Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 9

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 9


Liong-houw Koancu, yang pun menyaksikan setiap
kejadian atas dirinya Beng Sie Kiu, dalam hati merasa kaget, pun berbareng timbul rasa jerinya. Sebab, ditilik dari kepandaiannya Beng Sie-Kiu saja, yang tidak ada dibawah kepandaiannya sendiri, akan tetapi kini
dipermainkan oleh orang dalam rimba itu se-akan2
barang permainan saja layaknya, dipermainkan demikian rupa seenaknya. Sudah barang tentu pula kalau orang yang lebih jago sudah damikian, ia sendiri tentu rasanya tak mampu bikin apa2. Oleh karena memikir demikian, maka ia lantas kabur sipat kuping.
Dengan kaburnya Liong-houw Koancu, kini Beng Sie
Kiu tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri lantas enjot kaki dan masuk rimba disebelah lain dan
menghilang tanpa keluar suarapun dari mulutnya....
800 Lim Tiang Hong sebaliknya dibikin ter-heran2 oleh peristiwa yang terjadi secara mendadak itu. Ia buru2
menghadap kedalam rimba dari mana suara tadi berkali-kali keluar, dan cepat pula berkata "Cianpwee dari mana yang berada didalam sana mengapa tidak sukakan
unjukkan diri menemui boanpwee?"
Akan tetapi dalam rimba sebelah situ, tempat yang dihadapan Lim Tiang Hong nyatanya sunyi senyap, lama dalam hening, tak ada jawaban sepatahpun dari orang dalam rimba tadi.
Ketika kemudian ia berpaling dan mengawasi Yan-
jie, ternyata nona Im dilihatnya sudah siuman, kala itu nampak dengan asyiknya dia ber-omong2 dengan Cu
Giok Im. Dengan perasaan bingung tak habis pikir cepat ia
menghampiri dan lantas bertanya: "Adik Yan, dengan cara bagaimana kau bisa sembuh kembali?"
Yan-jie lantas menjawab sambil jebikan bibir: "Aku sendiri juga tak tahu. Aku seperti sedang mimpi ada orang yang membuka jalan darahku dan memberi obat padaku, kemudian aku siuman per-lahan2 dan sekarang 801
badanku segar bugar lagi malah rasanya jauh lebih sehat daripada sebelum terluka. Bukankah itu perbuatanmu"
Cu Giok Im lantas nimbrung "Aku pikir orang yang
menolong adik Yan itu tentu adalah itu orang yang bicara dalam rimba tadi".
"Ow! Kalau begitu ini tentu sekali lagi perbuatan orang Hong-hong-tie" demikian pikir Lim Tiang Hong dalam hatinya. Akan tetapi masih belum dapat ia
menduga dengan pasti, ada hubungan apakah
sebetulnya antara Hong-hong-tie dengannya"
Menurut pikirannya sendiri mungkin sekali Hong-
hong-tie mempunyai hubungan erat dengan si Orang Tua Pencipta.
Yan-jie per-lahan2 menghampiri Lim Tiang Hong,
dengan sikapnya ke-kanak2an dia berkata: "Kabarnya, kau bersama Yu-kok Oey-eng pernah pergi ke lembah Hong-hong Pie-kok, betulkah itu?"
Lim Tiang Hong hanya mengangguk dan kemudian
lalu menceritakan juga sekalian hal ikhwal dan setiap bahaya yang pernah dihadapinya ketika masuk dalam lembah tersebut lalu lagi dia mengeluarkan dua butir Liong-cu sebesar telur ayam yang lantas diberikan 802
kepada Cu Giok Im dan Yan-jie seraya katanya: "Ini namanya Liong-cu. Didapat dari dalam badan binatang, yaitu naga raksasa yang telah berubah jadi batu. Apa kegunaannya, akupun tidak tahu. Yang pernah kualami, diwaktu malam benda ini dapat bersinar terang"
Cu Giok Im yang bersifat ke-kanak2an, sama sekali tidak memikirkan soal2 tetek bengek seperti wanita2 lain.
Anggapnya bahwa pergaulan antara lelaki dan wanita itu serupa saja. Setelah dia menyambuti Liong-cu itu dan diperiksa dengan seksama, lalu dimasukkan kedalam sakunya. Tetap tidaklah demikian halnya dengan Yan-jie.
Nona ini tatkala dia mendengar Yu-kok Oey-eng mengaku ber-hadap2an bahwa dia adalah tunangannya Lim Tiang Hong dalam hati sudah merasa tidak enak. Kini ia mendengar pula, betapa katanya Lim Tiang Hong bersama2 Yu-kok Oey-eng itu pergi kelembah Hong-hong Pie-kok dan menemukan banyak penemuan gaib. Apalagi dia itu orangnya cantik sekali, pun keluaran orang baik2
pula, maka dengan adanya hubungan begitu rapat,
sama2 menempuh bahaya, sekalipun belum lagi
ditetapkan kedudukannya tetapi hubungan antara
mereka tentunya erat sekali. Sebaliknya, apabila ia 803
mengingat dan memikirkan dirinya sendiri, yang kini hidup sebatang kara, bagaimana penghidupannya
dikemudian hari masih sulit dibayangkan. Itu pulalah sebabnya yang membuat hatinya sedih pilu, hingga
tanpa dirasa air mata telah mengalir keluar.
Lim Tiang Hong yang sedang gembira2nya dan
dapat menghadiahkan dua buah Liong-cu kepada wanita itu, sama sekali tidak pernah pikir mengapa sampai Yan-jie menangis, ia tak tahu dan apa yang ditangisi oleh nona itu. Maka buru2 di-elus2nya rambut nona itu, dan berkata dengan suara lemah lambut: "Adik Yan, kau jangan bersusah hati. Menang atau kalah ada soal biasa bagi kita orang2 kang-ouw. Kekalahanmu ini, juga bukan bertandingnya dengan musuh, tetapi karena diserang secara gelap. Kau tenanglah nanti kalau aku ada waktu terluang pasti akan kuturunkan beberapa pelajaran dari kitab Hong-bong Pie-kok hingga untuk selanjutnya
barangkali kau tidak akan dirugikan lagi"
Ternyata anak muda ini telah salah duga. Dikiranya Yan-jie terluka hatinya dan menangis karena mengingat kejadian kekalahannya tadi hingga menderita luka parah.
Itulah sebabnya ia menghibur dengan kata2 demikian.
804 Tetapi tentu saja buat pihak orang yang dihibur, bukan terhibur dia, malah semakin gemas.
Diam2 nona ini lalu berkata dalam hatinya sendiri:
"Sungguh tolol. Aku toh bukannya bersedih karena soal itu?"
Akan tetapi, biar bagaimanapun Yan-jie tak dapat
utarakan pikirannya itu kepada si pemuda, maka dengan terpaksa ia lalu tersenyum ke-malu2an.
Cu Giok Im meskipun hubungannya cukup erat
dengan Lim Tiang Hong, tetapi biar bagaimana dia
maklum bahwa dia adalah turunan dan orang tingkatan muda dari cabang persilatan Tiang-lim It-hong, maka sedikitpun tidak ada maksudnya mengeruk pelajaran silat gaib dari dirinya Lim Tiang Hong. Sewaktu mendengar Lim Tiang Hong berkata ingin memberikan pelajaran ilmunya yang baru kepada Yan-jie, ia lalu minta diri sembari berkata: "Lukanya adik Yan sudah sembuh
semasekali. Nah, kalian boleh lanjutkan cita2 kalian berdua. Aku sendiri masih punya urusan yang harus cepat dibereskan. Aku hanya berharap kita dikemudian hari bisa bertemu kembali"
805 Setelah ulap2kan tangan kepada Lim Tiang Hong
dan Yan-jie, nona gagah itu lantas menghilang masuk rimba....
Setelah berlalunya Cu Giok Im si Burung Hong
Putih, Yan-jie dengan sikapnya yang selalu manja itu tempelkan kepalanya di dada Lim Tiang Hong, lalu sambil dongakkan kepala bertanya: "Engko Hong, kita sekarang kemana lagi?"
Lim Tiang Hong nampak berkerut keningnya, baru
menjawab: "Aku pikir mengantarkan surat Heng-Thian lt-ouw dulu yang paling penting. Surat ini adalah surat suhu pribadi yang minta aku sampaikan pada Hang-thian It-ouw si nenek ketika aku mau turun gunung. Apalagi batas waktu sudah hampir sampai, maka aku harus
selesaikan dulu itu secepat mungkin"
"Apa aku boleh ikut pergi ber-sama2?" menanya
Yan-jie, tetap dengan sikapnya yang kolokan.
Ia yang sudah hidup sebatang kara, sebetulnya
tidak ingin sampai berpisahan lagi dengan "engko Hong"-
nya. Lim Tiang Hong setelah berdiam diri sejenak, lalu sambil gelengkan kepala menjawab "Tentang ini,
806 barangkali agak kurang pantas, sebab suhu pernah kata, nenek tua itu beradat kukoay sekali. Sedang Henghay Kow-loan sendiri pernah nasehatkan supaya aku tidak pergi kesana"
Yan-jie nampak bermuram durja, kemudian dengan
sedih lalu berkata: "Kalau begitu, kita bukankah akan berpisahan lagi?"
"Aku pergi dan akan lekas kembali. Kau berdiamlah dulu beberapa waktu dirumahnya Sin-soan Cu-kat, nanti aku cari kau di sana"
Dengan demikian berahirlah sudah pembicaraan
mereka. Hati masing2 mengetahui sendiri. Sudah
diputuskan bahwa kembali mereka harus berpisahan.
Bagi Yan-jie, hal itu dirasakan berat sekali. Sedang Lim Tiang Hong sendiri, sebetulnya iapun merasa kurang enak, tetapi apalah dayanya" Sekarang ia masih
mempunyai banyak urusan. Toh tidak boleh lantaran perempuan urusan besar sampai terlantar, bukan" Maka terpaksa dengan keraskan hati dan pikiran, dengan cepat, lantas melesat tinggi meninggalkan tempat itu.
807 Oleh karena gerakannya yang cepat luar biasa itu, sebentar saja sudah melayang sampai seratus tombak lebih.
Ilmu meringankan tubuh yang dinamakan It-shia
Cian-lie itu sesungguhnya merupakan ilmu yang indah luar biasa, bagus tanpa tandingan. Lim Tiang Hong yang mengganakan ilmu itu, se-akan2 burung garuda,
melayang begitu pesat. Dan sebelum hari gelap lagi dia sudah mencapai
perjalanan sejauh 400 lie.
Tiba2 dalam cuaca remang2 tampak sesosok
bayangan orang meluncur dengan cepat. Gerakan orang itu bukan main gesitnya.
Dari semula Lim Tiang Hong dapat lihat bayangan
orang itu. Dan me-raba2 siapa kiranya orang itu. Hanya dalam sekejapan saja, tetapi orang itu ternyata sudah meluncur jauh sampai seratus tombak lebih.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan kepandaiannya
orang itu begitu luar biasa, semangatnya lantas
terbangun. Ia lalu kerahkan seluruh tenaganya untuk melombai orang itu. Dan ia kini mendapat kenyataan, orang itupun kiranya tengah dalam perjalanan menuju 808
lembah Bu-ceng-hiap, yakni lembah tempat kediaman Heng-thian It-ouw. Hal ini membuatnya heran dan
terkejut. "Bu-ceng-hiap bukankah sudah putus hubungannya
dengan dunia kang-ouw" Mengapa sekarang ada orang yang mau menuju ke sana lagi?" demikian Lim Tiang Hong dalam hati berpikir.
Gerakan kedua orang itu sama cepat dan setanding
gesitnya. Dalam waktu sekejapan saja keduanya sudah tiba dimulut lembah Bu-ceng-hiap.
Kala itu, seluruh mulut lembah tertutup kabut,
gelap lagi sempit. Tetapi orang yang dibuntuti Lim Tiang Hong itu tanpa aral terus masuk kedalam.
Lim Tiang Hang kini timbul rasa curiganya, juga
lantas lompat mengejar. Pada saat itu ia juga dapat melihat lapat2, orang yang dikejar itu seperti orang dari golongan pelajar, pertengahan umur kira2 usianya.
Orang itu agaknyapun sudah merasa bahwa
dibelakangnya ada orang membuntuti, maka seketika ia berpaling. Sorot matanya yang begitu tajam ditujukan ke arah Lim Tiang Hong.
809 Lim Tiang Hong buru2 melesat kesamping. Lapat2
ia dengar suara ketawa orang itu. Tanpa menoleh lagi teruskan memasuki lembah.
Pada saat itu didalam lembah tiba2 timbul
segumpalan awan yang dari bawah tepat melayang
menuju kemulut lembah. Tatkala terpisah beberapa
puluh tombak dari orang tadi itu, tiba2 terdengar suara orang berkata disertai ketawanya yang tak enak
didengar. "Aku kira siapa yang adu nyali begitu besar berani memasuki tempat kediamanku. Bu-ceng-kok ini....
Tidak tahunya adalah kau...."
Orang berdandan pelajar pertengahan umur itu
ketawa ber-gelak2 dan lantas berkata: "Bu-ceng-hiap toh bukan sarang naga atau goa macan, mengapa tidak- bisa dimasuki" Dan sekalipun betul sarang naga goa macan, juga tidak bisa mencegah kedatanganku, si Tiat-hie Sie-seng"
Selama diadakan pembicaraan tadi, dua orang itu
sudah saing berhadapan dan sama2 melayang turus ke bumi.
Yang diperhatikan Lim Tiang Heng hanyalah itu
orang, yang muncul dari dalam lembah, yang munculnya 810
laksana segumpalan awan. Ternyata dia adalah seorang nenek2 yang beruban rambutnya. Pipi2nya sudah
keriputan, sedang ditangannya tergenggam sebatang tongkat. Dalam hatinya ia sudah lantas menduga, nenek itu tentu adalah Heng-thian It-ouw sendiri.
Nenek itu, ketika mendengar ucapan orang
pertengahan umur yang jumawa sekali itu, wajahnya mendadak berubah. Kini nampak keriput2nya lebih
menebal dan banyak. Tangannya yang memegang
tongkat pun di-gerak2kan, mengetuk-ngetukkan tongkat itu ke tanah. Ia menanyakan maksud kedatangan orang pelajar itu.
Orang pertengahan umur itu dengan dingin
berkata: "Aku si pelajar miskin lama sudah mendengar kalau Bu-ceng Kiam-khek yang dikabarkan orang sudah mati 60 tahun belakangan, kini sudah muncul kembali kedunia kang-ouw. Aku pikir dia pasti sembunyikan diri dalam lembahmu ini, maka itu aku datang"
"Aku dengan setan tua itu" demikian nenek itu,
"bercidera sudah 60 tahun juga. Bagaimana kau anggap dia bisa datang kemari" Lagipun, andai kata betul dia 811
muncul lagi ke dunia kang-ouw, apa dia takut padamu, pelajar miskin" Hi, hi.... benar2 lucu!"
"Aneh, sungguh aneh!" menggerutu si pelajar tadi.
"Terang aku sudah dapat kabar dia muncul ke dunia kang-ouw sudah dua kali. Kenapa aku tidak bisa
dapatkan dia" Aneh!"
Dan ia lantas balik badan, berlalu dengan tindakan gesit sekali.
Tiba2 terdengar bentakan si nenek yang keras
"Tunggu du!u!" serunya. "Lembah Bu-ceng-hiap ini tidak begitu gampang membiarkan orang keluar masuk se-mau2nya"
(-0odwkzo0-) Jilid ke 9 "Kau, yang ingin mencari Bu-ceng kiam-khek,
bolehlah jadikan aku wakilnya menyelesaikan
persengketaan antara kalian dua orang. Aku sekalian ingin tahu, selama 60 tahun belakangan ini sampai berapa tinggi sih kemajuaamu bertambah?"
Pelajar pertengahan umur itu ketawa ber-gelak2
lalu katanya: "Kalau begitu, itu sungguh baik. Mari!".
812 Dan pelajar ini lalu mengeluarkan sepotong "Hie"
(alat penggosok tinta Tionghoa) yang terbuat dari pada besi. Dengan warnanya yang hitam berkilauan, Hie dari besi itu panjangnya satu kaki, lebarnya 4 chun.
Ditengah2 alat yang hendak dijadikan senjata itu ada lubang besar. Senjata sekecil itu ternyata adalah ganggamannya Tiat-hie Sie-seng yang sangat terkenal.
Si nenek lintangkan tongkat kedepan dada, lalu
maju tiga kaki seraya katanya: "Orang yang datang adalah tamu. Silahkan tetamu mulai"
Tiat-hie Sie-seng tak berkata apa2 lagi. Senjatanya yang aneh itu diputarnya sedemikian rupa, kemudian mendadak diangkat tinggi2. Kala itu nampak dilain pihak si nenek memutar tongkatnya, badannya sendiri berputar perlahan.
Selagi pertempuran akan dimulai, tiba2 dari mulut gua nampak muncul seseorang yang dengan suaranya
yang nyaring lantas berkata: "Heng-thian Locianpwe, harap suka bersabar dulu.... Biarlah boanpwee yang menalangi menyambuti serangannya beberapa jurus
saja" 813 Nenek tua ketrukkan tongkatnya di tanah. Dengan
suara ketas berwibawa berseru: "Kau siapa! Berani juga kau masuk dalam lembahku?"
Orang itu menjawab: "Boanpwee Lim Tiang Hong.
Atas perintah Orang Tua Penyipta, disini ada sepucut surat yang akan, disampaikan kepada Heng-thian It-ouw Lecianpwee"
Setelah itu, dari sakunya, Lim Tiang Hong, demikian pemuda yang baru datang ini, mengeluarkan sepucuk surat yang lantas disodorkan kepada si nenek.
Si nenek dengan acuh tak acuh masukkan surat
yang diterimanya kedalam sakunya. "Kau berdiri dulu disampingku" demikian memerintah "Setelah aku nanti berurusan dengan pelajar miskin ini, baru aku akan melayani kau"
Setelah itu si nenek lalu menghadapi si pelajar
kembali. Lim Tiang Hong dengan cepat menghadang di hadapan si nenek. Dengan cepat pula berkata: "Segala urusan yang menyangkut soal suhu, haruslah muridnya yang menalangi menyelesaikan. Dia toh mencari Bu-ceng Kiam-khek" Maka sudah seharusnya juga kalau teecu yang melayani dia juga"
814 Nenek itu pelototkan matanya. Sambit kebutkan
lengan jubahnya, dia berkata: "Menyingkir!" katanya.
"Dengan usiamu yang begitu muda, juga ingin tonjolkan kepala. Jangan2 kau nanti bikin hilang maka suhumu sendiri"
Nenek itu sangat kuat tenaga dalamnya. Dengan
satu kebasan tangan saja, entah berapa ribu kati
kekuatanya. Tetapi Lim Tiang Hong sebaliknya masih tetap berdiri ditempatnya, sedikit pun tidak bergeming oleh tiupan kibaran angin lengan jubah si nenek.
"Tee-cu yakin" katanya kemudian, "Tidak sampai
membikin hilang muka suhu"
Selagi si nenek hendak berkata lagi, Tiat-hie Sieseng mendadak ketawa ter-gelak2 dan berkata: "Kalau begitu, benar saja si setan tua itu masih hidup dalam dunia"
Dan dengan cepat pelajar pertengahan umur itu
maju menghampiri Lim Tiang Hong sambil pentang
kelima jari tangannya. Secepat kilat menyambar
pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong hanya ganda tertawa atas
datangnya serangan itu. Tangannya yang hendak
815 disambar mendadak membalik dan memutar. Lima jari2
tangannya dengan cepat sekali malah sudah mencekal urat nadi Tiat-hie Sie-seng.
Tiat-hie Sie-seng diam2 terkejut. Tangannya cepat ditarik kembali. Kini dengan tangan sebelah yang lain, se-olah2 pisau tajam memapas jalan darah Ciok-tie-hiat Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sedikitpun tidak bergerak dan
tanpa merubah gerak tipunya tadi tangannya sudah
diulur, tetapi ketika dekat pada tangan Tiat-hie Sie-seng mendadak merubah dan menepuk tangan orang itu.
Suara nyaring lantas terdengar.
Kedua orang yang kiranya telah mengadu kekuatan
itu masing2 melompat mundur.
Dalam waktu sesingkat itu kedua orang itu dengan
kecepatan luar biasa masing2 telah mengirim serangan hebat untuk lawannya, bahkan sudah pula mengadu
kekuatan tenaga dalam. Ternyata sama2 kuat.
Dengan demikian, Tiat-hie Sie-seng benar2
dikejutkan dan sampai melongo dia sekian lama.
Sungguh tak dapat diduganya, seorang muda belia
816 berani terang2an mengadu kekuatan dengannya, yang sudah mempunyai latihan 90 tahun lamanya.
Sementara itu Heng-thian It-ouw yang berdiri
disamping juga merasa ter-heran2. Ia berkata pada dirinya sendiri: "Sungguh tidak nyana bocah ini begitu tinggi dan sukar dijajaki ilmu silatnya".
Pada saat itu Tiat-hie Sie-seng lantas berkata:
"Bocah, sungguh tak kusangka kau begini muda
kepandaianmu cukup berarti. Aku si pelajar miskin biarlah hari ini coba main2 dua jurus denganmu"
Satu tangannya itu menekan dengan perlahan,
kekuatan tenaga yang tersembunyi dengan tidak
putus2nya mengalir keluar laksana mengalirnya arus gelombang mengarah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang maklum sedang berhadapan
dengan musuh kuat, tak berani main ayal2an. Cepat dikerahkannya tenaga dalamnya. Dengan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang ia melindungi lebih dulu seluruh badannya, kemudian kedua tangannya, dengan memakai satu gerakan Liu-ciok Siok-him sudah menyambuti
datangnya serangan Tiat-hie Sie-seng yang datang ber-gulung2.
817 Kedua kekuatan tenaga dalam yang merupakan
kekerasan dan kelunakan saat itu juga lantas saling beradu.
Ditengah udara terdengar nyaring bunyi beradunya
kedua jenis kekuatan yang berlainan itu.
Tiat-hie-Sie-seng nampak mundur dua langkah,
sedang Lim Tiang Hong hanya ber-goyang2 saja
badannya untuk kemudian tenang kembali. Kakinya tetap pada tempatnya, sama sekali tidak mengisar atau
merubah kedudukan. Tiat-hie Sie-seng dengan sorot mata tajam
mengawasi Lim Tiang Hong dari atas sampai ke bawah.
Mendadak dia bersiul panjang yang kedengarannya
menakutkan, lalu badannya melesat tinggi sampai tujuh-delapan tombak! Ditengah udara nampak dia ber-poksay, kemudian bagaikan elang yang terbang, lari kemulut lembah, sebentar saja sudah menghilang tidak kelihatan bayang2nya....
Heng-thian It-ouw melongo sama sekali tidak
menyangka Tiat-hie Sie-seng dalam segebrak menurut hitungannya ternyata sudah di bikin kabur sipat kuping.
Ketika ia hendak mengejar, nyata sudah terlambat.
818 Dalam gusarnya nenek tua ini lantas membentak Lim Tiang Hong: "Semua ini gara2mu! Kaulah yang
membiarkan dia bisa berlalu dengan begitu gampang"
Lim Tiang Hong lantas menjawab: "Dia memang
tahu diri mundurnya secara teratur. Biarlah dia kabur saja"
"Hmm! lembah Bu-ceng-hiap ku ini, selamanya
tidak rnengijinkan orang laki2 menginjakkan kaki
sejengkal saja di tanah ini. Ia mempunyai nyali begitu besar masuk sini, seharusnya tidak boleh biarkan dia keluar dalam keadaan masih bernapas. Hai bocah, kau jangan bangga dulu. Sekalipun kau, tidak ada kecuaiian dari peraturanku"
Lim Tiang Hong dengan muka ke-malu2an berkata:
"Aku toh diperintah oleh suhu?"
"Didalam lembahku ini, tidak ada kecualian dari apa yang telah kutetapkan"
"Kalau begitu, boanpwee betul sudah melanggar
undang2 Cianpwe" "Orang yang sembarang masuk dalam lembah Bu-
ceng-hiap ini harus mati tanpa ampun! Tapi mengingat 819
kau justru membawa tugas orang mengantar surat, maka aku ijinkan kau potong sendiri dua kakimu itu".
Lim Tiang Hong mendongkol. Dia lalu berkata:
"Peraturanmu ini pernah sekalikah diumumkan di
luaran?" "Peraturan tinggal peraturan. Peraturan ini kubuat sendiri, tidak ada perlunya diumumkan bagi orang luar"
"Kalau begitu, buat orang yang tidak tahu, toh
boleh dianggap tidak berdosa" Bolehkah kali ini Teecu dikecualikan?"
"Ngaco! Dalam lembahku ini tidak pernah ada


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecualian, tidak perduli siapa saja!"
Kelakuan yang tidak pada tempatnya itu sebetulnya membuat gusar Lim Tiang Hong. Akan tetapi ia pernah menerima pesanan dari suhunya yang wanti2
mengatakan, diperlakukan bagaimanapun oleh si nenek harus bisa dia bersabar.
Mengingat itu maka sambil menindas perasaannya
sendiri, lantas Tiang Hong lalu bersenyum dan berkata pula: "Utusan ini bolehlah ditunda dulu, harap
Locianpwee baca dulu surat suhu itu, nanti kita bicara lagi"
820 Heng-thian It-ouw rupanya kena pengaruh atas
kewibawaan kata2nya Lim Tiang Hong, lantas mengambil surat itu dan dibacanya dengan cepat.
Tiba2 saja si nenek itu lalu berkata diiringi gelak ketawanya "Bagus sekali rencana setan tua itu, tapi aku si nenek sama sekali tidak bisa terima!"
Dan lalu dilemparkannya surat itu ke tanah, dan
berkata pu!a: "Bacalah sendiri!"
Lim Tiang Hong memungut surat tersebut yang
lantas dibacanya dengan seksama. Surat itu ditulis oleh Orang Tua Penyipta, ditujukan kepada Heng-thian It-ouw.
Selain menjelaskan kesalahpahaman antara dua
orang tua itu pada tahun2 yang silam juga di-sebut2
halnya Lim Tiang Hong. Dalam surat itupun diterangkan, karena waktu sangat terbatas, masih belum sempat si Orang Tua Penyipta menembuskan batas jalan darah
Hian-koan, maka itulah dia menyuruh Lim Tiang Hong pergi ke lembah Bu-ceng-hiap membawa surat itu, minta sekalian supaya Heng-thian It-ouw dengan ilmunya
Thian-it Sin-kang menyempurnakan ilmunya Lim Tiang Hong.
821 Tindakan Orang Tua Penyipta itu sebetulnya
dengan maksud baik. Pertama, dia si orang tua hendak menjelaskan kesalahpahaman antara suami isteri dan Kedua, karena dia sendiri sudah bersumpah takkan
muncul2 lagi dalam dunia kang-ouw, maka apabila Lim Tiang Hong dapat bantuan Heng-thian It-ouw, maka
selanjutnya pasti akan menjadi seorang sempurna dalam ilmu silatnya.
Lim Tiang Hong setelah membaca habis surat itu,
sambil menyoja lantas berkata: "Jalan darah Hian-koan Tee-cu sudah tembus, tidak perlulah Locianpwee
keluarkan tenaga lagi. Sedang mengenai dosa yang
Cianpwee katakan, yang berani masuk lembah ini secara lancang, teecu sebetulnya tidak tahu, mohon supaya Locanpwee juga suka maafkan!"
Heng-thian It-ouw mendadak dengan keras
membentak: "Dengan lancang kau memasuki lembahku, ini dosamu yang pertama. Dan kau lalu melepas Tiat-hie Sie-seng begitu saja itu dosa kedua. Bukannya lekas kau bereskan dirimu sendiri" Apakah perlu aku si orang tua yang turun tangan sendiri?"
822 Lim Tiang Hong dengan perasaan mendongkol
dalam hati berkata sendiri: "Nenek ini benar2 tidak bisa diajak bicara dengan aturan. Tiat-hie Sie-seng itu tinggi sekali kepandaiannya. Kalau dia pergi, mungkin nenek ini juga tak mampu menahan perginya orang itu"
Tetapi masih belum hilang dari otaknya semua
pesanan wanti2 si Orang tua Penyipta.
Maka dengan menahan hawa amarahnya berkata
pula Lim Tiang Hong: "Dalam hal ini sukalah Locianpwe pikirkan masak2"
Heng-thian It-ouw sambil lintangkan tongkatnya
berjalan mendekati Lim Tiang Hong sambil berkata:
"Tidak perlu banyak bicara! Kalau tidak lekas kau turun tangan sendiri, nanti kalau sudah marah nenek tuamu ini, barulah kau tahu sendiri"
Tetapi Lim Tiang Hong hanya ketawa menyengir,
sepatahpun tidak ber-kata2.
Heng-thian It-ouw rupanya naik darah. Tongkatnya
lantas diputar dan digunakan menghantam kepala Lim Tiang Hong.
Lim Thian Hong geser kakinya maju dan mundur. Ia
menggunakan ilmunya yang disebut Sam-sam Hoat.
823 Dengan mudah sekali, sudah berhasil lolos dari serangan Heng-thian It-ouw dan berdiri kembali ditempat tadinya.
Si nenek adatnya sungguh ganjil. Setelah
serangannya mengenai tempat kosong penasaran sekali ia agaknya. Maka kemudian dengan cara beruntun lalu disusulkannya serangan kedua dengan tiga serangan2
berikutnya. Dasar si nenek sudah sempurna, kekuatan tenaga
dalamnya pun sudah tinggi tiada tara. Serangannya hantaman tangannya itu se-olah2 gunung meledak di tempat sekitar tiga tombak sampai dibikin mengepul debu2nya.
Lim Tiang Hong buru2 menutup tubuhnya dengan
ilmu Siauw-yang It-ku-sin-kangnya, sedangkan kakinya tetap masih dengan Sam-sam Po-hoat, berputaran
kesana kemari mengitari tongkat dan ketiga serangan beruntun si nenek tadi kembali dengan mudah
dipunahkannya. Heng-thian It-ouw yang pada 60 tahun yang lalu
namanya sudah sangat terkenal dalam dunia kang-ouw.
Ditambah lagi selama tahun2 belakangan ini dia telah melatih terus menerus ilmunya, maka kemajuannya
824 cepat berkembang. Tetapi tidak nyana dengan
kedasyatannya serangan tadi, nyata masih belum mampu meringkus si anak muda.
Bahna gusarnya, rambutnya sampai pada berdiri,
dengan tongkatnya diputar bagai kitiran lantas dia berseru: "Binatang bernyali besar! Ternyata kau sudah berani mengandalkan si setan tua jual lagak didepan nenek tuamu. Apa kau sudah bosan hidup?"
Lim Tiang Hang yang melihat nenek itu sudah gusar benar2 mengetahui bahwa serangan berikutnya pasti hebat sekali, hingga apabila dalam serangan berikutnya masih tetap ia dengan cara sendiri, mungkin sulit menghindarkan malapetaka. Maka ia juga lantas berkata:
"Boanpwee hanya sekedar membawa perintah, datang
kelembah ini mengantarkan surat. Boanpwee tidak
merasa telah melakukan hal2 yang tidak patut. Dan mengenai kabur dan terlolosnya Tiat-hie Sie-seng, itu suatu kejadian diluar dugaan, tidak dengan sengaja boanpwee lepaskan dia. Ber-kali2 Cianpwee menegur dengan kekerasan, karena boanpwee junjung kau
sebagai orang dari tingkatan tua, maka setiap
seranganmu tak pernah kubalas, sekarang lagi2
825 Cianpwee hendak turunkan tangan keji. Boanpwee kini terangkan lebih dalu, jikalau terpaksa boanpwee harus menjaga diri, jangan sesalkan kalau boanpwee
melanggar peraturan melawan orang tingkatan tua"
Tetapi Heng-thian It-ouw yang sudah kalap
rupanya, tidak menghiraukan kata2 si anak muda, lantas dengan keras membentak: "Kumampuskan kau si setan cilik ini, nanti akan kucari lagi setan tua itu buat bikin perhitungm!"
Tongkatnya lalu diputar, tetapi ditengah jalan
mendadak senjata itu berubah menjadi bayangan
tongkat laksana ribuan banyaknya, yang dengan
kecepatan kilat lalu meluncur ke sekitar Lim Tiang Hong berdiri!
Lim Tiang Hong geser kaki dan lompat kesampirg
sampai tujuh-delapan kaki. Dengan cepat pula lalu dikeluarkannya seruling emasnya sebagai senjata,
kemudian berkata: "Cianpwee mendesak terus2an.
Boanpwee terpaksa akan berlaku kurang ajar"
Tepat pada saat itu dari jauh terdengar orang
berseru dengan suaranya yang serak: "Lim Tiang Hong!
Kau tidak boleh kurang ajar terhadap suhuku!"
826 Lalu disusul dengan munculnya Henghay Kouw-loan
yang lari dari mulut lembah. Dari sejarak lima tombak ia lompat melesat dan lantas menubruk dirinya heng-thian It-ouw. Si nona sambil menangis berkata: "Suhu, jangan hadapi dia lagi. Dia adalah muridnya Bu-ceng Supek"
"Kau sebut2 setan tua itu apa perlunya" kata si
nenek gusar "Binatang ini secara lancang berani masuk lembah tempat kediamanku, maka harus kukutungkan
dulu kedua kakinya!"
"Orang toh cuma disuruh mengantarkan surat?"
nyeletuk Lim Tiang Hong. "Didalam peraturanku tidak pernah tersebut orang
laki2 yang datang mengantar surat lantas boleh masuk!"
Henghay Kouw-loan monyongkan mulutnya, dengan
sikap manja berkata pula: "Dia toh bukan laki2" Dia cuma anak2. Kenapa suhu begitu gusar terhadapnya?"
Heng-thian It-ouw, yang hanya mendapatkan murid
seorang, yakni Heng-hay Kouw-loan ini, maka juga paling sayang padanya. Dan murid satu2nya ini, si murid
tunggal ini karena kemanjaannya itu akhirnya berhasil meredakan kegusararnya.
827 Sambil meng-usap2 rambut panjangnya sang
murid, si nenek itu lalu berkata: "Ucapanmu itu meski benar, tapi aku tidak suka satu anak dari tingkatan muda berani jual lagak dihadapanku"
Henghay Kouw-loan tidak memberi jawaban atas
kata2 sang suhu itu, sebaliknya sudah memberi isyarat dengan matanya pada Lim Tiang Hong seraya katanya:
"lekas kemari dan minta ampun pada suhu?"
Perbuatan Henghay Kouw-loan itu mirip dengan
orang yang sedang mainkan sandiwara.
Lim Tiang Hong terpaksa menurut, ia terus
menghampiri Heng-thian It-ouw, sambil menjura dalam2
lalu berkata: "Orang tua tidak mengingat kesalahan anak. Semua apa yang terjadi tadi itu, adalah salah boanpwee melulu, mohon supaya Cianpwee suka
memaafkan se-dalam2nya"
Heng-thian It-ouw agaknya masih belum hilang
gusarnya, ia keluarkan suara dihidungnya.
Lim Tiang Hong tahu kalau si nenek itu masih
dongkol karena terlalu agungkan diri sendiri, maka ia lalu berkata pula sambil ketawa: "Barusan, jikalau bukan karena boanpwee yang sudi gawe ikut campur tangan, 828
barangkali saat itu Tiat-hie Sie-seng sudah dapat kepukul tongkat Cianpwee"
Diumpak demikian rupa, Heng-thian It-ouw merasa
bangga. Sambil ketawa ber-gelak2 ia lalu berkata:
"Sedikitpun tidak salah"
Dengan demikian, kini semua urusan telah beres
sendirinya. Henghay Kouw-loan sambil membimbing
tangan suhunya berkata: "Suhu, mari kita masuk
kedalam untuk ber-omong2"
Mendadak.... Lim Tiang Hong dengan keras
membentak "Siapa"!" dan secepat suara itu berhenti orangnya sudah berada dimulut lembah.
(-0odwkzo0-) Bab 22 HERAN sekali Lim Tiang Hong. Dalam hatinya lalu
berkata serdiri: "Terang tadi kulihat ada berkelebatnya orang kenapa bisa mendadak sontak hilang?"
Pada saat itu Henghay Kouw-loan dan gurunya, si
nenek juga sudah datang saling susul menghampiri Lim Tiang Hong. Tatkala mengetahui si pemuda berdiri
bengong karena tak menemui apa2 si nenek lalu
829 menggerendeng: "Barangkali lamur matamu. Tuli
kupingmu. Aku tak percaya ada orang begitu berani mati datang menyelidiki lembahku"
Lim Tiang Hong sambil geleng2kan kapala berkata:
"Sedikitpun boanpwee tak salah lihat"
Karena tetap si pemuda mengatakan penasaran,
maka bertiga mereka berpencaran tetapi akhirnya balik lagi mereka ke tempat kediaman Heng-thian It-ouw.
Lim Tiang Hong ketika ingin membicarakan soal itu lagi, mendadak ingat didalam kantungnya masih ada Liong-cu dan jamur mujijatnya. Maka segera
dikeluarkannya barang2 itu semua lalu disodorkan
kepada Henghay Kouw-loan dan gurunya.
Henghay Kouw-loan yang mendapat hadiah Liong-
cu, girangnya bukan alang kepalang. Teiapi ketika melihat jamur mujijat yang dikeluarkan belakangan, sambil lelet2kan lidah dan kerutkan kening berkata:
"Barang begini kotor apa sih kegunaannya?"
Sebaliknya tidak demikian dengan Heng-thian It-
ouw, si nenek ini ketika melihat jamur kotor itu lantas berseru kaget: "Eh! Dari mana kau dapat barang ini?"
830 Lim Tiang Hong lalu menuturkan semua
pengalamannya sewaktu ia berada di lembah Hong-hong Pie-kok.
Heng-thian It-ouw mendengarkan seluruh
penuturannya dengan perhatian penuh, lalu diakhir kata si pemuda ia ketawa ter-kekeh2 dan berkata: "Pantas si pelajar miskin itu bukan tanndinganmu. Tak dinyana kau sudah mendapat penemuan mudiijad ini?"
Setelah berkata begiiu si nenek lalu menyerahkan
lagi jamur itu pada Lim Tiang Hong, tetapi keras ditolak oleh si pemuda meskipun nenek itu telah berkata: "Aku si tua bangka, terbatas oleh bakatku, kepandaianku tak bi-sa lebih tinggi dari sekarang. Sekalipun ada obat lebih mujijat daripada ini, juga tak dapat menjadikan
kepandaian yang sudah tak ada taranya menjadi lebih atas lagi. Sebaiknya kau simpanlah untuk digunakan nanti bilamana perlu"
Tetapi Lim Tiang Hong tetap juga memaksa hingga
akhirnya dijemputnya juga dua buah oleh si nenek yang lantas dimasukkan kedalam botol obat2nya dengan hati2
sekali. 831 Setelah menyimpan jamur mujijat itu si nenek lalu melihat barang ditangan muridnya "Seharusnya," kata nenek itu setelah melihat sejenak, "mesti ada empat buah Liong-cu ini. Kemana dua yang lain" Kau harus tahu, 4 Liong-cu itu ada namanya sendiri2, yaitu Tee (tanah) satu, Cui (air) satu. Hwee (api) satu dan Hong (angin) satu, dengan masing2 mempunyai khasiatnya sendiri2"
Lim Tiang Hong mengangguk dan berkata: "Barang
ini memang ada empat, dua yang lain sudah boanpwee hadiahkan pada kawan boanpwee. Mohon tanya apakah Locianpwee tahu faedahnya barang2 mujijat ini?"
Henghay Kouw-loan tadi ketika mendengar Lim
Tiang Hong menuturkan pengalamannya dengan
tunangannya, Yu-kok Oey-eng, sebenarnya dalam hati sudah tak senang. Kini kembali mendengar dua buah Liongcu lain telah dihadiahkan pada orang lain, segera ia mengerti kalau yang dimaksudkan dengan "kawan" oleh pemuda itu tentu adalah Yan-jie dan si Burung Hong putih dua kawan wanitanya. Maka dengan perasaan
mendelu Liongcu itu lalu dikembalikan iagi kepada si anak muda seraya katanya: "Tak sudi aku dengan
832 barangmu ini. Baik kau berikan sekalian saja pada kawan2mu itu" Lalu dipelengoskan mukanya, mengambul dia agaknya.
Lim Tiang Hong kaget "Apa artinya ini?" katanya
dengan wajah agak berubah.
Sebetulnya Lim Tiang Hong terhadap kawan2
wanitanya sama sekali tak pernah berbuat mem-
beda2kan. Yang manapun, harus mendapat perlakuan
sama rata. Tidak nyana Henghay Kouw-loan bisa
cemburuan begitu rupa, hal ini membuat hatinya kurang senang. Tentu saja, ia mana tahu isi hati dan
perangainya satu wanita dalam usianya yang baru
menanjak masa remaja. Ia hanya merasa bahwa
kelakuan Henghay Kouw-loan itu menyakiti hatinya. Ia tak senang mengapa tak boleh, ia membagi2 barangnya sendiri kepada lain orang.
Buat Henghay Kouw-loan sendiri, sebenarnya nona
itu cuma berbuat pura2 saja mengambutnya. Sama sekali tak pernah tersangka kalau perbuatannya itu telah menimbulkan reaksi tidak baik bagi dirinya sendiri.
Melihat perubahan paras pemuda dihadapannya agak
cemas hatinya, tetapi dari cemas hatinya dibuat jengkel 833
dan dari perasaan jengkelnya ini timbul amarahnya.
Dengan suara melengking tinggi ia berseru: "Kalau aku tak senang apa kau mau paksa" Aku tak sudi dengan pemberianmu!"
Lim Tiang Hong masih mengindahkan si nenek,
maka ia tak berani banyak buka suara. Sampai Henghay Kouw-loan men-jerit2 pun, ia tetap membungkam saja.
Heng-thian It-ouw meski ada seorang wanita
beradat ganjil lain dari yang lain, tetapi sebenarnya tidaklah demikian kemauan hatinya. Sebenarnya ia juga ingin berbuat lain daripada apa yang telah diperbuatnya.
Ia merasa sekalipun dengan Bu-ceng Kiam-khek telah bercidera, tetapi terhadap murid Orang Tua Penyipta itu ia telah timbul rasa sukanya. Ia telah dapat meneliti dalam waktu singkat itu, baik sifat, kelakuan maupun kepandaian pemuda itu. Sebenarnya ia ingin merecoki jodoh murid satu2nya dengan anak muda itu, tapi
sungguh tak dinyana dalam urusan sekecil itu saja, Henghay Kouw-loan bisa mengamuk. Maka untuk
merukunkan kedua anak2 remaja itu, sengaja ia
membentak: "Kalian tak boleh ribut mulut lagi! Dan untuk sementara, Liong-cu itu biar kusimpan dulu"
834 Setelah itu itu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong dan berkata pula "Mengenai kau, anak muda" katanya,
"katanya muridku ini, sampai saat ini, bukankah kau belum tahu juga asal usulmu sendiri" jelaskanlah padaku segala apa yang kau tahu, biar kutolong memecahkan persoalanmu"
Lim Tiang Hong lalu rnenceritakan segala apa yang ia tahu kepada nenek itu.
Heng-thian It-ouw mendengarkan dengen seksama,
lama sekali tiba2 terdengar suaranya "Pada beberapa puluh tahun yang lalu" katanya, "didalam dunia kang-ouw timbul desas desus yang mengatakan adanya
sebuah gambar peta dari Gunung Sakti itu. Tapi itupun cuma sebentaran, lalu sirap lagi. Tak tahu sekarang ini jatuh ditangan siapa gambar itu. Sedang dari
penuturanmu tadi, anak muda, aku dapat menarik
kesimpulan, mungkin gambar itu telah didapati ayahmu"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, lalu katanya
"urusan ini boanpwee tak mengerti sedikitpun. Dan tentang kepergian ayah, juga boanpwee tahu setelah diceritakan oleh seorang imam dari kelenteng Tang-gak-bio"
835 "Aku dengar kata orang, Gunung Sakti itu letaknya disuatu daerah padang pasir. Pasti2nya setiap 10 tahun sekali gunung itu nampak tinggi diatas permukaan laut, selebihnya dari waktu sehari itu selalu berada dalam timbunan pasir yang rata tinggi semua. Banyak orang2
tingkatan tua rimba persilatan yang pergi ingin mencari ilmu kesana. Kabarnya asal seseorang bisa dapatkan satu saja dari barang2 peninggalan disana, lantas bisa digunakan untuk seumur hidup. Itulah yang
menyebabkan banyak orang rimba persilatan yang pada pergi kesana. Dan ayahmu termasuk salah satu
diantaranya. Umumnya siapa saja setelah sampai disana lantas tak terdengar kabar ceritanya. Barangkali mati, atau jadi dewa atau dewi entahlah"
Lim Tiang Hong mendengarkan dengan cermat.
Hatinya mendelu, begitu berakhir penuturan si nenek dan ketika berpaling mencari Hang-hay Kouw-loan kiranya nona itu entah kapan telah berlalu dari situ. Ia tahu nona itu mengambul, maka dalam hatinya merasa kurang
senang. Ia bangkit dan pamitan kepada Heng-thian It-ouw.
836 Nenek itu tidak mencegah, pun tak mengantarkan
pemuda itu ketika keluar pintu.
Lim Tiang Hong menjura dalam2 dan lalu balik
badan lagi dan berlalu. Begitu keluar pintu, ia lalu menggunakan ilmu
mengentengkan tubuhnya terus melesat ke mulut
lembah. Dalam perjalanannya kali ini, ia merasa telah
melaksanakan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, maka ia tak memikirkan lagi soal lain2nya.
Siapa nyana, baru tiba di mulut lembah, mendadak
terdengar suara orang menggeram: "Diam disitu!"
Si pemuda karuan saja merasa kaget ter-heran2,
segera berhenti dan melihat bahwa orang yang
mencegatnya itu ternyata Henghay Kouw-loan sendiri adanya.
Melihat nona itu, si pemuda lalu kerutkan kening
dan bertanya: "Ada urusan apakah?"
Henghay Kouw-loan dengan wajah dan sikap tawar
berkata: "Aku ingin tanya, tunanganmu itu siapa
namanya?" 837 Lim Thian Hong menggelengkan kepala dan
berkata: "Aku cuma tahu dia dipanggil Yu-kok Oey-eng.
Namanya yang sebenarnya malah aku belum tahu"
"Kalau begitu bagaimana kau bisa tahu kalau dia itu bakal isterimu?"
"Itu adalah dia sendiri yang mengatakan"
Henghay Kouw-loan ketawa cekikikan. "Dia sendiri
yang mengatakan" Tentu dia berkata seenaknya dan kau lantas percaya betul karena dia cantik bukan" Dan andaikata aku juga berkata begitu...."
Bicara sampai pada kalimat itu si nona merasa telah kelepasan omong, wajahnya dirasakan panas dan ucapan selanjutnya tak dapat dilanjutkan lagi.
"Tidak perduli dia benar atau bohong, tapi dia
begitu baik perlakukan aku, itu memang sebenarnya. Aku toh tak boleh mengecewakan pengharapan orang,
bukan?" demikian Lim Tiang Hong.
"Kau cuma tahu dia berlaku manis terhadapanmu.
Dan ada orang lain yang akan lebih baik bisa perlakukan dirimu, tidak kau taruh dihatimu. Sekarang barulah kukenal bagaimana perangaimu"
838 Lim Tiang Hong kembali menarik napas "Kau begitu


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik juga perlakukan diriku, bagaimana tak mengetahui hal itu" Aku tidak pernah melakukan perbuatan tak patut padamu dan se-tidak2nya tidak pernah terkandung
maksud jelek terhadapmu. Mengapa kau begitu marah melihatku?"
Hakekatnya, Heng-hay Kouw-loan sebetulnya tanpa
alasan begitu gusar terhadap si pemuda, tetapi karena pengaruh cemburunya ingin mengangkangi sendiri yang begitu keras dalam perasaan nona itu akhirnya membuat hatinya beranggapan kalau cuma terhadapnya Lim Tiang Hong berbuat baik barulah dikatakan jujur.
Akan tetapi, biarpun bagaimana belum ada hak
untuknya memberitahukan maksud pun hatinya kepada pemuda itu. Maka setelah mendengar perkataan Lim
Tiang Hong, ia lalu tak mempunyai daya lagi. Sesaat tak dapat ia ber-kata2.
Tepat pada saat itu tiba2 terdengar suara orang
ketawa tawar. Lim Tiang Hong lalu membentak: "Siapa?"
Dibarengi dengan bentakannya, kakinya menotol
tanah dan lompat melesat mendekati suara itu.
839 "Ha, ha, ha....hi, hi, hi...."
Suara orang ketawa riuh lantas terdengar di tempat seputar lembah. Dari dalam rimba belakang sebuah
gunung-an tiba2 muncul serombongan orang berdandan ringkas yang aneh2
Lim Tiang Hong lalu melayang turun. Ketika melihat orang2, diantaranya kecuali Liong-how Koan-cu dan Cao-sat Tojin, yang lain tak tahu ia siapa2. Tetapi rombongan orang2 itu hampir tiap jiwanya, bentuk dan keadaan badannya sangat aneh. Disetiap mata terpancar sinar buas dan kejam. Maka ia lalu mengetahui kalau
kedatangan mereka itu tentu membawa maksud tidak
baik. Setelah mengawasi orang: aneh itu sejenak, lalu si pemuda membentak keras: "Kalian datang kemari ingin Ketemu dengan aku si orang she Lim kah" urusan
apapun lekas kalian jelaskan, tak perlu banyak jual lagak!"
Liong-houw Koancu maju dua tindak lalu berkata:
"Kau yang menggunakan kesempatan selagi Tiat-ciang Kim-liong Cin-cit terluka, dengan akal muslihatmu mengangkangi sendiri gambar peta Hing-hong Pie-kok 840
dan malah pergi sendiri mengambil nyali naga raksasa yang sudah membatu. Atas perbuatan curangmu itu
Toyamu tak mau mengerti. Aku sebagai wakil saudara Cin-cit, ingin membuat purhitungan denganmu!"
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 "Urusan ini, tak perlu kau terlalu capaikan hatimu. Gambar peta Hong hong Pie-kok adalah Cin-cit sendiri yang memberikan padaku, sedikitpun tak ada sangkut pautnya denganmu.
Apa kiramu Siauw-ya mu bisa kena perangkap akal
bulusmu?" Liong houw Koancu lalu ketawa mengejek "Semua
orang tahu Thian-lam Ngo-liong dan Bu-ceng Kiam-khek adalah musuh bebuyutan. Kau kata Cin-cit memberikan benda berharga itu padamu" Terlalu bohonganmu!
Perkataanmu sungguh tak dapat diterima oleh orang2|"
"Percaya tidaknya orang, itu kan tergantung dari
macam orangnya. Kalau yang semacam kau ini
orangnya, boleh juga bilang tak percaya"
"Kalau benar seperti apa yang kau kata, niscaya
antara kau dengan Cin-cit ada juga hubungan
persahabatan yang rapat. Tapi bagaimana sebetulnya?"
841 "Dimasa yang lalu meski tak ada hubungan apa2,
tapi buat sekarang, antara aku dengan Cin-cit boleh dikata sudah merupakan sahabat2 sejati dalam arti kata yang sebenarnya"
Liong-houw Koancu mendadak ketawa ber-gelak2
dan berkata "Kalau begitu, amat bagus sekali!"
Dari lalu tangannya menggapai kearah rimba. Dan
dalam rimba tiba2 lompat keluar dua orang. Mereka menggendong seseorang dan orang itu bukan lain
daripada Tiat-ciang Kim-liong sendiri. Tetapi Cin-cit pada Saat itu wajahnya kuning seperti malam, matanya tak bersemangat, agaknya hatinya sedang dipaksa dan
diperdayakan oleh mereka.
Liong-houw Koancu sambil menuding Cin-cit,
berkata kepada Lim Tiang Hong sambil ketawa ber-
gelak2: "Toya mu malam ini ingin menggunakan jiwa Cin-cit menukarkan dengan nyali yang sudah membantu.
Bagaimana" Terima betul2 baik. Tidak, berarti maut bagi sahabatmu ini!"
Bukan kepalang gusarnya Lim Tiang Hong. Alisnya
berdiri, matanya mendelik dan lantas berseru:
"Perbuatan terkutuk!"
842 Bersamaan dengan itu badannya terbang ke depan
menubruk Cin-cit. Akan tetapi Cao-sat Tojin yang agaknya telah siap sedia, sudah menjaga-jaga akan semua kejadian, sudah lari kebelakang Cin-cit. Dengan satu tangan menekan jalan darah Hian-peng-hiat mulutnya membentak:
"Jikalau pikiranmu ingin menolong, To-ya-mu akan
menamatkan riwayatnya lebih dulu!"
Tindakan Cao-sat Tojin itu benar2 membuat Lim
Tiang Hong seperti tak berdaya. Tanpa sadar kakinya mundur lagi, sampai tiga tindak.
Pada saat itu Tiat-ciang Kim-liong mendadak
membuka kedua niatanya dan berkata dengan suaranya yang serak: "Lim Siauw-hiap kau jangan kena dipedayai mereka. Jiwa. Cin-cit ini sudah tak ada artinya lagi.
Barang pusaka itu sekali-kali jangan kau berikan pada mereka"
Cao-sat Tojin gusar, dengan cepat tangannya
dikerjakan menepuk badan Cin-cit beberapa kali hingga orang she Cin itu menderita kesakitan sampai urat2nya menonjol keluar, keringat dingin sebesar-besar kacang mengetel tapi tetap bertahan. Sambil kertak gigi memaki-843
maki dengan suaranya yang serak: "Kawanan iblis jahat!
Tak peduli bagaimana kau siksa aku, tapi untuk suruh aku menyerah, jangan harap"
Lim Tiang Hong yang melihat keadaan badan orang
she Cin itu hatinya tak tega. lalu dikeluarkannya nyali naga yang menjadi gara2 itu dan berkata dengan suara nyaring: "Nyali naga itu ada disini. Lekas bebaskan dia!"
Tetapi Tiat-ciang Kim-liong dengan suaranya yang
serak di-besar2kan berseru kuat2: "Lim Siauw-hiap jangan berbuat begitu! Sekali-kali jangan! Aku si orang she Cin sudah...."
Tapi mulutnya tak dapat melanjutkan kata2nya
karena jalan darah gagunya telah ditotok oleh Cao-sat Tojin.
Lim Tiang Hong merasa cemas dan gusar. Dengan
cepat maju tiga tindak dan dengan suara bengis berseru:
"Jahanam2. Lepaskan dia. Kalau berani siksa dia lagi, aku nanti suruh kalian mati semua disini, jangan harap satu bisa lolos"
Oleh karena gusarnya yang sudah memuncak dan
alisnya pada berdiri, matanya beringas mengawasi
mereka. 844 Keadaan demikian benar2 membuat kawanan
manusia jahat itu pada merasa keder.
Liong-houw Koancu sebagai orang yang licik,
merasa takut kalau2 sampai si anak muda gusar benar2, yang ia tahu benar akan merunyamkan urusan, lantas berkata sambil ketawa: "Legakanlah hatimu, Cin-cit tak terluka sedikitpun. Asal barang itu sudah dalam
tanganku, kami akan segera lepaskan dia"
Lim Tiang Hong berpikir pergi datang. Ia agaknya
merasa sayang dengan nyali naga raksasa itu, tetapi lebih merasa sakit hatinya kalau sampai Cin-cit binasa di depan mukanya. Jiwa orang padanya dihargai lebih tinggi berlipat ganda daripada barang2 yang ada dalam dunia ini, yang bagaimanapun baiknya. Ia sudah menetapkan, meski tak rapat hubungannya dengan Cin-Cit, tetapi sebagai orang dari golongan orang baik2, apalagi
memang asalnya gambar peta itu berasal dari pemberian orang itu, sudah tentu harus rela juga kini korbankan nyali naga itu untuk menolong jiwanya.
Maka memikir demikian lantas diberikannya benda
pusaka itu kepada Liong-houw Koan-cu seraya katanya:
"Lekas bebaskan dia!"
845 Dan setelah itu ia lalu lompat mendekati Cin-cit.
Cao-sat Tojin mendorong Cin-cit kedepan Lim Tiang Hong kemudian ia sendiri ber-sama2 Liong-houw Koancu dan yang lain2 kabur masuk rimba.
Lim Tiang Hong pada saat itu sudah tak ada
kesempatan untuk mengurus soal2 yang lainnya. Ia
hanya kerepotan dalam menyambut Cin-cit.
Setelah membuka jalan darahnya dan meng-urut2
sebentar, lantas mengambil sebutir Soat-som-wan yang lantas dijejalkan ke dalam mulut orang.
Lama dia berkutetan sendirian membela orang, Cin-
cit baru mendusin. Tatkala matanya yang sudah uk bertenaga itu
dibuka, segera dilihatnya ada seorang anak muda
didepannya, dan berseru: "Lim Siauwhiap, kau berikan juga benda pusaka itu pada mereka?"
Lim Tiang Hong mengangguk sedikit.
Tiat-ciang Kim-liong menarik napas perlahan dan
lalu berkata: "Lim Siauw-hiap. meskipun kau betul orang jujur dan setia kawan yang ingin menolong cepat jiwa orang, tapi kau masih belum tahu bagaimana jahatnya orang2 dunia kang-ouw. Aku si-orang she Cin siang2
846 sudah dibikin celaka oleh mereka. Sekalipun ada obat yang bagaimanapun mujijatnya sudah tak dapat
menolong jiwaku lagi....".
"Begitu jahat perbuatan mereka?"
"Apa.... apakah kiramu aku berkata dusta....?"
begitu Tiat-ciang Kim-liong yang seolah2 tak bertenaga memaksakan keluar kata2nya. Dan tiba2 juga dia
menjerit, semua lubang2 panca-inderanya mengeluarkan darah hitam dan orangnya lantas roboh dan tewas disaat itu juga.
Terjadinya perubahan secara mendadak itu
membuat Lim Tiang Hong gugup sekali tak keruan.
Sungguh tak pernah dia menyangka kalau orang2 tadi itu bisa begitu jahat perbuatannya. Sesudah menipu barang, sekalian juga merengut jiwa orang.
Mengingat pada Thian-lam Nyo-liong satu2 yang
kesemuanya binasa secara mengenaskan darahnya
dirasakan mendidih. Lantas ditaruhnya jenazih Cin-Cit ditanah. Dengan suara keras berseru: "Jikalau aku tak dapat menumpas habis kalian manusia jahat itu, bukan murid Bu-ceng Kiam khek lagi aku...."
847 Tiba2 telinganya mendengar orang bicara dengan
nada tawar: "Bocah, sungguh sombong kata2mu. Bu-
ceng Kiam-khek si tua bangka itu dimana sekarang?"
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong mendongak.
Didepan matanya lantas tampak seorang tua berewokan dengan jalannya yang lambat sekali berjalan
menghampirinya. Orang tua berewok itu mengenakan pakaian jaman
kuno, rambut dan jenggotnya telah putih semua, tetapi sikapnya masih seperti anak muda.
Lim Tiang Hong tahu bahwa orang tua itu pasti
adalah salah seorang dari tingkatan tua rimba persilatan, maka sambil menyoja memberi hormat ia lantas berkata:
"Locianpwee kau menanyakan suhu ada urusan apakah?"
Kedua bola mata orang tua yang sipit itu mendadak dibuka lebar. Dari situ lantas terpancar sinar tajam, mengawasi Lim Tiang Hong dari atas sampai kebawah, kemudian baru berkata seperti orang yang tak percaya:
"Kau ini murid Bu-ceng Kiam-khek?"
Mendadak matanya menuju ke badan jenazah Tiat-
ciang Kim-liong yang menggeletak di tanah. Jelas
nampak perubahan wajahnya. Seketika itu juga orang 848
tua itu menegur Lim Tiang Hong: "Hai anak muda, kau yang membunuh Cin-cit?"
Sewaktu berkata kata, tangannya mengulur ingin
menjambak baju Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong geser kakinya, lompat mundur
sejauh tiga kaki lalu berkata dengan nada tawar: "Apa artinya ini?"
Orang tua itu dilihatnya sudah pada berdiri alis
serta rambutnya, menyambuti perasaan herannya si anak muda dengan seruannya yang keras: "Binatang sungguh besar nyalimu! Berani kau mengambil jiwanya muridku"!
Kau berani tak pandang mata aku si Ho-siu Ciat-liong".
Mari sini kuambil jiwamu dulu baru nanti berhitungan dengan Bu-ceng Kiam-khek si tua bangka!"
Dan lalu dikebaskannya lengan bajunya yang
gerombrongan. Angin hebat lantas meluncur keluar
menggulung badan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tahu kalau orang tua itu salah
paham, maka dibiarkannya serangan itu lalu
disampingnya Ia menggunakan ilmu Sam-sam Po-hoat.
Dengan mahir melompat kesana mengelit kemari
menghindarkan setiap serangan yang datang kedirinya, 849
sedang mulutnya lantas berseru "Locianpwee tahan! Kau sebagai orang tingkatan tua dalam rimba persilatan mana boleh sebelum tahu duduk perkara sebenarnya
turun tangan menghajar orang" Apa tak kuatir
kedudukanmu yang begitu tinggi nanti di-injak2 orang?"
Ho siu Ciat-liong, demikian nama julukan orang tua itu, hanya dialah satu-nya orang yang masih hidup dari partai Kim-liong itu. Adatnya sangat aseran. Ketika melihat kematian Cin-cit yang begitu mengenaskan, tanpa tanya ini tanya itu, lantas kalap dan mengamuk.
Atas perkataan Lim Tiang Hong sudah tak digubrisnya sama sekali, bahkan terus dilancarkannya serangan2
mematikannya sampai 12 kali beruntun.
Kepandaian orang tua itu sungguh tinggi. Dengan
serangannya yang ber-tubi2 itu telah membuat Lim Tiang Hong se-akan2 berada dalam gulungan angin serangan tangannya.
Lim Tiang Hong dalam cemas dan gusarnya, lantas
menggunakan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kangnya
dikedua belah tangannya, sambil ketawa menyeringai balas mengadakan penyerangan.
"Blung! Blung!"
850 Suara nyaring berkali-kali lantas terdengar. Dua2
pihak terpental mundur. Ho-siu Ciat-liong berdiri alis dan rambutnya,
matanya yang sipit dibuka lebar2. Dengan wajah
beringas menakutkan ditatapnya wajah lawan mudanya.
Sudah beberapa puluh tahun lamanya orang tua ini
sembunyikan diri, sungguh tak pernah disangkanya
bahwa selama itu bisa muncul orang kuat dari tingkatan muda.
Lim Tiong Hong pun mengagumi kepandaian dan
kekuatan orang tua itu. Meskipun orang tua itu datang2
mengumbar caranya sendiri yang tak tahu aturan, tetapi biar bagaimana tetap ia seorang dari tingkatan tua yang sama tarafnya dengan Bu-ceng Kiam-khek gurunya,
maka ia merasa harus mengindahinya juga sedikit.
Setelah menyambuti sampai 12 kali serangannya,
lantas berkata sambil menyoja lagi: "Saudara Cin-cit ini bukan boanpwee yang bunuh, Adalah Cao-sat Tojin yang mencelakakan. Aku yang rendah karena sedikit lalai, bukan saja tak berhasil menolong jiwa Cin Toako, bahkan oleh orang2 jahanam itu aku telah tertipu barangku nyali naga raksasa yang telah membatu"
851 Ho-siu Ciat-liong lantas lompat maju lagi, menyekal tangan Lim Tiang Hong dan berkata lagi: "Apa semua kata2mu tadi ada sejujurnya?"
Lim Tiang Hong dengan tenang menjawab: "Apa
gunanya aku berbohong?"
Dan lantas dituturkannya segala apa yang barusan
terjadi. Ho-siu Ciat-liong mendadak tarik kembali
tangannya. Dengan sorot mata ke-heran2an ditatapnya wajah Lim Tiang Hong sejenak, lalu berkata keras2 "Tua bangka kawanan hidung kerbau! Sungguh besar nyali kalian! Begitu berani kalian meng-injak2 atas kepala Thian-lam Ngo-liong. Jikalau tak dapat kuratakan
kelenteng Liong-houw-koan dengan bumi aku bersumpah tak mau jadi orang lagi!"
Kemudian berpaling ke arah Lim Tiang Hong dan
berkata: "Adik kecil, nyali naga yang kau kata sudah membatu itu adalah satu barang pusaka tak ternilai harganya didalam dunia ini. Sekali-kali tak boleh sampai jatuh dalam tangan kawanan penjahat itu"
Barusan, karena dalam keadaan kalap, disambarnya
tangan Lim Tiang Hong. Dan ketika dapat dicekalnya 852
juga, ia hanya merasakan mencekal barang lunak seperti kapas yg seolah2 benda lunak tak bertulang. Kemudian dengan tak sengaja dlcobanya mencekal terlebih keras, siapa nyana anak muda itu mendadak juga berubah
keras seperti baja, bahkan ada kekuatan lebih dari tenaga yang membalik yang terus menyerangnya. hingga hampir saja tubuhnya terjungkal. Maka dalam kagetnya ditatapnya wajah Lim Tiang Hong dengan sorot mata terheran2.
Orang tua ini dahulu pernah berselisihan dengan
Bu-ceng Kiam khek. Itu hanya soai keributan ingin merebutkan nama dalam dunia kang-ouw. Maka tak
sedikit ia menaruh dendam. Kini setelah melihat betapa tingkatan muda dari golongan Ngo-liong telah terbinasa secara mengenaskan, sedangkan Lim Tiang Hong, murid dari Bu-ceng Kiam-khek, sebaliknya malah membantu pihaknya. Maka lantas dihapus habis segala ganjalan sakit hatinya dan lalu berkata pula: "Lohu kini segera ingin berangkat, akan membasmi Liong-houw Koancu
dan kamberatnya. Apa saudara kecil juga ingin ikut?"
Lim Tiang Hong lantas menjawab: "Sekalipun
Locianpwe tidak datang boanpwee juga takkan mau
853 lepaskan kawanan orang2 jahat itu begitu saja saja.
Sekarang waktu kelewat mendesak sukalah Locianpwe jalan lebih dulu, boanpwee menyusul kemudian"
Orang tua itu tak berkata apa2 lagi, setelah
mengkebumikan jenazah Cin-cit badannya lompat
meleset dan menghilang di kegelapan.
Setelah orarg tua itu berlalu, Lim Tiang Hong baru ingat kenapa ia tidak melihat Henghay Kouw-loan"
Semula ia masih mengira nona itu sudah balik kedalam lembah, tetapi kemudian selelah dipikir lagi ia merasa tidak benar dugaannya.
Meski nona itu barusan pernah berselisihan
dengannya, tetapi itu cuma soal kecil baginya. Tidak nanti selagi menghadapi musuh2 besar lantas
ditinggalkan pergi begitu saja.
Mengingat sampai disitu ia anggap perlu balik lagi kelembah Bu-ceng-hiap. Maka ia lantas gerakkan kakinya dan lari bagaikan terbang menuju ke dalam lembah.
Begitu tiba di dalam lembah, satu firasat tidak baik terbayang didepan matanya. Kediaman Heng-thian It-ouw nampak sunyi sepi tak tertampak bayangan
seorangpun juga. Di tanah lapang di depan rumahnya 854
terlihat rebah menggeletak beberapa bangkai manusia serta banyak senjata tajam yang sudah pada patah.
Terang kalau di tempat tersebut barusan pernah terjadi pertempuran hebat.
Ketika memasuki rumah, disitu ternyata tidak
terdapat seorang pun juga, tetapi tak ada tanda2
kerusakan. Maka diam2 ia berpikir dalam hatinya: "Siapa sih orang2 yang begitu besar nyalinya cari urusan ditembah Bu-ceng-hiap ini" Heng-thian It-ouw belum pernah muncul kedunia kang-ouw. Mengapa bisa
menghilang mendadak" Aku tak percaya dengan
kepandaiannya yang begitu tinggi sampai kena
dicelakakan orang. Tapi kemana sekarang nenek itu?".
Lim Tiang Hong tidak tahu, sebab ia ber-kali2
menggunakan nama Bu-ceng Kiam-khek, muncui didunia kang-ouw, banyak orang rimba persilatan mengangap kalau Orang Tua Penyipta itu masih ada. Maka hal itu lalu banyak menarik perhatian musuh2 Bu-ceng Kiam-khek dahulu, sehingga pada datang ke lembah Bu-ceng-hiap untuk mencari-cari urusan. Selain dari pada itu mereka juga telah melarikan Henghay Kouw-loan.
855 Heng-thian It-ouw meskipun tinggi sekali
kepandaiannya, tetapi biar bagaimana seorang nenek yang sendirian harus menghadapi banyak musuh, sudah tentu tak dapat melayani terus menerus. Setelah terjadi pertarungan sengit sekali, terpaksa dengan melepas kekukuhan adatnya sendiri, terjunkan diri ke dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong mengadakan pemeriksaan diselat
Bu-ceng-hiap itu. Sebentar ia lantas menduga pasti kalau Heng-thian It-ouw benar2 telah terjunkan diri ke dunia kang-ouw, Tetapi yang belum dapat diduganya,
mengapa sampai nenek tua itu bisa melanggar
peraturannya sendiri dan apakah Henghay Kouw-loan pergi ber-sama2 dengan gurunya itu"
Setelah pertemuannya kali ini dengan Heng-thian
It-ouw, yaitu waktu mengantarkan surat dari gurunya, manusia Penyipta, ia sudah mengerti kalau Heng-thian It-ouw itu dulu dengan Bu-ceng Kiam khek adalah isteri dengan suami, maka selat Bu-cenghiap itu tentu juga-merupakan rumah perguruannya. Dan sekarang, setelah rumah perguruannya yang kedua itu mengalami
peristiwa demikian, dengan sendirinya iapun merasa 856
cemas sedikit banyak. Akan tetapi peristiwa yang tak ketahuan ujung pangkalnya itu untuk sementara
dibuatkan buntu dalam otaknya.
Apalagi dia juga perlu minta kembali nyali naga
raksasa yang telah membatu itu dari tangan Liong-houw Koancu. Disamping itu iapun merasa berkewajiban
membantu menutut balas sakit hati Cin-cit. Ini malah dijadikan tugas utama baginya.
Maka ia lantas kemulut lembah, dan baru saja
keluar dari lembah, kira2 seratus tombak lebih, tiba2
dilihatnya satu bayangan langsing lari mendatang, laksana terbang.
Karena sama2 ter-gesanya, hampir saja
bertubrukan. Untuk saja Lim Tiang Hong dapat cepat menyingkir, hingga tubrukan yang hebat dapat
dihindarkan. Ia tak tahu orang yang lari ter-gesa2 itu sengaja berbuat itu atau tidak, yang saat itu sudah berada dalam pelukannya.
Dengan ter-sipu2 diulurnya tangannya untuk balas


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memeluk orang itu. Dibawah sinar rembulan yang
remang2 barulah dapat diketahui kalau bayangan
857 langsing yang lari laksana terbang itu ternyata adalah pelayan wanita Lok-hee Hujin, yaitu Chun Lan.
Pelayan itu rebahkan kepalanya di dada Lim Tiang
Hong. Dengan suara ter-putus2 berseru: "Ow, kaget hampir mati...."
Lim Tiang Hong kerutkan alisnya, setelah
mendorong pelayan wanita itu, berkata: "Sebetulnya apakah yang telah terjadi" Mengapa kau begitu buru2
kelihatannya?" Chun Lan angkat kepala, setelah melihat Lim Tiang Hong sebentar, pura2 kaget sebentar dan berkata "Siauw Kauwcu, celaka! Oleh karenamu Hujin telah dikeram oleh Kauwcu. Enci Bwee-Hiang juga disiksa, maka ia suruh aku mengantarkan suratnya untukmu. Harap kau lekas pergi ke lembah Loan-phiauw-kok, dan tolonglah
mereka". Lim Tiang Hong yang mendengar ibunya disekap
oleh Thian-cu-kauw, seketika lantas naik darahnya.
Dengan tanpa sadar ia berseru: "Apa dia berani?"
"Mengapa mereka tidak berani" Sedangkan kau
sendiri juga harus berlaku hati2. Apakah kau berani 858
melawan ayahmu?" katanya Chun Lan sambil
monyongkan mulutnya yang kecil.
"Ngaco! dia mana ada ayahku" Ada satu hari, jika
aku nanti sudah bikin terang urusannya, kalau aku tidak beset dan cincang dirinya, aku tidak mau jadi orang lagi!"
kata Lim Tiang Hong gusar.
Melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang begitu
gusar, Chun Lan sampai ketakutan setengah mati.
"Aku harus lekas pulang, kalau terlambat nanti bisa diketahui oleh mereka. Siauw-kauwcu, kau harus lekas pergi menolong mereka!"
Dengan tanpa menantikan jawabannya Lim Tiang
Hong lagi, Chun Lan lantas lari kabur kearah semula.
Lim Tiang Hong sebetulnya hendak pergi ke Liong-
houw-koan untuk mencari Liong-houw Koancu, tepi
karena ada kejadan itu, mau tidak mau, ia harus pergi ke lembah Loan-phiauw-kok lebih dulu.
Kejadian penting yang terjadi secara saling susul, membuat ia tidak mendapat waktu untuk berpikir, bahwa kejadian itu ada benar atau tidak" Ia hanya memikir dari sikap orang berkedok itu terhadap ibunya, lantas anggap bahwa hal tersebut tentunya benar2. Maka setelah Chun 859
Lan berlalu, ia juga berangkat menuju ke lembah Loan-phiauw-kok.
Lim Tiang Hong yang pernah berdiam dilembah
Loan-phiauw-kok, sudah tentu kenal baik keadaannya lembah tersebut. Maka setelah tiba dilembah tersebut, ia lantas langsung menuju ketempat tawanan kamar batu.
Didalam tempat tawanan itu ia sudah pernah menolong dirinya si Burung Hong putih Cu Giok Im.
Karena ia sudah kepingin lekas dapat menemui
ibunya, hingga tidak memikirkan keadaannya sendiri yang saat itu sebetulnya dalam keadaan bahaya.
Ia sudah tidak pikir bahwa keadaan lembah Loan-
phiauw-kok saat itu sudah berbeda jauh daripada waktu semula ia kesana.
Thian-cu Kauw-cu baru2 ini karena melatih serupa
ilmu kepandaian telah mengeram dirinya dipusat.
Dengan demikian maka markasnya dipindah kedaerah
Kang-lam. Semua urusan dalam perkumpulan diserahkan kepada wakil Kauwcu, yakni Beng Sie Kiu dan Lok-hee Hujin.
Tetapi Beng Sie Kiu ada maksudnya sendiri. Sudah
lama wakil Kauwcu ini ingin mendapat kedudukan lebih 860
tinggi lagi dalam perkumpulan itu dan ingin
menyingkirkan Kauwcunya sendiri. Tetapi oleh karena merasa jeri menghadapi kepandaian Kauwcunya itu yang begitu tinggi, maka dengan akal muslihat dicobanya merampas kitab pelajaran dari Siauw-lim-pay. Tetapi belakangan meski kitab itu sudah didapatkannya, namun sudah diambil oleh Kauwcu itu. Meski dalam hati
memang merasa berat, tetapi apalah daya, ia tak berani menentang.
Kemudian Wakil Kauw-cu ini mendengar berita
diketemukannya nyali naga yang telah membatu itu oleh Lim Tiang Hong. Pikirnya kalau bisa ia memiliki benda pusaka luar biasa dalam dunia itu dan dimakan menurut aturan niscaya dapat bertambah kekuatannya menjadi lebih hebat dan pikirnya dengan demikian sudah tak perlu takuti kauwcunya lagi dan dapat berkuasa penuh atas Thian-cu-kauw.
Tetapi benda pusaka itu kini berada dalam tangan
Lim Tiang Hong. Dan anak muda itu terkenal sebagai orang kuat tingkatan muda yang pada saat itu justru sukar mendapat tandingan. Apalagi si pemuda mendapat bantuan tenaga dari Hong-hong-tie secara diam2.
861 Apabila ingin merebut secara terang2an sudah tentu takkan berhasil.
Maka diluar tahunya Lok-hee Hujin ia lalu
merancangkan satu rencana keji. Maksudnya hendak
menggunakan kedudukan Lok-hee Hujin dan hubungan
antara ibu dan anak dengan Lim Tiang Hong, ingin
memancing anak muda itu masuk jebakan.
Lim Tiang Hong yang terlalu kuatirkan nasib ibunya, terus berlari menuju kekamar tawanan, dan kamar batu itu ternyata tak berbeda keadaannya dengan sewaktu dulu ia disitu, masih tetap gelap dan demak. Begitu masuk dalam kamar, hawa dingin lantas menusuk tulang.
Angin dingin yang menyembur keluar dari dalam tambah membuatnya menggigil.
Tetapi semua itu sudah tak dihiraukannya. Masih
tetap dengan mengikuti jalan lorong, terus masuk
kebagian dalam. Sedangkan itu orang2 Thian-cu-kauw yang
mengadakan penjagaan keras, sudah bagai tak ada
dimatanya, dianggapnya mereka itu toh cuma patung belaka.
862 Sebentar saja si anak muda ini telah melalui lima-enam kamar tawanan, tetapi belum juga melihat
bayangan ibunya. Pikirannya kini agak bersangsi "Apa Chun Lan menipuku?" begitulah ia tanya2 pada dirinya sendiri.
Meskipun hatinya memikir demikian, tetapi kakinya terus bekerja.
Tiba2 dikamar yang paling ujung dilihatnya ada
bayangan orang sedang meringkuk. Dilihat dari bentuk tubuh dan pakaiannya, mirip dengan Lok-hee Hujin.
Tanpa banyak pikir lagi Lim Tiang Hong lalu
menerjang masuk. Diambang pintu, ada sebuah ruji besi yang besar, tetapi di situ tak kelihatan seorangpun menjaga.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan orang
itu, meringkuk dalam tempat demak2, hatinya serasa seperti di-iris2. Dengan sekuat tenaga ditolaknya ruji2
besi itu hinggai patah dan kemudian masuk kedalam.
Siapa nyana baru sampai disamping orang yang
meringkel bagai bangkai itu, tatkala dipandangnya dengan seksama, ternyata bukan ibunya melainkan
hanya orang2an bikinan yang terbuat dari pada rumput.
863 Tepat pada waktu itu terdengan suara keresekan
dan pintu lantas tertutup selapis besi tebal.
Kini barulah sadar Lim Tiang Hong kalau dirinya
telah masuk perangkap. Tetapi tak takut ia, sambil menenangkan pikiranya, mengawasi keadaan sekitarnya.
Kamar itu ternyata terbuat dari batu alam
seluruhnya. Satu2nya lubang untuk meloloskan diri adalah itu pintu yang telah tertutup besi tebal.
Ketika dicobanya menghampiri dan mengetuk pintu
besi itu, dapat diperkirakan tebalnya mungkin satu kaki.
Untuk menggempur rusak, bukan suatu pekerjaan
mudah. Tetapi belum putus harapannya. Dicobanya
mengerahkan seluruh kekuatannya dengan maksud
menggempur pintu besi itu.
Tetapi kesudahannya ia sendiri yang terpental balik sampai dua tindak, sedang pintu besi itu sedikitpun tak bergeming.
Belum dapat memikirkan cara lain, tiba2 satu suara lain terdengar.
864 Diatas pintu besi itu mendadak kelihatan banyak
lubang2 kecil macam sarang tawon. Dari lubang2 itu lantas menyembur asap putih.
Maka dalam waktu sekejap kamar itu sudah se-
akan2 berlapis batu tebal. Hawa pedas dari bau amis menusuk hidungnya. Asap putih itu bukan asap biasa, melainkan kapur gamping. Dan kapur gamping yang
disemburkan kedalam kamar yang tak mempunyai hawa itu, justru merupakan senjata yang sangat jahat.
Mungkin dewa sekalipun takkan tahan menerima
serangan kapur secara demikian.
Lim Tiang Hong dalam gemas dan gusarnya, coba
menghalau kapur yang menyembur ke arahnya dengan
kedua tangannya. Tetapi mungkin terlebih baik kalau dia tak berbuat demikian. Sebab begitu tangannya bergerak. Kapur itu justru pada meledak dan membuat pernapasannya
serasa terhalang. Dalam keadaan sangat genting itu tiba2 teringat
sipeiwuda akan satu pelajaran menutup napas sendiri, yang didapatkannya dari si pengemis pincang melalui tulisan yang pernah dipraktekkan dengan baik.
865 Sebetulnya hanya itu saja yang merupakan jalan
satu2nya yang dapat menolong diri sendiri.
Kapur putih itu menyembur kira2 sejam kedalam
kamar tak berlubang itu, baru berhenti. Dan pintu basi itupun per-lahan2 lalu terangkat naik.
Kembali setengah jam sang waktu berlalu, kabut
putih dalam kamar selama itu telah buyar.
Keadaan Lim Tiang Hong pada waktu itu tak
bedanya bagai seekor beruang putih yang meringkuk di tanah tanpa bergerak.
Dalam pada itu dari jalanan lorong mendadak
muncui dua orang laki2 tinggi besar ke-dua2nya.
Dua orang tinggi besar ini lalu mengangkat bangun badan Lim Tiang Hong. Dengan melalui jalanan ber-liku2
lalu dibawanya pemuda itu ke sebuah kamar rahasia.
Kamar rahasia ini justru merupakan satu kamar
terpenting untuk para tokoh Thian-cu-kauw di Loau-phiauw-kok merundingkan soal2 penting.
Wakil Kauwcu Beng Sie Kiu dengan sikapnya yang
angkuh dingin tampak berduduk di kursi tengah. Dikedua sisinya ada beberapa anggota pelindung hukum dan lain2
anggota penting perkumpulan tersebut. Tetapi disitu tak 866
tampak Lok-hee Hujin, yang pada saat itu ternyata tak barada dalam lembah.
Dua laki2 tinggi besar yang menggendong Lim
Tiang Hong lalu meletakkan orang pondongannya ke atas sebuah meja. Selagi hendak memberi laporan, Beng Sie Kiu yang rupanya sudah tak sabaran sudah turun dari kursi kebesarannya dan lantas meraba kantong2 Lim Tiang Hong.
Kiranya sampai pada waktu itu tak terlupakan
olehnya itu benda pusaka berapa nyali naga yang
menjadi idam2an setiap orang rimba persilatan.
Siapa tahu baru saja wakil kauwcu ini mengulur
tangan, mendadak terdengar suara orang ketawa dingin yang menusuk telinga.
Beng Sie Kiu yang memang mempunyai maksud tak
baik, dalam detik itu, ditempat demikian, apalagi ditempat yang begitu penting, mengetahui ada orang yang dapat masuk, sudah tentu membuat dia ketakutan setengah mati. Lantas diurungkannya maksudnya dan lantas membentak keras: "Siapa!?"
Dan berbareng dengan itu badannya terus lompat
melesat keluar melalui lubang dijendela.
867 Perbuatan wakil ketua itu lalu ditelad oleh orang2
yang lainnya. Kini dalam kamar rahasia hanya ada
ketinggalan seorang lagi, yakni Lim Tiang Hong.
Tetapi ketika orang2 Thian-cu-kauw itu berada
diatas genting keadaan terus sunyi senyap, tak
seorangpun kelihatan, maupun bayangan.
Beng Sie Kiu yang masih memikiri nyali naga
raksasa itu, buru2 hendak kembali kekamar rahasia.
Tetapi belum lagi bertindak, mendadak ada sesosok bayangan orang yang lari mendatangi sambil ber-teriak2:
"Hujin beritahu kepada Hu Kauwcu. Diujung sebelah timur ada orang2 menerjang masuk. Mereka telah
merusak tempat2 penjagaan rahasia dan musuh kini
sudah mulai merembes ke beberapa tempat penting"
Dalam kagetnya, Beng Sie Kiu lantas membentak:
"Suruh Sam-sat dari selatan kirim bala bantuan dan seluruh tempat geledahi"
Belum habis wakil Kauwcu ini dengan perintahnya,
kembali muncul dua orang yang dengan napas sengal2
memberi laporan lagi: "Di lembah sebelah barat tiba2
muncul musuh kuat. Dua belas Hiocu telah gugur semua.
Harap Hu Kauwcu suka keluarkan titah selanjutnya"
868 "Musuh sudah memasuki tempat penting. Banyak
anggota perumpulan kita tewas dan terluka. Mohon Hu Kauwcu beri titah apa yang harus kita lakukan?"
Demikian ada serentetan laporan yang
mengejutkan, yang membuat wakil ketua ini berdiri menjublek saja, sesaat lamanya bungkam tak keluar suaranya.
Pada waktu itu lembah Loan-phiauw-kok itu sudah
ramai dengan suara2 macam2 senjata dan di udara
sudah nampak sinar2 biru beberapa batang sebagai
tanda S.O.S, suatu tanda bahwa dalam lembah
orang2nya sedang menghadapi bahaya besar.
Beng Sie Kiu dalam cemas dan gusarnya, masih
tidak juga melupakan nyali naga raksasa sasarannya itu.
Dalam hatinya agaknya hanya memikir: "Tidak peduli musuh kuat siapa yang datang, akan kuambil dulu benda pusaka itu"
Tanpa memberikan perintah apa2 lantas sang wakil
Kauwcu ini memutar tubuh dan balik ke kamar rahasia.
Tiba2 dibelakang gegernya terdengar suara orang
berkata perlahan: "Tuan, tunggu Sebentar. Kita masih ada rekening yang belum diperhitungkan"
869 Beng Sie Kiu kini terperanjat benar2. Cepat laksana kilat berbalik badan, dan.... si anak muda, Lim Tiang Hong sudah berdiri dihadapannya. Tenang sekali anak muda itu. Kedua bola matanya yang seperti gunting tajam terus mengawasi wakil Kauwcu itu.
Bukan kepalang kagetnya wakil Kauwcu itu, dalam
hati merasa heran: "Bocah ini apa punya ilmu weduk"
Kenapa dalam kamar tak ada udara dimasuki kapur satu jam dia masih bisa hidup?"
Biar bagaimana memang karena sifatnya yang licik, meski keadaan tak menguntungkan bagi pihaknya, ia masih bisa berlaku tenang.
Sambil mengawasi Lim Tiang Hong setelah
bersenyum ia berkata: "Bocah, rupanya masih panjang umurmu. Pada waktu begini kami tak mempunyai banyak waktu buat berurusan denganmu. Sebentar lagilah kita berhitungan"
Setelah berkata demikian, wakil Kauwcu ini lantas lompat lari menuju ke luar ruangan.
Lim Tiang Hong ketawa. "Apa kau kira kau bisa
kabur begitu mudah?" katanya mengejek.
870 Dengan cepat ia sudah menghadang didepannya
wakil Kauwcu itu. Tapi pada saat itu juga, 4 pengawalnya Beng Sie Kiu juga sudah lompat melesat menghalangi gerakannya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu sudah berkobar
hawa amarahnya. Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa dingin: "Jikalau kalian memang sudah bosan hidup, biarlah Siauwya-mu ini mengiringi kehendak kalian!"
Berbareng dengan itu, tangannya lantas bergerak.
Suatu kekuatan yang amat dahsyat lantas meluncur
keluar menggulung diri 4 pengawal itu.
Empat pengawal Beng Sie Kiu itu, adalah orang2
yang dididik sendiri oleh Beng Sie Kiu. Kepandaiannya ilmu silat didalam kalangan kang-ouw juga termasuk golongan kelas 2. Begitu melihat datangnya bahaya, segera pada memencarkan diri dan kemudian menerjang Lim Tiang Hong dari 4 penjuru dengan melancarkan
serangan tangan secara beruntun.
Lim Tiang Hong sedikit pun tidak pandang mata
orang2 sebangsa demikian. Sambil ketawa dingin,
badannya berputaran laksana gangsingan. Setelah
871 melepaskan diri dari serangan 4 orang itu, lalu balas menyerang secara beruntun juga sehingga 7 kali.
Sebentar kemudian lalu terdengar suara gaduh. 2
dari 4 pengawal itu, sudah dibikin terpental sampai setinggi 2 tombak. Kemudian sambil menyemburkan
darah 2 manusia sial itu terbang keluar dinding.
Lim Tiang Hong dengan tanpa perdulikan yang
lainnya lagi, sudah menerjang kedalam ruangan. Ia juga kepingin tahu, siapakah sebetulnya orang yang malam itu menyerbu ke lembah Loan-phiauw-kok" Selain
daripada itu, ia sudah benci benar pada orang she Beng itu, maka ia harus bisa membekuk dirinya baru merasa puas.
Tapi begitu tiba di ruangan besar, dari jauh sudah dapat lihat bahwa orang2 yang datang menyerbu ke
lembah itu ternyata terdiri dari kawanan imam
semuanya. Imam2 itu terdiri dari tokoh2 terkuat yang terpilih dari 6 partay golongan Hian-bun, jumlahnya kira2
ada 30-40 orang dan saat itu sedang bertempur mati2an dengan orang2nya Thian-cu-kauw.
Lim Tiang Hong tidak bisa campur tangan, maka ia
naik ke atas genteng, disitu ia berdiri sebagai penonton.
872 Diantara iman2 dari 6 partay itu, ada banyak yang ia kenal.
Disitu ternyata ada Pek-ho Totiang dari Bu-tong-
pay, Hian-ie Lie-hiap Oh Bie Tiu dari Ngo-bie-pay, dua persaudaraan Lie, Kun-lun-pay Siang-kiam dari Kun-lun-pay dan si burung ungu Gouw Hong Ing, Giok-teng Cinjin dari Ciong-lam-pay dan Thay-hie Totiang dari Khong-tong-pay.
Di pihaknya Thian-cu-kauw, yang maju menghadapi
kawanan imam itu ada Beng Sie Ku, dibantu dengan para anggota pelindung dari Loan-phiauv-kok, Bin-hoan-siu, put-ceng Taotho dan lain2nya.
Dalam pertempuran itu kecuali Pek-ho Totiang yang berhadapan dengan Beng Sie Kiu, Giok teng Cinjin
dengan Put-ceng Taotho, Thay-hie Totiang dengan Bin-hoan-siu yang merupakan pertempuran satu lawan satu, lainnya pada itu boleh dikata pertempuran secara
keroyokan. Imam2 dari enam partai itu telah datang dengan
perasaan gusar. Maka dalam pertempuran iiu juga tak mengenal kasihan mereka turun tangannya, secara
873 kejam dan ganas se-olah2 sudah bertekad bulat hendak manumpas habis2an orang2 Thian-cu-kauw.
Sungguh tak beruntung bagi pihak Thian-cu-kauw
sebab banyak anggota2 kuat disuruh keluar melakukan tugas, hingga tenaga didalam berkurang banyak.
Meskipun mereka bertempur mati2an, tetapi masih kalah jauh dari pihak musuh. Maka sebentar saja sudah banyak yang binasa atau terluka berat.
Lim Tiang Hong tahu bahwa dalam pertempuran
mati2an itu nyata2 pihak enam partai besar telah dapat merebut posisi sangat baik. Ia anggap tidak perlu turut campur tangan. Maka lantas ditinggalkannya tempat tersebut dan lari menuju ke loteng tempat kediaman ibunya. Ia ingin sekali mengetahui kalau rencana hendak menjebak dirinya itu, ibunya mengetahui atau tidak.
Disamping itu ia juga ingin berjumpa sekali lagi dengan Bwee Hiang. Tetapi ketika tiba di loteng tersebut, ternyata tak seorangpun kedapatan di situ. Agaknya ibunya pada waktu itu sedang bepergian keluar lembah.
Dan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa
urusan itu mungkin ibunya sendiri juga tak tahu. Ketika dicobanya memeriksa keadaan loteng sekali lagi, ternyata 874
juga tak mendapatkan sesuatu. Dan selagi hendak balik keruang besar tiba2 tampak satu bayangan merah
berkelebat dimukanya yang lalu disusul dengan
munculnya Yong-jie, itu gadis cilik jenaka dari Hong-hong-tie.
Gadis kecil jenaka itu, setibanya didepan Lim Tiane Hong, lantas berkata setelah menarik lengan baju si pemuda: "Kongcu, urusan disini tidak perlu kau campuri.
Lekas pergi ke kelenteng Liong-houw-koan. Lambat
sedikit saja kau nanti akan menyesal untuk selama-lamanya"
Terhadap gadis cilik yang nakal dan jenaka ini Lim Tiang Hong memang sudah mendapat kesan baik sekali.
Maka seketika itu sambil mengusap-usap rambut si gadis cilik telah menyahut: "Yong-jie, sejak kapan kau datang".
"Siang2 aku sudah datang. Lok-hee Hujin tidak ada didalam lembah. Sedang enci Bwee Hiang-mu-itu juga siang2 sudah pergi ikut dengan ibumu. Disini sudah tidak ada urusan apa2 lagi. Mari lekas kita ke Lionghouw-koan"
begitu Yong-jie sambil ketawa lebar berkata
Setelah itu badannya lantas bergerak, se-olah2


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bianglala saja sudah melesat tinggi dan sebentar saja 875
ternyata ia sudah berada disuatu iempat empat-lima tombak jauhnya dari Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong meski tahu bahwa urusan di Liong-
houw-koan jauh lebih penting beberapa kali lipat
daripada urusan dalam lembah Loan-phiauw-kok, akan tetapi agaknya masih belum lega hatinya kalau tidak menyaksikan sendiri hasil kesudahan pertempuran itu.
Maka setelah Yong-jie berlalu balik lagi dia ke medan pertempuran.
Pada saat itu pertempuran sengit tadi ternyata telah berakhir. Orang2 dari enam partai besar sedang
menolongi kawan2 mereka yang terluka. Pek Ho Totiang dengan wajah kuning pucat sedang duduk bersila sambil pejamkan mata. Dan Thay-hie Totiang sedang memesut ujung bibirnya keluar darah, berdiri menyandar di dinding tembok. Lain2nya banyak pula yang menderita luka. Sedang dipihak lawan mereka, sudah tak kelihatan barang seorangpun juga.
Lim Tiang Hong ketika tiba ditempat tersebut lantas mendapat teguran dari beberapa orang imam: "Siapa!
Jangan coba maju lebih dekat!"
876 Lim Tiang Hong mendengar itu tersenyum, lalu
menjawab: "Kalian mengapa setelah menang menjadi
begitu galak" Apa kalian masih ingin berkelahi" Marilah dengan aku"
Kun-lun Siang-kiam, Hiao-ie Lihiap dan lain2nya
pernah kalah oleh Lim Tiang He Hari itu. Karena
mengandal jumlah lebih besar ketika melihat Lim Tiang Hong muncul secara mendadakan, lantas semuanya pada menghunus pedang masing2, agaknya ingin sekali
mengeroyok. Lim Tiang Hong mengawati orang2 yang telah siap
itu dengan sorot mata dingin, lalu dengan langkah lebar menghampiri Pek-ho Totiang.
Tetapi ada beberapa orang imam yang maju
menghalangi sambil menghunus senjata mereka
membentak: "Jangan coba maju lagi! Berani setapak meninggalkan tempat itu, berarti maut bagimu! Toyamu akan ambil jiwa anjingmu!"
Lim Tiang Hong nampak berdiri alisnya. Selagi
hendak buka mulut lagi, Pek Ho Totiang yang sedang duduk bersila mengatur pernapasannya tiba2 membuka matanya dan lantas berkata kepada orang2 yang telah 877
menghunus senjata itu: "Lekas minggir! Aku tak
mengijinkan kalian mengacau lagi" Kemudian ia sendiri sudah bangkit berdiri dan kepada Lim Tiang Hong, sambil anggukkan kepala, berkata: "Ada urusan apakah Siauw sicu sampai memerlukan datang ke mari?"
Lim Tiang Hong sambil membalas hormat lantas
menjawab: "Aku yang rendah sengaja datang untuk
menengoki Totiang sekalian"
Lalu dari dalam sakunya dikeluarnya sebutir pil
Soat-som-wan yang lantas diberikan Pek-ho Totiang seraya katanya: "Meskipun urusan disini boleh dikata sudah beres semua, tapi buat hari depan mungkin masih berbuntut panjang, barangkali akan ada lain kejadian.
Totiang, lebih baik kau telanlah obat2 Soat-som-wan ini"
Soat-som-wan sebenarnya adalah satu obat
mujarab penyembuh segala luka2, dalam maupun luar.
Pek-ho Totiangpun mengetahui benar khasiat obat itu, maka lantas disambutinya pemberian itu tanpa2 malu2
dengan kedua targannya sembari mengucapkan terima kasih ber-ulang2, kemudian dibelahnya pil itu menjadi dua buah, separuh dimasukkannya kedalam mulutnya
878 sendiri, sedang separuh yang lain ditelankannya ke mulut Thay-hie Totiang.
Lim Tiang Hong yang merasa telah selesai dengan
tugasnya lalu memberi hormat sambil angkat tangan dan kemudian lompat melesat meninggalkan mereka.
(-0odwkzo0-) Bab 23 SETELAH meningalkan Loan-phiauw-kok, Lim Tiang
Hong langsung lari menuju ke kota Kui-lim. Pernah sekali ia mendengar dari mulut si Pengemis Mata Satu tentang kelenteng Liong-houw-koan itu. Iapun tahu bahwa
kelenteng tersebut tak boleh dianggap remeh. Ho-siu Ciat-liong yang pergi seorang diri, apabila ada kejadian2
menimpa dirinya sebetulnya iapun akan merasa, tak enak. Maka dalam perjalanannya itu, waktu sedetikpun tak berani berlaku ayal.
Menjelang magrib ia telah sampai dalam pintu
gerbang kota Kui-lim. Setelah memikir bolak balik ia lalu mengambil keputusan untuk langsung pergi kekelenteng Liong-houw-koan malam itu juga, maka ia lantas mencari rumah penginapan lebih dulu untuk mengaso, pikirnya 879
supaya tengah malam nanti dapat bekerja dengan
tenaga cukup. Selagi seorang diri berada dalam kamar, tiba2 anak muda ini melihat berkelebatnya bayangan merah,
ternyata dialah Yong-jie si-gadis cilik bengal yang telah lompat masuk melalui jendela. Dengan ter-buru2 gadis itu sesampai di dalam, terus berkata: "Kongcu lekas. Mari ikut aku. Keadaan terlalu amat mendesak. Si tua bangka Ho-siu Ciat-liong itu sudah terpancing oleh Liong-houw Koancu kejeblos masuk dalam jalanan di bawah tanah kelenteng. Kawanan imam2 jahat kelenteng itu sudah akan pergi meninggalkan sarang mereka sendiri dan selain itu semua orang2 kang-ouw dari berbagai partai dan golongan rupanya telah mengendus juga kalau
Liong-houw Koan-cu telah mendapat benda pusaka nyali naga itu, maka pada meluruk datang ke kota ini"
Mendengar itu Lim Tiang Hong lantas ikut Yong-jie keluar kota. tentu keleteng Liong-houw-koan yang
menjadi arah tujuan. Kelenteng Liong-houw-koan disamping sebuah
bukit2-an kecil diluar kota Kui-lim. Karena dua orang itu mempunyai ilmu lari pesat yang sudah tiada tara dalam 880
waktu sekejap saja sampailah mereka ketempat yang dituju.
Baru saja Lim Tiang Hong ingin berunding lebih
dulu dengan Yong-jie mencari akal masuk secara
menggelap ataukah terang2an begitu saja, siapa tahu sgadis binal itu ternyata sudah tak kelihaian mata hidungnya. Tak tahu apakah yang diperbuatnya saat itu, tetapi Lim Tiang Hong segan mencarinya, lantas
mengambil tindakan sendiri, lompat menuju ke kelenteng tersebut.
Tidak nyana Lim Tiang Hong baru injak kakinya
diatas genting kelenteng, tiba2 terdengar suara ketawa yang agak ganjil kedengarannya yang lalu disusul lagi dengan melayang turunnya beberapa bayangan orang.
Mereka itu adalah kawanan imam. Dengan sikap
garang menegur Lim Tiang Hong "Bocah!" seru mereka kasar "Toaya-mu sudah menduga kalau kau akan datang kemari"
Lim Tiang Hong mengawasi kawanan imam dan
seorang imam yang bicara tadi. Mereka itu ternyata semuanya pada membawa pedang ditangan kanan dan
ditangan kiri mereka pada membawa bendera2 panjang 881
warna kuning seperti juga kawanan imam yang sedang hendak melakukan ibadat.
Kawanan imam itu masing2 mengambil kedudukan
sendiri2 mengelilingi Lim Tiang Hong di-tengah2.
Seketika itu orang yang dilingkari berkata dengan nada dingin: "Kalian tak perlu main gila didepan Siaw-ya lekas suruh Lionghouw Koancu menggelinding keluar temui aku"
Satu diantara kawanan imam itu lantas membentak
dengan suara keras: "Kau tak perlu banyak tingkah.
Liong-houw-koan hari ini boleh jadi tempatmu mengubur diri. Lekas, serahkan nyawamu!"
Setelah berkata, dikibaskan bendera bawaannya
dan pedang di tangan kanannya, setelah
memperdengarkan suara menggerung dahsyat, lalu
menyerang Lim Tiang Hong.
Gerakan itu lalu disasul dengan terdengarnya suara bentakan ber-ulang2 dan berkelebatnya beberapa puluh sinar pedang serta asap hitam yang berhamburan
ditengah udara. Itu adalah gerakan kawanan imam itu, yang mengadakan penyerangan bersama.
882 Pedang dari beberapa puluh imam itu dengan
sinarnya yang gemerlapan telah mengurung tempat
berdirinya Lim Tiang Hong, sedang bendera warna
kuning itu nampak bakelebatan diantara sinar puluhan pedang se-olah2 kawanan ular sedang menari, dan dari bendera itu kelihatan beberapa kali tersembur asap hitam yang sekejap saja telah mengulung Lim Tiang Hong dengan selapis kabut hitam.
Asap hitam yang keluar dari bendera kuning itu
sebenarnya adalah senjata, yakni senjata gelapnya Liong-houw-koan yang terampuh. Senjata itu oleh
mereka dinamakan Ban-ciong Jin-sat serupa senjata dari ciptaan ilmu2 iblis yang menggunakan bangkai manusia dengan serupa bahan beracun dari daerah Biauw-ciang.
Asap itu asal masuk dan tersedot hidung sedikit saja, dalam waktu dua belas jam orang itu akan hancur luluh seluruh tubuhnya.
Lim Tiang Hong yang berada dalam kurungan kabut
nampak tenang2 saja. Dengan ilmunya Sam-sam Po-hoat kelihatan badannya berputaran, menghindarkan setiap ancaman pedang yang datang kearah dirinya. Bahkan 883
terkadang dapat juga balas menyerang, sampai kawanan iiu berputaran seperti orang gila.
Tiba2 ia merasa bahwa asap hitam itu berbau
sangit, karena kelalaiannya sedikit, sekali tersedot juga oiehnya. Seketika itu dirasakan kepalanya pening, hingga dalam kagetnya segera mengerahkan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kangnya, dan waktu itu pula mengepul uap putih diatasan kepalanya
Ilmu Siauw yang It-ku Sin-kang telah dilatihnya dari tenaga Yang yang murni dan asalnya adalah ilmu
golongan Hian-bun. Apa lagi pernah Lim Tiang Hong makan nyalinya naga api, terhadap segala racun boleh dikata takkan mempan. Begitu ilmu itu mengadakan
reaksi, bukan saja racun dari asap hitam itu tak berdaya merubuhkannya, bahkan yang tersedot masuk sedikit itu tadi juga lantas keluar sendiri dari mulutnya. Maka seketika itu semangatnya bertambah. Dengan kebasan kedua lengan bajunya ditutupnya rapat2 setiap pedang yang meluncur ke arahnya.
Selagi bertempur sengit dengan cara demikian,
tiba2 matanya yang tajam dapat melihat di belakang 884
kelenteng liong-houw-koan ada bayangan hitam
beberapa titik yang menjauhi.
Hatinya tergeiak, anggapnya tentu itu Liong-houw
Koan-cu serta kawan2nya yang baru merat dari situ.
Dari si anak dara cilik Yong-jie, ia tahu Liong-houw Koan-cu katanya ingin kabur jauh2, maka semakin besar dugaannya kalau tadi tentu adalah mereka. Seketika tanpa memperdulikan lagi semua kawanan imam yang
coba mengurungnya. Setelah menggeram sekali
dilancarkannya serangan mematikan 12 kali beruntun.
Kawanan imam yang mengurungnya itu keripuhan
agaknya, lantas terbuka satu lowongan yang
memudahkan bagi Lim Tiang Hong lompat keluar
kepungan dan terus lari bagai terbang kebelakang
kelenteng. Dengan ilmunya. It-shia Cian-lie, hanya dengan
beberapa kali menotolkan kaki ditanah telah berhasil ia mencegat beberapa bayangan hitam yang mau lari itu.
Apa yang timbul dalam dugaannya ternyata tak
sedikitpun meleset. Beberapa bayangan hitam yang
dilihatnya tadi itu benar adalah Liong-houw Koan-cu dan Cao-sat To jin dan beberapa konco mereka yang
885 bermaksud melarikan diri. Mereka itu ketika melihat Lim Tiang Hong datang secara mendadak agaknya merasa
heran. Lim Tiang Hong ketika dapat menyandak, lantas
dengan suaranya yang menggelegar membentak: "Iman durhaka! Sungguh kejam hatimu! Kau setelah menipu barang Siauw-ya mu nyali naga raksasa itu, berani lagi kau turunkan tangan keji mengambil jiwa Tiat-ciang Kim-liong. Perbuatan terkutukmu kau bagaimana harus
mempertanggungkannya" Ingin kabur" Hm! Tak
gampang!" Liong-houw Koancu orangnya licik. Melihat Lim
Tiang Hong datang hanya sendirian, tak seberapa takut hatinya. Lantas dijawabnya perkataan anak muda itu sambil ketawa sinis: "Aku sebetulnya tak sudi berurusan dengan kau yang masih berbau pupuk bawang. Tapi
sekarang ternyata kau sendiri datang cari mampus, maka jangan sesalkan kalau aku kelewat kejam perlakukan dirimu"
Kebutan ditangannya lalu dikebutkan dengan
perlahan. Empat imam kecil yang membawa pedang,
yang berdiri di kedua belah sisi belakang Liong-houw 886
Koancu lantas pada lompat maju ke depan dengan
pedang masing2 yang telah terhunus. Berbareng dengan itu kawanan imam yang tadi mengepung Lim Tiang Hong juga sudah pada sampai ke tempat itu. Dan mereka yang datang belakangan ini kembali dalam sikapnya,
mengurung Lim Tiang Hong rapat2.
Lim Tiang Hong yang mengalami kejadian demikian,
dikurung dari berbagai jurusan, dengan sikap
memandang hina berkata dingin: "Kawanan gentong nasi ini, sekalipun tambah seribu lagi jumlahnya percuma saja melawanku! Lebih baik jangan unjuk lagak dan
bertingkah! Majulah semua supaya Siauw-ya mu bisa kirim jiwa kalian menghadap Giam-lo-ong, Bukankah lebih cepat beres?"
Setelah itu pedang To-liong kiamnya lalu dihunus
dari serangkanya. Sebenarnya tak gampang pedang To-liong-kiam keluar dari sarungnya, tetapi agaknya hari itu baginya merupakan hari istimewa ia boleh menyabut pedang karena ingin sekali merengut jiwa2 kawanan imam itu.
Liong-houw Koan-cu dengan kawan2 ketika melihat
pedang To-liong-kiam pada jeri hati mereka. Pedang 887
yang dahulu pernah digunakan oleh Bu-ceng Kiam-khek itu benar2 sudah menciutkan nyali mereka. Pedang itu membuat mereka teringat pada kebiasaan dan ada
kebiasaan si orang Tua Penyipta. Setiap kali pedang To-liong-kiam keluar dari serangkanya berani bahwa urusan tak dapat diselesaikan dengan cara damai lagi. Sebab sebelum pemilik pedang melihat darah, To-liong-kiam takkan masuk sarungnya lagi. Oleh karena itu maka Orang Tua Penyipta yang menggunakan pedang tersebut lantas mendapat julukan Bu-ceng Kiam-khek, yang
berarti Ahli Pedang yang Tak Bercita Rasa.
Lim Tiang Hong justru adalah murid satu2nya,
sudah tentu tak kecuali mempunyai juga sifat2 gurunya itu.
Selagi Liong-houw Koan-cu melamun memikirkan
nasibnya di hari kemudian, dari empat penjuru terdengar berkibaran jubah imam serta suara ketawa aneh
cekikikan yang datang dari luar kelenteng.
Ternyata itu ada serombongan orang2 kang-ouw
yang pada menyerbu masuk kelenteng. Diantara
rombongan tersebut, ada satu anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw yakni Hwee-san Koay-kek, Mo-kiong Toa-888
nio dan seorang tua yang memagang pipa rokok panjang (Hun-cwee) ditangannya. Yang lain, tak dikenal oleh Lim Tiang Hong. Ia hanya mengira tentu sebagai sebagian besar dari mereka adalah orang2nya Thian-cun-kauw.
Melihat kedatangan rombongan orang2 itu, Liong-
houw Koancu terperanjat sekali.
Dengan mata berputaran Imam jahat ini berkata:
"Liong-houw koan dengan Thian-cu-kauw namanya
seperti air sungai yang tak pernah mengganggu air sumur. Kedatangan tuan2 ini tentunya disebabkan
karena adanya nyali naga yang telah membatu bukan"
Tidak salah, barang berharga itu memang kini berada dalam tangan Pinto. Dan tuan2 apabila menginginkan bagian diriku, lebih dulu kita bekerja sama dulu, singkir bocah ini dan selanjutnya berunding dengan lain jalan lagi"
Orang2 Thian-cu-kauw itu, sebetulnya adalah
musuh2 buyutan kalau melihat Lim Tiang Hong. Karuan saja setelah Liong-houw Koancu berkata demikian,
mereka lantas pada tergerak hati. Meski tak keluar sepatahpun kata jawaban, tapi dari mata mereka, yang 889
semua ditujukan kearah Lim Tiarg Hong, tentu orang tahu apa artinya itu.
Lim Tiang Hong dengan pedang To liong-kiam
ditangannya, berdiri tegak ditengah-tengah kepungan orang banyak Sekalipun ditempat sekitarnya banyak musuh kuat mengitarinya, tetapi sedikitpun tak
tertampak roman jeri diwajahnya. Dengan kedua bola matanya yang beringas yang ditatap cuma Liong-houw Koan-cu seorang.
Suasana benar2 sangat panas. Tujuan Lim Tiang
Hong tetap seorang yakni Liong-houw Koan-cu, Sedang imam dari Liong-hauw koan, semua menujukkan mata
mereka keatas diri Lim Tiang Hong. Dan orang2 Thiancu-kauw sudah tentu, pun mengawasi anak muda
ditengah-tengah itu, akan tetapi mereka juga tidak meninggalkan sedikitpun perhatian mereka kepada
Liong-houw Koancu. Namun demikian, siapa pun tidak ada yang suka
bergerak terlebih dahulu.
Lim Tiang Hong tahu jika ia sendiri menyerang
Liong-houw Koan-cu sudah tentu akan lantas dikerubungi imam2 itu. Dan apabila hal demikian terjadi, berarti sama 890
saja ia memberi kesempatan bagi Koan-cu itu melarikan diri.
Dipihaknya para imam Liong-houw-koan, pun
agaknya telah berpikir jikalau bergerak menyerang anak muda ditengah itu, maka orang2nya Thian-cu-kauw
sudah barang tentu akan mengepung dan menyerang
Liong-houw Koancu seorang yang memang niat mereka merampas nyali naga raksasa itu, bukankah menghadapi musuh dari dua pihak" Oleh karena demikian tak berani bergerak dengan segera.
Selagi ketiga pihak masih dalam ragu dan sangsi2, sedang ber-jaga2 untuk kepentingan masing2, tiba2 dari belakang kelenteng terdengar suara bentakan keras dan seorang tinggi besar telah melayang dan menerjang Liong-hoaw Koancu. Tangannya menyerang cepat
laksana kilat. Dalam waktu sekejapan telah melancarkan serangan beruntun sampai 18 kali.
Perbuatan yang terjadi mendadakan itu
mengejutkan sekali imam2 Liong-houw-koan. tanpa
merasa telah mundur mereka semua beberapa tindak.
Tidak kecewa Liong-houw Koancu sebagai satu
tokoh kenamaan. Sekalipun mendapat serangan secara 891
tiba2, tidak menjadi gugup dia. Dengan senjata kebutan di tangannya, ditangkisnya setiap serangan yang datang atas dirinya. Kemudian mundur sejauh delapan kaki.
Tetapi karena orang yang menyerang itu tinggi sekali kepandaiannya, maka sebegitu jauh masih belum dapat juga ia melepas diri.
Orang itu kembali perdengarkan geramnya yang
hebat. Dengan menggunakan ilmu Ngo-heng Ciang-hoat kembali menyerang hebat imam kepala Liong-houw-koan itu.
Cao-sat Tojin ketika menyaksikan Liong-houw
Koancu mendadak diserang pihak musuh, dengan
mengeluarkan bentakan keras tangan kirinya lantas melancarkan serangan dengan ilmu Im-sek Sat-ciang, ke arah belakang punggung orang itu.
Lim Tiang Hong yang bermata jeii, segera
mengetahui dengan tegas bahwa orang yang datang
menyerang itu adalah Ho-siu Ciat-liong sendiri, maka lantas disesapkan pula pedangnya dan berkata sambil ketawa dingin: "Apa kalian pikir ingin merebut
kemenangan dengan mengandal jumlah orang banyak?".
892 Dengan cepat ia sudah maju, lalu menyerang
dengan tangan kosong kearah Cao-sat Tojin. Yang diarah itu mau tak mau mesti menghindarkan dulu serangan Lim Tiang Hong dan tarik kembali serangannya yang ditujukan kepunggung Ho-siu Ciat-liong, Dengan
demikian barulah dapat ia menghindarkan serangan
tangan si anak muda tadi. Tetapi pun gagal pula
serangannya terhadap si orang tua.
Begitu serangan2 pertama dimulai, kawanan imam
Liong-houw koan serentak lalu mengangkat pedang,
menyerang Lim Tiang Hong dari berbagai penjuru.
Lim Tiang Hong saat itu sudah gusar benar2.
Sambil ketawa ber-gelak2 lalu menghunus pedangnya dan diputar laksana titiran untuk menyambuti serangan para imam itu.
Suara jeritan lalu terdengar, dua imam yang maju
terdepan lantas roboh dengan mulut bermandikan darah dan badan kutung.
Tetapi para imam itu semuanya merupakan tokoh2
pilihan dalam Liong-houw-koan. Dalam ilmu pedang
mereka punya latihan cukup sempurna. Terutama
dengan empat imam cilik itu, dengan empat pedang
893 pendek mereka melancarkan serangan2 yang tak kalah hebatnya dengan imam2 lain yang lebih tua usianya.
Mereka segera membuka serangannya, mengurung Lim
Tiang Hong. Meskipun Lim Tiang Hong keluaran satu ahli pedang kenamaan, tetapi untuk sementara merasa sukar juga merobohkan lawannya yang jauh lebih banyak
jumlahnya. Dalam medan pertempuran waktu itu nampak kalut
sekali. Bayangan tangan dan pedang nampak
berseliweran disana-sini. Liong- hoat Koancu dan Cao-sat Tojin berdua dengan bahu membahu melayani Ho-siu
Ciat-liong. Sedangkan si empat imam cilik dan kawanan imam yang membawa pedang dan bendera kuning, pada mengepung Lim Tiang Hong seorang hingga
pertempuran itu merupakan pertempuran dua
rombongan yang sengit sekali.
Hanya orang2nya Thian-cu-kauw yang belum
bergerak. Mata mereka tanpa berkedip mengawasi
keadaan diseputar tempat mereka pada berdiri sebagai penonton. Sebab, tak perduli pihak mana pun yang
kalah, bagi mereka adalah keuntungan besar.
894 Lim Tiang Hong semenjak munculkan diri didunia
kang-ouw telah ber-kali2 mengalami pertempuran hebat.
Pengalaman bertempur tentu telah banyak. Sekalipun dirinya dalam kepungan begitu rapat, matanya yang tajam masih dapat memperhatikan keadaan disekitarnya.
Begitupun telinganya. Begitu melihat gelagat2 keadaan orang2 Thian-cu-kauw, segera dapat menebak hati
mereka, maka dalam hatinya merasa geli sendiri.
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong suatu waktu
melancarkan serangannya dengan hebat. Pedangnya
seolah2 bianglala mendesak kawanan imam begitu rupa, lalu disusulkan dengan serangan2 lain yang lebih hebat.
Serangan2nya merupakan tipu2 serangan yang terampuh dalam permainan pedangnya. Maka dimana ujung
pedang lewat, darah lalu bercipratan. Sedikitnya sudah lima-enam imam yang terbinasa dalam satu gerakannya.
Gerakan itu agaknya tak akan berhenti hingga kawanan imam yang jatuh korban bukan sedikit lagi jumlahnya.
Setelah menjatuhkan banyak musuhnya, Lim Tiang
Hong lalu melesat kearahnya Liong-houw Koancu.
Liong-houw Koancu yang sedang melawan Ho-siu
Ciat-liong dengan dibantu oleh Cao-sat Tojin, ketika 895


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat anak muda itu menyerang dengan cara tiba2, lalu disambutnya dengan senjata kebutannya. Dengan tenega sepenuhnya kebutan itu digunakan untuk
menyambuti serangan Lim Tiang Hong, pun maksudnya untuk melindungi drinya sendiri. Maka tatkala kebutan itu digerakkan, orangnya sampai mundur lima kaki lebih.
Tiba2 terdengar saara "Crakk!"
Ternyata kebutan (Hud-tim)nya Liong houw Koancu
telah terpapas kutung oleh pedang To-liong-kiam. Kini yang ada dalam genggamannya hanya gagang kebutan
yang cuma kira2 satu kaki panjangnya.
Ia yang selamanya menganggap diri sendiri sebagai satu jago tanpa tanding, atau tokoh terkuat dari rimba perisijatan untuk daerah Kwitang-barat, sungguh tak pernah mimpipun dalam segebrakan saja senjatanya
telah dikutungkan musuh. Sudah barang tentu
terkejutnya bukan main, berbarengpun lantas timbul gusarnya.
Selagi hendak menerjang lawanya dengan mati2an,
tiba2 ada bayangan kecil langsing dengan kecepatan bagaikan sinar kilat melayang turun ke samping
badannya. Tangan orang itu yang kecil mungil nampak 896
merogoh sakunya kemudian melesat lagi ke tengah
udara. Gerakan yang demikian cepat itu, bagi orang2 yang menyaksikan, hanya melihat berkelebatnya bayangan merah yang datang dan pergi lagi seperti bayangan setan dan setelah bayangan merah itu melesat setinggi tujuh-delapan tombak lantas terdengar suara seseorang yang merdu "Kongcu, nyalinya naga raksaa yang sudah membeku itu sudah Yong-jie ambilkan untukmu. Untuk sementara biarlah kuserahkan kepada Kokcu, biar dia si orang tua yang menyimpan. Aku hendak pulang dulu, harap kau sendiri suka berlaku hati2 sedikit".
Suara itu kedengaran begitu nyaring dan merdunya, menggema sekian lama ditengah udara. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan setiap orang.
Karena terjadinya peristiwa tadi terlalu mendadak, bukan hanya Lingg-houw Koancu saja yang dibikin
tercengang sampai menjublek, bahkan Lim Tiang Hong sendiri pun merasa teramat kagum atas kegesitannya gerak badan si gadis cilik yang nakal itu.
897 Selagi sekalian orang dibikin terperanjat oleh
peristiwa barusan, tiba2 dimedan pertempuran itu
terdengar suara geraman hebat.
Ternyata Ho-siu Ciat-liong menghajar Cao-sat Tojin yang coba menghalanginya hingga mulut orang ini
menyemburkan darah. Badannya mundur ter-huyung2
sampai tujuh delapan kaki, hampir saja imam itu jatuh terjengkang.
Liong-houw Koancu yang sedang gusar, kini melihat betapa Suteenya terluka parah oleh serangan orang tua itu, amarahnya menjadi lebih berkobar. Sambil
menggeram hebat diterjangnya Ho-siu Ciat-liong, orang yang mencelakakam Suteenya itu. Tangannya dipakai menyapu dan membabat. Dalam waktu sekejapan telah 12 kali serangan dilancarkannya. Disamping itu pun ia melakukan penyerangan dengan ilmu jarinya, Kan-goan Coa-cie.
Imam biadab ini dalam keadaan gusarnya,
serangannya ternyata tak boleh diremehkan begitu saja.
Ho-siu Ciat-liong yang berambut putih, pada berdiri rambut dan jenggotnya. Wajahnya yang merah seperti muka bayi itu hampir berubah menjadi biru saking
898 merahnya. Sambil keluarkan geraman hebat orang tua ini maju memapaki musuhnya.
Lantas terdengar serentetan suara beradunya dua
kekuatan, kedua pihak lantas terpental mundur dua tindak. Ho-siu Ciat-liong yang sudah bertekad bulat hendak menuntut balas kematian Ciat-ciang Kim-liong, tentu saja tidak mau sudah, Begitu didesak mundur lantas merangket maju lagi. Dengan menggunakan ilmu serangan Ngo-heng-cianghoatnya, kembali menerjang lawan.
Gelombang hebat dari kekuatan serangan tangan
orang tua ini sudah sampai pada orang yang diarahnya.
Liong-houw Koancu yang saat itu telah kehilangan
ketenangan dan kelicikannya seperti biasa. Ketika diserang oleh lawannya yg sudah nekad agaknya, tanpa menyingkir maupun berkelit disambutnya serangang
orang tua muka merah itu dengan tangan.
Untuk kedua kalinya terdengar suara nyaring dari
beradunya dua kekuatan, kembali masing2 terpental mundur dua tindak.
899 Dalam keadaan demikian tiba2 terdengar suara riuh orang mendatangi. Kawanan imam Lionghouw-koan pada lompat melesat menyerang Ho-siu Ciat-liong.
Lim Tiang Hong yang melihat itu, lantas dengan
keras membentak: "Sungguh tak tahu malu! Lekas kalian enyah dari sini!"
Setelah memasukkan lagi pedangnya, lalu kedua
tangannya nampak berputar, menyerang kawanan imam itu secara bergelombang. Dimana saja gelombang
anginnya sampai lantas terdengar suara jeritan dan dua orang yang bergerak dimuka sudah dibikin terpental olehnya sampai melesat setinggi dua tombak dan terus jatuh menggelinding kedalam tumpukan rumput untuk terus tak bangun lagi.
Lim Tiang Hong pada saat itu sudah marah benar
agaknya, setelah dapat membunuh dua musuhnya, lalu menyerang pula dengan serangannya yang terampuh.
Maka dalam waktu sekejapan, kembali beberapa orang imam telah jatuh jadi korbannya. Setelah itu lantas nampak badan anak muda itu melesat ke hadapan Cao-sat Tojin yang masih meeingkuk ditanah. Dengan
900 kecepatan bagaikan kilat disambarnya pergelangan
tangan imam itu. Cao-sat Tojin yang masih dalam keadaan terluka,
sudah barang tentu tak berani melawan, lantas
melompat maksudnya hendak menghindarkan dari
terkaman si anak muda. Tetapi jauh lebih cepat gerakan Lim Tiang Hong,
apalagi tipu serangannya, yakni Khim-liong Pat-jiauw yang luar biasa hebatnya sudah dikeluarkan, maka dalam waktu beberapa detik itu telah direnggutnya tangan imam itu.
Sambil berseru "Ho-siu Cianpwee, imam jahat ini
kuserahkan padamu. Biarlah Boanpwee yang bereskan Liong-houw Koancu"
Berbareng dengan itu didorongnya badan Cao-sat
Tojin kepada Ho-siu Ciat-liong, kemudian ia sendiri lantas menerjang Liong-houw Koancu.
Liong-houw Koancu yang sedang bertempur sengit
dengan Ho-siu Ciat-liong, tadinya telah mengira kalau orang2 Thian-cu-kauw sudah turun tangan menghalangi Lim Tiang Hong. Siapa tahu, setelah munculnya Yong-jie dan sesudah noua cilik itu berlalu lagi setelah merampas 901
nyali naga raksasa, orang2 Thian-cu-kauw itu pada lari memburu kearahnya Yong-jie lenyap. Agaknya mereka ingin mengejar nona cilik yang nakal itu. Maka pada saat itu dimedan pertempuran sudah tak kelihatan
Muslihat Sang Durjana 1 Pedang Siluman Darah 13 Misteri Penguasa Gunung Lanang Pasukan Kumbang Neraka 1
^