Pencarian

Anna Karenina Jilid 2 5

Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol Bagian 5


"Tak mau aku lihat perbuatan sembrono itu."
"Kalau begitu aku jalan kaki saja. Dan itu sehat untukku." Kitty bangkit, mendekati suaminya, dan menggandeng tangannya.
"Memang sehat, tapi mesti tahu ukuran," kata Nyonya Pangeran.
"Jadi bagaimana, Agafya Mikhailovna, manisan sudah jadi?" kata Levin sambil tersenyum kepada Agafya Mikhailovna untuk menggembirakan hatinya. "Baikjuga dengan cara yang baru?" "Tentunya. Kalau menurut cara kami, terlalu matang." "Tapi itu lebih baik, Agafya Mikhailovna, tak jadi asam; es kita sudah mencair semua, tak bisa k ita menyimpannya," kata Kitty yang seketika itu mengerti maksud suaminya, dan dengan sikap demikian pula ia bicara dengan orang tua itu. "Dan manisan buatanmu ini menurut Mama belum ada yang menyamai nikmatnya," tambahnya sambil tersenyum dan memperbaiki letak kerudung Agafya Mikhailovna.
Agafya Mikhailovna menatap marah kepada Kitty. "Nyonya tak usah menyenang-nyenangkan hati saya. Saya sudah senang melihat Nyonya dengan dia," katanya, dan penggunaan kata dengan dia sebagai ganti dengan beliau yang kasar itu sangat menyinggung perasaan Kitty.
209 210 ANNA KAR"NINA "Mari per g i dengan kami jamur, nanti kamu yang menunjukka n tempat-tempatnya." Agafya Mikhailovna tersenyum menggeleng-gelengkan kepala seakan berkata: "Senang juga bar i memarahi Nyonya, cuma tak mungkin."
"Lakukan seperti saya katakan," kata Nyonya Pangeran Tua, "di atas manisan mesti d itaruh yang dibasahi rum; biarpun tanpa es tak akan timbul cendawan."
III Kitty senang sekali berkesempatan berhadapan muka dengan suaminya. Ia melihat sendiri, bayangan kekecewaan melintas di wajah suaminya yang dengan terang mengungkapkan segalanya saat ia memasuki teras, lalu bertanya tentang apa yang mereka bicarakan, dan tak seorang pun menjawabnya.
Ketika mereka sudah mendahului yang lain, lepas dari penglihatan orang di rumah, dan memasuki jalan yang padat dilintasi kendaraan, berdebu dan tertimbun bulir dan biji gandum hitam, ia pun bergayut lebih erat ke tangan suaminya dan menekankan tangan itu ke badannya. Levin sudah lupa kesan tak menyenangkan yang hanya selintas tadi, dan kini ketika hanya berdua saja dengan sang istri, dan terus terpik ir hanya kandungan istrinya, ia merasakan nikmatnya berdekatan dengan perempuan yang dic intainya itu, suatu kenikmatan yang betul-betul bersih dari unsur hawa nafsu. Tak ada suatu pun yang perlu dibicarakan, tapi ia ingin sekali mendengar suara istrinya, juga tatapan matanya, yang di saat mengandung sekarang ini jadi berubah. Dalam suaranya, seperti juga dalam tatapan matanya, terasa kelembutan dan kesun n, serupa kelembutan pada orang yang setiap waktu memusatkan perhatian pada satu saja urusan yang dicin a.
"Kamu belum lelah" Bersandarlah lebih erat," katanya. "Belum, aku amat senang berdua saja denganmu, dan terusterang, juga senang bersama mereka, dan aku merasa kehilangan juga rasanya malam-malam musim dingin ketika hanya ada kita berdua."
"Itu memang ba ik, tapi ini lebih baik lagi. Keduanya lebih baik,"
L"0TOLSTOI kata Levin sambil menekan tangan Kitty.
"Tahu tidak, apa yang kami bicarakan waktu kamu masuk?" "Soal manisan?"
"Ya, soal manisan juga, tapi kemudian soal cara orang menyampaikan lamaran."
"Aa!" kata Levin yang lebih banyak mendengarkan suara istrinya daripada kata-kata yang diucapkannya; sementara itu terus terpikir olehnya jalan yang sekarang menembus hutan melewati tempattempat di mana istrinya bisa keliru menginjakkan kaki.
"Dan tentang Sergei Ivanovich dan Varenka. Kamu lihat tidak" ... aku sangat mengharapkan itu," sambungnya. "Bagaimana pendapatmu soal itu?" Dan ia pun menoleh ke wajah suaminya.
"Tak tahulah, apa pendapatmu," jawab Levin tersenyum. "Tapi buatku, Sergei dalam ha! ini sangat aneh. Aku sudah pemah cerita .... "
"Ya, bahwa dia pemah jatuh cinta kepada gadis yang sudah meninggal itu .... "
"Peristiwa itu terjadi ketika aku masih anak-anak; aku tahu dari cerita orang. Tapi aku masih ingat dia waktu itu. Dia waktu itu simpatik sekali. Menurut pengamatanku, sikapnya terhadap perempuan ramah; ia senang pada beberapa perempuan itu, tapi terasa, para perempuan itu untuknya sekadar manusia, bukan perempuan."
"Ya, tapi sekarang dengan Varenka .... Rasanya ada sesuatu .... " "Barangkali juga.. .. Ta pi kita mesti kenal dia. Dia itu orang yang khusus, orang yang mengherankan. Ia hidup hanya dengan kehidupan bat in. Ia orang yang terlalu bersih dan agungjiwanya." "Tapi apa itu mengurangi harkatnya?"
"Tidak, tapi ia terbiasa hidup dengan kehidupan batin saja, jadi tak bisa ia menenggang kenyataan, sedangkan Varenka bagaimanapun adalah manusia nyata."
Levin sekarang sudah biasa mengungkapkan pikirannya dengan berani, tanpa berusaha menggunakan untuk i strinya kata-kata yang lebih tepat; ia tahu, di saat penuh cinta seperti sekarang ini, istrinya pasti bisa memahami apa yang dikatakannya, biarpun dengan isyarat saja, dan temyata istrinya memang bisa memahaminya.
211 212 ANNA KAR"NINA "Ya, tapi dalam dirinya tak ada kenyataan seperti yang ada dalam diriku; aku mengerti, Sergei Ivanovich tak kan bisa kiranya mencintaiku. Tapi Varenka orang yang sepenuhnya batiniah .... "
"Ah, Sergei Ivanovich kan begitu cinta padamu; aku selalu senang bahwa orang-orangku menc intaimu .... "
"Ya, ia memang bersikap baik terhadapku, tapi.. .. " "Ta pi tidak seperti mendiang Nikolenka .... Kalian bahkan sudah saling mencintai,'' tutup Levin. "Kenapa pula tak kita bicarakan?" tambahnya. "Aku kadang-kadang mencela diriku sendiri: dan ujungnya adalah kita melupakannya. Oh, dia itu orang yang mengerikan, tapi simpatik sekali .... Ya, tapi apa yang kita bicarakan tadi?" kata Levin sesudah diam sebentar.
"Kamu bilang, d ia tak mungkin jatuh cinta," kata Kitty dengan kata-kata sendiri.
"Bukan tak bisa jatuh cinta," kata Levin tersenyum, "tapi ia punya kelemahan yang diperlukan itu . .. . Aku dulu selalu mengiri padanya; sekarang pun, ketika aku begini bahagia, aku tetap mengiri padanya."
"Mengiri karena dia tak bisa jatuh c inta ?"
"Aku mengiri karena dia lebih baik dariku," kata Levin tersenyum. "Di a hidup bukan untuk diri sendiri. Hidupnya ia baktikan pada tugas. Karena itu dia bisa tenang dan puas."
"Dan kamu sendiri?" kata Kitty disertai senyum mengejek bercampur cinta.
Ia betul-betul tak bisa mengungkapkan jalan pikiran yang memaksanya tersenyum itu; tapi kesimpulannya yang terakhir adalah bahwa suaminya, yang mengagumi saudaranya dan merendahkan diri sendiri itu, pasti berlaku t idak jujur. Kitty tahu, ketidakju juran suaminya itu disebabkan oleh cintanya kepada sang saudara, oleh perasaan malu sendiri karena terlampau bahagia, dan terutama oleh keinginan yang tak kenal henti untuk menjadi lebih baik; ia senang sekali dengan sikap suaminya itu, karena itu ia pun tersenyum kepadanya.
"Kalau kamu bagaimana" Apa yang memb u tak puas?" tanyanya dengan senyuman tadi juga.
Sikap Kitty yang tak percaya akan ketidakpuasan suaminya
LEOTOLSTOI terhadap diri sendiri itu membuat Levin gembira, dan tanpa sadar ia mengemukakan alasan sikap tak percayanya itu.
"Aku bahagia, tapi tak puas dengan sendiri ... ," kata Levin. "Bagaimana mungkin kamu tak puas kalau kamu bahagia?" "Ya, bagaimana mesti kukatakan, ya" ... Dalam hati tak ada yang kuinginkan kecuali agar, nab, kamu tak terantuk. Lo, jangan melompat seperti itu!" katanya memotong pembicaraan sendiri karena Kitty membuat gerakan terlalu cepat, yaitu melompati ranting yang melintang di jalan. "Tapi kalau kupikir dan kubandingkan diriku dengan orang lain, terutama dengan saudaraku, aku merasa
ini jelek." "Jelek bagaimana coba?" sambung Kitty masih tersenyum seperti tadi. "Apa kamu tak berbuat untuk orang lain juga" Juga desa-desamu, pertanianmu, dan buku-bukumu" ... "
"Tidak, aku merasa, dan terutama sekarang: kamulah yang salah," kata Levin sambil menekan tangan Kitty, "karena segalanya tak seperti mestinya. Kulakukan semua ini, yah, begitulah, sambil lalu. Seandainya aku bisa mencintai semua urusan itu seperti aku menc intaimu.... Akhir-akhir ini aku kerja seperti melaksanakan tugas saja."
"Lalu bagaimana pendapatmu tentang Papa?" tanya Kitty. "Jadi menurut pendapatmu Papa juga jelek, karena tak berbuat apa-apa untuk kepentingan umum?"
"D ia" Tidak. Kita perlu punya kesederhanaan, kejelasan, dan kebaikan hati, seperti dipunyai ayahmu. Apa semua itu ada padaku" Aku tak melakukan pekerjaanku dengan baik, dan aku merasa tersiksa. Semua itu kamu yang menyebabkan. Ketika kamu belum ada, dan belum ada ini," katanya memandang perut Kitty, dan itu Kitty bisa mengerti, "aku mengerahkan seluruh tenaga demi urusanku, tapi sekarang aku tak bisa, dan aku merasa malu; aku sekarang melakukan pekerjaanku seperti melaksanakan tugas saja, aku hanya pura-pura berbuat .... "
"Lalu, kamu ingin sekarang bertukar tempat dengan Sergei Ivanovich?" kata Kitty. "Kamu ingin mengutamakan kepentingan umum dan melaksanakan tugas seperti yang dilakukannya, itu saja?"
213 214 ANNA KAR"NINA "Tentu saja tidak," kata Levin. "Pendeknya, aku bahagia sekarang ini, karena aku tak mengerti apa-apa. Tapi apa kamu sangka Sergei Ivanovich akan menyampaikan lamaran sekarang?" tambahnya sesudah diam sebentar.
"Ya dan tidak. Cuma, aku ingin sekali. Tunggu sebentar." Kitty membungkukkan badan dan memetik bunga kamomil liar dari pinggir jalan. "Coba hitung: melamar, tidak," katanya sambil memberikan bunga itu kepada Levin.
"Melamar, tidak," kata Levin sambil mencabuti daun bunga yang putih lembut memanjang itu.
"Tunggu, tunggu!" cegah Kitty sambil memegang tangan Levin; memang saat itu ia mengikuti jari-jari Levin dengan gelisah. "Kamu cabut dua sekaligus."
"Tapi yang kecil ini tak berlaku," kata Levin sambil mencabut daun bunga pendek yang tak cukup berkembang. "Nab, ini gerobak sudah datang."
"Apa kamu belum lelah, Kitty?" seru Nyonya Pangeran. "Samasekali belum."
"Kalau lelah, naik saja, kalau kuda-kudanya tenang dan jalan biasa."
Tapi Kitty tak perlu naik kendaraan. Tujuan sudah dekat, dan semua pun jalan kaki.
Varenka sangat memikat waktu itu, dengan rambut hitam berkerudung putih, dan dikitari anak-anak. Dengan senang dan gembira i a melayani anak-anak itu, walaupun agaknya gelisah menantikan kemungkinan untuk bicara dari hati ke hati dengan lelaki yang berkenan di hatinya itu. Sergei Ivanovich berjalan di sampingnya dan tak henti-hentinya mengagumi dia. Menatap perempuan itu, Sergei Ivanovich terkenang semua pembicaraan manis yang pernah didenga dari perempuan itu, dan terkenang semua ha! baik yang diketahuinya tentang perempuan itu. Dan makin bertambah sadarlah ia bahwa perasaan yang dipunyainya terhadap perempuan itu adalah perasaan khas yang LEOTOLSTOI masa muda. Rasa gembira karena berdekatan dengan perempuan itu makin bertambah besar sehingga ketika i a memasukkan jamur pohon birk yang kepalanya menguncup dan batangnya kecil itu ke dalam keranjang Varenka, ia pun menatap mata perempuan itu; dan melihat rona merah di wajahnya akibat kegelisahan bercampur kegembiraan dan kekhawatiran, Sergei Ivanovich sendiri menjadi bingung, dan tersenyum tanpa kata-kata kepadanya dengan senyuman yang terlalu banyak maknanya.
"Kalau begitu," kata Sergei Ivanovich kepada sendiri, "aku harus memikirkan dan memutuskannya, bukan menyerah pada godaan selintas, seperti anak kec il."
"Sekarang aku barus earl jamur tidak bersama yang lain, kalau tidak, hasil yang kudapat tidak akan seberapa," katanya, lalu meninggalkan tepi hutan di mana tadi mereka berjalan di atas rumput rendah seperti sutra di antara pohon-pohon birk tua yang jarang itu, ke tengah hutan; di antara batang-batang pohon birk yang putih itu batang-batang pohon aspen mengelabu dan rumpun-rumpun pobon hazel menghitam. Sesudah berjalan kira-kira empatpuluh langkah dan menghampiri rumpun pobon beresklet yang sedang berkembang penuh dengan anting-antingnya yang merah jambu, Sergei Ivanovich berhent i, dengan keyakinan yang tak seorang pun melihatnya. Keadaan di sekitar sunyi-senyap. Hanya di atas pohon birk yang menaunginya tak henti-hentinya mendengung bunyi lalat seperti rombongan lebah, dan sesekali terdengar suara anak-anak. Tiba-tiba takjauh dari tepi hutan terdengar suara kontralto Varenka memanggil Grisha; maka senyum gembira pun muncul di wajab Sergei Ivanovich. Ketika sadar akan senyumnya, Sergei Ivanovich menggeleng-gelengkan kepala mencela keadaannya, dan ia pun mengambil cerutu, lalu mulai merokok. Lama ia tak bisa menyalakan korek api dengan pokok pohon birk. Selaput kulit birk yang putih lembut menyelimuti fosfor korek apinya, dan api pun mati. Tapi akhirnya di antara korek api itu ada yang mau terbakar, dan asap cerutu yang semerbak dan seperti selimut lebar berombak-ombak pun bergerak pelan ke depan dan ke atas melangkahi rumpun perdu, di bawah rerantingan pohon birk yang menjulur ke bawah. Sambil mengikuti arah asap dengan pandangan mata, Sergei lvanovich
215 216 ANNA KAR"NINA berjalan dengan langkah tenang seraya memikirkan keadaannya.
"Kenapa tidak?" pikirnya "Sekiranya ini cuma nyala sesaat atau nafsu belaka; sekiranya aku merasakannya cuma sebagai godaan, ini berarti godaan dari dua arah (yang bisa kusebut godaan timbal-balik), tapi kurasakan itu bertentangan dengan seluruh pola hidupku; sekiranya aku merasa bahwa dengan menyerah pada godaan i ni aku mengkhianati panggilan hati dan kewajibanku ... ta pi semua itu tidak ada. Satu hal yang bisa kupakai untuk menolak. Ketika aku kehilangan Marie dulu aku sudah mengatakan kepada diri sendiri akan setia padanya. Satu itu saja yang bisa kupakai untuk menolak . ... Ini penting," katanya kepada diri sendiri, tapi sementara itu ia pun merasa bahwa pert imbangan untuk diri pribadi tak ada artinya samasekali, dan hanya merusak peranan puitisnya di mata orang lain. "Tapi di pihak lain, betapapun kucari, tak kutemukan alasan keberatan terhadap perasaanku ini. Sekiranya aku memilih hanya dengan otakku, barangkali tak bakal kutemukan yang lebih baik daripada dia."
Betapapun diingatnya semua gadis yang pernah dikenalnya, tak bisa ia menemukan seorang gadis yang mampu menyatukan semua sedemikian rupa, ya, semua nilai yang diinginkannya dalam diri seorang calon istri, sewaktu ia secara dingin memikirkan hal itu. Gadis ini punya segala daya pikat dan kesegaran orang muda, tapi ia bukan anak-anak, dan kalau gadis ini mencintainya, maka ia pasti mencinta dengan sadar, seperti seharusnya seorang perempuan. Itu satu. Kedua, gadis ini bukan hanya jauh dari sifat keduniawian, tapi agaknya punya rasa tak suka terhadap kalangan bangsawan, sekalipun ia kenal kalangan itu dan menguasa i segala tatacara seorang perempuan dari kalangan yang baik, sedangkan untuk Sergei Ivanovich tanpa itu tak mungkin ia menerima seorang perempuan sebagai teman hidup. Ketiga, gadis ini seorang perempuan yang sangat beragama, bukan beragama dan baik tanpa perhitungan seperti anak-anak, seperti terjadi misalnya dengan Kitty, tapi hidupnya didasarkan pada keyakinan-keyakinan keagamaan. Sampai tetek-bengeknya Sergei Ivanovich menemukan dalam diri gadis ini segala hal yang kiranya memang ia tuntut seorang istri: gadis ini miskin dan sendiri, sehingga ia tidak
LEOTOLSTOI akan membawa serta gerombolan sanak-saudara beserta pengaruh mereka ke dalam rumah suaminya, seperti ia saksikan pada Kitty, melainkan akan membaktikan diri seluruhnya kepada suami, suatu hal yangjuga selalu ia harapkan bagi kehidupan keluarganya di masa depan. Dan gadis ini, yang memang menghimpun segala nilai dalam d irinya, sekarang mencintai dia. Sergei Ivanovich memang polos, tapi tidak bisa tidak ia melihat hal itu. Ia pun mencinta i gadis ini. Satu pertimbangan saja yang menjadi keberatannya, yaitu usianya. Tapi keluarganya adalah orang-orang yang berusia panjang, sehelai ram but putih pun ia tak pun y a, dan tak seorang pun menaksir usianya lebih daripada empatpuluh tahun. Ia ingat kata-kata Varenka, bahwa hanya di Rusia orang yang berumur limapuluh tahun menganggap dirinya sudah tua, sedangkan di Prancis orang yang berumur li mapuluh tahun menganggap dirinya dans la force de l'age" 1 dan orang yang berumur empatpuluh tahun un jeune homme. 18 Tapi apa artinya hitungan tahun kalau dalam jiwanya ia selalu menganggap dirinya masih muda, seperti duapuluh tahun lalu" Apakah bukan muda namanya perasaan yang sekarang ini ia alami: ket ika kembali menginjak tepi hutan dari sisi lain, ia lihat dalam cahaya matahari yang miring terang itu tubuh Varenka yang indah dengan gaun kuning memegang keranjang, berjalan dengan langkah ringan melewati pokok pohon birk yang sudah tua; dan gambaran Varenka itu melebur menjadi satu secara indah mengagumkan dengan kesan melihat ladang haver menguning ditimpa cahaya mir ing, sedangkan di sebelah sana ladang menjadi satu dengan hutan tua yang jauh, berbelang-belang kuning, dan makin menghilang di kejauhan yang berwarna biru. Hati Sergei Ivanovich mengejap gembira. Rasa haru mencekamnya. Ia merasa telah mengambil keputusan. Varenka yang baru saja berjongkok untuk memungut jamur itu kini be lagi dengan gerakannya yang lentur, lalu memandang ke sekeliling. Sergei Ivanovich membuang cerutunya, lalu dengan langkah mantap berjalan menemuinya.
" Dans fa force de /" ge (Pr): Dalam usia yang tengah jaya-jayanya.
18 Un jeune homme (Pr): Orang muda.
217 218 ANNA KAR"NINA "Varvara Andreyevna, ketika saya masih muda sekali, saya punya satu ideal tentang seorang perempuan yang nanti akan saya cintai dan dengan rasa bahagia akan saya sebut istri saya. Sesudah saya menempuh perjalanan hidup yang panjang, akhirnya untuk pertama kali ini saya menemukan dalam diri Anda apa yang saya cari-cari. Saya mencintai Anda, dan dengan ini saya melamar Anda."
Sergei Ivanovich mengatakan itu kepada sendiri ketika ia sudah berada sekitar sepuluh langkah dari Varenka. Varenka memanggil Masha sambil berlutut melindungi sepotong jamur dengan kedua tangannya agar jangan sampai diambil Grisha.
"Sini, sini! Kecil-kec il! Banyak!" katanya dengan suara dada yang manis.
Melihat Sergei Ivanovich datang mendekat, Varenka tetap berdiri dan tak juga mengubah posisinya; namun segalanya menyatakan kepada Sergei Ivnovich bahwa ia merasakan makin dekatnya Serg e i Ivanovich, dan merasa senang pula.
"Ada yang Anda temukan?" tanya Varenka sambil menolehkan wajahnya yang cantik dan tersenyum tenang dari balik tudung put ihnya.
"Satu pun tak saya temukan," kata Serg e i Ivanovich. "Anda sendiri bagaimana?"
Varenka tak memberikanja waban, karena ia sibuk dengan anakanak yang mengitarinya.
"Di sana satu lagi, dekat ca bang itu," katanya kepada Masha kecil, menunjukkan sepotong jamur landak basah kecil berkepala lentur kemerahan, terjerat rumput yang disundulnya. Ia berdiri ketika Masha telah memungut jamur landak basah itu, dan membelahnya menjadi dua bagian. "Ini mengingatkan saya kepada masa kecil," tambahnya sambil menjauhkan diri dari anak-anak dan berdiri di samping Sergei Ivanovich.
Mereka berjalan beberapa langkah tanpa bicara. Varenka melihat bahwa Sergei lvanovich ingin berbicara; ia menduga-duga apa yang hendak ia bicarakan, dan berhentilah detak jantungnya karena gejolak gembi ra dan khawat ir. Mereka telah jauh meninggalkan yang
LEOTOLSTOI lain-lain, sehingga tak seorang pun bisa mendengarkan pembicaraan mereka, tapi Sergei Ivanovich belum juga mulai berbicara. Maka lebih baik Varenka berdiam diri. Sesudah berdiam diri barangkali akan lebih mudah berkata-kata tentang apa yang hendak mereka ungkapkan daripada sesudah berbicara tentang jamur; tapi tanpa dikehendaki, seakan tanpa disengaja, Varenka mengatakan:
"Jadi Anda tak menemukan apa-apa" Memang d i tengah hutan selalu sedikit jamurnya."
Sergei lvanovich menarik napas, tapi tak memberikan jawaban apa-apa. Ia merasa kesal karena Varenka berbicara tentang jamur. Ia ingin mengarahkan Varenka pada kata-kata pe a yang ia ucapkan mengenai masa kanak-kanak, tapi seakan bertentangan dengan kehendaknya sendiri. Maka, setelah beberapa waktu terdiam i a memberikan komentar kepada kata-kata Varenka yang terakhir tadi.
"Menurut pendengaran saya, jamur putih terutama ada di pinggir, walaupun saya tak bisa menunjukkan tempatnya."
Beberapa menit berlalu, mereka makinjauh meninggalkan anakanak dan betul-betul tinggal berdua. Jantung Varenka berdetak amat keras sehingga ia bisa mendengar hantaman-hantamannya, dan ia pun merasakan wajahnya memerah, memucat, lalu kembali memerah.
Menjadi istri orang seperti Koznishov, sesudah bekerja pada Nyonya Shtal, terbayang olehnya lebih daripada membahagiakan. Selain itu, ia pun hampir merasa yakin bahwa ia telah jatuh c inta kepada lelaki itu. Dan soal itu sebentar lagi akan mendapat pemecahannya. Ia pun merasa ngeri. Mengerikan pula apa yang bakal dikatakan Sergei Ivanovich dan apa yang tak akan dikatakannya.
Sekarang mereka harus bicara terbuka, atau tidak untuk selamalamanya; hal itu juga dirasakan Sergei Ivanovich. Segala sesuatu menunjukkan penantian penuh siksa, baik dalam tatapan mata Varenka, dalam kemerahan wajahnya, maupun dalam matanya yang tertunduk. Sergei Ivanovich melihat itu, dan ia pun merasa kasihan kepada Varenka. Ia bahkan merasa bahwa tak mengatakan apa-apa sekarang i ni berarti menghina Varenka. Maka dalam khayalnya, dengan cepat ia pun mengulang-ulang alasan yang bisa dipakainya
219 220 ANNA KAR"N!NA untuk mengambil keputusan. Ia juga mengulang-ulang perkataan yang hendak dipakainya untuk mengutarakan lamaran; tapi ternyata bukan perkataan itu yang keluar akibat pertimbangan yang mendadak muncul padanya; sebaliknya ia tiba-tiba saja bertanya: "Apa beda antara jamur putih dan jamur pohon birk?" Bibir Varenka menggeletar akibat gejolak batin ketika ia menjawab:
"Di bagian kepala hampir tak ada bedanya, tapi di batangnya ada."
Dan begitu kata-kata itu diucapkan, baik Sergei Ivanovich maupun Varenka mengerti bahwa persoalan sudah selesai, dan apa yang seharusnya diucapkan tidak akan pernah diucapkan. Maka gejolak batin mereka yang sebelumnya sudah melambung itu pun mulai mereda.
"Akar jamur pohon birk mengingatkan kita kepadajenggot orang berambut hitam yang dua hari tak dicukur," kata Sergei Ivanovich, ini sudah dengan tenang.
"Ya, itu benar," jawab Varenka tersenyum, dan tanpa mereka kehendaki, jurusan perjalanan mereka pun berubah. Mereka mulai mendekati anak-anak. Varenka merasa sedih sekaligus malu, tapi bersamaan dengan itu pula ia merasa ringan.
Setiba kembali di rumah dan menimbang-nimbang alasan yang tadi dipunyainya, Sergei Ivanovich menyimpulkan bahwa jalan pikirannya keliru. Ia tak bisa mengkhianati janjinya kepada Marie.
"Tenang, anak-anak, tenang!" teriak Levin marah kepada anakanak sambil melindung i istrinya ketika gerombolan anak-anak itu menyerbu mereka sambil berseru gembira.
Sesudah anak-anak, menyusul keluar dari hutan Sergei Ivanovich bersama Varenka. Kitty tak perlu lagi bertanya kepada V arenka; dari ekspresi wajah kedua orang yang tenang dan agak malu-malu itu ia mengerti bahwa rencananya tak terlaksana.
"Bagaimana?" tanya suaminya, ketika mereka telah kembali pulang.
"Tidak makan," kata Kitty dengan senyum dan gaya bicara ayahnya, yang dengan senang sering dilihat Levin.
"Tidak makan bagaimana?"
LEOTOLSTOI "Begini," kata Kitty sambil mengangkat tangan sang suami, mendekatkannya ke mulutnya, dan menyinggungkannya ke bibirnya yang tak dibuka. "Seperti orang mencium tangan uskup." "Siapa yang tak makan?" kata Levin ketawa. "Keduanya. Padahal yang diperlukan begini.. .. " "He, ada petani lewat .... "
"Tidak, mereka tak lihat."
V I Sewaktu acara minum teh untuk anak-anak, orang dewasa duduk di balkon dan bercakap-cakap seolah tak ada sesuatu yang telah terjadi, sekalipun semua, terutama Sergei lvanovich dan Varenka, tahu benar bahwa telah terjadi peristiwa yang sangat penting, walaupun hasilnya tak menguntungkan. Mereka berdua mengalami rasa sepi yang mirip perasaan seorang anak sekolah yang telah gagal ujian dan harus tinggal kelas untuk selamanya dan dikeluarkan dari lembaga pendidikan. Semua yang hadir sibuk bicara tentang hal-hal yang lain samasekali, walaupun mereka merasa telah terjadi sesuatu. Levin dan Kitty merasa sangat bahagia dan saling mencinta petang hari itu. Bahwa mereka merasakan kebahagiaan c inta, itu nyata dari sindiran mereka yang menyenangkan terhadap orang yangjuga menghenda k i kebahagiaan namun tak berhasil memperolehnya; dan ini membuat mereka malu.
"Perhatikan kataku: Alexandre tak akan datang," kata Nyonya Pangeran Tua.
Malam itu mereka menanti kedatangan Stepan Arkadyich dari stasiun; Pangeran Tua pun sudah menyurati, barangkali ia pun akan datang.
"Dan aku tahu, kenapa," sambung Nyonya Pangeran. "Dia bilang, orang-orang muda itu mesti ditinggalkan sendiri dulu."
"Jadi Papa sudah meninggalkan kita. Padahal sudah lama kita takjumpa," kata Kitty. "Dan lagi, orang muda macam apa pula kami ini" Kami sudah begini tua."
"Cuma kalau dia tak datang, terpaksa aku tinggalkan kalian, anak-anak," kata Nyonya Pangeran sedih sambil menarik napas.
221 222 ANNA KAR"N!NA "Ah, Mama ini ada apa, sih!" kata kedua anak perempuannya menyerang.
"Ya pikir saja, bagaimana keadaan Papa kalian! Kan sekarang
. . " l D l .... Dan tiba-tiba, tan pa terduga samasekali, suara Nyonya Pangeran Tua jadi menggeletar. Kedua anak perempuannya terdiam dan saling pandang. "Mama ini selalu menemukan sesuatu yang me kan," kata mereka dengan pandangan mata. Mereka tak tahu bahwa betapapun Nyonya Pangeran senang tinggal di rumah anak perempuannya, betapapun ia merasa dirinya dibutuhkan di sini, ia tetap merasa amat sedih mengingat diri sendiri dan suaminya sejak mereka mengawinkan anak bungsu mereka yang tercinta, dan sarang keluarga mereka menjadi kosong.
"Ada apa, Agafya Mikhailovna?" tiba-tiba tanya Kitty kepada Agafya Mikhailovna yang berhenti dengan pandangan rahasia dan penuh makna.
"Soal makan malam."
"Baik sekali," kata Dolly. "Pergilah kamu itu, aku sendiri akan mengulang pelajaran untuk Grisha. Jangan-jangan dia tak bikin apa-apa sekarang."
"Saya yang menyiapkan pela jaran! Tidak, Dolly, biar saya yang pergi," ujar Levin sambil melompat.
Grisha yang sudah masuk gimnasium memang mesti mengulang pela jaran-pelajarannya selama musim panas. Sejak masih di Moskwa Darya Aleksandrovna sudah selalu mengulang bahasa Latin bersama anaknya itu, dan kini selama tinggal di rumah keluarga Levin ia mengharuskan diri sekali sehari mengulang bersama anaknya pela jaran-pelajaran paling sukar dalam ilmu hitung dan bahasa Latin. Levin menantang menggantikan Dolly, tapi sesudah satu kali mendengarkan pelajaran Levin dan melihat jalannya pelajaran tak seperti cara guru mengulang pelajaran itu di Moskwa, sang ibu pun, dengan nada bingung dan agar tidak menyinggung perasaan Levin, menyatakan dengan tegas kepada Levin bahwa yang diperlukan adalah mengulang pelajaran menurut buku, seperti dilakukan guru. Karena itu Iebi h baik ia sendiri yang kembali membimbing pelajaran itu. Levin juga merasa kesal kepada Stepan Arkadyich karena justru
LEOTOLSTOI aki bat kelalaiannya maka si ibu harus mengawasi pelajaran anaknya, dan bukan dia sendiri sebagai ayahnya, sedangkan si ibu sebetulnya tak mengerti apa-apa. la pun merasa kesal kepada para guru karena mereka begitu buruk mengajar anak-anak. Tapi kepada ip a ia berjanji akan menuntun pelajaran seperti d ikehendakinya. Maka ia pun meneruskan pelajaran dengan Grisha, kali ini bukan menurut kehendaknya sendiri, tapi menurut buku. Karena itu i a kurang bernafsu dan sering lupa waktu belajar. Sekarang pun ia sedang lupa.
"Tidak, aku yang akan jalan, Dolly, kamu duduk saja di sini," katanya. "Kita bikin sebagaimana mestinya, menurut buku. Cuma, beg itu Stiva nanti datang, kami pergi berburu, jadi pelajaran kita hentikan."
Maka pergilah Levin menemui Grisha.
Varenka menyatakan hal serupa kepada Kitty. Di rumah keluarga Levin yang bahagia dan teratur baik itu ia bisa menunjukkan manfaat dir inya.
"Akan saya suruh menyiapkan makan malam, Anda duduk saja di sini," katanya lalu berdiri dan pergi menemui Agafya Mikhailovna.
"Ya, ya, benar, ayam belum dapat. Terpaksa punya sendiri ... ," kata Kitty.
"Nanti kita urus itu bersama Agafya Mikhailovna," dan Varenka pun menghilang bersama perempuan itu.
"Gadis yang simpatik sekali!" kata Nyonya Pangeran. "Bukan simpatik, Mama, tapi memikat; dan orang macam itu sukar sekali bisa d idapat."
"Jadi Anda sekalian sekarang menanti Stepan Arkadyich?" kata Sergei Ivanovich yang agaknya tak i ngin melanjutkan percakapan tentang Varenka. "Sukar menemukan dua menantu yang begitu mirip satu sama lain," katanya sambil tersenyum tipis. "Yang satu penuh semangat, hidup hanya di tengah-tengah masyarakat, seperti ikan dalam air; yang lain, Kostya kita itu, orangnya energik, cekatan, peka terhadap segala sesuatu, tapi begitu berada d i tengah-tengah masyarakat, dia jadi mat i, atau jadi tak tahu ujung pangkalnya, seperti ikan di darat."
"Ya, ia memang sangat tak serius," kata Nyonya Pangeran kepada
223 224 ANNA KAR"N!NA Sergei Ivanovich. "Saya justru hendak minta Anda menyampa ikan kepadanya bahwa dia (ia menunjuk Kitty) tak mungkin tinggal di sini dan mesti pergi ke Moskwa. Kostya bilang, mendatangkan dokter .... "
"Mama, d i a akan melakukan segalanya, dan dia akan setuju dengan apa saja," kata Kitty dengan kesal kepada ibunya, karena ibunya minta Sergei Ivanovich bertindak sebagai penengah.
Di tengah percakapan, mereka mendengar dengus kuda dan bunyi roda di atas batuan jalan.
Belum sempat Dolly berdiri untuk menjemput suaminya, di bawah, dari jendela kamar tempat belajar Grisha, Levin sudah melompat keluar dan menurunkan Grisha.
"Itu Stiva!" teriak Levin dari bawah balkon. "Kami sudah selesai, Dolly, jangan khawatir!" tambahnya, dan seperti anak kecil i a pun berlari menjemput kendaraan itu.
"Is, ea, id, eius, eius, eius, "19 teriak Grisha sambil melompatlompat di jalan masuk.
"Ada orang lain lagi. 0, benar, Papa!" seru Levin sambil berhenti di mulut jalan masuk. "Kitty, jangan lewat tangga yang curam, memutar saja."
Tapi Levin keliru, disangkanya yang duduk d i kendaraan itu Pangeran Tua. Ketika sudah mendekati kendaraan itu, dilihatnya orang yang duduk di samping Stepan Arkadyich bukan Pangeran Tua, melainkan seorang pemuda tampan gemuk, mengenakan caping Skotland yang berumbai pita panjang di belakang. Pemuda itu Vasenka Veslovksii, saudara mindoan keluarga Shcherbatskii, pemuda Petersburg dan Moskwa yang cemerlang. "Pemuda yang paling hebat dan pemburu yang bersemangat," demikian Stepan Arkadyich memperkenalkan dia.
Tanpa sedikit pun merasa gusar dengan kekecewaan yang timbul karena yang datang dan bukan Pangeran Tua, Veslovksii dengan gembira menyalami Levin dan mengingatkan Levin tentang pertemuan mereka sebelumnya, lalu menaikkan Gr isha ke kereta
19 Is, ea, id, eius, eius, eius (Lt): Dia lelaki, dia perempuan, dia netral. dia lelaki punya, dia perempuan punya, dia netral punya.
LEOTOLSTOI dan memindahkannya melangkahi anjing pemburu pointer yang dibawa Stepan Arkadyich.
Levin bukannya naik ke kereta, tapi mengiku t inya dari belakang. Ia agak merasa kesal karena Pangeran Tua, yang makin lama makin d icintainya itu, tak datang, sedangkan sebagai gantinya muncul Vasenka Veslovskii, orang yang betul-betul asing dan tak dibutuhkan olehnya. Baginya orang itu terasa lebih asing dan tak dibutuhkan lagi karena ketika Levin mendekati beranda tempat berkumpulnya rombongan orang dewasa dan anak-anak yang ramai itu, dilihatnya Vasenka Veslovskii mencium tangan Kitty dengan sikap sangat mesra dan bergaya.
"Saya dan istri Anda adalah cousin, dan kenalan lama," kata Vasenka Veslovskii, kembali sambil menjabat tangan Levin dengan erat.
"Lalu, ada binatang buruan tidak?" tanya Stepan Arkadyich kepada Levin di tengah kesibukan memberikan sapaan kepada semua orang yang hadir. "Kami datang dengan maksud yang paling ke jam. Jadi, Mama, dia ini belum pulang ke Moskwa sejak itu. Nab, Tanya, ada sesuatu untukmu! Ambil sendiri di kereta, di belakang," katanya ke segala pen juru. "O, kamu jadi tampak segar, Dollenka sayang," katanya kepada sang istri sambil sekali lagi mencium tangan istrinya, yang digenggam dengan sebelah tangan, dan dengan tangan yang lain ditepuk-tepuknya.
Levin, yang sesaat sebelumnya begitu gembira, kini memandang semua orang dengan murung, dan segalanya tak menyenangkan hatinya.
"Siapa yang dicium dengan bibirnya itu kemarin?" pikir Levin melihat kemesraan Stepan Arkadyich terhadap istrinya. Dipandangnya Dolly, dan Dolly pun tak menyenangkan hatinya.
"Aku kan tahu, Dolly tak percaya dengan cintanya. Lalu apa gunanya ia bersikap begitu gembira" Menjijikkan!" pikir Levin.
Ia menoleh ke arah Nyonya Pangeran yang sesaat lalu terkesan olehnya begitu manis. Tapi k ini ia tak senang dengan cara Nyonya Pangeran menyambut Vasenka Veslovskii yang berpita itu, seolah sedang menyambutnya di rumah sendiri.
Bahkan Sergei Ivanovich, yang juga telah masuk ke serambi,
225 226 ANNA KAR"N!NA tak menyenangkan hatinya karena sikap bersahabat yang hanya pura-pura sewaktu ia menyambut Stepan Arkadyich, karena Levin tahu bahwa saudaranya itu tak me dan tak menghormati Oblonskii.
Dan Varenka pun baginya memuakkan, karena gadis itu berkenalan dengan pemuda itu dengan tampang sainte nitouche,20 meskipun waktu itu yang terpikir olehnya hanyalah bagaimana memperoleh suami.
Dan yang paling menjijikkan di antara yang lain-lain adalah Kitty, yang waktu itu ikut-ikutan gembira, yang menganggap kedatangan pemuda itu ke desa sebagai pesta buat dirinya maupun semuanya; dan yang sangat tak menyenangkan adalah cara Kitty tersenyum ketika ia membalas senyuman pemuda itu.
Semua masuk ke rumah sambil bicara dengan ribut; tapi begitu orang sudah duduk, Levin pun membalikkan badan dan keluar.
Kitty melihat ada sesuatu yang telah terjadi dengan suaminya. la ingin minta waktu sedikit saja untuk berbicara berdua dengannya, tapi Levin waktu itu buru-buru meninggalkan dia dengan mengatakan bahwa ia perlu pergi ke kantor. Sudah lama pekerjaan pertanian tak dianggapnya penting, seperti sekarang ini. "Biarlah di sana mereka semua berpesta," pikirnya. "Tapi di sini urusan ini bukan pesta, dan urusan ini tak bisa menanti, dan tanpa ini tak mungkin kita hidup."
VII Levin baru pulang ketika orang menyusulnya untuk makan malam. D i tangga rumah berdiri Kitty dan Agafya Mikhailovna yang sedang membicarakan soal anggur buat makan malam.
"Buat apa kalian bi kin fuss 21 i ni" Kasih saja seperti biasanya." "Tidak, Stiva tidak minum .... Kostya, tunggu, kamu ini kenapa sebetulnya?" ujar Kitty yang segera mendekatinya, tapi tanpa memedulikan dan menantikan istrinya, Levin berjalan ke kamar makan dengan langkah lebar, lalu langsung menggabungkan
20 Sainte nitouche (Pr): Perempuan yang berlagak saleh.
" Fuss (Ing): Repot.
LEOTOLSTOI dengan percakapan ramai yang waktu itu sedang berlangsung antara Vasenka Veslovskii dan Stepan Arkadyich.
"Jadi bagaimana, besok kita berburu?" kata Stepan Arkadyich. "Mari," Veslovskii seraya duduk menyamping di kursi lain dan melipat kakinya yang gemuk di bawah pantatnya.
"Saya senang sekali, marl k ita pergi. Anda sudah pernah berburu tahun ini?" kata Levin kepada Veslovskii sambil memandang kakinya yang gemuk baik-baik, tapi dengan sikap senang yang hanya purapura, sikap yang dikenal Kitty dengan tapi tak cocok samasekali buat Levin. "Tak tahu saya, apakah burung dupel akan kita temukan, tapi kalau burung berkik banyak. Cuma kita mesti berangkat pagipagi. Apa Anda tidak akan lelah" Kamu tak lelah, Stiva?"
" Aku lelah" Belum pernah aku lelah. Mari k ita begadang malam ini! Mari jalanjalan."
"Betul itu, mari kira begadang! Bagus sekali!" kata Veslovskii membenarkan.
"O, kami yakin kamu bisa tak tidur, dan bikin orang lain tak tidur juga," kata Dolly kepada suaminya dengan ironi nyaris tak kentara, yang kini hampir selalu ditujukannya kepada sang suami. "Rasanya sudah waktunya sekarang ini.. .. Aku pergi sekarang, aku tak akan makan malam."
"Tidak, kamu duduk saja dulu di sini, Dollenka," kata Stepan Arkadyich sambil berpindah duduk di dekat istrinya di meja besar tempat makan malam. "Masih banyak yang mesti kuceritakan padamu!"
" Aku tak yakin."
"Kamu tahu tidak, Veslovskii habis mengunjungi Anna. Dan dia akan datang Iagi ke tempat mereka. Cuma kira-kira tu juhpuluh werst dari sini. Aku pun pasti akan singgah ke sana. Veslovksii, coba sini!"
Vasenka berpindah ke dekat para perempuan, dan duduk di samping Kitty.
"Jadi, Anda habis berkunjung ke dia" Coba tolong ceritakan kepada kami. Bagaimana kabarnya?" kata Darya Aleksandrovna.
Levin tinggal d i ujung lain meja dan tak henti-hentinya bicara dengan Nyonya Pangeran dan Varenka. Dan ia melihat bahwa antara
227 228 ANNA KAR"NINA Stepan Arkadyich, Dolly, Kitty, dan Veslovskii sedang berlangsung percakapan rahasia penuh gairah. Dan bukan hanya percakapan rahasia yang sedang berlangsung. Ia melihat wajah istrinya tampak sungguh-sungguh ketika tanpa berkedip menatap wajah tampan Vasenka yang sedang bercerita dengan bergairah.
"Hidup mereka baik sekali," cerita Vasenka tentang Vronskii dan Anna. "Saya tentu saja tak bisa memberikan penilaian, tapi di rumah mereka itu kita merasa seperti di tengah keluarga."
"Apa yang hendak mereka lakukan?"
"Rupanya musim dingin ini mereka pergi ke Moskwa." "Baik sekali kalau kita bersama berkumpul di tempat mereka! Kapan kamu akan ke sana?" tanya Stepan Arkadyich kepada Vasenka.
"Bulan Juli aku tinggal dengan mereka."
"Kamu pergi tidak?" tanya Stepan Arkadyich kepada istrinya. " Aku sudah lama ingin pergi, jadi aku pasti pergi," kata Dolly.
" Aku kasihan padanya, dan aku kenal dia. D ia perempuan yang baik sekali. Aku akan pergi sendiri kalau kamu pergi. Dengan begitu aku tak memalukan siapa-siapa. Bahkan lebih baik lagi tanpa kamu." "ltu baik sekali," kata Stepan Arkadyich. "Lalu kamu, Kitty?" "Aku" Buat apa aku pergi?" kata Kitty memerah wajahnya. Lalu menoleh kepada suaminya.
"Anda kenal Anna Arka ?" t an y a Veslovskii kepadanya. "Ia perempuan yang sangat memikat."
"Ya," jawabnya kepada Veslovskii dengan wajah lebih merah lagi, lalu berdiri dan mendekati suaminya.
"Jadi besok kamu pergi berburu?" tanyanya.
Perasaan cemburu selama beberapa menit itu, terutama setelah melihat rona merah di pipi Kitty sewaktu berbicara dengan Veslovskii, kini sudah berkembang jauh. Mendengar kata-kata i strinya, sekarang sudah lain sekali pengertiannya. Betapapun anehnya itu, sekarang jelas terasa olehnya bahwa kalau Kitty bertanya kepadanya apakah ia akan pergi berburu, maka itu bagi istrinya hanyalah untuk mengetahui apakah hal itu akan memberikan kepuasan kepada Vasenka Veslovskii, karena penurut pengertiannya Kitty sekarang sedangjatuh cinta kepada pemuda itu.
LEOTOLSTOI "Ya, aku akan pergi," jawab Levin dengan suara tak wajar, yang untuknya sendiri memuakkan.
"Tidak, lebih baik tinggallah sehari besok di rumah, kalau tidak, Dolly tak akan melihat suaminya samasekali; lusa boleh pergi," kata Kitty.
Art i kata-kata Kitty itu sekarang oleh Levin d imaknai demikian: "Jangan pisahkan aku dari-nya. Bahwa kamu pergi, itu buatku sama saja, tapi ber ilah aku kesempatan menikmati pergaulan dengan pemuda yang memikat hati i ni."
"Kalau kamu mau, besok kami akan tinggal di rumah," jawab Levin dengan nada senang sekali.
Vasenka sementara itu samasekali tak menduga bahwa kehadirannya menimbulkan penderitaan bagi orang lain. Mengikuti Kitty, ia berdiri dari meja, dan sambil terus menatap Kitty dengan tersenyum mesra ia pun berjalan mengikutinya.
Levin melihat tatapan mata Vasenka itu. Untuk sesaat ia jadi pucat dan tak bisa mengatur pernapasannya. "Berani-beraninya dia menatap istriku dengan cara demikian!" mendidih pertanyaan dalam dirinya.
"Jadi, besok" Marilah pergi besok," kata Veslovskii sambil duduk di kursi dan kembali melipatkan kaki, yang memang merupakan kebiasaannya.
Rasa cemburu Levin makin jauh. la sudah merasakan dirinya menjadi suami yang dikhianati, yang diperlukan seorang istri dan seorang kekasih hanya untuk memberikan kepada mereka kesenangan hidup dan kenikmatan.... Namun demikian ia tetap dengan lemah-lembut dan ramah-tamah bertanya kepada Vasenka tentang perburuan, senapan, sepatu bot, dan menyatakan persetujuannya untuk pergi esok hari.
Untunglah bagi Levin, karena Nyonya Pangeran Tua menghentikan penderitaannya dengan berdiri dan menyuruh Kitty pergi tidur. Tapi itu pun tak bisa berlangsung tanpa menyiksa Levin. Ketika berpisah dengan nyonya rumah, Vasenka kembali hendak mencium tangannya, hanya saja Kitty dengan wajah merah dan dengan sikap kasar naif yang kemudian dicela oleh ibunya, mengatakan sambil menarik tangannya:
229 230 ANNA KAR"N!NA "Ini tidak biasa d i sini."
D i mata Levin, Kitty bersalah karena telah memperlihatkan sikap seperti itu, dan lebih bersalah lagi karena dengan kaku ia menunjukkan sikap bahwa mereka itu tak menyenangkan hatinya.
"Apa pula ini tidur melulu!" kata Stepan Arkadyich yang kini sedang tenggelam dalam perasaan nikmat dan puit is, sesudah minum beberapa gelas anggur sewaktu makan malam tadi. "Coba lihat itu, Kitty," katanya sambil menunjuk bulan yang sedang naik
balik pohon lipa. "Bukan main indahnya! Veslovskii, sekarang ini saatnya buat serenada. Kamu bar tahu, suaranya bagus sekali, dan sepanjang jalan tadi kami bernyanyi bersama. Dia bawa lagu-lagu seriosa yang bagus sekali, yang baru, dua. Coba kalau ia mau menyanyi dengan Varvara Andreyevna.
Ketika semua sudah bubar, Stepan Arkadyich masih lama lagi berjalan-jalan dengan Veslovskii di jalan yang didereti pohon, dan berkumandanglah suara mereka menyanyikan lagu seriosa yang baru.
Mendengar itu Levin duduk mengerutkan kening di kursi besar di kamar tidur istrinya. Ia terns saja membisu seribu bahasa, walaupun mendapat pertanyaan-pertanyaan dari istrinya tentang apa yang sedang terjadi dengannya. Tapi ketika a ya Kitty sendiri, sambil tersenyum takut-takut bertanya: "Apa barangkali ada yang tak menyenangkan kamu dalam diri Veslovskii?" barulah ia tersadar, dan dikemukakannya segalanya; dan apa yang dikemukakannya itu betul-betul menyinggung perasaannya sendiri, karena itu ia semakin naik darah lagi.
Ia berdiri di depan sang istri dengan mata berkilat mengerikan dari balik alisnya yang berkerenyit, dan menekankan kedua tangannya yang kokoh ke dada seolah sedang mengerahkan segala kekuatan untuk menahan diri. Ekspresi wajahnya itu barangkali tampak kereng dan bahkan kejam sekiranya tidak dicampuri ekspresi penderitaan yang sungguh menyentuh perasaan istrinya. Tulang pelipisnya menggeletar, sedangkan suaranya terputus-putus.
LEOTOLSTOI "Kamu mesti tahu, aku bukan cemburu-cemburu adalah kata yang keji. Aku tak bisa cemburu dan tak bisa percaya bahwa .... Aku tak bisa mengatakan apa yang sedang kurasakan ini, tapi ini mengerikan .... Aku bukan cemburu, ta pi tersinggung, terhina karena ada orang yang berani berpikir, berani menatap kamu dengan mata seperti itu .... "
"Dengan mata bagaimana pula?" kata Kitty yang berusaha sejujur mungkin mengenangkan semua perkataan dan gerakannya petang itu beserta nada-nadanya.
Di dasar jiwanya ia memang menemukan sesuatu, yaitu ketika suaminya berpindah mendekatinya di ujung meja; tapi ia tak berani mengatakan terus-terang hal itu walaupun hanya kepada diri sendiri, terlebih i a tak hendak mengatakannya kepada sang suami, karena kalau demikian i a bisa lebih memperhebat penderitaannya.
"Dan lagi, apa yang mungkin menarik dalam diriku ini" Orang macam apa pula aku ini?"
"Oh!" seru Levin sambil mencengkam kepalanya sendiri. "Lebih baik kamu tak mengatakan itu!. .. Jadi kalau sekiranya kamu "k " menan ....
"Bukan begitu, Kostya, tunggu, coba dengarkan!" kata Kitty sambil menatap Levin dengan airmuka menderita dan prihatin. "Lalu apa yang kamu pikirkan itu" Padahal buatku orang-orang itu samasekali tak ada, tak ada, tak ada!. .. Maumu apa, aku tak boleh bertemu dengan siapa-siapa?"
Semula Kitty amat tersinggung melihat kecemburuan suaminya; ia merasa kesal karena kesenangan kec il yang paling tak mengandung dosa itu dilarang; tapi sekarang mau rasanya ia dengan sesungguhsungguhnya mengorbankan diri, bukan dengan hal tetek-bengek seperti itu, melainkan dengan segalanya, demi ketenangan suaminya agar bisa menghindarkan sang suami dari penderitaan yang sedang ditanggungnya itu.
"Kamu mesti mengert i keadaanku yang mengerikan dan keterlaluan ini," sambung Levin berbisik putusasa, "yaitu bahwa dia ada di rumahku; memang tak ada suatu pun yang tak sopan yang telah nnya, selain sikapnya yang kurangajar dan caranya melipat kaki itu. Dia anggap itu sebagai sikap yang baik, karena itu
231 232 ANNA KAR"N!NA aku harus bersikap baik padanya."
"Tapi menurut pendapatku kamu terlalu membesar-besarkan, Kostya," kata Kitty, yang dalam hati merasa gembira menyaksikan kekuatan c inta yang sekarang menjelma dalam rasa cemburu suaminya.
"Yang paling mengerikan adalah karena kamu tetap sepert i sediakala, juga sekarang, padahal kamu bagiku demikian suci, dan kita begini bahagia, ya, begini bahagia, tapi tiba-tiba datang si gombal itu .... Barangkali juga dia bukan gombal, buat apa aku mengatai dia" Tak ada urusanku dengan dia. Tapi kenapa ia mengusik kebahagiaanmu, kebahagiaanku ?"
"Sekarang aku mengerti apa yang menjadi sebab semua ini," kata Kitty.
"Apa, apa ?" "Aku melihat tadi bagaimana kamu memandang ketika aku bicara dengan dia sewaktu makan malam."
"Itu betul, itu betul!" kata Levin khawatir.
Maka Kitty pun menyampaikan kepada Levin apa yang dibicarakannya dengan Veslovski i. Dan sambil bercerita, berkali-kali Kitty menarik napas resah. Levin terdiam, kemudian melihat wajah Kitty yang pucat ketakutan, dan tiba-tiba ia pun mencengkam kepalanya sendiri.
"Katya, aku telah menyiksamu! Maatkan aku, Manis! Ini betulbetul edan! Katya, bagaimanapun aku yang salah. Buat apa kita menyiksa diri dengan kebodohan seperti ini?"
"Tapi aku kasihan padamu."
"Padaku" Padaku" Aku ini apa" Aku ini orang gila! Dan buat apa kamu mesti diganggu" Sungguh mengerikan kalau dipikir bahwa orang lain bisa merusak kebahagiaan kita."
"Ya, memang ini menying perasaan .... "
"Tapi sebaliknya, dengan sengaja akan kubiarkan nanti ia tinggal di sini sepanjang musim panas, dan dengan dia akan kubuat kebaikan sebanyak-banyaknya," kata Levin sambil mencium tangan Kitty. "Nanti kamu akan lihat sendiri. Besok .... Ya, betul, besok kami akan pergi."
LEOTOLSTOI VIII Harl berikutnya, ketika para perempuan belum lagi bangun, kendaraan-kendaraan berburu serta kereta dan gerobak sudah berdiri di dekat pintu-masuk. Laska yang sejak pagi sudah mengerti bahwa tuannya akan berangkat berburu duduk di dekat kursi di atas kereta, sesudah menyalak dan melompat sepuasnya. Dengan gelisah dan nada mencela ia menatap pintu, tempat akan keluamya para pemburu yang berlambat-lambat itu. Vasenka Veslovskii yang pertama keluar. la mengenakan sepatu bot besar baru sampai setengah pahanya yang gemuk, mengenakan kemeja hijau yang disabuki kantong peluru dari kulit yang masih baru dan berbau, mengenakan caping berpita-pita, dan menyandang senapan baru buatan Inggris tanpa selempang. Laska meloncat ke arah dia, mengucapkan selamat pagi, melompat-lompat, dan bertanya dengan caranya sendiri apakah akan segera berangkat; tapi karena tak mendapat jawaban, ia pun kembali ke tempat penanti annya dan diam sambil menolehkan kepala ke samping dan menegakkan sebelah telinganya. Akhirnya pintu terbuka dengan suara berderak. Krak, anjing pointer Stepan Arkadyich yang belang-belang melompat, berputar, dan melenting ke udara, kemudian keluarlah Stepan Arkadyich sendiri sambil memegang senapan dan merokok cerutu. "Tenang, tenang, Krak!" seru Stepan Arkadyich sayang kepada anjing itu, yang menaikkan kaki depannya ke perut dan dada Stepan Arkadyich sambil meraihraih tas berburu. Stepan Arkadyich mengenakan sepatu petani dengan stiwel,22 bercelana panjang robek-robek dan bermantel pendek. Sebagai tutup kepala ia kenakan topi yang sudah rusak, tapi senapannya bersistem baru dan sangat ampuh, sedangkan tas berburu dan kantong pelurunya darijen is yang paling baik, sekalipun sudah kusam.
Vasenka Veslovskii awalnya tak mengerti kekenesan pemburu sejati itu, yang mengenakan pakaian compang-camping, walaupun mutu peralatan burunya paling baik. Menatap StepanArkadyich baikbaik, baru ia mengerti betapa kenesnya pakaian compang-camping
22 Stiwel: Kain atau kulit yang dibebatkan di kaki bagian bawah.
233 234 ANNA KAR"NINA tapi semarak di tubuh bangsawan itu, yang anggun, tambun, dan ceria, dan ia pun memutuskan dalam perburuan mendatang akan bergaya seperti itu pula.
"Lalu, tuan rumah kita mana?" tanyanya.
"Maklum istri masih muda," kata Stepan Arkadyich sambil tersenyum.
"Ya, dan beg itu memikat."


Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tadi sudah berpakaian. Benar juga, dia kembali lari menemui istrinya."
Penglihatan Stepan Arkadyich tepat sekali. Levin kembali berlari menemui Kitty untuk sekali lagi bertanya apakah istrinya itu memaatkan dia, sesudah ia melakukan kebodohan kemarin itu, juga meminta sang istri agar, demi Kristus, untuk lebih berhati-hati. Yang pent ing, istrinya itu perlu jauh-jauh dari anak-anak, karena mereka tiap saat bisa menubruknya. Kemudian, i a perlu sekali lagi mendapat ketegasan dari Kitty bahwa istrinya itu tidak marah dengan kepergiannya selama dua hari, juga meminta agar besok pagi i strinya betul-betul menulis surat kepadanya lewat pesuruh berkuda, meski isinya sekadar dua patah kata. Itu penting baginya mengetahui bahwa keadaan istrinya baik-baik sa ja.
Seperti biasa, Kitty merasa sedih akan berpisah dengan sang suami selama dua hari; tapi melihat tubuh suaminya yang segar dan tampak sangat besar dan kuat bersepatu buru dan berkemeja putih, melihat adanya semacam gejolak hati seorang pemburu yang tak dimengertinya itu, maka ia pun tak sedih lagi, dan dengan rasa riang melepas suaminya.
"Maaf, Tuan-tuan!" kata Levin il berlari ke beranda. "Makan pagi sudah dimasukkan" Kenapa si pirang di sebelah kanan" Tapi ya, biarlah, sama saja. Laska, hentikan itu, ayo duduk!"
"Satukan dengan kawanan jantan muda," katanya kepada tukang ternak yang menantinya di serambi dan bertanya tentang sapi-sapi jantan. "Maaf, ini masih ada bangsat satu lagi."
Levin melompat turun dari kereta yang sudah d idudukinya, dan menemui mandor sekaligus tukang kayu yang mendekat ke serambi sampai jarak satu sazhen.
"Kemarin tak mau datang ke kantor, sekarang menghambat
LEOTOLSTOI aku" Ada apa?" "Izinkan saya bikin tarnbahan, Tuan. Tiga anaktangga lagi. Sebentar selesai. Keadaannya akan lebih n an."
" u mestinya dengarkan kata-kataku," jawab Levin kesal. "Aku sudah bilang, rentangkan tali, lalu pasang anak-anaktangga itu. Sekarang nggak bisa diubah lagi. Kerjakan seperti kuperintahkan, pasang yang barn."
Masalahnya, untuk rumah samping yang sedang d ibangun, mandor telah membongkar tangga dan memisahkannya tanpa memperhitungkan tingginya; akibatnya, ketika dipasang tangga itu menggantung. Sekarang mandor ingin menambahkan tiga anaktangga lagi tanpa mengubah tangga yang sudah dibuat.
"Keadaannya akanjauh lebih baik."
"Lalu di mana ujung tanggamu dengan tiga anaktangga itu?" "Maaf, Tuan," kata tukang kayu carnpur tersenyum benci. "Ujungnya di atas lantai. ltu kalau diambil dari bawah," katanya disertai gerak-gerik meyakinkan, "lalu naik, naik, pai di atas."
"Tiga anaktangga itu kan nambah panja a tangga . ... Di mana ujungnya itu?"
"Kalau dari bawah, itu akan sarnpai di atas, Tuan," kata mandor ngotot meyakinkan.
"Ya, itu akan nyundul langit-langit dan sarnpai dinding." "Maaf, . Itu mulai dari bawah. Naik, naik terns, kan pai di atas."
Levin mengambil batang pembersih moncong senapan, lalu mulai menggambar tangga di atas tanah.
"Lihat tidak ini?"
"Saya, Tuan," tukang kayu dengan mata tiba-tiba berseri; ag ia sudah mengerti apa yang dimaksud Levin. "Jadi jelas, perlu bikin tangga baru."
"Ya, lakukan saja seperti sudah kuperintahkan!" teriak Levin sambil duduk ke kereta. "Jalan! Pegangi anjing-anjing itu, Filipp!"
Sesudah meninggalkan semua urusan keluarga dan p ian, Levin merasakan kegembiraan hidup yang luarbiasa dan penuh harapan sehingga tak ia ingin bicara. Selain itu ia merasakan gairah yang kuat, seperti biasa dialami setiap pemburu ketika sudah dekat
235 236 ANNA KAR"NINA dengan tempat beraksi. Kalaupun ada yang ia pikirkan sekarang, itu hanya soal-soal seperti apakah mereka nanti akan menemukan sesuatu di rawa Kolpenskoye, bagaimana nanti tingkah Laska di bandingkan Krak, dan apakah ia sendiri akan berhsil menembak sesuatu. Jangan-jangan ia akan memalukan nanti di hadapan orang baru itu. Jangan-jangan Oblonskii nanti tanpa sengaja menembaknya. Soal ini terlintas pula di kepalanya.
Oblonskii merasakan hal itu pula, dan ia pun kurang suka bicara. Hanya Vasenka Veslovskii yang terus saja nerocos dengan gembira. Sekarang, mendengarkan pembicaraan orang itu, Levin merasa malu mengingat betapa salah sikapnya terhadap orang itu kemarin. Vasenka betul-betul orang yang baik hati dan sangat penggembira. Sekiranya Levin bergaul dengan dia ke masi h bujangan, i a pasti akrab dengannya. Memang, sikapnya yang masa bodoh terhadap hidup agak kurang menyenangkan Levin, juga gayanya yang kurang sopan. Seakan i a menonjolkan arti penting dirinya yang tinggi dan pasti, karena ia punya kuku panjang, mengenakan topi dan lain-lain yang selaras dengan topi itu; tapi semua itu bisa dimaatkan, karena ia punya hati yang baik dan sifat tertib. Yang bagi Levin menyenangkan adalah pendidikannya yang baik, ucapan bahasa Prancis dan Inggrisnya yang baik sekali, dan karena ia adalah orang dari dunia yang sama dengan Levin.
Vasenka amat senang dengan kuda padang rumput Don, yang dituntun di sebelah . Tak henti-hentinya ia mengagumi kuda itu:
"Barangkali enak sekali mencongklang kuda padang rum put ini. Aa" Betul tidak?" katanya.
Agaknya, dengan mencongklang kuda padang rumput itu ia membayangkan sesuatu yang liar dan puitis, padahal tidak demikian adanya; tapi sifatnya yang naif, terutama apabila dipadu dengan ketampanannya, senyumnya yang manis, dan gerak-geriknya yang gemulai, memang sangat memikat hati. Sekarang Levin merasa senang bersama dia, entahlah, apakah karena pembawaan orang itu d irasakan simpatik oleh Levin, ataukah karena sekarang Levin berusaha menemukan sesuatu yang baik dalam d iri orang itu, sebagai penebus dosanya kemarin.
Sesudah berjalan tiga werst, tiba-tiba Veslovskii merogoh cerutu
LEOTOLSTOI dan dompetnya. Ia bertanya-tanya, hilangkah kedua barang itu atau ketinggalan di atas meja. Di dalam dompet itu tersimpan uang tigaratus tujuhpuluh rubel. Karena itu, barang tersebut tak boleh ditinggalkan.
"Bagaimana pendapatmu, Levin, kalau dengan kuda Don itu aku mencongklang pulang" Itu tentu menyenangkan sekali. Aa?" katanya, dan langsung bersiap balik.
"Ah, untuk apa?" jawab Levin, karena menurut perhitungannya, bobot Vasenka tentu tak kurang daripada enam pud. "Nanti saya ki r im saja kusir."
Kusir berangkat dengan kuda gandeng.
"Jadi, bagaimana arah perjalanan k ita" Coba ceritakan baik-baik," kata Stepan Arkadyich.
"Rencananya begini: sekarang ini kita sampai Gvozdyev. Di Gvozdyev ini, di rawa sebelah sini, ada b g dupe!, dan di sebelah sana Gvozdyev rawanya bagus sekali, tempat b g berkik, burung dupe! juga sering ada. Sekarang hari panas; menjelang petang nanti (duapuluh werst lagi), kita akan sampai, lalu kita bisa berburu di padang; k ita menginap di sana, dan baru besok menuju rawa besar." "Tapi apa tak ada apa-apa di perjalanan?"
"Ada, tapi lewat situ kita akan terhambat, dan terlalu panas. Ada dua tempat yang cukup baik, tapi barangkali tak ada apa-apanya."
Levin sendi r i ingin singgah di kedua tempat itu, tapi karena lokasinya dekat saja dari rumah, ia bisa selalu mendatanginya, dan kedua tempat itu memang agak kec il, sehingga sebagai arena menembak bertiga tak memadai. Itu sebabnya ia memberi keterangan kurang benar, dan mengatakan barangkali tak ada apaapanya. Sampai di rawa kecil itu Levin ingin melewatinya saja, tapi mata buru Stepan Arkadyich seketika melihat tempat berair yang tampak dari jalan.
"Apa kita tak singgah ?" katanya sambil menunjuk rawa. "Levin, marl singgah! Bagus sekali!" kata Vasenka Veslovskii memohon, dan Levin pun tidak bisa tidak menyetujui.
237 238 ANNA KAR"NINA Belum sempat mereka berhenti, anjing-anjing sudah menyerbu ke rawa saling berkejaran.
"Krak! Laska!" Anjing-anjing itu pun kembali.
"Bertiga akan terlalu sempit. Saya tinggal di sini sa ja," kata Levin, berharap mereka tak akan menemukan apa-apa selain burung kak i dian yang segera terbang ke langit karena takut anjing, dan terbang oleng di atas rawa sambil meratap iba.
"Tidak! Ayo pergi, Levin, ayo pergi sama-sama!" panggil Veslovskii.
"Betul, sempit saya bilang. Laska, balik! Laska! Anda berdua tak butuh anjing lain lagi, kan?"
Levin tinggal di dekat kereta, dan dengan rasa iri ia tatap kedua pemburu itu. Kedua pemburu menjelajahi seluruh rawa. Selain seekor ayam rawa dan burung kaki dian, tak ada apa-apa di rawa itu. Seekor di antara burung kaki dian itu berhasil di bunuh Vasenka.
"Nab, Anda libat sendiri, saya tak menyesal tidak masuk ke rawa ini," kata Levin. "Cuma mengbabi skan waktu."
"Tapi, bagaimanapun, menyenangkan. Libat tidak tadi?" kata Vasenka Veslovskii sambil ke kereta dengan kikuk karena menenteng senapan dan burung itu. "Indah sekali saya tembak burung ini tadi! Betul tidak" Nab, apa kita akan segera sampai di rawa yang seben a?"
Ti ba-tiba kedua kuda itu menggelandang. Kepala Levin terbentur gagang senapan entab siapa, dan terdengar tembakan. Sebetulnya tembakan itu terjadi sebelumnya, tapi itulah yang dirasakan Levin. Soalnya, Vasenka Veslovskii tan pa sengaja menarik pelatuk yang satu, saat ia men kan kedua pelatuk itu. Peluru menembus tanah tanpa mencederai si apapun. Stepan Arkadyich menggelengkan kepala, dan ketawa mencela Veslovskii. Tapi Levin tak punya keberanian memperingatkannya. Pertama, tiap celaan barangkali akan tampak sebagai akibat langsung dari babaya yang sudah lewat itu, dan akibat buah cemara yang mengenai dahinya; dan kedua, Veslovskii dengan naif memang tampak kecewa, tapi kemudian ketawa amat meriah dan menarik, menertawakan ketakutan mereka bertiga, sehingga tak mungkin bagi Levin untuk tidak ketawa juga.
LEOTOLSTOI Ketika mereka sampai di rawa kedua yang cukup luas dan tentu bakal menyita banyak waktu, Levin menganjurkan mereka untuk tidak t . Tapi kembali Veslovskii mulai merengek. Karena rawa itu memang sempit, maka sebagai tuan rumah yang ramah Levin kembali tinggal sendiri di dekat kendaraan mereka.
Sejak tiba di tempat itu, Krak sudah langsung mendekati gundukan tanah. Vasenka Veslovskii yang pertama berlari mengikuti anji ng itu. Belum sampai Stepan Arkadyich mendekat, seekor dupe) sudah terbang. Tembakan Veslovksii luput, dan burung dupe) itu hinggap kembali di ladang yang belum dibajak. Penembakan burung itu diserahkan kepada Veslovskii. Krak kembali menemukan tempat burung itu, menghalaunya, dan Veslovskii pun berhasil membunuhnya, lalu kembali ke tempat kendaraan.
"Sekarang Anda berdua pergilah; saya sendiri tinggal bersama kuda," katanya.
Levin mulai dihinggapi rasa iri yang biasa dipunyai pemburu. Diserahkannya kendali kuda kepada Veslovksii, dan pergilah ia ke tengah rawa.
Laska, yang sudah lama menyalak dengan sedih dan mengadu karena diperlakukan tak adil, kini berlari maju, langsung ke hi mpunan gundukan tanah yang menjanjikan dan dikenal Levin tapi tak didatangi Krak.
"Kenapa tak kamu hentikan si Laska?" ter iak Stepan Arkadyich. "Ah, ia tak akan bikin takut," jawab Levin gembira melihat anjing itu, dan lekas mengikutinya.
Dalam mencari burung itu, makin dekat ke himpunan gundukan tanah yang sudah dikenalnya, makin bertambah sikap sungguhsungguh Laska. Hanya sekejap seekor burung rawa kecil mengalihkan perhatiannya. Burung itu berputar satu kali di depan bukit, kemudian satu kali lagi, tapi tiba-tiba ia menggeletar dan berhenti bergerak.
"Jalan, jalan, Stiva!" seru Levin yang kini merasa jantungnya mulai berdetak keras, dan tiba-t iba, seakan ada palang pintu terbuka dalam pendengarannya yang tegang, bunyi-bunyi yang telah kehilangan ukuranjarak, tak teratur, tapijelas itu mulai memukaunya. Ia mendengar langkah Stepan Arkadyich yang terdengar olehnya seperti derap kuda di kejauhan; ia mendengar bunyi lirih dari sudut
239 240 ANNA KAR"NINA bukit yang d ihampirinya, dan menurut pendengarannya itu adalah bunyi burung dupe) terbang. Ia juga mendengar jauh di belakangnya semacam bunyi kecipak di air, tapi ia tak tahu bunyi apa itu.
Sambil memilih tempat berpijak, ia bergerak mengikuti anjingnya.
"Ambil itu!" Bukan burung dupel, tapi burung berkik yang menghambur dari bawah anjing itu. Levin mengangkat senapan, ta pi ketika ia membidik, bunyi kecipak di air itu terdengar lebih keras, bahkan mendekat, dan terdengar olehnya suara Veslovskii meneriakkan sesuatu dengan keras aneh. Levin melihat Veslovksii mengangkat senapan ke arah burung berkik itu, tapi Levin toh tetap menembakkan senapannya.
Yakin tembakannya luput, Levin menoleh, dan terlihat olehnya kedua kuda dan keretanya sudah tak ada di jalan, mela inkan di tengah rawa.
Karena ingin melihat Levin menembak, Veslovskii masuk ke rawa dan memerosokkan kuda-kuda itu.
"Persetan juga dial" ujar Levin kepada diri sendiri sambil mendekati kendaraan yang sudah masuk lumpur. "Kenapa Anda jalankan?" kata Levin kering kepada Veslovksii, dan sesudah memanggil kusir mulailah ia melepaskan kedua kuda itu.
Levin merasa jengkel karena penembakannya diganggu dan kudanya diperosokkan ke rawa, lebih-lebih karena untuk menaikkan kuda itu abah-abahnya harus dilepaskan, dan yang paling menjengkelkan, Stepan Arkadyich dan Veslovskii samasekali tidak membantu dia atau kusir, karena baik Stepan Arkadyich maupun Veslovskii tak punya sedikit pun pengertian tentang makna pakaian kuda. Tanpa memberikan jawaban sepatah kata pun kepada Vasenka, yang mencoba meyakinkan dia bahwa tempat itu tadinya kering, Levin terus saja bekerja bersama kusir melepasi kudanya. Tapi kemudian, setelah badannya panas oleh gerak, dan setelah melihat betapa sungguh-sungguh Veslovskii ikut menarik kereta di bagian spatbornya, bahkan sampai mematahkan spatbor, Levin pun mencela dirinya sendiri; akibat perasaannya kemarin, i a telah memperlihatkan sikap terlalu dingin kepada Veslovskii, dan kini dengan sikap sangat baik ia berusaha meluruskan sikap dinginnya itu.
LEOTOLSTOI Dan ketika semuanya sudah heres, dan kendaraan sudah dinaikkan ke jalan, Levin memerintahkan menyiapkan makan pagi.
"Bon appetit-bonne conscience!2s Ce poulet va tomber jusqu'au fond de mes bottes,"24 kata Vasenka, yang kembali gembira dan mengetengahkan ungkapan lucu Prancis sambil melahap ayam yang kedua. "Yah, kesulitan sudah berlalu; sekarang semuanya akan berjalan baik. Cuma, karena sudah melakukan kesalahan, sekarang saya harus duduk di depan. Betul tidak" T idak, tidak, sekarang Automaton. Boleh lihat, bagaimana saya mengendalikan kereta ini!" jawabnya tanpa melepaskan tali kekang, ketika Levin minta kepadanya untuk membiarkan kusir memegang kekang. "Tidak, saya harus menebus kesalahan saya, lagi pula saya merasa enak sekali di depan." Dan ia pun berangkat.
Levin agak khawatir Veslovskii bakal menyiksa kudanya, terutama yang kiri, si pirang, yang tak mampu ia kendalikan; tapi tanpa dikehendaki, Levin tunduk pada keceriaan Veslovskii, dan mendengarkan lagu-lagu seriosa yang dinyanyikannya sepanjang jalan, sementara Veslovskii memegang kendali, mendengarkan cerita-cerita dan penampilan para tokoh, atau mendengarkan uraian tentang baga imana mengendalikan kudafour in hand25 segaya orang Inggris; dan tibalah mereka di rawa Gvozdyev dalam suasana gembira.
Vasenka melarikan kuda-kuda itu dengan tangkas, sehingga mereka tiba di rawa lebih dini, dan hari masih panas.
Sampai di rawa yang sebenarnya, tujuan utama perjalanan mereka, tanpa dikehendaki, Levin mencari akal bagaimana melepaskan diri dari Vasenka dan bisa bergerak tanpa halangan. Stepan Arkadyich agaknya mengharapkan hal yang sama, dan di wajah lelaki itu Levin melihat ekspresi prihatin, seperti umumnya
23 Bon appetit-bonne conscience! (Pr): Bernafsu makan berarti berhati bersih!
24 Ce pouter v a comber jusqu'au fond de mes barres (Pr): Ayam ini akan jatuh sampal ke
dalam sepatu bot saya. 25 Four in hand (Ing): Em pat sekaligus.
241 242 ANNA KAR"NINA pemburu sejati sebelum mulai berburu, dan sedikit ekspresi licik tak jahat yang memang menjadi pembawaannya.
"Bagaimana jalan kita" Sa ya lihat rawa bagus sekali, juga b g elangnya!" kata Stepan Arkadyich sambil menunjuk dua burung besar yang sedang melayang di atas padang gelagah. Di mana ada elang, di situ mestinya ada buruan."
"Yah, Tuan-tuan lihat sendiri," kata Levin sambil mengencangkan sepatu dan memeriksa piston senapan dengan sedikit murung. "Tuan-tuan lihat padang gelagah itu?" Ia menunjuk pulau kecil yang menggelap karena dedaunan hitam di tengah padang basah luas yang terhampar di sebelah kanan sungai dan sudah disabit setengahnya. "Rawa mulai di situ, di depan kita itu, seperti Tuan-tuan lihat, di tempat yang lebi h hijau itu. Dari situ rawa menghampar ke kanan, tempat kuda-kuda itu berjalan; di sana ada gundukan tanah membukit, dan burung dupel sering ada di situ dan sering mengitari gelagah sampai di rumpun pohon alder dan kincir di sana. Tuantuan lihat teluk itu" Itu tempat yang paling baik. Di sana pernah saya membunuh tujuhbelas burung berkik. Kita berpisah membawa dua ekor anjing ini ke jurusan berlainan, dan di dekat kincir itu nant i kita bertemu.
"Lalu, siapa ke kanan dan siapa ke kiri?" tanya Stepan Arkadyich. "Ke kanan lebih luas, Anda berdua pergilah ke sana, saya sendiri ke kiri, n katanya, seakan tanpa dipikir betul.
"Baik sekali! Nanti dia kita tembaki. Mari, mari!" sambut Vasenka.
Levin tidak bisa tidak menyetujui usul itu, dan mereka pun berpisah.
Baru saja mereka masuk ke rawa, kedua anjing sudah mencaricari dan menyerbu ke air berlumpur. Levin tahu cara Laska mencari dengan hati-hati dan tak asal saja; ia kenal tempat itu, dan menanti munculnya rombongan burung berkik.
"Veslovskii, sinijalan di samping saya!" ujar Levin dengan suara tersendat kepada kawannya itu, yangterdengar berkecipak di belakang dia. Sesudah kejad ian letusan tak sengaja di rawa Kolpenkoye tadi, tanpa dikehendaki, Levin selalu terpikir arah senapan Veslovskii. "Tidak, saya tidak akan mengganggu Anda, tak usah Anda
LEOTOLSTOI mikirkan saya." Tapi tanpa dikehendaki, Levin memikirkan dan teringat katakata Kitty, ketika istrinya itu melepas dirinya: "Awas, jangan tembak." Kedua anjing makin lama makin mendekati sasaran, berkejaran, masing-masing mencari jalan sendiri; saat menanti burung berkik memang menegangkan, sehingga kecipak air akibat ditariknya sepatu dari lumpur coklat seperti karat itu terdengar seperti cicit burung berkik, dan Levin pun mencengkam dan menghimpit gagang senapannya.
Dor! Dor!-terdengar bunyi di atas telinganya. Vasenka menembak kawanan itik yang melayang di atas rawa; kawanan itik itu, yang di luar jangkauan, sedang terbang ke arah para pemburu. Belum lagi sempat Levin menoleh, sudah terdengar kecipak seekor burung berkik, disusul yang kedua, ketiga, dan selanjutnya kira-kira delapan ekor lagi, susul-menyusul.
Saat itu pula Stepan Arkadyich mengenai seekor di antara kawanan burung berkik itu, ketika kawanan tersebut baru hendak terbang bermanufer; burungpunjatuh seperti gumpalan tak be wa ke lumpur. Tanpa tergesa Oblonskii membidik yang lain lagi, yang terbang rendah menuju gelagah. Bersamaan dengan terdengarnya tembakan, burung itu jatuh ke tanah, dan tampak bagaimana burung itu melompat-lompat dari gelagah yang telah disabit, mengepakngepakkan sayapnya yang masih utuh dan berwarna putih.
Levin tak begitu beruntung: ia menembak berkik pertama dari jarak terlalu dekat, dan luput; dibidiknya lagi burung itu ketika sudah mulai terbang, tapi saat itu pula seekor berkik lain terbang dari bawah kakinya, sehingga mengalihkan perhatiannya. Maka sekali Iagi tembakannya luput.
Sementara ketiga orang itu sedang mengisi senapan masingmasing, seek or berkik lagi terbang, dan V eslovskii yang sudah sempat mengisi senapannya menembakkan lagi dua peluru yang melesat di atas air. Stepan Arkadyich mengumpulkan berkik hasil tembakannya, dan dengan mata berkilauan ia menatap Levin.
"Nah, sekarang kita berpisah," kata Stepan Arkadyich, lalu membelok ke samping dengan kaki pincang, sambil memegang senapan siap tembak dan bersuit kepada anjingnya.
243 244 ANNA KAR"NINA Menurut pengalaman Levin, kalau tembakan pertama gagal, ia lantas naik darah, kesal, dan sepanjang hari tembakannya akan buruk sekali. Dari bawah anjing, dari bawah kaki para pemburu, tak henti-hentinya burung beterbangan, dan Levin sebetulnya bisa memperbaiki kinerjanya; tapi makin banyak menembak, makin ia mempermalukan diri sendiri di hadapan Veslovskii, yang waktu itu menembak asal saja tanpa mengenai seekor pun dengan rasa gembira, dan ia samasekali tidak gusar. Levin, sementara itu, bertindak tergesa-gesa, tak bisa menahan diri, dan makin lama makin naik darah, bahkan sudah hampir sampai pada keadaan menembak yang jelas pun tak bakal mengena. Agaknya Laska juga memahami hal itu. Ia makin malas mencari burung, dan dengan sikap tak mengerti atau mencela ia menoleh ke arah para pemburu. Tembakan terdengar bersahut-sahutan. Asap mesiu mengambang di sekitar para pemburu, sementara d i dalam tas pemburu yang lega itu hanya terdapat tiga ekor berkik yang ringan dan kecil. Itu pun seekor di antaranya di bunuh Veslovskii dan seekor lagi oleh mereka berdua. Sementara itu, di sisi rawa yang lain, sesekali terdengar tembakan Stepan Arkadyich, tapi menurut pendengaran Levin, hampir tiap tembakan disusul dengan suara: "Krak, Krak, ambil!"
Hal ini lebih menggelisahkan Levin. Burung berkik tak hentihentinya melayang-layang di atas padang gelagah. Bunyi kec ipak di bumi dan bunyi menguik di langit yang tak henti-hentinya itu terdengar dar i segala penjuru; burung-b g itu, yang tadinya naik ke langit dan kemudian melayang d i udara, hinggap di depan para pemburu. Sekarang bukan hanya dua ekor burung elang yang ada, tapi berpuluh-puluh. Mereka melayang-layang sambil menguik di atas rawa.
Sesudah melewati lebih separuh rawa, Levin dan Veslovskii sampai di padang petani yang dipecah menjadi petak-petak panjang hingga ke padang gelagah, dan ditandai dengan jalur rumput yang diinjak-injak atau jalur rumput yang sudah disabit. Setengah dari padang itu sudah disabit.
Sekalipun di padang yang belum d isabit kecil kemungkinan memperoleh buruan dibandingkan yang sudah disabit, Levin sudah berjanji kepada Stepan Arkadyich untuk bertemu dengannya. Karena
LEOTOLSTOI itu, ditemani pengiringnya, ia terus berjalan mengikuti jalur yang sudah maupun belum disabit.
"Hei, pemburu," seru satu dari beberapa petani yang duduk di gerobak, "mari istirahat di tempat kami! Minum anggur!" Levin menoleh.
"Mar i! Lumayan!" teriak petani yang berjenggot dan ceria dengan wajah merah, sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang putih dan mengangkat botol wodka kehi jauan dan berkilau terkena sinar matahari.
"Qe'est ce qu'ils disent?"26 tanya Veslovskii.
"Mengajak min um wodka. Mereka tentu sudah membagi-bagi perumputan. Mau juga rasanya minum," kata Levin dengan nada licik, berharap Veslovskii tergoda wodka dan mau pergi menemui mereka. "Kenapa mereka ngajak kita minum?"
"Ya ngajak saja, buat senang-senang. Bagaimana kalau Anda menemui mereka" Menarik buat Anda."
"Allons, c' est curieu x .
" 2 1 "Sana, sana, Anda bakal bisa menemukan jalan ke kincir!" seru Levin, dan ketika menoleh, dengan riang ia lihat Veslovsk ii sedang keluar dari rawa dan menemui para petani, badannya membungkuk, dengan kaki lelah serta tangan memegang senapan diacungkan.
"Anda juga ke sini!" teriak petani kepada Levin. "Mari! Kita makan pastel!"
Levin ingin sekali minum wodka dan makan roti. Badannya terasa lesu, dan ia merasa hanya dengan sepenuh tenaga saja ia bisa menarik kaki yang tercengkam lumpur, dan untuk sesaat lamanya i a merasa bimbang. Tapi anjingnya waktu itu berdiri. Maka seketika itu pula seluruh rasa lelahnya lenyap, dan dengan ringan ia menghampiri si anjing melintasi lumpur. Dari bawah kakinya terbang seekor berkik; ditembaknya, dan kena-anjing itu masih saja berdiri. "Ambil itu!" Dari bawah anjing itu terbang seekor lagi. Levin menembak. Tapi hari itu ia memang tak beruntung; tembakannya luput, dan ketika ia mencari burung yang tertembak, ia tak berhasil
,. Qe'est ce qu'ils disent (Pr): Apa kata mereka" 21 ns, c'est curieux (Pr): Mari, ini menarik.
245 246 ANNA KAR"NINA menemukannya. Seluruh padang gelagah ia jelajahi, tapi Laska tak percaya Levin berhasil membunuh burung itu, dan ketika Levin menyuruh mencarinya, anjing itu pura-pura mencari, padahal ia tak men can.
Tanpa Vasenka, yang ia cela karena menjadi penyebab kesialannya, nasibnya memang tak menjadi lebih baik. Di sini burung berkik banyak, tapi tembakan demi tembakan tetap saja luput.
Cahaya matahari yang mencondong masih panas; sepatu kirinya yang penuh air terasa berat dan menimbulkan bunyi kecipak; tapi keringat mengucur berbutir-butir di wajahnya yang kotor oleh endapan mesiu; mulutnya terasa pahit, hid a mencium bau mesiu dan air lumpur berkarat, telinganya terus-menerus mendengar kecipak burung berkik; laras senapan tak bisa lagi disentuh karena panas; jantungnya berdetak cepat singkat; kedua tangannya menggeletar karena gelisah, dan kedua kakinya yang lelah terantuk-antuk, tersangkut-sangkut gumpalan tanah dan lumpur; tapi ia terus saja berjalan dan menembak. Akhirnya, setelah tembakan terakhir meleset pula secara memalukan, ia lemparkan senapan dan topinya ke tanah.
"Tidak, aku harus sadar!" katanya kepada diri sendiri. Diambilnya kembali senapan dan topi, dipanggilnya Laska agar mendekat ke kakinya, dan ia pun mentas dari rawa. Sampai di tempat yang kering ia duduk di atas gundukan tanah, melepas sepatu, menuangkan ai r dari dalam sepatu, lantas mendekat ke rawa, minum air yang berasa karat, membasahi laras senapan yang sudah memanas dan membasuh wajah serta tangannya. Sesudah merasa segar kembali, dengan niat kuat untuk tidak naik darah, ia pun kembali mendekat ke tempat hinggapnya seekor b g berkik,.
Ia ingin bersikap tenang, tapi tetap saja seperti tadi. Jarinya sudah menekan pelatuk sebelum ia membidik b g itu. Keadaan menjadi semakin buruk.
Dalam tas burunya hanya ada lima ekor burung ketika ia keluar dari rawa menuju rumpun pohon alder, tempat ia harus bertemu Stepan Arkadyich.
Sebelum menemui Stepan Arkadyich ia temui dulu an jingnya. Dari bawah akar pohon alder yang tumbang melompat Krak, sekujur
LEOTOLSTOI tubuhnya hitam karena lumut rawa yang berbau busuk, dan dengan lagak pemenang ia berciuman dengan Laska. Di belakang Krak menyusul muncul tubuh Stepan Arkadyich yang megah dalam bayangan pohon alder. Ia berjalan menyambut dengan wajah merah, berkeringat, berkerah terbuka, dan masih juga dengan jalan pincang.
"Bagaimana kabarnya" Anda berdua banyak seka l i menembak!" katanya sambil tersenyum gembira.
"Kamu sendiri bagai mana?" tanya Levin. Padahal sebetulnya pertanyaan itu tak perlu diajukan, karena ia bisa melihat tas buru Stepan Arkadyich penuh.
"Yah, lumayanlah."
Ada empatbelas ekor dia dapat.
"Hebat sekali rawa ini! Kamu tentu terganggu Veslovskii. Dua orang dengan seekor anji ng kurang enak," kata Stepan Arkadyich untuk melunakkan kemenangannya.
Ketika Levin bersama Stepan Arkadyich tiba di rumah petani yang selalu disingahi Levin itu, Veslovskii sudah ada di sana. Ia duduk di tengah rumah, dan sambil berpegangan bangku dengan kedua tangan, ia ketawa meriah ketika sepatunya yang penuh lumut ditarik si serdadu, saudara nyonya rumah.
"Saya baru saja datang. Ils ont ete charmants."28 Bayangkan, mereka kasih minum, kasih makan. Dan rotinya amat nikmat! Delic ieux!" 9 Dan wodkanya, belum pernah saya minum yang lebih enak daripada ini! Dan samasekali tak mau ambil uang. Kata mereka: 'Tidak untuk menyinggung', begitulah."
"Buat apa mereka terima uang" Mereka i n i mentraktir Anda. Memangnya itu wodkajualan?" kata serdadu, yang akhirnya berhasil menarik sepatu bot Veslovskii yang basah-kuyup dengan kaos kaki menghitam.
28 Ifs ont ete charmants (Pr): Mereka ini sangat ramah! " Delicieux (Pr): Lezat.
247 248 ANNA KAR"NINA Walaupun rumah kotor karena sepatu bot para pemburu dan anjing-anjing kotor menjilatjilat, udara pengap karena bau rawa dan mesiu, dan tak ada pisau atau garpu, para pemburu minum juga teh dan makan malam dengan selera yang hanya ada di tengah perburuan. Sesudah membasuh diri sampai bersih, mereka masuk ke gubuk yang sudah di alasi jerami, di mana para kusir sudah menyiapkan tempat tidur bagi para nya.
H ar i sudah gelap, tapi tak seorang pun para pemburu ingin tidur.
Sesudah berganti-ganti membicarakan kenangan-kenangan dan cerita-cerita tentang menembak, tentang anjing, tentang perburuan sebelumnya, percakapan akhirnya sampai pada pokok pembicaraan yang menarik perhatian bersama. Beberapa kali Vasenka mengulang kata-kata yang menyatakan kekagumannya atas acara bermalam itu yang menarik dan atas bau jerami, lalu bicara tentang betapa menariknya gerobak rusak itu (menurut penglihatannya, gerobak itu rusak, karena boomnya telah copot), tentang kebaikan hati para petani yang telah memberinya wodka, tentang kedua anjing yang masing-masing terbaring di dekat kaki tuannya, dan akhirnya Oblonskii bercerita tentang betapa menariknya perburuan di tempat Malthus yang pe i a kunjungi musim panas lalu. Malthus ialah hartawan keretaapi yang terkenal. Stepan Arkadyich bercerita, di Provinsi Tver Malthus membeli-sewa rawa, dan rawa itu dijaga kemurniannya; ia pun bercerita tentang kendaraan dan dokar yang mengangkut para pemburu, dan tentang kemah yang didirikan di tepi rawa untuk makan pagi.
"Sulit aku memahami kamu," kata Levin sambil bangkit sedikit jerami, "apa kamu tak muak terhadap orang-orang itu" Aku tahu, makan pagi dengan anggur merah amat menyenangkan, tapi apa bagimu kemewahan itu tak menji jikkan" Semua orang itu, seperti mereka yang membeli-sewa dari kita di masa lalu, memperkaya sedemikian rupa sehingga dalam mengambil keuntungan bag i diri sendiri pantas dibenc i orang banyak, tapi mereka mengabaikan saja kebencian itu, dan dengan uang yang mereka peroleh secara curang mereka tebus d iri mereka dari kebencian itu."
"Itu tepat sekali!" sambut Vasenka Veslovskii. "Ya, benar! Tapi
LEOTOLSTOI tentu saja Oblonskii melakukan itu semata karena bonhomie, s<> sedangkan orang lain mengatakan: 'Ya, Oblonskii kan tinggal b k ' " ersama mere a .... .
"Samasekali tidak," Levin mendengar Oblonskii tersenyum ketika Vasenka mengucapkan kata-kata itu, "aku samasekali tak menganggap dia lebih curang ketimbang siapapun di antara pedagang dan kaum bangsawan kaya itu. Baik yang pertama maupun yang kedua menjadi kaya dengan cara yang sama, dengan kerja dan otaknya."
"Ah, dengan kerja apa pula" Apa itu bisa dinamakan kerja, dapat konsesi dan menjual kembali konsesi?"
"Tentu saja itu kerja. Kerja, dalam art i kalau ia tak ada dan tak ada pula orang-orang seperti dia,jalan keretaapi pun tak bakal ada."
"Tapi itu bukan kerja seperti kerja seorang petani atau seorang sarjana."
"Taruhlah memang demikian, tapi itu adalah kerja dalam kegiatannya memberikan basil, yaitujalan keretaapi. Tapi kamu kan berpendapat, jalan itu tak ada gunanya?"
"Tidak, itu soal lain; aku mengakui bahwa jalan itu bermanfaat. Tapi setiap keuntungan yang tak sesuai dengan kerja yang telah dicurahkan, itu takjujur."
"Tapi siapa yang bisa menentukan hal itu?"
"Meraih keuntungan dengan cara takjujur dan licik," kata Levin yang sadar bahwa ia tak bisa menarik garis pemisah antara yang jujur dan tak jujur, "sama halnya dengan keuntungan bank-bank itu," sambungnya. "Mendapat keuntungan harta dalamjumlah besar tanpa kerja adalah kejahatan, sama halnya dengan jual-beli sewa itu, cuma bentuknya berubah. Le roi est mort, vive le roi!3' Begitu orang berhasil menghapuskan sistem monopoli beli-sewa, sudah berdiri jalan-jalan keretaapi dan bank-bank: berarti juga menyedot keuntungan tanpa kerja."
"Ya, semua itu barangkali benar dan tepat .... T idur, Krak!" teriak Stepan Arkadyich kepada anjingnya yang terns saja menggaruk dan mengais jerami; jelas i a merasa yakin atas kebenaran argumen yang
30 Bonhomie (Pr): Kebaikan hati.
" Leroi est mort, vive le roil (Pr): Raja mangkat, hidup raja!
249 250 ANNA KAR"N!NA akan diajukannya. Karena itu ia bert indak tenang dan tak buruburu. "Tapi kamu belum menentukan ciri-ciri kerja yang jujur dan tak jujur. Kalau aku menerima gaji lebih besar ketimbang kepala departemenku, meski ia lebih tahu seluk-beluk daripada aku, apa itu tak jujur?"
"Itu aku tak tahu."
"O, kalau begitu menurutku begini: kalau dari kerja pertanian kamu, mi salnya, mendapat untung limaribu, sedangkan tuan rumah kita si petani ini, betapapun bekerja keras, tak bakal mendapat untung lebih dari limapuluh rubel, itu adalah tidakjujur, seperti halnya aku yang menerima lebih banyak ketimbang kepala departemenku, atau seperti halnya Malthus yang menerima lebih banyak ketimbang masinis keretaapi. Aku melihat sikap umum yang bermusuhan dan samasekali tak berdasar terhadap orang-orang ini; menurutku di sini ada rasa iri .... "
"Tidak, itu tak benar," kata Veslovskii, "rasa iri tak mungkin ada di sini, tapi dalam hal ini memang ada sesuatu yang tak bersih."
"Tapi maaf," sambung Levin. "Kamu mengatakan tak adil kalau aku menerima limaribu rubel: itu benar. ltu tak adil, dan aku merasakannya, tapi.. .. "
"Itu memang benar. Kenapa kita bisa makan, minum, berburu, tanpa melakukan sesuatu, sedangkan dia selamanya, ya, selamanya bekerja?" kata Vasenka Veslovskii yang agaknya untuk pertama kali dengan terang memikirkan hal itu. Karena itu sikapnya betul-betul JU)Ur.
"Ah, kamu cuma bersimpati, tapi kamu tak memberikan milikmu kepada dia," kata Stepan Arkadyich, seakan dengan sengaja mengusik .
Akhir-akhir itu di antara kedua menantu itu berlangsung semacam permusuhan yang tak tampak: seakan sejak mereka mengawini kedua bersaudara itu, di antara keduanya terjadi persaingan dalam hal siapa yang lebih baik membangun kehidupan, dan sekarang permusuhan itu terungkap dalam percakapan yang mulai menunjukkan sifat pribadi.
"Tak kuberikan, karena tak seorang pun yang menuntut dar iku, sedangkan kalaupun aku mau, tak mungkin aku member ikannya,"
LEOTOLSTOI jawab Levin, "dan tak ada seorang pun yang mesti diberi." "Berikan saja kepada petani itu; dia tak bakal menolak." "Ya, tapi bagaimana aku memberikan kepadanya" Apa aku akan pergi dengan dia ke kota, lalu bikin surat penyerahan?" " Aku tak tahu; tapi kalau kamu yakin kamu tak punya hak. ... " "Aku samasekali tak yakin. Sebaliknya, aku merasa tak punya hak untuk menyerahkannya, tapi aku tahu aku punya kewajiban terhadap tanah dan keluarga."
"Tapi maaf; kalau kamu beranggapan perbedaan itu tak adil, kenapa kamu tak bertindak seperti .... "
" Aku memang bertindak, cuma secara negatif, maksudku, aku tak akan berusaha memperbesar perbedaan keadaan yang ada antara diriku dan dia."
"Tidak, tapi maaf, ya, itu adalah paradoks."
"Ya, i n i semacam penjelasan sofistis," kata Veslovskii membenarkan. "Aa! tuan rumah," katanya kepada petani yang masuk ke dalam gubuk, sehingga pintu depan berderit. "Jadi belum t idur?"
"Belum, tidur apaan! Saya pikir Tuan-tuan sudah tidur semua, ternyata saya dengar masih ngobrol. Saya perlu ambil pengait. Tidak digigit nyamuk?" tambahnya sambil melangkah hati-hati bertelanjang kaki.
"Kamu sendiri tidur di mana?" "Kami akanjaga."
"Ah, bukan main malam ini!" kata Veslovskii sambil memandang lewat pintu gubuk yang terbuka, ke arah sudut rumah dan kereta yang sudah dilepas, yang kini tampak remang-remang dalam cahaya fajar. "Dengar itu, suara perempuan menyanyi, dan betul-betul tak jelek. Siapa yang menyanyi itu, Pak?"
"Itu gadis-gadis pembantu, tak jauh dari sini."
"Mari ki tajalan-jalan! Toh kita tak bisa tidur. Oblonskii, ayo!" "Oh, kalau bisa melakukan dua hal itu sekaligus, berbaring dan jalan-jalan," jawab Oblonskii sambil meregangkan badan. "Berbaring enak sekali."
"Kalau begitu akujalan sendiri," kata Veslovskii sambil bangkit dengan bergairah, lalu mengenakan sepatu. "Sampai bertemu, Tuantuan. Kalau menyenangkan, nanti Tuan-tuan saya panggil. Tuan-
251 252 ANNA KAR"NINA sudah menyuguhi saya dengan buruan, dan itu tak bakal saya lupakan."
"Betul-betul simpatik, ya?" kata Oblonskii ketika Veslovskii sudah pergi, dan petani menutup pintu.
"Ya, simpatik," jawab Levin yang masih memikirkan persoalan dalam percakapan sebelumnya. Ia merasa sudah berusaha sebisa mungkin mengemukakan pikiran dan perasaannya dengan jelas, tapi entah kenapa mereka berdua, sebagai orang berpendidikan dan cukup jujur, sependapat bahwa ia hanya menghibur dengan penjelasan sofistis. Ini membuat dia bingung.
"Ya begitulah, Kawan. Kita mesti memilih satu di antara dua: kita mengakui bahwa susunan masyarakat sekarang ini adil, dan karena itu kita membela hak-hak k ita, atau kita mengakui bahwa kita punya kelebihan-kelebihan yang tak adil seperti yang ada padaku, dan kita memanfaatkan kelebihan-kelebihan itu dengan senang hati."
"Tidak, sekiranya itu tak adil, ten t un ya tak bisa kamu memanfaatkan keuntungan-keuntungannya dengan senang hati, setidaktidaknya aku tak bisa. Buatku, yang pent ing adalah merasa bahwa aku tak bersalah."
"Apa betul-betul kita takjadi pergi?" kata Stepan Arkadyich yang agaknya lelah karena pikiran yang tegang. "Toh kita tak bisa tidur. Ayolah kita pergi sa ja!"
Levin takmembalas. lamemikirkankata-kata yangdiucapkannya sewaktu bercakap-cakap, bahwa ia bertindak adil hanya dalam makna yang negatif. "Apa memang kita bisa bersikap adil hanya dalam yang negatif?" tanyanya kepada diri sendiri.
"Jerarni baru ini bukan main pula baunya!" kata Stepan - dyich sambil bangkit sedikit. "Betul-betul tak bisa tidur aku. Apa pula yang dikerjakan Vasenka di sana. Dengar tidak ketawa dan bahaknya" Kita tak akan ke sana" Ayo ke sana!"
"Tidak, aku tak akan pergi," jawab Levin.
"Apa sikapmu itu karena prinsip juga?" kata Stepan Arkadyich tersenyum sambil mencari-cari topinya dalam gelap. "Bukan karena prinsip, tapi untuk apa aku pergi?" "Dengar kataku: kamu ini bikin susah diri sendiri," kata Stepan Arkadyich sesudah menemukan topi dan berdiri.
LEOTOLSTOI "Kenapa begitu?"
"Memang aku tak lihat bagaimana kamu menempatkan diri di hadapan istri" Aku mendengar bagaimana kalian menganggap soal itu amat penting: pergi atau tidak kamu berburu selama dua hari ini. Semua itu memang baik bila masih bulan madu, tapi untuk seluruh kehidupan itu tak baik. Lelaki harus bebas, punya kepentingan sendiri. Seorang lelaki harus bersifat lelaki," kata Oblonskii sambil membuka pintu depan.
"Lalu bagaimana" Pergi merayu gadis-gadis pembantu?" tanya Levin.
"Kenapa tidak kalau itu menyenangkan" Ga ne tire pas a consequence.32 Keadaan istriku tak akan lebih buruk karena kepergianku itu, sedangkan aku sendiri akan gembira. Yang penting, jaga kesucian d i rumah. Di rumah tak boleh terjadi apa-apa. Dan, jangan sampai mengikat tangan sendiri."
"Barangkali pula," kata Levin kering, lalu menggolekkan badan ke samping. "Besok kita mes t i pergi pagi-pagi, dan aku tidak akan membangunkan siapa-siapa; aku pergi waktu fajar."
"Messieurs, venez vite!"33 terdengar suara Veslovskii yang waktu itu pulang kembali. "Charmante!34 Saya yang menemukan. Charmante! Seorang Gretchen yang sempuma, dan kami sudah berteman. Betul-betul manis!" ceritanya dengan wajah membenarkan, seolaholah manisnya gadis itu diciptakan buat dia, dan dia puas dengan orang yang menyiapkan gadis itu untuknya.
Levin pura-pura tidur, sedangkan Oblonskii pergi meninggalkan gubuk sesudah mengenakan sepatu dan meng isap cerutu, dan tak lama kemud ian suara mereka pun padam.
Lama Levin tak bisa tidur. Ia mendengar kudanya mengunyah jerami, kemudian mendengar tuan rumah dengan sulungnya yang simpatik itu bersiap-siap dan pergi berjaga; kemudian ia mendengar serdadu itu bersiap tidur di sebelah sana gubuk dengan kemenakannya, anak tuan rumah yang masih kecil; ia mendengar
" <; a ne tire pas a consequence (Pr): Tak ada konsekuensinya. " Messieurs, venez vite! (Pr): Mari segera, Tuan-tuan! "' Charmante! (Pr): Menarik sekali!
253 254 ANNA KAR"N!NA anak itu, dengan suara kec ilnya, menyampaikan kepada sang paman kesannya mengenai anjing-angjing yang menurut penglihatan anak itu mengerikan dan amat besar; lalu ia mendengar anak itu bertanya, binatang apa yang akan ditangkap anjing-anjing itu, dan serdadu dengan suara serak mengantuk mengatakan bahwa besok para pemburu akan pergi ke rawa dan akan menembak-nembak dengan senapannya; dan akhirnya untuk menghindari pertanyaan anak itu, serdadu mengatakan: "Tidur, Vaska, tidur, kalau tidak. ... " dan segera saja ia mendengkur, dan suasana pun jadi sepi; yang terdengar hanya r ingkik kuda dan kuik burung berkik. "Apa betul cuma secara negatif?" ulangnya kepada diri sendiri. "Tapi apa urusanku dengan itu" Aku tak salah." Dan mulailab ia memikirkan bari esok.
"Besok aku pergi pagi-pagi, dan akan kuusabakan tak naik darab. B g berkik segudang banyaknya. Dan burung dupel pun ada. Aku pulang, sudah ada surat Kitty. Ya, Stiva barangkali benar: aku tak berlaku seperti lelaki di hadapannya, aku jadi banci.... Ta pi apa boleh buat!"
Dalam tidurnya ia mendengar ketawa dan suara gembira Veslovskii dan Stepan Arkadyicb. la buka matanya seke jap: bulan naik, dan di tengah pintu yang terbuka dan terang disinari cahaya bulan tampak olehnya mereka berdiri sambil bercakap-cakap. Stepan Arkadyich terdengar mengatakan sesuatu tentang segarnya gadis itu, dan membandingkan gadis itu dengan buah kacang segar yang baru saja memecah, dan Veslovksii sambil ketawa terbahak mengulangi kata-kata yang agaknya telah diucapkan petani itu kepada dia: "Kamu mesti berusaba mendapat perempuanmu send iri!" Dalam pembaringan Levin mengatakan:
" -tuan, besok sebelum matahari terbit, ya!" lalu tertidur.
XII Ketika terbangun bersama fajar pagi harinya, Levin mencoba membangunkan kawan-kawannya. Vasenka yang terbaring telungkup, tidur amat lelap sehingga tak mungkin mendapat jawaban dari dia. Sebelah kakinya yang berkaos terjulur. Sedangkan Oblonskii yang masih tidur menolak pergi terlalu pagi. Bahkan Laska yang t idur
LEOTOLSTOI melingkar di ujung jerami bangun dengan enggan, dan dengan malas menjulurkan dan meluruskan kaki belakangnya. Levin mengenakan sepatu, mengambil senapan, dan dengan hati-hati membuka pintu gubuk yang berbunyi menderit, lalu keluar. Para kusir tidur di dekat kendaraan, sedangkan kuda-kuda setengah tidur. Hanya seekor yang dengan malas makan haver dan menyodok-nyodok palungan sambil mendengkur. Di luar, suasana masih kelabu.
"Kenapa bangun begini pagi, Sayang?" tanya nyonya rumah yang sudah tua dengan ramah, seperti kepada kenalan lama yang baik; nyonya itu baru saja keluar rumah.
"Berburu, Bi. lnijalan ke rawa?"
"Jalan lurus lewat belakang; lewat tern pat menebah gandum dan rami; di sana adajalan setapak."
Perempuan tua itu mengantarkan Levin dan membukakan pagar di dekat tempat menebah gandum; ia berjalan hati-hati, dengan kaki telanjang yang terbakar matahari.
"Lurus saja, nanti akan sampai ke rawa. Petang kemarin anakanakjuga ke sana."
Laska dengan riang berlari di depan menyusuri jalan setapak; Levin mengik u t i dengan langkah cepat, ringan, sambil tak hentihentinya meninjau langit. Ia sudah ingin sampai di rawa sebelum matahari naik. Tapi hari tak hendak berlambat-lambat. Bulan yang masih bersinar ia keluar tadi sekarang hanya bercahaya seperti secercah air raksa; bintang pagi yang sebelumnya tak mungkin t idak terlihat kini harus dicari-cari; noktah-noktah yang sebelumnya berwujud tak menentu di tengah padang yang jauh, sekarang sudah tampak jelas. Itu adalah tumpukan-tumpukan gandum hitam. Embun tanpa sinar matahari yang tak tampak kini membasahi kaki dan kemeja Levin di atas pinggang. Embun itu menempel di tanaman rami yang tinggi, semerbak, dan sudah mulai melepas tepung sarinya. Di tengah keheningan pagi terang itu, bunyi sekecil apapun terdengar. Seekor lebah dengan suara mendesing seperti peluru melintas di dekat telinga Levin. Ia menatapnya, dan tampak olehnya seekor lagi, dan seekor lagi. Semua terbang keluar dari balik anyaman sarangnya, dan di atas tanaman rami mereka menghilang ke arah rawa. Jalan setapak langsung menuju ke sana.
255 256 ANNA KAR"NINA Rawa bisa ditandai lewat kabut yang naik di atasnya, ada yang tebal dan ada yang tipis, sehingga rumpun gelagah dan liu berayun-ayun di tengah kabut tersebut seperti pulau-pulau kecil. Di pinggir rawa dan jalan, anak-anak dan para lelaki dewasa yang berjaga membaringkan diri, dan menjelang matahari terbit semua tidur berse utkan baju kaftan. Tak jauh dari mereka tampak tiga ekor kuda berjalan tak keruan. Salah seekor menyeret belenggu sehingga berderik-derik bunyinya. Laska berjalan di samping tuannya sambil sesekali m inta diizinkan melangkah ke depan, dan menoleh-noleh. Ketika sampai di tempat para petani tidur dan untuk pertama kali mencapai tempat tanah berlumpur, Levin memeriksa piston-piston dan melepaskan anjingnya. Melihat anjing itu, seekor kuda berumur tiga tahun berwarna sawo matang melompat ke samping dan mengangkat ekornya sambil meringkik. Kuda-kuda lain ketakutan pula, dan dengan kaki berkecipak kacau di air, yang menimbulkan bunyi mirip tepukan, kuda-kuda itu pun melompat dari rawa. Bunyi tepukan itu akibat kuku yang ditarik dari tengah lumpur liat. Laska berhenti, dan dengan nada mengejek memandang kuda-kuda itu, lalu dengan nada bertanya memandang Levin. Levin membelai Laska, dan bersuit sebagai tanda boleh mulai.
Dengan gembira dan sungguh-sungguh Laska berlari di atas lumpur yang mengalun di bawah tubuhnya.
Masuk ke dalam rawa, Laska langsung dikepung bau akarakaran, rumput-rumputan rawa, air karat yang sudah dikenal, serta bau tahi kuda yang masih asing, namun ia tetap bisa mencium bau burung yang terpencar di seluruh tempat itu, bau burung yang menusuk hidung dan paling menggoda di bandingan dengan yang lain-lain. Di tempat-tempat tertentu d i tengah lumut dan rumput bakau rawa, bau itu sangat ta jam, tapi tak bisa dipastikan ke arah mana yang lebih keras, dan ke arah mana yang lebih lemah. Untuk bisa memastikan arahnya, ia barns menyesuaikan diri dengan arah angin. Tanpa memedulikan gerak kakinya, Laska langsung saja berlari mencongklang sebisa mungkin, sehingga ia bisa berhe n t i di akhir tiap lompatan apabila diperlukan, mula-mula ke kanan menghindari angin prafajar yang bertiup dari timur, kemudian ganti menghadang angin. Ia isap udara dengan lubang hidung dilebarkan, dan seketika
LEOTOLSTOI itu ia pun merasa, bukan hanya jejaknya saja yang ada di situ, tapi juga burung itu sendiri, di hadapannya, dan bukan hanya seekor, tapi banyak. Laska mengurangi kecepatan larinya. Burung-burung itu ada di sana, tapi di mana persisnya, ia belum bisa memastikan. Untuk menemukan tempatnya, mulailah ia melingkar, tapi tiba-tiba suara sang tuan mengalihkan perhatiannya. "Laska! Di sini!" kata sang tuan sambil menunjukkan kepadanya arah yang lain. Laska berdiri, bertanya kepada tuannya apakah tidak lebih baik melakukan seperti yang sudah dimulainya. Tapi n ya mengulangi perintah dengan suara marah sambil menunjukkan gundukan tanah dikitari air, tempat yang tak mungkin ada sesuatu. Laska mendengarkan sambil pura-pura mencari untuk menyenangkan tuannya, dan ia menjelajahi seluruh gundukan tanah itu, lalu kembali ke tempat semula, dan seketika itu i a merasakan bahwa burung-burung itu ada. Sekarang, ketika sang tuan tak menghalanginya, tahulah Laska apa yang harus dilakukan. Tanpa melihat ke bawah kakinya dan dengan rasa kesal karena terantuk-antuk gundukan tanah yang tingg i dan rontok ke air, tapi masih bisa terns bertahan dengan kakinya yang lentur kuat, Laska mulai membuat gerak melingkar yang akan membikinjelas segalanya. Bau burung-b g itu makin lama makin keras, dan makin lama makin kuat daya pukaunya, dan tiba-tiba jelas baginya bahwa seekor di antara burung-burung itu ada di sana, di sebelah sana gundukan tanah itu, lima langkah jauhnya. la pun berhenti, dan segenap tubuhnya mematung. Karena kakinya pendek, ia tak bisa mengetahui bahwa burung itu mendekam tak sampai lima langkah dari dia. Maka ia tetap berdiri, makin lama makin merasakan adanya burung itu, dan menikmati pula saat penantian itu. Ekomya yang lentur terjulur dan hanya ujungnya saja yang bergetar. Mulutnya terbuka sedikit, telinganya tegak sed ikit. Sebelah telinganya membalik ketika ia berlari tadi. Ia bemapas hati-hati, dan dengan ragu-ragu menoleh ke arah tuannya, lebih banyak dengan mata daripada dengan kepala. Tuannya berjalan dengan wajah yang sudah biasa baginya, tapi dengan yang selalu mengerikan, sambil terantuk-antuk gundukan tanah, namun dirasakan Laska sangat pelan. Menurut perasaan , tuannya berjalan pelan, padahal ia berlari.
257 258 ANNA KAR"N!NA Melihat Laska mencari dengan sungguh-sungguh, dengan merendahkan seluruh tubuhnya ke tanah dan seakan menggaruk dengan kaki belakangnya, melangkah lebar-lebar, dan dengan sedikit membuka mulut, mengertilah Levin bahwa Laska mencium adanya burung dupel. Sambil berdoa kepada Tuhan agar sukses perburuannya, terutama saat menembak burung yang pertama, ia pun berlari mendekati Laska. Sampai tepat di dekat Laska, i a mulai menatap tajam ke depan lewat ketinggian tubuhnya, dan terlihatlah apa yang tercium oleh Laska. Di celah-celah gundukan-gundukan tanah, hinggap pada salah satu gundukan, tampak seekor burung dupe!. B g itu menoleh, mendengar-dengarkan, sedikit mengembangkan sayap yang kemudian dilipat kembali, dan dengan kikuk mengi baskan ekornya, bersembunyi di balik sudut gundukan tanah.
"Ambil itu, ambil itu," teriak Levin sambil menepuk pantat Laska.
"Tapi aku tak bisajalan," pikir Laska. "Ke ma na akujalan" Dari sini sudah bisa kurasa, dan kalau aku maju, aku tak bakal bisa mengerti di mana mereka, dan apa macamnya." Tapi tuannya menolakkan dia lagi dengan lututnya, ujarnya gelisah berbisik: "Jalan, Laska sayang, ambil itu!"
"Yah, kalau dia menghendaki, akan kulakukan, tapi sekarang aku tak mau bertanggungjawab lagi," pikir Laska, dan dengan sekuat kakinya ia pun menyerbu ke depan di antara gundukan-gundukan tanah. Sekarang i a sudah tak mencium bau apapun, hanya bisa melihat dan mendengar tanpa mengerti apapun.
Kira-kira sepuluh langkah dari tempat sebelumnya, terbanglah seekor dupe! dengan bunyi kuiknya yang dalam, dan dengan kepak sayapnya yang khas. Dan begitu terdengar tembakan, terhempaslah b g itu dengan keras ke lumpur basah didahului bagian dadanya yang putih. Burung yang lain tak sabaran lagi, dan terbang di belakang Levin.
Ketika Levin menoleh ke arah burung itu, ia sudah jauh. Tapi tembakan Levin tetap mengena. Sesudah terbang kira-kira duapuluh langkah, dupe! yang kedua itu menukik tajam ke bumi, berjungkir balik seperti bola dilemparkan, lalu jatuh bergedebuk d i tempat yang kering.
LEOTOLSTOI "In i barn!" pikir sambil memasukkan kedua burung dupel yang gemuk hangat itu ke dalam tas b ya. "Betul tidak, Laska, baru?"
Ketika Levin meneruskan jalannya sesudah lebih dulu mengisi senapan, matahari sudah naik, meski belum lagi tampak di balik awan. Bulan memutih di langit, kehilangan seluruh ronanya, t inggal seperti awan; bintang sudah tak tampak satu pun. Bercak-bercak air yang sebelumnya berwarna perak oleh embun, kini berwarna emas. Tempat air karat seluruhnya berwarna kuning. Warna daun yang kebiruan kini berubah menjadi hi jau kekuningan. Burungburung rawa berkerumun di rumpun-rumpun yang berkilauan oleh embun, membentuk bayangan panjang di pinggir kali. Burung elang terbangun dan nongkrong d i atas tumpukan gandum, menolehkan kepala ke kiri ke kanan, dan dengan sikap tak puas memandang ke arah rawa. Burung-burung gagak terbang ke padang, dan anak-anak lelaki yang bertelanjang kaki sudah menghalau kuda-kuda ke arah orangtua mereka, yang sudah melepaskan baju kaftan dan sedang menyisir rambut. Asap timbul akibat tembakan memutih di tengah hijaunya rumput, seperti susu.
Seorang dari anak-anak lelaki itu berlari mendekati Levin. "Paman, bebek kemarin banyak sekali!" teriak anak itu kepada Levin, lalu mengikuti Levin dari jauh.
Melihat anak kecil yang nadanya mendukung itu, Levin merasa senang bisa membunuh tiga ekor berkik lagi berturut-turut.
XIII Kepercayaan pemburu bahwa jika bintang atau burung pertama tak lolos berarti medan akan menguntungkan ternyata benar.
Dalam keadaan lelah, lapar, bahagia, Levin kembali ke pangkalan pada pukul sepuluh, menempuh jarak kira-kira tigapuluh werst, membawa sembilanbelas burung dan seekor bebek yang ia ikatkan ke pinggang karena tasnya tak muat lagi. Kedua temannya sudah lama bangun, dan sudah sempat kelaparan dan makan pagi.
"Tunggu, tunggu, aku tahu jumlahnya sembilanbelas," kata Levin yang untuk kedua kalinya menghitung kembali burung dupel
259 260 ANNA KAR"N!NA dan berkik yang tampangnya sudah tak seperti waktu terbang tadi, terlipat, mengering, dengan darah sudah mengental, dan dengan kepala tertekuk ke samping.
Hitungan itu benar, dan Levin merasa senang melihat sikap iri Stepan Arkadyich. lajuga senang bahwa sekembalinya ke pangkalan, didapatinya utusan yang datang membawa surat Kitty.
"Aku betul-betul sehat dan senang. Kalau kamu mengkhawatirkan aku, sekarang kamu bisa lebih tenang lagi daripada sebelumnya. Aku dapat badega35 baru, Maria Vla (dia bidan, wajah baru yang penting dalam kehidupan keluarga Levin). Ia datang menje ku . Menurut dia, aku sehat sekali, dan kami minta dia t inggal sampai kamu datang. Semua gembira, sehat. Karena itu kamu tak usah buruburu; kalau perburuan baik, tinggallah sehari lagi."
Manusia Laba Laba 1 Akhirnya Senja Karya Sulaiman Tripa Sepasang Ular Naga 30
^