Pencarian

Prahara Di Gurun Gobi 18

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 18


memaki gurunya itu.
"Kau tua bangka keparat. Kau selamanya
mengukur orang lain seperti dirimu sendiri.
Bedebah, kitab yang kubuang adalah yang asli,
suhu. Aku tak memiliki yang lain lagi kecuali
itu. Kau boleh tidak percaya!"
2426 "Ha-ha, pinceng bukan orang bodoh. Mulut dan
hatimu bicara lain, Chi Koan. Serahkan kitab
atau Peng Houw datang merobohkanmu....
des-plakk!" dan pukulan serta tangkisan yang
bertemu untuk kesekian kalinya lagi membuat
mereka sama-sama terpental dan Peng Houw
melihat betapa Chi Koan terdesak. Li Ceng,
gadis baju merah itu masih dipondongnya. Chi
Koan sama sekali belum melepas gadis ini. Dan
ketika Peng Houw menjadi khawatir sekaligus
bingung dan kaget oleh pembicaraan itu, guru
dan murid ini bertanding lagi maka Chi Koan
memaki-maki gurunya dan tiba-tiba merogoh
granat hitam untuk disambitkan kepada
gurunya. Dalam keadaan seperti itu Chi Koan
marah sekali. Ia memaki dan mengutuk
gurunya ini panjang lebar sambil terus
menyerang. Mata kirinya buta, sama seperti
gurunya. Entah bagaimana terjadinya hal itu
Peng Houw tak tahu, yang dilihat adalah guru
2427 dan murid yang sudah bertempur hebat ini.
Dan ketika Chi Koan mengambil granat namun
sang guru tahu, terbahak dan mengambil
sesuatu pula mendadak hwesio itu mendahului
dan sudah melempar sebuah benda hitam kecil
panjang menyambar tangan pemuda itu.
"Wuuttt...!"
Chi Koan terkejut. Ia berteriak dan melempar
tubuh ke kiri, begitu kaget hingga Li Ceng
terlepas. Namun karena ia juga melontar
granat itu sambil bergulingan di bawah maka
Beng Kong ganti melempar tubuh dan memaki
serta mengutuk.
"Dar!"
Benda itu meledak tapi terdengar jerit di sana.
Bukan Chi Koan atau Beng Kong melainkan Jin-
mo, Hantu Bambu itu. Karena begitu benda
2428 hitam kecil itu menyambar dan luput mengenai
Chi Koan, sebaliknya granat tak mengenai
Beng Kong pula maka Jin-mo yang meringkuk
dan menggeliat sambil merintih-rintih digigit
benda kecil panjang itu.
Ular Tiga Warna, hitam kuning dan merah
ternyata jatuh di tubuh kakek iblis ini. Ular itu
sedianya dilempar untuk menggigit Chi Koan
namun Chi Koan waspada, melihat lebih dulu
dan terkejut bukan main melihat gurunya
mengeluarkan ular itu. Itulah ular yang dulu
membunuh Ji Beng Hwesio, paman kakek
gurunya! Maka begitu dia membanting tubuh
menghindar dan ular menyambar Jin-mo,
menggigit dan langsung membuat kakek itu
menjerit maka Jin-mo meronta dan mendelik
dengan mata sebesar kelereng. Kakek itu
kaget bukan main dan tahu ancaman bahaya.
Tak ada obat penawar. Dan ketika ia melotot
2429 dan hendak mencengkeram, ular melejit dan
lari ke semak-semak maka kakek itu roboh dan
sebelum kepalanya terantuk tanah nyawanya
sudah melayang lebih dulu. Tubuh dan wajah
itu hitam gosong!
"Kau manusia keji!" Chi Koan membentak,
menggigil meloncat bangun. "Kau masih
menyimpan juga ular itu, suhu. Untung tidak
kena dan sekarang apa yang kau andalkan?"
"Ha-ha, cambukku...!" kakek itu terbahak,
meloncat bangun pula dan mencabut pecutnya,
cambuk cadangan. "Masih ada ini di tanganku,
Chi Koan. Aku akan membunuhmu dan kau
atau aku mampus!"
Chi Koan mengelak dan membentak marah. Ia
tak menyangka gurunya menyimpan ular
berbisa itu dan diam-diam keringat dingin
mengucur keluar. Untung ia cepat mengelak,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
kalau tidak.... ah! Dan Chi Koan yang marah
menerjang lagi akhirnya merasa lebih bebas
setelah Li Ceng dilempar. Ia tak ingat lagi
gadis itu karena seluruh kemarahan
ditumpahkan di sini. Mereka segera bertanding
lagi dengan sengit. Tapi ketika Beng Kong
meledak-ledakkan cambuknya dan
berlompatan serta menjauh, bayangan mereka
segera berkelebatan keliling-mengelilingi maka
tak terasa tempat pertandingan sudah berada
di tanah lapang dan di situ bunyi mendesis
atau keritikan aneh terdengar. Ribuan kepiting
muncul.
"Hm!" Chi Koan teringat kepandaian gurunya
yang aneh ini, mengejek. "Kau boleh suruh
kepiting-kepiting busuk itu menyerangku, suhu.
Tapi jangan harap kau mampu!"
"Ha-ha, pinceng akan mencoba. Kalau tidak
mampu kau sungguh beruntung.... tar!" dan
2431 cambuk yang meledak memberi aba-aba
akhirnya melakukan gerak aneh dari atas ke
bawah, meliuk dan menyambar kepala Chi
Koan tapi ketika dikelit melejit ke kiri, cepat
luar biasa dan tahu-tahu pangkal lengan
pemuda itu terbelit. Dan ketika hwesio ini
menarik dan tertawa bergelak maka Chi Koan
terlempar ke arah ribuan kepiting itu.
"Ha-ha!"
Namun Chi Koan melepas ikat pinggangnya.
Dengan seruan keras dan gerakan luar biasa
sabuk tiba-tiba menjadi kaku bagaikan baja,
menahan pemuda itu ketika turun ke tanah
dan Chi Koan berjungkir balik melempar tubuh
kembali ke atas menjauhi ribuan kepiting itu,
"tongkat" aneh itulah yang menolongnya. Dan
ketika ia sudah kembali berhadapan dan
gurunya terbelalak, kini pemuda itu memiliki
senjata yang aneh pula maka ikat pinggang itu
2432 mendesing dan menyambar gurunya bagai
toya baja yang amat dahsyat.
"Bagus!" sang guru mengelak dan bertanding
lagi. Betapapun hwesio ini kagum dan Chi Koan
membalas, kepiting mulai berdatangan namun
dengan senjata di tangan itu ia menghalau.
Tangan kiri Chi koan juga mengibas dan
ratusan kepiting terlempar. Mata pemuda yang
tinggal sebelah ini berapi-api. Dia merasa kiut-
miut pada mata kirinya yang pecah namun
sebisanya ditahan. Kemarahan membuat
tenaga berlebih. Dan ketika Chi Koan
membentak dan mengeluarkan Lui-thian-to-jit,
sang hwesio menggeram karena dari dialah
ilmu meringankan tubuh itu didapat si pemuda
maka hwesio inipun membentak dan
mengeluarkan Lui-thian-to-jit pula. Untuk
sejenak mereka saling desak-mendesak
sementara ribuan kepiting mengepung. Mereka
2433 berjaga-jaga dan berkali-kali Beng Kong
berusaha melempar muridnya ke tengah-
tengah namun Chi Koan selalu waspada.
Dengan ikat pinggang yang lurus kaku terisi
sinkang itulah dia melempar tubuh berjungkir
balik, cambuk di tangan Beng Kong akhirnya
meledak dan menjadi lurus kaku pula. Dan
ketika hwesio itu memekik dan kini cambuk
berobah menjadi semacam toya panjang, jauh
lebih panjang daripada ikat pinggang di tangan
Chi Koan maka hwesio ini bergerak semakin
cepat dan senjata panjang itu ternyata menjadi
lebih berbahaya.
"Cring-craangg....!"
Luar biasa sekali. Ikat pinggang dan cambuk
yang kini sudah sama-sama keras itu
mengeluarkan bunyi seperti benda logam
beradu. Bahkan bunga apipun berpijar. Dan
ketika mereka sama-sama terhuyung karena
2434 sama-s?ma kuat, sebenarnya Chi Koan lebih
kuat namun dia sudah terkuras lebih dulu
ketika bertanding dengan Peng Houw maka
hwesio itu tertawa mengejek dan tangan
kanannya mendorong.
"Desss!"
Dua Hok-te Sin-kang bertemu. Chi Koan tak
mau kalah dan menangkis pukulan gurunya
dengan pukulan yang sama pula. Masing-
masing tergetar dan terdorong dua tindak. Dan
ketika hwesio itu melotot dan Chi Koan juga
mendelik, mereka sama-sama memiliki
pukulan dari sumber yang sama pula maka
Peng Houw yang menonton menjadi tidak
sabar. Dia ingin keluar tapi peristiwa di dalam
jurang menghentikannya. Dia bimbang. Kalau
dia keluar jangan-jangan guru dan murid itu
bersatu lagi, dia dikeroyok. Dan ragu serta
menahan marah teringat semua itu tiba-tiba
2435 Peng Houw melihat enam bayangan terhuyung
maju di belakang si hwesio. Waktu itu mereka
masih bertanding seru dan cambuk di tangan
Beng Kong Hwesio tidak meledak-ledak lagi.
Hwesio ini percuma menggerakkan ribuan
kepitingnya kalau Chi Koan belum roboh. Dia
ingin melempar dan menyiksa muridnya itu
kalau Chi Koan roboh, melihat pemuda itu
menggeliat dan menjerit dikeroyok kepiting
buasnya. Daging dan kulit pemuda itu bakal
habis. Tapi karena Chi Koan berkali-kali
mempergunakan ikat pinggangnya untuk
berjungkir balik menyelamatkan diri, lolos dan
keluar lagi dari ribuan kepitingnya maka
merobah gaya serangan menyuruh kepitingnya
menonton hwesio ini menjadikan cambuk
seperti besi panjang mirip toya di tangan Chi
Koan menderu dan membabat dan Chi Koan
menangkis. Dua senjata menjadi seperti logam
baja ketika beradu dan memercikkan bunga api.
2436 Dan ketika hwesio itu terus menyerang
sementara Chi Koan juga membalas dan
menangkis, melihat pula enam bayangan ini
maka wajah pemuda itu tiba-tiba berubah,
girang.
Mula-mula yang muncul adalah Coa-ong.
Kakek ini, seperti yang lain dihantam pukulan
hwesio itu ketika sama-sama turun gunung.
Mereka berhasil lolos dari ribuan orang kang-
ouw ketika mendadak saja hwesio itu
melakukan kecurangan. Beng Kong, yang tidak
percaya Chi Koan melempar kitab yang asli
tahu-tahu menyerang dan menghantam Tujuh
Siluman Langit ini dengan cepat. Mereka waktu
itu turun gunung tergesa-gesa dan pukulan
atau serangan hwesio ini tentu saja tak diduga
Coa-ong dan lain-lain. Begitu licik dan
cepatnya hwesio itu menyerang. Tapi karena
dia juga kelelahan dan pertempuran dengan
2437 Peng Houw di bawah jurang cukup
menghabiskan tenaga, itulah yang membuat
Coa-ong dan kawan-kawan tidak tewas
seketika maka Raja Ular dan teman-temannya
ini marah bukan main. Mereka roboh dan
terluka. Bukan tanpa maksud kalau hwesio ini
merobohkan Coa-ong dan kawan-kawan.
Mereka itu adalah pembantu Chi Koan dan
selama mereka itu masih di situ maka hwesio
ini bakal terganggu. Dia yakin benar bahwa
yang dilempar Chi Koan bukanlah Bu-tek-cin-
keng yang asli. Pemuda itu melempar kitab
tiruan. Maka ketika dia merobohkan tujuh
orang ini dan Chi Koan tentu saja kaget bukan
main, meloncat dan berjungkir balik
menjauhkan diri maka saat itulah hwesio itu
berkata bahwa dia ingin kitab yang asli.
2438 Chi Koan mendelik dan tertegun. Dan ketika


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gurunya bergerak dan mengeluarkan tiga
kelereng kaca, berkilat dan memantulkan
cahaya maka di saat itulah gurunya berkelebat
dan menyerangnya, dielak dan mengejar dan
tahu-tahu dua sinar menyilaukan menyambar
mukanya. Chi Koan baru kali itu melihat
gurunya memiliki senjata rahasia aneh ini, dia
terkejut. Dan ketika dia mengelak namun sinar
ketiga meluncur, saat itu dia membuang muka
ke belakang dan tentu saja tak sempat
mengelak lagi maka mata kirinya tiba-tiba
meledak dan pecah dihantam pelor gelas ini.
"Aduh!"
Selanjutnya Chi Koan bergulingan dan marah
bukan main kepada gurunya ini. Dia terluka
karena benar-benar tak menyangka. Serangan
gurunya itu cepat dan tak terduga-duga. Dan
ketika di bawah gunung mereka akhirnya
2439 bertempur dan Peng Houw datang,
bersembunyi dan menonton di balik pohon
maka selanjutnya guru dan murid itu sama-
sama membalas dan memukul dan akhirnya
enam bayangan yang terhuyung-huyung ini
datang, di belakang Beng Kong Hwesio.
Mula-mula yang muncul adalah Coa-ong.
Kakek inilah yang pertama kali dicurangi Beng
Kong. Tongkat ularnya, yang menggigil dan
gemetar di tangan tampak dicekal erat-erat
dengan mata berapi. Tongkat itu dipakai untuk
menahan tubuh yang tertatih-tatih. Lalu ketika
muncul Kwi-bun dan Tong-si, juga See-tok dan
Jin-touw maka Kwi-bo paling belakang dengan
pakaian compang-camping. Jin-mo telah tewas
disambar Ular Tiga Warna.
Chi Koan berseri-seri. Kehadiran enam gurunya
yang masih dapat bergerak dan siap
menyerang membuat dia bangkit semangat.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tadinya dia sudah bingung menghadapi
gurunya yang kosen ini. Betapapun gurunya itu
memiliki Hok-te Sin-kang yang ampuh. Maka
ketika Coa-ong dan lain-lain memberi isyarat,
Chi Koan membentak dan memutuskan
sesuatu untuk mengakhiri pertandingan maka
senjata gurunya tiba-tiba disambut ikat
pinggang di tangan kanannya yang berubah
lemas. Sabuk atau ikat pinggang itu tidak lurus
kaku lagi, senjata ini menjadi lemas biasa
untuk menangkap dan membelit, namun
sinkang tentu saja sewaktu-waktu siap bekerja.
Maka begitu toya menyodok dan menusuk
lambungnya, cambuk di tangan Beng Kong
sudah berobah menjadi senjata keras maka
secepat kilat Chi Koan merobah gerakan dan
sabuknya yang sudah lemas dan lentur
memapak dan membelit.
"Rrtttt!"
2441 Beng Kong terkejut. Ujung senjatanya
ditangkap dan tahu-tahu dibelit sabuk, ditarik.
Dan ketika dia tentu saja juga mengerahkan
tenaga dan menarik, membentak maka Chi
Koan menggerakkan tangan kirinya
menghantam muka gurunya itu dengan Hok-te
Sin-kang.
Tak ada kesempatan lagi bagi hwesio ini
kecuali menangkis. Dia sudah ditahan
muridnya dengan betotan sabuk itu, mengelak
tak mungkin. Maka ketika dia menggeram dan
menggerakkan tangan kirinya pula, menangkis
maka dua Hok-te Sin-kang bertemu.
"Plakk!"
2442 Dua telapak tangan beradu. Chi Koan
mencengkeram dan sang hwesio terbelalak.
Sang murid rupanya hendak mengadu jiwa.
Dan ketika ia tertawa dan mencengkeram pula,
lima jari sudah saling bertaut untuk mendorong
dan merobohkan maka saat itulah Chi Koan
berseru pada keenam gurunya.
"Sekarang!"
Sang hwesio kaget. Coa-ong dan kawan-kawan
berada di belakangnya tanpa diketahui.
Pertandingan yang demikian seru membuat
hwesio ini tak mendengar. Dan ketika Coa-ong
terkekeh dan melompat dengan tongkat
ularnya, Kwi-bun juga membentak dan
menusukkan sepuluh kuku beracunnya, See-
tok menggerakkan bandul tengkorak
sementara Jin-touw dan Tong-si mengayun
kapak dan tusuk konde, Kwi-bo dengan
rambutnya maka hwesio ini berteriak dan tak
2443 mungkin mengelak hujan serangan itu. Senjata
dan tangannya dicengkeram Chi Koan!
**SF**
(Bersambung jilid 31)
Bantargebang, 24-09-2018, 08:51
2444 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 31
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
2445 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 31
"Aarrgghhh....!"
Pekik atau bentakan dahsyat ini seperti suara
beruang luka. Beng Kong Hwesio tak mungkin
berkelit lagi karena dari kiri kanan dan
belakang enam orang itu menyerangnya.
Senjata dan tangan kirinya masih ditahan Chi
Koan. Maka ketika enam orang itu
menggerakkan senjata masing-masing dan
kapak di tangan Jin-touw menancap di
punggung, tusuk konde menusuk tengkuknya
sementara tongkat dan rambut yang
2446 digerakkan Coa-ong dan Kwi-bo menghantam
pundak dan pipinya maka bandul tengkorak
yang disabetkan See-tok pecah mengenai
kepalanya dengan suara ledakan keras.
Namun hebat hwesio ini. Meskipun enam orang
itu menyerangnya di saat ia sedang berkutat
dengan Chi Koan akan tetapi kekebalan
tubuhnya masih bekerja. Kapak dan tusuk
konde itu tak dapat menancap penuh, begitu
pula kuku jari Kwi-bun. Dan ketika rambut
Kwi-bo meledak dan tongkat di tangan Coa-
ong menghantam punggungnya, hwesio ini
tergetar dan terdorong ke depan tiba-tiba ia
menarik napas dan seluruh kekuatan enam
orang itu disedot dan disalurkannya
menghantam Chi Koan.
"Aaiihhhh...!"
2447 Chi Koan terkejut dan berseru keras.
Kelicikannya disambut dengan kecerdikan luar
biasa dan di saat dorong-mendorong itu tiba-
tiba suhunya menyedot tenaga enam orang
iblis ini, dibawa dan disalurkan dan bukan
hanya pemuda itu saja yang terkejut
melainkan Coa-ong dan kawan-kawan juga
begitu. Senjata dan pukulan mereka melekat.
Dan ketika tiba-tiba tubuh terangkat dan
terbawa naik, Beng Kong membentak
menggempur Chi Koan maka secepat kilat Chi
Koan menjatuhkan diri ke bawah dan dengan
satu seruan keras ia melepaskan diri dan
kakinya menjejak atau menendang bawah
perut gurunya dan melontarkannya ke
belakang.
"Bressss!"
Beng Kong dan enam Siluman Langit meluncur
di atas tubuh Chi Koan. Mereka tak dapat
2448 menahan d?ri lagi dan hwesio itu melotot. Chi
Koan ternyata tak kalah cerdik dan jahat.
Pemuda itu cepat melempar tubuh dan
membuang daya dorong, begitu cepat dan
tiba-tiba hingga hwesio ini tak dapat berpikir
banyak. Dan ketika ia dibuang ke belakang
sementara Coa-ong dan kawan-kawan terbang
mengikuti, mereka masih lekat di tubuh hwesio
ini maka Beng Kong tertindih dan See-tok si
raksasa yang tinggi besar itu menimpa
kepalanya, disusul oleh yang lain hingga
sekejap hwesio ini lenyap di bawah, persis gula
dirubung semut, atau bangkai yang dikelilingi
belatung, tak tampak! Dan ketika suara
gedebukan itu diiring keluh dan teriakan
kesakitan, hwesio ini tergencet oleh banyak
tubuh maka tiba-tiba berkelebat sesosok
bayangan disusul menyambarnya sinar hitam.
2449 "Heh-heh, selamat menikmati mimpi buruk,
suheng. Terimalah hadiahmu dan bawa ini ke
akherat!"
Peng Houw terkejut. Seorang kakek lain,
berambut riap-riapan tiba-tiba munculdan
melempar Ular Tiga Warna. Saat itu paman
gurunya Beng Kong Hwesio tertindih Coa-ong
dan kawan-kawan. Enam iblis itu masih
kelengar dan setengah sadar. Beng Kong
sendiri juga begitu karena betapapun tusukan
dan bacokan senjata tajam melukainya,
membuatnya nanar dan darahpun mengucur
keluar. Maka ketika tiba-tiba ia diserang seekor
ular dan ular itu menyusup di bawah Coa-ong
dan kawan-kawan, menggigit dan mengenai
pahanya tiba-tiba hwesio itu berteriak dan
berjengit seraya menghantam ke bawah.
"Aduh!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Coa-ong kawan-kawan terlempar. Mereka
tersedot sinkangnya dan pucat, ular itu dipukul
Beng Kong namun melejit, lari dan mengigit
kakek ini untuk kemudian yang lain-lain, kaget
dan marah dan sebisanya berusaha keluar dari
tumpukan enam orang itu, mulutnya
menyambar sana-sini hingga See-tok maupun
lain-lain terpagut, Kwi-bo paling akhir. Dan
ketika wanita itu mengeluh namun sempat
menangkap ular itu meremas dan kepala ular
pecah maka semuanya tiba-tiba hitam
kebiruan terkena bisa paling jahat. Beng Kong
mendelik dan menuding-nuding.
"Kau.... kau.... ah, keparat. Kau Twa-liong!"
Kakek riap-riapan itu terbahak. Ia terkekeh-
kekeh sementara Beng Kong roboh. Hwesio ini
pucat pasi dan wajahpun membiru hitam,
cepat sekali mewarnai tubuhnya hingga
sebentar kemudian menjadi gelap. Ular Tiga
2451 Warna, yang tadi menewaskan Jin-mo kini
menggigit dirinya pula. Tak ada obat penawar
di dunia ini kecuali maut. Dan ketika hwesio itu
menuding-nuding namun roboh, menggeliat
dan kejang-kejang sejenak untuk kemudian
diam, nyawa melayang maka kakek riap-riapan
itu terbahak dan menendang mayat Beng Kong
ke tengah ribuan kepiting. Tubuh itu sudah
mulai busuk!
"Ha-ha, dosamu terbayar, suheng. Sekarang
kau menebus perbuatanmu dan impas sudah
sakit hati ini!"
Namun bayangan biru berkelebat. Chi Koan,
yang kaget dan melihat siapa ini tiba-tiba
mengenal. Itulah Twa-hwesio yang menjadi
susioknya tertua, orang yang sudah sekian


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahun menghilang namun kini tiba-tiba muncul.
Dia tertegun dan terbelalak sejenak untuk
kemudian tiba-tiba sadar, bergerak dan
2452 menyambar kakek itu untuk menendangnya
pula ke tengah-tengah kepiting berbisa itu.
Mereka berebut dan menerima gurunya,
mencapit dan sebentar kemudian mengganas
menyerang tuannya sendiri. Tubuh yang
membusuk itu membuat kepiting-kepiting ini
buas, mereka terangsang dan bagai harimau
mencium darah segar. Maka ketika menggigit
dan mengoyak tubuh itu, Chi Koan mendahului
menyerang dari belakang maka kakek ini, Twa-
hwesio, terkejut dan membalik namun kalah
cepat. Dia terlempar dan mencelat dan tentu
jatuh di tengah hewan-hewan buas itu kalau
saja Peng Houw tidak membentak dan
melompat keluar. Pemuda itu berjungkir balik
dan menyambar kakek ini, melemparnya
keluar dari kepungan kepiting berbisa itu. Dan
ketika kakek ini terkejut dan berseru marah,
mengeluarkan cambuknya maka Chi Koan
terbelalak melihat Peng Houw.
2453 "Kau.... kau.....!"
Pemuda ini memutar tubuh. Melihat Peng Houw
di situ tentu saja pemuda ini gentar. Dia baru
bertanding hebat dengan gurunya, mata
kiripun masih mengeluarkan darah. Tapi ketika
bayangan-bayangan lain berkelebat dan
muncullah Ji-hwesio dan lain-lain, Chi Koan
terkejut maka pemuda itu tak dapat melarikan
diri. Peng Houw berkelebat di depannya dan
tiba-tiba pemuda ini menangis, menjatuhkan
diri berlutut.
"Ampun.... aku mengaku salah, Peng Houw.
Jangan bunuh dan aku menerima semua dosa-
dosaku!"
Peng Houw tertegun. Dia telah melihat semua
kejadian itu dan tewasnya Beng Kong Hwesio.
Tapi marah teringat Bu-tek-cin-keng dia
menendang dan menyambar lawannya ini.
2454 "Kau berdosa berat kepada Go-bi. Kau
membuang pula Bu-tek-cin-keng! Dosamu tak
dapat diampuni, Chi Koan, terlalu berat. Aku
ingin membunuhmu tapi biarlah para susiok
yang mengadili!"
Chi Koan menangis. Aneh sekali pemuda ini
mengguguk, menyedihkan. Tapi ketika ia
mengangguk-angguk dan mendengar saja
semua kata-kata Peng Houw, pemuda inilah
yang paling ditakuti mendadak Twa-hwesio
menyambar dan meledakkan cambuknya di
punggung.
"Kalau tidak dibunuh mau tunggu apalagi. Biar
aku menghajarnya dulu, Peng Houw. Hitung-
hitung sebagai pembayar dosanya kepada
guru!"
Chi Koan berjengit. Ia berteriak ketika
dicambuk lagi, berjengit dan berteriak. Dan
2455 ketika tiba-tiba bayangan merah juga
berkelebat dan menusukkan pedang maka Li
Ceng, gadis itu menyerang ganas.
"Dia membunuh kong-kong. Tunggu apa lagi
kalau tidak sekarang mampus!"
Peng Houw terkejut. Dia juga ingin membunuh
Chi Koan tapi hadirnya orang-orang tua di situ
membuat dia menahan diri. Kalau saja paman-
paman gurunya tidak datang mungkin ia sudah
melampiaskan marah. Maka ketika Li Ceng
tiba-tiba berkelebat dan gadis itu menusukkan
pedangnya, Peng Houw sudah berjanji untuk
memberikan lawan maka pemuda ini
menangkis dan berseru keras,
"Tidak, jangan bunuh, Li Ceng. Biar para
susiokku yang mengadili!"
2456 Pedang terpental balik. Li Ceng gusar namun
Ji-hwesio dan Sam-hwesio bergerak, berseru
mencegah cambuk meledak-ledak karena Chi
Koan tiba-tiba roboh. Pemuda itu rupanya
pingsan. Dan ketika dua orang ini menghadapi
gadis baju merah itu dan terbelalak
memandang Twa-hwesio, suheng yang sudah
berobah jauh ini maka keduanya gemetar
memandang haru. Ji-hwesio merangkapkan
tangan.
"Omitohud, kau kiranya, Twa-heng? Kau tidak
mencukur gundul rambutmu? Kau masih
hidup?"
"Ha-ha-heh-heh, aku benci sekali kepada maut.
Aku benci pembunuh guru kita. Beng Kong
suheng telah mampus, sute, tapi aku masih
belum puas. Aku ingin membunuh muridnya
dan serahkan dia kepadaku!"
2457 "Tidak, nanti dulu. Kami tak dapat berbuat
apa-apa kalau Peng Houw tak ada di sini, Twa-
heng. Kau tanyalah dia dulu apakah boleh kau
bunuh!"
"Tapi dia menyerahkan kepada susioknya, dan
aku orang tertua di sini. Peng Houw tentu tak
keberatan dan serahkan kepadaku!"
Namun Ji-hwesio menggeleng kepala. Hwesio
itu berseru bahwa membunuh Chi Koan adalah
gampang, pemuda itu sudah di tangan. Tapi
ketika dia berkata sebaiknya pemuda ini
dibawa ke Go-bi, diadili maka hwesio itu
menggigil memandang Peng Houw.
"Ada banyak hal yang ingin pinceng ketahui.
Suheng tentu juga. Pinceng teringat kata-kata
Chi Koan bahwa Ji Leng supek sudah tiada!"
2458 "Hm, tak enak bicara di sini," Peng Houw
mengangguk dan melihat bayangan-bayangan
lain, para ketua dan wakil ketua partai.
"Urusan dalam tak perlu didengar orang luar,
susiok. Kita kembali ke Go-bi saja dan di sana
bicara sepuasnya."
"Tapi aku ingin membunuh anak ini!" Twa-
hwesio meledakkan cambuk, mata terbelalak.
"Dia dan gurunya sama jahat, sute. Di sini atau
di sana sama saja!"
"Benar!" bayangan-bayangan itu berseru, tiba.
"Kami tak dapat membiarkan Chi Koan dibawa-
bawa, Peng Houw. Anak itu telah mengadu
domba. Serahkan kepada kami dan biar diadili
di sini!"
Peng Houw terkejut. Para ketua itu, dan tokoh-
tokohnya sudah muncul dan berkelebatan
mengurung. Mereka susul-menyusul dan cepat
2459 sekali sudah berjumlah banyak. Bong Beng
Hosiang, tokoh Bu-tong juga tampak dengan
pundak dibalut. Hwesio ini berapi-api dan
merah padam. Dan ketika dia menuding dan
berseru bahwa Chi Koan harus diserahkan,
atau Peng Houw dianggap musuh maka ketua
Bu-tong yang sakit hati kepada Peng Houw ini
melengking.
"Chi Koan memberi Bu-tek-cin-keng kosong,
sudah berkali-kali mempermainkan kami.
Berikan dan biarkan dia mati karena di sini
atau di Go-bi sama saja!"
"Hm, Chi Koan adalah anak murid Go-bi, anak
didik kami. Kalau kami hendak membawanya
ke Go-bi dan menghukumnya di sana tentu tak
salah, Bong Beng lo-suhu. Atau nanti kami
serahkan kalau sudah diadili di sana!" Ji-
hwesio, yang sependapat dengan Peng Houw
untuk membawa ke Go-bi menolak keinginan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
ini. Dia justeru heran memandang ketua Bu-
tong yang tampak melotot itu. Hwesio ini
marah namun bola matanya berputar liar,
seakan ada sesuatu yang disembunyikan dan
menjadi rahasia. Dan ketika hwesio itu
membentak dan menghardik lawan, menolak
kata-kata Ji-hwesio maka dia berseru,
"Chi Koan bukan anak murid Go-bi saja. Bocah
itu juga anak didik Tujuh Siluman Langit. Kau
tak dapat memaksakan kehendakmu, Ji-hwesio.
Aku justeru menghendakinya mati di sini atau
kau dan kelompokmu akan kucurigai sengaja
membawa anak itu untuk keuntunganmu
pribadi!"
"Keuntungan pribadi?" hwesio ini terkejut. "Apa
maksudmu, Bong Beng lo-suhu? Keuntungan
apa yang kau maksud?"
2461 "Tak usah berpura-pura. Kita semua sama tahu
kelicikan dan kecerdikan Chi Koan. Kami curiga
bahwa kitab yang dilempar bukan Bu-tek-cin-
keng yang asli. Kalian menghendaki anak itu
karena ingin mendapatkan ini!"
"Benar!" para ketua lain tiba-tiba berseru.
"Kami curiga bahwa Chi Koan masih membawa
Bu-tek-cin-keng, Ji-lo-suhu, yang asli. Karena
itu serahkan kepada kami dan biar kami bunuh
agar ini tidak berkepanjangan!"
Ji-hwesio berubah. Hwesio ini mundur
sementara Peng Houw yang mendengar itu
tersentak. Peng Houw teringat pertandingan
mati hidup antara Chi Koan dengan gurunya
gara-gara dugaan itu. Siapa tahu benar. Dan
ketika seorang maju melemparkan sobekan
kertas, itulah Bu-tek-cin-keng yang hancur
berkeping-keping maka orang itu bertanya
kepada Peng Houw apakah dugaan itu keliru.
2462 "Lihat, inilah sobekan Bu-tek-cin-keng yang
kudapat. Di dunia ini sekarang hanya kau yang
tahu, Baca dan lihat gambarnya, Peng Houw.
Harap kejujuranmu yang kami percaya tidak
kau salahgunakan!"
Peng Houw berdesir. Ia menerima dan
membaca itu namun karena hanya secuwil saja
maka repot, bagian yang lain tak ada. Namun
ketika seseorang maju dan memberikan
serpihannya, disusul yang lain dan lainnya lagi
maka selembar Bu-tek-cin-keng utuh telah
berada di tangan Peng Houw, seakan diatur!
"Lihat, jangan berbohong, Peng Houw. Kau
satu-satunya pewaris Bu-tek-cin-keng asli. Kau
murid langsung Ji Leng Hwesio yang sakti.
Baca dan lihat itu dan katakan kepada kami
apakah benar!"
2463 Peng Houw berdetak. Ia terbelalak melihat
gambar-gambar yang tak dimengerti dan
semua orang tiba-tiba memandangnya tajam.
Semua menuntut dan menunggu jawaban. Tapi
ketika Ji-hwesio bergerak dan maju dengan
suara lantang hwesio ini berseru,
"Peng Houw, tak mungkin rasanya hanya
dengan selembar kertas kau dapat segera
menentukan asli tidaknya Bu-tek-cin-keng.
Pinceng tak setuju dengan cara ini karena
terlalu picik. Pinceng tak menduga bahwa
orang-orang ini mencurigai kita karena akan
membawa kembali Chi Koan ke Go-bi.
Sebaiknya mereka ikut saja ke sana dan
buktikan bahwa kita bukanlah orang yang
tamak akan ilmu orang lain. Siapa tidak setuju
berarti mencari-cari persoalan dan terserah
mereka!"
2464 Hebat kata-kata ini. Ji-hwesio telah
menyemprot orang-orang itu dengan kata-
katanya terakhir, bahwa mereka adalah orang-
orang yang menghendaki barang milik orang
lain. Bong Beng Hosiang dan lain-lain seketika
merah padam. Tapi ketika hwesio itu maju dan
berseru tak kalah lantang maka ketua Bu-tong
ini berteriak,
"Ji-hwesio, Bu-tek-cin-keng juga bukan milik
Go-bi. Itu benda tak bertuan! Kau tak dapat
mengakuinya sebagai milik Go-bi karena di
ruang perpustakaanmu tak terdapat kitab itu!"
"Betul!" yang lain serentak berseru. "Kami
bukan orang-orang yang menghendaki barang
orang lain, Ji-lo-suhu. Kitab itu bukan milik Go-
bi Kau tak dapat bicara seperti itu!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi kitab itu berada di tangan Go-bi, mau
tidak mau adalah milik ketua kami!"
2465 "Ji Leng Hwesio berasal dari mencurinya. Itu
barang curian!" Bong Beng membakar dengan
kata-kata mengejutkan, menyentak. Dan
ketika Ji-hwesio terbelalak dan merah padam,
Peng Houw juga terkejut maka pemuda ini
maju dengan suara dingin, kemarahannya
ditahan.
"Bong Beng lo-suhu, kau adalah ketua Bu-tong
yang seharusnya tahu tata cara dan etika. Kau
lancang sekali menghina guruku sebagai
pencuri. Baik, adakah bukti untuk itu? Apakah
kau dapat meyakinkan bahwa guruku benar-
benar mencuri Bu-tek-cin-keng?"
"Chi Koan buktinya, Peng Houw, dan kedua
adalah tidak adanya daftar Bu-tek-cin-keng di
perpustakaan Go-bi!"
2466 "Chi Koan adalah penipu, orang yang suka
mempermainkan orang lain. Kalian tahu sendiri
itu dan tak dapat dijadikan bukti!"
"Tapi di ruang perpustakaan Go-bi tak terdapat
daftar kitab itu!"
"Baik, tapi masih belum dapat dikatakan
mencuri, lo-suhu. Siapa tahu bahwa guruku
mendapatkannya secara temuan, atau diberi
seseorang...."
"Tak mungkin! Tak ada kitab sehebat itu
diberikan kepada orang lain, Peng Houw,
kecuali orang gila. Dan tentang temuan, ah,
pinceng tak percaya!"
Peng Houw berkelebat. Ia marah dan gusar
sekali oleh debatan ini karena jelas ketua Bu-
tong itu tak mau kalah. Ia mencari-cari
sengaja bersetori. Maka membentak dan
2467 menyambar baju lawan akhirnya Peng Houw
berseru, "Baik, tapi betapapun mencuri juga
tak mungkin, Bong Beng Hosiang. Tak ada
saksi yang dapat dihadirkan di sini kecuali
mulut-mulut busuk pemfitnah. Katakan
sekarang apa maumu atau aku
menghancurkan mulutmu. Bicaralah secara
jujur bahwa kau sebenarnya iri dan ingin
mengangkangi kitab itu. Ayo, katakan!"
Hwesio ini terkejut. Ia tersentak disambar Peng
Houw, mengaduh. Namun ketika ia pucat dan
menggigil, tak dapat berkutik maka Peng Houw
mengangkat ketua Bu-tong itu berseru kepada
yang lain-lain,
"Cuwi-enghiong, tak guna berdebat tentang ini
kalau isinya hanya kecemburuan dan iri hati
belaka. Kitab itu telah hancur, tak usah
melukai perasaan Go-bi karena betapapun Go-
bi juga merasa dikhianati dan dipermainkan
2468 orang-orang semacam Chi Koan dan gurunya
itu. Lihat betapa kami juga menderita. Lihat
betapa Go-bi jatuh bangun oleh urusan ini.
Sekarang kitab telah tiada, asli atau tidak aku
tak dapat mengatakannya. Kalau cuwi ingin
bersikeras tentang ini aku minta agar serpihan
itu dikumpulkan secara lengkap, utuh satu
buku, bukan hanya satu atau dua lembar saja.
Nah, kalau cuwi sanggup melaksanakan ini
maka akupun sanggup memeriksa apakah
kitab itu asli atau tidak!"
Kata-kata Peng Houw menggema dan bergetar
hebat. Kemarahan dan sikap tegas pemuda itu
tampak. Peng Houw berapi-api. Dan ketika
semua tiba-tiba saling pandang dan maklum
akan kejadian itu, bahwa sesungguhnya yang
mengatur dan memimpin ini memang Bong
Beng Hosiang itu maka mereka mengangguk
dan menghela napas melunak lagi. Bu-tong-
2469 ciangbunjin (ketua Bu-tong) itu memang iri
dan ingin memiliki kitab!
"Nah, bagaimana pendapat cuwi? Apakah
ngotot untuk mempermasalahkan kitab atau
tidak?" Peng Houw meneruskan.
"Tak mungkin kami menyatukan semua
serpihan," akhirnya ketua Hoa-san berkata.
"Sulit bagi kami memenuhi permintaanmu,
Peng Houw. Karena banyak di antara kami
yang menyimpan dan masih menyembunyikan
itu. Kami tak sanggup."
"Kalau begitu biarkan kami lewat. Chi Koan
adalah tawanan kami!"
"Tidak!" Bong Beng tiba-tiba meronta. "Urusan
kitab boleh dihentikan, Peng Houw. Tapi bocah
itu jangan. Berikan dan biar kami bunuh di
sini!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Hm, kau memuakkan!" Peng Houw
mengangkat lagi tubuh ketua Bu-tong ini,
bersinar. "Apa alasanmu, Bong Beng? Kenapa
tak boleh? Apakah kau dan orang-orang ini
yang merobohkan Chi Koan?"
"Tidak... tidak, tapi..."
"Tak usah khawatir. Dengan atau tiadanya Chi
Koan Go-bi tetap memiliki pewaris Bu-tek-cin-
keng, Bong Beng Hosiang. Dan itu adalah aku.
Sebutkan kenapa ia tak boleh dibawa seolah
kau khawatir kami pihak Go-bi hendak
mendapatkan kitab itu!"
Hwesio ini tertegun. Tiba-tiba ia mengeluh dan
sadar bahwa sesungguhnya ia terlalu mencari-
cari. Dibawa atau tidak tetap saja Go-bi
memiliki itu, pewaris Bu-tek-cin-keng. Dan
karena alasannya melemah dan tentu saja ia
tak dapat bicara lagi, satu demi satu para
2471 ketua dan wakil ketua partai surut maka
hwesio itu merintih dan Peng Houw
melemparnya gemas.
"Cuwi-enghiong, lihat apa yang dilakukan Bong
Beng Hosiang ini. Ia hanya melepas cemburu
dan dengki. Aku lebih berhak atas Chi Koan,
karena akulah yang merobohkan dan
menangkapnya. Dan karena aku murid Go-bi
dan ia bekas murid Go-bi pula, aku hendak
mengadilinya di Go-bi harap cuwi ikut kami
kalau khawatir ada kecurangan tersembunyi.
Silakan, cuwi boleh ikut kalau mau!"
Orang-orang itu serentak mundur. Tiba-tiba
mereka memberi jalan ketika Peng Houw lewat,
menyambar dan membawa biang keladi itu.
Dan ketika semua tak ada yang ikut dan
maklum bahwa anak muda itu memang lebih
berhak, tanpa Peng Houw tak mungkin mereka
merobohkan Chi Koan maka bergeraklah Peng
2472 Houw keluar dari tempat itu, diikuti atau diiring
para susioknya dan Twa-hwesio tiba-tiba
terkekeh. Hwesio yang tidak gundul lagi ini
berkelebat, mendahului Peng Houw. Lalu ketika
ia turun gunung dan tertawa di sana maka ia
lenyap namun tangis dan isak seseorang
menghentikan Peng Houw. Li Ceng tersedu di
sana.
"Maaf," Peng Houw teringat itu. "Bagaimana
kong-kongmu, Li Ceng? Apakah sekalian saja
ikut ke Go-bi? Mari, kubawa...."
"Tidak... tidak, kong-kong... ah, kong-kong tak
perlu dibawa jauh-jauh. Ia tewas!"
Peng Houw mengerutkan kening. Ia lupa
kepada kakek ini setelah ketua-ketua partai
tadi berdatangan. Ia tenggelam oleh urusannya
sendiri. Tapi ketika ia melangkah dan
mendekati kakek itu, Mutiara Geledek ini
2473 telentang tak bergerak maka Peng Houw masih
merasakan denyut nadi yang lemah, menoleh
pada paman gurunya Ji-hwesio.
"Barangkali susiok bisa bawa anak ini dulu, biar
aku menolong sebentar Lui-cu-locianpwe ini."
Ji-hwesio mengangguk. Ia menerima Chi Koan
yang sudah ditotok sementara Peng Houw
meletakkan tangan di dada kakek itu,
menyalurkan sinkang. Dan ketika denyut itu
semakin keras dan mata si kakek terbuka tiba-
tiba Li Ceng menubruk dan menjerit.
"Kong-kong...!"
Kakek itu sadar. Ternyata Hok-te Sin-kang
yang dimiliki Peng Houw memang hebat sekali.
Tak aneh, itulah tenaga Ji Leng Hwesio. Tapi
ketika kakek itu mengeluh dan membuka
mulutnya, bicara tapi tak ada sesuatu yang
2474 keluar maka Peng Houw mendorong Li Ceng
melepaskan pelukannya.
"Kong-kongmu ingin bicara, jangan dipeluk
rapat. Dengarlah dan biar aku yang
menolong...!"
Li Ceng tersedu-sedu. Peng Houw menghibur
gadis itu dan si kakek memanggilnya dengan
isyarat mata. Peng Houw berlutut, terharu.
Dan ketika ia mendekatkan telinga dan
bertanya apa yang dimaui kakek itu ternyata si
kakek gemetar berbisik,
"Dia... cucuku... jagalah baik-baik, Peng Houw.
Aku.... aku si tua tak mungkin berumur
panjang lagi. Luka-lukaku parah, tak dapat
disembuhkan. Tolong jaga cucuku dan
bersediakah kau mendampinginya....?"
2475 Peng Houw terkejut, semburat. "Maksud
locianpwe?"
"Aku... aku ingin menjodohkan kalian, Peng
Houw. Kalian berdua sama-sama kulihat ada
benih-benih cinta. Aku.... ugh.... tak mati
meram rasanya kalau belum mendapat
janjimu!"
Peng Houw merah padam. Kata-kata si kakek
lemah namun menghunjam dalam. Untung
bahwa Li Ceng tak mendengar itu karena
tersedu-sedu. Namun ketika seseorang
berlutut dan mendampingi Peng Houw, berkata
bahwa biarlah dia yang merawat karena Peng
Houw hendak kembali ke Go-bi maka kakek itu
tertegun dan Peng Houw menoleh.
"Susiok tak usah merepotkan Peng-siauwhiap.
Biarlah teecu yang membawa ke Kun-lun dan
2476 di sana Peng-siauwhiap menengok, kalau
urusannya selesai."
"Kau... kau siapa?"
"Teecu Kim Cu, susiok, anak murid Kun-lun.
Teecu terlambat datang tapi telah mendengar
ini semua. Maaf."
Peng Houw terkejut. Dia mengangguk dan
segera mengenal tosu itu karena inilah Kim Cu
Cinjin. Tosu ini adalah murid tertua Kun-lun
dan sekarang sedang menjadi pemimpin
tertinggi. Sejak kematian Kun-lun Lojin
memang tosu inilah yang mengurus partai.
Kedatangannya di Hek-see-hwa tidak terlalu
mengejutkan karena memang hampir semua
tokoh-tokoh partai muncul, meskipun Kun-lun
bukan untuk berebut dan memiliki Bu-tek-cin-
keng. Maka ketika kakek itu berseri tapi tiba-
2477 tiba mengeluh lagi, Peng Houw menekan
pusarnya maka kakek ini terbata.
"Ba.... baik, tapi.... tapi aku ingin mendengar
dulu janji Peng Houw. Eh, anak luar biasa.
Maukah kau menjaga dan mendampingi cucuku?
Apakah kau mau menjadi pengganti diriku
melindunginya seumur hidup?"
"Aku.... aku tak dapat menjawabnya
sekarang," Peng Houw gugup. "Bagaimana ini,
locianpwe. Aku tak tahu isi hati cucumu. Li
Ceng galak dan selalu tampak keras
kepadaku!"
"Ah, bodoh. Itu.... anak itu, eh... dia selalu
menyembunyikan perasaan hatinya dengan
cara dan sikapnya seperti itu, Peng Houw.
Galak dan keras tapi hanya di luar. Di dalam,
ia.... ia lain...!"
2478 "Sebaiknya susiok beristirahat dulu," Kim Cu
Cinjin tiba-tiba memotong. "Keadaanmu parah,
susiok. Urusan itu dapat dibicarakan nanti.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peng Houw juga masih repot!"
"Tidak, kau anak kecil tahu apa!" kakek ini
tiba-tiba marah, membentak. "Jawab
pertanyaanku, Peng Houw. Berjanjikah kau?"
"Hm," Peng Houw melihat kakek itu batuk-
batuk, muka semakin merah padam. "Kalau
cucumu menghendaki tentu saja aku tak
keberatan, locianpwe. Tapi kalau cucumu
menolak aku tak dapat memenuhi janji!"
"Ha-ha, cukup. Dan kapan kau ke Kun-lun?"
"Aku...."
2479 "Ugh! Cepat, Peng Houw.... dadaku sakit lagi.
Ugh.... aku tak mau mati sebelum melihat kau
datang!"
"Hm, locianpwe terlalu mendesak. Baik,
seminggu setelah ini aku datang ke Kun-lun,
locianpwe. Tapi aku tak berharap banyak kalau
cucumu menolak. Aku....."
Peng Houw tertegun. Kakek itu roboh dan
sudah pingsan lagi, bibirnya pucat dan terkatup,
tentu saja tak mendengar kata-katanya. Tapi
ketika Kim Cu Cinjin bergerak dan menotok
pundak dan dada kakek itu, Peng Houw
menarik napas dalam-dalam maka tokoh Kun-
lun ini bangkit dan menjura, tergesa-gesa.
"Siauwhiap, di Kun-lun ada semacam Sian-tan
(Pil Dewa) yang mungkin dapat menolongnya.
Pinto harus cepat kembali. Teruskan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
perjalananmu dan biarlah gadis ini bersama
pinto. Selamat tinggal!"
Peng Houw mengangguk. Dia sendiri harus
membawa Chi Koan ke Go-bi dan tak mungkin
ke Kun-lun dulu. Justeru dia bersyukur bahwa
Kim Cu Cinjin muncul di situ, pada saat yang
tepat. Dan ketika dia berkata bahwa Li Ceng
mengikuti saja tosu itu, itulah suheng atau
kakak seperguruannya sendiri maka gadis ini
disambar dan dibawa pergi Kim Cu.
"Li Ceng, tak perlu khawatir. Aku datang ke
Kun-lun setelah urusan ini selesai!"
Gadis itu menutupi mukanya. Ia tak
mendengar lagi kata-kata Peng Houw karena
sudah dibawa pergi, meloncat dan turun
gunung dan ternyata anak-anak murid yang
lain bergerak di belakang. Mereka itu adalah
murid-murid Kun-lun pula yang mengikuti Kim
2481 Cu Cinjin. Hek-see-hwa mulai sepi ditinggal
tokoh-tokohnya. Dan ketika Peng Houw
menarik napas panjang tapi disenggol
susioknya, sadar dan mengangguk maka
pemuda itupun berkelebat dan turun ke Go-bi.
Bekas pertempuran tampak di sana-sini dan
Hek-see-hwa tek keruan lagi ujudnya.
Puncaknya roboh dan tebing atau jurang
menganga di sana-sini. Bongkahan batu-batu
besar juga terserak, semuanya mengerikan.
Tapi ketika Peng Houw meninggalkan tempat
itu disusul paman gurunya, juga murid-murid
Go-bi yang mendecak dan merasa kagum
maka mereka ini tertinggal di belakang karena
Peng Houw sudah terbang menghilang
digandeng kedua susioknya.
**SF**
2482 Go-bi telah menetapkan hukuman pasti. Hari
keempat setelah melalui persidangan dan
musyawarah panjang maka diperoleh
keputusan tetap bahwa Chi Koan dihukum
seumur hidup. Pemuda ini dinilai memiliki tiga
dosa penting. Pertama adalah mencuri Bu-tek-
cin-keng. Kedua adalah menghina guru dan
partai sementara yang ketiga adalah
kejahatan-kejahatannya di luar. Semuanya
berat dan diancam hukuman mati. Namun
karena dugaan bahwa dia masih menyimpan
Bu-tek-cin-keng asli, Ji-hwesio dan lain-lain
jadi bimbang oleh seruan dan kata-kata Bong
Beng Hosiang sewaktu masih di Hek-see-hwa
maka pemuda itu dirobah hukumannya
menjadi seumur hidup, kecuali kalau
menyerahkan Bu-tek-cin-keng.
"Kami telah memutuskan dengan bulat bahwa
kau harus menjalani hukuman seumur hidup.
2483 Kau melakukan tiga dosa berat. Akui dan
nyatakan bahwa kau menerimanya, Chi Koan.
Atau hukuman kami robah kalau benar kau
masih menyimpan Bu-tek-cin-keng asli!"
Chi Koan, pemuda ini tertawa mengejek. Mata
kirinya dibalut kain hitam karena pecah. Ia
terbungkuk dan diikat di tengah ruangan
sidang, menghadap tokoh dan murid-murid
Go-bi namun sedikitpun tidak ada rasa gentar
di situ. Pemuda ini tenang-tenang saja,
matanya yang tinggal satu itu serlng
menyambar namun turun lagi kalau bertemu
Peng Houw. Dia masih luka dalam, letih.
Pertempuran di Hek-see-hwa sungguh
menghabiskan tenaga dan pikirannya. Maka
ketika empat hari itu dia dikorek dan ditanya
tentang kebenaran Bu-tek-cin-keng, apakah
yang dilempar adalah yang palsu sementara
yang asli masih disimpan maka pemuda ini
2484 menjawab pendek bahwa dia tak tahu.
Jawabannya licik.
"Aku tak melihat lagi apakah itu Bu-tek-cin-
keng asli atau tidak. Aku telah mempelajari
isinya, tak pernah membuka-buka lagi. Kalau
See-tok atau Kwi-bo barangkali pernah
melihatnya dan menukar dengan yang lain aku
tak tahu. Tapi kupikir itu asli, terserah kalian."
"Tapi gurumu menuduhmu begitu, Chi Koan,
dan gurumu tahu betul kelakuan dan watakmu.
Kau tak pernah jujur!"
"Terserah, tapi kali ini aku jujur. Kalian
percaya atau tidak aku menyerahkannya
kepada kalian."
Jawaban ini membuat kebimbangan semakin
besar. Gara-gara inilah maka keputusan
dirobah, hukuman mati menjadi hukuman
2485 seumur hidup. Dan ketika banyak anak murid
kecewa dan Chi Koan sudah bersikap acuh lagi,
ia tenang-tenang dan diam-diam tertawa licik
maka Peng Houw, yang tertegun dan
mengerutkan kening di sana tak dapat berbuat
apa-apa.
Murid-murid Go-bi menghendaki tawanan
dibunuh tapi adanya kebimbangan itu
membuat mereka terpaksa gigit jari. Ji-hwesio,
dan tokoh-tokoh lain ternyata masih
mengharap Bu-tek-cin-keng asli, bukan untuk
dipelajari melainkan semata agar ilmu silat
yang hebat itu tak jatuh ke tangan orang lain.
Mereka tak tahu apakah Chi Koan bohong atau
tidak, namun kejadian ini cukup menimbulkan
keragu-raguan juga. Dan ketika mereka
membujuk namun tidak berhasil, percaya dan
tidak akan adanya Bu-tek-cin-keng yang masih
disembunyikan pemuda ini maka Chi Koan
2486 dipenjarakan di ruang bawah tanah dengan
kedua kaki dan tangan diikat rantai besar.
Ujung rantai itu menancap kokoh di tembok
guha, Chi Koan hanya dapat bergerak sedikit
saja untuk makan atau minum.
"Kau tak akan kami ikat kalau mengaku baik-
baik tentang Bu-tek-cin-keng itu. Hukumanmu
dapat dirobah lagi, sepuluh tahun saja, bukan
seumur hidup. Nah, katakan untuk terakhir
kalinya dan rantai ini akan kami lepaskan."
"Ha-ha, kenapa memaksa? Biar dibunuh
sekalipun aku tak dapat membawa kitab itu, Ji-
susiok. Kitab itu telah kulempar dan kalian lihat
sendiri menjadi keroyokan orang kang-ouw.
Aku tak dapat bicara apa-apa lagi!"
"Kalau begitu hukumanmu perlu ditambah!"
Twa-hwesio tiba-tiba berseru, berkelebat dan
menusukkan jari ke depan. Dan ketika semua
2487 terkejut tak menduga ini maka mata kanan
pemuda itu tahu-tahu ditusuk.
"Crot!"
Chi Koan meraung dan berteriak menggetarkan
guha. Dia sudah diikat dan di rantai di tembok
guha itu ketika tiba-tiba twa-susioknya
menyerang. Ia tak dapat berkelit atau
mengelak saking cepatnya tusukan itu, juga
tak menduga. Tapi ketika tiba-tiba hwesio itu
tertawa bergelak dan Chi Koan menggerakkan
kaki sekonyong-konyong rantai bawah putus
dan menyambarlah kaki Chi Koan menghantam
bawah perut kakek itu.
"Desss!"
Hebat tendangan ini. Seketika hwesio itu
menjerit dan terpental, anggauta rahasianya
hancur. Dan ketika hwesio itu berdebuk dan
2488 menggegerkan yang lain, Chi Koan
menggerakkan tangan dan kaki yang lain maka
pemuda itu mematahkan rantai besi dan bebas,
mengamuk!
"Keparat! Bedebah jahanam! Ayo kalian serang
aku dan bunuh! Ayo... ayo bunuh dan serang
aku secara licik lagi!"
Semua mundur dan berteriak. Rantai baja yang
tercabut begitu saja dari dinding tembok dan
kini diputar dan menderu di atas kepala
sungguh mengerikan sekali. Chi Koan
mengamuk dan menghajar apa saja, guha
berderak dan seakan runtuh. Dan ketika Peng
Houw melompat keluar membawa semua
paman gurunya, terkejut karena di dalam guha
tak mungkin dia menghadapi lawannya maka
Chi Koan menggeram-geram dan maju dengan
muka penuh darah. Mata kanan yang tinggal
satu-satunya itu kini dihancurkan pula, Chi
2489 Koan buta. Tapi ketika pemuda itu tiba di
mulut guha dan Peng Houw membentak
menyesalkan tindakan twa-susioknya tadi
maka dia berseru agar Chi Koan menyerah.
"Berhenti, dan masuk kembali ke dalam, Chi,
Koan. Jangan menyerang siapapun!"
"Ha-ha, kau boleh maju. Keparat, maju dan
bunuhlah aku, Peng Houw. Ayo, maju dan
bunuhlah aku.... siut-blarr!" rantai itu
menghantam tanah, dikelit Peng Houw karena
dari suaranya pemuda itu dapat memantau.
Chi Koan marah sekali oleh kejadian ini. Dia
ditusuk secara curang. Dan ketika Peng Houw
berlompatan karena dikejar dan harus
menghindar sabetan rantai baja itu, Chi Koan
mengamuk dan mata gelap maka Peng Houw
berseru agar yang lain mundur. Chi Koan
menghantam sana-sini dan tanah serta
bebatuan berlubang. Bahwa pemuda itu dapat
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
melepaskan diri dari ikatan rantai baja sudah
mengejutkan, tanda bahwa sebenarnya
tawanan ini masih berbahaya. Dan ketika
rantai diputar mengelilingi delapan penjuru,
Chi Koan terhuyung dan memaki sana-sini
maka Peng Houw berkelebat di belakang
pemuda ini dan dengan satu kibasan kuat ia
mencengkeram dan merampas rantai,
menendang belakang lutut dan Chi Koan roboh.
Lalu ketika pemuda itu mengeluh dan
terjerembab maka Peng Houw menotok
tengkuknya hingga pemuda itu pingsan.
"Bluk!"
Selesailah kejadian menegangkan ini. Peng
Houw mengusap keringat dingin dan tokoh-
tokoh Go-bi menggigil pucat. Kalau tak ada
Peng Houw di situ entah bagaimana mereka
menanggulangi peristiwa ini. Serangan Twa-
hwesio disesalkan juga, tak pantas lawan yang
2491

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah tak berdaya seperti itu masih diserang
juga. Mereka menarik napas dalam-dalam.
Tapi ketika semua sadar dan mayat suheng
mereka dipandangi sedih, bergerak dan maju
mengurus ini maka Ji-hwesio bertanya apakah
Chi Koan tak sebaiknya dibunuh saja.
"Berbahaya sekali, sudah diikat seperti itupun
masih juga dapat melepaskan diri. Rantai baja
putus! Aih, apakah pemuda ini tak sebaiknya
dihabisi saja, Peng Houw? Pinceng ngeri!"
"Tidak, keputusan sudah diambil. Ini kesalahan
kita, susiok. Tak seharusnya Chi Koan diserang
dan diperlakukan seperti itu. Kemarahannya
membangkitkan tenaga, twa-susiok salah. Kita
harus menepati janji atau orang akan
mentertawakan kita. Bukankah keputusan ini
sudah disetujui secara bulat?"
"Tapi pinceng ngeri...!"
2492 "Chi Koan sudah buta, kalaupun dapat keluar
tak mungkin pergi jauh. Dia akan diikat dengan
rantai dobel dan lebih kuat!"
Hwesio ini mengangguk-angguk. Sutenya, juga
murid-murid Go-bi angkatan tua merasa ngeri.
Betapa dahsyatnya Chi Koan kalau mengamuk.
Tapi ketika mereka melihat betapa Peng Houw
mengambil delapan rantai besar,
membelenggu dan mengikat pemuda ini di
dalam guha maka ada kelegaan bahwa dengan
rantai seperti itu Chi Koan tak mungkin
melepaskan diri. Tiap-tiap rantai sebesar
lengan orang dewasa!
"Kita harus merawat lukanya. Biar sementara
ini aku di sini dulu."
"Kau menemaninya?"
2493 "Tak ada jalan lain, susiok, kalian tentu takut.
Biarlah aku di sini dan sekarang harap kalian
pergi."
Hwesio itu mengangguk maklum. Akhirnya Chi
Koan ditinggalkan pergi dan mayat Twa-hwesio
dibawa. Kejadian demikian cepat berlangsung
dan sungguh tak diduga-duga sekali. Dan
ketika Peng Houw menemani Chi Koan,
merawat dan mengobati luka itu maka Peng
Houw menangis. Chi Koan akhirnya sadar.
"Maafkan aku. Twa-susiok benar-benar lancang,
Chi Koan. Gegabah dan tidak pantas
perbuatannya. Aku tak menyangka, terlambat.
Kau sudah membunuhnya dan impas sudah
persoalan ini."
"Kau.... kau di sini? Kenapa menolongku?"
2494 "Aku merawatmu, Chi Koan, mengobati lukamu.
Diamlah dan jangan bergerak..."
"Pergi!" Chi Koan tiba-tiba membentak,
mengibas. "Tak usah berbuat baik, Peng Houw.
Kau yang membuat aku begini. Aku tak butuh
pertolonganmu dan jangan sentuh!"
"Tapi lukamu...."
"Luka ini tak seberapa, luka di hatiku lebih
sakit lagi. Kau bedebah keparat. Kau membuat
aku hidup tidak matipun bukan. Pergi, Peng
Houw. Pergi dan lihat lima atau sepuluh tahun
lagi seseorang akan membalaskan sakit hatiku.
Ha-ha, di dunia ini akan muncul pewaris Bu-
tek-cin-keng lagi yang kuciptakan!"
Peng Houw terkejut, mundur. "Kau....kau
benar-benar masih menyimpan aslinya?"
2495 "Ha-ha, tak usah pura-pura lagi, Peng Houw.
Sekarang tinggal kau dan aku, bebas aku
bicara. Ketahuilah bahwa kitab itu kuberikan
kepada seseorang dan kelak enam atau tujuh
tahun lagi dia membalas sakit hatiku. Bu-tek-
cin-keng masih hidup, bocah itu akan
menolongku. Ha-ha!"
"Bocah?"
Chi Koan tiba-tiba berhenti tertawa. Rupanya
ia kelepasan bicara namun tiba-tiba ia
mendengus, pertanyaan Peng Houw tak
dijawab. Dan ketika ia merintih dan menangis,
air mata bercampur darah maka pemuda itu
memaki-maki Peng Houw.
"Kau anjing Go-bi yang amat baik. Kau benar-
benar setia sampai kentut Ji Leng Hwesiopun
kau cium. Ah, pergi kau, Peng Houw. Pergi
2496 atau bunuhlah aku sekarang. Kau anjing Ji
Leng Hwesio si tua bangka keparat!"
Peng Houw berkelebat keluar. Ia menjadi
marah oleh kata-kata ini namun terutama
masalah kitab. Ternyata Beng Kong Hwesio
benar, Chi Koan masih menyimpan aslinya!
Dan ketika ia terduduk dan menjatuhkan diri di
luar, telinga panas terbakar sementara muka
merah padam maka hampir saja ia kembali ke
dalam guha menghajar pemuda itu.
Akan tetapi Peng Houw tidak melakukan ini. Ia
dapat menahan diri. Betapapun pemuda itu
sudah cukup menderita, lahir batin. Dan ketika
ia bersila dan menulikan telinganya, caci maki
dan sumpah serapah Chi Koan tak didengarnya
lagi maka guha itu sunyi sementara Go-bi
sudah tahu akan wafatnya sesepuh mereka,
berkabung dan melakukan doa sembahyangan
dan Peng Houw bersila tak bergeming. Ia gagal
2497 mendapatkan kitab. Dan ketika Chi Koan
akhirnya diam dan tidak memaki-maki lagi,
lelah dan rupanya kehabisan suara maka sosok
bayangan putih lewat dan berkesiur di depan
Peng Houw.
Waktu itu malam sudah tiba. Peng Houw
tenggelam dalam samadhinya namun
mendengar kesiur ini. Maka ketika ia membuka
mata dan terkejut oleh sosok bayangan putih,
lewat dan berhembus seperti asap kontan
pemuda ini tersentak dan meloncat bangun.
"Suhu....!"
Bayangan itu menoleh. Wajah tertutup halimun
melambai kepadanya dan tersenyum, Peng
Houw berdetak. Dan ketika ia tertegun karena
itu bukan gurunya, gurunya mengenakan jubah
kuning maka batuk-batuk terdengar di
2498 belakang disusul helaan napas panjang. Peng
Houw membalik secepat kilat saking kagetnya.
"Suhu!"
Kali ini Ji Leng Hwesio mengangguk.
Dedengkot Go-bi itu, yang bergerak dan
melayang ringan di atas tanah ternyata tahu-
tahu ada di situ. Ia tersenyum, melambai. Dan
ketika Peng Houw menjatuhkan diri berlutut
dan tersedu, tiba-tiba keharuan dan rasa
sedihnya tak dapat dibendung maka pemuda
itu langsung mengguguk.
"Ampun..... ampunkan teecu, suhu. Kitab tak
dapat teecu bawa ke mari. Chi Koan, dia....
pemuda itu.. ah, jahat dan keji, suhu. Bu-tek-
cin-keng diberikan orang lain. Teecu tak
mampu memaksa!"
2499 Batuk-batuk itu berhenti. Tawa lembut
terdengar dan Peng Houw tiba-tiba merasa
disentuh benda dingin kedua pundaknya. Ji
Leng, kakek itu ternyata sudah meletakkan
tangannya di pundak pemuda ini, mengangkat
bangun. Dan ketika Peng Houw berdiri namun
segera ingat bahwa suhunya ini telah tewas,
yang ada di depannya adalah jasad halus maka
pemuda itu tersentak dan bulu tubuhnya tiba-
tiba bangkit berdiri. Seram!
"Suhu...!" pemuda ini menubruk. Bayangan itu
tertangkap tapi lolos, Peng Houw lebih sadar
lagi. Dan ketika kakek itu menjauh dan
menuding ke depan, menunjuk kakek berwajah
halimun itu maka Peng Houw seakan
mendengar suara dari langit, sayup-sayup
sampai.
"Semua sudah takdir, roda peristiwa harus
jalan. Ikuti dan bersamalah kakek itu, Peng
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Houw. Dialah Sian-su si manusia agung.
Pinceng tak dapat menemanimu lagi!"
Kakek berjubah kuning itu hilang. Asap
memanjang dan akhirnya lenyap ketika roh
sesepuh Go-bi ini naik ke atas. Peng Houw
seperti mimpi tapi tiba-tiba teringat kakek
berwajah halimun itu, menoleh dan ternyata
kakek itu masih di sana, menunggu. Dan
ketika ia bergerak namun kakek itu juga
bergerak, melayang dan meluncur keluar Go-bi
maka tawa lembut terdengar halus.
"Mari.... mari, anak muda. Janjimu belum habis.
Kita ke Kun-lun dan di sana kita bicara!"
Peng Houw terbelalak. Ia telah mengerahkan
kepandaiannya namun si kakek tetap di depan.
Ia mempercepat larinya namun kakek itu tak
tersusul. Dan ketika ia merasa seram apakah
ini siluman atau manusia beneran, jangan-
2501 jangan itu adalah roh seperti gurunya tadi
maka Peng Houw memanggil berseru gentar,
"Sian-su, tunggu dulu. Apakah kau manusia
atau bukan?"
"Ha-ha, tak perlu takut. Manusia atau bukan
terserah dirimu, Peng Houw. Yang jelas aku
akan membawamu ke Kun-lun. Ingat janjimu
kepada seseorang."
"Janji...?"
"Kau lupa. Dua orang menunggumu di sana,
Peng Houw. Mutiara Geledek Lo Sam dan
cucunya. Ayolah, waktu hampir habis. Kau
sibuk mengurus Go-bi!"
Peng Houw berdesir. Ia berdetak mendengar
kata-kata itu. Lo Sam! Dan karena bicara
tentang kakek ini berarti juga bicara tentang Li
2502 Ceng, gadis baju merah itu maka Peng Houw
semburat namun tiba-tiba lengan kanannya
disentuh telapak yang hangat. Kakek berwajah
halimun itu tahu-tahu berada di dekatnya dan
sudah mencekal lengannya. Seperti iblis!
Peng Houw terkejut. Namun belum ia
mengeluarkan suara mendadak tubuhnya
terangkat naik dan.... terbang melayang tak
menginjak bumi.
"Terlalu lama. Kau bengong dan malah seperti
bingung, anak muda. Tak mungkin ke Kun-lun
kalau larimu seperti siput. Ayo, pegang
tanganku dan pagi ini juga kita harus sampai di
Kun-lun!"
Peng Houw merasa mendapat kesempatan.
Dipegang dan disuruh memegang membuat ia
menjadi tegang. Tak sabar lagi ia
mencengkeram kakek itu, kuat, bertemu
2503 dengan sesuatu yang lunak hangat, harum.
Dan ketika ia tertegun karena ini manusia
sungguhan, lain dengan tubuh suhunya yang
berbentuk roh maka Peng Houw melirik dan
bergidik karena sepasang kaki kakek ini tak
menginjak bumi, melayang! Pemuda ini
menjadi bingung apakah kakek di sebelahnya
ini manusia atau bukan. Kalau bukan kenapa
lengannya dapat dicengkeram, dia dibawa
meluncur dan terbang cepat sekali ke barat.
Kun-lun memang di barat. Tapi ketika ia
melirik kaki itu, bagaimana manusia tak
menyentuh bumi maka Peng Houw mengkirik
dan diam-diam pucat, untung tawa lembut
kakek ini menyejukkan hatinya dan
gurunyapun tadi menyuruh ia mengikuti dan
bersama kakek ini. Kalau tidak mungkin ia bisa
mati berdiri! Dan ketika malam itu Peng Houw
serasa mimpi, bergerak dan terus meluncur ke
barat maka Go-bipun tertinggal di belakang
2504 dan ketika ayam jantan berkokok pertama
kalinya iapun tahu-tahu telah tiba di Kun-lun,
di pertapaan mendiang Kun-lun Lojin!
"Sampai, sekarang tidurlah dan beristirahatlah.
Besok temui kakek itu dan kembalilah ke sini
menemui aku!"
Peng Houw menguap. Tiba-tiba saja ia merasa


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ngantuk luar biasa begitu ditepuk si kakek,
roboh dan mendengar tawa halus untuk
kemudian tak sadarkan diri. Peng Houw, yang
sudah memiliki Hok-te Sin-kang ternyata
seperti anak kecil saja berhadapan dengan
kakek ini. Dia mendengar tawa itu lalu tak
ingat apa-apa lagi, mendengkur! Dan ketika
Peng Houw benar-benar pulas dan seakan
berada di dunia yang lain, asing dan aneh
maka pewaris Bu-tek-cin-keng ini lelap dan
memasuki mimpinya yang baru!
2505 **SF**
"Heii... ini Peng Houw. Bangun! Eh, Peng Houw
ada di sini, kong-kong. Dia mendengkur! Peng
Houw datang, ia tidur!"
Peng Houw seperti mimpi lagi. Pagi itu
matahari menerobos celah-celah dedaunan dan
ia terbangun. Suara dan teriakan nyaring inilah
yang membuatnya membuka mata. Li Ceng
tahu-tahu di situ, berdiri di dekatnya. Dan
ketika ia terkejut meloncat bangun, geragapan
maka ia memandang kiri kanan dan langsung
bertanya,
"Mana kakek itu? Mana Sian-su...?"
"Kakek? Sian-su? Eh, kau bicara apa, Peng
Houw? Aku tak mengerti!"
2506 "Aku, ah... mimpikah ini? Aku sudah di Kun-lun?
Aku datang bersama kakek itu, Li Ceng. Sian-
su! Aku dibawanya semalam!"
Gadis ini terbelalak. "Kau rupanya tidak waras,
aku tidak mengerti akan semua yang kau
bicarakan ini. Eh, bagaimana kau tiba-tiba ada
di sini, Peng Houw? Dan kenapa tidur di
rumput basah? Lihat, tidakkah kau merasa
dingin?"
Peng Houw terkejut. Untuk kedua kalinya ia
kaget dan benar saja melihat pakaiannya
basah. Ia tidur di rumput yang tebal namun
sama sekali tak merasa kedinginan. Embun di
rumput itu bahkan membuatnya merasa segar.
Ia seakan tidur di kasur empuk! Dan terkejut
bahwa ia benar-benar tidak bermimpi lagi, hari
sudah siang dan Li Ceng memandangnya
terbelalak maka Peng Houw sadar bahwa ia
telah memasuki suatu keadaan asing yang
2507 amat aneh namun mengesankan. Ia seakan
memasuki alam roh yang membuat ia serasa
melayang-layang indah!
"Hm, mana kakekmu. Aku tiba-tiba merasa
bodoh. Maaf, waktu perjanjianku hampir
terlupakan, Li Ceng, sekarang aku sudah di sini
dan bagaimana keadaan kong-kongmu?
Apakah ia selamat?"
Li Ceng tiba-tiba tersedu. Di luar guha itu
mereka bertemu dan rasa girang melihat Peng
Houw membuat gadis ini lupa keadaan
kakeknya. Sesungguhnya kakeknya megap-
megap, batuk dan masih sukar bernapas akibat
luka-lukanya itu. Bahwa sampai saat itu masih
hidup adalah hal luar biasa. Maka ketika ia
ingat dan berkelebat ke dalam, tak mungkin
kakeknya muncul biarpun ia berteriak maka
gadis ini mengguguk dan kesedihannya
kembali timbul.
2508 "Mari.... mari masuk, Peng Houw. Aku lupa
bahwa kong-kong sakit!"
Peng Houw bergerak menyusul. Ia juga sadar
dan memasuki alam nyatanya lagi setelah
semalam dibuai mimpi aneh. Ia masih seakan
tak percaya akan kejadian itu, berjumpa
dengan Sian-su. Tapi ketika ia mendengar
tangis Li Ceng dan ini menyadarkannya dari
alam mimpi, hatinya berdebar dan mukapun
merah oleh kata-kata si tua Lo Sam maka Peng
Houw melihat kakek itu tergolek di
pembaringan bambu terbatuk-batuk, mukanya
pucat.
"Kong-kong, ini Peng Houw...!"
Kakek itu mengangkat kepalanya. Ternyata
setelah dilihat maka keadaan kakek itu tak
lebih baik dari lima atau enam hari lalu. Sekali
dia mengangkat kepala maka tubuh itupun
2509 roboh kembali, pembaringan bambu berderit.
Dan ketika Li Ceng menjerit menahan
kakeknya, tubuh itu disanggah maka gadis ini
menangis lagi. Kakek itu batuk mengeluarkan
darah.
"Kong-kong, jangan batuk lagi. Berhentilah,
jangan batuk lagi!"
"Ugh, mana Kim Cu. Aku sesak. Obat telah
habis kutelan, Li Ceng. Sekarang kepalaku
berputar dan pandanganku kabur..... ooh,
mana Peng Houw...?"
Pemuda itu mendekat, langsung memegang
lengan si kakek. "Aku di sini, locianpwe. Kau
tenanglah...."
"Ugh, ha-ha.... kau datang? Kau menepati
janjimu? Ha-ha, bagus, Peng Houw. Aku
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
semalam khawatir mati, nyawaku serasa sudah
ditarik perlahan-lahan....!"
"Kong-kong!" Li Ceng menjerit. "Jangan bicara
seperti itu. Jangan bicara tentang kematian!"
"Heh-heh, orang hidup pasti mati. Tak ada
yang bakal abadi. Eh, mana suhengmu Kim Cu,
Li Ceng? Belum kau panggil?"
"Aku akan memanggil ketika tiba-tiba bertemu
Peng Houw di luar. Aku tak jadi ke bawah!"
"Bodoh, panggil suhengmu, apalagi setelah
Peng Houw datang. Eh, cepat pergi, anak
nakal..... pergi....!"
"Lalu kong-kong...?"
"Peng Houw di sini, ia merawatku!"
2511 "Hm, atau aku saja yang ke bawah," Peng
Houw menawarkan diri. "Biar kupanggil Kim Cu
totiang itu, locianpwe, barangkali Li Ceng lebih
cocok. Aku..."
"Tidak, kau di sini saja. Tidak boleh! Ugh, aku
ingin bercakap-cakap dengan Peng Houw, Li
Ceng. Kau cepat pergi...!"
Kakek itu batuk-batuk dan melontakkan darah
lagi. Peng Houw terkejut dan cepat menekan
punggung kakek ini untuk meredakan batuk,
dia mengusap dan menotok dada kakek itu
pula. Lalu ketika kakek itu terengah dan Peng
Houw diam-diam kagum bahwa selama ini si
kakek masih dapat bertahan, hal yang luar
biasa maka Li Ceng berkelebat keluar dan
menangis turun dengan tergesa-gesa. Peng
Houw tak menyembunyikan kekagumannya.
2512 "Locianpwe hebat, luar biasa sekali. Kalau
orang lain tentu sudah tak tahan sampai
sekarang ini!"
"Heh-heh, itu karena kau. Semangatku masih
menyala-nyala. Aku tak mau mati sebelum kau
datang, Peng Houw. Aku sudah meminta ijin
Dewa Maut untuk melonggarkan nyawaku
sejenak. Aku ingin bicara tentang perjodohan
itu!"
Peng Houw semburat merah. Justeru untuk
inilah dia memang datang, menepati janjinya
dan bicara dengan kakek itu. Maka ketika
pembicaraan mulai disinggung-singgung
namun si kakek terengah dan naik turun
dadanya maka Peng Houw mengerutkan alis
mengurut lagi dada si tua. Namun kakek itu
menepis tangannya.
2513 "Tak usah, tak perlu lagi. Nyeri itu kambuh,
aku.... aku melihat kunang-kunang banyak di
depan mata. Itu.... he, suhengku datang!"
Peng Houw terkejut. Si kakek tertawa dan
mengembangkan lengan ke atas namun tiba-
tiba menggeliat. Kun-lun Lojin, sesepuh yeng
telah meninggal itu tiba-tiba katanya datang.
Kakek itu tertawa tapi terbatuk menahan sakit.
Dan ketika Peng Houw meremang dingin
berdiri kuduknya, kakek itu menuding-nuding
namun terkulai lagi maka kakek ini berbisik
bahwa ia minta waktu sebentar.
"Nanti, tunggu dulu..... aku hendak bicara
dengan Peng Houw, suheng. Jangan ajak aku
terlalu cepat. Aku... aku hendak menyerahkan
cucuku kepadanya. Kau tunggulah sebentar...!"
Siapa tidak mengkirik mendengar orang
sekarat bicara dengan orang mati. Setegar-
2514 tegarnya Peng Houw ia merinding juga.
Semalam ia juga bertemu roh gurunya dan
panas dingin, juga Bu-beng Sian-su kakek
dewa itu yang entah manusia atau bukan, yang
katanya menunggunya di luar guha itu kalau
urusannya selesai. Ia seakan dikelilingi
mahluk-mahluk halus saja. Peng Houw merasa
seram! Tapi ketika si kakek tak menuding-
nuding lagi dan suaranya agak jelas, batuk itu
hilang maka dia mencengkeram lengan Peng
Houw berbisik,
"Aku sudah bicara dengan Li Ceng. Perjodohan
itu diterima. Tapi, ugh.... kau harus
menyatakan cintamu dulu kepadanya, Peng
Houw. Cucuku itu tak mau menjadi isterimu
kalau kau hanya terpaksa oleh permintaanku!
Nah, kau mau mengerti? Kau dapat
menyatakan cintamu kepada cucuku kalau
nanti aku mati?"
2515 Peng Houw tertegun. Tak ada yang tahu
betapa wajah pemuda ini merah padam seperti
kepiting direbus. Tangan dan kaki tiba-tiba
menggigil, Peng Houw mengeluarkan keringat
dingin. Dan ketika semua itu terasakan oleh
kakek ini, si kakek heran kenapa pemuda itu
basah lengannya maka Peng Houw ditanya
apakah dia demam.
"Kau.... tanganmu basah semua. Eh, apakah
kau sakit, Peng Houw? Apakah kau demam?"
"Aku, eh.... tidak, locianpwe. Hanya, eh...
entahlah. Aku bingung!"
"Bingung? Kau bingung oleh permintaanku?
Kau terpaksa?"
"Tidak.... tidak, bukan itu. Tapi... tapi, ah....
pernyataan cinta itu. Aku bingung bagaimana
mengucapkannya. Aku belum pernah!"
2516 "Ha-ha, kukira apa. Eh, kau cinta kepada
cucuku, bukan? Kau suka?"
Peng Houw diam, gugup. Dan karena ia tak
menjawab kecuali dengan anggukan, ini tak
dilihat kakek itu maka Mutiara Geledek ini tiba-
tiba melepaskan cengkeramannya pada lengan
Peng Houw, suaranya terdengar serak dan
berat ketika berseru,
"Peng Houw, tak usah ragu kalau kau tidak
suka. Aku orang tua barangkali keliru. Tapi
katakanlah sebelum cucuku datang dan cepat
pergi kalau kau menolak!"
"Tidak, aku... aku suka kepada Li Ceng. Tapi
entahlah bagaimana dia sendiri!"
"Ha-ha, lega hatiku. Diapun suka kepadamu.
Mata tuaku tak mungkin keliru melihat tanda-
tanda cinta di hati kalian berdua ini. Ugh, puas
2517 aku sekarang, Peng Houw. Dan mana mereka
itu?"
"Kami di sini!" Kim Cu Cinjin tiba-tiba
berkelebat, tahu-tahu sudah di dalam guha.
"Kami sudah mendengar kata-kata Peng-
siauwhiap, susiok. Dan pinto saksinya!"
"Ha-ha, kau datang? Bagus, ugh... bagus, Kim
Cu. Aku senang. Mana cucuku Li Ceng?"
Peng Houw berdesir. Tegang oleh perasaannya
sendiri membuat ia tak tahu kedatangan Kim
Cu Cinjin ini. Bayangan merah berkelebat tapi
keluar lagi, Li Ceng di sana! Dan ketika Peng
Houw mendengar suara isak dan merah padam,
pembicaraannya sudah ditangkap maka ia
diraih lagi lengannya, dicengkeram.
"Peng Houw, aku mendatangkan Kim Cu


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang untuk saksi. Aku rupanya sudah tak
2518 kuat lagi, mataku semakin berkunang-kunang.
Katakanlah sekali lagi bahwa kau mau
melindungi dan menjaga cucuku sebagaimana
kau menjaga dirimu sendiri!"
"Aku berjanji," Peng Houw bersuara lirih,
gemetar, jawabannya penuh gugup.
"Dan kau mau menjadi suaminya, bukan?
Tidak sekedar menjaganya seperti anak kecil?"
"Aku berjanji, locianpwe, asal... asal Li Ceng
sendiri mau....!"
"Ia mau, sudah kutanya! Kalau begitu mana
anak itu biar kudengar lagi!"
"Tidak!" jerit di luar tiba-tiba melengking
mengejutkan. "Kau tak boleh memaksaku
seperti itu, kong-kong. Tak mau aku ada orang
2519 lain mendengar ini. Kau laki-laki, bukan
wanita!"
"Benar," Kim Cu Cinjin tiba-tiba menarik napas
berat. "Urusan anak-anak muda biarlah tak
perlu kita campuri terlalu dalam, susiok. Sumoi
tentu tersinggung, malu. Biarkan Peng-
siauwhiap yang menyelesaikan ini dan aku
cukup menjadi saksinya."
"Tapi... tapi aku ingin menggenggam tangan
anak itu. Aku ingin memberinya nasihat-
nasihat....!"
"Kalau begitu biar kupanggil, sumoi tentu
mau." dan ketika tosu itu berkelebat dan
memanggil Li Ceng, terdengar debat dan
bujukan-bujukan lembut akhirnya gadis itu
masuk dan Peng Houw menunduk, tak berani
memandang!
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Li Ceng sendiri juga menggigil dan gadis yang
gemetaran ini jelas menahan malu. Ia tak mau
urusan cintanya diketahui orang luar. Kalau
saja suhengnya tak membujuk bahwa
kakeknya sudah akan menghembuskan napas,
kakeknya akan memberinya nasihat-nasihat
maka barulah gadis ini masuk dan Kim Cu yang
bijak dan mengerti perasaan orang-orang
muda itu lalu pura-pura keluar sebentar untuk
mengambil minuman. Kebetulan air dingin di
situ habis, gelas kosong.
"Hm, kalian berdua..." kakek itu berseri-seri,
terengah. "Ajalku hampir tiba, anak-anak. Tak
perlu malu di depan orang yang mau mati. Aku
ingin membuktikan kepada cucuku bahwa kau,
Peng Houw, bersedia menjaga dan
melindunginya seperti melindungi diri sendiri.
Nah, katakan, Peng Houw. Kau tak ingkar janji.
Kau laki-laki, katakanlah dulu!"
2521 "Aku berjanji, aku sudah berjanji..."
"Dan kau..." kakek itu memandang cucunya.
"Sudah kukatakan kepada Peng Houw apa
yang menjadi keinginanmu, Li Ceng. Nanti
kalian berdua menyelesaikannya sendiri.
Sekarang berjanjilah bahwa kau akan menurut
dan patuh kepada Peng Houw, setidak-
tidaknya seperti kepada kakekmu ini!"
Li Ceng tersedu, tak menjawab.
"Eh, kau tak bermaksud menolak, bukan? Kau
tak ingkar janji pula? Dengarlah, kalian akan
dapat menjadi pasangan yang paling
berbahagia, Li Ceng, apabila isteri menurut
kepada suaminya dan suami berbuat baik
kepada isterinya. Aku sudah sekarat, sebentar
lagi dibawa Giam-lo-ong. Berjanjilah bahwa
kau memenuhi pesanku!"
2522 Gadis itu mengguguk. Ia menubruk dan
menangis sejadi-jadinya memeluk kakeknya ini.
Li Ceng tak mau menjawab namun ciuman di
pipi yang berulang-ulang itu menjadi tanda. Si
kakek terharu, terkekeh tapi tiba-tiba tersedak
dan ia balas mencengkeram rambut cucunya
ini, mengusap dan air matapun mengucur
deras sementara jari-jari tangan yang lain
meremas dan menggenggam jari-jari tangan
gadis itu. Dan ketika Lui-cu Lo Sam terengah
naik turun namun kebahagiaan jelas terpancar
di wajah, wajah yang pucat itu bersemu agak
kemerahan tiba-tiba kakek itu menyambar
tangan Peng Houw dan meletakkannya di atas
tangan Li Ceng.
"Peng Houw, bumi dan langit menjadi saksi,
juga Kim Cu. Penuhilah janjimu dan biar aku
menyaksikan kebahagiaan kalian dari akherat!"
2523 Peng Houw terkejut. Bersamaan itu si kakek
menggelinjang, suara ngorok terdengar di
kerongkongannya dan menjeritlah Li ceng
melihat si kakek mengejang tiga kali, roboh
dan kaku untuk akhirnya menghembuskan
napas selama-lamanya. Dan ketika Kim Cu
Cinjin berkelebat melihat gadis itu
menggerung-gerung, Mutiara Geledek telah
meninggalkan dua anak muda itu maka tosu ini
merangkapkan tangan di depan dada dan
memuji.
"Siancai, selamat jalan, susiok. Tekad dan
semangatmu luar biasa sekali. Tercapai
keinginanmu untuk wafat setelah datangnya
Peng Houw."
Li Ceng tak dapat menahan diri. Meskipun tahu
bahwa kakeknya tak mungkin bertahan, luka-
luka itu parah namun tetap saja gadis ini tak
kuat. Ia menjerit dan roboh, pingsan. Tapi
2524 ketika Peng Houw mengangkatnya dan
menjauhkannya di sudut guha maka Kim Cu
Cinjin segera membawa jenasah kakek itu
turun ke bawah. Peng Houw mengikuti dan
membawa Li Ceng. Keharuan dan cinta
kasihnya bangkit, dielus dan dipandanginya
wajah gadis yang pucat pasi itu. Dan ketika ia
menunduk dan mencium kening ini, begitu
tiba-tiba, tanpa sadar mendadak Li Ceng
membuka mata dan siuman. Ciuman lembut
itu seakan menyentakkannya dari alam bawah
sadar.
"Peng Houw!"
"Li Ceng...!"
Keduanya tiba-tiba saling tubruk dan rangkul.
Entah kenapa tiba-tiba Peng Houw juga bangkit
keberaniannya, mungkin karena ia sudah akil
baliq, dewasa. Dan ketika Peng Houw dipeluk
2525 dan menerima tangis itu, sedu-sedan itu maka
aneh sekali tahu-tahu Peng Houw pandai
mengelus dan mengusap-usap punggung gadis
ini. Kepandaian itu seakan didapatnya begitu
saja. Li Ceng tersedu-sedu dan mengguguk
karena kematian kong-kongnya tadi masih
amat memukul. Ia menumpahkan
kesedihannya di sini. Tapi ketika Peng Houw
tiba-tiba menunduk dan mencium keningnya
lagi, terkejut, maka gadis itu meronta dan
melepaskan diri. Pipi itu mangar-mangar.
"Kau.... kau berani mencium aku?"
Peng Houw menjublak, merah padam.
"Kau... kurang ajar! Kau lancang sekali, Peng
Houw. Belum apa-apa sudah berani mencium.
Cih, tak tahu malu.... plak!" dan Peng Houw
yang terhuyung menerima sebuah tamparan
2526 akhirnya bengong melihat gadis itu memutar
tubuh lari turun gunung.
"Li Ceng...!"
Gadis itu tak menjawab. Li Ceng juga tak
menoleh dan Peng Houw tiba-tiba panik. Ia
tiba-tiba serasa melakukan sebuah dosa besar.
Maka ketika Peng Houw berkelebat dan lari
t?run, menyusul dan berjungkir balik melewati
gadis ini maka Peng Houw memanggil lagi
dengan bibir pucat. Keadaan tiba-tiba menjadi
begitu serba salah.
**SF**
(Bersambung jilid 32)
Bantargebang, 24-09-2018, 17:02
2527 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 32
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
2528 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 32
"LI CENG, tunggu. Aku... aku tidak sengaja!"
Gadis itu berhenti, berdiri tegak. Sinar
matanya yang berapi dan pandangannya yang
bak harimau betina diganggu anaknya
membuat Peng Houw tak dapat meneruskan
kata-katanya lagi. Pemuda itu ngeri, gentar.
Lalu ketika telunjuk yang mungil namun penuh
kemarahan itu menuding hidungnya, hampir
menyentuh maka Peng Houw surut selangkah
mendengar bentakan geram.
2529 "Kau... kau tak sengaja? Ciuman dan usapan
itu kau sebut tak sengaja? Ah, sungguh
pemuda tak tahu malu kau ini, Peng Houw.
Belaian dan usapan yang membuat bulu
romaku itu berdiri kau sebut tak sengaja. Cih,
kau pandai berkilah. Sejak bergaul dengan
gadis-gadis Hek-see-hwa tiba-tiba saja kau
rupanya menjadi pintar berpura-pura. Kau
bohong, kau penipu. Mundur atau kau
kubunuh..... wut!" gadis itu menerjang dan
Peng Houw mengelak, luput melepas tamparan
dan Peng Houw bingung. Ia tak tahu harus
berkata apalagi setelah gadis itu marah-marah.
Li Ceng memekik dan turun gunung,
melanjutkan larinya lagi. Tapi tersinggung oleh
kata-kata terakhir, ia dikatakan pintar berkilah
setelah bergaul dengan gadis-gadis Hek-see-
hwa mendadak Peng Houw berseru keras dan
mengejar lagi, kali ini menyambar pundak
gadis itu.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Li Ceng, tunggu. Aku tak pernah bergaul
dengan gadis-gadis Hek-see-hwa. Aku hendak
minta maaf atas perbuatanku tadi. Sumpah,
aku tak sengaja!" dan ketika gadis itu
membalik dan melepas pukulan lagi, dikelit dan
ditangkap maka Peng Houw gemetar
bersungguh-sungguh bicara.
"Tahan, tunggu dulu. Kau boleh bunuh aku
kalau benar aku bohong!" dan memandang
dengan wajah merah namun panas, ia tak mau
disebut bergaul dengan pelacur-pelacur
rendahan itu Peng Houw meneruskan kata-
katanya lagi, terbakar, hilang gugup dan
pucatnya, "Aku ke Hek-see-hwa bersama kau
dan kakekmu. Kita sama-sama penyerbu,
bukan sahabat. Kenapa kau bilang aku bergaul
dengan gadis-gadis rendahan itu? Sumpah
bumi dan langit tak pernah aku bergaul, Li
Ceng. Bahkan Chi Koanpun kumusuhi habis-
2531 habisan. Aku salah menciummu, baik. Aku
salah membelai dan mengusap-usap
punggungmu, baik. Tapi semua itu bukan
karena pergaulanku dengan gadis-gadis hina
itu, Li Ceng. Seumur hidup aku belum pernah
berkenalan dengan wanita kecuali kau. Aku
hidup dan dibesarkan di Go-bi. Sahabatku


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah para hwesio dan kakek atau paman
guruku. Aku belum mengenal perempuan.
Jangan katakan aku seperti itu karena ciuman
dan usapanku tadi tulus, keluar begitu saja,
tanpa sengaja!"
Gadis itu terbelalak. Peng Houw yang merah
padam dan tersinggung berat rupanya
menyadarkan gadis ini dari segala perasaan
yang tak keruan. Sesungguhnya ia malu dan
jengah oleh kejadian itu, seumur hidup belum
pernah dicium lelaki. Dan karena ada perasaan
nikmat-nikmat indah yang membuat ia bingung
2532 dan memaki diri sendiri, kenapa begitu
mudahnya ia membiarkan Peng Houw mencium
keningnya maka meluncurlah semua caci maki
tadi sebagai pelindung dari jengah dan
malunya itu. Kini Peng Houw bicara begitu
berapi-api, pemuda itu menjadi marah sekali
dikatakan bergaul dengan gadis-gadis hina di
Hek-see-hwa. Dan ketika ia sadar bahwa itu
betul, Peng Houw adalah murid Go-bi yang
kenalannya hanya hwesio atau para pendeta
maka gadis ini terkejut dan aneh sekali tiba-
tiba ia terkekeh melihat betapa Peng Houw
begitu marah.
"Hi-hik, lucu. Kau seperti kambing kebakaran
jenggot! Kalau benar tak pernah bergaul ya tak
perlu marah-marah, Peng Houw. Ada apa naik
pitam seperti ini. Aku tadi marah karena kau
membuatku tak keruan. Sekarang aku sadar,
kau betul. Sudahlah tak perlu dipikir karena
2533 siapa yang bersungguh-sungguh bicara seperti
itu. Kau minggirlah dan lihat para suheng dan
saudara-saudaraku yang lain muncul!"
Peng Houw tertegun. Gadis itu begitu cepatnya
berubah seperti awan mendung tersapu angin
puyuh. Begitu enaknya! Dan ketika ia
terbelalak karena di bawah terlihat bayangan-
bayangan para tosu, mereka melihat dan
mendengar ribut-ribut ini maka Peng Houw
menjublak dan bengong karena Li Ceng sudah
berkelebat kembali menyusul Kim Cu Cinjin.
Gadis itu tertawa melihat kemarahan Peng
Houw namun tiba-tiba menangis lagi. Jenasah
kakeknya menunggu di sana. Dan ketika Peng
Houw berkelebat dan menyusul, bukan untuk
berdebat lagi maka Li Ceng tersedu-sedu dan
meratapi kematian kakeknya yang sudah
ditutup di peti mati.
2534 Hari itu Peng Houw bengong. Ia benar-benar
bingung dan penasaran akan sikap gadis ini.
Tadi marah-marah dan begitu sengit sekarang
tiba-tiba terkekeh dan geli melihatnya marah-
marah. Apa-apaan ini. Gilakah gadis itu, atau
dia sendiri yang gila? Namun karena saat itu
bukan waktunya bersilat lidah, Kun-lun
berkabung dengan kematian kakek ini maka
Peng Houw menunggu sampai semuanya
tenang. Jenasah itu segera dimakamkan dan
Kim Cu Cinjin selalu mendampingi sumoinya ini.
Li Ceng adalah cucu paman gurunya dan boleh
disebut sumoi (adik seperguruan). Maka ketika
Peng Houw mengikuti semua acara itu dan Li
Ceng akhirnya dapat menerima kematian
kakeknya, betapapun kakek itu memang tak
mungkin berumur panjang maka malamnya, di
saat gadis ini hanya tinggal isak-isak kecil Peng
Houw mendekati dan duduk di bangku panjang,
berdegup.
2535 "Ceng-moi, aku turut berduka atas kematian
kong-kongmu. Tapi sedikit banyak sakit hatimu
terbalas. Chi Koan, dia... dia sekarang buta.
Go-bi telah menjatuhkan hukuman seumur
hidup dan tak mungkin dia membuat onar lagi.
Tenang dan terimalah semuanya ini secara
wajar. Kitapun kelak akan seperti itu dan
kembali kepada Pencipta!"
"Kau... apa kau bilang?"
"Aku bilang aku turut berduka cita..."
"Bukan, bukan itu. Sebutanmu tadi!"
Peng Houw terkejut. Mendadak ia merah
padam oleh pertanyaan ini, kaget sendiri
namun dapat menindas perasaan itu. Entahlah,
kenapa ia tiba-tiba menyebut Ceng-moi,
sebutan yang terasa begitu mesra meluncur
dari mulutnya dan itu dapat diartikan sebutan
2536 dinda Ceng! Siapa tidak jengah! Tapi karena
Peng Houw tak ragu lagi karena sebutan itu
dapat juga berarti adik, ia menekan debaran
jantungnya yang tak keruan maka ia
menjawab,
"Kau lebih muda setahun dua daripada aku,
salahkah menyebutmu Ceng-moi? Aku lebih
tua, Li Ceng, tak ada yang aneh."
"Tapi suaramu, eh.... lain sekali. Ini seperti
ketika kau mencium aku tadi. Aku merinding!"
"Ceng-moi," Peng Houw akhirnya menyambar
lengan itu. "Jangan main-main, jangan goda
aku lagi. Tadi aku sudah minta maaf, apakah
kau masih penasaran lagi? Justeru aku yang
ingin melepas penasaran hatiku, ingin bertanya
sesuatu!"
2537 "Kau penasaran? Kepadaku? Aneh, tentang apa,
Peng Houw. Aku tak merasa membuat sesuatu
yang harus membuatmu penasaran!"
"Hm," Peng Houw mempererat cekalannya. "Ini
membuatku semakin penasaran lagi. Masa kau
tidak tahu!"
"Lepaskan tanganku, nanti dilihat para
suheng!"
"Tidak, kalau kau belum menjawab. Nah, aku
ingin bertanya dan maukah kau menjawabnya
dengan jujur. Aku sungguh-sungguh
penasaran!"
Gadis itu membelalakkan mata. Mereka duduk
di taman dan sewaktu-waktu dapat saja lewat
seorang tosu atau murid Kun-lun di situ.
Tempat di mana mereka duduk memang tidak
terlalu terang namun juga bukan gelap. Gadis
2538 ini memandang Peng Houw dengan jantung
berdebar. Pandang mata pemuda itu penuh
penasaran namun juga mesra, tiba-tiba bulu
kuduknya merinding. Dan ketika ia menunduk
tak kuat menerima pandang mata itu, cekalan
Peng Houw terasa menggigil akhirnya gadis ini
bertanya apa yang hendak ditanyakan pemuda
itu, pertanyaannya dilakukan dengan muka
menunduk.
"Bicaralah kalau ingin bicara, aku akan
mendengar."
"Hm, tidak begini. Tatap mataku, Ceng-moi.
Lihat dan pandang agar aku menemukan
jawabannya!"
"Aku malu...."
"Kau gadis gagah, tak mungkin malu. Ayo,
angkat dan tatap mataku!"
2539 Li Ceng mengangkat juga. Berdekatan dengan
Peng Houw dan digenggam lengannya seperti
itu membuat gadis ini panas dingin tak keruan.
Sesungguhnya bukan baru sehari dua dia
mengenal Peng Houw. Mereka sudah cukup
lama. Tapi karena saat itu suasananya lain dan
Peng Houw begitu serius, juga genggaman dan
mata pemuda itu mengeluarkan getaran yang
membuat ia panas dingin, entahlah kenapa ia
tak kuat tiba-tiba gadis ini menunduk lagi dan
terisak.
"Peng Houw, bicaralah kalau ingin bicara. Aku
begini saja!"
"Hm, kau menjawabnya dengan jujur?"
"Kau mau bertanya tentang apa?"
"Peristiwa siang tadi!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Sudah selesai..."
"Tidak, tamparanmu memang sudah selesai,
tapi sikapmu yang aneh belum!"
Gadis itu mendadak mengangkat mukanya.
Sekarang Li Ceng terkejut dan heran,
mengangkat muka itu dengan berani dan
beradu pandanglah mereka satu sama lain. Li
Ceng penuh tanda tanya dan heran sementara
Peng Houw penasaran tapi mesra. Pemuda ini
gemas melihat tingkah cucu Mutiara Geledek
ini. Begitu aneh, tapi begitu menarik. Seakan
tak tahu apa-apa dan benar-benar belum
mengerti. Dan ketika ia begitu terpesona akan
sepasang mata bundar yang terbelalak lebar
itu, yang memandangnya tak berkedip
sementara bibir tipis merah basah itu terbuka
sedikit, Peng Houw tak tahan lagi maka ia
mengguncang lengan itu melepas
penasarannya.
2541 "Kau tadi marah-marah lalu tertawa. Kau
seakan begitu geli. Nah, ini yang hendak
kutanyakan karena apakah ada sesuatu yang
ganjil padaku. Apakah ada yang salah?"
Bibir yang terbuka sedikit itu tiba-tiba merekah,
lebar. Lalu ketika gadis ini terkekeh dan
melepaskan tangannya, Peng Houw terkejut
maka Li Ceng tak tahan untuk melepas gelinya
lagi, terpingkal-pingkal.
"Kau... kau bertanya tentang ini? Kau
penasaran akan ini? Hi-hik, lucu. Aku jadi
semakin geli lagi. Ah, penasaranmu membuat
aku jadi penasaran juga, Peng Houw. Kenapa
untuk ini kau malah bertanya?"
Peng Houw terbelalak. Li Ceng terkekeh-kekeh
dan menutupi mulutnya sampai terpingkal.
Peng Houw dipandanginya seperti orang
memandang wayang po-te-hi yang lucu,
2542 seperti badut atau sejenis itu. Dan ketika Peng
Houw tertegun dan melebarkan mata, Li Ceng
bangkit berdiri mendadak gadis yang tak kuat
menahan tawa itu meloncat pergi.
"Peng Houw, kau lucu. Hi-hiik.... kau lucu
sekali. Ah, tak kuat aku berdekatan denganmu
dan biar menjauh dulu. Aku ingin tertawa di
tempat lain, hi-hikk....!"
Peng Houw melotot. Ia ditinggal dan Li Ceng
tertawa-tawa naik ke atas, gadis itu demikian
geli. Dan ketika ia semakin penasaran dan
tentu saja berkelebat mengejar, berseru
memanggil maka gadis itu tertangkap lagi. Li
Ceng sampai bercucuran air mata saking
gelinya!
"Aduh, lepaskan dulu. Biar aku tertawa, hi-hik...
kau, hi-hiik.... kau lucu sekali, Peng Houw.
2543 Masa untuk ini saja kau bertanya. Aduh, biar
aku tertawa dulu, hi-hikk.....!"
Peng Houw ikut tertawa. Ia juga geli melihat
betapa gadis ini tertawa tapi matanya
bercucuran. Masa orang tertawa kok menangis!
Dan ketika ia tertawa dan gadis itu semakin
terpingkal, sampai terbungkuk dan memegangi
perutnya akhirnya Li Ceng batuk-batuk dan
Peng Houw memegangi punggungnya. Tanpa
terasa, eh..... mengurut dan mengusap-usap
punggung itu.
"Sudahlah, sudah,,.. jangan tertawa lagi. Kau
bisa disangka gila kalau terus-terusan tertawa,
Ayo, berhenti dan lihat sampai kau terbatuk-
batuk!"
Akhirnya gadis ini memang berhenti juga.
Tawa itu habis. Li Ceng terengah-engah dan
matanya redup memandang Peng Houw, geli,
2544 nemun mesra. Dan ketika gadis itu menarik
napas dalam-dalam dan tersenyum lebar,
merasa urutan dan usapan itu, terkejut maka
Peng Houw tiba-tiba sadar dan cepat
melepaskan tangannya.
"Maaf, aku.... aku tak sengaja lagi!"
"Hm!" gadis itu tertawa man?s. "Agaknya kau
selalu tak sengaja, Peng Houw. Hidupmu selalu
dipenuhi dengan tak sengaja. Aih, sudahlah.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berhenti dan jangan membuat aku geli lagi!"
"Hm, itu tadi belum kau jawab?"
"Untuk apa? Justeru sekarang aku mau
bertanya karena balik aku yang penasaran.
Kau membuat aku penasaran kenapa untuk itu
saja kau sampai harus penasaran!"
2545 Peng Houw tiba-tiba geli. Berhadapan dengan
gadis yang sebenarnya lincah dan pandai
bicara ini sungguh membuat ia betah. Sejak
pertemuannya dulu memang ia sudah dibuat
kagum. Ada sesuatu yang menarik pada cucu
Mutiara Geledek ini, sesuatu yang memikat dan
penuh pesona. Mungkin pada sikap dan tutur
katanya yang selalu blak-blakan, atau mungkin
juga pada sepasang mata bundar yang selalu
menggoda orang itu. Mata itu dapat tertawa
dan mempermainkan orang kalau sudah kumat.
Ia dulu juga dipermainkan habis-habisan ketika
terlanda banjir. Maka mendengar betapa gadis
itu penasaran karena ia merasa penasaran oleh
sikap dan tingkah laku yang aneh ini, yang
dapat tertawa lalu menangis tiba-tiba atau juga
sebaliknya maka Peng Houw tiba-tiba geli dan
tertawa.
2546 "Kau lucu, kau seperti kuda tanpa ekor. Ha-ha,
aku yang penasaran malah balik membuat kau
penasaran. Eh, aku penasaran kenapa waktu
itu sedemikian cepatnya kau berubah, Li Ceng.
Dari memaki-maki dan marah-marah tiba-tiba
terkekeh dan geli setelah aku marah-marah.
Kau yang gila atau aku yang tidak waras?"
"Hi-hik, barangkali kedua-duanya. Tapi kau
yang lebih berat!"
"Apa?"
"Benar, kau lebih berat gilanya, Peng Houw.
Aku boleh tidak waras tapi tidak seberat dirimu.
Hi-hik, kau lebih gila!"
Peng Houw menampar dan memaki gadis ini.
Tanpa terasa mereka tertawa lagi namun Peng
Houw tiba-tiba menghentikan tawanya. Ia
berkerut, suasana duka sesungguhnya masih
2547 melanda. Tak boleh mereka tertawa lepas dan
bagaimana nanti kata para tosu melihat gadis
itu dan dirinya tertawa-tawa. Kematian kakek
Lo Sam belum dingin. Maka tak mau gadis itu
tertawa-tawa Peng Houw lalu menarik
lengannya duduk.
"Sudahlah, kita jangan bergurau lagi. Aku
sungguh-sungguh. Kalau kau merasa
penasaran kenapa aku bertanya itu biarlah
kucabut dan aku teringat akan seseorang yang
harus kutemui. Hm, kau aneh dan luar biasa, Li
Ceng, aku tak mengerti benar watakmu yang
bisa cepat berubah ini. Kau mengagumkan,
rupanya sudah dapat dengan cepat menerima
kematian kakekmu. Aku akan berbicara yang
lain."
"Kau akan bicara apa?" gadis itu menarik
napas, "kematian kong-kong memang sudah
dapat kuterima dan tak perlu ditangisi lagi.
2548 Percuma, air mata darahpun tak mungkin ia
bangkit!"
"Hm!" Peng Houw menggenggam lengan gadis
ini. "Kau benar, Li Ceng, dan aku semakin
kagum. Aku hendak bicara tentang sesuatu
yang seakan membuatku mimpi!"
"Nanti dulu, aku ingin bertanya tentang Chi
Koan. Hukuman apa yang diterima jahanam
itu!"
"Ia dipenjara seumur hidup, dan... dan ia
buta."
"Dulu sudah buta sebelah matanya!"
"Benar, tapi sekarang kedua-duanya, Li Ceng,
dan ini karena perbuatan Twa-susiok. Tapi
Twa-susiokpun tewas dihajar Chi Koan!"
2549 Peng Houw bicara sebentar tentang ini. Ia
menunda pembicaraannya sendiri dan Li Ceng
tampak mengangguk-angguk. Tapi mendengar
kematian hwesio itu ia mengepal tinju juga.
"Hm, kenapa tidak dibunuh? Buat apa manusia
seperti itu dibiarkan hidup?"
"Ada berbagai pertimbangan, dan satu yang
penting adalah masalah Bu-tek-cin-keng itu!"
"Ia benar-benar masih menyimpannya?"
"Di depan susiok dan tokoh-tokoh Go-bi ia tak
mengaku, Li Ceng, tapi di dalam guha ia
mengaku, kepadaku!"
"Hm, lalu bagaimana?" gadis itu terkejut juga.
"Betapa licik dan jahatnya iblis itu!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Aku tak dapat memaksa. Ia mengatakan
bahwa kitab itu jatuh ke tangan seorang
bocah."
"Bocah?" Li Ceng mengerutkan kening. "Siapa
yang dimaksud?"
"Aku tak tahu, ia tak memberi tahu. Tapi
hendak kuselidiki hal itu secara diam-diam saja.
Aku akan mengawasinya."
Li Ceng bersinar-sinar. Ia termenung dan
gemas oleh kelicikan Chi Koan. Pemuda itu
sungguh jahat. Kalau saja kepandaiannya
setinggi Peng Houw tentu ia membunuh. Tapi
ketika Peng Houw menyentuh lengannya dan ia
sadar, pemuda itu memandangnya lebih serius
maka Peng Houw menariknya ke pembicaraan
semula.
2551 "Aku hendak berbicara tentang sesuatu,
mimpiku itu."
"Hm, mimpi apa?"
"Bertemu manusia roh!"
"Ih, arwah orang mati? Jangan membuatku
merinding. Kau membuat tengkukku berdiri,
Peng Houw. Menyeramkan saja!"
"Tidak, ini benar. Baru-baru ini aku bertemu
dengan arwah guruku dan seseorang lagi..."
"Ah, jangan bicara itu, yang lain saja!" gadis
itu memotong.
Peng Houw tersenyum. "Kau takut?"
"Bukan takut, tapi.... hm, bagaimana ya? Aku
mengkirik, Peng Houw, seram. Bicaralah yang
lain saja jangan tentang kematian!"
2552 "Aku tidak bicara tentang kematian, justeru
orang-orang yang amat luar biasa ini, guruku
dan seseorang lagi."
"Gurumu sudah wafat!"
"Benar, tapi yang lain ini belum, Li Ceng, dan
sampai sekarang aku tak tahu apakah dia ini
manusia atau bukan!"
Gadis itu terbelalak. Sesungguhnya Li Ceng tak
suka bicara akan in?, tapi mendengar Peng
Houw berkata seaneh itu, apakah manusia
atau bukan maka gadis ini berdebar ingin tahu
juga, bertanya,
"Maksudmu bahwa dengan kepandaianmu
seperti ini kau tak tahu apakah dia manusia
atau bukan? Kau tak dapat menangkapnya?"
2553 "Bukan menangkap lagi, Li Ceng, melainkan
disuruh mencekal lengannya. Dan aku dibawa
terbang, benar-benar terbang!"
Gadis itu terkejut.
"Kau tahu berapa jarak Go-bi sampai Kun-lun?
Kau tahu berapa lama seoorang berkepandaian
tinggi harus lari cepat kesini?"
"Paling tidak dua hari tiga malam, Peng Houw,
kalau tidak beristirahat dan berhenti di tengah
jalan!"
"Benar, tapi aku dibawa setengah malam saja,
bahkan tidak penuh. Aku tahu-tahu sudah di
sini dan tertidur di luar guha kong-kongmu!"
"Jadi kau di situ seperti dibawa siluman?"
2554 "Sst, bukan siluman, Li Ceng, melainkan
seorang dewa berkesaktian mengagumkan.
Aku benar-benar seperti mimpi!"
"Siapa dia itu, dan bagaimana kau dapat
bertemu?"
"Aku bertemu di luar penjara Chi Koan, setelah
arwah suhuku muncul."
"Ih, jangan bicara tentang itu, Peng Houw.
Yang ini saja, dewa yang kau sebut itu!"
"Hm, semuanya memang akan kuceritakan.
Tapi jangan cengkeram tanganku sekuat ini,
eh....!" Peng Houw terkejut, dicengkeram atau
diremas kuat dan tiba-tiba dia heran melihat Li
Ceng terbelalak memandang belakangnya.
Gadis itu mengeluarkan seruan pendek dan
wajah tiba-tiba pucat sekali. Dan ketika ia
2555 terkejut dan mau bertanya mendadak gadis itu
menuding telunjuknya berseru gemetar.
"Peng Houw, itu.... itu apa! Ada manusia
seperti hantu. Lihat, tubuhnya bersinar
memancar terang. Dia di guha pertapaan
kong-kong!"
Peng Houw menoleh, terkejut. "Itu kakek dewa
itu!" serunya. "Ah, itu orang yang kuceritakan
itu, Ceng-moi. Dia Sian-su!"
"Sian-su?"
"Benar, kakek dewa itu. Bu-beng Sian su! Ah,
ia menunggu dan sudah berada di situ. Mari,
kita ke sana dan kukenalkan padamu!"
Namun dua anak muda ini tahu-tahu terangkat
naik. Kakek itu, yang bersila dan memancar
terang tiba-tiba tertawa mengangkat sebelah
2556 lengannya. Tawa lembut menyusup hati dan Li
Ceng tiba-tiba berseru tertahan. Angin kuat
namun amat halus menyambar bawah
tubuhnya, membuat mereka terpental dan
tahu-tahu terbang ke guha pertapaan. Ya,
terbang karena tempat itu tak kurang dari lima
ratus meter jauhnya. Mereka meluncur dan
menunggang seberkas sinar menuju kakek ini,
sinar lembut berwarna putih kekuningan. Lalu
ketika mereka tiba dan jatuh terbanting, sinar
lenyap maka cucu Mutiara Geledek ini tertegun
dan terbelalak lebar-lebar, mulutnya ternganga.
"Sian-su...!" Peng Houw sudah menjatuhkan
diri berlutut dan menyadarkan gadis ini. Li
Ceng cepat berlutut dan ia takjub akan apa
yang ia lihat. Seorang kakek berwajah lembut,
namun tertutup halimun tampak di situ. Kakek
ini bersila namun sepasang kakinya
mengambang, tidak menyentuh bumi. Dan
2557 ketika dari seluruh tubuh kakek itu menyebar
hawa hangat menembus kedinginan gunung,
sinar terang namun tidak menyilaukan
membuat mereka enak memandang maka
gadis ini kagum. karena baru sekaranglah dia
tahu apa yang dimaksud Peng Houw. Mereka
datang ke situpun seperti mimpi, menunggang
seberkas cahaya!
"Hm, kau sudah menyebut-nyebut namaku,"
tawa halus itu mulai bicara. "Tak ada jeleknya
bertiga kita bicara, Peng Houw. Dan aku girang
bahwa sahabatmu ini sudah dapat menerima
kematian kakeknya. Bagus, kalian orang-orang
muda memang harus mengisi hidup dengan
semangat baru, jiwa baru. Jangan tenggelam
dan berlarut dalam duka!"
Li Ceng berseri gembira. Ia, seperti orang-
orang lain tentu saja sudah mendengar perihal
kakek yang seperti dalam dongeng ini. Siapa
2558 tidak kenal atau mendengar nama Sian-su, Bu-
beng Sian-su si kakek dewa yang amat hebat.
Bukan hanya kepandaiannya yang setinggi
langit melainkan juga kearif-bijaksanaannya.
Konon kakeknyapun mengaku bahwa kakek
dewa ini memiliki pandang mata awas jauh ke
depan, tahu akan hal-hal yang belum tahu dan
waspada akan hal-hal yang bakal terjadi.
Kakek sakti berkemampuan luar biasa yang
entah berapa umurnya. Tak mampu diikuti tapi
tahu-tahu dapat bersama siapapun kalau dia
menghendaki. Maka ketika malam itu tiba-tiba
dia dapat berjumpa kakek ini, takjub dan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kagum akan tubuh yang memancarkan sinar
itu, juga wajah yang selalu tertutup dan hidup
seperti dalam dongeng ini tiba-tiba saja gadis
itu menjadi girang luar biasa di samping ngeri
dan gentar seperti berhadapan dengan mahluk
aneh yang datang dari lain bumi. Li Ceng
menatap wajah itu dengan pancaran tak terperi
2559 dan tiba-tiba ia terkejut ketika si kakek
menoleh. Sorot bagai cahaya lampu senter
keluar dari wajah halimun itu, membuat ia
tersentak dan seketika menunduk. Ia tak
mampu berhadapan dengan sorot lembut itu,
lembut namun tajam dan yang memaksanya
untuk tunduk. Jantung seakan dipukul tambur
hingga berdetak amat gencar. Tapi ketika tiba-
tiba tawa lembut itu juga terdengar, kakek itu
mengulapkan lengannya maka Li Ceng
terbelalak mendengar seruan halus, kakek itu
menggapai ke arah belakangnya. Jadi sorot itu
sebenarnya ditujukan kepada belakang
tubuhnya.
"Majulah, mendekatlah. Aku memang hendak
minta ijin kepadamu, Kim Cu Cinjin. Tempatmu
kupakai untuk berbincang-bincang sejenak!"
Li Ceng memutar kepala. Dari balik gerumbul,
di bawah sebatang pohon muncullah
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
suhengnya Kim Cu Cinjin. Tosu ini terbelalak
lebar melihat ke depan, takjub namun tiba-tiba
mengeluh dan maju berlutut. Dan ketika ia
terpekik memanggil Sian-su, gemetar dan
menggigil maka pimpinan Kun-lun ini terangkat
bangun oleh sebuah tarikan kuat, kebutan
lengan baju kakek dewa itu.
"Bangkitlah, duduklah. Aku berterima kasih
kalau kau tak keberatan aku di sini Cinjin.
Sekali lagi aku minta ijin untuk
mempergunakan tempat ini sejenak."
"Ah, silakan.... pakailah. Aku... aku bersyukur
kalau kau berkenan hadir, Sian-su. Satu
kehormatan besar bagi pinto bahwa kau
datang ke Kun-lun!"
Kakek itu tertawa, lalu tiba-tiba berdehem.
"Baiklah, terima kasih, Cinjin. Dan sekarang
Peng Houw!"
2561 Anak muda itu terkejut. Seperti Li Ceng iapun
terbelalak dan takjub memandang wajah
halimun itu. Ini untuk kedua kalinya bagi Peng
Houw bertemu kakek luar biasa ini. Ia kagum,
sudah berusaha mengerahkan sinkangnya
untuk menembus kabut halimun itu namun
tetap saja wajah si kakek tak dapat ditangkap.
Ia hanya samar-samar saja. Maka ketika tiba-
tiba kakek itu menoleh dan sorot cahaya itu
keluar menembus halimun, tajam dan amat
kuatnya namun lembut dan penuh wibawa
maka ia tak tahan dan menunduk, gentar!
"Maaf, Sian-su. Titah apa yang hendak kau
berikan?"
"Hm, bukan aku, melainkan kau. Adakah
sesuatu yang perlu kuberitahukan."
Peng Houw menahan napas. Tiba-tiba ia ingat
pesan gurunya bahwa ia harus mengikuti
2562 kakek dewa ini. Tapi lupa bahwa ia membawa
sesuatu, Peng Houw berkerut kening maka
pemuda itu bertanya apakah yang hendak
diberikan.
"Aku... aku disuruh guruku mencarimu,
menyertaimu. Bukankah Sian-su pernah
bertemu mendiang suhu dan bercakap-cakap?"
"Hm, betul. Lalu apa katanya, anak muda.
Apakah hanya itu saja?"
"Teecu... teecu, eh... ada!" Peng Houw tiba-
tiba teringat. "Ada sesuatu yang hendak
kutanya, Sian-su. Benar, tentang ini!" Peng
Houw langsung merogoh dan mengambil
sesuatu dari kantung bajunya, mencabut dan
memberikan itu tapi kakek dewa itu tersenyum.
Pemberian Peng Houw ditahan. Lalu ketika
kakek dewa ini tertawa dan menunjuk Peng
Houw maka kakek itu berseru,
2563 "Ada orang lain di sini, bukan aku saja.
Cobalah kau berikan kepada teman-temanmu
dan perlihatkan dulu itu!"
Peng Houw tertegun, mengejap-ngejapkan
matanya. Tapi ketika Kim Cu Cinjin bergerak
dan maju, bertanya apakah yang dibawa itu
maka tosu ini berseri dan bersinar-sinar, sudah
mendengar kebiasaan aneh kakek dewa ini
akan syair-syair luar biasa. Wejangan tentang
kehidupan.
"Peng-siauwhiap, apakah yang kau bawa itu?
Salahkah pinto kalau menebaknya sebagai
syair!"
"Benar," Peng Houw menoleh. "Kau tahu,
Cinjin?"
"Ah, berikan pinto, siauwhiap. Barangkali
tahu!"
2564 Peng Houw memberikan dan si tosu
menangkap. Kim Cu Cinjin adalah orang yang
sudah lebih dulu mendengar daripada Peng
Houw. Meskipun seperti dalam dongeng namun
sesepuh-sesepuh Kun-lun bercerita itu.
Mendiang Kun-lun Lojinpun ada menyebut-
nyebut ini, bahkan pernah bicara bertemu
kakek itu, sekali dalam hidup. Dan teringat
bahwa mendiang uwanya itu pernah
menyinggung-nyinggung bekas pertemuannya
dengan kakek ini di Go-bi, bersama mendiang
Ji Leng Hwesio maka tosu itu tertarik akan
cerita supeknya betapa kakek itu mengkritik
dedengkot Go-bi!
"Mentakjubkan sekali, Ji Leng Hwesio tak
mampu menjawab. Sian-su benar-benar
manusia dewa luar biasa yang pinto sendiripun
tak mampu menandingi kebijaksanaannya!"
"Peristiwa apa, supek. Tentang apa?"
2565 "Hm, kritik tentang hidup, sepak terjang atau
perilaku yang diambil sesepuh Go-bi itu."
"Coba supek cerita kepadaku. Bolehkah aku
tahu?"
"Hm, tak boleh karena ini bukan tugasku, Kim
Cu, Menyangkut perasaan orang lain yang kita
harus berhati-hati menceritakannya. Sebaiknya
kau tak perlu tahu sampai kelak mendengar
sendiri. Mudah-mudahan kau beruntung!"
Maka penasaran dan rasa ingin tahu itupun
padam. Kim Cu hanya tahu bahwa saat itu Ji
Leng Hwesio berdebat tentang sebuah syair,
dedengkot Go-bi itu akhirnya terpojok. Dan
ketika supeknya tak bicara lagi dan ia tak
berani mendesak, urusan orang-orang tua
memang tak sepatutnya dicampuri oleh yang
lebih muda maka tosu ini menyimpan
2566 perasaannya dan malam itu tanpa disangka
tiba-tiba penasarannya dihidupkan lagi, bangkit!
Kim Cu Cinjin sedang duduk bersila ketika dari
luar jendela tiba-tiba ia melihat sesuatu yang
luar biasa di balik puncak, yakni adanya
sesosok manusia yang memancarkan sinarnya
ke delapan penjuru. Mula-mula ia bengong,
takjub, mengira mimpi tapi tiba-tiba ia
tersentak ketika sebuah suara lembut
berulang-ulang menyusup di telinganya. Ia
diminta keluar, ada sesuatu yang hendak
dibicarakan. Dan ketika tosu ini melihat betapa
seberkas sinar membawa sumoinya dan Peng
Houw ke atas, dua orang itu seakan
menunggang sinar gaib maka tosu ini
melompat bangun dan secepat kilat ia menuju
puncak.
Kim Cun Cinjin bengong. Ia tertegun di balik
gerumbul sampai ternganga, melihat kakek itu
2567 dan teringat cerita mendiang supeknya. Itulah
ciri-ciri si manusia dewa. Kun-lun kedatangan
tamu agung! Dan ketika ia dipanggil dan kakek
itu rupanya sudah tahu, menggapai dan
menyuruh ia keluar maka tosu ini sudah duduk
bersama Peng Houw, gentar dan ngeri namun
juga senang sampai akhirnya Peng Houw
mengeluarkan segulung kertas. Tak ayal lagi ia
teringat kisah supeknya dan menduga itulah
syair yang dipergunjingkan. Peng Houw adalah
murid mendiang Ji Leng Hwesio dan apalagi
yang dibicarakan kalau bukan itu. Maka ketika
ia menangkap dan menerima dari Peng Houw,
membuka dan melihat isinya maka sumoinya,
Li Ceng juga mendekat dan menggeser
duduknya di dekat suhengnya ini.
"Apa itu suheng? Apa yang dibawa Peng
Houw?"
2568 "Syair," tosu ini tak berkejap. "Ini kiranya yang
dulu dikatakan supek, sumoi. Ah, tentu betul
ini. Lihat, sama dengan punyaku!" tosu itu
mengeluarkan segulung kertas lain dan Li Ceng
maupun Peng Houw terbelalak. Tosu itu sudah
membuka dan betul saja kertas itu adalah syair,
isinya persis dengan yang dipunyai Peng Houw
dan tertawalah tosu itu berseri-seri. Dan ketika
Peng Houw terbelalak karena tosu ini juga
mempunyai seperti yang dia punyai, dua bait
syair terhampar di depan mereka maka tosu
itu berseru,
"Ini adalah pemberian supek Kun-lun Lojin.
Sebelum meninggal memberikannya kepadaku.
Tapi aku tak mengerti sama sekali apa
maksudnya, siauwhiap, dan sekarang kau juga
memilikinya. Ah, Sian-su ada di sini, tentu
beliau dapat memberitahukannya kepada kita!"
2569 "Hm, benar, dan aku juga bertanya-tanya. Tak
kusangka bahwa kau mempunyainya, totiang.
Kalau begitu tentu ada hubungan. Aku juga tak
mengerti dan selama ini bertanya-tanya!"
Kakek itu tertawa lembut. Li Ceng yang melihat
dan membaca itu segera mengerutkan
keningnya, ia tak mengerti. Dan karena Peng
Houw maupun suhengnya sama-sama
menyatakan tak mengerti, ia tentu lebih tak
mengerti lagi maka kakek itu berseru,
"Coba kalian lihat dan amati baik-baik. Dan
kau, apa yang pernah kau dengar dari
mendiang supekmu, Cinjin. Barangkali sedikit
banyak dapat membuka pengertian kalian."
"Pinto tak mengerti apa-apa, Sian-su, hanya
mendiang supek pernah berkata bahwa kau
berdebat seru dengan Ji Leng lo-suhu. Ji Leng
lo-suhu terpojok, marah dan tidak senang. Tapi
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
syair yang kau berikan ini diambil dan satunya
dibawa supek!"
"Kun-lun Lojin tak bicara lain?"
"Hanya itu saja, tak bicara lain karena katanya
menyangkut sepak terjang atau perasaan
ketua Go-bi itu!"
"Bagus, Kun-lun Lojin benar-benar bijaksana.
Hm, agaknya harus kumulai dari awal, Cinjin.
Tapi biarlah kutanya Peng Houw bagaimana
pesan terakhir gurunya."
Peng Houw berdebar. Ia terkejut juga bahwa
pernah terjadi debat seru antara kakek ini
dengan gurunya. Tiba-tiba teringatlah dia akan
cerita gurunya bahwa betapa beberapa tahun
yang lalu gurunya pernah mengagumi
seseorang, bahkan dikatakan orang itu masih
lebih tinggi daripada gurunya, kesaktiannya
2571 hebat dan gurunya mengaku kalah. Dan ketika
ia sekarang sadar bahwa kakek inilah kiranya
yang dimaksud gurunya, betapa gurunya
memang pantas mengakui dan mengagumi
kakek ini maka Peng Houw memandang takjub
dan bersinar-sinar. Tapi ia terkejut oleh


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertanyaan kakek itu.
"Anak muda, ceritakan kepadaku apa pesan
terakhir gurumu. Maksudku, yang ada
hubungannya denganku."
"Teecu..... teecu hanya disuruh mencari dan
menemukan Sian-su, menunjukkan dan
bertanya tentang syair ini."
"Gurumu tak bicara apa-apa?"
"Tidak, ada apakah, Sian-su. Suhu menyuruh
teecu mendengarkan petuah Sian-su!"
2572 "Kalau begitu gurumu menyerahkan ini
kepadaku. Bagus, aku dapat berbicara bebas!"
dan mengebutkan lengannya membersihkan
tempat duduk kakek itu menarik napas dalam-
dalam melanjutkan, "Peristiwanya lama, jauh
sebelum anak muda ini dan Chi Koan berada di
Go-bi. Pembicaraan berkisar pada dua murid
utama Ji Leng Hwesio...."
"Ah, maksud Sian-su adalah Lu Kong dan Beng
Kong-susiok?" Peng Houw memotong.
"Benar, mereka itu, anak muda, guru dan
paman gurumu."
"Ada apa dengan mereka, apa yang
dibicarakan?"
"Bersabarlah, kita akan ke sana. Waktu itu,
ketika guru dan paman gurumu masih sama-
sama muda aku bertemu dengan kakek
2573 gurumu itu, yang akhirnya menjadi gurumu
juga. Kukatakan bahwa di antara dua muridnya
ini satu berwatak buruk, bakal membawa
petaka bagi Go-bi. Tapi karena pendapatku
meluncur begitu saja dan waktu itu Ji Leng lo-
suhu lagi sayang-sayangnya kepada murid
maka kata-kataku membuat ia marah dan
menegur aku."
"Siapa yang Sian-su maksud, apakah Beng
Si Rajawali Sakti 5 Bukan Istri Pilihan Karya Maria A. Sardjono Dendam Kesumat 3
^