Pencarian

Babad Tanah Leluhur 2

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 2


kemudian resi yang arif dan waspada itu segera menyadari apa
yang telah terjadi dengan dirinya. Dengan serta merta resi
Sanata Dharma menjatuhkan diri berlutut dan kemudian
menyembah kepada dua bocah yang berada di hadapannya.
112 11. RATU SEGARA KIDUL "Oh, sang dewa betara junjungan hamba. Ampunkan
hambamu ini yang telah buta dan tidak mengenal kehadiran
Tuan. Oh, ampunkanlah hamba?" sambat sang resi memelas.
Sesaat setelah eyang Kaliman berlutut memohon ampun,
kedua tubuh bocah dihadapannya tiba-tiba bergerak dan
kemudian membuka matanya.
"Eyang"! Bangkitlah" Bangkitlah eyang resi."
"Eeh, kenapa eyang berlutut dan menyembah seperti
itu?" Cempaka pun bertanya keheranan.
"Oh, tidak" tidak Cempaka."
"Oh, Tenagaku ternyata telah pulih kembali. Syukurlah
sang dewa betara tidak menjadi murka kepadaku."
"Eyang" Eyang melamun?" tanya Cempaka.
"Oh, tidak. Tidak Cempaka."
"Hmm, aneh. Apa yang sebenarnya telah terjadi di sini,
Kek?" "Aku," aku" Eh?" tergagap dan kebingungan, Mamang
Kuraya tak mampu menjawab pertanyaan Cempaka.
"Ada apakah" Agaknya kalian berdua menyembunyikan
sesuatu. Eeh, bagaimana dengan penyelidikan kalian terhadap
diri kami" " 113 11. RATU SEGARA KIDUL "Oh, memang sesuatu kekuatan suci ada di dalam tubuh
kalian. Hm, aku" aku telah merasakannya."
"Kekuatan suci" Apa maksud eyang?"
"Kekuatan yang suatu saat dapat kalian pergunakan
untuk menegakkan perdamaian di bumi Pasundan ini."
"Tapi" Tapi mengapa kami tidak pernah dapat
merasakan adanya kekuatan itu. Kami tidak pernah
mengetahuinya. Apakah Eyang dan juga orang-orang yang
memburu kami tidak hanya sekedar mengada-ada?"
"Suatu saat kalian akan mampu untuk menguasainya.
Suatu saat kalian akan menyatu dengan kekuatan itu. Kekuatan
penghancur angkara murka."
"Tapi tuan, apakah tuan Resi dapat memberikan
petunjuk pada mereka. Cara yang sebaiknya mereka lakukan
agar dapat menguasai kekuatan itu."
"Hmm, ya" Mohonlah petunjuk pada dewata agung.
Usahakanlah untuk selalu mengingatnya setiap hari. Lakukan
hal itu walaupun hanya beberapa saat, secara teratur. Mudahmudahan segera datang petunjuk dari-Nya."
"Ah, iya ya ya." Mamang Kuraya mengangguk-angguk,
kemudian menghadapkan tubuhnya pada kedua cucunya dan
berkata, "Cucuku Purbaya dan kau Cempaka" Nah, ucapkanlah
terima kasih pada tuan Sanata Darma yang telah memberikan
petunjuk pada kalian."
114 11. RATU SEGARA KIDUL "Terima kasih atas petunjuk Eyang,?" ucap Purbaya dan
Cempaka bergantian. Keduanya membungkuk dengan tangan
bersidekap menghaturkan sembah hormat.
"Ya. Jika begitu aku pergi,?" resi Sanata Darma
tersenyum, "Berhati-hatilah menjaga kedua anak itu, Kuraya."
"Ah iya iya, akan saya lakukan sebagaimana kewajiban
seorang kakek yang sesungguhnya, Tuan." Mamang Kuraya
berkata dengan mantap. "Bagus, selamat tinggal."
"Dia kembali lenyap begitu saja dari pandangan mata!"
raden Purbaya berseru penuh kekaguman.
"Iya,?" sahut kakeknya.
"Luar biasa sekali kepandaiannya?" gumam Purbaya
masih dengan luapan kekagumannya.
"Iya, kepandaian yang dimilikinya hampir tidak berbeda
dengan kepandaian para Dewa." Kakeknya berkomentar.
Kedua laki-laki itu masih tegak dengan penuh perasaan kagum.
Sementara Cempaka tampaknya tidak terlalu terheran dengan
apa yang nampak dihadapan mereka tadi. Bahkan dia kemudian
berkata dengan nada sebal, "Huuh" sudah hampir tengah
malam! Eh, apakah kita akan bermalam di hutan ini, Kek?"
"Ahh, apakah kau menginginkan sebuah ranjang yang
hangat untuk tempat tidurmu?" goda kakek sakti itu.
115 11. RATU SEGARA KIDUL "Ah, tidak Kek. Saya hanya sekedar mengingatkan, Kek.
Apakah kita akan tetap berdiam di tempat ini bersama dengan
nyamuk-nyamuk yang semakin ganas menggigit kita, Kek?" elak
Cempaka malu. "Sebaiknya kita tinggalkan saja tempat ini. Kita mencari
desa yang terdekat," usul raden Purbaya.
"Baiklah, baik" baik. Ayolah. Ayo?"
Di sebuah balai desa, raden Purbaya bersama dengan Cempaka
dan kakeknya, melewati sisa-sisa malam yang semakin
mendekati akhir. Mereka tertidur nyenyak. Tidak terkecuali
Mamang Kuraya yang juga menjadi lelah karena mengalami
berbagai ketegangan situasi. Tiba-tiba"
"Kak! Kak Cempaka! Kak Cempaka!"
"Raden, raden" Ada apa Raden" Raden, Sadarlah?"
"Kak?" ucap raden Purbaya lemah, setelah dia mulai
sadar dan terduduk. Matanya polos menatap Cempaka
pengasuhnya yang baru saja mengguncang-guncang bahunya.
"Ada apa Raden" Raden telah bermimpi ya?"
"Oh, kau bermimpi Purbaya?" Mamang Kuraya pun ikut
terbangun karena igauan bocah yang telah dianggap sebagai
cucu laki-lakinya itu, "Sudah, tidurlah kembali. Lihatlah itu, kau
baru saja tertidur. Fajar baru saja menyingsing. Ayo
pejamkanlah kembali matamu. Masih ada waktu beberapa
116 11. RATU SEGARA KIDUL saat, sebelum orang-orang membangunkan kita. Ayo tidur
kembali?" Mamang Kuraya kembali memejamkan matanya, tidur
membelakangi kedua cucunya. Sementara itu, Cempaka masih
saja memandangi Purbaya yang masih duduk termenung.
"Raden,.. sebenarnya apakah yang terjadi dengan
Raden" Janganlah mimpi menjadi buah pikiran raden?"
Cempaka berkata dengan pelan.
Sejenak raden Purbaya memandangi dalam-dalam wajah
Cempaka pengasuhnya, tapi beberapa saat kemudian raden
Purbaya melemparkan pandangannya jauh-jauh dan kemudian
membaringkan tubuhnya membelakangi Cempaka.
"Raden, ada apakah" Apakah" apakah ada sesuatu
yang salah yang telah saya lakukan?"
"Tidurlah Kak. Tidurlah" Tidak ada apa-apa. Saya hanya
sekedar bermimpi,?" ucap Purbaya, kemudian dia mendesah,
dan bergumam seakan-akan menyesali sesuatu. "Ah, sekedar
bermimpi?" "Raden?"!" Cempaka bertanya dalam nada mendesak.
"Tidurlah! Tidurlah kak Cempaka! Tidur!" jawab raden
Purbaya dengan nada kesal dan tetap membelakangi Cempaka.
Cempaka membaringkan kembali tubuhnya. Akan tetapi
matanya tetap lekat ke arah punggung raden Purbaya. Setelah
117 11. RATU SEGARA KIDUL beberapa saat Cempaka melihat raden Purbaya menggerakkan
tubuhnya segera saja gadis yang cerdik itu memejamkan
matanya. (2) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
terbangun dari tidurnya, berteriak-teriak menyebutkan
nama Cempaka. Dan saat kesadarannya kembali,
sikapnya berubah demikian aneh dan tidak dimengerti
oleh Cempaka. Ketika kakeknya telah terlelap kembali,
raden Purbaya beranjak perlahan-lahan dari tempat
tidurnya. (3) Pada kisah yang lalu diceritakan, kosong"
(4) Pada kisah yang lalu diceritakan, kosong"
(5) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
tengah bersembunyi di sebuah gua di antara ratusan
gua di bukit Batu Larang dipermainkan oleh seseorang
yang tidak diketahuinya. Sampai akhirnya pintu gua
dimana dia bersembunyi ditutup oleh sebuah batu
besar. (6) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
nyaris terganggu kehormatannya oleh raden
118 11. RATU SEGARA KIDUL Karmapala tetap tidak meninggalkan gua persembunyiannya karena gadis itu merasa tidak lagi
mempunyai kekuatan yang cukup untuk meninggalkan
tempat persembunyiannya. Dan dengan penuh rasa
percaya diri serta berserah diri pada Hyang Widi, Anting
Wulan bersemedi kembali memulihkan kekuatannya.
(7) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan berhasil
membawa pergi raden Purbaya dari pancuran air
tempat penduduk desa Pancuran Bambu mandi.
Mamang Kuraya yang sempat mendengar ringkik kuda
dan kemudian berlari cepat meninggalkan tempatnya
menjadi curiga dan mencoba untuk mengejarnya.
(8) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
tengah menuju Indraprasta tiba di sebuah kota kecil di
luar wilayah Karang Sedana. Pada malam itu keduanya
menginap di sebuah penginapan kecil.
(9) Pada kisah yang lalu diceritakan, setelah meninggalkan
penginapan kecil Anting Wulan yang duduk di belakang
raden Purbaya melempar dan membagi-bagikan uang
pada para penduduk yang ditemuinya di tengah jalan.
Raden Purbaya yang mengetahui hal tersebut segera
menghentikan kudanya. 119 11. RATU SEGARA KIDUL (10) Pada kisah yang lalu diceritakan, Cempaka sangat
terkejut dan juga gembira ketika mendengar dari nenek
tua di mana dia menginap tentang Raden Purbaya.
"Penunggang kuda putih" Ah" ee" apakah" apakah
salah seorang diantaranya adalah seorang bocah laki-laki yang
berumur kurang lebih dua belas tahun?"
"Ooh, ya" Iya. Sepertinya tidak salah dugaanmu.
Apakah kau juga pernah mendapat karunia darinya, ha?"
"Eeh?" Cempaka sesaat meragu untuk menjawabnya.
"Kau sudah pernah bertemu dengannya?"
"Yah. Memang kami pernah bertemu dengan mereka.
Ah, apakah nini dapat menunjukkan arah kemana mereka
pergi?" "Hmm, Oh! Kukira kalian" Ya! Ahaha" " nenek Tua itu
terdiam sejak. Setelah sedikit terkekeh dia melanjutkan,
"Kukira kalian tidak akan mungkin berniat buruk padanya, pada
mereka. Ya, akan kutunjukkan arahnya yah. Ah, dia" menuju ke
arah utara." "Utara"!" Cempaka mengulang.
"Ahh, iya iya. Tidak salah dugaanku. Dia pasti pergi ke
sana Cempaka." 120 11. RATU SEGARA KIDUL "Oh, iya. Dan sudah dapat dipastikan yang menculiknya
adalah bibi Wulan." "Haah!" Siapakah kalian ini?" Nenek tua itu terkejut
mendengar Cempaka mengatakan kata-kata menculik. "Siapa
yang kalian maksudkan dengan penculik he?"
"Ah, Nek" Keduanya adalah kawan kami, Nek. Dan kami
bersama-sama dengan penunggang kuda itu hendak mencari
orang jahat." "Oh, kalian orang-orang baik pasti akan selamat.
Dewata pasti tidak akan membiarkan orang-orang baik seperti
kalian menjadi terlantar dan menderita. Oh, aku beruntung
sekali dapat membantu kalian yang merupakan sahabat dari
tuan penolong kami. Ahahaha, yang telah memberikan kami
belasan keping yang sangat berarti sekali bagi kami. Ah, terima
kasih." Nenek tua itu membungkuk, dan perlahan bersujud.
"Oh, Nek" Kenapa jadi begini. Ayuk bangkitlah,
bangkitlah Nek. Ah, sayalah yang seharusnya berterima kasih
pada Nenek yang jelas-jelas telah memberikan tempat pada
kami untuk menginap dan bersusah payah mempersiapkan
makanan seperti ini?"
"Ooh, iya iya. Kembalilah kalian ke ruang tengah sana.
Biar aku sendiri yang menyediakannya. Semuanya sudah siap."
"Ah, iya ya. Baiklah. Kami akan tunggu di ruang tengah.
Ah, ayo Cempaka kita tunggu di depan"
121 11. RATU SEGARA KIDUL "Ehmm" Baiklah. Nek, saya tunggu di ruang tengah."
"Oh, mereka menuju ke arah utara, Kek."
"Iya, iya. Sudah hampir dapat kupastikan. Mereka akan
menuju ke Indraprasta."
"Indraprasta?" "Iya, Indraprasta. Anting Wulan pasti tidak akan dengan
mudah mempercayai keterangan Purbaya. Karena itu dia akan
menuntut Prabu Sora."
"Hah" Oh, apakah mungkin demikian, Kek" Oh, di sana
banyak terdapat jago-jago yang akan mempersulit dirinya.
Berbahaya sekali jika dia melakukan tindakan seperti itu. Oh,
juga raden Purbaya akan mendapat susah di sana."


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah, iya iya. Banyak kemungkinan jelek yang dapat
terjadi di sana." "Oh, kita harus mencegahnya tiba di Indraprasta, Kek."
"Ya, betul. Kita akan mencegahnya Cempaka."
"Ayolah Kek, kita berangkat mengejar mereka!"
"Hee" Hooh, bagaimana kau ini" Bukankan nenek itu
tengah mempersiapkan hidangan untuk kita, heh?"
"Ah, tapi" saya khawatir akan terjadi sesuatu dengan
raden Purbaya. Ayolah Kek."
122 11. RATU SEGARA KIDUL "Jangan khawatir, Cucu. Mereka juga tidak akan
melanjutkan perjalanannya malam ini. Mereka pasti tengah
beristirahat. Heh, nah itu makanan telah datang. Ayo jangan
kecewakan nenek tua itu."
"Baik, Kek." "Aah, ayo-ayo. Ini aku bawakan makanan malam untuk
kalian. Jika kalian ingin membasuh tubuh dulu sebelum makan,
ya kalian dapat menemukan sumur di samping rumahku ini.
Ayo." "Ah, terima kasih Nek. Kami rasa tangan kami sudah
cukup bersih, dan tubuh kami pun akan kami basuh sekalian
mandi besok pagi." "Yaa, makanlah. Kurasa kalian sudah lapar kan?"
"Ah, baik Nek. Terima kasih."
"Ayo.." "Ayo, Kek. Kita segera makan."
"Ah ya ya ya. Terima kasih Nini."
Malam itu, Cempaka tak dapat tidur dengan tenang. Sesekali
dia terbangun dan teringat dengan junjungannya raden
Purbaya. Dia baru saja dapat tertidur pulas setelah malam
menjadi semakin larut. Akan tetapi belum lagi hari menjadi
terang, dia telah terbangun.
123 11. RATU SEGARA KIDUL Setelah berpamitan pada nenek tua pemilik pondok tersebut,
Cempaka bersama dengan kakeknya Mamang Kuraya
melanjutkan kembali perjalanannya mengejar Anting Wulan
yang diduganya telah menculik raden Purbaya.
"Eh, kita berhenti di sini dulu, Kek. Saya khawatir kita
telah mengambil arah yang salah."
"Hm, Heh" Apa maksudmu" Bukankah ini jalan menuju
Indraprasta" Apa kau mempunyai perkiraan lain, selain tempat
itu?" "Iya, Ee" tidak Kek. Ehm" Tapi rasa-rasanya dulu kita
tidak melalui jalan ini."
"Iya, di depan kita adalah hutan Susukan. Ah, itu di balik
bukit itu adalah hutan yang sangat lebat."
"Oh iya." "Dulu kita memintas sungai Cimanuk. Jati tujuh dan
langsung menuju Indraprasta."
"Ee, lalu sekarang?"
"Aah, lari kuda itu teramat cepat. Karena itu kita akan
melalui jalan pintas melalui hutan Susukan dan tanah berbatu
di ujung hutan itu. Dengan demikian kita akan dapat
mendahului Anting Wulan. He, nah ayolah jangan membuangbuang waktu lagi. Hiatt!"
124 11. RATU SEGARA KIDUL Pada saat yang bersamaan, dipinggiran sungai Cimanuk, Anting
Wulan bersama dengan raden Purbaya tengah memacu si
Tunggul menyusuri sungai. Hingga tengah hari tidak ada
sepatah katapun terucap dari mulut mereka. Keduanya saling
berdiam diri. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah desa kecil
yang tak jauh dari pinggiran sungai.
"Hupp," Anting Wulan meloncat turun dari punggung si
Tunggul. Dia mengumpat dalam hatinya, "Setan! Aku tidak
menegurnya. Setan kecil ini pun tidak menegurku. Hmm, akan
kulihat apakah sekarang pun dia tidak akan menyentuh
makanan yang kubelikan seperti halnya kemarin."
Anting Wulan kemudian mendekati sebuah warung yang tak
jauh dari tempatnya berhenti. Beberapa saat saja gadis itu telah
kembali dengan membawa bungkusan makanan. Setelah
meletakkan sebungkus di samping raden Purbaya, Anting
Wulan mulai menikmati makan siangnya tanpa memperdulikan
raden Purbaya. "Hmm"! Alangkah enaknya ikan goreng ini." Guman
Anting Wulan saat menikmati makan siangnya. Anting Wulan
sengaja berguman keras agar anak di hadapannya tergiur
melihatnya. Tetapi anak itu diam saja. Raden Purbaya
kemudian bangkit beranjak dari tempatnya. "Hmm, mau
kemanakah anak itu?"
"Ah, hm"! Dia memetik" daun"!" Anting Wulan
mengumpat dalam hati. "Oh, benar-benar bocah setan! Keras
kepala, dia tidak juga mau makan. Rupanya isi kepala anak itu
125 11. RATU SEGARA KIDUL demikian kerasnya. Sejak kemarin pagi dia tidak mengisi
perutnya dengan makanan. Hah, setan! Dia tetap mengunyah
daun muda itu. Bungkusan makanan dilirik pun tidak."
"Heh! Tolol! Apakah kau ingin mati" Apakah kau tidak
juga mau makan nasi yang kubawakan itu?"
"Ahh, tidak. Terima kasih, Bi. Saya tidak mau makanan
itu. Maaf?" "Jika aku membelikannya dengan uangku sendiri,
apakah kau juga tidak akan menyantapnya?"
"Saya tau, bibi tidak mempunyai uang untuk itu. Semua
uang yang ada pada Bibi sekarang ini adalah uang hasil curian
dari pemilik penginapan itu."
"Juga kau tidak mau makan jika memakai uangmu
sendiri, Tolol?" "Uang saya?" raden Purbaya bertanya heran.
"Ya, memakai uangmu sendiri. Uang pemberian dari
ayahandamu." "Ah, tentu saja saya tidak berkeberatan."
"Jika begitu, ayolah kita cari kota kecil di depan sana.
Kita akan menjual ini. Hmm, bukankan ini milikmu sendiri."
126 11. RATU SEGARA KIDUL "Ah,.. kau" kau" Bibi juga mengambil kembali gelang
itu" Gelang itu sudah bukan milikku lagi. Aku telah menukarnya
dengan sewa kamar satu malam. Gelang itu bukan milikku lagi."
"Ahh, tolol!" Anting Wulan mendesah, "Apakah kau ini
menganggapku ini seorang perampok jahat yang telah
mengambil harta pemilik penginapan yang jahat dan licik itu"
Yang ingin mencelakakan kita"!"
"Heeh, tidak?" Purbaya pun menghela nafasnya. "Tidak
Bi, aku tidak menganggap Bibi jahat. Bibi tidak mencuri harta
itu untuk kepentingan Bibi semata. Saya telah melihat
bagaimana artinya uang itu bagi mereka. Bagi petani-petani
miskin. Saya tahu, saya mengerti Bi. Ah, tapi saya tetap tidak
dapat menyantap nasi yang bibi beli dengan uang hasil curian."
"Hemm, lalu bagaimana dengan kesehatanmu Tolol"
Kau belum makan sejak kemarin pagi. Percayalah, seandainya
perbuatanku ini bersalah, kau tidak akan mendapat hukuman
dari dewata agung. Kau tidak terlibat dalam pencurian itu."
"Ah tidak Bi, biarlah."
"Ingatlah dengan kesehatanmu, Purbaya."
"Iya, saya mengerti, Bi."
"Hee"! Mau kemanakah kau Tolol?"
127 11. RATU SEGARA KIDUL "Aku akan mencoba meminta makan dari pemilik
warung itu. Aku akan menjual tenagaku bila perlu. Aku akan
bekerja membantunya untuk mendapatkan sebungkus nasi."
"Ah"! Kau" kau akan melakukan hal itu?" Anting Wulan
terperanjat, dia bagaikan tidak dapat mempercayai
pendengarannya. Purbaya adalah seorang pangeran tanah
Pasundan. Bagaimana bisa dia mau bersusah-susah demikian"
"Apakah Bibi Wulan mengira aku tidak merasa lapar"
Atau Bibi tidak memperbolehkan aku membantu di warung
itu?" "Ah, ehmm," boleh" boleh. Silakan kau lakukan itu
Tolol." Anting Wulan menjawab dengan perasaan penuh rasa
takjub. Tapi tak lama, dia segera mengenyahkan perasaan itu.
Lalu dia berkata dengan nada mengejek, "Kau kira mudah untuk
mendapatkan makan dengan cara seperti itu?"
"Saya akan mencobanya, Bi. Saya pergi beberapa saat."
Raden Purbaya tanpa ragu dan dengan langkah yang pasti serta
mantap menuju warung yang cukup ramai di pinggiran desa.
Sementara itu Anting Wulan dengan terbengong-bengong
memandang kepergian raden Purbaya. Dan kemudian ketika
Anting Wulan tersadar, dia mengikuti raden Purbaya yang telah
memasuki warung yang ramai.
128 11. RATU SEGARA KIDUL "Ah, maaf Pak" Eh, paman. Apakah paman
membutuhkan bantuan tenaga saya?" raden Purbaya menyapa
ramah. "Heeh" Apa maumu bocah?" jawab pemilik warung
sambil menoleh. "Saya akan membantu paman mencuci piring,
mengangkat air atau mengambil kayu bakar. Eeh, untuk itu saya
mohon paman mau memberikan sepiring untuk saya."
"Hee, sebenarnya sudah cukup tenagaku. Hm, tapi
baiklah kau boleh membantuku." Pikir sang pemilik warung.
Sejenak ditiliknya anak lusuh yang berdiri dihadapannya, yang
tanpa ragu memberinya penawaran. Dia segera menyadari
bocah dihadapannya itu tengah kelaparan. Hatinya tersentuh
karena anak dihadapannya itu berniat menjual jasa dengan
bekerja, tidak sekedar meminta-minta. Oleh karena itu dia
segera berkata, "Bawakan aku kayu bakar dua pikulan. Itu kau
lihat, kira-kira sebanyak itu. Dan setelah itu kau akan kuberikan
nasi serta sepotong daging."
"Terima kasih Paman, terima kasih. Saya akan segera
mencari kayu kering itu."
"Eeh, tunggu. Tunggu dulu bocah. Kau boleh mengambil
upahnya dulu." "Maksud Paman?"
129 11. RATU SEGARA KIDUL "Ah, ini. Makanlah dahulu. Kelihatannya kau sudah
lapar sekali." "Ah, biarlah. Saya akan ambilkan kayu dahulu."
"Eeh, tunggu. Tunggu, anak nakal. Minum dan
makanlah dahulu. Kau memerlukannya untuk mengembalikan
tenagamu. Setelah itu kau dapat mencarikan kayu untukku.
Ayo, ini sudah kubuatkan. Makanlah."
"Aah, makanlah sekenyangmu, Nak. Hmm" siapakah
namamu?" "Ah, Purbaya, Paman."
"Ehmm, makanlah. Aku akan melayani tamu-tamuku
itu." Purbaya lagi tidak menyahut, diterimanya sepiring nasi hangat
dengan daging gulai dari sang pemilik warung dengan perasaan
senang sekali. Lalu mulailah dia mengisi perutnya dengan lahap.
Pemilik warung itu tersenyum kecil, kemudian berlalu untuk
melayani tamunya yang lain.
"Ehh, perutku sudah terisi. Dan sekarang aku akan
mencarikan kayu untuk paman pemilik warung ini." Setelah
menghabiskan nasi dan lauknya, raden Purbaya beranjak dari
warung itu. Tak jauh darinya, Anting Wulan kembali terheranheran melihat raden Purbaya berhasil mendapatkan makanan.
130 11. RATU SEGARA KIDUL "Haah," Heh! Apa saja yang kau katakan pada pemilik
warung itu, hingga dia memberikanmu makan dengan
mudahnya?" Anting Wulan bertanya.
"Aku menjual tenagaku, Bi. Eh, maaf" aku harus
mencari kayu bakar sebagai pengganti makanan itu." Jawab
raden Purbaya. Setelah menjawab pertanyaan Anting Wulan,
Purbaya bergegas ke arah daerah yang berpepohonan.
Mulailah dikumpulkannya ranting-ranting kering yang
berserakan di sekitar tempat itu. Akan tetapi ranting-ranting
kering yang berhasil dikumpulkan ukurannya kecil-kecil.
"Ah, aku tidak hanya mencari kayu-kayu kering di bawah
sini. Tapi aku juga akan menjemputnya di atas. Ah, aku akan
mengambilnya. Mengambil kayu-kayu kering yang masih
berada di atas pohon." Sejenak raden Purbaya berpikir karena
merasa kurang puas dengan ranting yang dikumpulkannya.
"Hup!!!" tubuh Purbaya merendah, lalu dengan sekali
genjotan saja tubuhnya telah mencelat keatas dan dengan
cekatan tangannya meraih dahan sebuah pohon yang cukup
besar. Kemudian dengan lincahnya dia melenting sehingga
akhirnya dirinya berhasil berdiri di dahan tersebut.
Melihat hal tersebut, Anting Wulan pun melakukan hal yang
sama. Anting Wulan langsung mendarat di dahan yang lain
tanpa banyak berkata-kata. Hal ini menyebabkan raden
Purbaya sedikit terkejut.
"Hei, mau apa Bibi naik ke atas pohon ini?"
131 11. RATU SEGARA KIDUL "Hendak melihatmu bekerja Tolol. Kerja untuk mencari
makan. Lakukanlah pekerjaanmu. Aku hanya ingin
menyaksikannya saja." Jawab Anting Wulan dengan nada
mengejek. "Ahh," Purbaya mendesah.
Raden Purbaya mulai mengumpulkan ranting kayu satu persatu
dari atas pohon. Ketika dia sedang asik bekerja dari kejauhan
terlihat dua bayangan yang berkelebat cepat. Raden Purbaya
sempat mengenali keduanya.
(11) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan
melarikan kembali raden Purbaya yang sedang mencari
kayu bakar. Dilarikannya raden Purbaya untuk menjauhi
Mamang Kuraya yang ternyata berhasil mengejarnya.
(12) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan kembali
melanjutkan perjalanannya setelah berhasil mengatasi
Cempaka yang membabi buta berusaha menolong
junjungannya. Beberapa saat lamanya Anting Wulan memacu kudanya, tanpa


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka sadari hari pun menjadi gelap.
132 11. RATU SEGARA KIDUL (13) Pada kisah yang lalu diceritakan, di pinggiran kota raja
telah terjadi pertempuran antara resi Amista dan prabu
Sora melawan Anting Wulan.
(14) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan tidak
berhasil mendapatkan kembali pusaka Kujang Cakra
Buana. Dia menjadi kecewa, terutama setelah Mamang
Kuraya dengan tegas memintanya untuk mengerti
sesuatu yang tidak masuk di akal. Anting Wulan
kemudian melarikan kudanya, dan di sebuah tempat
yang sunyi gadis perkasa itu tidak dapat lagi menahan
dirinya. Dia menangis tersedu-sedu memikirkan
nasibnya yang kini begitu malang. Hilangnya pusaka
utama dan hilangnya kekasihnya, raden Saka
Palwaguna dari harapannya.
(15) Pada kisah yang lalu diceritakan, Loh Barda saudagar
kaya-raya mendatangi rumah Ki Palung hambanya
guna membuktikan suara-suara dari hambanya tentang
kecantikan calon istri Ki Palung, yaitu Anting Wulan.
(16) Pada kisah yang lalu diceritakan, prabu Sanna
ditinggalkan mati oleh permaisurinya. Bersama-sama
dengan putranya Sanjaya, Ni Mas Kayuwangi dan
Dampu Awuk mereka memisahkan diri dari resi
133 11. RATU SEGARA KIDUL Wanayasa, Seta Keling dan Sariti. Kemudian di pagi hari
berikutnya, prabu Sanna bersama keluarganya
beristirahat di tengah hutan. Keempat orang itu tengah
merasakan kesedihan yang panjang setelah Galuh
hilang dari pengharapannya. Hanya Sanjaya sendiri
yang begitu berbeda menghadapi kenyataan hidup,
setelah orang di atas bumi yang paling dihormati dan
dihargai pergi untuk selama-lamanya.
(17) Pada kisah yang lalu diceritakan, pemakaman bunda
permaisuri prabu Sanna telah dilakukan oleh putranya
Sanjaya. Ketika Ni Mas Kayuwangi dan Dampu Awuk
berkeinginan membantu dalam pemakaman tidak
diijinkan oleh Sanjaya. Kemudian Sanjaya, Ni Mas
Kayuwangi dan juga prabu Sanna dan Dampu Awuk
melanjutkan perjalanan menuju arah timur. Belum
beberapa lama ada firasat yang menyelimuti pangeran
Sanjaya. Ketika Sanjaya memandang jauh tiba-tiba di
belakangnya terdengar suara keras gemerosok di atas
semak-semak. Dan ketika Sanjaya menengok ke arah
semak-semak itu dilihatnya seseosok tubuh wanita yang
telah kaku, yang ternyata adalah jenasah Ibundanya.
(18) Pada kisah yang lalu diceritakan, prabu Sanna bersama
Ni Mas Kayuwangi dan Dampu Awuk terkejut melihat
Sanjaya putranya yang semula pingsan tak sadarkan
134 11. RATU SEGARA KIDUL diri tiba-tiba saja rombongannya. bangkit dan meninggalkan (19) Pada kisah yang lalu diceritakan, rombongan pelarian
dari Galuh telah tiba di sebuah kota kecil, yaitu kota
Sukaraja. Sekelompok laki-laki kasar yang dipimpin oleh
kakang Taji tengah bersiap-siap melakukan
penyerangan ke penginapan tersebut. Sementara itu
dalam penginapan" (20) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ni Mas Kayuwangi
yang tengah menderita luka parah dibawa pergi
menjauhi tempat pertempuran semula. Tapi dalam
perjalanannya, puteri agung yang baru saja
melangsungkan pernikahannya merintih kesakitan dan
memohon agar segera menghentikan perjalanan.
(21) Pada kisah yang lalu diceritakan, rombongan pelarian
Galuh yang kini disertai dengan Sariti kembali diganggu
oleh wanita misterius yang hadir dan mengganggu
mereka bagaikan makhluk halus.
(22) Pada kisah yang lalu diceritakan, prabu Sanna berhasil
melarikan diri meninggalkan pengepungnya, yaitu
kelompok dari perguruan Tangkuban Perahu.
135 11. RATU SEGARA KIDUL (23) {{ sumber belum ditemukan }}
(24) {{ sumber belum ditemukan }}
(25) Pada kisah yang lalu diceritakan, prabu Sanna telah tiba
bersama dengan puteranya di pantai selatan. Di pinggir
pantai tersebut, Sanjaya kembali mengejutkan
ayahandanya. Kata-katanya yang diucapkan tanpa
emosi seakan-akan menyiratkan kehendak yang pasti
yang harus terjadi. Yaitu merebut tahta Galuh dan
sekaligus menguasai bumi Jawa dan mancanegara.
(26) Pada cerita yang telah lalu, Anting Wulan dikisahkan
sedang menunggu hari pernikahannya dengan Loh
Barda, saudagar terkaya dari kota Jati Tujuh. Loh Barda
yang semula tidak mengetahui tentang kepandaian
silat dari Anting Wulan, kini mengetahuinya. Setelah
gagal dalam usahanya mengganggu Anting Wulan
calon istrinya sebelum upacara pernikahan.
(27) Pada kisah yang lalu diceritakan, Loh Barda menjadi
geram mendengar ancaman dari dua perampok yang
mendendam pada Anting Wulan. Untuk menutupi
136 137 semua rencananya, dengan berat hati Loh Barda
kembali memberi tambahan kepada dua perampok itu.
(28) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
menuju kota Batanghari untuk menemui istri dari
saudagar kaya yang menyingkir ke rumah orang
tuanya. Sementara itu di rumah besar, rumah saudagar
Loh Barda" (29) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan
kedatangan dua orang tamu wanita yang mengaku
sebagai perawat tubuhnya. Tetapi sikap dari salah
seorang tamunya yang berusia muda menimbukan
kecurigaan yang tidak dimengerti. Kecurigaan tersebut
berkembang terus dan akhirnya dengan hadirnya Loh
Barda ke kamarnya. (30) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan
melarikan si Tunggul kuda ajaibnya dengan kecepatan
tinggi hingga dalam beberapa saat saja dia berhasil
meninggalkan raden Saka Palwaguna, jauh"
12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM
HINDU (1) Pada kisah yang lalu diceritakan, Raden Saka
Palwaguna yang mempelajari kitab Jala Sukma
merasakan sakit yang teramat sangat di seluruh
tubuhnya. Rasa sakit tersebut seakan-akan bergerak
merayap di setiap jalan darahnya.
(2) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
dituduh telah melakukan pembunuhan keji pada salah
seorang murid perkumpulan Tongkat Merah. Karena itu
salah seorang dari rekan mereka menyerang raden Saka
Palwaguna berusaha untuk membawanya ke Kali
Pucang. (3) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
yang menuju kota Kali Pucang beristirahat di kota
Bangun Banjaran, di sebuah gubuk milik pengemis
Tongkat Merah. (4) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
yang mendapatkan tekanan dari dua pimpinan cabang
pengemis Tongkat Merah Kali Pucang terpaksa
138 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
mengeluarkan kalung dengan untaian lima bulan
kembar yang terbuat dari kulit hewan.
(5) Pada kisah yang lalu diceritakan, dua pimpinan
pengemis Tongkat Merah cabang Kali Pucang hendak
merencanakan merebut kitab Jala Sukma. Untuk itu Ki
Arit Lungkah dan Ki Surembangan menekan Ki Lanjoh
yang merupakan sahabat baik raden Saka Palwaguna
untuk menaruh racun Katak Belang di dalam makanan
maupun minumannya. Minuman sahabatnya, raden
Saka Palwaguna. (6) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Parang Pungkur tiba
di markas Pengemis Tongkat Merah dan berhasil
menangkap Ki Arit Lungkah dan Ki Surembangan yang
akan melarikan diri dari markas Pengemis Tongkat
Merah. (7) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
bertemu dengan adiknya Dampu Awuk dan Sariti di
markas Pengemis Tongkat Merah Kali Pucang. Dalam
perbincangannya Dampu Awuk dan Sariti tengah
menceritakan pengalamannya, mencari prabu Sanna
dan Sanjaya. Diceritakan juga, setibanya di laut selatan mereka
menemukan sejumlah besar mayat-mayat yang
ternyata adalah murid-murid dari perguruan
139 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Tangkuban Perahu. Dan ketika Sariti menjadi tak tahan
melihat puluhan mayat yang bergelimpangan"
(8) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
dan Dampu Awuk serta Sariti berhasil mengejar prabu
Sanna yang tidak mau diajak pergi ke Goa Larang. Sariti
yang cerdik dan mengenal keadaan kemudian berupaya
memperdaya prabu Sanna dengan caranya.
(9) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
tengah berusaha menghadapi tekanan-tekanan dari
Anting Wulan yang menyerangnya dengan seranganserangan hebat.
(10) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Parang Pungkur
yang berhasil memperingatkan resi Wanayasa akan
bahayanya dari Aji Jala Sukma, kemudian memaksa resi
Wanayasa untuk mempertunjukkan aji Kincir Metu
tingkatan kesepuluh. Ki Parang Pungkur tidak mau
mengerti apapun alasan resi Wanayasa. Dia
menyerang, memaksa resi Wanayasa untuk bertempur
dengannya. (11) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
menyembunyikan diri di salah satu goa di antara
140 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
ratusan goa di bukit Batu Larang mendapat petunjuk
dari eyang Kaliman tentang kitab Jala Sukma, tentang
janji dari eyang Kaliman untuk menceritakan raden
Saka Palwaguna (12) Kita tinggalkan dulu Anting Wulan yang tengah menuju
goa karang di pantai selatan. Sekarang marilah kembali
kita ikuti kisah raden Purbaya dan Cempaka. Pada kisah
yang lalu diceritakan, Mamang Kuraya berhasil
menekan Anting Wulan untuk melepaskan dan
menyelesaikan masalahnya dengan raden Purbaya. Dan
setelah kembali bersama dengan Cempaka dan
kakeknya, raden Purbaya segera kembali ke Karang
Sedana. Beberapa hari kemudian"
"Ada apakah ayahanda memanggil ananda?"
"Duduklah Purbaya, anakku. Ada sedikit yang akan
ayahanda bicarakan denganmu."
"Eeh, dimanakah sekarang gurumu berada?"
"Kakek Mamang Kuraya sedang keluar dari istana. Ada
apakah ayahanda?" "Urusan-urusan kependekaran" Sampai kapan?"
(13) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
menjadi gundah hatinya mendengar sikap 141 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
ayahandanya yang tidak menyukai Cempaka. Terlebih
lagi setelah mendengar mimpi Cempaka. Mimpi yang


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seakan-akan mempunyai makna yang kurang baik bagi
hubungan mereka berdua. Sementara itu Ratih, permaisuri dari almarhum prabu
Suntana masih saja mengurung diri dalam kamarnya,
sampai suatu ketika"
(14) Pada kisah yang lalu diceritakan, Raka Parungpang
tengah berusaha meletakkan kepercayaan dalam diri
Ratih Pudakwangi, permaisuri dari almarhum baginda
Jaya Suntana yang telah berhasil digulingkan kembali
oleh Aji Konda. "Ratih Pudak Wangi, aku dengan sepenuh hati akan
berusaha untuk mengembalikan derajat, kehormatan dan
nama besar almarhum Kakang Suntana, suamimu."
"Dengan cara bagaimana kau akan melakukannya?"
"Aku telah melihat kemungkinannya. Dan aku akan
menutupi dan melempar semua halangan dan rintangan yang
ada dalam perjalanan cita-cita kita itu. Dan aku sudah mulai
melakukannya?" "Heeh" Lalu apa yang akan kaulakukan kemudian?"
142 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Nah" Dengar" Dengarlah semua kata-kataku. Ikutilah
semua petunjukku. Dan satu hal yang harus kau lakukan
pertama-tama, ialah pulihkan kembali hubunganmu dengan Aji
Konda dan biarkan Paramita bertemu kembali dengan Purbaya.
Aji Konda akan menjadi yakin dengan sikapmu. Dan dia pasti
akan membuat keputusan-keputusan yang akan menguatkan
kedudukanmu kelak." "Heh, tidak semudah yang kau duga Raka Parungpang!"
sahut Ratih dengan nada penuh kekesalan, "Purbaya memang
telah ditunangkan dengan Paramita, tapi itu adalah kehendak
dari Baginda sendiri. Dan Purbaya sendiri kelihatannya tidak
sepenuh hati menerima keputusan itu."
"Hehehe, Apakah kau mengkhawatirkan dayang dari
raden Purbaya, Cempaka?"
"Kau" kau mengetahui semua itu?"
"Hehehe, jangan kau khawatirkan anak itu, Ratih. Aku
sudah mengaturnya. Ketika Baginda meminta pertimbangan
dariku, aku telah memanfaatkan kesempatan itu. Nona kecil itu
sekarang bukan lagi halangan bagi rencanamu, rencana kita.
Dalam waktu singkat, Cempaka yang telah diangkat menjadi
anak angkat dari Aji Konda akan dikawinkan dengan salah
seorang dari bangsawan dalam istana ini."
"Ah, benarkah demikian Kakang Raka"! Maafkan aku,
aku" Kegembiraanku atas semua rencanamu telah membuat
143 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
aku lupa daratan. Bolehkah aku" Aku memanggilmu dengan
sebutan Kakang?" "Hehehe, dengan sangat gembira kalau kau tidak
keberatan Ratih." "Terima kasih Kakang. Jika kau benar-benar akan
membantuku mengembalikan semua kekuasaan di Karang
Sedana ini. Aku sangat berterima kasih sekali dan atas semua
budimu itu aku bersedia membayarmu dengan cara apapun!"
"Ah, sudahlah. Simpanlah semua terima kasihmu itu
adik Ratih. Sekarang yang terpenting adalah kepercayaan
diantara kita dalam pekerjaan ini. Dan tugasmu yang pertama
membuka kembali hubunganmu Aji Konda dan juga menguasai
anakmu Paramita dengan sebaik dan sepenuhnya. Karena pada
suatu saat peranan Paramita akan sangat besar sekali. Nah,
itulah pesan pertamaku."
"Kau lihatlah, apa ada orang di luar?"
"Tinggalkan tempat ini dengan tenang kakang Raka. Aku
telah menyiapkan segala-galanya. Dayang Pandan telah
kuperintahkan keluar untuk mencari perlengkapan untuk
anakku menenun dan aku baru saja membagi-bagikan pakaian
pada para penjaga, kini mereka sedang sibuk mengepas
pakaian mereka yang telah kuberikan."
"Hahaha, kau benar-benar seorang wanita yang cerdik.
Hehehe" Ah baiklah, aku segera pergi."
144 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Raka Parungpang meninggalkan bilik Ratih Pudak Wangi,
ngendap-endap dengan penuh kewaspadaan. Dadanya
dipenuhi oleh kegembiraan yang tiada terkira. Jalan-jalan
menuju puncak cita-cita telah tampak terbuka baginya. Dan
Ratih Pudak Wangi yang dahulu hanya merupakan seorang
bidadari dari angan-angannya, kini telah siap menunggunya
bersama dengan kekuasaan idamannya.
"Ratih Pudak Wangi?"
"Tuanku, Raka?"
"Oh, kau kau mengejutkan aku dayang."
"Maafkan aku, Tuanku Raka. Hamba sejak tadi telah
berkeliling mencari Tuanku Raka?"
"Hmm" Ada apakah kau mencariku dayang?"
"Hamba" Begini" Baginda memanggil tuanku untuk
menghadap. Baru saja Baginda menerima utusan dari negara
tetangga." "Oh, utusan dari negara tetangga. Ya, baiklah. Aku akan
segera kesana." Raka Parungpang bergegas menuju paseban agung. Dari jauh
dia dapat melihat prabu Aji Konda tengah berbincang-bincang
berdua saja dengan Kyai Sedawarna.
"Kemarilah Raka Parungpang. Aku bersama dengan Kyai
Sedawarna tengah menunggumu cukup lama. Dari mana saja
145 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
kau?" sapa prabu Aji Konda gembira. Raka Parungpang masuk,
kemudian dia bersimpuh dan memberi penghormatan.
"Hamba baru saja kembali dari kuil, Tuanku. Untuk
memuja Dewata Agung dan memohon keselamatan Karang
Sedana serta seluruh rakyatnya. Apakah Tuanku memanggil
hamba?" jawab Raka Parungpang setelah bangkit dari
penghormatannya. "Ya. Aku baru saja menerima surat dari yang datang
secara bersamaan. Dari kerajaan Kawali dan dari kerajaan
Banjarmas. Inilah suratnya. Dan marilah kita bicarakan
bersama-sama. Ini,.. cobalah kau baca paman Sedawarna."
"Eh, baik tuanku." Jawab Kyai Sedawarna singkat. Lalu
dia mulai membaca. "Salam takzim saya haturkan kepada duli tuanku prabu
Aji Konda. Bersama ini saya menghaturkan sebuah lencana
pusaka dari kerjaan kami, kerajaan Banjarmas. Dan pada
kesempatan lain sebelum purnama mendatang, kami akan
datang menghaturkan upeti ke hadapan tuanku Aji Konda.
Mulai saat ini kami dari Banjar Mas, menyatakan diri berada di
bawah kekuasaan Karang Sedana. Tertanda Sri Buana Pandi
Alam." "Itulah paman Sedawarna, adik Raka Parungpang. Dan
ini sebuah lagi, sebuah surat lagi dari kerajaan Kawali yang
isinya tidak berbeda dari surat tadi. Nah, sekarang bagaimana
146 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
pendapat kyai Sedawarna dan juga adi Parungpang tentang
kedua surat ini. Apa sebenarnya yang telah terjadi?"
"Ah, tuanku" isi surat itu memang sangatlah
mengejutkan hamba. Hamba kira begitu juga dengan Tuanku
dan adik Raka Parungpang. Tapi menurut pengamatan hamba,
isi surat itu memang mempunyai alasan, dan alasan itu kira-kira
sebagai berikut..." Sedawarna berhenti sejenak, kemudian dia
melanjutkan. "Dengan jatuhnya Galuh ke tangan Indraprasta,
berarti Prabu Sora akan menguasai Galuh yang secara tidak
langsung berdiri diatas seluruh kerajaan di tanah Sunda ini.
Karena saat itu Galuh adalah yang terbesar dan kerajaankerajaan lain seperti Kawali, Banjarmas dan kerajaan-kerajaan
lain yang semula mengakui kebesaran Galuh, kini harus
menghadapi kemungkinan yang pahit yaitu tunduk kepada
Prabu Sora. Tapi Sri Buana Pandi Alam yang mengetahui akan
sikap dari Prabu Sora, mengambil satu langkah cepat dan tepat.
Yaitu menyatakan diri tunduk dan takluk pada Tuanku Aji
Konda." "Hah" Rencana yang tepat?" prabu Aji Konda bukanlah
seorang yang bodoh. Tapi kali ini dia belum memahami
perkataan penasehatnya. "Apa maksud paman Sedawarna?"
"Karena dengan menyatakan diri tunduk dan takluk
pada Karang Sedana mereka akan terlindung dari sikap buruk
prabu Sora." jawab Sedawarna.
"Ha" Mengapa bisa demikian?" prabu Aji Konda masih
keheranan. 147 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Ohh, ya ya ya, kesimpulan paman Sedawarna ini aneh
sekali." Timpal Raka Parungpang yang juga tampak masih
belum memahami pendapat penasihat tua itu.
"Ah, begini tuanku. Pertempuran di mulut gerbang
Karang Sedana yang disaksikan oleh puluhan ribu prajurit dan
pendukung Karang Sedana telah sampai ke seluruh tanah
Pasundan ini. Tentang kegagahan putra Tuanku yang
mengalahkan resi Amista. Dan saya pun yakin bahwa bertolak
dari hal ini maka prabu Sri Buana Pandi Alam merasa aman dari
kekuasaan Indraprasta atau Prabu Sora tidak akan
sembarangan bertindak pada Karang Sedana."
"Hmm, iya ya ya" Jadi bagaimana pendapat Paman
berdua" Apakah aku terima keinginannya hendak menyatakan
diri hendak tunduk dan takluk?"
"Ah" Kenapa harus tuanku tolak" Ini adalah sebuah
kesempatan yang tidak akan mungkin dapat tuanku temukan.
Ini adalah sebuah karunia Dewata yang tiada terkira. Karang
Sedana dapat menjadi besar dengan tanpa kekerasan, tanpa
perang." "Semua ini adalah berkat dari anakku Purbaya. Berkat
dari pengalamannya selama pengembaraannya yang panjang."
"Iya, dan kelak pada suatu saat Karang Sedana akan
kembali menjadi besar sebagaimana dahulu, seratus tahun lalu
saat mana masih bernama Sunda. Kerajaan Sunda."
148 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Ya. Ah" Sudah, sudahlah paman. Riwayat itu memang
hendak dihapuskan. Bukan karena kehendak pemerintah Galuh
saat itu, tapi juga kehendak dari kakek moyangku dulu yang
ingin menghapuskan dendam yang berkepanjangan. Dendam
yang tiada berkesudahan, Paman?"
"Oh," ampun tuanku. Ampun atas kelancangan hamba
bicara." "Sudah, sudah paman Sedawarna. Aku mengerti kenapa
paman sampai mengucapkan kembali hal itu. Ya, itu semua
karena kegembiraan yang tiada terkira melihat dan menemui
kenyataan yang tidak pernah kita perkirakan. Eeh,.. sudahlah."
"Sekarang, kalian kembalilah?"
*** "Eh, Kak" Kak Cempaka" Kak Cempaka!"
"Oh, kau" Kau Raden?"
"Ada apakah Kak" Mengapa kakak termenung seperti
itu?" "Oh," tidak. Tidak Raden." Cempaka yang tampak
terganggu dari lamunannya berusaha menunjukkan sikap biasa.
149 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Tergagap dia menjawab, "Saya," saya hanya" Hanya" Tidak"
Saya tidak memikirkan apa-apa."
"Kak Cempaka, berterus teranglah. Apa yang menjadi
buah pikiran Kakak?"
"Ah, tidak" tidak Raden."
"Ah, tahukah kau Raden" Mimpiku itu agaknya akan
menjadi kenyataan. Keputusan pengangkatan aku sebagai anak
angkat, secara tidak langsung merupakan satu keputusan untuk
menutup kesempatanku" untuk" untuk?" pikiran Cempaka
berbicara. Ya, ingin sekali rasanya Cempaka selalu berdua
dengan pangeran asuhannya itu. Selalu bersama, dan tidak
pernah terpisahkan. Dan bukankah hanya seorang permaisuri
yang akan selalu bersama dengan seorang pangeran yang kelak
menjadi raja". "Ah, gila! Gila! Apa yang sebenarnya tengah aku
pikirkan" Tidak tahu malu!"
"Ada apakah kak Cempaka" Mengapakah Kakak tibatiba melamun kembali?"
"Sudah, sudahlah Raden. Biarkanlah saya sendiri di sini.
Maafkan saya?" "Kak Cempaka masih saja memanggil saya dengan
sebutan Raden. Bukankah kakak sudah mendengar sendiri
keputusan yang diutarakan ayahanda tadi?"
150 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Cempaka tidak menjawab. Hanya saja tiba-tiba tangisnya yang
berderai. Dan Cempaka segera berlalu dari tempat itu, tanpa
mempedulikan raden Purbaya yang terkesiap kaget.
"Kak Cempaka! Kak Cempaka!"
"Hmm, apakah yang sebenarnya tengah terjadi dengan
diri kak Cempaka" Mengapa dia menjadi bersikap aneh seperti
itu?"" "Raden?" terdengar suara menyapa.
"Oh, kau" Kau bibi dayang?"
"Iya raden. Dimanakah nona Cempaka, tadi saya
melihatnya duduk seorang diri di sini sendiri."
"Eh, ada apakah?"
"Tadi tuanku mencarinya dan hendak membicarakan
sesuatu dengannya?" "Baiklah. Akan aku sampaikan kepadanya. Kau
kembalilah?" "Baik raden. Hamba permisi."
"Ah, tunggu dulu" Satu hal yang harus kau ketahui."
"Ya raden?" "Kemarin ayahanda prabu telah memutuskan bahwa
kak Cempaka diangkat menjadi putri angkatnya. Karena itu kau
151 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
harus memanggilnya dengan sebutan Tuan Puteri. Tuan Puteri
Cempaka." "Oh, baik" baiklah Raden."
"Nah, sekarang tinggalkan tempat ini. Aku yang akan
membawa tuan puteri Cempaka menghadap ayahanda."


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya permisi raden?"
"Hmm, aku harus segera menemukan kak Cempaka.
Panggilan ini pastilah akan menghiburnya. Aku yakin, pastilah
kak Cempaka masuk ke dalam kamarnya, dan menguncinya.
Akan ku ketuk pintu kamarnya secara perlahan-lahan?"
"Kak, Kak Cempaka..." Raden Purbaya berkata lembut,
"Kak" Kak Cempaka. Bukalah pintu ini."
Pintu kamar terbuka. Gadis manis yang membuka pintu kamar
itu tampak menatap dengan pandangan demikian kosong.
"Kak Cempaka, ayahanda memanggilmu."
"Ah, memanggilku?"
"Iya, memanggilmu." raden Purbaya tersenyum.
"Menurut dayang yang diperintahkan ayahanda, ayahanda
ingin membicarakan masalah yang sangat penting."
"Ahhh?" Cempaka mengeluh pendek, lalu tiba-tiba
tubuhnya ambruk. 152 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Kak Cempaka!" Raden Purbaya menjadi terkejut melihat Cempaka yang tibatiba saja jatuh tak sadarkan diri di hadapannya. Segera saja dia
mengangkat tubuh gadis muda yang cantik itu dan kemudian
mencoba untuk menyadarkannya dengan mengurut-urut.
Setelah beberapa saat berusaha menyadarkannya"
"Uhh?" keluh Cempaka, "Aduuh" kepalaku pusing
Raden." "Pusing" Ada apakah kak" Mengapa tiba-tiba saja
menjadi seperti ini" Apakah sesungguhnya yang menjadikan
kakak menjadi seperti ini?"
"Ti" tidak. Tidak raden. Tidak apa-apa." Cempaka
tersenyum lemah, "Ayo, marilah. Mari kita menghadap
ayahanda?" Cempaka berusaha bangkit. Sedangkan raden Purbaya
membimbing lengannya. Entah mengapa Cempaka yang
biasanya sangat lincah kini tampak sedemikian rapuhnya.
Cempaka mengeluh pendek. "Kakak! Kak Cempaka!"
Raden Purbaya terkejut ketika melihat Cempaka yang berada
dalam bimbingannya menjadi pingsan kembali.
153 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
(15) Raden Purbaya menjadi bingung dan tak habis mengerti
mengapa Cempaka tiba-tiba saja menjadi tak sadarkan
diri, setelah mendengar berita panggilan dari
ayahandanya. Mimpinya yang buruk, serta pengangkatannya menjadi putri angkat dari Aji Konda
dirasakan Cempaka sebagai suatu vonis berat yang
membatasi hubungannya dengan raden Purbaya. Dan
hal tersebut tak pernah dipikirkan oleh raden Purbaya.
"Kak! Kak Cempaka! Kak!"
"Ah, kak Cempaka pingsan kembali. Hm, apakah
sebenarnya yang telah mengganggu pikirannya" Aku akan
mencoba menyadarkannya kembali."
Dengan lembut Purbaya membaringkan Cempaka. Kemudian
dia kembali menyalurkan hawa murninya dengan dua jari
tangan kanannya ke kening Cempaka, sementara telapak
tangan kirinya mendorongkan sebagian hawa murni yang
diraupnya dari arah perut Cempaka. Keluhan kecil terdengar,
dan Cempaka kembali tersadar.
"Ada apakah Kak" Mengapa kakak menjadi seperti ini?"
masih dengan nada cemas. "Tidak, tidak Raden. Saya tidak apa-apa. Maaf, mungkin
saya telah mengejutkan dan membuat raden cemas."
"Ah, kak Cempaka" apakah berita yang saya bawa tadi
mengejutkan kakak" Dua kali kak Cempaka pingsan ketika saya
katakan panggilan itu dan saya ajak menghadap ayahanda. Ada
154 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
apakah sebenarnya?" "Tidak, tidak raden. Ayo, marilah kita temui ayahada
Raden. Tentu beliau sudah menunggu-nunggu kedatanganku."
"Sudah, sudahlah kak, jika kakak sedang tidak enak
badan. Sedang terganggu kesehatannya. Saya akan
mengabarkannya pada ayahanda."
"Tidak saya tidak apa-apa raden, marilah kita ke sana."
*** "Sembah sujud hamba haturkan pada ayahanda Prabu."
"Hmm, aku terima sembah sujudmu ananda Cempaka.
Duduklah di dekat sini lagi. Ayo?"
"Baik ayahanda"."
"Dan kau Purbaya," tinggalkanlah tempat ini.
Pembicaraanku kali ini tidak boleh kau dengar. Ini adalah
menyangkut masalah pribadi dari kakakmu Cempaka."
"Ah, baiklah ayahanda. Saya permisi?"
Raden Purbaya menjura, kemudian beranjak dari ruang
balairung istana. Cempaka memandang kepergian Purbaya
dengan wajah tegang. Setelah sang prabu yakin Purbaya tidak
lagi berada di sekitar mereka, dia pun mulai angkat bicara.
155 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Hmm, aku ingat dahulu dengan Nyi Inot ibumu,
beberapa hari setelah kau dilahirkan, ibumu datang
menghadap aku dan istriku Rara Angken. Dia menghadap untuk
meminta ijin memberikan nama Cempaka padamu. Dia
meminta ijin padaku dan pada istriku karena Cempaka adalah
nama bunga kesayangan istriku. Tentu kau masih ingat,
sebagian taman sari dahulu dipenuhi bunga cempaka, ya?"
Cempaka tidak menjawab. Dia hanya mengangguk dan
tersenyum kaku dalam posisi tetap bersimpuh takzim. Aji
Konda pun tersenyum, lalu dia melanjutkan kata-katanya.
"Dan sekarang pun ku kira kau masih dapat melihat sisasisanya. Ah" tidak kusangka, kau sekarang menjadi orang
terdekat denganku. Menjadi anak angkatku."
"Ah, semua itu terjadi adalah berkat kemurahan serta
kebijaksanaan ayahanda, yang tidak memandang hina pada
ananda?" "Hm"! Tidak" Tidak anakku Cempaka, tidak. Semua itu
adalah karena kebijaksanaan Hyang Agung, yang maha
bijaksana." "Ah, ayahanda prabu sangat bijaksana. Semoga para
dewa memberikan berkah, umur panjang dan kesejahteraan
untuk ayahanda prabu selamanya..."
"Hahahaha, hmm" anak baik, anak baik. Aku tahu kau
adalah seorang anak yang baik. Karena itu aku akan melengkapi
anugerahku padamu. Aku akan mengawinkanmu dengan salah
156 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
seorang pemuda bangsawan tertinggi istana ini."
Jika kata-kata Aji Konda ditujukan kepada orang lain dan bukan
kepada Cempaka, kata-kata itu memang merupakan satu
karunia. Satu lagu indah dari kahyangan. Tapi sayang sekali,
kata-kata dan berita itu diperuntukkan bagi Cempaka. Kabar
yang seharusnya merupakan lagu indah, bagi Cempaka seakanakan lonceng dan terompet kematian. Lemas lunglai seluruh
tubuh Cempaka. Dan airmatanya pun mulai bercucuran
membasahi wajahnya. "Aku mengerti Cempaka. Aku mengerti bahwa kau
kecewa dengan keputusanku ini. Tapi ketahuilah, demi
keamanan dan kemakmuran dan juga kesejahteraan tanah
Pasundan ini aku harapkan kau anakku, dan juga Purbaya mau
berkorban. Percayalah, rasa cinta yang selama ini kalian
pendam kelak akan berubah menjadi sebentuk kasih sayang
sesama saudara. Terimalah titahku ini Cempaka."
"Titah Tuanku," akan hamba junjung tinggi. Apapun
adanya?" "Aah, bagus. Bagus. Kau adalah anakku yang baik
Cempaka. Bagus. Sekarang kau boleh kembali ke kamarmu.
Hapuslah airmatamu itu. Dan janganlah kau tunjukkan
kekecewaanmu atas keputusanku pada adikmu Purbaya."
"Perintah ayahanda akan ananda junjung. Ananda
mohon pamit?" Cempaka menghaturkan sembah kembali. Prabu Aji Konda
mengangguk. Cempaka bangkit dan berlalu dari balairung. Tak
157 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
lama jauh dari gerbang balairung, seseorang terdengar
memanggilnya. "Kak Cempaka, tunggu! Tunggu kak?"
"Ada apa Raden?"
"Ada apakah ayahanda memanggilmu. Berita apakah
yang diberikan ayahanda?"
"Sebuah berita gembira, seperti yang sudah Raden
duga." "Ah, kakak Cempaka masih juga memanggilku dengan
sebutan Raden!" keluh raden Purbaya.
"Oh, iya. Maaf adik Purbaya. Ayahandamu telah
memberikan satu berita gembira. Aku" aku akan di" Ah
sudahlah, sebaiknya Raden tanyakan saja pada ayahanda. Aku
malu mengatakannya!"
Cempaka melesat cepat dari hadapan raden Purbaya untuk
menyembunyikan isaknya yang nyaris kembali meledak.
"Kak! Kak Cempaka, tunggu!"
Kemudian raden Purbaya mengejar Cempaka yang menyelinap
ke taman sari. Akan tetapi di sekitar gerumbul pepohonan dia
tidak lagi menemukan Cempaka Dengan cepat dia menuju ke
kamar Cempaka. "Kak, kak Cempaka! Bukalah pintu! Aku ingin bicara
158 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
denganmu, Kak." "Raden mencari tuan puteri Cempaka?" sapa seorang
dayang Istana yang bertugas melayani Cempaka.
"Iya, bukankah dia ada di dalam kamarnya?"
"Dia tidak ada di dalam kamarnya. Bukankah tadi Raden
mengajaknya pergi menghadap baginda?"
"Ah, jadi" dia belum kembali ke kamarnya?"
"Saya duduk di bawah pohon itu sejak tadi. Jika tuan
puteri Cempaka datang dan masuk kamar, tentu saya akan
melihatnya." "Ah" Ya, sudahlah."
Raden Purbaya mencari ke seluruh bagian istana, hingga
akhirnya menjadi telah yakin Cempaka tidak berada di dalam
istana, dia keluar istana dan kemudian berputar-putar mencari
ke setiap pelosok kota raja.
Derap kaki kuda melambat. Purbaya tampak terengah-engah
dalam kecemasan. "Hampir setiap pelosok kota raja telah ku cari, tapi tetap
tidak juga kulihat bayangannya. Agaknya ada sesuatu yang
disembunyikan ayahanda dan juga kak Cempaka. Hari telah
mulai gelap. Aku akan mencari udara segar di pinggiran sungai
di luar benteng kotaraja."
159 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Sejenak raden Purbaya mematung di atas kudanya. Dia tak tahu
harus berbuat apa lagi untuk menghilangkan kepepatan
hatinya. Turun ataukah kembali lagi ke istana. Terlihat bocah
yang telah meningkat remaja itu digeluti oleh rasa gelisah.
Berkali-kali dia menarik nafas dan menengok entah ke mana.
Akan tetapi kemudian terlihat dia melompat dari punggung
kudanya. Melenting tinggi dan kemudian hinggap di atas batu
besar di tengah sungai. Dan dilepaskannya semua kepepatan
hatinya dengan teriakan panjang!
"Aaaaaaaahhh!" Selepas itu Purbaya terduduk di atas batu kali yang besar
dengan nafas tersengal-sengal. Pandangannya sayu.
Dan dia kembali ke tepi sungai. Akan tetapi tidak dengan cara
semula, melenting hingga ke tepi. Tapi dia berjalan tanpa
menghiraukan air yang dingin menusuk tulang dan membasahi
pakaian bawahnya, hingga ke pinggang.
Dan kemudian raden Purbaya merebahkan dirinya di
rerumputan tak jauh dari tepi sungai. Terlentang memandang
jauh ke angkasa raya. "Gelombang samudera janganlah jadi pemisah dan
jarak antara kita. Dan secuil pengalaman yang kita dapatkan selama ini,
janganlah dibiarkan sebagai kenangan sunyi.
Laksana kumbang dia hinggap diantara kita.
Memberi madu tapi sekaligus bisa.
Serba terselubung, serba berkerudung.
Karena itu, menjeritlah tanpa tedeng aling-aling semu.
160 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Cinta... Cinta.. Cinta." Terdengar suara parau seorang kakek-kakek menyuarakan
sebait syair sederhana. Raden Purbaya terkaget dan serentak
bangkit. Suara itu sudah sangat dikenalnya.
"Kakek! Keluarlah! Kemana saja kakek selama ini?"
"Ini aku disini bocah!" sahut Mamang Kuraya tak jauh
dari tempat raden Purbaya terduduk. Sambil tersenyumsenyum kakek sakti itu menghampiri raden Purbaya. "Heeh,
sedang apa tadi kau di sungai" Aku melihat kau berteriak
bagaikan seekor monyet yang menang bertarung. Heheheh,
lucu sekali. Bukankah pakaian yang kau kenakan adalah pakaian
istana" Kenapa kau basahi dan kau rebahkan tubuhmu tanpa
memilih tempat yang bersih" Kotor itu?"
"Ujar-ujar yang kakek ucapkan itu sangatlah menyentuh
hatiku," ucap raden Purbaya sungguh-sungguh, tanpa
mempedulikan gurauan kakeknya itu.
"Hee" Ujar-ujar yang mana?" Mamang Kuraya bertanya
jenaka. Sebenarnyalah dia hanya berlagak pikun.
"Ujar-ujar tadi?"
"Hmm"!" "Kakek keterlaluan! Pastilah kakek menyindir saya
dengan ujar-ujar tadi! "
161 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Heh?" Mamang Kuraya masih berlagak tidak mengerti,
"Tunggu dulu" tunggu dulu. Ujar-ujar yang mana, heh?"


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ujar-ujar tentang cinta yang tersembunyi! "
"Heeh" Cinta" Kau bilang apa" Eeh, apa kau mengerti
ujar-ujar tadi" Oooh, luar biasa. Luar biasa sekali." Mamang
Kuraya menggoda kembali dengan bersajak.
"Karena cinta orang menjadi pandai,
karena cinta pun orang dapat menjadi bodoh.
Karena cinta orang menjadi kuat,
tapi karena cinta pula orang menjadi letoy.
Orang gila dapat menjadi waras,
dan orang waras dapat menjadi gila."
"Ah, kakek" aku bersungguh-sungguh. Berilah petunjuk
apa yang harus saya lakukan?"
"Ooh" Melakukan apa" Memangnya ada apa, He?"
"Kakek?" "Hmm?" "Sa" saya?" raden Purbaya terdiam sesaat, dia merasa
malu. Akan tapi kemudian dia meneguhkan batinnya dan
melanjutkan kata-katanya dengan tegas, "mencintai kak
Cempaka!" "Ha?" Mamang Kuraya condongkan kupingnya.
162 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
"Saya mencintainya dengan sepenuh hati. Apa yang kini
harus saya lakukan" Berilah saya petunjuk, Kek?"
"Oo" oo, jadi memberi petunjuk padamu tentang
cinta" Lucu! Lucu sekali?" Mamang Kuraya terkekeh, "Seumur
hidup aku tidak pernah kawin, dan aku tidak penah tau tentang
cinta. Aku memiliki cinta tapi tidak pernah merasakannya. Lalu
sekarang kau ingin meminta petunjuk dariku. Petunjuk apa
bocah" " "Apa yang harus saya lakukan" Apakah saya harus
mengutarakan isi hati saya?"
"Ooh," Ya utarakan saja. Katakan kau cinta. Masakkan
itu saja kau meminta petunjuk dariku" Oh iya" iya. Benar"
benar. Orang pandai dapat menjadi bodoh karena cinta."
Mamang Kuraya kembali terkekeh menggoda dengan bersajak
lagi. Tidak jauh dari tempat itu, tiba-tiba terdengar isak tangis
seorang perempuan. Suara isak tangis Cempaka. Wajah raden
Purbaya mendadak pias, lalu tak lama kemudian berubah
memerah. Rasa malu menjalari seluruh syarafnya. Dia sampai
terlonjak berdiri, terperanjat karena merasakan dirinya
tertangkap basah membicarakan secara diam-diam perempuan
yang diinginkannya dalam keadaan seperti itu.
"Ah" Siapakah itu"! Kak Cempaka!" raden Purbaya
berseru kaget, "Kakek menyembunyikan kak Cempaka"!..."
"Duduklah" Duduklah Purbaya. Kita akan bicara. Aku
163 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
sudah bertemu dengan Cempaka lebih dahulu sebelum kau ke
tempat ini." Mamang Kuraya bergerak menenangkannya.
Mamang Kuraya menoleh ke kumpulan pepohonan di sisi
kanannya, dan memanggil Cempaka untuk keluar.
"Cempaka keluarlah?"
Tapi Cempaka tidak juga menampakkan diri. Hanya isak
tangisnya yang masih terdengar. Untuk itu Mamang Kuraya
mengulangi seruannya. "Ayo, keluarlah Cempaka?"
Cempaka keluar. Dia muncul dari balik pepohonan itu. Matanya
tampak mulai sembab, dan isaknya belum juga berhenti.
Dengan langkah perlahan dia menghampiri keduanya.
"Kau" Kau berada di sini kak Cempaka?" berkata
Purbaya dengan suara tercekat. Cempaka hanya menunduk
dan tidak menjawab. Air muka Mamang Kuraya pun berubah, dia tidak lagi bernafsu
untuk menggoda raden Purbaya. Isak Cempaka yang terdengar
tiba-tiba itu menjadi isyarat baginya bahwa cucunya itu tidak
rela lelaki yang dikasihinya digoda sedemikan rupa. Dibodohbodohkan dalam perasaan cintanya. Yang sebenarnya adalah
perasaan cinta mereka berdua yang kini telah terkuak dengan
sendirinya. Maka dia pun mulai berkata-kata kembali dengan
hati-hati dan dengan seksama.
"Ya ya ya, aku sudah mengerti semua persoalan kalian.
164 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
Persoalan ayahandamu. Ya," aku tahu kini bahwa kau cucuku,
Purbaya, mencintai Cempaka. Dan Cempaka pun sudah
menjelaskan isi hatinya padaku. Tapi ketahuilah cucuku, tidak
selamanya cinta harus berakhir dalam suatu bentuk
perkawinan. Ayahandamu mempunyai persoalan yang pelik
dan satu-satunya jalan untuk menyelesaikannya adalah
pengorbanan kalian. Pengorbanan cinta kalian."
"Apa maksud Kakek?" raden Purbaya tak mengerti.
"Sore tadi ayahandamu memanggil Cempaka untuk
membicarakan masalah perkawinannya dengan salah satu
bangsawan istana." "Yah, keputusan itu dibuat pastilah atas dasar rencana
perkawinan dengan Paramita, perkawinanmu maksudku. Sikap
ayahmu sudah jelas. Beliau ingin menutup kemungkinan
dendam yang berkepanjangan, Purbaya. Dan untuk itulah kau
jadi korban." "Tapi kenapa kak Cempaka juga mesti dilibatkan?"
"Ya, itu untuk menutup kemungkinan-kemungkinan
yang dapat menghambat perkawinanmu dengan Paramita. Dan
kini semuanya tergantung pada dirimu, Purbaya. Cempaka
tidak dapat berbuat lain menghadapi ayahandamu selain
menerima keputusan itu. Lalu dirimu sendiri" Apakah kau akan
menolak dan mengecewakan ayahmu" Dan membuka peluang
dendam yang menurut ayahmu dapat timbul. Atau kau akan
menerima keputusan itu" Dengan mengorbankan cintamu"
Cinta kalian. Tetapi peluang dendam akan menjadi tertutup dan
hilang. Dan Karang Sedana akan menjadi tetap aman dan
165 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
sejahtera. Nah, semuanya kini tergantung diatas pundakmu."
"Kau" Kau harus menerimanya, Raden. Kau harus
menerima keputusan ayahandamu," ucap Cempaka dengan
suara yang lemah. Dia yang sedari tadi hanya terisak, mulai
menyatakan isi hatinya. "Karena walaupun berat, aku telah
memutuskan untuk menerimanya."
Raden Purbaya tidak menjawab sedikitpun. Karena
sesungguhnyalah dia tidak kuasa untuk menjawabnya.
Perlahan-lahan raden Purbaya bangkit dan menghampiri
kudanya. "Raden," Raden harus menerimanya. Demi Karang
Sedana. Demi keamanan serta kesejahteraan rakyat Karang
Sedana. Raden tentu akan menerima keputusan itu, bukan?"
kembali Cempaka mencoba menegaskan apa yang menjadi
keputusan remaja tampan dihadapannya.
"Ya, kita akan menerimanya. Kita harus menerimanya."
Raden Purbaya akhirnya menjawab. Akan tetapi tatapannya
kosong dan penuh kesedihan. Perlahan-lahan dia menaiki
kudanya, dan kemudian mengarahkan tali kekangnya ke arah
keraton Karang Sedana. "Maafkan atas segala sikap ayahanda, Kak Cempaka?"
Kaki kuda tunggangan raden Purbaya mulai berderap seiring
helaan raden Purbaya yang kembali merasakan betapa
dadanya pepat jika terus berada di tempat itu.
Mamang Kuraya tersenyum masygul memandang kepergian
166 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
cucunya yang bagaikan orang linglung. Cucunya itu telah
memacu kuda dan berlalu dari tempat itu tanpa berpamitan
padanya, tidak seperti biasa. Sementara Cempaka kembali
terisak di sisinya. Senyum getir Mamang Kuraya melukiskan
rasa iba yang pula membuncah di dalam dadanya.
(16) Kita tinggalkan dulu raden Purbaya dan Cempaka di
Karang Sedana. Tiga tahun telah berlalu, di langit pesisir
Karang Oblong, pesisir selatan bulan purnama
menyibak tipis. Cahayanya memantul di atas
gelombang yang bergulung, memecah, membahana.
Bagaikan lengkingan ketakutan yang akan memporak
porandakan jagad raya. Malam itu para nelayan tidak
berani turun melaut. Mereka takut ditelan malam
pralaya. Malam bahaya, malam yang dimiliki kanjeng
ratu Kidul. Tetapi sesosok tubuh tegar berdiri bersidakep di atas
sebuah batu karang. Matanya tajam memandang ke
tengah lautan. Bagaikan mata seekor burung elang.
Lalu sinar mata itu menangkap bayangan putih yang
muncul dari permukaan laut.
Lalu bayangan putih itu mendekati sesosok tubuh tegar.
Tubuh laki-laki gagah dengan ikat kepala ulung.
Gelombang pun mereda. Mengantarkan bayangan
putih dari seorang puteri cantik jelita bermahkota intan
berlian, berkemben sebatas dada berwarna hijau pupus.
Pesisir Karang Oblong, malam temaram buat dua tubuh
167 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
disiram percikan sinar bulan purnama.
(17) Pada kisah yang lalu diceritakan, Panjun ditolong oleh
pendekar Aneh yang merahasiakan namanya. Tetapi
baru saja mereka berbincang si pendekar aneh melesat
ke atas pohon. Dan tidak lama kemudian muncullah
seekor harimau matanya garang memandang dengan
laparnya. Pelan-pelan harimau itu mendekatinya, dan
Panjun menggigil ketakutan.
(18) Pada kisah yang lalu diceritakan, dua penjaga
perbatasan di tepi hutan kini bersiaga penuh karena
kehadiran laki-laki di malam itu yang menanyakan
prabu Sanna. Sebuah pertanyaan yang mencurigakan.
Lalu laki-laki pendatang yang aneh itu menghilang
begitu saja seperti dihembus angin.
(19) Pada kisah yang lalu diceritakan, lelaki aneh dengan
gesitnya melayang kesana kemari bagaikan seekor
burung walet sedang menari-nari. Menangkis
serangan-serangan prajurit Soka Warni yang
bersenjatakan pedang dengan sebuah ranting kecil.
(20) Pada kisah yang lalu telah diceritakan, Layang Suta
setelah menghajar pengemis di pasar Mindi Karang
Oblong, lalu melesat pergi. Tapi ditengah perjalanan
dihadang lelaki aneh hingga terjadi adu tanding
kesektian. Layang Suta mengeluarkan pukulan Tapak
Geni. Ketika tangannya beradu dengan lelaki aneh itu,
seakan-akan tenaga dalamnya disedot
168 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
(21) Pada kisah yang lalu telah diceritakan, prajurit andalan
keraton Soka Warni yang mau menangkap lelaki aneh
dan pengemis dari perguruan Tongkat Merah
semuanya dapat dilumpuhkan. Ketika satu persatu
bangun untuk mengambil pedangnya, salah seorang
prajurit dengan nekadnya melemparkan pisau belatinya
ke arah lelaki aneh. Tanpa menengok lagi kebelakang,
sang pendekar aneh itu berjumpalitan menghindari
serangan. (22) Pada kisah yang lalu diceritakan, ketika lelaki aneh itu
sedang menikmati panggang ayam tiba-tiba
dihadapannya telah berdiri seekor gorila yang
kemudian menyerang lelaki aneh itu dengan
merentangkan tangannya. Seketika itu pula lelaki aneh
itu berkelit melompat. (23) Pada kisah yang lalu diceritakan, lelaki aneh yang
mengikuti sepasang monyet besar tiba di dalam sebuah
gua di dasar jurang. Sebuah goa yang penuh misteri,
dindingnya dihiasi lukisan-lukisan orang bersilat.
Membuat lelaki aneh takjub, penuh pertanyaan di
hatinya. Sementara itu sang Dewi di negeri Majeti
memerintahkan Naga Sanca untuk mencari laki-laki
yang memakai ikat kepala Ulung dengan kalung dari
akar Bahar. (24) Pada kisah yang lalu diceritakan, Naga Sanca yang
169 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
diutus oleh sang Dewi ketika sampai di pesisir Karang
Oblong berubah wujud menjadi nelayan bernama
Galuntang. Sementara itu lelaki aneh di dalam gua
sebuah jurang. Setelah menerima sebuah kotak yang
terbuat dari perak melihat isinya begitu terkejut karena
di dalam kotak itu tersimpan rapi sepasang tusuk konde
emas. (25) Pada kisah yang lalu diceritakan, Naga Sanca atau
Galuntang setelah mendapat petunjuk dari Ki Sudra lalu
melangkah ke arah barat mencari laki-laki yang
memakai ikat kepala Ulung dan berkalung Bahar.
Sementara itu lelaki aneh ketika memandang kotak
perak yang berisi sepasang tusuk konde emas, seakanakan melihat sang Dewi, Kanjeng ratu pulau Majeti di
laut kidul. Lamunannya pun melambung ke dasar
lautan. (26) Pada kisah yang lalu diceritakan, Galuntang yang
merasakan hatinya berdesir manakala menyaksikan
kecantikan Pohaci seketika itu juga merasakan dadanya
sesak, sakit tiada terperikan. Galuntang merasakan
seakan-akan sebuah palu raksasa menghantam luluh
dadanya. Dan kemudian tanpa dapat lagi menguasai
lagi dirinya Galuntang jatuh tak sadarkan diri.
(27) Pada kisah yang lalu diceritakan, anak muda dengan
ikat kepala Ulung dan berkalung Bahar mendapatkan


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pesan berupa tusuk konde emas dari sang Dewi. Tetapi
ketika dia memutuskan pertemuannya dengan pemilik
170 12. AWAL KEBANGKITAN MATARAM HINDU
tusuk konde emas, terjadi keajaiban di sekitarnya.
(28) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
yang menghadapi anak muda dengan ikat kepala Ulung
mendapat kesulitan. Raden Seta Keling yang melihat hal
tersebut berniat membantu adiknya untuk bersamasama menghadapi pemuda sakti itu.
(29) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
pergi meninggalkan padepokan Goa Larang bersama
dengan raden Sanjaya. Kepergiannya semata-mata
adalah hendak mencari Anting Wulan, gadis yang
dicintainya yang kini entah berada di mana.
Kedua remaja itu memacu kudanya tiada henti menuju
arah selatan yaitu ibu kota kerajaan Galuh. Mereka
memacu kudanya tiada henti dan tanpa banyak bicara.
Dan menjelang malam hari keduanya pun tiba di
wilayah kerajaan Galuh, di sebuah kota yang cukup
ramai, kota Papayan. (30) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
mendapat hambatan dari resi Arumbaka di kota
Papayan. Dan raden Sanjaya yang merasa kesal dan
tidak sabaran mengajak raden Sanjaya untuk
menghindar dan meninggalkan resi Arumbaka dengan
prajuritnya. Resi Amista bersama prajurit-prajuritnya
berkutat tidak mampu bergerak akibat kekuatan gaib
raden Sanjaya. Karena itu raden Sanjaya berhasil
meninggakan penginapan di kota Papayan itu dengan
tanpa gangguan. 171 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI
MATARAM (1) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Sanjaya
bersama dengan raden Saka Palwaguna di halaman
istana Galuh dihadapi oleh Ranghyang prabu Sora, resi
Amista, para prajurit serta tokoh-tokoh utama Galuh.
Suasana di halaman menjadi demikian tegangnya.
Ranghyang prabu Sora yang semula menjadi cemas,
gelisah dan takut kini justru menjadi berang. Terlebih
lagi bagi resi Amista (2) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Barong Geni yang
menjadi semakin penasaran dengan kealotan dari
raden Saka Palwaguna segera menerapkan aji
pamungkas dari Gelombang Hitam. Puluhan prajurit
berjatuhan oleh perbawa dari teriakan dan hawa panas
yang seakan-akan menyembur dari neraka.
(3) Pada kisah yang lalu diceritakan, pertempuran di
halaman istana Galuh terhenti sesaat manakala raden
Saka Palwaguna menjelaskan pada seluruh prajurit
Galuh siapa adanya laki-laki muda yang mengenakan
ikat kepala Ulung dan berkalung Bahar.
172 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
(4) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
berhasil menyelamatkan kakangnya dan raden Saka
Palwaguna dari istana Galuh, menjadi cemas melihat
wajah kakangnya yang pucat pasi. Untuk itu Anting
Wulan mengeluarkan permata birunya dan mencoba
untuk menghilangkan pengaruh racun yang terdapat
pada asap lilin. (5) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Parang Pungkur
bersama dengan raden Seta Keling dan Dampu Awuk
berhasil mengusir murid-murid dari Segoro Ireng yang
membabi buta membakar istana serta rumah-rumah
penduduk kota raja. Baru saja mereka ditinggal
lawannya yang berhasil ditolong seseorang yang juga
mengenakan topeng. Datang sekelompok prajurit Galuh
yang segera mengepung mereka.
(6) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Parang Pungkur
bersama dengan raden Seta Keling, Dampu Awuk dan
Sariti yang baru saja tiba terlibat dalam pertempuran
dengan sepasukan prajurit Galuh dibawah pimpinan
seorang perwira yang bernama Lembu Peteng.
Pertempuran tersebut menjadi terhenti dengan
datangnya perwira dari jajaran lain yang bernama
Jaran Pucang. 173 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
(7) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan kembali
menolak segala bentuk rayu dan rengek raden Saka
Palwaguna. Dan Anting Wulan kembali menantang
raden Saka Palwaguna. Menantang kakangnya untuk
memenuhi syarat pertama yang diberikannya dahulu.
(8) Pada kisah yang lalu diceritakan, prabu Sora bersama
dengan para pengikutnya meninggalkan hutan kecil
yang dekat dengan desa. Mereka pergi ke arah timur,
mencari tempat yang lebih aman untuk beristirahat
menyembuhkan luka-luka resi Amista. Dan perjalanan
mereka justru menuju hutan dimana Anting Wulan dan
raden Saka Palwaguna berada.
(9) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan tengah
menjadi cemas karena kakangnya raden Saka
Palwaguna ditawan oleh kelompok prabu Sora. Dia
merasa belum mampu untuk membebaskan kakangnya
dengan menggempur mereka secara terang-terangan
dan beradu dada. Sementara itu di muka gua
persembunyian kelompok prabu Sora"
(10) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Sura Praba berhasil
membebaskan raden Saka Palwaguna, akan tetapi dia
sendiri tidak berhasil melarikan diri dan kini terlibat
174 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
pertempuran dengan Langkan, salah seorang murid
perguruan Segoro Ireng. Dan pada akhir kisah yang lalu
diceritakan, dia berhasil menendang jatuh lawannya.
(11) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Sora berhasil
menemukan goa persembunyian Anting Wulan dan
raden Saka Palwaguna. Karena khawatir goa tempat
persembunyiannya akan dibuat runtuh, Anting Wulan
segera menemui prabu Sora. Pertempuran diantara
mereka terjadi. Anting Wulan yang belum pulih
kekuatannya terdesak hebat oleh serangan-serangan
prabu Sora. (12) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
tengah berusaha menyembuhkan luka dalam Anting
Wulan di sebuah goa yang tersembunyi.
(13) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan dan
raden Saka Palwaguna tengah bersiap-siap untuk
melanjutkan perjalanan mereka menuju Goa Larang.
Dan tanpa mereka ketahui dua pasang mata dengan
geram memperhatikan mereka.
(14) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka menjadi cemas melihat kakeknya Mamang
Kuraya tiba-tiba saja mengerang kesakitan.
175 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
Serasa rusak rasaku dalam rangkuman roda.
Gamang rasaku dalam rangkuman kelam.
Masa remaja meremas ragam rahasia.
Membelit melingkar bagai rantai menjerat seluruh
tubuh. Sungguh sempit dan sesak bilik istana.
Sungguh pelik serasa sang masa.
Cintaku makin jauh menghilang...
Cintaku makin jauh melayang"
Wajahnya yang ayu yang dahulu singgah di jendela
hati, kini yang ada hanyalah sesabit bulan sempit.
Suram, samar dan sepi. Tak ada rindu seperti dulu.
Tak ada mimpi indah mengobar rindu.
Sepi... Kosong... Hitam Kelam. Resah... Gelisah... Entah, dia kan datang menjenguk jiwa ini"
Kekasih. Kekasih.. Kekasih... Kekasih.... #Purbaya Bulan hanya tinggal separuh, tepat seperti tergantung
di puncak nyiur. Langit yang melingkup nampak, setengah biru dan
setengah putih. Dan bayangan pepohonan menghitam kaku tidak
bergerak. 176 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
Malam yang seperti ini menyebabkan rindu semakin
bertambah. Betapa indah, jika ada sekuntum puspa murni yang
menghias hati yang sepi #Purbaya (15) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
menemukan kakeknya dalam keadaan tewas akibat
pukulan-pukulan hebat yang menghancurkan isi dada
dan tulang-tulang di tubuhnya. Dan ketika tiba di istana,
Cempaka meraung-raung menyaksikan keadaan
Mamang Kuraya, kakek tua yang telah dianggapnya
sebagai kakeknya sendiri.
(16) Pada kisah yang lalu diceritakan, prabu Sora dan resi
Amista berhasil membunuh Mamang Kuraya, dan
beberapa saat setelah meletakkan mayatnya ke dalam
gubuk, keduanya cepat berlalu dari tempat tersebut.
(17) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya yang
baru saja tersadar dari pingsannya bermaksud hendak
menjenguk jenasah ayahandanya. Akan tetapi di muka
pintu dia bertemu dengan Cempaka yang tengah
dibimbing oleh seorang dayang tua.
177 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
(18) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
menjadi terkejut ketika mendengar cerita dari Mamang
Kuraya yang disampaikan oleh raden Landayan yaitu
tentang kepastian jodohnya dengan Cempaka.
(19) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
terpaksa tidak mengacuhkan utusan negara tetangga
yang ingin menjumpainya dan mengucapkan bela
sungkawa. Raden Purbaya bergegas menuju bilik
Cempaka ketika mendengar keadaan Cempaka yang
kembali tidak sadarkan diri.
(20) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
menyerahkan kekuasaan Karang Sedana untuk
sementara waktu pada Kyai Sedawarna. Seluruh
pejabat istana tunduk dan taat pada keputusan
tersebut. Akan tetapi, salah seorang diantara mereka
kelihatan tidak menjadi puas dan dia adalah Raka
Parungpang. (21) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
berhasil menyelamatkan kakeknya yang berada di
dalam makam selama tujuh hari. Dan kemudian kedua
remaja itu tanpa mempedulikan apapun lagi memacu
178 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
kudanya menuju sungai Cipunagara dimana nenek
Jampi bertempat tinggal. (22) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka yang tengah berkuda menuju pondok Dewi
Jampi di sungai Cipunagara karena Mamang Kuraya
yang sedang sakit parah kembali tidak sadarkan diri.
(23) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan berhasil
menemukan pemuda yang dicurigainya dengan aji
Empat Arah Pembeda Gerak. Dan pemuda itu menjadi
berang ketika Anting Wulan memintanya membuka
topeng yang dikenakannya.
(24) Pada kisah yang lalu diceritakan, dua gadis desa Banjul
yaitu Tarsih dan Een menjadi sangat ketakutan bertemu
dengan penduduk desanya. Saat sedang bersama-sama
dengan pemuda yang dianggap sebagai pengacau oleh
penduduk desa Banjul. Oleh karena itu Tarsih cepat
turun ke sungai kecil dan bersembunyi di bawah
bebatuan besar.

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(25) Pada kisah yang lalu diceritakan, Jerangkong Hidup
tengah memberikan hukuman pada raden Karmapala
muridnya. Dan dengan penuh harap, Jerangkong Hidup
memohon pada muridnya agar mau bersikap
179 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
sebagaimana seorang ksatria yang kelak akan mencuci
namanya yang kotor dalam dunia kependekaran.
(26) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Saka Palwaguna
mengajak Anting Wulan dan prabu Sanna untuk
kembali ke pondok Ki Sagula, menemui puterinya.
(27) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
bersama dengan Cempaka yang tengah beristirahat di
pinggir sungai kecil sambil menyantap hidangan siang
mereka berupa ikan bakar, bertemu dengan seorang
laki-laki bertubuh cacat.
(28) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka berhasil menitipkan kakeknya Mamang
Kuraya pada Dewi Jampi dan Ki Pangrangu dan
kemudian melanjutkan perjalanannya ke ibukota Galuh.
Sementara itu raden Sanjaya di istana Galuh tengah
diamuk kegelisahan menunggu raden Saka Palwaguna
yang diutusnya ke Gua Larang.
(29) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Sanjaya tengah
digelisahkan oleh pengacau-pengacau yang mengganggu keamanan kerajaan-kerajaan tetangganya. Pager Ageung, Banjaran dan Jati Bandar.
Penguasa Laut Selatan yang mengunjunginya
180 13. FAJAR MENYINGSING DI BUMI MATARAM
memberikan beberapa petunjuk. Dan juga menyampakan akan datangnya suatu masalah pribadi
yang sangat besar. Setelah kepergian Penguasa Laut
Selatan, Anting Wulan dan Saka Palwaguna datang
dengan menyampaikan sepucuk surat dari ayahandanya. (30) Pada kisah yang lalu diceritakan, kelompok Ning Sewu
yang tengah menyelidiki dan mencari pengacau di kota
Lumudan dikejutkan oleh seseorang yang melambaikan
tangannya dari kegelapan.
181 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
14. PERTARUNGAN DUA PUTERA
MAHKOTA (1) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan dan
raden Saka Palwaguna yang tengah mengiringi
perjalanan raden Sanjaya, di sebuah pinggiran desa
mereka dikejutkan oleh pembantaian yang tidak
berprikemanusiaan. Dari salah seorang korban didapat
keterangan bahwa pembunuh itu mengaku bernama
raden Purbaya. (2) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka yang sedang dalam perjalanan menuju kota
raja dihadang oleh puluhan penduduk dari kota kecil
yang ternyata adalah kota Lumudan. Penduduk kota
tersebut hendak meminta pertanggungan jawab dari
raden Purbaya tentang pembakaran dan pembunuhan
yang terjadi di kota mereka. Dua orang pengawal kota
tersebut memimpin gerakan dari para penduduk.
(3) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka tidak lagi menghiraukan kelompok pasukan
Galuh yang menyerang mereka. Raden Sanjaya kini
menjadi incaran mereka. Untuk itu kemudian mereka
182 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
melenting dan melesat menuju ke dalam istana. Akan
tetapi belum lagi dia berhasil menginjak tangga
pendopo istana, sebuah bayangan melesat dan
kemudian menahannya dengan sebuah pukulan yang
sangat hebat. (4) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka berhasil meninggalkan istana Galuh. Dan
kemudian melanjutkan perjalanannya menuju gunung
Wukir untuk memburu raden Sanjaya.
Kita tinggalkan dulu kisah perjalanan mereka, sekarang
marilah kita ikuti kisah dua pelarian Galuh, yaitu prabu
Sora dan resi Amista. Sementara itu di pinggiran sungai Pelus yang cukup besar
berdiri sebuah kerajaan kecil yang bernama Soka Raja. Kerajaan
itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sura Dipati.
Baginda Sura Dipati memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan
juga banyak memiliki jago-jago yang menjadi andalannya.
Suatu siang, di desa Selo Merto yang berada di dalam
kekuasaan Soka Raja"
(5) Pada kisah yang lalu diceritakan, kepala desa Selo
Merto mempersilakan pemuda tampan yang mengaku
bernama Purbaya untuk singgah ke rumahnya. Surti
183 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
yang berada di sampingnya kelihatan berseri gembira.
Dan setibanya di rumah...
(6) Pada kisah yang lalu diceritakan, Surti gadis desa Selo
Merto tengah disiapkan oleh resi Amista yang kini
berubah wujudnya sebagai raden Purbaya untuk tumbal
dari rencananya. (7) Pada kisah yang lalu diceritakan, Ki Ganda kepala desa
Selo Merto berhasil membuka rahasia pembunuhan di
desanya. Akan tetapi pembunuh yang ternyata
penolong puterinya yaitu pemuda tampan yang
bernama raden Purbaya tidak berhasil di tangkapnya.
Dan di rumah, bu Ganda ketika mengetahui hal tersebut
dari suaminya cepat menuju ke kamar anaknya.
(8) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya yang
tengah dalam perjalanan menuju arah timur menuju
gunung Wukir diganggu dengan seorang penyerang
gelap dan kemudian dua penunggang kuda yang sangat
mencurigakan. Cempaka yang tidak dapat lagi
menguasai diri melenting, meninggalkan kudanya
mengejar dua penunggang kuda di hadapannya yang
mencurigakan. 184 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
(9) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka yang kehilangan buruannya semakin menjadi
geram karena kuda merekapun tertinggal jauh di
belakang. Baru saja keduanya akan duduk beristirahat,
tiba-tiba dari kejauhan datang dua ekor kuda yang
ternyata adalah tunggangan mereka. Mereka
beristirahat dan kemudian untuk mengisi perut mereka
yang sejak pagi belum terisi mereka berpencar untuk
mencari hewan buruan. Sementara tidak jauh dari tempat kedua remaja Karang Sedana
itu berada" (10) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
bersama dengan Cempaka tengah dikepung oleh
pasukan keraton Soka Raja dan penduduk desa Selo
Merto. Suatu persoalan yang sama sekali tidak mereka
mengerti. Melihat situasi yang sangat ganjil itu,
Cempaka memutuskan untuk meninggalkan kepungan
itu dan baru kemudian menyelidiki masalah tersebut.
(11) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Sanjaya
bersama Anting Wulan dan raden Saka Palwaguna
berhasil mengejar raden Purbaya dan Cempaka.
Cempaka yang dalam keadaan terluka tidak dapat
banyak membantu. Hingga dalam satu pertarungan
185 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
yang berat sebelah itu raden Sanjaya berhasil memukul
jatuh Cempaka. (12) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya
berhasil membawa pergi Cempaka meninggalkan raden
Sanjaya. Anting Wulan yang berhasil mengejarnya tidak
mengganggu raden Purbaya maupun Cempaka. Karena
dia yakin raden Purbaya bukanlah pembunuh keji
seperti yang dituduhkan orang. Setelah berhasil
meninggalkan raden Sanjaya jauh-jauh, raden Purbaya
mencoba menolong Cempaka dengan melepaskan
pisau kecil yang menancap di punggungnya.
(13) Pada kisah yang lalu diceritakan, Cempaka yang masih
dalam keadaan terluka tidak dapat lagi menahan
emosinya ketika mendengar kehadiran raden Sanjaya di
sekitar tempat persembunyiannya. Kematian orangorang yang dicintainya beberapa saat yang lalu
agaknya menimbulkan luka hati yang tidak dapat
diobati. Raden Purbaya yang mengerti akan keadaan
Cempaka berusaha mencegah niatnya untuk melabrak
raden Sanjaya yang memiliki kepandaian yang jauh
lebih tinggi dari mereka.
(14) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Sanjaya secara
gaib tiba di pulau Majeti tempat dimana Penguasa Laut
Kidul itu bertempat tinggal. Dan di pulau tersebut,
186 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
raden Sanjaya melihat banyak keganjilan. Istana yang
ditinggalinya selama beberapa tahun bersama sang
Dewi itu tidak terlihat di sana. Seakan-akan istana itu
tidak pernah ada dan tidak pernah berdiri di sana. Dan
Sang Dewi yang dapat ditemuinya mengeluh dan
kecewa kepadanya. (15) Pada kisah yang lalu diceritakan, di sekitar
persembunyian raden Purbaya dan Cempaka telah hadir
dua orang laki-laki berjambang dan berkumis lebat.
Raden Purbaya yang khawatir kehadiran mereka akan
mengganggu Cempaka, berusaha memancingnya
menjauhi persembunyiannya.
(16) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan dan
raden Saka Palwaguna tengah mencari-cari raden
Sanjaya. Di sebuah semak-semak yang rimbun, secara
tiba-tiba Anting Wulan melihat sesosok tubuh yang
jatuh ke rerumputan tebal. Dan ternyata sosok tubuh
tersebut adalah raden Sanjaya.
(17) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(18) Pada kisah yang lalu diceritakan,
187 14. PERTARUNGAN DUA PUTERA MAHKOTA
(19) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(20) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(21) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(22) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(23) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(24) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(25) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(26) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(27) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(28) Pada kisah yang lalu diceritakan,
188 189 (29) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(30) Pada kisah yang lalu diceritakan,
15. RAHASIA PUNCAK GUNUNG WUKIR
15. RAHASIA PUNCAK GUNUNG WUKIR
(1)

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 190 15. RAHASIA PUNCAK GUNUNG WUKIR
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 191 192 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 16. PUSAKA ARCA EMAS 16. PUSAKA ARCA EMAS (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 193 16. PUSAKA ARCA EMAS (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 194 195 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 17. RAWA RONTEK 17. RAWA RONTEK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 196 17. RAWA RONTEK (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 197 198 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 18. PEDANG ULAR EMAS 18. PEDANG ULAR EMAS (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 199 18. PEDANG ULAR EMAS (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 200 201 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 19. ANGKARA MURKA 19. ANGKARA MURKA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 202 19. ANGKARA MURKA (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 203 204 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 20. ANGKARA MURKA II 20. ANGKARA MURKA II (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 205 20. ANGKARA MURKA II (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 206 207 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 21. BARA TANAH MATARAM 21. BARA TANAH MATARAM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 208 21. BARA TANAH MATARAM (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 209 210 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 22. KEMELUT SEBUAH WARISAN


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

22. KEMELUT SEBUAH WARISAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 211 22. KEMELUT SEBUAH WARISAN
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) 212 213 (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 23. PETAKA ASMARA DEWA 23. PETAKA ASMARA DEWA (1) Saudara, kita tinggalkan dulu Mataram, Anting Wulan
dan raden Saka Palwaguna. Sekarang marilah kita
kembali mengikuti kisah dari prabu Purbaya dan
Cempaka di Karang Sedana. Pada kisah yang lalu
diceritakan, prabu Purbaya mendapat wangsit dari
kekuatan agung yang berada dalam tubuhnya, bahwa
kekuatan itu akan sepenuhnya menjadi miliknya
manakala dia telah terikat menjadi suami istri dengan
Cempaka. Hubungan mereka menjadi semakin intim,
tetapi belum terlihat tanda-tanda yang menunjukkan
bahwa mereka akan segera melangsungkan
pernikahan. Suatu malam, di keraton Karang Sedana.
"Kak! Kak Cempaka! Kak Cempaka! Dimana kau, Kak"
Kak Cempaka! Kak Cempaka!"
"Dimana kak Cempaka" Angin tadi telah menggulung
kak Cempaka. Dan membawanya hilang dari pandanganku."
"Kak! Kak Cempaka! Kak Cempaka! Dimana kau, Kak"
Kak Cempaka! Kak Cempaka!"
"Tuanku!" 214 23. PETAKA ASMARA DEWA "Ah, itukah engkau kak Cempaka"!"
"Janganlah memikirkan lagi diri hamba Tuanku. Tuanku
adalah seorang maharaja yang agung, sedangkan hamba adalah
seorang dayang. Seorang budak yang hina. Lupakanlah diri
hamba." "Dimanakah engkau Kak" Kembalilah, datanglah
padaku. Engkau adalah milikku. Engkau adalah juwita kasihku.
Kembalilah." "Tidak, tuanku. Ada kekuatan lain yang menghalangi
kita untuk bersama" "Siapakah dia itu" Siapa" aku akan datang menggebrak
hancurnya. Aku akan menghancurkan apapun yang
menghalangi cinta kita. Kembalilah padaku Kak, dimanakah kau
Kak?" "Ooh, Tuanku!!!"
"Dewata agung, kekuatan apakah yang sesungguhnya
merampas kak Cempaka dari sisiku" Kak! Kak Cempaka! Kak
Cempaka!" "Kak" Kak" Kak Cempaka,.. Hah,.. Hah" Dewata,
agaknya aku telah bermimpi. Oh, apakah arti semua itu" Kak
Cempaka seakan-akan digulung oleh suatu kekuatan hingga
menjauhi diriku. Kekuatan apakah itu" Oh, fajar belum lagi tiba.
Kamarku ini menjadi pengap dan panas saja rasanya. Sebaiknya
aku keluar mencari udara segar."
215 23. PETAKA ASMARA DEWA "Hmm, serambi ini juga masih saja terasa sumpek. Aku
ke taman sari saja."
Kemudian pemuda yang tengah dilanda oleh kegelisahan hati
itu meninggalkan kamarnya menyusuri lorong-lorong yang di
terangi cahaya lampu minyak yang cukup terang. Beberapa
orang penjaga yang dilaluinya menyapanya dengan penuh
hormat. Tetapi kemudian mereka saling bisik sambil
mengerutkan kening, melihat junjungan mereka menuju taman
sari pada malam seperti itu.
"Haah, ahh" udara di taman sari ini cukup sejuk, aku
akan duduk didekat pancuran itu."
"Hmm, apa arti mimpiku itu. Dada ini rasanya masih saja
berdebar-debar. Semoga saja hubunganku dengan kak
Cempaka tidak akan mendapat hambatan dari siapapun. Kak
Cempaka mencintaiku sebagaimana aku mencintainya. Aku
seorang raja yang berkuasa di Karang Sedana ini, dan bahkan
enam kerajaan di sekitar wilayahku menyatakan tunduk dan
bernaung di wilayahku. Masakkan orang sepertiku akan gentar
menghadapi hambatan itu" Ah, dewata mengapa hatiku masih
saja berdebar?" "Sepertinya, aku mendengar langkah seseorang di
belakangku, siapakah dia yang berani menggangu
ketenanganku di taman sari ini?"
Ketika prabu Purbaya memalingkan wajahnya ke belakang,
dilihatnya sesosok bayangan ramping berdiri tak jauh darinya,
216 23. PETAKA ASMARA DEWA tegak mematung. Sementara rambutnya beberapa jumput
ditiup angin malam sepoi perlahan.
"Ah," Oh kau, Kak Cempaka?"
"Ah, iya. Hamba tuanku."
"Cukup kak, jangan ulangi kata-kata itu lagi. Jangan
panggil aku dengan kata-kata yang dapat membatasi kita.
Panggil saja aku dengan sebutan adik Purbaya, atau Purbaya
saja." Cempaka mendesah. "Janganlah terus mematung di situ, Kak. Kemarilah,
duduk di sisiku." "Eh, ba" baiklah."
"Aneh sekali sikap kak Cempaka, dia duduk mengambil
jarak. Tidak seperti biasanya. Apakah ada sesuatu yang
dipikirkannya, ada hubungannya dengan mimpiku tadi?"
"Eh, kenapa kak Cempaka tidak tidur saja" Hari masih
larut malam." "Ah, Hmm Tuanku sendiri bagaimana" Mengapa belum
juga tidur?" "Aku telah tidur, dan baru saja terbangun."
217 23. PETAKA ASMARA DEWA "Ehm" Kak, ada yang ingin aku bicarakan. Tentang"
hubungan kita." "Hubungan kita?""
"Ya, Aku ingin kita segera menikah. Melangsungkan
perkawinan dengan upacara besar-besaran. Hm, bagaimana
menurutmu?" "Oh tidak, tidak Tuanku. Hamba rasa tuanku harus
berulang kali mempertimbangkannya. Mempertimbangkan
pantas tidaknya hamba yang rendah ini."
"Ahh, ada apa lagi dengan dirimu Kak" Mengapa tibatiba kau berkata seperti itu" Pikiran siapakah yang telah
merasupi hatimu, hingga kau bisa berkata seperti itu?"
"Ah tidak tuanku. Adat dan abad lah yang menaut saya
berpikiran seperti ini. Mengapa ayahanda tuanku prabu
Ajikonda melarang kita untuk bersatu. Mengapa ayahanda
tuanku yang begitu bijaksana dan tinggi pribudinya mencari
jalan penyelesaian sampai mengawinkan hamba dengan raden
Landayan beberapa waktu yang lalu. Itu semua adalah karena
adat dan abad, tuanku. Tuanku adalah seorang maharaja.
Seorang bangsawan tertinggi di Karang Sedana. Sedangkan,
apalah hamba ini?" "Kau," kau adalah seorang gadis mulia, yang
mempunyai pribudi tinggi yang sulit dicari bandingnya. Seorang
gadis yang?" 218 23. PETAKA ASMARA DEWA "Tidak! Tidak tuanku. Saya adalah seorang janda. Saya
adalah janda dari kakang mas Landayan..." potong Cempaka
dengan suara yang terdengar memilukan.
"Bagiku, tak ada artinya siapapun kau adanya. Janda
ataupun gadis. Dan lagi aku telah mengetahui siapakah engkau
sebenarnya, Kak. Kakang Landayan telah menceritakan
semuanya," bahwa engkau masih tetap suci. Engkau masih
tetap seorang gadis?"
"Ah," iya. Dan bukankah itu berarti aku adalah seorang
wanita yang tidak berbakti" Wanita yang tidak bisa melayani
suami sebagaimana mestinya..."
"Ah, aku tau kenapa itu sampai terjadi. Dan suamimu
pun kakang Landayan juga mengerti semua itu karena cintamu
padaku. Baktimu padanya tidak dapat kau laksanakan itu
adalah karena sesuatu diluar kehendakmu. Karena kekuatan
suci yang menghalangi. Kekuatan suci yang bersemayam di
dalam tubuhmu yang justru merupakan jodoh dengan kekuatan
yang berada di dalam tubuhku."
"Tidak" Tidak tuanku. Tidak. Hamba tidak bisa
menerima kenyataan itu. Kita mempunyai kenyataan lain.
Kenyataan yang tidak lagi dapat dipungkiri kebenarannya. Yaitu
adat dan adab... Tuanku adalah seorang raja dan hamba adalah
seorang budak yang hina dina."
"Ada apakah sebenarnya" Mengapa tiba-tiba Kak
Cempaka berubah sikap padaku. Sikapnya kini begitu dingin
219 23. PETAKA ASMARA DEWA dan membatasi. Oh, dewata agung. Oh, kekuatan suci yang
bersemayam dalam tubuhku, apakah mungkin akan gagal
hubunganku dengan kak Cempaka" Satu-satunya wanita yang
aku cintai di atas mayapada ini. Ah, dewata agung"
lancarkanlah jalan kasihku padanya."
"Oh, dewata agung" engkau tahu betapa aku
mencintainya. Mencintai adik Purbaya, junjunganku yang
sangat ku hormati. Aku mencintainya, tapi aku tidak mungkin
untuk dapat hidup selamanya berdampingan dengan beliau.
Tidak mungkin. Ah, derajat dan jarak kami yang bagaikan bumi
dan langit telah membatasi kami. Oh, tidak" Tidak" Maafkan
aku adik Purbaya. Aku sangat mencintaimu, sangat... Tapi aku
tidak bisa hidup berdampingan denganmu selamanya, tidak
bisa terikat jadi suami istri. Oh, tidak sedikit orang yang
menggunjingkan kita. Oh, tidak. Tidak, adik Purbaya..."
kegundahan Cempaka membawa dirinya menerawang kembali
pada kejadian di istana Karang Sedana yang membuatnya
bersikap seperti itu. Kejadian yang mempermalukan dirinya.
Bisik-bisik para Dayang yang mentertawakan hubungan
seorang maharaja dengan seorang emban yang tak tahu diri.
*** "Hm, Eh" Loh, apa betul Bi Tilik" Saya mendengar dari
beberapa dayang-dayang lama lainnya, bahwa putri Cempaka
adalah seorang juga dayang seperti kita beberapa tahun yang
lalu?" 220 23. PETAKA ASMARA DEWA "Sudahlah, jangan bicarakan hal itu lagi. Dari siapa kau
mendengarnya" Emban Jangir, pengurus dapur istana ini, iya?"
"Ah, benar bi Tilik. Benarkah cerita itu?"
"Sstt, aku minta, janganlah kau ceritakan hal itu pada
kawan-kawan kita lainnya. Bahaya sekali."
"Ah, tapi benarkah cerita itu" Benarkah cerita dari
emban Jangir itu?" "Ehmm, eh iya iya. Tapi kuminta kau jangan
menceritakan pada siapapun."
"Aah, bagaimana bibi Tilik ini" Mungkin saya ini adalah
seorang terakhir yang tahu. Semua dayang istana ini sudah
mengetahui hal itu."
"Haah"! Semuanya"! Kau katakan semua dayang di
istana ini sudah tau?"
"Iya Bi, hampir semuanya. Justru aku yang terlambat.
Aku baru saja kemarin mengetahuinya. Aku mendekati dan
memaksa mereka untuk menceritakan apa yang sedang mereka
bicarakan secara bisik-bisik itu."
"Apa saja yang kau ketahui tentang tuan puteri
Cempaka?" "Hoh, banyak sekali! Banyak sekali, Bi. Tentang
sesungguhnya dia adalah seorang dayang biasa, dayang
221 23. PETAKA ASMARA DEWA pengasuh junjungan kita. Juga tentang ibunya yang juga
pengasuh keluarga sang prabu secara turun temurun."
"Gillaa! Siapakah yang telah menyebarkan berita itu"
Aku tidak percaya jika itu semua adalah perbuatan Jangir!"
"Hmm, alangkah beruntungnya Cempaka. Nasibnya
tiba-tiba saja berubah. Dari seorang hamba, kini menjadi puteri
agung." "Ishh, kau bilang apa" Cempaka"!
menyebutnya dengan panggilan tuan puteri?"
Kau tidak "Jika dia bukan seorang bangsawan berdarah biru,
untuk apa kita semua menghormatinya" Bukankah dia tidak


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbeda dengan kita-kita ini?"
"Ssstt" stttt" Baginda telah mengangkatnya menjadi
bangsawan di keraton Karang Sedana ini. Heeh, aneh. Hanya
tinggal dua dayang yang mengetahui hal tersebut. Hmm
bagaimana mungkin Jangir menceritakan hal itu pada temantemannya" Bukankah dia juga sudah mengerti bahwa hal itu
tabu untuk diceritakan?"
"Kenapa tabu" Heem, jika memang dasarnya Cempaka
adalah seorang hamba, ya tetap saja hamba. Aku tidak akan
mematuhinya, apapun perintahnya!"
"Pakis! Aku yang membawamu masuk ke dalam istana
ini. Kau adalah anak dari adikku. Berarti kau adalah
kemenakanku. Dengarlah, tutup mulutmu. Jangan bersikap gila
222 23. PETAKA ASMARA DEWA seperti itu. Tuan puteri Cempaka adalah junjungan kita. Seluruh
masa lalunya telah dihapuskan oleh junjunganku prabu Aji
Konda. Dia saat ini adalah puteri agung yang harus kau junjung
tinggi perintahnya. Tinggalkan aku! Jangan ganggu pekerjaan
ku." "Eh, eh. Baik Bi?"
"Aneh sekali. Kenapa tiba-tiba saja berkembang cerita
itu" Oh, Dewata" tentu akan murkalah sang prabu Purbaya
mendengar perihal tuan puteri Cempaka menjadi bahan
pembicaraan seperti itu."
*** "Oh, bagaimana mungkin aku dapat bersikap dengan
baik. Bersikap sebagaimana biasa. Sikap seorang puteri.
Sementara aku tahu bahwa mereka menyadari asal-usulku.
Mereka nampak tidak bisa menerima keberadaanku di sini.
Perubahan tingkatanku itu. Agaknya adat kebiasaan dan juga
adab melarangku untuk bisa bersanding. Beberapa dayang
telah kudengar suaranya secara sembunyi-sembunyi betapa
sinisnya sikap mereka padaku. Tapi" mereka benar, tidaklah
pantas mereka menjunjung dan menyembah padaku yang
sebenarnya juga adalah seorang hamba. Aku" Aku tidak pantas
untuk hidup bersamamu adik Purbaya. Oh, maafkan aku."
Cempaka melamun di pembaringannya. Benaknya terus saja
menimbang-nimbang antara hasrat dirinya, hasrat yang
sebenarnya bersambut pula dari orang yang dikasihinya,
223 23. PETAKA ASMARA DEWA dengan cemoohan yang didengarnya sendiri dari kalangan
dayang istana. Sebenarnyalah Cempaka tidak hendak
mengambil hati atas itu semua. Akan tetapi rasa hormatnya
yang teramat pada bekas asuhannya, membuat dirinya tidak
rela bila junjungannya itu digunjingkan karena memiliki
hubungan yang dianggap tidak layak diantara mereka.
"Oh, sudah lama sekali aku tidak menjenguk keadaan
kakek. Hmm, aku akan melihat keadaannya. Kasihan sekali, dia
selalu mengurus dirinya sendiri. Eh, akan aku bawakan kakek
makanan dari istana ini." sejenak ingatan Cempaka teralihkan
pada kakeknya. Kakek angkatnya, yang juga merupakan
gurunya. Mamang Kuraya. Orang yang sangat berjasa
menggembleng dirinya sehingga dapat menjadi seorang yang
pilih tanding. "Hmm, apakah" aku harus meminta ijin pada adik
Purbaya" Oh jika aku minta ijin, pastilah adik Purbaya juga akan
menyertaiku ke sana. Karena seperti juga halnya aku, dia tidak
pernah menjenguk kakek sejak beberapa waktu yang lalu."
Dengan bergegas, Cempaka menuju dapur istana untuk
mengambil makanan. (2) Pada kisah yang lalu diceritakan, Cempaka merasa
hancur hatinya manakala dia mendengar bisik-bisik
yang semakin ramai membicarakan tentang dirinya,
tentang asal usulnya. Karena itu Cempaka memohon
224 23. PETAKA ASMARA DEWA pada prabu Purbaya yang merupakan satu-satunya
orang yang dicintainya dan juga sangat mencintainya
untuk kembali mempertimbangkan hubungan dengannya. Yang dirasakan Cempaka melanggar adab
dan adat. Dan pada akhir kisah yang lalu, diceritakan
Cempaka yang merasakan rikuh dan serba salah di
dalam istana itu bermaksud untuk menjenguk kakeknya
di pinggiran hutan yang tak jauh dari kota raja. Tetapi
ketika dia tiba di dapur istana"
"Hmm, beberapa dayang sedang bisik-bisik di dapur.
Tentu mereka sedang membicarakan perihal diriku. Oh," Nah
itu mereka bubar ketika tau aku akan masuk ke sana."
"Ehm, bibi Jangir tolong bungkuskan aku nasi dengan
lauknya ya. Untuk satu orang saja."
"Eh, ah dibungkus" Emm, Untuk apa tuanku puteri?"
"Eeh, untuk seorang temanku. Sudahlah, bungkuslah
cepat. Aku harus segera pergi."
"Baiklah tuanku puteri, akan hamba siapkan segera."
"Emm, eh. Ampun tuanku puteri. Untuk apakah nasi itu
tuanku bungkus" Untuk penghuni istanakah atau untuk orang
lain diluar istana?"
"Emm, untuk orang di luar istana. Untuk sahabatku.
Untuk orang yang aku kasihi."
225 23. PETAKA ASMARA DEWA "Ah, siapakah dia itu tuanku" Seorang bangsawankah?"
"Ah" seorang rakyat jelata. Kaum sudra yang sederajat
denganku." Cempaka menyambar bungkusan nasi nya. Dan kemudian
bergegas meninggalkan dapur istana. Sementara dayang muda
itu tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu.
"Koq" koq jadi seperti itu jawabannya?"
"Haah, kau keterlaluan sekali. Agaknya dia sudah
mengerti dan tau dengan bisik-bisik yang kini tengah
berkembang dalam istana ini. Ah, aku khawatir akan
berkembang kejadian pagi ini yang bisa berbahaya bagimu dan
bagi diri kita sendiri."
"Tapi," apa salahku" Apa memang yang sudah aku
lakukan" Aku tidak bersalah apa-apa?"
"Tidak bersalah" Walaupun kau tidak bersalah, tapi jika
dia mengadukan hal ini pada baginda, kau akan mendapat
hukuman yang sangat berat. Bukankah kau tahu betapa
berartinya tuan puteri Cempaka bagi baginda Purbaya."
"Ah, tapi" aku" aku?"
"Heeh, sudahlah! Tinggalkan tempat ini, aku tidak mau
tersangkut dalam urusan yang kau buat-buat ini. Tinggalkan
tempat ini Pakis!" "Eh,.. ah" Baiklah bibi Jangir."
226 23. PETAKA ASMARA DEWA "Uhh, kenapa jadi seperti ini akhirnya" Celaka sekali,
jika sampai ke telinga baginda bisik-bisik yang berkembang di
dalam istana ini." "Eh, Jangir"!"
"Ah, engkau Tilik. Aduuh engkau mengejutkan aku saja.
Ada apa kau tiba-tiba datang ke dapur" Ada yang kau cari?"
"Ya, ada yang aku cari. Eeh, engkau lah yang aku cari,
Jangir" "Ah" Aku" Engkau mencari aku"
membuatku terkejut saja. Ada apakah Tilik?"
Ah, engkau "Ada yang ingin aku bicarakan sehubungan bisik-bisik
yang berkembang di istana ini."
(3) (4) (5) (6) 227 23. PETAKA ASMARA DEWA (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) 228 23. PETAKA ASMARA DEWA (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) 229 230 (29) (30) 24. KISAH DI TANAH NAGA 24. KISAH DI TANAH NAGA MENGUAK KABUT NEGERI SEBERANG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 231 24. KISAH DI TANAH NAGA (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) Pada kisah yang lalu diceritakan, Raden Purbaya dan
Cempaka mendapat tahu bahwa pembunuh puluhan
awak kapal bajak laut Lingkaran Api adalah penghuni
232 24. KISAH DI TANAH NAGA pulau terasing itu bersama-sama dengan ratusan
monyet liar. Melihat sikapnya yang aneh yang menjurus
pada sifat hewan liar, Purbaya dan Cempaka mencoba
melupakan semua perbuatannya.
"Saat itu aku terdampar di pulau ini. Tetapi beberapa
waktu kemudian aku memutuskan untuk kembali ketika
melihat sejumlah orang yang datang ke pulau ini. Tetapi yang
terjadi kemudian adalah diluar dugaanku. Mereka saling bunuh
memperebutkan emas-emas di pulau ini. Dan bahkan mereka
juga ingin membunuhku. Tetapi untunglah, mereka, kera-kera
itu sudah sedemikian baiknya padaku. Mereka menolongku
dari iblis-iblis serakah itu. Sejak saat itulah, aku menyadari
bahwa emas-emas ini justru akan mendatangkan kesulitan
padaku jika berada di tengah-tengah ramainya manusia. Aku
kemudian memutuskan untuk tetap tinggal di sini seumur
hidupku." "Oh, hei"! Apa ini sobat" Tanah disini kenapa jadi
seperti ini?" "Agaknya ini adalah gempa bumi. Berbahaya. Pulau
sekecil ini dapat tenggelam mendapat guncangan seperti ini."
"Sobat sebaiknya tinggalkanlah tempat ini. Ikutlah
dengan kami. Tempat ini berbahaya sekali."
"Tidak" aku tidak akan meninggalkan tempat ini. Aku
yang pertama kali menemukan tempat ini. Tempat ini adalah
milikku. Akulah raja disini, aku kaisar terbesar, kaisar terkaya
233 24. KISAH DI TANAH NAGA yang pernah ada. Hahahahah. Kekayaanku disini jauh lebih
banyak daripada kaisar-kaisar di tanah naga tempat asalku."
"Apakah kau akan mati di tempat ini?"
"Aku telah menghuni pulau ini lebih dari tiga puluh
tahun. Aku dapat mendatangkan gempa, dan juga
meredakannya." "Mau kemanakah engkau, Paman?"
"Celaka! Pukulanmu membuat tubuhku tidak berdaya
seperti ini. Aku" aku harus meredakan gempa ini. Gunung kecil
di perut pulau ini akan meletup dan menenggelamkan pulau ini
jika tidak segera dicegah."
Laki-laki ini dengan seluruh tubuh berbulu dan hanya
mengenakan cawat dari kulit hewan itu berusaha bangkit dan
kemudian merangkak dengan tergesa-gesa. Untuk sesaat
Cempaka dan Purbaya tertegun. Tetapi beberapa saat
kemudian" "Tunggu paman tua, tunggu."
"Ada apa engkau menghalangi jalanku, apakah kau ingin
agar pulau ini hancur" Menyingkirlah cepat!"
"Paman apakah engkau bersungguh-sungguh"
Katakanlah, aku akan menolongmu. Apa yang harus aku
lakukan?" 234

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

24. KISAH DI TANAH NAGA "Bagus, jika begitu pondonglah aku dan bawalah aku ke
dalam gua bawah tanah itu, ayo cepat!"
"Ke dalam gua itu" Dalam keadaan seperti ini?" guman
Purbaya tak percaya. Kembali terdengar suara letusan. Maka
tak lama Purbaya berkata, "Ah, baiklah aku percaya padamu.
Maaf." "Mari Kak!" "Heh"! Kenapa berhenti di sini" Ayo masuklah terus ke
dalam lorong itu. Kita harus segera kedalam gua bawah tanah.
Ayo." "Hm, lorong menuju hulu sungai di dalam gua bawah
tanah itu sudah mulai mengeluarkan asap. Oh, berbahaya sekali
keadaan di dalam sana."
"Bodoh! Turunkan aku disini
menyelesaikannya sendiri. Lepaskan aku."
biar aku yang "Bagaimana kak" Kita masuk saja?"
"Iya, marilah kita masuk. Dan melihat apa yang akan
dilakukannya." "Sebenarnya apa yang akan kau lakukan paman tua?"
"Aku sudah tinggal sama sekali disini. Aku tahu
bagaimana sifat dari gunung kecil yang berada di perut daratan
ini. Ketahuilah, sungai ini mengalir dari perut pulau ini. Dan
lubang yang dibuat mata air itu merupakan penangkal gempa
235 24. KISAH DI TANAH NAGA yang diakibatkan oleh perut bumi yang merupakan gunung api.
Setiap datang gempa hingga berlarut-larut, hingga
mengeluarkan asap dari mata air itu berhasil kuredakan dengan
memperbesar lubang di batu besar itu. Sekarang tugas kita
adalah memperbesar lubang dimana mata air itu keluar."
"Ah, celaka! Tidak mungkin!"
"Kenapa berhenti" Cepatlah! Gua bawah tanah itu
sudah beberapa tombak lagi!"
"Lihat ini paman tua, lihat. Air sungai ini sudah jauh
berkurang. Itu," itu adalah karena lubang itu sudah tertutup
oleh gundukan tanah dan batu yang runtuh dari atap dinding
atas." "Celaka jika begitu! Cepat masuk ke dalam!"
"Celaka benar! Mengapa bisa begini" Lubang dari dalam
perut bumi tertutup gundukan besar batu dan tanah."
"Kita tidak mungkin menghela seluruh batu ini dengan
tenaga sakti. Karena hal itu akan membuatnya semakin parah.
Getaran kekuatan kita akan dapat meruntuhkan bagian lain goa
ini." "Pukulan kita memang dapat membongkar penutup
lubang saluran itu, tetapi getaran dari pukulan kita dapat
meruntuhkan bagian lain dari gua ini. Jika tidak menutup
kembali bagian lubang itu, tentu akan mengubur kita."
236 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ya, tidak ada jalan lain lagi. Sebaiknya kita tinggalkan
saja tempat ini." "Oh, gempa menjadi semakin gawat. Ayolah kita
tinggalkan saja tempat ini paman tua."
"Tidak, kalian saja yang pergi. Aku tidak akan
meninggalkan tempat ini, apapun yang akan terjadi."
"Kita tidak mempunyai pilihan lain adik Purbaya.
Biarkanlah paman tua ini tinggal di dalam gua ini yang sudah
Mustika Ular Emas 2 Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion Api Di Bukit Menoreh 1
^