Pencarian

Perintah Maut 2

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 2


Begitu ia membaca isi surat itu, wajahnya nampak berobah pucat, dengan kedua tangannya yang menggigil ia dongak serta ucapnya : "Suhu tentu ketahui biasanya Goan sutee........."
"Hm ! Si keparat itu sungguh berani bersekongkol dengan orang2 jahat, hingga melakukan perbuatan terkutuk, umumkan segera bahwa mulai detik ini, ia bukan lagi muridku, kuusir dari partai Hay Yang Pay."
"Suhu, hanya mengandalkan surat dari tetua piauwki Ban Cen San ini, persoalannya belumlah jelas....." ucap Hang Ka Han dengan takut2.
"Keterangan dari surat ini apakah belum cukup?" bentak suhunya marah.
Baru saja ia hendak bicara, suhunya telah mengibaskan jubahnya serta ucapnya: "Tak usah kau banyak bicara lagi, lakukan apa yang kuperintahkan !"
Melihat suhunya sedang panas hati, ia tak berani membantah, ia minta izin untuk pergi.
"Tunggu sebentar !"
Ia menahan langkah mendengar panggilan suhunya.
"Panggil ji-sutee kemari."
Hang Ka Han mengiakan perintah suhunya.
Tak berapa lama ji-sutee Cau Yun Cin datang dan masuk ke dalam kamar.
"Suhu memanggil teecu, entah ada perintah apa?"
Suhunya mengucapkan sesuatu dengan suara perlahan, nampak Cau Yun Cin mengiakan lalu meninggalkan kamar itu.
Pengumuman pengusiran diri Goan Tian Hoat oleh suhunya sungguh menggoncangkan rekan2 dari Hai Yang piauwki ini, semua orang saling membicarakan dan menduga2, tapi tak seorangpun yang dapat tahu sebab2nya. Lebih2 para keluarga Hay Yang piauwki, pengusiran itu sungguh membuat mereka gelisah dan sedih, karena rasa persaudaraan antara mereka demikian akrabnya.
*** Pada tengah hari, nampak ada dua orang penunggang kuda mendatangi ke arah Hay Yang piauwki, yang depan adalah seorang laki2 yang memakai tapi lonjong bulet, tubuhnya jangkung kurus, mengenakan baju panjang berwarna hijau kelabu, matanya sipit seperti mata burung, hidungnya lengkung mancung seperti burung elang, air mukanya dingin angker.
Yang disebelah belakang seorang kakek2 tua, kumis dan jenggotnya putih, ia memakai baju warna ungu2, air mukanya putih terang, sepasang sinar matanya sangat tajam walau wajahnya nampak keramah-tamahan, tapi cukup penuh wibawa.
Begitu mereka tiba di muka Hai Yang piauwki, laki2 yang sebelah depan lompat turun, dari sakunya mengeluarkan sehelai kertas undangan kartu nama warna merah, berjalan menghampiri dua kelompok orang yang sedang duduk2 diatas dua bangku panjang sambil memberi hormat ia berkata: "Mohon kalian tolong beritahukan, bahwa ketua Cen Yen piauwki Ban Cen San dan kepala pengurus Cu Ju Hung dari keluarga Kang di Kim Lin, hendak menemui ketua partay Kuo."
Para pembantu piauwki yang sedang ngeloneng itu terperanjat, mereka berdiri, seorang diantaranya segera menerima kartu nama itu, berkata:
"Harap Ban piauwsu dan Cu cungkuan tunggu sebentar, aku akan beritahukan dahulu."
"Terima kasih banyak !"
Laki2 pembantu piauwki itu lalu masuk dengan ber-lari2 kecil, pada ruangan kedua ia berpapasan dengan Hang Ka Han yang sedang beronda, melihat orang demikian kesusunya, ia bertanya, "Luk Tek Kui, ada urusan apakah ?"
Laki2 yang dipanggil segera menyodorkan kartu nama itu, ucapnya :
"Ketua Cen Yen piauwki dan kepala pengurus keluarga Kang hendak menemui tuan besar."
Hati Hang Ka Han bergetar sejenak, ucapnya : "Dimanakah orangnya ?"
"Mereka menunggu diluar."
"Cepat beritahukan pada suhu !" kemudian ia kembalikan kartu nama itu dan melangkah keluar.
Biasanya pada waktu ini si rajawali bersayap emas Kuo Se Fen telah keluar dari kamarnya, tapi hari ini belum juga nampak ia keluar, orang2 piauwki mengetahui bahwa ketua mereka kedatangan tamu dari Siauw Wang Ki telaga Kongce, dan mereka pun tahu itu adalah familinya istri ketua, tentu saja ketua mereka harus menjamunya sendiri.
Setibanya diruangan depan kamar tamu ketua, Luk Tek Kui buka suara : "Tuan besar, hamba Luk Tek Kui hendak melaporkan sesuatu."
"Yuh Sing, suruhlah ia masuk." terdengar suara Kuo Se Fen.
Yen Yuh Sing melangkah keluar dan mempersilahkan Luk Tek Kui masuk.
Kemudian dengan tangan memegang kartu nama, Luk Tek Kui mengikuti masuk.
Dalam ruangan, tuan besar Kuo sedang ngobrol dengan dua orang laki pertengahan umur, begitu melihat Luk Tek Kui masuk membawa kartu nama, ia bertanya :
"Luk Tek Kui, apakah di luar ada tamu?"
Luk Tek Kui melangkah maju menyongsongkan kartu nama itu, berkata dengan hormat : "Tuan besar, ketua Cen Yen piauwki Ban Cen San dan Cu-cungkuan dari keluarga Kang di Kim Lin hendak bertemu."
Kuo Se Fen agak terperanjat. "Aku segera keluar."
Kemudian ia bangkit dari duduknya serta berkata : "Ponakan, tunggulah kalian sebentar, aku hendak keluar menyambut tamu."
Laki2 berwajah kuning langsat itu nampak memberi hormat : "Paman, silahkan."
Setelah menyampaikan kartu nama, seharusnya Lui Tek Kui kembali keluar, tapi kali ini ia bagaikan patung tidak bergeser dari tempatnya. "Tuan besar !" panggilnya.
Kuo Se Fen memandang sejenak, lalu sahutnya :
"Luk Tek Kui, rupanya kau kalah pula, maka hendak pinjam uang bukan? Baiklah, katakan saja pada kasir bahwa aku telah mengizinkannya, tapi hanya boleh pinjam sepertiga bagian saja, karena kau telah mempunyai keluarga, janganlah sampai mereka turut susah kehabisan uang."
Ditegur demikian muka Luk Tek Kui merah, katanya perlahan :
"Tuan besar, aku bukan hendak meminjam uang, tapi ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada tuan besar."
Kuo Se Fen mengibaskan tangannya, katanya : "Tunggu sekembalinya aku saja."
"Tuan besar, urusan ini sangat penting.............." Luk Tek Kui tetap tidak mau berlalu.
"Urusan apakah itu ?" tanya Kuo Se Fen heran.
Luk Tek Kui agak ragu2, katanya : "Tuan besar, dengan se-benar2nya aku telah menyaksikannya sendiri......."
Kuo Se Fen mengerutkan keningnya, ucapnya tak sabar: "Aku ada tamu diluar, bila ada urusan cepatlah katakan !"
Luk Tek Kui mengiakan beberapa kali, dengan menelan air ludah ia berkata : "Tuan besar pun telah tahu, bahwa aku tinggal di kota Se Sui, kemarin dulu, setelah mengantarkan barang, Goan piauwsu kemudian hendak langsung mengunjungi keluarga Kang di Kim Lin untuk melawat, aku permisi pula hendak menengok keluargaku, hingga kami berjalan ber-sama2, sesampainya di Sung Tan baru berpisahan."
Belum habis ia bicara, Kuo Se Fen memotong : "Jangan bicarakan si keparat itu pula." lalu ia segera melangkah keluar.
"Tuan besar, aku bukan hendak bicarakan diri Goan piauwsu, tapi diri ketua Cen Yen piauwki itu !" ucap Luk Tek Kui segera.
Kuo Se Fen menghentikan langkahnya, tanyanya heran: "Ada urusan apakah ketua Cen Yen piauwki itu ?"
Luk Tek Kui menelan air ludahnya pula, sambungnya :
"Kami berpisahan hari telah menjelang magrib, tidak dinyana ditengah jalan berjumpa dengan seorang kawan lama yang bekerja pada sebuah piauwki dikota San Tung karena ia pun hendak pulang ke Se Sui, maka kami berjalan ber-sama2. Setelah kami minum arak di sebuah depot, kami meneruskan perjalanan pada malam hari. Keesokan harinya, menjelang subuh, kami melalui daerah Lung Tuh....."
"Cepatlah kau lanjutkan !"
"Baru saja kami duduk istirahat dalam rimba, lantas kami melihat ada belasan orang yang berseragam hitam serta bertopeng hitam pula berlarian menuju kedalam rimba, karena melihat gelagatnya kurang baik, segera kami menyembunyikan diri dalam semak belukar! Tidak lama kemudian hari mulai terang, ditengah jalanan nampak ada dua penunggang kuda mendatangi mereka, kami hanya dengar dua orang itu berseru pelan : "Datang, datang." Sekejap saja dari dalam hutan itu berkelebat keluar serta menghadang di tengah2 jalan."
"Apakah yang datang ketua Cen Yen piauwki ?"
"Benar, ketua Cen Yen piauwki Ban Cen San, hanya membawa seorang pesuruh saja, karena jarak persembunyian kami dengan jalan agak jauh, hingga kami tidak dapat mendengar pembicaraan mereka, kami melihat mereka saling tempur, ketua Ban dikeroyok oleh sepuluh orang, berseragam hitam terdengar suara hut, hut, dari desiran sabetan cambuk panjang ketua Ban, kemudian ia tersungkur jatuh......"
Wajah Kuo Se Fen menjadi tegang, katanya : "Ia terluka ?"
"Dia jatuh dan mati !"
"Jangan sembarangan omong ! Orang mati mana bisa hidup kembali ?"
Betulkah ada orang yang sudah jatuh mati bisa hidup kembali ?
Mari kita mengikuti lanjutan cerita di bawah ini.
*** Bab 3 MEMANG tidak salah ucapan Kuo Se Fen, bukankah kini si Cambuk naga harimau Ban Cen San telah muncul dan berada dimuka Hai Yang piauwki ?
Luk Tek Kui pun bingung, ia hanya mengiyakan, namun ia tetap melanjutkan keterangannya.
Mereka menyeret mayat Ban piauwto kedalam rimba, menguburnya disana, kemudian seorang dari mereka memungut cambuk naga harimau itu dan meloloskan seragam baju hitamnya, lalu menjura pada pemimpinnya seraya berkata : "Lengcu, ada pesan lain ?"
"Tidak ada, kau pergilah !" ucap yang dipanggil Lengcu itu, kemudian orang itu membuka topeng mukanya serta pergi dengan mencongklang kuda Ban piawto.
Luk Tek Kui berhenti, tanyanya tiba2, "Tuan besar, tahukah siapa dia ?"
"Siapakah ia ?" Kuo Se Fen balik bertanya sambil mengelus-eluskan jenggotnya dengan tenang.
Wajah Luk Tek Kui berobah tegang, sahutnya perlahan :
"Aku lihat dengan jelas sekali, setelah ia membuka topeng mukanya, ternyata orang itu adalah Ban piauwto pula."
Sinar mata Kuo Se Fen berkilat tajam, tanyanya dengan suara tertekan :
"Apa kau tidak salah lihat ?"
"Aku dan kawanku itu melihatnya amat jelas, mana bisa salah."
"Emm, bisa terjadi hal demikian anehnya ? Oh iya, bukankah kau bilang ia bersama seorang pembantunya, apakah ia turut binasa ?"
"Pembantunya itu telah dibuat pingsan, kemudian ia direbahkan diatas kuda serta dibawa pergi oleh Ban piauwto palsu itu."
Wajah Kuo Se Fen nampak agak kaku, ia memandang dengan tajam pada diri Luk Tek Kui, lalu ucapnya: "Soal ini apakah kau telah menceritakan pada orang lain ?"
"Tidak, hamba tidak berani sembarangan omong, kalau saja bukan Ban piauwto datang kesini kini, hamba masih tidak berani memberitahukannya pada tuan besar!"
"Syukur disini tiada orang luar yang mendengar ceritamu, dan selanjutnya jangan kau membuka rahasia ini pada siapa pun."
"Ya, tuan besar !"
"Baik mari kita keluar." kemudian mereka melangkah pergi.
Hati Kuo Se Fen nampak sangat berat dan tertekan, hingga ia berjalan tanpa mengucapkan sepatah katapun, melihat tuan majikannya demikan, Luk Tek Kui tidak berani banyak bicara dan hanya mengikuti dari belakang.
Baru setelah mendekati ruangan muka, Luk Tek Kui melangkah maju mendekati majikannya, panggilnya, "Tuan besar !"
"Emm !" Kao Se Fen menyahut hanya sepatah.
"Keterangan yang kuberikan tadi adalah benar, harap tuan besar jangan ragu2 mengenai soal ini, hati2lah terhadap mereka," berkata Luk Tek Kui dengan sungguh-sungguh.
"Aku tahu," sahut Kuo Se Fen sambil menganggukkan kepala.
Diruangan besar, nampak Hang Ka Han sedang mengobrol dengan si cambuk naga harimau Ban Cen San dan Cu Ju Hung.
Kuo Se Fen cepat melangkah masuk sambil berkata gembira :
"Ban toako, maaf atas kelambatan menyambut kedatanganmu !"
Melihat gurunya datang, Hang Ka Han cepat bangkit berdiri dan berkata :
"Itu guruku datang."
Ban Cen San dan Cu Ju Hung ikut bangkit dari duduknya, dengan ketawa riang Ban Cen San menyambutnya, "Kuo lotee, telah lama kita tidak bertemu." lalu ia berpaling pada Cu Ju Hung dan berkata : "Inilah ketua Hai Yang Pay Kuo Se Fen yang menjagoi daerah utara ini !" kemudian ia memperkenalkan pada Kuo Se Fen : "Ia adalah Cu cungkuan Cu Ju Hung dari keluarga Kang di Kim Lin."
Kuo Se Fen menjura memberi hormat, katanya tertawa :
"Aku gembira dapat berkenalan dengan saudara Cu yang terhormat, silahkan duduk !"
Cu Ju Hung balas menghormat, katanya : "Aku membawa pesan dari toa-kongcu untuk menyampaikan salam pada saudara Kuo."
Kemudian mereka duduk. Tanpa menunggu tamu2nya buka suara, Kuo Se Fen mendahului bicara dan ucapnya sambil menjura :
"Terima kasih atas surat yang toako berikan pada siauwtee, kejadian ini sungguh membuat hati siauwtee merasa pedih, tidak dinyana dalam Hai Yang Pay ini terdapat seorang murid yang durhaka, dirinya telah terusir keluar, kini ia bukan murid Hai Yang Pay."
Ia tidak menanyakan maksud dari kedatangan mereka, dan mendahului dengan keterangan pengusiran diri Goan Tian Hoat dari Hai Yang Pay, hingga membuat kedua orang itu bungkem tak berdaya.
Ban Cen San tercengang, sahutnya dengan tertawa getir :
"Mengingat persahabatan kita yang telah puluhan tahun, maka aku berani menyampaikan surat itu. Maksud dari suratku itu tidak lain hanya supaya Kuo lotee sebelumnya dapat mengetahui soal ini, hingga lebih waspada setelah murid lotee kembali ! Keputusan yang lotee ambil ini sungguh amat ter-buru2, setelah ia mendengar bahwa dirinya telah diusir dari Hai Yang Pay ini, mana ia berani pulang ke Hai Yang Pay lagi ?"
Diam2 dalam hati Kuo Se Fen tertawa dingin, nampak mukanya cemberut dan katanya marah : "Sungguh berani murid durhaka siautee itu, sampai2 berani melakukan perbuatan yang amat terkutuk, lebih baik tidak kembali pulang, kalau tidak, hm ! Siautee akan membinasakannya demi ketenteraman kaum bulim."
Karena saking marahnya, kaki kanannya dijejakan keatas lantai, hingga sepotong lantai hancur berantakan.
Cu Ju Hung tertawa kecut, ucapnya : "Saudara Kuo adalah golongan cianpwee dari kaum bulim, ada sesuatu yang hendak siautee tanyakan, entah keberatan atau tidak ?"
"Silahkan saudara Cu ajukan !"
"Saudara Kuo telah mengusir muridmu yang durhaka, entah bagaimanakah yang akan saudara Kuo lakukan kemudian?"
"Ia telah kuusir, maka kini ia bukan muridku pula."
"Ucapan saudara Kuo memang tidak salah, tapi siautee merasa masih ada sesuatu yang harus saudara pertimbangkan," ucap Cu Ju Hung tertawa kecut.
Sinar mata Kuo Se Fen berkilauan tajam, sahutnya : "Menurut pendapat saudara Cu.."
Nampak Cu Ju Fung tertawa dingin, potongnya :
"Pengusiran saudara Kuo adalah sebagai hukuman terhadap diri seorang murid yang melakukan kesalahan, tapi terhadap barang kawalan yang dirampas itu, saudara Kuo belum memberikan pertanggungan jawabnya."
Mendengar ucapan itu, hati Kuo Se Fen jadi panas, tapi ia tetap tenang, tidak menampakkan kemarahannya, ia hanya berkata sambil tertawa: "Menurut pendapat saudara Cu, menghendakiku menangkapnya !"
"Goan Tian Hoat adalah murid saudara Kuo, secara kebijaksanaan, saudara Kuo mempunyai kewajiban atas persoalan ini !"
Tiba2 nampak wajah Kuo Se Fen merah padam, dengan menekukkan wajahnya ia menyahutnya marah :
"Hm ! Entah ini apakah pendapat dari toakongcu atau hanya pendapat diri saudara pribadi ?"
Ditanya demikian, Cu Ju Hung tertawa dingin, sahutnya kecut :
"Pendapat siautee ini adalah wajar, yanganlah saudara Kuo marah karena begitulah peraturan dunia Kang-ouw !"
"Peraturan dunia Kang-ouw tidak dapat digunakan dalam soal ini."
"Kalau sdr Kuo berpendapat demikian, siautee-pun tak dapat berbuat apa2."
Dengan memandang tajam, Kuo Se Fen bertanya pula :
"Saudara Cu, telah berapa lamakah saudara bekerja pada keluarga Kang ?"
"Siautee baru empat bulan disana."
Tiba2 nampak Kuo Se Fen mendongak keatas dan tertawa, sambungnya :
"Kalau demikian, tidak bisa menyalahkan sdr Cu, pantas sedikit pun sdr Cu tidak mengetahui hubungan antaraku dengan keluarga Kang, Goan Tian Hoat menjadi muridku adalah berkat perantaraan Kang toako yang perkenalkan padaku, kalau memang hendak menuruti peraturan dunia kang-ouw, seharusnya akulah yang berhak meminta pertanggungan jawab dari keluarga Kang."
Ban Cen San mengerutkan keningnya, katanya turut bicara :
"Harap Kuo toako jangan salah paham, barang siautee kawal kali ini sungguh lain dari pada yang lain, kalau tidak paling banyak hanya ganti kerugian saja sudah beres tiada urusan lagi, mana siautee berani merepotkan toako."
"Kalau begitu barang itu benar2 lain pada yang lain."
Ban Cen San dengan menggenggamkan kedua kepalnya, keluhnya:
"Barang biasa masih dapat diganti dengan harga berlipat ganda, walaupun siautee tidak sanggup untuk menggantinya, toh sebagai pesero keluarga Kang-pun masih mempunyai kemampuan untuk ini. Ai ! Kali ini benar2 serba sulit adanya."
Nampak Kuo Se Fen keheran-heranan, tanyanya : "Atas keterangan sdr Ban, urusannya sedemikian besar, sebenarnya barang apakah sampai demikian berharga ?"
"Ai ! Barang itu adalah sebuah peti besi kecil."
"Tahukah apa isinya?"
Kemudian Ban Cen San menceritakan hal ihwal barang titipan yang dikawal itu, bagaimana ketika pemuda baju hijau itu menitipkan untuk dikawal ke kota Wu Huh dengan tanpa memberitahukan isinya, menceritakan lantas menerima surat ancaman pada malamnya, hingga meminta bantuan pada keluarga Kang, hingga menyebabkan terlukanya Kang Puh Cing.
Ia berhenti bercerita sejenak kemudian melanjutkan :
"Pada tengah hari esoknya, siautee baru tiba kembali ke piauwki dan menerima laporan dari pengurus perbendaharan mengenai peti besi kecil itu, karena barangnya kecil mudah dibawa, lagi pula tempat tujuannya tidak berapa jauh, maka siautee hanya membawa seorang pembantu saja untuk mengawalnya, walaupun siautee tidak percaya dan memang tidak takut terhadap surat ancaman itu, namun demi lebih hati2 siautee serahkan peti besi itu pada pembantu untuk membawanya. Sungguh tidak disangka, setibanya didekat Lung Tu, siau-tee disergap oleh belasan orang yang mengenai seragam serta bertopeng hitam, hingga selain siautee mendapat luka, pembantu siauteepun tak luput terluka oleh Ying Cua Kung, karenanya peti besi kecil itu terampas pergi oleh mereka."
Karena Kuo Se Fen telah mendapat keterangan dari Luk Tek Kui, maka ia tidak begitu saja mempercayai ceritanya. Ia bertanya pula.
"Hingga kini apakah saudara Ban belum mengetahui isi peti itu?"
"Siautee tidak mengetahuinya."
"Kalau begitu terhadap alamat di kota Wu Huh itu sudahkah saudara Ban mengutus orang untuk memeriksanya ?"
"Sudah diperiksa, tapi pada alamat itu, bukan saja tiada penghuninya, bahkan disana tidak terdapat orang yang bernama seperti yang tercantum pada kartu nama si penerima."
"Kalau begini benar2 aneh !"
Tiba2 Ban Cen San menekankan suaranya ucapnya : "Menurut dugaan siautee, peti besi itu mungkin adalah kepunyaan Keluarga Lie dari Po Peh !"
Mendengar ucapan ini, hati Kuo Se Fen bertambah heran, betapa tidak, keluarga Lie adalah salah seorang dari keempat datuk persilatan yang sangat disegani dan ditakuti oleh kaum bulim, masakah barangnya masih perlu dikawal oleh Cen Yen piauwki ? Bukankah suatu keganjilan yang tidak masuk diakal ?
Maka cepat ia bertanya heran : "Mungkinkah kepunyaan keluarga Lie ?"
"Siautee menduga demikian karena mendapat kabar bahwa Yap cungkuan dari keluarga Lie itu, pada beberapa hari yang lalu mendapat serangan dalam perjalanan hingga tewas"
"Ini tidak salah, aku pun telah mendengarnya, tapi mengapa kejadian ini ada sangkut pautnya dengan peti besi kecil itu."
"Menurut kata orang, ketika Yap cungkuan mati binasa, pada tubuhnya kedapatan sebuah peti besi kecil."
Kuo Se Fen tercengang, katanya: "Hmm, ada kejadian demikian?"
"Kuo toako mungkin belum tahu, kini si Telapak Tangan Dewa Lie Kong Ce sedang berobat penyakit gatel2nya di kelenteng Pak yun digunung Peh Sia."
"Oh !" sekali lagi Kuo Se Fen dibuat heran.
Ban Cen San melanjutkan kata2nya. "Menurut pendapat siautee, isi dari peti kecil itu mungkin menyangkut soal mati hidupnya si telapak tangan dewa itu !"
Lagi2 Kuo Se Fen dibuat tercengang, kecurigaannya bertambah, sungguh ia heran, kejadian yang menimpa Cen Yen piauwki baru berselang tiga hari, dalam waktu sedemikian singkat, bagaimana ia dapat mengetahui begitu jelas semua persoalan? Tapi ia tidak memperlihatkan kecurigaan hatinya, cepat2 mengerutkan keningnya yang dibuat2, ia berkata:
"Kalau betul dugaan saudara Ban, soal peti besi kecil ini sungguh tidak boleh dipandang enteng."
Dengan menampakan wajah yang penuh gelisah, Ban Cen San berkata pula:
"Bukan saja peti besi kecil itu besar manfaatnya, maka kalau ternyata benar kepunyaan keluarga Lie yang dibawa oleh Yap cungkuan, si telapak tangan dewa mana mau mengerti? Bisa2 timbul permusuhan hingga saling mendendam, dengan demikian piauwki siautee bersama keluarga Kang serta Hai Yang Pay bertiga terlibat dalam soal ini ? Maka karena urusan sangat menguatirkan, siautee dan Cu cungkuan cepat2 datang kesini untuk merundingkannya."
Kuo Se Fen mengeluh perlahan, sahutnya kemudian: "Apakah saudara Ban sudah yakin dalam soal ini?"
"Bila siautee masih ragu2, tentu tidak datang mencari Kuo toako. Sesungguhnya pekerjaan mereka amat lihay luar biasa, hingga sedikitpun tidak meninggalkan bekas maupun ciri2 untuk diambil patokan dalam usaha siautee mencari kembali, hanya......" ia berkata sampai disini ia berhenti tidak meneruskan.
"Hanya bisa mendapatkannya kembali dari murid durhakaku itu ?" potong Kuo Se Fen.
Diceplos demikian, Ban Cen San agak kemalu2an dan sahutnya :
"Mengingat hubungan persahabatan kita yang telah puluhan tahun, siautee tak perlu berlaku sungkan untuk mengakuinya, dan kenyataan pun memang demikian, bila hendak menyelidiki soal ini haruslah dimulai dari diri Goan Tian Hoat. Telah belasan tahun ia menjadi murid toako, andaikata toako tidak dapat mengetahui kawan2nya yang sering ia gauli, sebagai saudara seperguruan murid toako yang lain mungkin sedikitnya ada mendengarnya, maka siautee mohon bantuan toako mengutus beberapa orang yang boleh diandalkan untuk menyelidiki dimana kini ia berada."
Hati Kuo Se Fen menjadi dongkol, dan tahulah ia berputar2 Ban Cen San bicara, namun tujuan dari maksudnya tak lain tak bukan hanya hendak mengetahui tempat persembunyian dari muridnya, tapi muak terhadap kekejaman mereka yang tidak mau melepaskan diri muridnya, tapi walaupun hatinya panas, sebagai kaum bulim yang kawakan, ia masih bisa menekan perasaannya dan menyabarkan diri.
Tiba2 Cu Ju Hung turut bicara, ucapnya:
"Maksud toa-kongcu mengutusku datang kesini, adalah hendak minta bantuan saudara Kuo, supaya bisa mengawasi daerah utara ini, karena daerah bagian selatan, kami dari keluarga Kang telah keluar muka meminta bantuan kaum bulim disana, untuk mencari jejak Goan Tian Hoat !"
Tanpa ragu2 Kuo Se Fen mengangguk serta katanya :
"Bila tidak ada bantuan dari Kang toako almarhum dahulu, Hai Yang Pay mana bisa tegak berdiri ? Urusan ini sedemikian pentingnya bagaimanapun aku bersedia membantu. Hanya belum jelas kemana arah perginya Goan Tian Hoat, sebaiknya kita membagi diri menyelidikinya, ini adalah cara yang paling tepat. Akan kuutus orang untuk meminta bantuan kaum bulim dari daerah utara ini guna menangkapnya. Tapi bila ia tidak munculkan diri didaerah utara, aku tak dapat membantu banyak."
"Ini adalah wajar, daerah bagian selatan adalah tanggungan dari keluarga Kang, kini bagian utara dibawah pengawasan saudara Kuo," sahut Cu Ju Hung cepat.
"Ha ha haha Bila Kuo toako bersedia membantu terhadap daerah utara ini, kami tidak merasa kuatir pula," ucap Ban Cen San tertawa.
Menjelang tengah hari, tanpa disuruh oleh suhunya, Hang Ka Hen kemudian memesan pelayan untuk menyediakan makanan menjamu kedua tamu itu.
Setelah pelayan selesai menyediakan makanan dan minuman di atas meja, Kuo Se Fen bangkit berdiri, berkata dengan sikap hormat:
"Kalian datang jauh2 tentu lelah dalam perjalanan, mari kita mengisi perut dahulu !"
"Terima kasih Kuo toako, kami merepotkan saja, terhadap toako siautee pun tidak berlaku sungkan pula."
Kemudian mereka bertiga mengisi perut sambil mengobrol, pandangan mata Kuo Se Fen terus menerus mengikuti gerak-gerik si cambuk naga harimau Ban Cen San, namun sedikitpun ia tak dapat menemukan ciri2 bahwa ia adalah Ban Cen San palsu.
Tapi ia yakin Luk Tek Kui tak berani membohonginya, sementara pikirannya timbul untuk bisa memecahkan teka-teki yang membingungkan hatinya, maka cepat ia berkata sambil ketawa: "Ha Ha ! Hampir2 aku lupa, ada sesuatu hal yang harus kuucapkan terima kasih terhadap saudara Ban !"
Ban Cen San tercengang, tanyanya heran: "Urusan apakah itu?"
"Masih ingatkah saudara Ban pada tiga bulan yang lalu, ketika aku sedang berada di kota Kim Lin melawat almarhum Kang toako ? Sewaktu kita saling ngobrol dalam pertemuan, aku masih ingat ketika itu aku pernah mengatakan kegemaranku, bahwa aku suka pada lokio besar yang direndem dalam cuka asem (acar lokio) tapi harus cuka asem Yan Ho Yen dari Cen Ciang yang sedikitnya telah disimpan belasan tahun........"
Belum habis ia bicara, Ban Cen San sudah memotongnya : "Oh ! Ya memang tidak salah ! Kuo toako pernah berkata demikian padaku."
Mendengar jawaban itu hati Kuo Se Fen terkejut, dalam hatinya ia memaki, memang pada tiga bulan yang lalu, ia pernah mengobrol lama dengan Ban Cen San tapi sesungguhnya ia tidak pernah mengatakan kegemarannya itu. Tapi walaupun demikian ia tetap tenang melanjutkan kata2nya.
"Beberapa hari kemudian, saudara Ban lalu suruh orang mengantarkan dua guci cuka asem Yan Ho Yen itu, kini baru dapat kuucapkan terima kasih dihadapan saudara Ban."
"Ha Ha ! Ini tidak berarti apa2, dua guci cuka asem tidak ada harganya tidak usah harus berterima kasih." ia berhenti sebentar kemudian sambungnya pula : "Sebenarnya cuka asem Yun Ho Yen dapat dibeli di-mana2, karena sangat terkenal harumnya, tapi hendak mencari simpanan yang telah belasan tahun, memang agak sulit, siautee mencarinya kesini-sana hanya dapat dua guci saja, bila Kuo toako menghendakinya lebih banyak, sedikitnya haruslah bersabar lima tahun pula." Walaupun ceritanya di-buat2, tapi nampaknya seperti benar2 terjadi saja !
Kuo Se Fen memandanginya sambil mesem-mesem, hatinya sungguh terkejut luar biasa, katanya dalam hati: "Kau bilang tidak ada artinya, hm ! Justru besar artinya bagiku ! Kalau begitu saudara Ban yang sebenarnya memang telah dibinasakannya, entah siapakah sebenarnya orang ini ? Sampai bisa menyamar sedemikian rupa."
Untuk jangan membuat orang timbul kecurigaan, Kuo Se Fen tetap pura2 tidak mengetahui samaran orang ini, sautnya segera : "Sungguh beruntung nasibku mendapat rejeki demikian besar, sungguh terima kasih atas kebaikan saudara Ban yang telah memberi rejeki ini." Kemudian ia berpaling pada Cu Ju Hung serta berkata :
"Belum lama aku dengar kesehatan ji-kongcu sedikit terganggu, entah apakah kini sudah baikan keadaannya ?"
Wajah Cu Ju Hung nampak berobah sedih dan sahutnya mengeluh : "Aii ! Ternyata saudara Kuo belum juga mengetahui, ji-kongcu telah meninggal !"
Dengan pura2 terkejut, Kuo Se Fen berseru kaget : "Apa ? Kau maksudkan keponakanku Kang Han Cing telah meninggal?"
"Selama ini memang kesehatannya kurang begitu baik, setelah tuan besar meninggal, tubuhnya kian lemah dan penyakitan. Pada tiga hari yang lalu timbul kebakaran didalam rumah, kami berusaha menolongnya dari malapetaka itu, tapi setelah api berhasil dipadamkan, ternyata ia telah terbakar hangus .....Aiii ! Sungguh malang nasibnya !"
Tiba2 tangan Kuo Se Fen menggeprak meja hingga semua cangkir arak yang terletak di atas meja itu berantakan jatoh ke lantai, namun sedikitpun ia bagaikan tidak menyadarinya, mulutnya kemak-kemik sambil mendongak keatas :
"Almarhum saudara Kang, orang demikian bijaksana, selalu berbuat baik dan mengulurkan tangan terhadap orang yang membutuhkan pertolongannya, keturunannya tidak seharusnya mendapat nasib yang demikian buruk ! Ai, dimanakah keadilan Tuhan?"
Ban Ceng San pun turut sedih keluhnya: "Aku pun tak habis pikir, Kang Han Cing bisa mengalami nasib demikian malangnya, malapetaka ini sungguh membuat orang merasa ngenes ! Aii !" Kemudian sambungnya: "Sebenarnya dari wajahnya ia sedikit pun tiada mempunyai ciri-ciri umur yang pendek."
Apa yang diucapkan bertentangan dengan isi hatinya, ucapan yang terakhir diluar dugaan, tepat dengan kenyataan yang sebenarnya, bukankah Kang Han Cing luput dari bahaya maut yang mengancamnya dan tetap masih hidup?
Sebagai tuan rumah Kuo Se Fen tidak mau banyak bicara, ia tenangkan hatinya yang panas dan marah, ia tunjukan wajah berseri mesem, ucapnya : "Silahkan kalian minum, jarang kita mempunyai kesempatan ini."
Selesai makan mereka mengobrol pula sebentar, kemudian Ban Cen San dan Cu Ju Hung minta diri untuk pergi.
Setelah mengantarkan tamunya pergi, hati Kuo Se Fen nampak berat, perasaannya amat tertekan. Pikirannya kalut. Ban Cen San kini ada orang yang menyamarnya, sudah tidak dapat diragukan lagi, hanya ia merasa heran orang bisa menyamar sedemikian rupa hingga sulit untuk dibedakan mana yang palsu dan mana yang asli, kalau orang bisa meniru suara lain orang ini tidaklah begitu mengherankan, tapi sampai2 bisa meniru gerak-gerik dan ketawanya dari kebiasaan seseorang sungguh membuat ia kagum dan sukar dimengerti.
Ia mengenal Ban Cen San sudah puluhan tahun, maka terhadap diri kawan lamanya itu segalanya ia tahu jelas, tadi ia terus menerus meneliti diri Ban Cen San palsu, tapi sedikit pun tak dapat menemui perbedaannya, kalau tidak ia menguji dengan cerita acar lokio, hampir tidak mempercayai keterangan Luk Tek Kui.
Ia terus ber-pikir2 tokoh dari manakah Ban Cen San palsu itu? Dan apa maksudnya ia berbuat demikian ?
Kuo Se Fen duduk sendirian, otaknya terus digunakan untuk memecahkan kejadian-kejadian yang berentetan penuh teka-teki ini, semua ini terjadi dalam beberapa hari ber-turut2, walaupun ia tak menduga pasti, tapi ia mendapat kesimpulan bahwa semua ini adalah perbuatan seorang yang tidak mau menampakan diri dan sudah direncanakan sebelumnya!
Terpikir pula olehnya, dari keterangan Ban Cen San palsu disebut nama keluarga Lie dari utara, mungkinkah keluarga Lie menjadi sasaran mereka pula?
Si telapak tangan dewa Lie Kuan Tie adalah salah seorang dari 4 datuk silat di masa itu, menurut keterangannya, dia pergi ke gunung Pe Hia San kelenteng Pak Yun untuk berobat, ini sungguh mengherankan orang, baru2 ini tersiar kabar bahwa pengurus rumah tangga Yap cungkuan tiba2 mati dicelakai orang di Hai Yang, kejadian ini sungguh diluar dugaan orang.
Kaum kangouw memang telah menduga bahwa keluarga Lie dari utara ini mungkin telah terjadi sesuatu, hanya karena mereka rapat menutup mulut tidak mau membocorkan keluar hingga tidak dapat diketahui oleh orang luar.
Sungguh membuat orang terombang-ambing pikirannya ternyata keluarga Lie terus menerus mengalami malapetaka yang hanya dalam waktu setengah bulan saja !
Si rajawali bersayap emas Kuo Se Fen adalah ketua dari suatu partai, pengalaman sangat luas, setelah ia ber-pikir2 serta menguraikan semua ini, terasalah olehnya bahwa urusan amatlah genting tak boleh dipandang enteng. Nampak alisnya yang tebal itu mengerut tegang dan mulutnya kumat-kamit bagai orang kesurupan. Dunia kang-ouw akan dilanda malapetaka dan kekalutan. Didalam keadaan yang penuh amukan badai berbahaya ini bisakah Hai Yang Pay tetap berdiri tegak dan tidak mengalami kehancuran ?
Sekonyong-konyong suatu pikiran timbul dalam hatinya hingga membuat tubuhnya yang kekar itu menjadi bergidik hatinya kian menegang !
Jangan2 mereka telah mempunyai niat untuk meruntuhkan Hai Yang Pay. Kalau memang tidak demikian mengapa mereka terus2an mencari dan hendak membunuh Goan Tian Hoat? Andaikata Goan Tian Hoat karena menyaksikan perbuatan si Lengcu berbaju hitam itu yang membongkar peti mati Kang Sang Fung, toh ia hanya mengetahui jenazahnya telah hilang lenyap dan sedikitpun tidak mengetahui siapa orang yang berseragam hitam itu, kalau2 toa-kongcu Kang Puh Cing benar adalah si lengcu itu, hingga perlu membunuhnya untuk menutup rahasia, juga tidak seharusnya urusannya di-besar2kan sampai2 memfitnah Goan Tian Hoat melakukan perampokan.
Bila hanya menghendaki Goan Tian Hoat diusir dari Hai Yang Pay kiranya sudah cukup dengan sepucuk surat dari Ban Ceng San untuk membuatnya percaya, untuk apa harus datang sendiri? Bahkan mengikutsertakan seorang pengurus rumah tangga Kang. Bukankah semua ini sudah merupakan suatu tanda bahwa Cen Yen piauwki dan keluarga Kang akan melakukan suatu rencana jahat terhadap Hai Yang Pay ?
Pikiran itu membuatnya kian menegang, dan nampak alisnya berdiri karena marahnya, ucapnya terhadap diri sendiri: "Hem! Aku mau lihat mereka hendak terang2an menghadapinya atau akan secara gelap2an dengan sembunyi2 mencelakai Hai Yang Pay ? Asal saja mereka berani melakukan sesuatu terhadap Hai Yang Fay, aku pun tidak akan segan membuka semua rahasia dan mengumumkan pada dunia kang ouw."
Baru saja ucapannya habis, nampak muridnya Hang Ka Hen berdiri seorang diri didepan pintu ruangan, kedua tangannya lunglai ke bawah bagaikan orang yang sedang kesima, mungkin hatinya kaget karena menyaksikan wajah gurunya yang belum pernah ia saksikan sebelumnya.
"Ka Hen, kapankah kau masuk?" tegurnya.
Ditegur demikian Hang Ka Hen terkejut, cepat ia menjura, sahutnya: "Teecu baru saja datang."
Kuo Se Fen memerintah: "Segera kau beritahukan pada pengurus kantor bahwa mulai hari ini untuk sementara jangan menerima barang titipan apapun dan seluruh piauwto jangan meninggalkan piauwki, dan kumpul untuk terima perintah selanjutnya."
Sekali lagi Hang Ka Hen dibuat terkejut, dengan memandang suhunya ia berkata heran: "Suhu"
"Kau cepat mengutus orang untuk panggil ji-susiok dan sam-susiok supaya datang se-lambat2nya pada tengah hari besok !"
Hang Ka Hen tidak tahu apa yang telah terjadi ? Ia men-duga2 mungkinkah ini ada hubungannya dengan kedatangan Ban Ceng San dan Cu Ju Hung? Ia mengiakan perintah gurunya tapi kakinya tetap diam berdiri penuh tanda tanya, kemudian ia mengangkat pandangannya serta katanya : "Suhu, sebenarnya."
Kuo Se Fen mengulapkan tangan dan berkata. "Tak usah kau banyak tanya, pergilah !" lalu ia melangkah masuk.
Diruang dalam, Yen Yuh Sing menyapa: "Suhu !"
"Ji-suhengmu apakah sudah kembali?"
"Belum." "Kau tunggu di depan pintu timur, bila ia kembali suruh ia kesini, dan suruh orang panggil Luk Tek Kui kemari."
Setelah Yen Yuh Sing berlalu, Kuo Se Fen menghampiri Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing. Katanya:
"Kalian duduklah." sambil mengulapkan tangan ia menyuruh mereka duduk.
"Suhu." Belum habis Goan Tian Hoat bicara nampak mata Kuo Se Fen melotot, bentaknya. "Anak, sungguh sembrono kau ini, kalian harus memanggilku Itio !"
Wajah Goan Tian Hoat menjadi merah dibuatnya, ia menunduk dan katanya :
"Benar." Kang Han Cing pun turut memanggilnya itio, tanyanya: "Itio, Ban losiok telah pergi ?"
"Ya." "Betulkah keterangan Luk Tek Kui ?" cepat Goan Tian Hoat bertanya.
"Ai ! Benar2 ia Ban ceng San !"
Goan Tian Hoat terkejut dan kesima, kemudian tanyanya pula : "Itio dapat membedakannya?"
Dengan menggelengkan kepalanya Kuo Se Fen menyahut lesu :
"Aku tidak bisa membedakannya, tapi dapat mengetahuinya dengan mengujinya, kemudian ia menceritakan semua itu dengan jelas."
Tubuh Kang Han Cing bergidik mendengar cerita itu, ucapnya : "Benar-benar sudah terjadi hal2 demikian anehnya !"
Goan Tian Hoat pun terkejut, katanya heran :
"Betapa pun hebat ilmu menyamar dari seseorang tapi bila diteliti oleh orang yang memang sudah mengetahui palsunya, sedikit banyak tentu bisa dibedakannya, lebih2 bagi itio yang telah menjadi kawan puluhan tahun dengannya. Kalau begitu ilmu mengubah muka orang itu betul2 telah mencapai puncak kemahirannya hingga sukar buat orang lain untuk dapat membedakan mana yang asli dan mana yang palsu."
"Ai ! Bukan hanya hebat dan mahir saja, boleh dibilang sama dengan Ban Ceng San yang kukenal lama."
Kang Han Cing mengeluh, katanya kemudian : "Bagaimanakah pandangan itio terhadap persoalan ini ?"
Sambil mengelus jenggotnya Kuo Se Fen tersenyum, sahutnya :
"Mungkin orang ini adalah satu golongan dengan lengcu baju hitam itu, kini belum juga dapat kuketahui dengan jelas."
Ia berkata demikian karena tidak mau hal ini sampai menambah besar tekanan bathin hati Kang Han Cing, maka ia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Goan Tian Hoat mengerutkan keningnya, "Itio, menurut pendapatku mereka mencari diriku hanyalah sebagai alasan belaka, mungkin tujuan yang sebenarnya adalah hendak mencari setori pada Hai Yang Pay !"
Diam2 dalam hati Kuo Se Fen mengagumi kecerdasan muridnya yang mempunyai pandangan sama dengan dirinya. "Kurasa mereka masih belum berani dengan terang2an memusuhi Hai Yang Pay," ucapnya mesem.
"Perasaanku........."
Belum habis ucapan Goan Tian Hoat tiba2 terdengar suara Luk Tek Kui dari luar :
"Entah ada perintah apakah tuan besar memanggilku ?"
"Kau masuklah."
Begitu ia melangkah masuk Kuo Se Fen berkata: "Mulai sekarang kau berjaga didepan pintu ruangan belakang ini, tanpa seizinku siapapun tidak diperbolehkan masuk."
"Apakah termasuk beberapa piauwsu disini ?"
"Aku bilang siapapun tidak boleh masuk termasuk murid2ku."
"Ya, pesan tuan besar akan kukerjakan dan siapapun tak aku ijinkan masuk."


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil meng-elus2 jenggotnya Kuo Se Fen berpesan pula. "Kecuali bila Yun Tai membawa Than Hoa Toh kemari kau suruh mereka masuk."
"Oh Cau piauwto pergi menjemput Than Hoa Toh ?"
"Jangan banyak tanya."
"Ya." Luk Tek Kui pergi keluar.
Kuo Se Fen berpaling memandang Kang Han Cing, katanya : "Hiantit (keponakan), istirahatlah dengan tenang jangan banyak pikir, yang penting pulihkan kesehatanmu dahulu."
"Aku sangat berterima kasih atas kebaikan serta budi pertolongan itio, hanya diriku telah terkena racun lunak hingga tenaga dalamku lenyap, dan menjadi lumpuh, mungkin penyakitku ini tak dapat diobati pula." berkata Kang Han Cing dengan sedihnya.
"Ilmu pengobatan Than Hoa Toh sungguh luar biasa tingginya, segala penyakit aneh yang sangat sukar diobati oleh orang lain selalu dapat tertolong dan dapat disembuhkan olehnya, penyakit hiantit yang tidak seberapa ini, dengan sendirinya tentu bisa disembuhkan."
Tiba2 terdengar suara Luk Tek Kui dari depan. "Tuan besar, Than sianseng telah tiba."
"Baru kita bicarakan dirinya orangnya telah muncul." sambil mesem Kuo Se Fen melangkah keluar untuk menyambutnya.
Nampak olehnya Cau Yun Tai bersama Than Hoa Toh sedang berjalan mendatang. Kuo Se Fen mengepalkan kedua tangannya memberi hormat. "Selamat datang losian-seng! Maafkan kelalaian penyambutanku ini."
Than Hoa Toh kira2 berusia limapuluh tahun, wajahnya putih bersih, dengan sebelah tangannya meng-elus2 jenggot putihnya ia mengamat2i diri Kuo Se Fen dan ucapnya dengan tertawa: "Ha Ha, Aku kira siapa orangnya? Kau Kuo lopiauwto." ia berhenti dan batuk2 sebentar, dengan wajah yang kurang senang kemudian ucapnya pula : "Sepanjang jalan aku menanya pada saudara kecil ini, siapakah sebenarnya yang memanggil aku untuk berobat, tapi ?a tidak mau memberitahukannya."
Kuo Se Fen cepat menjura dan sahutnya: "Ini adalah pesan dariku supaya jangan memberi tahu sebelum tiba disini."
Lalu ia mempersilahkan tamunya itu masuk keruangan tamu.
"Mengapa?" tanya Than Hoa Toh tidak senang.
"Ini karena keadaan terpaksa, keponakanku di Kung Ce Hu karena dicelakai oleh musuhnya sehingga gerak jalannya terganggu, kemarin dulu dengan diantar oleh saudaranya datang kesini untuk berobat. Untuk menghindari gangguan dari musuhnya dalam pengobatan, maka aku memesan muridku ini supaya rahasia ini jangan sampai tersiar keluar."
"Oh sebab ini, aku tidak begitu jelas urusan dalam dunia kangouw."
Setelah mereka duduk Kuo Se Fen berkata pada Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing berdua: "Cepat kalian memberi hormat, ia adalah Than sianseng yang sangat tersohor namanya !" Lalu berkata pada Than Hoa Toh untuk memperkenalkannya : "Mereka adalah keponakanku yang datang dari Kung Ce Hu !"
Goan Tian Hoat bersama Kang Han Cing menjura memberi hormat :
"Terimalah hormat buanpwee ini Than sianseng !"
Sinar mata Than Hoa Toh berkilatan ia mengamat2i diri mereka dan kemudian bertanya: "Tak usah berlaku sungkan. Ada seorang pendekar she Ong bernama Ong Cen Bu entah kalian mempunyai hubungankah dengannya ?"
Cepat Goan Tian Hoat menyahutnya : "Itu adalah toape buanpwee."
"Ha ha, Kuo lopiauwto dan Ong tayhiap adalah sahabat kentalku, kalau begini kita bukan asing lagi."
Sementara seorang pelayan membawakan minuman : "Silahkan minum sianseng !"
Than Hoa Toh mengangguk kecil kepadanya, berpaling pada Goan Tian Hoat.
"Bagaimanakah saudaramu ini dicelakai oleh musuhnya ?"
"Selama dua bulan ini koko buanpwee kian menyusut kesehatannya sampai2 jalan pun harus dituntun oleh orang, kemungkinan besar ini adalah karena dicelakai orang secara diam2."
Sinar mata Than Hoa Toh menyorot terang tanyanya : "Apakah sebab musabab penyakitnya ?"
"Buanpwee mencurigai koko dicelakai oleh orang karena ada dua kemungkinan."
"Apakah dua kemungkinan itu ?" tanya Than Hoa Toh penuh perhatian.
"Satu kemungkinan, terkena suatu racun lunak yang daya kerjanya perlahan, dan kemungkinan yang lain, terluka oleh suatu ilmu pukulan yang ia tak sadari."
"Hemm, bila ia terkena suatu racun lunak aku masih bisa mengobatinya, tapi andaikata penyakitnya memang terluka oleh ilmu silat yang tidak menampakkan ciri2nya, sudah terang aku tidak dapat menolongnya."
Kuo Se Fen cepat berkata : "Aku sendiri telah memeriksanya tapi tidak mendapatkan sedikit ciri2pun, maka minta pertolongan sianseng untuk memeriksanya."
Walaupun Kuo Se Fen menyatakan bahwa penyakit itu karena terkena suatu racun lunak, akan tetapi dari kata2nya sudah dapat ditangkap arti sebenarnya dari ucapnya itu, betapa tidak ia dan Ong Cen Bu berdua adalah orang yang mempunyai ilmu kepandaian silat tinggi, bila memang terluka oleh suatu ilmu pukulan, bagaimana mereka tidak tahu ? Maka dengan sendirinya ia harus mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan terkena oleh suatu racun lunak.
Kemungkinan terluka oleh suatu ilmu pukulan yang dikemukakan oleh Goan Tian Hoat sebenarnya hanyalah kata2 tambahan untuk jangan sampai maksudnya diucapkan secara langsung dan suhunya Kuo Se Fen pun cepat dengan cara halus menangkis kemungkinan ini, memang demikianlah bagi kaum bulim yang telah berpengalaman untuk bisa mengutarakan sesuatu hingga tidak dicurigai orang.
Than Hoa Toh menganggukan kepalanya sambil tangannya meng-elus2 jenggotnya yang hanya beberapa lembar seperti jenggot kambing. Kemudian berkata :
"Coba aku periksa dahulu." lalu ia berjalan ke suatu kursi di pinggiran jendela dan duduk disana.
Goan Tian Hoat mengikuti dengan menuntun Kang Han Cing yang kemudian didudukan disebuah kursi disamping Than Hoa Toh, ia mengambil sebuah buku tebal yang kemudian ia letakan dibawah telapak tangan Kang Han Cing.
Than Hoa Toh memegang pergelangan tangan Kang Han Cing dengan tiga jari tangannya, matanya terkatup, tidak berapa lama matanya terbuka dan seperti itu pula ia memeriksa denyutan darah dipergelangan tangan kanan, seperti pertama lamanya, baru ia buka matanya pula, melepaskan pergelangan tangan Kang Han Cing, kemudian ia menyuruhnya mengangakan mulut, melihat lidahnya, dengan suara pelan sekali ia berkata: "Denyut darahnya agak tersumbat dan lemah nampaknya jantungnya kurang normal."
"Ilmu pengobatan sianseng amat mahir, apakah sianseng telah mengetahui penyakitnya ?" tanya Kuo Se Fen.
"Dari jalan darahnya tidak ada ciri2 dilukai oleh suatu ilmu pukulan, karena jalan darahnya tidak ada sedikit bengkak pun seperti lazimnya bila kena terpukul atau tertotok."
"Kalau begitu apakah terkena racun ?" tanya Goan Tian Hoat.
(Bersambung 3) *** Jilid 3 "KEMUNGKINAN BESAR, hanya aku belum berani memastikannya......." jawabnya sambil matanya memandangi Goan Tian Hoat dengan tajam, kemudian sambungnya :
"Bukan aku menyombongkan diri sendiri, pengetahuanku dalam pengobatan sudah banyak pengalaman, telah banyak aku menyembuhkan penyakit2 yang sulit2 dan parah, hanya bagi seorang tabib untuk bisa mempermudah pengobatannya, haruslah mempunyai penerangan untuk dijadikan titik tolak, karena walau bagaimanapun tabib itu bukanlah dewa yang bisa mengetahui segalanya, maka bila hendak mengobati penyakit saudaramu, terlebih dahulu aku mesti mengetahui jelas keadaan yang sebenarnya sebelum maupun sesudahnya ia sakit, untuk bisa kujadikan bahan penelitian hingga dapat lebih mudah memberi obat yang cocok untuk menyembuhkan penyakitnya !"
"Kata2 sianseng memang tidak salah. Ka Ling, kau beritahulah bila Than sianseng hendak menanyakan sesuatu dan jangan takut2 untuk diobati."
Ka Ling adalah nama samaran Goan Tian Hoat.
"Ya, entah apakah yang hendak sianseng tanyakan ?" tanya Goan Tian Hoat.
"Menurut yang kutahu racun itu terbagi dua macam, satu macam adalah racun keras yang cepat daya kerjanya hingga bila terkena racun ini bisa mati hanya dalam beberapa jam saja. Yang lain macam ialah racun lunak yang daya kerjanya lambat, tapi ini pun tidak bisa bertahan terlalu lama. Saudaramu terkena racun telah ada dua bulan lebih lamanya, maka ini hanya ada satu kemungkinan............" ia tidak melanjutkan kata2nya dan nampak sedang pikir2.
"Menurut pendapat sianseng kemungkinan apakah itu ?" tanya Goan Tian Hoat.
"Saudaramu tidak terkena racun keras, maka dengan sendirinya terkena racun lunak, tapi inipun tidak mungkin ia bisa tahan sampai dua bulan lebih, maka menurut pendapatku ia terkena bukan dengan cara sekaligus, bila orang memberinya dengan cara membagi beberapa kali dan pula dengan jumlah merata, karena hanya dengan cara demikianlah baru dapat mengelabui perasaan orang yang dicelakainya, hingga lambat laun racun yang bersarang dalam tubuh orang itu kian bertambah dan akhirnya menjadi lemah dan lumpuh."
Hati Goan Tian Hoat menjadi kagum atas keahlian Than Hoa Toh menguraikan sesuatu hal, se-akan2 ia seperti telah menyaksikannya sendiri. "Benar apa yang sianseng katakan." ucapnya sambil memanggutkan kepala.
Sementara Than Hoa Toh sudah melanjutkan kata2nya:
"Akan tetapi bila berpatokan dari dugaanku ini, memang kemungkinan besar ia diracuni dengan cara ber-angsur2, persoalan ini sungguh membuatku sukar untuk memastikannya, karena bila orang itu adalah musuhnya kesempatan baginya hanyalah sekali saja untuk bisa meracuninya, tapi ia bisa meracuni dengan beberapa kali berturut2, sesungguhnya tidaklah masuk diakal."
Kuo Se Fen dan Goan Tian Hoat agak menjadi tercengang dan air muka mereka nampak agak tegang.
Dengan wajah sungguh2 Than Hoa Toh bertanya : "Maka terpaksa aku bertanya biasanya siapakah yang terdekat dengan saudaramu?"
"Yang sianseng maksudkan siapa2kah yang terdapat dalam rumah boanpwee ?"
"Yang kutanya siapakah yang paling dekat dengan saudaramu sehari2 ?"
"Koko boanpwee sedang tekun belajar ilmu silat hingga belum berumah tangga, dirumah selain ibu yang ada hanyalah dua orang pelayan serta seorang bujang." ia membuat cerita tapi kemudian sambungnya: "Tiga bulan yang lalu dalam perjalanan Koko bersamprokan dengan tiga orang musuhnya yang sangat tinggi ilmu kepandaiannya, karena dikeroyok tiga orang ia tak dapat melawan, berhasil lari dengan menyelam kedalam air, sesampainya dirumah ia terserang demam hingga jatuh sakit belasan hari lamanya. Selama sakit dirawat oleh seorang pelayan untuk makan obat maupun kebutuhan lainnya. Sedari itulah tubuhnya kian hari kian lemah, semula dikira karena belum pulih kesehatannya, tapi lambat-laun kian terasa pernapasannya agak terganggu serta tenaganya berkurang, sampai-sampai akhirnya jalan pun harus dituntun orang."
Mendengar cerita Goan Tian Hoat yang dibuat-buat itu, dalam hati Kang Han Cing merasa kagum, karena walaupun ceritanya itu bohong belaka tapi semuanya bagaikan benar terjadi dan tiada sedikitpun yang bisa membuat orang merasa curiga, sungguh membuat ia kagum atas kecerdikan diri Goan Tian Hoat, dengannya ia hanya lebih besar tak seberapa umurnya, tapi pengalamannya jauh lebih banyak.
Sorot mata Than Hoa Toh berkilat nampak sedikit berobah, dengan mengawasi wajah Goan Tian Hoat ia bertanya: "Telah lamakah pelayan yang merawatnya itu bekerja pada keluargamu?"
Ditanya demikian Goan Tian Hoat agak kesima dan sautnya kemudian: "Belum ada setengah tahun."
Kuo Se Fen sangat memuji kecerdasan muridnya itu, karena dengan jawaban itu dengan tidak langsung ia telah menunjukan peranan penting dari diri si pelayan itu.
Kemudian Than Hoa Toh mendesak dan tanyanya: "Apakah kini ia masih bekerja?"
Goan Tian Hoat pura2 menjadi terkejut dan katanya: "Jangan2 sianseng mencurigakan ia yang meracuninya? Ah ! Ia.....Ia telah dijemput oleh orang tuanya pada sebulan yang lalu."
"Ha, Ha, maka itulah walaupun aku tidak mempunyai bukti, tapi kemungkinan besar pelayan itu telah diperalat oleh orang hingga meracuninya."
Kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Kuo Se Fen maka cepat ia berkata: "Kalau begitu sianseng telah memastikan bahwa penyakit Ka Siong terkena racun lunak, entah bisakah ia disembuhkan?"
"Jangan lopiauwto merasa kuatir ! Setelah aku dapat mengetahui keadaan sebenarnya maka tidaklah sukar untuk mengobatinya, hanya......"
Ia tidak meneruskan kata2nya tapi tiba2 mengerutkan keningnya dan mendongak ke atas, nampak ia ber-pikir2 sambil mulutnya kumat-kamit berkata sendiri :
"Racun yang lunak..Membuat tenaga orang hilang lenyap......ini....."
Tiba2 matanya terbelalak dan serunya ngeri : "Jangan2 ini adalah racun pembuyar tenaga ?"
Kuo Se Fen menjadi kagum atas keahlian si tabib betapa tepat dugaannya itu, baru saja ia hendak membuka mulut untuk bicara, muridnya Goan Tian Hoat telah mendahuluinya : "Pemeriksaan sianseng tentu tidak bisa salah, entah adakah obat pemunahnya ?"
Dengan mata dibuka lebar2 Than Hoa Toh mengawasi perobahan air muka Goan Tian Hoat : "Ha ha, asalkan saja benar racun pembuyar tenaga tidak akan sulit bagiku untuk mengobatinya."
Goan Tian Hoat menjadi gembira : "Koko memang terasa tenaga dalamnya hilang musnah kini hanya mengandalkan pertolongan sianseng untuk menyembuhkannya, mohon berilah obat pemunahnya."
Than Hoa Toh dapat menangkap perobahan air muka Goan Tian Hoat, tanyanya pula: "Berapakah umur saudaramu kini ?"
Goan Tian Hoat sungguh tidak nyana ia bisa menanya demikian hingga ia menjadi kesima sejenak kemudian baru ia menyahutnya: "Koko lebih besar dua tahun dari boanpwee kini berusia dua puluh sembilan tahun."
"Baiklah terlebih dahulu aku bukakan resep untuk dimakan tiga hari, kalau betul terkena racun pembuyar tenaga tentu akan sembuh kembali. Tapi bila setelah tiga hari tiada perobahan sedikitpun, aku bisa datang sendiri untuk mengobati lebih lanjut."
Kemudian dari dalam saku bajunya ia mengeluarkan sebuah kunci kecil dari bahan kuningan, membuka peti obat yang ia bawa, dengan amat teliti dari dalam peti itu ia mengeluarkan tiga botol kecil yang berisi bubuk obat.
"Bisakah sianseng menginap disini selama tiga hari menunggu sembuhnya penyakit koko ?"
Sambil membuat obat Than Hoa Toh menyahutinya :
"Tiap hari ratusan orang sakit yang datang kerumahku untuk berobat, mana bisa aku berdiam disini hingga tiga hari lamanya ? Ha ha, jangan kau kuatir, telah puluhan tahun aku mengobati orang dan belum pernah ada yang harus dua kali memakan obatku baru sembuh. Tapi terhadap empemu Ong tayhiap serta Kuo lo-piauwto sahabat lamaku tentu lain dari pada yang lain, maka tiga hari kemudian sembuh atau tidak tetap aku akan datang pula, tidak usah kalian jemput. Walaupun ia telah sembuh, masih harus diperiksa lebih lanjut."
Goan Tian Hoat berpaling pada suhunya minta pendapat.
Kuo Se Fen memanggut tertawa : "Ha ha, apa yang Than sianseng katakan memang adalah sebenarnya, tiap hari bukan sedikit orang yang datang untuk berobat padanya. Tidak sepatutnya kita memaksanya menginap disini hingga tidak memikirkan mati hidupnya orang2 sakit yang minta pengobatannya. Kelak tiga hari kemudian aku bisa menyuruh orang untuk menjemputnya."
Dengan meng-goyang2kan pundaknya Than Hoa Toh tertawa lirih: "Ya ini telah menjadi kewajiban seorang tabib, kepentingan orang banyak harus diutamakan. Aku kuatir kini dirumah telah banyak orang sakit sedang menungguku maka terpaksa aku harus segera kembali."
Dengan ter-gesa2 ia membungkus enam bungkus obat yang telah dibuat dan ditaronya diatas meja: "Obat ini untuk diminum tiga hari, sehari dua kali pagi dan malam minum saja dengan air hangat......."
Belum habis ucapannya tiba2 dari halaman luar terdengar suara tegoran keras Luk Tek Kui: "Hei nona! Kau hendak mencari siapa ?"
Terdengar suara seorang gadis yang lantang dan terang : "Minggir, aku hendak mencari Than sianseng."
"Jangan masuk ! Cepat kau pergi !"
"Bukankah aku telah beritahu bahwa aku hendak mencari Than sianseng."
"Disini tidak ada yang bernama Than sianseng, cepat kau pergi !"
"Dari Tai Yan aku terus membuntutinya, dengan jelas aku melihat ia masuk kesini tentu ia berada didalam, kau hendak membohongiku ?"
Mungkin selagi omong2 gadis itu menyerobot masuk, karena kemudian terdengar seruan kaget Luk Tek Kui : "Iii, Eh, eh stop kau, kau.........Kau berani masuk kedalam?"
"Yuh Sing, kau keluar lihat ada apa ?" ucap Kuo Se Fen sambil mengerutkan keningnya.
Baru saja ucapannya habis nampak sebuah bayangan orang berkelebat masuk hingga Yuh Sing tidak keburu untuk mencegahnya.
Ternyata bayangan itu adalah seorang gadis yang usianya kurang lebih anem tuju belas tahun, ia mengenakan baju biru, kedua matanya jeli dan bening, dua buah kepang yang hitam mengkelelep meluntai didepan dadanya, begitu tiba didalam kedua matanya menyapu kesini kesana, wajahnya kemudian berseri menghampiri Than Hoa Toh: "Than Sianseng, ternyata benar2 kau berada disini, sungguh kau membuatku kewalahan mencari ke-mana2."
Sementara itu Luk Tek Kui telah menyusul masuk, dengan napas ter-engah2 ia membentak : "Kau...Mengapa kau sembarangan masuk ?"
Sebenarnya Kuo Se Fen pun kurang senang terhadap sepak terjangnya gadis itu tapi karena ia telah menegor Than Hoa Toh terlebih dahulu maka ia hanya diam saja menyabarkan diri, hanya matanya melirik ke arah Luk Tek Kui.
Dilirik demikian wajah Luk Tek Kui menjadi merah ketakutan : "Tuan besar, bukan aku membiarkan dia masuk, tapi dia .... dia yang menyerobot masuk !"
Sebenarnya Luk Tek Kui pun memiliki kepandaian yang cukup walaupun ia hanya seorang bujang kini gadis itu bisa menyerobot masuk tanpa dapat dicegah, hal ini tentu menandakan bahwa gadis itu mempunyai kegesitan yang jauh melebihi Luk Tek Kui.
Than Hoa Toh baru saja mengempit peti obatnya hendak pergi pulang, ia mengerutkan keningnya begitu ditegor oleh gadis itu : "Siapakah nona ?"
"Loh ! Masakan Than Sianseng lupa pada diriku? Aku adalah Ce Mei."
Than Hoa Toh batuk sejenak dan memanggutkan kepalanya : "Oh ya kau Ce Mei, entah ada urusan apa kau mencariku ?"
Semua mata yang berada diluaran itu tertuju pada diri gadis baju biru itu, seorangpun tiada yang membuka suara.
Ditanya demikian, gadis yang bernama Ce Mei itu menjadi tercengang heran, matanya ber-kedip2 dan sahutnya : "Bagaimana Than sianseng bisa melupai urusan kemarin sore ? Bukankah aku telah mengundang Than sianseng kerumah untuk memeriksa penyakit majikanku ? Entah obat apakah yang Than sianseng berikan kepada majikanku ?"
"Ha Ha, tidak salah kalau saja tidak kau mengatakannya hampir2 aku lupa, Kok, Kok, dengan sendirinya aku memberi obat menurut penyakitnya."
"Hm ! Bukankah yang kau beri itu racun ?"
Mendengarnya hati Goan Tian Hoat menjadi terkejut dan cepat ia berpaling kearah suhunya. Nampak wajah suhunya sedikit berobah, ia menggelengkan kepalanya pelan menyuruh muridnya sabar dan mendengarkan lebih lanjut.
Dituduh demikian air muka Than Hoa Toh berobah marah : "Apakah nona tidak berkelakar ?"
"Siapa yang sedang berkelakar denganmu ? Setelah minum obat yang kau berikan itu dari mulut majikanku mengeluarkan busa putih hingga tidak sadarkan diri. Kalau tidak masakan jauh2 begini aku datang mencarimu ?"
Sinar mata Than Hoa Toh berkilatan tajam : "Telah puluhan tahun aku mengobati orang sakit mana bisa aku salah memberikan obat ? Lagi pula pada kemarin sore sedikitpun aku tidak pernah memeriksa penyakit majikanmu. Sebenarnya nona diperalat oleh siapakah hingga hendak mencari gara2 denganku?"
Dituduh demikian Ce Mei menjadi marah dan balasnya sengit :
"Hm ! Sungguh pintar kau memungkirinya ! Dirimulah yang diperalat oleh orang lain untuk meracuni orang. Kini dihadapkan Kuo lopiauwto kau katakanlah dengan jelas siapakah yang telah memperalat dirimu ?"
Walaupun usianya masih sangat muda tapi kata2 yang diucapkannya sangat pedas, bagi Kuo Se Fen serta muridnya Goan Tian Hoat ucapannya bagai suara geledek yang menggetarkan hati mereka, se-olah2 suara angin puyuh bersama damparan badai mendengung-dengung ditelinga mereka, hingga diam2 mereka menjadi bergidik.
Ditegor demikian Than Hoa Toh tertawa pahit, ia meng-goyang2kan kepalanya dan ucapnya sambil berpaling kearah Kuo Se Fen : "Kuo lotee, selama puluhan tahun pernahkah kau mendengar bahwa aku pernah mencelakai orang? Kata2 nona ini sungguh tidak masuk diakal. Jelas dibelakangnya ada orang yang hendak memfitnahku dan mencemarkan namaku !"
Kemudian ia menjura beberapa kali pada Kuo Se Fen serta katanya: "Lebih baik aku permisi dulu."
Melihat orang hendak berlalu Ce Mei cepat menghalang didepannya dengan sebelah tangannya memeluk pinggang: "Hm ! Jangan harap dapat berlalu dari sini kalau tidak mau mengeluarkan obat pemunahnya ! Kau telah mencelakai majikanku masih hendak mencelakai murid Hai Yang Pay?"
Than Hoa Toh menjadi sangat marah dan bentaknya : "Jahanam ! Ada permusuhan apakah sampai kau dendam sedemikian padaku hingga memfitnahku ?"
"Hm ! Sungguh berani kau memakiku ! Kau telah memberi racun pada majikanku apakah ini salah? Baiklah kini aku beritahukan, semalam ketika kau memeriksa penyakit majikanku, nyonya majikanku telah membedakan suaramu agak berlainan, sebenarnya tak seperti Than..."
Tiba2 Than Hoa Toh membentak keras : "Jahanam ! Sungguh berani kau menghinaku !" dan bersamaan telapakan tangannya menghantam kedepan. Pukulan tangannya sangat cepat menimbulkan dorongan angin yang luar biasa besarnya.
Kuo Se Fen terkejut, sungguh ia tidak sangka karena belum pernah ia mendengar bahwa Than Hoa Toh pernah belajar ilmu silat, tanpa sadar ia tertawa: "Ha Ha, kalau begitu Than sianseng selain mahir dalam pengobatan pun mempunyai ilmu kepandaian tinggi pula."
Than Hoa Toh berpaling kepadanya dan sahutnya : "Walaupun aku bukanlah kaum bulim, tapi belajar sedikit ilmu silat untuk menjaga diri........" sementara itu Ce Mei berhasil mengelakan serangan angin pukulan dengan mudah.
*** Bab 4 CE MEI sangat mendongkol, bertolak pinggang, katanya marah : "Hmm! Kau takut aku mengatakannya? Aku tetap mau bicara, majikanku telah beberapa tahun dirawat oleh Than Hoa Toh, masakan suaranya tidak dapat dikenalkannya ? Jelas kau adalah seorang penipu yang menggunakan namanya untuk mengelabui orang !"
Dalam hati Than Hoa Toh sungguh merasa terkejut, ia tak dapat menduga lebih2 melihat dengan cara bagaimana si gadis bisa melumerkan tenaga pukulannya yang selalu ia andalkan, walaupun demikian, ia tak memperlihatkan perasaan terkejutnya.
Tiba2 ia membalikkan tubuh kearah Kuo Se Fen, ucapnya marah2 :
"Lo piauwto, apakah dia adalah orang dari piauwkimu ?"
"Tidakkah tuan Than melihat ia nyerobot masuk sendiri ?"
"Ha ha ha ha ! Orang luar mana bisa begitu mudah masuk kemari, tentu ia ada kaum muda dari Hai Yang piauwkiokmu."
Ce Mei berkata sengit : "Tidak usah kau bawa2 diri ketua Kuo, aku sendiri yang membuntuti kau datang kesini."
"Hm! Tidak sudi aku berdebat denganmu !"
"Karena kau takut rahasia dirimu kebongkar !" sahut Ce Mei.
Muka Than Hoa Toh terkilas pucat pasi, dengan suara dingin ia berkata : "Diriku mendapat penghinaan dalam Hai Yang piauwki ini, adalah berkat kebaikan budi luhur dari Kuo piauwto."
Kuo Se Fen hanya mesem2 kecil, sahutnya : "Tadi telah kuterangkan bahwa ia bukanlah orang dari piauwki kami."
"Kalau ia bukan orang dari piauwkimu, masakan penghinaan atas diriku ini kau hanya diam saja !"
"Ucapanmu memang tidak salah, ia datang dari jauh2 karena mempunyai persoalan atas tuan majikannya yang telah minum obatmu, ini menyangkut jiwa seseorang, sebelum menjadi terang duduk persoalannya, pantaskah aku mengusirnya ?"
"Kuo lopiauwto tidak perlu berlaku sungkan padanya, dia bukanlah Than Hoa Toh," ucap Ce Mei.
Than Hoa Toh menjadi panas ia melangkah maju, membentak : "Apa katamu ?"
"Aku kata kau bukanlah Than Hoa Toh !"
"Ha ha ha ha ! Didaerah utara ini tak seorangpun yang tidak mengenal diriku, masakan ada orang yang bisa menyamar diriku !"
Jika kata2nya itu diucapkan beberapa jam sebelumnya, bagi Kuo Se Fen tentu akan membenarkannya, tapi hal yang aneh semacam ini baru saja ia alami sendiri, si cambuk naga harimau Ban Cen San, kalau saja ia tidak uji kebenarannya, ia pun tak akan dapat mengetahui samaran Ban Cen San, maka kini terhadap diri Than Hoa Toh yang dikatakan palsu oleh Ce Mei, hatinya merasa bimbang, maka ia pun tak mau cepat2 memberi komentar ia diam saja.
Terdengar lagi Ce Mei mencemoh : "Orang lain tidak dapat membedakan, karena belum tahu kedokmu, hem ! Kau kira aku pun tidak dapat mengenali ?"
"Apa yang kau kenali ?" ucap Than Hoa Toh sengit.
"Pasti kau memakai topeng kulit," sahut Ce Mei dingin.
Goan Tian Hoat pernah mempelajari ilmu mengubah muka, ia menganggap dirinya mahir dibidang ini, selama Ce Mei menampakan diri dan bertengkar dengan Than Hoa Toh, ia senantiasa mengikuti pembicaraan mereka serta mengawasi air muka Than Hoa Toh, tapi selain logat katanya dan gerak-geriknya agak nampak tak sabar, sedikitpun ia tak dapat mengenali perbedaan yang mencurigakan. Kini mendengar bahwa Than Hoa Toh memakai topeng kulit, hatinya merasa terkejut dan pikirnya, menurut keterangan yang pernah ia pelajari bila mengenakan topeng kulit, air muka orang itu agak kaku tidak leluasa, ini tidak sama dengan ilmu mengubah muka yang sukar dilihat ciri2nya, kecuali bagi orang yang benar2 paham dalam ilmu ini. Sekali lagi diam2 meng-amat2i air muka Than Hoa Toh, tapi tetap tak dapat ia melihat bahwa Than Hoa Toh memakai topeng kulit.
Sinar mata Than Hoa Toh berkilatan tajam, ia berkata dengan suara dingin : "Aku memakai topeng kulit ?"
"Ya, aku akan membuka topengmu itu !"
Ce Mei pura2 hendak mengerahkan tangannya, katanya, "Tidak percaya, mari kukesetkan." sambil melangkah maju mendekati, gerakannya sedemikian cepat dan gesit sehingga membuat orang tidak berani memandang enteng padanya.
Than Hoa Toh mundur dua langkah menghindari, ia meletakkan kotak obatnya diatas meja serta berkata marah :
"Kau bukan orangnya Hai Yang piauwki akupun tidak perlu berlaku sungkan terhadapmu."
Nampak tubuhnya berkelebat menerjang maju, sebelah tangannya diangkat memukul bagian muka Ce Mei. Angin pukulannya sangat luar biasa hebat, karena sebagian besar tenaga sinkangnya ia pusatkan disebelah tangannya ini.
Menghadapi serangan orang, Ce Mei sedikitpun tidak merasa gentar, tubuhnya tidak digeser sedikit pun, ia tersenyum kecil berkata: "Memang sejak tadi tidak perlu sungkan2." Begitu serangan tangan Than Hoa Toh hampir mengenai mukanya, dengan kecepatan yang luar biasa lima jari tangan kanan Ce Mei menyodok kedepan, nampak bagaikan hendak mencengkeram menotok jalan darah tangan lawannya, namun kelihatannya seperti hendak mengibaskan untuk menangkis.
Walau gerakannya tampak sedemikian sederhana, tapi didalamnya mengandung perobahan2 yang aneh serta sukar diterka, kecepatan serta kegesitannya sungguh sukar diikuti oleh pandangan mata.
Melihat gerakan yang luar biasa aneh dan gesit, diam2 hati Kuo Se Fen tercengang, ia tidak dapat menerka ilmu apa yang digunakan Ce Mei dan baru pertama kali ini ia melihat ilmu pukulan yang sangat aneh dan hebat.
Melihat serangan pukulannya tidak dapat mengenai sasarannya, Than Hoa Toh cepat menarik tangannya untuk menghindari cengkeraman jari tangan gadis itu, sambil kaki kanannya ditendangkan kebagian perut lawannya dengan cepat.
Nampak jari2 tangan Ce Mei berobah dan kini ditundingkan kebawah untuk menotok jalan darah pusar2nya.
Than Hoa Toh terkejut, cepat kaki kirinya menekan ketanah dan tubuhnya mencelat kebelakang.
Baru saja tubuhnya sampai ditanah, nampak olehnya bayangan gadis itu berkelebat tiba, kedua tangannya diulurkan menyerang.
Than Hoa Toh sungguh tidak menyana seorang gadis yang sedemikian muda belianya mempunyai ilmu kepandaian yang sedemikian hebat, dengan berseru marah ia pun serentak menyodorkan kedua telapaknya untuk balas menyerang.
Ilmu kepandaian gadis itu sungguh luar biasa, nampak ia memukul, tahu2 berubah menjadi menotok atau mencengkeram, hingga dua tiga jurus saja sudah membuat Than Hoa Toh gelagapan, napasnya ter-engah2, untung baginya gadis itu nampaknya tidak mempunyai maksud untuk melukai orang, hingga walaupun ia telah dapat mendesak serta membuat orang tidak berdaya, tetap ia tidak mengeluarkan pukulan yang dapat membinasakan.
Sebagai ketua sesuatu partai, Kuo Se Fen seharusnya dapat mengenali dan sedikitnya bisa menduga ilmu silat si gadis dari golongan mana, tapi kini ia sungguh dibuat tercengang karena bagaimanapun ia tidak dapat mengetahui ilmu silat yang digunakan oleh gadis itu dan golongannya ?
Sementara Than Hoa Toh sudah terdesak mundur tujuh delapan langkah, sesampainya dipojokan dinding, nampak Ce Mei mendorongkan telapak langannya keatas mukanya, menepok dengan cepat, Than Hoa Toh menyeringai masam dan tangan kirinya menangkis, berbarengan tangan kanannya disodokkan dengan tiba2 dengan kecepatan yang luar biasa, nampak telapak tangannya berobah menjadi hitam hangus, meluncur kearah dada si gadis.
Hati Kuo Se Fen terkejut, "Go Tok Cang (telapak lima beracun) ! Jangan nona memapaknya!" serunya cepat.
"Kau cari mati !" Ce Mei membentak dengan memiringkan tubuhnya kesamping, telapak tangan yang tadinya hendak menepok dengan cepat bagaikan kilat berobah turun kebawah, kini jari2nya terbuka, bagaikan cakar burung elang menerkam mangsanya, ia mencengkeram atas pundak kanan, terdengar jeritan yang mengerikan dan menyayat hati, tubuh Than Hoa Toh jatuh duduk di atas lantai dengan muka menyeringai kesakitan.
"Bila kau tidak menggunakan ilmu silat yang keji itu, aku tak akan melumpuhkan sebelah lenganmu." ucap Ce Mei dengan suara dan wajah dingin.
Than Hoa Toh memandang sengit penuh kebencian, kemudian ia memejamkan kedua matanya.
Mendengar ucapan si gadis, semua mata memandang keatas lengan kanan Than Hoa Toh, benar saja ia lunglai turun kebawah, nampaknya telah putus lumpuh untuk se-lama2nya.
Kuo Se Fen diam2 kagum dan tercengang, luar biasa hebatnya ilmu kepandaian gadis ini, benar2 baru kali ini selama hidupnya menyaksikan ilmu aneh dan hebat dari seorang gadis muda belia.
Ce Mei berpaling kearah Kuo Se Fen berkata: "Ia telah dapat kulumpuhkan, benar tidaknya ia samaran dari Than Hoa Toh kalian periksanyalah sendiri, kini kupermisi pergi !" tanpa menunggu jawaban tubuhnya berkelebat keluar.
"Nona tunggu sebentar !" cepat Kuo Se Fen mengejar keluar, tapi ternyata ia tidak mendapatkan jejak si gadis. Hatinya menjadi lebih kagum dan heran, sebagai seorang ketua partai, dengan hanya selisih sedetik waktu saja, ternyata sampai bayangannyapun tak dapat dilihat.
Sejenak ia bengong, kemudian masuk kembali sementara itu muridnya Goan Tian Hoat sedang jongkok memeriksa leher Than Hoa Toh.
"Suhu, Than Hoa Toh telah mati !" ucap Yen Yuh Sing.
"Bagaimana ia bisa mati ?" tanya Kuo Se Fen kaget.
"Ia bunuh diri dengan menelan racun." sahut Goan Tian Hoat.
"Apakah ia memakai topeng kulit ?" tanya Kuo Se Fen mengerutkan keningnya.
"Aku belum berhasil menemuinya, kalau memang benar demikian itu merupakan topeng kulit yang terhalus dalam dunia kangouw."
"Mudah2an tidak terdapat sehelai pula !"
Selama Than Hoa Toh berada disitu Kang Han Cing diam saja tidak turut bicara, baru kini ia membuka mulut dan katanya: "Ietio, apakah nona itu telah pergi ?"
Kuo Se Fen mengeluh perlahan sahutnya : "Ai ! Aku mengejar keluar tapi tidak tampak bayangannya pula, asal usul dari nona itu sungguh mengherankan dan mencurigakan."
Tiba2 terdengar seruan Goan Tian Hoat: "Benar saja ia memakai topeng kulit !"
Nampak tangannya meraba ke leher Than Hoa Toh dan jari tangannya dapat mengeset selapis kulit yang tipis seperti kulit bawang.
Hari telah menjadi gelap maka Yen Yuh Sing menyalakan lampu pelita hingga ruangan menjadi terang.
Kuo Se Fen memandang kearah orang yang telah tampak wajah aslinya, jelas wajahnya kuning pucat, tulang pipinya agak nonjol tinggi, kedua matanya sipit bagaikan mata tikus serta parasnya kurus kering, melambangkan ia adalah seorang yang licik dan memuakan.
Dari mulutnya mengalir keluar darah hitam, benar saja ia telah bunuh diri menelan racun.
Mata Kuo Se Fen terbelalak ucapnya sengit : "Sungguh tak disangka dia adanya."
"Apakah Ietio mengenalnya ?" tanya Goan Tian Hoat.
"Ia adalah Cui Cang Lim yang mempunyai julukan Yauw Miang Lang Tio dalam dunia kangouw (perengut nyawa)."
"Mengapa ia menyamar diri Than Hoa Toh ?"
Terdengar suara langkahan orang yang tergesa2 mendatangi dan nampak muridnya yang kedua Cau Yun Tai melangkah masuk :
"Suhu....." begitu ia melihat mayat Yauw Miang Lang Tio ia menjadi bengong dan tercengang.
"Apakah benar mengandung racun ?" tanya suhunya.
"Seperti diperintahkan suhu teecu memberikan obat itu pada seekor anjing ternyata setelah memakannya anjing itu menjadi lemas lesu, bagaimana diusirpun ia tidak mau berjalan, mungkin benar bahwa obat itu mengandung racun lunak."
Ternyata tadi setelah mendengar kata2 Ce Mei diam2 Kuo Se Fen jadi curiga maka tanpa setahu orang ia menyuruh muridnya Cau Yun Tai membawa sebungkus obat yang diletakan Than Hoa Toh palsu diatas meja untuk diuji pada seekor anjing apakah mengandung racun lunak.
Kedua alis Kuo Se Fen berkerut dengan memandangi diri Kang Han Cing ia berkata lirih : "Dengan demikian si Yauw Miang Lang Tio ini benar2 adalah utusan dari musuh kalian, mungkin mereka telah dapat menduganya bahwa kalian tentu berada disini....."
Kemudian ia berpaling pula keatas mayat si Yauw Miang Lang Tio dan nampak darah yang keluar dari mulut hidung serta mata kuping mulai membusuk dan beku hingga terendus bau muak yang menusuk hidung.
Kuo Se Fen jadi panas, bentaknya sengit : "Sungguh jahat racun ini ! Mungkin sebentar lagi tubuhnya akan membusuk pula, cepatlah kubur dibelakang."
Kemudian Cau Yun Tai mengangkat mayat Yauw Miang Lang Tio itu untuk dibawa pergi ke halaman belakang, disertai oleh Luk Tek Kui.
Baru saja Cau Yun Tai meninggalkan ruangan itu, dari ruangan muka terdengar pula langkah orang yang tergesa-gesa. Kemudian terdengar suara Hang Ka Han dari luar : "Suhu, samsusiok (paman guru yang ketiga) telah datang."
Sekonyong-konyong nampak olehnya seorang yang berlumuran darah melangkah masuk. Orang itu mempunyai perawakan sedang dan berusia kurang lebih empat puluh lima enam tahun, ia mengenakan baju panjang yang dibuat dengan bahan sutra warna hijau, pada baju panjangnya terdapat beberapa lobang bekas bacokan senjata tajam, dan pundak kirinya berlumuran darah hingga menjadi merah, keadaannya sungguh mengejutkan.
Wajah Kuo Se Fen berubah, cepat ia memapakinya :
"Losam, kau terluka ?"
Memang laki2 setengah umur itu adalah Si anak panah tanpa bulu Mo Ie Cien, adik seperguruan Kuo Se Fen yang ketiga. Begitu melihat kakak seperguruannya, ia lantas menjura memberi hormat : "Suheng !"
"Kau duduklah baru bicara, apakah yang terjadi ?"
Mo Ie Cien bernama Cu Siu Hu menurut duduk diatas sebuah kursi, cepat Yen Yuh Sing menuangkan teh : "Susiok silahkan minum dulu !"
Cu Siu Hu menerima teh dan meminumnya setengguk, kemudian ia mengangkat mukanya serta ucapnya : "Sungguh tidak disangka kalau saja tidak ada orang menolong dengan tersembunyi, mungkin siauwtee tidak bisa melihat toasuheng pula."
Alis Kuo Se Fen yang tebal nampak bergerak, dengan suara tertekan ia bertanya pula : "Siapakah yang kau pergoki ?"
"Begitu siauwtee menerima surat dari toasuheng, siauwtee lantas berangkat kesini, tapi baru saja tiba dekat sebuah jembatan di sebelah timur kota, siauwtee dicegat oleh lima orang yang berseragam hitam." Sahut Cu Siu Hu sambil mengusap-usapkan pundak kirinya yang terluka.
Mendengar penuturan itu, Kuo Se Fen menjadi marah, bentaknya:
"Benar2 si keparat2 itu !"
"Toasuheng telah mengenali mereka ?" tanya Cu Siu Hu heran.
"Ceritanya sangat panjang, kau lanjutkanlah dahulu."
"Kelima orang yang berseragam hitam itu agaknya memang sengaja menunggu di pinggir jembatan, begitu melihat diri siauwtee terus mencegat, seorang diantaranya lalu menegor siauwtee "Apakah saudara adalah Cu samhiap?" Siauwtee tidak mengetahui asal-usul mereka lalu siauwtee menjura dan menjawab: "Benar aku bernama Cu Siu Hu, kemudian......" Belum habis ucapan siauwtee yang menjadi kepala mereka itu memotongnya: "Entah ada keperluan apakah Cu samhiap datang ter-gesa2 dari kota Tai Hin ?"
Karena mereka mencegat dihadapan kuda siauwtee maka timbul kecurigaan siauwtee, mereka tentu mengandung maksud2 yang kurang baik terhadap diri siauwtee, toasuheng mengutus orang memanggil siauwtee datang, maka dalam pikiran siauwtee mungkin ada terjadi sesuatu yang penting, dicegat demikian oleh mereka hati siauwtee menjadi sengit, kemudian menjawab dengan dingin: "Ada urusan apakah hingga kalian mencegat dan meng-halang2i perjalananku."
Orang itu menjawab: "Kami menunggu Cu samhiap disini tak lain adalah hendak menasehatkan Cu samhiap supaya segera kembali kekota Tai Hin."
"Apa sebabnya?" tanya siauwtee dan kemudian disahutnya dengan ketawa dingin, "Untuk jangan sampai terbunuh."
Mendengar sampai disitu hati Goan Tian Hoat tergerak.
Cu Siu Hu melanjutkan ceritanya: "begitu mendengar ucapan orang itu siauwtee menjadi panas, menyahut: "Ha Ha, apakah kalian berlima sanggup melakukannya ?"
"Bila memang masih berkeras hati Cu samhiap hendak melanjutkan perjalanan masuk kedalam kota, kami pun tidak dapat memaksanya, tapi mungkin Cu samhiap tidak akan berhasil sampai kepintu gerbang timur."
"Siauwtee menjadi sangat marah diejek demikian hingga kemudian bertempur dengan mereka. Ai! Sungguh tidak disangka ternyata mereka mempunyai ilmu kepandaian yang tinggi, setelah bertempur lima puluh gebrakan siauwtee telah terdesak hebat hingga hanya bisa mempertahankan diri. Akhirnya pundak kiri siauwtee berhasil mereka lukai."
"Siauwtee menggigit bibir menahan sakit dan setelah lewat sepuluh jurus pula siauwtee merasa sangat kewalahan untuk bisa mempertahankan diri, tiba2 dari belakang tidak jauh terdengar ada orang berseru, "Serang".
"Siauwtee melihat senjata orang yang mengurung itu pada berjatuhan keatas tanah, mereka melompat kebelakang. Nampak mereka semuanya memegangi tangannya masing2 lalu lari terbirit-birit."
"Adakah samtee melihat orang yang membantu secara sembunyi2 itu?" tanya Kuo Se Fen kemudian.
"Ai ! Ketika itu napas siauwtee sedang ter-engah2 setelah mereka kabur pergi baru siauwtee menengok kebelakang, tapi ia telah pergi. Hanya suaranya siauwtee mendengar jelas, suaranya lengking halus seperti suara wanita."
Hati Goan Tian Hoat terkejut pula.
"Dalam segebrakan saja orang itu dapat membuat jatuh kelima senjata dari tangan mereka, entah senjata rahasia apakah yang digunakannya," tanya Kuo Se Fen.
"Pada waktu itu siauwteepun tidak melihat dengan jelas, tapi setelah mereka kabur pergi dari atas tanah siauwtee ketemukan tiga buah seri." Kemudian dari dalam sakunya ia mengeluarkan tiga buah seri yang besarnya seperti gundu.
Kuo Se Fen menerima dan memandangi dengan penuh kesima: "Memukul jatuh senjata lima orang yang berilmu kepandaian tinggi hanya dengan menggunakan buah seri yang amat kecil ini, ilmu menotok orang itu sungguh luar biasa tingginya dan sukar dicari tandingannya dalam dunia kangouw ini."
"Memang benar apa yang toasuheng ucapkan. Dahulu........"
Tiba2 Kuo Se Fen seperti terpikir sesuatu ia mendongak keatas dan katanya.
"Samsutee yang datang dari kota Tai Hin telah tiba, dia yang tinggal dikota Kau Yu lebih dekat kesini mengapakah hingga kini masih belum juga tiba ? Jangan2....."
"Toasuheng memanggil jisuheng pula?"
Dengan wajah menunjukkan kegelisahan yang sangat Kuo Se Fen memanggut:
"Ya. Aku menyuruh Ka Han cepat2 mengundang kalian datang."
Hang Ka Han bicara dari samping: "Suhu menyuruh kedua susiok datang selambat-lambatnya sebelum tengah hari besok, mungkin jisusiok besok pagi baru bisa tiba disini."
Kuo Se Fen menggeleng-gelengkan kepalanya serta sahutnya : "Benar memang aku menghendaki mereka datang sebelum tengah hari besok, tapi samsusiokmu telah tiba dini hari juga, perangai ji-tee tidak sabaran, mana mau ia menunggu sampai esok ?"
Tiba2 dari luar terdengar suara ketawa orang yang amat nyaring dan keras :
"Ha ha, toasuheng sungguh dapat meraba tabiat diri siauwtee. Kau mengutus orang dengan kesusu memanggil siauwtee pantaskah tidak siauwtee segera datang ?"
Bersamaan itu nampak seorang laki-laki yang berusia limapuluh tahun melangkah masuk, tangannya menenteng sebuah pipa rokok, ia memakai baju panjang yang warnanya hijau pula. Laki2 itu bukan lain adalah adik seperguruan Kuo Se Fen yang kedua Jen Pek Coan si Kai Pit Souw tangan maut.
Kekuatiran hati Kuo Se Fen lenyap ketika begitu melihat adik seperguruannya dan sambutnya gembira: "Hei, bagaimana hingga kini baru kau muncul?"
Si tangan maut Jen Pek Coan menjura memberi hormat katanya:
"Harap toa suheng maklum karena ditengah jalan siauwtee kepergok dengan beberapa orang cecunguk............" pandangan matanya pindah kearah diri Cu Siu Hu adik seperguruannya: "Ah! Losam, mengapa kau terluka?" tanyanya terkejut.
"Duduklah dahulu baru bicara." ucap Kuo Se Fen.
Kemudian mereka masing2 duduk. Hang Ka Han dan Yen Yuh Sing lalu menjura untuk memberi hormat pada jisusioknya.
"Toasuheng, siapakah mereka ini?" tanya Jen Pek Coan begitu matanya melihat diri Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing.
Kuo Se Fen tersenyum, sahutnya : "Baru saja tiba kau telah kesusuh untuk bicara, memang akupun hendak memberitahukannya. Mereka adalah keponakanku bernama Ong Ka Siong dan Ong Ka Ling." Lalu ia berpaling pada Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat berdua serta katanya: "Cepat kalian memberi hormat kepada Jen jiesuk dan Cu samsuk."
Goan Tian Hoat cepat memegang tangan Kang Han Cing membantunya berdiri dan kemudian menjura untuk memberi hormat.
Kuo Se Fen berpaling pada muridnya Hang Ka Han dan suruhnya:
"Ka Han, kau beritahukan pada pelayan didapur sediakan dan minuman untuk menyambut kedatangan kedua susiokmu."
"Ya, suhu." lalu ia melangkah pergi.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jisuheng, bukankah kau bilang bahwa ditengah jalan bersamprokan dengan beberapa orang cecunguk, entah apakah mereka berseragam hitam seluruhnya?" tanya Cu Siu Hu tak sabar.
Ditanya demikian Jen Pek Coan terkejut, dengan menatap keatas bahu kirinya ia balik bertanya : "Apakah kau pun bertemu dengan mereka ?"
"Barusan siauwtee telah menceritakannya pada toasuheng, cobalah kau ceritakan pengalamanmu lebih dahulu."
"Ya, kau ceritakanlah !" ucap Kuo Se Fen.
Jen Pek Coan menghela napas, ucapnya sambil meng-geleng2kan kepala : "Betapa memalukan! Bila saja tidak ada nona itu membantu mungkin kini tubuhku sudah tergeletak diluar pintu gerbang selatan."
"Kalau begitu kau dicegat dan diserang orang dalam perjalanan," ucap Kuo Se Fen.
"Ya. Setibanya siauwtee dipintu gerbang selatan, hari belum gelap benar, tiba2 muncul lima orang yang berseragam hitam menyerang diri siauwtee. Sungguh diluar dugaan didalam daerah kekuasaan Hai Yang Pay ada orang yang berani menyerang diri siauwtee dan tidak disangka pula kelima orang itu mempunyai ilmu kepandaian yang sedemikian tinggi, hingga membuat siauwtee kewalahan menghadapi keroyokan mereka, hanya bisa mempertahankan diri saja, tapi kian lama kian membuat siauwtee terdesak hebat. Ketika itu hari mulai remang2, tiba2 dari dalam rimba berkelebat keluar seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak suka melihat orang bertempur secara keroyokan dan kemudian dengan segebrakan saja ia berhasil merampas senjata kelima orang itu serta menghadiahkan sebuah tamparan keras pada pipi mereka masing2..."
"Kira2 ada berapakah usianya gadis itu?" tanya Kuo Se Fen menatapnya.
"Ai ! Sungguh membuat orang sukar untuk bisa mempercayainya, usianya paling2 hanya enam tujuh belas tahun akan tetapi ilmu kepandaiannya sungguh luar biasa tingginya, selama hidup baru kini siauwtee dapat menyaksikan orang bersilat sedemikian cepat dan anehnya !" keluhnya.
"Apa gadis itu mengenakan baju berwarna biru dan mempunyai rambut berkepang dua ?" tanya Kuo Se Fen pula.
"Oh kalau begitu toasuheng telah mengenalnya ! Siapakah ia sebenarnya ?"
Kuo Se Fen tersenyum sambil tangannya mengelus jenggotnya yang panjang ia berkata : "Apa yang diucapkannya kepadamu ?"
Dari dalam saku bajunya Jen Pak Coan mengeluarkan sehelai kertas dan sahutnya : "Ia memesan pada siauwtee supaya memberikan surat ini pada toasuheng katanya ia lupa memberitahukan sesuatu tadi padamu."
"Apakah yang ia tulis dalam kertas itu?"
"Ketika itu hari telah menjadi gelap dan siauwtee hendak cepat2 datang kesini maka surat itu hanya siauwtee masukan dalam saku hingga belum membaca apa isinya." lalu ia memberikan surat itu pada Kuo Se Fen.
Kuo Se Fen membukanya dan nampak tulisannya agak kecil dan indah, memang adalah tulisan seorang perempuan, hanya mungkin karena ter-buru2 hingga kurang begitu rapih.
Ternyata dalam surat itu hanya terdapat ampat kata yang hampir mirip sebuah pantun :
"Bukan berlalu pun bukan mendatang, bukan pagi pun bukan sore, dalam kehampaan tumbuh, atas ucapan juga."
Begitu melihat isinya Kuo Se Fen nampak mengerutkan keningnya serta tanyanya: "Selain itu apa pula yang diucapkannya ?"
"Ia tidak mengucapkan apa2 pula hanya katanya surat ini sangat penting dan toa-suheng tentu dapat mengerti."
Kuo Se Fen lalu mengembalikan surat itu pada Jen Pek Coan serta keluhnya :
"Hemm ! Ia menyuruh kau membawa surat ini tentu ada maksud tertentu........"
Jen Pek Coan lalu turut membacanya dan ucapnya heran : "Entah apa arti kata2nya ini?" kemudian ia serahkan pada Cu Siu Hu.
Begitupun Cu Siu Hu ia tidak bisa pula memecah makna dari isinya :
"Baiknya kita jangan hiraukan dahulu. Toasuheng, sebenarnya apakah yang terjadi dalam piauwki kita ini ?" tanyanya.
Yen Yuh Sing berdiri disamping dan ia dapat melihat pula tulisan dalam surat itu, ia berpaling ke Goan Tian Hoat serta ucapnya : "Samsuheng, kau lihatlah teka-teki apa yang ia maksudkan?"
Jen Pek Coan menoleh kepadanya dan ucapnya bertanya : "Mana samsuhengmu?"
Ditanya demikian oleh susioknya Yen Yuh Sing menjadi merah, ia tahu telah kelepasan omong tapi ia tak berani berterus terang untuk memberitahukan yang sebenarnya, maka ia jadi serba salah dan diam tidak bersuara, melihat ini cepat Kuo Se Fen berkata :
"Jisute, mengenai ini sungguh panjang ceritanya, akupun tidak perlu menerangkannya lebih lama, baiklah kini kuterangkan semua ini." lalu ia menunjuk pada diri Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing serta ucapnya:
"Ia adalah Tian Hoat dan ia adalah ji-kongcu dari keluarga Kang, Kang Han Cing."
Jen Pek Coan dan Cu Siu Hu menjadi tercengang.
Sementara Goan Tian Hoat telah cepat menjura memberi hormat dan ucapnya, "Teecu Goan Tian Hoat memberi hormat pada susiok berdua !"
Kang Han Cing pun menuruti memberi hormat: "Jen jihiap, Cusamhiap, terimalah hormat boanpwee Kang Han Cing!"
Jen Pek Coan dan Cu Siu Hu dibuat bengong dan heran, sambil membalas hormat mereka bertanya bareng : "Toasuheng, bagaimana bisa demikian ?"
Kuo Se Fen lalu menyuruh Yen Yuh Sing menjaga depan pintu, kemudian menceritakan semua kejadian pada kedua sutee-nya.
Jen Pek Coan sangat tercengang: "Sungguh aneh bisa ada kejadian demikian. Oh, ya, losam bagaimanakah kau bisa terluka ?" tanyanya.
"Kejadian yang siauwte alami hampir serupa dengan yang jiko alami." sahut Cu Siu Hu dengan menyeringai. Kemudian ia menceritakan segala kejadian yang ia alami.
Sementara dua orang pelayan telah menyediakan makanan dan minuman diatas meja.
"Marilah kita pergi makan sambil mengobrol," ajak Kuo Se Fen bangkit dari tempat duduk serta menghampiri meja makan dan diikuti oleh Goan Tian Hoat yang menuntun Kang Han Cing.
Setelah mereka duduk kembali Jen Pek Coan mengerutkan keningnya dan dengan memandangi Kang Han Cing ia berkata : "Aku pernah berjumpa beberapa kali dengan kakak saudara, tapi dalam kesanku ia adalah seorang yang jujur dan bijaksana, sungguh tidak diduga ia sampai hati berbuat sedemikian kejamnya terhadap saudara sendiri !"
"Entah bisakah karena diancam orang hingga toakongcu terpaksa berbuat demikian kejamnya terhadap saudara sendiri?" tanya Cu Siu Hu terharu.
"Ai ! Sungguh malang nasib keluarga boanpwee. Terhadap ada atau tidaknya toako diancam oleh orang ini boanpwee tidak mengetahuinya," sahut Kang Han Cing dengan muka sedih.
Tiba2 hati Kuo See Fen teringat sesuatu dan ia ber-pikir2 Si Cambuk naga harimau terbukti telah digantikan oleh yang palsu dan disamar orang, jangan2.walaupun ia mempunyai pikiran demikian tapi ia tidak menyatakannya dugaannya ini, sambil tertawa ia berkata: "Kalian mungkin telah merasa lapar makanlah dahulu."
"Toasuheng, gadis itu ada memesannya bahwa surat yang siauwtee bawa itu sangat penting adanya. Marilah kita saling tukar pikiran mungkin sedikit banyak kita bisa memecahkan artinya." ucap Jen Pek Coan.
Kuo Se Fen mengelus-elus jenggotnya lalu ucapnya: "Aku ada mendengar Kang jihiantit sangat paham soal kesasteraan, Tian Hoat kau bawalah surat itu dan perlihatkan pada Kang jihiantit."
Goan Tian Hoat bangkit mengambil surat itu lalu diberikannya pada Kang Han Cing: "Jikongcu, coba apakah bisa memecahkan artinya?"
"Goanhiung, lebih baik kita saling memanggilnya saudara saja dan janganlah sekali2 memanggil siauwtee jikongcu pula."
Kuo Se Fen menganggut dan ucapnya tertawa: "Ha, Ha, jihiantitt telah berkata demikian maka kau pun tidak usah berlaku sungkan pula, kini panggil saja siauwtee terhadapnya. Tapi janganlah kalian lupa bahwa kini kalian adalah keponakanku maka terhadapku haruslah memanggil itio."
Sementara Kang Han Cing telah menerima surat itu kemudian membacanya dua kali, dan nampak ia mengerutkan alisnya sambil ber-pikir2 ia berkata lirih :
"Dalam empat patah tulisannya ini bagaikan terkandung empat arti....."
"Jikongcu," Potong Jen Pek Coan tak sabar.
"Eh jite, lihat kau telah lupa pula, dirinya kini adalah keponakanku seharusnya kau pun turut memanggil hiantitt kepadanya." ucap Kuo Se Fen.
"Ha, Ha, baiklah siauwte akan mengingatnya."
"Hiantitt, apakah kau telah dapat memecahkan artinya ?" tanya Kuo Se Fen.
"Siauwtit hanyalah menerkanya dan tidak berani memastikannya."
"Cobalah cepat hiantitt menerangkannya." ucap Jen Pek Coan tak sabar.
"Pertama dari kata2nya yaitu ?Bukan yang lalu bukan yang akan datang, ini tentu berarti sekarang atau hari ini. Kedua, ia menulis Bukan pagi bukan sore, ini mempunyai arti yang sama dengan kata2 pertama, dari pagi hari hingga sore hari adalah sehari, maka bukan pagi bukan sore ini tentu mengandung arti waktu malam."
Sorot mata Kuo Se Fen mengkilat tajam dan ucapnya : "Jadi dua patah ini berarti ini malam, coba yang dua patah lainnya apa artinya ?"
"Ketiga ?Hidup dalam kehampaan? ini mengandung arti bahwa walaupun dalam kehampaan namun hidup dan tidak mati, maka ini berarti juga ada. Kata terakhir Awas atas ucapan ini berarti harus hati2 dan waspada. Maka dari dua patah ini bermaksud memberitahukan ada bahaya harus hati2 dan waspada."
Wajah Kuo Se Fen nampak berobah dan ucapnya sengit: "Perbuatan mereka ternyata memang mempunyai rencana yang keji."
"Hm ! Biarlah mereka datang masakan bisa membuat kita menjadi takut ?" ucap Cu Siu Hu panas.
"Ai ! Samsute, tentu mereka telah dapat mengetahui dengan jelas kekuatan yang ada pada kita, syukurlah bila mereka tidak datang pada ini malam. Kalau benar ini malam ia menyerang kesini, maka kita harus menghadapinya dengan menggunakan seluruh kekuatan yang kita miliki." keluh Kuo Se Fen.
"Kata2 toasuheng memang tidak salah, ada kata2 bahwa bila hendak memperoleh kemenangan yang mutlak haruslah bisa mengetahui kekuatan musuh dan diri sendiri. Mereka memerintah orang untuk mencegat siauwte dan samsute dalam perjalanan, ini sudah menandakan bahwa mereka dapat mengetahui dengan mudah segala gerak-gerik kita, tapi sebaliknya sampai2 asal-usul diri merekapun kita tidak mengetahui sedikitpun, ini telah merugikan kita."
"Toasuheng, apakah kedatangan Ban Cen San dan Cu Ju Hung mempunyai hubungannya dengan mereka ?" tanya Cu Siu Hu agak kerutkan keningnya.
"Ini sudah pasti. Ia hanyalah samarannya Ban Cen San dan bukan tidak mungkin dari golongan mereka." sahut Kuo Se Fen kemudian keluhnya: "Ai ! Semula aku masih ragu2 terhadap dugaan Tian Hoat bahwa Kang toakongcu mungkin adalah si Lengcu baju hitam itu, tapi kenyataannya memang demikian dan bukan tidak mungkin mereka itu dikepalai oleh Kang toakongcu."
Tubuh Kang Han Cing jadi menggigil mendengarnya dan ucapnya sengit :
"Bila memang benar kenyataannya sungguh ia telah hilang keperibadiannya dan menjadi sadis!"
"Toasuheng, lebih baik kita ber-siap2 untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi ini malam." ucap Cu Siu Hu.
Kuo Se Fen berpikir sejenak lalu ucapnya: "Kini hari baru saja gelap bila mereka memang akan muncul dalam sekejap saja aku bisa siapkan semuanya untuk menghadapinya. Baiknya kita makan dahulu baru ber-siap2." kemudian ia berpaling dan menyuruh pelayan untuk memanggilkan Hang Ka Han datang.
Setelah si pelayan berlalu mereka cepat2 mengisi perut tanpa minum arak karena kuatir menjadi mabok hingga lalai dalam urusan yang sangat genting yang mungkin menimpa sebentar malam.
Tidak seberapa lama nampak Hang Ka Han muncul masuk dan menjura memberi hormat, "Ada perintah apakah suhu memanggil teecu ?"
"Siapakah yang telah kembali kesini ?"
"Ho susiok (paman) yang pergi ke kota Kim Hoa dan Siang susiok yang berangkat ke kota Ha Hui mereka telah kembali pada siang tadi."
"Kini ada berapa piauwsukah dalam piauwki ?"
"Dengan Ho susuk serta Siang susuk semuanya ada tujuh orang."
"Para pembantu ada berapa orang?"
Ditanya demikian diam2 hati Hang Ka Han menjadi heran dengan memandang wajah suhunya ia menyahut: "Kira2 kurang lebih ada seratus orang."
"Cukup. Apakah kini semuanya berada dalam piauwki ?"
"Ya." "Kau suruh Luk Tek Kui untuk memberitahukan pada semua orang bahwa malam ini piauwki kita ada urusan penting, maka semua orang harus berdiam dalam piauwki tidak boleh pergi keluar untuk menerima perintah lebih lanjut."
Setelah ia keluar untuk menyuruh Luk Tek Kui menyampaikan pesan gurunya kepada para pembantu piauwki kemudian ia masuk kembali dan perintah gurunya pula :
"Kau panggillah tujuh orang piauwsu itu menemuiku."
Setelah muridnya berlalu Kuo Se Fen berpaling pada si anak panah tanpa bulu Cu Siu Hu: "Sam sute, luka pada pundak kirimu..."
"Toasuheng, luka siauwte ini tidak menjadi soal." potongnya cepat.
"Ha, Ha, aku tahu pribadimu. Baiklah kau mempunyai tugas menjaga disini.''
"Siauwte telah berada disini dengan sendirinya mempunyai niat untuk bisa turut menguji kepandaian musuh, kini toasuheng menugaskan siauwtee disini, apakah karena toasuheng kuatir siauwte tidak mempunyai tenaga untuk menghadapi musuh ?"
Melihat sutenya menolak, Kuo Se Fen cepat menjelaskan dengan sungguh2: "Harap samsute jangan salah paham, aku menugaskanmu disini sama sekali bukan karena melihat dirimu terluka dan menyuruh kau beristirahat disini, musuh mengerahkan orang2nya menyerbu kesini malam ini kemungkinan besar mereka telah mengetahui diri Kang Han Cing berada disini, maka itu aku menugaskanmu disini untuk melindungi keselamatannya."
Setelah mengetahui jelas maksud dari suhengnya Cu Siu Hu menjadi tidak enak maka ia berkata: "Siauwte menerima perintah toasuheng untuk berjaga disini."
Mendengarnya hati Kang Han Cing menjadi terharu dan ucapnya penuh terima kasih; "Sungguh membuat hati siauwte merasa tidak enak karena kedatangan siauwte hingga menyusahkan kalian."
"Janganlah hiantitt berkata demikian seandainya hiantit tidak kemari mereka pun tetap tak akan membiarkan Hai yang pay begitu saja, Ban Cen San adalah suatu contoh." hibur Kuo Se Fen.
Baru saja ucapannya habis dari halaman muka terdengar derap langkahan orang dan kemudian nampak tujuh orang piauwsu masuk yang dikepalai oleh seorang piauwsu tua berusia kira2 lima puluh tahun, serta nampak muridnya Hang Ka Han, Cau Yun Tai dan Yen Yuh Sing berjalan dibelakang mereka.
Piauwsu tua itu menjura kearah Jen Pek Coan dan Cu Siu Hu memberi hormat dan ucapnya. "Kiranya Jen loya Cu loya telah datang."
"Selamat berjumpa !" sahut kedua orang balas menghormat.
Kuo Se Fen telah bangkit dan sambutnya tertawa: "Silahkan duduk!"
"Congpiauwto, timbul kejadian apakah dalam piauwki kita ?" tanya piauwsu tua itu setelah mereka duduk.
"Belakangan ini telah muncul suatu perkumpulan yang gerak-geriknya sangat misterius dan dipimpin oleh seorang berseragam hitam yang menyebut dirinya Lengcu, ia mempunyai banyak anak buah yang memiliki ilmu kepandaian tinggi....."
Siang sepuh si piauwsu tua itu tercengang mendengarnya ia berpaling ke enam orang piauwsu lainnya dan ucapnya heran: "He-i Lengcu? Baru kali ini aku mendengar nama ini, entah pernahkah kalian mendengarnya dikalangan dunia kangouw?" Keenam orang piauwsu itu pada menggelengkan kepalanya dengan wajah heran.
"Kini kuberitahukan beberapa kejadian, mungkin sedikit banyak dari kejadian itu kalian bisa mengetahuinya. Misalnya pada sepuluh hari yang lalu Yap cungkuan dari keluarga Lie Ka di Ho Pei yang terbunuh dekat Fai Yin. Pada beberapa hari yang lalu, Kang toakongcu dari Kim Lin pun terluka karena dikeroyok orang, tempat kejadian berada di dekat Hia Cu, Cen Yen piauwki telah kehilangan barang kirimannya karena dirampas orang dalam perjalanan. Waktu kejadian hampir bersamaan. Kejadian2 yang beruntun ini katanya adalah dilakukan oleh Lengcu berbaju hitam........"
Betapa terkejutnya para piauwsu itu begitu mendengar keterangan yang diberi oleh ketua mereka.
Kuo Se Fen masih melanjutkan keterangannya.
"Aku mendapat kabar yang boleh diandalkan, rencana selanjutnya dari Lengcu berbaju hitam ditujukan kepada Hai yang piauwki kita ini. Maka aku menyuruh Ka Han untuk memberitahukan pada pengurus sementara jangan menerima barang kiriman. Selain ini, aku mengutus orang untuk memanggil loji dan losam, tidak disangka, setibanya di luar kota mereka dicegat oleh beberapa orang yang mengenakan seragam hitam hingga losam mendapat luka...."
Lojie berarti orang tua kedua dan losam berarti orang tua ketiga.
"Sungguh besar hati mereka sampai2 dalam kota Yang Cou pun mereka berani mencari gara2 dengan kita ?"
"Ai ! Bukan hanya hingga disini saja, ada kemungkinan kalau di malam ini mereka melakukan serangan besar2an pada kita untuk melenyapkan Hai-yang-pay serta membunuh semua orang2 kita......" keluh Kuo Se Fen.
Wajah tujuh orang piauwsu berobah merah, dan terdengar diantaranya berseru marah : "Bila para jahanam itu berani muncul disini, kita hajar saja habis2an !"
"Biarlah kita akan mengadu jiwa dengan mereka." ujar seorang lainnya.
"Apakah congpiauwto telah mengetahui asal-usul mereka?" tanya piauwsu tua itu.
"Aku pun tidak mengetahui dengan jelas, maka dari itu mereka telah memperoleh keuntungan dari pihak kita, karena segala sesuatu yang mengenai diri kita dapat diketahui oleh mereka. Mereka berdiri ditempat yang terang, sedangkan kita berada ditempat yang gelap. Sedikit pun belum bisa kita merabanya."
"Congpiauwto, orang kita pun tidak sedikit, tambah pula kini ada Jen loya dan Cu loya, masakan Lengcu berbaju hitam itu bisa mempunyai kekuatan lebih dari kita ?" tanya seorang piauwsu.
"Jangan hanya melihatnya dari sebelah pihak saja, sebenarnya tidak semudah itu, mereka dapat mengetahui kekuatan kita dengan jelas, bila hendak menyerang kita malam ini, tentu dengan kekuatan yang melebihi kita, maka dari itu aku memanggil kalian datang kesini untuk saling tukar pikiran."
"Memang benar pendapat congpiauwto, mereka telah mengetahui kita telah bersiap-siaga, tapi masih tetap berani menyerang kesini, tentu mempunyai kekuatan yang boleh diandalkan. Menurut pendapatku, cara yang terbaik bagi kita adalah bertahan, dengan demikian, keadaan baru bisa menguntungkan kita. Karena kedudukan kita berbalik menjadi pihak yang terang dan mereka dipihak yang gelap," ucap Siang piauwsu.
Kuo Se Fen memanggut tertawa dan ucapnya : "Ha, Ha, sungguh bersamaan pendapatmu denganku, memang ini adalah cara yang terbaik untuk menghadapi mereka." kemudian dari dalam sakunya ia mengeluarkan sehelai kertas.
Kuo Se Fen berkata lagi :
"Untuk rencana ini, aku telah membuat daftar nama yang membagi tugas bertahan, cobalah kalian lihat apakah ada usul lain."
Siang piauwsu lalu menerimanya dan membacanya :
"Bagian halaman muka: Hu piauwsu dan Sun piauwsu memimpin dua puluh anak buah bertiarap dengan persiapan panah diruangan timur."
Siang piauwsu masih membaca :
"Khen piauwsu dan piauwsu memimpin dua puluh anak buah bersembunyi diruangan barat dan siapkan panah."
Rencana selanjutnya. Lie piauwsu dan Oey piauwsu membawa dua puluh anak buah dengan panah menjaga bagian tengah.
Halaman belakang : Cu Siu Hu, Wang Ka Ling dan Goan Tian Hoat menjaga ruangan istirahat. Dan Cau Yun Tai, Yen Yuh Sing memimpin dua puluh anak buah bertiarap di kedua samping halaman belakang dan persiapkan panah.
Ketua pimpinan : Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan.
Bagian penghubung: Siang Coan Cin dan Hang Ka Han memimpin dua puluh anak buah dengan persenjataan panah siap untuk membantu kubu pertahanan yang memerlukan pertolongan."
Sebelah tangan Kuo Se Fen meng-elus2 jenggotnya yang panjang dan matanya memandang pada para piauwsu : "Bagaimana pendapat kalian ?" tanyanya.
"Sungguh baik rencana persiapan cung-piauwto ini, kami setuju !"
"Bila kalian tiada usul lain, baiklah kita lakukan rencana ini saja. Kini waktunya pun tinggal sedikit, walaupun belum tentu mereka datang, tapi lebih baik kita mengerjakan rencana ini sekarang."
Dengan diikuti oleh yang lain Siang piauwsu bangkit berdiri dan ucapnya minta diri : "Baiklah kami permisi dulu." sambil memberi hormat mereka kemudian berlalu.
Begitu pun Hang Ka Han, Cau Yun Tai dan Yen Yuh Sing bertiga minta diri untuk melaksanakan tugasnya masing2.
Setelah mereka pergi Kuo Se Fen berpaling pada Kang Han Cing dan ucapnya mesem : "Sudah tiba waktunya hiantit pergi tidur, walaupun malam ini agak genting, tapi belum tentu mereka bisa berhasil, maka harap hiantit jangan merasa kuatir."
Telah sedari tadi hati Kang Han Cing merasa panas, betapa tidak membuat ia marah, ia datang kesini berniat untuk bisa menyembunyikan dirinya, tapi tidak disangka, baru saja ia tiba baru sehari, telah menimbulkan kejadian2 yang melibatkan Hai-yang-pai, hanya karena tenaganya lenyap habis, sampai2 jalanpun harus dituntun oleh orang, maka walaupun ia menyadari dirinya sungguh mendatangkan kekuatiran saja pada tuan rumah, iapun tak bisa berbuat apa2, tapi ia adalah seorang yang sifatnya sangat pendiam, maka walaupun hatinya panas dan marah, tetap tidak tertampak dari air mukanya, ia hanya mesem dan sahutnya; "Baiklah kalau itio pesan demikian."
Goan Tian Hoat lalu menuntunnya pergi.
Kuo Se Fen mengeluh pelahan sambil memandangi tubuh belakangnya:
"Ai ! Kang hiantit mempunyai bakat yang mempunyai hari depan tidak kalah dengan ayahnya almarhum, hanya sayang ia kini terkena racun lunak, hingga tak dapat memperkembangkan bakatnya itu, sungguh bagaikan sang naga kehabisan air."
"Tentu Than Hoa Toh telah jatuh ke tangan mereka, hingga yang datang kesini hanyalah samaran si tabib. Dalam lingkungan daerah kita ini, hanya ia yang bisa mengobati segala penyakit aneh-2 dan parah, tapi keadaan Kang hiantit demikian seriusnya hanya kuatir tidak dapat menunggu lebih lama lagi." ucap Jen Pek Coan.
Kuo Se Fen mengerutkan keningnya dan ucapnya terharu: "Dalam dunia kangouw ini kebanyakan orang hanya namanya saja sebagai tabib untuk menipu orang yang minta berobat, orang yang benar2 mahir dan ahli dalam ilmu pengobatan betul2 jarang terdapat."
Tiba2 Cu Siu Hu turut bicara dan ucapnya, "Toasuheng, Tian-hung totiang dari Pak Yun Koan di gunung Pe Sia San bukankah adalah seorang ahli ilmu pengobatan?"
"Walau Tian-hung totiang terkenal seorang ahli obat2an didunia kangouw, tapi sifat dan wataknya sangat aneh dan tinggi hati, ia telah mengatakan bahwa dirinya tidak mau lagi mencampuri urusan2 dalam dunia kangouw, sudah beberapa kali kaum bulim yang pergi kesana untuk minta pertolongannya tapi selalu ditolak, berapa tahun yang lalu ketua dari golongan Pat-kuat-men, Ku Hung Ce telah terluka oleh Hian Ing Kiu Coan Cang dan pergi kepadanya untuk minta pertolongannya, tapi bagaimanapun tetap tidak diterimanya, untung murid2nya berhasil mendapatkan Kiu Coan Han Hen Cau, hingga nyawanya dapat diselamatkan, Kita Hai-yang-pai belum pernah berhubungan dengannya maka mungkin iapun tidak mau mengobati penyakit Kang jihiantit........" tiba2 ia teringat diri si Telapak dewa Lie Kuang Tie dari keluarga Lie dari utara, bukankah iapun sedang berobat diatas gunung Pek Sia San ? Ia memikir sejenak kemudian lanjutnya :
"Tapi kecuali Tian-hung totiang, tiada lagi orangnya yang mungkin bisa mengobati penyakitnya, baiklah bila telah selesai semuanya malam ini kita berangkat kesana untuk mencobanya."
Sementara sedang omong2, dari halaman luar terdengar serentetan derap langkahan kaki yang pelan dan cepat terpencar kedua arah yang kemudian lenyap dalam sekejap saja. Keadaan kembali menjadi sunyi dan kemudian nampak Cau Yun Tai dan Yen Yuh Sing ber-sama2 masuk serta menjura memberi hormat :
"Tecu telah selesai mengatur mereka bersembunyi tiarap, entah masih ada pesan lainkah suhu?"
"Baiklah sebentar bila mereka datang hendak menyerobot kedalam rumah kalian perintahkan untuk memanahnya. Tapi ingat kalau tidak dalam keadaan terpaksa janganlah menampakkan diri dihadapan mereka." pesan Kuo Se Fen.
Setelah kedua muridnya pergi Kuo Se Fen lalu mengibaskan lengan bajunya memadamkan lampu diruangan itu hingga menjadi gelap gulita.
Menjelang pukul dua malam, semua persiapan telah selesai dan seluruh anggota Hai-yang piauwki berada dalam keadaan siap siaga untuk menantikan kedatangan musuh. Mereka mengambil tempat persembunyiannya masing2 seperti yang telah direncanakan. Keadaan disekelilingnya gedung Hai-yang piauwki sangat gelap dan sunyi, karena semua penerangan disitu telah dipadamkan hingga nampaknya seluruh penghuni dari gedung itu telah pergi tidur, siapapun tak akan menduga didalam suasana yang gelap dan sunyi itu tersembunyi penjagaan yang ketat.
Tragedi Sinemata 2 Pendekar Rajawali Sakti 152 Istana Goa Darah Legenda Kematian 5
^