Pencarian

Sindikat Tukang Sulap 2

Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap Bagian 2


memecahkan misteri ini."
Nyonya menjelaskan, bahwa ada sebagian dari surat itu yang
belum mereka baca.
"Lihat di sebaliknya," katanya.
Isi bagian surat itu mengatakan, bahwa bila nyonya Mendez
melaporkannya kepada polisi atau detektif, Dolores dan keluarga akan
menderita.
Nyonya itu mondar-mandir dengan pikiran tegang di ruang
tamu."Kalian lihat sendiri! Aku harus minta tolong kalian untuk dapat
melepaskan dari perkara ini!"
Nancy, Bess dan George tercenung. Mereka hargai sikap janda
tua itu demi menyelamatkan cucunya. Tetapi mereka tidak ingin
menyerah dalam usaha menemukan anak itu.
"Kami bukan anggota polisi, bukan pula detektif profesional."
kata Nancy, mendekati nyonya itu dan merangkul pundaknya. "Kami
hanya amatir, dan surat itu tidak sebut-sebut kami. Biarkanlah kami
tetap menangani perkara anda."
Senora Mendez memeluk dan mencium Nancy. Ia tidak
berkeberatan mereka melanjutkan pengejaran.
"Tetapi apa yang mungkin kalian lakukan?" ia bertanya.
"Kalian tidak tahu ke mana mereka bawa Dolores."
"Seperti telah saya katakan," jawab Nancy, "kami mencurigai
Grup The Hoaxters" terlibat perkara ini."
Ia berhenti sebentar.
"Ya, ya. Teruskan!" nyonya itu mendesak.
"Kami sekarang tahu," Nancy meneruskan, "bahwa mereka
pergi ke Los Angeles. Mungkin mereka pun membawa Dolores.
Seluruh rombongan pergi dengan mendadak, bahkan tanpa
memberitahu menejer gedung pertunjukan."
"Ah, kalau saja kalian dapat menemukan Dolores kembali!"
senora Mendez mengeluh, sambil memandangi ketiga dara itu penuh
kekaguman.
Nancy memeriksa surat minta tebusan itu lebih teliti lagi.
Dibacanya surat itu berulang-ulang."Kukira ada terselip pesan sandi yang disembunyikan di antara
kata-kata ini!"
"Memang, tersembunyi!" kata Bess.
"Pesan untuk siapa?" tanya George.
"Dugaanku adalah surat ini dimaksudkan untuk salah seorang
anggota penculik!" jawab Nancy.
"Tetapi mengapa dilipat-lipat dulu sebelum dikirim kepada
senora Mendez?" tanya Bess.
Nancy berpikir keras.
"Mungkin surat ini bukan untuk dia. Mungkin keliru dikirim
kepada senora Mendez. Misalnya ada dua surat yang sama," Nancy
memutar otaknya. "Satu dilipat-lipat, yang satu lagi tidak dilipat sama
sekali. Yang tidak dilipat dimaksudkan untuk senora Mendez, sedang
yang dilipat-lipat untuk sekongkolannya. "
"Aku masih saja belum dapat mengerti!" Bess mengaku.
"Petunjuk untuk pesan tersembunyi itu justru terletak pada
lipatan-lipatan itu!" Nancy menjelaskan.
"Tetapi pada setiap kata ada lipatan," Bess membantah. "Ini
jenis sandi paling aneh yang pernah kudengar!"
"Mungkin bentuk kipas itu merupakan identifikasi dari
rombongan mereka!" Nancy menambahkan.
"Tahukah kau?" kata George. "Itu mengingatkan aku akan
sebuah permainan sewaktu masih kecil. Sehelai kertas diedarkan
secara berurutan kepada setiap peserta. Setiap peserta menuliskan satu
kata lalu melipat kertas hingga apa yang ia tulis tidak terlihat. Setelah
semua peserta selesai menulis dan melipat, lalu ada peserta yang
membuka lipatan-lipatan itu dan membaca tulisan. Kalimat yangterbentuk menjadi tidak karuan! Pernah terbaca: aku gajah edan yang
suka menari!"
Nancy tidak begitu menghiraukan. Ia terus sibuk untuk dapat
menguraikan sandi itu. Mula-mula dibacanya kata-kata itu setiap dua
lipatan, kemudian setiap tiga lipatan. Tiba-tiba ia berseru! "Sudah
ketemu! Sandinya pada kata ketiga!"
"Waduh! Sherlock Homes! Bagaimana bunyinya?" tanya Bess.
Nancy tersenyum, lalu menjawab.
"Bunyinya:
"100.000 dolar dalam kantong, untuk 8 dari X."
"Hmm! Bagiku itu tak ada arti apa-apa. Kalau itu memang
sandi, bagaimana engkau mengartikannya?" kata Bess.
"Nah, lho! Bagaimana?" George menantang. "Aku tak tahu!
Tetapi aku belum menyerah! Kita harus memecahkannya." Nancy
menjawab. "Petunjuk ini terlalu baik untuk dibuang!"11
Luput Dari Penipuan
"Kukira, 8 dan X merupakan kunci pemecahannya," kata
Nancy. "Angka 8 bisa berarti huruf kedelapan, yaitu H atau Howie.
Tetapi apa maksud dari ?X??"
"Huruf ke duapuluh-empat," kata George. "Atau tanggal 24."
"Atau mungkin juga tandatangan," kata Bess. "Orang yang
tidak dapat menulis sering menandatangi dengan tanda itu!"
"Masih banyak lagi kemungkinan," Nancy tertawa.
"Ah, sudahlah!" Bess menggeleng putus asa.
"Mungkin pesan itu sama sekali bukan ditujukan kepada
sekongkol mereka! Tetapi untuk kita!"
"Barangkali penjahat-penjahat itu hendak memancing kita ke
suatu tempat tertentu. Menjebak kita!"
"Ah! Jangan katakan hal itu!" Bess memohon. "Engkau
membuatku merinding!"
"Tenang, sepupuku sayang, " George menghimbau sambil
berdecak. "Aku yakin, bila musuh kita hendak menjebak kita, mereka
tentu membuat petunjuk yang lebih terperinci."Nancy bertanya kepada senora Mendez, apa ada sesuatu
gagasan dari salah seorang anggota keluarga yang dapat diberikan
sebagai petunjuk baginya. Nyonya itu menggeleng.
"Tidak ada yang memberi kesan demikian bagiku," jawabnya.
"Apa kaukira akan ada hubungannya dengan sesuatu di Los Angeles
nanti?"
"Kami akan berusaha menemukannya, bila sudah sampai di
sana," kata Nancy.
Setelah mengcopy surat minta uang tebusan itu, mereka
berpamitan dan pergi. Di tengah jalan menuju ke hotel, mereka
mampir ke sebuah agen sewa mobil. Nancy menerangkan kepada
pemiliknya tentang tujuan mereka. Orang itu tersenyum.
"Partner saya pekan lalu terbang ke New York. Sekarang ia
harus pergi ke Los Angeles untuk sebulan atau lebih. Ia ingin agar
mobilnya ada yang membawakan untuknya. Kami sangat gembira
dapat memberikannya kepada anda sebagai mobil sewaan. Mobil itu
dapat anda tinggalkan di Los Angeles. Biasanya mobil yang disewa
harus dikembalikan kemari."
"Baik!" jawab Nancy. "Saya kira, kami bertiga akan datang
tepat pada waktunya."
Menejer itu mengangguk.
"Mobil akan disiapkan bagi kalian. Dapat diambil besok pagi
jam tujuh!"
Mereka gembira dengan pengaturan itu, lalu meninggalkan
garasi sewaan mobil itu."Nah, kita punya waktu bebas siang nanti," seru Bess.
"Bagaimana bila kita mampir ke toko pakaian senora Clara?
Barangkali kita dapat beli pakaian Mexico lagi."
George tersenyum.
"Aku tak punya uang lagi untuk belanja. Tetapi aku tak
berkeberatan ikut melihat-lihat."
Ketika mereka sampai di toko senora Clara, ternyata di sana
baru tak ada langganan. Wanita yang ramah itu menyapa mereka
sambil tersenyum.
"Selamat datang! Silakan lihat-lihat sepuas hati," katanya.
"Saya sendiri sebentar agak sibuk. Sebab ada orang yang akan datang
menawarkan bahan tekstil baru."
"Tekstil jenis apa?" tanya Nancy tergelitik perasaan aneh.
"Suatu perusahaan telah memperkembangkan jenis tekstil yang
luar biasa." Senora Clara menerangkan. "Kedengarannya amat
menarik!"
Tetapi bagi Nancy hal ini kedengarannya sebagai penipuan. Ia
menjadi curiga.
"Apa anda kebetulan menonton pertunjukan Grup "The
Hoaxters" ? ia bertanya kepada Senora Clara.
"Memang!" katanya. Mengagumkan, bukan?"
"Betul!" Nancy mengaku. "Apa anda juga naik pentas?"
"Ya! Mengapa?"
"Saya harus mengatakan sesuatu karena kami telah mencurigai
grup itu. Mungkin akan melibatkan anda." Nancy menjelaskan tentang
kecurigaan mereka dan beberapa kejadian yang menimpa orang-orang
yang tampil ke pentas. Senora Clara jadi ketakutan."Maksud anda, orang yang datang itu mungkin hendak menipu
saya?"
"Itu mungkin sekali!" jawab Nancy.
"Lalu, apa yang harus saya lakukan? Saya telah membuat
perjanjian!"
"Jangan beli apa-apa," George menganjurkan.
Senora.Clara setuju.
"Barangkali kalian dapat tinggal bersama saya. Untuk
mengenali tamu-tamu itu!"
"Dengan senang hati," Nancy menerima tawaran itu. "Kalau
seorang tamunya itu Howie Barker, ia tentu akan mengenali kami.
Bolehkah kami bersembunyi? Di suatu tempat yang bisa melihat jelas
terhadap tamu itu?"
"Tentu! Salah satu kamar pakaian itu mempunyai pandangan
jelas terhadap meja saya ini," kata senora Clara. "Karena tidak punya
kantor pribadi, di meja inilah saya akan menerima tamu itu."
"Akal yang baik," Nancy memuji.
Mereka lalu bersembunyi berdesakan dalam kamar pakaian
yang sempit. Pintu yang bergorden ada celah-celahnya sehingga
mereka dapat mengawasi meja.
"Ini baik sekali!" kata Nancy.
Senora Clara tersenyum.
"Asal jangan bersin!" ia menggoda.
"Kami akan berusaha menahan!" Bess tertawa cekikikan.
Tidak berapa lama kemudian dua orang laki-laki masuk.
Mereka berpakaian bagus, berwajah tampan dan sangat ramah. Ketika
yang lebih tinggi mendekat dan menghadap ke senora Clara, ketigadara itu menjadi tegang. Dialah Howie Barker, orang yang telah
mencoba menipu Bess.
"Nama saya Barker," ia perkenalkan diri. "Sayalah yang bicara
di telepon tadi. Ini teman saya tuan Cadwell. Kami ingin kabarkan
kepada anda tentang sebuah perusahaan yang telah berhasil
mengembangkan jenis tekstil yang luar biasa."
"Silakan duduk," kata senora Clara. Ia menunjuk ke dua kursi di
depan mejanya.
Tuan Cadwell mengeluarkan sebuah brosur dari dalam tasnya.
Brosur itu kemudian diberikannya kepada senora Clara. Brosur itu
menunjukkan gambar seorang gadis cilik mengenakan pakaian yang
sama, tetapi dengan latar belakang yang berbeda. Sebuah gambar
menunjukkan musim semi dengan anak tersebut duduk di padang
rumput penuh bunga crocus; lalu gambar menunjukkan musim panas
dan anak itu ada di pinggir sebuah kolam. Pada gambar yang ketiga,
anak itu sedang memanjat pohon yang daun-daunnya berwarna kuning
cerah dan kemerahan. Gambar keempat, anak itu duduk di kereta
luncur dikelilingi salju.
"Lihat," kata tuan Cadwell. "Bahan pakaian ini dapat dipakai
pada setiap musim. Bahan ini mengandung termostat alamiah, yang
dapat menyesuaikan diri dengan suhu tubuh si pemakai. Itu berlaku
bagi siapa pun dan dalam iklim yang mana pun."
"Mengagumkan!" seru senora Clara. "Maksud anda tekstil ini
dapat dipakai dengan nyaman selama 365 hari pada iklim yang mana
pun juga?"
"Betul begitu, nyonya."
"Anda membawa contoh-contohnya?""Sudah tentu!"
Orang itu mengeluarkan beberapa carik tekstil dari dalam
tasnya. Bermacam-macam warna dan jenis tenunan. Tetapi semuanya
terasa seperti kain wol ringan.
Senora Clara memeriksa berbagai contoh tekstil itu, tetapi tak
berkomentar sepatah kata pun.
"Ini adalah penemuan baru yang luar biasa, tuan Codwell
meneruskan. "Disebut Silk-O-Sheen. Memang belum dibuat secara
besar-besaran. Kami datang menawarkan saham perusahaan ini,
khusus untuk mereka yang usahawan tekstil. Setiap saham bernilai
sepuluh dolar. Nah, Senora. Berapa yang dapat saya daftarkan bagi
anda?"
Nancy mengawasi tawaran-tawaran itu dengan menggigit
bibirnya. Apa senora Clara akan terjebak dan jatuh dalam penipuan
ini? Tetapi wanita usahawan itu sudah siap dengan jawabannya.
"Saya hendak pikir-pikir dulu," katanya, "Di samping itu, saya
harus berkonsultasi dulu dengan akuntan saya. Apakah saya cukup
uang untuk ikut dalam investasi."
"Anda tentunya punya uang kontan di dalam kas anda," kata
Barker mendesak. "Anda dapat membayar down-payment sebesar 20
persen. Sisanya dibayar kemudian."
"Saya tidak pernah membuat keputusan dengan tergesa-gesa,"
balas senora Clara dingin. "Kalau anda mau meninggalkan kartu nama
anda, saya dengan senang hati akan memberi kabar dalam dua tiga
hari ini!"Kedua orang itu yang hingga saat ini sangat ramah, mendadak
berhenti tersenyum. Cadwell memasukkan semua contoh-contoh
tekstil ke dalam tasnya, lalu menutupnya dengan sikap berang. Kedua
tamu itu berdiri dan mengangguk secara kasar.
"Anda membuat kesalahan!" kata tuan Cadwell. "Saya harus
katakan kepada anda, bahwa . . "
Pada saat itu temannya melihat ke arah kursi kosong di
dekatnya. Di sana terletak sebuah tas dari kain kecil dengan sulaman
nama Bess.
"Ada siapa lagi di sini?" ia bertanya.
Senora tidak menjawab, tetapi lalu berdiri untuk memungut tas
itu. Jantung Bess berdebar-debar. Itu tas miliknya!
Dengan cepat Barker menyambar tas itu. Senora Clara
melompat kepadanya dan berseru.
"Berikan tas itu!"
Bagaikan kilat jari-jari Barker membuka tas dan membaca nama
Bess Marvin pada SIM. Detik berikutnya pemilik toko itu telah
merebutnya, sementara Barker melompat ke pintu bergorden dan
membukanya.
"Ha!" serunya marah. "Kalian sengaja mengintai kami! Kalian
harus menanggungnya!"
Sambil mengeluarkan ancaman demikian, Howie dan Cadwell
bergegas ke luar dari toko.12
Barang Selundupan
George dan Nancy berlari mengejar, tetapi segera berhenti.
Barker dan Cadwell telah melompat ke dalam sebuah mobil yang
dikemudikan seorang sopir. Beberapa saat kemudian telah menghilang
dalam keramaian lalu lintas.
"Aku tak sempat melihat nomor mobilnya!" kata Nancy
kecewa.
Ia dan George kembali masuk ke dalam toko. Bess bertanya


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan resah!
"Apa maksud Barker dengan ancamannya itu?"
"Tak tahu," jawab Nancy, "tetapi ia tentu merencanakan sesuatu
ke alamat kita."
Senora Clara memandangi ketiga dara dengan bingung.
"Lebih baik kalian waspada." katanya kemudian. "Kukira
mereka itu sangat licik, dan berbahaya!"
"Saya juga berpendapat demikian," kata Bess menghela napas.
"Nah, setelah terhindar dari musibah, kini aku ingin melihat-lihat
pakaian."
Nancy tertawa."Silakan! Aku akan telepon polisi dan menceritakan apa yang
terjadi."
"Ya, teleponlah!" berkata Senora Clara. "Itu di meja saya. Anda
juga tahu Cadwell tidak memberikan kartu nama. Itu memperkuat
dugaan saya bahwa mereka memang penipu. "
Nancy melaporkan kejadian itu kepada yang berwajib.
Sementara itu Bess membeli pakaian musim panas yang manis.
Mereka lalu berpamitan. Senora Clara mengucapkan selamat jalan dan
semoga berhasil.
*************
Esok harinya, pagi-pagi benar, Nancy pergi mengambil mobil
sewaan. Ketika ia memasuki tempat parkir yang luas itu, ia melihat
sekilas seseorang menyelinap ke luar dari pintu samping.
Tiba-tiba saja ia berhenti, berpikir sebentar. Ada baiknya jika
Barker tidak melihat dia. Kalau tidak, Barker dapat menebak bahwa
mereka hendak pergi ke luar Mexico City.
"Kalau pun aku berhasil menangkap dia, aku juga tidak punya
bukti-bukti," pikirnya, lalu ia pergi ke mobil sewaannya.
Setelah sampai kembali di hotel, bertiga mereka mengemasi
barang-barang bawaan mereka dan dimasukkan di ruang begasi mobil.
Tidak lama kemudian mereka pun berangkat. Karena mereka
berangkat pagi-pagi, mereka belum sempat sarapan. Sejam kemudian
Bess mengatakan tak kuat melanjutkan perjalanan tanpa makanan.
"Kita sudah jauh dari kota," katanya, "aku tak tahu di mana
mendapatkan makanan?"
"Kau suka makanan Mexico?" George bertanya.
Bess mengaku bahwa ia lapar sekali. Makanan apa pun ia mau."Bagaimana kalau es krim enchilada?" tanya George.
"Dengan gula-gula pedas dan kocokan kelapa susu? Cih!" Bess
memberengut.
George memberi tanda kepada Nancy.
"Aku melihat papan nama bergambar panah di jalan simpang.
Tak sempat aku baca, tetapi ada gambar tortilla dan enchilada."
Nancy memutar kembali, lalu masuk jalan simpang. Kira-kira
satu mil kemudian mereka sampai di perkampungan orang Indian.
Kaum wanitanya duduk-duduk di tanah, memasak dengan tungku
batu. Ketika ketiga gadis kulit putih itu berhenti, penduduk pribumi itu
mendongak memandangi mereka sambil tersenyum. Anak-anak
berhamburan merubung, disusul nyalak anjing-anjing. Nancy bersama
kedua teman-temannya keluar dari mobil dan mendekati wanita-
wanita Indian itu.
"Apa anda menjual makanan untuk sarapan?" tanya Bess.
Wanita yang paling dekat menoleh ke arah teman-temannya
yang lain. Semuanya hanya mengangkat bahu.
"Kukira mereka tidak mengerti bahasa Inggris," kata George.
Nancy mengulang pertanyaan itu dalam bahasa Spanyol. Tetapi
satu-satunya kata yang dimengerti wanita-wanita Indian itu hanya
comer yang berarti makan. Mereka mengangguk-angguk.
Salah seorang menunjuk ke arah makanan yang sedang di
masak. Ada macam-macam, tortilla, enchilada, telur orak-arik dengan
lada, minuman coklat yang pekat, nenas dan pisang kecil-kecil.
"Mengapa mereka beri lada pada telur?" Bess mengeluh.
"Di Mexico lada dianggap sebagai makanan menyehatkan,"
Nancy menjawab. "Pada suatu ketika, pada waktu berkecamuk wabahpolio di seluruh Amerika, para dokter mendapat kenyataan bahwa di
Mexico tak seorang pun yang kejangkitan. Setelah diselidiki, ternyata
karena makanan sehari-hari mereka menggunakan lada."
Bess ingin memasak telur sendiri.
"Nancy, coba menanyakan kepada nyonya itu apakah boleh
masak telur sendiri?"
Meskipun Nancy tahu bahwa wanita-wanita itu takkan mengerti
maksudnya, ia toh memenuhi permintaan Bess.
Para wanita Indian itu nampak berunding. Tiba-tiba seorang
gadis manis menceloteh. Ia lari dan segera kembali dengan membawa
seekor ayam betina yang meronta-ronta hendak melepaskan diri
sambil berkotek-kotek. Gadis itu memeganginya kuat-kuat dan
mengoceh dalam bahasa Indian. Ketiga dara Amerika itu menjadi
heran ketika ayam itu bertelur di tangan gadis Indian itu!
Nancy dan teman-temannya tertawa-tawa. Rupanya mereka itu
mengira bahwa ketiga dara Amerika itu menginginkan telur baru yang
segar. Gadis itu memberikan telur ayamnya kepada Bess. Bess
meminjam penggorengan yang kosong, memasukkan sedikit lemak
dan dilumerkannya. Ia memecahkan telur pada pinggir penggorengan
dan mengaduk-aduk telur itu dengan sendok kayu. Para pribumi
melihat dengan tersenyum dan mengangkat bahu.
Nancy dan George bersepakat untuk menghadapi masakan yang
disediakan dengan bumbu lada tersebut. Jika Nancy memisahkan
ladanya sebelum disuap, maka George justru tergigit lada. Matanya
memerah merasakan pedas. Ia segera menelannya, lalu mengambil
sepotong nenas untuk menghilangkan rasa pedas."Mengenai soal makanan," kata Bess, "kukira akulah yang
selalu berpikir sehat, dan di samping Nancy tentu saja!"
George menyeringai, kemudian tersenyum jahat.
"Kukira aku memang pantas kausebut begitu, karena sering
menggoda engkau, itu tentang pinggangmu yang sembilanpuluh
senti."
"Pinggangku tidak sembilanpuluh senti!" kata Bess yang
membuat George tertawa cekikikan.
"Ah, kalian jangan ribut di sini," Nancy melerai.
Setelah membayar makanan, mereka segera berangkat. Selama
beberapa mil perjalanan mereka terus saja bersenda gurau. George
terus menggoda Bess.
"Di tengah-tengah wanita-wanita Indian yang tegap-tegap itu,
engkau memang yang paling cantik."
Nancy beranggapan bahwa gadis-gadis Indian memang
menarik.
"Sedangkan yang tua-tua menjadi berkeriput dan bermata juling
karena teriknya matahari."
Mereka berganti-ganti memegang kemudi, dan berusaha
mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Mereka hanya berhenti di motel
bila mereka terlalu capai. Perjalanan itu memang sangat melelahkan.
Bess sering menyesal telah mengusulkan menggunakan mobil
daripada menunggu berakhirnya pemogokan.
Pada hari keempat, setelah makan siang, mereka telah sampai di
daerah perbatasan. Mereka diminta berhenti oleh petugas-petugas
pabean yang berpakaian rapih.
"Kami tak membawa barang larangan," kata Nancy.Petugas itu meminta ditunjukkan SIM Nancy dan
memeriksanya dengan teliti.
"Nancy Drew!" ia bertanya. "Anda bilang tidak akan
menunjukkan suatu barang tertentu yang anda sembunyikan?"
"Saya tidak mengerti apa yang anda katakan!"
"Akan saya katakan sekarang. Di dalam mobil kalian
sembunyikan sebuah patung kecil batu kumala, yang telah kalian
ambil dari museum di MexicoCity!"
"Apaaaa?" tanya mereka bertiga keheranan.
"Anda tentu keliru dengan orang lain," kata Nancy. "Kami
bukan pencuri. Dalam mobil ini tidak ada barang lain kecuali milik
pribadi."
Petugas itu tidak menghiraukan. Ia minta kunci, lalu membuka
tempat begasi. Ia singkirkan tas dan kopor-kopor. Ia mengintip-intip
ke belakang ban serap dan merogoh. Ia mengeluarkan sebuah dos
yang belum pernah dilihat oleh ketiga dara tersebut. Di dalam dos itu
terdapat sebongkah batu kumala yang diukir berbentuk sebuah perahu
dengan seorang wanita dikelilingi bunga-bunga teratai.
"Indah sekali!" seru Bess. "Pak, belum pernah kami
melihatnya!"
Petugas itu memandangi Bess dengan perasaan tidak senang.
"Kalian pandai benar berpura-pura. Tetapi kini tertangkap
basah! Kalian bertiga adalah penyelundup!"
Nancy dengan gigih menolak dakwaan itu. Berbagai pikiran
menjejali benaknya. Apa yang akan terjadi padanya? Apa ia akan
terkena hukuman denda yang berat? Ataukah malah akandipenjarakan, jika tidak sanggup membayar denda? Ia memandangi
petugas itu.
"Dari mana anda peroleh kisikan, kami membawa patung batu
kumala ini?"
Petugas menolak untuk memberi jawaban. Sedang Bess
ketakutan. Ia memandang ke tempat yang jauh dan melihat seorang
muda yang tampan. Rupa-rupanya orang muda itu pun petugas bea
cukai. Sementara Nancy berdebat dengan petugas, Bess melemparkan
senyum genit. Petugas muda itu membalas senyumnya.
"Apa ada yang dapat saya bantu? Anda terlalu manis untuk
menghadapi kesulitan!"
Bess menceritakan segala kejadian. Bahkan matanya dibuat
berlinang airmata. Hal ini sangat menyentuh hati petugas muda
tersebut. Ia memegang lengan Bess dan menuntunnya kembali ke
rombongan yang tengah berdebat. Ia lalu berbicara dengan teman
petugasnya yang lebih tua.
"Mengapa kita tidak mengecek dulu dengan polisi di Mexico
City, pak Rivera? Nona ini mengatakan bahwa letnan Tara mengenal
mereka. Ia pun dapat membuktikan bahwa nona-nona ini adalah
detektif amatir yang sedang bekerja untuk suatu perkara. Bagaimana
pun, kisikan itu mungkin berasal dari salah satu musuh mereka!"
Petugas yang tua mengangguk.
"Jagailah mereka. Aku akan menelepon.Jangan sampai mereka
lepas!"
Ia masuk ke dalam kantornya. Bess mengucapkan terimakasih
kepada petugas muda atas bantuannya. Tidak lama kemudian pak
Rivera datang lagi. Untuk pertama kalinya ia tersenyum."Oke, nona-nona. Kami persilakan kalian meneruskan
perjalanan. Letnan Tara mengatakan dapat menjamin secara pribadi
terhadap kalian. Saya sendiri akan mengusahakan agar patung batu
kumala dapat kembali ke museum!"
"Terimakasih!" kata Bess lega. "Saya sudah membayangkan
kami bertiga meringkuk dalam penjara untuk duapuluh tahun!"
Setelah mereka beberapa kilometer memasuki kembali wilayah
Amerika Serikat, Nancy membuka percakapan.
"Terimakasih atas bantuanmu," katanya kepada Bess "Cerdik
juga engkau, mempermainkan pemuda tampan itu hingga bersimpati
kepada kita!"
Sebaliknya George tertawa menggoda.
"Untung Dave Evans tidak ada di sini. Ia bisa hijau karena
cemburu!"
Hari menjelang senja mereka tiba di Los Angeles. Karena tidak
memesan tempat, Nancy berhenti di hotel yang pertama-tama mereka
jumpai. George yang masuk menanyakan kamar. Tetapi ketika ia
kembali ke mobil, wajahnya tampak muram.
"Ada apa?" tanya Bess.
"Ada rapat raksasa di kota. Ratusan detektif dari seluruh
Amerika Serikat berkumpul di sini. Tidak ada hotel atau motel yang
masih punya kamar kosong!"
"Lalu kita bagaimana?" tanya Bess.
Mereka diam tidak berbicara untuk beberapa menit. Tiba-tiba
George ingat sesuatu.
"Ada bekas tetangga kami yang pindah kemari tahun lalu,"
katanya. "Mereka mengundang keluarga dan teman-teman untukmampir ke tempat tinggalnya, kapan saja. Kalau aku menelepon dia
bagaimana?"
"Baik sekali!" seru Bess. "Teleponlah sekarang juga!"
George kembali masuk ke hotel. Meminjam buku telepon dan
mencari nama bekas tetangganya itu. Nyonya Vetter amat gembira
mendengar kedatangan George.
"Di mana engkau?" ia bertanya.
Ketika mendengar kesulitan yang dihadapi George, nyonya itu
menawarkan rumahnya untuk menginap.
"Nah, baik! Kalian datang saja kemari. Kami senang sekali
kalian tinggal di tempat kami, selama kalian kehendaki."
"Terimakasih banyak!" kata George. "Ada penyambung umur
kami!"
Ketika George ke luar dari tempat telepon, matanya nampak
bercahaya. Nancy dan Bess mengikuti dia ke lobby, sangat ingin
mendengar berita yang didapat oleh George.
"Semuanya beres!" George melapor. "Keluarga Vetter sangat
senang kita datang berkunjung!"
Dengan hati lega, ketiga dara ke luar hotel lagi. Mereka menuju
ke mobil sewaannya yang mereka parkir di dekat hotel. Tetapi mobil
itu tidak nampak. Nancy menjadi bingung.
"Kini aku merasa pasti, tadi kuparkir di sini!"
Mereka berjalan lebih jauh di jalanan. Sewaktu mereka sampai
di ruas jalan yang berikut, mereka baru menyadari bahwa mobil
mereka telah dicuri orang.
"Minta ampuuuun!" keluh Bess. "Apa kalian juga menyadari,
bahwa barang-barang kita pun turut lenyap!"13
Tangan-tangan Yang Tidak Kelihatan
George sangat marah. Ia menghentak-hentakkan kaki di trotoar
jalan.
"Dapatkah kaubayangkan," ia berkata, "mobil kita hilang di
depan hotel yang penuh detektif-detektif?"
Bess lebih bingung karena kehilangan barang-barangnya. "Apa
yang harus kita pakai?" katanya. "Aku tak cukup uang lagi untuk beli
pakaian!"
Hanya Nancy yang nampak tenang dan berusaha untuk tidak
memperlihatkan ketegangannya.
"Kita lakukan penyelidikan, mencoba menemukan petunjuk-
petunjuk pencuriannya," katanya.
Mereka lalu kembali ke tempat mereka tadi memarkir
mobilnya. Sekarang di tempat itu ada sebuah mobil pickup. Nancy
melihat secarik kertas lebar yang telah kusut di bawahnya. Ia lalu
mengambilnya.
"Apa itu?" George ingin tahu.
Nancy membeberkan kertas tersebut.
"Sebuah gambar poster dari Grup "The Hoaxters"! serunya.Kedua saudara sepupu menjulurkan tubuh untuh dapat ikut
membaca. Poster itu menyebutkan nama gedung pertunjukan dan
acara pertunjukan.
"Tetapi bagaimana mereka dapat tahu kita ada di Los Angeles?"
tanya Bess. "Dan juga mobil yang kita kendarai!"
"Tentu saja tahu mobil itu, karena mereka juga yang menaruh
patung batu kumala itu," Nancy menjelaskan. "Aku merasa melihat
Howie Barker di tempat sewaan mobil. Tetapi yang tidak kumengerti
bagaimana mereka bisa mengikuti kita sejauh ini?"
"Mungkin mereka tempatkan seseorang di perbatasan " kata
George. "Ketika mereka tahu, bahwa kita dapat lolos tak dipenjarakan,
orang itu lalu membuntuti kita!"
*************
Mereka telah sampai di gedung pertunjukan. Seseorang berdiri
di depang gedung. Ia memakai make-up, rambut palsu berwarna abu-


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

abu, kumis dan janggut. Ketiga dara itu tidak mengenali dia.
Nancy tidak mau bicara dengannya. Tetapi sebaliknya, ia
mengajak berjalan melalui sebuah gang menuju ke tempat parkir yang
berpagar. Tempat parkir itu berbatasan dengan jalan yang ada di
belakang gedung pertunjukan, penuh dengan mobil para penonton.
"Apa kaukira mobil kita ada di sini?" tanya Bess.
"Kuharap saja begitu," jawab Nancy, "mari kita berpencar dan
memeriksa semua!"
Masing-masing mengambil sebagian daerah tempat parkir.
Mereka masing-masing berjalan sepanjang deretan mobil-mobil yang
diparkir. Tiba-tiba Nancy melihat mobil sewaan mereka, diparkir di
dekat pagar. Ia bergegas ke mobil itu, diambilnya kunci dari dalamtasnya. Tempat begasi segera dibukanya. Ia merasa lega mendapati
barang-barang mereka masih utuh.
Ketika ia menutup kembali tempat begasi, datanglah Bess dan
George di tempat itu. Keduanya memang melihat dari kejauhan bahwa
Nancy sedang membuka tempat begasi itu.
"Bagaimana? Apa semuanya masing lengkap?" tanya Bess
khawatir.
Nancy hanya tersenyum.
"Semua pakaianmu tak ada yang kurang. Sebaiknya sekarang
kita berlalu dari sini secepat-cepatnya!"
Mereka melompat masuk ke dalam mobil. Nancy memerlukan
menunjukkan kemahirannya setir mobil untuk dapat ke luar melalui
pagar. Ketika akhirnya mereka melewati pintu pagar ke jalanan, orang
berjanggut yang mereka lihat tadi berlari mendatangi. Ia berteriak-
teriak sekeras-kerasnya.
"Berhenti! Maling mobil! Berhenti!"
George mengeluarkan kepalanya dari jendela.
"Kami bukan pencuri mobil ini!" ia balas berteriak. Tetapi
mereka telah berlalu jauh untuk dapat didengar orang itu.
Untung lalulintas tidak padat di jalan di belakang gedung
pertunjukan itu. Nancy dapat mengendarai mobilnya dengan
kecepatan tinggi. Beberapa blok kemudian mereka melihat seorang
polisi, lalu berhenti. Ia menceritakan apa yang terjadi. Polisi itu
berjanji akan melaporkan ke kantornya.
"Anda diperlukan hadir untuk menandatangani laporan,"
katanya. "Di mana anda tinggal?""Di keluarga Vetter, Dale Drive!" jawab Nancy. "Dapatkah
anda mengatakan bagaimana kami dapat sampai ke sana?"
"Tentu!"
Polisi itu lalu memberitahukan arah-arahnya. Duapuluh menit
kemudian mereka telah sampai di tempat yang dituju. Suami-isteri
yang berambut abu-abu ke luar menyambut mereka.
"George, apa kabar?" seru nyonya Vetter sambil merangkul
bekas tetangganya itu. "Nah, kini aku ingat saudara sepupumu, Bess.
Kulihat ia beberapa kali datang ke rumahmu."
George lalu memperkenalkan Nancy, yang diterima hangat oleh
pasangan suami-isteri yang ramah itu.
"Kami sering dengar tentang kerjamu memecahkan berbagai
misteri," kata pak Vetter. "Aku senang sekali. Akhirnya aku dapat
juga bertemu dengan engkau. Nah, kalau kalian memberikan kunci
mobilmu akan aku bawakan barang-barang kalian ke dalam!"
Nyonya Vetter mengantar mereka ke sebuah kamar yang
menyenangkan. Mereka segera membenahi barang-barang mereka.
"Kukira kita perlu menelepon ke rumah, memberitahu bahwa
kita di sini!" kata Bess.
George menguap.
"Kau tahu sudah jam berapa sekarang? Jam sebelas waktu
setempat. Berarti jam dua dinihari di River Heights! Kita akan
mengganggu yang di rumah. Kita tunggu saja sampai besok pagi!"
Nyonya Vetter menyiapkan makanan kecil. Setelah ketiga dara
itu selesai memberesi barang-barang, mereka duduk mengelilingi meja
makan. Hidangan berupa roti berisi ham dan slada, dan roti berisiayam. Untuk cuci mulut coklat panas serta tart berisi manisan buah
prem.
"Wah, lezat sekali," kata Bess. "Kita ingin cepat-cepat sampai,
sehingga tidak sempat makan malam."
George mengangguk.
"Aku malah tidak merasa lapar sebelum lihat makanan ini.
Tetapi sekarang aku mau tidur. Benar-benar habis tenagaku!"
"Silakan segera naik ranjang," kata nyonya Vetter. "Kalian
dapat bercerita semua pengalaman kalian besok pagi!"
Meskipun mereka sangat lelah, tetapi mereka dapat bangun pagi
esok harinya. Ketika mereka turun ke bawah, tuan rumah ternyata
belum bangun.
"Nah, ini waktu yang tepat untuk menelepon ke rumah," kata
Nancy. "Aku akan mulai dengan menelepon ayah!"
Pak Drew belum berangkat ke kantor. Nancy mengatakan
kepadanya apa-apa yang telah terjadi sejak percakapan mereka yang
terakhir. Ia juga menyebutkan alamat keluarga Vetter dan nomor
telepon rumahnya.
"Lalu apa kabar di rumah?" tanya Nancy. "Semuanya baik?"
"Baik-baik saja," sahut pak Drew. "Aku mendapat berita dari
senor Pedroa di Mexico City. Katanya polisi telah melacak Enzo
Scorpio si pencuri racun. Tetapi orang itu telah menghilang sebelum
berhasil ditangkap."
"Sayang sekali," kata Nancy.
"Memang! Nah, ini Hannah ingin bicara," kata ayahnya. Lalu
gagang telepon diberikannya kepada pembantu rumah tangganya.Hannah Gruen mengatakan bahwa ia mendapat telepon dari
pacar-pacar mereka Ned, Burt dan Dave.
"Mereka ingin pergi ke Pantai Barat dan menemani kalian,"
katanya.
"Baik," seru Nancy. "Pegang dulu! Akan kupanggil Bess dan
George!"
Ia segera berunding dengan teman-temannya. Bertiga mereka
sangat ingin bertemu dengan pacar-pacarnya. Tepat pada waktu itu
nyonya Vetter baru turun. George bertanya apa tuan rumah tidak
berkeberatan apabila datang tiga orang tamu lagi. Nyonya itu hanya
tersenyum.
"Tentu saja tidak," katanya. "Makin banyak orang akan semakin
meriah!"
"Terimakasih," kata Nancy. Kemudian ia sampaikan hal itu
kepada Hannah.
Setelah itu gadis detektif itu menelepon senora Mendez di
Mexico City.
"Bagaimana berita terakhir tentang penculikan itu?"
"Buruk!" jawab nyonya itu. Suaranya gemetar. "Aku menerima
lagi surat minta tebusan. Disebutkan agar aku menaruh uang itu di
dalam kantong, lalu diletakkan ke dalam tong sampah tertentu dan
diikat pada sebuah pohon ekaliptus di luar kota!"
"Anda memenuhi pesan itu?" tanya Nancy.
"Ya! Para penculik memperingatkan agar jangan memberitahu
polisi. Tetapi aku minta kepada polisi agar mengirim dua orang
detektif. Mereka harus bersembunyi dan menangkap siapa pun yang
mengambil uang itu!""Berhasil?" tanya Nancy ingin tahu.
"Tidak! Tetapi uangnya tetap hilang!"
"Maksud anda, uangnya diambil tetapi orangnya yang
mengambilnya tak tertangkap?"
"Begitulah! Seolah-olah ada tangan-tangan yang tak kelihatan
merogoh ke dalam tong dan mengambil kantong. Tak ada jejak orang
yang datang atau pergi!"
Nancy tercengang mendengar berita itu.
"Apa pohonnya itu tinggi?" ia bertanya. "Ataukah rendah
bercabang-cabang banyak dan lebat daunnya?"
"Tidak terlalu tinggi, sedang cabang-cabangnya cukup banyak,"
jawab nyonya Mendez. "Daunnya memang lebat. Mengapa
kautanyakan itu?"
"Saya kira saya tahu apa yang terjadi," kata Nancy. "Penculik
itu mungkin sembunyi di atas pohon. Sebelum reserse datang, ketika
hari telah gelap ia merosot ke bawah lalu mengambil kantong uang itu
dan naik lagi ke atas. Esok harinya setelah ia lihat polisi memeriksa
tong sampah lalu pergi, barulah ia turun."
"Ah, Nancy! Aku yakin kau benar!"
"Apa anda mendengar tentang Dolores? tanya Nancy.
Terdengar suara senora Mendez menangis di telepon.
"Tidak! Belum! Sesudah uang tebusan diambil seharusnya aku
terima telepon memberitahu di mana kami dapat menemukan Dolores.
Tetapi baik aku sendiri atau pun anakku belum juga terima telepon.
Kami sungguh menjadi gila karena resah!"
"Sungguh kejam dan tidak jujur," kata Nancy. "Seperti anda
ketahui, nyonya, saya menduga bahwa Dolores dibawa ke LosAngeles. Saya akan mencarinya, di sini. Janganlah terlalu
dikhawatirkan. Berpikirlah dengan penuh harapan!"
"Itu akan kucoba!" jawab nyonya itu. Suaranya masih gemetar.
Ia minta kepada gadis detektif itu agar segera memulai
pencariannya.
"Hubungilah aku selalu. Beritahukan kemajuan yang didapat.
Kudoakan agar kalian berhasil!"
Mendengar peristiwa itu, Bess, George dan nyonya Vetter
menjadi terheran-heran. Mereka semua sehati bahwa penculik itu
tidak punya perasaan.
Menjelang siang hari, Nancy mendapat panggilan polisi untuk
mengajukan tuntutan terhadap pencuri mobil sewaan itu. Ketika ia
pulang dan mampir untuk mengembalikan mobil sewaannya, George
bertanya-tanya.
"Apa kiranya polisi itu menanyai orang yang mengejar kita
dengan berteriak-teriak ?berhenti maling!??"
"Ya. . .jawab Nancy. Tetapi bagaimana aku telah
menggambarkannya, orang itu memakai make-up sedemikian hingga
sulit untuk dikenali. Sayang sekali, kita tak mengenali pula suaranya!"
"He! Aku justru lebih senang tidak mengenali suaranya," Bess
menyela. "Aku tidak ingin terlibat segala macam maling .... penculik
mobil, penculik anak atau penculik anjing atau ... sebutlah semua!"
Nancy dan George tertawa. Omelan itu mereka hentikan karena
tuan rumah telah mengundang beberapa teman ingin bertemu mereka.
Pertemuan itu direncanakan sampai jam empat. Tetapi ternyata sampai
jam sembilan malam, tamu-tamu itu belum ada yang beranjak hendakpulang. Ketiga detektif remaja itu terbawa dalam suasana sedemikian
asyik sehingga hampir lupa akan tugas-tugasnya.
"Pertama-tama yang kita lakukan besok pagi," kata Nancy.
"Adalah melakukan penyelidikan."
Setelah tamu-tamu pulang, mereka segera pergi tidur. Baru saja
mereka tidur beberapa jam, mereka dibangunkan oleh tanda bahaya
api. Suaranya nyaring bertubi-tubi. Mereka melompat turun dari
ranjang, mengenakan baju mandi dan sandal, lalu turun ke ruang
tamu. Kedua tuan rumah sudah ada di bawah. Mereka lalu
mengikutinya. Rumah itu penuh dengan asap. Karena itu mereka lari
keluar.
"Di mana api itu? " tanya Bess. "Aku tak lihat nyala api! "
"Di kamar seterika!," kata pak Vetter. "Di bangunan samping."
Ia menelepon Pemadam Kebakaran, lalu mengambil selang
penyiram kebun. Air selang ditujukan masuk melalui jendela kamar
seterika dan berusaha memadamkan api.
"Menurut suamiku, ini tentu disengaja," kata nyonya Vetter.
Ketiga gadis itu terkejut. Apa perbuatan dari salah seorang
musuh-musuh mereka?.14
Akal Pokal Lagi
Tidak mungkin mereka masuk ke dalam kamar seterika. Asap
terlalu tebal dan menyengat. Petugas Pemadam Kebakaran datang
dengan segera. Api padam seketika. Untung kerusakan tidaklah
seberapa. Hanya dinding-dinding menjadi hitam semua. Lantai penuh
air berbusa.
"Wah! Kotor sekali tempat ini," kata George. "Pak Vetter dan
nyonya, saya mohon maaf. Kemungkinan, api ini dikobarkan oleh
musuh-musuh Nancy, Bess dan saya."
"Apa maksudmu?," tanya salah seorang petugas Pemadam
Kebakaran.
George memandang Nancy seperti hendak minta petunjuk
meneruskan kata-katanya. Nancy mengangguk lalu menerangkan
kepada petugas itu dengan singkat tentang tugas yang sedang mereka
lakukan.
"Hmm," salah seorang petugas itu menggumam. "Rupanya
kalian punya satu titik kebenaran. Teman-teman, mari kita lihat apa
yang dapat ditemukan!."Setelah mencari-cari dengan teliti, mereka menemukan sebuah
kaleng yang telah hangus berisi cairan yang mudah terbakar,
disembunyikan di belakang sebuah keranjang pakaian.
"Ini yang digunakan sehingga terjadi kebakaran," kata seorang
petugas yang bernama Scotty. "Saya akan melapor apa yang telah
anda ceritakan itu kepada pimpinan kami. Apa anda bersedia
menyebutkan nama orang yang anda curigai? "
"Ah, Nancy! Tak usah disebutkan!" nyonya Vetter menyela.
"Engkau akan mereka celakai kalau mereka tahu bahwa engkau telah
melaporkannya."
Nancy membenarkan pendapat nyonya rumah. Lagi pula ia
belum punya bukti-bukti. apa pun untuk mengajukan tuduhan.
"Saya kira sementara tak perlu disebutkan nama dulu," katanya
kepada Scotty. "Saya belum punya bukti-bukti. Baru suatu dugaan!."
Setelah petugas-petugas Pemadam Kebakaran itu pergi, pak
Vetter berkata untuk lebih baik pergi tidur lagi.
"Kita bicarakan lebih lanjut besok pagi saja!."
Ketika ia mengunci pintu luar yang menuju ke kamar seterika,
ia bertanya kepada isterinya apa pintu itu sengaja tidak dikunci.
Nyonya Vetter menggelengkan kepala.
"Aku selalu menguncinya!."
"Jika begitu, siapa pun yang melakukan pembakaran tentu
mempunyai kunci," kata si suami. "Tak ada tanda-tanda pintu itu
dibuka-paksa. "
Tak seorang pun dapat tidur lelap. Semuanya memutar otak,
dan berjaga, mungkin bahaya api akan berbunyi lagi. Atau kejadian
lain menyusul akan menimpa rumah itu. Pagi harinya, Nancy berkatabahwa ia merasa yakin musuh-musuh mereka berhasil melacak
mereka. Tetapi bagaimana?.
"Bagaimana pun," katanya kepada Bess dan George. "Kita
harus pindah. Tidak baik melibatkan keluarga ini dalam peristiwa-
peristiwa kita."
"Aku setuju!," sahut Bess.
George lalu menimpali.
"Biarlah aku yang akan sampaikan itu. Bagaimana pun, mereka
telah berbuat baik dengan memberikan tempat ini bagi kita. Sementara
itu kita mencari para penipu dan komplotannya."
Sebelum Nancy dan Bess sempat berbicara, George telah pergi
ke luar. Tetapi sesaat kemudian ia telah kembali lagi.
"Keluarga Vetter tidak mau tahu tentang maksud kita untuk
pindah," katanya. "Kedua suami-isteri justru ingin menikmati misteri
ini! Di samping itu mereka menanti-nanti teman-teman kita," katanya
tertawa. ebukulawas.blogspot.com
"Kalau memang begitu, beres sudah," kata Bess cekikikan.
Mereka lalu duduk di meja makan. Nancy mengucapkan
terimakasih atas sikap tuan rumah.
"Anda benar-benar menjadi sandaran kami," katanya.
"Kebakaran itu justru dapat menjadi petunjuk bahwa kami berhasil
mengikuti jejak yang benar dari para penculik Dolores!."
"Kami pun tentunya sudah semakin dekat kepada mereka
hingga mereka hendak memaksa kami meninggalkan Los Angeles!,"
Bess menambahkan.


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mereka takkan berhasil," George memastikan."Aku akan telepon ayah lagi," kata Nancy. "Mungkin ia sudah
mendapat berita tentang hotel Maine dan perusahaan yang disebut-
sebut akan memproduksi bahan Silk?O?Sheen!," Ayah mengatakan
bahwa ia tidak berhasil mengungkap apa-apa.
"Perusahaan itu mungkin tidak ada. Literatur mengenai bahan
itu pun tidak ada," katanya. "Tetapi aku masih memerlukan waktu
untuk membuktikannya."
Nancy lalu memberitahukan segala kejadian sejak percakapan
mereka sebelumnya.
"Rupanya engkau akan menghadapi bahaya besar, Nancy," kata
ayahnya. "Barangkali lebih baik engkau pulang dulu."
"Ah, ayah! Engkau tentunya tidak bersungguh-sungguh,
bukan?," Nancy memprotesnya. "Di samping itu, kami akan segera
mendapat bantuan Ned, Burt dan Dave. Mereka akan datang kemari!."
"Aku tahu! Nyonya Marvin telah mengatakan itu kepadaku.
Dave menelepon dia untuk mendapatkan alamat kalian! "
"Apa?," tanya Nancy. "Kapan itu? "
"Kemarin pagi! "
"Tetapi aku sendiri telah beritahukan alamat kami kepada
mereka. Seharusnya Dave tidak perlu lagi menelepon nyonya Marvin.
Aku jadi ingin tahu, apakah benar-benar ia telah menelepon."
"Maksudmu, Dave palsu yang telah menelepon itu? " tanya ayahnya.
"Ya! Barangkali orang yang mencoba membakar kamar seterika
keluarga Vetter tadi malam!."
"Tetapi bagaimana ia dapat tahu tentang Dave?""Ketika Grup "The Hoaxters " mencopet tas Bess pada waktu
pertunjukan ketrampilan sulap, mungkin sekali mereka menemukan
potret dan alamatnya."
"Mengapa engkau tidak menelepon Dave saja, menanyakan apa
ia benar telah menelepon nyonya Marvin? " ayahnya memberikan
saran.
"Akan kulakukan sekarang juga, ayah. Terima kasih! "
Nancy menutup pembicaraan. Ia segera memutar nomor telepon
Dave. Ia segera mendapat sambungan. Nancy menanyakan apa benar
ia menanyakan alamat mereka kepada nyonya Marvin, Dave menjadi
heran.
"Tentu saja tidak! " katanya. "Untuk apa aku bertanya? Aku
sudah tahu di mana kalian berada."
"Tepat! Itu pula yang kuduga," jawab Nancy. "Tetapi ada orang
yang menelepon nyonya Marvin. Setelah itu terjadilah kebakaran di
kamar seterika keluarga Vetter."
Dave terdengar di telepon sedang menahan napas.
"Kukira kami bertiga harus berangkat ke Los Angeles sekarang
ini juga. Kalian perlu bantuan! "
Nancy berdecak.
"Engkau mungkin benar! "
Jika kemudian kedua temannya mendengar tentang percakapan
Nancy dan Dave, mereka menjadi yakin bahwa telepon kepada
nyonya Marvin itu tentu dilakukan oleh penjahat.
Nancy lalu menghubungi nyonya Mendez. Nyonya itu
mengatakan bahwa mereka menerima surat yang ketiga, dikirimkan
dari Mexico City."Surat itu mengatakan agar aku meletakkan uang lebih banyak
lagi di suatu bangku di ruas jalan dekat dengan rumah. Mereka
berjanji akan melepaskan Dolores, jika uang tebusan telah dibayar."
"Anda menerima tawaran itu?"
"Ya. Tetapi kali ini aku membayar seorang detektif swasta. Ia
membawa walkie-talkie untuk selalu dapat berhubungan dengan aku.
Ia meletakkan bungkusan uang di tempat yang ditentukan, lalu pergi.
Ia bersembunyi dan mengawasi dari jauh."
"Lalu apa yang terjadi? " tanya Nancy ingin tahu.
"Tidak terjadi apa-apa! " jawab Senora Mendez sedih. "Tak
seorang pun muncul untuk mengambil uang itu. Dolores juga tidak
dikembalikan ke rumah. Aduh, Nancy. Apa lagi yang harus
kulakukan? "
Nancy menghela napas.
"Jangan hilang harapan! " ia menghiburnya. "Saya punya firasat
yang kuat, bahwa semuanya akan menjadi beres. Mungkin para
penculik merasa curiga bahwa anda telah gunakan detektif swasta.
Karena itu, mereka lalu batalkan pertukaran tersebut. Tetapi aku
sendiri yakin bahwa Dolores tetap sehat."
"Aku harap engkau benar! " jawab senora Mendez. "Aku
berusaha agar selalu tetap tenang. Tetapi anakku jatuh sakit karena
rasa tegang."
Nyonya itu lalu beralih pembicaraan.
"Aku terima pesan untukmu, Nancy. Aku terima telepon dari
senor Pedroa. Katanya, dialah yang kau temui menanyakan koleksi
racun. Apa betul? "
"Betul! ""Ia mengatakan, bahwa ia tidak dapat menghubungi ayahmu. Ia
lalu kirim pesan ini kepadamu. Seseorang bernama Ozne telah
menghubungi dia untuk menjual sebuah botol racun dari abad
limabelas."
"Apakah senor Pedroa memberi keterangan lainnya? " tanya
Nancy.
"Tidak! Tetapi kukira ia telah membuat janji untuk menerima
senor Ozne tidak lama lagi."
"Terimakasih atas pesan itu," kata Nancy. "Saya akan
mengikutinya. Kami juga akan memberitahu anda tentang kemajuan
usaha kami."
Setelah selesai percakapan itu Nancy berpikir, siapa orangnya
yang hendak menemui senor Pedroa itu. Tiba-tiba ia mendapat
pikiran. Ia melompat bangun dan menghampiri Bess dan George.
"Dengar," katanya. "Seseorang bernama Ozne telah
menghubungi senor Pedroa, mengatakan tentang sebuah botol racun
buatan abad lima belas."
"Ozne? " tanya George. Alis matanya naik tinggi-tinggi.
"Kau tahu apa artinya ini?," tanya Nancy tegang.
"Tidak! . . . Tentu saja tidak! "
"Ozne! Dibaca terbalik ... itu nama Enzo! " Bess terkejut.
"Kau pikir itu Enzo Scorpio? "
"Aku merasa pasti," jawab Nancy. "Aku akan menelepon senor
Pedroa, segera. Aku usulkan agar begitu Enzo datang segera
ditangkap polisi."15
Tanda Watermark
Senor Pedroa tercengang mendengar buah pikiran Nancy.
"Tak salah lagi! Engkau benar! " katanya. "Akan kulaksanakan
usulmu itu. Aku akan minta polisi sudah di sini sebelum senor Ozne
datang. Kuyakin, dengan apa yang telah kau katakan itu, aku akan
segera mengenalinya. Demikian pula ciri-ciri botol racun itu."
Ia lalu menutup pembicaraan. Setengah jam kemudian senor
Pedroa menelepon Nancy lagi.
"Semuanya berjalan seperti yang direncanakan," katanya.
"Senor Ozne datang dan ditahan polisi. Botol yang ditawarkan bukan
seperti yang kau katakan, melainkan botol murahan. Jadi tidak otentik
sehingga tak ada nilainya sama sekali."
Nancy terkejut mendengar hal itu.
"Apa polisi tetap menahan dia? " ia bertanya.
"Ya! Masalahnya ia tidak mau bicara. Polisi menuduh dia
sebagai Enzo Scorpio, yang dicari polisi New York. Mereka akan
melakukan pengusutan. Tetapi tidak ada yang tahu di mana botol asli
yang telah dicuri dari temanmu itu telah disembunyikan."Nancy mengulang apa yang telah didengarnya itu kepada Bess
dan George. Mereka bertiga lalu menerka-nerka di mana kiranya botol
racun itu.
"Barangkali ia telah menghilangkannya! " kata George.
"Atau telah dijual kepada orang lain!," sambung Bess.
"Sayangnya, ia tidak mau bicara," kata Nancy. "Tetapi
bagaimana pun aku lega, ia telah ditangkap! "
"Betul," kata George. "Sekarang kita mencari Dolores dan
menangkap Grup "The Hoaxters! "
"Bicara tentang Grup "The Hoaxters" kata Bess. "Aku ingin
tahu mengapa mereka bekerjasama dengan para penipu. Padahal
mereka mendapatkan hasil yang cukup dari pertunjukan mereka! "
"Mungkin saja karena tamak," kata Nancy: "Menurut ayah ada
saja orang yang tidak pernah puas dengan uang maupun kedudukan.
Mereka selalu ingin lebih kaya atau lebih terpandang. Sering mereka
kemudian melakukan hal-hal yang terlarang untuk mencapai
tujuannya."
Kedua teman-temannya tertawa. George bertanya apa yang
menjadi acara berikutnya. Nancy katakan ingin mempelajari surat
minta tebusan yang pertama itu dengan lebih teliti. Ia lalu
menghamparkannya di atas meja dan membacanya berulang-ulang.
Nancy selalu kembali kepada kesimpulannya.
"Pesan itu tentu berbunyi : 100.000 dolar dalam kantong kepada
8 dari X."
"Kita anggap 8 berarti huruf H atau Howie," kata George.
"Mungkinkah H dan X itu nama jalan yang ada di Los Angeles? ""Mungkin juga," kata Nancy. "Mari kita tanyakan kepada
nyonya Vetter, apa ia mempunyai peta kota ini."
Ia kembali lagi beberapa menit kemudian dengan membawa
sehelai peta. Nancy membentangkannya di atas meja. Mereka pelajari
pula indeksnya.
"Lho! " seru Bess. "Semua yang berawal huruf O ke atas sudah
hilang. Jadi kita tidak dapat menentukan apa ada jalan yang namanya
berawal huruf X."
"Bisa saja," kata George. "Kita harus memeriksa setiap jengkal
dari peta ini. Begini! "
Masing-masing lalu memusatkan perhatian pada satu bagian
dari peta. Setelah beberapa lama Bess merasakan matanya lelah.
"Ah, mataku jadi juling," katanya. "Aku sungguh kasihan pada
pembuat peta ini."
"Dan kita tidak menemukan apa-apa! " sambung George. "Tak
ada jalan bernama demikian!."
"Sabar! Tunggu sebentar!" Nancy menahan mereka. "Kalian
justru memberikan aku ilham. Bess menyebutkan si pembuat peta.
Aku akan menelepon senor Mendez agar memeriksa apakah pada
kertas surat minta tebusan itu terdapat tanda watermark?."
Ia lalu bergegas ke pesawat telepon. Segera ia mendapat
sambungan dengan senor Mendez.
"Nyonya, coba kau terawangkan kertas itu menghadap cahaya.
Carilah apa nampak suatu lukisan atau suatu nama!."
"Oke! Tunggu sebentar!," sahut nyonya Mendez.Senora Mendez meninggalkan pesawat telepon itu agak lama,
hingga Nancy khawatir apa mungkin nyonya itu terlupa. Akhirnya
nyonya itu kembali ke telepon.
"Sulit untuk dapat melihat watermark," katanya. "Tetapi kukira
itu gambar daun paku!."
"Terimakasih," kata Nancy. ?"Ini mungkin merupakan petunjuk
yang baik. Kita harap saja itu dapat menuntun kita kepada
pemecahan!,"
Senora Mendez yang masih tetap tabah hingga sekarang lalu
menyampaikan isi hatinya.
"Nancy, engkau sungguh baik. Aku sungguh-sungguh
mempercayai engkau!."
"Saya akan berusaha untuk dapat menguasainya," Nancy
hendak meyakinkannya.
Nancy mengakhiri percakapan, lalu melihat-lihat bagian iklan di
buku telepon. Di situ terdapat sederetan nama toko-toko alat tulis-
menulis. Ia membuat catatan. Ia minta kepada Bess dan George untuk
mencari kertas bertanda daun paku.
Pemilik toko yang pertama-tama mereka kunjungi sangat
ramah. Ia belum pernah mendengar ada tanda daun paku. Ia lalu
memeriksa dalam buku katalog. Ternyata di sana pun tidak tercantum
tanda demikian.
"Mungkin itu sudah lama, dan kini tidak dipakai lagi," katanya.
Mereka mengucapkan terimakasih, lalu pergi. Sepanjang siang
itu kerja mereka mengunjungi toko alat-alat tulis-menulis yang satu ke
yang lain. Tatapi tidak mendapatkan sesuatu. Baru di toko yang
terakhir mereka mendapatkan suatu petunjuk.Pemilik toko yang telah beruban itu berpikir keras begitu
mendengar permintaan mereka.
"Ya! Aku ingat," katanya. "Sebuah perusahaan yang
menggunakan tanda daun paku. Tetapi nama perusahaan itu aku tidak
ingat. Sayang sekali. Apakah mau jenis kertas lain?."
"Bolehlah!," jawab Nancy.
Ia tidak ingin mengungkap maksud mereka yang sebenarnya. Ia
memilih satu dos berisi kertas biru muda beserta amplopnya yang
sesuai, lalu minta diri.
"Sekarang, apa yang akan kau lakukan?," tanya Bess.
"Biasa! Kalau sedang menghadapi jalan buntu," jawab Nancy.
"Menelepon ayah!."
Mereka lalu kembali ke rumah keluarga Vetter. Nancy lalu
menelepon ayahnya.
"Ada kesulitan lagi?," tanya ayahnya.
"Bukan kesulitan," jawab Nancy. "Sebelum kuajukan
permintaan, apakah ayah telah menemukan sesuatu tentang hotel
Maine dan Silk? O? Sheen? "
"Ya," jawab pak Drew. "Hotel itu memang syah. Sejumlah
prospektusnya telah hilang beserta blanko pesanan saham. Rupa-
rupanya telah dicuri orang! "
"Kini aku pun yakin," sahut Nancy. "Barker dan teman-
temannyalah yang telah menguasai dokumen-dokumen tersebut.
Mereka hendak menjualnya secara, tidak syah! "
"Betul," ayahnya membenarkan. "Mengenai Silk?O? Sheen
itu hanya isapan jempol saja. Tidak ada bahan tekstil semacam itu! ""Jadi bahan tekstil itu hanya ada dalam benak Cadwell dan
Barker saja, ya ayah! " seru Nancy.
"Begitulah! Karangan tipuan yang sempurna!."
Nancy jadi tertawa.
"Ayah, engkau hendak bersilat lidah? "
"Lalu bagaimana menurut pendapatmu?"
"Menurut aku, ayah mengarang karangan itu dengan maksud
tertentu! "
Pak Drew yang kini dibuat tertawa. "Sudahlah! Apa yang
hendak kau minta dari ayahmu? "
"Aku ingin dapat menemukan sebuah perusahaan yang
membuat kertas tulis dengan watermark daun paku. Sebegitu jauh aku
belum berhasil menemukan kertas demikian "
"Oke! Akan kulakukan itu! " ayahnya berjanji. "Segera akan
kumulai!."
***********
Pada waktu, makan malam, nyonya Vetter mengusulkan agar
mereka santai sebentar. Menonton film komedi bersama tuan rumah,
suami isteri.
"Saya kira itu usul yang pantas disetujui," kata Bess seperti
seorang diplomat. "Otak saya sudah berputar-putar seperti baling-
baling helikopter layaknya."
"Ah, mana mungkin otak udang berputar begitu cepat!," George
menggoda, disusul gelak tawa yang lain.
Setelah selesai makan malam, mereka berangkat dengan
menumpang mobil pak Vetter yang besar. Tidak sampai sepuluh menit
kemudian, Nancy merasa ada sebuah mobil lain membuntuti dekat dibelakang mereka. Ia lalu minta kepada pak Vetter agar memilih jalan
memutar, kalau-kalau mobil yang membuntuti itu penjahat yang
mempunyai maksud tidak baik.
"Baik! Dengan senang hati!," pak Vetter menyahut. "Apa ini
termasuk kerja detektif juga?."
"Saya harap tidak," jawab Nancy. "Tetapi kita akan segera


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat tahu maksud pengemudi yang di belakang kita itu bermaksud
jahat atau tidak."
Pak Vetter lalu memutar ke kiri, kemudian ke kanan berkali-
kali. Mobil itu tetap saja membayangi hingga beberapa blok. Nancy
menjadi yakin bahwa musuh-musuhnya sedang mengejarnya.
Akhirnya ia berhasil lolos juga. Pak Vetter dapat melewati suatu
perempatan jalan, tepat lampu rambu lalu-lintas berganti merah. Mobil
di belakang terpaksa berhenti. Dan ketika mobil itu berjalan lagi, pak
Vetter sudah menikung dan menghilang dari kejaran mereka.
"Uuuh. Syukurlah kita dapat lolos dari kejaran mereka," kata
Bess lega.
"Aku pun demikian," sambung George. "Kini kiranya aku tak
dapat memusatkan pikiran pada film, bila harus memikirkan musuh
yang terus mengejar. Apalagi bila maksud mereka hendak mencelakai
kita!."
Pak Vetter memarkir mobilnya di depan gedung bioskop yang
besar. Mereka membeli tiket dan terus masuk. Selama dua jam pikiran
mereka disebarkan oleh film komedi yang penuh lawakan. Ketika film
selesai, mereka berjalan-jalan di lobby dengan wajah tersenyum-
senyum."Bagaimana pendapatmu tentang detektif badut itu?," tanya
Bess. "Ia selalu meminta tolong dari lehernya yang besar panjang itu
jika menghadapi suatu bukti petunjuk!."
Tiba-tiba Nancy berhenti berjalan. Pada antrian untuk
pertunjukan berikutnya berdiri Cadwell dan Barker.
"Lihat itu! Siapa di sana?," ia berbisik kepada kedua temannya.
"Kita harus ..."
Kedua orang itu merasa dipergoki. Dengan gesit mereka ke luar
dari antrian, lalu lari lewat pintu depan.16
Pembajakan
Mereka berdesak-desak di antara kerumunan orang di lobby,
berusaha untuk mengejar kedua penipu tersebut.
"He, he! Sabar nona-nona!," seru seorang yang merasa
terganggu.
"Maaf," jawab Nancy, terus lari mendesak di antara kerumunan
orang-orang.
"Memangnya ada apa?," tanya orang tadi. "Kebakaran?. "
"Maafkan kami!," kata Bess, tepat di belakang Nancy.
George sudah di depan, menggunakan kedua sikunya untuk
mencari jalan. Ketika sampai di pintu, seorang penjaga menangkap
lengannya.
"He, nona! Lihat! Kau membuat keributan!," serunya marah.
"Kami baru saja melihat dua penipu yang dicari-cari polisi,"
kata George. "Lepaskan! Saya hendak menangkapnya!."
"Siapa kau ini?," tanya penjaga itu. Detektif preman?."
"Semacam itulah," sahut George.
Nancy dan Bess datang ke sampingnya. Ketika mereka dapat
meyakinkan penjaga itu, keadaan sudah terlambat. Cadwell dan
Barker sudah menghilang.Mereka lalu berpencaran. Berlari-lari sepanjang jalan. Tetapi
sia-sia saja. Dengan perasaan kecewa mereka kembali ke tempat
parkir. Vetter suami-isteri sudah menunggu-nunggu mereka. Mereka
lalu menceritakan mengapa mereka lari berkejar-kejaran.
"Sungguh sayang, kalian kehilangan jejak," kata pak Vetter.
"Mungkin ada baiknya kalau kalian lapor polisi!."
Nancy menyetujui usul pak Vetter. Mereka menuju ke kantor
polisi. Ketiga gadis itu lalu menceritakan semua yang terjadi.
"Meskipun kedua penipu itu berhasil lolos," kata George.
"Tetapi kita jadi tahu mereka ada di Los Angeles."
"Apa kalian menduga, mereka juga orang-orang yang sama
yang telah membuntuti kalian ke gedung bioskop?," tanya sersan jaga.
"Barangkali," jawab Nancy. "Setelah mereka kehilangan kami,
mungkin mereka berhenti makan sebentar untuk kemudian ke
bioskop!."
"Kami akan mengawasi mereka," sersan jaga memastikan.
Ketika kemudian mereka telah sampai di rumah kembali, telepon
berdering. Nancy bergegas menghampiri, yang menelepon Ned
Nickerson.
"Aku sudah tiga jam mencoba menghubungi kalian," katanya.
"Burt, Dave dan aku akan berangkat besok pagi jam sembilan dengan
Continental Flight 388. Maukah kalian menjemput kami di ariport Los
Angeles?."
"Tentu saja mau," jawab Nancy. "Senang sekali bertemu
kalian!."
***********Sepuluh menit sebelum pesawat mendarat, mereka telah berada
di airport. Mereka melihat banyak orang berada di tempat tunggu
Continental. Semuanya nampak tegang dan resah. Nancy bertanya apa
sebabnya.
"Flight 388 telah dibajak," teriak seorang nyonya.
"Dibajak?," seru mereka bertiga serempak. "Di mana? Kapan?."
Mereka diberitahukan bahwa berita tentang pembajakan itu
baru terungkap sedikit. Para pembajak tidak mau menyebutkan nama-
nama mereka, dan juga tidak mau menyebutkan alasan-alasan mereka
melakukan pembajakan.
Nancy, Bess dan George terlalu dikejutkan oleh berita
pembajakan itu sehingga tak dapat membuka mulut. Mereka
membayangkan hal-hal yang mengerikan yang dialami pacar-pacar
mereka.
Tiba-tiba Bess melihat sebuah wajah yang dikenal dalam
kerumunan orang. Ia membisiki kedua teman-temannya.
"Aku melihat salah seorang dari Grup "The Hoaxters" Itu si
tukang sulap ketrampilan!?
Nancy dan George menjadi tercengang. Mengapa mereka ada di
airport? Apa mereka menjemput seseorang? Bess mendapat akal.
"Nancy! Engkau kan belum pernah naik pentas. Mengapa
engkau tidak mencoba mendapatkan sesuatu dari mereka?."
"Misalnya?," tanya Nancy.
"Misalnya siapa yang mereka jemput!."
Nancy agak sangsi.
"Ingat! Ia pernah mengenali George sebelum ia naik pentas.
Aku yakin, ia pun akan mengenali aku. Aku harus merubah wajahkusedikit jika hendak bertemu mereka. Bess bolehkah aku pinjam
selendangmu?."
"Tentu saja boleh!."
Nancy menerima selendang, lalu masuk ke dalam kamar
tunggu. Ketika ia ke luar lagi, gadis detektif itu menutupi sebagian
rambut dan make-up sehingga wajahnya agak berubah.
"Hebat juga penyamarannya! Cepat benar kau berganti rupa!,"
George memuji.
"Mudah-mudahan saja aku berhasil," kata Nancy tersenyum.
Seolah-olah tanpa arah tujuan Nancy berlenggang-lenggok
mendekati si tukang sulap. Ia berpura-pura memerlukan seseorang
untuk menumpahkan isi hatinya.
"Saya sungguh khawatir atas nasib teman saya yang di
pesawat," katanya lirih. "Saya harap ia selamat. Apa anda juga punya
teman atau saudara di dalam pesawat yang dibajak itu?."
"Ya! Isteri saya," jawab orang itu. "Ia datang kemari untuk
membantu pekerjaan saya."
Pada waktu itu terdengar suara dari pengeras suara.
"Perhatian! Ada berita baik bagi para penjemput penumpang
pesawat Continental Flight 388. Para pembajaknya berhasil diringkus.
Dan tidak seorang penumpang pun mendapat cidera!."
Sorak-sorai menggema di antara para penjemput. Terdengar
suara seseorang berseru.
"Minta berita lebih terperinci!."
Pembawa berita yang berdiri di ruang tunggu mengatakan
bahwa pesawat tersebut akan mendarat di El Paso, Texas. Para
pembajaknya akan diserahkan kepada polisi di sana."Di sana pesawat akan mengisi bahan bakar, lalu tanpa berhenti
terus terbang ke Los Angeles!," katanya lebih lanjut.
Tukang sulap itu seperti juga yang lain nampak lega. Ia lalu
mengatakan kepada Nancy.
"Pesawat belum akan segera tiba. Saya akan pergi dulu. Nanti
kembali lagi!." Lalu bergegas pergi.
Untuk mengisi waktu ketiga dara itu berjalan-jalan keliling,
melihat-lihat berbagai kios. Mereka berhenti di suatu kios untuk
membeli bunga untuk keluargaVetter. Akhirnya waktu kedatangan
pesawat itu diumumkan.
"Syukurlah!," kata beberapa orang penjemput yang berkumpul
di ruang itu.
Sepuluh menit kemudian Bess berseru.
"Aku sudah melihat mereka!."
Ketiga gadis detektif bergegas mendesak maju untuk menemui
pacar-pacarnya masing-masing.
"Aku gembira engkau selamat!," seru Nancy. "Sungguh
mengerikan pengalamanmu!."
"Untuk beberapa saat memang seperti berdiri di ujung
tanduk,"Burt berkata."Sejauh yang dapat kami ketahui para pembajak
itu hanya ingin terbang tanpa bayar untuk pergi ke Amerika Selatan.
Tetapi selanjutnya kami tidak mengerti untuk apa?."
Ned memegang lengan Nancy.
"Nah, sekarang lekas berikan tugas-tugas untuk kami!," katanya
tertawa kecil.
Nancy ikut tertawa.
"O, sangat banyak tugasmu."Dengan singkat gadis detektif itu menguraikan perkara yang
sedang mereka hadapi. Di antaranya menyebut si tukang sulap sebagai
salah seorang tersangka.
"Isterinya ada dalam pesawat bersama engkau," tambahnya.
Tunggu sebentar," kata Ned. "Aku yakin, aku tahu siapa yang
kau maksud. Ketika diumumkan adanya pembajakan ia berkelakuan
seperti anak manja. Ia mengajukan segala macam permintaan yang
tentu saja tidak mungkin dipenuhi. Ia terus memaksakan keinginannya
bahwa sangat penting baginya untuk segera sampai di Los Angeles.
Sebab ia harus membantu suaminya di pentas."
"O, sebab itu engkau mengetahui dia," kata Nancy.
Ned melanjutkan ceritanya.
"Ia menjadi sangat resah. Tak seorang pun dapat membuatnya
tenang. Bahkan para pembajak yang telah mengancam dia sekali
pun!."
"Lihat! Itu wanita pirang dengan konde besar itu!," Dave
menimpali.
"Hhmm!" tanya George. "Yang mana?."
"Itu! Di sana! tempat pemeriksaan karcis!."
George menjulurkan lehernya tinggi-tinggi di antara orang
banyak.
"O, ya betul! Aku melihat dia," katanya kemudian.
"Nah, itu dia!."
"Aku akan segera kembali!," kata George, lalu lari
menghampiri wanita itu.
"Apakah anda isteri anggota Grup "Tbe Hoaxters" teriaknya
begitu ia dekat wanita itu."Betul! Di mana dia?," nyonya itu bertanya.
"Ia bilang kepadaku, ia akan datang nanti. Tadi ia sudah lama
menunggu di sini, lalu pergi!."
Nyonya itu memandangi George.
"Apa engkau teman khusus dia?," tanyanya agak ketus.
George melangkah mundur.
"Sa?ya . . ."
Nyonya itu tidak memberi kesempatan untuk menyelesaikan
kata-katanya.
"Pasti! Engkau tentu teman istimewanya, ya? Kalau tidak,
mengapa ia mau memberitaku kepadamu!."
"O, anda keliru!," George mencoba menenangkannya.
Ketenangan George itu justru menggelitik si nyonya pirang. Ia
mulai berteriak menghina George. Kedua belah tangannya bergerak-
gerak kalang kabut.
George begitu heran hingga untuk seketika dibuat tidak dapat
bersuara. Tiba-tiba nyonya itu mengangkat tangannya dan menampar
pipi George dengan keras. Sebelum George sempat pulih dari
terkejutnya, nyonya itu menampar pipinya sekali lagi. George tidak
tahu apa yang harus diperbuat. Membalas, ataukah lari menghindar
dari keributan lebih lanjut.17
Pengecohan Mulai Terungkap
Dengan tangkas George menghindari pukulan-pukulan awut-
awutan dari nyonya pirang itu. Gadis yang atletis tubuhnya itu telah
mempelajari judo. Kini ia bertanya-tanya dalam hati, apakah perlu
menggunakan ketrampilannya. Tetapi ternyata hal itu tidak perlu.
"Saya telah melihat seluruh peristiwanya," berkata seorang
penjaga sambil melerai. "Apa anda bermaksud mengajukan tuntutan
terhadap dia?."
"Saya kira tidak perlu," jawab George.
"Baiklah. Bagaimana pun saya harus membuat laporan. Maka
jika anda kemudian berubah pikiran, masih bisa mengajukan tuntutan
tersebut!."
Penjaga itu lalu berpaling kepada si nyonya pirang.
"Nama anda?."
"Nyonya Horace Browne," jawabnya menggagap. "Suami saya
seorang tukang sulap. Ia bekerja pada Grup "The Hoaxters"yang
terkenal itu."
"Nyonya, saya tidak perduli di mana suami anda bekerja. Anda
tidak mempunyai hak untuk menyerang orang di depan umum!."Nyonya Browne memandang ke penjaga itu dengan kemarahan
yang tertekan. Kemudian pandangan beralih kepada George seperti
menghina, lalu berbalik dan pergi.
"Apa nona tidak apa-apa?," tanya penjaga itu.
"Tidak! Tidak apa-apa!," jawab George.
"Oke! Saya dapat kembali ke pos saya!."
Nancy, Bess dan teman-teman prianya menghampiri George.
Mereka terkejut melihat wajahnya yang merah-merah.
"Kau mengapa?," tanya Burt.
Dengan singkat George menceritakan peristiwa yang terjadi.
"Kalau saja penjaga itu tidak datang," ia menyambung. "Aku
sudah akan mencoba-coba judoku kepada si nyonya pirang yang
bernama Browne sinting itu. Ya, itu namanya . . . Haaa, nama si
tukang sulap itu Horace Browne! Engkau benar Nancy, Ronaldo
Jensen adalah nama panggung."
"Suatu petunjuk bagus bagi kita!", kata Bess.
"Kapan-kapan akan kutemui wanita itu!," Burt mendendam.
"Mengapa ia memukulmu, George?," tanya Bess.
"Aku didakwa sebagai pacar suaminya," jawab George nyengir.
Teman-temannya tertawa.
"Pikiran orang sinting!," kata Bess jijik.
*********
Di rumah keluarga Vetter, mereka duduk di ruang tamu
menghadapi kue-kue dan coklat yang masih mengepul. Nancy
menceritakan kepada para teman prianya tentang misteri yang sedang
mereka hadapi. Ketika Ned, Burt dan Dave mendengar tentangpenipuan bahan tekstil yang dapat mengatur suhu, mereka tertawa
terbahak-bahak.
"Suatu khayalan muluk-muluk. Siapa yang dapat menemukan
barang semacam itu, pasti akan menjadi jutawan besar!," kata Ned.
Nancy berpaling kepadanya.
"Bagaimana engkau sendiri? Kau paling kuat dalam ilmu
pengetahuan. Penemuan semacam itu tentu mudah bagimu."
"Tentu saja!," Dave menyela. "Engkau sendiri juga tidak
berkeberatan, bukan? Menjadi jutawan?."
"Lalu mengajak kita semua berwisata keliling dunia!," George


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meneruskan. "Berapa orang yang setuju?."
"Akuuuuur!," semuanya berseru keras.
Ned sendiri yang menyengir.
"Oke!," katanya. "Kalau aku jadi jutawan karena penemuan
bahan tekstil atau karena apa pun, aku akan bahwa kalian ke
bulaaan!."
Setelah kemeriahan telah mereda, terdengar lagi suara Nancy.
"Ada sesuatu yang hendak kukatakan," katanya.
Ia lalu menjelaskan tentang masalah kertas watermark bertanda
daun paku.
"Kalau kalian mau bersabar sejenak, aku akan menelepon ayah.
Aku hendak mengetahui apakah ayah sudah mempunyai berita baik,"
sambungnya.
Ia pergi menelepon. Sayang sekali pak Drew belum berhasil
melacak si pembuat kertas watermark tersebut.
"Tetapi aku akan tetap berusaha!," ayahnya berjanji."Apa? Tanda watermark daun paku?," Dave bertanya.
"Barangkali aku dapat membantu. Seorang pamanku bekerja dalam
bidang cetak-mencetak. Ia mencetak uang kertas, kertas-kertas halus,
dan segala macam surat berharga. Apa sebaiknya kutelepon saja dia,
menanyakan apakah ia tahu kertas watermark tersebut."
"Boleh! Tanyakan saja!," Nancy setuju.
Dave berbicara di telepan beberapa lama. Ketika ia kembali, ia
nampak tersenyum. Yang lain menjadi yakin bahwa ia tentu berhasil
mengetahui sesuatu yang penting.
"Aku mendapatkan jawabannya, Nancy!," katanya. "Perusahaan
The Fern Printing Company, sebuah percetakan kecil di Philadelphia."
"Yahuuud!," seru Nancy. "Coba, apakah kita dapat nomor
teleponnya dari bagian penerangan."
Setelah beberapa kali mencoba, ternyata tidak berhasil.
Dikatakan kepadanya bahwa percetakan itu tidak mempunyai nomor
telepon yang terdaftar. Maka Nancy menyerah dengan kecewa.
"Mengapa sebuah perusahaan yang syah tidak memiliki nomor
telepon yang terdaftar?," ia bertanya kepada diri sendiri. Lalu ia
kembali ke tengah-tengah teman-temannya. Mereka lalu
merundingkan masalah tersebut.
"Aku akan telepon polisi," akhirnya Nancy berkata. "Dan
mengatakan apa yang kita ketahui. Barangkali mereka dapat
menemukan nomor pribadi Fern untuk kita."
Polisi Los Angeles memerlukan waktu untuk dapat memberikan
keterangan. Tetapi akhirnya Nancy diberitahu bahwa perusahaan itu
mempunyai masalah-masalah keuangan. Untuk sementara waktu
menggunakan nomor telepon presiden direkturnya."Terimakasih," ucap Nancy sambil menuliskan nomor telepon
itu. "Saya akan memberikan laporan bila dapat menemukan petunjuk
penting." Ia meletakkan gagang telepon. Kemudian ia memutar nomor
tersebut. Yang menyahut seorang wanita.
"Fern Printing Company di sini. Apa yang dapat saya lakukan
untuk anda?."
"Saya sangat tertarik pada sejenis kertas . . ."
"Nanti dulu! Saya sambungkan dulu," kata penerima telepon.
"Tunggu sebentar!."
Jantung Nancy berdegup keras. Apa ia akan dapat menemukan
sesuatu yang penting? Berapa saat berlalu, kemudian suara pria
menyambut di telepon.
"Harrison di sini. Dengan siapa ini?."
Nancy menghindar pertanyaan itu.
"Saya tahu, anda membuat kertas watermark bertanda daun
paku. Saya tidak dapat menemukan toko yang menjualnya di Los
Angeles sini. Apa anda dapat memberikan suatu contohnya?."
Tuan Harrison berhenti sejenak.
"Saya khawatir, bahwa kami tidak mempunyai persediaan lagi
pada saat ini. Tetapi saya dapat memberikan nama seseorang yang
telah membelinya dari kami."
"O, itu sangat bagus," jawab Nancy.
"Tuan Horace Browne. Tinggal di Los Angeles. " Jantung
Nancy berdegup lebih keras. Suatu pengungkapan yang luar biasa.
"Saya kira namanya terdaftar di buku telepon!." Tuan Harrison
menyambung. "Tetapi hanya inilah alamatnya."Nancy lalu mencatat alamat itu dengan cepat. ?Terimakasih
banyak," katanya kemudian. "Saya akan segera mengirimkan pesanan
kalau sudah melihat kertas itu dari tuan Browne."
"Baik! Akan saya sediakan!."
Nancy kembali ke tengah teman-temannya. "Coba terka!,"
katanya. "Telah kudapatkan kepastian bahwa Horace Browne
menggunakan kertas watermark bertanda daun paku."
"Itu telah membuktikan, surat minta uang tebusan itu dia yang
menulisnya," seru George. "Nancy, itu suatu petunjuk yang jitu."
"Lalu, sekarang apa yang harus kita lakukan?." Ned
menyambung. "Tidak lain mencari alamat rumahnya. Kita hadapkan
dia dengan bukti tersebut!."
"Aku sudah tahu alamatnya," kata Nancy. "Tinggal mencari
nomor teleponnya."
George mengambil buku telepon. Tetapi mereka menjadi
kecewa karena nama Browne tidak terdaftar.
"Itu tidak mengherankan," kata Ned. "Kalau dia penjahat
tentunya menggunakan nama palsu."
"Betul!," George menimpali. "Kukira juga kurang tepat untuk
menelepon dia, lalu mengunjunginya. Ia tentu akan curiga!."
Nancy membenarkan.
"Besok akan kita temui dia secara pribadi. Sekarang sudah
terlalu malam. Sementara itu aku mempunyai pikiran lain. Bagaimana
kalau kita menonton Grup "The Hoaxters. "?
Ia berpaling kepada Ned, matanya bercahaya. "Bagaimana
kalau engkau sedikit melakukan kerja detektif di gedung pertunjukan
itu?."18
Ned Menyamar
Ned tersenyum kepadanya.
"Engkau menghendaki aku tampil di pentas, lalu menyulap?"
"Hampir semacam itulah! Kalau mereka mencopet dompetmu,
mereka akan menemukan secarik kertas dari buku notes. Di sudutnya
tertulis nomor telepon pak Vetter."
Ned mengangkat alisnya naik.
"Untuk apa?"
"Untuk umpan! Aku ingin memperoleh sidik jari orang yang
mencopetnya. Kalau nanti kertas itu ditaburi serbuk maknetik, sidik
jarinya akan timbul."
Ned bersiul girang.
"Bukan main kau cerdik! Bagaimana akan mendapat bukti
kalau tidak mencobanya?"
"Itulah. Pastikan bahwa kertas itu masih tetap di dompetmu
setelah dikembalikan. Akan terbukti bahwa Grup "The Hoaxters" itu
adalah suatu matarantai pertama dari sebuah jaringan penjahat itu!
Ned perpura-pura menghadapi banyak tugas. Kedua ibu jarinya
dikaitkan pada lubang lengan sweaternya yang berlengan. Ia berjalanmondar-mandir di ruangan. Teman-teman tertawa-tawa mengharapkan
semoga ia berhasil.
"Satu kelemahannya," George berkata. "Kalau nyonya Browne
membantu di pentas. Ia segera mengenalimu!"
Nancy mengusulkan agar teman-teman pria masuk gedung
pertunjukan lebih dulu duduk di sisi kiri. Mereka menyusul kemudian
dan duduk di deretan kursi sisi kanan. Ned dan teman yang lain setuju.
"Dengan cara ini," Burt menambahkan, "kita tidak ada sangkut
pautnya dengan nyonya Drew, gadis detektif yangjermasyhur itu!"
Nancy tersenyum. Ia lalu menelepon nyonya Mendez,
menanyakan apa sudah ada berita baru lagi dari para penculik.
Mendengar dering telepon di tempat nyonya Mendez, untuk beberapa
detik Nancy berharap bahwa Dolores sudah pulang. Tetapi dari
jawaban yang datang dari Senora itu ternyata harapannya itu hampa.
"Anak itu belum juga pulang," kata senora Mendez. "Kami pun
belum tahu juga di mana dia!"
"Apa anda atau anak anda menerima surat minta tebusan lagi?"
"Ya! Ada dua. Tetapi semuanya palsu."
"Apa maksud anda?"
Senora Mendez menceritakan bahwa uangnya telah disediakan
bagi kedua surat. Uang itu diletakkan pada tempat yang telah mereka
tentukan, tetapi tidak diambil.
"Ah, Nancy. Aku sungguh resah, jangan-jangan Dolores
disandera untuk cari uang," nenek anak yang diculik itu menangis.
"Aku pernah dengar cerita ada orang yang menculik anak untuk dijual
kepada orangtua yang tidak punya anak."
Pikiran itu membuat Nancy menjadi takut."Aku sangsi akan hal itu," ia berkata dengan tenang. "Aku
sangsi hal itu terjadi pada Dolores. Ia tentu akan mengungkapkan
nama dan alamatnya, hingga terpaksa harus dipulangkan kepada
anda."
Mendengar itu senora Mendez menjadi lega hatinya.
"Detektif pribadiku mempunyai petunjuk bahwa Dolores dapat
dipastikan ada di Los Angeles," sambungnya. "Ia begitu yakin, dan
telah menelepon polisi Los Angeles dan menyatakan kecurigaannya."
"Apa petunjuk itu?" tanya Nancy.
"Salah satu surat minta uang tebusan seperti dulu yang disusun
dengan kata-kata yang digunting dari koran. Detektif yang pernah
tinggal bertahun-tahun di Los Angeles ingat, bahwa salah satu surat
kabar di sana menggunakan huruf-huruf khusus untuk iklan film dan
hiburan. Ia yakin huruf-huruf khusus itu belum pernah dilihatnya di
surat-kabar lain. Maka ia merasa pasti bahwa surat minta uang tebusan
itu disusun dengan kata-kata dari suratkabar itu."
"Apa anda juga sudah mendengar kabar dari polisi?"
"Tidak! Tetapi aku khawatir, bahwa para penjahat itu tahu aku
menggunakan detektif, dan juga sudah menghubungi polisi. Mungkin
karena itulah mereka tak mau mengembalikan Dolores. Tetapi untuk
apa mereka mengirimkan surat-surat palsu?"
"Mungkin mereka bermaksud memberi peringatan kepada anda.
Selama mereka tahu bahwa anda menggunakan detektif, mereka tidak
mau bersungguh-sungguh," jawab Nancy. "Maka saya usulkan agar
jangan melepaskan detektif itu lebih dulu. Apa yang anda katakan
tentang surat kabar itu, memperkuat dugaan saya bahwa Doloresmemang ada di Los Angeles. Saya akan lebih lama lagi melakukan
penyelidikan di sini."
"Baiklah, Nancy. Teleponlah aku besok. Beritahukan bila
engkau berhasil."
Apa yang telah didengarnya itu kemudian diceritakan kepada
pak Vetter suami-isteri serta teman-temannya.
"Besok kita akan mengunjungi tuan Browne yang telah
membeli kertas tulis watermark itu. Pak Vetter di mana letak rumah
itu?"
"Di daerah rumah-rumah mewah, dengan halaman yang luas.
Banyak di antaranya yang berpagar besi. Kiranya akan sulit bagimu
untuk dapat masuk."
"Saya akan menggunakan kesempatan baik," jawab Nancy
sambil mengangkat dagu, menunjukkan keyakinannya.
Petang hari itu, setelah makan malam, keenam muda-mudi itu
berangkat menonton Grup "The Hoaxters" Para pemuda berjalan
sampai di sudut blok, lalu naik bis. Sementara itu pak Vetter
meminjamkan mobilnya kepada ketiga gadis itu. Gedung
pertunjukkan ternyata cepat penuh dengan penonton. Mereka tidak
melihat ketiga pacar-pacar mereka.
"Lebih baik jangan kentara mencari mereka," saran George.
"Kalau-kalau ada mata-mata mereka, mereka akan segera mengetahui
siasat kita."
Mereka duduk dan mempelajari acara pertunjukan. Mereka
menjadi tercengang melihat adanya tambahan acara baru.
"Ini mungkin suatu pertunjukan, di mana si tukang sulap itu
dibantu oleh isterinya." bisik Bess.Pertunjukan segera mulai. Mereka telah berulang kali
melihatnya hingga kurang memperhatikan. Kecuali setelah
penampilan tuan Browne alias Renaldo Jensen, yang mempersilakan
para penonton untuk naik ke pentas.
"Mudah-mudahan ia tidak mengenali Ned." George berkata.
Ned sendiri pun juga mempunyai pikiran demikian. Ketika ia
naik di pentas, ketiga dara itu sukar menahan rasa ingin tertawa. Ned
mengenakan kumis dan janggut.
"Ia tentu telah membeli atau menyewanya tadi di jalan menuju
kemari," kata Bess setengah berbisik.
Samaran Ned ternyata berhasil. Nyonya tukang sulap itu tidak
menunjukkan tanda-tanda bahwa ia pernah mengenal dia. Dompetnya
telah dicopet tanpa disadarinya. Kemudian ditunjukkkan di depan para
penonton, bersama-sama tas-tas, arloji dan permata.
Seperti yang sudah-sudah barang-barang copetan itu disimpan
dulu. Pemilik-pemiliknya diberitahu barang-barangnya akan
dikembalikan setelah pertunjukan selesai. Pada waktu itu mereka
berdiri berderet-deret di bagian belakang panggung, yaitu untuk
menerima kembali barang-barang mereka.
Sementara ketiga gadis detektif menuju ke mobil pak Vetter
untuk pulang, Bess berkata:
"Kuharap saja Ned menerima kembali dompetnya lengkap
dengan kertas itu!"
"Itu kita akan tahu nanti," sahut Nancy.
Setiba di rumah keluarga Vetter, ketiga dara itu berjalan
mondar-mandir di ruang tamu seperti tidak sabaran menunggu pacar-
pacar mereka. Akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul juga."Aku berhasil mendapatkannya!" Ned bersorak. "Nancy, bawa
tepung maknetikmu kemari."
Nancy lalu membawa kotak kecil untuk sidik jari dari dalam
tasnya. Dengan hati-hati ia mengambil kertas itu dari dompet Ned. Ia
menaburinya dengan tepung maknetik. Semua mereka nahan napas.
Apa akan timbul sidik jari itu?19
Si Tawanan Kecil
"Nah, sidik jari itu timbul!" seru George.
Dengan bangga muda-mudi itu memandangi kertas yang
menunjukkan gambar ujung-ujung jari kedua tangan.
"Apa itu tangan kanan dan kiri dari orang yang sama?" tanya
Bess.
Tidak seorang pun dari mereka dapat memastikannya. Ini
masalah yang harus diungkapkan oleh polisi.
"Mari kita pergi sekarang!" George mendesak.
"Sudah terlalu malam!" kata Nancy. "Tunggu sampai besok
pagi."
Esok paginya setelah sarapan, mereka bersepakat hanya Nancy
dan Ned yang pergi ke kantor polisi. Yang lain-lain membantu
keluarga Vetter menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Ketika Nancy menunjukkan sidik jari itu kepada pak kepala
polisi, pak polisi itu amat terkesan.
"Hasil kerja yang bagus!" ia memuji Nancy. "Akan kusuruh
menyelidikinya dengan segera. Harap kalian tunggu di lobby.
Hasilnya akan kuberitahukan secepatnya."Hampir sejam telah berlalu. Mereka lalu dipanggil masuk ke
ruang pak kepala polisi lagi. Pak kepala polisi itu tertawa gembira
kepada pasangan muda-mudi itu.
"Sidik jari ini adalah kepunyaan penjahat yang sudah lama
dicari-cari, yaitu Sam Gambro. Akan aku tunjukkan beberapa gambar
fotonya. Cobalah, kalian mengenalinya!"
Sebuah buku tebal dibuka-buka di meja samping. Pak kepala
menerangkan bahwa buku itu berisi gambar-gambar foto orang-orang
yang pernah dipenjarakan atau yang masih meringkuk di dalam
penjara.
"Gambro ada di halaman ini. Lihat! Apa kalian dapat
mengenalinya?"


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk beberapa detik Nancy memandangi gambar foto Gambro
dengan seksama. Seorang yang gemuk, berambut hitam dan berdagu
dobel. Akhirnya ia menggeleng.
"Sejauh yang saya ketahui, saya belum pernah melihat orang
seperti dia ini. Saya kira ia bukan salah satu dari anggota Grup "The
Hoaxters". Atau mungkin, ia salah seorang penipu yang bekerjasama
dengan mereka!"
"Barangkali," jawab polisi itu. "Untuk memastikannya kita akan
berbuat begini:
"Aku akan mengirimkan beberapa detektif ke Grup "The
Hoaxters" yang pagi ini mengadakan pertunjukan, untuk mendapatkan
sidik jari mereka. Mereka berpura-pura sebagai "Perlindungan
Pengusaha Hiburan Los Angeles."Nancy dan Ned tertawa, kemudian mereka berdua minta diri
dan pulang. Mereka lalu menceritakan semua itu kepada teman-
temannya yang menunggu di rumah keluarga Vetter.
Keenam muda-mudi dengan penuh harap menunggu telepon
berdering. Akhirnya telepon pun berdering. Nancy menyambutnya.
"Nona Drew! Di sini kepala polisi. Sidik jari yang diperoleh
orang-orang kami dari tukang sulap itu cocok sekali dengan sidik jari
Sam Gambro. Ini berarti bahwa dia dan Horace Browne adalah satu
orang!."
"Tetapi Browne itu tidak mirip sama sekali dengan gambar foto
yang di berkas polisi itu!" Nancy kemukakan lagi.
"Ia tentu telah melakukan operasi plastik dan mengurangi berat
badannya," kepala polisi menjelaskan.
"Apakah Browne akan ditangkap?" tanya Nancy.
"Ya, memang! Orang-orang saya sudah berangkat ke gedung
pertunjukan."
Setelah Nancy meletakkan gagang telepon, George menyatakan
keinginannya untuk melihat si tukang sulap itu ditangkap.
"Mari kita pun ke gedung pertunjukan," George mengusulkan.
Mereka berdesakan di dalam mobil pak Vetter.
Ketika mereka tiba di tempat, mereka bertemu dengan tiga
orang polisi yang baru saja ke luar dari dalam gedung.
"Mana tahanannya?" tanya Nancy.
Dengan menyeringai salah seorang anggota polisi itu
menjawab: "Mereka telah kabur!"
"Lagi-lagi mereka lolos," George mengeluh."Ya. Tidak saja orang-orangnya. Tetapi juga semua barang-
barang milik mereka. Mereka tentu menjadi curiga ketika kami
mengambil sidik jari mereka. Meskipun kami berpura-pura dari
Perlindungan Pengusaha Hiburan Los Angeles."
Polisi-polisi itu lalu pergi meninggalkan gedung.
"Nancy, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Dave.
"Kita pergi ke rumah Horace Browne," jawabnya. "Ingat aku
mempunyai alamatnya dari Fern Printing Company."
"Apa kaukira ia ada di rumahnya?" tanya George.
Nancy mengangkat bahunya.
"Kalau tidak di rumah, barangkali saja kita dapat memperoleh
petunjuk ke mana ia pergi!"
Mereka lalu menuju ke bagian kota di mana Browne tinggal.
Seperti dikatakan pak Vetter, daerah itu merupakan daerah perumahan
indah dan besar-besar. Rumah Browne berpagar besi yang tinggi,
sehingga hampir tidak kelihatan dari luar. Ada sebuah pintu pagar
yang dikunci. Ned memijat tombol bel, tetapi tidak ada yang
menyahut.
"Mau apa kita sekarang?" tanya Bess menghela napas.
"Mari kita berpencar, mengitari pagar," Nancy mengajak
teman-temannya. "Ned dan aku ke sebelah kanan. Kalian mengambil
sebelah kiri. Barangkali kita dapat mengetahui kalau ada orang di
dalam."
Mereka lalu berpisah. Tetapi di belakang pagar terdapat semak-
semak yang tinggi, jadi tidak dapat melihat ke dalam. Kemudian
Nancy menikung di sudut di pertengahan sisi pagar yang berikut."Ned, aku ingin mengintip ke dalam," katanya. "Dapatkah aku
naik di atas pundakmu?"
"Silakan!"
Ned membungkukkan badannya. Jari-jari kedua tangannya
saling menjalin seperti sebuah sanggurdi. Nancy menginjak sanggurdi
dan naik ke pundak sambil berpegangan pada pagar. Ia berhasil
mengintip ke dalam lewat bagian atas pagar dan semak-semak. Ia
memperoleh pandangan yang luas di kebun. Di serambi dilihatnya
seseorang sedang duduk bersandar pada kursi kebun. Rupanya ia tidur
nyenyak. Dengan gairah Nancy membungkuk dan membisiki Ned.
"Sam Gambro, alias Horace Browne sedang tidur tidak jauh
dari sini. Kita harus menangkap dia!"
"Ya, memang. Tetapi bagaimana?" tanya Ned.
"Kita memanjat lewat pagar. Kemudian aku melompat turun ke
dalam. Dapatkah engkau memanjat sendiri?"
"Tak menjadi masalah bagiku. Lekas, aku akan menyusul!"
Nancy sadar bahwa ia harus menghindari semak-semak agar
tidak terluka oleh ranting-ranting yang tajam. Dengan langkah pasti ia
naik ke atas pagar, lalu melompat sejauh-jauhnya. Dengan
menimbulkan suara gedebug teredam rumput tebal ia tiba di kebun.
Ia menoleh ke belakang. Ia melihat Ned yang sedang melompat
terjun dari atas. Ia jatuh dengan gaya yang indah hingga dalam sekejap
ia sudah ada di sampingnya.
"Bagus sekali!" Nancy berbisik.
Dengan berjingkat-jingkat mereka mendekati Horace Browne.
Mereka kira-kira tinggal tigapuluh meter jauhnya, ia terbangun dari
tidurnya secara tiba-tiba. Ia menoleh dan melihat datangya pasanganmuda-mudi itu. Detik berikutnya Browne melompat bangun dari
kursinya, lari menuju ke rumah. Ia menghilang di balik pintu, disusul
suara gebrakan pintu ditutup dan terkunci.
Muda-mudi itu saling memandang. Mereka sudah hampir
mencapai kemenangan. Namun Nancy tak kenal menyerah. Nancy
melihat sebuah pintu lain, dan lari menuju ke sana. Untung pintu itu
tidak terkunci. Ia menyelinap ke dalam, diikuti oleh Ned.
Mereka tiba di sebuah tangga. Dari atas terdengar sebuah jeritan
tertahan. Kedengarannya seperti minta tolong dalam bahasa Spanyol.
"Itu mungkin Dolores!" bisik Nancy. "Ayo naik!"
Ia bersama Ned lari menaiki tangga. Di tengah jalan menuju ke
lantai dua mereka bertemu nyonya Browne yang turun tangga.
"Keluar dari sini!" nyonya itu berteriak. "Kalian tak berhak
masuk rumah orang! Kupanggilkan polisi nanti!"
Tetapi Nancy tidak menghiraukan ancaman itu.
"Di mana Dolores?" ia balik bertanya.
Kini nyonya itu nampak ketakutan. Ia tidak menjawab. Jeritan
Dolores terus saja terdengar.
"Lepaskan aku! Kembalikan aku!"
Dengan kuat Ned mendorong nyonya Browne ke samping,
hingga Nancy dapat terus naik ke atas. Ia menyusul di belakangnya.
Kedua muda-mudi itu berlari lebih cepat dari nyonya rumah. Mereka
melintas serambi atas, menuju ke arah datangnya suara jeritan di lantai
tiga.
"Tolong! Aku mau ke mama !" terdengar suara memelas.Ned menoleh ke belakang, melihat apa yang sedang dilakukan
nyonya Browne. Ia seperti bingung tidak tahu apa yang hendak ia
lakukan, lalu lari mengejar kedua muda-mudi tersebut.
Di akhir tangga terdapat sebuah lorong sempit dengan sebuah
pintu yang menghadap ke tangga. Dengan cepat Nancy membuka
tombol lalu mengintip ke dalam. Berdua Ned mereka tercengang
melihat ke dalam. Seorang gadis kecil kira-kira berumur sembilan
tahun, berwajah manis, rambut hitam, duduk di ujung sebuah sofa.
Pergelangan kaki kiri diikat rantai dengan kaki sofa.
"Dolores!" seru Nancy sambil lari menghampiri. "Kami adalah
teman-temanmu. Kami datang untuk membebaskan engkau. Kami
akan membawa engkau ke luar sebentar lagi."
Sementara Nancy memeluk si gadis kecil, Ned lari
menghampiri untuk membantu membuka ikatan rantai. Pintu ditutup
dan dikunci. Sesuatu yang berat terdengar digeser menahan pintu.
Ned berbalik, mencoba membuka pintu. Tetapi pintu itu
bergeming. Sekarang bukan saja Dolores yang tertawan, tetapi juga
Nancy dan Ned.
Dolores menjadi histeris. Detik-detik kegembiraannya
mengenyam kebebasan lenyap. Ia kembali tertawan. Nancy berusaha
menenangkan dia. Bahkan dengan menyanyikan sebuah lagu Spanyol.
Sementara Ned terus berjuang untuk membuka pintu yang
terkunci. Ia tidak berhasil mendorongnya terbuka. Ia lalu
membenturkan tubuhnya ke pintu, mengharap salah satu papan daun
pintu dapat pecah. Tetapi usaha itu sia-sia. Akhirnya ia menghampiri
Nancy. Mereka merundingkan apa yang dapat mereka lakukan. Ada
sebuah jendela kecil, di dinding bagian atas. Mereka sadar bahwameskipun salah seorang dari mereka dapat merangkak ke luar melalui
jendela itu, namun tidak akan dapat mencapai ke tanah dengan aman.
"Aku ingin tahu apa yang dilakukan Bess, George, Burt dan
Dave," kata Nancy. "mudah-mudahan mereka melakukan sesuatu
untuk menolong kita."
Dolores telah meniadi tenang kembali sekarang.
Ia duduk di pangkuan Nancy sambil memeluk lehernya.
"Nah, bagaimana kalau engkau menceritakan hingga engkau
sampai di sini." kata Nancy.
"Aku masih tinggal di sekolah setelah pelajaran selesai dan
membantu ibu guru," jawab gadis kecil itu. "Ketika aku ke luar
hendak pulang, semua teman-teman telah pulang. Seorang nyonya
yang tidak kukenal datang dan berkata: ?Engkau Dolores??. Ketika
aku menjawab ?Ya?, ia katakan bahwa mama sakit. Ia diminta untuk
menjemput Dolores dengan mobilnya."
"Jadi engkau naik mobil." tanya Nancy.
"Ya, duduk di belakang bersama nyonya itu. Sopirnya orang
laki-laki. Aku tidak tahu siapa mereka itu. Kemudian aku baru tahu,
mereka adalah tuan dan nyonya Browne. Nyonya Browne memberi
aku gula-gula,"
"Engkau memakannya?"
Dolores mengangguk.
"Sesudah makan gula-gula itu aku mengantuk sekali. Aku baru
bangun, tetapi tergeletak di sisi ranjang di kamar ini."
Gadis kecil itu lalu menggigil."Aku diikat dengan rantai pada kaki ranjang. Aku mendengar
tuan Browne berkata ?Kita akan terbang dari Mexico City ke Los
Angeles.?"
"Pengalaman yang menakutkan," kata Nancy. "Bagaimana
engkau dirawat setelah sampai di sini?"
Dolores mengatakan bahwa nyonya Browne dan seorang
nyonya lain berganti-ganti menjagainya.
"Mereka membawakan makanan dan memandikan aku. Malah
juga mencucikan pakaianku. Aku selalu menanyakan kepada mereka,
kapan aku bisa pulang. Pada suatu hari nyonya Browne menjadi
sangat marah kepadaku dan berkata ?Engkau tidak akan ke mana-
mana sebelum nenekmu yang kaya itu membayar uang yang
banyak!?"
Kemudian Nancy menterjemahkan cerita anak itu kepada Ned,
yang hanya mengerti sedikit bahasa Spanyol.
"Gula-gula itu tentu mengandung obat untuk menidurkan
Dolores," Ned berkata.
Nancy membenarkan.
Dengan demikian mereka dapat membawanya ke Los Angeles
tanpa kesulitan!"
Ketika Nancy dan Ned sedang memikirkan bagaimana dapat
meloloskan diri, keempat teman-temannya sedang berusaha mencari
mereka. Mereka mengintip dari atas pagar. Mereka melihat Nancy dan
Ned berjingkat-jingkat mendekati orang yang sedang tidur. Mereka
pun melihat orang itu terbangun dan lari masuk ke dalam rumah.
Mereka tahu bahwa Nancy dan Ned mengejar dia. Maka mereka
berempat lalu naik ke pagar. Sebelum mereka mencapai rumah,mereka melihat suami isteri Browne lari ke luar dari pintu depan
membawa kopor-kopor.
"Mereka hendak melarikan diri!" seru Dave.
Ketika Nancy dan Ned tidak muncul-muncul juga, mereka
menjadi khawatir.
"Apakah Nancy dan Ned tertawan di dalam rumah?"20
Tiga Kali Terkecoh
"Berhenti!" perintah Dave. Mereka mengepung suami isteri
yang hendak melarikan diri.
"Kalian jangan halang-halangi!" desis tuan Browne sambil
memukul-mukul kalang kabut.
Beberapa saat tinju-tinjunya melayang kian kemari. Tetapi tidak
lama kemudian si tukang sulap dan isterinya menjadi tidak berdaya.
Mereka dibawa masuk ke dalam rumah. Bess menelepon polisi.
Sementara itu Horace berhasil meronta lepas, lalu berkelahi lagi
dengan semangat baru. Mereka sadar bahwa ia mengerti judo. Namun
George dapat mengimbanginya. George dan kedua pemuda yang
kekar itu karena telah bertahun-tahun bermain bola, akhirnya kembali
dapat menguasai suami-isteri tersebut.
Di bagian belakang dari serambi, George melihat sebuah
ruangan kecil dengan sebuah kunci di pintu.
Ia minta untuk mengurung tawanan mereka dalam ruangan itu
sampai polisi datang. Dengan marah-marah suami isteri itu berteriak-
teriak dan memukul-mukul pintu. Tidak lama kemudian teriakan-
teriakan itu pun reda. Mereka kini merenungi nasibnya sendiri."Kuharap saja si tukang sulap itu tidak menggunakan
ketrampilannya untuk lari ke luar!" Bess berolok.
Nancy dan Ned mendengar kegaduhan di bawah, Mereka lalu
mulai memukul-mukul pintu.
"Dengar!" kata George. "Ada orang di atas! Barangkali Nancy
dan Ned."
Ia bersama teman-temannya baru saja hendak bergegas naik ke
lantai tiga, ketika sebuah mobil polisi berhenti di depan rumah. Tiga
orang polisi masuk melalui pintu yang terbuka. Mereka itulah yang
pernah berusaha untuk menangkap Grup "The Hoaxters" yang telah
melarikan diri.
Dengan singkat George dan teman-temannya menceritakan
kepada polisi tentang tawanan mereka.
"Yang satu adalah Sam Gambro alias Horace Browne alias
Ronaldo Jensen, si tukang sulap. Yang lain adalah isterinya," kata
George.
"Bagus!" kata Young, salah seorang polisi itu memuji. "Kita
juga telah menangkap kawan-kawan Browne dalam perjalanan mereka
lari ke luar kota. Tetapi mereka tidak mau mengatakan di mana
Browne. Saya gembira kalian dapat menemukan."
Terdengar lagi pintu dipukul-pukul di lantai atas. Nancy dan
Ned berusaha agar mereka didengar orang-orang.
"Ada apa itu?" tanya Young terkejut. "Siapa lagi di sana?"
"Saya kira Nancy dan Ned terkurung di sana," kata George.
"Kita melihat mereka berdua mengejar Gombro masuk ke dalam
rumah sebelum dia tertangkap."Keempat detektif-detektif amatir itu segera lari naik tangga
diikuti Young dan seorang polisi. Mereka segera menggeser meja itu
ke samping dan kemudian melepaskan palangnya.
Bess yang membukakan pintu. Semuanya terdiam melihat
Nancy, Ned dan seorang gadis cilik.
"Perkenalkan ini Dolores!" Nancy menggandengnya sambil
tersenyum.
Kemudian berganti-ganti mereka saling menceritakan
pengalaman masing-masing.
"Ah, anak yang malang," seru Bess, lalu berlutut dan merangkul
Dolores yang sampai saat itu tetap melekat pada Nancy.
Dalam bahasa Spanyol Nancy menerangkan bahwa mereka
semua adalah teman-teman.


Nancy Drew Sindikat Tukang Sulap di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maksudmu, sekarang aku dapat pulang ke mama?" seru anak
itu. "Tentu saja!" jawab Nancy. "Bapak-bapak polisi itu akan
menangkap orang-orang jahat yang membawa engkau kemari."
Dolores menjadi sangat girang.
"Apa aku boleh menelepon papa dan mama?" anak itu meminta.
"Ya, tentu!" jawab Nancy.
Mereka lalu turun ke lantai bawah. Beberapa menit kemudian
orangtua Dolores telah berbicara di telepon. Dolores bicara sambil
mengirimkan ciuman-ciuman. Ia berjanji akan segera pulang.
Ia kemudian berpaling kepada Nancy.
"Sekarang aku ingin berbicara dengan nenek."Nancy lalu menghubungkan senora Mendez. Pembicaraan yang
riang terdengar dalam bahasa Spanyol, yaitu antara Dolores dengan
neneknya yang sangat merindukannya.
Sementara itu Young membuka pintu ruang tahanan mereka di
lantai pertama. Ia lalu mengeluarkan kedua tawanannya dengan
memborgol keduanya. Nancy mengajukan permintaan untuk dapat
menanyai kedua tawanan itu.
"Sebelum mereka dibawa, bolehkah saya mengajukan beberapa
pertanyaan kepada mereka?."
Mendengar permintaan itu kedua suami-isteri itu berkedip-
kedip.
"Engkau tahu?" tukang sulap itu menukas.
"Ya," jawab gadis detektif itu.
"Anda boleh menanyai mereka apa saja," kata Young. "Tetapi
biarlah aku bacakan hak-hak mereka dulu!"
Setelah selesai, Nancy memandang tajam kepada si tukang
sulap.
"Apakah salah seorang teman anda ada yang telah menipu
teman kami nyonya Annabella Richards sejumlah 3000 dolar untuk
biaya wisata keliling dunia yang palsu?"
Gambro memberengut.
"Aku tak mau berbicara apa pun denganmu!"
"Kukira lebih baik kaukatakan saja," isterinya menimpali. "Pak
polisi, bolehkah kami membantu?"
"Silakan! Dan saya akan membantu bila anda membuat
pemeriksaan menjadi lebih mudah," jawab Young.Gambro menundukkan kepala. Ia sadar bahwa permainan
mereka telah berakhir. Ia mengangkat bahu.
"Howie Barker. Ia berpura-pura menjadi agen biro perjalanan
dan mengaku bernama Henry Clark!"
"Siapa yang menculik Roscoe dan mencuri mobil nyonya
Richards?" tanya Bess.
"Howie dan Lefty Cadwell. Sudah kukatakan kepada mereka
hal itu tolol. Mereka kesulitan menyingkirkan mobil itu, dan akhirnya
menyembunyikan di garasiku," jawab Gambro.
"Ketika saya naik ke pentas di New York, mengapa kau
menolak saya?" George ganti bertanya.
"Setelah Howie berusaha menjual pesanan kamar di Hotel
Maine kepada temanmu, ia katakan kepadaku bahwa kau tinggal
bersama Nancy Drew. Aku telah banyak membaca tentang Nancy
Drew, maka lalu curiga. Entah bagaimana Howie mengetahui bahwa
engkau mengenal nyonya Richards. Aku menelepon pembantu rumah-
tangganya, dan ia membenarkan bahwa kalian adalah detektif-
detektif."
"Siapa yang menabrak taksi yang kami tumpangi di New York
ketika meninggalkan apartemen bibi?" tanya Nancy.
"Salah seorang pembantuku," tukang sulap itu mengaku.
"Seharusnya ia hanya saya suruh mengawasi kalian dan menakut-
nakuti agar kalian pulang. Sayang sekali ia telah bekerja sembrono!"
"Anda pun menyuruh orang-orangmu mengawasi kami di
rumah keluarga Vetter, bukan?" George menuduh. "Suatu ketika
sebuah mobil membayangi kami, tetapi kami dapat meloloskan diri.Lalu salah seorang pembantumu membuat kebakaran di kamar
seterika keluarga Vetter." Gambro mengangguk.
"Sayang sekali aku punya pembantu-pembantu yang kurang
efisien," ia menggerutu. "Usaha mereka untuk membuat kalian jera
selalu gagal!"
"Mengapa anda tak segera mengembalikan Dolores setelah
menerima uang tebusan yang pertama?" Bess ganti bertanya.
Tawanan itu memberengut.
"Itu akal isteriku. Ia mengira dapat memperoleh uang lebih
banyak dari senora Mendez. Sebaliknya justru tertimpa setumpuk
kesulitan." Ia melirik ke arah isterinya.
"Kita takkan menghadapi kesulitan, kalau orangmu mau
mengambil uang tebusan yang kedua di Mexico City. Kemudian kita
dapat pergi dari Los Angeles seperti yang telah direncanakan."
isterinya menukas.
"Bagaimana ia bisa? Nyonya Mendez telah minta polisi untuk
mengawasi dia."
"Saya tahu anda ada rahasia di dalam surat minta uang
tebusan," kata Nancy. "100.000 dolar dalam kantong kepada 8 dari X.
Apa artinya itu, dan siapa-siapa saja mereka itu?"
"Itu untuk perantara di Mexico yang mengambil uangnya. Ia
harus mengirimkan kantong itu kepada Howie Barker pada tanggal 24
bulan ini."
"Itu hari kemarin," George menyela. "Apa Barker menerima
uang itu?"Tiba-tiba Gambro menyadari bahwa di samping ia akan
dipenjarakan, ia pun akan kehilangan bagian dari uang tebusan itu. Ia
menjadi sebal hatinya.
"Untuk apa aku harus mengatakannya lagi," ia menggerutu.
"Aku sudah terlalu banyak mengaku."
Pertanyaan-pertanyaan yang berikut tidak menghasilkan lagi
keterangan-keterangan. Kedua polisi itu lalu menggiring kedua
tawanan itu ke kantor polisi. Young masih tetap tinggal di rumah itu.
"Apa kami diperbolehkan melakukan penggeledahan di rumah
ini?" Nancy bertanya kepada Young. "Barangkali saja uang 100.000
dolar itu disembunyikan di sini."
Young tersenyum.
"Nona sungguh beruntung. Ketika kami mengetahui bahwa
Grup "TheHoaxters" telah meninggalkan gedung pertunjukkan, surat
perintah penggeledahan itu belum jadi kami gunakan."
"Itu sangat bagus!" kata Nancy. "Mari kita berpencar dan
melakukan penggeledahan setiap tempat di rumah ini."
Muda-mudi serta polisi itu menggeledah setiap kamar. Setiap
perabotan tidak lepas dari perhatian mereka. Pada suatu tempat
terdengar George berseru.
"Lihat kemari! Aku temukan botol racun itu."
Yang lain-lain memandanginya dengan terpukau.
"Ini sudah dapat dipastikan botol yang dicuri Enzo Scorpio dari
nyonya Richards!" Bess menyambung.
"Engkau benar," Nancy mengiakan. "Aku ingat betul hiasan
benang emasnya.""Enzo tentu telah menjualnya kepada Gambro. Kemudian lalu
hendak menjual botol tiruannya kepada Senor Pedroa. Syukurlah! Aku
gembira Enzo telah dipenjarakan. Nyonya Richards tentu akan senang
menerima kembali botolnya."
Penggeledahan dilanjutkan dengan lebih berminat. Ned
menemukan sepucuk surat. Isinya membuktikan bahwa Howie Barker
alias Ralph Rafferty alias Henry Clark serta Lefty Cadwell tinggal di
sebuah hotel di San Francisco. Surat itu juga mengungkapkan nama
orang yang harus mengambil uang tebusan di Mexico City. Yaitu
Alfredo Scorpio, ayah Enzo dan kemenakan Gambro.
"O, sekarang aku tahu!" seru George. "Enzo menghubungi
Gambro lalu menjual botol itu kepadanya."
Polisi itu membenarkan.
"Saya akan melaporkan ini semua ke kantor polisi sekarang
juga!"
Sementara polisi sibuk mengirimkan laporan, muda-mudi itu
melanjutkan penggeledahan. Tidak ada sesuatu yang ditemukan lagi.
Tempat menyembunyikan uang tebusan tetap menjadi misteri.
Nancy mengusulkan agar mereka pergi dan membawa Dolores
ke rumah keluarga Vetter. Pada waktu hendak keluar dari rumah itu,
Nancy mendapat akal.
"Mari kita periksa mobil nyonya Richards. Katanya ada di
garasi Gambro," ia katakan.
Petugas polisi Young lalu mengunci pintu depan, dan mereka
semua menuju ke garasi. Mobil nyonya Richards memang ada di sana.
Kuncinya disembunyikan di bawah karpet. Mereka segera
menggeledahnya. Nancy minta kepada Ned untuk membuka tempatbegasi. Di sana tak diketemukan apa-apa kecuali sebuah ban serep.
Ned mengangkatnya. Sebuah kantong plastik nampak ada di
bawahnya.
Dengan gairah Nancy menarik ke luar kantong tersebut. Tali
pengikat mulut kantong itu ditariknya hingga terbuka. Beberapa
gebung uang kertas jatuh ke lantai.
"Uang tebusan!" seru Nancy. "Dolores, kita dapat menemukan
uang nenekmu!"
Gadis cilik itu bertepuk tangan, dan Nancy mengangkatnya
tinggi-tinggi. Semuanya menjadi girang karena berhasil menemukan
uang 100.000 dolar. Segera uang itu dihitung, ternyata masih lengkap
tidak kurang sesen pun.
"Apakah saya boleh ikut sampai di kantor polisi?" Young
bertanya. "Saya yakin, pak komandan tentu akan heran bila saya
masuk membawa uang ini."
Setelah Nancy dan teman-temannya tiba di rumah keluarga
Vetter, suami-isteri yang pandai berbicara Spanyol itu segera
membuat si gadis kecil Dolores menjadi kerasan. Setiap orang senang
bermain dengan si kecil. Ia pun senang mendapat hidangan makanan
yang sebagian disajikan makanan Spanyol.
"Nancy, apakah sudah kaupikirkan judul untuk misteri ini?"
Dave bertanya, sementara mereka sedang makan.
Nancy diam untuk sesaat. Kemudian menjawab: Tiga Kali
Terkecoh. Yaitu pertama perbuatan Grup "The Hoaxters" ketika
menipu nyonya Richards. Kedua penculikan Dolores."
"Dan yang ketiga?" tanya Ned.
Nancy menyeringai."Perbuatanmu ketika kau naik ke pentas dan kecopetan
dompetmu. Mereka terkecoh membaca alamat yang di kertas itu.
Tetapi sidik jari tukang sulap itu akhirnya telah membuka tabir
perkara ini."
Diam-diam Nancy ingin tahu apakah ia akan menghadapi suatu
perkara baru lagi. Dan perkara itu ternyata memang telah menanti.
*************
Sore itu Nancy mendapat kejutan, yaitu telepon dari ketua
himpunan para detektif Amerika Serikat yang sedang mengadakan
pertemuan.
"Kami diberitahu bahwa anda dan teman-teman anda adalah
detektif-detektif amatir," kata ketua itu. "Kami mengundang kehadiran
anda pada perjamuan besok sore."
Mereka sangat girang dengan undangan itu.
"Ada seorang gadis cilik bersama kami," Nancy menjawab
"Apa ia boleh kami bawa?"
"Tidak mengapa," ketua itu berkata. "Kami harapkan kalian
sudah hadir pada jam tujuh."
Hari berikutnya, Nancy, Bess dan George membelikan Dolores
seperangkat pakaian lengkap. Pada jam setengah tujuh mereka
menggunakan taksi limousin menuju ke perjamuan.
Pelayan kepala memeriksa nama-nama tamu yang tercantum di
pintu, lalu mengantar mereka melalui beberapa deretan meja. Ia
menunjukkan tempat duduk mereka. Mereka terdiam tercengang. Di
meja itu telah berkumpul sekelompok besar pengunjung, termasuk pak
Drew, Hannah, bibi Eloise, nyonya Richards, pak Vetter suami-istri,senora Mendez dan sepasang suami-isteri yang diperkenalkan sebagai
orangtua Dolores.
"He, ini suatu kejutan!" seru kedua orangtua itu ketika
mendapatkan Dolores lari ke arah mereka.
Nancy menyeringai lebar-lebar.
"Luar biasa!" katanya. "Siapa yang telah mengatur pertemuan
ini?"
Ayahnya mengatakan ketua pertemuan itu telah mendengar dari
pihak polisi bahwa Nancy dan teman-temannya telah berhasil dengan
gemilang memecahkan suatu misteri. Dan sekarang ini para detektif
itu ingin memberikan penghargaan mereka.
Selama jamuan makan, mereka bercakap-cakap dengan meriah.
Pak Drew mengatakan bahwa lembar cek yang dikirimkan kepada
perusahaan barang antik itu telah dapat dikembalikan sesuai dengan
yang telah diharapkan.
"Kedua perusahaan itu adalah palsu, dan pegawai-pegawainya
telah ditangkap. Mereka itu merupakan satu matarantai dalam jaringan
Grup "The Hoaxters"
Menjelang selesainya jamuan makan, Ketua pertemuan berdiri
untuk mengucapkan sebuah pidato. Pidato itu membuat wajah Nancy
berubah merah. Karena ketua itu menguraikan secara terperinci apa
yang dilakukan detektif-detektif muda itu sehingga berhasil
membongkar rencana-rencana kejahatan Grup "The Hoaxters" beserta
kawanan penipunya. Semuanya telah berhasil ditangkap. Kemudian
ketua itu pun menyebutkan botol racun yang hilang telah juga
diketemukan, termasuk tertangkapnya Enzo Scorpio bersama ayahnya
Alfredo.Pada akhir pidato ketua itu minta Dolores untuk berdiri. Ia
menceritakan bagaimana gadis cilik itu diculik. Dikatakan pula
bagaimana Nancy Drew, dibantu Bess, George dan teman-teman
prianya dari Emmerson College, yang berhasil menemukan Dolores
dan kini dikembalikan kepada orangtuanya.
"Nancy, kami para detektif yang sedang berkumpul di sini ingin
sekali, di samping menunjukkan penghargaan kami, juga rasa
terimakasih atas tugas anda yang gemilang!" ketua itu menutup
pidatonya.
Ketua itu lalu membungkuk dan meraih sesuatu di sisi kursinya.
Ia menariknya. Sebuah piagam berbingkai, yang menyebutkan secara
tepat apa-apa yang telah dikerjakan oleh gadis detektif itu.
"Mengagumkan! Terimakasih!" sambut Nancy.
Ketika piagam itu diserahkan kepadanya, semua yang hadir
bertepuk tangan dan sorak sorai meriah menggema dari para
pengagum Nancy.
Tamat
Badai Di Siauw Lim Sie 9 Pendekar Bloon Karya S D Liong Raksasa Gunung Bromo 1
^