaskan kepada Fr"ulein Kr"meier seperti apa pisau
cukur itu dan bagaimana ia berfungsi. Jadi, aku dipaksa
melakukan perjalanan sendiri.
Terakhir kali aku benar-benar pergi berbelanja adalah
pada 1924 atau 1925. Pada hari-hari tersebut orang akan
pergi ke toko pakaian laki-laki atau toko sabun. Untuk
402 HITLER BANGKIT LAGI membeli pisau cukur belakangan ini orang harus sering
mengunjungi toko obat; Fr"ulein Kr"meier mengatakan
padaku bagaimana menuju ke sana, namanya Rossmann.
Sesampainya di sana aku sadar bahwa penampilan toko
obat telah berubah banyak. Suatu waktu ada satu meja
kasir, dan barang-barang diletakkan di belakangnya.
Meskipun di sana masih ada satu meja kasir, sekarang
letaknya dekat dengan pintu keluar. Di baliknya tidak
ada apa-apa selain sebuah jendela pajangan. Barangbarang yang sebenarnya ditumpuk di rangkaian rak tak
berujung, agar setiap orang memilih barangnya sendiri.
Awalnya aku pikir ada lusinan pramuniaga, semuanya
berpakaian informal. Tapi ternyata mereka adalah pelanggan, yang berkeliling mengambil barang-barang
yang mereka perlukan lalu membawanya ke meja kasir.
Itu sangat membingungkan. Sebelumnya aku jarang
diperlakukan dengan tidak sopan. Seolah-olah aku telah
diberi tahu di pintu masuk untuk mencari sendiri pisau
cukur yang remeh, karena si tukang obat punya urusan
yang lebih penting untuk dikerjakan.
Namun, secara berangsur-angsur, aku memahami
penataan yang berlaku di sini. Memang ada sejumlah
keuntungan dengan sistem ini. Yang pertama, si tukang
obat bisa membuat sebagian besar depot penjualannya
dapat diakses, sehingga dia memiliki ruang penjualan
lebih besar. Selanjutnya, ternyata seratus pelanggan
dapat melayani diri sendiri lebih cepat dari yang dapat
dilakukan sepuluh atau bahkan dua puluh pramuniaga.
Dan, yang terakhir tapi bukan berarti tidak penting,
orang bisa menghemat pengeluaran dengan mengurangi pramuniaga. Keuntungannya sangat jelas. Aku
403 TIMUR VERMES perkirakan dengan memperkenalkan prinsip ini di seluruh dewan pengurus, sekitar 100.000-200.000 tentara
bisa dibebaskan untuk penempatan langsung di garis
depan. Ini sangat mengesankan sehingga aku berniat
mengucapkan selamat secara langsung kepada tukang
obat yang cerdik itu. Aku bergegas ke salah satu meja
kasir dan menanyakan Herr Rossmann.
"Herr Rossmann yang mana?"
"Astaga, orang yang memiliki toko obat ini!"
"Dia tidak ada di sini."
Ini sangat memalukan, tapi aku segera mengetahui
ucapan selamatku akan terlalu cepat, karena dengan
menyesal Herr Rossmann yang cerdik itu tidak menjual
pisau cukur yang aku cari. Aku disuruh ke apotek lain,
milik Herr M"ller. Pendeknya, Herr M"ller juga telah menerapkan
gagasan Herr Rossmann yang menginspirasi. Namun
dia tidak punya pisau yang aku butuhkan, demikian pula
Herr Schlecker, dengan bangunan sangat kotor yang
dijalankan dengan prinsp yang bahkan lebih ekstrem:
bahkan meja kasir tidak dijaga di sini. Yang dalam
hal tertentu benar-benar logis karena aku tidak dapat
menemukan pisau cukurku. Kesimpulan yang aku tarik
dari pengalamanku yang menyedihkan adalah semakin
sedikit pramuniaga di Jerman yang menjual pisau cukur.
Itu mungkin bukan keadaan yang menyenangkan, tapi
setidaknya itu efisien. Dalam kebingungan, aku terus berjalan melewati
deretan toko. Sekali lagi keputusanku untuk mengenakan
pakaian santai yang sederhana terbukti tepat. Aku mampu
mendapatkan dari dekat kesan yang sesungguhnya
404 HITLER BANGKIT LAGI mengenai keadaan Volk Jerman, ketakutan mereka,
keprihatinan mereka, dan berbagai kesulitan pisau
cukur mereka. Dan sekarang aku telah mengetahui fakta
tersebut, aku sadar bahwa tidak hanya toko obat, tetapi
juga seluruh masyarakat telah diorganisir menurut
prinsip kerja yang aneh ini. Setiap toko pakaian,
setiap toko buku, toko sepatu, toko serbaada, bahkan
para pedagang grosir dan restoran"semuanya nyaris
tanpa karyawan. Ternyata uang tidak lagi diperoleh
dari bank, tetapi dari mesin-mesin. Persis sama dengan
tiket perjalanan, dan prangko"mereka menghapuskan
seluruh kantor pos. Paket, juga, dimasukkan ke dalam
mesin, dari mesin itu paket tersebut harus diambil
oleh penerima. Mengingat semua ini, Wehrmacht yang
baru seharusnya memiliki pasukan jutaan orang di
garis depan. Namun, dalam kenyataannya, sulit untuk
mengumpulkan dua kali lipat dari jumlah yang dibatasi
untuk kami oleh Perjanjian Versailles yang memalukan
itu. Ini membingungkan. Di mana semua orang"
Asumsi awalku mereka pasti membangun jalan
raya, mengeringkan rawa, dan sejenisnya. Tapi ternyata
bukan. Saat ini rawa sudah jarang dan cenderung diisi
ulang ketimbang dikeringkan. Dan jalan raya masih
dibangun oleh orang-orang Polandia, orang-orang Rusia
Putih, orang Ukraina, dan para pekerja asing lainnya,
untuk upah dengan biaya yang lebih murah bagi Reich
ketimbang perang apa pun. Seandainya aku tahu betapa
murah mempekerjakan orang-orang Polandia, aku
mungkin juga telah melompati negara mereka.
Orang hidup dan belajar. 405 TIMUR VERMES Terpikir olehku sebuah gagasan bahwa Volk Jerman
mungkin telah menyusut, akibatnya orang-orang selain ini
semata-mata tidak ada. Tetapi statistik menunjukkan ada 81
juta orang Jerman yang masih hidup. Aku mengira kalian
bertanya-tanya mengapa aku tidak mempertimbangkan
kemungkinan adanya pengangguran. Alasannya adalah
pikiranku memiliki ingatan yang sangat berbeda mengenai seperti apa orang-orang pengangguran itu.
Pria pengangguran yang aku ingat dari masa lalu keluar
ke jalan dengan sebuah plakat di lehernya yang bertulisan
"Mencari semua jenis pekerjaan". Ketika dia sudah cukup
berkeliling tanpa hasil dengan cara ini, dia akan melepas
plakat itu, mengambil bendera merah yang diberikan oleh
Bolshevik yang berkeliaran, dan kembali ke jalan. Sebuah
pasukan berupa jutaan lelaki pengangguran yang marah
merupakan lahan subur bagi partai radikal apa pun, dan
aku cukup beruntung telah memimpin yang paling radikal
dari mereka semua. Namun di jalan-jalan hari ini aku
tidak dapat menjumpai para lelaki pengangguran. Tidak
juga ada bukti untuk mendukung hipotesis bahwa mereka
telah dikumpulkan untuk memberikan layanan kerja atau
dikirim ke kamp. Sebaliknya, seperti yang aku temukan
kemudian, negara telah memilih solusi tak terduga yang
diajukan seorang Herr Hartz.
Pria ini telah menetapkan bahwa orang tidak mendapatkan dukungan dari para pekerja hanya dengan
upah yang lebih tinggi dan sejenisnya, tetapi juga dengan
memberi perwakilan mereka uang dan kekasih dari Brasil.
Dengan sejumlah undang-undang, formula ini telah
diperluas kepada para pekerja sendiri, dengan tingkat
yang jauh lebih rendah, tentu saja. Bukannya berjumlah
406 HITLER BANGKIT LAGI hingga jutaan, hitungannya jauh lebih bersahaja, dan
bukannya orang-orang Brasil yang sesungguhnya, terdapat gambar perempuan penghibur Hungaria dan
Rumania di Internetwork, yang mengandaikan bahwa
setiap lelaki pengangguran memiliki satu komputer
atau lebih. Dengan cara ini, Herr Rossmann dan Herr
M"ller mampu terus mengisi kantong mereka dalam
perdagangan yang tanpa-pegawai dan tanpa-pisau
cukur tanpa harus takut para pengangguran akan
menghancurkan jendela toko mereka. Seluruh skema
ini dibayar dari pajak orang kecil di pabrik amunisi.
Dan untuk sang Sosialis Nasional yang berpengalaman,
semuanya menunjuk ke suatu konspirasi modal, konspirasi keuangan Yahudi. Menggunakan uang rakyat miskin, bahkan yang lebih miskin ditenteramkan demi
keuntungan orang kaya sedemikian rupa agar bisnis
mereka dapat terus berlanjut dengan lancar untuk
menghasilkan keuntungan dari krisis. Para politikus kiri
tidak pernah lelah menunjukkannya, meskipun dengan
melalaikan penyebutan unsur Yahudi, penjelasan mereka
tak sempurna. Tak usah ditanyakan bahwa bukan hanya
keuangan Yahudi, tetapi Yahudi dunia secara keseluruhan
pasti terlibat di sini. Baru sekarang kejahatan sebenarnya
dari plot itu terungkap. Dan yang membuatku tersentak
seperti tersambar petir"ini adalah tugas yang disiapkan
takdir untukku. Dalam dunia kepura-puraan borjuisliberal ini, hanya aku sendiri yang mampu mengenali
dan menyingkapkan kebenaran.
Secara dangkal, orang dapat dengan tegas menyatakan bahwa Herr Hartz dan para kaki tangan sosialdemokratnya telah mencapai tujuan utama mereka. Se407
TIMUR VERMES orang perempuan Rusia Putih pada komputer, apartemen
kering dan hangat, serta makanan yang cukup"apakah
semua ini tidak untuk mewakili redistribusi dalam pengertian sosialis"
Tidak. Kebenaran hanya dapat dipahami oleh orang
yang mengenal bangsa Yahudi, orang yang memahami
bahwa pada mereka tidak ada kiri atau kanan, dan bahwa
kedua belah pihak bekerja sama untuk selama-lamanya.
Dan hanya semangat cerdik yang melihat menembus
seluruh penyamaran dapat mengenali bahwa dalam
tujuan mereka melenyapkan ras Aria, tidak ada yang
berubah. Perjuangan terakhir untuk memperebutkan
berbagai sumber daya bumi yang langka akan datang,
jauh lebih lambat dari yang aku ramalkan, tetapi
tetap akan datang. Dan tujuannya sudah sangat jelas
bahwa hanya orang bodoh yang bisa menyangkalnya:
gerombolan Yahudi sedang berencana sekali lagi membanjiri Reich dengan massanya yang menjijikkan.
Namun, mereka telah belajar dari perang terakhir. Sebab
mereka menyadari inferioritasnya, mereka memutuskan
untuk meruntuhkan, mengurangi, dan membinasakan
keberanian Volk kita. Sehingga ketika hari itu datang,
jutaan orang Asia hanya akan dihadapi oleh para lelakiHartz yang banci, melambaikan-lambaikan tetikus dan
alat pengendali televisi mereka dengan tak berdaya.
Aku menggigil ketakutan hingga ke tulang. Dan sifat
dasar misiku sudah jelas.
Aku harus mengikuti jalan ini dengan mantap. Aku
segera memutuskan mencari tempat lain untuk tinggal.
Hotel ini tidak lagi menjadi rumahku; aku membutuhkan
markas yang layak. 408 Tiga Puluh Tiga ku memikirkan sesuatu yang mirip dengan tempat
di mana aku tinggal di Prinzregentenplatz di
Munich. Sebuah apartemen yang cukup luas untukku,
tamu-tamu, karyawan, sebaiknya mencakup seluruh
lantai. Tetapi bukan rumah. Sebuah vila dengan taman,
bahkan dengan semak belukar lebat, terlalu mudah jadi
target lawan politik untuk memantau atau menyerang.
Bukan, sebuah apartemen luas, dekat dengan pusat kota
di daerah yang penuh kehidupan"ini masih memiliki
keuntungan. Dan aku tidak keberatan jika itu berada
tepat di sebelah teater. "Apakah Anda sudah tidak suka tinggal di sini?"
tanya si resepsionis, yang sekarang sudah benar-benar
tidak malu-malu dan memberi hormat padaku dengan
benar. Ada nada lucu dalam pertanyaannya, tetapi juga
sebuah penyesalan yang jelas dan tulus.
"Aku berpikir untuk membawamu bersamaku,"
jawabku. "Adik perempuanku dulu menjaga rumah
untukku, tapi dia sudah meninggal, aku minta maaf
409 TIMUR VERMES mengatakan itu. Kalau aku mampu membayar gajimu
di hotel, dengan sangat senang aku akan menawarimu
pekerjaan." "Terima kasih," katanya. "Saya suka keanekaragaman
di sini. Tapi ini tetap menyedihkan."
Di masa lalu ada orang lain yang akan mencarikan
apartemen; sekarang aku harus mengerjakan semuanya
dengan tangan sendiri. Dalam satu hal ini menarik,
karena membawaku bersentuhan lebih dekat dengan
kehidupan zaman sekarang. Di sisi lain juga membawaku
bersentuhan dengan cecunguk agen perumahan.
Segera menjadi jelas bahwa tanpa seorang agen
perumahan orang tidak dapat memperoleh sebuah
apartemen setengah layak seluas antara 400 hingga
500 meter persegi. Yang baru menjadi jelas belakangan
adalah hal itu tidaklah mungkin bahkan dengan
bantuan dari para agen hina ini. Cukup mengejutkan
bagaimana para utusan persewaan jahanam itu hanya


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu sedikit hal tentang properti mereka sendiri.
Bahkan setelah enam puluh tahun absen dari pasar,
pada setiap kesempatan aku dapat menemukan kotak
sekring kurang dari separuh waktu yang dibutuhkan
oleh "pakar" yang mereka kirimkan. Setelah firma ketiga
aku meminta dengan tegas agar mereka mengirimkan
kolega yang lebih berpengalaman, karena jika tidak,
yang aku dapatkan hanyalah beberapa orang berumur
enam belas tahun dalam setelan yang kedodoran. Para
pemuda dungu ini tampak seolah telah diseret langsung
dari bangku sekolahnya ke garis depan dunia pialang
properti. Pada upaya keempat aku benar-benar ditawari sesuatu
410 HITLER BANGKIT LAGI yang cocok di utara Sch"neberg. Dengan berjalan kaki
aku dapat mencapai kawasan pemerintahan, faktor lain
yang membuat properti ini patut disukai. Bagaimanapun,
orang tak pernah tahu berapa lama lagi kedekatanku ke
daerah itu akan menjadi penting.
"Apakah saya mengenal Anda?" agen yang lebih
tua bertanya sambil menunjukkan kamar pembantu di
samping dapur. "Hitler, Adolf," ujarku ringkas, dengan cekatan memeriksa beberapa lemari kosong.
"Tentu saja," katanya. "Itu dia! Tanpa mengenakan
seragam Anda"maafkan saya. Dan lagi pula, saya pikir
Anda akan melepas kumis."
"Untuk apa?" "Yah, Anda tahu. Ketika saya sampai di rumah hal
pertama yang saya lakukan adalah melepas sepatu."
"Dan aku melepas kumisku?"
"Itu yang saya pikir..."
"Aku paham. Apakah di sini ada ruang untuk latihan
fisik?" "Sebuah ruang kebugaran" Para penyewa terakhir
tidak memilikinya, tapi sebelum mereka ada seseorang
dari juri sebuah ajang pencarian bakat"dia menggunakan ruangan di sana."
"Apakah ada sesuatu yang harus aku ketahui?"
"Seperti apa?" "Para tetangga Bolshevik?"
"Mungkin ada pada tahun tiga puluhan. Tapi kemudian... kemudian Anda... bagaimana saya harus mengatakannya?"
"Aku tahu apa yang coba kau katakan," kataku. "Ada
lagi?" 411 TIMUR VERMES "Baiklah, mari kita lihat..."
Aku memikirkan Geli dengan sedih. "Aku tidak
menginginkan sebuah apartemen bunuh diri lain," kataku dengan tegas.
"Sejak kami mengelola properti ini, tidak ada seorang
pun yang bunuh diri. Sebelumnya juga tidak ada," kata
agen itu terburu-buru. "Setidaknya saya pikir itulah
yang terjadi." "Ini apartemen bagus," kataku datar. "Tapi harganya
tidak dapat diterima. Turunkan 300 euro dan kita bertransaksi." Aku berbalik untuk pergi. Saat itu pukul setengah delapan. Setelah pertunjukan perdanaku sukses,
Madame Bellini memberiku kejutan dengan beberapa
tiket opera. "The Mastersingers of Nuremberg" sedang
dimainkan dan dia langsung teringat padaku. Dia
bahkan bilang akan pergi ke pertunjukan bersamaku"
hanya demi aku, sebagaimana yang dia tekankan, karena
biasanya dia tidak menyukai Wagner.
Agen itu berjanji berunding soal uang sewa. "Sebenarnya tidak ada ketentuan apa pun untuk diskon,"
katanya dengan ragu. "Selalu ada kemungkinan untuk membalikkan kebijakan seperti itu kalau kau bisa menganggap Hitler di
antara para pelangganmu," aku meyakinkan dia sebelum
pergi. Ini sejuk yang tidak lazim untuk akhir November. Langit
sudah lama gelap; kota bersenandung dan bergegas
di sekelilingku. Untuk sesaat perhatianku disita oleh
kegilaan lama, ketakutan akan gerombolan Asia, hasrat
yang mendesak untuk meningkatkan mutu alat-alat
412 HITLER BANGKIT LAGI perang. Kemudian huru-hara ini memberi jalan menuju
perasaan nikmat bahwa malapetaka tidak melanda
kami selama lebih dari enam puluh tahun terakhir,
bahwa takdir pastinya memilih waktu yang tepat untuk
memanggilku bertindak, tanpa meninggalkan sedikit
waktu untukku menikmati pertunjukan Wagner sesekali.
Aku mengancingkan mantelku dan berkeliling menyusuri jalanan. Beberapa toko melakukan pengiriman
sejumlah besar dahan pohon cemara. Ketika aku menemukan keramaian yang sedikit terlalu berlebihan
aku menghindar masuk ke jalan-jalan samping yang
lebih kecil. Aku merenungkan beberapa perubahan
pada perincian tertentu dalam programku, dan berjalan
melewati sebuah pusat olahraga yang dihiasi lampulampu. Sebagian besar penduduk berada dalam kondisi
fisik sangat baik"tetapi sangat sering orang-orang ini
adalah para perempuan. Tubuh yang dilatih dengan
baik dapat membuat kelahiran menjadi lebih mudah;
itu meningkatkan ketahanan dan kesehatan ibu. Namun
akhirnya tujuannya bukan untuk membiakkan ratusan
ribu pengikut perempuan. Proporsi laki-laki muda di
fasilitas olahraga ini pada dasarnya harus ditingkatkan.
Itulah lamunanku ketika dua lelaki menghalangi jalanku.
"Hai, kau. Keparat Yahudi," kata salah seorang pemuda.
"Kau pikir kami hanya akan duduk dan melihatmu
menghina Jerman?" pemuda kedua berkata.
Dengan perlahan, aku melepas topiku dan memperlihatkan wajahku di bawah sinar lampu jalan.
"Kembali ke barisan, kalian para kutu," kataku dengan
tenang. "Atau kalian akan berakhir seperti R"hm!"
Untuk sesaat tak seorang pun mengucapkan kata-kata
413 TIMUR VERMES lagi. Lalu pemuda kedua mengejek, "Keparat memuakkan macam apa kau ini" Pertama, wajahmu dioperasi,
lalu kau menggunakannya untuk menikam Jerman dari
belakang!" "Bajingan keji, memuakkan," kata pemuda pertama.
Ia memegang sesuatu yang berkilat. Dengan kecepatan
luar biasa tinjunya meluncur ke wajahku. Berusaha
menjaga ketenangan dan harga diriku, aku tidak menghindari pukulan.
Rasanya seperti diterjang sebutir peluru. Tidak ada
rasa sakit, hanya kecepatan, hanya tubrukan yang sangat
kuat. Kemudian dinding bangunan menyerangku dengan
diam-diam. Aku mencoba mempertahankan pijakanku,
tapi sesuatu menghantam dengan keras bagian belakang
kepalaku. Bangunan itu terlempar melewati atas kepalaku, tanganku meraba di dalam saku mantelku,
aku mengambil tiket opera dan mengeluarkannya,
sementara pukulan di sekitarku bertambah. Inggris pasti
punya artileri baru, sebuah rentetan tembakan yang
mematikan, keadaan menjadi begitu gelap, bagaimana
mereka dapat membidik dengan akurasi seperti itu,
kuburan kita, seperti akhir dunia, aku bahkan tidak tahu
di mana helmku, atau anjingku yang setia, Foxl-ku, Foxlku, Foxl-ku...
414 Tiga Puluh Empat enda pertama yang kulihat adalah sebuah
lampu neon yang menyilaukan. "Aku berharap
seseorang telah merawat tentara Wenck," pikirku. Lalu
aku melihat ke sekeliling ruangan dan ketika aku melihat
peralatan yang ada di sana segera menjadi jelas bahwa
untuk saat ini tidak ada kebutuhan mendesak untuk
tentara Wenck. Di sampingku terdapat sejenis gantungan mantel,
di mana digantungkan beberapa kantung plastik. Isinya menetes perlahan ke salah satu lenganku; lengan
yang lain ada dalam cetakan plester yang kaku. Ini
tidak begitu mudah untuk diamati, sebab aku tidak
mampu membuka mata di sisi yang tidak diplester. Aku
bingung: semuanya tampak sangat menyakitkan, tetapi
aku tidak dapat merasakan sakit kecuali rasa berdentamdentam tanpa henti di kepalaku. Aku menoleh untuk
memperoleh tinjauan yang lebih baik tentang situasiku,
lalu mengangkat pandanganku dengan hati-hati, memicu
rasa sakit yang tiba-tiba dan tajam di dalam dadaku.
415 TIMUR VERMES Aku dapat mendengar pintu terbuka di sisi lain
ruangan, tetapi memutuskan untuk tidak menengok.
Wajah seorang perawat muncul dengan hati-hati di atas
batang hidungku. "Apakah Anda sudah bangun?"
"..." kataku. Ini dimaksudkan untuk menjadi pertanyaan tentang tanggal, tetapi mulutku mengeluarkan
tak lebih dari sebuah suara di suatu tempat antara dengkur dan suara parut.
"Bagus," katanya. "Sekarang, jangan kembali tidur,
ya" Aku akan menjemput dokter."
"..." jawabku dengan tarikan napas berat. Aku sudah
dapat mengatakan bahwa kemungkinan besar aku tidak
menderita kerusakan permanen, hanya sedikit gangguan
pada pita suara akibat tidak digunakan untuk beberapa
waktu. Aku kembali memutar mataku yang berfungsi.
Dalam jangkauan pandanganku ada sebuah meja kecil
dengan pesawat telepon dan karangan bunga di atasnya.
Aku melihat sebuah alat yang harus memantau denyut
nadiku. Aku mencoba menggerakkan kakiku, tapi segera
berhenti ketika upaya itu mungkin akan menyebabkan
rasa sakit lebih lanjut. Sebaliknya aku mencoba beberapa
latihan bicara singkat; aku menduga, akhirnya, aku akan
memiliki satu atau dua pertanyaan untuk diajukan pada
dokter. Sebenarnya tidak ada yang terjadi untuk waktu
yang cukup lama. Aku sudah lupa bagaimana hal-hal
biasanya terjadi di rumah sakit jika kita bukan F"hrer
dan Kanselir Reich. Pasien seharusnya mengalami
pemulihan, tetapi pada kenyataannya yang dia lakukan
hanyalah menunggu. Dia menunggu para perawat,
416 HITLER BANGKIT LAGI pengobatan, para dokter"seolah-olah segala sesuatu
akan terjadi "segera" atau "pada saat itu juga", mengingat
"pada saat itu juga" berarti "dalam setengah jam hingga
empat puluh lima menit" dan "segera" berarti "dalam
satu jam atau lebih".
Aku dikuasai oleh dorongan akut, dan aku dengan
segera merasakan bahwa suatu pengaturan tertentu telah
dibuat untuk ini juga. Aku akan senang melihat televisi
untuk sementara waktu, hanya pengoperasian mesin ini
begitu membingungkan bagiku sekaligus secara fisik
juga tidak mungkin. Jadi aku tanpa suara memandang
dinding di hadapanku dan mencoba merekonstruksi
peristiwa-peristiwa belakangan ini. Aku teringat satu
momen di dalam mobil angkutan pasien dan jeritan
Fr"ulein Kr"meier. Membingungkan, pikiranku memainkan rangkaian pendek itu berulang-ulang di
mana aku menyambut penyerahan Prancis dengan satu
lompatan spontan atau menari kegirangan. Namun
aku tidak mengenakan seragam melainkan rok balet
berwarna biru kehijauan. Lalu G"ring mendatangiku,
membawa dua rusa kutub berpelana, dan berkata, "Mein
F"hrer, ketika Anda berada di Polandia tolong belikan
aku beberapa keju dadih. Aku akan memasak sesuatu
yang luar biasa untuk kita malam ini!" Aku menatapnya
tak percaya dan berkata, "G"ring, kau tolol! Tak bisakah
kau lihat aku tidak memiliki uang?" G"ring menangis
dan seseorang mengguncang bahuku.
"Herr Hitler" Herr Hitler?"
Aku terbangun dengan kaget, mengentak sejauh dimungkinkan tubuhku.
"Dokter bangsal ada di sini."
417 TIMUR VERMES Seorang pemuda berjas putih mengulurkan tangannya padaku, yang hampir tidak bisa kujabat.
"Ini dia," katanya. "Saya Dokter Radulescu."
"Mengingat namamu, kau berbicara bahasa Jerman
dengan sangat fasih," aku berkata dengan suara parau.
"Bahkan tanpa aksen."
"Mengingat kondisi Anda, Anda sungguh banyak
bicara," kata dokter yang didatangkan dari luar negeri
itu. "Anda tahu bagaimana saya menyempurnakan aksen
Jerman saya?" Aku menggeleng dengan letih.
"Tiga belas tahun sekolah, sembilan semester belajar
kedokteran, dua tahun bekerja di luar negeri, kemudian
saya menikah dengan istri saya dan mengambil namanya."
Aku mengangguk dan terbatuk-batuk; diserang rasa
sakit, aku berusaha menghindari batuk lagi, pada saat
yang sama mencoba memancarkan satu unsur kekuatan
dan kualitas kepemimpinan seperti F"hrer. Namun,
akibat menghindari batuk, sejumlah potongan dan
kepingan kecil yang tidak menarik terlontar keluar dari
hidungku. Segala-galanya terasa menyedihkan.
"Mari kita selesaikan satu per satu dulu. Anda berada
dalam kondisi fisik yang lebih baik dari yang sebenarnya
terlihat. Tidak ada yang tidak akan sembuh atau
berfungsi kembali dengan baik pada waktunya..."
"Sua-raku?" aku mengerang. "... Aku seorang or-ator."
"Tidak ada yang salah dengan suara Anda, hanya
tidak terlatih, karenanya tenggorokan kering. Anda
harus terus minum. Sepanjang waktu. Kalau saya tidak
salah," katanya, melirik ke samping tempat tidurku,
418 HITLER BANGKIT LAGI "Anda bahkan tidak perlu khawatir tentang pembuangan
kotoran untuk saat ini. Mari kita lihat, apa lagi yang
kita punya" Retakan parah pada tulang pipi, gegar otak
parah, beberapa memar parah di rahang, tetapi yang
paling menakjubkan ini tidak patah. Orang-orang
yang menjadi korban kecelakaan segera bertaruh pada
cincin-cincin buku jari. Jika mereka benar, Anda dapat
berterima kasih pada bintang keberuntungan Anda
sepuluh kali lipat. Mata Anda yang bengkak mungkin
tidak indah, tetapi itu akan berfungsi lagi. Dan kemudian
kita mendapatkan tulang selangka yang patah, lengan
yang patah"patahan yang sangat bersih, ini sesuatu
yang sangat bagus"lima tulang rusuk patah, dan kami
harus membedah tubuh Anda untuk membetulkan
kebocoran hati Anda. Mumpung kita masih bicara soal


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini, bolehkah saya katakan bahwa Anda memiliki salah
satu hati terbaik yang pernah kami lihat" Apakah saya
benar kalau berpikir Anda tidak minum minuman
keras?" Aku mengangguk dengan lemah. "Vegetarian juga."
"Hasilnya sungguh istimewa. Anda mungkin bisa
mencapai usia seratus dua puluh tahun."
"Tidak akan cukup," kataku sambil lalu.
"Nah, nah," ujarnya diikuti derai tawa. "Anda punya
banyak waktu. Saya tidak melihat ada masalah; Anda
hanya harus bersabar."
"Anda benar-benar harus melaporkan hal ini kepada
polisi," kata perawat itu.
"Itu pantas dilakukan untuk para penjahat itu! Apa
yang telah dilakukan Rohm untuk dilaporkan kepada
polisi?" 419 TIMUR VERMES "Saya bukan pengacara Anda," kata dokter dengan
nama Rumania itu. "Tapi dengan cedera seperti ini..."
"Aku akan menyerang balik dengan caraku sendiri,"
aku terbatuk-batuk, dan terpikir olehku bahwa jarang
terjadi dalam hidupku aku mengeluarkan ancaman
kosong seperti ini. "Aku lebih suka kau mengatakan
padaku berapa lama kau berniat menahanku di sini."
"Satu atau dua minggu, jika tidak ada komplikasi,
mungkin sedikit lebih lama. Lalu Anda bisa memulihkan
diri dengan baik di rumah dan membiarkan semuanya
mengering lagi. Sekarang Anda harus lebih banyak tidur.
Dan pikirkan tentang melapor ke polisi, perawat itu
benar-benar tepat. Saya tahu Anda harus memberikan
pipi yang lain, tapi itu tidak memberi orang hak untuk
memberikan pukulan seperti itu."
"Dan pikirkan tentang menu Anda." Perawat menunjukkan daftar makanan kepadaku. "Kami perlu tahu
Anda ingin makan apa selama Anda tinggal bersama
kami." Aku menepis daftar itu. "Tidak ada perlakuan
khusus. Ransum sederhana prajurit. Vegetarian. Seperti
orang Yunani Kuno." Dia memandangku, menghela napas, menandai
sekitar selusin kotak dan memberikan lagi daftar itu
padaku. "Anda harus menandatangani sendiri."
Dengan lemah, aku menandatangani dengan tangan
yang bisa aku gerakkan. Kemudian aku pingsan lagi.
Aku sedang berdiri di sebuah halte bus di Ukraina,
memegang semangkuk besar keju dadih.
G"ring tidak ada di sana, dan aku mengingat betapa
hal itu membuatku jengkel.
420 Tiga Puluh Lima ebenarnya untuk sekilas aku telah mempertimbangkan untuk melaporkan persoalan ini ke
polisi, tetapi kemudian mengabaikan sama sekali
gagasan tersebut. Ia bertentangan dengan seluruh
prinsipku. F"hrer tidak bisa berperan sebagai korban,
itu tidak pantas. Dia tidak bergantung pada campur
tangan atau bantuan karakter yang sangat buruk seperti
jaksa negara atau pejabat polisi; dia tidak bersembunyi
di belakang mereka, dia menggenggam hukum dengan
kepalan tangannya sendiri. Atau, lebih tepatnya, dia
menawarkannya ke tangan S.S. yang membara dan kemudian mereka mengambilnya dengan tinju mereka
yang banyak. Jika aku punya sebuah S.S. yang bisa
kugunakan, "markas besar partai" yang tidak dikenal ini
akan habis terbakar pada malam berikutnya dan, dalam
waktu seminggu, setiap anggota yang pengecut akan
memiliki kesempatan merenungkan prinsip-prinsip
sejati gagasan rasial ketika mereka mandi di kolam
darahnya sendiri. Namun dari siapa dapat kuminta
421 TIMUR VERMES kebrutalan seperti itu pada masa-masa damai ini, di
mana orang telah disapih dari kekerasan" Sawatzki
adalah seorang lelaki yang lebih terampil melucu ketimbang memukul; dia bekerja dengan otaknya, bukan
ototnya. Pada saat ini aku hanya bisa menunda masalah
itu sampai waktu yang tidak ditentukan di masa depan
dan memastikan agar tidak ada fotografer media
massa yang punya kesempatan mengambil beberapa
gambarku yang kurang pantas ketika aku menolong
diriku sendiri di fasilitas sanitasi rumah sakit. Namun
insiden ini tidak dapat dirahasiakan dan hanya beberapa
hari kemudian disiarkan di surat kabar bahwa aku
menjadi korban "kekerasan ekstrem kanan". Tentu saja
itu adalah ketidakcakapan jurnalistik yang lazim untuk
mengagungkan para cecunguk yang berpikiran lemah
ini sebagai "ekstrem kanan", label yang tidak pantas buat
mereka. Tetapi keuntungan dapat diperoleh dari setiap
hal buruk yang terjadi pada kita, dan dalam beberapa
hari, bahkan jam, secara luar biasa aku telah bertukar
nomor telepon dengan orang-orang yang sebelumnya
telah menerima nomor telepon selulerku dari Fr"ulein
Kr"meier"atas saran dan restu Herr Sawatzki.
Percakapan pertama, selain dengan rekan-rekan
Flashlight yang berharap agar aku cepat sembuh,
dilakukan dengan Frau K"nast, yang menanyakan
kesehatanku dan ingin tahu apakah aku benar-benar
tergabung dalam suatu partai.
"Tentu saja," kataku. "Partaiku sendiri."
K"nast tertawa dan berkata bahwa N.S.D.A.P., setidaknya untuk saat ini, tertidur sejenak atau dalam hibernasi.
Sampai N.S.D.A.P. terbangun, dia melanjutkan, aku
422 HITLER BANGKIT LAGI harus mempertimbangkan apakah Partai Hijau tidak
bisa menawarkan sebuah rumah padaku, orang yang
telah mempertaruhkan nyawa dan anggota tubuh untuk
menentang kekerasan sayap kanan. "Setidaknya untuk
sementara waktu," katanya, mengulangi tawarannya
sambil tertawa. Aku mencerna panggilan telepon itu dengan gelengan
kepala, dan kemungkinan besar akan mengabaikannya
sebagai isapan jempol aneh lain yang muncul dari
imajinasi parlementer-demokratis, kalau saja tidak
ada panggilan lain pada hari berikutnya dengan perbincangan yang sangat mirip. Di telepon ada seorang pria,
seperti yang kuingat samar-samar, yang entah sedang
menyelesaikan magang sebagai menteri kesehatan atau
sudah melakukannya. Bahkan setelah banyak berpikir
aku tidak lagi mengingat namanya; bagaimanapun juga
aku menyerah untuk mengikuti perkembangan partai
ini sejak dulu. Lagi pula, sering ditayangkan rumor di
slot penyiaran yang relevan bahwa satu-satunya lelaki
tua yang tersisa dari aliansi itu adalah seorang pecandu
minuman keras kelas berat. Menurut pendapatku ini
tidak adil untuk pria itu; aku lebih suka menganggap
bahwa pasti sangat sulit untuk bertahan bahkan selama
satu jam saja dalam permainan aneh politik kanakkanak ini tanpa terlihat mabuk.
Si menteri kesehatan magang itu mengatakan padaku
betapa menyesalnya dia mendengar tentang serangan
itu. Terutama pada seseorang seperti diriku yang, seperti
dikatakannya, merupakan standar pembawa kebebasan
yang paling luas untuk berpendapat dan berbicara,
serta membutuhkan semua dukungan yang bisa dia
423 TIMUR VERMES peroleh pada saat-saat sulit ini. Aku jarang sekali punya
kesempatan menekankan bahwa orang yang kuat
paling perkasa jika sendirian, karena si magang itu
sudah bersikeras akan melakukan yang terbaik untuk
memastikan aku sesegera mungkin kembali ke layar
televisi. Untuk sesaat aku takut dia akan mengambil alih
pengobatanku ke tangannya yang terkenal berjemari
lembut dan tidak cakap. Sebaliknya dengan berpurapura santai dia bertanya padaku tentang afiliasi partaiku
dan aku menjawabnya dengan jujur.
Sang magang meledak dalam tawa kekanak-kanakan.
Lalu dia mengatakan bahwa diriku adalah seorang
periang dan menyarankan karena N.S.D.A.P. pada saat
ini sedang beristirahat dalam kuburan sejarah, mungkin
F.D.P. dapat menjadi rumah politikku yang baru. Aku
mengatakan padanya bahwa akhirnya dia dan rekanrekannya harus berhenti menghina partaiku dan bahwa
aku tidak punya kepentingan apa pun dalam kerumunan
belatung liberalnya. Sang magang tertawa sekali lagi dan
mengatakan bahwa dia suka ketika aku masih seperti
ini; dia dapat mengatakan aku akan segera menjadi
diriku yang dulu lagi. Sebelum dia menutup telepon
dia berjanji akan mengirimkan aplikasi keanggotaan
kepadaku. Tanpa diminta. Yang menyadarkanku saat
itu adalah fakta bahwa telepon merupakan sarana
komunikasi yang salah bagi orang-orang tanpa telinga.
Dan baru saja aku akan meletakkan benda sialan itu, ia
berdering lagi. Ternyata menteri kesehatan magang dan K"nast dari
Partai Hijau sama sekali bukan satu-satunya orang yang
telah memutuskan memberikan tafsiran pribadinya
424 HITLER BANGKIT LAGI pada pengorbanan berdarahku yang gagah berani.
Sejumlah penelepon dari berbagai partai memberiku
selamat atas perjuangan non-kekerasanku, yang dalam
pandangan mereka diwujudkan dengan penolakanku
yang demonstratif untuk mengambil jalan membela
diri. Para penelepon itu termasuk seorang pria dari satusatunya kelompok yang namanya menarik simpatiku:
Partai Perlindungan Hewan. Percakapanku dengan
orang ini menyenangkan, di mana dia dengan murah
hati membuatku menyadari tentang kekejaman hebat
yang dilakukan terhadap anjing-anjing jalanan Rumania.
Aku memutuskan dalam waktu dekat akan memberikan
perhatian khusus pada skandal yang terjadi di negara itu.
Peristiwa baru-baru ini juga ditafsirkan cukup berbeda di mata para politikus "profesional". "Gerakan
Solidaritas Hak-hak Sipil" mengumumkan bahwa diriku
adalah sesama korban seperti pendiri partai mereka,
Larouche, yang juga telah mengalami penganiayaan
dengan satu atau lain cara. Sementara itu, partai orang
asing yang aneh dengan nama B.I.G. meyakinkan aku
bahwa di negara di mana pemukulan terhadap orang asing
dilarang, pemukulan terhadap orang Jerman, tentu saja
juga dilarang, yang kutanggapi dengan tegas bahwa aku
tidak ingin tinggal di sebuah negara di mana pemukulan
terhadap orang asing dilarang. Ini menghasilkan ledakan
tawa parau lain di ujung telepon. Bagi orang lain aku
bukanlah simbol kebebasan berpendapat, tetapi justru
menentang-nya, setidaknya menentang pendapat yang
salah; aku tidak hanya dianggap sebagai seorang kampiun
menentang kekerasan, tetapi oleh beberapa partai justru
dianggap sebagai kampiun mendukung kekerasan
425 TIMUR VERMES (C.S.U., dua klub senjata api, dan satu produsen senjata
api), serta pernah dianggap sebagai korban kekerasan
terhadap para manula (Partai Keluarga). Secara khusus
aku tercengang dengan keamatiran sebuah permohonan
oleh Partai Pembajak, yang mengira mereka telah
mengenali adanya protes terhadap pengawasan negara
dalam penolakanku untuk mengajukan tuntutan.
Partai itu memandangku sebagai advokat kemerdekaan
ekstrem dari negara dan pendukung "pemikiran pembajakan total". Mereka yang paling dekat dengan
kebenaran adalah kelompok yang disebut "The Violets",
yang memandangku sebagai bukti adanya sebuah dunia
di balik hal yang murni materialistik, seorang lelaki
yang "di bawah panji kecintaan total pada kedamaian
membuat kemunculan kembalinya mengalami berbagai
ujian paling keras dengan kesabaran paling hebat yang
mungkin ada." Aku tertawa begitu lama sehingga aku
harus meminta lebih banyak obat penghilang rasa sakit
untuk rusukku. Fr"ulein Kr"meier membawakan aku lebih banyak
surat kabar dari kantor. Dia juga telah ditelepon
beberapa kali, kebanyakan oleh orang-orang dari
partai atau kelompok yang sama, tetapi yang baru
adalah kabar dari beragam organisasi Komunis. Yang
sekarang mengganggu pikiranku adalah mengapa
mereka menghubungiku, tapi aku mengira alasannya
tidak jauh berbeda dari Stalin pada 1939, ketika dia
menyepakati pakta non-agresi kami. Benang merah
yang menyatukan para penelepon dan juru tulis tersebut
adalah bahwa mereka memintaku menjadi anggota
asosiasi masing-masing. Sebenarnya, hanya dua partai
426 HITLER BANGKIT LAGI yang tidak menghubungiku. Orang yang tolol mungkin
akan mengabaikannya, tetapi aku lebih tahu. Itulah
sebabnya, ketika nomor telepon Berlin yang tak dikenal
menghubungiku pada hari berikutnya, aku berteriak
dengan untung-untungan, "Halo" Apakah ini S.P.D.?"
"Er, ya... Apakah saya berbicara dengan Herr Hitler?"
tanya suara di ujung telepon.
"Tentu saja," kataku. "Aku sudah menunggumu
menelepon!" "Menunggu saya?"
"Tidak secara khusus. Tapi seseorang dari S.P.D.
Siapa ini yang bicara?"
"Gabriel, Sigmar Gabriel. Fantastis Anda dapat berbicara lagi di telepon. Saya mendengar dan membaca
hal-hal yang paling mengerikan. Anda terdengar sudah
kembali ke kondisi terbaik."
"Itu sepenuhnya karena panggilan teleponmu."
"Benarkah" Apakah Anda sesenang itu saya telepon?"
"Tidak, aku senang karena kau membutuhkan waktu
begitu lama. Dalam waktu yang dibutuhkan Demokrasi
Sosial Jerman untuk memahami sebuah gagasan, orang
bisa menyembuhkan dua kasus tuberkulosis parah."
"Hahaha," Gabriel terkekeh-kekeh, dan itu terdengar
sangat alami. "Anda benar, terkadang begitulah yang
terjadi. Begini, inilah alasan mengapa saya menelepon..."
"Aku tahu! Sebab partaiku sedang dalam hibernasi
saat ini."

Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Partai apa?" "Kau mengecewakan aku, Gabriel! Apa nama partaiku?"
"Mmm..." 427 TIMUR VERMES "Teruskan!" "Maaf" Saya tidak tahu pasti apa yang Anda..."
"N... S... D... A ... ?"
"P?" "P. Tepat. Ia sedang istirahat saat ini. Dan kau ingin
tahu apakah aku mungkin mencari rumah baru. Dalam
partaimu!" "Yah, saya sebenarnya..."
"Tentu saja kirimkan formulirmu ke kantorku,"
kataku dengan akrab. "Dengar, apakah Anda baru saja meminum obat
penghilang rasa sakit" Atau sedikit terlalu banyak obat
tidur?" "Tidak," kataku, dan hendak menambahkan bahwa aku
tidak akan membutuhkan obat tidur setelah percakapan
ini. Lalu aku sadar bahwa Gabriel mungkin benar. Orang
tidak pernah benar-benar tahu apa gerangan yang
diberikan para dokter dan perawat melalui kantongkantong dengan selang itu. Dan aku juga tersadar bahwa
dalam perwujudannya saat ini, S.P.D. ini bukan lagi
sebuah partai yang akan ditangkap dan dipenjara di
kamp konsentrasi. Kelambanannya bahkan mungkin
membuatnya berguna dalam beberapa hal. Karena itu
aku membuat rujukan langsung pada beberapa obat
yang kugunakan dan keluar dengan sangat sopan.
Aku menyandarkan punggung pada bantal, bertanyatanya siapa kiranya yang akan menelepon berikutnya.
Sebenarnya yang kurang adalah percakapan telepon
dengan seseorang dari ketua komisi pemilihan kanselir.
Siapa kiranya" Si ibu yang gemuk itu jelas tak mungkin,
tentu saja. Tapi aku tidak akan keberatan berbicara
428 HITLER BANGKIT LAGI dengan menteri tenaga kerja. Aku sangat ingin tahu
mengapa dia berhenti menghasilkan keturunan padahal
hanya kurang satu anak untuk menerima anugerah Salib
Emas Para Ibu. Si Guttenberg itu juga menarik. Walaupun
dia muncul dari rawa-rawa perzinaan bangsawan berabad-abad lalu, dia adalah seorang lelaki yang memiliki
kapasitas berpikir dalam konteks yang lebih luas, tidak
membiarkan berbagai keberatan profesor terus-menerus
menghalangi jalannya. Namun masa kejayaan politiknya
kini tampaknya sudah lewat. Siapa lagi" Orang pencinta
lingkungan berkaca mata" Orang gila pemarah" Orang
Swabia konservatif, bercita-cita tinggi, dan memakai
kursi roda yang menangani keuangan"
Dan memang para Valkyrie melintasi langit lagi.
Nomornya asing bagiku, tapi kode areanya Berlin. Aku
menyimpulkan ini pasti tukang bual itu.
"Selamat siang, Herr Pofalla," kataku.
"Maafkan saya" Ini jelas suara seorang perempuan.
Aku taksir dia sedikit lebih tua, mungkin pertengahan
lima puluhan. "Saya mohon maaf"siapa ini yang bicara?"
"Nama saya Golz, Beate Golz," dan dia mengucapkan
nama sebuah rumah penerbitan termasyhur yang berbunyi Jerman. "Dan kepada siapa saya bicara?"
"Hitler," kataku, membersihkan tenggorokanku. "Aku
sangat menyesal, aku mengharapkan orang lain."
"Apakah waktunya tidak tepat" Kantor Anda menyatakan tidak apa-apa saya menelepon di..."
"Tidak, tidak," kataku. "Sepenuhnya tak apa-apa.
Tolong, tidak ada pertanyaan lebih lanjut tentang bagaimana keadaanku."
429 TIMUR VERMES "Apakah seburuk itu?"
"Tidak, tetapi aku mulai terdengar seperti sebuah
piringan hitam tua."
"Herr Hitler... Saya menelepon untuk menanyakan
apakah Anda ingin menulis buku?"
"Aku sudah punya," kataku. "Dua, sebenarnya."
"Saya tahu. Lebih dari sepuluh juta kopi. Kami sangat
terkesan. Tetapi seseorang dengan potensi seperti Anda
seharusnya tidak meninggalkan celah selama delapan
puluh tahun." "Nah, begini, itu tidak sepenuhnya dalam kendaliku..."
"Anda benar sekali. Saya dapat memahami dengan
baik bahwa menulis tidak datang begitu mudah ketika
orang-orang Rusia sedang berguling di bunker Anda..."
"Memang," kataku. Aku nyaris tidak bisa mengatakannya sendiri dengan lebih baik. Aku sangat terkejut oleh
kemampuan Frau Golz untuk berempati.
"Tapi sekarang orang-orang Rusia tidak di sini lagi.
Dan seberapa pun banyaknya kita menikmati ikhtisar
mingguan Anda di televisi, saya pikir sudah waktunya
F"hrer menghasilkan laporan lain tentang pandangannya
terhadap dunia. Atau"sebelum saya membuat diri saya
sendiri terlihat sangat tolol di sini"apakah Anda sudah
memiliki komitmen kontrak lain?"
"Tidak, aku biasanya dipublikasikan oleh Franz
Eher," kataku, tapi kemudian sadar bahwa sekarang dia
pastinya sudah pensiun juga.
"Saya menganggap untuk sementara Anda belum
pernah mendengar dari penerbit Anda?"
"Sebetulnya, kau benar," pikirku. "Aku penasaran
siapa yang mencairkan royaltiku pada saat ini?"
430 HITLER BANGKIT LAGI "Negara Bagian Bavaria, kalau informasi yang saya
peroleh benar," kata Frau Golz.
"Kurang ajar!" "Anda bisa menggugat, tentu saja, tapi Anda tahu
seperti apa pengadilan ini..."
"Ya, kau benar!"
"Tapi saya akan senang kalau Anda mengambil jalan
agak sederhana sebagai gantinya."
"Yaitu...?" "Anda menulis sebuah buku baru. Di dunia yang
baru. Kami akan senang menerbitkannya. Dan karena
kami semua di sini profesional saya bisa menawari
Anda hal-hal berikut." Kemudian, setelah menyebutkan
satu per satu jadwal strategi pemasaran utama dia
menyebutkan jumlah uang muka yang, bahkan dalam
hitungan mata uang Euro yang mencurigakan ini, mendapatkan persetujuanku"walaupun tentu saja aku
menyimpannya untuk diriku sendiri untuk sementara
waktu. Aku juga akan diizinkan memilih rekan-rekanku
sendiri, yang gajinya juga akan ditanggung oleh penerbit.
"Syarat kami satu: itu harus kebenaran."
Aku memutar bola mataku. "Aku menduga kau ingin
tahu siapa namaku sebenarnya."
"Tidak, tidak, tidak. Nama Anda adalah Adolf Hitler,
tentu saja. Memangnya apa nama lain yang akan kami
cantumkan di buku" Moses Halbgewachs?"
Aku tertawa. "Atau Schmul Rosenzweig. Aku menyukaimu."
"Saya berusaha mengatakan bahwa kami tidak mencari buku yang lucu. Saya kira Anda sepakat dengan itu.
F"hrer tidak membuat lelucon."
431 TIMUR VERMES Mengherankan betapa segala sesuatu menjadi sederhana dengan wanita ini. Dia tahu persis apa yang dia
bicarakan. Dan dengan siapa dia bicara.
"Apa pendapat Anda tentang hal itu?"
"Beri aku sedikit waktu," kataku. "Aku akan menghubungimu."
Aku menunggu tepat lima menit. Lalu aku meneleponnya kembali. Aku meminta jumlah yang jauh lebih
tinggi. Setelah meninjau kembali aku harus menganggap
dia sudah menduga hal ini.
"Baiklah kalau begitu: Sieg Heil!" ujarnya.
"Bolehkan aku memaknainya sebagai sebuah kesepakatan?" aku menyelidik.
"Boleh," katanya tertawa.
Aku menjawab, "Kau juga boleh!"
432 Tiga Puluh Enam ni sungguh luar biasa. Untuk pertama kalinya
dalam waktu yang sangat lama aku tidak terganggu
oleh salju, meskipun salju datang terlalu awal pada tahun
ini. Serpihan besar salju jatuh di luar jendela; pada 1943
ini akan membuatku gila. Sekarang aku tahu bahwa
segalanya memiliki suatu arti yang lebih dalam, bahwa
takdir tidak mengharapkan aku memenangkan perang
dunia dalam percobaan pertama atau kedua, bahwa dia
memberiku waktu dan mempercayaiku; sekarang aku
dapat menikmati dengan sebaik-baiknya ketenangan
pra-Natal ini sekali lagi, setelah tahun-tahun yang
sulit. Dan aku menikmatinya nyaris sebanyak yang aku
lakukan semasa aku anak-anak, berkerumun di sudut
ruang tamu yang nyaman dengan Perang Troya-nya
Homer. Tulang rusukku masih terasa sakit, tapi sangat
membesarkan hati merasakan sakitnya berkurang.
Penerbit membekaliku dengan mesin dikte. Sawatzki
menginginkan aku menggunakan telepon selulerku, tapi
pada akhirnya aku mendapati mesin dikte jauh lebih
433 TIMUR VERMES mudah dioperasikan. Tekan sebuah tombol"mesin itu
merekam; tekan sebuah tombol"ia berhenti. Secara
umum aku sangat menentang penggandaan tugas yang
tak ada habisnya ini. Peralatan nirkabel harus memutar
cakram-cakram perak ini juga, mesin cukur harus
mencukur baik yang kering maupun basah, petugas
pompa bensin merangkap sebagai penjual bahan
makanan, sedangkan pesawat telepon harus menjadi
telepon, kalender, kamera dan segala sesuatu yang
lain. Ini adalah omong kosong yang berbahaya, satusatunya konsekuensinya yang mungkin adalah bahwa
ribuan pemuda kita akan tergilas di jalanan karena
mereka tidak dapat berhenti menatap layar teleponnya.
Salah satu upaya pertama yang akan kulakukan adalah
melarang perangkat-perangkat telepon seperti itu atau
hanya mengizinkannya untuk elemen-elemen rasial
rendah yang tersisa dalam masyarakat kita"untuk yang
disebut belakangan ini aku bahkan bisa mewajibkannya.
Kemudian mereka akan mengotori jalan-jalan utama
Berlin seperti landak-landak yang tergencet. Jadi
telepon-telepon itu memiliki kegunaan praktisnya. Tapi
selain itu: omong kosong belaka! Tentu saja, akan jauh
lebih menguntungkan keuangan negara bila Luftwaffe
juga dapat menerima tugas pengumpulan sampah. Tapi
kalau begitu, Luftwaffe seperti apa yang akan kita miliki"
Sebuah gagasan yang baik. Aku akan mendiktekannya
ke dalam alat ini. Di koridor di luar mereka telah memasang hiasan
Natal yang sangat banyak. Bintang-bintang, rantingranting cemara, dan banyak lagi. Pada hari Minggu di
masa Advent terdapat Gl"hwein, yang telah mereka
434 HITLER BANGKIT LAGI kembangkan menjadi varietas tanpa alkohol yang paling
sedap, meskipun aku meragukan bahwa itu akan diterima
di kalangan tentara. Ah baiklah, seorang prajurit akan
selalu menjadi seorang prajurit. Setelah direnungkan,
aku tidak dapat mengatakan bahwa dekorasi Natal
menjadi lebih penuh cita rasa seiring berlalunya tahun.
Sebuah industrialisasi yang paling tidak menyenangkan
telah mengakar. Aku tidak risau mengenai apakah
sesuatu itu norak atau tidak, karena dalam setiap contoh
hal yang norak terdapat sisa-sisa perasaan lelaki yang
bersahaja, dan karena begitulah yang terjadi akan
selalu ada kemungkinan untuk berkembang seni yang
sejati. Tidak, yang benar-benar menggangguku adalah
pentingnya Bapa Natal telah tumbuh secara tidak seimbang, tak diragukan lagi sebagai akibat dari infiltrasi
kebudayaan Anglo-Amerika. Sementara itu, lilin justru
kian tidak berarti. Mungkin keadaannya tampak seperti ini karena
lilin tak diizinkan di rumah sakit ini, karena alasan
keamanan dari kebakaran. Dan aku sangat menghargai
penanganan yang teliti terhadap properti Volk, aku tidak
dapat mengingat adanya sejumlah besar bangunan yang
sudah rusak selama aku di pemerintahan, meskipun
banyak sekali lilin digunakan. Tapi aku akui bahwa,
sejak 1943 dan seterusnya, statistik tersebut menjadi
agak kurang berarti karena semakin berkurangnya
bangunan. Meskipun demikian, Natal seperti ini memiliki pesonanya sendiri. Bebas dari beban tanggung
jawab jangka panjang pemerintahan yang tidak dapat
dielakkan, orang harus menikmatinya ketika kebebasan
itu masih ada. 435 TIMUR VERMES Bisa kukatakan bahwa personel rumah sakit melakukan usaha keras untuk merawatku. Aku banyak berbincang dengan mereka, tentang kondisi kerja mereka,
tentang layanan sosial yang"seperti yang kian banyak
kupelajari"berada dalam kondisi yang demikian malang sehingga hampir merupakan sebuah keajaiban
bahwa semua orang bisa sembuh. Aku mendapat banyak
kunjungan dari dokter. Datang kepadaku ketika sedang
libur, mereka duduk dan bercerita padaku tentang
contoh terakhir kelancangan orang yang tidak cakap
yang berpura-pura menjadi menteri kesehatan. Ada
banyak perilaku tidak masuk akal yang melibatkan
pendahulunya, kata mereka, dan tak diragukan lagi hal
yang sama berlaku pada penggantinya. Mereka mendesakku agar membahas masalah ini dalam programku
dan mengumumkan dengan tegas bahwa sesuatu harus
berubah dengan segera. Aku berjanji akan segera
mengerjakannya dengan seluruh energiku. Adakalanya
aku mengatakan akan membantu bila lebih sedikit orang
asing yang dirawat di bangsal. Mereka tertawa, berkata,
"Nah, tentu saja Anda bisa melihatnya seperti itu," yang
segera diikuti oleh sebuah "tapi serius", dan setelah itu
muncul sebuah kisah tentang kemarahan berikutnya.
Tentang kisah-kisah ini sepertinya tak ada habisnya. Ada
juga seorang perawat menawan yang penuh kesulitan,
sebuah karakter yang berapi-api, cerdas, dan riang.
Namanya Irmgard, sebenarnya... tapi pastinya aku perlu
menyesuaikan langkah dengan diriku sendiri. Kalau saja
aku dua puluh tahun lebih muda, mungkin...
Herr Sawatzki baru saja berkunjung bersama Fr"ulein
Kr"meier, atau haruskah aku mengatakan mantan


Hitler Bangkit Lagi Look Whos Back Karya Timur Vermes di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

436 HITLER BANGKIT LAGI Fr"ulein Kr"meier. Aku masih kesulitan mengucapkan
Frau Sawatzki. Mereka berdua sedang dinanti oleh
sebuah peristiwa indah, dan Frau Sawatzki telah menjadi
sebundar bola. Dia bersikeras masih dapat mengurusnya,
tapi tidak bisa terlalu lama sebelum perutnya mulai benarbenar menjadi beban. Kulitnya telah memperoleh sedikit
warna"atau mungkin kehilangan sedikit warna putih.
Aku benar-benar masih kesulitan memahami semua itu.
Namun harus kukatakan bahwa mereka adalah pasangan
yang hebat, dan ketika mereka saling pandang, aku tahu
bahwa dalam sembilan belas atau dua puluh tahun
seorang anggota korps pasukan khusus yang tegap akan
berada di sisi mereka: materi genetik sempurna untuk
Waffen-S.S., dan kemudian untuk partai. Dia bertanya
padaku di mana aku menghabiskan Natal dan kemudian
mengundangku, hal yang membuatku gembira, tetapi
aku tidak berpikir aku akan mengganggu mereka. Natal
adalah sebuah perayaan keluarga.
"Tapi Anda praktis merupakan bagian dari keluarga?"
kata Fr"ulein, maksudku Frau Sawatzki.
"Pada saat ini," kataku, untuk Schwester Irmgard yang
masuk melalui pintu, "pada saat ini Schwester Irmgard
adalah keluargaku." Schwester Irmgard tertawa dan berkata, "Langkahi
dulu mayat saya. Saya hanya muncul untuk memeriksa
apa dia baik-baik saja."
"Dia baik-baik saja," aku menyeringai, dan Irmgard
tertawa begitu hangat sehingga aku hampir mempertimbangkan menunda tahap berikutnya dalam karier
politikku selama satu atau dua tahun.
"Frau Bellini dan Herr Sensenbrink mengirimkan
437 TIMUR VERMES salam," kata Sawatzki. "Frau Bellini akan datang besok
atau lusa, dengan hasil pertemuan soal slot baru, studio
baru..." "Kau pasti telah melihatnya," kataku. "Apa kesanmu?"
"Anda tidak akan kecewa, aku bisa memberi tahu
Anda. Ada setumpuk uang di baliknya! Anda tidak
mendengarnya dariku, tapi masih tersisa banyak uang
dalam anggaran. Banyak!"
"Itu sudah cukup," kata Frau Sawatzki, memotongnya.
"Kami harus pergi dan membeli kereta bayi" Sebelum
aku tidak dapat bergerak lagi?"
"Oke, oke," jawab Sawatzki. "Tapi pikirkan saranku."
Aku berani bersumpah ketika mereka berdua pergi
Sawatzki mengucapkan sesuatu seperti, "Apakah kau
sudah mengatakan kepadanya bayi itu akan dinamai
siapa?" Namun mungkin aku keliru.
Ya, sarannya. Dia sungguh benar, itu sebuah langkah
yang sangat logis. Jika sejumlah partai mengundang
seseorang untuk menjadi anggotanya, ia disarankan
untuk tidak memberikan dirinya yang berharga untuk
tujuan lain yang bukan tujuannya sendiri. Pada 1919,
aku bisa saja terperosok ke dalam partai lain. Sebaliknya
aku mengambil alih partai kecil dan tidak berarti dan
membentuknya sesuai dengan keinginanku, yang jauh
lebih efektif. Dalam hal ini, dengan dukungan dari
publikasi buku dan program baru yang dijadwalkan, aku
bisa melancarkan serangan propaganda dan kemudian
memulai gerakan. Sawatzki telah mengirimkan beberapa
desain plakat ke telepon selulerku. Aku menyukai
semuanya. Aku benar-benar menyukai semuanya.
Desain itu dariku dan modelnya mendekati yang
438 HITLER BANGKIT LAGI lama. Sawatzki mengatakan desain-desain itu lebih
mencolok dengan jenis huruf yang lama, dan dia benar.
Aku harus mendengarkan dia; dia memiliki bakat
untuk ini. Dia juga merencanakan slogan pemilu yang
baru. Ini akan terpampang di bagian bawah semua
plakat, memberi mereka sebuah kesamaan. Slogan ini
membahas berbagai kebajikan lama, berbagai keraguan
lama, dan sebagai tambahan juga memiliki elemen
lucu yang mau berkompromi untuk memenangkan
para pemilih pembajak dan orang-orang muda lainnya.
Slogan itu berbunyi: "Tidak semuanya yang dulu buruk."
Aku pikir kita bisa bekerja dengan itu.
439 Tentang Penulis Timur Vermes lahir di Nuremberg
pada 1967. Putra seorang ibu
Jerman dan ayah Hungaria yang
meninggalkan negara itu pada
1956. Ia belajar sejarah dan politik,
dan kemudian menjadi seorang
jurnalis. Dia banyak menulis artikel
dan laporan jurnalistik untuk Abendzeitung dan
Cologne Express, bekerja untuk berbagai majalah, dan
menjadi ghost-writer untuk sejumlah buku sejak 2007.
Karya ini adalah novel pertamanya.
440 Rahasia Si Bungkuk Berjubah Putih 2 Goosebumps - Jangan Sembarangan Mengucapkan Keinginan Dendam Membara 3
^