Pencarian

Warisan Jenderal Gak Hui 3

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung Bagian 3


dengan segala kekerasan, apalagi dia tidak merasa mempunyai persoalan dan
permusuhan dengan partai Kim-sai-pang.
"Aku baru saja turun gunung dan belum berapa lama berkecimpung di dunia
Kang-ouw. Tetapi mengapa orang-orang partai Kim-sai-pang selalu
menyusahkan diriku. Aku tidak merasa menanam permusuhan dan diantara kita
tidak ada dendam mendendam. Ataukah aku pernah berbuat salah yang
menyinggung partai Kim-sai-pang ?" seru Kiam Ciu.
"Ya, kau harus dengarkan sekali lagi, bahwa karena pedang pusaka Naga
Kuning itu maka kami selalu mengejar-ngejarmu. Karena Oey-Liong-Kiam itulah
Oey Liong Kiam 4 5 sumber malapetaka yang selalu akan kau alami !" seru pemimpin partai Kimsai pang.
Kemudian dengan satu isyarat tangan kanan disusul dengan menyambarnya
keempat orang lain dalam sikap mengurung Tong Kiam Ciu, Saat itu sebenarnya
Kiam Ciu akan menyahut kata-kata pemimpin Kim-sai-pang itu. Namun belum
lagi Kiam Ciu mengucapkan kata-kata, ternyata orang itu telah meloncat
menerkam dada Kiam Ciu. Untung Kiam Ciu waspada. Dengan memiringkan tubuh dan mengebutkan
kedua lengan jubahnya maka keempat lawannya terpental begitu juga pemimpin
Kim-sai-pang yang akan menerkam dada Kiam Ciu jadi terhuyung hampir
tersungkur. Kiam Ciu tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan dan dendam. Maka
sama sekali dia tidak bermaksud untuk melukainya. Kiam Ciu menghadapi
kelima orang Kim-sai-pang itu dengan tangan kosong. Dia sering menghindar
dengan mengandalkan kelincahan dan ilmu meringankan tubuhnya.
Tampaklah Kiam Ciu bagaikan berterbangan dan berloncatan dengan cepat
dan terhindar dari serangan-serangan kelima lawannya. Sampai beberapa jurus
lamanya pertempuran itu telah berlalu, tetapi tiada sebuah pukulanpun yang
mengenai tubuh Kiam Ciu. Seolah-olah pemuda itu bagaikan terombang-ambing
gelombang samudra. Sedangkan kelima orang Kim-sai-pang itu menyerang
bagaikan badai membentur-bentur batu karang dengan dahsyat.
Serangan mereka serentak dan terlatih. Namun Kiam Ciu walaupun seorang
anak muda yang baru terjun dikalangan Kang-ouw, ternyata dapat mengatasi
segala ilmu yang dikeluarkan oleh lawannya. Karena pihak lawan tidak
mempergunakan senjata, maka Kiam Ciu tetap bertahan untuk mengatasi
lawannya dengan tangan kosong.
Kelima orang itu merasa penasaran dan merasa seolah-olah dipandang
ringan ilmu silat partainya. Maka dengan satu isyarat lagi kelima orang itu tahutahu telah menggenggam pedang yang berhulu aneh. Hulu pedang mereka
seperti singa dan berkuku. Jadi mereka dapat menyerang lawan dengan mata
pedang maupun mencakar dengan hulu pedang yang berkuku sangat beracun
itu. Oey Liong Kiam 4 6 Karena terdesak dengan serangan-serangan kelima lawan yang bersenjata
itu. Maka Kiam Ciu meloncat mundur beberapa tindak, kemudian mencabut OeyLiong-Kiam. Untuk pertima kalinya Kiam Ciu selama memiliki pedang pusaka itu
untuk mempergunakannya. Tetapi dia tidak bermaksud untuk membinasakan lawannya. Ketika pedang
pusaka Naga Kuning itu tercabut, terdengar kelima orang lawannya
mengeluarkan pujian tertahan. Kilatan kuning memancar dari mata pedang,
kemudian Kiam Ciu mengeluarkan pedang itu dengan permainan jurus Liksiang-kiam-hoat ilmu melindungi diri dari taufan.
Gerakkan jurus Lik-siang-kiam-hoat tetnyata sangat hebat dan berkelebatan
kian kemari hingga tampaknya hanya bagaikan gulungan-gulungan kuning yang
sangat menyilaukan mata, Sedangkan angin yang ditimbulkan karena gerakan
itu sangat luar biasa pula.
Jurus Lik-siang-kiam-hoat itu adalah ajaran kakek Pek-hi-siu-si yang telah
puluhan tahun menjagoi Bu lim, ternyata telah sangat dipahami oleh Kiam Ciu
dengan sempurna. Menyaksikan kehebatan permanan pedang pemuda itu, maka kelima orang
Kim-sai-pang telah berloncatan menghindar. Mereka merasa tidak mampu untuk
menghadapi serangan dan babatan pedang yang sangat cepat itu. Maka dengan
mengandalkan ilmu meringankan tubuh dan kelincahan kelima orang itu
menghindar. Kiam Ciu, mendesak terus. Namun pemuda itu tidak bermaksud untuk
membunuh lawannya. Apalagi karena dia menang tidak merasa mempunyai
ikatan permusuhan dan dendam Serangan-serangan yang dilancarkan hanya
sebagian tenaga saja. Namun sudah cukup dimengerti oleh lawannya yang kini
tidak dapat berbuat banyak kecuali hanya menghindar selalu.
Sebuah gerakan membabat telah dilancarkan oleh Kiam Ciu.
"Breet!" terdengar sesuatu robek.
"Aii..!" terdengar suara terkejut dan tertahan.
Oey Liong Kiam 4 7 Beriamaan dengan itu telah terlihat ilmu orang itu berdiri jauh dan
memunggungi Kiam Ciu. Pedang mereka terlepas. Kulit Singa yang menutupi
kepala mereka terobek. Hingga rambutnya tergerai.
"Hah ?" seru Kiam Ciu tertahan.
Saat utu Kiam Ciu dapat melihat dengan pandangan mata sekilas. Ternyata
mereka berlima itu terdiri dari wanita-wanita semuanya. Lebih-lebih pemimpin
orang-orang itu adalah seorang gadis yang jelita. Rambut mereka yang hitam
berombak itu telah terlepas dari ikatan.
Maka tidaklah mengherankan bila mereka itu terdiri dari orang-orang yang
bertubuh pendek dan bersuara seperti suara wanita. Karena memang ternyata
orang itu adalah wanita semuanya.
Kiam Ciu menahan serangannya dan tertegun mengawasi kelima lawannya
yang kelihatan telah menyerah dan tidak mengadakan serangan lagi. Bahkan
pemimpin Kim-sai-pang iru tampak sangat masgul karena dapat dikalahkan oleh
Kiam Ciu hanya dalam beberapa jurus saja.
Sambil memutar tubuh untuk berlalu dari tempat itu, pemimpin partai silat
Kim-sai-pang melemparkan pening kuning milik partai Bu-tong kearah Kiam Ciu.
Lalu pemuda itu memungutnya dengan hati gembira bercampur heran
menyaksikan keanehan kelima orang Kim-sai-pang itu.
"Hemm, memag dunia ini penuh keanehan yang belum pernah kulihat" kata
Kiacn Ciu dalam hati. Setelah Kiam Ciu mengamati benda yang terbuat dari kuningan itu, maka
disimpannya baik-baik dalam sakunya. Kemudian menghampiri kuda putih dan
tali kekang yang terikat pada sebatang pohon itu lalu dilepaskannya. Kuda putih
itu tampak sangat senang, Dijilatinya tangan Kiam Ciu yang tengah melepaskan
buhulan tali kekang pada sebatang pohon hutan. Kemudian disarungkannya
kembali pedang pusaka Naga Kuning atau Oey-Liong-Kiam kedalam sarungnya.
Setelah merapikan pakaian dan letak Oey-Liong-Kiam, maka dituntunnya
kuda putih itu untuk meninggalkan pegunungan Heng-san. turun ke lembah dan
untuk meneruskan perjalanan.
Oey Liong Kiam 4 8 Angin bertiup semilir dan sejuk sekali. Dalam pada itu Kiam Ciu
merenungkan kejadian baru-baru ini dialaminya. Pengalamannya dengan OeyLiong-Kiam. Pedang pusaka yang luar biasa itu ternyata memang banyak
mendatangkan bencana. Tetapi Kiam Ciu telah bertekad untuk menjaga dan
memelihara pedang pusaka itu.
Dengan perasaan enggan untuk menyusahkan kudanya, maka Kiam Ciu lalu
moloncat ke punggung kuda putih itu. Dengan sekali loncat dia telah duduk
diatas pelana kulit berukir di punggung kuda putih itu kemudian menarik tali
kekang dan mengeprak sanggurdi hingga siputih mengangkat kaki depan dan
meloncat lari. Kuda putih yang ditunggangi oleh Kiam Ciu ternyata mempunyai
ketangkasan yang luar biasa seolah-olah seperti telah terlatih dengan untuk
perjalanan didaerah pegunungan. Ternyata dalam waktu yang tidak terlalu lama
telah berhasil meninggalkan lereng gunung. Memasuki tapal batas propiusi
Angwei. Seperti juga kepergian orang-orang dari kalangan partai Kim-sai-pang,
begitu juga Kiam Ciu semuanya telah ditinggalkan dengan begitu saja. Dengan
cepat tanpa meninggalkan jejak.
Tiba-tiba telinga Kiam Ciu yang telah terlatih menangkap derapan sayupsayuo suara kaki kuda. Beberapa taat kemudian suara derap kaki kuda itu
bertambah banyak dan bertambah jelas.
"Hey orang desa minggir ! Aku mau lewat !" terdengar sebuah teguran yang
bernada lantang dan kasar sekali.
Semula Kiam Ciu tidak menyangka yang ditegur itu adalah dirinya. Ketika
dia memalingkan tubuh dan menyaksikan sebuah kereta dengan beberapa
orang laki-laki berkuda dan bertubuh tinggi besar.
Sebenarnya telinga Kiam Ciu tidak bisa mendapat dampratan yang kasar itu.
Namun untuk menjaga ketenangan ditempat yang baru dimasukinya itu, maka
Kiam Ciu mau juga akhirnya mengalah dan menarik tali kekang yang kiri dan
kuda itu menurut untuk berjalan dipinggir.
Oey Liong Kiam 4 9 Kiam Ciu menghentikan kudanya dan memandang kearah kepulan debu
yang menyusul dua penurjang kuda terdahulu. Terdengar derekkan dan
bertambah dekat ternyata sebuah kereta berukir indah yang ditarik oleh empat
ekor kuda telah mendekatl dan meluncur diatas jalan besar berdebu itu dengan
pesatnya. Hingga debu dijalan raya itu bagaikan dihamburkan berterbangan membuat
Kiam Ciu terbatuk-batuk. Kemudian terdengar suara jejak kuda semakin
mendekat ternyata empat orang penunggang kuda yang juga mengenakan
seragam sepertii dua penunggang kuda yang terdahulu.
Mereka menggunakan jalan raya seenaknya sendiri bagaikan jalan miliknya
pribadi dengan tidak menghiraukan kepentingan orang lain.
Tong Kiam Ciu menjadi bergusar hati. Maka dikepraknja sanggurdi kuda itu
dan tumit Kiam Ciu membentur perut kudanya. Dengan tali kekang mengencang
maka siputih melompat kemudian bagaikan anak panah terlepas busur, maka
dengan cepat dan pesat sekali mengejar rombongan yang berada di didepannya.
Dalam waktu seperminum teh, rombongan itu telah terkejar. Ketika jarak
antara Kiam Ciu dengan rombongan itu begitu dekat, tersiarlah bau harum. Suatu
getaran aneh telah menjalar kedada pemuda itu. Kemudian dia menyadari
bahwa yang berada dalam kereta kuda itu adalah seorang wanita, Kiam Ciu
teringat akan adiknya yang ditinggalkan.
Sesaat kemudian Kiam Ciu telah mengendorkan tali kekang dan kuda putih
itu telah mengendorkan pula larinya. Bersamaan dengan itu pula orang-orang
yang mengawal kereta itu turut memperlambat kecepatan lari kudanya. Bahkan
kereta indah itupun berhenti.
Ketika Kiam Ciu menghentikan kudanya, tampaklah orang-orang pengawal
kereta itu telah bersikap seram dan berusaha untuk menyerang Kiam Ciu. Maka
pemuda itu waspada, memperhatikan gerak-gerik mata orang-orang yang
menghampirinya itu Salah seorang pengawal itu telah menghadang di tengah jalan. Ditangan
kanan orang itu terlihat sebuan kipas baja. Wajah orang itu tampak bengis tanpa
kompromi. Matanya yang bersinar hitam tajam melotot kearah Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 4 10 "Hey anak muda, mengapa kau mengejar kita?? Apakah kau tidak melihat
bahwa hari ini Nyonya Besar berkenan untuk melalui jalan raya ini?!" seru orang
yang menggenggam kipas baja dengan suara seram.
"Nyonya besar dari mana yang ingin menggunakan jalan raya ini ?" seru
Kiam Ciu dengan balas tak acuh memandang ringan.
Hal itu membuat laki laki yang memegang kipas baja itu menjadi sangat
bergusar hati. Matanya melotot dan kumisnya yang lebat dan kasar itu seolaholah berdiri dan mengijuk.
"Matamu buta ? Kau tidak mengenal Nyonya Besar dari istana Shi-san-kong!"
seru laki-laki itu dengan bentakan kasar.
Nyonya Besar dari istana Shi-san-kong adalah seorang wanita muda jelita
dan kaya raya. Wanita itu juga mempunyai kepandaian ilmu silat yang tidak
rendah. Karena harta yang berlimpah-limpah maka dia berhasil menyewa
beberapa orang jago silat untuk mengawalnya.
Mendapat jawaban laki-laki yang memegang kipas baja itu. Kiam Ciu
tersenyum. Kemudian dia memeriksa laki-laki itu dengan matanya yang
menyelidik dan sempat bertatapan pandang.
"Aku hanya mengetahui bahwa jalan raya ini milik orang banyak ! Milik
umum jadi bukan milik orang-orang tersebut ! Sedangkan aku melarikan kudaku
bermaksud untuk mengejar kalian !" seru Kiam Ciu menegaskan dengan nada
suara mendatar dan tenang.
Mendapat jawaban itu pengawal istana Shi-san-kong menjadi bergusar hati.
Dengan mengernyitkan alisnya dia membelalakkan sepasang matanya. Laki laki
yang bersenjata kipas baja itu lalu membentak.
"Kurang ajar! Apakah kau tidak mendengar peringatanku?!" seru laki-laki
bersenjata kipas baja itu dengan geram.
"Ya. aku medengarnya Tetapi aku samakali tidak menyangka bahwa aku
dilarang untuk berjalan diatas jalanan umum ini !" jawab Kiam Ciu sambil
tersenyum-senyum. Oey Liong Kiam 4 11 Menyaksikan keadaan Kiam Ciu itu laki-laki bersenjata kipas baja menjadi
bertambah gusar. Seolah-olah dia disindir dengan kata-kata tajam oleh Kiam Ciu.
Akhirnya pengawal itu sekilas melihat Oey-Liong-Kiam yang disandang
dipunggung Kiam Ciu. Ketika itu maka dengan sombong dan membanggakan
diri pengawal itu telah membentangkan kipas bajanya, kemudian melantang
Kiam Ciu. "Oho !" kukira siapa kau anak muda ! Ternyata kau adalah Tong Kiam Ciu
yang pernah bikin ribut memperlihatkan kelihayanmu dalam pertemuan Bu lim
tahwee diatas puncak gunung Ciok-yong-hong beberapa hari yang lalu. Tetapi
kini aku ingin mencoba kelihayanmu !" seru laki-laki pengawal istana Shin-sankong.
Pengawai itu hanya mengetahui bahwa dalam pertemuan Bu lim tahwee
beberapa hari berselang Kiam Ciu diserang secara keji oleh Liat Kiat Koan.
Dalam serangan itu, Kiam Ciu jatuh pingsan. Maka pengawal itu berpendapat
bahwa Kiam Ciu hanyalah seorang pemuda yang ambisius dan ilmu silatnya tak
seberapa tinggi. Maka dia menilai rendah ilmu silat pemuda itu. Hingga dia
berani untuk menantangnya.
Namun kenyataannya Kiam Ctu memang pemuda yang tidak ingin ribut?.
Karena pemuda itu merasa masih banyak tugas yang harus dijalankannya. Maka
dia ingin menyudahi perkara ini dan segera berlalu untuk menghindari
bentrokan. Tetapi sikap mengalah dan tidak ingin bentrok itu ditafsirkan oleh pengawal
itu sebagai sikap seorang pemuda yang lemah dan hanya berilmu rendah. Maka
bertambah berani dan sombonglah pengawal itu.
"Tuan besar dari istana Shin-san-Kong ! Aku menjelaskan padamu bahwa
aku tidak sengaja mengejar dan mencari keributan ! seru Kiam Ciu sambil
menghormat. Bagi seorang yang berhati tulus dan budiman, kata-kata yang diucapkannya
dan penuh sopan santun itu akan meredakan hati dan damai. Tetapi bagi
pengawal istana Shin-san-kong malah menambah kemarahannya dan
membentak dengan mata merah menyala.
Oey Liong Kiam 4 12 "Kurang ajar kau.. Hei Kiam Ciu rupa-rupanya kau hanya pembual dan pandai
berbicara ! Tetapi ternyata kau takut menghadapi aku !" seru pengawal iatana
Shin-san-Kong dengan sangat lantang dan marahnya.
"Twako ! Jangan mengulur-ulr waktu terhadap cecurut busuk itu ! Biarlah aku
yang menghadapinya!" terdengar salah seorang pengawal itu mencampuri
urusan itu. Rupa-rupanya sejak tadi orang itu telah menahan hati dan tak
terkekang lagi. Mendengar seruan itu, akhiryna kesabaran Tong Kiam Ciu terpancing juga.
Pemuda itu turun dari punggung kudanya dan berdiri dengan sikap perwira,
kemudian memandang kearah orang-orang yang berada dihadapannya dengan
sinar matanya. "Aku Tong Kiam Ciu tidak ingin mencari keributan ! Tetapi jika kalian mau
mencari gara-gara aku bersedia melayaninya !" seru Tong Kiam Ciu dengan
suara tegas, "Nah.. bersiap-siaplah untuk menghadapiku kalian dapat memilih
cara satu lawan atau kalian bersama-sama mengerebutku!"
"Aku yang akan berhadapan denganmu!" seru pengawal yang bersenjata
kipas baja itu seraya meloncat kedepan.
Orang-orang yang lainnya minggir dan menyaksikan pertempuran itu,
sebenarnya mereka juga ingin menggempur serentak. Namun rata tinggi hati
mereka yang menyebabkan mereka tidak mau mengerubut Kiam Ciu. Kiam Ciu


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah waspada, maka ketika menyaksikan bahwa lawannya telah siap pula, Kiam
Ciu segera memasang kuda-kuda.
Dengan sekali loncatan pengawal itu telah memukulkan kipas bajanya
kearah leher Kiam Ciu. Namun Tong Kiam Ciu memiringkan tubuhnya dan
menekuk lutut. Tangan kanan membentuk pedang.
"Tahan.. !" terdengar suara seorang wanita yang sangat halus.
Rupa-rupanya tekanan suara wanita itu dapat menggetarkan jantung lakilaku. Tenyata pengawal dan Kiam Viu juga menurut untuk menghentikan
serangan mereka, Ternyata wanita itu adalah wanita yang berada dalam kereta
indah itu. Oey Liong Kiam 4 13 "Tunggu dulu, aku ingin menyaksikannya !" seru wanita yang berwajah
sangat jelita dengan kulitan kuning langsat dan giginya bagaikan mutiara
berjajar. Kehadiran wanita jelita itu membuat kedua orang yang akan bertempur
untuk sesaat tertegun mematung. Wanita muda dan jelita itu mengenakan
pakaian yang berwarna dadu, wajahnya tampak sangat jelita lebih mirip dengan
bidadari daripada manusia. Gerak-geriknya sangat mempesonakan dan
menggiurkan. Keempat pengawal itu segera membongkok memberikan hormat kearah
kehadiran wanita jelita itu.
Setelah memperhatikan Tong Kiam Ciu sejenak, maka wanita itu lalu
menghampiri Kiam Ciu yang juga tampak terpesona dan lupa daratan
menyaksikan kecantikan wanita muda itu. Bahkan pada saat itu untuk sesaat
Kiam Ciu telah melupakan adiknya Ji Tong Bwee.
Dengan gerak gerik yang memikat dan suara yang bernada merayu, wanita
itu berseru kearah Tong Kiam Ciu.
"Hmmm.. . rupa-rupanya kau ini adalah Tong Kiam Ciu yang memiliki ilmu
Giok-ciang-cui-kiam (Tinju baja mematahkan pedang) !" seru wanita jelita itu
sambil tersenyum. Suara yang halus dan merayu itu mengandung pujian, schingga Kiam Ciu
yang masih sangat muda dan hijau dalam hal asmara itu jadi tertunduk malu.
Sesaat kemudian wanita jelita itu membalikkan tubuhnya menghadapi kedua
orang pengawalnya yang tadi telah menantang Kiam Ciu. Kemudian berseru
kearah kedua pengawal itu.
"Kalian berdua ! Kalian telah mengikutiku selama beberapa hari ini dan aku
yakin betul bahwa kalian berdua telah mengetahui betul peraturan istana kita!"
seru wanita jelita itu Kini suara yang merdu dan penuh daya perayu itu telah lenyap dan berubah
merjadi lantang dan meninggi. Disusul dengan hormat dan suara takut oleh
kedua pengawal itu. Oey Liong Kiam 4 14 "Siocia kita mengetahui betul peraturan itu."
Peraturan istapa Shin-san-kong itu ialah barangsiapa telah menjadi
pengawal wanita itu harus dapat membuktikan bahwa mereka dapat menjaga
keselamatan wanita itu dan dapat menghapuskan segala rintangan. Padahal
sekarang mereka berhadapan dengan Tong Kiam Ciu. Berarti mereka harus
menghadapi pemuda itu. Kalau mereka tidak dapat mengalahkan Kiam Ciu
berarti mereka kehilangan pekerjaan. Laki-laki yang bersenjata kipas baja itu
tidak mau kehilangan pekerjaan yang enak itu.
Maka dia akan segera menyelesaikan Kiam Ciu dan akan membuktikan
bahwa dia adalah pengawal yang baik. Maka segeralah dia siap siaga untuk
bertempur. Dikalangan Kang ouw sebenarnya kemunculan wanita jelita itu telah tersiar.
Karena wanita jelita itu mempunyai ilmu tinggi pula ialah sebuah ilmu pelenyap
sukma yang bernama Pan-Yok-sin-im atau suara melenyapkan sukma. Orang
belum ada yang menyaksikan kehebatan ilmu silatnya dan juga tidak
mengetahui dia berasal dari mana. Sedangkan orang-orang hanya mengetahui
bahwa dia adalah Nyonya besar dari istana Shin-san-kong. Wanita jelita yang
selalu berkereta. juga selalu mendapat pengawalan.
Wanita jelita dari Istana Shin-san-kong itu selalu menarik perhatian
dikalangan para pendekar. Bahkan dalam rimba persilatan wanita jelita selalu
menjadi teka-teki. Karena belum jelas maksudnya dalam lingkungan Bu-lim,
walaupun dia seorang wanita yang sangat lihay ilmu silatnya tetapi tidak pernah
terjun dalam Kang-ouw. Yang jelas menjadi sangat terpengaruh ialah para pendekar-pemdekar
muda karena kejelitaan wanita itu. Bahkan karena memandang kejelitaan itu
mereka rela berkorban apa saja asal dapat selalu berdekatan dengan Nyonya
besar diri istana Shin-san-kong. Maka tiadalah mcngherankan kalau mereka itu
telah banyak berkorban harta maupun kekasih bahkan nyawa. Karena para
pendekar muda itu bukan hanya sekedar mengharapkan selalu berdekatan
dengan nyonya besar dari istana Shin-san-kong tetapi mereka mengharapkan
lebih dari itu. Mereka mengharapkan untuk menjadi kekasih yang tersayang.
Oey Liong Kiam 4 15 Dalam keadaan itu maka tiadalah mengherankan kalau diantara para
pendekar muda itu hingga terjadi persaingan bahkan permusuhan. Kadangkadang menimbulkan korban jiwa juga.
Sedangkab nyonya besar yang jelita itu karena sudah terbiasa dan
menyadari keadaannya yang menjadi pujaan dan selalu disanjung oleh para
pendekar muda yang tampan dan gagah, maka terbiasalah wanita itu
menyaksikan segala kekerasan dan pertumpahan darah. Sehingga hatinya tiada
merasa puas kalau tidak menyaksikan perkelahian.
Maka dia telah menetapkan peraturan yang luar biasa bagi para pendekar
muda yang telah menyerah kepadanya. Pendekar muda yang telah takluk
karena terbuai oleh kecantikan dan kemerduan suara wanita jelita itu. Nyonya
besar dari istana Shin-san-kong menetapkan bahwa seseorang dapat selalu
menjadi pengawalnya kalau dapat membuktikan keperkasaan dihadapannya.
Sedangkan bagi pengawal yang telah kalah dianggap tidak berguna lagi dan
harus keluar atau dikeluarkan. Begitu pula bagi para pengawal yang
membangkang perintah, orang-orang yang tidak patuh itu akan segera
dipecatnya. Kecantikan wanita itu sangat luar biasa. Maka tidakhb mengherankan kalau
kecantikannya itu mempesonakan banyak para pendekar muda yang saling
bersaing untuk merebut hati dan simpati wanita jelita dari istana Shin-san-kong
itu. Tong Kiam Ciu juga sangat terpesona menyaksikan kejelitaan wanita itu.
Bahkan mata pemuda itu tiada berkedip, apalagi ketika menyaksikan gerak-gerik
wanita itu yang sangat menarik.
"Hemmm, tidaklah mengherankan kalau banyak para pemuda yang masuk
kedalam perangkapmu! Memang kecantikannya sangat luar biasa dan
mempesonakan.. . ." pikir Kiam Ciu. Karena terus saja dia sendiri sangat tertarik
dan mengagumi kecantikan, tetapi dia adalah ibarat bunga mawar yang banyak
berduri.. . . Lalu tampaklah wanita jelita itu melangkah mundur dan dengan suara yang
bernada perintah kearah kedua orang pengawalnya itu.
Oey Liong Kiam 4 16 "Nah! Sekarang dapat berkelahi! Aku akan melihatnya!" seru nyonya besar
dari istana Shin-san-kong dengan suara lantang tetapi mata bersinar-sinar
mengkilat penuh gairah. Dengan hati berat Tong Kiam Ciu telah nyahut kata-kata itu.
"Aku Tong Kiam Ciu, selama sepuluh tahun telah menekuni ilmu silat. Ilmu
silatku tidak untuk dipertontonkan, apa lagi untuk melukai dan menyiksa orang
lain yang tidak ada ikatan permusuhan. Menyesal sekali, aku tidak dapat
melaksanakan perintahmu!" seru Kiam Ciu dengan lantang dan pasti.
Setelah itu Kiam Ciu memutar dan bermaksud untuk menghampiri kudanya
dan akan meneruskan perjalanan.
Penolakan yang diucapkan oleh Kiam Ciu dengan suara bernada tegas dan
berani itu membuat para pengawal maupun sinyonya besar itu tidak pernah
mendapat tantangan dan penolakan. Semua perintahnya selalu diturut. Apalagi
para pendekar muda yang sebaya dengan Kiam Ciu. Ia selalu dipuja dan segala
tutur katanya. Baru saja Kiam Ciu siap siaga menghadapi serangan sikipas baja, tiba-tiba
telinganya menangkap suara seruan yang datangnya dari mulut wanita itu.
"Tunggu dulu.. !" seru wanita muda itu dengan suara lantang.
Kiam Ciu sebenarnya akan bersikeras melawan pengaruh seruan wanita itu
Namun ternyata tidak mampu, karena perintah itu ternyata mempunyai
pengaruh luar biasa sekali. Entah karena apa Kiam Ciu merasa semangatnya
hilang dan seluruh tubuhnya menjadi lemas.
"Oh ! Dia telah melancarkan ilmu Pan-yo-shin-im. Celaka !" pikir Kiam Ciu
dengan penuh khawatir. Setelah dia dapat mengusir pengaruh ilmu lawan, segeralah dia meloncat
kearah kudanya dan langsung meloncat ke punggung kuda putih itu. Dengan
tidak berpikir panjang lebar segeralah dia mengeprak kudanya untuk menjauhi
tempat itu. Sedangkan wanita muda yang jelita itu merasa heran karena llmu Pan-yoshin-im ternyata tidak mampu menahan Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 4 17 "Hmm.. . Tong K.iam Ciu, baiklah kau menang untuk kali ini. Tetapi waspadalah
dilain waktu kau akan jatuh ketanganku !" pikir wanita itu dengan mengawasi
kearah punggung Kiam Ciu yang bertambah jauh karena memacu kudanya
melanjutkan perjalanan. Selama dalam petualangannya untuk memikat laki-laki, baru kali ini dia
merasa kecewa karena kenyataannya bahwa Kiam Ciu tidak mudah
ditundukkan. Sedangkan Kiam Ciu telah melarikan kudanya untuk lari sejauhjauhnya dari wanita jelita Itu. Kiaos Ciu bersyukur bahwa dia dapat lotos dari
cengkeraman asmara wanita jelita istana Shin-san-kong. Karena pemuda itu
yakin bahwa dengan terlibatnya dalam skandal itu berarti akan menggagalkan
segala tugas yang telah dirintisnya dengan bersusah payah.
Namun demikian, dia tidaklah terlalu lengah. Karena dia tahu bahwa nyonya
besar dari istana Shin-san-kong itu adalah seorang wanita jelita yang ganas
dan sakti. Dengan kewaspadaan itu maka Kiam Ciu meneruskan perjalanannya.
Walaupun demikian dia juga tidak mampu untuk mengusir bayangan wajah jelita
wanita itu dari ingatannya.
Kiam Ciu terus memacu kudanya tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.
Hawa dingin telah terasa, ketika itu barulah Kiam Ciu mengangkat kepala dan
memandang keadaan disekitarnya. Barulah dia menyadari bahwa telah masuk
kedalam sebuab hutan yang lebat. Pohon-pohon dalam butan Itu telab bertiup,
tiba-tiba Kiam Ciu mengeluh.
"Ohh.. terlalu jauh aku mengambil jalan.. .kini aku berada di hutan bagian
mana? Mudah-mudahan ada tanda-tanda yang dapat kuturutkan.. ." pikir Kiam
Ciu. Tetapi belum sampat pemuda iiu memikirkan hal-hal yang bakal
ditempuhnya. Matanya yang tajam itu dapat menangkap suatu benda yang
melayang kearah dirinya. Benda berwarna putih itu meluncur dengan cepat
kearah dirinya. Maka dengan tangkas pula Kiam Ciu menangkap benda iiu.
Benda yang berwarna putih itu ternyata adalah selembar kertas yang dilipat
sangat kecil. Kertas yang terlipat-lipat itu dilemparkan oleh seseorang kepada
Kiam Ciu. Ketika Kiam Ciu menangkap kertas itu buru-buru dibukanya dan
dilihatnya, ternyata kertas itu bergambarkan wajah seorang gadis yang cantik
Oey Liong Kiam 4 18 berumur kurang lebh lima belas tahunan.. Kiam Ciu mengangkat wajahnya dan
melihat kearah orang yang melemparnya itu sambil mengejar kearah orang itu
maka kertas itu masih ditentangnya.
Ternyata orang melempar kertas tadi adalah seorang pemuda berwajah
pucat dan bertubuh tinggi berambut panjang meriyap. Ilmu meringankan tubuh
pemuda itu sangat hebat. Kiam Ciu menghentikan pengejarannya. Karena dia
merasa tidak mengerti maksud pemuda itu maka Kiam Ciu lalu menghentikan
kudanya dan bayangan pemuda itu terus melesat hilang. Sekali lagi
dipardanginya kertas yang menggambarkan wanita jelita itu. Kemudian
dilipatnya dan dimasukkan kedalam saku bajunya.
Hanya sejenak Kiam Ciu mengerutkan keningnya memikirkan teka-teki
kertas bergambar wajah gadis itu. Namun sampai sedemikian lama dia tidak
tapat memecahkan teka-teki itu. Maka dihalaukannya persoalan itu dari
pikirannya. Dia mempunyai pokok tujuan dan tugas yang harus dapat
diselesaikannya untuk memenuhi harapan-harapan gurunya.
Maka Kiam Ciu kini menggertak tali kekang kudanya dan kuda putih
kesayangannya itu meloncat meninggalkan hutan itu. Beberapa li pemuda itu
menempuh perjaanan, tiba-tiba telinganya menangkap suara rintihan seseorang.
Rintihan itu terdengar sayup-sayup tertiup angin,
Karena watak Kiam Ciu welas asih dan memegang teguh keperwiraan maka
ketika mendengar rintihan itu dia tidak dapat tinggal diam saja. Segeralah dia
menarik tali kekang kudanya kearah datangnya suara itu. Ketika suara itu
terdengar nyata benair, segeralah Kiam Ciu turun dari punggung kuda putihnya.
Diperhatikannya seorang laki-laki yang tengah menelungkup ditanah dia
memegangi perutnya sambil merintih-rintih. Tampak bahwa orang itu sangat
menderita, Kiam Ciu menghampiri dan memegang bahu orang itu. Kemudian
menegurnya dengan suara menghibur.
"Mengapakah kau.. ? Apakah aku dapat menolongmu ?" bisik Kiam Ciu sambil
membongkok. Tetapi orang itu dengan tiba-tiba menghentikan rintihan dan loncat berdiri.
Kemudian menyerang Kiam Ciu dengan sebilah golok.
Oey Liong Kiam 4 19 Gerakannya sangat cepat sekali. Namun Kiam Ciu dapat menghindarinya
pula dengan cepat. Maka melesatlah serangan ttu menusuk tempat kosong, dan
orang itu dengan cepat pula memutar tubuh menghadap kearah Kiam Ciu dengn
golok mengkilap tetap tergenggam di tangan kanan.
"Tahan ! Aku Kiam Ciu bermaksud baik untuk menolongmu, tetapi ternyata
kau menyerangku dengan keji apakah maksudmu?" seru Kiam Ciu heran dan
mengamati keadaan orang itu dengan penuh waspada.
Tetapi orang itu tidak menjawabnya, bahkan kini menyerang lagi dengan
lebih dahsyat dalam jurus Long-li-ciu atau mendorong perahu dalam ombak.
Laki-laki itu meloncat sambil menikamkan goloknya ke leher Tong Kiam Ciu.
Tetapi Kiam Ciu dengan tenang dan waspa da telah berkelit. Dengan jurus
Kim-siok-liong atau Gunting mas menggunting ekor naga, pemuda itu
membelokkan tubuhnya dan ujung golok orang itu menikam angin hingga tubuh
laki-laki itu limbung. Kiam Ciu dengan gerakkan cepat sekali menotok siku lakilaki itu.
"Aduh ! Trang..!" terdengar luara jeritan berbareng dengan suara dentangan
nyaring goiok yang dipegang laki-laki itu terlepas jatuh.
Namun Kiam Ciu tidak merasa mempunyai ikatan dendam permusuhan
dengan laki-laki itu. Maka walaupun lawan dalam keadaan seperti itu, dia tetap
diam dan tidak bermaksud membunuhnya. Sedangkan laki-laki itu telah
meloncat satu tindak sambil memegang pergelangan tangannya dan
mengamati Kiam Ciu. "Tong Kiam Ciu, aku tidak dapat melawanmu dengan senjata. Apakah kau
bersedia berkelahi dengan tangan kosong!" seru laki-laki itu.
Kiam Ciu tidak menjawab tantangan itu, dia hanya tersenyum dan
menyarungkan pedang. Kemudlan siap siaga menghadapi serangan lawan.
Laki-laki itu telah memasang kuda-kuda. Kemudian setelah melihat bahwa
Kiam Ciu menyarungkan pedangnya, maka tantangannya berani diterima dan
langsung dia menyerang dengan sepasang tangannya membentuk cakaran.
Laki-laki itu meloncat bagaikin terbang mengarah tubuh Kiam Ciu. Bertepatan
Oey Liong Kiam 4 20 dengan loncatan itu pula Kiam Ciu menyaksikan kelebatan bayangan bertubuh
kurus dan tinggi. Akhirnya Kiam Ciu berkeyakinan bahwa kelebatan bayangan itu tak lain
adalah Li Hok Tian yang telah meminjam tenaga orang yang tengah dihadapinya
itu untuk membinasakan Kiam Ciu.
Dalam perkelahian itu Kian Ciu telah mengingat kembali cerita gurunya
tentang seorang jago silat yang mempunyai keahlian mempernakan golok dan
orang itu buta. Kemudian mengangkat murid yang telah dipeliharanya sejak
kecil. Namun akhirnya guru yang buta matanya tetapi baik hatinya itu menjadi
sangat kecewa. Murid tunggalnya yang bernama Pit Ki itu kemudian telah
mengkhianatinya. Pit Ki telah merajalela, menyebar kejahatan dan keji.
Disamping Pit Ki berhati keji juga bersifat curang dan licik. Ketika itu ternyata
menyerang Kiam Ciu tidak dengan tangan kosong benar-benar. Tetapi
melancarkan serangannya dengan lima butir bola baja yang beracun, lima


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagian yang terlemah dan berbahaya pada tubuh Kiam Ciu yang diarahnya
untuk kebinasaan pemuda itu. Muka ketika pemuda itu dengan cepat dapat
menangkap kilatan senjata rahasia itu, Kiam Ciu mengerahkan ilmu Bo-kit-sinkong dan menggerakan tinju tangan kanan kearaa benda-benda yang tengah
meluncur itu. Hantaman dahsyat yang dilambari ilmu Bo-kit-sin-kong itu begitu hebatnya
meluncur dan menggempur kedepan. Lima butir bola besi itu telah terhalau dan
Pit Ki sendiri terdorong ke belakang beberapa langkah. Untung tidak terjengkang.
Berbareng dengan itu terdengar pula sebuah jeritan tinggi. Tahu-tahu
tampak seorang kakek yang berambut panjang digelung dan berwarna putih
seluruhnya. Kakek itu tampaknya buta dan berdiri diantara Pit Ki dan Kiam Ciu.
Li Hok Tian yang sejak tadi menyaksikan jalannya pertempuran antara Kiam
Ciu dengan Pit Ki dan bersembunyi dibaiik batu besar. Kini orang itu keluar dari
persembunyiannya dan ingin menyaksikan kakek buta itu.
Tong Kiam Ciu yakin bahwa kakek itu adalah guru Pit Ki. Sedangkan Pit Ki
sendiri untuk sesaat masih ternganga dan wajahnya masih pucat memandang
kearah kakek itu bergantian memandang Kiam Ciu. Tetapi ketika semuanya telah
Oey Liong Kiam 4 21 dapat dikuasai dan warna merah membersit di wajahnya barulah laki-laki itu
terseru : "Suhu! Kukira siapa tadi yang datang.. .!" seru Pit Ki dengan suara gugup dan
berlutut di hadapan gurunya.
"Ya.. benar aku yang datang, ternyata kau tidak silap dan masih mau
mengakui aku sebagai suhumu.." sambung kakek itu sambil tersenyum dan
mengangguk kearah Pit Ki.
Saat itu baik Kiam Ciu maupun Li Hok Tian terdiam. Kekek berambut putih
itupun sama sekai! tidak mempedulikan orang lain. Dia mengutamakan
urusannya. Ialah hubungan antara guru dan murid. Urusan perguruan yang
sangat mendesak dan harus lekas-lekas diselesaikan.
"Pit Ki.. aku telah memelihara kau semenjat kau masih anak-anak. kupelihara
dengan penuh kasih sayang dan harapan. Sebenarnya aku menaruh harapan
besar kepadamu. Tetapi.. . tetapi kau telah minggat dari rumahku. Kau telah turun
gunung dengan tujuan untuk menumpuk harta kekayaan dan mencari nama
besar. Kau telah tersesat terlalu jauh. Aku telah mendengar dalam beberapa hari
saja kau telah banyak membunuh jago-jago silat dikalangan Kang-ouw! Kau
membunuh mereka dengan cara licik dan keji. Perbuatanmu itu sangat terkutuk
Pit Ki ! Jika kau masih memandang aku sebagai guru dan masih menghormati,
marilah ikuti aku kembali ke gunung. Aku dapat mengampuni segala
kesalahanmu. Aku dapat mengampuni perbuatan-perbuatanmu yang lampau !"
seru kakek itu dan menunggu jawaban dari muridnya itu.
Namun sampai beberapa saat kakek itu menunggu tidak mendengar
jawaban Pit Ki. Seaat suasana menjadi lengang tetapi tegang.
"Aku menyuruhmu untuk ikut pulang ke gunung! Apakah kau tidak
mendengarnya?" seru kakek itu dengan suara lantang dan membentak.
Pit Ki meloncat berdiri dan memandang suhunya serta menyahut.
"Suhu.. . aku tidak mau turut!" seru Pit Ki dengan suara keras.
"Hai ! Jadi kau membangkang?" seru kakek itu dengan mulut melongo.
Oey Liong Kiam 4 22 Tiba-tiba Pit Ki telah mencabut goloknya Dengan sebuah loncatan dia telah
menyerang gurunya. Serangan yang keji mengarah jalan darah kematian
suhunya yang selama belasan tahun mengasuh dengan kasih sayang.
Perbuatan itu membuat Tong Kiam Ciu maupun Li Hok Tian jadi terperanjat
sekali. Sikakek buta meloncat kesamping menghindar serangan itu. Kakek itu
memiringkan tubuhnya dan memaki kearah Pit Ki.
"Kau berani menyerang dan akan membunuhku ?!" seru kakek itu. Sambil
membentak lantang dan meloncat menerkam kearah Pit Ki. Pit Ki sama sekali
tidak menduga akan gerakkan itu, Tanpa terduga goloknya telah jatuh ke tangan
suhunya. "Bunuhlah aku sekarang juga!" seru Pit Ki yang tidak berdaya itu.
Namun kakek buta itu tidak ingin membunuh muridnya itu. Sejenak biji mata
kakek itu bergerak-gerak. Wajihnya berubah tampak sangat tua dan
membayangkan kepedihan yang luar biasa.
Diangkatnya golok Pit Ki, kening kakek itu berkerut. Kemudian golok itu
dicentilnya dengan jari telunjuk. Terdengar deringan nyaring dan dentangan
benda jatuh. Golok itu telah terputus menjadi dua.
"Nah, kau perhatikan golokmu ini Pit Ki. Seperti golok ini jugalah hubungan
kita selanjutnya. Antara aku dengan kau sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.
kau bukan lagi sebagai muridku !" seru kakek itu.
Kemudian hulu golok itu dilemparkan ketanah, bersamaan itu pula kakek itu
berkelebat menghilang, hanya angin hembusan yang terasa sejuk menerpa
wajah mereka yang berada ditempat itu. Pit Ki dan Li Hok Tian terpesona
menyaksikan semua kejadian yang diperbuat kakek iiu.
Pada saat itu maka segeralah Kiam Ciu dengan diam-diam menghampiri
kudanya. Kemudian menyemplaknya duduk dipunggung kuda itu. Dia tidak mau
berurusan dengan kedua yang tidak karuan itu dan ingin segera berlalu dari
tempat iiu. Ketika tali kekang kudanya ditarik dan dibentakan maka kuda itu telah
mengetahui maksud tuannya. Segeralah kuda putih yang cerdik itu
Oey Liong Kiam 4 23 meninggalkan tempat pertempuran dan memasuki hutan, meninggalkan kedua
orang itu dalam keadaan terpesona. Kiam Ciu meninggalkan mereka dengan
diam-diam. Sepanjang malam Kiam Ciu menempuh rimba lebat dan gelap, mata dan
telinganya tidak pernah ferlena. Dia selalu waspada, karena dia tahu bahwa
didalam hutan itu sering terjadi hal-hal diluar dugaan. Binatang maupun orangorang jahat yang selalu mengintai siapapun adanya yang berani menempuh
dalam hutan lebat itu. Sebenarnya Kiam Ciu akan menyerahkan pening kuningan partai Bu-tong
kepada Li Hok Tian. Namun ketika menyaksikan perbuatan Li Hok Tian yang
kejam itu, niat K.iam Ciu lalu diurungkannya. Kini dia bertekad untuk pergi ke
markas besar partai Bu-tong. Dia akan menemui pemimpin Bu-tong Pay dan
akan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Dalam perjalanan itu
dengan tiada terasa dia telah berjalan jauh sekali. Hawa sejuk menjelang pagi
telah menyentuh-nyentuh kulit tubuh pemuda itu. Barulah sadar Kiam Ciu ketika
terdengar suara burung hutan yang ramai berkicau Ditariknya tali kekang dan
kuda itu berhenti. Kiam Ciu menarik nafas panjang.
Segar dan bau harum kembang-kembang tertiup angin. Kiam Ciu
memeriksa keadaan disekelllingnya. Semunya dalam keadaan tenang dan
burung-burung bergembira. Kemudian Kiam Ciu melanjutkan langkahnya!
Mengentak kudanya untuk melanjutkan perjalnan! Tiada lama kemudian,
tampaklah sebuah bangunan tua yang sebagian telah menjadi reruntuhan !.
Selelah Kiam Ciu menghampiri bangunan itu maka segeralah menghentikan
kudanya dan pemuda itu turun dari punggung kudanya, Diperiksanya keadaan
itu. Kuda putihnya dibiarkan lepas dan mencari makan merenggut rumputrumput muda yang banyak terdapat disekeliling bangunan itu., Sedangkan Kiam
Ciu bermaksud untuk beristirahat sebentar,
Sambil menggigit-gigit bunga rumput dan menggeletak dengan berbantalkan
tapak tangannya, Kiam Ciu istirahat dan memandang keatas. Walaupun langit
lerhalang oleh dedaunan namun pemuda itu tetap memandanginya. ! Anganangannya melayang-layang menyusup dicelah dedaunan dan menyembul
keangkasa diantara mega-mega! Kiam Ciu kembali teringat kertas yang
Oey Liong Kiam 4 24 bergambarkan gadis umur lima belasan! Kertas itu lalu dikeluarkannya dari
dalam saku, dipandarginya gambar itu.
Kiam Ciu berusaha untuk memecahkan teka-teki gambar gadis itu. Namun
smpai sekian lamanya dia tidak berhasil. Bahkan yang terbayang kini gambaran
wajah adiknya Ji Tong Bwee. Kiam Ciu berusaha untuk memejamkan mata.
Namun bayangan peristiwa-peristiwa yang baru dialaminya mengganggu terus.
Hingga pemuda itu sukar sekali unuk menghalau gangguan bayangan itu.
Dalam keadaan itu tiba-tiba dia menangkap suara langkah mendekatinya.
Langkah yang sangat halus itu bertambah dekat. Maka Kiam Ciu lalu bangun
dan memeriksa keadaan disekeliling bangunan itu. Ternyata langkah itu telah
lenyap. Kiam Ciu berhenti sejenak dan memasang ketajaman telinganya untuk
mendengarkan Iangkah-langkah yang tadi didengarnya itu. Namun Iangkahlangkah itu telah lenyap.
Kembali pemuda itu ke tempat semula dan bermaksud untuk meneruskan
beristirahat. Dibaringkan tubuhnya diatas rerumputan yang tebal. Ketika
matanya memandang keatap bangunan itu, dia terperanjat ketika dia
menyaksikan seorang pemuda yang mengenakan pakaian compang-camping
dan rambutnya panjang terurai. Pemuda yang duduk ongkang-ongkang diatap
rumah bobrok itu tampak tersenyum.
"Hey apakah kau yang melemparku dengan kertas bergambar gadis Itu?"
seru Kiam Ciu sambil meloncat berdiri.
"Ya.. . hahaha" seru pemuda itu.
"Apa maksudmu kau melempar dengan gambar itu ?" seru Kiam Ciu.
"Hemmm gambar itu adalah milikku maka aku datang kesini akan minta
gambar itu kembali.. . !" seru pemuda gembel itu sambil mengulurkan tangan
kanan kearah Kiam Ciu. "Enak saja kau telah membuat otakku pusing karena teka-teki itu, Kini dengan
seenakmu lalu minta kembali gambar itu. Aku belum dapat memecahkan tekateki yang kau berikan kepadaku itu. Jangan kau bermimpi akan mendapatkan
kembali gambar itu sebelum kau menerangkan maksudnya.. . " seru Kiam Ciu
Oey Liong Kiam 4 25 sambil menuding kearah pemuda gembel yang masih tetap duduk diatas
genting dengan tenangnya.
"Tetapi kertas bergambar itu adalah milikku, maka kini aku mengharapkan
kau untuk mengembalikan kepadaku!" seru pemuda itu sambil mengulurkan
tangan kanannya. "Kau telah membuat seseorang tenggelam dalam suatu teka-teki. Maka
sebagai penghormatan kau harus memberikan penjelasan tentang arti teka-eki
itu!" seru Kiam Ciu dengan muka merah.
"Tetapi kertas itu kertasku! Mana berikan padaku !" seru pemuda itu
"Kalau kau belum memberikan jawaban teka-teki itu padaku, jangan kau
harapkan bahwa aku akan mengembalikan kertas ini padamu!" seru Kiam Ciu
bersungguh-sungguh. "Jika kau sangat mengharapkan jawabannya.. . inilah jawabannya !" seru
pemuda itu sambil meloncat turun dari atas atap rumah bobrok itu kemudian
meloncat pula bagaikan kilat dia telah menghilang.
Kiam Ciu dengan tangkas telah menangkap lemparan itu. Ternyata kertas
yang dilipat sangat ringkas. Kemudian Kiam Ciu membuka lipatan itu. Ternyata
adalah sebuah wurat yang berisi pisau.
"Awas! Penganiayaan! Berbahaya!"
Tullsan-tulisan singkat tetapi cukup berarti itu meupakan kesan padanya.
Akhirnya Kiam Ciu menyadari bahwa pemuda gembel yang aneh itu ternyata
berusaha untuk menolongnya. Ternyata pemuda itu bermaksud baik walaupun
sebelumnya dia belum pernah mengenal dan saling berbicarapun belum. Maka
diamatinya sekali lagi. diulanginya untuk membacanya.
"Hemmm rupa-rupaya dia berusaha untuk menolongku dari bencana. Mulamula dia telah melemparkan kertas bergambarkan seorang gadis dia telah
berusaha memperingatkan kepadaku akan jebakan Pil Ki yang keji itu, kemudian
aku lebih waspada lagi. Siapakah dia yang sebenarnya ?" pikir Kiam Ciu sambil
memasukkan kertas peringatan itu kedalam saku bajjuya.
Oey Liong Kiam 4 26 Sebenarnya memang Tong Kiam Ciu banyak yang mencintai. Apalagi ketika
diketahui oleh tokoh-tokoh persilatatan bahwa Kiam Ciu akan naik kepuncak
gunung Ciok-yong-hong untuk turut serta dalam pertemuan orang-orang gagah
pada pesta Bu-lim-tahwee dan kelihatan bahwa Kiam Ciu membawa-bawa
pedang Oey-Liong-Kiam, maka dia selalu diincar oleh tokoh persilatan itu. Namun
Kiam Ciu sama sekali tidak menyadarinya. Bahwa segala peristiwa itu rangkaiberangkai sangat panjang dan tiada berkesudahan.
Dengan tetap tenang-tenang saja seolah-olah tidak ada apa-apa, maka Kiam
Ciu telah bersiul memanggil kudanya; Kuda putih itu memperdengarkan
ringkikannya dan berderap mendekati Kiam Ciu. Setellah menggeser-geserkan
kepalanya kelengan pemuda itu dan Kiam Ciu mengelus kepala kudanya
tersenyum. "Putih ayolah kita meneruskan perjalanan" bisik Kiam Ciu. Kuda itu seperti
tahu apa yang dikatakan tuannya dan memperdengarkan suara ringkikan
tertahan beberapa kali, bagaikan jawaban kata-kata Kiam Ciu.
Akhirnya Kiam Ciu meloncat kepunggurg kuda putih itu. Tali kekangnya
dibentakkan dan kuda itu melompat lari. Walaupui bagaimana pemuda itu masih
memikirkan kata-kata yang tertulis pada surat yang dilemparkan oleh gembel
itu, Namun dia sam a sekali tidak tahu apa maksudnya.
Tiba-tiba Kiam Ciu mencium bau daging dipanggang. Seketika itu juga
perutnya terasa sangat lapar. Maka diputar langkah kudanya menuju keasap
sedap yang melaparkan perut itu. Apa agi hampir dua hari Kiam Ciu tidak makan.
Setelah mencium bau daging dibakar itu, perutnya merasa sangat lapar sekali.
Belum seberapa jauh dia telah melihat kepulan alap. Setelah bertambah
dekat terlihatlah seorang kakek pendek yang tengah membakar dua potong kaki
babi. Dihampirinya kakek itu. Asap sedap mengepul dan mempengaruhi selera
Kiam Ciu. Laparnya hampir tak tertahan.
Laki-laki bertubuh gendut pendek dan berwajah kejam itu tetap tenang. Dia
terus memanggang dua buah kaki babi itu diatas api yang membara.
Kedatangan Kiam Ciu tidak mengejutkannya. Rupa-rupanya laki-laki itu telah
mengetahui maksud kedatangan Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 4 27 "Apakah kau lapar ? Tetapi kawanku itu biar makan dulu!" seru laki-laki
pendek dan gendut itu sekilas memandang kearah Kiam Ciu. Kemudian
menunduk lagi mengamati paha panggangnya. Sepotong daging panggang telah
dilemparkan ke arah seekor ular belang.
"Ayo turun dari kudamu, kita dapat makan bersama-sama!" seru laki-laki itu
dan terus dia sendiri sibuk memotong daging panggang itu dan melahapnya.
"Terima kasih Locianpwe.. " seru Kiam Ciu sambil dengan tergesa-gesa turun
dari atas pelana kudanya dan menghampiri laki-laki itu, kemudian mengambil
sepotong daging panggang dan dimakannya.
Kedua orang itu belum saling mengenai. Mereka telah makan bersama
dalam keadaan lapar. Kiam Ciu mengauggap orang pendek yang berwajah kejam
itu ternyata seorang yang baik hati.
Setelah laki-laki itu merasa kenyang dia telah berhenti makan. Tangannya
yang berminyak itu diusap-usapkannya ke betis dan di gosok-gosokannya ke
rumput. Kemudian mengusap mulutnya dengan jubahnya. Ular belang itupun
telah selesai menelan daging panggang. Kemudian ular belang itu disimpannya
dibalik jubah laki-laki gendut dan pendek itu.
"Aku telah kenyang, maka akan segera mininggalkan tempat ini. Tetapi kalau
kau masih merasa kurang, disana kau dapat mengambinya !" seru laki-laki itu
sambil menunjukkan ke satu tempat.
Kiam Ciu agak terperanjat dengan kata-kata itu kemudian dia mengajukan
pertanyaan ingin mengetabui nama laki-laki itu.
"Tetapi siapakah nama Locianpwee ?" seru Kiam Ciu.
Laki-laki itu menahan langkahnya, kemudian berpaling kearah Kiam Ciu dan
wajahnya yang bengis itu kini tampak agak cerah.
"Oh.. . kau tanyakan namaku? Apakah perlu itu bagimu anak muda ?"
"Ya sangat perlu, karena kebaikan hatimu telah memberikan daging
panggang ini . . " seru Kiam Ciu.
"Jadi hanya karena daging itu kau ingin mengetahui namaku ?"
"Oh . , , bukan iiu maksudku . . ." sahut Kiam Ciu gugup.
Oey Liong Kiam 4 28 "Baiklah kau dengar, kau dengar namaku.. . , Aku bernama Tok Giam Lo !"
Kiam Ciu tampak terpaku, matanya terbeliak karena terkejut mendengar
nama itu, karena nama itu sudah sering didengarnya.
"Oh , , , jadi . , , jadi Locianpwee bernama Tok Giam Lo ? Nama itu sudah sejak
lama kudengar nama besar dan malang melintang di kalangan Kang-ouw,
namun mengapa kini kutemui sebagai pencuri kepunyaan orang lain" jawab
Kiam Ciu dengan terheran-heran dan memandang laki-laki itu dengan sorot
mata tak mengerti. "Kalau kau sudah mengetahui siapa diriku, mengapa kini kau berani mencela.
Untuk kesalahanmu itu kau harus menerima hukumanku tiga kali pukulan ! seru
Tok Giam Lo. "Oh, jika apa yang kukatakan tadi dianggap tidak betul. Maka aku bersedia
untuk menerima pukulan sebagai hukuman , , , " jawab Kiam Ciu.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa banyak berbicara lagi, Tok Giam Lo sudah siap untuk mengirimkan
pukulan tiga kali kearah tubuh Kiam Ciu.
Tetapi Kiam Ciu telah siap siaga dengan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk
menangkis pukulan Tok Giam Lo yang berhati sewenang-wenang itu.
Karena pemuda itu telah menduga dan masih mengingat cerita gurunya
tentang Tok Giam Lo itu seorang tokoh yang berjiwa keji dan suka berbuat
sewenang-wenang, Tok Giam Lo mempuryai kehebatan ilmu racun dan bisa
yang sangat ganas. "Buk !" terdengar suara dua kekuatan berbentur.
Tok Giam Lo terlempar surut beberapa langkah. Dia sangat terperanjat
menyaksikan kenyataan itu. Ternyata Kiam Ciu yang masih sangat muda itu
telah dapat menguasai Bo-kit-sin-kong sangat sempurna. Setelah mendapat
kenyataan itu, maka laki-laki pendek itu jadi beringas.
Kini dia telah siap siaga untuk memukul kembali dengan ilmu Sin-kang yang
lebih hebat dan dapat menghancurkan gunung. Wajahnya tampak lebih bengis
lagi. Menggerakkan tinjunya yang mengepal dimuka dadanya dengan kerut
kemerut dahi dan matanya melotot.
Oey Liong Kiam 4 29 Ketika Tok Giam Lo meloncat menyerang dengan pukulan tangannya kedada
Kiam Ciu, pemuda itu menarik kakinya selangkah kebelakang, kemudian
memukulkan tangan kanan kedepan. Belum lagi Tok Giam Lo sampai dihadapan
Kiam Ciu, dia telah terkena angin pukulan Kiam Ciu hingga terpental balik lima
tindak. Wajah Tok Giam Lo jadi bertambah beringas dan marah sekali.
Dia meloncat dan mengembangkan kesepuluh jari jemarinya untuk
menyerang Kiam Ciu. Dari ujung jari jemari itu tampak mengepul asap beracun.
Kiam Ciu terperanjat ketika hidungnya mencium bau amis. Dia telah
menduga bahwa Tok Giam Lo telah mempergunakan racun. Belum sempat dia
berpikir lebib lanjut tahu-tahu tubuhnya menjadi panas, kemudian beralih dingin
hingga dia menggigil kedinginan. Sejenak kemudian dia merasakan kehilangan
tenaga menjadi sangat lemah sekali. Kiam Ciu tidak berdaya, tubuhnya loyo dan
mukanya tampak sangat pucat sekali.
Tok Giam Lo kemudian menahan serangannya. Dia menghampiri Kiam Ciu
yang sudah tidak berdaya itu. Sambil tertawa dengan bangga dia berseru dan
mencibir Kiam Ciu. "Hahahah.. . . Aku kira kau ini adalah seorang jaro silat yang sangat hebat..
ha..ha..ha.. tidak tahunya hanyalah seekor ayam gorokan belaka ha ha ha ! Kau
telah menghinp bawa beracun yang keluar dari ujung jariku. Dalam waktu
pendek kau dan kudamu akan binasa bersama. Di jagat ini tiada seorangpun
yang dapat menawarkan pengaruh racanku. Kecuali . . aku sendiri , , , ha
hahahhha , , ," terdengar tawa itu bertambah meninggi kedengarannya sangat
menyakitkan hati. Karena Kiam Ciu sedang mengerahkan Bo-kit-sin-kong maka dia diam saja.
Kiam Ciu berusaha untuk menghalau pengaruh racun. Tok Giam Lo lenyap dari
pandangan mata, barulah Kiam Clu merasa lega. Karena racun itu sudah lenyap
pula. Pengaruh racun yang membuat Kiam Ciu jadi lumpuh untuk beberapa saat
lamanya. Tetapi nasib malang yang menimpa diri kudanya. Kuda itu ternyata tidak
dapat menahan pergaruh racun Tok Giam Lo. Setelah menghisap hawa beracun,
kuda putih itu jauh pingsan kemudian binasa. Kiam Ciu telah berdiri kembali dan
menghampiri kudanya yang telah mati. Dengan hati pedih dielus kepala kuda
Oey Liong Kiam 4 30 putih itu. Seolah-olah dia tengah membujuknya. Kemudian bangkai kuda itu lalu
dikuburnya. Setelah menguburkan kudanya yang terkena racun itu, Kiam Ciu
meneruskan perjalanan. Dia belum tahu kemana yang akan ditujunya. Yang
penting kini dia harus meninggalkan tempat itu selekas-lekasnya.
Dengan tak terasa Kiam Ciu telah sampai di sebuah gubuk yang telah
terlantar. Karena tubuhnya masih merasa agak lemah, maka segeralah berhenti
dan duduk didepan gubuk yang tidak terawat itu. Kiam Ciu telah kembali menjadi
tenang dan kembali bayangan-bayangan kejadian yang telah dialaminya selama
sehari semalam itu. Teringatlah kejadian-kejadian yang telah dialaminya: wanita
muda yang jelita, kemudian Pit Ki yang keranjingan nama dan kekayaan,
kemudian seorang pemuda gembel yang rambutnya terurai, akhirnya
pertemuannya dengan Tok Giam Lo yang kejam itu.
Dengan tak sengaja dia telah memasukkan tangannya kedalam saku.
Didalam saku itu dia meraba batang akar Lok-bwee-kim-keng.
"Dengan akar kering ini aku dapat terbebas dari pengaruh segala macam
racun dan bisa. Aku harus lekas-lekas sampai ke kota Pek seng. Kemudian pergi
ke lembah Si-kok.. . " pikir Kiam Ciu dan menarik nafas panjang kemudian merasa
keadaan tubuhnya yang telah kembali segar.
Demikianlah Kiam Ciu telah mengambil keputusan untuk pergi ke puncak
Hiang-la hong di pegunungan Bu-tong dan terus ke lembah Si-kok yang sangat
ditakuti oleh para jago-jago silat.
Tiba-tiba Kiam Ciu mendengar suara langkah kaki yang bertambah dekat
Sementara itu hidung Kiam Ciu yang tajam penciumannya itu telah mencium
bau harum. Dia telah memastikan bahwa orang yang mendekatinya itu pastilah
seorang wanita. Karena bau wangi itu adalah bau harum-haruman yang biasa
dipakai oleh wanita. "Tong Kiam Ciu ! Tong Kiam Ciu kau berada dimana ?!" terdengar suara
wanita memanggil-manggil nama pemuda itu.
(Bersambung Jilid 5) Oey Liong Kiam 4 31 Oey Liong Kiam 5 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 5 N AMUN Kiam Ciu telah kenal dengan irama dan nada suara itu. Sejenak
berdebar hati Kiam Cu mendengar suara iiu. Namun kemudian dia telah
ingat menguasai diri kembali. Segeralah dia mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong
agar ia menjadi kebal terhadap pengaruh rayuan wanita jelita yang kini telah
mendatanginya itu. "Tong Kiam Ciu. mengapakah kau menjauhkan diri dari padaku ? Sekarang
tiada orang lain, kita hanya berdua saja kan kita bebas untuk bercakap-cakap
dan berbuat apapun tiada orang lain yang mengganggu lagi." bujuk wanita jelita
itu sangat manis dan lunak sekali.
Namun pengaruh ilmu Bo-kit-sin-kong telah menguasai Kiam Ciu. Pemuda
itu tanpa berbicara telah mengamatinya. Ditatap wajah wanita muda itu dengan
mulut tetap membisu. Karena kekakuan dari Kiam Ciu itu maka wanita muda
yang jelita dan menggairahkan itu jadi bergusar hati.
"Sio Cin ! Ambil pedangku ! Ambil pedangku !" seru wanita muda dan jelita
itu. Dengan serentak tampaklah tiga orang telah berloncatan ditempat itu.
Seorang wanita muda membaw sebilah pedang yang bersarung. Kelihatan pula
dua orang pendekar yang telah dikenai oleh Kiam Ciu.
Mereka yaitu ialah Pit Ki dan Li Bok Tian Mereka telah terdiri menghampiri
wanita muda itu. Mereka bertiga menantikan perintah tuannya.
"Hmmm.. . rupa-rupanya Pit Ki dan Li Hok Tian telah dapat menundukkan para
pengawnl wanita itu dan sekarang dia terpilih sebagai pengawalnya". pikir Kiam
Ciu dan memandang kearah kedua pendekar itu.
Oey Liong Kiam 5 1 Kedua laki-laki itu memandang Kiam Ciu dengan sinar mata beringas. Tetapi
mereka tidak berani berbuat lebih lanjut sebelum mendapat perintah wanita
muda itu. Wanita muda itu mengambil pedangnya dan berdiri dalam sikap menantang
kearah Kiam Ciu. "Semenjak aku terjun dikalangan Kang-ouw pedangku ini belum pernah
keluar dari sarungnya. Sekarang aku cabut pedang ini dari sarungnya!" seru
wanita muda itu dan tampaklah mata pedang yang baru saja dicabut itu.
Sekilas Kiam Ciu mengawasinya tetapi pemuda iiu masih tetap membisu
dan masih terus mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong. Wanita itu bertambah gusar
dan membentak lagi. "Aku ingin mencoba kehebatan ilmu pedangmu dan kehebatan Oey Liong
Kiam !" seru wanita itu, dibarengi dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah
menusuk kearah Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu melompat kebelakang satu tindak. Tusukan pedang wanita itu
mengenai tempat kosong. Tetapi wanita muda itu tidak meneruskan
serangannya. Kemudian wanita jelita itu tersenyum dan menegurnya.
"Anak bandel ! Mengapa kau tidak membalas menyerang dengan
pedangmu?" Tetapi Tong Kiam Ciu tidak membalasnya. Pemuda itu hanya menatap mata
wanita muda itu serta menahan amarahnya. Ketika itu wanita muda dan jelita
itu telah menghampirinya dan membujuk.
"Hey Tong Kiam Ciu, mengapa kau selalu membisu. Apakah kau mendapat
luka dalam !" bisik waniia muda itu seraya menghampirinya.
Belum lagi wanita muda itu menyentuh kulit Kiam Ciu, tahu-tahu pemuda itu
telah menggerakkan tangan kanan dan memukul kearah wanita itu hingga
terpental karena angin pukulannya.
Diam-diam wanita jelita itu merasa heran karena kehebatan Kiam Ciu yang
tidak terpengaruh ilmu Pan-yok-sin-im atau ilmu Suara melenyapkan sukma
Oey Liong Kiam 5 2 yang telah dilancarkannya itu. Dia berpikir apakah ilmunya itu sudah tidak
berguna lagi. Menyaksikan wanita muda dan jelita yang selalu dipuja-pujanya itu telah
diperlakukan sedemikian rupa oleh Kiam Ciu, maka tanpa menunggu perintah Li
Hok Tian telah memukulkan ilmu pukulan mautnya kearah kepala Kiam Ciu
dengan tenaga penuh. Namun Kiam Ciu dapat berkelit dengan cepat dan
meloncat beberapa tindak, dan tidak berusaha untuk membalas atau
mengimbangi perbuatan Li Hok Tian itu.
Sejak tadi Kiam Ciu telah mengerahkan Ilmu Bo-kit-sin-kong yang
mengutamakan penyaluran tenaga dalam segenap pembuluh darahnya. Maka
tidaklah mengherankan kalau pemuda itu bagaikan mandi. Tubuhnya basah
kuyup dan Kiam Ciu meloncat kebelakang sambil menahan luka dalam yang
dideritanya akibat pertempuran dengan Tok Giam Lo tadi.
Tiada seberapa lama tampaklah darah meleleh dari lubang hidung dan sudut
mulut pemuda itu. Menyaksikan keadaan Kiam Ciu itu maka kini Li Hok Tian
tertawa gelak-gelak. Dibarengi dengan meluncurnya enam butir bola besi beracun yang
dilemparkan oleh Pit Ki. Serangan Pit Ki itu sangat cepat hingga Kiam Ciu tidak sempat lagi untuk
mengelakkannya. Namun bertepatan dengan meluncurnya butiran-butiran bola
beracun itu kearah tubuh Kiam Ciu, tampaklah wanita muda itu mengebutkan
lengan bajunya kearah benda-benda itu.
Wanita muda itu berhasil menghalaukan ke enam bola. Kiam Ciu terhindar
dari timpukan senjata rahasia yang ganas yang dilemparkan oleh Pit Ki.
Namun sebaliknya, baik Pit Ki maupun Li Hot Tian menjadi sangat heran
menyaksikan sikap wanita muda itu, karena sebelumnya wanita muda itu telah
mengejar-ngejar Kiam Ciu dan akans memberikan hajaran kepada pemuda itu.
Tetapi sekarang mengapa justru menolongnya ?.
"Hey mengapa kalian menyerang Kiam Ciu tanpa perintahku !" seru wanita
itu dengan suara lantang.
Oey Liong Kiam 5 3 Baik Pit Ki maupun Li Hok Tian tidik berani menyahut. Mereka hanya
menundukkan kepala untuk menghindari tatapan mata wanita jelita itu. Mereka
berdua memang sungguh-sungguh telah dibuat tidak berdaya dan menjadi
sangat lunak sekali. Selanjutnya wanita itu telah menghampiri Kiam Ciu dan membujuk,
"Tong Kiam Ciu, rupa-rupanya kau telah mendapat luka dalam hingga kau
mengeluarkan darah dari hidung dan mulut. Marilah kutolong"." lalu betul-betul
wanita muda itu memegang lengan kanan pemuda itu. tampaknya sangat mesra
kekali seolah-olah Kiam Ciu itu adalah kekasihnya.
Namun pemuda itu tetap berkeras hati untut tidak memperdulikan bujukan
dan rayuan wanita muda itu. Dengan sigap sekali wanita itu telah menotok jalan
darah didekat jantung Kiam Ciu. Hingga pemuda itu tidak berdaya.
Wanita muda itu berpendapat bahwa dia tidak mammpu untuk mengalahkan
dan menundukkan Kiam Ciu dengan ilmu Pan-yok-sin-im. Maka kini dia terpaksa
harus berbuat itu. Dia harus menotok jalan darah dan melumpuhkan pemuda itu
hingga tidak berdaya. Setelah pemuda yang keras hati itu tidak terdaya lagi, maka dia bertekad
untuk menolong memulihkan tenaga dan semangat, serta menyembuhkan luka
dalam Kiam Ciu. Maka dengan tidak menghiraukan keadaan disekitarnya, wanita
itu telah membopong tubuh Kiam Ciu untuk dibawa ke keretanya yang sejak tadi
telah menunggu dipinggir jalan.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu merasa sangat heran sekali,
Mereka ialah para pengikut pengawal dan pengiring wanita itu, merasa heran
mengapa majikannya sudi membopong Kiam Ciu, Lebih-lebih lagi Pit Ki dan Li
Hok Tian merasa heran dan bercampur cemburu menyaksikan kejadian itu.
Dengan sangat berhati-hati wanita muda itu meletakkan Kiam Ciu kedalam
keretanya! Dari dalam saku bajunya dikeluarkan dua butir pil yang berwarna
perak. Kemudian pil itu disuapkannya ke mulut Kiam Ciu. Pil yang berwarna
perak itu bernama Cin-leng-sai-wan. Adalah pil yang mempunyai khasiat luar
biasa untuk mengembalikan tenaga dalam dan mengobati luka dalam. Pil itu
Oey Liong Kiam 5 4 adalah pemberian ibunya, semuanya berjumlah enam butir dan kini tinggal
empat butir! Kiam Ciu setelah menelan dua butir pil Cin-leng-sai-wan itu maka dia
menjadi tertidur sangat pulasnya! Bahkan dia bermimpi sangat mengasyikkan
hingga tiada terasa goncangan-goncangan tubuhnya karena kereta yang
ditumpanginya. Wanita jelita itu terus menungguinya dengan tekun dan
tersenyum-senyum gembira.
Beberapa saat kemudian barulah Kiam Ciu tersadar bangun. Ketika itu terasa
seseorang telah mengulapi keringat diwajahnya, ketika Kiam Ciu membuka
kelopak matanya yang terlihat adalah wanita muda dan jelita itu, dengan
tersenyum manis sekali mengawasinya.
Kiam Ciu merasa bahwa dirinya sudah kem bali sehat dan semangatnya
pulih kembali. Maka dengan serentak pula dia telah membuka pintu kereta dan
meloncat keluar. Kiam Ciu lari memasuki hutan.
Pit Ki dan Li Hok Tian memburunya. Namun wanita muda itu berseru
melarang. "Biarkan dia pergi !" seru wanita muda itu dengan suara lantang.
Kedua jaso silat yang kini telah betul-betul terjerat dan menjadi budak wanita
muda itu tak berani membantah lagi. Dengan perasaan gemas dan cemburu
namun mereka tak berani membantah lagi perintah wanita itu. Bagaikan anjinganjing yang tak berguna, mereka menurut.
Wanita muda itu berdiri diambang pintu kereta yang tengah berhenti
dipinggir jalan. Matanya mengikuti panggung Kiam Ciu yang bertambah jauh dan
memasuki hutan kemudian menghilang.
"Hemmm Kiam Ciu, kau betul-betul seperti seekor kuda liar yang sukar untuk
dijinakkan. Sekali ini aku gagal lagi untuk menguasai kau tetapi lain waktu aku
pasti berhasil.. ."" pikir wanita jelita itu sambil memandang kedalam hutan yang
menelan Kiam Ciu. Wanita itu memutar tubuh kemudian tersenyum menatap pedang Oey Liong
Kiam yang ditinggalkan oleh Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 5 5 "Aku tak usah bersusah payah mencarinya lagi. Kau pasti akan kembali
kepadaku untuk menanyakan pedang pusaka ini" bisik wanita itu sambil
mengelus-elus hulu pedang pusaka itu.
Semua pengawal dan pengiring wanita itu tiada yang berani berbicara.
Mereka sangat patuh dan takut untuk mengeluarkan pendapat. Begitu juga Pit
Ki dan Li Hok Tian. Mereka membisu dan hanya berbicara dengan hati mereka
sendiri-sendiri. Sedangkan Tong Kiam Ciu yang tidak ingin memperhatikan dan tidak ingin


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlibat dalam jaringan wanita itu telah berusaha dengan sekuat tenaga untuk
menghindarinya. Kini untuk yang sekian kalinya Kiam Ciu dapat terlepas dari
jaring-jaring wanita muda dan jelita itu.
Kiam Ciu tahu bahwa dirinya tidak ada yang mengikutinya. Maka dia merasa
sangat bergirang hati. Ketika dia melihat kearah kanan maka tampaklah
bangunan gubuk yang sadah tidak terpelihara lagi. Dihampirinya gubuk itu,
Ditempat itu tadi dia telah beristirahat sebelum kedatangan wanita jelita dan
yang selalu mengejar-ngejarnya itu.
Maka kini Kiam Ciu berhenti dan berteduh ditempat itu. Dia hendak
bermaksud untuk beristirahat dan memulihkan kembali tenaganya. Karena pil
Gin leng-sai-gwat-wan maka luka dalamnya telah sembuh. Sebenarnya Kiam Ciu
harus berterima kasih kepada penolongnya. Ialah wanita muda yang berkereta
indah itu. Namun hatinya keras dan selalu berhati-hati dalam urusan itu. Karena
dia tahu cita-citanya akan kandas karena urusan wanita. Lebih-lebih wanita
muda itu tampak luar biasa.
Kembalilah dia terkenang wajah wanita jelita yang menolong mengobati luka
dalam dengan pil Cin-leng-sai-wan. Tetapi dengan segera dia menghalaukan
bayangan itu dari ingatannya.
"Bunga mawar itu sangat indah tetapi banyak durinya " dengusnya seorang
diri dan tersenyum sambil memandang langit, "aku harus berhati-hati.. . "
Tak terasa tangan Kiam Ciu meraba cincin yang melingkar di jari manisnya,
Cincin pemberian adiknya Ji Tong Bwee, Kiam Ciu membayangkan adiknya yang
mungil, cantik dan jelita serta menyenangkan itu. Kemudian teringat akan
Oey Liong Kiam 5 6 pedang pusaka Oey Liong Kiam yang selalu dibawanya kemana-mana itu,
Pedang itu lalu diraihnya. Alangkah terperanjatnya Kiam Ciu ketika meraba hulu
pedang itu ternyata lain bukannya Oey Liong Kiam. Dengan perasaan gugup
Kiam Ciu bangun dari pembaringannya dan dipegangnya pedang itu. Diamatinya
pedang itu, kemudian dicabutnya ternyata Kim-kang-sai-giok-kiam atau pedang
baja biasa, Dia yakin bahwa Oey Liong telah ditukar oleh wanita yang berkereta
itu. "Sungguh-sungguh wanita yang selalu membuat celaka saja" gumam Kiam
Ciu dan mengeluh. Dia masih teringat pesan suhunya bahwa dia harus menjaga Oey Liong Kiam
dengan berhati-hati. Tetapi kini ternyata pedang itu telah hilang lalu apa kata
suhunya nanti? Pedang itu harus dapat kembali lagi.
Diamatinya Kim-kang-sai-giok-kiam sekali lagi. Terlintas pula wajah wanita
muda yang jelita itu. Kiam Ciu jadi gelisah. Bagaimana nanti dia akan
menghadapi suhunya kalau dia tidak membawa pedang pusaka Oey Liong Kiam
itu ? Kemana pula dia akan mencari wanita berkereta itu ? Berbagai pertanyaan
silih berganti. Hatinya bertambah gelisah. Sebenarnya ditempat itu Kiam Ciu
bermaksud untuk tidur dan istirahat, tetapi karena kegelisahan hatinya dia tidak
dapat tidur. Didalam hutan dan ditempat yang terpencil itu suasananya sangat sunyi.
Pada saat itu mendung telah menebal, kilat gemerlapan bersambung-sambung.
Kemudian turun hujan. Angin deras menggebu-gebu pepohonan.
Dalam suasana hujan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menangkap suara gerisik
ranting-ranting terpijak. Ketika Kiam Ciu memasang tajam pendengarannya,
maka terdengarlah dua orang yang tengah bercakap-cakap sambil berjalan
dibawah bujan dalam hutan ditempat yang tiada begitu jauh dari tempat dimana
Kiam Ciu berteduh itu. "Bagaimana sekarang? Hujan ini bertambah besar juga, pakaianku sudah
basah kuyup semuanya. Padahal untuk mencapai kuil Pao-yan-ta masih sepuluh
lie lagi jauhnya. Apakah kita berteduh di rumah bobrok itu dulu sambil
menunggu hujan reda?" seru seseorang.
Oey Liong Kiam 5 7 Kiam Ciu duduk dan mengamati kedua orang yang mendatangi tempat
dimana dia sedang berteduh itu.
"Betul, betul", sahut yang lain dengan juara bersugguh-sungguh, "kau tak usah
merasa kuatir dan gelisah. Partai silatku mempunyai peraturan yang sangat
keras. Maka sejak kudirikan selama dua puluh tahun ini belum pernah ada yang
berani melanggarnya. Berita tentang peta itu kuterima dari muridku, maka aku
berani menjamin kalau berita itu benar. Hanya saja untuk mendapatkannya kita
harus sampai selekasnya di kuil itu dan kita dapat mengambilnya"" seru orang
itu dengan suara menekankan keyakinan.
Mereka itu ialah Eng Ciok Taysu dan Tie Kiam-su-seng. Dua orang tokoh silat
yang ternama pada masa itu.
"Betul begitu. Tetapi karena tempat penyimpanan peta rahasia Pek-seng itu
dapat diketahui oleh muridnya, apakah tidak mungkin kalau tempat itu diketahui
juga oleb orang lain ? Jangan-jangan kita terlambat !" seru Eng Ciok Taysu raguragu.
"Makanya kita harus cepat-cepat dan tidak usah berteduh !" seru Tie-kiamsu-seng bersungguh-sungguh.
"Peta rahasia Pek-seng itu sangat penting bagi partai silat Siauw-lim. Jika
kita berhasil memperolehnya, aku takkan melupakan jasa-jasamu. Dengan kitab
Pek seng ditangan, maka sama saja kita mempunyai Oey liong kiam dan dapat
menjagoi dikalangan Bu lim." seru Eng Ciok Taysu dengan bersemangat.
Mendengar percakapan kedua orang itu Kiam Ciu merasa girang sesali.
Ternyata dengan tidak sengaja dia telah mendapat petunjuk dimana letak kuil
Pao-yan-ta. Ternyata letaknya sudah dekat sekali.
Kiam Ciu juga sudah mengetahui bahwa peta rahasia penyimpanan kitab
Pek seng itu terpendam didalam kuil Pao-yan-ta dan dijaga sangat kuat. Selama
puluhan tahun tak ada seorangpun yang sanggup untuk merebutnya. Namun
Kiam Ciu juja ingin mencobanya.
Dalam percakapan antara Eng Ciok Taysu dengan Tie kiam su-seng, Kiam
Ciu dapat menarik kesimpulan bahwa Eng Ciok Taysu ingin menjadikan partai
silat Siauw-lim menjadi partai silat yang menjagoi dan tak terkalahkan di
Oey Liong Kiam 5 8 kalangan Bu lim, Maka sudah selayaknya kalau kakek itu dengan nekad dan
berani untuk menempuh kuil Pao-yan-ta yang terkenal itu.
"Sute.." semenjak kau mendirikan pariai silat Tie kiam, kau sudah tidak
menaruh perhatian sama sekali dengan partai silatku, Olah karena itu, jika kau
menganggap bahwa kau tidak perlu mengikutiku, maka kukira kau lebih baik
tidak usah ikut dan aku dapat pergi sendirl I" seru Eng Ciok Taysu.
Namun mereka berjalan terus. Mereka tetap berdua. Tampak seperti dua
orang sahabat yang saling membutuhkan dan tiada keretakan. Entahlah kalau
sikap itu hanya sikap berpura-pura dari ketua partai silat Tie kiam.
Sebenarnya mereka memang bersaudara seperguruan. Ketika puluhan
tahun yang lalu ketua partai Siauw-lim meninggal dunia. Pimpinan partai silat
Siauw-lim diserahkan kepada Eng Ciok Taysu. Sebenarnya yang sangat
mengharapkan untuk menjadi pimpinan Siauw-lim-pay itu ialah Tia-kiamsuseng. Kenyataannya dia memang malas dan ilmu silatnya dibawah ilmu Eng
Ciok Taysu. Maka karena peristiwa itu menjadi kecewa. Namun tidak dapat berbuat apaapa! Maka dia lalu pergi menyingkirkan diri dan berlatih sendiri untuk
menambah kekurangannya! Beberapa tahun kemudian dia telah sempurna dan
merasa kuat. Maka dia lalu mendirikan partai silat sendiri yang diberi nama Tie
kiam-pay. Akibat dari perpecahan itu melemahkan partai Siauw-lim. Sehingga Eng Ciok
Taysu harus berusaha dengan susah payah untuk menegakkan kekuatan Siauwlim-pay kembali.
Bertepatan pula pada saat itu muncul seorang jago silat yang luar biasa
ilmunya. Dengan mengandalkan ilmu Bo-kit-sin-kong pendekar luar biasa yang
berpakaian serba putih itu telah berhasil menjagoi dunia persilatan. Bahkan dia
telah berhasil merebut Oey-liong-kiam. Perebutan senjata pusaka itu diadakan
setiap sepuluh tahun sekali dalam pertemuan yang diberi nama Bu Lim Ta Hwee,
sedangkan pendekar yang berpakaian serba putih dan terkalahkan itu ialah guru
Kiam Ciu yang terkenal dengan sebutan Pek-hi-siu-si.
Oey Liong Kiam 5 9 Perpecahan di kalangan Siauw-lim-pay rupa-rupanya hampir berakhir,
terbukti dengan kesadaran Tie kiam su-seng yang sengaja menghadap kepada
Eng Ciok Taysu sangat tertarik dengan kitab silat Pek seng itu,
Maka dengan tidak menghiraukan hujan dan panas dia telah berjalan untuk
menuju ke kuil Pao-yan-ta dimana menurut kabar dari murid Tie kiam dalam
kuil tersimpan peta rahasia tempat penyimpanan kitab pusaka Pek seng itu.
"Suheng, jika kau mendesak untuk meneruskan perjalanan, akupun tidak
berkeberatan, suheng tak usah menjadi gusar hati" seru Tie-kiam su-seng.
Suara kedua orang itu bertambah jauh kedengarannya. Mereka telah
meninggalkan tempat itu dan melalui tempat dimana Kiam Ciu berteduh.
Kebetulan juga hujan telah bereda, tinggal gerimis lembut. kedua saudara
seperguruan itu menuju kekuil Pao-yan-ta.
Ketika Kiam Ciu yakin bahwa orang-orang itu telah berjalan jauh. Maka dia
lalu keluar dari rumah itu dan memanjat pohon untuk melihat kedua orang tadi,
ketika diperhatikan ternyata mereka telah jauh, maka Kiam Ciu segera meloncat
dan mengikuti jejak mereka.
Kiam Ciu sendiri juga akan menuju kekuil Pao-yan-ta mempunyai tujuan
yang sama dengan kedua orang itu. Maka dengan berhati-hati sekali Kiam Ciu
mengikuti jejak mereka berdua.
Tiada lama kemudian mereka telah sampai di kaki sebuah pegunungan itu.
Tampak sebuah bangunan kuil yang megah, disamping kuil itu terdapat sebuah
bangunan pagoda. Eng Ciok Taysu Tie-kiam-su-seng berhenti sejenak. Mereka memandang
keatas puncak pegunungan itu dengan mata melotot dan heran. Karena
dipuncak pegunungan itu tampak berpuluh-puluh obor. Eng Ciok Taysu
memandang kearah sutenya. Seolah-olah dia mengatakan bahwa rahasia peta
Pek seng telah diketahui orang banyak. Tie kiam su-seng maklum dengan
pandangan mata itu. Kiam Ciu juga tertahan langkahnya. Namun dia tetap bersembunyi, karena
dia tidak mau membuat kegaduhan dan berisik dalam tugasnya itu. Dia harus
mendapatkan peta itu tanpa banyak keributan.
Oey Liong Kiam 5 10 Suasana diatas puncak pegunungan itu sangat gaduh sekali. Banyak sekali
orang-orang dari suku Biauw yang membawa obor dan bersenjata lengkap
sedang mengepung kuil Pao-yan-ta. Tetapi Eng Ciok Taysu dan Tie kiam su-seng
bertekad untuk mendaki juga.
Kuil Pao-yan-ta terletak diatas puncak pegunungan. Sangat luar biasa
bangunannya dan di samping kuil itu dibangun juga sebuah pagoda yang
berpintu satu dan terletak dibagian bawah.
Setelah tiba diatas, mereka dapat menyaksikan banyak sekali orang-orang
dari suku Biauw yang tengah berusaha untuk menggempur kedalam kuil itu.
Mereka bersenjata dan bertubuh sangat kuai, Sebentar-sebentar terdengar
suara tertawa dari dalam kuil itu. Tampak beberapa orang telah binasa dan
menggeletak dengan kepala pecah dan otaknya bercampur darah meleleh.
"Kalau aku tidak salah dengar suara tawa itu adalah suara tertawanya Kwa
Si Lokoay" bisik Eng Ciok Taysu kepada Tie kiam su-seng. "Lihay benar ilmu
silatnya. Coba sute perhatikan sudah berapa banyak orang-orang Biauw itu yang
binasa . . ." "Betul juga, rupa-rupanya tidak mudah lagi bagi kita untuk merebut kitab Pekseng" jawab Tie kiam-suseng tegas dan was-was.
Beberapa saat kemudian tampaklah sebuah kelebatan bayangan, Tahu-tahu
didepan pintu kuil itu telah berdiri Tok Giam Lo yang berwajah bengis dan
bertambah tampak bengis karena sinar obor itu. Kakek yang bertubuh pendek
itu menantang kearah orang-orang Biauw.
"Bah! Karena obor kalian aku jadi terganggu! Hayo menyingkir semua kalau
masih ingin hidup!" seru Tok Giam Lo sambil mengirimkan pukulan Im-hong
ciang kearah orang-orang didepannya. Mereka berjungkalan !
Orang-orang suku Biauw merasa ngeri melihat kehebatan pukulan beracun
Tok Giam Lo itu. Mereka melarikan diri dan meninggalkan kawannnya yang telah
binasa. Kemudian Tok Giam Lo meloncat agak ke belakang sambil berkacak
pinggang menantang kearah kuil. Menantang Kwa Si Lokoay dengan suara
lantang dan penuh keberanian.
Oey Liong Kiam 5 11 "Hay Kwa Si Lokoayl Aku telah menyaksikan ilmu silatmu yang luar biasa
itu. Kau ternyata dapat membinasakan beberapa orang suku Biauw hanya dari
dalam kuil saja. Aku Tok Giam Lo telah datang kesini dengan maksud untuk
mengambil peta rahasia Pek seng. Jika kau bersedia untuk menyerahkan peta
itu padaku, maka kita dapat bersahabat dan kesalamatanmu kujamin!" seru Tok
Giam Lo dengan suara lantang.
"Aku mengerti ucapanmu! Memang peta Pek seng berada didalam pagoda
ini, tersimpan didalam guci abu jenazah suhuku. Aku segan untuk bersahabat
denganmu, karena menurut pendapatku kau mempunyai watak tidak baik. Jika
kau memang mempunyai kepandaian, maka kau dapat mencobanya untuk
mengambil kedalam !" seru dari dalam dengan suara bergema.
Tok Giam Lo masih kurang puas dengan jawaban itu. Dia telah menghampiri
pintu itu dan berseru lagi.
"Hey.. kau !" Apakah kau tidak menyadari bahwa kau telah menyekap diri
didalam pagoda itu untuk menjaga peta Pek-seng selama lima puluh tahun ?
Ilmu Pek seng sama sekali tidak ada artinya dan tak kau pergunakan apa-apa.
Maka jika kau menyerahkan peta rahasia Pek-seng itu kepadaku kau akan kuajak
bergembira dan mengembara menikmati keindahan dan kemuliaan tahu ?" seru
Tok Giam Lo dengan lantang.
Kwa Si Lokoay tidak menjawab apa-apa. Hanya tidak lama kemudian Tok
Giam Lo terdorong kebelakang. Karena ternyata terasa suatu tenaga hembusan
hebat dari dalam pagoda itu yang dilancarkan oleh Kwa Si Lokoay.
"Hey Tok Giam Lo itu suatu peringatan bagimu ! Jika kau masih membandel
maka jiwamu akan segera melayang diatas puncak gunungan ini !"" seru Kwa
Si Lokoay dengan suara lantang.
"Hah !" sahut Tok Giam Lo "Jika kau menganggap dapat membunuhku dengan
mudah itu maka kau adalah ibarat katak dalam sumur. Apakah belum tahu aku
ini siapa ? Aku dapat mengirim kau keakhirat hanya dalam pertempuran dua
jurus saja !" seru Tok Giam Lo.
Oey Liong Kiam 5 12 "Hey kau ! kini palang besi pintu pagoda ini telah kuhancurkan !" seru Tok
Giam Lo dengan suara lantang. "Kalau kau tidak berani keluar kau tunggulah aku
akan masuk dan menyeretmu keluar !"
Begitu selesai kata-kata Tok Giam Lo, tahu-tahu ada sesosok tubuh telah
meloncat dari dalam pagoda. Tok Giam Lo terkejut dan mundur beberapa
langkah. Bukan saja Tok Giam Lo yang merasa terperanjat menyaksikan
kehadiran Kwa Si Lokoay yang menyeramkan itu, tetapi juga Eng Ciok Taysu, Tie
Kiam su-seng, dan juga Tong Kiam Ciu yang masih bersembunyi merasa kagum
dan terpesona. Orang yang baru menerjang keluar itu bertubuh ceking dengan rambut
terurai berwarna putih seluruhnya. Wajahnya kerut merut tetapi matanya
memancarkan sinar aneh yang memukau. Tangannya seolah-olah melebihi
betis panjangnya, seperii seekor kera. Mirip kera daripada manusia.
"Hay jahanam-jika aku tidak memberikan pelajaran padamu, kau tidak akan
tahu aku ini siapa !" seru Kwa Si Lokoay dengan gusar.
Kwa Si Lokoay mengangkat kedua tangannya. Tok Gam Lo merasakan
tubuhnya tertarik kedepan. Dia yakin bahwa kakek itu telah menyerang dengan
ilmu Bo sing-kong ki atau tenaga gaib tanpa bentuk. Juga tidaklah mengherankan
kalau orang-orang Biauw banyak yang binasa dan terbentur dinding pagoda
karena sedotan tenaga sakti kakek itu.
Mendapat kenyataan itu maka dengan cepat pula Tok Giam Lo telah
melancarkanilomu Cit Sing Lian Hua Po Hoat atau langkah gaib, untuk
menghindari serangan lawan kemudian dia melancarkan serangan susulan
dengan membentangkan ilmu Hong Ciang kearah Kwa Si Lokoay.
Dengan susah payah Tok Giam Lo menghadapi serangan Kwa Si Lokoay.
Ilmu Bon sing-kong ki memang sangat hebat, sehingga dengan susah payah Tok
Giam Lo dapat mengatasinya kemudian mengirimkan ilmu pukulan beracunnya
kearah kakek itu. Begitu pula Kwa Si Lokoay merasakan hahwa serangan
pembalasan itu mempunyai tenaga gempur yang luar biasa.
Oey Liong Kiam 5 13 Maka kakek itu meloncat kesamping untuk menghindari serangan lawan.
Angin pukulan menyambar lengan jubah kakek itu. Namun dengan kebutkan
lengan jubahnya maka serangan Tok Giam Lo dapat terhalau.
Sambil berloncatan dan bergerak selalu Tok Giam Lo mencari kelengahan
lawannya. Seolah-olah dia ingin membuat kakek itu menjadi pusing karena


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerakannya itu. Namun kenyataannya, Kwa Si Lokoay tetap tenang dan waspada.
Karena dia telah banyak makan garam dalam pertempuran. walaupun dia telah
menyekap diri didalam pagoda itu puluhan tahun.
Tok Giam Lo selalu waspada pula akan serangan dalam yang luar biasa dari
ilmu Bo sing-kong ki yang tidak kentara itu. Namun begitu dia terengah juga.
Kwa Si Lokoay telah menggerakan kedua lengannya kearah Tok Giam Lo orang
bertubuh pendek gemuk itu bertahan dan dengan susah payah mengerahkan
ilmu Cit Sing Lian Hua Po Hoat untuk menghindari serangan tenaga sinkang Kwa
Si Lokoay itu. Hingga mandi keringatan dan wajahnya menjadi merah padam,
dia bertahan. Tiba-tiba kakek itu membentak keras dan Tok Giam Lo terjengkang sampai
beberapa tindak jauhnya. Namun begitu dia sempat pula mengirimkan pukulan
Im-hong ciang kearah kakek itu.
Kwa Si Lokoay meloncat dan akan menerkam Tok Giam Lo. Namun laki-laki
gendut yang barwajah dan berwatak keji itu telah melemparkan ular belangnya
kearah Kwa Si Lok.ay. Ular berbisa ganas itu telah melilit betis dan tangan Kwa
Si Lokoay. Bersamaan dengan keadaan itu tampaklah dua tubuh berkelebat menerjang
masuk kedalam pagoda. Tok Giam Lo menahan rasa sakit didadanya dan
meloncat menerkam orang yang baru menerobos masuk itu: Orang yang
diterkam oleh Tok Giam Lo itu tiada lain ialah Eng Ciok Taysu.
Begitu pula Kwa Si Lokoay meloncat menerkam bayangan-bayangan yang
satunya lagi yang tiada lain adalah Tie kiam-suseng. Tubuh otang itu
dibantingkannya ketanah dan hampir saja tidak berdaya.
Oey Liong Kiam 5 14 Mereka telah mengambil kesempatan itu untuk menerobos masuk dan akan
mengambil peta rahasia penyimpan kitab Pek seng didalam kuil itu. Namun
mereka keburu ketahuan oleh kedua orang yang tengah bertempur itu.
Ular belang milik Tok Giam Lo telah binasa. Hancur tubuh ular itu terkena
pukulan Kwa Si Lokoay. Namun kakek itu juga tiada luput terkena gigitan
beracun ular belang itu. Tong Kiam Ciu yang sejak tadi bersembunyi dalam kesempatan itu juga
berhasil masuk kedalam pagoda. Bahkan dia menyaksikan kelebatan orang lain
yaug menerobos masuk kedalam pagoda itu juga.
Terdengar Kwa Si Lokoay membentak degan suara lantang!. Suara bentakan
itu terdengar sangat menyeramkan dan berpengaruh hebat terhadap orangorang yang berada didalam pagoda itu.
"Sekarang siapa lagi yang berani nekad masuk kedalam pagoda ini akan
kuhancur leburkan dengan pukulanku ini!" seru kakek itu dan membuktikan katakatanya. Dengan Ilmu Bon sing-kong ki kakek itu memukul tanah didepannya.
Terdengarlah sekonyong-konyong gerakan hebat tanah bercampur batu
berhamburan kemudian tampaklah tanah dalam pagoda itu berlobang dan
dalam. Semua yang menyaksikan kejadian itu merasa ngeri.
Tok Giam Lo mengenal bahwa kakek itu telah terkena racun bisa ular belang
yang sengat ganas. Namun karena kehebatan Ilmu Bon sing-kong ki maka kakek
itu masih sempat bertahan terhadap bisa ular belang yang sangat ganas itu.
Suasana didalam pagoda itu menjadi sangat tegang. Tiba-tiba didalam
ketegangan itu terdengar suara tertawa dari arah dalam pagoda. Semua orang
terperanjat dan menjadi kagum.
Tiada seberapa lama tampaklah Tong Kiam Ciu telab meloncat dan berdiri
dihadapan Kwa Si Lokoay. Menyaksikan kehadiran Kiam Ciu di tempat itu Eng
Ciok Taysu merasa heran, begitu juga Tok Giam Lo merasa heran karena dia
semula menyangka bahwa Kiam Ciu telah binasa terkera racun.
Namun Kiam Ciu tidak memperdulikaa mereka semua itu Dia menghadap
Kwa Si Lokoay dan berseru dengan suara lantang tetapi hormat.
"Locianpwee pagoda ini telah kemasukan orang !" seru Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 5 15 Kwa Si Lokoay terperanjat menyaksikan anak muda itu, apalagi ketika
mendengar kata-kata pemuda itu. Maka kakek itu terbeliak dan wajahnya yang
putih itu bagaikan menyala.
"Apa yang kau katakan anak muda ? Kau berdusta !" seru Kwa Si Lokoay
dengan suara keras dan gusar.
"Locianpwee aku tidak berdusta !" seru Kiam Ciu menegaskan lagi.
"Hey anak muda kau tahu berbicara dengan siapa ? Jika apa yang kau
katakan itu dusta, kau akan binasa ditempat ini !" seru Kwa Si Lokoay dengan
mata melotot dan membara.
"Locianpwee boleh periksa kedalam. Aku akan menunggu ditempai ini jika
ternyata kata-kataku adalah dusta, aku bersedia menerima hukuman ditempat
ini !" seru Kiam Ciu dengan suara tegas dan meyakinkan.
Saat itu Kwa Si Lokoay menempelkan telinganya kedinding pagoda. Seketika
itu tampaklah perubahan wajah kakek itu. Tanpa membuang waktu lagi kakek
itu telah memutar tubuh dan mengebut lengan jubahnya berkelebat masuk
kedalam pagoda itu. Menyaksikan hal itu Tok Giam Lo merasa gelisah. Dia ingin mengikuti masuk
kedalam pagoda itu. Namun Kiam Ciu menahannya.
"Hey anak muda ! Kau terlalu besar nyalimu berani mencegahku!" seru Tok
Giam Lo dengan suara bengis karena gusar.
Tong Kiam Ciu tidak mengimbangi kegusaran laki-laki bertubuh gendut itu.
Dia tersenyum dan memandang dengan tenang kewajah Tok Giam Lo, tetapi Tok
Giam Lo tampak melototkan matanya.
"Sudahlah . . . aku tidak mau melawan orang yang sudah luka !" seru Tong
Kiam Ciu sambil tersenyum.
Tetapi Tok Giam Lo menjadi bertambah gusar dan langsung mengirimkan
sebuah pukulan kearah dada Tong Kiam Ciu.
Kiam Ciu telah siap siaga dengan ilmu Bo-kit-sin-kong, ketika hawa serangan
pukulan Tok Giam Lo hampir menyentuh dadanya, pemuda itu memiringkan
tubuhnya sediktt dan serangan itu berlalu.
Oey Liong Kiam 5 16 Tok Giam Lo menjadl penasaran menyaksikan serangannya dapat dielakan
dengan mudah oleh Kiam Ciu, maka dia segera melompat memasang kuda-kuda
dan mengembangkan kesepuluh jari-jemarinya. Dari kuda-kudanya tampaklah
semburat merah dan kepulan asap yang sangat tipis sekali. Tok Giam Lo
berusaha untuk melukai Kiam Ciu untuk memasukkan racun. Namun Kiam Ciu
pernah bertempur melawan Tok Giam Lo, jadi dia telah mempunyai pengalaman
menghadapi lawannya itu. Maka dia mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk
melawan pengaruh ilmu Han-tok-bo-kong yang dilancarkan oleh Tok Giam Lo
itu. Dengan gerakan-gerakan bagaikan akan mencengkeram Tok Giam Lo
mengerahkan ilmu Han-tok-bo-kong. Dari ujung jari jemarinya tampak sinar
merah yang menyerang kearah Kiam Ciu. Sinar merah yang berhawa panas dan
ganas itu sangat berbahaya. Maka dengan jeritan lantang Kiam Ciu meloncat
kebelakang. Begitu kakinya menginjak tanah maka pemuda itu melancarkan sebuah
pukulan dahsyat bertenaga penuh kearah Tok Giam Lo. Karena tubuh Tok Giam
Lo telah mendapat luka dalam akibat bertempur dengan Kwa Si Lokoay maka
dorongan serangan Kiam Ciu itu tak dapat ditahan lagi.
Tok Giam Lo terjengkang di tanah, wajahnya menjadi merah padam dan malu
sekali mendapatkan kenyataan itu, ketika Tok Giam Lo terbatuk ternyata
mulutnya memuntahkan darah segar.
Tok Giam Lo adalah seorang tokoh yang kesohor kehebatan ilmu silatnya.
Dia adalah seorang tokoh silat dari lembah lblis yang telah puluhan tahun
malang melintang didunta Kang-ouw. kini dapat dijatuhkan oleh seorang anak
muda yang belum punya nama.
Eng Ciok Taysu menyaksikan pertempuran yang hanya satu jurus itu menjadi
sangat kagum, ternyata Kiam Ciu mempunyai kehebatan juga.
"Hey luar biasa lihaynya ilmu silat Kiam Ciu ini. Maka tidak mengherankan
kalau dia berani melawan pemimpin partai silat Kong-tong dalam pertemuan
Bu-lim-ta-hwee beberapa hari yang telah lalu" pikir Eng Ciok Taysu.
Oey Liong Kiam 5 17 Kemudian Tong Kiam Ciu melirik arah Eng Ciok Taysu yang kelihatan gelisah,
tanpa menunggu waktu lagi Kiam Ciu segera menegurnya.
"Locianpwee apakah kau juga ingin masuk kedalam pagoda ?" seru Kiam Ciu
dengan suara lunak tetapi bernada ancaman.
Mendengar teguran itu Eng Ciok Taysu menjadi gugup, kemudian balas
menanyakan kepada Kiam Ciu.
"Tong Siawhiap aku tidak melihat pedang Oey Liong Kiam dipinggangmu.
Apakah pedang nomor wahid dikolong langit itu telah jatuh ketangan orang lain?"
tegur Eng Ciok Taysu sambil mengerutkan kening dan menantikan jawaban.
Tong Kiam Ciu mendengar pertanyaan itu jadi tersenyum getir. Kemudian
dia menyahut. "Locianpwee, pedang Oey Liong Kiam itu bukan pedang untuk pamer? Kurasa
tidak harus kubawa-bawa kemana saja tetapi aku pasti membawanya dalam
pertemuan Bu-lim-tahwee nanti !" seru Kiam Ciu tegas.
Sebenarnya pikiran Kiam Ciu sedang kacau kalau mengingat pedang Oey
Liong Kiam itu jatuh ketangan wanita yang berkereta itu, namun dia telah
bertekad untuk mengambilnya segera.
Pada saat itu juga terdengar suara gaduh dari dalam pagoda. Kemudian
disusul dengan munculnya Kwa Si Lokoay dengan sempoyongan dan
memondong guci dan wajahnya berkeringat serta pucat pasi.
Tok Giam Lo yang masih dalam keadaan terduduk dan terluka itu, ketika
menyaksikan Kwa Si Lokoay membawa guci itu segeralah dia meloncat dan
merebut guci dari tangan kakek itu.
Anehnya Kwa Si Lokoay diam saja, kakek itu tidak berusaha untuk bertahan
atau mempertahanka. Tetapi keringat mengucur dari kening dan wajah kakek
itu. Eng Ciok Taysu maupun Tie-ktam-suseng juga meresa heran akan sikap
kakek itu. Tok Giam Lo tidak sabar lagi, maka segeralah guci itu dihancurkannya. Debu
berhamburan. Tetapi peta Pek seng tidak tampak. Yang terdapat didalam guci
itu hanyalah seekor burung yang terbuat dari perak.
Oey Liong Kiam 5 18 "Hah ? Gan Hua Liong sudah datang kesini !" seru Tok Giam Lo. Kemudian
orang itu meloncat pergi meninggalkan puncak gunung itu.
Seruan terperanjat Tok Giam Lo itu terdengar juga oleh Eng Ciok Taysu dan
Tie Kiam suseng. Maka segerlah mereka berpaling kearah Tong Kiam Ciu.
"Rupa-rupanya peta Pek-seng itu telah didahului orang lain. Kurasa tak ada
gunanya lagi kita berada disini. Ayolah lekas kita berlalu dari tempat ini !" seru
Eng Ciok Taysu kepada Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu menganggukan kepala dan melangkah mengikuti kedua jago
silat itu untuk meninggalkan puncak gunung.
Akhirnya tinggallah Kwa Si Lokoay seorang diri didepan pagoda itu. Kakek
itu tertawa gelak-gelak seperti orang kehilangan ingatan. Mendengar itu maka
Tong Kiam Ciu memalingkan kepala dan memandang kearah sikakek itu.
Sedangkan Eng Ciok Taysu dan Tie-kiam-suseng tak memperdulikan keadaan
itu. Tong Kiam Ciu yang berhati welas asih itu ternyata merasa tidak sampai
hati menyaksikan keadaan Kwa Si Lokoay yang dianggapnya tidak wajar atau
mungkin berobah ingatan. Maka Kiam Ciu kembali menghampiri kakek itu dan
bertanya. "Locianpwee, apakah aku dapat menolongmu ?" seru Kiam Ciu setelah dekat
dengan kakek itu. Akhirnya Kwa Si Lokoay berhenti tertawa dan menatap kearah Kiam Ciu.
Menatap dalam-dalam kewajah pemuda itu. Hingga beberapa saat kakek itu
memperhatikan Kiam Ciu. Kemudian terdengar tawanya lagi.
"Ha-ha-ha-ha. . . . apakah kau merasa heran anak muda ? Ketahuilah bahwa
sesungguhnya aku ini adalah Gan Hua Liong atau siburung perak !" seru kakek
itu kepada Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu merasa kaget dengan keterangan itu, tetapi kakek itu
mengulangi lagi gelarnya dan akhirnya Kiam Ciu yakin juga.
Oey Liong Kiam 5 19 Gan Hua Liong yang merasa bahwa ajalnya tinggal sedikit itu. Maka dia
berbicara dengan sangat tergesa-gesa untik menjelaskan beberapa hal kepada
Kiam Ciu. "Seperti katamu bahwa pagoda ini telah kemasukan orang dan orang itu
telah kubinasakan. Aku pernah menjagoi kalangan Kang-ouw. Tetapi karena
kesalahan-kesalahanku, aku dipenjarakan didalam pagoda ini. Ketika guruku
akan meninggal dunia dia telah menyerahkan peta rahasia kitab Pek-seng
kepadaku, dengan pesan untuk diserahkan kepada seseorang yang luhur
budinya. Oh.. . aku telah terkena bisa ular ganas itu dan aku rasa tak dapat hidup
lebih lama lagi.. ." kakek itu berhenti sejenak dan wajahnya tampak berkeringat
terlalu banyak. Kiam Ciu menyaksikan itu dengan hati iba, tetapi kakek itu tampak berkeras
kepala tidak mau ditolong.
"Hari iai aku telah melihat sikapmu dan aku yakin bahwa kau adalah seorang
jago silat yang luhur budimu. Maka aku serahkan peta Pek-seng ini kepadamu
untuk mengambil kitab pusaka ilmu silat Pek-seng !"
Kakek itu mengulurkan tangannya dan menyerahkan peta Pek-seng yang
terbungkus dengan sutera. Dengan terharu Kiam Ciu menerima pemberian kakek
itu. "Tetapi aku mempunyai satu permintaan yang harus kau penuhi" tertahan
lagi karena kakek itu menahan rasa sakit.
Ketika menyaksikan keadaan itu, maka Kiam Ciu segera mengeluarkan
rumput obat Lok-bwe-kim-keng dan diserahkan kepada kakek itu.
"Locianpwee aku mempunyai . , , " seru Kiam Ciu sambil mengulurkan tangan
untuk menyerahkan ramuan obat itu.
Tetapi Gan Hua Liong membentak:
"Kau jangan banyak bicara ! Dengar baik-baik pesanku !"
"Tetapi Locianpwee, batang Lok-bwee-kim-keng ini dapat . . " desak Kiam Ciu
menyodorkan obatnya kepada kakek itu.
"Diam kataku !" seru kakek itu membentak.
Oey Liong Kiam 5 20 Kiam Ciu mengkeret dan menundukkan mukanya. Dia tidak tahu maksud
kakek itu. Kakek yang aneh dan baru kali ini ditemui oleh Kiam Ciu.
"Anak muda kau jangan bergusar hati. Aku tahu khasiat batang Lok-bwee
kim-keng itu dapat menolong jiwaku dan memusnahkan pengaruh racun dalam
tubuhku. Tetapi aku sudah ingin mati, maka tugas akan kuserahkan padamu!
Sekarang kau tahu?" seru kakek itu bersungguh-sungguh dengan suara yang
telah bernada lemah. Mendengar perjelasan itu maka akhirnya Kiam Ciu mengerti. Maka kini dia
menundukkan kepala dan mengangguk.
"Nah, kini dengarlah baik-baik pesanku ini. Ketika suhuku akan meninggal
dunia beliau telah mengatakan bahwa cucu perempuanku telah ditawan di kota
Pek-seng. Terkurung di suatu tempat. Jika kau pergi kesana kau harus bebaskan
dia. Tugas ini mungkin sukar dan berbahaya, namun aku yakin bahwa kau dapat
melaksanakannya" suara kakek itu sudah sangat lemah kedengarannya.
Tiada lama kemudian setelah kata-kata terakhir itu tampaklah kakek itu
memuntahkan darah terhuyung-huyung dan jatuh terjungkal dihadapan Tong
Kiam Ciu. Dengan sekali loncat Tong Kiam Ciu telah memasukkan batang Lok-bweekim-keng ke mulut kakek itu, tetapi mulut kakek itu telah terkancing rapat.
Setelah berkelojotan sejenak maka kakek itu telah menghembuskan nafas yang
terakhir. Tong Kiam Ciu lalu merawat jenazah Gan Hua Liong kemudian menguburnya.
Setelah mengadakan upacara penguburan yang sangat sederhana maka Kiam
Ciu lalu masuk kedalam kuil untuk bermalam.
Walaupun malam itu mata Kiam Ciu sukar untuk dipejamkan, karena dia
mengenangkan pengalaman sepanjang hari. Tetapi akhirnya dia terlena.
Ketika telinganya sayup-sayup menangkap suara kicauan burung. Maka dia
agak terperanjat juga. Dirabanya saku jubah untuk meyakinkan babwa peta Pekseng itu masih ada. Hatinya merasa lega dan Kiam Ciu segera meloncat bangun.
Ketika kesadarannya telah penuh kembali, barulah dia menuju kepintu kuil.
Oey Liong Kiam 5 21 Kiam Ciu menyadari dia harus cepat-cepat ke kota Pek-seng, dan sebelum
semuanya berantakan harus dapat menemukan kitab pusaka Pek-seng itu. Maka
segeralah dia mendorong batu penghalang didepan pintu kul Pao-yan-ta. Setelah
dia melompati lubang besar yang dibuat oleh Kwa Si Lokoay maka simpailah
pemuda itu di depan pagoda Pao-yan-ta. Terciumlah hawa sejuk pegunungan


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tertiup angin semilir.
Matahari tampak bersinar dengan berkas sinarnya yang menembus diselasela dedaunan di puncak pegunungan itu. Sekian lama Kiam Ciu memandang
kearah makam Kwa Si Lokoay. Seolah-olah dia berjanji, kemudian tampak lengan
jubahnya bergerak. Tahu-tahu pemuda itu telah melesat dan meninggalkan kuil
yang bersejarah, kuil itu membisu dan tetap angker penuh keagungan.
Kiam Ciu telah memperhitungkan untuk menujuj ke kota Pek-seng. Dia harus
seIekas-lekasnya sampai di kota itu sebelum tokoh-tokoh lain tiba di tempat
penyimpanan kitab pusaka Pek-seng. Karena kitab pusaka Pek Seng itu yang
kini sedang dicari oleh tokoh persilatan.
Dapat dibayangkan betapa hebatnya ilmu silat Pek Seng itu. Hingga sebagian
besar tokoh Bu Lim sangat mengilerkan kitab pusaka itu. Karena mereka
berpendapat, kalau toh mereka tidak berhasil merebut pedang pusaka Oey Liong
Kiam tetapi dapat mendapatkan ilmu silat Pek Seng, itu sama saja hebatnya.
Ilmu silat Pek Seng Itu tiada terkalahkan. Sangat hebat dan langka.
Tong Kiam Ciu telah berhasil mendapatkan peta Pek Seng itu. Maka suatu
milik yang luar biasa didapat dengan jalan yang sangat mudah tanpa mengadu
kekuatan dan tanpa pertumpahan darah. Suatu yang jarang dapat terjadi. Maka
dia sangat berhati-hati. Waspada akan kemungkinan-kemungkinan yang bakal
terjadi pada saat-saat yang sangat penting dimana dia nanti akan mengambil
kitab pusaka Pek Seng. Dirabanya sekali lagi saku kanan dimana peta Pek-Seng
itu tersimpan. Tanpa sengaja Tong Kiam Ciu menarik nafas panjang.
Dengan meningkatkan ilmu meringankan dan tubuh berlari cepat Kiam Ciu
cepat menuruni gunung dan melompati jurang-jurang yang menganga. Dengan
tidak memakan waktu terlalu lama dia telah tiba disebuah kota kecil dalam
propensi An-Hwei. Dalam kota kecil itu terdapat dua buah rumah makan yang
telah buka. Oey Liong Kiam 5 22 Namun perjalanan yang telah dilakukan oleh Kiam Ciu pagi itu sangat cepat.
Hingga sampai di kota kecil itu masih dalam keadaan sepi sekali. Hanya
beberapa orang saja yang tampak di jalanan menuju ke pasar. Sinar matahari
yang menembusi kota lewat pintu gerbang karena matahari masih sangat
rendah. Bayangan rumah-rumah dan pepohonan masih tampak memanjang.
Kiam Ciu memandang kedua rumah makan itu, lalu dia melangkah menuju
kesaah satu rumah makan itu.
Ketika dia menginjakkan kaki didepan pintu rumah makan itu, sejenak
memandang kedalam. Keadaan masih sangat sepi. Beberapa kursi dan bangku
masih terbalik tertumpuk dengan meja. Namun seorang pelayan rumah makan
itu ketika mengetahui kedatangan Kiam Ciu dengan sangat tergopoh-gopoh
menurunkan kursi dan menyiapkan tempat di dekat jendela untuk tamunya yang
baru datang itu. Kiam Ciu melangkah masuk dan menuju ke tempat yang telah disediakan
dan pelayan itu menghormat dengan membongkok-bongkok hormat. Tempat
yang telah disediakannya adalah dua buah kursi. Kiam Ciu tidak begitu
mengacuhkan keadaan itu. Beberapa pelayan rumah makan itu telah
mempersiaphan tempat. Kiam Ciu hanya ingin makan pagi dan segera akan
melanjutkan perjalanan. "Selamat pagi anak muda. Rupa-rupanya kau sangat lelah dan apakah kami
dapat menolongmu ?" seru pelayan itu dengan hormat dan mendekati tempat
dimana Kiam Ciu duduk. Kiam Ciu tersenyum mendapat kehormatan dan teguran yang sopan itu.
Diam-diam dia sangat memuji kesopanan pelayan rumah makan itu. Maka
sambil tersenyum pula Kiam Ctu memesan makanan.
Beberapa saat kemudian Kiam Ciu melihat seorang nenek masuk kedalam
rumah makan itu. Ketika pandangan mata mereka beradu, nenek itu tersenyum.
Kiam Ciu juga tersenyum. Tahu-tahu nenek itu telah duduk di kursi dekat tempat
duduk Kiam Ciu. Mereka berdua saling berpandangan. Tiada lama kemudian pesanan
makanan telah dihidangkan. Nenek itupun mendapat makaiau yang sama
Oey Liong Kiam 5 23 dengan makanan yang dipesan Kiam Ciu. Karena pelayan rumah makan itu
berpendapat bahwa nenek yang baru masuk itu adalah keluarga Kiam Ciu.
Nenek itu makan dengan lahap dan cepat sekali. Ketika makanan yang
berada didepannya telah dlsantap habis maka nenek itu lalu berdiri sambil
berbicara kepada Kiam Ciu.
"Teruskanlah kau anak muda makan dan minum. Aku akan segera berlalu
karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan !" bisik nenek itu kepada
Kiam Ciu dan segera berlalu menunggu dan tanpa memberikan kesempatan
kepada Kiam Ciu untuk berbicara lagi.
Kiam Ciu hanya memandangnya dengan mulut melompong kearah
punggung nenek itu. Baru ketika pelayan rumah makan itu mendekati. Kiam Ctu
dapat berbicara kepada pelayan itu.
"Berapa ?" Kiam Ciu menanyakan harga makanan yang telah dimakannya itu
sambil berdiri. "Tujuh , , " jawab pelayan itu seraya memberesi meja.
"Hah ? Tujuh apa?" tanya Kiam Ciu heran. "Ya tujuh Yen. untuk makan dan
minum berdua , , " jawab pelayan itu dengan hormat dan tersenyum.
"Berdua ? Oh , , " Kiam Ciu segera menghentikan kata-katanya dan merogoh
kantongya mengeluarkan uang tujuh Yen.
Ada-ada saja pengalaman yang telah dialami oleh Tong Kiam Ciu beberapa
hari belakangan ini. Semuanya aneh dan lucu. Setelah membayar semua harga
makanan itu dan memberikan persen kepada pelayan, maka Kiam Ciu lalu
meninggalkan rumah makan itu. Dia bermaksud untuk cepat meninggalkan kota
Menuju Negeri Antah Berantah 4 Satria Gendeng 07 Pasukan Kelelawar Pendekar Bayangan Setan 15
^