Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 16

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 16


kepadamu, bukankah jauh lebih baik daripada merampas barang orang?"
Perkataan Lim Tiang Hong itu makin lama
diucapkan makin halus, seperti kepada sahabatnya.
Im Tay Seng, meski dibesarkan dalam kalangan
orang2 jahat tetapi dasar pribadinya masih tidak begitu buas tidak sebagaimana sifat ayahnya. Jikalau
dibandingkan dengan In-san Mo-lie, juga jauh lebih baik.
Kali ini, setelah bertemu kembali dengan Henghay Kouw-loan, sebetulnya sudah ada maksud ingin merubah
1509 kelakuannya. Apapun maksudnya mencari kitab itu, ingin berdua dengan Henghay Kouw-loan, di tempat yang
sunyi mempelajari ilmu silat dalam kitab tersebut kemudian mengasingkan diri dan tidak mau mencampuri urusan dunia kang-ouw lagi. Maka setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong demikian baik, hatinya
tergerak sekali. Hampir ia berseru: "Betul?" Sebab pikirnya daripada bermusuhan dengan banyak orang2
kuat, lebih baik kembalikan kitab itu dan lebih berharga pula mendapat sahabat yang memiliki pelajaran ilmu kilat yang sudah tiada taranya. Tangannya sudah akan
merogoh ke dalam bajunya....
Karena dalam otaknya timbul selisih paham sendiri, lama dalam keadaan demikian. Ia berdiri terpaku,
kemudian tanpa sadar tangan itu terus masuk ke
sakunya! Henghay Kouw-loan yang melirik menanti
perubahan, hatinya cemas. Ada perhitungan dalam
hatinya, kitab tersebut pernah ditelitinya, paling cocok buat kaum wanita. Mengapa akan dikembalikan juga"
Berbareng dengan itu sikapnya terhadap Lim Tiang
Hong sekarang juga banyak berlainan, sebab sebagai 1510
seorang perempuan yang sudah menikah, kekasihnya
yang lama per-lahan2 sudah buyar dari otaknya. Selain daripada itu, semenjak munculnya Lim Tiang Hong
kesitu, sedikitpun tidak menunjukkan perhatian
untuknya. Apa yang dikandung dalam hati pemuda i!u"
Bencikah" Atau menghina" Tidak ada pikiran dalam
hatinya ingin menjadikan Im Tay Seng sahabat Lim Tiang Hong, sebab apapun yang akan terjadi, hanya melulu akan menjadikan penderitaan batin baginya. Apa yang dibutuhkan dewasa itu, adalah ilmu silat yang tinggi.
Sebab dengan ilmu silat yang tinggi barulah akan
merupakan jaminan yang dapat mencukupi
kebutuhannya sendiri. Maka ia lantas mencegah dan menarik tangan Im
Tay Seng seraya katanya: "Tidak boleh! Jangan
keluarkan! Biarlah mereka, mereka sudah berkepandaian tinggi, harus berani minta sendiri kepada Pek-tok Hui-mo. Jangan beraninya mendesak tingkatan muda seperti kita"
Setelah itu ia tertawa ter-kekeh2 dan selanjutnya berkata pula kepada Lim Tiang Hong, dibarengi dengan suara tertawanya: "Adik Hong! Kau sungguh cerdik dan 1511
pandai menarik hati orang supaya bersimpati kepadamu!
Dengan cara merugikan orang lain, maksudmu ingin
memupuk nama baik sendiri" Perhitungan semacam itu disini sudah usang! Usang bagiku, juga bagi semua"
Lim Tiang Hong kerutkan keningnya. "Apa maksud
ucapanmu?" Henghay Kouw-loan tidak menyahut, diteruskan
lagi oleh Lim Tiang Hong: "Semua apa yang siauwtee kerjakan boleh dikata semua demi kepentingan kalian.
Demi langit dan bumi, tiada maksud lain. Kalau kau tidak dapat menyelami sifat serta watakku, itu terserah apa akan jadinya nanti!"
Sebetulnya kalau Lim Tiang Hong tadi berkata tidak mau perdulikan Henghay Kouw-loan bukanlah karena
dengki atau iri hati! Tapi se-mata2 keluar dari hatinya yang suci mumi. Besar harapannya Im Tay Seng akan bisa banting setir menuju kejalan benar. Tinggi juga cita2nya untuk mengakurkan saudaranya itu dengan
saudara seperguruannya. Jikalau pada saat itu
perasaannya masih hangat seperti dulu2, itu berarti akan mengacaukan pikiran wanita muda itu, bisa2 benih cinta yang baru dipupuknya bersama Im Tay Seng akan buyar 1512
kembali semuanya. Itulah sebabnya ia lebih suka
Henghay Kouw-loan menyalahkan kata2nya atau
membencinya, tetapi sama sekali tidak ada maksudnya uutuk timbulkan perkara yang tidak2.
Sekarang ternyata benar dugaannya itu tidak
meleset. Sebab kebalikan dari cinta, reaksi yang timbul dari pihak Henghay Kouw-loan ternyata begitu dingin dan tajam. Ucapannya tadi benar2 terlalu keji sehingga membuat orang sampai tidak bisa bernapas.
Selagi Im Tay Seng sudah akan insyaf atas kata2
Lim Tiang Hong dan tangannya merogoh ke dalam
sakunya, Pie-ma Thian-kauw yang berdiri disamping ketika menyaksikan dan mendengar itu semua, bukan main gelisahnya. Sebab apabila kitab tersebut terjatuh kembali ke tangan Lim Tiang Hong, sama artinya tidak ada kesempatan lagi baginya buat mendapatkan kitab tersebut. Maka hampir berbarengan dengan Henghay
Kouw-loan dia sudah maju kedepan hendak merintangi.
Tetapi dia telah lupa bahwa di sampingnya masih
ada empat padri Siauw-lim-sie yang berkepandaian
tinggi. Dalam keadaan demikian, sudah tentu mereka tidak mengijinkannya merintangi maksud Im Tay Seng.
1513 Hui-kak Siansu menyebut nama Buddha, lantas
lebih dulu mengebutkan lengan jubahnya. "Mereka
sedang berunding, sebaiknya tuan jangan ter-gesa2"
demikian katanya. Perkatannya ini, meski diucapkan dengan sifat
merendah, tetapi dari lengan bajunya tadi yang
menimbulkan angin hebat, terang melarang keras
gerakan Pie-ma Thian-kauw.
Ini membuat berubah wajah si wakil Kauwcu,
sambil menggeram menjongkok dan kedua tangannya
disodorkan ke depan. Tak dapat dicegah lagi, suara benturan dari adu
tenaga itu terdengar amat nyaring. Hui-kak Siansu yang tidak menduga akan dapat sambutan demikian, lompat mundur dua tindak. Sebab kebasannya dengan lengan jubahnya tadi hanya mengirim enam bagian kekuatannya saja. Mana bisa menandingi tenaga Pie-ma Thian-kauw yang dikeluarkan dengan sepenuh tenaga"
Hui-kak Siansu merupakan salah satu orang kuat
dari empat padri bagian rangon penyimpan kitab. Tentu atas kekalahannya sekali itu, tidak mau sudah. Nampak alisnya berjungkit dan lompat maju lagi.
1514 Dengan kedua tangan terpentang dan dua2
didekatkan satu sama lain sakaligus melancarkan
serangan sampai sebelas kali.
Pie-ma Thian-kauw ketawa dingin. badannya juga
sudah bergerak, menyambuti serangan tersebut. Ia
memang ada kandung maksud hendak mengadakan
kekacauanl Dari gelagat yang dianggapnya tidak beres, apabila ketenangan diantapi terus sehingga Im Tay Sang tentu akan mandah dibagaimanakan jugapun oleh Lim Tiang Hong. Dan jika kitab itu sudah keluar dari
tangannya, mana ada kesempatan pula untuk
merebutnya kembali" Ia begitu bergebrak dengan Hui-kak Siansu, Liauw
tong Kim-cie, Kwee-san Koay-khek dan lain2nya juga lantas menyerbu, mengeroyok Hui-bing dan kawan2nya.
Sebagai orang berpengalaman luas Hui-bing Siansu
berpemandangan tajam. Ketika melihat keadaan
demikian, lalu ulap2kan tangannya dan berkata kepada 36 anak buahnya seraya berkata: "Kalian semua jaga baik2 kawanan penjahat ini! Barang siapa yang belum dapat ijinku tidak boleh bergerak!"
1515 Sehabis meninggalkan pesannya, tangannya lain
bergerak memapaki serangan Khong Bun Thian. Sesaat lamanya dalam kalangan lalu timbul pertarungan sengit.
Sambaran angin yang keluar dari telapak tangan orang yang terlebih dulu menyerang, terdengar derunya yang dahsyat.
Lim Tiang Hong dengan sikap dingin menyaksikan
pertempuran kemudian melirik kepada semua orang2
Siauw-lim-sie yang mengurung orang2 Thian-cu-kauw, lantas berpaling dan berkata kepada Henghay Kouw-loan: "Encie Kow-loan! Perlu apa kau begitu kukuh" Kitab Tat-mo-keng sesungguhnya adalah kepunyaan Siauw-lim-pay. Sudah selayaknya dikembalikan kepada mereka.
Tentang keinginanmu ingin mendapat pelajaran tinggi, mudah saja...."
Henghay Kouw-loan mendadak menyela dan
berkata dengan suara melengking: "Tutup mulut! Tidak perlu perantara dalam soal kami dengan kawanan gundul itu! Aku tidak sudi dengar perkataanmu lagi!"
Dan ia lalu mengulur tangannya. Dari dalam
sakunya, dikeluarkan satu kantung jarum terbuat dari sutera, kemudian dilemparkan kepada Lim Tiang Hong 1516
seraya katanya: "Nih! Kukembalikan kepadamu! Dan
selanjutnya antara kita tidak ada hubungan. Siapapun tidak boleh mengganggu ketenangan orang lain! Juga aku tidak berani minta bantuanmu yang berharga!"
Lim Tiang Hong menyambuti kantong kain sutera
itu, ternyata berisikan mutiara Liong-cu yang pernah diberikannya kepada nona tersebut ketika mereka berada di Bu-ceng-hiap. Dalam hatinya seketika itu timbul perasaan tidak senang, juga merasa sedih sekali.
Begitulah manusia itu. Manusia merupakan makhluk
dunia yang aneh dan ganjil. Manakala sesuatu banda dirasakan tidak dibutuhkan terlalu, lantas hendak dibuangnya. Tetapi bagaimana kalau sudah hilang"
Tentu akan disesali karena sudah terlanjur dibuang.
Demikianlah keadaan Lim Tiang Hong pada saat itu.
Pada mulanya Henghay Kouw-loan begitu openan den
manis budi kepadanya. Siapa nyana kini diperlakukan begitu kasar.
Sambil memegangi kantong sutera itu pikirannya
melayang jauh. Mungkin itu karena mendapat perlakuan yang diluar dugaan.
1517 Tetapi kemudian ia tertawa secara tiba2 "Ha, ha,
ha.... Baik! Baiklah! Mengembalikan mutiara sambil menepis air mata.... Dan selanjutnya masing2 terbang sendiri!. Dengan satu sama lain tidak boleh ambil perduli...."
Mendadak ia merasa bahwa perkataannya itu terlalu menyinggung perasaan, maka bungkam sejenak untuk
kemudian berkata pula dengan sungguh2: "Tapi
janganlah dilupakan bahwa antara kita masih ada hubungan perguruan. Mutiara ini adalah salah satu benda ajaib dalam dunia. Biarlah Siauwtee berikan kepada kalian berdua sebagai kado pernikahan kalian"
Sehabis berkata, diangsurkannya kantong sutera itu kembali ke hadapan Henghay Kouw-loan.
Sikap yang diperlihatkan Lim Tiang Hong barusan,
perkataan2nya yang mengandung arti banyak terangkan telah mengutarakan isi hatinya. Kalau baginya
mengucapkan kata2nya seperti tidak disengaja, tetapi bagi yang mendengar lantas akan terasa.
Henghay Kouw-loan yang cerdik dan pintar apalagi.
Mana dia tidak belum menangkap maksud dibalik
perkataan itu" Maka pada saat itu sekujur badannya 1518
mendadak tergetar, dimulutnya yang kemak-kamik,
terdengar suara: "Ya! Dari sudut ini bisa dapat dilihat bahwa dia masih tetap mencintai aku! Oh Tuhan!
Bagaimana bolehnya aku begitu tolol.... Oh, Im Tay Seng! Kaulah iblis perusak kebahagiaan orang lain...."
Hatinya giris pada saat itu, entah sedih, girang atau menyesal. Pendak kata, pikirannya waktu itu pepat. Maka ia hanya berdiri menjublak sambil pejamkan matanya, sementara itu mulutnya terus komak-kamik sendiri
seperti orang mengigau. Begitu lama kedua tangannya diangsurkan ke
muka, belum dirasanya. Lim Tiang Hong sendiri juga merasa pilu hatinya. Se-bisa2 dirinya mengendalikan perasaannya yang bergolak hebat. Dengan suara yang lemah lembut ia berkata: "Encie Kouw-loan, kenangan masa lalu takkan kembali lagi. Baiklah kau tengok kemuka. Lihatlah fakta yang ada dan hargailah hari kemudian sendiri, semoga kalian berdua hidup bahagia se-lama2nya...."
Ketika melihat encie Kouw-loan nya masih berdiri
menjublak seperti seorang linglung, ia mendorong lagi dengan pelahan seraya berkata: "Tenangkanlah
1519 pikiranmu! lekas kita bereskan persoalan ini, aku akan antar kalian berdua, untuk menjaga terjadinya sesuatu diperjalanan. Malam ini ada merupakan permulaan bagi kalian untuk menuntut penghidupan baru dengan jiwa baru, seharusnya kau merasa bangga dan gembira...."
Mendadak terdengar suara riuh dari orang banyak
yang berkata: "Bocah itu sudah kabur. Lekas kejar....!"
Sebentar kemudian lalu disusul oleh berkelebatnya bayangan orang banyak serta berkelebatnya sinar
senjata tajam. Beberapa paderi dari Siauw-lim-pay dan orang2 dari Thian-cu-kauw dengan senjata di tangan pada lari menuju ke dalam rimba, dalam waktu
sekejapan sudah berlalu semuanya.
Lim Tiang Hong tercengang, Henghay Kouw-loan
mendadak ulur tangannya. Dari tangannya Lim Tiang Hong ia merebut kembali mutiara Liong-cunya dan
dengan cepat menyusul ke dalam rimba
Im Tay Seng memang ada satu pemuda yang
cerdik, licik dan banyak akalnya. Ia tahu tenaganya sendiri tak mungkin digunakan melawan Lim Tiang Hong atau siapa saja antara orang2nya. Maka sejak tadi ia terus diam membungkam menanti perkembangan.
1520 Selama itu juga otaknya terus diputar untuk cari akal guna meloloskan diri.
Tatkala empat padri Siauw-lim sie bertempur
dengan orang2nya Thian-cu-kauw dan Lim Tiang Kong sedang asyik memperingati Henghay Kouw-loan, memikir itulah ketika yang dapat digunakan. Tidak ada yang meraperhatikannya, begitupun 36 orang2nya Siauw-iim-pay yang tidak ditaruh dibiji matanya. Maka tanpa mem-buang2 banyak waktu lagi ia lantas lompat melesat laksana anak panah lepas dari busurnya. Sambil
menggubahkan pedangnya menghalau setiap orang yang berusaha mendekati.
Meski betul ada empat orang Siauw-lim-pay telah
menghalangi tetapi karena hal itu terjadinya secara sangat mendadak, betul padri2 Siauw-lim-sie itu sudah merupakan orang2 kang-ouw berpengalaman banyak,
masih tidak juga berhasil menahan tindakannya Im Tay Seng. Maka Im Tay Seng pun segera kabur dengan
mengambil jalan rimba yang lebat.
Karena kaburnya Im Tay Seng pertempuran dari
dua pihak dengan sendirinya berhenti dan sama2
mengudak pelarian mereka.
1521 Pertempuran sengit untuk memperebutkan Kitab
Tat-mo-keng sementara itu tertunda. Tetapi sebaliknya, masih akan terulang lagi, entah dimana nanti pada waktu dan tempat yang lain. Hanya bagi Lim Tiang Hong yang sudah tidak tertarik iagi dengan bentrokan antara mereka. Ia hanya diam2 mendoakan untuk Im Tay Seng dan Henghay Kouw-loan berdua supaya mereka bisa
memperbaiki perbuatan mereka dengan hidup
berbahagia. Dengan demikian tidaklah terlalu
mengecewakan juga harapannya Keng-thian It-ouw yang memelihara dan mendidik nona selama dua puluh tahun lebih.
(0-0dw-kz0-0) Bab 38 SOAL yang masih menjadikan pikiran dalam jiwanya
Lim Tiang Hong pada akhirnya berkesudahan dengan
memuaskan. Jika ia mengingat pada ketika ia memberi nasihat kepada Im Tay Seng dan apa yang dapat dilihat dari sikap anak muda pernah abangnya itu, ia telah menarik kesimpulan bahwa siabang masih dapat
1522 diperbaiki mentalnya. Mengingat akan itu semua,
diwajahnya terlintas satu senyuman puas.
Ia merasa gembira karena encie Kouw-loan nya
akan mendapat timpalan yang baik. Dengan berakhirnya semua persoalan pikirnya sedemikian memuaskan.
Seperti kata kata sebuah pepatah kuno: "Anak nakal bisa merubah sifatnya tidak bisa dapat dengan benda mas intan apapun juga. Mungkin begitu pula halnya dengan Im Tay Seng. Dari seorang turunan ketua dari suatu perkumpulan berandal dapat merubah menjadi seorang pendekar budiman dalam dunianya.
Saat itu dari puncak gunung Tay-san sudah dapat
dilihat sinar kuning d isebelah timur, menandakan hari telah menjelang subuh dan malam sebentar lagi akan berganti pagi.
Lim Tiang Hong berdiri dihujani embun pagi itu, lalu ketawa dan berkata seorang diri: "Aku ini sebetulnya repot2 dan berjerih payah buat siapa....?"
Tiba2 diingatnya perjanjian dengan Hong-gwat
Kongcu yang tak lama lagi akan tiba waktunya. Ilmu silat yang dimiliki oleh Kongcu tersebut, yang lain daripada yang ada didaerah Tiong-goan. Memang disitu
1523 harapannya guna melatih apa sudah matang atau belum latihannya. Ia pun memang merindukan dapat bertemu dengan Tho-hoa Tocu sendiri si pemimpin pulau Tho-hoat-to yang sudah terkenal lama namanya.
Dengan menyongsong matahari dihari pagi itu tiba2
ia melompat 7-8 tombak dengan gaya yang manis sekali di tengah2 udara membuat salto sampai beberapa kali lalu meluruskan tubuhnya dengan tangan dan kakinya, bagaikan orang berenang di tengah udara lalu meluncur turun gunung.
Itulah suatu pagi yang cerah dimusim semi pada
bulan dua tahun itu. Angin sepoi2 muncul di permukaan laut membawa bau asin dan demak.
Di atas permukaan laut dilaut timur terlihat satu perahu yang meluncur ringan di atas air.
Perahu mana ditumpangi oleh seorang yang juga
memegang pengayuh, sedang agak tengah duduk
seorang anak muda, di pinggangnya terselip sebilah pedang yang indah.
Pemuda di ketengahan perahu itu adalah Lim Tiang
Hong. Dia berketetapan ingin menepati janjinya terhadap Hong-gwat Kongcu dan berlayar ke pulau Tho-hoa-to.
1524 Ia yang dilahirkan dan pula dibesarkan di daerah
utara, sedikitpun tidak mengetahui cara bermain diair.
Yang dikenalnya cuma daerahnya, gurun pasir yang luas dengan gunung2 buatannya yang setiap kali tertampak di antara permukaan samudra pasir disitu. Sama sekali tidak berdekatan dengan laut.
Tetapi kini ia berada di atas sebuah perahu kecil yang meluncur di tengah2 lautan bebas yang luas. Ia merasa dirinya sendiri terlalu dan amat kecil. Pun timbullah perasaannya kesepian ingin berkawan dengan siapapun untuk diajak berbicara, akan tetapi di atas perahu cuma ada seseorang saja, dialah yang memegang kemudi. Kepada sipengemudi perahu ia segan mengajak bicara sebab kelakuannya aneh. Sejak keberangkatan dari tepian, ia selalu tutup rapat mulutnya, tidak sepatahpun keluar kata2nya.
Mungkin disebabkan karena terlalu kesepian,
belakangan Lim Tiang Hong membuang waktunya untuk terus memperhatikan gerak gerik si tukang perahu ini.
Lama kemudian ia merasa, tukang perahu itu berbeda dengan tukang perahu biasa ditepian tadi...
1525 Badannya kokoh kekar seperti kerbau. Otot2nya
yang besar menonjol keluar, dadanya lapang nampak bagai tanah lapang. Terang dia mempunyai juga tenaga yang besar karena sekian lama dia mengerjakan
dayungnya tidak terlihat seperti dia telah lelah. Matanya yang lebar terus mengarah ketengah laut, sedangkan kulitnya yang hitam terbakar matahari disoroti pula oleh sang surya pagi itu, nampak lebih hitamnya.
Tiba2 terhadap tukang perahu yang aneh ini timbul perasaan ingin tahu kepada sifat2 orang teresebut.
Begitulah tiba2 juga ia bertanya: "Sahabat, kenal baikkah kau dengan perjalanan melalui laut ini?"
"Ng...." Cuma sedemikian saja jawabannya, namun Lim
Tiang Hong tidak mau sudah. Bertanya lagi. "Kepulau yang kita tuju, masih berapa jauh lagi jaraknya?"
"Sekitar setengah hari jalan...."
Tiba2 matanya yang bulat itu menatap Lim Tiang
Hong, meneruskan: "Tuan! Kau rasanya belum lama
muncul didunia kang-ouw. Betul" Jika kau pergi ke pulau Tho-hou-to dan ingin mencari sahabat, tidak
mengapalah, tapi sebaliknya kalau kepergianmu kesana 1526
niat cari onar atau mengadu silat, aku rasa perlu dengan nasehatku, sekarang ini kita balik lagi sajalah".
"Kenapa bolehnya begitu?"
"Sudah lama penumpang2 yang ingin pergi ke pulau
itu aku yang bawa! Tapi tidak ada seorang pun yang balik lagi ke darat masih bernyawa. Penumpang2 yang pernah kubawa kesana termasuk kau sekarang mungkin sudah 98 orang jumlahnya"
Didengar dari perkataan2 si tukang perahu yang
akhirnya mau juga bicara panjang, Lim Tiang Kong lantas menduga pulau Tho-hoa-to rupanya benar menyimpan
apa2 yang sangat misterius. Tapi justru karena ada yang anehnya itu, tambah membangkitkan semangat si anak muda yang suka mencari apa2 yang serba ganjil. Maka ia malah ketawa ber-gelak2 "Kalau ditambah lagi dua
orang, bukankah jumlah akan lengkap 100" Tapi hari ini aku membuat kau akan tertegun. Asal kau suka
menunggu dengan sabar. Sukakah?"
Tukang perahu sihitam itu juga tertawa ter-gelak2, kemudian berkata lagi: "Setiap orang yang kubawa
kemari hampir serupa berkata begitu, tapi kenyataannya"
Tidak pernah aku pulang dengan berdua atau bertiga, 1527
selalu sendirian hingga membuatku kesepian. Meskipun damikian, sebaiknya katakanlah dengan terus terang kepadaku, siapa orang yang kau cari?"
"Hong-gwat Kongcu, putera Tho-hoa Kokcu
sendiri!" "Ya Allah! Kenapa kau berbentrok dengan dia?"
"Apa dia harimau" Orang jahat?"
"Bukan harimau, bukan juga jahat. Ilmu silatnya
tinggi sekali, tidak pernah ada yang nempil melawan dia.
Sampai sekarang juga, aku meragukan kebijaksanaanmu mengambil keputusan tetap terus pergi ke sana"
Lim Tiang Hong menyeringai, lalu berkata dengan
suara tenang. "Boleh jadi kau tidak mempercayai kata2ku sekarang, akulah lawan dia yang paling kuat selama ini".
Tukang perahu ini melongo, "besar sungguh mulut
orang ini" demikian pikirnya. Ia mengawasi dari atas sampai ke bawah, kembali lagi ke atas dan berkata:
"Bukannya tidak percaya, tuan yang gagah! Tapi rasanya kau terlalu sombong sekali! Apa kau yakin?"
Lim Tiang Hong tidak ingin menarik panjang dalam
urusan mem-besar2kan kepandaiannya sendiri, maka ia mengalihkah pembicaraannya "Saudara rasanya juga
1528 gemar atau pandai bersilat" Bisakah kita berkenalan disini?"
Tukang perahu itu mengawasi tempat jauh di
tengah laut, dengan sikap acuh tak acuh menjawab:
"Satu orang kecil yang tak bernama, rasanya tidak penting memperkenalkan namaku. Jika kau masih punya kesempatan bertemu dengan aku lagi untuk kedua
kalinya, waktu itu bolehlah kau panggil aku Siauw-lie, aku merasa puas sekali"
Lim Tiang Hong tahu si orang hitam itu tidak mau


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberi tahukan asal usulnya sendiri didepan orang asing, tetapi ia telah beranggapan pasti bukan macam orang tempo yang dihadapinya itu. Maka kembali ia ketawa ber-gelak2 dan memotong: "Akupun mengira
begitu, kesempatan buat kita bertemu kedua kalinya pasti ada. Boleh jadi juga hari ini"
"Perkataan ini, sebaiknya kau ucapkan nanti saja
kalau kita bertemu lagi. Biar tinggi sekali keyakinanmu, tapi mana aku berani memikir yang tidak2" Coba sajalah dulu"
1529 Tiba2 ia berseru: "Lho! Tho-hoa-to kok punya
kapal" Dari mana mereka dapatkan kapal buat
menyambut tamu itu?"
Lim Tiang Hong yang tajam daya pandangannya
juga telah melihat dari jauh mendatangi satu titik putih menerjang pesat membuyarkan gelombang menuju
kearahnya. Diam2 ia merasa kagum atas kelihayan mata si tukang perahu itu. Malah ia jadi curiga kepadanya, tentu adalah dia seorang berkepandaian sangat tinggi yang baru keluar dari tempat pengasingannya atau
sedang mengasingkan diri sebagai tukang perahu.
Tidak antara lama sudah tertampak jelas perahu
yang mendatangi. Di atas perahu mana terlihat seorang pemuda yang cakap dan tampan wajahnya. Tubuhnya
tertutup oleh pakaian serba mewah. Jauh2 si anak muda di perahu lain itu sudah menyerukan: "Dua hari dimuka Siauwtee sudah dapat kabar tentang kedatangan Lim-heng kemari, maka sengaja Siauwtee menyambut. Tidak nyana Lim-heng begini cepat berkunjung ke mari,
hampir2 Siauwtee tidak keburu menyambut"
Lim Tiang Hong menjawab: "Sebagai seorang yang
tidak berharga seperti Siauwtee mendapat penghormatan 1530
begini besar dari Heng-thay, benar2 membikin Siauwtee rnalu sekali".
Pemuda di atas perahu yang baru datang itu adalah Hong-gwat Kongcu sendiri yang namanya merajai lautan.
Diapun secepat itu menyambuti kata2 Lim Tiang Hong dengan tersenyum simpul, "Perkataan Heng-thay
meskipun dikeluarkan begitu merendah, tapi dalam hati sendiri Siauwtee benar2 ada mempunyai anggapan
bahwa di dalam dunia kang-ouw pada masa ini, orang yang mendapat penghargaan dan membuat Siauwtee
merasa takluk benar2 hanya Lim-heng seorang saja"
Tukang perahu yang membawa Lim Tiang Hong
kesitu ketika melihat kedatangannya Hong-gwat Kongcu bermula kelihatan parasnya yang seperti orang berkuatir.
Tetapi setelah didengarnya disebut nama gelar Lim Tiang Hong seketika parasnya berubah kaget, tapi itupun hanya dalam waktu sekejapan saja, kembali sudah pulih seperti biasa.
Selama kedua pemuda itu bicara, kedua perahu itu
sudah makin mendekat. Hong-gwat Kongcu lantas
menyoja dengan merangkapkan tangannya dan
membungkuk sedikit. "Lim-heng" ajaknya, "silahkan 1531
kemari sajalah. Pertandingan hari ini kiranya lebih baik kita adakan diatas pulau yang tak ada penghuninya.
Dengan begitu supaya Lim-heng tidak usahlah merasa atau terpengaruh oleh peraturan2 dari pihakku sebagai tuan rumah, juga tidak sampai tersiar akhir kesudahan pertandingan diantara kita ke luaran. Tapi entah
bagaimana dengan pendapat Lim-heng?"
"Semua terserah keoada Heng-thay bagaimana
mengaturnya, Siauwtee akan mufakat saja" Lim Tiang Hong mengatakan demikian, kembali bersenyum.
Lalu dikeluarkannya uang perak sepotong, diberikan kepada tukang perahu yang berkulit hitam itu. Tetapi baru saja ia hendak meninggalkan perahunya, si tukang perahu yang aneh itu mendadak berseru memanggil.
"Tuan, uang ini simpan sajalah dulu. Nanti sesudah kau mau pulang lagi, dihitung sekalian bukankah lebih baik"
Sekarang tidak perlu bikin perhitungan dulu, lagipun orang kumuat hari ini ternyata bukan lain daripada To-liong Kongcu yang selama ini namanya menggetarkan dunia kang-ouw, juga satu2nya orang yang kukagumi!
Kini Kongcu datang mengadu kepandaian dengan Hong-gwat Kongcu sendiri, benar2 adalah suatu penghormatan 1532
bagiku. Sudah sepantasnyalah kalau aku tidak menerima bayaran. Mana aku yang rendah berani menerima uang"
"Apa tidak kuatir nanti kehilangan nafkahmu
dengan menantiku disini?" Lim Tiang Hong tertawa
perlahan, disambut dengan senyum pula oleh si tukang perahu. "Sekarang adalah sekarang, tadi tidak dihitung sekarang. Karena baru sekarang aku tahu Kongcu sendiri maka soalnya lain lagi"
Hong-gwat Kongcu yang semenjak kecil selalu
dimanjakan orang tuanya, sejak kanak2 pula dia merasa didewakan oleh orang2 Tho-hoa-to, hingga setelah
dewasa demikian pula kelakuannya, tinggi hati serta sombong sekali. Sewaktu dilihatnya Lim Tiang Hong asyik bicara berduan dengan si tukang perahu, ia jadi mengkal.
Dikerutkan alisnya. Dengan sikap menghina menyela pembicaaan mereka selanjutnya. "Orang kasar seperti dia jangan terlalu Lim-heng layani. Marilah! Mari kemari"
Tetapi Lim Tiang Hong malah memikir lebih teliti, memang agak misterius tindak tanduk si tukang perahu, maka ia memutuskan pula untuk tetap duduk
diperahunya pergi kepulau yang dituju.
1533 Oleh karena terbitnya pikiran demikian, ia
menjawab sambil geleng2kan kepala dan tersenyum.
"Silahkan Heng-thay menunjuk jalan bagi kami, biarkan Siauwtee duduk diperahu ini saja"
Hong-gwat Kongcu sebetulnya sudah tidak sabaran
menunggu. Maka mendengar keputusan demikian, Lim
Tiang Hong ingin tetap di perahu sewaannya, maka juga tidak mau banyak bicara lalu memutar balik perahunya berjalan lebih dahulu.
Tukang perahu itu agaknya sudah mahir benar
dalam dunianya, dunia lautan. Sebentar saja ia
mendayung, perahu meluncur lebih dari sepuluh tombak.
Pengayuh perahu Hong-gwat Kongcu, merupakan
pula seorang tukang dayung terutama dalam Tho-hoa-to.
Usianya muda sekali, tapi tenaganya bukan main
besarnya. Ia juga mahir pegang kemudi. Rupanya
sengaja dia ingin memamerkan kepandainnya yang
dianggap istimewa dihadapan tetamunya, maka setelah mendapat perintah majikannya memutar perahu segera didayung. Dikemudikannya badan perahu begitu rupa hingga dalam waktu sekejapan kembali meluncur
sepuluh tombak lebih. 1534 Tukang perahu bawaan Lim Tiang Hong tiba2
mendehem dan tertawa perlahan bagai mengejek.
Perahu goncang sedikit tapi kemudian "crat!" Air laut diterjang oleh perahunya jauh kedepan. Perahu itu mendadak meleset seperti anak panah lepas dari
busurnya. Dalam waktu sekejapan cuma sudah menyusul dan merendengi perahu Hong-gwat Kongcu.
Tukang perahu dari pulau Tho-hoa-to terkejut sekali agaknya mengetahui perahunya yang disangka sudah
paling cepat tadi yang mendahului secepatnya.
Dayungnya dikerjakan lagi, maksudnya tidak ingin
kehilangan muka di hadapan tamu besar.
Akan tetapi betapapun ia sudah mencoba, sudah
dikeluarkan seluruh kemahirannya dalam memainkan
dayung menerjang gelombang, tetap si tukang perahu bawaan Lim Tiang Hong dapat merendenginya. Anehnya perahu itu tidak terus mendahului, juga agaknya seperti tidak suka ketinggalan.
Begitulah dua tukang dayung dua perahu kecii itu
mengadu kemahiran mereka masing2, membuat Lim
Tiang Hong geli dalam hati.
1535 Saat itulah perahu Hong-gwat Kongcu mendadak
mumbul ke atas permukaan air beberapa chun saja, membuat muncrat air laut itu tinggi sekali. Dengan demikian pula kecepatan bertambah hebat, sedang
perahu tumpangan Lim Tiang Hong lalu ketinggalan lagi beberapa meter.
Lim Tiang Hong yang sejak tadi memperhatikan
pertarungan antara dua tukang perahu itu, segera
mengetahui bahwa dalam soal mereka pasti ada
apa2nya. Ketika ditengoknya paras Hong-gwat Kongcu,
dilihatnya satu roman muka ke-merah2an. Kedua
tangannya agak ke bawah seperti menekan sesuatu,
terang dia yang membantu mendorong perahunya sendiri ke muka. Dia menggunakan tenaga dalamnya yang
paling tinggi. Lim Tiang Hong tahu benar sifat Hong-gwat Kongcu
yang selalu ingin menang sendiri. Dari soal remeh2 dan kecil bisa mengakibatkan panas hatinya, hingga dia merasa perlu berikan bantuannya kepada tukang
perahunya untuk merebut kemenangan.
1536 Meskipun tukang perahu yang dibawa oleh si orang
berkulit hitam, akan tetapi kalau mendapat hilang muka baginya sampai demikian rupa ia juga merasa tidak enak hati. Maka ia juga segera kerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku sin-kang kepada telapak tangannya, menekan
pinggiran perahu perlahan sekali.
Akibatnya, perahu yang sudah kebelakangan itu se-
olah2 terangkat oleh sesuatu kekuatan yang luar biasa mumbul lebih tinggi dari perahu kepunyaan Hong-gwat Kongcu se-akan2 perahu tambah sayap.
Dan.... kembali dua perahu berendeng, nampaknya
tenang2 saja. Padahal kedua perahu yang kejar
mengejar demikian diam2 penumpangnya sudah
mengadu kekuatan juga. Akhirnya tiba juga mereka kesuatu pulau, itulah
pulau yang dipilih oleh Hong-gwat Kongcu untuk
digunakan sebagai tempat bertarung. Luasnya cuma
kira2 tiga lie persegi, suatu pulau subur, dengan berjenis2 tanaman pohon hidup di situ.
Hong-gwat Kongcu merasa jengah, tetap tidak
mampu mendahului perahu Lim Tiang Hong, maka
1537 sesampai ditepian ia merapat dulu, "Inilah tempat yang Siauwtee pilih" katanya. "silahkan Lim-heng kemari"
Lim Tiang Hong hanya tersenyum tenang. Lalu
dengan sikap tenang pula melompat kedarat pulau kecii itu sampai di samping Kongcu tersebut.
Hong-gwat Kongcu dahulu pernah dikalahkan dalam
suatu pertempuran melawan Lim Tiang Hong dengan
satu gerak tipu yang dinamakan Pek-lek Kheng-kiong.
Sekembalinya dia ke pulaunya, ia mempelajari tipu tersebut dan mencari pemecahannya selama setengah tahun lamanya. Setelah ia yakin benar dapat
memecahkan tipu itu maka hari itu ia sudah bertekad ingin merebut kemenangan di atas pulau tersebut.
Lim Tiang Hong sendiri, begitu sampai di samping
Hong-gwat Kongcu, lantas menarik tangannya dan
berkata: "Disana ada suatu lapangan terbuka, marilah kita main2 disitu. Nanti boleh kita teruskan di pulau Tho-hoa-to"
"Satu tamu agung baik. Sekali dihormati dan dapat pelajaran se-baik2nya. Marilah, aku suka mengiringi kehendakmu"
1538 Lim Tiang Hong lalu tidak ber-kata2 lagi. Dalam
hatinya memikirkan bagaimana caranya untuk
mengakhiri pertandingan dengan kesudahan tidak ada yang menangpun, jangan sampai seorang kalah.
Sebaliknya bagi Hong-gwat Kongcu. Rupanya
bernapsu benar ingin mengadu kepandaian, seketika juga teiah menghunus pedangnya dan menantang lagi.
"Lim-heng, lain2 tidak usah diadu, marilah kita coba2
melatih ilmu pedang kita, bagaimana?".
Lim Tiang Hong bersenyum. "Tamu mana ada
aturan melawan kemauan tuan rumahnya" Heng-thay
aturlah se-baik2nya. Siauwtee tetap akan mengiringi"
Dan diapun sudah menaik keluar To-liong-kiam nya.
Ketika berbicara selanjutnya Hong-gwat Kongcu
memperlihatkan sikap sungguh2. Sambil menatap wajah Lim Tiang Hong, dia mengatakan "Baik" dan memutar dengan tindakan lambat2.
Meskipun dia seorang tinggi hati, tetapi dihadapan seorang lawan kuat rupanya agak segan juga, tidak berani gegabah.
Lim Tiang Hong juga memegang pedang dengan
satu tangannya, lengan yang lain dipakai melindungi 1539
dada. Sikapnyapun kali ini sungguh2. Matanya yang tajam senantiasa memperhatikan gerakan Hong-gwat
Kongcu. Mendadak terdengar suara siulan. Hong-gwat
Kongcu bergerak berikut pedangnya. Dalam waktu
sebentaran saja sudah melancarkan serangan sampai 21
kali. Setiap serangannya hebat dan dahsyat luar biasa.
Bagi lawan yang lemah barangkali sejurus saja sudah tak bernyawa.
Lim Tiang Hong tetap dengan tangan menjaga
dada, pedang To-liong-kiam dipakai untuk menyambuti setiap serangan lawannya dengan terkadang balas
mengadakan penyerangan. Selang beberapa saat. Satu sinar pedang
menerobos permainan pedang Hong-gwat Kongcu dan
Lim Tiang Hong balas menyerang sampai 18 kali.
Sesaat lamanya diatas pulau sepi yang kecil disitu hanya terdengar suara deru angin dan berkelebatnya sinar putih diseling cahaya kuning yang ber-kibar2
disekitar udara. Dua jago muda yang sedang menguji kekuatan masing2 dengan sengitnya itu sebentar
nampak ada di tanah, disaat lain sudah mumbul ke atas.
1540 Kelincahan dan kegesitan mereka sungguh amat
luar biasa. Namun demikian tidak sekalipun terdengar suara adu pedang mereka. Kedua pihak bergerak cepat laksana kilat. Masing2 menjaga dan mempertahankan diri sambil menyerang. 200 jurus lebih sudah mereka
lewatkan, belum ketahuan siapa bakalan kalah atau menang.
Hong-gwat Kongcu yang selalu ingin menang
sendiri, maksudnya mengundang Lim Tiang Kong datang kesitu tentu buat membalaskan kekalahannya setahun yang lalu. Tetapi dalam waktu setengah tahun ia melatih lagi dengan tekun dan ber-sungguh2, semua sudah
dikeluarkan, namun tetap tidak berhasil mendesak
lawannya. Dalam cemasnya, setiap serangan dikeluarkan dongan bengis, hingga suara deru angin yang keluar dari senjata tajamnya makin nyarjng.
Dipihak tetamu, Lim Tiang Hong menghadapi
lawannya dengan sikap hati2 dan sungguh2, tapi tak sedikitpnn pikiran timbul ingin merebut kemenangan.
Haraparnyaa hanya ingin mengakhiri pertandingan
dengan kesudahan sama tangguh, maka maka selama
1541 pertempuran sikapnya tenang sekali tidak terlihat paras cemas di wajahnya.
Berlainan dengan Hong-gwat Korgcu, semakin keras
keinginannya buat memang, hatinya semakin cemas.
Ketika pertempuran sampai pada babak ke 300, ia sudah memperlihatkan kecemasannya yang hampir tak dapat dikendalikan lagi. Tenaga murninya saat itupun dia rasakan berkurang banyak.
Lim Tiang Hong merasa saatnya akan tiba untuk
menghentikan pertandingan. Mendadak ditariknya
pedangnya, lompat mundur sampai lima kaki. Wajahnya tampak ber-seri2 dan katanya: "Pertandingan hari ini baiklah kita hitung seri saja, hitung2 sebagai
perhormatan terhadap tamu"
Hong-gwat Kongcu yang sudah kepayahan dengan
tenaga hampir habis mendadak mendengar kata2 Lim
Tiang Hong. Mulanya menyangka tetamunya itu
merendah dan sengaja hendak mengalah, maka lantas berkata dengan suara nyaring. "Lim-heng tak usahlah kau sungkan2 disini. Kerahkanlah semua kepandaianmu!
Seandainyapun Siauwtee kesalahan jurus dan mesti
tertikam pedang ini, juga mesti sesalkan diri sendiri yang 1542
tidak becus bermain pedang. Mana berani Siauwtee
terima belas kasihan orang lain. Hayolah"
Dengan sikap yang mulai tenang sedikit kembali ia menerjang Lim Tiang Hong beruntun tiga kali. Rupanya sudah timbul tekatnya, serangannya dilakukan secara ganas sekali.
Lim Tiang Hang terkejut. Serengan Hong-gwat
Kongcu yang seperti telah kalap itu diluar
perhitungannya. Ia pun merasa harus dan perlu melayani lagi, maka tanpa berayal lagi dikeluarkan ilmunya Sam-sam Po-hoat. Pedang To-liong-kiam nya mengeluarkan cahaya kuning. Sebentar terdengar bentrokan dua
pedang. Itu terpaksa terjadi, sebab Lim Tiang Hong tak dapat menghindarkan pula serangan Hong-gwat Kongcu yang mulai kalap.
Dengan demikian kedua orang muda tersebut
kembali bertempur sengit. Tapi berlainan dengan yang terdahulu. Kalau tadi tidak terdengar aduan pedang, kini suara benturan senjata tajam mereka ber-kali2 terdengar dengan suara hebat.
Hong-gwat Kongcu agaknya sudah gusar sekali,
wajahnya merah padam. Sudah dikeluarkan seluruh
1543 kepandaiannya dengan kadang2 mengeluarkan serangan maut dengan maksud bisa terluka ke-dua2nya karena kenyataan sudah berada didepan matanya, buat merebut kemenangan baginya amat sulit sekali. Jago muda
lawannya ini terlalu tangguh buat dia.
Tetapi dasar sifatnya ingin menang sendiri melulu, tentu belum mau sudah sebelum maksudnya
kesampaian. Apalagi disuruh menyerah mentah2, tentu dia tidak sanggup. Lim Tiang Hong sebetulnya sudah berada
diatas angin. Tetapi mengingat persahabatan lebih penting dari permusuhan, ia tidak mau menjatuhkan musuhnya. Ia sengaja ingin mengalah tadi. Tapi karena didesak terus dan dia merasa perlu menjaga nama baik perguruannya, maka iapun mengadakan perlawanan
terus, menjaga diri se-bisa2nya menghadapi serangan2
maut lawannya. Disamping gerakan tangannya yang bagai takkan
berhenti itu otaknya pun terus dikerjakan, ingin sekali dicarinya kesempatan lain buat mendamaikan suasana supaya dua2 pihak tidak sampai menderita rugi, namun sekian lama belum juga didapat cara2 yang sempurna.
1544 Dengan demikian pertempuran kembali lewat 100
jurus. Waktu itulah terlihat sesosok tubuh manusia yang
melayang turun ke tengah-tengah kalangan.
"Anak goblok!" Demikian suara orang yang baru
datang itu berseru, "tidak lekas hentikan pertandingan ini" Cuma dengan andalkan ilmu yang sebegitu mana sanggup kau menandingi lawanmu?"
Hong-gwat Kongcu buru2 tarik kembali
serangannya dan lompat mundur sejauh delapan kaki.
Lim Tiang Hong sendiri, tentu mendapat
kesempatan serupa itu tidak mau menyia-nyiakan
waktunya. Mundur dengan cepat, pedangnya
dilintangkan di depan dadanya. Lebih dulu dikenalinya siapa penolongnya.
Ternyata dia adalah seseorang tua berjenggot
panjang dengan pakaiannya yang mentereng dari atas hingga kebawah, tetapi sikapnya tenang sekali.
Wajahnya, tidak jauh beda dari raut muka Hong-gwat Kangcu, usianya menurut taksiran diatas 40 tahun.
1545 Lim Tiang Hong coba men-duga2 perkataan orang
tua tadi, mengambil kesimpulan. Ooh! Orang tua ini pasti Tho-hoa-tocu sendiri!
Hong-gwat Kongcu dilain tempat, perasaan
tegangnya agak mendingan. Dengan cepat ia memburu orang tadi dan katanya: "Ayah, mari kuperkenalkan! Dia inilah Lim-heng To-liong Kongcu yang sering2 dituturkan kepadamu, ayah!"
Tho-hoa Tocu meng-urut2 jenggotnya yang
panjang, sambil tersenyum berkata: "Sudah sejak tadi ayahmu dengar kabar tentang kedatangannya kepulau ini, juga aku tahu dia datang kemari se-mata-2 buat penuhi undanganmu, bukan?"
Setelah Lim Tiang Hong mengetahui betul bahwa
Orang tua itu adalah Tho-hoa Tocu, buru2 menghampiri dan memberi hormat: "Boanpwee Lim Tiang Hong disini menghadap Tocu"
To-hoa Tocu tiba2 berubah wajahnya, dengan
sikapnya yang angkuh ulap2kan tangannya. "Tidak perlu!
Tidak usah pakai banyak peradatan. Dengan usia muda sebaya dengan anakku kau sudah mempunyai
kepandaian demikian rupa, betul susah dapat tandingan.
1546 Cuma kau juga sedikit sombong sifatmu. Kau berani memasuki Tho-hoa-to ini mengajak orang bertanding. Itu sama artinya dengan menghina kami! Kau mengerti?"
Lim Tiang Hong melongo. Ia merasa tak habis pikir mengapa si orang tua bisa mengeluarkan kata2 demikian pedas dihadapannya Hong-gwat Kongcu lebih2 tahu
tabiat ayahnya, maka mengajak Lim Tiang Hong adu
tenaga, sengaja dicarinya pulau terpencil itu. Siapa tahu orang tua itu masih mendatanginya juga kesitu"
Ketika mengetahui suasana buruk dan gelagat
kurang baik, buru2 ia memberi penjelasannya: "Ayah!
jangan kau salah mengerti. Lim-heng datang kemari, adalah anak yang suruh dia datang, bukan maunya dia"
Tho-hoa-tocu malah semakin tidak senang
nampaknya. Dengan wajah ketus dan sikap tetap angkuh berkata: "Orang yang tidak ada gunanya semacam apa kau ini"! Kau bikin hilang mukaku didepan orang lain!
Kau masih ada muka menemui aku" Lekas pergi dari
sini!"

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian ia membentak dan menuding Lim Tiang
Hong. "Mengingat kau masih terlalu muda, Lohu tidak bisa persulit kedudukanmu. Asal mampu menahan 10
1547 jurus serangan Lohu nanti kau boleh keluar dari pulau ini dengan selamat tanpa gangguan"
"Apa"!" Kata si pemuda jagoan.
Karena Lim Tiang Hong pun seorang yang
berkepala batu, apalagi selama beberapa tahun
belakangan ia sudah mendapat banyak pengalaman
didunia persilatan, tentu jauh berbeda dari Lim Tiang Hong yang mula2 keluar dari parguruannya. Mendapat desakan dan kata2 pedas Tho-hoa Tocu demikian rupa ditambah kata2 tantangan yang terakhir, membuat
keluar lagi sifat kepala batunya.
Dengan paras berubah merah ia hendak menyahuti
perkataan orang tua itu. Tapi waktu"itu dilihatnya Hong-gwat Kongcu yang kelihatan cemas sekali meng-ulap2kan tangannya kepadanya.
Dengan demikian, terpaksa, Lim Tiang Hong
mencoba meredakan amarahnya. Dengan suara agak
lunak berkata "Adapun kedatangan boanpwee kepulau ini, melulu ingin memenuhi keinginan puteramu yang mau berkenalan dengan boanpwee, sedikitpun tidak ada maksud2 lain. Haraplah Tocu tidak memikir lain dan salah mengerti"
1548 "Siapapun yang ke Tho-hoa-to sini mem-bawa2
senjata dia kuanggap mengandung maksud ingin
bermusuhan. Oleh karena kau minta ber-ulang2,
Lohupun suka bikin kecualian buatmu. Tinggalkan
pedang itu, habis juga perkaranya! Bagaimana?"
Permintaan orang tua itu tentu keterlaluan. Lim
Tiang Kong sudah sejak tadi menahan sabarnya. Dia masih ingin melihat suasana, kalau bisa dengan jalan damai segala persoalan dibereskan tapi mendengar lagi kata2 Tho-hoa Tocu yang menyuruhnya meninggalkan
To-liong-kiam, tak ubahnya sebagai suatu penghinaan besar buatnya.
Maka seketika itu juga ia tertawa besar dan sambil ber-gelak2 berkata: "Pedang ini adalah pemberian
suhuku bu-ceng Kiam-khek. Kepala Lim Tiang Hong
boleh kutung dan darah di tubuhku boleh mengucur.
Tapi suruh lepaskan pedang ini dari tubuhku, tidak bisa!
Terus terung tidak bisa....!"
Tho-hoa Tocu nampak beringas wajahnya, per-
lahan2 mendekati Lim Tiang Hong. "Jadi kau tidak mau bereskan perkara secara damai?" Demikian katanya.
1549 Lim Tiang Hong berdiri tegak, acuh tak acuh dia
menjawab: "Jika Tocu terus menerus memaksa aku turun tangan, terpaksa aku suka melayani! Buat suruh berbuat sesuatu yang bisa bikin noda nama guruku, se-kali2 tidak bisa!"
Tho-hoa Tocu menyeringai. "Ow, ingin kau
tonjolkan pedang karatan si orang tua Bu-ceng Kiamkhek" Sungguh sombong. Hari ini jika tidak mampu Lohu beri ajaran kepadamu barangkali kau tetap menganggap orang2 Tho hoa-to tidak ada guna!"
Saat itu dua orang tersebut, seorang tua yakni tho-hoa Tocu dan seorang anak muda yung tak lain daripada Lim Tiang Hong sendiri sudah berada pada jarak yang tak berjauhan. Tangan Tho-hoa Tocu sudah terangkat lambat2. Dan....
Lim Tiang Hong maklum, sedang berhadapan
dengan musuh tangguh. Maka diam2 juga sudah
mengerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang.
Tiba2 dikejauhan dari tempat jauh kelihatan satu
sinar merah melayang ditengah udara, menyusul
terdengar suara ledakan! 1550 Benda merah tadi meledak ditengah udara dan
berubah menjadi serupa benda macam bunga Bwee, per lahan2 turun kebawah.
Tho-hoa-tocu terperanjat. Wajahnya berubah
seketika. Tapi hanya sekejapan, dilain saat sudah pulih keadaannya seperti biasa.
Mendadak terdengar suara orang tua ini yang
sedang menghadapi Hong-gwat Kongcu. "Lekas bawa dia istana Tho-hoa-kiong! Jika kau berani coba2 main gila, hati2! Ingat peraturan rumah tangga!"
Setelah mana tubuhnya meleset tinggi dan
melayang ke sebelah selatan pulau tersebut.
Terjadinya semua perubahan membuat Lim Tiang
Hong berpikir dalam hatinya. "Heran aku, siapa yang berbuat begitu?" demikian pikirnya.
Baru saja maksudnya ingin menanyakan
perkiraannya itu kepada Hong-gwat Kongcu, si kongcu pulau Tho-hoa-to sudah menghampiri dengan wajah
cemas. "Tabiat ayah memang begitu, harap Lim-heng tidak kecil hati. Sekarang dipulau Tho-hoa-to kami, kedatangan musuh kuat. Siauwtee pikir ingin mengambil kesempatan baik ini mengantar Lim-heng kembali ke 1551
daratanmu. Sementara tentang urusan dengan ayah,
biarlah! Siauwte bisa mengatasi segala peraturan rumah tangga yang tadi ayah sebutkan. Jangan kuatirlah!"
Lim Tiang Hong tertawa ber-gelak2 dan berkata:
"Mana bisa jadi begitu" Maksudmu memang baik, hanya Siauwtee terima dalam hati saja. Sungguh2 Siauwtee kata. Sekalipun Tho-hoa-to Heng-thay merupakan
gunung golok atau rimba pedang, harus kuterjangl
Apalagi mengingat ayahmu yang begitu sombong tadi, rasanya tidak mungkin suruh aku menyerah kepadanya dalam 10 jurus. Bukankah begitu?"
Hong-gwat Kongcu tinggi hati dan sombong.
Namun demikian, tidak lepas pula dia dari sifat2nya yang selain ingin bersahabat. Berkat adanya rasa setiakawan dalam hati sanubarinya. Dia kini memikir. Satu adalah sahabat karibnya, yang lain ayahnya pribadi. Bentrokan antara sahabat karib dan ayah yang akan terjadi
kemudian, dirasakan amat menyesak dadanya. Juga dia merasakan bahwa pemikirannya sangat bertentangan
satu sama lain. Ingin sekali dia mempunyai seorang ayah yang dapat membunuh bekas lawan yang tak mampu
dikalahkannya. Tapi dipikir dari sudut lain, mengingat 1552
kedatangan Lim Tiang Hong adalah atas undangannya, jika sampai anak muda tersebut terluka saja bagaimana perasaannya terhadap pemuda itu"
Lim Tiang Hong yang menengok kearah Hong-gwat
Kongcu melihat wajah ragu2 Kongcu perlente tersebut, lantas mendesaknya: "Heng-thay, janganlah ragu2 lebih lama! Jikalau Siauwte tak ada milik, biarlah mati dipulau ini. Itu cuma sebab ilmuku kurang terlatih, bukankah sekarang ini kau kata tadi kedatangan musuh kuat"
Marilah kita pergi ber-sama2"
Hong-gwat Kongcu merasa bagai mukanya disaram
air dingin, berlompat kaget dan setanjutnya kaburkan langkahnya mengejar dimana perahu mereka tadi
ditaruh. Tatkala kedua anak muda ini tiba ditepian pulau,
tukang perahu Lim Tiang Hong sedang rebah2an enak sekali kelihatannya tiduran diatas lantai perahu. Tidak terlihat apa2 yang mencurigakan se-olah2 segala sesuatu yang ada disekitarnya tak ada hubungan dengan dia.
Tetapi manakala Lim Tiang Hong buka suara dan
minta dia jalankan perahu, barulah dia bangkit berdiri dan menggerakkan perahunya.
1553 Apa yang berputaran dalam benak Lim Tiang Hong
pada saat itu ialah: Dengan cara bagaimana Tho-hoa Tocu yang aneh adatnya itu harusnya dihadapi, hingga ia tidak begitu taruh parhatian terhadap si tukang perahu tadi.
Pulau kecii itu terpisah dengan pulau Tho hoa-to
hanya beberapa lie saja, maka dalam waktu sekejapan saja, sudah tiba di pulau itu.
Hong-gwat Kongcu gelisah dalam hatinya. Begitu
merapat segera menarik tangan Lim Tiang Hong dan
segera juga lari menuju ke istana Tho hoa-to.
Apa yang menyebabkan Kongcu parlente ini gelisah, bukan karena soalnya Lim Tiang Hong, melainkan karena ingin segera rnengetahui apa gerangan sebetulnya yang telah terjadi dan musuh mana yang berani menyatroni pulau yang selama ini dianggap keramat"
Sebab selama beberapa tahun lamanya belum
pernah ada seorangpun juga yang berani mencari setori kepulau Tho-hoa-to itu. Kedua pemuda itu tatkala
berjalan menuju ke Tho-hoa-kiong, jauh2 sudah dapat lihat ada seseorang wanita yang berpakaian sangat mewah bersama empat perempuan muda yang masing2
1554 membawa pedang dibelakangnya. Wanita2 mana dengan sikap garang2 semuanya sedang berbicara dengan Tho-hoa Tocu. Entah apa yang mereka jadikan bahan
pembicaraan. Hong-gwat Kongcu tidak mengenal wanita2 itu,
tidak demikian dengan Lim Tiang Hong. Pemuda yang belakangan ini segera mengetahui wanita itu adalah ibunya sendiri, Lok-hee Hujin. Maka seketika itu dalam hati diam2 merasa kaget.
Saat Itu didengarnya suara Lok-hee Hujin berkata
demikian: "To-hoa Tocu! Kaupun terhitung salah lalu jago kenamaan dalam rimba persilatan. Mengapa kau membiarkan anakmu bergelandangan diluaran
melakukan perbuatan yang tidak patut" Hari ini jika kau tidak memberikan keadilan bagiku, aku akan menyiarkan persoalan ini ke rimba persilatan. Coba aku mau lihat apa kau Tho-hoa Tocu masih punya muka buat menemui
para saudara dari kang-ouw tidak!"
Hong-gwat Kongcu hentikan tindakannya. Lim Tiang
Hong segera mengetahui apa yang sedang diributi oleh ibunya disitu.
1555 Saat itu Tho-hoa Tocu memperlihatkan roman gusar
sekali. Rambut serta jenggotnya yang sudah putih
nampak berdiri. Tiba2 dia berseru kuat2. "Hong-gwat!
Kemari kau!" Hoag-gwat Kongcu pucat pasi wajahnya, gemetaran
badannya. Tetapi tidak berani tidak menyahut, telah menyahut "Ada urasan apa, ayah?" Iapun maju
menghampiri. Tho-hoa Tocu masih tetap memperlihatkan roman
gusar, menanyakan anaknya sambil menuding seorang dara ayu yang waktu itu kelihatan pucat wajahnya. Dia tidak lain daripada Im-san Mo-iie yang berdiri di samping Lok-hee Hujin.
"Apa kau kenal dia?"
Hong-gwat Kongcu meng-geleng2kan kepalanya.
Dengan suara ketus menyahut. "Sama sekali tidak
kenal!" "Kau bilang tidak kenal"...." Im-san Mo-lie berteriak kalap, dan lalu bergerak menerjang Hong-gwat Kongcu, lalu sambil meng-gerung2 berteriak lagi. "Kau berani kata tidak kenal?"
1556 Hong-gwat Kongcu dongakkan kepalanya
menengadah kearah lain dan menyahuti bagai acuh tak acuh. "Memang tidak kenal, mau apa kau ribut2"!"
Im-san Mo-lie kalap benar2. Wajahnya pucat biru
berubah jadi merah padam dan pucat lagi. "Manusia biadab! Tidak punya liangsim! Oh! Kau berbalik muka dan tidak mau kenali orang"
Dengan capat tangannyapun bergerak, beruntun
beberapa kali menyerang Hong-gwat Kongcu.
Si wanita ayu yang saat itu sudah merasa geram
dan gusar itu, dalam serangannya tadi diberikutkan tenaganya yang paling hebat se-akan2 sudah sedia akan adu jiwa.
Biar bagaimana Hong-gwat Kongcu dalam hati
diam2 juga merasa bersalah. Maka ketika diserang 7 kali dengan hebat pula ia selalu menyingkir tanpa memberi perlawanan.
Tiba2 terdengar suara Tho-hoa Tocu yang nyaring
bagai geledek. "Budak binal Berani kau mengacau
pulauku"! Jangan galak2 ya! Disini bukan tempatmu takabur!"
1557 Dan ia lalu kebutkan lengan jubahnya. Suatu
kekuatan yang maha hebat lantas keluar dan meluacar mengarah punggung Im-san Mo-lie.
Im-san Mo-lie yang telah bagai orang kalap,
membiarkan telinga dan matanya tidak mendengar dan melihat. Sudah tentu juga sedari tadi tidak ber-jaga2
kalau akan ada suatu serangan dari lain jurusan. Hingga saat itu keadaannya sungguh membahayakan dirinya
sendiri. Tiba2 hembusan angin dingin menyela di tengah
menyambar angin serangan Tho-hoa Tocu tadi.
"Blum!!" Begitulah setelah terdengar amat nyaring satu
benturan tenaga yang kuat, angin santer timbul dan berpencaran keempat penjuru sebagai gantinya.
Walaupun demikian, tidak urung Im-san Mo-lie yang tadi ingin dijadikan sasaran masih terpental dengan badan sempoyongan ngusruk ke depan sampai dua tindak baru berhasil menguasai dirinya lagi.
Setelah mana terdengar suara Lok-hee Hujin yang
berkata dengan suara hambar, "Tocu! Sungguh kau tidak pandang mata orang. Namamu cuma nama kosong.
1558 Masakan terhadap seorang tingkatan muda begitu sudi mengambil tindakan keras seperti begitu" Hmm!".
Tho-hoa Tocu perdengarkan suara ketawa dingin,
berkata selanjutnya, "Tidak perlu kau bentangkan adat dan peraturan kang-ouw buat hinakan aku. Jelas
kukatakan: Menurut peraturan pulauku siapapun yang berani menginjak daratan pulau ini dan lantas berani main gila atau pertontonkan kepandaiannya akan ku samaratakan dengan bumi tanpa ampun lagi. Budak ini terang2an melanggar peraturanku! Tidak perduli dia mempunyai kesukaran apa dan besar sekali kesulitannya, semua harus menjadi tanggungannya sendiri! Biar dia mampus jangan se-kali2 menginjak pulau ini Kami tidak perduli"
Kemudian ia berpaling dan mengeluarkan suara
keras, memerintah orang2nya. "Lekas tangkap dia!"
Dari belakangnya lalu muncul empat laki2 berbadan tegap dengan pakaiannya yang perlente, berbareng
menyahut. "Baik" dan lalu bergerak menuju kemana si wanita muda alias Im-san Mo-lie berdiri.
Bertepatan pada saat itu, tiba2 terdengar satu
suara orang membentak "Tunggu dulu!"
1559 Dan berbareng dengan itu pula tampak Lim Tiang
Hong berdiri di depan Im-san Mo-lie dengan sikapnya yang gagah. Setelah itu ia maju lagi dan menghampiri Tho-hoa Tocu, lalu tertawa dan berkata: "Aturan yang kau bikin itu sebetulnya aturan macam apa" Tidak lain cuma kalau membunuh orang dengan menutup rahasia, betul" Ketahui olehmu! Sekalipun lebih tinggi lagi ilmu silatmu dari sekarang, satu tangan tetap tak bisa menutupi mata dan telinga orang2 sekolong langit!
Kenapa tidak kau tanyakan keterangannya dulu mengapa mereka atau dia datang kepadamu?"
Tho-hoa Tocu nampak tercengang sejenak
kemudian dengan wajah beringas menyahuti "Dipulauku ini mana ada hak buat kau ikut campur mulut! Lekas pergi dari sini!"
Lim Tiang Hong dongakkan kepala dan tertawa ber-
gelak2. "Orang didunia dapat mengurusi setiap perkara dunia. Dalam persoalan yang tidak adil seperti yang kulihat sekarang ini apa kau bisa salahkan orang lain yang campur tangan" Lagipun dalam persoalan ini sedikit banyak ada hubungannya dengan aku si orang she Lim.
Mengapa aku tidak boleh keluarkan pendapat. Terus 1560
terang kubilang: Soal ini benar2 sudah terjadi. Juga karena gara2 encie perguruanku yang dirusak
kehormatannya oleh engkonya Im-san Mo-lie. Tapi
sekarang Im Tay Seng sudah hidup rukun dengan
Henghay Kouw-loan, maka puteramu juga sudah
sepantasnya kalau suka memikul tanggung jawabnya".
Tiba2 Tho-hoa Tocu tertawa ber-gelak2 dan
berkata: "Mana pantas" Haa... haa.... bocah! Kau masih bau pupuk bawang! Perempuan galak semacam dia ini mana bisa dijadikan menantu Tho-hoa-tocu" Sekalipun Hong-gwat anakku mau dan suka dia, aku nyatakan tidak setuju! Kau boleh suruh dia jangan pikirkan yang
bukan2" Lim Tiang Hong jadi naik darah. Sengit sekali ketika ia bicara selanjutnya. "Tidak perdull kau setuju atau tidak. Yang kutanya sekarang bagaimana caramu
memperbaiki perkara ini?"
Pada saat itu Im-san Mo-lie sudah hentikan
serangannya. Ia berdiri melongo dengan wajah pucat pasi.
Lok-hee Hujin yang menyaksikan anak perempuan
kesayangannya berdiri menjublak dengan air mata
1561 bercucuran dan rambut riap2an se-olah2 telah berubah, benar2 menjadi iblis wanita yang serupa benar dengan namanya, hatinya merasa seperti di-iris2. Tiba2 ia menghampiri Tho-hoa Tocu, didepan siapa ia berkata:
"Anakmu yang bagus sekali tampangnya itu sudah
merusak anakku sampai begitu rupa. Kalau kau tidak berikan keadilan yang cukup buatku, aku akau adu jiwa dengan kau!"
Setelah itu ia lalu menyerang dengan lengan
bajunya, sampai 11 kali hingga hembusan angin dingin nampak meniup tanpa berhenti.
Tho-hoa-tocu yang pada hari2 biasanya hidup
secara wajar dikepulauannya itu, siapapun tidak ada yang berani membantah ucapannya sepatahpun juga.
Sampai langit runtuh tidak pernah disangkanya hari itu, oleh karena urusan yang sangat romantis antara
peteranya dengan puteri Lok-hee Hujin, membuat dia hampir tak berdaya memperoleh pemecahannya. Dengan perasaan cemas ia coba mengelakkan setiap serangan Lok-hee Hujin. Selama itu tidak ber-henti2nya berteriak-teriak "Hong-gwat! Hong-gwat! kau kemari!"
1562 Siapa tahu Kongcu parlente itu dengan diam2 sudah kabur membuat orang tuanya hampir kalap dan
berteriak, "Tahan dulu!"
Ia lalu menyambuti serangan Lok-hee Hujin.
Tho-hoa Tocu yang mempunyai kepandaian dan
kekuatan hampir tak ada taranya, begitu turun tangan kekuatan yang meluncur keluar dari tangannya itu
dirasakan oleh Lok-hee Hujin seolah2 akan menggempur jerohannya.
Lok-hee Hujin, meskipun ada seorang wanita
berkepandaian cukup tinggi, akan tetapi masih belum berani ia menyambuti terang2an serangan orang tua itu.
Maka ia lantas mundur sejauh satu tombak lebih.
Tho-hoa Tocu, setelah memukul mundur lawannya,
lalu berkata dengan suara keras. "Lohu sedikitpun tidak punya maksud melindungi anakku sendiri! Tapi dalam soal ini harus tunggu Lohu periksa dulu se-dalam2nya.
Lain kali baru bisa menjawab apa2 yang kau tanya. Biar bagaimana aku tidak akan membiarkan kau kecewa"
Lok-hee Hujin dengan alis berdiri maju lagi dan
berkata "Kapan kau bisa kasih jawaban kepadaku! Dan bagaimana cara kau menjawab nanti?"
1563 Tho-hoa tocu urut2 jenggotnya kemudian berkata:
"Secepat-cepatnya 10 hari dan paling lama sebulan pasti sudah bisa menyeiidiki perkara ini sampai jelas.
Sementara bagaimana jawabanku kepadamu sekarang ini masih belum bisa kukatakan!"
"Baik! Baik! kupercayai mulutmu penuh!" berkata
Lok-hee Hujin berkata lalu menarik lengan anaknya dan kepada siputri berkata: "Mari kita pulang!"
Dengan tindakan lebar ibu dan anak itu berjalan
menuju pantai. Lim Tiang Hong yang berdiri disamping lantas
tercengang "Mana bisa begitu gampang?"
Mendadak ia ingat, ada beberapa hal yang ingin ia minta bukti nyata dari ibunya. Maka ia cepat2 mengikuti rombongan wanita itu.
Tiba2 dibelakangnya terdengar suara nyaring Tho-
hoa-tocu. "Berdiri disitu. Apa kau juga niat merat dari sini"!"
Lim Tiang Hong gusar. Dengan cepat ia balikkan
badan dan menegur "Apa kau sendiri mau tahan aku?"
"Rekening di pulau tadi masih belum kita
perhitungkan!" 1564 "Timpakan dosa pada orang lain mudah sekali!
Huhh! Kukira maksudmu tidak lain cuma mau pamerkan kepintaranmu sendiri Betul begitu?"
"Menurut peraturan Tho-hoa-to memang begitu.
Bukan cuma terhadap kau sendiri bocah! Barusan
terhadap dua iblis perempuan itu, adalah kebijaksanaan Lohu yang merupakan kecualian dalam peraturan. Juga merupakan suatu hal yang bila dipandang sepintas
merupakan kecuali selama beberapa tahun ini!"
"Jangan banyak bacotl Kau mau apa. lekas!"
"Lohu tetap dengan pendirian Lohu. Jika kau
punya.kepandaian sambuti 10 jurus serangan Lohu, akan Lohu lepaskan kau dari pulau ini. Tapi kalau tidak, hmm!
Hmm! Senjata yang kau bawa itu harus kau tinggalkan disini dan Lohu tidak menyulitkan kau lagi. Mengerti"!"
Lim Tiang Hong tiba2 tertawa geli dan berkata:
"Tocu. Baik begitu sajalah! Perlu kuberitahukan dengan terus terang" Di kalangan kang-ouw sudah lama
kudengar Tho-hoa Tocu katanya memiliki kepandaian yang tidak ada taranya. Jika bukan disebabkan lebih dulu sudah kenal baik dengan anakmu aku benar2 kepengin menguji kepandaian dengan dikau! Hari ini aku terus 1565
mengalah, juga se-mata2 dipengaruhi oleh persahabatan antara aku dengan anakmu. Tapi kalau niatmu tetap menyuruh aku menyambuti 10 jurus seranganmu, itu
baik jugalah! Nah, begitu saja, silahkan"
Karena Tho-hoa Tocu belum menyahut, Lim Tiang
Hong meneruskan: "Alangkah girang hatiku mendapat kesempatan menjajal Tho-hoa Tocu yang kesohor itu, rasanya tidak percumalah perjalananku kemari!"
Tho-hoa Tocu mendengar perkataan Lim Tiang
Hong begitu, hampir saja tidak dapat kendalikan hawa amarahnya. Sambil ketawa dingin ia berkata: "Bocah!
Kau sombong sekali! Kalau tidak kuberikan sedikit ajaran kepadamu kau tentu tidak tahu tingginya kepandaian Tho-hoa Tocu!"
Dimulut orang tua tersebut mengucapkan kata2nya
yang sombong seperti tidak dipikir, tetapi sebetulnya tindakannya sangat hati2 sekali.
Sebabnya dia pikir begini "Nama To-liong Kongcu
sudah menggetarkan jagatnya persilatan. Hampir setiap orang2 kang-ouw menganggap dia sebagai manusia
kuat, juga dari tingkatan yang paling muda. Hari itu dengan kedudukannya sendiri sebagai orang tingkatan 1566
tua yang mengajak dia bertempur, boleh dikata dia tidak boleh menang tidak boleh kalah. Maka sudah seharusnya kalau dia berlaku sangat hati2.
Selagi kedua orang tua muda itu tarik urat dengan diam2 sudah juga mereka kerahkan tenaga mereka yang paling tinggi. Terutama dengan Lim Tiang Hong. Pemuda ini agak jeri juga terhadap Tho-hoa-Tocu yang sudah kesohor sekali namanya, tambah lebih ber-hati2.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak terdengar suaranya Tho-hoa Tocu "Inilah
jurus pertamaku!" Lalu lengan bajunya digulung dan kelihatan segar
otot2nya. Kulit tangannya yang putih seperti baru giok putih, per-lahan2 mendorong keluar.
Dari gerakannya itu lalu terdengar suara angin
meniup kencang dengan cepat menggulung sekitar
tempat dimana Lim Tiang Hong berdiri.
Lim Tiang Hong tidak berani mengadu kekerasan.
Dengan ilmunya Sam-sam Po-hoat ia memutar badan
dan berputar melesat kekiri mengelakkan serangan
mana. Tidak nyana belum lagi ia memperbaiki kedudukan
kakinya, tangan Tho-hoa Tocu kembali sudah
1567 mengancam, lima jari tangannya terpentang yang
mengeluarkan angin keras kembali mengarah belakang dirinya.
Berbareng dengan itu, terdengar juga suara orang
tua tersebut berkata: "Inilah jurus keduaku!"
Tetapi Lim Tiang Hong dengan gerakan ringan
memutar badannya dan kembali kesudut kanan.
Tho-hoa Tocu tertawa mengejek. Cepat bagai kilat
ia bertindak menyusul. Tangannya tiba2 menekan arah dada Lim Tiang Hong sedang tangan kirinya dengan
kecepatan yang lebih tinggi dari yang satunya
menyambar pergelangan tangan lawannya.
Gerakan itu gesit bukan main. Diikuti tenaga dalam yang terlatih ber-puluh2 tahun, tentu bukan main
hebatnya. Setiap gerakan ada mengandung siasat
menutup jalan mundur dari kanan kiri depan dan
belakang. Lim Tiang Hong tiba2 keluarkan siulan nyaring, lalu memutar sebelah tangannya. Ditutup setiap serangan yang hampir mengenai dirinya, kemudian juga dengan menggunakan tipu silat yang berbahaya, yakni Khiam-liong Pat-jiauw coba mengimbangi kekuatan lawannya.
1568 Gerakan kedua lawanan sama cepat sama gesit dan
sama2.... Sebentar hanya terdengar benturan dahsyat, di seputar tempat bertarung terdengar suara gemuruh yang sangat keras.
Tanpa dapat mengusai dirinya sendiri, Lim Tiang
Hong mundur dua tindak. Sedangkan Tho-hoa Tocu juga kedengaran merintih perlahan, kedua pumdaknya
nampak ber-goyang2, tidak urung akhirnya mundur juga dua langkah.
Disamping itu pergelangan tangannya juga
dirasakan sakit sekali, sebab pergelangannja itu sudah kena disambar jari tangan Lim Tiang Hong yang
menggunakan tipu Khiam-liong Pat-jiauw.
Jurus yang sangat hebat dan berbahaya itu telah
membuat Tho-hoa-tocu diam2 merasa kaget sekail. Dari situ ia dapat mengadakan perbandingan, dalam 10 jurus berikutnya juga masih belum tentu dapat menundukkan lawannya yang muda itu.
Semula Lim Tiang Hong masih ragu2 menghadapi
Tho-hoa Tocu yang kenamaan, setiap gerakan yang
diperlihatkannya begitu ber-hati2, tetapi, setelah terjadinya peraduan kekuatan tadi, hatinya jadi lega.
1569 Sebab sekalipun tidak dapat menarik keuntungan berada di pihak yang menang, tapi dalam 10 jurus ia tidak ragu lagi pasti orang tua lawannya itu tidak bisa
mengalahkannya. Kedua pihak setelah saling mundur kemudian maju
merapat pula. Tho-hoa Tocu ingin sekali mempertahankan nama
serta kedudukannya yang selama itu dipupuk dengan baik. Dengan mata mendelik lebar dan jenggot ber-goyang2 ia keluarkan bentakan keras dan mengeluarkan serangan susulannya keras laksana angin puyuh. Dalam waktu sekejapan ia sudah mengeluarkan serangan
sampai 17 kali, sehingga ditempat sekitar medan
pertempuran se-olah2 terkurung oleh suara dan
gulungan angin yang amat hebat.
Lim Tiang Hong yang menghadapi musuh tangguh
bangkotan itu dengan sangat hati2 melayani, sikapnya juga tenang sekali. Sudah dikerahkan seluruh
kepandaiannya guna menghadapi musuh yang kuat itu.
Di bawah tekanan berat pihak pulau Tho-hoa Tocu
itu, per-lahan2 nampak Lim Tiang Hong mulai keluar dari lingkungan angin kuat sekitar situ. Tidak ada niatnya 1570
ingin merebut kemenangan. Harapannya cuma setelah 10 jurus berlalu pertandingan bakal disudahi dengan baik oleh kedua belah pihak.
Tho-hoa Tocu masih menghendaki dengan 10 jurus
dapat menundukkan lawannya hingga kekuatan dan
kepandaiannya yang dilatih puluhan tahun semua
dikerahkan pada kedua tangannya. Dengan sendirinya, setiap serangannya merupakan serangan2 maut yang
menakutkan. Maka meski hanya dalam 10 jurus dan terhadap
lawannya yang masih muda belia, ia sudah
menggunakan 9 macam ilmu serangan tangan yang ber-lain2an dan 120 gerakan tipu silat lebih. Maka juga boleh dikatakan hanya Lim Tiang Hong seorang yang mampu melayani orang yang setingkat dengan dia. Jika lain orang siang2 tentu sudah menggeletak ditanah dengan keadaan tidak berjiwa!
Dalam 10 jurus yang dijanjikan, benar2 sudah
membuat Lim Tiang Hong merah padam wajahnya dan
hampir susah bernapas serta harus menghadapi bahaya besar maupun tipu2 yang tidak ada taranya.
1571 Baru 10 jurus ia lantas berseru: "Tocu! Sepuluh
jurus sudah habis....".
Tho-hoa Tocu saat itu benar2 sudah merasa malu
sehingga terasa meluap perasaan gusarnya. Tidak
diindahkannya lagi permintaan setop Lim Tiang Hong.
Sambil menggeram berkata: "Hmmm! Bocah sambuti
sekali lagi serangan Lohu ini!?"
Disusul dengan satu tangan mendorong ke arah
dada Lim Tiang Hong! Kekuatan tenaga dalam yang keluar itu tak dapatlah dibayangkan bagaimana hebatnya. Rupanya Lim Tiang Hong pun akan merasa kewalahan
Tetapi didorong oleh keinginannya buat terus
bertahan, menyambuti sambil ketawa dingin. "Apa
kiramu aku tidak berani?"
Dan dia mengangkat tangannya menyambut juga
serangan yang hebat tadi.
Benturan dari dua tenaga yang amat dahsyat tadi
menimbulkan suara menggeleger yang amat keras di
sekitar pulau Tho-hoa-to.
1572 Lim Tiang Hong merasakan darah di dadanya
bergolak hebat, wajahnya merah padam. Ia mundur 5
tindak. Dipihak sana, Tho-hoa Tocu sudah pias wajahnya.
Rambutnya awut2an, sudah mundur juga 4 langkah.
Tetapi ia tetap tidak mau percaya, seorang
angkatan muda mampu menyambuti serangan seorang
tingkatan tua sebagai dia yang mempunyai latihan lebih dari 50 tahun maka ia lalu menggeram sengit sekali lagi dan berseru: "Bocah! Sambutlah ini sekali lagi!"
Tiba2 ia balikkan telapak tangannya, mendorong
lagi kedepan dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong mengempos semangat. Mendahului
maju selangkah dibarengi dengan kata2nya. "Sepuluh kali serangan lagi juga tak halangan!?"
"Blum! Blung!!"
Dua kali ber-turut2 terdengar suara menggelegar
hebat. Dua lawanan itu tetap dengan berkeras hati melawan kekerasan.
Disebabkan tidak ingin berhentinya Tho-hoa Tocu
setelah lewat dari 10 jurus yang dijanjikan sendiri, maka perbuatan yang tidak ingin menepati janji orang tua itu 1573
membikin mendongkol sekali Lim Tiang Hong. Kini
berkobarlah semangat laki2nya, semangat jantan atau lebih tepat sifat kepala batunya keluar. Sudah tentu saat itu ia murka sekali. Dengan kecepatan laksana sambaran kilat, melancarkan serangan2nya sampai 18 kali,
sedangkan kakinya juga menendang beruntun 9 kali.
Setiap serangan tangan maupun kaki lebih cepat
dan sengit serba hebat, membuat Tho-hoa Tocu mau
tidak mau merasa mendelu dalam hati.
Telah lenyapkan sudah kesombongannya selama
ini. Dia yang biasa tidak pandang mata setiap
lawanannya, kini merasa amat berkuatir, bagaimana kalau sampai dikalahkan oleh anak muda itu".
Sebab semua nama baik, kedudukan serta
pamornya akan ludes sama sekali jika ia gugup dalam gerakan berikutnya.
Sekarang ia sudah mulai menyesal. Sesal yang
sudah kasip. Mangapa tidak sejak habisnya 10 jurus yang
dijanjikan menghentikan serangannya" Mengapa lagi diteruskannya bertempuran itu yang dalam arti kata lain membuat meluapnya kegusaran lawan mudanya.
1574 Ia sesalkan juga dirinya sendiri tidak cukup cerdik, pun sesalkan matanya mengapa tidak dapat melihat
bahwa pemuda itu merupakan musuh terkuat selama
pengalamannya menghadapi musuh"
Akan tetapi saat itu ia sudah tidak mempunyai
banyak waktu berpikir. Serangan2 gencar Lim Tiang Hong sudah sampai dipuncaknya yang terhebat.
Serangan2 bagai hujan jatuh menimpa dirinya, maka jalan satu2nya yang dirasakan baik ialah: Adu jiwa!
Dengan timbulnya pikiran nekad ini, kembali ia
menggeram hebat dan lantas lompat maju menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Sesaat lamanya di depan istana Tho-hoa-kiong
terbit angin men-deru2 hebat yang pun menimbulkan debu tempat seluas lima tombak. Dua orang bayangan orang melompat kesana kemari laksana terbang.
Sekalipun disekitar empat penjuru banyak orang2
kuat Tho-hoa-to berdiri, sekalipun orang2 itu ingin sekali membela pemimpin mereka, tapi mana ada lagi
kesempatan buat mereka menerobosi hujan pukulan2
dua jago tingkat tinggi itu" Disamping itu, merekapun mengenal betul akan watak aneh Tocu mereka. Belum 1575
didapat ijin darinya dan bergerak, itu berarti cari mati sendiri.
Sebagai orang yang sudah cukup ahli, segera akan
mengetahui bahwa malam itu Tho-hoa Tocu sudah
menemukan satu2nya lawan terkuat selama hidupnya.
Demikianpun dengan orang2nya Tho-hoa-to, ketika
menyaksikan anak muda lawan pemimpin mereka
mengeluarkan tipu2 serangan yang aneh2, dengan
kelihatan makin menghebatnya serangannya, semua
diam2 pada menguatirkan nasib Cukong mereka.
Lima puluh jurus, enam puluh jurus bahkan 100
jurus sudah dilampaui lagi.
Per-lahan2 semua anak buah Tho-hoa-tocu telah
tertarik oleh gerak tipu yang keluar dari pihaknya dan pihak lawan pemimpinnya. Sehingga mereka bagaikan lupa bahwa mereka tidak sedang menonton pertandingan persahabatan, melainkan suatu pertandingan maut yang setiap saat bisa mengancam jiwa. Mereka pun merasa sayang, gerakan kedua lawan dalam kalangan itu terlalu amat cepat bagi mereka.
Sebentar lagi pertempuran itu sudah lewat dari 300
jurus dan gerakan mereka ke-dua2nya sudah tampak
1576 agak mengendor. Akan tetapi gerak tipu2 yang mereka keluarkan sama2 semakin aneh dan ruwet, terkadang pula ........ menggunakan empat kali gerakan untuk menghindarkan serangan dari lawan pun berarti gerak tipu kedua pihak sudah sama2 kehabisan digunakan dan masing2 pada menggunakan otaknya untuk mencoba
dalam sedetik tipu2 lain yang baru.
Pertempuran sengit itu membuat Tho-hoa Tocu
melupakan sendiri kedudukannya sebagai Tocu. Juga telah telah terlupa dengan kedudukan pihak lawan
sebagai tingkatan muda yang usianya jauh lebih muda darinya.
Tiba2 sitocu ketawa ber-gelak2 dan berkata "Ayo
sambutlah lagi Lihay sekaii serangan sekali ini!"
Mendadak ia ayun tangannya dan melakukan
gerakan serangan membokong dari samping kanan.
Tatkala berada ditengah jalan, mendadak dirubah
dengan cepat menjadi serangan yang menghajar ke arah depan dada!
(0-0dw-kz0-0) 1577 Jilid Ke 17 Lim Tiang Hong juga mengulur tangannya
menyambuti serangan hebat mana. Tiba2 merasa
didepan matanya ada banyak kelebatan banyak tangan.
Tangan-tangan itu lalu berbenturan beberapa kali
dengan tangannya. "Pletak pletok!"
Kembali keduanya berpencaran dan saling menjauh.
Lalu mereka berjalan berputaran sekali lagi.
Saat itu Lim siang Hong terus mengawasi gerak
tubuh lawan. Baju panjangnya nampak ber-gerak2
sedang kedua tangannya dipakai semua. Tangan satu menggunakan kekuatan tenaga "Im" dan yang lain
menempatkan tenaga "Yang", per-lahan2 digerakkan ke muka. Dari mulutnya juga tiba2 terdengar suara panjang yang aneh, menyusul terus kata2nya: "Aku juga suruh kau rasakan bagaimana ampuhnya ilmuku Hui-hoan-ciang ini!"
Baru saja ia hendak mengeluarkan serangannya,
tiba2 terdengar suara nyaring seseorang: "Hei kalian berdua ini berhenti dulu!!!"
1578 Diluar dugaan kedua pihak, Lim Tiang Hong
maupun Tho-hoa Tocu. itu tukang perahu yang
membawa angkutan Lim Tiang Hong telah berdiri tegak didepan istana Tho-hoa-kiong dengan sikapnya yang gagah perkasa dan sangat berwibawa.
Kejadian yang mnadadakan ini membuat orang
yang barada disitu terperanjat sekait, sedang Lim Tiang Hong tanpa merasa membatalkan serangan yang
sedianya akan dilancarkan untuk menamatkan riwayat sang lawan....
(0-0dw-kz0-0) Bab 39 TURUT campur tangannya tukang perahu itu, bagi
Lim Tiang Hong agaknya tidak merasa heran, tapi bagi Tho-hoa Tocu tidaklah demikian, seketika itu juga lantas berubah wajahnya.
Tukang perahu itu agaknya tidak mau pusingi itu
semua, mendadak dari dalam sakunya ia mengeluarkan sepotong plat besi, lalu diangkat tinggi di atas kepalanya seraya berkata: "Aku yang tidak berguna dengan ini mewakili Kie-lin Kokcu dari Hong-hong-tie, untuk
1579 menyampaikan maksudnya kepada Tocu, bahwa
pertandingan ilmu silat hari ini biarlah sampai disini saja.
Jika masih ada ganjalan apa2, Hong-hong-tie akan
tanggung jawab seluruhnya"
Keadaan Tho-hoa Tocu yang saat itu sudah hampir
membuat ia kehilangan muka dan kini tiba2 ada orang yang datang memisah sudah tentu diam2 merasa
bersyukur, apalagi orang yang memisah itu adalah
orangnya Kie-lin Kokcu yang namanya kesohor di dunia kang-ouw.
Maka ia lantas menyambuti tanda plat besi itu.
Setelah memeriksa sejenak, lalu berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Karena Kie-lin Kokcu yang campur tangan, apa yang lohu dapat katakan" Cuma dengan
demikian ada terlalu enak bagi anak muda ini".
Lim Tiang Hong mengawasi tanda perintah Kie-lin-
leng itu sejenak, kemudian juga lantas ketawa terbahak-bahak dan berkata "Jika bukan karena kedatangan dia, dalam pertandingan ini belum tahu siapa yang akaa menjadi pecundang.... Lagipula, aku toh juga tidak menarik keuntungan apa2, bukankah kau sendiri pernah berkata bahwa jika aku dapat menahan seranganmu
1580 sehingga 10 jurus, maka kau akan mengijinkan aku meninggalkan pulau ini?"
Ia sebetulnya masih hendak mengucapkan
perkataan yang lebih tajam, tapi kemudian berpikir, dihadapan begitu banyak anak buahnya, tidak
sepantasnya membuat ia terlalu terhina, maka ia lalu putar perkataannya dan cuma mengungkit soal 10 jurus itu.
Tho-hoa Tocu juga ada seorang yang mengerti
gelagat. Dengan tindakan lebar, ia menghampiri Lim Tiang Hong seraya berkata sambil menepok pundaknya:
"Anak muda ada mempunyai hati begitu lapang dan
kepandaian begitu tinggi, sesungguhnya jarang
didapatkan. Hari depanmu sesungguhnya tidak terbatas.
Marilah lohu sebggai tuan rumah, sudah sepantasnya kalau mengundang kau minum secawan dua, lohu
benar2 ingin bersahabat dengan anak muda semacam
kau ini!" "Boanpwee masih ada urusan sangat penting yang
harus dibereskan, dengan sangat menyesal tidak dapat memenuhi undanganmu cianpwee. Lain waktu saja
1581 boanpwee akan datang lagi untuk mengadakan
kunjungan khusus buat locianpwee"
Setelah itu ia lantas menyoja memberi hormat dan
balik menuju ke pantai Tho-hoa Tocu seyogyanya masih hendak menahan
supaya anak muka itu menginap satu malam, tapi tiba2
ia ingat kepada anaknya, Hong-gwat Kongcu, mengapa sejak tadi tidak kelihatan" Maka dengan cepat ia lantas masuk ke dalam istananya.
Lim Tiang Hong dengan tindakan lebar berjalan
menuju ke pantai, karena tergesa-gesa, ia sudah lupa kepada dirinya tukang perahu itu. Tapi tatkala ia tiba di pantai, tukang perahu itu ternyata sudah rebah
terlentang di atas perahunya sambil menyanyi sendirian.
Tatkala ia melihat Lim Tiang Hong, segera lompat
bangun dan berkata: "Marilah kita berangkat!"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala.
Sewaktu perahu itu berlayar ditengah lautan, ia
baru menanya kepada tukang perahu itu: "Dari mana kau dapatkan tanda perintah Kie-lin-leng itu?"
"Ini adalah kepunyaan tuan sendiri!"
1582 Lim Tiang Hong terperanjat, Ia rogoh sakunya,
benar saja tanda perintah yang berupa besi pelat itu sudah hilang.
Tukang perahu itu dengan sikapnya yang sangat
menghormat lalu angsurkan besi pelat itu kepada Lim Tiang Hong.
Setelah menyambuti pelat besi itu, Lim Tiang Hong lalu berkata sambil delikkan matanya: "Adakah kau orangnya Hong-hong-tie" Bagaimana kau bisa tahu kalau aku ada mempunyai Kie-lin-leng?".
"Siapa yang tidak tahu bahwa To-liong Kongcu
adalah Kongcu dari Hong-hong-tie" Bagaimana sebagai Kongcu dari Hong-hong-tie tidak membawa Kie-lin-leng?"
"Kau jangan mengoceh, kalau kau tidak mau
barkata terus terang, hari ini aku tidak akan memberi ampun atas kesalahanmu ini"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tukang perahu iu nampak ketakutan, ia ieletkan
lidahnya, lalu berkata dengan sikapnya yang sangat menghormat: "Harap Kongcu maafkan perbuatanku yang kurang adat. Aku ini memang benar adalah orangnya Hong-hong-tie, yang mendapat tugas untuk melindungi Kongcu, sebab terjadinya persoalan yang sedemikian 1583
rumit dan secara mendadak, tidak boleh tidak mencari akal untuk membikin reda persoalan ini. Menurut
pikiranku Tho-hoa Tocu juga merupakan salah satu jago yang sangat dimalui oleh orang2 kang-ouw, lagi pula juga bukan orang dari golongan jahat, maka seharusnya jangan sampai kehilangan muka terlalu sangat"
"Kalau begitu, sudahlah!"
Terhadap keterangan tukang perahu itu, Lim Tiang
Hong sudah tidak merasa heran lagi, sebab teka-teki Hong-hong-tie terhadap dirinya, sedikit demi sedikit sudah mulai terang, hingga tidak lama lagi mungkin dapat dibikin terang. Apa yang menjadi pikiran baginya, ialah ia mengharap supaya lekas2 dapat mengejar ibunya dan lm-san Mo-lie.
Tukang perahu itu agaknya juga sudah mendapat
menebak pikirannya Lim Tiang Hong, perahunya
dijalankan secepat kilat.
Seolah-olah anak panah yang meluncur dari
busurnya, sebelum subuh, sudah tiba dilain seberang.
Suara berkicaunya burung, sudah terdengar dari
dalam rimba yang berdekatan, sinar matahari sudah 1584
mulai tertampak di permukaan air laut, merupakan
pemandangan alam yang sangat indah.
Lim Tiang Hong lalu menyoja kepada tukang perahu
sambil mengucapkan terima kasihnya.
Sesudah itu, dengan gerakan badan yang gesit ia
lompat ke pantai dan kemudian lari menuju ke jalan raya.
Tiba2 telinganya mendengar suara orang menangis
dan suara oraug wanita bercakap-cakap. Ia merasa
bahwa suara itu seperti pernah kenal, maka dengan tanpa ayal lagi, ia lantai melesat tinggi ketengah udara, kemudian putar tubuhnya ditengah udara, dan melayang turun ke arah suara itu.
Mungkin gerakannya itu terlalu cepat dan
datangnya secara mendadak, hingga membuat
terperanjat orang yang berada di dalam rimba itu.
"Siapa?" demikian terdengar suata teguran dari
seorang wanita. Dan kemudian disusul dengan sambaran angin
dingin yang menyambut dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang masih berada ditengah udara,
sudab dapat lihat bahwa wanita yang berada dalam
1585 rimba itu ternyata adalah ibunya dengan Im-san Mo-lie maka ia lantas berseru: "Ibu, aku yang datang!"
Tangannya lalu digerakkan dengan perlahan untuk
melindungi dirinya, kemudian melayang turun.
Melihat kedatangan anaknya, Lok-hee Hujin
mendadak parasnya berubah.
"Apa perlunya kau mengejar aku?" demikian
tegurnya. Lim Tiang Hong terhadap ibunya sebetulnya
mempunyai kesan singkat tidak baik, terutama terhadap Im-san Mo-lie, ia sebeoarnj? ingin bisa segera
membinasakan saudaranya yang jahat itu, tapi sekarang keadaannya ada lain. Ia merasa kesihan dengan keadaan ibunya, terutama nasibnya Im-san Mo-lie. Mereka berdua sekarang sudah tidak ada orang yang dibuat andalan, keadaannya sangat menggenaskan sekali.
Maka sekalipun ditegur secara agak kasar oleh Lok-hee Hujin, Lim Tiang Hong masih menjawab dengan
sabar, "Aku ingin menanya beberapa pertanyaan kepada ibu"
"Kau sebutkan saja!"
1586 "Betulkah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun adalah
ayahku?" "Kau.... kau ngaco!"
"Anak bukannya mengaco, karena dalam ha! ini
anak sudah memcari keterangan dengan jelas"
"Kalau kau sudah dapat keterangan cukup, apa
perlunya menanya aku lagi?"
"Cuma, biar bagaimana Pek-tok Hui-mo itu bukan
ayahku, seharusnya tidak salah lagi bukan?"
"Tentang ini, sebaiknya kau jangan bicarakan
dengan aku" Setelah berkata demikian, Lok-hee Hujin tiba2 menekap mukanya dan menangis dengan sedih.
Im-san Mo-lie yang sejak tadi duduk saja sambil
menangis sesenggukan, ketika mendengar suara
tangisan ibunya, hatinya semakin sedih, maka ia jadi menangis semakin keras.
Lim Tiang Hong yang belum pernah menghadapi
suasana sedih demikian rupa, sesaat itu menjadi
bingung, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat. Sebagai seorang yang berhati lapang dan berbudi luhur, setelah adanya kejadian yang menyedihkan itu, perasaan benci terhadap mereka, ia kesampingkan dahulu, dengan
1587 mendadak ia hampiri Im-san Mo-lie dengan suara keras:
"Kau tidak usah menangis lagi, dalam persoalanmu itu, apabila Tho-hoa Tocu memberi jawaban yang
memuaskan, ya sudah. Tapi jikalau tidak, aku nanti akan mencari Tho-hoa Kongcu untuk membuat perhitungan
dengannya" Im-san Mo-lie mendadak berbangkit dan menubruk
diri Lim Tiang Hong seraya berkata: "Adik, bagaimana kau suruh encimu bisa menjadi orang lagi?"
"Asal kau tidak mengikuti perbuatannya itu iblis
jahat, melakukan kejahatan didunia kang-ouw, serta bisa merubah kelakuanmu menjadi orang baik2, tidak nanti ada orang yang pandang hina padamu. Sementara
mengenai urusannya Tho-hoa Kongcu. aku nanti akan mencari padanya. Cuma, dalam perkara ini sebetulnya tidak bisa dipaksa, andaikata nanti tugasku tidak berhasil dengan memuaskan, kau boleh mencari suara tempat
yang suci, untuk melewati sisa hidupmu sebagai Orang suci (Nikouw) dan secara demikian juga merupakan
satu2nya jalan untuk menebus dosamu dimasa yang
lampau" "Maksudmu ialah suruh aku menjadi nikouw?"
1588 "Jika ditilik dari kejahatanmu dimasa yang lampau, seterusnya memang demikian"
Tapi Im-san Mo-lie yang sejak masih kanak2
mengikuti ayahnya, Pek-tok Hui-mo, segala sifat
kejahatan ayahnya itu sudah sangat dalam sekali
tertanam dalam hatinya, maka semua perkataan Lim
Tiang Hong yang bermaksud baik itu, hanya masuk ke telinga kirinya tapi kemudian keluar lagi dari telinga kanannya.
Ia hanya keluarkan suara dari hidung, tidak
menyatakan apa2 lagi. Lim Tiang Hong tidak perhatikan sikap encinya itu, ia dongakkan kepalanya memandang awan putih yang
berterbangan di angkasa, pikirannya melayang jauh sekali.
Ia merasa bahwa hidup manusia itu tidak menentu,
nasib baik dan buruk silih berganti. Siapakah akan menduga bahwa Lok-hee Hujin yang dimasa jayanya ada begitu agung sebagai nyonya seorang pemimpin satu perkumpulan besar, sedangkan Im-san Mo-lie sangat disegani oleh orang dunia kang-ouw dengan segala
1589 kejahatannya serta kekejamannya, kini telah mengalami nasib sedemikian mengenaskan"
Tiba2 ia ingat kematiannya Heng-lim Chun-loan di
tangannya sang enci ini. Dengan hati bimbang dan selagi hendak menanyakan kepada Im-san Mo-lie, siapa nyana, selagi ia dalam keadaan bimbang tadi, Lok-hee Hujin bersama Im-san Mo-lie ternyata sudah kabur, dan ketika ia mengetahui, ternyata sudah terlambat.
Lim Tiang Hong berdiri kesima, kalau Im-san mo-lie menjauhi dirinya, itu masih bisa dimengerti. Tapi ibunya sendiri, mengapa juga harus menjauhi dirinya" Ia benar2
tidak habis mengerti. Menurut dugaannya, mungkin karena ia
menanyakan halnya Ho-lok Siu-su ada hubungan apa
dengan dirinya, sedangkan Ho-lok Siu-su justru adalah seorang yang ia paling tidak suka dibicarakan.
Kini telah menjadi suatu kenyataan, banwa antara
ia dengan ibunya, ada jurang sangat dalam yang
memisahakan, sehingga satu sama lain tidak bisa saling berdekatan, dan sebab musabab yang menciptakan
jurang itu, adalah persoalan antara Pek-tok Hui-mo dengan Ho-lok Siu-su!
1590 Tiba2 ia ingat dirinya Yan-jie, maka ia harus
memberitahukan padanya, tentang berita yang didapat bahwa kematian Heng-lim Chun-loan itu adalah
perbuatannya Im-san Mo-lie. Disamping itu, ia juga harus berunding bagaimana baiknya dengan Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu.
Walaupun Im-san Mo-lie itu masih merupakan
saudaranya sendiri, karena anak kandungnya Lok-hee Hujin, yang masih terhitung ibunya, tapi baik tinggal baik dan jahat tinggal jahat. Sebagai seorang ksatria, ia harus dapat membedakan dengan tegas mana yang jahat,
maka dalam hal ini ia sesungguhnya tidak boleh menutup rahasia terhadap Yan-jie.
Setelah mengambil keputusan demikian, ia lalu
melanjutkan perjalanannya ke Kim-leng.
(0-0dw-kz0-0) Bab 40 SETIBANYA di kota Kim-leng, didalam rumahnya
Sin-soan Cu-kat, orang tua itu tangah mengobrol dengan si Pengemis Mata Satu. Maka Lim Tiang Hong lantas memberi hormat kepada mereka.
1591 Yan-jie yang berada di dalam, setelah mendengar
suaranya Lim Tiang Hong, segera lari keluar.
Lim Tiang Hong lalu menceritakan semua berita
yang didapat dari Yam-kiong Kiam-khek, kepada mereka bertiga.
Sin-soan Cu-kat yang mendengarkan sambil
mengurut jenggotnya yang panjang, kemudian berkata sambil anggukkan kepala dan menghela napas: "Aku si tua bangka sejak semula sudah merasa curiga, bawa pembunuhan itu mungkin dilakukan oleh orang2nya
Thian-cu-kauw. Sekarang ternyata ada benar...."
Belum lagi melanjutkan kata2nya, Yan-jie sudah
menangis menggerung-gerung kemudian berkata sambil menangis: "Budak hina yang terlalu kejam! Jika aku tidak bisa mencincang dirimu bagaikan perkedel, aku
bersumpah tidak mau jadi orang!"
Tiba2 badannya bergerak dari keluar.
"Siauw-yan, kau hendak kemana?" Sin-soan Cu-kat
berseru memanggil padanya.
Tapi perasaan dendam dan sakit hati, sudah
membakar seluruh hattnya Yan-jie, sehingga membuat ia sudah melupakan kekuatan tenaganya sendiri. Ia hanya 1592
menuruti hawa nafsunya sendiri! Maka terhadap
seruaanya Sin-soan Cu-kat, sama sekali tidak mau
menghiraukan, ia masih tetap lari bahkan semakin
kencang. Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu juga
tidak tinggal diam, dengan cepat mereka lompat dari tempat duduknya dan lantas menghadang di hadapannya Yan-jie.
Si Pengems Mata Satu sambil pelototkan matanya
yang cuma tinggal satu, meng-garuk2 kepalanya yang tidak gatal, ia menegur: "Pada waktu malam begini, kau hendak kemana?"
"Mencari Im-san Mo-lie untuk menuntut balas sakit hati".
"Duduklah dahulu, Kita rundingkan dengan
seksama" "Runding! selain berunding saja! aku sudah
menantikan beberapa tahun lamanya, tidak pernah
keluar pintu, apakah aku harus disekap setiap hari malam di dalam rumah saja" Apakah dengan cara demikian aku dapat menuntut balas sakit hati ayahku?"
1593 Lim Tiang Kong lalu berkata: "Adik Yan, berlakulah tenang sedikit, dengarlah perkataanku"
Tapi Yan-jie menjawab sambil ketawa dingin: "Apa
yang kau mau kata tentunya tidak lain daripada suruh aku menunggu, menunggu.... menunggu saja...." ia
menghela nafas kemudian berkata pula: "Urusan yang tidak menyangkuti diri sendiri memang tidak perlu dibuat pikiran, sebab yang mati adalah ayahku, maka kalian semua tidak perlu ambil perhatian lagi"
Pada saat itu, Sin-soan Cu-kat juga sudah
berbangkit dari tempat duduknya sambi! menghela napas panjang ia berkata: "Anak, kau terlalu keburu napsu! kau anggap si Pengemis Tua dan aku ini adalah orang
macam apa" Dengan terus terang, hubungan antara
ayahmu dengan kita berdua, sudah seperti saudara
sekandung. Sekalipun aku harus korbankan jiwaku yang sudah bangkotan ini, aku juga harus balaskan sakit hatimu ini. Sebaiknya kau balik dulu, berikanlah sedikit waktu untuk aku memikirkan bagaimana caranya
bertindak" Si Pengemis tua dengan jenggot berdiri dan mau
melotot berkata dengan suara keras: "Budak, kau telah 1594
memaki habis2an pamanmu si pengemis tidak berguna ini. Besok aku ajak kau berangkat mencari budak hina itu, sekalipun harus ke dasar laut dan ujung gunung, aku pasti mencari sampai dapat dirinya budak hina itu.
Jikalau tidak, bagaimana aku ada muka untuk menemui ayahmu di dalam baka?"
Lim Tiang Hong berdiri menjublak seperti patung.
Perasaan menyesal mendadak timbul dalam hatinya. Ia merasa tidak enak terhadap Yan-jie. Dua kali ia pernah bertemu dengan Im-san Mo-lie dan toh masih belum
turun tangan padanya. Apakah itu disebabkan hatinya sendiri terlalu lemah ataukah sudah melupakan
perbuatan yang dilakukan terhadap dirinya Heng-lim Chun-loan, sehingga mengakibatkan kematian dirinya orang tua itu"
Tidak! semuanya tidak! sebab ia adalah seorang
manusia. Biar bagaimana, manusia toh tidak bisa tidak mengenal sanak keluarganya sendiri. Sekalipun Im-san Mo-lie ada seorang jahat kejam dan banyak melakukan pembunuhan didunia kang-ouw, tapi bagaimanapun juga ia masih tidak sampai hati untuk membunuh dirinya seorang yang masih merupakan saudara sendiri satu ibu.
1595 Yan-jie pada saat itu hawa amarahnya agaknya
sudah mulai reda ketika ia melirik ke arahnya Lim Tiang Hong, ia lihat anak muda itu terus berdiri bagai patung, hingga ia mengira bahwa perkataannya tadi telah
menusuk hatinya, maka dengan tanpa sadar lambat2
menghampiri padanya seraya berkata: "Engko Hong, kau jangan marah, barusan karena aku terlalu menuruti hawa nafsuku, sehingga mengucaplcan perkataan yang agak kasar, harap kau maafkan padaku!"
Ia berhenti sejenak dan rnenghela napas panjang,
kemudian berkata pula: "Aku sekanang mengerti, jadi orang harus menpunyai sifat pemberani. Aku merasa bahwa aku terlalu lemah tidak berguna. Seperti dendam sakit hati atas kematian ayahku yang begitu besar, bagaimana aku boleh andalkan kepada tenaganya lain orang untuk menuntut balas?"
Lim Tiang Hong tiba2 dongakkan kepalanya. Selagi
hendak menghibur beberapa patah kata, Yan-jie
mendadak sudah putar tubuhnya dan berjalan ke
depannya si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat, lalu memberi hormat seraya berkata "Harap maafkan titlie yang masih terlalu muda dan tidak kenal adat, 1596
sehingga tadi sampai mengeluarkan perkataan yang
kurang sopan. Lojinkee berdua, titlie merasa sekarang sudah dewasa, seharusnya mempunyal keberanian untuk berdiri sendiri"
Setelah mengucapkan perkataan demikian, air mata
mengalir bercucuran di kedua pipinya, kemudian ia balikkan badannya dan lari masuk ke dalam.
"Yan-jie, Yan-jie...." demikian Sin-soan Cu-kat
memanggil padanya. Tapi Yan-jie tidak gubris sama sekali, hingga orang tua itu cuma bisa mengawasi berlalunya Yan-jie sambil geleng2kan kepalanya.
Si Pengemis Mata Satu tiba2 berkata sambil
meaghela napas: "Anak ini sesungguhnya patut juga dikasihani...."
Sin-soan Cu-kat hanya berdiam saja sambil
mengurut-urut jenggotnya.
Pada saat itu, pelayan dirumahnya Sin-suan Cu-kat sudah menyediakan makanan, Sin-soan Cu-kat lalu
mengajak kedua kawannya untuk dahar.
Si Pengemis Mata Satu sesudah tenggak araknya,
lalu berkata: "Aku si Pengemis tua besok akan keluarkan 1597
tanda perintah kepada saudaraku kawanan pengemis
diseluruh negeri untuk mencari jejaknya Im-san Mo-lie, dan kita nanti bicarakan lagi setelah menemukan
jejaknya wanita iblis itu"
"Im-san Mo-lie adalah anak perempuannya Pek-tok
Hui-mo. Kalau kita bunuh mati padanya, apa kau kira Thian-cu-kauw bisa peluk tangan begitu saja" Maka sebaiknya kita pikir masak2 dulu" berkata Sin-soan Cukat dengan tenang.
"Apa kita harus bikin habis begitu saja?" tanya si Pengemis Mata Satu sambil ketawa dingin.
"Meski kini sudah diketahui bahwa Im-san Mo-lie
ada pembunuhnya Heng-lim Chun-loan, tapi sebagai
algojo yang tidak langsung, adalah Pek-tok Hui-mo. Kini menurut berita dari pelbagai pihak, iblis itu sudah menghilang dari dunia kang-ouw, orang2nya Thian-cu-kauw juga tidak ada satupun yang unjukkan diri. Orang pada mengira bahwa Thian-cu-kauw sudah dibubarkan, tapi menurut dugaaanku Pek-tok Hui-mo setelah
mendapat kitab Tat-mo-keng sudah pasti kalau kini sedang sembunyikan diri untuk mempelajari ilmu silat 1598
dalam kitab itu, maka kita tidak boleh tidak harus berjaga-jaga kalau ia nanti muncul lagi"
Tapi si Pengemis Mata Satu yang dengar perkataan
sahabatnya itu sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Manusia akhirnya toh harus mati. Aku si Pengemis tua tidak perdulikan lagi apa akibatnya
dikemudian hari. Besok aku akan berangkat bersama Siauw-yan untuk mencari jejaknya iblis wanita itu"
Selagi Sin-soan Cu-kat hendak memberi keterangan
lagi, tiba2 matanya ditujukan kewajahnya Lim Tiang Hong, lalu dengan tajam memandang begitu lama
wajahnya pemuda itu. Lim Tiang Hong yang sejak tadi mendengarkan
pembicaraan mereka mengenai kematian Heng-lim Chun-loan, dalam hatinya merasa sangat duka. Karena dalam hal ini, sebetulnya karena gara2 kedatangannya ke rumah orang tua itu, dan andai kata ia mau
membinasakan Im-san Mo-lie, sesungguhnya sangat
mudah sekali, tapi mengapa ia tidak tega membunuh mati padanya"
Saat itu ketika dipandang Sin-soan Cu-kat demikian rupa, sudah tentu merasa sangat heran, maka lalu
1599 menanya: "Cu-kat locianpwe, adakah ada apa2 yang
salah pada diriku?" Sin-soan Cu-kat gelengkan kepala, setelah berpikir agak lama, baru menjawab: "Dalam waktu yang dekat ini, sebaiknya kau berdiam dirumah saja, untuk
beristirahat sementara waktu"
"Kenapa?" "Aku telah melihat pada wajahmu ada tanda2
bahaya yang akan menimpa dirimu"
Lim Tiang Hong tercengang, tapi sebentar
kemudian lantas ketawa menyeringai.
Si Pengemis Mata Satu yang berada di sampingnya
lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Aku si Pengemis tua yang seumur hidupku gelandangan di
dunia kang-ouw, selamanya belum pernah tahu apa
artinya hari baik atau bulan bahaya. Aku punya Cu-kat sianseng, kau sesungguhnya terlalu agulkan bahwa ilmu hitunganmu itu ada sangat tepat?"
Sin-soan Cu-kat segera menjawab dengan sikap
sungguh2: "Tentang ilmu bintang atau ramalan, aku si tua bangka yakin masih boleh diandalkan tepatnya
1600 perhitunganku, bukannya buka mulut secara
sembarangan, maka janganlah dipandang rendah"
Lim Tiang Hong melihat sikapnya Sin-soan Cu-kat
jadi demikian sungguh2, meski dalam hati tidak percaya, tapi juga tidak mau membuat ia terlalu tidak senang, maka lantas berkata sambil berseru juga: "Sebagai anaknya orang rimba persilatan yang berkecimpungan di dunia kang-ouw, perkara mati atau hidup, sebetuinya tidak perlu dibuat pikiran, Cuma mengharap agar segala perbuatannya tidak kecewa terhadap nenek moyangnya itu saja sudah cukup!"
Si Pengemis Mata Satu lantas menyambuti sambil
ketawa tergelak gelak: "Ini barulah perkataannya
seorang gagah" Walaupun demikian, tapi dalam hari masing2
seolah-olah diliputi apa2, maka setelah dahar, mereka lantas pada bubaran.
Lim Tiang Hong masuk ke kamarnya dengan hati
pepat, pikirnya "suhu telah mewariskan kepandaiannya kepadaku, suruh aku mendirikan sedikit pahala didunia kang-ouw, atau melakukan perbuatan yang berguna bagi amat manusia, Tidak dinyana, sejak aku muncul didunia 1601
kang-ouw, lantas dibikin bingung oleh persoalan yang mengenai asal usul diriku, sehingga hari ini, masih belum terang sama sekali, ini apa karena aku sendiri yang goblok atau nasib telah menentukan demikian....?"
Mendadak ia Ingat dirinya Yan-jie yang hendak
menuntut balas kematian ayahnya. Ia merasa jika ditilik dari kepandaiannya Yan-jie, sudah cukup kuat untuk menghadapi Im-san Mo-lie seorang diri, hingga bagi ia boleh berdiri diluar garis. Tapi andaikata Thian-cu-kauw turut campur tangan, bagaimanapun juga ia sendiri harus turun tangan untuk membantu Yan-jie. Biar bagaimana, sekarang ini ia sudah tidak mempunyai pekerjaan
penting, maka lalu mengambil keputusan, setelah Yan-jie nanti benar2 hendak pergi, ia akan mengikuti secara diam2.
Pikirannya Lim Tiang Hong mulai merasa lega, tapi badannya terlalu letih, maka sebentar kemudian ia sudah tertidur pulas.
Entah berapa lama telah berlalu, tiba2 ia dikejutkan oleh suara yang sangat halus dari jauh. Lapat2 ia dengar suara saling bentak. Sewaktu ia pasang telinganya, mendadak terdengar pula suara berkelebatnya baju


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1602 tertiup angin. Dari jauh melayang mendekat dan tiba2
melewati wuwungan rumah. Karena daya pendengarannya yang luar biasa dan
gerakannya yang sangat gesit, dalam waktu sakejapan saja ia sudah lompat melesat melalui lobang jendela, setibanya di atas genteng, ia lantas pasang mata, tapi ternyata tidak terdapat bayangannya seorangpun jua.
Ia percaya benar kepada pendengarannya sendiri,
sedikit pun tidak salah, tapi entah siapa orangnya yang mempunyai kepandaian demikian tinggi sehingga mampu mengelabui dirinya"
Dengan sangat hati2 sekali, kembali ia memeriksa
keadaan di-sekitarnya sejenak, tapi juga tidak
menemukan tanda apa2. Mendadak angin dingin meniup mukanya hingga
badannyapun merasa menggigil. Suatu perasaan seram tiba2 timbul dalam hatinya, dengan tanpa dirasa,
tangannya lantas meraba pedang pusakanya.
Sekonyong-konyong ia lompat melesat dengan
kecepatan bagaikan kilat ia berputaran badannya, tapi juga tidak dapat lihat apa2, hingga dalam hatinya diam2
1603 lantas berpikir "apakah tadi itu ada orang yang berjalan malam, yang kebetulan lewat disini".
Maka, ia lantas balikkan badannya dan kembali ke
kamarnya sendiri. Tapi, hatinya selalu merasa tidak tentram, diam2 ia sesalkan kepada dirinya sendiri "bagaimana aku malam ini" Biasanya sekalipun berhadapan dengan musuh
tangguh atau berada dalam bahaya, belum pernah
seperti malam ini. Apakah benar seperti yang dikatakan oleh Sin-soan Cu-kat bahwa aku akan mendapat
bahaya?". Tapi selanyutnya ia lantas hiburi dirinya sendiri "Ah!
segala ramalan demikian, mana boleh dipercaya
kebenararnya...." Mendadak ia ingat dirinya Sin-soan Cu-kat dan si
Pengemis Mata Satu, mengapa tidak kelihatan ada
gerakan apa2" Sebagai orang2 kang-ouw kawakan
seperti mereka itu, asal ada sedikit suara saja sudah tentu dengar, apakah sudah terjadi apa2 atas diri mereka"
Mengingat sampai disitu, secepat kilat ia iantas
keluar dari kamarnya terus menuju kekamarnya Yan-jie.
1604 Ternyata kamarnya Yan-jie sudah terpentang lebar
pintunya, sedangkan orangnya sudah tidak kelihatan bayangannya.
Bukan kepalang kagetnya Lim Tiang Hong. Hatinya
berdebaran, dengan cepat ia balikkan badannya lantas ia ke kamarnya Sin-soan Cu-kat.
Tiba dikamarnya Sin-soan Cu-kat. suatu
pemandangan yang mendebarkan hati, telah terbentang di depan matanya, sehingga ia berdiri terpaku seperti patung.
Ternyata Sin-soan Cu-kat sudah mendapat celaka.
Jatuh tengkurap di tengah-tengah kamar, di lantai terdapat darah menggumpal. Mulut dan jenggotnya juga penuh darah yang sudah membeku.
Dengan tangan gemetaran Lim Tiang Hong meraba
dadanya orang tua itu, ternyata jantungnya masih
bergerak. Ia buru2 angkat badannya dan diletakakan di atas pembaringan. Setelah diurut-urut sejenak, baru siuman. Perlahan2 lalu membuka matanya yang tidak bersinar. Mengawasi dirinya Lim Tiang Hong, kemudian dengan suara yang sangat lemah dan terputus-putus ia 1605
berkata: "Aku... aku sudah... sudah tidak.... ber.... guna lagi.... lekas.... lekas bantu Yan-jie.... lekas...."
Lim Tiang Hong merasa hatinya seperti diiris-iris, buru2 mengeluarkan obat Soat-som-wan nya, lalu
dimasukkan ke dalam mulut Sin-soan Cu-kat. Ia kuatir sebutir Soat-som-wan masih kurang kekuatannya, maka diberikan lagi dua butir lumut Cie-in yang terdapat dinyalinya naga yang sudah membatu, buru2 berkata pada orang tua itu: "Locianpwee boleh beristirahat dulu, jangan pikirkan apa2. Aku sekarang hendak pergi dulu"
Secepat kilat ia lantas lompat keluar melalui lobang jendela. Perbuatan pengecut yang dilakukan oleh orang yang masih belum diketahui itu, membuat Lim Tiang Hong begitu gusar, hingga seolah-olah macan gila ia melesat tinggi dan melayang turun ke atas genteng lain rumah.
Tapi, Sin-soan Cu-kat tadi tidak memberi
keterangan, kemana perginya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu, maka ia hanya bisa berdiri di atas genteng sambil celingukan mengawasi keadaan sekitarnya.
Tiba2 di belakang dirinya terdengar suara orang
ketawa dingin, dengan cepat ia balikkan badannya, 1606
lantas dapat lihat satu bayangan orang yang menggapai padanya, kemudian putar tubahnya dan lompat melesat ke arah timur laut.
Lim Tiang Hong yang saat itu sedang kalap, mana
ada waktu untuk berpikir lagi, maka lantas menegur dengan suara keras: "Siapa?"
Lalu melesat setinggi 7-8 tombak, kemudian dengan kepala di bawah dan kaki diatas ia meluncur mengejar orang itu.
Itu adalah ilmunya It-sia Cian-lie, yang benar2 luar biasa cepatnya, dalam waktu sekejapan saja sudah
mencapai jarak 5-6 tombak.
Tapi, orang itu ternyata juga bukan bangsa lemah.
Begitu gerakkan badannya, lantas melayang seolah-olah asap tertiup angin hingga gerakan Lim Tiang Hong yang begitu cepat, juga cuma dapat menyusul dibelakangnya saja, tidak dapat melampaui gerakannya orang itu.
Dua orang yang saling kejar-kejaran itu, dalam
waktu sekejap mata, sudah tiba disuatu tempat di
pinggiran rimba belantara
Orang yang berada didepan tiba2 putar balik
badannya, kemudian berkata sambil ketawa dingin:
1607 "Bocah, kau telah membuat aku si pelajar miskin pusing kepala yang telah mencari kau dimana-mana!"
Lim Tiang Hong yang sedang meluncur begitu
cepat, tidak menduga orang itu telah berhenti secara mendadak, hingga hampir saja menubruk badannya
orang itu. Untung kepandaiannya sudah cukup mahir, dengan gerak badan yang sangat manis ia melesat tinggi lagi sampai 7 kaki, baru melayang turun lagi ke tanah.
Setiba di tanah ia baru tahu bahwa orang di
depannya itu ternyata adalah Tiat-hie Sie-seng. Seketika itu wajahnya lantas berubah, dengan suara keras ia menegur padanya: "Kau dengan Sin-soan Cu-kat ada
permusuhan apa" Kenapa kau turun tangan begitu
kejam" Sekarang aku hendak ambil jiwamu!"
Dengan tanpa menunggu jawaban, ia lantas
menyerang dengan hebatnya. Karena ia sedang kalap, maka serangannya itu ia telah menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya.
Tiat-hie Sie-seng adalah seorang beradat tinggi dan sombong, tidak nyana ia akan diperlakukan begitu kasar oleh Lim Tiang Hong. Ketika melihat serangan Lim Tiang Hong yang demikian hebat, dengan cepat ia singkirkan 1608
diri sejauh 5 kaki, kemudian membentak dengan suara gusar: "Kau ngaco....!"
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong tidak memberi
kesempatan padanya untuk memberi penjelasan. Ia
tetap melancarkan serangannya demikian cepat, hingga dalam waktu sekejapan saja sudah melancarkan 21 kali serangan.
Tiat-hie Se-seng yang terkurung rapat oleh
serangamva Lim Tiang Hong disamping rasa kagetnya juga merasa sangat penasaran, kembali is keluarkan suara bentakannya: "Bocah, kau sesungguhnya terlalu brutal!"
Ia lalu ulur tangannnya menyambuti serangan Lim
Tiang Hong. Mengadu kekuatan kira2 sampai 7-8 kali, Tiat-hie
Sie-seng mundur sempoyongan sampai 5-6 tindak.
Ia sebetulnya hendak memberi sedikit keterangan
kepada Lim Tiang Hong, tapi kini sudah tidak ada
kesempatan lagi, bahkan karena didesak terus oleh Lim Tiang Hong, hingga lantas naik pitam, dan merupakan maksudnya semula yang hendak memberi keterangan.
1609 Ia terpaksa melayani serangannya Lim Tiang Hong
dengan sekuat tenaga, hingga dalam waktu sekejapan, kedua orang itu sudah bertempur sengit.
Selagi pertempuran tengah berlangsung dengan
sengitnya, di rimba itu dengan diam2 muncul lagi dua orang, yang satu adalah seorang tua mengenakan baju panjang warna kuning, sedangkan satunya lagi adalah seorang pertengahan umur yang berbadan gemuk seperti gentong dan berkumis serta berjenggot seperti bulu landak. Kedatangan kedua orang itu sedikit pun tidak menerbitkan suara. Mereka berdiri berendeng, menonton pertunjukan yang seru itu.
Lim Tiang Hong den Tiat-hee Sie-seng yang sedang
kalap dan menghadapi musuh kuat, mana perhatikan
keadaan di sekitarnya maka kedatangan kedua orang itu tidak diketahui sama sekali.
Tiba2 diangkasa yang sunyi terdengar pula suara
berisik laksana bintang yang turun dari langit, telah meluncur turun dari langit telah meluncur turun 3
bayangan orang. Sambil perdengarkan suara ketawa
mereka yang menyeramkan, ketiga orang yang baru tiba itu berkata: "Tahan! tahan!....Hai! sahabat, sebaiknyaa 1610
kau tahu gelagat sedikit, jangan campur tangan dalam urusan ini".
Namun perkataan ketiga orang itu tidak dihiraukan oleh Lim Tiang Hong dan Tiat-hie Sie-seng yang sedang bertempur sengit.
Tiga orang itu menjadi gusar, sambil perdengarkan suara geraman yang hebat, ketiganya lantas melesat ke dalam kalangan, tapi setelah terdengar suara bentrokan nyaring, tiba2 orang itu lantas berpencaran.
Rahasia Istana Terlarang 5 Gento Guyon 9 Maut Merah Bujang Gila Tapak Sakti 3
^