Pencarian

Perintah Maut 6

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 6


Goan Tian Hoat memperhatikan batu besar itu, pada pojok kirinya terdapat batu hijau pula, tidak ragu2 lagi, ia menginjak batu hijau itu.
Betul saja ! Pintu terbuka !
Kang Han Cing, Kang Puh Cing dan Goan Tian Hoat lompat keluar, mereka menaiki undakan batu lagi, mulai menuju keatas.
Tanpa gangguan, Goan Tian Hoat berhasil mengajak Kang Han Cing dan Kang Puh Cing melewati tempat2 yang gelap dan lembab.
Kang Han Cing membawakan sikap yang tetap gagah, memperhatikan daerah itu dan berkata :
"Heran, mengapa tidak ada penyergapan musuh?"
"Siapa yang berani ?" berkata Kang Puh Cing.
Kini mereka sudah berada pada pintu kuburan besar !
Goan Tian Hoat mengacungkan obor penerangan, memeriksa beberapa waktu tidak berhasil menemukan sesuatu.
"Celaka !" berkata Kang Puh Cing, "Sesudah sampai disini, tokh tetap terkurung juga."
Kang Han Cing berkata : "Giliranku. Mari kucoba. Aku kujebol batu itu."
Kang Puh Cing berkata. "Mana mungkin, kukira pesawat rahasianya terdapat di luar."
"Kukira tidak," berkata Goan Tian Hoat. "Disaat kita mendatangi tempat ini, Lengcu Panji Hitam hanya mendorong kedua tangannya, kalau menggunakan kedua tangan mendorong dengan keras, berarti menggunakan tenaga, kalau tidak ada alat2 rahasia dari dalam, tidak mungkin dia bercapai lelah begitu."
Kang Han Cing berkata : "Kalau dia bisa menggunakan tenaga, kita juga boleh mencobanya."
Goan Tian Hoat menggelengkan kepala berkata :
"Kedudukannya tidak sama, Lengcu Panji Hitam dari luar, kedua tangannya mendorong batu nisan, dari kiri digeser ke kanan. Dari bukti itu sudah jelas, pasti ada sesuatu rantai yang menghubungkan batu nisan dengan benda berat. Dibanduli oleh sesuatu, kita berada didalam kuburan tidak ada pegangan sama sekali, bandulan berat itu pasti lebih dari ribuan kati, maka se-olah2 berakar keras, bagaimana bisa dido?rong ?"
Kang Han Cing berkata : "Hanya selembar batu nisan apa artinya masakan bisa mengurung kita bertiga ?"
Setelah berkata begitu ia menyingkirkan Goan Tian Hoat dan Kang Puh Cing, menggulungkan lengan baju. Kedua tangan ditempelkan pada batu itu, mendorongnya keatas.
Menyaksikan kemarahan dan kemendongkolan Kang Han Cing, Kang Puh Cing segera berteriak :
"Jietee, batu itu beratnya sangat luar biasa, jangan sampai terjadi sesuatu."
Kang Han Cing menoleh kebelakang tertawa dan berkata :
"Tidak apa2. Aku hanya bersifat menjajal. Bisakah mendorong pecah batu ini."
Goan Tian Hoat memegangi obor, me?nyaksikan keadaan Kang Han Cing yang mulai mendorong batu nisan, wajah pemuda itu berubah merah, diam tidak bergerak, hanya seketika waktu, wajahnya itu menjadi ungu.
Menyaksikan tindakan Kang Han Cing yang seperti itu, hati Goan Tian Hoat bertanya sendiri :
"Ilmu kepandaian apakah yang diyakinkan olehnya pula ?"
Disaat itu, tiba2 terdengar suara bentakan Kang Han Cing, gerengannya keras, tangannya didorong cepat kedepan.
Berbareng terdengar suara meledak.
Batu bertaburan, pasir beterbangan, nisan yang besar dan berbobot berat itu sudah terdorong kedepan.
Membarengi jatuhnya batu nisan, sepasang kaki Kang Han Cing sudah melejit, lompat keluar dari dalam kubur.
Rasa girangnya Goan Tian Hoat tidak kepalang, meleletkan lidah dan berkata se?orang diri.
"Kang jiekongcu betul2 hebat ! Datuk persilatan Kang Sang Fung tidak percuma menjelmakan keturunan yang seperti ini."
Wajah Kang Puh Cing memperlihatkan sikap yang tidak mengerti, matanya berki?lat-kilat, pundaknya bergerak, dia juga terbang keluar dari dalam kuburan. Berdiri disamping sang saudara, memegang keras pundaknya, dengan penuh getaran jiwa, dia berkata :
"Jietee, berapa lama kau melatih ilmu kepandaian hebat yang seperti ini ? Aku baru pertama kali melihat kau menggunakannya."
Kang Han Cing tidak bangga atas pres?tasi yang sudah dicapai, mendapat teguran itu, dengan sikap yang ke-malu2an ber?kata :
"Toako terlalu memuji, hanya pengerahan tenaga untuk mendorong batu nisan tadi, mana boleh dikatakan sebagai ilmu kepandaian hebat ?"
Goan Tian Hoat juga sudah keluar dari kuburan itu, berkata kepada Kang Han Cing :
"Kang Jie Kongcu, hari ini aku betul-betul bisa menyaksikan suatu keajaiban, batu nisan tadi mempunyai bobot berat yang tidak berada dibawah seribu kati, apa lagi ditambah rantai yang mengekang dari bawah, pesawat rahasia beratnya luar biasa. Didalam rimba persilatan, berapa orangkah yang sanggup mendorongnya ?"
Kang Han Cing berkata : "Saudara Goan jangan berkata seperti itu. Se-tinggi2nya langit, masih ada yang lebih tinggi lagi. Ilmu yang seperti itu adalah ilmu biasa, tidak sedikit orang yang bisa meyakinkannya."
Goan Tian Hoat melompongkan mulut.
Kang Han Cing menarik Kang Puh Cing dan berkata :
"Toako, mari kita pulang."
Kang Puh Cing, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat meninggalkan daerah kuburan itu menuju ke gedung keluarga Kang.
Didalam sekejap waktu, mereka sudah tiba di gedung Datuk Persilatan itu.
Waktu kentongan baru dipukul empat kali, saat yang paling gelap diantara penggantian suasana malam dan pagi.
Kang Puh Cing telah diculik selama tiga bulan, selama itu ada orang yang memalsukan dirinya, membuat se-wenang2 dalam gedung keluarga Kang, kini ia sudah bebas kembali, getaran jiwa itu tak bisa dilukiskan, matanya ber-kaca2, tubuhnya melejit menaiki tembok bangunan gedung.
Sesudah itu, dengan satu kali loncatan ia turun kebawah. Mulutnya berteriak ke?ras :
"Hei, seluruh isi rumah dari gedung keluarga Kang, semua kumpul ke tempat ini. Kang Puh Cing dan Kang Han Cing sudah kembali !"
Kang Han Cing takut kalau sang toako mendapat serangan gelap, bersamaan de?ngan gerakan Kang Puh Cing ia juga sudah merendengi saudara tersebut !
Suara Kang Puh Cing dikerahkan de?ngan tenaga dalam, bergema dan mende?ngung di seluruh gedung.
Beberapa saat kemudian, beberapa sosok bayangan bergerak ke tempat itu, mereka segera berdiri dihadapan toa kongcu dan jie kongcu.
Diantara orang2 yang hadir tidak kelihatan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay.
Menampak kehadiran toa kongcu, mereka tidak menjadi heran, yang membuat mereka heran adalah kehadiran Kang Han Cing yang berdiri disebelah Kang Puh Cing. Karena anggapan mereka Kang Han Cing sudah mati terbakar didalam kamarnya.
Kepada orang2nya Kang Puh Cing memberi perintah :
"Lekas buat api penerangan."
Perintah ini membawa akibat yang spontan, masing2 mereka membikin penerangan.
Seluruh anak buah gedung keluarga Kang dikumpulkan. Mereka dikumpulkan diruangan depan.
Menoleh kepada Kang Han Cing, Kan Puh Cing berkata :
"Jiete, kau awasilah orang2 ini, aku akan mengajak Goan Tian Hoat memeriksa jejak Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay."
Sesudah itu, dengan suara keras dan lantang ia berkata kepada semua orang2nya :
"Pengurus gedung Cu Ju Hung dan kasir gedung Hu Cun Cay telah berkomplot dengan penjahat2, mereka salah menggun?akan wewenangnya, kini harus ditangkap dengan segera. Kang Sing dan Kang Yung, lekas ! Lekas jaga semua jalan2, jangan biarkan orang meninggalkan gedung dari pintu belakang, kalau ada yang berani kurang ajar bunuh saja. Bila bertemu musuh kuat, cepat kalian memberi tanda dengan melepas kembang api tanda bahaya, kami akan segera datang membantu."
Kang Sing dan Kang Yung setelah mende?ngar perintah itu segera berjalan keluar dari barisan orang2 itu menjalankan perintah, mengajak beberapa orang, membikin persiapan2.
Kang Puh Cing menoleh kearah Goan Tian Hoat dan berkata:
"Sibajingan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay bukan jago biasa, ilmunya cukup lumayan. Silahkan saudara Goan turut aku."
Sesudah itu, Kang Puh Cing menerus?kan penyelidikannya.
Kang Jie dan Kang Yok mengajak empat orang bersenjata golok, menutup semua jalan2 keluar.
Kang Han Cing memperhatikan langkah2 kebijaksanaan sang toako, aturan2nya ke?ras, langkahnya cukup luar biasa, tidak memperdulikan rasa kedudukan. Dalam hati ia memuji :
"Dimasa ayah hidup, segala sesuatu yang menyangkut keluarga Kang sudah diserahkan kepadanya, ayah pernah berkata kalau toako sangat cerdik dan pandai, didalam soal ini, betul2 aku tidak bisa menandinginya."
Hanya didalam waktu yang singkat, di dalam dan di luar gedung keluarga Kang telah terpasang obor2 api penerangan, terang benderang, se-olah2 sedang menanti kedatangan musuh kuat.
Dengan baju yang gedombrongan, Kang Han Cing berdiri diatas tembok gedung memeriksa daerah gedungnya dari posisi yang baru.
Hampir seluruh orang keluarga Kang telah berada ditengah lapangan. Dimisalkan ada seekor burung yang hendak lewat di tempat itu, wajib meminta ijin permisi darinya.
Gedung keluarga Kang telah menghadapi suatu kegemparan. Sebagai satu dari empat Datuk Persilatan keturunan keluarga Kang bisa menyesuaikan diri, dalam menghadapi kesulitan besar mereka bisa menguasai diri. Juga segala sesuatunya berjalan dengan rapi dan teratur. Tidak kalut.
Setengah jam kemudian, dengan wajah murung dan uring2an, dengan tangan masih menenteng pedang, Kang Puh Cing berjalan balik, dibelakangnya berjalan Goan Tian Hoat.
Mendongakkan kepala dan memandang Kang Han Cing yang masih berdiri diatas tembok, Kang Puh Cing bertanya :
"Jiete, ada penemuan2 baru ?"
"Tidak !" Kang Han Cing mengangkat pundak.
Kang Puh Cing menggapaikan tangannya lalu berkata :
"Kau boleh turun !"
Kang Han Cing melayangkan tubuh, dengan ringan berdiri didepan sang toako lalu katanya :
"Toako, apakah tidak berhasil menemu?kan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay ?"
Dengan uring2an Kang Puh Cing ber?kata :
"Kedua bajingan itu rupanya sudah mendapat pirasat tidak baik, maka buru2 lari kabur. Orang2 kita juga berkurang delapan orang, delapan orang itu sudah menjadi anak buah komplotan jahat, mereka turut menghilang."
Pembersihan2 dan gerakan terus dilaku?kan, jam lima pagi mereka telah berkumpul.
Kang Puh Cing segera berkata :
"Sebentar lagi sudah terang tanah, kecuali beberapa orang yang menempati pos penjagaan, yang lain2nya boleh istirahat."
Setelah berkata begitu memberi hormat kepada Goan Tian Hoat dan berkata :
"Semalam suntuk saudara Goan tidak tidur, mari kita istirahat. Sebentar siang kami masih ada sesuatu yang hendak dirundingkan."
Kang Puh Cing lalu menoleh kearah salah satu orangnya dan memberi perintah.
"Kang Jie, ajak tuan pengurus untuk istirahat."
Kang Jie mengiyakan, memberi hormat kepada Goan Tian Hoat dan berkata :
"Silahkan tuan Goan turut hamba."
Goan Tian Hoat bisa menduga isi hati Kang Puh Cing, tentunya hendak merundingkan sesuatu yang penting dengan Kang Han Cing, hal ini tidak baik diikuti olehnya, maka cepat2 ia memberi hormat kepada mereka dan berkata :
"Kang toakongcu juga sudah boleh istirahat. Aku minta diri." lalu ia berbalik dan mengikuti Kang Jie menuju ke kamarnya.
Sesudah Goan Tian Hoat berlalu, Kang Puh Cing menarik tangan Kang Han Cing dan berkata :
"Jiete, tempat tidurmu sudah dimakan api. Maka tidurlah ditempatku, juga masih banyak yang hendak kutanyakan padamu !" Mereka berjalan memasuki kamar Kang Puh Cing.
Pelayan kecil Siao Cian menyongsong kedatangan mereka, dengan girang ia ber?kata :
"Hamba menyambut toakongcu, aah.......jiekongcu juga turut kembali ?"
Kang Puh Cing menggebah pelayan itu dan berkata :
"Siao Cian sudah tidak ada urusanmu. Pergilah istirahat!"
Sesudah menyembah, Siao Cian bangkit berdiri memandang toakongcu sebentar, mengiyakan perintah dan mengundurkan diri.
Kang Puh Cing dan Kang Han Cing masuk ke dalam kamar. Ruangan itu bersih dan rapi.
Dengan penuh perhatian, Kang Puh Cing berkata :
"Jietee, kalau kau lelah, tidurlah se?bentar."
"Aku tidak lelah." berkata Kang Han Cing, "Kalau toako mau beristirahat, tidur saja dulu."
Dengan tertawa Kang Puh Cing berkata. "Kalau begitu mari kita duduk saja."
Mereka duduk ber-hadap2an, terdengar Kang Han Cing berkata :
"Bukankah toako hendak mengajukan sesuatu kepadaku ? Jika ada pertanyaan yang hendak diajukan, silahkan !"
"Ya !" berkata Kang Puh Cing tertawa. "Aku ingin tahu, bagaimana racun2 yang bersarang didalam tubuhmu bisa dilenyapkan."
Kang Han Cing menceritakan munculnya sikongcu berbaju putih Tong Jie Peng yang telah memberikan pertolongan mengobati dan berhasil memunahkan dan menghilangkan racun jahat itu.
Mata Kang Puh Cing ber-kilat2, dengan heran bertanya :
"Jiete apakah mengetahui asal usul orang yang bernama Tong Jie Peng itu ?"
Kang Han Cing berkata : "Tidak tahu. Menurut paman Kuo Se Fen, Tong Jie Peng kongcu masih mempunyai hubungan baik dengan keluarga Kang, apakah toako pernah dengar cerita ayah tentang seseorang dari keluarga Tong ?"
Kang Puh Cing berpikir beberapa waktu kemudian menggoyangkan kepala berkata : "Orang2 yang mempunyai hubungan baik dengan keluarga kita sangat banyak, tapi diantaranya tidak terdapat dari keluarga Tong."
Mereka tidak berhasil mencari dan menyelidiki asal usul Tong Jie Peng.
Kang Puh Cing memperhatikan wajah adik itu beberapa saat, lalu tertawa dan berkata:
"Jiete, menurut apa yang kutahu, ba?danmu lemah, tidak berkepandaian. Tapi ternyata itulah penilaian salah, kenyataan kau memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi daripadaku. Dari mana kau pelajari ilmu2 itu ?"
Kang Han Cing menyeringai dan berkata :
"Orang yang memberi ilmu kepandaian kepadaku tidak mau disebut, dia adalah tokoh yang sudah mengasingkan diri."
Kang Puh Cing bertanya : "Apa ayah yang menyuruh kau berguru kepadanya ?"
Kang Han Cing menggelengkan kepala berkata :
"Bukan. Bukan ayah. Tapi nenek menyuruh aku berguru kepadanya."
Yang diartikan nenek adalah mertua Kang Sang Fung.
Kang Puh Cing bertanya lagi :
"Apa ayah tidak tahu?"
Kang Han Cing berkata: "Nenek berpesan, agar aku tidak menyebut2nya."
"Ayah tidak tahu sama sekali ?"
"Kukira tidak."
"Heran !" berkata Kang Puh Cing, "Apa yang harus dirahasiakan?"
Kang Han Cing berkata : "Menurut hemat ayah, aku tidak pantas bermain silat. Lain pendapat ayah, lain pula pendapat nenek. Menurut nenek, aku lemah dan berpenyakitan, sudah seharusnya berlatih silat untuk menjaga kesehatan !"
"Ternyata penilaian nenek lebih tepat, hasil dan prestasi yang kau capai telah berada diatasku, inilah hasil yang tidak dike?tahui oleh ayah."
Kang Han Cing tertawa getir.
Kang Puh Cing juga turut tertawa.
Beberapa waktu kemudian, Kang Puh Cing bertanya lagi:
"Jieete, rumah kita telah ditongkrongi penjahat selama tiga bulan. Segala sesuatunya diurus oleh manusia palsu Cu Ju Hung dan Hu CunCay, menurut hematku, tentunya sudah acak2an, kulihat saudara Goan tadi sangat cerdik, kedudukan pe?nguasa rumah boleh diserahkan kepadanya."
Kang Han Cing berkata : "Kecerdikan saudara Goan tidak berada dibawah kita, kalau toako setuju. Boleh saja."
"Tentu saja aku setuju." berkata Kang Puh Cing.
"Entah bagaimana dengan pendapatnya, maukah Goan Tian Hoat bernaung dibawah panji gedung keluarga Kang ?"
"Kukira ia tidak keberatan." berkata Kang Han Cing, "Tenaganya selalu siap disumbangkan."
Sesudah sore harinya seluruh penghuni dari gedung keluarga Kang dikumpulkan lagi.
Mereka menyaksikan dengan heran, Jie kongcu yang sudah mati terbakar hidup kembali.
Yang membuat mereka lebih heran lagi adalah pengumuman Toakongcu, dikatakan kalau Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay itu sudah berkomplot dengan orang jahat, berkhianat kepada keluarga Kang dan telah dipecat secara tidak terhormat.
Kecuali Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay masih ada delapan anak buah yang turut lenyap. Dan tentunya juga menjadi anggota penjahat.
Perubahan2 itu adalah merupakan perubahan yang terbesar bagi keluarga Datuk persilatan Kang Sang Fung.
Diruangan itu telah berkumpul banyak orang, lelaki dikiri perempuan dikanan, masing2 berkasak kusuk penuh tanda tanya.
Kang Puh Cing didampingi oleh Kang Han Cing sedang Goan Tian Hoat berada di tengah2.
Per-tama2, Kang Puh Cing menceritakan pengalamannya, ia diculik musuh, di?tawan disuatu tempat yang tidak mudah ditemukan.
Sesudah itu si penculik dari satu kom?plotan jahat dengan menyamar sebagai dirinya telah berkuasa didalam gedung ke?luarga Kang dibantu oleh Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay. Tiga komplotan jahat itu menganiaya dan menyekapnya. Cerita Kang Puh Cing begitu mendebar hati pendengarnya.
Lebih tegang lagi cerita Kang Han Cing, ia menceritakan bagaimana hampir dibakar mati, melarikan diri ke Hai-yang piauw-kiok, menyatroni kuburan, menolong Kang puh Cing.
Mendengar cerita itu wajah semua orang pucat pasi. Terakhir setelah mengetahui tidak ada kerugian bagi pihaknya, sesudah selesai mendengar cerita itu, se?mua orang bertepuk tangan.
Menunggu sampai saat suara tepukan itu berhenti, Kang Puh Cing memberi pengesahan tentang pengangkatan Goan Tian Hoat sebagai pengurus besar rumah gedung ke?luarga Kang menggantikan Cu Ju Hung.
Mulai saat itu Goan Tian Hoat berkuasa penuh didalam keluarga Kang, untuk urus?an kecil maupun urusan besar, tidak ada orang yang boleh membangkang perintahnya, hal ini untuk memperlancar langkah2 kebijaksanaan Goan Tian Hoat, Goan Tian Hoat mendapat hak penuh untuk mengam?bil tindakan tanpa memberitahu lebih dulu kepada Kang Han Cing atau Kang Puh Cing.
Goan Tian Hoat berkenalan dengan orang2 dari gedung keluarga Kang.
Karena itu Goan Tian Hoat mendaftarkan nama2 pegawai dari gedung keluarga Kang dan memperhatikan setiap gerak gerik dari orang2 itu.
Pengangkatan pengurus baru ini juga mendapat penyambutan yang meriah.
Kang Puh Cing memberi perintah, ia membikin perjamuan besar, perjamuan atas berkumpulnya dan kembalinya kedua saudara itu.
(Bersambung 8) *** Jilid 8 PERJAMUAN untuk toa kongcu yang sudah kembali dengan selamat, dan juga perjamuan untuk jie kongcu yang sudah berkepandaian silat.
Orang2 dari gedung keluarga Kang ber?pesta pora.
Hanya satu orang yang masih menaruh kecurigaan, itulah Goan Tian Hoat.
Goan Tian Hoat memiliki sifat2 yang lebih teliti, masih meragukan asal usulnya Kang Puh Cing.
Dalam suasana yang meriah itu Goan Tian Hoat tidak berani mengutarakan kecurigaannya, dengan diam2 bermaksud menyelidiki dengan lebih teliti, menunggu sampai bukti2 dan pakta yang jelas, ia akan membongkar rahasianya.
Sesudah pesta makan, Goan Tian Hoat meminta waktu untuk membikin pengontrolan ke seluruh pelosok gedung.
Dimana harus meletakkan pos penjagaan dan dimana harus membuat perbaikan perbaikan.
Sesudah memeriksa berkeliling ke seluruh gedung keluarga Kang, Goan Tian Hoat kembali lagi.
Diruangan Su-hang, Goan Tian Hoat menjumpai Kang Puh Cing dan Kang Han Cing, kedua saudara itu sedang ber-cakap2, melihat hadirnya Goan Tian Hoat, Kang Puh Cing menyongsong, dengan tawa berkata :
"Saudara Goan, kau tentunya letih, duduklah."
Goan Tian Hoat duduk didepan kedua saudara itu.
Seorang gadis pelayan gedung keluarga Kang membawakan minuman diletakkan depan Goan Tian Hoat dan berkata:
"Silahkan Cong-koan minum teh."
Cong-koan berarti panggilan kepada orang pengurus.
Goan Tian Hoat menganggukkan kepala menerima pemberian teh itu. Kemudian ia membuat laporan tentang hasil penyelidikannya, mengutarakan rencana untuk mengatur gedung keluarga Kang.
Dengan tertawa Kang Puh Cing berkata :
"Sudah kukatakan, semua urusan besar dan kecil untuk keluarga Kang diserahkan pada saudara Goan, apa yang dianggap baik lakukanlah saja, tanpa memberitahu kepada kami berdua, tidak akan kita per?salahkan."
Goan Tian Hoat berkata : "Hal ini terlalu berlebih2an."
Kang Han Cing turut bicara, ia ber?kata :
"Saudara Goan tidak perlu merasa me?rendah diri, sebagai seorang pengurus gedung keluarga Kang, kau harus memiliki kewibawaan, karena itu hak mutlak itu perlu, belum lama, toako sedang memperbincangkan lengcu Panji Hitam itu, apa maksudnya ? Mengapa harus menyamar menjadi toako, menyelusup masuk ke dalam gedung keluarga Kang ? Rencana busuk lengcu Panji Hitam sudah digagalkan. Lain rahasia harus kita bongkar. Persoalan jenazah ayahku yang lenyap tiada bekas, tentunya dicuri orang. Sesudah saudara Goan selesai mengatur, aku hendak keluar seorang diri, menyelidiki rahasia lenyapnya mayat ayah itu."
"Ya." turut berkata Kang Puh Cing, "Apa betul mayat ayah dicuri orang? Untuk apa mayat itu bagi mereka?"
Goan Tian Hoat berkata : "Aku telah melihat dengan mata sendiri bagaimana lengcu Panji Hitam itu membongkar peti mati, tapi isinya sudah menjadi kosong. Menurut hematku, orang yang mencuri jenazah bukanlah komplotan lengcu panji Hitam, kukira mereka juga sedang menyelidiki siapa yang mencuri jenazah itu?"
"Mungkin pada tubuh ayah terdapat sesuatu rahasia?"
"Kukira demikian."
"Bagaimana pendapat saudara Goan?"
Goan Tian Hoat berkata : "Rahasia ? Sudah pasti ! Tidak bisa disangkal lagi. Tapi untuk mengetahui rahasia itu kita harus menyelidiki asal usulnya lengcu Panji hitam. Komplotan lengcu Panji Hitam juga satu komplotan baru. Disamping itu, apa tujuan komplotan mereka? Inilah yang harus kita selidiki."
"Bagaimana kita harus menyelidiki jejak-jejak lengcu Panji Hitam ?"
Goan Tian Hoat berkata : "Dari tindak-tanduk mereka, markas lengcu Panji Hitam pasti berada didaerah kita. Mungkin didalam kota, mungkin diluar kota, kalau kita bisa ber-hati2, tidak sulit untuk mencari markas mereka ini."
"Baik." Kang Han Cing berkata tegas. "Esok hari aku akan menyelidiki jejak Lengcu Panji Hitam."
Kang Puh Cing berkata : "Sekalian juga menyelidiki komplotan yang telah mencuri jenazah ayah itu."
Kang Han Cing menganggukan kepalanya.
Pada hari berikutnya, betul2 Kang Han Cing meninggalkan gedung keluarga Kang, menyelidiki tentang komplotan2 yang su?dah mencuri dan hendak mencuri jena?zah ayahnya.
Ber-turut2 selama tiga hari, Kang Han Cing membikin penyelidikan tanpa hasil. Seluruh isi kota Kim-leng telah diselidikinya, sebagian besar sudah diperhatikan baik2. Tak seorangpun yang dicurigai.
Pada sore hari ketiga, Kang Han Cing kembali ke gedung keluarga Kang dengan hati masygul.
Kang Han Cing kembali menempati vila bagian barat, gadis pelayan yang melayaninya adalah gadis pelayan lama, namanya Siao Tian, begitu menampak kembalinya Kang Han Cing, ia menyembah dan berkata:
"Jie kongcu sudah kembali?"
Siao Tian adalah pelayan yang disediakan untuk Kang Puh Cing, karena pelayan Kang Han Cing, Cie Cien tidak kembali lagi, maka pelayan itu diserahkan kepada Han Cing untuk melayani semua kebutuhannya.
Kang Han Cing langsung memasuki kamarnya, duduk bertopang dagu dimeja.
Siao Tian membawakan teh panas, diletakkan didepan Kang Han Cing dan berkata :
"Jie kongcu, silahkan minum!"
"Taruh saja !" berkata Kang Han Cing uring2an.
Per-lahan2 Siao Tian meletakkan teh itu, memandang kearah majikan mudanya, dan berkata perlahan :
"Jie kongcu !" Kang Han Cing menoleh, memandang gadis pelayan itu, ia bertanya :
"Ada urusan apa ?"
Siao Tian berkata : "Hamba hendak mengajukan sedikit pertanyaan......"
"Pertanyaan apa ?"
"Tentang cicie Ce Cien....."
Ce Cien adalah gadis pelayan Kang Han Cing, Cie Cien-lah yang berjasa besar, memberi kisikan kepada Kang Han Cing sehingga Kang Han Cing tidak mati terbakar.
"Ce Cien?" berkata Kang Han Cing.
Siao Tian bertanya lagi : "Mengapa cici Ce Cien tidak ber?-sama2 Kang jiekongcu kembali?"
Kang Han Cing berkata : "Itu waktu, sesudah ia membawa aku melarikan diri, setibanya diluar kota, Ce Cien berpisah."
Siao Tian bertanya lagi :
"Apa tidak memberitahu kemana kepergiannya ?"
Kang Han Cing berkata : "Menurut keterangannya, ia ingin kem?bali menjenguk orang tua."
Siao Tian menundukkan kepala kebawah.
Kang Han Cing menjulurkan tangan, mengambil teh yang tersedia, menenggaknya per-lahan2.
Itu waktu Siao Tian masih berdiri ter?menung, tidak jauh dari Kang Han Cing berada. Hal ini membuat Kang Han Cing menjadi heran, ia bertanya :
"Siao Tian, apa ada urusan lain?"
"Oh....oh...." Siao Tian mem?buka mulut, maksudnya mengucapkan sesuatu. Tapi batal. "Tidak....tidak...."
Kalau pada hari2 biasa, melihat sikap pelayan yang mencurigakan itu, Kang Han Cing bisa memaksa Siao Tian menceritakan maksud tujuannya, tapi hari ini dia sangat masgul, telah ber-turut2 tiga hari membikin penyelidikan tanpa hasil. Sedangkan komplotan jahat yang berada ditempat gelap terdiri dari dua golongan, satu golongan dari lengcu Panji Hitam, lain golongan datangnya dari orang yang mencuri jenazah itu, tokh tidak berhasil menemukan tanda2 dan bekas2nya.
Kang Han Cing hendak membikin penyelidikan pada malam hari, maka ia tidak mau terganggu. Mengulapkan tangan kepada Siao Tian, berkata:
"Aku mau istirahat sebentar. Pergilah."
Siao Tian mengiyakan perintah itu, per-lahan2 mengundurkan diri.
Sesudah kentongan dipukul dua kali, Kang Han Cing mengenakan pakaian leng?kap berwarna hitam, menggembol pedangnya tanpa memberitahu kepada siapapun juga, membuka jendela dan melesat keluar, meninggalkan gedung keluarga Kang untuk meneruskan penyelidikan diwaktu malam.
Kemana ia harus menyelidiki kemisteriusan yang seperti itu?
Kang Han Cing masih ragu2, saat ini matanya lihay segera bisa melihat berkelebatnya sesosok bayangan, rasa curiga itu timbul, bayangan itu meluncur ke arah ba?rat dan lenyap seketika.
Kalau orang lain yang menemukan ba?yangan itu, mungkin tidak sampai terjadi sesuatu. Dasar nasibnya Kang Han Cing yang apes, ia mudah terpikat, dan mengejarnya cepat.
Sebentar kemudian, gedung keluarga Kang sudah jauh dibelakang.
Jarak dengan bayangan itu semakin la?ma semakin cepat, tapi kecepatannya memang hebat, Kang Han Cing belum ber?hasil mengejar.
Hati jago kita sedang ber-pikir2 :
"Dari mana munculnya jago hebat ini? Mengapa memiliki ilmu kepandaian yang begitu bagus?"
Sebagai seorang yang masih berdarah mu?da, Kang Han Cing tidak mau melepaskan kesempatannya, ia mengempos tenaga dan melesat mengejar.
Semakin lama, jarak dari kedua orang itu semakin dekat.
Disaat hampir Kang Han Cing dapat melihat jelas orang yang dikejar tiba2 saja bayangan orang yang didepan lenyap !
Disaat Kang Han Cing tiba ditempat itu, ia tidak berhasil menemukan orang buronan itu.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia berpikir : "Tentunya orang ini sudah mengetahui kalau ada yang mengejar, maka menyembunyikan diri."
Tiba2 ..... Dari balik rimba dibagian barat, muncul sesosok bayangan, berkelebat dengan cepat, sebentar kemudian sudah duapuluh tombak lebih jauh didepannya.
"Maling licik !" Kang Han Cing memaki, "Akan kulihat, kenapa kau akan melarikan diri ?"
Dengan menotolkan kaki, Kang Han Cing juga mengejar lagi.
Dua bayangan hitam dimalam gelap saling susul menyusul, satu didepan dan satu di belakang, tertembus oleh hawa udara malam bagaikan dua bintik bintang kejora membelah angkasa, menuju kearah pegunungan Ceng-liang.
Bayangan hitam yang Kang Han Cing kejar tiba2 menikung, memasuki sebuah rimba dan melenyapkan diri didalam rimba tersebut.
Kang Han Cing adalah kelahiran daerah tersebut, letak pegunungan Ceng-liang san sudah diketahuinya, ia bisa menduga akan adanya penyembunyian yang seperti itu, mengempos semua kekuatan tenaga bagaikan meluncur diatas ujung2 rumput, membayanginya dan masuk kedalam rimba.
Gerakan Kang Han Cing boleh dikatakan sangat cepat; tokh tidak berhasil mendapatkan bayangan yang dikejar, ia memasuki rimba, ia sudah menubruk tempat kosong !
Desis daun pohon berdengung, suara mana ditambah angin membuat suatu kontras, memasang telinganya tajam, lagi2 Kang Han Cing kehilangan jejak orang tersebut.
Orang tadi sudah menyembunyikan diri, tentunya mendekam didalam semak2.
Matanya dan telinga dipasang betul2, Kang Han Cing meneruskan penyelidikan itu.
Tiba2 langkah tapak kaki seseorang terdengar perlahan, se-olah2 ada yang hendak melarikan diri.
Kang Han Cing tertegun, suara itu datangnya dari ujung rimba. Bukan suara orang yang tadi dikejar, jelas sekali dalam ingatannya, orang yang tadi dikejar memasuki kedalam rimba, dan iapun lompat menerkam, tapi hanya menubruk tempat kosong. Orang tadi tidak jauh berada di sekitar dirinya, bagaimana bisa mendadak sudah berada diujung rimba ?"
"Oh !!!" Tapak kaki yang didengar oleh Kang Han Cing tapak kaki orang lain. Sebagai se?orang pemuda yang cerdik, Kang Han Cing telah bisa mengetahui adanya perangkap yang khusus disediakan untuk dirinya.
Kalau saja Kang Han Cing mau menyerah, balik kembali kedalam gedung keluarga Kang, mungkin tidak terjadi berbagai kejadian2 yang berikutnya, tapi Kang Han Cing percaya kepada kecerdikannya, dan lebih percaya kepada ilmu kepandaiannya, walau sengaja dipancing ke tempat ini, diajak ketempat perangkap2 yang sudah dipasang, ia masih tidak gentar.
Dengan dingin ia bergumam :
"Hendak kulihat, kemana diriku akan kalian bawa."
Badannya bergoyang, meluncur kearah datangnya suara derap kaki tadi.
Betul saja, tak lama tampak sesuatu bayangan dengan gerakan yang sangat cepat, ber-gerak2 diantara jalan pegunungan dan lenyap ditikungan.
Adanya penemuan baru itu membuat Kang Han Cing tidak mau melepaskan kesempatan, ia bagaikan asap melepus ditengah udara, mengejar terus.
Jalan2 didaerah pegunungan ber-liku2, dengan kecepatan lari Kang Han Cing, ia berhasil mengintil dibelakang.
Menikung lagi beberapa tikungan, bayangan didepan itu lenyap !
Sampai disini, lagi2 Kang Han Cing tertegun.
Ia dibesarkan dikota Kim-leng, tentu saja mengetahui seluk-beluk daerah serta keadaan tempat itu, ia sudah berada di?daerah pegunungan Ceng-lian-san. Keadaan sekitar daerah tempat tersebut tidak lepas dari kesan2nya, ada dua rimba daerah itu, arah yang menuju ketimur adalah kelenteng Can eng-tie. Dan menuju kedepannya adalah sebuah wihara biarawati, kelenteng khusus untuk wanita.
Bayangan yang lenyap didepan Kang Han Cing menuju kearah kelenteng biarawati itu, mungkinkah seorang wanita? Wanita dari golongan mana pula ?
Samar2 sudah terbayang oleh Kang Han Cing kalau dirinya itu sudah masuk perangkap. Mundur atau maju ?
Kang Han Cing harus berpikir dua kali, mundur berarti aman ! Tapi tanpa hasil sama sekali.
Maju mungkin dia berhasil mungkin pula kejeblos kedalam perangkap yang sudah dipasang oleh musuh.
Perangkap bagaimanakah yang harus ditakuti? Paling2 komplotan jahat itu menyediakan jago kuat untuk menempur dirinya, dia tidak perlu takut, manusia mana bisa mengekang kebebasan ?
*** Bab 17 SESUDAH mengejar sampai di tempat ini, mundurpun suatu perbuatan yang tolol ! Langkah Kang Han Cing digerakkan menuju kedepan.
Melewati jalan2 batu yang kecil, Kang Han Cing tiba disuatu bangunan, bangun?an itu adalah kelenteng khusus untuk wanita-wanita, namanya Vihara !
Pada pintu depan Vihara tersebut ter?dapat tulisan yang berbunyi Ciok-cuk-am.
Inilah nama dari Vihara tersebut. Pada lain bagian dari Vihara Ciok-cuk-am terdapat tulisan:
"Daerah tempat orang beribadah, turis dilarang masuk."
Penemuan ini menambah kecurigaan Kang Han Cing, ia berpikir :
"Daerah ini adalah daerah terasing, pengunjung dan turis tidak seorang memasuki kedalam, tentu ada apa2nya, mungkinkah markas besar komplotan jahat ?"
Disaat pikiran Kang Han Cing masih ragu2, kakinya sudah bergerak lebih dahulu menotol meluncur dan sebentar saja sudah berada diatas tembok wihara Ciok-cuk-am.
Dari atas bangunan itu, Kang Han Cing memeriksa seluruh pemandangan di bawah, disitu gelap tidak ada tanda2 kalau terdapat perangkap, jauh dibelakang samar2 tembus api penerangan yang redup.
Kang Han Cing lompat turun dari tembok tinggi, melewati daerah Tian Keng, per-lahan2 menuju kearah bagian belakang dari wihara Ciok-cuk-am.
Masih tidak menemukan tanda2 yang mencurigakan, Kang Han Cing semakin bingung, ia berpikir :
"Apa maksud musuh mengantar kesini? Mengapa tidak ada gerakan mereka ?"
Disaat mata Kang Han Cing menoleh kearah samping, pandangannya menjadi hampir pecah. Maka dia bisa melihat adanya gelagat yang buruk.
Disana terdapat ruangan2, juga ada api penerangan, disalah satu jendela ruangan itu ada tapak2 bekas gempuran, ternyata telah terjadi sesuatu. Tapi tidak ada bayangan orang.
Inilah perangkap, se-olah2 berkata : "Datang kemari !"
Tentunya sudah bersembunyi tokoh2 silat kelas satu didalam ruangan itu, tapi siapa?
Ruangan itu terdapat pintu, pintu masih tertutup.
Kang Han Cing memasang telinga, tidak ada desisan napas dari dalam. Hal ini membuat ia semakin heran, mengapa tidak ada orang ?
Dimisalkan betul didalam ruangan tidak ada orang, mengapa masih ada api pene?rangan ?
Pintu tertutup, jenjela dihancurkan oleh tenaga dalam, hal ini seakan2 mem?beritahu kepada Kang Han Cing, kalau mau mengetahui, lihat saja dari jendela itu.
Posisi Kang Han Cing seperti anak panah yang sudah dipasang pada busurnya, sulit untuk tidak dilepas. Kang Han Cing memanjangkan leher, melongok kearah ruangan tersebut.
"Aaaaah ....." Longokan kepala Kang Han Cing tadi berakibat besar, didalam salah satu ruangan biarawati, disana terdapat satu tempat tidur, diatas pembaringan terkapar sesosok mayat, itulah mayat seorang gadis, gadis telanjang bulat, dadanya tertembus pedang, darah masih mengalir, merah membasahi lantai.
Karena pedang menembus pada bagian yang berbahaya, gadis telanjang itu sudah mati dan kaku.
Apa yang sudah terjadi ? Mudah saja dibayangkan. Tentu ada seseorang yang melakukan perkosaan, kemudian melakukan pembunuhan !
Hati Kang Cing tergerak, ia berpikir :
"Orang tadi menjerumuskan diriku ke-dalam sebuah jebakan. Betul2 jebakan! Orang itu hendak membikin fitnah ! Men?jerumuskan diriku ke lembah kekotoran !"
Saat ini, tiba2 terdengar suara bentakan dari sebelah kanan Kang Han Cing :
"Maling gila basa, kau masih belum pergi ?"
Suatu desiran angin pedang yang dingin meluncur kearah punggung Kang Han Cing.
Cepat Kang Han Cing membalikkan badan mengelak kesamping, pedangnya dicabut, trang, menindas datangnya serangan itu dan memperhatikan orang yang menyerang. Orang itu adalah biarawati muda, dengan membawa pedang, matanya liar memandang Kang Han Cing dengan wajah beringas.
Setelah berhasil menangkis datangnya se?rangan gelap tadi, sesudah mengetahui kalau orang yang berada didepannya seorang biarawati muda, Kang Han Cing menyimpan kembali senjata, dengan memberi hormat ia berkata:
"Jangan salah duga, aku Kan Han Cing ..."
Maksud Kang Han Cing adalah membe?ri tahu, kalau dia sedang mengejar orang ke tempat ini.
Biarawati muda itu membentak dengan gemas :
"Aku sudah tahu, kau pernah menyebut namamu. Putra Datuk Selatan Kang Han Cing."
Lagi2 ia menyerang ! Kang Han Cing tertegun, ia mengelak cepat, ilmu kepandaian Kang Han Cing jauh berada diatas biarawati muda itu, maka dia berhasil menekannya, segera ia memberi penjelasan :
"Aku Kang Han Cing, baru saja mengejar orang ketempat ini, tiba2 melihat ada pula terjadi pembunuhan, maka..."
Dengan sepasang mata yang seakan mau menyemburkan api, biarawati muda itu membentak :
"Tutup mulut ! Berulang kali kau memper?kenalkan diri, lebih dari tiga kali, aku tahu namamu Kang Han Cing. Sebelum kau menotok jalan darahku, kau sudah memberi tahu nama itu, apa lagi yang hen?dak aku sangkal ?"
Walau ia bukan tandingan Kang Han Cing, tokh menyerang terus menerus.
Kang Han Cing tidak takut kepada ilmu kepandaian silat orang, tapi lebih takut pada kata2 biarawati muda itu.
"Menotok jalan darahnya ?" Kang Han Cing berpikir. "Bilakah aku menotok ja?lan darah biarawati muda ini ?"
Tanpa terasa, bulu tengkuk Kang Han Cing bangun berdiri !
"Aaa .. pasti ! Orang itu telah menyamar menjadi diriku, sengaja memancingku ke tempat ini. Ia memperkosa dan membuat pembunuhan, fitnah ! Semua getah kejahatan dijatuhkan kepada diriku !"
Lagi2 Kang Han Cing mengegos dari serangan-serangan biarawati muda itu, dia berteriak:
"Tahan seranganmu ! Beri kesempatan aku bicara !"
Biarawati muda itu tidak mau mende?ngar keterangan Kang Han Cing, ia me?nyerang lagi, mulutnya membentak:
"Kang Han Cing, karena dirimu menjadi seorang putra seorang datuk persi?latan, kau begitu berani, disaat guruku ti?dak ada, berani mendatangi wihara Ciok-am, memperkosa dan membunuh adik Siu Lan? Masih hendak memberi alasan apa lagi ?"
Gadis yang mati terbaring ditempat tidur tanpa selembar benang bernama Yen Siu Lan, murid Kek-Ciok-cu-am. Anak ang?kat Ketua Benteng Pengantungan Jaya. Mempunyai hubungan erat dengan Siauw-lim-pay, Ngo-bie pay dan Datuk Barat.
Permainan ilmu pedang biarawati muda itu tidak sehebat permainan ilmu pedang Kang Han Cing, meskipun ilmu pedang biarawati muda itu bukan ilmu pedang biasa, itulah ilmu pedang Loan-po-hong-kiam-hoat, ilmu pedang Ngo-bie-pay yang ternama !
Biarawati muda itu bernama Liauw-in nikouw, ia tidak mau mendengar keterangan Kang Han Cing, lagi2 menyerang dengan gencar.
Didesak terus menerus, betapa sabarpun hati seseorang, tokh akan meledak juga. Pundak Kang Han Cing bergoyang, mundur kebelakang tiga langkah, dengan geram membentak :
"Masih tidak mau menghentikan seranganmu ? Jangan salahkan aku Kang Han Cing yang berlaku kurang ajar."
Liauw-in nikouw membentak :
"Manusia gila basa, lakukanlah apa yang kau suka. Sesudah berani memperkosa, berani membunuh, mengapa tidak berani melakukan sesuatu lagi ? Keluarkanlah ilmu kepandaianmu, kecuali melewati bangkaiku, jangan harap kau bisa keluar dari Ciok cuk-am."
Mulut biarawati muda itu bicara, tangannya tidak tinggal diam, dengan rangkaian tipu ilmu pedang Loan-po-hong-kiam-hoat dari Ngo-bie-pay yang ternama, bagaikan hujan pedang, menyerang Kang Han Cing.
"Engkau tidak tahu diri," berkata Kang Han Cing, "Sesudah aku menyerah terus menerus masih kau tidak mau memberi kesempatan, kau kira aku takut ? Nah ! Terima serangan !"
Begitu Pedang Kang Han Cing dijulurkan kedepan, terdengar suara tang-tang-ting-ting yang riuh, dalam hanya satu ke?dipan mata, Kang Han Cing sudah me?nangkis sepuluh kali serangan pedang Liauw in nikouw.
Serangan terakhir dicurahkannya dengan tenaga keras, pedang si biarawati terpental jauh.
Baru sekarang Liauw-in nikouw menjadi pucat pasi, dia hendak mempertahankan pedangnya, tokh tidak berhasil, tenaga da?lam Kang Han Cing luar biasa, ia lompat mundur ke belakang, dengan wajah yang pucat pasi.
Disaat itu terdengar suara sebutan nama Budha dan berkata :
"Omitohud, siecu jangan melukainya."
Serrrrr.....serrrr....meluncur dua bayangan, cepat sekali sudah berada di depan sana.
Kang Han Cing memang tidak mempunyai niatan untuk melukai Liauw-in nikouw, ia hendak memberi penjelasan, maka ha?nya mengerahkan sedikit tenaga saja, mementalkan pedang lawan, kedatangan dua orang itu, cepat atau lambat tokh tidak akan mengganggu jalan pertempuran.
Menoleh kearah dua bayangan yang datang mereka adalah laki2, seorang kakek berumur diantara limapuluhan, seorang laki2 berbadan besar yang mengenakan pakaian warna biru.
Laki2 berpakaian biru memandang ke arah si biarawati muda, dia bertanya :
"Liauw In, dimana Siu Lan berada ?"
Ternyata nama si biarawati muda adalah Liauw In nikauw !
*** Bab 18 SEPASANG mata Liauw In nikauw berkaca-kaca, dua butir air mata jatuh menetes. Menudingkan jari ke ruang dalam, ia berkata mendatar :
"Adik Siu Lan sudah menjadi korban kebuasan binatang ini ....."
Tidak menunggu sampai pembicaraan Liauw In nikauw berhenti, laki2 berbaju biru itu menoleh kearah padri berbaju kelabu, menghela napas dan berkata :
"Betul2 hal itu terjadi !"
Setelah berkata begitu tubuhnya melejit masuk ke ruang dalam dan berteriak :
"Siu Lan......!"
Tampak jelas pemandangan apa yang terjadi dalam ruang dalam, wajah laki2 berbaju biru menjerit, ia berteriak :
"Moay-moay, betul2 kau dianiaya si bajingan......Aaa......kau mati secara penasaran."
Padri tua berbaju abu2 merangkapkan kedua tangannya, menyebut nama Budha berkata :
"Omitohud! Kami datang terlambat !"
Dari percakapan orang2 itu se-olah2 kedatangan laki berbaju biru dan si-padri berjubah kelabu atas info dan berita orang lain, siapa yang memberi berita ? Siapa yang mengetahui kalau ada seorang yang diperkosa dan dibunuh didalam vihara Ciok-cuk-am ?
Kesimpulannya sangat singkat, inilah tipu perangkap !
Sebelum Kang Han Cing tiba di tempat ini komplotan2 itu sudah memperhitungkan waktu yang tepat, dan mereka bisa menangkap basah Kang Han Cing, dikambing hitamkan!
Tiba2, laki2 berbaju biru menghadapi Kang Han Cing, sret, dia mengeluarkan golok Hian-to dengan wajah penuh hawa pembunuhan, mengacungkan golok Hian-to itu ke muka Kang Han Cing dan membentak :
"Kau yang bernama Kang Han Cing?"
Mereka belum pernah bertemu muka, kalau dalam sekali cetusan orang itu menyebut nama Kang Han Cing, betul2 mengherankan.
Mengetahui kalau dirinya sudah berada didalam sebuah lobang jebakan, Kang Han Cing harus menghadapi dengan segala keberanian, menganggukkan kepala ber?kata :
"Ya ! Aku bernama Kang Han Cing !"
Laki2 berbaju biru itu juga menganggukkan kepala, ia berkata :
"Bagus! Kau sudah mengaku ! Hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa, pancurkanlah darahmu."
Seiring dengan kata2nya, golok Hian-to menyerang dengan jurus tipu Hui po-liu-kiam yang berarti air terjun mengalir deras, menyerang kearah Kang Han Cing.
Tubuh pemuda kita meleset kesamping, mengelakan serangan itu, kemudian ber?kata :
"Tunggu dulu ! Orang yang memperkosa dan membunuh adikmu bukan aku."
Serangan laki2 berbaju biru itu tidak mengenai sasaran, segera dia membentak :
"Bukan kau ? Siapa lagi ?"
Berbareng dengan bentakannya, ia memendekkan tubuhnya, dengan posisi pendek menyabetkan golok dan menyerang kembali. Inilah tipu golok Tee-tang to dari Siauw-lim-pay.
"Hentikan serangan !" bentak Kang Han Cing.
Bersamaan disaat golok Sian-to membacok kakinya, Kang Han Cing melejit lalu menginjak golok itu, trak, digenjetnya di tanah.
Laki2 berbaju biru terkejut, dia menarik goloknya sekuat tenaga, tidak berhasil. Golok itu sudah tertekan oleh ujung kaki Kang Han Cing, kuat dan kokoh sekali.
Mengetahui tidak ungkulan, laki2 berbaju biru melepaskan pegangannya, tubuhnya melejit kebelakang, meninggalkan senjata ! Dia menderita kekalahan !
Kang Han Cing masih menginjak golok lawannya ditanah, sepasang matanya menatap kearah orang2 yang berdiri didepan.
Padri berjubah abu2 juga terkejut, ia memuji kehebatan dan kekuatan Kang Han Cing, ditatapnya anak muda itu bebe?rapa waktu, dengan dingin berkata :
"Ilmu kepandaian siecu memang hebat, tak percuma menjadi putra seorang datuk persilatan."
Suara si padri berjubah abu2 mengan?dung dua arti, memuji ilmu kepandaian Kang Han Cing dan mencemoohkan kepribadian Kang Han Cing, artinya sebagai seorang putra Datuk persilatan, tidak seharusnya melakukan perbuatan yang tidak senonoh !
Disebutnya nama putra Datuk persilatan tentu saja membuat Kang Han Cing tercekat.
Sebagai seorang anak pendekar, apa akibatnya jika sampai dicela memperkosa ? Apalagi membuat pembunuhan keji.
Menghadapi padri berjubah abu2, Kang Han Cing berkata :
"Apa taysu juga menganggap kejadian yang terjadi di tempat ini hasil tanganku?"
Padri berjubah abu juga terkejut, hatinya berpikir :
"Putra Datuk persilatan Kang Sang Fung memang luar biasa, mempunyai ilmu kepandaian silat tinggi, mempunyai lidah lihai ! Kukira musuh yang tidak mudah dihadapi."
Karena itu, lagi2 ia menyebut Budha :
"Omitohud. Dikala terjadinya pembunuhan, kecuali sicu seorang, tidak ada bayangan kedua. Siapa lagi yang melakukan perbuatan terkutuk itu ?"
Liauw In nikouw segera turut campur, ia berteriak :
"Taysu jangan mudah ditipu, kalau bukan perbuatan dia, siapa lagi ? Dialah yang menotok jalan darahku, dia yang menyeret adik Siu Lan, dikatakan lagidikatakan lagi..."
Tiba2 selembar wajah biarawati muda itu menjadi merah.
Mudah diduga apa yang dimaksud dari kelanjutan kata2 tadi itu. Walaupun tidak dicetuskan oleh Liauw In nikouw, ketiga orang yang berada ditempat itu sudah menduga, tentunya kata2 kotor dan jorok.
Wajah laki2 berbaju biru memperlihatkan dendam kesumat, menudingkan jari kearah Kang Han Cing, berkata :
"Kang Han Cing, apa lagi yang hendak kau sangkal ?"
Kang Han Cing bungkam. Fakta dan bukti bicara. Kenyataan telah diambang mata. Kecuali Kang Han Cing pribadi, sampai pecah mulutpun, tidak mungkin mereka bisa percaya kepada keterangannya.
Dada Kang Han Cing dirasakan mau meledak, inilah fitnah ! Fitnah lebih jahat dari pembunuhan. Tapi dia masih berusaha menahan rasa sabar, ditatapnya orang2 di-hadapan itu dengan tenang, dengan suara dingin ia berkata :
"Sudah kukatakan, kalau terjadinya drama ditempat ini bukan perbuatanku. Tapi kalian tidak mau percaya. Pikirlah baik2, kalau aku mau angkat kaki, kukira kalian bertiga ini belum tentu bisa mena?han. Tapi biar bagaimana, aku harus memberi keterangan yang lebih jelas lagi."
Wajah si padri berbaju abu2 berubah. Tapi ia tidak membuka mulut.
Laki2 berbaju biru mengertak gigi, bentaknya lagi :
"Tengah malam buta kau mendatangi kelenteng Ciok-cuk-am, memperkosa dan membunuh adikku. Fakta dan bukti telah berada didepan mata. Seribu alasan yang kau keluarkan, tidak mungkin bisa menelan dosa2mu."
Laki2 berbaju biru bernama Yen Siu Hiat, engkoh dari Yen Siu Lan. Kematian sang adik membuatnya cepat naik darah.
Padri berjubah abu2 segera menengahinya, ia berkata kepada laki2 berbaju biru :
"Sabar. Dengar dulu keterangan apa pula yang hendak diketengahkan ?"
Kemudian padri ini menghadapi Kang Han Cing dan berkata :
"Silahkan siecu membuat pembelaan."
Kang Han Cing berkata. "Sebelumnya, bisakah boanpwe mengetahui sebutan jiwie yang mulia ?"
Padri berjubah abu2 berkata.
"Lolap bernama Ciok Sim, menjabat ketua kelenteng Cu-lian-sie. Dia adalah keponakan muridku, namanya Yen Siu Hiat."
Hati Kang Han Cing tercekat, tentu saja ia pernah mendengar nama ketua kelenteng Cu-lian sie. Kelenteng Cu-lian-sie adalah salah satu ranting cabang partai Siauw-lim-pay, ketua kelenteng bernama Ciok Sim taysu. Ciok Sim taysu adalah tokoh silat golongan tua yang mempunyai kedudukan bisa merendengi dengan ketua partai Siauw lim-pay.
Wah ! Laki2 berpakaian biru Yen Siu Hiat adalah anak murid Siauw lim pay ! Permusuhan telah menimpa kepada golongan.
Mengetahui kalau ia sedang berhadapan dengan tokoh Siauw-lim-pay, Kang Han Cing memberi hormat dan berkata :
"Maaf. Ternyata taysu adalah ketua kelenteng Cu-lian-sie. Disini Kang Han Cing minta maaf. Tapi menurut apa yang kutahu, jarak kelenteng Cu-lian-sie dengan tempat ini tidak sampai tiga lie jauhnya, jihui berdua baru saja datang, kemudian mengatakan kalau kalian terlambat, tentunya ada orang yang memberitahu, maka bisa menduga kalau nona Siu Lan telah mendapat ancaman perkosaan dan pembunuhan, siapakah orang yang memberi tahu itu ?"
Sebelum Ciok Sim taysu menjawab pertanyaan Kang Han Cing, laki2 berbaju biru Yen Siu Hiat berdengus dingin, katanya :
"Suheng2 dari kelenteng Cu-lian-sie melihat tindak tandukmu yang mencurigakan, tengah malam buta mendatangi kelenteng Ciok-cuk-am, tentu saja segera memberi laporan. Apa kau hendak membunuh orang itu ?"
Kang Han Cing tidak meladeni Yen Siu Hiat, secara bersungguh2 ia memandang kearah Ciok Sim taysu dan berkata :
"Kejadian dimalam ini adalah suatu perangkap, ternyata aku sudah masuk kedalam jebakan itu. Ada sesuatu orang atau suatu komplotan yang hendak mencelakakan diriku, menjerumuskanku kedalam lembah kenistaan. Tentu saja kalian tidak percaya keteranganku, tapi percaya atau tidak terserah kepada kalian, yang penting aku akan memberitahu tentang bagaimana aku bisa tiba ditempat ini."
Sesudah itu, Kang Han Cing menceritakan sesuatunya dengan jelas, asal mulanya ia terpancing dari gedong keluarga Kang sampai tiba ditempat ini.
Dengan memperlihatkan sikapnya yang terkejut Ciok Sim taysu berkata :
"Apa keterangan siecu bisa dipercaya ?"
Kang Han Cing berkata : "Dimisalkan kalau aku Kang Han Cing betul telah melakukan perkosaan dan pembunuhan, sebelum taysu berdua datang, cukup dengan membunuh seorang lagi dan segera melarikan diri. Tokh kalian tidak akan menemukan aku disini. Untuk apa tetap berdiam disini terus menerus ?"
Pendirian Ciok Sim taysu mulai ragu2, ia bertanya :
"Menurut pendapat siecu, siapa yang melakukan pembunuhan dan perkosaan ?"
Kang Han Cing berkata : "Taysu pernah mendengar nama lengcu panji Hitam ?"
"Lengcu Panji Hitam ?" Ciok Sim taysu memperlihatkan wajahnya yang tidak mengenal. "Belum pernah lolap mendengar nama ini."
Sepasang sinar mata Kang Han Cing me?mancarkan cahaya terang, dengan geram ia berkata :
"Lengcu Panji Hitam adalah pemimpin dari satu komplotan yang mengunakan se?ragam hitam, menggunakan tutup ke?rudung hitam, gerak-gerik sangat misterius. Menurut dugaanku, mereka mempunyai tempat persembunyian didaerah Kim Leng."
Laki2 berbaju biru Yen Siu Hiat ber?kata :
"Keterangan sepihak yang kau kemuka?kan belum tentu bisa dipercaya. Apa bukti2 dari ucapanmu ?"
Dengan berani Kang Han Cing berkata : "Buktinya segera menyusul. Didalam wak?tu sepuluh hari aku akan menyeret dan membekuk batang lehernya manusia terkutuk itu, diserahkan kepada kalian untuk memberi pertanggungan jawab."
Sesudah berkata begitu, Kang Han Cing memberi hormat, lalu melejit meninggalkan Ciok Sim taysu.
Yen Siu Hiat mengeluarkan gereman, maksudnya hendak mengejar larinya Kang Han Cing, tapi Ciok Sim taysu segera menahannya dan berkata :
"Jangan dikejar !"
Dengan masih uring2an Yen Siu Hiat berkata :
"Susiok, bagaimana dengan kematian adikku ? Begitu sajakah membiarkan ia pergi ?"
Ciok Sim taysu berkata : "Sabar! Mungkin keterangannya bisa dipercaya. Walaupun ia hendak melarikan diri, Kang-jie kongcu dari gedung Datuk sela?tan tidak bisa melarikan diri, serahkan saja kepadaku. Dalam soal ini, Put-im suthay dan aku akan berdiri di pihakmu."
Dengan rasa kemendongkolan yang tidak terhingga, Kang Han Cing meninggalkan kelenteng Ciok-cuk-am, sebentar saja ia su?dah kembali ke gedung keluarga Kang.
Ia tidak kembali ke kamarnya, tetapi ia mendatangi kamar Goan Tian Hoat, mengetuknya perlahan dan berkata :
"Saudara Goan Tian Hoat."
Mendengar suara panggilan dan ketokan pintu, Goan Tian Hoat bangun dari tidurnya, cepat2 memakai pakaian dan membuka pintu, tampak olehnya Kang Han Cing yang mengenakan pakaian ringkas, berdiri di muka pintu, dengan terkejut ia bertanya :
"Jie kongcu, apa yang terjadi ?"
Kang Han Cing memasuki kamar Goan Tian Hoat, kemudian ia berkata :
"Aku telah bertemu dengan urusan yang sulit, sengaja datang malam untuk merundingkan."
Hati Goan Tian Hoat semakin kaget, ia mengetahui waktu hampir menjadi pagi, tapi Kang Han Cing mengenakan pakaian ringkas, tentu baru melakukan perjalanan malam. Ia belum tidur.
Dengan ilmu kepandaian Kang Han Cing, siapakah yang bisa mempersulit? Tentu ia telah menemukan sesuatu yang luar biasa. Penemuan apakah itu ? Hati Goan Tian Hoat sedang ber-pikir2.
Sesudah memasuki kamar Goan Tian Hoat, Kang Han Cing menemplokkan badannya dipembaringan, ia menceritakan pengalaman2 yang baru saja ditemukan.
Rasa kagetnya Goan Tian Hoat tidak ke?palang, menunggu sampai Kang Han Cing selesai bercerita, baru ia berkata :
"Inilah perangkap ! Menggunakan Put-im suthay tidak berada ditempatnya, mereka telah menggunakan kesempatan itu, menjerumuskan dirimu kedalam jerat berbisa."
"Siapa Put im suthay? Lihaikah dia ?" bertanya Kang Han Cing.
Goan Tian Hoat berkata : "Put im Suthay adalah ketua Vihara Ciok-cuk-am itu, ia termasuk salah seorang jago wanita hebat. Ia adalah kakak seperguruan dari Bu Houw taysu, Bu Houw taysu adalah ketua partai Ngo-bie-pay yang lama, mereka terkenal karena sifat2nya yang luar biasa."
*** Bab 19 SESUDAH menatap wajah Kang Han Cing beberapa waktu, Goan Tian Hoat berkata lagi :
"Didalam soal ini, penjahat itu telah menjerumuskan keluarga Datuk Selatan kedalam persengketaan dengan Siauw-lim-pay dan Ngo-bie-pay. Bukan saja itu, juga sengketa itu melibatkan diri kita dengan Datuk Barat."
"Datuk Barat ?" bertanya Kang Han cing. "Ada hubungan apa dengan Cin Jing Cin ?"
Untuk rimba persilatan dimasa itu, terkenal dengan empat Datuk persilatan. Urutannya mereka sebagai berikut : Datuk Selatan Kang Sang Fung, Datuk Utara Lie Kong Tie, Datuk Timur Sie See Ouw, Datuk Barat Cin Jing Cin. Dari keempat Datuk persilatan itu, Datuk Selatan Kang Sang Fung telah meninggai dunia. Datuk Utara Lie Kong Tie sakit payah karena keracunan.
Kang Han Cing bingung mendengar keterangan Goan Tian Hoat yang menghubungkan terbunuhnya Yen Siu Lan dengan sang Datuk Barat itu.
Yen Siu Lan adalah wanita yang menjadi korban perkosaan dan pembunuhan di dalam vihara Ciok-cuk-am.
Goan Tian Hoat memberi keterangan :
"Laki2 berbaju biru yang bernama Yen Siu Hiat itu adalah jago yang mendapat gelar Pendekar pelajar besi. Salah seorang murid Siauw-lim-pay yang diharapkan. Adik perempuannya yang bernama Yen Siu Lan, telah menjadi murid Put im suthay, yang lebih penting lagi, paman Yen Siu Hiat yang bernama Yen Yu San dengan gelar Hakim bermuka merah. Yen Yu San itu memiliki sifat keberangasan, jarang sekali orang yang dapat mengelakan keonarannya."
"Bagaimana hubungan mereka dengan Datuk Barat Cin Jing Cin ?" tanya Kang Han Cing.
Goan Tian Hoat berkata : "Yen Yu San adalah pengurus dan orang kepercayaan Datuk Barat Cin Jing Cing."
"Maksudmu ?" "Ketua benteng Penganungan Jaya datuk barat Cin Jing Cin senang dan gemar kepada persilatan. Menurut cerita, pada tiga tahun yang lalu, secara menda?dak saja meninggalkan bentengnya. Semua urusan dari benteng Penganungan Jaya diserahkan kepada Yen Yu San, Yen Yu San adalah orang kepercayaannya, orang yang dianggap pandai oleh Cin Jing Cin. Karena Cin Jing Cin tidak beristeri, dia putus turunan, ia menganggap Yen Siu Hiat dan Yen Siu Lan sebagai anak sendiri, wanita yang mati didalam Ciok-cu-am itu adalah Yen Siu Lan, salah satu dari orang yang dianggap anak olehnya. Bagaimana ti?dak akan menjadi sulit? Disini letak kecerdikan dan kehebatan si penjahat. Dia memilih calon korban yang tepat, membunuh Yen Siu Lan dan menjatuhkan tuduhan itu kepadamu. Lihay ! Perangkap hebat! Sulit untuk mengelakan getah ini."
Untuk mengetahui jalan asal mula Benteng Penganungan Jaya yang akhirnya mentelorkan seorang Datuk Barat Cin Jin Cin, para pembaca dipersilahkan membaca cerita : BENTENG PENGGANTUNGAN.
Kepala Kang Han Cing dirasakan berdenyut sakit, betul2 ia menghadapi persoalan sulit dan rumit.
Terdiam beberapa saat, Kang Han Cing berkata :
"Tapi bukan aku yang membunuh Yen Siu Lan."
"Mereka tidak akan percaya semua keteranganmu tentang peristiwa itu. Siauw-lim-pay, ngo-bie-pay, dan dari benteng Penganungan Jaya tidak akan berpeluk tangan. Kukira tidak mudah untuk mengelak gencetan ketiga kekuatan raksasa itu."
Kang Han Cing berkata : "Yen Yu San tentunya bisa berpikir."
"Yen Yu San bukan tidak bisa berpikir. Tapi yang mati adalah keponakannya. Karena menyangkut soal pamili, ia tentunya menjadi panik dan tidak mudah untuk menerima keterangan yang bisa memuaskan baginya."
Kang Han Cing berkata : "Aku telah menjanjikan mereka di dalam waktu sepuluh hari, aku akan menyerahkan orang yang menjadi biang kerok itu, demikianlah, malam2 aku datang kemari untuk meminta pendapatmu, bagaimana pendapat saudara Goan ?"
Goan Tian Hoat menggeleng2kan kepala berkata :
"Sulit ! Sulit ! Musuh telah menggunakan fitnah menjerumuskan kita kedalam lembah kenistaan, dengan maksud menjatuhkan pamor dan nama baik Datuk persilatan daerah selatan. Mereka sengaja memilih Yen Siu Lan yang dijadikan kor?ban. Kematian Yen Siu Lan mengakibat?kan kita bentrok dengan Siauw-lim-pay, Ngo-bie-pay dan benteng Penganungan Jaya. Sedang sipembuat fitnah tentu bisa mengira-ngira, kau hendak mencarinya, kalau saja ia bisa mengeram beberapa waktu, kalau saja kita tidak bisa meringkusnya, tentu saja ketiga kekuatan raksa?sa ini datang menggencet, betapa hebatpun kekuatan Datuk selatan, tidak mudah untuk mengelakan persoalan ini."
"Maling gila....maling gila...." Kang Han Cing mem-banting2 kaki.
Goan Tian Hoat juga tidak berdaya, me?mandang kearah Kang Han Cing dan bertanya :
"Jie kongcu, apakah kau sudah ber?temu dengan toa kongcu, memberi tahu kejadian ini kepadanya?"
"Belum." Kang Han Cing menggeleng?kan kepala.
Goan Tian Hoat berkata : "Menurut pendapatku, urusan terlalu hebat dan besar. Lebih baik kita segera mengajak toa kongcu untuk merundingkan."
"Baik. Mari kita temui toako."
Pada hari kedua, disaat matahari baru menongolkan kepalanya, dimuka pintu besar gedung keluarga Kang, telah kedatangan empat orang.
Keempat orang yang mendatangi gedung keluarga Kang itu berada dibawah pimpinan seorang biarawati tua, tangan nenek itu menjinjing delapan belas butir mutiara yang dikalungkan menjadi satu. Wajahnya ditekuk masam2, inilah ketua dari vihara Ciok-cuk-am Put-im suthay.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merendengi Put-im-suthay, adalah seorang padri berjubah abu2 dan seorang laki2 berbaju biru. Mereka adalah ketua kelenteng Cu-lian-sie, Ciok Sim taysu dan si pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat, bersama ketiga orang itu, turut seorang biarawati muda, inilah bukti hidup, Liauw-in-nikauw, yang pernah berkata bahwa dirinya pernah ditotok oleh Kang Han Cing.
Begitu pintu terbuka, Put-im Suthay segera membentak kepada orang keluarga Kang :
"Lekas beritahu kepada toa kongcu kalian, kalau Put-im Suthay dari Ciok-cuk-am dan Ciok Sim Taysu dari kelenteng Cu-lian-sie hendak bertemu."
Pegawai gedung keluarga Kang telah lama mengikuti Kang Sang Fung, dengan sendirinya segala urusan rimba persilatan telah diketahuinya masak2. Menyaksikan kedatangan Put-im suthay dan Ciok Sim-taysu tentu saja ia tidak berani gegabah, memberi hormat dan berkata :
"Silahkan jiwie tunggu sebentar. Ham?ba segera beritahu."
Berlari-lari orang itu memberitahu ke?datangan rombongan Put-im suthay.
Tidak lama kemudian, dengan bajunya yang ber-kibar2 Kang Puh Cing berlari da?tang menyongsong kedatangan Put-im su?thay berampat, berulang kali Kang Puh Cing merangkapkan kedua tangannya, memberi hormat dan berkata :
"Ternyata Put-im suthay yang datang, ternyata Ciok Sim taysu juga datang ke dalam rumah kami, silahkan, silahkan masuk !"
Buru2 Kang Puh Cing mempersilahkan keempat tamu itu memasuki ruangan besar. Segera ia memberi perintah kepada orang2nya menyediakan minuman.
Ciok Sim taysu segera menerima penghormatan-penghormatan itu, lalu menudingkan jari kearah pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat dan berkata :
"Kang toa kongcu, mari kukenalkan, inilah keponakan muridku yang bernama Yen Siu Hiat."
Kang Puh Cing memperlihatkan sikapnya yang sangat terkejut, alis lentiknya terangkat sedikit, memberi hormat dan berkata :
"Selamat bertemu, selamat bertemu, nama pendekar satrawan besi Yen Siu Hiat pernah menggemparkan rimba persilatan. Juga termasuk salah seorang yang kupuji."
Yen Siu Hiat membalas hormat itu dengan sikap yang dingin, ia berkata :
"Aku juga sering dan mengagumi nama Kang toa kongcu."
Put im suthay celingukkan kekanan dan kekiri, ia tidak menampak Kang Han Cing diruangan itu karena itu memandang Kang Puh Cing dan berkata :
"Kemana Kang jie kongcu ?"
Kang Puh Cing berkata : "Gedung kami sedang dirundung kemalangan, sesudah ayah almarhum meninggal dunia, kembali kemalangan menimpa diriku, aku diculik penjahat sampai tiga bulan. Dan baru saja kemarin dulu berhasil terbebas dari penculikan, pulang kerumah ini."
Dengan geram Put-im suthay berkata :
"Aku sudah tahu. Yang hendak kutanyakan adalah dimana adanya Kang jikongcu ?"
Kang Puh Cing berkata : "Selama dua hari ini, jiete membikin penyelidikan2, mencari jejak markas besar penjahat2 itu, sehingga saat ini masih belum kembali. Suthay hendak ber?temu dengan jiete? Ada urusan apakah yang begitu penting ?"
Dengan dingin Put-im suthay berkata :
"Alasan menyelidiki markas besar musuh? Huh ! Apa kau tahu tindak-tanduk adikmu diluaran itu ?"
Memperlihatkan sikapnya yang terkejut, Kang Puh Cing berkata :
"Mungkinkah jiete telah melakukan sesuatu kesalahan kepada suthay berempat?"
Dengan dingin Put-im suthay berkata :
"Nama Datuk selatan Kang Sang Fung pernah menggemparkan rimba persilatan, begitu juga kedua putranya yang hebat2, ada uang ada kekuasaan, kalau saja jie kongcu hanya melakukan kesalahan biasa, berapa besar pun nyaliku tidak mungkin berani mendatangi gedung keluarga Kang."
Dengan memperlihatkan senyumannya yang ramah, Kang Puh Cing berkata :
"Umur jiete masih terlalu muda, dimisalkan terjadi sesuatu tindakannya yang menyinggung perasaan orang, kuharap saja suthay bisa memaafkannya."
"Memaafkannya ?! Enak saja bicara." bentak Put-im suthay.
Semakin lama Kang Puh Cing semakin bingung, memandang Put-im suthay dan bertanya :
"Kesalahan apakah yang telah jiete lakukan ? Harap suthay memberi keterangan."
Put-im suthay memainkan mutiara2nya, dengan dingin ia berkata :
"Dosa2 adikmu itu cukup untuk menghancurkan nama baik keluarga Kang. Aku tidak pantas menceritakannya, tanya saja saudara Yen Siu Hiat."
Kang Puh Cing menoleh kearah Yen Siu Hiat, dan dengan sabar bertanya :
"Saudara Yen Siu Hiat, kesalahan apa yang telah jiete lakukan ? Apakah saudara bisa memberi sedikit keterangan ?"
Yen Siu Hiat mengkerutkan kening, kematian Yen Siu Lan masih terbentang di depan bulu mata, Yen Siu Lan adalah adik kesayangannya, ia masih bersedih, mengeretek gigi dengan gemes dan geregetan berkata :
"Semalam Kang Han Cing mendatangi Ciok-cuk-am, ia memperkosa dan mem?bunuh adikku."
Hampir Kang Puh Cing terlompat, de?ngan sikapnya yang terkejut, ia berteriak :
"Apa betul ?" Yen Siu Hiat menudingkan jarinya ke-arah Ciok Sim taysu, kearah Liauw in nikouw dan berkata :
"Urusan semalam masih ada saksi hidup Ciok Sim taysu dan Liauw-in nikouw akan menjadi bukti, mereka bisa membenarkan keteranganku, mungkinkah Kang toakongcu masih tidak percaya?"
Wajah Kang Puh Cing menjadi tegang, menoleh kearah Ciok Sim taysu sebentar, sepatah demi sepatah ia berkata :
"Bagaimana pendapatan Ciok Sim taysu?"
"Keterangan Yen Siu Hiat memang tepat." berkata Ciok Sim taysu singkat.
Kang Puh Cing menundukkan kepala sebentar, menghela napas panjang dan berkata :
"Ciok Sim taysu adalah tokoh Siauw lim-pay yang ternama, aku harus percaya kepada keterangannya. Tetapi........ Saudara Yen Siu Hiat......"
Ia memandang kearah pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat.
Yen Siu Hiat berkata : "Maksudmu....."
Kang Puh Cing berkata: "Urusan ini masih sangat gelap, bisakah saudara Yen Siu Hiat memberi keterangan yang lebih terperinci ?"
Yen Siu Hiat berkata : "Adikku berguru kepada Put Im suthay di Ciok cuk-am, setiap tahun aku mengunjunginya untuk melihat keadaannya. Tidak disangka, kemarin malam telah terjadi kejadian yang seperti ini..."
Hampir Yen Siu Hiat mengucur air mata, sedapat mungkin menahan rasa sedih itu dan meneruskan ceritanya.
"Waktu kejadian tepat pada kentongan kedua, disaat aku mendatangi Ciok-cuk-am, terdengar suara benturan2 pedang, mengawatirkan keselamatan adikku, disaat aku dan susiok menuju kesana, adikku sudah mati menggeletak di tempat tidur, waktu itu Kang Han Cing sedang mengambil pedang Liauw-in sumoay, hendak membikin pembunuhan total."
Kang Puh Cing berkerutkan alis, ia berkata :
"Ah........ah......apa betul jietee mela?kukan perbuatan yang seperti itu ?"
Put-im suthay menggebrak meja, dengan marah membentak :
"Saudaramu telah melakukan suatu per?buatan terkutuk, bukti2 dan saksi2 sudah ada, apa lagi yang hendak disangkal ?"
Digertak dan diancam demikian Kang Puh Cing tidak menjadi gentar. Put-im suthay ada ketua vihara Ciok-cuk-am, ilmu kepandaiannya tidak bisa dipandang ringan. Saudara seperguruan Put-im Suthay yang bernama Bu Houw taysu sedang mengalami masa jaya, menjabat kedudukan ketua partai Ngo-bie-pay.
Disamping itu, ketua kelenteng Cu lian sie Ciok Sim taysu juga termasuk jago silat mandraguna, salah satu cabang partay Siauw-lim-pay.
Disamping itu, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat menjadi anak angkat dari ketua Penganungan Jaya, sang paman Yen Siu Hiat yang bernama Yen Yu Sian yang bergelar si Hakim bermuka merah kini menjabat wakil ketua Penganungan Jaya, kedudukan ketua Penganungan Jaya sebagai Datuk barat cukup untuk menjadi bukti, bahwa mereka memiliki kekuatan2 yang luar biasa.
*** Bab 20 SlAUW-LIM-PAY, Go-bie-pay, dan benteng penganungan jaya sedang memberi tekanan kepada keluarga Datuk Selatan.
Terhadap ketiga ancaman kekuatan itu, Kang Puh Cing tidak menjadi gentar, dengan sabar ia berkata :
"Kuharap saja suthay sekalian bisa ber?sabar, cerita tentang adikku itu agak menyimpang dari sifat2 kebiasaannya........"
Put-im suthay cepat naik darah, dia memotong pembicaraan orang, katanya :
"Oh begitu ? Apa kau kira kami yang sengaja mencari setori ? Membuat cerita burung ?"
Kang Puh Cing berkata : "Murid suthay telah diperkosa dan dibunuh orang. Tentu bukan cerita burung. Tapi hal ini menyangkut nama baiknya adikku, juga menyangkut nama kebesaran Datuk Persilatan. Bukan aku membela adik sen?diri, seharusnya suthay membikin keterangan yang lebih jelas."
Hebat ! Pembelaan yang hebat ! Sebagai Kang toa kongcu, tidak percuma Kang Sang Fung melahirkan putra sebagai Kang Puh Cing. Suaranya tiada gentar, gagah dan jelas, tanpa mengandung kemarahan ia masih belum kehilangan kewibawaannya.
Put im suthay terkenal sebagai tokoh silat yang tidak mudah dihadapi, tapi nama Datuk selatan juga bukan nama kosong, ia tidak berani gegabah, wajahnya ditekuk masam2, dengan dingin berkata :
"Menurut pendapatmu, apa yang harus kami lakukan ?"
Kang Puh Cing menoleh kearah Ciok-Sim taysu, ia berkata kepada padri terse?but.
"Disaat taysu dan saudara Yen Siu Hiat tiba di Ciok-cuk-am, itu waktu jiete masih belum pergi, apa yang jiete katakan kepada kalian?"
Ciok-Sim taysu memiliki kepandaian melebihi orang, menyebut nama budha dan berkata :
"Omitohud. Menurut keterangan Kang-jie kongcu, ia sedang mengejar sesuatu bayangan hitam, dipancing sehingga tiba disana."
Kemudian Ciok Sim taysu mengulang kembali cerita Kang Han Cing.
Put-im-suthay menjadi tidak sabar, ia berkata :
"Tapi siapa yang bisa percaya kepada obrolan2 itu ?"
Kang Puh Cing tidak mendebat cemoohan Put-im-suthay, ia berpikir beberapa waktu kemudian berkata :
"Apa lagi yang jiete katakan kepada taysu ?"
Ciok Sim taysu berkata : "Menurut keterangan Kang Jie kong?cu, tentunya perbuatan lengcu Panji Hitam. Fitnah yang sengaja hendak menjatuhkan pamornya. Tapi.......... Liauw In nikouw ini pernah menunjuk dengan pasti, kalau perbuatan2 itu adalah perbuatan Kang jie kongcu."
Kang Puh Cing menoleh kearah Liauw in nikauw, dan biarawati muda itu memandangnya dengan sinar mata penuh kebencian.
Masalah besar yang tidak dapat dipecahkan, memakan waktu dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa, Kang Puh Cing meremas2 tangannya sendiri, per-lahan2 berkata :
"Hingga saat ini, jietee masih belum kembali, aku percaya kepada sifat2 dan kepribadian adikku itu, kukira keterangan yang diberikan oleh Liauw-in nikouw masih membutuhkan pertimbangan...."
Kemarahan Put-im suthay memuncak, lagi-lagi ia memotong pembicaraan orang, katanya :
"Bohong! Menurut apa yang kutahu, di dalam rimba persilatan tidak ada perkumpulan baru yang seperti digambarkan seperti anak buah lengcu Panji Hitam. Apa anak muridku harus menjadi korban percuma? Begitu saja kau mengelakan tanggung jawab ? Melemparkan kepada sesuatu yang tidak ada."
Kang Puh Cing berkata : "Suthay mempunyai kedudukan baik di dalam rimba persilatan, kita harus memegang teguh panji2 keadilan, menurut pendapat suthay, bagaimana kita harus menghadapi persoalan ini?"
Put-im-Suthay berkata : "kedatanganku ketempat ini sangat singkat, sengaja aku meminta putusanmu, sebagai putra dari seorang datuk selatan, kau harus bisa mengambil putusan yang tepat. Kalau memang bukan perbuatan adikmu, bila kau bisa menyerahkan pembunuhnya itu?"
"Penjahat pasti kuserahkan !" berkata Kang Puh Cing. "Kalau betul hasil karya itu adalah buah tangan adikku, tentu aku bisa menyerahkan jiete kepadamu. Tidak kubela. Tapi kalau saja ada penja?hat lain yang hendak menjerumuskan ke?luarga kami kedalam kenistaan, biar bagai?mana kami tidak bisa menolak tanggung jawab itu. Yang penting, berilah kami waktu dengan batas2 waktu tertentu, akan kami selidiki urusan dengan se-baik2nya, membekuk batang leher si penjahat yang asli, untuk diserahkan kepada suthay."
Put-im suthay berkata : "Menurut pendapat Kang toakongcu, berapa lama bisa membekuk batang lehernya si penjahat?"
Se-olah2 berpikir lama, Kang Puh Cing menggelengkan kepalanya, berkerut alis be?berapa waktu, sesudah itu memandang ke?pada keempat tamunya dan berkata :
"Menurut perkiraanku, paling cepat sepuluh hari, paling lambat satu bulan, didalam waktu satu bulan ini, kukira harus memberi pertanggung jawaban kepada suthay sekalian."
Jawaban Kang Puh Cing kepada Put im suthay dan kawan2 adalah jawaban yang sudah dirundingkan masak2, jawaban yang sudah disetujui oleh Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat, sengaja menarik waktu menjadi satu bulan, agar mereka mempunyai banyak waktu dan kebebasan untuk membekuk batang lehernya si penjahat yang asli.
Dengan dingin Put-im suthay berkata :
"Memang Kang toakongcu lebih hebat dari Kang jiekongcu. Menurut janji adikmu, paling cepat tiga hari, paling lambat sepuluh hari ia bisa membekuk batang lehernya si penjahat yang asli. Tentu saja dia sendiri. Kini Kang toakongcu telah memperpanjang tiga kali, didalam waktu satu bulan, bukankah begitu?"
Kang Puh Cing berkata : "Sehingga saat ini jiete masih belum kembali. Sangat menyesal sekali. Aku harus meminta keterangan jietee, baru bisa men-duga2 dan meng-ira2, betul tidak ia cerita itu, kalau betul jiete telah melakukan perbuatan jahat, mudah saja kuserahkan kepada kalian. Kalau sampai terjadi tipu muslihat musuh sebagai penjahat ulung, tentunya mereka pandai memba?wa diri dan bersembunyi, waktu satu bulan itu bukanlah waktu yang terlalu lama."
Put-im suthay tertawa dingin, katanya lagi :
"Dimisalkan adikmu tidak kembali dalam waktu satu bulan, apa kau meminta perpanjangan waktu lagi ?"
Hati Kang Puh Cing sudah mendongkol, ia tidak mau mengutarakan pada wajahnya, dengan tersenyum berkata:
"Dimisalkan kalau sampai satu bulan jiete belum kembali, apa boleh buat aku harus meringkus adik sendiri, digiring dan digusur ke vihara Ciok-cuk-am, harus diserahkan kepada suthay. Maksud suthay seperti ini, bukan? Baiklah, kalau suthay tidak mempunyai itu kesabaran, kalau saja suthay mampu menemukan jejak adikku, boleh saja ringkus dahulu, mau mencincang atau menggorok lehernya boleh saja."
Sepasang mata Put-im suthay ber-kilat2 ia berkata :
"Inilah janji Kang toa kongcu sendiri, jangan sesalkan orang dikemudian hari."
Kang Puh Cing menganggukkan kepala, dan berkata :
"Ya. Suthay telah mendapat ijinku."
"Baik. Kami meminta diri." berkata Put-im suthay singkat.
Mengajak Ciok Sim taysu, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat dan Lauw in nikouw, Put-im suthay meninggalkan gedung keluarga Kang.
Kang Puh Cing mengantar keempat tamu itu sehingga jauh didepan.
*** Bab 21 SESUDAH betul2 mengetahui Put-im Suthay dkk meninggalkan gedungnya, Kang Puh Cing berjalan ma?suk menuju kearah ruang dalam, disana ia disambut oleh Goan Tian Hoat.
"Sudah pergi ?" Goan Tian Hoat meminta ketegasan.
Kang Puh Cing menganggukkan kepala, ia berkata :
"Saudara Goan juga sudah mengikuti pembicaraan mereka, bukan ? Bagaimana pendapatmu ?"
Dengan tertawa Goan Tian Hoat ber?kata :
"Biasanya Put-im suthay itu cepat naik darah, kukira pertempuran tidak bisa dielakan, beruntung nama datuk selatan masih melindungi kita, ia masih tidak berani berlaku kurang ajar kepada kita, hari ini ia memiliki kesabaran yang luar biasa."
"Tapi ia menggebrak meja, kukira isi meja itu sudah menjadi hancur dan sudah tidak bisa digunakan lagi."
"Langkah Kang toa kongcu sangat tepat, hanya ada sedikit kekurangan." berkata Goan Tian Hoat.
"Di bidang apa?" bertanya Kang Puh Cing.
Goan Tian Hoat berkata : "Kang toakongcu telah melepas janji kepada Put-im suthay, kalau saja mereka bisa menemukan jiekongcu, Kang toa kongcu tidak keberatan kalau mereka meringkus jiekongcu. Inilah persoalan sulit, sedikit banyak bisa mengganggu usaha jiekongcu. Apa toakongcu tidak memikirkan keselamatan adik sendiri ?"
Dengan dingin Kang Puh Cing berkata :
"Aku sedang mendongkol kepada sikap Put im suthay yang seperti itu. Maka telah lepas janji yang seperti tadi. Tapi mengingat ilmu kepandaian jiete, mungkinkah jiete bisa diringkusnya ? Apa lagi jiete mengganti wajah, siapa yang bisa mengenali Kang Han Cing lagi ?"
Betulkah ? Tidak ada yang bisa mengenal Kang Han Cing? Mengapa Kang Puh Cing melepas janji yang menjerumuskan adik sendiri kedalam lembah kesulitan ?
*** Mengikuti perjalanan Put-im-suthay, Ciok Sim taysu, Yen Siu Hiat, dan Liauw in nikouw.
Sesudah berkunjung ke gedung keluarga Kang, mereka dipaksa kembali tanpa hasil. Sebentar kemudian, mereka sudah berada dipegunungan Cin-lian-san.
Seorang padri berjubah abu2 berdiri ditepi jalan, melihat munculnya keempat orang itu, cepat2 menyongsong kedepan, merangkapkan kedua tangan memberi hor?mat, dan berkata:
"Suhu !" Ciok-Sim-taysu memandang kearah padri itu, dengan heran ia bertanya :
"Hu-jie, ada sesuatu yang terjadi di kelenteng ?"
Padri yang dipanggil Hu-jie itu menjawab :
"Atas perintah kepala bagian penerimaan tamu, teecu diharuskan menunggu di tempat ini menyerahkan sepucuk surat kepada suhu."
Ciok Sim taysu semakin heran, ia bertanya :
"Ada apa ?" "Teecu diharuskan segera menyerahkan surat yang amat penting."
"Dimana surat itu ?" Ciok Sim taysu menjulurkan tangan.
Hu-jie segera merogoh saku, mengeluarkan sepucuk surat, dengan ber-hati2 dengan kedua tangan diserahkan kepada ke?tua kelentengnya.
Ciok Sim taysu menyambuti surat itu dan bertanya :
"Siapa yang mengirim surat ini ke kelenteng ?"
Hu-jie menjawab : "Ada seseorang yang mengenakan pakaian pengurus rumah tangga datang ke kelenteng, memberitahu kepada suhu bagian penerimaan tamu, surat ini amat penting, penting sekali, dan harus segera diserahkan kepada suhu untuk dibuka sendiri."
Mulut Ciok Sim taysu berkemak-kemik, surat siapa lagi, tangannya segera merobek sampul, disana ia membaca surat itu, tiba2 saja wajah berubah, surat tadi disodorkan kepada Put-im suthay dan berkata :
"Lihat !" Put-im suthay bertanya : "Apa ada hubungan denganku ?"
Ciok-sim taysu menganggukan kepala.
Maka Put-im suthay menerima surat itu dan membaca, demikian bunyi tulisan :
"Disampaikan kepada Put-im suthay dan Ciok Sim suthay ditunggu ke?datangan jiwie berdua dikota Kui-lian-shia. Segera ! Penting !"
Tertanda tangan : Kang Han Cing.
Tulisan itu sangat indah, suatu tanda bahwa putra Datuk Persilatan daerah se?latan Kang Han Cing memiliki pendidikan yang sempurna.
Put-im suthay semakin gemas, menger?tek gigi dan berkata :
"Gila! Mengandalkan kekuasaan bapaknya yang sudah mati, ia berani menantang ?"
Ciok Sim taysu menyebut nama budha dan berkata : "Omitohud, bagaimana pendapat suthay ?"
Put-im suthay berkata : "Inilah surat tantangan. Biar bagaimana kita harus segera pergi."
Mengikuti percakapan2 kedua orang tua itu, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat bisa menduga dari mana datangnya surat itu, ia bertanya :
"Susiok, apa surat Kang Han Cing ?"
Ciok Sim taysu menganggukkan kepala berkata : "Ya."
"Apa yang dikatakan ?"
"Ia menunggu dikota Kui-lian-shia."
"Mari kita segera pergi."
"Sabar." berkata Ciok Sim taysu. "Ia hanya mengundang aku dan Put-im suthay, kalian lebih baik pulang saja ke kelenteng dan ke wihara, tunggu saja disana."
Yen Siu Hiat berkata : "Susiok, dia telah membunuh adikku, bagaimana.........."
Tidak menunggu sampai Yen Siu Hiat sampai selesai bicara, Ciok Sim taysu berkata :
"Bukan aku melarang turut sertanya diri kalian. Tapi Kang Han Cing hanya mengundang dua orang, tentu banyak rahasia yang hendak disampaikan. Tidak mau diketahui oleh kalian. Dengan adanya Put-im suthay turut serta, apakah kau tidak percaya ?"
Yen Siu Hiat menundukkan kepala.
Put-im suthay menoleh kearah Liauw In nikouw dan berkata :
"Kau juga boleh kembali."
Liauw In nikouw membungkukkan badan menerima perintah itu, dan kembali ke-Ciok-cuk-am.
Put-im suthay memandang kearah Ciok Sim taysu dan berkata : "Mari !"
Seorang biarawati tua dan seorang pa?dri tua itu menuju kearah kota Kui-lian-shia.
Kui-lian-shia berarti kota Topeng Setan.
Lahirnya nama ini dikarenakan kota itu yang mempunyai bentuk seperti topeng setan, se-olah2 muka seorang yang beringas, terdapat ukiran2 yang tidak sama, maka untuk daerah Lam-keng, kota itu dipanggil sebagai kota Kui-lian-shia.
Waktu menjelang sore, peninggalan kota kuno Kui-lian-shia telah membawa sejarah yang menyedihkan, banyak batu2 dan rumput alang2 disekitar daerah itu.
(Bersambung 9) *** Jilid 9 TIDAK lama sejak Put-im suthay dan Ciok Sim taysu tiba ditempat itu, tiba2 terdengar satu suara yang garing tertawa, katanya :
"Selamat datang kepada Put-im suthay dan Ciok Sim taysu, Kang Han Cing sudah menunggu lama."
Put-im suthay dan Ciok Sim taysu menoleh kearah datangnya suara itu, disana berdiri seorang pemuda berbaju hijau dengan alis lentik wajahnya tampan, tertawa memandang mereka, itulah Kang Han Cing.
Ciok Sim taysu merangkapkan kedua tangan memberi hormat dan berkata :
"Omitohud ! Membuat siecu menunggu lama."
Put-im suthay belum pernah bertemu muka dengan Kang Han Cing, ditatapnya pemuda itu sekian saat, dan ia bertanya dingin.
"Kau inikah yang bernama Kang Han Cing?"
"Betul ! Aku yang bernama Kang Han Cing."
"Manusia terkutuk," berkata Put-im suthay, "Masih berani kau menemui orang?"
Alis lentiknya Kang Han Cing terjingkat, ia tersenyum kecil berkata :
"Eh, datang2 memaki orang? Undanganku bukan ditujukan untuk kalian berbuat seperti itu. Gunakanlah sedikit etiket baik."
"Manusia durjana, sesudah memperkosa dan membunuh muridku, apalagi yang kau mau."
Memang adat Put-im suthay agak aseran, mentang2 berkepandaian silatnya tinggi, maka sering menghina orang. Mau menang sendiri. Apa lagi didalam persoalan ini, ia memang harus mendapat kemenangan, ia harus segera menyingkirkan orang yang sudah memperkosa dan membunuh muridnya.
Kang Han Cing ter-senyum2.
Put-im suthay membentak lagi :
"Hayo ! Masih mau menyangkal ? Hendak putar lidah ? Akuilah perbuatanmu, kau sudah memperkosa dan membunuh muridku, bukan ?"
"Baiklah," berkata Kang Han Cing tertawa. "Aku mengakui, aku tidak menyangkal lagi. Yen Siu Lan sudah kuperkosa, Yen Siu Lan sudah kubunuh mati. Apa lagi yang kau mau? Apa yang kau bisa lakukan kepada Kang Han Cing ?"
"Tidak menyangkal lagi ?" berkata Put-im suthay.
"Tidak perlu menyangkal. Kalian bisa apa ?" berkata Kang Han Cing menantang.
Srettt . . . . Put-im suthay sudah mencabut keluar pedangnya, dihadapi Kang Han Cing dengan gemas geregetan ia berkata :
"Akan kucincang seiris demi seiris tubuhmu, baru bisa melampiaskan rasa sakit hatiku."
"Inikah kata2 seorang biarawati?"
"Lekas keluarkan pedangmu. Mari kita bertempur tiga ratus jurus." berkata Put im suthay.
"Eh, masih berani menantang?" berkata Kang Han Cing.
Ciok Sim taysu berkerut alis, ia merangkapkan kedua tangan, menyebut nama Budha dan berkata :
"Sabar ! Kuharap suthay menjadi sabar. Kedatangan kita ketempat ini atas undangannya. Tanyakan dahulu, apa maksudnya mengundang datang ?"
Put-im suthay berkata: "Sudah kau dengar sendiri, dia mengakui semua perbuatan itu, bukan? Apalagi yang hendak ditanya?"
Dengan tertawa Kang Han Cing berkata:
"Kuundang jiehui berdua ketempat ini, karena aku hendak memberi sedikit keterangan."
"Lekas katakan keteranganmu itu." berkata Put-im suthay dingin.
Kang Han Cing tidak segera lekas2 mengucapkan suaranya, lebih dahulu ia meng-gibrik2kan bajunya yang kena debu, sesudah itu dengan sepatah demi sepatah ia berkata:
"Kang Han Cing belum pernah melakukan sesuatu dengan dibawah ancaman, maka kalau mau mendengar keteranganku, simpan dahulu pedang itu. Agar tidak membawa mesiu peperangan."
Put-im suthay geregetan sekali, tapi apa boleh buat, ia menancapkan pedangnya di tanah, sesudah itu ia berkata :
"Nah ! Lekas katakan, keterangan yang hendak kau beritahu !"
Kang Han Cing tertawa kecil, memandang kedua jago silat itu lalu berkata:
"Jiewie berdua telah berkunjung ke gedung keluarga Kang ?"
"Tidak salah." berkata Ciok Sim taysu. "Kami baru saja meninggalkan rumahmu."
"Mengapa pergi kesana ?" bertanya Kang Han Cing.
Dengan marah Put-im suthay berkata :
"Kau telah melakukan suatu perbuatan nista, aku kesana mencarimu untuk meminta pertanggungan jawab !"
"Sekarang aku sudah berada didepan jiewie berdua, bukan?" berkata Kang Han Cing menantang.
Put-im suthay berkata: "Kau adalah putra kedua dari Datuk selatan Kang Sang Fung, kalau tidak mengunjungi gedung keluarga Kang, kemana harus mencari dirimu?"
Kang Han Cing berkata: "Kuberi peringatan keras, untuk selanjutnya jangan sekali2 mengacau gedung keluarga Kang. Jangan sekali-kali mengganggu ketenangan keluargaku. Jangan sekali2 mengganggu toako. Kalau saja....hem..... hem... jangan katakan Kang Han Cing keterlaluan."
Nada suara Kang Han Cing menjadi begitu congkak dan terkebur, sangat temberang.
Ciok Sim taysu merangkapkan kedua tangan dan berkata :
"Omitohud, apa hanya kata2 ini yang hendak siecu keluarkan ?"
"Masih mau apa lagi ?" berkata Kang Han Cing.
"Omitohud." berkata Ciok Sim taysu. "Lolap kira akan mendengar keterangan yang lebih penting, ternyata hanya pepesan kosong."
Kang Han Cing berkata : "Kalau kalian percaya dan yakin kepada ilmu kepandaian sendiri, kalau kalian bisa memenangkan diriku, langsung saja membuat perhitungan dengan aku, jangan mengganggu toako, jangan mengganggu gedung keluarga Kang."
"Bocah kurang ajar," bentak Put-im Suthay, "sampai dimanakah tingginya ilmu kepandaianmu, berani menantang orang? Baik. Aku hendak mencoba, sampai dimana ilmu kepandaian Kang jiekongcu."
Betul2 Put-im taysu melaksanakan ancamannya, ia mencabut kembali pedang yang tertancap di tanah, siap menempur Kang Han Cing.
Kang Han Cing memang bermaksud menempur kedua orang itu, sengaja memancing insindent2 ia berkata:
"Apa hanya seorang saja? Lebih baik maju berbareng."
Kecepatan Put-im suthay begitu hebat, tanpa menunggu selesainya ucapan Kang Han Cing, ia mengayun pedang menabas sepasang kaki pemuda ugal2an itu.
Sebagai seorang saudara ketua partai Ngo-bie-pay, Put-im suthay mendapat nama yang cukup harum, tidak kalah dibelakang nama Bu Houw taysu, gerakan ilmu pedangnya begitu cepat, mengancam dengan jitu.
Gerakan Put-im suthay sangat cepat, tapi gerakan Kang Han Cing juga sangat cekatan, wingg..... serangan pedang itu lolos dari bawah ujung kaki.
"Ha, ha." Kang Han Cing tertawa, Sreet. dia juga menghunus pedang.
Put-im suthay tidak mau banyak bicara lagi, giliran pedang yang bicara ia menyabet, menusuk, dan membacok.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semakin lama, tekanan cahaya pedang itu semakin rapat, se-olah2 sudah mengurung seluruh jalan Kang han Cing.
*** Bab 22 DENGAN bajunya yang berkibar-kibar, Kang Han Cing mengelakan setiap serangan. Berputar disekitar tempat itu, tidak hentinya tangan menyebar sesuatu.
Bagaikan bayangan seseorang, Put-im suthay mengikuti larinya pemuda itu.
"Bocah terkutuk." Put-im suthay memaki, "hanya sampai disinikah ilmu kepandaianmu ?"
Satu saat, cahaya pedang berobah menjadi enambelas batang, menuju kearah batok kepala Kang Han Cing, inilah ilmu kebanggaan Put-im Suthay !
Kang Han Cing menggelengkan kepala dengan satu cara yang tidak mudah dilihat, ia berhasil mengelakan datangnya ancaman maut. Sesudah keluar menerobos kepungan cahaya pedang, ia mulai mengayun senjata, mulutnya berkata :
"Nenek tua, inilah serangan balasanku."
Tubuhnya menyempong kesamping, tangannya dijulurkan kedepan, maka pedang itu bergerak dari jurusan yang sulit diduga, menyerang Put-im suthay.
Put-im suthay juga termasuk salah seorang ahli pedang, melihat cara2 gerakan Kang Han Cing, hatinya tercekat, serangan yang seperti itu tidak boleh ditangkis, jalan yang terbaik adalah mengelakan. Mengenjot tubuh, Put-im suthay lompat kebelakang.
Giliran Kang Han Cing yang mengambil inisiatif penyerangan, berulang kali menusukkan senjatanya.
Agak repot juga Put-im suthay mengelakkan datangnya serangan2 itu. Tiba2 ia rasakan perubahan sesuatu, tenaganya banyak berkurang.
Dengan tertawa Kang Han Cing berkata :
"Nenek tua, hanya sampai disini sajakah ilmu kepandaianmu ?"
Situasi berubah, dunia berputar. Kalau dalam serangan pertama tadi Put-im suthay mendesak dan merangsak Kang Han Cing, kini keadaan telah berputar seratus delapan puluh derajat, Kang Han Cing yang memegang inisiatif mengancam dan mendesak lawannya.
Put-im Suthay berusaha mengelak dan menangkis serangan itu, agak sulit juga, semakin lama tenaganya semakin pudar.
Kang Han Cing menusuk lagi !
Put-im suthay mengertak gigi, menyentilkan pedangnya, menukik dan menghajar. Indah ilmu kepandaian terakhir, ilmu kepandaian simpanan yang sering membuat mematahkan semangat lawan.
Sebagai seorang ahli pedang puluhan tahun, Put-im Suthay mengancam delapan jalan darah Kang Han Cing. Kalau saja salah satu dari ancaman itu mengenai sasarannya, tubuh Kang Kan Cing akan terkapar di tanah.
Kang Han Cing tertawa dingin, pundaknya terangkat, menangkis datangnya serangan itu.
Tranggggg. Pedang Put-im suthay diterbangkan !
Secepat itu pula, Kang Han Cing meneruskan serangan, menotok jalan darah Put-im suthay.
Tubuh Put-im suthay jatuh ngusruk di tanah, dia bingung memikirkan kejadian2 tadi, bagaimana dengan mendadak sontak tenaganya bisa lumer dan lembek? Apa yang telah terjadi? Karena itulah, tanpa ada pegangan kekuatan, pedangnya diterbangkan Kang Han Cing. Tentu telah terjadi sesuatu.
Menyaksikan jatuhnya sang kawan, Ciok Sim taysu terkejut, ia melejitkan tubuh menyelak di tengah dan membentak:
"Kang Han Cing, jangan kau main gila !"
Kang Han Cing memperlihatkan sikapnya yang angkuh dan sombong, melirik kearah Ciok Sim Taysu dan berkata :
"Nah ! Kini giliranmu !"
Jarak Ciok Sim Taysu dan Kang Han Cing sudah sangat dekat, padri tua itu menganggukan kepala berkata :
"Baik. Giliranku yang hendak meminta pelajaran."
Kang Han Cing telah menjatuhkan Put-im suthay dalam waktu yang sangat singkat, hal ini membuat Ciok Sim taysu tidak berani memandang ringan kepada lawannya. Ia lebih berhati-hati, menyedot napasnya dalam2. Dicurahkan kearah kedua telapak tangan, siap menghadapi pertempuran.
"Aaaaah......." Tiba2 saja Ciok Sim Taysu tercekat, tangannya tidak bisa diangkat, wajahnya berubah, ia telah terkena semacam racun yang tidak terlihat, karena itu seperti keadaannya Put-im Suthay yang tidak bisa memegang pedangnya, kekuatan Ciok Sim taysu juga lenyap, karena adanya sesuatu yang berada di luar dugaan ini, sepasang matanya memandang wajah Kang Han Cing, menduga kalau putera dari keturunan Datuk Persilatan itu main gila, si padri mengeluarkan bentakan :
"Kang Han Cing, berani kau main gila? Racun apa yang sudah kau tebarkan kepadaku ! Mengapa menjadi seperti ini ?"
Kang Han Cing menengadahkan kepala, tertawa dingin dan berkata :
"Lucu ! Apa2an kau ini ?"
Dengan mengertak gigi Ciok Sim taysu berkata :
"Kang Han Cing, kau telah membuat perkosaan melakukan pembunuhan, masih berani menaburkan racun kepadaku dan Put-im suthay? Betul2 jahat, betul2 jahat."
"Tutup mulut !" bentak Kang Han Cing. "Berulang kali kau berlaku tidak sopan. Akan kubunuh dirimu."
Pedangnya disodorkan kedepan, menjurus kearah Ciok Sim taysu.
Betapa lihaypun ilmu kepandaian Ciok Sim Taysu, karena ia sudah mendapat taburan obat racun lemas, tanpa bisa dielakan, pedang Kang Han Cing menotok jalan darahnya.
Gedebrok, ia jatuh di tanah.
"Ha, ha, ha....." Kang Han Cing tertawa besar, menudingkan jari kearah Put-im suthay dan Ciok Sim taysu, ia berkata :
"Ha, ha.... tokoh2 Ngo-bie-pay dan Siauw-lim-pay, hanya seperti ini sajakah kepandaianmu ! Kalau betul2 kalian mempunyai ilmu kepandaian, langsung berhadapan dengan aku, jangan kau mengganggu saudaraku lagi. Jangan berani2 mengganggu gedung keluarga Kang, heee!"
Wajah Put-im suthay pucat pasi, peredaran jalan darahnya membeku, ia tidak bisa bergerak, hanya mulutnya yang masih mendapat kebebasan ia mengumpat caci.
"Manusia terkutuk. Durjana, sudah memperkosa orang, membikin pembunuhan, berani kau menghina lagi ? Bah ! Hayo ! Kalau kau mempunyai keberanian, bunuh aku sekalian."
Sepasang mata Kang Han Cing berkilat-kilat ia berkata:
"Maksudku bukan hendak membikin pembunuhan, tapi...kau sendiri yang minta mati, baiklah. Kau kira aku takut kepada Ngo-bie-pay, lebih baik kuputuskan sepasang telingamu untuk memberi peringatan....."
Secepat itu pula, pedang Kang Han Cing melayang, meluncur kearah kepala Put-im suthay, dengan maksud membabat sepasang telinga biarawati itu.
Disaat ini, satu bayangan meluncur datang, mulutnya berteriak keras:
"Jiete, jangan!"
Bayangan yang datang adalah putra tertua dari gedong keluarga Kang, Kang Puh Cing!
Kang Han Cing mendongakkan kepala, mengenali siapa yang datang, segera ia berdehem keras, melirik kearah Put-im suthay Ciok-sim Taysu lalu berkata:
"Sepasang telinga masih beruntung!"
Sesudah itu, Kang Han Cing melejitkan kaki meluncur kearah utara, meninggalkan Kang Puh Cing.
Kang Puh Cing segera berteriak :
"Jietee....." Tapi Kang Han Cing tidak menghiraukan panggilan itu, meluncur lari pergi !
Kang Puh Cing menghampiri Put-im Suthay dan Ciok Sim taysu, ia berkata :
"Eh, bagaimana bisa terjadi kejadian yang seperti ini ?"
Ciok Sim taysu menyebut nama budha berkata :
"Kedatangan Kang toakongcu sangat kebetulan. Lolap dan suthay ini telah diracuni oleh adikmu, menderita keracunan dalam."
"Ah..." Kang Puh Cing terkejut, "Betul ? jiete...."
Disaat ini, lain bayangan lagi meluncur datang, ia memotong pembicaraan Kang Puh Cing.
"Seharusnya toakongcu bisa membedakan, orang tadi bukanlah Kang Jie kongcu yang asli !"
Orang yang datang belakangan ini adalah pendekar cerdik pandai Goan Tian Hoat.
Kang Puh Cing terkejut, hatinya tergetar, dengan memaksa tertawa ia menoleh kearah Goan Tian Hoat dan berkata:
"Eh mengapa saudara Goan datang turut serta?"
Dengan tertawa Goan Tian Hoat berkata:
"Untuk menjaga sesuatu dari ketidak-beresan, dengan membawa beberapa orang kita, kita selalu siap untuk membantu."
Apa yang Goan Tian Hoat kemukakan memang betul terjadi. Empat orang laki2 berpakaian ringkas dengan golok dipinggang lari mendatangi, mereka adalah anak buah gedung keluarga Kang.
Kang Puh Cing menganggukkan kepala berkata:
"Put-im suthay dan Ciok Sim taysu telah menderita keracunan dalam, mari kita menggotong dan menolong mereka."
*** Meninggalkan cerita Kang Puh Cing, Goan Tian Hoat, dan orang2 gedung keluarga Kang yang membawa Put-im suthay dan Ciok sim taysu kembali ke gedung datuk persilatan daerah selatan.
Menyusul jejak bayangan Kang Han Cing yang melesat kearah utara ini.
Tidak lama dari berkelebatnya bayangan Kang Han Cing, dari balik semak2 muncul pula lain bayangan, mengikuti bayangan Kang Han Cing didepan.
Yang mengherankan, bayangan yang dibelakang juga adalah bayangan Kang Han Cing, ada dua Kang Han Cing, sampai di sini sudah waktunya kita membuka sedikit tabir rahasia, bayangan yang didepan adalah benar Kang Han Cing palsu yang dikatakan oleh Goan Tian Hoat tadi dan bayangan yang dibelakang adalah Kang Han Cing yang asli, yang palsu adalah orang yang sudah membunuh Yen Siu Lan divihara Ciok-cuk-am, dan bayangan yang dibelakang adalah Kang Han Cing aseli, hendak membekuk lehernya si penjahat, mencari tahu dengan alasan apa orang hendak mencelakakan dirinya.
Dua bayangan itu saling meluncur, yang didepan cepat, tapi Kang Han Cing mengikuti dengan ber-hati2, agar jejaknya tidak kelihatan oleh orang yang dibuntuti.
Waktu sudah menjelang sore, pohon2 sudah tunduk kebawa, matahari sebagian sudah berada di bawah tanah.
Mereka masih meluncur dengan kecepatan maksimum.
Semakin lama hari menjadi gelap, tiga puluhan lie telah mereka liwatkan.
Tidak jauh lagi, didepan tampak semak2 pohon belukar, dimana ada cahaya lampu yang dipasang, itulah sebuah bangunan, bangunan di tengah2 semak belukar.
Kang Han Cing palsu melesatkan diri memasuki tempat bangunan itu.
Kang Han Cing asli menyedot napasnya dalam2, ia tidak membiarkan musuhnya lewat lepas begitu saja, juga harus dijaga agar tidak diketahui orang, kalau ia membuat pembuntutan.
Ia juga turut masuk kedalam gedung itu.
Hampir disaat yang bersamaan, kedua orang tadi memasuki gedung didalam rimba belukar.
Orang yang didepan langsung menuju ke arah pekarangan, langkahnya diarahkan ke kamar bagian selatan. Disana tampak lampu penerangan.
Kang Han Cing mengawasinya dengan mata tidak berkesiap.
Sebentar kemudian, si Kang Han Cing palsu sudah mengetok jendela, suaranya sangat perlahan sekali.
Tidak lama jendela terbuka, disana tampak seorang gadis pelayan berpakaian hijau menongolkan kepalanya dan bersorak girang :
"Nona baru kembali ?"
"Ya !" orang yang menyamar menjadi Kang Han Cing adalah seorang wanita, maka gadis pelayan ini memanggilnya sebagai nona.
Kang Han Cing palsu segera lompat masuk kedalam kamar itu. Dan sekejap kemudian, jendelapun sudah ditutup kembali.
*** Bab 23 SI GADIS pelayan berbaju hijau membukakan sepatu sang majikan, maka tampak kakinya yang kecil.
Kini, Kang Han Cing palsu membuka baju luarnya, tampak tubuh montok berpakaian ringkas. Dadanya membusung ke-depan, pinggangnya ramping, pinggulnya nonjol keluar, sangat menarik pria.
Dia duduk disebuah kursi, dan membuka topi, rambutnya yang panjang hitam jengat terurai panjang.
Gadis ini mempunyai wajah yang cantik memikat, mempunyai potongan tubuh yang padat.
Setelah memperhatikan itu semua Kang Han Cing melayang masuk, ia harus segera bisa membongkar penyamaran jahat.
Si gadis pelayan berbaju hijau bisa melihat adanya pria yang nyelonong itu, sret, ia mengeluarkan pisau belati, ter-kaing2 dan desingan, membawa deru serangan, pisau menusuk Kang Han Cing di tiga tempat.
Kang Han Cing mengelakkan serangan itu, tangkas dan cepat.
Si gadis yang menyamar Kang Han Cing sudah membereskan ikat rambutnya ia mengeluarkan panggilan :
"Siao Siang mundur, kau bukan tandingannya !"
Ternyata ia bisa melihat dan menduga asal usul Kang Han Cing.
Peringatannya sudah terlambat !
Pelayan berbaju hijau yang dipanggil Siao Siang sudah menusukkan belatinya, Kang Han Cing menggerakkan tangan, dengan dua jari menjepit pisau itu.
Siao Siang berusaha menarik kembali pisaunya tapi tidak berhasil. Dicabutnya, juga tidak berhasil.
Dua jari jepitan Kang Han Cing seperti berakar keras, tidak bergeming.
Siao Siang memiliki ilmu kepandaian cukup kuat, ia segera melepaskan pisaunya lalu kedua jarinya dikeraskan, menotok jalan darah Kang Han Cing.
Serangan ini mengenai sasaran, terdengar suara, puk, tapi Siao Siang yang kaget, se-olah2 membentur besi, tangan itu hampir patah, ia berteriak, aduh, dan mundur kebelakang.
Kang Han Cing melepaskan jepitannya menjatuhkan pisau dilantai.
Gadis berbaju hijau yang menyamar Kang Han Cing tertawa dingin, diperhatikannya pemuda itu dan berkata :
"Ilmu kepandaian hebat ! Sedang berdemontrasi !"
"Hei," berkata Kang Han Cing. "Dengan maksud apa kau mencelakakan orang ?"
"Maksudmu ?" bertanya si gadis berbaju hijau.
"Aku ingin mengetahui jelas, siapa yang melakukan perkosaan dan pembunuhan di Ciok-cuk-am."
Gadis berbaju hijau berkata dingin :
"Hendak memeriksa hal perkosaan ? Ha, kau salah cari."
"Mengapa salah cari ?" bertanya Kang Han Cing.
Selembar wajah gadis berbaju hijau itu menjadi merah, membanting kaki dan berkata :
"Nah ! Kau sudah ketahui. Aku juga seorang wanita. Mana mungkin bisa memperkosa wanita?"
Keterangannya memang tepat. Tapi siapa yang memperkosa Yen Siu Lan ? Siapa yang membunuhnya ?
Sedangkan Kang Han Cing sudah mengikuti bayangan gadis berbaju hijau ini, gadis ini dengan menyamar dan menggunakan kedok tipis, hampir saja ia mencelakakan Ciok Sim Taysu dan Put-im Suthay. Kalau saja tidak ada Goan Tian Hoat yang meng-ojok2 sang toako, fitnah jatuh pula keatas dirinya.
"Kang jiekongcu," berkata si gadis berbaju hijau. "Kau sudah mengikutiku lama ?"
"Ya," berkata Kang Han Cing.
Gadis berbaju hijau itu bertanya lagi : "Apa maksudmu ?"
"Mudah saja," berkata Kang Han Cing. "Kupersilahkan kau menggunakan kedok tipis tadi, mengenakan pakaian yang sepertiku. Dan turut aku."
"Dengan alasan apa? Aku harus turut dirimu?" si gadis menantang.
"Lebih baik nona mengikuti saja." berkata Kang Han Cing perlahan.
"Kalau tidak, bagaimana ?" bertanya gadis berbaju hijau itu.
"Apa boleh buat, aku harus menggunakan kekerasan." berkata Kang Han Cing.
"Eh, mau ngajak berantam ?"
"Nona sendiri yang memaksa," berkata Kang Han Cing, "Dalam keadaan apa boleh buat, harus juga kulakukan."
"Bagus." berkata si gadis berbaju hijau, "Sudah lama kudengar ilmu kepandaian silat Kang jiekongcu yang hebat, tapi belum kucoba. Mari kita bergebrak beberapa jurus."
"Boleh saja," berkata Kang Han Cing. "Kalau nona tidak bisa mengambil kemenangan kuharap saja bisa turut aku."
"Tentu." berkata si gadis berbaju hijau. "Nah ! Mulailah."
"Silahkan kau yang mulai !" berkata Kang Han Cing.
"Baik. Terima seranganku." pedangnya disentak sedikit, menusuk perut Kang Han Cing.
Kang Han Cing tidak pernah gentar, sret, ia mengeluarkan pedang, dan menepuk serangan pedang si gadis.
Gadis berbaju hijau itu tertawa cekikikan, pedangnya sebagai seekor ular yang licin, bergelut dan meluncur kebawah, dari sana meletik keatas, cahaya kilatan pedang berkelebat, mengancam tenggorokan.
Kang Han Cing terkejut, kecepatan ilmu pedang gadis ini sungguh luar biasa, karena itu, untuk mengimbanginya ia pun bergerak cepat menutup kearah luar.
Si gadis tidak berhenti sampai disitu, di tengah jalan ia mengubah arah, tusukan pedang mengancam, kini menggores dari atas kebawah. Se-olah2 mau membelah perut Kang Han Cing.
Kang Han Cing menubruk tempat kosong, rasa kagetnya tidak kepalang. Cepat2 menyedot perut mundur satu langkah.
Inisiatif penyerangan masih berada di tangan si gadis berbaju hijau, pedangnya ber-kilat2, sekaligus menyerang ditujuh tempat.
Setiap tempat yang diarah adalah tempat yang berbahaya.
Betapa bunga hati si gadis berbaju hijau, menyaksikan kecepatan gerakannya yang berhasil menekan Kang Han Cing, si pemuda sudah berada didalam situasi posisi terjepit, tentu saja si gadis tidak melepaskan kesempatan baik, terus menerus menyerang lagi, mulutnya membentak, tangannya terayun, membuat gerakan istimewa, terjadi delapan kali getaran pedang, ujung pedang mengancam delapan tempat, delapan tempat itu adalah delapan jalan darah kematian Kang Han Cing. Bilamana salah satu dari kedelapan ancaman serangan pedang itu mengenai sedikit saja tubuhnya, Kang Han Cing akan luka parah. Dan bila serangan pedang si gadis berhasil menusuk sedikit, Kang Han Cing akan mati segera.
Ancaman hebat dan luar biasa !
Tapi disaat inilah, terdengar suara Kang Han Cing:
"Awas nona !" Terdengar suara tang, tang, ting, ting, semua serangan pedang si gadis ditangkis dengan baik. Hanya dengan me-nyentil2 ujung pedang serangan istimewa si gadis berbaju hijau punah dan hancur. Secepat itu pula, pedang Kang Han Cing berhasil menekan pedang si gadis dengan kekuatan raksasa. Si gadis berbaju hijau tidak menyangka kalau Kang Han Cing ini masih mempunyai banyak ilmu simpanan, ia hendak menarik pulang pedangnya, tapi sudah terlambat.
Pletok.....pedangnya tertekan dan jatuh berdentang dilantai.
Apa boleh buat gadis berbaju hijau melepaskan pegangan lompat jauh ke belakang.
Kang Han Cing sangat yakin kepada ilmu kepandaian yang dimiliki, tidak mengejar gadis tersebut, ia berdiri tenang, dengan kalem berkata :
"Nona sudah menderita kekalahan, mari turut aku !"
"Siapa yang kalah ?" berkata si gadis berbaju hijau. "Nah ! Lihat lain acaraku!"
Tangannya terayun, jalur2 merah mengarungi ruangan itu, menelungkup kearah Kang Han Cing.
Menduga kepada datangnya senjata rahasia Kang Han Cing menggerakkan pedang, dengan tertawa dingin menangkis serangan2 itu.
Dugaan Kang Han Cing meleset, jalur2 merah yang ditaburkan oleh si gadis adalah jalur2 yang sangat halus, semacam sutera halus, terpecah dan buyar disekitar kepalanya, mengeluruk jatuh.
Yang lebih hebat, jalur2 sutera halus itu mempunyai kaitan2 kecil, kaitan tersebut khusus untuk menangkap orang, siapa saja yang terkait, tidak mungkin mengelakkan diri, dan selanjutnya bisa meringkusnya.
Kang Han Cing kurang pengalaman Kang-ouw, ia tidak kenal dari mana senjata luar biasa tadi. Berulang kali pedangnya menangkis, tubuhnyapun mundur ke belakang.
Si gadis berbaju hijau tertawa cekikikan dan berkata :
"Jalaku ini bernama jala penembus langit, dewa dan iblispun tidak bisa mengelakkan. Apalagi seorang manusia? Menyerahlah !"
Dengan senjata yang aneh luar biasa itu, si gadis berbaju hijau mendesak Kang Han Cing.
Berulang kali Kang Han Cing menabas jala berlapis langit, jala itu aneh, alot, dipotong tidak putus, ditabas menjadi lembek, pedangnya tidak berdaya.
Yang lebih hebat lagi, kalau menangkis datangnya jala itu, uiyung kaitannya yang tajam melengkung datang, semakin cepat ia bergerak, semakin cepat pula reaksinya, kecuali berlompatan kesana kemari, tidak ada lain jalan untuk memecahkan senjata aneh itu!
Bekerjanya jala penembus langit memang aneh luar biasa, si gadis berbaju hijau sudah melatih diri selama tahunan, mengurung Kang Han Cing.
Kang Han Cing berusaha mengelakan datangnya kurungan2 itu, terlalu sulit, ia berlompatan kian kemari, pedangnya menangkis dan memotong, tokh tidak berdaya. Ia harus mengelakan datangnya kaitan2 kecil itu lagi, lebih2 sulit lagi.
Pedang Kang Han Cing juga termasuk pedang pusaka, pedang yang bisa memutuskan segala benda2 keras.
Menghadapi jala2 halus itu, ia tidak berdaya.
Tiba2 pikiran Kang Han Cing tergerak, dia tidak bisa membabat putus jala sutera halus. Tapi kaitan2 yang berbengkok adalah terbuat dari logam, kini diincarnya logam2 itu.
Trang, sebuah kaitan yang datang berhasil dibabat putus.
Trang, lagi2 sebuah kaitan dari ujung jala penembus langit dipapas putus.
Trang, trang, trang..... Kang Han Cing membabat putus kaitan2 yang berada diujung jala penembus langit itu.
Dengan terpapasnya kaitan2 logam pada jala itu, bobot berat yang menggerakkan jalur2 sutera menjadi lenyap, si gadis berbaju hijau kualahan, betapa hebatpun ilmu kepandaian tenaga dalam, ia tidak bisa lagi memainkan, sutera-sutera halus itu tiada bertenaga. Kini kaitan2nya sudah terpapas habis, ia menjadi sangat marah, dilemparkan senjata istimewa itu, dengan marah membentak:
"Kang Han Cing! Bukan maksud kami membunuh dirimu. Tapi kau keliwatan, apa boleh buat. Nah! Terima ini !"
Begitu tangannya merogoh saku, ia melempar kearah Kang Han Cing, terjadi hujan jarum beracun, jarum-jarum itu sangat halus, bertaburan seperti air hujan.
Jarak mereka terlalu dekat, seharusnya tidak mudah mengelakkan serangan jarum beracun itu, tapi Kang Han Cing selalu sudah siap sedia, tangan kirinya diluncurkan, dengan tenaga dalam memukul jarum-jarum beracun yang sudah menyambar terdepan, tubuhnya berjumpalitan, meluncur ke belakang.
*** Bab 24 SI GADIS berbaju hijau telah memperhitungkan sesuatu, ia berani memalsukan Kang Han Cing, tentu mempunyai ilmu kepandaian yang cukup tinggi. Sesudah pedang, jala penembus langit dan jarum beracun tidak berhasil, kini tangannya telah memegang sebilah belati, dengan belati ini, ia menyerang Kang Han Cing, membarengi serangan jarum beracunnya, ditujukan kearah si pemuda.
Dating With Dark 2 Fear Street - Nilai Akhir Final Grade Hong Lui Bun 9
^