Pencarian

Misteri Kalung Setan 4

Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap Bagian 4


bih. Baru setelah melihat kondisi mobil van itu,
Anwar diam-diam ngeri. Lebih-lebih lagi setelah
tahu siapa yang terperangkap di dalam mobil yang
nahas itu. Jika ia sendiri sudah begitu, bagaimana pula
dengan Anton" Yang mati itu istri dan anak-anaknya!
Tanpa sadar, Anwar melambatkan kecepatan
isteri Kalung Setan.indd 260
260 2/2/11 2:26:24 PM mobil begitu dari jauh terlihat van yang ringsek
berat itu masih ada di tempatnya. Agaknya, belum
sempat diangkut mobil derek. Tetapi posisinya di?
ubah sehingga jalur lalu lintas di dua arah tampak
berjalan lancar. Hanya ada satu jalan untuk menghindari pe?
mandangan mengerikan itu dari mata Anton.
Anwar membiarkan mobil-mobil di depannya
berpacu menjauhi. Untungnya lalu lintas di bela?
kang mereka sepi dan, begitu jarak sudah semakin
dekat ke lokasi kecelakaan, Anwar langsung tancap
gas. Sedemikian tiba-tiba, sehingga waktu mobil?
nya tiba di lokasi, Anwar hampir menyenggol
kendaraan lain dari arah berlawanan. Kendaraan
itu rupanya mengambil jalan agak ke kanan karena
mobil van yang rusak berat itu berada di tepi jalur
yang dilalui mobil tersebut.
Pengemudinya mengacungkan tinju ke arah
Anwar, tapi Anwar tidak peduli. Baru setelah me?
lewati lokasi, lari mobil dipelankan kembali seperti
semula sambil tak lupa meminta maaf pada
Anton, yang terganggu oleh polahnya.
Anton diam saja. Tidak bereaksi. Anton telah melihat apa yang ingin dihindari
Anwar. Yang tampak mengerikan tadi mungkin
saja mobil van lain, van siapa saja. Warna yang
sama pun wajar-wajar saja. Pelat nomornya me?
isteri Kalung Setan.indd 261
261 2/2/11 2:26:25 PM mang tidak kelihatan. Mana wujudnya sudah tidak
karuan. Tetapi, getaran naluri adakalanya memang me?
nakjubkan. Barangkali juga karena yang tertimpa musibah
dan mati di tempat itu dekat sekali hubungan
batinnya dengan Anton. Yang jelas, Anton duduk
membeku di kursinya. Wajahnya yang tadi sempat
memerah, kelihatan pucat.
Melirik dengan ekor mata ke arah Anton yang
duduk pucat membeku di sebelahnya, Anwar me?
ngeluh dalam hati, "Aku telah gagal!"
Anwar tidak keliru. Karena dalam batinnya, Anton telah merasakan
ada sesuatu yang keliru. Mengapa Anwar yang tadinya mengemudi de?
ngan santai, mendadak seperti kesurupan, lantas
santai kembali" Mengapa pula waktu melihat mo?
bil van tadi, jantungnya berdenyut sangat keras"
Jelas, ada yang keliru. Dan kekeliruan itu mestinya
sudah diketahui Anton semenjak di rumah. Anwar
datang, lalu memberitahu bahwa Anton ditunggu
di rumah sakit. Bagaimana Anwar sampai tahu
bahwa Ningsih dan anak-anak Anton ada di ru?
mah sakit" Suatu kebetulan, bolehlah. Kebetulan
bertemu. Tetapi mengapa Ningsih harus menyuruh
Anwar" Ningsih toh tinggal mengangkat telepon
selulernya yang selalu ia bawa ke mana-mana!
isteri Kalung Setan.indd 262
262 2/2/11 2:26:26 PM Sekujur tubuh Anton mendadak terasa dingin
seperti es! Matanya dipejamkan. Dengan ngeri, ia mengikuti getaran nalurinya.
Ia ingat-ingat kondisi mobil yang menghantam
pilar di belakang mereka tadi. Ia ingat-ingat pe?
cahan kaca yang berhamburan sepanjang ratusan
meter. Bekas-bekas seretan panjang benda logam
berat di aspal, pilar beton yang runtuh. Lalu
Ningsih, Solavina, Rudi, terperangkap di dalam
mobil yang jungkir balik. Mungkin ada di antara
mereka bertiga yang meronta untuk melepaskan
diri dari terkaman maut, tetapi gagal.
Bayangan itu muncul sangat kacau. Ada ba?
yangan-bayangan lain menyelinap sekilas, namun
terasa begitu dominan. Seorang lelaki tua renta
yang mendelik marah, dan seorang perempuan te?
ngah baya, yang tampak tersinggung karena kehe?
batan ilmunya diragukan Anton. Lalu sebuah ku?
buran menganga. Tengkorak yang lubang matanya
mengancam. Dan Anton telah berjudi. Taruhan yang ia letakkan di atas meja, ternyata
sedemikian besar. Sampai Anton tenggelam di da?
lamnya. Anton terimpit. Tidak mampu melepaskan
diri dari impitan itu. Jika pun ia mampu, untuk
apa" Tiada lagi yang tersisa sekarang. Semuanya
sudah berakhir. Mata Anton terbuka tiba-tiba. Belum semua?
isteri Kalung Setan.indd 263
263 2/2/11 2:26:26 PM nya. Masih ada yang tersisa. Anton Suhartono.
Gilirannya akan segera tiba!
Bisikan naluri itu sedemikian kuat dan meyakin?
kan. Anton dibuat tak berdaya. Pasrah.
Pasrah pula ia menurut ketika mobil berhenti
di halaman parkir rumah sakit, dan Anwar Su?
laeman mengajaknya masuk ke dalam. Anwar sam?
pai perlu memegang tangannya, menuntunnya dari
satu koridor ke koridor lain. Anton tidak bergairah
lagi untuk bertanya ke mana Anwar akan mem?
bawanya pergi. Karena, ia sudah tahu. isteri Kalung Setan.indd 264
264 2/2/11 2:26:27 PM DUA PULUH LIMA SEORANG polisi berpangkat Brigadir Dua me?
nyambut mereka setiba di luar pintu kamar mayat.
Petugas itu menyatakan simpatinya, kemudian
menjelaskan bahwa kehadiran Anton diperlukan
untuk mengidentifikasi tiga jenazah yang ada di
dalam. Anton mendengarkan dengan diam. Tanpa
ekspresi. Mereka lalu masuk ke dalam kamar mayat de?
ngan bau parafin yang sangat menusuk. Begitu
pula hawa sejuk yang menebar dari lemari-lemari
pendingin. Di lantai yang luas, ada sekitar lima
brankar yang terisi jenazah, masing-masing tertutup
kain putih dari ujung yang satu ke ujung yang
lain. Anton dibimbing Anwar mendekati tiga
brankar yang diletakkan berdampingan. Sementara
itu, petugas polisi tadi mengangguk ke arah petugas
kamar mayat yang kelihatannya acuh tak acuh.
isteri Kalung Setan.indd 265
265 2/2/11 2:26:27 PM Petugas kamar mayat itu mendekati brankar
pertama, di kaki brankar tersebut tampak label dari
karton bertuliskan nama Solavina. Kain penu?tup
disingkapkan acuh tak acuh. Cukup sebatas leher
karena wajah Solavina masih dapat dikenali.
Anton hanya menatap. Tanpa anggukan. Tanpa
ekspresi. Petugas kamar mayat bergerak ke brankar ke?
dua. Labelnya bertuliskan nama Rudi. Juga sebatas
leher saja. Kembali Anton hanya menatap. Tanpa
anggukan, tanpa ekspresi.
Petugas polisi yang memperhatikan, tidak perlu
merasa kecewa. Ia dapat memahami sikap Anton.
Lagi pula, Anwar yang ikut mendampingi, tiap
kali ikut melihat, tiap kali pula menganggukkan
kepala untuk membenarkan identifikasi yang di?
perlukan si polisi untuk dicatat dalam dokumen
resmi. Barulah ketika mendekati brankar ketiga, pe?
tugas kamar mayat agak tersendat langkahnya.
Ia memegang kain penutup di arah kepala, ti?
dak langsung membukanya. Ketidakacuhannya
pun lenyap. Diganti oleh keengganan. Karena un?
tuk mengidentifikasi jenazah di brankar itu, kain
penutup harus disingkapkan seluruhnya. Si petugas
kamar mayat memang sudah terbiasa dengan pe?
kerjaannya. Namun bagaimanapun ia tetap saja
manusia biasa. Dan ia masih tetap merasa mual
jika harus menyaksikan kondisi mayat sebagaimana
isteri Kalung Setan.indd 266
266 2/2/11 2:26:27 PM yang tersembunyi di balik kain penutup yang kini
dipegangnya. Ternyata, petugas kamar mayat itu tidak perlu
bersusah payah. Belum juga ujung kain penutup dipegang si
petugas, Anton sudah habis daya tahannya. Saat
melangkah mendekati brankar ketiga, sebelah ta?
ngannya tiba-tiba mendekap dada. Tangan lain
menggapai cari pegangan, dan tubuhnya limbung
seketika. Anwar yang masih setia mendampingi, cepat
merangkul. Seseorang berteriak lantang mengatakan
sesuatu, lalu kursi roda dilarikan ke dalam kamar
mayat. Anton didudukkan ke kursi roda itu, yang
kemudian dilarikan secepatnya ke ruang gawat da?
rurat. *** Tindakan penyelamatan memang perlu. Meski ke?
mudian, ternyata memang berlebihan. Dokter ke?
luar dari pintu ruang gawat darurat. Berjalan
mendekati lelaki perlente dan brigadir polisi yang
menunggunya tak sabar. "Serangan ringan pada jantung." Ia memberi?
tahu. "Asisten saya sedang memberikan obat pe?
nenang. Biarkan ia beristirahat sebentar setelah itu
Anda boleh membawanya pulang." Kemudian ia
isteri Kalung Setan.indd 267
267 2/2/11 2:26:28 PM memusatkan perhatiannya pada si perlente. "Anda
kerabatnya, saya harap."
Anwar Sulaeman tidak mau repot-repot. Ia am?
bil jalan mudahnya saja. "Betul."
Dokter itu berpikir sejenak. "Tadinya saya juga
berharap dapat berbicara langsung dengan orang
yang paling dekat dengan pasien itu. Istri, misal?
nya. Jika perlu anak-anaknya..."
Sang Bripda memberitahu, "Pak Anton justru
habis mengunjungi istri dan dua anaknya, Dokter.
Di kamar mayat..." "Apa... Oh!" Anwar menyela, "Ada yang dapat saya bantu,
Dokter?" Dokter itu mengajak Anwar duduk di bangku
panjang. Wajahnya serius ketika menjelaskan, "Dia
beberapa kali minta berbicara dengan Lisa...."
"Lisa?" Anwar mengingat-ingat. Kemudian,
"Oh. Tentu maksud Pak Anton, istri pertamanya,
Eliza." "Bisa tolong dihubungi" Ini menyangkut ma?
salah kejiwaan. Dan..."
"Maaf, Dokter. Eliza sudah lama meninggal!"
"Wah." Anwar jadi penasaran. Ia ingat bagaimana ke?
matian Eliza. Ada desas-desus yang memang sulit
dibuktikan, tetapi untuk jangka waktu yang lama
sempat jadi bahan pembicaraan Anwar dengan
kliennya, mertua Anton yang kemudian meninggal
isteri Kalung Setan.indd 268
268 2/2/11 2:26:28 PM pula, di Mekah. "Dia bercerita apa saja mengenai
Eliza, Dokter?" "Agak membingungkan sebenarnya. Apalagi se?
telah saya tahu bahwa kedua istrinya... Yah, jelas
hanya igauan semata. Namun ia mengatakan se?
demikian jelas dan sungguh-sungguh. Dia bilang,
Eliza tidak berhak melibatkan Rudi dan Lavi..."
"Kedua anaknya. Di kamar mayat." Anwar ber?
gidik. "Hm. Begitu. Dia menyebut ketiga nama itu
berkali-kali..." "Bagaimana dengan Ningsih?"


Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ningsih?" "Istri keduanya, Dokter. Di kamar mayat
juga." "Begitu. Heran, jantungnya bisa tahan. Tetapi...
dia memang tidak menyebut nama Ningsih. Ba?
rangkali karena dia keburu tertidur. Setelah ba?
ngun lagi, dia lantas membisu. Lalu saya beritahu
dia akan diberi obat penenang. Dia tak apa-apa.
Dan boleh pulang setelah istirahat sebentar. Tak
ada reaksi atau komentar..."
Anwar kecewa. Agaknya misteri kematian Eliza akan tetap ter?
benam dalam kegelapan. Karena tidak ada yang
dibicarakan lagi, Dokter bangkit dari duduknya,
"Tidak ada yang dapat kita perbuat, kan?"
Anwar cuma bisa mengangguk. Mereka berjabat
tangan, kemudian dokter itu masuk kembali ke
isteri Kalung Setan.indd 269
269 2/2/11 2:26:29 PM ruang gawat darurat. Brigadir polisi yang diam
mendengarkan dari tadi segera mengingatkan
Anwar bahwa jenazah ketiga masih perlu diidenti?
fikasi. Anwar merasa segan. Ia sudah melihat
ekspresi si petugas kamar mayat. Kepalang basah,
ia mengikuti polisi itu kembali ke kamar mayat.
Kain putih disingkapkan. Anwar berubah pucat. Lalu berkata tersendat,
setengah gemetar, "Agaknya memang Ningsih. Te?
tapi, Brigadir. Bukankah ketiga jenazah ini masingmasing memiliki foto pada KTP atau SIM"
Dan..." Sementara Anwar menjauhi brankar dengan
tubuh agak terbungkuk, polisi itu menjelaskan
bahwa jenazah di brankar ketiga itulah yang se?
benarnya lebih memerlukan identifikasi. Dua yang
lain hanya sambil lalu dan untuk menguatkan
saja. Anwar tak mendengarnya. Ia keburu lari ke luar kamar mayat. Baru juga
tiba di pintu, ia sudah membungkuk semakin da?
lam. Kemudian muntahlah ia di sana. Mengotori
lantai di ambang pintu. Bahkan juga sepatu mengi?
lap dan celananya yang necis. Sang Brigadir kemu?
dian membawanya ke kantin terdekat. Ada kamar
mandi di situ, sehingga Anwar dapat membersih?
kan diri. Kemudian mereka memesan minuman,
padahal Anwar tak berselera mencicipinya. Namun
terpaksa juga, agar mualnya berkurang.
isteri Kalung Setan.indd 270
270 2/2/11 2:26:29 PM "Saya kira tugas saya sudah selesai di sini, Pak
Anwar." Brigadir polisi itu kemudian memberitahu.
"Tetapi jika masih ada yang dapat saya bantu..."
"Oh ya. Tidak seberapa penting sebenarnya.
Hanya saja, saya pikir klien saya nanti menanya?
kan. Siapa tahu, ada di antara barang milik para
almarhum itu punya kesan tersendiri yang ingin
dilihat atau dikenangnya..."
Si petugas mengangguk paham. "Kami memang
telah mengamankan sejumlah barang dari mobil
van itu. Kapan saja dapat diambil di kantor
kami." "Terima kasih. Nanti akan kami ambil dalam
perjalanan pulang." Mereka kemudian berpisah. Sang Brigadir pergi
mengambil arah ke luar rumah sakit, sementara
Anwar kemudian sibuk menyelesaikan prosedur
administrasi, plus penolakan otopsi. Sekalian ia
memesan ambulans untuk mengantar jenazah yang
tiga itu besok ke alamat rumah Anton. Teringat
bahwa kondisi darurat dan Anwar sendiri belum
tahu siapa saja yang akan dihubungi dan meng?
urus, maka ia pesankan sekalian agar sebelum di?
antarkan, jenazah-jenazah itu lebih dulu dimandi?
kan serta dikafani. Setelah itu Anwar menjemput Anton ke ruang
gawat darurat. Kondisi Anton sedemikian lemah. Sehingga un?
tuk sampai ke tempat parkir, ia harus duduk di
isteri Kalung Setan.indd 271
271 2/2/11 2:26:30 PM kursi roda yang didorong oleh juru rawat. Obat
penenang yang diberikan dokter tampaknya ber?
pengaruh juga. Begitu mobil meninggalkan rumah
sakit, Anton sudah tertidur.
Tetapi pukulan yang sedemikian berat pada
jiwanya, mengalahkan kekuatan obat penenang itu.
Beberapa kali Anton terjaga, padahal Anwar sudah
berusaha mengemudi sesantai mungkin. Keluh
kesahnya nyaris tidak berujung, baik ketika sedang
terjaga, maupun selagi tidur. Dua kali pula ia men?
jerit tiba-tiba tanpa sebab. Anwar yang sedang
melamun, jadi terperanjat setengah mati. Satu kali
Anton tertawa dalam tidurnya. Tetapi dengan air
mata meleleh di pipinya yang pucat.
Anehnya, sewaktu Anwar memarkir mobil di
halaman kantor polisi sektor Batujajar, tidur Anton
lebih tenang. Ia tidak bertingkah, padahal cukup
lama Anwar berurusan di dalam. Maklum setiap
benda harus dirinci, disesuaikan dengan daftar
yang dipegang si petugas, baru kemudian ditanda?
tangani Anwar atas nama kliennya.
Masuk lagi ke mobil, ia lihat Anton sudah ter?
jaga, meski tidak sepenuhnya. Tak tahu mau bicara
apa, sambil duduk kembali di belakang kemudi,
Anwar melempar senyum menghibur ke arah
Anton dan bermaksud menanyakan apakah Anton
sudah merasa lebih baik. Tetapi sepasang mata
Anton keburu terpejam, rapat, lantas tertidur. Kali
ini, tidurnya tampak lebih tenang. Seterusnya ia
isteri Kalung Setan.indd 272
272 2/2/11 2:26:30 PM tetap pulas, sampai mobil memasuki halaman
rumahnya dan kembali terjaga. Hebatnya, ia tam?
pak tenang ketika turun dari mobil. Menolak di?
bantu. "Anda langsung saja ke kamar tidur. Istirahat.
Nanti saya menyusul," kata Anwar menganjur?
kan. Anton menurut, tetapi berhenti sebentar di
beranda, memperhatikan ketika Anwar mengeluar?
kan dua buah kardus dari dalam bagasi. Baru se?
telah itu ia menghilang di dalam rumah. Anwar
tidak mengetahui gerak gerik Anton. Selain karena
kesibukannya mengeluarkan kardus-kardus yang ia
bawa dari kantor polisi, juga karena perhatiannya
sedang tertuju ke arah lain.
Sewaktu mobil memasuki pintu gerbang,
Amelia sedang main ayunan. Dibantu oleh Odah
yang cekikikan gembira. Melihat mobil menda?
tangi, Amelia cepat sekali menjejakkan kakinya di
tanah. Odah buru-buru menahan tali-tali ayunan
agar Amelia tidak sampai terjungkir. Dari tempat
duduk di ayunannya, Amelia menatap ayahnya
turun dari mobil. Andai kata Odah berdiri di hadapannya dan
andai kata Anwar berada cukup dekat dengan
ayunan itu, maka mereka berdua pasti akan me?
lihat wajah Amelia tegang. Ada kilatan tajam di
matanya. Bintik-bintik mata itu sendiri sempat
merona merah, untuk kemudian mengelam hitam.
isteri Kalung Setan.indd 273
273 2/2/11 2:26:31 PM Amelia menggeleng patah-patah sewaktu Odah
bertanya apakah dia mau diayun lagi. Lantas
Amelia berjalan ke kolam dengan langkah sedikit
limbung, diikuti oleh Odah yang tampak kha?
watir. Pikiran Anwar saat itu tengah menerawang.
Sekarang sudah senja. Sama halnya ketika
Anton sekeluarga tiba kemarin, juga di senja hari.
Yang duduk di ayunan itu, seingat Anwar adalah
Solavina. Dan itu membuat Anwar tercenung, mu?
rung. "Baru kemarin dia di sana, dengan suaranya
yang lengking. Dan sekarang...!"
Amelia tampak berjongkok memperhatikan
ikan di kolam. Dan yang terlihat oleh Anwar ada?
lah sosok tubuh pemuda berwajah tampan, Rudi.
Lalu di tempatnya kini berdiri, masih terbayang
bagaimana Anton tengah merangkul pundak sese?
orang dengan senyuman bahagia. Ningsih.
Ketiga orang itu sudah pergi untuk selamalamanya. "Hanya dalam tempo 24 jam!" Anwar
membatin. Rasanya, ia masih melihat Solavina berlari-lari
masuk ke dalam rumah sembari meneriaki Amelia
dengan kasar dan nada mengancam. Masih terde?
ngar gelak tawa Rudi ketika menelepon entah
siapa, lalu wajah kecut Ningsih sewaktu wanita itu
bertanya setengah putus asa, "Apakah tidak ada
jalan keluar..." Anwar sedemikian tersinggung, se?
isteri Kalung Setan.indd 274
274 2/2/11 2:26:31 PM hingga ia menjawab dengan sindiran pedas, "Ada.
Amelia, anak tiri Nyonya mati mendadak...!"
Dan yang terbaring diam di kamar mayat tadi,
justru Ningsih dan anak-anaknya!
Amelia meneriakkan sesuatu seraya menunjuknunjuk ke air kolam dengan gerak kepala miring
ke satu arah itu. "Mas" shiisssh! Shisshh, tah.
Mas?" Itulah dia, Amelia. Dengan segala kekurangannya, ia tetap tampak
begitu cantik, sehat, dan segar bugar. Gerak gerik?
nya lamban, namun begitu hidup. Ucapannya
kacau-balau, namun terdengar energik. Itulah
Amelia yang beruntung masih mereguk napas ke?
hidupan. Tetapi ke mana tiga orang lainnya itu" Aneh
rasanya. Mereka ada, tetapi seperti tidak pernah
ada. Atau seperti bayang-bayang yang sekadar num?
pang lewat belaka. Mereka datang, bertingkah, lalu
dengan cepat pergi entah ke mana!
"Mari saya angkatkan, Tuan."
Seperti juga hari sebelumnya, senja ini pun
Hartadi mendadak sudah ada di dekatnya. Dengan
sikap yang sopan dan tertib. Dengan tutur kata
yang tenang dan sabar. Anwar lantas membiarkan Hartadi mengangkat
kedua kardus untuk dibawa ke dalam rumah. Me?
lihat apa yang dijinjing Hartadi, teringatlah Anwar
bahwa Hartadi maupun istrinya belum tahu me?
isteri Kalung Setan.indd 275
275 2/2/11 2:26:32 PM ngenai musibah yang menimpa keluarga majikan?
nya. Betapa ingin Anwar menyuruh Hartadi se?
kalian membukakan dan mengeluarkan isi kardus
itu satu per satu. Betapa ingin Anwar melihat ke?
tenangan Hartadi yang mengagumkan lenyap se?
ketika. Manakala ia memegangi benda-benda yang
hampir seluruhnya bergelimang darah yang sudah
mengering itu. Lalu Anwar akan berkata acuh tak acuh, "Ini
darah Rudi. Yang ini..."
"Di mana harus saya simpan, Tuan?"
Anwar terkejut sendiri. Matanya mencari-cari.
"Di situ saja!" Sambil menunjuk ke sisi koridor,
tidak jauh dari pintu kamar tidur lantai bawah.
Dengan demikian, sewaktu-waktu Anton merasa
perlu untuk memeriksa isinya, Anton tidak perlu
susah-susah mencari. Lewat pintu yang terbuka, Anwar melihat
Anton duduk termangu di tepi ranjang. Anwar
cepat berlalu. Ia tarik Hartadi ke belakang rumah,
lalu menceritakan secara ringkas dengan kalimatkalimat sederhana tentang apa yang telah terjadi.
Hartadi mendengarkan dengan tekun. Sesekali
matanya membesar, mulutnya berdesah samar.
Cuma itu. Selebihnya, seperti biasa, ia tetap te?
nang. Komentarnya pun sederhana saja, "Allah
Maha Berkehendak, Tuan. Saya dan Odah sudah
berniat minta berhenti. Eh, tidak tahunya yang
berhenti malah..." isteri Kalung Setan.indd 276
276 2/2/11 2:26:32 PM Barulah Hartadi teringat untuk ber-Inna?
lillaahi. Anwar kemudian memberikan beberapa instruk?
si sehubungan dengan peristiwa itu dan pema?
kaman esok harinya. "Kauputuskan sendirilah
siapa-siapa yang menurutmu patut dihubungi dan
juga dapat dimintai bantuannya."
"Akan saya laksanakan segera, Tuan. Saya beri?
tahu istri saya dulu. Permisi, Tuan."
Anwar mengangguk lalu mengambil notes dan
pulpen di meja telepon. Masuk ke kamar Anton,


Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah terlebih dulu mendehamkan kehadirannya.
Anton menoleh sekilas, kemudian kembali me?
renungi lantai. Anwar duduk di sebelahnya. Dengan tutur kata
lembut ia memberitahu bahwa urusan jenazah
maupun pemakaman besok sudah diselesaikan.
"Anda tinggal beristirahat saja. Cobalah tidur. Jika
perlu, minum lagi obat penenang..."
Setelah mengutarakan kata-kata menghibur lain?
nya, Anwar meminta kesediaan Anton menyebut
nama-nama serta alamat keluarga maupun kerabat
yang dianggap perlu diberitahu mengenai musibah
yang terjadi. Beberapa kali Anton salah, meralat,
mengoreksi. Berkali-kali pula ia minta maaf.
"Pikiranku ke mana-mana..." katanya lirih.
Anwar tersenyum memahami. "Tak apa."
Ia lantas menjelaskan, alamat-alamat yang di?
catatnya di notes itu akan dihubungi dari kantor?
isteri Kalung Setan.indd 277
277 2/2/11 2:26:33 PM nya saja. Ada beberapa asistennya yang biasa kerja
sampai larut malam yang bisa ia mintai bantuan.
"Saya akan kemari lagi besok. Lebih pagi dari
orang lain!" desahnya berjanji.
"Terima kasih," jawab Anton lemah dan lelah.
Sekali lagi Anwar mengingatkan Anton untuk
beristirahat cukup supaya keesokan harinya Anton
siap menerima banyak pelayat dan punya cukup
tenaga untuk menghadiri upacara pemakaman, lalu
Anwar ke luar, dan menutup pintu pelan-pelan.
Saat itulah Anwar merasa ada yang memperhati?
kan. Secara naluriah, Anwar menengadah. Tampak
olehnya Amelia duduk di beranda lantai atas. Me?
nyandar ke tiang pagar beranda sambil jemarinya
memainkan anak-anak rambutnya yang panjang
berombak. Anwar tersenyum pada Amelia.
Gadis itu tidak membalas, malah seperti tidak
melihat kehadirannya. Sadarlah Anwar bahwa
Amelia bukan memperhatikan dirinya, melainkan
pintu tertutup di belakangnya. Selagi menatap,
kepala gadis itu tegak dalam posisi normal. Mata?
nya memandang tak berkedip. Ekspresi wajahnya
pun sukar dibaca. Entah bagaimana, Anwar merasakan darahnya
tersirap. Ia batalkan niat untuk mengobrol dengan
gadis itu, lalu memutuskan untuk berlalu secepat?
nya. Menjelang pintu depan, Anwar berhenti dan
berpaling untuk melihat Amelia masih duduk di
isteri Kalung Setan.indd 278
278 2/2/11 2:26:33 PM tempatnya, masih menatap ke pintu yang sama.
Anwar kemudian keluar, dengan hati risau.
*** Amelia terus saja memainkan anak-anak rambut?
nya. Menunggu. Tidak lama, memang. Karena begitu bunyi mesin mobil terdengar se?
makin jauh di luar sana, pintu kamar tidur lantai
bawah dibuka perlahan-lahan. Anton menyelinap
keluar. Begitu ia lihat kardus-kardus tadi, Anton
segera mengangkatnya ke dalam kamar. Tali-tali
pengikatnya dibuka, lalu isinya dihamburkan se?
rampangan saja di atas lantai. Anton kemudian
berlutut. Tangannya memilah-milah. Setelah ber?
pikir sejenak, kemudian ia menyambar sebuah tas
tangan. Tas tangan itu segera dibuka, tangan merogoh
ke dalam, dan keluar lagi sudah menggenggam
seuntai kalung. Dari tempatnya duduk, Amelia mengawasi ke
pintu kamar yang agaknya lupa ditutup Anton.
Sewaktu melihat apa yang digenggam ayahnya,
Amelia berhenti memainkan rambutnya. Ia terus
mengawasi. Tampak ayahnya sibuk menyingkirkan barangbarang yang rupanya tidak ia perlukan ke sudut
isteri Kalung Setan.indd 279
279 2/2/11 2:26:33 PM kamar. Pakai kaki pula. Seakan yang disingkirkan
itu tidak lebih dari sampah menjijikkan. Kalung
itu dikantongi, kemudian ayah Amelia naik ke
tempat tidur. Tanpa mengacuhkan sampah yang
berserakan di lantai maupun pintu yang masih
terbuka, ia kemudian memejamkan kelopak mata?
nya perlahan-lahan. Tanpa menimbulkan suara, Amelia bangkit ber?
diri. Ia melangkah pergi dan tidak lama kemudian
ia sudah rebah di atas ranjang. Dalam tempo sing?
kat, Amelia sudah tertidur pulas.
Seulas senyum memekar pelan di bibirnya.
Manis sekali. isteri Kalung Setan.indd 280
280 2/2/11 2:26:34 PM DUA PULUH ENAM SEGELINTIR orang menyambut dengan tabah
dan tenang manakala sang maut mengetuk pintu
rumah mereka. Sebagian lain bahkan nekat meng?
undang kedatangannya. Jika tidak datang-datang
juga, cari sampai bertemu kemudian paksa supaya
maut melaksanakan tugasnya seketika.
Akan tetapi, umumnya orang akan mati-matian
menghindar. Segala cara dan upaya dilakukan agar
sang maut tidak bisa membuka pintu. Atau jika ia
sudah terlanjur berada di dalam, orang pun akan
tergopoh-gopoh menyembah, melolong dalam ra?
tap tangis, "Tolonglah. Beri saya kesempatan sekali
lagi..." Benar. Itulah yang harus dilakukan Anton
Suhartono. Mungkin gilirannya sudah akan tiba, tetapi pa?
ling tidak ia masih punya kesempatan. Pertamatama kembalikan dulu kalung milik Eliza ke liang
isteri Kalung Setan.indd 281
281 2/2/11 2:26:34 PM kuburnya. Kemudian mengaku terus terang bahwa
dialah penyebab kematian Eliza. Eliza tidak mau
dimadu, sementara Anton tidak sanggup berpisah
dengan Ningsih. Meninggalkan Eliza sama artinya
meninggalkan limpahan uang, meninggalkan hidup
yang sudah terbiasa mewah. Apa boleh buat, "Aku
terpaksa menempuh cara keji untuk dapat me?
nyingkirkan dirimu tanpa harus kehilangan yang
lain. Sekaligus aku dapat menikahi Ningsih!"
Anton juga harus menyatakan penyesalannya
yang dalam. "Tidak kusangka akibatnya akan se?
hebat ini. Lebih dulu kausiksa Lavi dan Rudi,
baru kau renggut nyawa mereka. Sekaligus nyawa
Ningsih!" Anton tidak akan menimpakan kesalahan di
pundak Eliza, "Semua itu terjadi karena kesalahan?
ku semata. Aku tidak saja telah membunuhmu. Di
luar kehendakku, aku pun telah menyeret Amelia,
anak kita, menjadi korban. Belasan tahun Amelia
terpaksa menderita. Tak bisa mandiri. Tak ada
laki-laki mau memperistri. Tak pernah pula me?
nikmati arti hidup yang sebenarnya..."
Sampai di situ, Anton tiba-tiba terusik.
Ah, ya, Amelia. Mengapa tidak"
Jika Anton pun harus mati, siapa yang akan
menjaga dan mengurus Amelia"
"Pikirkanlah itu, Eliza!" Anton akan menuntut,
"Lihatlah nasib putrimu di kemudian hari. Ia akan
tersuruk-suruk sendirian. Tidak ada yang menun?
isteri Kalung Setan.indd 282
282 2/2/11 2:26:35 PM tun, mengasihi, atau menghiburnya. Kalaupun
ada, Eliza, hanya karena uangnya... dan barangkali
juga tubuhnya, sepanjang masih bisa digerogoti.
Setelah itu, apa" Mereka akan melemparkan
Amelia semena-mena. Dibiarkan bergelandangan,
bahkan mungkin tanpa sehelai benang pun me?
lekat di tubuhnya. Ia terpaksa harus mengais-ngais
tong sampah untuk mengisi perut yang lapar. Itu
pun sambil bersusah payah menghindari lemparanlemparan batu dari anak-anak berandalan yang
ingin mempermainkannya, atau karena jijik me?
lihat penampilannya..."
Gambaran menakutkan itu bahkan sampai me?
neteskan air mata Anton sendiri. Eliza, apalagi.
Eliza jelas tidak akan sampai hati. "...tetapi semua
itu tidak akan pernah terjadi, Lisa. Jika masih ada
ayah yang mendampinginya, yang akan mengurus?
nya dengan penuh kasih dan cinta!"
Itu memang benar. Meski terkadang Anton ter?
goda untuk melimpahkan kasih sayangnya, bukan
sebagai seorang ayah, tetapi sebagai seorang lakilaki.
"Selama ini aku memang agak menelantarkan?
nya, Eliza. Aku punya istri dan dua anak lain
yang sama-sama membutuhkan perhatianku, kan"
Tetapi kini hanya tinggal aku dan Amelia. Hanya
dia seorang yang harus kuperhatikan. Dan aku
akan berusaha sekeras-kerasnya untuk membahagia?
isteri Kalung Setan.indd 283
283 2/2/11 2:26:35 PM kan Amelia, mengusahakan kesembuhannya, me?
milihkan jodoh yang sesuai untuknya..."
Membayangkan Amelia dalam pelukan lelaki
lain, Anton tersedak. Khawatir Eliza mengetahui
perasaan cemburunya, Anton cepat berkata, "Itulah
janjiku padamu, Lisa. Janji yang hanya akan ter?
laksana apabila engkau memberiku kesempatan
hidup lebih lama!" Entah sadar entah tidak, kemu?
dian Anton bahkan menawar, "Dua-tiga tahun
pun jadilah!" Biarlah Anton menawar waktu yang singkat
saja. Toh nanti selama waktu yang singkat itu, ba?
nyak hal yang dapat ia lakukan. Menjual sebagian
tanah peternakan, membangun sebagian lainnya.
Sebuah pemukiman mahal dan mewah. Mengapa
tidak" Anton akan melampiaskan semua imajinasi
sebebas-bebasnya. Tidak perlu lagi bersakit hati
karena selama ini imajinasinya sering diremehkan
para pengusaha bermodal kuat itu. Anton-lah kini
pengusahanya! Anton bakal kaya raya, bakal punya
uang banyak. Ia akan berusaha kembali memper?
juangkan kesembuhan Amelia.
Tetapi sebelum itu, dengan uangnya Anton le?
bih dulu harus pergi ke banyak tempat. Tak per?
duli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan.
Yang penting, ia harus bertemu seseorang. Yang
lebih hebat ilmunya ketimbang perempuan tua di
isteri Kalung Setan.indd 284
284 2/2/11 2:26:36 PM Rangkasbitung itu. Paling tidak, sejajar dengan
yang di Pamanukan. Dan Eliza, silakan menyumpah serapah.
Karena rohnya yang terkutuk tahu-tahu sudah
tidak berdaya. Roh Eliza pun akan terkurung se?
lamanya di liang kuburnya sana karena Anton
akan lebih berhati-hati. Tidak akan lagi meng?
ulangi kekeliruan yang terbukti berakibat fatal
itu. *** Suara sepeda motor mendatangi, membuka lebar
kelopak mata Anton Suhartono. Ia menggeliat di
tempat tidurnya. Resah. Jangan-jangan, selagi ia
menyusun rencana, ia telah tertidur. Diamatinya
arloji di lengan, seraya telinga terus mendengarkan.
Sudah lewat beberapa menit pukul sepuluh malam.
Anton mau bangkit waktu mendengar suara lang?
kah-langkah bergegas. Kemudian terlihat Odah
melintas di depan pintu kamarnya. Astaga, apakah
ia telah lupa menutupnya"
Odah tidak memperhatikan pintu yang terbuka
itu. Anton pun bangkit dari tempat tidur. Pergi ke
pintu. Mengintip ke luar, ia lihat Odah membuka
pintu tembus ke garasi. Terdengar bunyi pintu
kecil di gerbang garasi dibukakan, disusul suara
isteri Kalung Setan.indd 285
285 2/2/11 2:26:36 PM omelan Odah, "Lama benar Akang pergi! Apa
tidak tahu aku ketakutan sedari tadi"!"
Bukanlah perempuan namanya kalau tidak
mengomel, pikir Anton seraya merapatkan pintu.
Jawaban Hartadi terdengar samar, "Aku hanya sen?
diri, Odah. Sedang orang yang harus kuhubungi
begitu banyak. Masih untung Pak Lurah ikut
membantu..."

Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anton mendengar suami-istri itu lewat di de?
pan pintu kamarnya. "Apa" Mereka minta bayaran tinggi?" Odah
bertanya. "Bagaimana lagi, Odah. Mereka pikir majikan
kita kaya raya. Lagi pula, ada tiga lubang kubur
yang harus digali..."
"Aduh, Kang. Sudahlah. Kau membuatku takut
lagi!" "Salahmu. Percaya takhayul. Dan..."
Suara mereka semakin jauh, kemudian sunyi
sepi. Anton kembali ke tempat tidurnya. Duduk.
Berpikir-pikir. Tiga lubang kubur. Oh, mengapa ia
melupakannya. Esok tentunya hari pemakaman.
Istri dan anak-anaknya...
Anton bersungut-sungut. Menyesali kematian
anak istrinya tidak akan menolong mereka hidup
kembali. Anton harus memikirkan hidupnya sen?
diri. Selagi ia masih punya kesempatan. Anton
mengenakan jaketnya, meyakinkan bahwa kalung
isteri Kalung Setan.indd 286
286 2/2/11 2:26:36 PM emas itu tersimpan aman di saku celana. Ia juga
tidak melupakan korek apinya. Rokok ia abaikan,
"Sekarang bukan waktunya untuk bersantaisantai..."
Ia tidak keluar melalui pintu depan. Bunyi
pintu, terutama anak kunci diputar akan menarik
perhatian pelayannya. Bukankah besok akan ba?
nyak orang menghadiri pemakaman" Anton me?
mang akan menimbun kembali kuburan Eliza.
Tetapi bekas dibongkar tetap saja akan kelihatan.
Mungkin akan terjadi kegemparan. Lalu timbul
berbagai dugaan. Anton tidak mau ada orang mengarahkan mata
padanya, lantas berbisik, "Dia keluar rumah tadi
malam!" Jika pun besok ada yang masih mengarahkan
mata padanya, Anton berharap mendengar bisikan
lain, "Lihatlah. Betapa hancurnya dia. Mengapa
masih juga ada orang yang tega mengganggu ku?
buran istri pertamanya?"
Anton keluar melalui jendela.
Dihindarinya pula berjalan terlalu dekat dengan
sinar lampu taman. Bahkan ketika sampai di ba?
wah sebatang pohon yang keadaannya gelap gulita,
ia masih merasa perlu untuk berhenti sejenak.
Mungkin saja Hartadi mendadak teringat sesuatu.
Lantas keluar dari rumah. Atau sekadar melihatlihat saja.
isteri Kalung Setan.indd 287
287 2/2/11 2:26:37 PM Anton mengawasi rumah besar itu dengan
saksama. Yang diawasi tegak diam. Namun dalam diam?
nya, rumah itu seperti balas menatap, dengan pan?
dangan dingin. Anton sampai menggigil sendiri. Ia
tarik ritsleting jaket sampai sebatas leher sambil
memutar tubuh. Sempat terlihat sepintas jendela
salah satu kamar di lantai atas. Jendela yang tam?
pak gelap gulita pula. "Tidurlah yang pulas, Amelia sayang!" desah
Anton seraya menyelinap ke luar pintu gerbang.
"Doakan Papa dalam mimpimu..."
Demikianlah adanya. Pikiran Anton hanya ter?
pusat pada dua hal. Pertama, ia tidak ingin diper?
goki para pelayan di rumah mereka, dan kedua ia
harus segera tiba di makam keluarga. Melakukan
apa yang harus dilakukan, sebelum pagi-pagi benar
ada yang masuk ke sana untuk menyediakan tiga
tempat peristirahatan yang baru.
Anton sampai melupakan satu hal yang tampak?
nya sepele. Yakni, Amelia tidak dapat tidur dalam gelap.
Kamarnya memang masih terang benderang
ketika suara sepeda motor Hartadi juga membuat
Amelia terjaga. Entah bagaimana, malam itu pen?
dengaran Amelia mendadak sangat peka. Telinga?
nya dapat menangkap pembicaraan pelayan me?
reka. Lalu setelah sepi beberapa lama, ada suarasuara lain. Saat itulah, Amelia melompat turun
isteri Kalung Setan.indd 288
288 2/2/11 2:26:37 PM dari tempat tidur. Lampu kamar kemudian di?
padamkan dengan cepat. Barulah setelah itu ia pergi ke jendela.
Berdiri diam di sana. Menunggu. Tidak berapa
lama kemudian, ia lihat ayahnya melintasi bagianbagian yang gelap di halaman depan. Perilaku
ayahnya seperti maling. Amelia mendiamkan saja.
Ia hanya menatap. Dingin. Setelah ayahnya meng?
hilang di balik pintu gerbang, Amelia bergerak
meninggalkan jendela. Malam pun terus berlalu. Dalam sunyi. isteri Kalung Setan.indd 289
289 2/2/11 2:26:38 PM DUA PULUH TUJUH LEBIH sunyi lagi suasana di makam keluarga.
Senyap, dan menekan. Bulu roma pemberani
pun akan dibuat tegak karena batu-batu nisan tam?
pak mengintai dari balik kegelapan. Membeku
diam, seakan penghuni-penghuni kubur di bawah?
nya merasa terganggu lantas mulai marah. Rim?
bunan daun pepohonan, bunga-bunga, sampai ke
ilalang yang tumbuh liar pun tidak berani ber?
gerak. Bahkan angin segan berembus. Seakan kha?
watir embusannya akan membuat ilalang berderik,
lantas membangunkan penghuni kubur yang te?
ngah beristirahat di liang lahat mereka...
Malam sebelumnya Anton memasuki peku?
buran itu dengan langkah-langkah pasti dan kepala
tegak. Acuh tak acuh pada sekeliling. Ia tegar, ti?
dak peduli suasana sekeliling. Karena yang ada
dalam pikirannya adalah nafsu kebendaan serta
kekhawatiran bahwa ia telah didahului orang lain.
isteri Kalung Setan.indd 290
290 2/2/11 2:26:38 PM Kuburan Eliza lantas ia gali pula dengan semangat
tinggi. Malam ini, langkah Anton Suhartono tersuruksuruk. Beberapa kali ia berhenti dengan mata jela?
latan memandang ke sekitar. Bukan takut ada
yang memergoki, tetapi takut jika batu nisan yang
akan ia lewati mendadak jatuh dan liang kuburnya
terbuka. Suatu hal lumrah yang dapat menimpa
siapa saja apabila ia sudah dihinggapi perasaan ber?
salah. Dan kesalahan yang diperbuatnya telah
mengakibatkan teror yang berakhir dengan ke?
matian yang mengerikan. Istrinyalah yang mati, beserta kedua anaknya.
Dan jangan-jangan, roh mereka menjadi pena?
saran. Lantas berkeliaran di sekitar kuburan ini,
untuk menunggu lantas menuntut pertanggung?
jawaban Anton. Tidak heran jika Anton sempat
berpikir untuk melarikan diri saja. Tetapi jika ia
lari sebagai pengecut, roh istri dan anak-anaknya
tetap saja akan mengejar, bahkan semakin keras
menuntut. Selain itu, jika ia lari maka Anton jus?
tru lari menuju ambang pintu kematian. Kematian
dirinya sendiri. Tidak. Ia tidak boleh lari. Ia harus tetap
hidup. Ia belum siap untuk mati. Ia bayangkan rumah
besar bertingkat suatu ketika ia renovasi lantas
diubah menjadi sebuah gedung pertemuan yang
mewah, dengan rumah-rumah peristirahatan di
isteri Kalung Setan.indd 291
291 2/2/11 2:26:39 PM sekitarnya. Ia bayangkan tanah peternakan yang
luas terhampar, berbukit-bukit dan berlembah. De?
ngan rumah-rumah elit yang indah, berdiri di
sana-sini. Dia yang membangunnya. Insinyur arsi?
tektur, Anton Suhartono. Dengan Amelia di sam?
pingnya. Amelia yang dikasihi dan dicintainya. Amelia
yang cantik dengan tubuh yang menggiurkan. Biar?
lah tidak ada lelaki yang mau memperistri Amelia.
Karena otaknya yang terbelakang, suaranya yang
gagu, gerak geriknya yang menyedihkan. Masih
ada Anton untuk mendampingi, menghiburnya,
bahkan jika perlu mengasihinya sebagai seorang
lelaki mengasihi seorang perempuan. Amelia pun
berhak menikmatinya. Menikmati kehangatan tu?
buh laki-laki di dalam tubuhnya.
Bayangan-bayangan mengasyikkan itu terus
berlangsung, membuat Anton semakin lupa diri.
Pe?rasaan takutnya perlahan-lahan reda. Dan ia me?
langkah lebih tegak, lebih berani. Semua impian?
nya akan tercapai hanya dengan sederhana saja.
Mengembalikan kalung ke batang leher Eliza, ber?
teriak-teriak meminta ampunan. Setelah itu tim?
bun kembali kuburan Eliza sambil tak henti-henti
mencucurkan air mata. Eliza pasti tergugah. Karena semasa hidupnya,
Eliza sangat mencintai Anton, Eliza pun mudah
mengabulkan apa saja permintaan Anton. Dibo?
dohi dan dikibuli pun Eliza sabar saja. Selama
isteri Kalung Setan.indd 292
292 2/2/11 2:26:39 PM Anton tetap jadi suaminya, selama Anton tidak
menduakannya dengan perempuan lain.
Berharap sajalah, semoga di alam kematiannya
Eliza masih seperti semasa hidupnya. Konon pula
Anton punya alasan kuat, yang mau tidak mau
harus diterima Eliza: Amelia, putri yang samasama mereka kasihi. Amelia dengan masa depan?
nya, yang masih bisa diperbaiki, masih bisa diper?
indah. Anton tersenyum gembira. Semangatnya sedemi?
kian meluap sehingga ia tidak memperhatikan se?
buah batu nisan yang setengah roboh di depannya.
Anton terantuk lantas jatuh terjerembap. Berun?
tung, jatuhnya di gundukan tanah gembur dan
lunak. Anton sampai meringis, dan kemudian ter?
kejut sendiri. Karena ketika matanya dibuka lebarlebar mengawasi kegelapan yang menghitam di
depannya, tahulah Anton bahwa ia tengah me?
natap liang kubur yang menganga.
Liang kubur Eliza. Anton pun menyeringai. Kecut. Ia menyeret
tubuhnya sedikit ke depan. Memandang ke bawah.
Sinar rembulan hanya sedikit membantu di dasar
liang kubur. Tetapi Anton dapat melihat warna
samar keputih-putihan tulang belulang dan sebuah
tengkorak yang setengah terbenam di tanah.
Miris juga Anton memandangnya. Perlahanlahan ia bangkit. Ia sudah tiba. Dan ia tidak boleh
menunda-nunda maksudnya. Sejenak ia mengambil
isteri Kalung Setan.indd 293
293 2/2/11 2:26:39 PM ancang-ancang. Menaksir-naksir tempat jatuh. Ja?
ngan sampai kakinya nanti menginjak tengkorak
Eliza, sehingga Eliza merasa terhina lantas meng?
usir Anton dengan sekeranjang kutuk.
Anton pun melompat ke bawah.
Searah kaki liang kubur. Kakinya menginjak
sesuatu yang seketika terasa gepeng lalu pecah.
Hampir saja Anton terpekik. Menyangka ia telah
memecahkan tulang belulang Eliza. Ternyata,
ember plastik yang menggelimpang begitu saja.
Masih untung, Anton tidak menimpa mata pacul
yang menghadap ke atas. Astaga, ia telah melupa?
kan kedua benda yang telah dan akan banyak
membantuanya itu. Anton mengeluarkan kotak korek api dari saku
kemeja, seraya membungkuk perlahan-lahan. Meng?
amati letak tulang-tulang leher di bawah dagu teng?
korak. Satu-dua detik, Anton menahan napas juga
begitu terpandang rongga hidung dan sepasang
mata besar yang bolong dan hitam. Cepat korek
api yang ia nyalakan barusan, dipadamkan lagi.
Lantas tangannya merogoh saku celana yang kanan,
untuk mengeluarkan kalung emas milik Eliza.
Saku kanannya kosong. Anton terkesiap, lantas menyeringai. "Aku
tentunya menyimpan di saku kiri..."
Merogoh lagi. Kosong juga! Bagaimana mungkin" Sewaktu akan meninggal?
isteri Kalung Setan.indd 294
294 2/2/11 2:26:40 PM kan kamarnya, ia telah memastikan kalung itu
aman di dalam sakunya. Di tengah perjalanan tadi
pun, ia sempat mengeluarkan, dipandang-pandang
sambil berkata memohon, "Bantulah aku, ya?"
Lalu dikantonginya lagi, diyakinkan aman pada


Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempatnya. Dengan menepuk-nepuk kantong
celananya. Anton mulai panik. Lalu ingat, tadi ia melompat ke liang kubur
ini. Tentulah sewaktu melompat itu, kalung ter?
lempar keluar dan jatuh di sekitar kakinya. Anton
segera menyalakan lagi korek api, didekatkan ke
tanah, menyimak di antara tulang belulang. Pa?
dam, dinyalakan lagi. Menyimak sekitar rusuk, te?
rus ke depan. Kalungnya tetap tidak tampak. Yang
tampak, hanya tengkorak kepala, dengan rongga
hidung dan sepasang mata bolong menganga.
"Kehilangan sesuatu, Anton?" terdengar bisikan
tajam, menusuk. Anton berteriak terperanjat. Sampai-sampai
tubuhnya pun terlonjak mundur. Lantas jatuh ter?
duduk, dengan punggung membentur dinding
kubur di belakangnya. Ia mengawasi ke depan. Ke tengkorak Eliza.
Dengan sekujur tubuh lemas, bergemetaran. Sung?
guh tidak disangkanya. Roh Eliza bangkit sudah.
Bahkan berbicara padanya. Bertanya dengan nada
mengejek. Perasaan takut mulai merayapi Anton.
Ia terengah-engah, berusaha membuka mulut un?
isteri Kalung Setan.indd 295
295 2/2/11 2:26:40 PM tuk berbicara dan memohon agar roh Eliza jangan
menakut-nakutinya. Bisikan itu terdengar lagi. Lebih jelas,"... aku
di sini!" Suara itu datang dari sebelah atas. Sejajar de?
ngan tengkorak Eliza. Anton mendongak takuttakut. Lalu ia melihatnya. Melihat sosok tubuh
seorang perempuan duduk mencangkung di atas
gundukan tanah galian. Sosok itu bergaun putih, seputih kabut. Ram?
butnya yang panjang berombak, sebagian tergerai
di depan bahu. Seketika Anton mengenali sosok
tubuh itu. Sosok tubuh Eliza. Anton sempat merin?
ding, ketika ia mengawasi wajah di atasnya, wajah
yang balik mengawasi dalam siraman rembulan.
Anton tidak melihat hidung besar dan lebar. Hi?
dung yang tak pernah disukainya, yang selalu
mengganggu pikirannya. Dan membuat dirinya
sering bertanya-tanya menyesali, mengapa ia mau
memperistri Eliza. Benar. Bukan hidung menjengkelkan itu yang
dilihat Anton. Melainkan hidung yang lebih kecil, lebih sempit.
Tetapi membuat bentuk dan letaknya sangat serasi,
sehingga kecantikan wajahnya itu menjadi lebih nya?
ta dan sempurna. Anton pun tercengang seketika.
Mulutnya terbuka, menggagap, "... Amelia?"
Bibir ranum dan indah itu menyunggingkan
senyum. isteri Kalung Setan.indd 296
296 2/2/11 2:26:41 PM Tanpa kata. Hilanglah sudah ketakutan Anton. Pelan-pelan
ia merayap bangkit. Sementara tubuhnya bergerak
tegak, kemarahannya pun ikut terbangkit. Dengan
galak Anton menggerutu, gusar, "Apa yang kau?
lakukan di sini"! Mengapa pula kau mengikuti..."
Anton berhenti. Menegun. Tiba-tiba menyadari,
ada yang tidak cocok. Cara duduk Amelia. Tenang
dan wajar yang lebih tidak cocok lagi, ia berbicara
dengan ucapan dan kata-kata yang sangat jelas.
Anton menggeleng-geleng, tidak percaya, "Kau..."
"Aku tadi bertanya. Apakah kau kehilangan se?
suatu!" "Kalung ibumu. Aku bermaksud mengembali?
kannya. Tetapi bagaimana kau bisa..."
Ucapannya dipotong seketika, "Oh. Kejadian
lama terulang kembali, eh" Sewaktu dulu istrimu
terbaring kepayahan di rumah sakit, kau mencuri
kalung miliknya dari lemari. Sekarang, ia sudah
terbaring mati, bahkan tinggal tulang belulang,
dan kau masih mencurinya juga. Tidak kapokkapok rupanya, ya"!"
"Tunggu dulu, Amelia. Katakan padaku..."
"Tentang Amelia kecilmu yang malang?" Gadis
itu memotong lagi. "Ya. Amelia kecil yang malang!
Tetapi dia pemberani. Dia juga pemarah. Kau
tahu apa yang terjadi ketika Amelia kecilmu me?
nemukan ibunya terancam bahaya?"
Diam sebentar. Tetapi sebelum Anton sempat
isteri Kalung Setan.indd 297
297 2/2/11 2:26:41 PM berkomentar, ia sudah meneruskan dengan cepat.
"Biar kuberitahu. Amelia kecilmu hanya terkejut
satu-dua detik. Tetapi begitu melihat apa yang te?
ngah menyiksa ibunya... Amelia kecilmu bertindak
segera. Tangkas sekali ia sudah melompat dan se?
rempak merenggut benda hitam yang melingkari
leher ibunya, lantas dengan kemarahan membabi
buta, benda hitam, dan hidup itu itu ia pelintir!
Karena benda itu terus meronta-ronta, Amelia
kecilmu lantas menggigit. Merengkah-rengkah.
Tahu apa yang terjadi kemudian?"
Anton ternganga. Apa yang ditanyakan, tak satu pun diketahui?
nya. Yang ia ketahui hanyalah, ia dan mertuanya
menghambur masuk ke kamar tempat peristiwa
itu terjadi. Eliza sudah mati dengan sekujur tubuh
hangus mengeriput. Dan Amelia tegak terbengongbengong seakan hilang ingatan.
"Benda itu makhluk hidup, Anton. Dan sang
makhluk saat itu tengah mengandung bayi-bayi?
nya!" Diam lagi. Sepi, menekan. Anton tidak kuasa membuka
mulut. Bahkan juga untuk bergerak di tempat?
nya. Wajah gadis yang masih duduk mencangkung
di atas gundukan tanah galian tampak tegang. Ta?
kut. Seakan yang digigit lalu direngkah adalah
dirinya. isteri Kalung Setan.indd 298
298 2/2/11 2:26:42 PM "Makhluk yang sedang mengandung itu,
Anton, tidak dapat berbuat lain. Ia tidak akan
membiarkan perut yang berisi jabang-jabang bayi?
nya ikut direngkah. Lantas, tanpa berpikir panjang
lagi... ia meronta ke arah berlawanan. Bukan lagi
untuk mundur melepaskan diri. Ia justru me?
nerobos lebih dalam ke rongga mulut Amelia
kecilmu. Anak itu tidak siap dengan tindakan me?
ngejutkan itu, Anton. Pegangannya terlepas. Dan
sang makhluk..." Tubuh di atas gundukan tanah galian itu tam?
pak bergetar. Seperti juga suaranya yang bergetar, "...melesat
semakin ke dalam. Masuk ke tubuh Amelia kecil?
mu. Dan tak keluar-keluar lagi dari sana...!"
isteri Kalung Setan.indd 299
299 2/2/11 2:26:42 PM DUA PULUH DELAPAN ANTON menggigil, ngeri. Tidak pernah sekali pun ia bayangkan peristiwa
demikian akan terjadi. Dukun tua renta dari Pama?
nukan itu memang sempat memberitahu bahwa
makhluk kesayangannya yang dapat mengubah
wujud menjadi benda apa saja. Kemudian benda
tiruan itu bisa dikenakan dan membunuh si pe?
makai seketika. Dukun itu pun mengatakan bahwa
makhluk kesayangannya telah lenyap tak tentu
rimba. Siapa nyana, lenyapnya di dalam tubuh Amelia.
Sosok makhluk menjijikkan, menyerupai ular, de?
ngan ujung tubuh yang satu dan yang lain sama
besar. Yang oleh sang dukun dikatakan sebagai
peranakan ular dengan cacing karang di pesisir
pantai. Jangankan dalam wujud aslinya yang hi?
dup, dalam wujud tiruannya sebagai kalung emas
pun, Anton gemetar, jijik bercampur ngeri.
isteri Kalung Setan.indd 300
300 2/2/11 2:26:43 PM Orang tua itu menegaskan, Anton tidak perlu
takut. Hanya jika kalung itu telah kembali ke wu?
jud semula atas perintah gaib sang dukun, makhluk
itu sangat membahayakan. Racunnya mematikan.
"Disemburkan sekaligus pula!" Si orang tua
menjelaskan. "Setelah itu, racunnya habis. Jika kau?
sentuh pun, tidak akan mencederaimu. Tetapi
awas, jika makhluk itu sedang marah atau merasa
dirinya terancam, ia akan tetap membahayakan.
Bahaya yang tidak kurang mengerikan..."
Amelia, contohnya. Amelia kecil yang setengah
hilang ingatan, otaknya tidak mampu bekerja lagi
secara sempurna. Amelia yang gerak gerik maupun
cara berbicaranya lantas begitu lemah, tak berdaya,
mengenaskan. Barulah sekarang Anton mengetahui
penyebab kelainan Amelia. Baru sekaranglah mun?
cul perasaan iba. Anton sampai tidak terpikir untuk memper?
tanyakan bagaimana saat ini Amelia mendadak
mampu bersikap wajar, berbicara wajar. Yang ter?
ingat hanyalah penderitaan dan kesengsaraan
Amelia yang muncul setelah makhluk mengerikan
itu mendekam di tubuhnya. Dari hari ke minggu,
terus ke bulan, dan tahun demi tahun, jangankan
orang lain, termasuk Ningsih beserta anak-anaknya
yang cuma keluarga tiri. Anton sendiri, sebagai
ayah kandung Amelia, acap kali dibuat marah.
Jengkel tidak sabaran. Seandainya Amelia tidak berselimutkan uang,
isteri Kalung Setan.indd 301
301 2/2/11 2:26:43 PM sudah semenjak lama Ningsih menyuruh Amelia
pergi dari rumah mereka. Bahkan Anton pun, jika
jengkelnya bangkit dan diomeli anak-istri, sudah
dengan tega membuang Amelia selamanya di panti
asuhan, tanpa pernah mau mengambilnya kembali,
walau pemilik panti asuhan itu menegaskan, "Putri
Anda sakit-sakitan, rindu pulang!"
Seperti yang pernah terjadi, Amelia langsung
segar, dan sehat sepulang ke rumah.
Amelia, yang melangkah di hamparan uang,
yang dengan segala cara disabet oleh Ningsih,
Solavina, maupun Rudi, bahkan Anton pun sese?
kali ikut menyabet. Meski tujuan Anton adalah
mengembangkan atau memajukan karier demi istri
dan anak-anaknya, tetap saja uang itu uang
Amelia, sampai tiba-tiba semuanya amblas.
Dan lagi-lagi, Amelia masih memiliki begitu
banyak, sementara Anton, istrinya, serta kedua
anaknya sudah tidak punya apa-apa lagi. Saking
panik, ia nekat berbuat apa saja. Termasuk se?
mena-mena membongkar kuburan ibu Amelia,
hanya untuk mengambil seuntai kalung emas yang
nilainya tidaklah seberapa dibandingkan sekian ba?
nyak harta dan uang Amelia yang telah mereka
habiskan sebelumnya. Anton tiba-tiba merasa malu.
Ia terduduk lemas. Kehilangan tenaga, bahkan
gairah hidupnya pun seperti menyurut. Anton pun
isteri Kalung Setan.indd 302
302 2/2/11 2:26:43 PM mengeluh lirih dan teramat getir, "Maafkan ayah?
mu yang bodoh ini, Amelia..."
Gadis yang masih duduk menggantung di atas?
nya, berkata tenang. "Hei, jangan dulu berputus
asa. Kau masih punya kesempatan!"
"Tak ada gunanya lagi, Amelia."
"Mengapa tidak" Apakah kau tidak ingin tahu
bahwa makhluk yang selama ini mendekam dalam
tubuh Amelia kecilmu, telah meninggalkan penjara?
nya?" Anton terdongak heran, "Penjara?"
Wajah si gadis, menyeringai. "Benar. Penjara.
Karena semula makhluk itu menyangka akan mam?
pu keluar dari tubuh Amelia kapan saja ia mau.
Itulah keistimewaannya. Salah satu keistimewaan
sang makhluk. Lain-lainnya, nanti kau akan
tahu..." Diam sebentar, menunggu reaksi Anton.
Dan Anton memang bereaksi, "Jadi... itulah
sebabnya kau bisa bicara kembali!"
"Bagus, kau mengerti. Tetapi bukan itu yang
kumaksud perlu kauketahui. Melainkan keistime?
waan Kolang Kilung!" Suara si gadis bernada ang?
kuh, penuh kebanggaan diri. "Dia menyelinap ke
tubuh Amelia kecilmu. Menyatu dengan amarah
dan kebencian anakmu. Bersama amarah dan ke?


Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bencian itulah makhluk itu nantinya dapat ke luar
kapan saja. Setiap manusia, normal atau tidak nor?
mal, dapat marah kapan saja, kan" Tetapi sang
isteri Kalung Setan.indd 303
303 2/2/11 2:26:44 PM makhluk terjebak. Dia lupa bahwa tindakan marah
yang penuh keberanian itu dilakukan Amelia kecil?
mu karena terdorong naluri ingin melindungi ibu?
nya. Naluri yang sangat kuat. Naluri kasih sayang.
Naluri cinta..." "Kau mengada-ada," Anton bergumam tak per?
caya. "Karena kau tidak tahu kelemahan makhluk
itu. Kasih sayang yang tulus dan murni adalah
musuh terbesar yang tidak pernah mampu dia ka?
lahkan. Dan dia terperangkap oleh musuh besar?
nya, yang ada dalam jiwa Amelia kecilmu. Kasih
sayang dan cinta yang kuat. Teramat kuat, jauh
lebih kuat daripada amarah serta kebenciannya.
Itulah yang telah dilupakan sang makhluk. Lupa,
bahwa amarah atau kebencian muncul sesewaktu,
dapat hilang sesewaktu pula. Tetapi, kasih sayang
dan cinta, tidak pernah berhenti. Terutama di an?
tara ibu dan anaknya!"
Tidak seorang ayah" Anton tidak berani mengomentari. Perbuatan?
nya selama ini, bahkan di kuburan ini telah mem?
buktikan sejauh mana kasih sayang Anton sebagai
ayah! "Sang makhluk pun terperangkap!" Suara di
atasnya, terdengar resah. Bahkan setengah panik,
"Bagaimanapun makhluk itu meronta, dia tetap
tak mampu meloloskan diri. Dia terkurung, terus
terkurung. Apa yang bisa dia lakukan hanyalah
isteri Kalung Setan.indd 304
304 2/2/11 2:26:44 PM meronta dan meronta, sementara naluri kasih
Amelia kecilmu masih terus mengikatnya. Semakin
lama mengikat semakin kuat. Dua kekuatan itulah
yang menyebabkan Amelia-mu terkadang men?
derita. Yang kemudian kauanggap sebagai terserang
ayan..." "Oh?" Anton akhirnya tertarik, "Dan telur
mentah itu..." "Sang makhluk termasuk jenis ular, kan" Te?
tapi, Anton, sebenarnya dia bosan juga, karena itu
lagi, itu lagi yang diberi. Mestinya tidak hanya te?
lur ayam. Apa saja yang berbau anyir dan di
dalamnya mengandung bibit-bibit kehidupan. Bau
anyir itu merangsang selera sang makhluk. Dan
bibit-bibit kehidupan itu dia butuhkan untuk
mempertahankan hidup, kemudian juga hidup
anak-anaknya yang kemudian lahir di dalam tubuh
Amelia-mu..." "Apa?" "Kau tak percaya, kan" Tak apa. Tetapi nanti
kau akan melihat mereka. Akan kupanggil anakanak itu supaya datang dan memperlihatkan diri
padamu. Mau?" Anton menggigil. "Jangan..."
"Hei, mereka anak-anak yang tampan dan
manis!" Gadis di atas kuburan itu tertawa. Tawa?
nya tidak wajar. Tawa terkikik, disertai bunyi ber?
desis. Anton sampai merinding dibuatnya. Tidak
percaya bahwa Amelia tertawa semengerikan itu.
isteri Kalung Setan.indd 305
305 2/2/11 2:26:45 PM Untuk menutupi perasaan ngerinya, Anton ber?
gumam, "Bagaimana... makhluk menjijikkan itu,
serta anak-anaknya... yang pasti menjijikkan pula,
mampu meninggalkan tubuhmu, Amelia?"
Diam. Sepi. Anton mendongak. Sosok gadis itu masih ada
di sana. Tetapi duduknya berubah kaku. Wajahnya
pun kaku. Seakan kata-kata Anton telah menying?
gung perasaannya, atau barangkali malah membuat?
nya berang seketika. Anton terkejut, "Apakah..."
Tubuh gadis itu pelan-pelan santai kembali.
Wajahnya pun kembali lembut, cantik, manis, apa?
lagi ketika tersenyum lagi, "Sudahlah. Biar ku?
jawab dulu pertanyaanmu barusan. Makhluk itu,
Anton, beserta anak-anaknya, lolos dari penjara
mereka berkat bantuanmu juga..."
Anton tercengang, "Aku?"
"Benar. Berkat engkau juga. Tetapi kukatakan
sekali lagi, kau hanya sekadar membantu. Karena
yang lebih berperan meloloskan mereka dari pen?
jaranya adalah kekuatan yang sama. Kuatnya kasih
sayang dan cinta yang terdorong pula oleh naluri
ingin membela, ingin melindungi. Tetapi kekuatan
itu harus datang dari luar, Anton. Dari luar diri
Amelia kecilmu!" "Kasih sayangku. Cintaku?" Anton tercengang.
Si gadis tertawa melengking, keras dan pan?
jang. isteri Kalung Setan.indd 306
306 2/2/11 2:26:45 PM Liang kubur tempat Anton berada sampai ber?
getar. Serpihan-serpihan tanah galian jatuh berham?
buran, menimpa kepala Anton, menimpa teng?
korak dan tulang belulang di dekatnya. Anton
melonjak. Gadis itu masih tertawa berkepanjangan,
dan semakin banyak pula tanah yang jatuh. Bukan
lagi sekadar serpihan, tetapi sudah disertai bong?
kahan-bongkahan besar. "Hentikan, anak tolol!" Anton pun berseru ma?
rah. "Kau bisa menguburku hidup-hidup!"
Tawa itu mereda. Getaran di liang kubur ber?
henti. Tanah masih berjatuhan dari keempat sisi
permukaan kubur di atas. Tetapi tinggal serpihan
sampai kemudian berhenti.
Si gadis menatap ke bawah dengan sorot mata
dingin. Suaranya terdengar lebih dingin lagi, "Ja?
ngan mengaku dirimu hebat. Kau, suami dan ayah
yang busuk hati!" Anton terdiam. Gadis itu menyeringai, senang. "Bukan kau,
Anton. Kasih sayang dan cinta dari ibunya Amelia
atau istri pertamamulah yang mengeluarkan makh?
luk-makhluk yang kausebut menjijikkan itu. Me?
ngeluarkannnya dari tubuh Amelia-mu!"
"Bagaimana mungkin" Eliza... sudah lama
mati!" "Mengapa tidak" Makhluk-makhluk itu adalah
roh. Yang mengurung mereka, juga roh. Roh anak?
mu. Maka yang mengeluarkan mereka pun harus
isteri Kalung Setan.indd 307
307 2/2/11 2:26:46 PM roh. Roh yang begitu melihat nasib anaknya, lang?
sung menangis terisak-isak. Sedih sekali ratap ta?
ngisnya, Anton. Sayang kau tidak mendengarkan?
nya. Roh anakmu ikut menangis. Roh makhluk
dalam tubuhnya pun sampai ikut mencucurkan air
mata, lalu mereka berbicara, Anton, mengenai apa
saja yang telah terjadi, dan apa saja yang kemu?
dian harus mereka lakukan..."
Anton pun bisa menyeringai, bahkan mengejek,
katanya, "Omong kosong! Jika roh istriku mampu
melakukannya, mengapa tidak dia lakukan sejak
dulu?" "Karena roh istrimu pun telah terpenjara,
Anton!" Suara si gadis tenang dan dalam. Namun
nadanya membuat sekujur tubuh Anton dirayapi
hawa dingin menghunjam, "Kau yang memenjara?
kannya. Kau dengar itu, Anton" Begitu kau sim?
pan kembali kalung itu di leher istrimu, lantas
menguburnya bersama jenazahnya... rohnya pun
terperangkap. Sampai kemudian, bakat pencuri?
mu... hehehe!" Gadis itu tertawa penuh cemooh.
"Kau tak pernah kapok, kan" Kau curi lagi kalung
itu dari liang kubur istrimu. Dengan sendirinya,
roh istrimu terbebas seketika. Di situlah kau mem?
bantu, Anton! Dan sekaligus engkau mencelakakan
dirimu sendiri!" Tawa si gadis itu melengking lagi. Berkepan?
jangan. Getaran kubur, bongkahan-bongkahan tanah
isteri Kalung Setan.indd 308
308 2/2/11 2:26:46 PM yang berjatuhan semakin banyak, menyertai tawa?
nya. Anton gelisah ingin menghindar, tetapi gagal
karena seluruh persendian tubuhnya bagai dilepas
oleh lengking mengerikan itu. Telinganya dibuat
seakan tuli menyakitkan, dan yang paling mem?
buat Anton tidak kuasa menggerakkan tubuh ada?
lah tengkorak kepala Eliza.
Getaran yang ditimbulkan begitu hebat sampai
dinding kubur di sekitar Anton bergerak, dan
dasar kubur terlonjak-lonjak, mengakibatkan tu?
lang belulang dan tengkorak Eliza ikut terlonjak...
seperti melompat-lompat di sekitar liang kubur,
mengurung diri Anton dari empat penjuru.
Sekali, bahkan tengkorak Eliza melompat
tinggi. Lantas mengambang diam, persis di depan wa?
jah Anton dengan rongga hidung serta lubang-lu?
bang mata menganga gelap dan mengancam. Ra?
hang tengkorak yang semula mengatup, kini ber?
getar dan terbuka. Makin lama makin lebar. Gerigi
serta gerahamnya satu persatu tanggal. Semuanya
terlihat begitu nyata dan mengerikan.
Napas Anton menjadi sesak.
Terengah-engah ia merintih, lalu mengerang
dalam ketakutan dan kesengsaraan begitu ia me?
rasakan longsoran tanah bagai melimpah ruah, ja?
tuh menimpanya. Ia meronta dan meronta untuk
menyelamatkan diri, seraya melolong berkepan?
jangan. Tetapi longsoran tanah terus saja menum?
isteri Kalung Setan.indd 309
309 2/2/11 2:26:47 PM pahi dirinya. Ia semakin terbenam, semakin terim?
pit. Manakala longsoran tanah sudah terasa menim?
bun sampai sebatas leher, Anton pun meratap da?
lam tangis. "Eliza... Eliza! Ampunilah aku... Eliza!"
isteri Kalung Setan.indd 310
310 2/2/11 2:26:47 PM DUA PULUH SEMBILAN GETARAN bumi berhenti mendadak.
Napas Anton pun melonggar. Bobot berat dan
padat yang tadi mengimpit itu lenyap begitu saja.
Masih tak percaya, Anton membuka kelopak mata?
nya. Takut-takut mengawasi segala yang ada di
dekat maupun di hadapannya. Ember plastik yang
pecah berantakan, lantas gagang pacul setengah
tersandar pada salah itu dinding kubur, dengan
mata pacul mengarah ke atas. Potong-potongan
tulang belulang, lalu tengkorak kepala Eliza masih
tetap setengah terbenam di tempat semula.
Semua itu tampak nyata karena rembulan saat
itu sudah naik pas di atas kuburan.
Yang terlebih-lebih mengejutkan Anton adalah
kenyataan, tidak ada gelombang tanah galian yang
longsor ke bawah, kecuali yang sengaja ia longsor?
kan malam sebelumnya, dalam usahanya mendapat?
kan pijakan untuk naik. Posisi Anton sendiri, bu?
isteri Kalung Setan.indd 311
311 2/2/11 2:26:47 PM kanlah sedang berdiri pula. Melainkan bersimpuh
di dasar liang lahat, menghadap tengkorak Eliza.
Anton lantas tersentak, bingung.
Ia termakan halusinasi, itu sudah pasti. Mimpi
buruk itu telah berlalu, dan kini ia terjaga. Semua
aman dan beres-beres saja. Suasana pekuburan di
sekeliling pun terasa sunyi senyap, seperti malam
sebelumnya, seperti ketika tadi ia datang. Kecuali
hawa pengap liang lahat yang memang menyesak?
kan, dan membuat Anton bersimbah peluh.
Tetapi, apakah semua yang berlangsung itu ha?
nya halusinasi belaka" Apakah ia memang hanya
bermimpi atau membayangkan hal yang tidak-ti?
dak, mendengarkan pula pembicaraan yang bukanbukan dengan sesosok tubuh bergaun seputih ka?
but itu" Harap-harap cemas, Anton pun mendo?
ngak pelan. Tanah galian masih menggunduk di keempat
sisi kuburan Eliza. Namun yang juga masih tetap
ada di tempatnya adalah sosok misterius itu. Yang
masih duduk menggantung, dan kini menatapnya
dengan seringai dingin.

Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Penuh ejekan. Penuh hinaan.
Sadarlah Anton saat itu juga, bahwa ia bukan
berhalusinasi, melainkan permainan sihir perem?
puan itu. Kesadaran lain muncul pula, satu per
satu. Amelia tidak mengetahui kepergiannya dari
rumah, jadi Amelia tidak mengikutinya. Sosok
yang ia perkirakan Amelia itu, dalam pembicaraan?
isteri Kalung Setan.indd 312
312 2/2/11 2:26:48 PM nya yang begitu lantang dan kasar tidak menyebut
"Papa", melainkan langsung menyebut nama, dan
berkau-kau pula. Anton pun tersadar, Amelia buta
sama sekali tentang masa lampau, ketika Anton
meminta bantuan dukun tua di Pamanukan untuk
meneluh Eliza. Dan di atas segala-galanya, Amelia mustahil
mampu bermain sihir. Jelas sudah. Sosok yang duduk menggantung
di atas Anton bukanlah Amelia. Meski sosoknya
memang sosok Amelia. Permainan sihir yang meng?
hilang begitu saja rupanya telah dihentikan oleh
lolongan tangis Anton, "Ampunilah aku, Eliza..."
Eliza! Dialah yang duduk di atas sana, pikir Anton,
menyimpulkan. Eliza, atau tepatnya roh Eliza yang
meminjam raga Amelia. Lihat seringai bibirnya
yang mencemooh itu. Lihat betapa ia menghina.
Eliza telah berhasil mempermainkannya, membuat
dirinya seakan tersiksa dalam kesengsaraan yang
nyaris mendekati batas kemampuan manusia.
Anton masih ketakutan. Tetapi tidak lagi se?
takut sebelumnya. Menurut persangkaan Anton, ia
telah menyerang titik lemah Eliza.
Eliza, yang semasa hidupnya memang dikenal
lembut hati. Hanya karena Anton meratapkan permohonan
ampun, roh Eliza menghentikan siksaan sihirnya.
Perlahan-lahan, keberanian Anton merayap kem?
isteri Kalung Setan.indd 313
313 2/2/11 2:26:48 PM bali, menjalar di sekujur pembuluh darah dan
memberinya kemampuan untuk merintihkan tun?
tutan, "Kau boleh saja mempermainkan aku, Eliza.
Tetapi... begitu sampai hatikah kau menyiksa jasad
Amelia, putrimu sendiri?"
Lantas Anton diam. Menunggu. Jika reaksi pe?
rempuan itu sesuai dengan harapannya, tuntutan
Anton berikutnya sudah jelas dan pasti, yaitu masa
depan Amelia, yang hanya bisa diraih jika Amelia
tetap didampingi ayahnya!
Seringai mengejek itu hilang, tetapi pandangan?
nya yang menghina, tidak. Bibir ranum sosok
Amelia membuka pelan, dan melontarkan pukulan
balik, langsung ke sasaran, "Seberapa jauh kau me?
nyesali dosa-dosamu, Anton?" Diam sebentar, wa?
jah itu tampak tidak puas, lalu pukulan berikutnya
pun datang, "Dan... apa gunanya lagi" Ningsih-mu
sudah mati, begitu pula Lavi-mu, dan Rudi-mu.
Mereka mati karena dosa-dosamu!"
Diingatkan pada kematian Ningsih serta anakanaknya, Anton pun merengut marah, "Aku me?
ngerti perasaanmu terhadap Ningsih, tetapi ter?
hadap Rudi dan Lavi... Kau biadab, Eliza. Keji!"
"Memangnya kau tidak?" Perempuan itu ter?
kikik, "Apakah perbuatan terhormat membunuh
istrimu sendiri" Apakah terpuji kehendakmu dulu,
memandikan dan membungkus jenazah istrimu
dengan kain kafan tanpa bantuan orang lain, se?
mata-mata supaya kau leluasa memasang kembali
isteri Kalung Setan.indd 314
314 2/2/11 2:26:49 PM kalung miliknya" Belum lagi, jika kau sedang
mengusap-usap tubuh putrimu yang diam-diam
membangkitkan kejantananmu. Jika kau dibiarkan
tetap hidup, Anton, bukan mustahil kelak kau ma?
lah akan memperkosa putri kandungmu sendiri!"
"Itu tidak benar!" Anton merandek marah, sa?
king malunya. "Oh. Oh, tak usah berdusta padaku karena
tiap kali kau menyentuh Amelia aku ikut merasa?
kannya!" Anton tanpa sadar tertawa histeris, "Bagaimana
mungkin" Rohmu terkurung di liang kubur!"
"Yang terkurung itu roh Eliza!"
"Benar. Roh Eli..."
Tercekat seketika lidah Anton. Ia terlambat me?
nyadari sedemikian banyak hal yang diketahui
perempuan itu, juga terlambat menyadari bahwa
tutur kata, sikap kasar dan urakan si perempuan
bukanlah tutur kata, sikap lembut, serta penuh
cinta dari Eliza. Bahkan ketika Eliza pernah memergoki Anton
menggumuli tubuh Ningsih, pelayan mereka, Eliza
bukanlah meraung-raungkan amarah dalam katakata kasar dan kotor. Eliza hanya bertanya lirih,
"Mengapa, Anton?"
Peredaran darah Anton seketika tersirap. Mulut?
nya ternganga ketika bertanya gemetar, "Jika kau
bukan Amelia... bukan pula Eliza... Siapa kau ini...
sesungguhnya?" isteri Kalung Setan.indd 315
315 2/2/11 2:26:49 PM Untuk pertama kalinya, sosok tubuh di atas
gundukan tanah galian itu menggeliat. Anton ter?
kejut, lantas tanpa sadar bergerak mundur sampai
punggung membentur dinding kubur di belakang?
nya. Sepasang mata perempuan itu memperhatikan
dengan kejam, lalu, mendadak sontak membentak
marah, "Kau sudah diperingatkan, manusia busuk!
Suamiku sudah memperingatkanmu!"
"Suami..." Anton tambah terkejut saja.
"Yang kaumintai bantuannya untuk meneluh
istrimu, Goblok! Lupakah kau" Dia sudah menyu?
ruhmu berpikir lebih matang. Dia bilang, per?
buatan seseorang akan mendatangkan risiko-risiko?
nya sendiri sesuai perbuatannya. Ingat, kan" Tetapi
kau memaksa. Akal sehatmu dikalahkan oleh re?
ngek cengeng Ningsih-mu!"
Tuduhan itu bernada menghina, tetapi Anton
mau tidak mau harus mengakui kebenarannya.
"Anak kita sudah dua, Pak!" Terngiang di te?
linga Anton desakan Ningsih yang tak sabar lagi
menunggu, "Mana yang bungsu laki-laki pula, se?
perti yang kauharapkan..."
"Kau pun memaksa melanggar peringatan lain?
nya, Anton!" Sosok bergaun seputih kabut itu te?
rus menyerang, "Sudah diperingatkan agar kau ti?
dak mengusik kalung yang kaukubur bersama je?
nazah istrimu, tetapi kau nekat karena kau rakus,
Anton! Karena kau tamak!"
isteri Kalung Setan.indd 316
316 2/2/11 2:26:50 PM Anton melekat pada dinding kubur di belakang
punggungnya, seakan ingin menerobos lantas
menghilang di sana untuk menyembunyikan aib
itu. "Kau tahu apa yang pertama-tama dilakukan
istrimu setelah rohnya terbebas dari kurungannya,
heh" Dia mendatangi anaknya tercinta! Melampias?
kan kerinduan yang sudah terpendam sekian lama,
sekaligus membebaskan aku dan anak-anakku dari
kurungan kami. Atas budi baiknya itu, Anton,
istrimu tidak meminta balas jasa. Dia bilang, putri?
nya terbebas dari pengaruhku pun sudah lebih
dari cukup. Betapa mulia hati dan jiwa istrimu.
Bukankah begitu, Anton?"
Anton diam-diam mengakui kebenaran pujian
itu. Karena Anton tahu betul siapa Eliza, yang de?
ngan tenang meminta Ningsih pergi dari rumah
mereka, bahkan masih membekali Ningsih dengan
uang secukupnya pula, "Untuk biayamu melahir?
kan kelak," kata Eliza pada pelayan yang sudah
dipecatnya itu, "Jagalah kandunganmu baik-baik.
Tetapi, jangan sekali-kali kauganggu lagi suami?
ku." Ningsih tak pernah mengganggu. Justru Anton
yang datang mengganggunya. Dan...
"Akulah yang tidak merasa cukup, Anton,"
suara perempuan di atasnya membuyarkan la?
munan Anton, "Aku yang telah dia bebaskan ber?
isteri Kalung Setan.indd 317
317 2/2/11 2:26:50 PM sama anak-anakku. Aku, yang pernah menyebabkan
kematiannya, dibebaskannya begitu saja tanpa ha?
rus melakukan apa-apa untuk menebusnya. Mana
mau aku terima?" Sosok misterius itu bersungut-sungut tak puas,
lantas melanjutkan dengan bernafsu, "Tetapi aku
tahu apa yang dapat kulakukan. Yang tidak mung?
kin dilakukan istrimu. Bukan mustahil bila ia
malah tak pernah menghendakinya, yaitu, Anton,
membalaskan sakit hatinya yang ia pendam, ia
biarkan larut dan hancur bersama tubuhnya di
liang lahat. Sakit hati terhadap Ningsih yang telah
merebut dirimu. Merampas cinta kasihmu..."
"Dan Lavi, serta Rudi?" Anton menuntut.
"Oh. Itu pun inisiatifku sendiri!" Si perempuan
terkikik gembira, "Kau tahu sendiri, bagaimana
Lavi begitu melecehkan Amelia, tanpa peduli diri?
nya telah ikut menikmati kekayaan Amelia. sedang?
kan Rudi" Anak itu berhati busuk seperti ayahnya.
Apakah kau tidak tahu sudah berapa kali ia coba
mengangkangi anak perawanmu?"
Anton merintih. Ia tidak percaya Rudi tega melakukan itu. Te?
tapi ditimbang-timbang, jika Anton sendiri sebagai
ayah kandung Amelia acap kali tergoda, mengapa
tidak dengan Rudi yang cuma sekadar saudara
tiri" Perempuan bersosok Amelia itu terkikik.
Katanya, gembira, "Nah. Sekarang kau tahu,
isteri Kalung Setan.indd 318
318 2/2/11 2:26:51 PM kan" Aku dan anak-anakkulah yang melakukan
semuanya. Bukan Eliza! Kau lihatlah, betapa sia-sia
jerih payahmu mengembalikan kalung terkutukmu
ke liang kubur yang tak ada apa-apanya ini!"
isteri Kalung Setan.indd 319
319 2/2/11 2:26:51 PM TIGA PULUH BAHKAN kalung itu sudah hilang entah ke
mana. Anton telah melupakannya. Dan ketika diingat?
kan kembali, Anton pun tidak bernafsu lagi untuk
menemukannya. Seluruh perhatiannya kini hanya tercurah pada
satu hal. Satu kenyataan yang tak terbantahkan.
Ingatannya menerawang pada sesuatu yang pernah
hilang tidak tentu rimba. Kolang Kilung, mahluk
kesayangan dukun tua renta di Pamanukan itu.
Mahluk itu ternyata tidak pergi ke mana-mana.
Belasan tahun lamanya, ia ternyata berada sangat
dekat dengan Anton. Dalam tubuh Amelia. Dan makhluk itulah yang kini mendekam di
gundukan tanah galian kubur dalam wujud
Amelia! "Oh! Oh, jangan berprasangka buruk, Anton."
isteri Kalung Setan.indd 320
320 2/2/11 2:26:51 PM Sang makhluk menyelami jalan pikiran Anton de?
ngan jitu. "Aku tidak ingin menyiksa jasad Amelia
lebih lama. Ragaku ini, Anton, hanyalah raga cip?
taan. Satu dari sekian banyak keistimewaan bangsa?
ku. Meniru dan mencipta raga mana saja yang
kami sukai. Raga ini, Anton, kutampilkan sebagai
hiburan saja. Untuk mempermainkanmu sebelum...
Ah, sudahlah! Yang pasti aku sudah punya raga
tetap. Raga yang sangat disukai dan digandrungi
suamiku. Tetapi aku tidak perlu memperlihatkan
raga kegemaran suamiku, kan" Lebih baik kucerita?
kan bagaimana aku dan anak-anakku mengerjai
Ningsih dan anak-anaknya..."
Dan makhluk itu pun bercerita dengan senang
hati bagaimana ia dan anak-anaknya mempermain?
kan Ningsih, Solavina, dan Rudi. Hingga pada
terjadinya kecelakaan lalu lintas yang mengerikan
itu. Dengan seenaknya pula ia selipkan hinaanhinaan yang menyakitkan hati Anton di sanasini.
Anaknya yang memburu Rudi, menciptakan
raga yang sesuai dengan bayangan Rudi. Yakni,


Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Amelia, "Eh, anakmu yang bernafsu besar itu ma?
lah tak tahan!" Lavi lebih menyakitkan lagi, "Anak gadismu
yang urakan itu seleranya agak serampangan. Tipe
apa saja jalan. Asal gagah, asal pintar merayu!"
Ia ceritakan pula mengenai perbuatan Ningsih
setelah menemukan kalung di bawah bantal, masih
isteri Kalung Setan.indd 321
321 2/2/11 2:26:52 PM juga bermaksud merenggut kalung lain yang se?
belumnya dirampok Ningsih dari Amelia, "Begitu?
lah Ningsih-mu, tak pernah kapok membodohi
Amelia. Dia sama rakus, sama tamak dengan pa?
sangan serasinya. Kau!"
Untuk Anton ada hinaan ekstra, "...alangkah
menjijikkan kelakuanmu, Anton. Kalung yang kau?
pakai membunuh istrimu yang satu, masih tega
kauberikan sebagai hadiah pada istrimu yang
lain!" Dihina satu kali, seseorang mungkin masih da?
pat menyabarkan diri. Tetapi dihina bertubi-tubi,
konon pula hinaan itu ditujukan pula pada istri
serta anak-anaknya yang sudah almarhum, tidak
boleh didiamkan begitu saja.
Itulah yang menggugah alam bawah sadar
Anton Suhartono, yang diam-diam dan perlahanlahan menekan ketakutannya, dan sebaliknya me?
ngembalikan keberaniannya. Diam-diam pula ekor
matanya mencari-cari. Perlahan matanya yang na?
nar menangkap bayangan mata pacul di dekat
kakinya. Anton berdebar. Ia sudah punya senjata memati?
kan. Tetapi ia harus berhati-hati. Tenangkan diri
lebih dulu dan biarkan mahluk itu terus mencelo?
tehkan kehebatannya. Perempuan, walaupun sudah
tinggal roh, agaknya masih tetap keranjingan ber?
celoteh. Sedangkan laki-laki harus pintar menyusup.
isteri Kalung Setan.indd 322
322 2/2/11 2:26:52 PM Pada saat yang tepat, tangan Anton, tanpa terlihat,
merayap untuk meraih gagang pacul di dekatnya
sambil memperlihatkan wajah sabar, pura-pura te?
kun mendengarkan. Sementara sang makhluk bersosok Amelia itu
masih asyik membanggakan dirinya dan keturunan?
nya, "...kau tahu bagaimana anak-anakku keluar
dari tubuh Lavi dan Rudi yang sudah menjadi
mayat" Bersama darah mereka, Anton, yang menga?
lir ke luar mobil, membanjir, lalu menyerap ke
tanah. Tetapi, Anton, sebelumnya mereka telah
menyaksikan sendiri betapa masih banyak manusia
sejenismu yang berhati tamak, yang tak peduli
pada azab sengsara, bahkan kematian sesamanya.
Banyak orang berlari-larian menolong. Satu-dua di
antara mereka, punya maksud jahat tersendiri. Apa
saja yang berharga, dikantongi diam-diam, ter?
masuk kalung milik istrimu, Anton. Padahal, ka?
lung itu bergelimang darah!"
Tangan Anton yang sudah menggenggam ga?
gang pacul, terhenti mendadak. Mana mungkin"
Bukankah kalung itu telah ia temukan kembali
dalam tas tangan Ningsih"
Lagi, sang makhluk menyelami jalan pikiran?
nya, "...jika kaubaca daftar temuan barang-barang
milik yang dibuat di kantor polisi, kau tidak akan
menemukan catatan mengenai seuntai kalung!" Ia
terkikik pelan, melecehkan kebodohan Anton, "Ja?
ngan lupa, sepersekian detik sebelum kecelakaan
isteri Kalung Setan.indd 323
323 2/2/11 2:26:53 PM itu terjadi, aku sudah melesat pergi. Menyatu kem?
bali dengan Amelia yang masih pingsan karena
sangat tersiksa sewaktu aku meninggalkan tubuh?
nya. Tentu saja, sedapat mungkin aku harus men?
jaga agar siksaan itu tidak terulang menimpa diri?
nya..." Kalimatnya digantung sejenak. Seakan memberi
kesempatan pada Anton menilai, bahwa sekejam
apa pun akibat yang ditimbulkan perbuatannya,
makhluk itu masih memiliki sifat welas asih.
"Maka, aku tidak lagi nekat menerobos ke da?
lam tubuhnya. Tetapi menyelinap di antara helaihelai rambut Amelia. Buatku, mengubah raga dari
seuntai kalung menjadi sejumput rambut, mudah
saja kan" Dengan demikian, aku tetap dapat pula
menjaga penampilan Amelia. Jangan sampai dia
menggagalkan rencana yang belum kutuntaskan.
Sekalian dengan mudah aku dapat mengawasi diri?
mu. Kau sangat bernafsu tampaknya, ketika kau
menyeret kardus-kardus itu ke kamar tidurmu.
Kau lantas kurang hati-hati. Dan aku dengan le?
luasa menyelinap masuk ke tas tangan Ningsihmu!"
Anton tercengang. "Jadi kau..."
"Persis, manusia dungu! Kaulah yang membawa?
ku ke tempat ini. Di dalam kantong celanamu!"
Perempuan itu terkikik saking gelinya. Semen?
tara Anton hanya mampu melontarkan sumpah
serapah. Seraya menyumpah-nyumpah marah,
isteri Kalung Setan.indd 324
324 2/2/11 2:26:53 PM Anton merenggut gagang pacul. Mengambil
ancang-ancang untuk bangkit dan menyerbu mu?
suhnya seketika. Anton sadar yang ia hadapi ada?
lah roh, bukan wujud nyata. Senjata di tangan
Anton belum tentu berguna. Tetapi apa salahnya
mencoba" Siapa tahu...!
Kikik makhluk itu mereda tiba-tiba sampai
Anton terkejut sendiri. Semakin terkejut lagi Anton, ketika ia dengar
ucapan si perempuan, "Sabar sebentar, Anton. Ada
yang ingin berkenalan denganmu. Aku yakin, kau
pun akan menyambut mereka dengan sukacita!"
Lalu, perempuan itu menyeringai. Suaranya ter?
dengar riang, "Ah, itu mereka sudah datang!"
Anton mendadak tegang. Ia tidak tahu menga?
pa. Anton hanya bisa diam, mendengarkan. Na?
mun tak ada suara apa-apa. Tidak ada langkahlangkah mendekat. Yang ada, hanya kesunyian
mencekam dan hawa pengap di liang kubur, serta
peluhnya yang terus membanjir.
"Anak-anakkulah yang sedang mendatangimu,
Anton," Perempuan itu tersenyum manis, seakan
ia tiba-tiba ingin bersahabat, "Nanti akan kaulihat
dari mana mereka muncul. Jadi, Anton," Se?
nyumannya semakin manis, "Lupakanlah senjata
di tanganmu. Jika kau mengayun-ayunkan pacul
di depan mereka, anak-anak itu nanti bisa terkejut,
lantas marah!" isteri Kalung Setan.indd 325
325 2/2/11 2:26:54 PM Ketahuan lantas ditegur, tidaklah membuat
Anton menyerah. Ia malah menggenggam semakin
erat, bahkan terang-terangan memperlihatkannya
sebagai senjata untuk melindungi diri. Paling ti?
dak, ia akan melawan habis-habisan. Bukankah
setiap orang berhak mempertahankan ajal. Walau?
pun ajal itu sudah ada di ujung lidah"
Tetapi semangat Anton yang menggebu-gebu
itu tiba-tiba luruh sendiri. Tangannya sudah ke?
buru gemetaran hebat, tak kuat menggenggam.
Jangankan pacul, bahkan lengan-lengannya lunglai,
seakan mau lepas begitu saja.
Penyebabnya sederhana saja.
Anak-anak itu muncul dari tempat dan cara
yang di luar perkiraan Anton. Sangat dekat pula.
Yang satu bahkan nyaris menyentuh tubuh
Anton manakala menerobos ke luar dari dinding
liang kubur di sebelah kirinya. Tanpa suara, tanpa
gerakan berlebih-lebihan. Keluar begitu saja, lantas
dengan cepat sudah tegak di hadapan Anton. Me?
mandang dengan senyuman mengejek, dan sorot
mata menyimpan rahasia. Anton membelalak. "...Rudi?"
Kejutan itu masih terasa sewaktu muncul ke?
jutan berikut. Kakak perempuan Rudi yang memang suka
urakan, muncul dengan gaya sedikit berlebihan. Ia
muncul melalui rongga gelap di hidung tengkorak
Eliza. Tanpa perlu menggoyahkan tengkorak itu di
isteri Kalung Setan.indd 326
326 2/2/11 2:26:54 PM tempatnya, ia melesat ke luar dalam wujud kabut
tipis, berwarna merah kehijauan. Baru kemudian
berubah menjadi raga padat, dengan postur tubuh
serta wajah jelas dan nyata. Tidak lupa, begitu te?
gak di depan Anton, sosok yang menyerupai Sola?
vina itu mengerlingkan mata. Nakal, dan meng?
goda! Anton menggigil hebat. Dengan mata bergerak liar, dilanda teror.
Tetapi makhluk bersosok Amelia di atas me?
reka, berlagak pilon saja. Tenang-tenang, ia berkata
lembut pula. "Perkenalkan, Anton, mereka anakanakku. Dalam raga tetap pilihan mereka, jika ke?
lak ingin muncul di antara bangsa manusia..."
Teror yang melanda Anton sampailah pada pun?
caknya. Ia berjuang keras menegakkan kepala,
lantas menjerit histeris ke arah mahluk di atas
liang lahat, "Kau... makhluk terkutuk. Kau
biadab... keji! Kau...!"
Yang diumpat tenang-tenang saja.
Sosok Rudi melangkah ke depan, mengusapusap pipi Anton seakan menenangkan. Tetapi
usapan-usapan tangan satunya lagi, sungguh me?
ngejutkan. Tangan itu mengusap selangkangan
Anton. Sebelum Anton menyadari apa yang dilaku?
kan sosok Rudi, sosok Solavina sudah maju pula,
lantas menanggalkan kancing-kancing baju, me?
lepas tali pinggang, kemudian menarik turun
ritsleting celana Anton. Baik sosok Solavina bah?
isteri Kalung Setan.indd 327
327 2/2/11 2:26:55 PM kan juga sosok Rudi tampak memancarkan berahi
di balik sinar mata masing-masing.
Dari tempatnya duduk menggantung, sang
makhluk bergaun seputih kabut itu terkikik, "Ayo?
lah, Anton, layani mereka. Dan jangan kaget, jika
di tengah bangsa kami, jenis kelamin bukanlah
hambatan menyalurkan nafsu syahwat!"
Anton semakin menggigil, "Lavi, jangan! Ya
ampun, Rudi. Ini aku, ayahmu. Apa yang ka?
lian..." Tetapi Anton sudah keburu bugil.
Dua sosok tubuh yang mulanya hanya mem?
belai, mulai meliuk-liuk liar. Lantas tahu-tahu saja
sudah saling berebutan merangkul dan menciumi
Anton. Anton tenggelam dalam perasaan campur
aduk. Malu, jijik, ngeri, iba, kasihan, rindu,
gairah, dan entah apa lagi, semua bertumpuk jadi
satu. Lantas tumpukan itu meledak dalam ama?
rah. Ia meronta, menendang, meninju, bahkan juga
menggigit. Gerakan apa saja ia lakukan untuk me?
lawan dan melepaskan diri sambil berteriak-teriak
histeris, semakin histeris.
Duduk di atas gundukan galian, sang makhluk
dalam sosok Amelia pun terkikik, dan terus ter?
kikik penuh sukacita, "Suamiku, Anton! Ayah dari
anak-anak itu... mati gara-garamu. Jika kau tak
datang padanya, dia masih hidup! Dan dia akan
memberitahumu satu hal lain..."
isteri Kalung Setan.indd 328
328 2/2/11 2:26:55 PM Anton terus berjuang. Terus menjerit-jerit. Sang makhluk menjerit lebih keras dari Anton,
"Apa kau tahu bagaimana bangsa kami mencipta?
kan racun mematikan itu, Anton" Melalui ber?
setubuh. Dari percikan-percikan berahi! Tahukah
kau, anak-anakku telah memperoleh racun mereka
sendiri... setelah bersetubuh dengan Lavi dan
Rudi. Tahukah kau, heh" Atau inginkah kau me?
lihat akibatnya?" Tenaga Anton semakin terkuras habis.
Ia sudah akan menyerah sewaktu serbuan syah?
wat berahi kedua sosok tubuh yang berebut meng?
gumulinya tiba-tiba terasa berbeda. Kedua sosok
itu bukan lagi merangkul. Tetapi melingkar-ling?
kar, membelit. Bobot tubuh mereka pun semakin
enteng, semakin hilang. Lalu ketika Anton mem?
buka kelopak matanya, ia melihat apa yang tadi ia
kira lengan-lengan Lavi serta Rudi yang berhasil ia
renggut, menjauh. Di masing-masing telapak ta?
ngan Anton, melingkar-lingkar dua sosok makhluk
kecil, berwarna hitam pekat, dengan bintik-bintik


Misteri Kalung Setan Karya Abdullah Harahap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata merah kehijauan. Sosok Solavina sudah lenyap. Begitu pula sosok
Rudi. Hanya sosok makhluk-makhluk kecil itu yang
tinggal. Anton membelalak seram. Ia tahu sudah nasib
apa yang bakal menimpa diri. Ia tidak usah pula
isteri Kalung Setan.indd 329
329 2/2/11 2:26:56 PM bersusah payah melemparkan sosok-sosok hitam
itu jauh-jauh karena telapak tangan Anton pun
sudah menghitam, kemudian mengeriput cepat.
Darah di tubuhnya bagai mendidih karena terasa
api berkobar dan menjalar kian-kemari. Api yang
tak terlihat oleh mata karena api itu berkobar di
bagian dalam tubuhnya. Membakar dan terus
membakar. Sekaligus menghanguskan apa saja yang ada.
Pada detik terakhir menjelang ajalnya tiba,
Anton tiba-tiba menyadari betapa mengerikan sik?
saan yang harus ditanggung Eliza, ketika dahulu
istrinya itu berjuang keras mempertahankan ke?
hidupan yang direnggut secara paksa.
Oleh kalung setan. Di lehernya. isteri Kalung Setan.indd 330
330 2/2/11 2:26:56 PM PENUTUP Lewat dini hari, semuanya berakhir dalam
sepi. Di atas gundukan tanah galian tidak tampak
lagi sosok Amelia dalam gaunnya yang seputih ka?
but. Di situ, yang tampak adalah sesosok makhluk
kecil berwarna hitam pekat. Melingkar diam, se?
akan tengah menikmati sinar rembulan. Tidak
akan pernah ada yang tahu, mengapa ia dinamai
Kolang Kilung. Wujudnya saja, memang langka ditemukan.
Ujung yang satu sama besar dengan ujung lain?
nya. Hanya jika salah satu ujung itu terangkat,
dan tampak bintik-bintik merah kehijauan, dapat
ditebak, ujung itulah kepalanya. Dan ketika ujung
lainnya yakni ekornya mengibas-ngibas, terdengar?
lah suara berdesis samar-samar dari lubang kecil
menganga pada bagian bawah. Lubang duburnya.
Dua sosok makhluk sejenis, merayap naik ke
isteri Kalung Setan.indd 331
331 2/2/11 2:26:56 PM atas. Meninggalkan sosok tubuh manusia yang ter?
geletak diam dan mati, dengan wajah jatuh ke
satu sisi. Menghadap dan seakan menatap ke se?
pasang lubang mata hitam melompong. Lubanglubang mata tengkorak kepala Eliza.
Sosok hitam pertama, meliuk turun dari gun?
dukan tanah galian. Lalu merayap... ah, bukan
merayap saja. Tetapi juga meliuk-liuk dalam lom?
patan-lompatan kecil, tak ubahnya seekor cacing
kepanasan. Menyelinap ke ilalang liar. Diikuti dua
sosok lainnya, yang tadi keluar dari lubang kubur.
"Shisshhh... shissshh. Tah, tah...!" Suara ganjil
terdengar menyertai kepergian mereka.
Sosok-sosok hitam pekat itu kemudian le?
nyap. Ditelan kegelapan dini hari yang juga masih
kelam. Sehitam sosok-sosok makhluk yang suara?
nya terdengar semakin sayup-sayup. "Tah"
Shisshh... sihissh, was... was, tihhh, tiihh...!"
Mungkin sang ibu yang mengeluarkan suara
itu. Untuk memperingatkan anak-anaknya, barang?
kali. "Awas! Hati-hati!"
Kemudian segalanya kembali sunyi.
*** Sampai akhirnya muncul juga lidah matahari yang
menggapai dari ufuk Timur.
isteri Kalung Setan.indd 332
332 2/2/11 2:26:57 PM Cahayanya membias samar ke sekitar kompleks
makam keluarga yang berlokasi di salah satu sudut
tanah peternakan itu. Di situ suara-suara terdengar
lebih bersisik dari sebelumnya. Dikarenakan mun?
culnya sekelompok laki-laki yang memasuki ma?
kam sambil merokok, mengobrol, bahkan tertawatawa. Dari peralatan yang mereka bawa, jelas
kelompok itu datang untuk menggali kuburankuburan baru.
Hartadi berjalan di depan mereka.
Sesuai pesan Tuan pengacara, "Terserah, kau?
pilih saja tempatnya..."
Lalu mendadak suara-suara berisik itu serempak
diam, membisu. Hartadi-lah yang pertama-tama melihatnya. Me?
reka menemukan kuburan lama, entah bagaimana
dan mengapa, sudah terbuka menganga. Dan
Hartadi pulalah yang kemudian memberitahu, se?
telah keterkejutan dan kengerian mereka perlahan
lenyap; bahwa dia seperti mengenali sosok tubuh
hitam dan hangus mengeriput di dasar liang lahat.
"Aku pernah melihat hal yang sama," katanya
gemetar dan pucat. "Lama tahun berselang. Itu
tengkorak Nyonya majikanku. Namanya Eliza..."
Seseorang bertanya tersendat, "Dan mayat hi?
tam itu" Yang wajahnya menghadap ke tengko?
rak?" Hartadi menyorotkan senternya sekali lagi ke
dasar lubang. Lirih, ia menjawab, "...suaminya!"
isteri Kalung Setan.indd 333
333 2/2/11 2:26:57 PM Menghindari timbulnya kegemparan yang tidak
perlu, mayat Anton diangkat keluar. Kuburan Eliza
ditimbun kembali. Baru setelahnya, mayat Anton
diangkat lagi, lalu dibawa pulang.
Belum ada kerabat atau pelayat yang datang.
Odah membuka pintu, kemudian menjerit-jerit
sebelum akhirnya Hartadi menyuruhnya diam. Te?
tapi terlambat. Jeritan Odah telah membangunkan
Amelia dari tidurnya, dan gadis itu pun keluar,
lalu turun. Saking kalang kabut karena kematian
majikan mereka, baik Hartadi maupun Odah tidak
memperhatikan bagaimana Amelia keluar dari
kamarnya, lalu menuruni tangga dengan cepat dan
tangkas pula. Sejenak, gadis itu pun tegak dan mencoba te?
gar ketika melihat jenazah yang dibaringkan di
tengah rumah. Baru setelah itu tubuh Amelia limbung.
Limbung yang wajar. Limbungnya seseorang
yang akan hilang kesadaran.
Hartadi memburu gadis itu, menangkap tubuh?
nya, kemudian menggotongnya untuk direbahkan
di kamar tidur terdekat. Kamar tidur utama di
rumah besar bertingkat itu. Kamar yang senantiasa
ditempati oleh pemilik, atau siapa saja yang ber?
hak bersikap sebagai pemilik rumah.
Ketika menyadari hal itu, Hartadi berbisik
pada istrinya, "Di sinilah mestinya kamar tidur
Non Amelia..." isteri Kalung Setan.indd 334
334 2/2/11 2:26:58 PM Setelah itu Hartadi berdoa.
Sementara istrinya sibuk mengoleskan minyak
angin ke tubuh serta ke lubang hidung nona ma?
jikan mereka. Sambil menunggu gadis itu sadar dari pingsan?
nya, Odah bertanya pada sang suami, "Boleh aku
tahu apa yang Akang doakan?"
"Non Amel," sahut suaminya berdoa penuh
harap. "Dahulu ia shock karena kematian ibunya.
Maka aku berdoa pada Allah, semoga shock yang
kini Non Amel alami setelah melihat kematian
ayahnya, bisa memutarbalikkan akibat shock yang
dulu." Doa Hartadi yang tulus memang dikabulkan
Tuhan. Setelah Amelia terjaga dari pingsannya, ia se?
gera mengenali Hartadi dan Odah. Kemudian,
dengan mata berkaca-kaca Amelia berkata lirih,
"Aku bermimpi didatangi Mama. Tetapi... menga?
pa Papa malah pergi?"
Odah membelalak. Takjub. Hartadi tersenyum seraya memandangi Non
Amel-nya dengan air mata bercucuran.
Air mata bahagia. isteri Kalung Setan.indd 335
TAMAT 335 2/2/11 2:26:58 PM Eliza tengah menekuni pola gaun malam rancangan
terbarunya sewaktu lehernya terasa gatal. Tangannya
menggaruk, kemudian meraba. Detik berikutnya Eliza
terpaksa harus berjuang mempertahankan nyawa. Kalung yang
melingkar di lehernya tiba-tiba bergerak, menggeliat, dan
hidup. Eliza akhirnya menggelepar. Mati dengan sekujur tubuh
hangus, mengeriput. Kalung setan yang melingkari leher Eliza lantas hilang
begitu saja, dan baru muncul belasan tahun kemudian, bersama
anak-anak kalung setan itu yang tak kurang kejam dan buas
untuk mendapatkan raga tiruan, sekaligus
menciptakan racun mematikan.
Kalung setan itu harus dihentikan
dengan menggali kuburan Eliza.
Tetapi sang makhluk justru
semakin merajalela. Tak seorang pun
mampu menghentikannya! NOVEL DEWASA Untitled-2 1 2/2/2011 5:50:40 PM Si Linglung Sakti 2 Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Rumah Bisikan 2
^