Pencarian

Sabuk Kencana 3

Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung Bagian 3


Walaupun mereka tak berani turun tangan secara gegabah karena pihak lawan berjumlah banyak, tetapi setelah mendengar penghinaan serta melihat sikap Poei Hong yang begitu pandang enteng mereka tak bisa menahan diri.
Baru saja Poei Hong berhenti tertawa, Han Peng Tok-shu mulai unjuk gigi, ia membentak keras.
"Pelajar rudin sampai dimanakah kepandaian silatmu, begitu berani pandang enteng loohu bertiga, kalau ini hari tidak kusuruh kau menggeletak disini jadi mayat, loohu malu disebut orang sebagai Bu lim su Tok."
Ditengah bentakan keras, sang badan menubruk kedepan, tangan kanan berkelebat cepat, lima jarinya dipentang lebar mencengkram bahu kiri Poei Hong.
Melihat datangnya serangan begitu ganas, sepasang alis Poei Hong berkerut kencang, ia mendengus dingin, pinggang dikebas kemudian dimentalkan kesamping dengan ilmu meringankan tubuh Chiet Chiat Tay Na le, ia menyingkir ke-pinggir kalangan.
Tubrukan ganas yang dilancarkan Chin Ti san ini boleh dikata cepat melebihi sambaran petir ataupun hembusan angin, dalam perhitungannya pihak lawan tak bakal lolos dari cengkeramannya.
Siapa sangka, peristiwa terjadi diluar dugaan, sastrawan yang kelihatan begitu lemah lembut tak bertenaga ternyata memiliki ilmu meringankan tubuh yang luar biasa sempurnanya.
Disaat cengkeramannya hampir mengenai sasaran, mendadak ia merasakan bayangan putih berkelebat lewat, dengan suatu gerakan yang enteng dan gampang sastrawan tadi berhasil meloloskan diri dari ancaman.
Merasakan serangannya mengenai sasaran kosong, orang she Chin ini tertegun beberapa saat ia berdiri menjublak.
"Gerakan tubuh apa yang telah digunakan pelajar rudin ini?" pikirnya dalam hati. "Secara bagaimana ia meloloskan diri dari cengkeramanku? mengapa gerakan tubuhnya begitu cepat bagaikan sambaran kilat?"
Jangan dikata Chin Tin san sekalipun Pek sie Tok shu maupun Hian Im Kok-su serta Tonghong Beng Coe sekalian yang ada disisi kalanganpun tak berhasil melihat jelas gerakan tubuh apakah itu.
Pepatah kuno mengatakan: seorang ahli turun tangan, segera akan diketahui berisi atau tidak.
Si kakek seratus bangkai Kiang Tiang Koei segera merasakan, bukan saja gerakan tubuhnya amat cepat bahkan seumur hidup belum pernah dilihat, jelas ilmu sakti itu adalah serangkaian ilmu meringankan tubuh yang telah lama lenyap dari peredaran Bu lim, kalau tidak dengan andalkan pengalaman serta pengetahuannya berkelana selama puluhan tahun dalam dunia persilatan tak mungkin tak bisa dikenalinya.
"Dia pasti bukan manusia sembarangan," segera pikirnya. "Pelajar rudin ini dapat mewarisi ilmu meringankan tubuh yang sudah lama lenyap dari peredaran dunia persilatan, ia tentu memiliki pula kepandaian lain yang tak kalah lihaynya bagaimanapun juga aku harus selidiki dulu asal usulnya sampai jelas."
Tidak kecewa Pek sie Tok-shu diangkat sebagai pemimpin empat manusia beracun, ia cukup waspada cerdik. Karena berpikir demikian, badannya segera bergerak meloncat kesisi tubuh Han Peng Tok-shu.
Dalam pada itu Chin Tin san sedang bersiap sedia untuk melancarkan serangan kedua yang lebih dahsyat.
"Sam-te, tunggu sebentar," buru-buru Pek sie Tok-su menghardik.
Mendengar toakonya mencegah, terpaksa Han Peng Tok-shu tarik kembali serangannya dan menatap Pek sie Tok shu dengan pandangan tercengang, ia tak mengerti apa sebabnya sang lootoa menghalangi maksudnya untuk menubruk pihak lawan. Dengan pandangan dingin Pek sie Tok shu mengawasi Poei Hong beberapa saat, lalu sambil tertawa dingin katanya:
"Sungguh tak disangka loohu bertiga sudah salah melihat, kiranya anda adalah seorang tokoh silat yang sangat lihay, memandang dari ilmu meringankan tubuh yang kau gunakan barusan jelas merupakan serangkaian ilmu sakti yang sudah banyak tahun lenyap dari Bu-lim, entah siapa gurumu itu? dapatkah kau beri penjelasan?"
Jahe memang semakin tua semakin pedas. Bukan saja Pek sie Tok shu cukup waspada bahkan berakal licik, cerdik dan teliti.
Walaupun ia dapat menduga bahwa ilmu meringankan tubuh yang digunakan Poei Hong adalah semacam ilmu maha sakti, namun ia tak kenal ilmu apakah itu, ia sadar seandainya ditanyakan secara terang terangan, pihak lawan tak akan suka beri tahu.
Oleh karena itu, ia hanya mengatakan kalau ilmu meringankan tubuh tersebut saja mirip dengan semacam ilmu sakti yang sudah banyak tahun lenyap dari peredaran Bu lim, ia bermaksud agar Poei Hong beritahu dengan sendirinya.
Tetapi Poei Hong pun bukan manusia bodoh, dia adalah seorang nona yang sangat cerdik, tentu saja ia tak akan tertipu begitu saja dan mengatakan apakah nama ilmu meringankan tubuh itu serta berasal dari perguruan mana.
"Tidak salah," tampak Poei Hong mengangguk. "Ilmu meringankan tubuh yang aku gunakan barusan memang serangkaian ilmu sakti yang sudah banyak tahun lenyap dari peredaran dunia persilatan."
"Aaaah...benar juga dugaanku," pikir Pek sie Tok-shu kegirangan.
Sementara ia masih kegirangan karena menganggap perangkapnya bakal mengena, mendadak terdengar Poei Hong tertawa lantang.
"Haaaa...haaa... setan tua kalau kau sudah tahu bahwa siauwya memiliki ilmu meringankan tubuh yang sudah lama lenyap dari peredaran Bu lim, tentu saja tahu bukan asal usul dari siauwyamu? Hmm kenapa kau masih cerewet terus disini, cepat sipat kuping lipat ekor pulang ke wilayah Biauwmu dan baik2 hidup jadi manusia disana, apakah kau ingin menanti sampai siauw-ya unjuk gigi memunahkan kepandaian kalian...."
Perkataan dari Poei Hong ini bukan saja amat tepat, bahkan mengandung maksud menggertak ketiga manusia beracun itu.
"Heee...heee... kau kira aku si orang tua benar2 jeri kepadamu?" jengek Pek sie Tok shu sambil tertawa dingin.
Poei Hong mendengus dingin.
"Kalau takut, buat apa banyak bicara dan pentang bacot, teruskan !"
Dengan nama besar Bu lim su Tok dalam dunia persilatan, walaupun tak bisa dikatakan tak ada orang yang berani mengganggu mereka, namun jago2 Bulim dewasa ini jarang ada yang berani pandang remeh keempat manusia beracun itu.
Sebagai contohnya saja Bong-san Yen shu yang ada disisi kalangan, iapun termasuk salah seorang tokoh silat yang sudah puluhan tahun lamanya berkelana dalam dunia persilatan, walaupun begitu terhadap empat manusia beracun pun ia tak berani pandang terlalu enteng.
Sebenarnya berasal dari manakah si sastrawan berbaju putih ini? berani benar si anak muda tersebut ini tidak pandang sebelah matapun terhadap empat manusia beracun yang ditakuti orang Bu lim?
Baru saja Poei Hong menyelesaikan kata2nya, Pek sie Tok shu sudah mendongak tertawa seram.
Suaranya keras dan tinggi melengking bagaikan jeritan setan ditengah malam buta, begitu menyeramkan suaranya sehingga mendirikan bulu roma setiap orang.
Ditengah gelak tertawa seram itulah Pek sie Tok shu mengumpulkan segenap tenaga lweekang yang dimilikinya siap melancarkan serangan mematikan.
"Pelajar rudin, kau coba terima dulu sebuah pukulan loohu ini !" teriaknya sambil menatap Poei Hong tajam2.
Sepasang telapak dengan membawa segulung hawa pukulan yang maha dahsyat segera menggulung kedepan bagaikan hembusan angin puyuh ditengah desiran keras secara lapat2 membawa bau busuk mayat yang amat menusuk hidung.
Itulah pukulan "Pek sie Tok ciang" atau ilmu pukulan beracun seratus mayat yang ia paling andalkan.
Bong san Yen shu yang melihat kejadian itu jadi amat terperanjat, karena takut Poei Hong tak tahu lihay sehingga terluka karena terhantam pukulan beracun itu, buru2 ia berteriak:
"Poei siauwhiap hati2, itulah pukulan beracun seratus mayat yang amat bahaya."
Merasakan dirinya diserang begitu hebat, sepasang alis Poei Hong berkerut, dari sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat, namun dalam sekejap mata sudah lenyap tak berbekas.
"Setan tua, kau ingin cari mampus ?" hardiknya keras.
Di tengah bentakan keras, sepasang telapak mendadak didorong kedepan, segulung hawa pukulan yang kuat tapi lunak segera menyambut datangnya serangan telapak dari Pek sie Tok shu tersebut.
Menjumpai serangan Poei Hong begitu ringan biasa dan tiada keistimewaan, dalam hati Pek-sie Tok shu tertawa dingin pikirnya.
"Hmm aku masih mengira sikeparat cilik ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay, tak tahunya cuma begini saja."
Baru saja ia habis berpikir, dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat telah saling berbentrok ditengah udara.
"Braaak" ditengah bentrokan keras terjadi suatu ledakan yang menggetarkan seluruh jagad, pasir debu beterbangan memenuhi angkasa, angin berpusing menggulung ranting dan daun setinggi empat lima tombak dari permukaan bumi.
Dalam bentrokan itu tubuh Poei Hong hanya bergetar sedikit saja kemudian berdiri tenang kembali seperti sedia kala, air mukarya tidak berubah kecuali ujung baju yang berkibar keras ditinjau sepintas lalu se-akan2 si anak muda itu sama sekali tak pernah menggunakan lweekangnya untuk beradu tenaga dengan orang lain.
Sebaliknya kemudian diri Pek sie Tok-shu jauh berbeda, bukan saja pada saat itu juga badannya tergetar mundur tiga tombak kebelakang, bahkan sepasang alisnya menjungkat, air mukanya berubah hijau membesi, jelas ia sudah menderita luka dalam yang parah.
Ilmu telapak apakah yang telah digunakan ? dipandang sepintas lalu se-olah2 biasa tiada keistimewaan, namun dalam kenyataan mengandung tenaga lwekang yang demikian dahsyat.
Beruntung dalam serangan barusan Poei Hong hanya menggunakan tenaga sebesar enam tujuh bagian belaka, seandainya ditambah satu bagian lagi saja niscaya Pek Sie Tok shu kalau tidak binasa, paling sedikit akan terluka parah.
Walaupun akibat yang diterima Pek Sie Tok-shu saat tak begitu parah, isi perutnya sudah terhantam goncang, hampir2 saja darah segar muncrat keluar dari mulutnya.
Sekarang Pek Sie Tok-shu baru terperanjat, ia baru tahu sastrawan lemah lembut yang berdiri dihadapannya saat ini, bukan manusia sembarangan, dia adalah seorang jagoan yang memiliki ilmu silat maha sakti.
Oleh karena itu sambil diam2 salurkan hawa murninya menahan golakan darah panas dalam rongga dada, ia berpikir:
"Sebenarnya siapakah sastrawan lemah ini ? berasal dari manakah dia ? dan siapakah gurunya ? ditinjau dari usianya yang begitu muda tak nyana memiliki tenaga lwekang sehebat itu ilmu silat apa yang telah ia gunakan ? dipandang sepintas lalu pukulan itu lembut dan tak bertenaga, mengapa akhirnya bisa menunjukkan kehebatan tiada taranya ?"
Dalam pada itu si Kakek bisa dingin Cia Ie Chong berkata.
"Toako, parahkah luka yang kau derita ?" tanya mereka hampir berbareng dengan nada kuatir.
"Luka ringan tak mengapa," jawab si kakek seratus bangkai Kiang Tiang Koei seraya menggeleng.
Mendengar jawaban itu si kakek bisa dingin baru berlega hati, ia segera berpaling dan menatap Poei Hong dengan wajah tenang berdiri gagah kurang lebih enam depa dihadapannya, ujung baju berkibar tertiup angin sementara dari sepasang matanya memancarkan cahaya tajam, senyuman hambar menghiasi bibirnya. Senyuman itu menunjukkan keangkuhan serta ketinggian hati.
Dalam deretan empat manusia beracun, si kakek bisa dingin Cia le Chong terderet jago kedua, pada sepuluh tahun berselang tenaga lwekangnya memang sedikit di bawah Kiang Tiang Koei, namun dalam sepuluh tahun ini berhubung keadaan masing2 yang berbeda, tenaga lweekang dari si kakek bisa dingin ini jauh melampaui toako-nya.
Berhubung tenaga lweekangnya amat sempurna inilah, didalam tabiat ia mengalami banyak perubahan.
Walaupun tingkah lakunya masih kejam dan telengas, watak jahatnya belum berubah, tetapi ia tidak seceroboh dan seberangasan tempo dulu.
Setiap kali menemui persoalan selalu tenang tapi waspada, membuat orang sulit untuk menebak gerak geriknya.
Si kakek bisa dingin ini sadar, sikap Poei Hong bisa sombong dan sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap mereka bertiga hal ini dikarenakan si anak muda itu memiliki kepandaian silat yang amat lihay.
Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benak si kakek bisa dingin, batinnya:
"Mungkinkah tenaga lweekang yang dimiliki keparat cilik ini sudah berhasil mencapai puncak kesempurnaan sehingga orang lain sama sekali tak dapat melihat apakah ia memiliki tenaga lweekang atau tidak ?"
Sementara ia masih termenung, loo-sam si kakek Racun Es sudah tak dapat menahan diri, terdengar ia membentak keras:
"Keparat cilik, kau berani melukai toakoku."
Sambil berkata sepasang telapak berputar siap mengirim sebuah pukulan dahsyat menghajar tubuh Poei Hong.
"Sam-te, jangan kurang ajar," tiba2 Pek sie Tok-shu membentak keras.
Buru-buru si kakek Racun Es menarik kembali telapak tangannya, dengan paksa ia sedot kembali hawa pukulan yang sudah siap dilancarkan keluar itu.
Ternyata Pek sie Tok shu pun sedang berpikir, mungkinkah tenaga lwekang yang dimiliki si anak muda itu sudah mencapai puncak kesempurnaan sehingga ia dapat merahasiakan kepandaiannya? Karena punya pendapat demikian, ia lantas berpikir.
"Benarkah tenaga lwekang keparat ini sudah mencapai puncaknya? kalau benar... waaah, dengan andalkan kekuatan kami bertiga pasti bukan tandingannya..."
Oleh sebab itu melihat Loo sam akan turun tangan, buru2 ia menghardik dan mencegah adiknya turun tangan secara gegabah, karena ia tahu tenaga lwekang yang dimiliki Han Peng Tok-shu jauh lebih rendah daripada dirinya, seumpama turun tangan ia bakal menderita kerugian.
Mendengar bentakan itu Han Peng Tok shu berhenti dan mundur kembali kebelakang, sementara Pek si Tok shu maju selangkah kedepan sambil menatap wajah Poei Hong tertawa dingin tiada hentinya.
"Keparat cilik meskipun kau rada2 memiliki permainan ilmu setan, namun loohu sekalian tak akan dibuat jeri. hanya saja...pada saat ini Loohu sekalian masih ada urusan penting yang harus segera diselesaikan, tak ada banyak waktu buat ribut serta cekcok dengan kalian lebih jauh. Kalau kau punya nyali, sebutkan asal seperguruanmu, setelah loohu selesai mengerjakan pekerjaanku, pasti akan kucari kalian untuk diajak berduel."
Walaupun beberapa patah kata yang diucapkan Pek sie Tok shu barusan kedengaran begitu gagah dan bersemangat, padahal dalam kenyataan cuma gertak sambal belaka.
Bong san Yenshu beberapa orang adalah manusia luar biasa, yang punya banyak pengalaman dalam Bu-lim tentu saja merekapun paham apa maksud dari ucapan Pek sie Tok-shu barusan, hal ini terpaksa diutarakan karena ada hubungannya dengan kecurigaan yang ia derita barusan.
Bukan saja ia sudah menderita rugi, bahkan terluka didalam pula, ia sadar seumpama terjadi pertarungan maka mereka bakal kewalahan dan akhirnya kalah.
Disamping itu si Kakek Huncwee dari gunung Bong-san pun paham, apa yang dimaksudkan Pek sie Tok-shu sebagai "Masih ada urusan penting yang harus diselesaikan." Karena itu, sehabis mendengar ucapan itu dalam hati diam2 merasa geli.
Tentu saja Poei Hong si gadis cantik yang cerdik dan pandai inipun bisa menerka isi hati orang, tetapi ia berlaku sabar dan tidak sampai bocorkan rahasia itu, ia tersenyum dan menyahut dengan wajah adem.
"Siauw-yamu bernama Poei Hong, tentang perguruan... Hmmm dengan andalkan kedudukan kalian Empat manusia beracun dari wilayah Biauw masih belum sederajat untuk mengetahuinya."
Air mukanya tiba2 berubah kecut dengan mata melotot wajah adem dan suara lantang lagi.
Dengan nama besar Empat manusia Beracun di-dalam dunia persilatan, ternyata diusir, digertak dan dihina oleh seorang pemuda sastrawan yang tidak dikenal asal usulnya, kejadian ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang sangat memalukan.
Kalau mengikuti watak serta tabiat Empat manusia Racun pada hari2 biasa, belum sampai pemuda itu menyelesaikan kata-katanya mereka pasti sudah mengumbar hawa amarahnya.
Tetapi keadaan ini hari jauh berbeda, mempertimbangkan kekuatan lawan yang begitu banyak serta kuat, cukup si pemuda sastrawan seorangpun sudah luar biasa apalagi masih ada si kakek Huncwee dari gunung Bongsan beserta lima orang gadis seorang pria, seumpama sampai terjadi pertarungan mereka pasti akan menderita kalah.
Pepatah kuno mengatakan: Kalau urusan kecil tak bisa ditahan maka masalah besar akan hancur berantakan.
Berada dalam keadaan serta situasi seperti ini, terpaksa untuk sementara waktu mereka menahan sabar serta mulai susun rencana pembalasan setelah persoalan digunung Im bu-san selesai.
Disebabkan beberapa macam faktor inilah begitu Poei Hong menyelesaikan kata2nya, Pek sie Tok shu pun tidak banyak bicara kecuali tertawa kering tiada hentinya.
"Ayoh kita berangkat," seru Tiang Koei kemudian kepada si Loojie serta Loo-sam.
Berbareng dengan seruan itu, badannya bergerak meninggalkan tempat itu disusul si manusia racun kedua serta si manusia racun ketiga dari belakang, dalam sekejap mata mereka sudah dibalik pepohonan.
Melihat ketiga manusia beracun itu sudah berlalu, Poei Hong tertawa cekikikan dengan merdunya.
Suara gelak tertawanya lantang membelah bumi bukan saja merdu bagaikan genta dan nyaring bagaikan jeritan burung hong, bahkan sangat menggetarkan hati setiap orang.
Jelas membuktikan betapa sempurna tenaga lweekang yang dimiliki gadis she Poei ini, seumpama tenaga lweekangnya disalurkan lebh dahsyat lagi kedalam gelak tertawa itu, kemungkinan besar isi perut orang bisa tergetar hancur berantakan.
Bong san Yen shu yang mendengar gelak tertawa itu jadi terperanjat, ia tahu lihay, buru2 kepada murid kesayangannya Gong Yu serta Tonghong Beng Coe sekalian lima orang gadis hardiknya:
"Cepat kerahkan tenaga sin-kang untuk lindungi jantung !"
Tentu saja maksud Poei Hong gelak tertawa bukan ada tujuan untuk mencelakai Bong-san Yen shu bertujuh, tetapi yang benar karena ia gembira melihat empat orang manusia beracun yang tersohor dalam dunia persilatan ternyata punya nyali kecil seperti tikus, hanya saling beradu satu pukulan saja sudah dibikin ketakutan sampai melarikan diri ter-birit2, berhubung tak dapat menahan emosi dihati sengaja bergelak tertawa tanpa disengaja hawa murninya ikut tersalur dalam tertawa itu.
Baru saja hawa murni disalurkan, tiba2 Poei Hong menjumpai air muka Bong-san Yen shu sekalian yang ada disisinya berubah hebat ia jadi kaget, hawa murni dibuyarkan, gelak tertawapun berhenti.
Masih untung ia sadar dengan cepat, kalau tidak kendati tenaga lweekang dari Bong san Yen shu serta Tong-hong Beng Coe bertujuh lebih lihaypun niscaya akan terserang dan menderita luka hebat.
Setelah gelak tertawa berhenti, Poei Hong berpaling kearah Bong-san Yen shu sekalian, dengan senyuman penuh minta maaf katanya:
"Aaaai... maaf, maaf... karena gembira yang kelewat batas hampir2 saja aku lukai kalian semua, harap saudara2 semua suka memaafkan keteledoranku ini." Bong-san Yen shu tertawa hambar.
"Haaa..haaa..haaa..nona Poei, janganlah kau berkecil hati. Meskipun lolap percaya tenaga lweekangku masih belum seberapa, tapi untuk berjaga diri rasa2nya masih lebih dari cukup."
"Ehmm," Poei Hong tersenyum dan mengangguk. "Yu thayhiap adalah tokoh kenamaan dalam dunia persilatan dewasa ini, tenaga lweekang yang kau miliki amat sempurna, tentu saja terhadap serangan hawa murniku yang tak seberapa tidak bakal mempan, hanya saja..." Bicara sampai disitu ia merandek, lalu berpaling menyapu sekejap wajah Tonghong Beng Coe beberapa orang, terusnya:
"Jikalau pandanganku tidak salah, bagi Tonghong moay moay kemungkinan besar masih bisa tahan, tetapi buat beberapa orang lainnya.... aku takut mereka bakal konyol ditengah jalan."
Didalam hati Bong san Yen shu mengangguk berulang kali dan membenarkan kata2 si lelaki "Gadungan" ini, pikirnya:
"Perempuan ini bukan saja cerdas dan pintar ketajaman matanyapun sangat mengagumkan, ia betul2 sekuntum bunga aneh yang sukar ditemukan dalam dunia persilatan." Karena berpikir demikian, sambil tersenyum ia mengangguk dan lantas berkata:
"Pendapat nona Poei sedikitpun tidak salah, muridku Gong Yu beserta keempat dayang dari nona Tonghong memang bakal konyol dan tidak tahan, apabila waktu berlangsung sesaat lagi."
Sementara itu Tong-hong Beng cu menghampiri Poei Hong, ia cekal tangan si lelaki "Gadungan" itu, lalu dengan nada halus dan manja tanyanya:
"Enci Hong, ilmu pukulan apa sih yang barusan kau gunakan ? kelihatannya se-akan2 ringan, lunak dan tak bertenaga tetapi berkesudahan begitu hebat sampai2 si kakek seratus bangkai yang sudah tersohor akan keganasannya pun ketakutan dan melarikan diri ter-birit2 ?"
Mendapat pertanyaan itu, Poei Hong alihkan sinar matanya keatas wajah Tong-hong Beng Coe yang dingin dan hambar itu. lama sekali ia baru berkata:
"Adikku aku ingin bertanya, bukankah diatas wajahmu itu kau kenakan sebuah topeng kulit manusia yang dibuat sangat istimewa ?"
Begitu ucapan ini diutarakan, Bong san Yen shu serta Gong Yu sama2 dibuat melengak.
Tapi dengan cepat pula guru dan murid dua orang inipun dibuat sadar dan mengerti, segera pikirnya:
"Pantas... tidak aneh kalau sejak bertemu, air mukanya selalu kelihatan begitu dingin, ketus dan hambar sedikitpun tidak perlihatkan perubahan apapun jua, ternyata ia mengenakan semacam topeng kulit manusia yang sengaja dibuat sangat istimewa."
Sementara itu Tonghong Beng coepun dibuat tertegun oleh pertanyaan tadi, setelah jejaknya konangan, tentu saja ia tak bisa mungkir lebih jauh.
"Enci sungguh tajam pandangan matamu, ternyata rahasiaku yang selama ini kupegang rapat2 akhirnya berhasil kau bongkar juga," serunya sambil mengangguk. Poei Hong tertawa.
"Hal ini bukan disebabkan aku punya sepasang mata yang tajam, tapi kesemuanya ini dikarenakan akupun memiliki sehelai kulit topeng yang sama seperti milikmu itu," katanya.
Seraya tersenyum ia lantas merogoh ke dalam sakunya dan ambil keluar sehelai kulit topeng yang dimaksudkan, kemudian terusnya:
"Coba kau lihat kulit topeng ini, bukankah kalau kau padukan satu sama lainnya akan kelihatan sama dan tiada berbeda sama sekali ?"
Tonghong Beng Coe diam, ia lantas menyambuti kulit topeng tadi diikuti tangannya meraup keatas wajah sendiri dan melepaskan kulit topeng yang ia kenakan selama ini.
Begitu kulit topeng terlepas, wajah yang semula dingin, hambar dan tiada berperasaan itu sudah berubah jadi selembar wajah yang halus, manis dan cantik sekali bagaikan bidadari.
"Aaaai..heran, heran..sungguh mirip sekali," serunya keheranan setelah ia perpadukan kedua lembar kulit topeng yang ada ditangannya itu.
"Ehmm kalau memang kedua lembar kulit topeng ini mirip satu sama lain, itulah sangat bagus sekali," kata Poei Hong.
Tong-hong Beng Coe semakin keheranan dibuatnya, timbul kecurigaan dalam hati kecilnya.
"Enci Hong," segera ia bertanya. "Apakah antara kedua lembar kulit topeng ini ada sangkut paut satu dengan lainnya?"
Poei Hong mengangguk, "Benar," jawabnya. "Memang antara kedua lembar topeng itu mempunyai sangkut paut yang erat sekali."
"Enci Hong lalu...apakah hubungan serta sangkut pautnya?"
"Jangan tanya sekarang adikku, tunggulah sampai urusan digunung In Boe san selesai, nanti aku akan beri keterangan yang kau butuhkan, itu waktu akupun akan sekalian membawa dirimu pergi menjumpai seseorang."
Tonghong Beng Coe tercengang dan keheranan setengah mati, ingin sekali ia bertanya lebih jauh, akan tetapi berhubung Poei Hong sudah berkata begitu, terpaksa ia batalkan niatnya.
Beberapa saat kemudian ia baru berkata:
"Enci Hong, kau belum beritahu kepadaku ilmu pukulan apakah yang telah kau gunakan untuk memukul mundur si kakek seratus bangkai ?"
Poei Hong termenung beberapa saat lamanya, setelah itu ia baru menjawab:
"Sebenarnya aku tidak ingin beri keterangan kepada siapapun juga, tetapi sekarang setelah terbukti bahwa di antara kita berdua mempunyai hubungan serta sangkut paut yang erat sekali, keadaan jadi berubah, tentu saja boleh beritahu kepadamu, cuma..."
Berbicara sampai disitu mendadak ia membungkam, sementara sinar matanya melirik sekejap kearah Bong-san Yen shu berdua.
Si kakek Huncwe dari gunung Bong san adalah seorang jago kangouw yang sudah kawakan dan banyak pengalaman, menjumpai keadaan seperti itu ia lantas bisa membade maksud hati Poei Hong yang sebetulnya, jelas gadis itu tidak ingin orang luar ikut mendengar. Karena sudah tahu maksudnya la lantas tersenyum dan berkata:
"Nona Poei, silahkan kalian membicarakan urusan pribadi diantara kalian sendiri, aku beserta muridku akan berangkat selangkah duluan, kita berjumpa lagi nanti didepan sana." seraya berkata ia tarik tangan Gong Yu dan berseru:
"Anak Yu, ayoh kita berangkat duluan."
"Yu Thay hiap," baru saja mereka berdua mau berangkat, tiba2 Poei Hong berseru.
Bong-san Yen shu berhenti dan berpaling.
"Nona Poei, kau masih ada urusan apa lagi?" tanyanya.
Menatap wajahnya, Poei Hong tersenyum.
"Yu thay-hiap harap kau jangan menyalahartikan maksudku," ia berseru.
"Bukan sengaja aku bertindak rahasia atau takut terjadinya sesuatu yang tak diinginkan setelah kau dapat tahu nama dari ilmu pukulan tersebut, aku hanya berharap kepada kalian setelah mengetahui nama dari ilmu pukulan yang aku gunakan barusan untuk sementara waktu jangan bocorkan sampai ditempat luaran, dari pada musuh besarku setelah tahu akan kabar beritaku ini lantas menyembunyikan diri kedalam gunung yang lebat dan menyusahkan diriku dalam percarian?"
Bong-san Yen shu mengangguk, "Nona, kalau kau merasa loolap boleh dipercaya, harap kau suka berlega hati," katanya.
Pada saat inilah Poei Hong baru berkata.
"Ilmu pukulan yang barusan aku gunakan adalah ilmu sakti "Koe Li sin kang", hanya sayang tenaga latihanku masih cetek sehingga tak dapat perlihatkan sepersepuluh kehebatan sebenarnya dari ilmu tersebut."
Berhubung Tonghong Beng Cu tak tahu akan asal usul dari ilmu "Koe Li sin-kang" atau Ilmu sakti Kura-kura ini, maka sehabis mendengar nama itu air mukanya tidak menunjukkan reaksi apapun.
Lain halnya dengan Bong san Yen shu, seketika itu juga ia terkesiap dan berdiri menjublak.
"Aaah !" tak kuasa ia berseru kaget, sepasang mata terbelalak lebar, air mukanya penuh dengan rasa kaget, tercengang, ia menatap wajah Poei Hong tak berkedip. Lama sekali ia baru bertanya.
"Lalu apa hubungan nona dengan Kioe Sian Sin Po ?"
"Dia adalah guruku."
"Aaaaaa ..." Sekali lagi Bong san Yenshu berseru kaget, ia lantas bertanya lebih jauh.
"Kalau begitu nona telah mendapatkan kitab warisan dari dia orang tua?"
Sepasang alis Poei Hong langsung menjungkat, hawa gusar kelihatan melintasi wajahnya, tetapi cuma sebentar, air mukanya sudah pulih lagi seperti sedia kala, pikirnya.
"Aku tak bisa menyalahkan dirinya, dia mana tahu kalau In su sudah berhasil melatih badannya jadi kuat, kokoh dan tak bakal rusak sepanjang masa, lagi pula beliau sudah ada ratusan tahun mengasingkan diri dipegunungan yang terpencil, sejak ratusan tahun berselang orang2 Bu lim sudah tak ada yang bisa menjumpai dia orang tua lagi, tentu saja orang2 menganggap beliau sudah lama wafat, siapa tahu kalau dia orang tua sampai detik ini masih hidup di kolong langit dalam keadaan sehat walafiat?" Karena berpikir demikian, ia lantas menggeleng.
"Tidak," sahutnya.
"Aku mendapat warisan serta didikan langsung dari dia orang tua." sepasang mata Bong-san Yen shu terbelalak semakin besar, ia semakin kaget dibuatnya.
"Apa? jadi dia orang tua masih hidup dikolong langit dalam keadaan sehat wal-afiat?"
"Ehmm.." Sambil mengangguk Poei Heng mendehem, jelas ia mengartikan kalau apa yang dikatakan merupakan kenyataan dan tidak salah.
Bong san Yen shu betul2 berdiri menjublak, mimpipun ia tak menyangka Koe sian sin Po yang sudah menggetarkan dunia persilatan sejak ratusan tahun berselang ternyata masih hidup dikolong langit dalam keadaan sehat wal-afiat, bahkan berhasil mendidik seorang murid yang masih begitu muda dan cantik pula.
Seumpama ucapan ini tidak salah dan Koe sian Poo benar2 masih hidup dikolong langit, maka usianya kurang lebih sudah mendekati dua ratus tahun.
Manusia bisa hidup hampir mendekati dua ratus tahun siapa mati, tentu saja ilmu silat yang ia miliki telah mencapai puncak kesempurnaan, tidak aneh kalau badannya bisa dilatih jadi kokoh dan keras bagaikan baja.
Cuaca gelap dan mendung, kabut tebal menutup seluruh jagad seakan hendak ambruk menindih bumi.
Angin Barat daya bertiup kencang sangat menusuk tulang, hembusan yang keras dan dahsyat membuat suasana kelihatan begitu menyeramkan.
Suasana seperti ini sudah terjadi dan berlangsung selama beberapa hari ber-turut2, kalau dilihat keadaannya bisakah cuaca menjadi baik lewat tiga lima hari lagi, masih sukar ditetapkan.
Salju turun dengan derasnya melapisi seluruh permukaan dengan warna yang putih, permukaan salju makin lama kian menebal membuat pemandangan jadi putih, sunyi dan indah menawan.
ooooodwoooooo Bab 7 GUNUNG In-Boe-san terletak dipropinsi Koh-Chiu, letaknya dua ribu seratus meter dari permukaan laut, puncak gunung tinggi menjulang keangkasa dan ber-deret2 memanjang keluar, pemandangan indah tapi cukup mengerikan bagi yang melihat.
Malam semakin kelam, kentongan pertama baru saja lewat, salju telah berhenti berdiri hanya angin barat daya berhembus makin lama makin kencang, hawa dingin mencekam seluruh angkasa menusuk tulang dan meresap kesumsum.
Dalam keadaan cuaca seperti inilah, dari kaki gunung In boe san mendadak muncul dua orang kakek tua yang berambut dan berjenggot putih, yang satu berdandan sastrawan dengan menggembol sebilah pedang dipinggang, sedang yang lain berdandan mirip nelayan dengan membawa sebuah bambu pancingan yang panjangnya ada tujuh kaki dengan warna merah ungu.
Apa maksud kedua orang kakek tua itu datang kemari ? mungkinkah mereka orang gila ? masa ditengah malam buta dimusim salju yang dingin,jauh2 mendatangi pegunungan In boe-san yang terpencil dan jauh dari keramaian dunia ini ? atau...
Meski kedua orang kakek tua itu sudah berusia lanjut, rambut dan jenggotnya telah memutih, tetapi semangatnya berkobar, terutama sekali sepasang matanya yang tajam berkilat bagaikan sambaran kilat, jelas menunjukkan kalau tenaga lweekang mereka telah mencapai puncak kesempurnaan.
Kiranya kedua orang kakek tua ini adalah tokoh2 silat dewasa ini, si sastrawan adalah "sian hee-In Kiam" atau si Pedang Tunggal dari sian Hee san Yauw Kie, sedang sang nelayan bukan lain adalah "Goan Kang Gie Hu" atau si Nelayan dari sungai Goan Kang, Tong soe Kiat adanya...
Baru saja si pedang tunggal dari gunung Sian Hee-san serta si nelayan dari sungai Goan Kiang munculkan diri, mendadak dari suatu tempat dua tiga puluh tombak diluar mereka muncul kembali tiga sosok bayangan hitam, gerakan tubuh mereka amat cepat bagaikan sambaran kilat dan langsung menuju kearah Pek-Yan Gay.
"Susul !" seru Yauw Kie si pedang tunggal dari Sian-Hee san cepat begitu melihat bayangan tadi, seraya berseru, sang badan dengan cepat mencelat kemuka, laksana anak panah terlepas dari busurnya segera mengejar kemuka.
Si Nelayan dari sungai Goan-Kiang tak berani berayal, iapun buru2 enjotkan tubuh menyusul dari belakang.
Berlatih giat selama puluhan tahun, tenaga lwekang yang dimiliki kedua orang ini sudah mencapai puncak kesempurnaan, kecepatan gerak badannya melebihi hembusan angin, gesit, sebat ringan dan cepat.
Gerakan tubuh mereka berdua memang cepat sampai2 susah dilukiskan dengan kata2, tapi tiga sosok bayangan hitam yang berada didepan mereka pun bukan manusia sembarangan, kecepatan lari mereka tak ada dibawah mereka berdua.
Terlihatlah ketiga sosok bayangan hitam itu bagaikan tiga gulung asap ringan saja, dalam sekejap mata telah tiba diatas puncak Pek Yan-Gay.
Pek Yan Gay. Puncak tebing yang sepanjang tahun tertutup oleh lapisan kabut putih tebal, pada saat ini kelihatan kosong melompong dan sunyi senyap tak kelihatan sedikit benda mencurigakanpun.
Padahal, dalam kenyataan dibalik ketenangan, kesunyian yang mencekam tersembunyilah suatu badai amis darah, ditempat inilah tidak lama kemudian akan berlangsung suatu pertarungan seru antara sesama umat Bu lim untuk memperebutkan kitab pusaka "Yoe Leng Pit Kip".
Ketika ketiga sosok bayangan hitam itu melayang sampai dipuncak Pek-Yan-Gay, enam rentetan cahaya mata yang tajam ber-sama2 menyapu sekejap kesekeliling kalangan, diikuti salah satu diantara mereka memperdengarkan seruan tertahan.
"Eeee... toako, kenapa tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun ? apakah kabar berita itu cuma isapan jempol belaka ?"
Kiranya ketiga sosok bayangan manusia ini adalah Liauw Tong sam-koay yang pernah kita bicarakan tempo dulu, Toan Liong, Toan Hauw serta Toan Pa tiga bersaudara, sedangkan yang barusan bicara bukan lain adalah siluman kedua Toan Hauw.
"Aku kira tak mungkin," sahut siluman pertama Toan Liong setelah termenung beberapa saat.
"Sekarang waktu masih terlalu pagi lebih baik kita mencari suatu tempat yang setrategis untuk menyembunyikan diri, nanti kita bicarakan lagi."
"Ucapan toako tidak salah," siluman ketiga Toan Pa menanggapi dan menyatakan setuju.
Bicara sampai disitu ia lantas menuding ke arah sebelah kiri, di mana belasan tombak kemudian terdapat sebuah batu cadas sebesar beberapa tombak, katanya.
"Mari kita bersembunyi saja dibelakang tebing batu besar itu guna menantikan perubahan situasi selanjutnya."
Yauw Kie si pedang tunggal dari sian-Hee san serta Tong soe Kiat si nelayan dari sungai Goan-Koan jadi terperanjat setelah mendengar ucapan itu.
"Aduuuuh ... celaka," serunya tertahan.
Ternyata pada saat ini, kedua tokoh Bu-lim itupun sedang bersembunyi dibelakang batu tebing yang dimaksudkan.
Tentu saja, dengan andalkan kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini, mereka tak akan takut terhadap Liauw tong sam Koay, namun justru persoalan terletak karena kedua orang ini tidak ingin munculkan diri secara resmi dalam situasi dan saat seperti ini.
Dalam pada itu siluman pertama Toan Liong telah berpaling ke arah batu cadas yang dimaksudkan kemudian mengangguk.
"Bagus sekali," serunya.
Disaat siluman pertama menanggapi dan ketiga sosok bayangan manusia itu siap meloncat ke depan, tiba2 dari belakang sebuah batu besar di belakang mereka berkumandang datang gelak tertawa yang amat menyeramkan disusul teguran seseorang.
"Heee heee hee..sungguh cepat kabar berita ini tersiar dalam dunia persilatan, tak disangka kalian tiga bersaudara yang jauh berdiam di wilayah Liauw Tong pun sudah mendapat kabar ini dan buru2 berangkat kemari untuk ikut melihat keramaian." Bersama dengan suara itu, muncul sesosok bayangan manusia.
Liauw Tong sam Koay sama2 terperanjat, dengan cepat mereka berpaling dan segera kenali orang yang barusan munculkan diri ini bukan lain adalah Toocu dari pulau Thian Bun To, si jagoan sakti yang dikabarkan telah peroleh peta petunjuk tempat tersimpannya kitab pusaka "Yu Leng Pit Kip", Peng Pok sin-mo adanya.
"Aku sangka siapa yang telah datang ? Hee... hee...hee - tak tahunya adalah Toocu," Toan Liong segera berseru sambil tertawa seram.
Ia merandek sejenak kemudian sengaja tertawa ketus dan menyindir kembali:
"Kami dengar Toocu telah berhasil mendapatkan peta mustika petunjuk dari kitab pusaka Yoe Leng pit Kip, karena itu kami tiga bersaudara sengaja datang kemari untuk mengucapkan selamat buat Toocu, sekalian untuk memberi bantuan kepada Toocu bilamana perlu." Nama besar Peng Pok sin-mo si Toocu dari pulau Thian Bun To bukan saja tertera sebagai pemimpin Bu lim cap shia sepuluh manusia sesat dari dunia persilatan, iapun merupakan seekor rase tua yang licik cerdik dan banyak akal tentu saja ia dapat menangkap sindiran diantara ucapan siluman pertama Toan Liong barusan.
Kalau berada di-hari2 biasa, gembong iblis tua ini pasti tak akan tahan atas sindiran pedas tersebut, tidak mengherankan seumpama ketiga siluman itu sejak tadi sudah ia sikat habis.
Tapi, keadaan malam ini jauh berbeda, saat ini ia sedang membutuhkan bantuan orang lain.
Meskipun sigembong iblis tua ini sudah periksa peta petunjuk kitab pusaka "Yoe Leng Pit Kip", bahkan menghapalkan dan mengingat baik-baik letak tempat itu, tapi ia sadar, gadis muda yang berhasil merampas peta petunjuk itupun dengan mudah akan menemukan letak tempat tadi, kemudian mengikuti peta tersebut mencari tempat kitab pusaka itu.
Sebenarnya gembong iblis ini ada maksud mengejar sendiri untuk kemudian cari kesempatan merampas kitab pusaka itu, tapi ia takut berbuat demikian, karena ia sudah merasakan kerugian besar ditangan gadis tadi.
Gadis tersebut bukan saja licin, cerdik dan lihay bahkan ilmu silatnya sangat luar biasa, tenaga lweekangnya telah berhasil mencapai puncak kesempurnaan, ia tak paham secara bagaimana seorang gadis yang masih begitu muda ternyata memiliki tenaga lweekang yang begitu sempurna dan begitu dahsyat?
Kitab pusaka "YOE LING PITKIP" merupakan sebuah kitab ilmu silat yang luar biasa, jurus silat serta ilmu kepandaian yang termuat dalam kitab tadi sangat dahsyatnya, asalkan bisa melatih satu macam saja diantaranya sudah cukup untuk menjagoi seluruh dunia persilatan.
Mungkinkah ia rela membiarkan kitab pusaka semacam ini dirampas orang ? ia berpeluk tangan belaka ? Tentu saja tidak.
Tidak, lalu apa yang ia harus lakukan ?
Seandainya mengandalkan nama besar serta kedudukannya sebagai pemimpin sepuluh manusia sesat dari dunia persilatan ia mengundang bantuan orang lain untuk ber-sama2 menghadapi seorang budak ingusan yang tak dikenal dan tak tahu asal usul kemudian merampas kembali kitab pusaka tersebut, ia takut ditertawakan orang lain, mungkinkah ia bisa tancapkan kaki kembali dalam dunia kangouw ?
Lagi pula seandainya ia benar2 minta bantuan orang lain, setelah berhasil merampas kembali kitab pusaka itu, maka mereka harus mempelajari kitab tersebut secara bersama sama.
Dengan kejadian ini, meski akhirnya ilmu sakti yang teramat dalam kitab itu berhasil dikuasai, namun berhubung ada dua orang, tidaklah mungkin ia menjagoi seluruh kolong langit dan disebut jago nomor satu dari jagad.
Setelah putar otak pulang pergi, akhirnya si gembong iblis tua ini berhasil menemukan sebuah rencana keji yang bagus dan sempurna.
Langkah pertama dari rencana kejinya ini adalah memerintahkan muridnya sang duta Bayangan Eng Hek Thian Tiauw sengaja menyiarkan kabar berita yang menyangkut kitab pusaka "Yoe Ling pit Kip" ini kedalam dunia persilatan.
Maksudnya berbuat demikian jelas sekali, ia memang ada maksud memancing para jago lihay para tokoh silat baik dari golongan Hek-to maupun golongan pek-to sama2 mendatangi tebing Pek Yan Gay, kemudian biarkan para tokoh silat ini turun tangan berbareng menghadapi gadis itu dan merampas balik peta petunjuk mustika itu. Rencana keji dari si iblis tua itu bukan saja kejam bahkan sadis, dan telengas.
Coba bayangkan saja kitab pusaka "YOE LING PITKIP" adalah kitab mustika yang diincar dan diinginkan oleh setiap orang Bu-lim, perduli dari perguruan serta partai manapun mereka sama2 ingin mendapatkan benda tadi, suatu pertikaian berdarah tak bisa terhindar lagi.
Atau... kecuali siapapun tidak inginkan benda itu, dan mustika tadi dimusnahkan dihadapan umum.
Tapi siapa yang berhasil mendapatkan, tak sudi orang lain yang ikut memperebutkan pun tak akan mau.
Sebab, asalkan peta petunjuk itu masih tetap ada berarti harapan untuk menemukan kitab pusaka masih ada, atau dengan perkataan lain orang lainpun masih punya harapan untuk memperebutkan kitab pusaka itu.
Seandainya ada orang yang mengusulkan pendapat ini, Peng Pok sin-mo si iblis tua inilah pertama2 yang akan setuju.
Bukan saja setuju, bahkan iapun akan mengutarakan alasan2 yang kuat agar para jago melepaskan pertikaian antara sesama dan menyetujui usulnya untuk memusnahkan peta petunjuk tersebut.
Sebab dengan musnahnya peta mustika tadi, berarti para jago kehilangan mata tujuan dalam perebutkan itu, dan dengan hati berat mereka harus membuyarkan diri.
Untung letak penyimpanan kitab pusaka itu sudah ia hapalkan diluar kepala, asalkan tiga empat bulan sudah berlalu, secara diam2 ia akan mendatangi tebing Pek Yan Gay seorang diri lalu mengikuti letak yang telah ia hapalkan menggali kitab tersebut, kemudian mencari sebuah tempat terpencil, berlatih giat dan tiga lima tahun kemudian, setelah ilmu saktinya berhasil dikuasai ia munculkan diri kembali dalam dunia persilatan, menjaring seluruh jago Bu-lim dan mendirikan sebuah perguruan atau partai yang punya pengaruh luas serta menguasai seluruh dunia persilatan.
Dalam keadaan seperti ini, kekuatannya akan berlipat ganda, partai serta perguruan2 yang ada akan diundang, bagi mereka yang menurut dipaksa masuk anggota, bagi mereka yang membangkang dihancur ratakan dengan tanah, saat itulah seluruh jagad akan menjadi miliknya tunggal.
Rencana keji gembong iblis tua ini memang dahsyat, tapi bisakah berjalan menurut yang dia inginkan ? Manusia berusaha Tuhanlah yang berkuasa...
Dalam pada itu, Peng Pok sin-mo tetap berlaku tenang dan sama sekali tidak ada perubahan diatas wajahnya sehabis mendengar sindiran itu, ia tertawa seram, katanya:
"Maksud baik yang saudara2 sampaikan kepadaku, membuat In heng merasa sangat berterima kasih hanya sayang..." sengaja ia merandek sejenak untuk kemudian terusnya:
"Walaupun peta mustika itu benar sudah In heng dapatkan, tapi saat ini sudah kena dirampas kembali oleh orang lain."
"Oooouw.." sengaja Toan Liong siluman pertama menunjukkan sikap kaget dan keheranan.
"Siapakah orang orang itu ? berani benar ia main rampas benda yang sudah menjadi milik Toocu."
"Aaaai.. kalau dibicarakan sungguh memalukan sekali," seru Peng Pok sin-mo sambil tertawa getir.
"Orang yang berhasil merampas peta mustika itu dari tanganku tidak bukan cuma seorang budak ingusan yang tak kukenal nama maupun asal usulnya, semua ini harus disalahkan Ih-heng terlalu ceroboh, gegabah dan tak pandang mata kepada orang lain sehingga akhirnya harus menerima akhir begini."
"Benarkah sudah terjadi peristiwa seperti ini ?" Toan Pa siluman ketiga agak kurang percaya.
"Toan samte, kau anggap perkataan dari aku Loe Thian ciang tak bisa dipercaya?" Peng Pok sin mo menegaskan dengan wajah serius. Toan pa tertawa menyeringai.
"Meskipun aku Toan toa sama tak berani punya pikiran demikian dihadapan Toocu, tapi persoalan ini memang agak luar biasa sehingga membuat orang tak berani percaya..." Ia merandek setelah mendehem dingin terusnya.
"Tapi yaaah, anggap saja semua yang dikatakan tadi omong kosong belaka, kami tiga bersaudara jauh2 dari ribuan li datang kemari tentu saja bukan cuma iseng belaka. Apa maksud kedatangan kami, Toocu sebagai seorang manusia cerdas tentu bisa membade isi hati kami bukan?"
"Tentu saja, tentu saja," Peng Pok sin mo tertawa menyeringai sambil mengangguk.
"Kitab pusaka itu merupakan benda tanpa majikan, siapa yang melihat ikut punya bagian, hanya saja..."
Ia merandeki sepasang matanya laksana kilat menyapu sekejap empat penjuru lalu bergantian mengawasi ketiga siluman itu satu persatu, setelah itu ia baru tertawa kering dan menambahkan.
"Persoalan yang terjadi malam ini sudah tersebar luas diseluruh dunia persilatan, kalau dugaan Ih heng tidak salah, disekeliling Pek Yan Gay saat ini sudah penuh berkumpul tokoh2 silat kenamaan dari pelbagai lapisan. Terus terang saja ln heng katakan, bukannya aku terlalu pandang enteng kalian, kalau mau andalkan kekuatan kalian bertiga saja untuk merebut posisi teratas dalam perebutan malam ini, aku takut- hemm..heemm.."
Takut apa meski Peng Pok sin mo atau Loe Thian ciang tidak teruskan dengan kedudukan Liauw Tong sam Koay diantara deretan sepuluh manusia sesat dunia persilatan, tentu saja dapat mengartikan apakah ucapan selanjutnya dari Peng Pok sin mo ini.
Baru saja Peng Pok sin mo menyelesaikan kata2nya, siluman pertama Toan Liong dengan nada tidak puas telah tertawa seram, katanya.
"Toocu jujur dari suka berterus terang, pantaslah toocu diangkat sebagai pemimpin Bu lim sip Hiong oleh kalangan jago2 dunia persilatan, kegagahan serta kehebatan Toocu memang jauh berbeda dengan kebanyakan orang."
Oleh khalayak umum lt Mo atau Iblis tunggal, siang sat, atau sepasang Malaikat, sam Kong atau Tiga manusia aneh serta su Tok atau empat manusia beracun disebut sebagai Bu- lim sip shia sepuluh manusia sesat dari dunia persilatan tetapi bagi mereka sendiri menyebut diri sebagai Bu-lim sip Hong sepuluh jagoan gagah dari dunia persilatan. Bicara sampai disitu, dengan air muka serius Toan Liong menambahkan lebih jauh.


Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dugaan Toocu tidak meleset, bukan saja persoalan ini sudah menggetarkan dunia persilatan, bahkan menurut siauwte ketahui kecuali para tokoh persilatan dari kalangan Hek to serta kalangan Pek-to yang berdatangan ketebing Pek Yan Gay ini, bahkan Ciangbunjin dari partai Kiong-Lay Pay beserta Kauwcu dan Hu-Kauwcu perkumpulan lm Yang Kauwpun dengan membawa jago2 lihay sudah berdatangan semua kemari. Buat kami sendiri, meski sudah menempuh ribuan lie jauh jauh datang kemari, perduli apa yang terjadi, bisa mendapatkan kitab pusaka itu atau tidak, pokoknya paling sedikit kami bisa melihat sekejap saja bagaimanakah bentuk kitab mustika yang sudah tersohor sejak ratusan tahun berselang, dengan demikian perjalanan kamipun tidak sia2 belaka, menurut pendapat Toocu, benarkah ucapan dari aku Toan Loo-toa ?"
"Ehmm ... perkataan dari Toan Loo-toa memang cengli sekali," Peng Pok sin mo mengangguk berulang kali.
"Sekarang sudah terbukti kalau ciangbunjin partai Kiong Pay ber-sama2 Kaucu dari Im Yang Kauw dengan membawa jago2 lihaynya berdatangan semua kemari, sudah jelaslah kalau mereka begitu bernapsu mendapatkan kitab pusaka itu..."
Bicara sampai disitu ia merandek, kemudian termenung beberapa saat, setelah itu barulah ia menambahkan:
"Ditinjau dari keadaan yang terbentang saat ini, kita tak boleh terlalu pandang enteng pertarungan dalam memperebutkan kitab pusaka yang bakal terjadi malam ini. Aku pikir lebih baik kita... "
"Lebih baik bagaimana ?" tukas siluman pertama Toan Liong dengan cepat.
"silahkan toocu bicara langsung dan blak2an, dengan demikian kita bisa berunding dan berdamai."
"Kalian tiga bersaudara adalah manusia2 cerdas, tentu kalian tahu bukan pepatah kuno yang mengatakan: "Bersatu kita Teguh, Bercerai kita Runtuh..."
"Heeeee..heee....heeee....asalkan Toocu bersungguh hati, tentu saja kami bersaudara akan turut perintahmu." Timbrung siluman ketiga Toan pa sambil tertawa seram.
"Apakah Toan samte masih belum bisa mempercayai diri In-heng?"
Belum sempat Toan Pa memberikan jawabannya, mendadak dari lima tombak dari kalangan berkumandang datang suara gelak tertawa seram seseorang.
"Kalau kami bersaudara sih merasa amat yakin jika Toocu memang bersungguh hati untuk mengajak kami bekerja sama."
Bersamaan dengan ucapan itu, desiran angin tajam berhembus lewat disusul munculnya bayangan manusia.
Beberapa tombak dari sisi kalangan, tahu2 sudah berdiri tiga orang kakek tua yang telah berusia antara lima, enam puluh tahunan. Menjumpai ketiga orang itu, Peng Pok sin-mo segera tertawa seram.
"Heeeee..heeee..heeee..sungguh tak kusangka kalian pun sudah mendengar kabar ini dan berangkat datang kemari, sungguh menggembirakan, sungguh menggembirakan, ku-sambut keinginan kalian dengan senang hati."
Bicara sampai disitu, sinar matanya lantas beralih keatas wajah Liauw-Tong sam Koay dan menyapu sekejap, sambungnya.
"Asalkan kalian bisa mempercayai aku Loe Thian ciang, dengan senang hati kuterima keinginan kalian untuk bekerja sama dengan diriku, setelah kita berhasil mendapatkan kitab pusaka itu pasti akan kubentangkan dan kita latih bersama2 kalau tidak ... yaaaah, terserah pada pendapat kalian sendiri..."
Kiranya ketiga orang kakek tua yang barusan munculkan diri bukan lain adalah tiga manusia beracun dari antara Biauw- Kiang su-Tok, si manusia beracun pertama, Kakek seratus Bangkai Kiang-Tiang Koei, manusia beracun kedua si kakek Bisa Dingin cia Ie chong, serta manusia beracun ketiga si kakek Racun Es Chin Tin san.
Dalam pada itu si kakek seratus Bangkai telah mengangguk sehabis mendengar tawaran itu.
"Baiklah kira tetapkan dengan sepatah kata ini."
Bicara sampai disitu, ia lantas berpaling kearah Liauw Tong sam Koay dan bertanya.
"Bagaimana pendapat Toan heng? silahkan kalian ambil keputusan dengan cepat."
Pada dasarnya Liauw Tong sam Koay memang ada maksud untuk ajak Peng Pok sin mo bekerja sama dan sama2 menghadapi kekuatan tokoh silat pelbagai perguruan dan berbareng merampas kitab pusaka. Namun berhubung iblis tua itu sudah terkenal akan kelicikan serta kekejiannya, mereka takut tertipu dan ragu2 untuk menjatuhkan keputusannya.
Sekarang, mereka lihat Biauw Kiang soe Tok sudah menyanggupi untuk bekerja sama dengan Peng Pok sin mo, dengan demikian ke-ragu2an dalam hati merekapun segera punah.
Karenanya begitu si kakek seratus bangkai menyelesaikan kata2nya, siluman pertama Toan Liong sudah mengangguk.
"Toocu adalah pemimpin dari Bu lim sip Hiong, jikalau memang terbukti Toocu bersungguh hati perkataan apa lagi yang hendak kami bersaudara utarakan? tentu saja kami mengekor dan mendengarkan keputusan anda." Peng Pok sin-mo tertawa seram.
"Toan Loo-toa, hebat benar ucapanmu barusan, aku orang she Loe jadi tak berani untuk menerimanya."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Untung sekali sejak detik ini kita adalah orang sendiri, In heng pun tak usah terlalu banyak memakai adat kesopanan, asalkan cuwi sekalian benar2 bersungguh hati untuk bekerja sama, tak usah dimurungkan lagi kitab pusaka "YOE-LENG PIT KIP" sudah menjadi barang saku kita semua..." selesai bicara ia mendongak dan tertawa ter-bahak2 dengan seramnya.
Tiba2 ia teringat akan sesuatu, gelak tertawanya sirap, sambil menatap wajah si kakek seratus bangkai Kiang Tiang Koei tanyanya:
"Eeeei...dimanakah Ngo Loo-te? kenapa tidak kelihatan ia jalan bersama2 kalian?"
"Kami sendiripun sedang mencari dirinya," sahut Kiang Tiang Koei seraya menggeleng. Tiba2....
"Hmmm !" dengusan dingin yang perlahan namun tajam secara mendadak berkumandang datang dari balik sebuah pohon siong tua yang rimbun dan banyak dedaunnya kurang lebih dua tombak dari sisi kalangan.
Mendengar dengusan ini, Peng Pok sin-mo bertujuh sama2 terkesiap, dengan cepat mereka berpaling dan mengawasi pohon siong tua itu tajam-tajam.
Tampak puncak pohon siong terasa bergoyang daun berkibar disusul melayang turunnya sesosok bayangan manusia dengan ringannya bagaikan asap, mula2 turun orang itu melayang empat lima tombak keangkasa setelah itu barulah melayani turun seperti kapas.
Menjumpai ilmu meringankan tubuh yang begini hebat, untuk kesekian kalinya Peng Pok sin mo sekalian terperanjat, tak kuasa mereka berpikir:
"Siapakah orang ini ? ilmu meringankan tubuhnya sungguh hebat dan luar biasa, jelas kepandaian tersebut telah dilatih hingga mencapai puncak kesempurnaan."
(OodwoO) Jilid : 05 KETIKA tubuh orang itu melayang turun ke atas permukaan, gerakannya halus, lambat dan manis, sedikitpun tidak menimbulkan suara maupun debu, saking ringannya tubuh orang itu se-akan2 terdiri dari kapas yang ringan.
Menanti orang itu sudah berdiri diatas tanah, Peng Pok Sin-mo sekalian baru bisa melihat jelas wajah orang itu.
Ternyata orang itu adalah seorang pemuda berusia dua puluh tahunan dengan dandanan seorang sastrawan, pada pinggangnya terselip sebuah seruling terbuat dari pualam sementara tangannya menggoyangkan sebuah kipas, sikap maupun lagaknya betul2 mempersonakan dan tak malu disebut seorang pemuda sastrawan yang ganteng dan menawan hati.
Siapakah pemuda sastrawan ini tak usah disebut dialah Hoo Thian Heng jago muda kita.
Walaupun Peng Pok Sin Mo bertujuh tak ada yang kenali Hoo Thian Heng, dan tak tahu pula sampai taraf manakah ilmu silat yang ia miliki, tapi meninjau dari ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan sewaktu melayang turun dari puncak pohon siong, mereka dapat menduga sedikit banyak dalam hal ilmu silat pemuda ini mempunyai simpanan yang tak boleh dianggap enteng.
Oleh karena itu Peng Pok Sin-mo sekalian bertujuh tak berani berlaku gegabah, terutama sekali setelah mereka dapat lihat Hoo Thian Heng cuma seorang pemuda berusia dua puluh tahunan, badannya lembut, halus dan semampai, keruan kaget merekapun heran, tercengang dan sangsi.
Sebab, menurut dugaan mereka semula, seseorang bisa memiliki ilmu meringankan tubuh begitu dahsyat, paling sedikit usianya tentu sudah lima puluh tahun keatas, dan sudah lama tersohor dalam dunia persilatan.
Siapa sangka dugaan mereka sama sekali tidak benar dan diluar dugaan, bukan saja pihak lawan cuma seorang pemuda sastrawan ingusan bahkan potongan badannya halus dan lemah, hal ini tentu saja membuat mereka tercengang, heran dan sangsi.
Sambil menggoyangkan kipasnya, selangkah demi selangkah Hoo Thian Heng maju kedepan dan berhenti beberapa tombak di hadapan ketujuh orang itu, sepasang matanya yang bening bagaikan bintang kejora dengan angkuh menyapu sekejap wajah orang2 itu, kemudian ia mendengus kembali.
"Heee... heeee... Tak kusangka Peng Pok sin mo yang disebut pemimpin sepuluh manusia sesat rimba persilatan, tidak lebih hanya seekor kurcaci yang berhati licik, keji dan telengas, pandai menggunakan akal untuk menipu orang lain." jengeknya dingin seraya menatap iblis sakti bayangan es ini tajam2.
Air muka Peng Pok sin mo kontan berubah hebat setelah mendengar ejekan ini, sepasang matanya melotot buas, serentetan cahaya tajam bagaikan sambaran kilat berkelebat diatas wajah pemuda itu, hardiknya penuh kegusaran.
"Setan cilik, kau sudah bosan hidup lebih lama dalam dunia, berani amat kau mencerca orang seenaknya?"
"Cis," Hoo Thian Heng tertawa dingin dan memandang gembong iblis itu dengan wajah sinis. "Terhadap kau manusia kurcaci yang tidak berharga dan pandainya main licik, main tipu, masih belum berharga bagi siauw-ya untuk memaki. Kau tak usah tebal muka tak tahu malu."
Betapa murkanya Peng Pok sin mo disindir begini pedas, selama puluhan tahun berkelana dalam dunia persilatan, dengan andalkan Peng Pok Mo kang serta serangkaian ilmu sakti anehnya iblis tua ini sudah malang melintang dalam Bu lim tanpa tandingan, bukan saja ia sudah terbiasa berlagak sok dan angkuh, tidak pandang sebelah matapun terhadap orang lain, bahkan iapun telengas kejam, keji dan sadis, perduli siapapun yang berani menyakiti hatinya pasti akan dibunuh mati.
Oleh karena itu seluruh umat Bu-lim pada menaruh tiga bagian rasa jeri kepadanya, mereka tak ingin mengikat permusuhan dengan dirinya sehingga mendatangkan banyak kerepotan buat diri sendiri.
Masih untung, meski tingkah laku gembong iblis tua ini kejam dan telengas namun selama hidupnya ada dua peraturan yang tak terhitung begitu jahat.
Pertama, siapa tidak mengganggu dirinya, iapun tak akan mengganggu orang, bagi yang berani mengganggu tentu akan dibunuh sampai mati.
Kedua, ia tidak mau melakukan perbuatan atau mencelakai orang tanpa mendatangkan faedah bagi dirinya.
Seumpama mengikuti kebiasaan yang dianut iblis tua ini, perbuatan Hoo Thian Heng pasti akan ditimpali dengan suatu akibat yang fatal, dalam keadaan gusar mungkin ia akan menyerang pemuda itu habis2an.
Tetapi keadaan pada hari ini jauh berbeda, sebelum ia berhasil mencari tahu asal usul serta nama pemuda sastrawan ini, ia tidak ingin turun tangan secara gegabah sehingga menanamkan bibit permusuhan bagi dirinya dikemudian hari.
Meski ia belum tahu sampai di manakah taraf kepandaian yang dimiliki Ho Thian Heng, tapi pepatah kuno mengatakan satu kali terpagut ular, selama hidup takut dengan tali tambang.
Berhubung iblis tua ini sudah peroleh satu kali peringatan pedas, ia makin waspada dan tak berani terlalu gegabah memandang enteng seorang pemuda yang masih muda belia.
Lagipula dari ilmu meringankan tubuh tingkat atas yang diperlihatkan Hoo Thian Heng sewaktu melayang turun dari puncak pohon tadi, ia dapat melihat meski usia pemuda ini masih muda sekali, namun tenaga lweekangnya telah mencapai puncak kesempurnaan, ilmu silatnya tentu bukan sembarangan dan ia sadar pemuda dihadapannya adalah seorang musuh tangguh yang susah dilayani.
Karena itu, walaupun gembong iblis ini sangat murka, air mukanya tetap tenang2 saja, ia tertawa dingin dan berseru:
"Setan cilik, Nyalimu sungguh tidak kecil, berani benar berlaku kurang ajar terhadap Loohu, dan bicara sembarangan mengaco belo. Hmm kalau bukan loohu memandang usiamu yang masih muda dan tak tahu diri, kemudian aku tak ingin menggunakan usiaku yang lebih tua menganiaya yang muda, detik ini juga akan kusuruh kau menggeletak mati diatas tanah."
Bicara sampai disini, nada suaranya tiba2 berubah, hardiknya.
"Setan cilik cepat sebutkan kau anak murid siapa ? katakan siapa gurumu dan berasal dari perguruan mana, setelah persoalan disini selesai, loohu akan berangkat mencari setan tua gurumu itu untuk tuntut keadilan serta menegur caranya yang salah mengajari seorang murid."
Gembong iblis tua ini betul2 licik, jelas ia sudah tahu kalau Hoo Thian Heng memiliki serangkaian ilmu silat yang lihay, seumpama terjadi suatu pertarungan, siapa menang siapa kalah susah ditentukan. Muridnya saja sudah begini lihay, apalagi gurunya ?
Tentu saja, Peng Pok sin mo terpaksa harus berkata demikian, kalau tidak bukankah ia akan ditertawakan oleh tiga manusia aneh, empat manusia beracun sebagai seorang manusia hatinya kecil.
Kendati iblis tua ini licik dan banyak akal, tetapi ini hari ia ada naas karena sudah bertemu dengan Hoo Thian Heng yang cerdik dan pandai. Terdengar Hoo Thian Heng mendongak dan tertawa ter-bahak2.
"Haaa haaa bagus sekali perkataanmu itu, siapa yang kurang ketat dalam memberi pelajaran?"
Air mukanya berubah membesi setelah mendengus dingin terusnya:
"Dengan andalkan kedudukanmu sebagai gembong iblis tua masih belum sesuai untuk mengetahui perguruanku, sebaliknya saat ini aku harus menyelesaikan dulu dinasku sebagai pemegang buku kematian di neraka."
Peng Pok sin mo kheki, dongkol bercampur geli, segera bentaknya kembali:
"Setan cilik mulutmu penuh dengan omongan setan, terus2 mengaco belo sana kemari. Eeeei baiklah mendengarkan nasehat loohu, cepat tinggalkan tempat ini dan angkat kaki kalau tidak...heee...."
"Kalau tidak bagaimana?"
"Akan kumusnahkan seluruh ilmu silatmu !"
"Haaa..haa..haaa- masalahnya sanggupkah kau berbuat demikian?" ejek Hoo Thian Heng sambil tertawa lantang.
"Aku rasa untuk membereskan kau setan cilik masih belum jadi suatu masalah besar."
"Baik...baiklah, kalau memang kau mengatakan tak jadi persoalan anggap saja tak jadi persoalan, namun sekarang cayhe sebagai pemegang buku kematian di neraka harus menyelesaikan tugas dahulu atas hutang2mu yang telah dibuat barusan, aku ingin minta pertanggungan jawabnya dahulu, sedangkan mengenai soal jual beli diantara kita, bicarakan saja besok atau lusa."
"Sebenarnya siapakah setan cilik ini?" pikir Peng Pok sin-mo dengan hati tercengang dan tidak mengerti. "Kenapa ia sebut-sebut pula tentang urusan jual beli? sejak kapan loohu pernah berhutang kepada orang lain...?"
Sementara Peng Pok sin-mo masih diliputi oleh keheranan dan rasa tidak mengerti, mendadak terdengar Hoo Thian Heng dengan suara lantang telah berkata kembali.
"Selama cayhe membereskan soal hutang piutang, selalu berlaku bijaksana dan adil, mengenai hutang dari Pak Mo siang san sepasang malaikat dari Gurun pasir, berhubung tak ada penagihnya untuk sementara boleh kita kesampingkan dahulu, tapi hutang yang telah kau buat atas diri si peluru sakti Tonghong Koen aku rasa sudah tercatat selama beberapa bulan bahkan penagihnya, ahli waris dari Tonghong Koen telah datang kemari, aku rasa hari ini juga kau harus pertanggung jawabkan hutangmu ini."
Sekarang Peng Pok sin mo baru sadar apa sebenarnya yang dimaksudkan oleh si anak muda itu, kontan ia tertawa seram.
"Setan cilik pandai benar kau bekerja," serunya keras2. "Bicara pulang pergi selama setengah harian, ternyata kedatanganmu adalah hendak menagih hutang dari Tonghong Koen." Ia merandek air mukanya membesi, dan dengan nada ketus bentaknya lebih jauh:
"Tidak salah meski Tonghong Koen bukan mati ditangan loohu, tapi secara tidak langsung loohulah yang menyusun rencana ini, setan cilik kalau kau ingin menuntut hutang buat Tonghong Koen, Nah, silahkan mulai turun tangan...."
Bicara sampai disitu, ia menatap wajah Hoo Thian Heng tajam2 sementara tangannya bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Hoo Thian Heng mendengus dingin, mendadak ia berpaling kearah pohon siong tadi dan teriaknya lantang.
"Nona Tonghong, silahkan unjukkan diri untuk menuntut hutangmu."
Bersamaan dengan teriakan itu tampak daun dan ranting pohon siong bergoyang diikuti desiran angin tajam menembusi angkasa, bayangan manusia berkelebat lewat, tahu2 disisi Hoo Thian Heng telah bertambah dengan lima orang gadis dua orang pria, tujuh orang banyaknya.
Siapakah ketujuh orang itu ? tak usah diterangkan tentu saja mereka adalah Tonghong Beng Coe beserta keempat dayang serta si kakek Huncwee dari gunung Bong-san dengan murid kesayangannya Gong Yu.
Begitu menjumpai Peng Pok sin-mo, sepasang mata Tong-hong Beng Coe kontan melotot bulat-bulat, dengan penuh genangan air mata tiba2 ia cabut keluar pedang panjangnya yang tersoren dipunggung.
"Iblis tua !" teriaknya keras2. "Kembalikan nyawa ayahku !"
Ditengah bentakan nyaring, pergelangan bergetar pedang menari, dengan sebuah gerakan laksana naga sakti, dengan cepat bagaikan kilat menusuk ulu hati Peng Pok sin mo.
"Nona Tonghong jangan gegabah !" Menjumpai hal itu, dengan hati terperanjat buru2 Hoo Thian Heng membentak.
Walaupun Hoo Thian Heng sudah mencegah, namun gerakannya masih terlambat satu langkah.
Terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, pedang panjang ditangan Tonghong Beng Coe tahu2 sudah pukul pental oleh hantaman telapak Peng Pok-sin-mo, disusul tubuh gadis itu dengan sempoyongan mundur sejauh lima depa ke belakang, dengan susah payah ia baru berhasil menegakkan badannya kembali.
Walau akhirnya badan bisa dikuasai kembali keseimbangannya, tetapi darah panas dirongga dada telah bergolak keras, sampai2 sukar ditekan dan dikuasai, tak tahan lagi ia muntahkan darah segar, sang badan bergeletar bergoyang hampir2 roboh keatas tanah.
Hoo Thian Heng, keempat dayang beserta Bong san Yen shu sekalian jadi kaget, masing2 orang menggerakkan badannya meloncat kesisi Tonghong Beng Coe dan memayang badannya.
Air muka Tonghong Beng Coe kelihatan pucat pasi bagaikan mayat, sepasang mata terpejam rapat, napasnya lemah sementara ia sudah jatuh tidak sadarkan diri, jelas luka dalam yang dideritanya tidak ringan.
Melihat keadaan itu sepasang alis Hoo Thian Heng langsung berkerut, dari sakunya ia ambil keluar sebuah botol kecil terbuat dari porselen putih dan diserahkan ketangan Bong-san Yen shu sembari berseru:
"Isi botol ini merupakan pil seratus nyawa Cing Yang si Ming Tan pemberian seorang cian-pwee lihay kepada cayhe harap merepotkan Yu thayhiap suka menghadiahkan sebutir kepadanya, menanti ia sudah sadarkan diri suruh dia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan satu kali, dengan cepat luka dalamnya akan sembuh dan kuat kembali seperti sedia kala."
Habis bicara ia enjot badannya dan melayang ke depan di mana ia berhenti dan berdiri tegak kurang lebih delapan depa dihadapan Peng Pok sin mo, sepasang matanya dipentang lebar, serentetan cahaya tajam berkelebat lewat untuk kemudian sirap kembali.
"Sungguh dahsyat tenaga lwekang yang dimiliki setan cilik ini," pikir Peng Pok sin mo dengan hati tergetar keras. "Tidak aneh kalau ia berani pentang bacot besar dan bicara sombong jelas tenaga lweekangnya telah berhasil dilatih sehingga mencapai puncak paling top. sehingga untuk sementara orang sama sekali tak menduga kalau ia memiliki kepandaian lihay."
Sementara Peng Pok sin mo masih berpikir didalam hatinya, mendadak terdengar Hoo Thian Heng tertawa dingin dan menegur.
"Setan tua kaupun terhitung jagoan nomor wahid dalam kolong langit, sekarang kau sudah turun tangan begini keji terhadap seorang gadis muda dari angkatan muda, apakah kau tidak merasa malu?"
Merah padam selembar wajah Peng Pok sin-mo, namun dengan cepat ia sudah tertawa dingin dengan seramnya.
"Hee... hee.. hee... setan cilik, apakah kau merasa hatimu amat sakit?"
"lblis tua," Bentak Hoo Thian Heng penuh kegusaran, sepasang alisnya melentik. "Mulutmu kotor dan cabul, malam ini kalau siauwya tak bisa suruh kaupun menerima keadaan seperti dia, aku akan tebas sendiri tanganku kemudian berlalu, sehari dalam dunia persilatan masih ada kau iblis tua, siauw-ya tak akan menginjak dunia barang setengah langkahpun."
oooodowoooo Bab 8 KATA2 ini sungguh jumawa sombong hampir membuat orang yang ikut mendengar merasa badannya merinding.
Si iblis sakti bayangan Es Loo Thian ciang sebagai pemimpin sepuluh manusia sesat Rimba Persilatan, bukan saja tertawa, lwekangnya telah berhasil mencapai puncak kesempurnaan, bahkan ilmu sakti Pek Pong sin kang yang dilatih dari hawa es didasar tanda kutub utarapun sangat beracun dan lihaynya luar biasa.
Sepanjang tahun malang melintang dalam Bu lim tanpa tandingan, sekarang kena disindir dan dikatai dengan kata2 yang begitu jumawa, air muka Peng Pok sin mo seketika berubah hebat, langsung saja ia perdengarkan gelak tertawanya yang bisa mendirikan bulu roma.
Suara tertawanya, tinggi melengking bagaikan jeritan kuntilanak, bukan saja tak enak didengar bahkan sangat menusuk telinga, membuat orang bergidik dan merasa ngeri.
Jelas si iblis tua ini sudah dibuat naik pitam hingga sukar mengendalikan diri sendiri.
Begitu gelak tertawa sirap, selapis hawa membunuh berkelebat diatas wajahnya, sepasang mata melotot buas, cahaya tajam bagaikan kilat menatap wajah Hoo Thian Heng tak berkedip.
"Setan cilik," bentaknya sangat murka. "Kau terlalu jumawa dan tak pandang sebelah mata kepada orang she Po, kalau malam ini loohu menderita kalah ditanganmu, sejak ini hari akan mengundurkan diri kedalam pegunungan dan sepanjang masa aku tak akan munculkan diri kembali kedalam kolong langit."
"Baik kita tetapkan dengan sepatah kata ini," dengus Hoo Thian Heng dengan sepasang alis berkerut. "Nah, silahkan mulai turun tangan."
Habis bicara ia awasi iblis tua ini, hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh badan kemudian bersiap sedia menantikan datangnya serangan lawan.
Dipandang dari luaran air mukanya tenang sekali, sama sekali tak ada perubahan, padahal dalam kenyataan secara diam2 ia sudah salurkan hawa sakti Kian Goan Ceng Khie sin kangnya hingga mencapai pada puncak, setiap saat ia dapat melepaskan satu pukulan yang mematikan.
Pada saat ini hawa gusar yang berkobar dalam dada Peng Pok sin mo sudah tak terkendalikan lagi, meski demikian iapun sadar pemuda sastrawan yang masih muda dan kelihatan begitu lemah tak bertenaga sebenarnya memiliki ilmu silat tiada tandingan, ia tak berani terlalu pandang enteng musuhnya ini.
Tetapi Hoo Thian Heng adalah seorang pemuda dari generasi muda, dengan andalkan kedudukan si iblis tua dalam dunia persilatan, sebelum si anak muda itu turun tangan ia merasa tidak enak untuk berebut turun tangan lebih dahulu, apalagi saat ini berada dihadapan tiga manusia aneh serta empat manusia beracun.
Oleh karena itu setelah Hoo Thian Heng menyelesaikan kata2nya, Peng Pok sin mo segera tertawa seram, katanya.
"Loohu merasa kurang bernapsu untuk berkelahi dengan seorang boanpwee macam kau, setan cilik, aku lihat lebih baik kau turun tanganlah lebih dahulu, loohu akan menerima seluruh seranganmu itu."
"Sayang.. siauw-ya pun punya peraturan yang sudah biasa kupegang erat2," sela Hoo Thian Heng.
"Peraturan apakah itu?"
"Perduli siapapun pihak lawannya, belum pernah aku turun tangan lebih dahulu."
"Kurang ajar setan cilik kau terlalu jumawa," teriak Peng Pok sin-mo sambil mencak2 kegusaran.
"Jumawa?" tiba2 Hoo Thian Hong mendongak dan tertawa ter-bahak2. "Tidak... tidak terlalu jumawa, kalau aku tidak punya kejumawaan mana berani menantang pemimpin sepuluh manusia sesat dari rimba persilatan untuk berduel?"
"Oooow... jadi kau benar2 hendak memaksa lohu untuk turun tangan?"
"Siapa yang sedang mengajak kau bergurau?"
Sebenarnya, Peng Pok sin mo masih tetap mempertahankan diri untuk tidak melancarkan serangan lebih dahulu, tapi setelah Hoo Thian Heng berkata demikian, iapun tidak main sungkan2 lagi.
"Baik," bentaknya kemudian, "Kalau begitu, bersiap2lah dirimu untuk menerima seranganku."
Ditengah bentakan keras, Peng Pok sin-mo telah salurkan ilmu sakti Peng Pok Mo kang-nya.
Seandainya iblis tua itu melancarkan serangannya, maka Hoo Thian Heng pun tentu akan menerima datangnya serangan dengan kerahkan tenaga sakti "kian-Goan Ceng Khie" andalannya, siapa menang siapa kalah segera akan ditentukan dalam bentrokan kekerasan ini.
Disaat yang amat kritis itulah, tiba2 terdengar bentakan keras bergema memecahkan kesunyian.
Bersamaan dengan suara itu melayang datang dari tengah udara sesosok bayangan merah, dialah pemimpin dari Liauw-tong sam Koay, siluman pertama Toan Liong adanya.
Begitu melayang turun ia lantas meloncat ke-sisi Peng Pok sin-mo dan berkata kepada iblis tua itu.
"Untuk membunuh seekor ayam buat apa harus menggunakan golok penjagal kerbau? untuk membereskan seorang setan cilik yang tak tahu diri dan masih bau ketek, kenapa Tocu harus susah turun tangan sendiri ? baiklah serahkan saja kepada aku Toan Loo-toa untuk bereskan."
Mendapat tawaran ini pikiran Peng Pek sin mo rada bergerak, segera pikirnya:
"Kenapa aku tidak ijinkan Toan Loa-toa untuk turun tangan menjajal dulu kekuatan setan cilik ini? ambil kesempatan ini aku bisa mencari tahu asal usulnya dari beberapa jurus serangan yang ia gunakan."
Karena dalam hati berpikir demikian, ia lantas tertawa seram dan menyetujui tawaran tadi.
"Baiklah," ia berkata. "Jikalau memang Toan Loote ada maksud untuk memberi pelajaran kepada setan cilik ini, hal ini malah kebetulan sekali buat diriku."
Badannya bergerak dan ia segera melayang mundur beberapa tombak kebelakang, di mana ia berdiri berbareng dengan Toan Hauw sekalian.
Menanti Peng Pok sin mo telah mengundurkan diri, Toan Liong siluman pertama segera melototkan matanya, dengan sinar mata buas ia awasi wajah Hoo Thian Heng lalu tertawa seram.
"Setan cilik yang tak tahu diri, siapa namamu? berasal dari perguruan mana?" hardiknya. "Ayoooh cepat sebutkan dengan jelas, biar lohupun bisa cepat2 memberi pelajaran kepadamu."
"Siluman sialan, siauw-yamu bernama Hoo Thian Heng," jawab si anak muda sambil tertawa dingin, "Tentang siapakah guruku dan dari mana perguruanku, Hmmm si iblis tua itupun sudah tidak pantas untuk bertanya, apalagi kau seorang kurcaci penjilat pantat orang.. lebih baik kurangi saja bacotmu itu."
Toan Liong benar2 dibuat naik pitam oleh penghinaan ini, ia membentak gusar.
"Anjing cilik kau tak usah banyak lagak dan jual tingkah dihadapanku, terima dahulu sebuah pukulan loohu ini."
Ditengah bentakan gusar, telapak tangannya tiba2 berputar membentuk satu lingkaran kemudian didorong ke muka, segulung angin pukulan yang maha dahsyat dan penuh dengan hawa tekanan bergulung keluar menumbuk dada Hoo Thian Heng.
Si anak muda ini mendengus dingin, sang badan bergerak sebat, tahu2 ia sudah menyingkir delapan depa kesamping dan meloloskan diri dari datangnya ancaman serangan itu.
Melihat si anak muda itu hanya berkelit menghindarkan diri saja dari serangannya dan tidak berani menyambut pukulan tadi, dalam anggapan Toan Liong pastilah Hoo Thian Heng sudah dibuat jeri oleh kedahsyatan ilmu pukulannya sehingga tak berani menyambut. Ia jadi bangga dan perdengarkan gelak tertawanya yang nyaring dan keras.
"Hmmm, aku kira kau si anjing cilik mempunyai kepandaian yang sangat lihay sehingga berani bicara sesumbar, sombong dan jumawa. Hee... heee... ternyata dalam kenyataan tidak lebih cuma seorang manusia yang suka bicara besar dan seorang kurcaci yang tak berani menerima seranganku barang satu juruspun." Sepasang alis Hoo Thian Heng kontan menjungkat, ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Toan Liong," bentaknya. "Kau anggap siauw-yamu takut kepadamu ?"
"Kalau tidak takut, kenapa tak berani menerima datangnya seranganku ini ?"
"Haaa... haa..." si anak muda mendongak tertawa ter-bahak2. "Kau harus tahu setiap hutang tentu ada pemiliknya, yang siauw-ya cari malam ini adalah Peng Pok Loo mo, persoalan ini sama sekali tiada sangkut paut maupun hubungannya dengan kalian Liauw Tong sam Koay, oleh karena itu sengaja aku berkelit dari datangnya serangan dan tidak menerima pukulan tadi, sebab kalau tidak asalkan siauw-ya terima pukulan tadi dengan keras lawan keras, cuma andalkan sedikit tenaga lweekang yang kau miliki jangan harap bisa peroleh keuntungan yang diharapkan, bahkan aku takut kau bakal menderita luka dalam yang tidak ringan."
Suatu penghinaan yang diutarakan secara halus sebagai seorang jago kawakan tentu saja Toan Liong mengerti makna dari kata2 tadi. Hawa gusar yang berkobar dalam rongga dadanya seketika memuncak, ia meraung keras dan membentak: "Setan cilik kau tak usah terlalu jumawa, terima dahulu sebuah seranganku ini !"
Bersamaan dengan selesainya ucapan tadi, segulung angin pukulan yang dahsyat telah menggulung keluar mengikuti dorongan telapak tangannya, hawa murni bagaikan angin puyuh dengan dahsyatnya langsung menghantam dada Hoo Thian Heng jago muda kita. Hoo Thian Heng masih menyabarkan diri, sekali lagi ia berkelit kesamping.
"Siluman tua, benarkah kau hendak tantang aku berduel?" bentaknya.
"Siapa yang kesudian mengajak kau bergurau."
Ditengah pembicaraan itu mendadak ia mengirim sebuah pukulan lagi.
Sepasang alis Hoo Thian Heng seketika menjungkat, ujung baju lengan kanannya dikebas, dengan hawa murni "Kian Goan Ceng Khie" ia sambut datangnya serangan yang dilancarkan oleh Toan Liong tadi.
"Bluuummm !" ditengah bentrokan keras yang berlangsung ditengah udara terjadilah suatu ledakan yang maha dahsyat bagaikan guntur membelah bumi, pasir debu ranting dan dedaunan beterbangan memenuhi udara, gulungan angin puyuh membuyar menyambar seluruh penjuru, suatu kejadian yang mengerikan dan menakutkan.
Ditengah bentrokan maha dahsyat inilah, masing-masing pihak tampak bergetar keras untuk kemudian jadi tenang kembali, se-akan2 tenaga dalam yang dimiliki masing2 pihak berada dalam keadaan seimbang.
Padahal dalam kenyataan apa yang terlihat di luar tidak sama sekali benar, sebab didalam kebasan ujung baju Hoo Thian Heng tadi, ia cuma menggunakan enam bagian tenaganya belaka sementara dalam pukulannya tadi Toan Liong telah menggunakan segenap tenaga lweekang yang ia miliki.
Dalam keadaan seperti ini meski Toan Liong tidak tahu tenaga murni yang barusan digunakan Hoo Thian Heng adalah kepandaian sakti Bu-lim "Kian Goan Ceng Khie" dan tidak tahu si anak muda itu hanya menggunakan enam bagian tenaganya cukup memandang dari usia Hoo-Thian Heng yang masih muda ternyata sanggup menerima datangnya serangan dengan tenaga hampir mencapai sembilan bagian ini tanpa cidera sudah cukup membuat ia kaget, terperanjat, takut, dan ngeri.
"Sebenarnya siapakah keparat cilik ini? berasal dari perguruan manakah?" pikir Toan Liong didalam hati, "Memandang usianya yang masih muda ternyata memiliki tenaga lwekang yang begitu sempurna, secara bagaimana ia melatih diri sendiri.."
Belum habis ia berpikir, mendadak terdengar Hoo Thian Heng tertawa dingin dan berseru:
"Bagaimana? eeeei.. iblis tua, apakah kau mempunyai keyakinan bisa menangkan siauw-yamu?"
Sepasang mata Toan Liong kontan melotot buas, dengan sinar mata berkilat ia awasi si anak muda itu dan tertawa seram.
"Setan cilik, walaupun tenaga lwekangmu luar biasa, tapi loohu tak akan jeri kepadamu, kalau tidak percaya, bagaimana kalau terima lagi sebuah serangan dari loohu," serunya.
Ditengah pembicaraan itu, diam2 kumpulkan segenap tenaga lweekang yang dimiliki, sepasang lengan berputar dan dorong sang telapak ke muka.
Segulung hawa pukulan bagaikan amukan ombak ditengah samudera luas, mengiringi deruan angin puyuh dan sambaran geledek langsung menghantam dada Hoo Thian Heng.
Terlihat si anak muda she Hoo kerutkan alis, sinar mata berkilat tajam dengan dinginnya, seraya mendengus bentaknya.
"Siluman tua, kalau memang kau cari mati, jangan salahkan kalau siauw-yamu terpaksa akan turun tangan telengas."
Ditengah bentakan keras, lengan kanan didorong kemuka, telapak berputar lalu memuntahkan Hawa sakti "Kian Goan Ceng Khie sinkang" dengan cepat meluncur keluar menyambut datangnya deruan angin pukulan dari Toan Liong.
"Braaaak bluuummm....." sekali lagi terjadi bentrokan dahsyat menimbulkan goncangan bumi bagaikan bumi mau kiamat, pasir, batu beterbangan memenuhi angkasa, tanah sekeliling sepuluh tombak persegi penuh dengan desiran angin puyuh, suasana pada saat itu amat mengerikan dan membuat orang jadi bergidik.
Haruslah diketahui ilmu sakti "Kian Goan Ceng Khie sin Kang" merupakan kepandaian aneh yang mengutamakan kekerasan, dewasa ini jarang sekali ada orang Bu lim yang sanggup menerima datangnya serangan itu.
Dalam pada itu, meski dalam serangannya barusan Toan Liong telah menggunakan segenap tenaga yang ia miliki, tapi sanggupkah ia melawan ilmu sakti Bu-lim yang amat luar biasa ini?
Apalagi dalam serangannya barusan Hoo Thian Heng telah menggunakan tenaga saktinya hingga mencapai delapan bagian.
Oleh karena itu, sewaktu sepasang telapak saling berbentrok satu sama lainnya Toan Liong seketika merasakan dadanya menggetar keras, se-akan2 digodam dengan martil besar seberat ribuan kati, darah panas kontan bergolak dan dengan cepat menerjang keatas, sang badan dipukul mundur sempoyongan sejauh lima depa lebih.
Bersamaan itu pula sepasang lengannya terasa amat sakit hingga merasuk ketulang sumsum, se-olah2 telah terkilir patah dalam bentrokan barusan.
Sungguh tidak malu Toan Liong disebut tokoh silat kalangan Hek to diantara sepuluh manusia sesat rimba persilatan, tenaga lweekangnya betul2 hebat dan terpuji.
Berada dalam keadaan seperti ini ia tidak dibikin bingung ataupun gugup, setelah berhasil menguasai keseimbangan badan, ia segera kertak gigi menahan rasa sakit pada sepasang pergelangannya, diam2 hawa murni disalurkan mengelilingi badan dan menekan golakan darah di rongga dada, setelah itu barulah sinar matanya dialihkan keatas wajah Hoo Thian Heng.
Dalam perkiraan siluman pertama ini, meski dalam bentrokan barusan ia tidak mendapat untung, sedikit banyak pihak lawanpun tidak akan jauh lebih baik daripada dirinya, meski tidak muntah darah, anak muda itu tentu roboh terlentang.
Siapa sangka setelah ia berpaling, ternyata apa yang terbentang didepan mata jauh berada di-luar dugaan.
Tampak ujung baju Hoo Thian Heng berkibar tertiup angin, ia tetap berdiri dengan angker dan gagahnya, bahkan sama sekali tidak tergetar atau bergoyang.
Ditinjau dari keadaannya jelas ia tidak terluka, bahkan terhuyung mundur barang setengah langkahpun tidak.
Sampai detik ini Toan Liong siluman pertama baru sadar, walaupun usia pihak lawan masih muda, tetapi kehebatan tenaga lweekangnya telah mencapai puncak kesempurnaan yang sukar dilukiskan dengan kata2.
Berada dalam keadaan seperti ini, kendati siluman pertama dari Liauw Tong sam Koay gagah dan terlalu pandang tinggi diri sendiripun, tak urung dibuat pecah nyali dan bergidik.
Ketika itulah, siluman kedua Toan Hauw, siluman ketiga Toan Pa telah melayang datang, kemudian secara terpisah berdiri dikiri kanan toakonya, sembari diam2 mereka salurkan hawa murninya bersiap sedia atas serangan dari Hoo Thian Heng kepada toako mereka, kedua orang tua itu bertanya:
"Bagaimana dengan luka itu? apakah sangat parah ?"
"Masih untung baikan," jawab Toan Liong sambil tertawa getir dan gelengkan kepala.
Setelah melihat toakonya selamat, siluman kedua dan ketiga sama2 berpaling, empat buah mata melotot buas kearah si anak muda, kemudian mendengarkan gelak tertawa yang menyeramkan.
"Setan cilik !" bentak Toan Hauw siluman kedua. "Ternyata kau hebat juga... tetapi aku Toan Loo jie dan Loo-sam masih merasa tidak puas, beranikah kau melayani kami dua bersaudara dengan beberapa jurus serangan?"
Dari ucapan itu Hoo Thian Heng dapat menangkap artinya bahwa Toan Houw serta Toan-Pa akan turun tangan bersama2, alisnya berkerut dan ia tertawa lantang.
"Haaa..haa...siluman tua! kaupun terlampau pandang enteng siauwyamu, seumpama siauw-yamu tidak punya keberanian seperti ini, tak akan kudatangi tebing Pek Yan-Gay pada malam ini."
Ia merandek sejenak lalu menambahkan ;
"Kalian dua siluman tua boleh turun tangan bersama2, didalam tiga puluh jurus seandainya siauwya tak bisa menangkan kalian berdua, aku akan segera tinggalkan tebing Pek Yan Gay ini dan cuci tangan tak mencampuri urusan disini lagi, tetapi sebaliknya kalau kalian menderita kalah ditangan siauwya maka kamu berdua pun harus segera pulang ke Liauw-tong, bahkan sejak detik ini tak boleh melakukan kejahatan lagi, bagaimana?"
Nama besar Liauw Tong Sam Koay terderet diantara Bu-lim Sip Shia sepuluh manusia sesat dari Rimba Persilatan, meskipun ilmu silatnya masih kalah setingkat kalau dibandingkan dengan Peng Pok Sin-mo, tetapi dalam dunia persilatan dewasa ini mereka pun terhitung tokoh lihay.
Ucapan Hoo Thian Heng sombong dan jumawa ini bukan saja membuat Peng Pok Sin mo serta Biauw Kiang Sam Tok atau tiga manusia beracun dari wilayah Biauw (karena salah satu di antara empat manusia beracun telah mati maka nama mereka diganti jadi Sam-ok) jadi gusar, bahkan Bong san Yen shu pun ikut mengerutkan sepasang alisnya, si kakek tua ini merasa ucapan dari Hoo Thian Heng keterlaluan dan amat jumawa sekali.
Dalam kenyataan, dengan usia Hoo Thian Heng yang masih muda cukup bisa bertanding seimbang dengan salah satu diantara Liauw Tong sam Koay pun sudah cukup menggemparkan dunia persilatan, apalagi ia hendak melawan gabungan Toan Hauw serta Toan Pa dalam batas tiga puluh jurus, siapa yang berani mempercayai ucapan itu?
Tetapi Hoo Thian Heng sejak kecil mendapat didikan orang pandai, ilmu silatnya luar biasa, tenaga lweekangnya sempurna. Sikapnya mantap, ia merupakan bakat alam yang sukar dijumpai dalam Bulim selama ratusan tahun mendatang, seumpama ia tidak yakin menang, tentu saja tak akan berani bicara besar apa lagi jumawa.
Mendengar ucapan itu, air muka Toan Hauw serta Toan-Pa berubah hebat, diam2 makinya di dalam hati.
"Anjing cilik, berani benar memandang enteng loohu bersaudara, bilamana malam ini kami tak bisa membereskan dirimu dan kasih sedikit hajaran, Liauw Tong sam Hiong tak akan bisa tancapkan kaki dan menjagoi dunia persilatan lagi."
Tiba2 Toan Pa siluman nomor tiga maju lebih kedepan sambil tertawa dingin bentaknya:
"Anjing cilik yang tak tahu diri melulu bicara kosong terus apa gunanya, lebih baik kita jajal dulu kepandaian silat masing2 orang."
Seraya berkata sang badan mendadak meluruk kedepan, sepasang kepalan dibentangkan dan teriaknya, "sambutlah seranganku ini !"
Bersamaan itu pula, jurus serangan telah dilancarkan, tangan kiri dengan gerakan "Chiu Hwee Piepa" atau tangan sakti mementil piepa, sedangkan tangan kanan dengan gerakan "Ceng Im Yut siauw" atau Mega Hijau muncul dari gunung berbareng meluruk kemuka.
Sepasang telapak dengan disertai desiran angin tajam, laksana sambaran kilat cepatnya mengancam titik kelemahan diatas dada serta lambung Hoo Thian Heng.
Begitu Toan Pa siluman nomor tiga turun tangan, Toan Hauw siluman nomor duapun menggerakkan badannya meluruk kemuka, telapak serta jari tangan digunakan berbareng, telapak kanan membabat bahu sedangkan jari tangan kiri menotok "Khie hay hiat" sebuah jalan darah mematikan.
Tidak malu mereka disebut tokoh maha sakti dalam kalangan Hek to, serangan2 yang dilancarkan bukan saja amat cepat sukar dilukiskan, bahkan mantap dan telengas.
Hoo Thian Heng belum lama tinggalkan perguruannya, dalam dunia persilatan ia tidak lebih cuma seorang prajurit tak bernama, justru peristiwa yang terjadi pada malam ini diatas tebing Pek Yan Gay di mana jago2 lihay baik dari golongan Pek to sama2 berkumpul, merupakan kesempatan yang paling bagus baginya untuk angkat nama.
Dalam hati kecil si anak muda ini secara diam2 sudah ambil keputusan, ia hendak menggunakan kesempatan yang begitu baik pada malam ini untuk perlihatkan seluruh kepandaian maha sakti yang dimilikinya, agar para jago dari golongan sesat keder dan jeri kepadanya, dengan begitu maka nama besarnya akan tersohor dikolong langit.
Oleh karena itu, meski ia melihat sangat jelas bahwasanya serangan telapak serta jari tangan Toan Hauw dan Toan Pa telah mencapai di depan mata, namun si anak muda ini masih tetap berdiri tenang2 saja se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu apapun bukan saja tidak bergerak maupun bergoyang, bahkan memandang sekejap pun tidak.
Menanti sang telapak serta jari tangan kedua orang siluman itu telah menempel dibadan, dan jaraknya tinggal dua tiga coen dari permukaan kulit, ia baru mendengus dingin, sang badan bergeser kesamping meloloskan diri dari ancaman kemudian secepat kilat melancarkan serangan balasan.
Sepasang telapak berkelebat lewat, dengan mengeluarkan gerakan "Han ci Hua Liuw" atau Memisah cabang menolak daun Liuw, sebuah jurus serangan yang maha dahsyat secara terpisah mengancam jalan darah penting ditubuh kedua orang siluman itu.
Toan Hoauw, Toan Pa, turun tangan berbareng dalam perkiraan mereka meskipun tak berhasil melukai Hoo Thian Heng dibawah serangan telapak serta jari tangan mereka, sedikit banyak mereka akan berhasil memaksa si anak muda itu terdesak mundur sejauh tiga depa.
Sebab menurut perhitungan mereka, seumpama si anak muda she Hoo ini tidak mundur, maka ia akan terhajar oleh serangan gabungan mereka.
Sementara kedua orang siluman itu masih merasa berbangga dalam hati kecilnya, sebab mereka lihat Hoo Thian Heng tidak bergeser maupun bergerak, tiba2 pandangan mata terasa silau diikuti bayangan lawan entah dengan menggunakan gerakan apa telah lenyapkan diri, dengan begitu dua jurus serangan mereka lancarkan telah mengenai sasaran kosong.
Merasakan jejak lawan lenyap tak berbekas, kedua orang siluman itu sadar keadaan tidak menguntungkan, sementara mereka siap berubah jurus berganti posisi, sepasang telapak Hoo Thian Heng laksana sambaran kilat secara terpisah telah menyerang datang.
Toan Hauw dan Toan Pa terkesiap, buru2 mereka meloncat dan melayang mundur sejauh tiga depa lebih kebelakang.
Bagi seorang akhli, dalam satu kali menyerang akan segera diketahui berisi atau tidak.
Gerakan serta cara Hoo Thian Heng dalam berkelit kemudian melancarkan serangan balasan bukan saja dilakukan tepat pada saatnya bahkan amat indah dan bagus sekali, dalam menyerang, menerjang dan mengancam semua gerakannya aneh namun lihay luar biasa.
Baru saja kedua orang siluman itu mengundurkan diri kebelakang, tiba2 Hoo Thian Heng tertawa dingin, sang badan berkelebat kemuka melancarkan tubrukan kembali, sepasang telapak berbareng diayun, tetap dengan jurus "Hun Ci-Hud-Liauw" atau Memisah Cabang Menolak daun Liuw secara terpisah ia ancam jalan darah kedua orang siluman itu.
Meskipun ia gunakan jurus yang sama, namun gerakannya jauh berbeda dengan gerakan semula, ilmu silat dari aliran manakah ini? Secara bagaimana memiliki perubahan serta keanehan yang begini luar biasa?
Kejadian ini dimana jurus yang sama ternyata memiliki gerakan aneh yang berbeda, bukan saja membuat Liauw tong Sam Koay tak paham hingga terkesiap, sekalipun Peng Pok Sin mo serta Biauw Kiang Sam Tok yang menonton jalannya pertarungan disisi kalangan kemudian Ciangbunjin partai Kiong lay Pay, Kauwcu serta Hu kauwcu perkumpulan Im-yang Kauw, si Nelayan dari sungai Goan Kiang, si pedang Tunggal dari gunung Sian-hee san sekalian yang menyembunyikan diri disekeliling tempat itu pun tak bisa menduga darimanakah asal usul jurus serangan "Hun ci Hud Liuw" ini.
Walaupun ilmu silat Toan Hauw, Toan Pa lihay, tak urung dalam keadaan seperti ini dibikin gelagapan juga, dalam keadaan hati terkesiap buru2 mereka meloncat mundur sejauh lima depa ke belakang.
Tujuan Hoo Thian Heng mengeluarkan jurus "Hun-ci Hud Liuw" sebanyak dua kali dengan gerakan yang berbeda ini, bukan lain adalah ingin memamerkan kelihayan ilmu silatnya, ia bermaksud agar para tokoh persilatan yang menyembunyikan diri disekitar tebing Pek Yan Gay bisa tahu betapa lihaynya dia, dan memberi peringatan kepada mereka agar jangan turun tangan secara gegabah.
Jikalau si anak muda itu ada maksud membinasakan Toan Hauw serta Toan Pa ketika itu, cukup asalkan ia salurkan hawa sakti "Kian-goan-ci-kang"nya dalam jurus "Hun-ci-hud siauw" tersebut, seperti halnya si kakek kelabang beracun sewaktu ada di gunung Pak-bong-san, dalam sekali jurus saja niscaya telah mati konyol.
Karena tak ada maksud berbuat demikian inilah, ketika Toan Houw serta Toan Pa memisahkan diri kekanan dan kekiri, Hoo Thian Heng segera tarik kembali serangannya dan tertawa ter-bahak2 dengan lagak sombong.
"Ha ha ha... orang2 rimba persilatan mengatakan ilmu silat serta tenaga lweekang yang dimiliki Liauw-tong sam Koay amat dahsyat dan tak ada tandingan, siapa sangka cuma begitu saja, kalian tidak lebih hanya manusia bernama kosong yang tak sanggup menerima serangan barang sejuruspun."
Habis berkata kembali ia mendongak dan tertawa ter-bahak2.
Merah padam selembar wajah Toan Pa, saking jengahnya hampir boleh dikata wajah mereka mirip babi panggang, saking mendongkolnya hampir-hampir marah mereka mau meledak rasanya.
Dengan penuh kegusaran Toan Hauw siluman nomor dua berteriak marah:
"Anjing busuk yang tak tahu diri, kau tak usah jual lagak didepan kami. Hmm, kau kira kami benar2 tak sanggup mengalahkan dirimu ? Justru lohu berdua mengingat kau masih muda dan merupakan generasi belakangan, maka sengaja kami mengalah dua jurus untukmu. Hmm dengan andalkan kepandaian silat yang loohu bersaudara miliki, tidak mungkin kalau sampai takuti seorang setan cilik yang belum hilang bau teteknya seperti kau. Tak usah kaujual lagak dan jumawa lagi !"
Ditengah raungan keras, sang badan mencelat kemuka, kembali ia melancarkan rangsakan ke arah Hoo Thian Heng.
Sepasang telapak bergerak berbareng, tangan kanan dengan jurus "Ciauw Kew Thian Bun" atau Bersembah sujud Pintu Langit, menotok jalan darah "Sun-keng-hiat" di tubuh lawan, sementara itu tangan kirinya dengan gerakan "Kiem Thau Cau" atau Macan Tutul pentang Cakar, kelima jari tangannya dipentangkan lebar2 mencengkeram jalan darah "Gian-cing hiat" diatas bahu.
Dalam pada itu kebetulan Toan Liong siluman pertama telah selesai mengatur pernapasan, menjumpai Toan Hauw turun tangan seorang diri, ia lantas sadar kalau saudaranya bukan tandingan Hoo Thian Heng, buru2 teriaknya:
"Gunakan Sam Cay !"
Sembari berteriak, ia sendiripun segera mencelat kedalam kalangan.
Mendengar teriakan itu, buru2 Toan pa mengerem gerakan tubuhnya dan berdiri dihadapan Hoo Thian Heng.
Dalam sekejap mata tampaklah enam buah bayangan telapak berputar, menyambar tiada hentinya mengikuti kedudukan Sam Cay yang terdiri dari Langit, Bumi dan Manusia.
Jurus serangan amat ganas, tiap gerakan telengas, dengan hebat dan dahsyatnya merangsek tempat2 mematikan disekeliling tubuh Hoo Thian Heng.
Haruslah diketahui rangkaian barisan Sam-Cay Ciang Tin ini telah membuang banyak pikiran serta keringat Liauw-tong sam Koay, mereka melatih, mempelajari dan mencari selama banyak tahun, hingga tahun permulaan mereka baru berhasil ciptakan kepandaian ini, jadi secara resmi baru malam ini ilmu tersebut muncul dalam dunia persilatan.
Barisan telapak sam Cay Ciang Tin ini bukan saja memiliki perubahan sangat banyak, bahkan kelihayannya tiada terhingga, setiap jurus serangan setiap gerakan tentu aneh, sakti dan telengas.
Begitu barisan sam Cay Ciang Tin dibentangkan, seketika itu juga Hoo Thian Heng terkurung dalam lapisan bayangan telapak, tiga sosok bayangan manusia berputar, bergerak maju, mundur dengan suatu gerakan yang manis dan tepat.
Kendati Hoo Thian Heng adalah ahli waris seorang tokoh sakti dunia persilatan, kepandaian silat yang ia miliki amat sakti dan luar biasa, setelah menjumpai barisan Telapak Sam cay ciang Tin yang dipergunakan Liauw-tong Sam Koay, tak urung hatinya dibikin terperanjat juga segera pikirnya:
"Ilmu silat yang dimiliki Liauw tong Sam Koay betul2 luar biasa, aku tak boleh terlalu pandang enteng diri mereka."
Karena punya pikiran demikian, ia tak berani berayal lagi, hawa murninya buru2 disalurkan dari pusar "Tan Thian" mengelilingi seluruh badannya, setelah itu badannya bergerak serasa mega yang berjalan diatas angkasa, enteng, ringan, cepat dan gesit, berada ditengah kurungan bayangan telapak Tiga manusia aneh yang menggetarkan rimba persilatan, ia terobos kesana berkelit kemari, disamping itu, telapak tiap kali mengirim serangan balasan bilamana menjumpai titik2 kelemahan. Dalam sekejap mata dua puluh jurus telah berlalu.


Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Walaupun Liauw-tong Sam Koay pada saat ini sudah kerahkan segenap kehebatan serta kedahsyatan barisan Sam cay ciang Tinnya, bukan saja gagal mencari kemenangan, bahkan untuk menowel ujung baju si anak muda itupun tak bisa.
Haruslah diketahui Hoo Thian Heng adalah seorang jago muda berbakat alam, bukan saja ia memiliki tulang bagus untuk berlatih silat, otaknyapun encer, kecerdasan otaknya lebih tinggi setingkat daripada orang lain.
Selama dua puluh jurus terkurung dalam barisan sam Cay Ciang tin, ia selalu hadapi tiap gerakan dengan sikap tenang, dalam pada itu semua keistimewaan serta perubahan2 dahsyat dari barisan tadi mulai dipelajari, diselami kemudian dipahami.
Dan kini ia berhasil memahami keistimewaan serta kunci2 kehebatan dari barisan sam Cay Ciang Tin tersebut, dia mulai tidak sabaran dan tak mau buang waktu lebih lama lagi untuk bertarung melawan ketiga orang itu.
Mendadak ia mendongak dan perdengarkan suitan nyaring dan lantang.
Suitan itu keras bagaikan pekikan naga sakti keras menggema seluruh angkasa memantul ke seluruh lembah dan menusuk pendengaran tiap manusia.
Ditengah suitan itulah, mendadak gerakan tubuhnya berubah, sang badan mulai melayang sebentar ketimur, sebentar kebarat cepatnya laksana kilat, sepasang lengan menari kian kemari diiringi tenaga desiran, babatan yang luar biasa.
Ternyata pada saat ini Hoo Thian Heng telah mengeluarkan ilmu pukulan andalannya, "Hian-thian Ciang".
Begitu rangkaian ilmu telapak Hian Tian ciang dibentangkan, belum sampai berjalan sepuluh jurus Toan Liong, Toan Hauw serta Toan Pa sudah dipaksa hingga kalang kabut dan terpaksa harus kerahkan segenap tenaganya untuk pertahankan posisi masing2 jelas perubahan barisan sudah menunjukkan tanda tanda kekacauan.
Tiba2 Hoo Thian Heng mengeluarkan jurus "Kan koen To Cuan" atau memutar balik Alam Jagad, suatu jurus serangan luar biasa, sepasang telapak direntangkan secara terpisah menyerang Toan Liong, Toan Pa serta dua orang, dalam sekejap dua orang siluman itu sudah didesak mundur lima depa ke belakang.
Se-konyong2 ia meloncat kehadapan tubuh Toan Hauw siluman nomor dua, bentaknya lantang.
"Roboh kau !" Ditengah bentakan keras, sepasang telapak mendorong keluar secara berbareng.
Dengan gerakan "Hay kouw Thian Cong" atau Samudra Luas bagai Udara kosong, telapak serta jari tangan digunakan bersama2, membawa perubahan yang tak ada batasnya langsung mengancam dada serta lambung Toan Hauw.
Menjumpai keadaan seperti ini, Toan Liong serta Toan Pa terperanjat, buru2 mereka maju kedepan sambil melancarkan serangan dahsyat, satu dari kiri yang lain dari kanan langsung menubruk Hoo Thian Heng.
Sayang dalam serangannya ini gerakan tubuh si anak muda she Hoo itu terlalu cepat hingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Toan Hauw siluman nomor dua hanya merasakan bayangan manusia berkelebat lewat dari depan matanya, diikuti sebelum ia melihat jelas apa yang terjadi, bagian dada terasa sakit, sesak dan bergetar keras, tak kuasa ia mendengus berat dan roboh terkulai keatas tanah, dari tujuh lobang inderanya darah segar mengucur keluar sangat deras.
Dalam jurus maha sakti inilah Siluman kedua dari Liauw tong Sam Koay telah menemui ajalnya.
Berbareng dengan robohnya tubuh Toan Hauw keatas tanah, serangan telapak Toan Liong serta Toan Pa telah sampai.
Pada saat ini keadaan sangat kritis bagaikan telur diujung tanduk, asalkan ilmu silat si anak muda itu agak cetek, niscaya ia akan binasa dan tak terlolos dari ancaman maut kedua orang siluman itu.
Dasar Ho Thian Heng lihay dan tak malu disebut jagoan berbakat alam dalam dunia persilatan dewasa ini, berada dalam keadaan seperti ini ia sama sekali tidak gugup ataupun gelagapan.
Dikala telapak tangan Toan Liong serta Toan Pa telah menempel diatas ujung bajunya, dan kelihatan jelas serangan tersebut bakal bersarang telak, tiba2 ia buang badannya kesamping, dengan suatu gerakan yang manis si anak muda she Hoo itu berkelit dari datangnya serangan sementara sebuah serangan balasanpun telah dilepaskan.
Sepasang telapak diputar kemudian membalik dengan gerakan "Ya Ma Han Cong" atau Kuda Liar membiak suri, secara terpisah satu kekiri yang lain kekanan menyodok lambung Toan Liong serta Toan pa.
Jurus serangan ini bukan saja digunakan amat kritis bahkan jauh diluar dugaan kedua orang siluman itu.
Pada saat ini, asalkan telapak kedua orang itu diteruskan membabat kebawah, niscaya Hoo Thian Heng tak bakal lolos dari ancaman maut.
Tetapi Toan Liong serta Thoan Pa tidak berbuat demikian, sebab seandainya telapak mereka ditekan kebawah meneruskan serangannya, meskipun Hoo Thian Heng berhasil mereka bunuh namun mereka berduapun bakal terhajar telak oleh serangan balasan si anak muda itu, dalam keadaan seperti itu merekapun tak mungkin bisa hidup lebih jauh.
Maka dari itu, walaupun boleh dikata jurus serangan ini digunakan Hoo Thian Heng dengan menempuh bahaya, tapi dalam istilah kaum persilatan inilah yang disebut: Membeli serangan lawan untuk menolong diri sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, walaupun Toan Liong, Toan Pa sedang amat gusar dan mendendam sebab kematian saudara mereka, Toan Hauw ditangan Hoo Thian Heng, dan mereka berniat untuk membinasakan pemuda itu, namun merekapun tak ingin ikut berkorban, mereka tak sudi adu jiwa dengan musuh besarnya.
Karena punya pikiran demikian, sewaktu Toan Liong serta Toan Pa melihat sepasang telapak Hoo Thian Heng menyodok datang dan secara terpisah mengancam lambung, hati mereka terperanjat, buru2 mereka enjot badan, masing2 orang melayang mundur tujuh delapan depa ke belakang.
Setelah kedua orang siluman itu mengundurkan diri, Hoo Thian Heng pun segera meloncat bangun, diam2 bisiknya dalam hati, "Sungguh memalukan, sungguh mengecewakan !"
Agaknya Toan Liong serta Toan Pa sangat tidak puas dengan keadaan yang mereka terima saat ini, melihat si anak muda itu meloncat bangun, mereka berdua kembali merangsek maju, empat telapak menari, berputar silih berganti, dengan angin puyuh menyapu seluruh jagad melanda datang dengan hebatnya.
Terhadap datangnya serangan, Hoo Thian Heng tidak menangkis ataupun balas menyerang, ia hanya berkelit dan melayang kesamping sejauh delapan depa kemudian perdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat sinis.
"Siluman tua !" bentaknya. "Masih bisa terhitungkan ucapan yang kau utarakan tadi ?"
"Kenapa tidak berlaku ?" seru Toan Liong penuh kegusaran.
"Kalau memang masih berlaku, ayoh cepat sipat telinga simpan ekor dan enyah kembali ke wilayah Liauw Tong. Hm, hee...heee...mungkin kalian masih ingin melanjutkan pertarungan ini ?"
Toan Liong tertawa seram, suaranya tinggi melengking bagaikan tangisan kuntilanak ditengah malam buta, begitu mengerikan sampai2 mendirikan bulu roma semua orang.
"Setan cilik !" teriaknya penuh rasa dendam. "Seandainya kau tidak membinasakan Jie-te kami tentu saja ucapan itu masih berlaku, tapi sekarang jie-te kami telah menemui ajalnya di tangan kau setan cilik, dendam berdarah sedalam lautan ini harus kami tuntut balas !"
"Oooouw... jadi kalian mau membalas dendam?" Dengan wajah sinis dan pandang remeh Hoo Thian Heng mendongak tertawa ter-bahak2.
"Haaa.... haaaa... bahkan kalian bertiga turun tangan bergabungpun masih bukan tandingan siauwyamu, apalagi sekarang kalian tinggal berdua, kalau benar2 ingin membalas dendam, aku lihat lebih baik kalian pulang dulu ke Liauw tong, disana berlatihlah rajin selama sepuluh tahun, setelah itu baru cari siauwya kembali untuk menuntut balas."
Mendengar ucapan itu pikiran Toan Liong rada bergerak, segera pikirnya:
"Ilmu silat yang dimiliki anjing cilik ini memang lihay dan luar biasa, sampai2 barisan Sam Cay Tin yang kami bertiga latih dengan susah payah selama banyak tahunpun tak berhasil menangkan dirinya, lagipula sekarang Loo jie sudah mati, tinggal aku serta Loo-sam berdua, kami berdua mana bisa menangkan dirinya lagi? lebih baik sudahi saja kesempatan yang ini mengundurkan diri dan untuk sementara kembali ke Liauw tong untuk belajar macam macam ilmu silat sakti, setelah itu barulah mencari anjing cilik ini lagi untuk balaskan dendam kematian Loo sam."
Api Di Bukit Menoreh 26 Pendekar Misterius Karya Gan Kl Bagus Sajiwo 1
^