Pencarian

Darah Penyambung Nyawa 1

Pendekar Mata Keranjang Darah Penyambung Nyawa Bagian 1


Darah Penyambung Nyawa (Serial Pendekar Mata Keranjang 108)
Karya Darma Patria Pembuat Djvu : NOVO Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai di edit : 21 Juli 2018,Situbondo
Ebook persembahan Group Fb Kolektor E-Book
Selamat Membaca ya !!! *** DARAH PENYAMBUNG NYAWA Karya Darma Patria Cetakan pertama Penerbit Cintamedia. Jakarta
Hak cipta pada Penerbit Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
*** Darma Patria Pendekar Mata Keranjang 108 dalam episode :
Darah Penyambung Nyawa 128 hal. *** SATU SEORANG pemuda berpakaian hijau ketat, mengayunkan kaki seenaknya seraya mengebut-ngebutkan kipas lipat berwarna ungu ke sekujur tubuhnya. Pemuda yang memiliki wajah tampan penuh seri dan sepasang mata yang bersinar-sinar itu, memang tampak kegerahan dan kepanasan .
Saat itu memang tengah hari. Sang Surya bertengger di angkasa,_memancarkan sinarnya yang garang ke bumi, seakan-akan hendak membakar apa yang ada di bawahnya. ~
Sambil terus mengebut-ngebutkan. kipasnya 'yang bergambarkan laut dan angka 108, si pemuda mengeluarkan segulungan kecil daun lontar dari balik pakaiannya.
Pemuda ini memang bukan lain adalah Aji Saputra alias Pendekar Mata Keranjang 108. Dan sekarang, si pemuda membuka gulungan daun lontar itu dengan sebelah tangan. .
Seketika itu tampak oleh Aji deretan-huruf huruf yang tak rapi pada permukaan daun lontar. Huruf-huruf yang terangkai menjadi nama! Sesaat. bibir Aji menggerimit pelan ketika membaca rangkaian rangkaian huruf itu dengan tanpa mengeluarkan suara. Dahinya pun mengernyit, seaka akan tengah mengingat-ingat. Di lain kejap, gulungan daun lontar itu dimasukkan kembali ke balik pakaiannya. .
Baru saja tangan Itu dikeluarkan kembali, sepasang alis Aji berkerut dalam hingga hampir menyatu. Karena, sayup-sayup dia menangkap bunyi beradunya
senjata tajam dan hentakan-hentakan keras. Bunyibunyi khas pertarungan.
. "Benar-benar tak tahu waktu orang-orang yang tengah bertempur itu," rutuk si pemuda seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Apakah mereka tak tahu kalau saat ini keadaan benar-benar tak menyenangkan untuk bertarung"! Ataukah mereka sedemikian sibuknya, sehingga hanya saat ini mereka mempunyai kesempatan untuk bertarung"!"
Aji membutuhkan waktu beberapa saat untuk bisa memperkirakan asal bunyi itu. Ternyata dari rimba di sebelah kirinya. Pendekar Mata Keranjang sendiri, berada di sebuah jalan berbatu-batu yang cukup lebar.
Karena dorongan rasa ingin tahu yang besar, dan juga adanya kemungkinan orang membutuhkan pertolongan,. Aji melesat menuju rimba itu. Dan, saat si pemuda bergerak, bunyi-bunyi yang terdengar semakin keras.
Ketika Pendekar Mata Keranjang telah tiba di mulut rimba, bunyi dentang senjata beradu dan bentakan-hentakan terdengar semakin keras. Si pemuda terus melesat ke dalam. Sesaat kemudian, Aji telah berada di'sebuah tanah lapang yang cukup luas.
Aji merasakan bulu-bulu tengkuknya berdiri ketika melihat pemandangan yang terpampang di hamparan tanah lapang Itu. Beberapa sosok tergolek di tanah dalam keadaan tubuh tidak utuh. Sebagian besar buntung kepalanya. Hanya sebagian kecil yang terpisah tangan dan kakinya. Namun, semuanya mempunyai kesamaan, tergolek bermandikan darah. Rumput rumput hijau terlihat kemerahan karena tersiram darah.
Angin yang berhembus ke arah Pendekar Mata
Keranjang, dan agak keras, membawa bau yang menyengat hidung dan memualkan perut. Amis dan anyir. Bau darah ! ~ "iblis dari mana yang mampu melakukan kekejian seperti ini"!" kecam Aji seraya mengayunkan kaki mendekati sosok-sosok yang bergeletakan di tanah. '.'
Aji terperanjat ketika melihat ada satu sosok yang anggota tubuhnya utuh. Memang, seperti juga yang lainnya, sosok yang mengenakan jubah putih itu, berlumuran dan bergelimangan darah. Sosok ini tergolek di antara yang lainnya, sehingga semula agak tersembunyi dari pandangan Pendekar Mata Keranjang.
Pemuda berpakaian dalam kuning ini bergegas mendekati sasak berjubah putih. Si pemuda duduk bersimpuh dan memeriksanya. Tampak oleh Aji, sebagian besar jubah putih itu telah berwarna merah karena bernoda darah.
Tanpa menunggu lebih lama, Aji mengulurkan tangannya untuk memeriksa detak jantung sosok berjubah putih itu. Tapi, sebelum jari jari tangan si pemuda menyentuh dada, mendadak sang sosok mengebutkan tangannya ke wajah Pendekar 108.
Brrr...! " Serbuk-serbuk berwarna merah yang menyebarkan bau harum, menyerbu wajah Aji. Sang pendekar terperanjat, dan segera sadar kalau dirinya tertipu. Dia melompat ke belakang untuk mengelak seraya memejamkan mata agar tak kemasukan serbuk-serbuk itu. DI saat
yang sama, Aji mengibaskan tangan kanannya, mengirimkan pukulan jarak jauh pada penyerangnya.
Blarr...!' Angin keras yang menyeruak dari tangan Aji hanya mengenai pemukaan tanah, karena sosok berjubah putih itu telah lebih dulu menggulingkan tubuh dan melenting menjauh. Seketika itu pula tanah terbongkar, menimbulkan gumpalan-gumpalan tanah yang berpentalan ke_udara. Debu-debu yang timbul, menyebabkan tempat itu jadi remang-remang.
Dilain pihak, Aji memang berhasil membuat serbuk-serbuk merah tak mengenai matanya. Tapi, murid Wong Agung ini lupa untuk menahan napas. Bau harum itu tercium olehnya. Seketika itu pula, si pemuda merasa pusing. .
Aji menyadari gelagat tidak baik: Dia buru-buru menahan napas untuk mencegah bau harum itu terhisap lebih banyak. Pemuda berambut dikuncir ini'berhasil. Tapi, serbuk merah itu ternyata amat luar biasa. Kendati hanya terhisap sedikit, namun mampu menimbulkan pengaruh yang luar biasa. '
Pusing yang melanda Pendekar Mata Keranjang segera menghebat. Sekujur tubuhnya pun lemas. Malah, semua yang dilihat Aji berputaran, karena pandangannya berkunang-kunang.
Aji berusaha keras untuk bertahan. Dia mengerahkan hawa muninya untuk mendesak keluar racun yang masuk. Tapi, racun yang terkandung dalam serbuk merah telah meraSuki sekujur urat dan otot. dan menyebabkan lemas. Aliran hawa murni jadi kacau, mati kutu. usaha Pendekar Mata Keranjang kandas. Dia terhuyung-huyung sebelum akhirnya ambruk ke tanah.
Sosok berjubah putih yang telah tegak di tanah,
maju menghampiri Aji. Sambil melangkah, dengan sebelah tangan dia melucuti jubahnya yang berlumuran
darah, serta mengusap-usap wajahnya yang berdebu dan dipenuhi bercak-bercak darah.
Di depan sang sosok, Aji rebah tak berdaya. Seluruh anggota tubuhnya tak bisa digerakkan. Lemas. Lunglai. Bagaikan orang yang tak berotot, berurat, dan bertulang. Tapi pemuda ini masih sadar. Matanya masih bisa dibuka, sehingga bisa melihat semua tindakan dan gerak-gerik sang sosok.
Sosok itu ternyata seorang wanita setengah baya. pesolek, dan berpakaian hitam. Mulutnya yang masih berbentuk indah. tersenyum penuh daya pikat. Sepasang matanya menyambar-nyambar dengan sorot genit. Aji sampai terperanjat melihatnya. Karena, dia telah melihat wanita ini sebelumnya, dan cukup mengenalnya.
"Dewi Barhati Besl...,' keluh pemuda berambut dikuncir ini dalam hati. "Sungguh sial! Rupanya aku telah tertipu...!" '
Wanita berpakaian hitam yang memang adalah Dewi Berhati Besi, mengukir senyum penuh daya pikat. Dengan sikap genit dan suara dibuat-buat, dia bicara.
'!Selamat berjumpa lagi, Bocah Bagus. Dan, pada perjumpaan kali mi kau tak akan lolos dari tanganku...l" (Untuk jelasnya mengenai tokoh yang berjuluk Dewi Berhati Besi Ini dan masalahnya dengan Aji, silakan baca episode sebelumnya yang berjudul : 'Mustika Naga Hitam"). '
Usai berkata demikian, Dewi Berhati Besi mengeluarkan sebuah guci sebesar ibu jari kaki dari selipan
pinggangnya. Kemudian, wanita Ini mengeluarkan: sebutir pil merah dari dalam guci itu'. Lalu,_dia berjongkok dan menjejalkan pil itu ke dalam mulut Aji. .
Kalau saja mampu, Aji tak akan sudi menelan pil itu. Tapi, apa dayanya" Tanpa kesulitan sama sekali, sang dewi memasukkan pil itu ke dalam mulut sang pendekar.
"Bocah bagus. Pil yang kau telan itu kuberi nama pil surga dunia. Dengan menelannya, kau akan mendapatkan kenikmatan dan kesenangan hidup, kendati hanya semalam. Setelah itu, sedikit demi sedikit kau akan mati dalam keadaan menderita. Hik hik hik...!" kata Dewi Berhati Besi yang berwatak cabul seraya terkikih penuh kegembiraan. '
Masih dengan tawa yang belum habis, Dewi Berhati Besi melontarkan sebatang anak panah ke udara. Di angkasa, anak panah itu memancarkan sinar merah yang memancar ke segenap arah. Lalu, wanita ini mengangkat tubuh sang pendekar dan membawanya melesat meninggalkan tempat itu.
Sekitar puluhan tembak di luar hutan, beberapa orang anak buah Dewi Berhati Besi, melesat menjauhi rimba setelah melihat munculnya isyarat yang mereka tunggu, yaitu panah berapi berwarna merah.
Tanda itu merupakan isyarat kalau rencana yang disusun Dewi Berhati Besi untuk menjebak Aji telah berhasil dengan baik. Rencana yang telah disusun secara rapi oleh sang dewi dan anakanak buahnya, yaitu murid-muridnya, anggota Perkumpulan Anak Langit, setelah memperhatikan gerak-gerik Aji dan menguntit perjalanannya.
Pendekar Mata Keranjang memang tak tahu
kalau selama beberapa hari, dia dikuntit terus oleh Dewi Berhati Besi dan anak buahnya. Oleh karena itu,_sang Dewi Berhati Besi bisa memperkirakan arah yang ditempuh sang pendekar. Wanita berpakaian hitam ini pun bergerak mendahului Aji tanpa diketahui oleh si pemuda. Sedangkan beberapa orang anak buahnya tetap berada di belakang Aji, di dalam jarak yang sama..
Dewi Berhati Besi menunggu didalam rimba bersama beberapa orang tokoh persilatan aliran putih yang terlebih dulu ditahannya. Ketika Pendekar Mata Keranjang telah berada di dekat rimba, murid-murid Perkumpulan Anak Langit, melepaskan anak panah yang mangeluarkan sinar biru. Ini menjadi isyarat pada Dewi Berhati Besi kalau Aji telah berada di dekat rimba.
Dewi Berhati Besi pun melaksanakan siasat yang telah diaturnya. Dia menimbulkan bunyi pertarungan dengan membentur-benturkan senjata dan mengeluarkan bentakan-bentakan keras. Bentakan yang keluar dari mulutnya sendiri, tapi dengan kepandaiannya tercipta aneka suara dan seakan-akan keluar dari mulut beberapa orang.
Kemudian, para tawanannya dibunuh secara kejam, untuk menimbulkan amarah Aji. Dewi Berhati Besi sendiri, segera memoles dirinya sedemikian rupa agar tak dikenal Pendekar 108. Mengenakan jubah putih, dan melumuri sebagian tubuh serta wajahnya dengan darah campur debu.
Setelah itu, Dewi Berhati Besi merebahkan tubuhnya tertelentang, bersikap 'seperti orang yang tengah sekarat atau terluka parah. Padahal, di tangan kanannya, tergenggam serbuk-serbuk beracun yang mampu membuat tokoh bertenaga dalam kuat sekalipun, akan
takluk. Meski hanya mencium baunya sebentar.
Rencana Dewi Berhati Besi ternyata berjalan dengan mulus. Aji terkena perangkap yang dibuat sang dewi. Dan, sekarang Pendekar 108 berada dalam kekuasaan Ketua Perkumpulan Anak Langit.
Dewi Berhati Besi baru menghentikan larinya ketika berada di depan sebuah kuil rusak. Dinding-dinding bangunan-itu telah rusak di sana-aini, dan berlumut. Malah salah satu dinding telah hampir roboh.
Dengan langkah-langkah lebar, Ketua Perkumpulan Anak Langit itu, membawa Aji ke dalam kuil. Kemudian, melemparkannya ke lantai di salah satu ruangan yang paling baik keadaannya. Kendati demikian, ruangan itu tetap kotor berdebu, serta dipenuhi sarang laba-laba pada sudut-sudut ruangannya.
Tanpa bicara apa pun, Dewi Berhati Besi mengibas-ngibaskan tangannya sehingga membuat abu serta kotoran yang ada, beterbangan keluar. Kejap kemudian, ruangan itu telah agak bersih. '
Dewi Berhati Besi baru memperhatikan Aji. Dilihatnya, si pemuda tengah blingsatan. Sorot mata Pendekar 108 yang menikamnya, sarat dengan nafsu birahi.
Memang, beberapa saat yang lalu, Aji merasakan hawa panas timbul di perutnya. Lalu, menjalar ke seluruh badan. Hawa panas ini menimbulkan nafsu birahi yang semakin lama semakin menggila, dan tak mampu dikendalikan oleh sang pendekar.
Dewi Berhati Besi tertawa dingin melihat calon korbannya telah menunjukkan gejala yang diharapkan. Buru-buru wanita ini mengeluarkan Sehelai sapu tangan hitam dan mengebutkannya didepan wajah Pendekar 108. Gejala yang terlihat pada Aji, menunjukkan pada si wanita kalau pil surga dunia mulai menimbulkan pengaruh atas diri sang korban.
. Serbuk serbuk kekuningan menyerbu wajah Aji ketika sang Ketua Perkumpulan Anak Langit itu mengebutkan sapu tangannya. Bau harum kembali menyeruak. Hanya saja keharuman yang tersiar, berbeda dengan sebelumnya. Dan, tak berselang lama, urat; otot, dan tulang-tulang yang lunglai, kembali seperti sediakala secara berangsur-angsur. '
Begitu rasa lemas yang mengungkungnya telah lenyap, bagaikan seekor serigala kelaparan melihat anak domba yang gemuk, Aji menerkam Dewi Berhati Besi. Pendekar 108 telah tak teringat lagi akan apa yang dilakukannya. Tidak merasa lagi kalau apa yang akan diperbuatnya, tak patut dilakukan oleh seorang pendekar. Pemuda berambut kuncir itu, hanya merasakan satu kebutuhan, melampiaskan nafsu birahi yang bergejolak di dalam dada.
Dewi Berhati Besi terkekeh gembira. Dia tidak mengelak sama sekali sehingga tertekam Aji. Wanita pesotek ini terjengkang ke belakang dan. jatuh telentang, dengan tubuh Aji berada di atasnya. Namun. seperti juga sebelumnya. Ketua Perkumpulan Anak Langit
ini hanya terkekeh, genit serta sarat dengan kecabulan.
Saat-saat yang menegangkan itu, terdengar semakin keras.
"Wanita cabul! Kau 'boleh berjina dengan orangorang yang kau inginkan. Aku tak peduli, apalagi sampai ikut campur! Tapi. kau telah menggunakan siasat licik untuk membuat orang melayani nafsu iblismu! Terpaksa, kali ini aku tak tinggal diam!"
Dewi Berhati Besi terperanjat bukan main mendengar seruan yang diketahuinya pasti ditujukan untuknya. Ini berarti ada orang yang melihat semua perbuatannya. Dewi Berhati Besi malu bercampur marah, di samping rasa kagetnya. Gangguan ini menyebabkan gairahnya menurun jauh.
*** DUA BERBEDA dengan Dewi Berhati Besi, Aji sama sekali tak mempedulikan seruan itu.
"Gurunya cabul. Muridnya pun tak beda. Memang benar kata pepatah yang menyebutkan kalau buah apel itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Kelakuan dan kegemaranmu persis gurumu, Wanita Liar...i" Kembali terdengar satu seruan dari pemilik suara yang belum ketahuan wujudnya itu
Dewi Berhati Besi mengedarkan pandangan ke sana kemari, karena tak dapat menentukan asal seruan itu. Suara itu seperti menyeruak dari segala arah. Hal ini menunjukan pada sang .dewi kalau pengintai itu memiliki kepandaian menakjubkan. Karena, hanya orang bertenaga dalam amat kuat, dan berilmu luar biasa tinggi, yang mampu membuat ucapannya tak diketahul asalnya. '
Hal lain yang mengejutkan Ketua Perkumpulan Anak Langit ini adalah ucapan Si pemilik suara tanpa wujud. Itu mengenai gurunya. Dari pernyataannya, Dewi Berhati Besi tahu kalau sang pengintai itu mengenal gurunya dengan baik. Itu berarti sosok yang belum kelihatan wuiudnya itu seangkatan dengan gurunya.
Kali Ini Dewi Berhati Besi benar-benar telah kehilangan gairahnya. Dia mendorong Aji hingga si pemuda terjengkang. Kemudian. wanita ini bergegas bangkit dan membereskan rambut serta pakaiannya.
' Namun, sebelum wanita pesolek ini sempat berbuat sesuatu, Aji yang telah dirasuki birahi, bergegas bangkit dan menubruknya. :
Sang Dewi Berhati Besi jadi jengkel pada Aji. Tapi, wanita pesolekjni tak berani bertindak gegabah. Dia tahu kalau si pemuda berkepandaian tinggi. Oleh karena itu, Dewi Berhati Besi tidak mengelak ketika Aji menubruknya, hingga membuatnya jatuh telentang dengan tubuh si pemuda berada di atasnya. Saat itulah, jari tangan Dewi Berhati Besi meluncur ke arah bahu kanan Aji.
Tukkk...! ' _ Seketika itu pula, Aji langsung terkulai lemas. Tak ubahnya sehelai kain basah. Pemuda berambut dikuncir ini pun tak berdaya ketika sang dewi mendorongnya hingga tergelimpang di lantai.
Dewi Berhati Besi tak mempedulikan Aji lagi. Dia bergegas bangkit seraya mengedarkan pandangan ke sana kemari, mencari-cari sang pemilik suara. Tapi. lagi-lagi hasilnya nihil.
"Pengintai Hina...! Kalau kau memang bukan seorang pengecut, tunjukkan dirimu...!" tantang wanita berpakaian hitam ini, lantang kendati dengan sedikit cemas. Sebab, dia telah bisa memperkirakan kalau sang pemilik suara, berkepandaian tinggi.
"Ha ha ha"!" ' .
Sosok tanpa wujud itu hanya memperdengarkan tawanya yang keras menggelegar sebagai sambutannya. Akibatnya, dinding-dingin kuil yang telah lapuk. rontok.
Untuk kesekian kalinya. Dewi Berhati Besi terperanjat. Kejadian pada dinding kuil, telah menjadi bukti ketinggian tenaga dalam sosok tanpa wujud itu. Tapi, satupun dewi tak menjadi gentar karenanya.
"Keparat busuk...! Jangan kau kira dapat menggertakku dengan permainan anak-anak seperti itu...! Kalau kau memang bukan pengecut, keluar...!" seru Dewi Berhati Besi, lantang. .
"Baiklah kalau itu yang kau inginkan...! ingat, kau yang memintaku keluar...!" '
Belum lenyap gema ucapan itu, dari atas atap kuil
_ yang tidak tertutup, melayang turun sesosok bayangan. Di lain kejap, sosok itu telah menjejakkan kakinya di depan Dewi Berhati Besi.
Sang Ketua Perkumpulan Anak Langit itu sampai terjingkat ke belakang saking kagetnya; Dia tak mendengar bunyi gerakan atau kesiuran angin. Tapi, tahu-tahu sosok itu telah tegak di hadapannya. Sang Dewi Berhati Besi pun mengarah pandangannya pada sang sosok.
Sosok yang berdiri berjarak dua tombak dari Dewi Berhati Besi adalah seorang kakek berkepala botak. Kumis, jenggot, dan cambangnya telah berwarna dua. Tubuhnya tinggi besar dan terbungkus oleh pakaian lusuh yang sudah tidak dapat dikenali lagi warna aslinya.
"Tua bangka keparat...! Siapa kau..."! Mengapa mencampuri urusanku...!" tanya Dewi Berhati Besi dengan nada tinggi. .
"Orang sepertimu tak pantas mengenalku, Wanita Liar! Dan, perlu kutegaskan sekali lagi" aku sebenarnya tak ingin mencampuri urusanmu kalau saja bukan pemuda ini yang kau jadikan korban...." .
'Apa hubunganmu dengan pemuda ini, Keparat"!" tanya Dewi Berhati Besi lagi, terdorong oleh rasa Ingin tahu mengapa si kakek botak mengistimewakan Pendekar Mata Keranjang.
"itu pun tak perlu kau tahu, Wanita Cabul!" tandas ..
kakek berpakaian lusuh. 'Yang jelas, kalau kau bermaksud meneruskan maksudmu, akan berhadapan denganku!" Kalau kau mengurungkan tindakan tak terpujimu, aku bersedia membiarkanmu pergi!"
Dewi Berhati Besi tak segera memberikan tanggapan. Dia tercenung dengan benak digayuti berbagai macam pertanyaan. _
'Aneh...! Mengapa setiap usahaku untuk menguasai bocah ini senantiasa mendapatkan halangan" Benar-benar sial...! Haruskah kuturuti ucapannya dan pergi dari sini"!" Tapi. . itu urusannya terlalu pengecut. Susah-payah kudapatkan bocah ini mana mungkin harus kulepaskan begitu saja"! Toh, tingkat kemampuan kakek keparat ini belum kuketahui. Bukan tidak mungkin dia hanya menggertakku saja."
Keputusan terakhir yang diambil, membuat sang Dewi Berhati Besi timbul kembali semangatnya. Dia menatap kakek botak dengan sorot mata penuh tantangan.
"Kakek usilan! Jangan kau kira akan demikian mudah untuk menggertakku. Kalau kau memang punya kemampuan, silakan mengusirku dari tempat ini" tandas Ketua Perkumpulan Anak Langit itu dengan suara keras.
"Begitukah"!" timpal kakek berpakaian lusuh,"seenaknya. 'Kalau itu yang kau inginkan, akan kupenuhi! Tapi ingat, kau yang menantangku, Katakan itu nanti pada gurumu, agar dia tidak menganggapku bertindak keterlaluan...!"
Baru saja kakek botak mengatupkan mulutnya, Dewi Berhati Besi melancarkan serangan. Wanita pesolek yang licik itu mengibaskan tangannya, menaburkan bubuk-bubuk merah yang telah berhasil memperdayai aji.
Seketika itu pula, bau harum melingkupi sekitar tempat itu. Menyeruak, mengiringi menyerbunya debu debu kemerahan. Tapi, kakek berpakaian lusuh hanya terkekeh. Lalu, dia mengebutkan tangannya. Seketika itu pula, angin keras berhembus. Melabrak debu-debu dan membawanya pada Dewi Berhati Besi.
Sang dewi tak berani bertindak sembarangan. Dia melompat ke samping untuk mengelakkan serbuan angin keras yang menggebrak ke arahnya. Tapi, si kakek tak tinggal diam. Dia mengirimkan serangan bertubi-tubi dengan kibasan-kibasan tangannya, yang mengakibatkan menyeruaknya angin-angin keras.
Dewi Berhati Besi blingsatan ke sana kemari untuk mengelak. Dia berhasil. Akibatnya, dinding-dinding kuil yang menjadi sasaran, berlobang dan berguguran ketika terhantam.
Untuk beberapa gebrakan, Dewi Berhati Besi memang berhasil menyelamatkan diri dari serbuan angin angin keras. Tapi, baru delapan jurus. wanita ini telah dibuat kerepotan. Ketua Perkumpulan Anak Langit ini tak punya kesempatan untuk melancarkan serangan balasan, karena gencarnya serbuan-serbuan kakek berbaju lusuh.
Di jurus kedua belas. Dewi Berhati Besi tak mampu mengelak lagi karena telah terpojok di sudut kuil. Wanita pesolek ini terpaksa. menangkis, dengan mendorongkan tangannya yang menimbulkan serbuan angin keras. _
' Pyarrr, plaass..!"
Benturan pukulan-pukulan jarak iauh itu membuat Dewi Berhati Besi terjengkang. Punggungnya menabrak dinding kuil. Tangannya-terasa sakit-sakit dan dadanya sesak.
Dewi Gerhati Besi sadar, kalau kakek berkepala botak melancarkan serangan lagi, nyawa akan melayang. Karena, keadaannya saat Ini tak memungkinkannya untuk mengelak, apalagi untuk menangkis serangan.
Namun, kekhawatiran Dewi Berhati Besi segera mencair ketika mengetahui kakek bolak tak melanjutkan serangan. Si kakek berdiri tegak dengan pandangan mata menghujam ke arahnya.
"Siapa sebenarnya kakek keparat ini"!' Dewi Berhati Besi meracau dalam hati. "Kepandaiamya luar biasa sekali. Aku yakin, tingkatnya tak berada di sebetah bawah Guru. Padahal, menurut Guru, tokoh yang memiliki kemampuan setaraf dengannya hanya bisa dihitung dengan jari...."
Ketua Perkumpulan Anak Langit ini sampai mengernyitkan dahinya karena bersikeras untuk mengingat-ingat. Kejap kemudian, parasnya berubah ketika teringat akan satu nama. '
"Dewa Botak... apakah tokoh ini yang mempunyai julukan itu"! Kalau menilai dari kepandaiannya, dan juga ciri-cirinya... rasanya tak salah lagi. Apa yang dikatakan Guru semuanya benar, berpakaian lusuh serta berkepala gundul....' .
'Wanita liar. Dengar baik-baik," kakek botak bicara.dengan nada sungguh-sungguh. "Aku memberimu kesempatan sekali lagi, untuk segera meninggalkan tempat itu. Jika, kau masih tetap bersikeras untuk meneruskan maksudmu, tindakanku selanjutnya belum tentu lunak."
Dewi Berhati Besi hanya bisa memaki-maki si kakek dalam hati. Kalau menuruti perasaan, dia tak ingin meninggalkan tempat itu. Tapi, apa'dayanya"! Si kakek terlalu tangguh untuknya, bersikeras menentang, hanya akan merugikan diri sendiri.
"Kali ini aku mengaku kalah, Dewa Botak._ Sekarang, aku terpaksa mengikuti keinginanmu. Tapi. camkanlah. Akan datang waktunya bagiku untuk membahas dendam terhadap perlakuan tak sopanmu ini !'
Kakek berkepala gundul hanya tertawa terkakeh.
"Rupanya kau telah tahu siapa adanya aku, Perempuan jalang!' katanya, setelah puas mengumbar tawa.
Dewi Berhati Besi tak memberikan tanggapan apa pun. Wanita pesolek ini hanya menghujamkan tatapan penuh rasa dendam pada si kakek. Tapi, yang ditatap, tak mempedulikannya sama sekali. Kakek yang ternyata berjuluk Dewa Botak ini tetap tak acuh ketika Dewi Berhati Besi membalikkan tubuh dan melesat meninggalkan tempat itu.
Dewa Botak menghampiri Aji yang masih tergolek ditanah, setelah terlebih dulu memperhatikannya beberapa saat lamanya. Sambil mengayunkan kaki, si kakek mengebutkan tangannya. Hembusan angin keras pun menggebrak, meluncur ke arah Aji. Si kakek melakukannya beberapa kali.
Tak lama kemudian, dari sepasang lobang hidung Pendekar 108 keluar cairan kehijauan. Begitu pula dari sudut-sudut mulutnya. Dan, ketika tak ada lagi cairan yang keluar, sorot mata dan paras Aji tak lagi memancarkan nafsu yang besar. Perlahan-lahan segalanya kembali seperti sediakala.
Sungguhpun demikian, pemuda berambut dikuncir Inl belum mampu untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Apalagi untuk bangkit. .Totokan yang diancarkan Dewi Berhati Besi masih membelenggunya. Meskipun demikian, Aji telah dapat berpikir secara normal.
Pendekar 108 ingat kalau dirinya telah tertawan secara licik, oleh DeWi Berhati Besi, dan ditotok. Lalu, dirinya diberikan obat-obatan yang membuat nafsu birahinya bangkit. Setelah itu, hanya bayangan-bayangan kabur yang dapat diingatnya. Dan, di antara bayangan bayangan kabur itu, kakek berkepala botak yang berada di depannya, tidak termasuk di dalamnya.
' 'Ke mana perginya wanita jahat itu..."! Dan... siapa adanya kakek ini" Dan, di pihak mana dia berdiri, kawan atau lawan"!" tanya Aji dalam diam. setelah tak mampu mengingat-ingat bagaiamana kakek botak bisa berada di depannya. ..
Saat Aji tengah kebingungan, Dewa Botak kembali mengebutkan tangannya. Di lain saat, Aji merasakan totokan yang membelenggunya, pudar. Aliran darahnya kembali lancar.
Aji bergegas bangkit. Meski masih belum merasa jelas, pemuda ini telah dapat mengira-ngira kalau Dewa
Botak bermaksud baik. Kalau tidak, mana mungkin akan membebaskannya dari belenggu totokan Dewi Berhati Besi.
Walau demikian, Pendekar 1 08 tak meninggalkan kewaspadaannya. Karena, pemuda ini tahu kalau masalahnya belum jelas.
"Terima kasih, Kek. Aku...."
Aji terpaksa menghentikan ucapannya yang belum selesai karena Dewa Botak menyelak.
"Masalah mengucapkan terima kasih adalah persoalan mudah' dan sepele, Anak Muda. Bisa dilakukan tanpa terburu-buru. Yang penting. kau benahi dulu dirimu !"
Penyataan kakek gundul itu membuat Aji memperhatikan dirinya. Seketika itu pula, si pemuda terperanjat. Sepasang matanya membeliak besar dan wajahnya merah padam. Pendekar 108 malu. Karena, pakaiannya tidak lagi berada di badan. Yang tinggal hanya celana.
"Pantas sejak tadi aku merasa dingin-dingin. Rupanya bajuku telah minggat entah ke mana," racau Aji dalam hati yang galau. Karena, keadaannya mengingatkannya akan Dewi Berhati Besi dan perasaan aneh yang melandanya sebelum dirinya tak sadarkan diri.
Aji bergegas mengambil pakaiannya yang terhampar di lantai. Kemudian, dengan gerakan cepat pemuda ini mengenakannya. '
"Karena terlalu memikirkan si kakek dan Dewi Berhati Bear, aku sampai tak sadar kalau tak berbaju lagi." si pemuda membatin. .
"Kek... aku tak tahu dan tak ingat apa yang terjadi. Bisakah kau memberitahukannya padaku"!" tanya Aji
setelah selesai berpakaian. Nada suara pemuda ini sarat dengan kecemasan.
Pendekar Mata Keranjang khawatir kalau dirinya telah menggauli Dewi Berhati Besi. Karena, sebagian ingatannya yang samar-samar kembali adalah ketika dia menubruk sang Dewi Berhati Besi dan menggumulinya.
'Tidak usah cemas, Anak Muda. Apa yang kau khawatirkan tidak terjadi. Perempuan yang memperdayamu itu kabur ketika aku datang."
Selembar wajah Pendekar Mata Keranjang kontan _berseri-seri. Dia gembira mengetahui apa yang dicemaskannya tidak terjadi. Kendati demikian. Aji tahu kalau Dewa Botak agak berdusta. Mana mungkin, Dewi Berhati Besi kabur begitu -saja"! Pasti si kakek yang telah mengusirnya dengan' kekerasan. Tapi, Pendekar 108 tak berkeras mendesak si kakek untuk bicara sejujurnya.
"Sekarang hatiku lega, Kek. Aku berhutang budi padamu. Kalau tidak ada kau, mungkin aku telah melakukan perbuatan yang memalukan itu," ujar Aji dengan nada gembira. '
"Tahan dulu perasaan gembiramu, dan juga terima kasihmu itu, Anak Muda. Memang, kau selamat dari cengkeraman nafsu wanita pesolek itu. Tapi, kau tetap tak luput dari ancaman bahaya. Kau tahu; berapa lama kau masih bisa hidup"!"
Ali terjingkat ke belakang seakan akan disengat ular berbisa. Dengan paras berubah dan suara agak bergetar, pemuda berpakaian hijau ketat ini perdengarkan ucapan.
"Kek... aku masih belum mengerti maksud ucapanmu. Bisakah kau mengatakannya secara jelas"!" _ Dewa Botak menghembuskan napas berat, sebelum-akhirnya bicara. ' ~
"Masalah memberikan penjelasan. gampang, Anak Muda. Tapi, aku ingin tahu dulu mengapa kau bisa berada di tempat ini dan bersama-sama wanita tak sopan itu. Jangan lupa, beri tahukan pula siapa adanya dirimu."
"Namaku Aji, Kek. Aji Saputra." si pemuda lebih dulu memperkenalkan diri seraya mengusap-usap ujung hidungnya. Kemudian, secara singkat tapi jelas, pemuda berambut dikuncir itu menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Dewa Botak mendengarkan ceritanya dengan penuh minat.
'itulah sebabnya kukatakan kalau umurmu hanya tinggal beberapa saat lagi, Anak Muda." kata kakek berkepala botak setelah Aji selesai bercerita, dan si kakek memperkenalkan dirinya pada Pendekar 108. Pil surga dunia adalah racun yang amat berbahaya dan mematikan. Di samping dapat menimbulkan nafsu birahi yang tak terkendalikan, pil itu akan membunuh dalam waktu setengah harian.": .
Untuk kesekian kalinya, Aji tersentak kaget.
"Sampai demikian dahsyatnya pengaruh pil surga dunia itu, Kek"!'_ tanya si pemuda .tanpa menyembunyikan rasa terkejutnya.
Kakek berkepala botak mengangguk.
*** TIGA AJI kontan diam. Tapi, hanya mulutnya. Di dalam benak pemuda ini, serentetan pertanyaan berkumandang.
"Hanya sampai di sini sajakah umurku"! Apakah kepergianku ketempat asing ini hanya untuk mengantarkan nyawa"! Ahhh...! Padahal, belum begitu banyak wanita yang kukenal. Hhh...l Nasib...! Nasib!'"
'Mengapa kau malah diam, Anak Muda"! Apa yang kau pikirkan"! Kematian"! Asal kau tahu saja. Anak Muda. Tidak ada yang perlu ditakuti dengan kematian itu."
-"Aku tak memikirkan masalah kematian itu, Kek. Aku hanya menyesalkan singkatnya sisa waktu yang kumiliki. Padahal, masih banyak tugas yang belum kuselesaikan," kilah Aji.
Dewa Botak terkekeh pelan. Kemudian, mulutnya membuka. perdengarkan ucapan.
"PIL surga dunia memang amat keji. Tapi, Itu bukan berarti tidak ada penangkalnya." '
"Jadi... racun itu bisa dipunahkan, Kek"!" sambar Aji, cepat dan penuh gairah.
Kakek berkepala botak mengangguk.
"Dan kau punya penangkalnya, Kek," desak Pendekar 108, penuh harap.
'sayang tidak," jawab DeWa Botak, sehingga membuat seri di wajah Aji lenyap"Aku hanya tahu penangkal-penangkalnya. Yang pertama tentu saja pada perempuan yang meracunimu...."
Aji garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau pada perempuan tak sopan itu tanpa diberitahukan pun, aku tahu," rutuk pemuda berambut dikuncir itu dalam hati.
"Tentu saja pada perempuan liar itu kau tak bisa berharap untuk mendapatkan pemunahnya, Aji," kata Dewa Botak lagi, mengganti sapaan terhadap si pemuda dengan nama saja. "Kau hanya punya harapan pada yang kedua, Aji. Karena. aku tahu tempatnya."
"Di mana, Kek"! Jauhkah dari sini"!" tanya Aji, setengah hati, mengingat keterbatasan waktu yang dimilikinya.
"Lumayan," jawab Dewa Botak. 'Kira-kira dua hari tiga malam waktu yang kau perlukan untuk tiba di tempat itu, bila kau menunggang kuda tanpa henti dengan kecepatan tinggi. Akan lebih lama lagi waktumu bila kau tersesat jalan atau...:
'Kurasa tak ada gunanya kau terangkan lebih jauh, Kek," sela Pendekar 108 tanpa menunggu ucapan itu selesai. "Karena. sebelum tiba di tempat itu, nyawaku keburu melayang. Mengapa" Karena, seperti pernyataanmu tadi, Waktu yang kumiliki hanya setengah hari."
Dewa Botak kembali terkekeh.
"Anak muda kau terlalu khawatir akan kematian. Sehingga ucapanku hanya kulitnya saja yang kau tangkap. Pikirkanlah. Untuk apa kuberitahukan penangkalnya, kalau kutahu kau tak punya waktu untuk mendapatkannya"!"
"Aku makin tak mengerti dengan ucapan-ucapanmu, Kek," timpal Pendekar 108 pasrah seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Pemuda berambut dikuncir ini kebingungan. '
"Dengar baik-baik, Aji," kata kakek gundul sambil menatap wajah Aji lekat lekat. "Waktu yang kau miliki memang tidak 'cukup untuk kau gunakan mencari dan mndapatkan penangkal racun yang terkandung dalam pil Surga dunia. Tapi, aku punya cara untuk memperpanjang waktu...." '
"Sekarang aku mengerti," Kek,'.' cetus Aji, gembira. "Kau hendak menghambat berjalannya pengaruh racun itu, bukan"!"
Dewa Botak menatap Aji tajam-tajam sebelum akhirnya mengangguk. '
"Aji.... Sejak pertama kali melihatmu aku telah yakin kalau kau bukan pemuda sembarangan. Sorot matamu luar biasa tajam menandakan kekuatan tenaga dalammu yang sukar untuk diukur. Aku tak mau pusing pusing memikirkan bagaimana orang semuda kau bisa mempunyai tenaga dalam demikian kuat. Yang' kuminta hanya satu. Kau jangan melakukan tindakan yang berupa perlawanan. Kekang tenaga dalammu. _Janoan menentang usaha yang akan kulakukan. Kau mengerti"
"Mengerti, Kek," Aji mengangguk.
"Sebelum-kulakukan apa yang seharusnya kuper buat, perlu kuberitahukan padamu, Aji. Aku hendak mendorong racun yang berada di tubuhmu ke bagian tubuh Yang paling jauh dari jantung, dan menyudutkannya." .
..ya. . "Memang apa yang akan kulakukan ini sulit untuk d!dimengerti orang lain. Apalagi untuk dipelajari: Aku sendiri membuang waktu belasan tahun untuk mendapatkannya. Pesanku, setelah racun itu kukekang, kau jangan mengerahkan tenaga dalam. Karena, pengerahan tenaga yang kau lakukan akan menyebabkan racun itu terbawa aliran darah dan menuju ke jantung.
Dan, bila telah tiba di sana, kautahu akibatnya, bukan": Nyawamu akan melayang!" '
'"Kalau kau tak menggunakan tenaga dalam sama sekali, aku jamin, racun itu baru akan sampai .di jantungmu setelah melewati waktu tiga minggu. Jika kau melanggar pantangan ini, batas waktunya akan. jauh lebih singkat. Mungkin dalam waktu seminggu racun itu telah tiba dijantungmu. Mungkin pula, tiga hari atau bahkan satu hari. Hal ini tergantung dan seberapa kuat tenaga dalam yang kau keluarkan, berapalama. dan berapa sering."
"Semakin kuat tenaga yang kau kerahkan. semakin lama,"dan sering, berarti akan semakin cepat racun itu tiba di jantungmu. Bukan mustahil, sebelum kau sampai di tempat tujuanmu nyawamu telah lebih dulu melayang. Jadi, kalau kau masih ingin hidup lebih lama; usahakan sedapat mungkin untuk tak mengerahkan tenaga dalam. Karena nasib dirimu selanjutnya bergantung pada dirimu-, Aji. Jelas"!"
"Jelas, Kek," jawab Aji" sambil manggut-manggut, kendati sebenarnya bingung bukan main. Bagaimana mungkin, dia tak mengerahkan tenaga dalam'. Dunia persilatan amat keras. Hukum rimba yang berlaku. Siapa yang kuat akan menekan yang lemah. Sewaktu-waktu, Aji bisa terancam bahaya. Tanpa tunjangan tenaga dalam, ilmu-ilmu yang dimilikinya akan tumpul. Pendekar Mata Keranjang tak ubahnya orang biasa!
"Kau telah siap, Aji"!' '
Pertanyaan Dewa Botak menyadarkan Pendekar itu dari lamunannya. Memang. perasaannya masih galau. Tapi, pemuda ini-mampu menekannya, sehingga tak tampak pada wajah. Bahkan ketika menjawab pun.
nada suaranya terdengar biasa.
"Siap, Kek! "Kalau begitu, duduk bersila, membelakangiku. Ingat kau harus mengendalikan tenaga dalammu. Jangan memberikan perlawanan. Karena hal itu akan mengganggu usahaku. Jelas"!"
Aji manggut-manggut. Lalu, tanpa bicara sedikitpun, pemuda berambut dikuncir ekor kuda ini duduk bersila. Dewa Botak pun melakukan hal yang sama, di belakang Pendekar 108!
Aji duduk bersila dengan telapak tangan di lutut. Sedangkan Dewa Botak duduk dengan sepasang telapak tangan ditempelkan ke punggung si pemuda. Melalui tangan yang ditempelkan itu, Dewa Botak menyalurkan hawa murni pada Pendekar Mata Keranjang.
Pendekar 108 merasakan aliran hawa hangat mengalir melalui tangan Dewa Botak. Merasakan adanya pengaruh tak dikenal yang meluruk, tenaga dalam pemuda berpakaian hijau ketat itu siap bergolak untuk menentang. Tapi, Aji ingat pesan si kakek. Maka, dia mengekang aliran tenaganya. dan membiarkan hawa hangat Dewa Botak menyeruak masuk tanpa memberikan perlawanan sedikit pun.
*** Seorang gadis berbaju merah dan bertubuh montok menggiurkan memperlambat larinya. Tatapannya yang semula tertuju lurus ke depan diarahkan ke samping kanannya.
Tidak ada yang dapat dilihat oleh si gadis kecuali kerimbunan semak-semak. Tapi, gadis berpakaian merah ini tahu kalau beberapa tombak di belakang semak
_semak itu, tengah terjadi sesuatu.
"Aku mendengar geraman geraman dan auman auman kemarahan dari harimau. Kalau tidak ada apa apa, tak mungkin binatang buas itu bertingkah demikian. Mungkin ada orang yang tengah terancam olehnya?"" si gadis membatin seteIah berhenti berlari. "Aku tak punya urusan penting dan mendesak yang harus kukerjakan. Jadi, kurasa tak ada salahnya kalau aku ke sana, melihat apa yang tengah terjadi. Barangkali saja ada seseorang yang memerlukan bantuanku....'_
Setelah mengambil keputusan demikian. gadis berpakaian merah itu berbelok arah. Dia berlari cepat menuju ke arah bunyi-bunyi harimau berasal.
Gadis berpakaian merah itu ternyata memiliki wajah yang amat buruk. Sebagian besar wajahnya berkulit kasar, berbintik-bintik seperti kulit buaya. Sisanya bolong-bolong. Bibirnya menggembung besar. seperti bengkak, sehingga seukuran kepalan bayi.
Kendati berwajah buruk, gadis berpakaian merah itu memiliki kepandaian tinggi. Gerakannya cepat. Sepasang kakinya seperti tak menginjak tanah ketika berlari. Bahkan, dia tak mengalami kesulitan sedikit pun ketika melalui kerimbunan semak yang "penuh dengan onak dan duri! '
Setelah berlari sejauh beberapa tombak. gadis berwajah buruk ini berada di hamparan tanah yang ditumbuhi rumput setinggi betis. Hamparan tanah itu cukup luas. Namun, bukan hal ini yang menarik perhatian si gadis. Melainkan sosok-sosok yang berada di sebelah kiri hamparan tanah itu.
Sosok pertama yang berada di bawah sebatang pohon dan tengah berusaha untuk memanjat adalah seekor harimau loreng. Binatang buas itu menggeram. dan meraung-raung penuh kemurkaan. Rupanya, karena maksudnya untuk naik ke atas pohon, senantiasa gagal.
Sosok yang lain berada di atas Pohon, di salah satu cabang yang membuat sang harimau loreng tidak mudah naik ke atas pohon. SOsok di atas pohon selalu menghantamkan batang kayu di tangannya ke arah wajah atau kaki depan harimau loreng, ketika binatang buas itu berusaha keras untuk memanjat.
Sosok kedUa ini adalah seorang manusia, pemuda berparas tampan. Rambutnya dikuncir ekor kuda.. Tubuhnya yang cukup tegap dibungkus pakaian dua lapis, Kuning berlengan panjang di bagian dalam, dan hijau tangan pendek di bagian luar. Pemuda Ini bukan lain dari Aji alias Pendekar Mata Keranjang 108;
Perempuan berwajah buruk terperanjat ketika melihat Aji. Untuk beberapa saat lamanya, dia terpaku di tempatnya bagaikan orang terkesima. _
"Apakah aku tidak salah lihat"!" gadis berpakaian "merah ini bertanya dalam hati. "Bukankah pemuda itu telah tewas"! Mengapa sekarang bisa berada di sini"! Dan tingkahnya... mengapa hanya menghadapi seekor harimau saja sudah demikian blingsatan. Wahhh...! Pasti aku telah salah lihat. Tidak! Tidak mungkin kalau dia adalah Aji. Aji telah mati! Lagi pula, jika dia benar Aji, harimau itu telah sejak tadi jadi bangkai, di tangannya----".
Cukup lama juga perempuan berpakaian merah
ini tercenung seperti orang kesima. Dia membutuhkan waktu beberapa saat untuk menguasai diri!
"Siapa pun adanya pemuda itu. Aji atau bukan, dia membutuhkan pertolongan. Kalau tidak ditolong, cepat atau lambat, harimau loreng itu akan berhasil dengan usahanya. Binatang buas yang tengah kelaparan itu akan menyantap si pemuda."
Setelah mengambil keputusan demikian, perempuan berparas buruk itu melesat mendekati pohcn di mana harimau loreng dan Aji berada. Hanya dengan sekejapan, si perempuan telah berjarak satu tombak dengan dua makhluk yang sama sama hendak mempertahankan hidup itu. '
Kedatangan perempuan berwajah buruk rupanya diketahui oleh harimau loreng itu.'Sang harimau menurunkan sepasang kaki depannya. Menurunkan pula kepalanya yang telah dijulurkan ke atas, mengikuti gerak sepasang kaki depannya. Sekarang keempat kakinya telah berada ditanah. Dan, binatang buas itu mengarahkan pandangan pada sang pendatang baru.
"Grrrhhh...!" Harimau loreng itu menggeram ketika bentrok pandangan dengan perempuan berpakaian merah. Memamerkan gigi-giginya yang runcing dan terlihat mengerikan.
Tapi, sang raja hutan ini kecelik kalau mengira manusia yang berdiri di hadapannya akan menjadi ketakutan dan berlari kalang kabut. Perempuan berpakaian merah itu tetap tegak di tempatnya. Sepasang mata si perempuan yang bening indah itu menentang sepasang mata sang harimau dengan tanpa berkedip.
Entah tingkah perempuan berpakaian merah di
anggap sebagai sebuah tantangan terhadap dirinya, atau mungkin binatang yang telah kelaparan ini. bermakSud mengalihkan sasaran yang hendak dijadikan santapannya. Harimau loreng ini mengaum keras sebelum akhirnya melompat menerkam perempuan berwajah buruk. Raungannya yang keras, membuat sekitar tempat itu bergetar hebat!
*** EMPAT PEREMPUAN berpakaian merah bersikap tenang. Dia tahu kecepatan menerkam harimau loreng itu
mengagumkan. Tapi, masih terlalu lambat bila dibandingkan dirinya. Oleh karena itu, si perempuan menunggu hingga sepasang kaki depan binatang buas itu semakin mendekat.
Ketika saat yang dinantikannya telah tiba, perempuan berwajah buruk itu melesat ke samping kanan. Di saat yang sama, tangan kirinya dihantamkan ke arah lambung sang raja harimau.
Bukkk! . Harimau loreng itu terpental ke samping akibat pukulan wanita berpakaian merah. Dari mulut binatang hutan yang perkasa itu keluar raungan kesakitan.
Tapi, harimau loreng itu bukan termasuk binatang yang mudah menyerah. Memang, pukulan gadis berwajah buruk menyakitkannya, membuat tubuhnya terlempar, dan terbanting di tanah secara keras. Tapi, binatang buas Itu tidak kapok, melainkan bangkit, menggeram kembali. Dan menerkam. '
Perempuan berpakaian merah mendengus, jengkel.
'Binatang tak tahu diri!" rutuknya geram. "tidak tahukah kau kalau aku telah bertindak baik hati"! Kalau aku mau, pukulanku tadi telah dapat mengirim nyawamu ke neraka! Tapi, kau tak tahu kebaikan orang! Kalau begitu, aku akan memberikanmu hajaran yang lebih keras agar kapok" '
Sambil berkata demikian, perempuan berwajah
jelek itu menyelinap; melalui bagian bawah tubuh harimau loreng. Serangan sang harimau tadi mengenai tempat kosong, lewat beberapa jari di atas kepala si perampuan.
Perempuan berwajah buruk itu sendiri, sekarang telah berada di bagian belakang harimau loreng. Kemudian. dengan kecepatan gerak yang mengagumkan, wanita ini mengulurkan tangannya ke arah ekor sang raja hutan. '
Tappp...! Ekor binatang buas itu tertangkap tangan si perempuan. Tanpa membuang waktu lagi, perempuan itu memutar-mutarkan tangannya di atas kepala, sehingga membuat harimau loreng terbawa berputaran. Sang raja hutan meraung-_raung karena marah bercampur takut.
Perempuan berpakaian merah yang telah bermaksud membuat sang binatang ketakutan, tak mempedulikannya. Dia terus saja memutar-mutarkan tangannya. Baru setelah dirasanya cukup, cekalan pada ekor harimau loreng dilepaskannya.
Akibatnya, tubuh harimau loreng melayang jaUh karena pengaruh tenaga putaran. Binatang buas itu meraung-mung karena merasa takut, menyadari akan keadaannya yang tidak menguntungkan. Dan, rasa takut sang binatang memang tak terlalu berlebihan. Karena luncuran tubuhnya menuju sebatang pohon. Di lain kejap, batang pohon besar itu terhantam kepala sang harimau secara keras. Terdengar bunyi 'bruk' yang cukup keras.Seketika itu pula, sang harimau'pingsan !


Pendekar Mata Keranjang Darah Penyambung Nyawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kendati binatang buas itu telah tak menyerang lagi, perempuan berwajah buruk, tak segera mengalihkan perhatian dari tubuh sang binatang. Tapi, bukan
karena wanita ini merasa tertarik. Perempuan berpakaian merah Ini belum mampu menguasai perasaannya, karena melihat orang yang mirip Pendekar 108. Dia menenangkan dirl dulu agar tidak terlihat gugup atau bingung. '
Di lain pihak. Aji malah merosot turun dari cabang pohon. Pemuda ini melakukannya sebagaimana orang biasa turun dari pohon. Aji tak berani mengerahkan tenaga dalam karena khawatir akan akibatnya. ,
Setelah tiba di tanah, pemuda berambut dikuncir itu mengayunkan kaki mendekati perempuan berwajah buruk. Wajah pemuda ini berseri-seri. Bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. Sedangkan orang yang didekati, .belum memalingkan muka. Masih menujukan pandangan pada harimau loreng .
"Selamat bertemu lagi. Nona," sapa Aji sopan dengan suara mengandung kegembiraan besar.
Perempuan berpakaian merah tak segera menoleh. Apalagi menyambuti sapaan Aji. Malah. dia menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat seperti hendak. melupakan sesuatu. .
Dan memang sebenarnya demikian. Perempuan berwajah buruk itu mengira dirinya terlalu terbawa perasaan, sehingga ucapan dan nada orang yang ditolongnya menyampaikan terima kasih, persis Aji. '
mengapa kau menggeleng-gelengkan kepalamu. Nona" Apakah lehermu sakit"!" tanya Aji lagi setengah bergurau, karena tak mendapatkan. sambutan
atas pertanyaannya. Kali Ini si perempuan berbaju merah menolehkan kepala. Dia menatap Aji lekat-lekat. Hal ini membuat si pemuda kebingungan. Sambil garuk garuk kepalanya, murid Wong Agung ini mengaiukan pertanyaan.
"Apakah ada yang aneh dengan diriku, Nona"! Ataukah... kau telah lupa padaku"! Aku Aji. Aji Saputra. Orang yang kau tanyakan mengenai jalan menuju danau di Gunung Nirwana..."
Sepasang mata indah milik si perempuan, membeliak menunjukkan keterkejutan. Suaranya terdengar bergetar ketika bicara.
'Benarkah kau, Aji"!"
"Tentu saja!" tandas Aji, lantang. "Apakah ada yang berubah dengan diriku sehingga membuatmu tak kenal lagi"!" ,
"Tidak ada yang berubah dengan dirimu, Aji. Tapi... sepengetahuanku kau telah tewas ketika bentrok dengan Iblis Pemakan Bangkai... Aku melihat ketika Bidadari Berkabung membawamu untuk dikubur?" (Untuk jelasnya mengenai hal .ini, silakan baca episode scbelumnya yang berjudul :"Mustika Naga Hitam").
Aji cengar-cengir sambil usap-usap ujung hidungnya.
''Itu hanya sebuah' kekeliruan saja, Nona. Kau lihat sendiri kan kenyataannya"! Aku sangat bugar."
"Syukurlah kalau begitu, Aji. Aku gembira mendengarnya: sahut si perempuan gembira dengan sepasang mata bersinar-sinar. Tapi mendadak, dia teringat' sesuatu. "Kalau kau benar Aji... mengapa menghadapi harimau loreng itu kau tak mampu berbuat apa pun"! Dengan kepandaianmu, binatang itu dapat kau usir
tanpa perlu bersusah payah. Apalagi sampai memanjat pohon untuk menyelamatkan nyawa."
Aji diam sejenak. Berpikir dan menimbang-nimbang, apakah akan menceritakan kejadian yang menimpanya pada si gadis. atau tidak. Dalam waktu yang singkat itu, akhirnya si pemuda memutuskan untuk merahasiakannya dulu.
"Aku juga tidak mengerti, Nona. Yang kutahu. begitu siuman, semua tenaga dalamku musnah. Tapi, menurut berita yang kudapatkan, tenagaku akan kembali seperti sedia kala apabila meminum beberapa tetes darah kura-kura raksasa yang berada di Pantai Karang Hitam." ' _
"Darah kura-kura raksasa di Pantai Karang Hitam"!" ulang perempuan berpakaian merah yang sebenarnya bernama Kumala Sari, dan memiliki paras yang buruk ini, dengan sepasang mata membeliak besar karena kaget. "Kurasa kau akan sulit untuk mendapatkannya, Aji, karena binatang-binatang itu adalah peliharaan seorang tokoh yang luar biasa sakti dan aneh. Telah banyak orang yang menginginkan darah binatang itu, tapi tak mendapatkannya." ,
"Tokoh sakti yang berjuluk Pengail Aneh'itu amat kikir. Tak pernah kudengar dia memberikan darah binatang peliharaannya, kendati orang yang memintanya amat membutuhkannya. Dia tak menerima atau mendengarkan alasan apa pun. Sedang untuk merampasnya, lebih sulit lagi. Karena, dia memiliki kepandaian luar biasa tinggi."
Aji tak merasa heran mendengar pemberitahuan Kumala Sari. Karena, Dewa Botak telah memberitahukannya. Bahkan dengan keterangan yang lebih jelas
lagi" "Aku juga telah mendengar berita itu, Nona. Tapi, aku memutuskan untuk mencobanya dulu. Tidak ada salahnya kan berusaha"! Mengenal hasil atau tidaknya, kita pasrahkan saja pada Tuhan. Barangkali saja aku bernasib mujur...." .
Perempuan berparas 'buruk mengangguk-anggukkan kepala.
"Kau benar, Aji...," hanya itu yang dikatakannya.
Aji garuk garuk kepalanya. .
"Kalau begitu... kita berpisah lagi, Nona. Sekali lagi, aku mengucapkan terima kasih atas pertolongannu. Jika kau tak ada mungkin saat ini aku telah berada di perut harimau. Kelak, jika Tuhan mengizinkan, mungkin kita akan bertemu lagi. Selamat tinggal, Nona...."
Aji membalikkan tubuh dan melangkah meninggalkan Kumala Sari. Si wanita terperanjat. Kaget. Tapi, karena terlalu tak disangka-sangkanya pernyataan Pendekar itu, wanita ini malah terpaku di tempatnya. Baru, ketika pemuda berambut dikuncir itu telah beberapa tindak melangkah, Kumla Sari tersadar dari kesimanya.
"ji...! Tunggu dulu...!' .
Bersamaan dengan terlontar ucapannya. perempuan berparas buruk ini, melesat mengejar Pendekar Mata Keranjang. Hanya dalam sekali lesatan, Kumala Sari telah berada di depan Aji. .
"Ada yang Ingin kau sampaikan, Nona"!" tanya Aji sambil tersenyum lebar. .
Kumala Sari terlihat blingsatan. Dia terdiam beberapa saat lamanya sebelum akhirnya perdengarkan ucapan. '
"Apakah kau lebih suka melakukan perjalanan
sendiri, Aji"!"-Kumala Sari mengutarakan keinginannya untuk pergi bersama Aji dengan cara berputar-putar.
"Apa boleh buat, Nona"!" jawab Aji dengan nada pasrah.?"Tentu saja kalau ada yang ingin menemaniku, aku akan senang sekali...."
Pendekar 108 bukan orang bodoh. Dari nada dan cara Kumala Sari, dia telah dapat mengetahui kalau perempuan itu ingin ikut bersamanya. Oleh karena itu, jawaban yang diberikannya memberikan angin pada si wanita. _
"Kalau aku yang ingin menemanimu, apakah kau akan bersedia, Aji"!" _ .
"Mengapa tidak"!" Aji malah balas bertanya. "Melakukan perjalanan berdua, lebih nikmat dari pada sendirian...." _
"Kau tidak malu berjalan bersama-sama denganku"! Ingat, wajahku buruk sekali!" Kumala Sari memberikan pancingan. '
'Mengapa harus malu, Nona. Meskipun kau tidak memiliki wajah yang terlalu cantik. tapi aku tahu hatimu cantik. Dan, itu lebih daripada cukup bagiku. Lebih membanggakan hati daripada kau berwajah cantik, tapi berhati buruk. Sungguhpun memang harus kuakui kalau aku adalah pencinta paras-paras cantik," beri tahu Aji. sejujurnya.
"Terima kasih atas kesediaanmu untuk mengajakku, Aji," kata Kumala Sari dengan suara tercekat di tenggorokan seperti layaknya orang yang merasa terharu. . .
"Tidak salahkah itu. Nona," kilah Pendekar Mata Keranjang sambil cengar-cengir. "Seharusnya aku yang mengucapkan terima kasih atas kesediaanmu menemaniku. Setidak-tidaknya, aku akan aman bersamamu apabila ada harimau-harimau lapar lainnya yang menginginkan dagingku!
Kumala Sari terkikih karena merasa geli mendengar gurauan yang masuk akal itu. Tapi, di lain saat kedua orang ini telah melangkah bersisian untuk menuju Pantai Karang Hitam.
*** Dua ekor kuda berpacu cepat melalui hamparan padang pasir yang gersang. Sosok-sosok yang duduk tegak di atas tunggangan itu adalah Aji dan Kumala Sari. Pasangan muda-mudi ini tengah berusaha untuk secepatnya tiba di Pantai Karang Hitam.
Kali ini, Pendekar Mata Keranjang mau tak mau harus menunggang kuda, agar perjalanan dapat dilakukan dengan cepat. Mengandalkan jalan atau lari tanpa pengerahan ilmu lari cepatnya, akan membuat perjalanan menjadi lambat. Kumala Sari tak akan mungkin membopong si pemuda. Mengingat mereka berlainan jenis. '
"Masih jauhkah Pantai Karang Hitam itu, Nona"!" tanya Aji di tengah-tengah laju tunggangan mereka. Pemuda ini mengajukan pertanyaan sekadar untuk memecahkan keheningan yang melingkupi mereka.
"Kalau menurut berita yang selama ini kudapatkan," Kumala Sari memberikan tanggapan tanpa meng urangi kecepatan kudanya . "Besok pagi kita akan tiba di tempat itu."
Aji manggut-manggut. Pemuda ini sependapat! dengan Kumala Sari. Karena berita yang didapatkannya dari Dewa Botak pun demikian. .
Saat Aji dan Kumala Sari tengah memacu tunggangannya itu, terdengar seruan keras menggelegar, yang berasal dari hutan kecil beberapa tombak didepan mereka. Padahal, jalan yang membelah hutan kecil itu adalah satu-satunya jalan untuk menuju ke Pantai Karang Hitam. ,
'Tua bangka keparat...! Kebetulan sekali aku bisa menemuimu di sini...!"
Seruan keras menggelegar itu, membuat Aji dan , Kumala Sari saling pandang. Mereka tahu kalau pemilik suara itu berkepandaian tinggi, dan hendak berurusan dengan orang yang menjadi lawan bicaranya.
Sebenarnya, baik Aji maupun Kumala Sari merasa tertarik untuk mengetahui apa yang tengah terjadi, di sebelah depan mereka. Namun, mengingat pentingnya urusan yang tengah dihadapi, memaksa Pendekar itu untuk berusaha bersikap tak peduli, dan memacu kudanya dengan kecepatan yang lebih tinggi, agar tak sampai terlibat persoalan.
Sekarang, Aji dan Kumala Sari telah memasuki mulut hutan kecil, dan dengan kecepatan menggila. Dan, baik Aji maupun Kumala Sari telah tahu kalau pemilik bentakan berada beberapa tombak di kiri depan mereka, di balik kerimbunan semak-semak. Pasangan muda-mudi ini berusaha secepat mungkin untuk meninggalkan tempat itu.
Saat itu, seruan keras yang terdengar semakin keras dan bahkan menggelegar, mampir di telinga Aji dan Kumala Sari. '
"Manusia Ajaib...! Aku, Siluman Tengkorak hidup menantangmu! Akan kubuktikan kalau akulah yang akan dan pantas menjadi tokoh tak tertandingi...!"
Pernyataan itu mengejutkan Aji dan Kumala Sari. Karena, baik Aji maupun Kumala Sari telah pernah mendengar tentang tokoh-tokoh yang berjuluk Siluman Tengkorak hidup dan Manusia Ajaib. Aji mendengar dari mulut Penjagal dari Neraka (Untuk jelasnya silakan baca episode : "Mustika Naga Hitam").
"'Manusia Ajaib. Bukankah tokoh sakti itu yang menjadi pentolan golongan putih puluhan tahun silam, dan mengalahkan Penjagal dari Neraka," Aji membatin penuh rasa takjub. 'Sama sekali tak pernah kusangka akan bisa menemui tokoh luar biasa itu di tempat ini...."
"Siluman Tengkorak Hidup...," Aji hamplr berdesis ketika hatinya merutukkan kata-kata itu. "Salah seorang dari pengkhianat-pengkhianat yang membuat nyawa Penjagal dari Neraka terenggut oleh Manusia Ajaib. Aku telah berjanji untuk membuat perhitungan dengannya. Sayang, keadaanku seperti ini....' '
"Luar biasa...," di sebelah Aji, Kumala Sari, Ikut ikutan meracau di dalam hati, penuh rasa takjub, tak percaya, gentar dan ngeri, 'Sama sekali tak pernah aku bermimpi bisa bertemu dengan mereka. Terutama sekali Manusia Ajaib. Pertanda apakah ini gerangan"!"
Karena mendengar penyataan kalau tokoh-tokoh di balik semak-semak didekat mereka adalah tokoh-tokoh luar biasa, pasangan muda-mudi itu amat tertarik. Terutama sekali Aji yang mempunyai urusan. Bagaikan telah disepakati sebelumnya, Aji dan Kumala Sari menghentikan tunggangannya beberapa tombak dari semak semak yang di baliknya ada tokoh-tokoh
luar biasa itu. Dengan tergesa-gesa, pasangan muda-mudi itu menambatkan tunggangannya pada salah satu pohon. Lalu, keduanya berindap-indap menuju semak-semak di mana Manusia Ajaib dan Siluman Tengkorak Hidup berada. .
Bukan hanya Aji yang mempunyai alasan kuat untuk tertarik. Kumala Sari pun demikian. Karena, gadis ini tahu betul tokoh-tokoh dibalik semak-semak itu. Kumala Sari telah banyak mendengar kabar yang tersiar di dunia persilatan.
Memang, puluhan tahun lalu, tepatnya sekitar lima puluh tahun yang silam, di dunia persilatan muncul tokoh-tokoh yang luar biasa sakti! Satu tokoh sesat yang luar biasa kejam dan berkepandaian menggiriskan. berjuluk Penjagal dari Neraka. Sedangkan satunya lagi adalah Manusia Ajaib,'pentolan golongan putih.
Sekitar lima tahun PenjagaPenjagal dari Neraka malang melintang di dunia persilatan, muncul lagi tokoh-tokoh sakti lainnya. Dewa Botak dan Pengail Aneh sebagai tokoh aliran putih, dan Rase Genit di golongan hitam. Namun, tingkat kepandaian tokoh-tokoh ini masih berada beberapa tingkat di bawah Penjagal dari Neraka.
Saat itu. Dedemit Bermulut Manis, Siluman Tengkorak Hidup, dan Begal Bermata Iblis juga telah membuat nama besar. Tapi, tingkat kesaktian mereka berada jauh di bawah tiga tokoh persilatan yang muncul belakangan. Apalagi jika dibandingkan dengan Penjagal dari Neraka. ' '
Sekitar sepuluh tahun sejak malang-melintangnya Penjagal dari Neraka,'Siluman Tengkorak Hidup dan tokoh-tokoh seangkatannya mengalami nasib sial.
dirobohkan Penjagal dari Neraka. Untuk mencari selamat, mereka menakluk.
Sepuluh tahun setelah menjadi anak buah Penjagal dari Neraka, mereka mengatur siasat keji, yang membuat sang penjagal tersingkir dari dunia persilatan. Mereka pun memperebutkan pusaka dedengkot golongan hitam itu, dan menjauhkan diri dari dunia persilatan untuk mempelajarinya.
Lima belas tahun kemudian, pengkhianat-pengkhianat ini kembali ke dunia ramai. Namun, merekatak lagi bergabung. Mereka membuat nama besar di wilayah yang berbeda. Oleh karena itu, Dedemit Bermulut Manis terkenal sebagai datuk barat. Siluman Tengkorak Hidup diakui sebagai datuk timur. Di selatan, Begal Bermata Iblis Sedangkan di utara; Rase Genit.
Namun, hanya lima tahun dedengkot-dedengkot kaum sesat itu malang melintang di dunia persilatan. Setelah itu, tak terdengar kabarnya lagi. Tak ada seorang pun yang tahu apa sebabnya, kecuali datuk-datuk sesat itu. Mereka dikalahkan oleh Pengail Aneh dan Dewa Botak!
Setelah Begal Bermata Iblis yang lain-lain lenyap, di dunia persilatan muncul Manusia Bertopeng, Iblis Pemakan Bangkai, Dewi Berhati Besi yang merupakan murid Rase Genit. dan Bidadari Berkabung.
*** Ketika Aji dan Kumala Sari telah berada di kerimbunan semak-semak dan menguakkannya, untuk melihat tokoh-tokoh luar biasa yang berada di sebelahnya,
' lagi-lagi mereka mendengar seruan yang sejak tadi terdengar.
' "Manusia Ajaib. Aku telah cukup bersabar. Sejak tadi aku bicara, tapi kau tak juga memberikan sambutan. Apabila kali ini kau tak menjawab juga, jangan salahkan kalau aku menyerangmu, meskipun kau tak siap!" *
Begitu, tangan Pendekar 108 dan wanita berparas buruk menguak kerimbunan semak-senk, yang pertama kali mereka lihat adalah hamparan tanah lapang yang ditumbuhi rumput di sana-sini. DI atas tanah cukup Iuas itu, sosok-sosok yang merupakan tokoh-tokoh luar biasa dunia persilatan, berada.
Seluruh perhatian Aji dan Kumala Sari tertuju pada dua sosok yang saling berhadapan itu. Yang satu berdiri, sedangkan yang lamnya duduk disebuah gundukan batu yang berpermukaan runcing seperti ujung pedang. Dua sosok itu berjarak sekitar lima tombak dari Aji dan Kumala Sari. Berdiri menyamping, sehingga pasangan muda-mudi itu dapat melihatnya dengan cukup jelas
Sosok yang berdiri adalah seorang kakek berusia sekitar tujuh puluh lima tahun. Tubuhnya kurus kering seakan tak berdaging. Wajahnya lebih menyedihkan lagi, karena tulang-tulang pipi dan dahinya terlihat menonjol. Sepasang matanya menjorok jauh ke dalam. Kakek ini lebih mirip tengkorak daripada'manusia.
Sosok satunya lagi adalah seorang kakek yang jauh lebih tua. Kelihatan telah amat tua. Rambutnya putih panjang dan mirip benang-benang perak. Kumis. jenggot, cambang, dan alisnya pun putih pula seperti perak. _Jenggot itu sendiri panjang sampai ke perut. Si
kakek mengenakan pakaian putih bersih.
Meski Aji dan Kumala Sari belum pernah melihat masing-masing tokoh luar busa itu, Manusia Ajaib, dan Siluman Tengkorak Hidup, mereka telah bisa memperkirakan kalau kakek berpakaian putih bersih itu adalah Manusia Ajaib. .
Aji yang hanya bermaksud untuk melihat bagaimana rupanya Siluman Tengkorak HIdUp dan Manusia Ajaib, berniat untuk segera meninggalkan tempat itu, mengingat dirinya mempunyai urusan yang amat penting.
Namun. saat Itu terdengar bentakan keras dari mulut Siluman Tengkorak Hidup, berbarengan dengan hentakkan sepasang tangannya. ,
' "Rupanya kau mengira aku bermain-main, Manusia Ajaib"! Sekarang terimalah kematianmu..."
Aji dan Kumala Sari mendengar bunyi mengaung seperti ada puluhan tawon murka. Mereka sadar kalau Siluman Tengkorak Hidup telah melancarkan serangan yang dahsyat. Angin luar biasa keras terdengar. tapi tak ada kesiurnya sedikit pun
DI lain 'pihak. orang yang diserang, si Manusia Ajaib, Seperti tak tahu adanya serangan. Dia tetap duduk seenaknya dengan mata terpejam rapat-rapat.
Aji dan Kumala Sari yang blingsatan Malah, Pendekar 108 jadi menunda maksudnya umuk segera meninggalkan tempat itu. Pemuda ini dan Kumala Sari telah dapat memperkirakan keluarbiasaan serangan sang siluman. Menangkis serangan itu pun sudah berbahaya, kendati berada di tempat biasa. Apalagi jika berada dalam tempat dan sikap seperti Manusia Ajaib!
Kakek yang memiliki rambut seperti benang-benang perak itu. duduk bersila di sebuah batu runcing setinggi tiga jengkal. Untuk melakukan hal seperti ini saja, sudah-membutuhkan pengerahan tenaga dalam yang cukup besar, dan kemampuan ilmu meringankan tubuh yang amat tinggi. Dan, setidak-tidaknya akan menyulitkan jika hendak mengelak atau menangkis. Padahal, serangan dahsyat Siluman Tengkorak Hitam, telah menggebrak tiba '
*** LlMA BLARR...! ' Bunyi keras langsung terjadi, dan membuat sekitar tempat Itu bergetar hebat, ketika Manusia Ajaib mengulurkan tangan, menangkis. Aji dan Kumala Sari merasakan sekujur tubuh-tergetar karena tanah berguncang keras. _
Siluman Tengkorak Hidup mengalami kejadelan yang lebih mengenaskan. Tangkisan Manusia Ajaib, membuatnya terjangkung ke belakang dan terhuyung huyung beberapa langkah. Sementara Manusia Ajaib tak bergeming sama sekali. Namun beberapa saat kemudian, batu yang diduduki kakek barjenggot panjang itu hancur berkeping-keping. Manusia Ajaib meluruk jatuh, tapi secara perlahan-lahan. Rupanya batu cadas yang luar biasa keras itu tak mampu menahan beSarnya kekuatan yang menekan, sehingga hancur berderai.
Didepan Manusha Ajaib, Siluman Tengkorak Hidup rupanya masih penasaran. Begitu berhasil menguasai diri, kakek mengerikan ini menggerakkan sepasang tangannya lagi, bersiap untuk mengirimkan serangan lanjutan.
Akan tetapi, kali ini sang siluman kalah cepat bertindak. Manusia Ajaib telah lebih dulu menjulurkan sepasang tangannya. Kelihatannya pelan dan tanpa tenaga. Bunyi lirih pun tak terdengar. Demikian pula dengan hembusan angin. Tapi, sekejap kemudian, Siluman Tengkorak Hidup merasakan adanya kekuatan dahsyat menekannya . '
Tentu saja Siluman Tengkorak Hidup tak tinggal
diam. Dia mengulurkan sepasang tangannya pula, mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk menahan kekuatan tak nampak yang menekannya, Adu tenaga dalam yang tak terlihat pun berlangsung.
Mula-mula memang tak tampak pihak yang unggul. Keadaan segera berubah setelah agak lama. Sepasang tangan Siluman Tengkorak Hidup terlihat menggigil. Semakin lama semakin keras. Wajahnya merah padam dan dibasahi peluh. Malah. dari atas kepalanya mulai mengepul asap tipis.
Di lain pihak, Manusia Ajaib hanya memerah wajahnya. Sepasang tangannya tak bergetar. Peluh hanya membasahi dahinya saja. Itu pun hanya sedikit.
Siluman Tengkorak Hidup tahu kalau lawannya lebih unggul. Memaksakan diri untuk terus menentang, hanya akan mencelakai dirinya sendiri. Dia akan terluka dalam yang amat parah, dan bahkan mungkin akan tewas.
Oleh karena itu, dengan kesaktiannya, sang siluman melempar tubuh ke samping, tanpa menarik pulang tenaganya yang tersalur di telapak tangan. Menarik tenaga dalamnya hanya akan membuatnya celaka.Terpukul tenaga dalam sendiri yang terhimpit dari luar.
Brakkk, blarrr.:.! Bunyi gaduh terdengar ketika tenaga dalam Manusia Ajaib menggebrak sebatang pohon besar yang berada di belakang Siluman Tengkorak Hidup. Pohon itu pun hancur berkeping-keping. Tenaga' serangan sang siluman sendiri meluruk ke atas
Siluman Tengkorak Hidup sendiri, begitu berhasil tegak di tanah, bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan. Namun, kakek kurus ini kecelik. ManusiaAjaib sudah tidak berada di situ lagi! Saat sang_siluman melompat. si kakek melesat kabur.
"Keparat!" maki Siluman Tengkorak Hidup, geram, tanpa menggerakkan bibir sama sekali. Kakek Ini terlihat marah bukan main. Sepasang matanya bersinar tajam, seperti memancarkan api. "Manusia Aiaib. Aku belum kalah! Lain waktu, aku akan memaksamu untuk bertarung! Aku akan buktikan pada dunia persialatan kalau gelar tokoh tanpa tanding itu, melekat pada diriku! Bukan pada dirimu! Kau dengar itu, Manusia Ajaib!"
Tidak ada sahutan sama sekali atas seruan sang siluman. Yang terdengar setelah itu, hanya gaung ucapannya sendiri. Beurutan dan terkesan menggiriskan hati" '
Siluman Tengkorak hidup menunggu, karena
berharap Manusia Ajaib akan kembali. Tapi, harapannya tak terkabul. Penantiannya sia-sia.
Mendadak kakek kurus kering ini mengarahkan pandangan ke semak-semak di mana Aji dan KumalaSari berada. Sang siluman mendengar adanya desah napas halus. Desah yang menjadi pertanda keberadaan orang ditempat itu.
Aji dan Kumala Sari merasakan jantung mereka seperti berhenti berdetak ketika melihat sang siluman mengarahkan pandangan ke tempat mereka berada. Pasangan muda-mudi ini khawatir kalau-kalau Siluman Tengkorak hidup telah mengetahui keberadaanmereka berdua di tempat ini.
Apa yang dikhawatirkan pasangan muda-mudi Ini ternyata beralasan. _Siluman Tengkorak Hidup perdengarkan tawanya yang keras mirip bunyi burung gagak yang tengah murka. '
"Tikus-tikus tak tahu diri...! Berani kalian mengintaiku.."' dengus sang siluman seraya menjulurkan tangannya, lalu melakukan gerakan menarik.
Seketika itu pula senk-semak ambrol dan tercabut hingga ke akar-akarnya. Tanaman-tanaman itu melayang ke arah sang siluman bagaikan ditarik tangan tangan yang tak tampak. Aji dan Kumala Sari pun Ikut tertarik. Mereka terguling-guling di tanah, meluncur ke arah Siluman Tengkorak Hidup.
Gulingan tubuh pasangan muda-mudi itu baru terhenti ketika tubuh mereka telah berjarak satu tombak dari sang siluman. Seketika itu pula Kumala Sari melenting. dan tegak berdiri. Sepasang tangannya bersilangan didepan dada, bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diharapkan.
Aji tegak berdiri beberapa saat kemudian. Kumala Sari langsung menghampiri si pemuda, dan berdiri di depannya. Sikapnya terlihat melindungi. persis seekor Induk ayam menjaga anaknya dari ancaman bahaya. Melihat hal ini, Aji jadi terharu. '
Di lain pihak, Siluman Tengkorak Hidup kembali mendengus. Sepasang matanya yang menatap Aji dan Kumala Sari secara berganti-ganti itu sarat dengan keinginan membunuh. _
"Tikus-tikus celaka! Kalian datang pada saat yang tidak tepat. Kebetulan aku tengah jengkel pada Manusia Ajaib,. tapi tak bisa melampiaskannya. Kalianlah yang ' menjadi gantinya!" '
"Kaulah yang akan mampus di tanganku, Manusia "tulang!" maki Kumala Sari tak kalah gertak. Kemudian gadis ini mengeluarkan sepasang pedang pendeknya. Lalu, dengan diawali teriakan melengking nyaring, gadis ini menyerbu sang siluman. _
Singngng...! Desingan tajam itu mendahului terdengar sebelum serangan Kumala Sari tiba di sasaran. Gadis berparas buruk ini menusukkan pedang di tangan kanannya ke arah leher. '
Siluman Tengkorak Hidup perdengarkan dengusan _menghina. Dengan gerakan sembarangan, namun terlihat amat cepat bagi pandang mata Kumala Sari, kakek kurus kering ini menggerakkan tangannya.
Tappp ! Kumala Sari tercekat ketika batang pedangnya tercekal jari-jari tangan sang siluman. Sebelum dia sempat berbuat apa pun, Siluman Tengkorak Hidup itu, telah mengibaskan tangannya.
Kumala Sari tak mampu untuk bertahan. Gadis ini terlempar mengikuti arah kibasan lawannya, melayang!
Aji terperanjat melihat kejadian yang menimpa Kumala Sari. Pemuda ini bimbang untuk mengambil keputusan! Apakah kemampuannya harus dikeluarkan atau tidak, mengingat bahaya besar tengah mengancam diri sang gadis.
Saat Aji tengah bimbang untuk mengambil keputusan. Dia merasakan kesiuran angin. Seketika itu pula, timbul keinginan untuk memberikan tanggapan. Tenaga dalam pemuda ini siap untuk bergolak. Tapi, Aji masih mampu menahannya, tak memberikan perlawanan apa pun terhadap angin yang menghembus.
Angin itu ternyata tercipta akibat Siluman Tengkorak Hidup melambaikan tangannya. Aji tertarik ke arah sang siluman dengan'derasnya. seakan-akan ada tangan raksasa yang tak terlihat membawanya menuju ke kakek kurus kering.
Siluman Tengkorak Hidup menyambuti kedatangan tubuh Aji dengan juluran tangan kanannya. Kejap kemudian, jari-jari tangan si kakek yang hampir tak berdaging, telah mencengkeram pakaian Aji. Si pemuda tetap belum memberikan perlawanan.
Sang siluman bertubuh lebih jangkung dari Pendekar 108. Tambahan lagi, dia mencengkeram pakaian Aji di bagian dada. ini membuat Aji terangkat naik. Sepasang telapak kakinya tergantung di atas tanah.
Siluman Tengkorak Hidup sendiri memperhatikan Aji lekat-lekat. Bibir-bibirnya hampir tak berkemik, tapi bunyi yang terdengar cukup lantang.
"Kalau tak membuktikan sendiri, aku tak percaya . kau tak mempunyai kemampuan sedikit pun, Tikus Muda! Padahal, menurut penglihatanku, kemampuan yang kau miliki, setidak-tidaknya berada di atas tikus perempuan itu!"
Tikus perempuan yang dimaksud Siluman Tengkorak Hidup adalah Kumala Sari. Dan, saat itu sang perempuan telah tegak di tanah! Kumala Sari berhasil mematahkan kekuatan yang membuatnya terlempar.
"Lepaskan dia. Manusia Tulang!' bentak Kumala
Sari, ketika melihat Aji berada dalam cengkeraman Siluman Tengkorak hidup. "Kalau kau bukan pengecut, lepaskan dia! Aku yang pantes untuk kau hadapi'
Siluman Tengkorak Hidup menatap Kumala Sari dengan sinar mata berapi-api.
"Mulutmu lancang sekali, Tikus Betina! Kau telah menghinaku! Itu artinya, tidak ada harapan hidup bagimu! Tikus tampan kecintaanmu ini pun tak akan selamat!" '
Berbareng ancamannya, sang siluman melemparkan tubuh Aji ke belakang. Hampir tanpa selang waktu, kakek kurus kering ini mencabut goloknya yang terselip di pinggang, kemudian melemparkannya ke
arah sang pendekar. Golok itu pun melayang mengejar tubuh Aji yang terlempar lebih dulu.
Tapi, Siluman Tengkorak Hidup, yang berada di depan Kumala Sari, tak tinggal diam. Begitu melihat si gadis melesat untuk melewatinya, dia mengibaskan tangan kanan kirinya secara bergantian.
Angin yang luar biasa keras berhembus ke arah Kumala Sari, membuat si gadis terlempar. Namun, Kumala Sari tak kalah cerdik. Dia melenting ke atas, bermaksud membuat angin yang menggebrak itu lewat di bawah kakinya, dan dia sendiri tetap meneruskan maksudnya semula untuk menolong Pendekar Mata Keranjang.
Lagi-lagi kekecewaan yang didapatkan Kumala Sari. Hembusan angin yang menggebraknya ternyata berbeda dengan serangan umumnya. Kendati dia telah melompat ke atas, angin itu tetap menyerbu ke arahnya. Seakan-akan sekitar .tempat _itu telah dipenuhi oleh hembusan angin keras, baik di atas maupun di bawah!
Kumala Sari tak punya pilihan lagi kecuali memapaknya. Dia melakukan gerakan-gerakan mendorong untuk menahan serbuan angin keras yang hendak melemparkannya! .
Bresss...! Angin-angin keras yang berasal dari arah yang bertentangan kembali berbenturan. Seketika itu pula tubuh gadis berparas jelek itu terlempar ke belakang
Bresss...! Kumala Sari menggigit bibirnya ketika punggungnya membentur sebatang pohon. Keras. Rasa sakit mendera bagian tubuh yang menabrak pohon. Untungnya, tenaga yang dikeluarkan-sang gadis untuk menahan angin keras yang hendak melontarkan tubuhnya telah banyak mengurangi tenaga lontaran. Kalau tidak, akibat yang diderita Kumala Sari akan semakin besar. '
Sungguhpun demikian. akibat yang diterima Kumala Sari masih tetap menyengat. Oleh karena itu,_si gadis tak bisa segera berbuat aPa Pun. Tubuhnya merosot turun, setelah terjadinya benturan. Kejap kemudian, perempuan berparas buruk ini telah jatuh duduk di tanah.
kumala Sari diam dalam keadaan demikian beberapa saat. Gadis ini merasakan pandangannya berkunang-kunang. Dadanya terasa sesak. Kepalanya pening. Dan, punggung serta sekujur otot-otot dan urat. urat tubuhnya ngilu dan sakit-sakit.
Kumala Sari berusaha keras untuk memulihkan keadaan tubuhnya. Dia tahu, bahaya besar masih mengancam. Siluman Tengkorak Hidup tak akan tinggal diam. Kakek kurus kering itu pasti akan melancarkan serangan susulan mematikan.
Ada hal lain yang mencemaskan Kumala Sari. Nasib AJI! Bagaimana keadaan pendekar muda itu sebenarnya"l Apakah Pendekar Mata Keranjang berhasil selamat"! Ataukah pemuda berambut dikuncir itu telah tewas"l Gadis berparas buruk ini tak mampu menjawabnya!
*** ENAM BEBERAPA saat sebelum Kumala San terhumbalang menuju ke pohon besar akibat hembusan
angin keras yang dikeluarkan SilumanTengkorak Hidup, Aji melayang deras diikuti luncuran golok. Pemuda berbaju hijau ketat Ini kebingungan selama tubuhnya meluncur.
"Apa yang ratus kuperbuat kali ini"! Apakah aku harus tetap dengan keputusan semula"! Tidak mengerahkan tenaga dalam Karena hal itu dapat membahayakan keselamatanku"! Tapi bila sekarang tak kukeluarkanpun. rasanya nyawaku'akan melayang, tertembus golok"!' _
Pendekar 108 kebingungan untuk memilih tindakan yang paling tepat. Namun, kedua-duanya mempunyai akibat yang berbahaya. Aji bagaikan menghadapi buah simalakama. Dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak yang mati.
Di saat-saat yang menegangkan itu, sesosok bayangan keemasan berkelebat, menyambar tubuh Pendekar 108, menyelamatkan dari sambaran golok! '
Jleggg !. ' Tanpa menimbulkan bunyi berarti, sosok keemasan itu menjejakkan kakinya. Tubuh Aji yang berada di panggulannya, diturunkannya. Sang pendekar pun tegak di atas tanah.
"Terima kasih," kata Pendekar 108 seraya cengar cengir. '
Sang penolong Aji hanya menganggukkan kepala, Tak dapat diketahui apakah dia tersenyum atau wajahnya berseri-seri, karena adanya sebuah selubung yang menutup wajah. dan seluruh kepalanya. Selubung yang berwarna keemasan seperti pakaian yang dikenakannya. Sebuah pakaian gombrang yang membuat bentuk tubuhnya tak terlihat.
Sosok keemasan itu baru saja menganggukkan kepala. ketika serangkaian seruan keras, menggelegar.
'Keparat busuk! Berani kau mencampuri urusanku, Monyet"!' maki Siluman Tengkorak Hidup, kalang kabut. "Tahukah kau siapa adanya aku"!"
"Aku memang tak pernah melihatmu sebelumnya. Tapi menilik ciri-cirimu, aku bisa menduganya. Bukankah kautokoh sesat yang berjuluk Siluman Tengkorak hidup"!" timpal sosok berselubung; tenang. Tidak marah atau pun gentar karena hinaan dan ancaman yang dilontarkan sang siluman! '
Siluman Tengkorak Hidup mendengus mendengar dugaan yang tepat itu. Dia mengernyitkan dahinya. Hampir tak ada yang terlihat karena wajahnya memang hampir tak berdaging. Sepasang matanya menghunjam sosok keemasan dengan sikap penuh selidik. .
"Aku pun" bisa menduga siapa adanya kau, Monyet Tak Berwajah! Sungguhpun harus kuakui kalau bertemu denganmu baru kali ini: Bukankah kau dedengkot golongan "putih yang. berjuluk Manusia Bertopeng"!"
,Sosok keemasan yang berjuluk Manusia Bertopeng perdengarkan tawa berderai. '
'Rupanya, meski pergaulanmu dengan mayat mayat di dalam tanah; manusiapun kau kenal juga. Tengkorak!' kata sang sosok berselubung setengah mengejek.
Saat Manusia Bertopeng dan Siluman Tengkorak Hidup terlibat perdebatan, Kumala Sari telah berhasil menguasai dirinya. Memang, sebagian anggota tubuhnya masih terasa sakit-sakit. Tapi, pandangannya telah kembali seperti sediakala. .'
Gadis berpakaian merah ini gembira bukan main ketika melihat Aji selamat. Pemuda berambut dikuncir itu berdiri tak jauh di sebelah depannya. Ketika Kumala Sari mengarahkan pandangan ke sana, pemuda berpakaian hijau ketat Itu tersenyum seraya melambaikan tangannya. Gadis itu pun tersenyum dan melambaikan tangan pula sebagai sambutnya.
*** Kumala sari bergegas menghampiri Aji. Kejap kemudian, pasangan muda-mudi ini telah berduaan kembali. ' .
"Aku berSyukur kau selamat, Aji. Padahal, semula aku merasa cemas sekali," Kumala Sari membuka pembicaraan. .
"Manusia Bertopeng itu menyambar tubuhku sebelum golok sialan itu lebih dulu mampir," beri tahu Aji. "Dia datang pada saat yang tepat." '
Kumala Sari mengangguk. .
"Tokoh itu memang selalu datang dan menolongmu di saat yang tepat, Aji," katanya, setengah memberi
tahukan. _ Aji terperanjat. Dia menatap gadis berpakaian merah lekat-lekat sebelum akhirnya mulutnya membuka, perdengarkan suara.
"Kau mengenalnya, Nona"!"
"Mengenalnya sih, tidak," jawab Kumala Sari sambil menggelengkan kepah. "Tapi, aku pernah melihatnya sebelumya, saat dia menolongmu dan Bidadari Berkabung dari ancaman Iblis Pemakan Bangkai."
'Jadi...." ucap Aji dengan suara tercekat di tenggorokan. "Manusia itu pernah menolongku sebelumnya"!" .
Kumala Sari manggut-manggut. Kemudian secara singkat tapi jelas, gadis ini menceritakan semua kejadiannya (Untuk jelasnya silakan baca episode : "Mustika Naga Hitam").
Sementara itu, tokoh yang menjadi bahan pembicaraan antara Kumala Sari dengan Aji, semakin terlibat dalam suasana yang sengit dengan-Siluman Tengkorak Hidup.
"Manusia Bertopeng. Memang telah lama aku ingin bertarung denganmu untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih sakti!" Siluman Tengkorak Hidup. menggeram. "Sama sekali tak kusangka kalau kita dapat bertemu di sini."
'Bukan hanya kau yang punya keinginan seperti itu, Siluman! Aku pun demikian. Aku sampai tak sabar menunggu pertemuan denganmu. Tak sabar untuk segera mengirim nyawamu ke akhirat!"
"Kau bermimpi. Manusia Bertopeng! Kaulah yang akan tergeletak tanpa kubur di tempat ini...!"
Usai berkata demikian, Siluman Tengkorak Hidup melesat menerjang Manusia Bertopeng. Kaki kanan kirinya terayun deras dan bertubi-tubi ke arah dada dan ulu hati lawannya. Bunyi menderu keras mengiringi
meluncurnya tendangan bertubi-tubi itu. _
Manusia Bertopeng perdengarkan dengusan keras. Nadanya meremehkan. Lalu. tokoh yang penuh misteri Ini menggerakkan kakinya, mengirimkan tendangan lurus bertubi-tubi'untuk memapak. '
Duk, duk, dukkk! ' Benturan keras terdengar berkali-kali ketika dua pasang kaki bertemu secara gencar. Setiap kali benturan, tubuh masing-masing pihak, terguncang. Pada benturan yang penghabisan. baik Siluman Tengkorak Hidup maupun Manusia Bertopeng. sama-sama terjangkung dan terhuyung-huyung.
Hasil dari gebrakan pertama ini rupanya membuat kedua belah pihak merasa penasaran. Mereka saling berlomba untuk melancarkan serangan dengan jurus-jurus yang lebih dahsyat dan berbahaya. Pertarungan sengit dan menegangkan pun, berlangsung. Demikian dahsyat, sehingga Aji dan Kumala Sari terpaksa menjauh. Karena, sambaran angin serangannya saja, membuat mereka terhuyung-huyung, dan terkadang terguling-guling.
Kumala Sari dan Aji hampir tak pernah berkedip menyaksikan pertarungan yang berlangsung. Namun, hanya Pendekar 108 yang dapat melihat jelas jalannya pertarungan. Sedangkan Kumala Sari hanya melihat bayangan bayangan tak jelas yang saling belit dan hanya kadang-kadang saja terpisah. itu pun hanya sebentar. Lain saat, kedua bayangan itu telah bergumul lagi.
Oleh karena dapat melihat jelas jalannya pertarungan, Pendekar Mata Keranjang dapat menilai hasil akhir dari duel itu. Aji tahu, tenaga dan kecepatan gerak Siluman Tengkorak Hldup dan Manusia Bertopeng, berimbang. Tapi, Manusia Benopeng lebih unggul dalam ilmu silat. Manusia Bertopeng mempunyai ilmu-ilmu yang lebih bermutu. Sementara lawannya, sebagian besar gerakannya berupa tipuan Belaka.
Kenyataan yang dilihat ini, membuat Pendekar mata Keranjang menghela napas lega. Dia tahu. Manusia Bertopeng akan keluar sebagai pemenang, kendati harus melalui perjuangan yang panjang dan membosankan. . _
Penilaian itu Bukan hanya Aji yang dapatkan. Siluman' Tengkorak Hidup dan Manusia Benopeng pun, demikian. Oleh karena itu, setelah bergebrak selama belasan jurus, ketika terjadi benturan yang menyebabkan masing-masing; pihak terhuyung, Siluman tengkorak Hidup menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.
"Aku tak punya waktu lebih banyak; Topeng! Lain Waktu aku akan mencarimu untuk melanjutkan pertarungan ini!' ,
"Kapan pun kau Inginkan aku siap, Tengkorak!" sambut Manusia Bertopeng, tak mau kalah..
Karena Manusia Bertopeng tak bermaksud mencegah, Siluman Tengkorak Hidup tak menemui kesulitan untuk meninggalkan tempat itu. Hanya dalam sekelebatan, kakek kurus kering itu telah tak terlihat lagi.
Manusia Bertopeng tetap tegak di tempatnya. Aji dan Kumala Sari bergegas menghampiri.
'Terima kasih, Paman. Kalau Saja tak karena Paman, mungkin saat ini aku sudah tak berada di dunia lagi. Bahkan mungkin sejak kejadian di Gunung Nirwana,' ucap Aji, penuh rasa syukur. "Lupakanlah itu, Anak Muda," Manusia Bertopeng
mengulapkan tangannya. 'Manusia hidup memang harus saling menolong. Aku bersyukur kau masih hidup. Padahal. semula sesuai hasil pemeriksaan kau telah tak bernyawa."
'Rupanya Tuhan masih menginginkanku hidup, Paman," kilah Aji, sekenanya.
Manusia Bertopeng manggut manggut, menerima alasan Aji. Tapi, kejap kemudian, tokoh penuh rahasia ini mengajukan keheranannya. Keheranan yang serupa dengan Kumala Sari. Mengenai ketidakadaannya kepandaian si pemuda.
Tanpa banyak pikir lagi, Aji menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Sama dengan seperti yang diceritakannya pada Kumala Sari. Tak menyinggung nyinggung tentang Dewi Berhati Besi dan nama Dewa Botak. _ _ '
"Penolongmu itu memang tak salah, Anak Muda." kata Manusia Bertopeng setelah Aji menyelesaikan cerita "Kura-kura raksasa yang hidup di _Pantai Karang Hltam memang dapat memulihkan kemampuanmu. Tapi, aku tak yakin kau berhasil mendapatkannya. Penolongmu mengatakan kau harus membawa namanya sewaktu kau meminta pada si Pengail Aneh. Dengan kau menyebut namanya, kemungkinan yang kau peroleh untuk mendapatkan darah kura-kura itu, semakin besar. ltu mungkin benar. Tapi. aku punya Sesuatu untuk menolongmu agar mendapatkan darah kura-kura itu. Pesanku. gunakan caraku bila cara yang diajarkan penolongmu tak berhasil". Mengerti. Anak Muda"!"
Aji manggut manggut Manusia Bertopeng memasukkan tangrnnja kebalik pakaiannya yang-longgar. Ketika tangan itu ke
luar, pada genggamannya terdapat seuntai kalung dan baja putih. Si Manusia Bertopeng memberikan benda itu pada Pendekar 108. _
'TUnjukkan'ini pada Pengail Aneh, bila usahamu gagal." beri tahu sosok keemasan itu.
Aji menerimanya tanpa banyak bicara. Pemuda ini merasa terharu melihat usaha keras orang-orang yang ditemuinya untuk menyelamatkan nyawanya. Dia hanya bisa garuk-gamk kepalanya yang tidak gatal.
Di lain pihak, setelahmemberikan kalung baja putih itu, Manusia Bertopeng melesat meninggalkan tempat itu. Hanya dalam Sekelebatan, tubuhnya sudah tak terlihat lagi.
Sekarang yang tinggal di lapangan itu, hanya Aji dan Kumala Sari. Mereka saling pandang sebelum akhirnya mengayunkan kaki meninggalkan tempat itu, menempuh jalan yang berbeda, dan arah yang berlainan. :
Namun, beberapa tombak sebelum tiba di tempat binatang tunggangan mereka berada, Aji dan Kumala Sari menghentikan langkah. Sinar mata dan pandangan mereka tertuju ke depan. sarat dengan perasaan kaget.
*** TUJUH YANG membuat Aji dan Kumala Sari terkejut adalah keberadaan seorang kakek yang bertubuh pendek gemuk dan bercaling. Kakek ini berdiri bertolak pinggang. Di sebelahnya dua ekor kuda tunggangan 'Aji dan Kumala Sari telah menggeletak di tanah. Darah mengucur deras dari bagian leher binatang-binatang itu. .
Tanpa perlu memeriksa lebih jauh, dan dengan tanya melihat luka pada leher, dan tidak adanya gerakan dari kuda-kuda itu, Aji dan Kumala Sari telah tahu kalau binatang-binatang tunggangan mereka telah tewas. Dan tanpa bertanya lagi pun mereka telah tahu kalau kakek pendek gemuk itulah yang telah membunuh tunggangan mereka.
"Iblis Pemakan Bangkai," desis Kumala Sari penuh rasa gentar, karena telah dapat mengetahui tingkat kepandaian dan juga kekejaman kakek ini, ketika terjadi peristlwa perebutan Mustika Naga Hitam di Gunung Nirwana.
Aji dapat merasakan nada gentar dalam ucapan Kumala Sari. Dan. pemuda ini tak merasa heran. Karena, tahu kalau tingkat kepandaian Kumala Sari memang berada jauh di bawah tingkat kakek pendek gemuk yang tidak.lain dari Iblis Pemakan Bangkai. Seorang tokoh persilatan yang beraliran sesat serta berkepandaian luar biasa tinggi. Kekejamannya menyebabkan bulu roma berdiri. Dan, kakek ini pun gemar makan nyali manusia yang dibunuhnya.
Istana Pulau Es 10 Lalita Karya Ayu Utami Genta Perebutan Kekuasaan 2
^