Pencarian

Balada Padang Pasir 11

Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 11


semuanya seorang diri, kita akan menghadapi semuanya
bersama". Pandangan mata kami saling bertemu, hidungku terasa pedih,
tenggorokanku tercekat, tak kuasa berbicara, aku
mengangsurkan tanganku dan mengenggam tangannya, kelima
jari kami saling bertaut dengan erat. Sejak saat ini, aku tak lagi
seekor angsa yang sebatang kara, di dunia ini tak hanya
bayanganku sendiri yang mengikutiku lagi, aku memiliki dirinya.
-------------------Malam itu api unggun di samping kemah berkelap-kelip, kadangkadang suara tangis atau tawa liar terdengar dari dalam kemah,
dan ada pula suara orang bertengkar dan berkelahi. Aku sangat
terkejut, namun Huo Qubing menganggapnya biasa, dengan
hambar ia menjelaskan, "Setelah bertempur di medan perang,
orang kembali hidup-hidup hanya karena keberuntungan semata,
di pasukanku, asalkan tetap hidup orang itu akan mendapatkan
hadiah besar, mereka baru saja lolos dari pertarungan hidup dan
mati, dan sekembalinya di Chang'an akan menjadi kaya, keadaan
naik dan turun dengan amat cepat, orang yang tak bisa
mengendalikan dirinya sendiri selalu butuh melampiaskan emosi
mereka". Dengan kebingungan aku berkata, "Tapi menurut buku-buku ilmu
perang, untuk mengatur bala tentara disiplin militer selalu harus
dijalankan dengan ketat, kalau para prajurit disiplin, mereka akan
dapat mengalahkan musuh, suasana seperti ini tak sesuai
dengan prinsip-prinsip dalam buku! Aku pernah membaca cerita
tentang Jenderal Zhou Yafu, ia memimpin pasukannya dengan
sangat disiplin, Jenderal Besar Han Xin juga amat disiplin dalam
mengatur tentaranya".
"Ai", ujar Huo Qubing dengan pelan, sambil bertopang dagu ia
tersenyum, melihat senyumnya aku merasa malu sekaligus gusar,
aku memelototinya, lalu segera hendak pergi, namun Huo Qubing
cepat-cepat mengenggam tanganku, sambil tertawa ia berkata,
"Nyonyaku yang baik, jangan marah, biarkan suamimu
menjelaskannya padamu".
Aku mengibaskan tangannya, "Siapa nyonyamu" Kalau kau
menganiaya atau mengolok-olokku, aku tak mau jadi nyonyamu
lagi". Huo Qubing memelukku dengan paksa, sambil tersenyum ia
membungkuk dan hendak mengatakan sesuatu di telingaku,
namun aku melihat Chen Ankang dengan cepat mendekat dari
kejauhan dan segera mendorongnya pergi.
Setelah memberi hormat, Chen Ankang melapor, "Jenderal,
Jenderal Li Guang datang untuk menyampaikan laporan".
Huo Qubing memandang diriku yang sudah mengerutkan dahi,
sambil tersenyum ia berkata, "Akhirnya kau tak bisa bersembunyi
lagi". Aku menghela napas dan berkata, "Urus urusanmu sendiri,
aku ingin berjalan-jalan". Huo Qubing tahu aku hendak
menggunakannya sebagai alasan untuk menghindari bertemu
muka dengan Li Gan, maka ia tak lagi memaksaku dan hanya
kembali menasehatiku, setelah itu, ia berbalik dan pergi bersama
Chen Ankang. Aku menghindari cahaya api unggun yang terang dan berjalanjalan tanpa tujuan di kegelapan, semakin lama berjalan, kemah
semakin padat dan orang semakin ramai, perkataan kasar dan
kotor tak henti-hentinya masuk ke dalam telingaku. Walaupun di
perkemahan sebelumnya ada orang yang mabuk dan memakimaki, namun suasananya jauh lebih anggun dibandingkan tempat
ini, rupanya aku telah masuk ke perkemahan prajurit rendahan.
Di sebuah api unggun, seekor kelinci sedang dipanggang,
belasan pasang mata menatap kelinci itu bagai macan kelaparan,
tiba-tiba, seseorang yang sudah tak dapat menahan diri lagi
mengambilnya, orang-orang lainnya pun langsung
memperebutkannya. Sebelum aku sempat melihat dengan jelas
apa yang terjadi, kelinci itu sudah tercabik-cabik.
Setiap orang segera memasukkan potongan-potongan daging itu
ke dalam mulut mereka, seseorang memaki, "Kalian bocah
ingusan ini, belum matang sudah kalian perebutkan". Seseorang
lain memotong perkataannya, "Kalau ada daging untuk dimakan
tertawalah, untuk apa ribut-ribut begini" Sebulan penuh tak
mencium bau daging, sekarang makan daging mentah pun aku
mau!" Semua orang tertawa terbahak-bahak, sambil menjilati
sebuah tulang, seseorang berkata, "Jadilah anjing petinggi militer!
Kulihat anjing mereka setiap hari makan daging". Semua orang
tertawa keras-keras, "Bah!", orang itu membuang tulangnya,
"Tahan saja. Setelah pulang ke Chang'an kita bisa makan apapun
yang kita mau, keparat! Bapakmu ini ingin pergi ke Luoyu Fang
dan minta nona-nona di sana menyanyi. Bapakmu ini akan purapura jadi bandit besar". Seseorang di sampingnya tertawa dengan
nyaring, "Apa bagusnya Luoyu Fang" Cuma bisa melihat tak bisa
menyentuh, lebih baik langsung ke rumah bordil saja. Di
Tianxiang Fang kita masih berani main-main dengan pura-pura
mabuk, tapi apa kau berani melakukannya di Luoyu Fang"
Kabarnya fangzhu Luoyu Fang sangat ketat melindungi mereka,
kalau sang nona tak bersedia, tak perduli siapapun juga, jangan
mimpi di siang bolong. Entah sudah berapa banyak bangsawan
dan tuan muda yang menaksir nona-nona Luoyu Fang tapi tak
bisa berbuat apa-apa. Mereka terpaksa menggertakkan gigi
dengan geram, di belakang Luoyu Fang ada permaisuri, maka
mereka tak bisa berbuat apa-apa. Kalau baru menukar nyawa
dengan harta, aku tak mau menyetor nyawa gara-gara
perempuan". Semua orang mengangguk-angguk sambil tertawa,
mereka lalu membicarakan bagaimana cantiknya wajah para
pelacur itu, dan bagaimana rasanya menyentuh mereka, aku tak
tahan mendengar omongan mereka dan tak ingin mendengarkan
lagi, diam-diam aku pun berlalu.
Ternyata, tanpa kusadari, Luoyu Fang telah menyinggung banyak
orang, aku menghela napas panjang. Kalau tuan-tuan muda itu
dapat memperoleh apa yang mereka inginkan, dalam dua atau
tiga malam mereka akan melupakannya, namun karena tak bisa
mendapatkannya, mereka terus memikirkannya, bahkan sampai
mendendam. Ketika sedang menunduk sambil berpikir, aku merasa ada
seseorang sedang memperhatikanku, ketika aku mengangkat
kepalaku, aku melihat Li Gan dan Gongsun Ao sedang berjalan
mengikuti Huo Qubing. Dengan penuh rasa heran Li Gan
memperhatikanku dengan seksama, begitu melihat wajahku
dengan jelas, ia segera memandang Huo Qubing dengan terkejut,
Huo Qubing melirikku, bibirnya tersenyum, dengan tak berdaya ia
menggeleng-geleng ke arahku.
Ketika melihat Li Gan berhenti melangkah, Gongsun Ao pun
melihat ke arahku, setelah memperhatikanku dengan seksama, ia
juga mengenaliku, dengan tak percaya ia memandang Huo
Qubing, namun begitu melihat ekspresi wajah Huo Qubing, rasa
tak percayanya segera berubah menjadi rasa terkejut. Aku
melengos, lalu cepat-cepat masuk ke dalam tenda, kejadian yang
pasti akan terjadi ternyata memang tak bisa dihindari.
"Sudah tidur?", dengan meraba-raba, Huo Qubing masuk ke
dalam tenda dan bertanya dengan suara pelan.
"Belum", jawabku. Ia memelukku dari belakang, "Kenapa kau
duduk termenung sendirian di tengah kegelapan?"
Aku terdiam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Jenderal
Gongsun melihatku dan kelihatannya tak senang".
Huo Qubing berkata, "Kali ini ia melakukan kesalahan besar,
menurut hukum militer, ia seharusnya dipenggal, setelah kembali
ke istana, akan ada yang memohonkan ampun untuknya,
walaupun ia tak akan mati, namun ia tak akan dapat menghindari
hukuman diturunkan kedudukannya menjadi rakyat biasa.
Dahulu, kalau bukan karena dirinya, paman sudah mati di tangan
Putri Guantao, maka paman selalu merasa berhutang budi
padanya dan pasti akan mencari cara agar ia dapat berjasa lagi,
dan kembali diangkat menjadi adipati, namun ia tentu merasa tak
senang. Lagipula, apakah ia senang atau tidak, untuk apa
mengurusinya" Yang penting kita sendiri senang".
Aku bersandar di dadanya, lalu menjentikkan jariku dan berkata
seraya tertawa, "Aku cuma sendirian, tapi bagaimana denganmu"
Bibimu permaisuri, salah seorang pamanmu kaisar, sedangkan
seorang paman lain jenderal, ayah angkatmu pun menteri di
istana, kalau ditambah dengan sanak saudara paman-pamanmu
itu, kesepuluh jariku pun tak cukup untuk menghitung mereka".
Huo Qubing memelukku erat-erat, aku berteriak kesakitan,
dengan gusar ia berkata, "Jangan berpikir yang tidak-tidak!
Urusanku adalah urusanku sendiri, kalau orang mengatakan
sesuatu yang kusetujui, aku akan mendengarkannya, tapi kalau
mereka mengatakan sesuatu yang tak kusukai, aku malas
mendengarkannya. Lagipula, kau masih punya kawanan serigala
di Xiyu, aku masih khawatir kalau kau tak senang, kau akan kabur
ke Xiyu, aku mana berani membuatmu tak senang sedikitpun?"
Aku berbalik dan bersandar di bahunya, "Kurasa kau juga tak
terlalu suka pada perebutan kekuasaan di Chang'an, lebih baik
kita kabur saja! Jiangnan, gurun pasir, padang rumput, kita akan
pergi kemanapun sesuka hati kita, bagus sekali, bukan?"
Ia terdiam untuk beberapa lama, lalu berkata dengan perlahan,
"Rupanya Chang'an benar-benar melukaimu, dahulu kau selalu
maju dengan penuh tekad, seakan kau akan selalu dapat
melawan apapun yang ada di depanmu, berani menghadapi
semuanya, namun sekarang kau sepertinya ingin menghindari
semuanya, bahkan pulang ke Chang'an pun kau tak berani".
Aku merasa bersalah dan memaksa diriku tersenyum, "Mungkin
hatiku lelah, aku......"
Ia menutupi mulutku, "Aku tak punya maksud lain, kau pun tak
usah menjelaskannya. Seperti yang kau katakan, aku bukan
orang yang sebatang kara. Nenek luar dan ibuku sama-sama
dilahirkan dalam keluarga yang begitu sederhana sehingga
wanita keluarga Wei kami sulit mendapat jodoh. Ibu, bibi dan
paman sama-sama tak punya ayah, aku pun seorang anak
haram. Kalau bukan karena bibi, jangan-jangan sebagai anak
haram aku akan bekerja sebagai pegawai rendahan di rumah
sang putri, atau mungkin seperti paman ketika masih muda,
karena tak bisa hidup, lari ke rumah ayah kandungnya dan
menjadi tukang kuda, disuruh-suruh oleh tuan dan nyonya rumah
seperti hewan ternak, dan makanannya lebih jelek dari makanan
anjing". Untuk pertama kalinya, Huo Qubing berbicara tentang masa
lalunya, seketika itu juga, keangkuhannya menghilang, hatiku
pedih, aku memeluk pinggangnya erat-erat, namun sambil
tersenyum ia menggeleng-geleng, "Tanpa bibi dan paman,
kalaupun punya kepandaian aku belum tentu mendapat
kesempatan untuk menunjukkannya, dan kalau tak ada paman
dan bibi, walaupun punya cita-cita setinggi langit, aku tak akan
dapat memimpin pasukan ke medan perang pada usia delapan
belas tahun. Mengenai hal-hal ini, Sima Qian dan kawankawannya tak salah bicara. Yu er, walaupun impian masa kecilku
sudah hampir terwujud, namun belum benar-benar menjadi
kenyataan, selain itu, saat ini putra mahkota masih berumur
delapan tahun, masih kecil, kedudukannya pun belum pasti,
walaupun ada paman, namun sekarang keadaan paman sulit.
Sejak kecil aku menerima budi baik dan perlindungan dari
keluargaku, aku tak bisa tak membalas budi mereka, setelah aku
mengerjakan semua yang harus kulakukan aku pasti akan
menemanimu meninggalkan Chang'an. Lagipula watak
kaisar......." Ia menghela napas dengan pelan, "Sebenarnya, sejak
zaman dahulu sampai sekarang, hanya ada satu pejabat negara
yang benar-benar pandai, yaitu Fan Li, ia muncul di saat
negaranya dalam bahaya, merebut kembali tanah air,
mewujudkan cita-citanya sebagai seorang gagah, lalu setelah
berhasil mencapai cita-citanya, hidup dengan bebas merdeka
diantara sungai dan danau, dan menciptakan legenda baru,
hidupnya lebih cemerlang dibandingkan dua kehidupan orang
biasa". Aku berkata, "Aku paham. Setelah bangsa Xiongnu tak bisa
menyerang Han Agung lagi dan impian masa kecilmu menjadi
kenyataan, kita baru dapat bicara tentang masalah lain".
Sambil tersenyum, Huo Qubing menunduk dan mencium pipiku,
"Kau ini bukannya 'kawin dengan ayam ikut ayam, kawin dengan
anjing ikut anjing'?"
Aku tertawa dan mendengus, lalu berkata, "Kalau kau ingin
menyamakan dirimu dengan ayam atau anjing, terserah! Tapi
jangan bawa-bawa aku, aku ingin menjadi si cantik putih saljuku
sendiri". Ia tertawa keras-keras, aku cepat-cepat menutupi mulutnya,
"Kemah Jenderal Li Guang dan Gongsun Ao mungkin berada di
dekat sini". Namun ia masih tertawa dengan acuh tak acuh, aku
memelototinya, lalu berbalik dan mulai mengelar kasur dan
selimut. Sambil tersenyum, Huo Qubing menonton kesibukanku,
"Walaupun aku pernah berkata bahwa kita akan tidur sendirisendiri, namun aku agak rindu padamu, kita tak akan melakukan
hal itu........hanya sedikit intim saja".
Dengan wajah merona merah aku mencibir, "Entah apa yang kau
pikirkan seharian penuh?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, Huo Qubing berjalan ke sisiku,
dengan lembut ia mencium-cium pipiku, sebelah tangannya
menutupi dadaku, sedangkan mulutnya mengumam dengan
pelan, "Makanan, perempuan dan seks.......kalau tak
memikirkannya aku tak normal. Kalau tak takut kau hamil,
sebenarnya aku......" Tubuhku lemas dalam pelukannya, selimut
di setengah kasur telah menjadi berantakan karena kami berdua.
Tiba-tiba ia berhenti, kepalanya terkubur di leherku, tubuhnya
menjadi kaku, hanya terdengar napasnya memburu, setelah
beberapa saat, napasnya yang memburu itu pun perlahan-lahan
menjadi tenang kembali, ia mengangkat kepalanya, lalu
tersenyum dan berkata, "Begitu pulang ke Chang'an kita langsung
menikah, kalau tidak, cepat atau lambat, aku akan jatuh sakit".
Dengan lembut aku mengelus alisnya, hatiku terasa amat pedih.
Seluruh keluarga Wei, mulai dari permaisuri sampai Jenderal Wei,
semuanya anak haram. Ia pun seorang anak haram. Di depan
mereka orang tak berani membicarakannya, namun di belakang
punggung mereka, semua orang tak henti-hentinya
membicarakannya. Walaupun sekarang ia sama sekali tak
memperdulikannya, jangan-jangan saat kecil ia kebingungan
kenapa ayahnya tak menikahi ibunya, kenapa semua orang
punya ayah, namun ia tak punya" Oleh karenanya sekarang ia
tak ingin anaknya sendiri kelak menjadi bahan pembicaraan
orang, tak mau anak itu lahir sebelum kami menikah.
Ia mengenggam jari-jari tanganku, lalu membawanya ke sisi
bibirnya dan menciumnya dengan lembut, lalu dengan cepat
melepaskanku dan menarikku hingga berdiri, setelah mengambil
jarak denganku, ia menatapku tanpa berkedip dan berkata, "Yu
er, kadang-kadang kau amat menawan, melihatmu seperti ini, aku
jadi paham kenapa ada kaisar yang lebih menginginkan
perempuan cantik daripada negaranya".
Aku tak bermaksud menggodanya, namun dari perkataannya
seakan aku sengaja menggodanya, aku mencibir ke arahnya, lalu
segera membereskan selimut dengan muka tanpa ekspresi, tak
lagi menghiraukannya. Untuk beberapa saat, ia memandangku tanpa berkata apa-apa,


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lalu tersenyum dan bertanya, "Kulihat malam ini kau hanya
makan sedikit, dan malam ini juga tidur agak terlambat, tengah
malam nanti kau pasti akan lapar, apakah aku harus menyuruh
dapur memanggang paha domba dan mengantarkannya kemari?"
Aku menghentikan gerakan tanganku dan menggeleng, "Tak
usah, sebenarnya ada suatu hal yang ingin kubicarakan
denganmu, malam ini aku mendengar seorang prajurit berkata
bahwa ia tak cukup makan! Katanya anjing piaraan para petinggi
militer makanannya lebih baik dibandingkan dengan mereka,
bukankah beberapa hari yang lalu kaisar menghadiahkan belasan
kereta berisi makanan padamu" Kalau ransum tak cukup, karena
kita sebentar lagi sudah tiba di Chang'an, dan makanan itu toh tak
akan habis kau makan, bukankah sebaiknya......"
Sambil tertawa Huo Qubing bangkit dan membantuku
membereskan selimut, "Sebelum ini, ketika kita berbicara, kau
berbicara tentang Han Xin, jenderal Kaisar Gaozu, serta Zhou
Yafu, jenderal kaisar Wendi dan Jingdi, dan memuji mereka
karena mereka menerapkan disiplin militer dengan ketat,
semuanya itu benar. Prajurit yang dilatih oleh Han Xin hanya
mengenal Han Xin, tak mengenal kaisar, pasukan Zhou Yafu juga
demikian, mereka tak mau melaksanakan perintah kaisar. Mereka
adalah jenderal ternama di zamannya, akan tetapi, bagaimana
nasib mereka kemudian" Paman memperlakukan prajuritnya
dengan murah hati dan menjalankan disiplin dengan ketat,
reputasinya diantara para prajurit sangat baik, tapi sekarang
perlakuan kaisar terhadapnya......" Ia menghentikan gerakan
tangannya, lalu menggeleng-geleng tanpa berkata apa-apa.
Untuk beberapa saat aku duduk tanpa berkata apa-apa, lalu
menghela napas dan berkata, "Aku mengerti, semua yang
dikatakan Sun Zi benar, akan tetapi ia melewatkan masalah yang
paling penting, ia tak mengajarkan tentang apa yang harus
dilakukan jenderal-jenderal itu untuk melindungi kepala mereka
sendiri setelah mengalahkan musuh dan berjasa besar. Sejak
zaman dahulu, jenderal yang dapat mengalahkan musuh banyak,
namun yang dapat mengundurkan diri dengan aman hanya
beberapa orang saja".
Huo Qubing duduk di sisiku, lalu mengangguk sambil tersenyum,
"Di markas, para prajurit itu tak berani terang-terangan memakiku,
tapi diam-diam mereka pasti memendam rasa tak senang, kaisar
menghadiahiku beberapa kereta berisi makanan, kalau aku
memberikan semuanya pada mereka, aku akan dicintai dan dipuji
oleh para prajurit, tapi untuk apa pujian mereka untukku" Di
kolong langit ini, cinta rakyat jelata hanya milik kaisar seorang,
namun sangat tabu bagi orang-orang yang memegang
kekuasaan militer yang amat besar seperti kami. Kalau aku
bersikap murah hati dengan membagikan hadiah kaisar, kelak
aku akan merugikan diriku sendiri. Mungkin Li Guang berani
membagikan hadiah kaisar pada pasukannya karena sifatnya
murah hati, tapi karena ia hanya pernah menang perang
beberapa kali, dan usianya sudah tua namun belum diangkat
menjadi adipati, kedudukannya paling rendah diantara kami
semua, kaisar tak akan merasa jeri padanya. Coba pikir, kalau
kaisar tahu para prajurit memuji-mujiku, ditambah dengan rasa
jerinya kepada paman sekarang, apakah aku akan masih punya
kesempatan untuk memimpin pasukan lagi?" Ia menghela napas
dengan pelan, "Itulah sebabnya! Oleh karenanya belasan kereta
berisi makanan itu harus dibiarkan membusuk, hanya aku
seorang yang dapat memakannya".
Aku berbalik dan mengambil bantal berhiaskan batu mulia, "Di
sepanjang jalan, permintaanmu aneh-aneh, sebentar menyuruh
para prajurit membuatkan lapangan cuju untukmu, sebentar minta
semua orang menemanimu bersenang-senang berburu, tak
berlebihan kalau kau disebut pemboros, diam-diam aku juga
merasa heran! Akan tetapi mengingat pertempuran-pertempuran
hidup dan mati itu, asalkan kau senang, kalau kau ingin memetik
bintang pun tak apa, namun tak nyana di dalam tindakanmu
terkandung begitu banyak maksud lain. Sekarang baru terpikir
olehku, bahwa saat itu aku terlalu percaya diri dan bertindak
dengan gegabah di Chang"an, ternyata setengah dari
keberhasilanku itu hanya karena nasib baik saja".
Huo Qubing menerima bantal berhiaskan batu mulia itu dan
menatanya, ia bimbang sesaat, lalu memutuskan untuk berbicara
dengan terus terang, "Setelah itu tindak tandukmu cukup hati-hati,
tapi ketika kau baru mulai, kau bertindak dengan semberono.
Keberuntungan terbesarmu adalah bahwa di Chang"an ada
Perusahaan Shi yang melindungimu. Kalau aku tak salah tebak,
Perusahaan Shi tentu telah membantumu menyingkirkan banyak
batu sandungan, kalau tidak, sebelum Li Yan berkuasa, usaha
rumah hiburanmu tak mungkin begitu lancar. Di Chang"an mana
ada usaha yang tak didukung oleh pejabat-pejabat yang
berkuasa" Seorang putri yang saat itu sikapnya belum jelas tak
cukup dapat melindungimu. Setelah itu, karena kau
menyelamatkanku, kalaupun perbuatanmu agak kurang pantas,
dengan memandang mukaku, sang putri pasti tak akan
mempermasalahkannya. Saat itu aku berusaha keras
menceritakan segalanya pada sang putri untuk memberitahunya
bahwa hubunganku denganmu luar biasa, dan juga karena
khawatir kau akan bertindak dengan semberono, terlalu terus
terang dan membuat orang tersinggung, dengan demikian sang
putri akan melindungimu. Kalau tidak kau tak mungkin bisa naik
dengan begitu cepat di tengah berbagai macam kekuatan yang
saling bertubrukan di Chang"an".
Aku sedang membelakangi Huo Qubing untuk mencari bola
wewangian, begitu mendengar perkataannya, mau tak mau
tanganku mengepal erat-erat, namun aku cepat-cepat
membukanya, lalu berbalik dan mengantungkan bola itu sambil
tersenyum, dengan enteng aku berkata, "Ternyata begitu. Saat itu
aku mengira semuanya terjadi semata-mata karena kepintaranku
saja!" Huo Qubing memandangiku tanpa berkata apa-apa, aku merasa
cemas dan dengan sembunyi-sembunyi melihat ke arahnya,
namun ia tiba-tiba menggeleng, lalu berkata sembari tersenyum,
"Tidurlah!" Di tengah kegelapan, aku membuka mataku dan menatap langitlangit kemah dengan diam, asap dari bola wewangian menjadi
pekat. Setelah pulang ke Chang"an, aku pasti akan bertemu
dengannya, apakah ia masih suka duduk di samping pohon
bambu hijau zamrud itu sambil memandang burung merpati
berterbangan" Huo Qubing yang tidur di sisi lain kemah itu bertanya dengan
suara pelan, "Apa kau sudah tidur?" Aku cepat-cepat
memejamkan mataku, di tengah kepanikanku, aku justru tak
menjawab, setelah beberapa lama, aku merasa bahwa reaksiku
aneh, namun ketika hendak menjawab, aku merasa bahwa kalau
menjawab setelah begitu lama, aku akan makin nampak aneh,
maka aku hanya dapat berbaring tanpa berkata apa-apa.
Setelah menghela napas dengan pelan sehingga hampir tak
terdengar, Huo Qubing berbalik, kemah itu pun kembali sunyi
senyap. ?"?"?"?"?"
Aku berdiri di sebuah tempat tinggi di lereng gunung, memandang
ke Chang"an di kejauhan, besok kami akan tiba di Chang"an.
Ilalang di belakangku bergemerisik, aku berpaling dan melihat Li
Gan berjalan dengan cepat menghampiriku, sambil tersenyum ia
menjura ke arahku, aku pun membalas menjura ke arahnya,
dengan agak heran aku bertanya, "Jenderal Huo mengumpulkan
orang untuk bermain cuju, kau tak ikut main?"
Li Gan berjalan ke sisiku dan berdiri di sampingku, ia tersenyum
dan berkata, "Mana bisa tak ikut main" Aku ditendangnya sampai
mukaku penuh tanah, kalau sampai kena tendang lagi, setengah
tahun ini aku hanya akan bisa makan angin, maka aku mencari
alasan untuk kabur. Kata orang, "menang dalam asmara, kalah
dalam bertaruh", bagaimana kakinya bisa begitu beruntung"
Semua orang di regunya akan tersenyum lebar, mereka
memenangkan begitu banyak uang dari kami sampai uang untuk
membeli arak pun kami tak punya".
Aku memandang ke kejauhan tanpa berkata apa-apa, Li Gan
bertanya, "Apa kau merindukan Chang"an?"
Dengan asal aku mengangguk, Li Gan memandang ke arah
Chang"an, lalu berkata dengan perlahan, "Aku malahan tak ingin
pulang, lebih suka seumur hidup berperang di Xiyu". Li Gan
tersenyum, senyumnya seakan pahit sekaligus manis, "Sudah
tahu dengan jelas tak mungkin terjadi, namun di dalam dan di luar
mimpi sosoknya selalu terbayang-bayang. Tak berani
mengatakannya, hanya dapat terus menerus memikirkannya
dalam hati. Dengan berlalunya waktu, setiap perasaannya
semakin jelas. Huruf Li itu bagai sebutir biji yang jatuh ke dalam
hatiku, namun karena tak pernah melihat mentari, tak dapat
tumbuh dan berbunga, ia hanya dapat menyusup ke dalam hatiku
dan menancapkan akarnya. Kadang-kadang aku juga bingung,
apakah benar kata orang, bahwa karena tak bisa
mendapatkannya, aku setiap hari berpikir tentangnya" Dalam
pertempuran kali ini, aku menerobos beberapa puluh ribu orang
Xiongnu, diantara hidup dan mati, ternyata aku dapat
membebaskan diri dari perasaan itu, oleh karenanya?"oleh
karenanya aku malahan suka bertempur, sebelumnya aku
berperang demi kehormatan keluarga dan masa depanku sendiri,
namun kali ini aku menikmati keadaan diantara hidup dan mati
dimana aku melupakan segalanya, dan dapat benar-benar
melupakan dia". Dengan kesal aku bertanya, "Apakah kau benar-benar tak dapat
melupakan seseorang seumur hidupmu" Kalau kau berusaha
keras melupakannya, kau masih tak dapat melupakannya?"
Li Gan mengerutkan dahinya, merenungkan perkataanku,
"Apakah aku telah berusaha melupakannya" Apakah aku
sebenarnya ingin melupakannya" Masih ingin mengingatnya?"
Aku merasa bahwa kami berdua memikirkan dua hal yang
berbeda, dan hanya berbicara dengan simpang siur saja, maka
aku membuang segala pikiran yang berkecamuk dalam benakku,
tersenyum dan bertanya, "Sebelum kau pergi berperang,
Li?".apa yang dikatakannya padamu" Apakah"..ia berbicara
tentang aku atau tidak?"
Mata Li Gan nampak nanar, di sudut-sudut bibirnya nampak
sebuah senyuman samar-samar, "Pada suatu hari saat aku
keluar dari istana, secara kebetulan aku bertemu dengannya,
setelah aku memberi hormat, ia berkata "medan perang
berbahaya, berhati-hatilah selalu". Aku tahu dengan jelas bahwa
ia hanya berbasa-basi setelah mendengar bahwa aku akan pergi
berperang melawan bangsa Xiongnu, namun hatiku amat girang".
Dengan penuh simpati, aku memandangnya, jangan-jangan Li
Yan sengaja mengatur perjumpaan itu, atau memberinya
kesempatan untuk mengatur perjumpaan itu, "Ia tak menyebut
namaku?" Li Gan seakan kembali tersadar, ia menggeleng-geleng, "Tidak
menyebut namamu, kenapa?"
Sambil tersenyum aku berkata, "Tak ada apa-apa". Memang
benar, kesempatan mereka bertemu muka sangat sedikit, saat
kebetulan bertemu, mereka tak perlu membicarakan aku si orang
luar ini. Pengiring Zhao Ponu berlari menghampiri kami, sambil
menghormat ia berkata, "Li Daren, Yang Mulia Gao dan tuan kami
semua sedang mencari anda! Jenderal Huo berkata, "kalau kau
takut kalah, masuklah ke reguku', ia menjamin bahwa ia akan
dapat memenangkan kembali semua uang anda yang hilang".
Li Gan mendengus, lalu berpura-pura memaki, "Dia kubiarkan
memenangkan beberapa ronde, dan dia pikir aku benar-benar
takut padanya, ayo pergi! Dulu permainan cujuku jauh lebih
terkenal dari kepandaian memanahku".
Sambil diam-diam tertawa, prajurit itu berjalan di depan, Li Gan
berpaling dan bertanya sambil tersenyum, "Kau tak ingin melihat
dia bermain cuju" Di Chang"an ia terkenal sebagai pemain cuju
yang anggun dan tangkas, bak bumi dan langit dibandingkan
sikapnya sehari-hari yang dingin".
Aku ragu-ragu sesaat, lalu menggeleng, "Mereka sudah
menunggumu! Pergilah dulu!"
Saat kembali ke kemah, aku melewati lapangan cuju. Walaupun
Huo Qubing telah mengeluarkan perintah bahwa para prajurit tak
boleh meninggalkan barisan untuk menonton, masih banyak
orang yang berkerumun di sekitarnya, dari kejauhan terdengar
suara teriakan dan pertengkaran, mereka melambai-lambaikan
lengan baju dan tinju mereka, sama sekali tak memperdulikan
sopan santun. Aku tersenyum, kalau Sun Zi melihat seorang
jenderal pemimpin pasukan seperti ini, yang membuat markas
bagai rumah judi, mungkin ia akan begitu marah sampai bangkit
dari kuburnya. Pada mulanya aku hendak langsung pergi, namun aku teringat
akan perkataan Li Gan tentang "pemain cuju yang anggun dan
tangkas' itu, aku benar-benar ingin tahu dan tak bisa menahan diri
untuk tak dengan diam-diam menyusup diantara para penonton,
aku mencari tempat yang sepi untuk menonton, sebenarnya
seberapa anggun dan tangkasnya dia"
Ketika aku baru menemukan tempat untuk menonton dan belum
sempat memperhatikan lapangan, seseorang berdiri di sisiku,
"Jenderal Besar Wei memimpin pasukannya dengan amat
berdisiplin, kalau melihat keadaan seperti ini ia entah akan
menyesalkannya atau tidak".
Aku menghela napas, aku sudah berusaha keras
menghindarinya, namun masih bertemu juga dengannya, "Kalau
Jenderal Gongsun merasa tak puas pada Jenderal Huo, anda
dapat langsung memberitahunya, tak ada gunanya
mengatakannya padaku di sini".
Gongsun Ao tersenyum hingga matanya menjadi sipit, "Orang
sering berkata, "istri yang baik menghindarkan keluarga dari
bahaya", walaupun kau hanya seorang perempuan tanpa status di
sisi Huo Qubing, namun seharusnya?"." Ia hendak terus
mengomel, namun, "Wus!", bola cuju melayang ke kepalanya, ia
cepat-cepat melompat menghindar, lalu menendang bola itu
kembali ke lapangan, dan tak sempat mengomel lagi.
Huo Qubing memakai ikat rambut emas dan jubah putih
bersulamkan naga bercakar empat yang sedang berenang dari
benang emas. Sosoknya tinggi dan langsing, sikapnya anggun
dan berwibawa, bagai seorang jenderal langit, membuat orang
yang melihatnya merasa keluar dari dunia yang fana ini, namun
begitu melihat wajahnya, ia pun segera kembali ke dunia yang
fana. Di bibir Huo Qubing tergantung seulas senyum nakal,
dengan ketolol-tololan ia memandang Gongsun Ao, lalu berseru,
"Jenderal Gongsun, tadi aku salah tendang, mohon maaf! Mohon
maaf! Gerakanmu lumayan, ayo ikut turun ke gelanggang".
Gongsun Ao melambai-lambaikan tangannya, namun seorang
usil telah menyeretnya turun ke lapangan.
Huo Qubing berlari ke sisiku, setelah Gongsun Ao berganti


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pakaian, ia berbisik sambil tersenyum, "Di ronde ini aku akan
seregu dengan Li Gan, aku berjanji akan mengalahkan Gongsun
Ao sampai bangkrut, setelah itu ia akan kalang kabut mencari
uang untuk membayar kekalahannya, dan tak punya waktu
menganggu kita lagi".
Li Gan berlari menghampirinya dan bertepuk tangan dengannya,
lalu saling mengadu tinju dengannya. Mereka berdua tersenyum
penuh arti, sinar mata mereka memandang Gongsun Ao bagai
serigala memandang kelinci gemuk. Aku mulai mengerti kenapa
dua orang yang sifatnya sepertinya bertolak belakang itu ternyata
dapat bersahabat, melihat wajah mereka yang saling bersepakat,
sepertinya mereka sudah sering melakukan hal semacam ini.
Li Gan tertawa dan berkata, "Adik ipar yang baik, untung saja kau
datang, kalau tidak, si bocah Qubing ini tak akan tega menyuruh
Jenderal Gongsun turun ke gelanggang".
Wajahku menjadi panas membara, sambil mencibir aku berkata,
"Omong kosong apa itu?"
Li Gan membuka sepasang tangannya, dengan wajah tak
berdosa ia memandang Huo Qubing dan bertanya, "Apa aku
salah bicara?" Sambil tersenyum berseri-seri, Huo Qubing menggeleng, "Tak
salah, perkataanmu sangat benar".
Aku mengibaskan lengan bajuku, hendak berlalu, namun Huo
Qubing cepat-cepat menarikku, aku melihat bahwa pandangan
mata para prajurit di panggung semua tertuju pada kami, maka
aku segera berhenti, menarik kembali lengan bajuku, lalu berkata
dengan wajah tanpa ekspresi, "Pergi tendang bola cujumu sana!
Jangan tarik menarik di sini". Huo Qubing cepat-cepat mundur, Li
Gan menunjuk ke arah Huo Qubing sambil tertawa terbahakbahak, Huo Qubing memandangnya dengan dingin, Li Gan pun
mengangkat kedua tangannya untuk mengaku bersalah, namun
masih tak bisa meahan tawanya, tiba-tiba Huo Qubing
mengangkat kakinya dan menendang ke arah Li Gan, namun Li
Gan sepertinya telah bersiap-siap, ia mengegos menghindar, lalu
segera berlari menjauh, akan tetapi suara tawanya masih
terdengar. Setelah Gongsun Ao berganti pakaian, pertandingan pun dimulai,
Huo Qubing berpaling ke arahku dan tersenyum, lalu dengan
wajah serius, ia berlari ke lapangan.
Karena ini adalah untuk pertama kalinya aku menonton
pertandingan cuju, aku sama sekali tak memahami aturan
mainnya, aku tak bisa membedakan permainan yang baik atau
yang jelek, siapa yang kalah atau menang, aku lebih tak perduli
lagi, aku hanya menatap Huo Qubing tanpa berkedip.
Ia bagai putra sang bayu, gerakannya gesit dan lincah, tak bisa
ditebak, kadang-kadang penuh kekuatan, bagai seekor naga
yang sedang berenang, kadang-kadang menggunakan
kelembutan untuk mengalahkan kekuatan, anggun bagai burung
bangau. Jubahnya yang seputih salju melambai-lambai, gesit dan
lincah bagai kelinci yang sedang berlari, melayang-layang bagai
seorang dewi. Seperti sebilah pedang yang luar biasa, ketika
menikam bagai kilat, ketika ditarik berkilauan bagai samudra, tak
ada yang dapat menangkisnya. Sikapnya santai dan bebas,
pakaian putihnya sama sekali tak berdebu, namun lawannya
sudah berlumuran darah. Di bawah sinar mentari yang keemasan, ia begitu tampan
sehingga hatiku terkesiap. Suara sorak-sorai dari keempat
penjuru menghilang dalam telingaku, duniaku sunyi senyap. Di
tengah kesunyian hanya ada sosoknya yang melayang-layang di
tengah angin. Saat itu, aku tahu bahwa seumur hidupku, aku
selamanya tak akan bisa melupakan apa yang kulihat hari ini,
bahkan kalau seluruh rambutku memutih dan mataku menjadi
buram, aku akan masih akan dapat mengambarkan setiap
gerakannya dengan terperinci.
"Aku tak akan masuk ke kota bersamamu, aku akan masuk
dahulu sendirian". Huo Qubing berpikir sejenak, lalu berkata, "Begitu juga baik, saat
masuk kota keadaan pasti kacau balau, aku ingin masuk ke
istana dan menghadap kaisar dulu. Kau akan pulang ke Luoyu
Fang?" Aku menghela napas dan berkata, "Kalau tak pulang ke Luoyu
Fang, lantas kemana lagi" Hong Gu pasti akan memarahiku
habis-habisan". Huo Qubing tersenyum, seakan menikmati kemalanganku,
"Karena kau bersalah, kau memang sepantasnya dimarahi, tapi
kalau kau ingin telingamu tetap tenang selama beberapa hari lagi,
tak ada jeleknya kalau kau langsung pergi ke wismaku, Paman
Chen akan mengurusmu dengan baik, kelak rumahku akan
menjadi rumahmu, masa di Chang'an ini kau hanya bisa pergi ke
Luoyu Fang?" Aku menggeleng-geleng, "Sekarang saatnya aku harus
menghadapi semuanya, aku tak bisa bersembunyi, kalau Hong
Gu tahu aku pulang ke Chang'an tapi tak menemuinya, dosaku
akan bertambah berat".
Huo Qubing tersenyum dan mengangguk, "Akhirnya Jin Yu yang
pemberani pun kembali terlihat".
Setelah setengah tahun berlalu, Chang'an seakan tak berubah
sedikitpun. Para pejalan kaki berduyun-duyun masuk lewat
gerbang kota dan berjalan di jalan yang menuju ke istana. Mereka
ingin melihat Huo Qubing yang namanya menggetarkan bangsa
Xiongnu dan berhasil menawan pangeran-pangeran mereka. Aku
berjalan melawan arus, tubuhku bermandikan keringat, setelah
menghabiskan waktu tiga kali lipat dari biasanya, aku pun tiba di
Luoyu Fang. Pintu samping setengah terbuka, para penjaga pintu sedang
berteduh di bawah bayangan. Mereka mengobrol di tepi danau
ditemani sepoci teh dingin, santai sekali. Ketika aku hendak
masuk, mereka berdua segera bangkit, lalu sambil tersenyum
berkata, "Gongzi, kalau anda ingin melihat sendratari, mohon
masuk dari pintu depan, di sini hanya ada ibu-ibu pengasuh nonanona itu, ini pintu masuk karyawan kami".
Sambil tersenyum aku menelengkan kepalaku, "Masa diriku pun
kalian tak kenali?" Mereka berdua memperhatikanku dengan
seksama, lalu berulangkali memberi hormat, "Kami dengar dari
nona-nona di dalam bahwa fangzhu pergi untuk mengurus usaha,
kami tak menyangka anda adalah fangzhu".
Di taman pohon-pohon liu nampak rimbun, air danau jernih, angin
sepoi-sepoi bertiup, tiba-tiba aku merasa sejuk. Xinyan sedang
menyapu halaman, setelah aku berdiri di sisinya untuk beberapa
saat, ia baru tersadar dan mengangkat kepalanya, untuk sesaat
ia tertegun, lalu tiba-tiba menjerit, aku melompat karena kaget
mendengarnya dan cepat-cepat menutupi telingaku, setelah ia
selesai menjerit, aku berkata sembari tersenyum, "Tak usah
menyapu dulu, tolong ambilkan air untukku, aku mau mandi dulu,
cuaca hari ini panas". Xinyan mengangguk-angguk dengan
terpana. Sebelum air Xinyan datang, Hong Gu sudah memburu masuk ke
taman, sebuah tangannya menempel di pinggangnya, sedangkan
tangannya yang lain menunjuk ke hidungku, ia mengoyanggoyangkan jarinya di depan hidungku sambil memarahiku, "Kau
orang yang tak punya hati nurani, kau pantas diiris seribu
pisau......" Xinyan membawakan semangkuk sup kacang hijau
dingin untukku, kami sama-sama tak berani berbicara, hanya
saling memandang saja, aku mengedipkan mataku kepadanya
untuk mengucapkan terima kasih atas perhatiannya padaku.
Sambil mendengarkan omelan Hong Gu, aku makan sup kacang
hijau. ".......kenapa kau bisa begitu kejam, meninggalkan kami
wanita-wanita lemah dan tua di rumah hiburan ini tanpa berkata
apa-apa, tak memperdulikan apakah kami hidup atau mati, sama
sekali tak memperdulikan persahabatan kita di masa
lalu......selama ini, setiap malam aku berharap, setiap hari
memikirkanmu......" Aku sudah menghabiskan supku, namun Hong Gu masih
mengomel saja, aku mendengarkannya untuk beberapa saat, lalu
tak bisa menahan diri lagi, aku pun tertawa, namun mata Hong
Gu memerah, "Kau masih bisa tertawa?"
Aku cepat-cepat menjura berkali-kali, "Aku hanya merasa bahwa
kau memakiku seperti memaki seorang pacar yang tak setia".
Hong Gu berpikir sejenak, lalu merasa bahwa aku benar, mau tak
mau ia tertawa, namun sebelum tawanya selesai, air matanya
telah meleleh. Aku segera bangkit dan berkata dengan wajah
bersungguh-sungguh, "Hong Gu, kali ini akulah yang bersalah".
Hong Gu segera menyeka air matanya dengan sehelai sapu
tangan, setelah terdiam untuk beberapa saat, ia berkata, "Xiao
Yu, aku tak menyalahkanmu karena kau pergi, di dunia ini tak ada
pesta yang tak berakhir, di rumah hiburan ini nona-nona datang
dan pergi, kau pun akhirnya pergi. Aku pun selalu berharap kau
dapat menikah dan punya anak, dan dapat hidup dengan tenang.
Tapi kau seharusnya tak boleh pergi tanpa berkata apa-apa
dengan hanya meninggalkan sepucuk surat, bertemu muka pun
tidak. Kau adalah seseorang yang bebas sikapnya, namun aku
tak sepertimu". Aku melangkah ke depan dan mengenggam tangannya, "Aku
hanya berbuat sesuka hatiku saja tanpa mempertimbangkan
perasaanmu, setelah ini aku tak akan melakukannya lagi.
Maafkan aku sekali ini karena aku masih muda dan tak mengerti
apa-apa". Hong Gu memandangku untuk beberapa saat, akhirnya senyum
muncul di matanya, sambil melirikku, ia bertanya, "Kabarnya
Jenderal Besar Huo hari ini masuk kota, kenapa kau bisa
kebetulan ikut pulang bersamanya?" Aku bagai seorang gadis
yang isi hatinya diketahui oleh seorang tetua, aku jengah
sekaligus girang, menunduk tanpa berkata apa-apa.
Hong Gu memperhatikan wajahku, lalu menjadi paham, ia
mengenggam tanganku dan bertanya dengan girang, "Kau dan
Jenderal Huo......kau dan dia......benarkah?" Aku tersenyum dan
menarik tanganku, lalu mencari baju ganti, masih diam seribu
bahasa. Hong Gu bertepuk tangan sambil tersenyum, "Bagus!
Bagus! Akhirnya hatiku lega. Bagus kau pergi! Bagus kau kabur!
Kali ini meninggalkan rumah benar-benar baik untukmu".
Aku mandi di balik sketsel, di luar sketsel, Hong Gu terus
mengoceh, "......Xiao Yu, berkat kau melarikan diri, aku jadi bisa
melihat majikan Perusahaan Shi, tak nyana, ia ternyata anggun
bagai pohon kumala, sikap dan caranya berbicara amat lemah
lembut, begitu sopan pada orang rendahan sepertiku......"
"Bruk!", gayung air di tanganku terjatuh ke lantai, Hong Gu cepatcepat bertanya, "Ada apa?"
Dengan perlahan aku memungut gayung itu, lalu menciduk air
dingin dan mencuci mukaku dengannya, "Tak ada apa-apa.
Karena tak hati-hati aku menjatuhkan gayung. Untuk apa majikan
Perusahaan Shi mencarimu?"
Hong Gu mendengus dan berkata, "Tentang kau juga, ia
menyuruhku menceritakan segala sesuatu yang terjadi sebelum
kau pergi secara terperinci. Sesuai dengan perintahmu, surat
pertama yang kau tinggalkan sudah kubakar, oleh karenanya aku
tak berani memberitahunya tentang surat itu, tapi waktu itu aku
sangat marah, aku tak perduli siapa dia, asalkan ia dapat
membawamu pulang agar bisa kumarahi, oleh karenanya aku
sengaja memberitahunya bahwa kau meninggalkan sepucuk
surat untuk Jenderal Huo, dan bahwa surat itu sudah kukirim ke
Wisma Huo". Ia masih perlu bertanya pada orang lain tentang bagaimana aku
meninggalkan Chang'an" Karena ia jelas tak punya perasaan,
kenapa ia selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang seakan
menunjukkan bahwa ia punya perasaan" Aku kembali menciduk
air dingin dan menguyurkannya ke sekujur tubuhku, seakan
hendak mencuci bersih begitu banyak masalah, "Hong Gu,
beritahu semua orang yang sudah bertemu denganku agar tak
memberitahu siapapun bahwa aku sudah pulang".
Dengan cepat Hong Gu mengiyakan, "Baik! Beristirahatlah baikbaik beberapa hari ini. Tapi setelah selesai beristirahat, sebaiknya
kau menemui Nyonya Li untuk berterima kasih, ketika kau pergi,
walaupun ia tak muncul secara pribadi, ia sengaja meminta Li
Shifu bermain musik di sini, berkat tindakannya itu aku berhasil
menghindari banyak masalah. Ternyata Nyonya Li adalah orang
yang setia, kebanyakan orang berusaha untuk melupakan masa
lalu yang kurang gemilang, namun ia selalu ingat persahabatan
lama diantara kita, ia tahu dengan jelas bahwa kau telah pergi,
namun ia masih mengurusku".
Aku tertegun, setelah ini.......setelah ini apa yang harus
kulakukan" Karena aku tahu tentang kepedihan masa lalumu dan
penderitaanmu, aku tak ingin melukaimu, namun pada akhirnya,
bukankah aku harus memilih siapa kawan atau lawan"
Aku dan Hong Gu mengobrol tentang berbagai hal, waktu berlalu
dengan cepat, tanpa terasa, hari sudah malam, setelah
menemaniku makan malam dan menyuruhku beristirahat, Hong
Gu segera pergi untuk membereskan pekerjaan yang belum
sempat diselesaikannya siang tadi.
Mungkin karena telah siang malam tinggal bersama Huo Qubing
untuk beberapa lama, lalu tiba-tiba sendirian di rumah, aku
merasa agak kesepian, berbagai pikiran muncul dalam benakku,
karena aku toh tak bisa tidur, diam-diam aku keluar dan pergi ke
Wisma Huo. Begitu aku melompati tembok, beberapa ekor anjing hitam segera
memburu ke arahku dan mengepungku, namun setelah mencium
bauku, mereka merasa sudah kenal denganku dan berpencar.
Dibandingkan dengan jalanan kota Chang'an yang ramai, Wisma
Huo sangat tenang. Kamar Huo Qubing gelap gulita, rupanya ia
masih berada di istana. Dengan hati-hati aku mendorong pintu dan masuk, kamar itu
nampaknya baru saja disapu, asap masih mengepul dari tempat
dupa, anggur dalam mangkuk kumala putih masih berembun. Aku
membuka jendela, angin malam menerpa wajahku, hawa jauh
lebih sejuk dibandingkan dengan siang hari. Setelah menata
bantal, aku berbaring di dipan di depan jendela, sambil makan
anggur, aku memandang sang rembulan di angkasa.
Sampai bulan tergantung di tengah langit, Huo Qubing belum
pulang juga, aku merasa heran, seharusnya ia tak mungkin masih
berada di istana sampai sekarang, apakah ia diundang makan
atau minum arak oleh orang lain" Tapi dengan wataknya yang
seperti itu, siapa yang dapat mengundangnya"
Aku tak kuasa menahan rasa lelahku dan jatuh tertidur. Ketika
sedang tidur nyenyak, tiba-tiba aku mendengar suara orang dan
segera menyembunyikan diri. Gadis pelayan yang ikut masuk ke
kamar bersama Huo Qubing melihat bahwa lentera belum
dinyalakan, ia langsung berlutut minta ampun, lalu berkali-kali
bersujud. Melihat anggur yang tinggal separuh dan dipan yang
berantakan, senyum muncul di wajah Huo Qubing, namun
suaranya masih dingin, "Semua pergi!"
Setelah semua orang pergi, ia berbaring dengan miring di dipan,
lalu tertawa dan berkata, "Semua orang sudah pergi, kau bisa
keluar". Aku melangkah keluar dari balik sketsel, sambil
tersenyum, ia melambaikan tangannya, menyuruhku duduk di
sisinya, aku bertanya, "Kenapa malam sekali?"
Ia hanya memandangiku tanpa berkata apa-apa, sinar matanya


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penuh tawa, mula-mula, aku masih dapat menatapnya, namun
perlahan-lahan tak sanggup melakukannya lagi, hatiku berdegup
makin kencang, aku cepat-cepat berpaling dan melihat keluar
jendela. Tiba-tiba ia menarikku, aku tak sempat berjaga-jaga dan terjatuh
dalam pelukannya, "Apa yang kau lakukan?" Aku menyangga
tubuhku, hendak bangkit, namun ia memelukku erat-erat,
"Berbaringlah dengan manis, aku akan bercerita tentang suatu
hal padamu. Saat berada di istana, karena memikirkanmu, aku
tak berani banyak minum arak. Setelah keluar istana, aku tak
pulang ke rumah, aku pergi ke Luoyu Fang dan mengelilinginya,
ketika melihat lentera di kamarmu tak dinyalakan, dan kau tak
ada, aku merasa.......agak tak senang. Setelah itu aku pergi ke
sebuah tempat dan lama duduk di sana, memikirkan berbagai hal
yang tidak-tidak, maka aku pulang sangat malam, tapi ternyata
aku sendiri yang terlalu curiga". Dengan lembut ia membelai
rambutku, suaranya amat pelan, "Aku terlalu angkuh, aku merasa
bahwa di dunia ini hampir tak ada masalah yang tak dapat
kutangani, dan selalu tak pernah mau mengakui kecemasan
dalam hatiku. Masalah ini sebenarnya dapat tak usah
kuberitahukan padamu, namun aku merasa bersalah.
Seharusnya aku tak terlalu banyak berpikir, maka aku tak ingin
menyembunyikannya darimu".
Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatiku, ia berkata bahwa
Chang'an telah melukaiku, tapi apakah ia sendiri pun tak terluka"
Ia tak mengatakan apa yang dipikirkannya, namun apakah aku
dapat dengan tenang menerima permintaan maafnya"
Aku mencium-cium bahunya, lalu memukul tangannya hingga ia
melepaskanku, dengan tersenyum namun seakan tak tersenyum,
aku pun bertanya, "Wangi bedak dan gincu begitu menyengat,
entah buatan siapa" Karena kau begitu menyukainya, aku akan
memakai merek ini". Huo Qubing segera duduk dengan tegak, lalu cepat-cepat
berkata, "Waktu itu, penari di istana terlalu dekat denganku ketika
menuang arak". Sambil tersenyum lebar, aku berkata, "Benarkah" Kau bukannya
berkata bahwa kau pergi ke suatu tempat dan lama duduk di
sana?" Huo Qubing menyentil dahiku, lalu bertanya sambil tertawa, "Kau
sedang cemburu, ya?"
Aku memelototinya, lalu melengos, ia menarikku ke dalam
pelukannya dengan paksa, namun aku berusaha sekuat tenaga
mendorongnya pergi, "Kalau cemburu memangnya kenapa"
Kalau di tubuhmu ada wangi bedak orang lain, jangan muncul di
hadapanku". Ia segera melepaskanku, sinar matanya penuh tawa, "Masa
bodoh, yang penting aku suka".
Aku mendengus, "Kau ini sakit!"
Ia menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya,
wajahnya nampak amat puas diri, "Kalau ini penyakit, aku ingin
sakit setiap hari". Kalau bertanding adu tebal muka dengannya, aku tak akan
menang, lebih baik aku mengacuhkannya saja, ia tersenyum
berseri-seri dan berkata, "Hari ini sudah terlalu malam, besok pagi
aku akan mengajakmu ke suatu tempat".
Aku bangkit, hendak pergi, "Kalau begitu aku pulang dulu, besok
panggil aku". Ia cepat-cepat memegang tanganku, "Tak sampai
dua shichen lagi, hari sudah akan terang, untuk apa repot-repot
pulang" Tidurlah di sini, aku akan memberimu tempat di dipan".
Aku berpikir sejenak, lalu mengangguk.
Aku selalu merasa bahwa tenagaku kuat, dan hanya perlu sedikit
tidur, tapi kalau dibandingkan dengan Huo Qubing, kekuatanku
tak ada artinya. Ketika hari masih gelap, ia sudah mengoyang
diriku untuk membangunkanku, aku merasa agak malas dan tak
ingin bangun, dengan mengumam aku memohon, "Kalau melihat
sesuatu nanti saja setelah matahari terbit, aku capek sekali,
biarkan aku tidur sebentar lagi". Di sampingku, ia berulangkali
memanggilku, tapi aku terus menyusup ke balik selimut dan
menutupi kepalaku dengannya, dengan bandel aku
mencengkeram selimut erat-erat dan hendak tidur, tak
menghiraukan segala suara. Untuk beberapa saat ia duduk tanpa
berkata apa-apa, lalu mendadak menarik pintu hingga terbuka,
"Pelayan! Bawa masuk air cuci muka!"
Aku cepat-cepat duduk, sambil menyeringai nakal ia berkata,
"Kau tak takut padaku, tapi takut pada gadis pelayan di rumahku".
Melihatku memelototinya dengan gusar, ia cepat-cepat tersenyum
dan menutup pintu, "Kau bisa tidur kapan saja, tapi matahari
hanya terbit sekali dalam sehari".
Seluruh lereng gunung itu dipenuhi Yuanyang Teng, di tengah
sinar mentari pagi yang cemerlang, tercium keharuman yang
samar-samar. Mengalir di lereng gunung bagai jasper, warna
emas dan perak yang sulit dibedakan menari-nari di tengah kabut
pegunungan. Di pagi yang sunyi senyap ini, semuanya seindah
mimpi, seakan begitu disentuh akan hancur berkeping-keping.
Saat sang mentari berada di puncak gunung, kabut menghilang
dan warna-warna pun menjadi terang, kepingan-kepingan emas
mengalir, sinar perak menari-nari dengan ringan, seluruh gunung
seakan bertaburkan emas dan perak, indah memukau.
"Tak sia-sia bangun pagi untuk melihatnya, bukan?" Sambil
tersenyum Huo Qubing berkata, sambil terpana aku memandang
semua di hadapanku. Huo Qubing mengandeng tanganku, lalu
berjalan dengan perlahan di bawah sulur-sulur itu, dengan puas
diri ia berkata, "Aku tahu bahwa begitu melihatnya kau akan
tercengang, kemarin malam ketika melihatnya sendirian aku
merasa terkejut, ketika mulai menanamnya musim gugur tahun
lalu, aku benar-benar tak menyangka bahwa mereka akan
menjadi begitu cantik".
Sejak semula aku sudah sulit mempercayainya, hatiku amat
tersentuh, namun aku tersadar, melihat wajahnya, aku sengaja
berkata, "Apa bagusnya" Dan bukan kau sendiri yang
menanamnya". Namun ia sama sekali tak marah dan masih
dengan puas diri berkata, "Aku sudah tahu kau akan berkata
begitu, maka aku sengaja menyimpan sesuatu untukmu". Ia
menunjuk ke sepetak tanah kecil di sebelah utara dan berkata,
"Yang di sebelah sana kutanam sendiri, lebih dari cukup untuk
menganti kerugianmu".
Yuanyang Teng sedang tertawa riang di bawah sinar mentari,
emas dan perak saling kontras satu sama lain, luar biasa
cemerlang, namun tak bisa dibandingkan dengan senyumnya
saat ini yang hangat berseri-seri dan membuat hatiku sama sekali
tak berbayang-bayang. Sekonyong-konyong, aku menangkupkan sepasang tanganku di
sisi mulutku, lalu berteriak keras-keras ke arah lembah, "Aku
sangat bahagia, sangat bahagia!" Huo Qubing tertegun sesaat,
lalu senyum memenuhi wajahnya, ia pun berteriak ke arah
lembah itu, "Aku juga sangat bahagia!" Perkataan "sangat
bahagia" kami berdua mengema bersama diantara gunung dan
lembah, dengan sayup-sayup berpadu dengan harmonis. Sambil
tertawa ia mengendongku dan berputar-putar di tengah rumpun
bunga, aku pun tak bisa menahan tawa. Tawa kami bergema di
sungai dan melayang-layang di tengah Yuanyang Teng yang
memenuhi seluruh lereng gunung.
Aku sudah berlutut di lantai selama satu shichen, namun Li Yan
masih diam seribu bahasa. Aku berpikir bahwa kalau kami berdua
sama-sama berkeras hati seperti ini, tak ada gunanya, maka aku
bersujud dan berkata, "Niang niang, hamba tak tahu hamba
dipanggil karena masalah apa?"
Ekspresi dingin di wajah Li Yan menghilang, tak nyana wajahnya
nampak sedih, "Jin Yu, kenapa bisa seperti ini" Ketika orang
memberitahuku, bagaimanapun juga aku tak berani
mempercayainya. Yang kau sukai bukannya majikan Perusahaan
Shi, Meng Jiu" Tapi kau sekarang malahan bersama Huo
Qubing, apakah kau benar-benar ingin menikah dengannya?"
"Maaf, aku......aku.......", aku hanya bisa berulangkali bersujud,
"Tapi biar bagaimanapun juga, aku tak akan membocorkan
identitasmu. Aku menganggap diriku tak tahu apa-apa tentang
masalah itu". Li Yan tersenyum sinis dan berkata, "Tapi
bagaimana kalau Huo Qubing hendak menghalangi Bo er?"
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya, "Aku tak ingin
memanggilmu niang niang. Li Yan, aku berharap dapat sekali lagi
berbicara padamu sebagai seorang teman. Mohon urungkan
niatmu untuk merebut kedudukan putra mahkota. Kau sudah
begitu banyak menderita, apakah kau tega membiarkan putramu
menderita seumur hidupnya?"
Li Yan menatapku dengan tajam, "Aku hanya ingin bertanya
padamu, kalau pada suatu hari, Huo Qubing hendak mencelakai
kami, apakah kau akan membantunya?"
Dengan tak berdaya aku berkata, "Asalkan kau tak mencelakai
putra mahkota, Huo Qubing tak akan mencelakaimu. Tapi
aku.......aku tak akan membiarkanmu mencelakai Huo Qubing".
Li Yan menelengkan kepalanya dan tertawa pelan, wajah
tersenyumnya cantik jelita, membuat hatiku tergerak, "Jin Yu, kau
boleh pergi. Setelah ini kita akan berjalan di jalan masing-masing,
tapi kau harus mengingat sumpahmu, Langit tak pernah lupa".
Ia punya seseorang yang ingin dilindunginya, aku pun punya
seseorang yang ingin kulindungi, akhirnya kami berdua maju
selangkah. Tanpa berkata apa-apa, aku bersujud padanya, lalu
bangkit dan pergi. Hong Gu menyuruh dapur membuatkan makanan-makanan yang
dahulu kusukai, namun aku sulit menelan makanan-makanan
lezat di atas meja itu, "Hong Gu apakah usaha rumah bordil dan
pegadaian sudah ditutup?"
Hong Gu menjawab, "Kau baru berapa hari pulang" Mana bisa
begitu cepat" Perlu waktu untuk menjualnya, tapi aku sudah
berusaha sebisaku, harganya pun sudah dibicarakan".
Aku mengangguk dan berkata, "Setelah ini, suruh nona-nona di
rumah hiburan kita untuk menahan diri, dalam bertindak mereka
harus hati-hati. Mengenai usaha rumah hiburan, aku sudah
merencanakan untuk menjualnya pada suatu perusahaan yang
dapat diandalkan". Hong Gu meletakkan sumpitnya, "Jin Yu, sebenarnya ada apa"
Aku benar-benar tak paham, sekarang apa yang kau takuti di
Chang'an ini" Apakah Jenderal Besar Huo akan membiarkan
orang menganiayamu" Belum lagi kekuatan Keluarga Wei di
istana, dan Nyonya Li, mana ada orang yang berani menganggu
kita". Aku berkata, "Aku dan Nyonya Li sudah tak akur lagi. Aku hanya
tahu sedikit tentang siasat yang sedang dijalankannya. Walaupun
Qubing melindungiku, tapi kalau ada sedikitpun kesalahan kita
yang diketahui oleh Li Yan, ia dapat menyalakan api dan
mengipasinya, sehingga hal kecil akan menjadi masalah besar.
Kaisar amat sayang pada Li Yan, kalau masalah itu diselidiki,
mungkin aku dapat bersembunyi, tapi kalian.......sekarang Li Yan
bukan Li Yan sebelum masuk istana dahulu, sekarang ia tak
segan mencabut nyawa orang".
Aku mengingat percakapan tentang Luoyu Fang di markas
tentara yang diam-diam kudengar itu, "Hong Gu, Luoyu Fang
kelihatannya sukses, namun sebenarnya kita telah menyinggung
banyak bangsawan dan orang berpengaruh, namun karena
perlindungan sang nyonya di istana belakang, orang-orang itu
terpaksa menahan amarah mereka, kalau Li Yan mulai melawan
kita dan memanfaatkan kemarahan orang-orang ini, janganjangan nona-nona di rumah hiburan kita akan berada dalam
kesulitan, sekarang aku ingin langsung menutup rumah hiburan
kita, akan tetapi nona-nona kita adalah yatim piatu yang tak
punya tempat bersandar, kalau kita tak mengaturnya dengan
baik, bagaimana mereka dapat hidup?"
Hong Gu nampak tertegun, "Kenapa bisa sampai begini?"
Aku menggeleng-geleng, lalu berkata sambil tersenyum pahit,
"Rencana manusia tak bisa mengalahkan rencana Langit,
bagaimanapun juga tak pernah terpikir olehku bahwa akan ada
suatu hari seperti ini".
-------------------Begitu Yinzhixie mendengar kabar bahwa Raja Hunxie dan Raja
Xiutu bermaksud untuk menyerah pada Dinasti Han, ia segera
mengirim utusan untuk mengubah pikiran mereka. Raja Xiutu
mendengarkan nasehat utusan itu dan mengurungkan niatnya
untuk menyerah, ia bertengkar dengan Raja Hunxie sehingga
mereka berdua menjadi bermusuhan. Di tengah kekacauan itu,
Raja Hunxie membunuh Raja Xiutu, sehingga pasukan Raja Xiutu
memberontak. Selain itu, utusan Yinzhixie sengaja menghasut
pasukan Raja Hunxie sehingga mereka berkelahi diantara
mereka sendiri, pasukan Xiongnu yang ingin berdamai dan yang
ingin terus berperang saling berhadapan, pertempuran sengit
dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kabar itu didengar oleh pasukan Han yang masih berada di
perjalanan, Zhao Ponu dan yang lainnya mengusulkan untuk
menunggu di seberang Sungai Kuning sampai mereka saling
membunuh, lalu mengambil kesempatan untuk menumpas
mereka, dengan demikian, mereka akan dapat menghancurkan
kekuatan kedua raja Xiongnu itu tanpa mengorbankan pasukan
Han. Namun Huo Qubing menolak cara yang paling aman itu dan
berkata, "Kaisar selalu memperlakukan orang Hu yang menyerah
dengan murah hati dan memberi mereka hadiah yang melimpah,
dengan menggunakan kelembutan dan kekerasan menaklukkan
berbagai negeri. Kali ini Raja Hunxie hendak menyerah pada
Dinasti Han dengan tulus, kalau kita membiarkannya mati,
setelah ini orang yang hendak menyerah akan ditertawakan
orang". Tanpa menghiraukan nasehat para jenderal lain, ia
berkeras membawa sepuluh ribu pasukan menyeberangi Sungai
Kuning, lalu masuk ke markas Xiongnu yang dijaga banyak
orang. Dengan sepuluh ribu prajurit pemberani itu, Huo Qubing
mengamuk diantara empat puluh ribu prajurit di markas Xiongnu.
Sekali lagi, ia menang melawan musuh yang jauh lebih banyak,
dan sekali lagi meraih kemenangan yang sepertinya tak mungkin
diraih, dalam hati bangsa Xiongnu, Huo Qubing berubah menjadi
seorang dewa perang yang tak terkalahkan. Banyak sekali orang
Xiongnu amat takut padanya, sehingga begitu mendengar nama
'Huo Qubing', mereka langsung lari tunggang langgang.
Setelah menyelamatkan Raja Hunxie, dengan tangan besi, Huo
Qubing minta Raja Hunxie agar menghukum mati delapan ribu
prajurit Xiongnu yang ingin terus berperang, darah segar
tertumpah, kepala menggelinding, ditambah dengan perintah
Raja Hunxie, akhirnya seluruh pasukan Xiongnu pun meletakkan
senjata mereka. Huo Qubing mengirim pasukan untuk mengawal Raja Hunxie dan
membawa keluarga Raja Xiutu ke Chang'an. Akan tetapi ia
sendiri tetap menunggu perintah Liu Che, setelah selesai
mengatur empat puluh ribu prajurit Xiongnu yang menyerah, ia
baru kembali ke Chang'an.
Liu Che memberi hadiah pada Raja Hunxie dan para


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panglimanya dengan murah hati, membiarkan mereka menikmati
segala yang terbaik di Chang'an. Ia menempatkan prajurit
Xiongnu yang menyerah di Longxi dan empat prefektur lain untuk
menjaga perbatasan, serta membangun tembok pertahanan dari
Qilian Shan sampai Yanzhi. Di bekas garnisun pasukan Raja
Hunxie dan Xiutu, ia mendirikan prefektur Wuwei dan Zhangye,
bersama Jiuquan dan Dunhuang, mereka menjadi salah satu dari
empat prefektur di Xiyu. Sekarang seluruh kekuatan Xiongnu di
sekitar Sungai Kuning dan Gurun Gobi selatan telah musnah,
dengan demikian ia telah selangkah lebih maju dalam
mengucilkan Xiongnu dan sekaligus membuka jalan ke negaranegara Xiyu.
Kali ini, Liu Che sangat menghargai jasa Huo Qubing, ketika Huo
Qubing pulang ke Chang'an, Liu Che menyambutnya secara
pribadi dan menghadiahkan seribu tujuh ratus keluarga di Kota
Shi kepadanya. Secara keseluruhan, Huo Qubing berkuasa atas
sebelas ribu enam ratus keluarga, melebihi Jenderal Besar Wei
Qing, ia pun menjadi orang yang paling terhormat di istana.
Musim gugur telah tiba, namun hawa panas tak berkurang,
dengan lesu aku berbaring di dipan, aku memejamkan mataku
sambil sesekali mengipasi diriku dengan sebuah kipas bulat
berhiaskan gambar wanita cantik.
Seseorang duduk di sisiku, namun aku tetap memejamkan
mataku, tak memperdulikannya, ia membungkuk, hendak
menciumku, namun kipasku menghalanginya sehingga ia
malahan mencium wanita cantik di kipasku itu, dengan setengah
kesal setengah tak berdaya, orang itu memandangku. Aku
berbalik dan bertanya sambil mempermainkan kipas itu, "Apakah
ia lebih cantik dariku?"
Sambil tersenyum, Huo Qubing berkata, "Aku tak tahu ia cantik
atau tidak, tapi ia benar-benar lebih tahu diri dibandingkan dirimu.
Sudah berhari-hari tak bertemu tapi memeluk saja tak bisa". Aku
mendengus, lalu menutupi wajahku dengan kipas, tak
menghiraukannya. Ia bertanya di telingaku, "Ada apa" Kenapa kau lesu begini?" Aku
menghela napas dengan pelan dan berkata, "Aku sedang purapura jadi ibu rumah tangga yang bosan dan kesal, masa kau tak
tahu?" "Jangan tidur-tiduran di dipan, semakin lama berbaring kau akan
semakin malas, temani aku berjalan-jalan". Sambil tersenyum, ia
merampas kipas itu dan membuangnya, lalu menarikku hingga
bangkit, "Kepandaianmu berbohong semakin lama semakin
tinggi. Begitu kembali ke Chang'an aku mendengar dari Paman
Chen bahwa Luoyu Fang sepertinya sedang dengan cepat
menjual usaha-usahanya, aku tak tahu apa yang kau pikirkan,
tapi sepertinya kau menimpakan segala kesalahan ke kepalaku".
Sejak kembali ke Chang'an, karena hatiku cemas, kecuali ketika
diundang Li Yan ke istana, aku terus tinggal di rumah, saat ini aku
juga tak terlalu ingin berjalan-jalan, namun melihat wajah Huo
Qubing yang bersemangat, aku tak ingin mengecewakannya,
maka aku pun menyemangati diriku sendiri dan pergi
menemaninya berjalan-jalan.
Kami berdua duduk di ruangan pribadi di Yipin Ju yang
menghadap ke jendela, dengan ditemani sepoci teh hijau dan
beberapa piring makanan kecil, kami mengobrol dengan suara
pelan, sambil tersenyum ia bercerita kenapa Kota Jiuquan
dinamai Jiuquan. Kaisar menghadiahkan seguci arak, namun karena saat itu
banyak orang, tak cukup untuk dibagikan, maka ia menuang arak
itu ke mata air sehingga semua orang sama-sama dapat
meminumnya, oleh karenanya mata air itu dinamai Jiuquan, dan
nama Han itu pun menggantikan nama Xiongnu mata air itu.
Sambil tersenyum aku bertanya, "Apakah airnya benar-benar
berasa arak?" Huo Qubing menghirup seteguk teh, lalu berkata sambil
menyengir, "Arak yang dihadiahkan kaisar masa arak biasa"
Semua orang mengatakan bahwa mereka dapat merasakan
wangi arak, maka airnya tentu memang berasa arak".
Ia mengangsurkan tangannya untuk membersihkan remah-remah
kue di bibirku, di rumah makan itu ada orang lain, dengan jengah
aku melengos menghindar, lalu membersihkannya dengan jariku
sendiri, ia belum sempat menyentuh wajahku, namun sambil
tersenyum, ia memakai kesempatan itu untuk mengenggam
tanganku, aku berusaha menariknya, namun tak berhasil, maka
aku hanya dapat mencibir ke arah dirinya.
Huo Qubing tertawa pelan, pandangan matanya selembut air,
namun air mukanya tiba-tiba berubah, walaupun masih
tersenyum, senyumnya seakan membeku. Aku mengikuti arah
pandangan matanya, berpaling untuk melihat ke depan, hatiku
bagai diremas keras-keras, terasa pedih, otakku kosong
melompong, tubuhku terpaku di tempat.
Wajah Jiu Ye pucat pasi, pandangan matanya terpaku pada
tanganku dan tangan Huo Qubing yang saling mengenggam, ia
sukar mempercayai pandangan matanya. Hatiku galau, tanpa
sadar, aku hendak menarik tanganku, namun Huo Qubing
mengenggamnya erat-erat, sama sekali tak mengendurkan
pegangannya, bagai borgol besi, seakan menembus dagingku.
Hatiku yang pedih gemetar namun pikiranku terang benderang,
aku membiarkan Huo Qubing mengenggam tanganku, duduk tak
bergeming. Shi Feng memandang Jiu Ye, lalu memandangku, "Yu Jiejie,
kau......kapan kau kembali ke Chang'an" Apakah kau tahu bahwa
Jiu Ye......kata orang kau ada di Chang'an, kami semua tak berani
percaya bahwa kau dan......"
Walaupun suara Jiu Ye pelan, namun ia memotong perkataan Shi
Feng dengan tegas, "Aku senang kau baik-baik saja". Di
wajahnya samar-samar nampas seulas senyum hambar,
melihatnya hatiku penuh kepedihan.
Aku memaksa diriku untuk berbicara, seakan tak ada apa-apa,
"Aku sudah membuatmu khawatir saja".
Sambil tersenyum Huo Qubing berkata, "Bagaimana kalau
Saudara Meng duduk bersama kami, untuk minum teh bersama?"
Jiu Ye hendak menolak, namun Tianchao dengan amat cepat
berkata, "Baik!"
Wajah Shi Feng nampak tak senang, dengan marah ia
menatapku, lalu menatap Huo Qubing untuk menunjukkan
kemarahannya. Wajah Jiu Ye masih pucat pasi, namun sikapnya
sudah kembali seperti biasanya. Sambil tersenyum, ia saling
bersulang dengan Huo Qubing dengan cawan teh, lalu dengan
ramah dan anggun berbicara dengannya mengenai hal-hal yang
tak ada hubungannya, hanya saja, begitu pandangan matanya
melihatku, ia langsung mengalihkannya, sama sekali tak mau
melihatku. Aku terus menunduk tanpa berkata apa-apa, memandang ke tikar
bambu di bawah lututku, selama itu, Huo Qubing terus
mengenggam tanganku. Dadaku dingin bagai es sekaligus panas
bagai bara, aku pun berkata pada Huo Qubing, "Ayo pulang!" Huo
Qubing menatapku, di matanya nampak rasa pedih dan simpati,
ia melepaskan tanganku dan mengangguk dengan perlahan.
"Jin Yu, kebetulan sekali! Aku memang akan menemuimu
beberapa hari lagi". Li Guangli dan beberapa putra keluarga
terpandang Chang'an yang pemalas masuk ke dalam ruangan itu,
setelah memberi salam padaku, ia memandang Huo Qubing,
pemuda-pemuda yang datang bersamanya segera berhenti
bercanda dan berebutan memberi hormat pada Huo Qubing,
namun Li Guangli sama sekali tak menghiraukannya, dan
malahan bersikap angkuh, sambil menjura, ia berkata, "Jenderal
Besar Huo, tak nyana anda juga kebetulan berada di sini". Huo
Qubing memandang ke depan, seakan tak melihatnya dan tak
mendengarnya. Aku tersenyum dan berkata, "Aku sedang akan pulang, kalau ada
apa-apa, cari aku di rumah!"
Sambil masih tersenyum, Li Guangli melirik ke arahku, aku tak
paham maksud senyumannya itu, "Kenapa?" Ia mengigit bibirnya,
agak jengah, "Tak ada apa-apa, beberapa hari lagi kau juga akan
tahu". Dengan dingin Huo Qubing menatap Li Guangli, Li Guangli
gemetar, dengan cemas ia menghindari pandangan matanya,
namun ia segera memberanikan diri dan balas menatap Huo
Qubing, akan tetapi, ternyata Huo Qubing sudah tak memandang
kearahnya lagi, pandangan matanya menatapku, memberi isyarat
untuk pergi. Keberanian Li Guangli sia-sia, wajahnya nampak
murka, namun ketika menatapku, ia nampak puas diri.
Li Guangli adalah seseorang yang tak dapat menyembunyikan
perasaannya, sinar matanya sangat aneh, namun karena Li Yan,
aku tak berani tak menghiraukannya, maka aku berusaha
memancingnya, "Kakak kedua, sikapmu biasanya selalu terus
terang, kenapa hari ini kau malu-malu begini" Caramu berbicara
lebih malu-malu dari seorang gadis yang akan naik tandu
pernikahan". Para pemuda di sampingnya hendak tertawa, tapi cepat-cepat
menahannnya, wajah Li Guangli memerah, ia berseru, "Bukannya
aku tak mau bilang, tapi kata adik aku tak boleh bicara dulu".
Hatiku makin cemas, namun aku tersenyum dan berkata, "Kalau
niang niang menyuruhmu, tentu saja kau harus
mendengarkannya. Karena kau tak berani bicara, aku tak akan
memaksamu". Setelah selesai berbicara aku hendak langsung
pergi. "Kata siapa aku tak berani?" Li Guangli berjalan ke sisiku, ia
bimbang sesaat, tak berani memandangku, melengos
memandang ke arah lain, lalu mengumam, "Kata adik ia hendak
mohon kaisar menganugerahkan pernikahan kepadaku, hendak
menikahkan?"kau denganku".
Tangan Jiu Ye yang sejak tadi sedang menghirup teh dengan
tenang, seakan sama sekali tak memperhatikan kami, bergetar,
cawan tehnya pun terjatuh ke lantai, ia berpaling memandang Li
Guangli. Huo Qubing seakan mendengar suatu perkataan yang
paling tak masuk akal yang pernah didengarnya, setelah tertegun
sejenak, ia tertawa terbahak-bahak.
Wajah Li Guangli nampak cemas, dengan jeri ia menghindari
pandangan mata Jiu Ye, melihat reaksi Huo Qubing, ekspresi
wajahnya nampak makin rumit. Shi Feng tertegun sejenak, lalu
memakinya, "Kau ini pungguk merindukan bulan!"
Kejadian itu benar-benar tak terduga, aku berdiri di tempat
dengan tertegun, dengan cepat aku memikirkan apa yang harus
kuperbuat, setelah mendengar makian Shi Feng, aku baru
tersadar dan memarahinya dengan tegas, "Xiao Feng, cepat
minta maaf". Aku tak pernah berkata dengan kasar pada Xiao
Feng sebelumnya, ini adalah untuk pertama kalinya aku
menegurnya dengan keras, ia memandangku dengan sinar mata
terluka. Jiu Ye tersenyum hambar, lalu dengan lemah lembut berkata,
"Kalau melakukan kesalahan memang harus minta maaf, tapi
Xiao Feng tak melakukan kesalahan, untuk apa minta maaf?"
Huo Qubing mengangguk, dengan dingin ia berkata,
"Perkataanmu itu cocok dengan pikiranku".
Tak nyana, mereka berdua sepakat, aku tak berani banyak bicara
lagi, dan hanya dapat bangkit dari kursi untuk menghormat pada
Li Guangli, dengan wajah jengah, ia menatap Jiu Ye dan Huo
Qubing dengan penuh kebencian, lalu mengibaskan lengan
bajunya dan berjalan keluar. Aku menghentakkan kakiku, lalu
berkata pada Huo Qubing, "Hati Li Guangli tak buruk, kalau aku
memohon padanya dengan baik-baik, ia sendiri pasti tak akan
menyetujuinya, sekarang kau justru membuatnya ingin
melakukannya demi kehormatan dirinya".
Wajah Huo Qubing nampak penuh sikap menghina, ia
mendengus dengan dingin, "Mohon padanya dengan baik-baik"
Kalau kau tak ada di sini, sudah kucabut kepalanya".
Dengan tak berdaya aku menghela napas, Huo Qubing
menarikku keluar, "Sekarang aku akan pergi mencari kaisar untuk
menjelaskan masalah ini. Nyonya Li apa?"hah!"
Karena tergesa-gesa, aku sama sekali tak berani menoleh,
namun aku tahu bahwa sepasang mata itu tentunya terpaku pada
diriku. Karena perhatianku teralih, kakiku tersandung ambang
pintu yang tak tinggi, Huo Qubing segera memayangku, ia
berpaling dan saling beradu pandang dengan Jiu Ye, dingin dan
hangat, keduanya sama sekali tak menghindari pandangan mata
lawan, di sekeliling mereka lelatu seakan meledak-ledak. Aku
cepat-cepat memaksa diriku tersenyum, lalu keluar dari Yipin Ju
sambil mencengkeram lengan Huo Qubing.
Ketika kami baru masuk ke istana dan belum bertemu kaisar,
seorang dayang wanita setengah baya segera menghalangi kami,
ia menghormat kepada Huo Qubing.
Wajah Huo Qubing yang merasa kesal dan ingin cepat-cepat
bertemu kaisar menjadi lega, ia menghindar ke samping dan
hanya menerima separuh penghormatan itu, kepadaku ia berkata,
"Ini dayang-dayang pendamping permaisuri, waktu kecil aku
memanggilnya Bibi Yun, tapi entah kenapa, sekarang ia tak
memperbolehkanku memanggilnya bibi, setelah ini kau harus
membantuku memanggilnya bibi!"
Aku cepat-cepat memberi hormat, "Bibi Yun".
Bibi Yun menerima separuh penghormatanku, lalu tersenyum dan
berkata, "Kau Yu er" Ketika Jenderal Huo dan permaisuri terakhir
kali membicarakanmu seharian, aku ingin berjumpa denganmu".
Wajah Huo Qubing menjadi dingin, Bibi Yun mengandeng
tanganku, "Bagaimana kalau kita menemui permaisuri dahulu"
Permaisuri juga ingin menemuimu". Aku memandang Huo
Qubing, ketika melihatnya tak menentangnya, aku pun
mengangguk. Dinding batu, pagar bambu, bunga-bunga seruni musim gugur
mekar dengan semarak, putih dan kuning, memenuhi taman dan
aula dengan keharuman mereka. Angin timur berhembus dan
membuat kelopak-kelopak bunga yang telah gugur berterbangan
dan menari-nari. Mentari yang sedang terbenam menyinari bunga
dan manusia di taman itu, sehingga manusia nampak lebih
cemerlang dari bunga seruni.
Mau tak mau kami memperlambat langkah kami, dengan suara
pelan Bibi Yun berkata, "Niang niang". Tanpa menunggu kami
menghormat, Permaisuri Wei menunjuk tikar-tikar bambu di
samping rumpun bunga seruni, "Duduklah!"
Permaisuri Wei duduk di hadapan kami, memperhatikanku
dengan seksama, lalu menghela napas dengan pelan, "Mengikuti
Qubing tentu menyusahkanmu".
Huo Qubing berkata, "Aku tak akan menyusahkannya".
Di bibir permaisuri nampak seulas senyum yang seakan ada dan
tiada, "Kaisar belum menyetujui pernikahan Li Guangli".
Huo Qubing tersenyum dan berkata, "Aku akan berterima kasih
pada kaisar. Walaupun aku belum sempat membicarakan
masalah pernikahan dengan kaisar, tapi Yang Mulia sudah tahu
tentang perasaanku pada Jin Yu, bertahun-tahun yang lalu ia
pernah menggodaku, kalau aku sendiri tak bisa mendapatkan Jin
Yu, ia akan membantuku merebutnya".


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di mata sang permaisuri nampak rasa simpati, "Yang Mulia
hendak menganugerahkan pernikahan padamu, tapi?"tapi
bukan Jin Yu". Huo Qubing tiba-tiba bangkit, "Kecuali Jin Yu, aku tak
menginginkan siapapun".
Permaisuri Wei berkata, "Maksud kaisar, kau dapat menikahi Jin
Yu sebagai selir, tapi kau sama sekali tak bisa menjadikannya
istri sah". Di langit, lembayung senja memerah, sepasang burung layanglayang terbang berputar-putar, bayang-bayang mereka jatuh di
atas tikar yang berwarna kuning muda. Aku menunduk dan
dengan tertegun menghitung helai-helai bambu yang saling
bersilangan, satu, dua, lima......aku menghitung sampai di mana"
Aku kembali menghitung, satu, tiga, dua.........
Huo Qubing menarikku, hendak pergi, namun sang permaisuri
berkata dengan pelan, "Qubing, masalah ini lebih rumit dari
medan perang, kau tak dapat membunuh musuh hanya dengan
mengayunkan golokmu saja, kalau kau bertindak dengan
gegabah, apakah kau tak takut akan mencelakai Jin Yu?"
Huo Qubing yang baru berdiri kembali duduk, "Apa maksud
kaisar?" Sang permaisuri berkata, "Kenapa kaisar memberimu kedudukan
penting" Dalam beberapa pertempuran ini, ia selalu memberimu
pasukan terbaik dan setelah kau berjasa ia memberimu hadiah
besar, sehingga dalam dua tahun yang pendek, kedudukanmu
sudah hampir menyamai pamanmu".
Huo Qubing diam seribu bahasa. Liu Che sangat takut Wei Qing
akan memonopoli kekuatan militer, ia selalu berusaha memecah
kekuasaan militer Wei Qing, akan tetapi jenderal yang baik sukar
dicari, orang biasa mana bisa mengatasi Wei Qing" Kemunculan
Huo Qubing memberinya kesempatan untuk melakukan hal itu,
watak Huo Qubing pun kebetulan berbeda dengan Wei Qing, dan
justru cocok dengan watak Liu Che, oleh karenanya, Liu Che
sengaja memupuk kekuatan militer Huo Qubing untuk melawan
kekuatan pengikut Wei Qing, dengan demikian kekuasaan militer
akan sedikit demi sedikit terbelah menjadi dua, sekaligus
membuat Wei Qing dan Huo Qubing semakin saling menjauhi.
Denga perlahan Permaisuri Wei melambaikan lengan bajunya,
menyapu beberapa kuntum bunga yang luruh di samping qin di
atas meja, "Kaisar hendak memilih seorang putri untuk dinikahkan
denganmu". Bertahun-tahun yang silam, untuk melawan kekuatan keluarga
Dou dan Wang di istana, Liu Che menempatkan Wei Qing di
posisi penting dan sengaja memupuk kekuatannya, akan tetapi,
setelah keluarga Dou dan Wang runtuh, kekuatan militer Wei
Qing semakin besar, reputasinya semakin lama semakin tinggi,
dan segalanya pun berubah dengan hampir tak kelihatan. Kenapa
Wei Qing menikahi seorang putri yang usianya jauh lebih tua dari
dirinya" Sebab yang sesungguhnya dari tindakannya ini membuat
orang menduga-duga. Bertahun-tahun kemudian, Huo Qubing
pun harus menikahi seorang putri.
Mentari terbenam, setengah angkasa dipenuhi lembayung merah,
beberapa ekor angsa liar terbang pergi, kami bertiga diam seribu
bahasa. Huo Qubing menengadah, memandang angsa-angsa liar yang
terbang di angkasa, "Belajar dari kesalahan paman, aku telah
berusaha sebisanya untuk bertindak dengan hati-hati, tapi
masih?"" Ia berpaling ke arahku dan tersenyum dengan
hangat, "Kecuali dirimu, aku tak mau menikahi siapapun juga, tak
perduli apakah dia putri babi atau ibu babi". Permaisuri Wei
mengerutkan dahinya, namun tak berkata apa-apa.
Setelah menghormat pada Permaisuri Wei, Huo Qubing
mengandeng tanganku dan melangkah keluar, Permaisuri Wei
menghela napas dengan pelan, namun tak banyak bicara lagi, ia
pun menunduk dan memetik qin.
Dentang-denting qin berkumandang naik turun tanpa henti bagai
angin, bertiup dengan sendu memenuhi aula itu. Ketika aku
memandang ke luar, di bawah sinar mentari yang sedang
terbenam, beberapa kuntum bunga luruh, masih terbawa tiupan
angin. ?"?"?"?"?"?"?"?"
Sinar rembulan yang dingin, malam gelap gulita yang pekat,
cahaya beberapa ekor kunang-kunang yang kehijauan berkelapkelip di kejauhan. Daun-daun kering berguguran, kadang-kadang
tanpa suara, kadang-kadang bergemerisik.
Hatiku bagai malam ini, gelap gulita, beberapa titik cahaya itu
bagaimana dapat menerangi masa depanku" Aku berdiri sambil
termenung untuk beberapa lama, lalu mendadak mengejar
kunang-kunang itu, lengan bajuku yang berwarna-warni melayang
dengan cepat, suara angin berdesir, namun begitu aku
mengenggam kunang-kunang yang ringkih itu, aku segera
kehilangan tenaga dan melepaskan mereka.
"Yu er?".." Suara itu lembut dan pelan, seakan takut
memecahkan kesunyian malam, hatiku terkesiap, aku segera
berhenti bergerak, namun tak kuasa berpaling.
Untuk apa ia datang" Dahulu entah sudah berapa kali aku
berharap suatu hari akan dapat mendengar suaranya di taman
ini. Namun saat itu sudah terlalu lama berlalu, setelah
berulangkali bersedih, aku telah melupakannya, namun tak nyana
suara ini sekarang terdengar di belakangku.
"Untuk apa kau datang?"
"Yu er, aku?"maaf". Sambil bertumpu pada tongkat, Jiu Ye
berjalan ke depanku, "Aku"hendak mohon kau memaafkanku,
apakah kau dapat memberiku satu kesempatan lagi?"
Hatiku terguncang, dengan tak percaya aku menatapnya, "Apa
katamu" Aku tak paham".
Dahinya berkerut penuh duka, namun api berkobar-kobar di
matanya, membakar hatiku hingga terasa pedih, "Aku salah telah
menganggap diriku tahu segalanya, aku tak pernah
memberitahukan isi hatiku padamu, aku menganggap diriku telah
mengambil keputusan yang terbaik untuk kita berdua, tapi aku tak
pernah bertanya padamu, apakah pilihanku benar"Apakah itu
yang kau inginkan" Yu er, aku menyukaimu, di hatiku selalu ada
dirimu". Hal ini sangat mengelikan, dahulu aku sudi menukar
perkataannya itu dengan hidupku, namun sekarang ketika
mendengarnya, hatiku penuh rasa duka dan geram, aku tak
kuasa menahan tawaku, "Jiu Ye, jangan menggodaku. Aku sudah
berjanji akan menikah dengan Huo Qubing".
Tangannya mengenggam tongkatnya erat-erat, wajahnya pucat
pasi, namun nada suaranya tegas, "Bukankah kau belum
menikah dengannya" Lagipula sekarang ia memegang
kekuasaan militer, hubungan keluarganya pun rumit, masalah
pernikahannya sudah bukan hanya urusan pernikahan belaka,
tapi akan ditentukan oleh perhitungan untung rugi berbagai pihak,
sama sekali bukan semata-mata berdasarkan keputusannya. Yu
er, sebelum ini semuanya adalah salahku, tapi kali ini aku tak
ingin kehilanganmu lagi".
Aku tertegun, kenapa bisa seperti ini" Dahulu kenapa aku
memohon dan memohon namun tak pernah terkabul dan
sekarang kenapa semua berubah total"
Jiu Ye menjulurkan tangannya dan membersihkan daun-daun
yang luruh di kepalaku, dengan lembut jari-jemarinya menyentuh
pipiku, tiba-tiba aku melengos menghindar, jarinya tergantung di
udara dengan kaku, setelah itu dengan perlahan ia menariknya.
Hatiku terkesiap, aku tersadar dan mundur beberapa langkah,
aku mengeraskan hatiku dan berkata, "Jiu Ye, aku
sudah?"..dan Huo Qubing sudah?".aku sudah menjadi
miliknya". ia tertegun sesaat, sinar matanya nampak rumit, lalu ia tertawa
dengan acuh tak acuh, "Apa kau lupa cerita kakekku" Sebelum
nenek menikah dengan kakek, ia adalah selir kecil orang lain, kau
pikir aku memperdulikan hal semacam itu?"
Aku sangat terkejut, sambil menggeleng-geleng, aku mengumam,
"Sebenarnya apa yang terjadi" Kenapa dahulu?""
Jiu Ye melangkah ke depan, menunduk memandangku, "Yu er,
mula-mula aku khawatir karena kedudukanku. Sejak kakek
mendirikan Perusahaan Shi, pemasukan Perusahaan Shi
sebagian besar dihabiskan di Xiyu, sebagian untuk membantu
rakyat jelata, namun sebagian lagi untuk membantu negaranegara di Xiyu meningkatkan kekuatan militer mereka. Saat
sampai di tanganku, aku berusaha sekuat tenaga memisahkan
diri dari negara-negara Xiyu itu, namun kami sudah terlanjur
berhubungan erat dalam berbagai hal, kalau hal ini sampai bocor
keluar, kepalaku akan dengan sangat mudah menggelinding di
tanah. Secara rasional aku tahu bahwa aku harus menjauhimu,
namun hatiku masih ingin melihatmu. Bahkan aku sampai
mengujimu, ingin tahu apakah kau dapat menerimaku atau tidak".
Aku mengigit bibirku,"Apakah aku lulus ujianmu?"
Ia menggeleng-geleng, "Lulus, jauh melebihi harapanku". Dengan
tak paham aku memandangnya. "Tapi kau terlalu baik, begitu baik
sehingga membuatku merasa rendah diri, takut seumur hidup ini
tak bisa membahagiakanmu, maka dengan angkuh aku
menjauhkan dirimu dariku". Di kolong langit ini mana ada
penjelasan seperti ini" Aku tertawa dingin, dengan cemas Jiu Ye
hendak mengenggam tanganku, namun aku mendorongnya
keras-keras, rasa sakit berkelebat di wajahnya, ia memandang ke
tanah, lalu dengan perlahan berkata, "Yu er, tubuhku cacat, tak
hanya kakiku, aku juga"..juga tak dapat punya anak, aku tak
bisa memberimu sebuah keluarga yang normal". Setelah
tersenyum getir, tak nyana di wajahnya muncul ekspresi
menertawakan dirinya sendiri, "Bukannya tak dapat berhubungan
suami istri, tapi anakku akan mewarisi cacatku, dan juga akan
sulit bertahan hidup. Ibu melahirkan lima orang anak, dan aku
adalah satu-satunya yang bertahan hidup, diantara kami berlima
empat orang lahir dengan kaki cacat. Kematian ayah dan ibu di
usia muda erat hubungannya dengan pukulan itu. Setelah aku
mempelajari ilmu pengobatan, aku menyelidiki keluarga ibuku, ia
adalah satu-satunya anak nenek luar yang bertahan hidup,
karena sedih, nenek luar mati muda. Sejak kecil aku selalu
melihat ayah ibuku bersedih, kulihat setiap mengandung ibu
girang, dan setiap kehilangan anak begitu berduka, aku tak ingin
peristiwa itu kembali berulang".
Ternyata karena hal itu ia menolakku, kenapa dengan angkuh ia
mengangapku sama dengan perempuan biasa, tak bisa tak
punya anak" Memangnya kalau tak punya anak lantas tak bisa
berbahagia" Kenapa ia tak bertanya apa yang kuinginkan"
Berbagai perasaan dan seribu satu macam kepedihan
berkecamuk dalam hatiku, tapi ia ternyata masih dapat tersenyum
mengejek dirinya sendiri, aku mengayunkan tanganku untuk
memukulnya, kepalanku mendarat di bahu dan dadanya, "Kenapa
kau?"kenapa kau tak bilang dari dulu" Memangnya aku
memperdulikan hal-hal itu" Yang kuperdulikan hanya dirimu!"
Ia berdiri tanpa bergeming, membiarkan kepalanku mendarat di
tubuhku. Hatiku sakit, aku merasa tenagaku hilang diserap rasa
duka, tubuhku bergoyang-goyang, aku mana bisa terus
memukulnya" ia segera mengangsurkan tangannya untuk
menyokongku, kepalanku dengan lemas terbuka, akhirnya aku
pun tak bisa menahan air mataku jatuh bercucuran.
Ia cepat-cepat menyekanya, "Yu er, setelah ini aku tak akan
membuatmu mengucurkan air mata. Sejak kau pergi, aku terus
berusaha membereskan usaha besar kecil Perusahaan Shi,
setelah semua beres, kita akan membeli beberapa ekor kuda, lalu
meninggalkan Chang"an, kita pasti akan dapat lari lebih cepat dari
keledai Lao Zi, dan pasti dapat menghilang dengan lebih tanpa
jejak. Gurun utara atau Jiangnan, kita dapat pergi kemanapun
kau suka. Setelah itu pasti akan banyak marabahaya, namun kita
akan dapat melawan takdir dengan bergandengan tangan".
Air mataku bercucuran bagai hujan, bagaimanapun juga tak bisa
diseka hingga kering. Tak lama kemudian, bahu Jiu Ye telah
basah kuyup. Sejak keluar istana malam ini, hatiku telah berat
bagai dituangi timah, sekarang sebenarnya aku tak tahu sedang
menangis karena apa, namun hatiku bagai diiris-iris pisau, sedih
sekali. Tiba-tiba, sebuah tangan menarikku dengan begitu keras hingga
tubuhku tertarik ke belakang, sebelum aku sempat berseru
terkejut, aku telah terjatuh ke dalam sebuah pelukan yang sudah
akrab denganku. Tubuh Huo Qubing kaku, ia memelukku dengan
begitu erat hingga aku sukar bernapas, ia tak memandangku,
hanya berkata sambil tersenyum pada Jiu Ye, "Sejak saat ini
akulah yang akan menghapus air mata Yu er, tak usah
merepotkan gexia". Untuk beberapa saat, Jiu Ye beradu pandang dengan Huo
Qubing, lalu pandangan matanya beralih ke arahku, Huo Qubing
pun mengalihkan pandangan matanya ke arahku. Aku
memejamkan mataku, tak berani memandang siapapun, air
mataku jatuh berderai-derai, tubuhku gemetar tanpa henti.
Huo Qubing mengucapkan selamat tinggal, lalu membopongku
dan melangkah pergi, langkah kakinya cepat, di belakangku
terdengar suara Jiu Ye, "Yu er, kali ini ganti aku yang
mengejarmu". Langkah kaki Huo Qubing mendadak berhenti, lalu
segera bertambah cepat. Huo Qubing yang baru berusia dua puluh tahun berjaya di
Chang'an, seakan begitu mengikutinya, orang akan dapat
memperoleh jabatan tinggi dan kekayaan, masa depan yang
cerah, atau diangkat menjadi adipati atau jenderal.
Tingkah laku Huo Qubing semakin angkuh, membuat orang
segan, di istana, ada orang yang iri, muak, benci, dengki, menjilat
atau menjauhinya, namun tak perduli apakah mereka bangsawan
atau pejabat tinggi, tak seorang pun berani terang-terangan
melawannya. Sebaliknya, Wei Qing semakin bersikap merendah dan hati-hati,
Wei Qing sudah belasan tahun bertugas di angkatan bersenjata,
ia memperlakukan para prajurit dan jenderal bagai saudara, dan
mempunyai hubungan erat dengan para prajurit dan perwira di
medan perang, ia pun mempunyai reputasi sebagai orang yang
murah hati dan ramah, masih bagai sebuah gunung besar,
tenang tak tergoyahkan, mengenai hal-hal ini, kaisar tak dapat
berbuat apa-apa. Aku memegang sebuah gulungan bambu, seakan sedang
membacanya, namun pikiranku melayang-layang. Hari itu, ketika
Huo Qubing memergokiku sedang menangis di bahu Jiu Ye,
kupikir ia akan murka, tapi tak nyana, begitu kami berdua masuk
ke kamar, ia memelukku di tengah kegelapan, tak bergeming,
diam seribu bahasa, seakan kami berdua menjadi patung batu.
Setelah amat lama, ia melepaskanku dan dengan lembut
menaruhku di atas dipan, lalu berbaring di sisiku. Aku benarbenar takut karena ia diam saja, namun ketika aku baru
membuka mulut, ia menutupi bibirku dengan tangannya, "Aku tak
mau mendengar apapun, tidurlah". Tak nyana, nada suaranya
samar-samar mengandung rasa tegang dan takut.
Setelah hari itu, ia bersikap seakan tak pernah terjadi apa-apa, ia
memperlakukanku seperti sediakala, namun setiap malam, kalau
ia tak dapat datang ke rumahku, ia pasti menyuruh orang


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjemputku pergi ke rumahnya.
Karena sekarang setiap ia pergi ke istana, kaisar selalu
menahannya, ia selalu pulang dalam keadaan mabuk, sehingga
aku hampir selalu tidur di rumahnya.
"Yu er......", ia memanggilku, entah kapan ia masuk ke kamar, aku
sama sekali tak tahu, hatiku terkesiap, aku segera menaruh
gulungan bambu dalam genggamanku, "Ada apa?"
Ia duduk di sisiku, "Hari ini di istana ada perjamuan, aku......." Aku
bertanya, "Lagi-lagi mabuk berat?"
Ia memandangku dengan minta maaf, aku berkata, "Kau tak bisa
terus menerus mabuk supaya kaisar tak bisa bicara padamu".
Aku memberinya sehelai surat yang ditulis di atas kain sutra, ia
membacanya, lalu dengan wajah sedingin es, berkata, "Rupanya
kau diundang ke istana".
Langit tenang dan terang benderang, angin sepoi-sepoi bertiup,
bagai sutra biru yang baru dicuci, gumpalan-gumpalan awan
membuatnya makin semarak. Wanita-wanita yang diundang ke
perjamuan berjalan-jalan, suara tawa dan canda, serta wangi
bunga gui emas melayang-layang di tengah tiupan angin.
Aku bersandar di sebatang pohon, menengadah memandang
langit. Tiba-tiba, aku merasakan pandangan mata seseorang
tertuju pada diriku, ketika menunduk, aku melihat seorang lelaki
bertubuh tinggi dan berwajah tampan yang mengenakan baju
bersulam dan ikat pinggang kumala sedang menatapku. Matanya
penuh rasa terkejut dan tak percaya, aku memandangnya, lalu
tersenyum dengan hangat ke arahnya, rasa terkejut dan bimbang
di matanya menghilang, rasa girang pun muncul, disertai air mata
yang nampak samar-samar. Beberapa saat kemudian, sinar matanya kembali seperti biasa,
dengan tenang ia memandang ke sekelilingnya, lalu kembali
menatapku, setelah itu, tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan
pergi. Li Yan entah masuk dari mana, sambil tersenyum ia
memandangku, "Nona Jin sepertinya pergi kemana pun selalu
punya pengagum, seorang jenderal Han Agung tergila-gila
padamu, dan sekarang seorang bangsawan bergelar Guanglu
Taifu sepertinya juga tertarik padamu. Jinrichan belum lama tiba
di Chang'an, tapi karena ia adalah orang Xiongnu yang menyerah
pada Huo Qubing, kabarnya hubungannya dengan Huo Qubing
sangat baik". Aku terkejut, kenapa ia menarik perhatian Li Yan" Sambil
tersenyum, aku memperhatikan Li Gan di kejauhan, "Apakah
niang niang sudah terlalu lama tinggal di istana" Pikiranmu
sepertinya berubah, hanya memperhatikan urusan lelaki dan
perempuan di balik tembok istana. Jangan selalu menggunakan
tolok ukurmu untuk menilai orang lain".
Li Yan melirik Li Gan, senyumnya agak dingin, "Nona Jin
kelihatan jauh lebih kurus".
Dengan hambar aku menjawab, "Niang niang juga kelihatan
kurus dan pucat!" Li Yan hendak menikahkanku dengan Li Guangli, tentunya ia
benci dan jeri padaku, akan tetapi yang lebih penting lagi ialah
bahwa ia hendak menggunakan masalah asmaraku untuk
menyelidiki maksud kaisar, dan untuk pertama kalinya dengan
diam-diam beradu pedang dengan keluarga Wei. Tapi sayang
sekali, Liu Che adalah Liu Che, walaupun ia amat sayang pada Li
Yan, namun ia tak memenuhi keinginannya untuk meninggikan
keluarga Li dan menekan keluarga Wei, Liu Che hanya bertindak
untuk kepentingannya sendiri, menyeimbangkan berbagai
kekuatan untuk mengendalikan Huo Qubing.
Li Yan tersenyum dengan gusar, "Masalah itu sudah diputuskan,
kalau setelah ini kau bersedia bersujud pada sang putri setiap
hari dan mendapatkan dukungannya, jadilah seorang selir. Tapi,
Jin Yu, untuk apa bersusah payah" Apakah dengan watakmu ini
kau bisa menerimanya" Lebih baik kau mundur saja".
Permaisuri Wei berjalan ke sisiku, sambil tersenyum ia bertanya,
"Apa yang kalian bicarakan" Kenapa begitu gembira?"
Li Yan segera memberi hormat padanya, Permaisuri Wei
menyokongnya, "Kabarnya akhir-akhir ini tubuhmu tak terlalu
sehat, setelah ini kau tak usah selalu menghormat seperti ini.
Kalau ada waktu luang, bacalah buku-buku ilmu pengobatan,
supaya tahu cara merawat diri. Yang paling penting adalah tak
terlalu banyak berpikir, tak usah mengurus hal-hal yang tak perlu
diurus". Li Yan berkata sambil tersenyum, "Anjuran kakak akan adik
patuhi. Dibandingkan dengan kakak, pikiranku terlalu picik". Li
Yan melirikku dan berkata, "Aku mengagumi kemurahan hati
kakak, sepertinya kakak tak memperdulikan hal-hal yang terjadi di
masa lalu". Permaisuri Wei tersenyum hambar, lalu berpaling dan memberi
perintah pada Bibi Yun, "Jin Yu tak mengerti masalah istana,
uruslah dia". Setelah itu, ia mengandeng tangan Li Yan dan
mengajaknya pergi, "Adik-adik sangat tertarik pada gaya rambut
barumu, mereka minta agar kau mengajarkannya pada mereka".
Dengan lembut, Bibi Yun merapikan rambut yang terlepas di
pelipisku, "Kau dan Qubing sama-sama jauh lebih kurus". Aku
memanggilnya dengan pelan, hatiku pedih, tak kuasa berkata
apa-apa. "Sejak aku ikut Yang Mulia Permaisuri masuk istana, dalam
beberapa tahun ini aku telah melihat banyak sekali suka dan
duka, usiaku sudah tua, hatiku pun sudah menjadi dingin, aku
sangat ingin menasehati kalian agar mundur selangkah, seorang
lelaki mau tak mau akan punya tiga atau empat istri dan selir,
yang penting dalam hatinya ada kau. Watak Qubing tak usah
dikata lagi, tapi tak nyana watakmu juga sama kerasnya,
bagaimanapun juga kaisar sama sekali tak melarangmu menikah
dengan Qubing, lagipula istri sahnya adalah seorang putri,
menjadi selir tak akan merugikanmu. Wanita lain kemungkinan
besar akan menerimanya dengan senang hati. Aku juga agak
kesal kenapa kau tak paham masalah ini, di tengah keadaan
yang begitu rumit ini kau tak tahu harus berbuat apa dan
menyusahkan semua orang. Ai!" Bibi Yun menghela napas
dengan pelan, "Kalau mendengar Qubing berbicara tentang
dirimu, kau sepertinya seseorang yang cemerlang, tapi melihatmu
seperti sekarang ini, aku merasa semuanya tak ada artinya.
Mungkin kalian seperti mimpi gadis-gadis muda kami,
"menginginkan orang yang hatinya tak mendua, tak berpisah
sampai rambut memutih", tapi di dunia ini ada berapa banyak
wanita yang dapat membuat mimpinya menjadi kenyataan"
Bahkan dalam lagu Burung Hong Jantan Memohon Burung Hong
Betina yang populer bertahun-tahun silam, bukankah akhirnya
Yang Mulia Sima punya kekasih baru dan meninggalkan Zhuo
Wenjun?" Begitu Huo Qubing masuk istana, ia selalu dikerumuni oleh
perwira-perwira militer muda, kedudukanku dibandingkan
dengannya bak bumi dan langit, bagaimanapun juga kami tak
dapat duduk di tempat yang sama, maka ketika ia melihat Bibi
Yun selalu mengikutiku, wajahnya nampak jauh lebih lega.
Kami berdua saling memandang dibalik api lentera, seluruh aula
penuh canda dan tawa gembira, para tamu berpesta minum arak,
emas dan mutiara berkilauan, namun semuanya seakan
menghilang dalam pandangan mata kami. Saat ini, aku merasa
kami semakin dekat, begitu dekat sehingga aku dapat memahami
semua pikirannya, namun kami juga terpisah amat jauh, begitu
jauh sehingga kalau aku mengangsurkan tanganku, aku seakan
tak dapat mengenggam tangannya.
Sambil tersenyum Liu Che berkata pada Huo Qubing, "Zhen telah
memerintahkan orang untuk membangun wisma yang paling
bagus di Chang"an untukmu, beberapa hari lagi mereka akan
mulai bekerja, setelah punya rumah baru, hanya kurang nyonya
rumahnya".." Aku menunduk sambil mempermainkan cawan arak dalam
genggamanku, peristiwa ini sudah kuduga akan terjadi sejak
lama, tak dapat dihindari, aku pun sudah berkali-kali
mempersiapkan diriku sendiri, namun entah kenapa, tanganku
masih gemetar sehingga tetesan arak berhamburan keluar dan
terjatuh di gaunku yang baru, menetes-netes dan meninggalkan
bercak-bercak basah, bagai air mata seseorang yang pergi.
Mungkin besok aku harus meninggalkan Chang"an, di tempat
dimana kaisar dan para bangsawan berkumpul ini, di dalam kota
yang paling besar dan ramai ini, yang memberi tempat bagi orang
dari yang datang dari seluruh dunia, tak ada tempat bagi
kebahagiaanku".. Mungkin seperti yang dikatakan Li Yan, aku adalah milik Xiyu,
milik padang pasir, di sana, walaupun tak ada bunga peoni yang
tumbuh di taman gedung megah, namun penuh padang rumput
luas dan langit biru?"
Aku memikirkan seribu satu kebaikan padang pasir, namun darah
di tubuhku berubah menjadi dingin, begitu dingin hingga aku tak
bisa menahannya, sekujur tubuhku gemetar, arak di dalam cawan
pun menetes-netes keluar tanpa henti.
Semua tamu memandang Huo Qubing dengan iri hati, namun ia
bersikap dingin, di balik sikap dinginnya itu ia samar-samar
nampak merasa sedih. Sambil tersenyum, Liu Che memandang
para putri yang duduk di tikar, namun ketika ia baru membuka
mulut, Huo Qubing tiba-tiba bangkit, melangkah ke depan,
berlutut di hadapan Liu Che dan bersujud dengan khidmat, lalu
berkata dengan lantang, "Hamba amat berterima kasih atas
kemurahan hati Yang Mulia, namun hamba sudah bersumpah,
sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, bagaimana aku dapat
berumah tangga" Hamba tak berani menerima wisma itu!"
Perkataan Huo Qubing itu sama dengan sumpah untuk tak
menikah seumur hidup. Seketika itu juga, suasana menjadi sunyi
senyap sehingga suara jarum yang jatuh pun dapat terdengar.
Ekspresi wajah setiap orang nampak berbeda-beda, Huo Qubing
yang biasa hidup dalam kemewahan, kenapa tak mau menerima
sebuah wisma" Biasanya ia sudah sering menerima hadiah dari
Liu Che yang jauh lebih berharga. Bagi Huo Qubing yang sejak
kecil sudah hidup dalam kemewahan, apa hubungannya
mengalahkan bangsa Xiongnu dengan sebuah wisma"
Dengan terguncang aku mengangkat kepalaku dan memandang
ke arah Huo Qubing, dalam hatiku sepertinya ada sedikit rasa
girang, namun lebih banyak rasa sedih, perlahan-lahan, rasa
girang itu berubah menjadi rasa duka dan pedih. Cawan arak
dalam genggamanku kuremas hingga pecah berkeping-keping,
hatiku terasa amat pedih, namun tanganku terasa sama sekali tak
sakit, aku hanya merasa hatiku hangat, darah segar menetesnetes di atas gaunku, untung saja hari ini aku mengenakan
pakaian merah sehingga tetesan darah itu tak terlihat.
Li Yan tercengang sekaligus amat terkejut, dahi Permaisuri Wei
berkerut, namun bibirnya tersenyum hambar. Hanya Liu Che
yang nampak tetap tenang, ia masih memandang Huo Qubing
dengan tersenyum, "Kata orang zaman dahulu, "untuk menjadi
orang, seseorang harus mempunyai keluarga dahulu, baru
mengejar cita-citanya". Kau sudah mengalahkan Xiongnu, jasamu
luar biasa sehingga namamu dikenal di seluruh dunia. Sedangkan
mengenai menumpas bangsa Xiongnu, bahkan zhen pun belum
pernah berpikir sampai ke situ, zhen hanya ingin mengusir
mereka dari selatan dan utara Gurun Gobi, sehingga tak bisa
menyerang Han Agung kita lagi".
Huo Qubing menatap Liu Che, sosoknya bagai malam musim
gugur ini, dengan dingin dan khidmat, ia berkata, "Hamba sudah
mengambil keputusan".
Liu Che menatap Huo Qubing dengan tajam, sinar matanya
dingin bagai mata pedang, wibawanya sebagai kaisar nampak
dengan jelas, di bawah pandangan matanya, semua orang
menunduk, namun Huo Qubing masih menatap Liu Che,
wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Di tengah suasana yang
sunyi senyap itu, udara di sekeliling kami seakan mengumpal,
semakin lama semakin menekan, beberapa saat kemudian, Liu
Che mendadak tertawa terbahak-bahak, "Baiklah! Terserah
padamu. Aku akan menyimpan wisma itu untukmu, saat kau
merasa Xiongnu telah berhasil ditumpas, zhen akan
menghadiahkannya padamu".
Dengan perlahan aku menghembuskan napas lega, Liu Che
mengalah, Huo Qubing menang, namun kemenangan macam
apa ini" Dadaku terasa sakit, mataku terasa pedih, air mata
memenuhi bulu mataku. Namun aku tak dapat membiarkan
mereka melihatku dan mengetahui siasat Huo Qubing. Aku
menengadah memandang angkasa, di angkasa nampak bulan
sabit kuning muda yang akan terbenam dan bintang-bintang yang
berkelap-kelip, setetes demi setetes, air mata memenuhi kelopak
mataku, namun hatiku bagai angsa yang terbang tinggi, terbang
ke padang pasir dimana kami pernah mencongklang bersama,
saat itu, walaupun dikejar musuh dan dihujani anak panah, kami
bebas tanpa beban?" Sebuah desahan lembut sepertinya terdengar dari kejauhan, Bibi
Yun terdengar berkata dengan sayup-sayup, "Qubing benarbenar menepati perkataannya, kalau bukan dengan dirimu, ia tak
akan menikah dengan siapapun juga".
Setelah perjamuan selesai, Bibi Yun mengantarkanku ke gerbang
istana. Huo Qubing telah menunggu di samping kereta kuda, di
balik orang dan kereta kuda yang tak henti-hentinya hilir mudik,
pandangan mata kami berdua beradu.
Hatiku bergejolak, air mataku berhenti mengalir, malam ini bagai
kehidupan yang lain. Tanpa berkata apa-apa, Bibi Yun diam-diam berbalik dan berlalu.
Aku menahan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam hatiku,
lalu melompat ke arah Huo Qubing, sambil melambai-lambaikan
tanganku, sambil tersenyum berseri-seri, aku berlari dengan
cepat ke arahnya, tanpa memperdulikan apakah di sekeliling kami
ada orang atau tidak, aku langsung melemparkan diriku ke dalam
pelukannya dan memeluk pinggangnya, lalu berkata dengan
suara pelan, "Makanan di istana tak enak dimakan, aku belum
makan sampai kenyang. Cepat pulang, lalu suruh dapur
membuatkan hidangan lezat untukku".
Huo Qubing memelukku erat-erat, ia pun tersenyum, raut
wajahnya yang semula bagai gelapnya malam, seketika itu juga
kembali cemerlang bagai mentari seperti sediakala, "Ayo pulang".
Para pejabat yang lewat di samping kami tak berani melihat kami
karena takut mengundang masalah, mereka melengos dan cepatcepat berlalu, namun para pejabat sipil yang biasanya berani
membicarakan urusan negara memandang kami dengan sikap
merendahkan. Salah seorang dari mereka berbicara dengan amat
pelan, namun jelas ingin agar semua orang mendengarnya, "Di
tempat umum yang ramai, kenapa tak tahu aturan?" Hanya
Jinrichan yang wajahnya tak berekspresi, namun matanya penuh
senyum dan kehangatan. Wajah Huo Qubing menjadi dingin, ia memandang orang yang
berbicara itu, orang itu pun segera mengkerut ketakutan, namun
lalu bersikap seakan sama sekali tak takut padanya.
Aku mengenggam tangan Huo Qubing, lalu tersenyum ke
arahnya sambil mengerutkan hidungku, lalu dengan suara yang


Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat didengar semua orang, aku berkata, "Entah dari mana
datangnya anjing-anjing gila itu, mengonggong seenaknya di
mana-mana. Kalau ada yang kena gigit anjing, kita tak bisa balas
mengigit hewan liar itu, biarkan hewan-hewan itu mengonggong!
Kita juga senang mendengarnya". Sambil berbicara, aku sengaja
berlagak sedang mendengarkan. Orang itu hendak membuka
mulut, namun kalau berbicara, bukankah ia akan mengakui
bahwa dirinya adalah salah satu hewan yang kami olok-olok itu"
Dengan gusar ia mengatupkan bibirnya dan menatap kami.
Huo Qubing tertawa dan mengetuk dahiku dengan lembut, lalu
mengandeng tanganku dan naik kereta. Aku sedikit menyingkap
tirai kereta dan memandang ke luar, lalu cepat-cepat
menutupnya. Huo Qubing bertanya, "Richan sudah
mengenalimu?" "Ia sangat berhati-hati, ia hanya memandangku sejenak, lalu
pergi". Huo Qubing menarikku sehingga aku bersandar di bahunya,
"Melihat bahwa ia menyayangimu, seharusnya aku
mengundangnya minum arak".
Tiba-tiba ia melihat bercak-bercak darah di gaunku, wajahnya
berubah, ia segera menarik tanganku yang selama ini terkepal
dalam lengan bajuku, "Kau"..ini?"" Suaranya tercekat di
tenggorokannya. Aku tersenyum, aku hendak menjelaskannya, namun tak dapat
menemukan alasan yang tepat, sebenarnya kalaupun aku
mempunyai alasan, aku tak akan dapat membohonginya, maka
aku hanya memandangnya sambil tersenyum, memberi isyarat
padanya agar ia tak usah khawatir. Tanpa berkata apa-apa, Huo
Qubing memandangku, matanya penuh rasa pedih dan bersalah,
jari jemarinya dengan lembut mengelus wajahku yang tersenyum,
lalu ia menunduk dan mencium telapak tanganku, bibirnya
berulangkali menciumi bibir lukaku dengan lembut.
Qubing, aku sama sekali tak mengeluh kau perlakukan seperti ini.
?"?"?"?"?"
"Yu er, seorang nyonya ingin menemuimu". Wajah Hong Gu
nampak tegang, melihatnya, aku tak berani mengacuhkannya,
"Siapa?" Hong Gu berkata, "Ia"..adalah Nyonya Chen".
Untuk sesaat, aku tertegun, lalu paham. Dua hari ini aku selalu
tinggal di Wisma Huo, tak pulang ke rumah hiburan, hari ini begitu
masuk pintu, Wei Shaoer langsung mengunjungiku, rupanya ia
tahu dengan jelas dimana aku berada, dan juga sengaja tak ingin
Huo Qubing tahu. Aku melangkah ke depan cermin, memandang diriku sendiri, lalu
berpaling ke arah Hong Gu dan berkata, "Persilahkan Nyonya
Chen masuk kemari! Tak enak berbicara di luar, terlalu banyak
orang". Namun Hong Gu tak langsung pergi, ia memandangku untuk
beberapa saat, lalu berkata, "Xiao Yu, aku sudah mendengar
tentang apa yang terjadi di istana, Kenapa Jenderal Huo tak mau
menerima wisma yang dihadiahkan kaisar padanya, dan juga
berkata, "sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, bagaimana aku
dapat berumah tangga?" Ketika kami mendengarnya, walaupun
mengagumi ambisinya, namun bangsa Xiongnu bagaimana dapat
ditumpas dengan begitu cepat" Masa asalkan Xiongnu masih ada
sehari pun, ia tak mau menikah dan punya anak" Jenderal Besar
Wei Qing sudah punya tiga putra, dan sudah berganti istri dua
kali, salah seorang diantaranya seorang putri, namun Jenderal
Besar Wei Qing masih dapat terjun ke medan perang memerangi
Xiongu". Sebelum sempat menjawab pertanyaannya, aku melihat Xinyan
mengajak seorang wanita setengah baya yang cantik masuk ke
halaman. Sambil tersenyum, wanita setengah baya itu
memandangku, "Apakah kau Jin Yu" Hong Gu belum keluar juga,
aku takut kau tak mau menemuiku, maka aku memutuskan untuk
masuk sendiri". Aku cepat-cepat melangkah ke depan, lalu menghormat padanya
dengan sopan, "Aku telah membuat anda menunggu, aku baru
saja hendak mengundang anda untuk berbicara di sini,
suasananya lebih tenang". Hong Gu dan Xinyan menghormat
padanya, lalu mengundurkan diri tanpa berkata apa-apa.
Wei Shaoer memandang ke sekeliling ruangan, senyum di
wajahnya menghilang, "Aku tak ingin berbicara dengan berbelitbelit, aku akan mengatakan apa yang harus kukatakan. Kalau
ada perkataanku yang membuat nona merasa tak enak, maafkan
aku". Sambil tersenyum aku mengangguk-angguk, di Chang'an ini aku
tak lebih dari seorang wanita sebatang kara, lebih baik aku
bersikap rendah hati. "Gongsun Ao berkata padaku bahwa kau tak bisa menempatkan
diri dan hanya seorang wanita pengoda. Ketika Qubing
melakukan perbuatan yang tak benar di markas, kau tak hanya
tak menasehatinya dan bahkan hanya menonton sambil tertawa,
ketika mendengarnya aku merasa tak enak. Walaupun aku tak
berharap Qubing akan menikahi seorang wanita yang berbudi
luhur, tapi setidaknya wanita itu harus tahu bahwa ia harus
bertindak dengan hati-hati serta tahu aturan. Di istana banyak
yang orang menegur Qubing, sebagai seorang ibu, aku amat
sedih mendengarnya. Aku telah bertanya pada permaisuri
tentang pendapatnya, namun diluar dugaanku, ia cenderung
membelamu, ia berkali-kali memperingatkan kami agar tak
mempersulitmu. Orang yang dihargai oleh adikku seharusnya tak
seburuk seperti yang dipikirkan Gongsun Ao. Oleh karenanya hari
ini aku datang sebagai seorang ibu, hendak berbicara padamu
dengan baik-baik". Sambil berbicara, Wei Shaoer memperhatikan
wajahku dengan seksama. Aku membungkuk memberi hormat, "Nyonya silahkan berbicara,
Jin Yu akan mendengarkan dengan penuh perhatian".
Tiba-tiba, di wajahnya muncul rasa sedih, "Kau tentunya sudah
tahu tentang bagaimana Qubing dilahirkan. Karena saat itu aku
berbuat, aku tak takut membicarakannya, aku melahirkannya
sebelum menikah, tak lama setelah ia lahir, ayahnya menikahi
orang lain. Qubing besar di wisma sang putri bersama pamannya.
Sebenarnya Qubing sangat ingin mempunyai keluarga yang
normal, akan tetapi sekarang kau membuatnya......" Sambil
Pendekar Super Sakti 21 Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bajing Ireng Maling Budiman 2
^