Pencarian

Pedang Wucisan 7

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung Bagian 7


desingannya yang keras sekali.
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu mengerutkan alis, ilmu tipu yang
Su-to Yan perlihatkan didepan dirinya adalah ilmu tipu Tiga Belas
jari memainkan alat Pie-pa, kehebatannya sangat luar biasa, tentu
saja berhasil menekan biji catur tadi.
"Terima lagi serangan yang terakhir." berkata Pek ie Kauwcu
Bong Bong Cu dengan melempar seluruh biji catur yang ada
ditelapak tangannya. Terdengar desingan yang memekakkan telinga, dua belas biji
catur dengan satu garis yang sebaris, disertai dengan suara
dengungan hebat luar biasa mengarah Su-to Yan.
Su-to Yan melirik kearah datangnya serangan yang seperti itu,
tidak ada ubahnya sebagai sebatang pedang, dan dari dua belas biji
catur yang diarah kepada dirinya, masing-masing mengandung
kekuatan yang tidak sama, Bila ia salah menerima, pasti dia celaka.
Cepat dia menarik keluar pedangnya, dengan tangan kiri tetap
memainkan tipu Tiga Belas jari Memainkan Alat Pie-Pa, dengan
tangan kanan memainkan ilmu pedang Maya Nada, dia menghadapi
serangan-serangan biji catur Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.
"Ting, ting, ting, ting...." empat biji catur dijatuhkan olehnya,
delapan biji catur lainnya kini berpecah, dari atas tiga, dari kanan
dua dan dari kiri dua, meluruk kearah jago muda kita.
Tiga belas jari Memainkan alat Alat pie-pa bekerja keras, dengan
gesit dan lincah Su-to Yan berhasil menyampok dan menghindari
serangan-serangan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan alat alat permainan biji catur, Pek ie Kauwcu Bong Bong
Cu tidak berhasil menekan Su-to Yan, karena itu timbul niatan
jahatnya sepasang tangan didorongkan kedepan, dengan membawa
uap yang berwarna keputih-putihan didorong kearah Su-to Yan.
Su-to Yan sudah berhasil menghindari serangan-serangan biji-biji
catur, dan terdengar lagi suara serangan yang baru, karena itu dia
menyimpan pedang, dengan kedua tangannya, memapaki
datangnya serangan itu. Terdengar suara yang seperti guntur membelah bumi, dan
masing-masing terdorong mundur.
Seng-mo Leng Go Tiok turut menyaksikan kejadian-kejadian tadi,
hatinya menjadi berdebar-debar, apa lagi melihat ilmu Pek-ie Sin
kang yang Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu perlihatkan, itulah ilmu
hebat dari jaman purbakala, ilmu yang belum pernah menemukan
tandingannya. Dan akibat daripada benturan tadi, masing masing terpisah lagi,
rasa terkejutnya Seng-mo Leng Go Tiok lebih-lebih lagi, tidak
disangka, bahwa Su-to Yan dapat mengimbangi kekuatan seorang
jago yang sudah hidup selama seratus tahun.
Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu membuat satu lompatan katak,
langsung maju jauh kedepan, dan begitu cepat sekali, dia sudah
ditempat beberapa cun dari musuhnya tangan jago itu didorong,
dengan uap-uap putih yang sangat luar biasa itu, maksudnya
menjatuhkan jago muda kita.
Su-to Yan membalikkan tangan, maka didorongnya segera, dan
dua pasang tangan itu terbentur.
Sepasang tangan Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu yang
mengeluarkan uap putih ditahan oleh segumpalan uap hijau yang
perlahan-lahan semakin menebal, inilah ilmu kabut Hijau dari tenaga
Su-to Yan. Dari dua macam uap yang tidak sama itu semakin lama semakin
menebal, pertandingan terjadi begitu hebat sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kekuatan Su-to Yan perlahan-lahan mengendor, tapi dia
berusaha mempertahankan dirinya, sepasang telapak kaki dipantek
keras-keras, tanah yang terpijak olehnya tidak tahan, tertekan dan
amblas dua dim dan akhirnya memendam sampai tiga dim.
Dikala dua orang bertempur masing-masing memejamkan mata
mempertahankan tenaga sekuat mungkin, dan Pek ie Kauwcu Bong
Bong Cu dapat merasakan kekuatan yang pertama, kekuatan lawan
begitu lemah sekali, kini dia membuka mata, terlihat keadaan Su to
Yan yang mulai terdesak, kini ia memperlihat senyumannya ia puas
sekali. Uap putih semakin tebal, uap hijau menipis.
Leng Go Tiok juga seorang jago yang lihay, hanya sepintas lalu,
ia dapat mengetahui bahwa kedudukan Su-to Yan tidak
menguntungkan. Maka kaki Su-to Yan sudah berada dalam tanah, tidak kuat
membuat pertahanan. Senyuman diatas bibir Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu semakin
panjang. Tiba-tiba...terdengar satu suara tertawa yang bergelombang, dan
suara berdengung disekitar mereka.
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu terkejut, ia kaget sekali, karena itu
sisa tenaganya terlepas sebagian, kesempatan ini dipergunakan
baik-baik oleh Su-to Yan, ia menjatuhkan dirinya kebelakang,
demikian, gegernya hampir menyamai tanah, dan sret, tangan
kanannya mengeluarkan pedang, dengan satu gerak tipu Thian-sankiam-hoat dari Thian-san-pay, dia menyerang lawannya.
Disaat-saat Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu hampir berhasil
menjatuhkan Su-to Yan, datang apa suara itu sangat tidak
menguntungkan sekali, dan lengahlah dia, sehingga membuat
pemuda kita dapat mengeluarkan pedang tetapi dia tidak takut,
segera menggunakannya kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tangan kanan Su-to Yan berhasil memainkan ilmu pedang ThianSan-kiam hoat, dengan tangan kirinya membantu usaha melepaskan
diri itu. dan kini dia berdiri tegak lagi, kakinya tercabut dari keadaan
yang buruk, kini dia berada dalam posisi yang sangat
menguntungkan. Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu begitu hafal dengan ilmu pedang
Maya Nada, maka dia berhasil menekan Su-to Yan.
Ilmu pedang yang sipemuda gerakkan adalah ilmu pedang ThianSan-pay, dia bingung sekali, karena itu belum menemukan cara baik
untuk menundukkan jago muda kita.
Pertandingan berjalan seimbang
Sekali lagi Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu menggunakan Pek-ie
Sin-kang, uap-uap putih menebal keatas.
Su-to Yan memainkan ilmu pedang Thian-san-kiam-hoat, kadangkadang diselip juga ilmu pedang Maya Nada, maka tangan kirinya
membantu dengan tiga belas jari luar biasa, kadang-kadang
bercampur juga dengan iblis sakti bersilat dan melihat uap putih
yang tebal itu, dia tidak mau menekankan pertempuran semakin
lama, tubuhnya melejit kebelakang, mengundurkan diri, melewati
pohon dan membuat satu posisi baru lagi, yang letaknya jauh
dengan Pek-ie Kauw Cu Bong Bong Cu.
Disaat ini suara tertawa orang yang baru datang sudah sirap,
disana bertambah seorang tua, berbaju hitam dan berwajah hitam,
itulah Hoan-thiam Mo-kun Thiat Kiam Seng, orang yang menjadi
tandingan setimpal dari ketua lembah Cui-goat-kok, si Kiu han Sinkun Ko Ciu.
Wajah Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu berubah, dia meninggalkan
maksudnya yang hendak mengajar Su-to Yan, dia harus berhadapan
dengan jago hitam ini. "Tidak kusangka, saudara Hoan-thian Mo kun Thiat Kiam Seng
juga sudah tiba ditempat." sapanya tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Disebutnya nama Hoan-thian Mo-kun Thian Kiam Seng sangat
mengejutkan Su-to Yan, dia menoleh kebelakang, dan betul-betul
dia melihat tampilnya jago hitam tersebut.
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tertawa sebentar
memandang kearah Pek ie Kauw cu Bong Bong Cu, menoleh kepada
jago pedang kita Su-to Yan, dan kedatangan ini bermaksud mencari
padanya. Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu berkata lagi:
"Apa maksud kedatangan saudara Thiat Kiam Seng?"
"Kedatanganku ada hubungannya dengan pemuda ini," berkata
Hoan thian Mo-kun Thiat Kim Seng sambil membujuk Su-to Yan.
"Dia?" berkata Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.
"Betul Dikabarkan bahwa dia sudah meninggal dunia. Tapi entah
bagaimana, ada juga yang memberitahu kepadaku bahwa Su-to Yan
belum mati, karena hubunganku dengannya di lembah Cui-goat-kok,
aku hendak mengecek kebenaran dari berita-berita tersebut,
akhirnya aku berhasil juga."
"Hem...." Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu mengeluarkan suara dari
hidung, Keterangan saudara Thian Kiam Seng ini belum tentu
keterangan yang sejujurnya, mungkinkah ada sangkut pautnya
dengan kitab ilmu pedang Maya Nada?"
Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tertawa perlahan, dia tidak
menyangkal itulah maksud tujuan utamanya, demikian dia berkata.
"Urusan ilmu Pedang Maya Nada, kurang begitu penting, yang
hendak kuketahui jelas ialah, bagaimana hubungannya dengan tiga
jago dari pulau Tong-hay. itu betul-betul membuat aku mengerti."
"Lalu, urusannya bagaimana?" tanya Pek-ie Kauwcu Bong Bong
Cu, hatinya menjadi agak lega, karena mengetahui bahwa
kedatangan Thiat Kiam Seng tidak mengutamakan urusan kitab ilmu
Pedang. Hoat-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau tidak tahu urusannya, urusan dimulai dari lembah Cui-goat
kok, itu waktu ketika aku dengan Kiu-han Sin-mo Ko Cio bersenangsenang mengadu ilmu tenaga dalam, secara tiba-tiba saja dia
menyelak ditengah-tengah kami, maka kami menggunakan
tubuhnya sebagai transformator, apa mau dalam dirinya terdapat
tenaga mengeram pelekat dari daerah Tong-hay, sehingga tenagaku
dan tenaga Kiu-han Sin-mo Ko Cio tersedot terisap olehnya, Tidak
bisa di tarik kembali, melekat dan mengeram terus di dalam
tubuhnya, karena ini, aku datang untuk menagih kembali tenagaku
yang terisap itu." "Thiat Kiam Seng" tukas Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu tertawa
gelak-gelak. "Kau hendak menagih tenagamu yang sudah dihisap
olehnya, tapi kau belum berpikir tentang apa akibatnya, dia
mempunyai hubungan baik dengan tiga jago dari daerah Tong-hay,
mungkinkah mereka berpeluk tangan, bila salah seorang rekannya
yang terdekat dihina olehmu ?"
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu membakar dan memanasmanaskan hati orang.
Hoan-thian Mo-kun Thiat-kiam Seng berkata:
"Aku tidak takut !"
"Tentu saja kau tidak takut," berkata Pek ie Kauwcu Bong Bong
Cu. "Tapi, sudahkah terpikir olehmu, betapa pesat kemajuannya
bocah ini" Dia sudah memiliki ilmu pedang Maya Nada, kukira belum
tentu dapat ditandingi olehmu."
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng kaget, tetapi ia tidak
memperlihatkan rasa terkejutnya itu, dikekangnya saja didalam hati,
dan ia tertawa untuk menghilangkan rasa kaget tersebut, baru dia
berkata. "Justru karena dia memiliki ilmu pedang Maya Nada,
beratlah tekadku untuk meminta kembali tenagaku yang
dihisap olehnya itu, dengan adanya ilmu pedang Maya Nada
dimiliki olehnya, aku bisa memperlihatkan ilmu-ilmu yang
hebat lagi." lebih telah yang lebih Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu tertawa
Su-to Yan mengira bahwa kedatangan Hoan thian Mo-kun tidak
mendapat kesesuaian dengan Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu,
akibatnya tentu menimbulkan sedikit pertempuran, tapi kenyataan
tidak. Saat ini Seng-mo Leng Go Tiok sedang memperhatikan gerakgerik murid-murid Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.
Su-to Yan menoleh kearah Seng-mo Leng Go Tiok, hendak
mengetahui bagaimana reaksi jago silat ini. Dan, ia tidak dapat
menduga bagaimana pendirian Seng mo Leng Go Tiok.
Perdebatan adu suara antara Pek-ie Kauw cu Bong Bong Cu dan
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng belum selesai, terdengar lagi
suara Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu:
"Kau hanya meminta kembali tenagamu saja bukan?"
"Tentu." berkata Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng.
"Bagus." Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu berteriak girang, "Mudah
saja diselesaikan. Bagaimana bila aku memberi usul, agar kitab ilmu
pedang diserahkan kepadaku dan si bocah kuserahkan kepadamu?"
Hoan thian Mo-kun Thian Kiam Seng berpikir sebentar, baru dia
berkata: "Kudengar cerita tentang bagaimana Kong Sun Put-hay
menciptakan ilmu pedang Maya Nada, dengan ilmu ini dia berhasil
menjatuhkan saudara-saudara seperguruannya, Nah betapa ilmu
pedang Maya Nada, kukira akupun tertarik Boleh saja bila melihat
sebentar, bukan?" Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu meninggikan sepasang alisnya,
tahulah dia, bahwa Thiat.Kiam Seng juga ada niatan untuk
memilikinya ilmu Pedang Maya Nada, inilah sikap yang bertentangan
dengan dirinya, kini dia menantang.
"ilmu kepandaian kita berimbang. Bila sampai terjadi bentrokan,
Kukira tidak ada faedahnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tentu saja." berkata Thiat Kiam Seng "Lebih baik kita tidak
bertempur. Kau sudah lama tiba ditempat ini bukan" Nah giliran aku
yang disini, mengapa kau belum mau pergi juga?"
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu tertawa berkakakan, katanya:
"Ha, ha, Thiat Kiam Seng, enak saja kau bicara, Betul bahwa ilmu
kepandaian Hoan thian-sin-hwee-ciang yang kau miliki cukup hebat,
tapi ilmu kepandaian Kui-hie Sin-kang yang telah lama kupelajari
adalah ilmu yang khusus dapat menjatuhkan ilmumu itu, belum kah
kau tahu akan hal ini ?"
"Huuuuuuaaa . . . . hua , . . . haa . . . haaaa . ." Suara Thiat Kiam
Seng menggema. "Betul-betul hendak kucoba lebih dahulu, disini kita coba ?"
Sepasang mata Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkilat-kilat, bila
hanya Thiat Kiam Seng seorang, tentu dia tidak takuti tapi ditempat
ini masih ada jago-jago hebat lainnya, seperti Su-to Yan dan Sengmo Leng Go Tiok, apa akibatnya bilamana dia digencet oleh ketiga
kekuatan tadi ?" Akibatnya itu tidak akan menguntungkan dirinya, Pek-ie Kauwcu
Bong Bong Cu harus berpikir lama, apalagi kedatangan Kiu-hoan
sin-kun Ko Cio juga tidak lama, itupun musuhnya pula.
Dari tempat yang jauh, meluncur satu gumpalan awan putih,
cepat sekali, bayangan putih ini sudah tiba ditempat itu, inilah
seorang tua. Serba putih, jenggot putih, pakaian putih, dan sepatu
putih, siapa lagi kalau bukan ketua Cui-goat-kok, Kiu-hoan Sin kun
Ko Ciu. Hoan Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tertawa, kepada orang yang
baru tiba dia berkata. "Saudara Ko Cio kau juga datang ?"
"Kita bisa bekerja sama." berkata sang ketua lembah Cui-goatkok, "Kukira kau sedang menghadapi lawan kuat, kedatanganku
adalah menguntungkanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Betul . . . betul . . . selalu kita bekerja sama, bukan ?" berkata
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng girang.


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thiat Kiam Seng memandang kearah Pek ie Kaucu Bong Bong Cu
dan berkata: "Bagaimana ?" Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memperhatikan situasi ditempat itu,
dan akhirnya sinar matanya terarah kepada Su-to Yan, timbul niatan
baru, dia tertawa sebentar, dan menarik pedang panjang
dilemparkannya ke arah Su-to Yan lalu berkata:
Tangan Su-to Yan bergerak menyambuti pedang yang melayang
datang dengan cepat dan tepat.
Baru Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata lagi:
"Su-to Yan, mereka hendak mengangkut harta bendamu."
Su-to Yan menganggukkan kepala dengan singkat berkata.
"Aku tahu." "Relakah diserahkan kepada mereka?" berkata Pek-ie Kauwcu
Bong Bong Cu. "Apa aku hendak dijadikan boneka, sembarang dipungut dan
ditenteng-tenteng orang?" berkata Su-to Yan menantang.
"Ha.... ha.... ha.,." Pek-ie Kauwcu Bong-Bong-cu tertawa.
-ooo0dw0ooo- Jilid 15 DAN dihadapinya lagi kedua kakek hitam dan putih itu, seraya
berkata kepada mereka: "Kalian sudah dengar" Dia tidak mau turut kepadamu berdua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hoan thian Mo-kun Thian Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko
Cio saling pandang, mereka tersenyum seraya menganggukkan
kepala, inilah persepakatan.
"Su-to Yan," berkata kedua jago tua itu, "Jangan kau kukuh
kepala." Disaat yang sama Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu juga berkata:
"Su-to Yan, dua manusia Srigala ini hendak bersepakat
menyatronimu, dimisalkan dengan tenagamu seorang diri, kukira
tidak mungkin. Pedang sudah dikembalikan kukira dengan tenaga
kita berdua dapat mengenyahkan mereka."
Su-to Yan berpikir sebentar, akhirnya dia menggoyangkan
kepala, katanya: "Berterima kasih atas perhatianmu. Dimisalkan kita berhasil
mengusir mereka, diantara kita berdua, secara pribadi pasti terjadi
lagi pertarungan Betulkah?"
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu menjawab pertanyaan itu sambil
tertawa: "Kekuatan kita seimbang, bertempur denganku, bukan seperti
kekalahan untukmu. Kesempatan hidup masih terlalu banyak
bagimu, Tapi, berpikirlah baik-baik, bila sampai terjadi mereka
bekerja sama, mengeroyok dirimu sanggupkah kau bertahan?"
Su-to Yan diam, dia bungkam.
Pek-ie Kaucu berkata lagi:
"Disini terdapat banyak jago-jago rimba persilatan, Hoan Thian
Mo kun Thian Kiam Seng dan Khiu hoan Sin Ko Cio bergabung
menghadapimu, aku dan murid-muridku memusuhimu. masih ada
seorang lagi Seng-mo Leng Ko Ciok, dapatkah kau bertahan
terhadap keroyokan demikian banyak orang?"
Apa yang diutarakan oleh Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memang
sangat beralasan, seharusnya Su-to Yan bekerja sana dengannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
beserta ketiga murid jago purbakala itu, maka dia masih mempunyai
kans kesempatan hidup. Hanya kesempatan hidup samentara, tidak ada artinya.
Su-to Yan bertekad tidak mau bekerja sama. Karena itulah dia
diam dalam seribu bahasa. Tidak menjawab tawaran jasa baik Pekie Kaucu Bong Bong Cu.
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata lagi.
"Su-to Yan, bagaimana putusanmu" Bekerja sama dengan kami
mengusir mereka, atau me musuhi semua orang yang ada ditempat
ini." Su-to Yan masih diam. "Su-to Yan," panggil lagi Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu. "Berikan
jawaban, bekerja sama atau menolak kerja sama?"
Didesak terus menerus, tidak mungkin Su-to Yan diam lagi, dia
mengambil keputusan dan berkata:
"Aku bersedia bekerja sama, Tapi tidak bekerja sama denganmu,
Menyesal sekali, Aku tidak bisa bekerja sama denganmu,"
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertegun, ia menduga bahwa Su-to
Yan hendak bekerja sama dengan orang lain, untuk menghadapi
dirinya, karena itu cepat-cepat ia berkata:
"Bekerja sama dengan merekapun tidak ada gunanya, berpikirlah
baik-baik." Hampir berbareng, Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio, dan Hoan-thian Mokun Thian Kiam Seng berkata:
"Betul, Lebih baik kita bekerja sama mengusir dia."
Dengan menggabungkan diri, mereka mudah untuk mengusir
pergi Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu.
Giliran kedudukan Pek-ie Kaucu yang terjepit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi jawaban Su-to Yan sungguh berada diluar dugaan semua
orang, terdengar suara sipemuda berkata:
"Bukan maksudku bekerja sama dengan kalian."
Dia juga menolak jasa baik Hoan-thian Mo-kun-hiat Kiam Seng
dan Kia-hoan Sin-kun Ko Cio.
Secara bergiliran, Su-to Yan menuju ke-arah Pek-ie Kaucu Bong
Bong Cu, Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio dan Hoan-thian Mo-kun Thian
Kiam Seng, kepada ketiga orang itu dia berkata:
"Kau . . . . kau . . . . dan kau janganlah mencari jalan lain untuk
mendekati diriku, Aku tidak bisa bekerja sama dengan kalian.
siapapun tidak dapat kusenangi, aku tidak mempunyai minat untuk
bekerja sama dengan orang."
Ketiga jago tua yang ditunjuk oleh Su-to Yan tertegun.
Disamping mereka, Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa berkakakan,
"Betul. . . betul . . . betul . . . tidak satu dari mereka yang
mempunyai maksud baik, tentu saja tidak guna bekerja sama
dengan orang yang tidak mempunyai maksud baik. Satu langkah
yang tepat, Langkah yang betul."
Pek-ie Kaucu membentak: Bong Bong Cu mendelikkan matanya, dia "Mungkinkah bekerja sama denganmu ?" kata-kata ini ditujukan
kepada Seng-mo Leng Kho Tiok.
"Salah." berkata Seng-mo Leng Kho Tiok, "Aku tidak perlu
mengajaknya bekerja sama. jangan salah paham."
Hoan-Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berkata dingin.
"Apa maksudmu dengan kata-kata yang seperti tadi?"
Kiu hoan Sin kun Ko Cio juga berkata:
"Kau berdiri dipihak siapa ?"
Dengan gagah Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku berdiri diatas sepasang kakiku, Aku berdiri diatas diriku
sendiri." Han-thian Mo kun Thiat Kiam Seng memandang kearah Pek-ie
Kaucu Bong Bong Cu dan berkata:
"Bagaimana denganmu ?"
"Aku tetap menantang kalian." berkata Pik ie Kaucu Bong Bong
Cu tegas. "Saudara Ko Cio," berkata Thian Kiam Seng, "Sudah kau dengar"
Kita harus mengenyahkannya lebih dahulu."
"Baik." berkata Pek ie Kaucu Bong Bong Cu menantang, "Aku
tidak takut kepada kalian berdua, walau hanya dengan tenaga
seorang diri saja." Dari jauh, terdengar suara seorang sayup-sayup berkumandang:
"Kau bukan seorang diri, masih ada aku." Mendengar suara ini
rasa girangnya Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tidak kepalang, segera
ia meneriaki orang yang berkata tadi:
"Apa Cit Su Hiat kun yang berada ditempat itu" Bagus! Aku
sedang membutuhkan bantuanmu."
Dari mana arah datangnya suara tadi, meluncur datang satu
bayangan merah, inilah jago silat kura-kura yang bernama Cit su
Hiat kun, kawan baik Pek ie Kaucu Bong Bong Cu.
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu sedang memikirkan jalan, bagaimana
dapat mengenyahkan Hoat thian Mo kun Thiat Kiam Seng dan Kiu
hoan Sin kun Ko Cio, kedatangan Cit Su-hiat kun, tepat pada
saatnya, dengan girang sekali memandang kepada dua musuhnya
dan berkata: "Bagaimana" Keadaan tenaga kita sudah seimbang, sudah boleh
kiranya untuk bertanding."
Disaat ini, Cit-Su-hiat kun sudah merendengi Pok-ie Kaucu Bong
Bong Cu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Han thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berkata:
"Kau seorangpun boleh, berduapun tidak mengapa, Tidak ada
orang yang melarang kau bicara keras."
Tubuh Cit-Su Hiat-kun bergerak, dengan membawa desiran
bajunya yang berwarna merah, ia menjulurkan tangan kanannya
memukul kearah Hoan-thian Mo-kun thiat-kiam-seng seraya
membentak: "Aku tidak seperti Bong Bong Cu bisa membiarkan kalian pentang
bacot lama-lama, terima serangan."
Hoan thian Mo-kun thiat Kiam Seng melentikkan alisnya,
membalikan tangan dan memukul kearah datangnya serangan, dari
situ terjulur keluar satu arus yang bertenaga panas.
Cit-su Hiat-kun memiliki ilmu pukulan tangan busuk luar biasa,
tapi diapun tidak berani membiarkan tangannya dibentur oleh
tenaga panas Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng. Tubuhnya
bergerak, dengan menghindari diri dari bentrokan yang kontras, dia
menyerang dari lain bagian.
Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berdengus, kini dia
menggunakan kedua tangannya, membikin pembalasan dan juga
menyerang, gulungan-gulungan hawa panas mengelilingi dirinya
dan juga menyerang kearah Cit-Su Hoat-kun.
Cit-su Hiat kun tidak mau kalah, tubuhnya berlompat-lompatan
diapun menggunakan sepasang tangan, itulah ilmu pukulan Busuk,
mencari kekosongan lawannya.
Demikian dua orang itu mulai bertempur Kiu-hoan Sin kun Ko Cio
langsung berhadapan dengan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu,
tantangnya : "Bagaimana" Sudah waktunya giliran kita bertempur bukan?"
Pek-ie Kaucu Bong Bong Ca tertawa berkakakan, dia tidak segera
menerima tantangan itu dan katanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan kita terburu nafsu, bentrokan senjata diantara orang
sendiri menguntungkan musuh maka Su-to Yan dapat menggunakan
kesempatan ini, mungkin dia melarikan diri, mungkin pula dia
menyerang dari belakang, Kita akan celaka sama-sama celaka."
Kiu-hoan Sin kun Ko CiO dapat dibikin mengerti, dia sadar
kepada kesalahannya, karena itulah bertanya:
"Maksudmu bagaimana ?"
"Aku tidak bisa memberi komentar," berkaca Pek-ie Kaucu Bong
Bong Cu, "Tapi ketahuilah bahwa ilmu kepandaian Su-to Yan itu
hebat sekali, kukira belum tentu kau dapat menandinginya."
"Aku tidak percaya." berkata Kiu-hoan Sin-kun Ko Ciu.
"Tapi aku percaya." berkata Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu.
"Hmm..!" Kiu hoan Sin kun Ko Cio mengeluarkan suara dari
hidung. "Hei, hei..." Pek ie Kaucu Bong Bong Cu mengeluarkan suara
yang memandang rendah. Tubuh Kiu hoan Sin Kun Ko Cio bergerak, ia meluncur kearah Su
to Yan, lima jarinya direntangkan dan mencengkeram sipemuda, Disaat yang sama mulutnya berteriak:
"Nah, boleh kau saksikan, bagaimana aku menghadapinya."
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa lagi, dia berhasil membakarbakar dan membuat panas hati orang, karena itulah dia berhasil
melepaskan diri dan menghadiri pertempuran tadi, kini yang harus
dilakukan pembelaan diri adalah sipemuda kita Su-to Yan.
Su to Yan dapat serangan Kiu-hoan Sin-kun Ko Ciu, pedang
ditangan dilibatkan dan membuat beberapa lingkaran, hendak
memapas putus jari jari ketua lembah Cui goat kok itu. Huuuh, Kiu
hoan Sin kun Ko Cio menarik kembali tangannya, dia berlompat
kebelakang, dijulurkannya lagi, tidak berhasil, serangan pertahanan
pedang Su-to Yan juga berada ditempat itu, apa boleh buat ia
melejit tinggi, dari atas ia mencengkeram sepasang tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mempercepat proses ilmu pedang, sangat hebat, dia
mengancam setiap jari-jari yang menyerang dirinya.
Kiu hoan Sin kun Ko Ciu segera mengenali ilmu pedang Yang po
kiam hoat, ilmu pedang Yang po kiam hoat pernah dimainkan oleh
sipemuda srigala Lee Pin, tapi bilamana dibandingkan dengan
permainan Su-to Yan permainan Lee Pin jauh dibawahnya.
Kiu hoat Sin kun Ko Cio mengerahkan tenaganya, dari situ
meluncur tenaga hawa dingin yang meresap tulang, dan menyerang
kearah Su-to Yan, maka udara disekitar situpun mulai membeku,
terjadi hujan salju, bunga-bunga salju itu bertaburan disekitar tubuh
pemuda kita. Su-to Yan menyedot napas dalam-dalam, ia pertahankan diri dari
godaan-godaan hawa dingin itu, dengan mempercepat gerakangerakannya, dengan adanya kekuatan tenaga dalam yang luar
biasa, serangan hawa dingin tidak dapat mengganggunya.
Wajah Kiu-hoan Sin-kun berubah, dia bermaksud untuk
menyerang lagi, tapi segera terpikir olehnya, bahwa tenaga dalam
Su-to Yan sudah begitu mahir sekali, jika tidak melalui ratusan atau
ribuan jurus, bila sampai terjadi, hal itupun sudah terlambat, sampai
saat itu tenaganyapun sudah hampir habis, celakalah jika Pek-ie
Kaucu Bong Bong Cu menyerang dari belakang.
Pikiran Kiu-han Sin-kim Ko Cio bekerja cepat, tubuhnya melejit
balik, dan mengakhiri pertempuran.
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa, katanya mencemooh:
"Bagaimana" Apa yang kukatakan tidak salah, bukan?"
Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio mengeluarkan suara dengusan dari
hidung, dia tidak bicara. Lawan-lawan yang berada ditempat itu
adalah lawan lawan yang terkuat, jika bentrok dengan salah satu
dari mereka. berarti melemahkan kekuatan diri sendiri.
Terdengar suara Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak lagi:
"Seharusnya kita bekerja sama untuk menghadapinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio bungkam.
Mengetahui bahwa rencananya sudah berhasil Pek-ie Kaucu Bong
Bong Cu berteriak kepada dua orang yang sedang bertempur
"Saudara Cit-su Hiat-kun. saudara Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam
Seng, hentikan pertempuran kalian."
Cit-su Hiat kun dengan ilmu pukulan Busuknya tidak berhasil
menjatuhkan lawan, mendengar teriakan sang kawan dia melejit
kebelakang, mengakhiri pertempuran.
Hoan-thian Mo-kun Thian Kiam Seng juga berdiri ditempat


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertempuran itupun terhenti Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio mendekati
Thian Kiam Seng, kepada orang itu dia berkata:
"Su-to Yan telah mendapatkan ilmu hebat, kukira tidak mudah
dihadapi" Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak "Aku mempunyai rencana
untuk menghadapinya."
"Rencana apa?" berkata Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng.
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu mengedip-ngedipkan matanya, tanpa
mengeluarkan sekejap matapun, dia sudah bisa mengutarakan apa
maksud yang sebenarnya. Hoan-thian Mokun Thiat Kiam Seng mengerti dia berkata:
"Maksudmu, dengan kekuatan kita berempat menghadapi dia
seorang ?" Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tidak membenarkan dugaan itu, juga
tidak menyalahkannya, dia melirik kearah Su-to Yan sebentar,
dengan perlahan-lahan dia berkata:
"Siapa diantara kita berempat yang harus menyerangnya lebih
dahulu ?" Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio
tidak segera bergerak, mereka tahu, sampai dimana ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kepandaian Su to Yan, lebih baik diam, daripada dijadikan pelopor
pertempuran baru. Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berkata lagi:
"Aku ada rencana baik, bagaimana bila kita berempat bekerja
sama" Boleh juga dijadikan taruhan, siapa yang berhasil
melukainya, dialah yang menang, Sibocah Su-to Yan menjadi hak
miliknya, setuju ?" Su-to Yan hendak dijadikan alat taruhan judi, siapa yang
mendapatkannya lebih dahulu, dialah yang berhak atas hidup
matinya sipemuda. Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu hoan Sin kun Ko Cio
berpikir sebentar, mereka berpandangan dan masing-masing
menganggukkan kepala. Mereka setuju atas usul Pek-ie Kaucu Bong
Bong Cu berikan tadi. Cit-Su Hiat-kun juga bertepuk tangan, dengan suara girang dia
berteriak: "Usul bagus..."
Mengetahui bahwa ketiga jago luar biasa itu setuju, Pek-ie Kaucu
Bong Bong Cu berkata: "Nah, kita boleh mulai."
Seng-mo Leng kho Tiok mendekati Su-to Yan, dan berkata
kepada sipemuda: "Perlu bantuan ?"
Su-to Yan tersenyum, ia menganggukkan kepala berarti tanda
terima kasihnya, baru dia berkata:
"Empat tokoh luar biasa hendak menjadikan aku sebagai barang
pertaruhan, minggirlah ke samping. Lihat bagaimana mereka bisa
berbuat kepadaku." Leng Kho Tiok menganggukkan kepala, katanya.
"Baiklah, Berhati-hatilah kepada mereka, Tetapi aku lebih percaya
kepadamu, ilmu kepandaian keempat orang ini sungguh luar biasa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tapi pikiran dan hati mereka tidak sama, masing-masing
mementingkan dirinya sendiri. Masing-masing tidak mau
mengerahkan tenaga penuh, Legakanlah hatimu."
Betul-betul Seng-mo Leng Kho Tiok mengundurkan diri dari
persengketaan itu, membiarkan Su-to Yan menghadapi empat jago
luar biasa. Su-to Yan sudah lama siap, menantikan datangnya serangan dari
empat jago luar biasa itu.
Baik Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, baik si pukulan Tangan Busuk
Cit su Hiat kun, baik Hoan thian Mo kian Thiat Kiam Seng, atau juga
Kiu Hoan Sin kun Ko Cio, tidak satupun seperti apa yang dikatakan
oleh Seng-mo Leng kho Tiok, tidak satupun dari mereka yang
mempunyai pikiran sama, masing-masing menyimpan tenaga
sendiri, tidak mau mulai bergerak lebih dahulu.
Ketegangan tetap menjadi ketegangan Beberapa waktu telah
dilewatkan, suasana masih tetap seperti sedia kala,
Disaat ketegangan itu belum reda, ditempat jauh. diujung langit
terlihat gumpalan awan merah bergulung-gulung, mengepul, itulah
asap merah. Si Tosu Tukang Sado Giok Hie lebih memperhatikan situasi
sekitarnya, segera dia mengeluarkan teriakan kaget:
"Suhu." Jarinya menuding kearah tempat dimana terdapat asap merah
itu. Pek-ie Kaucu Bong Bong Ciu kaget, dia menoleh kesana, rasa
terkejutnya lebih menjadi lagi.
Bukan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu saja yang kaget, semua orang
yang berada ditempat itupun kaget, itulah kejadian yang tidak
normal, belum pernah mereka menyaksikan ada awan yang merah
membara seperti itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu mengeluarkan suara elahan napas
panjang, dia berkata: "Su In Seng segera tiba."
Su In Sing adalah sipedang Berapi yang terkenal dengan awan
merahnya, dia menduduki ketua partai Cian san-pay.
Kedudukkannya juga sangat tinggi.
Cit-Su Hiat-kun mengeluarkan suara dingin, dengan menghina
dia berkata: "Su In Seng itu memang pandai berlagak dia senang sekali
dengan asap merahnya."
Percakapan mereka itu tidak lebih dari beberapa suku kata, awan
dan asap merah bergulung datang, sebentar saja, disana sudah
bertambah seseorang, inilah ketua partai Cian san-pay si Pedang
Berapi Su In Seng. Su in Seng memandang tokoh-tokoh silat yang berada ditempat
itu, dia menganggukkan kepala berulang kali dan berkata:
"Sungguh diluar dugaan, ditempat ini bisa berkumpul sekian
banyak orang-orang yang menjadi tokoh silat ternama sekali."
Orang yang terdekat dengannya adalah Kiu hoan Sin kun Ko Cio,
maka segera orang ini bertanya:
"Saudara Su In Seng, apa maksud kedatanganmu" Mungkinkah
hendak turut serta memperebutkan Su to Yan ?"
"Haaaa, haaa... kalian sedang memperebutkan Su-to Yan?"
berkata Su In Seng tertawa.
"Apa yang menjadi maksud tujuanku hanya dua soal, yang
pertama adalah membalas budi, yang kedua adalah menuntut
balas." Kiu-hoan Sin kun Ko Cio berkata:
"Bagaimana maksud kedatanganmu ditempat ini" Membalas budi
atau menuntut balas?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu juga belum tahu bagaimana maksud
tujuan Su-In Seng karena itu dia diam.
Cit Su Hiat kan berkata: "Apa kau juga hendak memiliki kitab ilmu pedang Maya Nada ?"
Su In Seng bergoyang kepala, katanya:
"Aku tidak membutuhkan ilmu pedang Maya Nada, karena itulah
aku tidak membutuhkan kitabnya."
Mendengar keterangan ini, Pek ie Kaucu Bong Bong Cu sedikit
kecewa, ternyata Su In-Seng tidak akan turut serta dalam
memperebutkan kitab ilmu pedang Maya Nada, besar
kemungkinannya jago ini berdiri dipihak lawan.
"Su In Seng," katanya, "Semua orang yang berada ditempat ini
sedang memperbuatkan kitab ilmu Maya Nada, tapi kau tidak
mempunyai urusan dengan kitab ilmu pedang tersebut, ada baiknya
kau menyingkir lebih dahulu."
"Huh," Berkata Su In Seng "Apa kau menjadi kepala ditempat
ini?" Pek ie Kaucu Bong Bong Cu berkata: "Su In Seng, katakanlah
sejujurnya, apa maksud kedatanganmu ?"
Su In Seng melirik kearah Su to Yan dan dia menjawab
pertanyaan itu: "Kedatanganku adalah mendapat tugas dari seorang yang pernah
berlaku baik kepadaku katakan olehnya bahwa aku harus membawa
Su-to Yan kepadanya menghadapkan Su-to Yan kepadanya."
"Siapakah orang itu?" bertanya Pek ie Kau-cu Bong Bong Cu.
Bukan Pek ie Kaucu Bong Bong Cu saja yang hendak mengetahui
orang dibelakang Su In Seng, semua orang yang ada disitupun
hendak mengetahui siapa orangnya yang dapat memberi perintah
kepada seorang jago rimba persilatan yang seperti si pedang berapi
Su In Seng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikian pula musuh-musuh Su-to Yan, demikian pula pikiran
sipemuda, dia tidak tahu siapa orang yang hendak bertemu
dengannya" Mengapa memberi perintah kepada Su In Seng untuk
memangginya ditempat ini.
Su In Seng membuka suara: "Sam-kie Ju-su In Hong."
Ternyata orang yang hendak bertemu dengan Su-to Yan adalah
Sam kie Ju-su In Hong, ayah angkat sipemuda.
Tapi dengan alasan apa Sam-kie Ju-su In-Hong tidak mencarinya
sendiri, mengapa harus mengutus si pedang Berapi Su In Seng"
Mengingat kedudukan ketua partai Ciam San-pay itu, kata-kata
suruh adalah kurang tepat, kedudukannya dapat merendengi
kedudukan Sam-kie Ju su In Hong, tentu telah terjadi sesuatu apa
atas diri jago Tong-hay itu.
Hati Su-to Yan berdebar-debar, "Dimanakah ayah angkatku?" dia
bertanya. "Mari ikut kepadaku." berkata sipedang Berapi Su In Seng.
"Di manakah ayah angkatku itu" Mari kita pergi," berkaca Su-to
Yan. Si pedang berapi Su In Seng berkata:
"Ayah angkatmu itu telah menderita luka, tidak jauh dari tempat
ini, lukanya berat sekali, maka dia memberi pesan padaku agar
mengajak kau kesana."
Hati Su-to Yan tercekat, ternyata ayah angkatnya menderita luka,
pantas saja berpesan kepada Su In Seng agar dapat mengajak
dirinya pergi bertemu dengan jago Tong-hay tersebut.
"Apa dia sampai tidak bisa bergerak?" berkata Su-to Yan.
"Demikianlah kira-kira, dan kau harus lekas pergi, dia menantikan
dirimu." Su In Seng sudah siap untuk mengajak Su-to Yan pergi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Si Tosu tukang Sado Giok He tanpa menunggu perintah,
tubuhnya meleset menubruk kearah belakang Su In Seng.
Su In Seng tertawa berkakakan, begitu cepat pula ia
membalikkan badan, sreet, dengan pedangnya yang luar biasa
memancarkan sinar cahaya merah menangkis serangan bokongan
Giok Hie. Pek-ie Kaucu Bong Bong cu kaget, sampai dimana ilmu
kepandaian muridnya" ia paham betul, tidak mungkin ilmu
kepandaian Bambu Bung Kan-tiok-kang Giok Gie dapat menandingi
pedang Su In Seng, karena itulah dia menarik nafas, juga menubruk
kearah sana, dengan maksud memberi bantuan kepada muridnya.
Itu waktu pedang Su In Seng sudah keluar dari rangkanya., Sret,
wing, dan terdengarlah suara dengungan yang panjang, tiga
bayangan itupun terpisah, Su In Seng diutara Pek-ie Kaucu Bong
Bong Cu di selatan, si Hweeshio tukang Sado Giok Hie dibarat.
Pedang Su In Seng masih berdengung pelan, bergoyang-goyang.
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu tertegun di tempatnya, dengan
wajah yang tegang sekali menantikan perkembangan
Si Tosu Tukang Sado GiOk Hie tidak bisa berdiri mantap,
sebentar kemudian, diapun jatuh dari mulutnya menyemburkan
darah, dia tidak dapat bicara lagi, dia sudah terluka dibawah
ketajaman pedang Su In Seng.
Hanya didalam satu gebrakan, Su In Seng berhasil mendorong
mundur Pek ie Kaucu Bong Bong Cu, melukai murid jago purbakala
itu. Su-to Yan mendekati kearah Su In Seng dan sang ketua Ciam
San pay berkata kepada pemuda kita.
"Lekas kau menjumpai ayah angkatmu Tentang urusan disini,
serahkan saja kepadaku, Dan disepanjang jalan ada anak murid
Ciam San-pay yang memberi petunjuk kepadamu. Lekas !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su In Seng melindungi Su-to Yan dari kepungan empat jago-jago
kelas satu istimewa. Su-to Yan bukan seorang penakut, diapun mempunyai jiwa
kesatria, mana boleh mementingkan diri sendiri, pergi begitu saja
tanpa menghiraukan mati hidupnya Su In Seng "
Demikian Su-to Yan mendekati Su In Seng, lalu berkata:
"Mengapa kita tidak bekerja-sama mengenyahkan mereka?"
Su In Seng maklum, betapa hebat ilmu kepandaian Pek-ie Kaucu
Bong Bong Cu sekalian, mereka hanya berdua, agak sulit untuk
mengalahkan empat jago istimewa itu, maksudnya ialah
membiarkan Su-to Yan pergi menemui Sam-kie Ju-su Im Hong, ia
sendiri hendak membela mati-matian, berusaha mencegah
pengejaran. Dari dari sikap yang diperlihatkan oleh Su-to Yan, Su In Seng
dapat mengerti kesulitan sipemuda, bilamana dia kukuh kepada
pendiriannya, tentu Su-to Yan tidak mau pergi dari tempat ini.
Su In Seng segera memberi putusan cepat, dia berkata:
"Mari kita menerjang bersama." Su-to Yan setuju, dia menoleh ke
arah Seng-mo Leng Kho Tiok, dan hendak mengetahui bagaimana
pendirian jago tersebut. Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa kearah sipemuda diapun
berkata: "Jangan pikirkan aku, kupujikan kau selamat. Pergilah."
Dari kata-kata ini menandakan bahwa Seng-mo Leng Kho Tiok
tidak menemani Suto Yan. Su-to Yan berterima kasih, bersama-sama dengan Su In Seng dia
siap menerjang. Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng, Kiu hoa Sin-kun Ko Cio, si
Pukulan Busuk Cit-su Hiat-kun. Pek-ie Kaucu beserta muridmuridnya mengurung Su-to Yan dan Su In Seng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Saat ini Seng-mo Leng Kho
meninggalkan tempat tersebut.
Tok berjalan kearah lain, Jago-jago yang berada ditempat itu hanya mempunyai maksud
tujuan merebut kitab ilmu pedang Maya Nada yang berada pada Suto Yan, tujuannya adalah Su-to Yan, karena itu Seng-mo Leng Kho
Tiok tidak dipentingkan sama sekali, tidak seorangpun yang
mencegahnya kepergiannya.
Su-to Yan tidak dapat mengerti dan juga tidak bisa menyelami
pikiran Seng mo Leng Kho Tiok, jago tersebut tidak mau
mengeroyok dirinya, seolah-olah didalam dunia itu hanya ada dia
seorang.

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Disaat inilah Su In Seng sudah memberi tanda kepada Su-to Yan
dan berkata: "Mari kita berangkat." Dia melesatkan diri, menuju
kearah timur. Menutup kata-kata Su In Seng tadi, terdengar suara geraman Citsu Hiat-kun, tubuh jago tersebut sudah meluncur cepat, dengan
sepasang tangannya yang berbau busuk memukul kearah dua jago
kita. "Belum waktunya kalian pergi dari tempat ini."
Su In Seng tertawa berkakakan, dan pedangnya digoyangkan,
memukul sepasang tangan Cit-Su Hiat-kun.
Serangan Su In Seng yang tidak gentar kepada ilmu tangan
busuk Cit-su Hiat-kun memaksa orang yang bersangkutan menarik
kembali serangannya tersebut, penyerangan gagal!
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio
juga sudah bergerak, satu dari kanan dan satu dari kiri, dengan arus
tenaga pukulan yang dingin dan panas, menyerang Su in Seng dan
Su-to Yan. Su-to Yan Su In Seng melepaskan ilmu pedang mereka, bebas
bergerak kearah dua musuh itu. Membarengi berkelebatnya sinar
pedang dan tenaga halus dan panas, angin inipun pecah buyar,
bergulung-gulung pergi ke arah samping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa besar, dan giliran dia yang
menyerang, Cit-su Hiat-kun juga mengirim serangan berikutnya.
Hati Su-to Yan tercekat, bila sampai terjadi terkurung oleh empat
jago istimewa luar biasa itu, tidak mungkin ada kemenangan bagi
pihaknya. Karena itulah dia harus menerobos secepat mungkin, bergeram
perlahan, dengan di sertai tusukan pedang, berulang kali meluncur
ke arah luar. Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berteriak: "Awas! jangan biarkan
mereka lari!" Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio dan Hoan-thian Mo-kun Thiat
Kiam Seng sudah berganti posisi, dan mereka menyerang kearah
Su-to Yan. Memaksa pemuda itu balik kembali ketempat
kedudukannya yang semula.
Jalan Su-to Yan telah dibuat buntu, gerakan Hoan-thian Mo kun
Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio cepat sekali, Berulang
kali sipemuda menerobos, tidak berhasil memecahkan pertahanan
panas dan dingin mereka. Si pedang Berapi Su In Seng hendak memberi bantuan, tapi tidak
berhasil, Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan Cit-su Hiat-kun
menyerangnya dengan gencar dan hebat, hingga tidak bisa dia
menggabungkan diri dengan Su-to Yan.
Pertempuran yang seperti itu terjadi di dua tempat, masingmasing satu lawan satu,
Dengan semua tenaga dan ilmu silat yang ada, Su-to Yan
melayani Kiu-hoan Sin-kun Ko Ciu dan Hoan-thian Mo-kun Thian
Kiam Seng. Su In Seng berusaha menerjang Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan
Cit-su Hiat-kun. Mereka adalah jago-jago istimewa, didalam sekejap mata seratus
jurus telah dilewatkan, Su-to Yan tidak bisa dirubuhkan oleh kedua
lawannya, tapi dia juga tidak bisa menerjang pertahanan kedua jago
istimewa tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikian Su-to Yan, demikian pula Su In Seng, kedudukan si
ketua partai Cian-san-pay jauh lebih berbahaya dari kedudukan Suto Yan, dia digencar terus-menerus, hampir saja mengalami
kedudukan yang menjepit. Kadang-kadang Su-to Yan melirik kepada Su In Seng, disaat ini
sudah terjadi perobahan, tenaganya Su In Seng mulai mengendor,
wajahnya sebentar putih sebentar biru, ternyata si Pedang Berapi
telah menderita luka didalam.
Su-to Yan mengeluarkan geraman keras, pedangnya perlahan
lahan diangkat tinggi, dari sana mencecar kedua jago tersebut,
inilah ilmu yang tercatat dalam ilmu Pedang Maya Nada, namanya
Cek-seng-kiam jit yang berarti Bintang-bintang Dilangit Mengelilingi
Matahari. Hoan-Thian Mo-kun Thian Kiam Seng, Kiu hoan Sin-kun Ko Cio
lompat mundur. Su-to Yan melintangi pedang di dada, langsung memasuki
pertahanan lain, menggabungkan dirinya dengan Su In Seng dan
menghadapi Pek ie Kaucu Bong Bong Cu beserta Cit-su Hiat kun.
Bila tadi masing-masing dua lawan satu, didua gelanggang
pertempuran. kini keadaan itu telah berubah, empat lawan dua
terjadi di dalam satu gelanggang pertempuran.
Napas Su In Seng berdebar keras, terengah-engah tidak teratur,
dia berkata dengan perlahan:
"Berangkatlah kau lebih dahulu, biar aku yang menahan mereka."
Su-to Yan menggoyangkan kepala, ia menolak usul tersebut.
"Kita akan berusaha melawan mereka." demikian berkata
sipemuda. Hoan Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-hoan Sin-kun Ko
Cio merasa ditipu mentah-mentah, mereka mengganti posisi baru,
dan disertai juga dengan gerakan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu
beserta Cit-su Hiat-kun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Umur Su-to Yan yang meningkat dewasa, betapapun tingginya
kekuatan tenaga dalam si pemuda, tidak mungkin dapat menandingi
empat jago kelas istimewa.
Terdengar satu benturan keras yang bergemuruh, Su-to Yan
terpental pergi, dengan membawa dengungan yang berdesing
keras, pedang tersebut nancap disebatang pohon besar.
Su-to Yan terdorong mundur, dari mulutnya mengeluarkan
semburan darah. Su In Seng kaget, pedang berapinya disentakkan, beruntun tiga
kali menyerang kearah tiga orang.
Hanya Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu yang tidak terserang, ia
mengundurkan diri, Dia lebih pintar dari pada ketiga kawankawannya.
Su In Seng mendekati Su-to Yan dan bertanya:
"Bagaimana keadaanmu?"
Su-to Yan menggoyangkan kepala, "Tidak apa apa."
Setelah menyemburkan darah yang tersumbat ditenggorokan,
rasa segar dan nyaman terasa sekali, badan Su-to Yan dirasakan
sangat ringan, dia heran mengapa tidak terluka " Hanya dirasakan
sangat lelah sekali, mengantuk sekali.
Su-to Yan segera menduga akibat dari dua macam tenaganya
yang berada didalam tubuh nya sendiri.
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu memberi ancaman:
"Su In Seng, hayo kau enyah dari tempat ini. Kami hanya
menghendaki ilmu pedang Maya Nada yang berada didalam tangan
Su-to Yan. Su In Seng melirik kearah Su-to Yan, hanya sebentar, setelah itu
dia tertawa kepada keempat musuhnya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Dikala aku tersesat di kepulauan Tong-hay, ayah angkatnya
telah memberi pertolongan yang lebih diri cukup, aku wajib
membalas budi ini. Aku tidak mau pergi."
Pok-ie Kaucu Bong Bong Cu tertawa berkakakan, memandang
kepada ketiga komplotannya, mereka sudah hendak menerjang lagi.
Tiba tiba.... Satu suara tiupan seruling yang melengking tinggi melayanglayang, semakin lama semakin dekat, semakin lama semakin keras.
Sepasang alis Su-to Yan berkerut, suara seruling ini tidak asing
baginya, dia sedang berpikir-pikir, siapakah yang membawakan
irama tersebut" Dikala Su-to Yan sedang memikir-mikir, dua bayangan sudah
meluncur datang, menyaksikan kedatangan dua orang itu, Su-to Yan
menjadi tertegun. Dua orang yang datang adalah guru Cin-Bwee, si seruling Kumala
dari gunung Kun lun-san Cia Ciu Nio, dan seorang lagi adalah padri
setengah umur, wajahnya bersih putih.
Ditangan Cia Ciu Nio masih memegang seruling pemberian Sam
kie Ju su Hong, ternyata Cia Ciu Nio lah yang membawakan irama
lagu tadi. Begitu kedua orang tadi datang, langsung memasuki gelanggang
dan berdiri dihadapan Su-to Yan beserta Su In Seng, mereka adalah
pembela-pembela kebenaran dan keadilan.
Cia Ciu Nio segera berkata kepada Su-to Yan:
"Ayah angkatmu menderita luka parah, lekas kau pergi."
Su-to Yan berpikir sebentar, dan dengan melejitkan tubuhnya dia
lompat kearah pedangnya yang tertancap di pohon, mengambilnya,
dia hendak pergi bertemu dengan ayah angkatnya.
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu merintangi dijalan, dengan suara
besar dia berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hanya karena kedatangan dua orang biasa saja, kau sudah
hendak pergi lagi?" Tapi gerakan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu tertahan, ini waktu,
padri yang berwajah putih bersih yang menyertai Cia Ciu Nio itu
bergeram mengeluarkan suara dengusan, tubuhnya dilengkungkan,
dengan tangan kiri yang ter sebar, dia mencengkeram kearah Pek-ie
Kaucu Bong Bong Cu. "Jangan sembarangan membentak. menyindir orang!" Demikian ia Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu membalikkan tangan, dengan ilmu
tipu Kuil she Sin-kang dia menepuk dan memukul cengkeraman
padri yang berwajah putih bersih tadi.
Sang padri berdehem, tangannya direndahkan sedikit, maka dari
telapak tangan tersebut meluncur cahaya kuning keemas-emasan,
dessss, Kui-hie Sin-kang Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu punah pudar.
Wajah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berubah, didalam dunia,
hanya Padri utama Tan-sim Taysu dengan ilmu kepandaiannya
Thian-tiok-thie-kang yang dapat membobolkan ilmu kepandaian Kuihie Sin-kang kecuali orang ini, tidak akan ada orang yang kedua.
Tan-Sim Taysu sudah mengundurkan diri, mengapa muncul
kembali padri yang berwajah putih bersih ini"
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu pernah dikalahkan oleh Tan-sim
Taysu, ia dipaksa mengundurkan diri dari rimba persilatan, karena
tidak ada kabar berita lagi dari Tan-sim Taysu, baru Pek-ie Kaucu
Bong Bong Cu berani tampilkan diri dirimba persilatan kembali, Kini
dia menderita kekalahan yang sama seperti pada masa silamnya.
Karena itu Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu membentak:
"Siapa kau?" Padri bermuka putih bersih tersebut bersabda:
"Omitohud, aku adalah murid pertama dari Tan-sim Taysu,
namaku Put-in Taysu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu berubah, betul-betul dia tidak
percaya bahwa dua kali dia dijatuhkan oleh Tan-sim Taysu guru dan
murid. Dahulu ia dikalahkan oleh Tan-sim Taysu. Kini ia dikalahkan lagi
oleh Put-in Taysu, murid dari Tan-sim Taysu.
Cerita-cerita berjalan terlalu lambat sekali, sebetulnya bersamaan
dengan kejadian kejadian tadi, ketiga jago komplotan Pek-ie kaucu
Bong Bong Cu juga sudah turut bergerak, bahwa kawan tersebut
sudah tertekan oleh sipadri berwajah putih bersih, Cit-su Hiat-kun,
Hoan-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Kiu han Sin kun Ko Cio
maju berbareng, dengan geram, tiga orang tersebut menubruk Putin Taysu.
Disaat ini Pek-ie Kaucu Bong Cu sudah mengundurkan diri,
ilmunya Kui-hie Sin-kang sudah dipunahkan, karena itulah dengan
mengajak muridnya dia meninggalkan tempat.
Menggunakan serulingnya, Cia Ciu Nio menangkis kearah Cit su
Hiat kun. Dan ini waktu sipadri berwajah putih bersih Put-in Taysu
juga sudah menyingkirkan Cit su Hiat kun.
Su In Seng mendorong Su-to Yan dan berkata:
"Lekas kau pergi menemui ayah angkatmu, kukira dia tidak lama
lagi." Hanya melirik sebentar, Su-to Yan sudah sudah mengetahui
sampai dimana ilmu kepandaian Put In Taysu, dengan dibantu oleh
Cia Cio Nio dan Su In Seng, karena sudah tidak ada lagi Pek ie
Kaucu Bong Bong Cu, tidak mungkin dapat dikalahkan.
Tubuh sipemuda meluncur cepat, menuju kearah yang sudah
ditunjuk oleh Su In Seng, ditempat itulah Sim kie Ju Su In Hong.
terluka dia harus segera pergi.
Meluncur belasan lie, dua bocah berbaju merah sudah
menyongsong datang, mereka memberi hormat kepada Su-to Yan:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ciangbun causu kami memberi perintah, agar kami menantikan
kedatangan kongcu." demikian dua bocah berbaju merah tadi
berkata, mereka adalah Cucu-cucu murid dari si pedang, berapi Su
In Seng. Su-to Yan menganggukkan kepala, dia bertanya:
"Dimana ayah angkatku" Lekas ajak aku pergi."
Dua bocah berbaju merah tadi mengajak Su-to Yan, kini mereka
pergi kearah utara. Su-to Yan diajak menuju kearah gunung Kiong lay.
Berjalan lagi beberapa waktu, Su-to Yan sudah dapat merasakan
sesuatu yang tidak beres, dia seperti dapat mengetahui bahwa
dibelakangnya ada yang mengintil.
Yang penting adalah segera bertemu dengan ayah angkatnya,
karena itu dia tidak mencari tahu, siapa orang yang mengintil
dibelakangnya. Perjalanan dilakukan satu malam penuh, pada pagi harinya
mereka sudah memasuki daerah pegunungan Kiong lay.
Orang yang mengikuti dibelakang Su-to Yan dan dua bocah
berbaju merah itu sudah bertambah, bukan saja seorang, dari
derap-derap langkah kaki mereka, jumlah itu tidak sedikit.
Su-to Yan tidak takut kepada penguntit-penguntit itu, ia
mengikuti dua bocah berbaju merah meneruskan perjalanannya.
Dua tikungan lagi dilewatkan tiba-tiba saja terdengar suara
pekikan dari belakangnya, dibarengi dari depannya, diempat penjuru
Su-to telah berkumandang suara pekikan-pekikan itu. Dirinya
terkurung. Dua bocah berbaju merah sangat kaget mereka memandang
kearah sekeliling tempat itu, tentu saja dengan hati berdebar debar,
masing masing mengeluarkan pedang untuk membuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Betul-betul Su-to Yan sudah terkurung dari empat penjuru,
muncul belasan orang, pakaian mereka belang-belang, terbuat dari
kulit macan, itulah anggota dari istana belang Khong kiok kiong.
Mata Su-to Yan berkilat kilat mengetahui bahwa musuh yang
datang dari Khong kiok-kiong, dia menyedot napasnya dalam-dalam.
Sudah suatu kewajiban untuk membikin persiapan tempur.
Dari sekian banyak orang orang istana belang itu muncul dua
pemimpin mereka, yang seorang tidak asing lagi, inilah sersan
empat Tiang Sun Hoa. Orang yang didampingi oleh Tiang Sun Hoa berwajah merah,
sikapnya lebih gagah dari Tiang Sun Hoa, dari kedudukan kedua
orang tersebut, orang yang didampingi Tiang Sun Hoa ini tentu
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua bocah berbaju merah dari Cian san-pai membentak pada
orang-orang tersebut: "Hei, kalian manusia-manusia aneh dari mana" Mengapa berani
mengganggu perjalanan kami" kami adalah anak murid Cian-sanpay."
Dengan perlahan Su-to Yan menghardik ke dua bocah tersebut:
"Jangan membuka suara, mereka adalah orang dari istana Belang
Khong kiok kiong, dengan maksud tujuan diriku. Biar aku yang
menghadapi mereka." Dua bocah berbaju merah itu mengapit Su-to Yan ditengah,
masing-masing dikanan dan kiri, inilah tindakan sebagai pengawal,
seraya mereka berkata. "Cousu telah menyerahkanmu kepada kami, kami tidak bisa
membiarkan kau menderita atau terganggu."
Su-to Yan tertawa, dan ia berkata kepada kedua bocah tersebut:
"Biarlah aku yang menghadapi musuh-musuh ini, Bilamana betul
betul aku tidak berhasil mengenyahkan mereka, boleh saja kalian
membantuku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua bocah berbaju merah ragu-ragu, tapi akhirnyapun
menganggukan kepala setuju juga.
Disaat inilah sersan empat Tiang Sun Hoa sudah membuka
suara: "Su-to Yan, Kita berjumpa lagi, Mari ku perkenalkan, inilah jago
nomor dua dari istana Belang kami, namanya Bin Hwee Wee dengan
gelar si Rajawali Merah."
Ternyata jago nomor dua dari golongan istana Belang Khong kiok
kiong, kedudukan si Rajawali merah Bin Hwee Wee betul-betul
berada diatas Tiang Sun Hoa.
Su-to Yan tidak memberikan reaksi spontan pada penghadangan
orang orang dari istana Belang itu, dia berbisik kepada dua bocah
berbaju merah: "Masih jauhkah letak ayah angkatku itu?"
Dua bocah berbaju merah dari Cian-San pay berkata:
"Harus melewati belasan puncak lagi "
Tiang Sun Hoa menganggukan kepala, ia mengerti, bagaimana
harus menghadapi situasi yang seperti ini.
Disebelah sana Tiang Sun Hoa sudah berkata lagi:
"Su-to Yan, menyerahlah. Rajawali merah dari istana belang
belum pernah menemui tandingan, ilmu kepandaiannya jauh
diatasku, jangan kau mencoba melarikan diri lagi, Lebih baik kau
serahkan kitab ilmu pedang tersebut, agar kita dapat menjaga
ketertiban dunia." Su-to Yan menggelengkan kepala, "Kitab ilmu pedang tidak bisa
kuserahkan kepada kalian," demikian dia memberikan jawaban
ketus. Orang tua berwajah merah Bin Hwee-wee itu menjulurkan
tangan, maksud hendak menangkap pergelangan tangan Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan bergeser kearah kiri, sreet ia mengeluarkan pedang,
memapas tangan tersebut. Si Rajawali Merah Cin Hwee-wee membalikkan tangannya, tetap
mengancam Su-to Yan, kini dengan maksud merebut pedang lawan.
Su-to Yan menjadi kaget, tebasannya tadi mengandung jurus tipu
yang biasa, hanya dibalikkan begitu saja, dia tidak berhasil
meneruskan tipuan-tipuannya. Dilihat sepintas lalu, ilmu kepandaian
Rajawali Merah ini betul-betul hebat sekali.
Lima belas kali lagi Su to Yan menggerakkan pedangnya, jurusjurus itu cepat sekali.
Si Rajawali Merah Bin Hwee wee juga terkejut, ternyata dia
bertemu dengan tandingannya, gerakannya gesit dan cepat, semua
tipu-tipu pedang Su-to Yan dapat dielakkan.
"Kau memang hebat!" demikian ia mengeluarkan pujian.
Lama juga orang-orang istana Belang Khong kiok-kiong sudah
mengikuti Su-to Yan, mengetahui bahwa mereka bukan tandingan si
jago muda, mereka mengundang Tian Sun Hoa.
Sersan empat Tiang Sun Hoa juga segan kepada Su-to Yan,
karena itu dia tidak berani bergerak, hanya mengintil dibelakangnya.
Akhirnya dia berhasil bertemu dengan si Rajawali Merah Bin
Hwee wee, dan disinilah dia membikin pencegatan.
Bin Hwee wee adalah jago nomor dua di Istana Belang,
kedudukannya sangat tinggi sekali ilmu kepandaiannya hebat juga,
tokh tidak berhasil menekan Su-to Yan.
Mengetahui bahwa kawannya membutuhkan bantuan, Sersan
Empat Tiang Sun Hoa maju bergerak, dari kiri dan kanan, bersama
sama Bin Hwee Wee ia mengepung Su-to Yan,
Su-to Yan tahu bahaya, dia melejitkan kaki dan berkata kepada
dua bocah berbaju merah: "Mari kita pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tapi gerakan Bin Hwee wee juga tidak kalah cepatnya, dia sudah
membayangi gerakan sipemuda, tetap dengan ancamannya yang
luar biasa. "Jangan lari, demikian dia mengancam."
Su to Yan lari terus. Seorang anggota Istana Belang mengeluarkan pedang, dan
ditusukkannya kearah Su-to-Yan.
Su-to Yan hendak melepaskan kepungan itu, sebetulnya dengan
mudah dia dapat menghindari atau mengelakkan tusukan pedang
anggota Istana Belang ini, tapi dengan demikian karena kehebatan
Bin Hwee Wee dan Tiang Sun-Hoa, ia dapat terkepung kembali,
itulah berbahaya tidak mudah lagi untuk melepaskan diri.
Terdengar suara bentakan keras, Su-to Yan dengan ilmu kabut
hijau It bok Cin khie yang dikerahkan ditangan kiri, ia memukul
anggota istana belang yang menyerang diri itu, dan pedang
ditangan kanan tetap ditusukkan kepadanya.
Kedudukan orang ini jauh berada dibawah Bin Hwee wee atau
juga Tiang Sun Hoa, pukulan Su-to Yan itu begitu hebat, tidak dapat
dielakkan lagi, Bleguuur, dia hancur jatuh..
Su-to Yan menjadi kesima, tidak disangka dia dapat
menghancurkan orang seperti ini, remuk rendam sudah tidak
berbentuk manusia lagi, daging itu mengenaskan sekali, inilah
pertama kalinya Su-to Yan membunuh orang, pembunuhan yang
terlalu kejam! Kesempatan ini digunakan baik oleh Tiang Sun Hoa dan Bin
Hwee Wee, terdengar dua desiran angin yang keras, mereka
memukul ke arah Su-to Yan.
Su-to Yan tidak berani berlaku lambat, ayal-ayalan berarti
kematian, Begitu pedang di tangan kanan dikibaskan, memukul
kebelakang dan tubuhnya melejit kedepan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kecepatan ini sudah cukup hebat. Tapi terdengar bret..,. bajunya
dibelakang sudah tersobek orang, dan punggungnya terasa panas.
Su-to Yan terkurung lagi. Disaat ini Tiang Sun Hoa, Bin Hwee
Wee dan anggota-anggota istana belang Khong kiok kiong pun
sudah tiba lagi. Mereka mengurungnya ditengah, pada tangan Bin
Hwee Wee masih terdapat sobekan baju belakang sipemuda kita.
Wajah Tiang Sun Hoa begitu tegang, dia menghadapi Su-to Yan.
Rajawali merah Bin Hwee Wee mengeremeskan tangannya, dia
berkata: "Kau kejam." Su-to Yan tidak bicara Tiang Sun Hoa memandang Su-to Yan dan berkata:
"Su-to Yan, mengapa kau menurunkan tangan kejam, membunuh
salah satu anggota kami seperti ini?"
Su-to Yan tertawa sedih, apa yang hendak dikatakan olehnya"
Dia kejam, karena dia harus mengelakkan pengejaran pengejar itu.
Karena itulah dia telah melakukan kekejaman, dengan membunuh
seseorang anggota istana belang sehingga hancur remuk.
Rajawali merah Bin Hwee Wee berkata kepada kawannya:
"Tidak perlu berdebat lagi."
Kata kata Bin Hwee Wee disertai dengan gerakan tangannya
terjulur dan lagi lagi hendak mencengkeram Su-to Yan.
Su-to Yan masih memainkan pedang, dengan tipu Hiat kong cit
hin, dia hendak mendesak lawannya.
Terdengar suara dengusan Bin Hwee Wee dia berkata:
"Inilah tipu Hiat kong cit hian dari Tong hay, tipu bagus ! Tapi
dimainkan olehmu tidak bedanya dimainkan oleh anak kecil !"
Tangan kanannya diputar dan ditepuk beruntun sampai lima kali,
menutup semua jalan-jalan pedang Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tangan Su-to Yan yang memegang pedang tergetar, dia menjadi
kaget sekali. Disaat inilah Tiang Sun Hoa juga menerjang maju, bersama-sama
dengan Bin Hwee Wee, mereka mengeroyok Su-to Yan.
Su-to Yan terkejut, ia mengeluarkan gerakan rendah, pedangnya
yang panjang terpental keatas terus menerus melakukan
penyerangan dan dari situ meluncur keluar serangan pedang
membuat satu barisan yang kuat.
Inilah jurus tipu dari ilmu pedang Maya Nada yang dinamakan Kit
tu seng San atau berarti Mengumpulkan Tanah Menjadi Bukit.
Serangan-serangan dari Bin Hwee Wee dan Tiang Sun Hoa
terbentur oleh serangan pedang Su-to Yan, dan masing-masing
terpisah. Baru Saja Su-to Yan hendak membuat posisi baru, maksudnya
hendak meneruskan penyerangan, kini dia mengerti bahwa ilmu
kepandaian Bin Hwee Wee betul-betul tinggi, tapi toch belum dapat
menandingi Pek-ie Kaucu Bong-Bong cu sekalian, karena itu hatinya
menjadi besar. Entah bagaimana, tiba-tiba saja otak belakangnya dirasakan
menjadi tergetar, itulah serangan jari, pikirannya bergoyang-goyang
semakin lama semakin suram, dan satu pukulan lagi mengenai
pundaknya, hawa anyir terasa ditenggorokan, segera dia
bergoyang-goyang dan jatuh, Su-to Yan pingsan !
Su-to Yan dibokong. karena itu dia jatuh pingsan.
Orang yang membokong Su-to Yan adalah Tiang Sun Hoa,
dengan totokan yang lihay sekali, berhasil menjatuhkan jago kita,
Entah berapa lama kemudian, Su-to Yan baru sadar dari
ingatannya, dikala dia siuman kembali, dadanya dirasakan sangat
sesak, sulit bernapas, dia membuka matanya dan darah
mengambang disekujur tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan menghela napas, dia kini sudah jatuh kedalam
kekuasaan tangan musuh, bagaimana bisa berusaha untuk
membebaskan diri " bagaimana keadaan ayah angkatnya itu"
Mungkinkah dapat bertemu lagi "
"Bocah." bentak Bin Hwee Wee keras. "Lekas katakan dimana
kau simpan kitab ilmu pedang itu ?"
Su to Yan memeriksa sekelilingnya, dia tidak menemukan dua
bocah berbaju merah dan Cian san pay yang mengantar dirinya,
karena itulah dia bertanya:
"Dimana kedua bocah tadi ?"
"Dua bocah ?" Bin Hwee Wee mengerutkan kening.
"Betul, Dua bocah berbaju merah yang mengantarkan diriku."
Tiang Sun Hoa berkata: "Sudah kami bebaskan,"
"Betul ?" Su-to Yan kurang percaya.
"Legakan hatimu," berkata Tiang Sun Hoa "kami juga tidak bisa
sembarang melakukan pembunuhan, apalagi pembunuhan kejam
seperti apa yang telah kau lakukan kepada anggota kami itu, Dua
bocah tadi telah bebas, Mereka telah pergi."
Disaat ini Bin Hwee membentak lagi:
"Katakan, dimana kau simpan kitab ilmu Pedang Maya Nada."
Su-to Yan merapatkan matanya, ia bungkam.
Tiang Sun Hoa membentak: "Hai, kau sudah tidak ingin hidup lagi?"
Maksud tujuan Su-to Yan yang memeramkan kedua belah
matanya adalah untuk mengatur peredaran jalan darahnya, dia
hendak membobolkan totokan-totokan yang menekan dirinya.
Bin Hwee Wee dapat mengetahui maksud tujuan sipemuda,
karena itu dia berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan coba berusaha hendak membebaskan luka-lukamu, atau
akan kurusak dahulu semua kepandaian yang ada padamu."
Su-to Yan kaget, maka dibukanya lagi sepasang matanya,
dengan tawar berkata: "Bila aku tidak bisa mengeluarkan kitab catatan ilmu pedang,
bagaimana ?" "Apakah sudah bosan hidup?" kembali bertanya Tiang Sun Hoa.
Bin Hwee Wee juga berkata: "Apa lebih baik, bila kau bersedia
mengatakan, dimana kau simpan kitab catatan ilmu pedang
tersebut." Su-to Yan tidak meladeni kedua orang itu, matanya menyapu
kearah empat penjuru, dia sudah berpikir, kemana pula perginya
kedua bocah berbaju merah" Dapatkah mereka meminta bala
bantuan " Tiba-tiba...telinganya Su-to Yan yang tajam dapat menangkap
satu suara, dia menoleh kearah tempat datangnya suara tadi.
Tiang Sun Hoa dan Bin Hwee Wee juga menoleh kearah yang
sama, "Siapa yang datang ?"
Disana, ditempat yang diarahkan oleh ketiga jago itu sedang
berjalan seorang, orang ini mengenakan pakaian warna hijau, inilah
Ing-hay Hong, salah satu dari tiga jago Tong Hay yang ternama,
jago silat yang merendengi kedudukan Sam-kie Ju-su In Hong.
In Hay Hong menghendaki kesucian Ie Han Eng, tapi siputri dari
lembah Hui-in itu sudah dijodohkan dengan Su-to Yan, karena itulah
antara In Hay Hong dan Su-to Yan terjadi sedikit ganjelan.
Bin Hwee Wie memandang In Hay Hong, seraya dia membentak:
"Siapa kau ?" In Hay Hong tertawa gelak, inilah jawabannya, ia sangat tidak
memandang mata kepada orang-orang dari istana Belang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Melihat orang itu tidak menjawab pertanyaan seraya
mengejeknya dengan tertawanya yang gelak-gelak tadi. Bin Hwee
Wee menjadi naik darah. Tiang Sun Hoa ada maksud untuk mencegah terjadinya lain
keonaran, maksudnya memberi peringatan kepada Bin Hwee Wee
agar tidak mengganggu kedatangan orang yang baru datang itu,
tapi dia sudah terlambat. Gerakan Bin Hwe Wee lebih cepat, dan
disaat ini sudah terjadi bentrokan senjata.
Dengan tipu gerakan tangan Lima iblis Mencari Roh. Bin Bwee
Wee menyerang dan mencengkeram kearah In Hay Hong.
-ooo0dw0ooo- Jilid 16 IN HAY Hong berhasil mengelakkan diri dari serangan tadi,
seraya dia membuka mulutnya:
"Kuanjurkan kepada kalian, lebih baik segera meninggalkan Su-to
Yan. Dan katakan kepada ketua kalian, bahwa aku yang
mengganggu usaha ini."
Sebetulnya Tiang San Hoa hendak diam, tapi lawan ini terlalu
menghina sekali, karena itu dia berkata:
"Tuan ini siapa" Mengapa begitu sombong" Ketahuilah bahwa


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang-orang dari istana belang Khong kiok kiong, bukanlah orang
yang mudah dihina." "Ha..,. ha.... ha...."
"Diam! Kau belum dikenali jangan banyak tingkah."
"Belum kenal?" mengejek In Hay Hong "Hendak belajar kenal"
Boleh... boleh.... gunakanlah semua pelajaran ilmu silatmu,
bertempur dengan aku, maka segera kalian tahu, siapa aku."
Hati Tiang Sun Hoapun menjadi panas, dengan tidak banyak
rewel lagi, dia menyerang kearah In Hay Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Benar-benar In Hay Hong lihay, hanya sekedar memiringkan
badannya, dia membiarkan pukulan itu lewat begitu saja.
Tiang Sun Hoa blingsatan, dia menyerang sekali lagi, kali ini
dengan terjangan yang sangat hebat.
Dan Bin Hwee Wee juga tidak tinggal diam, membarengi
penyerangan kawannya, dia mengeroyok, dengan pukulan-pukulan
yang ampuh dan luar biasa, dia membantu usaha Tiang Sun Hoa.
In Hay Hong melayani kedua jago tersebut, dia berlompatlompatan, begitu ringan sekali, begitu cepat sekali, tidak satu
juruspun atau satu pukulanpun dari kedua jago istana belang
tersebut yang bisa mengenainya.
Ternyata In Hay Hong mempunyai keistimewaan dalam ilmu
meringankan badan, kegesitannya belum ada yang dapat
menandingi. Kini In Hay Hong puas mempermainkan kedua lawannya, dia
mulai membikin inisiatif penyerangan, menyengkelit sekali dan
badannya berkelebat, dari sana dia sudah berada dibelakang Tiang
Sun Hoa, tangan kanannya dijulurkan dan menotok jalan darah
Leng tay hiat. Seketika itu juga, Sersan empat dari istana Belang Khong kiok
kiong jatuh meloyor dengan menimbulkan suara keras kedubrak dia
terlena ditanah. Bin Hwee Wee kaget bukan main, ternyata lawan ini lebih lihay
dari Su-to Yan, dia lompat mundur.
In Hay Hong tidak membikin pengejaran, ia berkata:
"Nah, inilah buktinya. Dia tidak percaya, dia tidak kenal siapa
aku, kini tentunya sudah tahu, siapa diriku?"
Bin Hwee bergoyang kepala.
In Hay Hong memberi keterangan:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku adalah seorang perantauan dari daerah Tong-hay, namaku
In Hay Hong, ingat betul-betul."
"Aaaah..." Bin Hwee Wee berteriak kaget.
"Nah, pergilah." berkata In Hay Hong. "Beritahu kepada ketua
kalian bahwa aku In Hay Hong yang telah menggagalkan
rencananya." Mengingat ilmu kepandaian In Hay Hong umumnya, ilmu
meringankan tubuh jago Tong hay tersebut khususnya, Bin Hwee
Wee harus menyudahi perkara tadi.
Dengan apa boleh buat, Bin Hwee Wee harus menelan hinaan,
katanya: "Baiklah, aku menyerah kalah, Akan kuberi tahu kepada ketua
kami tentang turut campurnya tanganmu urusan kami."
"Boleh saja, setiap waktu akan kutunggu pembalasan dari istana
belang." berkata In Hay Hong tertawa.
Bin Hwee Wee memberi isyarat mundur, maka belasan orang dari
istana belang itu menggabungkan diri, dan dengan menggendong
tubuh Tiang Sun Hoa yang terluka, mereka meninggalkan tempat
kejadian itu. Didalam hal ini In Hay Hong telah memberikan bantuannya.
Su-to Yan sangat bersyukur sekali.
Sebelum Su-to Yan sempat mengucapkan ucapan terima
kasihnya, tubuh In Hay Hong bergerak ringan, meninggalkan
sipemuda. Atas sikap In Hay Hong yang seperti itu, tentu saja membuat Suto Yan menjadi heran.
Rasa herannya tidak berlangsung lama, mengingat kedudukan Ie
Han Eng ditengah mereka, tentu saja Su-to Yan maklum, betapa
bencinya In Hay Hong itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Yang membuat Su-to Yan heran mengapa In Hay-hong pergi
begitu saja" Tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata lagi" Apa
lagi mengingat kedudukan Sam kie Ju Su In Hong yang sedang
berada didalam keadaan luka kritis, In Hong dan In Hay Hong
adalah dua jago ternama dari daerah Tong-hay, mereka berasal dari
satu daerah, mengapa seperti tidak akur?"
Tengah Su-to Yan melayang-layangkan pikirannya, tiba-tiba
diapun dibuat kaget dengan kembalinya In Hay-hong..
Ternyata tubuh In Hay Hong yang sudah pergi itu balik kembali,
Langsung menghampiri Su-to Yan dan sekarang dia membuka mulut
bicara kepada pemuda kita:
"Suto Yan, tahukah kau, apa sebabnya aku mau menolong ?"
Dimulut In Hay Hong berkata seperti itu, matanya memandang
beringas dan bengis, sehingga membuat Su-to Yang sangat kaget.
Su-to Yan mengangkat pundak.
"Tidak tahu !" dia menjawab terus terang, In Hay Hong berkata
lagi: "Urusan ini menyangkut persoalan In Han Eng."
"Ie Han Eng?" Su-to Yan berteriak kaget
"Betul. Katakanlah, dimana kini dia berada ?"
"Aaaah !" Su to Yan semakin kaget, "Dimanakah dia ?"
"Aku bertanya kepadamu !" berkata lagi In Hay Hong bengis.
"Aku tidak tahu." berkata Su-to Yan.
"Ie Han Eng telah lenyap diculik orang." In Hay Hong memberi
keterangan. "Diculik orang ?" Su-to Yan kurang percaya.
Siapa yang menculik Ie Hay Eng "
Menculik dari bawah pengawasan In Hay Hong "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
In Hay Hong berkata: "Aku tahu, penculikan itu bukan dilakukan olehmu, tapi sedikit
banyak kau harus bertanggung jawab, pasti mempunyai hubungan
erat dengan dirinya, sejak kecil, dia belum pernah keluar dari
lembah Hui-in, tidak mungkin mempunyai musuh. Hanya kaulah
yang mempunyai banyak musuh, hanya karena hubungan kalianlah,
maka Ie Han Eng turut terbawa-bawa, kini dia diculik orang, tentu
diculik oleh musuh, pasti musuh yang tidak dapat mengalahkan mu,
hendak mengalihkan persoalan, menculiknya, dan mungkin akan
digunakan sebagai sandera. Kau pasti dipaksa untuk mengeluarkan
catatan ilmu pedang Maya Nada untuk menebus dirinya, Untuk
mengetahui dimana In Han Eng itu berada, kukira tidak terlalu sulit,
pasti suatu hari orang itu akan mencarimu, dan baru kita dapat
mengetahui siapa orang yang menculiknya."
Baru Su-to Yan mengerti, mengapa In Hay Hong menolong
dirinya, ternyata dengan membebaskan dia dari kekuasaan istana
Belang Khong kiok kiong, mereka dapat bersama-sama membikin
penyelidikan tentang lenyapnya Ie Han Eng.
Sedari tadi, Su-to Yan berusaha membebaskan totokan Tiang Sun
Hoa yang menekan dirinya, dia hanya berhasil sebagian, sampai
saat ini dia masih belum dapat membebaskan dirinya.
Terdengar suara In Hay Hong bertanya.
"Sekarang, kau hendak kemana ?"
"Aku hendak menemui ayah angkatku In Hong, dia mendapat
luka parah." jawab Su-to Yan.
Tidak ada perubahan sama sekali, In Hay Hong diam bungkam.
Su-to Yan memeramkan matanya, dia memusatkan kekuatan
untuk menjebol totokan-totokan yang menekan dirinya, dengan ilmu
kabut hijau It-bok cin khie, dia hendak mengembalikan tenaganya
yang sudah hampir sirna. Tentu saja, bilamana Su-to Yan mau membuka mulut, meminta
bantuan tenaga In Hay Hong, dengan cepat sekali Tong Hay
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tersebut dapat membebaskan dirinya dari segala kekangankekangan totokan yang telah dijatuhkan oleh Tiang Sun Hoa.
Tapi Su-to Yan memang berkepala batu, sikapnya sangat angkuh
sekali, dia tidak akan meminta bantuan orang. Apa lagi orang yang
pernah menjadi satu, memperebutkan Ie Han Eng. Menyaksikan Suto Yan menyembuhkan luka-lukanya dan berusaha membebaskan
totokan-totokan yang mengekang dirinya, In Hay Hong tertawa
didalam hati, ia berkata perlahan:
"Kau sudah terluka, mana bisa pergi." Su-to Yan tidak dapat
mendengar kata-kata tadi, dia masih menekunkan dengan sungguhsungguh, In Hay-hong berdiri didepan si pemuda dengan mata
didongakkan keatas, dia membiarkannya Su-to Yan begitu, hendak
dilihat, berhasilkah Su-to Yan membebaskan kekangan-kekangan
totokan luar biasa dari Istana belang "
Su-to Yan berhasil! Perlahan demi perlahan, uap hijau It-bok Cinkhie mengelilingi dirinya, hal ini mengejutkan In Hay-hong, maka
dia tahulah bahwa ilmu kepandaian Su-to Yan tidak serendah apa
yang diduga. Dengan adanya latihan It bok Cin khie yang seperti ini, tentu saja
tidak membutuhkan bantuannya.
In Hay-hong menganggukkan kepala, kini dia mengerti, mengapa
Su-to Yan tidak meminta bantuannya untuk membebaskan totokan.
Dan tubuhnya melesat, dia pergi meninggalkan Su-to Yan.
Su-to Yan tidak tahu bahwa In Hay Hong sudah meninggalkan
dirinya, dia sedang menekunkan dengan luar biasa.
Bayangan seseorang meluncur datang, inilah bayangan seorang
wanita, wanita yang mempunyai wajah yang sangat cantik sekali,
inilah wanita berbaju hijau Khong Bun. isteri dari Sam kie Ju-Su In
Hong. Khong Bun diperhatikannya kekuatannya. berdiri didepan sipemuda,
bagaimana pemuda itu sekian lama, mengembalikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Diatas puncak Gunung Sihir, dikala terjadi pertempuran Su-to
Yan dengan si Paman Tukang Tenung Hut In Khek, wanita berbaju
hijau Khong Bun ini pernah menampilkan diri, itu waktu ia
menunggang seekor rajawali dan menemui Cin Bwee, dengan
sedikit akal bulus, dia berhasil menipu Cin Bwee sehingga
memecahkan dan mengusutkan pikiran Su-to Yan, karena
pikirannya yang bercabang itulah, membuat Su-to Yan terjatuh dari
Tebing Sihir. Akhirnya bertemu dengan si Pemuda Kakek Tenung
Thio Sek Bun, dan rentetan-rentetan cerita ini masih jelas tercatat
pada buku ilmu pedang Maya Nada jilid 4. Cin Bwee tentu kenal
siapa wanita berbaju hijau Khong Bun ini. Tapi Su-to Yan tidak kenal
kepada ibu angkatnya sendiri.
Terdengar suara Khong Bun yang menarik hati:
"Kau sudah pulih ?"
Su-to Yan memperhatikan wanita tersebut, dia bertanya:
"Siapa cianpwe?"
Khong Bun berkata: "Aku adalah ibu angkatmu. Khong Bun. Kau di angkat sebagai
anak oleh Sam-kie Ju-Su In Hong bukan" Dia adalah Suaminya."
"Aaau...." Su-to Yan berteriak kaget. Ternyata dia sedang
berhadapan dengan iba angkatnya. Karena itu cepat-cepat dia
memberi hormat. Khong Bun membangunkan Su-to Yan dan berkata:
"Kau baru berkenalan denganku, Bangunlah."
Su-to Yan menengok kekanan dan kekiri, jago Tong-hay tersebut
sudah pergi. "Kudengar bahwa ayah angkatmu itu telah menderita luka parah,
dimanakah kini dia berada ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Suaranya diwanita cantik berbaju hijau Khong Bun sangat lemah
lembut, ramah tamah seperti juga terhadap anaknya sendiri, karena
itulah hati Su-to Yan menjadi terharu.
Su-to Yan membayangkan dirinya sendiri yang sudah menjadi
seorang anak yatim piatu, dia masih membutuhkan kasih sayang
orang tua, seumur hidupnya belum pernah merasakan kesayangan
itu, dan adanya sedikit perhatian yang diperlihatkan oleh Khong Bun
sudah berkesan sekali. Kata-kata lemah lembut Khong Bun adalah orang kedua yang
memperlihatkan dirinya, kecuali Sang guru, si jago Sesat Nomor
Satu Ciok Pek Jiak. Betapa girangnya, bilamana masih bisa men cicipi hidup dengan
kecintaan dari kedua orang tua angkat itu.
Memikir kejadian-kejadian tadi, Su-to Yan bengong terlongonglongong.
Teringat pula bahwa dia harus segera menemui sang ayah
angkat Sam-kie Ju-su In Hong, keadaannya berada didalam luka
parah sekali, karena itulah dia berkata:
"Mari kita mencari ayah."
Demikian Khong Bun bersama-sama dengan Su-to Yan mencari
jejak Sam-kie Ju-su In Hong.
Menurut cerita dua bocah berbaju merah dari Cian san-pay, Samkie Ju-su In Hong sedang berada dalam keadaan luka parah, hanya
beberapa puncak gunung lagi dari tempat tadi.
Karena itulah, tanpa disadari oleh sipemuda dia mengajak untuk
mencarinya. Perselisihan apa yang telah terjadi antara Sim-kie Ju-su In Hong
dan Khong Bun suami istri" Su-to Yan tidak tahu, karena itu dia tak
sadar bahwa dirinya telah diperalat.
Khong Bun adalah seorang jago wanita yang lihay, lidahnya
pintar sekali. karena itulah dia berhasil menipu Cin Bwee, dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menggunakan sedikit akal bulus hampir saja Su-to Yan mati terjatuh
dari atas puncak Gunung Sihir.
Kini dia berhasil menipu lagi Su-to Yan. Mereka telah melewati
tiga puncak gunung, belum juga berhasil menemukan jejak Sam kie
Ju-su In Hong. Satu puncak gunung lagi dilewati, dan Khong Bun bertanya
kepada sipemuda: "Anak Yan, hayo beritahu, dimana adanya ayah angkatmu itu."
Su-to Yan menengok kepada wanita cantik berbaju hijau
tersebut, wajah Khong Bun begitu menakutkan dia menjadi
tercekat. Kata-kata yang seperti di atas tadi tidak patut dikeluarkan oleh
seorang isteri. Su-to Yan mulai menaruh curiga, apa lagi melihat perubahan air
muka Khong Bun, seperti seorang yang sangat cemas sekali, rasa
curiga Su-to Yan itu timbul karena pengalaman-pengalamannya,
bukan satu dua kali, ditipu orang, dan berada disampingnya adalah
seorang lain yang hendak menipunya pula.
"Kukira dibalik puncak yang satu ini," berkata Su-to Yan.
Satu puncak lagi dilewatkan, timbul satu putusan untuk
mendustai wanita itu, karena itu lah Su-to Yan berkata:
"Seharusnya beliau berada di tempat ini."
Khong Bun memeriksa tempat tersebut, tidak ada tanda-tanda
yang menyatakan bahwa Sam kie Ju Su In Hong berada ditempat
itu. "Apa iya?" berkata Khong Bun.


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kukira tidak salah." berkata Su-to Yan. "la sedang menderita
luka yang sangat hebat sekali, dikatakan bila terlambat, dia tidak
dapat menunggu kita lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan sangat menyesal, karena dia sudah mengeluarkan
kata-kata yang seperti itu, tidak ada maksud sama sekali untuk
menyumpahi ayah angkat tersebut mati, untuk menjelajahi hati
wanita berbaju hijau yang mengaku sebagai ibu angkatnya ini,
terpaksa dia berkata demikian, karena itulah matanya menjadi
merah, seolah-olah hendak mengucurkan air mata.
Khong Bun memperlihatkan senyuman iblisnya.
Melihat senyuman seperti, itu diam-diam Su-to Yan
membenarkan dugaannya, bahwa wanita berbaju hijau itu
mengandung maksud yang tidak baik.
Bukan seorang istri sejati, bilamana ia mendengar berita
kesusahan suaminya, dan dapat memperlihatkan senyuman yang
seperti itu, Kini Khong Bun berkata:
"Kalau benar-benar ayah angkatmu sudah meninggal dunia,
akupun hendak melihat kuburannya. Sayang ditempat ini tidak ada
kuburannya." "Bagaimana kalau mengajukan usul. kita berpisah mencarinya?" Su-to Yan "Boleh juga." Khong Bun menganggukkan kepala. Dia setuju,
"Bilamana ada sesuatu kabar, beritahulah kepadaku, aku menetap di
pulau Tong-hay." "Baik." Demikian mereka berpisahan, Su-to Yan meneruskan usahanya
yang hendak menemui Sam-kie Ju-su In Hong.
Khong Bun kembali kepulau Tong-hay, Betulkah Sam-kie Ju-su In
Hong tidak berada ditempat itu"
Sam kie Ju-su In Hong masih berada ditempat tersebut, dia
mengetahui kedatangannya Khong Bun, mereka suami istri telah
terjadi perselisihan besar. Karena itulah ia tidak mau menampilkan
dirinya, diikutinya percakapan diantara Su-to Yan dan Khong Bun,
dia menganggukkan kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mengetahui bahwa Khong Bun sudah pergi dari tempat tersebut,
Sam kie Ju Su In Hong menampilkan dirinya.
Su-to Yan berteriak girang:
"Ayah..." dia segera menghampiri dan bertekuk lutut, memberi
hormat kepada ayah angkat.
Sam kie Ju-su In Hong mengelus-elus kepala Su-to Yan, dengan
sabar ia berkata: "Aku sudah mengikuti
langkahmu benar! Tepat!"
pembicaraan kalian aku mengerti, Diajaknya Su-to Yan kesuatu tempat, itulah sebuah goa, mulut
goa lebarnya setinggi manusia, ternyata Sam kie Ju Su In Hong
menyembunyikan diri didalam goa ini.
Mereka duduk dalam goa itu.
"Ayah, kau tidak terluka?" bertanya Su-to Yan.
"Duduklah, Biar kuceritakan panjang lebar" berkata Sam kie Ju su
In Hong. "Ayah, mengapa kau tidak mau menemuinya?" bertanya Su-to
Yan. Orang yang dimaksudkan adalah istri Sam kie Ju su In Hong,
wanita berbaju hijau yang bernama Khong Bun tadi.
"Kau harus bersabar, jiwaku sudah dekat menemui ajalnya, maka
sedikit lagi tempo untuk berkumpul denganmu, Dari itu dengarlah
apa yang hendak kuceritakan, tentang riwayat hidup ayah angkatmu
ini." Sam kie Ju su In Hong mulai bercerita:
"Dahulu kala, rimba persilatan berada di bawah kekuasaannya
tiga tokoh jago silat, tokoh pertama adalah Thian Kho Cu, tokoh
kedua Tan-sim Taysu, dan tokoh ketiga adalah jago dari daerah
Tong-hay Kie Toojin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan memasang kuping panjang-panjang, tentang Thian
Kho Cu, sudah lama dia kenal, nama itu seringkali disebut orang,
ilmu pedang Maya Nada adalah salah Satu warisan yang sangat
istimewa, Tentang Tan-sim Taysu, dia juga pernah dengar nama tersebut,
si padri berwajah putih halus yang bernama Put-in Taysu, orang
yang pernah mendorong pergi Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu itu,
adalah murid tertua dari Tan sim-taysu, Su-to Yan juga pernah
dengar cerita tentangnya.
Tokoh ketiga yang dikatakan oleh Sam-kie Ju-Su In Hong, tokoh
silat dari daerah Tong-hay yang bernama Kie Toojin itulah yang ia
belum pernah dengar. Sam-kie Ju-Su In Hong meneruskan ceritanya:
"Aku adalah anak murid Kun-lun-pay, orang yang bernama Put-in
Taysu itu adalah Suhengku, dan Cia Ciu Nio adalah sumoayku."
"Aaaa...." Su-to Yan hampir berteriak kaget, Hubungan mereka
begitu dekat sekali, ternyata diantara Sam-kie Ju-su In Hong, Put-in
Taysu dan Cia Ciu Nio adalah tiga saudara seperguruan.
Sam-kie Ju-su In Hong meneruskan lagi ceritanya:
"Aku dan Put-in bersama-sama mencintai Sumoay kami Cia Ciu
Nio." Lagi-lagi cerita yang mengejutkan Su-to Yan, dia mendongakkan
kepala memandang sang ayah angkat.
Sam-kie Ju-Su In HOng menghela napas, dia berkata perlahan:
"Itu waktu, hubungan diantara saudara-saudara perguruan kami
itu sangat baik sekali, terjadinya cinta kasih segi tiga telah
menimbulkan sedikit kericuhan, karena itulah aku pergi
meninggalkan mereka menuju ke Tong-hay, maksudku membiarkan
mereka menjadi suami isteri."
Sam kie Ju su In Hong berpikir sebentar dan meneruskan kembali
ceritanya: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku menuju kearah pulau Tong-hay, di sana menderita cidera,
aku ditolong oleh tokoh silat ternama Kie Toojin, Kie Toojin itu
adalah paman dari isteriku, Kie Toojin adalah paman Khong Bun. itu
waktu Khong Bun melayaniku dengan baik sekali, dan setiap hari
kami bergaul bersama, dibawah persetujuan Kie Tojin, kami
menikah menjadi suami isteri. Kie Toojin pernah memberitahu
kepadaku, bahwa kemenakannya itu mempunyai maksud tujuan
yang tidak baik, betul-betul kini kudapat buktikan, belakangan
kuketahui dengan pasti bahwa dia memiliki hasrat yang besar sekali,
setiap maksud tujuannya yang tidak tercapai, pasti diganggu,
Maksudnya menikah dengan aku adalah mengandung maksud
tertentu." Su-to Yan menganggukkan kepala, kini betul-betul ia mengerti,
hampir saja dia ketipu oleh Khong Bun. Sudah jelas maksud Khong
Bun tidak baik, Entah apa yang hendak dicari oleh wanita berbaju
hijau itu. Dari cerita berikutnya, Su-to Yan tahu mengapa Put-in mencukur
rambut dan menjadi padri.
Karena ditinggalkan begitu saja oleh Sam-kie Ju-Su In Hong, Cia
Ciu Nio patah hati, diantara mereka bertiga, Put-in cinta kepada Cia
Ciu Nio, Cia Ciu Nio cinta kepada Sam-kie Ju su In Hong, dan Samkie Ju Su In Hong hendak menjodohkan Sumoay dan suhengnya itu,
karena itulah dia pergi ketempat jauh, menuju kepulau Tong-hay.
Maksud baiknya Sam-kie Ju-Su In Hong tidak menemukan
tempat, Put-in juga sudah menyucikan diri menjadi seorang padri.
Dipulau Tong-hay, Sam-kie Ju Su In Hong sangat disayang oleh
gurunya, semua ilmu kepandaian Kie Toojin telah diserahkan
padanya, Karena inilah menimbulkan iri dan dengki hati Khong Bun,
sebagai kemenakan dari Kie Tojin, dia tidak mendapatkan sebanyak
apa yang Sam kie Ju su In Hong dapatkan.
Khong Bun mengharapkan sesudah menikah dengan Sam kie Ju
su In Hong, diapun ingin memiliki semua ilmu kepandaiannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bukan Khong Bun saja yang hendak memiliki ilmu kepandaian
Sam-kie Ju-Su In Hong, disamping dirinya masih ada dua orang lagi,
mereka adalah In Hay-hong dan Hoa Tie.
In Hay-hong dan Hoa Tie juga murid-murid dari Kie Toojin lebih
suka kepada Sam-kie Ju Su In Hong, dia tidak begitu tertarik oleh
sifat-sifat In Hay-hong dan Hoa Tie. Lebih-lebih lagi tidak tertarik
oleh sifat-sifat Khong Bun, karena itulah semua ilmu kepandaian
dicurahkan kepada Sam-kie Ju-Su In Hong.
Menurut urutan, Hoa Tie adalah murid tertua, tapi dari sekian
banyak tokoh-tokoh itu ilmu kepandaian Hoa Tie lah yang terendah.
Ilmu catatan Kie Toojin tercatat dan disembunyikan disuatu
tempat tertentu, sebelum meninggal dunia, Kie Toojin berpesan
kepada Sam kie Ju-Su In Hong, bahwa catatan ilmu itu terlalu
ampuh sekali, dia, Sam-kie Ju su In Hongpun belum tentu dapat
memahaminya, dan terlebih lebih lagi kedua murid lainnya, dan
Sang kemenakannya juga, dia berpesan agar tidak menyebut letak
nama tempat dari tempat penyimpanan catatan ilmu kepandaiannya
kepada Hoa Tie, kepada In Hay-hong, dan juga kepada Khong Bun.
Sesudah Kie Toojin menutup mata, Betul-betul Sam kie Ju-su
Hong merahasiakan hal tersebut.
Kejadian ini bersangkutan menimbulkan iri hati ke tiga orang yang Atas ajakannya Khong Bun, Hoa Tie dan In Hay-hong
menggabung menjadi satu, mereka bertiga bersekongkol untuk
menghadapi Sam-kie Ju-Su In Hong.
Selama beberapa tahun, terjadi perang dingin.
Hoa Tie dan Khong Bun telah begitu akrab sekali, dengan adanya
Khong Bun yang menjadi istri Sam-kie Ju-su In Hong, mereka telah
meracuninya, Sam kie Ju su In Hong di beri makan Cek-Sio-co,
itulah rumput yang mengandung racun lambat, bekerjanya sangat
perlahan sekali, bila tidak dirasakan oleh yang bersangkutan, tidak
mudah diketahui. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sedikit demi sedikit, Sam kie Ju Su In Hong diberi makan Ceksin-co, karena itulah isi dalamnya telah menjadi rusak perlahan demi
perlahan, Sam kie Jusu In Hong tidak berhasil meyakinkan ilmu
kepandaian yang lebih tinggi.
Mengetahui bahwa dirinya telah diperlakukan jahat oleh sang
istri, Sam kie Ju su In Hong meninggalkan pulau Tong hay, menuju
kearah Tionggoan. Dia berusaha mencari obat, tapi tidak berhasil. Khong Bun masih
tidak puas, iapun menyusul.
Demikian singkatnya cerita Sam kie Ju su In Hong.
"Sepuluh tahun aku berkutet dengan racun-racun jahat yang
bekerjanya perlahan didalam tubuhku, sepuluh tahun aku berusaha
hendak menemukan bibit baru dalam rimba persilatan, akhirnya aku
berhasil, aku berhasil menemukanmu, bakat-bakatmu baik, hatimu
jujur, aku telah mewariskan sebagian ilmu kepandaian kepadamu,
Maksudku adalah tidak melenyapkan ilmu kepandaian."
Demikian Sam-kie Ju su In Hong mengakhiri ceritanya, Dia
terbatuk-batuk. Su to Yan kaget, cepat-cepat dia berkata:
"Oh, Sudahlah. jangan banyak cerita lagi, tunggu sesudah
penyakit ayah sembuh!"
Sam-kie Ju su In Hong menggoyangkan kepala, dia berkata:
"Aku tahu, penyakit yang seperti ini tidak mungkin baik-baik,
mereka terus mengintil dibelakangku, Mereka hendak memaksa aku
menyebutkan dimana tempat disembunyikannya catatan ilmu silat
Kie Toojin." Setelah berkata Sam kie Ju-su menatap Su-to Yan.
"Aku hendak mewariskan ilmu kepandaian yang terakhir. Lihat
baik-baik." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sam kie Ju Su In Hong segera memperlihatkan tiga tipu jurus
ilmu pedang. Mata Su-to Yan terbelalak, tipu-tipu ini agak mirip dengan tipu
Hiat kong cit hian dari Hui-eng-cap-pa-san, tapi arahnya
bertentangan juruspun berlawanan.
Sesudah mendengar cerita pendekar rajawali emas Kie Eng, Suto Yan mengerti, bagaimana harus menggunakan ilmu-ilmu
menyingkirkan diri tapi dia tidak menyangka bahwa pedang yang
ditangan kanan dapat digunakan juga ditangan kiri, dengan tipu
yang sama, bahkan bisa mengandung siasat yang lebih sempurna.
Sam-kie Ju-su In Hong selesai memperlihatkan tipu-tipu itu dan
berkata: "Nah, baik-baiklah kau pahami tipuan tadi," Dia melempar
pedang dan bersila, memeramkan kedua matanya.
Su-to Yan kaget, wajah ayah angkat itu sudah menjadi pucat
pasi, segera dia berkata: "Bagaimana?"
Sam-kie Ju su In Hong bergoyang kepala dan berkata:
"Aku terlalu banyak mengeluarkan tenaga."
Disaat ini telinga Su-to Yan yang tajam dapat menangkap suara
derapan kaki orang diluar goa, segera ia membentak: "Siapa ?"
Pada mulut goa terpeta bayangan seorang itulah bayangan
seorang padri dengan wajahnya yang cakap dan halus, berdiri
mendatangi ke arah mereka. inilah suheng Sam-kie Ju-su In Bong
yang bernama Put in Taysu.
Sam kie Ju SU In Hong juga menoleh ke-arah mulut goa,
menyaksikan keadaan sang suheng segera ia berusaha hendak
bangkit dari tempat duduknya.
Secepat itu pula Put in Taysu segera berkata:
"Sute, jangan banyak peradatan, duduklah."
Su-to Yan bertekuk lutut dan berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Su-to Yan memberi hormat kepada supek."
Put in Taysu mengangguk-anggukan kepala, membangunkan Suto Yan.
Kini ia duduk disebelah Sam kie Ju-su In Hong dan berkata
dengan perlahan: "Sutee, tidak kusangka kau berada ditempat ini, aku bersyukur
bahwa kita masih dapat bertemu kembali, bagaimana keadaan
selama perpisahan kita ini" Baik-baik sajakah" Sumoay juga
mengharapkan bertemu muka denganmu."
"Terima kasih, Aku baik saja," Sam kie Ju-su In Hong berkata:
"lnilah nasib peruntungan yang buruk, betul-betul jiwa manusia
berada ditangan yang kuasa, kukira inilah pertemuan kita yang
penghabisan kali." ia berkata dengan wajah yang sangat sedih, dan


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua matanya dipejamkan duduk seperti sedia kala.
Pat in Taysu menganggukkan kepala, lalu berkata:
"Aku dapat memahami kesulitanmu, aku juga tahu maksud
tujuanmu, Legakanlah hatimu, aku bisa baik-baik menjaga Su-to
Yan." Sam-kie Ju su In Hong masih tetap duduk ditempatnya, dengan
kedua mata tetap dipejamkan.
Put in Taysu lama sekali memandang keadaan Sang sutee, dan
lama juga dia berdiam seperti itu, akhirnya in menundukan kepala
rendah, dan berkata dengan nada suara yang sangat sedih:
"Ayah angkatmu telah berangkat kealam baka !"
Su-to Yan kaget, tidak disangka bahwa apa yang Put-in Taysu
katakan itu betul-betul terjadi, sang ayah angkat meninggal dunia di
hadapannya. Semua kejadian-kejadian terbayang kembali Su-to Yan
mengucurkan air mata, Dihadapan jenazah sang ayah angkat itu, ia
menyembah sehingga empat kali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Put-in Taysu juga menyebut nama Budha:
"Omitohud, ayah angkatmu hidup secara jujur kesatria, belum
pernah dia meminta pertolongan orang juga belum pernah
melakukan kejahatan, kau harus banyak mengikuti pelajaranpelajaran darinya."
Dengan air mata bercucuran Su-to Yan menerima petuah-petuah
itu. Put-in Taysu berkata lagi:
"Jiwa raga jenazah ayah angkatnya dan rajawalinya akan kubawa
ke gunung Kun-lun, bila ada waktu kau juga turutlah kegunung itu."
Su-to Yan memberikan janjinya.
Dan betul-betul Put-in Taysu membawa jenazah Sam-kie Ju-Su In
Hong, keluar meninggalkan goa, gerakkannya begitu cepat sekali,
hanya beberapa enjotan, dia sudah lenyap dari pandangan mata Suto Yan.
Lama sekali Su-to Yan berada ditempat itu.
Benak pikiran Su-to Yan masih mengenangkan kejadian-kejadian
tadi, ia dapat melihat bagaimana Sam-kie Ju-su In Hong
memejamkan mata meram, meram, meram, terus meram.
Pemuda itu melanjutkan perjalanannya, pikirannya sangat kusut
sekali. Su-to Yan berjalan pikirannya masih kusut. disepanjang tepi sungai Tiang-kang, Apa yang harus dilakukan olehnya"
Ayah angkatnya mati dibawah kekejaman dan komplotan Hoa Tie
dan Khong Bun, Su-to Yan wajib menuntut balas ini.
Dikala dia sudah hendak mengambil putusan tepat, tiba-tiba
seorang menghadang didepan dirinya, orang ini adalah Seng-mo
Leng Kho Tiok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan tertawa berkakakan Seng-mo Leng Kho Tiok berkata:
"Ha, ha... senang sekali bertemu denganmu."
Su-to Yan mengerutkan alis, lagi-lagi dia bertemu dengan orang
aneh ini. Tindak-tanduk Seng-mo Leng Kho Tiok susah sekali diduga
atau diterka. Sambil menepuk dadanya sendiri Seng-mo Leng Kho Tiok
berkata: "Mengapa wajahmu begitu aneh" Kau jangan takut kepadaku,
aku Leng Kho Tiok memang kukoay, tapi aku bersedia
mengorbankan jiwaku untuk sahabat baik yang sepertimu ini."
Mendengar kata-kata Leng Kho Tiok tadi, Su-to Yan tertegun, Dia
tidak menyangka sama sekali kalau bekas musuh ini mempunyai
hati sangat setia, sehingga diam-diam ia merasa malu kepada
dirinya sendiri. Segera Su-to Yan berkata: "Maafkan aku."
Seng-mo Leng Kho Tiok tersenyum.
"Kau hendak kemana?" Suaranya penuh perhatian.
"Ke pulau Tong-hay." berkata Su-to Yan,
Seng-mo Leng Kho Tiok berkata:
"Keadaan dirimu belum begitu mengijinkan lebih baik kau
memelihara kesehatanmu dahulu."
Su-to Yan tidak menjawab perkataan itu.
Leng Kho Tiok tidak perduli atas sikap yang Su to Yan perlihatkan
kepada dirinya, ia bertepuk-tepuk tangan sebentar, maka didalam
rimba muncul kacung-kacung dengan membawa dua ekor kuda,
kuda itu kuda jempolan langsung menghampiri mereka.
Dengan tertawa berkakakan Seng-mo Leng Kho Tiok berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudah kuketahui bahwa kau menderita luka, maka sengaja
kusediakan dua ekor kuda ini agar kita bisa melakukan
perjalananku." Lagi-lagi Su-to Yan terkejut, ia semakin tidak mengerti, mengapa
Seng-mo Leng Kho Tiok bisa berbuat baik kepadanya" Mungkinkah
mengandung sesuatu maksud tujuan" Apa maksud tujuan itu" Dia
harus berhati-hati. "Hei, tidak bersediakah kau melakukan perjalanan denganku?"
berkata Seng-mo Leng Kho Tiok.
Su-to Yan menatap orang tersebut, hanya beberapa saat
akhirnya diapun berkata: "Baik." Dan mereka berdua mulai melakukan perjalanan.
Malampun tiba, setengah hari kedua orang itu berjalan bersamasama, tanpa pembicaraan lagi, masing-masing menutup mulut.
Menyusuri sungai Tiang-kang, akhirnya mereka sudah mendekati
pantai, Menengok ke-arah air laut yang bergelombang tenang itu.
Seng mo Leng Kho Tiok berkata:
"Hari sudah menjadi malam, Lebih baik kita istirahat ditempat ini.
Menunggu sehingga esok pagi, kita meneruskan perjalanan diatas
air." Su-to Yah menganggukkan kepala setuju. Mereka lompat turun
dari kuda masing masing, dan memandang kearah air laut yang
jauh. Seng-mo Leng Kho-tiok tidak bicara lagi, Su-to Yan sedang
berpikir, apa yang terkandung didalam hati Seng-mo Leng kho-tiok
mengapa dia tidak bertanya sebab musababnya?"
Kedua orang itu beristirahat ditepi pantai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Malam makin larut, tiba-tiba telinga Su to Yan dapat menangkap
satu suara terompet kiong yang ditiup, semakin lama semakin
kencang dan akhirnya begitu menderu-deru.
Su-to Yan memeriksa kearah sekelilingnya, apapun tidak terlihat.
Kedatangan suara terompet kiong itu membuat ia heran sekali,
aneh sekali. Menengok kearah Seng-mo Leng Kho Tiok. jago tersebut masih
diam ditempatnya. Disana Su-to Yan hendak beristirahat lagi, dia dapat melihat satu
bintik merah diatas permukaan air. Dia terbelalak, bintik merah itu
semakin lama semakin besar, dan terjadi kebakaran !
Kebakaran itu mulai mengelilingi dirinya, Su-to Yan menoleh
kearah Seng-mo Leng Kho Tiok, jago tersebut sudah lenyap secara
mendadak. Maka kini api itu membesar dan mengurung Su-to Yan.
Hati Su-to Yan tergerak, dia segera teringat kepada ilmu silat
Thio Sek Bun. Apa yang terjadi dihadapannya?"
Itulah ilmu sihir Thio Sek Bun! Dia masih hendak menyelakakan
Su-to Yan. Karena kelengahan sipemuda, maka dia seolah-olah
merasa dirinya telah berada dikurung oleh lautan api.
Terbayang lagi didepan mata Su-to Yan, wajah-wajah Sam-kie
Ju-Su In Hong, direndengi oleh Cin Bwee, dan dibelakang mereka
juga ada Ie Han Eng, terlalu banyak sekali orang didepan mata Suto Yan.
Tanpa disadari sama sekali, Su-to Yan bergerak maju.
Tiba-tiba terdengar suara yang membentak keras:
"Tetap diam ditempatmu yang semula!"
Su-to Yan sadar, begitu dia membuka mata, Seng-mo Leng Kho
Tiok sudah berdiri didepan mata, Baju Seng-mo Leng Kho Tiok
penuh dengan darah, kiranya habis melakukan pertempuran hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Orang yang menghardik dan menyadarkan Su-to Yan dari impian
tadi adalah Seng-mo Leng Kho Tiok.
Su-to Yan memandang kearah jago tersebut, dia hendak
meminta keterangan, apa yang telah terjadi"
Dengan dingin Seng-mo Leng Kho Tiok berkata:
"Kau telah disihir oleh sikakek tukang tenung Thio Sek Bun,
beruntung ada aku yang kulihat kau sudah mendekati air laut,
dalam keadaan tidak sadar diri lagi, Hampir kau terjun membunuh
dirimu sendiri." Hati Su-to Yan mengkirik dingin, dia heran, mengapa kejadian itu
terjadi begitu cepat sekali "
Terdengar suara Su-to Yan bergumam: "Dia datang kesini ?"
Yang diartikan dengan dia adalah sikakek tua Thio Sek Bun.
"Betul." berkata Seng mo Leng Kho-tiok. "Belum lama aku telah
bertempur dengannya sengit sekali."
"Bertempur sengit sekali?" bertanya Su-to Yan, dia hanya
merasakan kejadian itu berlangsung cepat.
"Tentu: Kau, kira belum lama" bukan main hebatnya." berkata
Seng-mo Leng Kho-tiok. Ternyata, dikala Su-to Yan mendengar suara terompet kiong itu
berbunyi, Seng-mo Leng Kho Tiok juga dapat menangkap adanya
suara orang ditempat tersebut, Dia menghampiri kesana, dan
tampak olehnya seorang yang bertangan satu dengan rambut
diriap-riapkan keatas dengan mulut berkemak-kemik membaca
mantera, entah apa yang dilakukan orang itu. Maka segera Seng mo
Leng Kho Tiok membentak: "Siapa kau ?" Orang dengan bertangan satu, rambut riap-riapan kusut dan
mulut terkumat-kamit itu adalah si kakek tukang tenung Thia Sek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bun, ia pedang membacakan menteranya, untuk menjatuhkan Su-to
Yan. Dibentak oleh Su-mo Leng Kho Thiok, Thio Sek Bun agak
terkejut, dia menggunakan sihir lainnya, hendak menenung jago tua
ini. Seng mo Leng Kho Tiok tidak mempan diguna-guna, segera dia
membentak: "Manusia keparat, berani kau mencelakakanku?"
Dan pada saat itulah sukma Su-to Yan sudah mulai dapat
diterbangkan, setapak demi setapak menuju kearah permukaan
laut. Seng mo Leng Kho Tiok membentak lagi: "Jahat kau, mengapa
hendak mencelakakan kawanku?"
Dan dia meneriaki Su-to Yan, tapi pemuda itu tidak dapat
mendengar teriakannya. Munculnya Seng mo Leng Kho Tiok mengejutkan Thio Sek Bun,
segera kakek tukang tenung ini berkata:
"Sebetulnya aku tidak bermusuhan dengan kau, bagaimana kau
hendak mencari setori denganku?"
"Hm mencari setori, enyahlah. Kau hendak mencelakakan Su-to
Yan, dia sudah menjadi kawanku."
Membarengi kata-katanya, Seng mo Leng Kho Tiok menyerang
kearah Thio Sek Bun. Dan terjadilah pertarungan yang sengit:
"Orang lain boleh takut kepada ilmu sihirmu, tapi aku, hmm...
Seng mo Leng Kho Tiok dapat melayani dengan hebat."
Thio Sek Bun berkata: "Kau dijuluki Setan Kehidupan, itu hanya untuk menakut-nakuti
anak kecil saja, tetapi terhadap aku, hmm..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tapi Thio Sek Bun tidak dapat memberikan perlawan yang lebih
lama, dia terdesak terus menerus, akhirnya tidak berhasil menekan
kekuatan Seng mo Leng Kho Tiok, karena itu dia melarikan diri.
"Awas pembalasanku, Thio Sek Bun belum pernah melupakan
dendam." Sebelum lari, sikakek meninggalkan ancamannya.
Seng mo Leng Kho Tiok menghampiri Su-to Yan dan membentak,
itulah serentetan kejadian-kejadian yang sudah lalu.
Demikian singkatnya cerita bagaimana Seng mo Leng Kho Tiok
mengusir Thio Sek Bun. Su-to Yan berterima kasih kepada Seng-mo Leng Kho Tiok,
adanya kawannya berhasil menghindarkan banyak kerewelan
sikakek muda tukang tenung Thio Sek Bun, hampir saja dia
terjungkal lagi. Ternyata Thio Sek Bun sakit hati atas terpapasnya sebelah
tangan. Dia hendak menuntut balas, dan inipun tidak berhasil.
Seng mo Leng Kho Thiok memeramkan matanya, dia mengambil
waktu untuk beristirahat.
Tiba-tiba... Mata Seng mo Leng Kho Thiok yang dimeramkan itu terbelalak
lebar, kupingnya dipanjangkan, dia seperti dapat mendengar ada
suara berkeresek yang datang.
"Ada orang." dia memperingati Su-to Yan.
Su-to Yan juga dapat menangkap adanya suara itu, ia
menganggukkan kepala. Tampak Seng mo Leng Kho Tiok menaikkan sepasang alisnya,
badannya ditelungkupkan sedikit, seperti seekor harimau yang
hendak menerkam, dan siuut, dia melejit kearah datangnya suara
berkeresek tadi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Betul-betul disana ada orang, gerakannya Seng mo Leng Kho
Tiok cepat dan gerakan kedua orang itupun cepat pula, berbareng
dari kiri dan kanan menyerang Seng mo Leng Kho Tiok.
Seng mo Leng Kho Tiok mendorong tangannya, masing-masing
dengan tangan kiri dan kanan menerima serangan kedua orang itu.
Terdengar geramnya yang keras, tubuh Seng mo Leng Kho Tiok
terpental balik. Ternyata, pertarungannya dengan Thio Sek Bun telah membuang
banyak tenaga, dan itulah sebabnya mengapa dia tidak sanggup
menjatuhkan kedua lawan itu.
Membarengi gerakan Seng-mo Leng Kho Tiok, Su-to Yan pun
sudah menyusul, adanya kejadian tersebut mengejutkan sipemuda,
dua orang yang berhasil menjatuhkan Seng mo Leng Kho Tiok
adalah dua orang berbaju loreng, itulah jago-jago dari istana belang
Khong kiok kiong. Munculnya Su-to Yan yang hendak membantu Seng mo Leng Kho
Tiok, dibarengi dengan munculnya beberapa orang, mereka
berpakaian belang, inilah orang-orang dari golongan Khong kiok
kiong. Yang menjadi pemimpin rombongan ini adalah si Rajawali Merah
Bin Hwee Wee dan Sersan Lima Tiang Sun Hoa.
Terdengar Bin Hwee Wee memberi perintah kepada orangnya:
"Tangkap kedua orang ini. Mereka sudah terluka."
Apa yang dikatakan oleh Bin Hwee Wee sangat tepat Keadaan
Su-to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mengizinkan mereka
bertempur pula, mereka masih berada dalam keadaan terluka.


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang-orang dari istana belang mulai mengurung maka dengan
gelagat seperti itu, agak sulit juga bagi Su-to Yan.
Disaat inilah muncul satu bayangan berwarna kuning mas,
dengan suaranya yang garing dan merdu bayangan ini membentak:
"Tunggu dulu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Orang-orang dari istana Belang, termasuk juga Bin Hwee Wee
dan Tiang Sun Hoa, tidak satupun yang tidak terkejut, mereka
menoleh dan segera memberi hormat kepada orang baru datang itu.
"Kiongcu." merekapun menyembah. Disana telah bertambah
seorang gadis berpakaian kuning emas, inilah yang dipanggil
Kiongcu, inilah orang yang menjadi pemimpin istana Belang Khongkiok-kiong. Kiongcu berarti tuan putri, Ternyata, istana Belang
Khong-kiok-kiong berada dibawah pimpinan seorang gadis yang
masih muda belia. Gadis itu mengulapkan tangan, maka semua orang-orangnya
bangkit kembali. Su-to Yan memperhatikan gadis berbaju kuning emas itu,
potongannya sedang, wajahnya cantik dan manis, sepasang sinar
matanya memancarkan cahaya, agak mirip dengan Ie Han Eng, tapi
memiliki keagungannya masih berada diatas Ie Han Eng.
Langsung gadis tersebut menghadapi Su-to Yan, kini ia membuka
suara: "Kau yang bernama Su-to Yan ?"
Su-to Yan menganggukkan kepala, dia membenarkan pertanyaan
tersebut: "Betul."
Gadis itu berkata lagi: "Kudengar kau tidak bersedia menyerahkan kitab ilmu pedang
Maya Nada, bukan ?" "Kukira demikian." berkata Su-to Yan.
"Bisakah kau memberitahukan ilmu itu kepadaku?" bertanya lagi
sigadis. "Aku bersedia memberitahu padamu, tapi dengan syarat."
berkata Su-to Yan. "Syarat apakah itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku hendak mendapat sedikit berita tentang kakek dan kedua
ayah bundaku." Si nona tertegun, kemudian melirik kepada Tiang Sun Hoa dan
Bin Hwee Wee, kepada kedua orang inilah dia mengajukan
pertanyaan: "Apa kau tidak memberitahukan kepadanya?" Bin Hwee Wee dan
Tiang Sun Hoa berkata dengan tersipu-sipu:
"Sudah kami beritahu. Tapi dia tidak percaya."
Maka gadis itu menghadapi Su-to Yan lagi, dia berkata kepada
sipemuda: "Kakek dan kedua orang tuamu itu telah tiada."
Sepasang sinar mata Su-to Yan memancarkan sinar buas, tapi
tidak lama, sinar mata itu redup kembali.
Gadis yang menjadi pimpinan golongan istana Belang Khongkiok-kiong berkata:
"Giliranmu yang harus memberi tahu, dimana adanya catatan
ilmu pedang Maya Nada itu ?"
Dengan tawar Suto Yan berkata:
"Kitab ilmu pedang telah direbut oleh kalian."
Gadis istana Belang itu menjadi marah, segera dia membentak.
"Tidak mau kau berterus terang ?"
"Sudah kukatakan, bahwa kitab ilmu pedang Maya Nada telah
direbut oleh kalian." berkata Su-to Yan.
"Hm.,." gadis itu mengeluarkan dengusan dari hidung,
memandang kearah rombongan orang-orangnya memberi perintah.
"Tangkap mereka !"
Tiang Sun Hoa, Bin Hwee Wee dan lain-lain jago istana belang,
mengurung Su-to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok, maka puluhan
tangan itu mulai menyerang mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mendelikkan mata, semula ia hendak melawan, tidak
berhasil, sudah lama mereka menderita luka dalam, Su-to Yan
menjadi agak lelah, satu kelengahan, dan ia telah tertotok orang,
Disaat itu juga ia jatuh pingsan.
Su-to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok jatuh kedalam tangan
orang-orang istana Belang.
Beberapa lama kemudian, dikala Su-to Yan sadar dari
pingsannya, dia mendapatkan dirinya telah berada dalam sebuah
kamar yang bergoyang, inilah sebuah perahu besar, dia sudah
dibawa berlayar entah hendak dibawa kemana"
Su-to Yan mendongakkan kepala, tidak jauh dari mana dia
terbaring, berdiri seorang gadis berpakaian belang, inilah pemimpin
dari golongan Khong kiok-kiong, kini ia telah mengenakan pakaian
seragamnya. Gadis Khong-kiok kiong itu memperlihatkan senyuman yang
menggiurkan, tanpa terasa, Su-to Yan menjadi tertarik.
Su-to Yaa seperti terbawa oleh arus kecantikan dari si tuan putri
istana Khong-kiok-kiong, maka dia tidak dapat membuka mulut,
beberapa saat menatapnya sedang dibanding-bandingkan,
bagaimana perbedaannya dengan Ie Han Eng, Cin Bwee, dan gadis
ini. Si gadis bernama Bun In Hiang, dia sudah mewarisi dan menjadi
penguasa penuh dari istana Belang Khong kiok-kiong, karena
menurunkan kedudukan ayahnya.
Setelah berpandangan lagi beberapa lama Bun In Hiang berkata:
"Kau menatap wajahku saja, apa yang sedang kau pikirkan?"
Su-to Yan gelagapan, "Oh, Oh..." dia menjadi gugup.
"Oh apa?" bertanya Bun In Hiang.
"Aku sedang membandingkan wajahmu dengan seseorang."
"Dengan siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan menundukkan kepala,
"Mengapa kau tidak bicara?" Bertanya Bun In Hiang.
"Aku belum tahu," Berkata Su-to Yan dengan suara rendah, "Apa
yang menjadi maksud tujuanmu?"
"Kitab ilmu Pedang." jawab Bun In Hiang singkat.
"Lagi-lagi urusan itu yang kau besar-besarkan."
"Su-to Yan." berkata Bun In Hiang sungguh-sungguh.
"Sebenarnya, aku hendak merusak ilmu kepandaian silatmu,
mengingatkan kau ini sudah menjadi yatim piatu aku tidak tega. Aku
hanya menginginkan kitab ilmu pedang Maya Nada itu. Kalau kau
bersedia menyerahkan kepadaku kitab itu, segera kuberikan
kebebasan." Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepala, dia berkata:
"Sebenarnya, kitab ilmu pedang Maya Nada sudah jatuh kedalam
tangan kalian, bukan?"
Bun In Hiang memperlihatkan sikapnya yang tidak puas, dengan
marah ia berkata: "Kitab yang didapat oleh anak murid Istana Khong-kiok-kiong
dahulu itu, telah direbut oleh kakekmu Su to Pek Eng,
dihadiahkannya kepada Ie Siauw Hu, dan dengan susah payah kami
berhasil merebut kembali, kakekmu datang menyusul keistana kami,
dikatakan olehnya, bahwa kitab tersebut dapat mengganggu
ketenangan daerah Tionggoan, dia hendak meminta kembali,
kakekku bersedia menyerahkan kitab tersebut dengan janji,
bilamana dia berhasil mengalahkannya, dan terjadilah pertarungan."
"Kemudian?" "Dua puluh tahun kemudian, ayah dan ibumupun menyusul tiba,
kakekku sangat percaya bahwa kitab itu adalah kitab yang asli,
karena salah melatih diri, dia Masuk Api. Dan bersama-sama dengan
kakekmu, kedua orang tuamu, mereka meninggal dunia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan berdiam sebentar, kemudian berkata:
"Yang kumaksudkan ialah kitab ilmu pedang yang berada pada
Kong-Sun Put-hay." Sigadis Bun In Hiang menjadi marah, bentaknya:
"Mungkinkah ada kitab ilmu pedang Maya Nada yang keluar?"
"Hmmm,.." "Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung, "Kitab
yang kalian dapatkan itu adalah palsu, kitab yang berada dalam
tangan Kong-sun Put-hay juga kitab palsu."
"Dari mana kau dapatkan ilmu pedang Maya Nada?" bertanya
Bun In Hiang. "Kepandaian ini kudapat dari sebuah goa kuno, disana Kong Sun
Put-hay meninggalkan catatan-catatannya, Dan juga sembilan
macam ilmu silat jaman purbakala pula."
Sigadis berpikir lama dan akhirnya ia dapat mempercayai
keterangan sipemuda, karena itu ia berkata:
"Apa yang kau terangkan tadi masih bisa kuterima, Baiklah, Aku
percaya." Dengan tertawa Su-to Yan berkata:
"Tentu saja kau harus percaya."
Gadis itu membenamkan pikirannya kearah yang lebih dalam.
Su-to Yan menghela napas, perlahan-lahan dia berkata:
Badminton Freak 3 Goosebumps - 29 Darah Monster Iii Cahaya Bertasbih 4
^