Pencarian

Pedang Wucisan 8

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung Bagian 8


"Goa dimana Kong-sun Put-hay meninggalkan catatan ilmu
pedangnya, terdapat juga sembilan ilmu silat peninggalan jaman
purbakala, itulah ilmu peninggalan dari Manusia Super Tanpa
Tanding Thian Kho Cu semua terdapat disana."
"Aku percaya keteranganmu." berkata lagi gadis itu.
Setelah berkata demikian, dia menoleh kebelakang dan berteriak:
"Ayo, sediakan perahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Itulah perintah kepada orang-orangnya. Kini dihadapinya lagi Suto Yan dan berkata:
"Kudengar kau masih mempunyai hubungan erat dengan
golongan Tong-hay, dan salah satu jago dari golongan itu yang
bernama In Hay Hong, begitu berani, dia menantang golongan
Khong Kiok kiong" suatu hari, aku hendak menempurnya, untuk
urusan ini lebih baik kau tidak melibatkan diri."
Su-to Yan termangu-mangu ditempat ini. Waku terlihat sersan
lima Tiang Sun Ho memasuki geledak perahu besar, dengan
sepasang tangannya yang diluruskan kebawah dia menunggu
perintah. Maka sigadis berkata: "Antar Su-to Kongcu kedaratan."
Tiang Sun Hoa bingung hampir dia tidak percaya, bahwa perintah
pemimpin itu adalah untuk mengantarkan Su-to Yan, dengan susah
payah mereka menangkapnya setelah berhasil, tanpa berkompromi
lagi, harus diantar pulang kembali"
Setelah memberi perintah tadi. Bun In Hiang membalik badan
dan memasuki kamar dalam, dia meninggalkan Tiang Su-Hoa, dan
juga meninggalkan Su-to Yan.
Tiang Sun Hoa harus menjalankan kewajiban, maka dia memberi
hormat kepada Su-to Yan dan berkata:
"Silahkan Su-to Kongcu turut kami, Kiongcu memberi perintah
untuk mengantarmu." Dengan diantar oleh Tiang Sun Hoa, Su-to Yan meninggalkan
perahu besar itu, menggunakan sebuah perahu yang kecil, meluncur
kearah tepi. Didalam sekejap mata, Tiang Sun Koa sudah mengayuh perahu
kecil itu sehingga jauh sekali, mereka menepi.
Su-to Yan memberi hormat dan berkata: "Terima kasih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tubuhnya melejit dan meninggalkan si Sersan Lima dari Istana
Khong kiok kiong, Tiang Sun Hoa juga kembali, dia menyusul
rombongannya. Bercerita tentang Su-to Yan. Kini dia baru sadar, kemana
perginya Seng mo Leng Kho Tiok"
Mengingat tindak tanduk golongan istana belang Khong Kiok kiok
yang tidak begitu kejam, tidak mungkin membunuh jago tua itu,
Karena inilah dia dapat mengeluarkan napas lega, melanjutkan
perjalanannya. Su-to Yan melangkah kakinya kearah timur. Didepan sipemuda
meluncur satu bayangan. cepat sekali sudah berada didepannya,
inilah seorang wanita muda yang memanjangkan rambutnya, ia
adalah padri wanita, memberi hormat pada Su-to Yan dan berkata:
"Numpang tanya, apakah Siecu yang bernama Su-to Yan?"
Su-to Yan terkejut, bagaimana orang ini dapat menyebut
namanya" Tanpa dia mengetahui asal usul orang yang
bersangkutan" "Ya," Su-to Yan membenarkan pertanyaan itu.
"Aku bernama Bu Hian." wanita itu memperkenalkan dirinya
"Mendapat tugas dari guru kami mengundang dirimu."
Su-to Yan berpikir, tidak ada faedahnya untuk melayani orang
yang tidak dikenal, lebih baik dia melanjutkan perjalanannya,
mencari jejak Ie Han Eng yang dikatakan sudah lenyap tanpa bekas.
Karena itu, dia berkata: "Terima kasih atas undangan gurumu,
tapi menyesal sekali, aku tidak dapat pergi, aku harus melanjutkan
perjalananku." -ooo0dw0ooo- Jilid 17 PADRI wanita yang bernama Bu Hian itu tertawa, dia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Siecu, kalau kau tidak ada waktu untuk menemui ketua kami,
mungkin kau tidak dapat menemui nona Ie Han Eng."
"Apa?" Su-to Yan membelalakan matanya, "Ie Han Eng?"
Menyaksikan keadaan Su-to Yan yang seperti kaget terpagut ular,
hati Bu Hian Nikouw menjadi geli.
"Kami mempunyai banyak urusan" Hendak meneruskan
perjalanan lagi" demikian dia berkata. "Baiklah biar kusampaikan
kesukaran kesukaranmu kepada suhuku, akan kukatakan kepada
beliau, bahwa kau tidak mempunyai tempo. Aku hendak kembali."
Serta merta dia membalikkan badan, seolah-olah hendak
meninggalkan Su-to Yan. Su-to Yan menjadi gugup "Hei," dia berteriak. "tunggu dulu,"
cepat-cepat ia menyusul. Bu Hian Nikouw membalikkan kepala. "Ada apalagi?" Kini dia jual
mahal. "Kudengar kau menyebut nama Ie Han Eng, dimanakah nona itu
berada?" "Nona Ie Han Eng berada ditempat kami." demikian Bu Hian
Nikouw memberi keterangan. "Kalau kau hendak bertemu
dengannya, ikut aku"
Baru kini Su-to Yan tahu, ternyata Ie Han Eng yang dikatakan
lenyap tanpa bekas itu telah diculik oleh orang-orang itu.
Bu Hian Nikouw" Mengapa dia belum pernah mendengar nama
ini" Golongan dari manakah yang bisa menculik Ie Han Eng dari
tangan Ie Hay Hong "
Itu waktu betul-betul Bu Hian Nikouw sudah berjalan pergi.
Karena telah diajak terlebih dahulu. Su-to Yan mengintil
dibelakangnya. Disepanjang jalan, tidak henti-hentinya Su-to Yan berpikir:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Dengan susah payah. aku hendak menyelidiki jejak Ie Han Eng.
Kini tanpa disengaja ada orang yang hendak memberitahukan
kepada ku. Entah betul" Entah tidak."
Terbayang wajah Ie Han Eng yang cantik molek, lemah gemulai
jarang sekali ada gadis yang dapat menandingi kecantikan gadis ini.
Muncul bayangan lain, inilah bayangan Jie Ceng Peng, bayangan
Cin Bwee, dan bayangan sigadis pemimpin dari istana Khong kiokkiong Bun In Hiang.
Kiranya tidak satupun yang dapat menandingi kelemahan dan
kecantikan Ie Han Eng. Suto Yan tidak bisa berpikir lama, Nikouw itu sudah mengajaknya
ke sebuah kuil, inilah kuil kawanan kepala gundul wanita. Demikian
hati sipemuda berpikir. Su-to Yan diajak memasuki kelenteng Cee-in-am itu, cukup besar
dan juga sangat luas, didalam kelenteng Cee-in-am pemandangannya sangat menarik hati, banyak ditanami pohonpohon dan bunga-bunga,
Kurang lebih berjalan lima puluh langkah, Bu Hian Nikouw
menghentikan kakinya dan sambil menoleh kearah Su-to Yan ia
berkata: "Bagaimana, apa kongcu hendak langsung bertemu dengan
guruku, atau bertemu dengan nona Ie Han Eng lebih dahulu ?"
Su-to Yan berpikir sebentar dan menjawab pertanyaan itu:
"Aku hendak bertemu dengan nona Ie Han Eng."
"Baik. ikut aku." berkata Bu Hian Nikouw, seraya bertindak
membelok kearah kiri. Tidak jauh lagi, mereka telah menemukan sebuah pintu yang
terbuat dari batu merah, disitu terdapat sebuah bangunan lain
sambil menunjuk kearah pintu tersebut, Bu Hian Nikouw berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Nona Ie Han Eng berada didalam kamar, masuk sajalah, disana
kau dapat menemuinya. Aku tidak bisa mengawani kau lebih lama
lagi, aku harus segera memberi tahu tentang kedatanganmu."
Tanpa menunggu jawaban Su-to Yan, tubuh Bu Hian Nikouw
dibalikkan dan berjalan pergi, lenyap dibalik pohon itu.
Hati Su to Yan menjadi ragu-ragu, haruskah dia memasuki
bangunan ini " Bukan satu dua kali Su-to Yan ditipu orang, karena itulah ia
berhati-hati. Terbayang kembali wajah In Han Eng. dan wajah itu mempunyai
daya magnit yang luar biasa, memaksa dia mendorong pintu
tersebut. Dengan hati-hati, Su-to Yan berjalan masuk, matanya celingukan,
siap waspada. Didalam kamar itu duduk seorang gadis berbaju
hitam, dengan membelakangi pintu, masuknya Su-to Yan tidak
diketahuinya sama sekali.
Derap langkah Su-to Yan telah mengejutkan gadis tersebut,
cepat dia membalikkan tubuhnya, dan itulah sigadis dari lembah
"Awan Terbang" Ie Han Eng.
"Adik Ie." terdengar suara Su-to Yan hampir tidak terdengar.
Ie Han Eng seperti berada didalam impian, ia masih belum begitu
percaya kepada pandangan matanya bahwa ia kini sedang
berhadapan dengan Su-to Yan.
Oleh seorang Nikouw tua yang menyapa dengan suaranya yang
lemah lembut, dia berkata. "aku yang bernama Ie Han Eng"
Kubenarkan jawaban itu, Lantas ia mendekati aku, entah
bagaimana, aku sudah tidak sadarkan lagi, Aku juga tidak tahu,
bagaimana dia berhasil melewati penjagaan In Hay-hong dan ketika
aku sadar, aku berada ditempat ini."
Ternyata Ie Han Eng telah diculik oleh orang yang mendiami
kelenteng ini. Entah, dari golongan mana mereka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan bertanya lagi: "Apa maksud mereka menculik dirimu?"
"Menurut katanya, aku hendak dijadikan sandera, sehingga kau
tiba ditempat ini. Dan kini kau telah berhasil datang. Tentunya aku
akan mendapat kebebasan kembali."
Dikala mereka hendak mengutarakan kesan masing-masing,
biarawati yang bernama Bu Hian Nikouw itu memasuki ruangan, dia
berkata kepada Su-to Yan.
"Su-to Siecu, guruku mengundang."
Su-to Yan menganggukkan kepala, memandang kepada Ie Han
Eng dan ia berkata: "Aku hendak menemuinya dahulu, sebentar aku balik kembali."
Mulut Ie Han Eng terbuka sedikit, seperti hendak mengucapkan
kata-kata, tapi dibatalkannya segera, dikatupkannya kembali dia
gagal mengatakan sesuatu.
Bu Hian Nikouw sudah membalikkan tubuh, dan mengajak Su-to
Yan untuk bertemu dengan gurunya.
Su-to Yan dibawa memasuki keruangan besar, disana kelihatan
seorang nikouw tua, dia duduk bersemedi diatas satu buntalan
bantal. Melihat kedatangan Su-to Yan, Nikouw tua itu bangkit berdiri,
memberi hormat sedikit dan berkata:
"Lonie bernama Siang Tin, sengaja mengundang Su-to Siecu
datang ketempat ini, hendak menyelesaikan satu urusan yang
sangat penting, silahkan duduk."
Nikouw tua ini memperkenalkan dirinya sebagai Siang Tin
Suthay, Su-to Yan membungkukan badan, dan membalas hormat
tersebut, ia berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Su-to Yan memberi hormat kepada suthay." Kini dia
memperhatikan wajah Siang Tin-Suthay, rambutnya sudah putih
semua, alisnya panjang menurun kebawah, jidatnya menonjol
keluar. matanya bercahaya sekali, inilah menandakan kepintarannya, tapi pelipisnya biasa saja, dilihat sepintas lalu, tidak
mungkin ia mempunyai ilmu kepandaian.
Su to Yan mengerutkan alis, inikah orang yang menculik Ie Han
Eng" Tampaknya ia tidak pernah melatih diri, bagaimana
mempunyai kepintaran dan kepandaian untuk membawa gadis
ketempat ini " Su-to Yan mengambil tempat duduk didepan Siang-tin-Suthay,
Mereka berpandangan beberapa lama, dan berkatalah Siang-tinSuthay:
"Su-to Siecu, tahukah kau, apa maksud tujuan kami yang
mengundangmu ketempat ini ?"
Suto Yan menggoyangkan kepala, dengan terus terang dia
berkata: "Tidak tahu." Siang Tin suthay berkata:
"Tidak mudah untuk mengundang dirimu, karena itu aku
mengundang Ie Han Eng lebih dahulu."
Tanpa terasa, hati Su-to Yan jadi bergidik, nikouw tua yang
bernama Siang Tin Suthay ini adalah lawan yang hebat, bilamana ia
tidak berhati-hati, besar kemungkinan jatuh terjungkal.
Meskipun belum diketahui dengan cara bagaimana Siang Tin
Suthay membawa Ie Han Eng, keluar dan meninggalkan lembah
Hui-in. Tapi itulah kenyataan, suatu bukti bahwa Siang Tin Suthay bukan
manusia biasa. Siang Tin Suthay sebetulnya dapat melihat perubahan hati si
pemuda, dengan tertawa berkatalah Nikouw tua ini:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan takut, Aku tidak bermaksud jahat." Su-to Yan menatap
wajah Nikouw tua tersebut dia selalu siap sedia.
"Katakanlah," mengundang." berkata Su-to Yan, "Apa maksud Suthay Terjadi lagi perobahan suasana yang tegang, ternyata Su-to Yan
tidak mudah digertak, Dari sikap yang seperti ini, Siang Tin Suthay
tahu, bahwa jago kita ini adalah lawannya yang terkuat.
Tapi dia sangat percaya kepada kepintaran dan kecerdikan diri
sendiri, dengan perlahan-lahan dan sepatah demi sepatah dia
berkata: "Terus terang kukatakan kepadamu, bahwa maksud tujuan
kami adalah kitab ilmu pedang Maya Nada."
Su to Yan tertawa, "Hampir setiap orang yang mengejar diriku
berpokok pangkal kepada kitab ilmu pedang tersebut."
Suara si pemuda mengandung cemoohan. Cepat-cepat Siang Tin


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suthay menggoyangkan tangan, ia berkata:
"Salah . . . Salah.... orang lain tidak tahu, bahwa kitab
peninggalan Kong-sun Put-hay itu adalah sebuah kitab palsu, Tapi
aku sudah tahu, aku tidak menghendaki kitab palsu itu."
Su-to Yan tertegun. Dan dia bertanya lagi:
"Kitab ilmu pedang yang mana yang Suthay maksudkan ?"
"Kitab ilmu pedang yang mana" Ha, ha, ha, . . .". Siang Tin
Suthay tertawa. Setelah Siang Tin Suthay puas tertawa, ia berkata lagi:
"Tahukah kau, bagaimana hubungan ilmu pedang tersebut
dengan golongan kami?"
"Belum tahu," berkata Su-to Yan terus terang.
"Ilmu pedang Maya Nada berasal dari Sucouw golongan kami
yang bernama Liu Ang Ciauw." Siang Tin Suthay memberi
keterangan "Turun temurun hingga pada suatu hari lenyap
mendadak, digubah oleh Thian Kho Cu, diperbaiki oleh Kong-sun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Put-hay. Sebagai anak-anak murid kelenteng ini kami patut meminta
kembali kitab tersebut."
"Tapi kitab itu kitab palsu." Berkata Su-to Yan.
"Kitab palsupun hendak kami tarik kembali dari permukaan rimba
persilatan. Kau harus maklum, partai kami berpantangan melatih
ilmu silat, juga tidak dibenarkan, membiarkan ilmu kepandaian kami
disebar luaskan secara meluas. Karena itu, kami wajib menarik
kembali semua pelajaran-pelajaran yang ada."
Su-to Yan berkata: "Partai aliran dari manakah yang dianut oleh Su-thay ?"
"Partai Biarawati Jaya." Siang Tin suthay memberi keterangan.
Biarawati jaya " inilah partai baru, Su-to-Yan belum pernah
mendengar nama partai itu, juga belum pernah mendengar tentang
berdirinya partay yang bersangkutan.
Partay Biarawati jaya didirikan oleh Liu Ang Ciauw setelah Liu
Ang Ciauw Patah hati, atas cinta kasihnya kepada Liu Cu Kok yang
tidak tersampai, dia lari kedaerah Tong-hay, disana mendirikan satu
komplotan kemudian menyerang kearah Tionggoan, usahanya tidak
berhasil. Dan dia lari kembali. Setelah menekunkan dirinya sekian lama,
putusan Liu-Ang Ciauw berbeda, ilmu silat belum tentu dapat
menguasai rimba persilatan tanpa disertai dengan kecerdikan otak
yang luar biasa, karena itulah dia mendirikan Partai Biarawati Jaya,
semua anggotanya terdiri dari wanita, semua wanita pilihan wanita
yang memiliki kecerdasan otak luar biasa.
Tanpa ilmu silat, mereka dapat mengatasi segala kesulitan,
hanya mengandalkan tipu muslihat dengan disenjatai oleh pikiran
yang cerdik pandai. Su-to Yan masih menjublak.
Menyaksikan keadaan Su-to Yan seperti orang linglung, Siang Tin
suthay berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hei, tahukah kau, maksud tujuan kami menculik Ie Han Eng ?"
Tanpa banyak pikir, Su-to Yan menjawab pertanyaan tadi:
"Memaksa aku untuk menyerahkan kitab yang bersangkutan."
"Hanya benar sebagian." Berkata Siang Tinsuthay, "Kami
mempunyai maksud tujuan lain, tahukah kau maksud tujuan kedua
itu ?" Su-to Yan menggelengkan kepala.
Dengan tertawa puas, Siang Tin suthay berkata:
"Kami menculik Ie Han Eng, karena gadis ini memiliki sifat-sifat
yang cerdas, Ketua kami sangat tertarik atas ketekunan yang
diperlihatkannya, juga tertarik dengan kecerdikan otaknya. Ketua
kami berniat untuk menjadikannya sebagai calon tunggal, untuk
jabatan ketua partai Biarawati Jaya. Sayang sekali, Ie Han Eng
menolak dengan getas, betul-betul membuat kami kecewa."
Siang Tin suthay menghentikan pembicaraannya sejenak,
mengawasi sipemuda yang duduk dengan lesu, dan kini dia berkata
lagi: "Ketahuilah, para anggota partai dari golongan Biarawati jaya
bekerja tidak sembarang bekerja, belum pernah kami memaksa
seseorang yang tidak mau melakukan sesuatu, Kami mengharapkan
kerelaan, demikianpun dalam urusan perkara Ie Han Eng, kami
mengharapkan kerelaan dirinya untuk dinobatkan menjadi calon
ketua partai kami. Dia membantah, kami tahu bahwa hubungan
kalian cukup baik, dengan harapan kau dapat membujuknya, untuk
menerima tawaran baik ini."
"Mengapa suthay bicara seperti itu?" Su-to Yan tidak sepaham.
"Masih ada urusan yang kau belum ketahui, dahulu Ie Han Eng
memutuskan pertunangannya denganmu, hanya disebabkan
menuruti cemburunya yang besar, dia tahu, bagaimana
hubunganmu dengan Cin Bwee, karena itulah dia bersedia
melepaskan dirimu, dengan harapan..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kukira tidak perlu membicarakan soal ini," memotong Su to Yan.
"Salah... kau salah, ketahuilah pertunangan kalian telah
ditetapkan oleh kedua belah pihak oleh keluarga masing-masing,
inilah resmi! Wajib! Apa lagi kecantikannya Ie Han Eng yang yang
luar biasa, sikapnyapun lemah lembut, hatinya jujur sekali, siapakah
yang tidak beruntung mendapatkan dirinya sebagai isteri?"
Su-to Yan tidak menjawab, pikirnya mengapa nikouw tua ini
menjadi melantur kedalam urusan rumah tangga orang"
Su-to Yan sedang merencanakan suatu pikiran lain, dia sedang
mencari jalan, bagaimana harus menolong Ie Han Eng, keluar dari
lembah kekangan anak buah golongan partai Biarawati jaya itu.
Siang Tin Suthay diam2 dengan sepasang sinar matanya yang
tajam, dia memperhatikan segala gerak gerik Su-to Yan. Dia segera
dapat menebak, jalan pikiran sianak muda, dengan tertawa ia
berkata. "Lebih baik kau jangan mempunyai pikiran yang menyeleweng
terhadap golongan kami, ketahuilah Partai biarawati jaya bukan
partai biasa, pikiran manusia itu seperti terletak diatas kertas putih,
jangan coba-coba untuk menodainya. Kami tahu apa yang sedang
kau pikirkan, hendak kabur dari sini" percuma saja. Kami telah
membuat persiapan yang cukup, Apalagi kau masih berada dalam
keadaan terluka, kukira, kau harus membutuhkan berapa hari untuk
menghilangkan semua luka-luka dalam pada dirimu itu. Lebih baik,
jangankan kau bentrok pada golongan kami."
Betul-betul hebat! Sesudah sadar kalau rencananya sudah
diketahui lebih dahulu, Su-to Yan harus mencari jalan lain, persiapan
untuk membendung dirinya melarikan diri, tentu akan menghadapi
banyak kesulitan. Ada lebih baik dia memilih jalan kompromi. Kini
dia menunggu, apa yang dikehendaki betul betul oleh golongan
Biarawati Jaya ini" itu waktu Siang Tin-suthay seperti hendak
mengatakan sesuatu, tiba-tiba, dari luar berlari masuk seorang
biarawati kecil langsung menghampiri Siang Tin Suthay dan
membisiki sesuatu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Siang Tin suthay berubah, tapi secepat itupun ia dapat
menenangkan pikirannya, dengan senyuman sinis ia berkata:
"Tetap jalankan rencana yang sudah kita gariskan."
Biarawati kecil itu memberi hormat dan meninggalkan ruangan.
Kini Siang Tin suthay menghadapi Su-to Yan, serta dia berkata
kepada sipemuda: "Kau kenal dengan jago wanita Tong-hay yang bernama Khong
Bun ?" "Aaaah..." Lagi-lagi Khong Bun, Su-to Yan memperlihatkan rasa
keterkejutannya "Dengan menunggang seekor burung raksasa, Khong Bun berada
diatas kita." Siang Tin Suthay memberi keterangan.
Hati Su-to Yan tercekat, mungkinkah mencari dirinya" Atau
mencari jejak Ie Han Eng" Atau atas permintaan In Hay Hong untuk
mencari Ie Han Eng "
"Burung peliharaan Khong Bun tidak mau pergi dari atas kita,
Terus menerus mengadakan pengintaian yang seksama." Siang Tin
Suthay menyambung pembicaraannya.
Disaat ini, tiga biarawati memasuki ruangan, seolah-olah
menunggu perintah Siang Tin-Suthay.
Kepada ketiga orang itu Siang Tin Suthay berkata:
"Jalankanlah rencana ketua partay kita.."
Ketiga biarawati itupun meninggalkan ruangan kembali.
Didalam hati Su-to Yan masih berpikir-pikir. Kecerdikan dan
kepintarannya Siang Tin-suthay ini sudah demikian hebat, ternyata
diapun belum dapat menduduki jabatan ketua partay golongan
Biarawati Jaya" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Urusan ini dihubungkan kembali dengan Ie Han Eng, Mengapa
ketua partay golongan Biarawati jaya hendak mewariskan
kedudukan itu kepada si gadis "
Datangnya gangguan dari pihak Tong-hay memberi ilham lain
kepada Su-to Yan, karena itulah ia berkata:
"Suthay, ada lebih baik kalian menyerahkan Ie Han Eng
kepadaku agar tidak diganggu oleh golongan Tong-hay lagi."
"Hei . . . hei. ." Siang Tin suthay tertawa menghina. "Ketua kami
sudah memperhitungkan gangguan dari pihak Tong-hay, maka dia
berani menculik Ie Han Eng dari bawah pengawasannya In Hay
Hong, hanya Khong Bun seorang dengan binatangnya, tidak perlu
dikhawatirkan. Untuk memancing mereka pergi dari tempat ini,
terlalu mudah sekali."
Su to Yan pernah berkenalan dengan Khong Bun, ibu angkat itu
memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, dan dia hendak melihat,
bagaimana pihak Biarawati jaya hendak menghadapi gangguannya.
Siang Tin suthay berkata:
"Kukira Khong Bun mengikuti jejakmu, dia dapat melihat,
bagaimana kau masuk kedalam kelenteng ini, Dia hendak
menunggu, bagai mana pula kau keluar dari kelenteng ini."
Su-to Yan belum mengerti, apa yang dimaksudkan oleh Siang Tin
suthay. Dia memperhatikan biarawati tua itu.
Siang Tin suthay seperti dapat menduga apa yang sedang
dipikirkan oleh lawannya, dia membuka mulut:
"Mau tahu mudah saja. Khong Bun mengincar dirimu. Sudah
kubuat seseorang yang memalsukan dirimu. Maka orang ini akan
mengubah dirinya menjadi Su-to Yan, dia keluar meninggalkan
kelenteng, tentu saja Khong Bun mengikuti Su-to Yan, tapi itulah
Su-to Yan palsu, Ha...ha... Su-to Yan. kau masih berada ditempat
kami." "Tapi aku bisa berteriak," berkata Su-tu Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Berteriaklah." berkata Siang Tin suthay, "Ini akan membawa
akibat yang lebih buruk lagi bagi pihakmu."
Hebat! Sungguh luar biasa ! Semua jalan yang terbentang
dihadapan mata Su-to Yan adalah jalan-jalan yang sudah ditetapkan
oleh golongan partai Biarawati jaya itu. Agaknya sulit juga untuk
mengatasi kesulitan-kesulitannya.
Su-to Yan diam, Mencari jalan lain, Untuk menjamin keselamatan
mereka. Setelah beberapa lama mengobrol kebarat dan ketimur, Siang Tin
Suthay berkata: "Kelenteng Cee-in-am adalah kelenteng pinjaman, bukan tempat
kami, mari kita berangkat."
Siang Tin Suthay mengajak Su-to Yan meninggalkan kelenteng
tersebut. "Kemana?" bertanya sipemuda.
"Turutlah kepada kami." Berkata Siang Tin suthay.
"Bagaimana dengan Ie Han Eng?"
"Ie Han Eng sudah diberangkatkan lebih dahulu, mungkinkah kau
tidak mau pergi?" "Kalian kira aku Su-to Yan mudah ditenteng kesana kesini?"
"Terserah, bila kau mau mengikuti Ie Han Eng, kau boleh turut
serta, Tapi bila mana kau sudah tidak butuh dengan tunanganmu
itu, kau bebas bergerak, Kau bebas kemana kau hendak pergi."
Tanpa menunggu reaksi Su-to Yan, Siang Tin suthay sudah
mengajak orang-orangnya meninggalkan kelenteng tersebut
persiapan ini sudah berjalan, hanya empat orang saja yang
menyertainya. Su-to Yan boh-hoat, dia tertegun untuk beberapa waktu, apa
yang direncanakan dan dijalankan oleh golongan Biarawati jaya ini
Sungguh hebat. Begitu rapi sekali, begitu cermat sekali. Tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tawar menawar untuknya kecuali mengikuti mereka, dibawa kesuatu
tempat yang ia belum tahu sama sekali.
Mengikuti Siang Tin Suthay sekalian, Su-to Yan meninggalkan
Tie-in-koan. Diluar kelenteng itu sudah tidak tampak seorang pun, diatas
kelenteng juga sudah tidak terlihat burung Khong Bun, jago wanita
dari Tong-hay itu sudah pergi, mungkin telah dapat dipancing pergi
oleh anak murid dari golongan Biarawati Jaya.
Jauh didepan Su-to Yan, Siang Tin suthay tersenyum tawar, dia
dapat mengetahui bahwa si pemuda mengikuti dibelakang mereka,
inilah maksud tujuannya, menekan Su-to Yan, dan membujuk Ie
Han Eng. Mereka menuju kearah utara.
Berjalan dan berjalan terus, akhirnya merekapun tiba disebuah
kelenteng lain, kelenteng ini tidak berbeda jauh keadaannya dari
kelenteng Cee-in am. Sangat sepi dan sunyi sekali, Siang Tin suthay
beserta keempat orangnya memasuki kelenteng itu
Su-to Yan juga mengikuti masuk kedalam kelenteng tersebut.
Baru sekarang Siang Tin suthay berkata lagi:
"Tahukah kau, bagaimana kami hendak menghadapi kau dan Ie
Han Eng?" Su-to Yan melentikkan alisnya tinggi-tinggi, dengan tertawa
tawar dia berkata: "Kalian anggota partai dari golongan Biarawati jaya memang
pintar, memang pandai, memang hebat, dan sungguh-sungguh luar
biasa. Tapi kukira kalian sudah lupa, bahwa kalian belum berhasil
menangkapnya. Aku datang ke-tempat ini dengan kemauanku
sendiri." Atas reaksi Su-to Yan yang tidak gentar itu, hati Siang Tin suthay
juga terkejut. Dia berpikir:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bocah ini memang hebat, dia berani mengadu kecerdikan."
Dengan tersenyum pertanyaan. kecil Siang Tin Suthay mengajukan "Dimisalkan, kita mengganti kedudukan, kau menjadi aku, dan
aku menjadi dirimu, apa yang hendak kau lakukan ?"
"Karena aku berkepandaian, kau tidak berkepandaian Kukira
langkah-langkah kita tidak dapat disamakan." Berkata Su-to Yan
gagah.

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang Tin Suthay berkata:
"Partai Biarawati jaya hendak menggunakan sedikit tekanan
kepadamu, mau tidak mau, harus memaksa Ie Han Eng menjadi ahli
waris ketua partai kami."
Su-to Yan tersenyum mengejek, katanya: "Kukira Ie Han Eng
tidak mungkin mau dipaksa."
"Kami tidak memaksa Ie Han Eng, kami memaksamu."
"Lebih baik aku bunuh diri, maka gagallah semua rencana busuk
kalian itu." Hati Siang Tin suthay semakin terkejut, inilah cara-cara
perhitungan yang paling terburuk, bila menghadapi cara seperti ini,
buyarlah semua rencananya.
"Apa yang kau katakan ini sudah berada dibawah perhitungan
ketua partai kami, Kuanjurkan, agar kau tidak mengambil langkah
yang buruk itu." "Tentu." Berkata Su-to Yan. "Bilamana kau tidak memaksa aku
melakukan sesuatu yang tidak menjadi kehendak hatiku."
Kini, mereka telah memasuki kelenteng tersebut, menuju kearah
ruangan besar. Seorang biarawati memapaki Siang Tin Suthay, berbisik-bisik
sebentar, dan mereka pun berpisah kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Siang Tin suthay menganggukkan kepala. Suatu tanda bahwa dia
telah mengerti apa yang diintruksikan kepadanya, dengan mengajak
Su-to Yan, dia menuju kelain ruangan.
Ruangan ini berupa sebuah kamar yang cukup besar, setelah
mengajak ketempat itu, Siang Tin suthay berkata:
"Baik-baiklah kau beristirahat ditempat ini. Berpikirlah lebih
seksama lagi, Kuberi kau waktu dua jam. Nanti aku balik kembali,
untuk mendengar keputusanmu."
Seolah-olah Siang Tin suthay telah mempenjarakan Su-to Yan
ditempat tersebut. Siang Tin Suthay meninggalkan Su-to Yan tapi ia tidak mengunci
pintu ruangan itu, dibiar kan saja terbuka.
Inilah cara yang sangat istimewa dari partai Biarawati Jaya,
bagaimana mereka mempenjarakan seseorang tawanannya.
Su-to Yan ditinggal seorang dia, pikirannya bekerja keras,
bagaimana dia harus menghadapi partai Biarawati Jaya itu.
Tidak perlu takut, ia berkepandaian tinggi, walau berada dalam
keadaan terluka parah, dengan sekali enjot atau dua kali lompatan,
tidak mungkin anggota-anggota dari Biarawati Jaya itu dapat
menahan dirinya, toh mereka tidak berkepandaian silat.
Yang memberatkan Su-to Yan dan memaksa dia terkekang
ditempat itu adalah keselamatan Ie Han Eng.
Kini Su-to Yan mulai memperhatikan ruangan yang mengekang
dirinya itu, Tidak ada penjaga, juga tidak terkunci
Partay Biarawati jaya adalah partay yang lain dari pada partay
yang lain. Partay istimewa yang khusus menerima seluruh
anggotanya yang terdiri dari wanita-wanita.
Seringkali, kecerdikan wanita itu melebihi kecerdikan kaum pria,
dan Biarawati jaya adalah pilihan dari wanita-wanita cerdik pandai
tersebut, karena itulah tokoh-tokoh mereka seperti Siang Tin suthay
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dan lain-lainnya memiliki kecerdikan-kecerdikan dan kecerdasan
otak yang luar biasa. Su-to Yan tidak mau membiarkan dirinya terkekang seperti itu.
Dia berpikir: "Mereka mengurung Ie Han Eng, tentunya pada tempat ini juga,
Bila aku berhasil mengajaknya melarikan diri, apa yang dapat dibuat
oleh golongan Biarawati Biarawati tadi ?"
Untuk memulai tugas kerjanya, Su-to Yan memeriksa seluruh isi
ruangan tersebut, Betul-betul tidak ada orang.
Su-to Yan kurang percaya, dia menelungkupkan telinga ditanah,
kemudian digeser kedinding, tidak terkenal deburan-deburan atau
gesekan suara, itulah suatu tanda bahwa dirinya tidak berada
didalam pengawasan siapa pun juga.
Betulkah Su-to pengawasan " Yan dikurung didalam kamar itu tanpa Salah ! Suatu kesalahan yang terbesar, bilamana menganggap bahwa
partai Biarawati Jaya itu adalah suatu partai yang terlemah. Mereka
tidak berkepandaian silat, tetapi benak pikirannya melebihi tokohtokoh tempur kelas satu.
Mereka berani mengajak Su-to Yan ketempat itu, mereka berani
meninggalkan Su-to Yan dalam satu ruangan yang bebas bergerak,
tanpa pengawasan seorang manusiapun.
Tapi mereka meletakan seekor burung hantu ditempat yang tidak
jauh dari Su-to Yan dikurung.
Su-to Yan memperhatikan keseluruh ruangan, dan akhirnya dia
berhasil menemukan adanya burung hantu itu.
Untuk beberapa saat, Su-to Yan tertegun hatinya berpikir keras:
"Partai Biarawati Jaya ini betul-betul hebat. Hanya menggunakan
seekor burung hantu, hendak mengekang kebebasanku ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hanya menggunakan sedikit kepintarannya. Su-to Yan bisa
menduga, apa kegunaan dari burung hantu yang dipasang tidak
jauh dari ruangan yang mengekang dirinya itu.
Disinilah letak keistimewaan partai Biarawati Jaya. Belum pernah
ada orang yang terpikir, bagaimana menjaga seorang tawanan
penting, tanpa pengawasan manusia.
Tapi Siang Tin Suthay sekalian, sudah bisa memanfaatkan seekor
burung, mereka meletakkan burung hantu itu disangkar kayu yang
tidak jauh diri jendela, maka bilamana Su-to Yan melakukan sesuatu
gerakkan yang tidak menguntungkan, burung hantu yang sudah
terlatih itu akan berteriak, dan merekapun sadar bahwa Su-to Yan
hendak melarikan diri. Dimisalkan Su-to Yan melarikan diri, bagaimana mereka bisa
mencegahnya" Mengingat para anggota partai Biarawati jaya itu
tidak berkepandaian silat "
Inilah keistimewaan yang lebih istimewa dari golongan Biarawati
Jaya, untuk jelasnya kita tuturkan secara terperinci.
Bercerita tentang Su-to Yan, setelah dia mengetahui bahwa
dirinya dijaga seekor burung, dia menjadi tertawa dingin.
Ilmu kepandaian silat Su-to Yan telah mencapai ketaraf yang
sempurna, dia sudah bisa menemukan jalan, bagaimana untuk
menghilangkan pengawasan burung ini.
Su-to Yan menggerakan tangannya, maka dia berhasil memungut
pecahan kayu, diputar-putarkannya pecahan kayu itu hingga
berkeping keping, dengan menggunakan bidikannya yang sangat
tepat, dilemparkan kearah burung hantu itu.
Sinar mata burung hantu itu hebat sekali, gerakan tangan Su-to
Yan tentu tidak menguntungkan dirinya, dia hendak berteriak,
memekik atau melengking, tapi sudah terlambat !
Gerakan Su-to Yan terlalu cepat dilukiskan begitu tangannya
bergerak, disaat itu pula tenggorokan dan isi perut si burung hantu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
itu tertembus, tanpa bisa mengeluarkan pekikan sama sekali, ia mati
pada saat itu juga. Su-to Yan sudah siap sedia, dia menyusul dengan gerakan
tangannya, maka jatuhlah burung hantu itu.
Tidak terdengar suara sama sekali, Su-to Yan sudah
menghabiskan riwayat hidup binatang yang membikin pengawasan
itu. Su-to Yan mengadakan pemeriksaan lain, tidak ada orang kedua,
juga tidak ada burung hantu kedua, ia bebas.
Rencana Su-to Yan yang pertama berakhir sukses, maka dia
harus dengan rencana rencana berikutnya.
Betul mengetahui bahwa dia tidak berada didalam pengawasan
orang, dengan sekali mengenjot diri, Su-to Yan meninggalkan
ruangan itu. dan kini dia sudah berada diatas wuwungan rumah.
Su-to Yan hendak mencari dan menemukan Ie Han Eng.
Su-to Yan berlari-larian diatas genteng, kini dia memeriksa,
ruangan demi ruangan, dia hendak menemukan Ie Han Eng.
Beberapa ruangan digunakan oleh para Biarawati itu, waktu
sudah menjadi malam, inilah waktu tidur dan istirahat. Mereka itu
terlena dan terpulas diatas tempat tidur. Tidak tahu bahwa orang
tawanannya sudah siap-siap untuk melarikan diri.
Seperti apa yang Siang Tin Suthay sudah katakan, anggota dari
partai Biarawati jaya itu tidak mempunyai kepandaian, Mereka
hanya mementingkan kecerdasan dan kecerdikan otak mengilmiah
segala sesuatu dan bagaimana harus menghadapinya.
Adanya Su-to Yan yang berada ditempat itu tidak dapat
membangunkan seorangpun juga, tidak lama kemudian, Su-to Yan
berhasil menemukan Ie Han Eng, Sang bidadari dari lembah Hui-in,
sedang tertidur, dia terkurung dilain ruangan yang lebih kecil.
Berbeda dengan keadaan dirinya, tidak ada burung hantu yang
menjaga keselamatan Ie Han Eng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tapi Su-to Yan tidak lemah, maka ia dapat melihat seorang
biarawati muda yang tertidur tidak jauh dari pintu, biarawati muda
ini adalah yang ditugaskan untuk menjaga Ie Han Eng.
Dengan satu kali loncatan, Su-to Yan memasuki ruangan itu.
Biarawati muda yang sudah hampir tertidur, yang menjaga Ie
Han Eng itu terkejut dia membelalakan matanya menatap tubuh Suto Yan.
Gerakan Su-to Yan terlalu cepat, dengan hanya dua kali totokan
berhasil mengekang kebebasan biarawati muda tersebut, serta
merta dia membentak: "Jangan banyak bicara !"
Adanya suara bisik itu juga mengejutkan Ie Han Eng dia
tersentak bangun dari tidurnya dan menampak kedatangan Su-to
Yan, diapun menjadi girang.
Su-to Yan menggapaikan tangan kearah Ie Han Eng, dan sigadis
sudah menubrukkan tubuhnya kedalam rangkulan Su-to Yan.
Mereka sudah siap-siap hendak meninggalkan kelenteng tersebut.
Disaat inilah, secara tiba-tiba saja, terdengar suara kaki orang
banyak disertai dengan obor-obor yang dinyalakan terang para
biarawati-biarawati sudah bangun dari tidur mereka, dan menuju
kearah tempat ruangan yang mengurung Ie Han Eng.
Dikala Su-to Yan dan Ie Han Eng hendak meninggalkan ruangan
tersebut, para biarawati biarawati yang dipimpin oleh Siang Tin
Suthay sudah menghadangnya.
Rasa terkejutnya Su-to Yan tidak kepalang, entah dengan cara
bagaimana, para anggota partai Biarawati jaya ini dapat mengikuti
jejaknya" Dengan sepasang sinar matanya yang sangat dingin dan kejam,
Siang Tin suthay mengeluarkan suara dengusan:
"Sudah kuperhitungkan, akan adanya rencana larimu ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan berkata tawar: "Tapi kau salah perhitungan, aku lari disaat ini juga."
"Kau hendak mengajak Ie Han Eng meninggalkan kami?"
bertanya Siang Tin suthay.
"Tentu," jawaban Su-to Yan sangat singkat sekali.
"Baiklah," Siang Tin suthay menganggukkan kepala, "Ajaklah
tunanganmu itu, ajaklah kemana kau suka, kau perhatikan baik dan
bersiap-siaplah untuk menghadapi penghadangan kami."
Su-to Yan sudah siap mengeluarkan pedangnya, dengan pedang
ditangan dia hendak menghadapi anggota-anggota partai Biarawati
jaya itu. Hendak disaksikan, bagaimana musuh tidak berkepandaian silat
itu menghadang dirinya"
Yang berada diluar dugaan, Siang Tin suthay tidak hendak
menempur. Tidak memberi perintah kepada orang orangnya untuk
mengurung, dibiarkan saja Su to Yan dan Ie Han Eng seperti itu.
Dengan menggandeng tangan Ie Han Eng, Su-to Yan berjalan
pergi. Tidak seorangpun yang keberangkatan mereka. menghadang atau menghalangi Siang Tin Suthay beserta anak buahnya hanya diam ditempat
inilah keistimewaan dari partai Biarawati Jaya.
Mengikuti perjalanan Su-to Yan dan Ie Han Eng, cepat sekali
mereka sudah meninggalkan kelenteng itu, memasuki semaksemak, dan menjauhi musuh-musuh mereka.
Latihan Ie Han Eng tidak disamakan dengan latihan Su-to Yan,
tidak lama kemudian napasnya sudah terengah-engah, dan napas
itu memburu keras. Menggandeng tangan sigadis, yang diajak duduk disebuah pohon
besar Su-to Yan berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mereka tidak membikin pengejaran, mari kita istirahat sebentar.
Ie Han Eng sangat setuju, dia mengikuti segala kemauan
sipemuda, Dan duduk dibawah pohon besar itu.
Sesudah kira-kira cukup istirahat, Su-to Yan dan Ie Han Eng
melanjutkan perjalanan mereka.
Betul tidak ada pengejaran dari musuh, anak buah dari partai
Biarawati jaya yang tidak berkepandaian senjata mereka adalah
kecerdikan dan kepintaran otak, tentu saja tidak bisa menandingi
Su-to Yan. Demikian sampai pagi hari, Su-to Yan dan Ie Han Eng sudah
berjalan jauh. Tiba tiba satu bayangan putih meluncur cepat, Dikala Su-to Yan
melihat, bayangan itu hanya berupa satu bintik putih saja, tapi
dalam tiga kedipan mata bayangan putih itu sudah membesar, dan
kini sudah berdiri didepan Su-to Yan dan Ie Han Eng, itulah seorang
tua dengan jenggot panjang berbaju putih, inilah Pek Tong Hie,
salah satu dari empat jago silat peninggalan jaman purbakala.
Memandang kearah Su-to Yan, sambil menyodorkan tangannya
Pek Tong Hie membentak: "Su-to Yan, lekas serahkan kitab ilmu pedang."
Su-to Yan menjadi bingung, Pek Tong Hie juga mengingini kitab
ilmu pedang " Betul-betul membingungkan dirinya."
Menurut perkiraan Su-to Yan tidak seharusnya Pek Tong Hie
melakukan gerakkan minta seperti ini.
Tapi itulah kenyataan, sekali lagi Pek Tong Hie membentak:
Dari sepasang sinar mata Pek Tong Hie yang begitu beringas,
pertempuran tidak mungkin dielakkan lagi, mengetahui bahwa Ie
Han Eng tidak berkepandaian silat, Su-to Yan mendorong gadis itu
serta berkata kepadanya: "Kau pergilah lebih dulu, Jauhi tempat ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ie Han Eng terdorong mundur ia menjauhi Su-to Yan.
Disaat ini Pek Tong Hie membentak. "Kau juga jangan pergi,"
Dan jago tua peninggalan purbakala itu sudah menghadang


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didepan Ie Han Eng. Su-to Yan terkejut, cepat-cepat dia merendengi kekasihnya. Dia
sudah membikin persiapan untuk menempuh jago tua tersebut.
Pek Tong Hie mengeluarkan suara dengusan dari hidung, dia
berkata: "Su-to Yan, jangan kau menjadi sombong, anggapanmu dengan
adanya kitab ilmu pedang Maya Nada itu kau bisa meremehkan
semua orang, hee" Hmm....Aku Pek Tong Hie tidak bisa digertak
oleh kecongkakanmu seperti ini. Sebelum meninggalkan kitab ilmu
pedang itu, jangan harap kau bisa pergi hidup-hidup."
Su-to Yan memandang jago tua itu dan ia berkata menantang:
"Hendak bertempur ?"
"Haaa, haaa...haa..." Pek Tong Hie tertawa berkakakan "Kau kira
aku tidak tahu ilmu kepandaianmu sudah surat beberapa bagian,
kau masih berada dalam keadaan luka, hendak menempur aku"
Haa...ha...ha..." "Jangan banyak bacot!" bentak Su-to Yan. Tangannya
direntangkan ke depan, dia hendak mendorong Pek Tong Hie.
Pek Tong Hie mengeluarkan suara dengusan dari hidung, ia
segera mengerahkan ilmu Thiat-tan Kie-kang, begitu tangannya
didorong kedepan satu uap putih yang datangnya seperti embun itu
menyerang Su-to Yan. Su-to Yan kaget, dia menarik kembali serangannya, tadi, sret,dia
mengeluarkan pedang dan tubuhnya melejit keatas, berjumpalitan
dua kali. Siiiing . . . pedang Su-to Yan meluncur ke arah kepala Pek Tong
Hie. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Giliran Pek Tong Hie yang terkejut, dia tidak menyangka, bahwa
Su-to Yan yang masih dalam keadaan terluka itu, didalam waktu
yang sangat singkat sekali, dapat mengelak dan menyerang dirinya,
itulah ilmu pedang yang sangat hebat.
Pek Tong Hie mundur sedikit kesamping dan ke belakang,
dengan mengeluarkan suara geraman, dia menghindari serangan
Su-to Yan. Kini Pek Tong Hie mendorong kedua tangannya, membawa suara
bunyi, pletak pletok dan mengurung Su-to Yan.
Inilah ilmu Thiat-tan Kie-kang yang terlihay, dengan jurus tipu
yang bernama Seng-pok gie-hui atau berarti Bintang Bintang
Berpecahan. ilmu tipu Pek Tong Hie ini, khusus digunakan untuk menghadapi
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu, tapi didalam keadaan yang terdesak, ia
lupa bahwa Su-to Yan itu masih berada didalam keadaan terluka,
bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah anak muda yang
baru saja menongolkan kepala didalam rimba persilatan, tidak
seharusnya dia menggunakan tenaga kejam tersebut.
Betul-betul Pek Tong Hie berhasil, tenaga Su-to Yan seperti
terpelintir, pedangnya terlempar jauh, dan masih beruntung
sipemuda memiliki ilmu It-bok-cin kie, cepat-cepat mengundurkan
diri, sehingga tidak sampai mengalami kerugian yang lebih hebat.
Ilmu Thiat-tian Kie-kang Pek Tong Kie, tidak hanya sampai disitu,
berulang kali dia menyerang lagi.
Duk... satu pukulan mengenai dada Su-to Yan tubuh sipemuda
itu terlempar jauh dan jatuh, ditanah. Buk....tidak bangun lagi.
Su-to Yan jatuh dalam keadaan pingsan, Dia tidak sadarkan diri.
Terdengar suara lengkingan Ie Han Eng yang berteriak nyaring,
dia menubruk sipemuda itu, dan bagaikan menubruk bangkai, dia
berteriak sedih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tubuh Su-to Yan seperti ikan mati, terlena begitu saja, dari
hidung dan mulutnya mengucurkan darah, begitupun dari
telinganya. Ie Han Eng menangis diatas tubuh Su-to Yan, dikiranya bahwa
sang kekasih sudah mati. Su-to Yan terpukul jatuh, terlena dan pingsan ditanah, tak
berkutik lagi. Pek Tong Hie menatap dari jarak jauh, memperhatikan drama
yang sudah diperbuat olehnya.
Ie Han Eng menangis untuk beberapa waktu, kemudian seperti
orang yang kesetanan, ia bangun berdiri, meninggalkan Su-to Yan,
menghadapi Pek Tong Hie. Dengan menudingkan tangan, ia
membentak: "Manusia telengas, kau kejam! Hanya berani kepada anak kecil,
hanya berani menghina orang yang sudah terluka, Tapi, belum
tentu kau berani menantang tokoh-tokoh silat yang sederajat dan
setingkat dengan golonganmu, takut kepada mereka, gemetaran.
Sungguh tidak tahu malu."
Pek Tong Hie marah karena dimaki oleh Ie Han Eng,
dicemoohkan seperti itu. Tapi kemarahannya ini tidak beralasan,
Terpikir olehnya, bagaimana ia bisa terperosok oleh tipu orang,
karena itu, hawa amarahnya mereda.
"Baringkan dia." Pek Tong Hie memberi perintah. "Kemudian,
Sedotlah jalan pernapasannya. Dia masih mempunyai kesempatan
hidup." "Huh! Mukamu begitu bengis. Kau kira aku Ie Han Eng takut
kepadamu" Percuma saja aku menjadi cucu le Siauw Hu. Hm, .,
jangan kau banyak lagu, kalau kau seorang lelaki sejati. bunuhlah
aku, jangan kau menganiaya kekasih-ku."
Mata Ie Han Eng mendelik dan jelalatan, seolah-olah benar-benar
kemasukan setan, katanya lagi:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau tidak tahu malu, bagaimana kau bisa menemukan engkoh
Su-to Yan dialam baka" perbuatanmu yang menganiaya Cucunya"
Arwah Su-to Pek Eng akan membayangimu selalu."
Betul-betul Pek Tong Hie malu kepada diri sendiri, teringat akan
perbuatan Su-to Pek Eng-yang luhur, pernah juga ia menerima
budinya, Dan budi ini belum terbalas. Tidak layak baginya
melakukan sesuatu yang berlebihan kepada cucu orang yang
bersangkutan. Sebagai seorang pendekar Su-to Pek Eng sering melakukan
kebajikan, salah satu kebajikan itu adalah memberi pertolongan
kepada Pek Tong Hie. Kini, Pek Tong Hie membalas air susu dengan air tuba, tentu saja
ia merasa jengah. "Kakek jahat," maki lagi Ie Han Eng. "Tidak bisa kau melepas
tanggung jawab mu dihari ini."
"Dengar dulu." Berkata Pek Tong Hie, "Kekasihmu hanya
mengalami sedikit cedera, bila kau bersedia menyedot jalan
pernapasannya, pasti ia segar kembali. Hanya ini yang bisa kuberi
tahu kepadamu. Selamat tinggal."
Tubuh Pek Tong Hie melesat, meninggalkan Ie Han Eng dan Suto Yan.
Ie Han Eng menangis lagi, merangkul tubuh kekasihnya yang
sudah disangka mati, Membalikkan pipi sipemuda, kekanan dan
kekiri, diusap usap olehnya, memanggil-manggil nama Su-to Yan.
Tetapi Su-to Yan tidak mau sadarkan diri.
Ie Han Eng menjadi gelisah. Tiba-tiba . . . .
Teringat akan kata-kata peninggalan Pek Tong Hie, sebelum jago
purbakala meninggalkan tempat itu, ia harus membantu peredaran
jalan Su-to Yan yang buntu. Pikirnya, apa betul perkataan orang tua
tadi" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Seketika itu, ia mengurut-urut badan Su-to Yan, juga tidak
berhasil. Dengan menggigit bibir, Ie Han Eng menempelkan bibirnya
kearah mulut Su-to Yan disedotnya keras-keras, terdengar suara
krokok krokok yang mengejutkan, jalan tenggorokan Su-to Yan yang
buntu telah mengalir kembali, darah menyembur keluar dari tempat
itu, masuk kedalam mulut Ie Han Eng.
Tentu saja dikala itu, dua mulut menjadi satu, hal itu tidak
dielakkan. Su-to Yan mengeliat, dikala ia sadar, ia merasakan sesuatu yang
menindih dirinya, ia merasakan sesuatu yang hangat menempel
dibibirnya. Jilid 17 Halaman 57/58 Hilang
Su-to Yan tersenyum getir, katanya: "ilmu Thiat-tan Sin kang
betul-betul menakjubkan, pukulan itu yang membuat aku muntah
darah dan pingsan, Tapi, adik Eng, bagaimana kau membuat aku
siuman?" "Engkoh Yan, dengar dulu ceritaku, segera kau mengerti duduk
perkara." "Ya, ia.. Aku dengar ceritamu."
"Itu waktu, ketika aku tangisi kau, lantas teringat akan pesan
kata-katanya tua bangka itu, katanya, dengan menyedot peredaran
napasmu, kau bisa bangkit kembali, segera kucoba dan kuusahakan.
Berhasil, Dan...." Sinona tidak meneruskan cerita itu, ia menatap wajah sipemuda.
"Dan aku menjadi sadar, bukan?"
"Sesudah kau menyemburkan darah, kau sadarkan diri. Masih
kau berpura-pura?" Berkata Ie Han Eng seraya mencubit tangan
pemuda itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Eh, mengapa kau mencubit?" Bertanya Su-to Yan sambil
mengusap-usap kulit yang terjewer itu.
"Kau nakal." "Heran," Berkata sipemuda, "Matamu bisa memancarkan cahaya
seperti itu. Dikala pertemuan kita pertama kali, seolah-olah pernah
bertemu, dimana" Aku tidak tahu. Seperti impian saja."
"Hidup manusia hanya berupa impian dunia."
"Tentu aku tidak bisa mengimpi lagi bila pukulan Pek Tong Hie
tadi diperkeras beberapa kali."
"Legakan hatimu, Pek Tong Hie sudah pergi."
Su-to Yan memandang wajah kekasih itu, keterangan Ie Han Eng
tidak perlu disangsikan, Tapi, betulkah Pek Tong Hie itu sudah
pergi, Menurut apa yang ia tahu, tokoh silat purbakala tersebut
tidak memiliki sifat seperti itu.
Su-to Yan berpikir dan berpikir, benak pikirannya tergeser kearah
partay Biarawati Jaya. Mungkinkah hasil buah tangan golongan Biarawati Jaya" Salah
satu dari rencana golongan tanpa kekerasan itu "
Menyaksikan keadaan Su-to Yan yang seperti orang bingung, Ie
Han Eng mengajukan pertanyaan.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Oooohh...." Su-to Yan tersadar dari lamunannya, "Mari kita
berangkat." Dengan bergandengan tangan, sepasang muda
melanjutkan perjalanan, Ie Han Eng mengajukan usul:
mudi itu "Lebih baik kita mencari tempat sepi untuk istirahat."
Su-to Yan setuju, Mereka menemukan sebuah tempat yang agak
sunyi, berdampingan dengan sebuah sungai yang berair jernih, air
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sungai itu mengalir dengan tenang, tersorot sinar matahari sore,
bercahaya terang. Langit biru berubah seperti kemerah merahan itulah tanda
matahari terbenam. "Suatu tempat yang baik." Ie Han Eng mengeluarkan kata-kata
pujian. "Mana bisa menandingi tempat tinggalmu " Berkata Su-to Yan.
"Aku lebih tertarik dengan lembah Hui in."
Ie Han Eng mendongakkan kepala, memandang langit jauh, tidak
bicara lagi. Su-to Yan menarik tangan gadis itu, dimana mereka duduk
bersama, menikmati pemandangan senja yang indah.
Tidak lama hari menjadi gelap, Dua orang yang sudah menjadi
sangat letih itu, tertidur bersama.
Kejadian ini tidak disadari oleh kedua insan yang bersangkutan.
Dihari kedua, pagi-pagi sekali, Su-to Yan sudah terbangun. Dia
menjadi malu kepada diri sendiri, sebagai seorang yang melatih
silat, mengapa ia tidur begitu lelap"
Ie Han Eng juga sudah bangun, menuju kearah sungai dan
membersihkan diri. Sesudah itu, mereka melanjutkan perjalanan.
Tidak ada gangguan, sepanjang jalan ini, mereka bergerak.
Su-to Yan masih berpikir-pikir, mungkinkah golongan Biarawati
jaya melepaskan mereka" Dia lebih mengenal sifat-sifat Siang Tin
Suthay, kiranya, tidak mungkin golongan wanita pandai itu
menyudahi perkara. Bahaya Biarawati jaya tidak terlalu ditakuti mengingat ilmu
kepandaian Su-to Yan yang cukup tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Berjalan lagi beberapa waktu, mereka sudah mendekati tepi laut,
Memilih tempat yang agak tinggi, Su to Yan bisa memperhatikan
kalau-kalau ada perahu atau kapal yang mendekati tepi. Dia hendak
berlayar kearah pulau Tong-hay, bersama-Sama dengan Ie Han
Eng. Hal ini sudah diajukan kepada sigadis, disaat inilah. mata Su-to
Yan terbelalak Tidak jauh disana, berdiri seseorang itulah Siang Tin
Su-thay. Dengan gayanya yang khas, perlahan-lahan Siang Tin Suthay
berjalan maju mendekati muda mudi itu.
Menyaksikan kedatangan Siang Tin Suthay, Ie Han Eng juga
terkejut, apalagi yang dikehendaki oleh biarawati ini"
Sesudah berjalan dekat, Siang Tin Suthay merangkapkan kedua
tangannya memberi hormat. dia berkata:
"Bagaimana keadaan kalian" Apa lagi masih baik baik saja?"
"Terima kasih," berkata Su-to Yan, "Apa maksud kunjungan
Siang Suthay?" Siang Tin Suthay berkata:
"Su-to Yan, kau benar-benar menjadi manusia kurang terima."
Su-to Yan melengak. "Apa maksud perkataan Suthay?" tegurnya.
-oo0dw0ooo- Jilid 18 "KEDATANGANKU ditempat ini menantikan kalian atas perintah
ketua kami, kedatangan kalian masih sangat diharapkan."
"Haaa, ha, ha.,." Su-to Yan tertawa besar, "Hendak menangkap
kami" Haaa, ha, ha..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Siang Tin suthay tidak merasa terhina, ia menganggukkan kepala
dan berkata: "Betul! Ketua kami hendak memaksa membikin undangan keras.
Akulah yang mendapat tugas. Kedatangan kalian sangat
diharapkan." "Sudah lupakan kebebasan?" Suthay bahwa kami berhasil

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencari "Kau kira, kebebasan kalian itu hasil buah tangan atas ilmu
pedangmu" Salah, Kami membebaskan dirimu, hal itu disebabkan
oleh perintah ketua kami. Kalian telah ditunangkan sedari kecil, tapi
belum pernah menjadi satu. Hubungan kalian berdua, hendak
melihat reaksi, bagaimana hubungan kalian, Kini, ketua kami sudah
tahu pasti, maka dia masih mengharapkan kalian berdua, terlebihlebih Ie Han Eng, kekasihmu ini sudah siap untuk dinobatkan
menjadi calon ketua partai Biarawati Jaya."
"Aku tidak mau." Ie Han Eng berteriak.
"Semua kemauan Biarawati jaya belum pernah bisa ditolak,"
berkata Siang-tin Suthay tegas. "Lebih baik kau terima saja usul ini."
"Aku tidak bisa terima," berkata Ie Han Eng.
"Aku juga tidak bisa menerima." Su-to Yan memperkuat
kedudukan kekasihnya. "Terpaksa, apa boleh buat, Biarawati jaya harus menggunakan
kekerasan. Memaksa kalian kembali kepada kami."
Su-to Yan bengong dengan kata-kata Siang-Tin Suthay ini,
Dengan kekuatan apakah golongan Biarawati jaya hendak memaksa
dirinya" Siang-tin Suthay seperti bisa menduga isi hati orang, ia tertawa
sebentar dan berkata: "Kau sudah bertemu dengan Pek Tong Hie, bukan ?"
Su-to Yan terkejut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Siang-Tin Suthay mengetahui bahwa dirinya telah dipukul oleh
Pek Tong Hie" Wah, dari sini terbukti bahwa mata-mata golongan
Biarawati jaya memang hebat sekali. Mereka dapat mengetahui
segala sesuatu yang sudah terjadi, mungkinkah termasuk salah satu
rencana dari golongan Biarawati jaya "
Siang-tin Suthay berkata lagi:
"Pek Tong Hie memukul jatuh dirimu, inilah instruksi ketua kami."
"Instruksi?" bertanya Su-to Yan heran.
"Betul, Pek Tong Hie telah mendapat perintah dari ketua kami,
dia ditugaskan menghadang dirimu."
"Haaa ha....," Su to Yan tertawa, "Tapi di sini tidak ada Pek Tong
Hie kukira belum tentu dia bisa melukaiku lagi."
"Kau jangan terlalu percaya, ketahuilah puteri Pek Tong Hie itu
telah berada dalam tangan kami, demikianpun dengan barang
kesayangannya yang bernama simerah itu, belum lama telah dapat
kami tangkap, dengan adanya jaminan itu, kami dapat menangkap
puteri Pek Tong Hie, Dengan adanya jaminan puteri Pek Tong Hie
kami bisa memaksa tokoh silat itu melakukan sesuatu yang berada
diluar keinginannya, bila kami mau, kami bisa memaksa Pek Tong
Hie memukul kau lagi."
"Silahkan " Su-to Yan menantang, "Panggillah Pek Tong Hia,
panggillah tokoh silat itu, biarlah ia melukai lagi."
"Tapi kukira tidak perlu," berkata Siang-tin Suthay, "Kami telah
mempunyai rencana lain yang lebih baik, kami bisa memaksa kalian
berdua turut serta kedalam markas besar golongan Biarawati Jaya,
tanpa adanya Pek Tong Hie lagi!"
"Biar bagaimanapun aku tidak bersedia mengikutimu."
"Tapi Ie Han Eng akan turut serta."
"Tidak," secara berbareng dan serentak Ie Han Eng dan Su-to
Yan berteriak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan suara yang sangat tenang, Siang-tin Suthay berkata:
"Ie Han Eng telah menderita keracunan, itulah racun yang kami
tebarkan, Racun itu khusus tersedia bagi golongan kami, hanya
Biarawati Jayalah yang bisa mengobatinya, Hanya obat Biarawati
jaya yang bisa memunahkan racun tersebut."
Su-to Yan menoleh kearah Ie Han Eng betul-betul sudah terjadi
perobahan, wajah gadis itu sudah mulai membiru, walaupun hanya
sedikit, tetapi sudah kentara sekali, bahwa Ie Han Eng sudah
menderita keracunan. Inilah yang mengejutkan Su-to Yan, dengan cara bagaimana,
Siang tin Suthay bisa menyebar racunnya, dengan cara bagaimana
Ie Han Eng bisa keracunan seperti itu.
Siang tin Suthay mengeluarkan tertawa dingin, katanya.
"Lekas beri jawaban, Bilamana bertambah lama, aku tidak
bertanggung jawab. Didalam satu jam lagi, bilamana tidak ada
pengobatan-pengobatan yang sempurna, racun itu akan menjalar
cepat, sulit untuk diohati."
Seperti apa yang Siang Tin Suthay sudah katakan, racun yang
ditaburkan ke arah Ie Han Eng, sangat jahat tiba-tiba saja, gadis itu
terbelalak, tubuhnyapun jatuh, itulah tanda dari racun yang mulai
bekerja. Cepat sekali Su-to Yan menangkap tubuh gadis itu, dipepayang
agar tidak jatuh, walaupun demikian, Ie Han Eng sudah tidak
sadarkan diri ia jatuh pingsan.
Siang-Tin Suthay berkata lagi:
"Kepintaran dan kecerdikan Ie Han Eng lebih cocok untuk
dinobatkan menjadi anggota Biarawati Jaya. Karena itu, ketua kami
tertarik kepadanya, Dia dicalonkan untuk diangkat jadi wakil ketua
golongan mengapa kau menolak?"
"Sudah kukatakan aku menolak! Pergi!" berkata Su-to Yan tegas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Baik, kuberi waktu satu jam. Bilamana kau tidak memberi
jawaban yang memuaskan, jiwa Ie Han Eng sudah diantar oleh
maut." Hati Su-to Yan dirasakan menjadi begitu dingin. Setiap langkah
dari Biarawati jaya sudah diperhitungkan masak-masak. Hebat
sekali, Kejadian sekali. Tidak ada kesempatan baginya untuk
menangkis. Ie Han Eng diracun orang" Secepat itu pula, tangan Su-to Yan
Sudah menarik pedang, sreet, ujung senjata sudah berada dibagian
ulu hati Siang-tin Suthay, Dengan memberi ancaman yang keras,
Su-to Yan berkata. Siang-tin Suthay sudah memperhitungkan akan
adanya langkah balasan yang seperti ini. Ia tidak terkejut, ia tertawa
berkakakan: "Haaa, ha.... tidak berguna, kau tidak bisa menolong dirinya
dengan ancaman pedang."
Su-to Yan berkata dingin: "Kau telah meracuni Ie Han Eng"
Baik...-aku akan membunuhmu terlebih dahulu, baru meminta obat
penawar racun itu." "Kukira sudah terlambat," berkata Siang-tin Suthay "Aku mati
tetapi Ie Han Engpun segera mati, berpikirlah baik-baik."
"Kau tidak akan mati, bilamana kau rela mengeluarkan obat
penawar racun itu." berkata Su-to Yan.
"Tidak mungkin." Siang Tin Suthay tertawa ringan.
"Ujung pedang akan menembus dadamu." Su-to Yan memberi
ancaman lagi. "Ketua kami sudah memperhitungkan akan adanya ancaman
balasanmu ini." berkata Siang tin Suthay, "Tapi ingatlah baik-baik,
relakah kau mengorbankan jiwa Ie Han Eng, hanya ditukar dengan
jiwaku yang tiada harga?"
Su-to Yan terkejut, Alisnya dikerutkan ia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau berani mempertaruhkan jiwamu,
mengeluarkan obat penawar racun itu.?"
hanya tidak mau Siang tin Suthay berkata:
"Anggota Biarawati Jaya telah mengangkat sumpah, memandang
hidup ini sebagai suatu impian ringan, ketahuilah tidak guna kau
membunuh diriku, Aku boleh mati, tapi akan segera disusul oleh
kematian Ie Han Eng, Dia keracunan hebat sekali."
"Dimana ketua partaimu itu?" bentak Su-to Yan.
Siang-tin Suthay tertawa puas,
kegarangan si pemuda, katanya:
ia berhasil menundukkan "Mana boleh kuberitahukan kediaman ketua partai kami"
Tenangkan hatimu bilamana Ie Han Eng bersedia diangkat menjadi
anggota Biarawati Jaya, mendapat perhatian khusus dari ketua
kami, Dari itu turutlah permintaanku."
Darah panas Su-to Yan menjadi mencair kembali ia mengetahui
bahwa Siang-tin Suthay itu tidak berkepandaian, tidak guna
menekannya terlalu keras, pedang ditarik kembali dan disimpan. ia
berpikir keras, Bagaimana harus mengatasi kesulitan ini:
Siang-tin Suthay membuka suara.
"Kukira kau tidak rela bukan" Bilamana sampai terjadi Ie Han Eng
mati didepan matamu ?"
Su to Yan belum bisa membuat jawaban, Siang-tin Suthay masih
mendesak: "Lekas kau mengambil keputusan, jiwanya tidak bertahan lama."
Sebelum Su-to Yan memberi jawaban yang pasti, melulusi atau
menolak permintaan Siang tin Suthay yang hendak menjadikan Ie
Han Eng sebagai calon ketua golongannya, dari balik sebuah batu
melejit keluar bayangan seseorang, dengan suara yang dingin,
menalangi memberi jawaban:
"Bagaimana bila aku yang memberi keputusan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Siang-tin Suthay terkejut, Sengaja ia memancing Su-to Yan dan
anak buahnya telah diberi perintah untuk menggagalkan setiap
orang yang hendak merusak rencana mereka, karena itu dia
percaya, tidak ada orang lain ditempat itu, kecuali mereka yang
bersangkutan. Dengan tiba-tiba saja munculnya orang ini didalam keadaan yang
sangat tegang, tentu saja membingungkannya, orang yang datang
adalah seorang wanita ia adalah sipedang emas Jie Ceng Peng.
Tampilnya Jie Ceng-Peng ditempat itu juga sangat mengejutkan
Su-to Yan. Langsung Jie Ceng Peng menghadapi Siang-Tin Su-thay dan
berkata: "Bolehkah aku turut serta ?"
Siang-tin Suthay memperhatikan gadis golongan Thian-lam Lo sat
itu, ia tidak berkepandaian silat, tapi semua tokoh-tokoh silat tidak
lepas dari penilaiannya, ia bisa mengenali siapa adanya tokoh silat
itu, katanya: "Kukira nona ini adalah tokoh Thian-lam Lo-sat yang ternama, si
Pedang Mas Jie Ceng Peng, bukan ?"
"Tepat." berkata Jie Ceng Peng, "Kalian mempunyai penilaian
yang tepat." Sebelum golongan Biarawati Jaya mengerjai seseorang, mereka
sudah memperhitungkan segala akibat dari tugas-tugas itu, mereka
menyelidiki lebih dahulu, siapa yang menjadi musuh-musuhnya dan
siapa yang menjadi kawan-kawan dari orang yang bersangkutan.
Semua kawan-kawan dan lawan Su-to Yan dan Ie Han Eng, tidak
lepas dari penilaian Biarawati Jaya, termasuk juga Jie Ceng Peng.
"Jie Ceng Peng" berkata Siang-tin Suthay "Hubunganmu dengan
Su-to Yan bukan hubungan biasa, bukan kawan juga bukan lawan
inilah hubungan aneh. Tapi Seperti apa yang kutahu, hubunganmu
dengan Ie Han Eng kurang begitu cocok, Kau juga pernah mengadu
biru tentang hubungan Ie Han Eng dengan Su to Yan, hampir saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pertunangan mereka itu retak karena kesalahanmu, Kukira mereka
tidak ingin turut sertanya kau ditempat ini.
Dikala Su-to Yan belum tahu bahwa dirinya pernah ditunangkan
dengan Ie Han Eng, si pemuda pernah mempunyai hubungan baik
dengan Cin Bwe, juga mempunyai hubungan yang tidak buruk
dengan Jie Ceng Peng. Terakhir, terbukalah rahasia hubungan Su-to Yan dan Ie Han
Eng, tentu saja muncul rasa cemburu Cin Bwee dan Jie Ce -Peng.
Cin Bwee bersifat makan dalam, dia merana dan makan hati diri
sendiri. Berbeda dengan Cin Bwee, sifat Jie Ceng Peng bersifat keras, dia
mengadu biru dan hampir saja menggagalkan pertunangan Su-to
Yan dengan Ie Han Eng. Ini adalah sedikit ganjalan yang ada pada Su-to Yan dan Ie Han
Eng. Sengaja Siang-Tin Suthay mengungkapkan hal tersebut agar
kehadirannya Jie Ceng Peng dapat ditolak oleh Su to Yan.
Tapi Su-to Yan masih bingung atas racun yang bersarang dalam
tubuh Ie Han Eng. Jie Ceng Peng tertawa kecil, ia berkata: "Kalian membikin
penyelidikan yang sangat cermat sekali, hee ?"
"Kukira, kau tidak ada niatan untuk membantu Su-to Yan."
berkata Siang-tin Suthay.
"Karena aku tahu, kau sudah kehilangannya untuk menguasai
Su-to Yan, tidak mungkin dapat merebut sipemuda dari tangan Ie
Han Eng." "Dilembah Cui goat kiok, Su-to Yan pernah menolong dirinya,
Tapi waktu itu hubungannya dengan Ie Han Eng tidak bisa
disamakan dengan hubungannya sekarang, Mereka lengket menjadi
satu. Berpikirlah baik baik."
Dengan tertawa tawa Jie Ceng Peng berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau hanya mengetahui yang satu itu, tapi tidak tahu soal
lainnya, ketahuilah dia menolong aku satu kali, tapi aku
menolongnya sehingga beberapa kali."
"Kau bertekad untuk mengikut sertakan diri dalam persengketaan
ini?" bertanya Siang tin Suthay.
Jie Ceng Peng menganggukan kepala.
"Sudahkah kau tahu, dengan golongan mana kau sedang
berhadapan?" Siang tin Suthay mulai menggunakan tekanan.
"Aku tahu, Menurut penuturanmu, kalian adalah golongan dari
anggota Biarawati Jaya."
"Nah bilamana kau sudah tahu, itu lebih baik pula. Ketahuilah,
bahwa golongan Biarawati jaya tidak mudah dihadapi."
"Golongan Biarawati jaya beliau tentu berani menempur Thiam
lam lo-sat." berkata Jie Ceng Peng, "Hayo serahkan obat penawar
racun itu." Mata Siang tin Suthay bergerak-gerak, ia menghadapi dua
gencetan musuh, tekanan dari Su-to Yan yang keras, dan tekanan
baru dari Jie Ceng Peng. "Dimisalkan aku tidak mengeluarkan obat penawar racun itu,
bagaimana?" ia menentang.
Jie Ceng Peng tertawa, badannya bergerak cepat sekali, dan
entah dengan cara bagaimana, dia sudah berhasil menelikung kedua
tangan Siang Tin Suthay, ditangan kanan Jie Ceng peng telah
menggenggam sebutir obat, dengan lain tangan dia merentangkan
mulut Siang tin Suthay, dijejalnya obat tersebut kedalam mulut
biarawati itu, blek, mulut Siang Tin suthay dikatupkan kembali,
cegluk, obat itu melalui tenggorokkan, masuk kedalam perut Siang
tin Suthay sampai disini, berhasillah gerakkan-gerakkan Jie Ceng
Peng, ia melepas kembali tokoh wanita cerdik pandai tersebut,
berdiri dengan senyumannya yang sangat puas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Siang tin Suthay hendak mengadakan perlawanan tapi apa daya,
kekuatannya tidak bisa disamakan dengan kekuatan Jie Ceng Peng


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

obat itu sudah berada didalam perutnya, wajahnya berubah segera.
Jie Ceng Peng berkata: "Sudah lama kunantikan kedatanganmu ditempat ini, semua
Percakapan-percakapan tadi sudah masuk kedalam telingaku tapi
aku percaya, tidak ada seorangpun yang tidak takut mati, belum
lama, aku telah memberi hadiah sebutir racun Go hoa sinhoat,
Racun ini bekerja lebih cepat dari racun yang kau berikan kepada Ie
Han Eng, sebelum Ie Han Eng mati kukira kau kelojotan lebih
dahulu." Wajah Siang-tin Suthay semakin menjadi pucat.
"Nah," berkata Jie Ceng Peng "Kau bisa merasakan, bagaimana
rasanya seorang yang sudah ditekan dan diberi racun seperti Ie Han
Eng, kau bisa merasakan, bagaimana rasanya orang yang sedang
mau mati." Kejadian itu juga menegunkan Su-to Yan, ia tidak menyangka,
tindakan si gadis Thian-lam Lo Sat lebih hebat, hanya beberapa
gerakan, ia berhasil menekan kegarangan Siang-Tin Suthay.
Jie Ceng Peng masih bersitegang dengan Siang-Tin Suthay.
"Jangan kau samakan aku dengan Su-to Yan, aku adalah orang
luar, mati hidupnya Ie Han Eng bukan tanggung jawabku, aku tidak
membutuhkan dirinya, Tapi mati hidupmu tergantung didalam
tanganmu sendiri, Bila kau bersedia memberi obat penawar racun
itu, akupun bersedia menolong dirimu. Tapi bila kau tidak bersedia
menghidupkan jiwa Ie Han Eng, aku pun berpeluk tangan, hendak
kita saksikan, bagaimana kau bisa mati terlebih dahulu "
Siang tin Suthay harus berpikir keras, sama saja dengan caracara yang tadi Su-to Yan berpikir bagaimana harus mengatasi
kesulitan ini. Jie Ceng Peng berkata lagi: "Bagaimana sudah terpikir olehmu"
Lekas serahkan obat penawar racun itu, Kukira tidak ada jalan lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bagimu. Ketahuilah, dimisalkan kau tidak mau menurut perintahku
sesudah kau mati, kukira ketua golongan Biarawati Jaya segera
muncul ditempat ini. Mereka mengharapkan kerelaan Ie Han Eng
untuk menerima jabatan warisan, bukan menghendaki Ie Han Eng
yang sudah mati, ia menghendaki Ie Han Eng yang segar bugar.
Pasti ia memberi pertolongan yang secukupnya, Kau mati tidak
menjadi soal baginya, Tetapi Ie Han Eng mati akan mengecewakan
dirinya, Karena itu kukira dia bisa menolong Ie Han Eng, sesudah
kau mati penasaran" Posisi kedudukan Siang tin Suthay menjadi begitu lemah, berkata
dengan nada sedih: "Jie Ceng Peng, dengan alasan apa kau mencampurkan diri
dengan persengketaan ini" Betul-betul aku tidak mengerti."
Jie Ceng Peng berkata: "Kiramu, hanya golongan Biarawati jaya
yang cerdik" Hanya golongan Biarawati yang pandai" Hanya
golongan Biarawati jaya saja yang bisa memberi tekanan kepada
orang" Di-sinilah letak kesalahanmu."
Siang tin Suthay menghela napas, ia berkata. "Kehadiranmu
berada diluar dugaan ketua golongan kami, inilah kesalahan
Biarawati Jaya, Tapi kesalahan yang tidak disengaja, kesalahan yang
mendadak diluar perhitungan."
"Lekas." bentak Jie Ceng Peng, "Lekas serahkan obat pemunah
racunmu, belumkah terasa olehmu bahwa ada satu aliran panas
yang mulai naik, merangsang kearah ulu hati ?"
Disertainya ancaman Jie Ceng peng itu betul-betul membuat
Siang tin Suthay bergidik seolah-olah ada satu hawa sangat
merangsang ulu hatinya, mungkin juga racunnya mulai bekerja.
"Baiklah." berkata Siang tin Suthay lemah. "Aku bersedia
menukar obat penawar racun."
"Disini letak kepintaranmu." berkata Jie Ceng Peng, "Aku
bersedia menerima obat penawaranmu lebih dahulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sinar mata Siang tin Suthay memperlihatkan wajah yang
ketakutan ia berkata gemetaran "Bila aku sudah mengeluarkan obat
penawar racun, menolong Ie Han Eng, dimisalkan kau tidak
menepati janji, tidak menyerahkan obat penawarmu bukankah aku
yang dirugikan olehmu ?"
"Kukira tidak mungkin terjadi, Ketahuilah dengan ilmu
kepandaianku, dimisalkan sama-sama bertukar obat penawar racun.
Sesudah mengobati Ie Han Eng dan berhasil, dengan mudah aku
dapat membekuk batang lehermu kembali. Dengan mudah aku bisa
menjejal kembali racun yang lebih hebat. Kukira, kau bisa maklum
hal ini, yang kukuatirkan ialah obat penawar racunmu yang palsu,
berani kau main kayu" Berarti menentang penderitaan yang lebih
hebat. Karena itu, lebih baik kau Serahkan."
Lagi-lagi Siang-tin Suthay terkena pukulan Knock Out, tidak
bicara. Jie Ceng Peng membentak: "Lekas."
Siang-tin Suthay merogoh-rogoh beberapa waktu dan
mengeluarkan obat penawar racun, obat yang tersedia untuk
menolong Ie Han Eng diserahkannya kepada Jie Ceng Peng dan
berkata: "Baiklah. Betul-betul kami jatuh dibawah tanganmu."
Jie Ceng Peng tertawa, menyambuti obat penawar racun itu dan
membikin pemeriksaan. Sebagai jago dari Thian-lam Lo sat yang
ahli menggunakan racun, ia mengerti, inilah obat penawar racun
yang asli, diserahkan kepada Su-to Yan sambil menganggukkan
kepala, ia berkata: "Obat betul! Lekas beri makan kepada Ie Han Eng."
Su-to Yan menerima pemberian obat itu dengan rasa terima
kasih, dia berkata. "Aku tidak bisa melupakan budimu."
Cepat-cepat ia memasukkan obat tersebut kedalam mulut Ie Han
Eng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tidak lama sudah terjadi perubahan diwajah Ie Han Eng siuman
kembali, sehat seperti biasa.
Jie Ceng Peng menghadapi Siang-tin Suthay lagi, katanya kepada
Biarawati tersebut: "Nah, kau boleh meninggalkan tempat ini." Wajah Siang-tin
Suthay berobah, dengan tubuh gemetar dia berkata:
"Kau..,.kau. ."
Jie Ceng Peng tertawa berkakakan, ia tertawa geli,
"Lekaslah kau pergi, dan beritahu kepada ketua partaimu itu,
tidak ada semacam obat racun yang bernama Ngo-hoa-sin-hun.
Yang kuberikan padamu tadi, hanya butiran tanah biasa, bukan
racun. Legakan hatimu, Lekas pergi !"
Siang-tin Suthay tertegun Sebentar, memandang kearah Jie Ceng
Peng beberapa waktu, memperhatikan keadaan dirinya, dan ini
waktu betul betul tiada tanda-tanda bahwa dia telah kena
keracunan, ia telah kena tipu, dipermainkan mentah-mentah.
Dia merasa malu kepada diri sendiri dikala mendapat tekanan
dan ancaman hebat seperti itu, ia tidak menguasai diri sendiri dan
terjungkal dibawah ketololannya, terlalu terburu nafsu ia kalah
dibawah kelicinan Jie Ceng Peng.
Dengan mengeluarkan helaan napas panjang, keluh kesah yang
mengandung kekecewaan. Siang-tin Suthay membalikan badan, ia mengeloyor pergi. Untuk
menempur dengan kekuatan, keras lawan keras, ia bukan tandingan
Jie Ceng Peng. Untuk mengadu otak, mengadu kepintaran, diapun
masih kalah setingkat. Hanya menggunakan beberapa gertakan, hanya memperlihatkan
sedikit kegesitannya, hanya menggunakan ancaman yang kosong
saja, Jie Ceng Peng berhasil menekan Siang-tin Su-thay, si Pedang
Emas berhasil, meminta kembali obat penawar racun, ia berhasil
menolong jiwa Ie Han Eng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Seharusnya, Jie Ceng Peng boleh menjadi bangga atas hasil yang
gemilang ini. Tapi kenyataan tidak, matanya menjadi begitu suram
memandang kearah Su-to Yan dan Ie Han Eng, hampir dia
mengucurkan air mata. Didalam soal berebutan Su-to Yan, ia tidak berhasil
memenangkan Ie Han Eng, Yang berhasil dimenangkan hanya Cin
Bwee seorang. Didalam urutan tiga gadis, ia menduduki tempat kedua, inipun
sudah cukup. Memandang kepada mereka beberapa saat, dan Jie Ceng Peng
berkata: "Kuucapkan selamat kepada kalian, Aku Pergi."
Tubuhnya melesat, dan didalam sekejap mata sudah lenyap
tanpa bekas. Jie Ceng Peng pergi dengan hati penuh kekesalan, tapi dia boleh
puas dengan hasil yang sudah dicapai olehnya itu, ia berhasil
memberi pertolongan kepada orang yang dicintai olehnya. Tapi,
belum tentu bisa menarik hati Su to Yan.
Rasa terimakasih Su-to Yan, Ie Han Eng tidak bisa dilukiskan.
mereka bersyukur kepada pertolongan Jie Ceng Peng, tapi sebelum
mereka sempat memberi ucapan terima kasih, pada orang yang
bersangkutan si Pedang Emas sudah pergi jauh.
Hawa udara dipantai selatan begitu panas deburan ombak
bergerak keras. Su-to Yan, Ie Han Eng berada dipantai laut selatan, memandang
ke permukaan air laut yang jauh, Su-to Yan melayangkan
pikirannya, apa yang dibuat, setelah dia tiba dipulau tonghay.
Gulungan-gulungan ombak datang terus sambung menyambung
tanpa istirahat. Tidak ada perahu dan tidak ada kapal, mereka tidak bisa berlayar
tanpa kendaraan laut itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Adanya ombak air yang pasang, mengingatkan Su-to Yan kepada
ilmu sihir Thio Sek bun. Beberapa kali, Su-to Yan bertempur kepada Thio Sek Bun dengan
kesusahan, hampir saja dia jatuh dibawah kekejamannya, Thio-Sek
Bun adalah seorang tukang sihir dan sering kali bisa membuat tokoh
silat yang seperti Su to Yan itu terjungkal.
Memandang kearah laut yang jauh, didalam hati Su-to Yan
berkata: "Kuharapkan saja, jangan bertemu kembali dengan Thio Sek
Bun." Dari balik Su-to Yan, dari balik sebuah batu yang sangat besar
muncul bayangan seseorang, tangannya buntung, dengan
pakaiannya yang berwarna hijau berindap-indap maju menghampiri
Su-to Yan. Deburan ombak itu cukup keras, tapi telinga Su-to Yan yang lihay
tidak bisa dibiarkan begitu saja, ia sudah dapat menangkap derap
kaki dibelakang dirinya. Cepat sekali, ia membalikkan badan dan
ah...dia terkejut, itulah Thio Sek Bun.
Hati Su-to Yan menjadi kebat kebit, lagi lagi dia harus berurusan
dengan Thio Sek Bun. Thio Sek Bun memandangi Su-to Yan, langkahnya begitu cepat,
sinar matanya lurus kedepan hendak menguasai kesejahteraan Suto Yan. "Su-to Yan," panggil Thio Sek Bun perlahan. "Kukira tidak
ada Seng-mo Leng Kho Tiok lagi yang menyertai dirimu. Siapa yang
berani menantang aku."
Menyaksikan kedatangan orang bertangan buntung itu, Ie Han
Eng juga terkejut, dari logat dan lagu suara orang bersangkutan ia
tahu bahwa orang inipun termasuk salah satu musuh Su to Yan.
Tapi Ie Han Eng tidak berdaya sekali, ia melepaskan dirinya
kedalam rangkulan Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Thio Sek Bun mendekati lagi, sinar matanya masih lurus, mencari
dan hendak menemukan sinar mata Su-to Yan, dengan suara yang
mantap ia berkata: "Su-to Yan, kau masih berada dalam keadaan terluka, jangan kira
aku tidak tahu. Kini aku hendak menuntut balas. Meminta kembali
sebelah tanganku yang sudah terpapas olehmu."
Su-to Yan menyedot napasnya dalam-dalam dia harus lebih
berhati-hati lagi, Bila ia menghadapi Pek Ie Kaucu Bong Bong Cu
dan Pek Tong Hie sekalian dengan kekerasan, dengan ilmu
pedangnya ia masih bisa membikin perlawanan.
Lain lagi bila berhadapan dengan partay Biarawati Jaya, ia harus
melawan dengan kepintarannya, kini dia harus menghadapi Thio
Sek Bun, bukan dengan ilmu silat, juga bukan dengan siasat
kepintaran akal. Tapi harus disertai ketekunan iman.
Mendorong Ie Han Eng kearah Samping, Su-to Yan berkata.
"Pergi kau kesana, Berdiri dipinggiran." Ie Han Eng
menganggukkan kepala, melepaskan diri dari rangkulan Su-to Yan
dan berdiri disatu posisi yang agak baik.
Thio Sek Bun dan Su-to Yan sudah berhadapan.
"Ha, ha, ha...." Thio Sek Bun tertawa besar. "Akan kulihat,
bagaimanakah bisa lepas dari tanganku."
"Sreet..." Su-to Yan mengeluarkan pedang, Disaat ini Thio Sek
Bun sedang tertawa tangannya digapaikan, dan entah bagaimana
didalam tangan itu, sudah bertambah sebuah tongkat. Tongkat itu
agak aneh, ujungnya terdapat sebuah intan yang bercahaya, sangat
terang sekali, memancarkan sinarnya yang menyilaukan pandangan.
Sesudah mengalami ketegangan yang seperti itu haripun sudah
menjadi gelap, dan didalam keadaan gelap, sinar gilang gemilang,
sinar yang menyilaukan mata dan tongkat aneh Thio Sek Bun
semakin bercahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan menyabetkan pedangnya kearah Thio Sek Bun, tapi
tiba-tiba saja lenyaplah orang tersebut. Suara tertawa terdengar
sudah berada dibelakang Su-to Yan.
Cepat su-to Yan membalikkan badan, kini dia menghadapi laut,
Keadaan sudah menjadi gelap, Hanya terlihat putih intan permata
diatas tongkat aneh Thio Sek Bun.
Hati Su-to Yan dirasakan semakin tegang, debaran jantungnya
begitu keras sekali. Thio Sek Bun menudingkan tongkatnya. Dia mengeluarkan suara
bentakan keras: "Lihat." "Bluumm..." Ombak memecah, tinggi sekali, terjadi satu pusaran air yang
meletus, dan air ini berubah menjadi gunung, Diatas puncak gunung
air tersebut berdiri seorang, itulah Cin Bwee.
Hati Su-to Yan menjadi kaget, cepat-cepat ia menenangkan
peredaran darahnya, ia tahu, ini hanyalah sebuah khayalan, ilmu
sihir yang diciptakan oleh THo Sek Bun. ia harus bisa bersikap
tenang, Berusaha sedapat mungkin agar tidak terjebak kedalam
perangkap musuh. Dan betul saja, bayangan Cin Bwee itu pun sudah lenyap
kembali. Hanya terdengar alunan dan deburan ombak dipantai laut.
Agak sulit juga bertempur dengan seorang ahli sihir seperti Thio
Sek Bun, dikala Su-to Yan membuka mata, tidak berhasil
menemukan jejak kakek buntung itu.
Tiba-tiba dari jauh terdengar suara orang yang menyebut nama
budha, suara itu tidak asing bagi Su-to Yan, itulah suara sipadri
saleh Put-in Taysu. Kedatangan Put-in Taysu ditempat itu tentu sangat
menguntungkan Su-to Yan. Semua bayangan lenyap, Gununggunung air itupun lenyap. Dan semua tersirap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terpeta kembali wajah Thio Sek Bun, dan terpeta kembali tubuh
Thio Sek Bun, Tongkat ajaibnya sudah lenyap dari tangan si kakek
tukang tenung itu. "Hari ini aku tidak berhasil menekanmu lagi." berkata Thio Sek
Bun. Tubuhnya dibalikkan, dan berjalan pergi.
Su-to Yan menghembuskan napas lega, dia menengok
kesamping, Ie Han Eng masih berada disana, Gadis tersebut
memandang dirinya dengan penuh perhatian.
Su-to Yan menengok lagi kelain arah, dari sinilah datangnya
suara pujian nama Budha itu, tentunya Put-in Taysu segera akan
tiba. Betul Put-in Taysu tiba mendadak, muncul bagaikan bayangan
asap lewat, Disebelah Put-in taysu, juga terdapat lain orang, inilah
seorang wanita, dia guru Cin Bwee yang bernama Cia Ciu Nio.
Munculnya Put in taysu dan Cia Ciu Nio begitu mengherankan
sekali, pertama-tama, melepas asap kecil, semakin lama semakin
banyak dan baru berpeta bayangan Put in taysu dan bayangan Cia
Ciu Nio. Sayang, Su-to Yan terlalu meremehkan ilmu sihir Thio Sek Bun.
Dan dia percaya bahwa bayangan kedua orang ini adalah tokoh
silat, yang betul-betul terjadi, tokoh silat yang hendak menolong
dirinya. Su-to Yan menghampiri mereka dan memberi hormat:
"Supek, sukow?"
Put in taysu tertawa-tawa, dia diam. Cia Ciu Nio mengeluarkan
suara dengusan dari hidung, dengan sikap yang tidak puas ia
berkata: "Mengapa kau tidak datang kegunung Kun-lun, menjenguk Cin
Bwee ?" Su-to Yan menundukkan kepala, ia telah mempunyai seorang
istri, itulah Ie Han Eng. Bagaimana bisa memperistri Cin Bwee lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
inilah yang menyulitkan dirinya. Karena itu dia tidak berani
kegunung Kun-lun, dia tidak berani menemui Cin Bwee.
Put-in Taysu berkata: "Mengapa kau bisa berada ditempat ini?"
Su-to Yan menundukkan kepala ia berkata perlahan:
"Kami hendak berlayar ke pulau Tong-hay."
Wajah Cia Ciu Nio berobah, segera dia membentak:
"Orang yang sudah lupa diri, tidak tahukah kau, betapa sengsara
Cin Bwee yang menunggu kehadiranmu" Mengapa kau tidak pergi
ke gunung Kun-lun" Cin Bwee tidak bisa makan, tidak mau makan,
ia sangat kurus sekali, kukira tidak lama lagi, bila tidak mendapat
perhatianmu dia bisa mati."
Su-to Yan menundukkan kepala semakin rendah, apa yang bisa
diperbuat olehnya" Cia Ciu Nio masih mengeluarkan suara bentakkan:
"Su-to Yan,kan tega membiarkan Ciu Bwee mereres makan hati"
Pikirlah baik-baik.!"
Su-to Yan, semakin bimbang, bagaimana dia harus mengatasi
keadaan ini" Dia berpikir dan terus berpikir.
Mendadak, terdengar suara pekikannya seseorang, Su-to Yan
tersentak kaget, ia sadar dari lamunannya, dan sebelum ini, terasa
air yang merendam kaki, merendam lutut dan akhirnya merendam
perut. Dikala dia membuka kedua matanya bayangan Put in taysu dan
bayangan Cia Ciu Nio itupun sudah lenyap, Ternyata kejadian tadi
hanya berupa hayalan belaka.
Didalam keadaan tidak sadar, Su-to Yan sudah hampir bunuh
diri, dia terjun kedalam laut, beruntung tidak sampai tenggelam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cepat-cepat Su-to Yan berjumpalitan dan ia merayap naik lagi,
Meninggalkan air laut yang hendak menelan dirinya.
Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat. Suara teriakan dan bentakan itulah membangunkan Su-to
Yan.. Su to Yan memandang kearah datangnya suara, disana terdapat
dua orang yang bergumul keras, cepat ia melesatkan diri, itulah
sikakek buntung Thio Sek Ban, dia sudah terjatuh melompat lagi
hendak melarikan diri, jatuh lagi, berlari lagi dan jatuh lagi, demikian
seterusnya sehingga sikakek tukang tenung lenyap dari pandangan
mata. Lawan dari Thio Sek Bun tidak asing, ialah Seng mo Leng Kho
Tiok. Seng-mo Leng Kho Tiok tidak menderita luka, ia duduk bersila
dan mengatur jalan pernapasannya.
Kejadian ini mengejutkan Su-to Yan, cepat cepat dia lari
menghampiri tokoh silat tersebut. Dikala dekat dengan Seng mo
Leng Kho Tiok, jago itupun membuka kedua matanya.
"Su-to Yan," berkata Seng mo Leng Kho Tiok perlahan,
"Bagaimana keadaanmu ?"
"Lagi-lagi kau yang memberikan pertolongan" berkata Su-to Yan
penuh rasa terima kasih. "Imanmu masih kurang kuat." berkata Seng mo Leng Kho Tiok.
Lalu ia bangkit bangun berdiri, waktu itu keadaan kondisi badannya
sangat lemah, ia telah menjalankan pertarungannya yang sangat
serius, tidak mudah untuk mengusir Thio Sek Bun.
Su-to Yan menerima kritik tersebut, jiwanya memang agak
lemah, telah mudah ditipu dan diakali oleh Thio Sek Bun, ilmu sihir
Thio Sek Bun hanya berhasil kepada mereka yang beriman lemah,
tapi tidak mungkin berhasil kepada mereka yang beriman kuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan beriman lemah, maka dia mudah terjerembab kedalam
perangkapnya tapi Seng-mo Leng Kho Tiok juga cukup kuat, hingga
tidak mempan oleh ilmu sihirnya.
Disaat Su-to Yan menderita sihiran-sihiran Thio Sek Bun, Ie Han
Eng memandang dengan penuh rasa bingung, bagaimana pemuda
itu berkali-kali berlompatan disana sini, tanpa keruan
juntrungannya, inilah membingungkan dia dan disaat itu muncul
Seng mo Leng Kho Tiok, langsung menempur Thio Sek Bun, terjadi
pertempuran yang sengit, perhatian Ie Han Eng tertarik kearah
pertempuran itu, dan Su-to Yan lompat terjun kedasar laut, hampir
saja dia bunuh diri. Semua kejadian-kejadian itu sudah berlalu, kini pertempuranpun
sudah selesai, Ie Han Eng maju menghampiri Seng mo Leng Kho
Tiok dan Su-to Yan. Su-to Yan berkata kepada sigadis: "Inilah Seng mo Leng Kho Tiok
cianpwe lekas ucapkan terima kasih kepadanya."
Ie Han Eng memberi hormat dan mengucapkan terima kasih atas
pertolongan Seng-mo Leng Kho Tiok,
Seng mo Leng Kho Tiok menganggukkan kepala, memandang Ie
Han Eng beberapa waktu dan berkata:
"Cukup cantik, memang cantik." Menoleh kearah Su-to Yan dan
mengajukan pertanyaan: "Dimana saja kau, selama beberapa hari ini."
Su-to Yan berkata: "Kami diganggu oleh sesuatu golongan yang menamakan dirinya
sebagai partai Biarawati Jaya, maka itu perjalanan kita ke Tong hay
terganggu." "Oh..." Seng mo Leng Kho Tiok menganggukkan kepala.
Su-to Yan berkata: "Dan bagaimana keadaan cianpwee?"
Seng mo Leng Kho Tiok berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Selalu aku mengikuti dirimu, Tapi entah bagaimana, secara tibatiba saja, aku kehilangan jejakmu, Menyerap nyerap kabar beberapa
waktu, tidak berhasil, dan terakhir aku mencium jejakmu yang
menuju ke tempat ini, Maka aku menyusul."
Su-to Yan tertawa, diceritakan pertarungan-pertarungan
kepintarannya dengan golongan Biarawati Jaya, dan bagaimana
akhirnya mereka bisa berada ditempat ini.
Tiba-tiba, napas Seng mo Leng Kho Tiok memburu cepat, ia
mengatupkan mata dan membenarkan peredaran jalan darahnya.
Su-to Yan terkejut, cepat-cepat ia bertanya:
"Cianpwee mengapa ?"
Seng-mo Leng Kho Tiok bergoyang kepala, dia berkata perlahan,
suaranya sangat lemah: "Aku menderita luka, Luka sangat berat."
"Cianpwe istirahatlah !"
Dan betul-betul Seng mo Leng Kho Tiok menyusun kembali
peredaran jalan darahnya yang sudah kacau itu.
Pertempurannya dengan Thio Sek Bun cukup lama, sehingga
banyak makan tenaga. Malam itu bisa dilewatkan dengan aman, sehingga sampai hari
kedua. Menyaksikan munculnya matahari pagi dipinggir laut adalah
suatu kehidupan yang sangat menarik hati, pertama-tama wajah
dunia memerah seperti api, dunia seperti marah, dan dari sana
menongollah sebuah kepala yang perlahan-lahan menggelusur
keatas, itulah sang batara surya.
Su-to Yan, Ie Han Eng dan Seng-mo Leng Kho Tiok sudah
bangun, mereka bisa turut menyaksikan keindahan alam tersebut.
Mendadak Su to Yan berteriak kaget, dia memandang jauh
kelangit yang biru, disana terdapat satu bintik hitam, semakin lama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
semakin besar dan akhirnya tiba diatas kepala mereka, itulah
burung rajawali dari Tong-hay yang besar.
Su-to Yan mengeluarkan suara kaget, karena dia bisa mengenali
itulah burung tunggangan ibu angkatnya Khong Bung. Karena itu
cepat-cepat dia berkata: "Lekas menyembunyikan diri."
Tapi kedatangan burung itu cepat sekali, dari atas sudah
meluncur satu bayangan, inilah Khong Bun, secepat itu pula dia
sudah berada didepan ketiga orang dan mengeluarkan suara
bentakan: "Tidak perlu sembunyi lagi."
Memandang kearah Su to Yan, Khong Bun membentak keras:
"Hei, mengapa kau tidak memberi hormat atas kedatangan ibu
angkatmu" Mengapa kau hendak menyembunyikan diri?"
"Huh," Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung, "Siapa yang
menjadi ibu angkatku?"
"Kurang ajar," Khong Bun membentak keras. "Anak durhaka, kau
mengangkat Sam-kie Ju-Su In Hong sebagai ayah angkat, aku
adalah istri dari Sam-kie Ju-su In Hong, Mengapa tidak mengakui
ibu?" "Ha.ha..." Su-to Yan tertawa, "Betul ! Sam-kie Ju-Su In Hong
adalah ayah angkatku, tapi suatu kenyataan tidak dapat disangkal
bahwa kau adalah istri yang meracuni ayah angkatku" Siapa yang
memberi racun Cek-sin-co kepada ayah angkatku?"
Wajah wanita berbaju hijau itu berubah, ternyata rahasianya
sudah terbongkar. "Seperti inikah kelakuan seorang istri?" bentak Su-to Yan gagah.
"Tutup mulut," berkata Khong Bun, "Kedatanganku kemari adalah
untuk meminta kembali kitab ilmu silat peninggalan pamanku ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sebelum Sam-kie Ju-su In Hong meninggal dunia, ia pernah
bercerita tentang adanya kitab wasiat peninggalan Kie Tojin. Tapi
kitab tersebut tidak diserahkan kepada Su-to Yan, Karena itu Su-to
Yan tidak tahu. Dimisalkan Su-to Yan tahu, juga ia tidak mau menyerahkan
kepada Khong Bun yang jahat.
"Dimana adanya kitab ilmu pedang tersebut?" berkata Su-to Yan.
"Tentu berada padamu."
"Tidak." "Aku tidak percaya."
"Terserah, Kie Tojin adalah pamanmu sendiri, mengapa dia tidak
menyerahkan kitab ilmu silatnya kepada keponakan, tetapi kepada
lain orang?" Mendapat pertanyaan yang seperti ini, Khong Bun kalah berdebat
Tentu saja, ia tidak bisa menjawab, ia tidak bisa memberi alasan
yang cukup untuk mengatakan, mengapa sang paman tidak
menyerahkan kitab silat itu kepadanya, tapi menyerahkan kepada
orang luar, Sam-kie Ju-su In Hong itu sudah diterima sebagai murid,
tokh hubungannya tidak begitu rapat, seharusnya ia menyerahkan
kepada sang kemenakan, bilamana Khong Bun mempunyai hati
yang cukup baik. "Su-to Yan," bentak Khong Bun. "Tidak mau kau menyerahkan
kitab peninggalan itu?"
"Sudah kukatakan kitab tersebut tidak berada padaku."
"Baik, Kukira kau tidak mau bicara sebelum aku melakukan
kekerasan." Sampai disini, Seng-mo Leng Kho Tiok juga turut bicara:
"Hemm menggunakan kekerasan" Baik.. kami akan melawanmu."
Menengok ke arah jago tersebut, Khong Bun tertawa berkakakan,
ia berkata. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hendak menempur aku" kalian bertiga belum merupakan
tandingan." "Tapi kami tidak bisa menerima hinaan." jawab Su to Yan.
Khong Bun adalah salah satu dari jago Tong hay, ilmu
kepandaiannya hanya setingkat dibawah Sam-kie Ju-Su In Hong.
Karena itu, ia mempunyai kekuatan untuk mengalahkan tiga
kekuatan dihadapannya. Kini dia berkata:
"Aku tidak akan menghina kalian, Begini sajalah kuatur. Aku
membiarkan si Biru menukik kelangit sehingga tiga kali, dan bila
mana sebelum dia terbang pulang pergi sampai tiga kali ini, kalian
bertiga bisa melarikan diri, aku tidak akan mengganggu lagi, Tapi
bila mana kalian bertiga tidak melarikan diri, satu persatu akan mati
ditanganku." Sibiru adalah nama barang rajawali sakti dari Tong hay itu.
Inilah kata-kata yang terkebur sekali, dimisalkan Seng-mo Leng
Kho tiok dan Su-to Yan tidak berada dalam keadaan luka, tentu saja
mereka bisa menempurnya dengan bebas, tidak perlu melarikan diri,
tidak mungkin Khong Bun bisa membikin pengejaran.
Tapi keadaan lain, Su-to Yan terluka, Seng-mo Leng Kho Tiok
juga belum sembuh betul, Ie Han Eng tidak berkepandaian silat,
mana mungkin mereka bisa melarikan diri"
Tidak seorangpun dari mereka yang memberi jawaban.
Khong Bun berkata lagi: "Bagaimana" Kukira kalian tentunya tidak puas, boleh saja kalian
mengundang jago undangan, siapapun boleh. Aku memberi
kesempatan waktu sibiru menukik keatas pulang pergi tiga kali, dan
aku berpeluk tenang tetap ditempat ini, membiarkan kalian pergi
lari, atau membiarkan kalian mengundang datang jago lain."
Khong Bun terlalu percaya akan kecepatan terbang burung
rajawali saktinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok masih berpikir pikir,
mungkinkah mereka bisa menghindari kejaran Khong Bun"
Mengingat adanya burung rajawali sakti yang hebat itu" Mereka
diam, Tidak bicara. Khong Bun segera melaksanakan apa yang sudah dikatakan tadi,


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia mengulurkan tangan dan memberi perintah kepada Sang
rajawali sakti terbang keatas.
Rajawali sakti dari Tong-hay itu sangat indah, juga mengerti
tanda aba-aba yang diberikan kepadanya...wing...ia terbang
langsung ke-langit yang tinggi.
Semakin lama, bayangan burung rajawali itu sangat kecil, dan
akhirnya menjadi satu titik hitam yang jauh diujung angkasa.
Hingga sampai batas diujung langit itu, dia menukik kembali dan
turun kearah permukaan tanah.
Seng-mo Leng Kho Tiok menowel tangan Su-to Yan dan berkata:
"Lekas lari" Apa lagi yang ditunggu?" Maka ketiga orang itupun
lari, Ie Han Eng tidak berkepandaian silat, dengan sekali saup, Su-to
Yan merangkul tubuh gadis tersebut dan dibawanya lari.
Merendengi dirinya adalah Seng-mo Leng Kho Tiok.
Jago wanita dari daerah Tong-hay Khong Bun tertawa dingin,
dibiarkan saja ketiga orang muda itu melarikan diri. Dia
menyaksikan dari jarak jauh, sampai dimanakah mereka bisa
melepaskan diri dari kekangannya"
Su-to Yan bertiga sudah mencapai puluhan tombak.
Tapi, rajawali dari Tong-hay itu gesit sekali, dia sudah mematok
tanah, berbangkit kembali dan sudah menjadi titik yang kedua
kalinya, menerjang awan tinggi dan lenyap diawang-awang.
Wanita berbaju hijau Khong Bun mengeluarkan tertawa dingin.
Siburung sudah menukik kembali, mematok tanah yang kedua
kalinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Disaat ini Su-to Yan menengok kebelakang, menyaksikan gerakan
sang burung, hatinya tergerak itulah salah satu jurus yang terdapat
di dalam sari ilmu pedang Maya Nada !
Akh, Pemuda kita mengeluarkan teriakan tertahan.
Rajawali Sakti sudah menerjang awan, inilah terjangan yang
ketiga kali. Benak pikiran Su-to Yan berkilat cepat, ternyata, ilmu pedang
Maya Nada adalah sari-sari dari satu macam ilmu silat peninggalan
jaman purbakala, Kunci set berada didalam, Bagaimana
merangkaikan ilmu-ilmu yang tidak sama itu, bagaimana
menyambung gerakan dari ilmu yang tidak mempunyai hubungan
itu. Beginikah tidak ada hubungan sama sekali" Betulkah tidak ada
rangkaian yang menjadi satukan ilmu-silat itu "
Secara tidak disengaja, Su-to Yan menemukan kunci set tersebut,
gerakan si Biru dari Tongthay itu mengilhamkan dirinya, bagaimana
harus merangkaikan ilmu silat yang tidak sama.
Ternyata, semua ilmu silat itu ditujukan untuk menyerang orang,
menjaga diri sedikit banyak tentu terdapat persamaan "
Bakat2 orang tidak sama, kesukaan orang pun tidak sama,
karena itu terjadi perbedaan dari aliran-aliran tokoh silat.
Sepuluh macam ilmu silat peninggalan purbakala tidak terkecuali
perbedaannya, ilmu-ilmu telah diyakinkan oleh seseorang
Ilmu pedang Maya Nada Sudah diberi kombinasi yang lebih
sempurna juga terdiri dari satu aliran.
Sedikit banyak, masih ada keselarasan.
Dari gerakan lukisan burung rajawali Sakti Tong-hay, Su-to Yan
mendapat ilham, ia berhasil menemukan kunci Set, bagaimana
harus mengkombinasikan ilmu-ilmu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Satu persatu, semua gerakan dari sepuluh macam ilmu
peninggalan jaman purbakala memain dihadapannya.
Su-to Yan berusaha menyatukan ilmu ini. Bukan ilmu biasa,
dalam waktu yang singkat mana mungkin bisa berhasil cepat "
Kejadian ini membingungkan Seng-mo Leng Kho Tiok, segera
membentak: "Hei, apa yang kau pikirkan ?"
Su to Yan tersentak bangun dari lamunan nya, ia menengok lagi
keatas, disana sudah tiada jejak burung rajawali sakti itu, sang
burung sudah menukik lagi, sedang menutuk tanah.
Inilah gerakan ketiga kalinya.
Menoleh kearah samping, dimana terdapat sebuah gua batu,
sangat kecil tapi cukup kiranya untuk menyembunyikan tiga orang.
Su-to Yan melesatkan diri, masuk ke dalam goa tersebut.
Seng-mo Leng Kho Tiok juga membayangi Su to Yan. ia
menguatirkan keselamatan Su-to Yan dan Ie Han Eng.
Bagaimana ketiga orang itu mengelakkan bahaya ancaman
Khong Bun " Dibawah ancaman Khong Bun. mau tidak mau, Su-to Yan, Ie Han
Eng dan Seng-mo Leng Kho Tiok bertiga harus melarikan diri.
Mereka mempertahankan diri memasuki sebuah goa yang sangat
kecil. Rajawali sakti dari Tong hay sudah berhasil pulang pergi tiga rit,
kini ia terjun kembali dan mematuk tanah.
Khong Bun sangat percaya kepada kecepatan Sang burung
piaraannya, maka ia berjanji, sebelum burung rajawalinya dapat
menukik sehingga tiga kali, ia tidak akan turun tangan, dan
membiarkan Su-to Yan bertiga melarikan diri atau mengundang jago
lainnya, membela Su-to Yan dan menempurnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kegesitan Rajawali Sakti dari Tong-hay betul-betul tidak
mengecewakan disaat itu dia sudah berhasil menempuh batasan
yang ditentukan. Khong Bun melejitkan kakinya, menyusul kearah Su to Yan
bertiga ini waktu, Su-to Yan bertiga sudah lenyap dibalik goa, tapi
goa itu terlalu kecil, tidak berguna sama sekali.
Didepan goa tersebut Khong Bun berteriak:
"Su-to Yan, apa guna kau menyembunyikan diri didalam goa ini?"
Seng-mo Leng Kho Tiok mengucurkan keringat dingin, menengok
kearah Su-to Yan. Si pemuda acuh tak acuh. Seolah-olah tidak
mendengarkan kata kata Khong Bun.
Diluar goa masih terdengar suara Khong Bun, jago wanita dari
daerah Tong Hay ini segera melengkingkan suaranya:
"Su-to Yan, mungkinkah hendak memaksa aku menyeret kalian
keluar?" Ie Han Eng menggoyang goyangkan Su-to Yan, dengan maksud
agar sipemuda bisa memberikan jawaban.
Seng-mo Leng Kho Tiok bisa memahami, apa yang sedang
dipikirkan oleh Su-to Yan, karena itu ia segera memberi isyarat, Ie
Han Eng tidak mengganggu ketenangan sipemuda.
Seperti apa yang kita ketahui, Su-to Yan sudah merangkaikan
sepuluh macam ilmu-ilmu peninggalan jaman purbakala, dengan
intisari ilmu pedang Maya Nada, disatukannya dan dirangkaikannya
semua ilmu-ilmu itu. Maka ia menekunkan diri memisahkan keadaan
dengan dunia luar. Khong Bun diluar goa hilang sabar, berteriak-teriak berkali-kali
tanpa ada hasilnya, ia mulai menampilkan diri, hendak memasuki
goa. melongokkan kepalanya kedalam.
Dikala kepala jago wanita dari Tong-hay itu menampilkan diri,
Seng-mo Leng Kho Tiok mengayun tangan, disana telah bertambah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sebuah kipas, dengan kipas ini dia menotok ke-arah hidung Khong
Bun. Semua persiapan tempur telah disiapkan, Khong Bun bukan
seorang yang sangat lemah, ia berani berlaku nekad karena
mengunggulkan ilmu kepandaiannya yang cukup tinggi, melihat
datangnya serangan kipas Seng-mo Leng Kho Tiok, dengan
menggunakan tiga jari menangkap ujung kipas itu.
Gerakkan Seng-mo Leng Kho Tiok lebih cepat, tapi gerakkan
Khong Bun lebih cepat lagi, Sebelum Seng-mo Leng Kho Tiok
berhasil merobah cara, atau menarik kembali kipasnya, ujung kipas
itu telah berhasil ditekan oleh tiga jari Khong Bun, dan secepat itu
pula, kipas ditangannya berhasil direbut oleh jago Tong-hay itu.
Seng-mo Leng Kho menyerang tiga kali. Tiok dipaksa menggunakan tangan, Tiga kali pula Khong Bun menerima serangan serangan itu.
Wajah Seng-mo Leng Kho Tiok menjadi pucat, cepat-cepat ia
mundurkan diri, memasuki goa lagi. Sayang, sekali goa itu telah
terlalu sempit, tidak bisa mundur kebelakang jauh, ia terjepit
diujung tembok. Khong Bun merasa terhina, bila mana ia sampai harus menerjang
orang memasuki goa yang seperti tikus, ia tidak mendesak lagi, dan
mengundurkan diri, menantikan ketiga mangsanya dimulut goa.
Kejadian ini melegakan hati Seng mo Leng Kho Thiok, Untuk
sementara mereka bisa terhindar dari bahaya.
Terdengar suara Khong Bun diluar goa: "Seng mo Leng Kho Tiok,
berani kau bertempur diluar goa ?"
Seng mo Leng kho Tiok malu untuk mengucapkan tidak berani,
seharusnya ia menerima tantangan itu. Tapi keadaannya akan lebih
buruk lagi, pasti ia akan celaka, besar juga kemungkinannya, mati
ditangan si jago wanita Tong-hay itu. Walau jiwanya tertekan, walau
mereka terhina, apa boleh buat, Seng mo Leng Kho Tiok
mengumpat didalam goa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sekali lagi Khong Bun bertindak memasuki goa itu.
Seng-mo Leng Kho Tiok, tidak menjadi lengah karena mundurnya
Khong Bun, ia lebih mengenal baik seluk beluk keadaan manusia,
mengundurkan diri, bila hendak mencapai kesuksesan.
Seng mo Leng Kho Tiok tidak berani berpikir ketempat lain,
benak otaknya dipusatkan bagaimana harus menghadapi Khong
Bun. Disaat bayangan Khong Bun terpeta untuk kedua kalinya, dengan
mengerahkan penuh semua tenaga yang ada, Seng-mo Leng-kho
Thiok mendorong kedua tangannya keluar goa, hendak memukul
sijago wanita dari Tong-hay.
Khong Bun juga pandai bersiasat, ia selalu siap sedia, bukan
masuk sembarang masuk, dikala tangan Seng-mo Leng kho-thiok
dijulurkan ke-depan, Khong Bun menjadi girang, inilah yang
dikehendaki olehnya. Dengan melentikkan sepasang alis, ia
memapaki datangnya serangan itu.
Berbeda dengan serangan Seng-mo Leng Kho-thiok yang bersifat
keras, juluran tangan Khong Bun sangat perlahan sekali, tenaga itu
terlalu lunak. Hal ini menggirangkan Seng mo Leng kho thiok, dalam hati ia
berpikir: "Sungguh kebetulan, Apa yang kau bisa lakukan atas tenaga
penuhmu ini ?" Seng-mo Leng-Kho Tiok memperkeras
mempercepat gerakan pukulan tadi.
tenaganya, dan Disaat itu, telapak tangan keduanya membentur menjadi satu,
tiba-tiba saja wajah Seng-mo Leng kho-thiok menjadi berobah
sepasang telapak tangannya lengket ditempat tangan tidak ada
hasilnya seperti memukul karet busa atau kapas yang empuk,
terpendam begitu saja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Seng-mo Leng-kho-thiok lebih terkejut lagi, manakala dan tangan
Khong Bun terdapat bawa sedotan yang sangat besar, kini ia
terhisap ke-luar, posisinya bergoyang.
Disini letak kepintaran Khong Bun, untuk memukul secara keras
sangat mudah, bisa saja tapi akibatnya lain lagi, dari pada
melakukan tenaga keras lawan keras, ia menggunakan sedikit tipu
muslihat, menyedot sehingga Seng-mo Leng Kho Thiok
meninggalkan goa persembunyian. Seng mo Leng kho Thiok
berusaha mempertahankan kuda-kudanya, sepasang kaki ditancap
keras. Tapi tidak berhasil, sedotan Khong Bun itu terlalu hebat,
tubuhnya mencelat, meninggalkan tempat semula sehingga keluar
dari dalam goa. Didalam waktu yang bersamaan, Su-to Yan sudah berhasil
meyakinkan dan merangkaikan ilmu ilmu yang sudah dipelajari
olehnya, ia membuka sepasang mata, dan kini ia kehilangan jejak
Seng mo Leng Kho Thiok, disitu hanya Ie Han Eng. Sigadis menjerit
kaget, karena tersedotnya Seng mo Leng kho thiok keluar goa.
Bayangan sepasang kaki Seng mo Leng kho Thiok yang tersedot
keluar dari goa tempat itu masih terpeta.
Tidak ada kesempatan banyak untuk Su-to Yan berpikir tangan
kanannya mengeluarkan pedang, dengan tangan kiri ia mengempit
pinggang Ie Han Eng, pedang diputarkan demikian rupa, dengan
desiran yang luar biasa, memapas semua dinding-dinding goa
tersebut dan tubuhnya melejit keluar.
Terdengar suara reruntuhan batu yang saling susul, goa dimana
yang menjadi tempat sembunyi sementara Su-to Yan sekalian itu
lelah lenyap begitu saja, beratap langit, itulah akibat dari serangan
pedang Su-to Yan tadi. -ooo0dw0oo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Jilid 19 SU-TO YAN sudah menyusul keluar, sinar matanya masih bisa
melihat, bagaimana Seng-mo Leng Kho Tiok terdesak terus
menerus, sehingga sampai dibawah sebuah pohon yang sangat
besar, numprah duduk dengan menderita luka hebat.
Cepat-cepat Su-to Yan melepaskan tubuh Ie Han Eng, sepasang
kakinya meluncur kearah Khong Bun.
Disaat itu, Khong Bun baru saja berhasil menyedot Seng-mo
Leng Kho Tiok, dan hawa sedotan itu diubah menjadi satu tekanan
mendesak dan terus mendesak.
Disaat baru saja ia berhasil, terasa sesuatu ancaman dari pihak
lawan, itulah ancaman dari pihak Su-to Yan.
Kaki kanannya digeser, dan tubuhnyapun berputar, ia harus
cepat menghadapi Su-to Yan, apalagi mengingat bahwa keadaan
Su-to Yan itu berada dalam keadaan luka, mana mungkin bisa
menandingi dirinya "
Hawa pedang yang dingin dari serangan Su-to Yan membawa
desiran-desiran mengancam kearah Khong Bun.
Tenaga kekuatan Khong Bun meluncur dan membentur kekuatan
itu. Terdengar suatu pusaran gemuruh yang luar biasa, Su-to Yan
dan Khong Bun terpisah tanpa beradu terlebih dahulu, tenagatenaga mereka telah mementalkan balik tubuh kedua orang itu.
Su-to Yan berdiri dengan mata beringas. Khong Bun terpaku
dengan rambut kusut awut-awutan, sungguh di luar dugaan, tenaga
Su-to Yan saat itu terlalu cepat, betul-betul berada diluar
dugaannya. Terdengar lagi geraman Su-to Yan, pedangnya diluruskan,
bersama-sama dengan tubuhnya melayang kearah Khong Bun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Khong Bun adalah jago wanita dari Tong hay yang terkenal, ia
menggerakkan tangan dengan hanya mengeraskan kekuatan
memukul pedang Su-to Yan,


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar suara jeritan kaget, Khong Bun terpelanting, hampir
terjatuh rubuh ditempat itu, bila tidak cepat-cepat memperbaiki
posisi kedudukkannya, Tokh ia sudah terluka.
Dengan ilmu Pedang Maya Nada yang disertai dengan perobahan
sepuluh macam ilmu Peninggalan jaman purbakala, Su-to Yan
mengalahkan Khong Bun. Dengan pedang ditangan, Su-to Yan memandang dengan sinar
matanya, tapi ia tidak membunuh wanita itu, biar bagaimana Khong
Bun adalah ibu angkatnya.
Sang ayah angkat Su In Sing tahu, bagaimana Khong Bun
meracuninya, tokh Su In Seng tidak membunuh istri jahat itu.
Terlebih Su-to Yan, apa yang sang ayah angkat tidak mau lakukan,
tentu tidak mau dilakukan pula olehnya, Dibiarkannya saja Khong
Bun berdiri dengan keadaan lesu.
Khong Bun menggapaikan tangan, si Biru meluncur datang.
Dengan langkah yang berat, dengan hati gundah gulana, Khong
Bun lompat naik keatas burung tunggangan itu meluncur balik
kearah pulau Tong-hay. Su-to Yan mendapat hasil yang sangat gemilang, itu waktu,
Seng-mo Leng Kho Tiok sudah tidak bisa mempertahankan diri lagi,
lukanya terlalu hebat, sesudah menyaksikan bagaimana Su-to Yan
bisa mengusir Khong Bun, saking girangnya, ia jatuh menggeleser.
Terdengar jeritan lengkingan panjang Ie Han Eng.
Su-to Yan berpaling, dan rasa terkejutnya tidak kepalang, ia
melejit cepat-cepat menghampiri Seng mo Leng Kho Tiok.
"Toako, kau mengapa?"
Dengan berat, Seng-mo Leng Kho Tiok membuka matanya,
napasnya sudah memburu, ia berkata lemah:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku sudah tidak berguna, Aku memohon kepadamu, agar dapat
ditolong menyempurnakan diriku."
"Tidak," berteriak Su-to Yan," Kau tidak boleh mati."
"Takdir tidak bisa ditawar." berkata Seng mo Leng Kho Tiok
lemah, "Kekuatan Khong Bun bukan kekuatan biasa, tidak ada
seorang yang bisa menerima serangannya, Kecuali kau! Aku
bangga, jika bisa berkawan dengan seorang jago muda yang seperti
dirimu, tidak kusangka kemajuan ilmu silatmu sungguh berada
diluar dugaan." Su-to Yan juga seorang ahli silat, dengan sepintas lalu, ia
mengetahui, betapa beratnya luka yang diderita oleh Seng mo Leng
Kho Tiok, tidak mungkin dapat memberi pertolongan.
Seng-mo Leng Kho Tiok masih berkata: "Tahukah kau, bahwa
akupun bukan seorang baik. Tapi mengapa selalu membela dirimu"
itulah takdir, aku bertaruh kepada orang. Dan akhirnya aku bisa
memenangkan pertarungan itu."
Su-to Yan tertegun, ia tidak mengerti maksud dari kata-kata
Seng-mo Leng Ko Tiok tadi.
Seng-mo Leng Ko Tiok menyengir, ia berkata lagi:
"Ingat kepada lawanku Si hitam Su-mo Min Kho Siong" Aku
bertaruh kepadanya, aku memegang dirimu bahwa kau bisa
memenangkan keroyokan-keroyokan banyak orang, tapi Su-mo Min
Kho Siong tidak percaya. Dikatakan olehnya bahwa kau pasti kalah
lambat atau cepat kau pasti kalah. Aku membantah! Tidak mungkin!
Su-to Yan tidak mungkin kalah. Demikian-berulang kali aku
menolong kesulitan-kesulitanmu. Agar kau tidak kalah, Betul-betul
kau tidak mengecewakan jerih payahku. Kau sudah mengalahkan
Khong Bun. Maka kau bisa mengalahkan jago yang manapun juga,
Kau tidak mengecewakan diriku... Kau tidak mengecewakan
diriku..." Semakin lama, suara Seng-mo Leng Kho Tiok semakin lemah,
akhirnya kepala sijago tua menjadi teklok, dengan senyuman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dikulum, karena merasa sangat puas atas hasil gemilang yang
dicapai oleh Su-to Yan, Seng-mo Leng Kho Tiok menghembuskan
napasnya yang penghabisan.
Rokhnya sijago tua telah melayang, diiringi oleh suara ketawanya
yang sangat puas. Seng-mo Leng Kho Tiok menemukan kematiannya
membela seorang kawan. untuk Su-to Yan menetes air matanya, ia bersedih atas kerelaan hati
Seng-mo Leng Kho Tiok yang membela dirinya, ia bersedih karena
ia tidak berdaya menghindari maut yang mengancam kawan
tersebut. Ie Han Eng juga menangis, ia turut bersedih, seakan-akan
menangisi kepada orang tuanya sendiri.
Kiranya, walau mereka berkumpul tidak lama kelihatan, Kelihatan
Ie Han Eng sangat suka kepada Seng-mo Leng Kho Tiok, mereka
berdua begitu akrab, dan bila ia melepaskan cinta kasihnya kepada
Su-to Yan sebagai cinta kasih seorang bakal suami, ia mendapatkan
cinta kasihnya kepada Seng-mo Leng Kho Tiok, sebagai seorang
yang lebih tua seorang kawan yang sangat memperhatikan dirinya.
Kematian Seng-mo Leng Kho Tiok hanya untuk membela
kepentingan mereka, bagaimana ia tidak bersedih"
Untuk beberapa waktu, mereka mengucurkan air mata
kesedihan, mengenangkan jasa Seng-mo Leng Kho Thiok yang telah
dicurahkan ke pada umatnya.
"Adik Eng," akhirnya Su-to Yan yang membuka suara lebih
dahulu. "Sudahlah, jangan kau menangis lagi, Menangis terus
menerus akan memilukan hati sendiri. Seng-mo Leng Kho Tiok
toako terluka berat, dimisalkan ia tidak mati, juga sulit untuk
menyembuhkannya, suatu waktu malah bisa tersiksa."
Didalam hati Su-to Yan bertanya-tanya, siapakah mereka itu "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Diam-diam sipemuda merasa cemas, teringat akan dirinya yang
penuh godaan-godaan dunia, jago-jago rimba persilatan
mengeroyok dirinya karena sebuah kitab yang tiada arti.
Ie Han Eng memandang kearah Su-to Yan dan mengajukan
pertanyaan: "Engkoh Yan ada apa lagi ?"
"Lihat." berkata Su-to Yan sambil menudingkan jarinya kearah
perahu. "Mungkinkah musuh yang datang?" bertanya Ie Han Eng.
"Lebih banyak musuh, dari pada kawan." berkata Su-to Yan.
Su-to Yan sedang berpikir pikir, didalam tempat yang sangat
sunyi yang sepi seperti yang kini ia berdiri, mana mungkin ada
perahu yang berlabuh" Perahu itu meluncur cepat sekali, dan
datangnya kearahnya, tentu perahu yang mengandung maksud
buruk, Mungkinkah mencari kerewelan-kerewelan lagi "
Dikala Su-to Yan masih memikir-mikir, dari atas perahu telah
muncul seorang langsung, lompat turun dan menghampiri Su-to
Yan. Orang ini tidak terlalu asing, itulah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu.
Sesudah turunnya Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, tampil lagi
seorang, juga tidak asing, orang ini ialah Cit-su Hiat-kun.
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memperlihatkan senyumannya, ia
berkata lebar: "Betul-betul kau berada ditempat ini. Tidak mungkin kita
menubruk tempat kosong, Betul, Betul, tidak mungkin kita
menubruk tempat kosong."
Su-to Yan segera menduga kepada hasil buah ciptaan golongan
Biarawati Jaya, Hanya Biarawati jaya yang pandai menggunakan
siasat, hanya Biarawati jaya yang pandai memperalat orang,
memukul-mukul dengan tenaga orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bagaimana Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu dan Cit-su Hiat kun
tahu" Bahwa dirinya berada ditempat ini. Bilamana bukan berita itu
dari Biarawati Jaya" Pasti. tidak salah lagi, kedatangan Pek-ie Kaucu
Bong Bong Cu dan Cit-Su Hiat-kun terpancing oleh siasat Biarawati
Jaya. Disatu pihak, Pek-ie Kaucu dan Cit-su Hiat-kun, dilain pihak, Suto Yan dan Ie Han Eng, kedua belah pihak ini sudah berhadapan.
"Pek-ie Kaucu, apa maksudmu, selalu mencari urusan
denganku?" demikian Su-to Yan menegur dengan suara tidak
senang, Pek-ie Kaucu tertawa, katanya:
"Bah, apa perlu aku harus mengulang kata-kataku."
Su-to Yan betul-betul tidak mengerti. apa maksud tujuan Pek-ie
Kaucu Bong Bong Cu yang terus menerus mencari dirinya"
Mungkinkah bertujuan kitab ilmu pedang Maya Nada "
"Pek-ie Kaucu," berkata lagi Su-to Yan. "Beranikah kau menjawab
pertanyaanku secara terus terang ?"
"Apa yang hendak kau tanya akan. Lekas ucapkan."
"Pek-ie Kaucu. apakah sudah kau perhitungkan dengan hanya
mengandalkan tenaga kalian berdua dengan hanya didampingi oleh
Cit-su Hiat-kun, kau sudah pasti" Mempunyai pegangan kuat untuk
memenangkan diriku ?"
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu melengak, tidak menduga sama
sekali, bahwa Su-to Yan berani mengucapkan kata-kata begitu
temberang. Meskipun ia tahu kepandaian sianak muda cukup tinggi, tapi
belum tentu bisa menandingi keroyokannya ia dan Cit-Su Hiat-kun.
Dengan dalih apa, Su-to Yan mengucapkan kata-kata seperti tadi "
Cit-Su Hiat kun juga merasa mendongkol ia turut bicara:
"Bocah, jangan sombong! Dengan ilmu kepandaianmu ini, minta
dikeroyok oleh dua orang" Phui tidak tahu malu."
Pedang 3 Dimensi 5 Wiro Sableng 052 Guna Guna Tombak Api Pendekar Pendekar Negeri Tayli 5
^