Pencarian

Anne Of Green Gables 1

Anne Of Green Gables Karya Lucy M . Montgomery Bagian 1


Terkejut Di daerah Avonlea dan sekitarnya, ada beberapa orang yang bisa mengetahui urusan tetangganya dengan cara mengabaikan urusannya sendiri; tetapi, Mrs. Rachel Lynde adalah salah seorang perempuan andal yang bisa mengatur urusannya sendiri sekaligus urusan orang lain. Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang hebat; pekerjaannya selalu tuntas dan dikerjakan dengan baik; dia menjalankan suatu usaha menjahit pakaian, membantu mengurus sekolah Minggu, dan merupakan pemberi bantuan bagi Kelompok Penggalangan Dana Gereja dan Sukarelawan Misi Luar Negeri. Dengan semua kesibukan ini, Mrs. Rachel masih memiliki banyak waktu untuk duduk selama berjam-jam di depan jendela dapurnya, merajut selembar selimut dari tenunan kapas dia telah merajut enam belas selimut, seperti yang dibicarakan para ibu rumah tangga di Avonlea dengan nada suara kagum dan bisa mengawasi jalan utama yang melintasi ceruk, lalu berakhir di bukit merah sempit di depan sana. Karena Avonlea merupakan sebuah semenanjung kecil berbentuk segitiga yang menonjol ke Teluk St. Lawrence, dengan lautan di kedua sisinya, semua orang yang datang atau pergi harus melewati jalan menanjak itu, dan selalu tertangkap oleh mata Mrs. Rachel yang awas.
depan jendelanya. Sinar matahari masuk melalui jendela, hangat dan terang; taman di lereng kecil di depan rumah merona oleh mekarnya bunga-bunga berwarna merah muda dan putih, diiringi dengungan sekelompok lebah. Thomas Lynde seorang pria pendiam bertubuh mungil yang dikenal sebagai suami Rachel Lynde oleh orang-orang Avonlea sedang menebar benih lobaknya yang terakhir di lahan bergelombang di belakang kandang; dan Matthew Cuthbert seharusnya menebar benih juga di lahan luasnya yang bertanah merah, dekat dengan sungai, jauh di sebuah rumah pertanian yang bernama Green Gables Loteng-Loteng Hijau. Mrs. Rachel mengetahui bahwa seharusnya begitu, karena semalam di toko milik William J. Blair, di Carmody, Mrs. Rachel mendengar Matthew Cuthbert memberi tahu Peter Morrison, bahwa dia akan menebar benih lobaknya besok siang. Tentu saja Peter yang bertanya kepada Matthew Cuthbert, karena semua tahu Matthew Cuthbert tidak akan pernah memberi informasi tentang apa pun yang terjadi dalam hidupnya secara sukarela.
Dan sekarang, di sanalah Matthew Cuthbert, pada pukul setengah tiga siang saat hari yang seharusnya sibuk, dengan perlahan berkendara menuruni ceruk dan mendaki bukit; selain itu, dia mengenakan sebuah kemeja putih berkerah dan setelan bajunya yang terbaik, yang merupakan bukti nyata bahwa dia akan pergi keluar Avonlea; dan dia mengendarai kereta bugi, ditarik oleh kuda betinanya yang berwarna cokelat kemerahan. Ini menunjukkan bahwa dia akan menempuh perjalanan yang cukup jauh. Sekarang, ke mana Matthew Cuthbert menuju dan mengapa dia melakukan perjalanan itu"
Jika yang lewat adalah pria lain di Avonlea, Mrs. Rachel akan menghubung-hubungkan beberapa hal dengan
mendekati jawaban dua pertanyaan itu. Tetapi, Matthew begitu jarang keluar dari rumah, sehingga pasti ada sesuatu yang tidak lazim dan memaksanya pergi; dia merupakan pria paling pemalu yang pernah hidup dan benci jika harus berada di antara orang asing, atau menuju suatu tempat yang mengharuskan dia bicara. Matthew yang mengenakan kemeja putih dan mengendarai kereta bugi bukanlah sesuatu yang sering terjadi. Mrs. Rachel, yang berpikir keras akan hal ini, tidak bisa menebak jawaban dua pertanyaan itu. Dan kesenangannya pada siang hari ini menjadi terganggu.
Aku akan pergi ke Green Gables setelah minum teh dan bertanya kepada Marilla ke mana dan mengapa Matthew pergi, perempuan terhormat itu akhirnya memutuskan. Seharusnya dia tidak akan pergi begitu saja ke kota pada saat ini dan dia tidak pernah bertamu ke seseorang; jika kehabisan benih lobak, dia tidak akan berpakaian rapi dan mengendarai kereta bugi untuk membelinya; dan dia tidak mengemudi begitu cepat untuk pergi ke dokter. Sesuatu pasti terjadi sejak semalam, sehingga dia memutuskan pergi. Aku benar-benar kebingungan, begitulah, dan aku pasti tak akan mengalami semenit pun waktu penuh ketenangan batin atau kesadaran, hingga aku tahu apa yang menyebabkan Matthew Cuthbert keluar dari Avonlea hari ini.
Karena itu, setelah minum teh Mrs. Rachel berangkat; dia tidak perlu berjalan jauh; rumah besar dan luas yang teduh oleh bayangan pepohonan di halamannya, tempat
Lynde s Hollow. Sebetulnya, jalan sempit yang menuju ke sana membuat jaraknya lebih jauh. Ayah Matthew Cuthbert, seorang pria yang juga sama pemalu dan pendiamnya seperti sang anak, dulu memilih tempat tinggal sejauh mungkin dari kediaman rekan-rekannya. Tetapi, dia tidak benar-benar perlu mengungsi ke dalam hutan, karena menemukan lahan yang cocok untuknya. Green Gables dibangun di ujung terjauh jalan yang tidak tertutup pepohonan. Dan di sanalah ia berdiri hari ini, terlihat dari jalan utama tempat rumah-rumah Avonlea lainnya berjajar dalam situasi yang akrab. Mrs. Rachel Lynde menganggap bahwa hidup di tempat seperti Green Gables berarti tidak hidup sama sekali.
Hanya sekadar tinggal, begitulah, dia berkata sambil melangkah di sepanjang jalan sempit berumput yang penuh jejak dalam roda kereta, dibatasi oleh semak-semak mawar liar. Tidak heran, Matthew dan Marilla sama-sama agak ganjil, karena hidup nun jauh di sana, hanya berdua. Pepohonan tidaklah cukup bisa menemani, meskipun semua tahu, itu sudah cukup bagi mereka. Aku lebih memilih mencari orang lain. Tentu saja, mereka tampak cukup bahagia; tapi kemudian, kupikir, mereka hanya terbiasa dengan keadaan itu. Sesosok tubuh akan terbiasa dengan keadaan apa pun, bahkan jika harus digantung, begitu kata orang-orang Irlandia.
Sambil berkata demikian, Mrs. Rachel melangkah keluar dari jalan sempit, menuju halaman belakang Green Gables. Halaman itu begitu hijau, rapi, dan presisi, dengan sebuah pohon dedalu jantan yang besar di satu sisi, dan susunan rapi tanaman Lombardi di sisi lain. Tidak ada serpihan kayu atau batu yang terlihat, dan sudah pasti Mrs.
berpendapat bahwa Marilla Cuthbert menyapu halamannya sesering dia menyapu rumahnya. Orang-orang bisa menyantap makan siang mereka di permukaan halaman itu tanpa terganggu oleh kotoran debu yang harus mereka kibaskan.
Dengan sopan, Mrs. Rachel mengetuk pintu dapur dan melangkah masuk ketika dipersilakan. Dapur di Green Gables merupakan sebuah ruangan yang ceria atau mungkin bisa menjadi ceria jika tidak terlalu bersih, yang menyebabkan ruangan itu tampak seperti ruang duduk yang tidak digunakan. Jendela-jendelanya menghadap ke arah timur dan barat; jendela yang menghadap ke barat menampilkan pemandangan halaman belakang, dihiasi sinar matahari bulan Juni sendu yang menyorot ke dalam ruangan; tetapi, dari jendela yang menghadap ke timur, yang dihiasi pemandangan pepohonan ceri yang bunga putihnya bermekaran di taman sebelah kiri dan pohon-pohon birch ramping yang mengangguk-angguk di bawah lembah dekat sungai, bisa terlihat kehijauan rindang pepohonan pinus yang tumbuh rapat. Di sisi jendela timur ini Marilla Cuthbert duduk. Seperti biasa, dia sedikit tidak memercayai sinar matahari, yang baginya terlalu meriah dan tidak perlu dipikirkan terlalu serius, karena itu hanyalah suatu hal duniawi; dan dia duduk di sana saat ini, merajut. Meja di belakangnya sudah disiapkan untuk makan malam.
Sebelum benar-benar menutup pintu, Mrs. Rachel sudah mencatat dalam hati apa saja yang terhidang di atas meja. Tiga buah piring sudah disiapkan, itu artinya Marilla menunggu seseorang yang akan datang bersama Matthew untuk minum teh; tetapi peralatan makannya adalah yang
kelas dua serta satu macam kue, jadi tamu yang mereka tunggu bukan tamu yang istimewa. Tetapi, mengapa Matthew mengenakan kemeja putihnya dan kuda betinanya yang berwarna cokelat kemerahan" Mrs. Rachel merasa sedikit bingung dengan misteri tidak biasa dari Green Gables, yang biasanya tenang dan tidak misterius.
Selamat sore, Rachel, Marilla berkata dengan segera. Saat ini adalah sore yang betul-betul indah, bukankah begitu" Apakah kau tak mau duduk" Bagaimana kabar keluargamu"
Meskipun hubungan mereka tidak begitu dekat, ada sesuatu yang bisa disebut sebagai persahabatan dan selalu ada di antara Marilla Cuthbert dan Mrs. Rachel, yang tidak dipengaruhi atau mungkin disebabkan oleh perbedaan mereka.
Marilla adalah seorang perempuan yang tinggi dan kurus, dengan tulang-tulang menonjol dan tanpa lekukan tubuh; rambut gelapnya sudah ditumbuhi sedikit uban dan selalu digulung menjadi sebuah sanggul kencang di bagian belakang kepalanya, diperkuat oleh tusukan mantap dua buah tusuk konde kawat. Dia tampak seperti seorang perempuan dengan sedikit pengalaman dan sikap yang kaku, dan memang betul begitu; tetapi kadang-kadang masih ada yang menyenangkan darinya, jika saja sedikit lebih banyak, yaitu sesuatu yang bisa dibilang menunjukkan rasa humor.
Keadaan kami cukup baik, jawab Mrs. Rachel. Aku khawatir keadaanmu yang tidak baik, karena aku melihat Matthew pergi hari ini. Kupikir, mungkin dia akan ke dokter.
menunggu kedatangan Mrs. Rachel; dia tahu bahwa perjalanan singkat Matthew akan tampak tidak lazim, dan pasti akan menimbulkan rasa penasaran tetanggatetangganya.
Oh, tidak, aku baik-baik saja, meskipun aku mengalami sakit kepala hebat kemarin, dia menjawab. Matthew pergi ke Bright River. Kami menunggu seorang anak lelaki dari panti asuhan di Nova Scotia, dan dia akan datang dengan kereta malam ini.
Jika Marilla mengatakan bahwa Matthew pergi ke Bright River untuk menjumpai seekor kangguru dari Australia, Mrs. Rachel tidak akan lebih kaget daripada saat ini. Dia betul-betul membisu selama lima detik. Sudah pasti, Marilla tidak sedang bercanda dengannya, tetapi Mrs. Rachel hampir memercayai bahwa itu hanya gurauan.
Apakah kau mengatakan yang sebenarnya, Marilla" dia mendesak, ketika akhirnya bisa bersuara kembali.
Ya, tentu saja, jawab Marilla, seolah mengambil seorang anak lelaki dari panti asuhan di Nova Scotia adalah bagian dari pekerjaan musim semi di semua pertanian Avonlea yang teratur, dan bukannya suatu hal baru yang jarang terdengar.
Mrs. Rachel merasa bahwa dia mendapatkan kejutan yang sangat dahsyat. Dia memikirkannya dengan seruan keras dalam hati. Seorang anak lelaki! Marilla dan Matthew Cuthbert, yang paling tidak disangka-sangka, mengadopsi seorang anak lelaki! Dari panti asuhan! Yah, dunia benarbenar sudah terbalik! Dia tidak akan terkejut dengan apa pun setelah ini! Tidak ada lagi!
Apa tepatnya yang membuat kalian memikirkan hal ini" dia bertanya, menampakkan ketidaksetujuan. Semestinya hal ini tidak terjadi, tanpa Marilla meminta
mereka itu tidak disetujui.
Yah, kami telah memikirkan hal ini beberapa lama sebenarnya, selama musim dingin, jawab Marilla. Mrs. Alexander Spencer berkunjung kemari sehari sebelum Natal, dan dia berkata akan mengambil seorang gadis kecil dari panti asuhan di Hopetown pada musim semi. Sepupunya tinggal di sana dan Mrs. Spencer telah mengunjungi gadis kecil itu, serta mengetahui semuanya. Jadi, Matthew dan aku membicarakan hal ini sejak saat itu. Kami berpikir akan mengambil seorang anak lelaki. Matthew sudah semakin tua, kau tentu tahu dia sudah enam puluh tahun dan tidak sebugar dulu. Penyakit jantung juga sangat membuatnya kesulitan. Dan kau tahu, bagaimana susahnya mendapatkan bantuan tenaga sewaan. Di sini tak ada orang yang bisa melakukannya, kecuali anak-anak lelaki Prancis yang masih tanggung dan bodoh; dan segera setelah seorang anak Prancis itu kau pekerjakan dan kau ajari, dia akan berhenti dan pergi ke pengalengan lobster atau ke Amerika Serikat. Awalnya, Matthew mengusulkan untuk mengambil seorang anak lelaki Barnardo. Tapi aku berkata tidak dengan pasti. Mereka mungkin baik aku tidak mengatakan bahwa mereka tidak baik tapi aku tidak mau anak jalanan London keturunan Arab, aku berkata. Setidaknya, aku ingin anak lelaki yang asli dari negeri ini. Pasti akan selalu ada risiko, siapa pun yang kita ambil. Tapi, aku merasa pikiranku lebih tenang dan bisa tidur lebih nyenyak pada malam hari jika kita mengambil seorang anak Kanada asli. Jadi, akhirnya kami memutuskan untuk meminta Mrs. Spencer mengurus permintaan seorang anak lelaki jika dia ke Nova Scotia lagi untuk menjemput anak perempuannya. Kami mendengar dia pergi minggu lalu, jadi kami menitipkan pesan melalui kerabat Richard Spencer di
pintar, kira-kira berusia sepuluh atau sebelas tahun. Kami memutuskan bahwa usia itu sangat tepat cukup besar untuk melakukan tugas-tugas dengan baik dan cukup muda untuk bisa dilatih dengan mudah. Kami juga bermaksud untuk memberikan anak itu tempat tinggal yang nyaman dan pendidikan. Kami mendapatkan telegram dari Mrs. Alexander Spencer hari ini tukang pos membawanya dari stasiun yang mengatakan bahwa mereka tiba dengan kereta api jam setengah enam sore ini. Jadi, Matthew pergi ke Bright River untuk menjumpainya. Mrs. Spencer akan mengantarkannya ke sana. Tentu saja, Mrs. Spencer sendiri akan menuju Stasiun White Sands.
Mrs. Rachel membanggakan diri karena selalu mengatakan isi hatinya; saat ini dia berusaha mengungkapkan pikirannya, setelah jiwanya telah bisa menentukan reaksi yang sesuai terhadap sepotong berita mengejutkan ini.
Oke, Marilla, aku hanya akan mengatakan yang sebenarnya, bahwa kupikir kalian melakukan sesuatu yang sangat tolol hal yang sangat berisiko, sebenarnya. Kalian tidak tahu siapa yang akan kalian ambil. Kalian membawa seorang anak asing ke rumah dan tempat tinggal kalian, dan tidak mengetahui satu hal pun tentang dia, atau juga sifatsifatnya, atau bagaimana orangtua kandungnya, atau bagaimana jika dia ternyata mengecewakan kalian. Mengapa demikian" Baru minggu lalu aku membaca di koran tentang seorang pria dan istrinya di bagian barat pulau ini yang mengambil seorang anak lelaki dari panti asuhan. Anak lelaki itu menyulut api di rumah mereka pada suatu malam membakar rumah dengan sengaja, Marilla dan hampir membakar suami-istri itu hingga hangus di tempat tidur mereka. Dan aku tahu kasus lain, saat seorang
orangtua angkatnya tidak bisa mencegahnya melakukan hal itu. Jika kau meminta saranku akan hal ini yang tidak kau lakukan, Marilla aku akan mengatakan, demi Tuhan, jangan pernah memikirkan hal seperti itu, itu saja.
Pendapat yang tidak mendukung ini tampaknya tidak membuat Marilla kesal atau khawatir. Dia tetap merajut dengan tenang.
Aku tidak akan menyangkal bahwa ada maksud baik di dalam perkataanmu, Rachel. Aku sendiri juga memiliki keraguan. Tapi, Matthew sangat menginginkan ini. Aku bisa melihatnya, jadi aku menyerah. Begitu jarang Matthew sangat menginginkan sesuatu, dan saat itu, aku merasa harus menyetujuinya. Dan tentang risiko-risiko itu, pasti selalu ada risiko yang harus dihadapi setiap orang di dunia ini. Risiko ini juga dialami oleh orang-orang yang memiliki anak kandung mereka tidak selalu tumbuh menjadi anak baik. Dan Nova Scotia tepat berada di dekat pulau ini. Berarti kami tidak mengambilnya dari Inggris atau Amerika Serikat. Dia pasti tidak terlalu berbeda dari kita sendiri.
Yah, kuharap hal ini akan berjalan dengan baik, kata Mrs. Rachel dengan nada yang dengan jelas menyatakan keraguannya. Hanya saja, jangan bilang aku tidak memperingatkanmu jika dia membakar Green Gables atau menaburkan racun di sumur aku mendengar sebuah kasus di New Brunswick, seorang anak panti asuhan yang melakukannya, dan seluruh anggota keluarga tewas dalam penderitaan yang mengerikan. Hanya saja, pelaku kasus ini adalah anak perempuan.
Tapi, kami tidak mengambil anak perempuan, kata Marilla, seakan meracuni sumur adalah suatu tindakan yang benar-benar feminin dan tidak perlu dikhawatirkan dari seorang anak lelaki. Aku tidak pernah bermimpi untuk
untuk apa Mrs. Alexander Spencer melakukannya. Tapi, dia pasti akan mengadopsi seisi panti asuhan jika dia memang betul-betul berniat.
Mrs. Rachel sebetulnya ingin tetap tinggal hingga Matthew pulang bersama anak panti asuhan yang dia jemput. Tetapi, Matthew baru akan kembali sekitar dua jam lagi. Jadi, Mrs. Rachel memutuskan untuk menyusuri jalan menuju rumah Robert Bell dan menceritakan kabar ini kepada mereka. Sudah pasti, kabar ini akan segera menjadi sensasi, dan Mrs. Rachel sangat menyukai membuat sensasi. Jadi, dia berpamitan. Ini membuat Marilla merasa lega, karena dia merasa keraguan dan ketakutannya meningkat kembali di bawah pengaruh pesimisme Mrs. Rachel.
Yah, entah apa yang telah terjadi dan akan terjadi! seru Mrs. Rachel ketika dia sudah berada di jalan. Tampaknya aku benar-benar sedang bermimpi. Yah, aku kasihan terhadap anak kecil yang mengibakan dan tidak bersalah itu. Matthew dan Marilla tidak mengetahui apaapa tentang anak-anak. Mereka pasti akan mengharapkan anak itu lebih bijak dan lebih stabil daripada kakek anak itu sendiri, jika anak itu memiliki seorang kakek dan aku meragukan hal itu. Tampaknya ganjil untuk memikirkan ada seorang anak di Green Gables; Matthew dan Marilla telah beranjak dewasa ketika rumah baru itu dibangun mungkin mereka dulu pernah menjadi anak-anak, tetapi melihat mereka sekarang, hal itu sulit untuk dipercaya. Pasti mereka sama sekali tidak akan mengerti perasaan anak yatim piatu itu. Astaga, aku mengasihani anak itu, begitulah.
mengungkapkan beban di hatinya kepada semak-semak mawar liar; tetapi jika dia bisa melihat seorang anak yang menunggu dengan sabar di Stasiun Bright River saat itu juga, rasa kasihan itu pasti akan lebih dalam dan lebih kuat.
Matthew Cuthbert Terkejut Burung-burung mungil berkicau merdu . Bagaikan hari itu adalah satu-satunya hari musim panas dalam setahun.
Matthew menikmati mengendarai kereta dengan gayanya sendiri, kecuali selama beberapa kali ketika dia berjumpa dengan para perempuan dan harus mengangguk kepada mereka di Pulau Prince Edward, para lelaki harus selalu mengangguk kepada semua perempuan yang mereka temui di jalan, baik yang dikenal maupun tidak.
Matthew takut kepada semua perempuan kecuali Marilla dan Mrs. Rachel; dia merasakan kekhawatiran bahwa makhluk-makhluk misterius itu menertawakannya secara diam-diam. Mungkin pikiran Matthew hampir benar, karena dia adalah seseorang yang berpenampilan ganjil, dengan sosok yang tidak biasa dan rambut kelabu bagaikan warna logam yang menyentuh bahunya, serta janggut lebat berwarna cokelat lembut yang telah dia pelihara sejak berusia dua puluhan. Sebenarnya, pada saat berusia dua puluh tahun dia tampak bagaikan berusia enam puluh tahun, dengan lebih sedikit tanda-tanda ketuaan.
Ketika dia tiba di Bright River, sama sekali tidak ada
kedatangannya terlalu awal, jadi dia mengikat kudanya di halaman hotel Bright River yang kecil dan berjalan menuju stasiun. Peron stasiun hampir kosong; satu-satunya makhluk hidup yang tampak adalah seorang gadis kecil yang sedang duduk di atas susunan batu pipih di ujung yang paling jauh. Matthew, yang bisa mengetahui dengan jelas bahwa itu adalah seorang gadis kecil, dengan malu-malu berjalan melewatinya secepat mungkin tanpa harus memandangnya. Jika Matthew memandangnya, dia pasti akan menyadari kekakuan dan penantian yang tegang dari sikap serta ekspresi si gadis kecil. Gadis kecil itu duduk di sana, menunggu sesuatu atau seseorang. Karena satusatunya yang bisa dia lakukan hanyalah duduk dan menunggu, maka dia duduk dan menunggu dengan seluruh daya dan upayanya.
Matthew menjumpai kepala stasiun yang sedang mengunci kantor loket tiket karena akan pulang untuk makan malam, dan bertanya kepadanya apakah kereta api pukul lima lewat tiga puluh akan segera tiba.
Kereta api pukul lima tiga puluh sudah datang dan pergi lagi setengah jam yang lalu, jawab sang petugas yang lugas itu. Tapi ada seorang penumpang yang diturunkan di sini untukmu seorang gadis kecil. Dia duduk di sana, di atas susunan batu pipih. Aku menyuruhnya menunggu di ruang tunggu untuk wanita, tapi dia mengatakan kepadaku dengan serius bahwa dia memilih untuk menunggu di luar. Lebih banyak ruang untuk berimajinasi, katanya. Dia seorang gadis kecil yang lain daripada yang lain, menurut
Aku tidak menunggu seorang gadis kecil, sahut Matthew dengan datar. Aku menjemput seorang anak lelaki. Seharusnya dia ada di sini. Mrs. Alexander Spencer yang membawanya dari Nova Scotia untukku. Sang kepala stasiun bersiul.
Pasti ada kesalahan, dia berkata. Mrs. Spencer memang kemari dengan kereta api bersama gadis kecil itu, lalu menitipkannya kepadaku. Katanya, kau dan adik perempuanmu telah mengadopsinya dari panti asuhan, dan kau menantikan kehadirannya. Hanya itu yang kuketahui dan aku juga tidak menemui atau menyembunyikan anakanak panti asuhan selain anak itu.
Aku tidak mengerti, kata Matthew dengan putus asa, berharap Marilla yang turun tangan menghadapi situasi ini.
Yah, lebih baik kau bertanya kepada gadis kecil itu, kata sang kepala stasiun dengan tidak peduli. Aku menjamin dia akan mampu menjelaskan dia mampu berbicara sendiri, itu sudah pasti. Mungkin mereka kehabisan anak lelaki semacam yang kau inginkan.
Sang kepala stasiun berjalan menjauh dengan puas, merasa lapar, dan Matthew yang tidak beruntung ditinggalkan untuk melakukan sesuatu yang lebih sulit baginya daripada berkelahi dengan seseorang berjalan menuju gadis kecil itu gadis kecil yang aneh gadis kecil yatim piatu dan bertanya kepadanya mengapa dia bukan anak lelaki. Matthew mengerang dalam hati ketika dia berbalik dan berjalan perlahan menapaki peron menuju gadis kecil itu.
Gadis kecil itu telah mengawasi Matthew sejak lelaki itu melewatinya, dan sekarang dia mengamati Matthew dengan teliti. Matthew tidak memandangnya dan tidak
gadis kecil itu. Tetapi, semua orang yang memandang gadis kecil itu pasti melihat ini: Seorang anak berusia sekitar sebelas tahun, terbungkus sebuah gaun belacu berwarna abu-abu kekuningan yang sangat pendek, sangat ketat, dan sangat jelek. Dia mengenakan sebuah topi pelaut cokelat yang warnanya sudah pudar, dan di balik topi, menjuntai hingga ke punggung, ada dua buah kepang rambut yang berwarna merah terang dan sangat tebal. Wajahnya mungil, putih dan kurus, serta banyak bintik-bintiknya; mulutnya besar, begitu juga matanya, yang kadang-kadang berubah warna hijau jika disinari cahaya tertentu atau merasakan sesuatu, dan pada keadaan lain berwarna kelabu.
Itu saja yang mungkin dilihat oleh seorang pengamat biasa; tetapi seorang pengamat yang luar biasa teliti bisa melihat bahwa dagu gadis kecil itu sangat runcing dan tegas; mata besarnya penuh semangat dan hasrat; mulutnya melengkung manis, seperti selalu tersenyum dan ekspresif; dahinya lebar dan penuh; pendeknya, seorang pengamat luar biasa yang bisa menerka sifat seseorang akan menyimpulkan bahwa jiwa yang ada di dalam tubuh gadis kecil unik ini yang membuat si pemalu Matthew Cuthbert sangat ketakutan bukanlah jiwa yang biasa-biasa saja.
Bagaimanapun, Matthew berusaha sekuat tenaga melawan kengerian untuk berbicara terlebih dahulu. Saat itu, dengan segera si gadis kecil menyimpulkan bahwa Matthew datang untuk menjemputnya. Dia segera berdiri, tangan kurusnya yang berkulit cokelat menyambar pegangan sebuah tas dari bahan karpet yang sudah kuno dan usang; sebelah tangannya lagi terulur ke arah Matthew.
Apakah Anda Mr. Matthew Cuthbert dari Green Gables" gadis kecil itu menyapa dengan sebuah suara jelas
bertemu Anda. Aku mulai khawatir Anda tidak akan datang dan aku membayangkan semua hal yang mungkin bisa menghalangi kedatangan Anda. Aku telah berpikir bahwa jika Anda tidak datang menjemputku malam ini, aku akan turun ke jalan setapak itu dan menuju pohon ceri liar yang besar di kelokan, lalu memanjatnya untuk beristirahat sepanjang malam. Aku tidak akan merasa takut sedikit pun, dan pasti menyenangkan untuk tidur di pohon ceri liar, dengan bunga-bunga putih yang mekar di bawah sinar rembulan, betul, kan" Anda bisa membayangkan, Anda sedang berada di aula besar yang penuh marmer. Apakah Anda bisa membayangkannya" Dan aku cukup yakin bahwa Anda akan menjemputku pada pagi hari, jika tidak malam ini.
Matthew menyambut uluran tangan kecil yang sangat kurus itu dengan canggung; saat itu juga dia memutuskan apa yang harus dilakukan. Dia tidak bisa memberi tahu anak kecil dengan mata berbinar ini bahwa ada suatu kesalahan; dia akan membawa si gadis kecil pulang dan membiarkan Marilla yang melakukannya. Lagi pula, gadis kecil ini tidak bisa ditinggalkan di Bright River, sebesar apa pun kesalahan yang telah terjadi, jadi semua pertanyaan dan penjelasan mungkin bisa ditunda hingga Matthew sudah kembali ke Green Gables dengan selamat.
Maafkan aku karena terlambat, Matthew berkata dengan malu-malu. Ayo. Kuda sudah menanti di halaman.
Oh, aku bisa membawanya, gadis kecil itu menjawab dengan ceria. Tas ini tidak berat. Aku membawa semua barang duniawiku di dalamnya, tapi tas ini tidak berat. Dan jika tidak dibawa dengan suatu cara tepat, pegangannya akan lepas jadi sebaiknya aku saja yang membawanya, karena aku tahu pasti bagaimana cara yang tepat. Ini sebuah tas terpal yang sudah sangat tua. Oh, aku sangat senang Anda sudah datang, bahkan meskipun akan sangat menyenangkan untuk tidur di pohon ceri liar. Kita harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh, iya, kan" Mrs. Spencer mengatakan jaraknya dua belas kilo. Aku bahagia, karena aku suka perjalanan. Oh, begitu menakjubkan karena aku akan tinggal bersama Anda dan menjadi milik Anda. Aku belum pernah menjadi milik siapa-siapa tidak pernah betul-betul begitu. Tapi panti asuhan adalah hal yang terburuk. Aku hanya tinggal di sana selama empat bulan, tapi itu sudah cukup. Aku menyimpulkan bahwa Anda tidak pernah menjadi anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan, jadi Anda tidak mungkin bisa mengerti seperti apa rasanya. Lebih mengerikan daripada semua hal yang bisa Anda bayangkan. Mrs. Spencer mengatakan bahwa perkataanku itu buruk, tapi aku tidak bermaksud untuk berkata buruk. Sangat mudah untuk berkata buruk tanpa menyadarinya, betul, kan" Mereka baik, Anda tahu orangorang panti asuhan. Tapi hanya ada sedikit ruang imajinasi di dalam panti asuhan itu yang hanya bisa melibatkan anakanak lain. Cukup menarik untuk membayangkan hal-hal tentang mereka membayangkan bahwa mungkin gadis kecil yang duduk di sebelahmu sebenarnya adalah putri seorang earl yang berkuasa, yang dulu diculik dari orangtuanya waktu dia masih sangat kecil oleh seorang pengasuh kejam, yang tewas sebelum dia sempat mengaku. Pada malam
seperti itu, karena aku tidak memiliki waktu untuk itu pada siang hari. Kupikir, itulah alasan mengapa aku sangat kurus aku memang sangat kurus, iya, kan" Tidak ada daging melekat yang bisa dicubit pada tulang-tulangku. Aku sangat senang membayangkan tubuhku berisi dan montok, dengan lekukan manis seperti lesung pipi di sikuku.
Saat ini teman perjalanan Matthew itu berhenti berbicara. Sebagian karena dia kehabisan napas, dan sebagian karena mereka sudah tiba di kereta bugi. Gadis kecil itu tidak berkata apa-apa hingga mereka meninggalkan desa dan menuruni bukit kecil yang curam, suatu bagian jalan memotong yang digali begitu dalam sampai tanah lembeknya muncul, sehingga tepi sungai yang dipagari oleh pepohonan ceri liar dan birch putih yang langsing berada beberapa meter di atas kepala mereka.
Gadis kecil itu mengulurkan tangan dan mematahkan sebuah ranting plum liar yang menyapu sisi kereta bugi.
Bukankah ini sangat indah" Apa yang ada di dalam pikiran Anda tentang pepohonan yang membungkuk dari tepi sungai, berwarna putih bagaikan renda" dia bertanya. Yah, hmm, aku tidak tahu, jawab Matthew. Oh, pengantin, tentu saja seorang mempelai wanita bergaun putih dengan cadar tipis yang indah. Aku belum pernah melihat pengantin, tapi aku bisa membayangkan seperti apa sang pengantin itu. Aku sendiri tidak pernah berpikir menjadi pengantin. Aku sangat biasa-biasa sehingga tak akan ada orang yang mau menikahiku kecuali jika ada seorang misionaris asing. Aku berpikir bahwa seorang misionaris asing tidak terlalu istimewa. Tapi, aku betul-betul berharap bahwa suatu hari aku akan memiliki gaun putih. Itu adalah salah satu hal ideal tertinggi dari
indah. Dan aku belum pernah memiliki satu pun gaun indah sepanjang hidupku, selama yang bisa kuingat tapi tentu saja lebih baik kita menunggu hingga saatnya tiba, betul, kan" Dan kemudian, aku bisa membayangkan bahwa aku berpakaian indah. Pagi ini, ketika aku meninggalkan panti asuhan, aku begitu malu karena aku harus mengenakan gaun belacu tua yang mengerikan ini. Tahu tidak, semua anak panti asuhan harus memakainya. Pada musim dingin yang lalu, seorang pemborong di Hopetown menyumbangkan dua ratus tujuh puluh lima meter kain belacu ke panti asuhan. Beberapa orang berkata bahwa itu karena dia tidak bisa menjualnya lagi, tapi aku lebih percaya bahwa hal itu terjadi karena kebaikan hatinya, iya, kan" Ketika kami naik kereta api, aku merasa bagaikan semua orang menatapku dan mengasihaniku. Tapi, aku tidak mengacuhkannya dan membayangkan bahwa aku sedang memakai gaun sutra biru pucat yang terindah di dunia karena ketika kita membayangkan sesuatu, kita bisa berkhayal tentang hal-hal yang menyenangkan dan topi besar penuh bunga-bunga dan buah plum yang berayunayun, jam tangan emas, sarung tangan mungil, serta sepatu bot. Aku langsung merasa ceria dan menikmati perjalananku ke pulau ini dengan segenap hatiku. Bahkan tak sedikit pun aku merasa mual ketika naik kapal. Begitu juga Mrs. Spencer, meskipun sebetulnya dia mungkin mabuk. Dia bilang, dia tidak memiliki waktu untuk mual, karena harus mengawasi agar aku tidak tercebur ke laut. Dia berkata, dia tidak pernah melihat aku bergerak dengan hati-hati. Tapi, jika hal itu mencegahnya untuk mabuk laut, gerakanku yang serampangan itu adalah anugerah, iya, kan" Dan aku ingin melihat segalanya yang harus dilihat di atas kapal, karena aku tak pernah tahu kapan lagi aku
yang bunganya bermekaran! Pulau ini adalah tempat yang paling banyak berbunga. Aku sudah sangat menyukainya, dan aku sangat bahagia karena aku akan tinggal di sini. Aku selalu mendengar bahwa Pulau Prince Edward adalah tempat yang paling indah di dunia, dan aku biasanya berkhayal tinggal di sini, tapi aku tak pernah menyangka aku akan betul-betul tinggal. Sangat membahagiakan jika khayalan kita menjadi nyata, betul, kan" Tapi jalan-jalan berwarna merah itu begitu lucu. Ketika kami naik kereta api di Charlottetown dan jalan merah mulai bergerak cepat, aku bertanya kepada Mrs. Spencer, apa yang membuat jalanjalan itu begitu merah. Dia berkata bahwa dia tidak tahu, dan dia mohon agar tidak mengajukan pertanyaan apa pun lagi kepadanya. Dia berkata bahwa aku sudah mengajukan seribu pertanyaan sebelumnya. Kupikir memang iya juga, tapi bagaimana kita bisa tahu tentang sesuatu jika kita tidak bertanya" Dan apa yang membuat jalan-jalan itu berwarna merah"
Yah, hmm, aku tidak tahu, jawab Matthew. Baiklah, itu adalah salah satu hal yang suatu saat harus diselidiki. Bukankah pikiran tentang semua hal yang harus diselidiki terasa menakjubkan" Hal itu membuatku merasa bahagia karena aku hidup dunia ini adalah suatu tempat yang menarik. Kebahagiaan itu akan berkurang setengahnya jika kita mengetahui tentang segala sesuatu, betul, kan" Tidak akan ada ruang imajinasi, bukankah begitu" Tapi, apakah aku berbicara terlalu banyak" Orangorang selalu berkata bahwa aku begitu. Apakah Anda lebih suka jika aku tidak berbicara" Jika iya, aku akan berhenti bicara. Aku bisa berhenti bicara jika aku berusaha sekuat tenaga, meskipun hal itu sulit.
Matthew merasa kaget sendiri ternyata menikmati hal
menyukai orang-orang yang banyak berbicara, jika mereka melakukannya sendiri dan tidak berharap dia terlibat dalam pembicaraan itu. Tetapi, dia tidak pernah menyangka bisa menikmati keberadaan seorang gadis kecil yang menemaninya. Para perempuan dewasa sudah cukup buruk dengan kejujuran mereka, tetapi para gadis kecil lebih mengganggu daripada para perempuan dewasa. Matthew membenci bagaimana cara gadis-gadis kecil itu melewatinya cepat-cepat dengan malu-malu, dengan pandangan mengarah ke samping, seakan menyangka bahwa dia akan menelan mereka bulat-bulat jika mereka berbicara sepatah kata saja. Mereka adalah tipe gadis kecil yang dibesarkan di Avonlea. Tetapi, gadis kecil dengan bintik-bintik di wajahnya ini sangat berbeda. Dan meskipun Matthew merasa bahwa kecerdasannya yang lambat sulit untuk menghadapi pikiran lincah sang gadis kecil, dia merasa lumayan menyukai ocehannya . Jadi, dia berkata dengan malu-malu, seperti biasa:
Oh, kau boleh berbicara sebanyak yang kau suka. Aku tidak keberatan.
Oh, aku sangat senang. Aku tahu, kita akan merasa cocok. Aku merasa lega jika bisa berbicara karena seseorang menginginkannya, bukannya diceramahi bahwa anak-anak seharusnya cukup dilihat saja, tidak boleh didengar. Aku mendengar kalimat itu berjuta-juta kali dikatakan kepadaku. Dan orang-orang menertawakanku karena aku menggunakan kata-kata canggih. Tapi, jika memiliki ide yang canggih, kita harus menggunakan katakata canggih untuk mengekspresikan mereka, bukankah begitu"
Mrs. Spencer berkata bahwa lidahku harus diikat dengan tali dan digantung. Tapi tidak ujung tali yang menggantungnya tidak terikat erat. Mrs. Spencer berkata bahwa tempat Anda bernama Green Gables. Aku menanyakan segala hal tentang tempat itu kepadanya. Dan dia berkata bahwa tempat itu dilingkupi banyak pohon. Aku merasa lebih senang daripada sebelumnya. Aku sangat menyukai pepohonan. Dan tidak ada banyak pohon di panti asuhan, hanya sedikit tanaman semungil orang kerdil di bagian depannya, dikelilingi semacam pagar bercat putih yang telah pudar. Tanaman-tanaman itu lebih mirip dengan anak-anak yatim piatu daripada pepohonan. Biasanya, memandang mereka membuatku menangis. Aku biasa berbicara kepada mereka, Oh, makhluk-makhluk kecil yang menyedihkan! Jika saja kalian berada di hutan yang sangat besar, dengan pohon-pohon lain di sekitar kalian, dan semak-semak mungil, semak bunga lonceng Juni yang tumbuh di antara akar kalian, sebuah sungai kecil yang tidak jauh dari tempat kalian, serta burung-burung yang berkicau di dahan-dahan kalian, kalian pasti bisa tumbuh besar, bukankah begitu" Tapi kalian tidak berada di sana. Aku tahu pasti apa yang kalian rasakan, pohon-pohon kecil. Aku merasa menyesal karena meninggalkan mereka tadi pagi. Kita bisa begitu terikat dengan hal-hal seperti itu, iya, kan" Apakah ada sungai kecil yang mengalir di dekat Green Gables" Aku lupa bertanya kepada Mrs. Spencer tentang itu.
Yah, hmm, ya, ada satu, tepat di sebelah bawah rumah.
Bagus! Salah satu impianku adalah untuk tinggal di dekat aliran sungai kecil. Aku tidak pernah menyangka aku akan benar-benar mengalaminya. Impian jarang menjadi
jika impian itu terwujud, bukankah begitu" Tapi, baru saat ini aku merasa hampir-sedikit lagi betul-betul bahagia. Aku tidak bisa merasa betul-betul sangat bahagia karena yah, warna apa yang Anda sebut untuk benda ini"
Gadis kecil itu menarik salah satu kepang panjangnya yang berkilat dari bahu kurusnya dan mendekatkannya ke mata Matthew. Matthew tidak terbiasa mengetahui dengan pasti warna rambut para wanita, tetapi kali ini tidak ada keraguan.
Warna merah, iya, kan"
Sang gadis kecil membiarkan kepangan rambutnya jatuh kembali ke belakang sambil menyuarakan sebuah desahan yang tampaknya muncul dari lubuk hatinya yang terdalam, kemudian mengembuskan segala kesedihan yang dia rasakan selama hidupnya.
Ya, memang warnanya merah, dia menjawab dengan penuh kepasrahan. Sekarang, Anda mengetahui mengapa aku tidak bisa sangat bahagia. Aku tidak keberatan dengan hal-hal lain pada diriku bintik-bintik wajah, mata hijau, dan tubuh kurusku. Aku bisa berkhayal semua tidak seperti itu. Aku bisa membayangkan bahwa warna kulitku mirip nuansa rona kelopak mawar yang indah dan mata keunguan yang berkilau indah. Tapi aku tidak bisa membayangkan rambut merahku berubah. Aku telah berusaha sekuat tenaga. Aku berkata kepada diri sendiri, Sekarang rambutku berwarna hitam legam, sehitam sayap burung gagak. Tapi, sepanjang waktu aku tahu bahwa rambutku tetap berwarna merah, dan itu membuat hatiku hancur. Hal itu akan menjadi kesedihan sepanjang hidupku. Aku pernah membaca novel yang menceritakan seorang gadis kecil. Dia mengalami kesedihan sepanjang hidupnya, tapi bukan karena rambut merah. Rambutnya berwarna emas murni,
dahi pualam" Aku tidak pernah bisa mengerti. Bisakah Anda menerangkannya"
Yah, hmm, aku khawatir, aku tidak bisa, jawab Matthew, yang sekarang mulai merasa sedikit bingung. Dia merasa bagaikan kembali ke masa kecilnya yang konyol, ketika seorang anak lelaki lain mencuranginya dalam permainan komidi putar saat piknik.
Yah, apa pun artinya, itu pasti merupakan sesuatu yang bagus karena gadis itu betul-betul cantik. Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang yang sangat tampan"
Yah, hmm, tidak, aku belum pernah, Matthew mengaku dengan jujur.
Aku sering membayangkannya. Apa yang akan Anda pilih jika memiliki kesempatan sangat tampan atau memiliki otak yang dahsyat atau baik seperti malaikat" Yah, hmm, aku-aku tidak tahu yang mana. Aku juga begitu. Aku, aku tidak pernah bisa memutuskan. Tapi tidak akan banyak berbeda, karena tampaknya aku tak akan menjadi dua-duanya. Mrs. Spencer berkata oh, Mr. Cuthbert! Oh, Mr. Cuthbert! Oh, Mr. Cuthbert!
Bukan itu yang sebenarnya dikatakan oleh Mrs. Spencer; dan bukan juga karena anak itu terjatuh keluar kereta bugi, atau Matthew melakukan sesuatu yang menakjubkan. Mereka hanya melintasi sebuah belokan di jalan dan memasuki Jalan Utama .
Jalan Utama , nama yang diberikan oleh orang-orang Newbridge, adalah sebuah jalan sepanjang tiga ratus lima puluh hingga lima ratus meter, dipagari dengan rapat oleh pohon-pohon apel besar yang berdaun rindang, ditanam
atas jalan itu, dahan-dahan pohon apel membentuk sebuah kanopi yang penuh bunga putih bermekaran dan beraroma harum. Di antara dahan-dahan besar tampak langit lembayung keunguan, dan jauh di depan, ada secercah cahaya berkilau, berhiaskan cahaya matahari yang terbenam, seperti kaca jendela besar yang berwarna merah merona di ujung lorong katedral.
Keindahan pemandangan tampaknya membuat anak itu terkesima. Dia bersandar ke kursi kereta bugi, kedua tangan kurusnya mengatup di depan tubuhnya, wajahnya mendongak penuh kegairahan ke arah pemandangan putih di atasnya. Bahkan ketika mereka melewati Jalan Utama dan memasuki tanjakan panjang ke arah Newbridge, dia tidak bergerak maupun berbicara. Masih dengan wajah terpukau, gadis kecil itu menerawang jauh ke arah matahari terbenam di sebelah barat, dengan mata menatap rangkaian latar belakang indah yang berkilau. Saat tiba di Newbridge, sebuah desa kecil padat dengan anjing-anjing yang menggonggongi mereka, anak-anak lelaki kecil berteriak, dan wajah-wajah ingin tahu mengintip dari balik jendela, mereka masih mengendarai kereta bugi sambil membisu. Ketika mereka sudah melewati lima kilo, gadis kecil itu masih terdiam. Dia bisa menahan diri untuk tidak bicara, memang terbukti, sama kuatnya dengan ketika dia berbicara.
Kukira kau merasa agak lelah dan lapar, Matthew akhirnya memecah keheningan, menyimpulkan keterpanaan si gadis kecil yang memakan waktu lama dengan suatu alasan yang bisa dia pikirkan. Tapi tidak jauh lagi hanya dua kilo lagi.
mendesah keras dan menatap Matthew dengan tatapan menerawang, milik sebuah jiwa yang baru saja menjelajah hingga ke bintang.
Oh, Mr. Cuthbert, gadis kecil itu berbisik, tempat yang baru saja kita lalui yang penuh warna putih apa itu"
Yah, hmm & mungkin maksudmu Jalan Utama, jawab Matthew setelah beberapa saat berusaha keras mengingat kembali. Semacam tempat yang bagus.
Bagus" Oh, bagus tampaknya bukan kata yang tepat untuk digunakan. Begitu juga dengan indah. Kata-kata itu tidak cukup menerangkan. Oh, tempat itu menakjubkan mengagumkan. Tempat itu adalah hal pertama yang pernah kulihat tapi tidak bisa dibayangkan di dalam khayalan. Hal itu memuaskanku di sini dia meletakkan salah satu tangannya di dada hal itu menyebabkan rasa pedih aneh yang lucu, dan ini merupakan rasa pedih yang menyenangkan. Apakah Anda pernah mengalami kepedihan yang seperti itu, Mr. Cuthbert"
Yah, hmm, aku tidak bisa mengingat kapan aku mengalaminya.
Aku sering mengalaminya kapan saja aku melihat segala sesuatu yang betul-betul indah dan megah. Tapi, seharusnya orang-orang tidak menyebut tempat indah itu Jalan Utama saja. Tidak ada arti dari nama seperti itu. Mereka seharusnya menyebutnya sebentar, kupikirkan dulu Jalan Putih nan Membahagiakan. Bukankah itu suatu nama imajinatif yang indah" Jika aku tidak menyukai nama tempat atau seseorang, aku selalu membayangkan suatu nama baru dan selalu berpikir bahwa mereka memang memiliki nama seperti itu. Ada seorang gadis di panti asuhan yang bernama Hepzibah Jenkins, tapi aku selalu membayangkan bahwa namanya adalah Rosalia De Vere. Orang lain boleh
menyebutnya Jalan Putih nan Membahagiakan. Betulkah kita hanya perlu menempuh dua kilo lagi sebelum tiba di rumah" Aku merasa lega sekaligus sedih. Aku sedih karena perjalanan ini begitu menyenangkan dan aku selalu sedih jika hal-hal menyenangkan berakhir. Mungkin ada hal yang lebih menyenangkan akan terjadi setelahnya, tapi kita tidak pernah bisa yakin. Dan begitu sering terjadi, peristiwa setelahnya tidak lebih menyenangkan. Itulah yang selama ini sering kali kualami. Tapi, aku senang karena berpikir akan tiba di rumah. Anda tahu, aku tidak pernah memiliki rumah betulan sepanjang aku bisa mengingat. Pikiran bahwa aku akan tiba di rumah yang nyata sebenarbenarnya lagi-lagi menyebabkan rasa pedih yang menyenangkan. Oh, bukankah itu indah"
Mereka telah melewati puncak sebuah bukit. Di bawah mereka ada sebuah danau kecil, hampir tampak seperti sebuah sungai yang sangat panjang dan berkelok-kelok. Sebuah jembatan berdiri di bagian tengahnya. Dan dari bagian itu ke ujung yang lebih rendah, tempat sekumpulan bukit-bukit pasir kecil bernuansa kuning kecokelatan menghampar dari teluk biru gelap di depannya, sungai itu bercabang-cabang dengan elok dengan nuansa warna yang sangat khidmat dari tanaman krokus, mawar, hingga hijau yang sayup-sayup, dengan rona lain yang sulit ditentukan warnanya tidak ada nama untuk warna seperti itu. Di atas jembatan, kolam itu diteduhi oleh sekumpulan pepohonan cemara dan mapel, yang melewatkan sedikit cahaya di selasela bayangannya yang bergoyang-goyang. Di sana-sini, pohon plum tumbuh di tepi sungai dengan cabang mendatar, seperti seorang gadis bergaun putih yang berjinjit, membungkuk untuk melihat bayangannya sendiri di kolam itu. Dari sebuah kubangan di ujung danau kecil itu terdengar
seperti meratap. Sebuah rumah kecil berwarna kelabu mengintip di balik sebuah kebun apel berbunga putih, di sebuah lahan miring di seberang kolam. Dan, meskipun saat itu belum terlalu gelap, seberkas cahaya muncul dari salah satu jendelanya.
Itu Danau Barry, kata Matthew.
Oh, aku juga tidak menyukai nama itu. Aku akan menyebutnya sebentar, kupikirkan dulu Danau Riak Air Berkilau. Ya, itu adalah nama yang tepat untuknya. Aku tahu, karena aku tergetar. Ketika aku menemukan sebuah nama yang tepat, biasanya aku langsung tergetar. Apakah ada hal yang pernah membuat Anda tergetar" Matthew berpikir keras.
Yah, hmm, ada. Aku selalu merasa tergetar jika melihat larva putih jelek yang bermunculan di kebun mentimun. Aku membenci bentuk mereka.
Oh, kupikir itu bukan perasaan tergetar yang sama. Apakah Anda merasa hal itu bisa membuat orang tergetar" Tampaknya tidak banyak kesamaan antara larva dengan danau penuh air yang berkilau, betul, kan" Tapi, mengapa orang lain menyebutnya Danau Barry"
Kupikir karena Mr. Barry tinggal di rumah itu. Nama tempat tinggalnya adalah Orchard Slope Lereng Perkebunan. Jika tidak ada semak-semak besar di belakangnya, kau bisa melihat Green Gables dari sini. Tapi kita harus melewati jembatan dan berjalan memutar, jadi jaraknya hampir sekitar satu kilo lagi.
Apakah Mr. Barry memiliki anak perempuan kecil" Yah, tentu saja tidak terlalu kecil kira-kira yang sebaya denganku.
Dia memiliki seorang anak perempuan berusia sekitar sebelas tahun. Namanya Diana.
dalam. Nama yang sangat elok!
Yah, hmm & aku tak tahu. Bagiku, kedengarannya sedikit norak dan kuno. Aku lebih suka nama Jane atau Mary atau nama-nama lain yang lebih masuk akal. Tapi, ketika Diana lahir, seorang kepala sekolah sedang menetap di sana. Mereka meminta sang kepala sekolah menamainya. Dan sang kepala sekolah menamakannya Diana.
Kuharap ada seorang kepala sekolah seperti itu yang ada di dekatku ketika aku lahir. Oh, kita sudah tiba di jembatan. Aku akan memejamkan mataku erat-erat. Aku selalu takut jika melewati jembatan. Aku tak bisa berhenti membayangkan, bahwa mungkin ketika kita tiba di tengahtengah, jembatan itu akan mengatup seperti gunting besar dan mengiris-iris kita. Jadi, aku selalu memejamkan mata. Tapi aku selalu membuka mata ketika aku memperkirakan telah tiba di bagian tengah. Karena, Anda harus tahu, jika jembatan memang mengatup, aku ingin melihat saat ia mengatup. Hal itu pasti akan membuat suara gemuruh yang menyenangkan! Aku selalu menyukai kegemparan. Bukankah menyenangkan karena banyak sekali hal yang bisa dilihat di dunia ini" Nah, kita sudah melewatinya. Sekarang aku akan menoleh ke belakang. Selamat malam, Danau Riak Air Berkilau. Aku selalu mengucapkan selamat malam kepada semua hal yang sangat kusukai, seperti berbicara dengan orang. Kupikir mereka menyukainya. Air danau itu tampak bagaikan sedang tersenyum kepadaku.
Ketika mereka telah mencapai bukit yang terjauh dan membelok di sebuah tikungan, Matthew berkata: Kita sudah hampir tiba sekarang. Green Gables itu di
Oh, jangan beri tahu aku dulu, gadis kecil itu memotong sambil menahan napas, menahan tangan Matthew yang hampir terangkat dan memejamkan mata, sehingga dia tidak bisa melihat gerak-gerik Matthew. Biarkan aku menebak. Aku yakin, aku akan menebaknya dengan tepat.
Si gadis kecil membuka mata dan memandang berkeliling. Mereka berada di puncak sebuah bukit kecil. Matahari sudah terbenam beberapa saat yang lalu, tetapi lanskap daerah itu masih jelas terlihat di bawah cahaya senja yang redup. Di arah barat, sebuah menara gereja yang gelap menjulang tinggi ke langit yang berwarna oranye seperti bunga marigold. Di bagian bawah ada sebuah lembah kecil dan di kejauhan ada sebuah lereng landai yang panjang dengan lahan-lahan pertanian tersebar di atasnya. Mata gadis kecil itu menatap satu demi satu pemandangan yang dia saksikan, dengan penuh hasrat sekaligus haru. Akhirnya, mereka berbelok ke suatu tikungan ke kiri, menjauhi jalan, dan disambut oleh warna putih redup bungabunga mekar dari pepohonan yang ada di sekitarnya, dalam keremangan senja. Di atasnya, di langit barat daya yang tak bernoda, sebuah bintang putih menyerupai kristal besar bersinar bagaikan lampu yang menuntun dan menjanjikan harapan.
Yang itu, kan" gadis kecil itu bertanya sambil menunjuk.
Dengan lembut, Matthew mengentakkan tali kekang ke
Yah, hmm, kau bisa menerkanya! Tapi, kupikir Mrs. Spencer sudah menceritakannya kepadamu, sehingga kau bisa menebak.
Tidak, dia tidak mengatakannya kepadaku betul, dia tidak melakukannya. Yang dia katakan hanyalah tempat itu seperti tempat-tempat lainnya saja. Aku tidak benar-benar tahu seperti apa tempat itu sebenarnya. Tapi, segera setelah aku melihatnya, aku sudah merasa bahwa itu adalah rumah yang nyaman. Oh, tampaknya aku sedang bermimpi. Anda tahu, lenganku pasti lebam dan memar dari siku ke atas, karena aku begitu sering mencubit diriku sendiri hari ini. Setiap beberapa saat, aku mengalami ketakutan yang membuatku mual, dan aku sangat takut jika hal itu hanya impian belaka. Jadi, aku mencubit diriku sendiri untuk meyakinkan bahwa hal itu benar-benar nyata hingga tibatiba aku mengingat bahwa jika memang aku hanya bermimpi, sebaiknya aku berusaha bermimpi selama yang aku bisa; jadi aku berhenti mencubit. Tapi itu benar dan kita hampir tiba di rumah.
Dengan desahan gembira, dia kembali membisu. Matthew merasa bingung. Dia lega karena Marilla bukan dirinya yang harus mengatakan kepada bocah mungil ini bahwa rumah yang dia harapkan sebenarnya sama sekali bukan rumah yang menantikannya. Mereka melewati Lynde s Hollow yang sudah gelap tetapi belum begitu gelap sehingga Mrs. Rachel bisa melihat mereka dari celah tirai jendela, dan mendaki bukit menuju jalan panjang Green Gables. Saat mereka tiba di rumah, Matthew gemetar, merasa khawatir karena semakin merasakan suatu perasaan yang tidak dia mengerti. Bukan kekecewaan Marilla atau dirinya sendiri atas kesalahan ini yang membuatnya khawatir, tetapi kekecewaan si gadis kecil.
bersinar di mata si gadis kecil, ada perasaan tak nyaman karena mungkin dia akan membantu membunuh sesuatu perasaan yang hampir sama sering menyergapnya ketika dia harus membunuh seekor biri-biri atau anak sapi, atau makhluk-makhluk kecil lainnya yang tidak berdosa.
Halaman rumah sudah cukup gelap ketika mereka tiba dan daun-daun poplar bergesekan di sekitarnya.
Dengarkan dedaunan yang berbisik dalam tidur mereka, gadis kecil itu berbisik, ketika Matthew membantunya turun. Pasti mereka sedang bermimpi indah!
Kemudian, sambil menggenggam erat-erat tas terpal yang berisi semua barang duniawinya , si gadis kecil mengikuti Matthew masuk ke dalam rumah.
Marilla Cuthbert Terkejut Matthew Cuthbert, siapa itu" dia berseru. Di mana anak lelakinya"
Tidak ada anak lelaki, jawab Matthew dengan muram. Hanya ada dia.
Matthew mengangguk ke arah anak itu, baru ingat bahwa dia bahkan belum menanyakan siapa namanya.
Tidak ada anak lelaki! Tapi, seharusnya ada anak lelaki, Marilla bersikeras. Kita menitipkan pesan kepada Mrs. Spencer untuk membawa anak lelaki.
Yah, dia tidak membawanya. Dia membawa gadis kecil ini. Aku bertanya kepada kepala stasiun. Dan aku harus membawanya pulang. Dia tidak bisa ditinggalkan di sana, apa pun kesalahan yang telah terjadi.
Yah, ini urusan yang lumayan serius! seru Marilla. Selama Matthew dan Marilla berbicara, si gadis kecil tetap membisu, matanya bolak-balik menatap mereka bergantian, semua ekspresi antusias menghilang dari wajahnya. Tampaknya dengan segera dia bisa mengerti betul apa yang sedang mereka bicarakan. Sambil
selangkah dan menangkupkan kedua tangannya.
Kalian tidak menginginkanku! dia meratap. Kalian tidak menginginkan aku karena aku bukan anak lelaki! Aku mungkin bisa menerimanya. Tidak ada yang pernah menginginkan aku. Aku mungkin tahu bahwa semua begitu indah untuk berakhir. Aku mungkin tahu bahwa tidak ada yang benar-benar menginginkan aku. Oh, apa yang harus kulakukan" Aku akan meneteskan air mata!
Dan dia benar-benar meneteskan air mata. Sambil duduk di sebuah kursi di dekat meja, dia menyilangkan lengan di depan tubuhnya dan menundukkan kepala, kemudian mulai menangis keras. Marilla dan Matthew saling bertukar tatapan dengan bingung. Tidak ada seorang pun tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan. Akhirnya, Marilla yang memecah kekakuan itu dengan ragu-ragu.
Oke, oke, hal ini tidak perlu ditangisi.
Oh, tentu saja iya! gadis kecil itu mengangkat kepala dengan cepat, memperlihatkan wajah penuh air mata berlinang dan bibir yang gemetar. Anda juga akan menangis, jika Anda seorang anak yatim piatu yang datang ke sebuah tempat yang Anda pikir akan menjadi rumah Anda, dan menemukan bahwa mereka tidak menginginkan Anda karena Anda bukan anak lelaki. Oh, ini adalah hal paling tragis yang pernah terjadi dalam hidupku!
Sesuatu yang mirip senyuman samar, yang hampir berkarat karena jarang digunakan, sedikit melembutkan ekspresi tegas Marilla.
menyuruhmu keluar rumah malam ini juga. Kau harus tinggal di sini hingga kami bisa menyelidiki kesalahpahaman ini. Siapa namamu"
Anak itu ragu-ragu sesaat.
Apakah Anda keberatan memanggilku Cordelia" dia bertanya dengan penuh semangat.
Memanggilmu Cordelia" Apakah itu namamu" Buka-a-an, itu bukan namaku yang sebenarnya. Tapi aku akan sangat senang jika dipanggil Cordelia. Itu adalah sebuah nama yang sangat elegan.
Aku sama sekali tak mengerti maksudmu. Jika Cordelia bukan namamu, jadi siapa namamu sebenarnya"
Anne Shirley, sang pemilik nama berkata pelan dengan penuh keraguan, tapi, oh, tolong panggil aku Cordelia. Pasti tak akan ada bedanya bagi Anda untuk memanggilku apa saja, karena aku hanya akan di sini sebentar, iya, kan" Dan Anne adalah sebuah nama yang tidak romantis.
Tidak romantis! tukas Marilla tanpa perasaan simpati. Anne adalah sebuah nama sederhana yang betul-betul masuk akal. Kau tidak perlu malu karenanya.
Oh, aku tidak malu karenanya, Anne menerangkan, hanya saja, aku lebih menyukai Cordelia. Aku selalu membayangkan bahwa namaku Cordelia setidaknya, aku selalu membayangkan itu beberapa tahun terakhir ini. Ketika aku lebih kecil, aku biasanya membayangkan namaku Geraldine, tapi sekarang aku lebih menyukai Cordelia. Tapi, jika Anda ingin memanggilku Anne, tolong panggil aku Anne dengan huruf e . Meskipun sebetulnya, huruf e pada nama Anne juga tak akan dibaca pada saat disebutkan.
dengan sebuah senyuman langka lagi ketika dia mengangkat poci teh.
Oh, itu membuat perbedaan yang jelas. Terdengar lebih enak. Ketika mendengar sebuah nama disebutkan, bisakah Anda selalu melihatnya di dalam benak Anda, seperti yang tercetak di sana" Aku bisa; dan Anne tampak mengerikan, tetapi Anne tampak lebih menyenangkan. Jika Anda hanya akan memanggilku Anne dengan huruf e , aku akan mencoba menerima untuk tidak dipanggil Cordelia.
Baiklah, Anne dengan huruf e , bisakah kau menceritakan kepada kami bagaimana kesalahan ini terjadi" Kami menitipkan pesan kepada Mrs. Spencer agar membawakan kami seorang anak lelaki. Apakah tidak ada anak lelaki di panti asuhan"
Oh, tentu, banyak sekali anak lelaki. Tapi Mrs. Spencer berkata dengan jelas bahwa Anda menginginkan seorang anak perempuan berusia sekitar sebelas tahun. Dan ibu asrama berkata, dia berpikir bahwa aku bisa pergi. Anda tak tahu seberapa bahagianya aku waktu itu. Aku sama sekali tidak bisa tidur semalaman karena gembira. Oh, dia menambahkan dengan nada menyalahkan sambil beralih ke Matthew, mengapa Anda tidak mengatakan kepadaku di stasiun bahwa Anda tidak menginginkanku, dan meninggalkanku di sana" Jika aku tidak melihat Jalan Putih nan Membahagiakan dan Danau Riak Air Berkilau, hal ini tak akan begitu sulit.
Apa maksudnya" tanya Marilla sambil menatap Matthew.
Dia dia baru mengingat percakapan yang kami
keluar untuk memasukkan kuda, Marilla. Aku ingin teh sudah siap saat aku kembali.
Apakah Mrs. Spencer membawa anak lain selain dirimu" Marilla meneruskan ketika Matthew keluar.
Dia membawa Lily Jones untuk dirinya sendiri. Lily baru berumur lima tahun dan dia sangat cantik. Dia memiliki rambut berwarna cokelat kenari. Jika aku sangat cantik dan memiliki rambut cokelat kenari, apakah Anda akan menerimaku"
Tidak. Kami ingin seorang anak lelaki untuk membantu Matthew di peternakan. Seorang anak perempuan tidak akan berguna bagi kami. Copotlah topimu. Aku akan meletakkan topi dan tasmu di meja depan.
Anne melepaskan topinya dengan hati-hati. Matthew kembali setelah itu dan mereka duduk untuk makan malam. Tetapi, Anne tidak bisa makan. Dengan penuh derita, dia mengunyah roti dan mentega, kemudian menggigit secuil manisan apel dari mangkuk kaca kecil yang tepiannya bergelombang di atas piringnya. Dia tidak betul-betul menyantap makanannya.
Kau tidak makan apa-apa, kata Marilla dengan tajam, mengamati Anne bagaikan hal itu adalah kesalahan yang serius.
Anne mendesah. Aku tak bisa makan. Aku sedang berada dalam keputusasaan yang hebat. Bisakah Anda makan jika sedang berada dalam keputusasaan yang hebat"
Aku belum pernah berada dalam keputusasaan yang hebat, jadi aku tak bisa menjawab pertanyaan itu, jawab Marilla.
Betulkah begitu" Baiklah, apakah Anda pernah
hebat" Tidak, aku tidak pernah. Jadi, kupikir Anda tidak dapat mengerti seperti apa rasanya. Itu adalah suatu perasaan yang sangat tidak nyaman. Ketika kita mencoba makan, kerongkongan kita tiba-tiba bagai tersumbat dan kita tidak bisa menelan apaapa, bahkan jika makanan itu adalah karamel cokelat. Aku pernah makan karamel cokelat dua tahun yang lalu dan rasanya benar-benar nikmat. Setelah itu, aku sering bermimpi memiliki banyak sekali karamel cokelat, tapi aku selalu terbangun tepat ketika aku akan menyantapnya. Aku berharap Anda tidak tersinggung karena aku tidak bisa makan. Segalanya sangat enak, tapi masih saja aku tidak bisa makan.
Kupikir dia lelah, kata Matthew, yang belum berbicara sejak kembali dari kandang. Sebaiknya tunjukkan tempat tidurnya, Marilla.
Marilla sejak tadi sudah memikirkan di mana sebaiknya Anne tidur. Awalnya, dia telah menyiapkan sebuah sofa di ruangan dapur untuk anak lelaki yang dia inginkan dan harapkan. Hanya saja, meskipun sofanya rapi dan bersih, benda itu tampaknya tidak tepat untuk menjadi tempat tidur seorang gadis kecil. Tetapi, kamar tidur tamu tampaknya tidak cocok untuk seorang gadis kecil yang ceroboh, yang cocok hanyalah kamar di loteng sebelah timur. Marilla menyalakan sebuah lilin dan meminta Anne mengikutinya, yang Anne lakukan tanpa semangat, sambil membawa topi dan tas terpalnya dari meja ketika melewati ruangan depan. Ruang depan itu betul-betul bersih sehingga Anne ngeri
tempati tampak lebih bersih lagi.
Marilla meletakkan lilin di meja berkaki dan bersudut tiga, kemudian melepaskan penutup tempat tidur. Apakah kau membawa baju tidur" dia bertanya. Anne mengangguk.
Ya, aku memiliki dua. Ibu asrama di panti asuhan membuatkannya untukku. Baju-baju itu tampaknya sempit. Tidak pernah ada hal yang layak di panti asuhan, jadi bendabendanya selalu sempit dan usang setidaknya di panti asuhan miskin seperti tempat kami. Aku benci baju tidur sempit. Tapi, saat memakai baju usang kita bisa bermimpi sama indahnya dengan saat memakai baju tidur indah yang panjang, dengan renda-renda di sekeliling leher. Itu pikiran yang cukup menghibur.
Baiklah, bukalah bajumu secepat mungkin dan naiklah ke tempat tidur. Aku akan kembali beberapa menit lagi untuk mematikan lilin. Aku tidak memercayaimu untuk mematikannya sendiri. Tampaknya, kau bisa saja membuat tempat ini terbakar.
Ketika Marilla sudah pergi, Anne memandang ke sekeliling ruangan dengan sedih. Dinding-dinding putih itu begitu polos, dan menatapnya membuat dia berpikir bahwa dinding-dinding itu merasa pedih karena kepolosan mereka. Lantai ruangan itu juga begitu polos, hanya ada sebuah karpet anyaman bulat di bagian tengah, yang belum pernah Anne lihat sebelumnya. Di salah satu sudut ada sebuah tempat tidur yang tinggi, kuno, dengan empat tiang kayu rendah yang berwarna gelap. Di sudut lainnya ada sebuah meja bersudut tiga yang tadi telah dia lihat, dihiasi oleh sebuah bantalan jarum tebal dari beludru merah, yang
paling tajam. Di atasnya, tergantung sebuah cermin kecil berukuran kira-kira lima belas kali dua puluh sentimeter. Di antara meja dan tempat tidur ada sebuah jendela, dengan tirai muslin putih berenda menutupinya, di seberangnya ada sebuah rak yang menyangga baskom untuk mencuci tangan dan muka. Seluruh ruangan itu terlalu kaku untuk dideskripsikan dengan kata-kata, tetapi membuat setiap sumsum tulang Anne terasa gemetaran. Sambil terisak, dia membuka pakaiannya dengan cepat, mengenakan baju tidurnya yang sempit dan mengempaskan diri ke tempat tidur. Di sana, dia membenamkan wajahnya ke bantal dan menutupkan selimut hingga ke kepalanya. Ketika Marilla naik untuk mematikan lilin, pakaian-pakaian yang tadi Anne kenakan berserakan di lantai. Sebuah tonjolan di atas tempat tidur merupakan satu-satunya petunjuk bahwa ada seseorang yang menempati kamar itu.
Marilla memunguti pakaian Anne satu per satu, kemudian meletakkannya dengan rapi di dudukan sebuah kursi kuning. Kemudian, sambil membawa lilin, dia mendekati tempat tidur.
Selamat malam, dia berkata, sedikit canggung, tetapi tidak dengan ketus.
Wajah pucat dan mata besar Anne muncul di balik selimut dengan ekspresi terkejut.
Bagaimana Anda bisa mengucapkan selamat malam, jika Anda tahu bahwa ini malam terburuk yang pernah kualami" dia berkata, sedikit menantang.
Kemudian, dia menenggelamkan diri hingga tidak lagi terlihat.
mencuci peralatan makan malam. Matthew sedang merokok sebuah tanda yang jelas-jelas menunjukkan ada pertentangan dalam batinnya. Dia jarang merokok. Marilla sering kali menampakkan keberatannya karena dia menganggap itu adalah kebiasaan yang tidak sehat; tetapi, pada saat-saat dan musim-musim tertentu, Matthew merasa perlu merokok. Marilla memakluminya, menyadari bahwa seorang pria pemalu harus memiliki sedikit pelepasan bagi emosinya yang terpendam.
Yah, ini memang benar-benar kacau, dia berkata dengan amarah menggelegak. Inilah akibatnya jika kita mengirimkan pesan, bukannya mengatakan secara langsung. Entah bagaimana, keluarga Richard Spencer pasti telah mengacaukan isi pesannya. Salah seorang dari kita harus datang ke sana dan menemui Mrs. Spencer besok, itu sudah pasti. Gadis kecil itu harus dikirim kembali ke panti asuhan.
Ya, kupikir juga begitu, kata Matthew dengan ragu. Kau harus berpikir begitu! Kau tahu hal itu, kan" Yah, hmm, dia makhluk kecil yang benar-benar baik, Marilla. Aku merasa kasihan untuk mengirimkannya kembali, sementara dia begitu berharap untuk tinggal di sini.
Matthew Cuthbert, kau tentu tak bermaksud mengatakan bahwa kau berpikir kita bisa membiarkannya tinggal!
Marilla pasti tak akan lebih terkejut jika saat itu Matthew menyatakan bahwa dia senang sekali berdiri dengan kepalanya.
Yah, hmm, tidak, kupikir tidak tidak tepat begitu, Matthew menggumam, tidak nyaman karena merasa
kita bisa saja berusaha keras untuk membiarkannya tinggal.
Aku tak setuju. Apa gunanya dia di sini untuk kita" Mungkin kita yang berguna untuknya, tukas Matthew dengan cepat dan tidak disangka-sangka.
Matthew Cuthbert, aku yakin anak itu sudah mengguna-gunaimu! Aku bisa melihat sejelas-jelasnya bahwa kau ingin dia tetap di sini.
Yah, hmm, dia adalah makhluk kecil yang benar-benar menarik, Matthew mempertahankan diri. Kau harus mendengar pembicaraannya ketika dalam perjalanan dari stasiun.
Oh, dia bisa berbicara dengan cukup cepat. Aku langsung mengetahui saat melihatnya. Hal itu juga bukan suatu hal positif untuk kita pertimbangkan. Aku tidak menyukai anak-anak yang sangat cerewet. Aku tidak menginginkan seorang gadis kecil yatim piatu. Dan jika aku menginginkannya, bukan seperti dia yang kubayangkan. Ada sesuatu yang tidak bisa kumengerti tentangnya. Tidak, dia harus dikembalikan langsung ke tempat dia berasal.
Aku bisa mempekerjakan seorang anak lelaki Prancis untuk membantuku, kata Matthew, dan gadis kecil itu bisa menemanimu.
Aku tidak mengharapkan ditemani, kata Marilla dengan segera. Dan aku tidak akan membiarkannya tinggal.
Yah, hmm, tentu saja, semua tergantung kepadamu, Marilla, kata Matthew, mengangkat dan menaruh pipanya. Aku akan tidur.
Matthew pergi tidur. Dan setelah membereskan
berkerut karena berpikir keras. Dan di lantai atas, di loteng sebelah timur, seorang anak kecil kesepian, dengan hati hampa, tanpa seorang pun teman, menangis sendiri hingga akhirnya tertidur.
Pagi di Green Gables Sesaat, dia tidak bisa mengingat di mana dia berada. Awalnya, ada sebuah getaran yang menyenangkan, sesuatu yang sangat membahagiakan; kemudian, sebuah ingatan mengerikan muncul setelahnya. Ini adalah Green Gables dan mereka tidak menginginkannya karena dia bukan anak lelaki!
Tetapi, saat ini hari sudah pagi dan, ya, ada sebuah pohon ceri penuh bunga-bunga bermekaran di luar jendelanya. Dengan sebuah lompatan, dia bangkit dari tempat tidur dan menapaki lantai. Dia menarik tirai jendela ke atas yang terbuka dengan kaku dan berderit-derit, seolah tidak pernah bergeser selama bertahun-tahun, dan memang begitu; dan tirai itu tertahan begitu kuat sehingga tidak ada benda yang dibutuhkan untuk menahannya.
Anne menjatuhkan diri hingga berlutut dan memandang ke luar, ke arah sebuah pagi merekah di bulan Juni, matanya berkilau dengan penuh kebahagiaan. Oh, bukankah ini adalah hari yang indah" Bukankah ini adalah tempat yang sangat elok" Coba saja dia benar-benar akan tinggal di sini! Dia bisa membayangkannya. Di sini ada ruang untuk berimajinasi.
sehingga dahan-dahannya bisa menyentuh rumah, dan begitu dipenuhi bunga bermekaran sehingga sulit untuk melihat dedaunan. Di kedua sisi rumah ada kebun yang luas, dengan pohon-pohon apel di satu sisi dan pohon ceri di sisi yang lain, juga dipenuhi bunga yang mekar; dan rumput di halaman dihiasi bunga dandelion yang bertebaran. Taman di bagian bawah ditumbuhi tanaman lilac dan bunganya yang berwarna ungu. Aroma harum tanaman yang memabukkan merebak di jendela, dibawa oleh embusan angin pagi.
Di bawah taman itu, sebuah padang rumput hijau penuh tanaman semanggi yang menurun ke sebuah lembah, tempat sungai kecil mengalir dan sekumpulan pohon birch putih tumbuh, menjulang ke udara dari tanah yang dipenuhi pakis dan semak-semak, serta beberapa pohon lainnya. Di seberangnya ada sebuah bukit, hijau dan lembut dengan tanaman spruce dan cemara; ada sebuah celah yang memperlihatkan ujung loteng kelabu sebuah rumah kecil yang pernah dia lihat dari sisi lain Danau Riak Air Berkilau.
Di sebelah kiri ada sebuah kandang besar dan di baliknya, sesudah rentangan padang hijau yang menurun landai, tampak laut biru yang berkilau.
Mata Anne yang mencintai keindahan menelusuri halhal itu satu per satu, merekam semuanya dengan teliti. Dia telah melihat banyak sekali tempat yang tidak indah selama hidupnya, sungguh anak yang malang; tetapi, semua pemandangan ini seindah yang pernah dia impikan.
Dia berlutut di sana, mengabaikan semua kecuali keindahan yang mengitarinya, hingga dia dikejutkan oleh
tanpa terdengar, karena Anne tenggelam dalam impiannya.
Sudah waktunya berpakaian, dia berkata dengan tegas.
Marilla benar-benar tidak mengetahui caranya berbicara dengan anak-anak, dan pengalaman dangkal serta rasa canggung membuatnya terdengar dingin dan sangat kaku, walaupun dia tidak bermaksud begitu.
Anne berdiri dan mengembuskan napas panjang. Oh, bukankah semua menakjubkan" dia bertanya, melambaikan tangannya dengan bersemangat ke arah dunia indah di luar jendela.
Itu adalah pohon yang besar, kata Marilla, dan banyak sekali bunga bermekaran, tapi buahnya tidak pernah banyak selalu kecil-kecil dan berulat.
Oh, maksudku bukan hanya pohon itu; tentu saja pohon ceri ini indah ya, pohon ini saaangat indah bunganya bermekaran seolah pohon itu benar-benar berniat mengeluarkannya tapi maksudku segalanya, halaman, kebun, sungai kecil, dan hutan, seluruh dunia besar yang sangat menyenangkan. Apakah Anda merasa seakan baru saja mencintai dunia pada sebuah pagi seperti ini" Dan aku bisa mendengar sungai kecil itu tertawa dari atas sini. Pernahkah Anda menyadari bahwa sungai kecil itu hal yang sangat ceria" Mereka selalu tertawa. Bahkan pada musim dingin, aku bisa mendengar tawa mereka di bawah lapisan es. Aku begitu bahagia ada sebuah sungai kecil di dekat Green Gables. Mungkin Anda pikir hal itu tidak membuat banyak perbedaan bagiku, karena kalian tidak akan menahanku di sini, tetapi memang begitu. Aku akan selalu senang untuk mengingat bahwa ada sebuah sungai kecil di Green Gables, bahkan jika aku tidak akan pernah
akan dihantui oleh suatu perasaan tidak nyaman, karena berpikir bahwa seharusnya ada sebuah sungai kecil. Aku tidak berada dalam keputusasaan yang hebat pagi ini. Aku tidak pernah merasa begitu pada pagi hari. Bukankah terasa sangat menakjubkan, bahwa selalu ada pagi dalam setiap hari" Tapi aku merasa sangat sedih. Aku baru saja membayangkan bahwa akulah yang benar-benar kalian inginkan dan aku akan tinggal di sini untuk selama-lamanya. Khayalan itu membuatku merasa sangat nyaman. Tetapi, hal paling buruk dari membayangkan sesuatu adalah ketika tiba waktunya berhenti, rasanya menyakitkan.
Sebaiknya kau berpakaian, lalu turun dan jangan pedulikan khayalanmu, kata Marilla segera setelah dia menemukan kalimat yang cukup bijak. Sarapan sudah menunggu. Cucilah mukamu dan sisirlah rambutmu. Bukalah jendela dan lipat baju tidurmu, letakkan di ujung tempat tidur. Usahakan sebaik yang kau bisa.
Anne memang betul-betul berusaha sebaik yang dia bisa karena dia baru turun setelah sepuluh menit, dengan pakaian yang dikenakan rapi, rambut yang tersisir rapi dan dikepang, wajah yang sudah dicuci, dan perasaan nyaman yang memenuhi jiwanya karena telah memenuhi semua tuntutan Marilla. Meskipun begitu, sebenarnya dia lupa untuk memasang kembali kain penutup tempat tidur.
Aku lumayan lapar pagi ini, dia mengumumkan, ketika duduk di sebuah kursi yang telah Marilla siapkan untuknya. Tampaknya dunia tidak melolong liar seperti tadi malam. Aku sangat senang karena ini adalah pagi yang cerah. Tapi aku juga menyukai hujan pada pagi hari. Semua hal tentang pagi begitu menarik, apakah Anda juga berpikir begitu" Kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi
aku senang karena pagi ini tidak hujan, karena lebih mudah untuk ceria dan bersemangat di bawah naungan pagi yang bersinar. Aku merasa bisa membuat diriku tetap ceria. Membaca kisah-kisah sedih dan membayangkan diri kita hidup dalam kesedihan dengan heroik terasa menyenangkan, tapi jika kita benar-benar mengalami kesedihan itu, rasanya sangat tidak menyenangkan, betul, kan"
Demi Tuhan, tahanlah lidahmu, kata Marilla. Kau berbicara terlalu banyak untuk seorang gadis kecil.
Jadi, Anne menahan lidahnya dengan sangat patuh dan tidak berbicara lagi sehingga kebisuannya membuat Marilla merasa gugup, bagaikan menghadapi sesuatu yang tidak betul-betul alami. Matthew juga selalu membisu tetapi hal itu alamiah jadi sarapan pagi itu menjadi suatu acara yang sangat hening.
Lama-lama, pikiran Anne semakin dan semakin melayang, jadi dia menyuapkan makanan bagaikan robot, dengan mata besar yang menatap nanar dan menerawang ke angkasa di luar jendela. Hal ini membuat Marilla lebih gugup daripada sebelumnya; dia merasa tidak nyaman karena tubuh gadis kecil yang aneh ini memang berada di meja, tetapi jiwanya melayang-layang jauh di suatu hamparan awan nun jauh di atas, terbang tinggi dengan sayap-sayap imajinasinya. Siapa yang menginginkan anak seperti itu tinggal bersama mereka"
Tetapi, Matthew berharap bisa mengasuhnya, oh, hal yang sangat tidak dapat dipertanggungjawabkan! Marilla merasa bahwa pagi ini Matthew masih menginginkan hal itu
menginginkannya. Itulah cara Matthew menetapkan suatu harapan kosong di dalam benaknya dan tetap mempertahankan hal itu dengan keteguhan bisu yang sangat hebat sebuah keteguhan yang sepuluh kali lebih kuat dan efektif dalam kebisuan daripada jika dia mengungkapkannya.
Ketika sarapan pagi selesai, Anne keluar dari khayalannya dan menawarkan bantuan untuk mencuci piring.
Bisakah kau mencuci piring dengan benar" tanya Marilla dengan perasaan tidak percaya.
Cukup baik. Tapi, aku lebih baik jika harus menjaga anak-anak. Aku memiliki banyak sekali pengalaman akan hal itu. Sayang Anda tidak memiliki anak kecil di sini untuk kuasuh.
Kurasa aku tidak menginginkan lebih banyak anak kecil untuk diasuh daripada yang kumiliki saat ini. Kau sudah cukup menjadi masalah untuk dipertimbangkan. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan terhadap dirimu. Matthew adalah pria yang sangat menggelikan.
Kupikir dia baik sekali, bantah Anne. Dia sangat penuh simpati. Dia tidak keberatan seberapa banyak aku berbicara tampaknya dia menyukainya. Aku merasa bahwa dia belahan jiwaku, segera setelah aku melihatnya.
Kalian berdua memang sama-sama aneh, jika itu yang kau maksud dengan belahan jiwa, kata Marilla sambil mendengus. Ya, kau boleh mencuci piring. Ambillah sedikit air panas, dan pastikan bahwa kau akan mengeringkannya dengan baik. Aku memiliki banyak pekerjaan pagi ini karena aku harus berkunjung ke White Sands nanti sore untuk menjumpai Mrs. Spencer. Kau akan ikut denganku
denganmu. Setelah kau selesai mencuci piring, pergilah ke atas dan bereskan tempat tidurmu.
Anne mencuci peralatan makan dengan cukup terampil, sementara Marilla yang mengawasi pekerjaan itu dengan teliti puas melihat kemampuannya. Setelah itu, Anne agak kesulitan membereskan tempat tidurnya, karena belum pernah belajar seni bergulat dengan selimut bulu yang tebal. Tetapi, entah bagaimana, Anne bisa mengatasi dan melicinkan permukaannya; kemudian Marilla, yang tidak ingin Anne berada di dekatnya saat itu, mengatakan bahwa dia boleh keluar rumah dan memuaskan dirinya hingga makan siang.
Anne bagaikan terbang ke pintu dengan wajah berseriseri dan mata berbinar. Tetapi, tepat di ambang pintu dia berhenti tiba-tiba, berbalik, berjalan kembali dan duduk di meja. Binar dan keceriaan di dirinya tiba-tiba menghilang seolah seseorang telah mengisap kebahagiaan dari dalam dirinya.
Sekarang, ada apa lagi" tanya Marilla.
Aku tidak berani keluar, jawab Anne, dengan nada suara bagaikan seorang martir yang menolak seluruh kebahagiaan duniawi. Jika aku tidak bisa tinggal di sini, siasia bagiku untuk mencintai Green Gables. Dan jika aku keluar lalu berkenalan dengan semua pepohonan, bungabunga, kebun, dan sungai kecil, aku tak akan mampu menahan diri mencintai tempat ini. Saat ini keadaan sudah cukup menyulitkan, jadi aku tak ingin membuatnya bertambah sulit. Aku sangat ingin pergi keluar segalanya tampak memanggilku, Anne, Anne, keluarlah dan hampiri kami. Anne, Anne, kami ingin teman bermain. tetapi lebih baik tidak. Tidak ada gunanya mencintai sesuatu jika kita harus direnggut dari mereka, betul, kan" Dan begitu sulit
Itulah alasan mengapa aku begitu gembira ketika berpikir aku akan tinggal di sini. Kupikir aku memiliki banyak hal untuk dicintai, dan tidak ada apa pun yang bisa menyulitkanku. Tapi, impian singkat itu sudah usai. Aku diseret kembali ke nasibku sekarang, jadi kupikir aku tak akan keluar dengan ketakutan aku tak bisa meninggalkan tempat itu lagi. Bolehkah aku mengetahui nama geranium yang ada di ambang jendela"
Itu geranium beraroma apel.
Oh, aku tidak bermaksud menanyakan jenisnya. Maksudku adalah nama yang Anda berikan kepada mereka. Apakah Anda memberi mereka nama" Bisakah aku memberi nama kepada mereka" Bolehkah aku menyebut mereka sebentar, kupikirkan dulu Bonny bagus juga bolehkah aku memanggil mereka Bonny selama aku ada di sini" Oh, tolong izinkan aku!
Ya Tuhan, aku tidak peduli. Tapi, apakah memberi nama tanaman geranium itu masuk akal"
Oh, aku menyukai berhubungan dengan segala sesuatu, bahkan jika mereka hanya tanaman geranium. Hal itu membuat mereka lebih mirip manusia. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa perasaan geranium terluka karena dia hanya disebut geranium dan bukan dengan suatu nama" Anda tak akan menyukai dipanggil dengan sebutan perempuan sepanjang waktu. Ya, aku akan memanggilnya Bonny. Aku menamakan pohon ceri di luar jendela kamar tidurku tadi pagi. Aku menyebutnya Ratu Salju karena warnanya begitu putih. Tentu saja, bunga-bunganya tak akan selalu bermekaran setiap saat, tetapi kita bisa membayangkan hal itu benar-benar terjadi, betul, kan"
Sepanjang hidupku, aku belum pernah mendengar apa pun yang menyamai anak itu, gumam Marilla ketika
sebetulnya lebih untuk menyendiri. Dia memang menarik, seperti yang Matthew katakan. Aku sudah bisa merasakan bahwa aku bertanya-tanya, apa yang akan dia katakan selanjutnya. Dia akan membuatku luluh juga, seperti digunaguna. Dia sudah melakukannya terhadap Matthew. Tatapan yang Matthew tujukan kepadaku ketika keluar bisa mengungkapkan semua yang dia katakan atau tunjukkan tadi malam. Kuharap dia seperti pria-pria lain dan bisa mengungkapkan pikirannya. Seseorang bisa membantah dan memperdebatkan alasan dengannya. Tapi, apa yang bisa dilakukan terhadap seorang pria yang hanya bisa melihat"
Anne sudah kembali ke dalam khayalannya, dengan tangan menyangga dagunya dan mata menerawang ke angkasa, ketika Marilla kembali dari perjalanannya ke gudang. Marilla meninggalkan gadis kecil itu di sana hingga makan siang yang lebih awal terhidang di atas meja.
Apakah aku bisa memakai kuda dan kereta bugi sore ini, Matthew" tanya Marilla.
Matthew mengangguk dan menatap Anne dengan sedih. Marilla menyadari tatapan itu dan berkata dengan tegas:
Aku akan pergi ke White Sands dan membereskan hal ini. Aku akan mengajak Anne bersamaku dan Mrs. Spencer mungkin akan mengatur agar dia bisa dikirim kembali ke Nova Scotia. Aku akan menyiapkan tehmu terlebih dahulu dan kembali ke rumah pada saatnya memerah sapi.
Matthew masih tidak mengatakan apa-apa dan Marilla merasa bahwa dia hanya menyia-nyiakan kata-kata serta napasnya. Tidak ada yang lebih mengganggu daripada seseorang yang tidak menanggapi pembicaraanmu kecuali
Matthew memasang kuda ke kereta bugi pada saat yang telah ditentukan. Marilla dan Anne segera berangkat. Matthew membuka gerbang halaman untuk mereka, dan ketika Marilla mengendalikan kereta buginya perlahan, Matthew berkata tampaknya tidak kepada siapa-siapa:
Jerry Buote kecil dari tepi sungai kemari tadi pagi, dan aku berkata, aku berniat mempekerjakannya selama musim panas.
Marilla tidak menjawab, tetapi dia melecutkan cambuk dengan keras ke kuda yang tidak beruntung itu. Si kuda gemuk yang tidak terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu tiba-tiba membelok dari jalan dengan sudut yang cukup membahayakan. Marilla menoleh ke belakang ketika kereta bugi itu melaju dan melihat Matthew yang membuatnya kesal sedang bersandar ke pagar, menatap mereka dengan sedih.
Masa Lalu Anne Tidak, aku tak tahu apakah pernah mengenalnya, jawab Marilla tanpa merasa menyesal, dan kupikir hal itu juga tidak akan terjadi denganmu.
Anne mendesah. Yah, sebuah harapan lain menguap. Hidupku adalah sebuah lahan pemakaman sempurna untuk harapan-harapan yang terkubur. Kalimat itu pernah kubaca dalam sebuah buku, dan aku mengatakannya untuk membuat diriku nyaman ketika aku kecewa terhadap sesuatu.


Anne Of Green Gables Karya Lucy M . Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku tidak bisa melihat bagaimana kalimat itu membuatku nyaman, sahut Marilla.
Aku merasa nyaman, karena kalimat itu terdengar begitu indah dan romantis, seolah aku adalah tokoh utama di buku itu. Aku begitu menyukai hal-hal romantis, dan sebuah pemakaman penuh dengan harapan yang terkubur adalah suatu hal paling romantis yang bisa dipikirkan oleh seseorang, iya, kan" Aku senang karena aku memilikinya. Apakah kita akan menyeberangi Danau Riak Air Berkilau hari ini"
Kita tidak akan menyeberangi Danau Barry, jika itu yang kau maksud dengan Danau Riak Air Berkilau-mu. Kita akan melewati jalan pantai.
Jalan pantai terdengar indah, kata Anne sambil menerawang. Bukankah kedengarannya menyenangkan"
gambaran di benakku, yang muncul begitu cepat! Dan White Sands Pasir Putih juga nama yang cantik; tetapi aku lebih menyukai nama Avonlea. Avonlea adalah nama yang elok. Terdengar bagaikan musik. Seberapa jauh jarak White Sands"
Delapan kilo; dan karena kau memiliki keterampilan berbicara, kau mungkin bisa menceritakan apa yang kau tahu tentang dirimu untuk tujuan tertentu.
Oh, apa yang kuketahui tentang diriku benar-benar bukan hal yang berguna, jawab Anne dengan berani. Jika Anda mengizinkanku untuk mengatakan apa yang kubayangkan tentang diriku, Anda akan menganggapnya lebih menarik.
Tidak, aku tidak ingin khayalanmu. Ceritakan saja fakta-fakta yang murni. Mulai dari awal. Di mana kau lahir dan berapa umurmu"
Aku berumur sebelas pada bulan Maret yang lalu, jawab Anne, kembali ke fakta yang murni dengan desahan pelan. Dan aku lahir di Bolingbroke, Nova Scotia. Nama ayahku adalah Walter Shirley, dia seorang guru di Sekolah Menengah Bolingbroke. Nama ibuku Bertha Shirley. Bukankah Walter dan Bertha adalah nama-nama indah" Aku sangat senang karena orangtuaku memiliki nama-nama yang indah. Pasti rasanya tidak menyenangkan jika ayahmu bernama yah, sebut saja Jedediah, betul, kan"
Kupikir nama seseorang tidak menjadi masalah selama ia menjadi dirinya sendiri, kata Marilla, merasa dirinya sendiri terpanggil untuk mengungkapkan ajaran moral yang bagus dan berguna.
Yah, aku tidak tahu. Anne tampak berpikir keras. Aku pernah membaca sebuah buku bahwa disebut apa pun
tidak pernah bisa memercayainya. Aku tidak percaya bahwa setangkai mawar akan sama indahnya jika disebut bunga tahi ayam atau kol sigung. Aku percaya bahwa ayahku akan sama baiknya jika namanya Jedediah; tapi aku tidak yakin hal itu bisa kuterima dengan baik. Baiklah, ibuku juga seorang guru di sekolah menengah tersebut, tapi ketika dia menikah dengan ayahku, dia berhenti mengajar, tentu saja. Seorang suami sudah cukup bertanggung jawab untuk mencari nafkah. Mrs. Thomas berkata bahwa mereka adalah sepasang bayi yang semiskin tikus gereja. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil mungil berwarna kuning di Bolingbroke. Aku tidak pernah melihat rumah itu, tapi aku membayangkannya ribuan kali. Kupikir, rumah itu ditumbuhi tanaman honeysuckle di ambang jendelanya, tanaman lilac di halaman depannya, dan bunga-bunga lily of the valley di bagian dalam gerbangnya. Ya, dan tirai-tirai muslin di setiap jendela. Tirai muslin selalu memberi nuansa pada suatu rumah. Aku lahir di rumah itu. Mrs. Thomas mengatakan bahwa aku adalah bayi yang paling biasa-biasa yang pernah dia lihat, karena aku begitu kurus dan mungil tidak ada yang menonjol selain mata, tapi ibuku berpikir bahwa aku sangat cantik. Kupikir, seorang ibu lebih bisa menilai daripada seorang perempuan malang yang datang untuk membersihkan rumah, betul, kan" Aku lega karena entah bagaimana ibuku merasa puas denganku, aku akan merasa sangat sedih jika aku mengecewakannya karena dia tidak hidup lama setelah itu. Dia meninggal karena demam ketika aku berusia tiga bulan. Aku berharap agar dia hidup cukup lama hingga aku ingat pernah memanggilnya ibu . Bukankah memanggil ibu merupakan hal yang sangat manis, iya, kan" Dan ayahku meninggal empat hari setelah
dan orang-orang sudah berada di luar batas kemampuannya. Jadi, Mrs. Thomas bertanya, apa yang harus dia lakukan terhadap diriku. Anda tahu, tidak ada seorang pun yang menginginkan aku saat itu. Tampaknya hal ini sudah menjadi garis hidupku. Ayah dan ibuku datang dari tempat yang jauh, dan keluarga mereka yang masih hidup tidak pernah diketahui keberadaannya. Akhirnya, Mrs. Thomas berkata akan mengambilku, meskipun dia miskin dan suaminya pemabuk. Dia menggendongku pulang. Apakah Anda tahu, jika seseorang digendong saat bayi, hal itu akan membuatnya tumbuh lebih baik daripada orang lain yang tidak pernah digendong" Karena, jika aku nakal, Mrs. Thomas akan bertanya, bagaimana aku bisa menjadi anak bandel, padahal dia dulu menggendongku dengan nada menyalahkan.
Mr. dan Mrs. Thomas pindah dari Bolingbroke ke Marysville, dan aku tinggal bersama mereka hingga usiaku delapan tahun. Aku membantu menjaga anak-anak keluarga Thomas ada empat anak yang lebih muda daripada aku dan aku bisa mengatakan bahwa mereka memerlukan pengasuhan yang cukup ketat. Kemudian, Mr. Thomas tewas karena terjatuh dari kereta api, dan ibu Mr. Thomas menawarkan diri untuk mengajak Mrs. Thomas dan anakanak tinggal bersamanya. Tapi, dia tidak menginginkan aku. Mrs. Thomas sudah berada di luar batas kemampuannya, jadi dia bertanya, apa yang harus dia lakukan terhadap diriku. Kemudian, Mrs. Hammond dari daerah di hulu sungai datang dan berkata, dia akan mengambilku, dan melihat apakah aku terampil menangani anak-anak. Jadi, aku pergi ke daerah hulu sungai untuk tinggal bersamanya di sebuah lahan kecil di antara tunggul-tunggul pohon. Itu adalah tempat yang sangat terpencil. Aku yakin, aku tak
Hammond membuka sebuah tempat usaha penggergajian di sana, dan Mrs. Hammond memiliki delapan anak. Dia tiga kali melahirkan anak kembar. Aku menyukai bayi jika jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi tiga pasang anak kembar sekaligus sudah terlalu banyak. Aku mengatakannya kepada Mrs. Hammond dengan sangat hati-hati ketika pasangan kembar ketiga lahir. Aku sudah terbiasa untuk merasa sangat lelah karena menggendong mereka.
Aku tinggal di hulu sungai dengan Mrs. Hammond selama dua tahun, kemudian Mr. Hammond meninggal dan Mrs. Hammond menyerah mengurus rumah tangganya. Dia membagikan anak-anak kepada para kerabatnya dan pergi ke Amerika Serikat. Aku harus masuk ke panti asuhan di Hopetown, karena tidak ada seorang pun yang mau mengurusku. Panti asuhan juga tidak menginginkanku; mereka bilang, di sana sudah terlalu sesak. Tapi, mereka harus menerimaku dan aku berada di sana selama empat bulan hingga akhirnya Mrs. Spencer datang.
Anne menamatkan ceritanya dengan desahan lagi, kali ini desahan lega. Terbukti bahwa dia tidak menyukai pembicaraan tentang pengalamannya di dalam dunia yang tidak menginginkannya.
Apakah kau pernah bersekolah" tanya Marilla, membelokkan kuda ke arah jalan pantai.
Tidak benar-benar demikian. Aku pernah bersekolah sebentar pada tahun terakhir saat aku tinggal bersama Mrs. Thomas. Ketika aku pindah ke hulu sungai, sekolah sangat jauh dari situ dan aku tak bisa berjalan ke sana selama musim dingin. Dan ada liburan musim panas, sehingga aku hanya bisa bersekolah pada musim semi dan musim gugur.
asuhan. Aku bisa membaca dengan cukup baik dan juga mengingat begitu banyak puisi Pertempuran Hohenlinden, Edinburgh setelah Flodden, Bingen di dekat Sungai Rhine, beberapa bait Wanita dari Danau, dan hampir seluruh Musim karya James Thompson. Bukankah puisi sangat menyenangkan karena membuat bulu kuduk kita merinding" Ada sebuah bagian dari Buku Bacaan Kelima Kejatuhan Polandia yang begitu menggetarkan. Tentu saja, aku belum sampai ke Buku Bacaan Kelima aku baru sampai ke buku keempat tapi gadis-gadis yang lebih besar biasa meminjamkan kepadaku.
Apakah para perempuan itu Mrs. Thomas dan Mrs. Hammond baik kepadamu" tanya Marilla, melirik Anne dengan sudut matanya.
O-o-o-oh, Anne menjawab dengan ragu. Wajah mungilnya yang sensitif tiba-tiba memerah dan kerutan malu membayang di dahinya. Oh, mereka bermaksud begitu aku tahu mereka bermaksud untuk bersikap sebaik dan semurah hati mungkin. Dan ketika orang-orang bermaksud baik kepada kita, kita tidak akan terlalu peduli jika mereka tidak diam saja selalu begitu. Anda tahu, mereka memiliki banyak hal untuk dikhawatirkan. Memiliki seorang suami pemabuk pasti sangat melelahkan; apalagi memiliki tiga pasang anak kembar sekaligus, betul, kan" Tapi, aku yakin mereka bermaksud baik kepadaku.
Marilla tidak mengajukan pertanyaan lagi. Anne tenggelam dalam kebisuan selama mereka menapaki jalan pantai. Marilla mengendalikan kuda tanpa memerhatikan, karena memikirkan sesuatu dengan serius. Rasa iba terhadap gadis kecil ini tiba-tiba memenuhi hatinya.
tak pernah dicintai sebuah kehidupan penuh dengan kebosanan, kemiskinan, dan pengabaian; Marilla sekarang cukup bisa mengerti sejarah Anne yang belum terungkap semua dan menemukan kebenaran. Tidak heran, anak ini begitu bahagia karena suatu harapan untuk bisa memiliki sebuah rumah yang sebenarnya. Sungguh menyedihkan jika dia harus kembali ke panti asuhan. Apakah dia, Marilla, harus menuruti kemauan Matthew yang tidak beralasan dan membiarkan anak itu tetap tinggal" Matthew tampaknya tetap menginginkan hal itu; dan anak ini tampaknya adalah makhluk kecil yang baik dan bisa diajari.
Dia memiliki banyak sekali kata-kata untuk diungkapkan, pikir Marilla, tapi dia bisa dilatih untuk mengaturnya. Dan tidak ada hal buruk atau kasar dalam perkataannya. Dia bersikap seperti anak perempuan terhormat. Tampaknya, orangtua anak ini adalah orangorang yang baik.
Jalan pantai itu rimbun, liar, dan sepi. Di sebelah kanan, pohon-pohon cemara tumbuh lebat. Jiwa mereka tidak terusik oleh empasan angin teluk selama bertahun-tahun, jadi dedaunannya rimbun. Di sebelah kiri ada sebuah tebing curam berbatu paras yang berwarna merah, jadi di jalan itu, kuda yang tidak setenang kuda milik Matthew bisa membuat orang-orang di belakangnya merasa gugup. Jauh di dasar tebing, bebatuan yang terkikis ombak tersebar di sana, dan ada sebuah pantai kecil berpasir dipenuhi batu koral yang bagaikan permata lautan; setelah itu terhampar lautan, berkilauan dan biru. Di atas laut, burung-burung camar beterbangan, paruh mereka berkilat keperakan di bawah sinar mentari.
Bukankah laut itu menakjubkan" tanya Anne, bangkit
Sekali waktu, ketika aku tinggal di Marysville, Mr. Thomas menyewa sebuah kereta kuda ekspres dan membawa kami semua menghabiskan sehari penuh di sebuah pantai, yang berjarak sepuluh kilo dari sana. Aku menikmati setiap saat pada hari itu, bahkan meskipun aku harus menjaga anakanak sepanjang waktu. Aku tetap menyimpan kenangan indah itu dalam khayalanku selama bertahun-tahun. Tapi, pantai ini lebih indah daripada pantai Marysville. Bukankah camar-camar itu mengagumkan" Apakah Anda ingin menjadi camar" Kupikir aku ingin jika saja aku bukan seorang gadis kecil. Bukankah menyenangkan untuk bangun saat fajar menjelang, menyelam ke dalam air, lalu keluar menuju angkasa biru indah itu sepanjang hari; kemudian pada malam hari terbang kembali ke salah satu sarang" Oh, aku bisa membayangkan diriku sendiri melakukannya. Bolehkah aku tahu, apa sebenarnya bangunan besar di depan sana"
Itu Hotel White Sands. Mr. Kirke yang mengelolanya, tapi musim liburan belum mulai. Banyak wisatawan Amerika yang datang kemari selama musim panas. Mereka berpikir pantai ini merupakan tujuan yang tepat.
Aku khawatir gedung itu adalah rumah Mrs. Spencer, kata Anne dengan penuh kepedihan. Aku tak ingin tiba di sana. Entah bagaimana, tampaknya hal itu adalah akhir dari segalanya.
Marilla MenguatkanTekad Halo, halo, dia berkata, kalian adalah orang-orang terakhir yang ingin kutemui hari ini, tapi aku benar-benar senang bertemu kalian. Apakah kau akan memasukkan kuda" Dan apa kabarmu, Anne"
Aku baik-baik saja seperti yang diharapkan, terima kasih, sahut Anne tanpa senyuman. Tampaknya malapetaka akan segera menimpanya.
Kupikir kami akan tinggal sebentar untuk mengistirahatkan kuda, kata Marilla, tapi aku berjanji kepada Matthew akan pulang cepat. Sebetulnya, Mrs. Spencer, ada suatu kesalahan aneh entah di sebelah mana, dan aku datang untuk menyelidiki bagaimana kesalahan itu bisa terjadi. Kami, Matthew dan aku, mengirim pesan bagimu untuk membawa seorang anak lelaki dari panti asuhan. Kami mengatakan kepada abangmu, Robert, untuk mengatakan bahwa kami menginginkan seorang anak lelaki berusia sepuluh hingga sebelas tahun.
Marilla Cuthbert, kau tidak mengatakannya begitu! Mrs. Spencer berkata dengan khawatir. Robert menyuruh
Dia berkata bahwa kau menginginkan seorang anak perempuan memang begitu, kan, Flora Jane" dia bertanya kepada anak perempuannya yang baru muncul di tangga.
Memang begitu, Miss Cuthbert, Flora Jane meyakinkan dengan jujur.
Aku benar-benar minta maaf, kata Mrs. Spencer. Hal ini sangat buruk; tapi sudah pasti ini bukan salahku, Miss Cuthbert. Aku melakukan hal terbaik yang aku bisa, dan kupikir aku mengikuti instruksimu. Nancy itu orang yang sangat ceroboh. Sering kali aku harus memarahi anak itu karena kelalaiannya.
Itu adalah kesalahan kami sendiri, kata Marilla dengan penuh kepasrahan. Seharusnya kami mengatakan langsung kepadamu dan tidak menitipkan pesan penting untuk disampaikan secara lisan. Bagaimanapun, kesalahan sudah terjadi dan satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah membetulkannya. Apakah kita bisa mengirimkan anak ini kembali ke panti asuhan" Kupikir mereka akan menerimanya kembali, bukankah begitu"
Kupikir begitu, jawab Mrs. Spencer dengan penuh pertimbangan, tapi kupikir tidak perlu mengirimnya kembali. Kemarin Mrs. Peter Blewett mengunjungiku, dan dia berkata kepadaku bahwa dia sangat berharap aku bisa mengirimkan seorang gadis kecil untuk membantunya. Mrs. Peter memiliki keluarga besar, dan dia kesulitan untuk mencari bantuan. Anne sudah pasti sangat tepat untuk itu. Tampaknya ini adalah suatu kebetulan.
Marilla tidak menganggap kebetulan merupakan sesuatu yang tepat dalam hal ini. Ada sebuah kesempatan bagus yang tidak disangka-sangka untuk melepaskan anak yatim piatu yang tidak diinginkan itu dari tangannya, tetapi dia tidak merasa senang dengan alasan itu.
Blewett adalah perempuan mungil yang berwajah menakutkan, tanpa seons pun daging berlebih yang menempel di tulangnya. Tetapi, Marilla telah mendengar berita tentangnya. Seorang pekerja dan pengemudi yang ceroboh, itu yang dikatakan tentang Mrs. Peter; dan para gadis pembantu rumah tangga yang telah berhenti bekerja kepadanya melaporkan kisah-kisah mengerikan tentang tabiat buruk dan sifat pelitnya. Anak-anaknya kurang ajar dan senang bertengkar. Marilla merasakan suatu kekhawatiran ketika berpikir untuk menyerahkan Anne ke tangan lain dengan sifat seperti itu.
Baiklah, aku akan masuk dan membicarakan hal ini lebih lanjut, Marilla berkata.
Dan Mrs. Peter datang pada menit-menit yang penuh berkah ini! seru Mrs. Spencer, menuntun tamu-tamunya melewati lorong ke ruang duduk. Di sana, hawa yang sangat dingin menerpa mereka, bagaikan udara telah ditahan begitu lama oleh sebuah tirai hijau gelap, sehingga semua partikel hawa panas tidak pernah ada di sana. Sungguh beruntung kita bisa langsung membereskan masalah ini. Silakan duduk di kursi berlengan ini, Miss Cuthbert. Anne, kau duduk di sini, di bangku ini, dan jangan banyak bergerak. Berikan topimu kepadaku. Flora Jane, keluarlah dan jerang air di teko. Selamat sore, Mrs. Blewett. Kami baru saja mengatakan betapa beruntungnya Anda karena hal ini terjadi. Aku akan memperkenalkan dua wanita ini. Mrs. Blewett, ini Miss Cuthbert. Maaf, aku
untuk mengeluarkan roti dari oven.
Mrs. Spencer berlalu, setelah menarik tirai hingga terbuka. Anne duduk sambil membisu di atas bangku, dengan kedua tangan saling menggenggam erat di pangkuannya, menatap Mrs. Blewett dengan sangat tertarik. Apakah dia akan diberikan ke dalam pengasuhan perempuan berwajah dan bermata tajam ini" Dia merasakan kerongkongannya tercekat dan matanya perih tiba-tiba. Dia mulai khawatir tidak bisa menahan air mata ketika Mrs. Spencer kembali, dengan wajah merona dan tersenyum lebar. Perempuan baik itu merasa mampu untuk mengatasi setiap masalah fisik, mental, maupun spiritual dengan pemikiran matang dan menemukan jalan keluarnya.
Tampaknya ada kesalahan dengan gadis kecil ini, Mrs. Blewett, dia berkata. Aku mendapat kesan bahwa Mr. dan Miss Cuthbert ingin mengadopsi seorang gadis kecil. Aku juga merasa yakin dengan hal itu. Tapi, tampaknya mereka menginginkan seorang anak lelaki. Jadi, jika Anda masih memikirkan hal yang sama dengan kemarin, kupikir dia anak yang tepat bagi Anda.
Mrs. Blewett menatap Anne tajam, dari kepala hingga ke ujung kaki.
Berapa usiamu dan siapa namamu" dia bertanya. Anne Shirley, jawab anak kecil yang ketakutan itu, tidak berani untuk menyatakan keinginannya agar dipanggil Anne dengan huruf e , dan umurku sebelas tahun. Huh! Kau tidak tampak seperti berusia sebelas tahun.
yakin, tapi orang seperti ini yang paling tepat untukku. Yah, jika aku mengambilmu, kau harus menjadi seorang gadis yang baik, kau tahu baik, pintar, dan penuh rasa hormat. Kuharap kau bisa membalas budi, dan tidak ada keraguan akan hal itu. Ya, kupikir aku bisa mengambilnya dari tanganmu, Miss Cuthbert. Bayiku sangat menyulitkan, dan aku sudah kewalahan mengurusinya. Jika Anda mau, aku bisa membawanya pulang ke rumah saat ini juga.
Marilla menatap Anne dan hatinya melunak ketika melihat wajah pucat anak itu, dengan ekspresi penuh derita dalam kebisuannya derita seorang makhluk kecil yang tak berdaya, yang menemukan bahwa dirinya kembali masuk ke sebuah perangkap setelah berhasil keluar dari perangkap lain. Marilla merasakan ketidaknyamanan akan hal itu jika dia merenggut harapan si gadis kecil, hal itu akan menghantuinya hingga akhir hidupnya. Selain itu, dia tidak menyukai Mrs. Blewett. Tak mungkin untuk memberikan seorang anak sensitif dan berimajinasi tinggi kepada seorang perempuan seperti itu! Tidak, dia tidak bisa mempertanggungjawabkan keputusan itu!
Yah, aku tidak yakin, dia berkata perlahan. Aku tidak mengatakan bahwa aku dan Matthew betul-betul memutuskan bahwa kami tidak akan memeliharanya. Sebenarnya, aku akan mengatakan bahwa Matthew berencana untuk mengasuhnya. Aku hanya kemari untuk mencari tahu bagaimana kesalahan itu bisa terjadi. Kupikir, lebih baik aku membawanya pulang ke rumah lagi dan membicarakannya dengan Matthew. Aku merasa aku tidak bisa memutuskan apa-apa tanpa berdiskusi dengannya. Jika kami berubah pikiran, tidak ingin mengasuhnya, kami akan mengantarkannya kepada Anda besok malam. Jika tidak,
Apakah Anda tidak keberatan, Mrs. Blewett"
Kupikir aku tidak patut berkeberatan, sahut Mrs. Blewett dengan ketus.
Selama Marilla berbicara, sinar matahari seolah terbit di wajah Anne. Awalnya, ekspresi putus asa memudar; kemudian, ada seberkas harapan yang samar; matanya berubah semakin dalam dan berbinar bagaikan bintang fajar. Anak itu mulai berubah; dan, sesaat kemudian, ketika Mrs. Spencer dan Mrs. Blewett keluar untuk mengambil resep masakan yang akan dipinjam oleh Mrs. Blewett, Anne bangkit dan terbang menyeberangi ruangan, menghampiri Marilla.
Oh, Miss Cuthbert, apakah Anda benar-benar berkata bahwa mungkin Anda mengizinkanku tinggal di Green Gables" dia bertanya, berbisik tanpa mampu bernapas, seolah suara keras akan menghancurkan kemungkinan yang menyenangkan itu. Apakah Anda benar-benar mengatakannya" Atau, apakah aku hanya berkhayal Anda melakukannya"
Kupikir sebaiknya kau belajar untuk mengendalikan imajinasimu, Anne, jika kau tak bisa membedakan mana hal yang nyata dan yang tidak, kata Marilla dengan tegas. Ya, kau memang mendengar aku mengatakan hal itu dan tidak lebih. Hal ini belum diputuskan dan mungkin kami akan memutuskan untuk membiarkan Mrs. Blewett mengambilmu. Sudah pasti dia lebih membutuhkanmu daripada aku.
Lebih baik aku kembali ke panti asuhan daripada tinggal bersamanya, kata Anne dengan penuh semangat. Dia mirip sekali dengan dengan bor.
Marilla menahan senyumnya karena berpikir bahwa
Seorang gadis kecil sepertimu seharusnya malu untuk berbicara begitu tentang seorang perempuan terhormat dan belum dikenal, dia berkata dengan ketus. Kembalilah duduk tenang dan tahan lidahmu, dan bersikaplah seperti yang harus dilakukan oleh seorang gadis baik-baik.
Aku akan mencoba melakukan apa pun yang Anda inginkan, jika Anda ingin memeliharaku, kata Anne, kembali ke bangkunya dengan hati-hati.
Ketika pada malam harinya mereka tiba kembali di Green Gables, Matthew menyambut mereka di jalan. Dari jauh, Marilla melihatnya mondar-mandir di jalan dan dia bisa menerka alasannya. Marilla sudah menyangka akan melihat kelegaan di wajah Matthew karena setidaknya Matthew melihat Anne pulang bersamanya. Tetapi, dia tidak mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa tadi kepada Matthew, hingga mereka berdua berada di halaman belakang kandang, memerah susu sapi. Saat itu, dia bercerita kepada Matthew dengan jelas tentang sejarah Anne dan hasil pembicaraan dengan Mrs. Spencer.
Aku juga tak akan memberikan seekor anjing yang kusukai kepada wanita Blewett itu, kata Matthew dengan energi yang tidak biasanya dia miliki.
Aku juga tidak menyukai gayanya, Marilla mengaku, tapi hanya itu pilihannya atau mengambil anak itu, Matthew. Dan karena tampaknya kau menginginkannya, kupikir aku juga bisa atau harus bisa menginginkannya. Aku akan mengusahakan beberapa cara hingga aku bisa terbiasa dengannya. Tampaknya ini merupakan tugas serius. Aku tidak pernah membesarkan seorang anak, terutama seorang anak perempuan, dan aku berani berkata, aku pasti melakukan hal itu dengan kacau. Tapi, aku akan berusaha sebaik mungkin. Sejauh yang kupertimbangkan, Matthew,
Wajah Matthew yang malu-malu bersinar bahagia. Yah, hmm, kupikir kau akan melihat dari sudut pandang yang sama denganku, Marilla, dia berkata. Dia makhluk kecil yang sangat menarik.
Lebih baik jika kau mengatakan bahwa dia makhluk kecil yang berguna, tukas Marilla, tapi aku akan berusaha untuk mengatur agar dia bisa dilatih agar berguna. Dan Matthew, kau tidak boleh ikut campur dalam metode pengasuhanku. Mungkin seorang perawan tua tidak tahu caranya membesarkan anak, tapi kupikir ia lebih tahu daripada seorang perjaka tua. Jadi, kau harus membiarkan aku mengurusnya. Jika aku gagal, itulah saatnya kau yang memegang kendali.
Baik, baiklah, Marilla. Kau boleh mengasuhnya dengan caramu sendiri, Matthew meyakinkan. Hanya saja, bersikaplah baik dan ramah kepadanya, tanpa harus memanjakannya. Kupikir, dia bisa kau latih untuk melakukan apa saja jika kau bisa membuatnya mencintaimu.
Marilla mendengus, mengekspresikan tanggapannya akan pendapat Matthew tentang hal-hal feminin, dan berjalan keluar menuju gudang penyimpanan susu sambil membawa ember.
Aku tak akan mengatakan kepadanya malam ini bahwa dia boleh tetap tinggal, dia berpikir ketika menyaring susu menjadi krim. Dia akan sangat bergairah sehingga tak akan bisa tidur sepicing pun. Marilla Cuthbert, kau cukup cocok untuk melakukan itu. Apakah kau pernah berpikir, suatu hari kau akan mengadopsi seorang anak perempuan yatim piatu" Hal itu sudah cukup mengejutkan; tetapi tidak terlalu mengejutkan dibandingkan Matthew yang
ketakutan terhadap para gadis kecil. Bagaimanapun, kita sudah memutuskan untuk bereksperimen dan hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Anne Mengucapkan Doanya Nah, Anne, aku tahu kemarin malam kau melemparkan pakaianmu begitu saja di lantai ketika kau melepaskannya. Itu adalah kebiasaan yang sangat berantakan, dan aku tidak mengizinkan hal itu terjadi. Segera setelah kau melepaskan pakaianmu, lipatlah dengan rapi dan letakkan di kursi. Aku sama sekali tidak menyukai gadis kecil yang tidak rapi.
Benakku begitu kacau tadi malam sehingga aku tidak memikirkan pakaianku sama sekali, kata Anne. Aku akan melipat pakaianku dengan rapi malam ini. Di panti asuhan, kami juga diharuskan begitu. Meskipun begitu, sering kali aku lupa, jika aku begitu terburu-buru naik ke tempat tidur, tenang dan damai, lalu membayangkan segala sesuatu.
Kau harus mengingatnya dengan lebih baik jika kau tinggal di sini, Marilla menasihati. Nah, seperti itu yang harus kau lakukan dengan pakaianmu. Ucapkan doamu dan naiklah ke tempat tidur.
Aku tak pernah mengucapkan doa, Anne berkata. Marilla tampak terkesiap dengan khawatir.
Mengapa Anne, apa maksudmu" Apakah kau tidak pernah diajari untuk berdoa" Tuhan selalu menginginkan
Tuhan sebenarnya, kan, Anne"
Tuhan adalah ruh, tidak berbatas, abadi, dan tidak dapat diubah, Dia melingkupi segala kebijaksanaan, kekuatan, kesucian, keadilan, kebaikan, dan kebenaran, jawab Anne dengan lancar dan otomatis.
Marilla tampak lega. Jadi, kau memang tahu sesuatu, syukurlah! Kau bukan anak yang tidak taat. Di mana kau mempelajari hal itu"
Oh, di sekolah Minggu panti asuhan. Mereka menyuruh kami mempelajari seluruh katekismus. Aku lumayan menyukainya. Ada sesuatu yang indah tentang beberapa kata. Tidak berbatas, abadi, dan tidak dapat diubah. Bukankah hal itu terdengar megah" Kalimat itu memiliki pengaruh besar tepat seperti organ besar yang dimainkan. Kita tak bisa menyebutnya puisi, kupikir, tapi terdengar seperti itu, iya, kan"
Kita tidak sedang berbicara tentang puisi, Anne kita sedang membicarakan ucapan doamu. Apakah kau tahu, tidak mengucapkan doa setiap malam adalah suatu dosa" Aku khawatir kau adalah gadis kecil yang sangat nakal.
Lebih mudah untuk menjadi nakal daripada baik, jika kita memiliki rambut merah, kata Anne dengan kesal. Orang-orang yang tidak memiliki rambut merah tidak tahu bagaimana sulitnya menghadapi hal itu. Mrs. Thomas mengatakan bahwa Tuhan membuat rambutku berwarna merah dengan tujuan tertentu, dan aku tidak pernah peduli kepada-Nya sejak itu. Dan entah bagaimana, aku selalu terlalu lelah pada malam hari untuk mengucapkan doa. Orang-orang yang harus menjaga anak kembar tidak bisa diharapkan akan mengucapkan doa. Sekarang, apakah sejujurnya Anda pikir mereka bisa diharapkan"
Anne harus dimulai saat itu juga. Sudah pasti, tak boleh ada waktu yang disia-siakan.
Kau harus mengucapkan doamu selama kau bernaung di bawah atap rumahku, Anne.
Oh, tentu saja, jika Anda menginginkan aku melakukannya, Anne berkata dengan ceria. Aku akan melakukan apa saja untuk mematuhi Anda. Tapi Anda harus mengatakan kepadaku apa yang harus kukatakan kali ini. Setelah aku naik ke tempat tidur, aku akan membayangkan doa yang benar-benar indah untuk selalu diucapkan. Aku percaya hal ini akan menarik, sekarang aku bahkan sudah mulai memikirkannya.
Lambang Penyebar Kematian 1 Pendekar Mata Keranjang 15 Badai Di Karang Langit Sang Penerus 4
^