Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 10

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 10


seorangpun orang2nya Thian-cu-kauw.
Dalam pada itu imam inipun melihat suteenya, Cao-
sat Tojia sudah dalam genggaman musuhnya dan Lim
Tiang Hong juga sudah menerjangnya. Maka ia sudah memikir kalau malam itu kekalahan mutlak adalah
bagiannya. Ia tak berani meneruskan pertempuran itu, maka sambil memperlihatkan wajah murung, menuding Lim Tiang Hong dan berkata dengan nada gemas:
"Malam ini kau boleh merasa bangga. Lihatlah nanti, ada satu hari akan kusuruh kau tahu sampai dimana lihaynya Liong-houw-koan!"
Sehabis berseru demikian, lantas imam itu lompat
melesat ke belakang kelenteng dan lantas menghilang.
Lim Tiang Hong juga tak mengejar, diawasinya saja imam itu berlalu sambil tersenyum menyeringai.
Tiba2 teiinganya mendengar suara geraman hebat,
lalu tedengar suara jeritan ngeri. Ketika ia berpaling, ternyata Ho-siu Ciat-liong dalam murkanya yang me-902
luap2, sudah menghajar batok kepala Cao-sat Tojin hingga otak imam itu berantakan bermandikan darahnya sendiri dan dia mati seketika itu juga! Tetapi orang tua muka merah itu juga nampak mundur ter-huyung2.
Kiranya, pada waktu Lim Tiang Hong menyerahkan
Cao-sat Tojin dengan mendorong badannya kearah Ho-siu Ciat-liong tadi, Cao-sat Tojin telah menggunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya menyerang pundak Ho-siu Ciat-liong dengan menggunakan ilmu jarinya Kan-goan Cao-cie. Dan orang tua muka merah itu, yang tak menduga perbuatan imam itu, telah terkena serangan telak. Untungnya kekuatan tenaga dalamnya telah
mencapai tingkat tertinggi, lagipun Cao-sat Tojin masih dalam keadaan terluka, maka serangannya itu tidak membawa akibat luka terlalu parah. Lim Tiang Hong yang baru menyaksikan belakangan Ho-siu Ciat-liong mundur ter-huyung-huyung, lantas membimbing orang tua itu sambil berkata: "Apakah Lociaopwee tidak
terluka?" Ho-siu Ciat-liong sambil ketawa getir dan
pelembungkan dada berkata: "Luka tak ada artinya ini kuanggap sepi"
903 Hakekatnya, orang tua muka merah sudah terlalu
lelah, hingga wajahnya waktu itu nampak pucat pasi.
Kalau ia masih coba berkata demikian, se-mata2 melulu untuk menutupi kekurangannya, demi nama baiknya
Thian-lam Ngo-liong. Cobalah bayangkan, Ho-siu Ciat-liong yang
merupakan tokoh kuat dari tingkatan tua, merobohkan musuhnya saja masih dibantu oleh seorang kawan muda.
Dan ia sendiri ternyata pun sampai terluka. Apabila ia mengaku terluka parah, kemana harus ditaruh mukanya"
Lim Tiang Hong mengerti jalan pikiran orang tua
itu, maka ia lantas berkata dengan suara menghibur
"Luka sudah tentu tak berarti apa2 bagi kita orang2
kang-ouw, tapi ada baiknya kalau kita berjaga-jaga"
Lalu dari dalam sakunya, dikeluarkannya lagi sebutir Soat-som wan yang lantas dimasukkan ke dalam muut orang tua itu tanpa minta permisi lagi.
"Locianpwee harap suka telan pil ini, supaya
kesehatan Locianpwee lekas pulih kembali"
Ho-siu Ciat-liong merasa sukar menolak pemberian
yang sudah dekat mulut itu maka terpaksa lalu
ditelannya juga. Dengan perasaan bersyukur orang tua 904
ini lalu ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Anak muda, sungguh hebat kau. Jauh terlebih kuat daripadaku si tua bangka ketika masih jayaku. Jikalau kau nanti ada kesempatan dan pergi ke Thian-lam, datanglah kekota Thay-lee mencari aku. Sampai disini sajalah kita berpisah dulu"
Setelah mengucapkan perkataan, orang tua itu
lompat melesat kedinding tembok kelenteng dan
sebentar saja lantas menghilang dari hadapan si anak muda.
Kedatangan Lim Tiang Hong ke Liong-houw-koan
kali ini boleh dibilang sudah menyelesaikan dua tugas sekaligus. Nyalinya naga raksasa telah dapat direbut kembali dan kematian Tiat-ciang Kim-liong pun telah dibalas. Maka setelah Ho-siu Ciat-liong berlalu ia sendiri juga lantas berangkat menuju ke kota Kui-lim.
Dikota itu ia menginap semalam, pada keesokan
paginya terus berangkat kekota Kim-Leng. ingin ia menemukan saudara tuanya yakni si Pengemis Mata Satu dan padanya ia mau minta supaya dapat dipakai tenaga orang2 dari golongan pengemis (Kay-pang) untuk
menyelidiki kejadian diselat Bu-ceng-hiap pada waktu itu 905
sebetulnya ada apa sampai Heng-thian It-ouw bisa kabur keluar lembahnya".
Apa sebenarnya yang telah terjadi diselat Bu-cenghiap" Mari kita balik kepada Henghay Kouw-loan. Malam itu, sealah ribut-mulut dengan Lim Tiang Hong,
kemudian pemuda ini berhadapan musuh2 kuat, malam itu sebenarnya si nona sudah tahu kalau Lim Tiang Hong sedang menghadapi banyak kawanan tangguh. Semula
memang maksudnya ingin mau bertempur membantu
pihak si anak muda. Tapi tidak nyana sebelum bergerak tiba2 ada serombongan orang lain yang dilihatnya lari menuju ke selat Bu-ceng-hiap.
Selat Bu-cerg-hiap yang selamanya tak pernah
didatangi orang2 kang-ouw, sudah tentu kedatangan orang2 itu sangat ganjil bagi si nona. Ia lalu mengira akan maksud jahat orang2 itu. Maka lantas
diurungkannya niat membantu Lim Tiang Hang dan dia balik lagi keselat Bu-ceng-hiap.
Ketika tiba dalam lembah benar saja di pekarangan rumah ada serombongan orang2 kang-ouw yang sedang ribut mulut dengan gurunya.
906 Yang terdiri berhadapan dengan Heng thian It-ouw
adalah seseorang tua yang ditangannya mencekal
huncwe (pipa tembako yang panjang), disamping itu masih ada beberapa laki2 berbadan tegap semuanya
dengan pakaian mereka yang ringkas. Saat itu ia dengar suara Heng-thian It-ouw yang sudah gusar agaknya
"Kalian sebenarnya siapa" Begitu berani mati nyelonong masuk ke lembahku ini" Sungguh besar nyali kalian heh!"
Orarg tua itu sambil menyedot huncwenya, telah
menjawab kata2 si nenek dengan nada mengejek: "Siapa adanya Lohu" Apa pedulimu" Aku cuma ingin tanya
padamu Lim Tiang Hong si bocah cilik itu apa pernah datang kemari" Nyali naga raksasanya yang sudah
membatu apa diberikan padamu dan kau simpan".
Heng-thian It-ouw memang ada seorang beradat
aseran serta tinggi hati. Mendengar kata2 kasar demikian serasa pengang telinganya, maka sambi! tertawa dingin lantas menjawab: "Kalau benar dia datang kau mau apa"
Dan kalau tidak bagaimana" Sekali pun nyali naga
raksasanya diberikan padaku, juga tak ada urusan
denganmu. Apa maksudmu menghendaki benda itu"!"
907 Orang tua itu lantas angkat huncwenya diketokkan
pada batu dua kali, lalu dengan sikap tenang berkata pula "Jikalau benar begitu bagaimana?"
Heng-thian It-ouw gusar. Tanpa tanyak kata lagi
dihajarnya orang tua temberang itu.
Sikakek angkat huncwe-nya, menyambuti tongkat
Heng-thian It-ouw seraya katanya: "Orang lain boleh takuti kau Heng-thian It-ouw, tapi buat Lohu. hm!, Sedikitpun kepandaianmu itu tak ada dimataku"
Sambil menyambuti serangan Heng-thian It-ouw ia
menyerang hingga dua orang tua itu melakukan
pertempuran sengit dalam jarak dekat.
Orang tua dengan huncwe sebagai senjata itu
adalah seorang aneh yang telah lama menasingkan diri di daerah perbatasan. Kepandaian dan kekuatan tenaga dalamya sudah mencapai taraf tertinggi. Jarang ia unjuk diri di dunia kang-ouw, hingga namanya tak seberapa terkenal. Munculnya ia sekali ini se-mata2 karena dipancing dan disogok orang lain. Tidaklah heran kalau Heng-thian It-ouw tidak tahu namanya itu. Dan kini mendadak bertarung, tentu ia tak bisa mendapat
kesempatan bertanya. 908 Dua tokoh sama2 aneh dan lama2 pula
mengasingkan diri dari dunia kang-ouw pada detik itu telah mengadu kekuatan satu sama lain. Tidak heran sebentar saja lalu kelihatan satu pertempuran sengit yang jarang tertampak.
Heng-thian It-ouw, meskipun orang dari golongan
kaum Hawa namun kepandaian dan kemahirannya,
hampir semua menggunakan tenaga keras. Tongkatnya yang berwarna merah begitu digerakkan, kecepatan dan kehebatan setiap serangan yang keluar dari situ tidak berada dibawah kebisaan kaum pria menggunakannya.
Sebaliknya bagi orang tua itu, betapapun hebat
serangan2nya, namun bagi Heng-thian It-ouw masih
dapat disambuti atau ditolak dengan tenang dengan tongkat panjangnya. Jarang sekali mengadu kekuatan benar2, apalagi keras lawan keras.
Henghay Kauw-loan yang barusan mendongkol
terhadap Lim Tiang Hong, kali ini mendapatkan banyak orang yang berani masuk ke tempat kediaman gurunya, seluruh kegusarannya lantas ditumplekkan ke atas
orang2 itu. Maka tatkala melihat gurunya telah ber-909
gebrak, ia sendiri lantas mencabut pedang dan
diserbunya rombongan orang kang-ouw itu.
Orang2 yang diserang secara mendadak itu,
meskipun kedatangannya bersamaan dengan si orang
tua bersenjata huncwe, tetapi sebetulnya lak ada
hubungan apapun dengan si orang tua itu. Apalagi
kepandaian mereka, tidak nempil barang sedikit dengan si orang tua. Tatkala Henghay Kouw-loan menyerbu, mereka lantas hunus senjata masing2 dan mengepung gadis itu.
Henghay Kouw-loan yang kepandaiannya dapat
direndengi dengan orang2 kelas satu, sudah tentu
istimewa gerak tipu2nya. Dalam gusarnya lebih2, pedang di tangannya diputarkan sedemikian rupa hingga dalam waktu pendek suara jeritan memilukan terdengar berkali2 saling susul, darah merah nampak berhamburan.
Ternyata pedangnya sudah mengambil beberapa orang korban.
Orang tua yang bersenjata pipa itu dengan Heng
thian It-ouw sebetulnya merupakan tandingan sama kuat sama teguh. Mungkin karena pengaruh suara jeritan orang2 diluar kalangan mereka, maka agak sedikit
910 lengah dia. Kesempatan ini digunakan oleh Heng-thian It-ouw untuk menyerang makin gencar dan memaksa si orang tua mundur berkali2.
Pada saat itu dimulut lembah tiba2 terdengar suara siulan. Si orang tua itu mendadak putar senjata pipanya, dengan cepat membalas menyerang si nenek, kemudian ia juga keluarkan siulan panjang, badannya lalu melesat tinggi dan terus loncat mundur ke mulut lembah.
Heng-thian It-ouw yang beradat tinggi tak mau
membiarkan orang luar menginjak tempat kediamannya.
Ketika melihat orang tua itu hendak kabur, dengan murkanya lantas berseru: "Setan tua! Apa kau masih pikir ingin mabur?"
Lalu sambil putar tongkatnya lantas mengejar
kemulut lembah. Serombongan orang kang-ouw yang bertempur
dengan Henghay Kouw-loan, begitu mendengar suara
siulan dari mulut lembah, juga segera tarik mundur diri mereka dan mundur ke mulut lembah.
Henghay Kouw-loan yang kuatirkan keselamatan
gurunya, tidak mengejar orang2 itu sebaliknya mengikuti jejak suhunya.
911 Akan tetapi kecepatan kakinya tidak dapat
menandingi jejak suhunya. Belum sampai seratus
tombak, sudah tak kelihatan bayangan gurunya itu lagi.
Diteruskan pengejarannya menuruti hatinya masih tak dapat menyandak orang2 yang dikejar. Dalam hati mulai timbul bimbang. Tak tahu ia, meneruskan mengejar atau balik, lagi kemulut lembahkah" Selagi dalam keadaan demikian mendadak terdengar suara orang ketawa riuh.
Lalu disitu muncul serombongan orang2 kang-ouw yang berbaju pendek dan ceiana pendek. Sambil cengar cengir aneh orang2 itu berkata: "Budak! Apa kau mau cari gurumu" Sekarang ini barangkali ia sudah menghadap Giam-lo-ong"
Dengan alis berdiri Henghay Kouw-lonn
membentak: "Kentut! Kalau berani sekali lagi kau
mengaco belo, awas! Aku menghendaki jiwa kalian"
Seorang laki2 wajah hitam yang penuh2 tanda
bacokan golok dimukanya tiba2 maju dua langkah,
sambil ketawa ceriwis berkata: "Nona manis, tuan2mu sekalian ini tidak bergurau dengan nona manis. Malam ini sungguh benar gurumu itu sudah masuk jebakan kami.
Jiwanya telah melayang, itu sudahlah pasti. Sekarang 912
tuan2mu tidak akan menyusahkan satu nona manis,
cuma nona manis suka mengawani kami ber-senang2, itu saja sudah cukup. Ha. ha, ha...."
Henghay Kouw-loan gusar bukan main. Lantas
ditarik keluar pedangnya. Dengan beruntun ia
melancarkan serangan kedirinya laki2 ceriwis tadi.
Ilmu pedang Bu-ceng-hiap sudah amat terkenal
kemahirannya dalam dunia kang-ouw. Sekarang
dilakukan dalam keadaan gusar, sudah terang ganas dan cepatnya melebihi kebiasaan se-hari2.
Selagi orang laki2 itu mundur delapan kaki,
Henghay Kouw-loan yang menguatirkan keselamatan
gurunya, lantas melesat meninggalkan mereka.
Tetapi rombongan laki2 itu tidak cuma sebegitu
jumlahnya. Dipelosok lain telah bersembunyi lain
rombongan, sudah tentu mereka tak mau memberi
kesempatan Henghay-Kouw-loan melarikan diri karena mereka membawa maksud tertentu. Mereka yang
dibelakangpun telah bergerak serentak dan didesaknya terus si nona balik kembali ke tempat tadi.
Henghay Kouw-loan sambil lintangkan pedangnya
membentak dengan suara gusar: "Kalian sebetulnya
913 orang2 apa" Dan apa maksud kalian menghalangi jalan nonamu?"
Seorang laki2 kurus berwajah tirus lantas menjawab sambil ketawa cekikikan: "Heng-thian It-ouw saat ini sudah melayang jiwanya. Kami dengan maksud baik
ingin mengawani nona bermain sebab kami kuatir kalau nona memaksakan diri pergi mengejar, sudah tentu akan mengantarkan jiwa secara cuma2. Buat Heng-thian It-ouw si nenek jelek itu, memang seharusnya atau sudah waktunya masuk dalam peti mati. Orang sudah tua itu tak menjadi soal. Tapi kau nona manis, kau yang masih muda belia dan cantik bagaikan kembang baru mekar ditaman, jikalau sampai ikut2an guru tuamu berkorban, sebetulnya sangat sayang"
Henghay Kouw-loan gusar sekali. Dengan suaranya
yang nyaring lantas nona ini berseru: "Ngaco belo!"
Berbareng lalu menyerang dengan pedangnya.
Laki2 kurus wajah tirus itu berubah air mukanya Ia putar tangannya memapaki serangan Henghay Kow.loan yang datang tiba2, kemudian balas menyerang.
Beberapa orang2 itu kesemuanya merupakan
tokoh2 pilihan dari dunia kang-ouw. Dan laki2 kurus itu 914
begitu bertempur dengan Henghay Kouw-loan, yang
lainnya juga segera turut menyerbu hingga si nona terkurung di tengah-tengah.
Henghay Kouw-loan merasa cemas berbareng
sengit. Seluruh kepandaiannya lantas dikeluarkan semua, pedangnya diputar laksana titiran, hampir setiap
serangannya dilakukan secara ganas. Tapi, betapapun hebatnya serangannya, masih tetap belum mampu
pecahkan kepungan kepungan mereka. Tapi rombongan orang2 itu nampaknya mengandung maksud tertentu,
sebab kecuali mengurung dengan rapat, mereka tidak mau turun tangan keji.
10 jurus, 20 jurus, telah berlalu....
Dalam waktu sekejapan saja, kedua pihak sudah
bertempur hampir seratus jurus. Dalam pertempuran secara demikan, yang rugi sudah tentu pihaknya
Henghay Kouw-loan, sebab dengan seorang diri ia harus melawan musuh yang jumlahnya lebih banyak sudah
tentu per-lahan2 tenaganya mulai habis dan serangannya mulai kendor dan tidak sebegitu ganas seperti semula.
Apalagi Henghay Kouw-loan berkelahi sambii
memikirkan nasib suhunya. Itupun merupakan faktor 915
pula bagi perhitungan untuk ruginya orang kang-ouw, hingga Sama kelamaan keadaannya mulai payah.
Setelah bertempur sekian jam lamanya, keadaan
Henghay Kouw-loan semakin sulit. Tetapi tidak mau menyerah mentah2 dia,
Ia melawan mati2an dengan pengharapan gurunya
bisa lekas2 balik dan memberi pertolongan.
Sedangkan dipihak musuh2nya, karena mereka
mengandung maksud tertentu, ketika melihat keadaan Henghay Kouw-loan sudah mulai payah, mereka makin rapat menyerang dan makin gencar serangan2
dilancarkan, sedikit pun tak memberi ketika nona itu bernapas hingga dengan tak adanya kesempatan balas menyerang, ia keripuhan juga.
Meskipun sangat mendongkol, tetapi apa dayanya"
Maka perasaan pilu dihati nona itu lantas timbul, diam2
lantas berpikir: "Melihat keadaan ini barangkali suhu benar2 sudah jatuh atau dicelakakan mereka. Dan
orang2 ini yang rupanya mengandung maksud tak baik, malam ini rupanya sulit untukku lolos dari mereka.
Memikir sampai disitu Henghay Kouw-loan lalu
menghela napas. Agaknya sudah putus asa dia,
916 anggapnya malam itu adalah malam penghabisan
baginya dan suhunya. Dalam keadaan sangat kritis itu ia sudah ingin
membunuh diri saja. Sebab ia merasa hanya dengan
jaian bunuh diri baru dapat mempertahankan
kesuciannya. Jikalau ia nanti sudah kehabisan tenaga dan benar2 terjatuh dalam tangan kawanan orang2 jahat itu, sudah tentu akan menderita kenistaan yang sangat hebat. Pendeknya pikiran Henghay Kouw-loan pada saat iiu sudah terlalu kalut sekali. Dalam pada itu tiba2
terbayang satu wajah jakap gagah, Lim Tiang Hong.
Bukankah pemuda itu juga sedang bertempur dengan
musuh2nya yang kuat" Kini timbul harapan baru,
mendoakan agar cepat Lim Tiang Hong dapat
melepaskan diri dan menolongnya. Oleh karenanya maka timbul pengharapan baru baginya. Ia mengharap supaya Lim Tiang Hong dalam saat2 begitu bisa muncul secara tiba2 dan memberi pertolongan kepadanya.
(dw-kz) 917 Jilid ke 10 Pengaruh cinta jauh lebih besar daripada segala
perasaan apapun. Henghay Kouw-loan yang pada itu
sudah jatuh cinta pada anak muda itu. Begitu
mengingatnya, semangatnya bangun kembali. Pedang
ditangannya bergerak lagi sangat hebat.
Pihak lawannya semula sudah menganggap si nona
bagai burung dalam kurungan yang akan dapat
ditangkap dengan mudah. Sungguh tak pernah mereka pikir kalau dalam keadaan setengah tak bernapas itu Henghay Kouw-loan bisa mengadakan serangan
membalas. Oleh karenanya maka hampir saja lolos nona itu dari kepungan.
Tetapi rombongan orang2 itu kebanyakan
merupakan orang2 kang-ouw yang sudah banyak
pengalaman, maka perubahan cepat itu dapat
dihadapinya dengan tenang. Dengan demikian Henghay Kouw-loan sebentar kemudian lantas terkurung lagi dengan rapat dan kini tak mungkin lagi baginya keluar lagi dari kepungan yang bertambah rapat itu.
Melihat keadaan demikian Henghay Kouw-loan
dalam hatinya berkata sendiri sambil menarik napas 918
panjang: "Suhu, muridmu sudah kehabisan tenaga. Aku tak mau sampai kau si orang tua kehilangan muka,
sekarang aku hendak pergi.... Adik Hong, encimu sangat menyesal sekali, barusan tak saharusnya aku tanpa sebab menyalahkan kau. Tapi encimu biar bagaimana akas menjaga kesucian dirinya. biarlah dilain penitisan kita bertemu lagi...."
Dalam putus asa dan sedihnya, pedang si nona
sudah hendak menggorok lehernya sendiri....
Tiba2 dari luar medan pertempuran terdengar suara orang membentak "Enci, jangan bingung. Adikmu Lim Tiang Hong sudah datang...."
Lalu sesosok bayangan orang cepat bagaikan kilat
meluncur turun kedalam medan pertempuran. Dengan
beberapa kali mengeluarkan serangan orang2 yang
mengepung Henghay Kouw-loan tadi sebentaran saja
lelah dibikin kocar kacir.
Rombongan orang2 itu agaknya takut benar
terhadap anak muda yang baru datang ini, sebab begitu sampai mereka pada berseru dan kabur sipat kuping.
Orang itu ketika melihat rombongan orang2 itu
sudah pada kabur, segera maju dan mencekal tangannya 919
Henghay Kouw-loan, lalu dipeluknya nona yang sudah lemas itu dan berkata: "Siauwtee karena terlambat sedetik saja, hampir membuat enci celaka oleh mereka.
Apa enci tidak terluka?"
Henghay Kouw-loan setelah bertempur hampir tiga
jam lamanya, tenaganya sudah habis sama sekali. Kala itu karena pergharapan satu2nya cuma pada Lim Tiang Hong, ia masih bertahan terus melawan musuh2nya. Dan kini setelah melihat pemuda idamannya itu muncul tiba2, turun tangan begitu tangkasnya membubarkan orang2
yang mengepung dirinya, lantas susupkan kepalanya dalam dada anak muda itu. Dia pingsan....
Diwajah orang itu nampak senyuman iblisnya.
Dengan cepat dibawa lari nona itu dan terus lari dan lari.
Sampai disuatu kelenteng tua barulah berhenti ia
ber-lari2. Kelenteng tua itu tak ada penghuninya, tetapi disitu keadaannya ada sangat bersih. Orang itu letakkan dirinya Henghay Kouw-loan keatas pembaringan,
kemudian diserbu secara kalap.
Henghay Kouw-loan dalam keadaan tak ingat diri,
tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.
Sewaktu membuka mata dan siuman, baru merasa ada
920 kejadian tidak beres atas dirinya. Sedang disitu tampak
"adik Hong"-nya tengah memeluk dirinya. Anak muda ini mengawasi wajah nona dihadapannya dengan senyuman puas. Heran, sikapnya memperlihatkan tingkah ceriwia, tidak seperti biasanya se-hari2.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan kepalang kagetnya si nona "Adik Hong,
kau...!" Lalu didorongnya anak muda itu dari pelukannya,
tapi orang itu malah maju dan memeluknya lagi semakin kencang.
Henghay Kouw-loan sebetulnya memang telah jatuh
cinta pada anak muda di hadapannya. Maka hari itu, setelah ditolong dari bahaya, sudah bersyukur bukan main. Dan sekarang, ketika melihat tingkah laku anak muda itu yang seperti srigala kelaparan, meski dalam hati merasa tidak senang, tetapi biar bagaimana orang di hadapannya itu tetap adalah pemuda idamannya.
Sekarang, setelah nasi sudah jadi bubur, apa gunanya menolak lagi"
Setelah agak bimbang sejenak, dapat juga hatinya
dipengaruhi oleh rasa simpatiknya. Maka ia lantas balas 921
memeluk, dan berkata: "Adik Hong, dengan cara begini rasanya kurang pantas. Ahhh... kau benar2 keterlaluan"
Dengan cara demikian, dua mahluk itu menjadi lupa daratan dan akhirnya Henghay Kouw-loan dalam
kelelahannya telah tertidur.
Ketika ia mendusin, "adik Hong"nya ternyata sudah tiada, entah kapan ia sudah ditinggalkan dalam keadaan demikian.
Heng hay Kouw-loan kini merasa kaget dan gusar,
hatinya menyesal. Sungguh tak dinyana kalau "adik Hong" nya Itu ada satu pemuda pemogoran. Mengapa
menggunakan waktu selagi orang dalam keadaan tak
berdaya mengambil kesuciannya" Kini dengan begitu saja ditinggalkannya, maka meskipun nona ini cinta sekali pada si pemuda meski sudah rela ia mengorbankan se-gala2nya untuk kekasih itu, tetapi dengan
perbuatannya yang bejad moral itu, biar bagaimana masih harus diselesaikan juga.
Ketika melihat keadaan cuaca, ternyata hari sudah mulai sore. Maka dengan tindakan lesu setelah
mengenakan pakaiannya ia balik ke lembah Bu-ceng-
hiap. Ia masih mengharap suhunya pada waktu itu sudah 922
kembali dalam keadaan selamat. Siapa tahu begitu
sampai di rumah gurunya, Heng-thian It-ouw itu nenek ternyata belum kembali. Maka dalam hatinya lantas berpikir: "Apa benarkah suhu telah mereka celakakan?"
Dengan pikiran tak keruan seorang diri ia kembali keluar dari dalam rumah, berjalan dengan langkah
bearah mana semalam ia melayani musuh2nya. Ia
mencari dengan teliti, namun tak menemukan bekas2
apapun juga. Setelah berpikir sejenak, dalam soal ini lebih baik mencari Lim Tiang Hong atau "suami"-nya lebih dulu. Dan kemudian mengajak pemuda itu bersama2 pergi mencari suhunya.
Karena Heng-thian It-ouw adalah isterinya Bu-ceng Kiam-khek itu juga berarti ia menjadi sumoay Lim Tiang Hong. Sudah barang tentu anak muda itu tak berani menolak permintaannya, lagi pula ia sendiri dengan Lim Tiang Hong, setelah terjadinya kejadian semalam itu, berarti sudah menjadi suami isteri. Maka seharusnya ia lekas mencari anak muda itu untuk merundingkan soal selanjutnya.
923 Mengingat lagi kejadian semalam, wajahnya merah
seketika. Dengan pikiran kalut nona itu terus jalan dan jalan mencari Lim Tiang Hong. Menurut dugaannya, Lim Tiang Hong pada waktu itu mungkin sudah berada
dirumah Sin-soan Cu-kat pergi menemui Siauw Yan.
(dw-kz) Bab 24 SEKARANG mari kita lihat Lim Tiang Hong.
Setibanya pemuda ini kekota Kim-leng, terus
dicarinya rumah Sin-soan Cu-kat.
Sejak meninggalnya Heng-lim Cun-loan, rumah Sin-
soan Cu-kat lantas menjadi tempat berkumpulnya orang2
golongan baik2. Banyak tokoh2 kang-ouw asal orang baik2 yang datang ke kota Kim-leng kebanyakan
menginap dirumah orang pandai itu. Dan ketika Lim Tiang Hong tiba di rumahnya, Sin-soan Cu-kat dilihatnya sedang minum2 arak dengan si Pengemis Mata Satu.
Dua orang tua itu ketika melihat Lim Tiang Hong
muncul, lantas pada balik mata dan ketawa ter-bahak2
"Lotee," kata mereka hampir berbareng, "Kau benar2
hebat. Lembah Hong-hong-kok yang menjadi buah
924 impian banyak orang jahat ternyata telah kau kunjungi, malah sudah berhasil mendapatkan nyali naganya yang sudah jadi batu itu. Penemuan ajaib ini benar2 bisa membuat kami orang tua bangka pada mengiri"
Lim Tiang Hong bersenyum "Semua ini karena
bantuan jiwi Locianpwee sampai boanpwee bisa
menemukan benda ajaib itu" demikian Lim Tiang Hong berkata merendah.
Ketika orang itu selagi enak2nya bicara sambil
ketawa2, Yan-jie mendadak lari masuk sambi! ber-
lompat2an. Nona ini terus lari kedepan Lim Tiang Hong dan berkata dengan nada gembira: "Engko Hong, kenapa hari ini baru kau datang?"
Lim Tiang Tiang Hong memegang tangna nona itu
berkata sambil ketawa getir: "Susah dibicarakan...."
Dalam pada itu tiba2 mata Lim Tiang Hong dapat
melihat mata Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu mengawasinya sambil ketawa2. Maka wajahnya berubah merah seketika dan buru2 menghampiri si Pengemis
Mata Satu. 925 Si Pengemis Mata Satu malah ketawa ter-bahak2
dan berkata: "Mari kita habiskan dulu arak dalam cawan ini"
Setelah itu ia sendiri lantas menghirup araknya
sendiri. Dan Lim Tiang Hong meski tak biasa minum, terpaksa juga mengawani orang tua itu menenggak arak.
Pada saat itu Yan-jie yang sudah tidak sabaran
agaknya, lantas buka mulut lagi "Engko Hong" katanya
"Kau pergi mengantar surat kenapa begitu lama, sampai dua bulan sekarang baru balik lagi" Ada soal2 apakah dijalanan yang bisa melambatkan urusanmu?"
Melihat perhatian nona cilik itu atas dirinya, Lim Tiang Hong bercekat dalam hati. Sebab sejak ia
mengetahui mempunyai tunangan, yakni ketika bertemu dengan Yu-kok Oey-eng, terhadap kawan2 wanitanya
selalu ia berlaku dengan hati2 sekali. Sekalipun ia masih belum tahu jelas apakah Yu-kok Oey-eng itu benar2
tunangannya atau bukan, akan tetapi tak boleh tidak ia merasa perlu kalau ber-hati2 juga.
Ketika ditanya oleh Yan-jie, sambil gelengkan
kepala ia menjawab: "Sungguh panjang kalau mau
diceritakan...." 926 Kemudian ia lantas menceritakan dengan singkat
semua pengalaman dalam perjalanannya.
Si Pengemis Mata Satu nampak garuk2 kepalanya yang tak gatal, setelah kerutkan kening lama juga, baru berkata: "Ini sungguh aneh. Kepandaian Heng-thian It-ouw kutahu benar tingginya. Kenapa sampai ada orang yang berani menyerbu tempat kediamannya" Aku pikir dalam urusan ini tentu ada terselip apa2. Menurut penglihatanku, urusan itu kebanyakan ada hubungannya dengan benda pusakamu, nyali naga pusaka yang sudah jadi batu itu"
Lim Tiang Hong juga menganggap demikian, maka
dengan suara cemas buru2 berkata lagi "Jika cuma
lantaran itu sampai dia si orang tua mendapat
kecelakaan, aku sungguh tak enak terhadap perguruanku sendiri"
Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil goyang2kan
kepalanya: "Karena semua sudah jadi begitu, kau juga tak perlu terlalu gelisah. Menurut pandanganku, sedikit keruwetan meski akan ada, tak nanti bisa sampai orang tua itu ketemu bahaya. Untuk tahun2 belakangan ini, 927
orang yang mampu menggulingkan Heng-thian It-ouw
hanya sedikit saja" Lim Tiang Hong meskipun dalam hati merasa
perkataan orang pandai itu beralasan cukup kuat, tapi biar bagaimana hatinya masih merasa tidak tenteram, hingga untuk sesaat lamanya keadaan hening.
Tiba2 Sin-soan Cu-kat pentang lebar matanya,
dengan suara berat membentak: "Sahabat dari mana
yang datang berkunjung" Mengapa tidak mau turun"
Dengan caramu seperti maling itu jangan sesalkan kalau nanti aku Sin-soan Cu-kat berbuat tak pantas membalas perbuatanmu"
Setelah itu lalu berkelebat bayangan hijau, seorang wanita dengan pakaian ringkas warna hijau sudah
melayang masuk dari atas genting.
Yan-jie lantas mengenali orang yang baru datang
itu, karena pernah sekali ia dimintai keterangan oleh orang itu yang menanyakan Lim Tiang Hong. Maka saat itu ia lalu membentak orang tu: "Aku siang2 sudah tahu kau bukan orang baik2. Hari ini kau datang lagi, mencari kabar apa lagikah"
928 Orang yang baru tiba itu ternyata adalah Henghay
Kouw-loan Ia sudah tidak seperti dahulu lagi, anggapnya itu sudah menjadi isteri Lim Tiang Hong, buat apa malu2
lagi. Dan kini, ketika datang2 melihat Yan-jie begitu kasar dan mengejeknya, sudah tentu agak gusar hatinya.
Seketika itu juga dengan suara dingin menjawab kata2
Yan-jie: "Kau jangan coba berlagak. Apa kau kira
perbuatanmu sendiri pantas dipandang mata?"
Yan-jie tadi telah menyambut kedatangan Henghay
Kow-loan dengan sikap kasar, adapun sebabnya karena ia telah salah paham. Anggapnya nona yang baru datang itu segolongan dengan Im-san Mo-lie, yang datang untuk mencari kabar. Tidak nyana Henghay Kow-loan barbalik demikian mengejeknya, maka cemas juga hatinya,
berbarengpun agak mendongkol. Dan setelah
mengucapkan perkataan "Kau ngaco belo..." lantas
menerjang dan mencakar wajah wanita baju hijau itu.
Henghay Kouw-loan yang saat itu sedang berada
dalam keadaan kesal dan mendongkol, maka ketika
diterjang oleh Yan-jie, dengan alis berdiri menyerang dengan tangannya, mengarah jalan darah Ciok-tie-hiat di badan Yan-jie.
929 Lim Tiang Hong pada saat itu tahu2 sudah menyela
sama tengah sambil berseru: "Jangan salah mengerti.
Semua ada orang sendiri!"
Yan-jie lantas melotot sambil monyongkan
mulutnya "Siapa kata dia orangmu sendiri?"
Pada saat itu si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan
Cu-kat sudah pada memburu. Sin-soan Cu-kat menarik tangan Yan-jie, sedlang si Pengemis Mata Satu
menghadang depan Henghay Kouw-loan.
Lim Tiang Hong lantas memperkenalkan siapa
adanya nona itu. Ia mengira setelah diperkenalkan satu sama lain, tentu kesalahpahaman tadi bisa dibikin habis dengan cepat. Tapi tak tahunya kesalah-pahaman itu selamanya takkan habis karena diantara kedua wanita muda itu bukan berebut apa2, hanya ingin merebut cinta dan hati anak muda itu. Dalam hal ini Lim Tiang Hong sendiri masih seperti berada dalam kegelapan. Sedikitpun ia tak tahu kalau dua wanita itu diam2 mencintainya.
Sebaliknya bagi Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis
Mata Satu dua tokoh kang-ouw kawakan ini sudah lantas mengerti duduknya hal.
930 Setelah semua turun tangan, dua wanita itu
akhirnya tidak jadi berkelahi. Tetapi toh masih pada mendendam dalam hatinya. Siapapun tidak mau
membuka mulut untuk saling tegur. Mendongkol sekali mereka agaknya.
Lim Tiang Hong merasa suasana seperti sudah
panas, maka sengaja ia mengalihkan pembicaraan kelain soal. Sambil ketawa ditegurnya Henghay Kouw-loan "Enci Kouw-loan, malam itu di lembah Bu-ceng-hiap sebetulnya telah terjadi urusan apa?"
"Kau sendirikan ada disana apa tak tahu?" demikian jawab Henghay Kouw-loan ketus.
Lim Tiang Hong dengan mata membelalak tajam
berkata pula: "Aku benar2 tak tahu semula aku
dikerubuti oleh imam2 Lionghouw-koan dan setelah
berhasil pukul mundur mereka aku terus balik ke lembah, tapi sudah tak melihat bayangan kalian murid dan
guru...." "Dan selanjutnya?"
"Selanjutnya aku tidak berhasil menemukan kalian, lantas pergi ke lembah Loan-phiauw-kok maksudku ingin menolong ibuku yang dikabarkan dibekuk mereka"
931 "Perkataanmu ini kepada siapa kau tujukan?"
"Kepadamu tentunya. enci"
"Phui!..." Henghay Kouw-loan mendadak
membuang ludah dan sambil menuding mukanya Lim
Tiang Hong berkata "Kau berani kata juga malam itu kau tidak melihatku?" Dan mukanya lantas merah membara.
"Benar2 aku mencari kau sekian lama, tapi tak
pernah menemukan jejakmu" demikian Lim Tiang Hong dengan wajah kebingungan berkata.
"Kalau begitu ketika aku ditengah jalan ketemu
dengan musuh2 kuat siapa yang menolongku" Dan
selanjutnya.... selanjutnya...."
Berkata sampai disitu, agaknya sukar ingin
mengucapkan yang selanjutnya, parasnya terlebih merah lagi.
Lim Tiang Hong tidak tahu perkataan apa yang
ingin diucapkan nona itu selanjutnya. Dengan wajah minta keterangan ia berkata lagi: "Setelah aku berlalu dari selat Bu-ceng-hiap aku terus ke lembah Loan-phiauw-kok. Di tengah jalan sama sekali belum pernah menolongmu enci"
932 Henghay Kouw-loan melihat Lim Tiang Hong
mungkir malam itu tak pernah melihatnya tentu saja jadi kalap. Hampir saja karena satu jawaban yang
belakangan ini air matanya mengucur keluar.
Dimata orang lain pertengkaran secara demikian
sebetulnya kelihatan terlalu berlebih-lebihan. Tetapi Henghay Kouw-loan sendiri anggap itu penting sekali.
Sebab dengan mungkirnya Lim Tiang Hong dengan
perbuatannya malam itu, tak ubahnya seperti hendak melepaskan tanggung jawabnya dari semua peristiwa di dalam kelenteng tua yang sudah mengorbankan
kesuciannya. Dengan demikian bukankah berarti bahwa kehidupannya selanjutnya akan ditutup habis begitu saja" Maka seketika itu sambil kepalkan tangannya lantas berkata: "Lim Tiang Hong! Mari ikut padaku! Aku ada urusan penting sekali yang ingin dibicarakan dibawah dua pasang mata...."
Dan tanpa berkata apapun lagi kepada yang lain,
nona itu terus lari keluar dengan hati panas sekai.
Lim Tiang Hong terpaksa mengikuti kemauannya.
lari mengikuti di belakang nona itu terus keluar kota.
933 Tiba disuatu tempat yang sunyi, Henghay Kon-loan
tiba2 berhenti. Setelah berdiri berhadapan dengan Lim Tiang Hong
nona itu terus berkata sambil gatrukkan kakinya, "Kau sungguh kejam"
Nona itu lantas mendekap mukanya dan menangis
ter-sedu2. Lim Tiang Hong tahu, selama berkelana di dunia
kang-ouw nona ini berkelana seorang diri hingga menjadi orang kosen yang jarang ada yang menandingi. Ia heran kali ini, kelihatan si nona begitu lemas lesu dan sebentar2 mengucurkan air mata. Bermula sangkanya kelakuan si nona disebabkan karena suhunya belum juga diketahui jejaknya. Maka ia lantas meng-usap2 pundak si nona berkata dengan suara lemah lembut "Enci Kouw-loan, kau jangan salah paham. Di selat Bu-ceng-hiap ada terjadi urusan, buat aku biar bagaimana tak dapat mengelakkan tugasku. Kedatanganku ke daerah Kang-lam ini adalah untuk mencari si Pengemis Mata Satu sekalian untuk merundingkan bagaimana kita harus
bertindak lebih jauh. Sebaiknya berlaku tenanglah enci, 934
suhumu sudah mencapai taraf tertinggi dalam ilmunya, tidak nanti bisa ketemu bahaya"
Dan masih pemuda itu mengira bahwa
perkataannya yang diucapkan dengan sikap sungguh2 itu akan dapat meredakan hatinya. Siapa tahu semakin lama mengeluarkan suara, semakin nyaring suara tangis nona itu. Dan tiba2 si nona berkata dengan suara keras:
"Tidak usah kata2 yang muluk2. Aku cuma mau tanya satu. Perbuatanmu dalam kelenteng tua itu mau kau akui atau tidak?"
"Aku berbuat apa dalam kelenteng tua?" menanya
Lim Tiang Hong dengan sikap kebingungan.
Henghay Kouw-loan yang melihat tetap Lim Tiang
Hong mengatakan tidak tahu semua urusan, membuat
hatinya semakin panas. Dengan kalap ditariknya
pedangnya sampai berbunyi mengaung, dan sambil
menudingkan pedang itu kemuka Lim Tiang Hong
berkata: "Semula aku masih anggap kau orang baik2.
Tidak nyana perbuatanmu lebih dari binatang. Kau
sesudah menggunakan kesempatan selagi aku kehabisan tenaga mencemarkan kesucianku, sekarang ternyata kau mungkir terus! Hari ini kalau kau tidak memberi
935 penjelasan padaku, antara kau dan aku jangan harap bisa hidup berdua2. Kau mati atau aku mampus!"
Lim Tiang Hong yang mendengar kata
"mencemarkan kesucian" itu, bukan kepalang kagetnya.
Dengan wajah penuh rasa ingin tahu berkata lagi
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu" Benar2 aku tak pernah berbuat. Itu pasti adalah perbuatan lain orang yang menyaru sebagai aku. Dan... sekarang bagaimana dengan urusan ini?"
Henghay Kouw-loan sudah barang tentu tak mau
percaya omongan si anak muda. Sambil ketawa dingin lalu berkata: "Mataku tidak buta! Aku tak mungkin bisa salah lihat orang. Jangan main gilalah. Sekali lagi kutanya, mau tidak kau pertanggung jawab kan
perbuatanmu itu?" Bagi seorang wanita, jikalau keadaan tidak
terlampau mendesak, tidak nanti mengeluarkan kata2
kasar atau membentak. Apalagi terhadap orang yang
"dimauinya". Akan tetapi Lim Tiang Hong yang benar2
memang tak pernah merasa melakukan perbuatannya,
dikatakan nona itu, tentu saja tak mau mengaku. Maka ia lalu berkata setelah menarik napas panjang "Enci Kow-936
loan, mohon kau suka percaya keteranganku. Bisakah kau percaya aku semacam orang yang kau katakan"
Dalam hal ini pasti ada sebab lain. Mungkin.... akh!
Barang kali ada orang yang menyaru Lim Tiang Hong lagi"
"Menyaru" Menyaru katamu" Dalam soal lainnya
masih boleh kau kata begitu tapi kalau benar2 ada seseorang menyaru dirimu berbuat tidak patut
terhadapku, Henghay Kouw-loan, maka itu berarti
habislah harapanku untuk hidup...."
Dalam cemasnya kembali Henghay Kouw-loan
mengisak tangis dan ter-sedu2. Rupanya sudah tidak bisa berbuat apa2 lagi nona ini, hanya timbul satu harapan, apabila benar ada orang yang menyaru sebagai Lim Tiang Hong, ia berharap Lim Tiang Hong suka
menjelaskan. Sebab jikalau tidak, bagaimana ia
dikemudian hari bisa menemui orang"
Maka dengan secara kalap nona ini maju dua
tindak. Setelah mencekal lengan Lim Tiang Hong, sambil menangis me-raung2 berkata: "Apa benar kau begini kejam?"
937 "Kau adalah Suciku, tidak nanti aku berani
melanggar ujung rambutmu. Perbuatan itu benar2 bukan aku yang melakukan. Jikalau kau tetap tak percaya, aku boleh bersumpah dihadapanmu kepada Tuhan" Lim
Tiang Hong membersihkan dirinya.
Heng-hay Kouw-loan pikirannya sudah kalut betul2, tiba2 berteriak seperti lakunya orang gila.
Lim Tiang Hong yang melihat tingkah laku Sucinya
yang begitu sedih, mengetahui kalau saat itu kakak seperguruannya itu telah tertekan hebat batinnya, hingga pikirannya jadi berubah. Maka ia buru2 maju dan berkata sambil tarik lengan baju si nona: "Enci kow-loan, harap kau suka berlaku tenang. Urusan sudah terjadi, seperti nasi sudah jadi bubur, lebih baik kita dayakan dengan lain akal, kita cari dulu orang itu dan nanti kita bicara lagi"
Henghay Kow-loan mendadak berhenti ketawa dan
mangangkat pedangnya menyerang Lim Tiang Hong
secara orang kalap. Serangan yang dilakukan secara tiba2 itu, dimana
Lim Tiang Hong sama sekali tak berjaga-jaga. Hampir2
pemuda itu celaka. Saat itu pedang Hong-hay Kouw-loan 938
sudah datang begitu dekat. Nona beringas seperti
keranjingan setan, maka serangannya itu tak segan2 lagi rupanya. Tapi dasar jago tanpa tandingan, dalam si tuasi begitu kejepit, ia masih dapat menghindari serangan Heng-Kouw-loan.
Lim Tiang Hong setelah dapat mengelakkan setiap
serangan dengan ilmu mengentengi tubuhnya yang telah sempurna, terus menerus mencoba meredakan
kekalapannya nona itu. Akan tetapi biar pecah
tenggorokannya barangkali Henghay Kouw-loan tak mau mengerti. Makin lama makin ganas serangannya.
Pada saat itu mendadak muncul satu bayangan
orang, yang dengan cepat mengulurkan tangannya
menyampok pedang Heng-hay Kow-loan dan berkata
dengan suara keras: "Nona! Tahan dulu serangan! Ada urusan apapun, harus dirundingkan dengan pikiran
dingin" Ketika Henghay Kouw-loan menengok, yang
menghalangi tangannya itu ternyata adalah si Pengemis Mata Satu. Tiba2 si nona tancapkan pedangnya yang tersampok tadi ke tanah dan mendadak ia telah ketawa ber-gelak2.
939 Pengemis Mata Satu mengawasi Lim Tiang Hong.
Selagi hendak menanya apa sebetulnya yang telah
terjadi, Henghay Kouw-loan sudah putar tubuh dan lari kabur.....
Lim Tiang Hong semula tercengang. Dan ketika
mendusin Henghay Kouw-loan sudah lari jauh, lantas dengan suara cemas berkata: "Lekas kejar! Lekas kejar nona yang sudah kalut pikiraannya itu. Dengan ia


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendirian, nanti bisa terjadi apa2 yang tidak kita inginkan"
Sambil menarik tangan si Pengemis Mata Satu Lim
Tiang Hong pikir hendak coba mengejar.
Tetapi pada saat itu Henghay Kouw-loan ternyata
sudah tak kelihatan mata hidungnya lagi.
Dua orang itu pasang mata mengawasi keadaan
sekitar tempat itu, masih tidak kelihatan jejak Henghay Kouw-loan. Maki Lim Tiang Hong dengan keheranan
berkata: "Ha, ini begitu aneh. Kenapa sebentar saja sudah hilang?"
Si Pengemis Mata Satu garuk2 kepalanya, dengan
perasaan ter-heran2 pula menanya Lim Tiang Hong:
"Kalian berdua sebetulnya tadi meributi urusan apa sih?"
940 Lim Tiang Hong geleng2kan kepala, lalu berkata
setelah menarik napas panjang: "Lagi2 ada satu
peristiwa hebat" katanya "Loko, dalam urusan ini
bagaimana aku harus bertindak?"
Selanjutnya pemuda ini lantas menceritakan apa
yang dituduhkan terus menerus oleh Henghay Kouw-loan itu padanya.
Terhadap segala urusan didunia kang-ouw,
betapapun besarnya si Pengemis Mata Satu itu selalu bisa bertindak tenang. Ia sudah pernah mengatakan terlebih dulu, segala soal dapat kuatasi. Hanya terhadap soal wanita saja ia merasa pusing kepala.
Maka setelah mendengar penuturannya Lim Tiang
Hong, lalu dibukanya matanya yang cuma tinggal satu, seraya menatap wajah pemuda itu ia berkata: "Lotee, urusan ini sungguh hebat! Sebaiknya kau saja terus terang, kau berbuat atau tidak?"
"Apa kaupun tak percaya Lim Tiang Hong?"
Pengemis Mata Satu merasa sudah kelepasan
omong, maka lantas buru2 memperbaiki "Aku si
pengemis tua" katanya, "karena bingung memikiri soal itu maka aku berkata sembarangan padamu. Lotee,
941 jangan kecil hati, ya" Sekarang sebaiknya kita pulang dulu. Kita rundingkan dengan Sin-soan Cu-kat barangkali ia bisa memecahkan soal ini"
Lim Tiang Hong yang saat itu juga merasa tak
berdaya. Begitu diajak pulang lantas mengikuti balik kerumah Sin-soan Cu-kat.
Selagi kedua orang itu berjalan berendeng, tiba2
dari samping jalan muncul seseorang laki2 dengan
dandanannya yang ringkas warna hitam. Orang itu lantas menyoja memberi hormat dan berkata: "Apa tuan ada To-liong Kongcu?"
Lim Tiang Hong tercengang beberapa saat, lalu
menjawab: "Benar, aku adalah Lim Tiang Hong. Ada
urusan apa tuan mencari aku?"
Orang itu lalu mengeluarkan sepucuk surat yang
lantas diangsurkan dengan kedua tangannya kepada Lim Tiang Hong dan berkata: "Hongcu kita tahu yang tuan bisa pegang kepercayaan, maka Hongcu telah suruh aku yang rendah mencari tuan untuk minta supaya tuan sudi membuang sedikit waktu datang ke Duabalas puncak
gunung digunung Bu-san"
942 Lim Tiang Hong lalu merobek surat yang diberikan
padanya, ternyata tertuliskan nama didalamnya: Sin-lie Hong-cu.
Surat itu hanya bertuliskan beberapa kata, yang
maksudnya mengatakan: Di gunung Bu-san baru2 ini
telah terjadi perkara besar, supaya Lim Tiang Hong suka datang sendiri agar bisa membereskan persoalan itu.
Karena surat itu ditulis dengan sungguh2 dan
urusan rupanya mendesak. Setelah membaca habis surat itu Lim Tiang Hong kerutkan alisnya.
Karena waktu itu ia sedang dibikin pusing oleh
urusannya Henghay Kouw-loan, bagaimana bisa pergi kegunung Bu-san lagi"
Akan tetapi memikir pula, bahwa sebagai laki2
harus dapat pegang janji, yang karena dulu pernah berjanji kepada Sin-lie Hong-cu demikian, bagaimana sekarang bisa pungkiri janjinya dulu"
Si Pengemis Mata Satu yang juga membaca surat itu, dalam hati merasa heran. "Adik kecilku ini benar2
hebat. Dia juga bisa berkenalan dengan 12 Hong-cu dari gunung Bu-san?" begitulah pikir pengemis itu. Tapi iapun cukup maklum bahwa 12 Hong-cu dari gunung Bu-san itu 943
semuanya merupakan orang2 gagah untuk daerah Su-
coan selatan. Kepandaian mereka merupakan aliran tersendiri. Kecuali agak misteri, yang lain, dilihat dari kelakuannya, masih tergolong dalam aliran orang baik2.
Muka dapat berkenalan dengan Lim Tiang Hong, ada
faedahnya. Begitulah ia lantas menama: "Lotee, kau pikir sekarang mau bertindak bagaimana?"
Lim Tiang Hong setelah tarik napas berkata: "Aku
pernah menjanjikan mereka sesuatu, pergi sudah pasti pergi, tapi urusan disini bagaimana?"
Ia berpaling kepada laki2 itu berkata: "Harap tuan suka pulang lebih dulu. Tolong beritahukan pada Sin-lie Hong-cu kalau aku si orang she Lim sedikit hari lagi pasti akan datang"
Laki2 itu ketika mendapat jawaban dari Lim Tiang
Hong menyanggupi datang, wajahnya nampak gembira.
Kembali dengan lakunya sangat menghormat ia menyoja, dan lantas berlalu.
Ketika Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu
kembali kerumah Sin-soan Cu-kat, pertama mereka lihat Yan-jie sedang menanti di ruang tengah dengan Sin-soan Cu-kat di kursi lain.
944 Dan ketika melihat kedatangan Lim Tiang Hong
nona itu segera menanya apa sebetulnya yang telah terjadi"
Lim Tiang Hoag hanya bungkam tanpa menjawab.
Si Pengemis Mata Satu lantas menuturkan apa yang
telah terjadi tadi antara Lim Tiang Hong dan Henghay Kow-loan.
Sin-soan Cu-kat setelah mendengar penuturan hal
Lim Tiang Hong dari pengemis itu, nampak berpikir keras. Sedang Yan-jie kelihatan sedang tujukan matanya yang bersinar seram itu sambil bersenyun, namun
senyuman anak dara itu membuat hati Lim Tiang Hong ber-debar2 tak enak.
Sin-soan Cu-kat setelah berpikir lama, tiba2
membuka mulutnya "Menurut dugaan Lohu" katanya,
"perkara ini mungkin suatu akal dan jebakah yang sudah direncanakan baik2 lebih dulu. Maksudnya orang2 itu masuk ke selat Bu-ceng-hiap, adalah hendak merampas nyali naga yang sudah jadi batu. Dengan menyaru
sebagai Lim Siauw-hiap dan mencemarkan kesucian
Henghay Kouw-loan adalah suatu perbuatan membalas maksudnya. Pada tahun2 belakangan ini, orang2 yang 945
bisa menyaru sebagai Lim Siauw-hiap cuma ada. dua orang, satu Im-san Mo-lie dan yang satunya lagi adalah Kauw-cu muda Thian-cu-kauw. Im-san Mo-lie orang
perempuan, tidak mungkin bisa berbuat begitu maka pasti orang yang berbuat itu adalah Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu"
Lim Tiang Hong yang sudah melihat wajah Kauwcu
muda itu, yang memang benar tampangnya mirip
dengannya, lalu merasa bahwa kecuali dia sudah tak mungkin ada lain orang yang berani demikian, maka lantas mengangguk menyetujui pendapat Sin-soan Cukat.
Sin-soan Cu-kat lalu berkata pula: "Buat sekarang ini kita harus bertindak. Pertama, minta saudara Mata Satu ini segera keluarkan perintah pada saudaranya golongan pengemis untuk menyelidiki dimana jejak
Heng-thian It-ou dan muridnya" Kedua, melakukan
penyelidikan secepat mungkin siapa dan orang dari golongan mana yang malam itu menyerbu lembah Bu-ceng-hiap" Jikalau dua2 soal sudah jelas, tahu orang2
yang menyerbu selat itu dari golongan mana, perkara ini selanjutnya gampang untuk dibereskan. Lim Siauw-hiap 946
ingin kegunung Bu-san" Boleh pergi saja. Nanti setelah urusan di gunung Bu-san selesai, perkara penyaruan ini juga pasti sudah akan mendapat keterangan"
Pengemis Mata Satu itu setelah mendengar
keterangan tersebut, lantas berkata setelah ketawa besar: "Kau atur secara itu, bagus sekali. Tak kecewa kau mendapat julukan Sin-soan Cu-kat, aku, si pengemis tua akan segera atur semua urusan"
Maka urusan itu lantas diurus menurut rencana
yang dibentangkan Sin-soan Cu kat tadi.
Lim Tiang Hong hari itu juga lantas berangkat ke
gunung Bu-san dengan mengambil jalan air. Ia yang dibesarkan di daerah utara, dengan perjalanan air merupakan satu perjalanan yang pertama kali.
Disepanjang sungai Tiang kang, pemandangan
alamnya sangat indah. Akan tetapi, ada beberapa tempat yang keadaannya berbahaya sekali.
Ia berduduk di tengah-tengah kapal, menikmati
pemandangan di kedua belah sisinya. Ternyata jauh lebih nikmat daripada jalan di daratan.
Kapal yang ditumpangi oleh Lim Tiang Hong adalah
kapal muatan barang. Maka kecuali sipemilik barang dan 947
beberapa kelasinya, tak ada penumpang yang lain.
Kepada orang2 itu Lim Tiang Hong tidak pikir untuk berkenalan, maka sepanjang jalan jarang terdengar mereka ber-cakap2.
Orang2 di atas kapal meskipun merasa bahwa
pemuda yang ikut mereka itu agak misteri, akan tetapi juga tak seorangpnn yang memperhatikannya lagi selagi selewatnya beberapa daerah.
Selewatnya daerah Gie-ciang, sungai itu
menyempit. Airnya nampak mengaiir amat deras.
Orang2 di atas kapal waktu itu semua pada
ketakutan, begituan para kelasi, juga mulai tegang otak.
Lim Tiang Hong yang melihat begitu derasnya air
mengalir, lekas keluar dari dalam geladak dan
memandang kearah bukit Bu-san yang saat itu lapat2
sudah kelihatan di depan mata. Ia melihat bahwa
dibelakang kapal yang ditumpanginya ada dua buah
perahu kecil yang cepat mengejar kapalnya. Ia yang bermata tajam, sudah lantas melihat kalau orang2 yang menumpangi kedua perahu itu adalah orang2 kang-ouw.
Maka ketika melihat hal itu lantas juga ia tahu bahwa mereka itu pasti mempunyai maksud tertentu, maka
948 diam2 lalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri: "Orang2
itu entah dari aliran partai mana" Apa maksud mereka lu ditujukan padaku?"
Berpikir sampai disitu ia lantas menggerendeng
sendirian dalam hati. Tetapi diluarnya nampak masih tenang2 saja
pemuda ini. Sambil bersedekap ia berdiri diatas lantai kapal, menikmati pemandangan di kedua sisinya.
Pada saat itu orang2 diatas kapal juga sudah dapat melihat dua perahu kecil itu yang mereka anggap pun mengandung maksud tidak baik. Semua memperlihatkan muka cemas, terutama si pengemudi kapal. Dengan
wajah ketakutan orang ini lantas menghampiri sipemilik barang dan berkata: "Celaka! Ada bencana datang.
Lihatlah disana!" Pemilik kapal barang itu adalah seorang saudagar
pertengahan umur. Ketika menengok kearah yang
ditunjuk, benar saja ada dua perahu cepat dengan
penumpangnya orang2 kang-ouw yang pada membawa
senjata tajam. Perahu itu sedang mengejar kapalnya dan waktu itu terpisah dengan kapal kira2 50 tombak saja.
949 Maka dengan wajah pucat lesu saudagar ini lantas berteriak2: "Hai tukang kapal! Sekarang ini bagaimana?"
Tepat pada saat itu dari jurusan muka tiba2
terdengar suara riuh, lalu mendatangi beberapa puluh perahu yang jalannya memapaki kapal besar itu.
Karena begitu lajunya perahu2 itu, sebentar saja
sudah berada di depan kapal besar.
Sekarang ternyata dari belakang dan depan telah
dikurung oleh perahu2 yang agaknya ditujukan kepada kapal besar tersebut.
Lim Tiang Hong juga merasa sangat heran. Baru
saja hendak membuka mulut bertanya sesuatu, tiba2 dari perahu yang datang dari sebelah depan terdengar suara orang berkata dengan berbareng "Anak buah dari Sin-lie Hong-cu yang disini menyambut kedatangan To-liong Kongcu"
Suara perkataan ini lalu disusul pula dengan suara orang lain yang berkata: "Kawanan manusia yang tak bermata! Lekas hentikan kapalmu!"
Sebentar lalu terdengar suara air bergolak, perahu2
itu ketika tiba didepan kapal yang ditumpangi oleh Lim 950
Tiang Hong, mendadak terpisah menjadi dua cabang dan terus menghampiri kapal besar itu.
(dw-kz) Bab 25 DUA BUAH PERAHU yang memencar dari belakang
dengan sangat lajunya itu, adalah perahu2 yang dikirim oleh cabang Thian-cu-kauw didaerah Kang-lam. Mereka telah dengar kabar bahwa Lim Tiang Hong dari Kim-leng dengan ambil jalan air hendak pergi ke Su-cwan. Maka lantas mengutus beberapa orangnya yang mahir dalam air, hingga turun tangan terhadap Lim Tiang Hong diselat yang airnya deras di sungai Tiang-kang.
Dalam pikiran mereka, betapapun tingginya
kepandaian Lim Tiang Hong, kalau saja dapat dilelepkan masuk kedalam air. Mereka tak takuti anak muda itu bisa terbang lagi.
Siapa sangka selagi mereka baru saja hendak turun tangan, perahu yang dikirim oleh Duabelas Hongcu dari bukit Busan dan khusus hendak menyambut kedatangan Lim Tiang Hong justru memilih tempat itu juga. Didalam 951
dua perahu kepunyaan Thian-cu-kauw itu masing2 ada orang kuatnya yang memimpin.
Perahu yang disebelah kiri, dipimpin oleh seorang yang bernama Auw Khek Peng bergelar "Belut Dalam Air".
Sedang perahu yang sebelah kanan itu berada dibawah pimpinan seorang bernama Go-Chit, dengan gelarnya
"Kalajengking Air".
Mereka itu sebetulnya merupakan kawanan iblis
dari golongan hitam di daerah Tong-hay.
Begitu melihat perahu milik Duabelas Hongcu
didepan yang sudah lantas menghalangi maksudnya,
diam2 mereka putar otak dan meng-hitung2 kekuatan pihaknya sendiri dan kekuatan pihak lawan, dan akhirnya lalu mengambil keputusan tidak akan memperdulikan orang2 dalam perahu milik Duabelas Hongcu itu. Lebih dulu mereka hendak menggempur kapal yang
ditumpangi Lim Tiang Hong. Jikalau maksud pertama ini tercapai, sekalipun harus kebentrok dengan orang2nya Duabelas Hongcu dari Bukit Busan, mereka merasa tidak perlu kuatir lagi.
Maka mereka tidak menghiraukan perahu2 yang
datang menyongsong dari muka itu. Dua perahu ini
952 sudah akan menggempur kapa! yang didalamnya ada
Lim Tiang Hong. Dua buah perahu itu diperlengkapi dengan senjata
khusus berbentuk luar biasa. Dibagian kepala perahu2 itu ditaruh semacam bor tajam yang panjangnya kira2 tiga kaki. Bagi kapal atau perahu biasa, apabila kena
diseruduk oleh bor itu pasti akan segera tenggelam.
Selagi dua perahu Thian-cu-kauw ini meluncur
dengan teramat cepatnya dan sudah akan menggempur dekat sekali pada kapal yang ditumpangi Lim Tiang Hong, tiba2 ada semacam kekuatan yang berwujud
angin, dari atas menindih bagian kepala dua perahu tersebut.
Dua perahu itu, yang terpisah hanya kira2 tujuh-
delapan kaki dari kapal yang ditumpangi oleh Lim Tiang Hong. Dan selagi hendak membentur, tiba2 ada
sambaran angin yang meluncur keluar dari serangan tangan, lantas tidak berani menggempur maju lagi dan dengan cepat berpencaran ke bagian kiri dan kanan badan kapal besar tersebut.
Dengan demikian angin yang keluar dari serangan
tangan yang ternyata dilancarkan oleh Lim Tiang Hong 953
sendiri tidak berhasil mengenakan sasaran, hanya air sungai Tiang-kang yang saat itu memuncrat naik setinggi dua-tiga kaki.
Dua perahu yang memencarkan diri ke kanan kiri
badan kapal, kembali hendak menggempur kapal besar tersebut dari sisi kanan dan samping kiri.
Pengemudi kapal besar, semula ketika melihat ada
perahu yang mengejar dari belakang, sudah ketakutan setengah mati. Dan ketika melihat pula dari depan juga ada perahu yang mendatangi, yang ternyata juga
ditujukan ke arah kapalnya, ia jadi menggigil dan kakinya merasa lemas. Mereka sebagai tukang kapal yang sudah biasa mengemudikan kapal setiap harinya, segera
mengenali perahu2 dari dua golongan itu, yang semunya dari golongan orang2 kuat. Tetapi mereka mana tahu apa sebabnya dua golongan itu justru mengarah
saudagar biasa yang menumpang di atas kapalnya.
Dan sewaktu melihat Lim Tiang Hong angkat
tangan tenang2 lantas saja air di depannya berkecebur begitu hebat, baru tahu bahwa penumpang muda yang kelihaian berdandan amat sederhana itu ternyata ada seorang tokoh dunia kang-ouw yang mempunyai
954 kepandaian luar biasa tingginya. Hingga diam2 ia
mengeluh sendiri. Pikirnya bahwa hari ini kapalnya akan hancur. Sekalipun jiwanya sendiri mungkin bisa
ketolongan, tapi kapalnya sudah pasti akan hancur lebur.
Dan seiagi anak buah dalam kapal itu pada berser
kaget, Lim Tiang Hong hanya ketawa dingin. Kedua
tangannya yang semula nampak berpeluk tangan, tiba2
dibentangkan lebar2 kekanan dan ke kiri. Ia menekan dengan tenang, dipermukaan air lain timbul segumpalan angin.
Kapal yang bentuknya begitu besar se-olah2
dibantu oleh dewa tiba2 melesat ke depan sejauh dua-tiga tombak.
Dengan demikian maka dua perahunya Thian-cu-
kauw sekali lagi tidak berhasil makan sasaran, bahkan hampir2 bertubrukan sendiri.
Kejadian gaib itu membuat si "Belut Air dan
Kalajengking Air" pada saling berpandangan, tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Pada saat itu serombongan perahu2 yang datang
dari sebelah atas, sudah mengurung rapat dua
perahunya orang2 Thian-cu-kauv. tadi. Dari atas perahu 955
yang terbagus lantas terdengar orang berkata dengan suaranya yang nyaring: "Sahabat, apa kau sengaja cari setori dengan kami orang2nya Duabelas Hongcu dibukit Bu-san" Apakah kalian sudah tak mempunyai mata"
Tahukah kalian bahwa didalam selat sungai Tiang-kang ini kalian boleh anggap sebagai tempat kalian unjukkan kegagahan dan berbuat sesukanya saja?"
Duabelas Hongcu bukit Bu-san, untuk daerah
perairan sungai Tiang-kang bagian atas namanya sangat kesohor. Jika diwaktu biasa2nya si Belut Air dan si Kalajeagking Air tidak nanti berani banyak tingkah didepan mereka itu, tapi karena sekarang mereka telah menjadi orang-nya Thian-cu-kauw, dalam hati mereka anggap telah mempunyai sandaran kuat, merasa
keadaan telah lebih kuat, lalu si Belut Air menghadap sambil ketawa dingin.
"Selat Sam-hiap di sungai Tiang-kang toh bukan
milik kalian pribadi. Mengapa kami tidak boleh masuk!
Bocah tadi itu adalah tahanan penting Thian-cu-kauw kami yang melarikan diri. Jikalau dia sampai lolos, hm"
Lain kali kalian Duabelas Hongcu bukit Bu-san berat akan menanggung tanggung jawab ini"
956 Orang2 didalam perahunya milik hongcu2 bukit Bu-
san itu, semua merupakan anak buahnya Sin-lie Hongcu yang paling kuat. Mereka juga sudah dapat dengar dan kegagahan To-liong Kong-cu didunia kang-ouw. Mereka dengar juga terhadap Kauwcu Thian-cu-kauw sendiri Kongcu itu tidak takut, apalagi cuma kawanan kurcaci dari cabangnya saja.
Ketika mendengar ucapan sombong orang2 itu,
sudah tentu mereka pada merasa geli dan mendongkol.
Selagi hendak balas mengejek, tiba2 dari bagian atas mendatangi sebuah kapal yang dirias indah, dengan lajunya mendatangi ketempat itu.
Diatas kapal indah itu ada duduk seorang gadis
remaja, dengan parasnya yang angkuh dingin
memandang kedepan. Di kedua sisi wanita ini, berdiri empat orang pelayan wanita.
Gadis remaja ini dengan sorot mata dingin
mengawasi orang2nya Thian-cu-kauw itu sejenak
kemudian bangkit berdiri dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Siauw-moay kelambatan datang setindak, tidak nyana membuat Kongcu jadi kerepotan dan terganggu 957
sedikit oleh manusia2 keparat ini. Siauw-moay
sesungguhnya merasa tidak enak dihati..."
Lim Tiang Hong segera rangkap tangan, sambil
ketawa ber-gelak2 menyahut: "Bukannya Siauwte
takabur dan omong besar. Jangan kata cuma beberapa orang tak ada gunanya itu, sekalipun Pek-tok Hui-mo sendiri yang datang tidak nanti dia bisa berbuat banyak terhadap Siauwtee"
Setelah menutup mulutnya, mendadak nampak
melesat badannya dari atas kapal besar itu. Dengan kecepatan bagaikan anak panah meluncur kearah
perahunya si Belut Air. Lalu dengan gerak tipunya, Khim-liong Pat-jiauw, hanya dalam segebrakan saja, tangannya sudah berhasil menyambar lengan si Belut Air, kemudian melompat balik lagi keatas kapal dimana gadis jelita itu tengah berdiri, diketiaknya terkempit si Belut Air.
Semua kejadian itu terjadi hanya dalam waktu
sekejap mata saja. Si Belut Air sebetulnya ada merupakan salah satu
orang kuat juga di dalam cabang Thian-cu-kauw daerah Kang-lam. Tidak nyana dalam waktu segebrakan saja 958
sudah dibikin tidak berdaya dan malah sudah ditotok jalan darahnya.
Se-olah2 anjing sudah mampus ketika ia
dilemparkan ke geladak kapal, badannya tiada nampak berkutik.
Gadis jelita itu adalah Sin-lie Hong-cu dari bukit Busan. Begitu melihat gerakan Lim Tiang Hong yang
sebagai dewa turun dari langit, dengan caranya yang kelihatan gampang sekali, dari perahu sejarak enam-tujuh tombak berhasil menangkap pemimpin Thian-cu-kauw cabang Kang-lam itu. Kepandaian serupa itu
sebetulnya jauh diluar dugaannya semula, hingga ia merasa kagum dan takluk benar2.
Ia, sebagai gadis yang sering dimanja sejak masih kanak2 selamanya belum pernah merasa takluk kepada lain orang. Maka kali ini boleh dikata merupakan
perasaan tunduk kepada orang lain untuk yang pertama kalinya.
Dan kemudian, dengan merubah kebiasaannya,
lantas terlihat senyuman ramai diatas wajahnya lalu berkata: "Kepandaian Kong-cu begitu mengagumkan
959 Siauw-moay. Manusia2 yang tak tahu diri ini bagaimana harus ditindak, harap Kong-cu suka beri petunjuk"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Tiang Hong yang selamanya berlaku sangat
hati2, sebetulnya tidak sembarang suka pertunjukkan kepandaiannya dihadapan orang banyak. Tetapi kali ini, karena melihat sikap sombong dan congkaknya orang2
Thian-cu-kauw itu, yang agaknya betul2 menganggapnya sebagai tawanan pentingnya Thian-cu-kauw yang harus ditangkap kembali, itulah yang membuat amarahnya meluap2, menganggap patut orang macam begitu diberi pelajaran. Itulah juga yang menyebabkan ia perlihatkan kepandaian utamanya, dan turun tangan menangkap
orang tersebut. Kini, ketika mendengar Sin-lie Hongcu ber-kali2
memuji dan mengangkat dirinya tinggi tinggi serta minta supaya ia yang memberi petunjuk bagaimana harus
membereskan tawanan itu, hatinya mulai merasa tak enak.
Maka ia lantas berkata sambil ketawa: "Sebagai
tetamu, tidak pantas Siauwtee mendahului keputusan tuan rumah. Siauwtee si orang she Lim adalah pihak 960
tetamu, tentu takkan berani merebut haknya tuan rumah maka sebaiknya Hongcu sendiri yang memberi putusan"
Sin-lie Hongcu tidak berlaku sungkan lagi. Dengan suaranya yang dingin mengeluardan perintahnya. "Orang ini tidak punya mata! Dengan berani mati ingin
mengganggu To-liong Kong-cu, maka hukumannya,
kutung tangan. Inilah peringatan bagi siapa yang berani mengganggu Kongcu ini. Yang lainnya uatuk sementara tidak perlu kita usut lebih jauh dan segera suruh enyah dari sini!"
Dari belakang kapal lantas muncul keluar dua laki2
yang berjalan menghampiri si Belut Air. Lantas yang seorang mengangkat tangan si Belut Air, kemudian yang lain membabat dengan telapakan tangannya.
Dan lengan si Belut Air segera lepas dari badannya!
Si Belut Air nampak pucat sekait wajahnya. Keringat di atas jidatnya turun berketel2. Tetapi ia sudah tak mampu bergerak sama sekali, maka hanya me-ringis2
saja. Lim Tiang Hong dengan tenang membuka kembali
totokannya hingga si Belut Air barulah dapat bergerak.
961 Sekalipun darah masih mengucur deras dari
tangannya yang bekas terkutung, ia masih punya
kekuatan untuk berdiri. Sementara itu Sin-lie Hongcu sudah berkata sambil menudingkan tangan kepadanya:
"Kali ini kau boleh merasa enak. Lain kali, berani langgar diri kami ini, lihat akan kami sapu bersih cabang perkumpulan kalian. Dan sekarang, lekas enyah kau dari sini!"
Si Belut Air meski dalam hati sangat mendongkol
diperlakukan demikian, tetapi ia tak berani mengutarakan diwajahnya. Dengan roman gemas mengawasi Sin-lie
Hongcu sejenak, baru berjalan untuk kembali
keperahunya sendiri dan dengan kawan2nya membawa
perahu2nya menyingkir. Sin-lie Honcu setelah melihat perahu mereka telah jauh, lalu berkata pula kepada Lim Tiang Hong sambil tersenyum: "Lim-heng benar2 satu laki2 yang boleh dipercaya. Kali ini, kau sudah datang dengan senang hati, sesungguhnya membuat Siauw-moay merasa
bersyukur dan girang sekali"
Lim Tiang Hong lantas ketawa, dan menyahut:
"Satu laki2 sekali janji berarti ribuan kilo emas.
962 Bagaimana aku bisa tidak memenuhi undangan kalian"
Tapi entah apakah kiranya Hongcu minta aku datang kemari?"
"Disini bukan tempatnya kita bisa bicara leluasa, mari jalan dikediamanku nanti kiia teruskan pembicaraan ini"
Sin-lie Hongcu ini, diwaktu-waktu biasanya selalu bersikap angkuh dingin. Siapapun agaknya tak pernah dipandang mata olehnya. Parasnya yang cantik jelita, kalihatan begitu dingin dan angkuh, belum pernah
seperti hari ini begitu ramai dengan senyum manisnya.
Sejak hari itu untuk pertama kalinya ia berjumpa
dengan Lim Tiang Hong dipinggir rimba Hong-hong Pie-kok ia lantas dibikin kagum dan ter-gila2 oleh sikap dan ketampanan paras pemuda itu. Kali ini, ia minta Lim Tiang Hong datang kebukit Bu-san kecuali untuk minta bantuan tenaganya, juga masih ada lain maksud yang lebih dalam.
Lim Tiang Hong ketika melihat nona cantik itu tidak bicara, tidak mau menanya lebih jauh. Ia hanya
bicarakan hal2 lainnya yang tidak perlu, dan selama 963
bicara itu tahu2 kapal terebut sudah berhenti disamping bukit yang berbatu banyak.
Sin-lie Hongcu lebih dulu lompat keluar dari kapal, lalu persilakan tetamu agungnya mendarat.
Kedua muda mudi ini dengan berjalan
berdampingan, terus menujukan kaki mereka ke dalam lembah.
Sembari berjaian Lim Tiang Hong perhatikan
sikapnya Sin-lie Hong-cu. Ia merasa bahwa nona
disampingnya ini mempunyai sifat ketus dingin, ganas seperti Im-san Mo-lie. Tetapi toh ada lebih baik daripada Im-san Mo-lie. Wanita inipun mempunyai gaya yang
menarik seperti Yu-kok Oey-eng, tetapi tidak mempunyai perangai lebih halus daripadanya.
Pendeknya wanita ini se-olah2 merupakan satu
gadis yang sangat misteri dan sukar dimengerti
perasaannya. Tempat kediamannya Duabelas Honacu dari bukit
Bu-san terletak disebelah selatan dari lembah tersebut.
Itu ada sebuah bangunan yang bagai mahligai
kencana. Dari jauh kelihatan bagai sebuah kelenteng 964
yang berada di-tengah2 rimba, nampaknya sangat
angker. Dua anak muda ini ketika berjaian seratus tombak
didepan gedung istimewa tersebut, tiba2 terdengar suara gemuruhnya suara petasan. Pintu besar yang terbuat dari besi lantas terpentang lebar2. Dari dalam nampak berjalan keluar dua baris anak buahnya Dua belas
Hongcu, yang kesemuanya berpakaian seragam warna
kuning dengan di tangan pada memegang tombak
panjang. Mereka berdiri dikedua sisi, dan setelah itu dari pintu dalam keluar lagi sebelas orang yang bentuknya tidak rata. Begitupun pakaian mereka ber-beda2.
Yang berjaian paling depan, adalah seorang tua
wajah merah dengan pakaiannya yang mewah serta
diatas kepala memakai kopiah tinggi, dengan semangat besarnya. Tangannya nampak menggenggam dua butir
besi yang berkilauan cahayanya.
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya
sendiri. "Ini barangkali 12 Hongcu. Dan penyambutan mereka begitu terlalu luar biasa...."
965 Selagi anak muda ini masih berpikir, Sin-lie Hongcu menyenggol lengannya perlahan. "Toako sekalian pada keluar menyambutmu, mari lekasan kita jalan"
Lim Tiang Hong tergugah dari lamunannya. Ia
buru2 percepat tindakan kakinya.
Orang tua wajah merah itu jauh2 kelihatan sudah
menyoja memberi hormat sembari tertawa ter-bahak2
berkata: "Tidak nyana To-liong Kongcu benar2 suka berkunjung. Ia membuat bukit Bu-san mendapat
kehormatan sangat besar sekali".
Lim Tiang Hong segera menyoja membalas hormat
seraya katanya: "Aku yang rendah si orang she Lim cuma orang tidak berarti dalam kalangan kang-ouw. Mendapat kehormatan begini besar dari Hongcu sekalian,
sebetulnya merasa sangat malu"
Sin-lie Hongcu melirik si pemuda sejenak, lalu
berkata sambil bersenyum: "Jangan terlalu banyak
bicara. Mari aku perkenalkan. Ini adalah Toako kita, Cit-seng Hongcu Oey Pek To".
Selanjutnya diperkenalkannya satu persatu dengan
Hongcu yang lainnya. Sikap Sin-lie hongcu hari ini jauh berbeda dari pada biasa2nya. Parasnya yang tadinya 966
angkuh dingin, kini telah berganti dengan senyumnya yang selalu ramai menghias wajahnya. Ia se-olah2 sudah pandang Lim Tiang Hong sebagai bakal suaminya.
Begitu pula Hongcu2 yang lainnya, juga mempunyai
pikiran serupa, maka setelah melihat wajah rupawan Lim Tiang Hong semua lantai tumplekkan perhatian atas dirinya pemuda itu.
Para Hougcu itu diam2 mengagumi mata lihay adik
mereka yang paling kecil itu, yang mereka sangka sudah mendapatkan pemuda gagah ini sebagai kawan hidup.
Hanya Siong-yang Hongcu yang diam2 merasa tidak
senang. Sebab sudah lama ia mengandung maksud,
hendak merecokkan perjodohannya Sin-lie Hongcu
dengan adik isterinya yang bernama Cu Tek dengan
gelarnya Giok-bin Long-kun. Dan ini, dengan adanya pemuda kosen cakap ini, bukankah berarti bahwa
rencananya selama itu akan ter-sia2 saja".
Rombongan orang2 itu diluar pintu saling memberi
hormat sedang Cit-seng Hongcu lantas mengajak tamu agungnya ini masuk ke ruang penerimaan tamu.
Didalam ruangan itu ternyata sudah disediakan
barang hidangan dan minuman, agaknya spesial dibuat 967
untuk menyambut Lim Tiang Hong se-meriah2nya.
Dengan wajah ber-seri2 Cit-seng Hongcu Oey Pek To tarik Lim Tiang Hong dan didudukkan dikursi kepala, lalu berkata sambil ketawa: "Didalam gunung yang sunyi ini, tidak ada hidangan yang enak untuk menjamu tamu
agung kita. Hanya beberapa cawan arak saja, sekedar sebagai tanda hormat kami"
Lim Tiang Hong yang selalu berlaku merendah
lantas menjawab: "Aku yang rendah belum lama terjun kedunia kang-ouw, apapun tidak mengerti. Hongcu
sekalian telah berlaku begini merendah, sesungguhnya membuatku sungguh tak enak"
Oey Pek To kembali ketawa ber-gelak2, kemudian
berkata: "To-liong Kongcu, nama besarmu sudah kesohor ke-mana2 di kolong langit. Kita masih ada banyak hal yang untuk hari2 kemudian ingin minta bantuan
tenagamu. Apalagi kau ada sahabat karib dengan adik kami yang ke-12 ini"
Lim Tiang Hong biasanya tidak pandai
memperindah kata juga tidak pandai merendah, maka ketika diperlakukan demikian, ia merasa likat sekali.
968 Pada saat itu para Hongcu satu per satu sudah
pada ambil tempat duduknya masing2.
Sin-lie Hongcu dengan sikapnya yang nampak
girang selalu tanpa malu2 lagi sudah duduk di
sebelahnya Lim Tiang Kong. Sikapnya itu
memperlihatkan perhatiannya yang sangat besar
terhadap pemuda itu. Lim Tiang Hong yang diperlakukan demikian,
hatinya tercekat. Berkata kepada diri sendiri: "Celaka!
Kalau dilihat dari keadaan disini, rupanya semua orang sudah kandung maksud lebih dari apa yang ditulis dalam surat. Aku sendiri yang terlibat dalam banyak
permusuhan dan urusan dengan sahabat2 perempuanku, bagaimana aku boleh berlaku sembrono dan paksakan diri pergi juga ke tempat ini?"
Oleh karena berpikiran demikian, maka ia telah
mempersingkat segala persoalannya dan majukan
pertanyaan dengan terus terang: "Para Hongcu sekalian mengundang aku yang rendah datang iemari ada
keperluan apakah?" Cit-seng Hongcu yang sikapnya ramah tamah dan
agaknya senang bergaul, terutama terhadap Sin-lie 969
Hongcu, adiknya yang paling kecil, sudah
diperlakukannya sebagai adik kandungnia sendiri. Ia rupanya sudah dapat menangkap keseluruhan hati
siadiknya itu. Meski kali ini mengundang Lim Tiang Hong kemari memang betul ada urusan, tetapi urusan itu lantas didorong kepundaknya Sie-lie Hongcu. Maka
setelah ditanya oleh Lim Tiang Hong, Hongcu yang
pertama ini lantas menjawab sambil tersenyum: "Tempo hari, ketika Cap jie-moay kembali ke gunung, pernah rnemujikan kepandaian dan kepribadian saudara Lim.
Dan kemudian, atas kebaikan saudara Lim telah
mengembalikan dua lembar robekan kitab Hian-hian Pit-kip. Kami, saudara2 disihi sekalian, pertama ingin menyakslkan dan belajar kenal dengan saudara, dan kedua juga hendak menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan terima kasih dan hormatnya Cap-jie Hongcu terhadap saudara"
Dipuji setinggi langit demikian rupa Lim Tiang Hong merah lebar wajahnya. Ia lalu menjawab sambil ketawa jengah: "Pujian yang berkelebihan ini bagaimana aku sanggup terima?"
970 Sehabis berkata, lalu bangkit dan angkat cawan
araknya, membalas hormat pada 12 tuan rumahnya.
Pada saat itu tiba2 terdengar suara orang bicara
dengan nada seruannya yang kurang enak didengar
"Dengar kabar, kepandaian Lim Siauwhiap telah
menjagoi dunia kang-ouw. Kalau dibandingkan dengan Bu-ceng Kiam-khek pada masa jayanya, agaknya masih dan akan lebih terkenal lagi. Siauwtee yang tak berguna disini ingin minta petunjuk beberapa jurus saja untuk meluaskan pemandangan kita. Tidak tahu apakah
Siauwhiap keberatan atau tidak?"
Perkataan itu meskipun diucapkan dengan kata2
yang merendah, tetapi nada suaranya yang tak enak didengar itu, sebetulnya mengandung tantangan
bertanding. Lim Tiang Hong begitu melihat orangnya yang buka
suara itu ternyata adalah Siong-yang Hongcu. Seketika lantas kerutkan alisnya dan tidak segera menjawab.
Matanya terus mengawasi Sin-lie Hongcu.
Pada saat itu terdengar suara ramai orang bertepuk tangan.
971 Umumnya orang2 itu pada suka menonton
keramaian. Apalagi sebagai orang kang-ouw, yang gemar ilmu silat. Nama besar To-liong Kongcu meskipun telah tersebar luas dikalangan kang-ouw, tapi itu hanya suara dan siaran dari mulut kemulut saja. Dan ketika mereka dapat lihat bahwa Lim Tiang Hong hanya seorang pemuda yang usianya belum lagi mencapai duapuluh tahun, dalam hati mereka sebagian besar timbul rasa curiga.
Cuma oleh karena disebabkan anak muda itu katanya adalah kawan dari Sin-lie Hongcu sudah tentu tidak berani menyatakan terus terang. Dan kini Siong-yang Hongcu telah ajukan tantangan, boleh dikata merupakan alasan terbaik untuk ikutkan meramaikan suasana, maka begitulah tadi lantas disambut dengan tepukan tangan yang amat riuh.
Sin-lie Hongcu yang melihat keadaan demikian,
wajahnya lantas berubah dengan suara dingin lantas berkata: "Jiko, apa maksudmu tindakan ini" Kiia telah mengundang orang yang kita perlukan tenaganya,
bukannya untuk mengajak bertanoding dengan dia.
Lagipun, dengan kepandaian jiko yang cuma sebegitu itu... Hmm...."
972 Siong-yang Hongcu juga lantas berubah wajahnya
dan lantas berkata: "Lucu! Duabelas Hongcu dari bukit Bu-san sudah lama malang melintang didunia Kang ouw.
Sejak kapan pernah mengemis pada orang lain punya bantuan tenaga segala" Kau undang dia kemari
barangkali bukan bermaksud begitu. Hmm, Aku sudah tahu apa yang kau kandung dalam hatimu. Kau tidak pandang mata Ji-komu, maka hari ini aku tidak boleh tidak harus minta dia bertanding untuk menguji
kepandaiannya" Sehabis berkata, Hongcu yang kedua ini bangkit
dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke lapangan.
Sin-lie Hongcu kecuali terhadap toakonya, yakni Cit-teng Hongcu Oey Pek To yang masih dihormati dan
dihargai, terhadap Hongcu yang lainnya sama sekali tak dipandang mata. Begitulah, setelah mendengar suara Siong-yang Hongcu yang mengandung jengekan itu,
selebar wajahnya lantas menjadi merah dan lantas
bangkit seraya berkata: "Aku dengan maksud baik
nasehatkan kau supaya kau jangan sampai hilang muka di depan orang banyak. Terus terang saja, dengan
kepandaianmu yang cuma sebegitu itu, ditangan orang 973
ini tidak sampai tiga atau lima jurus sudah pasti akan kehilangan muka. Jikalau kau sudah bertekad mau
pertunjukkan kepandaianmu itu, marilah, aku saja yang melayani"
Cit-seng Hongcu ketika melihat mereka bertengkar
sendiri, kuatir akan retak hubungan persaudaraan
sendiri, lantas buru2 membentak dengan suaranya yang keras: "Cap-jie-moay, kau tidak boleh berbuat tidak aturan terhadap jikomu!"
Kemudian tangannya menggapai Siong-yang
Hongcu dan kepadanya berkata: "Ji-tee, jangan kau turuti hawa napsumu! Lekas kau balik kemari!"
Siong-yang Hongcu dengan sikap ber-sungut2
berdiri di-undak2an. Tidak berhentinya kedengaran suara ketawa dinginnya.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap orang itu,
dalam hati juga merasa mendelu. Diam2 kepada dirinya sendiri berkata "Orang datang sebagai tamu, kenapa diperlakukan bagai musuh saja" Lagipun, aku toh tidak datang atas kemauanku sendiri!"
Ketika itu ia lantas ketawa lebar dan berkata
"Jikalau tuan benar2 menghendaki aku si orang she Lim 974
memperlihatkan kejelekanku, akan kuterima baik, akan kulayani kau beberapa jurus saja"
Sehabis berkata bagitu dia bangkit, meninggalkan
tempat duduknya dan berjalan menghampiri Siong-yang Hongcu.
Setelah terjadi perdebatan ramai antara Sin-lie
Hongcu dan Siong-yang Hongcu tadi, semua tidak berani bertepuk tangan iagi sebaliknya malah kuatir dengan pertandingan yang akan segera berlangsung itu. Mereka tentu kuatir, jika seandainya terjadi, kedua pihak tak dapat mengendalikan hawa napsu, lantas akan berubah menjadi pertempuran sungguh2 bisa2 akan jadi runyam.
Cit-seng Hongcu yang menjadi kepala diantara 11
Hongcu yang lainnya, biasanya selalu bertindak sangat hati2. Ia maklum, pada saat begitu tidak dapat
membiarkan mereka bertanding. Maka buru2 lompat
bangun dan menghalangi mereka sembari berkata:
"Urusan pertandingan ilmu silat lain waktu baru bisa kita bicarakan lagi. Hari ini, baru pertama kali saling ketemu muka, seharusnya kita ngobrol dan minum2 se-puasnya"
Lim Tiang Hong yang sebetulnya tidak kandung
maksud cari musuh, setelah dipisah oleh Cit-seng
975 Hongcu, ia pun urungkan maksudnya melayani Siong-
yang Hong-cu. Tepat pada saat itu diluar nampak berkelebat satu bayangan orang.
Seorang pemuda baju kuning masuk kedalam
ruangan dengan tindakan lebar. Sikapnya yang begitu angkuh, membuat orang2 sebal. Matanya memandang
Lim Tiang Hong sejenak, lalu menanya pada Siong-yang Hongcu: "Ciehu, hari ini kelihatannya kau begitu gusar, sebetulnya ada urusan apa?"
Siong-yang Hongcu dengan hati mendongkol
menjawab: "Tidak usah tanya dan tidak ada bagianmu disini!"
Pemuda baju kuning itu berkata pula: "Kabarnya
Sin-lie Hongcu telah mengundang seorang yang bernama To-liong Kongcu untuk dimintai bantuan tenaganya. Aku ingiin belajar kenal padanya. Sebetulnya dia ada
berkepandaian tinggi bagaimana sih!?"
Dengan sikap acuh tak acuh Lim Tiang Hong melirik si pemuda baju kuning sejenak. hatinya merasa bahwa orang muda itu meski dedak dan tampangnya boleh
976 dikata cukup lumayan, tetapi sikapnya yang begitu sombong dan sok aksi, membuat ia merasa tidak suka.
Tidak nyana dengan lirikannya ia telah membuat
pemuda itu lantas naik darah dan panik sendiri.
Dengan tindakan lebar berjalan menghampiri Lim
Tiang Hong, kemudian dengan sombong berkata: "Tuan inikah barangkali yang disebut To-liong Kongcu yang namanya banyak disohorkan orang di dunia kang-ouw"
Ha, ha.... Mendengar nama tidak bagai melihat muka.
Kiranya tuan bukan seorang yang mampunyai tiga kepala dan enam lengan.... Ha, ha ha...."
Sikap yang begitu memandang rendah muka orang
itu benar2 akan membuat orang merasa dihinakan.
Lim Tiang Hong yang juga bukan seorang yang
gampang2 diejek, wajahnya berubah seketika. Dengan sorot mata dingin ditatapnya balik mata orang itu dan selagi hendak balas mengejek, tiba2 dibelakang dirinya terdengar suara orang membentak: "Siapa yang berani berlaku tidak sopan kepada tetamu! Lekas enyah dari sini!"
Sin-lie Hongcu sudah bangkit dari tempat
duduknya, lompat sampai kesamping Lim Tiang Hong.
977 Sambil menuding pemuda baju kuning itu, ia
mengucapkan perkataan begini:
"Pemuda itu adalah iparnya Siong-yang Hongcu
yang bernama Cu Tek, gelarnya saja yang bagus, Giok-bin Longkun. Siapa tahu hatinya busuk. Ia sudah lama
"naksir" Sin-lie Hongcu. Cuma Sin-lie Hongcu itu adatnya tinggi, terhadap orang begituan selalu ambil sikap tak perduli. Meskipun Siong-yang Hongcu sudah
menggunakan daya upaya sekuat tenaga, juga tak
berdaya sama sekali terhadap adik seperguruan sendiri itu"
Saat itu si pemuda she Cu itu, melihat Sin-lie
Hongcu berdiri berendeng begitu rapat dengan orang yang dikatakan To-liong Kongcu itu, sedang terhadapnya sendiri mem-bentak2 seperti terhadap orang
bawahannya, amarahnya semakin men-jadi2 maka ia
lantas dongakkan kepala dan ketawa bagai orang gila, setelah itu baru berkata: "Perlu apa kau harus berlaku begitu galak dalam suaramu, Apa kiramu Cu Toaya mu bisa diperlakukan sembarangan?"
978 Sin-lie Hongcu juga agaknya sudah gusar.
Badannya melejit dari samping Lim Tiang Hong dan
lantas menyerang pemuda baju kuning itu.
Giok-bin Long-kun Cu Tek ada muridnya seorang
gaib dari daerah Biauw-ciang. Kepandaian ilmu silatnya mendapat warisan asli, cuma sayang adatnya, ia tidak ambil jalan benar sebaliknya menempuh jalan sesat.
Semua kepandaiannya itu digunakan tidak pada
tempatnya.

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika melihat Sin-lie Hongcu benar2 telah
menyerang, sifatnya yang buas lalu timbul seketika, sengaja ia tidak menyingkir maupun berkelit, bahkan lantas disambutnya serangan itu dengan cara kekerasan.
Perbuatannya itu memang dilakukan dengan
sengaja, maksudnya ingin membuat Sin-lie Hongcu
mendapat malu. Maka ia telah menggunakan tanaga penuh seratus
persen. Sin-lie Hongcu yang tak pernah menduga dan
disambut secara demikian, setelah beradu kekuatan, badannya dibikin terpental sampai mundur dua tindak dan tangannya dirasakan kesemutan.
979 Dalam kagetnya, rasa gusarnya makin men-jadi2.
Sambil membentak ia lompat maju lagi dan menyerang untuk kedua kalinya.
Tetapi perbuatannya itu sudah lantas dicegah oleh beberapa Hongcu yang lainnya.
Cit-seng Hongcu juga dengan wajah gusar berkata
kepada Siong-yang Hongcu: "Jitee, lekas kau ajak keluar iparmu ini! Hmm! Benar2 menyebalkan! Tidak mengenal sopan santun....!"
Cit-seng Hongcu ini adalah merupakan Hongcu
yang teratas. Dia sangat ditakuti dan dihormati sekali oleh semua Hongcu bawahannya.
Kali itu, melihat Hongcu yang tertua ini benar2
unjuk wajah gusar, meski bagaimana perasaannya Siong-yang Hongcu, dengan terpaksa lantas ditariknya Giok-bin Long-kun bagai algojo menggelandang orang hukuman.
Setelah terjadinya peristiwa seperti itu,
kegembiraan dalam perjamuan itu se-olah2 sudah
tersapu bersih. Lim Tiang Hong yang merasa kedatangannya itu
hanya sekedar menepati janji, tidak menyangka akan mendapat perlakuan demikian, perasaannya lantas
980 kurang senang. Ia lalu menghampiri Cit-seng Hongcu, sambil menyoja berkata: "Kedatanganku si orang she Lim ke bukit Bu-san ini sebetulnya ialah untuk menepati janjiku yang pernah kunyatakan kepada Sin-lie Hongcu.
Sekarang disini kalau sudah tak ada urusan aku yang rendah ingin minta diri. Disamping itu aku yang rendah sebetulnya masih terlalu banyak mempunyai urusan, tidak bisa omong2 disini terlalu lama"
"Kejadian barusan harap jangan ditaruh di hati. Aku si tua bangka masih ada urusan penting yang mesti dirunding berdua dengan saudara"
Sin-lie Hongcu yang mendengar maksud Lim Tiang
Hong ingin pergi itu, nampaknya juga gelisah sekali.
Buru2 maju dan menarik-narik tangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang diperlakukan demikian,
terpaksa manahan sabar. Malam itu Sin-lie Hongcu sengaja tempatkan Lim
Tiang Hong ditempat kediamannya sendiri. Untuk
tetamunya ini disuruh pelayannya yang paling cerdik untuk melayani Lim Tiang Hong. Ia yang semenjak
kecilnya hidup selalu dalam kalangan orang miskin, merasa kikuk dengan perlakuan demikian, maka ia suruh 981
dua pelayannya berlalu dan lampu lantas dipadamkan, duduk diatas pembaringan sambil bersila untuk melatih ilmunya. Siauw-yang It-ku Sin-kang.
Kira2 jam 3 malam, dari jauh tiba2 terdengar suara orang saling bentak. Lim Tiang Hong yang daya
pendengarannya sudah melebihi manusia biasa, segera dapat mengenali bahwa suara itu bukan suaranya
penjaga malam, maka ia lantas menduga bahwa malam itu diatas bukit Bu-san ini pasti sudah terjadi apa2.
Dengan tanpa ayal lagi, ia lantas lompat keluar dari dalam kamarnya. Siapa nyana baru saja kakinya
menginjak atap genteng dari tempat gelap tiba2
terdengar suara orang membentak "Bocah, benar saja kau bukan cuma nama kosong belaka. Telingamu
ternyata ada sangat tajam. Tapi entah kau ada
mempunyai itu nyali atau tidak untuk bertanding dengan tuan besarmu?"
Ketika Lim Tiang Hong sudah dapat lihat dengan
tegas, orang yang menantang padanya itu ternyata
adalah, itu Giok-bin Long-kun Cu Tek, yang tadi siang pernah mencari gara2 dengannya. Ia merasa sangat
mendongkol, maka lantas menjawab: "Aku si orang she 982
Lim dengan kau toh tidak mempunyai ganjaian apa2, mengapa kau memaksa hendak mengadu kekuatan
dengan aku?". "Jikaiau kau merasa takut, tuan besarmu juga tidak memaksa, cuma kau harus segera meninggalkan bukit Bu-san ini" katanya Giok-bin Long-kun dingin.
"Aku si orang she Lim, sebetulnya juga tidak
kesudian tinggal disini, tapi karena tuan rumah ada begitu baik hari undang aku datang kemari, terpaksa aku tinggal untuk sementara. Jikalau orang luar paksa aku pergi, aku kepingin lihat orang itu ada mempunya itu kemampuan untuk mengusir aku atau tidak?"
Giok-bin Long-kun kuatir nanti akan membikin
kaget Sin-lie Hong-cu, maka ia lantas berkata dengan suara yang agak perlahan: "Mengadu mulut tidak ada gunanya, mari, kita uji kekuatan masing2!"
Sehabis berkata demikian, ia lantas melesat
kebelakang bukit. Lim Tiang Hong yang berkepandaian tinggi, sudah
tentu tidak merasa takut, maka ia lalu menggunakan ilmunya It-sia Cian-lie secepat kilat sudah menyusul dirinya Giok-bin Long-kun.
983 Sebentar kemudian, kedua orang itu sudah tiba di
satu tanah latar dibawah kaki bukit.
Giok bin Long-kun mendadak hentikan kakinya dan
berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara dingin:
"Memang benar seperti apa yang kau katakan, antara kau dengan aku dimasa yang lampau memang tidak ada ganjalan apa2 tapi kau tentunya tahu juga itu pepatah dari jaman SAM KOK (Tiga Negeri) yang diucapkan oleh Ciu Jie, jenderal dan penasehat kerajaan Gouw, yang berbunyi: "Kalau sudah ada Jie (Ciu Jie), mengapa lahir Liang (Cu-kat Liang atau Khong Beng). Aku si orang she Cu apabila malam ini kalah ditanganmu, selanjutnya akan berlalu jauh ke daerah Biauw-ciang, tidak akan berkelana lagi di dunia kang-ouw. Cuma kau juga jangan sungkan2
lagi. Jika kau yang kalah, hm! Barangkali lembah gunung ini akan merupakan tempat semayammu untuk selama-lamanya. Aku sedikitpun tidak akan memberi hati
padamu" Lim Tiang Hong setelah mendengar keterangan
tersebut, hatinya tercekat. Kini ia telah mendapat kenyataan bahwa ia sedang berhadapan dengan satu
pemuda yang berhati kejam dan ganas, maka ia lantas 984
menjawab dengan suara nyaring: "Dalam segala
pertandingan, sudah tentu ada yang menang dan yang kalah, perlu apa saudara mengucapkan perkataan yang begitu getas?"
"Segala sesuatunya aku sudah terangkan
semuanya, banyak bicara tidak ada gunanya, lebih baik lekas mulai! Diatas bukit Busan ini, malam ini mungkin akan terjadi kejadian apa2!"
Ia tidak memberikan kesempatan bagi Lim Tiang
Hong untuk menjawab, lantas menyerang ke arah dada orang.
Ia sejak kanak2 sudah dibawa oleh pulang ke dalam goa dan kemudian dididik ilmu silat oleh seorang gaib dari daerah Biauw-ciang, maka ilmu silatnya sudah mempunyai dasar baik, kekuatan serangannya itu
sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan.
Lim Tiang Hong meskipun tidak senang atas sikap
orang itu yang begitu jumawa, tetapi sebetulnya juga tidak suka tanpa sebab sesuatu mengadu jiwa. Maka ketika diserang ia lantas geser kakinya mengelakkan serangan tersebut. Sedikitpun tidak dibalasnya serangan tadi.
985 Tapi dipihaknya Giok-bin Long-kun agiknya sudah
tidak perdulikan sikap mengalahnya Lim Tiaug Hong itu.
Setelah keluarkan serangan yang pertama lalu disusulkan dengan serangan2 lain yang beruntun beberapa kali, bahkan setiap serangan diarahkan ke tempat2 yang
berbahaya pada anggaota badan pemuda itu.
Serangannya itu beerganti2 dan nampaknya aneh sekali.
Semua itu telah terjadi tidak menurut tata tertib dari kebiasaan dalam pertempuran. Hingga mau tidak mau Lim Tiang Hong terus mundur ber-ulang2 sampai lima-enam tindak.
Giok-bin Long-kun yang sudah dapat "hawa",
sikapnya semakin garang. Sambil ketawa ber-gelak2 ia lalu berkata: "To liong Kongcu yang namanya begitu disohorkan orang dunia kang-ouw tidak tahunya cuma punya kepandaian yang begitu saja. Ha,.ha.... Aku si orang she Cu hampir saja kena dikelabui dengan nama kosongmu. Ha.ha...."
Sembari berkata, tangannya terus gerakkan
melancarkan serangan2 beruntun sampai delapanbelas kali. Mungkin anggapnya lawannya itu terlalu lemah, 986
maka pada serangan2 berikutnya ini dilakukan kurang gencar dan tanpa pikir dengan perhitungan lagi.
Mendadak ia dengar suaranya Lim Tiang Hong yang
berkata: "Kalau saudara Cu terus2an mendesak dengan cara begini aku terpaksa akan coba2 berlaku kurang ajar"
Mendadak badannya kelihatan lompat melesat
menyusup diantara serangan2 tangan Giok-bin Long-kun yang gencar tadi. Kedua tangannya nampak diulur dan ditarik kembali lalu balas menyerang laksana kilat cepatnya.
Karena kala itu kekuatan tenaga dalamnya sudah
tidak ada taranya, buat dunia kang-ouw yang mampu menandingi kekuatannya barangkali cuma terbatas
beberapa orang saja. Giok-bin Long-kun meskipun termasuk salah satu
orang kuat dari tingkatan muda, tapi biar bagaimana masih belum mampu menyambuti kekuatan Lim Tiang
Hong yang sudah tidak ada taranya itu.
Dalam keadaan kaget dan ketakutan Giok-bin Long-
kun mundur sejauh satu tombak lebih. Dengan biji
matanya yang kelihatan kaget bercampur heran
ditatapnya terus wajah Lim Tiang Hong.
987 Lim Tiang Hong yang tak ada maksud
mencelakakan orang muda itu, lantas berkata sambil menyoja: "Pertemuan antara kau dengan aku itu semua karena terjadi karena ada jodoh, perlu apa harus
bertengkar" Bagaimana kalau kita mengikat tali
persahabatan saja?" Giok-bin Long-kun setelah dikagetkan sedemikian
rupa kini pikirannya mulai tenang kembali. Ketika mendengar perkataan Lim Tiang Hong, bukannya
disambut dengan muka riang, sebaliknya malah
cemberut kecut wajahnya, agaknya masih mendongkol dia, sambil ketawa menyengir berkata: "Kau tak usah pura2! Aku si orang she Cu tahu bahwa saat ini kekuatan tenaga dalamku masih belum mampu menandinginmu.
Tapi ada satu hari pasti akan kuparani kau dimana saja untuk tebus kekalahanku hari ini"
Sehabis mengucapkan perkataannya itu ia menatap
wajahnya Lim Tiang Hong dengan rupa gemas. Lalu
kabur meninggalkan tempat itu.
Lim Tiang Hong yang tanpa sebab merasa telah
menanam permusuhan, dalam hati merasa kurang enak.
Pikirnya: "Orang2 yang ada didunia kang-ouw kenapa 988
begitu banyak yang sifatnya seperti orang ini" Aku tidak mau bertanding dengan dia, dia terus mendesak begitu rupa. Dan kalau kalah, lantas kabur setelah mengancam dan mendendam sakit hati. Dia rupanya tidak pikir, kalau aku yang kalah bagaimana...."
Sendirian Lim Tiang Hong memikirkan tindak tanduk pemuda baju kuning tadi itu. Saat itu rembulan sudah muncul hingga keadaan diatas bukit nampak terang
benderang. Setelah tertiup oleh angin gunung, Lim Tiang Hong merasa otaknya jernih kembali. Ia mendadak ingat
bahwa diatas bukit mungkin ada kejadian apa2.
Bukankah tadi telinganya mendengar suara orang saling bentak"
Maka tanpa berayal lagi lantas digerakkannya
kakinya, lari ke atas bukit.
Hanya dengan beberapa kali gerakan saja ia sudah
berada dibelakangnya itu bangunan gedung yang amat mewah.
Benar saja dugaannya, matanya yang jeli segera
melihat, di tengah lapangan yang siang tadi digunakan untuk menyambutnya, ada kelihatan beberapa bayangan 989
orang yang sedang ber-gerak2. Sinar lampu menerangi tanah lapang tersebut, agaknya ada orang sedang
melakukan pertempuran. Lim Tiang Hong yang berhati mulia merasa bahwa
orang yang mengundang dirinya selagi orang itu berada dalam bahaya, kalau dibiarkan begitu saja dengan peluk tangan, tentu merasa malu terhadap sahabat yang
mengundangnya itu. Setelah berpikir demikian ia lalu lompat melesat
setinggi tujuh-delapan tombak. Di tengah udara
tangannya ber-gerak2.... Gedung yang begitu besar dan luas telah dapat
dilampaui olehnya dan kemudian menukik turun tiba di lapangan tersebut.
Pada ketika itu, di tengah lapangan sedang
berlangsung satu pertempuran sengit.
Pihak lawan yang datang cuma ada empat hweesio
pertengahan umur. Kawanan padri itu kelihatannya
bukan dari golongan orang2 jahat Akan tetapi masing2
mempunyai kepandaian dan kekuatan sangat tinggi.
Sedang dipihak orang2nya bukit Bu-san sudah ada tiga-empat orang yang luka2 dan yang sedang bertempur
990 saat itu, adalah Cit-seng Hongcu, Siong-yang Hongcu, Sin-lie Hongcu dan Tiauw-yang Hongcu.
Cit-seng Hongcu Oey Pek To di dalam Duabelas
Hongcu dari bukit Bu-san itu terkenal karena
kepandaiannya paling tinggi. Kelihatan saat itu Hongcu yang tertua ini bertempur dengan laku tenang, sedang yang menjadi lawannya, kelihaian berimbang.
Sin-lie Hongcu mahir dalam hal ilmu meringankan
tubuh. Ini jutru yang dapat membantu kekalahan tenaga dalamnya yang masih belum seimbang dengan
lawannya. Sebaliknya dengan Giok-yang Hongcu dan Tiauw-
yang Hongtiu, ke-dua2nya per-lahan2 kelihatan mulai keteter. Lim Tiang Hong lalu menduga, tidak sampai sepuluh jurus lagi pasti mereka akan terjungkal.
Kedatangan Lim Tiang Hong itu se-olah2 malaikat
baru turun dari langit, membuat semua orang yang ada disitu pada kaget. Dan orang2 yang sedang bertempur, juga dikejutkan oleh melayangnya badan orang diluar dugaan mereka itu. Karenanya semua orang dengan
tidak sadarkan diri sudah pada kendorkan serangannya.
991 Menggunakan kesempatan tersebut, Lim Tiang
Hong lantas berkata dengan suara nyaring: "Harap
berhenti sebentar, aku si orang she Lim datang!"
Suaranya itu dikeluarkan dengan menyebarkan
kekuatan tenaga dalamnya melalui mulutnya, bisa bikin pekak telinga setiap yang mendengarnya.
Di pihak empat hweesio itu, menduga kalau
Duabelas Hongcu dari Bukit Bu-san telah mendatangkan seorang kuat bagi pihak mereka, maka lalu pada tarik kembali serangan dan lantas mundur sampai delapan kaki. Buru2 pasang mata dan melihat yang baru datang itu, tapi ternyata cuma tampak satu orang yang masih terlalu muda usianya, hingga semuanya jadi tercengang.
Adapun empat hwesio yang datang malam itu,
adalah empat hwesio dari cabang persilatan Ngo-thay-pay. Mereka itu adalah Tie cin, Tie-hui, Tie-kok dan Tie-tlong. Semuanya mereka merupakan orang2 yang
beribadat tinggi. Kedatangan mereka malam itu ke bukit Bu-san dan sampai terjadinya pertempuran, sebetulnya adalah karena kesalah-pahaman.
Lim Tiang Hong yang melihat pertandingan
berhenti, lalu berkata kepada Cit-seng Hongcu sambil 992
menyoja: "Hongcu, numpang tanya, apakah sebabnya
sampai kalian kebentrok dengan empat Siansu ini"
Bolehkah Hongcu memberi sedikit keterangan padaku?"
Cit-seng Hongcu mengawasi empat hwesio dari
Ngo-thay-san itu sejenak, kemudian setelah menghela napas panjang berkata: "Urusan ini sebetulnya
merupakan kesalahpahaman yang sangat besar...."
Selanjutnya Hongcu ini lantas menceritakan hal
ikhwalnya sampai terjadinya permusuhan dengan pihak Ngo thay-pay.
Kiranya Hongcu dari bukit Bu-san, yakni Kiu Tiong Thian yang gelarnya terkenal dengan sebutan Pat-kwa-ciang, dahulu dengan Goan-goan Taysu dari Ngo-thay-pay, pernah menjadi sahabat2 karib. Satu hari, dua orang itu dalam sebuah guha diatas gunung sama2
mendapatkan sejilid kitab yang bernama Hian-hian Pit-kip. Mereka telah membaca isi dari kitab tersebut.
Merasa sulit untuk dimengerti, ternyata sangat dalam arti kata dalam kitab itu. Oleh karena kedua orang itu sama2
memegang pimpinan dari dua partai besar, tidak ada banyak waktu ber-sama2 mempelajari isi kitab tersebut.
Maka lalu mereka mengadakan suatu perjanjian, dengan 993
masing2 manyimpan dan mempelajari kitab itu dalam waktu tiga tahun secara bergiliran. Jadi, setiap tiga tahun kitab itu harus berpindah tangan.
Kedua partai itu sampai sekarang selalu tenang
tidak pernah timbulkan kejadian apapun. Tidak nyana, ketika tiba pada giliran kitab itu mesti dipelajari oleh pihaknya bukit Bu-san, mendadak hilang lenyap tercuri penjahat. Barang tentu 12 Hongcu lantas turun gunung menyelidiki sebab2 kehilangan itu, tetapi usaha mereka ternyata sia-sia belaka. Sedang kala itu, giliran pihak Ngo-thay-pay sudah sampai lagi.
Cit-seng Hongcu dalam keadaan tak berdaya dan
putus asa mencoba memberi penjelasan dengan se-
baik2nya kepada pihak Ngo-thay-pay, dalam harapannya supaya urusan bisa ditunda sementara. Siapa tahu tunda punya tunda, satu tahun sudah berlalu. Dan kabar tiada datang ke gunung Ngo-tay-san. Sudah barang tentu pihak itu merasa tidak senang, lantas diutus empat orang dari golongan tua untuk menanyakan urusan itu lagi.
Siong-yang Hongcu yang beradat berangasan,
apalagi ketika memberi jawaban tentu akan tidak
994 memuaskan pihak lawan, begi tulah sampai terjadinya pertikaian tersebut.
Lim Tiang Hong setelah mendengar penuturan itu,
dalam otaknya mendadak terkilas kejadian2 masa lalunya ketika ia berada di Hong-hong Pit-kok, apa2 yang pernah dilihatnya, didalam sebuah gua ia melihat ada seorang Taotho dan seorang tua lain yang sudah pada mati
dalam keadaan bergulat. Maka ia lantas putar badannya dan berjalan
menghampiri empat padri Ngo-thay-pay itu, kemudian sambil menyoja berkata: "Dalam urusan kalian ini, aku yang rendah ada sedikit keterangan. Sukalah kiranya Siwie Siansu dengarkan keteranganku dan sementara hentikan pertikaian ini?"
Tie-cin Tiang-lo segera membalas hormatnya si
anak muda, berkata: "Sicu siapakah" Dan mengapa sicu tahu hal ikhwalnya urusan kami?"
"Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong. Belum
lama berselang, ketika aku masuk ke lembah Hong-hong Pie-kok, kebetulan melihat seorang tua dan seorang Taotho. Ke-dua2nya mati dalam keadaan gulat. Kitab2
Hian-hian Pit-kip kalian yang terhilang itu, juga ada di 995
sekitar mereka dalam keadaan hancur. Cuma yang
ketemu dua lembar, yang pun tidak sempurna. Dua
lembar sobekan kertas itu aku pungut, dan sudah
kuserahkan kepada Sin-lie Hongcu"
Tie-cin Tiang-lo begitu mendengar nama Lim Tiang
Hong nampak perubahan di wajahnya. Dengan wajah
nampak kaget mengawasi pemuda itu dan atas sampai kebawah, baru berkata: "Apa sicu yang digelarkan
orang2 kang-ouw sebagai To-liong Kongcu itu" Pinceng sudah lama dengar namamu yang besar itu. Hanya,
dalam urusan kami ini, hubungannya dengan
keselamatan, runtuh atau bangunnya partai kami, ada erat sekali, tidak bisa dengan sepatah dua kata saja lantas bikin habis perkara, maka sebaiknya sukalah sicu jauhi perkara ini"
"Aku yang rendah, sebetulnya juga tidak suka turut terlibat dalam pertikaian kalian, tetapi karena diminta bantuanku oleh seseorang, aku rasa tidak boleh tidak harus memenuhi permintaannya. Lagipun kitab Hian-hian Pit-kip itu sudah pernah kulihat dengan mata kepala sendiri, dalam keadaan hancur tak keruan. Dengan cara bagaimana kalian hendak suruh 12 Hongcu dari bukit Bu-996
san ini mencarikannya lagi" maka anggapku, hal ini haraplah siansu sekalian pikirkan lagi masak2"
Tie thong mendadak maju 3 tindak, ia berkata
dengan suaranya nyaring: "Apa yang pinceng cari adalah Hongcu dari bukit Bu-san, dengan orang luar tidak ada sangkut pautnya. Malam ini jika tidak diserahkan kitab Hian-hian Pit-kip, sekalipun kaisar sendiri sendiri yang turut campur tangan, Ngo-thay-pay juga tidak bisa bikin habis begitu saja"
Sin-lie Hongcu yang mendengar ucapan itu merasa
sangat gusar, maka lalu nyeletuk: "Hm! orang2 dari bukit Bu-san, tidak nanti takut kepada kalian orang2 dari ngo-thay-pay. Menurut pikiranku, soal ini kebanyakan adalah kalian orang2 Ngo-ihay-pay yang sengaja kirim orang untuk mencuri kitab itu, dan kemudian mencari setori dengan kami orang"
Tie-thong gusar sekali dituduh demikian, maka ia
lantas membentak dengan suara keras "Ngaco!"
Berbareng dengan itu, tangannya lantas diayun
menghajar nona yang dianggapnya lancang mulut itu.
997 Hweshio ini tenaga dalamnya kuat sekali, dengan
serangannya yang ringan sekali sudah bukan main
hebatnya. Tiba2 dari samping ada samberan angin yang
segera membikin musnah tanpa bekas serangan kuat
yang dilancarkan oleh Tie-thong Hweshio tadi, kemudian disusul oleh bergeraknya Lim Tiang Hong yang menyela di tengah-tengah mereka.
Tie-thong Hweshio hatinya bercekat, diam2 lalu
berpikir "sungguh tidak nyana bocah ini betul2 ada mempunyai kekuatan tenaga ialam begitu hebat"
Seketika itu lantas berkata sambil menyebut nama
Buddha: "Orang luar paling baik jangan turut campur"
Lim Tiang Hong saat itu sudah dibikin mendongkol
dengan sikapnya Tie-thong yang amat congkak itu, maka lantas berkata sambil donggakan kepalanya: "Jikala aku tidak menurut?"
"Akan dipandang sebagai komplotan yang
menggelapkan kitab Hian-hian Pit-kip sudah tentu akan mendapat hukuman serupa"
Didalam kitab Hian-bian Pit-kip, ada banyak ilmu
kepandaian yang khusus untuk menjatuhkan ilmu
998

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaiannya golongan Ngo-thay-pay, tapi oleh karena artinya terlalu dalam, kedua partay itu meski sudah pelajari begitu banyak tahun, namun tidak seorangpun yang mengerti. Daa kini telah hilang, apa bila terjatuh dalam tangannya orang yang "kenal barang", setelah berhasil mempelajari isinya, maka untuk selanjutnya buat partay Ngo-thay-pay sudah tidak bisa taacap kaki lagi didunia kang-ouw.
Oleh karenanya, maka 4 hweshio itu tanpa
memikirkan resikonya yang akan terjadi, yakni
persengketaan antara dua partai, sudah bertekad bulat hendak minta kembali kita tersebut.
Lim Tiang Hong yang mendengar ucapan kasarnya
Tie-thong Hweshio, alisnya lantas berdiri, dan berkata sambil ketawa: "Terhadap urusan ini aku yang rendah malam ini sudah pasti hendak campur tangan. Kalian ada mempunyai kepandaian apa boleh keluarkan saja
kepadaku si orang she Lim"
Setelah itu ia lantas berdiri tegak di-tengah2
lapangan dengan sikapnya yang gagah.
Karena sepatah perkataan saja telah membuat
keadaan jadi runcing, suasana jadi tegang.
999 Tie-thong Hweshio tiba2 tertawa bar-gelak2 dan
berkata: "Pinceng tidak suka bertengkar mulut dengan kau, satu bocah dari tingkatan muda sebetulnya, tapi kalau sudah pasti kau kata mau campur tangan, kalau tidak dikasih sendiri hajaran barang kali tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi kau si bocah"
Se-konyong2 ia mengebutkan lengan jubahnya
yang gembrongan, angin kuat menyambar keluar
mengarah muka si anak muda.
Lim Tiang Hong yang kala itu termaksud hendak
menguji tingginya kepandaian empat hwesio dari Ngo-thay pay ini, sengaja tidak menyingkir maupun kelit, bahkan dengan menggunakan enam bagian tenaga
murninya, dengan satu tangan menyambuti sambaran
angin tersebut. Sebentar lalu terdengar suara benturan nyaring,
kekuatan dua pihak ternyata berimbang.
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya
sendiri. "Hwesio dari Ngo-thay-pay ini kiranya bukan cuma nama kosong belaka. Betul2 berarti juga
kepandaiannya" 1000 Sebaliknya dipihak sana, Tie-thong Hweshio jadi
terkejut sekali. Sama sekali tak pernah ia menduga kaiau pemuda yang dihadapinya ini begitu hebat
kepandaiannya. sanggup menyambuti serangannya yang mengandung kekuatan tenaga dalam delapan bagian.
Tapi saat itu ia sudah merasa terlanjur turun tangan yang sudah tentu tidak bisa ditarik kembali setengah jalan. Maka ia lantas berkata sambil menyebut nama Buddha: "To-liong Kongcu, sicu ternyata mempunyai nama betul2 nama berisi, harap sambuti lagi serangan pinceng selanjutnya"
Jubahnya yang gedombrongan nampak ber-kibar2,
dengan kecepatan bagaikan kilat sekejap saja sudah melancarkan serangan sampai duapuluh satu kali.
Hweshio ini tahu benar bahwa lawannya itu meskipun masih muda sekali usianya, akan tetapi kepandaiannya tak bisa dibikin mainan. Maka lantas dikeluarkannya semua ilmu2 simpanan Ngo-thay-pay. Dalam waktu
sekejapan cuma tertampak bayangannya yang tinggi
besar beterbangan ke sana ke mari.
Sambaran angin dari serangannya tadi lantas
menimbulkan suara gemuruh serta membikin dua meter 1001
persegi disekitar tempat tersebut se-o!ah2 dilanda angin pujuh yang menggulung dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mendapat serangan demikian
rupa, merasa kaget juga dalam hati. Lantas
dikeluarkannya ilmu mengentengi tubuhnya, menggeser ke sana melompat kemari kelihatan bagai orang
beterbangan, ia selalu mengikuti kemana arah angin itu menerjang. Kemudian dengan cara mendadak badannya tahu2 berada diluar lingkungan gulungan angin itu. dan berseru dengan suara nyaring: "Siansu sekalian kalau benar ingin mendapat keputusan siapa yang lebih unggul paling baik semua maju berbareng saja supaya tak
terbuang waktuku yang berguna"
Tie-thong Hweshio dengan kedudukannya sebagai
Tiang-lo, apalagi dari tingkatan tua itu ia sudah mendapat nama baik, melakukan serangan terhadap
searang dari tingkatan muda saja, sudah merupakan suatu hal yang kurang pantas, mana ada muka lagi kalau empat orang sekaligus mengerubuti satu anak muda"
Maka seketika itu lantas membentak dengan suara gusar:
"Kau jangan berlaku sombong! Kalau kau mampu
jatuhkan pinceng kau boleh buka mulut lagi"
1002 Dan badannya melesat, mengayun tangannya lagi,
kembali melancarkan serangannya, kini yang terhebat barangkali.
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu sudah tentu lebih seru dan lebih hebat. Hingga membuat 12 hongcu yang menyaksikan pertempuran tersebut
diam2 kuatir keselamatannya si pemuda.
Akan tetapi ilmu meringankan tubuh Sam-sam Po-
hoatnya Lim Tiang Hong sesungguhnya luar biasa aneh.
Pendekar Misterius 2 Malaikat Dan Iblis Angels And Demons Karya Dan Brown Siti Nurbaya 2
^