Pencarian

Perintah Maut 5

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 5


"Lekas katakan !" bentak Lie Wie Neng.
Dengan tenang Lengcu Baju Hijau berkata :
"Sebelum aku membuka acara perundingan, terlebih dahulu akan kuperlihatkan seseorang."
Setelah itu Lengcu Baju Hijau berte?puk tangan tiga kali.
Bersamaan dengan suara tepukan Lengcu Baju Hijau, dari luar rimba muncul tiga orang, satu adalah tosu berbaju kela?bu, diiringi oleh dua orang berseragam hijau.
Lagi2 anak buah Lengcu Panji Hijau !
Ketiga orang itu segera memberi hormat kepada Lengcu Panji Hijau.
Sesudah tampilnya Lie Wie Neng, Tian Hung totiang berdiri ditepi, membiarkan Lie Wie Neng menempur musuh.
Munculnya tosu yang baru datang sangat mengejutkan Tian Hung totiang, tosu itu adalah murid kesayangannya, ia bernama Cin Su Can, mendapat tugas untuk me?ngambil obat Toh-la didaerah Tien-Nam. Tapi kini keadaan sudah berubah, ia bersama-sama dengan dua orang berbaju hi?jau yang datang, tentu sudah berkhianat.
Cin Su Can sudah memberi hormat kepada Lengcu Panji Hijau. Suatu tan?da bahwa sang murid itu sudah berganti politik.
Alis Tian Hung totiang yang lentik berdentik, ia membentak kearah sang murid durhaka:
"Cin Su Can, berani kau berkhianat? Berkomplot dengan musuh."
Cin Su Can meskipun telah mendapat dukungan kuat, sesudah berkhianat kepada sang guru, tentu saja tidak berani me?nentang bentakan itu, ia menundukkan kepala diam.
Terdengar suara Lengcu Panji Hijau berkata :
"Cin Su Can, ceritakan kesulitanmu."
Dari jarak yang cukup jauh, Cin Su Can bertekuk lutut, diarahkan kepada Tian Hung totiang, dia menangis dan berkata :
"Suhu, teecu sangat malu kepada kau si orang tua."
Tian Hung totiang membentak :
"Murid durhaka, sesudah kau menjual rahasia kepada musuh, masih berani kau memanggil suhu segala ?"
Air mata Cin Su Can jatuh berceceran, dia menundukkan kepala semakin ren?dah, ia berkata :
"Teecu telah menjadi murid selama dua puluh lima tahun, budi suhu belum ter?balaskan, teecu sangat menyesal, apa boleh buat, sayang sekali teecu mempunyai kesu?litan yang tidak bisa dipecahkan, harap suhu bisa memaafkan kesalahan teecu."
Menyaksikan sang murid yang seperti itu, rasa sedihnya Tian Hung totiang tidak tertahan, sedari kecil ia mendidik sang murid, akhirnya berkhianat dan berdiri dipihak mu?suh. Kemarahannya menggelora tidak terhingga, ia menggeram dan membentak:
"Murid durhaka, enyahlah kau dari tempat ini !"
Seiring dengan suaranya Tian Hung totiang menyerang, kebutannya diarahkan kearah kepala Cin Su Can, hendak menamatkan riwayat hidup sang murid durhaka.
Disaat yang sama, tangan Lengcu Panji Hijau juga bergerak, menahan turun se?rangan Tian Hung totiang, sambil berkata:
"Sebagai seorang beribadah, mengapa kuancu mengambil langkah yang ter-buru2 ?"
Tian Hung totiang merasakan satu kekuatan yang tidak terlihat menahan datangnya pukulan, membuat tangannya tidak bisa terjulur panjang, hal ini membuat ia terkejut, hatinya mengeluh:
"Kekuatan tenaga dalam orang ini betul2 hebat, ia seorang musuh tangguh."
Tiang Hung totiang mengetahui pengkhianatan sang murid disebabkan oleh Lengcu Panji Hijau yang misterius ini, memancarkan cahaya mata yang beringas, ia memben?tak :
"Pantas saja ia berani berkhianat. Ternyata mendapat backing kuat, eh ? Baiklah, untuk membikin bersih nama pintu per?guruan, sebelumnya aku harus menempur dirimu."
"Bukan maksudku untuk menempur kuancu." berkata Lengcu Panji Hijau sabar. "Tenanglah. Kau harus menggunakan se?dikit aturan."
Dengan marah Tian Hung totiang mem?bentak :
"Siapa yang tidak menggunakan aturan ?"
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Walau Cin Su Can itu murid kesayanganmu, sudah selayaknya bertanya dan menyelidiki terlebih dahulu. Dari sebab apa ia tidak menjalankan perintah ? Apakah boleh membunuh orang tanpa alasan?"
"Tanpa alasan ?!" Tian Hung totiang semakin marah. "Dia sudah tidak men?jalankan perintah, menjual diri kepada lain golongan, membuka rahasia kepada musuh. Apa belum cukup dengan kesalahan-kesalahan ini ?"
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Bukan dia yang tidak menjalankan perintah, dia bernaung dibawah panji ke?besaran Panji Hijau, karena desakan dan perintah ibunya."
"Aaaa....." Tian Hung totiang menganggukkan kepala.
Kini jelas sudah, ternyata sang murid adalah seorang anak yang berbakti, sangat taat kepada perintah ibunya, ia hanya me?miliki seorang ibu yang sudah tua, meng?ingat keadaan itu, tentu saja Cin Su Can harus taat kepada perintah ibunya, ternyata ibu Cin Su Can sudah berada dibawah kekuasaan Lengcu Panji Hijau.
"Kau sudah menculik ibunya ?" Tian Hung totiang bertanya.
"Jangan berkata seperti itu." berkata Lengcu Panji Hijau. "Kami memperlakukan ibunya dengan baik. Kami beri kecukupan yang serba mewah, tentu saja lebih enak seribu kali dari pada hidup me?larat didaerah pegunungan."
Tian Hung totiang melirik kearah sang murid, menganggukkan kepala berkata :
"Hanya karena ibumu, kau telah menelan?tarkan urusan besar ?"
"Dia tidak pernah menelantarkan urus?anmu." berkata Lengcu Panji Hijau.
Tian Hung totiang tidak mau berdebat dengan Lengcu Panji Hijau, memandang kearah sang murid, berkata dengan sabar :
"Baiklah. Mengingat kebaktianmu kepada seorang ibu, aku tidak menarik panjang urusan ini. Mulai saat ini, kau ! Cin Su Can ! Kau sudah kuusir dari pintu pergu?ruan. Kau bukan anak murid dari kelen?teng Pek-yun-kuan. Pergilah ! Jangan sekali2 menemuiku lagi."
"Suhu," berteriak Cin Su Can sedih, "Atas desakan ibu, kalau bukan mengingat umur ibuku yang sudah tua, aku bersedia mati didepanmu."
Tian Hung totiang berkata :
"Kau sudah bukan anak murid Pek yun-kuan, jangan panggil aku suhu lagi. Le?kas pergi !"
Memberi hormat dan menyoja tiga kali, Cin Su Can mengundurkan diri.
Lengcu Panji Hijau mendongakkan kepala, ia berkata :
"Tian Hung totiang, sudah kukatakan ka?lau muridmu itu tidak menelantarkan urusanmu. Apa kau masih belum percaya?"
"Aku tidak mengerti." jawab Tian Hung totiang singkat.
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Kau memberi tugas kepada Cin Su Can untuk mengambil obat Toh-la didaerah Tien-nam, dapat atau tidaknya obat Toh-la itu sudah tidak penting."
Tian Hung totiang berkata :
"Pengambilan obat Toh-la yang begitu jauh memakan waktu yang lama, dan ka?lau betul obat Toh-la didatangkan ke tempat ini, ludeslah semua obat2anku, hancur tiada guna, sekarang kau sudah datang, ku?kira......"
Lengcu Panji Hijau menganggukkan kepala dan berkata:
"Tepat ! Kukira Lie tayhiap sudah tidak membutuhkan obat Toh-la lagi."
Tian Hung totiang berkata :
"Maksudku, sesudah kau berada dikelenteng Pek-yun-kuan, obat Toh-la itu sudah tidak kubutuhkan, mengapa men-cari2 yang jauh, meninggalkan yang dekat?"
"Kedatanganku adalah persoalan tentang urusan ini." berkata Lengcu Panji Hijau.
Tian Hung totiang berkata :
"Maksudku adalah menawan dirimu, ma?ka sama juga untuk pengganti obat Toh-la, bukan?"
Lengcu Baju Hijau menganggukkan kepala dan berkata :
"Untuk mengobati Lie tayhiap, jiwaku memang lebih penting seribu kali dari obat Toh-la."
Tian Hung totiang mengedipkan mata kearah Ho-leng-koan-hoang Can Hoa Tosu, mereka siap menyergap lengcu berbaju hijau itu, kalau saja mereka berhasil me?ringkus Lengcu Panji Hijau, mungkinkah takut tidak bisa mengobati Lie Kong Tie ?
*** Bab10 LENGCU Panji Hijau tidak menjadi tegang, kini dia me?mandang kearah Lie Wie Neng dan bertanya: "Apakah Kongcu sudah mengerti?"
"Tidak mengerti." berkata Lie Wie Neng singkat.
Lengcu Panji Hijau tertawa dan ber?kata :
"Obat Toh-la sudah tidak dibutuhkan lagi, karena....."
Bicara sampai disini, tiba2 ia menghen?tikan suara kata2nya.
Dalam hal ini bukan berarti Lengcu Panji Hijau berhenti bicara, hanya pembicaraannya itu tidak diumumkan, ia meng?gunakan gelombang tekanan suara tinggi, langsung bicara dengan Lie Wie Neng.
Mulut Lengcu Panji Hijau berkemak-kemik, mengucapkan kata2 yang hanya bisa ditangkap oleh Lie Wie Neng seorang.
Sebentar2 terjadi perubahan pada wajah Lie Wie Neng, ragu2, khawatir dan akhirnya dia bertanya :
"Apa betul ?" Lengcu Panji Hijau berkata lagi :
"Inilah maksud tujuanku yang utama. Kalau saja Lie kongcu tidak percaya boleh periksa dahulu. Disini kunantikan jawabanmu."
Secepat itu pula, Lie Wie Neng membalikkan badan, memberi hormat kepada Tian Hung totiang dan berkata :
"Harap totiang bisa menjaga sebentar boanpwe hendak melihat ke dalam."
Secepat itu pula tubuh Lie Wie Neng melejit masuk kedalam kelenteng Pek-yun-kuan, Tian Hung totiang tidak mengerti apa yang dipercakapkan Lengcu Panji Hijau kepada Lie Wie Neng? Mengapa terjadi perubahan yang seperti itu?
Bahaya masih belum dilenyapkan, Tian Hung totiang tidak berani lengah, membi?arkan saja Lie Wie Neng meninggalkan posisi pertempuran.
Kuo Se Fen masih menonton diatas pohon, tentu saja terkejut, hatinya ber?desis :
"Betul2 Lengcu Panji Hijau ini mempunyai rencana busuk!"
Tidak lama kemudian, Lie Wie Neng lari balik kembali, tangannya memegang sesuatu, itulah kedok kulit, kedok kulit tipis yang berupa kulit manusia, kedok yang berwajah Datuk Persilatan Lie Kong Tie.
Dibelakang Lie Wie Neng, turut dua orang pengiringnya, mereka menggotong seseorang yang sedang berbaring, seseorang yang terbaring tiada sadarkan diri.
Orang yang digotong dan terbaring tiada sadarkan diri itu adalah Datuk Persilatan Lie Kong Tie.
Tian Hung totiang terkejut, dengan alasan apa Lie Wie Neng menyerahkan ayahnya yang menderita luka? Karena itu cepat2 ia bertanya :
"Bagaimana keadaan Lie siecu ?"
Dengan uring2an Lie Wie Neng berkata : "Dia bukan ayahku !"
"Siapa ?" berteriak Tian Hung totiang terkejut.
Lie Wie Neng mempaparkan wajah kulit ditangannya, dia berkata :
"Dia salah satu dari komplotan orang jahat, mukanya mengenakan kedok kulit manusia, sangat mirip dengan wajah ayah maka kita dikelabui . . . ."
Dengan heran Tian Hung totiang berkata :
"Apa betul terjadi kejadian yang seperti ini? Mengapa aku tidak tahu?"
Hati Kuo Se Fen juga bertanya :
"Ya ! Kang Han Cing juga mengubah wajahnya, tapi hanya sepintas lalu, Tia Hung totiang yang lihay bisa membedakan kalau wajah itu adalah wajah palsu kalau betul Lie Kong Tie dipalsukan orang mengenakan kedok kulit, bagaimana Tiat Hung totiang tidak tahu ?"
Disaat ini, Lie Wie Neng sudah berhadapan dengan Lengcu Panji Hijau, dia membentak dengan suara yang sangat marah :
"Hei, dikemanakan ayahku itu ?"
Lengcu Panji Hijau berdiri tenang tersenyum sedikit dan berkata :
"Aku tidak bohong, bukan ?"
Sepasang mata Lie Wie Neng seperti hendak memancarkan cahaya api, ia membentak lebih keras:
"Dimana? Dikemanakan ayahku itu ?"
"Bersediakah Lie kongcu membikin se?dikit perundingan?"
Disaat ini, dari dalam berlari pula dua orang, seorang wanita berpakaian hijau dan seorang gadis pelayan. Itulah istri mu?da Datuk Persilatan Lie Kong Tie dan budak pelayannya.
Langsung menghadapi Lie Wie Neng, istri muda Lie Kong Tie menangis dan berkata :
"Kongcu, apa belum berhasil membekuk musuh? Dikemanakan loya kita?"
Sesudah itu, ia menangis dengan ter-isak2, nyonya itu berkata kepada Tian Hung totiang :
"Totiang kau adalah kawan lama dari loya kami, musuh telah melarikan loya kita diganti dengan yang palsu, tolonglah..........tolong cari kembali loya yang telah lenyap itu."
Ternyata Datuk Persilatan Lie Kong Tie sudah lenyap? Diganti dengan Lie Kong Tie palsu ?
Tian Hung totiang cepat2 berkata :
"Harap Hujin bersabar, Lie Wie Neng sedang membikin perundingan."
Nyonya Lie Kong Tie berkata :
"Berapa banyak uang yang hendak diminta oleh mereka, kalau saja loya kita bisa dikembalikan, serahkan sajalah."
Lie Wi Neng menghadapi Lengcu Panji Hijau, ia bertanya dingin.
"Hei, apa yang kau kehendaki ?"
Lengcu Panji Hijau berkata:
"Sebetulnya Datuk Persilatan Lie Kong Tie telah menjuarai kedua tepian sungai Hoang-ho, tigapuluh tahun tidak pernah menemukan tandingan. Kini sudah tua, sudah waktunya istirahat, sudah waktunya meninggalkan berkecimpungan didalam rimba persilatan........"
"Maksudmu," berkata Lie Wie Neng, "Ayah mengundurkan diri dari rimba persilatan ?"
"Hanya berupa anjuran." berkata Leng?cu Panji Hijau, "Mau tidak mau, bukan urusanku. Seseorang ternama, tidak mudah untuk dipertahankan, kalau sudah mendekati akhir tua lebih baik mengun?durkan diri saja, hidup tenang2 dirumah, bukankah lebih enak dari pada main golok dan pedang ?"
Kuo Se Fen yang mengikuti pembicaraan itu berkata dalam hati :
"Apa yang dikatakan memang masuk diakal, seseorang yang sudah lanjut usianya ada lebih baik menghindarkan diri dari kericuhan rimba persilatan."
Berpikir sampai disini, tekad Kuo Se Fen semakin bulat, ia sudah hendak membubarkan partai Hai yang-pay.
Terdengar suara Lie Wie Neng berkata:
"Ada syarat lainnya ?"
Lengcu Panji Hijau berkata :
"Masih ada satu persoalan lagi, janganlah dikatakan sebagai syarat. Golongan kami pernah mendengar dan memuji kecerdasan ilmu silat Lie kongcu. Golongan kami menghendaki kongcu menjadi wakil ketua. Bagaimana pendapat Lie kongcu?"
"Wakil ketua?" bertanya Lie Wie Neng.
"Ya," berkata Lengcu Panji Hijau, "Bersediakah Lie kongcu menerima jabatan wakil ketua Perintah Maut?"
Ternyata Lengcu Panji Hijau hanyalah salah satu anak buah dari golongan Pe?rintah Maut.
Golongan Perintah Maut adalah golongan yang baru muncul didalam rimba persilatan. Memiliki banyak jago2 sakti. Diantaranya terdapat juga Lengcu Panji Hijau, dan Lengcu Panji Hitam, yang disebut belakangan pernah menyerang Hai yang-pay.
Lie Wie Neng ditawarkan kedudukan wakil ketua golongan Perintah Maut.
Inilah rencana tipu muslihat, kalau saja Lie Wie Neng bersedia menerima ta?waran itu, hancurlah nama Datuk2 persilatan.
Lie Wie Neng harus berpikir lama, disitu menyangkut jiwa ayahnya.
Terdengar lagi suara Lengcu Panji Hijau :
"Bagaimana keputusan kongcu ?"
Sebelum Lie Wie Neng memberi jawaban, terdengar suara nyonya muda Lie Kong Tie berteriak :
"Kongcu, penuhilah permintaannya."
Sikap Lie Wie Neng semakin serius, memandang ke arah Lengcu Panji Hijau, berkata dengan sepatah demi sepatah :
"Bebaskan ayahku. Sesudah itu, akan kuusahakan agar ayah bisa melepaskan diri dari kancah kencana kerusuhan rimba persilatan."
"Bagaimana dengan kedudukan wakil ketua kami?"
Lie Wie Neng berkata : "Tentang soal ini, lebih baik kita run?dingkan dikemudian hari."
Dengan dingin Lengcu Panji Hijau berkata :
"Kongcu, ingat baik2, bukan waktunya tawar menawar."
Sepasang sinar mata Lie Wie Neng bercahaya terang, ia membentak :
"Maksudmu, kalau aku tidak menyetujui kau tidak membebaskan ayahku ?"
"Mana berani." berkata Lengcu Panji Hijau. "Nama besar Lie kongcu sudah disegani oleh ketua kami, kami dilarang berlaku kurang ajar kepada Lie kongcu."
Nyonya Lie Kong Tie segera menubruk Lie Wie Neng, bertekuk lutut dihadapan sang anak tiri itu, dengan masih menangis sedih ia berkata :
"Kongcu, tolonglah ayahmu.......tolonglah......lulusi saja perminta?annya.....umur loya sudah terlalu tua, kalau sampai terjadi sesuatu apa..."
"Bangun !" berkata Lie Wie Neng penuh wibawa. "Aku mempunyai pendirian sen?diri."
Dengan masih menangis, nyonya itu me?ninggalkan Lie Wie Neng dan mem-bujuk2 Tian Hung totiang.
Terdengar Lengcu Panji Hijau ber?kata :
"Kalau saja Lie kongcu bersedia me?nerima anjuran2 tadi, kujamin ayahmu segera kembali dalam keadaan segar bugar."
Masih terjadi tarik urat, Lie Wie Neng tidak mau melulusi secara cepat.
Disaat ini, lagi2 terdengar suara bentakan-bentakan ditempat jauh.
Wajah Tian Hung totiang berubah, memandang kearah Lengcu Panji Hijau dan membentak :
"Hei, berapakah rombongan kalian yang menyergap kelenteng Pek yun-kuan ?"
Lengcu Panji Hijau berkata tenang :
"Legakan hatimu, kujamin tidak ada orang lain yang menyerang kelenteng Pek-yun-kuan."
Betul saja, suara bentakan2 itu lenyap dan mereda segera.
Kuo Se Fen berada diatas pohon, daya pendengarannya lebih hebat, ia sudah bisa menduga dari mana datangnya suara2 ben?takan itu, ia lebih jelas. Itulah tempat kamar2 yang tersedia untuknya.
Teringatnya kepada Kang Han Cing yang masih berada didalam bahaya, segera ia merosot perlahan, dan balik kembali ke kamarnya.
Tiba didalam kamarnya, hati Kuo Se Fen semakin terkejut, ia tidak menda?patkan jejak Jen Pek Coan.
"Kemana pula kepergian jiete itu?" ia bertanya didalam hati.
Keadaan Kuo Se Fen menjadi sangat te?gang, beruntung dia lekas2 meninggalkan medan pertempuran didepan dan memeriksa kamarnya.
Tokh ia sudah terlambat, ia tidak bisa melihat jejak Jen Pek Coan.
Tentu ada sesuatu yang terjadi, hatinya berpikir :
"Sesudah jiete mengetahui kembalinya aku, mengapa tiada suara?"
Kuo Se Fen melintangkan golok didepan dada untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan. Ber-indap2 ia memeriksa ruang?an itu.
Memeriksa lagi ruangan sebelah, hati Kuo Se Fen tergetar, disana menggeletak dua orang, dua orang itu mengenakan seragam berbaju hitam, mengenakan keru?dung berwarna hitam. Itulah anak buah dari Lengcu Panji hitam.
Seperti apa yang dia sudah ketahui, dibawah ketua golongan Perintah Maut ter?dapat dua kekuatan yang hebat, Lengcu Panji Hijau dan Lengcu Panji Hitam.
*** Bab 11 LENGCU Panji hijau sedang bersitegang dengan Lie Wie Neng.
Ternyata Lengcu Panji Hitam menyatroni kamarnya. Tentu bertujuan menculik Kang Han Cing.
Tapi...... Bagaimana dua anak buah Lengcu Panji Hitam itu bisa menggeletak ditanah ?
Kuo Se Fen memeriksa dengan lebih teliti, tiga orang berseragam hitam pula menggeletak dikamar sebelah, mereka sudah berada didalam keadaan tidak berdaya. Ditotok orang.
Kecuali lima orang berseragam hitam itu, Kuo Se Fen juga menemukan Jen Pek Coan, tapi Jen Pek Coan duduk melenggut, tiada bersemangat. Juga sudah ditotok orang.
Cepat2 Kuo Se Fen mendatangi jitenya, meng-urut2 jalan darah Jen Pek Coan.
Tidak berhasil ! Jalan darah Jen Pek Coan yang tertotok masih membeku, totokan itu adalah totokan istimewa dia tidak berhasil menghidupkannya.
"Heran !" bergumam Kuo Se Fen. "Siapa yang datang ? mengapa menotok Jen jietee? mengapa menotok orang2 berbaju hitam itu ?"
Sesudah tidak berhasil menolong Jen Pek Coan, Kuo Se Fen menghampiri ke kamar Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat.
Sama dengan keadaan Jen Pek Coan, Goan Tian Hoat juga tertotok orang ! Berada didalam keadaan tidak berdaya.
Yang lebih mengejutkan Kuo Se Fen lagi adalah diatas pembaringan Kang Han Cing duduk seorang berbaju putih, tangan orang berbaju putih itu diletakan di-ubun2 Kang Han Cing, dia duduk bersila.
Kuo Se Fen menduga kepada musuh, goloknya diselorongkan kedepan, menusuk kearah orang berbaju putih yang berada didepan Kang Han Cing.
Gerakan Kuo Se Fen boleh dikata sangat cepat, tapi gerakan orang berbaju putih lebih hebat lagi, tanpa menoleh kebelakang tanpa melepas sebelah tangannya yang me?nempel di ubun2 Kang Han Cing, dengan lain tangannya, orang itu menyentil golok Kuo Se Fen.
Traaangg............ Tangan Kuo Se Fen dirasakan kesemutan. Ia terpukul mundur.
Hebat ! Hanya menggunakan jarinya saja dia berhasil memukul pergi ketajaman golok. Inilah ilmu istimewa.
Kuo Se Fen tidak mau mengalah, sebagai ketua Hai-yang-pay yang ternama, ia tidak mau menyerah mentah2. Memegang kuat goloknya lebih erat, maju dan menyerang lagi.
Sekarang dengan menggunakan ilmu Sembilan golok maut.
Golok ditangan Kuo Se Fen berubah bercahaya, dan berubah menjadi sembilan buah bayangan, itulah ilmu golok tercepat menyerang ke arah si orang berbaju putih.
Orang berbaju putih itu tahu sampai dimana ilmu permainan golok Kuo Se Fen. Dia mengelak kekanan dan kekiri, menghindari sembilan serangan golok Kuo Se Fen, tapi lain tangannya yang masih menempel pada ubun2 Kang Han Cing tetap tidak terlepas.
Lebih dari pada itu, tampak kekuatan yang tidak terlihat menyerang kearah Kuo Se Fen.
Sang ketua Hai-yang-pay terkejut, inilah tenaga dalam yang hebat. Lagi2 ia terdesak mundur.
Siapakah orang berbaju putih ?
Kuo Se Fen berdiri dipintu dengan golok masih ditangan, ia bingung menghadapi situasi yang seperti itu. Bagaimana harus menolong Kang Han Cing ?
Disaat ini, dikala Kuo Se Fen masih berada dalam kebingungan, muncul pula seorang gadis kecil, dengan kepang dua yang panjang, menghampiri Kuo Se Fen dia berteriak :
"Cong piauwtouw apa yang hendak kau kerjakan ?"
Gadis berkepang dua itu adalah gadis yang pernah membongkar rahasia penyamarannya Than Hoa Toh palsu. Itulah gadis berkepandaian tinggi yang bernama Ce Mei.
Kuo Se Fen masih berada didalam ke?adaan bingung, kedatangan Ce Mei sangat mengejutkan dirinya.
Lagi2 terdengar suara Ce Mei yang ga?ring merdu :
"Cong piauwtouw, apa yang hendak kau lakukan ?"
Dari munculnya Ce Mei ditempat ini Kuo Se Fen bisa menduga, orang berbaju putih adalah kawan, bukan lawan. Dengan ilmu silat yang begitu tinggi, orang berbaju putih itu bisa saja menjatuhkannya dengan mudah, tapi kenyataan tidak.
Orang berbaju putih sedang menolong Kang Han Cing.
"Congpiauwtouw..............." lagi2 suara Ce Mei memanggil.
Kuo Se Fen menghela napas, dia berkata :
"Kedatangan nona tepat pada waktunya, maksudku..............."
Betapa luaspun pengalaman Kuo Se Fen, didalam keadaan yang seperti itu, berat juga untuk mencurahkan isi hatinya.
Mudah dibayangkan, sebagai seorang ke?tua Hai-yang-pay yang ternama, bagaimana Kuo Se Fen tidak merasa malu kalau ha?rus bertanya kepada seorang gadis kecil yang seperti Ce Mei, meminta penjelasan tentang situasi ditempat itu?
Bagaimana ia mempunyai muka untuk me?ngemukakan ke-ragu2annya.
Tapi keadaan sudah memaksa Kuo Se Fen, dia bertanya kepada Ce Mei :
"Orang berbaju putih itu..."
Tidak menunggu sampai ucapan Kuo Se Fen selesai dikatakan, Ce Mei tertawa cekikikan, dia berkata :
"Congpiauwtouw salah paham, ia adalah kongcu kami."
Lagi2 Kuo Se Fen terkejut, ternyata orang berbaju putih yang berada diatas tempat tidur Kang Han Cing adalah kong?cu Ce Mei? Dengan heran ia berteriak :
"Kongcumu ?" Ce Mei menutup mulutnya yang kecil, tidak tahan ia mengeluarkan tertawa gelinya, ia berkata :
"Ya......kongcu kami sedang ber?usaha mengusir racun jahat yang bersarang didalam tubuh Kang jikongcu, jauh2 ia pergi kedaerah Tong-hay mengambil obat penawar racun, akhirnya berhasil...."
Si baju putih yang masih meletakan se?belah tangannya pada pundak Kang Han Cing membalikkan kepala, dengan sepasang matanya yang tajam memandang Ce Mei sebentar, itulah suatu isyarat bahwa Ce Mei sudah waktunya untuk menutup mulut.
Betul2 Ce Mei dimengkerutkan, ia tidak meneruskan keterangannya.
Si baju putih meneruskan usahanya un?tuk menyembuhkan Kang Han Cing.
"Nona Ce Mei . . . ." panggil Kuo Se Fen perlahan.
Ce Mei juga berkata dengan suara yang perlahan sekali :
"Majikanku sudah memberi obat kepada Kang jie-kongcu, kini sedang membenarkan peredaran jalan darah yang tersesat, lebih baik jangan diganggu. Mari kita is?tirahat didepan saja."
Kuo Se Fen malu kepada diri sendiri, tidak seharusnya ia curiga pada si baju putih, dengan ilmu kepandaian si baju putih yang begitu tinggi, mana mungkin mencelakakan Kang HanCing dengan cara yang seperti itu?
Tangan si baju putih yang diletakan di-jalan darah Pek-hie-hiat adalah cara penyembuhan yang terbaik. Dia harus merasa lega dan bersyukur.
Dan seperti apa yang Ce Mei sudah katakan, cara2 pengobatan yang seperti itu pantangan besar kalau terganggu, bisa saja mengalami peredaran jalan darah Masuk Api.
Kuo Se Fen pun menyadari akan hal itu, dan ia juga bisa maklum mengapa si baju putih tiada mengucapkan suara.
Ber-sama2 dengan Ce Mei, mereka me?ninggalkan tempat itu.
Diluar, baru ia teringat kepada Jen pek Coan dan Goan Tian Hoat.
Jalan darah Jen Pek Coan dan Goan Tian Hoat telah dibekukan orang, tidak tahu siapa yang membekukan jalan darah mereka.
Karena itu Kou Se Fen bertanya :
"Ada sesuatu yang harus meminta keteranganmu."
"Katakanlah." berkata Ce Mei ramah. Kuo Se Fen berkata :
"Jie-suteku dan muridku telah ditotok orang, cara2nya agak mirip dengan cara2 yang kongcu baju putih itu laku?kan, mungkin......"
Ce Mei memotong pembicaraan itu : "Cong piauw touw hendak melihat mereka ?"
"Inilah harapanku."
Ce Mei meng-goyang2kan siolo putih di tangan kemudian berkata :
"Tunggu sebentar. Biar kuserahkan obat Swat-ci-tan ini kepada kongcuku, dan setelah itu kita pergi ber-sama2." setelah berkata begitu ia pergi meninggalkan Kuo Se Fen.
Didalam hati Kuo Se Fen mengeluh, obat Swat-ci-tan adalah obat kesayangan Tian Hung totiang, dari mana Ce Mei bisa mendapatkan obat itu ?
Menyolong ? Tidak baik terlalu banyak mengajukan pertanyaan, teka-teki itu disimpan didalam hati.
Ce Mei bisa bekerja gesit, cekatan, dia telah balik kembali, dengan lincah merendengi Kuo Se Fen berjalan bersama-sama.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cong piauw touw," katanya, "Mungkin kau tidak tahu, kalau kami selalu membayangi dibelakangmu."
Hati Kuo Se Fen bergerak, ia bisa me?ngerti, pantas saja sering terjadi keanehan-keanehan, seperti ketika Jen Pek Coan bertempur melawan empat jendral keluarga Lie, didalam keadaan terjepit men?dadak bisa berbalik menang, tentunya mendapat bantuan gelap dari Ce Mei. Ia menganggukkan kepala dan berkata :
"Betul2 aku tidak tahu kalau kongcumu juga turut membayangi kita."
"Tidak." Ce Mei menyelak, "Kongcu kami tidak mengikutimu, selama ini berpergian ke Tong-hay meminta obat, dia memberi perintah kepada aku dan cici Ce Tong berdua membayangimu untuk menjaga se?suatu kemungkinan."
"Apakah kongcumu itu baru kembali tadi ?" bertanya Kuo Se Fen.
"Ya." jawab Ce Mei. "Begitu kongcu tiba, cici Ce Tong segera berangkat pergi, mendapat tugas baru."
"Hanya kau sendiri yang mendampinginya ?"
"Begitulah. Racun2 yang bersarang di?dalam tubuh Kang Han Cing kongcu bukan racun biasa, jumlahnya tidak sedikit, ka?rena itu membutuhkan aneka macam obat yang banyak juga, diantaranya terdapat obat Swat-ci-tan, di tempat ini aku ber?hasil mendapatkannya, sedangkan kongcu menghadapi keroyokan2 banyak orang, ma?sing-masing telah ditotok mati."
"Ditotok mati ?" hati Kuo Se Fen tercekat.
Ce Mei tertawa dan berkata :
"Yang diartikan ditotok mati adalah para kurcaci itu, bukan Jen Pek Coan tayhiap dan Goan tayhiap."
Mereka berjalan sambil ber-cakap2.
Sebentar kemudian, mereka sudah bera?da disamping Jen Pek Coan, jago Hai-yang-pay itu menggeletak di tanah.
Per-lahan2 Ce Mei menepuknya, menghidupkan jalan darah Jen Pek Coan yang tertutup.
Jen Pek Coan menggeliat, matanya dibukakan, tampak sang toasuheng berdiri di depannya, cepat2 ia berkata :
"Toa suheng, apakah musuh sudah terusir pergi ?" Kuo Se Fen tertawa dan berkata : "Kukira sudah."
Ya ! Itu waktu sudah tidak terdengar suara pertempuran.
Sesudah menolong Jen Pek Coan, Ce Mei lari kebelakang, menghidupkan totokan Goan Tian Hoat.
Jen Pek Coan memandang ke arah gadis yang sedang berlari ke arah Goan Tian Hoat, ia berkata heran :
"Itulah gadis yang menolong diriku di luar kota Yang-ciu."
"Namanya Ce Mei." sang toako membe?ri keterangan. "Hari itu, dialah yang mem?buka rahasia penyamaran Than Hoa Toh palsu. Dialah yang sering membantu usaha kita."
Jen Pek Coan memandang orang2 berbaju hitam yang menggeletak, ia bertanya:
"Apakah mereka jatuh didalam tangan Ce Mie?"
Kuo Se Fen berkata: "Mereka rubuh dibawah tangan majikannya yang juga sudah datang. Kini sedang mengobati Kang Han Cing."
Jen Pek Coan semakin heran, dia ber?tanya:
"Siapa majikan Ce Mie?"
Sebelum Kuo Se fen menjawab, Ce Mie sudah mengajak Goan Tian Hoat mendatangi ke arah mereka.
Jen Pek Coan memberi hormat dan berkata:
"Nona Ce Mie, dengan ini aku mengucapkan banyak terima kasih."
Ce Mie membalas hormat itu dan ber?kata :
"Sama2, sudah menjadi kuwajiban kita untuk saling tolong menolong."
Kuo Se Fen berkata : "Ada sesuatu yang hendak kutanyakan, siapakah nama majikanmu ?"
Ce Mei tertawa kecil dan berkata : "Cong piauwtouw langsung saja bertanya kepada orang yang bersangkutan. Urusan ini aku tidak berani banyak mulut."
Tidak menunggu pembicaraan Kuo Se Fen lagi, Ce Mei berkata :
"Mungkin majikanku masih membutuh?kan bantuanku, aku harus kembali kesana melayaninya."
Sesudah itu, Ce Mei meninggalkan me?reka.
Goan Tian Hoat menundukkan kepala, dia merasa malu atas kejadian yang baru saja berlangsung, berkata dengan suara rendah.
"Teecu tiada guna, sehingga dibokong oleh musuh. Betul2 memalukan nama suhu saja."
Jen Pek Coan berkata : "Kau tidak perlu merasa rendah diri, aku sebagai pamanmu pun ditotok orang tanpa bisa melihat orang yang menotokku itu."
Kuo Se Fen mengurut jenggotnya dan berkata :
"Orang yang menotok jalan darah ka?lian adalah majikan gadis Ce Mei tadi, kini dia sedang menyembuhkan luka2 Kang Han Cing."
Jen Pek Coan memandang Goan Tian Hoat dan berkata :
"Coba kau lihat, bagaimana keadaan orang itu ?" Ia menujuk kearah lima orang berbaju hitam yang menggeletak di tanah.
Satu persatu Goan Tian Hoat memeriksa mereka, orang2 itu sudah dingin dan beku, mereka sudah kehabisan napas, mati disana.
"Mereka sudah mati semua." Goan Tian Hoat memberi laporan.
Kuo Se Fen menganggukkan kepala dan berkata :
"Betul2 sudah ditotok jalan darah kematiannya."
Kini dia memandang kearah Jen Pek Coan dan bertanya :
"Apakah jiete melihat wajah kongcu itu ?"
"Tidak." jawab Jen Pek Coan, "se?sudah toasuheng berangkat, siaote menunggu ditempat ini, sehingga tadi ada bayangan musuh mendatangi, siaote takut mereka menerjang masuk. Musuh2 yang datang pada hari ini berjumlah besar, ilmu kepandaian mereka sangat tinggi. Disaat siaote hendak memapaki kedatangan mereka, entah bagaimana tiba2 satu persatu jatuh menggeletak, dan disaat itu pula, siaote merasa kesemutan kemudian hilang ingatan, apapun tidak ingat lagi."
Kuo Se Fen menganggukkan kepala, ia memuji kehebatan ilmu kepandaian si baju putih itu.
"Majikan Ce Mei menotok dari jarak jauh, ilmu kepandaiannya memang betul2 hebat! Dia adalah tokoh silat super sakti."
Jen Pek Coan berkata : "Tentunya lengcu Panji Hitam itu te?lah menderita kekalahan."
Kuo Se Fen menggoyangkan kepala dan berkata :
"Yang datang pada malam ini adalah lengcu Panji Hijau, kukira keluarga besar Lie sudah bertekuk lutut dibawah kekuasaan mereka."
Jen Pek Coan terkejut, ia meman?dang kearah sang toako dan bertanya :
"Lengcu Panji Hijau? Begitu hebat?kah ilmu kepandaian mereka? Hingga bisa mengalahkan keluarga besar Lie?"
Kuo Se Fen berkata : "Lie Kong Tie yang istirahat dikelenteng Pek-yun-kuan adalah Lie Kong Tie palsu, dia adalah penyamaran musuh, Lie Kong Tie yang asli sudah jatuh kedalam tangan orang2 itu, bagaimana keluarga Lie tidak mau menyerah ?"
Secara singkat, diceritakan pula kejadian2 yang belum lama terjadi.
Hati Jen Pek Coan semakin terkejut, dua keluarga besar dari empat datuk persilatan disaat itu, yaitu keluarga Kang dari daerah Kanglam, keluarga Lie dari daerah utara telah mengalami kehancuran.
Kang Sang Fun sudah mati ! Lie Kong Tie menjadi tawanan musuh.
Maka dua datuk dari dua keluarga besar tokoh rimba persilatan yang ternama mulai kucar kacir.
Begitu hebatkah ilmu kepandaian Lengcu berbaju Hijau? Begitu hebat pulakah ilmu kepandaian lengcu berbaju hitam ?
Dengan munculnya lengcu berbaju hitam dan lengcu berbaju hijau membuktikan mereka hanya pion2 terdepan, dibelakang mereka masih ada yang memegang peranan, siapakah dalang dibelakang layar itu?
Ketua Perintah Maut ! Siapa yang mengepalai rombongan baru ini ?
Goan Tian Hoat sedang mengasah otak, memikirkan ilmu kepandaian Lie Kong Tie yang hebat.
Lie Kong Tie adalah pemimpin dari ke?luarga besar Lie didaerah utara, sebagai salah satu dari empat datuk rimba persi?latan disaat itu, ilmu kepandaiannya be?lum pernah mendapat tandingan, sulit un?tuk mengalahkannya, pengalamannya juga luas, tidak mudah diracuni.
Karena itu, siapa yang bisa menawan Lie Kong Tie?
Kalau didalam kehancuran keluarga Kang terdapat musuh dalam selimut, Kang Puh Cing yang berkhianat kepada keluarga sendiri, mungkinkah didalam keluarga Lie tidak ada pengkhianat pula?
Jen Pek Coan dan Goan Tian Hoat sedang memikir2 kemisteriusan itu.
Pintu kamar yang berada dibagian sebe?lah kiri terbuka, disana tampil seorang sastrawan berbaju putih, dibelakang sas?trawan itu mengintil pelayannya Ce Mei, Ce Mei masih membawa buli2 putih.
Mengetahui kepada tuan penolongnya, cepat-cepat Kuo Se Fen menyongsong menyambut memberi hormat dan berkata:
"Terima kasih kepada bantuan kongcu. Terima kasih kepada bantuan kongcu yang sudah menyembuhkan Kang Han Cing hiantit. Tadi, aku banyak kesilafan, maafkan kesalahanku."
Sastrawan berbaju putih itu tersenyum kecil, membalas hormat dan berkata.
"Sama2." Disaat Kuo Se Fen menempur sastrawan berbaju putih ini, orang hanya menggu?nakan sebelah tangannya melawan, hanya tampak dari samping, tidak bisa melihat tegas wajahnya.
Kini mereka berhadap2an, Kuo Se Fen memperhatikan bentuk raut dan wajah si baju putih itu.
*** Bab 12 UMURNYA belum cukup dua puluh tahun, mukanya putih, bibirnya merah, sangat cantik dan menarik, apalagi dia mengenakan pakaian putih, semakin membawa suatu perasaan yang tidak mudah dihilangkan.
Disaat itu, Kuo Se Fen hampir lupa kepada diri sendiri. Hampir ia tidak percaya sastrawan yang begini muda, memiliki ilmu yang luar biasa hebat !
Tentunya murid keturunan jago silat super sakti tanpa tandingan.
"Bisakah kami mengetahui gelar nama dan sebutan kongcu yang mulia ?" bertanya Kuo Se Fen.
Tiba2 selembar wajah kongcu berbaju putih itu menjadi merah, ia berkata :
"Namaku Tong Jie Peng."
Sikap si-sastrawan berbaju putih sangat angkuh dan agung, tapi wajahnya bisa bersemu dadu, manakala ia membicarakan sesuatu.
Jen Pek Coan dan Goan Tian Hoat juga menghaturkan rasa terima kasih mereka.
Sastrawan berbaju putih Tong Jie Peng membalas hormat itu, tersenyum sebentar baru ia berkata:
"Maafkan atas kelancanganku tadi yang sudah menotok jiwie berdua."
Goan Thian Hoat bertanya :
"Bagaimana keadaan saudara Kang Han Cing?"
Sastrawan berbaju putih itu menjawab :
"Kang jie-kongcu menderita racun yang dalam, beruntung racun2 itu sudah terusir pergi. Hanya kondisi badannya masih lemah, terlalu lama dia menderita, kini sudah kupercepat peredaran jalan darahnya, tapi harus membutuhkan waktu istirahat yang cukup..........."
Berkata sampai disini, ia mengambil buli2 arak dan diserahkan kepada Kuo Se Fen dan berkata :
"Inilah obat Suat-ci-tan Tian Hung totiang, betul2 obat mujijat, obat ini sangat dibutuhkan oleh Kang jie-kongcu, dengan bantuan obat2, kukira Kang-jie-kongcu bisa sembuh. Didalamnya berisi seratus duapuluh butir, tiap kali makan sepuluh butir, satu hari tiga kali. Mungkin didalam empat hari ia bisa sembuh seperti sedia kala."
Kuo Se Fen menerima buli2 arak putih itu, berkata :
"Obat Swat-ci-tan adalah milik Tian Hung totiang, bagaimana..........."
Tong Jie Peng berkata : "Aku sudah menyuruh Ce Mei memberikan pesan kata2 kepadanya, katakan saja aku yang mengambil, ia tidak berani banyak cingcong."
Suara ini menandakan betapa tinggi hatinya si sastrawan berbaju putih.
Kuo Se Fen tidak mengetahui asal-usul Tong Jie Peng, hanya kesannya kepada orang ini terlalu agung. Apa yang diucapkan tidak boleh dibantah.
"Baiklah." berkata Kuo Se Fen. "Akan kujaga baik2 Kang Han Cing."
Tong Jie Peng berkata lagi :
"Tadi, jalan darah tidur Kang-jie kongcu sudah kutotok, ia akan siuman besok pagi sebelum matahari terbit, tolong saja sampaikan salamku."
Sesudah itu ia memberi hormat dan meninggalkan tempat itu. Diikuti oleh Ce Mei.
Kuo Se Fen, Jen Pek Coan dan Goan Tian Hoat mengantar sampai kedepan.
Sehingga sampai dipintu depan Tong Jie Peng membalikan kepala, memandang ke-arah ketiga orang itu dan berkata:
"Keadaan rimba persilatan sudah jauh berubah, adanya penyergapan2 yang teratur itu membuktikan betapa bagusnya rencana mereka, kuharap saja Cong piauw-touw bisa ber-hati2."
Sepintas lalu, Tong Jie Peng seperti tidak berpengalaman kang-ouw yang luas. Disaat Kuo Se Fen bertanya nama dan ge?lar pemuda itu, ia tidak menjawab, wajahnya berubah merah kemalu-maluan. Disaat dikala ia memberi petuah, sifatnya sangat gagah, suatu bukti kalau ia mempunyai pengalaman luas.
Cepat2 Kuo Se Fen memberi hormat dan berkata :
"Nasehatmu akan kami ingat baik2."
Mengajak Ce Mei, Tong Jie Peng meninggalkan tempat itu.
Mengantarkan kepergian Tong Jie Peng dan Ce Mei, Kuo Se Fen menambah pengalaman baru, pemuda berbaju putih yang misterius, ilmu kepandaiannya yang tidak bisa diukur, asal usulnya yang penuh rahasia.
Hanya didalam beberapa waktu saja, dia telah menemukan dua jago muda yang tiada tara.
Orang pertama adalah putra Lie Kong Tie yang bernama Lie Wi Neng, ilmu kepandaian jago muda itu begitu hebat, sulit dijejaki.
Sebagai seorang ketua partai, Kuo Se Fen masih belum bisa menandingi Lie Wi Neng.
Tokoh kedua adalah Kang Han Cing, walau ia sudah lama berkenalan dengan keluarga Kang, tapi belum diketahui kalau Kang Han Cing itu memiliki ilmu kepandaian silat tinggi. Hanya memberi beberapa petunjuk kepada Goan Tian Hoat, dia berhasil memecahkan ilmu kipas Lie Wi Neng.
Orang berikutnya adalah Tong Jie Peng, umur Tong Jie Peng tidak lebih tua dari Lie Wi Neng dan Kang Han Cing, tapi ilmu kepandaiannya berada diatas dua tokoh yang kita sebut lebih dahulu.
Ketiga anak muda ini adalah tokoh2 silat kelas satu yang pernah dijumpai olehnya.
Betul2 generasi muda jaya !
Berpikir sampai disini, bila dibayangkan dan dibandingkan dengan keadaan dirinya yang sudah tua, Kuo Se Fen menghela napas.
Jen Pek Coan selalu mendamping Kang toasuheng, dia juga merasakan be?tapa lunturnya jago2 tua sebangsa mereka, sudah waktunya menyerahkan kekuasaan kepada generasi yang lebih muda.
Ter-batuk2 sebentar, Jen Pek Coan berkata :
"Tong Jie Peng tadi seperti menganjurkan agar kita mengundurkan diri dari kancah kekalutan didalam rimba persi?latan."
Kuo Se Fen menoleh kearah sang sute dan berkata :
"Ya. Petuahnya itu cukup beralasan. Sudah kubayangkan selama kita membuka pe?rusahaan Hai-yang-piauw-kiok, selama se?puluh tahun, belum pernah menemukan kegagalan, bukan karena kita memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, hanya karena kita mengandalkan bantuan2 dari para sahabat rimba persilatan. Maka bisa dipertahankan keadaan sampai disaat ini. Kalau melihat ilmu kepandaian orang2 yang bermunculan, betul2 mengerikan. Ilmu silat kita tidak ada artinya."
Jen Pek Coan bisa memaklumi apa yang dimaksud oleh sang toasuheng, maka ia bertanya :
"Menurut pandangan suheng, bagaimana?kah kita harus menghadapi soal ini?"
Kuo Se Fen berkata : "Kekalutan rimba persilatan samar2 mu?lai pecah, empat datuk persilatan, dua diantaranya sudah mulai rontok. Keluarga Kang hancur, keluarga Lie ditangkap orang. Sesudah selesai urusan pengobatan Kang jikongcu, aku ada niatan untuk membubarkan perusahaan piauwki kita. Agar kita tidak terpecah belah, kita tidak menimbulkan iri hati yang bukan2. Apa lagi mengingat kekuatan lengcu Panji Hitam, tidak mungkin mereka mau menyudahi perkara ini, lebih baik kita menyatukan kekuatan, membikin persiapan untuk menghadapi mereka !"
Jen Pek Coan berkata : "Apa yang toasuheng kemukakan memang masuk diakal, sayang urusan sudah berkem?bang seperti ini, lengcu berbaju hitam telah menyatroni kita, mungkinkah Hai-yang-pay menyerah begitu saja ?"
Kuo Se Fen berkata : "Hai yang-pay belum pernah takut kepada orang. Selama sepuluh tahun, pernahkah kita takut, atau gentar? Yang jelas, musuh2 berada di tempat gelap, kita berada ditempat terang. Musuh bisa mencari kita, kita tidak bisa menemukan jejaknya. Karena itu, kita harus membubarkan perusahaan piauwki kita, dan menggelapkan diri, sesudah itu kita berkutet melawan Perintah Maut. Apalagi mengingat keadaan keluarga Kang yang sudah terjatuh ke tangan musuh walaupun Kang Han Cing sudah bebas dari keracunan. Hanya kekuatan seorang, kukira belum cukup, dengan ditutupnya perusahan kita, kita bisa menggabungkan diri, memberi bantuan yang se-besar2nya. Membikin bersih musuh, yang lebih penting masih ada dua urusan lagi......."
"Dua urusan penting apa?" bertanya Jen Pek Coan.
Kuo Se Fen menengadahkan kepalanya ke langit, perlahan ia berkata :
"Urusan penting yang pertama adalah mencari jejak orang yang mendalangi lengcu berbaju hitam, siapakah orang yang menjadi pemimpin komplotan jahat itu ? Kita harus bisa membeberkan rahasianya, memberitahu kepada rimba persilatan."
"Urusan penting yang kedua?" bertanya lagi Jen Pek Coan.
Wajah Kuo Se Fen semakin tegang, kedua tangannya di-kepal2kan, dengan suara geram ia berkata perlahan :
"Kita harus bisa mencari tahu siapa yang menyebabkan kematian Kang Sang Fung."
"Aaaa.." Jen Pek Coan berteriak. "Maksud toa suheng, Kang Sang Fung mati dianiaya orang?"
"Tidak salah," Kuo Se Fen menganggukkan kepala. "Sedari aku pergi ke Kim-lin dahulu, aku sudah menaruh banyak curiga kematian Kang Sang Fung sangat misterius. Sesudah itu, kedatangan Kang Hang Cing ke tempat kita sudah menambah kecurigaanku. Dan membuat aku menjadi pasti, disusul dengan kejadian yang menimpa keluarga Lie. Keluarga besar Kang hancur, kini kemalangan menyusul pada keluarga Lie, tidak bisa disangkal lagi, tentu ada satu kekuatan yang hendak menghancurkan empat datuk persilatan."
"Oh........." "Ingat," berkata Kuo Se Fen. "Urusan ini hanya diketahui oleh kita berdua, jangan sampai diketahui oleh Kang Han Cing."
"Aku tahu." Mereka balik keruang dalam, disana mayat kelima orang berbaju hitam itu sudah meleleh mencair.
Goan Tian Hoat berdiri disamping dengan tangan diturunkan kebawah.
Kuo Se Fen memandang kearah Goan Tian Hoat, mengkerutkan alis dan mene?gur :
"Hei, bilakah kau mempelajari ilmu hitam ? Menghancurkan mayat2 seperti ini ?"
Goan Tian Hoat tertegun sebentar, de?ngan hormat ia menjawab:
"Bukan teecu. Disaat teecu hendak mengebumikan jenazah2 ini, tiba2 saja merasa bau busuk, daging2 itu sudah mencair, per-lahan2 menyusut."
Jen Pek Coan berkata : "Kukira gadis yang bernama Ce Mei itu yang mengerjakannya. Sukur sajalah, ia tidak membikin susah orang."
Kuo Se Fen mengurut jenggot dan berkata :
"Ce Mei hanya seorang pelayan, tapi ilmu kepandaiannya sudah jauh diatas kita, betul2 majikan yang misterius."
Jen Pek Coan menyalakan pipa bakonya disedotnya beberapa kali, memandang ke-arah Goan Tian Hoat dan bertanya :
"Bagaimana keadaan Kang Han Cing ?"
Goan Tian Hoat berkata : "Ia masih tidur nyenyak."
"Apa betul racunnya sudah dipunah?kan ?"
"Tentu saja sudah dipunahkan." jawab Kuo Se Fen tanpa ragu2. Dia bisa men?duga hasilnya.
Dengan heran Jen Pek Coan bertanya :
"Dengan ilmu ketabiban Tian Hung totiang yang luar biasa, juga tidak mempunyai pegangan kuat untuk menyembuhkan racun Kang Han Cing. Dengan cara ba?gaimana kongcu berbaju putih yang ber?nama Tong Jie Peng itu bisa menyembuhkannya secara cepat?"
Kuo Se Fen berkata : "Lupakah kepada ceritera si Ce Mei, bahwa obat yang dibawa oleh majikannya berasal dari daerah Tong-hay ?"
"Aku tahu. Di daerah Tong-hay, kecuali sepasang manusia ajaib, mana ada orang lain lagi yang memiliki obat itu ?"
Kuo Se Fen mengurut jenggot dan ber?kata :
"Kecuali obat Ban-ing-hui-tian-tan, mana ada obat lain yang bisa menyembuhkan racun Kang Han Cing?"
"Obat Ban-ing-hui-tian-tan ?" berseru Jen Pek Coan. "Tidak mungkin! Sepasang manusia ajaib dari daerah Tong-hay hanyalah merupakan desas-desus orang saja, sesudah berselang empat puluh tahun siapa yang bisa menemuinya, apalagi obat mujarab yang seperti obat Ban-ing-hui tian-tan, dimana dia bisa mendapatkannya ?"
Kuo Se Fen ter-senyum2, dia berkata :
"Orang berbaju putih yang bernama Tong Jie Peng tadi, memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, tiada satu yang melekat pada tubuhnya yang istimewa. Kalau saja dugaanku tidak salah, dia mempunyai hubungan erat dengan sepasang manusia ajaib dari daerah Tong-hay."
Baru sekarang Jen Pek Coan menganggukkan kepala, menyetujui pendapat sang toa suheng, dia berkata :
"Aku tahu, asal-usulnya Tong Jie Peng tadi bukan asal-usul biasa........"
Kuo Se Fen sudah menoleh kearah Goan Tian Hoat, berkata kepada sang murid :
"Waktu sudah cukup malam. Pergilah istirahat."
"Baik." berkata Goan Tian Hoat meng?iyakan perintah itu. Kemudian seperti ter?pikir sesuatu, ia berkata :
"Teecu terpikir sesuatu, bisakah teecu beritahu?"
Kuo Se Fen menoleh kearah murid itu, ia bertanya :
"Apa yang kau pikirkan ?"
"Menurut cerita suhu tadi, terjadi pertukaran Datuk persilatan Lie Kong Tie yang asli dan yang palsu, teecu mempunyai pandangan yang lain, bolehkah teecu mengutarakan pendapat itu ?"
"Katakanlah," berkata Kuo Se Fen, "Bagaimana kesanmu kepada kejadian itu ?"
Goan Tian Hoat berkata : "Seharusnya, Datuk persilatan Lie Kong Tie yang sedang istirahat ditempat ini adalah Datuk persilatan yang asli, tapi lengcu berbaju hijau sengaja mengatakan bahwa orang itu adalah Lie Kong Tie palsu ku?kira adalah suatu tipu muslihat yang luar biasa............"
Kuo Se Fen bisa memaklumi betapa cerdiknya murid ini, ia lebih percaya kepada keterangan Goan Tian Hoat, mendapat keterangan itu, ia tertegun sebentar dan bertanya :
"Maksudmu ?" Goan Tian Hoat berkata lagi :
"Sebagai salah satu dari empat Datuk persilatan, kedudukan Lie Kong Tie sangat tinggi, kedudukan Datuk persilatan Lie Kong Tie bukan kedudukan biasa, tokh masih bisa masuk kedalam perangkap jebakan golongan Panji Hitam dan Panji Hijau itu, terbukti musuh mempunyai dasar-dasar kekuatan yang hebat, tentunya sudah menyembunyikan mata2 didalam keluarga Lie itu, kalau tidak, tidak mungkin Lie Kong Tie bisa terjerumus masuk."
Pasti salah satu orang kepercayaan Lie Kong Tie yang berkhianat !
Kuo Se Fen menganggukkan kepala berkata :
"Penilaianmu benar."
Goan Tian Hoat berkata lagi:
"Datuk persilatan Lie Kong Tie jarang keluar rumah, sesudah menderita keracunan, dia mendapat penjagaan yang ketat, datang ke kelenteng Pek-yun-koan ini untuk meminta pengobatan, disampingnya masih ada sang putra yang lihai Lie Wi Neng. Juga ada empat jendralnya yang lihai, betapa kuatpun musuh, tidak mungkin bisa menyelundup masuk, tidak mudah untuk menyolongnya, dan menggantikan dengan seorang manusia palsu. Hal ini betul2 tidak mungkin terjadi."
Kuo Se Fen mengurut2 jenggot dan berkata :
"Tepat! Tapi Lie kongcu tadi sudah mencopot wajah sang Datuk persilatan Lie Kong Tie, betul terdapat selembar kedok tipis, dan itulah Lie Kong Tie palsu, bentuk dedak perawakan Lie Kong Tie palsu dan Lie Kong Tie asli memang sama, tapi orang itu bukan Lie Kong Tie."
"Menurut dugaan teecu," berkata Goan Tian Hoat. "Orang itu adalah Lie Kong Tie yang asli."
"Alasanmu ?" Goan Tian Hoat mengemukakan alasannya :
"Lie Kong Tie terjaga ketat oleh jago2 kelas satu, siapakah yang bisa menukarnya ? Dimisalkan betul ada seseorang musuh dalam selimut yang berani berlaku seperti itu, bagaimana menyeret tubuh Lie Kong Tie yang cukup besar ?"
"Aku tidak mengerti." berkata Jen Pek Coan.
Kuo Se Fen berkata lagi :
"Rimba persilatan telah muncul satu kekuatan baru, satu kekuatan baru yang mau menghapuskan kekuatan2 empat Datuk rimba persilatan, karena itu rencana mereka yang pertama adalah membunuh mati Datuk Kang Sang Fung, rencana kedua membunuh Datuk Lie Kong Tie, Lie Kong Tie sudah menderita luka parah, keracunan, karena itu ia istirahat dikelenteng ini tapi mereka belum puas, mereka telah menyiapkan satu rencana tipu muslihat yang lihai, mereka mencari seseorang yang mempunyai dedak perawakan yang seperti Lie Kong Tie, diubahnya wajah itu seperti betul2 Lie Kong Tie, disembunyikannya lebih dahulu........"
"Kemudian....."
"Karena mereka mempunyai banyak kaki tangan didalam keluarga besar Datuk Li Kong Tie, karena itu pada wajah Datuk persilatan Lie Kong Tie yang asli diubah menjadi wajah lain, kemudian ditutupnya dengan selembar kedok tipis Lie Kong Tie, jadi Datuk persilatan Lie Kong Ti yang sudah sakit itu menjadi bulan2an orang, diatas wajahnya terdapat wajah lain, diatas wajah itu terdapat wajah Lie Kong Tie pula, mereka hendak menyomot Lie Kong Tie, tapi tidak berdaya, sengaja mengatakan bahwa Lie Kong Tie itu palsu. Lie Wi Neng masuk perangkap, dia mencopot kedok kulit tipis itu, maka terpetalah satu wajah, satu wajah yang bukan wajah asli Lie Kong Tie, tapi wajah itu adalah wajah buatan, kalau saja Lie Wi Neng bisa memperhatikannya betul-betul, wajah itu masih bisa disingkap pula, dibalik wajah itu masih terdapat wajah asli Lie Kong Tie, tapi Lie Wi Neng dalam keadaan bingung, bingung karena menghadapi situasi yang seperti ini, bingung menghadapi penyakit ayahnya yang tidak bisa disembuhkan, akhirnya ia tertipu menyerahkan sang ayah kepada musuh begitu saja.........."
"Tipu muslihat lihay !"
"Ya! Tipu muslihat lihay ! Maka Lie Kong Tie yang asli dikatakan palsu, dise?rahkan kepada musuh. Jatuhlah ke tangan komplotan orang jahat."
"Yang benar dikatakan yang palsu ! Yang palsu itu adalah manusia aslinya !"
Goan Tian Hoat masih nyerocos terus :
"Lie Wi Neng yang masih berada didalam kesibukan tentu saja mudah terjerembab, cepat2 ia balik kembali, menyingkap kedok kulit tipis, betul2 bukan wajah ayahnya getaran jiwanya bergelora, tanpa periksa kembali dibiarkan saja musuh menggotong ayah sendiri. Dia menyerahkan ayahnya ke dalam komplotan jahat. Oh .... Maka menyusul tragedi keluarga Datuk Kang Sang Fung, maka Datuk Lie Kong Ti juga jatuh kedalam tangan musuh."
*** Bab 13 "SESUDAH kematian Datuk Kang Sang Fung sesudah tertangkapnya Datuk Lie Kong Tie, sebagian besar dari dunia persilatan sudah berada dibawah kekuasaan musuh."
Jen Pek Coan berkata : "Toa suheng, sesudah kita mengetahui rencana busuk ini, mungkinkah bisa ber?peluk tangan ?"
Kuo Se Fen berkata : "Sudah terlambat ! Ini waktu, sudah tidak ada gerakan musuh. Komplotan jahat itu sudah pergi jauh."
Jen Pek Coan berkata : "Lie Wi Neng kongcu telah menerima syarat-syarat yang ditetapkan, bagaimana kita harus memberitahu kepadanya agar ia bisa ber-siap2 ?"
Kuo Se Fen meng-geleng2kan kepala dan berkata :
"Kecuali kita bisa membentangkan fakta-fakta didepannya, hanya dugaan2 seperti ini, kita tidak mempunyai bukti kuat. Siapa yang harus kita beritahu, siapa musuh yang bersembunyi di balik selimut datuk keluarga Lie ? Lebih baik kita diam2 agar musuh tidak mengetahui rencana kita dan tidak lebih bersiap siaga."
"Langkah apa yang bisa kita ambil?"
"Mari kita temukan Tian Hung totiang beri sedikit kisikan kepadanya, dengan hubungan baik Tian Hung totiang dan datuk Lie Kong Tie, kita serahkan pada Tian Hung totiang yang memberi tahu saja, sedang keluarga Datuk Lie Kong Tie tidak mempunyai hubungan baik dengan Hai-yang pay."
Demikian persepakatan itu diputuskan.
Suasana kelenteng Pek-yun-kuan sudah tenang kembali.
Pada hari keduanya ......
Kuo Se Fen sudah bangun dari tempat tidurnya, sesudah ber-kemas2, dan memasuki kamar Kang Han Cing, Kang Han Cing masih mengatupkan kedua mata, duduk bersila mengatur jalan pernapasan.
Goan Tian Hoat menyongsong kedatangan sang guru dan memberi hormat :
"Teecu Goan Tian Hoat mengucapkan selamat pagi kepada suhu."
"Bagaimana keadaan Kang Han Cing?" bertanya Kuo Se Fen.
Goan Tian Hoat menjawab pertanyaan sang guru :
"Pagi-pagi sudah bangun, sudah diberi makan obat, kini sedang mengatur peredaran jalan darahnya."
Kuo Se Fen meng-angguk2an kepala, dan ia berjalan meninggalkan ruangan itu.
Racun jahat yang mengeram didalam tubuh Kang Han Cing per-lahan2 mereda, selama empat hari beruntun, dia telah memakan obat Swat-ci-tan, harus disertai dengan penyempurnaan tenaga dalam, mengusir sisa2 racun yang ada.
Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan bermakan pagi, membiarkan Goan Tian Hoat menjaga Kang Han Cing dikamarnya.
Mereka masih menunggu kedatangan Tian Hung totiang.
Siang harinya, dua tosu kecil membawakan nampan, berkata kepada Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan :
"Para siecu silahkan minum."
Kuo Se Fen bertanya : "Dimana kuancu kalian ? Apa masih repot ?"
Seorang tosu kecil menjawab :
"Kuancu kami ada urusan penting, sudah turun gunung."
Kuo Se Fen tertegun. "Kapan kepergiannya ?" ia bertanya.
Tosu kecil itu menjawab :
"Kuancu pergi pada malam hari, karena ter-buru2, maka tidak bisa memberitahukan lagi, dikatakan agar para siecu tidak kuwatir, anggaplah seperti rumah sendiri. Tinggal disini tenang2."
Hati Kuo Se Fen tergetar, ia berpikir sebentar, lalu bertanya :
"Orang2nya Datuk persilatan dari daerah utara Lie Kong Tie apa sudah berangkat semua ?"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tosu kecil itu menganggukkan kepala menjawab :
"Betul. Mereka sudah berangkat pergi semua. Pagi2 sekali mereka meminta diri dan turun gunung."
Sesudah itu, tosu pelayan mengangguk?kan kepala meninggalkan mereka.
Empat hari berikutnya sedari kejadian tadi, kelenteng Pek-yun-kuan sudah sepi dan sunyi. Tiada gangguan lain.
Dan selama empat hari itu, Tian Hung totiang yang turun gunung juga tidak ba?lik kembali.
Kang Han Cing mendapat pengobatan dari sastrawan berbaju putih Tong Jie Peng, juga mendapat makan seratus duapuluh butir obat Swat-ci-tan, obat Swat-ci-tan adalah obat buatan Tian Hung to?tiang yang sangat mujarab, selama empat hari itu keadaan ber-angsur2 menjadi baik.
Tentu saja, obat Swat-ci-tan dihasil?kan oleh Tian Hung totiang yang memakan jerih payahnya belasan tahun, tokh hanya mentelorkan duaratus empatpuluh butir, separuh jumlah ini telah dimakan oleh Kang Han Cing. Bagaimana ia tidak men?jadi segar cepat?
Menurut cerita tokoh2 rimba persilatan, sebutir obat Swat-ci-tan saja cukup un?tuk menjaga kesehatan seumur hidup, penyakit tidak bisa dikambuhkan.
Memakan dua butir obat Swat-ci-tan, berarti memelihara kesehatan lebih kuat, rambut tetap hitam, tidak berubah. Selama tiga tahun, orang itu bertahan tetap seperti sediakala.
Orang yang melatih ilmu silat, kalau bisa mendapatkan hadiah dua butir obat Swat-ci-tan dari Tian Hung totiang, maka tena?ga latihannya bertambah tiga tahun.
Obat Swat-ci-tan adalah obat pusaka Tian Hung totiang, lebih disayangi dari apapun juga.
Dimisalkan dia hendak memberi obat Swat-ci-tan kepada orang, orang itu pasti orang penting, atau orang yang terdekat.
Tapi Kang Han Cing telah menelan ha?bis setengah dari apa yang dihasilkan olehnya.
Tentu saja mendapat menyembuhan yang lebih cepat.
Tenaga Kang Han Cing yang sudah di?susutkan oleh racun lunak itu pulih kem?bali.
Pada hari kelima.............
Disaat mereka melihat matahari terbit diufuk timur, disaat bunga2 Lam-hoa memancarkan bau semerbak yang menyedapkan, disaat angin berselir bertiup memba?wa bau harum daerah pegunungan itu, pe?mandangan daerah kelenteng Pek-yun-kuan semakin indah.
Kuo Se Fen menenggak secangkir teh hangat dipenepian.
Jen Pek Coan menyedot pipa rokoknya berulang kali, menyaksikan keindahan pa?norama kelenteng Pek-yun kuan.
Mereka sedang ber-cakap2.
Disaat itu Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat menghampiri mereka.
"Selamat pagi." berkata Kang Han Cing.
Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan me?nolehkan kepala, wajah Kang Han Cing yang tadinya pucat pasi sudah merah kem?bali, sinar matanya mencorong bercahaya. Telah terjadi perobahan yang luar biasa.
"Ha, ha....." Jen Pek Coan ter?tawa. "Hanya dalam waktu yang singkat, kau telah berhasil sembuh dari penyakit yang terberat."
Kang Han Cing berkata : "Boanpwee mendapat menyembuhkan yang hebat berkat obat yang mujarab, juga atas hasil bantuan2 dari para cianpwee, dengan ini boanpwe menghaturkan banyak terima kasih."
Dengan heran Kuo Se Fen bertanya :
"Apa kau belum tahu, kalau obat yang terpenting adalah obat pemberian dari sastrawan berbaju putih yang bernama Tong Jie Peng itu ? Dari daerah Tong-hay dia meminta obat, diberi makannya kepadamu baru dibantu dengan obat Tian Hung totiang............"
Kang Han Cing menyipitkan matanya panjang2, dia berkata :
"Sastrawan berbaju putih yang bernama Tong Jie Peng ? Dari daerah Tong-hay meminta obat ?"
Kang Han Cing tidak kenal kepada Tong Jie Peng, tentu saja dia heran.
Kuo Se Fen mengelus jenggot dan berkata :
"Ya. Tong Jie Peng itu adalah sastrawan berbaju putih yang pernah kau temui di telaga Koa-cao, dialah si sastrawan berbaju putih diperahu."
Kang Han Cing semakin heran, dia bertanya :
"Dia ? Boanpwee tidak kenal mengenal, bagaimana begitu menyusahkan diri jauh2 memberi pertolongan ?"
Jen Pek Coan menyedot asap pipanya dan melepus panjang2, baru dia ber?kata :
"Menurut perkiraanku, hubungan ke?luarga kalian cukup rapat."
Kang Han Cing menganggukkan kepala, suatu tanda ia bisa mengerti akan penjelasan itu. Sebagai salah satu dari Datuk persilatan Kang Sang Fun, ayah Kang Han Cing adalah tokoh silat yang disegani, pengalamannya banyak, pergaulannya luas, mungkin juga salah satu dari sahabat2nya dikala itu menghasilkan jago muda yang seperti Tong Jie Peng.
Jen Pek Coan berkata : "Tian Hung totiang kini sedang turun gunung, entah urusan apa yang sedang dikerjakan, mengapa lama sekali ?"
Kuo Se Fen berkata : "Racun yang mengeram dalam tubuh Kang Han Cing sutit sudah dapat diusir keluar, kukira kita sudah boleh turun gunung, tidak perlu menunggu Tian Hung totiang lagi."
Menoleh kearah Kang Han Cing, ia berkata lagi :
"Racun2 yang mengganggu tenaga dalammu sudah sembuh, tapi masih membutuhkan waktu untuk istirahat. Maksudku lebih baik kita balik ke perusahaan piauwki, disana tinggal untuk beberapa waktu, tunggu aku menyiapkan semua kekuatan2 Hai-yang-pai membantu hiante."
Tidak menunggu sampai orang selesai bicara, Kang Han Cing menyelak, katanya :
"Atas bantuan dan jasa2 para paman, sebelum dan sesudahnya disini Kang Han Cing mengucapkan banyak terima kasih. Bantuan itu sangat berharga. Yang diluar dugaan, saudaraku sendiri yang seperti Kang Puh Cing yang meracuni aku, dan dari berapa tanda2, lengcu panji hitam itu juga jelmaan Kang Puh Cing. Perbuatan ini adalah suatu perbuatan terkutuk. Mungkin pula didalam keadaan terpaksa. Inilah betul2 yang sangat memilukan hati. Kini racun yang mengeram di tubuhku sudah tiada, tenagaku juga sudah pulih kembali, ingin sekali segera pulang ke rumah. Atas kesetiaan para saudara dan paman2, sekali lagi Kang Han Cing mengucapkan terima kasih."
Kang Han Cing menolak untuk tinggal dan bersembunyi didalam perusahaan Hai yang-piauwki, ia hendak membongkar rahasia keluarganya, siapa yang membunuh sang ayah? Mengapa Kang Puh Cing bisa berbuat seperti itu ?
Kuo Se Fen ragu-ragu, tapi akhirnya ia berkata :
"Baiklah. Semua orang kangen kepada rumah, semua orang akan terkenang kepada kampung halaman. Kau hendak kembali ke Kang-lam, baik kita kawani kesana."
(Bersambung 7) *** Jilid 7 DUA BUTIR air mata bening jatuh dari sepasang mata Kang Han Cing, ia sangat terharu, kini ia berkata :
"Sekali lagi Kang Han Cing mengucapkan banyak terima kasih, banyak bersyukur atas bantuan morel dan materiel dari para paman. Adapun musuh itu terlalu berani, terlalu banyak, dan bila dipikir secara masak2. Keadaan keluarga Kang saat ini sangat berbelit-belit. Untuk membikin penyelidikan yang sempurna, lebih baik tidak perlu dikerjakan oleh banyak orang, itu akan mengakibatkan bocornya rahasia kita. Yang penting kesehatanku sudah sembuh, keadaankupun pulih seperti sedia kala, dimisalkan bertemu dengan musuh tangguh aku sanggup menghadapinya."
Datuk selatan Kang Sang Fung memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, walau dia sudah dibunuh orang, tokh ilmu silatnya itu sudah diturunkan kepada putra2nya, terlebih2 Kang Han Cing, bukan saja sudah mewarisi ilmu kepandaian sang ayah, dia telah mendapat didikan langsung dari neneknya juga memiliki ilmu aneh dari lain aliran, entah aliran dari mana yang didapat.
Dengan ilmu kepandaian Kuo Se Fen dan Jen Pek Coan, tidak bisa banyak membantu usaha Kang Han Cing.
Karena itu, turut sertanya kedua jago Hai-yang pay tiada ada artinya.
Mereka tidak ngotot dan tidak memaksa untuk turut serta pada perjalanan Kang Han Cing.
"Baiklah." akhirnya Kuo Se Fen mengalah. "Kalau takut kesepian ditengah jalan ada lebih baik juga kau mengajak Goan Tian Hoat. Ilmu kepandaiannya tidak bisa dibandingkan dengan ilmu kepandaian silatmu, tapi pengalaman Kang-ouwnya cukup luas, kecerdikan otaknya berada atasmu, kukira dia mempunyai banyak macam aneka cara, ia memiliki ilmu mengubah muka, kukira dia bisa membantu usahamu."
Kang Han Cing berkata : "Kalau paman bersedia dan rela membiarkan saudara Goan Tian Hoat turut serta, boanpwee mengucapkan banyak terima kasih."
Kuo Se Fen mengurut jenggot dan berkata :
"Nah ! Ajaklah Goan Tian Hoat. Selu?ruh anggota Hai-yang-pay berdiri dibelakangmu."
Sekali lagi Kang Han Cing mengucap?kan terima kasihnya.
Demikian putusan mereka. Ditinggalkannya surat untuk Tian Hung totiang, dikatakan bahwa luka Kang Han Cing sudah disembuhkan, mereka pamit dan meminta diri. Meminta maaf atas kelancangannya yang tidak bertemu dengan ketua kuancu Pak-yun-kuan itu lagi.
Surat ini disampaikan kepada tosu kecil untuk disampaikan kepada pemimpin me?reka.
Ber-gegas2 rombongan Hai-yang-pay me?ninggalkan kelenteng Pak-yun-kuan.
*** Kabut pagi mulai menipis...........
Dikota Kim-leng, orang mulai bangun dari tempat tidur mereka melakukan fungsinya sebagai manusia.
Didepan gedung datuk selatan Kang San Fung almarhum yang megah, berdiri dua penjaga. Mereka mendapat tugas untuk menjaga keselamatan keluarga itu.
Dua orang lainnya sedang membersihkan lantai batu, disikatnya keras2 sehingga mengkilap.
Datuk persilatan Kang Sang Fung me?mang luar biasa, walaupun orangnya sudah tiada, nama itu tetap harum. Gedungnya masih terjaga bersih.
Ahli waris Kang Sang Fung adalah putra pertama dari sang datuk yaitu toako Kang Han Cing yang bernama Kang Puh Cing.
Pagi itu, dijalan raya dari jauh mendatangi seorang kakek tua dengan nampan ditangan, langsung menuju kearah gedung keluarga Kang.
Sebagai salah satu dari empat datuk persilatan, gedung keluarga Kang itu terjaga ketat. Dua orang segera menyongsong kedatangannya si kakek tua.
"Ada apa?" salah seorang segera membentak.
Seorang lagi yang ternyata kenal kepada kakek tua itu berseru :
"Ong Lo Sit, kau ?"
"Ya !" jawab si kakek tua. "Aku."
"Mengapa mengantar sendiri ?" bertanya penjaga keluarga Kang. "Dimana pegawaimu itu?"
Ong Lo Sit adalah pemilik perusahaan bakmi, dia langganan tetap dari keluarga Kang, setiap pagi mendapat tugas untuk mengantar bakmi pangsit, biasanya Siao Ti Cu yang mengantar, hari itu Siao Ti Cu sakit, maka Ong Lo Sit harus mengantar sendiri.
Ong Lo Sit membungkukkan badan dan berkata:
"Selamat pagi, ibu Siao Ti Cu sakit, kemarin malam dia minta permisi pulang, Kang toakongcu sudah biasa makan bakmi pangsit kami, kalau tidak diantarkan, tentu dia marah, apa boleh buat, terpaksa aku harus mengantar sendiri."
Seorang penjaga berkata :
"Jerih payahmu itu percuma saja."
"Eh......" Ong Lo Sit terbelalak.
"Hari ini toakongcu sedang berpergian, kau tidak perlu mengantar bakmi pangsit lagi."
"Heran." berkata Ong Lo Sit. "Kemarin hari toakongcu tidak memberi pesan. Kemanakah kepergiannya toakongcu ?"
Yang dimaksudkan toakongcu adalah pu?tra Kang Sang Fung yang bernama Kang Puh Cing.
Sesudah memperhatikan kedua orang itu sebentar, Ong Lo Sit berkata lagi :
"Jiwie berdua adalah orang kepercayaan Kang toakongcu, kenapa tidak turut menyertainya?"
Kedua penjaga itu adalah Kang Seng dan Kang Piao.
Kang Seng berkata : "Kang toakongcu disertai oleh Kang Lip."
Ong Lo Sit bertanya : "Berapa lamakah kepergian Kang toa kongcu ? Bilakah ia kembali?"
Sebelum Kang Seng dan Kang Piao menjawab, tiba2 dipintu muncul seseorang disertai dengan bentakannya :
"Kang Seng, kau bicara sama siapa?"
Hati Kang Seng tercekat, cepat2 membalikkan badan, memberi hormat kepada orang itu dan berkata :
"Congkoan, selamat pagi !"
Disana berjalan mendatangi seseorang berkopiah kecil, mengenakan pakaian berwarna hijau, badannya jangkung dan kurus, matanya sipit, hidungnya bengkung kupingnya lebar, wajahnya kaku dan dingin, tidak ubahnya seperti mayat hidup, sepintas lalu orang ini mempunyai sifat2 yang licik jahat, tidak mudah dihadapi.
Inilah orang yang menjadi pengurus besar keluarga datuk selatan Kang Sang Fung almarhum, namanya Cu Ju Hung. Cu Ju Hung memandang Kang Piao dan Ong Lo Sit bergantian, dia memben?tak : "Siapa orang itu !"
Kang Piao menjawab : "Lapor kepada congkoan, dia adalah pemilik perusahaan bakmi pangsit Ong Lo Sit. Biasanya setiap pagi mengantar makanan kepada Kang toakongcu. Biasanya menyuruh orangnya yang bernama Siao Ti Cu, hari ini Siao Ti Cu berhalangan, maka dia yang mengantar sendiri !"
Ong Lo Sit juga mengunjuk hormatnya dan berkata :
"Betul. Hamba bernama Ong Lo Sit. Siap untuk mengantarkan bakmi pangsit kepada Kang toakongcu. Pegawai kami yang bernama Siao Ti Cu sedang ada urusan, dia pulang, terpaksa mengantar sendiri."
Cu Ju Hung menatap Ong Lo Sit tajam2, dari ujung kepala sehingga ujung kaki, memperlihatkan sikapnya yang tidak sabaran, dengan dingin ia berkata : "Kang toakongcu tidak dirumah." Ternyata Kang Puh Cing sedang ada urusan, keluar meninggalkan rumahnya. Karena itu semua urusan berada ditangan Cu Ju Hung.
"Ya.....ya....hamba mengerti." Ong Lo Sit membungkukkan badan, dia meminta diri.
Cu Ju Hung berdiri dengan sikapnya yang angkuh.
Ter-bongkok2 Ong Lo Sit menyembah kearah Cu Ju Hung, ia berkata :
"Congkoan, kami khusus menyediakan bakmi pangsit untuk toakongcu, kalau toa kongcu tidak ada biarlah bakmi ini tinggalkan saja disini....."
Cu Ju Hung mengeluarkan suara dari hidung dan berkata :
"Kau bawa kembali sajalah."
Mendapat pengusiran secara halus itu, Ong Lo Sit meminta diri, meninggalkan gedung keluarga Kang.
*** Bab 14 PADA MALAM HARINYA.........
Gedung Datuk Selatan Kang Sang Fung almarhum diliputi kegelapan.
Penerangan2 diseluruh gedung dipadam?kan, kesiap siagaan telah terjadi.
Tiba2..... dari jauh meluncur dua bayangan, arah tujuannya adalah gedung keluarga Kang itu. Cepat sekali mereka sudah berada di-depan pintu.
Tiba2 muncul dua orang penjaga dari keluarga Kang yang segera tampil kedepan dan membentak mereka :
"Siapa !" Salah satu dari kedua bayangan yang meluncur datang menjawab :
"Aku !" Orang yang menjaga gedung keluarga Kang bisa mengenali orang itu, ter-gopoh2 ia memberi hormat dan berkata :
"Kang toakongcu sudah kembali ?"
Dua orang yang baru datang mengenakan kerudung hitam, salah satu diantaranya ternyata adalah anak dorhaka Kang toakongcu Kang Puh Cing.
Kang Puh Cing segera mengenali orang yang membentaknya tadi, ia balas membentak :
"Kang Piao, lekas panggil Cu Ju Hung menghadap dikamarku."
Dan sesudah itu, Kang Puh Cing menoleh kebelakangnya, memandang orang berkerudung yang menyertainya dan berkata :
"Kang Lip, ikut aku."
Mereka memasuki gedung keluarga Kang dengan bebas.
Kang Piao menjalankan perintah, memanggil Cu Ju Hung harus menghadap segera kepada Kang Puh Cing.
Kang Puh Cing mengajak Kang Lip kembali ke kamarnya.
Kamar Kang Puh Cing sudah gelap, kembalinya Kang toakongcu segera merubah keadaan, api penerangan disulut. Maka terjadilah penerangan ditempat itu. Kang Puh Cing mengenakan pakaian serba hitam, berkerudung hitam, ia menutup wajahnya. Demikian juga pengiringnya yang dipanggil Kang-Lip itu, mengenakan pakaian serba hitam, berkerudung hitam.
Mereka duduk dan menunggu kedatangannya pengurus besar keluarga Kang, Cu Ju Hung.
Sesudah mereka datang, segera gadis pelayan membawakan air minum, disuguhkannya kepada Kang Puh Cing dan berkata:
"Kang toakongcu, silahkan minum."
Kang Puh Cing mengulapkan tangan dan berkata kepada gadis pelayan itu.
"Disini sudah tidak ada urusan, kau bo?leh pergi mengerjakan tugas lain."
"Baik." Si pelayan meletakan cawan minumannya, ia mengundurkan diri.
Baru saja tiba dipintu, tiba2 Kang Puh Cing berteriak :
"Tunggu dulu !"
Pelayan yang berumur muda itu tertegun, ia menghentikan langkahnya, menoleh ke arah sang majikan, membungkukkan setengah badan memberi hormat dan bertanya :
"Kang toakongcu masih ada perintah lain ?"
Kang Puh Cing seperti sadar akan kesalahannya, ia ter-batuk2 sebentar dan berkata dengan suara ditelan, ia memberi perintah :
"Coba lihat, dimana Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay berada ? Beritahu kepada mereka, kalau aku ada urusan penting yang mau dirundingkan."
Suara ini bukanlah suara aseli. Suara buatan untuk mengelabui orang.
Gadis pelayan itu menerima perintah, meminta diri meninggalkan kamar Kang Puh Cing.
Kang Puh Cing seperti menghadapi persoalan yang sangat rumit, dengan sebelah tangan bertopang dagu, menunggu kehadirannya kedua orang yang dipanggil.
Tidak lama kemudian, terdengar derap ?langkah kaki orang yang ter-gesa2, mendatangi kearah kamarnya.
Kang Lip yang selalu berdiri dipintu, menoleh kedalam dan ter-batuk2. Itulah suara isyarat, orang yang ditunggu segera hadir tiba.
Kang Puh Cing bisa mengerti akan adanya kode2 tertentu, dia menganggukkan kepala, cepat2 ber-siap2.
Tidak lama kemudian, didepan Kang Puh Cing berdiri seorang yang kurus, orang ini berkopiah kecil, mengenakan pakaian berwarna hijau, badannya jangkung dan kurus, matanya sipit, hidungnya bengkung, kupingnya lebar, wajahnya kaku dan dingin. Inilah pengurus keluarga Kang yang bernama Cu Ju Hung.
Mendapat panggilan Kang toakongcu, tentu dengan ter-buru2 Cu Ju Hung berlari datang, segera ia memberi hormat :
"Silahkan duduk." Kang Puh Cing menganggukkan kepala dan menitah pengurus itu.
Wajah Cu Ju Hung memperlihatkan kemisteriusan, ke-ragu2an, dengan penuh rasa bingung, dia bertanya :
"Kang toakongcu balik ter-buru2, mungkinkah sudah terjadi sesuatu?"
"Duduklah dahulu," Kang Puh Cing mengulang perintahnya.
Cu Ju Hung memandang majikan mu?da itu, bibirnya terentang sedikit, hen?dak mengucapkan sesuatu, tapi dibatalkan. Mengikuti petunjuk dan perintah Kang Puh Cing, menyeret bangku dan duduk disana.
Kang Puh Cing membuka suara dengan nada dingin :
"Apa kau tahu, maksud tujuanku yang utama dari kepergian ini?"
Hati Cu Ju Hung tergetar, dengan membawakan sikapnya yang cengar-cengir ia berkata :
"Sebelum keberangkatan toakongcu, kau tidak memberi tahu sesuatu, bagaimana hamba bisa tahu ?"
"Huh !" Kang Puh Cing berdesis.
Dikala dia hendak mengungkapkan sesuatu rahasia besar, pintu terbuka lagi, terdengar suara batuk Kang Lip didepan pintu.
Itulah suatu tanda akan kedatangan orang lagi.
Betul saja, seseorang berlari datang kesana, sebelum hadirnya orang itu, sudah terdengar suaranya yang melengking lebih dahulu :
"Hu Cun Cay memberi hormat kepada toakongcu."
"Silahkan duduk." berkata Kang Puh Cing kepada orang yang baru datang.
Disana bertambah hadir seorang kakek berjenggot seperti kambing, tubuhnya kecil pendek, badannya kurus, dengan suaranya yang melengking ia bertanya :
"Toakongcu memanggil, tentunya ada urusan penting. Urusan apakah itu?"
"Kau juga duduk !" Kang Puh Cing menyilahkan orang itu.
Orang yang baru datang adalah kasir keluarga Kang bernama Hu Cun Cay, kedudukannya merendengi kedudukan Cu Ju Hung yang menjabat pengurus ke?luarga Kang.
"Kepergian toakongcu kali ini cepat sekali." Berkata Hu Cun Cay.
Kang Puh Cing mengepalkan tangannya keras2, dia berkata :
"Kalian telah melakukan sesuatu kesa?lahan terbesar."
Cu Ju Hung terkejut, dia bertanya :
"Kesalahan apakah yang telah hamba lakukan?"
Kang Puh Cing menatap Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay, sepatah demi sepatah dia berkata:
"Tentang urusan Kang Han Cing......"
Ucapannya sengaja dihentikan sampai disitu, tidak memberi keterangan yang lebih jelas.
Wajah Cu Ju Hung berubah, dia ber?tanya ter-buru2 :
"Maksud toakongcu, dia belum mati ?"
"Emm....." Kang Puh Cing mengeluarkan suara desisan.
Berulang kali Hu Cun Cay bergoyang kepala. "Tidak mungkin....tidak mungkin......" dia berkata. "Didalam ruangan itu telah kita sediakan jarum2 rahasia Hui-hong-to beng-ciam. Betapa hebatnya ilmu kepandaiannya, tidak mungkin bisa meloloskan diri, apa lagi mengingat keadaan Kang Han Cing yang begitu lemah, dia membutuhkan pertolongan, membutuhkan bantuan orang. Harus dipepayang baru bisa melarikan diri. Bagaimana dia bisa lolos dari tangan maut kita?"
Hati Kang Puh Cing tercekat, matanya bercahaya terang, tapi dia tidak mengobral hawa napsu.
Cu Ju Hung berkata : "Itu malam juga, kita telah kehilangan dua anak buah, dan bersamaan dengan lenyapnya dua anak buah itu, anak murid Hai yang-pay yang bernama Goan Tian Hoat juga sudah melarikan diri. Dimisalkan betul kalau Kang Han Cing itu tidak mati, tentu ditolong oleh Goan Tian Hoat. Pasti !"
"Dia sudah berada dikota Kim-lin." kata Kang Puh Cing.
"Aaaa........."
"Tidak soal." berkata Hu Cun Cay. "Dia sudah tiada berkepandaian silat, mati hidupnya tidak mengganggu usaha kita."
"Bagaimana kau tahu, kalau tidak mengganggu usaha?" bentak Kang Puh Cing.
Hu Cun Cay berkata : "Minuman yang setiap hari disediakan untuk Kang Han Cing telah dicampuri obat istimewa, ramuan dari tabib penyabut nyawa Tui Cang Lim. Kerjanya ramuan obat itu lambat dan perlahan, betapa hebatpun tenaga dalam orang itu, sesudah menelan jamu ramuan obat Tui Cang Lim, mana mungkin bisa hidup kembali? Apalagi mengingat keadaan Kang Han Cing yang se?perti berpenyakit T.B.C. ini...."
Tiba2 saja Kang Puh Cing membentak, "Hu Cun Cay......!"
Hu Cun Cay menggigil dingin, ia mendongakkan kepala, melihat sikap perobahan Kang Puh Cing. Hati Cu Ju Hung juga tergerak, ia sudah merasakan pirasat tidak baik, sinar matanyapun berubah.
Dengan sikapnya yang luar biasa, Kang Puh Cing berkata :
"Jangan kau lupa, si tabib pencabut nyawa Tui Cang Lim sudah lenyap tanpa bekas, ia bisa meracuni orang, mungkin?kah tidak bisa menyembuhkannya ?"
Hu Cun Cay mengeluarkan elahan napas lega, batuk2 kering beberapa waktu, ia berkata :
"Toakongcu, legakan hatimu. Tui Cang Lim pernah bercerita, ramuan racun ini hanya bisa meracuni orang, tidak bisa disembuhkan, tidak mungkin ada obat yang bisa menyembuhkan begitu banyak macam ramuan2 beracun."
"Hua, hua, ha, ha............." tiba2 Kang Puh Cing tertawa. Suaranya bergema dan berkumandang lama. Mendengungkan ditelinga semua orang.
Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay saling pandang, mereka semakin menaruh curiga, wajahnya memperhatikan rasa yang takut.
Secara serentak mereka bangkit dari tempat duduk, Hu Cun Cay segera membentak :
"Kau........kau bukan toakongcu."
Cu Ju Hung juga bukan manusia tolol, dia melempar bangku, dan membentak :
"Jie kongcu !" Orang berkerudung yang mengaku dirinya Kang Puh Cing yang duduk didepan Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay adalah samaran Kang Han Cing.
Mengelakan datangnya lemparan bangku, gesit laksana kera, cepat dan cekatan, dia tertawa berkakakan :
"Diluar dugaan kalian, bukan ?"
Betul2 orang berkerudung ini bukan Kang Puh Cing !
Sampai disini, kartu boleh dibuka, tentu saja orang berkerudung didepan pintu yang dipanggil Kang Lip itu adalah samaran Goan Tian Hoat.
Lagi2 Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay saling pandang, mereka tak pernah menduga Kang Han Cing berhasil lolos dari bahaya kebakaran. Kini sudah berada didepan mereka.
Dengan sinar mata seperti mau menyemburkan api, selangkah demi selangkah, Kang Han Cing mendekati kedua pengurus rumah tangganya yang berkhianat itu.
Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay mundur beberapa langkah.
Tiba2........... Daun jendela terjeblak, dari sana me?layang masuk dua orang, satu diantaranya langsung menyelak di-tengah2 ketegangan, orang ini mengenakan pakaian hitam dan kerudung hitam, dedak perawakannya mirip dengan Kang Han Cing.
Lengcu Panji Hitam ! Orang yang datang adalah Lengcu Pan?ji Hitam, dia telah menyelak diantara Kang Han Cing dan kedua mangsanya.
Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay mengeluarkan napas lega, mereka mendapat bala bantuan kuat.
Lengcu Panji Hitam menatap dan memperhatikan Kang Han Cing beberapa waktu, dengan dingin dia berkata :
"Ilmu penyamaranmu hebat ! Sangat mirip !"
Kang Han Cing bertekad untuk membongkar rahasia kemisteriusan yang menimpa kemalangan keluarganya. Didepan orang berkerudung ini ia berkata dingin :
"Betul2 dalam keluarga Kang telah bercokol para kurcaci, kukira kau inilah yang bernama Lengcu Panji Hitam."
Lengcu Panji Hitam yang baru datang menganggukkan kepala, membenarkan dugaan Kang Han Cing dan berkata :
"Tidak salah. Bagaimana dengan keadaanmu ? Kau bukan Lengcu Panji Hitam mengapa menggunakan tutup kerudung seperti itu ?"
"Aku adalah ahliwaris kedua dari keluarga Kang almarhum." berkata Kang Han Cing.
"Kang Han Cing ?" bertanya dan menegasi lengcu Panji Hitam.
"Tidak salah," menganggukkan kepala Kang Han Cing, "Sebutkan namamu."
"Mengapa?" bertanya Lengcu Panji Hi?tam.
"Aku hendak melihat wajah aslimu." berkata Kang Han Cing, dia sudah mencopot kerudung mukanya sendiri.
"Kau curiga kepada seseorang?" bercemooh Lengcu Panji Hitam.
"Lebih dari pada curiga . . ." berkata Kang Han Cing.
Tiba2 tangan Kang Han Cing diraihkan, cepat laksana kilat menyerobot kearah tu?tup kerudung muka si Lengcu Panji Hitam.
Lengcu Panji Hitam sudah bersiap sedia, dia mengegoskan kepala, menghindari dan mengelakan serangan itu, mulutnya berkata :
"Menurut perkiraanmu . . ."
Gerakan Kang Han Cing adalah gerakan tercepat, bagaimana cepatpun si Lengcu Panji Hitam mengelakan kepalanya dari samberan tokh tutup kerudung itu tersampok copot.
Maka, setelah dicopot tutup kerudungnya dihadapan Kang Han Cing berdiri se?orang laki2 tiada kumis, putih bersih. Itulah wajah Lengcu Panji Hitam.
Kang Han Cing tidak puas, dia membentak :
"Buka kedok kulit mukamu itu."
Hati Lengcu Panji Hitam masih kebat-kebit, kecepatan gerakan Kang Han Cing tadi betul2 diluar dugaan, tapi dia juga memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, tidak gentar sama sekali. Mendapat tegoran itu, dia berkata :
"Menurut perkiraanmu, aku masih menggunakan tutup kedok kulit?"
"Jangan kira orang tahu." bentak Kang Han Cing. "Buka cepat kedokmu !"
"Kukira kau salah dugaan." berkata Lengcu Panji Hitam.
Kang Han Cing menatap wajah si Lengcu Panji Hitam dengan teliti, ia berkata :
"Mungkinkah ........ mungkinkah ........." badan Kang Han Cing menjadi gemetar.
"Kau kira siapa dan bagaimana asal usulku ?" bertanya Lengcu Panji Hitam.
Wajah Kang Puh Cing semakin gemetar, dua butir air mata jatuh menetes, dia berkata :
"Kau......kau......toako.....?"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suaranya itu harus dikerahkan dengan kekuatan yang penuh, baru bisa dicetuskan keluar.
Disaat ini, Goan Tian Hoat sudah berlari masuk, dia merendengi Kang Han Cing, tetap masih menggunakan tutup kerudung berwarna hitam.
Seorang lainnya, yaitu seorang pengawal lengcu baju hitam juga turut masuk, dia merendengi pemimpinnya. Kedua rombongan berhadapan bersitegang. Sudah waktunya Goan Tian Hoat turut campur, ia berkata :
"Nah ! Sudah waktunya kau berterus terang. Buka kedok kulit itu."
Lengcu Panji Hitam menoleh kearah Goan Tian Hoat, dia berkata:
"Seseorang yang bisa merendengi Kang-jie-kongcu, tentunya bukan tokoh silat biasa, siapakah sAudara ini?"
Goan Tian Hoat membuka tutup kerudung kepalanya, dengan dingin ia berkata :
"Aku hanya seorang biasa yang tiada ternama. Belum tentu Kang-toakongcu bisa kenal."
Lengcu Panji Hitam berkerutkan alis, memperhatikan Goan Tian Hoat beberapa waktu, dengan dingin dia berkata :
"Sayang. Sayang sekali, aku bukan Kang toakongcu. Mungkin kalau Kang toakong?cu itu kenal kepadamu."
Hati Kang Han Cing yang berkebat-kebit setelah mendengar pengakuan Lengcu Baju Hitam besar kembali, dia membentak :
"Siapa kau?" Lengcu Panji Hitam berkata:
"Seperti apa yang sudah kau ketahui aku adalah Lengcu Panji Hitam."
"Namamu ?" "Sementara tidak perlu disebut."
"Kau yang menyamar menjadi toako ?" bertanya Kang Han Cing.
Dengan tawar lengcu Panji Hitam berkata :
"Baru tahu ?" "Bagaimana keadaan toako ?" bentak Kang Han Cing. "Kau apakan dia ?"
Lengcu Panji Hitam tertawa lebar, dia berkata :
"Legakan hatimu Kang toakongcu berada didalam keadaan segar bugar."
"Dimana kau sembunyikan toako?" bentak Kang Han Cing, sebelah tangannya mulai memegang pedang.
"Kau hendak bertemu muka ?" bertanya Lengcu Panji Hitam.
"Ya." Kang Han Cing menganggukkan kepala.
"Kalau kau hendak menemuinya, kami bersedia mengajak kesana."
"Sebutkan syaratmu." bentak Kang Han Cing.
"Syarat? Syarat gampang dibicarakan. Tunggu saja sesudah kalian bertemu muka, baru kita membikin perundingan selanjutnya."
"Baik." Tekad Kang Han Cing semakin bulat. "Lekas ajak kita kesana."
"Mari." berkata Lengcu Panji Hitam menyilahkan kedua orang itu.
Kang Han Cing menoleh kearah Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay, kepada kedua pengurus durjana itu dia membentak :
"Tunggu, sekembalinya aku, baru akan kubereskan kalian."
Dengan mengikuti Lengcu Panji Hitam dan pembantunya, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat meninggalkan gedung ke?luarga Kang.
Keempat orang itu, dua di depan dan dua dibelakang, berjalan beberapa waktu, mereka menuju kearah selatan.
Tidak lama kemudian, mereka tiba ditempat yang bernama Ie-hoa-tay.
Ie-hoa-tay adalah tempat pemandangan di daerah selatan, tempatnya strategis, sering terjadi peperangan untuk memperebutkan tempat ini.
Yang menjadi panorama indah ditempat ini dan bisa mengikat hati para turis adalah adanya batu2 berwarna indah mungil dan kecil.
Menurut cerita di jaman kuno, pada salah satu generasi kerajaan, disini pernah terjadi keanehan, disaat seorang berilmu tinggi memberi ceramah, tiba2 terjadi hujan batu, batu-batu itu berwarna merah, hijau, ungu dan biru serta aneka macam lagi, ada yang ber-bintik2, ada yang belang, bertebaran disekitar Ie-hoa tay.
Maka tempat itu dinamakan tempat Ie hoa-tay.
Ie-hoa-tay berarti tempat hujan batu.
Tentu saja kalau batu itu besar dan keras, tempat itu tiada artinya, yang aneh batu itu sangat bagus, kecil dan mungil, bertebaran disekitar mereka, membuat pemandangan panorama yang indah dan menarik.
Lengcu Panji Hitam membawa Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat sehingga tiba di Ie-hoa tay. Disini Lengcu Panji Hitam menghentikan langkahnya, menunggu kehadiran Kang Han Cing memperlihatkan tempat daerah itu.
Kang Han Cing mengajukan pertanyaan :
"Apa sudah sampai ?"
Lengcu Panji Hitam memperdengarkan suaranya yang misterius, ia berkata :
"Tiba2 aku teringat sesuatu...."
"Teringat apa ?" bentak Kang Han Cing.
Lengcu Panji Hitam berkata:
"Aku bersedia mengajak kalian untuk menemui Kang Puh Cing. Tapi sebagai jago rimba persilatan, kalau tanpa sarat kuajak kalian kesana, orang bisa menga?takan aku ini manusia goblok."
"Maksudmu ?" Kang Han Cing mulai menaruh curiga.
"Kalau aku sudah dikalahkan oleh sese?orang, mudah saja mengajak kalian ke tempat itu, bisakah Kang jiekongcu mem?beri sedikit pelajaran ?"
"Kau hendak menantang perang ?" bentaknya Kang Han Cing.
"Tidak berani," berkata Lengcu Panji Hitam. "Hanya meminta sedikit pelajaran saja."
"Baiklah." jawab Kang Han Cing, "Aku tidak pernah mengecewakan seseorang. Katakan, apa yang kau kehendaki ?"
Hati Goan Tian Hoat berpikir, meman?dang ketempat lain, ia mulai men-duga2, adanya Lengcu Panji Hitam ini membawa mereka ke tempat ini, tentu dengan maksud tujuan tertentu, atau mungkin hendak di?sergap dengan rombongan yang berjumlah besar, segera memperhatikan daerah itu, mendahului Kang Han Cing, dia berkata dingin :
"Tunggu dulu ! Apakah hanya kau yang hendak minta pelajaran Kang jie kongcu ?"
Lengcu Panji Hitam tertawa menyengir, ia berkata :
"Tentu saja bukan aku seorang."
Goan Tian Hoat berkata : "Maksudmu, anak buah golongan Perintah Maut telah berkumpul ditempat ini. Bagus. Kau sudah minta bala bantuan, mengapa membiarkan mereka bersembunyi, keluarkan saja sekaligus."
"He, he....." Lengcu Panji Hitam tertawa, "Hanya empat huhuat dari golongan kami."
"Lekas suruh mereka keluar." bentak Kang Han Cing.
Lengcu Panji Hitam memandang ke arah semak2 belukar, ia berteriak :
"Dipersilakan keempat huhuat menampilkan diri."
Maka, hut, hut, hut, hut ...... dari semak2 itu bertampilan empat bayangan gesit, mereka adalah keempat huhuat dari golongan Perintah Maut, langsung mengurung Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat di tengah-tengah.
Goan Tian Hoat memperhatikan keempat orang tersebut, mereka tidak mempunyai dedak perawakan yang sama, hanya seragam berbaju hitamlah yang memberi tanda bahwa mereka itu terdiri dari satu golongan, juga menggunakan tutup kerudung Hitam. Inilah termasuk anggota yang berlindung dibawah Lengcu Panji Hitam.
"Apa sudah boleh dimulai ?" bertanya Lengcu Panji Hitam.
Goan Tian Hoat tampil kedepan meng?anggukkan kepala kearah Kang Han Cing. Artinya, mereka berdua hendak menempur keenam orang itu. Tapi Kang Han Cing segera berkata kepada sang kawan :
"Tunggu dulu !"
Mengeluarkan pedangnya, Kang Han Cing tampil kedepan, ia berkata :
"Biar aku seorang yang menghadapi kalian."
Lengcu Panji Hitam ber-bisik2 kepada pengawalnya, tampak si kerudung hitam ini menganggukkan kepala, dia mengundurkan diri.
Dari keempat huhuat yang tampil disana, seorang bersenjata gembreng emas, se?orang lagi menggunakan pentungan, dua diantaranya bersenjata pedang, semua sudah ber-siap2 menempur Kang Han Cing.
Lengcu Panji Hitam juga sudah mengeluarkan senjatanya, inilah pedang bercahaya terang.
Goan Tian Hoat bisa memaklumi langkah kebijaksanaan Kang Han Cing, tidak turut campurnya melibatkan diri didalam pertempuran kalut itu adalah sesuatu keuntungan, dia bisa men-jaga2 kalau dari pihak lawan datang musuh tambahan.
Kang Han Cing menghadapi lima orang dengan pedang ditangan dia berkata:
"Boleh mulai !"
Suatu tantangan yang terkebur, sebagai Jiekongcu dari seorang Datuk Persilatan Kang Han Cing telah bisa membawa diri, ternyata diapun memiliki ilmu kepandaian hebat.
Lengcu Panji Hitam memandang keempat kawannya dan sesudah itu dia mem?beri hormat kepada Kang Han Cing, katanya :
"Kami terpaksa harus menerima perintah, awas serangan !"
Pedangnya diluruskan kedepan, terarah ke dada Kang Han Cing.
Serangan Lengcu Panji Hitam adalah serangan biasa, tapi mengandung perubahan yang hebat, kemana saja Kang Han Cin menangkis atau mengelit, tidak mudah mengelakkan diri dari perubahan serangan tadi.
Kang Han Cing masih berdiri tenang membiarkan pedang Lengcu Panji Hitam sehingga dekat sekali, baru ia mengetrukan senjata, trang. menangkis senjata lengcu Panji Hitam.
Disaat yang sama, empat huhuat dari golongan Perintah Maut menyerang Kang Han Cing.
Disaat ini, pergelangan tangan Lengcu panji Hitam dirasakan kesemutan, dia menyedot napas dalam2 mengundurkan diri.
Gembreng kuningan dan toya datang menyerang dari kanan dan kiri. Menyerang Kang Han Cing.
Seperti keadaan pertama, Kang Han Cing membiarkan senjata itu menyerang dekat, dengan cara ini ia lebih mudah menangkisnya, tentu saja harus disertai dengan cara kecepatan yang tiada tara, baru bisa menangkis dengan tepat.
Trang . . . trang..... Kang Han Cing menangkis pergi kedua senjata itu.
Lengcu Panji Hitam mundur kebelakang sesudah itu mundur balik kembali, kini dia menyerang di bagian depan dan membiarkan kedua huhuat yang bersenjata pedang menyerang dari belakang Kang Han Cing.
Trang...trang..... Terdengar lagi suara benturan senjata. Tanpa bisa diikuti dengan mata, Kang Han Cing menangkis pergi ketiga pedang itu. Gerakannya sungguh menakjubkan, mendapat serangan satu didepan dan dua di belakang, tokh dapat ditangkis dalam waktu yang hampir bersamaan.
Keempat huhuat golongan Perintah Maut dan Lengcu Panji Hitam sudah biasa bekerja sama, dengan mundurnya ketiga pedang, disusul serangan dari kanan dan kiri, itulah serangan toya dan gembreng kuningan.
Kang Han Cing memperhatikan beberapa waktu, tiba2 ia membentak kearah orang yang berkerudung kurus kecil yang memegang gembreng kuningan itu :
"Hu Cun Cay !" Orang itu terkejut, hampir saja melepaskan senjatanya.
Dengan sepasang sinar mata yang bercahaya, Kang Han Cing membentak :
"Mengapa tidak berani menjawab ? Selama bekerja dalam keluargaku belum pernah kami memperlakukan kau secara tidak layak. Ternyata kau adalah mata2 musuh, senjata gelap yang diselundupkan kedalam keluarga Kang. Sudah menjadi huhuat dalam golongan Perintah maut ?"
Trang .... trang .... Terdengar lagi dua tangkisan, Kang Han Cing menyerang Hu Cun Cay yang bersenjata gembreng kuningan, dan menangkis toya yang menyerang dari belakang.
Saking kerasnya kekuatan tenaga dalam Kang Han Cing, gembreng kuningan Hu Cun Cay diterbangkan.
Mungkin juga ada sebab lain, atau Hu Cun Cay kehilangan pegangan, mungkin juga merasa malu diri. Tapi yang sudah jelas, senjata itu terbang jauh.
Lagi2 pedang Kang Han Cing berkele?bat, dibarengi jeritan suara Hu Cun Cay, dia mendekap telinganya, daun kuping itu sudah terbang jauh, darah menetes berceceran.
"Siapa lagi yang masih berani ?" Kang Han Cing melintangkan pedang didepan dada, memandang kepada lawan2 itu.
Hu Cun Cay sudah lari ngiprit mengundurkan diri.
Lawan lainnya tidak ada satu yang berani tampil kedepan. Lengcu Panji Hitam sudah menjajal sampai dimana kekuatan Kang Han Cing. Ini masih belum termasuk Goan Tian Hoat, kalau saja pembantu Kang Han Cing itu datang menyerang, tidak mungkin mereka bisa menghindari kericuhan.
Sebagai seorang yang banyak akal, mengetahui tidak ungkulan melawan musuh, Lengcu Panji Hitam berganti siasat, menyimpan pedangnya dan berkata :
"Ilmu kepandaian Kang jiekongcu memang betul-betul hebat. Dipersilahkan keempat huhuat mundur."
Keempat huhuat golongan perintah Maut mengundurkan diri, lenyap dibalik semak2, kecepatan mereka memang lumayan, datangnya mendadak, perginyapun mendadak.
*** Bab 15 "Nah !" berkata Kang Han Cing. "Apa lagi yang kau mau ?"
"Akan segera kupertemukan kepada Kang Toakongcu !" berkata Lengcu Panji Hitam singkat.
Kang Han Cing berkata : "Kami belum tahu dimana dia berada, silahkan kau membuka jalan."
"Mari !" Lengcu Panji Hitam membalikkan badan, mengajak Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat.
Arah tujuan Lengcu Panji Hitam adalah semak2 belukar itu.
Kang Han Cing tiada gentar, mengintil di belakangnya.
Cepat2 Goan Tian Hoat merendengi Kang Han Cing, membisiki kepada si pemuda :
"Lengcu Panji Hitam ini banyak akalnya. Kita harus ber-hati2 !"
Kang Han Cing menganggukkan kepala, mereka mengikuti dibelakang Lengcu Panji Hitam dengan jarak2 tertentu.
Sesudah menembus semak2 belukar itu, mereka telah berada didepan sebuah kuburan besar, dan kongcu berbaju hitam sudah berdiri menantikan ditempat itu.
Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing memperhatikan gerak-gerik Lengcu Panji Hitam.
Tiada banyak bicara lagi, Lengcu Panji Hitam mendorong kedua tangan, menggeser batu nisan dari kuburan tersebut.
Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat memperhatikan gerak-gerik Lengcu berbaju Hitam, keadaan batu nisan itu begitu berat, tenaga si Lengcu Panji Hitam masih cukup besar, tokh masih dirasakan berat, dia menggeser batu nisan yang besar.
Per-lahan2 batu nisan itu tergeser, di sana terdapat sebuah lubang. Lubang di dalam kuburan !
Lengcu Panji Hitam menyilahkan, membuat satu silahan tangan, ia berkata : "Silahkan Kang jiekongcu masuk."
Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat saling pandang.
"Baiklah." berkata Lengcu Panji Hitam itu. "Mari kita ber-sama2."
Mendahului Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat, tubuh Lengcu Panji Hitam itu lompat masuk kedalam lubang kuburan.
"Tunggu dulu !" berteriak Kang Han Cing.
"Ada apa lagi ?" suara Lengcu Panji Hitam terdengar dari dalam lubang kuburan.
"Apa saudaraku ditawan didalam kubur?an ini ?" bertanya Kang Han Cing.
"Kujamin dengan kepercayaan penuh." berkata Lengcu Panji Hitam. "Kalau kau berani memasuki kuburan ini, segera ka?lian bisa bertemu."
Kang Han Cing memandang Goan Tian Hoat, ber-sama2 memasuki lubang kubur?an itu.
Keadaan didalam lubang kuburan sangat gelap, ternyata pelatarannya luas, Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing berjalan didalam lorong lubang kuburan yang ber-liku2.
Mereka kehilangan jejaknya Lengcu Panji Hitam, karena itu Goan Tian Hoat berkata :
"Jie kongcu membawa batu api penerangan ?"
Kang Han Cing menganggukkan kepala, membuat obor, mereka melanjutkan perjalanan itu didalam kuburan.
Didepan mereka terdapat tangga batu menurun kebawah.
Sebagai orang2 yang pemberani, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat menuruni tangga batu itu.
Empat puluhan undak kemudian, tangga batu telah dilewati. Disana terdapat goa yang luas, ternyata kuburan itu merupakan sebuah goa rahasia.
Diruangan goa yang luas itu adalah ruangan besar, terdapat beberapa meja batu dan ada juga meja abu tempat sembahyang.
Goan Tian Hoat memegang goloknya, ia berkata perlahan :
"Kemana kepergiannya Lengcu Panji Hitam itu ? Lebih baik kita jangan maju lagi."
Tiba2 terdengar suara Lengcu Panji Hitam :
"Huh ! Aku disini."
"Ha, ha......" tertawa Goan Tian Hoat. "Ternyata kuburan ini adalah goa rahasia golongan Perintah Maut. Banyak sekali perubahan2nya, eh ?"
"He, he....." Lengcu Panji Hitam tertawa.
Kang Han Cing juga membentak. "Katakan, dimana saudaraku itu ?"
"Kemari !" berkata si Lengcu Panji Hitam.
Tiba2 dinding batu disana terbuka, terdapat lain ruangan.
Goan Tian Hoat selalu memperhatikan baik2 gerak-gerik Lengcu Panji Hitam itu, ternyata ada beberapa tombol2 pada lantai batu.
"Silahkan !" Lengcu Panji Hitam me?masuki ruangan rahasia dibawah kuburan.
Kang Han Cing melangkah mengikutinya, disusul oleh Goan Tian Hoat.
Disini terdapat lorong panjang, Leng?cu Panji Hitam berjalan dengan cepat, dan tiba2 bayangannyapun lenyap lagi.
Kang Han Cing menyusul cepat, meni?kung dua tikungan, matanya bercahaya te?rang, disana terdapat sebuah ruangan lain.
Didalam ruangan terdapat meja dan bangku, terdapat pula rak penyimpan buku2, diatas dinding ruangan terdapat lampu pelita. Cahaya yang remang2 menerangi keadaan tempat itu.
Disebuah bangku batu bercokol duduk seseorang, orang itu mengenakan pakaian berwarna hijau, kedatangan Lengcu Panji hitam, Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat mengejutkannya, tanpa menoleh ia membentak :
"Mau apa lagi ?" bentak orang berbaju hijau itu.
Dengan ber-dehem2 Lengcu Panji Hitam berkata :
"Lihat ! Siapa yang kubawa !"
Orang berbaju hijau menolehkan kepala.
Kang Han Cing segera mengenali wajah itu, itulah wajah sang toako.
Ya.... itulah putra pertama dari keluarga almarhum Kang Sang Fung, namanya Kang Puh Cing.
Kang Han Cing mengalami getaran jiwa hebat, dia maju menubruk dan berteriak :
"Toako..... " Kedatangan Kang Han Cing berada di luar dugaan Kang Puh Cing, dia tertegun sebentar, segera mengenali adik itu, dia bangkit dan berteriak girang :
"Jietee......."
Kedua saudara itu saling rangkul, inilah rasa rindu persaudaraan.
Disaat itu, Goan Tian Hoat telah mema?suki ruangan tersebut, terdengar jelas me?masuki telinganya panggilan suara jietee, hatinya tercekat.
Kalau saja ingatan Goan Tian Hoat tidak salah, suara panggilan jietee tadi adalah panggilan suara bernada dingin yang per?nah didengar didalam gedung keluarga Kang, itulah suara dari seseorang.
Kang Puh Cing memiliki kecerdikan dan ketabahan yang tidak kalah cerdiknya, didalam mengalami goncangan besar, ia masih bisa memelihara ketabahan jiwa, memandang adik itu dan bertanya :
"Jietee, bagaimana kau bisa tiba di?tempat ini ?"
Kang Han Cing menudingkan jari ke arah lengcu Panji Hitam yang berdiri di pojok ruangan batu, lalu berkata :
"Kawan inilah yang membawaku datang."
Sesudah itu, Kang Han Cing memper?kenalkan Goan Tian Hoat kepada saudaranya, dan memperkenalkan saudara tua itu kepada Goan Tian Hoat.
Kang Puh Cing dan Goan Tian Hoat bersalaman.
Lengcu Panji Hitam tidak turut campur pembicaraan mereka, dari jauh ia berkata :
"Kalian dua saudara sudah lama tidak bertemu, baik2lah ber-cakap2, aku meminta diri."
Secepat itu pula, tubuh lengcu Panji Hitam bergerak, mengundurkan diri dari ruangan batu.
Mendadak wajah Kang Puh Cing berubah, ia membentak geram :
"Jangan biarkan dia pergi !"
Tubuhnya melejit, tangannya dijulurkan dengan lima jari yang kurus kering menjambret kearah punggung lengcu Panji Hitam.
Gerakan Kang Puh Cing masih cukup cekatan, tidak kalah hebatnya dari masa jayanya, betapapun cepatnya gerakan lengcu Panji Hitam, gerak cakar setannya lebih cepat lagi, terdengar suara kain memberebet, punggung baju lengcu Panji Hitam itu sudah tersobek sebagian.
Hanya itulah yang bisa dicapai oleh Kan Puh Cing, secepat itu pula bayangan lengcu Panji Hitam sudah lenyap, dan menutup pintu ruangan batu.
Kang puh Cing tidak berhasil menahan gerakan Lengcu Panji Hitam, didalam kemarahan yang me-luap2, ia memukul pintu ruangan batu itu. Terdengar suara beleduk yang keras, pintu batu itu menimbulkan lelatu api, tapi pintu batu itu tidak bergeser.
Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat saling pandang menyaksikan tindakan Kang Puh Cing.
Kang Puh Cing mem-banting2 kaki, kini mereka bertiga terkurung didalam kuburan dibawah tanah.
Kang Han Cing memandang toakonya, ia bertanya :
"Toako, bagaimana asal usul rombongan berbaju hitam itu?"
Tertawa nyengir, Kang Puh Cing berkata :
"Aku tertawan didalam tempat ini sela?ma tiga bulan, kecuali lengcu berbaju hitam ini, tidak sedikitpun aku mengeta?hui tentang golongan ini."
Kang Han Cing tidak mendapatkan berita sesuatu.
Kang Puh Cing memandang adiknya, ia memperlihatkan sikap terkejut, katanya heran :
"Jiete, selama tiga bulan perpisahan kita, ternyata kau telah berubah cepat. Wajahmu juga tidak sepucat dahulu, agaknya lebih segar."
Kang Han Cing berkata : "Aku menderita keracunan. Hasil buah karya dari komplotan jahat. Sampai suatu ketika, saudara Goan Tian Hoat menyelamatkanku dari bahaya maut !"
"Saudara Goan Tian Hoat," berkata Kang Puh Cing kearah Goan Tian Hoat. "Terima kasih atas bantuanmu, saudara dari golongan mana?"
Kang Han Cing menyelak memberikan keterangan :
"Saudara Goan Tian Hoat adalah murid dari ketua Hai-yang-pay."
"Aaaa......." Kang Puh Cing terkejut. "Ternyata anak murid dari jago Hai-yan pay."
Setelah saling berkenalan, Goan Tian Hoat menyelidiki ruangan batu, ketok sana ketok sini, hendak mencari jalan keluar dari kurungan dibawah tanah.
Kang Puh Cing yang menyaksikan sikap Goan Tian Hoat menggeleng kepala, ia berkata :
"Saudara Goan, tidak perlu menyusahkan diri, selama tiga bulan aku tertawan disini, sudah berusaha sekeras mungkin, seperti keadaanmu juga, berusaha membe?baskan diri. Tapi goa rahasia mereka kokoh dan kekar, tidak mudah dipecahkan. Aku tidak berdaya. Jalan keluar tidak mudah ditemukan. Akhirnya aku hanya mendekam disini !"
Goan Tian Hoat berkata : "Segala rahasia pasti ada cara2 pemecahan, tidak mungkin hanya bisa diketa?hui dari luar, dan tidak bisa dipecahkan dari dalam."
Kang Puh Cing tidak melarang Goan Tian Hoat melakukan sesuatu, dibiarkan jago muda itu meneruskan penyelidikannya. Ia memandang kepada sang adik dan bertanya :
"Jie-tee, kau telah diracuni oleh kom?plotan jahat, bagaimanakah terjadinya?"
Kang Han Cing duduk didepan sang toako, menceritakan pengalaman2 yang di?alami. Sesudah selesai mendengar cerita Kang Han Cing, Kang Puh Cing bertanya :
"Siapa yang bernama Cu Ju Hung itu?"
Kang Han Cing menjawab : "Sesudah lengcu Panji Hitam menyamar dirimu dan meracuniku, ia menggunakan Cu Ju Hung sebagai kuasa gedung keluarga Kang."
Tidak lupa diceritakan juga pengalaman Goan Tian Hoat, bagaimana telah melihat kalau si lengcu Panji Hitam telah mengorek peti mati ayah mereka, dan segala kejadian2 yang lebih terperinci.
Wajah Kang Puh Cing berubah, hatinya deg2an, dengan heran ia bertanya :
"Permusuhan apa yang telah terjadi antara keluarga kita? Untuk apa mereka mencuri jenazah?"
Kang Han Cing menceritakan pengalaman-pengalaman yang diketahuinya, pengalaman2 yang penuh dengan segala kemisteriusan. Sehingga bagaimana dengan susah payah Kuo Se Fen mengajaknya ke kelenteng Pek-yun-kuan untuk berobat terakhir ia disembuhkan.
Disaat ini terdengar suara teriakan Goan Tian Hoat :
"Nah ! Ini dia !"
Kang Han Cing dan Kang Puh Cing menoleh kearah Goan Tian Hoat, kini mereka saksikan Goan Tian Hoat sudah menggeser almari, memeriksa dinding batu dibalik tempat itu. Ia sedang tertawa berkakakan, terlihat sikapnya yang sangat puas.
Kang Han Cing sangat percaya kepada kecerdikan Goan Tian Hoat, tentu telah berhasil menemukan sesuatu, dihampirinya lemari itu dan bertanya :
"Saudara Goan sudah berhasil menemukan jalan keluar?"
Goan Tian Hoat menjawab :
"Menurut hematku, ruangan batu ini berada di-tengah2 kuburan. Sedianya bukan untuk kamar tahanan. Maka tidak mungkin kalau tidak ada jalan keluar. Ha, ha, dugaanku tidak salah, ternyata disini terdapat dua pintu. Masuk dari pintu kiri, dan pintu kanan terdapat dibelakang, sengaja dialingi oleh almari buku, sehingga tidak mudah ditemukan........."
Kang Puh Cing terjengkit bangun dari tempat duduknya, dengan girang ia berkata :
"Itu waktu, aku juga sudah membuka dan menyingkiri almari buku ini. Memeriksa dengan teliti, mengapa tidak menemukan pintu ?"
Goan Tian Hoat menudingkan jari ke?pada batu hijau dilantai dinding itu, ia berkata :
"Kukira letak kemisteriusan berada pada batu ini."
"Alasannya?" bertanya Kang Puh Cing.
Dengan tertawa Goan Tian Hoat berkata :
"Sudah kuperhatikan gerak-gerik Lengcu Panji Hitam itu, disaat ia hendak meninggalkan ruangan, ujung kaki kirinya seperti menotol sesuatu."
"Oh...... " Kang Han Cing turut bicara, "Akupun pernah menyaksikan ia membuat gerakan2, tapi aku tidak mengerti maksudnya, dengan cara bagaimana ia membuka dan menutup jalan2 rahasia."
Kang Puh Cing juga berkata :
"Kalau betul sudah berhasil menemukan pintu rahasia, mengapa tidak segera dicoba ?"
Kalau sebagai orang tawanan yang tersekap didalam ruangan bawah tanah selama tiga bulan, tentu saja Kang Puh Cing tidak mengenal sinar matahari, harus cepat2 gembira karena bisa menyaksikan cahaya sinar matahari pula.
Goan Tian Hoat berkata : "Lebih baik sebelumnya kalian menjauhi tempat ini, kukira terdapat senjata rahasia yang beracun."
Kang Puh Cing menganggukkan kepala berkata :
"Apa yang saudara Goan kawatirkan memang masuk diakal. Jiete, mari kita mundur ke belakang."
Setelah berkata begitu ia menarik tangan Kang Han Cing, mereka mengundurkan diri dan menjauhkan Goan Tian Hoat.
Goan Tian Hoat mengangkat kaki, dijejakkan kearah batu hijau dipojok.
Betul saja ! Sesudah batu hijau itu tertekan, terdengar suara krakak krekek dari pesawat rahasia.
Cepat bagaikan kilat, Goan Tian Hoat juga mundur kebelakang. Memperhatikan kontradisi2.
Tidak lama kemudian, dinding ruangan batu itu terbelah, disana terdapat jalan keluar.
Rasa girangnya Kang Puh Cing tidak kepalang, dengan tertawa girang berkata :
"Hebat ! Saudara Goan betul2 hebat !"
Sesudah itu ia berjalan maju, keluar dari pintu rahasia.
Cepat2 Goan Tian Hoat menarik tangan Kang Puh Cing dan berkata :
"Tunggu dulu, toa kongcu, kau harus bersabar, biar aku yang membuka jalan."
Goan Tian Hoat memperbesar api penerangan kemudian api itu diacungkann tinggi2, tangan kanannya mengeluarkan golok, dipasang di-tengah2 dada, dengan sikap yang sangat hati2, per-lahan2 berjalan keluar.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Bab 16 SESUDAH meninggalkan pintu rahasia itu, mereka bertemu dengan undakan2 batu, undakan batu itu tidak jauh berbeda dari undakan batu yang digunakan mereka untuk memasuki ruangan, bedanya kalau yang tadi berada disebelah kanan, yang sekarang berada disebelah kiri.
Sesudah melewati lorong undakan batu, tiga jago itu tersekap pula, mereka me?nemukan jalan buntu, didepan mereka terdapat batu besar.
Tujuh Tumbal Perawan 3 Udah Belom Karya Laurentia Dermawan Api Di Bukit Menoreh 6
^