Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 17

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 17


Tiat-hie Sie-seng dengan wajah pucat biru, lompat kesamping 5 kaki, Lim Tiang Hong juga lompat mundur 5
kaki. Ia segera dapat lihat bahwa orang yang memisah
padanya tadi ternyata ada Taoto beroman bengis
berewokan sedang rambutnya yang panjang terurai di kedua pundaknya.
Selagi hendak menegur, si Taoto itu sudah berkata deagan suaranya yang ketus dingin sambil menuding Tiat-hie Sie-seng: "Tolol, aku nasehetkan padamu
sebaiknya kau lekas menyingkir dari sini secepat
mungkin". 1611 Sebagai seorang kang-ouw kawakan, Tiat-hie Sie-
seng baru melihat, segera mengenali bahwa tiga orang itu adalah tiga manusia aneh atau "Sam koay dari Hong lui-po" dan otang yang. berkata padanya adalah salah satu diantara "Sam-koay" itu yang tersohor dengan julukannya "Tiat-hud Kana".
Hong-lui-po adalah sebuah benteng kuno di daerah
barat yang sangat misterius yang disegani oleh orang2
dunia kang-ouw. Kepandaian ilmu silatnya orang2 dari Hong-lui-po ini ada mempunyai gaya yang tersendiri, pengaruhnya di daerah barat adalah sangat besar. hingga tidak ubahnya sebagai satu kerajaan di daerah yang tidak bertuan.
Sam-koay adalah merupakan "Tanduk"nya Hong-lui
po, dimana mereka sampai, itu berarti bahwa pengaruh Hong-lui-po segera akan menguasai tempat itu.
Tiat-hie Sie-seng ada seorang tua yang usianya
lebih dari 80 tahun, banyak pengalaman dan
pengetahuannya, bagaimana ia tidak kenal lihaynya orang2 Hong-lui-po"
Kini ia sebaliknya malah kuatirkan dirinya Lim Tiang Hong, ia kuatir bahwa si anak muda itu nanti tidak tahu 1612
gelagat, sehingga menimbulkan onar. Maka ia lantas berlagak gila, sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata
"Hooho, aku kira siapa, kiranya adalah Sam-koay dari Hong-lui-po. Entah apa maksudnya kalian datang ke daerah Tionggoan?"
Tiat hut Kana masih tetap dengan sikapnya yang
angkuh, ia menjawab sambil ketawa bergelak-gelak:
"Lekas enyah. Di sini sudah tidak ada urusanmu!"
Tiat-hie Sie-seng adalah salah satu orang kuat dari tingkatan tua, yang namanya sudah terkenal di rimba persilatan, sudah tentu tidak senang diperlakukan demikian rupa oleh Tian-hut Kanax, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa dingin: "Sahabat, kau sesungguhnya jangan terlalu tidak pandang mata pada diriku si Pelajar Miskin! Orang sombong seperti kau ini, jika pada masa mudaku, barangkali sudah menggeletak di tanah sebagai bangkai"
Sam koay dari Hong-lui-po itu sering berkeliaran di Tiong-goan, mereka juga pernah dengar tentang dirinya Tiat-hie Sie-seng si Pelajar Miskin itu.
Jie-koay (orang nomor dua dari urutan ketiga
manusia aneh itu) Tan Ang, karena kuatir yang toako 1613
(Tiat-hud Kana) tidak mengetahui keadaannya si Pelajar miskin itu, sehingga menanam permusuhan dengannya, maka lantas menyela: "Pedoman orang2 Hong-lui-po
kalau jika orang tidak mengganggu aku, maka aku juga tidak menganggu orang. Sahabat, kalau kau betul adalah Tiat-hie Sie-seng Tayhiap, diantara kita sebetulnya tidak ada ganjalan apa2, maka tidak ada gunanya kita
bertengkar seperti anak2"
Kemudian ia berpaling dan menarik tangannya Tiat-
hud Kana seraya berkata: "Lotoa, paling baik kita urus perkara yang penting lebih dulu!"
Ia ucapkan perkataan itu lantas memberi isyarat
dengan mata, kemudian ia menghampiri Lim Tiang Hung seraya berkata: "Bocah, apakah kau ini ada To-liong Kongcu yang dikalangan kang-ouw mendapat sedikit
nama?" "Benar, aku adalah Lim Tiang Kong, ada urusan apa kalian mencari aku?"
"Kabarnya kau ada hebat betul tidak?""
"Kalian dari daerah barat, sedangkan aku didaerah Tiong-goan hebat atau tidak, ada hubungan apa dengan kalian?"
1614 "Ada orang kata bahwa kau hampir menjagoi
seluruh daerah Tiong-goan, tapi merasa masih kurang puas dan mengeluarkan perkataan sombong, hendak
menyapu bersih partai2 atau orang2 yg menganut ilmu gaib, betul atau tidak?"
"Orang2 yang menganut ilmu gaib mau orang2 dari
golongan jahat, memang sudah sepantasnya kalau harus dibasmi. Ini adalah merupakan suatu kewajiban bagi orang2 atau pendekar2 yang selalu menjunjung tinggi kebenaran. Tapi aku tidak pernah mengeluarkan
perkataan bahwa aku hendak menjagoi rimba persilatan"
"Bocah, sombong benar perkataanmu"
Dalam hatinya Lim Tiang Hong pada saat itu, yang
dipikirkan hanya dimana adanya si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie. Setelah mendengar perkataan Tan Ang, ia baru tahu bahwa kedatangan tiga orang dari Hong-lui-po itu kiranya iaiah mencari setori dengannya, maka ia lantas tidak perdulikan mereka lagi.
Sebaliknya ia malah menghampiri Tiat-tie Sie-seng seraya berkata dengan suara keras: "Kalau benar kau ada ganjalan sakit hati dengan suhuku, seharusnya kau mencari aku membuat perhitungan, mengapa kau
1615 melukai Sin-soan Cu-kat yang tidak bersalah apa2.
Perbuatanmu yang kejam dan pengecut ini, benar2
bukannya perbuatan manusia"
Tiat-hie Sia-seng membuka lebar2 matanya, dengan
sikap terheran-heran ia balas menanya: "Sin-soan Cu-kat dilukai oleh siapa....?"
"Hmmm! suatu perbuatan yang bagus sekali"
berkata Lim Tiang Hong sambil melirik padanya.
Mendadak orang tua baju kuning yang muncul
secara diam2 tadi kini kembali perdengarkan suara dingin.
Suara ketawa itu ada demikian tajam dan
menyeramkan. Lim Tiang Hong dan Tiat-hie Sie-seng berbareng pada berpalting mengawasi padanya. Kini mereka baru tahu bahwa di belakang mereka masih ada dua orang lagi yang memperhatikan gerak gerik mereka.
Lim Tiang Hong agaknya tidak menghiraukan
kehadiran kedua orang itu, tapi tidak demikian dengan Tiat-hie Sie-seng. Ketika mengetahui siapa adanya dua orang itu, diam2 terperanjat sedang dalam hatinya lants memikir "apakah dua manusia tukang menyebar penyakit 1616
dari daerah perbatasan propinsi In-lam ini juga datang kemari?"
Lim Tiang Hong yang masih belum reda hawa
amarahnya lantas membentak dengan suara keras: "Kau ketawa apa?"
"Aku ketawai kau yang begitu tolol, sedang jiwanya sendiri terancam bahaya besar dan toh masih ada
kesempatan untuk mencampuri urusan orang lain"
Lim Tiang Hong, hatinya tercekat. Sejak ia muncul didunia kang-ouw, entah berapa banyak bahaya sudah ditempuh, hingga menambah banyak pengalamannya.
Dilihat gelagatnya malam itu, mungkin kedatangannya orang2 itu, semua adalah hendak mencari dirinya,
dengan maksud yang tidak baik. Oleh karena itu, maka malam itu mungkin tidak terhindar dari suatu
pertempuran yang sangat sengit pula. Tapi satu hal yang tidak dimengerti, apa sebabnya orang2 itu hendak
mencari setori kepadanya"
Dengan tanpa banyak rewel, ia lantas menghampiri
kedua orang itu dan menegur padanya: "Aku si orang she Lim dengan kalian belum saling kenal satu sama lain, ada keperluan apa kalian mencari aku?"
1617 Thian-un Lie Seng menjawab sambil tersenyum:
"Anak masih bau pupuk bawang sudah ingin menjagoi dunia kang-ouw, benar2 terlalu jumawa"
Tee-un Sun Lee si gendut juga berkata sambil
ketawa dingin: "Lo-tee, turun tangan saja! perlu apa banyak bicara dengan dia?"
Tubuhnya yang gemuk gendut seperti gentong
lantas bergerak mendekati Lim Tiang Hong.
Diatas kepalanya Thian-un Lie Seng yang botak
kelimis, nampak mengepul asap warna merah. Setelah terdengar suara keretekan dari tulang2nya, kedua lengan tangannya mendadak tambah panjang setengah kaki,
hawa nafsunya ingin membunuh nampak tegas
dikeningnya, dengan mata buas ia menatap wajahnya Lim Tiang Hong dan setindak demi setindak mendekati padanya.
Lim Tiang Hong yang sudah banyak berhadapan
dengan jago2 kuat, sedikitpun tidak meresa keder. Ia tetap tenang, malah mengawasi kelakuan manusia aneh itu dengan sikapnya yang tenang selalu. Tapi diam2 ia telah kerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang
dikedua tangannya, untuk melayani musuhnya.
1618 Dalam suasana tegang demikian, Lim Tiang Hong
tiba2 merasakan ada sambaran angin di belakang
kepalanya, dengan sendirinya ia lantas geser kakinya melesat ke samping 3 kaki. Ia baru mengetahui bahwa si Sam-koay dari Hong-lui-po hendak membokong padanya secara pengecut....
Tiat-hie Sie-seng yang menyaksikan keadaan
demikian, hatinya merasa serba salah. Meski
kedatangannya kali ini ia sebetulnya memang hendak mencari Lim Tiang Hong untuk membuat perhitungan, tapi kini melihat anak muda itu berada dalam bahaya, perasaan permusuhannya lantas lenyap sama sekali, sebaliknya ia merasa jemu terhadap cara2nya orang2
dari Hong-lui-po, hingga timbul pikirannya hendak memberi sedikit bantuan tenaga. Tapi dengan demikian ia pasti akan tanam bibit permusuhan dengan Hong-lui po. Dengan usianya yang sudah demikian lanjut dan sudah tiba waktunya harus mengasingkan diri,
sesungguhnya tidak ada perlunya bermusuhan dengan orang2 kuat serta ganas seperti Hong-lui-po itu. Sesaat lamanya ia nampak bingung, tapi akhirnya ia ambil putusan bahwa paling selamat jalan meninggalkan tempat 1619
itu. Tiba2 suatu pikiran timbul dalam otaknya "Yah. aku tidak bisa membantu secara terang2an, mengapa tidak membantu dengan cara menggelap"
Maka ia lantas berseru: "Bocah, Sin-soan Cu-kat
adalah merupakan kenalan lama dengan aku, tidak nanti aku bisa melukai dirinya. Percaya atau tidak, terserah padamu sendiri. Hanya aku perlu peringatkan padamu, awas sedikit terhadap orang2 itu, sekarang aku hendak pergi"
Suaranya masih berkumandang di udara, tapi
orangnya sudah kabur sejauh 20-30 tombak
Lim Tiang Hong berpaling menengok padanya dan
pada saat itulah tiba2 terdengar suara bentakan, si Lo-sam, yakni orang termuda dari Sam-koay, yang
mempunyai julukan "Kera emas lengan panjang". Kauw Lui telah ulur lengannya yang panjang. Dengan
kecepatan bagaikan kilat menyambar belakang kepalanya Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangannya Thian-un Lie Seng yang merah seperti bara, juga dipantang lebar dan mengeluarkan asap warna merah yang menyambar
kearah dada Lim Tiang Hong.
1620 Diiain pihak, Tiat-hud Kana dan Tang Ang, masing2
pada bergerak dari kiri dan kanan memegat jalan
mundur Lim Tiang Hong. Orang2 itu semua merupakan orang2 kuat dari
kalangan hitam, yang sudah kesohor namanya, tapi kali ini dengan tidak menghiraukan nama dan kedudukannya masing2, telah mengeroyok seorang dari tingkatan
muda, semuanya memang sudah direncanakan lebih
dulu. Cara bertempur dan serangannya yang sedemikian ganas, dapat diketahui bahwa orang2 itu tidak gampang2
dilayani. Lim Tiang Hong yang dikepung dari berbagai sudut
dan semua jalaa mundur sudah tertutup rapat maka
dalam keadaan demikian, ia tidak bisa banyak pikir lagi.
Dengan sepenuh kekuatan tenaganya, ia menyambut
setiap serangan yang dilancarkan oleh musuh2nya.
Tiba2 ia bersiul nyaring, badannyu lalu melesat
setinggi 3 tombak. Ditengah udara ia berputaran sejenak, lalu melayang turun kearah tanah lapang kosong,
berbareng dengan itu, ia lantas berkata dengan suara nyaring: "Aku sudah tahu, Sin-suan Cu-kat pasti adalah 1621
kalian kawanan penjahat ini yang melukai, sekarang si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie kalian bawa kemana?"
Lalu terdengar jawabannya Tee-un Sun Lee: "Si
Pengemis Mata Satu dan Yan-jie" Mereka siang2, sudah pergi menemui Giam lo-ong, mungkin mereka sekarang sedang menantikan kedatanganmu! Hi, hi...."
Si orang she Sun ini meski badannya gemuk seperti gentong, namun gerak geriknya gesit sekali, sebab baru saja Lim Tiang Hong melayang turun ketanah si gendut itu sudah lantas berada di hadapannya.
"Kau kawanan orang jahat yang sangat kejam, aku
menghendaki jiwamu!" Teriak Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangannya lantas bergerak
mengeluarkan serangan sangat hebat.
Dengan tergopoh-gopoh Tee-un angkat tangannya,
menyambuti serengan Lim Tiang Hong.
Kedua kekuatan lalu saling beradu, segera
terdengar suara seruan tertahan dari mulutnya Tee-un.
Badannya yang seperti gentong nampak sempoyongan
sampai 4-5 tindak, parasnya pucat seketika, jelas bahwa ia telah terluka parah dalamnya.
1622 Lim Tiang Hong cuma bergoyang sebentar
badannya, sudah bisa berdiri tegak lagi. Ia yang saat itu sudah kalap, benar2 setelah memukul mundur Tee-un.
Dengan tanpa ampun lagi, ia maju lagi sambil putar tangannya hendak habiskan jiwanya si gendut gemuk itu.
Tiba2 terdengar suara bentakan saling susul.
"Bocah, kau kejam sekali...."
Dengan kecepatan bagaikan kilat 4 bayangan orang
pada datang menerjang padanya.
Berbarang dengan itu, juga terdengar suara "Bang!
Bang! Bang!" berkali-kali.
Lim Tiang Hong yang dihujani serangan begitu
gencar, segera lompat melesat sejauh 8 kaki.
Thian-un Lie Seng perdengarkan suara ketawanya
yang aneh, lalu memberi komando kepada kawan2nya, untuk mengepung pula dirinya Lim Tiang Hong.
Tiat-hud Kana menghunus senjata kebutan besinya,
lalu berkata sambil menuding Lim Tiang Hong: "Kabarnya di lembah Hong-hong Pit-kok kau telah menemukan
pengalaman gaib yang tidak sedikit. Jika kau mau
menyerahkan nyalinya naga yang sudah membatu itu
kepada Pocu kita, Hudya-mu nanti akan ampuni jiwamu"
1623 Lim Tiang Hong barusan menyambuti serangan 4
orang itu, dadanya masih dirasakan sakit. Ia coba paksakan diri, mengawasi 4 orang itu. Ia merasa bahwa untuk menghadapi 4 kawanan iblis itu sesungguhnya bukan soal mudah. Kini setelah mendengar perkatannya Tiat-hud Kana, baru tahu bahwa kedatangan mereka itu kiranya menghendaki barang pusakanya yang didapatkan dari lembah Hong-hong Pit-kok.
Diam2 ia merasa geli, kemudian sambil ketawa
terbahak bahak ia berkata: "Menurut apa yang tersiar dalam kalangan kang-ouw, Hong-lui-po itu adalah sangat rahasia dan hebat sekali pengaruhnya, tidak tahunya hanya satu persekutuan dari kawanan berandal saja.
Sekarang tuan mudamu boleh beritahukan pada kalian kawanan berandai dari Hong-lui-po, bahwa aku si orang she Lim bukannya itu manusia lemah yang boleh kalian bunuh secara mudah seperti kambing" Kalau kalian
mempunyai kepandaian, silahkan maju semua!"
Kegusaraanya si pemuda yang sudah memuncak,
telah membuat perasaannya me-luap2 hingga suaranya sampai gemetaran. Dengan senjata serulingnya
1624 dilintangkan didepan dadanya, ia mengawasi semua
musuh2nya dengan mata beringas.
Tiat-hud Kana merupakan seorang yang sifatnya
paling beringasan diantara Sam-koay itu, meski ia tahu bahwa sipemuda itu bukan seorang sembarangan, tapi dengan mengandalkan kekuatannya Sam-koay, serta
bantuan dua manusia yang mendapat julukan "penyebar penyakit" dari daerah perbatasan antara In-lam dan Burma. maka ia sudah anggap pasti bahwa kemenangan tentu berada di pihaknya.
Oleh karenanya, hatinya juga semakin besar.
Dengan matanya yang sipit ia mengawasi dirinya Lim Tiang Hong, kemudian sambil membentak keras lantas maju menerjang, sedang senjata kebutan besi
ditangannya yang mengeluarkan sinar hitam, dengan beruntun melancarkan 21 kali serangan.
Serangannya itu dilakukan demikian gencar, seolah olah tidak mau memberikan kesempatan bagi lawannya untuk bernapas.
Lim Tiang Hong berdiri tegak ditengah-tengah
kepungan mereka. Walaupun diserang demikian sengit dan hebat, tapi agaknya tidak menghiraukan sama sekali 1625
serangan Tiat-hud Kana, dengan secara lincah ia
menghindarkan setiap serangan musuhnya dan setelah menantikan kesempatan sampai kekuatan tenaga "dalam"
Tiat-hud Kana sudah sampai dipuncaknya, ia baru geser kakinya untuk singkirkan dirinya agak jauh dari ancaman serangan musuhnya, kemudian senjata seruling emas ditangannya diputar demikian rupa untuk membendung senjata musuhnya.
Begitu melihat Lim Tiang Hong sudah bergerak
memberi perlawanan, Tan Ang, si kera lengan panjang dan Thian-un Lie Seng yang masing2 berdiri ditiga sudut, juga lantas bergerak hampir dengan waktu berbarengan, bantu kawannya melakukan serangan kepada Lim Tiang Hong dari tiga jurusan.
Dalam waktu sebentaran saja, Lim Tiang Hong
sudah terkurung dalam hembusan angin dan kepalan
tangan serta senjata tajam.
Empat manusia aneh itu, dulunya pernah menjagoi
di masing2 daerahnya sendiri. Dan kini 4 iblis itu telah bergandengan tangan hanya menghadapi seorang
musuh, sudah tentu beranggapan pasti bisa merebut kemenangan.
1626 Buat pihaknya Lim Tiang Hong, 4 iblis itu
merupakan lawan yang berat juga, ia pun merasakan tekanan hebat dari 4 musuhnya itu.
Dalam keadaan demikian, tangan kanannya Lim
Tiang Hong menggunakan senjata seruling emasnya dan tangan kirinya untuk melawan mati-2an terhadap
musuh2nya yang ganas itu.
Seruling emasnya merupakan senjata yang luar
biasa. Senjata itu diputar demikian rupa, sehingga mirip dengan seekor naga yang beterbangan di tengah udara, emasnya mengeluarkan sinar ber-kilau2an hingga
menyilaukan mata musuh2nya dan hembusan anginnya
yang dibantu dari hembusan kekuatan tenaga dalam dari tangan kirinya, telah menimbulkan suatu kekuatan hebat, hingga sebentar2 terdengar suara menderu-deru.
Karena setiap orang merupakah tokoh2 terkuat dari kalangan kang-ouw, maka setiap serangan yang
menggunakan kekuatan tenaga dalam, nampak makin
lama makin seru dan cepat, sehingga menimbulkan angin yang membuat tanah dan pepohonan disekitar tempat pertempuran itu pada beterbangan dan tumbang.
1627 Pertempuran yang jarang ada itu, terus
berlangsung sampai satu jam lebih lamanya. Serangan yang dilancarkan oleh setiap orang, sedikitnya ada 300
jurus lebih. Ilmu serulingnya Lim Tiang Hong sudah dikeluarkan bolak balik sampai 8 kali banyaknya. Ilmu pukulan seruling itu diimbangi dengan ilmu pukulan tangan "Lui-tian-hui-huan-ciang" yang jarang digunakan, baru dapat mengimbangi musuh2nya yang jumlahnya 5 orang itu.
Namun per-lahan2 ia mulai ripuh juga, sebab
lawannya adalah merupakan tokoh2 kuat yang sudah
lama mendapat nama dikalangan kang-ouw. Maka diam2
lantas berpikir "jika terus menerus bertempur secara demikian, rasanya berabe maka aku harus menggunakan siasat untuk merubuhkan mereka...."
Karena pikirannya bekerja, maka pukulannya juga
rada kendor, sebaliknya, serangan pihak lawannya
nampak semakin hebat. Tang Ang agaknya sudah naik darah benar2, seraya
menggeram hebat ia berteriak-teriak: "Bangsat, jika bocah yang masih bau pupuk bawang seperti kau ini 1628
sampai toayamu tidak bisa membereskan, kita tidak perlu berkecimpung dikalangan kang-ouw lagi"
Sesudah itu, ia lantas keluarkan tipu silatnya yang istimewa, yang dinamakan "bayangan iblis", hingga dalam waktu sekejapan lamanya Tan Ang seolah-olah berubah menjadi bayangan yang banyak sekali jumlahnya
berputaran di sekitarnya Lim Tieng Hong. Selain daripada itu, jari tangannya juga memancarkan hembusan angin berwarna hitam, menembus sinar emas serulingnya Lim Tiang Hong.
Setelah Tan Ang mengeluarkan kepandaiannya
yang istimewa, Thian-un Li Seng juga menelad
perbuatannya sang kawan itu. Dari telapakan tangannya menghembuskan serangan makin hebat dengan
dibarengi oleh asap merah membara.
Kawanan iblis itu begitu mendapat kesempatan baik lantas membuka ofensifnya dengan berbareng, mereka ingin segera membinasakan dirinya pemuda kosen itu.
Sayang keinginan mereka itu tidak mudah tercapai, karena Lim Tiang Hong juga bukan seorang anak bawang seperti apa yang mereka anggap semula. Hanya karena barusan memikirkan suatu siasat, maka agak sedikit 1629
lengah, sehingga kesempatan itu digunakan oleh
lawannya, untuk melancarkan serangan sengit. Kini setelah mengetahui bahwa dirinya berada dalam keadaan sangat berbahaya, lalu mengerahkan seluruh
kepandaiannya ilmu seruling, setelah itu ia berkata sambil ketawa nyaring: "Kawanan iblis jahat, malam ini tuan mudamu akan suruh kalian merasakan hebatnya
ilmu silat dari Hong-hong Pit-kok"
"Ser... Ser..."
Suara hembusan angin yang keluar dari jaii
tangannya Lim Tiang Hong terdengar amat nyaring.
Seruling emasnya bergerak laksana naga terbang,
sedang jari telunjuk kirinya mengeluarkan butiran2 warna putih dengan beruntun sampai 9 kali.
Butiran2 itu adalah serupa hawa tenaga murni yang kelihatannya semacam benda butiran, tapi sebenarnya tenaga dari kekuatan hawa tenaga murni yang dipelajari oleh orang2 yang mempunyai kekuatan tenaga dalam
sudah sempurna benar2. Menggunakan ilmu serupa ini meski
menghembuskan banyak tenaga murni, tapi bagi orang yang sudah sempurna dan tinggi sekali kekuatan tenaga 1630
dalamnya, senjata serupa itu merupakan senjata yang paling ampuh dan paling sulit dielakkan.
Maka setelah Lim Tiang Hong menggunakan
ilmunya itu, dalam waktu sekejapan, keadaan lantas berubah.
Tan Ang yang sedang berputaran dengan seribu
bayangannya, mendadak mengeluarkan suara jeritan
ngeri, tubuhnya melesat mundur sampai 8 kaki jauhnya.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata ia sudah terkena serangannya butiran
hawa Lim Tiang Hong dengan telak, sehingga dibawah pundaknya berlobang dan darah bercucuran membasahi sekujur badannya.
Setelah orang kedua dari barisan Sam-koay itu
terluka, Tiat-hud Kana semakin murka, rambutnya
sampai pada berdiri sehingga mirip dengan bulu landak, matanya yang sipit menjadi merah membara.
Sambil keluarkan geraman hebat ia berseru. "Anjing cilik, malam ini apabila hudya-mu tidak bisa membikin lobang didadamu, percuma Hudyamu mendapat gelar
"Sam-kiat" (Tiga jago kuat) di Hong-lui po"
Dengan satu gerakan yang sangat gesit ia
merangsak dirinya Lim Tiang Hong. senjatan kebutan 1631
besinya diputar sehingga mengeluarkan sinar hitam, nampak mengarah kedadanya si anak muda. Gerak tipu pukulannya itu merupakan gerak tipunya yang istimewa.
Jlkalau tidak perlu sekali, jarang ia keluarkan.
Lim Tiang Hong mengetahui hebatnya serangan itu,
ia tidak berani menyambuti secara sembarangan. Dengan menggunakan ilmu mengelakkan diri Sam-sam Po-hoat, ia dapat mengelakkan serangan yang hebat itu.
Tapi baru saja menghindarkan ancamannya Tiat-
hud Kana, Thian-un Li Seng dari belakang sudah
menyerang dengan serangannya yang mengandung
hawa panas laksana bara. Lim Tiang Hong dengan menggunakan tipu pukulan
"Menyapu Jagat" serulingnya diputar menyapu ke
belakang dirinya untuk menyambuti serangan musuhnya yang licik itu.
Tiba2 ia rasakan pula sambaran angin. Si Kera
Lengan Panjang sudah mengulur lengannya yang benar2
panjang, menyambar bawah ketiak Lim Tiang Hong.
Gerakan si Kera Lengan Panjang itu benar2 luar
biasa gesitnya, sehingga bajunya Lim Tiang Kong kena kejambret dan terlobang.
1632 Lim Tiang Hong sangat gusar. Dengan tangan
kirinya, sekaligus ia menghujani serangan2 kepada musuh2nya.
Gerakan Lim Tiang Hong yang seolah-olah bagaikan
banteng kedaton, dengan kepandaian ilmu silatnya
tangan kosong dan seruling emas yang dari dua
golongan menjadi satu, membuat musuh2nya mau tidak mau diam2 mengakui keunggulannya pemuda itu,
sehingga pada lompat mundur sampai 1 tombak jauhnya.
Tepat pada saat itu, mendadak terdergar suara jeriten orang yang timbul disuatu tempat yang agaknya tidak jauh dari situ.
Dalam suasana malam yang sunyi, suara itu
kedengarannya semakin menusuk telinga dan membuat berdiri bulu roma.
Lim Tiang Hong yang sejak tadi memikirkan
keselamatannya diri si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie, tatkala mendengar suara jeritan itu, dalam hatinya diam2
merasa kaget. Dengan menggunakan kesempatan selagi lawan2nya itu lompat mundur, ia juga lantas lompat melesat, dengan gerakan bagaikan kilat ia melayang ke arah datangnya suara jeritan tadi.
1633 Thian-un Li Seng yang mengira Lim Tiang Hong
hendak kabur lantas berseru sambil ketawa terbahak-bahak: "Monyet, malam ini sekalipun kau hendak kabur ke atas langit, tuan besarmu juga akan tangkap kau kembali!"
Ucapannya itu segera dibarengi oleh gerakannya
yang cepat bagaikan kilat, mengejar dibelakangnya Lim Tiang Hong.
Perbuatan Li Seng itu segera ditelad oleh
kawan3nya termasuk Tee-un Sun Lee yang masih belum sembuh betul lukanya.
Sejak Lim Tiang Hong unjukkan muka didunia Kaog-
ouw entah berupa banyak mengalami pertempuran besar kecil, tapi selamanya belum pernah kaburkan diri dari lawan2nya.
Demikian pula keadaannya dimalam itu, meskipun
ia agak ripuh, tapi sedikitpun tidak memikirkan untuk kabur. Hanya, suara jeritan tadi telah menimbulkan perasaan kuatirnya terhadap diri Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu.
Siapa nyana dibelakang dirinya lantas dengar suara jengekannya Thian-un Li Seng yang tidak sedap
1634 didengarnya, namun ia tidak perdulikan itu semua ia masih tetap kaburkan kakinya kearah suara jeritan tadi itu
Sabentar kemudian, tibalah ia ditempat tersebut.
Ternyata itu adalah sebidang tanah kuburan tua yang morat-marit keadaannya. Di atas tanah kuburan itu nampak rebah menggeletak disana-sini bangkainya
beberapa puluh orang, diantaranya masih ada yang
merintih rintih. Baru saja ia hendak memeriksa siapa orangnya
yang menggeletak sebagai bangkai itu, mendadak
matanya dapat lihat bayangan hitam kecil langsing dengan di belakang gegernya menggendong seseorang, lari menghilang ke dalam rimba.
Dengan daya penglihatannya yang tajam, ia segera
dapat lihat bahwa orang yang berada di gendongan itu adalah seorang wanita.
Hatinya bercekat, tapi baru saja ia hendak
mengejar, ternyata sudah tidak ada kesempatan lagi!
Sebab Tiat-hud Kana dengan lakunya seperti orang gila, sudah menerjang padanya, sedang senjata kebutan
besinya sudah mengancam kepalanya.
1635 Lim Tiang Hong merasa cemas berbareng gusar. Ia
lalu angkat senjata seruling emasnya untuk menangkis serangan Tiat-hud Kana yang ganas itu dan selanjutnya ujung seruling itu diteruskan kearah dadanya Tiat-hud Kana sedang tangan kirinya juga melancarkan serangan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat
Tiat-hud Kana yang menerjang secara kalap, tidak
menduga kalau Lim Tiang Hong masih mampu
menyambuti serangannya. Setelah terdengar nyaring suara benturan kedua senjata, nampaknya agak
terkesiap. Namun belum hilang rasa herannya, kekuatan tenaga dalam yang diiancarkan oleh Lim Tiang Hong dengan tangan kirlnya sudah meluncur ke arah dadanya.
Sudah tidak ada kesempatan lagi baginya untuk
berpikir lebih jauh, terpaksa ia menyambuti dengan lengan kirinya....
"Beleduk! Beleduk!"
Setelah suara beradunya kedua kekuatan terdengar
nyaring, lalu disusul dengan suara "Crat... Peletak!"
Sambil berkaok kaok, Tiat hud Kana badannya
terlempar kembali sampai 3 tombak jauhnya. Setelah itu 1636
masih mundur sempoyongan sejauh 5 tindak, sedang
tangan kirinya nampak melesot ke bawah
Ternyata dalam mengadu kekuatan itu,
pergelangan tangan Thian-hud Kana telah patah
tulangnya hingga wajahnya pucat pasi dan keringat dingin mengucur deras saking menahan rasa sakit yang sangat hebat.
Lim Tiang Hong sendiri juga merasa bergolak
dadanya, mundur 2 tindak.
Tapi belum lagi berdiri tegak, si Kera Lengan
Panjang dan sepasang manusia penyebar penyakit dari perbatasan In-lam Burma. dengan kecepatan bagaikan angin, sudah berada di hadapannya.
Dengan mengambil posisi segitiga, 3 kawanan iblis itu segera mengurung dirinya Lim Tiang Hong dan
melancarkan serangannya bertubi tubi sampai 15 kali banyaknya.
Serangan 3 orang itu dilakukan dengan tenaga
sepenuhnya dan dilancarkan demikian cepat dan ganas, hingga Lim Tiang Hong yang masih belum mendapat
kesempatan memulihkan kekuatan tenaganya hampir
saja tidak mempunyai kekuatan untuk melayani mereka.
1637 Thiau-un Li Seng dengan bangga telah ketawa
terbahak-bahak sembari berkata: "Kunyuk! sekarang aku kepingin lihat apa kau masih bisa berlalu congkak lagi?"
Diejek demikian rupa, Lim Tiang Hong lantas
kerahkan kekuatan tenaga murninya, sambil ketawa
panjang ia menjawab: "Kau jangan merasa bangga dulu, belum tentu tuan mudamu tidak mampu melawan kalian kawanan tikus!"
Setelah itu ia lantas selipkan senjata serulingnya dibelakang gegernya kedua tangannya menggunakan
ilmu Lui-tian hui-hoan-ciang, sudah menyerang
musuh2nya dengan tipu2 pukulannya yang hebat2,
hingga dalam waktu sekejapan saja sudah melakukan 18
kali serangan. Ilmu pukulan dengan menggunakan tangan kosong
itu memang benar2 sangat hebat, sekalipun batu besar, apabila digempur dengan ilmu pukulan itu lantas menjadi hancur lebur, apalagi badan manusia.
Maka setelah Lim Tiang Hong menggunakan tipu
pukulannya itu, lantas terdengar suara jeritannya Tee-un Sun Lee yang belum sembuh betul dari lukanya. Orang she Sun itu tersapu oleh hembusan angin yang keluar 1638
dari tangannya Lim Tiang Hong, walaupun demikian, tubuhnya yang gemuk seperti balon sudah terpental sejauh 2 tombak lebih dan mulutnya mengeluarkan
darah. Thian-un Li Seng yang menyaksikan saudaranya
telah rubuh, lantas menjadi kalap, sambil ulur tangannya ia menggeram: "Kunyuk! tuan besarmu akan adu jiwa dengan kau"
Setelah itu ia lalu melancarkan serangan dengan
beruntun, dan setiap serangannya selalu mengarah jalan darah terpenting di anggota badan Lim Tiang Hong
barusan telah menngerahkan kepandaian dan
kekuatannya, dalam waktu segebrakan saja sudah
berhasil merubuhkan dirinya Tee-un Sun Lee. Namun ia sendiri juga sudah tersengal-sengal, Dadanya dirasakan sudah menggolak, napasnya membiru, maka ketika
didesak demikian rupa oleh Thian-un Li Seng, ia terpaksa mundur sampai 7-8 kaki jauhnya.
Si Kera Lengan Panjang yang melihat ada
kesempatan baik, lalu ulur lengannya yang panjang, menyerang Lim Tiang Hong dari setiap jurusan.
1639 Si Kera Lengan Panjang ini merupakan anggota
termuda dalam barisan Sam-koay, juga merupakan orang yang paling sukar dilayani. Kekuatan tenaganya sangat besar, sifatnya sangat kejam dan buas.
Ilmu mengelakkan diri Lim Tiang Hong yang
dinamakan Sam-sam Po-hoat, meski luar biasa dan
sudah tidak ada tandingannya, tapi oleh karena ia sudah bertempur hampir semalam suntuk, sudah tentu merasa lelah. Dengan demikian, sudah tentu gerak kakinya mulai agak kendor.
Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng
dalam barisannya yang semula terdiri dari 5 orang, tapi kini hanya tinggal 3 orang sifat mereka yang memang sangat buas, kini bertambah buas lagi.
Mereka menggeram tidak hentinya, tangan mereka
terus melancarkan serangan secara kalap, hingga
menimbulkan hawa dingin den panas, yang mengurung dirinya Lim Tiang Hong.
Sembari melawan, Lim Tiang Hong hatinya terus
berpikir, sebab sampai pada saat itu, ia masih belum tahu benar, apa sebabnya mereka itu mengerubuti
1640 dirinya dan agaknya sudah bertekad hendak
membinasakan dirinya. Ia anggap bahwa yang paling penting ialah
selekasnya supaya ia dapat mencari dirinya si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie.
Tapi, serangannya dari lawannya itu, hampir
membuat ia tidak dapat kesempatan untuk loloskan diri.
Dalam cemasnya ia lantas membentak dengan suara
keras: "Jika kalian masih tidak mau tahu gelagat, jangan kalian sesalkan kalau siauwyamu nanti turunkan tangan kejam!?"
"Ucapanmu ini untuk menggertak siapa" lihat
serangan!" jawabnya Thian-un Li Seng sambil ketawa dingin.
Setelah itu, ia lalu putar tangannya yang besar,
kembali melancarkan serangan bertubi-tubi.
Lim Tiang Hong sambuti serangan itu sambil
ketawa dingin, selagi hendak balas menyerang,
mendadak dari jauh terdengar suara bentakan orang:
"Berhenti!" Berbareng dengan itu, di dalam medan
pertempuran itu tiba2 muncul dirinya seorang
1641 pertengahan umur itu berbadan tinggi besar. Berpakaian baju kulit warna merah sawo dan bertopi warna merah.
Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng,
belum melihat datangnya orang tersebut, segera tarik mundur serangannya, kemudian lompat mundur dan
memberi hormat kepada orang tersebut seraya berkata:
"Kami berdua menjumpai Suncu!"
Orang tinggi besar itu yang ternyata salah satu
Suncu (nama suatu jabatan). Sambil ulapkan tangannya lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Jika tuan masih menyayangi jiwa tuan, sebaiknya segera menyerahkan nyali naga itu kepada kita, mungkin kita masih dapat berunding mengenai hal2 yang lainnya. Jikalau tidak, susah dikata apa akibatnya!"
Lim Tiang Hong dapat menyaksikan bagaimana
sikap Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng terhadap orang itu yang demikian menghormatinya
lantas dapat menduga bahwa orang itu pasti mempunyai kedudukan tinggi dalam Hong-lui-po, namun ia tidak jeri, bahkan sebaliknya, ia ketawa terbahak-bahak kemudian berkata: "Kau siapa" Bagaimana kau berani
1642 mengeluarkan perkataan begitu besar terhadap aku"
Apakah kau kira aku akan takut dengan gertakanmu itu?"
Orang itu dengan sikapnya yang angkuh, kepalanya
mendongak ke atas dan berkata dengan suara dingin:
"Dalam Hong-lui-po ada seorang Suncu yang bernama Lui Beng, itu adalah aku. Kau sebagal seorang yang sudah lama berkecimpungan di dalam kalangan kang-ouw, tentunya juga pernah dengar itu nama"
Lim Tiang Hong gelengkan kepalanya, sambil
ketawa geli ia menjawab: "Aku belum pernah dengar itu nama, aku juga tidak mengerti apa artinya Suncu"
Orang tinggi besar itu, jabatannya dalam Hong-lui-po adalah Lam-mo Suncu, yang merupakan salah satu dari tiga Suncu. Kedudukannya tinggi sekali. Menurut peraturan dalam Hong-iui-po, jika tidak mempunyai kepandaian ilmu silat istimewa, tidak bisa menjabat kedudukan tersebut. Maka itu, ia tadinya mengira bahwa dengan menyebutkan nama dan jabatannya itu, pasti dapat membikin keder hatinya Lim Tiang Hong.
Siapa nyana Lim Tiang Hong sedikitpun tidak
pandang padanya, sikapnya Lim Tiang Hong itu, tidak ubahnya sebagai satu hinaan terbesar bagi Sancu itu, 1643
maka ia lantas delikkan matanya dengan hati
mendongkol. Sekonyong-konyong ia maju menghampiri,
tangannya bergerak menyerang Lim Tiang Hong.
Perbuatannya iiu menandakan betapa kejam dan
ganasnya Lam-mo Suncu itu, dengan tanpa memberi
peringatan lebih dulu, sudah menyerang secara ganas.
Lim Tiang Hong yang sudah tahu menghadapi
musuh tangguh, maka selalu waspada untuk menghadapi serangan yang dilakukan secara tiba2. Oleh karena itu, maka sebelum serangan Sancu itu mengenakan
sasarannya, Lim Tiang Hong sudah geser kakinya, dengan manis sekali dapat menghindarkan serangan
tersebut. Tepat pada saat itu, dari tengah udara terdengar
suara bentakan yang keras: "Kongcu silahkan mengaso dulu, biarlah aku si pengemis yang membereskan
manusia keparat itu!"
Suara itu disusul oleh meluncurnya tubuh seorang
yang segera menyambuti serangan Lam-mo Suncu tadi.
Kedua pihak nampak mundur setindak dengan
badan sempoyongan. 1644 Lam-mo Sancu terperanjat. Ia yang selamanya
pandang tinggi kepandaiannya sendiri, apalagi selama berkelana didunia kang-ouw ia belum pernah
menemukan seorangpun yang dapat mengimbangi
kekuatannya. Ia melirik dengan matanya yang tajam, segera
dapat lihat bahwa orang yang baru muncul itu ternyata adalah seorang pengemis pincang dengan wajah penuh berewok.
Sesaat wajahnya lantas berubah, kemudian berkata
dengan suara yang mendongkol: "Hong-lui-po dengan Kai-pang (perkumpulan kaum pengemis) selamanya
belum pernah kebentrok. Kau pengemis ini, dengan hak apa kau hendak mencampuri persoalan ini?"
Pengemia pincang itu menjawab sambil ketawa
terbahak-bahak: "Aku pengemis tua adalah menjabat jabatan sebagai pengurus bagian luar dari Hong-hong-tie. Dengan berani mati kau menganggu Kongcu kita, mengapa aku tidak boleh mencampuri soal ini?"
Sebagai seorang kang-ouw kawakan, Lui Beng
sudah tentu pernah dengar nama perkumpulan Hong-
hong-tie yang sangat misterius itu dan kini ia baru tahu 1645
bahwa To-liong Kongcu itu adalah seorang kongcu dari perkumpulan yang sangat misterius dan berpengaruh itu.
Dengan ketawa sinis ia lantas berkata: "Oh! tuan
kiranya adalah pahlawan dari Hong-hong-tie yang
bergelar Cian-lie Tui-Hong Po kai (pengejar angin si pengemis pincang). Hong lui-po sebetulnya tidak ada permusuhan2 apa dengan Lim kongcu. Hanya beberapa kali ia pernah mengeluarkan ucapan sombong, yang
katanya hendak menyapu bersih orang2 yang menganut ilmu kegaiban didaerah perbatasan. Oleh karena itu, maka Pocu dari Hong-lui-po telah mengutus siauwtee datang kemari untuk mencari kebenarannya berita itu.
Dan benar saja ia ada begitu jumawa sikapnya terhadap orang2 kita"
Buat orang2 dunia kang-ouw, terhadap nama Hong-
hong-tie sedikit banyak umumnya pada menaruh rasa hormat dan jeri.
Hong-lui-po meski berada di luar daerah tiong-
goan, tapi juga pernah dengar itu nama, maka setelah si pengemis pincang itu beritahukan asal usulnya, sikapnya Lam-mo Suncu segera berubah.
1646 Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap yang
sedemikian cepatnya, lantas berkata sambil ketawa dingin: "Apakah kalian bukannya mengandung maksud hendak merampok nyali nagaku yang sudah berbatu itu"
Kenapa sekarang kau berbalik menuduh aku hendak
menjagoi rimba persilatan" Memang benar, aku si orang she Lim yang sudah terjunkan diri dalam kalangan kang-ouw dengan menganut aliran yang benar, sudah tentu mempunyai maksud hendak menyapu segala kawanan
jahat untuk menyelamatkan dunia. Jika Hong-lui-po tidak bisa mengkoreksi dirinya sendiri, ada satu hari pasti mengalami nasib akan dibersihkan".
Kalau tadi diwajahnya Lam-mo Suncu masih ada
sedikit senyuman dibibirnya, tapi kini telah berubah merah padam. Sambil ketawa dingin ia berkata:
"Sungguh sombong sekali perkataanmu itu. Aku disini dengan secara lancang sebagai wakilnya Pocu,
mengundang kau datang ke Hong-lui-po dan Hong-lui-po setiap waktu membuka pintu untuk menerima
kunjunganmu" "Disaat Hong-lui-po nanti sudah mengunjukkan
kejahatannya secara nyata itulah saatnya pula bagi aku si 1647
orang she Lim akan datang untuk membasmi kejahatan itu, kalian tunggulah saja"
"Huh.... huh...."
Sebagai jawabannya Lam-mo Suncu cuma
keluarkan suara dari hidung berulang kali, lalu ulapkan tangannya kepada kawan2nya, dalam waktu sekejapan saja, Suncu itu dengan membawa orang2nya yang
terluka sudah menghilang dari depan masa Lim Tiang Hong dan pengemis pincang.
Suatu pertempuran yang amat dahsyat, kini telah
berakhir. Lim Tiang Hong karena kuatirkan
keselamatannya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu, maka setelah Lam-mo Suncu bersama kawan2nya
berlalu, ia segera berjalan ke tempat dimana tadi kedapatan banyak bangkai. Ketika ia memeriksa orang2
yang sudah pada rebah menjadi bangkai itu, ternyata semuanya ada memakai pakaian kulit warna merah sawo dan bertopi warna merah tua. Dandanannya itu ada
serupa benar dengan dandanannya Lam-mo Suncu.
Luka2 yang membawa kematian mereka, semua
ada tanda luka dari senjata pedang, tapi ilmu pedangnya orang yang membinasakan mereka itu sesungguhnya
1648 sangat aneh dan ganas. Setiap bekas luka ada tanda palang merah, bahkan luka2 itu semuanya di bagian perut sang korban.
Ia memeriksa lama sekali, namun masih tidak dapat tahu itu ada ilmu pedang dari golongan mana, maka ia lalu berpaling dan menanya kepada si Pengemis pincang:
"Tahukah kau, ini ada ilmu pedang dari golongan mana?""
Si pengemis pincang buka matanya lebar2, otaknya


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diputar, tapi kemudian menjawab sambil gelengkan
kepala: "Ini ada serupa pedang dari golongan gaib yang sangat aneh. Dari luka2 sang korban dapat diduga, bahwa orang yang turun tangan ini ada mempunyai
bukan saja kepandaian tinggi, tapi juga kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna. Sayang aku tidak tahu ilmu pedang dari golongan mana"
Sejenak Lim Tiang Hong berdiam, kemudian dengan
tiba2 ia menanya: "Mengapa orang2 ini bisa datang secara tiba2 untuk mencari aku dengan sikap
bermusuhan" Dan bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?"
Sikapnya si Pengemis pincang itu mendadak
berubah sikapnya menjadi sungguh2, sambi! menghela 1649
napas panjang ia menjawab: "Hong-lui-po adalah satu perkumpulan atau partai terbesar di daerah See-hek (barat), di sebelah utara jalan ke gunung Thian-san, merupakan satu kerajaan besar, pengaruhnya tidak boleh kita pandang ringan. Mereka sudah lama ingin pentang pengaruhnya kedaerah Tiong-goan dan kali ini, mungkin saja ada kebetulan. Tapi menurut pikiranku, Kongcu kita sudah kebentrok dengan mereka, selanjutnya lebih baik berlaku hati2 sedikit. Cuma, kita juga tidak boleh unjukkan sikap lemah terhadap mereka. Hong-hong-tie ada mempunyai cukup tenaga untuk menghadapi
tantangan dari mana saja. Kongcu, lakukanlah semua usahamu dengan hati tabah. Jika kau anggap perlu
bantuan tenaga, kau boleh keluarkan perintah dengan tanda partaimu yang berupa binatang Kie-lin itu, setiap saat ada orang yang akan datang membantu"
Setelah itu ia ketawa terbahak-bahak, kemudian
berkata pula: "Ada kesempatan untuk menguji
kekuatannya Hong-lui-po merupakan satu kerajaan dari daerah barat itu, sesungguhnya juga merupakan satu hal yang menggembirakan hati!"
1650 Kemudian sambil luruskan kedua lengannya ia
menanya: "Kongcu ada perintah apa?"
Lim Tiang Hong sambi! mengawasi bangkai2 yang
menggeletak di tanah itu sejenak, lalu berkata "Buat urusan lain, aku tidak berani memerintahkan kau, cuma ada satu hal, aku minta bantuanmu, ialah mengenai dirinya Yan-jie, putrinya Heng-lim Chun-loan dan si Pengemis Mata Satu, yang sampai sekarang belum
ketahuan dimana adanya, harap kau suka segera tolong untuk mengadakan penyelidikan. Jika ada terjadi apa2
atas diri mereka, harap lekas beritahukan padaku!"
Setelah itu ia lantas menyoja dan meninggalkan si pengemis pincang itu.
(0-0dw-kz0-0) Bab 41 SETELAH berpisahan dengan si Pengemis pincang,
Lim Tiang Hong buru2 pulang kerumahnya Sin-soan Cukat.
Lukanya Sin-soan Cu-kat sudah hampir sembuh.
Hanya wajahnya yang kelihatan pucat pasi. Saat itu ia sedang mondar-mandir dipertengahan rumah dengan
1651 hati cemas. Tatkala melihat kedatangannya Lim Tiang Hong, ia lantas buru2 menanya: "Kau sudah melihat mereka atau belum?"
Lim Tiang Hong geleng2kan kepalanya, lalu
menceritakan semua pengalamannya seperginya dari
rumah. Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil menghela napas panjang. "Dengan demikian, maka selanjutnya di dunia kang-ouw akan timbul banyak urusan....".
Lim Tiang Hong mengerti apa yang dimaksudkan
dengan perkataannya orang tua itu, ialah ditujukan kepada Hong-lui-po yang hendak pentang sayapnya ke daerah Tiong-goan, tapi soal ini bukan merupakan soal yang ia ingin tahu pada saat itu, maka ia segera
memotong dan mananya: "Dengan cara bagaimana
locianpwee semalam mendapat luka?"
Dengan wajah muram dan sambil menghela napas
panjang Sin-soan Cu-kat menjawab: "Lohu adalah
seorang yang tidak berguna, sehingga timbul ini
urusan...." lalu ia menceritakan pengalamannya sebagai berikut.
1652 Kiranya malam itu Sin-soan Cukai setelah minum
beberapa cawan arak untuk menghilangkan perasaan
hatinya yang pepat, lalu masuk ke dalam kamarnya, tapi ia masih selalu terganggu pikirannya dengan adanya firasat kurang baik diwajahnya Lim Tiang Hong, yang diduga akan terjadi apa2 atas dirinya anak muda itu.
Dengan seorang dirinya keluar lagi dari kamarnya
dan menyelidiki keadaan seluruh ruangan dalam
rumahnya yang besar. Ia melongok ke dalam kamarnya Yan-jie, ternyata
masih nyala lampunya. Ia mengerti perasaannya gadis itu. karena memikiri dendam sakit hati ayahnya, hingga tidak bisa tidur. Dari luar jendeia ia memberi nasehat beberapa patah kata kepada gadis cilik itu, kemudian ia berlalu dan menuju ke kamarnya si Pengenis Mata Satu.
Dari dalam kamar si Pengemis tua itu, terdengar
suara orang mengorok hingga Sin-soan Cu-kat tahu
bahwa pengemis tua itu sedang tidur nyenyak.
Ia lalu balik lagi ke dalam kamarnya sendiri. Ia
duduk diatas kursi untuk memikirkan cara bagaimana hendak melaksanakan penuntutan balas sakit hati bagi Yan-jie.
1653 Mendadak.... Suara yang sangat halus sekali memecahkan
kesunyian suasana malam. Sebagai orang kang-ouw
kawakan, sudah tentu ia tahu apa artinya suara
demikian. Diam2 ia terkejut dan berkata kepada diri sendiri. "Benar2 ada urusan...?"
Serentak ia berbangkit, tapi selagi hendak
melompat keluar dari iubang jendela, mendadak dapat lihat berkelebatnya bayangan manusia, Tiat-hud Kana dari Hong-lui-po, seolah-olah bayangan setan sudah melayang masuk kedalam kamarnya, dengan suara
dingin ia rnenanya, "To-liong Kongcu yang baru2 ini menggegerkan dunia kang-ouw, apakah berdiam
dirumahmu?". "Sahabat, kau ini siapa" Dan apa perlunya mencari dia?"
"Yaya mu adalah salah satu dari 3 jago di Hong-lui-po. Nama gelarku adalah Tiat-hud Kana. Apa maksudnya aku mencari dia, ini bukan urusanmu. Aku hanya
menanya padamu: Dia berdiam dirumahmu atau tidak?"
Sin-soan Cu-kat adalah seorang kang-ouw ternama,
sudah saja tidak sudi dihina demikian rupa. Tapi tatkala 1654
mendengar disebutnya nama Hong-lui-po, dalam hatinya diam2 juga terperanjat. Walaupun demikian, ia toh tidak mau mandah digertak begitu saja. Maka ia lantas
menjawab: "To-liong Kongcu Lim siauwhiap, memang
benar pernah datang ke pondokku ini tapi dimana
adanya dia sekarang, aku tidak tahu. Kalau kau ada urusan apa2, boleh kau tinggalkan pesan kepada lohu saja, nanti aku sampaikan padanya!"
Tapi Tiat-hud Kana berkata sambi! ketawa dingin.
"Kau ada orang macam apa?"
Dan dengan tidak diduga-duga, ia lantas sodorkan
tangannya. Dari telapakan tangannya mengeluarkan
kekuatan yang mengandung hawa dingin, meluncur
keluar menyerang Sin-soan Cu-kat.
Kedua orang yang berdiri berhadapan dalam
sejarak kira2 3 kaki itu. Walaupun Sin-soan Cu-kat adalah seorang kang-ouw kawakan, tapi juga tidak menduga kalau orang dihadapannya yang diperlakukan secara sopan itu bisa mengeluarkan serangan secara curang.
Dalam gugupnya ia terpaksa menyambuti dengan
tangannya, tapi ternyata sudah terlambat, serangan itu mengenakan dengan tepat dibagian dadanya, hingga
1655 mulutnya menyemburkan darah segar dan tubuhnya
lantas rebah tidak ingat orang lagi.
Setelah mendengar penuturan itu, Lim Tiang Hong
lantas berkata sambil kerutkan keningnya. "Berdasar pengalaman boanpwee, dari 5 orang yang bertempur
dengan boanpwee itu, satu persatu merupakan orang2
kuat golongan kelas satu di dunia kang-ouw. Jika benar2
Yan-jie diketemukan oleh mereka, ada sulit sekali dapat lolos dari tangan mereka. Namun boanpwee masih
merasa sangsi, Yan-jie ada kemungkinan sudah ditolong oleh itu orang yang menggunakan ilmu pedangnya yang aneh membinasakan orang2nya Hong-lui-po dan
kemudian gendong pergi padanya. Kala itu, sebetulnya boanpwee hendak mengejar untuk menyaksikan siapa
adanya itu orang, tapi boanpwee terus dikepung oleh 5
orang dari Hong-lui-po itu, sehingga tidak bisa lepas dari tangan mereka. Sekarang setelah mendengar penuturan Locianpwee, maka boanpwee mengertilah sudah bahwa kedatangan mereka itu sudah direncanakan terlebih dahulu dan ternyata ada mengandung maksud tertentu"
"Ditinjau dari pembicaraan mereka, kedatangan
mereka itu kalau bukan secara sengaja mencari setori, 1656
tentunya ada orang yang mengogok-ogok, sehingga kau dimusuhi oleh orang2 Hong-lui po"
"Perkara Hong-lui-po, untuk sementara kita tak
usah bicarakan dulu, yang paling penting pada dewasa ini ialah: dengan cara bagaimana kita harus mencari adik Yan-jie. Karena Heng-lim Chun-loan locianpwee cuma mempunyai putri satu2nya. Jika ada terjadi apa2 atas dirinya, bagaimana boanpwee nanti ada muka untuk
bertemu dengan Heng-lim Chun-loan locianpwee di alam baka?"
"Heng-lim Chun-loan semasa hidupnya, entah
berapa banyak jiwa yang pernah ditolong olehnya. Kalau Tuhan memang adil, tidak nanti sampai putrinya yang cuma satu2nya itu mendapat celaka" demikian orang tua itu menghibur Lim Tiang Hong, meski pun dalam hatinya sendiri juga merasa cemas.
Saat itu sudah jam 5 pagi, Lim Tiang Hong
mendadak berbangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi lagi. Sin-soen Cu-kat melihat diwajahnya anak muda itu masih belum sirna tanda firasat jeleknya, maka juga lantas bangun dan mencegah padanya sembari
berkata: "Kau sudah bertempur hampir semalam suntuk, 1657
mengasolah sebentar dulu, nanti setelah terang tanah aku akan pergi bersama-tama kau"
"Boanpwee tidak merasa letih. Jika boanpwee tidak mengejar waktu, jiwa adik Yan-jie nanti sangat
berbahaya." Sin-soan Cu-kat tetap mencegah dengan berkata:
"Mati atau hidupnya sesuatu orang, sudah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menolong orang, tidak perlu mengejar waktu dengan tanpa menghiraukan
keadaan badan sendiri"
Ia tarik dirinya anak muda itu ke dalam ruangan
lagi, tepat pada saat itu, dari luar kedatangan seseorang, dengan jalan sempoyongan orang itu berseru: "Pengemis tua malam ini benar2 mengalami nasib sial!"
Berbareng dengan itu, lantas muncul dirinya si
Pengemis Mata Satu. Dengan napas tersengal-sengal, bajunya yang banyak tambalan, kelihatan robek disana sini, bahkan masih ada tanda darah yang mengalir
ditubuhnya. Dapat diduga bahwa pengemis tua itu
malam itu tentu habis melakukan pertempuran hebat.
Lim Tiang Hong segera menubruk padanya sembari
menanya: "Lo-koko, kau terluka?"
1658 "Bukan cuma terluka saja, kalau bukan itu pelajar miskin Tiat-hie Sie-seng yang diam2 memberi bantuan, jiwaku barangkali siang2 sudah melayang keakhirat"
Sin-soan Cu-kat yang kuatirkan keselamatan Yan-jie buru2 menanya: "Apakah kau tidak lihat Yan-jie?"
"Menurut keterangan Tiat-hie Sie-seng, dia sudah
ditolong oleh seorang wanita berkedok yang mempunyai kepandaian ilmu pedang istimewa anehnya. Ia tidak kenal dengan wanita itu, juga tidak tahu dari golongan mana dan apa maksudnya menolong dirinya Yan-jie?".
Bicara sampai disitu, mulutnya sudah
menyemburkan darah hitam dan badannya rubuh diatas kursi.
Lim Tiang Hong buru2 mengeluarkan sebutir pil
Soat-som-wan dan dijejalkan dalam mulutnya seraya berkata: "Lo-koko, kau jangan banyak bicara dulu, tentramkanlah pikiranmmu!"
Hakekatnya, saat itu si Pengemis tua itu memang
sudah duduk bersila sambil pejamkan kedua matanya.
Untuk sesaat lamanya suasana dalam ruangan yang luas itu tampak sunyi senyap, diwajahnya ketiga orang itu nampak tegas perasaan gelisahnya.
1659 Lim Tiang Hong juga bersemedi untuk memulihkan
tenaganya, sedang dalam otaknya terus berpikir
"siapakah wanita misterius yang menggendong Yan-jie itu" Ia bawa kabur dirinya Yan-jie, dengan maksud baik atau jahat" Untuk selanjutnya, kemana harus mencari padanya?"
Sebagai manusia, Lim Tiang Hong tidak terluput
dari gangguan perasaan kemanusiannya. Buat ia,
disamping Yu-kok Oey-eng, Yan-jie ada merupakan
kawan perempuannya yang terdekat dan erat
hubungannya dengan ia. Ia ada mempunyai kewajiban untuk melindungi dirinya gadis cilik itu. Disamping itu, dalam hatinya diam2 juga tumbuh suatu perasaan aneh, tapi perasaan itu telah tertutup oleh budi pekertinya yang tinggi, namun pada satu waktu, bisa juga meledak tanpa bisa di rem perasaannya itu.
Dan setelah Yan-jie kini hilang dari depan matanya, ia baru merasa betapa pentingnya gadis itu bagi dirinya.
Dalam lamunannya, ia seolah-olah dengar ratapannya gadis itu: "Engko Hong! Engko Hong... kau ada dimana"
mengapa kau tidak datang menolong diriku"
Lekaslah....!" 1660 Angin dingin meniup, hingga membuat ia segera
tersadar dari lamunaanya, ternyata cuaca sudah menjadi terang. Ia lantas berbangkit dari tempat duduknya, kala itu ternyata si Pengemis Mata Satu sudah sembuh
luka2nya dan sedang berbicara dengan Sin-soan Cu-kat.
Ia buru2 menghampiri dan berkata kepada mereka.
"Cu-kat locianpwee, marilah kita lekas berangkat!"
"Boleh juga, tapi barusan setelah kita berdua
mengadakan perundingan, kita anggap lebih baik kita mencari secara berpencaran. Kau boleh minta
bantuannya orang2 dari Hong-hong-tie, sedangkan kita boleh minta bantuannya golongan Kay-pang (pengemis).
Begitu dapat kabar, satu sama lain boleh segera
menyampaikan kabar itu"
Lim tiang Hong yang sebenarnya tidak begitu suka
berjalan ramai2, maka ia segera menyetujui usul Sin-soan Cu-kat.
Dengan demikian, mereka bertiga lantas
berpencaran mencari Yan-jie.
(0-0dw-kz0-0) TAMAT BAGIAN PERTAMA 1661 Document Outline Bagian I Daftar Isi : Jilid ke 1 Bab 1 Bab 2 Bab 3 Jilid Ke 2 Bab 4 Bab 5 Jilid ke 3 Bab 6 Bab 7 Bab 8 Jilid Ke 4 Bab 9 Bab 10 Bab 11 Jilid Ke 5 Bab 12 Bab 13 Jilid Ke 6 Bab 14 Bab 15 Bab 16 Jilid Ke 7 Bab 17 Bab 18 Jilid Ke 8 Bab 19 Bab 20 Bab 21 Jilid ke 9 Bab 22 Bab 23 Jilid ke 10 Bab 24 Bab 25 Bab 26 Jilid Ke 11 Bab 27 Bab 28 Bab 29 Jilid Ke 12 Bab 30 Jilid ke 13 Bab 31 Bab 32 Jilid Ke 14 Bab 33 Bab 34 Jilid ke 15 Bab 35 Bab 36 Bab 37 Jilid ke 16 Bab 38 Jilid Ke 17 Bab 39 Bab 40 Bab 41 TAMAT BAGIAN PERTAMA TAMU DARI GURUN PASIR (TO LIONG KENG HONG) Bagian ke II Saduran: OPA Penerbit: "SEKAR JAYA" CIMAHI
DJVU by Dewi KZ, buku sumbangan Aditya
Edit teks by Sumahan Di Tiraikasih website http://kangzusi.com dan http://dewikz.com
0 Daftar Isi : Bagian ke II Daftar Isi : Jilid ke 1 Bab 42 Bab 43 Bab 44 Bab 45 Jilid ke 2 Bab 46 Bab 47 Bab 48 Jilid ke 3 Bab 49 Bab 50 Bab 51 Jilid ke 4 Bab 53 Bab 54 1 Jilid ke 5 Bab 55 Bab 56 Bab 57 Jilid ke 6 Bab 58 Bab 59 Jilid ke 7 Bab 60 Bab 61

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jilid ke 8 Bab 62 Bab 63 Bab 64 Jilid ke 9 Bab 65 TAMAT 2 Jilid ke 1 Bab 42 Si Pengemis Mata Satu bersama Sin-soan Cu-kat
menuju ke utara dengan mengambil jalan darat, sedangkan Lim Tiang Hong menuju ke selatan.
Oleh karena Lim Tiang Hong merasa banyak berhutang budi terhadap Heng-lim Chun-loan, maka ia kepingin segera dapat menemukan kembali diri puterinya, ialah Yan-jie.
Baru saja ia keluar dari pintu kota Kim-leng-shia, mendadak dilihatnya seseorang yang lari menghampiri padanya dengan cepat sembari berseru: "Saudara Lim, sudah lama kita tidak berjumpa!"
Orang itu bukan lain daripada gadis manis dari gunung Bu-san, Sin-lie Hong-cu. Tapi saat itu wajahnya tampak muram, rambutnya kusut, agaknya sedang mengalami kejadian hebat.
"Apa kau baru sembuh dari sakit?" demikian tegur Lim Tiang Hong.
"Buat apa kau pura2 menanya?" jawabnya Sin-lie Hongcu sambil ketawa.
"Aku benar2 tidak tahu"
"Lho, ini benar2 aneh, tentang peristiwa di gunung Busan, nyata2 kau ada turut ambil bagian dengan seorang pendekar wanita, mengapa kau mengatakan tidak tahu?"
"Diwaktu belakangan ini, aku belum pernah jalan bersama-sama dengan wanita, mungkin kau sendiri yang salah lihat".
3 "Ah, kau benar2 pandai berpura-pura. Jikalau bukan kau, siapa yang sudi memberi bantuan kepada orang2
gunung Bu-san yang tidak dikenalnya dengan menanggung resiko akan dimusuhi oleh pihak Hong-lui-po?"
"Hong-lui-po....?" Lim Tiang Hong mendadak berseru,
"apakah Hong-lui-po melakukan serangan terhadap gunung Bu-san?"
"Duabelas Hongcu banyak yang terluka atau binasa, sedang anak buahnya sebagian besar binasa. Aku sendiri dalam keadaan sangat berbahaya, jikalau bukan kau yang datang memberikan pertolongan bersama seorang pendekar wanita barangkali aku saat ini sudah menjadi setan gentayangan".
"Hah! benarkah ada kejadian serupa itu" Lim Tiang Hong tertegun mendengar keterangan itu, mendadak ia mencekal lengan tangan Sin-lie Hongcu dan menanya pula:
"Hong-lui-po selamanya tidak bermusuhan dengan pihak Bu-san, mengapa mereka mendadak menyerang?"
Ditarik secara mendadak, Sin-lie Hongcu segera jatuhkan dirinya di atas pundak Lim Tiang Hong dan menjawab sambil menghela napas: "Perkara ini aku sendiri juga tidak tahu. Toako Cit-seng Hongcu sudah pergi ke Ngo-thay-san mencari Khe-tek Taysu untuk merundingkan sesuatu. Menurut dugaanku, dalam peristiwa ini barangkali ada hubungannya dengan kitab wasiat Hian-hian Pit-kip".
Kemudian gadis itu dongakkan kepala mengawasi Lim Tiang Hong dan berkata pula dengan suara sedih: "Kau sesungguhnya juga terlalu, malam itu aku ber-kaok2
memanggil kau sampai tenggorokanku hampir pecah, kau menengokpun tidak. Mungkin karena disampingmu ada itu pendekar wanita, hingga tidak berani bicara kepada sahabat lamanya".
4 Sikap dan perkataan Sin-lie Hongcu terhadap Lim Tiang Hong ini seolah-olah terhadap kekasihnya, sudah tentu dapat dirasakan oleh Lim Tiang Hong. Mula ia hendak mendorong Sin-lie Hongcu supaya jangan rapatkan badannya begitu erat tapi hanya merasa tidak tega, maka akhirnya ia mendiamkan saja dan dengan suara lemah lembut ia berkata: "Orang yang malam itu memberi pertolongan kepadamu, benar2 bukan aku. Persabatan antara kita bukan cuma satu dua hari saja, kau tentunya tahu bagaimana watakku, mana mungkin aku membohongi kau".
"Eh, orang itu toh menyebut diri sendiri bagai To-liong Kongcu, bahkan aku juga melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana bisa salah".
"Baiklah! kalau kau kukuh dengan pikiranmu sendiri, anggaplah orang itu sebagai diriku"
Lim Tiang Hong mulai mendongkol, kemudian ia
anggap bahwa hal itu sebetulnya tidak perlu direcoki, maka lantas ia alihkan ke lain soal: "Gunung Bu-san sudah mengalami kejadian begitu hebat, sekarang kau hendak kemana?"
"Kini aku sudah tidak mempunyai tempat meneduh.
Orang2ku sudah hampir seluruhnya terluka atau terbinasa, maka untuk selanjutnya aku akan mengandalkan sebilah pedangku ini dengan seorang dia aku akan berkelana didunia kang-ouw".
"Apa kau tidak ingin membangun pula kekuatanmu?"
Mendengar pertanyaan demikian, Sin-lie Hongcu
mendadak perdengarkan tertawanya yang tajam "Asal aku masih bisa bernapas, aku pasti akan berusaha untuk membalas dendam. Saudara Lim, antara kita bukan 5
merupakan sahabat baru, lagi, maka aku berani berkata terus terang kepadamu, sudilah kiranya kau memberi bantuan tenaga?"
"Tentang ini....".
"'Kalau kau tidak sudi yah sudah, perlu pakai segala ini itu, duabelas Hongcu dari dari gunung Bu-san rasanya masih mempunyai kemampuan untuk melakukan
pembalasan sendiri!"
Lim Tiang Hong kerutkan keningnya, buru2 ia memberi keterangan: "Bukan aku tidak mau, melainkan pada saat ini aku sendiri sebetulnya tidak ada waktu, sebab tadi malam aku sendiri juga sedang diserang oleh orang2 Hong-lui-po.
Sin-soan Cu-kat dan Pengemis Mata Satu telah terluka dan puterinya Heng-lim Chun-loan sudah dibawa kabur entah kemana. Maka aku harus segera berusaha untuk
mencarinya kembali. Apakah persoalanmu ini boleh ditunda untuk sementara?"
Sin-lie Hongcu ketawa terkekeh-kekeh, kemudian berkata: "Kau ini benar2 masih seperti kanak2 saja. Apa kau kira Hong-lui-po itu mudah dihadapi" Aku hanya hendak berunding dengan kau dulu, nanti telah saatnya tiba, barulah kita turun tangan. Buat sekarang masih terlalu pagi untuk bertindak. Maka kau boleh legakan hatimu, carilah adik Yan mu lebih dulu!"
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, lalu menanya pula:
"Apakah orang2 Hong-lui-po sudah bawa kabur nona Yan-jie?"
"Bukan orang Hong-lui-po, melainkan seorang wanita berkerudung yang pandai menggunakan pedang".
"Wanita berkerudung....?".
6 "Ya, seorang jago dari cabang lain yang mahir sekali dengan ilmu pedangnya yang aneh".
"Coba kau terangkan, bagaimana aneh ilmu
pedangnya?" "Semua korban yang terbunuh, dibagian perutnya terdapat tanda guratan luka yang seperti gambar salib".
"Aaaa! apa mungkin dia?"
"siapa?" "Aku hanya men-duga2 saja, betul dia bukan, aku masih belum dapat memastikan".
"Coba kauceritakan".
"Orang itu adatnya luar biasa, ia suka membunuh orang secara sembarangan. Sekarang ini aku belum dapat memastikan, betul dia atau bukan, maka sebaiknya kau tidak perlu tahu, supaya kau tidak usah menghadapi musuh tangguh lagi".
Oleh karena nona itu tidak mau memberi keterangan, maka Lim Tiang Hong juga tidak perlu mendesak. Ia segera angkat tangan memberi hormat dan hendak melanjutkan perjalanannya.
Sin-lie Hongcu segera menarik tangannya berkata: "Kau hendak kemana?"
"Aku hendak mengumpulkan orang2 Hong-hong-tie
dengan menggunakan tanda kepercayaan Kie-lin-leng untuk mencari Yan-jie".
"Perlu apa begitu repot" Mari aku antar kau coba2
mencari orang aneh itu, tapi kau harus menurut aku, jangan bertindak sembarangan".
7 "Boleh juga". Selanjutnya, kedua muda mudi itu lalu berjalan bersama-sama untuk mencari wanita berkerudung yang mahir ilmu pedang aneh itu.
Sin-lie Hongcu sejak kedudukannya digunung Bu-san diserang oleh orang2 Hong-lui-po, batinnya mendapat pukulan hebat, hingga setiap hari selalu murung saja. Lim Tiang Hong yang berhati mulia dan berjiwa agung, ia merasa sempatik terhadap kawannya itu, maka ia coba menghiburnya: "Harap kau jangan terlalu memikirkan persoalan gunung Busan itu. Orang2 Hong-lui-po yang perbuatannya begitu buas dan kejam, pasti akan menimbulkan kemarahan rimba persilatan. Nanti setelah aku dapat menemukan Yan-jie kembali, segera
mengumpulkan orang2 Hong hong-tie, untuk membereskan orang2 itu".
"Aku haturkan banyak2 terima kasih atas kesediaanmu dalam soal ini. Toako Cit-seng Hong cu sudah membuat satu rencana, nanti setelah tiba saatnya kita rundingkan lagi".
Dalam perjalanan dua muda mudi itu seolah-olah lakunya sepasang merpati. Sin-lie Hongcu yang sudah 'jatuh hati' terhadap Lim Tiang Hong, selama berjalan bersama-sama itu, ia semakin merasakan nikmatnya dan hangatnya persahabatan itu. Berbareng dengan itu, dalam hatinya juga timbul semacam perasaan yang ia belum pernah rasakan seumur hidupnya.
Sebagai putrinya seorang pemimpin suatu golongan persilatan, sejak ayahnya meninggal dunia, dalam usia masih muda ia sudah beroleh....
8 Halaman 10 dan 11 tidak ada (dwkz)
.... nya Hong-lui-po, sebaiknya kau jangan coba2 turut campur tangan!" demikian kata laki itu dengan suara dingin.
"Suruh mereka hentikan serangannya...." berkata Sin-lie Hongcu dengan keren.
Laki2 itu mendadak ketawa terbahak-bahak. "Dengan hak apa kau saruh aku hentikan serangan mereka" Apa kau andalkan parasmu yang cantik itu, ataukah papan merk partaimu!"
"Pui! manusia rendah!"
Cepat bagaikan kilat, Sin-lie Hongcu segera melakukan serangan bertubi-tubi terhadap laki2 codet itu.
Karena ia mengetahui sedang berhadapan dengan orang-orang yang merupakan musuh besarnya, maka ia
menyerang sangat bernafsu sekali. Ia kepingin segera membikin mampus semua kawanan manusia biadab itu.
Laki-laki codet itu memang menjadi pemimpin dari rombongan orang-orang berpakaian kulit itu. Ia bernama Thio Cit, sifatnya kejam ganas dan sangat jumawa. Maka ketika dihujani serangan oleh Sin-lie Hongcu, bangkitlah sifat keganasannya, dengan suara bengis ia membentak:
"Perempuan hina, tidak kusangka kau begini galak!"
Ia segera ulur tangannya yang besar dan berbulu, untuk menyambuti serangan Sin-lie Hongcu.
Sin-lie Hongcu yang mendapat didikan langsung dari ayahnya sendiri, hampir mewariskan seluruh kepandaian ayahnya. Kepandaian dan kekuatannya hanya di bawah 9
Cit-seng Hongcu seorang saja. Serangan2nya yang dilancarkan dalam keadaan murka, jauh lebih hebat daripada waktu2 biasasanya. Maka meski Thio Cit terhitung orang kuat, juga tidak berdaya sama sekali, berulang-ulang ia harus keteter mundur.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu juga sudah tiba dimedan pertempuran, segera dipapaki oleh dua laki2
lainnya, dengan suara garang dua laki2 itu menggertak:
"Lekas mundur, apa kau cari mampus?"
Lim Tiang Hong tidak hiraukan mereka. Dengan sorot mata dingin ia mengawasi dua laki2 itu secara bergiliran, kemudian sambil tudingkan tangannya ia berkata kepada 4
laki2 yang mengepung dua muda mudi itu. "Berhenti!
kalian dengan mengandalkan kekuatan orang banyak untuk merebut kemenangan, apakah itu ada perbuatannya orang gagah?"
Empat laki2 yang sudah akan merubuhkan lawannya itu, mendadak dengar suara Lim Tiang Hong, dengan serentak pada menengok, segera dapat lihat seorang pemuda yang nampaknya seperti bangsa anak sekolahan, yang tidak bertenaga. Maka lantas menjawab sambil ketawa terbahak-bahak: "Ada lagi orang yang hendak
mengantarkan jiwa" Empat orang itu menyerang semakin gencar, sama sekali tidak menghiraukan perkataan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong gusar. Dengan tanpa banyak bicara ia menyerbu ke dalam kalangan. Sesaat cuma kalihatan berkelebatnya bayangan orang, dalam medan petempuran itu lantas terdengar suara jeritan. Lalu disusul oleh terbangnya dua bayangan orang yang melesat tinggi seolah-olah bola ditendang, kemudian jatuh meluncur keluar kalangan sambil keluarkan jeritan ngeri.
10 Selanjutnya terdengar pula dua kali seruhan tertahan, sisanya orang yang bertempur tadi, juga mundur sempoyongan sambil mengeluarkan darah dari mulutnya.
Di dalam kalangan tampak Lim Tiang Hong berdiri tegak dengan sikap tenang, se-olah2 tidak pernah terjadi apa apa.
The Hong dan Gouw Hong Eng yang sedang bertempur sengit melawan 4 lawan tangguh sudah tentu tidak perhatikan kedatangan Lim Tiang Hong. Mereka cuma melihat berkelebatnya satu bayangan orang yang meluncur ke dalam medan pertempuran, kemudian 4 lawannya telah dibikin kucar-kacir, mereka baru tahu apa yang telah terjadi, maka buru2 maju memberi hormat untuk menghaturkan terima kasih.
"Kita sama2 sahabat dalam dunia kang-ouw, sekedar memberi bantuan, itu sudah seharusnya. Buat apa saudara sekalian berlaku begitu merendah" berkata Lim Tiang Hong sambil tersenyum.
Pada saat itu, Thio Cit yang sedang dicecar oleh Sin-lie Hongiju, sudah dapat lihat 4 kawannya dibikin rubuh oleh Lim Tiang Hong. Ia lalu meninggalkan lawannya dan menghampiri Lim Tiang Hong, kemudian menegur dengan suara keras: "Hai, bocah, kau berani bermusuhan dengan orang2 dari Hong-lui-po, beranikah kau sebutkan namamu?"
"Tuan mudamu ini adalah To-liong Kongcu Lim Tiang Hong, aku hendak meminjam mulutmu untuk
menyampaikan pesanku kepada cu-kongmu. Suruh dia jangan mimpi terlalu muluk, kalau dia berani ulurkan tangannya yang kotor kedaerah Tiong-goan, itu berarti mencari kehancurannya sendiri".
11 Mendengar jawaban itu, sekujur badan Thio Cit lantas gemetaran, wajahnya mengunjukkan perasaan kaget.
Dengan suara gemetar ia berkata pula: "Kau.... kau.... kau adalah To-liong Kongcu"''
"Aku kira, dikolong langit ini tidak ada keduanya".
"Baiklah! dengan memandang kau, hari ini kami
mengaku kalah, tapi dikemudian hari, kau inti akan tahu sendiri bahwa Hong-lui-po itu bukanlah orang
sembarangan". Sehabis mengucap demikian, ia lantas lompat melesat menghilang ke dalam rimba.
Thio Cit sebetulnya bukan seorang yang gampang mau menyerah kalah, cuma oleh karena nama Lim Tiang Hong sudah dikenal baik oleh orang-orang Hong-lui-po, semua pandang padanya sebagai musuh besar yang paling tangguh, maka sangat berhati-hati karenanya, terpaksa ia menahan perasaan gusarnya.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya Thio Cit sambil ketawa dingin.
Pada saat itu, Sin-lie Hongcu juga sudah sampai disitu, iapun menyaksikan bagaimana secara mudah pemuda kekasihnya itu merubuhkan serta membikin kabur dirinya Thio Cit yang galak dan ganas, dalam hatinya merasa girang dan kagum. Dengan tanpa sadar ia sudah rapatkan dirinya kepada pemuda gagah itu
Lim Tiang Hong tidak perhatikan itu semua, sambil mengawasi The Hong ia menanya "Saudara hendak
kemana" Mengapa bisa kebentrok dengan kawanan
manusia jahat itu?" 12 Sambil ketawa getir dan gelengkan kepala The Hong menjawab: "Pada suatu hari tatkala aku berjalan melalui gunung Tiong-thiauw-san, secara kebetulan, aku dapat kabar tentang maksud Hong-lui-po hendak melalakukan serangan terhadap Heng-san-pay. Kala itu aku ingin segera memberitahukan berita itu kepada Heng-san-pay, tidak nyana malam itu lantas diserang oleh kawanan orang jahat itu. Jika saudara Lim tidak datang memberi pertolongan, malam itu aku barangkali akan binasa digunung Tiong-thiauw-san. Hari ini aku bersama sumoay datang kemari, maksudnya juga hendak memberi kabar kepada Lam-gak-koan, yang juga sedang diincar oleh Hong-lui-po. Tidak nyana orang2 Hong-lui-po ini selalu membayangi aku dan mengejar aku sampai disini. Untung saudara Lim kebetulan lewat disini, hingga untuk kedua kalinya menolong jiwaku dan jiwa sumoay"
Kemudian ia balas menanya: "Apakah saudara Lim juga hendak ke gunung Lam-gak?"
Lim Tiang Hong dengan tenang mendengarkan
penuturan The Hong, namun dalam hatinya diam-diam merasa heran, maka ia lantas menanya: "Dalam waktu belakangan ini, siauwtee belum pernah melakukan perjaianan kegunung Tiong-thiauw-san, bagaimanakah sudara The dapat berkata bahwa aku ada memberi pertolongan kepada saudara?"
"Sekalipun siauwtee sudah linglung, juga tidak sampai begitu gila, siauwtee telah melihat dengan mata kepala sendiri, apakah bisa salah" Apalagi kala itu sudara Lim pernah berkata kepada mereka: "aku adalah To-liong Kongcu yang namanya telah menjadi buah tutur ramai dalam kalangan kang-ouw, kalau kau hendak menuntut balas, 13
setiap waktu kau boleh mencari aku" Mungkin saudara Lim masih ingat ucapanmu sendiri itu?"
Kembali ada orang yang menggunakan namanya! Tapi ia tidak menyangkal dan alihkan pembicaraannya kalian soal: "Ini benar2 aneh, pada waktu belakangan ini, apa sebab Hong-lui-po selalu menimbulkan urusan" Apa pula sebabnya mereka hendak menyerang Heng-san-pav?"
"Heng-san-pay dewasa ini mendapat giliran sebagai pemegang panji persekutuan enam partai besar golongan Hian-bun. Menyerang Heng-san-pay berarti memberi pukulan kepada enam partai besar yang bersangkutan"
"Siapa yang menjadi pemimpin Heng-san-pay pada dewasa ini?"
"Heng-san Gek-siu, suheng Lam-gak Koancu"
"Dalam perjalanan siauwtee ini sebetulnya ada urusan yang sangat penting sekali, tapi untuk kepentingan seluruh partai Hian-bun, tidak apalah kalau siauwtee ambil jalan memutar melalui gunung Lam-gak".
"Kalau sudara Lim sudi berjalan bersama-sama, ini benar2 merupakan keberuntungannya enam partai
golongan Hian-bun tersebut".
"Ah, saudara terlalu memuji tinggi diriku".
Sin-lie Hongcu yang sejak tadi berdiri mendengari lantas nyeletuk: "Waktu telah mendesak, apakah kalian tidak bisa bicara sembari berjalan?"
"Kalau begitu, marilah kita sekarang berangkat!"
berkata Lim Tiang Hong sambil tertawa.
The Hong melirik Sin-lie Hongcu sejenak, lalu
tersenyum. Ia rupanya telah dapat menduga bahwa Hongcu 14
wanita yang namanya sudah terkenal dikalangan kang-ouw ini, rupanya kini telah mempunyai hubungan yang agak lain dengan Lim Tiang Hong.
Tidak demikian dengan Gouw Hong Eng yang
berperasaan halus, sejak semula ia sudah merasa bahwa Sin-lie Hongcu selalu unjukkan sikap gelisah, ketika melihat Lim Tiang Hong selalu bicara dengan The Hong, tidak jarang ia memberi isyarat kepada The Hong, tapi sang suheng itu agaknya tidak mengerti perasaan sumoaynya.
Kini setelah mendengar perkataan Sin-lie Hongcu, ia juga lantas berkata: "Kami suheng dan sumoy tidak dapat berjalan cepat. Barangkali akan mengganggu perjalanan kalian berdua, maka sebaiknya kita berjalan berpisahan saja".
Dengan tanpa menunggu jawaban Lim Tiang Hong,
Sin-lie Hongcu sudah menyahut: "Begitupun baik!"
Ia lalu lambaikan tangannya sembari berkata. "Sampai kita betemu lagi digunung Lam-gak!"
Sehabis berkata, lalu keduanya bergerak melesat ke tengah udara, di tengah udara ia berputar sejenak, kemudian dengan gaya yang sangat manis melayang ke arah jalan raya.
Setiap gadis yang sedang tenggelam dalam lautan asmara, memang lebih suka berada sendirian dengan kekasihnya, supaya dapat mengutarakan isi hatinya.
Demikianlah keadaannya Sin-lie Hongcu pada saat itu, maka ia setujui usul Gouw Hong Eng untuk jalan berpencaran.
Lim Tiang Hong terpaksa mengikuti jejak Sin-lie Hongcu, setelah memberi hormat kepada The Hong dan sumoaynya, ia segera menyusul kawannya.
15 Kelenteng Lam-gak-koan sebetulnya adalah satu rumah berhala yang sepi di gunung Heng-san. Kalau bukan musim sembahyang, jarang ada orang yang datang berkunjung.
Tapi pada waktu orang-orang dari Hong-lui-po mengincar kelenteng tersebut, gunung yang sepi itu mendadak nampak sangat ramai. Berduyun-duyun manusia dari berbagai golongan berjalan menuju ke gunung tersebut.
Lim Tiang Hong yang sepanjang jalan menyaksikan orang2 itu diam2 membenarkan berita yang didapat oleh The Hong.
Ia segera percepat gerak kakinya, hingga tengah malam dihari tersebut, ia telah tiba di daerah pegunungan Heng-san.
Pada saat itu justru ada musim dingin, hawa udara sangat dingin, ketika ia dan Sin-li Hongcu menanjak ke atas gunung, tiba2 dengan suara geram yang sangat aneh dan menakutkan, kemudian disusul oleh meniupnya angin samar.
Dalam waktu gelap dan sunyi seperti itu, suara itu kedengarannya semakin menyeramkan.
Sin-lie Hongcu mendadak memeluk Lim Tiang Hong sembari berkata: "Suara apakah itu, mengapa begitu seram....".
Sambil pelembungkan dada Lim Tiang Hong menjawab:
"Ada pedang ditangan, seharusnya kita gunakan untuk membasmi segala iblis dan hantu, dan kalau baru suara begitu saja, apa yang perlu ditakuti?"
Baru saja menutup mulutnya, tiba2 terdengar suara genta yang berbunyi gencar dan nyaring...
..dwkz.. 16 Bab 43 MENDENGAR Suara itu, Lim Tiang Hong terperanjat.
"Lekas! Dikelenteng Lam-gak-koan benar saja telah terjadi apa2!"
Sin-lie Hongcu yang semula merasa seram mendengar suara tadi, kini ketika mendengar perkataan Lim Tiang Hong, semangatnya bangun dengan serentak. "Heng-san-pay sebagai pemegang panji enam partai golongan Hian-bun, sudah tentu mempunyai cukup kekuatan untuk menghadapi musuh2-nya. Sebaiknya kita lihat saja dulu, kalau rasanya tidak perlu turun tangan, kita tidak usah turun tangan".
"Sudah tentu" Pada saat itu, tiba2 tertampak berkelebatnya satu bayangan orang, dengan suaranya yang tajam dan menyeramkan. Bayangan orang itu melesat ke atas bukit.
Setelah mengadakan pemeriksaan sejenak, lalu melesat lagi ke arah lembah disebelah selatan.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan gerak-gerik
bayangan orang itu lantas berkata: "Itu adalah Lam-tao Suncu dari Hong-lui-po mari kita kejar!"
Ia lalu tarik tangan Sin-lie Hongcu dan mengejar bayangan tersebut.
Lim Tiang Hong dan Sin-lie Hongcu yang semula
berdiri di atas bukit, pendengaran mereka dibikin kabur oleh suara berisik dari binatang gunung, kini setelah turun ke dalam lembah, segala suara telah masuk ke dalam telinga mereka.
17 Kelenteng Lam-gak-koan dibangun dilereng bukit, bangunan itu cukup megah, tapi malam itu nampaknya gelap gulita.
Dalam keadaan gelap itu samar2 kelihatan beberapa bayangan orang yang bergerak, dan sinar senjata tajam nampak berkelebatan. Nyatalah bahwa dalam kelenteng itu sedang berlangsung suatu pertempuran dahsyat.
Lim Tiang Hong sudah dapat lihat, di atas lapangan depan kelenteng tersebut, ada berkumpul banyak manusia.
Diam2 ia memberi isyarat kepada Sin-lie Hongcu, kemudian secepat kilat ia melesat ke atas pohon cemara yang tinggi, dari situ ia dapat menyaksikan keadaan di bawahnya.
Lam-tao Suncu dari Hong-lui-po dengan sikap-nya yang keren, sedang memimpin serombongan orang berpakaian kulit warna merah, berhadapan dengan serombongan imam, entah apa yang mereka bicarakan.
Dalam rombongan imam itu, yang bertindak sebagai kepala adalah seorang imam tua berbadan kurus, memakai jubah panjang warna biru dan topi tinggi. Ia nampaknya sangat tenang sekali, sambil menggendong tangan ia menghadapi kawanan manusia buas itu, sedikitpun tidak nampak keder. Diduga, Imam tua ini mungkin adalah Heng-san Gek-siu yang dewasa itu sebagai pemimpin partai Heng-san-pay.
Saat itu terdengar suara Lam-tao Suncu yang berkata:
"Kami masih tetap dengan tuntutan kami semula, ialah supaya kau lekas serahkan panji persekutuan enam partai, serta menyatakan taat kepada Hong-lui Pocu. Dengan demikian kau akan tetap menjadi pemimpin dari enam partai golongan Hian-bun. Jika kau menolak permintaan 18
kami ini, partai Heng-san-pay barangkali dalam waktu sekejap mata akan menjadi runtuhan puing".
Perkataan yang tidak senonoh dan sangat jumawa ini, jangan kata Heng-san Gek-siu yang bertindak sebagai pemimpin satu partai besar, sekalipun bagi orang dunia kang-ouw yang mempunyai sedikit nama saja, juga tidak sanggup menerima hinaan serupa itu.
Tapi selaku seorang pemimpin partai, apalagi segala tindak tanduknya ada bersangkutan dengan nasibnya enam partai golongan Hian-bun, maka walaupun dalam hati merasa panas, namun kepalanya tetap dingin. Dengan tenang imam tua itu menjawab: "Tuan tidak usah terlalu mendesak, karena urusan ini ada menyangkut enam partai golongan Hian-bun. Sebaiknya menunggu sampai orang2
dari semua partai itu berkumpul nanti kita rundingkan lagi".
Lam-tao Suncu mendadak dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak. "Apa kau hendak mengulur tempo untuk menantikan bala bantuan" Kau jangan mimpi! Sekalipun orang2 dari enam partai golongan Hian-bun itu datang seluruhnya, akhirnya toh cuma akan menjadi bangkai di depan kelenteng ini....".
Mendadak ia hentikan ketawanya dan membentak
dengan suara keras: "Aku perintahkan kau lekas serahkan panji persekutuan. Kalau kau berani berlaku ayal, Hong-lui-po akan pandang kalian sebagai pemberontak dan akan memberi hukuman yang setimpal kepada orang2 Heng-san-pay, maka kau jangan sesalkan kalau aku berlaku kejam!"
Ucapan yang sangat jumawa itu telah membuat Heng-san Gek-siu naik darah. Dengan mendadak ia ketawa bergelak-gelak, kemudian berkata: "Iblis apa kau anggap Heng-san-pay sudah tidak ada orang" Kalau kau memang 19
mempunyai kepandaian, keluarkanlah semua
kepandaianmu. Malam ini sekalipun Heng-san-pay akan hancur lebur, juga tidak akan menyerahkan panji sekutu kepada manusia seperti kau ini".
Jawaban keras itu telah membuat suasana menjadi gawat....
Suara terhunusnya pedang terdengar disana sini, kawanan imam dari Heng-san-pay sudah keluarkan senjata mereka masing2, siap menantikan komando pemimpinnya.
Lam-tao Suncu yang menyaksikan itu, unjukkan ketawa menghina, kemudian ayunkan tangannya ke tengah udara.
Sebuah benda warna kuning melesat ke atas. Di tengah udara benda itu meledak dan mengeluarkan sinar beraneka warna, seolah-olah kembang api, yang menerangi sekitar tempat itu.
Itu ada tanda istimewa Hong-lui-po, maka begitu berada di tengah udara, tidak antara lama orang2 Hong-lui-po yang sembunyi di sekitar gunung Heng-san segera muncul keluar dengan serentak, lalu memburu ke arah kelenteng Lam-gak-koan.
Sin-lie Hongcu yang menyaksikan itu, perasaannya menjadi tegang, ia dorong Lim Tiang Hong dan berkata:
"Hong-lui-po begitu garang. Heng-san-pay barangkali akan mendapat susah, mari kita lekas turun tangan!"
"Kau tidak usah bingung, yang lainnya kita boleh anggap sepi, cuma Lam-tao Suncu saja yang merupakan satu musuh tangguh". jawabnya Lim Tiang Hong tenang.
Pada saat itu, dalam kelenteng terdengar pula suara lonceng dan genta yang amat gencar. Setelah itu para imam dari kelenteng itu lantas menyambuti orang2 Hong-lui-po 20
yang berpakaian kulit warna merah, yang sudah mulai menyerang.
Dengan demikian, terjadilah suatu pertempuran sengit antara para imam dan orang2 Hong-lui-po.
Orang2 Hong-lui-po dengan jumlahnya yang banyak, sudah bertekad bulat hendak menyerbu daerah Tionggoan, dalam waktu sekejap saja, mereka sudah berhasil menguasai keadaan, banyak imam dari Heng-san-pay yang jatuh korban.
Sedangkan Lam-tao Suncu dengan sikapnya yang
garang, setindak demi setindak menghampiri Heng san Gek-siu.
Heng-san Gek-siu sebetulnya sudah lama tidak
mencampuri urusan dalam partainya, cuma oleh karena 5
pemimpin dari partai golongan Hian-bun dalam waktu semalam telah binasa semuanya di tangan seorang tinggi besar yang memakai kedok, maka ia terpaksa ceburkan diri lagi ke dunia kang-ouw.
Tidak nyana baru saja memegang jabatan pimpinan dalam partainya, ia harus menghadapi kejadian besar yang mengancam keruntuhan partainya.
Ketika Lam-tao Suncu mendekati padanya, ia telah kerahkan seluruh kekuatannya untuk memberi hajaran kepada manusia yang congkak ini.
Dalam saat yang amat kritis itu, tiba2 terdengar suara menyebut nama Buddha. Dari atas gunung nampak
melayang turun 5 imam tua yang berjenggot panjang.
Diantara mereka terdapat Pek-ho Totiang dari Bu-tong-pay dan It-ceng Totiang dari Ngo-bie-pay, sedang 3 yang lainnya Lim Tiang Hong belum pernah lihat.
21 Lima imam itu begitu tiba di medan pertempuran, lalu disusul pula oleh beberapa puluh imam, yang masing2
membawa pedang, melayang turun dari atas bukit dan dengan tanpa banyak bicara, segera menyerang orang2
Hong-lui-po. Sekejap saja keadaan menjadi kalut.
Lam-tao Suncu yang menyaksikan kedatangan para imam itu, lantas ketawa terbahak-bahak, dengan sangat jumawa ia berkata: "Bagus! bagus! orang2 kuat dari enam partai golongan Hian-bun kini sudah datang semuanya, dengan demikian kita tidak perlu mencari satu persatu lagi!"
Dengan sabar Pek-ho Totiang menjawab: "Enam partai besar golongan Hian-bun, belum pernah bermusuhan dengan Hong-lui-po, mengapa malam ini tuan2 dengan tanpa sebab apa2 telah mengganggu ketenteraman gunung Heng-san serta menimbulkan pertumpahan darah?"
"Kami hanya menjalankan perintah atasan saja, kalau enam partai Hian-bun mau menyerahkan panji sekutunya serta mau takluk kepada Hong-lui-po, maka kita sama2
merasai manfaatnya. Tapi jika kalian kawanan imam coba2
melawan dengan mengandalkan jumlah kalian yang banyak, ini berarti kalian mencari kehancuran sendiri".
Heng-san Gek-siu yang sudah merasa muak terhadap tingkah lakunya Lam-tao Suncu, lantas berkata kepada Pek-ho Totiang: "Pek-ho Totiang, tidak perlu banyak bicara dengannya. Hong-lui-po sudah kandung maksud hendak bermusuhan dengan kita orang daerah tionggoan.
Kedatangannya ini sudah tentu ada mengandalkan kekuatannya yang cukup, lohu kepingin tahu sampai dimana kekuatan dan kepandaian orang2 dari Hong-lui-po ini, sampai dimana tingginya?"
"Kau kepingin tahu sampai dimana tingginya
kepandaian orang2 Hong-lui-po" Ini mudah sekali!"
22 katanya Lam-tao Suncu sambil dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak.
Baru saja ia menutup mulut, dari belakangnya ada melesat keluar tiga manusia aneh dari Hong-lui-po, mereka itu adalah Thiat-hud Kana yang segera menyerang Pek-ho Totiang. Mo-im Kui-chiu atau si Bayangan Tangan Setan yang segera menerjang It-ceng Totiang dan Tiang-pek Kim-yu atau si Kera Lengan Panjang yang segera ulur lengannya yang panjang menyambar dirinya Heng-san Gek-siu.
Sedangkan Lam-tao Suncu sendiri masih berdiri tegak di tempatnya sambil unjukkan senyum iblisnya.
Pertempuran dalam tiga rombongan itu ternyata berjalan sangat sengit, karena dalam pertempuran tersebut ada menyangkut nasibnya seluruh enam partai besar dari golongan Hian-bun.
Sungguh tidak disangka bahwa gunung Heng-san yang biasanya sunyi sepi itu, malam itu telah menjadi medan pertempuran yang sedemikian hebat, hingga banyak bangkai manusia menggeletak disana sini. Darah merah seolah2 membanjiri tempat suci itu.
Partempuran sengit itu berlangsung kira2 satu jam lebih, kedua pihak sudah banyak yang luka2 atau binasa, tapi korban dipihaknya Hang-san-pay nampak lebih banyak.
Lim Tiang Hong dan Sin-lie Hongcu, semula ingin melihat gelagat dulu. Ketika menyaksikan keadaan demikian, jika mereka tidak turun tangan, niscaya sangat berbahaya bagi pihaknya orang2 golongan Hian-bun.
Tanpa banyak pikir lagi, Lim Tiang Hong lantas bergerak hendak menyerbu Lam-tao Suncu. Tapi sebelum bertindak, di belakangnya tiba2 terdengar suara orang berkata: "Lohu sudah tahu bahwa kau pasti akan campur 23
tangan dalam urusan ini, tapi malam ini.... heh, heh....
dirimu sendiri barangkali tidak akan terluput dari ancaman maut".
Lim Tiang Hong segera balikan badannya. Ia segera dapat lihat seorang tua yang berbadan pendek kecil dengan rambutnya yang bewarna kuning, sedang dikedua
pundaknya ada menggendong sebuah payung besar, sedang mengawasi padanya dengan sorot mata bernyala.
"Kau siapa?" demikian tegurnya si anak muda.
"Lohu adalah Pek-kek Suncu dari Hong-lui-po, namaku Hong-Hua".
Tepat pada saat itu, dimedam pertempuran terdengar suara jeritan, ternyata Thiat-hud Kana sudah kena serangan tangan besi Pek-ho Totiang dibagian dadanya, sehingga menyemburkan banyak darah dan mundur sempoyongan sampai beberapa tindak.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu, Lam-tao Suncu lantas bergerak menerjang Pek-ho Totiang. Selain dari pada Suncu itu, masih ada lagi 7-8 orang Hong-lui-po yang turut bergerak mengeroyok imam tua itu.
Pemimpin partai yang lainnya, ketika menyaksikan keadaan demikian juga lantas pada turun tangan untuk memberi perlawanan hebat.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian lantas membentak dengan suara keras: "Semua berhenti dulu!"
Tapi seruanya itu tidak ada yang menghiraukan, pertempuran sengit tetap berlangsung.
24 Pak-kek Suncu lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Wibawa To-liong Kongcu malam ini ternyata sudah tidak berlaku lagi!"
Kemudian terdengar suara 'ser!' dan payung besar ditangannya lantas meluncur mengarah jalan darah 'Khie-bun-hiat' dan 'Hian-kie-hiat' Lim Tiang Hong.
Sin-lie Hongcu yang sejak unjukkan diri selalu berada disampingnya Lim Tiang Hong. Ketika melihat orang pendek itu menyerang pemuda idamannya, segera hunus pedangnya dan menangkis serangan tersebut.
Dari belakang Pa-kek Suncu tiba2 terdengar suara bentakan orang. Dua laki2 berwajah bengis berpakaian kulit warna merah lantas lompat maju sambil berseru: "Dengan kepandaianmu seperti ini, juga berani turun tangan terhadap Suncu?"
Cepat bagaikan kilat 4 batang senjata pendek sudah menyambuti pedang Sin-lie Hongcu dari kiri dan kanan.
Dengan demikian, maka payung Pak-kek Suncu dengan tanpa rintangan meluncur terus ke arah Lim Tiang Hong.
Tapi saat itu Lim Tiang Hong juga sudah bersedia dengan senjata seruling emasnya, maka ketika diserang oleh Pak-kek Suncu, ia sambuti serangan itu dengan senjata seruling itu.
Tatkala kedua senjata itu beradu, masing2 merasa kaget.
Pak-kek Suncu yang merupakan salah satu orang kuat dari tiga Suncu dalam barisan Hong-lui-po, karena kekuatan dan kepandaiannya sangat tinggi, biasanya tidak pandang mata orang lain. Kini setelah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong, ia baru percaya bahwa nama baik yang 25
didapatkan oleh anak muda itu ternyata bukan nama kosong belaka.
Maka kini ia harus berlaku sangat hati2, ia keluarkan seluruh kepandaiannya untuk melayani lawannya yang masih sangat muda belia itu.
Lim Tiang Hong tidak tahu kedudukan dan
tingkatannya orang tua pendek ini dalam Hong-lui-po, setelah mengadu kekuatan itu, ia merasa bahwa orang tua pendek ini ternyata merupakan satu lawan berat. Pantas saja kalau Hong-lui-po berani menantang orang2 dunia kang-ouw daerah Tionggoan. Dari kekuatan dan
kepandaiannya orang tua pendek itu saja sudah dapat diukur sampai dimana buat yang lainnya, apalagi Pocunya sendiri.
Tapi ia sedikitpun tidak merasa keder, bahkan
sebaliknya, ia juga kerahkan seluruh kepandaiannya, untuk merubuhkan lawannya itu.
Dalam waktu sekejapan saja ia sudah berhasil
melakukan serangan pembalasan sampai delapan belas kali, sehingga lawannya merasa kewalahan.
Pertempuran ini merupakan satu pertempuran yang paling sengit, sampai batang2 pohon yang kesambar senjata mereka pada patah atau beterbangan.
Malam itu, hampir sekitar kelenteng Lam-gak-koan menjadi medan laga. Orang2 dari partai golongan Hian-bun meski sudah keluarkan semua orang2nya yang pilihan dan yang, terkuat, tapi toh masih tidak sanggup menghadapi orang2 dari daerah luar yang sangat ganas itu. Dalam kurang lebih dua jam, sudah hampir separuh yang luka2
atau binasa. 26 Walaupun demikian, tapi tiada satupun diantara mereka yang ingin kabur, juga tiada satupun yang ingin hidup sendiri dengan tanpa hiraukan kawan2nya. Mereka memberi perlawanan sengit untuk mempertahankan kedudukan masing2.
Dipihaknya pemimpin enam partai golongan Hian-bun yang berhadapan dengan Lam-tao Suncu dan tiga manusia aneh dari Hong-lui-po, keadaannya sudah sampai ketingkat yang menentukan. Enam pemimpin itu nampaknya sudah mulai keteter, hingga terpaksa mundur terus.
Dengan tidak terduga-duga, si Kera Lengan Panjang yang berlengan panjang, sudah berhasil merobek jubah Heng-san Gek-siu dan merebut panji sekutu enam partai.
Pek-ho Totiang dan It-ceng Totiang yang mendapat lihat panji sekutu sudah terjatuh di tangan musuh, lantas tinggalkan lawan2 mereka dan memburu si Kera Lengan Panjang.
Lam-tao Suncu yang menyaksikan itu lantas berkata sambil ketawa mengejek: "Apa kalian hendak main keroyok?"
Secepat kilat ia sudah keluarkan serangannya untuk merintangi tindakan mereka.
Heng-san Gek-siu dan Pek-ho Totiang sekalian terpaksa mundur lagi dan si Kera Lengan Panjang telah
menggunakan kesempatan itu, lari kabur jauh2.
Selagi Heng-san Gek-siu hendak mengejar, kembali telah dirintangi oleh Thiat-hud Kana dan Mo-im Kui-chiu, sehingga tidak berdaya.
Lim Tiang Hong yang sedang bertempur sengit dengan Pak-kek Suncu, mendadak dengar suara riuh, kemudian 27
dapat lihat panji sekutu sudah dirampas oleh si Kera Lengan Panjang. Seketika itu juga Lim Tiang Hong lantas naik pitam. Sambil keluarkan bentakan keras, ia mencecer lawannya dengan hebat, lalu balikkan badannya dan menerjang si Kera Lengan Panjang.
Tapi, Pak-kek Suncu agaknya sudah mengerti maksud Lim Tiang Hong, ketika melihat Lim Tiang Hong bergerak ke arah si Kera Lengan Panjang, ia lantas dorong senjata payungnya, hingga Lim Tiang Hong terpaksa urungkan maksudnya hendak mengejar si Kera Lengan Panjang, dan bertempur sengit lagi dengan orang tua pendek itu.
Meski ia bertempur sengit, tapi matanya tetap waspada memperhatikan enam pemimpin partai besar itu. Oleh karena dipihaknya Hong-lui-po sudah kurang satu lawan tangguh yang merupakan dirinya si Kera Lengan Panjang, sedangkan Thiat-hud Kana juga sudah terluka, maka untuk sementara kekuatan kedua pihak nampak berimbang.
Sin-lie Hongcu yang berhadapan dengan dua orang Hong-lui-po bersenjata pendek, karena perlawanan hebat kedua orang itu, apalagi senjata mereka yang masing2 ada dua batang, membuat jago betina itu merasa ripuh, hanya dengan mengandalkan kelincahan dan kegesitannya, baru dapat mempertahankan kedudukannya.
Yang paling mengenaskan adalah keadaan anak2
muridnya enam partai besar, mereka itu meski melawan mati2an, tapi karena kalah kekuatan, per-lahan2 jumlahnya semakin sedikit, mungkin tidak lama lagi akan jatuh semuanya.
Lim Tiang Hong sangat gelisah, ia memutar-mutar senjata serulingnya, menghadapi serangan musuhnya dari berbagai jurusan.
28 Pak-kek Suncu tidak menduga lawannya itu ada
sedemikian gagahnya, ia cuma bisa menangkis dengan payungnya sambil mundur terus-menerus.
Orang tua pendek yang mempunyai kedudukan tinggi di Hong-lui-po ini, malam itu benar2 tidak berkutik sama sekali menghadapi Lim Tiang Hong. Dalam gusarnya, ia terpaksa berlaku nekat, lalu keluarkan tipu serangannya yang aneh2.
Lim Tiang Hong belum pernah melihat tipu serangan yang sedemikian anehnya, maka untuk sesaat ia terkejut, kemudian geser kakinya, lompat sampai tiga kaki jauhnya.
Tapi, gerak tipu Pak-kek Suncu ini ada luar biasa anehnya, baru saja badan Lim Tiang Hong bergerak, senjata payung orang tua itu sudah menggempur kepalanya.
Dalam keadaan tergesah-gesah, Lim Tiang Hong putar serulingnya, dengan susah payah ia baru berhasil mengelakkan serangan musuhnya itu. Sejak turun didunia kang-ouw, itu adalah untuk pertama kalinya terdesak oleh musuhnya sampai sedemikian rupa.
Seketika itu wajahnya menjadi merah padam, sambil keluarkan bentakan keras, ia lompat menerjang musuhnya sambil menyerang dengan seruling emasnya.
Kedua pihak agaknya sudah sama2 nekatnya, mereka berkelahi secara kalap, keras lawan keras, cepat lawan cepat.
Mendadak dari jauh terdengar suara seperti ledakan petasan, kemudian ditengah udara kelihatan sinar terang beraneka warna. Lam-tao Suncu yang melihat tanda itu lantas seruhkan kepada orang2nya: "Mundur!"
Dan ia sendiri mendahului yang lainnya, telah lompat melesat keluar lembah.
29 Pertempuran berhenti dengan segera, orang2 Hong-lui-po pada mengikuti jejak pemimpinnya, meninggalkan lembah tersebut.
Cuma Pak-kek Suncu yang tidak bisa turut kabur, karena terlibat oleh serangan Lim Tiang Hong yang makin dahsyat.
Pada satu saat, mendadak terdengar suara jeritan orang tua pendek itu, kemudian dengan tindakan sempoyongan ia mundur sampai 7-8 langkah, setelah itu sambil memegang pundaknya yang mungkin terluka, lari keluar lembah.
Sedang Lim Tiong Hong sendiri juga nampak
sempoyongan bagaikan orang mabuk arak.
Sin-lie Hongcu yang menyaksikan keadaan demikian, segara lari menubruk sembari menanya: "Sudara Lim, apa kau terluka"...."
Perhatian jago betina ini terhadap Lim Tiang Hong, sangat nyata sekali dalam sikapnya.
Lim Tiang Hong dongakan kepala dan menjawab:
"Orang tua yang sangat aneh itu, benar2 sangat tangguh!"
Dalam pada itu, murid2 enam partai golongan Hian-bun yang masih hidup, dalam keadaan sangat letih pada berkumpul dalam satu kelompok, sedang Heng-san Gek-siu dan Pek-ho Totiang sekalian lantas menghampiri Lim Tiang Hong dan Sia-lie Hongcu uniuk menghaturkan hormat dan terima kasih mereka.
Lho Tiang Hong membalas hormat sambil berkata:
"Aku yang rendah sungguh tidak berguna, sehingga membuat enam partai besar dari golongan Hian-bun sampai mengalami kerugian begini besar".
30 "Kalau menurut ucapan siauwhiap, maka kita semua tua bangka ini lebih merasa malu lagi!" katanya Heng-san Gek-siu sambil menghela napas.
Pek-ho Totiang masih bisa berlaku tenang, berkata ia dengan suara pelahan. "Urusan sudah menjadi begini, tidak ada gunanya kita menyesal atau saling tuduh, ada lebih baik kita semua masuk ke dalam untuk merundingkan lebih mendalam".
Heng-san Gek-siu juga anggap benar perkataan
pemimpin Bu-tong-pay itu, maka lantas ajak semua tetamunya masuk ke dalam kelenteng.
Sepanjang jalan nampak bangkai manusia berserakan, darah membasahi tanah pegunungan yang hijau sehingga menjadi merah. Pemandangan itu sesungguhnya sangat mengenaskan.
Sin-lie Hongcu meski dibesarkan dalam kalangan kangouw dan tidak sedikit membunuh orang, tapi masih merasa ngeri menyaksikan pemandangan itu.
Tidak demikian dengan Lim Tiang Hong, anak muda ini dadanya dirasakan hampir meledak, karena itu ada merupakan suatu bukti bagaimana ganasnya orang-orang dari Hong-lui-po: maka ia lantas berkata kepada para imam itu sekalian: "Jika masih bernyawa, aku si orang she Lim pasti akan mengunjungi sarang Hong-lui-po untuk membasmi kawanan penjahat itu!"
Rombongan itu setelah tiba dalam pendopo, murid kepala Heng-san-pay, In-tay Kiam-khek dengan badan berlamuran darah, telah masuk memberi laporan tentang banyaknya murid-murid Heng-san pay yang menjadi korban keganasan itu. Heng-san Gek-siu lalu berkata padanya: "Setelah obati saudara2nya yang terluka, kalian lekas 31
pergi beristirahat, sedangkan yang binasa dikubur besok saja".
In-tay Kiam-khek terima baik perintah pemimpinnya, selagi hendak berlalu, mendadak dipanggil oleh Lim Tiang Hong: "Disini aku ada obat, harap saudara ambil untuk mengobati yang terluka!"
Setelah itu ia lalu memberikan obat pilnya Suat som-wan yang cuma tinggal setengah botol kecil.
Pek-ho Totiang sekalipun kenal baik obat sangat mujarab itu, ketika menyaksikan Lim Tiang Hong memberikan semua sisa obatnya itu, diam2 merasa kagum atas keluhurannya anak muda itu, maka semua lantas menghaturkan terima kasih padanya.
"Urusan sekecil ini, perlu apa Totiang sekalian begitu merendah! Cuma aku yang rendah masih tidak mengerti, apa sebabnya enam partai golongan Hian-bun bisa kebentrok dengan Hong lui-po" Sehingga menanam bibit permusuhan begini besar?" tanya Lim Tiong Hong.
Pek-ho Totiang sambil urut jenggotnya yang panjang dan menghela napas menjawab: "Menurut pikiran pinto, ini baru merupakan permulaannya bencana saja. Untuk selanjutnya, dalam rimba persilatan daerah Tionggoan mungkin akan timbul penumpahan darah yang rasanya tak dapat dicegah lagi".
Dengan lesu Heng-san Gek-siu berkata sambil
geleng2kan kepala: "Hong-lui-po yang selama itu menjagoi di daerah luar perbatasan Tionggoan, belum pernah datang mengganggu kita orang, tapi kali ini mendadak menyerbu daerah Tionggoan pasti ada sebabnya. Menurut pendapatku si orangtua, dalam hal ini mungkin ada orang yang sengaya mengadu domba".
32 Sin-lie Hongcu nyeletuk dengan suara tajam: "Tidak perduli apa sebab dan tujuan mereka, hutang darah harus dibayar dengan darah Siauw-li (membahasakan diri sendiri) pada dewasa ini walaupun belum mempunyai cukup kekuatan, tapi pada satu hari, pasti hendak menagih hutang kepada Hong-lui-po atas perbuatannya terhadap duabelas hongcu dari gunung Bu-san, yang telah menyerbu dengan tanpa sebab dan alasan!"
Semua orang yang mendengar itu pada terdiam. Heng-san Gek-siu mendadak lompat dari tempat duduknya dan berkata dengan suara berapi-api: "Aku si tua bangka benar2
tidak berguna, sehingga panji sekutu terampas dan banyak murid Heng-san-pay terluka atau binasa. Aku sesungguhnya merasa malu terhadap Couwsu, maka sekarang juga aku ingin berkelana kedunia kang-ouw untuk mencari kawanan penjahat itu, kalau tidak dapat merebut kembali panji sekutu, aku tidak mempunyai muka untuk tancap kaki lagi dikalangan kang-ouw".
"Enam partai ada mempunyai kepentingan bersama, bagaimana Hengtay boleh tanggung jawab seorang diri"
Menurut pendapat pinto, perkara ini sebaiknya kita bersabar dulu, untuk berunding lebih jauh. Sekarang masing2 boleh pulang untuk mengadakan persiapan, setelah tiba waktunya, kita nanti gerakkan suatu pasukan yang terdiri dari tenaga pilihan, untuk membuat perhitungan dengan Hong-lui-po". berkata Pek-ho Totiang dengan suara tenang,
"Tapi kalau aku tidak dapat memikul tanggung jawab ini, bagaimana ada muka untuk menjadi orang?" kata Heng-san Gek-siu sambil menghela napas.
It-ceng Totiang juga turut memberi nasehat: "Urusan sudah menjadi begini rupa, menyesal atau bingung juga 33
tidak ada gunanya, lebih baik kita berusaha mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya!"
Lim Tiang Hong sejak memberikan obat Suat-som-wan, terus duduk dikursinya tidak turut bicara, namun dalam hatinya terus berpikir, ia merasa heran terhadap semua kejadian yang baru2 ini.
Hong-lui-po mendadak pentang sayapnya ke daerah Tionggoan, maksud dan tujuannya tidak lain daripada hendak menjagoi rimba persilatan, tapi mengapa mereka menggunakan cara2 yang dapat menimbulkan kegemparan dan kemarahan seluruh dunia kang-ouw"
Pertama mereka melakukan serangan terhadap Sin-soan Cu-kat secara menggelap, walaupun dalam perbuatannya itu mungkin maksudnya hendak mencari Lim Tiang Hong, tapi anak muda itu merasa belum pernah bermusuhan dengan orang2 dari Hong-lui-po.
Kedua kalinya mereka melakukan penyerangan
terhadap gunung Bu-san, maksudnya mungkin hendak merampas kitab wasiat Hian-hian Pit-kip, tapi siapakah yang memberitahukan kepada mereka kalau kitab itu berada di atas gunung Bu-sanf
Ketiga, malam ini mereka menyerbu gunung Heng-san dan sekaligus hendak menumpas enam partai besar dari golongan Hian-bun. Tapi walaupun mereka berhasil sudah dapat merampas panji sekutu, apakah orang2 enam partai itu mau menakluk kepada mereka" Sudah tentu tidak mungkin.
Dalam hal ini, Lim Tiang Hong merasa perlu harus berunding dengan orang2 Hong-hong-tie, baru dapat gambaran yang jelas. Setelah mengambil keputusan demikian, Lim Tiang Hong sebetulnya ingin ajak Sin-lie 34
Hongcu berangkat lebih dulu, tapi kerena ia lihat Heng-san Gek-siu dan Pek-ho Totiang sedang bicara, ia tidak berani buka mulut, dan kini setelah pembicaraan mereka sudah berakhir, maka ia lantas berbangkit dan berkata sambil memberi hormat kepada para pemimpin enam partai: "Aku yang rendah kerena masih ada sedikit urusan yang harus segera dibereskan, maka kini ingin jalan lebih dulu. Dilain hari apabila Totiang sekalian hendak membikin perhitungan dengan orang2 Hong-lui-po, asal Totiang sekalian memberi kabar, aku si orang she Lim pasti datang"
Heng-san Gek-siu dan lain2nya juga berdiri membalas hormat sembari berkata: "Karena Kongcu masih ada urusan, kita sekalian juga tidak enak untuk merintangi maksud kongcu. Dikemudian hari kita harap kongcu suka memandang keselamatan dunia rimba persilatan, supaya suka memberi bantuan tenaga, dan untuk kesediaan kongcu ini, terlebih dahulu kita haturkan banyak2 terima kasih!"
"Tidak usah Totiang minta, asal aku si orang she Lim masih bernyawa, pasti akan sumbangkan tenagaku untuk membantu usaha Totiang sekalian membasmi kawanan penjahat itu," jawab Lim Tiang Hong, dan setelah itu sekali lagi ia memberi hormat, lalu bersama sama Sin-lie Hongcu meninggalkan gunung Heng-san.
-odwkz- Bab 44 DUA muda-mudi itu setelah meninggalkan gunung
Heng-san, menurut pikiran Sin-lie Hongcu, segera berangkat kegunung Ngo-thay-san untuk melaporkan kejadian itu kepada toakonya, tapi Lim Tiang Hong menghendaki supaya mencari Yan-jie lebih dahulu.
35 Oleh karena Sin-lie Hongcu sudah memberikan
kesanggupannya, sudah tentu ia tidak bisa menolak, maka keduanya lantas melanjutkan perjalanan untuk mencari si nona cilik itu.
Jalan belum lama, Sin-lie Hongcu mendadak berteriak:
"Eh...."!".
Lim Tiang Hong yang sedang berpikir bagaimana harus menghadapi urusan dunia kang-ouw yang terjadi pada waktu belakangan ini, ketika mendengar suara jeritan Sin-lie Hong-cu lantas berpaling dan ketika ia dapat lihat apa yang telah terjadi, matanya lantas terbuka lebar2!
The Hong itu pemuda dari partai Kun-lun-pay yang telah menyampaikan kabar tentang maksud Hong-lui-po yang hendak menyerbu gunung Heng san, kini telah mati dalam keadaan mengenaskan.
Ia mati tengkurap disebuah batu besar, lehernya berlubang bekas cengkeraman lima jari tangan. Darah yang mengalir dari 5 lubang itu sudah menjadi hitam seperti mati karena serangan ilmu Eng-jiauw-kang (ilmu kuku garuda).
"Apakah ini adalah perbuatannya orang2 Hong-lui-po?"
tanyanya Sin-lie Hongcu dengan mata beringas.
"Mungkin bukan perbuatannya orang2 Hong-lui-po, melainkan karena serangan dari suatu ilmu dari golongan lain". jawabnya Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
Pada saat itu, dari jalan raya nampak dua orang lari mendatangi sambil berseru: "Lotee, kiranya kau disini....".
Dua orang itu ketika melihat keadaan The Hong juga terkejut.
36 Kini Lim Tiang Hong baru tahu bahwa dua orang yang baru datang itu adalah si Pengemis Miskin dan Sin-soan Cu-kat, semangatnya lantas bangun seketika.
"Apa dua locianpwee dapat kabar apa2" "demikian tanyanya si anak muda.
"Satu setanpun tidak ketemu". jawabnya si Pengemis Miskin sambil ketawa getir. Kemudian ia berkata pula dengan sungguh2: "Urus dulu jenasah anak muda ini, mari kita mencari tempat untuk bicara. Aih sungguh tidak nyana kita kembali hendak menghadapi bencana penumpahan darah besar2an!"
Lim Tian Hong lalu menggunakan pedangnya untuk membuat lubang, setelah mengubur jenasah The Hong, lalu berangkat menuju kesuatu kota kecil yang tidak jauh dari situ, untuk tangsel perut masing2.
Tiba disatu rumah makan, si Pengemis Mata Satu sudah tidak sabaran minta disediakan arak lebih dulu.
Sin-soan Cu-kat masih tetap tidak banyak bicara. Setelah ambil tempat duduk, ia mengamat-amati wajah Lim Tiang Hong dengan tanpa banyak omong.
"Locianpwee, apakah tanda guratan di wajahku masih belum hilang?" tanya Lim Tiang Hong yang sudah tidak sabaran.
Sin-soan Cu-kat anggukan kepala dan menjawab:
"Orang yang berhati mulia selalu dilindungi oleh Tuhan, kau tidak perlu buat pikiran soal ini".
"Sebagai orang dunia kang-ouw, tiada alasan takut mati.
Apalagi kawanan iblis itu toh belum tentu dapat berbuat sesuatu terhadap aku".
37 Sin-soan Cu-kat cuma kerutkan keningnya tidak berkata apa2. Sebaliknya dengan si Pengemis Mata Satu, jika sudah tenggak arak, segala aoa ia sudah tidak mau tahu lagi.
Sin-lie Hongcu yang paling perhatikan diri Lim Tiang Hong. Ketika mendengar pembicaraan anak muda itu dengan Sin-soan Cu-kat, untuk sesaat ia merasa bingung, meski ia tidak tahu persis apa ang dipersoalkan, tapi ia sudah dapat menduga bahwa soal itu pasti ada
Keris Pusaka Dan Kuda Iblis 3 Sherlock Holmes - Penerjemah Bahasa Yunani Gajah Kencana 23
^