Pencarian

Tapak Tangan Hantu 4

Tapak Tangan Hantu Karya Batara Bagian 4


mengambil obat luka, obat luar. Tujuh murid itu diobati dan malam itu semua orang gemetaran, bukan oleh
dingin melainkan oleh takut. Majikan Hutan Iblis itu sungguh menyeramkan! Namun ketika pendekar ini
berkata bahwa semalam itu dia akan berjaga, tadipun dia juga berjaga dan karena itu anak-anak murid
selamat maka malam itu pendekar ini tidak tidur dan anak menantunya menemani.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
80 Para murid juga tak dapat tidur karena siapa yang dapat tidur kalau teringat peristiwa itu. Air telaga
yang berkecipak sedikit mencurigakan sudah membuat anak murid kaget, takut kalau-kalau para srigala
datang lagi. Dan ketika malam itu dilewatkan dengan perasaan seram dan semua berlindung di belakang Ju-
taihiap, hanya pendekar ini yang dapat bersikap tenang dan mampu menguasai keadaan maka esok dan
selanjutnya Hek-yan-pang tak di ganggu manusia srigala lagi. Selama seminggu jago pedang ini menjaga
dengan penuh kewaspadaan dan Tang Siu merasa kasihan kepada ayah mertuanya itu. Ayahnya ini jarang
tidur dan beristirahat. Ju-taihiap tak berani sembrono dan diam-diam khawatir sekali. Pedang pusakanya tak
ada di tangan dan pedang biasa saja ternyata tak mampu menghadapi manusia srigala itu. Teringatlah
pendekar ini betapa pedang biasanya akhirnya patah disambut Hek-mo-ciang. Namun ketika sebulan tak ada
apa-apa dan anak murid lega, pendekar ini juga lega maka semua mengharap agar iblis itu tak datang lagi
sementara Han Han diharap agar cepat pulang. Dan ketika Tang Siu juga mengharap begitu sementara Ju-
taihiap juga tidak jauh berbeda maka Han Han yang pergi ke Hutan Iblis justeru tak menemukan musuhnya
ini karena manusia srigala itu ternyata sudah menyatroni Hek-yan-pang!
* * * Seperti petunjuk ayahnya pemuda ini pergi ke hutan itu dengan penuh kewaspadaan. Ia tak menyangka
bahwa malam harinya musuh itu datang, sementara pagi harinya ia pergi. Dan ketika keesokannya Han Han
sudah memasuki Ci-bun dan terus ke selatan ke dusun Lam-chung maka siang itu juga ia berkelebat di mulut
Hutan Iblis.
Pohon raksasa di tengah hutan itu menjadi pedomannya. Pohon itu tampak dari kejauhan dan cabang-
cabangnya yang tinggi serta berdaun lebat mudah dikenali dari luar dusun. Pohon itu tampak angker dan
garang. Dan ketika ia memasuki hutan ini dan mendapatkan seperti apa yang didapat ayah ibunya, tulang
atau tengkorak-tengkorak yang berserakan maka Han Han bergidik dan hawa dingin di mulut hutan membuat
bulu tengkuknya cepat meremang.
Ada bau busuk dan amis di situ. Ada bau darah kering dan bekas pakaian cabik-cabik. Dan karena di
luar mulut hutan ia sudah menyaksikan bekas-bekas kekejaman Hutan Iblis ini, penghuninya yang buas dan
majikannya yang tidak lumrah manusia maka Han Han dapat menahan perasaannya ketika dia melihat
belatung atau ulat-ulat menjijikan berlekatan di tubuh-tubuh mayat membusuk yang ada di sana-sini.
Sama seperti ibunya iapun memasuki hutan dengan perasaan tegar. Han Han sama sekali tidak takut
kecuali waspada. Dan ketika akhirnya ia sampai di tengah hutan di mana pohon raksasa itu berdiri, ia
tertegun melihat cabang-cabang pohon yang pernah dibabat ibunya maka di sini Han Han menarik napas
dalam melihat bekas-bekas amukan ibunya di waktu yang lalu.
Ayahnya sudah bercerita namun pohon raksasa itu sudah tumbuh lagi. Cabang-cabangnya yang
dibabat sudah mulai bersemi, tegak menjulur seakan mengejek menyatakan tak takut, mentertawai mendiang
ibunya dan Han Han mengepal tinju. Apakah dia harus menumpahkan marah kepada pohon ini? Apakah dia
harus melampiaskan dendam kebenciannya kepada penghuni Hutan Iblis ini? Tak ada faedahnya.
Han Han mirip ayahnya yang lembut dan penyabar. Namun ketika dia termenung dan bunyi
berkeresek yang amat perlahan di belakangnya membuat dia membalik dan tersentak dari alam lamunan
mendadak seseorang telah menyerangnya dengan pisau belati menikam. Seseorang yang berkedok karet!
"Heiii...!"
Han Han berseru dan mengelak. Ia tak sempat menangkis karena serangan dan datangnya orang itu
tiba-tiba sekali. Ia tak mendengar apa-apa sebelumnya ketika orang ini muncul. Ia kaget dan tersentak
dibuatnya. Dan ketika ia mengelak sementara pisau itu meluncur di samping pinggang, orang itu berteriak
kecewa maka Han Han menggerakkan kakinya dan cepat sekali lututnya diangkat menghantam dagu orang
ini. "Dess!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
81 Orang itu menjerit dan terbanting, Han Han mengejar namun orang ini bergulingan, meloncat dan tiba-
tiba lari ke balik pohon. Han Han tercengang karena lawan ternyata memiliki daya tahan kuat, terbukti
tendangannya ke dagu tidak membuat orang itu roboh, bangun dan masih dapat lari dan ia membentak
mengira orang ini majikan Hutan Iblis. Namun ketika orang itu lari dan Han Han berkelebat mengerahkan
Hui-thian-sin-tiauwnya (Rajawali Sakti Terbang Ke Langit) maka ginkang tingkat tinggi yang tiada
bandingannya ini telah membuat Han Han berada di depan orang itu dan membentak lagi.
"Berhenti!"
Orang ini terkejut. Ia tak menyangka Han Han dapat bergerak secepat itu dan tahu-tahu memutar dari
arah pohon yang berlainan. Ia serasa dipapak dan menghadapi pemuda itu dari depan, bukan lagi belakang.
Dan ketika ia menangkis namun jari Han Han bergerak lebih cepat, pemuda itu menotok dan tepat mengenai
pundak orang ini maka laki-laki itu roboh dan aneh sekali ia menjerit seperti suara wanita.
"Aihhh....!"
Han Han tertegun dan berhenti bergerak. Laki-laki atau orang yang jelas berpakaian laki-laki itu tiba-
tiba menangis. Tanginya jelas tangis wanita! Dan ketika Han Han menjublak dan melihat bahwa orang ini
tidak berjubah hitam, majikan Hutan Iblis berjubah hitam dan lawan jelas bukan majikan Hutan Iblis maka
orang itu memaki-maki Han Han dengan suara melengking-lengking. Suara dan makiannya jelas suara
wanita, juga gayanya.
"Biadab, kau... kau tak tahu malu. Eh, lepaskan aku, anak muda. Bebaskan totokanmu dan lepaskan
aku. Aih, kau manusia tak tahu malu yang berani menyerang orang secara gelap. Cih, lepaskan aku!"
Han Han bergerak. Ia membungkuk namun cepat ia merenggut topeng karet itu, berbareng dengan
melepaskan totokan. Dan ketika orang itu bebas dan melompat berdiri, menjerit melihat Han Han
menyambar topengnya maka Han Han tertegun melihat wajah halus dari seorang laki-laki yang bukan laki-
laki.
"Banci....!"
Han Han mundur dan merah mukanya. Ternyata orang ini adalah seorang banci yang wajah maupun
matanya menunjukkan watak sinting. Orang itu mencak-mencak namun tiba-tiba terkekeh dan tertawa-tawa
melihat Han Han terkejut, mundur dan terbelalak sementara ia terus menuding-nuding. Dan ketika Han Han
tertegun karena lawan adalah banci, orang itu berputar dan menari-nari mendadak ketika ia membelakangi
Han Han sekonyong-konyong tiga pisau berkelebat menyambar perut dan dada Han Han.
"Hi-hik, kau anak nakal. Hi-heh, kau anak sembrono. Eh, aku bukan banci, anak edan. Aku orang
waras. Ih, kau tolol dan bodoh.... siut-wut-wutt!"
Tiga pisau yang menyambar Han Han diluncurkan ketika orang itu menari-nari dan membelakangi
Han Han. Tapi karena Han Han bukan pemuda biasa dan ia sudah sadar dari rasa bengongnya, sungguh tak
disangka bahwa lawan adalah banci maka ketika pisau-pisau itu meluncur iapun mengibas dan tiga pisau itu
patah-patah.
"Tak-tak-pletak...!"
Orang itu terkejut dan kaget. Ia menjerit lalu tunggang-langgang. Ia telah menyerang Han Han secara
gelap namun pemuda itu berhasil juga mematahkan serangannya. Dan ketika ia membalik dan mengitari
pohon besar, berteriak-teriak maka Han Han mengejar dan berkelebat menangkap baju si bencong itu.
"Berhenti, kau siapa!"
Orang ini menangkis. Ia menggerakkan lengan ke belakang namun cengkeraman Han Han justeru
membuat ia menjerit. Tangannya tertangkap dan dipencet pemuda itu. Dan ketika ia terpekik dan jatuh
terduduk, Han Han menelikung tangannya maka air mata wanita mengalir dan orang itu mengaduh-aduh
membuat bedak di mukanya luntur!Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
82 "Aduh, ampun..... ampun, bocah ganteng... ampun....! lepaskan tanganmu dan jangan buat tanganku
patah!"
"Hm, kau siapa!" Han Han membentak, jijik namun harus menahan perasaannya. Baru kali ini selama
hidup ia berurusan dengan orang banci. Muka itu sekarang berkerut-kerut dan tampak buruk. Banci ini
ternyata berusia sudah hampir empatpuluhan. Dan ketika ia mengendorkan telikungannya dan lawan
merintih, ia roboh ditotok kedua kalinya maka Han Han bertanya siapa orang itu.
"Aku.... aku Siauw Hong. Aku banci. Kau tahu itu dan kenapa bertanya lagi!"
"Hm, bagaimana kau ada di sini? Bagaimana kau dapat muncul tiba-tiba dan menyerang aku?"
Aneh, si banci itu tiba-tiba terkekeh. Han Han menjadi merah karena pandang mata orang berputar-
putar. Di samping banci agaknya orang ini juga gila. Benar saja, orang tiba-tiba kencing. Kencing dalam
keadaan telentang! Dan ketika Han Han menjadi semburat karena orang terkekeh-kekeh, pakaian itu basah
kuyup maka banci ini minta agar Han Han mengambilkan air untuk ngompolnya.
"Anak bagus, eh... bocah ganteng. Tolong ambilkan air buat pipisku ini. Aduh, kau membuatku
ketakutan. Kau membuat aku ingin berak-berak. Tolong ambilkan air atau kau bebaskan aku agar bisa
berdiri. Uh, perutku mulas!"
Han Han muak namun juga geli. Ia membebaskan totokan dan mundur menjauh. Air kencing itu
nyiprat-nyiprat, gila! Dan ketika orang itu melompat bangun dan tertawa-tawa, bergerak dan lari ke belakang
pohon raksasa maka ia menyuruh Han Han menunggu karena mau menguras isi perutnya. Dan benar saja,
suara kentut yang besar terdengar memberubut!
"Ha-ha, hi-hikk...! Tunggu aku di situ dulu, anak muda. Aku mau berak atau kau boleh tungguin aku
di sini..... brut-brutt!"
Han Han memutar tubuh dan berkelebat pergi. Tentu saja ia menyumpah-nyumpah dan tertawa kecut.
Si banci itu di samping gila juga jorok. Kentut dan berak seenaknya saja sehingga membuat orang jijik, ingin
muntah! Dan ketika ia masih mendengar kentut berbunyi nyaring, si banci itu jongkok dan membuang
hajatnya maka Han Han meninggalkan tempat itu keluar mulut hutan. Ia tak melihat apa-apa lagi di Hutan
Iblis ini kecuali tulang dan tengkorak-tengkorak. Terakhir, ada si banci gila itu orang tidak waras, Han Han
geli dan tertawa kecut maka ia meninggalkan Hutan Iblis untuk bertanya dan mencari jejak di mana
musuhnya itu berada.
Han Han sama sekali tidak mengira bahwa banci gila ini "orang penting". Bahwa justeru dari orang
itulah dia akan dapat menapaki jejak si majikan Hutan Iblis. Dan ketika ia keluar dan kembali ke Ci-bun, di
sini ia akan bertanya pada orang-orang kota maka sesosok bayangan ramping sekonyong-konyong berkelebat
dari Ci-bun menuju Hutan Iblis. Dan belum sempat ia memperhatikan baik-baik maka seseorang lain
berkelebat pula dan mengejar bayangan ramping itu. Senja telah mulai turun dan Han Han tertegun di pintu
gerbang kota.
"Heii, tunggu, moi-moi. Tunggu aku!"
Seruan atau bentakan halus itu membuat Han Han benar-benar terkejut. Ia bukan terkejut oleh suara
bentakan itu melainkan oleh gerak dua bayangan yang susul-menyusul itu. Gerakan mereka amat cepat dan
tahu-tahu lenyap di kejauhan sana. Bayangan ramping itu berbaju biru dan Han Han tahu bahwa itu pastilah
wanita. Sedangkan bayangan kedua yang juga lenyap dan lewat di depannya dengan amat cepat benar-benar
seperti iblis dan Han Han berdetak karena ilmu meringankan tubuh yang dipakai orang-orang ini tidaklah di
bawah ilmunya Hui-thian-sin-tiauw sendiri. Rajawali Sakti Terbang Ke Langit itu. Maka penasaran dan
kaget serta heran bahwa keduanya menuju arah selatan, Han Han menduga mereka menuju Hutan Iblis maka
pemuda yang baru saja meninggalkan hutan itu lalu berbalik dan kembali ke sana. Dan Han Han mendengar
lengkingan tanda marah dan gusar, suara dari wanita berbaju biru itu.
"Siauw Hong, kembalikan anakku. Jahanam keparat, kembalikan anakku!"
Han Han terkejut. Siauw Hong? Bukankah itu si banci gila yang ditemui di dalam hutan? Dan karenaKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
83 ia serasa mengenal suara wanita ini, lengking dan isak tangisnya maka Han Han berdetak dan mengejar.
Namun ia terkejut karena lawan tak ada. Dua bayangan yang berkelebat dan keluar dari kota Ci-bun itu
mendadak seperti lenyap ke dalam bumi saja. Begitu juga suara lengkingan dan panggilan wanita berbaju
biru itu. Namun ketika Han Han tetap mengejar dan jalan itu tetap ke Hutan Iblis, akhirnya ia tiba dan lewat
di dusun Lam-chung maka di sini telinga Han Han yang tajam mendengar bisikan dan suara ditahan.
"Sstt..!"
Hanya itu suara yang tertangkap. Han Han berhenti dan tentu saja menengok. Matahari sudah
terbenam di barat dan cuaca remang-remang. Tapi karena Han Han tahu ada dua orang di situ, di balik rumah
penduduk yang atapnya rusak-rusak maka Han Han berkelebat dan berjungkir balik melampaui bangunan
rumah ini menuju belakang. Ia tak mau diintai dan justeru akan mengintai. Dua orang yang kejar-mengejar
itu menarik hatinya, apalagi karena yang wanita menyebut-nyebut nama Siauw Hong, di banci gila yang
jorok itu. Tapi begitu ia tiba di belakang dan turun dengan ringan, baru saja menginjakkan kaki di tanah tiba-
tiba terdengar bentakan dan sesosok bayangan tegap meluncur dan menyerangnya. Lima jari tangan
mencengkeram dan menyambar lehernya, angin cengkeramannya dahsyat dan kuat.
"Siapa kau, kenapa menguntit kami!"
Han Han terkejut dan berdetak. Ia mengenal suara ini namun pukulan sudah lebih dulu tiba, apa boleh
buat ia harus menangkis kalau tak ingin dibekuk. Dan ketika ia berseru keras dan balas menangkis dengan
cengkeraman pula, lima jari bertemu maka suara "krek" sama-sama mengejutkan mereka dan keduanya
saling cengkeram tak mau melepas.
"Giam Liong...!"
"Han Han!"
Dua pemuda itu akhirnya sama-sama berseru hampir berbareng. Laki-laki penyergap ini, yang ternyata
adalah seorang pemuda yang buntung sebelah kirinya akhirnya mengenal Han Han setelah sinar bintang
menerangi wajah itu. Han Han mengenal lebih dulu dan lawan sedetik kemudian. Dan ketika lima jari yang
saling cengkeram akhirnya dilepaskan, bayangan ramping berkelebat dan menahan tamparannya maka
bayangan itu tertegun dan terpekik memanggil Han Han.
"Han Han...!"
"Yu Yin!"
Wanita atau bayangan biru itu mengguguk. Ia kalah cepat dengan pemuda buntung namun tadi ketika
ia keluar ia siap menghantam Han Han dengan kemarahan ditahan. Mereka berdua ternyata sudah tahu kalau
dikuntit tapi tak menyangka bahwa itulah Han Han, sementara Han Han sendiri tak menyangka bahwa yang
dikejar adalah suami isteri muda si Naga Pembunuh Giam Liong dan isterinya, Yu Yin. Maka begitu saling
mengenal dan masing-masing berteriak gembira, Yu Yin menubruk dan tersedu-sedu memeluk Han Han
maka Giam Liong, si buntung yang tergetar namun berseri kemudian meremas hangat ini sudah terharu dan
memeluk pula sahabatnya itu. Wajah pemuda ini bersinar dan untuk sekejap bercahaya gembira.
"Han Han, kau di sini? Kau kiranya yang mengutit kami? Ah, apa yang kau lakukan, Han Han?
Kenapa membututi orang secara diam-diam? Kau sudah tidak punya kerjaan?"
"Benar, dan... dan... ah, mana isterimu Tang Siu, Han Han. Mana paman dan bibi Swi Cu. Kenapa
kau sendirian di sini!"
"Hm, kalian..." Han Han tak kalah haru, menepuk dan meremas-remas pundak sahabatnya ini, mata
berkaca-kaca. "Apa, yang kau lakukan di sini, Giam Liong? Kenapa isterimu melengking menyebut Siauw
Hong? Aku sudah mencari kalian sampai di Lembah Iblis, tapi kalian tak ada. Dan Tang Siu lalu mengajakku
kembali kecewa tak menemukan kalian. Kalian sedang apakah?"
"Anakku hilang, Han Han. Puteraku diculik orang. Jahanam, keparat Siauw Hong itulah penculiknya!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
84 Yu Yin tiba-tiba melengking dan berkata mengejutkan Han Han. Pemuda yang tenang dan berwatak
kalem ini tiba-tiba saja dibuat terkejut oleh lengking atau teriakan Yu Yin. Nyonya muda ini melepaskan diri
dan berkata dengan suara tinggi, wajahnya merah terbakar. Tapi ketika Giam Liong, sang suami mencekal
dan menahan lengan isterinya maka pemuda buntung itu menenangkan sang isteri.
"Sst, jangan berteriak-teriak. Ada Han Han di sini, Yu Yin. Ada sahabat kita yang dapat kita beri tahu
tanpa harus bernada tinggi. Kita masuk dan bicara baik-baik, di dalam ada kursi.
Yu Yin mengguguk. Tiba-tiba nyonya muda itu menangis di pelukan suaminya sementara Han Han
tertegun. Giam Liong sudah berputera? Anaknya diculik? Ah, ia baru akan menjadi calon ayah. Isterinya di
rumah masih sedang hamil. Tapi ketika Giam Liong mengetuk bahunya dan diminta masuk, mereka memang
masih di luar maka Han Han mengangguk dan melangkahkan kaki memasuki rumah ini. Rumah ini bukan
rumah mereka karena ini adalah rumah penduduk dusun. Suasana di dalam gelap tapi Giam Liong
menyalakan lampu, ada lampu minyak di situ. Dan ketika mereka duduk sementara Yu Yin masih menangis
dan dirangkul suaminya maka Han Han melihat betapa wajah Si Naga Pembunuh ini mengeras. Ada bayang-
bayang geram di situ. Mata yang tajam berkilat itu tampak menggetarkan menyembunyikan sesuatu yang
dahsyat.
"Hm, bagaimana mulanya," Han Han mendahului bertanya, suami isteri muda itu tampaknya masih
sukar bicara. "Apa yang terjadi, Giam Liong. Bagaimana puteramu diculik."
"Kejadiannya di Lembah Iblis," si buntung mulai bercerita. "Waktu itu aku pergi mencari makanan,
Han Han, seperti biasa kalau aku menyiapkan ransum untuk isteri dan puteraku yang masih kecil itu..."
"Tunggu, siapkah nama anakmu itu? Dia laki-laki?"
"Benar, anakku laki-laki, Han Han, dan namanya..... hm, kami beri nama Sin Gak! Kau sendiri, tentu
sudah berputera juga, bukan? Siapa nama anakmu?"
"Hm, aku tak sepandai kalian," Han Han tersenyum malu. "Kami lambat mempunyai anak, Giam
Liong. Tapi isteriku sekarang sedang hamil. Aku belum berputera."
"Ah, kita sama-sama menikah, sama-sama merayakan di hari yang sama. Kau belum berputera?"
"Belum, Giam Liong, tapi isteriku sekarang hamil, sebentar lagi sama saja. Kau lanjutkanlah ceritamu
dan bagaimana tadi."
"Hm, puteraku.... ini gara-gara kecerobohan Yu Yin. Dia meninggalkannya sejenak untuk mencarikan
buah-buahan bagi Sin Gak. Dan ketika ia kembali ternyata anak itu sudah dibawa lari orang!" Si Naga
Pembunuh menyalahkan isterinya sementara sang isteri tiba-tiba bangkit berdiri.
"Eh, jangan menyalahkan aku. Sin Gak merengek ingin buah, Giam Liong, dan mana ada ibu yang
tega membiarkannya. Aku pergi karena selama ini tak pernah ada orang berani ke Lembah Iblis, apalagi
menculik anak kita!"
"Sudahlah, sudah...." Han Han mengangkat dan menggoyang lengan, suami isteri itu mau bertengkar.
"Tak guna salah-menyalahkan, Giam Liong. Isterimu benar dan kaupun juga tidak salah. Lalu bagaimana
setelah itu."
"Hm," Si Naga Pembunuh malu, semburat. "Kau benar dan maaf sikapku tadi, Han Han. Bukannya
aku hendak menyalahkan isteriku melainkan aku menyesal kenapa sampai terjadi begitu. Baiklah, aku tak
tahu karena isterikulah yang menceritakannya. Ia menangis menggerung-gerung ketika aku tiba,
menceritakan bahwa Sin Gak dibawa dan dilarikan orang. Dan karena waktu itu aku tak ada di rumah maka
isteriku inilah yang lebih tahu daripada aku."
"Penculiknya adalah Siauw Hong. Jahanam itulah yang membawa lari anakku. Awas, kalau ia berani
mengganggu anakku selembar rambutnya saja akan kucincang dia seperti perkedel!"
"Siauw Hong? Apakah orang ini adalah laki-laki banci?"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
85 "Eh!" Yu Yin terkejut, membelalakkan mata. "Kau tahu, Han Han? Kau lihat anakku itu? Benar, dia
orangnya. Siauw Hong itu banci dan sinting. Mana dia dan di mana kau lihat!"
"Aku tidak melihat anakmu, tapi aku telah bertemu dengan laki-laki ini," Han Han menarik napas.


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan kalau betul orang itu yang kau maksud maka tadi kulihat dia di Hutan Iblis!"
"Hutan Iblis? Di mana itu?"
"Di luar dusun ini, Yu Yin, hutan yang memiliki pohon raksasa tinggi itu. Tapi sekarang mungkin ia
sudah kabur. Aku tak tahu bahwa ia menculik anakmu. Dia.... he!"
Han Han menghentikan kata-katanya. Sin-hujin atau nyonya Sin itu sudah meloncat dan berkelebat
keluar. Tanpa ba-bi-bu lagi nyonya itu melengking dan menuju Hutan Iblis. Keterangan sekelumit ini sudah
dibawanya tanpa pelengkap lagi. Tapi ketika Giam Liong berkelebat dan memanggil isterinya, mendahului
dan menyambar lengan isterinya itu maka Si Naga Pembunuh ini telah membawa masuk isterinya dan duduk
lagi di ruangan itu dengan amat cepat dan luar biasa. Han Han kagum.
"Tunggu dan dengarkan. Cerita Han Han belum habis, Yu Yin. Percuma ke sana kalau kejadiannya
sudah lama. Kau tak mungkin menemukan jahanam itu di Hutan Iblis!"
Yu Yin beringas, meronta. "Kau tidak cepat-cepat membantuku menemukan anak kita? Kau malah
menahan aku di sini hingga jahanam itu dapat kabur? Lepaskanlah! Lepaskan aku, Giam Liong. Kucari dan
kubunuh jahanam itu. Lepaskan aku!"
"Hm, sabar," Han Han bicara dan maju melerai. "Giam Liong betul, Yu Yin. Kupikir si Siauw Hong
itu tak ada lagi di hutan. Aku bertemu dia siang tadi dan kemungkinan sudah pergi. Kita tentukan dulu cara
menangkapnya dan percayalah bahwa aku pasti membantu!"
"Nah, apa katanya," si suami melepaskan cekalan, sang isteri terbelalak. "Percuma kalap dan
berteriak-teriak membuang tenaga, Yu Yin. Kau dengarkan Han Han dan lihat ia mau membantu kita."
"Tapi.... tapi anakku...." wanita itu menangis. "Terlalu lama di tangannya bisa celaka, Giam Liong.
Kalian orang laki-laki tidak tahu perasaan wanita!"
"Hm, tidak. Kalau Siauw Hong berani mengganggu anak kita akan kucincang tubuhnya, kuhirup
darahnya. Kegelisahanmu tak kalah besar dengan kegelisahanku, Yu Yin. Kalau Sin Gak diganggunya akan
kurobek tubuh si banci itu menjadi empat potong!"
Han Han merinding. Melihat dan mendengar kata-kata itu mengingatkannya akan kejadian beberapa
waktu yang lalu, ketika Si Naga Pembunuh ini menghirup darah musuh besarnya dan menelan jantung si
Kedok Hitam. Giam Liong kalau sudah marah benar-benar mengerikan sekali. Si buntung ini dapat
melakukan sesuatu yang tak biasa dilakukan manusia. Si buntung ini dapat menjadi iblis! Dan tak enak
membayangkan itu cepat-cepat dia menekan kemarahan orang.
"Giam Liong, kupikir orang ini tak berani mengganggu anakmu terlampau jauh. Dan kalianpun
rupanya cukup kenal si banci ini. Siapakah sesungguhnya dia dan ada apakah berani menculik Sin Gak?"
"Si banci ini dihitung-hitung ada hubungan keluarga dengan isteriku, meskipun jauh. Dia kerabat
istana yang disingkirkan."
"Ah, si banci ini orang istana? Pantas, dia begitu pesolek dan pakaiannyapun mahal!"
"Hm, kau sendiri, bagaimana dapat bertemu orang gila ini, Han Han? Dan apa perlumu keluyuran
sampai di sini? Kau sendirian pula, meninggalkan isterimu. Hal yang tidak biasa dan pasti ada kepentingan!"
Mendadak Han Han memejamkan mata. Ditanya seperti itu tentu saja otomatis mengingatkan dia akan
tugas utamanya. Dia mencari majikan Hutan Iblis karena orang inilah yang membunuh ibunya, juga murid-
murid Hek-yan-pang termasuk bibinya Ki Bi. Dan ketika ia menutup muka dan tersedak, Han Han menahan
perih yang hebat mendadak tanpa disadarinya lagi air matapun meleleh melalui celah-celah jarinya.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
86 "Han Han!"
Giam Liong dan Yu Yin terkejut. Suami isteri itu kaget melihat Han Han menangis. Pemuda luar biasa
ini, putera ketua Hek-yan-pang yang gagah mendadak mengguguk dan tersedu. Dan ketika Han Han
menjatuhkan muka ke meja maka pemuda itu menangis seperti anak kecil!
"Han Han!" Giam Liong tak dapat menguasai diri lagi. Kalau sahabatnya ini menangis sampai begitu
sedih pasti ada sesuatu yang hebat terjadi. Tak biasanya pemuda putera ketua Hek-yan-pang ini mengguguk.
Maka ketika Giam Liong bangkit dan menyambar temannya, Yu Yin juga berdiri dan sejenak melupakan
putera mereka maka Han Han terkejut ditepuk keras. Giam Liong berdiri di belakangnya dengan muka
berubah.
"Han Han, apa yang terjadi? Kau... kau menangis seperti anak kecil? Maaf, apa yang terjadi, Han Han.
Ceritakan kepada kami dan giliranmu untuk memberitahu kami. Ketahuilah bahwa sebenarnya kami akan
berkunjung ke Hek-yan-pang menghadap ayah ibumu!"
"Ibu.... ibu..." Han Han tak dapat menguasai diri. "Ibu telah meninggal, Giam Liong. Ibu tewas
dibunuh orang...."
"Apa?" meja berkeretak dan tiba-tiba roboh, keempat kakinya melesak dan patah dicengkeram si
buntung ini, hancur. "Bibi.... bibi tewas dibunuh orang? Ibumu..... ibumu....."
"Benar," kali ini si buntung terhuyung dan Han Han bangkit berdiri, melihat wajah membesi dan pucat
serta merah dari Si Naga Pembunuh itu. Giam Liong terpukul hebat dan tidak menyangka, menangis
menabrak dinding. "Ibu telah tiada, Giam Liong. Kami.... kami kehilangan dia...."
"Ooohhhhh.....!" ratap atau keluhan panjang itu terdengar menyayat. Giam Liong tiba-tiba roboh dan
terduduk. Dan ketika ia terbelalak namun memejamkan mata mendadak si buntung ini mengguguk dan
bersedu-sedu pula seperti Han Han.
"Ibu..... bibi!"
Dua pemuda itu bertangis-tangisan. Giam Liong memeluk dan mencengkeram Han Han dan terdengar
suara tulang berderak ketika remasan atau cengkeraman kuat itu menancap di bahu Han Han. Kalau bukan
pemuda ini yang menerima tentu tulang-tulang pundak itu hancur. Giam Liong mengerahkan Im-kangnya
yang amat dahsyat ketika meremas-remas bahu sahabatnya ini. Batu sebesar gunungpun akan mampu
diluluhlantakkan. Giam Liong sedang menahan kemarahan dan kekagetan yang hebat. Swi Cu adalah bibi
sekaligus orang yang pernah menjadi ibu kandungnya, ketika dia disangka Han Han karena Han Han yang
asli diculik ibunya, Wi Hong (baca Naga Pembunuh), bertahun-tahun hidup di Hek-yan-pang sebagai putera
suami isteri gagah itu. Maka begitu mendengar Swi Cu terbunuh dan wanita yang pernah menjadi ibunya itu
tewas, Giam Liong kaget sekali maka ia tak dapat menahan diri dan kini mengguguk dan mengeluh panjang
pendek. Dua pemuda yang sama-sama berkepandaian tinggi ini hanyut dalam kedukaan yang hebat, mereka
sama-sama hancur. Tapi ketika Han Han lebih dulu menghentikan tangisnya, Giam Liong merintih dan
tersedu-sedu dilantai maka pemuda itu bangkit berdiri menguasai dirinya lagi. Betapapun Han Han telah
lebih dulu menguras air matanya di hek-yan-pang.
"Sudahlah," Han Han gemetar, terharu oleh kedukaan sahabatnya ini. "Ibu telah berpulang, Giam
Liong. Ia telah tenang di alam baka. Kejadian itu telah lewat dan hentikan tangismu."
"Kau... kau..." wajah Giam Liong memerah, gelap ketika diangkat. "Kenapa tidak sejak tadi kau
ceritakan ini, Han Han? Kau memukul aku. Kau selamanya lebih dulu memperhatikan kesedihan orang lain
dan tidak pernah menonjolkan kesedihanmu sendiri. Ah, aku jadi malu bahwa kesusahanmu lebih dulu kau
ketahui!"
"Maaf," Han Han menggigit bibir. "Aku tak tahan melihat kedukaan isterimu tadi, Giam Liong. Aku
sedih bahwa puteramu diculik orang."
"Dan siapa pembunuh bibi Swi Cu itu!" wajah Giam Liong tiba-tiba membesi, maka itu mencorong
dan menakutkan. "Katakan kepadaku, Han Han. Biar kucari dan kubinasakan orang itu. Sumpah demi tujuhKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
87 turunan aku tak akan mengampuni jahanam ini.... krek!" giam Liong meremas batu sekepalan, hancur dan
membukanya dan Han Han berkerut melihat itu. Kalau saja Giam Liong tidak beringas dan buas seperti ini
tentu dia mau memberitahukan. Tapi sekarang? Ah, mencari musuh janganlah berlandaskan sakit hati atau
dendam. Dia dan ayahnya telah sepakat bahwa majikan Hutan Iblis akan dicari dan dituntut tanggung
jawabnya atas pembunuhan yang telah dilakukan. Tapi karena pencarian itu bukan berlandaskan dendam
melainkan semata keadilan, menumpas yang jahat membela kebenaran maka Han Han jadi menggeleng
melihat sikap Giam Liong ini, tak mau memberitahu. Dan ketika Giam Liong terbelalak dan marah
kepadanya, mencengkeramnya maka si buntung itu mendesis.
"Han Han, siapa pembunuh bibi Swi Cu? Siapa jahanam keparat itu?"
"Aku belum tahu, aku masih mencarinya," Han Han berbohong. "Aku tak tahu siapa dia, Giam Liong.
Tapi nanti tentu ketemu...."
"Bohong, kau dusta!" bentakan itu mengetarkan. "Kau menyembunyikannya kepadaku, Han Han. Kau
bohong! Kau tidak jujur kepadaku!"
"Terserah," Han Han tersenyum getir. "Aku sudah menjawabnya, Giam Liong. Aku masih mencari
musuh ini. Biarlah kutangani sendiri tak usah kau campuri. Kau harus mencari puteramu yang hilang...."
"Han Han!" suara Giam Liong tiba-tiba penuh geram. "Kau anggap apa aku ini? Apakah kematian
ibumu boleh kulewatkan begitu saja? Tidak, ibumu adalah ibuku juga, Han Han. Bertahun-tahun aku hidup
di Hek-yan-pang dan dibesarkannya. Dia adalah ibuku sekaligus bibiku. Dia orang tuaku. Aku akan mencari
dan membunuh jahanam ini. Kalau kau tidak mau memberitahukannya aku akan ke Hek-yan-pang dan
bertanya di sana!"
Han Han mengerutkan kening. "Kau mau menemui ayah?"
"Aku akan ke sana, Han Han, sembahyang di amakmu bibi Swi Cu. Kalau kau tidak mau memberitahu
pasti orang lain memberitahukannya!"
"Hm, mencari musuh jangan berlandaskan dendam," Han Han berkata, watak ayahnya yang lemah
lembut muncul. Beginilah memang putera si jago pedang Ju-taihiap ini. "Kau boleh saja mencarinya lewat
keterangan orang lain, Giam Liong, tapi betapapun jangan penuhi benci atau dendam. Kematian ibu sudah
takdir Yang Maha Kuasa, ia melanggar larangan ayah dan menerima akibat. Tapi sudahlah, aku tak suka kau
mengulang sepak terjangmu yang lama."
"Baiklah, ceritakan bagaimana kematiannya, Han Han. Atau untuk inipun kau tak suka memberitahu!"
"Hm, ibu.... ibu mencari seseorang pembuat onar. Dia pergi tanpa ayah, melanggar larangannya. Dan
ketika ia kembali maka ia luka-luka dan akhirnya tewas."
"Siapa yang dicari?"
"Seseorang tokoh sesat."
"Han Han," suara si buntung meninggi. "Kau selalu menyembunyikan ini kepadaku. Apakah untuk
inipun kau tak mau memberitahu terang-terangan?"
"Maaf, waktu itu aku tak ada di rumah, Giam Liong, aku sedang bepergian dengan Tang Siu, antara
lain mengunjungi tempatmu di Lembah Iblis tapi kau tak ada. Dan ketika aku kembali maka semua itu
terjadi. Aku tak dapat bercerita lebih kecuali ini.
"Baik, kalau begitu kutunda pencarianku sendiri, Han Han. Sekarang juga aku ke Hek-yan-pang dan
kita berpisah!"
"Giam Liong...!"
Si buntung membalik dan berkelebat. Ia marah kepada Han Han karena pemuda itu tak mau bicara
terang-terangan. Yu Yin, sang isteri, tersedu dan menangis sendirian di sana, mendiamkan dua pemuda ituKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
88 bertengkar karena nyonya muda inipun terpukul oleh berita itu. Maka ketika Giam Liong berkelebat dan
menyambar isterinya, lenyap di luar rumah maka Han Han meloncat dan melihat si buntung itu melesat di
kegelapan malam.
"Giam Liong, jangan bunuh orang dengan kejam. Ingat nasihat Sian-su bahwa ada akibat karena ada
sebab. Jangan keluarkan watak sadismu!"
Giam Liong mendengus. Ia tak menjawab dan meluncur serta akhirnya lenyap di luar dusun. Lalu
ketika Han Han termangu-mangu tak mengejar, mereka mempunyai urusan sendiri-sendiri maka Han Han
pun kembali ke Ci-bun untuk mencari jejak majikan Hutan Iblis ini. Bahkan ia sekarang hendak mencari dan
menemukan pula si banci Siauw Hong itu. Gemas Han Han kalau teringat orang ini. Tak disangkanya bahwa
si banci itu menculik Sin Gak, keponakannya. Kalau ia tahu begitu tentu tak mungkn ditinggalkannya begitu
saja di hutan. Kencing atau berakpun akan ia tunggu, si banci itu kurang ajar! Dan ketika masing-masing
mempunyai tujuannya sendiri sementara Han Han menginap di Ci-bun maka Hek-yan-pang kedatangan si
buntung Giam Liong ini pada keesokan paginya.
* * * Banyak yang terbelalak ketika si buntung dan isterinya ini tiba di telaga. Murid-murid Hek-yan-pang,
yang akhir-akhir ini banyak menerima musibah sejenak berdetak dan terkejut melihat munculnya pasangan
orang muda yang datang seperti iblis itu. Wajah Giam Liong merah gelap sementara Yu Yin masih terisak-
isak. Giam Liong masih marah kepada Han Han. Maka ketika ia tiba di Hek-yan-pang dan bertemu anak
murid, tak banyak bicara dan menyambar perahu maka murid yang tertegun dan kaget melihat si buntung itu
tiba-tiba mengenal tapi segera cemas melihat wajah yang gelap dan murung.
"Naga Pembunuh....!"
"Sin-siauwhiap (pendekar muda Sin)!"
Giam Liong tak menghiraukan dan memukul dayung ke permukaan telaga. Perahu melejit dan terbang
ke depan begitu di dorong. Pukulan ke permukaan air itu menimbulkan tenaga dorong luar biasa di mana
perahu tiba-tiba terangkat, terbang dan meluncur dan gegerlah murid-murid melihat itu. Mereka segera
mengenal bekas putera Hek-yan-pang ini tapi karena wajah si Naga Pembunuh tampak merah dan gelap
maka mereka salah duga. Sudah berkali-kali pemuda ini membuat ribut. Maka begitu meluncur dan
merampas perahu, tanpa ba-bi-bu lagi terbang menyeberang maka anak-anak murid salah kira dan
mengeluarkan suitan-suitan panjang untuk memberitahu yang ada di pulau. Mereka mengira Giam Liong
akan mengamuk karena wajah yang gelap dan tidak bersahabat itu menunjukkan tanda-tanda kemarahan.
Maka ketika mereka mengeluarkan suitan-suitan nyaring namun Giam Liong tidak perduli dan terus
meluncur maka dengan beberapa kali memukul permukaan telaga dayungnya telah mengantar perahu itu ke
tengah pulau. Di situ telah menanti banyak orang dan semuanya bersiap-siap. Tanda dari seberang telaga
menunjukkan bahaya. Dan ketika dua bayangan berkelebat dan itulah ketua Hek-yan-pang dan mantu
perempuannya, Ju-taihiap dan Tang Siu maka Giam Liong telah melompat dan meninggalkan perahu yang
masih sepuluh meter dari darat.
"Ayah...!"
"Tang Siu!"
Dua orang itu tertegun. Mata Ju-taihiap yang tajam akhirnya dapat mengenal siapa tamu-tamu mereka
ini, begitu juga Tang Siu. Maka begitu Giam Liong melompat dan menyebut mereka, Yu Yin berteriak dan
memanggil sahabatnya maka anak-anak murid yang tadinya tegang dan tak mengenal siapa dua pendatang
ini mendadak berobah girang dan mereka berseru menyebut pemuda buntung gagah itu.
"Si Naga Pembunuh!"
"Giam Liong...!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
89 Anak-anak murid bersorak. Mereka girang sekali melihat kehadiran pasangan orang muda ini dan
ketegangan yang semula ada seketika lenyap. Dan ketika Giam Liong menubruk pendekar itu dan menyebut
ayah, sebutan yang dulu sering dipakainya karena mereka pernah menjadi ayah dan anak maka Beng Tan
yang terharu dan berkejap-kejap menerima anak muda ini hampir tak mampu bersuara saking gembira dan
kangennya.
"Giam Liong, kau... kau yang datang? Kau bersama isterimu Yu Yin? Aduh, selamat datang, nak. Kau
mengagetkan kami yang menyangka musuh!"
"Dan kau begini tiba-tiba. Kau semakin cantik tapi kusut! Eh, aku rindu padamu, Yu Yin. Aku dan
Han-ko mencarimu di Lembah Iblis tapi kalian tak ada. Dari mana dan kenapa tak memberitahu. Kalian
mengejutkan!" Tang Siu, yang gembira dan kangen melepas rindu lalu memeluk dan menciumi sahabatnya
ini. Tapi ketika Ju-taihiap sadar dan bertepuk tangan, anak murid riuh menyambut mereka maka pendekar itu
mengajak masuk dan Giam Liong tergetar melihat wajah ayah angkatnya yang kusut dan tua ini. Pendekar
pedang itu tampak menyembunyikan kedukaan!
"Ayah, mana.... mana ibu?"
"Hm, masuklah, duduk di dalam. Kedatangan kalian amat tiba-tiba, Giam Liong, menggembirakan
tapi juga mengejutkan. Mari.... mari masuk dan kita bicara di dalam!"
Sama seperti Han Han pendekar ini tak mau menonjolkan kepedihan pribadinya dulu. Ju-taihiap
menyuruh dua orang muda itu duduk dan pelayanpun diminta mengeluarkan makan minum, duduk dan
menemani dan bertanyalah pendekar itu bagaimana kabar keduanya. Sudah lama pasangan muda ini tak
bertemu. Dan ketika Yu Yin tak kuat dan memeluk Tang Siu, bertanya apakah betul Ju-hujin meninggal
maka tuan rumah terkejut dan Giam Liong pun tak mampu menahan runtuhnya air mata lagi.
"Ayah, ibu.... ibu tewas? Ia dibunuh orang?"
"Astaga!" sang pendekar bangkit berdiri dan terbelalak, wajah seketika berubah. "Kalian.... kalian
tahu, Giam Liong? Kalian sudah mendengar ini?"
"Betul, Han Han yang bercerita, ayah. Kami bertemu di sebuah dusun dan Han Han tampak
berkeliaran di situ. Kami.... kami ingin menyatakan bela-sungkawa!"
Sang pendekar terduduk dan berkejap-kejap. Sekarang ia menggigil dan tak dapat menahan
perasaannya lagi. Hampir saja air matanya yang kering keluar lagi. Tapi ketika pendekar itu terbatuk dan
menenangkan goncangan perasaannya, dua anak muda ini kiranya sudah tahu kematian isterinya maka ia
memejamkan mata dan mengangguk, suaranya bergetar lirih ketika menjawab,
"Benar, bibi kalian Swi Cu telah tewas anak-anak. Tapi semuanya tak perlu ditangisi lagi. Yang lewat
sudah lewat, semua orang pasti harus kembali ke asalnya."
"Dan siapa pembunuh itu!" Yu Yin tiba-tiba berseru, tangisnya mengguguk. "Siapa jahanam keparat
itu, paman. Kenapa bibi bisa terbunuh!"
"Hm," sang pendekar berkerut. "Han Han tidak memberitahu kalian?"
"Tidak, Han Han menyembunyikannya. Kami ingin membalas dendam di samping urusan kami
sendiri!"
Ju-taihiap terkejut dan memandang wanita muda itu. Sekilas dia memandang Giam Liong dan Giam
Liong tampak menyesal memandang isterinya. Sebenarnya dia akan memancing ayah angkatnya ini untuk
mengetahui pembunuh bibinya. Dia tak akan memberitahu bahwa Han Han tidak memberitahu mereka. Tapi
karena isterinya sudah bicara dan itu terlanjur, sang ayah tertegun dan mengerutkan kening maka Giam
Liong yang diam-diam khawatir ayah angkatnya ini tak memberitahu lalu benar saja terbukti dari kata-kata
orang tua itu. Ju-taihiap segera menangkap apa maksud putera kandungnya.
"Hm, kami juga tak tahu siapa pembunuh itu, Yu Yin. Tapi sekarang Han Han mencarinya dan keluarKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
90 meninggalkan rumah. Kalian rupanya bertemu dan bagaimana keadaannya."
"Dia baik-baik saja," Giam Liong kini bicara, memberi isyarat isterinya agar tidak main serobot. "Han
Han dan kami bertemu di suatu tempat, ayah. Tapi agaknya aneh bahwa ayah maupun dia tidak tahu siapa
pembunuh ini. Apakah ayah bicara jujur!"
"Hm, aku tak tahu siapa dia, Giam Liong, dan orang tua seperti aku rasanya tak perlu berbohong. Aku
sungguh-sungguh tidak tahu siapakah sebenarnya pembunuh ini!"
Giam Liong tertegun. Dia tidak tahu bahwa yang dimaksud pendekar itu adalah tentang siapa
sesungguhnya majikan Hutan Iblis itu. Ju-taihiap memang tidak berbohong bahwa untuk ini dia betul-betul
tidak tahu. Manusia srigala itu memang misterius dan wajah di balik topeng karet itu juga belum pernah
dibuka. Dan karena untuk inilah pendekar itu maksudkan, bukan siapa nama atau julukan pembunuh maka
Ju-taihiap memang tidak berdusta dan Giam Liong tergelincir. Ini menunjukkan bahwa jago pedang itu orang
yang cerdik. Mendengar bahwa Han Han tak memberitahu siapa nama pembunuh maka segera jago pedang
ini maklum bahwa Han Han tak menghendaki Giam Liong ikut campur. Dan itu tentu karena peristiwa lama,
kekejaman atau kesadisan Giam Liong dalam membunuh musuh. Han Han dan dia adalah orang-orang yang
tak tahan dengan segala macam kesadisan. Tentu untuk maksud inilah puteranya itu menyembunyikan nama
pembunuh kepada Giam Liong. Dan karena ia setuju dan cepat tanggap akan maksud puteranya, Ju-taihiap
mengerti dan sependapat dengan itu maka iapun berkata bahwa ia tak tahu siapa sesungguhnya majikan


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hutan Iblis itu. Giam Liong kalah pengalaman dan kalah matang. Ia tak tahu taktik memutar yang seperti
berbelit ini. Maka ketika ia tertegun dan heran bahwa ayahnya tidak tahu, sama sekali tidak menyangka
bahwa yang dimaksud adalah misteri tentang siapa sesungguhnya wajah di balik topeng karet itu, pemuda ini
kurang pengalaman maka iapun terbelalak tapi betapapun juga naluri pemuda ini menangkap sesuatu yang
disembunyikan ayah angkatnya itu pula. Giam liong tidak mendesak dan Ju-taihiap merasa lega, tidak
menyangka bahwa pemuda ini akan memutar untuk menandingi kecerdikannya juga. Dan ketika di sana Yu
Yin masih terisak-isak dan jago pedang itu teringat akan kata-kata si nyonya muda maka dia balik bertanya
apa urusan yang dibawa pasangan ini.
"Kami, hmm.... kami tak punya urusan apa-apa, ayah, selain ingn berkunjung dan mencari kesegaran
dengan jalan turun gunung."
"Tapi isterimu tadi bicara tentang sesuatu urusan. Tentu penting dan ini yang kutanyakan!"
Giam Liong mengerutkan kening. Ayah angkatnya ini memang cerdik namun dalam keadaan seperti
itu ia tak ingin menonjolkan kedukaan pribadinya, apalagi karena iapun menangkap sesuatu yang
disembunyikan ayah angkatnya ini, tentang pembunuhan itu. Maka mengedip dan minta agar isterinya tidak
bicara iapun menjawab setelah mendapat akal,
"Yang dimaksud adalah ingin mengunjungi istana, ayah. Yu Yin rindu kepada paman mudanya,
Yauw-ongya itu."
"Hm, pangeran muda itu? Yang dulu menolong kalian di rumah Hui-ciangkun?"
"Benar, dia ini. Dan sekarang bolehkah kami tahu di mana makam ibu. Kami ingin bersembahyang."
Ju-taihiap menarik napas dalam. Ia juga tak menyangka bahwa kali ini Giam Liongpun mengakalinya.
Cerdik dibalas cerdik! Dan ketika ia bangkit berdiri dan mereka berempat menuju belakang rumah maka di
situ Giam Liong melihat makam Ju-hujin yang masih baru. Untuk kesekian kalinya Giam Liong tak dapat
menahan runtuhnya air mata. Ia menggigil dan langsung mendeprok di makam itu. Dan ketika Yu Yin juga
tersedu dan jatuh di makam maka mereka sudah menyalakan lilin dan pasangan muda ini sembahyang
dengan air mata bercucuran.
Ju-taihiap hampir tak dapat menahan diri sementara Tang siu menangis di samping Yu Yin. Dua
sahabat ini sama-sama sembahyang lagi, mereka berkemak-kemik. Tapi ketika semua selesai dan kembali
lagi maka Giam Liong bertanya apakah boleh dia menginap.
"Kami ingin tinggal barang sehari dua. Apakah ayah tidak keberatan dan merasa terganggu."Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
91 "Ah, omongan apa ini, Giam Liong? Dulu kau tahu bahwa ini adalah tempat tinggalmu. Bahkan ketika
kau meninggalkan tempat ini kuminta agar kau tetap di sini bersama Han Han, tapi kau menolak! Nah,
tinggal dan lakukanlah sesukamu, Giam Liong. Selamanyapun kau di sini aku tidak keberatan!"
"Terima kasih," Giam Liong terharu, di tepuk-tepuk pundaknya. "Kau selalu baik, ayah. Terima
kasih!"
Hari itu Giam Liong dan Yu Yin tinggal di sini. Dia minta maaf kalau ayahnya tersinggung. Tapi
ketika Ju-taihiap tersenyum dan mendorong pemuda itu maka Giam Liong mendapat kamar di samping di
mana dulu itu adalah bekas kamarnya sendiri.
"Kau seperti orang asing saja. Kau dan Han Han adalah anak-anakku sendiri, Giam Liong. Rumah ini
adalah rumahmu pula. Tidurlah, beristirahatlah kalau capai!"
Giam Liong lega. Tapi ketika ia memandang sang isteri ternyata Yu Yin dibawa Tang Siu.
"Malam ini aku ingin tidur bersama Yu Yin. Biar Giam Liong tidur di kamarnya sendiri. Kau tidak
keberatan bukan, Giam Liong?"
"Hm, si buntung ini tersenyum kecut. "Kalau Yu Yin suka boleh kau bawa, Tang Siu, asal tidak untuk
selamanya!"
"Hi-hik, tak usah khawatir. Kalau selesai tentu kukembalikan!" dan karena suasana sudah tidak
diliputi kedukaan lagi, betapapun mereka adalah orang-orang gagah yang mampu mengendalikan diri maka
ketika malam tiba Giam Liongpun sendiri di kamarnya sementara sang isteri di kamar lain bersama Tang
Siu. Dua wanita itu memang sahabat karib yang begitu bertemu seperti saudara kandung saja, ngobrol dan
bercakap-cakap dan di sini Yu Yin melepas penasarannya akan sikap suaminya. Giam Liong telah berbohong
kepada ayahnya tadi. Dan ketika Tang Siu bertanya bukankah dulu Yu Yin sudah bersumpah untuk tidak ke
istana maka Yu Yin uring-uringan mengomeli suaminya tadi.
"Itulah, siapa tidak mendongkol. Aku tak punya urusan apa-apa dengan istana, Tang Siu. Aku
memang rindu kepada pamanku Yauw-ongya tapi aku tak berniat ke sana. Entah kenapa Giam Liong bohong
kepada ayah dengan memberitahu bahwa aku katanya mau ke istana!"
"Hm, kalau begitu urusanmu itu bukan ke istana?"
"Tidak, melainkan mencari puteraku yang diculik orang. Anakku, Sin Gak, dibawa seorang jahanam
keparat. Suamiku rupanya tak mau diketahui ayah karena kalian sedang berkabung!"
"Ah, kau.... kau sudah berputera? Kalian sudah mempunyai keturunan?" Tang Siu tentu saja
terbelalak.
"Benar, dan maaf bahwa aku tidak memberitahu ini, Tang Siu. Giam Liong melarangku dan rupanya
tak enak karena kematian bibi Swi Cu itu. Dan kau, bukankah juga sedang berbadan dua? Han Han
memberitahukannya kepada kami!"
Tang Siu menangis. Tiba-tiba ia merasa terharu tapi juga kaget bahwa Yu Yin kehilangan anaknya,
mencium dan mengucap selamat dan selanjutnya dia bertanya bagaimanakah asal mula kejadian itu. Yu Yin
menganggap Tang Siu adalah sahabatnya sendiri, tak perlu berahasia. Maka ketika dia bercerita tapi
berpesan agar jangan sampai diketahui Giam Liong, nanti suaminya marah maka malam itu dusta Giam
Liong kepada ayah angkatnya diketahui. Dan berbareng dengan itu maka "kebohongan" Ju-taihiap juga
diketahui pemuda buntung ini. Karena ketika dua wanita itu bercakap-cakap di kamarnya Giam Liongpun
berkelebat keluar dan mencari bibinya Ki Bi yang dulu adalah merupakan murid utama Hek-yan-pang, tak
tahu bahwa wanita itu bersama beberapa murid utama Hek-yan-pang yang lain telah tewas terbunuh! Dan
karena Giam Liong tentu saja tak mungkin menemukan wanita ini dan akhirnya menemukan murid lain,
menangkap dan diajak bicara maka Giam Liong terhenyak dan diketahuilah siapa kiranya biang penyakit itu!Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
92 Jilid VII
"KI BI? Ah, telah tiada, siauwhiap, tewas. Ia terbunuh oleh majikan Hutan Iblis!"
"Majikan Hutan Iblis? Ia terbunuh?"
"Ah, apakah siauwhiap tidak diberi tahu pangcu? Apakah siauwhiap tidak tahu?
"Hm, aku.... eh, aku sudah tahu. Tapi tak diberi tahu bahwa bibi Ki Bi terbunuh juga. Pantas ia tak
datang menyambutku ketika aku di sini. Kiranya terbunuh. Hm, ceritakan padaku bagaimana itu semua
terjadi, Sut-gong. Ayah tak sampai hati menceritakan semuanya kepadaku!" Giam Liong menekan debaran
girangnya, mulai tahu siapa pembunuh itu yang disebut-sebut sebagai majikan Hutan Iblis. Dan karena ia
harus berpura-pura seperti orang tahu, kecuali tentang bibi Ki Bi itu maka Giam Liong memancing anak
murid Hek-yan-pang ini, bujangan belasan tahun yang memanggilnya siauwhiap sebagai tanda hormat. Giam
Liong mengangguk-angguk dan sinar matanya tiba-tiba mencorong. Di malam gelap itu sepasang matanya
mengeluarkan cahaya seperti harimau, berkilat dan menyorot dan anak murid Hek-yan-pang ini
mengeluarkan seruan tertahan, mundur dengan takut. Tapi ketika Giam Liong sadar dan menarik kembali
anak murid itu maka dia minta agar menceritakan tentang bibi Ki Bi itu.
"Eh, ke mari. Lanjutkan ceritamu!"
"Siauwhiap..... siauwhiap marah...?"
"Bukan kepadamu, Sut-gong, tetapi kepada jahanam majikan Hutan Iblis itu. Tenanglah dan ceritakan
selengkapnya!"
Anak murid ini menggigil. Ia tak pernah melihat mata manusia seperti itu, mata yang tiba-tiba
mencorong bercahaya seperti kucing ganas. Atau, ini lebih tepat, harimau yang kelaparan! Tapi ketika Giam
Liong menepuk-nepuk pundaknya kembali dan ia akhirnya tenang, sorot mata si buntung yang mencorong
bukan ditujukan kepadanya maka ia menghela napas dan mulai bercerita, melanjutkan.
"Bibi Ki Bi tewas oleh manusia srigala ini, juga murid utama yang lain. Dan karena Ju-hujin marah
besar lalu berkelebat pergi maka Ju-hujin juga tewas dan akhirnya malapetaka ini beruntun menimpa Hek-
yan-pang. Majikan Hutan Iblis itu benar-benar hebat, siauwhiap, dan mengerikan. Pangcu sendiri hampir tak
mampu menandinginya kalau tak dibantu siauwhujin (nyonya muda)!"
"Ayah tak mampu menandingi? Jadi orang itu sudah ke sini?"
"Sudah, dan kami bertempur mati hidup. Para srigala itu buas seperti kesetanan dan majikannya juga
tak seperti manusia, mirip anjing atau manusia anjing yang melolong-lolong dan menyalak mengendalikan
anak buahnya!"
"Hm, ini aku tak tahu. Coba ceritakan itu. Ceritakan secara jelas!"
Sut-gong anak murid itu bersemangat. Ia merasa menjadi orang penting dan berceritalah dia akan
segala yang dia ketahui. Dan karena ini memang masukan bagi Giam Liong, kisah berharga yang belum
didengarnya sama sekali maka si bujang menutup dengan wajah membayangkan ketakutan.
"Majikan Hutan Iblis itu benar-benar bukan manusia. Ia siluman. Kalau siauwhujin tak ada di sini dan
pergi bersama Han-kongcu pula tentu pangcu menjadi korban dan kami kehilangan ketua. Ah, ia benar-benar
iblis dan harap siauwhiap membunuhnya tanpa ampun. Tapi hati-hati, Hek-mo-ciangnya luar biasa!"
"Hek-mo-ciang (Tapak Tangan Hantu)? Hm, akan kucari dan kucincang laki-laki ini, Sut-gong. Tapi
bagaimana ayah tak mampu menandingi orang ini. Bukankah ia jago nomor satu di dunia!"
"Mungkin letih oleh teror yang dialami, siauwhiap, atau belum sembuh dari pukulan batin atas
kematian Ju-hujin. Itu barangkali!"
"Baik, terima kasih. Sekarang kau tidurlah dan pergilah, Sut-gong. Aku sudah cukup!" Giam Liong
mendorong dan merasa cukup. Sekarang ia mempunyai berita dan keterangan ini besar artinya. TernyataKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
93 dugaannya benar, sang ayah bohong. Ayahnya tak mau memberitahu siapa pembunuh itu padahal tahu
bahwa orang itu bukan lain majikan Hutan Iblis. Ia harus menegur! Dan ketika malam itu ia kembali ke
kamarnya lagi dan tidak tidur, tak sabar melewatkan malam maka pagi itu juga ia menghadap ayahnya di
ruangan depan. Ju-taihiap tampak menghirup kopi panas secara segar.
"Selamat pagi! Kau, Giam Liong... dari mana. Mari duduk dan eh, matamu merah. Agaknya semalam
tidak tidur!"
Ju-taihiap mendahului dan bangun menyambut putera angkatnya ini. Ia girang tapi segera berkerut
melihat wajah dan mata si buntung ini. Ada kemarahan di sinar mata itu, kemarahan ditahan. Agaknya
untuknya! Tapi ketika dia menekan debaran hatinya itu dan menyilakan Giam Liong duduk, sang pemuda
berhadapan dengannya maka tanpa sembunyi-sembunyi lagi pemuda ini menuju persoalan pokok, menegur
ayahnya.
"Ayah bohong. Aku ingin tahu tentang majikan Hutan Iblis dan dapatkah ayah menceritakan
kepadaku. Tidak berdusta!"
Sang pendekar berubah. Sekali dengar cukuplah baginya bahwa anak angkatnya ini sudah tahu. Dan ia
ditegur! Ia dianggap bohong, dusta! Tapi maklum bahwa kartu harus dibuka, pemuda ini adalah keturunan Si
Golok Maut Sin Hauw yang tegas dan jujur maka Ju-taihiap membungkuk dan menghirup kopi panasnya
lagi.
"Giam Liong, pagi masih dingin. Mari minum dulu secangkir kopi sebelum menuduh ayahmu dusta!"
sang pendekar menuang kopi dari teko di atas mejanya, menyuruh sang putera minum dan sejenak Giam
Liong berkerut, mau menolak. Tapi ketika cangkir disodorkan kepadanya dan ia menerima, sang ayah
meneguk dan ia mengikuti maka Ju-taihiap batuk-batuk meletakkan cangkirnya lagi.
"Kartu harus dibuka," begini pendekar itu bicara. "Semua agaknya tak perlu ditutupi lagi, Giam Liong.
Tapi coba sebutkan dulu dari mana kau tahu tentang majikan Hutan Iblis!"
"Ayah tak usah tahu dari mana aku tahu, tapi yang jelas kebohongan pasti tak bertahan lama!"
"Hm, lagi-lagi menuduh bohong," Ju-taihiap tak senang dan kini mendorong kursi, mata bersinar
memandang pemuda buntung ini. "Kalau kau mencerna baik kata-kataku kemarin maka kau lihat bahwa tak
sedikitpun aku melempar kebohongan, Giam Liong. Adalah kau yang bodoh menelan semua kata-kataku
begitu saja. Baik, kau pasti mengetahui itu dari anak murid Hek-yan-pang!"
"Ayah tak keliru, dan sekarang buktikan bahwa ayah tidak bohong!"
"Hm, aku bohong tentang apa?"
"Ayah berkata tak tahu siapa pembunuh ibu, padahal jelas adalah si majikan Hutan Iblis!"
"Betul, dan kau tahu siapa laki-laki ini? Tahukah kau siapa orang di balik kedok itu?"
Giam Liong tertegun, agak berubah.
"Nah, inilah yang kumaksud, Giam Liong. Bahwa aku tak tahu siapa tokoh atau majikan Hutan Iblis
itu. Aku memang tahu bahwa pembunuh ibumu adalah laki-laki itu, tapi aku tak tahu siapa dia karena ia
manusia misterius yang selalu menutupi mukanya dengan kedok!"
"Jadi....."
"Benar, aku tak bohong. Sampai sekarangpun aku tak tahu siapa orang itu. Dan adalah Han Han yang
sekarang menyelidiki dan mencari tahu siapa laki-laki itu!"
Giam Liong memerah. Tiba-tiba ia menarik napas dan menunduk, sadar bahwa dia kurang teliti. Dan
ketika ia mengangkat mukanya lagi maka meluncur penyesalan berupa maaf.
"Maaf, ayah, kalau begitu aku salah......." dan saat itu masuklah bayangan Tang Siu, mengejutkan Ju-Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
94 taihiap.
"Dan kaupun dusta!" nyonya itu melengking. "Kau bohong dengan mengatakan akan ke istana, Giam
Liong. Karena ternyata kau dan isterimu pergi mencari penculik anakmu. Kau tak pantas menegur ayah
dusta!"
Ju-taihiap kaget, berdiri dari kursinya,
"Apa? Giam Liong.... eh, kehilangan anaknya? Mencari penculik?"
"Benar, gak-hu. Kemarin Giam Liong juga bohong dengan berkata akan ke istana. Padahal kita semua
tahu bahwa Yu Yin bersumpah tak mau ke istana lagi sejak kejadian dulu. Mereka kehilangan anaknya,
mencari penculik. Sekarang tahulah siapa yang bohong dan dusta!"
Ju-taihiap bengong dan pucat. Ia tak menyangka bahwa pemuda ini sudah berputera, diculik dan
karena mencari penculik itulah suami isteri muda ini lalu keluar. Ju-taihiap sama sekali tak menghiraukan
kebohongan pemuda itu. Yang membuatnya terkejut adalah penculikan itu. Dan ketika pendekar ini berubah
dan Giam Liong juga berubah, si buntung ini terbelalak maka tahulah Giam Liong bahwa isterinya telah
bicara dengan sahabatnya ini. Dia menyesal tapi saat itu isterinya datang berkelebat. Yu Yin terkejut bahwa
Tang Siu melanggar larangannya. Tapi ketika semua berada di situ dan Tang Siu ditarik ayah mertuanya,
nyonya ini tak senang mendengar Giam Liong menegur Ju-taihiap maka pendekar itu buru-buru duduk
kembali dan menarik kursi yang lain untuk dua wanita itu, kini memandang Giam Liong.
"Eh-eh, jadi kalian sudah berputera? Kau mencari penculik dan anakmu ini? Astaga, tak kau ceritakan
ini kepadaku, Giam Liong. Siapa nama cucuku itu dan laki-laki atau perempuan! Dan kau, duduklah, Tang
Siu. Tak usah marah-marah karena wajar Giam Liong menegurku. Aku sudah memberikan jawabanku dan
Giam Liong tahu aku tak bohong. Duduk dan ceritakan itu kepadaku!"
Giam Liong merah mukanya. Ia menegur sang isteri dengan pandang mata dan Yu Yin ganti menegur
Tang Siu dengan sinar matanya. Masing-masing menimpakan yang lain. Dan ketika Tang Siu sadar dan
membuang cemberutnya maka ia berbisik kepada temannya,
"Maaf, Yu Yin. Aku marah kepada suamimu itu yang enak saja menegur ayah mertuaku!"
"Sudahlah," Ju-taihiap tersenyum dan melerai. "Aku tak apa-apa ditegur Giam Liong, Tang Siu.
Justeru ia benar karena menganggap aku bohong. Sekarang ingin kutanya Giam Liong bagaimana puteranya
hilang, laki-laki atau perempuan, dan siapa pula namanya!"
"Namanya Sin Gak," Giam Liong menjawab. "Anak kami laki-laki, ayah, dan tentang penculiknya,
hmm.... ini karena kecerobohan kami belaka. Tapi kami tahu siapa penculiknya."
"Begitukah? Siapa dia? Dan kenapa belum tertangkap?"
"Ia seorang banci berwatak sinting, kalau dihitung-hitung masih kerabat Yu Yin juga...."
"Eh, begitukah? Jadi orang istana?"
"Benar, namun tak ada yang menghiraukan karena otak miringnya itu. Ia bernama Siauw Hong dan
celakanya Han Han melepaskan orang ini pergi ketika secara kebetulan menemukannya."
Giam Liong lalu bercerita. Ia tak perlu berdusta lagi karena sudah diketahui, seperti halnya Ju-taihiap
sendiri yang menjawab tuduhannya tadi. Dan ketika Ju-taihiap terbelalak dan mengangguk-angguk,
mengerutkan kening maka Giam Liong menutup bahwa kebohongannya bukan untuk maksud jelek.
"Kemarin aku berbohong karena sesungguhnya tak enak melihat ayah yang sedang berkabung. Ini
urusan pribadi kami yang tak ingin mengganggu ayah, agar ayah tak banyak pikir. Tapi karena sekarang
sudah diketahui dan aku harus bercerita maka harap ayah maafkan kalau kemarin aku tak bicara jujur."
"Hm-hm, tahu aku. Kau memang berwatak baik dan tahu menyimpan urusan, Giam Liong, tapi
kepadaku tak perlu sebenarnya kau menyembunyikan itu. Aku adalah ayahmu, meskipun ayah angkat. DanKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
95 karena aku keluargamu juga maka tak perlu ada yang disembunyikan agar aku dapat membantumu seperti
halnya kau membantuku kalau aku tertimpa musibah. Baik, sekarang bagaimana ciri-ciri orang itu? Siapa
tahu aku bertemu dengannya dan pasti kutangkap!"
"Dia laki-laki bertubuh kecil, pesolek. Tingkahnya seperti wanita dan acap kali berpakaian seperti
wanita pula!"
"Hm, begitu? Baik, akan kubekuk dia kalau ketemu, Giam Liong. Dan akan kuminta anakmu itu... eh,
siapa namanya tadi? Siapa puteramu itu?"
"Sin Gak."
"Ya-ya, Sin Gak. Akan kuminta dia dan kuselamatkan anakmu itu!"
Giam Liong berterima kasih. Akhirnya masing-masing menjadi jelas dan Tang Siu minta maaf telah
bersikap kasar. Kini wanita itu tahu bahwa Giam Liong menutupi itu semata karena tak mau mengganggu
mereka yang baru saja ditimpa malapetaka. Si Naga Pembunuh ini ternyata baik juga. Dan ketika masing-
masing sama memaafkan dan percakapan dilanjutkan untuk urusan yang lain akhirnya Giam Liong minta diri
untuk meninggalkan Hek-yan-pang. Matahari telah mulai naik tinggi membuat hawa udara panas.
"Eh, ada apa tergesa-gesa, Giam Liong. Bukankah baru semalam kalian menginap. Kau bilang mau
tiga atau empat hari!"
"Maaf, aku hanya ingin menyelidiki si pembunuh itu, ayah, dan kini sudah kuperoleh."
"Dengan menangkap seorang murid Hek-yan-pang?"
"Tidak, aku tidak menangkap..."
"Cerdik, kau pintar dan cerdik, Giam Liong. Tidak kuduga. Hm, dan sekarang tahukah kau mengapa
kemarin aku juga tidak berterus terang bicara tentang majikan Hutan Iblis ini!" Ju-taihiap tiba-tiba
mencengkeram lengan pemuda itu, menahan sejenak dan Giam Liong berkerut. Dan ketika pemuda itu
menggeleng dan pendekar ini meneruskan maka dia berkata, mendesis, "Giam Liong, aku tak ingin kau
bersikap kejam lagi kepada siapapun. Aku tak ingin kau bersikap sadis! Cukup dengan peristiwa yang lalu
itu dan jangan ulangi. Paham?"
Pemuda ini menggigil. "Tapi, ibu... ibu dibunuh dengan kejam, ayah. Aku tak dapat tinggal diam!"
"Han Han yang mengurusnya!"
"Baik, tapi apakah hanya Han Han putera ayah seorang? Bukankah aku juga adalah puteramu? Kau
sendiri bilang kita keluarga, ayah. Dan aku tentu tak dapat tinggal diam!"
Giam Liong ganti memandang ayahnya dengan tajam. Mata itu kembali berkilat dan Ju-taihiap
mundur melepaskan cengkeraman. Dia tergetar dan ngeri melihat sorot mata itu. Tapi menggeleng dan tegas
menolak dia berkata,
"Giam Liong, kau benar. Urusan ini tak mungkin kau abaikan seperti juga aku tak mungkin
membiarkan penculik anakmu berkeliaran seenaknya. Tapi aku tetap tidak suka melihat kau bersikap kejam,
sadis. Kalau kau hendak membalas kematian ibumu maka bukan sebagai balas dendam melainkan semata


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai seorang pendekar yang tak dapat membiarkan seorang penjahat berkeliaran berbuat sewenang-
wenang. Sebab kalau tidak begitu maka kau tiada ubahnya dia, sama-sama jahat!"
"Hal itu tergantung nanti. Kalau penjahat itu tidak menggelapkan mataku tak mungkin aku bersikap
kejam, ayah. Tapi kalau dia melakukan sesuatu yang di luar batas aku tak menjanjikan sesuatu yang enak!"
Pendekar ini merasa kalah bicara. Berdebat dengan pemuda sekeras ini rasanya sia-sia. Giam Liong
bukanlah Han Han, pemuda ini adalah keturunan Si Golok Maut Sin Hauw, keganasan atau ketelengasan
ayahnya masih kuat di situ. Maka berkerut dan menarik napas di berkata, "Baiklah, betapapun kau harus
berjanji untuk tidak mengulang kejadian dulu, Giam Liong. Lihat dan ingat kenapa lenganmu buntung.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
96 Jangan robek peristiwa lama dengan peristiwa baru!"
Pemuda itu tak menjawab. Dia melirik isterinya dan Yu Yin terisak. Isterinyalah yang membuntungi
lengannya. Yu Yin itulah yang membacok putus lengannya (Baca: Naga Pembunuh). Namun ketika dia
teringat sesuatu dan menghadapi ayahnya lagi maka dia bertanya,
"Ayah, ada sesuatu yang ingin kumintakan kepastianmu."
"Tentang apa?"
"Majikan Hutan Iblis itu. Benarkah dia lihai? Benarkah kau kalah olehnya?"
"Hm, iblis itu benar-benar lihai, Giam Liong. Tapi tentang kekalahanku, hmm.... aku masih ragu.
Waktu itu Pek-jit-kiam tak ada di tanganku. Pedang itu dibawa Han Han. Dan dengan pedang biasa saja
memang kuakui bahwa aku terdesak!"
"Kalau begitu dia benar-benar lihai."
"Betul, dan kau harus berhati-hati."
"Tapi apakah tanpa senjata pusaka ayah tak mampu menandingi? Bagaimana dengan Hek-mo-
ciangnya itu?"
"Kau rupanya sudah mengorek keterangan cukup. Hek-mo-ciangnya hebat, Giam Liong, dan lebih lagi
uap hitam dari mulutnya itu. Iblis ini mencampurkan ilmu silat dengan ilmu hitam! Kau.... hm, kau tak
membawa Golok Mautmu lagi, bukan?"
Giam Liong tersenyum pahit. "Aku telah menguburnya di Lembah Iblis, ayah. Aku telah
mengembalikan benda itu ke asalnya."
"Bagus, kau masih muda, kau lebih bertenaga. Tentu kau lebih mampu menghadapi orang itu daripada
aku, Giam Liong. Tapi betapapun tak boleh kau bersikap di luar batas!"
Giam Liong tak menjawab. Dua kali diperingatkan seperti ini membuatnya tak senang juga. Itu
tergantung lawan. Kalau lawan tak keterlaluan tak mungkin dia seperti setan. Dia adalah laki-laki
bertemperamen tinggi, semuanya tinggal pihak sana. Dan ketika dia merasa cukup dan meminta diri, sang
isteri diberi tanda dan Yu Yin memeluk Tang Siu maka dua wanita itu berangkulan dan Tang Siupun
akhirnya tak dapat menahan runtuhnya air mata.
"Yu Yin, tak kusangka secepat ini suamimu mengajakmu pergi. Aku masih kangen. Baiklah, jaga diri
baik-baik, Yu Yin. Gagal rencana kita berperahu mengelilingi telaga. Biarlah lain kali kita usahakan dan
semoga anakmu cepat ditemukan. Maaf aku tak dapat membantu karena harus menjaga hek-yan-pang dan
gak-hu."
"Aku mengerti," Yu Yin berbisik dan memeluk nyonya muda itu, balas mengusap air mata. "Lain kali
kita bertemu lagi, Tang Siu. Dan jagalah baik-baik calon anakmu itu siapa tahu dia lahir perempuan."
"Perempuan?"
"Sst, anakku laki-laki. Aku juga ingin anakku pertama laki-laki!"
"Kau dapat mengambil anakku, bukan? Masa harus laki-laki semua?"
"Maksudmu?"
"Bodoh! Kau artikan sendiri nanti, Tang Siu. Giam Liong sudah menunggu dan aku tak boleh
berlama-lama!"
Yu Yin melepaskan sahabatnya. Sang nyonya muda terbelalak tapi wajahnya tiba-tiba bersemu dadu.
Tang Siu berseri, muka seketika bercahaya. Tapi ketika Giam Liong membungkuk dan berkelebat, menarik
tangan isterinya maka suami isteri itu pergi dan tahu-tahu telah meluncur di atas permukaan telaga. Kali iniKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
97 Giam Liong bergerak dengan ilmu Seratus Langkah Saktinya yang luar biasa itu, ilmu yang mampu
membuat si buntung melayang terbang di atas permukaan air!
"Ayah, Tang Siu.... selamat tinggal. Sampai bertemu lagi!"
Ju-taihiap dan mantunya terbelalak. Si buntung itu meluncur dan tahu-tahu berjungkir balik di
seberang, membalik melambaikan tangan lalu berkelebat lenyap di luar daratan sana. Begitu cepat seperti
iblis! Dan ketika anak-anak murid ada yang melihat dan semua berseru takjub, Naga Pembunuh itu tidak
mempergunakan perahu seperti datangnya maka ketika ia lenyap dan memasuki hutan di depan anak-anak
murid menjadi kagum dan mendecak sayang.
"Pangcu, kenapa ia pergi. Kenapa cepat benar. Bukankah tenaganya amat kita harapan kalau musuh
datang lagi!"
"Hm, ia mempunyai urusan sendiri," Ju-taihiap menjawab dan beberapa anak murid tiba-tiba sudah
berkelebatan di situ, merasa sayang kenapa Giam Liong pergi. "Anaknya diculik orang, Hoa-kin, dan ia
berhak mencari penculik itu."
"Ah, Sin-siauwhiap sudah berputera? Diculik?"
"Orang jahat berkeliaran lagi. Hati-hatilah kalian menjaga diri. Sudahlah tak perlu bertanya dan
kembalilah kalian ke tempat masing-masing!"
Ju-taihiap mengibas dan menyuruh anak-anak murid kembali. Ia juga kagum oleh kepandaian putera
angkatnya itu dan bangga bahwa ada orang-orang muda seperti itu. Han Han dan Giam Liong adalah anak-
anak muda perwira, dia bangga bahwa keduanya adalah puteranya, meskipun yang satu akhirnya hanya anak
angkat karena Giam Liong adalah putera kandung Si Golok Maut Sin Hauw, lawan yang dulu juga amat
dikaguminya dan hanya terhadap mendiang Sin Hauw inilah dia mengakui mendapat lawan terberat. Ayah
dari anak itu sebenarnya juga adalah orang gagah. Hanya nasib buruklah yang membuat semuanya tak
bersahabat tapi semua itu sudah lewat. Dan ketika dia sendiri berkelebat ke dalam dan memasuki rumahnya
maka Giam Liong atau si Naga Pembunuh sudah lenyap meninggalkan Hek-yan-pang dan bersiap-siap untuk
mencari dan menemukan majikan Hutan Iblis ini di samping mencari Siauw Hong penculik anak mereka.
* * * Seminggu sudah suami isteri muda ini mencari jejak. Giam Liong mulai jarang bicara dan kelihatan
geram. Yu Yin, sang isteri, juga tak gembira dan berkali-kali mengepalkan tinju. Mereka telah kembali ke
Hutan Iblis namun tak menemukan yang dicari. Tempat itu kosong. Giam Liong mengajak isterinya
ketempat itu teringat perjumpaannya dulu dengan Han Han. Dan ketika kota demi kota mereka lewati untuk
akhirnya berhenti di Ci-bun maka pagi itu Giam Liong yang hendak menangsel perut dan melihat sebuah
kedai di tepi gerbang kota mengajak isterinya berhenti untuk sarapan.
"Dua hari kita tidak makan, perutku lapar. Aku tak tahan hanya makan buah-buahan dan mari kita
beristirahat sambil mencari minum."
Yu Yin tak menolak. Sesungguhnya ia juga lapar namun karena urusan belum selesai maka tak
menghiraukan perut sendiri. Nasib anak merasa jauh lebih penting dari apapun. Tapi ketika Giam Liong
mengajak ke kedai itu dan Yu Yin mengangguk, biarlah sambil beristirahat ternyata beberapa bayangan
berkelebat di depan mereka dan dua orang tosu serta seorang hwesio dan tujuh orang lain mencegat jalan.
"Naga Pembunuh, berhenti. Kebetulan kau di sini dan pertanggungjawabkan dulu perbuatanmu!"
Giam Liong terkejut. Sepuluh orang tahu-tahu mengurung dan mereka itu rata-rata menunjukkan
muka beringas. Pandang kemarahan itu tak ditahan-tahan lagi. Dan ketika ia berhenti dan sang isteri ikut
terkejut, sepuluh orang itu mencabut senjata masing-masing maka dua orang tosu dan hwesio itu
membentak,Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
98 "Hutang jiwa bayar jiwa. Ke mana kau lari dan hendak pergi!"
"Hm," Giam Liong mengerutkan kening, wajah memerah. "Kalian ini orang-orang tak kukenal ada
urusan apakah? Kenapa menghadang jalan dan bersikap kasar? Sehatkah kalian mencari perkara?"
"Tutup mulutmu. Tak perlu berpanjang lebar, Naga Pembunuh. Kaulah yang gila dan tidak waras.
Kawan-kawan, serbu...!" dan tidak meberi kesempatan lagi untuk bertanya jawab dua orang tosu di depan
menggerakkan pedang dan menusuk pemuda itu, disusul oleh hwesio di samping yang membentak melepas
toya. Lalu ketika Giam Liong mengelak dan serangan luput tiba-tiba tujuh orang di belakang sudah berteriak
dan menyerang seperti anjing-anjing ganas.
"Bunuh Si Naga Pembunuh ini. Cincang tubuhnya!"
"Dan robohkan isterinya itu pula. Tangkap!"
Sepuluh orang berkelebatan dengan senjata menyambar-nyambar. Giam Liong terkejut dan seketika
menjadi marah. Namun belum dia membalas tiba-tiba isterinya melengking dan kedua tangan bergerak
menyambar ke kiri kanan melepas Hek-tok-kang.
"Yu Yin, jangan membunuh!"
Giam Liong terbelalak dan kaget melihat pukulan isterinya itu. Hek-tok-kang adalah pukulan beracun
dan sekali kena tentu lawan roboh, kalau tidak tewas minimal gosong. Dan ketika benar saja dua orang
mencelat oleh tamparan isterinya itu, Yu Yin mengelak dan menyambar di antara hujan senjata maka Giam
Liong yang mempergunakan Pek-poh-sin-kunnya (Seratus Langkah Sakti) menangkis dan mementalkan
senjata-senjata lawan.
"Plak-plak-bress!"
Tosu dan hwesio itu saling bentur. Pedang dan toya bertemu keras dan mereka berteriak, terpelanting.
Tapi ketika mereka bergulingan meloncat bangun dan yang lain marah melihat dua teman merintih dan
kehitaman tubuhnya maka Yu Yin yang marah dan tak mau perduli ini berseru,
"Aku mengurangi tenagaku, Giam Liong. Mereka takkan mampus kecuali kesakitan belaka!" dan sang
isteri yang menyambar dan berkelebatan kembali lalu tak mau sudah dengan menghajar lagi yang lain.
Hwesio dan tosu sudah menyerang Giam Liong lagi dan si buntung penasaran. Entah apa salahnya hingga
tiba-tiba diserang begitu. Dan ketika dua orang kembali menjerit dan tosu serta hwesio ini terkejut, Yu Yin
merobohkan lagi lawannya sementara Giam Liong maju mundur mempergunakan langkah-langkah sakti
maka tosu yang rupanya maklum tak akan menang berseru,
"Mundur, lain kali kita serang lagi!"
Tosu dan hwesio itu berlompatan ke belakang. Mereka membalik dan melarikan diri sementara
masing-masing menyambar yang luka. Segebrakan itu saja mereka tahu bahwa suami isteri muda itu bukan
tandingan. Naga Pembunuh terlalu hebat padahal belum membalas, yang membalas malah isterinya. Tapi
ketika mereka berlompatan dan membalik melarikan diri maka Giam Liong tak tahan dan jari telunjuknya
tiba-tiba menotok dari jauh, yang diincar adalah hwesio dan dua orang tosu itu.
"Tikus-tikus busuk, enak sekali kalian hendak pergi. Robohlah!"
Tosu dan hwesio itu berteriak kaget. Mereka merasa sambaran angin dari belakang, menangkis tapi
toya maupun pedang tiba-tiba terlempar mencelat. Dan ketika mereka terkejut dan berseru tertahan maka
tubuhpun roboh dan ambruk ke depan.
"Tuk!"
Tiga orang itu mengeluh. Giam Liong melancarkan totokan dari jauh dan mendahului isterinya
melakukan It-yang-ci. Kalau isterinya yang merobohkan musuh tentu fatal. It-yang-ci akan menembus kulit
daging. Dan ketika ia berkelebat dan tiba di depan tiga orang ini maka hwesio dan tosu itu tampak pucat.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
99 "Naga Pembunuh, bunuhlah kami. Kami tak takut mampus!"
"Benar, dan tumpuk dosamu semakin banyak, bocah she Sin. Biar kami dan kawan-kawan
menunggumu di neraka!"
"Hm, siapa kalian ini," Giam Liong tak perduli, membiarkan orang mencaci maki. "Kenapa datang-
datang menyerang dan menyebut aku berhutang jiwa. Siapa kalian dan apa artinya omongan kalian itu!"
"Tak usah banyak cakap. Bunuh dan habisi kami, Naga Pembunuh. Lakukan seperti kau
melakukannya kepada teman-teman kami tapi percayalah bahwa dunia akan mengejarmu dan sampai di
ujung nerakapun kau tetap dituntut!"
"Omongan busuk apa ini!" Yu Yin tiba-tiba membentak, berkelebat dan menendang pembicara itu,
tosu berbibir tipis. "Kau minta dibunuh gampang saja, tosu tengik. Aku dapat melakukannya kalau suamiku
tidak mau!" dan Yu Yin yang bergerak dan siap melepas tamparan maut tiba-tiba dicegah dan disambar
Giam Liong.
"Tahan, nanti dulu!" dan mendorong isteri agar mundur ke belakang Giam Liong menghadapi kembali
tiga orang itu, yang lain-lain sudah kabur menyelamatkan diri. "Kalian siapa, dari mana. Kenapa bicara
seperti orang gila dan tidak memberiku kesempatan untuk tahu. Nah, bicara yang benar, totiang. Atau nanti
aku memaksamu dan maaf kalau sekujur tubuhmu seperti digigit ribuan semut api!"
Giam Liong menjepit belakang leher orang itu hingga si tosu berjengit dan berteriak. Jepitan Giam
Liong seakan biasa-biasa saja tapi tosu itu nyatanya menjerit. Ia seakan digigit ribuan semut api yang
menyengat. Dan ketika Giam Liong melepaskan jarinya dan tertawa mengejek maka dia bertanya lagi siapa
dan dari mana mereka itu, sikap yang membuat lawannya tertegun.
"Aku melihat kalian seperti orang-orang gila. Nah, katakan dan jangan suruh aku bersikap kasar!"
Tosu itu terbelalak. Ia melihat Giam Liong bersikap sopan dan anak muda itu bertanya baik-baik.
Heran! Dan ketika ia terbelalak memandang dua temannya yang lain dan dua temannya itu juga terbelalak,
heran maka dia mendesis dan membentak,
"Naga Pembunuh, tak perlu berpura-pura. Kau telah membunuh dan membantai kami orang-orang dari
Khong-tong. Dulu kau juga mencelakai Eng Sian Taijin. Nah, kenapa bertanya lagi dan kami justeru merasa
heran!"
Giam Liong terkejut. "Membunuh? Berurusan dengan kalian orang-orang Khong-tong? Hm, jangan
membual. Eng Sian Taijin pernah kukenal, totiang, tapi membunuh dan membantai seperti katamu tadi
sungguh tak kulakukan. Miringkah otak kalian dengan menuduh secara serampangan!"
"Kau dusta. Kau membantai kami dengan Golok Mautmu itu!" tosu di sebelah, yang heran tapi marah
memaki Giam Liong. Dia menganggap si buntung ini bohong, mempermainkan. Tapi ketika Yu Yin
bergerak dan menampar mulutnya maka nyonya muda itu berseru, ganti melampiaskan marah.
"Diam mulutmu daripada mengeluarkan fitnah. Atau kupecahkan nanti dan ini sebagai pelajaran!"
Tosu itu menjerit. Mulutnya pecah dan darah seketika mengucur. Ia mendelik. Namun ketika Giam
Liong memegang lengan isterinya dan membentak maka pemuda itu berseru agar urusan diserahkan
kepadanya.
"Baik, kalian mengeluarkan tuduihan gila. Tapi kau..." ia menuding hwesio itu. "Dari mana kau, lo-
suhu. Apakah aku juga membunuh dan membantai saudara-saudaramu!"
Hwesio ini tertegun. Dia kian terkejut dan terheran melihat sikap pemuda itu karena Giam Liong
menunjukkan rasa penasaran. Aneh! Tapi mengangguk dan menjawab sengit ia berseru,
"Benar, kau juga membunuh dan membantai saudara-saudaraku, Naga Pembunuh. Pinceng dari Lu-
tong-pai menaruh dendam!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
100 "Hm-hmm.... Lu-tong-pai. Kalau begitu kau murid Ceng Tong Hwesio yang sebenarnya tidak pernah
ada urusan denganku. Baik, semua tuduhan ini kuterima, lo-suhu. Tapi ketahuilah bahwa sama sekali aku
tidak melakukan itu. Jangankan ke Lu-tong, atau Khong-tong, ke tempat-tempat lain saja aku tidak pernah
karena aku sibuk mencari penculik anakku. Kalian melempar omongan busuk, ini fitnah. Tapi kalau aku
benar melakukan itu tentu sekarang juga kalian kubunuh. Nah, lihat apa yang kulakukan sekarang. Kalian
bebas dan pergilah!" Giam Liong mengerakkan jari dan membebaskan totokan tiga orang itu, membuat tosu
dan dua hwesio itu terbelalak dan mereka seketika meloncat bangun. Mereka tak percaya pada apa yang
mereka alami tapi Si Naga Pembunuh itu benar-benar membebaskan mereka. Dan ketika mereka
mengibaskan baju dan memungut senjata kembali, girang tapi juga was-was maka Giam Liong menyuruh
mereka pergi.
"Enyahlah, sekarang kalian buktikan apakah aku bohong atau tidak!"
Tiga orang itu meloncat. Mereka ternyata anak-anak murid Khong-tong dan Lu-tong dan tentu saja
kesempatan ini tak disia-siakan. Lawan membebaskan mereka dan hampir mereka tak percaya. Tapi begitu
meloncat dan membalikkan tubuh ketiganya berkelebat dan menjadi girang. Lolos dari maut!
"Naga Pembunuh, kau aneh. Tapi terima kasih dan akan kami laporkan kepada ketua tentang semua
ini!"
"Hm, tak tahu malu. Kalau suamiku tidak melarang tentu kalian kupotong telinga atau kakinya, tikus-
tikus busuk. Bilang pada ketua kalian bahwa semua itu fitnah!" Yu Yin, yang jengkel dan gemas oleh
semuanya ini berseru marah. Ia mau melepas pukulan jarak jauh namun suaminya mencegah. Giam Liong
menangkap dan menahan tangan isterinya itu. Dan ketika tiga orang itu lenyap dan Giam Liong menarik
napas maka dia mengajak isterinya kembali ke kedai untuk makan dan minum.
Namun Giam Liong sudah tidak selera. Beberapa orang di kedai bahkan menyingkir melihat si
buntung ini, pemiliknya juga ketakutan. Mereka tadi telah melihat dari jauh dan ini membuat Yu Yin geram.
Dan ketika ia juga menghabiskan semangkok bubur untuk akhirnya setengah membanting mangkok itu di
atas meja maka ia bangkit mengajak Giam Liong cepat pergi.
"Banyak kecoa-kecoa memuakkan. Agaknya persoalan kita bertambah lagi! Ayo, kita berangkat,
Giam Liong. Kita masuki Ci-bun!"
Giam Liong bangkit dan membayar makanan. Ia memanggil pemilik kedai tapi pemilik menggoyang-
goyang lengan. Buru- buru si tua itu menolak. Namun ketika Giam Liong menancapkan uang peraknya di
meja dan pergi dengan gemas maka isterinya sudah berkelebat dan mendahului memasuki gerbang kota.
"Giam Liong, kita cari keterangan di sana. Siapa tahu penculik dan pembunuh bibi Swi Cu dapat
ditemukan!"
"Baik, tapi jangan terburu-buru, Yu Yin. Lihat kau mencengangkan banyak orang!" Giam Liong
berkelebat dan menyusul isterinya itu. Yu Yin mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya dan akibatnya
penjaga atau pengawal pintu gerbang terbelalak. Bayangan nyonya itu berkelebat dan lenyap. Lalu ketika
Giam Liong juga menyusul dan lenyap seperti iblis maka suami isteri ini membuat penjaga menggosok-
gosok kedua matanya.
"Eh, silumankah? Atau hantu kesiangan? Heii... apa yang tadi kalian lihat, kawan-kawan. Apakah
mataku berubah!"
"Aku juga. Tadi ada suami isteri muda di sana. Yang laki-laki buntung. Eh, mereka lenyap dan
barangkali itu tadi!"
"Dan mereka memasuki kota. Celaka, jangan-jangan geger! Siapakah mereka?"
Giam Liong dan isterinya sudah lenyap di dalam. Mereka tak menghiraukan teriakan atau seruan di
pintu gerbang karena Giam Liong menyambar dan mencekal lengan isterinya ini. Kalau tidak dijaga Yu Yin
bisa mengamuk. Dan ketika pemuda itu berhasil menangkap isterinya dan menyuruh isterinya perlahan makaKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
101 Giam Liong bertanya mau ke mana isterinya itu.
"Aku mau menemui Ta-ciangkun. Kita langsung ke rumahnya dan tanya tentang musuh-musuh kita
ini!"
"Ta-ciangkun?"
"Ya, komandan itu, Giam Liong. Dia kenal aku dan kita cari keterangan di sana!"
Giam Liong berkelebat dan menurut saja dibawa isterinya. Mereka mengejutkan orang yang berlalu
lalang karena tanpa mengurangi kecepatan isterinya ini menyelinap di antara banyaknya orang, berkelebat
dan lenyap melewati jalanan umum. Tapi ketika akhirnya sebuah gedung bertembok tinggi dilompati dan


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka melayang turun maka Yu Yin berkelebat memasuki gedung dan tahu-tahu berada di sebuah ruangan
dalam di mana seorang laki-laki tinggi besar berpakaian perwira tampak duduk bercakap-cakap dengan dua
orang bawahannya.
"Eh!" perwira itu terkejut dan langsung berhadapan dengan Yu Yin, kaget. "Siapa kau, nona. Kau....
eh, Coa-siocia!"
Dua yang lain menengok dan memutar kursi. Perwira itu langsung melihat Yu Yin karena nyonya
muda ini berkelebat memasuki pintu ruangannya. Ruangan itu tak ditutup dan segera si perwira bangkit
berdiri. Ia meloncat dan siap mencabut golok sambil bertanya. Tapi ketika ia mengenal dan memanggil Yu
Yin, menyebutnya Coa-siocia (nona Coa) dan Yu Yin tampak gelap maka nyonya itu berseru,
"Ta-ciangkun, aku Sin-hujin, bukan nona lagi. Aku datang ada perlu denganmu!"
"Ah, maaf. Mari duduk!" si perwira membungkuk dan cepat-cepat memberi kursi, menyuruh dua
bawahannya minggir dan dua pembantu Ta-ciangkun itu terbelalak. Mereka melihat pasangan muda ini
muncul seperti iblis, tahu-tahu berada di situ tanpa mereka ketahui. Tapi melihat betapa Ta-ciangkun
menyebut wanita muda itu Coa-siocia, berubah dan hormat bukan main maka mereka ikut membungkuk dan
percakapan sendiri jadi terputus.
"Ini puteri Coa-ongya, masa kalian tidak tahu. He, berikan kursi kalian, Ma-coangbu. Kalian ambil
kursi yang lain dan cepat minggir!"
Dua orang itu terkejut. Mereka mundur dan memberikan kursi sendiri sementara Ta-ciangkun
menyeringai lebar. Kedatangan tamu ini mengejutkannya, girang tapi juga was-was. Namun ketika Yu Yin
bertolak pinggang dan menolak kursi itu, tak mau duduk maka wanita ini berkata, suaranya tinggi,
melengking.
"Ta-ciangkun, tidak tahukah kau bahwa aku tak ingin dikait-kaitkan dengan istana lagi? Butakah
matamu bahwa selama bertahun-tahun ini aku hidup di luar? Aku datang bukan sebagai kerabat istana,
ciangkun, melainkan sebagai orang biasa isteri suamiku ini. Nah, jangan sebut aku seperti dulu karena aku
sekarang adalah Sin-hujin. Ini suamiku Giam Liong yang tentu sudah kau dengar namanya. Mending ayahku
tak usah disebut-sebut pula!"
Perwira itu mengkeret. Dia beradu pandang dengan wanita itu lalu Giam Liong yang berdiri di
belakang isterinya. Si buntung ini memang bersifat mengawal. Dan ketika dia melihat mata si pemuda yang
berkilat mencorong maka tergetarlah perwira ini dan buru-buru ia menunduk sambil membungkuk lagi.
Siapa tidak kenal si buntung yang hebat itu. Naga Pembunuh!
"Ah, Sin-siauwhiap kiranya juga datang. Dan.... dan siauw-hujin (nyonya muda) rupanya ada
keperluan penting. Duduklah... duduklah di kursi itu, siauwhiap. Aku orang she Ta siap membantu dan
menolong kalau diperlukan. Ini dua pembantuku Ma-ciangbu dan So-ciangbu. Kami baru saja bicara tentang
keamanan menjaga kota. Bagaimana kalian dapat datang tanpa pengawal memberitahuku. Duduklah...
duduklah, siauw-hujin. Sudah lama kita tidak bertemu dan apakah jiwi baik-baik saja selama ini!"
"Hm, aku tak ingin banyak mengganggu. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan, ciangkun. Tapi
sebaiknya dua pembantumu ini tak di sini dulu!" Yu Yin berkata setengah memerintah. Ia berada di rumahKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
102 Ta-ciangkun mengerutkan kening tapi mengangguk, dua pembantunya itu di suruh keluar maka ia berkata
agar dua orang itu menunggu dulu di luar, diam-diam memberikan isyarat untuk berjaga!
"Kalian keluarlah dahulu kutemui Sin-hujin di sini. Hujin rupanya ingin bicara empat mata."
Dua orang itu membungkuk. Sebagai bawahan Ta-ciangkun tentu saja mereka menurut. Tapi melihat
sikap Yu Yin yang melebihi tuan rumah mendongkol juga dua orang itu. Namun karena mereka sudah
mendengar tentang wanita muda ini, apalagi Si Naga Pembunuh Giam Liong maka mereka keluar namun
berbareng itu mengepung rapat gedung dengan seratus pengawal atas isyarat Ta-ciangkun!
"Duduklah, mari kita bicara. Kepentingan apa yang membuatmu demikian serius, siauw-hujin, dan
mari kubantu kalau bisa."
"Aku hendak bertanya tentang Siauw Hong," Yu Yin langsung saja ke titik persoalan. "Kau tahu si
banci ini, ciangkun? Bukankah dulu kau pernah menjadi bekerja di kota raja dan mengenal kerabat kaisar?"
"Siauw Hong? Hm, yang mana, hujin? Ada banyak orang di istana!"
"Itu, si banci! Paman kecil Yauw-ongya yang miring otaknya!"
"Hm, dia?" si perwira mengangguk-angguk, mulai teringat laki-laki ini. "Benar, hujin. Tapi ada apa
dengan dia? Bukankah semestinya di istana!"
"Dia mengambil anakku, menculik! Aku mengejar dia dan kuharap kau membantuku karena aku
kehilangan jejaknya!"
"Menculik? Mengambil anakmu? Ah, jiwi sudah berputera, hujin? Selamat, membahagiakan sekali.
Kalau ayahmu tahu tentu...."
"Tak usah bicara tentang ayah. Yang tiada tak usah disebut-sebut, ciangkun. Aku sudah
memperingatkan itu. Sekarang bicara tentang Siauw Hong dan dapatkah kau membantuku!"
"Hm, maaf..." si perwira terkejut, berubah. "Aku lupa, hujin. Tapi bagaimana aku menolongmu
tentang ini. Dan kenapa ia menculik anakmu."
"Si gila itu tak kuketahui maksudnya, tapi karena ia tak ada di mana-mana maka tentu kembali ke
istana dan kaulah yang ingin kumintai tolong menangkap si banci itu!"
"Ah, aku ke istana? Kenapa tidak dirimu saja? Bukankah lebih mudah dan dipercaya?"
"Hm, aku tak mau menginjak istana lagi untuk tidak mengenang peristiwa lama, ciangkun. Kau tentu
tahu dan paham maksudku ini. Dan karena aku teringat padamu maka aku datang ingin minta tolong!"
"Tapi ada Sin-siauwhiap di sini...!"
"Kalau ia masuk tentu istana geger!"
"Ada hujin mendamping...."
"Hm, kenapa kau banyak cakap? Tugasmu adalah ke istana dan mencari si banci ini, ciangkun, bukan
menanyaiku macam-macam karena sudah kubilang aku tak suka ke istana!"
"Tapi aku ditugaskan di sini...."
"Kau dapat mewakilkan tugasmu kepada pembantumu!"
"Ah, tanpa perintah atasan tentu tak mungkin, hujin. Kau tahu cara militer!"
"Aku yang akan memberi tahu atasanmu. Siapa atasanmu, apakah masih jenderal Gong!"
"Tidak, Gong-goanswe sudah pensiun. Sekarang digantikan Kiang-goanswe. Aku tentu harus melaporKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
103 dulu kalau akan meninggalkan tugas!"
"Kau terlalu berbelit-belit. Nanti kubilang pada atasanmu, Ta-ciangkun, tak usah khawatir!"
Yu Yin tertegun
"Hujin, bukannya aku tidak mau. Tapi bagaimana aku meninggalkan tugasku untuk melaksanakan
tugas yang kau berikan ini. Bagaimana kalau diberikan saja kepada dua pembantuku tadi? Ma-ciangbu dan
So-ciangbu kukira bisa. Siauw Hong itu hanya seorang sinting yang mudah dibekuk!"
"Kau jangan memandang rendah. Orang ini berkepandaian, ciangkun. Segala pembantumu kelas
kambing begitu mana mungkin menangkap? Kau sendiri tak mungkin mampu. Aku hanya hendak
menyuruhmu memancingnya keluar dan di pintu gerbang kota raja aku sendiri yang membereskannya!"
Sang perwira terbelalak. Ia terkejut bahwa si banci yang dikenalnya sebagai orang miring otak itu
berkepandaian. Seingatnya, Siauw Hong ini laki-laki lemah, kewanita-wanitaan dan banyak kali menjadi
bahan godaan kerabat istana yang lain. Tapi karena yang bicara begitu adalah puteri Coa-ongya dan tak
mungkin wanita ini bohong maka dia tertegun tapi menggeleng tak bisa meninggalkan tugas.
"Apalagi begitu. Kalau hanya untuk memancing dan menyuruhnya keluar dua pembantuku dapat
melakukannya dengan baik, hujin. Kukira tak ada persoalan."
"Kau yakin si banci itu bisa dibujuk? Eh, dua pembantumu tak dikenal si banci ini, Ta-ciangkun, dan
dengan orang yang tidak dikenal tak mungkin Siauw Hong keluar. Kau sudah mengenalnya dan karena inilah
kau paling tepat. Dia akan menurut dan aku yang akan membekuknya di luar kota raja!"
"Tapi..."
"Banyak cakap!" Yu Yin membentak dan menjadi marah. "Mau atau tidak kau melakukan pekerjaan
ini, ciangkun, tak usah berputar-putar!"
Ta-ciangkun terpekik. Yu Yin bergerak dan tahu-tahu jarinya mencengkeram pundak si perwira. Jari
itu menekan kuat serasa menembus kulit daging, sakit bukan main. Dan ketika ia melihat nyonya itu tertawa
dingin sementara Giam Liong tak acuh memandangnya, ia maklum bahwa tak mungkin menandingi wanita
lihai ini maka ia mengeluh dan menggigil.
"Hujin, kau harus bertanggung jawab kepada Kiang-goanswe. Aku mau melakukan perintahmu tapi
beri tahulah Kiang-goanswe dahulu kalau sama-sama ke kota raja!"
"Aku tidak akan menemui jenderal itu, tapi aku akan bertanggung jawab tentang ini. Nah, kau
kutawan saja dan biar anak buahmu melapor kepada Kiang-goanswe dan kau dapat bekerja aman!" Yu Yin
tiba-tiba menotok dan merobohkan perwira itu. Ta-ciangkun terkejut tapi tak berdaya. Ia seketika
mendeprok. Dan ketika Yu Yin melempar perwira tinggi besar itu kepada suaminya, Giam Liong
mengangguk dan tertawa dingin maka pemuda itu bicara, menekan leher belakang perwira ini,
"Ciangkun, apa yang dikatakan isteriku benar. Kau kutawan saja, biar anak buahmu melapor dan di
kota raja kau dapat bekerja sesuai perintah kami. Kalau aku atau isteriku mau ke istana tentu tak perlu kami
memakai tenagamu. Nah, jangan banyak cakap dan sekarang kita pergi!"
Giam Liong menyusul isterinya berkelebat keluar. Mereka tak menyangka bahwa seratus pengawal
telah mengurung gedung itu. Maka ketika Yu Yin meloncat dan hendak meninggalkan ruangan belakang
tiba-tiba saja belasan orang memergokinya dan mereka terkejut melihat Ta-ciangkun dikempit suaminya.
"He, itu Ta-ciangkun...!"
"Ia diculik! He, rampas pimpinan kita ini, kawan-kawan. Beri tahu Ma-ciangbu atau So-ciangbu!"
belasan orang itu tiba-tiba berteriak dan menyerbu ke depan. Mereka sudah membentak dan membunyikan
kelenengan besi yang seketika membuat berisik. Yu Yin yang keluar dari ruang dalam kepergok pengawal-
pengawal ini. Dan ketika nyonya itu tertegun tapi mendengus marah, menyambut dan mematahkan tombakKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
104 atau golok maka tangannya mengibas dan belasan orang itu terjengkang.
"Ta-ciangkun bukan kami culik. Ia kami pinjam, minggir..... bres-bress!"
Belasan pengawal mencelat dan terbanting mengaduh-aduh. Yu Yin tidak menurunkan tangan kejam
hanya merobohkan saja, maklum, mereka itu adalah anak buah Ta-ciangkun sekaligus pasukan kerajaan,
yang ditaruh di Ci-bun. Tapi ketika mereka bangkit berdiri dan berteriak-teriak, mengejar dan memanggil
teman-teman yang lain maka dari mana-mana muncul pengawal itu yang memang sebelumnya sudah
disiapkan ta-ciangkun, melalui Ma-ciangbu atau So-ciangbu juga muncul, kaget dan membentak dua orang
itu maka Yu Yin melengking menerobos mereka. Giam Liong diminta membantu.
"Hajar mereka, robohkan!"
Nyonya itu berjungkir balik di atas kepala lawan. Giam Liong mengangguk dan sudah menggerakkan
tangan kanannya dan sekali mengibas pemuda buntung ini membuat So-ciangbu dan Ma-ciangbu mencelat.
Dua pembantu Ta-ciangkun itu kaget bukan main. Dan ketika Giam Liong bergerak di depan dan sang isteri
berhasil mendekati tembok maka pemuda itu menjejakkan kakinya dan melayang naik pula ke tembok yang
tinggi.
"Kami tidak menculik pimpinan kalian, hanya meminjamnya sebentar. Minggir, tikus-tikus busuk,
atau kalian kulempar kalau tidak mau mundur!"
Giam Liong mengibas dan angin kibasannya ke bawah membuat para pengejar terpelanting. Mereka
mau meloncat naik namun si buntung sudah mendahului. Tujuh di antara mereka terbanting keras. Dan
ketika mereka itu mengaduh dan yang lain pucat, Giam Liong telah melayang dan turun di luar tembok sana
maka mereka akhirnya sadar lagi dan buru-buru membuka pintu halaman depan, sebagian ada yang
melempar tali untuk akhirnya naik dan turun melewati dinding tembok yang tinggi.
"Kejar... kejar.... Ta-ciangkun dibawa Naga Pembunuh!"
"Ta-caingkun diculik!"
"Kejar dan tangkap mereka, kawan-kawan. Atau laporkan ke Kiang-goanswe dan kejar dua orang itu!"
Namun Giam Liong dan isterinya sudah jauh meninggalkan gedung. Yu Yin tertawa mengejek
sementara Ta-ciangkun pucat dan gemetar. Suami isteri muda ini betul-betul hebat, tak mungkin anak
buahnya menang. Tapi karena dia aman tak diapa-apakan, mereka hanya membawanya untuk mencari dan
menemukan Siauw Hong maka perwira ini tenang sementara Giam Liong sudah meluncur dan berkelebat
melewati tembok kota sebelah utara untuk menuju ke kota raja.
Namun halangan baru mengganggu suami isteri ini. Ketika mereka sudah jauh meninggalkan gedung
dan berkelebat, melewati penjagaan di pintu kota sebelah utara, membuat para penjaga kaget dan berseru
tertahan, mengucek mata dan memandang ke depan maka dari dalam kota tiba-tiba mengejar bayangan-
bayangan lain yang membuat para penjaga jadi semakin kaget lagi. Giam Liong disusul belasan bayangan
yang bergerak cepat melebihi panah meluncur.
"Heii... Naga Pembunuh! Berhenti dan lepaskan dulu tawananmu!"
Giam Liong terkejut. Dia sudah mendekati hutan dan siap masuk untuk kemudian keluar ke sana.
Seruan atau bentakan di belakang membuat dia menoleh dan tercekatlah dia melihat sembilan bayangan
meluncur cepat dengan kepandaian tinggi. Mereka juga terdiri dari para tosu dan hwesio, yang lain orang-
orang biasa namun ilmu lari cepat mereka hebat bukan main, terbukti mampu mendekati hutan dengan cepat
dan sebentar kemudian sudah sampai. Dan karena dia bukan manusia pengecut yang harus lari ketakutan,
lagi pula bawaannya cukup berat maka Giam Liong berhenti dan tepat sedetik kemudian sembilan orang
itupun sudah tiba di depannya. Sang isteri menengok dan ikut berhenti pula.
"Siapa kalian. Ada apa menyuruh kami berhenti!" nyonya itu membentak dan marah.
Yu Yin memang wanita pemberang dan ditambah kejengkelannya akan ulah Siauw Hong membuatKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
105 dia cepat naik darah. Giam Liong menjawil lengannya namun nyonya ini tak perduli. Maka begitu dia
membentak dan suami isteri ini menghadapi sembilan orang itu, dua tosu dan dua hwesio serta lima orang-
orang aneh berpakaian macam-macam maka hwesio dan tosu di depan itu menancapkan toyanya.
"Omitohud, siauw-hujin masih galak. Kami adalah orang-orang yang berurusan dengan suamimu dan
pinceng Ceng Ting Hwesio, dari Lu-tong-pai. Harap hujin minggir karena kami tak berurusan denganmu!"
"Dan pinto adalah Kwan Tek Sianjin, wakil Khong-tong. Kami datang untuk menuntut tanggung
jawab seperti halnya lima saudara ini!"
Yu Yin terbelalak marah. Tapi sebelum dia mendamprat maka Giam Liong maju ke depan dan
mengeluarkan kata-kata dingin. "Hm, kiranya sahabat-sahabat dari Khong-tong dan Lu-tong. Bagus, ada
perlu apa kalian mencariku? Apakah juga tuduhan bahwa aku membantai anak-anak murid kalian?"
"Omitohud, sudah mengaku! Baik sekali kau mendahului ini, Sin Giam Liong, dan pinceng menuntut
agar kau menyerahkan diri dan diadili di Lu-tong!"
"Hm, dan Khong-tong juga ingin mengadilimu. Serahkan dirimu secara baik-baik, Naga Pembunuh.
Atau pinceng bersama kawan-kawan menangkap dan membunuhmu di sini!"
Giam Liong tertawa mengejek. "Beberapa jam yang lalu anak murid Khong-tong dan Lu-tong juga
menemuiku, mereka sudah kuhajar, tapi kubebaskan. Apakah kalian tidak bertemu dan mendapat keterangan
dari mereka? Kalau aku hendak diadili maka buka dan perhatikan baik-baik mata dan telinga kalian, Kwan
Tek Sianjin. Aku tidak melakukan apa yang kalian tuduhkan dan jangan ngawur!
"Bagus, kau maksudkan tiga orang ini?" Kwan Tek dan Ceng Ting tiba-tiba serentak berseru. Mereka
ada membawa bungkusan besar dan sejak tadi Giam Liong merasa aneh. Entah apa yang dibawa itu. Tapi
begitu mereka melempar dan membuka bungkusan ini maka tiga mayat terlempar dan itu adalah dua tosu
serta hwesio yang dibebaskan. Anak-anak murid Khong-tong dan Lu-tong, tewas dengan leher hampir putus!
"Ah!" Giam Liong terkejut. "Ini... apa artinya ini? Bukankah mereka adalah orang-orang tadi?"
Pertanyaan ini lebih ditujukan kepada sang isteri daripada kepada tosu atau orang-orang lain itu. Tapi
Kwan Tek Sianjin dang Ceng Ting Hwesio yang tak dapat menahan marah sudah membentak,
"Bagus, kau sudah mengaku, bocah she Sin. Dan sekarang serahkan dirimu untuk kami tangkap!"
"Dan kami juga orang-orang yang saudara kami kau bunuh. Menyerahlah dan jangan melawan, Naga
Pembunuh. Kau harus diadili dan jangan bersikap blo?on untuk perbuatanmu yang telengas!"
Tosu dan para hwesio serta lima orang itu maju serentak. Mereka mau menangkap dan mengikat Giam
Liong sementara senjata di tangan bergetar siap menyerang. Toya sudah dicabut dan hwesio dari Lu-tong itu
bergerak mengerotokkan buku-buku jarinya. Tampak betapa uap putih keluar dari telapak hwesio ini. Dan
ketika mereka bergerak sama cepat dan masing-masing ingin menotok atau merobohkan Giam Liong, hal
yang tentu saja tak dibiarkan pemuda ini maka Giam Liong mempergunakan langkah saktinya dan tahu-tahu
sudah menyelinap mundur. Sembilan orang itu hampir bertabrakan.
"Heiii...!"
Yu Yin melengking dan marah. Nyonya ini sejak tadi mendengarkan dan terbelalak gusar. Dia kaget
melihat betapa dua tosu dan hwesio yang dibebaskan Giam Liong tiba-tiba sudah menjadi mayat, padahal
baru beberapa jam mereka itu bertemu. Maka begitu dia sadar dan sembilan orang menubruk suaminya, luput
karena suaminya mempergunakan Pek-poh-sin-kun maka wanita ini membentak dan tiba-tiba maju
berkelebat, tangan menampar dan kakipun menendang. Padahal sang suami justeru menjauh dan meloncat
mundur.
"Jahanam keparat, kalian kiranya pengacau-pengacau dan pemfitnah. Mampuslah!"
Gerak nyonya ini cepat dan kuat. Ditambah kemarahannya maka pukulan atau tendangannya bakal
melemparkan orang-orang itu. Tapi ketika Kwan Tek Sianjin mengelak dan Ceng Ting Hwesio menangkis,Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
106 dua lengan bertemu maka nyonya muda itu terpental dan Yu Yin kaget sekali.
"Dukk!"
Sang nyonya berjungkir balik membuang sisa tenaga lemparan. Tak dia sangka bahwa hwesio ini lihai,
jauh lebih lihai daripada hwesio yang tewas itu. Tapi teringat bahwa lawan adalah sute Ceng Ting Hwesio,
wakil atau tokoh Lu-tong maka nyonya itu mencabut pedangnya namun Giam Liong tiba-tiba berkelebat dan
menarik isterinya ini, mata merah.
"Yu Yin, kita pergi. Agaknya ada seorang yang mengacau namaku!"
Nyonya itu terkejut. Dia melengking dan menolak namun cengkeraman sang suami amatlah kuat. Dan
ketika Giam Liong membalik dan membawanya terbang maka pemuda itu meninggalkan lawan dan
memasuki hutan untuk cepat-cepat keluar.
Namun Kwan Tek Sianjin dan Ceng Ting Hwesio tak mau melepaskan. Dua orang itu membentak dan
begitu Giam Liong pergi merekapun mengejar. Dan ketika tujuh teman yang lain juga berseru dan berkelebat
mengejar maka sembilan orang itu susul-menyusul tak mau melepaskan Giam Liong. Perginya pemuda itu
justeru menguatkan dugaan bahwa Giam Liong lari dari tanggung jawab.
"Naga Pembunuh, berhenti. Kau serahkan dirimu dulu atau mampus di tangan kami!"
Yu Yin juga uring-uringan. Nyonya ini menendang dan meronta namun cengkeraman semakin kuat.
Ada sesuatu di pikiran pemuda itu. Dan ketika mereka sudah melewati hutan dengan cepat sementara wanita
itu memaki dan tetap meronta-ronta maka Yu Yin memekik gusar kepada suaminya itu.
"Giam Liong, lepaskan aku. Lepaskan. Kau dianggap pengecut dan justeru akan memperkuat dugaan
saja. Berhentilah dan hadapi mereka, Giam Liong, jangan lari. Biarku hajar orang-orang itu dan kukatakan
bahwa semua itu fitnah!"
"Hm, aku ingin ke Lembah Iblis. Tiga orang itu tewas oleh Golok Maut, Yu Yin. Lihat betapa luka di
leher mereka kering dan tak berdarah!"
"Kau.. ke Lembah Iblis? Gila, aku ingin ke kota raja, Giam Liong. Mencari dan menemukan dulu
puteraku. Untuk apa pulang!"
"Hm, kita tunda perjalanan ke kota raja. Dan orang she Ta ini... ah, ia merepotkan saja, Yu Yin. Biar ia
kulepas dan kita pulang dulu!" Giam Liong melempar dan membuang Ta-ciangkun itu. Si perwira yang tadi
ditangkap tiba-tiba begitu mudah kini dilepaskan. Giam Liong ingin kembali ke Lembah Iblis sementara
isterinya bermaksud ke kota raja. Yu Yin masih tak mengerti apa yang dikehendaki suaminya ini. Baginya


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sang anak lebih penting daripada yang lain-lain. Dia tak tahu bahwa Giam Liong hendak melihat apakah
Golok Maut yang ditanam dan disembunyikan di makam kakek gurunya masih ada di sana. Giam Liong
terkejut bahwa tosu dan hwesio dari Lu-tong itu tewas dengan leher mengering. Hanya Golok Penghisap
Darah atau Golok Maut itulah yang bisa melakukan itu. Orang yang terluka oleh golok ini akan berciri
seperti itu, kulit dan daging yang tersayat segera kering dan mampat. Hawa golok maut itu menghisap
darahnya. Maka ketika Giam Liong terkejut bahwa tosu dan hwesio itu tewas dengan ciri seperti disambar
Golok Maut, padahal golok itu telah dikubur dan ditanam di Lembah Iblis maka pemuda yang bermaksud
untuk menyelidiki dan mengetahui apakah golok itu tetap di sana ingin segera ke Lembah Iblis dan
menggalinya. Giam Liong bergetar membayangkan sesuatu yang mengerikan, bahwa golok itu mungkin
dicuri orang. Tapi sang isteri yang ternyata tak mengerti dan lebih berat anak daripada golok meronta dan
menendang-nendang sepanjang jalan. Dia sendiri sudah melempar Ta-ciangkun dan perwira itu bergulingan
di sana, mengeluh namun sudah terbebas dan bangkit terhuyung. Dan ketika perwira itu melihat bayangan-
banyangan berkelebat di depan mukanya, itulah para tosu dan hwesio dari Lu-tong maka Giam Liong yang
diganggu isterinya jadi terhambat dan terkejar.
"Biar.... biar! Tak usah lari dan tak perlu pulang. Aku tak mau ke Lembah Iblis, Giam Liong. Aku
ingin menemukan anakku Sin Gak dulu. Berhenti dan hajar orang-orang itu!"
Giam Liong susah. Kalau saja yang dipegangnya ini bukanlah isteri tentu dia akan menampar danKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
107 merobohkannya pingsan. Tapi Yu Yin adalah isterinya, wanita yang dia cinta. Dan ketika Yu Yin
menendang dan tetap meronta-ronta menghambat larinya maka sembilan orang di belakang menyusul dan
toya menyambar punggung pemuda itu, disusul oleh pedang yang mendesing menuju telinganya. Ceng Ting
dan Kwan Tek Sianjin telah menyerang.
"Naga Pembunuh, berhenti dan benar kata isterimu. Jangan lari kalau tidak bersalah dan hadapi kami
secara jantan.... wut-singg!" Giam Liong mengelak dan melepaskan isterinya. Apa boleh buat dia harus
berhenti dan kini pemuda itu membalik. Serangan-serangan lain datang seperti hujan setelah toya dan pedang
itu mengenai angin. Dan ketika tujuh yang lain menghantam dan sudah melepas pukulan jarak jauh maka si
buntung ini siap dan dengan geram pendek ia menyambut, Kim-kang-ciang atau Pukulan Tangan Emas
dilepas.
"Wut-dess-blarrr....!"
Tujuh orang itu terpelanting dan terbanting. Giam Liong mengerahkan kesaktiannya dan si buntung
yang berkilat-kilat ini marah. Dia membuat lawan terlempar dan berteriak kaget. Dan ketika tujuh orang itu
bergulingan meloncat bangun dan pemuda ini berdiri tegak maka Giam Liong membentak.
"Kwan Tek Sianjin, Ceng Ting Hwesio, kuberitahukan kepada kalian bahwa aku sama sekali tidak
melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Aku tak tahu apa-apa tentang ini dan percayalah bahwa itu bukan
perbuatanku. Pergilah dan katakan kepada ketua kalian bahwa seseorang sengaja meminjam namaku,
merusak. Aku tak ada waktu dan silakan kalian pergi!"
"Keparat!" hwesio dan tosu serta lima orang itu memaki. "Luka yang ditimbulkan golokmu berciri
khas, Naga Pembunuh. Dan di dunia ini hanya kau seorang yang memiliki senjata ampuh itu. Tak usah
banyak cakap atau kau menyerah baik-baik!" sembilan orang itu berkelebat dan menyerang lagi. Giam Liong
mengatur tenaganya sedemikian rupa agar tak sampai mencelakai. Tapi ketika ia diserang lagi sementara
Nenek Bongkok 1 Walet Emas 01 Kilatan Pedang Merapi Dahana Petaka Seorang Pendekar 2
^