Pencarian

Skandal Darah 1

Skandal Darah Karya Salandra Bagian 1


Novel karya Salandra terbitan Alam Budaya :
KALDERA PEMBALASAN
SKANDAL DARAH
SENJA NIERAH DI PEKING
BAYANGAN PEMBUNUH
SHUGYOSA
SEKS, WANITA, DAN KEKUASAAN
Salandra
SKANDAL
DARAH
SKANDAL DARAH
Skandal Darah
Hidup ternyata tidak cukup hanya dengan cinta, ia
memerlukan keberanian melawan segenap ancaman, ketidakadilan, dan kemunafikan.
JAQUELINE KENNEDY
PROLOG
MIAMI, musim dingin 1994.
Hujan salju masih mengguyur Kota Miami.
Angin kencang disertai serpihan es menyerbu ke
setiap lorong kota. Atap?atap bangunan tertutup
warna putih, mirip bukit?bukit hantu tempat bermukim para iblis. Langit hitam pekat, seakan sayap
peri dan mambang menyelimuti jagat raya.
Di sebelah utara airport Miami, sebuah pesawat
jet commander mulai mendenging suaranya. Mesin
turbonya mulai dihidupkan. Pilot di dalam kokpit
pesawat memeriksa dengan teliti panel?panel di depannya. Perlahan ia menggeraan pesawatnya
menuju hanggar tujuh.
Pintu hanggar itu tibatiba terbuka, enam anggota FBI keluar sambil menggenggam senapan otomatis. Semua tampak dalam keadaan siaga. Kecuali
mengenakan kaca mata dan mike kecil yang dihubungkan ke telinga masingmasing, keenam polisi
federal tersebut mengenakan kevlar ? pakaian anti
peluru. Mereka bergegas membentuk pengawalan
jalan ke arah pesawat.
Dua menit berikutnya, empat orang FBI muncul
mengawal keluarga Richard Connely terdiri dari seorang lelaki, seorang wanita, dan dua anak. Salah
satu anak itu duduk di kursi roda yang didorong
ayahnya. Semua berjalan bergegas. Tak seorang
7 pun mengeluarkan suara.
Badai salju semakin mencekam ketika mereka
sampai di atas pesawat. Richard Connery ? yang
wajahnya mirip Harrison Ford ? bernafas lega. Lelaki itu menghapus butiran salju di wajahnya, key
mudian melempar senyum pada kedua anaknya.
Kapten Tommy Jones muncul di ruang itu.
"Saya ingin mengucapkan selamat jalan pada
Anda," kam Tommy Jones sambil menjabat tangan
Richard Connery. "Tanpa bantuan Anda, kami tidak akan berhasil menghancurkan persekongkolan
para bajingan itu. FBI tidak akan pernah melupakan
jasa Anda."
"Saya berharap tidak hanya ucapan terima kasih, Kapten," jawab Richard Connery tanpa te?
kanan. "Saya berharap jaminan keselamatan yang
Anda berikan benar?benar terlaksana."
"Jangan khawatir. Saya telah memerintahkan
orangorang saya menjaga keselamatan keluarga
Anda "
"Saya hargai tindakan Anda, Kapten."
( "Siapa menyangka Anda baru saja menggagalkan seorang senator terpilih kembali."
"Saya tidak pernah memikirkan hal itu."
"Sebaiknya Anda memang hanya memikirkan
masa depan. Istri dan anakanak Anda sudah cukup
lama ditinggalkan."
Richard Connery berpaling pada keluarganya.
lalu mendesah halus Tommy Jones memberikan
paspor, sim, dan kartu kredit.
8 L tw: "galau ada kesulitan keuangan, beritahu saya....
"Mudah?mudahan tidak, Kapten. Saya akan
bekerja keras untuk mencari uang."
"Kalau begitu, selamat jalan."
"Terima kasih."
Tommy Jones berbalik, lalu pergi. Satu menit
berikutnya, pesawat jet itu sudah berada di atas
Kota Miami. Tidak seorang pun yang mengetahui
pesawat tersebut akan ke mana, kecuali Richard
Connery dan Tommy Jones. Bahkan pilot pesawat
tersebut tidak diberitahu ke mana pesawat tersebut
harus diterbangkan. Richrad Connery akan memberitahukan tujuannya sesudah pesawat tinggal landas
dari airport.
Kota Miami tampak terhampar di bawahnya
ketika Richard Connery duduk di kursinya. Matanya
nanar. Terbayang kembali peristiwa?peristiwa menegangkan yang membuat ia harus meninggalkan
Miami dalam pengawalan ketat FBI, dan sebuah
rencana perjalanan yang sangat dirahasiakan.
"Kita akan ke mana, Dad?" Tiba?tiba Kevin,
anaknya, bertanya.
Richard Connery tersenyum, lalu menjawab,
"Kita akan ke suatu tempat yang dapat membuat
kita bahagia."
"Ke mana?"
"Nanti kau akan tahu."
Kevin menatap ayahnya tak percaya. "Rupanya masih sebuah rahasia," katanya datar.
SKANDAL DARAH 9
Richard Connery tersenyum. "Ya, masih raha"Boleh saya menebak?"
"Boleh. Kenapa tidak?"
"Seattle."
"Salah."
"Kansas?"
"Salah."
"California?"
"Salah."
"Lalu di mana?" "
"Lima menit lagi saya akan mengatakannya.
sia. 10 MIAMI, Florida, musim dingin.
Badai bertiup dari arah Pegunungan Appalachia menuju Teluk Mexico. Angin dengan gumpalan
es dan debu, bagai tiupan malaikat dari neraka. Paya serta sabana tersapu air Sungai Potomac. Halilintar sesekali memecah langit, menciptakan pijarpijar warna merah. Dari siaran televisi Taman Nasional Ererglades porak?poranda bagai?diserang sekawanan serigala. Florida menjadi mengerikan.
Miami Boulevard dingin seakan menyimpan
misteri.
Parit sebesar lengan tangan melintang tak
mampu lagi menampung curah hujan. Lebih?lebih
sampah kertas menutup selokan, membuat air melimpah ke jalanan. Air hujan yang bagai sisir kaca
gemedap di bawah cahaya lampu. indah dipandang.
Beberapa buruh yang pada siang hari mengaspal jalan, dan terbiasa tidur di tepi jalan, kini mendepis bagai anjing kehujanan. Wajahnya kuyu, gairah hidupnya seakan padam. Perjuangan berharihari mulai lagi terancam; air yang menemperas masuk sela?sela aspal, bakal mengikis buah tangannya.
Tinggal mereka teronggok, memandangi, dan bekerja kembali dari awal. Seakan pekerjaan tak
kunjung selesai.
11 httpzllhuna-ohi.blogspot.com
Langit yang hitam pekat, beberapa kali dilecut
halilintar. Dan 'dalam gemerlap petir terlihat sam-
pah?sampah melayari jalanan. Air berwama hijau
yang menggenang di tepi Miami Boulevard, kini
melahari rumah-rumah merpati di sekitarnya. Dan
sesekali menggelombang bila roda mobil membelah
jalan. Air buangan yang bercampur sampah sungguh menggeliatkan kenangan buruk. Betapa tidak
Zat?zat berbusa dan campuran sampah bakal meng-
hambat peredaran oksigen dari udara ke dalam air.
Ini mengakibatkan kadar oksigen menurun. Akibat-
nya bakal menimbulkan pencemaran bakteriologis
dan membawa bakteri patogen di udara. Penyakit
mudah timbul. Namun bisakah bumi warisan ini
mencegahnya?
Richard Connery memandang ke luar. Wajah-
nya yang lembut tertegak menatapi pemandangan
di mulut jalan. Mobil?mobil tua tersumk di semak,
rumah?rumah kosong, kain tenda berkibaran kena
hempasan angin, dan daun pohon flamboyan me-
ngeliyut mengikuti angin. Kesunyian ini seakan seirama dengan beban hati yang tengah mengeliyut
di dadanya.
Agak lama ia berdiri. Kemudian berbalik melangkah ke meja kerjanya. Dengan malas Richard
Connery menarik kursi, kemudian duduk. Sekali
lagi tatapannya menumbuk berkas?berkas di meja,
namun hanya sekerdipan mata. Pada kornea mata,
justru muncul benda?benda di sekelilingnya. Snelhacter yang terbuka, map?map bertumpuk di pojok
mangan, sebuah rak buku sederhana, beberapa
12 buah vandel penghargaan semasa ia masih mahasiswa, kapstok tempat ia menggantungkan jas hujan, mesin tik Royal buatan tahun 1934, foto anak
dan istrinya, dan matanya tertumpuk pada cermin
kaca di mana ia melihat wajahnya yang kusut serta
letih. Sebuah wajah yang menyimpan beban berat
penderitaan.
Sering dalam bertatapan semacam itu; tumbuh
pertanyaan?pertanyaan membisu. Pantaskah ia
mendapatkan semuanya ini? Kemiskinan dan kemiskinan tak pernah nampak ujung cakrawalanya!
Pantaskah? Padahal beberapa orang kawannya sudah banyak yang hidup berkecukupan. Oliver kini
menjadi pegawai bea cukai, perutnya membusung
dan wajahnya selalu nampak lebih muda. Albert kini menjadi kepala polisi air di Seattle, kekayaannya
tak perlu ditanyakankan. Barry Lukas tetap seorang
pelaut yang melayari dunia sejak New York hingga
Yunani, seakan Barry diciptakan sebagai manusia
pengeliling bumi. Kemudian Barbra, telah menjadi
istri seorang kepala bea cukai dan menjadi pegawai
sebuah perusahaan minyak terbesar di Dalas. Kemudian bertumt?turut wajah teman?temanya muncul di benak, berpuluh orang laut yang hidup dengan berkecukupan.
Tetapi apa yang telah ia dapatkan? Pekerjaan
kantor yang tak pernah melahirkan kekayaan.
Ya, Tuhan.
Ibarat kehidupan ini tempat bermaraton, Richard Connery merasa berlari di ujung belakang
Tinggal menanti ujung napas dan ia numprah di
13 tanah bagai pelari kedodoran. Sesudah tiga tahun
bekerja, baru ia diangkat sebagai pemegang sebuah
jabatan, itu pun ia harus pindah dari Seattle ke Mia-
mi. Kota metropolis yang sejak dulu tidak ia ingini.
Benar?benar tak ia ingini!
Namun b'sakah ia menolak kedudukan yang
sekarang? Sebagai direktur muda perusahaan pelayaran, seakan ia memegang kunci sukses Dale Carnegie. Dan benar?benar ia terpana, seakan pertanyaan Dale Carnegie menjemba kepalanya berulang?ulang. How stop won'ying and start living?
Saatnya tiba menghentikan duka dan memulai hidup berkebahagiaan!
Sepuluh tahun menjalani hidup berumah tang-
ga di Seattle, seakan tak menambah sesuatu pun
sebagai miliknya, kecuali kedua anaknya, Kevin dan
Kenny. Dua anak yang tidak sama berat menikmati
kebahagiaan. Kenny-"mendapatkan segalanya, sedang Kevin harus menjalani sembari duduk di kursi
roda. Kepedihan seorang ayah yang menyaksikan
anaknya menderita sering menyusup pada malam-
nya. Mengusik hati Richard Connery untuk menebus penderitaan Kevin dengan kelimpahan materi.
Namun tahun?tahun milik keluarganya merupakan
tahun berempedu. Tak pernah sekalipun ia berhasil
memenuhi impiannya.
Sering Richard Connery ingin menangis jika
menyaksikan Kevin susah?payah mengayuh kursi
rodanya, namun jiwanya telah pasrah, sehingga kepedihan itu diterimanya sebagai takdir Tuhan Baik
14 -?-'?-*? -
serta buruk yang ia punyai adalah juga dari tangan
Tuhan. Richard Connery selalu bersikap tawakal
menerimanya.
Richard Connery menguap. Setelah meneguk
air putih dan membetulkan letak salnya, ia menoleh
ke jam dinding di ruang kerjanya. Sudah pukul dua
belas seperempat. Sekali lagi ia memeriksa berkas
di tangannya. Tiba?tiba mulutnya tak terkekang lagi.
"Mafia!" runtuknya geram.
Richard membuka pintu pagar. la mendorong
kursi roda anaknya untuk diantar ke sekolah. Ketty,
istrinya, mengantar di pintu sambil membopong
anaknya yang masih kecil. Mereka saling senyum,
seakan dunianya penuh fantasi. Di depan pintu pagar Richard Connery sekali lagi mencium Kenny,
mata yang semalam muram sudah bercahaya, seakan didalamnya menyimpan bara hari depan.
Di beberapa sudut kota masih tampak sisa?sisa
kesibukan akibat banjir. Beberapa orang tengah
mengorek?ngorek parit, mencoba membersihkan
sampah yang menjadi jaring?jaring. Pagar tanaman
yang roboh tengah diperbaiki, dan buruh?buruh jalan sedang menjemur pakaian di tali?tali rafia yang
direntangkan dari pohon ke pohon, maka panorama pun jadi berserabutan.
Peradaban bawaan dari kampung selalu jadi
pangkal warna kota Miami. Inilah cultural shock
Gegar budaya sebuah kota metropolis. Berbagai
adat, berbagai kebiasaan dari berbagai tempat asal
15 serentak terbawa masuk ke dalam kota. kebiasaan
buruk di kampung, di mana orang?orang menjemur
pakaian centang?perentang tetap dilakukan di Miami Akibatnya pemandangan buruk menyergap mata. Terciptalah lorong berliku dengan bau menyesakkan.
Richard Connery melepas Kevin di depan pagar sekolah. la melambaikan tangan, kemudian
mengendarai mobil menuju kantornya.
Setiap Richard Connery menatap pemandangan dari jendela mobilnya, sering benaknya terusik
lalu?lalang omng di sekitarnya. Lebih?lebih bila ia
duduk di tepi jendela mobil. pandanganya yang liar
ke segala penjuru, menyebabkan roda sejarah berputar di benaknya. Miami .Miami.. rimba manusia dan' beragam kota asal. Usianya yang hampir
lima ratus tahun menyebabkan tanah tanahnya seakan menyempit dan aromanya menyesakkan gernapasan.
Lelaki itu sering mencoba membayangkan,
bentuk Miami di permulaan abad ke 13. Mungkin
sebuah daerah kosong, dengan pohon? pohon nyiur
menggapai langit. Di beberapa tempat terdapat
rumah?rumah bertiang tinggi seperti rumah Spanyol, dan orang-orang berlalu lalang mengendarai
kereta atau berjalan kaki. Juga ketika pada tahun
1527 orang Amerika Latin mulai memasuki Miami.
Orang?orang masih berjalan kaki, dan sesekali tam-
pak lelaki lelaki kulit putih berkeliling ke desa desa
dengan mengendarai kereta. Suasananya tak beru-
16 bah. Lorong?lorong perkampungan berisi tambak
ikan serta deretan pohon aren lengkap dengan
bambu penyadap air. Rumah masih sangat jarang,
biasanya bergerombol lima atau enam rumah, dan
dilengkapi dengan sumur yang menggunakan pengungkit bambu panjang dan di salah satu ujung
lainnya terdapat timba. Pagar batas pekarangan
tidak ada. Rumah?rumah itu lantainya menggunakan tanah merah, namun karena setiap hari disiram
air tanah menjadi mengeras bagai ubin.


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rumah di masa lalu selalu memiliki sebuah beranda, dengan pintu berukir. Keramaian yang amat
terbatas muncul sesekali waktu ada karnaval. Di
tepi pantai atau Miami Park. Biasa tuan?tuan tanah
mendatangkan sirkus untuk menghibur kuli perkebunan. Sekalian mereka mencari jodoh. Semua menampakkan kedamaian. Sampai akhirnya pasukan
Jenderal Webster datang di tahun 1619. Kedamaian
itu lenyap digantikan bau pemberontakan tanpa
pemberhentian.
Sekitar tahun 1621, Jenderal Webster tengah
disibuki oleh pemberontakan, ketika itulah terjadi
penyerangan orangorang Inggris. Namun tentara
Webster berhasil memadamkan pemberontakan
tersebut. Untuk memperingati kemenangan itu, para perwira memberi nama benteng pertahanannya
? Miami Castle.
Dan kini Miami Castle telah menjadi kota Miami. Dari sebuah wilayah sebesar pantai. Membengkak kian?kemari menjadi kota metropolis yang
luasnya 637 km persegi. Tak ada kebun kelapa,
SKANDAL DARAH 17
pohonan aren dengan bumbung penyadap nira,
atau timba berpengungkit bambu, jangan lagi berkhayal tentang tuan tanah yang berkereta kuda atau
penari sirkus di daerah perburuhan. Miami kini telah
- berubah menjadi hutan beton, dan iming-iming per
adaban modern. Burung?burung yang dahulu bebas
terbang, kini harus diatur oleh Petugas Air Traffic
Controller. Bukan burung merpati, memang. Tetapi
burung besi yang hanya bisa mendarat di airport.
Juga kereta kuda, kini telah tak tampak gambarannya, tinggal kereta api dan trem listrik yang
melaju di atas lingkar besi. Semuanya telah beru-
bah. Dan di dalam kemelut perubahan itu, Richard
Connery merasa berdiri gamang la memandang ke
depan, namun baur panjang yang terlihat. Sapaansapaan peradaban inilah yang menyebabkan sejak
lama ia tak akrab dengan Miami. Bahkan tak ingin
mengakrabi. Tak ingin!
Tapi kini diingini atau tidak, ia telah memasuki
kubu?kubu kota Miami. Hidupnya'berawal dari sa-
dapan udara, air serta langit kota Miami. Bakal menemu apa ia di sini, tak ia pegang kini jawabnya.
Kegamangan telah mengurung, menghimpit dan
menindasnya. Kehidupan di kota besar yang belum
ia akrabi telah menjongkongkan jiwa dalam kurnparan jantera tanpa pusat pegangan. ia dipaksa
mengikuti arus putaran, tanpa mengerti kapan
berhenti dan bagaimana menghentikannya, Kapan?
jawabannya ? adalah bayang?bayang.
18 Dan sibak-sibuk bayangan itu terhenti ketika ia
melihat pelabuhan. Segera Richard Connery turun.
Pelabuhan Miami mulai bernapas beberapa
buah perahu meluncur di atas laut Sedang di sisi
lain beberapa stuwardor tengah menaikkan barang
ke atas kapal. Di sisi lain terlihat kesibukan stuwardor di car deck kapal Emerald yang tengah menyiapkan debarkasi muatan. Sebuah kapal patroli ter-
tambat di dermaga terayun?ayun bagai anak gadis
di tangan raksasa.
Richard Connery menoleh sekilasan, menatap
kapal Emerald milik perusahaannya. Seorang anak
buah kapal melambaikan tangan, Richard Connery
membalas sambil tersenyum. Beberapa pegawai
yang semula ngobrol 'di anak tangga Emerald Lloyd
segera masuk ketika melihat Rochard Connery.
"Richard!" tiba?tiba sebuah suara terdengar
dari jauh.
Richard menoleh. Matanya setengah terbelalak
menyaksikan David Nichols berlari menuju ke
arahnya. Mereka berjabat tangan.
"Bagaimana kabarmu?" tanya David Nichols
sambil menggoyang?goyang tangan Richard.
"Baik."
"Aku mendengar dari Stephen kalau kau sekarang bekerja di sini."
"Stephen?" Richard Connery terkejut. "Stephen siapa?" lanjutnya.
"Ya, siapa lagi? Tokoh radikal kita."
19 "Bagaimana dia tahu kalau aku kerja di sini?"
David Nichols tersenyum menyeringai. Wajahnya yang bulat membuat lekukan lesung pipit pada
pipinya.
"Miami tidak sebesar New York," kata David
Nichols tetap dalam senyuman lebar. "Apa yang
tak bisa ditemukan di sini? Sedang jarum jatuh pun
kalau kita mau, dapat ditemukan dengan segera.
Apalah artinya Miami bagi Stephen."
"Tetapi aku belum pernah bertemu denganya, "
potong Richard Connery cepat.
"Biarpun belum bertemu, tetapi Stephen mengetahui segalanya tentang dirimu."
"Bagaimana mungkin?"
"Pekerjaan Stephen membuat dia tahu seluruh
apa yang terjadi di pelabuhan ini," kata David
Nichols bersungguh?sungguh. "Sampai bagian sekecil?kecilnya. Bahkan ujung kuku yang jatuh di
Miami bisa ia temukan dalam beberapa menit.
"Rupanya Stephen menjadi penguasa di sini."
"Lebih tepatnya, tokoh masyarakat," ujar David Nichols sambil ketawa.
"Ke1ja di mana dia?"
"Besok kau akan tahu, " jawab David Nichols
berteka?teki. "Seorang pemegang jabatan penting
seperti dirimu sudah sepantasnya berkawan akrab
dengan Stephen."
Richard Connery tersenyum ia mengeluarkan
pagoda pastiles dan menawarkan pada David Nichols. lelaki itu mengambil satu kemudian mengu
on ;. l 1 yahnya dengan gigi.
Sambil menatapi kesibukan embarkasi di pelabuhan, David Nichols bertanya.
"Apa yang menyebabkan engk'au bersedia ditempatkan di sini, Richie?"
"Uang," jawab Richard Connery pendek.
David Nichols tertawa.
"Rupanya engkau sudah mulai berpikir tentang
uang," kata David Nichols tersenyum. "Memang
untuk mencari uang, Miami ini tempatnya. Dan Miami, biarpt'm merupakan daerah terkotor di sini, banyak menyimpan tambang emas."
"Kukira itu yang menyebabkan kalian kerasaan
di sini."
David Nichols tertawa tergelak. Tawa liar para
pelaut.
"Tetapi akhir?akhir ini aku justru berpikir untuk
meninggalkan daerah ini," kata David Nichols tanpa
tekanan. "Orang tuaku mendesak agar aku segera
menikah dan meninggalkan petualangan yang berbahaya di sini. Mereka rupanya ingin melihat anaknya hidup damai di rumah, tanpa dicemaskan tindakan-tindakanku. Maklumlah, aku anak tunggal
mereka...."
"Engkau akan pulang ke Seattle?"
"Itulah kesulitannya," jawab David Nichols
datar. "Kalau aku kembali ke negeri awalg apa pula
yang bisa kukerjakan."
"Jadi pengusaha toko?"
Dan David Nichols kembali tertawa tergelak?ge
21 lak. "Dulu itu bisa terjadi, Richie," kata David Nichols di sela gelak tawa. "Tapi tiga tahun lalu terjadi
kebakaran sehingga pertokoan ayahku lenyap. Tak
lagi bisa menjadi pemilik pertokoan. Paling kalau
aku pulang sekarang, jadilah aku mucikari. "
"Busyet."
David Nichols tertawa.
"Engkau nanti akan merasakan, setelah lama
tinggal di Miami, kota asal akan menjadi asing. Dan
tampak tak bisa memberi apa?apa kepada kita. Semuanya ada di sini, kekayaan, kemewahan, kemelaratan bahkan kebobrokan yang macam apa pun
bisa kita dapatkan."
"Rupanya kau turut mengamati akibat?akibat
sampingan kemajuan industri di sini."
"Kurasakan, tapi tak bisa kuperinci atau kukatakan sebagai kesalahan."
Richard Connery mengangguk. Di kejauhan
tampak sebuah mobil sport memasuki pelabuhan
dan berhenti di depan gudang. David Nichols me-
negaskan pandangan sejenak kemudian berkata:
"Oke, Richie, aku harus pergi. Nanti siang aku
akan mengajak Stephen untuk menjumpaimu. Mu-
dah-mudahan kau betah bekerja di sini."
Tanpa menunggu Richard Connery menimpali,
David Nichols berlari menuruni anak tangga. Richard Connery hanya bisa menghela napas sambil
memandangi kibaran jaket merah sahabatnya. Ini
adalah pertemuan pertamanya dengan seorang sa
2? 'n...
habat lama. Namun Miami sudah tak bisa memberi
waktu lebih lama. Serba terburu?buru.
Richard Connery kemudian berbalik masuk
kantor. Langkahnya pun mulai berubah. Kini bergegas. Beberapa pegawai perempuan mengucapkan
selamat pagi dengan hormat. Lelaki itu hanya
mengangguk ramah, kemudian naik ke lantai dua.
Masuk ke kamar kerjanya. Setelah meletakkanjaket
dan tasnya di meja, ia menarik gorden jendela. Matanya mengawasi kesibukan di bawah.
Matahari sudah mulai menyala di atas tanah.
Dan Miami mulai memainkan peranannya, menjadi
labirin yang penuh sibak?sibuk. Air laut yang keruh
berkilau?kilau ditimpa sinar matahari. Kegiatan de-
barkasi dan embarkasi mulai tampak riuh.
"Selamat pagi, Mr.," terdengar suara sekretarisnya serentak pintu terbuka.
"Pagi," jawab Richard. la berbalik menuju ke
kursinya. "Tolong ambilkan berkas pembelian kapal
Emerald."
Sekretaris berwajah Amerika Latin itu akan
beranjak ketika tiba?tiba telpon berdering. Dengan
cekatan ia mengangkat. Hanya sebentar, kemudian
memberikan kepada Richard Connery.
"Untuk Anda," katanya.
"Ya."
Richard Connery beranjak mengambil handel
telpon. Baru saja ia mengucapkan selamat pagi,
tiba?tiba wajahnya berubah secara karakteristik.
Seakan ia mendengar sesuatu yang tak pernah ia
23 duga sebelumnya. Keramahan yang selalu menggantung di bibirnya sekarang meledak bagai tawa
masa remaja.
"Aku mendengar dari David Nichols, katanya
engkau menjadi penguasa di sini," kata Richard
Connery antusias.
"Jangan kau percaya omongan David Nichols.
Sejak dulu dia toh tukang membual."
"Kau lebih dulu mengetahui kedatanganku,
bukan?"
"itu secara kebetulan saja. Aku melihatmu
turun dari mobil kemarin."
"Atau, engkau mempunyai banyak intel di
sini?"
Stephen tertawa bergelak-gelak.
"Kaupikir aku sekarang menjadi seorang jen-
deral? Miami ini sudah sepeni kampung halamanku
sendiri. Pengetahuanku tentang daerah ini sama
dengan pengetahuanku mengenai Seattle. Jadi
jangan heran kalau aku segera mengetahui keda-
tanganmu, bahkan macam apa kedudukanmu pun
sudah ada di tanganku." terdengar Stephen
tertawa.
"Sejak dulu kau selalu memegang jabatan kun-
ci," kata Richard.
"Kau sekarang yang memegang anak kuncinya," balas Stephen diiringi tawa bergelak?gelak
Namun lelaki di seberang ini segera mengalihkan
pembicaraan. "Oh, ya. Bagaimana kabarnya Ketty? Kudengar kau sudah mempunyai anak Bera
24 Pa?"
"Dua, kau?"
"Dua orang istri, tujuh orang anak Kurasa
cukup untuk sementara. "
"Kau masih edan seperti dulu."
"Miami sudah membuat semua orang menjadi
edan. Kalau tidak edan, tidak kebagian!" jawab
Stephen sambil berhaha?hihi. "Kau masih baru di
sini, belum mengerti bagaimana setiap orang harus
menjadi edan lebih dulu untuk mendapat rejeki. "
"Kau kelihatannya sangat skeptis."
"ltulah gambaran warga Miami saat ini," jawab
Stephen dengan tertawa getir, "Nilai?nilai keluhuran
manusia seperti yang diajarkan Budha sudah mero501 ke daerah slums."
"Tetapi engkau menjadi sukses."
"Setiap orang bisa sukses, Richie. Meskipun
berbeda nilai serta hakekatnya. Adakalanya sukses
harus dicapai dengan cara tidak terhormat. Padahal kita tidak menghendakinya," di handel telpon
terdengar Stephen batuk?batuk. Kemudian ia berkata seperti sapi disembelih, mendengus?dengus.
"Apa boleh buat, Miami lebih berkuasa dibanding
kita."
Richard Connery menyela dengan tertawa lu-
nak. "Mudah?mudahan engkau tidak menjadi koruptor di sini."
"Akh, kau belum tahu saja, Richie," runtuk
Stephen geram. "Dalam masyarakat majemuk dan
SKANDAL DARAH 25
budaya perusahaan seperti di Miami, kedudukan
seorang koruptor sering lebih terhormat dibanding
orang?orang jujur."-
Bersamaan mereka tertawa.
Di lain tempat sekretaris Richard Connery se?_
dang berjalan di samping meja?meja karyawannya
yang berderet?deret. Kesibukan kantor pelayaran
itu mulai terasa nafasnya. Ada yang sedang mengetik, membuka-buka arsip, ada juga yang sedang
membetulkan letak jarum jam dinding. Sekretaris
itu melangkah mendekati seorang laki-Iaki bagian
penyimpanan arsip.
"Mr. Richie membutuhkan arsip pembelian kapal Emerald," kata perempuan itu. "Di sini, kan?"
Laki?laki di depannya memanjangkan leher kemudian membuka kacamata gelasnya.
"Untuk apa?"
"Mana aku tahu."
"Aku harus tahu lebih dulu. 'Sebab bukan wewenangku untuk mengeluarkan."
"Barangkali Mr. Richie ingin memeriksa proses
pembeliannya."
"Nah, lebih?lebih," potong lelaki itu serius matanya yang tak bening menatap dada perempuan


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di depannya. "Kalau tidak ada surat perintah aku
tidak berani mengeluarkan."
"Kenapa?"
"Begini," jawab lelaki itu kalem. "Mr. Richie
26 kan pegawai baru di sini. Berkas pembelian kapal
Emerald belum menjadi tugasnya. Jadi semua we-
wenang masih di tangan Mr. Murray. Bukannya aku
meremehkan Mr. Richie, tetapi ini perintah pimpinan."
Sekretais itu merentakkan bahu. Kemudian
berbalik menuju ruang kerjanya. Ketika ia masuk
Richard Connery meletakkan handel telpon.
"Sudah kaudapatkan?" tanya Richard Connery
lunak.
"Hoffman tidak berani mengeluarkan kalau
tidak ada perintah Mr. Murray."
"Kenapa?"
"Katanya masih di bawah wewenang Mr. Murray."
"Panggil Hoffman kemari."
Sekretaris itu lenyap di belakang pintu. Sedang
Richard Connery memutar kursi ke samping, sehingga pelabuhan menjadi latar belakangnya. Matahari menerobos jendela, memuat kemurungan Richard Connery menjadi tegas. Sambil menunggu,
lelaki itu memainkan pulpen.
Gelombang kecurigaannya mulai berbiak lagi.
Hawa kecurigaan yang ia bawa dari rumah, semakin merajalela. Apa pun alasannya, ia merasa ada
sesuatu yang tak beres di sini.
Pintu terbuka, dan terdengar langkah kaki
lambat di belakangnya.
"Saya, Mr. Connery," kata Hoffman pelan.
Richard Connery memutar kursinya mengha
27 dapi Hoffman.
"Aku memang orang baru, Mr. Hoffman," kata
Richard Connery tegas. Sangat tegas. Sehingga
Hoffman merasakan hawa kemarahan dari ucapan
itu. "Tetapi aku memiliki hak sebagai penanggungjawab tatalaksana Perusahaan Pelayaran ini.
Salah satu dari sekian banyak hakku adalah memeriksa arsip, karena itu sekarang menjadi tanggungjawabku," Richard Connery berhenti sejenak, menunggu reaksi lelaki itu di hadapannya. Namun
Hoffman bagai pungguk kehujanan cuma menunduk tak berani mengangkat muka. "Terus terang,"
lanjut Richard Connery memancing. "Aku melihat
banyak kejanggalankejanggalan pada pembukuan,
untuk itu aku mau mencocokkan dengan arsip yang
kau simpan."
"Mr. Murray pernah melarang...."
"Aku yang bertanggung jawab," potong Richard Connery tegas. Dan tidak sabar. "Oke, tolong
ambilkan."
"Baik, Mr. Connery."
Hoffman menghilang di balik pintu. Wajahnya
Richard Connery tampak murung dan mengandung ketidalsukaan.
Berbagai persoalan bangkit di matanya. la merasa pasti kecurigaannya selama ini cukup betalasan. Ada permainan-permainan di kantomya. Dan
wajahnya mengkerut bagai muka burung kakaktua
yang tengah mengingat ucapan pemiliknya, Richard
Connery mengenang kata?kata Mr. Jeff Speakman.
28 pimpinannya.
"Engkau harus membuat lurus semua kemencengan perusahaanku," kata Jeff ketika Richard
Connery baru saja masuk kerja. "Perasaanku mengatakan bahwa sebentar lagi aku harus pensiun.
Karena itu aku membutuhkan orang yang bisa kupercaya melanjutkan perusahaan ini. Dan sejak lama kulihat kerjamu selalu memuaskan, karena itu
kau kupindahkan ke Miami. Untuk ikut mengawasi
dan mengembangkan perusahaan ini."
Ucapan itu mengiang. Dan Richard Connery
merasa memiliki beban tanggungjawab moral untuk
menjalankan amanat pimpinannya.
Pada suatu hari Jeet Speakman datang ke
Seattle, dan bertanya:
"Emerald Lloyd saat ini dalam kategori bobrok
dan kalau tak ada usaha?usaha pencegahan, bukan
mustahil segera mengalami kebangkrutan. Apakah
engkau pernah memikirkan cara?cara untuk mengay
tasi kebangkrutan ini?"
Richie diam. Ia merenung?renung sejenak. Selama ia bekerja di Emerald Lloyd di Seattle, memang banyak melihat kemungkinan itu. Namun dengan cerdik ia mencari jawaban yang bijaksana.
"Saya tidak melihat Emerald sebagai perusahaan yang bobrok," katanya penuh optimisme.
"Sebagai perusahaan yang sudah tua, Emerald justru tampak sudah mapan. Sudah established. Dan
memenuhi berbagai ketentuan sebagai pemsahaan
pelayaran. Hanya saja saya memang melihat perlu
29 adanya penataaan kembali tata?kerja dan peningkatan fungsi pengendalian dan pengaWasan perusahaan secara menyeluruh."
"Maksudmu?"
"Kita harus menghidupkan kembali the normal
shipping Practies dalam perusahaan."
Jeef terdiam. Matanya saja yang berkisar pada
wajah Richard. Lelaki Kansas itu tengah menakar
kebijaksanaan Richard. Karena dipandangi terusmenerus Richard Connery jadi risau, maka ia melanjutkan.
"Tetapi kasus semacam ini rasanya tidak cuma
di Emerald. Banyak peraturan yang secara sadar
atau tidak, telah kita abaikan. Misalnya muatan
tidak dihitung secara cermat, awak kapal yang tidak
beroleh cuti sehingga mengalami keletihan?kele-
tihan spiritual, atau pelanggaranepelanggaran pegawai untuk kepentingan pribadi yang sangat merugi-
kan maskapai."
"Umpama. ini umpama, Richie. Kau yang menjadi pimpinannya, apa yang bisa kaulakukan."
"Saya akan menyusun tiga program."
"Tiga rencana, maksudmu?"
"Betul."
"Bagaimana?"
"Pertama, saya akan meningkatkan pelayanan
dan penghasilan perusahaan semaksimal mungkin.
Kedua, menekan biaya dan menjalankan efisiensi
tenaga kerja, dan yang penting adalah meningkat-
kan fungsi pengendalian dan pengawasan dalam
30 seluruh tubuh perusahaan," Richard Connery melihat reaksi Jeff, ternyata lelaki di hadapannya sedang
mendesis?desis seperti ular mendapatkan kodok.
Maka ia melanjutkan uraiannya. "Tentu saja semua
usaha itu membutuhkan waktu, dan tidak bisa tergantung pada perusahaan Emerald saja. Bagaimanapun keberhasilan suatu jasa angkutan sangat
tergantung banyak pihak lain terutama masyarakat
dan instansi pelabuhan Namun bagaimanapun beratnya, usaha semacam itu harus dimulai sedini
mungkin."
Jeff setuju dengan pendapat Richard. Namun
kelihatannya ia masih berusaha mencoba kemampuan Richard. Siang itu mereka makan bersama di
restoran. Sambil menikmati bistik udang, sekali lagi
Jett menyodorkan permasalahan.
"Engkau pernah mendengar tentang Mafia pelayaran, Richie?"
"Ya,"jawab Richard Connery pendek.
"Bagaimana pendapatmu bila engkau mengha-
dapi hambatan Mafia?"
Richard Connery diam, ia segera mengambil
udang untuk menyusun pikiran baru. Kemudian
berkata di sela?sela suapan.
"Harus diciptakan tim penertiban," ujarnya
bersungguh?sungguh. Dan penataan kembali cabang?cabang perusahaan. Cabang di daerah strategis harus diberi pengawasan yang lebih ketat. Misalnya New York, California, New Orleans, Hawaii,
dan Singapura. Masalah tata kerja, serta kekurang
31 1 .gr jelasan prosedur kerja harus segera ditangani. Termasuk orang yang memegang jabatan terlalu lama
sehingga punya interst tertentu. Soal Mafia dapat
diatasi apabila kita menata secara benar perusahaan. Hams dijalankan praktek perkapalan secara
normal. Misalnya embarkasi dan debarkasi tanpa
pengawasan, serta ketiadaan dokumen, sehingga
usaha pengawasan selalu gagal. "
"Kau tahu, Richie. Bongkar muat dan" gudang
sampai dermaga sekarang ditangani petugas khu-
sus?"
"Cara pintas adalah menjalin kerjasama yang
baik dengan petugas itu."
"Ya, kukira itu jalan satu?satunya."
"Tetapi persoalannya tidak segera selesai di
situ," kata Richard Conney menambah. Kemudian,
"Perusahaan harus juga menyediakan dana untuk
meningkatkan mutu para pelautnya. Kursus mengenai pelayaran harus selalu diadakan agar pelaut
memiliki ketrampilan yang lebih tinggi. Dengan pengetahuan yang lebih banyak1 mereka tak segera
mengalami kejenuhan. Ini untuk mencegah sikap
masa bodoh dari ABK. Salah satu penyebab tenggelamnya Emerald One adalah karena buruknya
tata?laksana pelayarannya. "
.]elf diam. Lelaki setengah baya itu seakan puas
mendengar ucapan Richard. Sambil mengelap bibir
dan" remah?remah roti, lelaki itu berkata pasti
"Engkau kupindah ke Miami sebagai direktur
pelaksana."
32 Bagai ada bom meledak di tengah restoran, Richard Connery tak pernah menyadari pemblcaraan
itu sebagai ujian kenaikan jabatan. F1uh! Tanpa diketahui ujung?pangkalnya, mereka telah berjabatan
tangan erat. Seakan sekat pemisah jabatan telah
lebur, dan yang ada hanya kepercayaan.
Dan kini di Miami, Richard Connery melihat
berbagai kekisruhan di perusahaannya. Ternyata armada kapal milik perusahaannya banyak yang
mengalami manipulasi pada akte pembeliannya. Misalnya banyak kapal penumpang yang sesungguh-
nya bekas kapal barang. Tentu saja ini menyalahi
peraturan. Dengan cara berbahaya itu bisa diduga
keuntungan para perantara. Dan secara langsung
telah merugikan perusahaan.
Ingatan Richard Connery melayang pada tragedi Emerald One. kapal bekas berbendera Fana,
ma itu sudah mengubur beratus orang di dasar laut,
karena juga kapal bekas. Mental rombengan yang
merenggut beratus korban. Sungguh kekerdilan
yang kejam!
Dan kini.. Richard Connery mengeluh halus.
Kapal Emerald Two juga mempakan kapal bekas.
Usianya hampir dua puluh lima tahun. Namun da-
lam dokumen pembeliannya, tercantum jelas seba-
gai kapal ban; dan memiliki lisensi pelayaran yang
sah. Sampai sore Richard Connery mengadakan pemeriksaan dokumen demi dokumen Maka didapatkan banyak kebobrokan di dalam perusahaan. Sejak awal berdiri sampai kini, belum pernah diaudit
SKANDAL DARAH 33
oleh seorang akuntan pun. Rupanya kepercayaan
Jeff Speakman disalah?gunakan beberapa pegawai
Emerald Lloyd. Beberapa berkas sempat ia toto copyx sedang yang lain hendak dia bawa pulang.
"Korupsi!" runtuknya sengit.
Sekretarisnya tertegak mendengar nada marah
Richard. Namun semua tak sempat ditangkap mata
Richard, ia sudah terbenam dalam kegeraman demi
kegeraman mendapati berbagai penyelewengan di
perusahaannya. Ingatan Richard Connery melayang?layang antara berkas di meja dan masa lalunya sebagai aktivis mahasiswa. Lebih sepuluh tahun lalu ia selalu bergerak dan turut berdemontrasi
anti korupsi. Dan kini rupanya sisa?sisa idealisme
itu belum sepenuhnya terkikis habis.
Jam empat kantor tutup. Beberapa pegawai sudah pulang. Namun Richard Connery masih bekerja. Juga ketika Peggie, sekretarisnya, pulang mendahului, lelaki itu membiarkan dirinya tinggal sendiri
di kantornya.
Di puncak Miami Plaza Stephen Ray duduk
sambil membelai?belai paha sekretarisnya. Di depannya, David Nichols duduk di samping Phil] Murray.
"Jadi menurut pendapatmu dia masih seperti
dulu?" Stephen Ray bertanya.
"Benar," jawab David Nichols mantap.
"Semua orang yang baru datang di Miami se-
perti itu. Tetapi keadaan akan mengubah sikap
34 :: n a. y "Kau seperti tidak mengenal Richie. Dia seorang idealis yang sangat fanatik."
"Di sini kita akan mengubahnya."
"Aku tidak yakin kita akan berhasil."
"Harus," tukas Stephen Ray tegas. "Harus berhasil! Terlalu banyak uang yang kita pertaruhkan
pada perusahaannya. Aku tak mau rugi hanya ka
rena Jeff Speakman keliru mencari pimpinan perusahaan itu."
Phill Murray berkata, "Bagaimana dengan keluarganya?"
David Nichols menatap lelaki di sebelahnya.
Sejak dulu ia tak menyukai Phill Murray, namun ia
terpaksa menyembunyikan perasaannya.
"Aku mengenal istrinya," jawab Nichols tanpa
tekanan. "Kau keliru kalau ingin mempengaruhinya
dengan kekayaan. Ketty bukan jenis wanita yang
mudah disuap..."
"Bagaimana dengan anaknya?"
"Anaknya? Apa maksudmu?"
"Berapa anaknya?"
"Dua."
"Tampaknya keluarga yang menyenangkan."
"Dia hidup bahagia...."
"Jangan berkata begitu," potong Phill Murray
dingin. "Setiap orang pasti memiliki kelemahan.
Demikian pula dengan Richard Connery, kukira kita
akan menemukan titik lemah di mana kita dapat
mempekerjakannya. "
35 Stephen Ray mencium sekretarisnya dengan
hangat. Kemudian ia menepuk pantat gadis itu. Ia
menyuruhnya pergi.
"Sebaiknya kau atur pertemuanku dengannya, " kata Stephen memerintah. "Aku sudah lama
tidak bertemu dengannya. Kuharap dia masih mau
menjalin persahabatan denganku."
"Aku akan mengatur waktunya."
"Kita berikan kejutan padanya, Nick."
"Aku tahu apa yang kau pikirkan. "
David Nichols menelepon mengajak Richard
Connery minum?minum merayakan pertemuan mereka. Richard menyetujuinya.
Jam enam ia keluar dari kantor, sebuah mobil
merendengi di dekatnya. David Nichols menonjolkan kepala
"Jangan terlalu serius, Richie," kata Stephen
di belakang kemudi. "Kau bisa mati merana kalau
cara kerjamu seperti ini."
"Banyak pekerjaan yang harus kugarap," kata
Richard Connery sambil duduk di jok belakang.
"Cara keijamu bisa membunuh dirimu pertahan-lahan. "
"Sejak jam empat kami menunggumu," sambung David Nichols. "Kalau kerjamu seperti ini. Setahun cukup mengangkatmu sebagai pegawai teladan."
Bertiga mereka tertawa. Dan mobil bergerak
36 meninggalkan Miami. Kegelapan mulai menjalar di
jalanvjalan, dan sebaliknya lampu mulai menyala.
"Tampaknya engkau sudah jadi orang kaya di
sini " kata Richard Connery pada Stephen.
"Jangan menghina kau!"
"Paling tidak hanya kau yang mempunyai mo-


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bil limousine di antara kita."
"Di Miami, mobil limousine bisa disewa." jawab
Stephen tersenyum. "Dan lagi, jabatanku membutuhkan prestise semacam ini."
"Kukira engkau memang pantas jadi orang
kaya."
"Kepantasan seberapa nilainya."
Richard Connery tersenyum. la tersandar de-
ngan menyelonjorkan kaki. Di sampingnya David
Nichols merokok sembari melihat ke kanan ke kiri,
ribut kendaraan merupakan pemandangan bervariasi. Dan pembicaraan berlarut dari kabar?kabar,
sampai soal keberhasilan Stephen, loncat ke pengalaman hidup dan berbalik ke perkembangan dunia
pelayaran di Miami.
Ketika mobil menyelusuri Fitth Avenue, Richard
Connery membetulkan letak kacamata. Suaranya
kini terdengar murung.
"Aku menjumpai banyak kejanggalan dalam arsip perusahaan.
Pembelian kapal Emerald misalnya, dalam izin
pembelian, tertulis sebagai kapal barang Tetapi
kenyataannya, digunakan sebagai kapal penumpang. Dan yang lebih mengherankan, perusa
37 //'1.' _ ,'
haanku memiliki lisensi sah untuk mempergunakan
sebagai kapal penumpang. Aku belum tahu permainan macam ini. Yang kukhawatirkan hal ini menyebabkan hal?hal di luar perhitungan keuntungan."
"Engkau orang baru di sini," kata Stephen sambil mengawasi wajah Richard Connery di kaca
spion. "Hal samacam itu sudah biasa dilakukan untuk mengurangi pajak."
"Kuanggap itu tidak bertanggung jawab," potong Richard Connery bersungguh?sungguh. la diam menunggu reaksi kedua sahabatnya, namun
Stephen dan David Nichols tidak menimpali. Maka
ia menambah. "Apakah kita sudah tidak bermoral,
membiarkan orang lain menjadi korban atas kepen-
tingan pribadi kita?"
* "Masyarakat kita memang sudah demikian RL
chie. Homo Homini lupus," jawab Stephen rileks.
"Kebudayaan sudah melangkah jauh sambil menggeser nilai-nilai luhur manusia."
"Kau masih juga" suka berfilsafat," potong Ri-
chard Connery kecut.
"Tanpa filsafat hidup ini jadi kering," kata Stephen sambil tertawa. Suaranya yang berat seperti
menggoncang mangan mobil. "Kadang?kadang tilsatat merupakan hiburan di kala kita merasa bumpat dan tak berdaya."
"Tetapi belajar dari pengalaman," kata Richard
Connery meyakinkan. "Kenapa Emerald One bisa
tenggelam? 346 orang tewas dan 82 awak kapal
dinyatakan hilang, bukan jumlah yang dapat dilu
38 L, pakan begitu saja. Bahkan tragedi itu dicatat seba-
gai kecelakaan laut nomor enam di dunia. Kenapa
itu terjadi? Karena kecerobohan Dinas Pelayaran,
dan proses pembelian kapal yang mengandung ke-
cungaan."
Stephen dan David Nichols mendengus. Di sebuah traffic light yang menyala merah, David Nichols membeli koran. Dan Richard Connery melanjutkan ucapannya.
"Tenggelamnya Titanic, Lusitania. Andrea Doria dan Prinsendam tak lebih disebabkan kecerd
bohan orang?orang seperti kita. Minimal kita turut
bertanggung jawab secara moral dalam tragedi pelayaran itu."
"Kau belum berubah, Richie."
"Maksudmu?"
"Jiwamu masih selalu terbakar dengan ketimpangangketimpangan sosial."
"Maksudmu engkau tidak?"
"Sudah terlalu repot mengurusi ketimpangan
diri sendiri...," sambung David Nichols bergurau.
"Di Miami ini kita tak punya kesempatan mengurus hal?hal semacam itu," sambung Stephen dingiri.
"Tidak mungkin," Richard Connery berkata
menggumam. "Kalian berperang dengan hati nuralnilmu jika cuma bungkam melihat kedegilan meraja9 a.
"Kita tidak cuma melihat. Tapi sudah ikut?ikutan degil."
39 Ucapan David Nichols itu disambut ketawa bergelak oleh Stephen. Yang kemudian menyambung
dengan ungkapan lain.
"Jangan bicara soal moral sekarang Moral sudah berubah."
"Berubah menjadi bobrok, maksudmu?"
"Boleh jadi demikian."
"Kalau begitu apa artinya agama?" tantang Ri-
chard Connery agak geram. "Akan kau kemanakan gerejavgereja, masjid?masjid, klenteng?klenteng,
vihara semua itu dibangun untuk mendekatkan kita
kepada kemanusiaan. Mengakrabkan kita pada Tuhan. "
"Tuhan sudah mati, kata Karl Marx," jawab
Stephen datar tanpa ekspresi. Dan tersentak David
Nichols tertawa terpingkal-pingkal. '
"Terkutuk!" Richard Connery berkata kesal.
Mobil terus meluncur. Hati Richard Connery
masih terbakar, banyak hal yang ingin ia ungkapkan
pada sahabat?sahabatnya. la membutuhkan kawan
macam Stephen dan David Nichols. Orangorang
seideologi sangat mendukung di perantauan. Meski
sekarang ia agak kecewa mendengar tanggapan
Stephen dan David Nichols, namun Richard Connery berhasil menahan diri betapapun ini baru sebuah
permulaan.
Ray Corporations menempati gedung berlantai
tiga puluh enam di pusat Kota Miami. Ketika Richard Connery sampai di kantor itu, seorang gadis
40 e.- :i,...
3!"
? ""V"
cantik menyambutnya.
"Tuan Stephen meminta saya menjemput Anda," kata gadis itu ramah. "Saya diminta mengantarkan Anda ke ruangannya."
"Terima kasih."
Dengan sebuah lift berbentuk kapsul mereka
menuju ke lantai tiga puluh empat. Saat pintu lift
terbuka, mereka telah berada di sebuah mangan
luas berbentuk oval. Seluruh dinding dan lantainya
dibalut warna merah, kuning, dan biru. Patung dan
lukisan di dinding mempertegas warna postmoderl
nisme dalam ruangan itu.
Diam?diam Richard Connery berpikir tentang
perusahaan Stephen Ray. Menurut sahabatnya itu,
Ray Corporations merupakan holding company
yang membawahi sejumlah perusahaan. Selain
transportasi, asuransi, jasa keamanan, Stephen
telah berhasil mengembangkan usahanya di bidang
jual beli saham.
Stephen Ray benar?benar telah menemukan jalan hidupnya.
Pintu tiba?tiba terbuka, Stephen Ray muncul
sambil tersenyum, di sampingnya kecuali David
Nichols, seorang gadis jelita mendampinginya. Lakilaki tampak gembira menerima kedatangan Richard
Connery.
"Aku senang kau datang, Richie," kata Stephen Ray.
"Aku sudah berjanji. bukan?"
Kemudian Stephen Ray memperkenalkan gadis
SKANDAL DARAH 41
/ di sampingnya, "Carol. Dia sekretarisku."
Gadis itu tersenyum manis. Sinar matany'a bersinar?sinar, memancarkan gairah dan daya hidup.
"Carol adalah tangan kananku," kata Stephen
Ray. "Sebenarnya dia lebih dari sekedar sekretaris.
Carol merupakan orang ketiga di perusahaan ini,
dia tahu semua hal yang menyangkut Ray Corpora-
tions sesudah Nichols."
"Aku benar?benar bangga padamu, Ray, kau
sudah berhasil menaklukkan Miami."
"Miami bukan New York, Richie. Aku masih
harus bekerja keras untuk meraih impianku."
"Apa yang kau impikan lagi dengan apa yang
telah kaumiliki saat ini?"
"Florida. Aku ingin memiliki Florida. Sesudah
itu, aku ingin memiliki New York."
Mereka tersenyum. Lalu beranjak menuju ke
sofa.
42 2 SIANG. Matahari tepat berada di kulminasi.
Christo duduk di depan Stephen Ray. Pancaran
matanya tampak garang dan berkuasa, "David Seal
membahayakan bisnis kita," kata lelaki Colombia
itu datar. "Dia tahu terlalu banyak. Karena itu aku
ingin seseorang menyingkirkannya. Selama jahanam itu masih berkeliaran, saya belum tenang Kuv
pikir kau bisa membantuku membuang orang itu."
"Jangan terlalu dirisaukan, saya akan meminta
seseorang untuk membersihkannya."
"Engkau tahu sendiri, terlalu besar uang yang
kupertaruhkan dalam bisnis ini. Aku tak mau terjadi
kekeliruan yang membuat aku kehilangan uang
dalam jumlah besar."
"Tahukah engkau di mana dia sekarang berada?"
"Tak seorang pun mengetahuinya. Tetapi Man'o mengatakan, jahanam itu pernah meneleponnya
dari Florida. "
"Kalau begitu dia berada di halaman rumahku."
"Karena itu aku datang padamu."
"Baiklah. Jangan terlalu kau cemaskan. Beri
aku waktu dua bulan untuk memaksanya pergi."
"Tedalu lama. Kau tahu, bulan lalu empat anak
buahku sudah diekstradisi. Mereka diterbangkan
43 dengan pesawat kargo C?13O milik Colombia dan
mendarat di Homestead Air Force Base. Mereka
sebenarnya pedagang kecil, tetapi ekstradisi itu merupakan indikasi kuat bahwa pemerintah Colombia
memihak pada George Bush."
"Siapa keempat orang itu?"
"Moreno, pemilik klub sepak bola Colombia.
la didakwa melakukan money Iaunden'ng sebesar
lima puluh juta dollar melalui Landmark Bank di
New York. Kedua orang lainnya aku tak tahu, karena mereka dari Kartel Cali. Sedang yang keempat
adalah Cadavia, penyalurku dari Havana."
"Kalau begitu biar aku yang menangani masalah ini."
"Ingat, Ray, aku memberi kesempatan padamu
untuk membersihkan jalan. Kalau kau berhasil, aku
akan memindahkan penyaluran bisnisku dari Hava-
na lewat perusahaanmu. Tapi kalau kau tak mampu
menanganinya, aku akan menyingkirkannya sen<
diri."
Hari?hari selanjutnya bagi Richard Connery,
adalah kesibukan niscaya. Pelan?pelan Richard
Connery menjalani kehidupan di kota besar. Setiap
pagi berangkat ke kantor, sore baru pulang. Keletihan sering membuatnya lebih cepat tidur. Kesempatan bersama keluarganya menjadi lebih sedikit
namun justru karena itu terasa lebih memabukkan.
Sering ia merasa kebumpatan, namun coba ditahan. Bagaimanapun ia berusaha sekuat mungkin
44 L- melawan kekerasan kota besar. Dalam kenikmatan-
kenikmatan berpesiar ke pantai atau museum bersama keluarganya, Richard Connery mulai bisa memahami makhluk macam apa Miami ini. Sebuah
kota multi-etnis yang berderap ke depan dengan
penuh persaingan. Orang?omng dari segala penjuru
datang kemari. Berbau! dalam pola industrialis yang
tidak lagi hirau dengan kampung asal. Nadi kehidupan di Miami selalu mementingkan efisiensi. keloyoan dan kelambanan akan menyebabkan orang
tertinggal melangkah, dan akhirnya tersingkir dari
gemilangnya hari depan.
Setiap orang harus berebut meningkatkan ketrampilan serta pengetahuan. Tanpa itu mereka
akan tergilas oleh masyarakat modern yang tiada
lagi mementingkan kegotong?royongan. Suara?suara dari Miami mulai terdengar di telinga, bahwa hidup pada akhirnya mengarah pada individualisme.
Ya, individualisme!
Perubahan demi perubahan telah terjadi. Harkat kemanusiaan sudah turun ke ketiak, tidak lagi
pada roman muka. Dan perlahan?lahan Richard
Connery mulai memahami ucapan?ucapan Stephen
Ray dan David Nichols
Ia memahami, namun haruskah dia menjalankan kemanusiaan yang telah luntur? Ya, ia percaya. Tetapi apakah dengan begitu ia hams ikut
terseret ke dalam kemerosotan itu? haruskah? Keikut?sertaan dalam masyarakat tak seharusnya menjadikan ia kerdil atau menyerah pada kerendahan
nilai kemanusiaan.
45 Timbang?menimbang Richard Connery sampai
pada keyakinan, bahwa hidup harus terus melangkah, dan setiap orang harus bersetia pada hati nuraninya. Kalau perlu nilai?nilai dalam masyarakat ia
perangi. Perang!
Beberapa kali Stephen dan David Nichols menjemput ke kantor, kemudian mereka minum?minum
di restoran. Tak lama hubungan persahabatan kembali jali menjalin di antara mereka. _Ketty sendiri merasa mendapatkan saudara. Juga Kevin dan Kenny.
Kadangkala mereka bepergian bertiga, kadangkala
berenam. Di dalam kesesakan nadi kota Miami, persahabatan jadi terasa amat mahal. Maka kehadiran
Stephen Ray maupun David Nichols bagai emas
buat Richard Connery. Pulang kantor mereka sering
makan bersama, di restoran, atau di rumah Richard
Connery. Seperti sore ini.
Jalanan licin. Hujan sejak siang menyebabkan
pemandangan menjadi lebam. Namun kegigilan tidak membuat Miami sepi. Keramaian tetap terjadi
seperti biasa. Malah hawa lampu?lampu jalan menampilkan wama?warni kehidupan yang hangat. Jalan Luther King tampak lebih bersih. Hanya men-
lintas kendaraan?kendaraan dengan kecepatan tinggi. Anakeanak penjual koran .yang sering berdiri di
bawah traftic?light tak kelihatan ujung hidungnya.
Hanya di beberapa shelter masih tampak kerumunan pegawai?pegawai yang baru pulang kerja menunggu giliran mendapatkan bis kota.
Mobil mercedes biru meluncur dengan kecepat
46 an tinggi. Weapernya goyang ke kanan ke kiri bagai
kipas sutera. Kemudian berhenti di halaman sebuah
night club.
Richard Connery membersihkan embun kaca
di jendela melongok ke luar, kemudian menatap
Stephen Ray dan David Nichols heran.
"Mau ngapain kita kemari?" tanya Richard
Connery kemudian.
"Sekali waktu engkau perlu kemari, " kata
Stephen Ray sambil mengunci pintu. "Jadi moralis
terus bisa botak kepalamu."
"Rupanya ini hiburan kalian di sini?"
"Semuanya harus serba dibayar mahal," kata
David Nichols. "Hiburan malam di Miami bisa me:gendorkan ketegangan yang kita hadapi berhari
an. "Pernah kemari?" tanya Stephen Ray.
"Belum. "
"Sekarang harus dicoba."
"Aku kurang antusias."
"Untuk meningkatkan kualitasmu sebagai di-
rektur perusahaan besar kau halus mengetahui kehidupan semacam ini."
"Prestise. "
"Yah, prestise dibutuhkan dan sangat bermanfaat nanti."
Dengan kikuk Richard Connery berlari mengikuti David Nichols. Masuk ke ruangan dalam mulai
terasa perbedaan suasana yang dialami Richard
Connery. Kegigilan akibat hujan sama sekali tak


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

47 tetasa saat ia memasuki ruangan. di dalam lebih
hangat Penuh kegairahan. Bagai kecebong mengikuti induk, Richard Connery berjalan mengikuti
kedua temannya.
Mereka mengambil tempat duduk di pojok Seorang perempuan menyapa Stephen Ray dengan
akrab, bahkan kemudian melingkarkan lengan di
leher lelaki itu. Richard Connery memalingkan
muka tak enak ia kemudian memperhatikan pe-
nyanyi di atas level. Mirip Paula Abdul.
Di saat perempuan yang memeluk Stephen
pergi, Richard Connery berkata.
"Sudah punya dua istri, kau masih saja memburu perempuan di sini?"
Stephen Ray tersenyum. '
"Kita tak memiliki semua ini di rumah," kata
Stephen sambil meneguk bir. "Di sini semuanya bi-
sa kita lepaskan. Tanggungjawab, kewajiban dan
persoalan?persoalan keluarga.. . . "
"Kau pernah kemari, itu sudah sangat bagus
di mata orang lain," sambung David Nichols berbisik.
"Bah!"
Dan mata Richard Connery sesaat terbelalak.
Di level seorang penyanyi baru membuat nafasnya
terhenyak. Semua syaratnya seketika menegang,
dan daya ingatanya bekerja dua kali lebih cepat.
Musik hingar, dan riuh?rendah suara?suara
orang membuat Richard Connery mempertajam
penglihatan. la seperti melihat kawan lama di sana.
48 Seorang penyanyi berambut sebahu, dengan
pakaian serba putih, mata redup sangat menarik
perhatian Richard Connery. Di dada penyanyi itu
ada sebauh korsase merah. Dan tentang kecantik<
annya jangan ditanya, sebuah kecantikan yang su-
dah ditata oleh haa'l industri. Tetapi bukan kecantikan itu semata yang membuat Richard Connery terpana, wajah penyanyi itu mengingatkan dirinya pada....
"Siapa penyanyi itu?" akhirnya ia bertanya.
"Kau naksir?"
"Aku tanya namanya."
"Jenni Foster?"
"Ya."
Richard Connery mempertajam pandangan.
Suaranya, kerjap bibirnya, lekuk tulang pipinya semua mengingatkan pada teman sekampung. Hanya
mata perempuan itu lebih kuyu, seakan akibat beban keletihan setiap malam. Malam dan make up
membuat keletihan itu agak tetpulas.
"Kalau melihat perempuan semacam itu, apa
kau masih ingat pada istrimu, Richie?"
"Akh," keluh Richard Connery kesal. "Bukan
soal kecantikan itu yang menyebabkan aku menanyakan namanya."
"Dan harus kau menyadari, sangat banyak perempuan sejenis itu di sini. Kau bisa membelinya
seberapa kau mau."
Richard Connery terbelalak, lelaki itu tersenyum kecut. Di benaknya berputar wajah seorang
SKANDAL DARAH 49
kawannya di kampung. Kenang?kenangan kecil
melintas. Di dalam mangan sasak dengan kerjap
lampu ini tibatiba ia merasa pulang ke Krapyak.
Sebuah kampung di Seattle yang mempunya1 pondok sekolah Katolik. Di sana ia pernah selama dua
tahun tinggal. Dan pada suatu malam diadakan keramaian untuk menyambut hari raya Paskah. Seorang penyanyi dengan pakaian serba merah dan
sebuah gitar di tangan bernyanyi beriringan.
Ketika itu Richard Connery mengenakan baju
putih dan celana wol hitam. ia duduk di bawah
sambil tersenyum bangga memperhatikan penyai
nyi?penyanyi di atas panggung. Senyumnya sen
mawar.
Langit bening membuat suasana tambah semarak. Juga lampu patromak yang dihias kertas?kertas
loyang. Sebuah liang bambu masih mengumandangkan suara?suara penyanyi di panggung, loudspeaker yang mirip daun telinga seakan menyobek
gendangan. Namun buat Richard Connery semua
terdengar merdu. Irama goyang para penyanyi pun
menerbitkan perasaan damai, berbeda di sini.
Richard Connery berkesiap ketika melihat penyanyi di panggung turun, ia langsung berdiri.
"Jennifer!" suaranya terdengar mengatasi keh1mkpikukan.
Dengan tergesa?gesa ia melangkah mengejar
penyanyi tadi. Beberapa orang langsung menoleh.
David Nichols dan Stephen Ray saling berpandangan. Kemudian serentak berdiri mengejar.
50 [ Richard Connery berjalan bergegas sekan yakin
pada mata pandangannya. Tetapi ketika sampai di
ruang dalam, seketika ia kikuk Lorong berkarpet
merah yang dimasuki penuh dengan lelaki?perempuan yang sedang asyik bercanda. Tawa?tawa nyinyir terdengar. Richard Connery melangkah lambatAIambat, melihat ke kanan ke kiri intelejen kebingungan, lebihvlebih beberapa perempuan langsung mengganggunya, perasaan asing menjalar ke
dadanya.
Di belakangnya, David Nichols dan Stephen
Ray muncul. Ketika dilihat Richard Connery berdiri
tak berbuat apa?apa mereka hanya memandangi
dari jauh.
Sepanjang lorong berkamar?kamar itu habis dilalui, tetapi Jennifer tak ia temui. Seorang Securiti
tanpa diketahui terus mengawasi gerakvgerik Richard Connery dengan curiga.
"Mencari siapa?" tanya security itu dingin.
Richard Connery terhenyak. la agak gugup, namun segera pula mengatasinya.
"Saya mencari Jennifer."
"Siapa?"
"Jennifer. "
Sekali lagi lelaki kekar itu mengerutkan alis.
"Penyanyi yang baru saja menyanyi," lanjut
Richard Connery menjelaskan.
"Di sini tak ada Jennifer."
"Yang baru saja menyanyi."
"Jenni Foster."
51 "Ya. Jenni pun bolehf Saya ingin menjumpainya."
Tanpa berbicara lagi security itu berjalan me-
nyusuri lorong. Richard Connery mengikuti di belakangnya, Tapi sekejap berikutnya kekecewaannya
mengakar. Di ruangan itu orang yang dicari tak ada.
Setelah menanyakan ke sana ke mari, security
itu balik.
"Baru saja pulang," katanya menyesali.
Richard menghela napas. Sejenak ia diam
berusaha mempercayai ucapan lelaki di hadapan-
nya, kemudian berbalik. la melangkah lesu ke arah
pintu. Persis di samping Stephen Ray dan David ia
berkata lirih.
"Antarkan aku pulang."
Di rumah Richard Connery membongkar simpanan album saat ia masih di Seattle. la berdiri di
samping rak buku membalik?balik album. Fotcrfoto
bergambar hitam putih. Sesekali lelaki itu mendesah
apabila melihattotonya bersama Jennifer. Bukan
gambarnya seorang penyanyi night club itu, tetapi
seorang perempuan lembut, bermata bening dan
rambut selalu dijalin dengan pita merah. Ya. ya
si Pita Merah. Richard Connery masih ingat wajahnya, ingat lekuk bibirnya, ingat suaranya, juga hari-hari terakhir menjelang perpisahan. Begini ceri-
tanya:
Matahari bagai mam kepompong, lusuh dan
kurang bercahaya. Hujan di bulan Desember mem
52 pakan hujan panjang pada musim penghujan. Gerimis yang mengguyur derah Seattle, menyebabkan
jalan?jalan menjadi becek Dan jilmaannya adalah
lumpur mengendap di jalan tak beraspal. sawah
dan selokan nampak bening, namun bila sekali disibak, lumpur membual mengotori permukaan.
Busmman College tetap tampak miskin. Sebuah kompleks perumahan dengan atap?atap seng,
tanah berpasir keputih?putihan dan dinding hanya
setengah tembok, setengah yang lain adalah papan
jati. Di beberapa tempat terdapat ram?ram kawat
kasar sebagai pengganti jendela. Spintas mirip
kumpulan kandang ternak, hanya tampak bersih
dan terawat Semua menyebar di tanah seluas lima
hektar berpusat pada sebuah gereja sangat bersahaja yang berumur lebih dari dua abad.
Ada sebuah kolam tua di kiri kanan gereja juga
pohon?pohon berbagai jenis yang sebagian telah
meranggas. Di kompleks ini Richard Connery menemukan pergaulan dengan Jennifer. Seorang gadis
dari Seattle Selatan, berumur delapan belas tahun.
Pada suatu hari mereka duduk di tepi kolam dan
Jennifer berkata: '
"Dalam minggu ini aku harus berangkat ke
Miami."
Richard Connery agak kaget mendengarnya.
"Engkau menerima tawaran pekerjaan dari Roger Green?"
"Ya. ..
"Kenapa?"
"Kukira itu jalan satu?satunya," kata Jenniier
murung. "Aku sebenarnya masih ingin bersekolah.
Tetapi keadaan keuangan keluargaku sudah'tidak
memungkinkan. Lebih?lebih ibuku sering sakit?sakitan. Aku ingin meringankan beban mereka."
"Tetapi engkau bisa mencari pekerjaan di sini."
"Pernah kucoba, tetapi tidak pernah berhasil."
"Hanya belum saja, Jenni," potong Richard
menegaskan. "Kukira di sini banyak yang bisa kau
kerjakan."
Jegnifer terdiam. Mata gadis itu menelusuri
dasar kolam. Pada lumut?lumut yang menempel di
dinding kolam, terlihat kecebong merayap?rayap ke
permukaan.
Gadis itu tanpa sadar termangu. Nasibnya seperti renangan kecebong di kolam. Berenang di permukaan kehidupan tanpa kepastian mendapatkan
perubahan nasib.
"Kemarin surat Roger Green datang," kata
Jennifer memulai. "la minta ketegasanku. Katanya
banyak yang menginginkan lowongan pekerjaan
itu. Kalau aku menolak dia meminta segera mengirim pemberitahuan."
"Apa kesulitannya kau memberitahukan bahwa
kau masih ingin sekolah?"
"Tidak mungkin,"
"Kenapa tidak mungkin?"
"Ayah akan merasa bersalah pada Roger, " kata
Jennifer lebih murung. "Ayah yang meminta su-
paya Roger Green mencarikan pekerjaan untukku.
54 Dan sekarang ketika dia mendapatkan bisakah aku
menolaknya? Bagaimana perasaan ayah bila berhadapan dengannya."
"Kenapa tidak menunggu masih selesai ujian?
Toh tinggal enam bulan lagi."
"Aku menyadari ini memang sangat berat,"
kata Jennifer sambil memain?mainkan lidi di air.
"Tetapi harus kujalani. Aku tak sanggup melihat
ayah lebih menderita lagi."
Kemudian dengan suara letih Jennifer bercerita
tentang situasi keluarganya. Sekarang rumahnya di
Seattle terkena proyek pengembangan industri.
Dengan segenap ketidak?relaan keluarganya terpaksa menyerahkan tanah dan rumahnya. Padahal
siapa pun mengetahui, berpuluh tahun mereka tinggal di sana. Hidup damai sebagai petani. Tetapi keinginan pemerintah tak dapat di tolak. Penduduk
harus pindah, tergusur dalam kemelut rimba pembangunan.
Keluarga Jennifer terpaksa membeli sepetak :grnah di daerah Johnson. Tak lagi bisa bertani. Hidup
keluarganya terpaksa digantungkan pada usaha
bengkel. Ya, ayah Jennifer membelikan sisa uang
penjualan tanah untuk membuka bengkel. Dari sini
hidup keluarganya ditanggung. Namun beban berat
tak termanai menghempasnya. Bisa dibayangkan,
sebuah keluarga terdiri suami istri dan tujuh orang
anak, kehidupannya hanya ditopang dari keringat
seorang ayah yang setiap hari kepayahan bekerja
di bengkel. Seberapa lama kehidupan berat bisa ditanggungkan?
55 Cara terbaik adalah mengurangi beban itu. Carol, kakak Jennifer segera dikawinkan ketika Roger
Green melamar. Meski keluarga Jennifer tak mengetahui pekerjaan Green di Miami, namun tak banyak kesempatan menimbang?nimbang. Perkawin-
an adalah cara terpendek untuk mengurangi beban.
Dan sekarang, ada tawaran agar Jennifer bekerja di Miami. Apa pun wujudnya menjadi tidak
penting, yang lebih penting adalah kepergian Jenniter. Karena dengan bekerja di Miami, Jennifer bisa
meringankan beban keluarganya. Daripada semua
mati kelaparan, lebih baik mengorbankan pendie
dikan anak untuk suatu harga kehidupan.
"Hidup saat ini sangat mahal harganya," kata
Jennifer mengakhiri ceritanya. Ucapan ini menga-
getkan Richard Connery, karena usia gadis di dei
pannya baru delapan belas. "Roger Green menga-
takan aku ditempatkan pada bagian personalia. "
"Oh ya."
Kemudian mereka pulang. Richard Connery
menikmati hari?hari yang membeku. Berat rasanya
berpisah dengan Jennifer. Selama tiga tahun bergaul dengannya, ia telah melihat seorang gadis yang
sering muncul di angan?angannya. Richie tak ingin
berkata menyombongkan bahwa ia mencintainya.
Tidak! Mungkin bukan cinta, tetapi ia sangat menaruh hati pada gadis itu.
Di dalam kehidupan yang keras ini, Richard
Connery amat menghargai perjuangan keluarga
gadis itu. Orang kecil yang terletak di tanah, terinjak
56 oleh roda?roda peradaban yang kian keras Meski
begltu Jennifer masih tetap lunak, lembut dan berwajah bening di saat menyanyi di gereja.
api sekarang, gadis itu akan pergi Bisak h
Jennifer b . 'a
mi? Bisakslrlgadapan dengan kekerasaan kota Mia
Seperti berhadapan den an mim '
akhirnya Richard Connery meniadari ia gk 52112111
mencegah keputusan Jennifer. Bagaimanapun dalam kepedihan yang dialami gadis itu Richard
(_:onnery hanya selaput bayangan yang tak bisa menngankan kesedihannya. Apalagi melindungi.
Maka esok harinya, Richard Connery sengaja
menjumpai Jennifer. Mereka berboncengan sepeda
menujukantor pos. thn hujan, sehingga jalan?jalan
menjadl licin. Celana Richard Connery digulung
hingga lutut, sementara Jennifer membonceng sambil memegangi payung.
Beberapa petani pulang dari ladang mereka
menggunakan plastik sebagai payung. Wajah?wajah
kuyup mengenangkan Richard Connery pada ayah
Jenmfer. ini menyebabkan ia diam, sehingga perjalanariAlibihklfnyak menyimpan kebisuan.
u a n mengusahakan untu
ke stasiun," kata Richard Connery tnrgfssgmarmu
':Kalau engkau repot tak usah mengantar."
Kapan lagi aku bisa mengantarmu. Kau belum
tentu muncul di sini setahun sekali
:Tiap akhir tahun aku pasti pulang."
Kalau sudah tinggal di Miami, kau bisa menja
SKANDAL DARAH 57
di orang sibuk. sehingga tak ada waktu untuk pu-
lang "


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku akan berusaha untuk pulang."
"Syukurlah kalau bisa begitu."
"Kuharap kelak kau bersedia menjemputku.
Sebelumnya aku akan berkirim surat dulu "
"Aku pasti menjemputmu. Pasti."
Pulang dari kantor pos mereka singgah ke tukang potret. Membuat kenang?kenangan di hari
akhir. Tiga kali mereka berpotret. Dan tiga kali pula
Richard Connery merasakan beliung menikam ulu
hati. Setiap selesai kerjap lampu blitz, terasa ada
sesuatu yang hilang miliknya.
Dan kekecewaan seakan api membakar jiwanya, ketika ia terlambat datang ke stasiun.
Musin hujan penyebabnya! Ketika hujan mulai
jatuh dari langit, Richard Connery bersabar menunggu. Tetapi nyatanya hujan tidak berhenti sam<
pai jam empat sore. Dan ketika ia memutuskan untuk berangkat juga ke stasiun hari mulai senja.
Richard Connery masuk ke stasiun. Tubuhnya
sudah basah kuyup. Sambil menepis?nepiskan air
di lengannya, ia menca1i?a1i Jennifer. Di peron tidak ada. Padahal jam dinding di stasiun sudah menunjuk pukul 17.30. Loudspeaker mengumumkan
kereta jurusan Seattle - Miami segera berangkat.
Lelaki itu mencoba mengatasi kekalutan, ia menerobos masuk Namun yang dilihat hanya roda keteta api yang bergerak, dan gerbong?gerbong melewati. Jennifer tak tampak. Tak tampak! Ya, Tuhan.
58 _ A-...A?EAS?r
Seakan ia ingin berteriak keras memanggil
Jennifer, tetapi jiwanya terlanjur dilibat kekalutan,
keputus?asaan, ketidakberdayaan, dan kekecewaan mendera?dera. ,
Sampai kereta api menjadi sisa hitam di kejauhan, Richard Connery masih terpaku keramaian
di sekitarnya, hiruk?pikuk kuli, simpang?serampang
teriak penjual makanan, lengking peluit petugas dan
berbagai kehingar?bingaran tak mempengaruhi jiwanya. Justru kian menikam kesepian yang menyakitkan. .
Perpisahan ini merupakan kematian kecil dalam
hidupnya. Ya, kematian kecil.
Artonio tiba-tiba menjadi orang paling populer
di seluruh Amerika Serikat ketika Jaksa Burton
Rouge mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan penangkapan lelaki itu. Seluruh surat kabar dan majalah segera memuat berita itu. Artonio
didakwa menyelundupkan kokain sejumlah satu ton
dari Havana, dan melakukan money laundering.
Esoknya dalam acara Rule 35 Hearing, yaitu
proses dengar pendapat untuk hakim membuat pertimbangan tentang kesepakatan antara pemerintah
dengan saksi yang dilindungi, Artonio membuat
semua orang terperangah tak percaya. Terbukti
Artonio merupakan saksi yang sangat mematikan
bagi Christo dan Mario.
Artonio merupakan informan terpenting yang
dimniki DEA. la sukses membantu DEA menying
59 kap keterlibatan pemerintah Sandinista dengan
para pengedar kokain. Lalu Artonio pula yang
memberikan infomasi keterlibatan Antonio Non'ega
dengan Kartel Medellin. Kini Artonio merupakan
saksi kunci untuk menjerat Christo dan Mario.
Sebelum memberikan kesaksian, Artonio memperoleh perlindungan optimum dari DEA maupun
FBI. Ia tinggal di hotel?hotel mewah dan selalu berpindah?pindah. Hanya segelintir orang saja yang
mengetahui di mana lelaki itu menginap. Kecuali
bebas memesan makanan, Artonio juga dibebaskan
membawa perempuan ke kamarnya.
Suatu hari Artonio bertanya, "Berapa lama aku
harus bersembunyi?"
Letnan Bernard Giordino menjawab, "Sampai
kami berhasil menangkap Christa"
"Kapan kalian akan menangkapnya?"
Giordino mengangkat bahu.
"Christa memiliki sebuah villa di Yunani, dekat
Athena, kalau ingin beristirahat dia selalu membawa
banyak wanita ke sana. Kenapa kalian tidak menghubungi interpol untuk menjebak Christo di sana?"
"itu permasalahannya. Amerika Serikat tidak
mempunyai perjanjian ekstradisi dengan pemerintah Yunani."
Artonio membanting gelas di tangannya.
"Sial! Aku jadi merasa bodoh menyerahkan diri
pada- kalian. Kalau tahu kalian tak becus menang-
kap'Chrisfo, aku tak akan menyerahkan diri."
Bemard Giordino mengangkat bahu. Laki?laki
60 itu tetap membungkam ketika mendengar Artonio
memaki?maki. Ia tahu tak seorang pun dapat meredam emosi dalam situasi penuh ancaman seperh'
yang dialami lelaki tersebut.
"Kalian sebaiknya pergi," kata Artonio marah.
"Aku akan mencari perempuan untuk menemaniku."
"Kau lahu pmsedumya, Artonio, kami yang harus menoarikannya."
"Sial! Bagaimana aku tahu bukan perempuan
berpenyakit yang kalian berikan padaku?"
"Kalau kau terkena penyakit, kau bisa menuntut pemerintah."
"Brengsek! Cepat kalian carikan. Malam ini aku
ingin perempuan berkulit hitam."
"Kau tinggal memesan, kami akan menyediakannya."
Artonio akan memaki ketika matanya terpaku
pada layar televisi, di depannya tampak seorang
penyanyi seksi tengah beraksi di panggung.
"Hei, aku menginginkan penyanyi itu," teriak
Artonio sambil menggigit apel di tangannya. "Dia
pasti luar biasa di ranjang. Aku menginginkannya."
61 'n 3 RAY tengah mencumbu kekasihnya. Mereka di
ranjang. Gadis berambut pirang itu mendesah ke<
tika Stephen menciuminya.
"Kau menikmatinya, Carol?"
Carol mendesis, "Oh, nikmat sekali, Ray."
"Kau akan mendapatkan yang lebih nikmat se-
sudah pennainan ini...."
"Kau benar?benar hebat!"
Stephen Ray tersenyum.
"Ayo terus, Ray. "
Stephen Ray menghentikan gerakannya. Ia diam, membiarkan gadis itu mendesis tertahan.
"Oh, jangan berhenti, Ray. Kau menyiksaku."
Tiba?tiba telepon berdering.
"Sialan!" rutuk Stephen Ray geram. la meng-
ambil gagang telepon itu. Dari jauh terdengar suara
David Nichols;
"Aku ingin memberitahukan hasil pembica-
raanku dengan Richie."
"Cepat katakan."
"Dia tetap bersikeras dengan pendiriannya.
Kukira kita dapat menghadapi kesulitan "
"Aku tidak suka mendengar keluhanmu. Lakukan segala cara untuk mengubah pendiriannya. Kau
harus bisa. Hampir separuh penghasilan kita tahun
62 ini tergantung padanya. Aku tak ingin kita kehilangan kesempatan. Jika kali ini kau gagal, orang?orang
Cuba akan masuk sendiri melalui jaringan orang
Colombia. Kau tahu artinya, Nick, kita akan kehilangan lima juta dollar!"
"Aku tahu, Ray, tetapi,..."
"Jangan biasakan memakai kata 'tetapi'," potong Stephen Ray gusar. "Berusahalah sebaikbaiknya. Kau bisa menggunakan segala cara. Guna-
kan Jennifer untuk mendekatinya."
"Baik. Akan kucoba."
"Kau harus berhasil, Nick. Aku tidak senang
menerima kegagalan."
Telepon di kejauhan di letakkan. Stephen Ray
melemparkan telepon, kemudian tersenyum pada
Carol.
"Kita tadi belum selesai," kata Stephen Ray
penuh gairah. "Kecuali itu, aku paling tidak suka
melakukan sesuatu separuh jalan."
Carol berbaring kembali sambil mengulurkan
tangan ke arah lelaki tersebut.
"Aku tahu, Ray, kau tidak suka menerima kegagalan."
Stephen Ray tersenyum, lalu memeluk gadis di
depannya. Mereka kembali bercinta. Lebih menggebu?gebu.
Pintu terbuka. Kenny menyelonong ke luar.
Anak laki?laki berumur dua tahun itu mengenakan
63 singlet, sehingga kulitnya yang sekuning buah
mangga amat menawan. Gerak?geriknya yang tak
berimbang, menimbulkan rasa gemas bagi yang
memandang.
Richard Connery berjalan di belakang Kenny
bersama Ketty. Lelaki dewasa ini berbalik mencium
kening istrinya, kemudian mengangkat anaknya
tinggi?tinggi Enam kali mencium pipi Kenny, baru
meletakkannya di tanah.
"Mungkin aku nanti pulang agak sore," kata
Richard Connery pada Ketty. "Ada pekerjaan yang
harus kuselesaikan selekasnya. "
"Ya."
"Katakan pada Kevin, kalau sudah ngantuk su-
paya tidur. Tidak perlu menunggu kepulanganku."
"Yan
"Aku sudah membawa kunci. Jadi kalau Mama
mau tidur, kunci saia pintunya."
"Engkau akan bekerja sampai malam?"
"Aku tidak tahu. Tetapi saat ini begitu banyak
pekerjaan yang harus kuselesaikan."
Ketty mengangguk. Perempuan itu mengangkat anaknya. Dan membiarkan suaminya membuka
pintu pagar sendiri.
Jalanan sudah kering. Matahari memang sudah
cukup tinggi. Richard Connery berlenggang sambil
melintasi genangan air. Sebuah tas di tangannya.
la khawatir ada sesuatu yang terlinggal. Di beberapa rumah yang dilewati, terdengar kicau burung
bersahutan. Dua ekor anjing pudel betlari?lari meng-
64 ikuti pemiliknya yang sedang jogging.
Baru saja Richard Connery keluar dari rumahnya, sebuah mobil datang menjejeri. Stephen Ray
melongokkan kepala.
"Masuklah," kata Stephen Ray sambil membu
' kakan pintu.
Richard Connery tersenyum.
"Aku seperti orang kaya di sini," kata Richard
Connery sambil masuk. "Punya sopir pribadi yang
penuh disiplin."
Stephen Ray hanya tersenyum. Lelaki itu memasukkan persneleng ke gigi satu, dan mobil meluncur menuju pelabuhan.
Terdengar lagu Wings of (: Love dari tape re-
corder. Sementara AC terasa dingin menggigit. Melihat Richard Connery merasa kedinginan, Stephen
Ray menurunkan kedinginan AC mobilnya, Kemudian menyodorkan rokok setelah mengambil satu
untuk dia sendiri. Richard Connery menolak.
"Kau benar?benar laki?laki pilihan," kata Stephen memuji. "Tapi tak baik begitu, merokoklah
sekali waktu."
"Aku belum mau merokok."
"Merokok bisa jadi alat pergaulan."
"Tanpa merokok pun aku bisa bergaul," jawab
Richard Connery tenang. "Dan aku tidak pernah
merasa canggung. Merokok justru bikin repot."
"Apanya yang repot?"
"Duitnya."
Stephen Ray mendesah dalam senyum me
SKANDAL DARAH 65
ngandung maksud tertentu.
"Kau masih seperti dulu," kata Stephen Ray
kemudian. "Tidak berubah. Disiplin, hemat, cermat
dan sederhana. Hidup seperti di masa lampau."
"Hidup hemat, indentik dengan masa lam-
pau?"
"Maksudku, engkau masih tetap puritan. Rasanya sukar mencari laki?laki semacammu di jaman
sekarang." '
"Ah, jangan terlalu dramatis."
"Begitulah memang keadaannya. Tetapi kurasa, cepat atau lambat engkau akan berubah."
Richard Connery diam sejenak. Tanpa mengalihkan pandangan dari toko?toko di sepanjang jalan
ia berkata: "Karena aku tinggal di Miami?"
"Ya," kata Stephen Ray sambil tersenyum penuh arli. "Memang begitu kenyataannya. Miami bi-
sa mengubah segala?galanya. Bisa mengubah malaikat menjadi setan dan nabi menjadi iblis."
"Atau sebaliknya," tukas Richard Connery.
"Mengubah iblis jadi nabi?"
"Ya, tetapi nabinya iblis," kata Stephen Ray
sambil bergelak?gelak.
Richard Connery menghela nafas sepenuh dada. Ketawa bergelak itu masih seperli dulu Ketika
mereka masih sama?sama menjadi mahasiswa, Stephen Ray sudah mempunyai ketawa itu. Dan sekarang sesudah dia mempunyai anak dan istri, ternyata ketawanya belum berubah.
"Kau rupanya mengenal penyanyi yang kita
66 lihat di night club itu," kata Stephen Ray memancing pembicaraan.
"Ya, rasanya aku mengenalnya," kata Richard
Connery datar. "Tapi entahlah, aku sendiri tidak
begitu yakin apa aku tidak salah lihat. Dia seperti
sahabatku di Seattle."
"Atau pacarmu?"
"Tidak. Kami hanya bersahabat biasa."
"Tetapi engkau kelihatan sangat antusias me-
nemuinya. Janggal rasanya laki?laki bersikap demikian bila tak diikat suatu hubungan istimewa. "
"Akh, kau!"
Stephen Ray sekali lagi bergelak. Kemudian lelaki itu menambah kecepatan. Beberapa mobil berhasil ia lampaui.
"Namanya Jenny Foster," kata Stephen Ray
sambil memindah persneleng ke gigi empat. "Dulu
memang berasal dan' Seattle."
"Oh ya?"
"Ya."
Seketika Richard Connery menoleh. Tetapi
Stephen Ray segera menambahkan.
"Kapan?kapan aku akan membawanya untukmu. '
Kedua kalinya Richard Connery tersentak, na-
mun lelaki di sampingnya hanya melirik sambil melempar senyum penuh arti.
Jenny Foster. Jenny Foster! Hampir sama. Ha
67 nya sedikit perbedaannya. Sedikit sekali. Jennifer
diubah menjadi Jenny Foster. Terdengarnya memang lebih manis. Dan lebih cocok untuk kehidupan seorang penyanyi. Terasa lebih modern di
telinga.
Nama itu bermunculan seperti anak gelembung
di benak Richard Connery. Juga ketika ia memasuki
kantor. Beberapa orang yang menyapa, hanya diberi anggukan kepala. Bahkan tadi ia tak sempat
memperhatikan kesibukan stuwardor di pelabuhan.
Padahal biasanya ia tak pernah melupakan barang
sekejap. Tapi nama Jenny Foster sejak berawal dari
pembicaraan dengan Stephen Ray telah menyita
perhatiannya.
Baru saja ia meletakkan tas dan mengendurkan


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dasi, Hoffman muncul tanpa mengetuk pintu.
"Ada apa, Hoffman?"
"Mr. Murray ingin bertemu dengan Anda."
"Baik, sebentar aku ke sana."
Hoffman menghilang di balik pintu. Richard
Connery membuka tas dan mengeluarkan berkasberkas yang selesai diperiksa di rumah Kemudian
menata kembali di dalam laci. Sambil memasukkan
ia berkata:
"Sally, pembelian kapal Emerald saya lihat sudah disetujui Stirring Committee, padahal jelas kondisi kapal itu tidak memenuhi persyaratan yang berlaku. Saya tidak mengerti hal seperti itu bisa terjadi,
apa engkau mengetahui?"
"Saya belum ditempatkan di sini waktu itu."
68 "Bagaimana menurut perkiraanmu?"
"Sepengetahuan saya, Stirrin'g Committee tidak
pernah mengadakan pemerif saan pada kapal?kapal
yang hendak dibeli perusahaan swasta."
"Kurasa itu sebuah kebiasaan saja," potong
Richard Connery sambil mengerutkan kening. "Bagaimanapun SC turut bertanggungjawab atas keselamatan pelayaran. Karena juga menyangkut nyawa
manusia. Seingat saya SC bertugas memben' pengarahan dan evaluasi sebuah kapal yang hendak dibeli dan meneruskan pada departemen perhubungan. Bagaimana mereka bisa memberi rekomendasi
kalau tak mengadakan pemeriksaan?"
Sally tidak menjawab. Betapa pun ia tak akan
lebih pandai dari Richard Connery.
Setelah minum, Richard Connery beranjak menuju kantor Murray. Pejabat yang digantikan ini sekarang menempati mangan di tingkat tiga. Bertugas
membantu pelaksanaan kerja sehari?hari, sebagai
komisaris perusahaan. Ketika Richard Connery
membuka pintu, ia melihat dua orang Jepang sedang ngobrol dengan Murray. Mereka serentak berdiri, kemudian bergantian menjabat?tangan Richard
Connery.
"Ini direktur muda kami," kata Murray dengan
senyum cerah. "Begini, Richie. Mereka adalah wakil
dari General Lloyd. Perusahaan yang menawarkan
tiga buah kapal untuk perusahaan kita. Kurasa
Anda sudah membaca berkas penawaran yang telah mereka kirimkan."
69 "Ya, saya sudah membaca."
"Bagaimana menurut tanggapanmu? Apakah
Anda dapat memberikan persetujuan sekarang un-
tuk pembelian kapal?kapal itu?"
Richard Connery diam. Matanya memandang
Murray, kemudian beralih pada kedua Jepang di
hadapannya.
"Seingat saya," kata Richard Connery pada
akhirnya. "Dati dokumen yang ada, kapal yang ditawarkan oleh General Llnyd adalah kapal barang.
Padahal kita tak membutuhkan kapal barang, melainkan kapal untuk penumpang."
"Ah, itu bisa diatur," potong Murray masih ter-
senyum. "Kita bisa mengubah dokumen yang ada,
dan menjadikan sebagai kapal penumpang."
"Maksud Anda?"
"Untuk menghemat pengeluaran," kata Murray
bersungguh-sungguh. "Kalau kita bermaksud membeli kapal seperti yang kita kehendaki, lama baru
akan mendapatkan. Belum tentu satu tahun kita
dapatkan. Kecuali itu kebutuhan, yang kita rasakan
saat ini, tidak akan terpenuhi karena kondisi keuangan kita hanya memungkinkan untuk membeli
sebuah kapal penumpang yang memenuhi standar.
Karena itu kita bisa membeli kapal barang dulu
untuk kemudian dirubah menjadi kapal yang kita
maui." '
Richard Connery diam. Ada berbagai peda-
wanan di hatinya. Namun ia mencoba menahan.
Ia tak ingin melukai hati Phill Murray di depan ta
70 munya. Belum sepatah pun ia mengeluarkan suara,
Murray sudah mendahului.
"Kita selama ini juga memakai kapal barang
untuk penumpang. Jadi bukan hal baru."
"Kami jamin kapal itu masih bagus," kata Akira
Takada mendesak.
"Usianya sudah hampir dua puluh tahun," kata
Richard Connery tegas
"Ya, memang. Tetapi mesinnya masih baik
Kami berani beri garansi."
"Kapal Emerald One juga kita beli dari mereka," sambung Murray mencoba meyakinkan. "Kupikir kita tidak perlu merisaukan"
Richard Connery diam. Dadanya serasa menyesak. la seakan dipojokkan untuk menerima keinginan Murray. Dan pertama kali ia mendapatkan
ketegasan untuk melawan Hati nurani lelaki itu merasa berat mengkhianati kepercayaan masyarakat.
Menjejalkan penumpang di atas kapal bekas adalah
tindakan gila?gilaan yang tak bisa diberi toleransi.
lngatannya melayang pada Emerald One, kemudian meloncat pada pembicaraannya dengan Mr.
Jeff Speakman. Belat?belit kerisauan itu membuat
Richard Connery berdiri.
"Semua tanggung jawab pembelian kapal ada
pada saya," katanya bernada kering. "Saat ini saya
belum dapat memberi keputusan, lebih?lebih persetujuan. Terus terang, saya tak ingin mengkhianati
penumpang kapal perusahaan ini dengan keputusan yang ceroboh. Karena itu saya ingin melihat
. . 71 kapal itu lebih dahulu, dan ingin memeriksa _bagai-
mana kondisinya."
Kedua orang Jepang itu saling berpandangan
dengan Murray.
"Di mana saya bisa melihat kapal itu?" lanjut
Richard Connery.
"Di dermaga tiga belas."
"Baik. Kapan?kapan saya akan ke sana."
Tanpa banyak cakap Richard Connery beran-
jak Murray dan kedua orang Jepang itu hanya bisa
saling berpandangan. Namun jelas bisa ditangkap
wajah ketiganya menunjukkan ketidaksukaan.
Richard Connery sendiri tidak buta pada kemungkinan itu, bahwa perlawanannya bakal tidak
disukai oleh Murray. Dan ini bisa menimbulkan ke-
sulitan pada dirinya. Namun lelaki itu meyakini pada
kebenaran Hndakannya. la justru merasa bangga
bisa menjalankan kata hatinya.
Malam hari di dermaga tiga, belas. Kesepian
merayapi pantai. Baru jam sembilan, tetapi tinggal
satu dua orang yang tampak di luar. Kelembaban
udara begitu terasa karena hari baru saja diguyur
hujan. Sorot lampu jalanan yang remang?remang,
timbunan?h'mbunan kayu dan bau anyir menyesak-
kan pernafasan.
Dermaga tiga belas adalah sebuah pelabuhan
kecil di tepi daratan terbelah sungai, terletak di sebelah timur pelabuhan Miami. Pada hari?hari biasa
ada dua kesibukan di sini: perdagangan kayu.antar
72 pulau dan pelelangan ikan laut. Namun tanpa sepengetahuan banyak orang, di sela?sela kegiatan
nelayan itu, hidup sebuah liku?liku penyeludupan
barang dari Amerika Latin ? Miami.
Seperti umumnya pelabuhan kecil, pantai dipenuhi anggukan benda hitam sebagai latar?depan
pemandangan. Onggokan yang dari dekat menjadi
jelas berupa yacht. Semua terlambat di dermaga,
berderet?deret bagai armada pasukan laut.
Richard Connery dan David Nichols menyusuri
lorong?lorong pelabuhan.
"Engkau melakukan tindakan yang penuh resiko," kata David Nichols sambil melompat ke perahu bermotor tempel yang mereka sewa.
"Justru kalau tidak kuambil sikap begini risikonya berlipat?ganda," jawab Richard Connery tegas.
"Ke mana?" tanya pemilik perahu.
"Ke kapal Red Top."
Perahu meluncur menerjang ombak Lampu
senter di tangan Richard Connery menyorot?nyorot
riak air di sekitarnya. Dati tengah laut tampak
beberapa nelayan menuju pantai. Saat ini memang
sedang musim panen udang dan teri. Tak heran
ham jam sepuluh banyak nelayan penangkap ikan
sudah kembali ke pantai.
"Banyak sekali kecelakaan laut yang diakibatkan oleh faktor kapalnya," lanjut Richard Connery
tanpa tekanan. "Hampir setiap bulan terjadi kece-
lakaan laut, dan menelan banyak korban. Kukira
SKANDAL DARAH 73
kita tidak perlu menjadi tolol dengan mengambil
kapal?kapal bekas untuk pelayaran niaga."
"ltulah kesulitanmu," jawab David Nichols datar. "Kau akan menghadapi sebuah jaringan yang
sukar diterobos. Pembelian kapal?kapal bekas sebenarnya merupakan operasi mafia pelayaran yang
sulit ditembus."
"Karena kita terlalu banyak memberi hati pada
mereka."
"Bukan soal memberi hati, Richie. Tetapi mereka memiliki jaringan yang ketat. Dan saling berkait
antara instansi yang satu dengan instansi lainnya.
Kau berada di tengah kebobrokan yang sukar dilawan."
"Kali ini aku akan mencobanya," kata Richard
Connery tegas. Mata lelaki itu menjelajah perairan.
Dan di kejauhan kapal yang hendak dituju tampak
diam bagai onggokan bukit di tengah laut. "Kita ini
hidup di sebuah negara yang luas dan memerlukan
perhubungan laut yang baik. Seharusnya perusahaan pelayaran dapat hidup subur di sini, tetapi kenyataannya hingga detik ini armada pelayaran tidak
berdaya mengatasi wilayah perairan di sini. Karena
apa? karena kapal?kapalnya sudah tua, tak ada
tenaga yang cakap, sehingga pelayaran dari Miami
ke Colombia yang di jaman dulu ditempuh dalam
waktu tiga hari, sekarang pun masih tiga hari. Padahal sekarang sudah jaman teknologi tinggi."
"Kita bukan hanya berhadapan dengan kapal
rongsokan atau kapal baru," kata David Nichols pe
74 nuh nada pahit "Tapi orang?orang yang punya interest sendiri?sendiri."
Richard Connery diam.
Kapal yang tadi yang hanya berupa onggnkan
hitam, kini sudah mereka dekati. Perahu perlahanlahan memdekat. Riak?riak air laut memutih di buritan. Richard Connery mulai memanjat tangga tali
yang menggantung di dinding kapal. David Nichols
mengikuti di belakangnya.
Mereka sekarang berdiri di anjungan kapal berbobot mati 235 ton. Richard Connery menyorotnyorotkan lampu senter, dan ia dibuat temganga
oleh kondisi kapal ini. Catnya sudah tua, lebih?lebih
besi kerangkanya. Bahkan di beberapa tempat tampak keropos. Bau busuk memenuhi geladak. Malah
ia sempat melihat beberapa ekor tikus berlarian
diujung buritan. Dengan langkah sungkan, Richard
Connery memasuki ruangan pengemudi. la mengadakan penelitian sepenuhnya. Ternyata beberapa
perlengkapan sudah tidak ada. Di dekat kemudi
yang sudah dililiti jaring laba?laba, hanya ada sebuah radio jinjing berwarna hijau. Diam?diam Richard Connery menggerutu, bagaimana mungkin
seorang markonis bisa membantu nakoda semaksimal mungkin kalau perlengkapannya cuma radio
jinjing tua. Ada sebuah teropong tergeletak di samping radio, sudah berdebu. Juga kursinya. Secara
selintas pun Richard Connery mengetahui betapa
buruk keadaan kapal ini. Mesin yang sebagian tertutup debu, sukar dibayangkan kerjan'r'a.
75 Sesudah ulang balik memeriksa, ia menuju ke
buritan. Dari sini-ia memeriksa segenap dinding ka-
pal. Ternyata banyak yang kropos. Kapal yang biasa dipakai mengangkut kayu ini bisa meminta biaya
repair list yang tinggi. Paling tidak harus mengubah
upper car deck menjadi dek penumpang. Dan ini
tidak akan memuaskan. Richard Connery ingat hal
itu pernah dilakukan pada kapal Greet Emerald
yang kemudian menjadi Emerald One.
Dengan dibantu David Nichols, Richard Connery mencoba menurunkan ramp door. Pintu itu bergerak dengan suara menyakitkan anak telinga.
"Kapal ini sudah layak dimasukkan musium,"
kata Richard Connery uring?uringan. "Aku tidak
mengerti kenapa kapal bobrok ini ditawarkan untuk
mengangkut penumpang. Kompas tidak bekerja,
radionya macet, dan entah bagaimana lagi dengan
mesinnya. Kapal ini sungguh tidak menjamin keselamatan penumpang.
David Nichols hanya diam. la mengetahui per-
sis bagaimana watak Richard Connery.
Sambil turun kembali ke perahu, David Nichols
berkata:
"Harga tiga' buah kapal, kalau dipakai membeli
kapal baru seperti yang kau inginkan hanya men-
dapatkan sebuah."
"Lebih baik sebuah yang baik dibanding tiga
tetapi bekas."
"Mungkin Murray punya pertimbangan lain."
"Pertimbangan keuntungan tanpa memikirkan
76 keselamatan penumpang adalah tindakan amoral,"
potong Richard Connery ketus. Lelaki itu duduk di
papan perahu sambil memandangi kapal Red Top
yang kian jauh. "Mental loakan yang harus dihilangkan dari Niaga Pelayaran," ujarnya penuh tekanan.
"Dengan dalih harga yang lebih ringan, kita sudah
mempertaruhkan jiwa orang lain dalam bahaya. Di
zaman dulu, penumpang diangkut dengan kapal
ternak. Sekarang diangkut dengan kapal barang.
lni lebih buruk lagi."
"Orang membutuhkan banyak keuntungan.
Karena itu mereka butuh banyak kapal," kata David
Nichols ketika mereka menyusuri pelabuhan. "Sekarang toh belum ada peraturan dalam undangvundang kita yang melarang pembelian kapal bekas."
"Ya, aku mengerti. Sekamng memang belum
ada undang?unclang atau peraturan yang melarang
pembelian kapal bekas. Dan ini yang membuka peluang manipulasi di sektor perhubungan laut. Tetapi
tidakkah kita bisa berpikir tentang jiwa orang lain?
Apa sukamya?"
"Apa pun alasannya, Richie, kau berhadapan
dengan suatu kenyataan yang buruk. Karena segala
manipulasi di sektor perhubungan adalah bersumber pada ketidak?pastian hukum dan pemndanganperundangan disektor perhubungan itu sendiri Dan
selama ini kita melulu menggunakan undang?undang perhubungan yang telah berusia lebih seratus
tahun. "
Richard Connery tercenung. la membenarkan
77 juga ucapan David Nichols. Dan sebelum ia membuka suara, lelaki di sampingnya berkata:
"Kemiskinan kita" dalam hal perundang?perundangan di sektor perhubungan memang mengaki-
batkan timbulnya banyak benturan dan kaburnya
batas kewenangan sementara jabatan. Seingatku
selama ini Departemen perhubungan baru sekali saja menggiring RUU ke pademen, yakni Rencana
Undang?undang tentang lalu-lintas pada tahun
1965. Akibat?akibatnya di bidang perhubungan
yang ruwet permasalahannya cuma diatur oleh ordonansi?ordonansi produk lama atau sekedar Surat
keputusan Bersama."
"Oke, kita tak perlu banyak bicara tentang un-
dang?undang hukum, " potong Richard Connery datar. "Kita bicara tentang hati nurani kita saja."
"Maksudmu?"
"Kita bicara sebagai manusia."
"Ya, lantas?"
"Apa engkau rela membiarkan beratus orang
tewas, hanya -karena disebabkan keserakahan kita
mendapatkan keuntungan?"
"Kau bicara sebagai siapa?"
"Aku sebagai diriku sendiri."


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tetapi engkau juga bawahan sebuah pemsahaan yang memikirkan cara?ara menambah keuntungan."
Richard Connery terdiam. Juga ketika mereka
berdampingan duduk dalam mobil. Dalam hati terpikir oleh lelaki itu; sejauh mana kekuatanku untuk
78 memerangi kebobrokan sebuah sistem? Karena bagaimana pun diriku hanya merupakan perangkat
tak menentukan di dalam keseluruhan sistem itu.
Apa yang dimiliki hanya ketidakberdayaan. Ya, ketidak-berdayaan!
Berkali?kali Richard Connery menghembuskan
nafas sepenuh dada. Berbagai pikiran melintas?lintas bagai anak kecebong di kolam. Dan ketika kebumpatan itu sampai titik batas, ia berkata murung.
"Setiap orang berhadapan dengan kesulitan.
Dan tindakkanku pun kusadari membawa risiko.
Namun aku harus mencoba melawan. Aku masih
percaya pada kebenaran kata hatiku, bahwa perhitungan paling utama dalam segala macam usaha
manusia adalah kemanusiaan."
David Nichols hanya mendengus. Tidak mengeluarkan jawaban.
Artonio tersenyum ketika melihat Carol Flemming datang. Ia merasa tidak salah pilih. Carol memang seksi. Tubuhnya langsing dan mulus. Buah
dadanya besar, sangat menggairahkan. Maka ketika
Bernard Giordino sudah menutup pintu kamar, laki?laki itu langsung menarik Carol ke ranjang.
"Kau benar?benar menggairahkan," kata Artonio sambil mendekap gadis itu. "Apakah permainanmu di ranjang juga sebaik permainanmu di
panggung?"
"Kau akan membuktikannya."
"Ya, aku sudah tidak sabar ingin membuktikan
79 "
nya. Carol membuka pakaiannya satu per satu. Artonio duduk di ranjang menahan gairahnya yang
menyala?nyala. Belum pernah ia bernafsu seperti
saat ini. Tubuh mulus gadis di depannya membuat
ia menelan ludah beberapa kali.
Ketika tubuh Carol telah polos, Artonio benar?benar terpesona.
"Kau benar?benar luar biasa," desisnya penuh
gairah.
Carol tersenyum, kemudian mulai mencumbu
lelaki itu. Dimulai dengan ciuman?ciuman lembut
di seputar lehernya, kemudian turun ke bawah. Artonio merasakan suatu sensasi yang nikmat membakar seluruh pori?pori kulitnya. Dengan cara yang
menakjubkan, Carol merangsang lelaki itu.
"Kurasa aku tidak salah memilihmu," kata Artonio memuji. "Kau benarvbenar menyenangkan."
Carol hanya tersenyum, ia terus mencumbu.
"Oh, nikmat sekali."
Pada saat Artonio hampir mencapai puncak, ti-
baatiba Carol menghentikan cumbuannya.
"Hei, kenapa berhenti?" '
"Tunggu sebentar," kata Carol. "Saya memiliki
permainan baru untukmu."
"Coba tunjukkan padaku."
Carol berjalan, mengambil tasnya. Saat berbalik. di tangannya ada sepucuk pistol berperedam.
Artonio kaget, "Jangan main?main dengan pistol."
80 "Tidak," jawab Carol dingin. Lalu ia menembak Artonio tiga kali.
Sesudah memastikan kematian Artonio, Carol
berpakaian, lalu keluar. Di pintu ia melempar
senyum pada Bernard Giordino.
"Dia sedang tidur pulas," kata Carol tanpa te-
kanan. "Dia berpesan tak ingin diganggu."
"Kau tampaknya bisa memuaskannya. "
"Itu satu?satunya keahlian saya."
Giordino tersenyum. Carol bergegas pergi.
SKANDAL DARAH 81
4 BERITA kematian Artonio dimuat semua surat
kabar di Florida. Kejadian itu membuat FBl dan
DEA dikecam karena tak mampu melindungi saksi
yang sangat menentukan. Senator James Norton
mengecam cara kerja FBI yang ceroboh.
"Kematian Artonio membuktikan bahwa sistem
pengamanan yang dibuat FBI bagi saksi sangat
buruk. Kita telah menghamburrhamburkan uang
dalam jumlah jutaan dollar untuk suatu perlindungan yang sia?sia. Peristiwa ini jelas sangat besar dam-
paknya, karena para saksi kejahatan lainnya akan
merasa takut bekerjasama dengan pemerintah."
Stephen Ray memperoleh telepon dari Athena,
Yunani.
"Saya telah melihat berita tentang Artonio,"
terdengar Christo bicara tegas. "Kau telah bekerja
baik."
"Saya telah mengatakan akan membereskan
soal itu, bukan?"
"Aku sekarang lega. Tidak ada yang bisa
mengancamku. "
"Lantas bagaimana dengan bisnis kita?"
"Aku akan segera mengatur pengirimannya
Aku bukan orang yang mudah mengingkari janji."
"Terima kasih. Saya menunggu."
82 Pertama kali selama tinggal di Miami, Richard
Connery menyaksikan bulan pertama. Warna bulan
seperti kuning telor, bulat penuh, dan menempel di
belantara langit Miami.
Miami ? kota ini begitu gemerlapan dan penuh
kebusukan. Surat kabar setiap hari memuat berita
tentang perampokan dan pembunuhan. Miami Herald dan Miami Tribune merupakan surat kabar kri-
minal paling laris di kota pelabuhan ini. Kota terdekat dengan negara?negara Amerika Latin ini selalu menjadi sumber inspirasi industri perfilman
Amerika. Sukses Miami Vice turut mempertegas karakter kota ini. Miami seakan merupakan kom pe-
nuh kekejaman. Di sini perdagangan obat bius telah
menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Orang-orang
Latinos yang berasal dari Cuba, Colombia, dan Nicaragua telah menjadikan Miami sebagai pelabuhan
terpenting penyelundupan barang mereka. Bahkan
menurut polisi anti narkotik - DEA ? hampir sepamh
pasokan kokain di seluruh Amerika Serikat berasal
dari Miami.
Tak mengherankan kondisi itu telah menjaa
dikan Miami sebagai kota paling tinggi tingkat
kriminalitasnya. Keadaan tersebut membutuhkan
semangat seorang senator yang berwibawa, dan berani menghadang desing peluru para kriminal,
psikopat, dan mafia kokain.
Penduduk Miami telah menemukan senator seperti itu, yakni Senator James Norton. Seorang pengacara lulusan Universitas Harvard, yang pernah
83 sukses sebagai partner pada James & Lambertini
Asociate, sebuah" kelompok pengacara yang sangat
disegani di Amerika :Serikat.
Setelah berhasil membangun firma tersebut,
James Norton mengundurkan diri, kemudian mencalonkan diri sebagai senator di negara bagian itu.
Kini ia telah menduduki kursi senat selama dua
periode, dan tengah mempersiapkan pencalonan
dirinya untuk periode ketiga.
"Saya mengetahui keprihatinan bangsa Ame-
n'ka Serikat, terutama rakyat Miami," kata James
Norton dalam acara talk shoug di stasiun televisi
ABC. "Merajalelanya para penyelundup narkotika
dan kokain telah menggerogoti masa depan bangsa
ini. Karena itu pada mereka yang masih terus mengirim barang terlarang itu, saya semkan untuk segera menghentikannya. Demi masa depan bangsa
Amerika, bila saya terpilih kembali, saya akan
memastikan penghancuran para penyelundup ko-
kain sebagai program utama saya. Kepada para
penjahat saya nyatakan perang habis?habisan. Un-
tuk itu saya mempertaruhkan hidup saya!"
Kata-kata James Norton terbukti membawa ha-
sil luar biasa. Dukungan untuknya mengalir bagai
air bah. Perolehan suara yang dilakukan Gallup
membuktikan senator tersebut dengan mudah meninggalkan lawan?lawannya. Sumbangan mengalir
dari seluruh negara bagian untuk membiayai kam-
panyenya.
"Senator James, benarkah Anda akan melawan mafia kokain bila terpilih kembali. "
84 "Benar."
"Kenapa hal itu Anda laksanakan?"
"Karena saya melihat kokain telah menjadi ba-
haya nasional. la mengancam bangsa ini. Karena
itu tak ada alasan lagi untuk menunda perlawanan
terhadap kelompok kejahatan itu."
"Kenapa tahun?tahun lalu Anda tak melakukannya?"
"Periode pertama saat saya menjabat sebagai
senator, saya melihat perbaikan ekonomi merupakan prioritas utama. Dan jangan lupa, saya telah
berhasil menelorkan undang?undang anti monopoli
yang sangat mendorong kemajuan perekonomian
di negara bagian ini. Kecuali itu, saya berhasil memperjuangan perlawanan dumping harga yang dilakukan Jepang, Korea, Thailand, dan Indonesia
yang sangat merugikan industriawan kita. Pada periode kedua, prioritas yang saya perjuangkan adalah
kesejahteraan rakyat, karena itu saya memperjuangkan lahirnya undang?undang asuransi jiwa dan
kesejahteraan sosial. Dan kini, saya melihat pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat serta kesejahteraan sosial terancam karena para penyelundup
kokain. Karena itu, tanpa ragu?ragu, saya nyatakan
inilah program utama saya."
Bulan purnama mengenangkan Richard Connery pada masa lalu. la ingat kehidupannya di
Seattle. Bila bulan purnama petani?petani selalu
berkumpul di halaman rumah untuk :r'rendengarkan
85 sekelompok pemusik yang menyanyikan lagu?lagu
balada. Dan pada saat seperti itu para remaja
mencuri kesempatan untuk ngobrol dengan pacar-
nya. Yang belum punya pacar menggunakan kesempatan mencari sasaran. Dan Richard Connery
selalu mencari tempat duduk dekat kolam, yang
tempatnya berdekatan dengan Jennifer. Mereka
bertemu. Meskipun hanya saling tersenyum. dan
berbicara tentang hal?hal keseharian, waktu menjadi
amat berharga. Seakan ketegangan yang selama
berhari?hari merejam, terlepaskan sudah.
Pada kesempatan itu Richard Connery sering
menggunakan kesempatan menatapi wajah Jennifer sepuasnya. Sedang Jennifer lebih banyak menunduk dan bermain?main dengan air kolam. Kepergian Jennifer ke Miami, menyebabkan lelaki itu
merasa kehilangan. Entah kenapa, ia tidak merasakan hari?hari manis bagai sediakala, saat Jennifer
di dekatnya. Meskipun di bulan purnama Seattle tidak jadi sepi, karena-penduduk sering mendatangkan grup musik keliling, namun keindahan yang
dirasakan Richard Connery sudah hilang separuh-
nya. Sampai akhirnya ia menyelesaikan sekolah.
Kepergian Jennifer menyebabkan lelaki itu
ingat angan?angannya di masa kecil. Sejak kanakkanak ia ingin bekerja di laut. Untung ia diterima,
Dan memulailah kesibukan baru didapatkan. Juga
cerita baru dalam hidupnya.
Seattle tidak saja memberikan kesibukan baru,
tetapi juga seorang wanita yang amat ia cintai. Na-
86 manya Ketty Lester. Seorang gadis berasal dan'
Kansas yang tinggal di dekat tempat Richard Connery. Wajahnya bulat telur, rambutnya sebahu, dengan sebuah tahi lalat kecil di cuping hidungnya.
Tiba?tiba saja Richard Connery mendapatkan gambaran lain dari Jennifer. Usia mereka sama, nafas
kehidupan keluarganya sama. Ayah Ketty seorang
petani yang kemudian membiarkan anaknya merantau sebagai pelayan restoran di Seattle untuk
meringankan beban keluarga. Dan bertemulah Ketty dengan Richard Connery, lelaki yang sering
mengimpikan masa lalu. lbarat wajah mata kenangan, Richard Connery mendapatkan sebuah cermin
di mata Ketty. tak bisa lagi ia mengingkari betapa
ia kemudian jatuh cinta.
Bisakah dibayangkan tentang Hillary Clinton?
Seorang perempuan dengan segala ketabahan
mendampingi Bill Clinton hingga mencapai jenjang
kehidupan yang bahagia. Yah, sama dengan Hil-
lary, Richard Connery sering membayangkan, Ketty
adalah seorang perempuan yang penuh kesabaran
hati. lngin memperjuangkan kebahagiaan dengan
cara mengabdi kepada suaminya.
Kesederhanaan, ketabahan, dan pengabdian
Ketty telah membuat Richard Connery menikmati
kebahagian sebagai lelaki. Tinggal ia melangkah,
menentukan karier ke jenjang lebih tinggi.
Seattle dihuni dengan masa?masa perjuangan
yang getir. Dari seorang mahasiswa miskin, Richard
Connery diangkat sebagai pegawai embarkasi mu
87 atan di pelabuhan. Sebenarnya bisa ia menjadi seorang pelaut, namun hatinya tak rela meninggalkan
Ketty dan Kevin serta Kenny. Pendidikan di kemaritiman ternyata tidak mampu menguras perasaan
cinta Richard Connery pada keluarganya. Ia lebih
memilih hidup sebagai stuwardor daripada hams
meninggalkan keluarganya. Bertahun-tahun ia jah
lani kehidupan getir itu, sampai akhirnya diangkat
sebagai pegawai tatalaksana embarkasi pelabuhan.
Dan Sesuatu yang sungguh tidak diduga terjadi,
Jeff Speakman mengangkatnya sebagai kepala bagian di perusahaannya di Seattle. Dan sekarang ia
berada di Miami, memegang anak?kunci pemsahaan pelayaran Jeff Speakman.
Namun sungguh tak bisa ia ramalkan, di saat
kariernya mendekati puncak, tiba-tiba dipertemukan dengan kenangan masa lalu. Jennifer. Hmm,
disaat bulan purnama begini, wajah gadis itu mengelembayang di matanya. Ada desakan bahwa ia
harus menjumpainya, namun was?was yang lain sehubungan dengan perasaan istrinya.
Dulu Richard Connery memisalkan Ketty sebagai cermin kaca Jennifer. Lantas sekarang apa
bakal jadinya ketika ia menemukan wajah aslinya?
Lelaki itu hanya mendengus. Kakinya kini sudah menaiki tangga night club Tropicana. Ini adalah
kedatangan Richard Connery yang kesekian. Namun seperti kedatangan?kedatangan yang lalu. ia
menemukan kekecewaan. Sejenak ia berdiri di depan pintu, memperhatikan penyanyi yang sedang
berlenggakflenggok di atas level trapesium Bukan
88 Jennifer. Bukan Jenny Foster. Bukan.
Dengan langkah letih ia menuju ke ruang dalam, seorang pramuria mendekati.
"Tidak datang," katanya seakan mengetahui
apa yang dicari Richard Connery.
"Katanya hari ini dia kemari."
"Tadi sore dia menelpon, katanya tidak bisa
' datang. Lagi tiu."
"Kapan dia kemari?"
"Mungkin lusa."
"Lusa?"
"Ya."
"Hari Selasa?"
"Betul."
Richard Connery berbalik, kemudian menyusuri kursthursi meninggalkan ruangan. Asap rokok
dan bau bir menyebabkan ia beberapa kali batuk.
Di luar lalu?lintas berserabutan. Dengingan
klakson dan deru mesin membuat Richard Connery
terpaku beberapa ketika di atas trotoar. Miami ini
benar?benar hampir membuatnya gila. Banyak se-
kali persoalan yang muncul menterpedo jiwanya.
Bangsat!
Jennifer. Jenni Foster, seakan dia sengaja
menghindari diriku. Ini justru semakin menyakinkan
bahwa dia yang kucari. Tetapi kenapa dia tak suka
kutemui? Takut kepada suaminya? Ya, ya, mungkin
takut pada suaminya. Berbahagialah dia? Mungkin


Skandal Darah Karya Salandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbahagia. Menilik pakaiannya, tentu berharga di
atas seratus dollar. Tetapi di sela?sela eyeshadow
Pllakm-v ",..?.ru
dan rouge yang dikenakan, aku melihat sebuah
mata kuyu dan tidak bercahaya. Aneh Mungkin
dia tidak berbahagai, Kalau begitu kenapa?
Akh, kasihan Kerry. Tadi aku berpamitan de-
ngan dusta. Kukatakan hendak meneliti kapal-
kapal, padahal ke night club.
Richard Connery memanggil taksi.
Di rumah Kevin dan Kenny sudah tidur Richard Connery menyempatkan mencium kedua kening anaknya. Kemudian baru beranjak ke meja
makan Ketty duduk di depannya.
"Bagaimana keadaaan kapal itu?" tanya Ketty
sambil mengiris telur dadar.
Richard Connery hanya mendengus. Antara
gugup dan perasaan bersalah
"Engkau kelihatan lelah sekali," lanjut Ketty
lunak. "Kurasa kau membutuhkamwaktu untuk
beristirahat.
"Ya."
"Apakah kapal yang ditawarkan tidak baik
menurut penilaianmu?"
"Sangat buruk," jawab Richard Connery datar.
"Aku tidak mengerti alasan Murray menyetujui
pembelian kapal itu."
"Murray menyetujui?"
"Bukan saja menyetujui, dia justru mendorong
agar aku segera menandatangani perjanjian jualbeli. Padahal melihat kondisi kapal itu, rasanya tidak
90 mungkin digunakan sebagai kapal penumpang."
"Engkau dapat mengatakan keberatanmu."
"Benar. Tapi Murray seakan tidak mau mendengar alasanku. "
"Bagaimana dengan Jeff Speakman?"
"Dia masih di New York, belum jelas kapan
kembali. Aku harus memutuskan sendiri semuanya."
Ketty mengangguk. Perempuan itu beranjak
mengambil teko kemudian menuang kopi di gelas
suaminya. Richard Connery minum seteguk, sementara Ketty membereskan meja makan. Sesudah
selesai memasukkan sayur ke dalam almari, Ketty
kembali duduk di hadapan suaminya. Dengan sangat hati?hati seperti khawatir mengganggu kete-
nangan suaminya ? Ketty membuka pembicaraan:
"Tadi pagi, Kevin pulang diantar gumnya."
Richard Connery menoleh penuh perhatian.
"Dia pingsan di sekolah," lanjut istrinya datar.
"Belum sarapan?"
"Sudah. Tetapi memang akhir?akhir ini dia
seperti kurang sehat. Kehilangan gairah bermain.
Tidak seperti dulu."
"Dia sakit?"
"Kurasa demikian. Kuperhatikan beberapa
hari ini, wajahnya selalu pucat Dan di sekitar bola
matanya berwarna kuning. "
"Jangan?jangan sakit kuning."
"Entahlah," keluh Ketty lemah. "Seharian tadi
ia menangis. dan kulihat ada bilur?bilur kebiruan di
91 pahanya."
Dengan agak cemas Richard Connery beranjak
menuju ke kamar Kevin. la menjumpai anaknya tidur pulas. Pelan?pelan lelaki itu jongkok, dan mem-
perhatikan kelopak mata anaknya. Benar memang, di sekeliling mata Kevin terdapat warna kekuningan Kemudian seperti ditunjukkan Ketty, Ri-
chard Connery melihat bilur kebiruan di paha Kevin. Lelaki itu mengangkat muka, berpandangan
selintas dengan istrinya. "
"Kurasa demam biasa. Mungkin terlalu capek "
Mereka kembali duduk di meja makan. Tidak
saling bicara. Richard Connery mengambil koran
Miami Herald, kemudian membaca sepintas. Tak
ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Akhirnya
ia membalik halaman berikutnya. Di halaman tiga
ada berita pemeriksaan tenggelamnya Emerald
One. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Mahkamah
Pelayaran, telah mengungkapkan berbagai kenyataan buruk. Misalnya, mualim yang tidak menguasai
alat-alat keselamatan di kapalnya. Sehingga usaha
penyelamatan tak akan banyak membawa arti.
Mualim sama sekali tak mengetahui adanya ion
type fire detector di car deck, padahal ini merupakan alat modern yang bisa memberitahukan anjungan secara otomatis bila suhu di tempat tersebut
melebihi 60 derajat Celcius. Artinya, pencegahan
kebakaran bila dilakukan lebih dini. Mualim juga
tak mengetahui istilah?istilah di dalam kapal, misalnya Fire-Engineering Arrangement, warning system,
92 bahkan juga CPP atau Control Pitch Propeller. Kelemahan ini sudah memberikan kepantasan bahwa
penyelamatan kapal itu sia?sia.
Dan sampai kini, ketika mereka menuai sebuah
tragedi pelayaran yang besar, nampaknya belum
banyak yang menghiraukan ketentuan SOLAS 74
(Safety of Life at Sea) sebuah unsur hukum keselamatan pelayaran sedunia.
Negara yang merupakan negara maritim, rupanya belum memenuhi ketentuan hukum kesela-
matan pelayaran itu. Dan sampai kini masih menggunakan Shepen Ordonantie - sebuah undang?un-
dang perkapalan bikinan tahun 1935. Padahal SO
dibikin berdasarkan SOLAS 1929 yang tak cocok
lagi dengan perkembangan armada perairan. Dan
semua sudah minta tebusan mahal, terkubumya beratus orang ke dasar laut.
"Engkau kelihatan gelisah," kata Ketty sambil
memperhatikan kerut muka suaminya.
Richard Connery justru beranjak.
"Mama tidur dulu," kata lelaki itu lunak. "Aku
ingin menyusun laporan tentang kapal itu."
Ketty hanya diam. Memang sudah menjadi kebiasaan perempuan itu untuk diam pada semua keinginan suaminya.
Richard Connery masuk ke kamar kerjanya
Setelah meletakkan koran, ia mengangkat mesin tik
ke atas meja. Memasang kertas pada gandaran, kemudian duduk melamun. Agak lama ia berbuat demikian, sampai pandangan lelaki itu tertumbuk pa
93 da tumpukan album. Dan seperti mendapatkan dorongan naluri, ia bangkit dan mengambil album kenangan dari Seattle.
Halaman demi halaman dibuka. Kemudian
lelaki itu berhenti pada foto dirinya bersama Jennifer. la pandangi lama tanpa mengucapkan se-
suatu. Sesudah itu seperti memperoleh pikiran baru,
foto itu dilepas, dimasukkan ke dalam saku jaket
yang tergantung di kapstok. Dengan mendengut ludah, Richard Connery menuju pintu. Sebelum menutup tangannya mematikan lampu.
Richard Connery turun dari mobil, kemudian
berjalan menuju ke kantornya. lea-tiba seorang
lakilaki berlari mendekatinya.
"Richard Connery."
Richard Connery berpaling, ia melihat seorang
iaki?laki berkepala botak mengeluarkan sesuatu dari
saku bajunya, lalu memperlihatkan padanya. Foto
Carol Flemming!
"Apakah Anda mengenal wanita ini, Tuan Connery?"
Richard Connery tampak ragu?ragu.
"FBl mempunyai dugaan kuat dia yang membunuh Artonio. Foto ini kami perbesar dari rekaman
kamera di kamar hotel tempat Artonio menginap.
Anda mengenalnya?"
"Tidak."
"Pernah bertemu dengannya?"
Richie ragu?ragu, lalu menjawab, "Tidak."
94 Laki?laki itu mengeluarkan kartu nama dan
memberikannya pada Richard Connery.
"Tolong hubungi saya kalau Anda berubah pikiran."
"Kenapa Anda menduga saya mengenalnya?"
"Kami hanya menduga Anda pernah mengenalnya. Kami menemukan nama Anda tertulis di
kertas di kamar hotelnya. Dia salah seorang pelacur
May Flower."
95 5 RUMAH makan Sukiyaki terletak di lantai empat
puluh Miami Tower Sebuah rumah makan Jepang
yang sangat khas. Kecuali seluruh hidangannya
adalah makanan Jepang, Sukiyaki memiliki pelayan
yang semuanya berpakaian seperti layaknya se-
orang geisha.
Stephen Ray dan David Nichols duduk menghadapi meja pendek yang penuh hidangan. Mereka
tengah berbincangbincang dengan dua orang Je-
pang yang bahasa Inggrisnya masih patah?patah.
"Semuanya sudah diatur," kata Wakayama.
orang Jepang di depan Stephen Ray. "Pihak Nabana Fuji telah menandatangani kontrak asuransi
itu. Sekarang bagaimana dengan kewajiban Anda
menyediakan kapalnya, Tuan_Ray?"
"Saya akan segera mengurusnya."
"Apakah ada kesulitan dengan Tuan Richard
Connery?"
"Saya rasa tidak. Anda harus maklum Tuan
Wakayama, dia masih baru di sini, sehingga persoalan ini belum dapat saya bicarakan dengannya
secara terbuka. Kami harus berhati?hati. Tetapi
jangan khawatir, pada saatnya, semua pasti beres."
"Saya percaya sepenuhnya pada Anda, Tuan
Ray."
"Terima kasih."
OA Tiba?tiba seorang geisha muncul di depan
pintu, bersimpuh, lalu berbicara sopan.
"Tuan Stephen Ray, ada telepon untuk Anda.
Apakah saya harus membawanya kemari untuk
Anda?"
"Dari siapa?"
"Tuan Richard Connery."
"Saya akan ke sana."
The Kite Runner Karya Khaled Hosseini Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp The Chronos Sapphire Ii Karya Angelia Putri
^