Pencarian

Warisan Jenderal Gak Hui 4

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung Bagian 4


kecil itu dan menuju ke kota Pek-seng.
Tetapi baru beberapa saat dia berjalan, di sebuah tempat yang sepi serta
terlindung dia dihadang oleh nenek tadi, Kiam Ciu menahan langkahnya dan
memperhatikan nenek itu. "Locianpwee ada urusan apa menahanku ?" tanya Kiam Ciu tenang.
Oey Liong Kiam 5 24 "Aku mendapat laporan bahwa kau menghina muridku ?" nenek itu
menyiratkan sinar mata dari kedua matanya yang bersinar tajam kearah Kiam
Ciu. Ketika itu Kiam Ciu juga sedang memperhatikan. Matanya tidak tahan
menentang mata netek itu, kemudian Kiam Ciu teringat ceritera suhunya bahwa
dirimba persilatan ada tokoh tua yang aneh, ialah seorang pendekar wanita
yang mempunyai ilmu silat yang sangat llhay sekali. Maka Kiam Ciu lalu meregur
dengan hormat "Apakah Locianpwee ini bergelar Shin Kai Lolo ?" tanya Kiam Ciu,
"Oh ternyata kau telah mengenal nama gelarku. Nah, sekarang aku harapkan
kau suka mengembalikan gambarku !" seru nenek itu sambil mengulurkan
tangan kanan kearah Tong Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu teringat kembali dengan peristiwa didalam hutan, ketika
seorang anak muda yang berambut awut-awutan menimpuknya dengan kertas
bergambar gadis muda, kemudian gambar ituu disimpan baik-baik oleh Kiam
Ciu karena dia ingin mengetahui makna gambar yang ditimpukkan kepada
dirinya itu. "Oh, jadi anak muda itu adalah murid Locianpwee? Maafkan aku, aku sama
sekali tidak bermaksud untuk menghinanya. Aku Tong Kiam Ciu sama sekali
tidak bermaksud menghinanya, malah karena jasa-jasanya itu aku dapat
berhati-hati dari bencana. Aku sangat berterima kasih kepada murid
Locianpwee dan tidak bermaksud untuk menghinanya." jawab Kiam Ciu dengan
hormat dan ramah. "Ya aku tidak butuh keterangan panjang lebar. Sekarang gambar itu kuminta
kembali. Karena gambar itu aku yang membuatnya, maka kini serahkanlah
kepadaku!" seru nenek itu sambil menyodorkan tangan kanan kearah Kiam Ciu.
Sebenarnya Kiam Ciu memang merasa heran akan sikap nenek itu. Maka tanpa
berpikir panjang lagi dia lalu meraba saku jubahnya dan dikeluarkannya lipatan
kertas bergambar gadis jelita. Gambar itu lalu diserahkannya kepada Shin Kai
Lolo. Nenek aneh itu menerimanya. Kemudian tanpa meninggalkan pesan
berlalu. Oey Liong Kiam 5 25 "Hemmu sama anehnya guru dan murid"." gumam Kiam Ciu sambil
memperhatikan kepergian nenek itu.
Kemudian Kiam Ciu meneruskan perjalanan. Setelah berjalan sampai
beberapa saat, terdengarlah suara derap kaki kuda. Dari arah depan tampak
kepulan debu. Dua titik hitam mendekat! Titik itu sejajar seolah-olah mereka
berlomba dan kebetulan mempunyai kecepatan yang sama.
Kiam Ciu memandang kearah dua ekor kuda yang bertambah dekat itu,
kemudian lebih jelas lagi. Dua ekor kuda putih yang sangat bagus dan pakaian
kuda itupun tampak sangat bagus. Diatas punggung kuda itu tampak masingmasing seorang gadis yang berparas jelita dengan kulit kuning dan segar, kuda
itu mendekati Kiam Ciu, yang seekor pakaiannya serba perak sedangkan
penunggangnya membekal senjata golok di pinggangnya Sedangkan satunya
lagi berpakaian serba emas sedangkan yang menungganginya membekal
senjata pedang. Semula Kiam Ciu sangat mengagumi kegagahan kuda putih itu, kemudian
mengagumi kemulusan dan kejelitaan kedua gadis penunggang kuda itu,
bagaikan bidadari-bidadari yang turun dari angkasa dan mengendarai kuda
sembrani. Tetapi ketika bertambah dekat ternyata kedua gadis itu dengan
sengaja menghadap didepan Kiam Ciu, hingga pemuda itu terpaksa menghindar
jangan sampai ditubruk kuda mereka.
"Siocia, . . . maaf, mengapa menghadangku ?" tanya Kiam C;u dengan
membongkok hormat. "Adikku ingin mencoba ilmu pedangmu, karena kami melihat kau membawa
pedang dipunggungmu!" seru wanita yang bersenjata golok dan gadis itu masih
duduk diatas puoggung kudanya.
"Oh, . . maaf siocia, Aku hanyalah seorang pengemhara yang tiada berilmu
mana berani melawan bertanding ilmu pedang, Adapun, pedang yang kubawa
ini hanya untuk melindungi diri dari binatang buas saja" jawab Kiam Ciu bernada
sopan dan menghormat. Namun kedua gadis itu memandang Kiam Ciu dengan mata penuh terpesona,
Seolah-olah mereka tidak mendengarkan kata-kata yang terucapkan dari mulut
Oey Liong Kiam 5 26 Kiam Ciu. Maka sekali lagi pemuda itu meneruskan kata-katanya sambil
menghormat. "Karena itu aku , , ijinkanlah untuk berlalu siocia , , !" seru Kiam Ciu sambil
membongkok dan melangkah maju
"Tunggu !" seru gadis itu "Bukankah kau ini Tong Kiam Ciu yang telah berhasil
menguasai Oey Liong Kiam ? Maka jika kau tidak mau bertanding melawan
adikku, jangan kau harapkan kau dapat berlalu dengan mudah !" Kata-kata itu
terucapkan dengan tegas tidak hanya bermain-main atau gertakan.
Kiam Ciu tampak terperanjat juga mendengar nada kata-kata yang bersikap
menantang itu. Namun dia maklum kini bahwa namanya telah banyak dikenal
orang karena gara-gara pedang Oey Liong Kiam pada pertemuan orang-orang
gagah pada Bu Lim Tahwee. Namun pedang Oey Liong Kiam telah terlepas dari
tangan Kiam Ciu belum ada orang yang tahu. Itu suatu keuntungan besar bagi
Kiam Ciu. Menilik cara dandanannya terang bahwa kedua gadis itu adalah dari suku
Biauw. Suku Biauw yang dipimpin oleh Kwi Ong atau si Raja Iblis, menurut kabar
bahwa Kwi Ong memang sengaja memimpin orang-orangnya untuk mengganas
kedaerah lain merembes dan mengacau. Kwi Ong memang sengaja untuk
menguasai daerah lain serta menyebar luaskan wilayahnya. Raja Iblis yang
berilmu sangat lihay. Namun untuk menghadapi mereka itu bilamana terpaksa
Kiam Ciu juga tidak merasa gentar.
"Siocia, aku dan kalian berdua tidak mempunyai tali permusuhan. Urusanku
masih banyak maka ijinkanlah aku untuk meneruskan perjalanan dengan damai."
seru Kiam Ciu. Tetapi saat itu diseberang lain tampak ada seorang yang menerobos semak
belukar kemudian sempoyongan jatuh dan bangun lagi menyusuri jalan raya,
tetapi orang itu jatuh lagi.
Untuk sesaat kedua gadis yang menghadang Kiam Ciu itu tertegun. Mereka
tidak menjawab seruan Kiam Ciu. Tiba-tiba gadis yang lebih muda dan
bersenjata pedang berseru:
"Cici ayo kita lihat orang itu".
Oey Liong Kiam 5 27 Gadis yang bersenjata golok memandang Kiam Ciu seraya berseru; "kau
dapat menunggangi kudaku. Ayo kita lihat orang itu !"
Bersamaan dengan selesainya kata-kata itu maka segeralah gadis itu
meloncat turun dari punggung kudanya dan langsung meloncat kebelakang
adiknya membonceng. Sedangkan Kiam Ciu telah berada pula dlpunggung kuda
milik gadis itu. Ketiga orang itu segera memacu kudanya mendekati orang yang telah
tersungkur dipinggir jalan. Mereka masih duduk dipunggung kudanya ketika
berada dekat sekali dengan tubuh yang menggeletak dan bermandikan darah
serta pakaian terkoyak-koyak itu.
Yang meloncat turun dari punggung kuda, adalah Kiam Ciu. Pemuda itu
segera menghampiri dan membalikkan tubuh orang yang menggeletak itu.
Ketika Kiam Ciu menyaksikan wajah orang itu dia betul-betul sangat terperanjat
hingga terpekik tertahan memanggil nama orang itu.
"Pit Ki !" Kiam Ciu tertahan.
Namun suara itu cukup terdengar oleh kedua gadis. Merekapun lalu turun
dari punggung kuda dan menghampiri Kiam Ciu! Setelah melihat keadaan Pit Ki
sejenak, maka gadis itu yang tua berseru kepada Kiam Ciu.
"Ohhh apakah dia ini kawanmu?" tegurnya, tampak wajah gadis itu
membayangkan rasa belas kasihan.
Kiam Ciu tidak menjawab. Pemuda itu menatap wajah Pit Ki yang telah pucat.
Sudah terang bahwa laki-laki itu mendapat luka yang berat. Mungkin tidak akan
tertolong jiwanya. Dalam keadaan itu tiba-tiba Pit Ki membuka mata. Ketika dia melihat bahwa
orang yang berada didekatnya itu ternyata Tong Kiam Ciu. ialah seseorang yang
pernah akan dibunuhnya dengan cara keji. Maka dengan penuh penyerahan Pit
Ki memejamkan mata kembali. Dia telah pasrah karena tidak dapat berbuat apaapa lagi.
Kiam Ciu memikirkan nasib Pit Ki dan akan menolongnya. Tiba-tiba gadis
yang bersenjata golok itu telah menyentuh lengan Kiam Ciu dan menyodorkan
sebungkus bubuk dan dua butir pil.
Oey Liong Kiam 5 28 "Ini adalah bubuk Lo-hua-leog isa (bubuk obat dewa) untuk menyembuhkan
luka dibagian luar, sedangkan pil ini adalah untuk diminum guna
menyembuhkan luka dibagian dalam. Aku yakin dengan obat-obat ini kawanmu
akan segera dapat tertolong !"
Kiam Ciu menerima dua jenis obat itu, ialah bungkusan yang berisi bubuk
Lo-hoa-leng-tan dan dua butir pil untuk menolong jiwa Pit Ki. Pemuda itu
menarik nafas panjang dan merasa sangat bersyukur serta terharu sekali
dengan sikap kedua tadi yang disangka sangat sombong itu. Namun
kenyataannya gadis itu berjiwa mulia dan mempunyai sifat perikemanusiaan
yang dalam juga, karena telah mendapat petunjuk-petunjuk itu tadi Kiam Ciu
segera mengobatkannya. Setelah selesai dia segera berdiri dan memberi hormat kepada kedua gadis
itu seraya mengucapkan rasa terima kasihnya.
"Aku menghaturkan rasa hormat dan terima kasih atas kebaikan hati siocia.
Untuk selanjutnya perkenankanlah kami berlalu dari tempat ini karena aku akan
menyelamatkan jiwa kawanku ini.. ." seru Kiam Ciu sambil menghormat.
"Baiklah, baiklah ! Menurut pendapatku aku akan menunggang kuda berdua
dengan adikku, Sedangkan kudaku dapat kau pakai !" seru gadis yang lebih tua
seraya siap-siap mendekati kuda adiknya.
"Tet.. tetapi.." seru Kiam Ciu gugup.
"Tetapi apa lagi ?" seru gadis itu berpaling kearah Kiam Ciu.
"Tetapi dengan cara bagaimana aku mengembalikan kudamu. Atau kemana
kita dapat mengembalikan kudamu nanti?" seru Kiam Ciu.
"Oh.. itu? Kau dapat mengembalikan kudaku ke desa Sing-kiauw-cong kirakra sepuluh lie jauhnya dari sini!" jawab gadis itu.
"Baiklah." jawab Kiam Ciu.
Kedua sadis itu telah berada dipunggung kuda. Baru saja tali kekang di
tangan kanan ditarik hingga kepala kuda putih itu terangkat ke kanan. Namun
belum lagi kaki kuda itu melangkah maju, tiba-tiba Kiam Ciu berseru lantang
tetapi penuh sopan dan hormat,
Oey Liong Kiam 5 29 "Socia! Malam ini juga aku akan mengembalikan kuda. Tetapi siapakah nama
Siocia berdua?" Kiam Ciu berseru sambil menghormat.
"Aku ternama Gin Ciu dan adikku ini bernama Kim Ciu. Kalau kau telah sampai
di desa Sing-kiauw-cong maka kau akan mudah mencari namaku. Karena
semua orang telah mengenal namaku dan nama adikku", seru gadis yang tua
dan ternyata bernama Gin Ciu itu.
Rupa-rupanya memang sudah suratan takdir bahwa umur Pit Ki tidak
panjang hanya pendek. Dalam perjalanan untuk mencari tempat penginapan, Pit
Ki telah menghembuskan nafas penghabisan. Tong Kiam Ciu kecewa.
Sebenarnya dia ingin menolong orarg itu dengan sepenuh hati. Tetapi kehendak
Thian tidak dapat dibantah lagi
Setelah mengetahui bahwa Pik Ki tidak dapat ditolong lagi, maka segeralah
Tong Kiam Ctu menyempurnakan mayat orang itu, dikubir secara sederhana.
Beberapa saat kemudian Tong Kiam Ciu telah terdiri sambil memandang
kemakam Pit Ki yang d.beri tanda sebuah batu. Maksud Kiam Ciu segera
meninggakan tempat itu menuju ke kota Pek-seng.
Beberapa langkah kemudian terdengar ringkikkan kuda. Kiam Ciu yang
pikirannya sedang kalut itu terhenti!. Dipandanginya kuda itu dan dia teringat
kembali dengan janjinya kepada Gin Ciu.. Malam ini dia harus mengembalikan
kuda itu ke desa Sing-kiauw-cong.
Tanpa menunda waktu lagi Kiam Ciu lalu menghampiri kuda putih itu,
kemudian meloncat ke punggung kuda dan dikepraknya, kemudian tampaklah
kuda itu lari dengan laju menerobos hutan lebat itu.
Samar-samar tampak gerbang desa Sing-kiauw-cong. Maka lari kudanya
bertambah kencang seolah Kiam Ciu sedang terburu-buru. Karena pemuda ini
ingin lekas sampai didesa itu mengembalikan kuda dan meneruskan
perjalanannya. Ketika sampai didepan gerbang yang pengkuh itu dia berhenti. Diketukketuknya pintu gerbang berkayu tebal itu namun dari dalam tiada jawaban.
Diperiksanya benteng yang melindungi desa itu ternyata sangat tinggi dan kuat.
Hati Tong Kiam Ciu jadi gelisah dan didorong oleh emosi pula maka gelisahlah
Oey Liong Kiam 5 30 pemuda itu. Dicobanya sekali lagi untuk mengetuk gerbang itu. Namun hasilnya
sama saja. Tiada jawaban dari dalam.
Ketika Kiam Ciu berpikir bahwa waktunya akan habis hanya untuk menunggu
terbukanya pintu gerbang itu, maka dia lalu mengambil keputusan untuk
merobohkan pintu gerbang itu saja dan menerobos masuk.
Dengan mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong, Tong Kiam Ciu menebak kedepan
kearah pintu gerbang itu. Terdengar derakkan hebat dan pintu yang terbuat dari
papan tebal itu pecah dan roboh. Maka Kiam Ciu menghentakkan kaki kudanya.
Kuda putih itu meloncat kedepan dan menerobos pintu gerbang yang telah
rusak itu. Tetapi baru beberapa langkah terlihat sebuah kelebatan bayangan dan
tampak seseorang berdiri ditengah jalan menahannya.
"Tunggu dulu! Aku bernama Lee Cun, saudara seperguruan dengan Gin Ciu
dan Kim Ciu. Aku dlperintahkan oleh suhu untuk menerima kedatanganmu..!" seru
orang itu dengan hormat dan tersenyum.
Kiam Ciu memandang orang yang berdiri di depannya dan memegang tali
kekang kudanya itu. Diamati dari rambut sampai ke kaki. Barulah Kiam Ciu
menyahutnya dengan sopan pula.
"Aku merasa menyesal babwa aku harus merobohkan pintu gerbang itu! Aku
ielab lama menunggu dan mengetuk pintu serta memanggil-manggil tetapi dari
dalam tiada jawaban! Kedatanganku kemari hanya untuk mengembalikan kuda
ini yaog kupinjam dari Gin Ciu Siocia. Lalu urusan tidak ada. Maka setelah kuda
ini kuserahkan kepadamu, aku untuk berlalu!" seru Kiam Ciu sambil meloncat
berdiri ditanah dan akan meninggalkan tempat itu!
"Tunggu dulu ! Suhu Kwi Ong sedang menantikan kedatanganmu di ruang
tengah!" seru Lee Cun sambiI meloncat berdiri didepan Kiam Ciu.
"Aku tidak ada urusan dengan suhumu. Maka aku tidak akan menemuinya !"
seru Kiam Ciu akan melangkah.
Tetapi Lee Cun menaban dan meneruskan kata-katanya.
Oey Liong Kiam 5 31 "Tetapi ini adalah peraturan kita, barang siapa yang telah memasuki tempat
ini harus menghadap dulu kepada suhu !" seru Lee Cun.
"Jika aku tidak sudi menghadap suhumu, kau dapat berbuat apa ?" seru Tong
Kiam Ciu dengan suara seenaknya dan merendahkan Lee Cun.
Mendengar jawaban Kiam Ciu yang bernada menantang itu, maka Lee Cun
kini merubah sikapnya menjadi ramah dan lunak sekali.
"Begini, aku tidak bermaksud berkelahi melawan kau. Tetapi, ada seseorang
yang kecewa jika kau tidak mau masuk dulu, Gin Ciu telah meminjamkan
kudanya kepadamu, jika hanya untuk menemui saja kau tidak sudi apakah itu
tidak akan mengecewakannya ?" seru Lee Cun dengan berhati-hati sekali dan
mengarah-arah kelemahan hati pemuda itu.
Ketika ternyata Kiam Ciu tampak agak jinak pula tetapi tiada jawaban dari
pemuda itu maka Lee Cun meneruskan kata-katanya.
"Jika kau tidak akan membuat persoalan ini menjadi ruwet dan membuat
suatu yang tidak menyenangkan dikemudian bari. Ialah kau tidak ingin membuat
tali permusuhan antara kau dan suhuku, maka sebaiknyalah kau masuk dan
menemui guruku. Baru kemudian menemui Gin Ciu yang juga menunggumu.."
sambung Lee Cun dengan penuh harapan semoga bujukannya itu dapat


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengena. Benar juga Tong Kiam Ciu termakan dengan kata-kata Lee Cun itu.
Tampaklah kini Tong Kiam Ciu tersenyum dan memandang kearah Lee Cun
sambil mengangkat bahunya dan tersenyum.
(Bersambung Jilid 6) Oey Liong Kiam 5 32 Oey Liong Kiam 6 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 6 B AIKLAH ! Sebenarnya aku mempunyai banyak urusan yang harus segera
kuselesaikan. Maka aku sangat berterima kasih dengan kebaikan hati Gin Ciu
Siocia untuk meminjamkan kuda itu dan setelah kuserahkan kembali kuda itu
maka aku akan cepat-cepat berlalu. Yah. kalau memang aku harus menemui Gin
Ciu Siocia baikiah !" seru Kiam Ciu dengan nada suara lunak sekali.
Tampaklah Lee Cun girang sekali ketika mendengar kata-kata itu. Dia dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik sekali. Memang semula dia akan berbuat
kasar terhadap Kiam Ciu. Tetapi itu menyalahi perintah suhunya. Dia harus dapat
mengatur cara untuk membawa Kiam Ciu menghadap tanpa kekerasan. Seolaholah semuanya itu tidak ada apa-apa yang perlu dikhawatirkan.
Setelah Tong Kiam Ciu menyanggupi untuk menghadap Kwi Ong. Maka
segeralah kedua orang itu berjalan bersama. Tetapi ketika sampai di sebuah
gerbang lagi. Lee Cun berhenti. Tong Kiam Ciu juga berhenti memandang kearah
Lee Cun dengan heran. "Tong Siauwhiap, aku mengantarmu hanya sampai disini saja. Nanti setelah
kau keluar dari gerbang ini kau akan melihat pohon bambu, kau berjalanlah
dikanan pohon bambu itu kemudian berbelok ke kanan, kau akan melihat sebuah
batu, dari batu itu kau berbeloklah ke kiri ! Kemudian kau akan melihat semak
belukar, jangan teruskan perjalananmu tetapi kau harus mundur lima langkah,
kemudian kau melihat pohon cemara maka teruslah berjalan nanti kau akan
disambut oleh seseorang. Nah, Tong Siawhiap hanya petunjuk-petunjuk saja!"
seru Lee Cun dan mengangkat tangan kanan memberi selamat kepada Kiam
Ciu. Tong Kiam Ciu mengangkat tangan pula. Mereka berpisah sampai dipintu
gerbang itu. Lee Cun memutar tubuh dan kembali kearah gerbang sedangkan
Tong Kiam Ciu melangkah memasuki gerbang itu.
Oey Liong Kiam 6 1 Sebenarnya Kwi Ong adalah pemimpin dari orang-orang suku Biauw.
Seorang yang mempunyai Ilmu silat yang sangat tinggi dan berhati keras serta
bersifat kejam. Dia datang dari daerah selatan dengan memimpin orang-orang
suku bangsa Biauw. Kwi Ong bermaksud untuk merebut kitab pusaka ilmu silat
Pek-seng. Disepanjang perjalanan itu dia belum pernah bertemu dengan lawan
yang benar-benar tangguh. Semua lawan-lawannya dalam perjalanannya itu
ternyata dapat dikalahkan dengan sangat mudah, sehingga dia berpendapat
bahwa orang-orang jajo silat dari daerah tengah itu hanyalah jago godokan
belaka. Dia menganggap bahwa cukuplah semua pekerjaan diselesaikan oleh muridmuridnya saja. Tidak perlu dia sendiri turun tangan kalau banya untuk
menghadapi jago godokan itu. Maka ia telah mengutus dua-puluh muridnya
menuju kekuil Pao-yan-ta untuk merebut peta Pek-seng. Tetapi orang-orang
suku Biauw yang dikirimkan kekuil Pao-yan-ta itu tidak pernah kunjung kembali.
Maka karena ingin mendapat berita dengan secepatnya. Diutuslah Gin Ciu dan
Kim Ciu menuju ke kuil Pao-yan-ta.
Ketika kakak beradik itu pulang. maka didapat berita bahwa kedua puluh
orang utusannya itu telah binasa. Memang sudah menjadi sifat Kwi Ong, dia
sangat kejam, pemarah dan keji pula. Dengan cara apapun dia sanggup berbuat
asal dapat membinasakan lawannya. Bukan hanya berilmu silat tinggi, tetapi
banyak pula akalnya yang keji maupun licik.
Apalagi ketika mendengar cerita tentang Tong Kiam Ciu, seorang pendekar
muda yang berilmu tinggi dan berhasil merebut pedang Oey Liong Kiam serta
menguasai peta Pek-seng. Kwi Ong telah mengatur siasat untuk memancing
Tong Kiam Ciu. Kwi Ong ingin berhadapan sendiri dengan pendekar muda yang
liehay itu. Tong Kiam Ciu tidak menduga sama sekali dengan maksud itu. Dia adalah
seorang pemuda yang berhati jujur. Maka dia menganggap bahwa semua orang
mempunyai sifat jujur pula. Tanpa ragu-ragu lagi Tong Kiam Ciu melangkah.
Semua yang diterangkan oleh Lee Cun terbukli semuanya. Dia melihat taman
bunga melihat pohon bambu dan melihat semuanya yang diterangkan oleh Lee
Cun. Kianm Ciu menurutkan saja semua petunjuk itu.
Oey Liong Kiam 6 2 Saat itu bulan telah mengembang diangkasa, dengan sinarnya yang redup
dan hawa dingin. Tong Kiam Ciu mengingat-ngingat petunjuk Lee Cun. Kini telah
sampai di hutan cemara, katanya ada seseorang yang menjemputnya. Sampai
beberapa langkah dan dia memasang pendengarannya belum juga terdengar
seseorang menegur. Serta tiada seorangpun yang ditemui sejak tadi.
Tetapi ketika itu dengan tiba-tiba ada suara seseorang menegurnya dari
arah belakang. Tong Kiam Ciu menahan langkahnya dan memutar tubuh kearah
datangnya suara itu. "Siapa itu ?" suara itu menegur lagi.
"Aku Tong Kiam Ciu datang kesini bermaksud untuk mengembalikan kuda
milik Gin Ciu Siocia !" seru Kiam Ciu sambil mengamati bayangan orang yang
tidak begitu terang. Kemudian terdengar suara orang tertawa. Ketika itu bulan agak terang
tersembul dari selumutan kabut. Maka Kiam Ciu dapat menyaksikan wajah orang
yang berada tiada jauh dari dirinya itu. Ternyata orang itu telah tua dan
berwajah bengis serta pucat. Rambutnya putih tetapi suaranya masih terdengar
nyaring sekali. Partanda bahwa orang itu mempunyai ilmu Lwe-kang yang tinggi.
"Aku ini Kwi Ong, pemimpin suku Biauw dari selatan. Aku telah membawa
orang-orangku suku bangsa Biauw dari daerah Biauw ciang menuju kedaerah
tengah ini untuk sesuatu keperluan "Hey, Tong Kiamt Ciu, apakah benar bahwa
peta Pek-seng jatuh ditanganmu ?" seru Kwi Ong dengan suara lantang dan
memandang ringan pemuda didepannya itu.
Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang masih polos. Dia bersifat jujur,
maka pemuda itu lalu menjawab dengan apa adanya.
"Jika kau orang tua telah mengetahui, mengapa kau masib bertanya ?" seru
Kiam Ciu dengan memandang kearab orang itu dan hati-hati.
"Ha-ha-ha-hah ! Ternyata kau bernyali besar anak muda !" seru Kwi Ong.
Mendengar suara tawa orang tua itu diam-diam Tong Kiam Ciu telah dapat
mengukur sampai dimana kekuatan dan kehebatan tenaga dalam orang yang
berdiri dihadapannya itu.
Oey Liong Kiam 6 3 "Aku Kwi Ong telah datang didaerah tengah ini untuk merebut peta Pek seng.
Aku telah menghadapi banyak orang-orang gagah di daerah tengah ini kini
mereka sedang bergabung untuk menghadapi diriku ha ha ha ! Nah kini aku
memberitahukan kepadamu anak muda ! Bahwa yang telah masuk dalam
perangkapku bukannya kau seorang diri, tetapi sebelum kau terperangkap disini.
aku telah menjebak pula seorang ialah Siok Siat Shin Ni yang lihay itu. Maka kau
dengar baik-baik kata-kataku, jika kau masih mengharapkan hari cerah maka
serahkanlah peta Pek-seng itu kepadaku. tetapi kalau tidak kau akan mati konyol
ditempat ini !" seru Kwi Ong dengan suara sombong dan memandang rendah
orang yang didepannya itu.
Mendengar ancaman itu Tong Kiam Ciu tidak merasa gentar. Maka dengan
sikap menantang dan penuh kewaspadaan Tong Kiam Ciu berseru.
"Hey Kwi Ong ! Ternyata kau sendiri tidak mampu untuk mengambil peta Pek
seng dengan kekuatan ! Sekarang peta itu telah jatuh ketanganku. Kalau kau
memang benar-benar menginginkan peta itu marilah kau datang kepadaku!"
seru Tong Kiam Ciu sambil berkacak pinggang menantang kearah Kwi Ong.
Mendengar kata-kata tegas dari seorang jago silat yang masih sangat muda
itu, Kwi Ong merasa terperaniat juga.
"Tong Kiam Ciu, apakah kau tidak menyayangkan masa mudamu kalau
sampai kau mati muda begini ? Kau tidak akan luput dari seranganku juga Soanhong-li-bu-ceng (menyerang laksana angin taupan dialam kabut) kau akan mati
konyol !" seru Kwi Ong.
Begitu selesai dengan kata-katanya itu Kwi Ong mengerahkan ilmunya untuk
menyerang Kiam Ciu. Pemuda itu tidak merasa gentar, maka Kiam Ciu
memasang kuda-kuda dan menantikan serangan lawan.
Tahu-tahu dalam hutan cemara itu menjadi gelap dan tampak kabut putih
telah menebal menutup pemandangan. Kiam Ciu tidak dapat melihat Kwi Ong
lagi. Ditajamkannya semua inderanya untuk menghadapi setangan lawan.
Namun Kwi Ong tetap tidak tampak bahkan tiada suara nafaspun yang terdengar
kecuali nafasnya sendiri.
Oey Liong Kiam 6 4 Didepan Kiam Ciu ada sekuntum bunga yang sangat menarik hati sejak tadi.
Kini dalam suasana kabut itu, bunga yang berada didepannya sangat harum
baunya. Terciumlah oleh Kiam Ciu bau harum bunga didepannya, bunga yang
sangat menarik hati, Dipandangnya bunga itu lebih lama lagi. Tiba-tiba kepala
Kiam Ciu menjadi sangat pening. Barulah dia menyadari babwa ialah serangan
ilmu Soan-hong-li-bu-ceng. Semula Kiam Ciu menyangka kalau Kwi Ong akan
menyerang dengan ilmu silat. Hingga dia bersiap-siap untuk menghadapi
serangan lawan. Untuk mengatasi serangan gelap hawa beracun itu, maka Kiam Ciu
mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong. Hingga bergetarlah tubuh pemuda itu. Dalam
hati dia mengeluh karena kurang kewaspadaan atas kelicikan lawan. Karena
mengerahkan tenaga dalam dengan sangat hebatnya itu, hingga Kiam Ciu
berkeringat. Ternyata racun itu sangat hebat. Hingga tubub Kiam Ciu bergetar
hebat. Namun pemuda itu berusaha untuk bertahan berdiri tegap dan
mengerahkan Bo-kit-sin-kong melawan kekuatan racun Kwi Ong.
Namun tubuh Kiam Ciu bergetar hebat hingga mandi keringat. Racun
serangan Kwi Ong itu ternyata hebat sekali. Sedikit demi sedikit tubuh Kiam Ciu
menjadi lemas juga, keadaan tubuhnya telah menjadi lemah dan Kiam Ciu
bertahan untuk berdiri dan tidak jatuh pingsan. Namun kekuatannya telah
berkurang dan tahu-tahu menjadi sangat lemah sekali, Kiam Ciu limbung dan
akan jatuh. Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya ditahan oleh seseorang. Kiam Ciu sempat
melihat orang yang memapahnya itu tiada lain ialah Gin Ciu. Gadis jelita yang
memberikan kudanya dan kini berusaha untuk menolongnya. Ketika pandangan
mereka bertemu, gadis itu tersenyum manis sekali. Tetapi kepala Kiam Ciu sudah
sangat pening berserta rasa berdenyut sekujur kepalanya "Tong Kim Ciu, apakah
kau tidak terluka ?" tanya Gin Ciu.
Tong Kiam Ciu tersenyum dengan penuh rasa terima kasih atas pertolongan
gadis itu. Kemudian terdengar dengusan Gin Ciu menarik nafas dan berkata lagi.
"Dengan bersusah payah aku membujuk Lee Cun untuk mencegatmu dan
memberitahukan jebakan itu serta cara bagaimana untuk menghindari serangan
Soan-hong-li-bu-ceng. Tetapi ternyata kau tidak mengindahkannya, hampir saja
Oey Liong Kiam 6 5 kau mati konyol. Tetapi ilmu apakah yang hingga kau hanya jatuh pingsan?" seru
Gin Ciu heran. "Oh . . . terima kasih atas pertolonganmu . . ." Tong Kiam Ciu tidak dapat
meneruskan kata-katanya. Diam-diam pemuda itu telah memuji kecantikan Gin Ciu serta kebaikan
hatinya. Maka pemuda itu hanyalah memandang dengan sinar mata bercahaya.
Rasa pening dikepalanya telah dapat diatasinya. Kini dia telah hampir dapat
memulihkan kembali tenaganya dan berusaha untuk berdiri dan membebaskan
diri dari pelukan Gin Ciu.
"Tak lama lagi suasana akan menjadi terang, Ayolah ikut aku. Tadi Lee Cun
telah memberikan keterangan-keterangan kepadamu cara-cara untuk melewati
perangkap itu. Kalau keterangan-keterangannya itu diketahui oleh suhu, maka
celakalah dia. Kini kau telah selamat dari racun ganas itu maka marilah cepatcepat kita tinggalkan tempat ini sebelum menjadi terang kembali ! Jika kita
diketahui oleh suhuku maka.. . sudahlah ayoh kita cepat-cepat meninggalkan
perangkap ini !" seru gadis itu seraya menyambar tangan kanan Kiam Ciu dan
ditariknya pemuda itu. Tong Kiam Ciu yakin bahwa gadis itu berusaha menolongnya. Maka dia
menurut saja kemanapun dibawa oleh Gin Ciu.
"Nah, beberapa langkah lagi kita telah dapat keluar dan perangkap. Aku tidak
usah mengantarmu, kau dapat berjalan sendiri. Siapa sangka bahwa suhu
mempunyai tabiatnya sangat kejam. Aku telah belajar ilmu silat pada beliau
selama sepulun tahun, Akhir-akhir ini kuperhatikan memang banyak perubahan
dan tabiatnya sangat ganjil. Walaupun suhu seorang yang kejam tetapi dia
mempunyai keistimewian. Ialah dia selalu menepati janjinya. Kalau seandainya
beliau mengatakan tidak akan mengganggumu, maka beliau benar benar
mecepatinya . . . . Nah sudahlah selamat jalan kita berpisah disini dulu..!" seru gadis
itu dengan suara yang terdengar berat.
"Tet . . . tetapi" seru Tong Kiam Ciu terputus-putus.
"Tetapi apa ?" tanya Gin Ciu pula sambil memutar tubuh memandang kepada
Kiam Ciu dan tersenyum dengan kening berkerut.
Oey Liong Kiam 6 6 "Kau ?" sambung Kiam Ciu bernada bertanya.
"Oh, apakah kau ingin mengetahui riwayat hidupku ? Dengarlah banwa
ayahku adalah seorang suku Gin-san-tong di daerah Biauw ciang. Tetapi ibuku
adalah ketururan Han. Maka mengetahui adat istiadat orang-orang didaerah
pertengahan ini. Orang-orang Biauw selalu berterus terang . . ." sambung Gin Ciu
dengan terbersit warna merah diwajahnya.
Tetapi Gin Ciu tidak dapat meneruskan kisahnya, karena dia menangkap
suara ejekan tiada jauh dari tempat itu. Begitu juga Kiam Ciu merasa terperanjat
mendengar teguran dari tempat yang tiada jauh dari mereka berdua itu.
Tong Kiam Ciu menjadi terperanjat ketika tiba-tiba saja di depannya telah
terbentang suatu ruangan yang sangat luas dan penjagaan yang sangat kuat
dan bersenjata lengkap sekali. Padahal tadi tempat itu terselubung oleh kabut
tebal dan tidak kelihatan dengan nyata. Tiba-tiba saja disekitarnya kini menjadi
terang. "Mengapa tidak lekas-lekas menghadap? Apakah aku harus memaksa
kalian?" terdengar suara menggelegar serak dan tajam.
Bagaikan seorang anak yang berbuat kesalahan, Gin Ciu melangkah dengan
kepala menunduk. Gadis itu menurut perintah dari dalam ruangan untuk
menghadap Kwi Ong. Dengan kepala tertunduk dia berjalan diantara para
pengawal suku bangsa Biauw yang bersenjata lengkap.
Kiam Ciu menyaksikan hal itu merasa was-was. Maka dia lalu mengikuti Gin
Ciu dari belakang. Dia merasa khawatir kalau gadis itu mendapat hukuman berat.
Maka diikutinya dengan tujuan untuk melindunginya dimana nanti diperlukan.
Keadaan di tempat itu sudah sangat terang. Matahari telah menyinarkan
sinar paginya menerobos celah-celah hutan.
Suasana yang sangat lengang dan tenang sekali. Semua mata tertuju kearah
kedua orang yang sedang memasuki ruangan itu, Gin Cin dan Tong Kiam Ciu.
Diujung jalan itu telah duduk di kursi kebanggaannya seorarg laki-laki
berwajah seram dan berambut putih. Matanya bersinar hitam menyala-nyala.
Disebelah kiri berdiri Kim Ciu dan disebelah kanan berdiri Lee Cun dengan wajah
yang kurang sedap pula kelihatannya. Selain dua pendamping itu ada pula
Oey Liong Kiam 6 7 seoraag laki-laki yang berperawakan kokoh dengan wajah bengis pula. Laki-laki
itu berumur kurang lebih tiga puluhan. Tampaklah wajahnya yang bengis itu
bertambah seram disertai senyum-senyum mencibir kearah kedua orang yang
baru menghadap itu. Begitu sampai dihadapan Kwi Ong segeralah Gin Ciu berlutut.
"Suhu !" seru Gin Ciu seraya menjura.
"Bah ! Apakah kau masih menanggap aku ini suhumu ?" seru laki-laki yang
duduk diatas kursi kayu berukiran kepala naga itu dengan suara tajam dan
memaki, "bukankah kau telah membangkang dan tidak menghiraukan
peraturan?" Kwi Ong berhenti sejenak.
Sesaat suasana menjadi sangat sepi. Semuanya menjadi tegang dan tiada
seorangpun yang berani berbicara kalau mengetahui Kwi Ong sedang dalam
keadaan marah begitu. Seolah-olah mereka tiada berani mengeluarkan suara,
bahkan bernapaspun sangat berhati-hati.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku telah mendidik dan mengangkatmu menadi murid selama sepuluh
tahun. Tentunya kau telah mengerti semua peraturan dan larangan partai
persilatan yang kupimpin, tetapi kenyataannya kau telah berani melanggar!"
seru Kwi Ong pula dengan keras.
"Suhu". aku merata bersalah. Murid mengakui segala kesalahan, kini telah
siap menunggu hukuman yang akan dijatuhkan atas diriku. Tetapi . . ." seru Gin
Ciu sambil menjura, Kemudian gadis itu tidak sanggup meneruskan kata-katanya
karena berderai tangisnya,
Menyaksikan keadaan kakaknya itu Kim Ciu menghiba juga, maka gadis
pengawal Kwi Ong itu segera menghadap Kwi Ong dan berlutut dihadapannya.
"Suhu ! Ciciku telah mengabdikan diri kepada suhu selama sepuluh tahun
dengan patuh dan tidak pernah membuat pelanggaran dan kesalahan. Baru kali
ini dia berbuat salah, maka sudilah suhu untuk mengampuninya..!" seru Kim Ciu
dengan menjura pula. Begitu pula Lee Cun juga telah berada disamping Kim Ciu dan menjura
kepada Kwi Ong seraya menghaturkan maksudnya.
Oey Liong Kiam 6 8 "Jika suhu tidak dapat menerima permohonan kami, kami mengharapkan
sukalah suhu memandang jasa ayahnya. Lagi pula kalau suhu tetap
menghukumnya dia akan menjadi seorang yeng cacad seumur hidupnya. Maka
ajaran suhu tidak ada gunanya lagi . . ." Usul Lee Cun dengan menegaskan dan
kata-kata yang menghiba. "Diam!" bentak Kwi Ong dengan suara lantang dan menggema.
Sesaat pemimpin suku Biauw itu terdiam. Matanya membelalak merah
menatap orang-orang yang berada dihadapannya itu.
"Kalian telah lama mengikutiku. masakan kalian tidak mengetahui tabiatku?"
seru Kwi Oig dengan suara tajam.
Tetapi Kim Ciu masih berani menyahut kata-kata suhunya! Karena dia sangat
mencintai kakaknya! Dia berusaha untuk mengelakkan kakaknya dari hukuman
yang mengerikan yang mungkin terjadi!
"Suhu! Jika ciciku tidak diampuni, maka akan . . . . . . ." kata-kata Kim Ciu tertahan
oleh bentakan Kwi Ong yang berwibawa.
"Diam ! kalian semua bangun !" bentak Kwi Ong.
Saat itu Kim Ciu meloncat tepat dihadapan suhunya seraya mencium
kakinya. Sambil menghiba dan memohonkan belas kasih suhunya.
"Suhu . . . . suhu . . . . . " ampunilah ciciku"
Tetapi Kwi Ong tidak menghiraukan kata-kata itu! Dengan wajah merah
membara kaki yang sedang dipeluk dan dicium oleh Kim Ciu itu digerakkannya
dengan keras. Kim Ciu terpelanting lima langkah dan terjerembab! Kemudian
Kwi Ong mengirimkan pukulan kearah kepala Gin Ciu. Angin pukulan itu kalau
sampai mengenai sasarannya akan hancur kepalanya dan setidak-tidaknya
akan menjadi cacad seumur hidup kehilangan akal seperti orang gila.
Menyaksikan semua kekejaman Kwi Ong itu, Tong Kiam Ciu segera meloncat
kedepan dan memapaki serangan pukulan Kwi Ong itu. Tangkisan Tong Kiam
Ciu ternyata tepat. Tampak Kwi Ong terhenyak dengan memegang kepalanya
pening. Kwi Ong heran menyaksikan dan merasakan kehebatan tenaga lwe-kang
anak muda itu. Oey Liong Kiam 6 9 Kini semua orang memandang kearah Tong Kam Ciu, Namun Kwi Ong masih
nekad akan mengirimkan pukulan hukuman kepada Gin Ciu. Tong Kiam Ciu
membentak. "Tahan !" seru Kiam Ciu sambil mengangkat tangan kanan.
Ternyaia pemuda itu mengirimkan serangan jurus Pan-wan kiat-cit atau Palu
baja-mematahkan dahan. Kini Kiam Ciu dan Kwi Ong berhada-hadapan hanya
berjarak satu langkah jauhnya. Tong Kiam Ciu menudingkan tangan sambil
berseru. "Ternyata cerita orang tentang dirimu benar juga, kau adalah manusia
terkejam yang kujumpai dldunia ini, Kekejamanmu melebihi binatang. Kau telah
bermaksud membunuh atau membuat cacad muridmu yang telah mengikutimu
selama sepuluh tabun dengan setia. Perbuatanmu itu melebihi perbuatan
binatang buas !" seru Tong Kiam Ciu dengan gutar.
Dua orang murid lainnya yang berdiri dibelakang Kwi Ong setelah
mendengar suhurya dicaci dan dikatakan seperti binatang oleh Tong Kiam Ciu
itu dia menjadi gusar sekali. Tetapi untuk menyerang dan mencampuri urusan
itu di hadapan suhunya dia tidak berani.
Gin Ciu yang nyaris dari malapetaka dan mendengar kata-kata Kiam Ciu itu
menjadi sangat terharu. Dia kagum dengan keberanian pemuda itu dalam saatsaat yang sangat mengerikan dan suhunya dalam keadaan marah. Ternyata hati
Kiam Ciu sangat mulia dan tabah. Gin Ciu merasakan bahwa pandangan dan
perasaannya terhadap keperwiraan Kiam Ciu tidaklah meleset. Tetapi dia
merasa sangat khawatir, jangan-jangan nanti dia akan dibinasakan oleh suhunya
yang berilmu lihay itu. Maka tampak gelisahlah Gin Ciu setelah memikirkan nasib Kiam Ciu itu. Dia
harus berusaha untuk mencegah jangan sampai Tong Kiam Ciu dapat
dicederakan oleh suhunya nanti.
"Anak muda, ketahuilah bahwa peraturan partai silatku tidak membenarkan
muridnya yang manapun melanggarnya. Peraturan kami sangat keras. Maka
persoalan ini adalah persoalan kami, kau tidak berhak untuk campur tangan
dalam urusan ini !" seru Kwi Ong dengan tegas.
Oey Liong Kiam 6 10 "Hah !" sambung Tong Kiam Ciu, "diantara orang-orang Han tidak membiarkan
perbuatan yang tidak senonoh. Maka aku akan menghadapi kau untuk mencegah
kekejamanmu. Meskipun Untuk itu aku harus hancur lepur. Lebih baik hancur
daripada menyaksikan kejahatan dan kekejaman didepan mataku !" seru Tong
Kiam Ciu dengan bersungguh-sungguh.
Selama ini Kwi Ong belum pernah menyaksikan seorang anak muda yang
seberani Tong Kiam Ciu. Dalam hati kakek kejam itu mengagumi keberanian dan
ketegasan Kiam Ciu. "Jadi kau akan turut campur tangan dalam urusanku ?!" bentak Kwi Ong
dengan suara keras dan nyaring, "Aku mengagumi keberaniamu, karena
menghargai keberanianmu itu aku akan menghadapimu dengan sarat. Jika kau
dapat menahan serangan-seranganku sebanyak sepuluh jurus maka aku akan
mengampuni Gin Ciu. Bukan saja mengampuni Gin Ciu tetapi kau akan kuantar
keluar diri perangkap ini dan membebaskan tiga jago silat dari kurungan
perangkapku !" seru Kwi Ong dengan diselingi pandangan tajam dan senyumsenyum bibirnya.
Dimata Kwi Ong memandang Tong Kiam Ciu hanya bermodalkan keberanian
dan ilmunya pastilah belum seberapa. Dia yakin bahwa Kiam Ciu takkan mungkin
dapat melawannya dalam dua jurus pasti telah dapat dihancurkannya.
Mendengar penuturan Kwi Ong tadi bahwa didalam perangkap Kwi Ong itu
telah terkurung tiga orang jago silat bukan hanya Siok-soat Shin-ni. Lalu dua
orang lainnya lagi siapa?. Maka Tong Kiam Ciu dengan tenang menjawabnya:
"Baiklah aku akan melawanmu dengan syarat-syarat tadi !"
"Ha ha hah ! Inilah yang orang katakan kau bermata buta anak muda ! Jalan
ke surga kau tidak tahu, tetapi ke neraka yang tiada pintunya kau berusaha
untuk memasukinya. Nah, sekarang terimalah hajaranku ini!" seru Kwi Ong
dengan suara lantang dan meremehkan.
Tetapi ketika Gin Ciu melihat sikap suhunya itu, segeralah gadis itu meloncat
dan memeluk kaki suhunya seraya meratap.
"Suhu . . . suhu . . jantan bunuh dia. Akun yang bersalah maka bunuhlah aku!"
seru gadis itu dengan meratap.
Oey Liong Kiam 6 11 Tetapi Kwi Ong yang berwatak kasar itu sudah terlanjur menentukan
sikapnya sendiri. Maka dengan satu gerakan cepat bagaikan kilat dia telah
menggerakkan kakinya dan Gin Ciu terlempar jauh serta jatuh tertelungkup
mencium lantai. "Anak sambal ! Pergi ! Jangka merintangi aku lagi !" seru Kwi Ong.
Gin Ciu dalam keadaan terluka dalam memuntahkan darah. Tong Kiam Ciu
meloncat menubruk gadis itu untuk menolongnya. Tetapi dua bayangan telah
mendahuluinya. "Cici mengapa kau masih juga.. ." Kim Ciu menubruk cicinya seraya meratapi
dengan tersedu-sedu. Gin Ciu mengusap rambut adiknya dengan bibir tersenyum seolah-olah tidak
dirasakannya luka didalam tubuh gadis itu. Kemudian jari telunjuk tangan kanan
ditekankannya ke mulut adiknya serta menggelengkan kepala seolah-olah dia
melarang adiknya jangan bicara lagi.
Dalam pada itu tampak sebuah bayangan pula terjun karena itu. Seorang
jago silat suku bangsa Biauw telah berdiri dihadapan Kiam Ciu.
"Aku Pak Lu menantangmu anak muda. Tidak usah suhuku turun tangan
cukup aku serorang sanggup untuk menghadapimu !" seru laki-laki itu dengan
suara lantang dan sinar mata tajam.
Tong Kiam Ciu haaya tersenyum menyaksikan sikap orang didepannya itu.
Sejenak dia memandaag kearah Gin Ciu kemudian Kwi Ong dan ditatapnya wajah
laki-laki yang bernama Pak Lu.
"Aku bersedia bertempur melawan siapa saja !" seru Kiam Ciu.
Mendengar jawaban itu hati Pak Lu bertambah gusar. Dengan loncatan
panjang dia menyerang Kiam Ciu kemudian mengirimkan pukulan kearah kepala
Kiam Ciu. Tetapi dengan jurus Gwat-ji-sing-koan (Bulan berpindah dan bintang
berputar) Tong Kiam Ciu menangkis serangan itu dengan tangan kiri. Kemudian
tangan kirinya mengirimkan pukulan kearah dada Pak Lu.
Secepat kilat Pak Lu meloncat kesamping menghindari serangan Kiam Ciu
sambil merundukkan kepalanya. Namun serangan Kiam Ciu tidak urung
Oey Liong Kiam 6 12 mengenai pundaknya juga. Setelah merasakan bahwa serangan lawan ternyata
hebat juga, maka dengan sigap pula Pak Lu menarik senjatanya yang berupa
rantai baja dari pinggangnya.
Pak Lu memutar-mutarkan senjata rantai baja itu. Suaranya mendesingdesing dan menimbulkan angin yang terasa dingin. Tampaknya sangat cepat
sekali permainan senjata rantai itu.
Tong Kiam Ciu bergerak dengan teratur dan matanya waspada mengamati
gerakan-gerakan senjata lawan itu. Dengan sebuah loncatan pula Pak Lu
menyerang Tong Kiam Ciu sambil menyabetkan rantainya.
Serangan itu dapat dielakkan dengan cepat, sambil meloncat mundur Tong
Kiam Ciu mencabut pedang Kim-kong-sai-giok-kiam. Kemudian dengan jurus
Lik-cing-kiam hoat dia menusuk lambung Pak Lu dengan cepat sekali. Serangan
yang tiada terduga itu ternyata berhasil.
"Crak ! Aduh !" terdengar suara tusukan pedang itu berbareng dengan jeritan
Pak Lu dan muncratnya darah segar dari lambung laki-laki itu kemudian tubuh
laki-laki itu limbung. Rantainya masih tergenggam dan akhirnya terjatuh didepan
Tong Kiam Ciu. Semua yang berada di tempat itu untuk sesaat terpaku terpesona
menyaksikan kecepatan permainan pedang Tong Kiam Ciu itu. Begitu pula Kwi
Ong merasa kagum dengan ilmu pedang anak muda itu. Yang paling kelihatan
bergembira adalah Gin Ciu dan Kim Ciu, karena kedua gadis itu kini merasa yakin
bahwa Kiam Ciu pasti dapat menghadapi suhunya dalam sepuluh jurus.
Pak Lu yang bersifat keras kepala itu telah bangun kembali. Dengan tubuh
condong dia berusaha untuk membinasakan Kiam Ciu Namur Tong Kiam Ciu
tidak melawan, pemuda itu hanya berusaha untuk meloncat kesamping
menghindari ayunan senjata rantai baja. Bersamaan mengayunnya senjata itu,
maka robohlah Pak Lu dan binasa.
Menyaksikan kejadian itu, beberapa orang pengawal suku Biauw itu telah
maju untuk membantu Pak Lu. Tetapi Kwi Ong mengangkat tangan dan
mencegahnya. Orang-orang itu membatalkan niatnya dan dengan patuh mundur
tetapi hati mereka kecewa.
Oey Liong Kiam 6 13 "Hey Tong Kiam Ciu ! Ilmu pedangmu ternyata hebat juga. Sekarang.. . . ." seru
Kwi Ong dia mencari-cari, kemudian memandang kearah Kim Ciu. "ambil pedang
cicimu !" Kim Ciu ragu-ragu untuk mengambil pedang cicinyi. Dia tidak tahu harus
bersikap bagaimana. Sehingga dia ragu-ragu untuk menyerahkan pedang itu
kepada suhunya. "Lekas !" seru Kwi Ong dengan suara lantang membentak.
Kim Ciu terpaksa mengambil pedang Gin Ciu dan berdiri kemudian
menyerahkan pedang itu kepada suhunya.
Kwi Ong menerima pedang itu, kemudian memandang kearah Gin Ciu dan
berseru : "Gin Ciu aku memberikan kesempatan kepadamu untuk menebus
kesalahanmu. Dengan pedang ini kau harus dapat melukai Tong Kiam Ciu. Jika
kau dapat melukainya maka aku akan mengampunimu !"
Kemudian Kwi Ong menoleh kearah Tong Kiam Ciu.
"Tong Kiam Ciu kau dengar baik-baik! Kau, harus melawan gadis itu! Jika kau
kalah kau harus binasa..!" seru Kwi Ong kemudian melemparkan pedang itu
kemuka Gin Ciu. Kakek sakti yang keji itu telah tahu gelagat bahwa muridnya dengan diamdiam telah jatuh cinta kepada Tong Kiam Ciu. Maka dia harus mencegahnya.
Karena dengan hubungan cinta itu cita-cita Kwi Ong akan mengalami kegagalan.
Dia memaksakan Gin Ciu untuk melawan Kiam Ciu. Jika gadis ini ingin hidup
maka dia harus berani melawan orang yang dicintai itu. Karena Kwi Ong yakin
kalau seseorang itu pastilah takut mati ! Apalah artinya cinta itu, orang pasti
lebih cinta kepada dirinya sendiri.
Tetapi kenyataannya diluar dugaan kakek itu. Gin Ciu telah memungut
pedangnya dan berdiri. Kemudian ia berseru kepada suhunya.
"Suhu ! Aku telah mengaku salah dan bersedia menerima hukuman. Tetapi
mengapa suhu memaksa diriku untuk melawan dia ?" seru Gin Ciu.
Kwi Ong mendengar seruan gadis itu jadi bertambah gusar. Maka dengan
mata melotot dia membentak kearah Gin Ciu. Sedangkan Gin Ciu sudah
Oey Liong Kiam 6 14 kehabisan akal dan tidak berani untuk mendurhakai untuk kedua kali terhadap
suhunya. Maka lebih baik dia binasa ditangannya sendiri. Pedang itu diangkatnya
dan dia bermaksud untuk menggorok lehernya sendiri. Namun dengan tangkas
Tong Kiam Ciu mengirimkan hantaman sisi tapak tangan kiri kearah siku Gin Ciu.
Pedang terlempar jatuh. "Oh jadi kau mau membunuh diri?"
'Tidak ! Kau harus mati dengan menanggung siksaan terlebih dahulu !" seru
Kwi Ong dengan mencibir. Suasana menjadi sangat tegang. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Begitu
juga Tong Kiam Ciu yang sudah merasa muak dengan menyaksikan sikap Kwi
Ong yang keterlaluan dan keji itu.
"Hey Tong Kiam Ciu. cabut pedangmu dan hadapi aku. Dalam sepuluh jurus
akan kubuktikan bahwa kau tidak berarti apa-apa bagiku !" seru Kwi Ong dengan
nada suara sombong sekali.
Mendengar hinaan itu hati Tong Kiam Ciu sangat panas. Maka segeralah
pemuda itu mencabut pedang Kiam-kong-sai-giok-kiam. Dia telah bertekad
untuk membinasakan Kwi Ong.
"Dan pengkhianat itu akan menyaksikan kau binasa ditanganku!" sahut Kwi
Ong dengan nada penuh kepastian.
Tong Kiam Ciu meloncat menyerang dengan pedangnya. Kwi Ong tidak
sampat mengelakkan serangan itu. Karena serangan pemuda itu dengan tibatiba dan cepat sekali. Walaupun begitu ujung pedang Kiam Ciu berhasil juga
mengenai dada Kwi Ong. Namun kakek itu ternyata tidak menderita luka
sedikitpun. "Oh, rupa-rupanya kakek itu mempunyai ilmu kekebalan!" pikir Kiam Ciu
dengan waspada pula telah mengerahkan Ilmu Bo-kit-sin-kong untuk menjaga
kemungkinan serangan keji yang dilancarkan oleh Kwi Ong dengan tiba-tiba.
Sambil memutar tubuh Kiam Ciu mengirimkan serangan dengan jurus Sangliong-pi-ji atau sepasang naga membentangkan sayap. Tampak Kiam Ciu sambil
meloncat memutarkan pedangnya dan menyerang lawan dengan gerakan
sangat cepat sekali. Oey Liong Kiam 6 15 Tetapi Kwi Ong dengan pedang Gin Kiam ditangan kanan telah terlebih
dahulu menyerang dengan jurus Ngo-hong-tiauw-yang atau lima ekor burung
cenderawasih berpaling ke matahari. Terlihatlah kakek itu berloncatan lincah
sekali. Menghindar atau menyerang Tong Kiam Ciu, sambil matanya mendelik
menantikan kelengahan lawan.
Pertempuran sudah berjalan sampai dua jurus. Kwi Ong merasa heran sekali
ternyata Kiam Ciu tangguh juga, ilmu Ngo-hong-tiauw-yang pemimpin suku
Biauw itu ternyata belum dapat melukai Tong Kiam Ciu.
"Hemm, bocah ini ternyata mempunyai Ilmu Bo-kit-sin-kong. Kalau tidak
mana mungkin dia selalu luput dari seranganku" pikir Kwi Ong.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian dengan satu gerakkan cepat sekali kakek itu telah menerkam
leher Tong Kiam Ciu dengan tangan kiri. Dibarengi teriakkan dan melancarkan
ilmu Tai-lik-kim-kong eng-jiauw-kang (ilmu cakaran garuda sakti). Ilmu
cengkaraman itu didahului dengan dorongan yang maha dahsyat, sehingga
Tong Kiam Ciu tidak dapat maju. Pemuda itu terdesak mundur teras. Akhirnya
Tong Kiam Ciu terdorong jatuh ketanah dengan kepala terasa pening setali.
"Oh celaka, baru berhasil melawan tiga jurus aku sudah dapat dijatuhkan. Apa
mungkin aku melawan sampai sepuluh jurus" pikir Kiam Ciu dengan cemas.
Pada saat itu juga Kwi Ong telah melemparkan pedangnya kearah tubuh
Kiam Ciu, Namun Kiam Ciu tidak sempat untuk mengelakkan serangan yang
datangnya dengan tiba-tiba dan tidak terduga itu.
Sebuah jeritan dan dibarengi sesosok tubuh melayang kemudian jatuh
ketanah dengtn bermandikan darah. Sosok tubuh itu tiada lain adalah tubuh Gin
Ciu yang telah lebih waspada akan muslihat gurunya dan gadis itu bermaksud
untuk melindungi Kiam Ciu dari tikaman pedang.
Gin Ciu menggeletak dengan pedang tertancap ditubuhnya, Kiam Ciu
mendekap dan menangisinya. Tong Kiam Ciu meloncat berdiri dan berseru.
"Bedebah keji Urusan kita belum selesai !" seru Kiam Ciu sambil meloncat
menerkam Kwi Ong. Oey Liong Kiam 6 16 Tetapi Kwi Ong dengan cepat mengelak dan meloncat kesamping, Kiam Ciu
menerkam tempat kosong hingga sempoyongan hampir tidak dapat menguasai
tubuhnya dan hampir tertelungkup jatuh.
Kwi Ong telah memperhitungkan kejadian itu. Maka dengan sekali loncat dan
cepat sekali dia telah mencabut pedang Gin-kiam dari tubuh Gin Ciu dan
langsung memutar tubuh menyerang punggung Tong Kiam Ciu.
Menyaksikan itu Kim Ciu menjerit memperingatkan Kiam Ciu. Mendengar
seruan itu dengan cepat Kiam Ciu menjatuhkan diri menggelundung di tanah
untuk menghindari bacokan pedang Kwi Ong.
Orang yang berjiwa kasar dan keji itu menjadi sangat gusar karena usahanya
untuk membinasakan Tong Kiam Ciu dapat dihalang-halangi lagi. Kegagalannya
kali ini sangat menggusarkan hatinya. Kwi Ong segera memperbaiki
serangannya. Namun Tong Kiam Ciu telah meloncat dengan pedang Kim-kong-sai-giokkiam di tangan kanan menyerang tangan Kwi Ong yang menggenggam pedang
Gin Kiam dengan jurus Giok-ciang-cui-kiam.
"Trang!" terdengar suara dentangan nyaring,
"Oh!" terdengar pula suara tertahan meluncur dari mulut Kwi Ong.
Pedang Gin Kiam terputus jadi dua, dan ujungnya jatuh ke tanah. Ternyata
serangan Tong Kiam Ciu sangat hebat. Menyaksikan pedangnya terkutung itu
dia merasa sangat gusar sekali. Maka dengan mengembangkan ilmu Tai-likkim-kong eng-jiauw-kang dan hembusan angin dari kelima jari-jemari tangan
kirinya yang dahsyat sekali menyerang Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk menahan serangan
lawannya itu. Namun serangan tenaga dalam lawan itu sangat luar biasa
hebatnya. Selain terdorong juga mulai dia kehilangan tenaganya dan menjadi
sangat lemah. Kemudian kedua matanya menjadi sangat kabur. Terhuyung
tubuh Kiam Ciu limbung tiada bertenaga dan tiada mampu lagi untuk berdiri.
Akhirnya dia terjatuh jua.
"ha-ha-ha ! Anak ingusan yang sombong !" seru Kwi Ong dengan bangga dan
telah yakin dia dapat mambinasakan Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 6 17 Dengan langkah perlahan-lahan dia mendekati tubuh Kiam Ciu yang sudah
tidak bertenaga lagi. Pemuda itu hanya mendengarkan semua suara tetapi todak
berdaya lagi untuk melawannya.
Kwi Ong melangkah dengan langkah-langkah pasti. Pedang yang lelah
buntung itu dilemparkan ke lantai menimbulkan suara dentaman nyaring.
Kemudian kedua belah tangannya membentuk cengkeraman dengan mata
melotot akan menerkam leher Kiam Ciu. Wajah Kwi Ong tampak seram sekali.
Tong Kiam Ciu telah pasrah dan menunggu ajalnya tiba !
Tiba-tiba dari atas telah melayang sesosok tubuh dan berdiri diantara Kiam
Ciu dan Kwi Ong. Orang yang baru datang dan berdiri menengahi dua orang
yang sedang bertempur itu adalah seorang nenek yang berpakaian compangcamping. Nenek itu ialah Shin Kai Lolo.
Dengan tenang nenek itu memandang kearah Gin Ciu yang telah tewas.
Kemudian menarik nafas panjang dan mengeluh.
"Hemmm . . . sayang sekali aku datang terlambat" seru wanita tua itu dengan
suara seenaknya. Kemudian berpaling kearah Kiam Ciu. Melangkah mendekati
Tong Kiam Ciu dan memijit leher pemuda itu. Cara membebaskan jalan darah
yang luar biasa itu sangat mengagumkan.
Kwi Ong bagaikan kena pesona hingga tidak berbuat apa-apa dan
memandang nenek itu dengan mata tak berkedip dan mulut ternganga tanpa
disadarinya. Begitu pula semua orang yang berada ditempat itu menjadi terpaku
dan terpesona. Dalam beberapa saat kemudian Tong Kiam Ciu telah terbebas jalan
darahnya. Kembali dia dapat menguasai keadaan dan meloncat berdiri. Setelah
itu memberi hormat dengan membongkokan tubuhnya kearah nenek Shin Kai
Lolo. Sembari tersenyum penuh rasa terima kasih.
Berbareng dengan itu pula Kwi Ong telah tersadar dari pengaruh pesona
Shin Kai Lolo. Maka segeralah dia menegur dan marah.
"Hey tua bangka ! Kau ini siapa dan darimana kau datang ?" seru Kwi Ong
dengan suara gusar sekali.
"Itu urusanku sendiri, kau tak perlu menanya!"
Oey Liong Kiam 6 18 "Kau telah datang ke markasku, aku berhak menanya !" seru Kwi Ong
membentak nenek itu dengan mata melotot.
"Hi-hi-hi-hik!" nenek itu tertawa nyekikik. "Desa Sing-Kiauw-Cong ini bukan
daerahmu ! Kau telah datang ke tempat ini dan merampasnya !"
Kemudian nenek itu terdiam sejenak. Kwi Ong akan membuka mulut untuk
mendamprat Shin Kai Lolo yang lancang dan mencampuri urusannya. Namun
nenek itu telah mendahului berbicara.
"Kau telah memasang perangkap Soan-hong-li-bu-ceng dan kau telah
berhasil menangkap beberapa orang jago silat. Namun kau tidak akan dapat
menjebakku ! Karena perangkapmu ternyata mudah sekail untuk dilepasnya asal
asal mengingat-ngingat kunci rahsianya. Ialah menjumpai pohon bambu
membelok kekanan, menjumpai batu memhelok kekiri, menjumpai semak
belukar berjalan mundur lima langkah dan menjumpai pohon cemara berjalan
maju. Ya bukan ? Hee he-he he perangkap soal kecil !" seru nenek itu dengan
tertawa-tawa. Nenek itu diam lalu dia memandang Kwi Ong sejenak. Kemudian
memandang kearah Gin Ciu dan berseru lagi.
"Aku datang kesini untuk mencari tiga orang kawanku. Kalau seandainya aku
datang lebih pagi, gadis itu tidak akan binasa!" seru nenek itu yang
menampakkan sesalannya atas kematiannya Gin Ciu itu.
Kemudian Shin Kai Lolo menepuk tangan. Bertepatan dengan berakhirnya
tepukan tangan itu maka tampaklah kelebatan bayangan tiga sosok tubuh terjun
di arena pertempuran itu.
Eng Ciok Taysu kemudian Tie kiam-su-seng dan seorang lagi jago silat
wanita Siok-siat-Shin-Ni. Semua yang berada ditempat itu terperanjat dengan
munculnya ketiga orang itu. Karena ketiga orang itu adalah tawanan Kwi Ong
yang disekap dalam tempat tertutup.
"Kau, sekalian telah berani menerjang masuk kemarkasku. Maka kalian
jangan harapkan dapat keluar dengan selamat dari perangkapku!" seru Kwi Ong
kemudian tampak kakek keji itu meloncat menyerang Shin Kai Lolo.
Oey Liong Kiam 6 19 Namun nenek itu hanya tertawa-tawa seenaknya menerima serangan itu. .
Seolah-olah memandang ringan ilmu lawannya. Serangan-serangan yang
dilancarkan dengan cepat dan bertubi-tubi itu telah dipapaki oleh nenek itu
dengan mendorongkan kedua tinjunya bergantian, Ternyata serangan tinju Kwi
Ong dapat dibuyarkannya. Shin Kai Lo!o yang pernah menggemparkan dunia Kang-ouw beberapa puluh
tahun lamanya itu, saat itu sedang menguji kehebatan serta kelihayan ilmu silai
Kwi Ong yang keji. Dia telah mengukur sampai dimana kehebatan ilmu siiat
kepala suku Biauw itu. Kemudian Kwi Ong mengerahkan ilmu Tai-lik-kim-kong
eng-jiauw-kang, semua orang menyaksikan pertempuran dua orang jago silat
dari kalangan tua yang hampir seimbang ilmunya itu dengan penuh kekaguman
dan menahan nafas. Karena serangan-serangannya dapat dielakkan dengan tepat. Lagi pula Shin
Kai Lolo menghindari seranganp-serangan itu sambil tertawa, maka Kwi Ong
merasakan dirinya dipandang ringan oleh lawan, Kwi Ong mengerahkan
seganap kekuatan dan ilmunya yang sangat diandalkan itu untuk
membinasakan lawan. Dengan meningkatnya kemarahan Kwi Ong itu. maka kini serangan kakek itu
bertambah dahsyat. Kini terasa angin cengkeraman yang berhawa panas
menyerang Shin Kai Lolo. Serangan itu bertambah mendesak. Diam-diam nenek
yang cerdik itu telah dapat mengukur ilmu lawannya. Ternyata Kwi Ong berada
setingkat diatasnya, Maka nenek itu lalu berseru menahan serangan lawan
"Tunggu! Kita hentikan dulu pertempuran ini !"
"Apa ?! Apakah kau sudah gentar melawan aku?" seru Kwi Ong sambil
mengejek Shin Kai Lolo. "Hee-hee-he Aku tidak takut, kau Kwi Ong telah datang di daerah
pertengahan, maka aku yakin bahwa kita akan sering bertemu lagi, ya bukan ?!"
seru Shin Kai Lolo tampak tenang kata-katanya.
"Aku sudah katakan bahwa kalian tidak akan dapat keluar hidup-hidup dari
tempat ini!" seru Kwi Ong dengan lantang.
Mendengar jawaban itu Shin Kai Lolo harus menggunakan siasat.
Oey Liong Kiam 6 20 "Kau terkenal sebagai raja iblis, kekejaman serta kekejianmu membuktikan
bahwa kau adalah makhluk yag durhaka ! Walaupun begitu kau terkenal sebagai
iblis yang senantiasa memegang janji !" seru Shin Kai Lolo dengan suara
bersungguh-sungguh. Pujian sebagai iblis yang memegang janji itu membesarkan hati Kwi Ong.
Maka kakek kejam dan keji itu lalu berseru.
"Aku belum pernah mengingkari janji !"
Tong Kiam Ciu akhirnya mengambil kesimpulan bahwa dia harus lekas
berlalu dari te,pat itu, Karena dia masih banyak urusan yang harus
diselesaikannya. Sedangkan pertempuran antara Kwi Ong dengan Shin Kai Lolo
iiu akan berlarut-larut lama sekali. Maka Kiam Ciu akan meengambil kesempatan
itu untuk menyelinap pergi meninggalkan tempat itu, Namun niatnya itu
akhirnya diurungkannya ketika dia mendengar Kwi Ong berseru lantang.
Walaupun begitu Kiam Ciu tetap bertekad dikemudian hari dia akan mencari Kwi
Ong untuk membalaskan dendam atas kematian Gin Ciu serta menumpas
kekejian selanjutnya itu.
"Kali ini kalian kuampuni, karena kalian dapat menahan serangan ilmu Tailik-kim-kong eng-jiauw-kang !" seru Kwi Ong kepada orang-orang yang berada
ditempat itu termasuk Kiam Ciu.
Mereka saling berpandangan. Belum lagi mereka mengeluarkan kata-kata
tiba-tiba terdengar Kwi Ong berseru lagi kepada orangnya sendiri dengan nada
memerintah. "Buka jalan ! Antarkan orang-orang ini keluar !" seru Kwi Ong.
Seorang pengawal telah berada didepan dan mempersilahkan Shin Kai Lolo
untuk mengikutinya. Yang juga diikuti oleh ketiga jago silat dan juga Tong Kiam
Ciu. Mereka akan keluar dari perangkap raja iblis itu.
Dengan mudah mereka telah dapat keluar dengan selamat dari perangkap
Soan-hong-li-bu-ceng yang telah dibuat oleh siraja iblis itu.
Setelah sampai diluar Tong Kiam Ciu lalu membongkok hormat kepada Shin
Kai Lolo, seraya pemuda itu berseru dengan hormatnya.
Oey Liong Kiam 6 21 "Locianpwee kau telah menolong jiwaku. Budimu takkan kulupakan untuk
selama-lamanya, kini perkenalkanlah aku untuk melanjutkan perjalananku dan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yag masih banyak itu" seru Kiam Ciu dengan
suara halus dan sopan sekali.
Sesat kemudian berpaling kearah Eng Ciok Taysu, Tue Kiam suseng dan Siok
Siat Shin-ni, kemudian berkata pula kepada mereka itu.
"Karena aku masih berpisah dari kalian"
banyak urusan. maka perkenankanlah aku untuk
Setenarnya pemuda itu agak merasa berat untuk pergi begitu saja setelah
mendapat pertolongan dari Shin Kai Lolo itu. Namun tugasnya masih banyak,
maka memaksa pemuda itu untuk berpisah.
"Tong Kiam Clu masih mengendap luka dalam. Maka marilah ikut aku! Lagi
pula muridku . . . ." seru nenek Shin Kai Lolo. Kata-kata itu tidak diteruskannya
karena diperhatikannya ternyata Kiam Ciu teiah pergi jauh.
Tong Kiam Ciu sama sekali tidak menghiraukan lagi bujukan Shin Kai Lolo
itu. Dia telah bertekad untuk menuju kelembah Si-kok!
Tanpa menoleh lagi kebelakang pemuda itu memisahkan diri dari
rombongan keempat tokoh-tokoh angkatan tua itu. Tong Kiam Ciu bertekad untuk
segera mencapai lembah Si-Kok. Walaupun jalan-jalan sangat sukar ditempuh
lagi pula matahari semakin tinggi menjulang, namun tekad pemuda itu yang
memperkuat dirinya untuk menempuh segala rintangan. Pemuda itu berjalan
dengan langkah-langkah santai tetapi pasti menuju kearah barat daya.
Pegunungan Bu-kong-san telah tampak. Pegunungan itun tampak megah dan
angker. Puncak-puncaknya menjulang tinggi, lebih-lebih puncaknya yang
bernama Hiong-lu-hong yang tertinggi, seolah-olah mencakar langit.
Pada suatu hari Tong Kiam Ciu telah mendekati puncak tertinggi itu
kemudian berhentu sejenak dan memandang keatas. Ia mengeluh dalam hati
sambil memandangi puncak pegunungan yang tertinggi itu.
"Hemmm . . . . aku berkelana sudah lama sekali. Tetapi lembah Si-Kok belum
juga kutemukan. Menurut keterangan puncak itu tiada jauh dari puncak Hiong-
Oey Liong Kiam 6 22 lu-hong ini . . . " pikir Kiam Ciu sambil memandang puncak itu dan melihat kiri
kanan. Suasana saat itu sangat sepi. Hanya terdengar desau angin meniup daundaun liu. Kiam Ciu mengamati keadaan sekitar tempat itu. Tetapi tiba-tiba dari
arah samping terdengar suara keresekan. Maka Kiam Ciu dengan cepat pula
memutar tubuh dan menghadap kearah datangnya suara itu. Sekejapan terlihat
sesuatu yang bergerak. Ketika diperhatikannya ternyata seekor ular yang
berwarna hitam melata dengan cepatnya menjauhi tempat Kiam Ciu berdiri.
Segeralah Kiam Ciu mencabut pedang Kim-kong-sai-giok-kiam dan
mengejar ular besar itu, namun ular itu mempunyai kecepatan luar biasa. Terus
melata menjauh dan kebawah gunung. Sedangkan Kiam Ciu dengan berloncatan
diatas batu mengubernya. Ketika sampai dikaki gunung, segeralah ular itu masuk kedalam mulut guha.
Kiam Ciu bermaksud untuk mengejarnya terus. Teapi ketika pemuda itu sampai
diambang mulut guha segeralah terhenti, karena bau anyir dan busuk
berhembus dari dalam guha kemudian matanya tertumbuk dengan suatu
pemandangan yang sangat mengerikan. Tulang kerangka manusia berserakan
di tempat itu. "Oh.. . apakah tempat ini yang dinamakan lembah Si-kok ? (Lembah maut)
diluar guha saja sudah begini banyak kerangka manusia, apalagi didalam guha"
pikir Kiam Ciu dengan memandang sekeliling tempat itu.
Sekilas terlihat banyak sekali ular-ular didalam guba itu. Maka Kiam Ciu lalu
berpikir lagi. Ular-ular itu telah mendekati Kiam Ciu.
"Jika aku diserang oleh sekian banyaknya ular-ular berbisa ini aku dapat mati
konyol ditempati ini" pikir Kiam Ciu dan menoleh kebelakang untuk mengambil
langkah. Tetapi ketika ular-ular itu bertambah dekat Kiam Ciu, dengan tiba-tiba
mereka berhenti, kemudian beberapa ekor telah memutar kepala dan
mengundurkan diri menjauhi Kiam Ciu. Perbuatan itu disusul lagi oleh kawanan
ular lainnya. Oey Liong Kiam 6 23 Kiam Ciu memandang kekaran kiri, dia merasa heran dan seolah-olah ada
sesuatu yang menakutkan hingga membuat ular-ular itu lari terbirit-birit
menjauhi Kiam Ciu. Diantara ular-ular yang beraneka warna itu, terdapat juga seekor ular besar
yang berwarna keemas-emasan kulitnya mengkilat. Ular yang berwarna emas
itu tidak mau lari jauh. Dia hanya melingkar dan mengarahkan moncongnya


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kearah Kiam Ciu seolah-olah dia sedang siap siaga menghadapi serangan Tong
Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu masih teeheran-heran menyaksikan kejadian itu. Dia sama
sekali tidak menduga bahwa karena ia telah memakan akar kering Lok-bwee
kim-keng dan karena daya itu menyiarkan bau yang kurang disukai oleh
kawanan ular-ular berbisa itu.
Ular emas itu masih tetap melingkar ditanah menantikan serangan Kiam Ciu.
Sedangkan Kiam Ciu sendiri masih memperhitungkan kalau tidak akan mampu
untuk menghadapi sekian banyaknya ular-ular berbisa. Walaupun sebagian
besar dari kawanan ular itu telah lari menjauh. Tetapi dia yakin kalau terjadi
sesuatu ular-ular itu akan balik kembali dan mengeroyoknya.
Ketika Kiam Ciu dalam keadaan terheran dan menimbang-nimbag itu, tibatiba dikejutkan oleh suatu suara dari atas tebing. Suara yang sangat aneh.
Dengan cepat Kiam Ciu meloncat kesamping tampaklah seoraag nenek merayap
dari atas jurang menuju kelembah itu. Nenek yang sudah sangat tua usianya itu
menuruni tebing itu dengan sikap seperti seekor cicak. Cepat sekali.
Begitu sampai di lembah Si-Kok, segeralah dia merangkak dengan cepat dan
menyerang ular emas yang telah siap siaga itu. Ketika merasakan dirinya
diserang itu maka segeralah tersembur bisa ganas dari ular emas itu. Tetapi
nenek itu rupa-rupanya telah kebal terhadap segala macam bisa,
Nenek itu meloncat dan menerkam kepala ular emas. Kemudian ular itu
menggeliat dan cengkeraman itu terlepas. Nenek tadi meloncat kekiri dihantam
oleh ular emas itu. Tetapi hantaman itu tidak menemui sasaran karena nenek
itu telah mendahului meloncat kesamping. Dia berusaha untuk menerkam kepala
ular emas itu. Oey Liong Kiam 6 24 Namun ular emas itu berusaha untuk menghindarkan diri dari cengkeraman
nenek aneh itu. Kepala ular emas itu terangkat dan terbuka lebar sedangkan
dari mului yang berlidah bercabang itu tersembur hawa beracun. Nenek aneh
itu bukannya menghindar, malahan menyerang dan menerkam kepala ular
besar itu. Ular itu berusaha untuk melepaskan diri dari cwngkeraman lawannya.
Dengan dengusan hebat kemudian satu pukulan ekor yang keras itu telah
melontarkan nenek aneh itu ke dinding guha.
Tetapi dengan cepat nenek itu memutar tubuh dan meloncat kembali,
Menerkam kepala ular itu dan nenek itu menyemburkan asap hitam dari
mulutnya kemoncong ular emas itu. Seketika ular itu tidak berdaya, kemudian
dihempaskan oleh nenek aneh itu, Tampak ular emas itu tak bertenaga lagi.
Ketika menyaksikan lawannya sudah tidak berdaya lagi, maka nenek itu
segera merangkak kedinding jurang. Memandang dengan puas dia tertawa
cekikikan. Seolah-olah dia merasa bangga dengan hasil kemenangannya itu.
Tong Kiam Ciu masih mematung saja dengan terpesona menyaksikan nenek
yang aneh itu. Pertempuran antara nenek aneh dan ular emas besar itu disaksikan oleh
Tong Kiam Ciu dengan penuh ketakjuban. Ternyata nenek aneh yang tampaknya
tidak berguna dan sudah sangat tua itu mempunyai ilmu yang luar biasa.
"Hebat! Hebat sekali. Jika aku dapat menguasai ilmu yang dimiliki oleh nenek
itu aku pasti dapat membinasakan iblis Kwi Ong" pikir Kiam Ciu dan matanya
berseri-seri memandang nenek aneh itu.
Kemudian dia mengingat-ngingat jurus-jurus yang dimainkan oleh nenek itu
ternyaia serupa benar dengan jurus-jurus Bo-kit-sin-kong. Hanya bedanya kalau
ilmu nenek itu dapat menyemburkan hawa beracun, tetapi ilmu Bo-kit-sin-kong
dapat mengeluarkan tenaga gaib yang dapat menahan serangan beracun. Dua
kekuatan yang saling bertentangan.
Tanpa terasa Tong Kiam Ciu berseru ketika dia mengenangkan alangkah
baikinya dan luar biasanya kedua ilmu itu bila digabungkan.
Oey Liong Kiam 6 25 "Hemmm . . . . . . . jika nenek itu mau mengajarkan ilmunya kepadaku aku yakin
kalau aku dapat membasmi para jago-jago silat yang tersesat" terluncur katakata itu dari mulut Kiam Ciu.
Nenek aneh itu menegurnya dengan suaranya yang masih nyaring.
"Apa yang kau katakan tadi anak muda ?" seru nenek itu.
"Jika nenek sudi mengajarkan ilmu silat yang kau lancarkan untuk
menyerang ular emas tadi, aku sangat berterima kasih !" sambung Kiam Ciu
dengan hormat. Nenek itu menyegir ketika mendengar ucapan Kiam Ciu.
"Sebenarnya aku hidup di dunia ini sudah sangat lama. Bosan aku umurku
sudah tak terbilang tahunnya lagi. Mungkin nenek moyangmu tidak akan tahu
menghitung berapa umurku hee-hee-hee aku sebenarnya sangat doyan otak
manusia. Tetapi sudah lama aku tidak makan otak manusia, karena ular-ular itu
telah mendahului menyerang dan membunuh orang-orang yang tiba di lembah
ini. Ular-ular itu dengan serakah telah menyantap daging dan otak manusia
hingga tinggal tulang-tulang kerangkanya saja. Tetapi bagiku sama saja, didalam
tubuh ular itu terdapat otak manusia juga, maka kumakan daging ular itu . . . . . hihi-hi hi."
Tong Kiam Ciu mendengar cerita nenek itn jadi terkejut dan terbelalak.
Kemudian nenek itu sambil tertawa cekikikan.
"hee-he-he.be.-Rupa-rupanya kau juga takut mati ?! Kau takut kalau kuterkam
hi.. hi.. .hi..hi.. hih. Aku tidak sembarangan makan manusia, Sebelum orang itu
kumakan otaknya, dia kuberi kesempatan dulu untuk beberapa hari mengariku
berbicara sopan. Kau jangan khawatir semua korbanku mati dengan perlahan
dan tiada terasa lama sekali. Mula-mula dia akan merasa seperti mengantuk
kemudian dia akan seperti tertidur yang sangat nyaman sekali" seru nenek aneh
itu dengan tertawa seram.
"Kau dapat berbicara sesuka hatimu Tetapi kau telah banyak menjumpai
banyak orang di lembah ini, tentunya kau telah banyak belajar dengan mereka,
setidak-tidaknya kau telah mengenal sifat perkemanusiaan, Aku yakin bahwa
semua orang pasti takut mati. Begitu juga aku. Tetapi yang paling kutakutkan
Oey Liong Kiam 6 26 ialah mati sebelum aku dapat menunaikan tugas dan kewajibanku . . . ." sambung
Kiam Ciu. "Jika kau mengenai bahwa kau akan banyak menemui halangan dan bahaya
mengapa kau masih juga datang ke lembah Si-kok ?" seru nenek itu lagi dengan
menuding kearah Kiam Ciu.
"Kun-si Mo-kun telah memberitahukan padaku, bahwa aku dapat belajar ilmu
silat yang maha sakti dilembah Si-kok ini, kalau aku dapat mempelajari ilmu silat
yang maha sakti itu, maka aku yakin bahwa aku dapat membasmi kejahatannya"
seru Kiam Ciu sambil melirik kearah ular mas yang tidak bergerak-gerak lagi.
"Aku telah menyaksikan locianpwee menghadapi dan mengalahkan ular besar
itu, maka aku berkeyakinan bahwa locianpweelah orangnya yang dapat
mengajarkan ilmu silat sakti itu di lembah Si-Kok ini.!"
"Aku hanya mengusir ular itu. Sebentar lagi ular itu akan bangun dan segera
akan menyingkir. Aku belu[WU1]m menggunakan ilmu menerkam yang
sebenarnya sangat hebat. Aku dapat mengajarkan ilmu silat padamu anak muda.
Tetapi dengan satu syarat yang harus kau penuhi ! Jika dapat memenuhi syarat
itu, aku akan selalu membantumu untuk membinasakan musush-musuhmu!"
seru nenek itu dengan suara nyaring mata berkilauan.
Mendengar kata-kata nenek itu Kiam Ciu bergirang hati. Kemudian nenek itu
meneruskan kata-katanya. "Disuatu tempat tiada jauh dari sini sekira seratus langkah, kau akan
menemukan sesuatu pengkolan pertama, kemudian kau akan menemukan dua
buah patung dari batu. Dibawah salah satu patung besar yang terbuat dari baja
itu kau akan menemukan sebuah kitab yang memuat catatan ilmu silat Pek-jit
hui-sat (Sinar mataharl menyebabkan maut). Yang kulancarkan untuk
menaklukan ular tadi ialah ilmu dari kitab itu, kalau ilmu itu dilancarkan dengan
menggunakan pedang maka kehebatannya luar biasa !" nenek itu menghela
napas dan berhenti sejenak.
Tong Kiam Ciu tidak mau mengganggu nenek itu. Diam-diam dan telinganya
mendengarkan kata-kata nenek itu dengan bersungguh-sungguh.
Oey Liong Kiam 6 27 Kemudian nenek itu melanjutkan kata-katanya: "Masih ada satu kitab lagi
dengan cacatan ilmu silat Kai Thian Pik-tee (membuka langit membongkar bumi)
jurus-jurusnya lebih mudah dilancarkan. tetapi kehebatannya seratus kali lebih
hebat. Nah anak muda, sekarang kau kupersilahkan untuk pergi dan mencari
kitab-kitab itu, nanti setelah lewat tiga hari aku akan menjumpaimu !" seru nenek
itu sambil mengisyaratkan kepada Tong Kiam Ciu dengan tangannya.
Kemudian nenek Itu memutar tubuhnya dan merayap naik ke tebing jurang
bagaikan cicak. Tong Kiam Ciu memandang kearah nenek itu dengan rasa
kagum. Kemudian dia memasukkan pedang Kim-kong-sai-giok-kiam kedalam
sarangnya. Lalu pemuda itu memutar tubuh melangkah menuju kearah kedua
patung itu terletak. Tong Kiam Ciu berjalan menurut petunjuk nenek aneh itu. Setelah mendapat
seratus langkah maka dia sampai disuatu pengkolan. Kemudian tampak semak
belukar yang sangat tinggi dan lebat sekali. Diamatinya tempat itu dan dicarinya
dua buah patung batu. Ketika ditemukan patung-patung yang besar itu, hatinya
menjadi sangat girang. Dipandanginya patung-patung itu. Akhirnya dia telah menentukan salah satu
patung itu yang di bawahnya dijadikan tempat untuk menyimpan kitab pusaka
ilmu silat seperti petunjuk nenek aneh.
Dicabutnya pedang Kim-kong-sai-giok kiam untuk menggali tanah dibawah
patung itu. Dengan harapan penuh pemuda itu ingin mendapatkan kedua kitab
pusaka iimu silat. Sepanjang hari Kiam Ciu menggali tanah dan batu dibawah patung besar
hingga patung itu menjadi doyong. Namun ternyata kitab-kitab seperti dikatakan
oleh nenek jiu tiada diketemukan. Kemudian patung itu tiada dapat berdiri lagi
karena bagian bawahnya telah digali hingga menjadi roboh. Untung Kiam Ciu
tidak tertimpa dan pemuda iyu dengan tangkas meloncat menghindar.
Dengan tubuh berkeringat sepanjang hari dan sepanjang malam pemuda itu
telah menggali. Namun belum menemukan barang yang dicari-carinya.
Oey Liong Kiam 6 28 Dipandanginya lobang besar itu. Kemudian memandang kearah patung yang
telah roboh dan patah kepalanya itu. Sambil mengibaskan pakaiannya yang
kotor Tong Kiam Ciu mendengus kesal.
Dicobanya untuk menggali bawah patung yang satunya lagi. Seperti juga
penggalian pada dasar patung yang pertama. Sepanjang hari dan sepanjang
malam hingga pemuda itu tidak teringat untuk makan dan minum karena
pikirannya hanya memikirkan kedua buah kitab pusaka itu saja. Tahu-tahu Tong
Kiam Ciu telah berada ditempai itu tanpa makan minum selama dua hari dua
malam. Tiap menggali yang ditemukannya hanyalah batu-batu dan tanah saja.
Sedangkan benda-benda yang dituturkan oleh nenek aneh itu tidak ada. Hanya
sekali-sekali jika merasa letih dia istirahat dan berpikir. Kemudian merasa
cemas. "Hey . . . . dua hari telah lewat! Tetapi aku belum berhasil menemukan kitab
itu. Celaka. . . ." Tong Kiam Ciu berbicara dengan dirinya sendiri. Kemudian
menggali lagi. Hari yang ketiga telah tiba. Tetapi Kiam Ciu belum menemukan kitab itu.
Namun semangat pemuda itu masih tetap ada dan terus menggali dan hanya
kadang-kadang saja dia beristirahat sambil menyeka keringat didahinya. Tibatiba ketika Kiam Ciu mengangkat mukanya dan menghapus keringat didahinya
dia melihat nenek yang aneh itu datang.
"Hay, kau betul-betul seorang pemuda yang tolol. Hari ini adalah hari yang
ketiga. Kalau kau tidak dapat menemukan kitab itu mengapa kau tidak lari saja
meninggalkan tempat ini. Kau akan kubunuh karena pada hari yang ketiga ini
kau belum menemutan kitab itu" seru nenek itu dengan suara nyaring dan
mengejek. "Bagiku mati atau hidup itu tidak menjadi soal. kupandang kematian itu
sebagai hal yang remeh saja !" setu Kiam Ciu dengan tenang dan menghentikan
penggaliannya. "Aku memberikan satu kesempatan lagi kepadamu, kuberi waktu satu tahun.
Ini aku membawakan makanan untukmu. sudah hampir riga hari tiga malam
Oey Liong Kiam 6 29 kau tidak makan. Makanlah !" seru nenek itu dengan nada tenang seolah-olah
tidak berperasaan. Tong Kiam Clu menerima makanan itu. Memberi hormat dan rasa terima
kasih, kemudian dengan lahapnya dia menghabiskan makanan itu.
"Selelah kenyang dan sekiranya diijinkan, aku akan segera berlalu dari
lembah ini, Nanti setelah lewat satu tahun aku akan kembali lagi dilembah ini"
seru KIam Ciu sehabis makan dan berdiri menghormat nenek itu.
"Ya, baiklah kau sekarang dapat berlalu dari lembab ini !" seru nenek Itu.
Kiam Ciu telah berlalu, Nenek itu memandang kearah punggung Kiam Ciu
yang semakim menjauh itu. Tampaklah nenek aneh itu menggeleng-gelengkan
kepalanya, suatu keanehan terbersit dimata nenek itu.
Dengan mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong serta pengaruh akar Lok-bweekim-keng, maka Kiam Ciu dapat menempuh lembah dan memasuki gua maut
itu dengan selamat. Walaupun sepanjang jalan sering dia bertemu dengan ular
ular besar dan berbisa ganas. Tetapi Kiam Ciu Tidak mendapat cidera apa-apa,
Bahkan ular-ular itu banyak yang menjauhinya,
Sambil mengerahkan ilmu Gin kang serta berlari cepat, Kiam Ciu telah keluar
dari lembah Si-kok dan memanjat tebing puncak Hiong-lu-hong. Kemudian
dengan cepat pula telah menjauhi pegunungan Bu-kong.
Selama dalam perjalanan menjauhi pegunungan Bu-kong-san itu. Kiam Ciu
sedang membuat rencana. Mana urusan yang harus diutamakan terlebih dahulu.
Dia harus menebus sakit hati ayahnya, merebut pedang Oey Liong Kiam,
menumpas Kwi Ong yang telah membunuh Gin Ciu, kemudian untuk mencari
kitab pusaka Pek-seng. Urusan perjodohan adiknya Tong Bwee dan mengemban
semua amanah guru-gurunya.
Setelah itu barulah dia menemukan jalan yang harus ditempuh terlebih
dahulu ialah Mencari Git Siocia atau si Nyonya besar berkereta itu yang telah
membawa pedang Oey Liong Kiam. Dia harus merebutnya kembali, barulah
kemudian mencari kitab pusaka ilmu silat Peng-seng di kota Pek seng.
Oey Liong Kiam 6 30 Karena seharian dia telah berjalan maka untuk sesaat Kiam Ciu bermaksud
istirahat. Ketika melihat sebatang pohon yang rindang, Maka, dia ingin sekali
istirahat dibawah pohon itu.
Sambil bersandar pada batang pohon dipinggir jalanan itu. Dia teringat peta
Pek seng Kiam Ciu lalu mengeluarkan peta itu dan diamatinya kertas itu. Tetapi
dia tidak melihat suatu gambaran. Akhirnya diingat pesan Kwa Si Lokoay bahwa
untuk melihat gambar peta Pek-seng itu harus berada ditempat yang gelap.
Maka peta itu lalu dilipat kembali dan dimasukkan kedaiam saku jubahnya.
Tiba-tiba dia teringat kembali kepada nenek Shin Kai Lolo. Dia akan mencari
dulu nenek itu. Ternyata nenek aneh itu mempunyai hati mulia juga. Beberapa
kali telah menolong dirinya begitu juga muridnya seorang pemuda yang
berambut panjang terurai itu tidak kurang anehnya dari Shin-Kai Lolo itu sendiri.
Ketika Kiam Ciu sedang mengenangkan peristiwa-peristiwa yang pernah
dialaminya tiba-tiba matanya meuangkap sebuah bayangan berkelebat
mendekatinya. Kiam Ciu segera meloncat berdiri. Tahu-tahu didepannya telah
berdiri seorang pemuda yang masih sangat muda belia.
"Siapa kau ?" seru Kiam Ciu sambil bersikap waspada.
"Maaf kalau aku mengganggumu. Namaku Ceng Yun Leng. Aku telah mencari
seseorang disegenap penjuru. Tetapi hingga kini belum berhasil kujumpai. Orang
itu ialah seorang gadis jelita, dialah tunanganku. Kami telah bertengkar dan salah
paham, hingga tunanganku itu meninggalkan aku hingga kini kucari-cari belum
ketemu, Akhirnya aku mendengar kabar berita bahwa seorang pendekar yang
masih sangat muda telah menyimpan gambar itu, apakah Thaihiap ini telah
melibat gambar yang kami maksudkan ? Karena menurut ciri-cirinya yang
kuterima bahwa pendekar muda yang selalu membawa pedang dipunggungnya
itu persis seperti anda. Kalau aku membuat kekeliruan maka sudilah
memaafkan!" seru Ceng Yun Leng sambil menghormat.
Tong Kiam Ciu tersenyum mendengar penuturan itu. Dia memandang
pemuda itu dengan pandangan menyelidik.
"Memang sekali aku pernah ditimpuk dengan kertas lipatan oleh seorang
pemuda yang berambut panjang dan aneh itu ternyata adalah muridnya Shin
Oey Liong Kiam 6 31 Kai Lolo. Aku belum tahu sebenarnya siapa pemuda aneh itu . . . ?" seru Kiam
Ciu. Tampaklah perubahan wajah pemuda yang baru datang itu ketika


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengarkan kata-kata Kiam Ciu tadi. Dengan nada kegirangan pemuda itu
menyahut kata-kata Kiam Ciu.
(Bersambung Jilid 7) Oey Liong Kiam 6 32 Oey Liong Kiam 7 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 7 P EMUDA yang rambutnya selalu terurai itu sebenarnya adalah seorang gadis
dan dia itu lah tunanganku. Dia sengaja menyamar sebagai seorang pemuda
dengan maksud untuk mengelabui saya. Dia selalu menjauhi diriku. Telah
setengah tahun ini aku mencari kemana-mana tetapi tidak kujumpai, Dikalangan
Kang-ouw dia terkenal dengan geJar Sio Bie Hu, Apakah Thaihiap dapat
menunjukkan kepadaku jejak tunanganku itu ?" seru Ceng Yun Leng dengan
penuh harapan. Tong Kiam Ciu berpikir sejenak, kemudian mengerutkan kening dan
mengatupkan bibirnya "Menyesal sekali aku tidak dapat memberikan petunjuk itu kepadamu. Karena
aku bertemu dengan dia hanya dua kali. Itupun dari jarak jauh . . ." jawab Tong
Kiam Ciu menegaskan. Tong Kiam Ciu tidak dapat melanjutkan kata-katanya itu, karena terasa
bembusan angin berhawa harum. Ketika itu tampaklah seorang gadis telah
berdiri didekat Tong Kiam Ciu.
Hampir terpekik Tong Kiam Ciu ketika menyaksikan gadis yang baru datang.
Karena gadis ttu tiada lain ialah Tong Bwee. Betapa girang hatinya ketika
menyaksikan kedatangan adiknya itu, maka segeralah dia menghampiri dan
lupa kalau Tong Bwee bukan adiknya yang sesungguhnya. Kiam Cu menubruk
dan memeluk gadis itu. Ji Tong Bwee membersit merah wajahnya. Karena galis itu menyadari kalau
Kiam Ciu itu bukanlah kakaknya yang sebenarnya. Maka agak tersipu gadis itu
karena ditempat itu ada orang lain ialah Ceng Yun Leng. Kiam Ciu didorongnya
dan sambil tersenyum gadis itu mengisyaratkan bahwa ditempat itu ada orang
lain. Oey Liong Kiam 7 1 Barulah Kiam Ciu menyadari perbuatannya itu. Dia sendiri merasa malu
berpaling ke arah Ceng Yun Leog. Tetapi pemuda itu tersenyum dan berpaling
kearah lain. "Oh maaf saudara Yun Leng. Kami lama tidak bertemu semenjak masih
kanak-kanak" seru Kiam Ciu sambil memperbaiki kekikukannya.
"Sudah lumrah, dua orang yang saling mengasihi" sambung Yun Leng.
"Adik kecil . . . oh adik Tong Bwee, mengapa kau dapat berada disini ? Apakah
ayah dan ibu . . . ?" seru dan tegur Kiam Ciu bertubi-tubi tetapi akhirnya
terbungkam ketika menyaksikan gadis yang jelita itu hanya tersenyum tetapi
terurai air matanya?. Setelah menahan uraian air mata gadis yang bermata lebar dan berpipi
merah jambu itu menuturkan kata-kata dengan nada sedih.
"Twa-supek sudah meninggal dunia"
"Hah ?!" seru Kiam Ciu setengah menjerit kaget.
"Sejak kau pergi dulu. Twa-supek lalu jatuh sakit. Karena luka dalam yang
dideritanya. Penderitaannya terlalu berat, segala usaba tidak dapat untuk
menyembuhkan sakitnya. Dua tahun dia menderita. Sebenarnya ayah dan ibu
mengusulkan untuk memanggil kau pulang tetapi Twa-supek tidak setuju.
Sepanjang hari dan sepanjaog waktu Twa-supek selalu mengingat-ngingat kau
sebelum menghembuskan napas yang terakhir, menanti-nanti agar kau selalu
menjalankan perintah dan amanatnya. Ketika Twa-supek telah dipanggil kejalan
Giam-lo-ong maka aku minta ijin kepada ayah dan ibu untuk menyusulmu,
setengah tahun aku mengembara untuk mencari jejakmu. Akhirnya aku
mendengar kabar bahwa kau telah berhasil dalam pertemuan Bu-lim dalam
pesta Bu-lim-tahwee. Kau terkenal dengan gelar Giok-ciang-cui-kiam.. " seru Ji
Tong Bwee sambil tersendat-sendat kata-katanya karena menahan isakan.
Air mata gadis itu masih meleleh kepipinya, air mata keharuan. Mereka dapat
dipertemukan dalam suasana tenang. Kiam Ciu dan Tong Bwee merasa syukur
kepada Thian karena pertemuan itu.
Tong Kiam Ciu mendengar kisah penuturan Ji Tong Bwee itu dengan
seksama dan dengan hati penuh kedukaan.
Oey Liong Kiam 7 2 Karena dia sudah tidak mungkin untuk bertemu lagi kepada suhunya Pekhi-siu-si yang telah mengasuh dengan penuh kasih sayang dan
memanjakannya. Budi lubur kakek budiman itu tak akan terlupakan sepanjang
hayatnya. Namun kini kakek budiman telah pergi ke Giam-lo-ong. Tinggalah dia
harus memenuhi segala bimbingan dan serta pesan-pesannya saja.
Maka kini Kiam Ciu bertekad untuk mengamalkan segala kebaikan dan
menindas kejahatan seperti pesan suhunya almarhum.
Ceng Yun Leng ketika itu hanya terdiam dan menundukkan kepala.
Jadinya serba kikuk perasaan pemuda itu, Akan menyaru mengundurkan diri
dia tidak sampai hati untuk memotong pembicaraan kedua insan yang ruparupanya telah lama berpisah itu, Begitu pula mau tak mau dia telah
mendengarkan kisah sedih itu. Hatinyapun ikut berduka.
Ceng Yun Leng menyaksikan keadaan itu jadinya serba salah. Maka ketika
suasana sudah tampak tenang dia baru mulai berbicara.
"Tong Siawhiap. aku tidak akan mengganggu lagi. Idzinkanlah aku minta diri.
Aku yakin bahwa kita kelak akan bertemu lagi" seru Yun Leng dengan sopan
dan membungkuk hormat. Ketika pemuda itu memutar tubuh dan akan berlalu, tiba-tiba matanya
menyaksikan serombongan orang bersenjata lengkap mendatangi tempat itu.
Yun Leng menahan niatnya dan berbalik melihat kearah Tong Kiam Ciu
kemudian melihat kembali kearah orang-orang yang semakin dekat itu.
Ketika rombongan itu bertambah dekat, Tong Kiam Ciu menarik napas
panjang dan tersenyum. Begitu juga Yun Leng menjadi terheran-heran tampak
ia kerutkan keningnya. Ternyata rombongan itu adalah rombongan orang-orang dari partai
persilatan Kim-san yang dipimpin oleh seorang gadis cantik.
Dengan satu isyarat orang-orang yang bersenjata tombak dan pedang itu
segera mengurung ketiga orang itu. Tong Kiam Ciu terheran-heran menyaksikan
sikap itu. Dia masih teringat beberapa hari yang lampau pernah berhasil dan
merobek kedok kulit sinja yang dipakai gadis itu.
Oey Liong Kiam 7 3 "Suheng ! Kebetulan kau ada disini. kau dapat membantuku memberi hajaran
orang she Tong ini !" seru gadis itu kepada Yun Leng.
"Sumoi tunggu dulu! Apakah artinya ini?" seru Ceng Yun Leng sambil
mengangkat kedua belah tangannya dengan sikap tak mengerti.
Ternyata Ceng Yun Leng adalah saudara sepergutuan dengan gadis itu.
Hanya saja gadis itu memang bersikap angin-anginan dan terlalu dimanja,
sehingga tiada seorangpun yang ditakutinya kecuali ayahnya.
Dia telah membawa orang-orang dari partai Kim-sai untuk mengepung dan
memberi hajaran kepada Tong Kiam Ciu. Semuanya itu tidak dipahami oleh Yun
Leng. "Suheng ! Kau tak usah banyak berbicara dan beralasan ! Ayo kau bantu aku
untuk memberi hajaran kepada orang she Tong itu, Dia adalah Tong Kiam Ciu
pemegang pedang Oey Liong Kiam !" seru gadis itu dengan nada keras dan
lantang. Ceng Yu Leng menjadi serba salah dan bingung menghadapi adik
seperguruannya itu. Karena dia tidak mengetahul latar belakang yang
sebenarnya dalam kejadian itu. Dia yakin bukan karena pedang Oey Liong Kiam
yang terang sudah resmi menjadi haknya Tong Kiam Ciu setelah diperebutkan
dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee.
Ketika gadis itu memperhatikan suhengnya tidak beraksi mendengar
penuturan bujukannya itu, maka dia yakin bahwa suhengnya tidak mau
membantu untuk menghajar Tong Kiam Ciu. Maka segeralah dia memberikan
aba-aba kepada para pengikutnya untuk menyerang Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu memperhatikan keadaan itu sejak kedatangan orang-orang
Kim-sai dan mengepungnya tadi. Setelah menginsyapi bahwa bakal terjadi
sesuatu perkelahian yang tiada ujung pangkalnya. Maka dengan mengerahkan
ilmu Bo-kit-sin-kong dia berseru.
"Tahan !" seru Kiam Ciu dilambari dengan Bo-kit-sin-kong,
Suara bentaran Kiam Ciu itu berhasil membuat ngeri orang-orang dari partai
Kim-sai. Mereka menahan diri. Kemudian terdengar Kiam Ciu berseru lantang
Oey Liong Kiam 7 4 memperlihatkan nada amarahnya diarahkan kepada gadis itu sambil
menudingkan jari telunjuk tangan kanan.
"Siocia sudah dua kali mengganggu dan merintangiku ! Kali ini lagi ! Dengan
tanpa sebab siocia hendak menyerangku, apakah salahku ?. Jika siocia dapat
menunjukkan kesalahanku dan ternyata kesalahanku itu terbukti, aku rela
dihajar. Aku tidak akan melawan !" seru Kiam Ciu dengan berakhir membuka
kedua belah tangannya. Gadis yang manja dan angin-anginan itu menjawab seenaknya.
"Tentu saja ada sebabnya I" seru gadis itu seenaknya.
Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah meloncat menyerang Kiam Ciu.
Sambil memberikan perintah kepada orang-orangnya untuk menyerang. Namun
Kiam Ciu waspada dan menggeserkan kaki kanannya kesampiig. Ternyata
serangan gadis itu dapat dielakan.
"Jika siocia hendak menyerangku, aku terpaksa untuk melayaninya !" seru
Kiam Ciu dengan nada bersungguh-sungguh.
"Siapa takut dengan kamu ?!" seru gadis itu dan balik memutar tubuh.
Kembali menyerang dengan serangan yang lebih hebat lagi.
Namun Kiam Ciu sekali lagi berhasil menghindari serangan lawan. Gadis itu
merasa heran karena serangan-serangannya sama sekali tidak berhasil bahkan
dapat dihindari dengan mudah, padahal dia menyerang dengan tiba-tiba. Yang
paling menjengkelkan pula ialah ketika menyaksikan orang-orangnya. Orangorang partai Kim-sai yang sedianya dibawa untuk mengerubut Kiam Ciu itu
ternyata hanya diam saja menonton.
Karena sudah merasa kepalang tanggung dan malu untuk mundur. Maka
dengan meningkatkan ilmunya dia telah memasang kuda-kuda dan sedia
tangannya membentuk seperti cakaran setelah memiringkan tubuh dan agak
merandek dengan diaertai jeritan gadis itu melonpat menerkam lawan.
Namun Kiam Ciu tampak tenang saja dan meloncat kesimping. Gadis itu
menerkam angin dan terhuyung kedepan kemudian jungkir balik. Meloncat
berdiri kemudian memutar tubuh dan dengan mata berjaga-jaga meloncat
menerkam punggung Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 7 5 Tetapi dalam keadaan itu tiba-tiba orang-orang Kim-sai tampak berlutut, Di
tempat itu tampak seorang kakek berjubah putih dan seluruh rambutnya sudah
berwarna putih dan digelung diatas kepala. Kakek itu menyaksikan beberapa
orang Kim-sai kemudian memandang kearah kedua orang yang sedang
bertempur itu. "Oh, luar biasa kakek itu wibawanya. Siapakah sebenarnya" pikir Kiam Ciu
ketika menyaksikan kakek itu yang telah berada ditempat itu dengan tiba-tiba
dan mempunyai pandangan mata yang memukau.
Gadis yang menyerang Kiam Ciu menahan serangannya, sedangkan Yun
Leng yang sejak tadi menyaksikan pertempuran itu juga telah berlutut. Ji Tong
Bwee juga merasa heran menyaksikan kakek itu, juga menyaksikan orang-orang
Kim-sai dengan tiba-tiba telah berlutut. Begitu pula gadis yang angin-anginan
itu tampak menahan serangan dan keningnya berkerut.
"Kalian terlalu lancang semua ! Kalian mengaku orang dari partai Kim-sai !
Tetapi kalian telah melupakan peraturan partai Kim-sai !" seru kakek itu dengan
suara lantang dan nyaring.
Kemudian suasana menjadi sepi sesaat. Hanya terdengar kesiur angin
menghembus dedaunan dalam hutan itu. Kakek itu ganti menatap kearah gadis
tadi yang menyerang Kiam Ciu detigan sinar mata tajam.
"Li Kun ! Kau bertindak terlalu sembrono dan melanggar pesanku !" seru
kakek itu kepada gadis yang menyerang Kiam Ciu yang ternyata bernama Li
Kun itu. "Ayah . . . . ." seru Lio Kun sambil berlutut dan menjura kepada kakek itu yang
ternyata adalah ayahnya. Ialah ketua partai Kim-sai.
Tetapi kakek itu tidak memperhatikan puterinya. Bahkan mendekati Kiam Ciu
dan menegurnya dengan suara ramah.
"Siauwhiap, siapakah namamu ?" seru kakek itu.
"Aku Tong Kiam Ciu" seru Kiam Ciu sambll menghormat dan menjawab
dengan suara sopan. Oey Liong Kiam 7 6 "Tong Kiam Ciu ? Oh. kalau tidak berkeberatan aku ingin tahu siapakah
suhumu ?" sambung kakek itu dengan suara ramah dan wajah cerah.
"Aku adalah asuhan suhu Pek-hi-siu-si" jawab Kiam Ciu pula.
"Oh . . . . . . . ." kini kakek itu tampak terperanjat.
"Mengapa locianpwee ?" seru Kiam Ciu heran menyaksikan sikap kakek itu
yang tampak pucat wajahnya dengan tiba-tiba.
"Namaku Kuk Kiat. Aku sudah puluhan tahun mengasingkan diri. Apakah
suhumu tidak pernah menceritakan tentang diriku dan pariai Kim-sai kepadamu
Tong Siauwhiap ?" sambung kakek itu sambil mengusap wajahnya.
"Tidak, Suhu belum pernah menceritakan tentang diri locianpwee dan partai
Kim-sai bahkan aku menjadi sangat heran dan tidak mengerti urusan ini.
Mengapa putrimu selalu mengganggu dan menghalang-halangiku samoai tiga
kali ini. Apakah kesalahanku dan ada urusan apa diantara diriku dan partai Kimsai.." seru Kiam Ciu menjelaskan dan menyampaikan rasa tidak tahunya itu
kepada Kuk Kiat agar semua urusan menjadi terang.
"Oh, Pek-hi-siu-si. Aku merasa malu sekali karena perbuatan anakku,"
sambung kakek itu dengan nada rawan.
Sesaat suasana menjadi tenang. Semua diam, orang-orang dari partai Kimsai menunduk memandang tanah. Mereka tidak ada yang berani mengangkat
wajahnya, apa lagi memandang kearah Kuk Kiat.
"Suhu memang belum pernah bercerita tentang diri Locianpwee, sedangkan
partai silat Kim-sai aku belum pernah mendengar namanya" tiba-tiba Kiam Ciu
memecahkan keheningan itu.
Kemudian terdengar kakek itu tertawa gelak gelak.
"Pek-hi-siu-si benar-benar adalah seorang yang jujur dan luhur budinya.
Dikalangan Kang-ouw orang harus menjunjung tinggi kejujuran dan kepercayaan
orang lain. Pek-hi-siu-si adalah seorang budiman Suhumu tidak
memberitahukan tentang diriku dan partai Kim-sai karena satu perkataan.
Akupun telah meninggalkan kalangan Kang-ouw dan meninggalkan keluarga
tinggal disuatu tempat terpencil dipegunungan Tai-pie-san selama sepuluh
Oey Liong Kiam 7 7 tahun, juga karena satu perkataan !" seru kakek itu dengan wajah cerah dan
mata bersinar bening kearah Kiam Ciu.
Sesaat suasana kembali lengang. Semua yang berada ditempai itu harap
cemas. Mereka merasa telah melanggar pesan suhunya. Serta mereka telah
melanggar peraturan partai Kim-sai.
Kemudian kakek itu berpaling kearah puterinya seraya berseru.
"Li Kun, kau telah lancang dan tanpa menyelidiki terlebih dahulu, kau telah
menyerang seseorang yang tidak bersalih ! Sehingga aku kehilangan muka
untuk menjumpai Pek-hi-siu-si"
Tong Kiam Ciu tidak mengerti maksud kakek itu. Dia merasa bahwa itu
bukanlah urusannya. Karena kata-katanya itu ditujukan kepada puterinya maka
Kiam Ciu hany diam dan mendengarkan pula kata-kata yang diucapkan oleh
kakek itu. Kemudian tampaklah kakek itu mengelus jenggotnya yang tekah
memutih dan panjang. "Sebelum aku pergi menuju ke Tai-pie-san aku telah berpesan kepadamu Li
Kun dan kepada kalian untuk mematuhi sejala peraturan partai Kim-sai serta
menjunjung nama baik kita. Bagi yang telah melanggar harus rela menerima
hukuman partai" sambung kakek itu dengan suara tenang sambil menatap Li
Kun yang menunduk dan orang-orang ya.ng berlutut didepannya.
Orang-orang partai Kim-sai yang telah merasa melanggar peraturan partai
itu menyahut serentak seperti mendapat aba-aba
"Aku merasa bersalah dan rela menerima hukuman partai!" seru beberapa
orang serentak. Hingga suara itu mengatasi suara desir angin dan desauan


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daun-daun liu yang ditiup angin kencang saat itu.
Belum lagi orang-orang itu melanjutkan kata-katanya, kakek berjanggut
panjang dan putih itu membentak.
"Dengar baik-baik perkataanku !"
Kemudian diam lagi dan tampak dia memandang ke langit, setelah menghela
napas dia berseru lagi. Oey Liong Kiam 7 8 "Sebelum aku menghukum kalian, aku harus menjumpai Pek-hi-siu-si terlebih
dahulu. Mungkin kalian belum mengetahui tentang persoalanku dan hubunganku
dengan pendekar budiman itu? Mungkin kalian ingin mendengarnya dan juga
Tong Siauwhiap ingin mendengar kisahnya ?" kakek itu terhenti lagi dan
mengamati orang-orang yang berada di tempai itu.
Apa yang diucapkan oleh kakek itu sangat menarik bagi Tong Kiam Ciu. Dia
merasa ingin mengetahui kisah hubungan antara suhunya dengan ketua partai
Kim-sai sehingga ketua partai itu rela mengasingkan diri ke gunungan terpencil
dan sepi. Serta kelihatan sangat menghargai suhunya itu. Juga gadis yang manja
Kuk Li Kun itupun ingin mendengar kisah dan latar belakang pengasingan
ayahnya. Sekitar tiga puluhan tahun yang silam. Partai silat Kim-sai telah diwariskan
kepada Kuk Kiak. Dia telah menerima kepercayaan untuk memimpin partai silat
itu dengan sepenuh hati. Kuk Kiak ternyata adalah seoraog yang berjiwa ulet
dan disiplin. Dengan bantuan kawan-kawan serta saudara seperguruan dia
berhasil membina partai silat Kim-sai menjadi partai sitat yang besar dan kuat.
Bahkan boleh dikatakan partai Kim-sai adalah partai silat yang terkuat di
kalangan Kang ouw. Pada suatu hari, dikalangan Kang-ouw muncul seseorang yang
berkepandaian tinggi, yang kemudian terkenal dengan julukan Pek-hi-siu-si.
Semua tokoh membicarakannya.
Pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee yang diselenggarakan sepuluh tahun sekali,
dimana para jago silat mengadu kepandaian memperebutkan pedang Oey Liong
Kiam. Pada saat itu muncul pula Pek-hi-siu-si.
Dengan mengandalkan ilmu pedang Lik-siang-kiam-hoat (ilmu pedang
berobah-robah corak) serta ilmu Bo-kit-sin-kong, Pek-hi-siu-si berhasil keluar
sebagai juara dan merebut pedang Oey-liong-kiam.
Dua puluh tahun berturut-turut pedang 0ey Liong Kiam berhasil
dipertahankan oleh Pek-hi-siu-si. Sehingga namanya bertambah harum dan
disanjung-sanjung orang. Oey Liong Kiam 7 9 Sejak munculnya Pek-hi-siu-si sebagai pemegang pedang Oey Liong Kiam
itu. Mendadak pamor partai silat Kim-sai merosot. Kuk Kiat menjadi sangat iri
melihat Pek-hi-siu-si seorang diri sanggup mengalahkan jago-jago silat.
Dengan diam-diam Kuk Kiat menemui Pek-hi-siu-si dan menantang untuk
mengadu kepandaian ditempai yang terpencil, Tantangan itu diterima oleh Pekhi-siu-si.
Hari yang ditentukan telah tiba. Dua orang yang akan saling berhadapan dan
mengadu kepandaian ilmu serta ketangkasan kini telah bertemu di tempat yang
terpencil. Tempat yang mereka tentukan sebelumnya. Sebelum dimulai tampak
Pek-hi-siu-si tersenyum memandang kepada Kuk Kiat serta berseru.
"Seseorang yang menginginkan menjadi jago silat yang terkalahkan selain
ilmunya harus tinggi, juga harus mempunyai kesempurnaan budi yang luhur
dan kemurahan hati" seru Pek-hi-siu-si dengan suara tenang dan berwibawa.
Sebenarnya Kuk Kiat telah dapat mengukur kepandaian Pek-hi-siu-si dalam
pertemuan itu. Teiapi karena dia berhati keras dan sombong maka perasaan itu
disingkirkannya dan dia bertekad untuk mengalahkan Pek-hi-siu-si.
Pertempuran itu segera berjalan. Ternyata Kuk Kiat dapat dikalahkan oleh
Pek-hi-siu-si. Namun dengan baik hati dan berwibawa sekali kakek itu telah
memberikan kesempatan kepada Kuk Kiat. Terserah untuk mematuhi perjanjian
sabagai syarat sebelum pertempuran adu kepandaian itu dijalankan, pokoknya
Pek-hi-siu-si tidak ambil peduli. Pek-hi-siu-si segera berlalu.
Sebagai syarat yang telah mereka persetujui ialah barang siapa yang kalah
harus menyingkir dari dunia Kang-ouw dan tinggal di suatu tempat yang
terpencll. Ternyata saat itu yang kalah ialah Kuk Kiat. Karena kemurahan hati serta
keluhuran budi Pek-hi-siu-si dia merasa sangat malu sekali. Orang yang semula
sangat congkak itu ternyata dapat mematuhi perjanjian dan dengan ikhlas
meninggalkan segala kemewahan dan kebahagiaan, Kuk Kiat harus pergi
meninggalkaa partai Kim-sai dan dia harus mengasingkan diri di tempat yang
terpencil. Oey Liong Kiam 7 10 Lalu dipanggilnya menghadap puteri tunggalnya itu. Untuk menerima
pelimpahan pimpinan partai silat Kim-sai. Dipesankan kepada Kuk Li Kun agar
dia mematuhi peraturan dan menjunjung nama baik partainya. Jangan
menyerang orang yang tidak bersalah begitu pula dilarang mencampuri urusan
orang atau partai lain. Ternyata Kuk Li Kun telah melanggar semua perintah ayahnya. Dia telah dua
kali akan membinasakan Kiam Ciu, begitu pula hari itu akan berusaha
membinasakan Kiam Ciu pula. Kuk Li Kun telah menyeret orang-orangnya dalam
peristiwa itu. Dia telah mengajak orang-orangnya untuk menyerang Tong Kiam
Ciu. Semuanya itu dapat dipahami, karena gadis yang belum memahami hal-hal
yang sebenarnya terjadi antara ayahnya dengan Pek-hi-siu-si itu telah
menganggap bahwa Pek-hi-siu-si adalah orang yang menyebabkan dia harus
berpisah dengan ayahnya. Maka dia mempunyai rasa dendam kepada siapa saja
yang mengaku ada hubungan dengan Pek-hi-siu-si. Sedangkan Tong Kiam Ciu
yang membawa pedang Oey Liong Kiam, sudah terang adalah murid Pek-hi-siusi ketika pertemuannya pertama dulu maka gadis itu menganggap Kiam Ciu
itupun termasuk musuhnya.
Untung hal itu belum berlarut-larut lebih jauh sehingga menimbulkan
pertumpahan darah. Kuk Kiat telah mendengar berita itu. Maka segeralah kakek
itu turun gunung untuk mencari puterinya dan menyelesaikan kesalahan itu.
Lagi pula dia harus menghukum puterinya menurut hukum partai silat Kim-sai
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 9 Pedang Siluman Darah 21 Ratu Maksiat Telaga Warna Pembantai Berdarah Dingin 3
^