Pencarian

Satu Dua Pasang Gesper 4

Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie Bagian 4


tapi kini kita menemukan dia waktu itu belum men-
dapatkan pekerjaan. Sampai hari itu berlalu pun dia
belum mendapatkan pekerjaan. Dia mengakuinya seka-
rang. Jadi itulah kebohongan pertama. Dia tidak da-
pat menjelaskan di mana dia berada pada pukul
12.25 dan sesudahnya. Katanya dia berjalan-jalan di
Marylebone Road, namun alibi pertama yang dapat
dibuktikannya adalah ketika minum di sebuah pub
pada pukul 13.05. Dan pelayan bar mengatakan keti-
ka itu dia gelisah?tangannya gemetar dan mukanya
pucat seputih kertas!"
Hercule Poirot menghela napas dan menggeleng-ge-
leng. Ia bergumam, "Itu tidak cocok dengan pikiran
saya."
"Apa pikiran Anda tentang ini?"
"Cerita Anda barusan telah mengacaukan teori
saya. Sangat mengacaukan. Sebab, seandainya Anda
benar..."
Pintu terbuka perlahan dan George berkata lirih,
"Maaf, Monsieur, tapi..."
Ia tidak meneruskan perkataannya. Miss Gladys
Nevill mendesaknya ke samping dan masuk ke ruang-
an itu. Ia menangis.
"Oh, M. Poirot?"
225 "Baiklah, sebaiknya saya pergi," ujar Japp cepat-ce-
pat. Ia segera meninggalkan ruangan.
Gladys Nevill memandanginya dengan sengit. "Itu-
lah orangnya?itu inspektur jahat dari Scotland
Yard?dialah yang telah memojokkan Frank yang ma-
lang dalam kasus ini."
"Tenang, tenang. Anda sendiri harus tenang."
"Tapi dia telah... Mula-mula mereka menuduhnya
telah mencoba membunuh Mr. Blunt, tapi ternyata
belum puas, mereka menuduhnya lagi telah membu-
nuh Mr. Morley."
Hercule Poirot berdeham. Ia berkata, "Saya berada
di sana, di Exsham, ketika tembakan itu dilepaskan
terhadap M. Blunt."
Dengan berapi-api Gladys Nevill menumpahkan
ketidakpuasannya.
"Tapi meskipun Frank melakukan?melakukan per-
buatan sedungu itu?bukankah sasarannya adalah salah
seorang generasi kolot itu?orang yang gila hormat, dan
tentu saja, saya kira, istri Mr. Blunt adalah orang yang
paling jahat, yang biasa memperalat orang-orang muda
yang malang?yang betul-betul tidak membahayakan
seperti Frank?dan beranggapan mereka telah melaku-
kan sesuatu yang hebat dan patriotik."
"Begitukah pembelaan M. Carter?" tanya Hercule
Poirot.
"Oh, tidak. Frank hanya bersumpah tidak melaku-
kannya dan belum pernah melihat pistol itu. Tentu
saja, saya belum pernah menemuinya sejak dia dita-
han?mereka tidak akan memberi izin?tapi dia di-
226 bantu pengacara dan pengacara itulah yang mencerita-
kan kepada saya semua yang telah dikatakan Frank.
Frank hanya mengatakan semua ini jebakan."
Poirot bergumam, "Dan apakah menurut pandang-
an pengacara itu Frank sebaiknya mengemukakan ce-
rita yang lebih masuk akal?"
"Pertanyaan para ahli hukum memang sulit diterka.
Mereka tidak akan mengatakan sesuatu apa adanya.
Tapi yang mengkhawatirkan saya adalah tuduhan
membunuh itu. Oh! M. Poirot, saya yakin Frank ti-
dak mungkin telah membunuh Mr. Morley. Maksud
saya?dia sungguh tidak mempunyai alasan untuk
berbuat demikian."
"Betulkah," tanya Poirot, "bahwa ketika datang pagi
itu, dia sama sekali belum mendapat pekerjaan?"
"Sesungguhnya, M. Poirot, saya tidak melihat per-
bedaan antara seandainya dia mendapatkan pekerjaan
pada pagi hari dan pada petang hari."
Poirot berkata, "Tapi menurut ceritanya, dia waktu
itu datang untuk memberitahu Anda tentang keberun-
tungannya. Sekarang, tampaknya, dia sama sekali belum
beruntung. Kalau begitu, untuk apa dia datang?"
"Oh, M. Poirot, anak malang itu memang sedang
kacau pikirannya dan sejujurnya saya percaya dia waktu
itu habis minum-minum sedikit. Sebenarnya Frank
bukan peminum?dan minuman menjadikannya pe-
marah dan cenderung... cenderung ingin bertengkar.
Karena itu dia datang ke Queen Charlotte Street, agar
dapat menumpahkan kekesalannya kepada Mr. Morley.
Anda tahu sendiri, Frank sangat sensitif, dan yang pa-
ling membuatnya kesal adalah perasaannya bahwa Mr.
227 Morley tidak menyukainya, serta menurut istilahnya,
Mr. Morley selalu mencoba meracuni pikiran saya."
"Jadi, dia dengan sengaja bermaksud membuat keri-
butan pagi itu?"
"Hmm... ya... saya kira itu memang gagasannya.
Tentu saja menurut saya itu salah sekali."
Sambil berpikir Poirot menatap gadis pirang yang
sedang menangis di depannya itu. Ia berkata, "Tahu-
kah Anda, Frank Carter memiliki sepucuk pistol?
atau sepasang pistol?"
"Oh, tidak, M. Poirot. Saya berani bersumpah.
Dan saya juga tidak percaya itu benar."
Poirot menggeleng-geleng perlahan seperti orang
bingung.
"Oh! M. Poirot, bantulah kami. Kalau saja saya
bisa yakin Anda di pihak kami?"
Poirot berkata, "Saya tidak memihak siapa-siapa.
Saya hanya berpihak pada kebenaran."
V Setelah berhasil menyuruh gadis itu pulang, Poirot
menelepon Scotland Yard. Japp belum pulang, namun
Sersan Detektif Beddoes dengan senang hati memberi-
nya informasi.
Polisi belum menemukan bukti untuk membenar-
kan kepemilikan Frank Carter atas pistol itu sebelum
percobaan pembunuhan di Exsham.
Sambil terus merenung, Poirot meletakkan telepon.
228 Kenyataannya ini menguntungkan Carter. Tapi sejauh
ini, itu baru satu-satunya.
Dari Beddoes, Poirot juga memperoleh beberapa
informasi tambahan yang lebih terperinci antara lain
sehubungan dengan pernyataan Frank Carter tentang
pekerjaannya sebagai tukang kebun di Exsham. Ia ber-
tahan pada ceritanya bahwa ia agen rahasia. Katanya,
ia telah menerima uang muka dan beberapa dokumen
untuk menyatakan seolah-olah ia tukang kebun ber-
pengalaman. Ia disuruh melamar kepada Mr.
MacAlister, seorang mandor tukang kebun.
Tugas yang harus dikerjakannya adalah mendengar-
kan setiap percakapan tukang-tukang kebun lain,
menyelidiki apakah ada di antara mereka yang cende-
rung berpaham "merah", dengan cara ia sendiri berpu-
ra-pura berpaham "merah". Ia telah diwawancarai dan
ditugasi wanita yang hanya dikenalnya sebagai Q.
H.56, dan kepada wanita itu ia direkomendasikan
sebagai seorang yang sangat antikomunis. Wanita itu
telah mewawancarainya di ruangan yang remang-re-
mang dan rasanya tidak mungkin ia bisa mengenali
lagi wanita itu. Wanita itu berambut merah dan me-
ngenakan make-up cukup tebal.
Poirot menggeram. Rasanya ia perlu mengonsultasi-
kan masalah ini dengan Mr. Barnes.
Menurut Mr. Barnes, kasus semacam ini memang
pernah terjadi.
Kiriman pos yang terakhir petang itu semakin
membebani pikirannya. Sepucuk surat beramplop mu-
rahan dengan tulisan cakar ayam. Cap posnya menun-
jukkan surat itu dikirim dari Hertfordshire.
229 Poirot membuka dan membacanya,
Dengan hormat,
Mudah-mudahan Anda mau memaafkan saya
karena merepotkan Anda, tapi saya sungguh ce-
mas dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya ti-
dak ingin sampai berurusan dengan polisi. Saya
tahu seharusnya saya telah menceritakan sesuatu
yang saya ketahui ini, tapi karena mereka menga-
takan majikan saya meninggal akibat bunuh diri,
maka saya mengurungkan maksud saya, lagi pula
saya tidak ingin menyusahkan teman pria Miss
Nevill dan sungguh tak pernah terpikir dia telah
melakukannya, tapi sekarang saya mendengar dia
telah ditahan karena menembak seseorang dan
karena itu barangkali dia memang tidak beres
jadi saya merasa perlu mengirim surat kepada
Anda, Anda teman majikan saya dan tempo hari
pernah bertanya kepada saya apakah ada sesuatu
dan tentu saja sekarang saya tahu seharusnya
saya telah menceritakannya kepada Anda. Tapi
saya sungguh berharap ini tidak menyebabkan
saya harus berurusan dengan polisi karena saya
tidak ingin, demikian pula ibu saya. Ia memang
paling lain daripada yang lain.
Hormat saya,
AGNES FLETCHER
230 Poirot bergumam, "Aku selalu tahu ini ada kaitan-
nya dengan seseorang. Aku telah salah menyangka
orangnya, itu saja."
231 WAWANCARA dengan Agnes Fletcher berlangsung di
Hertford, di kedai teh sederhana, karena Agnes sungguh
tidak mau bercerita di bawah tatapan Miss Morley.
Seperempat jam pertama digunakan semata-mata
untuk mendengarkan bagaimana tepatnya sifat dan peri-
laku ibu Agnes yang lain daripada yang lain itu. Juga
tentang ayahnya yang sama sekali belum pernah ber-
urusan dengan polisi. Pada hakikatnya, kedua orangtua
Agnes memang disegani dan dihormati tetangga-tetang-
ganya di Little Darlingham, Gloucestershire, dan tak
seorang pun dari keenam anggota keluarga Mrs. Fletcher
(dua orang telah meninggal ketika masih bayi) yang per-
nah mengecewakan orangtuanya. Dan seandainya
Agnes, sekarang, dengan alasan apa pun harus berurusan
dengan polisi, ibu dan ayahnya mungkin akan mati ka-
rena malu, sebab seperti yang telah dikatakan ibunya,
selama ini mereka selalu berjalan dengan kepala mendo-
ngak, dan belum pernah berurusan dengan polisi.
LIMA BELAS, ENAM BELAS,
GADIS-GADIS DI DAPUR
232 Setelah cerita ini diulang-ulang beberapa kali, setiap
kali dengan bumbu berbeda, akhirnya sedikit demi
sedikit mereka sampai ke pokok pembicaraan sesung-
guhnya.
"Saya tidak mau membicarakannya dengan Miss
Morley, karena takut dia akan melapor ke polisi, tapi
saya dan tukang masak, kami memperbincangkannya
dan kami merasa itu bukan urusan kami, sebab kami
telah membaca dengan jelas sekali di surat kabar, ba-
gaimana majikan kami telah salah memberi obat dan
bahwa dia telah menembak dirinya sendiri dan pistol
itu ada di tangannya dan sebagainya, jadi bukankah
semua itu agaknya betul-betul jelas, Monsieur?"
"Kapan kau mulai berubah pendapat?" Poirot ber-
harap sedikit demi sedikit bisa menyingkapkan infor-
masi yang dikehendakinya, bukan dengan pertanyaan
langsung, melainkan dengan cara menyemangatinya.
Agnes dengan cepat menjawab, "Waktu di surat
kabar ada berita tentang Frank Carter?teman Miss
Nevill. Waktu saya membaca dia sebagai tukang ke-
bun menembak majikannya, saya pikir, seolah-olah
ada sesuatu yang tidak beres di otaknya, karena saya
benar-benar tahu ada orang yang bertindak seperti
itu, yang merasa seolah-olah terus terancam, merasa
dikelilingi musuh dan orang semacam itu berbahaya
kalau dibiarkan berkeliaran, jadi harus dirawat di ru-
mah sakit jiwa. Dan saya pikir, barangkali Frank
Carter seperti itu, karena saya betul-betul ingat dia
biasa menggerutu tentang Mr. Morley dan mengata-
kan Mr. Morley membencinya dan berusaha memisah-
kannya dari Miss Nevill, tapi tentu saja Miss Nevill
233 tidak mau, dan memang benar pikir kami?Emma
dan saya, karena siapa pun tidak bisa menyangkal Mr.
Carter sangat tampan dan betul-betul ramah. Tapi,
tentu saja, tidak seorang pun dari kami menyangka
dia sungguh telah berbuat sesuatu terhadap Mr.
Morley. Kami hanya berpendapat itu agak aneh kalau
Anda mengerti maksud saya."
Poirot menanggapi dengan sabar, "Apanya yang
aneh?"
"Pagi itu, Monsieur, pagi ketika Mr. Morley bunuh
diri. Saya heran mengapa saya ingin turun mengambil
surat. Tukang pos sudah datang tapi Alfred belum
juga mengantarnya ke atas, mungkin tidak ada surat
untuk Miss Morley atau Mr. Morley, sebab kalau ha-
nya surat untuk Emma atau saya, Alfred baru akan
mengantarnya waktu makan siang.


Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Karena tidak berani turun, saya hanya ke teras
tangga dan melihat ke bawah. Miss Morley tidak suka
kalau kami turun selama jam praktik, tapi saya pikir,
saya bisa menunggu Alfred mengantar pasien dan se-
kembalinya saya bisa memanggilnya."
Agnes berhenti untuk menarik napas panjang, ke-
mudian meneruskan, "Dan pada saat itulah saya meli-
hatnya?Frank Carter, maksud saya. Dia berada di
tengah tangga, antara lantai tiga dan empat?lantai
kami, maksud saya, di atas ruang praktik Mr. Morley.
Dia berdiri di sana, menunggu dan memandang ke
bawah?dan kini saya makin merasa perbuatannya itu
aneh. Dia tampaknya sedang mendengarkan sesuatu
dengan penuh perhatian, kalau Anda tahu maksud
saya."
234 "Pukul berapa waktu itu?"
"Pasti sudah pukul 12.30, Monsieur. Waktu itu
saya berpikir Frank Carter pasti akan kecewa jika me-
ngetahui Miss Nevill hari itu tidak masuk, karena itu
saya bermaksud memberitahunya, tapi kemudian ter-
pikir lagi oleh saya mungkin bukan Miss Nevill yang
ditunggunya. Dan ketika saya ragu-ragu, Mr. Carter
tampaknya telah membulatkan tekad dan menuruni
tangga cepat sekali dan pergi melalui gang menuju
ruang praktik Mr. Morley, dan saya berpikir lagi, Mr.
Morley pasti akan marah, dan pertengkaran pasti
akan terjadi, tapi tiba-tiba Emma memanggil saya dan
menanyakan apa yang sedang saya kerjakan. Karena
itu saya ke atas lagi dan lalu, sesudah itu, saya mende-
ngar majikan saya telah menembak dirinya sendiri
dan, tentu saja, saya begitu terkejut sehingga tidak
ingat apa-apa lagi. Baru setelah inspektur polisi itu
pergi, saya berkata kepada Emma, saya berkata, bahwa
saya tidak bercerita tentang Mr. Carter yang telah
pergi menemui Mr. Morley pagi itu dan dia, Emma,
bertanya apakah betul demikian? Dan saya bercerita
kepadanya, dan menurut pendapatnya saya mesti men-
ceritakan itu kepada polisi, tapi waktu itu saya berka-
ta lebih baik menunggu sebentar, dan dia setuju, ka-
rena tidak seorang pun dari kami ingin menyusahkan
Frank Carter, kalau bisa. Kemudian, ketika pemeriksa-
an pengadilan menyimpulkan Mr. Morley telah salah
memberi obat, lalu putus asa dan bunuh diri, sung-
guh wajar kelihatannya?maka, tentu saja, kami mera-
sa tidak perlu lagi mengungkapkan masalah itu. Tapi
setelah membaca surat kabar dua hari yang lalu?Oh!
235 Berita itu sungguh mengagetkan saya! Dan saya berka-
ta kepada diri sendiri, ?Kalau dia memang orang tidak
waras yang selalu merasa dimusuhi dan berkeliaran
menembaki orang, maka, boleh jadi dia sungguh-sung-
guh telah menembak Mr. Morley!?"
Mata Agnes, yang kelihatan cemas dan ketakutan,
memandang Hercule Poirot dengan penuh harapan.
Poirot membuat suaranya sedemikian rupa guna mene-
nangkannya.
"Kau harus yakin bahwa dengan menceritakan se-
mua ini kepada saya berarti tindakanmu tepat sekali,
Agnes," ujarnya.
"Saya harus mengatakan, Sir, bahwa sekarang pi-
kiran yang sangat membebani saya sudah hilang. Sebe-
lum ini saya selalu mengatakan kepada diri saya bah-
wa saya harus menceritakan ini. Dan kemudian saya
berpikir, apa yang akan dikatakan ibu saya kalau saya
sampai berurusan dengan polisi. Dia selalu mengkha-
watirkan kami semua...."
"Ya, ya," sahut Hercule Poirot cepat.
Rasanya ia bisa seperti ibu Agnes seandainya ia
tinggal lebih lama.
II Poirot pergi ke Scotland Yard dan meminta bertemu
dengan Japp. Ketika ia telah diantar ke ruang kerja
Inspektur Kepala itu, ia berkata, "Saya ingin menemui
Carter."
236 Japp hanya meliriknya sekilas. Ujarnya, "Ada gagas-
an besar apa?"
"Anda keberatan?"
Japp mengangkat bahu. Ia berkata, "Oh, saya tidak
boleh menolak. Saya bisa susah sendiri. Siapa orang
kepercayaan Menteri Dalam Negeri? Anda. Siapa yang
menyimpan separuh anggota Kabinet dalam sakunya?
Anda juga. Anda yang telah menyelamatkan muka
mereka."
Beberapa saat kenangan Poirot melayang ke kasus
yang disebutnya Kasus Augean Stables. Ia bergumam,
tidak tanpa rasa bangga, "Sederhana, bukan? Anda
harus mengakuinya. Dirancang dengan sempurna."
"Tak seorang pun kecuali Anda yang bisa memecah-
kannya! Kadang-kadang, Poirot, saya pikir Anda tidak
pernah mengalami kesukaran sama sekali!"
Wajah Poirot tiba-tiba murung. Ia berkata, "Itu ti-
dak benar."
"Oh, maaf, Poirot, saya hanya bergurau. Tapi Anda
kadang-kadang puas sekali dengan kecerdikan Anda.
Untuk apa Anda ingin menemui Carter? Untuk me-
nanyainya apakah dia sungguh-sungguh membunuh
Morley?"
Betapa tercengangnya Japp ketika Poirot mengang-
guk mantap.
"Ya, Kawan, itulah alasan saya yang sebenarnya."
"Dan Anda pikir, dia akan mengaku?"
Japp tertawa ketika mengatakan itu. Tapi Hercule
Poirot tetap serius. Ia berkata, "Dia mungkin menga-
ku kepada saya... ya."
Japp memandangnya heran. "Anda tahu, saya telah
237 lama sekali mengenal Anda?dua puluh tahun! Sekitar
itu, saya kira. Tapi saya masih sering tidak bisa me-
nangkap jalan pikiran Anda. Saya tahu Anda telah
mendapatkan sesuatu tentang Frank Carter. Untuk
beberapa alasan tertentu, Anda tidak ingin dia dinya-
takan bersalah...."
Hercule Poirot menggeleng-gelengkan kepala de-
ngan sungguh-sungguh.
"Tidak, tidak, Anda salah. Justru kebalikannya...."
"Saya pikir, barangkali karena gadis pacarnya?si
Pirang yang cantik itu. Kadang-kadang Anda senti-
mental...."
Poirot langsung naik darah.
"Bukan saya yang sentimental! Kalian, orang
Inggris, yang biasanya begitu! Di Inggris inilah orang
selalu menangisi kekasihnya dan ibu atau anaknya
tersayang yang meninggal. Kalau saya, saya selalu ber-
tindak berdasarkan logika. Kalau Frank Carter ternya-
ta pembunuh, saya pasti tidak akan cukup sentimental
untuk mengawinkannya dengan gadis manis dan ber-
akal sehat yang, seandainya pemuda itu digantung,
akan melupakannya dalam setahun atau dua tahun
dan mencari gantinya."
"Kalau begitu mengapa Anda tidak ingin mengakui
dia bersalah?"
"Saya sungguh ingin bisa percaya dia bersalah."
"Saya kira, yang Anda maksudkan adalah bahwa
Anda telah mendapatkan sesuatu yang kurang-lebih
membuktikan secara meyakinkan ketidakbersalahannya?
Kalau begitu, mengapa Anda menyembunyikan fakta
238 itu? Anda seharusnya bersikap terbuka terhadap kami,
Poirot."
"Saya selalu bersikap terbuka terhadap Anda. Saya
memang bermaksud memberi Anda nama dan alamat
saksi yang akan tak terhingga nilainya bagi Anda da-
lam menyusun dakwaan. Kesaksiannya harus dapat
menutup kasus yang didakwakan kepadanya."
"Tapi kalau begitu?Oh! Anda membuat saya sema-
kin bingung. Mengapa Anda begitu ingin menemui-
nya?"
"Demi kepuasan saya sendiri," sahut Hercule
Poirot.
Dan ia tidak mengatakan apa-apa lagi.
III Frank Carter yang kurus, pucat, namun masih garang,
memandangi tamu yang tak diharapkannya dengan
kebencian yang tak disembunyikannya. Ia menyambut-
nya dengan kasar, "Jadi, Anda rupanya, orang usil?
Apa yang Anda inginkan?"
"Saya ingin bertemu dan berbicara dengan Anda."
"Nah, Anda sudah bertemu saya. Tapi saya tidak
ingin berbicara. Tidak, kalau tanpa pengacara saya.
Bukankah itu betul? Saya berhak didampingi pengaca-
ra saya."
"Memang betul itu hak Anda. Anda boleh me-
manggilnya kalau Anda suka?tapi saya lebih suka
Anda tidak melakukannya."
239 "Anda bermaksud menjebak saya agar mengaku,
eh?"
"Kita hanya berdua, ingat."
"Tapi ini agak tidak lazim, bukan? Teman-teman
Anda yang polisi itu pasti memasang telinga, saya
yakin."
"Anda salah. Ini wawancara pribadi antara Anda
dan saya."
Frank Carter tertawa mengejek. Ia berkata, "Pergilah!
Anda tidak akan berhasil dengan akal bulus Anda itu."
"Ingatkah Anda pada gadis bernama Agnes
Fletcher?"
"Mendengar pun belum pernah."
"Saya kira Anda akan mengingatnya, meskipun ba-
rangkali tidak pernah memperhatikannya. Dia pem-
bantu wanita di Queen Charlotte Street 58."
"Lalu kenapa?"
Hercule Poirot berkata pelan, "Pada pagi ketika M.
Morley ditembak, gadis ini secara tidak sengaja meli-
hat Anda ketika dia memandang ke bawah melalui
kisi-kisi teras tangga lantai atas. Dia melihat Anda di
tangga?sedang menunggu dan mendengarkan sesua-
tu. Tak lama sesudah itu dia melihat Anda bergegas
menuju ruang praktik M. Morley. Waktu itu jam me-
nunjukkan pukul 12.26 atau sekitar itu."
Frank Carter tampak sangat gemetar. Butir-butir
keringat bermunculan di alisnya. Matanya dengan ce-
mas melirik ke kanan dan kiri. Ia berteriak marah,
"Bohong! Gila! Itu bohong! Anda telah membayar-
nya?polisi telah menyuapnya?agar mengatakan dia
melihat saya."
240 "Pada waktu itu," lanjut Hercule Poirot, "berdasar-
kan pengakuan Anda, Anda telah meninggalkan ru-
mah itu dan sedang berada di Marylebone Road."
"Memang begitu. Gadis itu bohong. Dia tidak
mungkin melihat saya. Ini permainan kotor. Kalau itu
benar, mengapa tidak dari dulu dia mengatakan-
nya?"
Hercule Poirot berkata hampir berbisik, "Dia men-
ceritakannya, waktu itu, kepada kawannya, juru ma-
sak. Mereka cemas, bingung, dan tidak tahu apa yang
harus dikerjakan. Ketika kesimpulan bahwa peristiwa
itu adalah peristiwa bunuh diri diumumkan, mereka
menjadi lega dan memutuskan tidak perlu melapor-
kannya kepada polisi."
"Saya tidak percaya sedikit pun! Mereka berkom-
plot, pasti. Perempuan-perempuan kotor, penipu...."
Dengan sengit ia memaki-maki.
Hercule Poirot menunggu.
Ketika akhirnya sumpah serapah itu reda, Poirot
berkata lagi, masih dengan suara yang tenang dan
berwibawa.
"Kemarahan dan maki-makian tidak akan memban-
tu Anda. Gadis-gadis ini akan mengungkapkan cerita
mereka dan itu akan dipercaya. Karena, Anda pasti
tahu, mereka menceritakan sesuatu yang benar. Gadis
itu, Agnes Fletcher, memang melihat Anda. Anda me-
mang di sana waktu itu, di tangga. Anda belum me-
ninggalkan rumah itu. Dan Anda memang masuk ke
kamar M. Morley."
Poirot berhenti sejenak lalu bertanya, hampir tidak
kedengaran, "Apa yang terjadi kemudian?"
241 "Itu bohong. Itu pasti bohong!"
Hercule Poirot merasa sangat letih?sangat tua. Ia
tidak menyukai Frank Carter. Ia sangat tidak menyu-
kainya. Dalam pandangannya, Frank Carter seorang
perusuh, pembohong, penipu?tipe orang yang lebih
baik tidak ada di dunia ini. Ia, Hercule Poirot, sebe-
tulnya tinggal pergi dan membiarkan pemuda ini
bertahan dalam kebohongannya dan dengan sendiri-
nya ia akan menyingkirkan salah satu penduduk yang
paling tidak menyenangkan....
Hercule Poirot berkata, "Sebaiknya Anda mengung-
kapkan hal sebenarnya..."
Ia menyadari permasalahan ini dengan jelas sekali.
Frank Carter memang bodoh?tapi ia tidak terlalu
bodoh untuk melihat bahwa bertahan pada kebohong-
annya adalah jalan yang paling baik dan paling aman
baginya. Begitu ia mengaku telah masuk ke ruangan
itu pada pukul 12.26, berarti ia melangkah ke dalam
bahaya yang mengerikan. Karena sesudah itu, cerita


Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa pun yang dikemukakannya akan cenderung diang-
gap bohong.
Kalau begitu, biarkan saja ia bertahan pada sangkal-
annya. Dengan demikian, tugas Hercule Poirot selesai.
Frank Carter kemungkinan besar akan digantung ka-
rena dinyatakan telah membunuh Henry Morley?
dan mungkin keputusan itu adil.
Hercule Poirot tinggal berdiri dan meninggalkan-
nya. Frank Carter berseru lagi, "Itu bohong!"
Beberapa saat keduanya terdiam. Hercule Poirot
tidak meninggalkannya. Sesungguhnya ia lebih suka
242 berbuat begitu?jauh lebih suka. Meski begitu ia te-
tap tinggal di situ.
Ia membungkuk. Ia berkata?dan ia memanfaatkan
wibawa yang terkandung di dalam suaranya...
"Saya tidak berbohong kepada Anda. Saya minta
Anda memercayai saya. Kalau Anda tidak membunuh
Morley, harapan Anda terletak pada kejujuran untuk
menceritakan hal sebenarnya yang terjadi pagi itu."
Muka yang pemberang dan licik itu memandang-
nya, kemudian ragu-ragu. Frank Carter menggigit bi-
bir. Matanya melirik ke kiri dan kanan, seperti mata
hewan yang gelisah dan ketakutan.
Kemudian, tiba-tiba, karena tak tahan menghadapi
pribadi yang begitu kuat, akhirnya Frank Carter me-
nyerah.
Ia berkata dengan suara parau, "Baiklah kalau begi-
tu?saya akan menceritakan semuanya. Tuhan akan
mengutuk Anda kalau Anda menjebak saya! Saya me-
mang masuk... saya naik ke atas dan menunggu di
tangga sampai yakin dia sendirian. Menunggu di sana,
di tempat yang lebih tinggi daripada teras tangga
ruang praktik Mr. Morley. Kemudian seorang laki-laki
keluar dan turun?seorang laki-laki gemuk. Saya baru
saja mau turun?ketika laki-laki lain keluar dari
ruang praktik Morley dan juga langsung turun. Wak-
tu itu saya tahu saya harus cepat-cepat. Saya bergegas
menyelinap ke kamarnya tanpa mengetuk. Yang saya
pikirkan waktu itu hanyalah menyumpahinya. Dia
selalu mencoba menjauhkan Gladys dari saya... dia
memang bangsat..."
Ia berhenti.
243 "Ya?" Hercule Poirot mendesak.
Suara Carter makin parau dan tidak jelas. "Dan
dia tergeletak di sana... mati. Betul! Saya berani ber-
sumpah! Tergeletak seperti yang mereka katakan di
pemeriksaan pengadilan. Mula-mula saya tidak perca-
ya. Saya berjongkok memeriksanya. Tapi dia sudah
mati. Tangannya dingin seperti batu dan saya melihat
lubang peluru di kepalanya dengan darah beku yang
menghitam di sekelilingnya..."
Karena mengingat peristiwa itu, butir-butir keringat
kembali bermunculan di keningnya.
"Saya segera sadar saya dalam situasi gawat. Orang
akan menyangka sayalah yang telah melakukannya.
Yang saya sentuh hanyalah tangannya dan pegangan
pintu. Saya mengusap pegangan pintu itu dengan
saputangan, sebelah luar dan dalam, sambil keluar,
dan menyelinap turun secepat-cepatnya. Tak ada se-
orang pun di ruang depan dan saya langsung keluar
serta meninggalkan tempat itu secepat-cepatnya. Tidak
mengherankan kalau saya jadi gelisah."
Ia berhenti sejenak. Matanya yang ketakutan me-
mandangi Poirot.
"Itulah yang sebenarnya. Saya bersumpah itulah
yang sebenarnya.... Dia waktu itu sudah mati. Anda
harus percaya kepada saya!"
Poirot bangkit. Ia berkata... dan suaranya kedengar-
an letih dan pedih... "Saya percaya."
Ia berjalan menuju pintu.
Frank Carter berteriak, "Mereka akan menggantung
saya... mereka akan menggantung saya kalau tahu saya
berada di sana waktu itu."
244 Poirot berkata, "Dengan menceritakan yang sebenar-
nya, Anda telah menyelamatkan diri Anda sendiri dari
kemungkinan digantung."
"Saya tidak percaya. Mereka akan berkata..."
Poirot memotongnya. "Pengakuan Anda telah me-
nguatkan dugaan saya tentang kebenaran yang lain.
Percayalah kepada saya."
Ia ke luar.
Ia betul-betul sedih.
V Ia tiba di rumah Mr. Barnes di Ealing pukul 18.45.
Ia ingat Mr. Barnes pernah berkata bahwa itu waktu
yang tepat untuk menerima tamu.
Mr. Barnes sedang sibuk di kebunnya. Setelah me-
nyambut Poirot ia berkata, "Kita membutuhkan hu-
jan, M. Poirot... butuh sekali."
Ia memandangi tamunya dengan penuh perhatian,
lalu berkata, "Anda tampak kurang sehat, M.
Poirot?"
"Kadang-kadang," ujar Hercule Poirot, "saya tidak
menyukai sesuatu yang harus saya lakukan."
Mr. Barnes mengangguk simpatik. Ia berkata, "Saya
mengerti."
Hercule Poirot melayangkan pandangannya ke selu-
ruh kebun yang ditata rapi. Ia bergumam, "Kebun ini
dirancang dengan baik sekali. Segalanya serasi. Kecil
tapi enak dipandang."
245 Mr. Barnes berkata, "Kalau tanah Anda tidak luas,
Anda harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Anda diharapkan tidak membuat kesalahan dalam pe-
nataannya."
Hercule Poirot mengangguk.
Barnes meneruskan, "Kalau tidak salah Anda sudah
mendapatkan orang yang Anda cari?"
"Frank Carter?"
"Ya. Saya agak terkejut, sebenarnya."
"Anda tidak menduga itu pembunuhan biasa?"
"Tidak. Sama sekali tidak. Bagaimana dengan
Amberiotis dan Alistair Blunt?saya waktu itu yakin
ini kasus spionase atau kontraspionase."
"Itu pandangan yang Anda kemukakan kepada saya
pada pertemuan pertama kita."
"Saya tahu. Waktu itu saya betul-betul yakin ten-
tang itu."
Poirot berkata pelan, "Tapi Anda salah."
"Ya. Tapi sudahlah. Susahnya, orang berpikir menu-
rut pengalamannya sendiri. Karena saya dulu berke-
cimpung dalam bidang itu, tidak mengherankan saya
cenderung menduga kasus itu berbau politik atau
spionase."
Poirot berkata, "Dalam permainan kartu, Anda
tahu yang dimaksudkan dengan forcing a card, bukan?
Kita dipaksa memainkan kartu tertentu."
"Ya, tentu saja."
"Itulah yang terjadi di sini. Setiap kali orang berpi-
kir kasus Morley adalah kejahatan biasa, eh tiba-
tiba?kartu itu dipaksakan kepada kita. Kita dipaksa
menghubungkan Amberiotis, Alistair Blunt, dan seba-
246 gainya dengan situasi politik negara ini?" Ia meng-
angkat bahu. "Seperti Anda misalnya, M. Barnes,
Anda paling berperan dalam menyimpangkan saya."
"Oh, M. Poirot, saya minta maaf. Saya mengira itu
benar."
"Kedudukan Anda memungkinkan Anda tahu. Jadi,
pandangan Anda cenderung diperhatikan."
"Yah... saya waktu itu memang sangat yakin de-
ngan yang saya ucapkan. Sekali lagi saya minta
maaf."
Ia berhenti sejenak dan menghela napas.
"Dan sesungguhnya, motifnya betul-betul priba-
di?"
"Tepat. Cukup lama waktu yang saya perlukan un-
tuk mengetahui alasan pembunuhan itu... meskipun
semestinya saya sudah bisa tahu dari dulu."
"Apa yang membuat Anda berpikir demikian?"
"Sebuah fragmen dalam suatu percakapan. Sebetul-
nya di situ jelas sekali, tapi sayang saya tidak menya-
darinya waktu itu."
Sambil berpikir, Mr. Barnes menggaruk hidungnya
dengan pencungkil tanah. Dengan sendirinya ada sedi-
kit tanah yang tertinggal di situ.
"Anda berteka-teki, rupanya?" tanyanya.
Hercule Poirot mengangkat bahu. Ia berkata, "Saya
mungkin kecewa karena Anda ketika itu agak tidak
jujur terhadap saya."
"Saya?"
"Ya."
"Ah, Kawan... saya belum pernah berprasangka sedi-
kit pun bahwa Carter bersalah. Sejauh yang saya keta-
247 hui, dia telah meninggalkan rumah itu lama sebelum
Morley dibunuh. Apakah sekarang mereka telah me-
nemukan dia tidak langsung pergi seperti yang telah
dikatakannya?"
Poirot menyahut, "Carter masih di rumah itu pada
pukul 12.26. Dia sebetulnya melihat si pembunuh."
"Jadi Carter tidak..."
"Carter melihat si pembunuh. Itu yang saya kata-
kan!"
Mr. Barnes berkata, "Apakah... apakah dia menge-
nalinya?"
Perlahan Hercule Poirot menggeleng.
248 KEESOKAN harinya, Hercule Poirot meluangkan waktu
beberapa jam untuk berbincang-bincang dengan ke-
nalannya yang berkecimpung di bidang teater. Sorenya
ia pergi ke Oxford. Sehari setelah itu ia pergi ke ping-
giran kota?hari sudah menjelang malam ketika ia
pulang.
Sebelum pergi ia telah menelepon untuk bertemu
dengan Mr. Alistair Blunt malamnya.
Jam menunjukkan pukul 21.30 ketika ia tiba di
Rumah Gotik.
Alistair Blunt sedang sendirian di perpustakaannya
ketika Poirot diantar masuk.
Ia memandang tamunya dengan tidak sabar ketika
mereka berjabat tangan.
Ia berkata, "Bagaimana?"
Perlahan, Hercule Poirot mengangguk.
Blunt memandangnya seolah-olah tidak percaya.
"Anda sudah menemukan wanita itu?"
TUJUH BELAS, DELAPAN BELAS,
SEORANG GADIS MENUNGGU
249 "Ya. Ya, saya sudah menemukannya."
Poirot duduk. Lalu menghela napas.
Alistair Blunt berkata, "Anda letih?"
"Ya. Saya letih. Dan tidak menyenangkan?yang
harus saya ceritakan kepada Anda."
Blunt berkata, "Apakah dia sudah mati?"
"Itu tergantung," sahut Hercule Poirot perlahan,
"pada bagaimana Anda melihatnya."
Blunt mengerutkan dahi.
Ia berkata, "Kawan, seseorang kalau tidak hidup
tentu sudah mati. Demikian pula Miss Sainsbury
Seale."
"Ah, tapi siapakah Miss Sainsbury Seale?"
Alistair Blunt berkata, "Anda tidak bermaksud...
orang itu tidak ada?"
"Oh, tidak, tidak. Wanita itu benar-benar ada. Dia
pernah tinggal di Kolkata. Dia pernah mengajar seni
deklamasi. Dia menyibukkan diri dengan pekerjaan
amal. Dia datang ke Inggris dengan menggunakan
Maharanah?kapal yang sama dengan yang ditumpangi
M. Amberiotis. Di kapal itu mereka tidak sekelas, tapi
laki-laki itu pernah membantunya?mungkin mengang-
katkan barangnya. Laki-laki itu, sepintas lalu tampaknya
ramah. Dan kadang-kadang, M. Blunt, keramahan itu
membuahkan sesuatu yang tidak terduga. Itu pula yang
ketika itu dialami M. Amberiotis. Dia berharap dapat
berjumpa lagi dengan wanita itu di London. Dengan
perasaan meluap-luap, dia dengan ramah mengundang-
nya untuk bersantap siang bersama di Savoy. Undangan
yang tak terduga oleh wanita itu. Dan rezeki nomplok
pula bagi M. Amberiotis! Karena keramahannya bukan
250 telah direncanakan terlebih dulu?dia tidak menyangka
wanita setengah tua dan lusuh ini akan memungkin-
kannya mendapatkan sesuatu yang senilai dengan
tambang emas. Tapi bagaimanapun, wanita itu sendiri
tidak menyadari kenyataan tersebut.
"Seperti Anda ketahui, dia wanita yang baik dan
berjiwa mulia, tapi otaknya?seperti otak ayam."
Blunt berkata, "Jadi bukan dia yang membunuh
Mrs. Chapman?"
Poirot berkata pelan, "Sulit untuk langsung menja-
wab pertanyaan itu. Saya akan mulai, saya pikir, dari
bagian yang merupakan awal permasalahan bagi saya.
Dari sebuah sepatu!"
Dengan bingung Blunt berkata, "Dari sebuah sepa-
tu?"


Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hercule Poirot mengangguk.
"Ya, sepatu bergesper. Seusai menjalani perawatan
gigi dan berdiri sejenak di teras Queen Charlotte
Street 58 sebelum pulang, saya melihat taksi berhenti
di luar, pintunya terbuka dan sebelah kaki wanita ter-
julur ke luar, siap untuk turun. Saya sering menilai
wanita dari kakinya. Kaki itu indah, stoking yang di-
kenakannya mahal, namun saya tidak menyukai sepa-
tunya. Sepatu itu sepatu kulit baru yang masih mengi-
lap dengan gesper besar. Jelek... sungguh jelek!
"Dan sementara saya masih mengamati kaki itu,
bagian tubuh yang lain mulai tampak... dan saya
betul-betul kecewa... wanita itu sudah setengah baya,
tidak cantik, dan buruk pula pakaiannya."
"Miss Sainsbury Seale?"
251 "Tepat. Ternyata dia kurang hati-hati?ketika tu-
run, gesper sepatunya tersangkut pada pintu dan ter-
lepas. Saya memungutnya dan mengembalikannya.
Hanya begitulah peristiwanya.
"Kemudian, pada hari yang sama, saya dan Inspek-
tur Kepala Japp mewawancarainya. (Ternyata dia be-
lum menjahitkan kembali gespernya.)
"Pada malam hari yang sama pula, Miss Sainsbury
Seale pergi keluar dari hotelnya dan lenyap. Itu, kita
sebut saja sebagai, akhir Babak Pertama.
"Babak Kedua mulai ketika Inspektur Kepala Japp
memanggil saya ke King Leopold Mansions. Di salah
sebuah flat di sana terdapat koper pakaian bulu, dan
dalam koper besar itu sesosok mayat ditemukan. Saya
masuk ke gudang tempat mayat ditemukan, saya
menghampiri koper itu... dan yang pertama saya lihat
adalah sepatu bergesper yang lusuh!"
"Jadi?"
"Anda belum menangkap hal yang menarik di sini.
Sepatu itu lusuh?sepatu yang sudah usang. Tapi coba
perhatikan, Mademoiselle Sainsbury Seale telah datang
ke King Leopold Mansions pada malam yang sama...
dengan hari ketika M. Morley dibunuh. Pada pagi
hari sepatu yang dipakainya masih baru?pada malam
hari sepatu itu usang. Orang tidak akan menghabiskan
sepatunya dalam sehari, bukan?"
Alistair Blunt berkata sambil lalu, "Siapa tahu dia
memiliki dua pasang sepatu serupa?"
"Ah, tapi ternyata tidak demikian. Karena Japp dan
saya telah pergi ke kamarnya di Glengowrie Court
dan memeriksa semua miliknya?dan di sana kami
252 tak menemukan sepatu bergesper. Maksud Anda, ma-
lam itu dia sengaja mengenakan sepatu yang lama
karena kecapekan setelah seharian memakai sepatu
baru? Tapi bila demikian, sepasang sepatu yang baru
itu harus ada di hotel. Anda harus mengakui itu
aneh, bukan?"
Blunt tersenyum sedikit. Ia berkata, "Saya tidak
dapat melihat itu penting."
"Tidak, tidak penting. Sama sekali tidak penting.
Tapi orang tidak suka kalau ada sesuatu yang tidak
dapat dijelaskannya. Saya berdiri dekat koper dan mem-
perhatikan sepatu itu?gespernya telah dijahit kembali
dengan tangan. Saya mengaku waktu itu saya bimbang
sendiri. Ya, saya berkata kepada diri sendiri, Hercule
Poirot, pagi itu mungkin kau sedang senang sekali.
Semua yang kaulihat di dunia ini tampak indah. Bahkan
sepatu tua pun tampak seolah-olah baru!"
"Barangkali itukah penjelasannya?"
"Tapi tidak, bukan. Mata saya tidak akan tertipu!
Selanjutnya, saya mengamati mayat wanita itu dan
saya tidak menyukai yang saya lihat. Mengapa wajah
itu sengaja dirusak begitu rupa sehingga tidak mung-
kin dikenali?"
Alistair Blunt tiba-tiba gelisah. Ia berkata, "Harus-
kah kita ke situ lagi? Kita tahu..."
Hercule Poirot menjawab tegas, "Itu perlu. Saya
harus membawa Anda melewati anak-anak tangga
yang akhirnya mengantar saya ke kebenaran. Saya te-
lah berkata kepada diri sendiri, ?Ada sesuatu yang ti-
dak beres di sini. Mayat wanita ini mengenakan pa-
253 kaian Miss Sainsbury Seale (kecuali sepatunya,
barangkali?) dan tas tangannya di situ pula?tapi
mengapa wajahnya dirusak? Itu dilakukan, barangkali,
karena wajah itu bukan wajah Miss Sainsbury Seale??
Dan segera saya mulai mengumpulkan keterangan
mengenai penampilan wanita yang lain?wanita pemi-
lik flat itu, dan saya bertanya kepada diri sendiri?ti-
dak mungkinkah wanita yang lain ini yang tergeletak
mati di sana? Karena itu saya pergi memeriksa kamar
tidur wanita yang lain ini. Saya mencoba membayang-
kan sendiri bagaimana kira-kira tipe wanita yang lain
ini. Agaknya, penampilannya sehari-hari sangat berbe-
da dari yang pertama. Cantik, berpakaian baik, sangat
pesolek. Pokoknya secara fisik mereka tidak berbeda.
Rambut, perawakan, usia... Kecuali satu. Madame
Albert Chapman mengenakan sepatu berukuran lima.
Mademoiselle Sainsbury Seale, seperti yang saya
ketahui, memakai stoking berukuran sepuluh inci?de-
ngan kata lain, dia memakai sepatu yang sekurang-ku-
rangnya berukuran enam. Madame Chapman, dengan
demikian, memiliki kaki yang lebih kecil ketimbang
kaki Mademoiselle Sainsbury Seale. Saya kembali ke
mayat itu lagi. Kalau teori yang baru separuhnya
terbentuk itu benar, dan tubuh itu adalah tubuh
Madame Chapman namun mengenakan pakaian
Mademoiselle Sainsbury Seale, maka sepatu itu harus
kebesaran. Saya memegang yang sebelah. Sepatu itu
tidak longgar, bahkan pas sekali. Kelihatannya seolah-
olah tubuh itu betul-betul tubuh Miss Sainsbury
Seale! Tapi kalau begitu, mengapa wajahnya dirusak?
254 Identitasnya sudah dibuktikan dengan tas tangan,
yang dengan mudah dapat disingkirkan, tapi telah
dengan sengaja tidak disingkirkan.
"Itu sebuah teka-teki?seutas benang kusut. Dalam
keputusasaan saya mengambil buku alamat Mrs.
Chapman?dokter gigi adalah satu-satunya orang
yang mampu membuktikan dengan pasti apakah itu
mayat orang yang kita duga atau bukan. Kebetulan
dokter gigi Madame Chapman adalah M. Morley.
Morley sudah mati, tapi upaya pengenalan masih di-
mungkinkan. Anda mengetahui hasilnya. Di pemerik-
saan pengadilan, pengganti M. Morley mengatakan
mayat itu adalah mayat Madame Albert Chapman."
Blunt tampak gelisah dan tidak sabar, tapi Poirot
tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan, "Yang masih
harus saya pecahkan adalah masalah psikologi. Wanita
macam apakah Mabelle Sainsbury Seale ini? Ada dua
jawaban untuk pertanyaan ini. Yang pertama dan yang
jelas adalah seperti yang dikemukakan teman-teman
dekatnya. Mereka menggambarkan wanita ini sebagai
orang yang penuh kesungguhan tapi agak bodoh.
Apakah ada Miss Sainsbury Seale yang lain? Tampaknya
ada. Ada wanita yang telah makan siang bersama dengan
agen asing, yang telah menyapa Anda di jalan dan
mengaku teman dekat istri Anda (pernyataan yang
hampir bisa dipastikan tidak benar), wanita yang telah
meninggalkan rumah tak lama sebelum pembunuhan
terjadi di rumah itu, wanita yang telah berkunjung ke
rumah wanita lain pada malam ketika kemungkinan
besar wanita lain itu telah dibunuh, dan yang sejak itu
telah menghilang meskipun ia pasti sadar polisi di
255 seluruh Inggris akan mencarinya. Apakah semua tindak-
an ini cocok dengan karakter yang dikemukakan saha-
bat-sahabatnya? Tampaknya tidak. Karena itu, kalau
Mademoiselle Sainsbury Seale bukan orang yang baik
dan ramah seperti yang selama ini dikenal, boleh jadi
dia sebetulnya pembunuh berdarah dingin atau hampir
dipastikan terlibat sebagai asisten si pembunuh.
"Ada satu kriteria lagi?yang saya rasakan sendiri.
Saya pernah bercakap-cakap dengan Mabelle Sainsbury
Seale. Wanita macam apakah dia menurut yang saya
rasakan? Itu, M. Blunt, adalah pertanyaan yang paling
sulit dijawab. Semua yang dikatakannya, cara berbica-
ranya, sikapnya, gerak-geriknya, semua sesuai dengan
karakter yang dimilikinya. Tapi semuanya juga sesuai
dengan karakter aktris yang pandai memainkan peran-
nya. Dan bagaimanapun, Mabelle Sainsbury Seale
pernah menjadi aktris.
"Percakapan yang pernah saya lakukan dengan M.
Barnes dari Ealing yang juga telah merawatkan giginya
ke Queen Charlotte Street 58 hari itu besar pengaruh-
nya terhadap saya. Teorinya, dengan sangat meyakinkan,
menyatakan kematian Morley dan Amberiotis hanyalah
kebetulan, dengan kata lain?korban yang semestinya
adalah Anda."
Alistair Blunt menyela, "Ah... itu terlalu jauh."
"Begitu, M. Blunt? Tidak betulkah bahwa pada
saat ini banyak orang sangat ingin menyingkirkan
Anda? Sehingga Anda tidak akan bisa lagi memaksa-
kan kebijakan Anda?"
Blunt berkata, "Oh ya, itu cukup betul. Tapi meng-
256 apa urusan kematian Morley dicampuradukkan de-
ngan itu?"
Poirot berkata, "Karena dalam hal ini jelas?bagai-
mana saya harus mengatakannya??Ada sesuatu yang
terlalu berlebihan... Biaya seolah-olah tidak jadi masa-
lah... nyawa manusia juga seolah-olah tidak berharga.
Ya, tindakan yang kasar dan berlebihan itu menunjuk-
kan ini kasus kriminalitas besar!"
"Anda tidak yakin Morley bunuh diri karena mera-
sa bersalah?"
"Saya sama sekali belum pernah berpikir demi-
kian... walaupun hanya sekejap. Tidak, Morley sesung-
guhnya dibunuh. Amberiotis dibunuh, wanita yang
tidak dikenal itu juga dibunuh... Untuk apa? Untuk
tujuan besar. Barnes berteori bahwa seseorang telah
mencoba menyuap Morley atau rekannya agar ber-
sedia menyingkirkan Anda."
Alistair Blunt berkata tajam, "Omong kosong!"
"Ah, tapi apakah yang berikut ini omong kosong?
Misalkan saja kita bermaksud menyingkirkan sese-
orang. Ya, tapi orang itu selalu waspada, bersenjata,
dan sulit didekati. Untuk membunuhnya kita harus
bisa mendekatinya tanpa membangkitkan kecurigaan-
nya, dan di mana lagi orang akan kurang waspada
kalau bukan di kursi dokter gigi?"
"Yah, saya kira itu betul. Saya belum pernah berpi-
kir begitu."
"Jadi, itu betul. Dan begitu saya menyadarinya,
kebenaran samar-samar mulai tampak oleh saya."
"Jadi Anda menerima teori Barnes? Oh ya, siapakah
Barnes ini?"
257 "Barnes adalah pasien pukul dua belas Dokter
Reilly. Dia pensiunan Kementerian Dalam Negeri dan
tinggal di Ealing. Orangnya kecil dan tidak menarik
perhatian. Tapi Anda salah kalau menganggap saya
menerima teorinya. Tidak. Saya hanya mengambil
prinsipnya."
"Apa maksud Anda?"
Hercule Poirot menjawab, "Selama ini, sampai se-
jauh ini, saya telah dibiarkan menempuh jalan yang
tidak menentu?kadang-kadang tanpa disadari, ka-
dang-kadang dengan sengaja. Selama ini saya diarah-
kan, dipaksa agar mengakui kasus ini adalah kasus
kejahatan politik. Atau dengan perkataan lain, bahwa
Anda, M. Blunt, yang merupakan fokus semuanya,
dalam kedudukan Anda sebagai tokoh masyarakat.
Anda, sebagai bankir, sebagai orang yang berwenang
dalam masalah keuangan negara, Anda, sebagai salah
seorang yang memegang teguh tradisi konservatif!
"Tapi semua tokoh masyarakat juga memiliki kehi-
dupan pribadi. Itulah kesalahan saya, saya melupakan
kehidupan pribadi. Ada alasan yang sifatnya pribadi
untuk membunuh Morley?alasan Frank Carter, misal-
nya. "Alasan yang bersifat pribadi untuk membunuh
Anda juga ada... Anda mempunyai kerabat yang akan
mewarisi uang Anda bila Anda meninggal. Ada orang
yang menyayangi dan membenci Anda... sebagai laki-
laki... bukan sebagai tokoh masyarakat.
"Dan selanjutnya saya sampai ke hal paling penting
yang saya sebut the forced card. Peristiwa penyerangan
Anda oleh Frank Carter. Seandainya betul yang menye-
258 rang adalah Frank Carter?maka tindakan itu adalah
kejahatan politik. Tapi adakah penjelasan lain? Boleh
jadi ada. Di semak-semak itu ada orang kedua. Orang
yang menyergap dan meringkus Carter. Orang yang
dapat dengan mudah melepaskan tembakan dan kemu-
dian melemparkan pistol itu ke dekat kaki Carter se-
hingga yang belakangan ini tanpa sadar memungutnya
dan dengan demikian dialah yang tertangkap basah...
"Saya menghubungkan kasus ini dengan Howard
Raikes. Raikes berada di Queen Charlotte Street pada
hari kematian Morley. Dari segi politik, Anda musuh
yang paling dibencinya. Ya, tapi Raikes lebih dari itu.
Raikes adalah orang yang mungkin akan mengawini


Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemenakan Anda, dan dengan kematian Anda, keme-
nakan Anda akan mendapatkan penghasilan sangat
besar, bahwa meskipun Anda dengan bijaksana telah
mengatur bahwa dia tidak akan bisa menyentuh ba-
gian lainnya yang terbesar.
"Apakah seluruhnya adalah kejahatan pribadi... ke-
jahatan demi keuntungan pribadi, demi kepuasan
pribadi? Mengapa dulu saya menyangkanya kejahatan
politik? Karena, bukan hanya sekali, melainkan berkali-
kali, gagasan itu ditawarkan kepada saya, disuguhkan
secara paksa kepada saya seperti forced card dalam per-
mainan kartu....
"Baru kemudian, setelah menyadari kesalahan saya,
kebenaran mulai muncul di hadapan saya, meskipun
masih samar-samar. Ketika itu saya ada di gereja bersa-
ma Anda, turut menyanyikan bait-bait Mazmur.
Mazmur itu menyebutkan tentang perangkap dari
jaring-jaring jala....
259 "Perangkap? Untuk menjebak saya? Ya, itu boleh
jadi.... Tapi dalam hal itu siapa yang telah memasang-
nya? Hanya ada satu orang yang mungkin telah mema-
sangnya.... Dan itu tidak masuk akal?atau kebalikan-
nya? Sudahkah saya mempelajari kembali seluruh
kasus itu? Uang bukan masalah? Betul! Nyawa manu-
sia dianggap tidak berharga? Juga betul. Karena taruh-
an yang sedang dimainkan oleh orang yang bersalah
besar sekali nilainya....
"Tapi kalau teori saya yang baru namun aneh itu
benar, teori itu harus bisa menjelaskan segala-galanya.
Teori itu harus bisa menjelaskan, misalnya, misteri
karakter ganda Miss Sainsbury Seale. Teori itu harus
bisa memecahkan teka-teki sepatu bergesper. Dan
teori itu harus bisa menjawab pertanyaan: Di mana-
kah Miss Sainsbury Seale sekarang?
"Eh bien... ternyata teori itu mampu menjelaskan
semuanya, bahkan lebih dari itu. Teori itu menunjuk-
kan kepada saya bahwa Miss Sainsbury Seale telah
berperan di awal, di tengah, dan di akhir kasus ini.
Tidak mengherankan saya lalu beranggapan Mabelle
Sainsbury Seale ada dua. Mabelle Sainsbury Seale me-
mang ada dua. Yang pertama wanita yang baik,
ramah, tapi bodoh, sesuai dengan kesaksian sahabat-
sahabatnya. Dan yang lainnya adalah... wanita yang
telah terlibat dalam dua pembunuhan, yang telah me-
ngemukakan kebohongan-kebohongan, dan yang telah
menghilang secara misterius.
"Ingat, portir di King Leopold Masnions telah ber-
kata Miss Sainsbury Seale sebelumnya pernah datang
ke situ sekali...
260 "Dalam rekonstruksi saya tentang kasus ini, kun-
jungannya yang pertama itu adalah satu-satunya. Dia
tidak pernah meninggalkan King Leopold Mansions
lagi. Miss Sainsbury Seale yang lainlah yang menjadi
gantinya. Mabelle Sainsbury Seale yang lain ini menge-
nakan pakaian yang sama tipenya dan sepasang sepatu
bergesper yang baru karena sepatu serupa milik wanita
yang asli terlalu besar baginya. Dia pergi ke Hotel
Russell Square pada saat paling sibuk, mengemasi ba-
rang-barang wanita yang sudah mati, melunasi rekening
hotel, serta langsung menuju Hotel Glengowrie Court.
Sejak itu tak seorang pun dari sahabat-sahabat Miss
Sainsbury Seale yang sejati pernah melihatnya. Wanita
yang lain ini memainkan peran Mabelle Sainsbury Seale
selama lebih dari seminggu. Dia mengenakan pakaian-
pakaian Mabelle Sainsbury Seale, bercakap dengan suara
Mabelle Sainsbury Seale, tapi harus membeli sepasang
sepatu baru untuk malam hari?yang lebih kecil. Dan
kemudian?dia menghilang, terakhir kali ia terlihat
oleh orang lain adalah ketika masuk kembali ke King
Leopold Mansions pada malam setelah Morley dibu-
nuh."
"Apakah Anda mencoba mengatakan," tanya
Alistair Blunt, "bahwa mayat yang ditemukan di flat
itu adalah mayat Mabelle Sainsbury Seale?"
"Tentu saja itu mayatnya! Cerdik sekali, memang,
gertakan ganda itu... perusakan wajah di sini dimak-
sudkan untuk mengundang pertanyaan tentang identi-
tas wanita tersebut!"
"Tapi bagaimana dengan bukti dari data gigi?"
261 "Ah! Sekarang kita sampai ke situ. Yang menyam-
paikan bukti itu bukanlah dokter gigi yang telah mera-
watnya. Morley sudah mati. Dia tidak mungkin mela-
kukan pembuktian berdasarkan data yang dibuatnya
sendiri. Dia pasti akan mengenali wanita yang mati
itu seandainya dia sendiri masih hidup. Yang dijadi-
kan bahan pembuktian di sini adalah diagram gigi?
dan diagram itu telah ditukar. Ingat, kedua wanita itu
sama-sama merawatkan giginya pada Morley. Jadi
yang perlu dikerjakan hanyalah memindahkan dia-
gram gigi wanita yang satu ke berkas dokumen wani-
ta yang lain dan sebaliknya."
Hercule Poirot menambahkan, "Dan sekarang Anda
mengerti maksud saya ketika menjawab pertanyaan
Anda tentang apakah wanita itu sudah mati?dengan,
?Itu tergantung.? Sebab ketika Anda menyebut ?Miss
Sainsbury Seale??wanita yang manakah yang Anda
maksudkan? Wanita yang menghilang dari Hotel
Glengowrie Court atau Mabelle Sainsbury Seale yang
sejati?"
Alistair Blunt berkata, "Saya tahu, M. Poirot, bah-
wa Anda memiliki reputasi yang baik sekali. Oleh se-
bab itu saya menerima bahwa Anda pasti bisa mem-
pertanggungjawabkan asumsi yang tidak lazim
ini?karena ini hanyalah asumsi semata-mata, tidak
lebih. Tapi secara keseluruhan yang dapat saya lihat
di sini adalah kemustahilan yang fantastis. Anda me-
ngatakan Mabelle Sainsbury Seale dibunuh dengan
sengaja dan Morley juga dibunuh agar dia tidak
mungkin mengenali mayat wanita itu. Tapi mengapa?
Itulah yang ingin saya ketahui? Kita tahu, wanita sete-
262 ngah baya ini sama sekali tidak berbahaya?banyak
kawannya dan tampaknya tidak mempunyai musuh.
Untuk apa gerangan dia harus disingkirkan dengan
cara begitu rumit?"
"Untuk apa? Ya, itulah pertanyaannya. Untuk apa?
Mengapa? Sebagaimana yang Anda katakan, Mabelle
Sainsbury Seale makhluk yang sama sekali tidak berba-
haya, yang tidak mampu membunuh lalat sekali pun!
Kalau begitu, mengapa dia dibunuh dengan sengaja
dan dengan cara sekejam itu? Nah, saya akan mence-
ritakan pendapat saya."
"Ya?"
Hercule Poirot berkata, "Saya yakin Mabelle
Sainsbury Seale dibunuh karena kebetulan kemampuan-
nya dalam mengingat wajah seseorang terlalu baik."
"Apa maksud Anda?"
Hercule Poirot menjelaskan, "Tadi kita telah memi-
sahkan kepribadian ganda itu. Yang seorang wanita
tak berbahaya yang baru pulang dari India, dan yang
lainnya aktris ulung yang memainkan peran wanita
dari India itu. Mademoiselle Sainsbury Seale manakah
yang telah menyapa Anda di depan rumah M.
Morley? Anda tentu ingat dia mengaku ?teman dekat
istri Anda?? Setelah saya selidiki, pengakuannya itu
dinyatakan tidak mungkin benar oleh sahabat-sahabat-
nya sendiri. Jadi kita dapat mengatakan, ?Itu bohong.
Sedangkan Mademoiselle Sainsbury Seale yang sejati
tidak pernah berbohong.? Jadi kebohongan itu dilaku-
kan si penyaru dengan maksud tertentu."
Alistair Blunt mengangguk.
263 "Ya, penjelasan itu betul-betul masuk akal, meski-
pun saya masih belum mengetahui maksudnya."
Poirot berkata, "Ah, maaf?tapi mari kita meninjau
peristiwa ini dari sisi lain. Yang menyapa Anda adalah
Mademoiselle Sainsbury Seale yang asli. Dia tidak
pernah berbohong. Dengan demikian ceritanya pasti
betul."
"Saya kira, Anda memang dapat meninjaunya demi-
kian?tapi itu rasanya sangat tidak mungkin?"
"Tentu saja tidak mungkin! Tapi dengan mengambil
hipotesis kedua ini sebagai fakta?cerita itu betul.
Oleh karena itu Miss Sainsbury Seale memang benar-
benar mengenal istri Anda. Dia mengenalnya dengan
baik. Dengan demikian... istri Anda haruslah termasuk
tipe orang yang bisa dikenal dengan baik oleh Miss
Sainsbury Seale. Orang yang segolongan dengannya.
Seorang Inggris kelahiran India?seorang misionaris?
atau, lebih jauh lagi ke belakang?seorang aktris...
Jadi... bukan Rebecca Arnholt!
"Nah, M. Blunt, mengertikah Anda sekarang yang
saya maksudkan ketika berbicara tentang kehidupan
pribadi dan kehidupan sebagai tokoh masyarakat?
Anda bankir besar. Tapi Anda juga laki-laki yang
menikah dengan wanita kaya. Dan sebelum menikahi-
nya, Anda hanyalah partner muda di perusahaan itu...
dan tidak begitu jauh dari Oxford.
"Coba perhatikan... saya mulai memandang kasus
ini secara benar. Uang bukan masalah? Dengan sendiri-
nya bagi Anda itu betul. Penghargaan terhadap nyawa
manusia... itu, juga, karena sebetulnya sudah sejak
lama Anda menjadi diktator, dan bagi diktator hanya
264 nyawanya sendirilah yang penting?nyawa orang lain
tidak penting."
Alistair Blunt berkata, "Apa sebenarnya maksud
Anda, M. Poirot?"
Poirot berkata lirih, "Saya bermaksud mengatakan,
M. Blunt, bahwa ketika Anda menikahi Rebecca
Arnholt, Anda sebenarnya sudah menikah. Karena ter-
pesona oleh kekayaan serta kekuasaan yang bakal
Anda nikmati, Anda menyembunyikan fakta tersebut
dan dengan sadar melakukan bigami. Istri Anda yang
sesungguhnya terpaksa menyetujui tindakan Anda."
"Dan siapakah istri sesungguhnya ini?"
"Mrs. Albert Chapman adalah nama yang diguna-
kannya di King Leopold Mansions?tempat yang
strategis, tidak sampai lima menit bila berjalan kaki dari
rumah Anda di Chelsea Embankment. Anda meminjam
nama agen rahasia sungguhan, karena menyadari itu
cara terbaik untuk melindungi identitas Anda berdua.
Semua berjalan mulus. Tidak ada kecurigaan yang per-
nah timbul. Kendatipun demikian, kenyataan tetap
tidak berubah, yaitu bahwa sebetulnya perkawinan Anda
dengan Rebecca Arnholt tidak sah dan Anda bersalah ka-
rena melakukan bigami. Selama bertahun-tahun Anda
tidak pernah bermimpi bahaya itu akan datang. Tiba-
tiba bahaya itu muncul?dalam wujud wanita lugu
yang, meskipun telah hampir dua puluh tahun tidak
bertemu, masih mengingat Anda sebagai suami teman-
nya. Kebetulanlah yang membawanya kembali ke negeri
ini, kebetulan pula yang menyebabkannya berjumpa
lagi dengan Anda di Queen Charlotte Street... kebetulan
juga kemenakan Anda sedang bersama Anda dan men-
265 dengar perkataan wanita itu. Entah bagaimana seandai-
nya Anda ketika itu sendirian."
"Saya menceritakannya sendiri kepada Anda, M.
Poirot."
"Tidak, kemenakan Anda-lah yang mendesak agar
itu diceritakan kepada saya dan Anda tidak bisa mem-
protes terang-terangan karena dapat menimbulkan
kecurigaan. Dan sesudah pertemuan itu, kebetulan
lain (yang pasti mengancam kedudukan Anda) terjadi.
Mabelle Sainsbury Seale bertemu Amberiotis, makan
siang bersama, dan berceloteh tentang perjumpaannya
dengan suami seorang teman lama??sesudah sekian
tahun!?Tampak lebih tua, tentu saja, tapi hampir
tidak berubah!? Itu, saya akui, hanya dugaan belaka,
tapi saya yakin percakapan semacam itulah yang telah
terjadi. Saya kira Mabelle Sainsbury Seale tidak sadar
sama sekali bahwa M. Blunt, suami temannya ini,
adalah tokoh yang menguasai keuangan dunia. Nama
itu, bagaimanapun, bukanlah nama yang tidak biasa.
Tapi Amberiotis, ingat, di samping kegiatannya seba-
gai mata-mata, adalah pemeras. Pemeras memiliki
penciuman yang tajam terhadap rahasia. Amberiotis
pun demikian. Dengan mudah dia dapat menemukan
siapa M. Blunt yang dimaksudkan. Dan selanjutnya,
saya tidak sangsi, dia pasti telah menyurati atau mene-
lepon Anda.... Oh ya?Anda tambang emas bagi
Amberiotis."
Poirot berhenti sejenak. Ia meneruskan, "Hanya
satu metode yang efektif untuk menangani pemeras
yang benar-benar efisien dan berpengalaman. Anda
harus membuatnya diam untuk selama-lamanya.
266 "Ini bukan kasus, seperti yang berulang kali disu-
guhkan kepada saya, tentang ?Singkirkan Blunt.? Keba-
likannya, kasus ini tentang ?Singkirkan Amberiotis.?
Tapi jawaban untuk keduanya sama! Cara paling mu-
dah untuk membunuh seseorang adalah ketika dia
sedang lengah, dan orang paling lengah ketika duduk
di kursi periksa dokter gigi."
Poirot berhenti lagi sejenak. Segaris senyum tersung-
ging di bibirnya. Ia berkata, "Kebenaran dalam kasus


Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini sesungguhnya telah disebutkan sejak awal sekali.
Alfred, pelayan pengantar pasien, sedang membaca
kisah kriminal berjudul Kematian pada Pukul 11.45.
Tapi hanyalah kebetulan Morley juga dibunuh di seki-
tar waktu itu. Anda menembaknya sesaat setelah
Anda selesai dirawat. Kemudian Anda menekan bel,
membuka keran di wastafel, dan meninggalkan ruang-
an itu. Waktunya diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga Anda tiba di bawah tepat ketika Alfred hen-
dak mengantar Miss Sainsbury Seale palsu dengan
lift. Di depan Alfred Anda betul-betul membuka pin-
tu depan dan keluar sebentar, tapi kira-kira ketika
pintu lift telah menutup dan lift mulai naik, Anda
menyelinap masuk lagi dan bergegas naik lewat tang-
ga. "Saya tahu, dari pengalaman saya sendiri, apa yang
biasa dilakukan Alfred ketika mengantar pasien. Dia
mengetuk pintu, membukanya, lalu mundur selangkah
sambil menyilakan pasiennya masuk. Alfred dapat
mendengar suara kucuran air keran?karena seperti
biasa Morley sedang mencuci tangan. Tapi Alfred se-
sungguhnya tidak dapat melihatnya.
267 "Segera setelah Alfred turun lagi dengan lift, Anda
menyelinap masuk ke ruang praktik. Anda, bersama
wanita kaki tangan Anda, mengangkat tubuh Morley
dan memindahkannya ke kantor kecil di sebelah
ruangan. Kemudian Anda dengan cepat membuka-
buka arsip serta menukar diagram gigi milik Madame
Chapman dan Mademoiselle Sainsbury Seale. Anda
mengenakan pakaian kerja dokter, dan barangkali istri
Anda memoles wajah Anda sedikit. Tapi itu tidak
begitu perlu, sebab kunjungan tersebut adalah yang
pertama kali bagi Amberiotis. Dia belum pernah ber-
temu Anda. Dan foto Anda jarang muncul di surat
kabar. Lagi pula, untuk apa dia harus curiga? Seorang
pemeras tidak takut kepada dokter giginya. Mademoi-
selle Sainsbury Seale turun dan Alfred mengantarnya
ke luar. Bel dibunyikan dan Amberiotis diantar naik.
Dia menemukan sang dokter gigi sedang membasuh
tangan di belakang pintu. Dia dipersilakan duduk.
Dia menunjukkan giginya yang sakit. Anda bicara
dengan gaya dokter gigi. Anda menjelaskan gusinya
lebih baik dimatirasakan. Prokain dan adrenalin sudah
tersedia. Anda menyuntikkan kedua bahan tersebut
dalam dosis cukup besar untuk membunuh. Dan de-
ngan sendirinya dia tidak mampu merasakan bahwa
Anda tidak memiliki keterampilan dokter gigi!
"Tanpa curiga sama sekali, Amberiotis pulang.
Anda mengeluarkan lagi tubuh Morley dan mengatur
letaknya di lantai, meskipun kali ini Anda agak me-
nyeretnya melintasi karpet karena tidak ada yang
membantu. Anda menyeka pistol yang telah diguna-
kan dan menaruhnya di tangannya?menyeka pegang-
268 an pintu sehingga sidik jari Anda bukan yang terakhir
di situ. Instrumen-instrumen yang telah digunakan
sudah langsung dimasukkan ke bejana sterilisasi. Anda
meninggalkan ruangan itu, turun melalui tangga, dan
menyelinap melalui pintu depan pada saat paling te-
pat. Itulah satu-satunya saat yang berbahaya bagi
Anda.
"Seharusnya semua itu telah berlalu dengan baik!
Dua orang yang mengancam keselamatan Anda?ke-
duanya telah mati. Orang ketiga juga mati?tapi itu,
menurut pandangan Anda, tidak terhindarkan. Dan
semuanya dapat dijelaskan dengan begitu mudah. Ke-
matian Morley dijelaskan sebagai bunuh diri akibat
kesalahan yang dibuatnya terhadap Amberiotis. Kedua
kematian itu saling menunjang, meskipun yang satu
patut disesalkan.
"Tapi Anda kurang beruntung, sebab saya diminta
ikut menangani kasus ini. Saya merasa sangsi. Saya
keberatan terhadap kesimpulan yang telah diambil.
Segalanya jadi tidak semudah yang Anda harapkan.
Dengan demikian Anda harus menyiapkan upaya per-
tahanan kedua. Kalau perlu, harus ada yang bisa di-
kambinghitamkan. Anda sedikit-banyak telah menge-
tahui hal-ikhwal orang-orang di lingkungan keluarga
Morley. Di antaranya Frank Carter. Dia dapat dijadi-
kan kambing hitam. Maka istri, atau kaki tangan
Anda, mengatur agar dia bisa dipekerjakan sebagai
tukang kebun dengan tugas khusus yang misterius.
Bilamana, kemudian, dia harus menceritakan kisah
yang tidak masuk akal itu, takkan ada yang memerca-
yainya. Pada waktunya, tubuh di koper besar itu akan
269 ditemukan. Mula-mula mayat itu akan disangka ma-
yat Mademoiselle Sainsbury Seale, dan untuk memas-
tikannya pembuktian dengan data gigi harus dilaku-
kan. Suatu sensasi besar dengan sendirinya muncul!
Tampaknya kerumitan itu mungkin tidak dibutuhkan,
tapi itu perlu. Anda tidak ingin polisi di seluruh
Inggris mencari Madame Albert Chapman yang meng-
hilang. Tidak, biarkanlah Madame Chapman mati?
dan biarlah Mabelle Sainsbury Seale yang dicari polisi.
Karena mereka tidak akan pernah bisa menemukan-
nya. Di samping itu, lewat pengaruh yang Anda mi-
liki, Anda dapat mengatur agar kasus itu ditutup.
"Anda telah melakukannya, tapi karena Anda juga
merasa perlu mengetahui yang sedang saya kerjakan,
Anda mengundang saya dan mendesak agar saya men-
cari wanita yang hilang itu demi Anda. Dan Anda
masih terus memaksa saya memainkan ?kartu? yang
Anda kehendaki. Istri Anda menelepon saya dan me-
nyampaikan peringatan yang sensasional?gagasannya
sama?agar kasus ini dianggap berkaitan dengan
spionase?agar saya memandang Anda hanya dari
aspek publiknya. Dia aktris ulung, istri Anda maksud
saya, tapi orang yang berusaha menyamarkan suaranya
biasanya cenderung menirukan suara orang lain. Dan
istri Anda menirukan intonasi Mrs. Olivera. Itu mem-
bingungkan saya, sangat membingungkan.
"Selanjutnya saya Anda jemput ke Exsham?di
sana pertunjukan terakhir telah disiapkan. Betapa mu-
dahnya memasang pistol berisi peluru yang sudah
terkokang di antara semak-semak pohon salam sehing-
ga seseorang, yang tengah memangkas semak-semak
270 itu, akan tanpa sadar membuatnya meletus. Pistol itu
jatuh di dekat kakinya. Karena terkejut dia memu-
ngutnya. Apa lagi yang Anda inginkan? Dia tertang-
kap basah?dengan cerita yang tidak masuk akal dan
dengan pistol yang tidak lain adalah kembaran pistol
yang digunakan untuk menembak Morley.
"Dan semuanya adalah jebakan bagi Hercule
Poirot."
Alistair Blunt mengubah sedikit posisi duduknya.
Mimik wajahnya muram dan agak sedih. Ia berkata,
"Jangan membingungkan saya, M. Poirot. Berapa ba-
gian yang dugaan Anda semata-mata? Dan berapa
bagian yang betul-betul Anda ketahui?"
Poirot berkata, "Saya telah mendapatkan akte ka-
win?di kantor catatan sipil dekat Oxford?atas nama
Martin Alistair Blunt dan Gerda Grant. Frank Carter
kebetulan telah menyaksikan dua laki-laki yang me-
ninggalkan ruang praktik Morley tidak lama setelah
pukul 12.25. Yang pertama berbadan gemuk?
Amberiotis. Yang kedua, tentu saja, adalah Anda.
Frank Carter tidak mengenali Anda. Dia hanya meli-
hat dari atas."
"Saya kira itu belum cukup!"
"Dia masuk ke ruang praktik dan menemukan
Morley telah menjadi mayat. Tangannya sudah dingin
dan darah di sekitar lukanya sudah mengering. Itu
berarti Morley telah tewas cukup lama. Dengan demi-
kian dokter yang menangani Amberiotis pasti bukan
Morley, melainkan orang yang telah membunuhnya."
"Ada lagi yang lain?"
"Ya. Helen Montressor telah ditahan tadi sore."
271 Alistair Blunt terkejut. Tapi kemudian duduk me-
matung. Ia berkata, "Itu... itu, apa hubungannya?"
Hercule Poirot menjawab, "Ya. Helen Montressor
yang sejati, sepupu jauh Anda, telah meninggal di
Kanada tujuh tahun yang lalu. Anda menyembunyikan
fakta itu, dan memanfaatkannya."
Senyuman muncul di bibir Alistair Blunt. Ia berbi-
cara dengan wajar, tanpa kegugupan sedikit pun, bah-
kan seperti bocah ceria.
"Gerda tentu kecewa sekali, Anda pasti tahu. Anda
memang cemerlang. Saya ingin Anda lebih mengerti.
Saya menikahinya tanpa setahu orangtua saya. Dia
gadis panggung waktu itu. Orangtua saya kolot, dan
saya sendiri bermaksud meniti karier di perusahaan
perbankan. Kami sepakat untuk merahasiakan perka-
winan kami. Dia terus bermain di pentas. Mabelle
Sainsbury Seale satu kelompok dengannya. Karena itu
dia mengenal kami. Kemudian Mabelle ikut kelom-
pok muhibah ke luar negeri. Sekali atau dua kali
Gerda menerima suratnya dari India. Sesudah itu ti-
dak pernah lagi. Mabelle bergaul dengan orang-orang
Hindu. Dia memang tolol dan lugu.
"Saya ingin dapat membuat Anda memahami per-
temuan dan perkawinan saya dengan Rebecca. Gerda
bisa memahaminya. Kalau diumpamakan, saat itu saya
memperoleh kesempatan untuk mengawini seorang ratu
dan bisa memainkan peranan sebagai pangeran
pendamping atau bahkan raja. Saya memandang
perkawinan saya dengan Gerda bersifat morganatik. Saya
menganggapnya kekasih gelap. Saya mencintainya. Saya
tidak ingin melepaskannya. Dan segalanya berjalan
272 sangat lancar. Saya sangat menyukai Rebecca. Dia wa-
nita dengan otak yang sangat cemerlang dalam bidang
keuangan dan otak saya pun sebaik yang dia miliki.
Kami bisa bekerja sama dengan baik. Kenyataan itu
sangat memuaskan. Dia teman hidup yang baik sekali
dan saya kira saya telah membuatnya bahagia. Saya
sungguh berduka ketika dia meninggal. Tapi anehnya,
Gerda dan saya semakin menikmati kerahasiaan hubung-
an kami. Dengan segala cara dan akal yang cerdik kami
selalu bisa bertemu. Dia memang aktris berbakat. Tokoh
yang dimainkannya dalam kehidupan nyata ini ada
tujuh atau delapan?Mrs. Albert Chapman hanyalah
salah satunya. Di Paris dia berperan sebagai janda
Amerika, sehingga saya bisa bertemu dengannya kalau
saya melakukan kunjungan kerja ke sana. Di lain waktu
dia berperan sebagai aktris yang sering pergi ke
Norwegia untuk melukis di sana. Saya juga pergi ke
sana dengan alasan untuk memancing. Kemudian, dia
saya suruh berperan sebagai sepupu saya, Helen
Montressor. Itu semua menyenangkan bagi kami ber-
dua, dan membuat cinta kami tetap bersemi. Sebetulnya
kami bisa menikah terang-terangan sesudah Rebecca
meninggal?tapi kami tidak menginginkannya. Gerda
akan sulit menyesuaikan diri dengan cara hidup sebagai
istri sah saya dan, tentu saja, segala sesuatu yang telah
lama kami kubur mungkin bisa muncul ke permukaan.
Tapi alasan utama kami tidak menikah secara sah adalah
karena kami lebih menikmati cara hidup seperti ini.
Hidup sebagai suami-istri biasa akan kami rasakan seba-
gai sesuatu yang membosankan."
273 Blunt berhenti sejenak. Ia berkata lagi, kini suaranya
berubah geram, "Dan tiba-tiba wanita dungu itu
merusak segalanya. Dia mengenali saya?setelah sekian
tahun! Dan dia memberitahu Amberiotis. Anda lihat?
Anda harus lihat?sesuatu harus dilakukan! Itu bukan
demi saya sendiri?bukan untuk kepentingan saya
pribadi. Kalau nama baik saya rusak dan saya jatuh?
negara ini, negara saya akan ikut terpukul. Sebab saya
telah berbuat sesuatu bagi Inggris, M. Poirot. Saya telah
menjadikan perekonomiannya kuat dan disegani. Kini
negara ini bebas dari diktator?dari fasisme dan
komunisme. Saya tidak sekadar mencari uang. Saya
benar-benar menyukai kekuasaan?saya senang
berkuasa?tapi saya tidak ingin men-jadi tiran. Inggris
negara demokratis?betul-betul demokratis. Kita bisa
menggerutu, mengemukakan pendapat kita, bahkan
menertawakan para politisi kita. Kita bebas. Saya
mempertahankan semua itu?itu bagian hidup saya.
Tapi kalau saya pergi?yah, Anda tahu apa yang
mungkin akan terjadi. Saya dibutuhkan, M. Poirot. Dan
orang Yunani bajingan yang mata-mata ganda dan
pemeras itu ingin menghancurkan saya. Sesuatu harus
dilakukan. Gerda pun berpendapat demikian. Kami
menyayangkan nasib wanita bernama Sainsbury Seale
ini?tapi apa boleh buat. Kami harus membung-
kamnya. Dia tidak bisa dipercaya untuk menyimpan
rahasia. Gerda dengan sengaja menjenguknya dan
mengundangnya minum teh. Kepada portir dia harus
menyatakan ingin bertemu Mrs. Chapman, karena
Gerda bercerita dia tinggal di flat Mr. Chapman.
Mabelle Sainsbury Seale datang, tanpa kecurigaan sama
274 sekali. Dia tidak pernah tahu apa yang kami lakukan
terhadapnya?medinal itu dicampur dengan tehnya?
betul-betul tanpa rasa sakit. Dia hanya tidur dan tidak
pernah bangun lagi. Perusakan wajah itu kami lakukan


Satu Dua Pasang Gesper Sepatunya Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesudah kematiannya?agak memuakkan, memang, tapi
kami merasa itu perlu. Mrs. Chapman harus meninggal
sebagai orang baik-baik. Kemudian ?sepupu? saya,
Helen, saya suruh menempati pondok di Exsham. Kami
memutuskan untuk segera menikah lagi secara sah. Tapi
Amberiotis harus disingkirkan lebih dulu. Pelaksanaan-
nya berhasil dengan sempurna. Dia sama sekali tidak
menaruh curiga saya bukan dokter gigi sesungguhnya.
Saya tidak mengambil risiko dengan menggunakan bor.
Tentu saja, sehabis disuntik dia tidak dapat merasakan
apa pun yang saya kerjakan!"
Poirot bertanya, "Kedua pistol itu?"
"Sebenarnya keduanya milik bekas sekretaris saya
ketika saya di Amerika. Senjata itu dibelinya di luar
negeri, entah di mana. Ketika pergi, dia lupa memba-
wa kedua pistol itu."
Mereka diam sejenak. Kemudian Alistair Blunt ber-
tanya, "Adakah hal lain yang ingin Anda ketahui?"
Hercule Poirot berkata, "Bagaimana dengan
Morley?"
Alistair Blunt hanya berkata, "Saya menyayangkan
nasibnya."
Hercule Poirot berkomentar, "Ya, saya mengerti...."
Lama mereka terdiam, kemudian Blunt berkata,
"Hmmm, M. Poirot, sekarang bagaimana?"
Poirot berkata, "Helen Montressor sudah ditahan."
275 "Dan sekarang giliran saya?"
"Itulah yang saya maksudkan, ya."
Dengan lembut Blunt berkata, "Tapi Anda tidak
senang melakukannya, eh?"
"Tidak, saya sedih sekali."
Alistair Blunt berkata, "Saya telah membunuh tiga
orang. Jadi agaknya saya mesti digantung. Tapi Anda
sudah mendengar pembelaan saya."
"Wah, yang mana... tepatnya?"
"Bahwa saya percaya, dengan segenap hati dan jiwa
saya, bahwa saya perlu meneruskan kedamaian dan
ketenteraman negara ini."
"Itu mungkin?ya."
"Anda setuju, bukan?"
"Saya setuju, ya. Anda berada di belakang semua
yang menurut pikiran saya penting. Demi ketenangan,
keseimbangan, kestabilan, dan sebagainya."
Alistair Blunt berkata pelan, "Terima kasih." Lalu
tambahnya, "Nah, lalu bagaimana?"
"Anda menyarankan agar saya?tidak menangani
lagi kasus ini?"
"Ya."
"Dan istri Anda?"
"Saya dapat mengupayakan pembebasannya. Kata-
kan saja Anda telah salah mengenali orang, atau sema-
cam itu."
"Kalau saya menolak?"
"Kalau begitu," sahut Alistair Blunt tenang, "apa
boleh buat?" Ia melanjutkan, "Keputusan di tangan
Anda, Poirot. Itu terserah Anda. Tapi saya perlu me-
ngemukakan ini?dan ini bukan sekadar pembelaan
276 diri?saya dibutuhkan di dunia ini. Dan tahukah Anda
mengapa? Karena saya orang jujur. Dan karena berakal
sehat?dan tidak mementingkan diri sendiri."
Poirot mengangguk. Cukup mengherankan, ia me-
mercayai semua itu. Ia berkata, "Ya, itu sisi yang satu.
Di situ Anda orang yang tepat. Tapi di sisi lain, tiga
nyawa manusia telah direnggut."
"Ya, tapi coba pikir! Mabelle Sainsbury Seale?se-
perti kata Anda sendiri?adalah wanita berotak ayam!
Amberiotis?bajingan dan pemeras!"
"Dan Morley?"
"Tadi saya sudah mengatakannya kepada Anda.
Saya menyayangkan nasib Morley. Dia memang dok-
ter gigi yang baik?tapi, bagaimanapun, dokter gigi
yang lain masih banyak."
"Ya," ujar Poirot, "dokter gigi yang lain memang
masih banyak. Dan Frank Carter? Anda bermaksud
mengorbankannya pula, tanpa penyesalan sedikit
pun?"
Blunt menyahut, "Tak ada gunanya menaruh ka-
sihan padanya. Dia betul-betul sampah busuk."
Poirot berkata, "Tapi dia manusia..."
"Oh ya, kita semua manusia..."
"Ya, kita semua manusia. Itulah yang telah Anda
lupakan. Jadi, menurut Anda, Mabelle Sainsbury Seale
manusia dungu, Amberiotis manusia jahat, Frank
Carter sampah masyarakat?dan Morley?Morley ha-
nyalah dokter gigi dan dokter gigi yang lain masih
banyak. Itulah perbedaan antara Anda dan saya, M.
Blunt. Karena bagi saya nyawa keempat orang itu
sama pentingnya dengan nyawa Anda."
277 "Anda salah."
"Tidak, saya tidak salah. Anda mempunyai pemba-
waan luar biasa yang membuat Anda selalu tampak
jujur dan selalu benar. Andaikan Anda melangkah
sedikit ke samping?atau ke luar?kesan orang terha-
dap Anda tidak berubah. Sebagai tokoh masyarakat,
Anda tetap dianggap selalu benar, dapat dipercaya,
serta jujur. Tapi dalam diri Anda rasa cinta terhadap
kekuasaan terus meningkat. Karena itu tanpa segan-
segan Anda mengorbankan empat nyawa manusia dan
menganggap semua itu tidak berharga."
"Tidakkah Anda menyadari, Poirot, bahwa kesela-
matan dan kesejahteraan seluruh bangsa ini tergan-
tung pada saya?"
"Saya tidak berkepentingan dengan bangsa,
Monsieur. Saya berkepentingan dengan pribadi-pribadi
yang masing-masing memiliki hak untuk tidak diam-
bil nyawanya."
Ia bangkit.
"Jadi itulah jawaban Anda," ujar Alistair Blunt.
Hercule Poirot berkata dengan suara letih, "Ya?itu-
lah jawaban saya...."
Ia menuju pintu dan membukanya. Dua polisi ma-
suk. II Hercule Poirot turun ke tempat seorang gadis sedang
menunggu.
278 Jane Olivera, dengan wajah pucat dan tegang, ber-
diri menyandar ke dinding perapian. Di sisinya ada
Howard Raikes.
Gadis itu berkata, "Bagaimana?"
Poirot menjawab lembut, "Semua sudah berakhir."
Raikes berkata parau, "Apa maksud Anda?"
Poirot menyahut, "M. Alistair Blunt telah ditahan
dengan tuduhan membunuh."
Raikes berkata, "Saya pikir Anda telah dibeli-
nya..."
Jane berkata, "Tidak, saya tidak pernah menduga
demikian."
Poirot menghela napas. Ia berkata, "Dunia sekarang
milik Anda. Surga baru dan bumi baru. Dalam dunia
Anda yang baru, Anak-anak, biarkanlah ada kebebasan
dan biarkanlah ada rasa belas kasihan... hanya itu pe-
san saya."
279 HERCULE POIROT berjalan kaki pulang melalui jalan-
jalan lengang.
Sesosok tubuh yang juga pendek mendampinginya.
"Nah?" seru Mr. Barnes.
Hercule Poirot mengangkat bahu dan membuka
tangannya lebar-lebar.
Barnes bertanya, "Apa yang dikatakannya?"
"Dia mengakui segalanya dan meminta keadilan.
Katanya, negeri ini membutuhkannya."
"Memang betul," sahut Mr. Barnes.
Semenit atau dua menit kemudian ia menambah-
kan, "Tidakkah Anda berpendapat demikian?"
"Ya."
"Nah, kalau begitu..."
"Kita mungkin salah," potong Hercule Poirot.
"Itu belum pernah terpikir oleh saya," ujar Mr.
Barnes. "Jadi kita mungkin salah."
Mereka terus berjalan, kemudian Barnes bertanya
SEMBILAN BELAS, DUA PULUH,
PIRING SAYA SUDAH KOSONG
280 dengan nada heran, "Apa yang sedang Anda pikir-
kan?"
Hercule Poirot bersyair, "Karena engkau telah meno-
lak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau
sebagai raja."
"Hmmm... saya mengerti...," ujar Mr. Barnes. "Ki-
sah Saul... yang pernah menjarah orang-orang
Amalek. Ya, Anda dapat berpikir begitu."
Mereka masih berjalan bersama, lalu Barnes berka-
ta, "Saya mengambil kereta bawah tanah di sini. Sela-
mat malam, M. Poirot." Ia diam sejenak, kemudian
berkata canggung, "Anda tahu?ada sesuatu yang
ingin saya beritahukan kepada Anda."
"Ya, mon ami?"
"Rasanya saya berutang kepada Anda. Tanpa sadar,
saya telah salah mengarahkan Anda. Saya ingin meng-
ungkapkan soal Albert Chapman, Q.X.912."
"Ya?"
"Sayalah Albert Chapman. Itulah antara lain sebab-
nya saya begitu tertarik. Perlu Anda ketahui, saya be-
lum pernah beristri."
Ia segera berlalu, sambil berdecak.
Poirot berdiri mematung. Kemudian matanya mem-
buka, alisnya terangkat.
Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Sembilan belas,
dua puluh, piring saya sudah kosong?"
Lalu ia pulang.
NOVEL DEWASA
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building
Blok I, Lantai 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
www.gramediapustakautama.com
SATU, DUA, PASANG
GESPER SEPATUNYA
ONE, TWO, BUCKLE MY SHOE
Pagi itu adalah pagi yang tidak mungkin dilupakan oleh
Hercule Poirot. Pagi ketika ia tidak mampu merasa lebih
unggul daripada orang lain dalam hal apa pun. Pendeknya,
pagi itu ia berkunjung ke Mr. Morley, dokter giginya. Sore
harinya pun tak terlupakan. Mr. Morley ditemukan mati
tertembak. Penyidikan kasus itu melalui pasien-pasien lain
melibatkan Poirot dengan seorang bankir kaya, seorang
Yunani misterius yang tidak menyenangkan, seorang
pemuda Amerika yang garang dan bertampang pembunuh,
serta mantan aktris dengan sepatu bergesper yang menjadi
pusat perhatiannya.
Kasus Kasus Perdana Poirot 2 Sherlock Holmes - Pemain Belakang Yang Hilang Pedang Medali Naga 7
^