Pencarian

Prodigy 1

Prodigy Karya Marie Lu Bagian 1


Untuk Primo Gallanosa, untuk menjadi cahaya saya.
LAS VEGAS, NEVADA Republik Amerika Populasi: 7.427.431 4 Januari. Pukul 19.32. Waktu Standar Samudra.
Tiga puluh lima hari setelah kematian Metias. Day tersentak bangun di Sampingku. keningnya Penuh keringat dan pipinya basah oleh air mata. Napasnya berat.
Kucondongkan tubuh untuk menyeka sehelai rambut basah dari wajahnya. Luka gores di bahuku sudah mengering menjadi keropeng, tapi gerakanku membuat luka itu terasa sakit lagi. Day duduk, menggosok-gosok matanya dengan letih, lalu memandang ke sekeliling kereta yang bergoyang-goyang seakan dia sedang mencari sesuatu. Mula-mula dia menatap tumpukan peti kayu di satu sudut gelap, kemudian ke arah karung goni yang melapisi lantai dan tumpukan kecil makanan dan minuman yang ada di antara kami. Butuh satu menit baginya untuk sadar, untuk
menuju Vegas. Beberapa detik berlalu sebelum posturnya tidak tegang lagi. Dia bersandar ke dinding.
Dengan lembut kutepuk tangannya. Kau baik-baik saja" Itu sudah menjadi pertanyaan rutinku.
Day mengangkat bahu. Yeah, gumamnya. Mimpi buruk.
Sembilan hari sudah berlalu sejak kami menerobos Aula Batalla dan lari dari Los Angeles. Sejak saat itu, Day selalu mimpi buruk setiap memejamkan mata. Saat kami beristirahat selama beberapa jam di area rel kereta api yang sudah tak terpakai pada hari pertama kami kabur, Day terlonjak bangun sambil menjerit. Kami beruntung tak ada tentara atau polisi yang mendengarnya. Setelah kejadian itu, aku memulai kebiasaan untuk membelai rambutnya tepat setelah dia jatuh tertidur, juga mencium pipi, dahi, dan matanya. Dia masih terbangun sambil tersengal-sengal dengan mata berair, matanya melebar panik mencari-cari semua hal yang telah direnggut darinya. Tapi setidaknya, dia melakukan itu dalam diam.
Terkadang, saat Day sedang tenang seperti ini, aku bertanya-tanya seberapa baik dia bisa mempertahankan kewarasannya. Pikiran ini menakutiku. Aku tak sanggup kehilangan dia. Aku terus berkata pada diriku bahwa aku butuh Day untuk alasan-alasan sederhana saat ini kami hanya punya sedikit peluang untuk bertahan hidup sendirian, dan kepandaiannya melengkapi kepandaianku. Di samping itu, & aku tak punya siapa-siapa lagi untuk kulindungi. Aku sendiri juga menangis, meskipun aku selalu menunggu Day tertidur sebelum melakukannya. Semalam aku menangisi Ollie. Aku merasa sedikit konyol karena menangisi anjingku sementara Republik membunuh keluargaku, tapi aku tak bisa menahannya. Metias-lah yang membawa Ollie pulang, sosok seperti bola putih dengan cakar besar, telinga terkulai dan mata cokelat yang hangat. Makhluk paling manis dan paling kikuk yang pernah ku lihat. Ollie temanku, dan aku meninggalkannya. Kau mimpi apa" bisikku pada Day.
Tak ada yang mengesankan. Day bergeser, kemudian
bergesekan dengan lantai. Tubuhnya mengejang kesakitan, dan di bawah kausnya aku bisa melihat betapa kaku lengannya, jalinan otot-otot kurus yang didapatnya dari jalanan. Embusan napas berat keluar dari bibirnya. Caranya mendorongku ke dinding di gang kecil itu, hasratnya pada ciuman pertama kami. Aku berhenti memperhatikan bibirnya dan menggelengkan kepala untuk mengusir memori itu, malu.
Dia mengedik ke pintu kereta. Di mana kita sekarang" Seharusnya kita sudah dekat, kan"
Aku berdiri, senang karena perhatianku teralih. Kemudian,aku menopang tubuh di dinding yang bergoyang sambil mengintip keluar dari jendela kecil kereta. Pemandangan di luar tidak banyak berubah pabrik-pabrik dan menara apartemen yang tiada habisnya, cerobong asap dan jalan tol melingkar, semuanya melebur dalam warna biru dan ungu keabu-abuan oleh hujan sore. Kami masih melewati sektor kumuh. Semua sektor itu kelihatan identik dengan sektorsektor kumuh di Los Angeles. Di kejauhan, sebuah bendungan besar membentang, menutupi setengah penglihatanku. Aku menunggu sampai sebuah layar JumboTrons terlihat, lalu menyipitkan mata untuk membaca huruf-huruf kecil di sudut bawah layar.
Boulder City, Nevada, kataku. Sudah sangat dekat sekarang. Kereta ini mungkin akan berhenti di sini sebentar, tapi setelah itu tidak sampai 35 menit lagi kita akan tiba di Vegas.
Day mengangguk. Dia mencondongkan tubuh untuk membuka kantong makanan kami dan mencari sesuatu untuk dimakan. Bagus. Semakin cepat kita tiba di sana, semakin cepat kita akan menemukan kelompok Patriot.
Dia tampak jauh. Kadang-kadang, Day menceritakan padaku tentang mimpi-mimpi buruknya gagal dalam Ujian, kehilangan Tess di jalanan, atau lari dari patroli wabah. Mimpi buruk tentang menjadi buronan Republik yang paling dicari. Pada waktu lain, ketika dia seperti ini dan menyimpan mimpi buruknya untuk dirinya sendiri, aku tahu mimpi itu pasti tentang keluarganya kematian ibunya, atau John. Mungkin lebih baik dia tidak
mimpi buruk sendiri yang menghantuiku, dan aku tidak yakin aku punya keberanian untuk mendengar mimpi Day yang itu.
Kau benar-benar bertekad untuk menemukan kelompok Patriot, ya" kataku, sementara Day menarik keluar sebongkah donat goreng basi dari dalam kantong makanan. Ini bukan pertama kalinya aku mempertanyakan permintaan mendesaknya untuk pergi ke Vegas, dan aku selalu berhatihati dengan caraku mengangkat topik ini. Hal terakhir yang kuinginkan adalah Day berpikir aku tidak peduli pada Tess, atau aku takut bertemu dengan kelompok pemberontak yang nama buruknya paling tenar di Republik.
Tess ikut bersama mereka dengan sukarela.Bukankah kita justru akan membahayakannya bila kita mencoba merebutnya kembali"
Day tidak langsung menjawab. Dia membagi donat gorengnya menjadi dua dan menawariku sepotong. Ambil, ya" Kau belum makan.
Dengan sopan, aku mengangkat sebelah tangan. Tidak, terima kasih, sahutku. Aku tidak suka donat goreng.
Segera saja aku berharap bisa memasukkan kembali kata-kata itu ke mulutku. Day merendahkan pandangannya dan meletakkan separuh donat itu kembali ke dalam kantong, lalu mulai memakan bagiannya dalam diam. Betapa bodoh, kata-kata yang sangat bodoh. Aku tidak suka donat goreng. Aku hampir bisa mendengar apa yang ada di kepala Day.
Gadis kaya yang malang, dengan sikapnya yang mewah itu. Dia bisa tidak menyukai sebuah makanan. Aku memarahi diriku dalam hati, kemudian membuat catatan untuk bertindak lebih hati-hati lain kali.
Setelah beberapa gigitan donat, Day akhirnya merespons, Aku tidak akan pergi meninggalkan Tess tanpa memastikan dia baik-baik saja.
Tentu saja. Day tidak akan pernah meninggalkan siapa pun yang dia pedulikan, khususnya gadis yatim piatu yang tumbuh bersamanya di jalanan. Aku juga mengerti nilai
para pemberontak itu telah menolong aku dan Day pergi dari Los Angeles. Mereka kelompok besar dan terorganisasi dengan baik. Mungkin mereka punya informasi mengenai apa yang Republik lakukan terhadap adik Day, Eden. Bahkan mungkin mereka dapat membantu menyembuhkan luka bernanah di kaki Day. Sejak hari yang amat penting itu, ketika Komandan Jameson menembak kaki Day dan menangkapnya, lukanya telah menjadi seperti roller coaster, terkadang membaik kemudian memburuk. Sekarang, kaki kirinya adalah onggokan rusak, daging yang berdarah. Dia butuh perawatan medis.
Selain itu, masih ada satu masalah.
Kelompok Patriot tidak akan menolong kita tanpa bayaran, kataku. Apa yang bisa kita berikan pada mereka"
Sebagai penegasan, aku merogoh sakuku dan mengeluarkan uang simpanan kami yang amat sedikit. Empat ribu Notes. Semua yang ada padaku sebelum kami melarikan diri. Aku tak percaya betapa aku merindukan segala kemewahan pada kehidupan lamaku. Ada jutaan Notes di bawah nama keluargaku, Notes yang takkan pernah bisa kuakses lagi.
Day menghabiskan donatnya dan mempertimbangkan kata-kataku dengan bibir terkatup rapat. Ya, aku tahu, katanya. Sebelah tangannya menyisiri rambut pirangnya yang kusut. Tapi,menurutmu apa yang harus kita lakukan" Siapa lagi yang bisa kita temui"
Aku menggeleng lemah. Day benar tentang itu. Sekecil apa pun keinginanku untuk bertemu kelompok Patriot lagi, pilihan kami sangat terbatas. Aku teringat saat kelompok Patriot pertama kali menolong kami kabur dari Aula Batalla. Saat Day masih pingsan dan bahuku terluka, aku meminta mereka membiarkan kami ikut bersama mereka ke Vegas. Kuharap mereka bersedia terus menolong kami. Mereka menolak.
Kau membayar kami untuk menolong Day kabur dari eksekusinya. Kau tidak membayar kami untuk membawa keledai terluka ke Vegas, kata Kaede padaku. Apalagi tentara Republik memburumu di mana-mana, ya ampun.
waktu. Aku tak akan membahayakan diriku untuk kalian berdua lagi, kecuali ada imbalannya.
Sampai di situ, aku hampir yakin kelompok Patriot peduli pada kami. Namun, kata-kata Kaede membuatku kembali pada kenyataan. Mereka menolong kami karena aku telah membayar Kaede sebesar 200.000 Notes Republik, uang yang kuterima sebagai hadiah penangkapan Day. Bahkan setelah itu pun, dibutuhkan beberapa bujukan sebelum dia mengirim teman-teman Patriotnya untuk menolong kami.
Membiarkan Day menemui Tess. Menolong Day menyembuhkan kakinya. Memberi kami informasi mengenai keberadaan adik Day. Semua itu butuh uang. Seandainya saja aku punya kesempatan untuk mengambil lebih banyak uang sebelum kami pergi.
Vegas adalah kota terburuk bagi kita untuk berjalanjalan sendirian, kataku pada Day, seraya dengan hati-hati mengusap bahuku yang mulai sembuh. Bahkan mungkin saja kelompok Patriot tidak akan mendengarkan kita. Aku hanya memastikan kita sudah memikirkan kemungkinan ini.
June, aku tahu dulu kau tidak menganggap kelompok Patriot sebagai sekutu, sahut Day. Kau dilatih untuk membenci mereka. Tapi mereka sekutu yang potensial. Aku memercayai mereka lebih dari aku memercayai Republik. Kau"
Aku tak tahu apa dia bermaksud menghina. Day luput menangkap poin yang kucoba sampaikan: bahwa kelompok Patriot mungkin tidak akan membantu kami dan kemudian kami akan terjebak di sebuah kota militer. Tapi, Day mengira aku ragu-ragu karena aku tidak memercayai kelompok Patriot. Karena, jauh di dalam, aku tetaplah seorang June Iparis, genius paling terkenal di Republik & karena aku masih setia pada negara ini.
Benarkah" Aku seorang kriminalis sekarang, dan aku tak akan pernah bisa kembali ke kehidupan lamaku yang nyaman. Pikiran itu meninggalkan perasaan sakit dan hampa di perutku, seolah-olah aku rindu menjadi anak kesayangan Republik. Mungkin aku memang
Kalau aku bukan lagi anak kesayangan Republik, lantas siapa aku"
Oke. Kita akan coba mencari kelompok Patriot, kataku. Sudah jelas aku takkan bisa membujuknya melakukan hal lain.
Day mengangguk. Terima kasih, bisiknya. Tandatanda senyuman muncul di wajahnya yang manis, menjanjikan kehangatan, tapi dia tidak mencoba memelukku. Dia tidak meraih tanganku. Dia tidak bergeser untuk membiarkan bahu kami bersentuhan, dia tidak mengelus rambutku, dia tidak membisikkan kata-kata menenteramkan di telingaku atau menyandarkan kepalanya padaku. Aku tak sadar betapa kini aku sangat mengharapkan tindakan-tindakan kecil itu. Entah bagaimana, pada momen seperti ini, rasanya jarak di antara kami sangat jauh.
Barangkali mimpi buruknya itu tentang aku. Peristiwa itu terjadi tepat setelah kami tiba di ruas jalan utama Las Vegas. Pengumuman itu.
Pertama-tama, jika ada tempat di Vegas yang tidak boleh kami datangi, tempat itu adalah ruas jalan utama. JumboTrons (enam buah di setiap blok) berjajar di kedua sisi jalanan tersibuk di kota, layarnya menampilkan beritaberita yang tiada habisnya. Cahaya lampu-lampu sorot yang menyilaukan terus menyisir dinding tanpa henti. Bangunanbangunan di sini pasti dua kali lebih besar daripada yang ada di Los Angeles. Pusat kota didominasi oleh menara-menara gedung pencakar langit dan dermaga pendaratan pesawat berbentuk piramida besar (ada delapan, dengan dasar persegi dan dinding segitiga sama sisi). Cahaya terang memancar dari puncaknya.
Udara gurun berbau busuk dan terasa sangat kering. Di sini tidak ada hujan badai yang meredakan dahaga, juga tidak ada tepi laut atau danau. Para tentara berbaris di jalanan (dalam formasi segi empat, khas Vegas), mengenakan seragam hitam dengan strip biru laut gelap yang berarti mereka akan pergi ke atau baru kembali dari medan perang sesuai giliran. Lebih jauh, setelah melewati jalanan utama yang penuh gedung pencakar langit ini,
area luas di lapangan udara. Pesawat zeppelin terbang jauh di atas.
Ini kota militer, sebuah dunia penuh tentara. Matahari baru saja terbenam saat Day dan aku keluar dari jalan utama dan menuju ujung jalan lain. Day bersandar kepayahan di bahuku sementara kami berusaha membaur dengan keramaian. Napasnya pendek-pendek dan rasa sakit terlukis jelas di wajahnya. Aku berupaya sekuat tenaga untuk menopangnya tanpa terlihat mencurigakan, tapi berat tubuhnya membuat jalanku jadi tidak seimbang, seolah aku terlalu banyak minum.
Bagaimana menurutmu" dia berbisik di telingaku, bibirnya terasa panas di kulitku. Aku tidak yakin apakah dia setengah mengigau gara-gara rasa sakitnya, atau apakah itu gara-gara pakaianku, tapi aku tak keberatan dengan rayuan frontalnya malam ini. Itu lebih baik daripada suasana canggung di kereta tadi. Day berhati-hati agar kepalanya tetap menunduk, matanya tersembunyi di bawah bulu mata dan dia selalu menyingkir dari para tentara yang berjalan bolak-balik di sepanjang trotoar. Dia bergerak tak nyaman dalam jaket dan celana militernya. Topi tentara berwarna hitam menyembunyikan sebagian besar wajah dan rambut pirang platinanya.
Cukup bagus, sahutku. Ingat, kau mabuk. Dan senang. Kau harus terlihat bergairah pada gadis pendampingmu. Cobalah tersenyum lebih lebar.
Day menampilkan senyum palsu yang sangat lebar di wajahnya. Memesona seperti biasa. Oh, ayolah, Manis. Kurasa aku sudah melakukannya dengan sangat baik. Di lenganku ada gadis pendamping paling cantik mana mungkin aku tidak bergairah padamu" Memangnya aku tidak terlihat bergairah" Lihat, aku sangat bergairah. Dia mengedipkan mata padaku.
Dia terlihat sangat menggelikan sehingga mau tak mau aku tertawa. Seorang pejalan kaki yang lewat menatapku.
Jauh lebihbaik. AkumenggigilsaatDaymenyentuhkan wajahnya ke leherku. Tetap bersikap biasa. Konsentrasi. Perhiasan emas yang melingkari pinggang dan pergelangan
kakimu" Day menarik diri sedikit. Baik-baik saja sampai kau bertanya, bisiknya. Dahinya mengernyit saat dia menginjak retakan di trotoar. Aku mempererat peganganku padanya. Aku akan menahannya sampai kita tiba di pemberhentian kita berikutnya.
Ingat, dua jari di dahi kalau kau perlu berhenti. Ya, ya, akan kuberi tahu kau kalau aku kewalahan. Sepasang tentara berpapasan dengan kami. Mereka bersama teman minum masing-masing, gadis-gadis pendamping dengan celak mata berkilauan dan tato yang terlukis elegan di wajah mereka. Tubuh mereka dibalut oleh kostum penari tipis dan syal bulu merah imitasi. Salah satu dari tentara itu menangkap pandanganku dan tertawa. Matanya melebar di balik kacamatanya.
Kau dari klub mana, Cantik" godanya. Aku tak ingat pernah melihat wajahmu di sekitar sini.
Tangannya terjulur ke arah pinggangku yang terbuka, berharap bisa menyentuh kulitku. Sebelum dia dapat mencapaiku, tangan Day menepisnya dengan kasar.
Jangan sentuh dia. Day nyengir dan mengedipkan mata pada serdadu itu, sambil tetap mempertahankan sikapnya yang riang. Namun, peringatan yang tersirat di mata dan suaranya membuat lawan bicaranya mundur. Dia mengerjap ke arah kami berdua, menggumamkan sesuatu, dan terhuyung-huyung pergi dengan rombongannya.
Kucoba meniru cara gadis-gadis pendamping itu mengikik sambil mengibaskan rambut. Lain kali biarkan saja, bisikku di telinga Day, bahkan aku mencium pipinya seakan-akan dia adalah pelanggan terbaik yang pernah ada. Hal terakhir yang kita butuhkan adalah perkelahian.
Apa" Day mengangkat bahu dan kembali berjalan penuh kesakitan. Itu akan menjadi perkelahian yang menyedihkan. Dia hampir tidak bisa berdiri.
Aku menggelengkan kepala, memutuskan untuk tidak menyatakan ironinya.
Grup yang terdiri dari sembilan tentara tersandungsandung melewati kami dalam keadaan linglung dan mabuk parah. (Tujuh taruna, dua letnan, dengan ban
tiba di sini dari utara dan belum menukar ban lengan batalion perang mereka dengan yang baru.) Gadis-gadis pendamping dari klub Bellagio bergelayutan di lengan mereka gadis-gadis berkilauan dengan kalung leher merah tua dan tato lengan berbentuk huruf B. Kemungkinan para tentara ini berpangkalan di barak yang berada di atas klub.
Aku mengecek lagi kostumku sendiri, yang dicuri dari ruang ganti di Sun Palace. Dari luar, aku tampak seperti gadis pendamping yang lain. Rantai emas dan perhiasan di sekeliling pinggang dan pergelangan kakiku. Bulu hias dan pita emas dijepit di kepangan rambut merah tuaku (dicat semprot). Celak mata berwarna gelap diselimuti taburan berkilau. Tato phoenix liar dilukis melintangi pipi bagian atas dan kelopak mata. Pakaianku dari sutra merah yang memperlihatkan bagian lengan dan pinggang, sementara sepatu botku bertali hitam.
Akan tetapi, ada satu hal pada kostumku yang tidak dikenakan gadis-gadis lain.
Sebuah rantai yang terdiri dari tiga belas cermin kecil berkilauan. Rantai cermin itu tersembunyi sebagian di antara ornamen-ornamen lain di sekeliling pergelangan kakiku, dan dari kejauhan hanya akan terlihat seperti perhiasan biasa. Sepenuhnya luput dari pengamatan. Namun, setiap kali lampu jalanan menyinarinya, cermincermin itu akan menjadi deretan cahaya indah yang menyilaukan. Tiga belas, nomor tidak resmi kelompok Patriot. Ini adalah sinyal kami untuk mereka. Mereka pasti mengawasi seluruh ruas jalan utama Vegas sepanjang waktu, jadi aku tahu mereka akan melihat sederetan cahaya pada tubuhku. Dan ketika mereka memperhatikannya, mereka akan mengenali kami sebagai pasangan yang sama dengan yang mereka selamatkan di Los Angeles.
Selama sedetik, deretan JumboTrons di jalan mengeluarkan suara gemeresik. Sumpah nasional akan segera dimulai lagi dalam beberapa menit. Tidak seperti Los Angeles, Vegas menyiarkan sumpah nasional lima kali sehari semua JumboTrons akan menghentikan sejenak iklan atau berita apa pun yang sedang mereka siarkan, menggantinya dengan potret agung Elector Primo,
suara kota: Saya bersumpah setia kepada bendera Republik Amerika, kepada Elector Primo, dan kepada negara kami yang agung, untuk bersatu melawan Koloni menuju kemenangan yang akan datang!
Beberapa waktu lalu, aku selalu mengucapkan sumpah itu setiap pagi dan siang dengan antusiasme yang sama seperti setiap orang, bertekad untuk memerangi Koloni di pantai timur agar mereka tidak mengambil alih daratan pantai barat kami yang berharga. Itu sebelum aku mengetahui peran Republik dalam kematian keluargaku. Aku tidak yakin apa yang kupikirkan sekarang. Membiarkan Koloni menang"
JumboTrons mulai menyiarkan putaran berita rekap mingguan. Day dan aku menonton berita-berita utama silih berganti di layar:
REPUBLIK BERHASIL REBUT DARATAN KOLONI
DALAM PERTEMPURAN AMARILLO, TEXAS TIMUR
PERINGATAN BANJIR DICABUT UNTUK SACRAMENTO, CALIFORNIA
ELECTOR BERI DUKUNGAN MORIL DENGAN KUNJUNGI PASUKAN MEDAN PERANG UTARA Kebanyakan berita itu agak tidak menarik laporanlaporan dari medan perang seperti biasa, kabar terbaru cuaca dan hukum, peringatan karantina untuk Vegas. Kemudian, Day menepuk bahuku dan memberi isyarat agar aku melihat ke salah satu layar.
KARANTINA DI LOS ANGELES DIPERLUAS KE SEKTOR EMERALD DAN OPAL
terpancang pada layar meskipun berita itu sudah lewat. Bukankah orang-orang kaya tinggal di sana"
Aku tidak yakin harus membalas apa karena aku sendiri masih berusaha memproses informasi tersebut. Sektor Emerald dan Opal & . Apa ini suatu kesalahan" Atau sudahkah wabah di LA menjadi cukup serius sampai diberitakan di JumboTrons Vegas" Aku tak pernah melihat karantina diperluas sampai sektor-sektor kalangan atas. Sektor Emerald berbatasan dengan Ruby apa itu berarti sektor asalku juga akan dikarantina" Bagaimana dengan vaksinasi kami" Bukankah seharusnya vaksinasi itu untuk mencegah hal-hal semacam ini" Aku memikirkan kembali isi jurnal Metias. Pada hari-hari mendatang, katanya, akan ada virus tak terkendali yang tidak bisa dihentikan siapa pun. Aku ingat hal-hal yang Metias ungkapkan, pabrik-pabrik bawah tanah, penyakit-penyakit merajalela & wabah yang sistematis. Tubuhku menggigil. Los Angeles akan mengatasinya, kataku pada diri sendiri. Wabah itu akan lenyap, seperti yang selalu terjadi.
Lebih banyak berita tayang silih berganti. Ada berita yang familier, tentang eksekusi Day. Berita ini menampilkan tayangan di lapangan tembak ketika kakak Day, John, menerima tembakan yang seharusnya untuk Day, lalu roboh ke tanah. Day mengalihkan pandangan ke jalan.
Berita lain yang muncul lebih baru, menampilkan: TELAH HILANG
NO. SS 1 : 2001963034 JUNE IPARIS
AGEN KELOMPOK PATROLI KOTA LOS ANGELES
USIA/JENIS KELAMIN: 15, PEREMPUAN TINGGI: 165 CM
RAMBUT: COKELAT MATA: COKELAT
Wikipedia) TERAKHIR TERLIHAT DI DEKAT AULA BATALLA, LOS ANGELES, CALIFORNIA 350.000 NOTES REPUBLIK BAGI YANG MENEMUKAN JIKA MELIHATNYA, SEGERA LAPOR KE PIHAK BERWENANG
Republik ingin rakyatnya berpikir begitu. Bahwa aku hilang , bahwa mereka berharap untuk membawaku kembali dengan aman dan sehat. Mereka tidak mengatakan kemungkinan mereka menginginkanku mati. Aku telah menolong kriminalis paling tersohor di negeri ini kabur dari eksekusinya, membantu kelompok pemberontak Patriot dalam pemberontakan bertahap melawan markas besar militer, dan berpaling dari Republik.
Tapi, mereka tidak mau informasi itu diketahui khalayak, jadi mereka memburuku diam-diam. Laporan orang hilang itu menampilkan foto dari ID militerku wajah lurus tanpa senyum, tiada polesan kecuali sedikit lipgloss, rambut gelap yang dikuncir tinggi, serta lambang emas Republik yang bersinar, kontras dengan jubah hitamku. Aku bersyukur tato phoenix itu menyembunyikan setengah wajahku sekarang.
Kami berjalan sampai ke tengah ruas jalan utama sebelum pengeras suara bergemeresik lagi untuk menyetel sumpah. Day dan aku berhenti melangkah. Day tersandung lagi dan hampir jatuh, tapi aku berhasil menangkapnya cukup cepat untuk membuatnya tetap tegak. Orang-orang di jalan menengadah ke arah JumboTrons (kecuali beberapa tentara yang berbaris di pinggir setiap persimpangan jalan untuk memastikan semua orang berpartisipasi). Layar-layar berkelip. Gambar-gambar di sana lenyap menjadi hitam total, kemudian digantikan dengan potret Elector Primo beresolusi tinggi.
Saya bersumpah setia Mengulangi kata-kata itu bersama orang-orang di jalan hampir terasa menyenangkan, setidaknya sampai aku
mengenang malam ketika aku pertama kali menangkap Day, ketika Elector dan putranya datang untuk memberiku selamat secara pribadi karena berhasil memenjarakan kriminalis dengan reputasi paling buruk. Aku teringat bagaimana rupa Elector dari dekat. Potret di JumboTrons menampilkan mata hijau, rahang kuat dan rambut keriting gelap yang sama & tapi di situ mereka membuang ekspresi dingin dan warna pucat pada kulitnya. Potret itu membuat beliau tampak kebapakan dengan pipi merah jambu yang sehat. Bukan seperti yang kuingat.
kepada bendera Republik Amerika
Mendadak, siaran itu berhenti. Terjadi keheningan di jalan, diikuti bisikan-bisikan bingung. Dahiku berkerut. Ini tidak biasa. Aku tidak pernah melihat sumpah diinterupsi, tidak sekali pun. Dan, sistem JumboTrons terhubung sehingga kerusakan pada satu layar tidak akan memengaruhi yang lain.
Day menatap layar-layar yang macet, sementara aku segera menoleh ke para tentara yang berbaris di jalan.
Insiden aneh" kata Day. Suara napasnya yang tidak wajar membuatku khawatir. Bertahanlah sebentar lagi. Kita tidak bisa berhenti di sini.
Aku menggeleng. Tidak. Lihat para tentara itu. Aku mengangguk pelan ke arah mereka. Sikap berdiri mereka berubah. Senapan mereka tidak digantung di bahu lagi sekarang mereka memegangnya. Mereka mempersiapkan diri menghadapi reaksi masyarakat.
Day menggelengkan kepalanya perlahan. Dia tampak pucat tak tenang. Sesuatu telah terjadi.
Potret Elector menghilang dari JumboTrons dan segera digantikan oleh serangkaian gambar baru. Mereka menampilkan seorang pria yang mirip sekali dengan Elector hanya saja lebih muda, baru awal dua puluhan, dengan mata hijau dan rambut keriting yang sama. Sekilas aku teringat rasa senang yang kurasakan ketika aku pertama kali bertemu pria itu di pesta penangkapan Day. Dia Anden Stavropoulos, putra Elector Primo.
Day benar. Sesuatu yang besar telah terjadi. Elector Republik sudah meninggal.
alih pengeras suara. Sebelum melanjutkan sumpah kita, kami harus menginstruksikan seluruh tentara dan warga sipil untuk mengganti potret Elector di rumah Anda. Anda bisa mengambil potret baru di markas polisi lokal. Inspeksi untuk memastikan kerja sama Anda akan dimulai dalam dua minggu.
Suara itu mengumumkan hasil pemilu nasional yang sudah bisa ditebak. Namun, kematian Elector tidak disebutsebut sama sekali. Begitu pula promosi putranya.
Republik telah berpaling begitu saja ke Elector baru tanpa berhenti sejenak pun, seakan-akan Anden adalah orang yang sama dengan ayahnya. Kepalaku pusing kucoba mengingat apa yang kupelajari di sekolah tentang pemilihan Elector baru. Elector selalu memilih penerusnya, dan pemilu nasional akan memperkuat hal itu. Tidak mengherankan Anden adalah calon penerus yang paling kuat tapi Elector kami telah berkuasa selama beberapa dekade, jauh sebelum aku lahir. Sekarang dia sudah tiada. Dunia kami berubah dalam sekejap.
Seperti aku dan Day, setiap orang di jalan ini paham betul apa yang harus dilakukan: seolah ada yang memberi aba-aba, kami semua membungkuk ke potret di JumboTrons dan menyerukan sisa sumpah yang telah muncul di layar. kepada Elector Primo, dan kepada negara kami yang agung, untuk bersatu melawan Koloni menuju kemenangan yang akan datang! Kami mengulanginya terus dan terus selama katakata itu tetap ada di layar, tidak ada yang berani berhenti. Aku melihat sekilas pada tentara yang berbaris di jalanan. Pegangan di senapan mereka mengencang. Akhirnya, setelah sekian lama, kata-kata itu menghilang dan Jumbo-Trons kembali ke putaran beritanya yang biasa. Kami semua mulai berjalan lagi, seakan tidak terjadi apa-apa.
Kemudian Day tersandung. Kali ini aku merasakan dia gemetar, dan jantungku mencelos. Bertahanlah, bisikku. Aku terkejut karena hampir berkata, Bertahanlah Metias. Kucoba memegangi Day, tapi dia tergelincir.
Maafkan aku, dia balik berbisik. Wajahnya berkilau karena keringat, matanya terpejam erat kesakitan. Dia
Dengan liar, aku menatap sekeliling. Terlalu banyak tentara jarak yang harus kami tempuh masih jauh.
Tidak, kau harus terus, kataku sungguh-sungguh. Bertahanlah. Kau pasti bisa.
Tapi kali ini tidak ada gunanya. Sebelum aku bisa menangkapnya, dia jatuh ke depan dan roboh ke tanah.[]
E LECTOR P RIMO W AFAT . Semua ini sepertinya sangat antiklimaks, kan" Kau akan mengira kematian Elector akan diiringi pawai orang-orang dalam upacara pemakaman agung, kepanikan di jalanan, hari berkabung nasional, para tentara meletuskan tembakan tanda hormat ke angkasa. Buket bunga raksasa, benderabendera berkibar rendah, kain putih bergantungan di setiap bangunan. Sesuatu yang heboh semacam itulah. Tapi, baru kali ini aku menjadi saksi wafatnya seorang Elector. Selain penunjukkan penerus Elector yang diinginkan Elector lama dan pemilu palsu untuk menunjukkannya, aku tidak tahu apa yang seharusnya terjadi.
Sepertinya Republik berpura-pura peristiwa ini tidak
Sekarang, aku ingat pernah membaca tentang ini saat masih sekolah dulu. Ketika tiba saatnya untuk Elector Primo yang baru, negara harus mengingatkan rakyatnya untuk tetap bersikap positif. Berkabung akan membawa kelemahan dan kekacauan. Terus melangkah maju adalah satu-satunya cara. Yeah. Pemerintah memang setakut itu untuk menunjukkan ketidakpastian pada warga sipil.
Tapi, aku hanya punya sedetik untuk memikirkan hal ini.
Kami hampir menyelesaikan sumpah baru ketika rasa sakit datang dengan cepat menyerang kakiku. Sebelum aku bisa menghentikannya, aku terbungkuk dan roboh dengan bertumpu pada lututku yang sehat. Dua tentara menoleh ke arah kami. Aku tertawa sekeras yang kubisa, berpura-pura air mataku adalah air mata geli. June mengikuti jejakku, tapi aku bisa melihat ketakutan di wajahnya. Ayolah, bisiknya kalut. Sebelah lengannya yang ramping melingkar di pinggangku dan aku mencoba menerima uluran tangannya. Untuk pertama kalinya, semua orang di sekitar jalanan ini memperhatikan kami. Kau harus bangun. Ayo.
Kukerahkan seluruh tenaga yang kupunya untuk tetap tersenyum. Fokus pada June. Kucoba berdiri kemudian terjatuh lagi. Sial. Rasa sakit ini luar biasa. Cahaya putih menusuk bagian belakang mataku. Bernapas, kataku pada diri sendiri. Kau tidak bisa pingsan di tengah-tengah jalanan Vegas.
Ada masalah apa, Serdadu"
Seorang kopral muda bermata cokelat pucat berdiri di depan kami dengan lengan terlipat. Tampaknya dia sedang terburu-buru, tapi rupanya hal itu tidak cukup penting untuk mencegahnya memeriksa kami. Sebelah alisnya terangkat saat melihatku. Kau tidak apa-apa" Kau pucat pasi.
Lari. Aku merasakan dorongan kuat untuk
Tapi, dia menyelamatkanku dari keharusan bicara. Tolong maafkan dia, Sir, katanya. Saya tidak pernah melihat pelanggan Bellagio minum sebanyak ini sekaligus. Dia menggelengkan kepala penuh sesal dan mengibaskan sebelah tangannya.
Anda sebaiknya minggir, lanjutnya. Saya rasa dia harus muntah.
Aku terkagum-kagum lagi pada betapa mulusnya dia bisa berubah menjadi orang lain. Cara yang sama dengan ketika dia membodohiku di jalanan Lake.
Kopral itu mengerutkan kening tak yakin sebelum kembali berpaling padaku. Matanya terfokus pada kakiku yang luka. Meskipun luka itu tersembunyi di balik lapisan celana tebal, dia tetap mengamatinya. Kurasa gadis pendampingmu tidak mengerti apa yang dikatakannya. Sepertinya kau harus pergi ke rumah sakit. Dia mengangkat tangan untuk melambai pada truk medis yang lewat.
Aku menggeleng. Tidak, terima kasih, Sir, aku berhasil mengucapkannya dengan tawa lemah. Si Manis ini menceritakan terlalu banyak lelucon. Saya hanya perlu menarik napas saja lalu tidur. Kami
Tapi, dia tidak memperhatikan kata-kataku. Diamdiam aku mengumpat. Jika kami pergi ke rumah sakit, mereka akan memeriksa sidik jari kami, lalu mereka akan tahu siapa kami sebenarnya dua buronan Republik yang paling dicari. Aku tidak berani melirik June, tapi aku tahu dia juga sedang berusaha mencari jalan keluar.
Kemudian, muncul kepala seseorang dari balik si Kopral.
Dia adalah gadis yang langsung aku dan June kenali, meskipun aku tak pernah melihatnya dalam seragam Republik yang masih baru dan mengilap. Sepasang kacamata pilot melingkari lehernya. Dia berjalan melewati si Kopral dan berdiri di depanku, tersenyum ramah.
Hei! katanya. Sudah kuduga itu kau aku melihatmu terhuyung-huyung seperti orang gila di sepanjang jalan ini!
memaksaku berdiri dan menepuk punggungku keraskeras. Aku mengernyit, tapi cengiranku menunjukkan bahwa aku telah mengenalnya seumur hidupku. Kangen kau, akhirnya aku berkata.
Tak sabar, si Kopral memberi isyarat pada si Gadis pendatang baru. Kau kenal dia"
Gadis itu mengibaskan rambut bob hitamnya dan memberi si Kopral cengiran paling genit yang pernah kulihat seumur hidup. Kenal dia, Sir" Kami di skuadron yang sama pada tahun pertama. Dia mengedip padaku. Kelihatannya dia berulah lagi di klub-klub.
Si Kopral mendengus tak tertarik dan memutar mata. Anggota pasukan udara, eh" Yah, pastikan dia tidak melakukan itu lagi di depan publik. Aku hampir berpikir untuk memanggil komandanmu. Kemudian, dia teringat apa yang harus dilakukannya dan segera berlalu.
Aku mengembuskan napas. Tadi itu benar-benar nyaris sekali.
Setelah kopral itu pergi, gadis itu tersenyum menawan padaku. Bahkan, meskipun tertutup baju lengan panjang, aku tahu salah satu lengannya digips. Barakku dekat dari sini, katanya. Ada kegelisahan dalam suaranya yang membuatku sadar bahwa dia tak senang melihat kami. Bagaimana kalau kalian berdua istirahat di sana sebentar"
Kau bahkan bisa mengajak mainan barumu. Gadis itu mengatakannya sambil mengangguk pada June.
Kaede. Dia tidak berubah sedikit pun sejak siang itu, ketika aku bertemu dengannya dan menganggap dia hanya seorang bartender dengan tato tumbuhan merambat. Jauh sebelum aku tahu dia seorang Patriot. Tunjukkan jalannya, sahutku.
Kaede membantu June memapahku sampai blok lain. Dia menghentikan langkah kami di pintu depan Venezia bangunan bertingkat yang terdiri dari barakbarak yang penuh ukiran. Kemudian, dia mengantar kami melewati penjaga pintu yang bosan dan melintasi aula utama bangunan. Langit-langitnya cukup tinggi
bendera Republik dan potret-potret Elector yang tergantung di antara jajaran pilar-pilar batu di dinding. Para penjaga sudah terburu-buru mengganti semua potret tersebut dengan yang terbaru.
Kaede memimpin kami sambil terus membicarakan berbagai hal tanpa henti. Rambut hitamnya sekarang makin pendek, dipotong lurus sejajar dagu, dan kelopak matanya yang halus dipoles celak biru tua. Aku tak pernah memperhatikan bahwa ternyata tinggi kami sepantar. Segerombolan tentara mondar-mandir, dan aku menunggu salah satu dari mereka mengenaliku dari iklan buronanku dan membunyikan alarm. Mereka juga akan mengenali June di balik samarannya. Atau, menyadari bahwa Kaede bukan tentara sungguhan. Kemudian, mereka semua akan tahu yang sebenarnya dan kami takkan punya kesempatan sama sekali.
Tapi tidak ada yang menanyai kami, dan sebenarnya kepincanganku menolong kami membaur di sini; aku bisa melihat beberapa serdadu dengan lengan dan kaki digips. Kaede memimpin kami ke lif t aku tidak pernah naik lif t sebelumnya, sebab aku tidak pernah berada di gedung dengan listrik menyala penuh. Kami menuju lantai delapan. Tentara yang ada di sini lebih sedikit. Malah, kami melewati bagian koridor yang sepenuhnya kosong.
Di sinilah akhirnya Kaede menampakkan karakter aslinya yang penuh semangat. Kalian berdua terlihat seperti tikus got, omel Kaede seraya mengetuk perlahan salah satu pintu. Kakimu masih sakit, ya" Kalian sangat keras kepala, datang jauh-jauh ke sini untuk menemukan kami. Dia mencibir pada June. Cahaya menyebalkan di bajumu itu hampir membuatku buta.
June bertukar pandang denganku. Aku tahu persis apa yang dia pikirkan. Bagaimana bisa sekelompok pelaku kriminal tinggal di salah satu barak militer terbesar di Vegas"
Terdengar bunyi klik di balik pintu. Kaede mendorongnya terbuka, kemudian melangkah masuk
sederhana kami, dia mengumumkan seraya menyapukan tangan ke seluruh ruangan. Setidaknya untuk beberapa hari ke depan. Tidak terlalu buruk, kan"
Aku tak tahu apa yang kuharap akan kulihat. Sekumpulan remaja, mungkin, atau beberapa operasi berbiaya rendah.
Alih-alih demikian, kami memasuki ruangan yang di dalamnya hanya ada dua orang menunggu kami. Aku terpana melihat sekeliling. Aku belum pernah berada di barak Republik sungguhan, tapi yang ini pasti disediakan untuk pejabat tidak mungkin mereka menggunakan tempat ini untuk tempat tinggal prajurit biasa. Pertamatama, ruangan ini bukan kamar panjang dengan deretan ranjang tingkat. Ini pasti apartemen kelas atas untuk satu atau dua pejabat tinggi. Ada cahaya listrik di langit-langit, juga di lampu-lampu lain. Ubin marmer berwarna perak dan krem menutupi lantai. Dinding ruangan ini dicat selangseling dalam nuansa putih dan warna anggur. Sofa serta meja yang ada memiliki bantalan kaki tebal berwarna merah. Sebuah layar kecil menempel datar pada salah satu dinding, tanpa suara menampilkan putaran berita yang sama dengan yang disiarkan JumboTrons di luar.
Aku bersiul kecil. Sama sekali tidak buruk. Aku tersenyum, tapi senyum itu segera lenyap saat melirik June. Wajahnya tampak tegang di balik tato phoenixnya. Meskipun matanya tetap netral, jelas sekali dia tidak senang dan tidak merasa terkesan sepertiku. Yah, kenapa dia harus terkesan" Aku bertaruh apartemennya sendiri pasti sebagus ini. Pandangannya secara teratur berkelana ke sekeliling ruangan, memperhatikan benda-benda yang mungkin tak pernah kulihat. Tajam dan selalu penuh perhitungan, seperti seharusnya tentara Republik yang baik. Sebelah tangannya tetap berada di dekat pinggang, tempat dia menyimpan sepasang pisau.
Tak lama kemudian, perhatianku beralih pada gadis yang berdiri di belakang sofa sebelah tengah. Tatapannya terkunci padaku dan matanya menyipit
melihatku. Mulutnya membuka dalam keterkejutan, bibir merah jambu kecil membentuk huruf O. Sekarang, rambutnya terlalu pendek untuk dikepang rambut itu terurai hingga pertengahan leher dalam gaya bob berantakan. Tunggu sebentar. Jantungku melonjak. Aku tidak mengenalinya gara-gara ram-but itu.
Tess. Kau di sini! serunya. Sebelum aku bisa membalas, Tess berlari ke arahku dan melingkarkan lengannya di sekeliling leherku. Aku terhuyung ke belakang, berjuang agar tetap seimbang. Ini benar-benar kau aku tak percaya, kau di sini! Kau baik-baik saja!
Aku tidak bisa segera berpikir. Selama sedetik, aku bahkan tidak merasakan sakit di kakiku. Yang bisa kulakukan hanya melingkarkan lenganku erat-erat di pinggang Tess, menenggelamkan kepalaku di bahunya, dan memejamkan mata. Rasa berat di kepalaku terangkat, meninggalkan kelegaan yang membuatku lemah. Aku menghela napas panjang, menyamankan diri dalam kehangatan tubuhnya dan aroma harum rambutnya. Aku telah melihatnya setiap hari sejak usiaku dua belas tahun tapi setelah sekian minggu berpisah, tiba-tiba aku bisa melihat bahwa dia sudah bukan bocah sepuluh tahun yang kutemukan di gang kecil itu. Dia tampak berbeda. Lebih dewasa. Aku merasakan sesuatu bergolak di dadaku.
Senang melihatmu, Sepupu, bisikku. Kau terlihat sehat.
Tess hanya memelukku lebih erat. Aku sadar dia menahan napas; dia berusaha keras agar tidak menangis.
Kaede-lah yang menginterupsi momen itu. Cukup, katanya. Ini bukan opera sabun. Kami saling melepaskan diri dan tertawa canggung, kemudian Tess mengusap matanya dengan punggung tangan. Dia bertukar senyum tak nyaman dengan June. Akhirnya, dia berbalik dan cepatcepat kembali ke tempat satu orang lagi, seorang pria, menunggu.
Kaede membuka mulut untuk mengatakan
tangannya yang bersarung tangan. Ini mengejutkanku. Ditilik dari sikap Kaede yang begitu sok, aku mengira Kaede berkedudukan tinggi dalam kelompok ini. Tak bisa dibayangkan dia menerima perintah dari siapa pun. Namun, dia hanya mengatupkan bibir dan menghempaskan diri di sofa, sementara pria itu bangkit untuk menyambut kami. Dia tinggi, mungkin sekitar empat puluhan, dan tubuhnya kekar dengan sedikit otot-otot di bahunya. Kulitnya cokelat terang dan rambut keritingnya diikat pendek mengikal di belakang. Sebuah kacamata berbingkai hitam tipis bertengger di hidungnya.
Jadi. Kau pasti orang yang sudah sering kami dengar, kata pria itu. Senang bertemu denganmu, Day.
Kuharap aku bisa melakukan sesuatu yang lebih baik daripada berdiri sempoyongan dalam kesakitan. Kami juga. Terima kasih sudah menerima kami.
Maafkan kami karena tidak mengantar sendiri kalian berdua ke Vegas, ujarnya meminta maaf sambil membetulkan kacamatanya. Memang terdengar dingin, tapi aku tidak suka membahayakan anak buahku jika tak perlu. Pandangannya beralih pada June. Dan kutebak kau si Genius Republik.
June memiringkan kepala dengan gerakan yang mencerminkan kelasnya sebagai kalangan atas.
Tapi, kostum gadis pendampingmu sangat meyakinkan. Mari kita lakukan tes singkat untuk membuktikan identitasmu. Tolong pejamkan matamu. June ragu-ragu sejenak, tapi akhirnya menurut. Pria itu melambaikan tangan ke bagian depan ruangan. Sekarang, bidik target di dinding dengan salah satu pisaumu.
Aku mengerjap, kemudian mengamati dinding. Target" Aku bahkan tidak memperhatikan ada papan sasaran anak panah dengan tiga lingkaran target di dinding dekat pintu tempat kami datang. Namun, June langsung bergerak. Dia menarik keluar sebilah pisau dari pinggangnya, berbalik, lalu melemparnya tepat ke papan sasaran tanpa membuka mata.
meleset beberapa inci dari titik tengah target.
Pria itu bertepuk tangan. Bahkan, Kaede mengucapkan gerutuan tanda setuju, kemudian memutar mata. Oh, demi Tuhan, kudengar dia menggumam. June kembali berbalik ke arah kami dan menunggu respons pria itu. Aku tercengang tanpa suara. Seumur hidup aku belum pernah melihat siapa pun menguasai pisau seperti itu. Dan, meskipun aku sudah melihat banyak hal menakjubkan dari June, ini pertama kalinya aku menyaksikan dia menggunakan senjata. Itu membuatku gemetar sekaligus menggigil, membawa kenangan yang kupaksa simpan rapat-rapat di benakku, pikiran yang harus kukubur jika aku ingin tetap fokus, tetap bertahan.
Senang bertemu denganmu, Miss Iparis, kata pria itu, menyatukan kedua tangan di belakang punggung. Sekarang, katakan. Apa yang membawa kalian kemari"
June mengangguk ke arahku, jadi akulah yang bicara.
Kami butuh bantuan Anda, kataku. Tolong. Aku datang untuk Tess, tapi aku juga sedang berusaha menemukan adikku, Eden. Aku tak tahu untuk apa Republik memanfaatkan dia atau di mana mereka menyekapnya. Kami pikir Anda adalah satu-satunya orang di luar militer yang mungkin bisa memperoleh informasi. Dan terakhir, tampaknya kakiku perlu dioperasi. Aku menahan napas ketika rasa kejang yang nyeri membakar lukaku. Pria itu melihat sekilas ke kakiku; alisnya berkerut khawatir.
Itu daf tar yang panjang, ujarnya. Kau harus duduk. Sepertinya kau agak susah berdiri. Dengan sabar dia menungguku bergerak, tapi ketika melihatku bergeming, dia berdeham. Yah, kalian sudah memperkenalkan diri maka aku pun akan melakukan hal yang sama. Namaku Razor, dan saat ini aku adalah ketua kelompok Patriot. Aku telah memimpin organisasi ini selama beberapa tahun, lebih lama dari sepak terjangmu membuat masalah di jalanan Lake. Kau
penolakanmu atas undangan untuk bergabung dengan kami. Beberapa kali.
Dia menoleh ke jendela berwarna yang menghadap ke jajaran dermaga pendaratan berbentuk piramida. Pemandangan dari sini menakjubkan. Pesawat-pesawat zeppelin meluncur bolak-balik di langit malam berselimut cahaya, beberapa di antaranya mendarat tepat di puncak piramida layaknya potongan puzzle. Terkadang, kami melihat formasi jet tempur, berbentuk seperti elang hitam, lepas landas dari dan mendarat pada landasan pacu. Perputaran aktivitas itu tidak pernah berakhir. Mataku beralih cepat dari satu bangunan ke bangunan lain; khususnya dermaga piramida itu. Akan mudah sekali memanjatnya, dengan lekukan di setiap sisinya dan lereng miring membatasi bagian pinggirnya.
Aku sadar Razor menunggu responsku lagi. Dulu aku tidak sepenuhnya nyaman dengan jumlah anggota organisasi Anda, kilahku.
Tapi ternyata sekarang kau di sini, kata Razor. Katakatanya menyentil, tetapi nada suaranya bersimpati. Dia menyatukan kedua telapak tangannya dan menekankan ujung jari-jarinya ke bibir. Karena kau membutuhkan kami. Benar"
Yah, aku tidak bisa membantah itu. Maaf, kataku. Kami kehabisan pilihan. Tapi percayalah, tidak apa-apa jika kalian menolak kami. Asal jangan laporkan kami pada Republik, tolong. Kupaksakan seulas senyum.
Dia tertawa kecil karenakesinisanku. Aku memfokuskan pandangan pada benjolan bengkok di hidungnya dan bertanya-tanya apakah dulu hidung itu pernah patah. Mulanya aku tergoda untuk membiarkan kalian berdua berkeliaran di Vegas sampai kalian tertangkap, dia melanjutkan. Suaranya memiliki kelembutan seseorang yang bermartabat, berbudaya, dan karismatik. Aku akan berterus terang. Bagiku, kemampuanmu tidak seberharga dulu, Day. Sekian tahun ini kami telah merekrut Buronan yang lain dan
tim kami bukanlah prioritas. Temanmu sudah tahu dia berhenti sejenak untuk mengangguk pada June bahwa kelompok Patriot bukan badan amal. Kau meminta bantuan besar pada kami. Apa yang akan kau berikan sebagai imbalan" Kau tidak mungkin punya banyak uang.
June menatapku tajam. Dia mungkin telah memperingatkanku tentang hal ini saat kami di kereta, tapi aku tidak bisa menyerah sekarang. Jika kelompok Patriot menolak, kami akan benar-benar sendirian. Kami tidak punya banyak uang, aku mengaku. Aku tidak akan bicara atas nama June, tapi jika ada apa pun yang bisa kulakukan sebagai imbalan, katakan saja.
Razor melipat lengan, kemudian berjalan menuju bar di apartemen itu: sebuah konter yang melekat di dinding, terbuat dari batu granit rumit dengan rak berisi lusinan botol kaca dalam berbagai bentuk dan ukuran. Kami menunggu sementara dia menghabiskan beberapa saat untuk menuang minuman. Setelah selesai, dia mengangkat gelasnya dengan satu tangan dan berjalan kembali pada kami.
Ada sesuatu yang bisa kau tawarkan, dia memulai. Beruntung kalian tiba pada malam yang sangat menarik. Dia meneguk minumannya dan duduk di sofa. Seperti yang kalian lihat saat masih di jalanan tadi, hari ini Elector Primo yang lama wafat sesuatu yang lingkaran elite Republik tahu akan segera terjadi. Bagaimanapun, putranya, Anden, adalah Elector baru Republik. Dia hampir sepenuhnya masih bocah, dan sangat tidak disukai oleh para Senator ayahnya. Razor mencondongkan tubuh, mengucapkan setiap kata dengan berat dan hati-hati. Jarang sekali Republik serapuh sekarang. Ini waktu yang tepat untuk memercikkanrevolusi.Kemampuanfisikmumungkinbisakami manfaatkan sepenuhnya, tapi ada dua hal yang bisa kau berikan untuk kami, dua hal yang tidak bisa diberikan Buronan lain. Pertama: ketenaranmu,
kedua dia mengarahkan gelasnya pada June temanmu yang manis.
Kata-kata itu membuatku kaku, tapi tatapan Razor tetap hangat seperti madu. Kudapati diriku menunggu untuk mendengar lanjutan tawarannya.
Aku akan senang menerima kalian bergabung, dan kalian berdua akan mendapat perlakuan baik. Day, kami bisa mencarikanmu dokter hebat dan membayar operasi yang akan memulihkan kakimu. Aku tidak tahu soal keberadaan adikmu, tapi kami bisa membantumu menemukannya. Dan pada akhirnya, kami bisa menolong kalian berdua kabur sampai Koloni kalau itu yang kalian inginkan. Sebagai gantinya, kami meminta bantuan kalian untuk mengerjakan sebuah proyek baru. Tidak ada pertanyaan.
Tapi, kalian berdua harus menyatakan sumpah pada Patriot sebelum aku memberi tahu detail-detail tentang apa yang harus kalian lakukan. Inilah syarat-syaratku. Bagaimana menurut kalian"
June mengalihkan pandangan dariku ke Razor. Dia mengangkat dagunya lebih tinggi. Aku ikut. Aku bersumpah setia pada kelompok Patriot.
Ada sedikit kegoyahan dalam kata-katanya, seolah dia tahu bahwa dirinya telah benar-benar mengkhianati Republik. Susah payah aku menelan ludah. Tak kusangka dia akan setuju secepat itu kupikir dia akan butuh beberapa bujukan sebelum dia menyatakan diri bergabung ke kelompok yang jelas-jelas sangat dia benci beberapa minggu lalu. Kenyataan bahwa dia mengatakan ya menyentak hatiku. Jika June menyerahkan diri pada Patriot, dia pasti sadar bahwa kami tidak punya pilihan yang lebih baik. Dan dia melakukan ini demi aku.
Kutinggikan suaraku. Aku juga.
Razor tersenyum, bangkit dari sofa, dan mengangkat minumannya seolah ingin bersulang dengan kami. Kemudian, dia meletakkan gelasnya di meja kopi dan berjalan mendekat untuk menjabat erat tangan kami masing-masing.
kami membunuh Elector Primo yang baru. []
Aku tidak mempercayai Razor.
Aku tidak memercayainya karena aku tidak mengerti bagaimana dia mampu bersembunyi di tempat tinggal sebagus ini. Tempat tinggal pejabat, di Vegas pula. Harga masing-masing karpet di sini sekurang-kurangnya 29.000 Notes, terbuat dari semacam bulu sintetis mahal. Sepuluh lampu listrik di satu ruangan semuanya menyala.Seragamnya baru dan tak bernoda. Dia bahkan memiliki pistol hasil modifikasi yang tergantung di ikat pinggangnya. Baja anti karat, kemungkinan ringan, dengan hiasan tangan. Dulu kakakku punya pistol seperti itu.Satunya delapan belas ribu Notes lebih.Selain itu,pistol Razor pasti dimanipulasi.Tidak mungkin Republik melacak pistol itu dari sidik jari atau lokasinya.Dari mana kelompok Patriot mendapat uang dan kemampuan memanipulasi peralatan secanggih itu"
Pertama Razor pasti semacam komandan di Republik, pejabat yang berkhianat. Bagaimana lagi dia bisa tinggal di barak apartemen ini tanpa ketahuan"
Kedua kelompok Patriot didanai oleh seseorang yang berkantong sangat dalam. Koloni" Bisa jadi.
Terlepas dari semua kecurigaan dan tebakanku, tawaran Razor adalah yang terbaik yang mungkin kami dapatkan. Kami tidak punya uang untuk membeli bantuan di pasar gelap, dan tanpa bantuan, kami tak punya kesempatan untuk menemukan Eden atau berhasil tiba di Koloni. Aku juga tidak yakin kami bisa menolak tawaran Razor. Dia jelas belum mengancam kami dengan cara apa pun, tapi aku ragu dia akan membiarkan kami kembali begitu saja ke jalanan.
Dari sudut mataku, kulihat Day menunggu responsku atas pernyataan Razor. Kulihat betapa pucat bibirnya dan rasa sakit yang tampak di wajahnya. Itu hanya sedikit dari lusinan tanda-tanda pudarnya kekuatannya. Saat ini, kupikir hidupnya bergantung pada kesepakatan kami dengan Razor.
Membunuh Elector baru, kataku. Oke. Katakataku terdengar asing dan jauh. Sesaat aku teringat kembali saat bertemu Anden dan mendiang ayahnya di pesta perayaan penangkapan Day. Pikiran untuk membunuh Anden membuat perutku melilit. Dia Elector Republik sekarang. Setelah semua yang terjadi pada keluargaku, seharusnya aku senang punya kesempatan membunuhnya. Tapi, aku tidak merasa begitu, dan itu membuatku bingung.
Kalaupun Razor menyadari kebimbanganku, dia tidak menunjukkannya. Dia mengangguk setuju. Aku akan segera menghubungi Paramedis. Kemungkinan mereka takkan bisa datang sampai tengah malam ketika pergantian sif. Itu yang tercepat di tengah jadwal yang padat. Sementara itu, mari kita hentikan penyamaran kalian dan pakailah sesuatu yang lebih enak dilihat. Dia menatap Kaede sekilas. Gadis itu bersandar di sofa dengan bahu bungkuk dan wajah cemberut kesal, tanpa sadar mengunyah
mandinya dan beri mereka dua setel seragam baru. Setelah itu,kita akan makan malam, lalu kita bisa bicara lebih jauh tentang rencana kita. Dia mengembangkan lengannya lebar-lebar. Selamat datang di kelompok Patriot, Kawan Muda. Kami senang kalian bergabung.
Dan begitulah, secara resmi kami melompat ke pelukan mereka. Mungkin itu bukan hal yang buruk juga mungkin seharusnya aku tidak pernah berdebat dengan Day tentang ini sejak awal. Kaede memberi isyarat agar kami mengikutinya menuju ruangan yang terhubung dengan apartemen ini. Dia memimpin kami ke sebuah kamar mandi luas, lengkap dengan ubin marmer dan wastafel porselen, cermin dan kloset, bak mandi dan pancuran dengan dinding kaca buram. Aku tidak bisa tidak mengaguminya. Ini luar biasa mewah, bahkan jika dibandingkan dengan kamar mandi di apartemenku di sektor Ruby.
Jangan makan waktu semalaman, kata Kaede. Bergiliranlah atau mandi berdua saja, kalau itu lebih cepat. Kembalilah ke tempat tadi dalam setengah jam. Dia nyengir padaku (meski senyum itu tidak tampak di matanya), kemudian mengacungkan jempol pada Day yang bersandar kepayahan di bahuku. Kemudian,Kaede berbalik dan menghilang keluar ruangan sebelum aku sempat menyahut. Aku rasa dia belum benar-benar memaafkanku karena pernah mematahkan lengannya.
Day langsung terbungkuk-bungkuk setelah Kaede pergi. Bisakah kau menolongku duduk" bisiknya.
Kuturunkan tutup kloset dan dengan lembut membantunya duduk di sana. Dia meluruskan kakinya yang sehat, kemudian rahangnya menegang saat dia mencoba meluruskan kakinya yang terluka. Bibirnya mengerang. Harus kuakui, dia merengut, ini hari yang buruk. Setidaknya Tess selamat, sahutku.
Kata-kata barusan mengurangi sedikit rasa sakit di matanya. Ya, dia membeo, mendesah panjang. Setidaknya Tess selamat.
Aku merasakan denyut rasa bersalah yang tak kuduga. Wajah Tess tampak sangat manis, sepenuhnya baik. Dan,
Apakah aku baik" Aku tidak begitu tahu.
Kubantu Day melepas jaket dan topinya. Rambut panjangnya terurai bagai tirai mengenai lenganku. Biar kulihat kakimu. Aku berlutut, lalu menarik pisau dari ikat pinggangku. Kuiris kain celananya mulai dari kaki sampai pertengahan paha. Otot-otot kakinya kurus dan tegang, dan tanganku gemetar saat menyentuh kulitnya. Dengan sangat hati-hati, kuangkat kain itu untuk menyingkap lukanya yang dibalut. Kami berdua menahan napas. Ada lingkaran besar darah merah gelap di perban tersebut. Di bawahnya, luka itu bengkak dan berdarah.
Paramedis harus tiba di sini secepatnya, kataku. Kau yakin bisa mandi sendiri"
Day tersentak dan mengalihkan pandangan, pipinya memerah. Tentu saja aku bisa.
Alisku terangkat. Kau bahkan tidak bisa berdiri. Oke. Dia bimbang, lalu merona. Kurasa aku butuh bantuan.
Aku menelan ludah. Yah, harus pakai bak, kalau begitu. Ayo kita lakukan.
Aku mulai memenuhi bak mandi dengan air hangat. Setelah itu, aku mengambil pisau dan perlahan-lahan memotong perban penuh darah yang membungkus luka Day. Kami duduk di sana dalam keheningan, tak seorang pun dari kami menatap mata yang lain. Luka itu sendiri masih seburuk sebelumnya, berupa seonggok daging lembek seukuran kepalan tangan yang tidak mau dilihat Day.
Kau tidak harus melakukan ini, bisiknya sambil memutar-mutar bahu, berusaha rileks.
Baiklah. Aku tersenyum masam. Aku akan tunggu di luar dan baru datang menolong setelah kau terpeleset dan pingsan.
Tidak, sahut Day. Maksudku, kau tidak harus bergabung dengan kelompok Patriot.
Senyumku lenyap. Yah, kita tidak punya banyak pilihan, kan" Razor ingin kita berdua sama-sama ikut, atau dia tidak akan menolong kita sama sekali.
Selama sedetik tangan Day menyentuh lenganku, menghentikanku yang sedang setengah jalan melepas tali
Membunuh Elector baru" aku memalingkan wajah, kembali berkonsentrasi melepas tali dan mengendurkan masing-masing sepatu botnya sehati-hati yang kubisa. Itu adalah pertanyaan yang belum kupikirkan jawabannya, jadi aku mengelak. Yah, bagaimana menurutmu" Maksudku, kau berusaha keras untuk tidak melukai orang. Ini pasti membuatmu terguncang.
Aku terkejut karena Day hanya mengangkat bahu. Ada tempat dan waktu untuk segalanya. Suaranya dingin, lebih kasar dari biasanya. Aku tak pernah mengerti apa pentingnya membunuh tentara Republik. Maksudku, aku benci mereka, tapi mereka bukan sumbernya. Mereka hanya menaati atasan mereka. Tapi Elector" Aku tidak tahu. Menghabisi orang yang paling berkuasa dalam seluruh sistem ini adalah harga murah yang harus dibayar untuk memulai sebuah revolusi. Tidakkah kau pikir begitu"
Mau tak mau aku merasakan sedikit kekaguman pada sikap Day. Apa yang dia katakan sangat masuk akal. Tapi tetap saja, aku bertanya-tanya apakah dia akan mengatakan hal yang sama beberapa minggu lalu, sebelum semua yang menimpa keluarganya terjadi. Aku tidak berani menyebutnyebut perkenalanku dengan Anden di pesta perayaan itu. Lebih sulit menerima kenyataan bahwa kau harus membunuh seseorang yang pernah kau temui dan kagumi secara pribadi.
Yah, seperti yang sudah kubilang. Kita tidak punya pilihan.
Bibir Day mengatup lebih rapat. Dia tahu aku tidak memberi tahu apa yang sebenarnya kupikirkan. Pasti sulit bagimu untuk mengkhianati Elector, ujarnya. Tangannya menggantung lemas di samping tubuhnya.
Aku tetap menunduk dan mulai melepas sepatu botnya.
Waktu aku memindahkan bot itu, Day menggeliat untuk menyingkirkan jaket dari bahunya dan mulai membuka kancing rompinya. Hal itu mengingatkanku ketika aku pertama kali bertemu dengannya di jalanan Lake. Saat itu dia melepas rompinya setiap malam dan memberikannya pada Tess untuk digunakan sebagai bantal.
menanggalkan pakaian. Sekarang, dia membuka kancing kerah kemejanya, memperlihatkan sebagian kecil dadanya. Aku melihat kalung melingkari lehernya, seperempat dolar Amerika Serikat yang ditutupi logam halus di kedua sisinya. Dalam kegelapan sunyi kereta, Day menceritakan padaku tentang ayahnya yang membawa pulang dolar itu dari medan perang.
Usai melepas kancing terakhir, Day berhenti sejenak dan memejamkan mata. Aku bisa melihat rasa sakit menyayat wajahnya, dan itu membuatku berkaca-kaca. Kriminalis paling dicari di Republik hanyalah seorang pemuda yang sedang duduk di hadapanku, tiba-tiba saja menjadi sangat rapuh dan menampakkan seluruh kelemahannya.
Aku berdiri dan menyentuh kemejanya. Tanganku mengenai kulit bahunya. Kucoba untuk tetap bernapas tenang, pikiranku tetap tajam dan penuh perhitungan. Tapi, ketika aku membantu melepas kemeja dan menyingkap dada serta lengannya, aku bisa merasakan batas-batas logikaku mulai kabur. Di balik pakaiannya, Day tampak kurus dan sehat. Kulitnya halus, kecuali di beberapa bagian yang ada bekas lukanya (dia punya empat bekas luka kecil di dada dan pinggangnya, satu lagi berupa garis diagonal tipis memanjang dari tulang selangka kiri ke tulang paha kanan, serta keropeng yang sudah hampir sembuh di lengannya).
Dia menatapku lekat-lekat. Bagi orang yang belum pernah melihat Day, pasti sulit mendeskripsikannya eksotis, unik, luar biasa. Dia berada sangat dekat sekarang, cukup dekat bagiku untuk melihat riak cacat kecil di mata kirinya. Napasnya terasa hangat di pipiku, tapi aku tidak ingin berpaling.
Kita bersama-sama, kan" bisiknya. Kau dan aku" Kau ingin berada di sini, kan"
Ada rasa bersalah dalam suaranya. Ya, sahutku. Aku memilih ini.
Day menarikku cukup dekat sampai hidung kami bersentuhan. Aku mencintaimu.
Jantungku melonjak kegirangan mendengarnya tapi
marah. Benar-benar mustahil, cemoohnya. Sebulan yang lalu dia bahkan tidak tahu kau ada. Jadi, aku berkata tanpa berpikir, Tidak, kau tidak mencintaiku. Belum.
Day mengerutkan alis, seolah-olah aku telah menyinggungnya. Aku sungguh-sungguh, katanya.
Aku mati kutu mendengar rasa sakit dalam suaranya. Tapi tetap saja. Itu cuma kata-kata yang diucapkan seorang pemuda pada momen seperti ini. Kucoba memaksa diriku mengatakan hal yang sama padanya, tapi kata-kata itu membeku di lidahku. Bagaimana dia bisa begitu yakin" Aku benar-benar tak memahami seluruh perasaan aneh yang ada dalam diriku ini apakah aku di sini karena aku mencintainya, atau karena aku berutang padanya"
Day tidak menunggu jawabanku. Sebelah tangannya melingkari pinggangku dan bergerak lurus ke punggungku, menarikku mendekat sehingga aku terduduk di kakinya yang sehat. Dia menciumku. Tangannya yang satu lagi mengelus wajahku; jari-jarinya terasa kasar dan halus pada saat bersamaan. Aku memejamkan mata. Pikiranku terasa kabur dan jauh, tersembunyi di balik kehangatan berselimut cahaya samar. Aliran detail-detail kenyataan dalam pikiranku berjuang naik ke permukaan.
Kaede sudah pergi selama 8 menit, aku mengingatkan. Mereka meminta kita kembali ke sana dalam 22 menit.
Day meletakkan tangannya di rambutku dan dengan lembut menarikku lagi Biarkan mereka menunggu, bisiknya. Aku mencintaimu, ciumannya mencoba meyakinkanku.
Tindakannya membuatku sangat lemah sampai aku hampir roboh ke lantai. Dulu aku pernah mencium beberapa pemuda & tapi Day membuatku merasa belum pernah berciuman sebelumnya. Seolah dunia ini telah mencair menjadi sesuatu yang tak penting.
Tiba-tiba Day melepaskan diri dan perlahan mengerang kesakitan. Aku melihatnya memejamkan mata erat-erat, kemudian dia menarik napas dalam dan gemetar.
Pikiranku kembali jernih. Aku teringat di mana kami berada dan apa yang masih harus kami lakukan. Aku lupa airnya masih mengalir baknya hampir penuh. Kuulurkan tangan untuk mematikan keran. Ubin lantai ini terasa dingin di lututku. Seluruh tubuhku kesemutan.
Siap" kataku, berusaha memantapkan diri. Day mengangguk tanpa kata. Cahaya di matanya telah meredup.
Kutuangkan gel mandi cair ke dalam bak dan kuaduk air sampai berbusa. Kemudian, kuambil salah satu handuk yang digantung di kamar mandi itu dan melingkarkannya di sekeliling pinggang Day. Sekarang suasana menjadi canggung. Dia berhasil meraba-raba di balik handuk dan melonggarkan celananya, lalu kubantu dia melepasnya. Handuk itu menutupi semua yang perlu ditutupi, tapi aku tetap mengalihkan pandangan.
Aku menolong Day yang sekarang tidak memakai apa pun kecuali handuk dan kalungnya berdiri, dan setelah berjuang sebentar, kami berhasil memasukkan kakinya yang sehat ke dalam bak sehingga aku bisa pelan-pelan menurunkannya ke air. Aku berhati-hati agar kakinya yang luka tetap kering. Day mencengkeram erat rahangnya agar tidak berteriak kesakitan. Saat dia sudah nyaman di bak, pipinya basah oleh air mata.
Butuh lima belas menit untuk menggosok tubuhnya, juga seluruh rambutnya, sampai bersih. Setelah kami selesai, aku membantunya berdiri dan memejamkan mata saat dia mengambil handuk kering untuk dilingkarkan di pinggangnya. Pikiran untuk membuka mataku sekarang dan melihatnya telanjang di hadapanku membuat darahku mengalir deras. Seperti apa laki-laki telanjang" Aku kesal karena wajahku pasti terlihat jelas merah padam.
Kemudian,momen itu berakhir dan kami menghabiskan beberapa menit lagi untuk berjuang mengeluarkannya dari bak. Ketika akhirnya dia selesai dan sudah duduk lagi di atas tutup kloset, aku berjalan ke pintu kamar mandi. Sebelumnya aku tidak memperhatikan, tapi seseorang telah membuka pintu sedikit dan menjatuhkan dua setel seragam tentara baru untuk kami. Seragam batalion darat, dengan kancing Nevada. Pasti akan aneh
seragam itu. Day tersenyum lemah padaku. Trims. Senang bisa merasa bersih.
Sepertinya rasa sakit telah membawa kembali memorimemori terburuknya dari beberapa minggu belakangan ini, dan sekarang seluruh emosinya terpampang jelas di wajahnya. Senyumnya tidak selebar dulu. Seolaholah hampir sebagian besar kebahagiaannya sudah mati pada malam ketika dia kehilangan John, dan hanya sepotong kecil tersisa potongan yang dia simpan untuk Eden dan Tess. Diam-diam aku berharap dia juga menyimpan satu bagian kegembiraannya untukku.


Prodigy Karya Marie Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berbalik dan pakai bajumu, kataku. Lalu tunggu aku di luar. Aku tidak akan lama.
Kami kembali ke ruang tamu terlambat tujuh menit.Razor dan Kaede menunggu kami.Tess duduk sendirian di ujung sofa, kakinya dilipat ke bawah dagu, memperhatikan kami dengan ekspresi waspada.Tak lama kemudian,aku mencium aroma ayam panggang dan kentang. Pandanganku beralih cepat ke meja ruang makan di mana empat piring dengan hidangan di atasnya tersaji rapi, memanggil-manggil kami. Kucoba untuk tidak bereaksi terhadap aroma itu,tapi perutku bergemuruh.
Bagus sekali, kata Razor, tersenyum pada kami. Dia biarkan tatapannya terarah lama padaku. Kalian berdua membersihkan diri dengan baik. Kemudian, dia menoleh ke Day dan menggeleng. Kami mengatur agar makanan ini dibawa kemari, tapi karena beberapa jam lagi kau akan dioperasi, perutmu harus tetap kosong. Maaf aku tahu kau pasti lapar. June, silakan ambil sendiri.
Tatapan Day juga terpancang ke arah makanan itu. Menyebalkan, gumamnya.
Aku bergabung dengan yang lain di meja, sementara Day berbaring di sofa dan membuat dirinya senyaman yang dia bisa. Aku hampir membawa piringku untuk duduk di sebelahnya, tapi Tess mendahuluiku. Dia duduk di pinggir sofa sehingga punggungnya menyentuh pinggang Day. Selama Razor, Kaede, dan aku makan dalam diam di meja, terkadang aku mencuri pandang sekilas ke sofa. Day dan
yang sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Aku berkonsentrasi pada makananku, rasa panas akibat kejadian di kamar mandi tadi masih membakarku.
Aku menghitung setiap lima menit dalam kepalaku ketika akhirnya Razor meneguk minumannya dan bersandar ke belakang. Kuperhatikan dia lekat-lekat, masih bertanyatanya mengapa salah satu pemimpin Patriot ketua dari kelompok yang selalu kuasosiasikan dengan kekejaman begitu sopan.
Miss Iparis, katanya. Berapa banyak yang kau tahu tentang Elector baru kita"
Aku menggelengkan kepala. Kurasa tidak banyak. Di sebelahku, Kaede mendengus dan melanjutkan melahap makan malamnya.
Meski begitu, kau telah bertemu dia sebelumnya, kata Razor, mengungkap apa yang kuharap bisa kusembunyikan dari Day. Di pesta malam itu, yang diselenggarakan untuk merayakan penangkapan Day. Dia mengecup tanganmu. Benar"
Day berhenti sejenak dari percakapannya dengan Tess. Dalam hati aku merasa ngeri.
Kelihatannya Razor tidak memperhatikan ketidaknyamananku. Anden Stavropoulos adalah pria muda yang menarik, ujarnya. Mendiang Elector sangat menyayanginya. Sekarang Anden adalah Elector. Para Senator gelisah. Rakyat marah, dan mereka tak peduli sedikit pun apakah Anden berbeda dengan Elector sebelumnya. Seperti apa pun pidato yang Anden ucapkan untuk menyenangkan mereka, yang akan mereka lihat adalah pria kaya yang tidak mengerti bagaimana menyembuhkan penderitaan mereka. Mereka marah pada Anden karena membiarkan eksekusi Day tetap berlangsung, karena memburunya, karena tidak berkata apaapa untuk menentang kebijakan-kebijakan ayahnya, karena memberi harga untuk pencarian June & daftarnya masih panjang. Mendiang Elector punya kekuasaan besar terhadap militer. Sekarang, rakyat hanya melihat seorang raja muda yang punya kesempatan untuk bangkit dan menjadi versi lain ayahnya. Inilah kelemahan-kelemahan yang ingin kami
ada di pikiran kita. Anda kelihatannya tahu banyak tentang sang Elector muda. Anda juga kelihatannya tahu banyak tentang apa yang terjadi di pesta perayaan itu, sahutku. Aku tidak bisa menahan kecurigaanku lebih lama lagi. Kurasa itu karena Anda juga tamu di sana malam itu. Anda pasti pejabat Republik tapi tidak berpangkat cukup tinggi sehingga Anda tidak bertemu Elector. Kupelajari karpet beledu mahal dan konter granit di ruangan itu. Ini markas resmi Anda yang sebenarnya, kan"
Razor tampak sedikit jengkel dengan kritikanku tentang pangkatnya (yang mana, seperti biasa, adalah fakta yang tidak kumaksudkan sebagai ejekan), tapi dia segera melenyapkannya dengan tawa. Bisa kulihat betapa kita tidak bisa menyimpan rahasia darimu. Gadis istimewa. Yah, titel resmiku adalah Komandan Andrew DeSoto, dan aku menjalankan tiga kelompok patroli ibu kota. Anggota Patriot-lah yang memberiku nama jalananku. Aku telah mengatur sebagian besar misi-misi mereka selama satu dekade lebih sedikit.
Sekarang, Day dan Tess sama-sama mendengarkan baik-baik. Kau pejabat Republik, Day membeo tak yakin, matanya terpaku pada Razor. Seorang komandan dari ibu kota. Hm. Kenapa kau menolong kelompok Patriot"
Razor mengangguk, menumpukan kedua sikunya di meja makan dan menyatukan kedua tangannya. Kurasa aku harus mulai dari memberi tahu kalian beberapa detail tentang bagaimana kami bekerja. Kelompok Patriot telah ada selama sekitar tiga puluh tahun awalnya mereka adalah kumpulan pemberontak lepas. Dalam lima belas tahun terakhir, mereka bersatu dalam usaha untuk mengorganisir diri serta alasan pemberontakan mereka.
Kedatangan Razor mengubah segalanya, begitu yang kudengar, Kaede mulai ikut bicara. Mereka rutin merotasi pemimpin, dan soal dana selalu menjadi masalah. Koneksi Razor dengan Koloni telah membawa jauh lebih banyak uang untuk menyelesaikan misi.
Beberapa tahun belakangan ini, Metias memang lebih
Angeles, seingatku. Razor mengangguk, menyetujui kata-kata Kaede. Kami berjuang untuk menyatukan kembali Koloni dan Republik, untuk mengembalikan Amerika Serikat ke kejayaannya yang dulu. Matanya memancarkan kilatan penuh tekad. Dan,kami berniat melakukan apa pun yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan itu.
Amerika Serikat yang dulu, pikirku, sementara Razor melanjutkan bicara. Day telah menyebut-nyebut soal Amerika Serikat padaku selama pelarian kami dari Los Angeles, meskipun aku masih tetap skeptis. Sampai sekarang. Bagaimana organisasi ini bekerja" tanyaku.
Kami mengawasi orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang kami butuhkan, lalu kami coba merekrut mereka, kata Razor. Biasanya, selalu mudah bagi kami untuk mengajak orang bergabung, walaupun beberapa orang butuh waktu lebih lama. Dia berhenti sejenak untuk mengedikkan gelasnya ke arah Day. Aku dianggap sebagai Pemimpin di kelompok Patriot hanya ada sedikit di antara kami, bekerja dari dalam dan merancang misimisi pemberontakan. Kaede di sini sebagai Pilot. Kaede melambaikan tangan seraya terus menghirup makanannya. Dia bergabung dengan kami setelah dikeluarkan dari Akademi Zeppelin di Koloni. Dokter bedah Day adalah Paramedis, dan Tess adalah Paramedis-dalam-pelatihan. Kami juga punya Petarung, Buronan, Pengintai, Hacker, Pengawal, dan seterusnya. Aku akan menempatkanmu sebagai Petarung, June, meskipun tampaknya kemampuanmu bisa dimasukkan ke beberapa kategori. Dan Day, tentu saja, adalah Buronan terbaik yang pernah kulihat. Razor tersenyum kecil dan menghabiskan minumannya. Secara teknis, seharusnya kalian berdua sama-sama ada di kategori baru: Selebriti. Bagi kami, itulah yang paling berguna dari kalian, dan itulah mengapa aku tidak melempar kalian kembali ke jalanan.
Anda baik sekali, kata Day. Bagaimana rencananya" Razor menunjukku. Tadi aku menanyaimu berapa banyak yang kau tahu tentang Elector kita. Belakangan ini aku mendengar isu. Katanya Anden sangat terpesona
apakah kau bisa ditransfer ke kelompok patroli di ibu kota. Bahkan, ada rumor bahwa dia menginginkanmu dipilih untuk dilatih sebagai Princeps Senat selanjutnya.
Princeps selanjutnya" secara otomatis aku menggelengkan kepala, kewalahan dengan ide tersebut. Kemungkinan itu tidak lebih dari sekadar isu. Bahkan, sepuluh tahun pelatihan pun tak akan cukup untuk menyiapkanku menjadi Princeps.
Razor hanya tertawa mendengar pernyataanku. Apa itu Princeps" Day angkat bicara. Dia terdengar kesal. Beberapa dari kita tidak benar-benar memahami hierarki Republik.
Pemimpin Senat, jawab Razor sambil lalu, tanpa menoleh ke arahnya. Bayangan Elector. Partnernya dalam memerintah dan terkadang lebih. Pada akhirnya sering seperti itu, setelah pelatihan selama satu dekade wajib. Bagaimanapun, ibu Anden adalah Princeps sebelumnya.
Secara naluriah aku melirik Day cepat. Rahangnya mengeras dan dia tetap diam, isyarat kecil yang menyatakan bahwa dia lebih baik tidak mendengar apa yang Elector pikirkan tentangku atau Elector mungkin menginginkanku sebagai partner-nya di masa depan. Aku berdeham.
Rumor itu berlebihan, desakku. Seperti Day, aku juga merasa tidak nyaman dengan percakapan ini. Bahkan meskipun rumor itu benar, aku akan tetap menjadi satu dari beberapa Princeps-dalam-pelatihan, dan kujamin bahwa yang lainnya pastilah Senator-Senator berpengalaman. Tapi, bagaimana Anda berencana menggunakan informasi itu dalam rencana pembunuhan Anda" Apa Anda pikir aku akan
Kaede menyela kata-kataku dengan tawa keras. Kau tersipu, Iparis, katanya. Apa kau suka gagasan bahwa Anden tergila-gila padamu"
Tidak! kataku, agak terlalu cepat. Kini, kurasakan wajahku memanas, meskipun aku sangat yakin itu gara-gara Kaede membuatku kesal.
Jangan terlalu arogan, ujarnya. Anden adalah pria tampan yang punya kekuasaan besar dan banyak pilihan.
mengerti. Razor mengerutkan kening tak setuju, menyelamatkanku dari keharusan merespons. Kaede. Tolong. Kaede cemberut pada Razor dan kembali ke makanannya.
Aku melirik sekilas ke sofa. Day sedang menatap langit-langit.
Setelah jeda sejenak, Razor melanjutkan. Bahkan sampai sekarang, Anden tidak bisa yakin kau melakukan semua tindakan melawan Republik karena tujuan tertentu. Yang dia tahu, kau mungkin disandera ketika Day kabur. Atau dipaksa bergabung dengan Day di luar kemauanmu. Ada cukup ketidakpastian yang dirasakannya sehingga dia mendesak pemerintah memasukkanmu ke daftar orang hilang alih-alih buronan karena berkhianat. Ini poinku: Anden tertarik padamu, dan itu berarti apa yang kau katakan padanya bisa memengaruhinya.
Jadi, Anda ingin aku kembali ke Republik" tanyaku. Sepertinya kata-kata itu bergema. Dari sudut mataku, kulihat Tess bergeser tak senang. Mulutnya bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu.
Razor mengangguk. Tepat sekali. Awalnya aku akan menggunakan mata-mata dari kelompok patroli Republikku sendiri untuk bisa dekat dengan Anden tapi sekarang kami punya alternatif yang lebih baik. Kau. Kau beri tahu Elector bahwa kelompok Patriot akan mencoba membunuhnya tapi rencana yang kau katakan padanya hanya perangkap. Sementara perhatian semua orang teralih pada rencana palsu itu, kita akan menyerang dengan rencana yang asli. Tujuan kita bukan hanya untuk membunuh Anden, tapi untuk menjadikan negeri ini sepenuhnya melawannya sehingga rezim dia akan tetap berakhir meskipun rencana kita gagal. Itulah yang bisa kalian berdua lakukan untuk kami. Sekarang, kami telah mendengar laporan bahwa Elector baru akan pergi ke medan perang dalam beberapa minggu ke depan untuk memperoleh berita terbaru dan laporan kemajuan dari para kolonelnya. Zeppelin PR Dynasty akan meluncur ke medan perang besok siang, dan seluruh skuadronku akan berada di
itu. Kami akan mengatur pembunuhan yang sebenarnya, dan kau akan menggiring Anden ke sana. Razor melipat lengan dan mempelajari wajah kami, menunggu reaksi kami.
Akhirnya, Day angkat suara dan menginterupsi. Ini akan sangat berbahaya bagi June, debatnya sembari menopang tubuhnya lebih tegak di sofa. Bagaimana Anda bisa yakin dia bisa tiba di tempat Elector setelah pihak militer mendapatkannya kembali" Bagaimana Anda tahu mereka tidak akan menyiksanya untuk mendapatkan informasi"
Percayalah, aku tahu bagaimana menghindarinya, sahut Razor. Aku juga tidak melupakan adikmu & . Jika June bisa cukup dekat dengan Elector, dia mungkin bisa mencari tahu sendiri di mana Eden.
Mata Day bercahaya mendengar itu. Tess meremas pundak Day.
Mengenai kau, Day, aku belum pernah melihat rakyat berdemonstrasi untuk seseorang seperti yang mereka lakukan untukmu. Tahukah kau, rambut dengan corengan merah telah menjadi tren mode dalam semalam" Razor tertawa kecil dan melambaikan tangan ke arah kepala Day. Itulah kekuatan. Sekarang ini mungkin kau sama berpengaruhnya dengan Elector. Mungkin lebih. Jika kita bisa mencari cara menggunakan ketenaranmu untuk membangkitkan rakyat dalam hiruk-pikuk ketika pembunuhan itu terjadi, Kongres takkan punya kuasa untuk menghentikan revolusi.
Dan, apa yang Anda rencanakan terkait revolusi itu" tanya Day.
Razor mencondongkan tubuh dan wajahnya berubah penuh tekad, bahkan harapan. Kau tahu kenapa aku bergabung dengan Patriot" Karena alasan yang sama dengan kau melawan Republik. Kelompok Patriot tahu betapa kau telah menderita kami semua melihat pengorbanan yang kau lakukan untuk keluargamu, rasa sakit yang Republik sebabkan untukmu. June, kata Razor, mengangguk padaku. Aku bergidik; aku tak mau diingatkan tentang apa yang terjadi pada Metias. Aku juga sudah melihat penderitaanmu. Seluruh keluargamu dihancurkan oleh
banyak anggota Patriot yang datang dari situasi serupa.
Day kembali menatap langit-langit ketika keluarganya disebut-sebut. Matanya tetap kering, tetapi saat Tess mengulurkan tangan untuk menggenggam tangannya, jemarinya melingkar erat di jemari Tess.
Dunia di luar Republik tidak sempurna, tapi kebebasan dan kesempatan benar-benar ada di luar sana, dan yang kita butuhkan adalah membiarkan cahaya menyinari Republik itu sendiri. Negara kita berada di ambang kehancuran yang harus kita perlukan sekarang adalah sebuah tangan untuk menyentilnya sampai jatuh. Dia setengah berdiri dari kursinya dan menunjuk dadanya. Kita bisa menjadi tangan itu. Dengan revolusi, Republik akan hancur, lalu bersama Koloni kita bisa mengambil alih dan membangunnya kembali menjadi sesuatu yang hebat, menjadi Amerika Serikat lagi. Rakyat akan hidup bebas. Day, adikmu bisa tumbuh di tempat yang lebih baik. Hidup kita pantas dipertaruhkan untuk itu. Kita pantas mati untuk itu. Ya, kan"
Bisa kukatakan bahwa kata-kata Razor mengadukaduk sesuatu dalam diri Day, menarik keluar cahaya di matanya yang membuatku terkejut karena begitu terangnya. Sesuatu yang pantas kita perjuangkan sampai mati, dia mengulangi.
Seharusnya aku juga bersemangat. Tapi entah bagaimana, tetap saja, pikiran tentang kehancuran Republik membuatku agak mual. Aku tak tahu apakah tahun-tahun ketika doktrin Republik ditanamkan ke dalam otakku bisa disebut pencucian otak. Perasaan mual itu terus bertahan, meskipun dibarengi banjir rasa malu dan kebencian pada diri sendiri.
Segala hal yang selama ini akrab denganku kini lenyap.
P ARAMEDIS MUNCUL DENGAN KEBINGUNGAN
tak terucap, beberapa saat setelah tengah malam. Wanita itu menyiapkan operasiku. Razor menarik sebuah meja dari ruang tamu ke salah satu kamar tidur yang lebih kecil. Boksboks berisi berbagai barang campur aduk makanan, paku, penjepit kertas, pelples air & sebut saja barang yang kau mau, pasti ada ditumpuk di sudut. Paramedis itu bersama Kaede menggelar selapis plastik tebal di bawah meja. Mereka mengikatku di meja tersebut dengan serangkaian ikat pinggang. Paramedis menyiapkan alat-alat logamnya dengan hati-hati. Kakiku tergeletak, lukanya tersingkap dan berdarah. June tetap berada di sebelahku selama mereka melakukan semua itu, mengawasi Paramedis seakan-akan dirinya adalah mandor yang akan
menunggu tak sabar. Setiap detik yang berlalu membawa kami lebih dekat untuk menemukan Eden. Kata-kata Razor mengaduk-aduk perasaanku setiap kali aku memikirkannya. Entahlah mungkin seharusnya aku bergabung dengan kelompok Patriot sejak bertahun-tahun lalu.
Tess sibuk ke sana kemari di ruangan itu sebagai asistenyangefisienuntuksiParamedis.Diamengenakan sarung tangan usai menggosok tangannya dengan sabun steril, memberikan peralatan yang dibutuhkan kepada Paramedis, mengamati prosesnya dengan tekun jika sedang tak ada yang dilakukannya. Dia berusaha menghindari June. Dari ekspresi Tess, bisa kukatakan bahwa dia sangat gugup, tapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun ten-tang hal itu. Kami berdua telah mengobrol satu sama lain dengan begitu mudahnya selama makan malam, ketika dia duduk di sampingku di sofa tapi sesuatu telah berubah di antara kami. Aku tidak yakin apa masalahnya. Kalau aku tidak mengenalnya dengan baik, aku akan berpikir dia menyukaiku. Tapi itu pikiran yang aneh, jadi segera saja kutepis. Tess, yang kuanggap seperti adikku, gadis kecil yatim piatu dari sektor Nima"
Kecuali, dia bukan gadis kecil yatim piatu lagi. Sekarang, aku bisa melihat tanda-tanda kedewasaan yang berbeda pada wajahnya: sudah tidak terlalu tembam, tulang pipinya tinggi, mata yang tampak tidak sebesar yang kuingat. Aku bertanya-tanya kenapa aku tidak pernah memperhatikan perubahan-perubahan ini sebelumnya. Hanya butuh beberapa minggu berpisah untuk membuat semuanya jadi jelas. Aku pasti bebal seperti batu bata, ya"
Tarik napas, kata June di sebelahku. Dia menghirup udara sepenuh paru-parunya seolah ingin mendemonstrasikan bagaimana hal itu dilakukan.
Aku berhenti memikirkan Tess dan menyadari bahwa aku telah menahan napas. Kau tahu berapa lama operasinya nanti" tanyaku pada June. Dia menepuk tanganku untuk menenangkan ketegangan
bersalah. Kalau bukan karena aku, sekarang dia masih akan berada dalam perjalanan ke Koloni.
Beberapa jam. June berhenti sejenak saat Razor mengajak Paramedis menjauh untuk bicara secara pribadi. Uang berpindah tangan lalu mereka bersalaman. Tess menolong Paramedis memakai masker, lalu mengangkat ibu jari ke arahku. June kembali menoleh padaku.
Kenapa kau tidak memberitahuku kau pernah bertemu Elector" bisikku. Kau selalu membicarakannya seolah dia benar-benar orang asing.
Dia memang benar-benar orang asing, sahut June. Dia menunggu beberapa saat, seperti mempertimbangkan kata-katanya. Aku hanya tidak melihat apa pentingnya memberitahumu aku tidak kenal dia, dan aku tak punya perasaan khusus terhadapnya.
Aku memikirkan kembali ciuman kami di kamar mandi. Kemudian, kubayangkan sosok Elector baru dalam pikiranku dan kubayangkan June yang lebih tua berdiri di sampingnya sebagai Princeps Senat masa depan. Di lengan pria terkaya di Republik. Dan apalah aku ini, bandit jalanan kotor dengan dua Notes di saku, berpikir bahwa aku benar-benar bisa tetap berada di samping gadis ini setelah menghabiskan beberapa minggu bersamanya" Selain itu, apa aku sudah lupa bahwa June pernah menjadi bagian keluarga elite" Bahwa dia bergaul dengan orang-orang seperti Elector muda di pesta perjamuan makan malam mewah ketika aku masih berburu makanan di tempat sampah Lake" Dan, kenapa baru sekarang aku membayangkan dia dengan pria kelas atas" Mendadak aku merasa begitu bodoh karena mengatakan padanya aku mencintainya, seolah-olah aku bisa membuatnya balas mencintaiku seperti kebanyakan gadis jalanan. Bagaimanapun, dia juga tidak membalas pernyataan itu.
Kenapa pula aku peduli" Seharusnya aku tidak merasa sakit. Benar, kan" Bukankah aku punya lebih
Paramedis berjalan menghampiriku. June meremas tanganku; aku tak ingin membiarkannya pergi. Dia memang dari dunia yang berbeda, tapi dia telah menyerahkan segalanya untukku. Terkadang, aku menerima hal ini sebagaimana mestinya, kemudian aku bertanya-tanya bagaimana bisa aku punya keberanian untuk meragukannya ketika dia tidak menolak menempatkan dirinya dalam bahaya demi diriku. Mudah baginya meninggalkanku begitu saja. Tapi dia tidak melakukannya. Aku memilih ini, begitulah yang dia katakan.
Trims, kataku padanya. Hanya itulah yang mampu kuucapkan.
June memandangiku, lalu memberiku kecupan ringan. Operasi ini akan berakhir sebelum kau menyadarinya. Kau akan bisa memanjat gedung lagi dan berlari secepat dulu. Dia berlama-lama sejenak, kemudian berdiri dan mengangguk pada Paramedis dan Tess. Setelah itu dia pergi.
Aku memejamkan mata dan menarik napas gemetar ketika Paramedis mendekat. Dari sudut ini, aku tidak bisa melihat Tess sama sekali. Yah, seperti apa pun rasanya operasi ini, pasti tidak akan lebih buruk daripada ditembak di kaki. Benar"
Paramedis menutup mulutku dengan kain basah. Aku melayang jauh menuju terowongan panjang dan gelap.
*** Sesuatu memercik. Kenangan dari tempat yang sangat jauh.
Aku duduk bersama John di meja ruang tamu kami yang kecil. Kami berdua diterangi cahaya bergoyang dari tiga buah lilin. Aku sembilan tahun. Dia empat belas. Mejanya reyot seperti biasa salah satu kakinya rusak, dan seperti pada bulan-bulan lainnya, kami berusaha memperpanjang umur meja itu dengan memakukan lebih banyak papan kardus ke situ.
Sebuah buku tebal terbuka di hadapan John. Kedua alisnya berkerut penuh konsentrasi. Dia membaca baris lainnya, terbata-bata saat membaca
berpindah ke baris berikut.
Kau tampak sangat lelah, kataku. Mungkin seharusnya kau pergi tidur. Ibu akan marah kalau melihatmu masih bangun.
Kita akan menyelesaikan halaman ini, gumam John, hanya setengah mendengarkan. Kecuali kau sudah mengantuk.
Kata-kata itu membuatku duduk lebih tegak. Aku tidak lelah, kataku bersikeras.
Kami berdua kembali membungkuk di atas teks itu, dan John membaca baris berikutnya keras-keras. Di Denver , ujarnya perlahan, setelah & Dinding Utara & selesai dibangun & Elector Primo & secara resmi & secara resmi & .
Menganggapnya , kataku, membantunya. Menganggapnya & tindak kriminal & . beberapa detik lamanya John berhenti, kemudian menggelengkan kepala dan mengeluh.
Melawan , kataku. Kening John berkerut ke arah teks itu. Kau yakin" Tidak mungkin kata itu. Baiklah. Melawan. Melawan negara untuk memasuki & . John berhenti, menyandarkan punggung ke kursinya, dan menggosok matanya. Kau benar, Danny, dia berbisik. Mungkin seharusnya aku tidur.
Ada apa" Huruf-huruf itu terus bertebaran di halaman ini. John mengeluh dan menunjuk kertas itu dengan jarinya. Membuatku pusing.
Ayolah. Kita akan berhenti setelah baris ini. Aku menunjuk baris di mana dia berhenti, kemudian menemukan kata yang menjadi masalah baginya. Ibu kota , kataku. Tindak kriminal melawan negara untuk memasuki ibu kota tanpa mendapat izin pihak militer terlebih dahulu .
John tersenyum kecil saat aku membacakan kalimat itu untuknya tanpa kesulitan. Kau akan baikbaik saja dalam Ujianmu, ujarnya setelah aku selesai. Kau dan Eden. Jika aku harus lulus dengan susah
mendapat nilai bagus. Kau pintar, Dik.
Aku hanya mengangkat bahu mendengar pujiannya. Aku tidak setertarik itu pada sekolah menengah.
Kau harus. Setidaknya kau akan punya kesempatan. Dan, jika kau cukup baik menjalaninya, barangkali Republik akan memasukkanmu ke perguruan tinggi dan menempatkanmu di militer. Itu menarik, kan"
Tiba-tiba ada ketukan di pintu depan. Aku terlonjak. John mendorongku ke belakangnya. Siapa itu" dia berseru. Ketukan itu menjadi lebih keras sampai aku harus menutupi telinga dengan tangan untuk menahan suara ributnya. Ibu keluar ke ruang tamu sambil menggendong Eden yang mengantuk, lalu bertanya pada kami apa yang terjadi. John melangkah maju untuk membuka pintu tapi sebelum dia melakukannya, pintu itu terayun membuka dan sekelompok polisi patroli bersenjata menerobos masuk. Seorang gadis dengan rambut kuncir kuda gelap panjang dan kilatan emas di mata hitamnya berdiri di depan. Nama gadis itu June.
Kalian ditangkap, katanya, karena membunuh Elector kami yang agung.
Dia mengangkat pistolnya dan menembak John, kemudian menembak Ibu. Aku menjerit sekuat tenaga, menjerit sangat keras sampai pita suaraku putus. Segalanya berubah gelap.
Rasa sakit yang menyentak menjalari tubuhku. Sekarang aku sepuluh tahun. Aku kembali ke lab Rumah Sakit Pusat Los Angeles, dikurung bersama entah berapa banyak anak lain, semuanya diikat di tempat tidur dorong terpisah, dibutakan oleh cahaya menyilaukan. Para dokter dengan masker wajah berada di dekatku. Aku menyipitkan mata ke arah mereka. Kenapa mereka membiarkanku sadar" Cahaya itu sangat terang aku merasa & lamban, pikiranku diseret melewati lautan kabut.
Kulihat pisau bedah di tangan para dokter itu. Gumaman kata-kata tak beraturan terdengar
suatu logam dingin mengenai lututku, dan hal berikutnya yang kutahu, aku melengkungkan punggung dan mencoba berteriak. Tidak ada suara keluar. Aku ingin memberi tahu mereka agar berhenti membedah lututku, tapi kemudian mereka menusuk bagian belakang kepalaku dan rasa sakit meledakkan pikiranpikiranku. Penglihatanku berubah menjadi terowongan putih membutakan.
Kemudian aku membuka mata. Sekarang, aku terbaring di ruang bawah tanah remang-remang yang terasa hangat tak nyaman. Aku berhasil bertahan hidup dari kecelakaan gila. Rasa sakit di kakiku membuatku ingin menangis, tapi aku tahu aku harus tetap diam. Aku bisa melihat bentukbentuk gelap di sekitarku, sebagian besar terbaring tak bergerak di tanah. Sementara itu, orang-orang dewasa berjas lab berjalan berkeliling, menginspeksi buntalan-buntalan di lantai. Aku menunggu dalam diam, berbaring di sana dengan mata terpejam menjadi celah kecil sampai mereka pergi meninggalkan ruangan itu. Kemudian, kutarik diriku bangun dan kurobek secarik kain celanaku untuk diikatkan di sekeliling lututku yang berdarah. Aku tersandung dalam kegelapan dan meraba-raba sepanjang dinding sampai kutemukan pintu keluar, lalu kuseret diriku ke gang kecil di belakang bangunan itu. Aku berjalan menuju cahaya. Kali ini June ada di sana, tenang dan tak takut, mengulurkan tangannya yang dingin untuk menolongku.
Ayo, bisiknya, melingkarkan lengan di sekeliling pinggangku. Aku memeganginya agar dia tetap dekat denganku. Kita bersama-sama, kan" Kau dan aku" Kami berjalan di sepanjang jalan itu, meninggalkan lab rumah sakit.
Namun, semua orang di jalanan memiliki rambut pirang platina keriting seperti Eden, masing-masing dengan corengan darah merah tua membelah helaihelai rambutnya. Setiap pintu rumah yang kami lewati memiliki tanda X merah besar hasil semprotan cat, dengan satu garis vertikal di tengah-tengahnya. Itu
yang tidak biasa. Kami terus berjalan di jalan itu bagaikan berharihari lamanya, melewati udara berkabut layaknya sirop gula kental. Aku mencari rumah ibuku. Dari kejauhan, aku bisa melihat kota-kota Koloni yang berkilauan memanggil-manggilku, menjanjikan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Aku akan mengajak John, Ibu dan Eden ke sana, dan pada akhirnya kami akan terbebas dari cengkeraman Republik.
Akhirnya, kami tiba di rumah ibuku. Akan tetapi, ketika aku mendorongnya terbuka, ruang tamu kosong. Ibuku tidak ada di sana. John sudah mati. Para tentara menembaknya, aku teringat getir. Aku melirik sekilas ke sebelahku, tapi June telah lenyap. Aku sendirian di depan pintu. Hanya tinggal Eden & dia terbaring di tempat tidur. Ketika aku cukup dekat dengannya sampai dia bisa mendengarku, dia membuka mata dan mengulurkan tangan ke arahku.
Tapi matanya tidak biru. Matanya hitam karena irisnya berdarah. ***
Perlahan, sangat perlahan, aku keluar dari kegelapan. Pangkal leherku berdenyut seperti ketika aku sembuh dari salah satu sakit kepalaku. Aku tahu aku bermimpi, tapi yang kuingat adalah rasa takut yang tak mau pergi akan sesuatu yang mengintai di balik pintu terkunci.
Sebuah bantal terjepit di bawah kepalaku. Sebuah se-lang menonjol keluar dari lenganku dan terulur sepanjang lantai. Segalanya terasa kabur. Aku berusaha mempertajam penglihatanku, tapi yang bisa kulihat hanyalah pinggiran tempat tidur, karpet di lantai, serta seorang gadis duduk di sana dengan kepala direbahkan di tempat tidurku. Setidaknya, kupikir itu seorang gadis. Beberapa saat lamanya kupikir itu mungkin Eden, bahwa entah bagaimana kelompok Patriot telah menyelamatkannya dan membawanya kemari.
Sosok itu bergerak. Sekarang bisa kulihat, sosok itu Tess.
mulutku. Apa yang terjadi" Mana June"
Tess mencengkeram tanganku dan berdiri, tersandung saking terburu-burunya ingin menyahut. Kau sadar, katanya. Kau bagaimana perasaanmu"
Lemah. Kucoba menyentuh wajahnya. Aku masih belum benar-benar yakin dia nyata.
Tess memeriksa pintu kamar di belakangnya untuk memastikan tidak ada siapa pun di sana. Dia menyentuhkan satu jari di bibirnya. Jangan khawatir, katanya perlahan. Kau tidak akan merasa lemah untuk waktu lama. Paramedis itu kelihatan sangat senang. Kau akan segera membaik dan kita bisa pergi ke medan perang untuk membunuh Elector.
Mengejutkan mendengar kata membunuh keluar begitu halusnya dari mulut Tess. Lalu, sesaat kemudian, kusadari bahwa kakiku tidak sakit tidak sedikit pun. Kucoba menopang tubuhku bangun untuk melihatnya, dan Tess menegakkan bantal di belakang punggungku sehingga aku bisa duduk. Kulirik kakiku sekilas, hampir takut melihatnya.
Tess duduk di sampingku dan membuka perban putih yang menutupi area tempat lukanya dulu. Di balik perban itu terdapat pelat-pelat besi halus, lutut mekanis yang menggantikan lutut burukku dulu, dan lapisan logam menutupinya sampai setengah paha atasku. Mulutku ternganga melihatnya. Bagian di mana logam bertemu daging paha dan betisku terasa erat tak terpisahkan, tapi hanya ada sedikit kemerahan dan bengkak di pinggiran logamnya. Air mataku berlinang.
Jemari Tess mengetuk-ngetuk selimutku penuh harap dan dia menggigit bibir atasnya. Jadi" Bagaimana rasanya"
Seperti & tidak ada rasanya. Tidak sakit sama sekali. Ragu-ragu, kutelusuri logam dingin itu dengan jariku, berusaha terbiasa dengan benda asing yang ditanamkan ke dalam tubuhku. Paramedis itu melakukan semua ini" Kapan aku bisa berjalan lagi" Apa lukanya benar-benar sembuh secepat ini" Tess membusungkan dada bangga. Aku membantu
sering dalam dua belas jam ke depan. Biarkan proses penyembuhannya bekerja, mengobati sampai tuntas. Tess meringis. Cengiran itu membuat matanya berkerut dalam cara yang sudah sangat kukenali. Ini operasi standar untuk tentara yang terluka di medan perang. Hebat sekali, ya" Setelah ini kau akan bisa menggunakan kaki itu seperti kaki biasa, bahkan mungkin lebih baik. Dokter yang kubantu tadi sangat terkenal. Dia berasal dari rumah sakit medan perang, tapi di samping itu dia juga melakukan operasi bawah tanah, yang memberinya keuntungan besar. Saat dia masih di sini tadi, dia juga menunjukkan padaku bagaimana menyambung kembali lengan patah Kaede sehingga bisa sembuh lebih cepat.
Aku bertanya-tanya berapa banyak uang yang kelompok Patriot habiskan untuk operasi ini. Sebelumnya aku pernah melihat tentara-tentara dengan bagian tubuh dari logam, mulai dari yang kecil seperti lempengan persegi baja di lengan atas mereka sampai yang besar seperti seluruh kaki diganti dengan logam. Tidak mungkin operasi ini murah, dan dilihat dari penampilan kakiku, dokter itu menggunakan operasi penyelamatan setingkat militer. Aku sudah tahu seberapa besar kekuatan yang akan kakiku punya saat aku sembuh dan seberapa lebih kencang lariku nanti. Aku bisa menemukan Eden lebih cepat.
Yeah, kataku pada Tess. Mengagumkan. Aku menjulurkan leher sedikit sehingga aku bisa berkonsentrasi ke pintu kamar, tapi melakukan itu membuatku pusing. Saat ini kepalaku berdenyut seperti badai, dan aku bisa mendengar suara-suara rendah datang dari kejauhan koridor. Yang lain sedang apa"
Tess melirik sekilas ke balik bahunya lagi sebelum kembali menatapku. Mereka sedang membicarakan fase pertama rencana itu. Aku tidak terlibat, jadi aku duduk di sini. Dia membantuku kembali berbaring. Setelah itu, ada keheningan canggung sesaat. Aku masih belum bisa terbiasa dengan betapa berbedanya Tess. Dia mendapatiku sedang memperhatikannya, ragu-ragu sejenak, lalu tersenyum canggung.
ingin kau ikut bersamaku ke Koloni, oke"
Tess mulai tersenyum. Dengan gugup, dia melicinkan selimutku dengan satu tangan, sementara aku melanjutkan, Jika semuanya berjalan sesuai rencana Patriot, dan Republik benar-benar jatuh, aku tidak ingin kita ditangkap di tengah-tengah kekacauan. Eden, June, kau dan aku. Mengerti, Sepupu"
Ledakan antusiasme Tess menyusut. Dia bimbang. Entahlah, Day, katanya, melirik ke pintu lagi. Kenapa" Kau takut pada Patriot atau sesuatu" Tidak & sejauh ini mereka baik padaku. Lalu kenapa kau tidak mau ikut" tanyaku lembut. Aku mulai merasa lemah lagi. Sulit menjaga agar berbagai hal ini tidak terasa kabur. Waktu di Lake dulu, kita selalu berkata akan lari ke Koloni kalau punya kesempatan. Ayahku bilang Koloni pastilah tempat yang penuh
Kebebasan dan kesempatan. Aku tahu. Tess menggelengkan kepala. Hanya saja & .
Apa" Sebelah tangan Tess bergeser, masuk ke dalam genggamanku. Aku kembali membayangkan dia sebagai anak kecil, ketika pertama kali aku menemukannya mengadukaduk tempat sampah di sektor Nima. Apa ini benar-benar gadis yang sama" Tangannya tidak sekecil dulu, meskipun masih pas sekali di dalam tanganku.
Dia menengadah menatapku. Day & . Aku mengkhawatirkanmu.
Aku mengerjap. Apa maksudmu" Operasi ini" Tess menggeleng tak sabar. Bukan. Aku mengkhawatirkanmu karena June.
Aku menarik napas panjang, menunggunya melanjutkan. Aku takut pada apa yang akan dia katakan.
Suara Tess berubah aneh, sesuatu yang tidak kusadari. Yah & jika June pergi bersama kita & maksudku, aku tahu kau sangat dekat dengannya, tapi beberapa minggu lalu dia tentara Republik. Tidakkah kau lihat ekspresinya sekarang dan seterusnya"
apalah" Bagaimana kalau dia berusaha menyabotase rencana kita, atau menyerangmu saat kita sedang berusaha mencapai Koloni" Kelompok Patriot sudah menyiapkan tindakan pencegahan
Cukup. Aku sedikit terkejut dengan betapa keras dan kesalnya suaraku. Sebelumnya aku tak pernah meninggikan suaraku pada Tess, dan seketika aku menyesalinya. Aku bisa mendengar kecemburuan pada setiap kata yang Tess ucapkan, caranya menyebutkan nama June seolah-olah dia tidak bisa menunggu untuk selesai melafalkannya. Aku tahu baru beberapa minggu sejak semua ini terjadi. Tentu saja dia juga mengalami saat-saat ketidakpastian. Betul" Tapi tetap saja, dia tidak loyal lagi pada Republik, dan kita berada di tempat berbahaya meskipun dia tidak ikut kita. Selain itu, June punya kemampuan yang tidak kita punya. Dia membawaku keluar dari Aula Batalla, astaga. Dia bisa menjaga kita tetap aman.
Tess mengatupkan bibir. Yah, bagaimana perasaanmu tentang rencana Patriot terhadapnya" Bagaimana pula hubungannya dengan Elector"
Hubungan apa" Kukibaskan tanganku lemah, berpura-pura hal itu bukan masalah. Itu cuma bagian dari permainan. Dia bahkan tidak mengenal Elector.
Tess mengangkat bahu. Dia akan segera mengenalnya, bisiknya. Ketika dia sudah cukup dekat untuk memanipulasi Elector. Matanya kembali sayu. Aku akan ikut denganmu, Day. Aku akan pergi ke mana pun denganmu. Tapi, aku hanya ingin mengingatkanmu tentang & dia. Untuk jaga-jaga seandainya kau tidak berpikir dari sudut pandang itu.
Segalanya akan baik-baik saja, kucoba berkata begitu. Percayalah.
Ketegangan akhirnya usai. Wajah Tess melembut, kembali manis seperti yang kukenal. Kekesalanku lambat laun hilang secepat datangnya. Kau selalu mewanti-wantiku, ujarku sambil tersenyum. Trims, Sepupu.
Tess nyengir. Seseorang harus melakukannya,
tergulung ke atas. Ngomong-ngomong, aku senang seragam itu pas untukmu. Kelihatannya seragam itu terlalu besar saat masih dalam keadaan terlipat, tapi ternyata tidak. Tanpa peringatan, dia mencondongkan tubuh dan memberiku ciuman ringan di pipi. Hampir seketika itu juga dia melompat. Wajahnya berubah merah jambu terang. Tess pernah mencium pipiku sebelumnya ketika dia lebih muda, tapi ini pertama kalinya aku merasakan ada sesuatu yang lebih dalam tindakannya. Kucoba mencari tahu bagaimana, dalam waktu kurang dari sebulan, Tess meninggalkan masa kecilnya dan menjadi dewasa. Aku terbatuk tak nyaman. Hubungan baru ini terasa aneh.
Kemudian, dia berdiri dan menarik tangannya. Dia melihat ke pintu alih-alih menatapku. Maaf, kau seharusnya istirahat. Aku akan memeriksamu nanti. Cobalah tidur lagi.
Saat itulah aku sadar, pasti Tess yang menjatuhkan seragam kami di depan kamar mandi. Mungkin dia melihatku mencium June. Kucoba berpikir di tengahtengah kabut dalam pikiranku, untuk mengatakan sesuatu padanya sebelum dia pergi, tapi dia sudah
berjalan keluar pintu dan menghilang ke koridor.[] ~60~h
Pukul 05.45. Venezia. Hari Pertama sebagai anggota resmi kelompok Patriot. Aku memilih untuk tidak berada di ruangan itu selama operasi. Tess, tentu saja, tetap tinggal untuk membantu si Paramedis. Bayangan Day terbaring tak sadarkan diri di meja, wajah pucat dan hampa, kepalanya sembilan puluh derajat ke arah langit-langit, akan mengingatkanku sedikit terlalu banyak pada malam ketika aku membungkuk di atas jenazah Metias di gang belakang rumah sakit. Aku lebih memilih tidak membiarkan kelompok Patriot melihat kelemahanku. Jadi aku menyingkir, duduk di salah satu sofa di ruangan utama.
Aku juga menjaga jarak agar bisa benar-benar memikirkan rencana Razor untukku:
Aku akan mencari cara untuk bisa bertemu secara pribadi dengan Elector, dan aku akan mendapatkan kepercayaannya.
Keturunan Pendekar 4 Love In The Kingdom Of Oil Karya Nawal El-saadawi Bukit Pemakan Manusia 1
^