Pencarian

Misteri Cinta Hitam 1

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam Bagian 1


Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam

****

Karya Rahmat Affandi

Sang Maha Sakti Raja Gendeng 23 dalam episode

Misteri Cinta Hitam

*****


Team Kolektor E-Book

Buku Koleksi : Denny Fauzi Maulana

(https.//m.facebook.com/denny.f.maulana)

Scan,Edit Teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo

(http.//cerita-silat-novel.blogspot.com)

Dipersembahkan Team
Kolektor E-Book

(https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook)

Spesial thank to : Awie Dermawan

*****

Pondok bambu beratap ilalang yang terletak dikaki bukit kecil terasa begitu sunyi.

Angin dingin menderu muncul tak lama setelah mentari beranjak ke balik peraduannya.

Ditengah kesunyian yang kadang diselingi gemerisik dedaunan dirumpun pohon bambu.

Dari atas ketinggian tiba-tiba satu sosok berpenampilan serba putih nampak melayang menuju ke arah pondok.

Hanya dalam waktu tak sampai sekedipan mata, sosok yang ternyata adalah seorang kakek bersorban dan berambut putih itu telah jejakkan kedua kaki dua tombak di depan pondok.

Sejenak dia menatap ke arah pintu pondok yang dalam keadaan tertutup.

Si kakek yang dikenal dengan nama Resi Cadas Angin dari Lembah Batu Cadas Putih atau juga Lembah Batu Berkilau ini menghela nafas sambil dongakkan kepala.

Pondok ini sepertinya telah lama ditinggalkan oleh penghuninya.

"Tidak kuduga Nyai Pulungan akhirnya berlepas diri dari kesibukan mengurus Kunti Seroja. Tapi kemana nenek itu pergi?"

Ujar sang Resi didalam hati.

Kali ini dia layangkan pandang kesegenap penjuru halaman pondok berlantai tinggi.

Tatap matanya kemudian terpaku kebagian samping tempat dimana sebuah gundukan tanah merah teronggok dibawah keteduhan pohon berdaun rindang

"Pusara? Lima belas tahun yang lalu aku datang kesini. Tidak kelihatan ada pusara di tempat ini? Apakah mungkin itu pusara Nyai Pulungan?"

Resi Cadas Angin menduga-duga.

Terdorong rasa penasaran dan keinginan tahuan yang mendalam si kakek balikkan badan lalu melangkah lebar dekati pohon.

Sesampainya dibawah pohon, si kakek tertegun.

Ada gundukan tanah yang menandakan pusara, sebuah kubur yang masih baru.

Tidak ada nisan dikepala pusaran tapi ada sebuah batu yang ditulis dengan guratan tangan.

Karena tulisan dibatu pengganti nisan begitu halus, dari tempat si kakek berdiri tulisan itu tidak terbaca.

Diantara tebaran bunga-bunga yang telah mengering Resi Cadas Angin kitari makam, dekati batu dikepala makam.

Sambil berjongkok dan ulurkan kepala si kakek lalu membaca tulisan yang tertera di batu itu.

"Telah meninggalkan dunia dengan tidak tenang KUNTI SEROJA' Semoga arwah membalas dan darah yang tertinggal menjadi kepanjangan tangan untuk mengungkap kebenaran."

Usai membaca nama sang penghuni kubur serta pesan aneh yang ditinggalkan.

Resi Cadas Angin bangkit berdiri.

Dia menghela nafas.

Kening berkerut.

Cukup lama si kakek berpikir.

Sebagai seorang sahabat lama, sang Resi tahu benar yang menoreh tulisan dibatu pengganti nisan tentulah orang yang memiliki tenaga dalam sangat tinggi.

Manusia biasa mana mungkin bisa menulis batu dengan guratan kuku.

Tapi tulisan itu bukan dibuat oleh Nyai Pulungan.

Tulisan Nyai Pulungan selalu berdiri tegak sedangkan tulisan dibatu miring setengah rebah.

"Siapakah yang menulis di batu? Kunti Seroja perempuan malang itu telah meninggalkan dunia. Mati dengan tidak tenang? Bagaimana mungkin?"

Gumam Resi Cadas Angin sambil mengusap janggutnya yang putih menjela.

"Aku datang untuk menanyakan sesuatu yang sangat penting pada Nyai Pulungan dan juga kepada Kunti Seroja yang selama ini diasuhnya. Tapi nenek itu telah pergi dan perempuan gila asuhannya juga telah berpulang. Mungkin aku datang terlambat tidak ada lagi orang yang dapat dijadikan tempat bertanya maka sulit untuk mencari penyebab semua malapetaka ini. Perawan Bayangan Rembulan... Pembunuh berdarah dingin mustahil dia yang melakukan segala kekejian ini. Aku merasakan ada hawa amarah dan dendam kesumat serta kebencian yang demikian hebat. Segala kejahatan itu mendapat dukungan penuh dari kuasa alam gaib. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mungkin membiarkan Nini Buyut Amukan bersama adipati Cakra Abiyasa dari Salatigo saja yang berjuang menghadapi sang pembunuh. Dengan cara apapun segala kekacauan harus dihentikan!"

Gumam Resi Cadas Angin. Baru saja si kakek berucap demikian tiba-tiba saja terdengar suara berdesir yang disertai suara tawa tergelak-gelak.

Lalu ada lima buah benda berwarna putih berkilau yang panjangnya tidak lebih dari satu jengkal menderu ke arah lima bagian tubuh.

Merasakan ada bahaya mengancam,si kakek cepat memutar tubuh lalu melesat kedepan sambuti serangan senjata rahasia tersebut

Trep!

Trep!

Treep!

Sekali tangan kanan kiri bergerak menyambar, lima senjata berkilau yang ternyata jarum perak telah berada dalam genggaman si kakek.

Resi Cadas Angin menyempatkan diri memperhatikan senjata maut itu sekilas.Kemudian sambil kertakan rahang si kakek sambitkan kembali senjata rahasia itu ke arah mana datangnya serangan.

Karena sang Resi menggunakan tenaga dalam jauh lebih besar dari serangan senjata rahasia yang dilancarkan orang, maka lima batang jarum mekesat kembali dengan kecepatan laksana kilat

"Keparat tua jahanam! Kau betul-betul mencari mampus!"

Teriak satu suara yang diiringi dengan munculnya cahaya merah dari kegelapan menyambut sekaligus memapaki senjata yang berbalik

Brees!

Blaam!

Satu letupan keras mengguncang kesunyian ketika pukulan sakti menghantam lima senjata yang disambitkan Resi Cadas Angin.

Dikegelapan terdengar suara makian.

Tanpa perduli dengan caci maki yang dilontarkan orang. Resi Cadas Angin segera angkat tangannya diatas kepala.Tenaga sakti disalurkan kebagian tangannya. Sepuluh jari hingga ke pangkal lengan si kakek tampak pancarkan cahaya putih benderang pertanda orang tua itu telah siap menghantam orang dengan satu pukulan mematikan.

Belum lagi si kakek sempat hantamkan kedua tangannya ke depan.Tiba-tiba saja terdengar seruan,

"Resi Cadas Angin! Apakah kau sudah menjadi gila ingin membunuh teman lama dengan pukulan Telapak Matahari?!"

Seruan itu lalu disusul dengan tawa cekikikan.Tawa seorang perempuan

"Nenek sinting kurang ajar! Aku sudah menduga memang kaulah orangnya yang bersikap ceroboh.Tapi..."

Resi Cadas tidak lanjutkan ucapan melainkan segera turunkan kedua tangan batalkan serangan. Dua tangan memutih kembali seperti semula.Memandang ke arah kegelapan,sang Resi melihat sosok bayangan hitam berkelebat ke arahnya lalu jejakkan kaki sejarak tiga langkah di depan kakek itu.

Walau sudah mengenali suara orang dan tau siapa yang datang.Tak urung Resi Cadas Angin terperangah dan belalakan mata ketika melihat.

perempuan renta berpakaian serba hitam berambut putih digelung ke atas itu tampak tidak seperti biasanya. Berdiri dengan bertumpu pada tongkat hitam yang juga menjadi senjata andalannya,wajah si nenek nampak pucat kebiruan. Pakalan disebelah depan hangus berlubang seperti bekas terbakar. Sedangkan tangan kirinya dalam keadaan terluka parah terkulai tidak berdaya.

"Nyai Pulungan! Apa gerangan yang menimpa dirimu. Kau terluka parah dan sepertinya menderita keracunan hebat.Siapa yang melakukan semua ini?"

Sentak sang Resi.

Dengan perasaan cemas si kakek segera menghampiri nenek di depannya.

Nyai Pulungan yang juga dikenal dengan sebutan Si Gila Dari Kalayan,bukannya menjawab pertanyaan Resi Cadas Angin malah sebaliknya tertawa mengekeh.

"Jangan mendekat! Jangan sentuh perempuan cantik ini.
Aku tidak apa-apa.Hik hik hik!"

Dengus si nenek. Dia berusaha menghindar ketika si kakek ulurkan tangan bermaksud membantunya menuju ke arah batu dihalaman pondok.

"Nyai,kau terluka parah. Kau menderita keracunan hebat. Cepat duduk dibatu itu. Aku bermaksud baik,ingin membantu mengobati luka dan melenyapkan racun jahat yang mendekam disekujur tubuhmu!"

Terang Resi Cadas Angin dengan wajah tegang juga cemas.Tawa Nyai Pulungan lenyap.

Tapi wajahnya masih menyeringai.

Dengan tatap matanya yang kosong namun sembunyikan rasa curiga si nenek menjawab,

"Kau ingin membantu aku ya. Akhir-akhir ini memang ada beberapa orang begitu berbaik hati mau membantu dan ingin memberikan pertolongan Hik hik hik. Seumur hidup baru kali ini aku merasa mujur ada yang memperhatikan.Sayang...!"

Nyai Pulungan tidak selesaikan ucapan,melainkan segera melangkah dengan tertatih-tatih ke arah batu bundar yang sebelumnya biasa didudukinya.

Setelah duduk dan Resi Cadas Angin mengikuti duduk pula dibatu yang berada di depan si nenek.

Nyai Pulungan lanjutkan ucapan,

"Sayang pertolongan selalu datang terlambat? Kau lihat kubur di bawah pohon itu?!"

Ujar si nenek sambil melirik ke arah makam di bawah pohon.

Resi Cadas Angin anggukkan kepala

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kunti Seroja adalah gadis asuhanmu yang kau angkat sebagai murid. Walau semasa hidupnya mengalami sakit ingatan namun kau mengasuhnya seperti merawat anak kandungmu sendiri"

"Walau tidak pernah mengatakan dia gila namun kau pasti mengetahui gerangan apa yang membuatnya menjadi gila."

"Ssst!"

Nyai Pulungan letakkan tongkat dalam genggaman. Menggunakan tangan yang utuh dia tempelkan jemari telunjuk dibibir sebagai isyarat agar Resi Cadas Angin diam.

"Jangan pernah membicarakan orang yang telah pergi.Kunti Seroja memang sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Hanya aku yang tahu pangkal deritanya."

"Dan menurutmu apakah kematian menjadi jalan yang terbaik dari pada hidup di dalam derita kesengsaraan batin yang tiada batasnya?"

"Nyai Pulungan,apa maksudmu? Apakah Kunti Seroja menemui ajal karena membunuh diri?"

Tanya Resi Cadas Angin sambil tatap wajah si nenek di depannya lekat-lekat.
Wajah kusam dan mata yang selalu menatap kosong itu berpaling ke jurusan lain. Dengan sikap tidak perduli Nyai Pulungan membuka mulut,

"Bagi orang yang sakit ingatan mati atau dibunuh,apa bedanya? Siapa yang perduli dengan orang gila?"

Dengus Nyai Pulungan dengan nafas mengengah

"Nyai aku masih sahabatmu. Jangan bicara berbelit-belit. Aku sendiri tidak percaya Kunti Seroja bunuh diri.Dia pasti telah dihabisi oleh seseorang. Katakan padaku Nyai,siapa yang telah membunuhnya?"

Desak si kakek.

Nyai Pulungan menyeringai.

Tubuhnya nampak bergetar.

Tiba-tiba saja dia palingkan kepala lalu tatap wajah kakek didepannya dengan wajah dingin penuh amarah.

"Resi Cadas Angin! Mengaku sahabat tapi tidak pernah datang pada saat dibutuhkan. Sekarang kau muncul disini. Pasti ada niat tertentu yang membawa langkahmu ke tempat ini. Harap kaulah yang berterus terang karena aku tidak membutuhkan rasa simpatimu!"

"Mengapa kau berkata begitu?"

Tanya Resi Cadas Angin.

"Aku memang datang dengan membekal tujuan."

"Kalau demikian jangan hiraukan apa yang telah terjadi ditempat ini.Sebaliknya katakan saja apa keinginanmu!"

Dengus Nyai Pulungan acuh.

Mendengar ucapan Nyai Pulungan tak urung Resi Cadas Angin merasa jadi tidak enak sendiri.

Apalagi mengingat dia telah sekian lama tak pernah menyambangi sahabatnya yang satu ini.

Jika sekarang si kakek datang membawa sebuah kepentingan.

Nyai Pulungan bisa saja menganggap sang Resi datang hanya bila ada maunya saja.

Sikap ragu Resi Cadas Angin membuat nenek itu jadi tidak sabar.

"Resi....disaat aku sekarat,menderita cidera dan keracunan hebat begini rupa."

"Cepat katakan apa yang menjadi hajat kepentinganmu? Jangan malah ragu. Berdiam diri mengulur waktu. Sikapmu akan mempersempit kesempatanmu?!"

Sentak Nyai Pulungan membuat Resi Cadas Angin merasa serba salah. Tapi dia pun kemudian menyadari yang dikatakan nenek didepannya memang benar adanya.

Akhirnya dengan meng abaikan semua perasaan di hati dia membuka mulut.

"Nyai Pulungan,maafkan bila aku bicara pada waktu yang kurang tepat. Terus terang kedatanganku kesini memang membawa suatu hajat kepentingan. Dan kepentingan itu bukan menyangkut diriku,namun menyangkut keselamatan orang banyak."

Terang si kakek yang disambut dengan senyum dingin si nenek

"Kau selalu perduli dengan penderitaan orang lain. Hebat. Sejak dulu kau memang begitu. Di dunia ini jarang sekali orang yang sepertimu. Lalu apa hubungannya denganku?"

"Nek...!"

Kata Resi Cadas Angin sambil menghela nafas pendek.

"Apakah kau masih ingat sekitar dua puluh tahun yang lalu. Ada seorang gadis cantik yang menjadi dambaan banyak lelaki tiba-tiba hamil? Dia hamil tanpa suami.Anehnya gadis itu mengaku tidak tahu siapa yang membuatnya hamil.Yang jelas saat itu dia tinggal bersama seorang saudara perempuannya yang bernama Rai Cempaka..."

Belum sempat si kakek selesaikan ucapan.

Nyai Pulungan delikan mata pada Resi Cadas Angin.

Kemudian dengan tubuh bergetar dia menatap sayu ke arah kubur Kunti Seroja

"Rai Cempaka adalah istri Demang Sapu Lengga, orang kepercayaan adipati Cakra Abiyasa dari Salatigo. Dan gadis malang yang baru saja kau bicarakan itu tak lain adalah Kunti Seroja."

"Aku sudah mengatakan jangan mengungkit kehidupan orang yang sudah mati. Segala rahasia dan derita nasibnya aku yang tahu."

"Kalau begitu kau juga pasti tahu siapa ayah dari jabang bayi yang dikandung Kunti Seroja?"

Tanya si kakek dengan sikap hati-hati,takut menyinggung perasaan Nyai Pulungan. Sepasang mata hampa si nenek tampak meredup. Dia menghela nafas dalam.

"Aku tidak suka membicarakan semua ini. Aku tidak tahu mengapa kau tanyakan masa lalu itu?"

Kata Nyai Pulungan sambil geleng kepala

"Aku tidak bermaksud mengungkit,apalagi mengungkap aib orang yang telah tiada. Aku hanya ingin tahu kemana bayi yang dilahirkan oleh Kunti Seroja. Apakah bayi itu meninggal,dibuang atau dibunuh untuk menghapus rasa malu keluarga Ki Demang?"

Tanya Resi Cadas Angin dengan suara perlahan namun tegas. Pertanyaan si kakek membuat wajah Nyai Pulungan berubah muram. Sambil berusaha menahan rasa sakit akibat luka luka yang dideritanya. Nyai Pulungan menjawab.

"Dibuang,dipelihara atau dibunuh apa bedanya? Setahuku bayi itu dibawa ke hutan oleh Rai Cempaka dan suaminya yaitu Ki Demang Sapu Lengga."

"Saat dibawa ke hutan apakah Kunti Seroja tahu anak yang dilahirkannya akan dibunuh oleh kakak dan kakang iparnya?"

Desak Resi Cadas Angin ingin kepastian.

Sekali lagi Nyai pulungan diam.

Dia berpikir haruskah menjawab pertanyaan Resi Cadas Angin.

Bukankah dulu dia pernah berjanji pada Kunti Seroja untuk merahasiakan pengalaman pahit yang dialami oleh gadis itu?

Tapi dilubuk hatinya yang paling dalam Nyai Pulungan juga merasa tidak mungkin dapat membalaskan dendam kesumat kepada orang yang melakukan aib terhadap diri Kunti Seroja.

Terlebih lagi Nyai Pulungan merasa hidupnya tak mungkin dapat bertahan lebih lama lagi.

Belum sempat si nenek memutuskan sesuatu, tiba-tiba Resi Cadas Angin membuka mulut Nyai...

"aku tidak mau memaksa. Jika kau memang tidak ingin menceritakan rahasia tentang Kunti Seroja,tidak mengapa."

Si kakek lalu memperhatikan luka-luka ditubuh Nyai Pulungan.

Terakhir perhatiannya tertuju kebagian lengan nenek itu.

Diantara sekian banyak luka yang diderita Nyai Pulungan,Resi Cadas Angin melihat luka dilengan kanan nenek itulah yang paling parah.

"Racun telah menyebar keseluruh tubuhnya. Aku tidak mungkin bisa menyelamatkan Nyai Pulungan dari kematian, Bahkan tabib dewa obat yang terkenal pun mustahil bisa menolongnya."

Membatin Resi Cadas Angin dalam hati. Baru saja si kakek membatin, tiba-tiba Nyai Pulungan terbatuk-batuk beberapa kali. Nafas si nenek megap-megap. Wajahnya yang pucat semakin bertambah pucat kebiruan.

Melihat Nyai Pulungan dalam keadaan lemah lunglai, Resi Cadas Angin segera melompat dari tempat duduknya. Tangan kanan dijulur menyambar sekaligus menahan bahu nenek itu agar tidak jatuh tersungkur kedepan.

"Kau harus istirahat. Aku punya obat penawar racun, tapi aku tidak yakin bisa menolongmu!"

Berkata demikian Resi Cadas Angin segera baringkan tubuh si nenek diatas batu. Si kakek segera menotok beberapa jalan darah didada Nyah Pulungan untuk membantu agar jalan nafas sang Nyai menjadi lebih longgar.

"Aku tidak mungkin tertolong,bukankah begitu Resi Cadas Angin?"

Tanya Nyai Pulungan.

Dengan tatap mata yang sayu dia memperhatikan kakek di depannya.

Resi Cadas Angin diam tidak menjawab.

Dia merasa iba melihat penderitaan nenek itu.

Sikap diam sang Resi membuat Nyai Pulungan tersemyum. Bersamaan dengan senyumannya dia berkata,

"Resi! Aku tidak mungkin bisa mengabulkan keinginan Kunti Seroja. Luka-luka ini membuat aku tidak bisa membalaskan segenap rasa sakit hati dan dendam kesumat atas malapetaka yang menimpa gadis itu.Aku berharap kau mau melanjutkan keinginan Kunti Seroja mencari dan membunuh orang yang telah membuatnya ternoda..."

Gumam Nyai Pulungan dengan suara tersendat. Resi Cadas Angin raih dan genggam jemari tangan kiri si nenek yang dingin.

"Apa saja yang ingin kau sampaikan aku s?ap mendengar. Jika kau punya keinginan yang harus kulakukan aku juga siap membantumu!"

Tegas si kakek membuat wajah pucat yang tergeletak diatas batu terlihat lega. Dengan sikap lebih tenang namun tubuh menggigil akibat luka dan racun di tubuhnya Nya Pulungan berujar,

"Resi...seseorang yang telah membuat Kunti Seroja hamil adalah orang yang memiliki ilmu guna-guna berupa ilmu pelet yang dikenal dengan nama Segala Rindu. Ilmu Segala Rindu jauh lebih dahsyat dari ilmu pelet Buluh Perindu.Siapapun yang terkena pelet Segala Rindu akan menjadi lupa segalanya. Korban pelet ini jadi lupa diri,hilang rasa malu dan diluar kesadarannya rela melakukan apa saja kepada orang yang telah mengguna-gunainya,termasuk juga melakukan hubungan badan."

"Jadi Kunti Seroja telah terkena pengaruh pelet Segala Rindu hingga membuatnya hamil dan melahirkan anak!"

Tanya si kakek sambil tatap wajah nenek di depannya.

Walau tidak menyangka apa yang menjadi awal aib yang menimpa Kunth Seroja, Namun Resi Cadas Angin tidak menjadi kaget.

Ilmu pelet Segala Rindu memang kekuatannya sepuluh kali lipat dari ilmu Buluh Perindu.

Jangankan manusia biasa,manusia berkepandaian dan memiliki tenaga sakti tinggi atau bahkan binatang paling liar sekalipun dapat dibuat bertekuk lutut.

Ditangan orang yang salah pelet Segala Rindu bisa berakibat malapetaka bagi korbannya.

Nyai Pulungan anggukkan kepala.

"Jika Kunti Seroja menjadi korban ilmu pengasih itu. Berarti dia mengenal orang yang telah berbuat aib terhadapnya?"

Gumam Resi Cadas Angin.

"Tidak! Dia hanya mengenal orang itu bertopeng. Datang ditengah malam,masuk ke dalam kamarnya,mematikan lampu lalu merayu Kunti di atas tempat tidur. Kunti Seroja jadi terbuai.Perbuatan terkutuk itu berlangsung diluar kesadaran Kunti."

Terang Nyai Pulungan.

"Tentunya perbuatan itu dilakukan berulang kali"

"Ya. Kau benar."

"Jadi sampai dia hamil,melahirkan kemudian hilang ingatan Kunti Seroja tetap tidak mengetahu siapa laki-laki bertopeng yang bercinta dengannya?"

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanya Resi Cadas Angin terheran-heran.

"Tidak. Ki Demang Lengga sebagai kakak ipar sangat murka mengetahui aib yang menimpa adik istrinya. Kabarnya dia memerintahkan sepasukan kademangan untuk mencari laki-laki bertopeng.Topeng itu ditemukan di tempat kediaman kepala penjaga bernama Sumantri.Demang Sapu Lengga tanpa pertimbangan menghukumnya dengan hukuman mati."

"Kemarahan Ki Demang Sapu Lengga tidak berakhir sampai disitu saja. Ketika Kunti Seroja melahirkan seorang bayi perempuan. Bayi itu dibawanya ke hutan. Dia tidak sendiri melainkan bersama Rai Cempaka istrinya."

"Seperti yang kau ketahui Rai Cempaka adalah kakak kandung Kunti Seroja"

"Bayi itu benar-benar dibunuh?"

Tanya Resi Cadas Angin ingin kepastian.

"Kabarnya begitu.Tapi menurut salah seorang pengawal kademangan yang sepekan kemudian ditemukan tewas mengenaskan. Ketika Ki Demang hendak menghabisi sang jabang bayi malang,tiba tiba hujan turun deras disertai petir. Kemudian dari kegelapan muncul sosok-sosok aneh dalam rupa mahluk angker berkaki empat.Mahluk itu menyerang Ki Demang juga membunuh Rai Cempaka istrinya. Kemudian mahluk-mahluk itu membawa sang bayi pergi entah kemana."

Jelas si nenek.

Resi Cadas Angin manggut-manggut sambil mengusap tengkuknya yang mendadak terasa dingin.

"Sungguh kejadian tragis memilukan. Setiap bayi yang terlahir kedunia ini adalah suci. Walau bayi itu hasil hubungan gelap sekalipun. Tidak ada anak jadah. Yang jadah adalah kedua orang tuanya."

Pikir si kakek.

Merasa kurang puas Resi Cadas Angin kembali ajukan pertanyaan,

"Nyai Pulungan. Aku ingin tahu apakah karena anaknya dibuang sehingga Kunti Seroja hilang kewarasannya?"

Nyai Pulungan menghela nafas yang kembali menyesak sementara sekujur tubuhnya serasa luluh lantak.

Dalam keadaan sekarat sedapat mungkin dia berusaha bertahan.

Dengan suara tersendat dijawabnya juga pertanyaan si kakek Resi

"kegilaan terjadi bersebab dari aib yang diderita Kunti Seroja. Keguncangan jiwanya makin menjadi ketika dia mengetahui anaknya hendak dihabisi. Dan dia menjadi gila ketika tahu saudaranya terbunuh.Sepeninggal saudara kandungnya aku merasa iba terhadapnya."

"Aku tidak ingin dia tinggal bersama Demang Sapu Lengga, karena aku tidak begitu yakin dengan sikap lakilaki itu."

"Apakah mungkin Ki Demang terlibat dalam aib yang dialami adik iparnya?"

Tanya Resi Cadas Angin menduga-duga.

"Aku tidak tahu. Tapi Demang Sapu Lengga sendiri sebenarnya jarang di rumah. Waktunya banyak tersita di kadipaten Salatigo. Dia termasuk salah seorang kepercayaan adipati Cakra Abilyasa."

"Bagaimana dengan topeng itu? Apakah topeng yang dipakai oleh laki-laki durjana saat menemui Kunti Seroja hanya topeng biasa ataukah topeng yang memiliki keistimewaan tertentu?"

Mata si nenek terbelalak sebentar seperti kaget,namun kemudian meredup lagi seperti pelita yang kekurangan minyak

"Apakah kau pernah mendengar sebuah topeng aneh dikenal dengan nama Topeng Pemasung Jiwa?"

Tanya si nenek.

Pertanyaan itu karuan saja membuat Resi Cadas Angin terlonjak kaget.

Bahkan genggaman tangannya pada jemari Nyai Pulungan terlepas,membuat tangan si nenek menjulur terkulai.

Sebagai salah satu tokoh tua berusia lanjut dan tahu banyak tentang perkembangan dunia persilatan.

Tentu saja dia banyak mengetahui berbagai jenis senjata hebat.

Tokoh tokoh sakti baik dari golongan hitam maupun putih juga mengerti tentang benda-benda aneh sakti yang menyimpan atau memiliki kekuatan tertentu. Salah satu benda itu adalah Topeng Pemasung Jiwa.

"Nek...."

Kata Resi Cadas Angin dengan suara lirih,sementara jemari tangan sengaja ditempelkan ke atas kening Nyai Pulungan. Sambil alirkan tenaga dalam ke kepala si nenek untuk membantu menyegarkan ingatannya. Resi Cadas Angin lanjutkan ucapan.

"Topeng Pemasung Jiwa termasuk salah satu benda langka peninggalan Raja Topeng Kalidiga.Topeng itu dibuat sekitar lima abad yang silam.Sepeninggalnya Raja Topeng yang tewas tak diketahui rimbanya,keberadaan Topeng Pemasung iwa tidak diketahui dimana rimbanya.Topeng itu seolah hidup,punya jiwa,nyawa dan jalan pikiran sendiri."

"Berada ditangan yang benar,Topeng Pemasung Jiwa dapat dipergunakan untuk menyembuhkan orang yang sakit. Mereka yang ingin tetap awet muda dan mempunyai umur panjang juga bisa menggunakan topeng selama waktu tertentu asalkan tahu caranya."

"Tapi sekali Topeng Pemasung Jiwa dipergunakan untuk melakukan kejahatan.Siapapun yang kemudian memakainya,orang itu akan menjadi sangat jahat.Dia tidak dapat lagi membedakan baik dan buruk karena jiwa dan raga juga pikirannya terpasung tunduk pada kekuatan topeng."

Terang si kakek membuat Nyai Pulungan jadi cemas dan ini ditandai dengan semakin tersengalnya nafas si nenek

"Astaga! Kau harus melakukan sesuatu,Resi. Kau harus mencari tahu apakah benar dulu,sekitar delapan belas tahun yang lalu Ki Demang Sapu Lengga membuang Topeng bersama bayi yang hendak dibunuhnya."

"Jadi benar topeng yang dipergunakan oleh orang yang merusak masa depan Kunti Seroja memang Topeng Pemasung Jiwa?"

"Ya."

"Jika demikian aku harus menemui Ki Demang. Tapi dimana laki-laki itu tinggal? Aku yakin dia tidak menetap lagi di Kedung Wetan."

"Yang kutahu Ki Demang bergabung dengan adipati Cakra abiyasa untuk membantu penguasa Salatigo itu menangkap Perawan Bayangan Rembulan. Kau bisa menemui adipati. Jika tujuanmu baik gusti adipati akan berkenan mempertemukanmu dengan Ki Demang."

"Kau sendiri bagaimana? Terus terang aku cuma mempunyai penangkal racun biasa. Untuk memusnahkan racun yang mendekam pada bagian luka juga yang menyebar di seluruh tubuhmu dibutuhkan dua puluh kali obat yang lebih kuat dari yang kumiliki!"

Ucap Resi Cadas Angin prihatin.

Si nenek tiba-tiba gelengkan kepala.

"Jangan pikirkan tua bangka ini. Lakukan saja apa yang aku pinta padamu. Aku rela mati asalkan kau bersedia mengabulkan semua permintaanku!"

Ujar Nyai Pulungan pasrah.

"Hmm baiklah. Tapi sebelum aku pergi. Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan padamu."

"Pertanyaan apa?"

Tanya si nenek.

Sekali lagi Resi cadas Angin genggam jemari tangan Nyai Pulungan. Disertai tatap ingin tahu,orang tua ini kemudian berkata.

"murid sekaligus anak angkatmu Kunti Seroja telah menemui kematian. Sejak menginjakkan kaki di tempat ini aku merasakan hawa kematiannya yang tidak wajar, juga kegelisahan arwahnya. Katakan siapa yang telah membunuhnya?!"

"Kau mempunyai pengalaman mata batin yang demikian luas, Resi. Perasaanmu sangat lembut. Dan anak angkatku itu tewas dibunuh oleh sekawanan mahluk kegelapan. Mahluk-mahluk itulah yang dulu telah membawa bayi Kunti Seroja ketika hendak dibunuh oleh Ki Demang Sapu Lengga."

Terang si nenek.

"Tiga anjing pembunuh! Ketiga mahluk itu bukanlah anjing biasa. Mereka mahluk sesat yang ganas dan kejam. Biasanya mereka muncul dimanapun Perawan Bayangan Rembulan datang menebar kejahatan. Jadi jelas sudah Perawan Bayangan Rembulan ternyata memang anak Kunti Seroja. Tapi..yang mengherankan mengapa gadis itu tega menghabisi ibu kandungnya sendiri?"

Kata Resi Cadas Angin tidak mengerti. Sepasang mata si nenek yang redup terbuka lebih lebar. Dengan suara parau dia berucap.

"Kau tahu tentang tiga anjing pembunuh? Mereka memang bukan mahluk mahluk biasa.Mereka malah dapat bicara selayaknya manusia.Namun satu yang harus kau ketahui, walau memang benar Perawan Bayangan Rembulan adalah anak dari Kunti Seroja, tapi bukan dia yang membunuh ibunya."

"Saat tiga anjing pembunuh datang,gadis itu tidak ada bersama mereka. Aku sendiri datang terlambat. Perawan Bayangan Rembulan berada dalam kuasa dan cengkeraman pengaruh jahat."

"Kau harus menolong membebaskan dirinya dari belenggu kekuatan jahat yang menguasainya."

"Nyai Pulungan, Perawan Bayangan Rembulan adalah gadis liar yang sangat berbahaya. Bagaimana mungkin kau bersimpati pada seorang pembunuh?!"

Tanya Resi Cadas Angin terheran heran.

"Kau masih belum mengerti juga. Perawan Bayangan Rembulan sejak kecil berada dalam asuhan mahluk keji. Mahluk-mahluk itu tahu siapa dia dan apa yang terjadi padanya. Aku yakin mereka telah menceritakan asal muasal kehidupan gadis itu. Gadis yang semasa kecilnya diberi nama Nila Seroja,sebuah nama yang tidak jauh berbeda dengan nama ibunya. Amarah dan dendam, kebencian telah ditiupkan ke dalam diri Nila Seroja. Karena dia sendiri berada dalam kekuasaan iblis. Ini yang membuatnya makin merajalela."

"Mahluk-mahluk pembunuh itu menguasai dan mengendalikannya?"

"Tidak Resi. Anjing pembunuh mungkin hanya mendidik, mengawal dan membuat Perawan Bayangan Rembulan menjadi ganas seperti sekarang. Tetapi aku menduga dia berada dalam kendali topeng yang menutupi wajahnya."

"Topeng Pemasung Jiwa maksudmu?!"

Sentak Resi Cadas Angin dengan mata mendelik tak percaya.

"Ya,aku melihat topeng itu. Topeng yang menutupi wajah dibalik rambut panjang seorang gadis berpakaian hijau yang terbuat dari anyaman pandan.Kau harus menghentikan semua ini,tapi jangan membunuh Perawan Bayangan Rembulan, karena bila pengaruh kekuatan jahat yang berasal dari topeng dapat dilenyapkan gadis itu bisa menjadi baik."

Terang Nyai Pulungan terlihat begitu yakin.

Penjelasan si nenek membuat si kakek menjadi heran.

Tapi karena tidak mau mengecewakan harapan Nyai Pulungan.

Walau jauh dilubuk hati tidak sepenuhnya mendukung keinginan si nenek, namun Sang Resi tetap anggukkan kepala.

"Baiklah,Nyai. Aku berjanji akan membalaskan sakit hati Kunti Seroja,dan juga akan mencari tahu siapa sebenarnya yang berbuat keji pada anak angkatmu. Untuk mengungkap misteri dibalik aib itu tentu aku harus tahu siapa pemilik ilmu Segala Rindu."

Mendengar janji yang diucapkan Resi Cadas Angin,Nyai Pulungan tersenyum sambil meringis menahan sakit.

"Aku sudah yakin kau memang orang yang sangat perduli dengan penderitaan orang lain. Terima kasih. Dan semoga dewa membalas segala kebaikanmu"

"Jangan bicara tentang balas budi nek. Aku belum melakukan apa-apa.Sekarang lebih baik katakan saja siapa yang telah membuatmu terluka."

Bertanya Resi Cadas Angin sambil menatap tubuh yang terkulai itu.

Wajah layu didepannya tampak menggigil.

Bibir bergetar hendak mengucapkan sesuatu.

Namun tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Sadar Nyai Pulungan dalam keadaan sekarat. Resi Cadas Angin segera tempelkan dua jari telunjuknya ditenggorokan si nenek.

Dia segera salurkan hawa sakti kebagian tenggorokan sekaligus mengalirkannya ke dada orang tua itu

"Bicaralah. Melihat keadaanmu yang seperti ini, tidak ada lagi yang bisa kuperbuat untukmu,Nyai. Maafkan aku."

Nyai Pulungan kedipkan matanya lentik dengan gerakan lemah.

Dia merasa tenggorokannya yang panas kering laksana terbakar berubah sejuk.

Nafasnya juga terasa lebih ringan.

"Resi,tubuhku beberapa hari ke depan akan segera membusuk. Dan orang yang telah membuatku mengalami cidera begini parah tak lain adalah Perawan Bayangan Rembulan dan mahluk mahluk yang selalu bersamanya."

"Hah,apa? Astaga! Gerangan apa yang ada dalam benakmu? Kau telah dibuat cidera begini parah namun masih meminta aku untuk menolong gadis iblis itu!"

Sentak sang Resi kaget sambil geleng-geleng kepala.

"Apa yang telah dilakukannya padaku....semua ini bukan urusanmu. Mungkin aku memang sudah layak harus menerima nasib seperti ini."

Jawab si nenek lemah.
"Mengapa dia membencimu?!"

Geram Resi Cadas Angin.

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku-aku tidak tahu. Sama seperti ketidak tahuan mengapa mahluk-mahluk itu membunuh Kunti Seroja yang tak lain adalah ibu dari Perawan Bayangan Rembulan."

"Kau tidak tahu ataukah memang ada sesuatu yang kau sembunyikan nek?"

Kata si kakek curiga.

"Tidak. Aku tidak menyembunyikan sesuatu. Mungkin gadis itu merasa malu karena dia dilahirkan bukan dari sebuah ikatan perkawinan. Dan dia juga pasti sedang mencari tahu siapa ayahnya. Aku... aku."

Nyai Pulungan belum sempat menyelesaikan ucapannya.

Diawali dengan suara seperti tercekik. Tubuh si nenek pun kemudian terkulai.

"Nyai.."

Sang Resi berseru sambil menggoyang tubuh kurus renta itu. Namun si nenek telah berpulang.

Resi Cadas Angin menghela nafas. Dia lalu merapikan tangan Nyai Pulungan yang terkulai dan meletakkan kedua tangan itu di depan dada. Sesaat setelah dua kaki dirapikan dan dua tangan itu di atas dada.

Angin tiba-tiba menderu, bertiup keras menyapu tubuh Nyai Pulungan yang diam tidak bergerak dan...

Wuus!

Seketika itu juga sosok mayat Nyai Pulungan lenyap.

Resi Cadas Angin walau sempat kaget melihat apa yang terjadi namun segera dapat menguasai diri.
Dia tahu Nyai Pulungan pergi dengan membawa kebaikan. Kebaikan itu pula yang membawa jasadnya menuju kesuatu tempat.

Tempat yang sejuk nyaman dan damai. Tanpa menunggu lama sang Resi segera bangkit berdiri.

Kemudian tanpa menoleh-noleh lagi dia berkelebat tinggalkan tempat itu.

*****

Dalam sebuah ruangan yang diterangi cahaya serba biru. Kakek bertubuh tinggi berpakaian putih itu duduk bersila sambil sandarkan punggungnya pada dinding ruangan batu.
Sekujur tubuh si kakek yang bukan lain adalah Ki Jangkung Reksa Menggala terus menggigil. Wajah pucat kedinginan.

Selama beberapa hari Ki Jangkung disekap diruangan yang luar biasa dingin. Untuk menjaga agar tidak mati kedinginan,si kakek memang terus menerus kerahkan tenaga dalam berhawa panas yang dapat melindungi tubuhnya dari kebekuan.

Tapi pengerahan tenaga dalam yang berlangsung secara terus menerus membuat hampir semua kekuatan yang dimiliki Ki Jangkung terkuras.

Apalagi selama itu dia tidak diberi makan dan minum. Akibatnya daya tahan Ki Jangkung tambah lemah. Ki Jangkung Reksa Menggala perah beberapa kali mengamuk berusaha menjebol pintu dan dinding ruangan. Banyak pukulan sakti dilepaskannya namun sampai napasnya mau putus dan tenaga luar dalam terkuras habis upayanya hanya sia-sia.

"Ratu Buaya Putih, Bidadari Selaka Merah. Siapapun setan betina itu memang perempuan yang tidak punya hati dan perasaan. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan. Padahal aku sudah mengatakan tidak tahu dimana tempat berdiamnya puteri Manjangan Putih. Dan juga tidak tahu dimana tempat bertumbuhnya Bunga Anggrek Mayat."

Geram si kakek sambil mengusap wajahnya yang dingin laksana es.

Ki Jangkung Reksa Menggala terdiam sejenak, mata menerawang menatap kosong ke arah dinding tembok yang atos luar Dlasa. Dia lalu berpikir.

"Bunga Anggrek Mayat! Untuk apa Ratu Buaya Putih mencari Bunga Anggrek Mayat? Mungkin saja dia membutuhkan bunga itu untuk suatu kepentingan. Kudengar Bunga Anggrek Mayat memiliki beberapa khasiat luar biasa untuk melenyapkan penyakit. Apakah Ratu siluman itu sedang sakit. Tapi kelihatannya dia dalam keadaan baik-baik saja. Ada rahasia apa...?"

Baru saja Ki Jangkung Reksa Menggala menduga-duga tiba-tiba saja terdengar suara menderu yang disusul dengan terbukanya pintu ruangan.

Menatap ke arah pintu. Ki Jangkung melihat dua dari lima Penjaga Terpilih yang pernah menangkapnya berdiri tegak dengan sikap angker.

Yang membuat Ki Jangkung merasa heran.

Ketika bertemu dengan kedua penjaga itu pada malam sebelumnya tubuh mereka dipenuhi sisik gelap kecoklatan.

Tapi yang dilihatnya kali ini lain kedua penjaga tersebut sekujur tubuh dan pakaian yang melekat ditubuh mereka berubah hijau ditumbuhi lumut tebal.

Segera saja Ki Jangkung ingat dengan kakek yang hendak menolongnya.

Kakek aneh bertubuh lumutan itukah yang membuat mereka menjadi seperti itu.

Belum sempat Ki Jangkung ajukan pertanyaan.

Tiba-tiba salah seorang diantara mereka membentak

"Orang tua bernama Ki Jangkung Reksa Menggala. Ternyata daya tahanmu luar biasa. Seharusnya kau sudah mati membeku dalam ruangan ini. Sekarang sebaiknya kau berdirilah ratu kami siluman buaya putih ingin bertemu."

Ucapan pengawal itu disambut oleh sang teman dengan berkata.

"Kau beruntung kakek jangkung. Gusti ratu berkenan membiarkanmu hidup lebih lama. Jika tidak ada sesuatu yang ingin diketahuinya darimu,jangan harap kau masih bisa bernapas sampai hari ini!"

Ki Jangkung Reksa Menggala sunggingkan senyum sambil pencongkan bibirnya.

Tanpa menghiraukan ucapan kedua penjaga itu sebaliknya dia membuka mulut

"Hidup mati bukan ditentukan oleh satu mahluk pun. Aku juga tidak bakal mati ditangan bidadari kesasar seperti ratumu itu. Dan kalian berdua agaknya mempunyai peruntungan yang jauh lebih buruk dariku. Aku tahu kalian tentunya telah mendapat hadiah dari kakek bernama Ki Lumut itu.Buktinya tubuh kalian berubah menjadi hijau lumutan, Ha ha ha!"

Mendengar ucapan Ki Jangkung wajah kedua penjaga berubah kelam menghijau.

Dengan geram salah seorang diantaranya melompat maju,tangan terjulur menderu ke wajah si kakek.

Tak menyangka mendapat serangan, Ki Jangkung yang tengah mengumbar tawa tidak sempat menghindar

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi si kakek membuat tubuh orang tua itu tergetar namun tidak terasa sakit sedikitpun.

Ketika penjaga lanjutkan serangan dengan tendangan. Ki Jangkung dengan geram sambut serangan itu dengan sikunya.

Duuk!

Siku dan kaki beradu keras.

Penjaga itu terdorong mundur sekaligus keluarkan seruan kaget. Di tempat duduknya Ki Jangkung menyeringai sambil mengusap janggut putihnya, Penjaga yang penasaran hendak merangsak maju,namun temannya yang berdiri di depan pintu gelengkan kepala sambil goyangkan jari telunjuknya.

"Hentikan. Kita hanya diperintahkan menjemput,tidak untuk menyakiti atau melukai...!"

"Tapi Rengga Wiluya,kakek ini memang harus diberi pelajaran. Gara-gara temannya si kakek lumutan itu,tiga sahabat kita menemui ajal dimangsa lumut yang tumbuh ditubuh mereka. Bukan tidak mungkin kita juga akan mengalami nasib sial seperti mereka."

Sahut pengawal itu.

"Jangan takut. Kita tak akan mati karena kita telah memakan buah Simalaka. Menurut ratu buah itu dapat menangkal lumut beracun ditubuh kita."

Jawab Rengga Wiluya tenang. Mendengar ucapan kedua penjaga Ki Jangkung Reksa Menggala jadi tahu lumut yang tumbuh ditubuh mereka adalah lumut beracun.

"Ki Lumut bukan manusia sembarangan. Walau tidak mampus saat ini kelak kalian juga pasti bakal menemui ajal ditangannya."

Ejek Ki Jangkung Reksa Menggala. Rengga Wiluya tidak menanggapi.

Sebaliknya dia malah acungkan lima jemari tangannya ke arah Ki Jangkung. Secepat kilat menyambar dari lima jemari tangan Rengga Wiluya membersit lima larik cahaya putih menebar asap menyerupai kabut.

Lima cahaya itu lalu menggulung tubuh si kakek. Walau Ki Jangkung telah berusaha selamatkan diri dengan bergulingan ke samping, namun karena tubuhnya lemah maka gerakan yang dilakukan si kakek menjadi lamban.
Tes!

Treet!

Lima cahaya putih berputar menggulung tubuhnya. Si kakek menjerit. Badannya terasa seperti dilibat oleh ular besar yang tidak terlihat wujudnya. Ki Jangkung meronta sambil mengerahkan tenaga dalam. Si kakek diam-diam menjadi kaget sebab serangan cahaya itu ternyata tidak hanya membuat tubuhnya sulit bergerak,namun juga membuat tenaga dalamnya hilang lenyap.

"Astaga! Penjaga itu ternyata memiliki kesaktian tidak berada dibawahku. Dia bahkan sanggup melenyapkan tenaga saktiku!"

Batin Ki Jangkung Reksa kaget. Tentu saja Ki Jangkung tidak tahu bahwa Rengga Wiluya sanggup melakukan semua itu,karena ratu Siluman telah membekalinya dengan ilmu ajian Pelumpuh Ilmu Pelenyap Daya.

Walau ilmu ajian itu tidak mengakibatkan kematian atau cidera pada korbannya.

Namun yang terkena pengaruh ilmu ajian Pelumpuh Ilmu Pelenyap Daya tidak akan mampu menggunakan tenaga dan kesaktian yang dimilikinya selama tiga purnama.

Ki Jangkung Reksa Menggala akhirnya jatuh terkulai, Melihat si kakek tidak berdaya. Rengga Wiluya dan Jumeneng segera datang menghampiri.

Tanpa banyak bicara kedua orang ini kemudian menggotong Ki Jangkung dan membawanya keluar dari ruangan penyekap.

"Mahluk-mahluk bersisik,hendak kalian bawa kemana diriku ini?"

Teriak Ki Jangkung ketika mendapati dirinya dibawa berputar-putar menelusuri lorong panjang berbau amis dan lembab.

"Tutup mulutmu! Kami akan membawamu ke neraka perut bumi!"

Jawab Jumeneng yang masih memendam rasa geram pada Ki Jangkung.

Bukannya takut,si kakek malah tertawa tergelak-gelak

"Bagus. Bawalah aku ke neraka manapun yang kalian suka asalkan jangan kalian masukkan aku kedalam perut busuk nenek moyangmu! Ha ha ha!"

Buuk!

Bukan jawaban yang didapat Ki Jangkung melainkan sebuah jotosan keras yang mendera bagian rusuk sebelah kirinya.

Yang menjotos kakek itu tak lain adalah Jumeneng.

Ki Jangkung yang dalam keadaan tidak berdaya hanya sanggup keluarkan suara erangan menahan sakit karena dadanya seperti mau meledak. Tidak terima diperlakukan seperti itu.

Sekali lagi Ki Jangkung mendamprat.

"Mahluk jahanam! Semoga kalian terkutuk selamanya!"

Geram si kakek dengan napas tersengal. Mendengar caci maki si kakek Jumeneng kembali hendak menghajar,namun dicegah oleh Rengga Wiluya dengan berkata,

"Biarkan saja tua bangka ini mengoceh sesukanya. Jika gusti ratu menganggapnya tidak berguna lagi kematian pasti segera menjemputnya."

Jumeneng hanya mendengus mendengar ucapan sahabatnya.

Sementara itu masih ditempat yang sama namun dalam ruangan lain yang dikenal dengan nama Ruang Kesempurnaan Pengabdian.

Seorang gadis cantik berpakaian putih tipis berambut panjang dengan mahkota berlambang buaya diatas kepala duduk tenang diatas sebuah singgasana batu pualam berukir buaya besar.

Tidak jauh didepan sang ratu duduk dalam keadaan berlutut seorang laki-laki berpakaian hitam berusia sekitar lima puluh tahun.

Laki-laki tua ini berbelangkon hitam bernama Ki Demang Sapu Lengga.

Dia yang sejak tadi berlutut dilantai putih yang dingin itu, tiba-tiba memberanikan diri mengangkat wajah sekaligus tatap sang ratu yang duduk diatas singgasana kebesaran.

"Gusti Ratu...."

Berkata Ki Demang sambil rangkapkan kedua tangan di depan dada.

"Sudah dua hari saya berada diistanamu yang megah ini. Sebagai tamu, gusti belum memberi tahu kepentingan apa yang membuat gusti ratu mengundang saya ke sini. Mohon maaf dan kebijaksanaan ratu. Saya sangat sibuk di kadipaten. Dengan segala hormat saya harap gusti menyampaikan maksud gusti sekarang juga!"

Setelah berkata demikian Ki Demang Sapu Lengga turunkan dua tangan dan tundukkan kepala.

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jauh di dalam hati orang tua ini berujar.

"Ratu Siluman Buaya Putih. Yang aslinya adalah seorang bidadar? yang diusir dari dewa kayangan karena selalu melanggar segala pantangan dan aturan yang berlaku disana. Andai aku bisa mengambil hati, memenuhi segala keinginannya. Tidak tertutup kemungkinan seperti rencanaku semula untuk memperalatnya agar mau membantuku menyingkirkan Perawan Bayangan Rembulan. Gadis pembunuh itu, jangan-jangan memang benar dia bayi yang dulu gagal kubunuh."

Sementara di atas tempat duduknya yang nyaman, sang ratu tersenyum aneh setelah mendengar ucapan Ki Demang Sapu Lengga.

Tanpa beranjak dari tempatnya namun dengan tatapan tajam, sang ratu dari sekalian para buaya tiba-tiba membuka mulut.

"Mengapa terburu-buru. Apakah kau benar sangat sibuk ki Demang?"

Walau ucapan sang ratu terdengar aneh di telinga Ki Demang, orang tua ini segera menjawab dengan anggukkan kepala.

"Begitulah kenyataannya, gusti. Apa lagi sekarang ini keamanan kadipaten jadi terganggu dengan terbunuhnya tokoh-tokoh penting golongan putih. Gusti pasti sudah mendengar betapa ganasnya Perawan Bayangan Rembulan."

Jelas Ki Demang dengan suara lirih namun jelas. Walau mendengar semua ucapan Ki Demang Sapu Lengga dan ratu buaya mengetahui serentetan peristiwa besar yang melanda dunia persilatan.

Namun gadis ini tidak menghiraukannya. Sebaliknya sambil tersenyum mengejek ratu siluman buaya putih berujar.

"Ki Demang Sapu Lengga, menurut pengakuanmu kau adalah manusia yang sangat sibuk luar biasa. Apakah kesibukanmu melebihi penguasa besar di sebuah negeri? Apakah dirimu orang penting sehingga banyak orang membutuhkanmu. Dan aku membawamu kesini meminta izin pada adipati Cakra Abiyasa apakah juga suatu kehormatan besar bagiku. Tidak! Dimataku kau bukanlah tamu besar. Kau Cuma manusia gila yang yang telah menimbulkan berbagai masalah. Aku tahu siapa dirimu Ki Demang. Aku telah mengetahui sepak terjangmu sejak lama. Hi hi hi!"

Ucapan sang ratu yang tidak terduga itu tentu saja membuat Ki Demang tak kuasa menutupi rasa kagetnya.

"Gusti ratu, apa maksud gusti. Kalau saya tidak dipandang sebagai tamu yang dihormati, lalu gusti memandang seperti apa?"

Tanya orang tua itu dengan hati berdebar diliputi perasaan was-was.

Ratu buaya kembali mengumbar tawa bergelak membuat Ki demang yang sedari tadi kerap tundukkan kepala jadi menatap ke arahnya dengan pandangan tidak mengerti.

"Ki Demang, ketahuilah aku menculikmu secara baik-baik. Aku minta izin pada adipati untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak perlu. Kini kau menjadi tawananku. Sebagai tawanan aku bisa memperlakukan dirimu sesuka hati, termasuk juga membunuhmu!"

Penjelasan ratu buaya putih itu bagi Ki Demang tidak ubahnya seperti tamparan keras yang menghantam wajahnya.

Sebagai manusia yang telah puluhan kali menaklukan wanita baik secara terang-terangan maupun melalui jalan halus.

Ki Demang tentu tidak bisa menerima dirinya diperlakukan seperti itu.Kemarahan membuatnya jadi melupakan tujuan.

Harga diri tidak rela dipermalukan menjadikan Ki Demang mengabaikan muslihat dan rencana yang disusunnya semenjak dijemput oleh sang ratu.

Dengan wajah merah kelam dan suara tertahan laki-laki itu bangkit berdiri.

"Gusti ratu. Jika saya diperlakukan seperti tawanan dan tidak lagi dipandang sebagai tamu yang dihormati, maka saya lebih memilih untuk angkat kaki tinggalkan tempat ini."

"Oh begitu? Bagaimana kau bisa keluar dari singgasana dibawah sungai Gropak ini? Setiap jalan penuh rahasia dan setiap pintu diliputi misteri. Segala rahasia kuncinya ada ditanganku. Dan kau tidak akan bisa pergi kemanapun, Ki Demang!"

Tegas Ratu Buaya Putih.

"Bidadari Gila, mahluk siluman! Ternyata kau seorang pengecut. Nama besarmu sangat ditakuti, kau sama sekali tidak ada harganya dimataku!"

Teriak Ki Demang Sapu Lengga dengan tubuh menggigil rahang bergemeletukkan menahan amarah.

Mendapat caci maki begitu rupa, gadis jelita bergaun putih itu ternyata tetap tenang.

Malah kemudian dengan bibir mengurai senyum dia menjawab,

"Orang tua. Tidakkah kau menyadari segala petaka yang terjadi di rimba persilatan sebenarnya kaulah yang menjadi biang penyebabnya? Saat ini kau sendiri sesungguhnya takut dengan bayang-bayang perbuatan masa lalumu. Kekejian dan segala kejahatanmu catatannya ada padaku, Mengingat kehidupanmu di masa lalu, masih pantaskah bagiku untuk menempatkanmu sebagai tamu yang kuhormati?"

Pertanyaan juga ucapan ratu buaya membuat si kakek terdiam.

Dalam hati dia berkata.

"Bagaimana mungkin ratu siluman itu bisa tahu sepak terjangku dimasa lalu? Padahal satu-satunya orang yang paling tahu kehidupanku yang dulu hanyalah seorang sahabat bernama Ki Jangkung Reksa Menggala.Mungkin Ki Jangkung juga berada dalam tawanan ratu buaya putih lalu Ki Jangkung bercerita tentang dirinya."

Ki Demang berpikir sambil menduga-duga.

Dia harus tahu mengapa ratu buaya membawanya ke tempat itu, memisahkan dirinya dengan orang orang penting dikadipaten.

Padahal selain berniat memburu Perawan Bayangan Rembulan, Ki Demang juga punya hasrat dan cinta terpendam pada Bunga Jelita yang cantik kepala pengawal adipati sekaligus keponakan sang adipati.

"Aku harus mengalah!"

Pikir Ki Demang.

Kemudian dengan suara berubah melunak, orang tua itu ajukan pertanyaan.

"Baiklah, aku siburuk kelakuan tak ingin berbantah-bantahan dengan gusti ratu. Sekarang yang ingin saya ketahui, apa sebenarnya tujuan gusti ratu membawa saya kesini?"

"Manusia ular kadut. Rupanya dia bisa melunak juga. Aku bukan perempuan bodoh yang dapat ditipu."

Pikir ratu buaya.

Hati berkata demikian namun sambil tersenyum dia berkata,

"Ki Demang seperti yang kau katakan aku membawa dirimu ke istanaku dengan satu tujuan. Jika kau mau menunjukan kerja sama yang baik.Kemungkinan besar aku akan memberi imbalan yang layak sebagai balasan.Sebaliknya bila kau membangkang dan tidak mematuhi apa yang aku mau, aku bisa berlaku kejam"

"Katakan apa yang ingin ratu ketahui dari diri saya."

Ratu buaya putih bangkit berdiri dari singgasana kebesaran yang di dudukinya.

Dia kemudian melangkah menghampiri Ki Demang dengan langkah lembut dan lemah gemulai sehingga membuat Ki Demang menahan nafas melihat pinggul indah yang melenggang lenggok dan dada yang putih menyembul bergoyang.

Tiga langkah didepan Ki Demang, ratu siluman hentikan langkah.

Orang tua itu mengendus aroma harum semerbak menebar dari tubuh sang ratu.

Bersikap acuh setelah tatap wajah orang didepannya ratu buaya putih berkata,

"Kau pernah mendengar nama puteri Manjangan Putih atau kau mungkin pernah mendengar bunga langka bernama Bunga Anggrek Mayat?" pertanyaan itu membuat Ki Demang tersentak kaget sambil belalakkan mata.

"Kau terkejut? Berarti kau mengetahui dua hal tadi yang kusebutkan!"

Ucap sang ratu sambil julurkan lidah basahi bibir yang merah tanpa polesan.

"Sa-saya-saya sungguh tidak tahu apa yang ratu maksudkan. Saya... memang mengenal puteri Manjangan Putih. Tapi dia bukan manusia. Dia mahluk alam gaib."

Jawab Ki Demang dengan terbata-bata.

"Jadi kau tidak tahu pula dimana tempat bertumbuhnya Bunga Anggrek Mayat?"

Pancing ratu buaya putih sambil mengulum senyum. Ki Demang tundukkan kepala. Dia tidak berani bertatapan mata dengan gadis didepannya.

"Demang! Jika seorang ratu mengajakmu bicara, jangan coba-coba sembunyikan wajah. Pandanglah aku, apakah wajahku buruk menakutkan?"

Tanya gadis itu.

Ki Demang gelengkan kepala.

"Tidak! Gusti ratu sangat cantik. Saya tidak berani memandang gusti karena takut jatuh hati."

"Tua bangka kurang ajar! Bersikap polos selayaknya dewa padahal dirimu adalah laki-laki bejat. Kau tidak layak bicara seperti itu didepan seorang ratu. Lebih baik jawab, dimanakah tempat tumbuhnya Bunga Anggrek Mayat?"

"Saya tidak tahu."

Sahut Ki Demang Sapu Lengga.

"Pendusta,"

Maki Ratu buaya dalam hati.

"Aku tahu kau bertbohong. Kau tahu tempat dan kapan berkembangnya Bunga Anggrek Mayat. Namun aku melihat kau menyimpan sesuatu, sesuatu yang membuatmu takut."

Ratu siluman itu melangkah maju.

Setelah jarak diantara keduanya terpaut tak lebih dari dua jengkal, gadis ini hentikan langkah.

Berhadap hadapan dalam jarak sedekat itu membuat Ki Demang dengan leluasa dapat melihat kemolekan tubuh gadis cantik tersebut.

Dia juga melihat dada ratu yang bergerak naik turun seiring dengan hela nafasnya.

Aroma harum semerbak membuat darah Ki Demang menggelegak sedangkan jantungnya berdetak lebih keras.

Ki Demang lalu melangkah mundur untuk menghindari timbulnya keinginan buruk yang sewaktu-waktu bisa muncul dari dirinya.

Melihat Ki Demang seperti itu sambil menyeringai ratu buaya berucap,

"Kau suka ya dengan keindahan tubuhku? Hi hi hi. Segalanya bisa diatur asalkan kau mau membantu aku menunjukkan tempat bertumbuhnya Bunga Anggrek Mayat."

"Tidak. Saya tidak tertarik dengan kecantikan gusti ratu. Saya juga tidak tahu dimana Bunga Anggrek Mayat tumbuh."

"Manusia penipu. Hati menyatakan suka mulut menjawab tidak."

Sambil mendamprat begitu tidak terduga ratu buaya putih gerakan tangan kiri.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat dipipi Ki Demang.

Orang tua itu menjerit kesakitan.

Namun hebatnya pipinya tidak terluka, tubuhnya juga tidak jatuh terpelanting.

Dia tetap tegak berdiri tidak ubahnya seonggok batu karang atos.

Ratu buaya putih sendiri diam-diam menjadi kaget.

Tamparannya itu bukanlah tamparan biasa. Jangankan manusia, gajah sekalipun dapat menemul ajal bila terkena ilmu tamparan Selendang Geni.

"Jangan pernah lagi menamparku!"

Geram Ki Demang dengan mata mendelik sambil usap-usap pipinya yang kena tamparan.

Ratu buaya menyeringai dingin

"Bukan cuma menampar, aku juga bisa membuat remuk batok kepalamu!"

Dengus gadis itu

"Berani memperlakukan saya seperti itu lagi,saya sumpah akan melawanmu!"

Kata Ki Demang tidak kalah sengit

"Manusia lancang tidak tahu tingginya gunung. Kau hendak unjuk gigi pamer kekuatan didepanku. Baiklah, ingin kulihat apakah kau layak menjadi orang yang harus kuhormati!"
Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Sambil berkata demikian ratu buaya putih memutar tubuh lalu kibaskan tangan kesegenap penjuru ruangan.

Byar!

Byaar!

Satu keanehan luar biasa tiba-tiba terjadi didepan Ki Demang Sapu Lengga.

Ruangan besar mendadak raib.

Sebagai gantinya Ki Demang dapati dirinya berada disebuah lapangan luas dipenuhi bebatuan dan pasir putih.

Sayup-sayup dikejauhan si kakek juga mendengar suara bergemuruh seperti suara deburan ombak yang menghempas dinding karang dipantai.

"Bagaimana semua ini bisa terjadi? Memangnya aku berada dimana?"

Kata Ki Demang tanpa sadar

"Jangan hiraukan dimana kau berada.Sekarang sudah waktunya untuk memperlihatkan kehebatanmu. Jika kau dapat mengalahkan aku maka akan kuangkat kau sebagai sahabat.Bahkan tidak tertutup kemungkinan kau akan kujadikan suami. Sebaliknya jika kau kalah, hem, rasanya aku bebas memperlakukanmu sekehendak hatiku."

Ucap ratu siluman dingin.

"Gadis sombong! Kau akan segera tahu siapa diriku sebenarnya. Heaa...!"

Ki Demang tutup ucapan sambil lancarkan satu serangan kilat yang dikenal dengan nama Halilintar Melanda Bumi.

Serangan itu bukan hanya mengandalkan kecepatan gerak namun juga disertai pukulan dan tendangan menggeledek yang menghantam dalam waktu bersamaan. Melihat datangnya serangan ganas ini Ratu siluman buaya putih sempat menyeringai.

Namun seringai dibibirnya lenyap seketika begitu dia merasakan datangnya sambaran hawa panas luar biasa disertai dua kekuatan besar melanda secara tindih menindih

"Hmm, boleh juga!"

Sang dara mendengus namun cepat lambungkan diri ke udara.

Satu tendangan dan satu pukulan sakti menghantam tepat dimana sang ratu tadinya berdiri.

Bumm!

Des!

Satu ledakan keras menggema ketika pukulan melanda batu besar dibelakang sang ratu.

Tendangan yang dilancarkan Ki Demang juga tidak mengenai sasaran.

Sadar lawan dapat meloloskan diri Ki Demang menggeram.

Segera dia berbalik lalu dorongkan dua tangannya sekaligus ke atas.

Dua gulungan cahaya merah laksana darah menderu dari telapak tangan Ki Demang.

Kedua cahaya berkiblat serta merta menebar membentuk kabut lalu siap membuntal Ratu buaya putih dari bagian kaki hingga ke ujung kepala.

"Ilmu Kuncup Langit! Huh, siapa takut!"

Teriak sang ratu yang rupanya mengenal ilmu sakti yang dipergunakan Ki Demang.

Walau terkejut tak menyangka lawan mengetahui ilmu andalan yang dipergunakannya.

Namun orang tua itu pantang bersurut langkah.

Dia tetap lanjutkan serangan malah lipat gandakan tenaga dalam yang dimilikinya.

Sang ratu menyadari bahwa pancaran cahaya merah yang menebar menjadi kabut dan sekaligus akan menggulung tubuhnya itu mengandung racun ganas luar biasa.

Jika tidak segera dimusnahkan kabut merah bercahaya itu dapat membuat dirinya celaka.

Tidak menunggu lama dara cantik itu segera lakukan gerakan berputar.

Dua tangan dipentang sekaligus disapukan dengan gerakan menghalau

Wuut!

Rett!

Byaar!

Satu ledakan keras mengguncang kawasan itu.

Sang ratu tergetar.

Tubuh jungkir balik tidak karuan namun masih dapat jatuhkan diri dengan dua kaki menjejak tanah terlebih dahulu.

Tidak jauh didepannya Ki Demang Sapu Lengga yang tadinya berdiri sudah jatuh terpelanting dengan mulut semburkan darah.

Hebatnya walau orang tua ini menderita cidera didalam dan tubuh di bagian luar terasa panas meleleh seperti dibakar, namun dengan cepatnya dia dapat berdiri tegak lagi.

Dengan wajah pucat dan seka lelehan darah kental dengan punggung tangannya si kakek memandang ke depan.

Melihat lawan tidak kekurangan sesuatu apapun diam-diam dia terkejut.

"Tidak mungkin. Seharusnya dia sudah mampus."

Geram orang tua itu penasaran. Ratu buaya tersenyum,

"Kau boleh memiliki segunung ilmu sakti, Ki Demang.Tapi segala ilmu saktimu jadi tidak berguna selama aku mengetahui penangkalnya. Hik hik!"

"Ratu sialan! Aku belum kalah! Sekarang bersiap-siaplah untuk menemui penjaga neraka!"

Berkata demikian Ki Demang segera alirkan tenaga dalam ke arah kedua tangannya. Secepat kilat dia julurkan tangan kanannya diudara. Sambil berkemak-kemik diapun berter?ak,

"Datanglah! aku membutuhkanmu!"

Traat!

Teriakan Ki Demang seakan bersambut dengan munculnya satu cahaya merah menyilaukan.

Cahaya menderu menghampiri lima jari yang terkembang.

Ketika Ki Demang meraih cahaya itu, cahaya lenyap berubah menjadi sapu berwarna hitam bergagang panjang.

Melihat senjata ditangan Ki Demang, ratu buaya putih tertawa terkekeh.

"Manusia rendah tak punya derajat. Kau memang pantas menjadi tukang sapu dipasar atau dijalanan. Konon kudengar senjatamu itu sangat hebat. Sudah banyak musuhmu yang menjadi korban! "

"Ya dan kau bakal menjadi korban selanjutnya!"

Selesai berucap demikian Ki Demang memutar senjata ditangannya.

Sapu menderu. Cahaya hitam berkiblat disertai suara bergemuruh laksana ribuan lebah mengamuk.

Ki Demang melompat ke depan menyerang lawan dengan tusukan dan kibasan sapu.

Bagian ujung sapu yang dapat lentur seperti bulu dan mengeras laksana kawat baja itu menyambar kebagian wajah lalu bergerak turun siap mencabik bagian tubuh disebelah bawah.

Diserang dengan cara sehebat itu dan berlangsung cepat pula, Ratu siluman buaya putih tetap bersikap tenang.

Dengan mengandalkan jurus-jurus Bidadari Melayang Di Awan yang digabung dengan jurus Buaya Sakti Menembus Pusaran Air gadis ini bergerak kesamping, kaki menendang, dua tangan dengan lemah gemulai bergerak seperti burung kepakkan sayaphya.

Selanjutnya dua tangan melesat ke depan menyongsong datangnya serangan sapu sakti dengan gerakan seperti menyibak.

Sapu ditangan Ki Demang yang tadinya siap menembus melukai sekujur tubuh gadis itu bergetar disertai suara dengung mengerikan.

Kibasan tangan dan tendangan yang dilakukan lawan membuat arah sapu berbelok menghantam tempat kosong.

Byaar!

Sapu sakti menghantam batu besar disamping ratu buaya.

Ki Demang terhuyung ke depan terdorong tenaganya sendiri, Dengan menggunakan siku kanan ratu buaya hantam punggung orang tua itu

Buuk!

Hantaman keras membuat Ki Demang tersungkur.

Wajahnya dipenuhi luka mengucurkan darah akibat mencium tanah.

Tapi tanpa mengeluh dia masih sanggup balikkan badan.

Ketika melihat lawan melayang ke arahnya siap lakukan totokan yang melumpuhkan, Ki Demang sambar sapu yang tergeletak disampingnya.

Sapu dikibaskan keatas dari kiri ke kanan dengan gerakan membabat.

Angin luar biasa dingin menyambar bagian perut sang ratu membuat gadis ini segera batalkan serangan sekaligus lakukan gerakan jungkir balik kebelakang.

Walau ratu buaya putih luput dari tebasan ratusan ujung sapu, namun gaun putih dibagian bawah tepat diatas pusar kena sehingga robek besar.

Setelah jejakan diri dengan wajah pucat, ratu siluman menjadi sangat marah ketika melihat gaun kesayangannya menjadi rusak

"Tua bangka edan! Lebih baik kau lukai diriku dari pada kau rusak gaunku yang langka ini."

Geram gadis itu sambil menatap garang ke arah Ki Demang.

Penuh rasa percaya diri, KI Demang Sapu Lengga bangkit berdiri.

Dia tersenyum lalu senjatanya dilintangkan di depan dada.

"Sebentar lagi bukan cuma gaunmu yang robek, juga mulut dan wajah angkuhmu itu. Ha ha ha! Kau akan bertekuk lutut dan rela melakukan apapun sesuai keinginanku. Dan tidak ada keinginan yang lebih besar dalam hatiku ini selain tidur bersamamu!"

Kata Ki Demang.

Dia sama sekali tidak sadar ucapannya itu menunjukkan sifat aslinya. Ratu siluman buaya putih tersenyum

"Ucapanmu itu akan membuatmu menyesal seumur hidup. Aku sudah tidak sabar sekaligus ingin melihat apa yang dapat kau perbuat dengan sapumu itu?"

Dengus Ratu siluman buaya dengan wajah kelam tenang.

Inilah yang ditunggu oleh Ki Demang.

Sikap orang yang memandang enteng biasanya bisa menjadi bumerang bagi orang itu sendiri.

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil komat-kamit merapal mantra aji Pamungkas, Ki Demang salurkan seluruh tenaga dalam yang dia miliki ke sapu ditangan dan juga kedua kakinya.

Sapu hitam memancarkan cahaya angker. Kedua kaki yang teraliri tenaga dalam menggeletar sehingga tanah yang dipijaknya mengepulkan asap.

Sekejap sapu dikembang, Ki Demang bergerak. Tubuh orang tua itu mendadak lenyap berubah menjadi bayang-bayang.

Sekejab kemudian ratu siluman buaya putih melihat benda seperti kipas berkilat yang diiringi tendangan menggeledek melabrak lehernya. Kagum melihat kecepatan lawan bergerak.

Satu jotosan menyerangnya, tidak membuat gadis ini berlaku lengah.

Ratu buaya putih bersiaga melindungi diri dengan ilmu Siluman Bercermin Sakti, dia segera tekuk kaki kanan dan tarik kaki ke belakang.

Bersamaan dengan itu sang ratu memutar tubuh, tangan didorong ke arah sapu, jotosan juga tendangan lawannya.

Wuus!

Segulung hawa aneh tidak terlihat menderu, berubah menjadi tameng tak terlihat yang melindungi sang ratu dari kepala hingga ke kaki.

Tiga serangan ganas datang melabrak sang ratu, namun Ki Demang dibuat terkesima.

Semua serangannya tepat mengenai sasaran tetapi herannya tidak dapat menerobos hawa aneh yang melindungi sang Ratu.

Marah bercampur heran, Ki Demang lipat gandakan tenaga dalamnya pada sapu sakti sehingga senjata itu membersitkan cahaya hitam berkilau menggidikkan.

Sambil memusatkan perhatian kebagian tubuh lawan ratusan ujung sapu yang berubah kaku laksana baja dia tusukkan ke arah perut sang ratu.

Craak!

Tak sampai seujung kuku sapu menyentuh sasaran, Ki Demang mendengar suara berdentring keras.

Sapu sakti seperti membentur tembok yang tidak terlihat

"Tidak mungkin!"

Teriak KI Demang ketika menyadari lawan tak dapat dilukai. Penasaran dia campakkan sapu ditangannya lalu kembali menghantam lawan dengan ilmu pukulan Karang Penggempur Cadas Lintang.

Di rimba persilatan ilmu pukulan yang dimiliki Ki Demang ini adalah salah satu ilmu paling ganas yang sangat ditakuti oleh lawan dan disegani oleh kawan kawannya.

Tapi ketika dua pukulan melabrak ke depan.

Ki Demang hanya sanggup membuat perisai yang melindungi ratu siluman buaya putih berpijar.

Selagi Ki Demang dibuat tercekat.

Kesempatan itu dipergunakan oleh Ratu buaya lancarkan totokan ke bagian tengkuknya. Dan ketika Ki Demang melihat jemari tangan yang lembut berkelebat menyambar.

Orang ini segera jatuhkan diri.

Sayang gerakan penyelamatan yang dilakukan Ki Demang kalah cepat dengan datangnya totokan lawan.

Orang tua itupun kemudian ambruk tidak berkutik.

Tubuhnya menyentuh tanah.

Kepalanya mendadak terasa menjadi berat dan panas sekali.

Mata mendelik, mulut hendak mengucapkan sesuatu namun tidak sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

"Tua bangka tolol! Punya ilmu baru semata kaki saja sudah berani jual lagak didepanku! Sekarang rasakan... Bila dibiarkan maka totokanku itu bisa membuat kepalamu meledak, karena seluruh darah ditubuhmu mengalir ke kepala. Tapi aku masih berbaik hati sebab aku akan mempertemukanmu dengan sobat lamamu! Hi hi hi!"

Ki Demang terkejut. Dia hendak bertanya siapa sahabat yang dimaksudkan oleh sang ratu. Namun lidahnya terasa kelu dan kepala semakin terasa panas hingga membuat Ki Demang tambah tidak berdaya.
Ratu siluman buaya putih jentikkan tangan ke udara. Tiba-tiba hamparan tanah luas raib berganti dengan ruangan tempat dimana singgasana ratu buaya putih berada.

Walau terkejut melihat perubahan ini Ki Demang hanya sanggup mengerang.



*****


Dibalik gerbang alam gaib, malam terasa lebih panjang. Udara menjadi sangat dingin dan butiran embun bagai rintik hujan berjatuhan dari langit.

Dalam suasana sedemikian rupa Sang Maha Sakti Raja Gendeng 313 yang saat itu berada ditengah hamparan tanah luas yang dipenuhi nisan nisan dan pepohonan besar, layangkan pandang ke segenap penjuru arah.
Tidak ada satupun mahluk yang muncul setelah guncangan dan suara raungan menggetarkan tempat tersebut. Bahkan gadis yang terikat dalam tiang pancang dengan pakaian hancur tidak karuan dan tubuh dipenuhi bilur-bilur luka seperti bekas cambukan tiba-tiba raib.

"Aneh! Aku tidak sedang bermimpi. Jelas tadi aku mendengar suara teriakan dan lolongan, Aku juga melihat gadis itu. Dia terpasung dalam kesengsaraan. Mengapa gadis itu hilang bersama lenyapnya suara-suara aneh!"

Membatin Raja.

Selagi murid Ki Panaraan Jagad Biru dan Nini Balang Kudu dari Istana Es itu bicara sendiri, tibatiba terdengar suara mengiang dari jiwa dalam hulu pedang.

"Gusti, apa yang gusti pikirkan?"

"Gadis itu? Mengapa tiba-tiba saja dia lenyap? Apa benar yang kulihat tadi cuma bayangan saja?"

Kata Raja setengah bertanya.

"Tidak gusti. Gadis itu nyata adanya. Dia berada dalam perlindungan alam gaib dibawah kekuasaan mahluk jahat. Mahluk yang selama ini merawat, membesarkan dan memberinya berbagai ilmu aneh. Malam hampir pagi gusti. Siang hari dia tidak akan munculkan diri di dunia kehidupan manusia. Tapi... munculnya bulan dilangit masih akan terus berlanjut hingga tujuh hari ke depan. Dan dia akan terus membunuh jika tidak ditolong."

Bisik Jiwa Pedang yang diam-diam tanpa sepengetahuan dan perintah Raja Gendeng 313 telah melakukan penyelidikan.

Mendengar penjelasan sahabatnya kening Raja berkerut, mata melirik ke belakang ke arah pedang tergantung dipunggungnya.

"Mengapa aku harus menolong seorang pembunuh? Menolongnya dari apa?"

Tanya pemuda itu dengan heran.

"Menolong membebaskannya dari cengkeraman kuasa jahat juga melepaskan jiwanya dari pengaruh gelap Topeng Pemasung Jiwa"

Kata satu suara perempuan.

"Siapa yang bicara? Mengapa suaranya serak seperti orang yang baru menelan kodok.?"

"Saya gusti. Saya Sinta..."

"Cinta? Mahluk alam gaib dari mana?"

Tanya Raja curiga.

Terdengar suara mengikik, lalu disusul ucapan.

"Bukan cinta gusti. Saya Sinta Dewi, tapi cukup panggil Sinta atau Dewi saja. Saya adalah jiwa perempuan. Masa paduka lupa yah..."

"Hem... ternyata mahluk roh seperti kamu mempunyai nama, Mengapa suaramu berubah dan mengapa baru sekarang memperkenalkan namamu padaku?"

"Maaf gusti, suara saya berubah karena suasana disini yang tidak menyenangkan. Adapun tentang nama, terus terang sebelumnya saya takut nama saya diketahui orang banyak. Saya tidak ingin orang yang mencari saya menemukan keberadaan saya. Harap dimaafkan dan saya berharap gusti juga memaklumi kealpaan saya."

Kata Sinta yang sebelumnya oleh Raja selalu dipanggil Jiwa Perempuan.

Sambil menghela nafas, Raja berkata.

"Tentang masa lalumu, kelak bila ada kesempatan aku ingin mendengarnya. Aku juga penasaran siapa sebenarnya manusia sakti yang membuatmu takut dan memperlakukan dirimu dengan tidak pantas."

"Terima kasih atas simpati dan perhatian gusti. Tapi gusti tidak jatuh cinta pada saya kan?"

Kata Sinta sambil menahan tawa.

Raja menyeringai.

Belum sempat dia menjawab, Jiwa Pedang tiba tiba menyela.

"Perempuan genit kurang ajar. Masih banyak gadis cantik punya jiwa punya raga. Mereka gadis baik-baik. Mengapa paduka Raja harus jatuh cinta pada mahluk kesasar gentayangan sepertimu!"

"Hik hik hik! Tidak perlu marah. Sebagai mahluk alam roh kau sendiri bisa melihat diriku memang cantik bukan? Aku sering melihatmu kerap meneteskan air liur bila memandangku!"

"Aku bukan meneteskan air liur, aku cuma mau muntah melihatmu.!"

Jawab Jiwa Pedang sengit.

Melihat keadaan semakin runyam, Raja membuka mulut berujar.

"Sudah. Kalian tidak perlu mengungkit kekurangan masing-masing. Sesama mahluk halus kalian harusnya sadar bahwa kita bertiga harus saling melengkapi kekurangan masing-masing. Tiga dalam satu. Satu dalam tiga. Jadi 313 Apakah kalian lupa?"

"Gusti, mohon maafmu. Saya tidak lupa tapi dia yang suka melupakan dan merasa hebat sendiri."

Kata Jiwa Pedang bersungut-sungut

"Ya, tak perlu berkecil hati sahabat Jiwa Pedang. Dia memang hebat, malah ketika kentutpun suaranya lebih hebat dari petir. Ha ha ha!"

Sahut sang pendekar sambil tertawa.

"Ah, paduka. Tak saya sangka gusti pernah mendengar saya buang angin. Saya malu jadinya."

Raja diam tidak menanggapi.

Dia berpikir sejenak dan segera ingat dengan ucapan Sinta.

"Eh, kau. Bukankah tadi kau mengatakan ada kuasa jahat yang mengendalikan diri gadis itu?"

"Memang benar gusti."

Jawab Sinta.

"Memangnya gadis itu siapa?"

"Dia adalah Perawan Bayangan Rembulan. Gadis itu akan terus membunuh orang-orang yang sangat dia benci."

"Hmm, dia lagi? Mengapa tiba-tiba saja dia menghilang, Jiwa Perempuan... eh Sinta!"

Tanya sang pendekar sementara itu tatap matanya Jelalatan menatap liar kesegenap penjuru sudut.

Sinta diam tidak menjawab. Suara menderu tiba tiba memecah keheningan. Lalu terdengar hela nafas berat.

"Dia tidak menghilang. Seseorang yang sudah terbiasa hidup di alam gaib, melenyapkan diri bukanlah sesuatu yang sulit..."

Menerangkan Sinta. Jiwa Pedang tidak mau ketinggalan ikut menambahkan,

"Apalagi Perawan Bayangan Rembulan berada dalam perlindungan mahluk mahluk kegelapan, gusti. Dan mahluk yang selalu menjaganya tidak mau ada manusia seperti gusti mendekati perawan yang menjadi peliharaannya."

"Hm, siapa sebenarnya Perawan Bayangan Rembulan itu?"

Raja Gendeng 23 Misteri Cinta Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanya sang pendekar penasaran.

"Saya tidak begitu mengenalnya gusti."

Jawab Sinta sang jiwa perempuan.

"Bagaimana denganmu Jiwa Pedang?"

Tanya Raja sambil melirik ke belakang.

"Saya tidak tahu banyak tentang gadis itu. Namun menurut apa yang saya dengar, Perawan Bayangan Rembulan aslinya bernama Nila Seroja. Dia adalah yang terlahir dari hubungan gelap alias tidak jelas, remang-remang, samar-samar."

"Mengapa kau mengatakannya demikian? Memangnya siapa orang tua gadis itu?"

Tanya Raja Gendeng 313 diliputi rasa ingin tahu.

"Ibunya adalah perempuan bernama Kunti Seroja, sedangkan ayahnya hingga saat ini masih menjadi tanda tanya. Ada yang mengatakan ayah gadis itu adalah kepala penjaga kademangan orang kepercayaan Ki Demang Sapu Lengga. Dan kepala penjaga itu telah dibunuh oleh Ki Demang karena dianggap telah membuat aib besar di tengah keluarga Ki Demang."

"Apa hubungan Ki Demang dengan perempuan bernama Kunti Seroja itu? Mengapa dan atas alasan apa Ki Demang menghabisi kepala penjaganya?"

"Kunti Seroja adalah adik ipar Ki Demang karena kakak Kunti Seroja yang bernama Rai Cempaka adalah istri dari Ki Demang Sapu Lengga. Ki Demang menghabisi orang kepercayaan bukan tanpa alasan. Menurut kabar kehamilan yang dialami oleh Kunti Seroja terjadi diluar kehendaknya. Ketika seorang laki-laki datang di balik peraduannya, laki-laki itu meniupkan ilmu sesat, ilmu pemikat yang disebut Segala Rindu. Dengan menggunakan ilmu pemikat Segala Rindu, wanita segarang singa sekalipun dapat rasa takluk, bertekuk lutut dan rela menuruti keinginan si pemilik ilmu termasuk juga melakukan hubungan badan...."

"Dan Kunti Seroja mengetahui atau mengenal laki-laki yang mengajaknya bercinta?!"

Potong Raja.

"Tidak gusti. Orang itu memakai topeng. Kehamilan Kunti Seroja membuat geger Katemenggungan dan kabarnya cepat menyebar hingga ke kadipaten Salatigo tempat dimana Ki Demang mengabdikan diri. Merasa dipermalukan Ki Demang kemudian berusaha membongkar misteri dibalik Cinta Hitam itu Dan ketika Ki Demang menemukan topeng aneh yang dikenal dengan nama Topeng Pemasung Jiwa di tempat kediaman kepala penjaga. Orang kepercayaan itupun dihukum gantung."

Terang Jiwa Pedang.

"Katakanlah kepala penjaga kedemangan pelakunya dengan ditemukannya bukti Topeng sakti di rumahnya. Apakah laki-laki itu mempunyai ilmu penakluk hati bernama Segala Rindu?" .

"Mengapa gusti bertanya demikian?"

Kata Jiwa Pedang tidak mengerti.

"Karena ilmu pemikat Segala Rindu bukan ilmu pemikat biasa. Tidak sembarangan orang yang memilikinya. Ilmu seperti itu lebih dahsyat dari ilmu Buluh Perindu. Dan di rimba persilatan hanya beberapa orang saja yang memilikinya."

Ujar Raja terheran-heran.

"Gusti tidak percaya kepala penjaga itu memikat Kunti Seroja lalu mengajaknya melakukan hubungan terkutuk?"

Sinta yang sedari tadi diam mendengarkan kini bertanya pula.

"Bukannya tidak percaya. Aku curiga ada suatu rahasia yang tersembunyi dibalik kehamilan Kunti Seroja. Andai saja aku bisa bertemu dengan perempuan itu mungkin kita bisa mendapatkan penjelasan lebih banyak darinya."

Sahut Raja dengan mata menerawang ke depan.

"Gusti, Kunti Seroja sudah tidak waras lagi sejak melahirkan anaknya. Kegilaannya makin menjadi begitu dia tahu Rai Cempaka bersama Ki Demang membawa bayi yang dilahirkannya ke hutan untuk dibunuh."

Terang Jiwa Pedang.

"Kunti Seroja saat ini pun sudah tewas. Dia dibunuh oleh penjaga Perawan Bayangan Rembulan."

Kata Sinta sang jiwa perempuan.

Sang pendekar tertegun

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

"Hi hi hi. Saya ini mahluk yang suka gentayangan, tidak seperti Jiwa Pedang yang lebih banyak menghabiskan waktu di hulu pedang."

Petualangan Tom Sawyer Karya Mark Twain Joko Sableng 43 Karma Manusia Sesat Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea
^