The Hidden Oasis 9

The Hidden Oasis Karya Paul Sussman Bagian 9


kalau kita harus?" "Memangnya untuk apa lagi kita jauh-jauh ke sini" Ayo,
tarik saja!" Freya tidak bergerak, merasakan" Freya benar-benar tidak
dapat menjelaskan apa yang dia rasakan. Firasat samar akan
ada bahaya; peringatan dari dalam bahwa dengan melakukan
apa yang diperintahkan Flin dia akan menggerakkan rantai
peristiwa yang tidak dapat mereka kendalikan, melewati batas
yang memang tidak boleh dilewati. Tetapi kemudian seperti
yang dikatakan Flin, untuk itulah mereka datang jauh-jauh
ke tempat ini. Lebih penting lagi, inilah hal yang semestinya
telah dilakukan Alex. Tak ada keraguan lagi. Kakaknya pasti
akan menarik tuas itu tanpa keraguan sedikit pun, sangat bahkan mungkin sebelum dia diminta melakukannya. Freya diam
beberapa saat. Kemudian, memukul-mukul buku jarinya beberapa kali pada permukaan batu karang"sebuah gerakan
tubuh untuk mengumpulkan kekuatan diri sepenuhnya yang dia
lakukan ketika akan melakukan manuver-manuver pemanjatan
yang sukar"dia menjulurkan lengannya jauh ke dalam rongga.
Di dalam terasa dingin, gagang sudah terpegang, tepat di
batas jangkauannya. Freya harus benar-benar mendorong bahunya pada lubang itu agar jarinya bisa meraih gagang, telapak
tangannya menekan keras bungkus kulitnya, ibu jarinya mengait
pada gagang untuk memantapkan genggamannya. Dia sedikit
bergeser, menguji pegangannya dan kemudian menariknya.
Tuas itu diam kaku dan memerlukan seluruh kekuatannya
THE HIDDEN OASIS | 463 agar benda itu bergerak, otot leher dan bahunya menegang dan
berdesir. Dia berhasil menggerakkannya beberapa senstimeter,
berhenti sejenak untuk menarik napas dan menyesuaikan genggamannya, lalu menarik lagi. Tuas itu mulai lebih mudah digerakkan, meluncur perlahan pada slotnya, gerakan itu dibarengi oleh
bunyi gemeretak dan menggiling yang aneh ketika tali menegang
dan roda berputar, suaranya terdengar dari satu tempat yang
jauh di bawah, seolah berasal dari batu itu sendiri. Dia menarik
gagang ke arahnya sejauh dia dapat bergerak, tepat di depan
rongga. Setelah memberikan tarikan terakhir untuk memastikan
bahwa tidak ada lagi yang kendur, dia meluruskan tubuhnya dan
melihat ke Flin di bawah, mengangkat tangannya yang satu lagi
seolah berkata "Ada sesuatu?".
Flin sudah mundur dari tebing, matanya memeriksa segala
arah dari permukaan batu.
"Tidak ada," teriaknya. "Kau sudah menariknya sampai
mentok?" Freya berteriak mengiyakan.
"Aku tak tahu," kata Flin. "Tidak ada pintu ajaib yang terbuka, cuma itu yang bisa aku katakan."
Mereka terus memerhatikan keadaan, Flin di bawah, Freya
di atas, suara gemeretak aneh masih menggema walaupun
sekarang lebih halus, lebih jauh. Di samping itu, yang lain
tetap sama seperti sebelum dia menarik tuas, kecuali matahari
yang terasa lebih panas dan lebih terang dan langit dengan
sapuan biru yang lebih pucat. Mereka membiarkan keadaan itu
selama beberapa menit, suara gemeretak perlahan menghilang
dan lalu hening. Karena tidak ada gunanya lagi untuk tetap
berada di birai itu, Freya mulai menuruni batu, mengikuti
pijakan kaki dan pegangan tangan yang dia gunakan ketika
memanjat tadi. Saat itulah dia menyadari adanya bunyi lain,
samar terdengar"semacam desis bisikan yang halus. Dia segera
berhenti di tempatnya, telapak kaki berpijak pada patahan
sempit, melihat ke sekeliling, mencoba menemukan apa yang
menyebabkan bunyi itu. Flin juga telah mendengarnya dan
464 | PAUL SUSSMAN bergerak mendekati tebing, kepala melongok, mendengarkan.
Desis itu tidak memudar dan juga tidak mengeras, tetap seperti
itu seperti itu di latar belakang.
"Suara apa itu?" tanya Freya.
"Aku tak tahu," kata Flin. "Bunyinya seperti?"
"Jangan bilang itu ular."
"Tidak, bukan, lebih seperti?"
Flin terdiam, melangkah naik ke kaki tebing.
"Lihat ini!" Freya menggeser kakinya dan memiringkan badan ke luar,
tangannya melekat pada buku-buku batu, mengamati ke
bawah. Awalnya dia tidak bisa melihat apa-apa. Kemudian dia
menangkap apa yang diperhatikan Flin. Di dasar permukaan
batu karang, pada titik di mana batu itu membentuk sudut
kanan kasar dengan padang pasir, butiran pasir menyelip ke
bawah, mengucur di sepanjang rentang dua puluh meter pada
dinding seolah melewati jam gelas. Flin jongkok di sisinya dan
menekan telapak tangannya di tanah, menyaksikan saat pasir
menghilang di sekitar ujung jarinya.
"Apa itu?" tanya Freya. "Pasir yang menghisap?"
"Aku tidak pernah melihat apa pun yang seperti ini sebelumnya," jawab Flin. Butir pasir mulai menghilang lebih cepat,
seolah dihisap dari bawah, kucuran berubah menjadi aliran,
sebuah garis bukaan terlihat jelas menganga di dasar tebing.
"Ke mana perginya?" tanya Freya.
"Aku benar-benar tidak tahu," kata Flin, sambil menatap
seolah terhipnotis ketika garis bukaan itu semakin memanjang
dan melebar. "Mungkin kau lebih baik mundur sedikit."
Flin mengangguk dan berdiri, mundur beberapa langkah.
Pasir terus merosot dan mendesak ke bawah, semakin banyak
dinding batu yang terlihat, seperti akar semacam gigi yang besar.
"Tampaknya itu memotong?"
THE HIDDEN OASIS | 465 Flin tidak menyelesaikan kalimatnya. Tanpa suara, seluruh
bagian padang pasir itu melesak ke dalam di bawah alas sepatu
botnya. Suara desis terdengar semakin keras, pasir longsor ke
bawah, walaupun ke mana arahnya masih belum jelas. Flin
terdorong ke belakang, kehilangan keseimbangan dan jatuh,
bangkit lagi, dan dengan tergesa-gesa mundur karena semakin
banyak bagian padang pasir yang menghilang di depannya,
mengalir seperti air turun melalui saluran air pada westafel,
lubangnya semakin lebar dan dalam mendesak keluar dari tebing
ke arahnya. "Lari!" jerit Freya.
Flin tidak perlu diberi tahu. Dia segera berbalik, lalu berlari
kencang melintasi pasir. Lubang itu tampak seperti akan mengejar tumitnya, mengusirnya dari Gilf. Lubang itu melebar hampir
sejauh lima puluh meter dari permukaan batu karang sebelum
secara perlahan mulai melambat dan, seolah puas telah mengejar
Flin cukup jauh, berhenti, meninggalkan kawah besar menganga
di dasar gugusan batu karang.
Sambil terengah-engah, Flin berhenti dan membalikkan
badan, siap berlari lagi jika kawah itu memutuskan untuk
melebar kembali dengan cepat. Bersamaan dengan kucuran
pasir yang terdengar halus ketika berhenti mengalir, lubang itu
tampak telah stabil, dan setelah menunggu beberapa saat, Freya
bergerak miring dan turun mendarat di padang pasir di tepi
kawah. Sambil bergerak hati-hati, dia berjalan di sekitar bibir
kawah dan bergabung dengan Flin. Keduanya menatap lubang
besar di bawah. "Tuhan Yang Mahakuasa," gumam Flin.
Di bawah mereka, kantung pasir setengah lingkaran yang
curam terbentang ke arah permukaan tebing. Pada titik yang
paling rendah, hitam dan menakutkan, seperti mulut yang
sedang menguap, ada jalur pintu yang membuka ke batu, diapit
oleh sosok-sosok lengkung monumental"lengan menyilang di
dada, kepalanya dihiasi mahkota kerucut tinggi, janggut menjuntai ke bawah dari dagu sosok-sosok itu seperti stalaktik yang
466 | PAUL SUSSMAN runcing. Bagian pinggang ke bawah patung-patung itu masih
tertanam dalam pasir, seperti juga bagian bawah jalur pintu
itu, padang pasir melewati lorong itu dan masuk ke dalam kesuraman di baliknya, tempat meluncur menuju tenggorokan
dunia bawah. "Mulut Osiris," kata Flin lirih, wajahnya kosong dan tanpa
ekspresi, seolah sangat terpukul oleh apa yang sedang dilihatnya
sehingga untuk sesaat lamanya dia kehilangan kemampuannya
untuk menggerakkan tubuhnya. "Seumur hidup mempelajari
ilmu peradaban Mesir dan aku tak pernah" aku tak percaya.
Ini" ini?" Suaranya terhenti dan hening. Untuk sesaat lamanya, mereka hanya berdiri di sana menatap ke bawah dalam diam
dan terpukau. Panas matahari menyengat punggung mereka,
seekor elang terbang memutar tinggi di atas mereka, sayapnya
membayang pada langit pagi yang pucat. Kemudian, setelah
memulihkan diri sepenuhnya dan mengatakan kepada Freya
untuk menunggu, Flin berlari kecil kembali ke microlight, dan
kembali dengan lampu senter Maglite dan koper hitam yang
dia bawa dari rumah Alex. Dia berjongkok bertumpu pada satu
lututnya, menempatkan koper pada lutut yang lain dan membuka penutupnya. Di dalamnya ada benda yang terlihat seperti
botol termos dengan antena mencuat keluar dari bagian atasnya.
"Suar pendeteksi lokasi," jelasnya, sambil menarik benda itu
dari bantalan busa pelindung di sekelilingnya. "Alat ini akan
memberikan sinyal langsung ke anak buah Molly di Amerika
Serikat dan mereka akan memberi tahu tim mereka di pangkalan
di Mesir ini. Kita akan mendapat bantuan dalam tiga jam ke
depan." Dia menyalakan tombol di sisi antene suar, menanamnya di
dalam tanah dan berdiri. "Apakah kita akan turun ke bawah?" tanya Freya.
"Tidak, aku pikir kita akan tetap berada di atas sini dan membangun istana pasir."
THE HIDDEN OASIS | 467 Sindiran itu begitu halus, dan Freya tersenyum, sadar bahwa
pertanyaannya begitu bodoh, karena tidak mungkin Flin hanya
akan duduk di sini sambil iseng memainkan jarinya.
"Kau pikir ini aman?"
Flin mengangkat bahu. "Mungkin juga setara dengan Manshiet Nasser dan Abydos."
"Aku rasa kita berhasil keluar dari kedua tempat itu dalam
keadaan baik." Kini giliran Flin yang tersenyum.
"Ya Tuhan, kau mirip kakakmu."
Freya tidak menanggapi hal itu, hanya melepas gelungan
rambut di kepalanya, dan menggoyangkan rambutnya agar tergerai dan merentangkan lengannya ke arah lubang di bawah.
"Sang ahli ilmu peradaban Mesir turun lebih dulu."
Senyum Flin melebar dan dia mulai berjalan menurun ke
arah jalur pintu, menuruni lereng curam dengan berjalan miring
untuk tetap menjaga keseimbangannya, kakinya tenggelam ke
dalam pasir hampir sebatas pahanya. Freya mengikuti. Flin baru
separuh jalan ketika dia berhenti dan melihat ke arah Freya.
Senyumnya menghilang, ekspresinya kini serius. Profesional.
"Kau mungkin berpikir bahwa ini akan terdengar bodoh,
tetapi ada banyak hal tentang tempat ini, berbagai elemen yang
tidak kita?" Flin berhenti berbicara, mencari kata yang tepat.
"Hati-hati sajalah," katanya lagi. "Ketika kita sampai di
dalam. Usahakan jangan mengganggu apa pun. Sepakat?"
Flin menahan tatapan Freya untuk memastikan bahwa katakatanya dipahami, kemudian, sambil mengangguk, terus turun.
468 | PAUL SUSSMAN Sejumlah helikopter terbang dalam formasi di atas padang pasir,
enam unit menderu di atas puncak gunung pasir: lima unit
Chinook berwarna pasir dan, terbang agak di belakang, Augusta
hitam. Mereka terbang cepat, menuju ke barat daya, matahari
terbit di belakang mereka, jalur penerbangan mereka membawa
mereka agak ke sisi utara dari tebing terjal yang menjulang
sendiri, yang berarti mereka tak melihat Land Cruiser putih
yang mengintai dalam bayangan di bawah serambi di dasar
tebing terjal. Ketika mereka sudah berlalu, saat hentakan balingbalingnya yang mengancam menghilang di kejauhan, mobil itu
meluncur di bawah sinar matahari. Mobil itu berhenti sejenak
seolah menghirup udara, kemudian melaju melintasi pasir, ke
arah yang sama dengan helikopter yang sudah menghilang, rodanya memelan dan meluncur seolah cemas tak ingin tertinggal di
belakang. "Ya Tuhan," kata Flin.
Mereka telah mencapai jalur pintu. Setelah berdiri di masingmasing sisi, mereka mengintip melalui terowongan yang redup
dan curam di baliknya. Di bawah mereka, wadah pasir menurun
sejauh sekitar sepuluh meter sebelum perlahan-lahan berakhir,
memperlihatkan tingkatan anak tangga dari potongan batu yang
menghilang ke dalam kesuraman seolah masuk ke dalam kolam
air hitam yang dalam. Flin menyalakan Maglite dan menyorotkannya ke sekeliling,
meneliti dinding yang dipotong rapi dan plafon, batunya masih
menyimpan riak tanda pahatan kuno yang bercerita. Karena
gagal menemukan di mana terowongan itu berakhir, dia mundur
ke belakang dan merendahkan tubuhnya, menjangkau anak
tangga dan berdiri tegak.
"Kau melihat sesuatu?" tanya Freya, sambil berjalan dengan
kaki diseret di sampingnya.
THE HIDDEN OASIS | 469 "Hanya anak tangga," jawab Flin, sambil mengarahkan sinar
lampu senternya ke bagian gelap di bawah. "Banyak sekali anak
tangga. Ini pasti menuju bagian bawah Gilf. Walaupun ke mana
tepatnya tangga ini menuju?"
Flin bergeser, memungkinkan Freya berpindah ke sampingnya, terowongan cukup lebar untuk memuat mereka berdua.
Ada sesuatu yang menyesakkan napas tentang ruang itu, menakutkan"kegelapannya, keheningannya, dan bagaimana batu
itu seakan menekan mereka dari segala arah"dan untuk sesaat
mereka hanya berdiri di sana, bahkan Flin tampaknya enggan
untuk bergerak lebih jauh.
"Barangkali kau harus menunggu di atas saja," kata Flin.
"Biarkan aku memeriksa ke mana anak tangga ini mengarah.
Dengan begitu, kalau sesuatu terjadi?"
Freya menggelengkan kepalanya dan mengatakan kepadanya
bahwa mereka akan pergi bersama-sama atau tidak sama sekali.
Flin menganguk?"Persis seperti kakakmu?"dan sambil menyorotkan lampu senter untuk yang terakhir, mulai menuruni
anak tangga, Freya berjalan di sampingnya, keduanya berhenti
setelah setiap beberapa anak tangga untuk memerhatikan keadaan terowongan, mencoba untuk mengetahui ke mana jalur
itu mengarah. Tangga terus menurun, lebih dalam dan lebih
dalam lagi menuju batu karang, udara semakin dingin, jalur
pintu di belakang mereka menghilang sampai terlihat tidak lebih
besar daripada ujung jarum, celah kecil dalam kegelapan yang
menyelimuti. Mereka menghitung lima puluh anak tangga,
seratus, dua ratus, dan Freya mulai merasa heran apakah mereka
akan sampai pada titik akhir atau turun terus tanpa henti ke
dalam isi perut bumi ketika, tepat setelah melewati anak tangga
ketiga ratus, sinar lampu senter Flin membentur batu rata di
bawahnya. Lima belas meter berikutnya dan terowongan itu
merata. Ada jalur pintu lain di bawah, diapit oleh sosok melengkung
yang sama seperti pintu masuk di atas. Setelah melewatinya,
mereka kemudian berada di dalam terowongan yang panjang,


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

470 | PAUL SUSSMAN dinding yang penuh ukiran dan plafonnya yang melengkung
memberi kesan seperti berada di dalam pipa melingkar, seolah
mereka sedang berdiri di dalam usus raksasa. Tidak seperti
terowongan yang baru saja mereka turuni, yang dinding dan
plafonnya terbuat dari batu polos, di sini batu-batunya sudah diplester dan dikapur, dilukisi dengan desain lengkung yang aneh
yang kemudian disadari Freya sebagai gambar gulungan besar
ular-ular yang melilit. "Semoga pelaku kejahatan ditelan ke dalam perut ular Apep,"
gumam Flin, lampu senternya menangkap gambar sebuah
kepala dengan rahang terbuka, lidah bercabangnya menjulur
menyeramkan. "Aku merasa tak enak di sini," kata Freya.
"Kita berdua merasa tak enak," kata Flin. "Tetaplah di dekatku. Usahakan untuk tidak menyentuh apa pun."
Mereka mulai berjalan, langkah kaki mereka membuat suara
kering dan menyeret pada lantai batu, ular yang melingkar itu
berjalan bersama mereka, melilit bergulung pada dinding dan
langit-langit. Sinar lampu senter Maglite yang berayun memberikan efek menakutkan dengan membuat gulungan ular itu
bergulung dan meluncur seolah ular itu bergerak. Kegelapan
memperbesar efeknya, demikian juga bentuk lorong dan atmosfer
mengantuk dan keterkungkungan, dan lebih dari sekali mereka
mendadak berhenti dan tertegun, meyakini bahwa gambar pada
dinding dan plafon sedang bergerak, meluncur di belakang
mereka, rahang mengencang. Tetapi itu semua hanyalah gambar,
dan setelah mereka cukup memuaskan diri dengan menganggap
semua itu adalah imajinasi mereka saja, semacam khayalan
bawah tanah, mereka berbalik dan terus berjalan. Lorong merata sejauh kira-kira lima ratus meter, membawa mereka ke
dalam jalur lurus melewati batu polos sebelum secara bertahap
jalur itu menanjak. Awalnya landai, tetapi kemudian semakin
curam, mendesak ke permukaan. Mereka menempuh sekitar
beberapa ratus meter"lorong dan anak tangga bergabung dan
kini membawa mereka lebih dari satu kilometer ke bawah perut
THE HIDDEN OASIS | 471 Gilf"ketika Flin tiba-tiba berhenti. Sambil menggenggam
lengan Freya, dia mematikan lampu senternya.
"Kau memerhatikan sesuatu?" Suara Flin bergema di sepanjang lorong.
Awalnya Freya tidak merasakan apa-apa, kegelapan menghalangi dirinya. Kemudian, ketika matanya sudah beradaptasi
dengan kegelapan, dia tersadar bahwa di atas dan di depan
mereka ada berkas cahaya pucat, hampir tak terlihat, tidak lebih
daripada retakan vertikal paling tipis dalam kesuraman yang menyelimuti.
"Apa itu?" tanyanya. "Pintu?"
"Ya, bisa jadi pintu yang sempit, atau yang panjang tak berujung," jawab Flin. "Ayo."
Dia kembali menyalakan lampu senter dan mereka berjalan
lagi, kali ini lebih cepat, keduanya ingin segera terbebas dari kegelapan yang menyiksa. Koridor itu mengarah ke atas, dinding
dan plafon tak terasa melebar dan menanjak sehingga jalur
yang pada awalnya terasa sesak bagi mereka ketika berjalan berdampingan berdua, kini terasa lebih lapang karena ruang yang
berlebih. Mereka kemudian berjalan cepat dan kemudian berlari
kecil, bergegas ke depan, mencoba menggapai sinar matahari
dan udara jernih, tak lagi peduli ke mana lorong itu membawa
mereka atau apa ujung dari semua itu, pokoknya mereka ingin
segera keluar. Walaupun koridor itu semakin melebar, dan
langkah kaki mereka semakin cepat, berkas cahaya itu tidak
tampak lebih jelas dan juga tidak tampak lebih dekat. Cahaya itu
hanya diam bergantung pada ujung penglihatan mereka, berkas
abu-abu lemah yang memberi isyarat kepada mereka, sementara
di saat yang sama juga tampak menahan mereka tetap jauh.
"Apa-apan ini?" ujar Flin lirih, semakin mempercepat
langkah. Dia mulai menjauh dari Freya, mengarahkan lampu
senter ke lantai untuk menghindari apa pun yang bisa membuatnya tersandung. Cahaya itu masih tetap jauh, menggoda,
meledek, dan dengan perasaan frustasi, Flin langsung berlari
472 | PAUL SUSSMAN cepat, mengejar garis abu-abu itu seolah dia berharap sampai di
sana tanpa disadari, mencapainya sebelum cahaya itu memudar
kembali. Untuk sesaat lorong bergetar karena hentakan kakinya, kemudian terdengar suara tubrukan dan gedebuk seolah
sesuatu yang lembut jatuh pada sesuatu yang keras. Lampu
senter menggelinding di lantai dengan suara gemerincing logam,
sinar lampunya menyorotkan gumpalan cahaya pada batu. Freya
melambat, berusaha menembus kegelapan.
"Flin?" Erangan. "Kau tak apa-apa?"
Erangan lagi, kemudian, dengan pusing, "Sialan."
Freya meraih Maglite itu, mengangkatnya dan menyorotkannya ke depan. Flin sedang telentang menghadap langit-langit,
berkedip dengan gugup, wajahnya tampak tercengang, seperti
seorang petinju yang telah dijatuhkan oleh pukulan kanan
yang telak. Di balik tubuhnya, alasan dia berlari cepat dan
kemudian mendadak berhenti, lorong itu terhalang sepasang
pintu kayu yang terlihat sangat kokoh. Di antara keduanya ada
sinar matahari setipis rambut, sumber retakan menakutkan yang
mereka lihat tadi di sepanjang lorong di belakang.
"Kau tak apa-apa?" tanya Freya, sambil bergegas mendekati
dan membantunya berdiri. "Tidak sepenuhnya," jawab Flin lirih, sambil merangkul
bahu Freya untuk membantunya bangkit, bersandar pada tubuh
Freya. "Aku berlari dan langsung menubruk benda sialan ini.
Aduh, rasanya seperti dipukul oleh benda?"
Dia tampak bingung melanjutkan kata-katanya. Alih-alih, dia
kemudian berdiri, menyentuhkan tangannya dengan hati-hati
pada keningnya dan mencoba mengutuhkan kembali indranya
yang berantakan. Dia tetap seperti itu selama beberapa saat,
kemudian"masih kelihatan bingung"dia mengambil lampu
senter dari tangan Freya dan menyorotkannya ke pintu.
Bergantung pada engsel perunggu yang melekat di dinding
THE HIDDEN OASIS | 473 lorong, tinggi pintu itu dua kali tinggi Flin, terukir dan terpasang
sempurna"bagian atasnya melengkung menyesuaikan bentuk
dengan lengkung pada langit-langit lorong. Selain segaris sinar
abu-abu tipis yang terapit di antara kedua pintu itu, tidak ada
apa pun yang bisa dilihat di baliknya.
"Kau dengar itu?" tanya Flin.
Ya, Freya memang mendengarnya: suara kicau halus burung
dan, lebih halus lagi, kecipak lembut aliran air. Flin menekankan
wajahnya pada celah, mencoba mengintip dan melihat ke dalam,
tetapi celah itu amat sangat sempit. Dia mundur dan mengarahkan lampu senter ke kunci yang ada di bagian tengah pintu,
memegangnya erat-erat. Tali tipis dengan panjang tertentu telah
dililitkan pada alat itu dan diamankan dengan segel tanah liat
dengan gambar yang tiga hari lalu tidak dikenali Freya, tetapi
kini sangat akrab dengannya. Garis luar obelisk, dengan tanda
sedjet yang melengkung di dalamnya.
"Masih utuh," kata Flin, sambil menyentuh segel. "Apa pun
di balik pintu ini, belum ada seorang pun yang masuk lewat
jalan ini ke dalamnya selama empat ribu tahun."
"Menurutmu inikah oasis itu?"
"Aku tak melihat kemungkinan itu, karena aku terbang di
atas area ini satu jam yang lalu dan tak ada apa-apa di sini. Lagi
pula, kalau ada hal yang telah aku pelajari tentang wehat seshtat,
itu adalah bahwa tidak ada apa pun seperti yang terlihat. Aku
kira ada satu cara untuk mengetahuinya."
Flin merogoh saku belakangnya, mengambil pisau lipat kecil
dan menekankan mata pisaunya pada tali. Untuk sesaat lamanya
dia ragu, tampak enggan merusak ikatan kuno itu, kemudian
mulai memotongnya, membelah tali, dan menariknya.
"Siap?" tanyanya, mendorong gerendel kunci dan meletakkan
tangannya pada pintu kanan.
"Aku selalu siap," kata Freya, sambil bersiap pada pintu kiri.
"Kalau begitu" buka pintu!"
474 | PAUL SUSSMAN Mereka mendorongnya. Pintu terayun ke belakang dengan
suara berbisik lembut dan sinar terang benderang menyambut
mereka. Suara senandung burung dan air mengalir tiba-tiba terdengar semakin keras.
Ketika rombongan helikopter itu mendarat, pintunya membuka
dan mengeluarkan beberapa sosok bersetelan radiasi menutupi
seluruh tubuh. Sambil melangkah lambat dan berat menuju
jalur pintu pada batu karang itu, mereka masuk ke dalamnya
dengan membawa berbagai peralatan elektronik. Kegiatan itu
berlangsung selama beberapa menit sebelum mereka akhirnya
mengirim pesan bahwa semuanya aman melalui pemancar kepada
orang-orang yang masih menunggu di helikopter Chinook. Yang
lain berhamburan keluar ke padang pasir. Sebagian"laki-laki
bersenjata berat dengan kacamata hitam dan jaket kedap udara"
membentuk lingkaran penjagaan di sekitar mulut kawah pasir
itu. Yang lain mulai menurunkan kotak peralatan aluminium,
membawa semuanya ke bawah melewati lubang dan masuk ke
terowongan di dalamnya. Ketika kotak terakhir sudah dibawa,
Girgis dan sejumlah rekannya turun dan menuju pintu. Mereka
berhenti di sampingnya, Girgis menoleh dan menatap sosok yang
terbayang di bibir kawah di atas. Kemudian, Setelah mengangguk
dan melambaikan tangannya, dia berbalik dan kelompok itu
mulai turun ke dalam kegelapan di bawah, si kembar mengawal
di belakang. Dengan tangan tersimpan dalam saku, mereka jelas
tampak tidak tertarik dengan semua urusan ini.
Ketika masih kanak-kanak, Freya dan kakaknya pernah membayangkan bahwa di belakang bulan ada dunia rahasia: tempat
THE HIDDEN OASIS | 475 magis yang murni penuh dengan bunga dan air terjun dan nyanyian burung. Alex pernah menyinggung hal itu dalam surat terakhirnya untuk Freya, meskipun dalam konteks yang berbeda,
dan hal itulah yang seketika terlintas dalam pikirannya saat ini
ketika dia berdiri terpukau menatap pemandangan yang dia
anggap sebagai taman surga itu terhampar di hadapannya.
Mereka kini berada di ujung lembah yang panjang dan
dalam, diapit oleh sejumlah tebing yang menjulang dengan
air terjun bertangga yang tertoreh bagai untaian perak yang
menjuntai. Di sini, di ujungnya yang lebih sempit, lembah
itu memiliki lebar dua puluh meter lebih sedikit. Lembah
yang merentang ke belakang sampai ke Gilf itu, bagaimanapun
juga"sayatan kampak raksasa mencukur batu polos itu"dengan cepat mulai melebar, lantainya naik sedikit, dinding curamnya saling menjauh seperti sepasang bilah gunting yang membuka. Pada ujung terjauhnya, Freya menduga, lembah itu pasti
berukuran empat atau bahkan lima ratus meter dari tepi ke tepi,
walaupun sulit untuk memastikan karena lembah itu terhampar
di kejauhan sana. Berbagai jenis burung terbang dan menukik di
atas; gelegak arus dan saluran air memotong di sana-sini di dasar
ngarai, membasahi pasir dan menumbuhkan kehidupan aneka
tanaman: pepohonan dan semak belukar dan hamparan bunga
berwarna-warni. Bahkan meskipun tebing sudah ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan, rumpun lebat dedaunan masih tumbuh
berkecambah di sepanjang birai dan dari retakan pada batu
seperti ledakan rambut hijau.
"Tak mungkin," gumam Flin, kepalanya menggeleng takjub.
"Aku terbang ke sana-sini dan tidak melihat apa-apa. Hanya
batu dan padang pasir."
Mereka melangkah ke depan menjauhi pintu masuk, tangan
mereka secara naluriah terangkat dan saling berpegangan ketika
mereka melewati dedaunan dan cabang pohon di depan. Perlu
waktu sejenak bagi mata mereka untuk menyesuaikan diri dengan sinar dan bayangan secara bergantian, kemudian mereka
mulai memerhatikan berbagai bentuk di tengah tanaman"leng-
476 | PAUL SUSSMAN kung dan sudut batu berhiasan, bagian dinding, pilar dan
patung-patung sphinx dan sosok raksasa bertubuh manusia dan
kepala hewan. Di sini, sepasang mata batu kosong yang menatap tajam ke arah mereka dari balik jamur yang menutupi
permukaannya, ada kepalan tangan yang sangat mengepal keluar
dari tengah-tengah rumpun pepohonan palem. Di sisi kiri,
reruntuhan jalan menghilang ke dalam semak belukar. Di sisi
kanan, sebaris obelisk berjajar di sepanjang kanopi daun seperti
garis ujung tombak. "Bagaimana mungkin mereka bisa membangun semua ini?"
bisik Freya. "Jauh di sini di tengah kekosongan" Pasti membutuhkan waktu berabad-abad."
"Dan beberapa abad lagi," kata Flin, bergerak maju beberapa
langkah ke tanah terbuka berpasir di depan pintu masuk lorong.
"Ini jauh melampaui apa pun yang dapat aku" maksudku, aku
telah membaca berbagai teks, melihat koleksi foto Schmidt,
tetapi untuk benar-benar?"
Dia tampak tidak dapat menyelesaikan kalimatnya, suaranya menghilang ke dalam keheningan yang melangut dan mencengangkan. Lima menit berlalu, mereka berdua hanya berdiri
memandang, matahari kini semakin tinggi di langit, yang terlihat
aneh karena menurut jam tangan Flin saat itu baru saja pukul
08.09 pagi. Dia mendongak, melindungi matanya dan menggelengkan kepalanya seolah berkata "Tempat ini tidak mengejutkan aku sama sekali." Beberapa menit berlalu, kemudian,
setelah melepaskan tangan Freya, Flin mengangkat lengannya.
"Itu pasti kuilnya," katanya, sambil menunjuk ke kejauhan, ke
arah ujung atas lembah. Di sana terlihat sesuatu seperti pelataran
batu alam besar yang terhampar di atas puncak pepohonan. Di
atasnya berdiri bangunan batu yang padat seperti sarang lebah,
termasuk bangunan yang Freya pikir mungkin adalah gerbang
dalam foto milik Rudi Schmidt.
"Apakah kita akan naik ke atas?" tanya Freya.
Walaupun ekspresi Flin menunjukkan bahwa dia akan de-
THE HIDDEN OASIS | 477 ngan senang hati melakukannya, Flin menggelengkan kepala.
"Kita harus menemukan Antonov itu terlebih dahulu, memeriksa apa yang ada di dalamnya. Kemudian baru kita menjelajahi tempat ini."
Freya menatapnya. "Bukankah kita punya Geiger-counter5 atau semacam itu" Siapa
tahu ada wadah uranium yang rusak akibat kecelakaan itu."
Flin tersenyum. "Apa pun hal yang dapat membuat kita cemas, racun radiasi
tidak ada dalam daftar. Uranium-235 tidak mengandung lebih
banyak racun dibandingkan permukaan meja dapur dari granit.
Aku dapat berendam mandi dengan material itu dan tidak akan
membahayakanku. Walaupun seandainya kau tahu ada toko
alat pendeteksi itu di sekitar sini, aku akan senang kalau bisa
mendapatkan satu unit, hanya untuk menenangkan pikiranmu.
Ayolah." Sambil mengedipkan mata menggoda Freya, Flin membawanya menyeberangi tempat terbuka dan masuk ke dalam areal
pepohonan yang lebat, sebagian besarnya adalah akasia dan
tamaris, walaupun ada juga palem, "g, willow, dan sebuah pohon
sycamore yang menjulang tinggi. Udara terasa hangat, tetapi
tidak terlalu gerah, pekat dengan aroma tumbuhan pewangi
dan melati, ramai dengan berbagai burung dan kupu-kupu dan
capung terbesar dan paling cerah yang pernah dilihat Freya.
Sinar matahari menerobos sela-sela cabang pepohonan seperti
helai-helai kain emas; anak sungai yang berkilau berkelok kian
kemari di antara akar pepohonan, di tempat tertentu alirannya
pelan-pelan menghilang, di tempat lain bergabung bersama
untuk membentuk kolam dengan air jernih yang tepiannya
penuh bunga narcissi oranye dan dihiasi bintik-bintik kuntum
lili air putih dan biru di permukaannya.
Geiger-counter (Pencacah Geiger), atau disebut juga Pencacah Geiger-M"ller:
sebuah alat pengukur radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk
mendeteksi radiasi alpha dan beta.


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

478 | PAUL SUSSMAN "Ini seperti tidak nyata," kata Freya, benar-benar terpesona
pada keindahan surgawi tempat itu. "Kelihatan seperti di negeri
dongeng." Flin menoleh ke sekeliling, ekspresinya campuran antara
kekaguman dan ketidakpercayaan.
"Aku tahu apa yang kau maksud," katanya. "Ada potongan
prasasti di Louvre yang merujuk ke oasis sebagai wehat resut,
oasis impian. Karena kita berada di sini sekarang, maka aku
dapat memahaminya." Mereka terus berjalan, lembah semakin menanjak dan melebar, dinding dan patung dan balok batu bertulisan hieroglif
terlihat di mana-mana. Beberapa terpelihara dengan sempurna,
yang lain retak dan miring dan rubuh oleh desakan akar
pohon dan banjir cahaya yang melanda. Semakin lama mereka
memandang, semakin jelas bagi Flin dan Freya bahwa apa yang,
dari gerbang masuk terowongan, tampak sebagai serakan batu
acak-acakan ternyata tidak acak sama sekali. Jauh dari semua
itu"bangunan batu itu dulunya pasti pernah membentuk lingkungan jalan, jalan besar, bangunan. dan halaman yang teratur
secara arsitektural, pola dasarnya masih bisa diamati di tengah
rimba yang telah menutupinya.
"Ya Tuhan, ini sangat mengagumkan," kata Flin, suaranya
bergetar penuh ketertarikan. "Aku selalu beranggapan bahwa
jika sejumlah teks menjelaskan Zerzura sebagai sebuah kota itu
hanya hiperbola, tetapi ternyata memang begini kenyataannya.
Menghantam semua yang kita tahu tentang teknologi Mesir
kuno." Mereka tiba di padang rumput yang penuh dengan bunga
poppi dan jagung; burung ibis dan bangau putih memamerkan
diri ke sana-kemari, mengaok dan mematuk-matuk tanah.
Pelataran batu yang mereka lihat dari ujung dasar oasis tadi
sudah jauh lebih dekat sekarang walaupun masih dalam jarak
tertentu, menjulang di atas puncak pepohonan seperti panggung
raksasa, gerbang menara besar dalam foto milik Rudi Schmidt
terlihat dengan jelas. Mereka berhenti dan memandanginya,
THE HIDDEN OASIS | 479 kemudian berjalan, mengikuti bentangan lantai marmer yang
tertutup rerumputan yang tergelar di tengah padang rumput,
barisan kembar sphinx dan obelisk yang berselang-seling berjajar
di masing-masing sisi mereka"sejenis arak-arakan, pikir Flin.
Mereka telah menempuh jarak sekitar separuh panjang
padang rumput ketika Freya berhenti dan memegang lengan
Flin. "Di sana," katanya, sambil menujuk ke kanan, ke rumpun
pepohonan palem yang padat di sisi lembah. Terlihat dari atas
dedaunan palem yang melengkung, seperti sirip belakang putih
yang terkoyak, ekor sebuah pesawat, badan pesawatnya sekilas
tampak menyembul di sela-sela pokok pohon di bawah.
"Nah, itu dia," kata Flin.
Jalan berbatu lagi, lebih sempit kalau sama-sama ditumbuhi
tanaman, terbentang tegak lurus dari jalan yang sedang
mereka lalui. Jalan itu tampak mengarah langsung ke rumpun
pepohonan dan mereka berbelok ke sana, melewati serangkaian
kumbang granit raksasa sebelum mencapai pepohonan palem.
Mereka berjalan di sela-sela pepohonan itu dan masuk ke lapangan terbuka kecil yang disoroti sinar matahari. Antonov itu
teronggok di depan mereka: putih, kusam, dan hening mencekam, dihiasi jaringan tanaman merambat dan bugenvil.
Walaupun mengalami kecelakaan ketika mendarat dan kemudian terperosok sejauh seratus meter ke dalam lembah"
goresan akibat pendaratan jungkir-baliknya masih terlihat
jelas pada permukaan batu di atas"pesawat itu anehnya tetap
terpelihara dengan baik. Sayap kanannya telah tercukur sepenuhnya dan tak terlihat lagi, separuh sayap kirinya juga telah hilang
dan baling-baling pada mesinnya yang masih tersisa patah dan
bengkok. Lubang bergerigi menganga di tengah-tengah di
sepanjang bagian bawah badan pesawat seolah pemangsa besar
telah menggigitnya. Pada sisi kanan, tergeletak mendatar pada
perutnya, dan walaupun tergores dan penyok parah, tapi masih
cukup utuh, sirip ekornya muncul melenceng di antara pepohonan, hidungnya melesak ke wajah monumen sphinx.
480 | PAUL SUSSMAN Mereka mengamati keadaan itu, kemudian mendekati bagian
belakang pesawat, berhenti di depan tiga gundukan empat
persegi panjang yang berjajar dalam bayangan ekornya. Pada
masing-masing bagian kepalanya tertancap salib yang dibuat
seadanya. "Schimdt pasti telah mengubur mereka," kata Flin. "Sulit
untuk merasa kasihan kepadanya karena dia menyelundupkan
50 kilogram uranium untuk Saddam Hussein, tetapi meskipun
demikian" Oh, pasti sangat mengerikan."
Freya berdiri di sampingnya, mencoba membayangkan apa
yang telah dilakukan Schimdt: seorang diri, dalam keadaan ketakutan, mungkin juga terluka, menggali lubang kuburan, menarik mayat keluar dari pesawat"
"Berapa lama dia berada di sini, menurutmu?" tanya Freya.
"Hanya sebentar, kelihatannya begitu." Flin mengangguk ke
arah bekas perapian, tanah di sekitarnya dipenuhi kaleng kosong
yang berserakan. "Aku rasa dia menunggu paling sedikit satu
minggu untuk diselamatkan, mungkin lebih lama. Lalu, ketika
tidak ada yang datang menolong, dia memutuskan untuk mencoba berjalan menuju tempat ramai. Walaupun begitu, aku tidak
tahu bagaimana caranya dia bisa keluar dari sini"tentu saja
tidak seperti cara kita masuk tadi."
Mereka memandangi kuburan itu sedikit lebih lama lagi, kemudian berjalan di sepanjang badan pesawat menuju pintu keluar
pesawat di bagian depan. Flin melongokkan kepalanya terlebih
dahulu ke pintu terbuka itu sebelum masuk ke dalamnya dan
membantu Freya naik mengikutinya. Bagian dalamnya suram
dan diperlukan sedikit waktu bagi Freya untuk menyesuaikan
penglihatannya. Saat itu Freya mengeluarkan desah napas ingin
muntah, langsung mengangkat tangan dan menutupi mulutnya.
"Oh, Tuhan. Oh, Tuhan."
Pada tempat duduk ke sepuluh di belakang dari tempat
mereka berdiri, ada seorang laki-laki. Atau lebih tepat disebut
sisa-sisanya. Dia duduk tegak, telah menjadi mumi dengan sem-
THE HIDDEN OASIS | 481 purna karena atmosfer kering padang pasir, kelopak matanya
kosong, kulitnya keriput mengeras dan menghitam, mulutnya
dipenuhi jaring laba-laba dan terbuka lebar seolah sedang bernapas terengah-engah. Tidak jelas mengapa dia ditinggalkan
di sana dan tidak dikubur bersama yang lain. Ketika mereka
mendekat, penyebab hal itu pun terlihat: kekuatan hantaman
telah mendesak keras seluruh tempat duduk di sisi kanan kabin
ke depan dan menabrak tempat duduk lain, membuat tempattempat duduk itu saling bertindihan dan melipat kaki pria itu
tepat ke atas lututnya, membuatnya tertahan kuat di posisinya.
Mayat itu tampak sangat menderita tak tertahankan, tempurung
lututnya terkoyak seakan telah dijepit tang raksasa, walaupun bukan hal itu yang tampaknya telah menewaskannya. Sepertinya kematian pria itu disebabkan oleh kotak logam besar yang berada
di pangkuannya dan gerakan tempat duduk telah mendorong
kotak itu melesak ke dalam perutnya, menghamburkan organ
dalamnya, memadatkan sekat rongga badan menjadi rongga
selebar kurang dari sepuluh sentimeter.
"Menurutmu kejadiannya begitu cepat?" tanya Freya, sambil
menatap dan menjauh. "Semoga saja kau benar," kata Flin. "Demi dirinya sendiri."
Flin berjongkok dan dengan hati-hati meneliti kotak itu.
Masih tertutup aman dan tampak tidak rusak atau tercampuri.
Dia melakukan pencarian cepat dan menemukan tiga kotak yang
mirip di lantai di sela-sela tempat duduk pada sisi berlawanan
gang. Semua masih terkunci dan dalam kondisi baik.
"Semuanya ada," kata Flin. "Dan semuanya tidak dalam
keadaan rusak. Ayo, kita segera keluar. Anak buah Molly akan
segera berada di sini dalam beberapa jam dan mereka bisa
mengurusi semua ini. Kita sudah menyelesaikan bagian kita."
Flin menyentuhkan tangannya pada siku Freya dan dia membalikkan badan, siap untuk kembali ke pintu keluar. Saat itu
tatapannya kembali tertuju ke wajah mayat yang sudah mengering tadi. Hanya sesaat lamanya, tetapi cukup baginya untuk
menangkap adanya gerakan, sesuatu bergeser di dalam salah
482 | PAUL SUSSMAN satu kelopak mata mayat itu, menggeliat. Awalnya Freya hanya
membayangkannya, kemudian, tenggorokannya mengencang
karena jijik. Itu pasti seekor cacing atau belatung. Ketika dia
memaksakan diri untuk melihat lebih dekat lagi dengan penuh
ketakutan, tahulah dia bahwa itu adalah tawon besar: gemuk,
kuning, dan setebal jarinya, merayap keluar dari kepala mayat
dan ke tulang hidungnya. Yang lain mengikuti, dan yang lain
juga, dan kemudian dua lagi, suara desis rendah tiba-tiba keluar
dari dalam tengkorak mayat laki-laki itu.
Hal lain bisa dia atasi. Serangga penyengat dan tawon, bagaimanapun juga, adalah ketakutan terbesarnya, sejak dia masih
kecil, satu-satunya hal yang tidak bisa dia atasi atau kuasai. Freya
pun menjerit, mencoba untuk mundur, tangan dikibas-kibaskannya. Gerakan itu mengejutkan serangga itu. Yang sudah
bermunculan kemudian terbang ke udara secara menakutkan,
dan semakin banyak yang keluar dari sarangnya, mendengung
marah. Seekor dari mereka menempel di rambut Freya, yang lain
menempel di pipinya, menambah kepanikannya, yang akhirnya
menyulut kerumunan tawon lebih hebat lagi.
"Jangan bergerak!" teriak Flin. "Berdiri saja di tempatmu!"
Freya mengabaikannya. Dengan berputar-putar, dia berusaha
keluar, lengannya mengibas. Dia baru separuh jalan sebelum
kakinya tersandung barang-barang yang berserakan dan terjatuh
ke lantai, keadaan itu membuat kerumunan tawon semakin
mengamuk dan hiruk-pikuk.
"Ya ampun, jangan bergerak, diam saja," pekik Flin, sambil
bergegas menuju gang dan menelungkup di atas tubuh Freya,
melindunginya dengan lengan dan tubuhnya. "Semakin kau bergerak, semakin kau membuat mereka marah."
"Aku harus keluar!" dia mengerang, meronta dan menggeliat
di bawah tindihan tubuh Flin. "Kau tak mengerti, aku tak
bisa" aarhg!" Rasa sakit menyengat bagian belakang leher Freya.
"Usir mereka! Tolong, usir mereka!"
THE HIDDEN OASIS | 483 Flin segera meraih pergelangan tangan Freya dan menguncikan kakinya pada kaki Freya seolah mereka sedang bergulat,
pipinya menekan bagian belakang kepala Freya, seluruh beban
tubuhnya mendorong tubuh Freya di bawahnya, menekannya
ke lantai. Dia merasakan satu ekor tawon merayapi bagian dalam
celana panjangnya, yang lain merayap di kelopak matanya, dua
lagi di bibirnya, mimpi paling buruknya menjadi kenyataan,
jauh melebihi mimpi paling buruk yang pernah dialaminya.
Tetapi tidak ada lagi sengatan, dan ketika hampir tidak tahan
lagi kulitnya dirayapi serangga seperti itu, dia berhasil, dengan kemauan sangat keras dan bantuan dari beban tubuh
Flin pada tubuhnya, diam tak bergerak. Begitu keadaannya
selama beberapa saat, tawon-tawon itu mengelilingi mereka
dari berbagai arah"bagaimana mungkin sekian banyak tawon
itu berdesakan di dalam satu tengkorak?"sebelum, sama tak
terduganya seperti kedatangannya, mereka mulai menghilang.
Dengung tak terdengar lagi: serangga di wajah dan kakinya
sudah tak lagi berada di sana. Freya tetap tertelungkup di lantai,
diam, mata dan mulutnya tertutup rapat, takut kalau sedikit saja
gerakan tubuhnya akan mengundang mereka kembali. Flin pasti
memikirkan hal yang sama, karena keadaan itu berlangsung
cukup lama sebelum Freya merasa Flin mengangkat kepalanya
dan melihat ke sekeliling. Kemudian ada jeda, lalu Flin mengangkat tubuhnya.
"Sudah aman," kata Flin, lengannya melingkar pada tubuh
Freya, suaranya tenang dan membuat Freya merasa aman. "Kau
aman. Tidak ada bahaya. Semuanya baik-baik saja sekarang."
Untuk sesaat, hanya sesaat, tampaknya Flin benar. Kemudian,
dari arah luar, terdengar suara rendah tergelak dan jahat.
"Sayang sekali, Profesor Brodie, kau salah. Kau benar-benar
salah. Paling tidak dari sudut pandangmu. Dari sudut pandangku, justru sebaliknya?"
484 | PAUL SUSSMAN Beberapa orang mengendap-endap di balik semak belukar, dua
dari mereka, bergerak cepat, menempel di sisi lembah. Setiap
lima puluh meter atau lebih mereka berhenti dan berjongkok
di balik pohon, semak, dinding atau patung apa pun yang ada,
berhenti sejenak untuk mendengar dan mengatur napas mereka
sebelum mengendap-endap lagi. Jubah cokelat mereka menyatu
sempurna dengan keadaan di sekitarnya sehingga burung pun
tampak hampir tak menyadari keberadaan mereka, satu-satunya
hal yang tak sesuai adalah pakaian olahraga Nike putih yang
sesekali tersingkap ketika mereka menyibak djellaba mereka
saat berjalan di bebatuan dan melompati arus sungai. Mereka
tidak saling berbicara, tetapi berkomunikasi dengan gerakan
tangan dan siulan, dan tampaknya tahu pasti ke mana mereka
menuju, terus menelusuri oasis sampai mereka mencapai pertengahan jalan, di mana mereka kemudian membelok tajam ke
arah pusat lembah itu. Mereka semakin berhati-hati sekarang,
bergerak dari satu tempat berlindung ke tempat berlindung lain,
mengamati sejenak sebelum kembali melintasi lanskap. Mereka
sampai di pohon palem raksasa dan salah satu dari mereka dengan ringan memanjat pohon itu, terhalangi dedaunan yang
rimbun pada mahkotanya. Yang lain bergerak sedikit lebih jauh
sebelum merunduk di balik cabang granit yang besar. Mereka
melongokkan kepala dan saling mengangguk, sambil mengangkat senjata mereka. Kemudian, ketika sekelompok laki-laki
muncul di bawah, bergerak di antara pepohonan menuju ke
arah mereka, mereka menunduk dan menghilang. Seolah tak
pernah ada. Untuk sesaat, Flin dan Freya sama-sama terpaku, terlalu terkejut
untuk bergerak. Kemudian, bersama-sama, mereka merunduk
di belakang tempat duduk, mengintip ke luar melalui jendela
terdekat. Tidak ada pepohonan yang menghalangi dan mereka
THE HIDDEN OASIS | 485 bisa melihat dengan jelas Romani Girgis sedang berdiri di luar,
berpakaian necis dan tersenyum menyeringai. Dia diapit oleh si
kembar berambut cokelat oranye bersetelan Armani dan kemeja
sepak bola El-Ahly merah dan putih, dan dua pria lain"yang
satu tinggi dan berjanggut, yang satu lagi berperawakan tinggi
besar dan gemuk, dengan sebatang rokok terselip di giginya dan
kumis rimbun bernoda nikotin. Tampaknya ada beberapa orang
lain yang bergerak di latar belakang, walaupun Flin dan Freya
tidak bisa melihat dengan pasti berapa banyak jumlah mereka
dan apa yang sedang mereka lakukan.
"Bagaimana mereka bisa menemukan tempat ini?" bisik
Freya. "Hanya Tuhan yang tahu," kata Flin, berusaha memandang
dengan lebih baik apa yang sedang terjadi di luar. "Mungkin
mereka sudah menempatkan orang di sini untuk mengawasi
batu karang, mungkin mereka telah mengirim orang ke sini
tepat setelah Angleton melihat kita terbang" aku benar-benar
tidak tahu." "Apa yang harus kita lakukan?"
"Keluarlah kalian," terdengar suara Girgis seolah menjawab
pertanyaan Freya, walaupun sangat mungkin dia tidak mendengarnya. "Dan angkat tangan kalian agar tetap terlihat."
"Sialan," Flin mendengus.
Dia melihat ke sekeliling dengan panik, matanya bergerak ke
sana-kemari melihat bagian dalam kabin sebelum berhenti pada
mayat yang seperti mumi itu. Mayat itu masih tertutup kain


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

utuh, kemeja dan jaketnya tampak sangat kontras dengan tubuhnya yang menciut dan menghitam di baliknya. Ada moncong
pistol yang menyembul dari balik jaket itu. Setelah merayap
mendekatinya, Flin menarik pistol itu dari sarungnya, membuka
magasin dan memeriksa mekanismenya. Sungguh luar biasa,
pistol itu masih bisa berfungsi dengan baik.
"Keluarlah kalian," suara Girgis lagi. "Tidak ada lagi yang
bisa kalian lakukan, jadi kenapa masih main-main?"
486 | PAUL SUSSMAN "Bisakah kita bertahan?" tanya Freya. "Sampai orang-orangnya Molly tiba di sini?"
"Dua jam dengan sebuah pistol Glock dan lima belas peluru?"
Flin mendengus sinis. "Tak ada harapan. Kita tidak sedang
beraksi dalam "lm Hollywood."
"Jadi bagaimana" Apa yang akan kita lakukan?"
Flin menggelengkan kepalanya tak berdaya, matanya sekali
lagi mengamati seluruh bagian dalam Antonov. Matanya tertumpu pada tiga kotak logam yang tergeletak di antara beberapa
tempat duduk di belakangnya. Flin ragu, kemudian, setelah
meletakkan senjata di lantai, dia memiringkan tubuhnya, meraih pegangan kotak terdekat dan menariknya, berusaha keras
mengatasi berat kotak itu.
"Apa yang akan kau lakukan?"
Flin mengabaikan pertanyaan Freya, meraba kunci kembar
kotak itu, mencoba, namun gagal membukanya.
"Apa yang kau lakukan?"
Flin masih belum menjawab. Alih-alih, setelah meraih
kembali Glock-nya, dia menyorongkan badannya ke belakang,
melindungi Freya dengan satu lengannya dan meletuskan dua
tembakan, merusak kunci kotak itu. Dia meletakkan senjata
di sampingnya lagi dan menarik penutup kotak. Di dalamnya,
tersimpan rapat dalam ganjalan busa, ada benda yang terlihat
seperti dua pengocok koktil perak. Flin menarik satu pengocok
dan, sambil memegangnya dengan kedua tangannya untuk menahan beratnya, bangkit berdiri.
"Profesor Brodie?" suara Girgis bergema lagi dari luar, terdengar lebih menggoda daripada mengancam. "Katakan bahwa
kau belum menembak dirimu sendiri. Aku membawa orangorangku di sini yang akan sangat kecewa kalau mereka ditolak
untuk mendapatkan kesempatan?"
Flin menyorongkan tubuhnya melewati beberapa kursi dan
menghantamkan pengocok itu dengan kuat ke jendela, membuat
suara gedebum keras, memotong kalimat pria Mesir itu.
THE HIDDEN OASIS | 487 "Kau lihat ini, Girgis?" teriaknya, sambil menghantamkannya
lagi, menarik perhatian mereka yang berada di luar, memastikan
mereka bisa melihat apa yang dia pegang. "Ini wadah kaleng
uranium berkadar tinggi. Uranium berkadar tinggi milikmu.
Kalau kau melangkah maju, aku akan membuka dan menaburkannya sampai habis di dalam kabin ini. Begitu juga dengan wadah
kaleng yang lain. Kau dengar" Bergerak satu senti saja, aku akan
mengubah tempat ini menjadi oven radioaktif!"
Freya mendekat di belakangnya, jemarinya menyentuh bahu
Flin. "Aku kira kau tadi bilang uranium itu tidak berbahaya!"
desisnya. "Memang tidak," jawabnya, dengan suara tetap rendah.
"Tapi aku memperkirakan Girgis tak mengetahui hal itu"dia
pengusaha, bukan ahli "sika. Dan bahkan jika dia tahu pun,
orang-orangnya mungkin tidak tahu. Paling tidak hal ini membuat mereka berpikir dua kali sebelum masuk ke sini dan meledakkan kepala kita."
Dia menghantam jendela kembali, benar-benar memukul
Perspex-nya, kemudian memegang penutupnya dan memutarnya,
melebih-lebihkan gerakannya sehingga terdengar jelas apa yang
sedang dilakukannya. "Kau lihat, Girgis" Mau lihat uranium itu" Ingin tahu seperti
apa baunya" Karena, demi Tuhan, kau akan melihatnya jika
kau tak mau mundur! Ayo, silakan maju, mendekatlah ke pertunjukan beracun radioaktif ini!"
Dia memutar penutupnya lagi, dan lagi, dan lagi, sambil
menunggu reaksi dari luar. Tidak ada yang mendekat. Girgis
dan orang-orangnya hanya berdiri di sana, ekspresinya setengah
terpana, setengah melongo. Hening sejenak, kicau riang burung
memberikan latar belakang melodik yang tidak cocok dengan
keadaan itu, kemudian, secara tiba-tiba, ada suara tawa. Bukan
dari Girgis, tetapi dari pepohonan di belakangnya. Suara feminin
yang lembut dan samar. 488 | PAUL SUSSMAN "Profesor Brodie, kau benar-benar lucu! Letakkan saja wadah
itu sekarang dan keluar, lalu kita bisa membicarakan masalah
ini. Kita semua teman di sini."
Kairo IBRAHIM KEMAL berusia tujuh puluh tiga tahun, dan selama
enam puluh lima tahun dari usia itu dia telah memancing dengan cara yang sama di sepanjang sungai Nil di utara Kairo.
Dan selama enam puluh lima tahun itu dia tidak pernah mendapatkan ikan sebesar yang dia rasakan sedang menarik-narik
ujung kailnya saat ini. "Benda apa itu?" tanya cucunya, lengan memeluk pinggang
laki-laki tua itu untuk menyokong tubuhnya dari perahu yang
bergoyang. "Ikan lele" Ikan merah?"
"Mungkin malah ikan paus," kata laki-laki tua itu sambil
mengernyit ketika tali pancingnya menyayat telapak tangannya
(seutas nilon dengan pengait di ujungnya, itu saja yang dia
gunakan, tidak ada yang canggih seperti alat pancing lengkap).
"Aku berhasil mengail ikan merah seberat 150 pon ketika aku
seusiamu dan tidak seberat yang satu ini. Seekor paus aku kira,
seekor paus!" Dia mengulur tali kail lagi, memberikan ikan itu sedikit kelonggaran, membiarkannya menggelepar, kemudian menariknya
lagi. Perahu kayu sederhana milik mereka itu bergerak-gerak
hebat, gelombang kecil air sungai memercik di sekitar bibir
perahu. "Mungkin seharusnya kita lepaskan saja," kata si cucu. "Ikan
itu bisa memjungkirbalikkan perahu kita."
"Dia bahkan bisa menenggelamkan kita ke dasar sungai dan
aku tak peduli!" kata Ibrahim, sambil menarik kail, terus menerus, mata melotot tegang. "Aku tidak pernah luput menangkap
THE HIDDEN OASIS | 489 ikan seekor pun dan aku tak ingin gagal juga sekarang."
Sekali lagi dia mengendurkan tali kailnya, sejenak membiarkan musuhnya sedikit longgar, menariknya lagi, membuat
perahu semakin bergoyang hebat, diperhebat lagi oleh arus yang
berputar-putar dan gelombang bergelembung dari kapal pesiar
Nil yang sedang berlayar di sisi yang berlawanan.
"Ayolah, cantik," bujuk Ibrahim. "Ayo. Jangan nakal begitu."
Kail agak lebih enteng sekarang"apakah karena buruannya
itu sudah menyerah atau sedang mengecohnya, Ibrahim tak
tahu pasti. Dia menggulung tali kailnya, berhenti sejenak untuk
menarik napas dan menyesuaikan posisi tubuhnya, menarik lagi,
menggoda monster itu dari kedalaman, menariknya perlahan ke
arah permukaan sungai sampai si cucu berteriak dan menunjuk.
"Itu dia! Nah, itu dia! Ya Tuhan, besar sekali."
Di sisi kiri, di antara mereka dan sekumpulan rumput laut
sungai Nil yang bergoyang di bawah permukaan air, garis luar
ikan itu muncul tepat di bawah permukaan, walaupun tidak
seperti ikan yang pernah mereka lihat sebelumnya"bulat dan
pucat dan kaku membeku. Ibrahim terus menariknya, lebih
perlahan sekarang, tatapan bertanya-tanya terlihat di wajahnya.
Cucunya melepaskan pegangan di pinggangnya dan menyorongkan tubuhnya ke sisi perahu, mendaratkan jaring dengan satu
tangannya dan alat pengait di tangan yang lain, siap menarik
ikan itu begitu ia mendekat. Saat itu gelombang menerpa keras
makhluk itu, mendorongnya semakin dekat ke arah mereka dan
membaliknya, membuat bagian perutnya menghadap ke atas
sehingga untuk pertama kalinya mereka bisa melihat dengan
jelas apa yang telah mereka tangkap. Itu bukan ikan lele, atau
ikan merah sungai Nil, atau bahkan paus, tetapi seorang lakilaki. Sangat gemuk, mengenakan dasi kupu-kupu dan jaket
berwarna krem yang menggelembung dan berayun naik turun
karena gelombang air sungai. Sebuah lubang peluru yang bulat
sempurna menembus bagian tengah keningnya.
Mayat itu berayun ke satu sisi perahu dan menubruknya,
490 | PAUL SUSSMAN menatap ke arah mereka dengan mata mati tak melihat. Ibrahim
membalas tatapan mata mayat itu, menggelengkan kepalanya.
"Aku rasa kita tidak bisa menjual tangkapan yang satu ini di
pasar ikan," katanya lirih.
Di dalam Oasis "MOLLY! Aku benar-benar tak percaya!"
Untuk sesaat Flin masih terus memerhatikan lewat jendela,
tertegun, merasa telinganya telah menipunya. Kemudian, setelah
yakin bahwa yang dilihatnya itu benar-benar Kiernan yang tadi
berbicara, dia mengembalikan wadah itu ke kotaknya dan,
sambil mengajak Freya untuk mengikuti, bergegas keluar dari
kabin menuju pintu keluar.
"Bagaimana kau bisa tiba di tempat ini begitu cepat?"
pekiknya, melompat ke luar dan membalikkan tubuh untuk
menolong Freya. "Aku pikir kau akan tiba paling sedikit dua jam
lagi. Katakan tentang pasukan yang tiba tepat waktu ini."
Flin begitu bersemangat, dan gugup. Setelah membantu
Freya turun ke tanah, dia berbalik ke Kiernan, senyum lebar
tampak di wajahnya. "Jujur saja, Molly, aku tak percaya. Maksudku aku tahu kau
berada di puncak permainan ini, tetapi meskipun begitu"aku
baru mengaktifkan pemancar itu sembilan puluh menit lalu.
Jadi rasanya tak mungkin kau tiba di sini begitu cepat, tak
mungkin. Ini" ini?"
Suaranya terputus-putus dan akhirnya hilang, senyumnya
membeku dan kemudian sirna karena untuk pertama kalinya dia
benar-benar terpaku pada adegan di depannya: Molly Kiernan,
dengan walkie-talkie hitam dalam genggaman tangannya, berdiri
berdampingan dengan Romani Girgis. Keduanya tampak santai
dan tersenyum, tak satu pun dari mereka terlihat tidak nyaman
THE HIDDEN OASIS | 491 sedikit pun atas kehadiran yang lain. Cukup aneh. Mereka
terlihat, kalau bukan seperti teman karib, tidak bermusuhan.
Rekan bisnis, itulah kesan yang ditangkap Freya"teman bisnis
lama yang, jika sikap puas diri mereka bisa diabaikan, baru saja
menutup kesepakatan besar dan sangat menguntungkan.
"Molly?" Nada suara Flin tiba-tiba tak yakin, mata beralih dari
Kiernan ke Girgis dan melewati mereka berdua ke pepohonan
di belakang, di mana dia bisa melihat beberapa orang bergerak
di kejauhan, menggotong sesuatu yang tampaknya seperti peti
aluminium besar. "Apa yang terjadi, Molly?"
Senyum Kiernan melebar. "Apa yang terjadi, Flin, adalah bahwa aku berterima kasih
kepada kalian berdua?"
Dia mengangguk kecil kepada Freya.
?"kita akhirnya menemukan Oasis Tersembunyi ini. Tujuan
Sand"re sudah tercapai, proyek ini bisa ditutup, dunia sudah
menjadi tempat yang lebih aman. Tersenyumlah, kalian adalah
pahlawan!" Dia mengangkat walkie-talkie-nya dan menekankan jarinya
pada benda itu seolah sedang membuat foto sebelum melangkah
maju dan menepuk bahu keduanya.
"Dan untuk menjawab pertanyaan kalian sebelumnya,"
lanjutnya, sambil menyelip di antara keduanya, naik ke dalam
Antonov dan menyenderkan kepalanya ke pintu, "kami punya pelacak satelit pada microlight itu, kami menguntit di
belakangmu begitu kau tinggal landas. Unit pengawas terus
memerhatikan kalian sepanjang malam, kami berkemah sekitar
empat puluh kilometer darimu, itulah sebabnya kami bisa tiba
di sini dengan cepat. Oh, Tuhan!"
Matanya baru saja melihat mayat seperti mumi di dalam,
wajah wanita itu berkerut mual. Di belakangnya, Flin masih
492 | PAUL SUSSMAN mencoba menangkap esensi situasi itu.
"Apakah aku melewatkan sesuatu di sini?" tanya Flin.
"Hmm?" Kiernan menarik kepalanya dan menoleh ke arahnya.
"Apakah aku melewatkan sesuatu, Molly" Siapa sebenarnya
"kami" itu?"
"Aku rasa sudah sangat jelas."
"Tidak, tidak jelas," sergah Flin, nada suaranya meninggi.
"Tidak jelas sama sekali. Jadi kenapa kau tidak menjelaskannya
saja kepada kami" Siapa "kami" itu?"
"Aku dan Romani, tentu saja."
Suaranya terdengar seperti orangtua yang sedang menjelaskan
sesuatu kepada seorang anak bodoh.
"Kau bekerja untuk Girgis?"
Mata Flin membelalak, tak percaya.
"Ya, supaya seimbang, aku akan mengatakan bahwa tepatnya
Girgislah yang bekerja untuk kita, walaupun seperti hubungan
apa pun yang telah berjalan bertahun-tahun?"
"Selama bertahun-tahun! Apa yang sedang kau katakan,
Molly" Berapa lama hal ini sudah berlangsung?"
"Kau mau tahu tanggal persisnya?"
Seluruh tubuh Flin menegang, lengannya meluncur, jarinya
menepuk keras Kiernan. "Jangan bikin aku marah, Molly. Pengedar narkoba sialan
ini sudah menggorok leher sahabatku, hampir membunuh kami
berdua?" Dia menggerakkan tangannya ke arah Freya.
"Aku sedang tak berselera untuk main-main. Aku ingin tahu
apa yang sedang terjadi dan berapa lama ini sudah berlangsung,
dan aku ingin tahu saat ini juga. Kau dengar?"
Mulut Kiernan menegang, seolah dia tidak biasa berbicara
dengan cara seperti ini dan tidak menanggapinya. Dia menatap
THE HIDDEN OASIS | 493 Flin, matanya seperti baja, kemudian, sambil mengangguk,
merapikan pakaiannya dan duduk kembali di pintu pesawat, dengan lengan terlipat.
"Romani Girgis sudah bekerja untuk kita sejak 1986. April
1986, tepatnya, yaitu ketika kita mendekatinya dengan tujuan
untuk memperoleh sejumlah material yang bisa membelah seperti
atom untuk membantu sekutu kita Irak dalam peperangan melawan Iran."
Flin memandang Freya, kemudian menengok ke arah Girgis
di belakangnya"sedang tersenyum puas di sisi lain pelataran
terbuka itu"dan kemudian kembali ke Kiernan.
"Pemerintahmu berada di balik semua ini?" Suara Flin terdengar ragu dan tak percaya. "Jadi pemerintahmu yang akan
memberikan bom kepada Saddam?"
Mulut Kiernan mengencang lagi, mengeluarkan bunyi sesuatu seperti geraman pendek.
"Aku berharap seperti itulah keadaannya," jawab Kiernan.
"Sayangnya tidak seperti itu. Kita senang mendanai pasukan
Irak, memberinya layanan intelijen, persenjataan, bahkan para
agen ahli kimia, tetapi ketika harus memberikan mereka perlengkapan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
ini"untuk menghabisi Khomeini dan pasukan gila pengusung
Qur"an itu"Reagen menekannya. Lebih buruk daripada sekadar menekannya"separuh dari pemerintahannya memasok


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persenjataan untuk Iran."
Kiernan menggeleng kepala dengan muak. Jeda sejenak, kemudian:
"Itulah kenapa kelompok kami memutuskan bahwa kami
harus segera campur tangan dan mengambil alih kendali atas
situasi ini. Demi kebaikan Amerika. Untuk kebaikan seluruh
dunia bebas." "Kelompokmu?" pikiran Flin mendesing, mencoba memahami semua itu. "Kelompok siapa" CIA?"
Molly mengibaskan tangan, mengabaikan pertanyaan itu.
494 | PAUL SUSSMAN "Aku tidak akan bicara soal itu. Sejumlah individu yang
memiliki pikiran dan minat yang sama dari kalangan militer,
Pentagon, Intelijen"itu saja yang perlu kau tahu. Para patriot.
Orang-orang yang realistis. Orang-orang yang mengenali kejahatan ketika melihatnya, dan mereka melihatnya dengan jelas
dan gamblang dalam bentuk Republik Islam Iran."
Flin memutar bola matanya tanda tak percaya.
"Dan kelompok realis berpandangan sama ini memutuskan
bahwa cara terbaik untuk memastikan stabilitas di kawasan
Teluk adalah dengan menjatuhkan bom di atas Teheran?"
"Tepat sekali," jawab Kiernan, tanpa memerhatikan dan
memilih untuk mengabaikan kekasaran Flin. "Dan dengan
apa yang terjadi terhadap Ahmadinejad untuk saat ini aku rasa
telah terbukti bahwa kita benar sejauh yang mungkin kita mencapainya. Mereka semua itu ular. Ular dan kalajengking."
Kiernan mengangguk seolah menekankan penilaian itu.
Setelah meluruskan lengannya kembali, dia merapikan pakaiannya lagi, matanya tak pernah lepas dari Flin. Tampang pria
Inggris itu sama bingung dan terkecohnya dengan ketika dia
menabrak pintu kayu di lorong sebelumnya, mulutnya membuka dan menutup seolah dia punya seratus satu pertanyaan
untuk diajukan dan tidak tahu pasti harus mulai dari mana. Di
sampingnya, Freya berdiri membisu dan tanpa ekspresi, lebih
tak percaya lagi apa yang sedang terjadi dibandingkan Flin,
rasa perih sengatan tawon di lehernya hampir tak dapat dilupakannya.
"Apa urusannya semua ini dengan Girgis?" akhirnya Flin bertanya, sambil berusaha keras mengendalikan suaranya. "Kalau
kau punya orang-orang dari kalangan militer, pemerintah"
kenapa tidak memberi Saddam beberapa hulu peledak milik
kalian sendiri" Kalian "kan tidak sedang kekurangan benda itu
untuk bisa bermain-main."
"Oh, ayolah!" Kiernan menggelengkan kepalanya, nada suaranya lagi-lagi seperti orangtua yang kesal menghadapi kebodohan
THE HIDDEN OASIS | 495 anaknya sendiri. "Kita memang punya pengaruh, tetapi tidak
cukup besar untuk itu"ini bukan seperti mengisi lembar
permintaan atau semacam itu: "Maaf, Pak Jurumudi, bisakah
kau menyisihkan dua bom nuklir, aku akan mengambilnya
nanti sore." Semua ini sudah begitu mendesak, harus mencari
jalan keluar di luar saluran normal. Tentu saja kita melakukan
kesepakatan, menyediakan intelijen, punya andil dalam hal
keuangan dengan Saddam, tetapi kita berada jauh di belakang
layar, bahkan mungkin kita berada di teater yang berbeda.
Dalam hal manajemen harian, itu hampir semuanya pertunjukan
Romani." "Tetapi kaulah yang mengendalikan," kata Flin.
"Boleh dibilang begitu," Kiernan mengakui.
Flin menggelengkan kepalanya dan menyisirkan tangan ke
rambutnya. Wajahnya tampak bingung menentukan apakah
akan mengekspresikan ketidakpercayaan, marah, terkejut, atau
tersenyum pahit. "Semua omong kosong tentang menelusuri jejak Girgis, menahan pesawat?"
"Tepatnya kitalah yang menelusuri jejak dia," kata Kiernan.
"Tidak dengan alasan yang sama dengan yang aku berikan
kepadamu." Flin menggeleng lagi. "Dan ketika semuanya berantakan begini?" tanya Flin, sambil
menunjukkan ibu jarinya ke bangkai Antonov.
Kiernan mengangkat bahu. "Jadi, sudah jelas bahwa kita harus melakukan beberapa
siasat tertentu, mengubur semua keterlibatan kita"kita tentu
tidak akan pergi ke mana-mana sambil berkata "Maaf, saudarasaudara, kami kehilangan 50 kilogram uranium dalam proses
penyelundupannya untuk Saddam Hussein." Demi segala
maksud dan tujuan, narasinya sangat mirip dengan apa yang aku
ceritakan malam itu. Kita terus mencari dari sisi kita, Romani
dari sisinya, satu-satunya perbedaan nyata adalah kedua sisi
496 | PAUL SUSSMAN ini sebenarnya bekerja menuju ujung yang sama, kalau kau
mengerti maksudku. Karena situasinya sangat rumit, aku rasa
kita telah melakukan pekerjaan ini dengan cukup baik."
"Oh, Tuhan. Dan kau anggap Khomeini orang gila."
Untuk sesaat Kiernan tidak menanggapi hal itu, matanya
menatap Flin dengan tajam, rahangnya mengencang, bulu
kuduk berdiri. Kemudian, sambil beranjak dari jalur pintu dan
memindahkan walkie-talkie ke tangan kiri, dia berjalan dan
menampar keras wajah Flin.
"Beraninya kau menyebut nama Tuhan dengan sia-sia," dia
menyembur, wajahnya berubah ungu, mulutnya siap menyemburkan amarah. "Dan jangan pernah kau berani menilai aku.
Kau tidak punya konsep, tidak punya konsep apa pun tentang
betapa jahat dan berbahayanya orang-orang ini. Tolonglah Pak,
tolonglah Pak?" Dia mengangkat tangannya, meledek Flin dengan gaya
seorang murid lugu yang sedang mencoba menarik perhatian
seorang guru, suaranya mengalir menjadi parodi fantasi seorang
gadis kecil, pura-pura, naif, dan nyaring.
?"Aku ingin seluruh dunia ini menjadi tempat yang indah
dan setiap orang saling bersahabat dan tidak ada orang yang
melakukan kerusakan. Cobalah hidup di dunia nyata, keparat!"
Dia menjatuhkan lengannya, tetes ludah berkumpul di sudut
bibirnya; ada sesuatu yang liar dalam cara matanya menatap
Flin. "Kau pikir Saddam jahat" Dengarkan aku, dia itu orang suci
dibandingkan mereka dari golongan fanatik Shiah bodoh yang
menjalankan pemerintahan di Iran. Kau lupa pengepungan di
Kedutaan Besar di Teheran" Pengeboman di Kedutaan Besar
di Beirut" Pengeboman di barak Beirut" Suamiku mati dalam
serangan itu, Charlie-ku, dan Iran berada di balik kejadian
itu, sama seperti mereka berada di belakang separuh kelompok
teroris di seluruh wilayah itu: Hisbullah, Hamas, Jihad Islam?"
Ketika menyebutkan masing-masing nama itu, dia meng-
THE HIDDEN OASIS | 497 acung-acungkan jarinya di depan wajah Flin.
"Mereka adalah salah satu rezim setan yang paling
berbahaya, sering meracuni wajah planet ini, dan pada pertengahan 1980-an, ketika kau masih anak sekolah yang berkutat dengan ilmu peradaban Mesir-mu yang menyedihkan
itu, kami dengan tanggung jawab sedikit lebih besar ini harus
menghadapi kenyataan bahwa anak-anak Cain6 si pembunuh
ini punya peluang paling besar untuk melumpuhkan Irak dan
menjadi kekuatan dominan di seluruh Teluk. Mereka sudah
menguasai Kepulauan Majnoon, Semenanjung Fao, mereka menenggelamkan kapal minyak?"
Kiernan menjentikkan jarinya di depan wajah Flin, menekankan hal penting yang dikatakannya.
"Ini malapetaka, tak terpikirkan, wilayah penghasil minyak
utama milik dunia dikendalikan oleh sekumpulan mullah Zaman
Batu yang gila. Kami harus mengambil tindakan. Dan kami
yang punya cukup nyali memutuskan untuk melakukannya.
Dan biarkan aku mengatakannya kepadamu, jika kami berhasil,
dunia akan menjadi tempat yang lebih aman untuk hidup di
dalamnya daripada keadaan sekarang. Kau boleh pegang katakataku itu: tempat yang lebih aman!"
Dia terdiam, bernapas berat. Dengan mengangkat punggung
pergelangan tangannya, dia menghapus percikan ludah di sudut
bibirnya, matanya masih menatap Flin, yang hanya berdiri diam.
Pipinya memerah di bagian yang ditampar Molly. Hening cukup
lama, hanya diisi oleh cericit suara burung dan sesekali tarikan
napas rekan Girgis yang tinggi besar yang sedang mengisap
rokok. Kemudian, sambil menyentuh salib di lehernya, Kiernan
menjauh dari Flin dan duduk kembali di pintu Antonov.
"Aku minta maaf atas apa yang telah kau lalui selama be6
Cain dan Abel adalah anak-anak Adam dan Hawa yang lahir setelah manusia
dibuang ke bumi oleh Tuhan. Penyebabnya adalah karena Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan untuk tidak memakan apel. Cain membunuh saudaranya sendiri, Abel, karena cemburu, dan dia pun diasingkan oleh Tuhan.
498 | PAUL SUSSMAN berapa hari terakhir ini," katanya, sambil merapikan roknya
lagi seakan sedang menenangkan dirinya, nada suaranya lebih
lembut sekarang, menenangkan. "Untuk yang telah kalian alami
berdua." Kali ini sambil melirik sekilas ke arah Freya, yang membalas
tatapannya, tak berkedip dan wajah dingin.
"Aku minta maaf telah memperalatmu, Flin, selama sepuluh
tahun terakhir. Seperti juga aku telah memanfaatkan banyak
orang. Aku tahu latar belakangmu, apa yang terjadi dengan
gadis kecil itu di Baghdad. Aku tahu kau akan mengambil setiap
kesempatan untuk mengembalikan kepercayaan dirimu, akan
melakukan apa pun yang diminta darimu. Aku memanfaatkan
hal itu dan aku tak bangga karenanya, tetapi risikonya terlalu
tinggi untuk membiarkan pertimbangan pribadi turut campur
di dalamnya. Aku melakukan apa yang harus aku lakukan.
Untuk kebaikan yang lebih besar."
"Kaulah yang memberi tahu, bukan?" kata Flin, lebih terdengar lelah daripada marah. "Mengatakan kepadanya di mana
kami berada" Di universitas, di museum."
"Seperti yang aku bilang, aku melakukan apa yang harus kulakukan."
"Tetapi kau meminta kami untuk terbang ke luar Mesir. Di
apartemen itu"akulah yang memaksa untuk tetap berada di
sini." "Oh, ayolah Flin! Sand"re adalah segalanya bagimu, kesempatan besar bagimu untuk mengembalikan kehidupanmu ke
jalurnya lagi! Tak perlu seorang psikolog untuk menyimpulkan
bahwa jika ada tempat berhenti yang belum kau singgahi, batu
yang belum kau temukan, pasti kau akan tetap melakukannya
walaupun aku mengancam untuk menerbangkanmu ke Inggris
dengan pesawat pertama. Dan menurutku, kau cukup berhasil."
Kiernan mengangkat tangannya, menunjuk oasis di sekitar
mereka. Flin mendesah dan berbalik, menatap ke arah Girgis dan
orang-orang terlebih dahulu, dan kemudian ke arah beberapa
THE HIDDEN OASIS | 499 orang yang bergerak di kejauhan di balik semak-semak. Dia melihat sekilas kotak peralatan, senjata, pasukan berpakaian anti
radiasi, yang dalam lingkungan itu dianggapnya berlebihan. Dia
tidak memikirkannya, otaknya terlalu terpaku pada semua hal
yang baru didengarnya. "Bagaimana dengan Angleton?" tanyanya, setelah berbalik
kembali menghadap Kiernan. "Dugaanku, dia adalah penghubungmu dengan Girgis" Melakukan semua hal ke sana-kemari
sementara kau menjadi dalang, memainkan boneka di balik
layar." Kiernan menatapnya, matanya mengecil. Untuk sesaat lamanya dia diam, kemudian, tiba-tiba, tanpa diperkirakan, dia tertawa lebar.
"Tuhan memberkatimu, Flin, tetapi komentar seperti itulah yang meyakinkan aku bahwa kau adalah ahli peradaban
Mesir yang baik, tetapi kau tidak tahu apa-apa tentang dunia
intelijen." Tawanya masih berlanjut. Setelah menarik kertas tisu dari
saku roknya, dia menyeka matanya.
"Cyrus Angleton tidak ada urusannya denganku, dengan
Romani, dengan Sand"re, dengan apa pun," katanya, menarik
napas, menenangkan diri. "Dia itu dari Urusan Internal CIA."
Mulut Flin terbuka, kemudian menutup kembali.
"Hanya Tuhan yang tahu bagaimana," lanjut Kiernan.
"Karena Sand"re adalah proyek yang tertutup rapat sehingga
serangga keparat pun tidak akan bisa menyelusup ke dalamnya,
tetapi seseorang di suatu tempat di Agensi mencium ada gelagat
yang tidak beres"pembayaran yang tidak wajar, kejadian-kejadian aneh di Mesir?"
Dia melambaikan tangannya.
"Siapa yang tahu apa yang memberi tahu mereka" Angleton
dikirim untuk menyelidiki, otorisasi tingkat tinggi. Orang terbaik
mereka, itu jelas, legenda dalam dunia penyelusupan internal.
Sangat canggih. Tidak pernah gagal membongkar kasus."
500 | PAUL SUSSMAN Kiernan tersenyum, menggulung tisunya dan mengembalikannya ke sakunya.
"Sungguh ironis, karena dari perspektifmu dia adalah lakilaki yang baik, sedang mencoba membantumu. Dia menemukan
bahwa Sand"re tidaklah seperti yang terlihat. Bahwa aku tidak
seperti aku yang terlihat. Dia berusaha menghadangmu di
Dakhla untuk memperingatkanmu, membawa kalian berdua
ke tempat yang aman. Ya, dia sudah sampai di dasar persoalan.
Masih di sana, aku rasa. Tepat di dasarnya."
Kiernan memandang Girgis dan pria Mesir itu tertawa kecil,
keduanya berbagi lelucon akrab yang tidak diketahui artinya
oleh Flin maupun Freya. "Ayolah," kata Kiernan. "Kau harus mengakui bahwa ini
lucu." "Lucu sekali," desis Flin pahit, sambil melempar pandangan
ke belakang ke pepohonan. Hanya beberapa orang yang kini
masih terlihat, sisanya sudah naik ke lembah, dan dia menduga
mereka bersiap membuat lingkaran penjagaan di sekitar pesawat,
walaupun seperti sebelumnya benaknya terlalu sibuk memikirkan
hal-hal lain selain hal itu. Segalanya tentang dia"bahu melorot,
ekspresi suram, mata yang hampa"memperlihatkan tampang
seseorang yang baru saja menyadari bahwa mereka adalah korban
dari lelucon yang sangat tidak menyenangkan.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan dengan ini?" tanya Flin
akhirnya, mengembalikan perhatiannya kepada Kiernan.
Tampaknya Kiernan tidak mengerti apa yang dibicarakan
Flin dan dia terpaksa mengulangi pertanyaan itu.
"Uranium itu," katanya lelah, sambil mengangguk ke pesawat.
"Apa yang akan kau lakukan dengan uranium itu" Mengingat
temanmu si Saddam itu ternyata bukan teman yang baik."
Kiernan mengangkat bahu. "Kami tidak akan melakukan apa pun dengan benda itu."
"Apa maksudmu kau tidak akan melakukan apa pun dengan
THE HIDDEN OASIS | 501 benda itu?" "Ya begitu. Kami akan menginggalkannya di sini."
"Ayolah, Molly, jangan bermain-main lagi."
"Aku tidak sedang bermain-main, Flin. Kami akan meninggalkan peti itu semua persis di tempatnya masing-masing, kami
tidak akan menyentuhnya."
"Kau sudah menghabiskan dua puluh tiga tahun dan entah
berapa juta dolar yang sudah dihabiskan untuk padang pasir
barat, kau membunuh sahabatku, hampir menghabisi aku dan
Freya, dan sekarang kau telah menemukan apa yang kau cari,
tapi kau malah akan meninggalkannya di sini."
Kiernan mengangguk. "Apa-apaan kau ini?" Suara Flin meledak, tangan mengencang,
gemetar, seluruh kekecewaan dan kebingungan selama sepuluh
menit terakhir itu meledak dari dalam dirinya seperti busa keluar
dari air mancur panas. "Dua puluh tiga tahun dan kau hanya
akan meninggalkannya di sini! Lima puluh kilogram uranium
sialan berkadar tinggi ini dan setelah ini kau akan meninggalkan


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semuanya di sini!" Kiernan menatap Flin, tak terganggu oleh ledakan kemarahannya. Hening sejenak, Kiernan dan Girgis bertukar pandang.
Kemudian: "Tidak ada uranium, Flin."
Suara Kiernan tenang, mencurigakan dan aneh.
"Apa" Apa katamu?"
Flin memegang telinganya, jelas menduga dia telah salah
mendengar. "Tidak ada uranium," ulangnya. "Tidak pernah ada uranium
apa pun." Flin terpaku di tempatnya, memandangnya agak lama, terkejut.
"Leonid Kanunin, orang Rusia yang juga terlibat dalam
kesepakatan itu"dia menipu kami; menerima 50 juta dolar
502 | PAUL SUSSMAN bagiannya dan menyerahkan delapan wadah kaleng penuh bola
peluru. Seseorang di organisasinya memberi tahu kami beberapa
hari setelah pesawat mendarat."
Di belakang mereka, Girgis tergelak lagi.
"Kami menemui Kanunin, membicarakan masalah itu saat
makan malam. Sayangnya, dia tak terlalu menikmati apa yang
disediakan dalam menu itu."
Girgis menggumamkan sesuatu kepada rekannya dan mereka
berdua tertawa lebar. "Aku menghargai perhatianmu, Flin, sungguh," lanjut
Kiernan, "tetapi bahkan jika Al-Qaeda atau kelompok sejenisnya
secara kebetulan menemukan pesawat ini"yang sudah membuat kita kerepotan menemukannya, aku rasa sangat tidak
mungkin"yah?" Kiernan tersenyum. "Aku tidak bisa membayangkan kekuatan mesin perang
militer Amerika akan dibuat repot oleh seseorang yang meluncurkan setumpuk bola logam kecil kepada mereka."
Wajah Flin pucar pasi dan lengannya terkulai lemah di sisi
tubuhnya. Dia tampak bertambah tua sepuluh tahun dalam
waktu beberapa menit saja.
"Kau tidak percaya?" Kiernan berdiri dan menjulurkan
lengannya ke pintu pesawat. "Lihat saja sendiri."
Flin melakukannya, mendesak dan melewati Kiernan dan
naik ke dalam Antonov. Suara gerakan menggema dari dalam
pesawat sebelum dia muncul kembali dengan sebuah wadah
logam di tangannya. Dia membuka penutupnya dan menjungkirkannya. Bola-bola logam meluncur, jatuh ke pasir di dekat
kakinya dengan bunyi lembut. Wajahnya sangat pucat sehingga
Freya mengira dia akan sakit.
"Tetapi kenapa?" dia bergumam, suaranya bingung dan
gamang. "Aku tak mengerti. Kenapa menghabiskan waktu dua
puluh tiga tahun mencari pengiriman uranium yang bahkan
THE HIDDEN OASIS | 503 tidak ada sama sekali?"
"Tetapi kami belum mulai mencarinya," kata Kiernan, sambil
bergerak melintasi tempat terbuka itu dan mengambil posisi di
sebelah Girgis. "Persoalannya bukan tentang uranium. Sama
sekali bukan tentang uranium."
"Jadi, semua ini tentang apa?"
"Ini tentang Benben, Flin."
Mata Flin membelalak. "Itulah yang kami cari selama ini, sejak kami menerima
panggilan terakhir dari Rudi Schmidt, mengetahui pesawat
jatuh di Oasis Tersembunyi. Uranium tidak lebih dari sekadar
pertunjukan sampingan. Benben-lah yang kami cari. Dan
memang hanya Benben."
Suaranya begitu lembut, hampir menggoda, matanya berbinar.
"Apa kata lempeng tulisan kuno itu" Yang ada di museum
Hermitage. Sebuah senjata dalam bentuk sebuah batu. Dan dengan senjata ini para musuh Mesir di utara dirusak dan di selatan
dirusak dan di timur dan di barat diluluhkan menjadi debu
sehingga raja mereka akan memerintah seluruh negeri dan tidak
akan ada yang berani berdiri menentangnya juga tidak melawannya juga tidak pernah mengalahkannya. Karena di tangannyalah
tongkat kebesaran para dewa."
Kiernan mengangkat walkie-talkie ke atas kepalanya, mengumpamakan benda itu sebagai sebuah senjata. Cemerlang,
penuh kemenangan. "Dengar, Flin, jika benda ini punya separuh kekuatan yang
dihasilkan oleh sumbernya, tidak akan ada pelaku kejahatan di
dunia ini yang akan berani menentang kita. Tidak bangsa Iran,
Rusia, atau Cina. Tidak satu pun orang Afrika atau Amerika
Selatan yang aneh. Tidak seorang pun. Kekuatan mutlak,
keamanan mutlak, tata dunia yang baru. Tatanan yang semestinya. Tatanan Tuhan. Jika kau melihatnya dalam perspektif itu,
maka pencarian selama dua puluh tiga tahun dan komisi sebesar
504 | PAUL SUSSMAN 50 juta dolar tampak murah. Bukan begitu?"
Flin melangkah maju ke depannya, mulutnya membuka ingin
mengatakan sesuatu. Sebelum dia melakukannya, keheningan
itu terpecahkan oleh tawa parau.
"Sebuah batu! Batu sialan itu!"
Akhirnya Freya tak tahan untuk berbicara. Sejak tadi dia
masih tetap diam, berdiri di samping Flin ketika Kiernan menceritakan semua hal itu, sama terkejutnya dengan Flin, sama
marahnya, dan sesekali mengeluarkan desah napas kesal dan
menggerutu, tetapi tetap berusaha tenang. Kini dia tidak bisa
tinggal diam lagi. "Kau membunuh kakakku hanya untuk sepotong batu sialan!" jeritnya, suaranya bergetar histeris. "Kau nyaris memenggal
lenganku karena legenda bodoh ini" Perempuan gila macam apa
kau ini" Manusia brengsek macam apa?"
Dia berjalan ke arah Kiernan, sudah separuh jarak di antara
mereka sebelum dia merasa tangan Flin menarik lengannya,
membujuknya untuk berhenti, menariknya mundur ke sampingnya. Tiga puluh detik yang lalu dia masih tampak seperti pria
yang hancur. Kini semua tingkah lakunya sudah berubah lagi,
tubuhnya tegak dan tegang, tatapannya terfokus tak goyah
menatap Kiernan. "Hati-hatilah, Molly," katanya, nadanya tajam dan mendesak.
"Apa pun yang kau pikir akan kau lakukan dengan benda itu, kumohon, berhati-hatilah."
Freya menarik lengannya dari pegangan Flin dan menatap
Flin tertegun. "Kau tidak sedang mengatakan kepadaku bahwa kau memercayai semua omong kosong ini, bukan?"
Flin mengabaikannya, mata masih tertumpu pada Kiernan.
"Kumohon, Molly. Ada banyak hal di sini yang tidak kita mengerti, kekuatan" kau harus berhati-hati."
"Omong kosong apa ini!" teriak Freya.
THE HIDDEN OASIS | 505 "Molly, aku memintamu, ini bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main. Kau tidak bisa seenaknya membuat kesalahan besar di sana?"
"Kami tidak sedang melakukan kesalahan besar," kata
Kiernan. "Kami sudah menghabiskan waktu dua puluh tiga
tahun mempersiapkan semua ini. Kami punya ahli persenjataan
terbaik, sistem pemindaian paling canggih?"
"Demi Tuhan, Molly, ini bukan sesuatu semudah memencet
tombol dan meledakkan sesuatu. Banyak hal yang terjadi di sini,
elemen yang tidak kita ketahui" Jauh melampaui apa pun?"
Flin berusaha mencari kata yang tepat.
"Kita tak mengerti semua ini," akhirnya dia berkata. "Kita
sama sekali tak memahami semua ini. Kau harus berhati-hati."
Di sampingnya, Freya tak yakin apakah ingin menjerit
karena frustasi atau meledak dalam tawa sinis. Dia tidak punya
kesempatan untuk melakukan salah satunya karena saat itu
terdengar suara desis statis dan kemudian suara terdengar dari
walkie-talkie di tangan Kiernan. Suara seorang pria Amerika.
"Sudah, Mrs. Kiernan. Kami semua sudah siap."
Dia mengangguk. Mengangkat alat komunikasi itu ke mulutnya, dia menekan tombol Talk.
"Terima kasih, Dr. Meadows. Kami segera ke sana."
Flin baru akan memprotes lagi, tetapi Kiernan mengangkat
tangannya. "Kau baik sekali, Flin, dan percayalah bahwa aku terharu
oleh keprihatinanmu, khususnya setelah semua yang aku ceritakan kepadamu. Tetapi dari titik ini mereka yang harus benarbenar berhati-hati adalah para musuh Amerika dan musuh
Tuhan kita Yesus Kristus. Tangan yang perkasa itulah yang
berada di belakang semua ini, aku bisa merasakannya. Aku
selalu merasakannya. Dan dengarkan kata-kataku, Flin, sudah
lama tangan itu menunggu untuk bertindak dalam kemarahan
yang adil terhadap mereka yang jahat. Sekarang kalau kau tak
506 | PAUL SUSSMAN keberatan, aku telah menunggu bertahun-tahun untuk saat
seperti ini dan benar-benar ingin sampai di sana dan melihat
apa yang sedang terjadi. Kalian akan bergabung bersama kami,
tentunya." Komentar terakhir itu adalah perintah, bukan permintaan.
Kiernan menatap tajam dan tak suka kepada Freya"jelas sangat
tidak senang oleh kemarahan Freya tadi"dan berlalu, berjalan
melintasi rumpun pepohonan palem yang mengelilingi pesawat.
"Oh, dan Romani," dia memanggil sambil menoleh ke
belakang, "kau mungkin harus segera menggeledah Profesor
Brodie. Aku yakin dia menyelipkan sebuah senjata di balik kausnya ketika masuk kembali ke dalam pesawat tadi."
"Sialan," Flin memaki.
Mereka kembali ke jalur untuk arak-arakan tadi dengan jalan
setapak marmer yang dipenuhi rumput dan diselingi oleh sphinx
dan obelisk, mengikuti alurnya ketika menanjak perlahan ke
atas melalui bagian pusat oasis. Kiernan, Girgis, dan dua orang
rekannya berjalan di depan, si kembar berjalan di belakang,
senjata di tangannya; Flin dan Freya terkunci rapat di tengah-tengah kelompok itu.
"Ini gertakan, bukan?" tanya Freya, dengan suara sepelan
mungkin. "Seluruh cerita tentang batu itu. Kau menggertak
mereka, bukan?" "Sungguh mati, aku serius," kata Flin, tatapannya tertuju ke
pelataran batu dan gerbang besar yang terlihat di atas puncak pepohonan di depan mereka.
"Maksudmu kau percaya semua cerita picisan X-Files ini?"
"Ada banyak sekali sumber berbeda dari banyak tempat berbeda, dan semuanya mengatakan hal yang persis sama tentang
Benben itu, yang artinya pasti ada kebenaran di dalamnya."
"Tapi itu semua omong kosong! Batu dengan kekuatan
supernatural! Omong kosong!"
THE HIDDEN OASIS | 507 "Dua jam yang lalu aku terbang di atas Gilf dan tidak ada
oasis di sini, dan kemudian tiba-tiba?" Dia menggerakkan
tangan ke sekelilingnya. "Banyak hal aneh terjadi. Dan jika teks
kuno itu memang untuk dipercaya, hal buruk akan terjadi kepada mereka yang menyalahgunakan Benben."
"Omong kosong," bentak Freya. "Semua ini omong kosong."
Flin menatap langsung ke arahnya dan kemudian melengos
lagi. "Hmm, semuanya akademis karena setelah apa yang dikatakan oleh Molly aku sangat ragu ia akan membiarkan kita
ke luar dari sini. Dan bila pun ia membiarkan kita pergi, Girgis
tentu saja tidak akan tinggal diam. Begitu ada kesempatan kita
harus lari. Ya" Kesempatan pertama."
Mata mereka bersiborok. "Dan apakah kau menganggapnya omong kosong atau tidak,
ketika kita masuk ke dalam kuil jangan menyentuh apa pun atau
melakukan apa pun yang akan?"
"Membuat Benben itu marah" Menyakiti perasaannya?"
Nada suara Freya kasar. "Hati-hati sajalah," kata Flin. "Aku tahu ini kedengarannya
memang aneh, tetapi kumohon, berhati-hatilah."
Flin membalas tatapan Freya untuk memastikan bahwa gadis
itu menangkap pesannya, kemudian melihat ke depan lagi.
"Omong kosong," gerutu Freya pelan. "Dagelan omong
kosong." Mereka terus berjalan semakin dalam di lembah itu, kaki
mereka tenggelam dalam busa lumut yang menutupi jalan
setapak itu, kedua sisi tebing perlahan membuka seperti mulut
kerucut. Matahari bersinar terik, sinarnya yang kuat menyapu
kehijauan tanaman, semuanya memutih dan menyatu sehingga
lembah itu terlihat berkurang keindahannya daripada ketika
mereka masuki pertama kali tadi. Udaranya juga lebih panas.
Memang tidak menyengat seperti di padang pasir terbuka, tetapi
508 | PAUL SUSSMAN tidak lagi tenang dan nyaman. Lalat mendengung dan hinggap
di kepala mereka; mereka mulai berkeringat.
Pada beberapa kesempatan, Freya merasa yakin bahwa dia
melihat sekilas beberapa sosok di balik semak belukar. Mereka
hanya tampak sekelebatan dan tak kentara, dan dengan Kiernan
yang berjalan cepat di depan, mereka tidak punya waktu untuk
berhenti melihat lebih dekat. Jalan setapak mulai menanjak
dengan sudut yang lebih tajam, pepohonan semakin rapat di
sekitar mereka, kuil itu kadang terlihat atau tertutupi di selasela dedaunan di depan. Mereka memasuki serangkaian anak
tangga batu yang retak-retak. Awalnya menyebar, lalu semakin
sering saat jalan setapak itu berganti menjadi tangga besar yang
tertutup akar yang membawa mereka ke atas dan semakin curam
sampai akhirnya mereka muncul di puncak pelataran batu. Di
depan mereka, terbungkus tanaman merambat yang lebar dan
menjalar, berdiri gerbang menara besar yang mereka lihat dari
jauh tadi, masing-masing menara trapezoidnya dihiasi dengan
obelisk dan simbol sedjet, tembok di atas pintu dihiasi dengan
gambar burung Benu yang suci. Persis sama dengan yang ada
dalam foto milik Rudi Schmidt, tetapi dengan satu perbedaan.
Di dalam foto pintu kayu pada gerbang dalam keadaan tertutup
rapat. Sekarang dalam keadaan terbuka lebar.
Flin berjalan melambat dan akhirnya diam, memerhatikan.
Kiernan dan rekan-rekan Mesirnya tidak berselera untuk
membuang-buang waktu. Langsung menuju gerbang, mereka
bergegas melewatinya tanpa melirik sedikit pun ke arah
arsitektur di sekeliling mereka. Si kembar menggiring Flin dan
Freya melewati gerbang itu mengikuti mereka. Mereka melintas
di antara menara"tebing menjulang yang terbuat dari dari
batu kapur seputih susu"dan masuk ke dalam halaman yang
luas, dindingnya penuh dengan tulisan hieroglif, jalan setapaknya, seperti jalan setapak yang baru saja mereka naiki, penuh
dengan lumut dan rumput dan ilalang. Di beberapa tempat, pepohonan"palem, akasia, dan sycamore"mengantar mereka ke
atas di sela-sela lembaran batu, memaksa mereka berjalan agak
THE HIDDEN OASIS | 509 ke pinggir, membuat ruang itu terlihat patah-patah dan kusut
seolah pelan-pelan melipat ke dalam dirinya sendiri.
"Luar biasa," bisik Flin, sambil menatap sekeliling, terpukau.
"Sungguh tak bisa dipercaya."
Mereka melintasi lapangan, rumput terdengar mendesir di
sekitar tumit mereka, dan mulai mendekati menara kedua di
sisi yang jauh. Menara yang satu ini lebih besar daripada yang
pertama dan juga dihiasi dengan banyak gambar. Di menara
sebelah kiri, "gur manusia dengan kepala elang memegang
obelisk di telapak tangannya, sementara di bawah, jauh lebih
kecil, barisan laki-laki tampak miring ke belakang, tangan
mereka menutupi mata. Di menara sebelah kanan ada komposisi
yang hampir mirip, kecuali sosok manusianya kini berkepala
singa, dan barisan laki-laki di bawah memegang telinga dengan
tangannya. "Dewa Ra dan Sekhmet," jelas Flin ketika mereka semakin


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendekat, menunjuk ke kiri dan kemudian ke kanan, "masingmasing membawa aspek berbeda dari kekuatan Benben: Ra,
cahaya yang membutakan, Sekhmet, bunyi yang memekakkan
telinga." "Lebih baik kau diam saja," gerutu Freya, semakin tak ingin
memercayai apa pun tentang hal itu dibandingkan sepuluh
menit sebelumnya. Mereka berjalan melintasi gerbang kedua, melintasi halaman
lain"kali ini penuh dengan berlusin-lusin obelisk, sebagian
polos, sebagian lain penuh tulisan, sebagian lagi tidak lebih tinggi
daripada manusia, dan yang lain sepuluh kali lipat tingginya"
dan melewati menara ketiga. Ketika sampai di sana, Kiernan dan
Girgis tiba-tiba berhenti. Bahkan mereka kini terengah-engah
karena kagum. Di depan rombongan itu terhampar halaman ketiga. Luasnya
dua kali lipat luas dua halaman sebelumnya, dan itu artinya luas
sekali. Dinding di sekelilingnya dihiasi oleh sederet patung
besar para dewa dan manusia. Di sisi yang berlawanan, bagian
510 | PAUL SUSSMAN depan kuil besar itu menjulang ke atas, setiap senti hiasan batu
besarnya"dinding, pilar, hiasan, dan releif pada dinding"dicat
dalam sapuan merah, biru, hijau, dan kuning yang cemerlang,
warnanya kaya dan bergetar, bahkan di bawah sorot sinar
matahari, setiap bagiannya sesegar seperti ketika pertama kali
disapukan ribuan tahun sebelumnya.
Namun demikian, bukan kuil itu sendiri yang membuat
napas mereka tersengal, namun obelisk raksasa yang berdiri,
seperti roket, dari pusat ruang yang ada di depannya. Lebih dari
tiga puluh meter tingginya dan bagian dasar sampai ke ujungnya
dilapisi emas yang berkilau diterpa sinar matahari, mengisi
halaman terbuka itu dengan sorot sinar yang menyilaukan
seolah udara itu sendiri adalah api.
"Tuhan Yang Maha Besar," gumam Girgis.
Untuk sesaat mereka semua berdiri di sana menatap benda
itu dengan terpesona. Bahkan si kembar yang biasanya tanpa
ekspresi itu kali ini terbelalak penuh kekaguman. Kemudian,
dengan jentikan jarinya untuk menyadarkan mereka kembali ke
urusan yang sesungguhnya, Kiernan mengajak mereka semua
untuk melanjutkan perjalanan. Melewati bagian dasar obelisk"
kini mereka begitu dekat sehingga dapat melihat tiap-tiap dari
empat permukaannya yang dipenuhi oleh ukiran pilar kecil
bergambar simbol sedjet dan burung benu secara bergantian"
mereka mendekati pintu gerbang kuil.
Tiga sosok pria berotot berkacamata hitam, celana tempur,
dan jaket kedap udara berdiri menjaga di tengah barisan pilar di
depan bangunan. "Siapa anak-anak itu?" tanya Flin. "Pasukan Khusus" Atau
apakah kau telah menjadikan tempat ini area wisata pribadi?"
Kiernan tidak menanggapi, hanya melemparkan pandangan
kasar dan terus masuk ke dalam kuil. Seorang laki-laki berjaket
laboratorium putih dan mengenakan semacam penutup kepala
ahli bedah melangkah maju menghampiri mereka, berbicara
dalam nada berbisik kepada Kiernan sebelum mengantar
THE HIDDEN OASIS | 511 mereka. Mereka melewati deretan aula, masing-masing, yang
dirasa Freya, sebesar seluruh interior kuil di Abydos. Sebagian
diisi dengan pilar tinggi berbentuk lontar, yang lain kosong,
dindingnya dihiasi warna-warna yang sangat spektakuler. Salah
satu bagiannya ditumbuhi oleh akar pohon yang serampangan,
yang lain dipenuhi oleh barisan meja pualam putih yang di
atasnya ada ribuan miniatur obelisk keramik, seperti yang pernah
Freya lihat di dalam ransel milik Rudi Schmidt dan lemari
pajang di museum Kairo. "Ya Tuhan, kalau dibandingkan dengan ini, Karnak terlihat
seperti bungalo di pinggir kota," gumam Flin, sambil memandang sekeliling.
Mereka berjalan semakin jauh, semakin dalam memasuki
bangunan itu"satu-satunya suara adalah langkah kaki mereka
sendiri dan desis rekan Girgis yang sedang merokok"sampai
akhirnya mereka muncul di areal terbuka yang pastinya
merupakan titik sentral komplek kuil ini. Areal itu merupakan
ruang yang terpisah, lebih kecil daripada lapangan terbuka di
depan kuil, dengan kolam penuh bunga lotus di tengahnya
dan pohon kayu putih raksasa yang menjorok ke jalan setapak
di dinding sebelah kiri. Di seberangnya, di sisi yang jauh dari
kolam, berdiri bangunan batu pendek dan padat. Polos dan
tak berhiasan, dibangun dari balok yang terpotong kasar dan
tidak rata dan seluruhnya tampak tak serasi dengan arsitektur
indah yang mengelilinginya. Walaupun tidak yakin sepenuhnya,
Freya merasa bahwa tempat itu jauh lebih tua dan lebih primitif
daripada bagian lain kompleks kuil ini dan mungkin juga sudah
berdiri di situs ini sejak sangat lama sebelum fondasi awal
beberapa bangunan yang berdampingan digali.
"Per Benben," Flin memberitahu Freya. "Rumah Sang
Benben." Terlepas dari ketertarikan Flin yang begitu jelas, Freya menangkap nada kecemasan dalam suara Flin.
Mereka mengelilingi kolam itu dan tiba di jalur pintu
tunggal yang rendah pada bangunan itu, yang ditutupi tirai
512 | PAUL SUSSMAN alang-alang. Gulungan kabel terlihat mengular ke arah barisan
generator portabel yang menderu di sudut lapangan. Pria
berjaket laboratorium tadi menyingkap tirai, memperlihatkan
jalan pendek kedua yang bertirai yang menghalangi ujung yang
lain. Dia berbicara pelan lagi kepada Kiernan sebelum mengajak
rombongan itu untuk masuk.
"Apa pun yang terjadi di sana, tetaplah di sampingku dan
lakukan apa yang kulakukan," bisik Flin kepada Freya saat si
kembar menggiring mereka dari belakang. "Dan jangan sentuh
apa pun." Dia memegang tangan Freya dan, sambil merunduk, mereka
berjalan melewati dua tirai. Sinar tajam menyorot ke arah
mereka ketika dengung generator perlahan berganti menjadi
bunyi decit dan sinar lampu peralatan elektronik.
Freya telah melihat banyak pemandangan tak biasa dalam kehidupannya"proporsi yang cukup adil selama beberapa hari
terakhir"tetapi tidak ada yang dapat menandingi panorama
yang kini terhampar menyambutnya.
Mereka berada di ruang persegi yang besar, sangat mendasar,
dengan lantai tanah yang padat, dinding balok batu, dan plafon
polos. Berbeda sama sekali dengan aula yang berdekorasi rumit
dan halus yang baru saja mereka lewati, lebih menyerupai gua
daripada sesuatu yang dibuat manusia. Empat lampu halogen
menyinari ruang dengan cahaya dingin dan menusuk; selusin
laki-laki dan perempuan berpakaian seragam jaket laboratorium
putih dan penutup kepala ahli bedah memerhatikan sederet layar
monitor dan komputer, yang terakhir ini berkedip-kedip dan
bergetar, memperlihatkan gra"k dan sejumlah sekuen berututan
dan gra"k bentuk geometris aneh dalam tiga dimensi yang
berputar. Semua pemandangan itu diserap Freya dalam hitungan
detik sebelum perhatiannya tertuju pada elemen yang paling
tidak mungkin dalam keseluruhan skenario, dan pada sesuatu
THE HIDDEN OASIS | 513 yang pasti merupakan fokus dari segalanya yang sedang terjadi:
sesuatu yang tampak seperti ruang karantina yang berada tepat di
tengah ruangan itu. Kubus kaca berwarna bara yang berat seperti
tank, memiliki pipa ventilasi bulat yang berhubungan dengan
satu sisi, sementara sisi lain adalah akses air-lock dua pintu. Di
dalamnya ada kereta luncur besar dari kayu yang di atasnya ada
benda berbentuk tak jelas yang terbungkus dalam helai-helai
linen tebal. Dua orang pria berpakaian radiasi sedang memeriksa
benda itu dengan alat yang menyerupai cambuk untuk hewan
ternak"alat itu kemungkinan untuk mengalirkan informasi
kembali ke layar monitor di luar ruangan ini"sementara pria
ketiga, yang juga berpakaian radiasi, sedang berlutut di lantai
membelakangi mereka, meneliti meja luncur.
Semua itu sangat tidak biasa, semuanya aneh dan menakutkan
dan tidak pada tempatnya, lebih seperti tempat pembuatan "lm
daripada kehidupan nyata, sehingga Freya langsung berpikir
bahwa dia pasti sedang bermimpi. Dan sebenarnya dia bahkan
sudah bermimpi sejak awal dan sebenarnya masih tertidur di
apartemennya di San Francisco, nyaman dan aman bersama
kakaknya yang masih hidup. Untuk sesaat lamanya pikiran itu
bertahan. Kemudian dia merasa tangan Flin memegang erat
tangannya. Ternyata benar-benar sedang terjadi, dia sadar, dia
sedang berada di kuil di oasis yang tersembunyi, dan ketika dia
mungkin sudah berusaha keras menaruh minat pada seluruh
cerita tentang Benben ini, setiap orang yang ada di dalam
ruangan itu menganggap cerita itu sangat serius.
"Omong kosong," katanya lagi perlahan. "Omong kosong
belaka." Untuk pertama kalinya terdengar nada keraguan dalam suaranya, seakan dia kini malah mencoba meyakinkan dirinya sendiri
dan bukannya menyatakan hal itu dengan tegas.
"Jadi apa persisnya yang yang kita punya di sini, Dr.
Meadows?" Pertanyaan itu datang dari Molly Kiernan.
514 | PAUL SUSSMAN Laki-laki yang membawa mereka melintasi kuil dan yang
sepertinya berperan sebagai penanggung jawab seluruhnya"
paling tidak terhadap operasi ilmiah ini"itu mengangkat
kepalanya dari layar monitor yang sedang diamatinya tadi sambil
membungkukkan badan. Sambil mendekat, dia mengajak
mereka semua melangkah ke depan dan berdiri di dekat dinding
kaca kamar yang tebal. "Pemindaian awal memperlihatkan inti yang padat," katanya,
suaranya sengau dan monoton, "dengan tingkat iridium, osmium,
dan ruthenium yang meningkat yang menghubungkannya
dengan asal meteor itu. Itulah yang bisa kita kembangkan pada
tahap ini. Untuk selanjutnya, kita akan memerlukan kontak "sik
sepenuhnya." "Maka aku sarankan kita untuk membuat kontak "sik
penuh," kata Kiernan. "Mr. Usman, sebagai ahli peradaban
Mesir di sini"ahli peradaban Mesir yang lain?"
Dia melirik ke arah Flin.
?"mungkin kau akan menerima kehormatan ini."
Pria yang berlutut di samping meja mengangkat tangan
memberi tanda mengetahui dan berdiri, bergerak di sekitar benda
yang ditutupi kain itu sehingga dia berdiri tepat berseberangan
dengan mereka. Kini dia bisa melihat wajah laki-laki itu melalui
penutup kepala radiasinya, Freya mengenalinya sebagai rekan
Girgis pada malam itu di Manshiet Nasser: pipi montok, rambut
berpotongan seperti mangkuk puding, kacamata plastik tebal.
"Molly, tolonglah," Flin memohon. "Kau tak tahu apa yang
sedang kau mainkan di sini."
"Oh, dan kau tahu?" kata Kiernan sambil mendengus kasar.
"Mendadak kau menjadi ahli "sika hebat?"
"Aku tahu apa yang dipikirkan oleh bangsa Mesir kuno
tentang Benben. Dan aku tahu mereka menyembunyikannya di
sini untuk alasan yang sangat baik."
"Sama seperti kita menemukannya untuk alasan yang
sangat baik juga. Sekarang jika kau tak berkeberatan, Profesor
THE HIDDEN OASIS | 515 Brodie?" Ada nada cemooh di dalam suaranya ketika dia menyebut
nama Flin. ?"masa depan dunia ini berada di depan kita sekarang dan
aku ingin melihatnya. Dr. Meadows?"
Pria dengan jas laboratorium itu memberi isyarat dengan
gerakan tubuhnya kepada rekannya. Keempat lampu halogen
tiba-tiba meredup dan mati, hanya meninggalkan kilau monitor
yang menakutkan dan berkas sinar redup dari lampu sorot kecil
dan tunggal yang terarah ke obyek yang tertutup kain di atas
meja. Salah seorang ilmuwan mengambil kamera video dan
mulai mem"lmkannya. "Silakan, Mr. Usman," kata Kiernan, sambil melipat lengannya.
Usman mengangguk. Melangkah mendekati meja, dia menjangkau dan menggerakkan tangannya melayang-layang di atas
benda itu sesaat lamanya sebelum jemarinya mulai menyibak
kain pembungkus. Kain itu terikat kuat, dan sarung tangan
pelindungnya membuatnya sulit memegang benda itu. Ada
sesuatu yang samar-samar terlihat lucu ketika dia meraba dan
memegang kain itu, mengembuskan napas dan menggerutu
sendiri, berusaha keras untuk melepaskannya. Beberapa menit
berlalu. Kiernan dan Girgis mulai terlihat tidak sabar sebelum
dia akhirnya berhasil melepaskan ikatan satu ujung kain,
dan setelah itu ikatan-ikata berikutnya dengan mudah dapat
dilepas. Benda itu terlepas dalam beberapa helai linen panjang
seperti lilitan kain pada mumi. Dia mulai bekerja lebih cepat,
menggunakan kedua tangannya, memutarinya berulang-ulang,
menarik kain itu agar terlepas, melepas lipatan benda yang
menjuntai pada meja dan lantai seperti pergantian kulit. Si pria
dengan kamera bergerak di seputar kamar, merekam adegan itu
dari beberapa sudut berbeda. Gumpalan kain linen pelindung
mulai terlihat, terikat di antara bungkusan, membuat obyek
itu menggelembung sehingga apa yang awalnya terlihat cukup
besar berangsur-angsur berkurang ketika semakin banyak pe-
516 | PAUL SUSSMAN nutupnya dilepaskan. Benda itu semakin kecil, semakin kurang
mengesankan, menciut di depan mata mereka ketika helai demi
helai penutupnya dilepaskan sampai helai linen terakhir terlepas
dan obyek di dalamnya terlihat: sebongkah batu kelabu kehitaman yang buruk, padat, pendek, gemuk, dan bertinggi
kurang dari satu meter. Bagian atasnya tumpul dan melingkar,
lebih mirip bingkai lampu lalu lintas daripada obelisk tradisional.
Setelah semua yang dipersiapkan ini, pikir Freya, yang ada
malah antiklimaks yang kentara. Menilai dari ekpresi mereka
yang tercengang, Girgis dan Kiernan tampaknya memikirkan
sesuatu yang sama. "Kelihatannya seperti kotoran anjing," kata salah seorang
rekan Girgis. Ada keheningan ketika mereka semua menatap benda itu,
Kiernan menyeringai, kepalanya bergoyang sedikit seolah
mengatakan "Cuma ini?". Kemudian lampu halogen bersinar penuh kembali dan mulai ada aktivitas. Sekelompok
pria berpakaian radiasi bergabung dengan mereka yang sudah
berada di dalam kamar kaca, berkumpul di sekitar batu itu, menempelkan elektroda pada benda itu, kabel-kabel, tatakan adesif
buruk yang menonjol seperti remis. Suara bip layar monitor
tiba-tiba semakin cepat dan keras, layar monitor dan komputer
lebih hidup ketika arus informasi baru dialirkan kembali.


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mesin cetak mulai berbunyi liar, mengeluarkan aliran kertas
yang penuh dengan digit, suara tak jelas, memanggil berulangulang, menghasilkan jargon yang tidak bisa Freya jelaskan atau
mengerti. Dari dalam ruangan, mikrofon mengeluarkan suara
desis bernada tinggi ketika sebuah alat yang mirip bor dokter
gigi digunakan di dasar batu itu, menandai permukaannya,
melepaskan ampas berpasir yang dikumpulkan di dalam tas
contoh steril dan dikeluarkan melalui airlock untuk dianalisa
lebih jauh. "Ya Tuhan, tolonglah kami," desah Flin, memerhatikan dengan penuh ketakutan, tangannya memegang tangan Freya
kuat-kuat, dan mulai membuatnya merasa sakit. "Mereka tidak
THE HIDDEN OASIS | 517 tahu apa yang sedang mereka lakukan."
Jika Flin mengira sesuatu akan terjadi"yang memang dia
harapkan, segala sesuatu tentang pria itu berkaitan dengan penampilan seorang pria yang ditugaskan untuk berdiri di samping
bom waktu yang berdetak"ternyata sesuatu itu tidak terjadi.
Para petugas berjaket putih melanjutkan mengikis, mengupas,
mendengarkan, dan memonitor. Usman tiba-tiba dengan lembut
mengusap bagian atas batu itu seolah untuk menenangkan
dan meyakinkannya, suaranya sayup-sayup terdengar ketika
dia bersenandung pelan. Iner- wer iner-en Ra iner-n sedjet iner
sweser-en kheru-en sekhmet. Iner-wer iner-en Ra iner-n sedjet iner
sweser-en kheru-en sekhmet.
Setelah semua itu, batu hanya bergeming di sana, sama
seperti dalam keadaan lain yang tak perlu dipertanyakan lagi oleh
seseorang tentang apa yang dapat diharapkan akan dilakukan
oleh sebuah batu. Diam, tak bergerak, tidak meledak atau
berteriak atau mengeluarkan sinar beracun atau apa pun yang
ditakutkan Flin akan terjadi. Hanya sebongkah batu kusam
kelabu hitam yang membosankan dan tidak menginspirasi,
tidak lebih, tidak kurang. Setelah dua puluh menit, rekan Girgis
yang tinggi besar itu memohon diri dan pergi ke luar untuk
merokok. Sepuluh menit kemudian, rekan Girgis yang lain dan
si kembar keluar juga untuk bergabung dengannya, kemudian
Girgis menyusul, bersama Flin dan Freya. Dan akhirnya Molly
Kiernan. Dia berjalan hilir-mudik di tepi kolam, berbicara
kepada dirinya sendiri, alisnya mengernyit, tangannya sesekali
berpegangan dan matanya menatap langit seolah sedang berdoa.
Dua kali Flin dan Freya mencoba keluar dari halaman itu, dua
kali juga"tak pelak lagi"mereka tertangkap mata, si kembar
membawa mereka kembali. "Jangan coba-coba berpikir untuk kabur," kata Kiernan,
suaranya parau, tanpa humor seperti sebelumnya. "Kau dengar
aku" Jangan coba-coba berpikir untuk kabur."
Ketika Kiernan mulai mondar-mandir lagi, keduanya,
karena ingin melakukan sesuatu daripada diam saja, duduk
518 | PAUL SUSSMAN di bawah naungan pohon kayu putih yang besar. Jam tangan
Flin menunjukkan bahwa saat itu jam 10.57, walaupun, ketika
mereka memerhatikan saat pertama kali masuk ke dalam oasis,
posisi matahari di langit menunjukkan saat itu sudah jauh lebih
siang"tengah hari atau menjelang sore.
"Sepertinya waktu bergerak dengan cara berbeda di sini,"
ujar Flin. Hanya itu pembicaraan mereka. Matahari menyorotkan sinarnya, menit berlalu, generator itu menderu, dan tidak ada apa
pun yang terjadi. Akhirnya, setelah hampir satu jam berlalu, mereka diminta
kembali ke dalam ruangan. Kiernan dan Girgis tampak bergegas.
"Jadi?" sergap Kiernan, tanpa berbasa-bisi.
"Yah, tidak diragukan lagi ini adalah meteor, atau bagian
dari meteor," Meadow memulai dengan suara yang sengau dan
datar sambil mengantar mereka ke depan area ruang kaca. "Seperti juga iridium, osmium dan lain-lain, kita mendapatkan
jejak olivine dan pyroxene yang signi"kan yang dengan jelas merupakan chondrite primitif?"
"Buang semua omong kosong itu dan katakan kepadaku apa
yang bisa dilakukan benda itu."
Ilmuwan itu terhuyung dengan gugup.
"Kita masih harus melakukan lebih banyak pengujian," katanya lirih. "Banyak sekali pengujian, yang akan kita mulai begitu
kita membawa benda ini kembali ke laboratorium yang layak
dengan spektroskopis yang lebih memadai?"
Kiernan menatap tajam pria itu dan ilmuwan itu terdiam.
"Ini adalah chondrite promitif," katanya setelah jeda yang tak
menyenangkan. "Sebuah meteor."
"Ya, tapi apa gunanya meteor ini" Kau mengerti apa yang kukatakan" Apa yang bisa dilakukan batu ini?"
Kiernan jelas terlihat berusaha keras mengendalikan dirinya.
THE HIDDEN OASIS | 519 "Apa yang bisa dilakukan meteor ini" Apa yang ada di
dalamnya" Apa yang bisa dijelaskan oleh semua peralatan di
sini kepadamu?" Dia menggerakkan tangannya mengisyaratkan
deretan alat di ruangan itu. Meadows menggesek-gesek ujung
clipboard yang sedang dipegangnya, tetapi tidak menjawab.
"Begitu saja?" suara Kiernan mulai meninggi. "Kau hanya
mau bilang begitu saja" Hanya itukah yang bisa kau jelaskan?"
Ilmuwan itu mengangkat bahu dengan gugup.
"Ini adalah chondrite primitif," ulangnya pasrah. "Sebuah
meteorit. Sepotong batu dari ruang angkasa."
Kiernan membuka mulutnya, menutup lagi, berdiri di sana,
satu tangannya menyentuh salib di lehernya, sementara tangan
yang satunya lagi mengepal. Hening. Semua orang terdiam.
Kamar Rahasia 4 Pendekar Sabuk Naga Karya Unknown Si Rajawali Sakti 9
^