Pencarian

Perintah Maut 8

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 8


"Lapor kepada cong-koan, dari daerah Kim-leng ada surat penting yang datang. Silahkan."
Kedua tangan orang itu mempersembahkan sepucuk surat kecil.
Cepat Yen Yu San menerima surat tadi, membaca secara tergesa2, tiba2 wajahnya berubah. Ia memberi hormat kepada jago yang berada di tempat itu dan berkata :
"Maaf ! Yen Yu San meminta diri."
Sesudah berkata tadi, mengajak si laki2 berpakaian ringkas yang baru datang, si Hakim bermuka merah Yen Yu San meninggalkan orang2 ditempat itu.
Hanya seorang yang masih mempunyai rasa penasaran, inilah ketua Ciok-cuk-am Put im taysu. Dia uring2an karena orang yang membunuh Yen Siu Lan tidak bisa dibekuk. Membanting2 kaki dan berkata: "Kalau begini lagu2nya muridku itu menjadi korban percuma."
Ciok Beng-taysu merangkapkan kedua tangan dan berkata: "Jangan suthay cepat naik darah, urusan ini harus diteliti sekali lagi. Untuk rimba persilatan diwaktu ini, bendung2 kebanjiran bahaya telah ada gejala yang kurang baik, mungkin kita harus menyerahkan kekuasaan kepada golongan tertentu....."
Ciok Sim taysu memandang kearahCiok Beng taysu dan berkata: "Golongan dari partai baru yang suheng maksudkan ?"
Ciok Beng taysu berkata perlahan : "Partai Baru bukanlah kekuatan yang boleh dipandang ringan, tapi kekuatan ini bukanlah musuh kita. Menurut petuah ketua partai, beliau memberi pesan, kalau saja bertemu dengan jago2 dari Partai Baru, jangan sekali2 Siauw-lim-pay melibatkan diri, lebih baik jangan bentrok dengan mereka..."
Put-im suthay mengeluarkan dengusan dari hidung, tidak henti2nya tertawa dingin.
Ciok Beng taysu melanjutkan ceritanya : "Yang harus kita perhatikan adalah kekuatan dari golongan Perintah Maut itu."
Ciok Sim taysu bertanya : "Dari golongan mana pula kedua Kang Han Cing tadi?"
Ciok Beng taysu berkata: "Orang yang memalsukan diri sebagai Kang Han Cing tadi memiliki ilmu kepandaian tiga kali Kang Han Cing, para datuk2 selatanpun belum tentu mempunyai itu kekuatan. Kalau saja salah satu anggota atau Barisan Pendukung Liu Ang Ciauw meninggalkan daerah Tong-hay, wah ! Kita .."
Wajah semua orang berubah.
Ciok Beng taysu berkata lagi: "Mari kita kembali ke gereja, memberi tahu kejadian ini kepada ketua."
Demikian perkumpulan itu bubar.
*** Menceritakan kedua Kang Han Cing. Yang kita maksud dengan Kang Han Cing asli, tentu saja Kang jiekongcu, putra kedua dari datuk selatan Kang Sang Fung. Tangannya digandeng oleh Kang Han Cing imitasi, sebentar kemudian mereka sudah meluncur puluhan lie.
Disaat ini, Kang Han Cing berkata : "Nona, sudah boleh lepaskan peganganmu."
Kang Han Cing imitasi terkejut, matanya terbelalak, tangan yang memegang Kang Han Cing mengendur, dua sinar mata yang bening seperti kaca itu menatap wajah Kang Han Cing, ia berkata heran: "Kau....."
Inilah sepasang mata yang serupa dengan sinar mata si gadis berbaju hijau Suto Lan.
Tidak berani menantang terlalu lama, Kang Han Cing menundukkan kepala, ia berkata: "Nona Suto Lan hendak membawa aku ke tempat apa?"
Kang Han Cing imitasi tertawa cekikikan, sesudah itu baru ia berkata: "Oh, yang dimaksudkan dengan nona Suto Lan tentunya kekasihmu, bukan?"
Kang Han Cing menatap Kang Han Cing imitasi itu, dengan geram bertanya: "Kau bukan Suto Lan?"
Lagi2 Kang Han Cing imitasi itu tertawa, tanpa mengurangi cahaya sinar matanya, ia berkata:
"Kukira saudara Kang salah mata, aku bukanlah orang yang saudara duga."
Baru sekarang Kang Han Cing sadar dari kesalahannya, Suto Lan menyamar menjadi wajah Kang Han Cing, orang ini juga menyamar menjadi Kang Han Cing. Sulit membedakan yang mana Kang Han Cing Suto Lan, dan yang mana Kang Han Cing yang baru.
Yang jelas, orang ini memiliki ilmu kepandaian silat yang jauh berada diatas dirinya. Hal mana tidak mungkin bisa disamakan dengan ilmu kepandaian Suto Lan. Ilmu kepandaian Suto Lan masih berada dibawah dirinya.
Memandang kepada orang itu, Kang Han Cing bertanya : "Siapa saudara? Mengapa mengubah diri menyamar diriku ? Apa maksud tujuan itu ?"
Kang Han Cing imitasi itu tertawa dan berkata: "Disaat aku liwat ditempat tadi, kulihat kau berada didalam posisi terjepit, karena itu aku membuat penyamaran dan menolong dirimu."
Kang Han Cing menjadi ragu. "Kau kenal kepadaku?" ia bertanya.
Kang Han Cing imitasi itu tertawa lagi, memperlihatkan kedua baris giginya yang putih dan berkata :
"Kang jiekongcu mempunyai banyak kenalan, siapakah yang tidak kenal kepada jiekongcu ? Apalagi aku telah bertemu muka beberapa kali, masakan sudah lupa ? Beberapa kali kita sudah bertemu bukan ? Lupa kepada suaraku ?"
Kang Han Cing tidak bisa membedakan penyamaran jago silat luar biasa itu, ia bertanya lagi :
"Siapakah saudara ? Betul2 aku tidak ingat."
Kang Han Cing imitasi itu menelepek selembar kulit tipis yang ditempelkan pada wajahnya, maka terpetalah wajah putih dan tampan, alis lentik, bibir mungil dan hidung mancung dengan kedua baris gigi yang putih, lagi-lagi ia tertawa.
Inilah pemuda luar biasa, orang yang pernah menyembuhkan Kang Han Cing di-kelenteng Pek-yun-kuan, orang yang mengaku bernama Tong Jie Peng!
Ternyata orang yang menyamar Kang Han Cing di tempat ini adalah Tong Jie Peng !
Bukanlah Kang Han Cing palsu yang dia lihat. Kang Han Cing palsu yang jahat adalah samaran Suto Lan ! Dan Kang Han Cing ketiga adalah penyamaran Tong Jie Peng !
Memandang kearah Tong Jie Peng beberapa saat Kang Han Cing berlompat girang, menyekal kedua tangan kawan itu dan berkata : "Aaa......saudara Tong Jie Peng, aku sudah kangen sekali."
Tong Jie Peng telah mengobati luka lemes Kang Han Cing, karena itu sedikit banyak Kang Han Cing tidak bisa melupakannya.
Membiarkan kedua tangan dipegang oleh Kang Han Cing, selebar muka Tong Jie Peng menjadi merah, ia berkata: "Kukira jiekongcu sudah lupa kepadaku."
Per-lahan2 Kang Han Cing melepaskan pegangannya, ia berkata: "Budi saudara Tong Jie Peng mana bisa kulupakan? Dibalas beberapa kali pun tidak cukup."
"Jangan berkata seperti itu." berkata Tong Jie Peng tawar.
Kang Han Cing berkata: "Pertemuan kita yang pertama adalah dikota Koa-cou, diperahu itu, walau hanya berpapasan muka sepintas lalu, mulai saat itulah, hatiku tidak bisa tenang."
Tong Jie Peng mengalihkan posisi ke-samping, ia bertanya : "Apa keterangan jiekongcu keluar dari hati yang tulus ?"
"Tentu saja dari hati yang tulus." berkata Kang Han Cing.
Wajah Tong Jie Peng memperlihatkan sikap yang senang, tapi alisnya masih dikerutkan, per-lahan2 ia berkata : "Perasaan yang sama pula terkandung didalam hatiku."
"Itu yang dinamakan jodoh." berkata Kang Han Cing. "Orang yang berjodoh memang cepat berkenalan."
Tong Jie Peng menundukkan kepala !
Disaat terjadinya perpaduan kedua pasang mata, Kang Han Cing merasakan adanya daya tarik yang seperti ia pernah alami pada Suto Lan, bahkan lebih bersinar dari Suto Lan, dan lebih bermagnit dari pada daya tarik Suto Lan.
Banyak sekali kata2 yang hendak diucapkan, tapi begitu membentur sinar cahaya mata Tong Jie Peng, maksud tujuan Kang Han Cing kandas di tengah jalan.
Tong Jie Peng bisa melihat gerak mimik mulut Kang Han Cing, mulut ini sedianya sudah terbuka hendak mengucapkan sesuatu, tapi batal kembali. Karena itu, ia tersenyum sedikit dan berkata : "Saudara Kang Han Cing seperti hendak mengucapkan sesuatu, apakah yang terkandung didalam hatimu?"
Maka dengan memberanikan diri, Kang Han Cing berkata : "Siauwte hendak mengusulkan sesuatu."
"Katakanlah." berkata Tong Jie Peng tertawa kecil.
Kang Han Cing berkata : "Budi saudara Tong Jie Peng besar laksana gunung, dalam laksana lautan, karena itu......"
"Cukup," memotong Tong Jie Peng perlahan. "Sudah menjadi kewajiban manusia untuk saling tolong menolong, mengapa harus di-sebut2 terus menerus?"
Selebar wajah Kang Han Cing menjadi merah, menganggukkan kepala dan berkata : "Siauwte mempunyai perasaan kecocokan. Begitu kita bertemu, ada niatku untuk mengangkat saudara, entah bagaimana pendapat saudara Tong Jie Peng ?"
Tong Jie Peng menggigit bibir, berpikir beberapa saat, dan ia berkata: "Manusia hidup didalam dunia seperti air diatas daun, tak bisa bertahan lama, seperti perahu disungai, sebentar kemari, sebentar kesana, hidup tiada berketentuan, tapi kalau saudara ada niatan seperti itu, aku juga tidak akan menolak."
Hampir Kang Han Cing bersorak girang, ia berkata cepat: "Siauwte mempunyai harapan dengan harapan penuh ini bisa mengangkat tali persaudaraan. Inilah keberuntungan yang luar biasa."
Demikianlah, kedua orang itu mengangkat saudara. Mengikuti umur masing2. Kang Han Cing delapan belas tahun, Tong Jie Peng juga delapan belas tahun. Hanya selisih perbedaan bulan, Tong Jie Peng lebih tua tiga bulan.
Karena itu Kang Han Cing menjadi adik dan Tong Jie Peng menjadi kakaknya.
Kang Han Cing memberi hormat dan berkata: "Toako !"
"Jie-te !" Tong Jie Peng membalas hormat itu.
Mereka merasakan kebanggaan tidak terhingga, perpaduan hati dan kecocokan.
Satu saat Tong Jie Peng berkata: "Jiete, bagaimana keadaan nona Sutomu itu? Kukira sangat cantik, bukan ?"
"Toako jangan menggoda." wajah Kang Han Cing menjadi merah.
"Tunggu," berkata Tong Jie Peng. "Aku hendak mengetahui sedikit tentang dirinya."
Kang Han Cing berkata: "Siauwtee tadi menjatuhkan dugaan kepada Suto Lan, karena nona Suto Lan itu pernah menyamar menjadi diriku. Membunuh Yen Siu Lan didalam Ciok-cuk-am. Kemudian mengirim surat tantangan dan memancing Put-im suthay beserta Ciok Sim taysu, menghina kedua jago silat itu dikota Topeng Setan Kui-lien-san. Beruntung bisa siauwte saksikan, membikin pengejaran, di saat bergebrak dengan dirinya, siauwte terkena obat jahat. Dia melempar sapu tangan yang dipupuri obat pelemas badan, siauwte tertawan. Maka kedudukanku dengan dirinya adalah kedudukan musuh, bukan kawan."
Tong Jie Peng meng-edip2kan mata dan berkata: "Aku tidak menanyakan musuh atau kawan. Yang kuingin ketahui ialah : Cantikkah nona itu?"
Kang Han Cing berkata: "Terus terang saja kecantikannya memang lumayan."
Tong Jie Peng tertawa, katanya : "Tentunya dia sudah terpikat kepadamu?"
Kang Han Cing meng-geleng2kan kepala berkata: "Mereka adalah anak buah Perintah Maut, golongan baru yang mempunyai pikiran sesat. Mengacaukan rimba persilatan. Nona itu pernah membujuk diriku untuk masuk jadi anggota mereka. Hal itu sudah kutolak. Kedudukanku tidak segaris dengan kedudukannya."
Tong Jie Peng berkata: "Kalau nona Suto suka kepadamu, tidak perduli benar atau salah, mengapa harus mengambil sikap bertentangan?"
Kang Han Cing menundukkan kepala. Beberapa saat mereka membeku, tiba2 Tong Jie Peng berkata, "Sayang sekali, guruku berpesan dan memberi perintah agar aku cepat kembali. Kalau tidak, ingin sekali kubisa menemui nona itu."
"Eh," Kang Han Cing terkejut. "Toako hendak berangkat sekarang ?"
"Inilah perintah guruku, terpaksa harus berangkat sekarang."
"Sesudah keberangkatanmu ini, bila kita bisa berjumpa kembali?"
Kang Han Cing merasa berat untuk berpisah.
Tong Jie Peng berkata: "Paling lama tiga bulan, kukira kita bisa berjumpa kembali."
"Begitu lama?" berkata Kang Han Cing.
"Kau sudah mewarisi sebagian besar dari ilmu kepandaian Pendekar Bambu Kuning. Untuk rimba persilatan di masa ini, tidak mudah untuk mengalahkan dirimu. Tapi ingat, masih tidak sedikit tokoh2 silat mandraguna dari golongan tua yang berkepandaian lihay, mereka itu menyembunyikan diri di-gunung2 dan di-lembah2, sesudah menyekap diri sekian lama, ada gelagat yang menyatakan mereka bosan kesepian, beberapa diantaranya tampil kembali. Tokoh2 silat penting inilah yang harus kau perhatikan."
Kang Han Cing terkejut, disebutnya nama Pendekar Bambu Kuning membuat ia berpikir beberapa kali, nama kependekaran sang guru baru diketahui sesudah ia hendak turun gunung, dan ia belum pernah menceritakan pada siapa pun tentang nama gurunya bagaimana sang toako bisa mencetuskan nama gurunya?
Ternyata Kang Han Cing adalah ahli waris dari Pendekar Bambu Kuning yang ternama.
Tong Jie Peng memancarkan cahaya sinar matanya yang bening dan jeli, ia berkata lagi:
"Menurut perkiraanku, mereka masih belum tahu asal usulnya. Hanya mereka tertarik kepada ilmu kepandaianmu yang lihai, mereka hendak menambah kekuatan2 dan mengajakmu menjadi salah satu anggota mereka. Karena itulah sengaja mereka membuat fitnah memilih Yen Siu Lan untuk dijadikan korban, tentunya Put-im suthay ber-jingkrak2, kematian Yen Siu Lan yang difitnahkan atas dirimu membawa ekor yang panjang, tiga ekor kekuatan raksasa dari tiga golongan kuat dirimba persilatan. Ekor pertama adalah gangguan ketua Ciok-cuk-am Put-im suthay, beserta dengan jago2 Ngo-bie-pay yang berdiri di belakangnya. Ekor kedua adalah kekuatan ketua Ceng-lian-sie Ciok Sim taysu beserta barisan Siauw-lim-pay yang berdiri dibelakangnya. Dan ekor ketiga adalah tekanan dari Yen Yu San beserta benteng Penganungan Jaya di belakang. Dengan adanya gencetan2 tadi, mereka memaksa dirimu mengasingkan diri, karena itu hanya ada satu jalan yang bisa mengelakan gencatan mereka, kau dipaksa memasuki anggota perkumpulan Perintah Maut......"
"Inilah rencana musuh yang jahat." berkata Kang Han Cing.
"Ya! Rencana jahat !" Berkata Tong Jie Peng.
Kang Han Cing menundukan kepala.
"Nah ! terimalah ini." Tong Jie Peng mengeluarkan sesuatu, diserahkan kepada Kang Han Cing, itulah berupa kedok kulit manusia yang sangat tipis.
"Benda ini penting bagi penyamaranmu." Tong Jie Peng memberi keterangan. "Wajah Kang Han Cing sudah harus lenyap dari permukaan rimba persilatan, gunakanlah wajah ini, maka kau bisa bebas bergerak, jangan sampai ekor2 panjang dan kuat itu menggencet dirimu, jangan sampai mereka mengetahui, dimana bersembunyinya Kang Han Cing."
Kang Han Cing menerima pemberian sang toako angkat, dibulak baliknya kedok tipis itu, maka dengan adanya kedok ini ia bisa melakukan penyamaran, ia bisa mengubah diri, melenyapkan Kang Han Cing dari tekanan2 Perintah Maut !
"Terima kasih....."
Dengan rasa terharu Kang Han Cing bersyukur kepada bantuan2 Tong Jie Peng. Yang sudah menyembuhkan luka2 lemasnya, kembali kini Tong Jie Peng memberikan bantuannya yang besar.
"Nah ! Selamat bertemu dilain waktu." Tong Jie Peng tertawa, dan meninggalkan Kang Han Cing.
"Toako....." Kang Han Cing berteriak dibelakang sang kakak angkat itu. "Biar kuantar sebentar!"
Tong Jie Peng membalikan kepala, tersenyum sebentar dan berkata : "Waktu masih panjang, lain kali kita pasti berjumpa kembali."
Sesudah itu tubuhnya melejit dan terjadilah kilatan bayangan hijau, Tong Jie Peng lenyap di balik semak dan lenyap didepan pandangan mata Kang Han Cing.
Kang Han Cing mematung lama ditempat itu, memandang kearah lenyapnya Tong Jie Peng. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, cepat2 mengenakan kedok penyamarannya, sesudah ini meluncur dan menggunakan ilmu meringankan tubuh, balik ke tempat penghadangan tadi.
*** Bab 34 DISANA, tidak satu bayanganpun yang tampak. Orang2 dari partai baru sudah tiada. Rombongan dari Put-im Suthay dan kawan2 juga sudah tiada.
Kang Han Cing berkerutkan alis dan berkata : "Oh.......kemana pula kepergian mereka?"
Kang Han Cing harus menjauhi diri dari rombongan Put-im Suthay dan kawan2 tapi ia harus berusaha membongkar fitnah2 jahat itu. Fitnah lebih jahat dari pada pembunuhan biar bagaimana ia harus mencuci bersih fitnah tersebut.
Siapa yang menjadi musuh utama ?
Golongan Perintah Maut ?! Ya ! Ia harus menyelidiki kemisteriusan dari golongan Perintah Maut.
Dua kekuatan baru didalam rimba persilatan itu adalah golongan Perintah Maut dan Partai Baru.
Partai Baru mengambil markas di lembah baru, kalau saja ia tidak bisa menemukan lembah yang bernama Lembah baru itu, tidak mudah mencari markas besar kekuatan tersebut.
Jenazah ayahnya hilang. Dan hal ini tidak mungkin buah tangan dari golongan Perintah Maut.
Hanya ada satu kemungkinan, pasti mempunyai hubungan erat dengan partai baru. Ia harus menyelidiki di mana adanya rombongan yang bernama Partai Baru itu.
Kang Han Cing memeriksa bekas2 tapak roda, jejak itu menuju kearah barat, inilah jejak kereta partai baru. Hati Kang Han Cing bersorak girang, dengan adanya jejak tadi mungkinkah dia tidak bisa menemukan jejak partai baru ?
Demikianlah Kang Han Cing mengikuti jejak kereta itu, membayangi gerak gerik partai baru.
Pada masa itu, jarang sekali ada jalan aspal, ter-lebih2 diluar kota, tidak mudah menemukan jalan yang baik.
Kereta yang hendak membawa Kang Han Cing ke lembah baru berjalan diatas semak2 rumput, rumput2 itu masih basah, maka terdapat bekas gelinding roda. Mengikuti adanya garis ini, Kang Han Cing meluncur cepat.
Belasan lie kemudian, jejak roda kereta masih menuju ke arah barat, berjalan ke jalan raya.
Kang Han Cing tidak mau ambil pusing, kemana larinya kereta itu, kembali melewati kota dan melewati gunung, ia memperhatikannya dengan baik2 dan meneliti jejak2 tadi.
Hari menjelang sore, jejak kereta menuju kearah sebuah desa.
Kang Han Cing mendongakkan kepala, dia sudah berada didaerah Kui-lien-shia. Wah ! Kang Han Cing menjadi pusing kepala, jejak itu menuju kearah barat, ke arah kota Kim-leng. Mungkinkah kembali ke kota Kim-leng kembali ?
Kemarin hari, Kang Han Cing memperhatikan baik2, mereka baru saja meninggalkan kota Kim-leng dan tiba di tempat yang ia tidak ketahui, dan mungkinkah desa Kui lien-shia ?
Kalau betul dari Kim-leng ke Kui-lien-shia, dan melakukan perjalanan sehingga dicegat oleh rombongan Put-im suthay dan kawan2, tentunya mereka itu menuju Lembah Baru.
Dimana letak Lembah Baru ? Kang Han Cing belum tahu.
Karena ter-buru2 Kang Han Cing telah mengikuti jejak kereta ini, terakhir jejak kereta kembali ke desa Kui-lien shia.
Mungkinkan salah raba? Ia memilih jejak kereta menuju ke tempat itu ?
Tidak mungkin ! Kang Han Cing mengingat betul2 hanya ada sebuah jejak ini.
Maka jawabannya tidak sulit, tentu kereta itu balik kembali !
Mengapa balik kembali ? Karena sudah kehilangan Kang Han Cing? Mengapa harus kembali ke desa Kiu-lien-shia?
Sampai ditempat ini, Kang Han Cing tidak menemukan jejak kereta tadi, jejak itu lenyap tanpa bekas.
Kang Han Cing putus asa. Tapi timbul pikiran lain, ia tidak bisa menyanggah si Jaksa Bermata Satu, Tan Siao Tian.
Timbul pikiran lain, Kang Han Cing pernah terjebak di gedung Liong-tan dan menurut cerita Put-im suthay gedung Liong-tan ini adalah salah satu tempat eks warisan Cen-yen piauwki, sesudah pemimpin piauwki Ban Cen San meninggal dunia, tempat ini sangat misterius sekali.
Menurut pengalaman Kang Han Cing, gedung Liong-tan itu, adalah sarang dari golongan Perintah Maut. Mengapa tidak kembali ke tempat itu? Atau menyelidiki jejak rombongan dari Partai Baru? Boleh juga sekalian menyelidiki golongan Perintah Maut ?
Karena sudah menggunakan kedok kulit pemberian Tong Jie Peng, Kang Han Cing tidak segan2 memasuki kota. Sesudah menangsal perutnya, sebelum hari menjadi gelap sekali, ia melangkahkan kaki menuju ke arah gedung Liong-tan.
Dengan ilmu lari cepat Kang Han Cing yang tiada tara, jarak itu tidak terlalu jauh. Sebentar kemudian ia sudah balik kembali ke gedung Liong-tan.
Terbentang di muka mata Kang Han Cing, sebuah gedung yang megah di tengah2 kegelapan, tidak ada api penerangan dan tidak ada cahaya lampu.
Kang Han Cing memiliki kecerdikan, ia tidak segera memasuki gedung itu, dengan memperhatikan keadaan gedung itu, hatinya berpikir :
"Aku harus hati2. Daerah ini berada di bawah kekuatan musuh. Tentu banyak mata2 mereka."
Dengan setengah merayap, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun Kang Han Cing mendekati gedung Liong-tan.
Kang Han Cing melewati rimba di muka gedung Liong-tan itu tanpa ada gangguan.
Hal ini mengherankan Kang Han Cing, bagaimana tidak ada gerakan musuh ?
Kang Han Cing betul2 berada dimuka gedung, ia bisa memasang telinga dengan teliti, kecuali angin malam, tidak sedikit suara terdengar di tempat itu. Menyesuaikan keadaan dengan kegelapan, tanpa adanya penerangan, menambah seramnya gedung.
Pemuda kita bernyali besar, dia menyedot napasnya dalam2, memumbulkan badan dan melompati tembok gedung itu kemudian melejit, dan berada diatas wuwungan rumah, per-lahan2 melongok kebawah.
Disana terdapat kamar kecil, inilah kamar yang pernah digunakan oleh Suto Lan. Tapi tidak ada lampu penerangan.
Hati Kang Han Cing masih ber-pikir2, mungkinkah Suto Lan belum balik ke rumah ?
Ia lompat ke bawah, betul2 tidak ada orang. Mendorong pintu kamar, dan di sana ia berdiri.
Keadaan gelap gulita, tapi hal itu tidak mengganggu Kang Han Cing, matanya yang lihai menyapu ke seluruh kamar.
"Aaaaah." Hampir Kang Han Cing berteriak, karena apa yang disaksikannya, jauh dengan apa yang sudah dibayangkannya.
Mengapa ? Kamar ini adalah kamar yang pernah digunakan olehnya, kamar yang telah diteliti dengan seksama, kamar yang tidak asing. Itulah kamar yang telah digunakan oleh Suto Lan, kamar yang telah dihuni olehnya.
Keadaan kamar memang tidak berbeda, seperti apa yang telah Kang Han Cing saksikan dan sesudah Kang Han Cing bayangkan.
Toilet, meja dan kursi masih ada.
Tapi yang membuat bulu tengkuk Kang Han Cing bangun menggerinding, bukanlah benda2 tersebut, karena pada permukaan tempat tidur, permukaan meja dan permukaan kursi penuh dengan debu tebal melapisi tempat itu.
Suatu tanda bahwa tempat ini tidak pernah ditiduri dan kamar ini tidak pernah terpakai dalam waktu2 yang cukup lama. Paling sedikit setengah tahun !
Dan yang lebih luar biasa lagi, disana sini timbul galagasi, kawa2 berkerayap diatas sarang2 itu.
Mungkinkah kumasuki rumah setan?
Bulu2 roma Kang Han Cing bangun kembali, terlebih takut.
Teringat akan rumah setan itu, bagaimana ada seorang wanita cantik yang menjelma hidup menggunakan kamar setannya, mengemasi laki2, mungkinkah Suto Lan mengemasi dirinya? Suto Lan itu bukan manusia?
Tapi Kang Han Cing bukan Kang Han Cing kalau ia seorang penakut, otaknya mengilmiah sesuatu dengan tepat, maka jelaslah sudah, permainan apa yang dipertontonkan oleh golongan Perintah Maut itu, maka para penjahat menggunakan gedung ini untuk membuat fitnah. Tentu saja harus diketahui jelas mereka harus menutupi semua jejak2 itu dan merubah tempat yang ada.
Untuk membuktikan dugaannya, Kang Han Cing meninggalkan kamar Suto Lan yang sudah lama tidak digunakan, maka menuju ke arah ruangan si orang tua berbaju hijau.
Orang tua itu adalah ayah angkat Suto Lan, dan dikatakan sebagai pemimpin gedung ini.
Seperti keadaan kamar Suto Lan, ruangan yang pernah digunakan oleh orang tua berbaju hijau juga penuh dengan debu, suatu tanda bahwa tempat ini lama tidak dihuni.
Bukan lama tidak digunakan. Sesudah Suto Lan dan ayah angkatnya berangkat, mereka mengembalikan keadaan seperti asal mulanya, se-olah2 tempat ini lama tidak digunakan.
Rencana pembunuhan Yen Siu Lan untuk membuat air keruh, menarik kekuatan Siauw-lim-pay, Ngo-bie-pay dan Benteng Penganungan Jaya untuk menggencet Kang Han Cing.
Tentu saja harus membuat situasi yang sempurna harus memaksa Kang Han Cing mempernahkan diri agar tergencet keluar, dan menyerah kepada Perintah Maut.
Nah ! Disini letak kepintaran rombongan Perintah Maut. Bisakah Kang Han Cing yang mengadakan pembelaan dan mengatakan kepada Put-im Suthay membuktikan kalau ia telah ditawan dalam gedung ini.
Siapa yang percaya kalau menyaksikan keadaan gedung itu seperti keadaan sudah lama tidak terpakai?
Kang Han Cing mengertek gigi, golongan Perintah Maut dengan fakta2 yang seperti itu telah menjerumuskan dirinya kedalam lembah kenistaan.
Bagaimana Put-im Suthay dan kawan2 bisa percaya kepada keterangannya? Dengan bukti2 yang ada itu?
Disaat Kang Han Cing sedang berdaya upaya untuk memecahkan problim yang sulit itu, telinganya yang tajam dapat menangkap suara sesuatu, itulah suasa kiplikan sayap burung.
Betul saja ! Seekor burung merpati baru saja berjalan dan mengibrik2kan kedua sayapnya dengan maksud terbang pergi.
Kang Han Cing melejit, tangannya diraihkan, gerakan si pemuda lebih cepat lagi dari pada gerakan burung itu, baru saja burung merpati melayang terbang, kecepatan tangan Kang Han Cing menyusulnya, meraih dan berhasil menangkap kaki burung tersebut.
Dengan membawa burung merpatinya, Kang Han Cing memperhatikan baik2. Betul saja, dugaannya tidak salah, pada ujung kaki sang burung terikat sebuah tabung kecil, didalam tabung terdapat gulungan kertas.
Dan ketika Kang Han Cing membuka kertas tadi, terbacalah tulisan yang berbunyi seperti ini.
"Sebelum jam lima pagi, dengan mengajak semua anak buah, harus berkumpul di puncak Tay-biao-hong."
Tidak ada tanda tangan, dan juga tidak ada identitas, pada ujung surat itu hanya ada sebuah tanda code merah.
Kang Han Cing menggunakan otaknya mengilmiah kejadian itu, ternyata ayah angkat Suto Lan telah memberi perintah kepada rombongan yang berada di gedung ini, agar mereka bisa berkumpul di puncak Tay biao-hong sebelum hari menjadi pagi.
"Tay-biao-hong !" Kang Han Cing meng-ingat2 nama ini. Dimanakah letak Tay-biau hong ? Ia harus bisa tiba dipuncak Tay biao-hong sebelum jam lima pagi mengikuti jejak mereka dan mencari tahu keadaan mereka.
Karena adanya penemuan yang seperti itu tubuh Kang Han Cing melejit dan meninggalkan gedung Liong-tan.
Baru saja Kang Han Cing lompat turun dari tembok gedung, baru saja ia meletakkan kakinya di semak2 pohon, daya tangkap pendengarannya yang lihai segera tahu bahwa ada sesuatu pendatang baru. Karena itu cepat2 bersembunyi, dengan menahan napasnya memperhatikan keara pendatang2 baru itu.
Betul saja ! Lima bayangan meluncur dengan kecepatan kilat, sebentar kemudian sudah berada tidak jauh dari Kang Han cing berada. Rombongan itu menghampiri gedung Liong-tan, orang yang berada di paling depan adalah Put-im Suthay, kemudian Ciok Beng taysu dan Ciok Sim taysu, dua lagi adalah Yen Siu Hiat dan Liauw In nikouw.
Mereka tidak segera memasuki gedung Liong-tan, memperhatikan gedung dalam malam gelap itu.
"Heran !" terdengar suara Ciok Sim taysu. "Kalau saja ada orang didalam gedung tentunya mereka membuat kesiap siagaan, mengapa begitu sunyi ?"
Terdengar Put-im taysu berkata: "Mengapa Ciok-sim taysu percaya kepada obrolan si Maling tukang petik daun muda itu ? Menurut hematku, berita ini hanya isapan jempol. Didalam gedung tidak ada orang."
Ciok Sim taysu berkata: "Mari kita masuk kedalam, kita saksikan apa yang ada disana."
Dengan dingin Put-im suthay berkata : "Tentu saja harus masuk ke dalam."
Kang Han Cing berkerut alis. Kedatangan rombongan Put-im suthay ditempat ini akan lebih mempersulit kedudukannya. Kalau saja dirinya dipergoki, apa yang hendak dikatakan kepada mereka ?
Rasa takut Kang Han Cing itu membuat ia gelisah. Dan Ciok Beng taysu memang lihay, ia bisa menangkap adanya tanda2 yang mencurigakan dibalik semak2 pohon itu, terdengar Ciok Beng membentak, "Siapa !?"
Mengetahui jejaknya sudah didengar orang, Kang Han Cing melejitkan kaki. Tanpa menolehkan kepala, menggunakan segala kesempatan yang ada, Kang Han Cing meninggalkan gedung Liong-tan menuju ke arah puncak Tay-biao-hong.
Puncak Tay biao-hong adalah tempat yang ditunjuk oleh pimpinan Perintah Maut kepada rombongan Suto Lan. Kang Han Cing harus menyelidiki tempat tersebut.
Kecepatan lari Kang Han Cing lebih cepat dari seekor burung, begitu bentakan Ciok Beng taysu dicetuskan, secepat itu pula tubuhnya terbang.
Manakala rombongan Put-im taysu dan kawan2 sadar akan kekurangannya, bayangan tadi sudah meluncur jauh. Tidak bisa dikejar lagi.
Put-im suthay, Ciok Sim taysu dan Ciok Beng taysu tidak membikin pengeyaran. Disebabkan karena:
Kesatu, mereka hendak menyelidiki gedung Liong-tan dari perusahaan Cen-yen piauwki.
Kedua, gerakan Kang Han Cing terlalu gesit, mereka tidak mengetahui siapa orang itu.
Ketiga, walaupun mereka mengejar, dengan kegesitan demikian itu tidak mungkin dicapai, karena itulah mereka membiarkan kepergian Kang Han Cing, walaupun dengan rasa penuh kemasgulan dan tidak puas.
Kang Han Cing berhasil menghindari kerewelan. Put-im suthay dan kawan2, walau pertemuan itu terjadi, tokh mereka tidak bisa mengenali wajahnya, mengingat ia telah menggunakan kedok kulit muka pemberian Tong Jie Peng.
Yang penting, ia harus segera berada di puncak Tay-biao-hong. Menyelidiki jejak golongan Perintah Maut.
Dengan kecepatan lari Kang Han Cing, sebentar kemudian ia sudah berada dibawah gunung Tay-biao-hong.
Puncak Tay-biao-hong bukanlah daerah sempit, sangat luas dan banyak pepohonan, di sini Kang Han Cing mengalami kesulitan pula, kemana ia harus mencari tempat yang dituju?
Tiba2.... Dari jauh tampak bayangan bergerak dengan cepat menaiki puncak Tay-biao-hong.
Kang Han Cing menduga kepada anak buah Perintah Maut. Karena itu cepat2 ia bersembunyi.
Betul saja ! Orang2 yang datang adalah orang2 berseragam baju hijau, dibawah pimpinan seorang yang juga mengenakan pakaian hijau, menggunakan tutup kerudung hijau.
Semua orang menggunakan tutup kerudung muka, maka tidak bisa menyaksikan wajah2 mereka.
Gerakan rombongan dari orang2 berbaju hijau sungguh gesit, sebentar kemudian mereka lewat di muka tempat sembunyi Kang Han Cing.
Hampir Kang Han Cing berteriak girang, ia segera menduga kepada lengcu Panji hijau. Ternyata lengcu Panji Hijau mendapat tugas untuk berkumpul di puncak Tay biao hong, bertemu dengan pimpinan2 tertinggi mereka.
Sebentar kemudian iring2an lengcu Panji Hijau itu sudah melewati tempat sembunyinya. Jumlah mereka 24 orang, semua berseragam hijau.
Gerakan mereka sangat cekatan, tapi tidak menimbulkan banyak suara.
Menunggu sampai sembilan belas orang itu lewat Kang Han Cing mendekati orang yang berjalan paling terakhir, dengan gerak kaki yang tiada tara ia menubruk dan menotok. Tanpa bisa dielakan, menyeret orang tersebut ke balik semak2, cepat2 ia menerotoli pakaian orang itu, membuka tutup kerudung lalu dipakainya sendiri.
Iring2an itu mempunyai tugas penting, mereka bergerak tanpa menoleh kanan dan kiri, mereka bergerak cepat, mereka tidak mengetahui kalau salah satu anggotanya telah dipereteli orang.
Sesudah selesai mengenakan pakaian hijau dan berkerudung hijau, Kang Han Cing lari menyusul. Ia mengikuti iring2an itu.
Orang2 itu berada dibawah pimpinan lengcu Panji Hijau, mereka bergerak cepat tanpa menengok kanan dan ke kiri, ter-lebih2 tidak pernah menengok ke belakang. Hal ini memudahkan Kang Han Cing melakukan penggantian orang.
Belasan lie dilewatkan, mereka melewati dua puncak, di suatu pohon yang agak besar, lengcu Panji Hijau memperlambat langkahnya.
Ternyata semua anak buah itu turut berhenti, semua berbaris rapi, menunggu perintah lengcu Panji hijau.
Lengcu Panji Hijau menyapu kepada anak buahnya, sinar matanya melewati lubang yang berada pada tutup kerudung itu, ia memperhatikan kesemua anak buahnya, se-olah2 menghitung jumlah yang datang.
Tampak ia sangat puas, menganggukkan kepala dan berkata: "Nah ! Kita istirahat disini."
Suara itu adalah suara seorang wanita, suara yang tidak asing bagi Kang Han Cing, itulah suara si gadis berbaju hijau Suto Lan !
Ternyata lengcu Panji Hijau adalah Suto Lan !
Semua anak buah Suto Lan berdiri tegak, siapapun tidak berani banyak bersuara.
Kang Han Cing turut diantara rombongan itu, dia juga tidak berani berteriak.
Lengcu Panji Hijau Suto Lan celinguk ke kanan dan celinguk ke kiri, se-olah2 menunggu sesuatu.
Beberapa waktu dilewatkan, jauh didepan rombongan itu tampak cahaya sinar hijau.
Cahaya lampu hijau itu bisa dilihat oleh Suto Lan, ia mengulapkan tangan memberi komando dan menggerakan pula pasukannya, mereka menuju ke arah cahaya lampu.
Cahaya lampu hijau seperti lampu bantu, menuntun rombongan dari lengcu Panji Hijau dan dua puluh empat orang itu secara berbaris rapi, menuju kearah puncak.
Sebentar kemudian mereka telah berada diatas puncak Tay-biao-hong. Dan lampu hijau itupun padam tiba2.
Lengcu Panji Hijau Suto Lan menghentikan langkahnya, diikuti oleh anak buahnya. Semua berbaris kembali.
Rombongan orang2 berbaju hijau kini sudah berada di depan sebuah bangunan yang berbentuk kelenteng dikelilingi oleh pohon2 yang seperti pohon cemara.
Angin men-deru2 diatas puncak Tay-biao hong, malam masih gelap pekat.
Tiba2 terdengar suara bentakan, dibarengi dengan munculnya seseorang.
"Ada membawa tanda pengenal ?"
"Pengenal Panji Hijau," jawab Suto Lan dan menyerahkan sesuatu kepada orang itu.
Karena semua orang mengenakan pakaian serba hijau dan mengenakan tutup kerudung muka, kemisteriusan ini semakin bertambah, mereka hanya membutuhkan tanda pengenal dan tidak memperlihatkan wajahnya.
Sesudah memeriksa tanda pengenal Panji Hijau, orang itu bertanya lagi: "Berapa orang yang dibawa?"
"Jumlah anggota Panji Hijau berjumlah duapuluh tiga orang."
"Baik." berkata orang itu, "masuk !"
Maka iring2an duapuluh tiga orang panji hijau, satu persatu memasuki bangunan kelenteng.
Kang Han Cing adalah orang yang terakhir memasuki bangunan tersebut, melewati pelataran yang luas, melewati pohon2 yang ditanam dalam bangunan itu, akhirnya tiba diruangan bangunan dalam, disana terdapat jalan2 batu menuju ke ruangan besar.
Untuk masuk ke tempat ini bukanlah suatu yang mudah, empat orang berseragam yang juga mengenakan tutup kerudung muka, memeriksa dan meneliti, se-olah2 menghitung jumlah yang dibawa oleh Suto Lan. Memeriksa tanda2 pengenal yang tergembol pada pinggang masing2, dan kedua puluh empat orang itu bebas untuk masuk ke dalam ruang besar.
Beruntung Kang Han Cing tidak melempar sesuatu dari pakaian orang yang disergapnya, ia mencopot pakaian orang itu dan mengenakannya semua, terdapat juga tanda pengenal yang berada dipinggang. Ia lolos ujian.
Sesudah memasuki ruang besar itu, dari lubang tutup kerudung mukanya, Kang Han Cing bisa menampak dua barisan yang sudah berada disana.
Barisan pertama adalah orang2 yang mengenakan pakaian seragam berwarna merah, berpakaian merah dan berkerudung merah. Tentunya lengcu Panji Merah.
Barisan lainnya adalah orang2 yang mengenakan pakaian serba putih berkerudung putih, tentunya lengcu Panji Putih.
Baru sekarang Kang Han Cing sadar, bukan saja ada lengcu Panji Hijau, lengcu Panji Hitam, juga tersedia lengcu Panji Putih dan Lengcu Panji Merah.
Kini rombongan Suto Lan dengan Panji hijaunya berdiri berbaris diantara kedua barisan yang sudah ada.
Jauh didepan ketiga barisan itu terpasang empat lilin besar, menerangi ruangan disana.
Tiga kursi kebesaran terpasang pada panggung, kursi2 itu tersedia untuk para pemimpin Perintah Maut.
Kang Han Cing memasang mata lebar, dari ketiga kursi hanya satu yang terisi seorang tua berhidung bengkung duduk pada kursi di sebelah kiri. Itulah ayah angkat Suto Lan.
Dan kedua kursi lainnya masih kosong. Suatu tanda kalau pimpinan tertinggi dari Perintah Maut belum datang.
Barisan Panji Hijau, Panji Putih dan Panji Merah masih menunggu kehadiran sang pemimpin. Tidak seorangpun yang bersuara.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa waktu lagi, terdengar suara derap kaki banyak orang memasuki ruangan besar, yang datang adalah rombongan berbaju hitam, juga berkerudung hitam, itulah barisan dari Panji Hitam.
Seperti juga barisan Panji Hijau, barisan Panji Hitam mengikuti garis2 yang sudah ditentukan, menanti disana.
Empat barisan dengan empat warna seragam berdiri didepan ayah angkat Suto Lan, orang tua ini menjadi pimpinan sementara untuk golongannya.
Setengah jam kemudian... Dari luar kelenteng terdengar suara berteriak: "Bikin penyambutan atas kedatangan Sam-kiongcu."
Maka semua orang berdiri dengan lebih tegap, ayah angkat Suto Lan juga meninggalkan tempat duduknya menyambut didepan.
Dari depan kelenteng berjalan datang memasuki ruangan empat dayang perempuan, dua dikanan dan dua dikiri, masing2 menenteng lampu gantung, per-lahan2 mendekati tempat yang tersedia.
Di-tengah2 empat dayang perempuan itu berjalan seorang berkerudung berbaju hijau, orang ini lebih aneh lagi, mukanya tidak tertutup oleh kerudung hijau, tapi menggunakan topeng perunggu yang berwarna hijau.
Semua orang membungkukkan badan, tidak berani memandang kehadirannya si orang bertopeng perunggu hijau.
Itulah Sam-kiongcu ! Kang Han Cing juga tidak berani memandang terlalu lama, mengikuti gerakan semua orang, ia membungkukkan badan, matanya masih bisa melirik kearah si gadis bertopeng perunggu, orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pemimpin Perintah Maut itu.
Badan orang tadi tidak tinggi, tapi gerakannya sangat cekatan, topeng perunggu berwarna hijau itu sangat menakutkan, se-olah2 hantu jejadian.
Dan dibelakang orang bertopeng perunggu hijau turut seorang kakek berpakaian putih tapi tidak mengenakan tutup kerudung muka, dari cara2nya dan sinar mata orang itu membuktikan bahwa ia memiliki sifat2 yang ganas.
Ayah Suto Lan segera memberi hormat kepada si topeng perunggu hijau dan berkata : "Hamba memberi hormat kepada Sam-kiongcu."
Orang bertopeng perunggu hijau membalas hormat itu dengan setengah bungkukkan badan, ia berkata: "Suto pangcu tidak perlu menggunakan banyak peradatan."
Suara si topeng perunggu hijau sangat garing dan merdu, itulah suara seorang gadis yang baru meningkat dewasa.
*** Bab 35 TERNYATA pucuk pimpinan tertinggi dari Perintah Maut adalah seorang gadis cantik, belia, seorang gadis yang mengenakan topeng menutupi wajah cantiknya, topeng perunggu berwarna hijau yang sangat menakutkan !
Ayah angkat Suto Lan menoleh kearah orang tua berbaju putih, ia juga memberi hormat: "Oh! Kwee hu-huat juga turut serta?"
"Sama2." Orang tua berbaju putih yang dipanggil Kwee hu-huat itu membalas hormat ayah angkat Suto Lan.
Dari percakapan mereka, Kang Han Cing berpikir : "Si kakek yang baru datang berkedudukan hu-huat, ayah angkat Suto Lan berkedudukan pangcu, tapi kedudukan mereka hampir seimbang."
Maka si topeng perunggu hijau Sam-kiongcu duduk di-tengah2 diapit oleh Suto Cang dan dua orang tua berbaju putih yang dipanggil Kwee hu-huat itu.
Suto Cang adalah ayah Suto Lan.
Empat dayang gadis berdiri dibelakang mereka.
Kini terdengar suara pangcu Perintah Maut Suto Cang berkata :
"Suto Cang tidak tahu atas kedatangan Sam-kiongcu, maaf atas penyambutan yang kurang sempurna."
Si topeng perunggu hijau berkata: "Tahukah tancu apa maksud undangan ke tempat ini?"
"Hamba belum tahu," jawab Suto Cang.
"Aku mendapat tugas dari Toa kiongcu...." berkata si kerudung topeng perunggu hijau.
"Oh...." orang tua berbaju hijau, ayah angkat Suto Lan yang bernama Suto Cang memandang dengan sinar penuh tanda tanya.
"Oh..." Kang Han Cing juga mengeluh. Ternyata Sam Kiongcu bukan pimpinan tertinggi. Diatasnya masih ada seseorang yang bernama Toa Kiongcu !
Sam-kiongcu berkata lagi : "Toa kiongcu menganggap usaha Suto pangcu sangat berat. Selama setahun tugas telah dilaksanakan dengan baik. Karena itu aku mengucapkan banyak terima kasih."
Dan sesudah itu, dari dalam saku bajunya Sam kiongcu mengeluarkan sepucuk surat, diserahkan kepada Suto Cang dan berkata : "Petunjuk2 berikutnya dari Toakongcu berada disini, silahkan Suto pangcu membaca sendiri."
Suto Cang sangat menghormat kepada Sam kiongcu, dengan kedua tangan menyambut surat tadi, per-lahan2 mengambil isi dan membaca, wajahnya segera berubah, membungkukkan badan dan berkata: "Hamba akan segera menjalankan perintah."
Mengikuti pembicaraan mereka sampai disini, Kang Han Cing mendapat gambaran yang lain, gambaran dari seluk beluk perkumpulan rahasia yang berada didepannya.
Ketua Perintah Maut bernama Suto Cang !
Perintah Maut masih bernaung di bawah lain kekuasaan yang lebih besar. Itulah kekuasaan Sam Kiongcu dan Toa Kiongcu. Siapa Toa Kongcu dan siapa Sam kiongcu? Organisasi apa lagi yang bisa mengendalikan Perintah Maut dengan Empat Panji Berwarnanya.
Ayah Suto Lan yang bernama Suto Cang mendapat tugas ditempat ini, dan kini mendapat perintah baru dari pimpinan Toa-kiongcu. Perintah apakah itu?
Kang Han Cing memasang kuping lebih panjang.
Terdengar lagi suara si topeng perunggu hijau Sam-kiongcu berkata: "Toa kiongcu sangat percaya kepadamu. Karena itu ia memberi tugas rangkap sebagai pimpinan daerah Kang-lam. Hanya sifatnya sementara, sekarang tugas Suto pangcu masih dibutuhkan di pusat, Toa kiongcu masih mengharapkan kehadiranmu. Disana masih ada tugas2 baru."
Terjadi pergeseran mutasi kekuasaan. Pengambil alihan kekuasaan !
Kang Han Cing masih berpikir2, pimpinan tertinggi daerah sini adalah Suto Cang. Sesudah Suto Cang digeser pergi, siapa yang menggantikan kedudukannya ? Bisakah Suto Cang menerima begitu saja? Tanpa pertempuran? Tanpa pengorbanan berdarah?
Ketua Perintah Maut Suto Cang mengangkat kepala. "Baik." ia berkata. "Hamba segera menyalankan perintah."
Dia rela menyerahkan kekuasaan.
Sam-kiongcu bangkit dari tempat duduk, ia berkata : "Biar kuantar Suto pangcu ke markas besar."
"Terima kasih." berkata Suto Cang.
Sesudah itu, lagi2 ia memberi hormat, lalu mengundurkan diri.
Disaat yang sama, pengawal pribadi Sam kiongcu, seorang tua berbaju putih yang dipanggil Kwee hu-huat bangkit dari tempat duduknya, ia memberi komando kepada semua orang :
"Semua anak buah Perintah Maut berdiri tegak !"
Maka semua orang yang berada di tempat itu menghormati pengunduran diri Suto Cang.
Keempat pimpinan panji berwarna, panji merah, panji putih, panji hijau dan panji hitam turut mengantar Suto Cang sehingga di luar.
Sesudah ketua Perintah Maut Suto Cang meninggalkan ruangan itu, para pemimpin panji kembali ke tempatnya lagi.
Si topeng perunggu duduk kembali ditempat kursi kebesarannya, memandang kepada keempat barisan panji2. Sesudah itu ia menoleh ke belakang, membisiki sesuatu kepada salah satu dayang perempuannya.
Maka dayang perempuan itu tampil kedepan, ia memberi komando: "Sam-kiongcu mempersilahkan lengcu Panji Merah tampil ke depan."
Lengcu Panji Merah mengiakan perintah tersebut, berjalan beberapa tapak, memberi hormat dan berdiri dihadapan si topeng perunggu hijau.
"Teecu memberi hormat kepada Sam susiok." demikian ia berkata.
Lengcu Panji Merah menjadi keponakan murid si topeng perunggu hijau Sam-kiongcu ?
Inilah rahasia baru. Rahasia yang Kang Han Cing baru saja ketahui.
Terdengar suara Sam-kiongcu yang sangat dingin : "Bangun !"
Lengcu panji Merah itu bangkit, siap menerima petuah2.
Sam-kiongcu berkata : "Ceritakan keadaan di Datuk timur."
*** Bab 36 NAH ! UPACARA MULAI menyingkap tabir-tabir yang lebih misterius. Kang Han Cing memasang kuping lebih tajam. Datuk Timur, bernama Sie See Ouw, kedudukannya seimbang dengan Datuk Selatan dan Datuk Utara.
Terdengar suara si Lengcu Panji Merah dari balik kerudung mukanya.
"Datuk Timur Sie See Ouw menutup pintu. Tidak menerima tamu. Mengurung dirinya membuat lingkungan kecil. Sebulan sekali mengadakan pembelian barang-barang makanan, sesudah itu mengurung diri dalam perkampungan Sie pula. Tidak pernah keluar, dan tidak berhubungan dengan dunia luar......"
Sam kiongcu berkata : "Lebih singkat lagi !"
Lengcu Panji Merah menyambung laporannya yang terputus tadi : "Dari keempat Datuk Persilatan, hanya datuk timur Sie See Ouw yang sulit dijejaki. Menurut cerita orang, Sie See Ouw sangat mahir didalam bentuk2 bangunan, kampungnya dipagari dengan barisan2 tin. Karena itulah, Suto pangcu pernah memberi instruksi agar kita bisa menyelaminya. Agar......."
"Huh !" Sam kiongcu mengeluarkan suara dengusan dari hidung. "Inilah rencana Suto pangcu yang salah. Terlalu yakin dan percaya kepada kekuasaan Datuk Timur. Tapi terlalu ber-hati2, karena itu kita memutasikan dirinya, kau sebagai murid tertua dari partai Ngo-hong-bun tentunya mengerti kesulitan2 kita, kalau saja tidak bisa menyelidiki benih2 empat Datuk Persilatan, kalau saja tidak bisa menguasai keempat Datuk2 itu, tidak mungkin kita bisa menguasai daerah Tiong-goan."
Lain rahasia baru. Lengcu Panji Merah adalah murid tertua dari partai Ngo-hong-bun. Kekuatan yang mendalangi Perintah Maut adalah Partai Ngo hong-bun !
Golongan Perintah Maut adalah golongan dari suatu organisasi yang dibangun oleh partai Ngo-hong-bun.
Kang Han Cing bergumam seorang diri: "Ternyata mereka adalah anak buah partai Ngo-hong-bun. Mereka ingin menguasai empat datuk persilatan? Wah ! Betul2 mereka mempunyai hasrat2 yang tidak baik."
Lengcu panji Merah menundukkan kepala.
Dengan wajah topeng perunggu hijaunya, Sam kiongcu memancarkan kilatan cahaya mata, ia bertanya kepada lengcu Panji Merah, "Berapa lama waktu yang kau butuhkan ?"
Lengcu Panji Merah semakin gugup, ia berkata : "Teecu telah ber-siap2 lama, mempernahkan orang2 pada toko dan orang2nya yang menjadi relasi datuk timur, begitu orang mereka mengadakan kontak, kita bisa memasuki perkampungan Datuk Timur, tapi........"
"Tapi apa hasilnya ?" Sam kiongcu memotong pembicaraan orang. "Kapan kau bisa berhasil? Terlalu lambat ! Tidak mungkin. Toa Kiongcu memberi intruksi baru. Bereskan saja siapa yang tidak bisa kita gunakan. Siapa yang tidak bisa dirangkul menjadi kawan, itulah lawan ! Kepada lawan kita tidak perlu sungkan2 lagi, bunuh saja ! Beres ! Perkampungan Datuk timur mempunyai kekuasaan apa ? Kuberi jangka waktu sebulan untuk membikin pemberesan. Hancurkan kampung Datuk Timur."
Lengcu Panji Merah membungkuk setengah badan, ia menerima perintah itu, "Baik !"
Si topeng perunggu hijau Sam-kiongcu mengibaskan tangan. "Nah ! Kau boleh mengundurkan diri." ia memberi perintah.
Lengcu Panji Merah mengundurkan diri, balik ke barisannya. Berdiri dihadapan anak buah berseragam dan berkerudung merah.
Sam-kiongcu, menoleh kearah dayang perempuannya yang menjadi protokol dan dengan cara itu ia berkata perlahan.
Dan dayang perempuan ini segera berteriak kearah keempat barisan : "Dipersilahkan Lengcu Panji Putih menghadap."
Lengcu Panji Putih meninggalkan rombongan, memberi hormat kepada Sam-kiongcu.
Si topeng perunggu hijau Sam-kiongcu menatap Lengcu Panji Putih itu, ia berkata : "Bagaimana keadaan didatuk barat ?"
Dengan hormat dan patuh, lengcu Panji Putih memberi laporan: "Datuk Barat Cin Jin Cin mengurung diri didalam benteng Penganungan Jaya. Tiga tahun yang lalu Cin Jin Cin meninggalkan benteng dan melenyapkan diri, entah kemana kepergiannya. Demikian sehingga hari ini. Belum ada berita tentang ketua benteng itu. Semua kekuasaan dipegang oleh si Hakim bermuka merah Yen Yu San.."
Dengan sikap yang tidak sabaran, Sam-kiongcu membentak : "Cukup ! Aku tidak membutuhkan keterangan panjang lebar. Hendak kuketahui, bagaimana hasil tugasmu?"
Lengcu Panji Putih berkata: "Karena kekuasaan Datuk Barat ditangan si hakim bermuka merah Yen Yu San, Suto pangcu tidak berani bergerak banyak. Teecu diperintahkan untuk membawakan sikap yang lebih ber-hati2, menurut info yang kita dapat, Yen Yu San memiliki ilmu silat yang tinggi dan mempunyai hubungan baik dengan Ngo-bie-pay dan Siauw-lim-pay, maka sesudah terjadi perundingan, Suto pangcu juga setuju, kalau...."
"Mengulur waktu ?" potong Sam-kiongcu dingin.
Lengcu Panji Putih menganggukkan kepala dan berkata : "Panji Putih memberi usul lain," berkata lengcu panji itu. "Dan juga telah disetujui oleh Suto pangcu. Rencana ini mengikuti perkembangan didaerah kita. Seperti apa yang kami ketahui, ilmu kepandaian Kang jiekongcu dari Datuk Selatan terlalu tinggi, karena itu kita bisa menggunakan tenaganya menghancurkan Datuk Barat. Sehingga mereka saling gebrak, inilah yang dinamakan tipu muslihat melempar batu berpeluk tangan. Sesudah mereka terjadi saling bentrok, maka hasil dari melempar batu sembunyi tangan ini lebih baik dari pada langsung bergebrak. Lebih mudah memancing diair keruh."
Kang Han Cing yang mengikuti percakapan tadi memaki didalam hati: "Bah ! Hendak memancing diair keruh, rencana melempar batu menyembunyikan tangan? Enak saja. Kalian hendak menggunakan diriku? Mimpi !"
Terdengar lagi suara Sam kiongcu: "Apa pula hasil yang sudah kau kerjakan?"
Lengcu Panji Putih berkata: "Kedatangan si Hakim bermuka merah Yen Yu San ke daerah Kim-leng disertai dengan putrinya, disaat Yen Yu San berangkat, maka teecu sekalian telah menyeret putri Cin Jin Cin ini........"
(Bersambung 12) *** Jilid 12 "OH....." Sam kiongcu menganggukkan kepala. Atas hasil ini ia agak puas. "Baik juga. Kita bisa menggunakan putri Cin Jin Cin menyingkirkan Yen Yu San."
Sesudah itu ia menoleh ke arah si orang berbaju putih yang berada disebelahnya dan berkata: "Mau menyingkirkan Yen Yu San, kukira harus Kwee hu-huat turun tangan sendiri. Dimisalkan masih kekurangan tenaga, orang2 yang ada disini bisa diminta bantuannya. Tinggal Kwee hu-huat pilih."
"Hamba selalu siap." berkata Kwee Hu-huat.
Si topeng perunggu hijau Sam-kiongcu mengulapkan tangan, itulah perintah agar lengcu Panji Putih mengundurkan diri.
Dan sesudah itu ia melirik pula kearah dayang protokolnya.
Maka sang protokol perempuan itu berteriak kembali : "Dipersilahkan lengcu panji hijau menghadap."
Suto Lan meninggalkan rombongan, memberi hormat kepada orang yang menggunakan topeng perunggu yang menyeramkan.
"Bagaimana keadaan Datuk Utara ?" bertanya Sam kiongcu.
Suto Lan berkata : "Lie Kong Tie sudah jatuh kedalam tangan kita, dengan menggunakan sedikit akal, kita berhasil....."
"Apa sudah dibawa pergi ?" bertanya lagi Sam kiongcu.
"Sudah !" Suto Lan menganggukkan kepala.
Tentang cerita datuk timur Lie Kong Tie jatuh kedalam Perintah Maut, Kang Han Cing pernah mendengar keterangan Goan Tian Hoat. Disaat Lie Kong Tie meminta pengobatan di kelenteng Pek-yun-kuan, Lie Wie Neng sangat ceroboh, hanya dengan menggunakan sedikit politik, lengcu Panji Hijau berhasil menerima Lie Kong Tie dari sang putranya sendiri, itu waktu Lie Wie Neng mencopot kedok kulit Lie Kong Tie, setelah kedok itu copot itulah bukan wajah ayahnya, disinilah kecerobohan Lie Wie Neng. Ia tidak memeriksa wajah itu lagi. Dibalik kedok kulit Lie Kong Tie terdapat kedok kulit lain, sayang sekali Lie Wie Neng kurang perhatian, ia tidak mencopot kedok itu lagi. Maka dianggapnya orang lain, sang ayah yang sakit diserahkan kepada musuh.
Disinilah letak kesalahan Lie Wie Neng karena didalam kebimbangan, ia kurang menyelidik, maka dengan mudah menyerahkan sang ayah ke tangan sang musuh.
Mengikuti dan mendengar tanya jawab tadi, Kang Han Cing memastikan kalau dugaan Goan Tian Hoat itu tidak salah, Lie Kong Tie sudah dibawa pergi, tentunya dibawa ke markas besar Perintah Maut.
Atas hasil prestasi Panji Hijau, Sam-kiongcu sangat puas, ia menganggukkan kepala dan mengulapkan tangan.
"Kau boleh mundur !"
Lengcu Panji Hijau Suto Lan memberi hormat dan mengundurkan diri.
Dari ketiga lengcu tadi, lengcu Panji Merah mendapat tugas untuk menghadapi Datuk Timur, Lengcu Panji Putih mendapat tugas untuk menghadapi Datuk Barat dan Lengcu Panji Hijau menghadapi Datuk Utara.
Giliran lengcu Panji Hitam yang menghadapi Datuk Selatan, bagaimana ia memberi laporan ? Hati Kang Han Cing ber-debar2, ia hendak mengetahui dari usaha Perintah Maut di bagian lengcu Panji hitam ini.
Disaat yang sama, dayang protokol Sam kiongcu sudah berteriak keras : "Dipersilahkan lengcu Panji Hitam menghadap."
Lengcu Panji Hitam meninggalkan rombongan, memberi hormat kepada Sam kiongcu.
Dengan secara panjang lebar dan terperinci, Lengcu Panji Hitam menceritakan jalan penyerangannya perintah Maut kepada Datuk Selatan. Sam-kiongcu mendengar dengan penuh perhatian. Kang Han Cing juga memanjangkan kuping.
Sesudah lengcu Panji Hitam itu selesai memberi laporan, Sam-kiongcu mengangguk-anggukan kepala, ia berkata : "Dimarkas besar aku telah mendengar laporan. Diantara kalian empat Panji hasil Panji Hitamlah yang terbaik. Toa Kiongcu telah berpesan kepadaku untuk memberi hadiah2 tertentu !"
"Terima kasih susiok." berkata lengcu Panji Hitam.
Ternyata mereka mempunyai hubungan keponakan dan paman murid.
Hati Kang Han Cing semakin berdebar, dari keterangan itu, ia bisa memahami tugas dari keempat lengcu adalah menghadapi keempat Datuk2 Persilatan, dan diantaranya hasil dari prestasi Panji Hitamlah yang terbaik. Ini berarti dari keempat Datuk, Datuk selatanlah yang paling celaka !
Tentu saja ! Mengingat bagaimana si lengcu Panji Hitam menyamar menjadi Kang Puh Cing menculik sang toako selama tiga bulan, terakhir dengan datangnya Kang Han Cing, dan menolong Kang Puh Cing, baru mereka berhasil menyingkirkan Hu Cun Cay dan Cu Ju Hung.
Mengapa mengatakan prestasi Panji Hitam sebagai prestasi yang terbaik ?
Inilah yang membingungkan Kang Han Cing. Betul ! Ayahnya sudah binasa. Jenasah itu hilang tanpa bekas. Tokh bukan lengcu Panji Hitam yang berhasil ?
Sang toako berhasil ditolong keluar, Cu Ju Hung dan Hu Cun Cay sudah terusir pergi. Mengapa mengatakan prestasi lengcu Panji Hitam sebagai prestasi terbaik ?
Terdengar lagi suara Sam kiongcu : "Bagaimana hasil penyelidikan kalian? Betulkah Kang Sang Fung sudah mati ?"
Mendengar kata2 suara Sam kiongcu tadi, hati Kang Han Cing tercekat, ia mengeluh: "Mereka masih kurang yakin kalau ayah itu sudah meninggal dunia......"
Terdengar suara jawaban lengcu Panji hitam, "Menurut penyelidikan teecu, betul2 Kang Sang Fung sudah meninggal dunia. Sekarang Kang-jiekongcu sedang menyelidiki siapa orang yang telah membawa lari jenazah ayahnya itu."
"Penyelidikanmu ini salah !" berkata Sam kiongcu. "Menurut laporan2 yang kudapat, Kang Sang Fung masih belum mati. Beberapa orang melihat tanda pengenal Datuk Selatan itu, dengan adanya tanda pengenal ini, adalah suatu bukti kalau Kang Sang Fung masih berkeliaran diatas bumi. Dimanakah Kang Sang Fung ?"
Hati Kang Han Cing juga tercekat, tanda pengenalnya masih berkeliaran di rimba persilatan? Siapa yang menggunakan tanda pengenal itu?
Oh ! Tentunya orang2 pengecut yang telah menggunakan tanda pengenal ayahnya. Demikian putusan Kang Han Cing !
Terdengar suara lengcu Panji Hitam: "Teecu masih belum dapat laporan ini."
"Maka" berkata Sam-kiongcu. "Kau harus mengadakan hubungan kontak dengan anggota2 lainnya."
"Akan teecu perhatikan." berkata Lengcu Panji Hitam.
Sam-kiongcu berkata lagi: "Masih ada urusan lain. Disaat aku datang, pernah mendengar cerita seseorang yang memalsukan nama Jie-kongcu, ilmu kepandaiannya tinggi dan hebat. Ia bisa mengalahkan Yen Yu San, pejabat ketua Penganungan Jaya Yen Yu San ! Mengalahkan Ciok Beng taysu dari Siauw-lim-sie, dan mengalahkan Ciok Sim taysu dari Ceng-lian-sie, Put-im suthay dari Ciok-cuk-am. Tahukah kau, siapa orang yang menyamar sebagai Kang Han Cing itu ?"
Lengcu Panji Hitam menjawab: "Menurut dan mengikuti petunjuk Suto pangcu, urusan Kang Jie kongcu sudah diserahkan kepada Sam sumoay. Kejadian itu teecu belum tahu."
Yang disebut Sam sumoay adalah Suto Lan !
Sam-kiongcu memandang ke arah lengcu Panji Hijau Suto Lan. Inilah suatu pertanyaan.
Suto Lan maju dan berkata:
"Menurut apa yang teecu tahu, orang yang menyamar sebagai Kang Jiekongcu itu memiliki ilmu kepandaian silat tinggi, teecu tidak berani terlalu dekat, hanya mengikutinya dari jarak jauh. Yang teecu tahu adalah orang itu mempunyai hubungan baik dengan sepasang dewa dari daerah Tong-hay. Dan lain2nya, teecu belum tahu."
"Nah !" berkata Sam-kiongcu. "Dengar baik2, kau harus menyelidiki asal usul orang itu."
"Teecu siap." berkata Lengcu Panji Hijau Suto Lan.
Sam-kiongcu berkata lagi: "Kecuali kau memalsu Kang jiekongcu, kau harus menyelidiki Kang Han Cing juga, menurut cerita, ilmu kepandaiannya juga cukup tinggi. Kalau saja bisa mengajak ia menjadi salah satu anggota kita, itulah yang baik, tapi.....kalau ia kukuh kepala, kita juga tidak membiarkan ia mengganggu usaha."
"Baik." Suto Lan menerima perintah.
Sampai disini, secara resmi, si topeng perunggu hijau telah menggantikan Suto Cang, mengambil alih kekuasaan.
Perintah Maut ! Inilah kekuasaan partay Ngo-hong-bun ! Laporan2 dari Panji Berwarna telah selesai.
Tiba2 diatas bangunan itu menyelonong masuk seekor burung merpati, Sam-kiongcu mendongakkan kepala, menoleh ke arah satu dayang perempuan dan berkata : "Ceng Loan, lekas sambut perintah dari markas besar !"
Dayang perempuan yang dipanggil Ceng Loan itu segera lari kedepan, mengeluarkan sebuah panji berbentuk merah, dikibarkannya beberapa kali. Maka burung merpati yang berwarna putih itu menclok diatas panji tadi.
Dayang perempuan Sam kiongcu yang bernama Ceng Loan itu menyanggahkan tangan kiri, maka sang burung lompat ke-arah tangan tadi.
Dari kaki sang burung merpati diloloskan sebuah tabung kecil yang berisi surat, surat ini diambilnya.
Sesudah itu Ceng Loan melepas kembali burung pos tersebut. Maka burung itu meng-gibrik2kan sayap, terbang meluncur meninggalkan tempat itu.
Dengan kedua tangan, Ceng Loan menyerahkan surat kepada Sam-kiongcu.
*** Bab 37 SAM-KIONGCU membaca surat, diulang lagi, demikian sampai beberapa kali. Tokh ia tidak berhasil menyelami isi surat, maka dimasukkan kedalam kantong sakunya, dan ia menoleh ke arah si pengawal pribadi Kwee hu-huat, bertanya kepadanya :
"Kwee Hu-huat, pengalamanmu luas, sudah berkecimpungan lama didalam dunia persilatan, apa pernah mendengar sesuatu lembah yang bernama Lembah baru ?"
Kwee hu-huat berkerut alis, berpikir beberapa saat, dan akhirnya ia menggeleng kepala, memberi jawaban :
"Nama Lembah itu terlalu banyak, tapi belum pernah ada yang menyebut sebagai lembah baru. Kukira sesuatu yang baru saja digunakan ?"
"Kukira demikian." berkata Sam-kiongcu.
"Ada hubungan eratkah lembah baru dengan golongan kita ?" bertanya Kwee hu-huat.
Sam-kiongcu berkata : "Toa-kongcu memberi berita baru, dikatakan ada sesuatu golongan yang mengatakan Lembah Baru, mengambil tindakan dan langkah kebijaksanaan yang bertentangan dengan golongan kita. Toa kongcu memberi tugas untuk menyelidiki, dimana letaknya lembah baru itu."
"Lembah Baru ? Lembah Baru ?" Kwee hu-huat mengulang kata2 itu. "Mungkinkah nama sesuatu golongan ?"
Lengcu Panji Hijau Suto Lan maju selangkah, memberi hormat dan berkata:
"Lapor kepada Sam susiok, teecu pernah bertemu dengan orang2 dari Lembah itu."
Sam-kiongcu memandang Suto Lan diperhatikannya beberapa saat dan bertanya:
"Coba ceritakan menurut apa yang kau tahu, dimana Lembah Baru? Dan siapa yang menjadi pimpinan2 golongan itu."
Lengcu Panji Hijau Suto Lan berkata:
"Lembah Baru telah mengumpulkan jago2 silat yang hebat. Dimana adanya lembah baru? Teecu belum berhasil membuat penyelidikan. Beberapa hari yang lalu, didalam kota Kim-leng pernah muncul serombongan orang2 misterius, dan munculnya mendadak, lenyapnya pun mendadak pula. Mereka tiada kabar berita. Kemarin orang2 itu menyerang markas kita, menculik dan melarikan Kang jiekongcu. Sesudah terjadi kejar mengejar, teecu berhasil menyelidiki dan mengubar orang2 itu. Mereka mengajak Kang jiekongcu ke suatu kereta, melarikannya jauh. Teecu mengikuti dari jarak jauh, salah seorang dari golongan itu seperti bernama Tan Siao Tian."
"Tan Siao Tian?" Sam-kiongcu mengulang nama si Jaksa Bermata Satu.
"Tan Siao Tian ?!" Kwee hu-huat juga terjengkit. "Apa orang itu mempunyai mata yang rusak sebelah? Mungkinkah si Jaksa bermata satu Tan Siao Tian? Bagaimana keadaan matanya? Apa mata orang itu rusak sebelah ?"
Kata2 yang terakhir ditujukan ke arah Suto Lan, Suto Lan menganggukkan kepala dan berkata:
"Betul. Orang yang bernama Tan Siao Tian itu seperti mempunyai julukan Jaksa Bermata Satu. Dikarenakan ia sebelah matanya kerusakan."
"Betul2 dia ! Betul2 dia !" Kwee hu-huat mengulang beberapa kali. "Ajaib ! Heran...!"
Sam-kiongcu menoleh dan bertanya: "Kwew hu-huat kenal kepada orang itu?"
Kwee hu-huat berkata: "Hamba pernah bertemu ia beberapa kali. Tan Siao Tian mempunyai gelar jaksa bermata satu. Ilmu silatnya tinggi, otaknya cerdik. Orang ini menguasai daerah Coan Sau dan Han, tiga daerah, orang menyebutnya juga sebagai Pendekar Tiga Daerah. Boleh dikata sebagai raja dari ketiga daerah itu, mengapa ia mau bernaung dibawah kekuasaan orang lain? Menjadi anak buah Partay Baru yang tidak dikenal orang?"
"Partai baru !" Sam-kiongcu bergumam. "Kekuatan baru yang tak bisa diremehkan."
"Partai baru? Kekuatan yang tidak bisa diremehkan." Kang Han Cing juga turut mengingat kata2 itu.
Partay Baru memang tidak bisa diremehkan. Partay inilah yang paling gigih menentang Partay Ngo-hong Bun !
Lengcu Panji Hijau Suto Lan berkata : "Teecu telah mendengar Ciok Beng taysu memberi peringatan kepada Ciok Sim taysu, katanya: "Siecu ini adalah Tan tayhiap, pendekar dari tiga daerah Coan, Sau dan Hiat yang ternama."
Dari balik lobang topeng perunggunya yang menyeramkan, Sam-kiongcu berkata:
"Jelas partai baru mengambil pendirian yang bertentangan dengan pendirian kita. Mereka adalah musuh. Kita harus berhati-hati. Apapun yang terjadi, kita akan menempurnya."
Sesudah itu sam kiongcu memandang kepada empat baris panji2 berwarna dan berkata:
"Lengcu Panji Hijau, Lengcu Panji Putih, Lengcu Panji Merah dan Lengcu Panji Hitam. Dengar baik2. Segera kalian menyelidiki jejak dari partai baru. Dan beri laporan secepatnya!"
Secara serentak, keempat lengcu itu berkata: "Teecu siap menjalankan perintah susiok."
"Tunggu dulu." berkata Sam kiongcu. "Sebentar lagi Kwee hu-huat bisa mengatur sesuatu, menggantikan Yen Yu San. Dan untuk usaha ini, barisan panji putih harus membuat persiapan2 !"
Lengcu Panji Putih membungkukan setengah badan dan berkata : "Siap !"
"Wah ! Rencana apalagi nih ?" Kang Han Cing berpikir didalam hati : "Sam-kiongcu menyuruh Kwee-hu-huat ingin menggantikan Yen Yu San. Tentunya ingin membunuh wakil ketua benteng Penganungan Jaya itu. Bakal celakalah Yen Yu San."
Masih terdengar suara Sam kiongcu :
"Bukan Yen Yu San saja yang harus disingkirkan. Ketua Ciok-cuk-am Put-im suthay dan ketua Ceng-lian sie Ciok-sim taysu juga harus dilenyapkan dari permukaan bumi. Hanya satu yang harus diperhatikan, kalian harus memberi kesempatan hidup kepada Ciok Beng."
Kwee hu-huat tertawa, ia berkata:
"Sam kiongcu memang mempunyai penilaian yang tepat ! Tentu saja ! Rombongan ini telah berani memegat rombongan dari partai baru. Kalau saja kita kasih sedikit kesempatan kepada Ciok Beng, tentu ia membuat pengaduan yang bukan2, kita menggunakan tutup kerudung, orang kita belum dikenal oleh mereka. Perhitungan ini bisa langsung jatuh ke atas kepala Partai Baru. Biar Siauw-lim-pay dan Ngo-bie-pay yang meng-aduk2 Partai Baru."
Sebetulnya Kang Han Cing masih memikir-mikir, dengan alasan apa Sam kiongcu membebaskan Ciok Beng taysu? Mungkinkah Ciok Beng taysu menjadi mata2 mereka? Mendengar suara Kwee hu-huat yang seperti ini, ia sadar. Lagi2 golongan jahat menggunakan taktik melempar batu sembunyi tangan, hendak membunuh Yen Yu San dkk dan memfitnah partai baru !
"Permainan licik !" Kang Han Cing memaki didalam hati.
Terdengar suara tertawa cekikikan Sam-kiongcu dari balik topeng perunggunya yang hijau dan seram itu, suara tertawa si gadis membangunkan bulu roma.
Betapa menarik suara seorang gadis, tapi tidak bisa disamakan dengan suara Sam kiongcu, suara ini penuh keseraman bisa membangunkan bulu roma. Penuh hawa pembunuhan, bisa menciutkan nyali seseorang.
"Legakan hati Sam-kiongcu." berkata Kwee hu-huat. "Serahkan urusan ini kepada hamba."
Sam-kiongcu menganggukkan kepala dan berkata : "Baiklah." Sam kiongcu menganggukkan kepala. Kemudian dia memberi isyarat kepada empat dayangnya bersama2 meninggalkan tempat itu. Kepergiannya Sam kiongcu dihormati oleh ampat barisan panji berwarna.
Kang Han Cing juga turut membungkukkan badan, hatinya berpikir:
"Cara2nya si topeng perunggu hijau ini lebih hebat dengan ayah Suto Lan. Wah ! Kalau begini kejadiannya celakalah tokoh2 silat di rimba persilatan. Beruntung aku bisa mengetahui rencana mereka, tapi bagaimana harus mencegah?"
Kang Han Cing me-mikir2 bagaimana harus mengatasi bencana rimba persilatan dari kehancuran tangan jahat ?
Yang jelas, golongan Perintah Maut adalah satu perkumpulan yang bernaung dibawah panji partai Ngo-hong-bun.
Maksud tujuan partai Ngo-hong-bun terbagi dua pokok persoalan:
Kesatu, menyatukan dan menarik Empat Datuk persilatan ke pihaknya.
Kedua, membuat gaduh dialam rimba persilatan. Mengacau-balaukan suasana percekcokan. Teristimewa menarik kekuatan Siauw-lim-pay dan Ngo-bie-pay untuk bentrok dengan partai baru.
Hasil2 lainnya yang Kang Han Cing bisa menarik kesimpulan dari perjalanan tersebut ialah:
Kesatu : Golongan Partai Maut yang terdiri dari intisari partai Ngo hong-bun, hendak menyingkirkan Yen Yu San, kemudian memalsukan Yen Yu San, mengambil alih benteng Penganungan Jaya.
Kedua : membunuh Put-im suthay dari Ciok-cuk-am, menyingkirkan Ciok Sim taysu.
Gerakan2 yang hendak mereka lakukan ialah :
Kesatu : Barisan Panji Merah bersedia untuk menghadapi Datuk Timur.
Kedua : Barisan Panji Putih disediakan untuk menghadapi Datuk Barat.
Ketiga : Barisan Panji Hijau khusus disediakau untuk menghadapi Datuk Utara.
Keempat : barisan Panji Hitam disediakan untuk menghadapi Datuk Selatan.
Menggunakan empat barisan berwarna untuk menghadapi empat Datuk Persilatan.
Kang Han Cing lebih mengutamakan gerakan barisan Panji Hijau. Salah satu dari barisan Panji berwarna yang hendak menghadapi keluarganya. Selain itu Panji Hijau juga bertugas menyelidiki asal usul Tong Jie Peng. Orang yang telah berulang kali menolong dirinya, sesudah itu lengcu Panji Hijau Suto Lan dapat tugas untuk membujuk dirinya, memasuki partai Ngo-hong-bun.
Sesudah keberangkatan si Topeng Perunggu Hijau Sam-kiongcu, maka wakil pimpinan jatuh kepada Kwee hu-huat. Kwee hu-huat menoleh kepada Lengcu Panji Putih dan bertanya:
"Liok hiangcu, apakah sudah menyelidiki di mana Yen Yu San bermalam?"
Lengcu Panji Putih menjawab : "Rombongan dari Benteng Penganungan Jaya itu mengambil tempat dirumah penginapan Seng-kie kek-ciam."
Kwee hu-huat memberi perintah : "Lekas kirim surat tantangan, ajak diri untuk bertemu dibagian barat Tay biao hong."
Lengcu Panji Putih membungkuk setengah badan, ia menerima perintah dan mengundurkan diri.
Sesudah itu Kwee hu-huat memandang kepada empat barisan panji berwarna, ia memberi perintah : "Semua boleh istirahat."
Maka keempat barisan Panji berwarna itu mengundurkan diri.
Kang Han Cing mengikuti barisan Panji Hijau, mereka berjalan ber-lerot2 keluar bangunan itu, dan di kala melewati semak2 dia menyelinap masuk kesana, membuka tutup kerudung dan pakaian hijaunya meninggalkan penyamaran itu, dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa, ia kembali ke kota Kim-leng.
Kang Han Cing memisahkan diri dari rombongan itu !
Tiba digedung keluarga Kang, pemuda kita mencopot kedok kulit pemberian Tong Jie Peng, dan ia berjalan masuk.
Orang pertama yang menjumpai Kang Han Cing adalah Kang Seng. Kang Seng terkejut, segera ia membungkukkan badan memberi hormat dan berkata: "Jie kongcu baru kembali?"
Kang Han Cing memberi perintah: "Lekas undang tuan pengurus ke kamarku. Ada sesuatu yang hendak kurundingkan."
Tanpa menoleh lagi Kang Han Cing menuju ke arah kamarnya.
Baru saja Kang Han Cing berganti pakaian, terdengar pelayan Siao Tian diluar pintu berkata : "Jie kongcu, tuan pengurus sudah datang."
"Silahkan masuk." berkata Kang Han Cing.
Goan Tian Hoat dengan sikap ter-gesa2 masuk, ia berkata : "Dua hari jiekongcu tidak kembali, menurut pendapatku tentu berhasil mencari jejak2 musuh itu."
Kang Han Cing menggelengkan kepala, ia berkata: "Sangat panjang ceritanya, mari kita ke kamar toako untuk mengajak ia berunding."
Goan Tian Hoat berkata: "Toa kongcu sedang bepergian."
Kang Han Cing terkejut. "Kemana ?" ia bertanya.
Goan Tian Hoat menjawab: "Kemarin malam pemimpin perusahaan Cen yen piauwki yang bernama Ban Cen San mengutus orang datang, mengundang Toa kongcu ke tempatnya dikatakan ada urusan penting yang mau dibicarakan, maka itu malam juga toa kongcu berangkat."
Kang Han Cing semakin terkejut, ia berteriak:
"Ban Cen San sudah mati. Ban Cen San yang mengundang toako adalah Ban Cen San palsu."
"Sudah kuberitahu pada toa kongcu." berkata Goan Tian Hoat. "Agar dia bisa lebih ber-hati2. Tapi tidak apalah, biar toakongcu menghadapi sedikit persoalan. Sampai sekarang, kita tidak bisa tahu dimana markas mereka, dengan adanya kejadian ini, toa kongcu bisa membongkar penyamaran penjahat......"
Mereka ber-cakap2 dengan dilayani oleh si gadis pelayan Siao Tian, sampai disini Goan Tian Hoat melirik ke arah Siao Tian.
Kang Han Cing mengerti, Goan Tian Hoat tidak mau pembicaraannya turut didengar oleh gadis pelayan itu, maka ia menggebah Siao Tian.
"Siao Tian, kau tunggu diluar !"
Setiap orang harus dicurigai !
Gadis Siao Tian mengundurkan diri.
Dan dengan suara perlahan dan bisik2, Goan Tian Hoat berkata:
"Beberapa hari yang lalu aku sudah menitip surat kepada suhu untuk minta bantuan. Maka suhu mengirim jie-suheng datang untuk memberi bantuan. Sesudah toa kongcu meninggalkan gedung, kuberitahu kepada jie-suheng untuk mengikuti dari belakang guna menjaga keamanan toa kongcu, bilamana menghadapi sesuatu, harus segera memberitahu kepada kita."
Jie suheng Goan Tian Hoat bernama Cau Yun Tai, murid kedua dari Kuo Se Fen, juga termasuk salah seorang anak murid Hai-yang-pay yang luar biasa !
Dengan mendapat dukungan2 dari Hai-yang-pay, usaha Kang Han Cing lebih mudah berhasil.
Kang Han Cing menjadi bergirang hati. Ilmu kepandaian Kang Puh Cing tidak lemah, kecerdikan Cau Yun Tai cukup luar biasa. Maka mereka itu bisa diajak kerja sama. Hatinya agak lega.
Tapi Goan Tian Hoat meminta bantuan Cau Yun Tai untuk membuntuti Kang Puh Cing, mengapa tidak berjalan ber-sama2 ?
***

Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bab 38 MEMANDANG ke arah Goan Tian Hoat, cahaya mata Kang Han Cing bersinar terang, bertanya dengan perlahan : "Saudara Goan, apa kau masih meragukan kepribadian toako ?"
Goan Tian Hoat berat untuk mengutarakan isi hatinya, termangu sebentar dan menjawab :
"Bukan meragukan toa kongcu, tapi ada lebih baik kalau mereka terpisah, untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan, dimisalkan salah seorang masuk kedalam perangkap musuh, satunya masih bisa balik kembali."
Kang Han Cing bisa diberi mengerti.
"Jie kongcu." berkata lagi Goan Tian Hoat, "Tiga hari kau tidak kembali, apa saja yang dilakukan olehmu."
Kang Han Cing menceritakan pengalaman2nya, pengalaman yang penuh kemisteriusan dan penuh dengan kesuksesan.
Ternyata hanya didalam waktu tiga hari itu, Kang Han Cing telah mendapatkan penemuan yang terbesar.
Pendekar Cendikiawan Goan Tian Hoat menggunakan otak yang lihai, mengilmiah kejadian2 yang terkembang di dalam rimba persilatan.
Berkerut alis beberapa saat, Goan Tian Hoat berkata :
"Partai Ngo-hong-bun telah melakukan sesuatu yang menyimpang dari hak azasi manusia, mereka hendak berkuasa dan menjadi raja di rimba persilatan, hendak menundukkan empat Datuk persilatan. Sayangnya ke empat Datuk Persilatan itu juga masing2 memegang kekuasaan tersendiri, masing2 mau menang sendiri, satu sama lain tidak mau berkenalan. Susah dikoordinir, tidak mau bersatu, sok jago, dan ini sudah masuk ke dalam perhitungan Ngo hong-bun. Satu persatu lebih mudah dihancurkan."
Kang Han Cing juga mengutarakan pendapatnya, ia berkata :
"Inilah yang kukawatirkan, maka cepat2 balik kembali, dengan maksud mencari toako dan mencari jalan keluar."
Goan Tian Hoat berkemak kemik lama, sepatahpun tidak diucapkan.
Menyaksikan keadaan yang seperti itu, Kang Han Cing tidak mendesak. Iapun diam.
Demikian kesunyian terjadi beberapa saat, akhirnya Goan Tian Hoat membuka kembali mata yang belum lama dipejamkan, ia berkata :
"Kalau saja jie-kongcu bersedia menjadi menteri koordinator, inilah kesempatan yang baik."
"Apa itu artinya menteri koordinator ?" bertanya Kang Han Cing.
Goan Tian Hoat berkata: "Sekarang pihak si Hakim bermuka merah Yen Yu San sudah berada dikota Kim-leng. Menginap dan bermalam di rumah penginapan Seng-kie-kek-ciam. Ia hanya pejabat ketua Penganungan Jaya tapi kedudukannya tidak berbeda dengan wakil Datuk Barat. Karena itulah kedudukannya yang paling berbahaya."
"Berbahaya bagaimana?"
"Hubungan Yen Yu San sangat luas. Juga mudah mengikat tali perserikatan dengan Datuk2 lainnya. Asal saja jiekongcu bisa mengajak Yen Yu San bekerja sama, menghubungi datuk timur dan datuk barat, maka keempat datuk persilatan pasti bisa kompak."
"Mungkinkah.?" Kang Han Cing ragu2.
Goan Tian Hoat tersenyum, ia mendekati telinga Kang Han Cing dan mengutarakan rencananya.
Rencana apa yang Goan Tian Hoat usulkan ? Berhasilkah Kang Han Cing menyatukan Datuk Persilatan yang mau saling berkuasa itu ? Bagaimana mereka mengelakan serangan golongan Perintah Maut yang menjadi anak perserikatan dari partai Ngo hong-bun? Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
*** Matahari mencorong keras, bergantung di-tengah2 langit. Dijalan raya kota Kim leng, seorang pemuda sastrawan dengan kipas di tangan berjalan lenggang menuju ke rumah penginapan Seng-kie-kek-ciam.
Begitu berada dipintu rumah penginapan, beberapa pelayan segera menyambut dengan ramah, salah seorang bertanya: "Kongcu hendak bermalam ?"
Pemuda sastrawan itu memutarkan kedua matanya dan ia bertanya: "Apa ada kamar yang besar yang paling bersih ?"
"Ada.....ada......" cepat2 pelayan rumah penginapan itu menjawab. Diajaknya si pelajar berbaju putih masuk ke dalam.
Pemuda pelajar ini terus menerus bergoyang kipas, ia berjalan dibelakang pelayan dan tidak henti2 berkata:
"He, ada beberapa kamarkah di tempatmu ini ? Terbagi berapa ruangan ?"
"Kami mempunyai enampuluh kamar, masing2 terbagi dari ruangan."
"Ruangan mana yang terbaik?" tanya si pemuda pelajar.
"Ruangan timur."
"Baik. Ajak aku ke ruangan timur. Apa keadaan rumah penginapan ini ramai atau sepi ?"
"Agak lumayan."
"Aku hendak memilih tempat yang agak sepi, untuk membaca-baca buku, tanpa mendapat gangguan, untuk sewa kamar, mahal sedikitpun tidak apa."
Setelah berkata begitu, pemuda pelajar memperhatikan kamar2, lalu menunjuk ke arah salah satu kamar sambil berkata : "Aku mau kamar ini !"
"Oh !" pelayan itu terkejut. "Maaf, kamar ini sudah ada penghuninya !"
"Yang itupun boleh." berkata si pemuda sambil menunjuk ke arah kamar sebelah.
"Maaf kongcu, untuk barisan kamar2 ini sudah diborong orang."
"Siapa yang memborong?"
"Seorang tua bermuka merah dengan rombongannya," menjelaskan si pelayan.
Disaat ini dari luar memasuki dua orang laki berpakaian ringkas, langkahnya tegap dan keras memasuki kamar yang ditunjuk pemuda tadi.
Disaat mereka bersampokan, si pelayan memberi hormat dan berkata: "Jiwie sudah kembali, biar hamba bawakan air."
Kedua laki berpakaian ringkas itu tanpa menyahut si pelayan, terus jalan menuju kamarnya dan langsung menggabrukkan pintu.
Si pemuda memandang kedua orang tadi dan menoleh ke arah si pelayan dan bertanya: "Kedua orang itu."
"Mereka baru saja ber-jalan2 juga termasuk rombongan orang tua bermuka merah."
Akhirnya si pemuda sastrawan memilih kamar2 yang tidak berjauhan dari kamar2 itu.
Sampai disini, kita boleh membuka kartu, pemuda sastrawan adalah samaran Kang Han Cing.
Dan orang bermuka merah yang memborong barisan2 kamar itu adalah si Hakim Bermuka Merah Yen Yu San.
Untuk sementara kita tinggalkan Kang Han Cing.
*** Diluar rumah penginapan Seng-kie-kek-ciam.
Pemandangan seperti biasa, tenang, awan putih di langit yang tidak berumbang.
Di jalan raya dari jauh mengepul debu tinggi, empat ekor penunggang lari mendatangi ke arah rumah penginapan Seng-kie-kek-ciam. Seorang yang didepan adalah orang tua bermuka merah, inilah pejabat ketua Penganungan jaya Yen Yu San. Di sebelahnya adalah lak?2 berbaju biru, inilah Yen Siu Hiat. Di belakang mereka turut mengiringi dua laki-laki berbadan tegap, dua orang yang dibawa dari benteng penganungan jaya.
Secepat itu pula, keempat kuda itu berhenti didepan rumah penginapan Seng-kie kek-ciam, Yen Yu San dan Yen Siu Hiat lari masuk kedalam. Diikuti oleh dua orang mereka.
Yen Yu San adalah cukong besar, para pelayan rumah penginapan segera menyambut mereka. Membungkukkan badan dan menyilakan mereka lewat cepat.
Alis Yen Yu San berkerut, ada sesuatu yang merundungi dirinya, ia hanya membalas hormat para pelayan itu dengan satu anggukkan kepala, dengan langkah lebar menuju kearah kamar.
Disaat ini, dari depan Yen Yu San berlari datang seorang sastrawan berbaju putih, bergegas terhuyung2 menubruk Yen Yu San, dengan mulut ber-teriak2 pemuda itu berkoar:
"Hantu..... hantu.....rumah penginapan ini ada hantu !"
Saking takutnya, sastrawan berbaju putih itu menubruk ke arah si Hakim bermuka merah Yen Yu San.
Yen Yu San meraihkan tangan, dengan cepat menyanggah jatuhnya sastrawan berbaju putih itu, sesudah menenangkannya, ia berkata: "Tenang....tenang.....apa yang telah terjadi?"
Berkat bantuan Yen Yu San, si pemuda sastrawan nyaris dari jatuh terjerembab. Ia berhasil menenangkan hatinya yang dirundung penuh rasa ketakutan.
Siapakah si pemuda sastrawan itu, tidak lain tidak bukan dia adalah penyamaran Kang Han Cing, dengan menggunakan kedok kulit pemberian Tong Jie Peng, ia menyamar sebagai seorang sastrawan baru.
Pelayan rumah penginapan segera mengenali tamu yang baru saja masuk tadi, tamu yang memilih kamar Yen Yu San.
"Kongcu bagaimana?" si pelayan bertanya.
Terengah si pemuda sastrawan istirahat sebentar, ia memberi hormat kepada Yen Yu San dan berkata: "Maaf. Maaf. Boanseng meminta maaf."
Boanseng berarti aku yang rendah. Boanseng khusus menyebut diri sendiri kepada orang lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Umumnya digunakan oleh kaum sastrawan.
Yen Yu San membalas hormat Kang Han Cing, diperhatikannya baik2 pemuda itu, ia tidak kenal lagi kepada Kang Han Cing, karena si pemuda sudah mengubah wajahnya.
"Eh." ia bertanya. "Apa yang terjadi ?"
Dengan membawakan lenggang lenggok seorang sastrawan yang tidak mengerti silat, Kang Han Cing berkata: "Ohoh.tidak apa2.....mungkin mata boanpww sedang lamur....... sungguh boanpwe melihat seorang."
Wajah Yen Yu San yang merah bercahaya terang, ia bertanya : "Orang bagaimanakah yang lotee lihat ?"
Lotee berarti saudara. Sebutan menghormat kepada kaum yang lebih rendah.
Kang Han Cing memperlihatkan sikapnya yang ketakutan, dengan pelegap pelegup ia menjawab.
"Seseorang yang berpakaian baju putih......oh ! Bukan ! Sesosok bayangan mayat yang terbungkus kain putih."
Mendengar ucapan itu si pelayan menjadi gugup, mana mungkin dalam rumah penginapannya ada hantu disiang hari bolong ? Karena itu cepat2 ia berkata :
"Kongcu jangan bergurau. Rumah penginapan kami aman dan tentram. Apa lagi pada siang hari bolong, dari mana datangnya mayat berkerudung putih?"
Yen Yu San mengibaskan pelayan rumah penginapan, menghadapi Kang Han Cing dan bertanya :
"Dimana bayangan itu sekarang ?"
Kan Han Cing berkata : "Orang itu makhluk itu...makhluk itu berdiri." Kang Han Cing menunjuk ke arah deretan kamar2 yang sudah diborong oleh Yen Yu San.
Wajah Yen Yu San berubah, ia berteriak keras : "Apa yang dikerjakan ?"
"Boanseng melihat ia ber-goyang2, longak longok disana. Sebentar kemudian, benda tadi lenyap mendadak."
Wajah Yen Yu San semakin berubah, menoleh ke arah Yen Siu Hiat dan berkata : "Lekas kalian periksa !"
Ternyata Yen Yu San saat itu baru saja kembali dari mencegat Kang Han Cing beserta rombongan partai baru. Ketika ia menerima laporan dari seseorang bahwa putri Cin Jin Cin yang juga turut melakukan perjalanan dan menginap dalam rumah penginapan itu yang bernama Cin Siok Tin telah lenyap tanpa bekas. Lenyap diculik orang dari kamar penginapannya. Maka cepat2 ia meninggalkan orang2 tersebut.
Begitu tiba, sekarang lagi2 ada seseorang yang mengintip dikamarnya, bagaimana ia tidak menjadi ber-debar2 ?
Keterangan Kang Han Cing tepat memasuki hatinya. Karena itu ia memberi perintah kepada Yen Siu Hiat dan orang2 untuk memeriksa.
Yen Siu Hiat mengajak dua orangnya memeriksa kamar2 mereka.
Yen Yu San menepuk pundak Kang Han Cing, ia berkata:
"Mungkin laotee salah mata, mungkin juga ada pancalongok yang hendak mencuri sesuatu. Menggunakan kesempatan kita tidak berada didalam kamar, hendak mencuri benda berharga. Jangan takut, mari kita periksa."
Menggandeng tangan Kang Han Cing, Yen Yu San mengajak si pemuda memeriksa. Ditengah jalan, mata Yen Yu San yang lihai sudah menaruh curiga, pakaian dan gerak gerik Kang Han Cing dilakukan seperti seorang sastrawan yang tidak mengerti ilmu silat, tapi dari cahaya sinar matanya yang begitu bening, orang ini pasti memiliki latihan tenaga dalam tinggi, bukan seorang yang tidak pandai silat, karena itu ia menjadi curiga, menyelidik dan bertanya: "Bagaimana sebutan lotee ?"
Kang Han Cing menjawab: "Boanseng bernama Lie Siauw San."
"Tentunya orang dari jauh ?" bertanya lagi Yen Yu San.
Kang Han Cing berkata : "Boanseng sedang menuntut pelajaran, karena itu ter-lunta2 sampai di tempat ini."
"Namaku Yen Yu San." si Hakim bermuka merah memperkenalkan diri. "Kita boleh berkenalan."
"Oh Tuan Yen Yu San," Kang Han Cing memberi hormat.
Cara2 Kang Han Cing mendengar disebutnya nama Yen Yu San itu tidak seperti cara2 orang lain, biasa dan datar, tentu saja ia sedang menyamar sebagai seorang sastrawan muda, bukan seorang jago silat, karena ia harus pandai membawa diri, ber-pura2 tidak tahu betapa hebat dan betapa besarnya nama pejabat ketua benteng penganungan jaya.
Nama Yen Yu San adalah wakil dari ketua benteng Penganungan jaya, bayangan dari Datuk barat. Namanya terkenal kemana2, tapi sikap Kang Han Cing yang seperti itu membuat hatinya tidak menaruh curiga.
"Mungkinkah betul2 seorang sastrawan muda?" Hati Yen Yu San bergumam.
Kedatangan Yen Yu San dan Kang Han Cing disambut oleh Yen Siu Hiat, ia berdiri didepan sang paman tanpa bicara.
Yen Yu San bertanya: "Apa sudah diperiksa? Ada kekurangan apa ?"
"Tidak apa2." berkata Yen Siu Hiat. "Tidak ketemu jejak maling itu."
"Mari kuperkenalkan." berkata Yen Yu San. "inilah keponakanku yang bernama Yen Siu Hiat. Inilah tuan Lie Siauw San."
Yen Siu Hiat dan Kang Han Cing saling memberi hormat.
Yen Yu San mengajak Kang Han Cing ke ruang tengah, sesudah menyuruh orangnya menyediakan the, dimana mereka ber-cakap2.
Yen Siu Hiat turut mendampingi, ia selalu memalingkan pandangan matanya ke arah sang paman, se-olah2 hendak mengutarakan sesuatu, disitu hadir seorang tamu asing yang bernama Lie Siauw San, mereka tidak kenal kepada sastrawan Lie Siauw San ini, mereka menaruh curiga kepada si sastrawan Lie Siauw San, karena itu mereka tidak berani memperbicarakan persoalan-persoalan yang rahasia.
Kang Han Cing bisa melihat pada keragu-raguan dan kecurigaan dari Yen Siu Hiat tadi, memandang kearah Yen Yu San dan ia berkata :
"Apa lotiang kalian tidak letih ?"
Lotiang adalah bahasa sebutan seorang muda kepada golongan yang lebih tua. Di dalam rimba persilatan, lebih terkenal dengan istilah cianpwee.
"Tidak apa," berkata Yen Yu San. Ia menoleh ke arah Yen Siu Hiat dan bertanya. "Bagaimana hasilnya ? Apa semua orang sudah kembali ?"
"Sudah." Yen Siu Hiat memberi jawaban singkat.
"Hasilnya ?" "Mereka." Yen Siu Hiat menggelengkan kepala, inilah suatu tanda kalau orang2 mereka yang mencari jejak Cin Siok Tin tiada hasil.
Sesudah Cin Siok Tin diculik penjahat, seluruh anak buah benteng penganungan jaya menjadi sangat gelisah. Termasuk Yen Yu San dan Yen Siu Hiat. Bagaimana tidak, kalau putri dari junjungan mereka yang dipercayakan itu lenyap tanpa bekas?
Yen Yu San memancarkan sinar kebuasan, ia berkata : "Betul2 kita jatuh di bawah tangan cecunguk-cecunguk itu."
Nah ! Sampai disini sandiwara Kang Han Cing sudah waktunya untuk ganti upacara, ia tidak boleh terlalu menyolok mata, karena itu wajib mengelakan rahasia2 yang baru saja diketahuinya, ia meminta diri, katanya: "Lotiang masih banyak urusan. Sampai disini dahulu perkenalan kita. Boanseng meminta diri."
Disaat Kang Han Cing hendak berbangkit Yen Yu San sudah menekan pundak si sastrawan palsu itu dengan tertawa dan berkata:
"Duduk dulu ! Urusan kita hanya urusan biasa. Perkenalan kita adalah jodoh, aku senang bercampur gaul dengan para sastrawan. Teristimewa sangat tertarik kepadamu."
Sesudah itu Yen Yu San berpaling kepada Yen Siu Hiat meng-edip2kan mata isyarat.
Yen Siu Hiat segera mengundurkan diri, meninggalkan Yen Yu San dan Kang Han Cing.
Kang Han Cing duduk kembali, ia mengucapkan terima kasih dan berkata : "Atas kebaikan hati lotiang, boanpwe hanya bisa menurut saja."
Menunjuk kearah minuman di meja, Yen Yu San berkata : "Lotee, silahkan minum."
Yen Yu San memegang minuman itu. Diikuti juga oleh Kang Han Cing.
"Lotee," berkata Yen Yu San. "Kau menetap didaerah Tin-kang. Suatu tempat yang tidak jauh dari sini, bukan ? Apakah maksud tujuan lotee ke tempat ini....."
"Boan-seng hendak menemui seseorang kawan, bagaimana usaha totiang?" balik tanya Kang Han Cing.
Yen Yu San menghela napas panjang, per-lahan2 berkata : "Urusanku ke daerah Kim-leng untuk mengurus sesuatu urusan pribadi......"
"Oh ! Maaf," berkata Kang Han Cing. "Maaf !"
"Tidak apa2." "Pantas saja lotiang seperti sangat berduka. Se-olah2 baru dirundung kemalangan."
Kata2 ini tepat memasuki lubuk hari Yen Yu San, sepasang matanya bercahaya terang.
"Hebat. Lotee memang hebat." Yen Yu San mengeluarkan pujian. "Puluhan tahun aku malang melintang dirimba persilatan belum pernah menemukan urusan yang seperti ini. Tidak disangka hari ini aku betul-betul terjungkir dibawah mereka."
"Oh !" Kang Han Cing memperlihatkan sikapnya yang terkejut. "Ternyata lotiang adalah seorang pendekar ternama dari rimba persilatan. Maaf, boanseng tidak tahu. Tapi urusan apakah yang menyulitkan lotiang?"
Didalam hati Yen Yu San berkeluh dingin pikirnya : "Entah siapa anak muda ini ? Kukira kau pandai sekali ber-pura2 ! Betapapun penyamaranmu, mana bisa menandingi diriku ?"
Dan untuk menjajal kebenarannya, ia berkata : "Lotee bukan orang dari rimba persilatan, tapi tentunya pernah mendengar tentang beberapa tokoh2 silat ternama pada masa ini ? Dimisalkan datuk timur Sie See Ouw, Datuk selatan Kang Sang Fung dan Datuk Barat Cin Jin Cin dan Datuk Utara Lie Kong Tie ?"
"Ya..Ya..." jawab Kang Han Cing, "Dari salah seorang guru silat boanseng pernah mendengar nama2 harum dari keempat Datuk persilatan itu !"
"Nah ! Aku adalah salah seorang anak buah dari datuk Barat Cin Jin Cin, datang ke Kim-leng untuk mengurus sesuatu, mencari jejaknya seseorang pemuda hidung belang. Pemuda hidung belang itu telah membunuh dan memperkosa keponakan perempuanku."
Yen Yu San merendah diri, menggunakan istilah salah seorang anak buah Cin Jin Cin.
"Oh ....." Kang Han Cing mengeluh.
"Datuk Barat Cin Jin Cin menpunyai seorang putri yang bernama Cin Siok Tin. Karena dibenteng Penganungan Jaya tidak ada orang, ia memaksa untuk turut serta melakukan perjalanan. Apa boleh buat, kuajak juga kemari. Nah ! Disinilah letak kesalahanku, baru kemarin malam ia mendadak lenyap tanpa bekas."
"Lenyap didalam kota Kim-leng?" bertanya Kang Han Cing.
"Inilah yang membingungkan orang." berkata Yen Yu San. "Lenyap dari kamarnya. Aku telah menyebar orang2 untuk menyelidiki, tapi tiada hasil sama sekali."
"Gila ! Sungguh2 penjahat gila !" berkata Kang Han Cing. "Dalam kota yang begini ramai, berani mereka menculik orang?"
"Lotee, aku membutuhkan sedikit keteranganmu." berkata Yen Yu San.
"Silahkan lotiang katakan."
"Pernahkah lotee mendengar sesuatu komplotan jahat yang berada dikota Kim-leng?"
"Boanseng jarang sekali berhubungan dengan jago2 rimba persilatan. Belum pernah dengar," berkata Kang Han Cing, "Tapi."
"Tapi apa?" Yen Yu San mulai ketarik. Kang Han Cing memperlihatkan sikapnya yang lambat2an, kemudian ia berkata:
"Tetapi apa urusan ini mempunyai sangkut paut dengan lenyapnya putri Datuk Barat."
"Coba kau katakan." berkata Yen Yu San.
Kang Han Cing berkata : "Disaat boanseng bermalam disuatu rumah penginapan, terdengar percakapan2 di kamar sebelah, suara mereka sangat perlahan, mereka ada me-nyebut2 nama nona Cin Siok Tin, dan banyak sekali yang diucapkan oleh mereka, sayang boanseng tidak bisa menangkap semua..."
"Apa lagi yang dikatakan oleh orang2 itu ?"
Kang Han Cing menelengkan kepalanya beberapa saat baru berkata:
"Menurut apa yang boanseng bisa tangkap, orang2 itu telah menculik nona Cin Siok Tin, hanya karena urusan seorang yang mempunyai julukan si pendekar Hakim bermuka merah. Asal saja bisa membunuh pendekar hakim bermuka merah ini, maka mereka bisa merampas harta kekayaannya."
Mendengar sampai disini, tiba2 saja Yen Yu San tertawa berkakakan.
Kang Han Cing seperti tertegun sebentar, ia berkata : "Mungkin ada yang salah ?"
Yen Yu San menghentikan suara tertawanya per-lahan2 ia bertanya :
"Apa lotee pernah bertemu dengan si pendekar Hakim muka merah ?"
Kang Han Cing meng-geleng2kan kepala.
"Itulah aku sendiri." berkata Yen Yu San.
"Oh ! Maaf !" "Penjahat2 itu hendak menghadapi diriku? Hu," Yen Yu San memperlihatkan sikapnya yang berwibawa, "Apa yang mereka hendak lakukan ?"
"Apa yang mereka bisa lakukan ?" bertanya Kang Han Cing.
*** Didalam, Yen Yu San sedang ber-cakap2 dengan Kang Han Cing.
Dan diluar, Yen Siu Hiat sedang men-jaga2 agar tidak ada orang yang mengganggu ketenangan pembicaraan itu.
Seorang pelayan berjalan menghampiri kamar mereka, karena itu Yen Siu Hiat membentak :
"Ada apa ?" "Ada surat yang hendak diserahkan kepada tuan besar," jawab pelayan itu.
"Serahkan saja kepadaku !" Kata Yen Siu Hiat.
Pelayan itu menyerahkan sepucuk surat. Diatas sampul bertulisan :
Diserahkan kepada yang terhormat Pengurus Benteng Penganungan Jaya tuan Yen Yu San.
"Siapa yang memberi surat ini ?" Bertanya Yen Siu Hiat.
"Seorang laki2 berbaju kelabu."
Yen Siu Hiat mengucapkan terima kasih dan pelayan itu berjalan pergi.
Yen Siu Hiat memasuki ruangan dan menjumpai Yen Yu San.
*** Bab 39 YEN YU SAN yang sedang ber-cakap2 dengan Kang Han Cing terputus, menoleh ke arah Yen Siu Hiat, bertanya : "Ada apa?"
"Ada sepucuk surat." jawab Yen Siu Hiat.
"Dari mana?" Yen Siu Hiat menjawab : "Menurut keterangan si pelayan, seorang yang berbaju kelabu mengantarkan, sesudah menyerahkan surat ini, orang itu berjalan pergi lagi."
Yen Yu San menerima surat itu, tapi tidak segera dibaca didepan Kang Han Cing. Ia menyimpannya didalam saku.
Kang Han Cing juga tahu diri, segera ia meminta diri : "Lotiang masih ada urusan, untuk sementara boanseng meminta diri."
"Baiklah," Yen Yu San tidak mencegah. "Kita orang tinggal didalam satu rumah penginapan, kalau ada waktu boleh berkunjung lagi."
Yen Yu San mengantar Kang Han Cing meninggalkan ruangannya.
Dengan sudut ekor matanya, Yen Siu Hiat melirik kearah lenyapnya bayangan Kang Han Cing, ia berkata kepada sang paman : "Jie-siok, bagaimana penilaianmu tentang orang itu ?"
"Sangat mencurigakan." jawab Yen Yu San. "Aku juga tidak berhasil menyelidikinya. Coba kau lebih ber-hati2 dan meng-amat2i dia."
Yen Siu Hiat menerima perintah dan berjalan keluar.
Baru sekarang Yen Yu San membuka isi surat, demikian bunyi surat itu :
"Disampaikan kepada tuan pengurus benteng Penganungan Jaya, tuan Yen Yu San:
Partai kami bermaksud berkenalan dengan seluruh pendekar2 ternama, sayang sekali maksud itu tidak mudah terlaksana. Putri benteng Penganungan Jaya sudah berada ditempat kami. Karena itu kami mengharapkan kedatangan tuan untuk mengurusnya. Tempat dibawah kaki gunung Tay-biao-hong dibagian barat. Jam dua malam. Nantikanlah kami diantara kedua pohon besar, tentu ada orang yang menyambut.
Cabang partai Ngo-hong-bun: Perintah Maut.
Membaca surat itu, wajah Yen Yu San berubah. "Bah !" dia memaki kalang kabutan. "Berani menghina diriku?"
Disaat ia, Yen Siu Hiat sudah mengutus orangnya untuk meng-amat2i Kang Han Cing, ia balik kembali, menyaksikan keadaan sang paman yang begitu uring2an, dia menegur pelahan:
"Jiesiok, bagaimana isi bunyi surat?"
"Bacalah sendiri !" Yen Yu San melemparkan surat itu kepada sang keponakan.
Yen Siu Hiat membaca tulisan itu beberapa waktu, dengan heran ia berkata :
"Perintah Maut ? Partai Ngo-hong-bun ? Nama gelar apa nama golongan yang diberi nama Perintah Maut ?"
"Hanya satu partai cecunguk saja berani menantang diriku ?" kemarahan Yen Yu San masih belum mereda.
"Apa jie-siok betul2 hendak pergi kesana ?" bertanya Yen Siu Hiat.
"Apa kau pernah melihat pamanmu takut pada sesuatu. Tentu saja aku pergi. Lekas sediakan aku kuda !"
Yen Siu Hiat berkata : "Biar aku yang menyertai jie-siok."
"Tidak perlu. Kau harus mengawasi gerak-gerik perkembangan ini. Biar aku pergi sendiri."
"Baik." Yen Siu Hiat mengundurkan diri.
Sesudah mengenakan pakaian ringkas, mempernakan dirinya dengan baik, Yen Yu San meninggalkan kamar itu.
Diluar, Yen Siu Hiat sudah menunggu dengan seekor kuda jempolan, kuda yang berwarna merah.
Yen Yu San menerima kuda itu, ia siap2 berangkat.
Yen Siu Hiat bertanya : "Apa jie-siok masih ada pesanan lain ?"
"Perhatikan baik2 pemuda sastrawan yang bernama Lie Siauw San itu."
Lie Siauw San adalah nama samaran Kang Han Cing !
Dengan satu kali pecut kuda itu dilarikan. Kuda yang tersedia bagi orang2 benteng Penganungan Jaya itu adalah kuda2 jempolan, hanya beberapa kali keprukkan sudah meninggalkan rumah penginapan.
Waktu yang dijanjikan golongan Perintah Maut untuknya menjumpai Cin Siok Tin adalah jam dua pagi, sekarang baru saja hari menjadi gelap, Yen Yu San menjadi tidak sabaran. Untuk melewatkan waktu, ia memasuki sebuah rumah makan dibawah kaki gunung Tay-biao-san.
Seorang diri Yen Yu San menenggak arak didalam rumah makan itu, per-lahan2 tokh lama juga, ia mulai berada dalam keadaan setengah mabok.
Tiba2 seorang pelayan rumah makan datang menghampirinya, pada tangan si pelayan terbawa sepucuk surat, dengan bibir tersungging senyuman, pelayan itu berkata: "Tuan, ada titipan surat untuk tuan !"
"Surat ?" Yen Yu San tercetak. Ia berpikir, "Seorang diri ia minum ditempat ini, tokh berjalan belum beberapa lama, bagaimana orang bisa tahu kehadirannya ditempat ini ? Darimana datang surat?"
Ia menyambuti surat tersebut, pada sampul surat bertulisan:
Dipersembahkan kepada tuan Yen Yu San.
Hati Yen Yu San berpikir. "Tentu surat dari komplotan penjahat."
Memandang ke arah pelayan itu dan berkata: "Siapa yang mengantar surat ini?"
Si pelayan menjawab: "Seorang tuan. Belum lama ia minum di dalam rumah makan ini, sebelum berangkat memberitahu kepada hamba untuk menyerahkan surat itu kepada tuan."
Yen Yu San menganggukkan kepala berkata: "Oh! Mungkin salah seorang kawanku, tadi terlalu banyak orang, aku tidak melihat dirinya."
Si pelayan berkata: "Tuan tadi juga berkata seperti itu. Ia sangat ter-buru2, tidak ada waktu untuk banyak bicara lagi, maka meninggalkan surat ini."
Yen Yu San mengeluarkan beberapa uang recehan, diserahkan kepada si pelayan sebagai hadiah.
Sesudah menunggu pelayan itu berangkat, Yen Yu San membuka isi surat, demikian bunyi isi surat:
"Apa Yen lo-enghiong ingin tahu rahasia komplotan orang jahat ? Lekas meninggalkan tempat ini. Akan ditunggu dibawah pintu kota bagian utara. Tapi ber-hati2, disekitar rumah makan itu sudah banyak mata-mata musuh. Lebih baik keluar dari pintu belakang, agar tidak diketahui mereka."
Tulisan itu sangat indah dan menarik, tidak ada tanda tangan dan tidak identitas.
Yen Yu San berkerutkan alis dan berpikir:
"Siapa orang ini ? Dari lagu2nya bukan salah satu dari anggota komplotan jahat, tapi dari mana pula? Baik ! Akan kulihat siapa dia ?"
Sesudah mengambil putusan yang seperti itu Yen Yu San menyimpan kembali surat, dia meninggalkan tempat duduknya, menuju ke arah belakang rumah makan.
Kejadian ini tidak banyak menimbulkan kecurigaan, ia ke belakang, semua orang menduga kalau Yen Yu San ke W.C atau cuci tangan.
Beberapa saat kemudian, seorang Hakim bermuka merah Yen Yu San menyeret kakinya keluar kembali, duduk diatas tempat dimana meja yang ditinggalkan Yen Yu San tadi. Dia minum pula seorang diri.
Waktu yang ditetapkan pertemuan Yen Yu San masih cukup lama, Yen Yu San menenggak arak di rumah penginapan itu untuk meliwati waktu. Tentu saja tidak ada yang tau kalau sudab terjadi dua pertukaran Yen Yu San.
Siapa orang yang memalsukan Yen Yu San ini?
Untuk sementara cerita kita gelapkan.
Kita menyusul Yen Yu San yang asli, melalui pintu belakang rumah makan ia meninggalkan banyak orang. Juga meninggalkan mata2 golongan Perintah Maut.
Tiba dibagian pintu utara kota betul saja berdiri seseorang, dari jauh orang itu sudah mengirimkan gelombang suara tekanan tinggi berkata :
"Yen lo-enghiong yang datang?"
Yen Yu San memperhatikan orang itu, dedak perawakannya yang tidak terlalu tinggi juga tidak kecil, orang itu juga menggunakan tutup kerudung hitam. Tidak bisa dilihat wajahnya.
"Siapa tuan?" ia bertanya.
Orang tadi tidak menjawab, ia hanya berkata singkat.
"Silahkan ikut segera !"
Tiba2 orang berkerudung hitam itu membalikkan badan melejit dan menuju ke depan.
Gerakan orang itu sangat cekatan dan hebat, dalam sekejap mata sudah meluncur jauh.
Si Hakim bermuka merah Yen Yu San beradat keras, mana bisa ia ditinggalkan begitu saja, ia membentak: "Tunggu dulu !"
Mengempos tenaganya, Yen Yu San mengejar orang tersebut.
Orang yang didepan tidak menghiraukan panggilan Yen Yu San, meluncur semakin cepat.
Demikian kedua orang itu saling susul, menuju kearah utara.
Hanya sekali loncatan, Yen Yu San sudah menempatkan dirinya diatas benteng tembok kota. Ia melongok kebawah, tampak orang berkerudung hitam sudah melayang turun, bergendong tangan, se-olah2 menunggu dirinya.
Si Hakim bermuka merah Yen Yu San menjabat wakil ketua benteng Penganungan Jaya, menjadi pembantu utama dari Datuk Barat Cin Jin Cin, mempunyai hubungan baik dengan tokoh2 silat di rimba persilatan, belum pernah dia dipermainkan orang seperti itu. Hatinya terasa meringkal, dengan satu dengusan dingin, seperti seekor alap2 melayang turun, dia menubruk kebawah.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Inilah yang diharapkan oleh orang itu, begitu Yen Yu San meluncur dari atas tembok kota, dia membalikkan badan dan berlari lagi.
Hati Yen Yu San tergerak, hatinya berpikir : "Kemana kau hendak ajak diriku ?"
Sudah tahu mau diakali, tokh Yen Yu San tidak takut, siapa yang bisa menyengkelit Hakim bermuka merah Yen Yu San ? Karena itu, ia mengempos tenaga dan mengejar.
Diantara cahaya malam, kedua bayangan itu saling kejar, bagaikan bintik2 yang bergemilapan, menempur semak2, meluncur diatas daratan2.
Yen Yu San sudah memforsir semua ilmu meringankan tubuh, tapi dia belum berhasil menyandak orang yang berada di depan, tiga puluh lie telah dilewatkan kini mereka memasuki daerah pegunungan, itulah pegunungan Tay-biao-san.
Yen Yu San tertawa dingin, ia bergumam :
"Aku memang hendak ke tempat ini. Pancinganmu memang kebetulan sekali. Hendak kulihat, ada permainan apa lagi?"
Disaat ini, orang itu menghentikan gerakan, ia berbalik, tangannya digerakkan kemudian menunjuk keatas, membarengi gerakan itu, tubuh si bayangan hitam lompat dan bersembunyi diatas pohon yang rimbun.
Yen Yu San masih belum mengerti aba2 yang diberi oleh orang itu, ia meluncur datang.
Disaat ini terdengar satu suara halus yang seperti suara semut: "Lo-enghiong, lekas naik ke atas pohon."
Yen Yu San menengadahkan kepala, memandang ke tempat persembunyian orang itu dan berkata: "Siapa ? Dengan maksud apa mengajak diriku ke tempat ini?"
Orang diatas pohon menggunakan tekanan suara tinggi, disalurkan ke telinga Yen Yu San, katanya :
"Disekitar daerah ini, mungkin masih ada mata2 musuh, kalau ada sesuatu yang Lo-enghiong ingin ketahui, naiklah diatas pohon bersembunyi. Itu waktu kita masih bisa ber-cakap2, bukan?"
Menyaksikan keadaan orang itu bersungguh-sungguh, hati Yen Yu San tertarik, betul-betul dia melejitkan diri, berlompat keatas pohon besar yang berada tidak jauh dari pohon persembunyian orang itu.
*** Bab 40 SESUDAH menyembunyikan diri baik2, dengan gelombang suara tekanan tinggi, ia bertanya kepada orang tersebut : "Nah! Sekarang kau bisa memberi keterangan itu !"
Orang itu dengan suara tekanan gelombang tingginya berkata :
"Orang yang berperang tentu membuat persiapan, apalagi menghadapi musuh kuat dan jahat, lo-enghiong hendak menghadapi sesuatu komplotan jahat, sudahkah mengetahui rencana busuk lawan itu?"
Yen Yu San tertegun, ternyata orang ini sudah tau kalau dirinya menerima surat tantangan, tapi ia tidak gentar, dengan congkak berkata : "Biarpun musuh mempunyai rencana busuk apa yang harus kutakuti?"
Orang itu berkata: "Betul ! Ilmu kepandaian silat lo-enghiong boleh dikata sudah hampir tidak ada tandingan. Tapi musuh mempunyai rencana keji, kalau hanya mengandalkan ilmu kepandaian saja, pihak musuhpun banyak jago kuat. Dimisalkan mereka tidak bisa memenangkan ilmu silat lo-enghiong, menarik kesimpulan karena adanya nona Cin Siok Tin di tangan mereka, apa yang lo-enghiong bisa lakukan? Membiarkan putri ketua itu tersiksa? Berpikirlah sekali lagi, salah set berarti berantakan!"
Yen Yu San semakin heran, kemisteriusan orang ini betul2 diluar dugaannya, ia bertanya:
"Menurut pendapatmu, bagaimana?"
Orang itu berkata: "Maksud pancingan boanpwe ke tempat ini adalah memberi gambaran yang jelas agar lo-enghiong bisa mengerti duduk perkara dari semula."
"Bagaimana asal usulnya musuh itu?"
Orang itu berkata: "Sebelumnya, bisakah lo-enghiong berjanji ?"
"Berjanji apa?" bertanya Yen Yu San.
"Boanpwee sudah mempunyai rencana, boanpwee harap lo-enghiong menonton segala sesuatu yang terjadi dengan pikiran tenang, jangan sekali2 terpancing."
"Baiklah." "Nah. Kalau begitu, nona Cin Siok Tin pasti bisa dikembalikan."
Yen Yu San bertanya : "Siapakah tayhiap ?"
Orang itu berkata : "Untuk sementara, lo-enghiong jangan banyak tanya, kalau sudah waktunya, lo-enghiong bisa tahu sendiri."
"Kau tidak mau memberi nama dan asal usulmu, bagaimana aku bisa percaya kepada keteranganmu ?"
Orang itu berkata : "Sesudah lo-enghiong berada ditempat ini, semua bisa disaksikan dengan mata sendiri, percaya atau tidak, terserah kepada penilaian lo-enghiong pribadi."
"Kalau begitu, kau bukan komplotan penjahat ?"
Orang itu berkata: "Kalau boanpwe salah satu dari anggota komplotan penjahat, tidak mungkin mengajak lo-enghiong seperti ini."
"Baiklah. Untuk sementara aku percaya kepadamu."
"Ingat betul2, jangan sekali2 lo-enghiong turun bergebrak."
"Kau melarang aku turun tangan ? Tidak boleh melabrak orang ?"
"Hanya untuk sementara." berkata orang itu.
"Kalau aku bertanding dengan orang, bagaimana ?"
"Celakalah rencana boanpwe, berantakan semua, kucar kacir."
"Huh," Yen Yu San berdengus dingin hatinya berpikir. "Kemisteriusanmu begitu luar biasa. Baik! Hendak kulihat, apa yang hendak kau permainkan ?"
"Sekali lagi boanpwe minta dengan hormat," berkata orang itu. "Jangan sekali2 lo-enghiong cepat naik darah. Gunakanlah pikiran yang tenang. Jangan sekali2 menuruti hawa nafsu, apapun yang terjadi, jangan lo-enghiong cepat panas hati."
Samurai 18 Dil3ma Karya Mia Arsjad Bintang Malam 2
^