Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 25

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 25


"Aku tahu kau sudah mendapat warisan ilmu pedang si setan tua Bu-ceng Kiam-khek, hinggap dirimu sudah hebat. Hari ini kau lihat, bagaimana aku nanti tundukkan ilmu pedangmu".
518 "Adu mulut tidak ada gunanya, marilah kita buktikan dengan pedang".
Boan-ciong Nio-nio juga tahu bahwa pemuda di depan matanya itu memang sangat tangguh, maka ia tidak berani melakukan serangan secara sembrono. Dengan pedang di tangan kanan dan tangan kiri memakai selubung baja yang runcing, ia sudah siap menghadapi lawannya.
Lim Tiang Hong kali ini kembali harus berhadapan dengan satu lawan sangat tangguh, maka juga tidak berani gegabah.
Pedang To-liong-kiam disodorkan lempang, sedang matanya memandang lawannya dengan tanpa berkedip.
Dua jago pedang itu tiada satu yang berani bergerak lebih dulu.
Pada saat itu, dalam ruangan tamu yang luas, kecuali suara gerak dan tindakan kaki dua jago itu yang amat ringan, suasana amat sunyi, hingga suara jatuhnya jarura juga dapat tertangkap oleh pendengaran telinga.
Cian-lie Tui-hong dengan mata mendelik dan tongkat melintang, lebih dulu mencari tempat yang aman, sedang Pek-hong yang memperhatikan dirinya Lim Tiang Hong, sudah hampir tidak dapat menguasai dirinya sendiri. Tangannya menggenggam erat2 gagang pedangnya, agaknya sudah siap sedia untuk maju membantu jika perlu. Dan Hong-gwat Kongcu yang tampan, sikapnya pada saat itu juga nampak sangat tegang.
Anak murid Boan-ciong Nio-nio, semua tahu bahwa pemuda itu adalah To-liong Kongcu yang namanya menggentarkan dunia kang-ouw, kepandaiannya luar biasa. Maka semua lantas berkumpul menjadi satu. Sambil pegang erat masing2 senjatanya, supaya setiap saat dapat memberi bantuan kepada suhu mereka.
Dua jago itu belum lagi mengadakan pertandingan, sudah merubah suasana yang sepi sunyi menjadi tegang dan gawat.
Mendadak terdengar suara bentakan keras Boan-ciong Nio-nio, yang sudah mulai bergerak. Pedang emasnya bagaikan rantai 519
meluncur ke tengah udara. Sambil mengeluarkan hembusan angin menderu, menggulung diri Lim Tiang Hong, sedang lima jari tangan yang diperlengkapi dengan lima buah selubung baja hitam runcing, se-olah2 kuku burung garuda yang tajam, juga bergerak menyambar setiap sasarannya.
Kalau tadi suasana dalam ruangan itu nampak sunyi tapi diliputi oleh ketegangan, kali ini telah digetarkan oleh gerakan Boan-ciong Nio-nio yang cepat gesit, lincah dan dahsyat, hingga dalam waktu sekejap mata saja, hanya tertampak sinar emas dan sinar hitam, se-olah2 hujan turun menyerang Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang sudah salurkan ilmu kekuatannya Sian-thian Cin-it-khii-kang melalui pedang, dengan satu gerakan
'Keng-hong Ca-can', di depan badannya nampak gulungan gelombang sinar pedang yang meluncur keluar. Kemudian ia rubah menjadi gerakan 'Kiam-ie Biauw-hwa'. Ujung pedang bagaikan bunga rontok tertiup angin taufan yang berterbangan di tengah udara. Dengan gerak tipu demikian ia balas menyerang.
Ini benar2 merupakan satu pertandingan pedang luar biasa yang belum pernah terjadi pada waktu sebelumnya. Dua2nya merupakan ahli pedang kenamaan, dua2nya mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sama sempurnanya, hingga di sekitar tempat pertandingan cuma tertampak berkelebatnya sinar pedang dan meniupnya hawa dingin yang menghembus keluar dari setiap serangan mereka.
Boan-ciong Nio-nio yang harus melindungi nama baiknya yang ia telah pupuk selama beberapa puluh tahun, maka ia telah keluarkan semua ilmu pedangnya hingga serangannya makin lama makin cepat dan makin dahsyat. Sebilah pedang emasnya yang sudah diperlebar, dengan dibantu oleh gerakkan tangan kirinya yang memakai selubung baja di lima jarinya serta selalu mengarah jalan darah tubuh lawannya, membuat setiap serangannya nampak semakin ganas.
Dengan cepat pertempuran itu sudah berlangsung lima puluh jurus lebih. Dalam lima puluh jurus itu, berbagai corak gerak tipu 520
ilmu pedang telah dikeluarkan oleh kedua pihak. Lim Tiang Hong diam2 menganggumi ilmu pedangnya Boan-Ciong Nio-nio yang benar2 memang luar biasa. Kalau dibanding dengan ilmu pedang golongan lain, jauh perbedaannya. Ia yang sudah mengalami pertempuran besar kecil entah berapa banyaknya, tapi belum pernah merasakan begitu berat seperti kali ini.
Diantara berkelebatnya sinar pedang, mendadak terdengar suara bentakan keras. Keduanya lantas lompat berpencaran.
Boan-ciong Nio-nio rambut putihnya nampak berdiri, parasnya menyeramkan. Sepasang matanya yang sipit memancarkan sinar menakutkan. Tubuhnya yang gemuk kelihatan gemetar. Pedang emas di tangan kanannya diangkat tinggi melewati kepalanya, selubung baja di jari tangan kirinya dipentang bagaikan kuku burung garuda.
Di pihaknya Lim Tiang Hong, wajahnya nampak merah. Ia berdiri dengan memasang kuda2. Senjata seruling emasnya yang kini sudah berada di tangan kirinya, disilangkan di atas pedang.
Kedua pihak saling memandang. Badan mereka bergerak dengan perlaban, tindakan kakinya sangat lambat....
Mendadak terdengar pula suara saling bentak kedua pihak saling menyerang lagi. Tapi kali ini gerakan mereka nampak sangat lambat, jauh berbeda dengan yang pertama.
Lim Tiang Hong sudah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ilmu pedangnya 'To-liong Keng-hong'
dikombinasikan dengan ilmunya 'Kim-bong-tek-boat', ia mendesak kepada lawannya.
Ditambah lagi dengan ilmunya Sian-thian-ciat khie-kang, yang ia salurkan melalui pedang dan seruling, maka serangannya itu semakin dahsyat. Boan-ciong Nio-nio meski mempunyai latihan kekuatan lebih dari lima puluh tahun, tapi setelah bertempur sampai tiga ratus jurus, kekuatan tenaganya mulai berkurang meski serangannya masih tetap ganas dan dahsyat.
Tapi cuma merupakan batas dari puncak yang sudah tidak dapat dilampaui lagi.
521 Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, jago muda ini semakin lama seranganya semakin lancar gerakannya. Dua jenis senjata dapat digunakan berbareng dengan gerak tipunya yang berlainan.
Pada saat itu, ia sudah dapat meraba ilmu silat dan ilmu pedang Boan-ciong Nio-nio. Maka ia dapat melakukan serangannya dengan hati besar.
Setelah berlangsung lagi beberapa jurus, kembali terdengar suara beradunya pedang, keduanya kembali lompat mundur.
Tiada seorangpun yang dapat lihat dengan tegas dalam beberapa gerakan itu. Mereka dengan cepat sudah berganti beberapa rupa gerak tipu yang aneh dan luar biasa, tapi selubung baja di jari tangan kiri Boan-ciong Nio-nio, ternyata cuma tinggal dua buah saja.
Lim Tiang Hong perlahan-lahan memasukkan pedang ke dalam sarungnya, kemudian menyoja memberi hormat. Dengan perasaan tidak enak ia berkata: "Terima kasih atas belas kasihan locianpwee".
Boan-ciong Nio-nio tidak berkata apa2, ia lemparkan pedangnya di tanah, kemudian masuk ke dalam. Perbuatan itu membuat Lim Tiang Hong melongo, hingga seketika lamanya berdiri kesima.
Hong-gwat Kongcu lantas ketawa terbahak-bahak dan berkata: "Nenek ini benar2 terlalu cupat pikirannya".
Lim Tiang Hong tahu, apabila ia tidak pergi, pasti akan menimbulkan banyak kerewelan maka ketika itu ia lantas mengawasi Pek-hong dan berkata padanya sambil menghela napas "Mari kita pergi!"
Bertiga mereka lalu meninggalkan ruangan tamu. Lim Tiang Hong berjalan paling belakang. Ketika melangkah pintu, ia berpaling dan berkata kepada In-bu Mo-kheng sambil menyoja memberi hormat: "Tolong sampaikan kepada suhumu, mohon maaf bahwa kita tidak pamitan lagi".
522 Sebelum mendapat perintah dari suhunya, sudah tentu In-bu Mo-kheng tidak dapat menahan atau merintangi perginya tiga tetamu itu, maka ia lantas berkata sambil membalas hormat:
"Kalau siauwhiap memang perlu segera berangkat, maafkan aku tidak dapat mengantar sampai jauh".
Lim Tiang Hong dan lain2nya setelah meninggalkan Pek-in Huan-ie. Kiong-siang dari Cong-pian Jie-lo lantas berkata:
"Menurut dugaanku, Boan-ciong Nio-nio ada seorang berpikir sempit, tidak nanti ia mau mengerti begitu saja".
Lim Tiang Hong mendadak ingat perubahan orang2nya tadi, maka ia lantas menanya: "Mengapa kalian barusan menurut perintah Boan-ciong Nio-nio, sehingga hampir saja berontak melawan aku?"
Cong-pian Jie-lo, Cian-lie Tui-hong dan lainnya menjawab berbareng: "Kita sekalian barusan cuma merasa seperti mengimpi, hingga tidak tahu apa yang telah terjadi".
Lim Tiang Hong diam sejenak. Ia telah mendapat kenyataan, bahwa racun dan ilmu gaibnya Boan-ciong Nio-nio, benar2 luar biasa. Untung ia segera memberikan obatnya untuk memunahkan, kalau tidak, entah apa yang terjadi"
Hong-gwat Kongcu mendadak teringat dirinya itu nona baju merah Leng Giok Khim. Ia merasa bahwa kepandaian nona itu benar2 sangat berimbang dengan kepandaiannya sendiri.
Meski ia bukan seorang yang gemar akan paras elok, tapi terhadap dirinya nona Leng Giok Khim itu, wajahnya selalu ter-bayang2.
Pek-hong yang berada di sampingnya Lim Tiang Hong, pikirannya terus melayang ke diri susioknya Cin-nia Cie-hong.
Entah dimana adanya susiok itu sekarang"
Karena masing2 memikirkan persoalan dalam hati masing2, maka suasana nampak sunyi, satu sama lain sama sama membungkam.
..dw..kz.. 523 BAB 66. WALAUPUN hati mereka sedang memikirkan persoalannya masing2, tapi kaki kaki mereka tetap berjalan, sedetikpun tidak menghambat perjalanan mereka. Maka belum antara lama, mereka sudah keluar dari daerah In-bu-san, tinggal beberapa tikungan lagi saja, mereka akan sampai di tanah datar.
Mendadak dari dalam rimba nampak berkelebatnya sesosok bayangan merah dan segumpal benda putih melesat ke arah Hong-gwat Kongcu.
Hong-gwat Kongcu yang sedang kusut pikirannya, mendadak ada benda menyambar melesat ke arahnya, buru2 ia menyambuti dengan dua jari tangannya. Setelah itu ia lantas lompat melesat ke dalam rimba untuk mengejar bayangan yang melempar benda putih itu.
Lim Tiang Hong selagi hendak bergerak untuk turut mengejar, telah dicegah oleh Pek-hong sambil unjukkan ketawa yang penuh arti, ia menarik tangan Lim Tiang Hong.
Oleh karena Lim Tiang Hong tidak bergerak, maka Cia-lie Tui-hong dan lain2nyapun tidak berani bergerak.
Tidak antara lama, Hong-gwat Kongcu baru kembali dengan sikap masgul.
Lim Tiang Hong lalu menghampiri dan menanyakan padanya: "Siapakah dia?"
Hong-gwat Kongcu merah wajahnya. Ia angsurkan sepotong kertas kepada Lim Tiang Hong.
Hong-gwat Kongcu yang biasanya riang gembira dan romantis, kini sikapnya telah berubah. Hingga membuat heran Lim Tiang Hong. Ia lalu membuka dan melihat kertas itu, ternyata ada terdapat tulisan yang bunyinya:
"Suhu kali ini sangat gusar, rasanya akan bertindak yang tidak menguntungkan bagi tuan2 sekalian. Dengan kepandaian tuan2, jika 524
berhadapan secara terang, sudah tentu tidak usah merasa takut. Tapi racun dari golongan kita, di dalam dunia ini tidak ada keduanya.
Terhadap makanan dan minuman di sepanjang jalan harus hati2.
Sebaiknya meninggalkan daerah Lam-bong secepat mungkin.
Siauwmoay karena mengingat budi tuan, yang tidak menurunkan tangan kejam, maka dengan menempuh bahaya melanggar peraturan dalam perguruan. Siauwmoy sampaikan berita ini kepada tuan. Harap supaya berlaku hati2"
Di bawah tidak terdapat tanda tangan apa2.
Lim Tiang Hong yang tidak tahu duduk perkaranya, kembali ia menanya: "Siapakah sebetulnya dia ini?"
Pek-hong lantas berkata sambil ketawa: "Perlu apa sih menanyakan urusannya orang lain?"
Kiranya Pek-hong yang menyaksikan pertandingan pedang antara Hong-gwat Kongcu dengan Leng Giok Khim, ia sudah dapat lihat semua gerak gerik dan sikapnya murid Boan-ciong Nio-nio itu. yang ternyata menaruh hati terhadap pemuda tampan dan pendiam itu. Tadi ketika melihat berkelebatnya bayangan merah, ia juga sudah kenal padanya.
Hong-gwat Kongcu terima kembali kertas dari tangan Lim Tiang Hong, lalu dimasukkan dalam sakunya. Dengan hati kusut dan menghela napas panjang, ia lantas kerahkan ilmu meringankan tubuh dan berlalu lebih duiu.
Kongcu yang sangat pendiam ini, setelah terjadinya peristiwa yang lalu atas diri In-san Mo-lie, terhadap setiap wanita yang jatuh hati padanya, lantas merasa malu terhadap dirinya sendiri.
Maka perhatian Leng Giok Khim yang begitu besar terhadap dirinya. telah membangkitkan rasa luka dan duka dalam hatinya.
Ini ada satu perjalanan yang tidak pendek, tapi karena adanya surat peringatan dari Leng Giok Khim tadi, apalagi ilmu meringankan tubuh mereka, hampir semuanya terdiri dari kelas wahid, maka sebelum Boan-ciong-muy melakukan tindakan sesuatu pembalasan terhadap mereka, rombongan Lim Tiang 525
Hong sudah meninggalkan daerah Biauw kiang dan mulai masuk perbatasan propinsi Su-cwan.
Tapi perjalanan yang dilakukan secara terburu-buru itu, sudah tentu sangat meletihkan. Maka begitu tiba di daerah Su-cwan, Pek-hong lantas usulkan supaya perjalanan dilanjutkan dengan mengambil jalan air. Sudah tentu saja usul itu segera disetujui oleh yang lain2.
Selagi kapal yang dirumpangi itu melalui selat Sam-san, tiba2
ada muncul beberapa puluh perahu pesat, yang berbaris di permukaan air. Di atas perahu ada berdiri beberapa puluh laki2
berpakaian seragam warna hijau. Tapi tiada satu pun yang membawa senjata. Orang2 itu setelah melihat kapal yang ditumpangi oleh rombongan Lim Tiang Hong lantas berseru dengan suara nyaring: "Dua belas Hongcu dari gunung Bu-san, dengan ini menyambut kedatangan To-liong Kongcu"
Setelah itu, lalu disusul dengan suara bunyi letusan meriam beberapa kali, kemudian nampak dua buah perahu besar yang diperlengkapi sangat mewah. Lim Tiang Hong tercengang, tapi kemudian ia ingat itu pasti adalah Sin-lie Hongcu dan toakonya yang datang menyambut, maka ia buru2 keluar dari dalam kapalnya.
Begitu muncul, ia segera dapat lihat Cit-seng Hongcu dan Sin-lie Hongcu dengan wajah berseri-seri berdiri berendeng di atas kepala perahunya. Di kedua sisi mereka ada berdiri berbaris sepuluh hongcu. lainnya.
Dari jauh Cit-seng Hongcu sudah memberi hormat seraya berkata: "Kedatangan tamu agung, aku si orang she Oey telah lambat datang menyambut, harap supaya dimaafkan. Mari lekas pindah ke perahu kita!"
Sin-lie Hongcu juga menanya: "Apa saudara Lim selama ini baik2 saja?"
Oleh karena disambut secara meriah demikian, Lim Tiang Hong tidak enak untuk menolak. Ia lantas berpaling mengawasi 526
Pek-Hong. Jika pada waktu biasa, dengan sifatnya yang riang dan polos seperti Pek-hong, pasti akan merasa gembira dan segera melompat ke dalam perahu yang sangat mewah itu. Tapi kini karena dalam hatinya timbul sedikit perubahan terhadap dirinya Lim Tiang Hong. Ketika melihat sikap luar biasa manisnya dari Sin-lie Hongcu terhadap Lim Tiang Hong, ia yang memang sudah kenai dan tahu bahwa gadis dari gunung Bu-san itu sudah lama menaruh hati kepada Lim Tiang Hong, maka seketika itulah timbul perasaan cemburunya. Maka ia lantas berkata dengan perasaan kurang senang. "Kalau kau mau pergi, pergilah sendiri, aku tidak mempunyai kegembiraan"
Saat itu, kedua perahu itu sudah dekat satu sama lain, Cit-seng Hongcu ketika menampak Hong-gwat Kongcu dan Cian-lie Tui-hong serta kawan2nya juga berada dalam perahu, kembali ketawa terbahak bahak dan berkata: "Kiranya Hong-gwat Kongcu dan Tui-hong tayhiap sekalian juga datang. Mari lekas pindah kemari! Biarlah aku si orang she Oey hari ini yang akan bertindak sebagai tuan rumah".
Hong-gwat Kongcu yang pikirannya masih kusut, lantas menjawab sambil memberi hormat: "Hong-gwat sudah lama keluar dari rumah. Kini buru2 hendak pulang ke pulau. Budi kebaikan Hongcu, Hong-gwat hanya dapat terima di dalam hatinya. Biarlah dilain waktu jika ada kesempatan nanti Honggwat akan kunjungi Hongcu".
Kali ini dua perahu sudah rapat. Cit-seng Hongcu kembali undang mereka naik ke dalam perahunya.
Lim Tiang Hong lalu menanya kepada Hong-gwat Kongcu.
"Bagaimana pikiran saudara?"
"Orang toh mengundang dengan sejujurnya, bagaimana boleh ditolak" Oleh karena siauwtee benar2 ingin segera pulang, sedetikpun tidak dapat ditunda lagi."
Lim Tiang Hong kembali menanya kepada Pek-hong: "Mari kita pergi ber-sama2, baik juga melihat2 pemandangan alam gunung Bu-san!"
527 "Kau hendak menjumpai dewimu, tapi aku tidak mempunyai itu kegembiraan" jawabnya Pek-hong sambil ketawa dingin.
Karena mereka berdua tidak mau pergi, Lim Tiang Hong terpaksa memberi pesan kepada Cian-lie Tui-hong: "Kalian boleh pulang dulu. Setelah urusan di sini selesai, aku nanti akan pergi ke Kim-leng dulu untuk sementara, setelah itu juga akan pulang ke Hong-hong-tie".
Sehabis meninggalkan pesannya, ia lalu memberi hormat kepada Hong-gwat Kongcu dan lain2nya, baru pindah ke dalam perahu Cit-seng Hongcu.
Karena maksud yang utama Cit-seng Hongcu ialah hendak menyambut Lim Tiang Hong dan kini pemuda itu sudah berada dalam perahunya, maka ia ber-cakap2 lagi sejenak dengan yang lainnya, segera perintahkan orang2nya untuk berlayar balik ke gunung Bu-san.
Tinggal Pek-hong yang ditinggalkan oleh Lim Tiang Hong, cuma bisa mengawasi berlalunya dua buah perahu mewah itu dengan hati mendelu. Ia berdiri seperti patung.
Hong-gwat Kongcu yang menyaksikan itu, malah ketawa terbahak-bahak.
Waktu itu perahu sudah memasuki daerah Sam-san, yang airnya deras. Pek-hong yang terombang-ambing oleh ombak besar, tiba2 berteriak minta tukang perahu supaya hentikan perahunya, tapi perahu yang berada di atas air yang mengalir deras itu, bagaimana dapat dihentikan" Tapi Pek-hong teras mendesak, hingga tukang perahu terpaksa dayung perahunya perlahan2 minggir ke pantai.
Terpisah kira2 tiga tombok dengan pantai, Pek-hong sudah tidak sabar lagi. Ia sudah lompat melesat, se-olah2 burung rajawali melayang di atas air, ia sudah melayang ke atas tebing yang banyak batunya.
Hong-gwat Kongcu yang sudah biasa dengan kebebasan, juga tidak enak dikekang kebebasannya dalam perahunya, maka ia 528
juga lantas lompat melesat menelad Pek-hong. Setelah lebih dulu memberi hormat kepada Cian-lie Tui-hong dan lain2nya.
...dw...kz... Mari kita tengok Lim Tiang Hong yang disambut secara luar biasa oleh Cit-seng Hong-cu. Setiba di atas gunung, segera diajak masuk ke ruangan pertemuan.
Lim Tiang Hong agak heran, karena waktu itu keadaan di atas gunung nampak riang gembira. Seluruh rumah dipajang dengan lampu kertas beraneka-warna, rumah2 yang dulu hancur telah dibangun lagi. Ketarik oleh perasaan herannya, Lim Tiang Hong lantas menanya kepada Cit-seng Hongcu: "Hari ini di atas gunung akan merayakan pesta apa?"
Cit-seng unjukkan ketawanya yang aneh, baru menjawab:
"Sebentar kau nanti akan tahu sendiri,"
Tiba di dalam ruangan tamu, setelah beristirahat sebentar, Cit-seng Hongcu lantas berkata: "Saudara Lim tentunya sudah letih, silahkan masuk ke dalam untuk mandi dan ganti pakaian".
Lim Tiang Hong memang merasa letih dan perlu mandi untuk membersihkan dirinya serta ganti pakaian, maka ketika mendengar perkataan tuan rumah itu, ia lantas anggukkan kepala.
Dua pelayan perempuan segera maju menghampiri dan ajak ia masuk ke ruangan belakang, dimana ada terdapat kamar mandi.
Sehabis mandi ia lantas pergi tukar pakaian, tapi ternyata pakaian yang lama sudah tidak ada dan sebagai gantinya ia dapatkan seperangkat pakaian baru, yang ternyata cocok dengan ukuran badannya. Apa yang mengherankan ialah, warna bajunya juga sama dengan warna kesukaannya.
Waktu ia balik ke ruangan tamu, di sana sudah berkumpul Sebelas Hongcu (Tujuh di antaranya pengangkatan baru). Ketika melihat ia keluar, semua lantas berbangkit dan maju menyambut, 529
kemudian pada ketawa dan satu di antaranya lantas berkata:
"Saudara Lim tentu sudah lapar, silahkan masuk untuk dahar!"
Di lain ruangan, ternyata sudah disediakan meja perjamuan lengkap dengan ber-puluh2 batang lilin merah, seperti sedang mengadakan pesta perkawinan.
Sin-lie Hongcu juga muncul pada saat itu dengan diiring oleh empat pelayan wanita muda. Berbeda dengan biasanya, hari itu ia nampak berdandan sangat perlente. Ketika ia melihat Lim Tiang Hong, hanya anggukkan kepala dan tersenyum, tapi dengan cepat sudah tundukkan kepalanya lagi.
Lim Tiang Hong yang berhati lapang, tidak perhatikan semua urusan tetek-bengek itu, ia membiarkan dirinya dirubung dan didorong duduk ke kursi pertama, sedang Sin-lie Hongcu duduk di sampingnya sebelah kiri. Tempat2 duduk itu agaknya sudah diatur lebih dulu. Setelah Lim Tiang Hong dan Sin-lie Hongcu duduk di tempatnya yang sudah disediakan, yang lain2-nya barulah pada duduk di tempat masing2.
Sebentar kemudian terdengar suara tetabuhan musik dan suara petasan, setelah itu Cit-seng Hongcu lalu berbangkit dan sambil angkat cawannya "Di atas gunung yang sepi dan tandus, tidak ada barang hidangan apa2 untuk menyambut tetamunya.
Harap saudara Lim dahar ala kadarnya. Harap saudara Lim suka keringkan arak secawan ini".
Karena merasa tidak enak menolak, Lim Tiang Hong minum kering arak dalam cawannya, setelah itu tuan rumah dan lain2nya juga minum kering arak masing2.
Lim Tiang Hong sebetulnya memang tidak suka minum arak.
Tapi saat itu ia tidak dapat menolak permintaan tuan rumah.
Dengan tanpa dirasa, beberapa cawan arak sudah masuk ke dalam perutnya.
Cit-seng Hongcu sengaja main gila. Ia menyuguhkan arak wangi enak rasanya ketika masuk ke dalam mulut, tapi setelah 530
masuk ke dalam perut, arak itu lantas mulai bekerja. Belum satu jam, bagi orang yang tidak kuat minum akan menjadi mabok.
Begitulah keadaannya dengan Lim Tiang Hong, yang saat itu kepalanya sudah mulai pusing, matanya berkunang kunang.
Cit-seng Hongcu yang mengetahui itu, lantas berkata sambil tersenyum: "Saudara Lim sudah mabuk! bimbing ia masuk kamar supaya tidur!"
Lim Tiang Hong selain merasakan kepalanya pusing dan matanya kabur, badannya juga dirasakan lemas. Empat pelayan wanita segera membimbing padanya, masuk ke dalam sebuah Kamar yang diperlengkapi sangat mewah, sedang bau harum memenuhi seluruh kamar.
Karena ia sudah mabuk, maka tidak tahu segalanya. Begitu masuk ke dalam kamar, lantas jatuhkan badan di atas pembaringan.
Empat pelayan wanita itu saling mengawasi sambil ketawa kemudian menolong untuk membuka sepatu dan pakaian luar, lalu menutup piatu dan berlalu.
Entah berapa lama telah berlalu, per-lahan2 ia telah siuman.
Dalam keadaan setengah sadar dan setengah tidak sadar, lapat2
ia seperti merasa bahwa dirinya sudah pulang ke Hong-hong tie, sedang Gin-sie siu dan lain2nya sedang mengadakan pesta perkawinan bagi dirinya dengan Yu-kok Oey-eng. Dan malam itu seperti ada malam perkawinannya. Ia mengingat ingat, tapi otaknya tetap butak, apapun tidak dapat ingat lagi.
Dengan tanpa disengaja ketika ia ulur tangannya, telah menyentuh tubuh halus dan hangat. Berbareng dengan itu hidungnya juga dapat menghendus bau harum seorang wanita.
Dalam kagetnya ia lantas berseru: "Enci Oey-eng"
Tubuh orang itu nampak bergerak dan menjawab dengan suara pelahau: "Mm....".
Ia dapat menggendus bau harum yang mengguncangkan perasaannya, hingga diam2 berkata kepada dirinya sendiri: "Ya!
531 ini ternyata bukan impian, melainkan se-benar2nya. Malam ini adalah malam baik bagi kita, tidak seharusnya aku perlakukan dingin padanya".
Oleh karena selama itu ia selalu sibuk dengan urusannya sendiri, apalagi sifatnya Yu-kok Oey-eng agak keras dan terlalu manja, maka ia perlakukan dingin padanya. Kini agaknya merasa menyesai, maka lantas berkata dengan suara penuh kasih sayang:
"Enci Oey-eng, akhirnya kita toh hidup bersama....".
Lim Tiang Hong mendusin dari tidurnya. Ketika ia dengar suara ayam berkokok. Ketika ia membuka mata, ia telah dapatkan di sebelahnya ada tidur nyenyak seorang wanita muda dengan parasnya yang cantik. Dari sinar matahari yang baru mulai muncul, ia amat2i paras wanita itu, ternyata bukan paras Oey-eng yang ia jumpai dalam impiannya, melainkan parasnya Sin-lie Hongcu, yang saat itu sedang mengunjukkan senyuman manis dan belum mendusin dari tidurnya.
Bukan kepalang kagetnya Lim Tiang Hong, ia lompat bangun dan memakai pakaiannya serta mengawasi Sin-lie Hongcu dengan mata kesima.
Ia sungguh tidak nyana bahwa Cit-seng Hongcu telah menggunakan siasat begitu rendah. Ia juga benci kepada Sin-lie Hongcu yang berbuat begitu tidak tahu malu. Ia ingin membangunkan dan damprat padanya, tapi kemudian ia berpikir pula, kesalahan ini tidak seharusnya ditimpakan kepada diri ia seorang saja, ia sendiri seharusnya juga tanggung jawab sebagian, karena ia sendiri yang mempunyai kepandaian dan kekuatan demikian tinggi, mengapa sampai mabuk begitu rupa" Mengapa pada waktu kedapatan dirinya mabuk tidak lekas menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk mengeluarkan arak dari dalam perutnya"
Sekarang ibarat nasi sudah menjadi bubur, bagaimana selanjutnya"
Memikir soal yang sangat pelik itu, ia cuma bisa menarik napas panjang.
532 Pada waktu itu, kembali ia ingat dirinya Yan-jie. Persoalan yang menyangkut dirinya nona cilik itu, ada lebih penting dari segala persoalan lainnya. Ia tidak dapat membiarkan soal ter-katung2 lebih lama lagi. Maka ia lantas berkata dengan suara perlahan: "Bukan aku si orang she Lim berbuat keterlaluan atau tidak mempunyai perasaan, tapi dalam soal ini, sebetulnya adalah kesalahan kalian. Sekarang aku cuma bisa meninggalkan kalian"
Ia lalu membuka daun jendela, kemudian lompat keluar terus turun gunung. Pikirannya pada saat itu kusut sekali, se-olah2
seorang tawanan yang kabur dari dalam rumah penjara. Hatinya terus berdebaran.
Begitu tiba di kota Kim-leng, dengan tanpa berhenti lagi, ia langsung menuju ke rumahnya Sin-soan Cu-kat.
Kebetulan pada hari itu si Pengemis Mata Satu juga berada dalam rumahnya Sin-soan Cu-kat. Begitu melihat kedatangannya, si Pengemis itu lantas lompat dan menegurnya:
"Aha! tuan mudaku. Akhirnya kau datang juga. Kau benar2
membuat aku si pengemis sangat gelisah!".
"Bagaimana dengan nona Yan-jie?" Lim Tiang Hong balas menanya dengan perasaan terkejut.
"Caranya untuk menyembuhkan penyakitnya, kita sudah dapatkan dari tumpukan buku2 resep peninggalan Heng-lim Chun-loan, tapi harus menantikan kedatanganmu, kita baru bisa turun tangan". berkata Sin-soan Cukat dengan sabar.
"Kenapa?" "Sebab setelah minum obatnya, masih perlu dibantu dengan kekuatan tenaga dalam dari seorang yang sudah sangat sempurna, supaya obat itu bekerjanya lebih kuat hingga racunnya dapat dikeluarkan lebih cepat. Selain daripada itu, karena dikuatirkan kekuatan obat terlalu keras, maka lebih dulu harus diberi obat jenis Soat-som-wan dari Hong-hong-tie, untuk menjaga jantungnya. Dengan demikian barulah aman. Aku 533
dengan si pengemis miskin ini, meski sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun, tapi kalau dibandingkan dengan kau, rasanya masih selisih jauh sekali". demikian Sin-soan Cu-kat menjelaskan duduknya perkara.
"Locianpwee terlalu memuji".
Si pengemis Mata Satu lalu delikkan matanya dan berkata:
"Tidak perlu merendahkan diri, marilah kita segera turun tangan!"
Bertiga mereka lalu masuk dalam kamar, segera dapat lihat Yan-jie yang masih ditotok jalan darah tidurnya. Ia masih rebah di atas pembaringan, parasnya pucat pasi.
Lim Tiang Hong laju mengeluarkan sebutir pil Soat-som-wan yang dimasukkan ke dalam mulutnya.
Sin-soan Cukat telah mengeluarkan obat yang sudah disediakan, pelahan2 dimasukkan ke mulut Yan-jie, sedang si Pengemis Mata Satu segera angkat tubuh Yan-jie dan didudukkan di atas pembaringan, kemudian berkata kepada Lim Tiang Hong: "Lotee, siap! aku akan membuka totokan jalan darahnya dan kau lekas membantu ia menambah kekuatan".
Lim Tiang Hong anggukan kepala, ia lantas kerahkan kekuatan tenaga murninya Sian thian-cin-it-khie-kang.
Si Pengemis Mata Satu itu dengan kecepatan bagaikan kilat membuka totokan pada tubuh Yan-jie dan Lim Tiang Hong dengan cepat ulur tangannya di tempelkan ke jalan darah Beng-bun-hiat Yan-jie.
Ketika Yan-jie terbuka totokannya, ia rasakan sekujur badannya seperti ada beribu ribu binatang semut sedang merayap. Hatinya juga merasa pepat.
Sin-soan Cu-kat lalu ber-bisik2 di telinganya: "Lekas kau bersemedi, berdayalah untuk mendesak keluar racun dalam tubuhmu"
534 Yan-jie pada saat itu kepalanya masih merasa pusing.
Perasaanya rasanya sudah tidak dikendalikan lagi oleh pengaruhnya racun, tiba2 di telinganya terdengar suara berbisik yang menyuruh padanya bersemedi, ia lalu menurut. Baru saja melakukan tidak antara lama, dirinya merasakan ada hawa panas mengalir, kemudian menyusuri ke seluruh urat dan tempat yang dilalui oleh hawa panas itu mendadak hilang rasa sakitnya.
Ia meneruskan usahanya untuk menyembuhkan dirinya, perlahan2 otaknya mulai jernih kembali, pikirannya juga mulai tenang.
Sin-soan Cu-kat dan si pengemis Mata Satu, mula2
menyaksikan paras Yan-jie seperti sedang menahan sakit, hingga hati mereka merasa cemas, tapi kemudian per-lahan2 paras itu berubah merah, hingga mereka mengerti bahwa obat dan pengaruh kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong sudah memberikan khasiatnya.
Keduanya mulai merasa lega hatinya, lalu saling memandang sejenak, kemudian menutup pintu kamar dan meninggalkan Yan-jie dan Lim Tiang Hong berdua melanjutkan semedinya.
Lim Tiang Hong masih tetap pusatkan seluruh kekuatannya, untuk menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh Yan-jie. Karena kekuatannya yang sudah mencapai taraf kesempurnaan, tidak antara lama, bukan saja racun dalam tubuh Yan-jie sudah didesak keluar seluruhnya, kekuatan tenaga dalam Yan-jie juga bertambah berlipat ganda. Setelah selesai, barulah ia tarik kembali tangannya yang menempel di badan Yan-jie.
Ketika ia rnenyaksikan Yan-jie masih bersemedi, tapi parasnya sudah merah bercahaya, ia segera tahu bahwa nona cilik ini sudah sembuh dari penyakitnya.
Maka ia tidak berani mengganggunya, kembali pejamkan matanya untuk memulihkan tenaga dalamnya.
535 Ketika ia membuka mata lagi, Yan-jie juga sudah membuka matanya. Begitu melihat Lim Tiang Hong duduk di pinggir tempat tidurnya, ia berseru dengan kaget: "Eh!....?".
Lim Tiang Hong lantas menanya: "Adik Yan, sekarang apa kau mesih merasakan ada perubahan apa2 dalam tubuhmu?"
"Tidak! malah aku seperti berada dalam impian yang sangat panjang" jawab Yan-jie sambil membuka lebar2 matanya.
"Apakah kau masih ingat, apa yang telah kau lakukan ketika kau berada di Lam-bong dalam rombongan Boan-ciong-muy?".
"Boan-ciong-muy" aku belum pernah dengar nama itu!"
Lim Tiang Hong meng-amat-amati wajahnya. Ia tahu bahwa gadis cilik ini tidak membohong, maka ia berkata pula sambil menghela napas: "Sungguh panjang kalau mau diceritakan...."
Ia lalu menuturkan bagaimana malam itu ia telah diculik oleh orang2 Boan-ciong-muy, sehingga ia berada di Lam-bong, dan bagaimana ia telah pergi memberi pertolongan padanya bersama2 si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cukat.
Setelah mendengar penuturan itu. Yan-jie mengeluarkan keringat dingin. Tiba2 ia jatuhkan diri di atas pangkuan Lim Tiang Hong dan menangis seperti anak kecil.
Ada beberapa bal yang membuat ia begitu sedih. Selain sedihkan dirinya yang sudah sebatang kara, juga ia menyesal terhadap dirinya Lim Tiang Hong dan lainnya, yang hampir saja celaka di tangannya sendiri.
Seandainya kala itu benar2 dengan tanpa disadarinya ia telah menculik dirinya Lim Tiang Hong ke Lam-bong, seperti juga dirinya sendiri yang terkena racunnya Boan-ciong Nio-nio, sehingga mandah diperbudak nenek gemuk itu, apa yang terjadi selanjutnya"
Ia menangis sekian lama, akhirnya per-lahan2 telah dibikin mengerti oleh Lim Tiang Hong. Tapi setelah berhenti menangis, 536
mendadak ia menanyakan pula tentang musuh yang membunuh ayahnya.
Lim Tiang liong kembali menuturkan bagaimana musuh besarnya, ialah Im-san Mo-lie telah terbinasa di tangan ayahnya sendiri, sedang Pek-tok Hui-mo juga sudah dibinasakan oleh Yu-kok Oey-eng.
Ketika ia menyebut nama tunangannya, mendadak teringat kesalahannya terhadap Sin-lie Hongcu, maka ia lantas mengingatkan kepada dirinya sendiri "Ohh, Lim Tiang Hong, kau sudah berbuat kesalahan terhadap diri Sin-lie Hongcu.
Sekarang kau tidak boleh mengulangi lagi kesalahan semacam itu".
Mengingat sampai disitu, ia lalu hendak mendorong tubuh Yan-jie dari pangkuannya. Siapa nyana perasaannya Yan-jie pada saat itu justru sebaliknya. Dengan mendadak ia lompat bangun dan menubruk padanya, seraya berkata: "Engko Hong, kau baik sekali. Aku benar2 tidak tahu bagaimana harus membalas budimu".
Meski usia Yan-jie sudah terhitung dewasa, tapi hatinya masih putih bersih. Ia selamanya anggap Lim Tiang liong sebagai engko kandungnya sendiri, kali ini setelah mengalami peristiwa begitu berbahaya, ia lebih hargakan dan suka kepada engkonya itu. Karena perasaan cinta di tengah-tengah antara kekasih dan saudara hingga melupakan peradatan, ia telah susupkan kepalanya di dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sebetulnya sudah lama kenal Yan-jie.
Setelah Heng-lim Chun-loan binasa secara mengenaskan, diam2
ia telah berjanji kepada diri sendiri hendak memberi perlindungan kepada diri Yan-jie yang sudah menjadi sebatang kara, tapi oleh karena munculnya Yu-kok Oey-eng yang sudah ditunangkan oleh ayah kedua pihak sejak mereka masih di dalam perut, maka ia baru menjauhi dirinya Yan-jie.
Kini setelah berjumpa kembali, meski sudah peringatkan diri sendiri, tapi perasaan kasih dan kasihan yang terpendam selama 537
itu, telah timbul kembali, hingga keduanya sama2 tenggelam dalam lamunan masing2.
Walaupun demikian, perasaan mereka hanya terbatas sampai pada kasih sayang yang suci murni, sedikitpun tidak ada pikiran jahat.
Lama sekali, mendadak terdengar suara Yan-jie: "Engko Hong, aku harap engkau tidak akan berpisah denganku untuk selama lamanya...."
"Mmmm...." Tepat pada saat itu, sesosok bayangan orang mendadak melayang turun bagaikan burung hinggap di atas pohon. Setelah tiba di tanah lain memeriksa keadaan di sekitarnya sejenak, lalu perlahan2 berjalan mendekati lubang jendela.
Di bawah sinar rembulan, lapat2 dapat dilihat bahwa bayangan itu adalah seorang wanita berbaju merah yang rambutnya kusut. Ketika mendengar suara didalam kamar, seketika nampaknya terperanjat, kemudian dengan gerakan perlahan, ia hunus pedangnya. Selagi hendak lompat masuk, mendadak tarik kembali gerakannya dan menghela nafas perlahan.
Tidak antara lama, wanita itu seolah olah telah mengambil suatu keputusan. Dengan mendadak ia kibaskan pedangnya, untuk membabat rambutnya sendiri. Kemudian ia tancapkan pedangaya di daun jendela bersama rambut panjangnya dan lantas menghilang di tempat gelap.
Setelah wanita baju merah itu berlalu, kembali muncul wanita muda dengan senjata gendewa di belakang gegernya. Wanita itu memandang sekitarnya sejenak. Matanya mendadak dapat lihat rambut dan pedang di daun jendela, nampaknya terkejut. Ia lalu menghampiri jende!a, kemudian tempelkan telinganya.
Seketika itu mendadak alisnya berdiri, lalu perdengarkan suara ketawa dingin.
538 Belum lagi ia berlalu, dari dalam tiba2 terdengar suara bentakan orang. Lim Tiang Hong dan Yan-jie keluar saling susul.
Begitu melihat di dalam pekarangan ada berdiri bayangan seorang wanita, yang bukan lain daripada Yu-kok Oey-eng, dua2nya pada terperanjat.
Yu-kok Oey-eng dengan muka pucat pasi berkata sambil menunjuk rambut di daun jendela: "Ini entah rambutnya gadis mana yang kau telah bikin rusak hatinya"
Kemudian ia menuding Yan-jie sambi! ketawa dingin: "Ini barangkali juga akan menjadi korban tangan iblismu. Hm! kau iblis pipi licin. Aku sekarang mengerti dan kenal bagaimana adanya kau!"
Setelah itu ia lantas lompat melesat, menghilang dari depan mereka.
Lim Tiang Hong semula berdiri kesima di situ. Ketika ia menginsyafi maksud perkataan tunangannya itu, ternyata tunangan itu sudah berlalu jauh. Ia buru2 mengejar dan memanggil-manggil namanya. Tapi tidak dapat jawaban, terpaksa balik lagi ke bawah jendela. Ketika ia melihat pedang dan rambut siapa yang menancap di situ. Di bawah sinar rembulan ia dapat lihat digagang pedang itu ada terdapat ukiran tiga huruf "SIN LIE
Hong" maka wajahnya berubah seketika, tangannya gemetaran.
Yan-jie, biar bagaimana hatinya masih putih bersih. Ia sama sekali tidak mengerti perkataan Yu-kok Oey-eng dan apa yang dimaksudkan dengan istilah2 'rusak hatinya', 'iblis pipi licin' dan sebagainya. Ketika ia melihat Lim Tiang Hong tangannya memegang pedang dan rambut wanita dengan wajah berubah, ia lantas menghampiri dan menanya padanya: "Engko Hong, apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Lim Tiang Hong cuma gelengkan kepala tidak menjawab.
Tapi kemudian terdengar mulutnya kernak-kemik berkata kepada dirinya sendiri: "Oh, Allah! apakah ini ada salahku".... Tapi....
Ah! biar bagaimana adalah aku yang mengecewakan hatinya....".
539 Yan-jie yang melihat sang 'engko' itu tidak menjawab, hatinya menjadi panas. Ia lantas merebut pedang di tangan Lim Tiang Hong. Dari sinar rembulan, ia dapat lihat tiga huruf kecil di gagang pedang. Dari tiga huruf Sin-lie-hong itu ia lantas teringat kepada pemiliknya, Sin-lie Hongcu, maka seketika itu ia lantas sadar.
Mendadak ia lemparkan pedang itu ke tanah, sambil menekap muka ia berjalan pergi sambil berseru gemas: "Aku sekarang mengerti, pasti kau pernah berhubungan baik dengannya dan kemudian kau tinggalkan padanya....".
Lim Tiang Hong yang berhati lapang dan berjiwa besar, sungguh tidak nyana dalam waktu satu malam itu, telah mengalami begitu banyak pukulan bathin, maka pikirannya sangat kusut. Ia masukkan rambut Sin-lie Hongcu ke dalam sakunya, kemudian kerahkan ilmunya meringankan tubuh dan kabur. Setiba di tepi sungai, baru berhenti.
Dengan mata memandang air sungai, ia berkata kepada diri sendiri sambil menarik napas panjang: "Pek-hong telah pergi dari sampingku karena hatinya merasa tersinggung. Sin-lie Hongcu lantaran aku, kini telah memotong rambutnya pergi menyucikan diri. Yan-jie salah paham terhadap diriku dan Oey-eng juga meninggalkan aku.... Ah! Aku ini sebetulnya tidak mempunyai perasaan atau terlalu berperasaan....?".
Dengan hati dan pikiran kusut, ia seorang diri berjalan mundar-mandir di tepi sungai, entah berapa lama ia berada dalam keadaan demikian.
Tiba2 dua sosok bayangan orang dengan cepat menghampiri padanya, lalu terdengar suaranya ketawa terbahak-bahak yang kemudian berkata: "Saudara Lim sudah berhasil menyapu bersih kawanan iblis, hingga namamu sangat harum di dalam rimba persilatan. Seharusnya kau patut merasa bangga, mengapa kau umpatkan diri di sini dan agaknya sedang dirundung malang?"
540 Lim Tiang Hong terperanjat. Ia lantas berpaling, segera dapatkan dirinya Hong-gwat Kongcu bersama Pek-hong Cu Giok Im. Si burung Hong putih itu kini berdandan pakaian ringkas.
Dengan paras berseri-seri ia berkata sambil ketawa ter-kekeh2: "Siauwmoy sudah lama mendengar kabar bahwa pulau Tho-hoa-to itu merupakan satu taman firdaus, maka telah berkeputusan akan pesiar ke sana bersama2 saudara Hong-gwat.
Kedatangan kita ini adalah akan minta diri kepada saudara Lim".
Lim Tiang Hong sambil ketawa kecut memberi hormat dan berkata: "Semoga berdua saudara selamat tiada halangan suatu apa."
Hong-gwat Kongcu menjawab sambil ketawa terbahak-bahak: "Aku merasa sangat girang kalau di kemudian hari saudara Lim bisa datang ke sana beraama enso".
Setelah itu, keduanya lantas berlalu.
Lim Tiang Hong dengan hati mendelu mengawasi berlalunya kedua sahabat itu, saat itu se-olah2 ia kehilangan apa2.
Kembali tampak sesosok bayangan merah menghampirinya.
Dengan suara merdu dan agak gugup orang yang baru datang itu berkata padanya: "Kongcu, aku telah mencari kau ubek2an.
Kiranya kau sedang melamun di sini! Mari lekas ikut aku, kalau terlambat mungkin tidak keburu lagi!"
Orang itu yang bukan lain daripada si gadis cilik Yong-jie.
Entah bagaimana ia dapat menemukan Lim Tiang Hong di tepi sungai itu.
Dengan hati cemas Lim Tiang Hong menanyakan padanya:
"Ada urusan apa sebenarnya?".


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan membuka lebar matanya, Yong-jie unjukkan ketawanya yang aneh. "Ikut aku mengejar seseorang."
Dengan tanpa menunggu jawaban Lim Tiang Hong lagi, ia lantas tarik tangan Kongcunya dan sebentar saja telah menghilang di antara sinar matahari pagi.
541 TAMAT 542 Document Outline Bagian ke II Daftar Isi : Jilid ke 1 Bab 42 Bab 43 Bab 44 Bab 45 Jilid ke 2 Bab 46 Bab 47 Bab 48 Jilid ke 3 Bab 49 Bab 50 Bab 51 Jilid ke 4 Bab 53 Bab 54 Jilid ke 5 Bab 55 Bab 56 Bab 57 Jilid ke 6 Bab 58 Bab 59 Jilid ke 7 Bab 60 Bab 61 Jilid ke 8 Bab 62 Bab 63 Bab 64 Jilid ke 9 Bab 65 TAMAT Dibawah Kaki Pak Dirman 2 Raja Naga 18 Ratu Dinding Kematian Siluman Muka Kodok 2
^