Pencarian

Pendekar Laknat 10

Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 10


guhnya luka dalam yang diderita Song-Ling itu tak
berapa parah. Adalah karena ia bersedih melihat ibunya
673 tertawan musuh maka sampai membuatnya lemas. Karena
letih, begitu bersemedhi, ia segera terbanam dalam kelelapan.
Tidak demikian dengan Siau-liong. Pikirannya ruwet tak
keruan sehingga sukar untuk memusatkan semangat. Sejam
kemudian baru pikirannya agak tenang dan mulailah ia dapat
menyalurkan hawa murni.
Pada saat Siau-liong dalam alam kehampaan, tiba-tiba
terdengar derap langkah orang. Siau-liong terkejut bangun.
Tampak seorang yang dandanannya amat aneh tengah
meneliti jejak tapak orang dan perlahan-lahan menghampiri
ketempat persembunyiaannya.
Kepala orang itu sebesar kepala kerbau, rambutnya yang
putih terurai sampai kebahu. Tingginya tak kurang dari dua
meter. Jenggotnya yang bercabang lima, menjulai turun
sampai ke perut. Entah berapa usianya. Tetapi wajahnya
masih segar kemerah-merahan. Mengenakan baju serba putih
dan mantel warna kuning telur. Tangannya mencekal
Sebatang tongkat besi.
Seketika teringatlah Siau-liong akan dongeng tentang dewa
Taypek Li Kim-ce yang turun kebumi.... Orang itu tak mirip
dengan manusia dunia.
Sambil menyusur jejak telapak kaki, orang tua aneh itu
memandang kian kemari. Sepasang matanya berkilat-kilat
memancar api, mengandung sinar jahat.
Diam-diam Siau-liong berdebar-debar. Terang yang hendak
dicari orang tua itu tentulah dirinya berdua. Karena masih
hijau dalam dunia persilatan. Tak tahu ia aliran orang tua itu
dan mengapa hendak mencari dirinya.
674 "Siapakah kakek yang mirip setengah dewa setengah setan
itu?" tiba-tiba Song Ling bertanya. Ternyata ia pun sudah
tersadar dari persemedhiannya.
Sambil memandang ke arah kakek aneh yang menghampiri
ke arahnya, Siau-liong menyahut dengan bisik2, "Apakah
tenagamu sudah pulih?"
"Hawa dalam masih belum tenang, tenaga murni belum
pulih tetapi sudah banyak kebaikan?"
Siau-liong sendiri masih payah. Lukanya sudah
disembuhkan Randa Bu-san tetapi luka dalam masih parah.
Jika berhadapan dengan musuh tangguh. tentu belum mampu
menandingi. Saat itu si kakek aneh sudah keluar dari hutan dan tengah
menyiak-nyiak semak rumput yang dilaluinya. Pelahan-lahan
makin mendekati. Dan beberapa jenak kemudian sudah tiba
dua tombak dimuka tempat Siau-liong.
Karena merasa tak mungkin dapat bersembunyi lagi, Siauliong
memberi isyarat kepada Song Ling lalu berbangkit.
Rupanya kakek aneh itu terkejut sehingga menyurut
mundur dua langkah. Matanya berkeliaran memandang Siauliong.
"Masuk ke dalam gua rahasia dan mendapat kitab pusaka
Thian-kong-sin-kang, tentulah engkau, bukan?" tiba-tiba kakek
aneh itu bertanya.
Siau-liong terkesiap. Ia merasa belum pernah bertemu
dengan kakek itu, mengapa sudah mengenal dirinya dan
bahkan tahu tentang kitab pusaka itu.
675 Seketika ia menyahut dengan nada tidak menyangkal pun
tidak mengakui "Entah siapakah lo-cianpwe ini" Mengapa tahu
orang yang masuk ke dalam gua rahasia dau mengambil kitab
pusaka Thian-kong sin-kang?"
Mata kakek itu berkilat lalu tertawa gelak2, "Mataku belum
buta, sudah tentu takkan salah lihat!"
Heran Siau-liong makin menjadi-jadi. Ia tak tak tahu
dengan tujuan apakah kakek aneh itu mencarinya" Sesaat ia
tak dapat mencari akal untuk menghadapinya.
Beberapa jenak kemudian baru ia berkata, "Ucapan locianpwe
itu sungguh mengherankan sekali. Aku baru kenal
saja dengan lo-cianpwe. Dengan dasar apa lo-cianpwe...."
"Ilmu petanganku tak pernah meleset!" tukas kakek itu.
Siau-liong tertawa, "Ah, kiranya lo-cianpwe mengetahui
peristiwa itu dari ilmu petangan".
Walaupun mengatakan begitu, tetapi diam-diam hati Siauliong
tergetar juga. Semula ia memang tak percaya ilmu
meramal dan segala ilmu mistik. Tetapi sejak peristiwa Randa
Bu-san itu, pandangannya pun agak berubah. Dan kali ini
berhadapan lagi dengan seorang kakek ahli nujum, mau tak
mau ia harus menaruh sedikit kepercayaan juga.
"Setelah kuhitung sampai beberapa kali, barulah aku
bergegas-gegas datang kemari!" kata kakek itu pula.
Kepercayaan Siau-liong makin tumbuh, tanyanya "Entah
apa maksud lo-cianpwa hendak mencariku?"
Kakek aneh itu gelengkan kepala menghela napas, "Karena
sembrono maka sampai menimbulkan kesalahan besar.
676 Sekalipun telah kuusahakan untuk menolong, mungkin tetap
tak dapat terhindar dari kutukan. Kehancuran sukar
kembali...."
Siau-liong tercengang.
"Lo-cianpwe meresahkan soal apa saja" Jika menghendaki
tenagaku, silahkan memberi pesan. Aku tentu akan berusaha
sekuat tenaga...."
Berkata sampai disitu, tiba-tiba Siau-liong berhenti karena
teringat akan keadaan dirinya saat itu. Ia masih terluka dalam.
Sedang tongkat besi dari kakek itu sebesar telur itik. Tentulah
beratnya tak kurang dari 200 kati. Tetapi kakek itu dapat
memegang seenaknya saja. Jelas tentu seorang yang memiliki
ilmu yang sakti. Apalagi seorang ahli nujum yang lihay.
Masakan kakek itu memerlukan bantuannya lagi".
Tetapi diluar dugaan kakek itu mengangguk; "Memang
sebaiknya begitulah...." ia berkeliaran memandang keempat
penjuru, ujarnya, "Tempat ini tak leluasa untuk bicara.
Silahkan kalian ikut kebiara sana!"
Habis berkata tanpa menunggu Siau-liong setuju atau
tidak, ia terus berputar tubuh dan melangkah ke arah biara.
Siau-liong kerutkan alis lalu bertukar pandang dengan Song
Ling. Sesaat ia merasa bersangsi.
Tetapi entah bagaimana, baik sikap dan nada ucapan kakek
tua itu, mempunyai daya tarik yang kuat dan berwibawa
sehingga Siau-liong tak dapat menolak lagi.
Akhirnya ia mengajak Song Ling; "Kita...."
"Terserah engkau...." tukas si dara.
677 Kakek aneh itu berjalan pelahan sekali, tanpa berpaling ke
belakang. Seolah-olah yakin kalau kedua anak muda itu tentu
akan mengikutinya.
Tak berapa lama, tibalah mereka di biara. Menilik
bangunannya, tentulah dahulu biara itu sebuah tempat
pemujaan yang megah. Tetapi kini sudah rusak dan tak
terawat. Dindingnya rubuh dan gempal, halaman penuh
ditumbuhi rumput dan pintunya bertimbun sarang gelagasi.
Papan nama yang sudah rusak dan lecet tulisannya itu
masih dapat terbaca, Ternyata biara itu memakai nama Sam
goan-kiong. Kakek tua itu berhenti dimuka pintu. Setelah Siau-liong dan
Song Ling tiba, barulah ia melangkah masuk. Memang besar
sekali bangunan biara itu. Pohon siong yang tumbuh
dihalaman biara itu tinggi sekali. Tentulah sudah berumur
ratusan tahun. Daunnya yang lebat, menimbulkan suasana
yang menyeramkan juga.
Siau-liong bergandengan tangan dengan Song Ling
mengikuti kakek aneh yang melangkah keruang besar.
Ternyata dalam ruangan besar itu masih mengepul asap
wangi. Walaupun juga rusak tetapi keadaan ruangan itu masih
cukup lumayan. Ditengah ruang terdapat patung dewa Thay
Siang Lokun dan Goan Si Thian-cun. Tetapi sudah rusak
keadaannya. Tikus dan kelelawar bersarang pada lubang2
patung itu. Meja sembahyang rupanya telah dibersihkan. diberi
penerangan lilin, sebuah area kecil. Tempat pedupaan masih
mengepul asap. 678 Begitu masuk, lebih dulu kakek aneh itu meletakkan
tongkat besinya pada sudut dinding lalu berlutut dihadapan
meja sembahyangan dan memberi hormat sampai empat kali.
Setelah itu ia bangun dan berkata, "Inilah area dari Tio Samhong
cousu, lekas haturkan hormat!"
Mendengar itu Siau-liong terkejut dan tanpa disadari ia
menarik tangan Song Ling diajak berlutut memberi hormat.
Setelah itu, barulah Siau-liong menjurah dihadapan kakek
aneh dan berkata, "Petunjuk apakah yang hendak lo-cianpwe
berikan kepadaku?"
Sejenak keliarkan mata berkatalah kakek itu dengan nada
sarat, "Dihadapan area Tio Sam-hong cousu, kalian tak boleh
omong sepatah kata yang bohong...."
"Aku tak pernah berdusta. Tetapi adakah lo-cianpwe ini....
bangsa manusia atau dewa" Mohon lo-cianpwe suka
memberitahukan nama lo-cianpwe yang mulia?"
Kakek aneh itu tersenyum, "Aku mendapat tugas untuk
menjaga tempat penyimpanan kitab pusaka peninggalan Tio
Sam-hong cousu...." Ia menghela napas lalu berkata pula,
"Pada waktu itu kebetulan aku keluar sehingga terjadi
kesalahan besar itu!"
Siau-liong tertegun memandang kakek itu. Tak pernah
disangkanya bahwa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang,
ternyata ada penjaganya.
Timbul keheranannya. Tio Sam-hong sudah hampir seribu
tahun meninggal dunia. Setua-tua kakek itu, paling banyak
hanya berusia 100 tahun lebih. Lalu siapakah yang
memerintah dia menjaga kitab pusaka itu"
679 Gua rahasia penyimpanan kitab pusaka itu, tiada pintunya
sama sekali. Dahulu karena tak sengaja membobol dinding,
maka dapatlah ia masuk ke dalam ruang rahasia itu. Sedang
kakek itu tinggal diluar. Bagaimana ia dapat keluar masuk ke
dalam ruang itu" Dan lagi pada lembar pertama dari kitab itu
jelas tertera kata2.... dua orang masuk keruang ini, hanya
seorang yang berjodoh...."
Kata2 itu seperti diperuntukan ia dan Mawar Putih yang
sama2 masuk ke dalam ruang itu. Jika kakek itu benar-benar
seorang ahli nujum yang lihay, mengapa tahu bahwa pada
hari itu akan ada orang yang masuk ke dalam ruang rahasia,
dia malah bepergian keluar"
Siau-liong mulai meragu tetapi ia tak berani tak
mempercayai kakek aneh itu. Buktinya, belum Pernah sama
sekali ia bertemu dengan si kakek tetapi mengapa dia tahu
bahwa ia telah masuk ke dalam ruang penyimpanan kitab
pusaka dan mengambil kitab Thian-kong-sin-kang!
Dan yang mengherankan. Pada saat ia masuk ke dalam
ruang tempat kitab itu, ia sedang menyamar sebagai Pendekar
Laknat. Ah, kalau kakek itu tak mengerti ilmu petangan, tak
mungkin dapat mengetataui gerak geriknya.
Tiba-tiba kakek itu tertawa pelahan, "Sudah tentu engkau
curiga. Tetapi ketahuilah, sekalipun Tio Sam-hong sendiri
masih hidup, beliau pun tentu tak luput dari kelengahan.
Aku...." Kembali ia menghela napas. ujarnya, " Ya,
kesalahanku yang besar itu, memang tak dapat ditebus lagi.
Sudah 21 leluhurku yang turun menurun bertugas menjaga
kitab pusaka itu. Tak nyana akhirnya kitab itu musnah
dibawah penjagaanku!"
Nadanya penuh penyesalan dan kedukaan. Seolah-olah ia
ingin untuk menebus dosa.
680 "Adakah lo-cianpwe tinggal di dalam ruang rahasia itu?"
tanya Siau-liong.
"Benar, sudah berpuluh-puluh tahun aku mengasingkan diri
dalam ruang rahasia itu...."
"Tetapi ruang rahasia itu tiada berpintu dan tak ada
persediaan makanan. Bagaimana lo-cianpwe dapat hidup
selama berpuluh tahun itu?"
Kakek itu tertegun, matanya berkeliar dan lalu tertawa,
"Ada pintu rahasianya. Hanya saja engkau tak dapat
menemukan!"
Siau-liong diam tetapi dalam hati setengah tak percaya.
Kakek itu berkata lebih lanjut, " Aku ditugaskan menjaga
kitab pusaka itu sampai datang orang yang berjodoh Siapa
kira tempat itu engkau terobos dengan tak terduga-duga...."
"Kalau begitu, aku bukan orang yang berjodoh," Siau-liong
menghela napas.
"Dahi bibirmu pendek, tentu bernasib malang. Gurat2
alamat itu sudah nampak, dalam beberapa hari ini tentu akan
terjadi. Maaf, kalau aku berkata terus terang, mungkin engkau
takkan bisa hidup lebih lama dari 10 hari...." kakek itu
menghela napas lalu melanjutkan, "dan engkau telah
melakukan tindakan yang tak selayaknya. Seharusnya jangan
menghancurkan kitab pusaka itu. Masakan kubiarkan kitab itu
sampai lenyap selama-lamanya?"
Siau-liong tergetar hatinya. Ucapan kakek itu sepatah demi
sepatah bagaikan ujung belati menusuk ulu hatinya.
681 Song Ling menarik lengan baju Siau-liong dan membisiki
didekat telinganya; "Jangan menghiraukan ocehannya.
Mungkin kakek ini bukan orang baik!"
"Jangan takut aku dapat menghadapinya," Siau-liong
menghibur. Kiranya ia memang sudah mempunyai rencana. Tak peduli
kakek itu orang baik atau jahat. tetapi karena ia merasa sudah
menghancurkan kitab pusaka Thian-kong-sin-kang. Apapun
yang akan terjadi, ia siap menghadapi.
"Ya, semua telah terjadi, entah lo-cianpwe hendak
mengusahakan bagaimana untuk menolong soal itu?"
tanyanya sesaat kemudian.
Kakek aneh itu tersenyum, "Telah kupikirkan lama sekali
tetapi tetap tak memperoleh daya untuk menolong. Ah,
ternyata cara yang hendak kuajukan itu sudah engkau pikirkan
juga...." "Aku sungguh tak mengerti maksud lo-cianpwe. Masakan
aku sudah...."


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek aneh itu tertawa meloroh lalu maju menghampiri
kedua anak muda itu. Siau-liong terkejut dan cepat bersiap.
Kakek itu berhenti dimuka mereka berdua. Ditatapnya wajah
Song Ling dengan tajam. Beberapa saat kemudian ia tertawa,
"Tulang bagus bakat tinggi. Benar-benar seorang tunas yang
hebat...."
Kemudian ia beralih memandang Siau-liong, katanya,
"Bukan engkau pernah hendak menurunkan Thian-kong-sinkang
kepada anak perempuan ini?"
682 Kembali Siau-liong terkejut. Ia benar-benar percaya kalau
kakek aneh itu seorang ahli nujum yang sakti. Kalau tidak
bagaimana ia tahu hal itu"
"Benar, memang aku pernah bermaksud begitu," akhirnya
ia mengaku. Kerut wajah kakek itu berubah serius, "Karena itu, agar
kitab pusaka itu jangan sampai lenyap dari dunia, engkau
harus berdoa kepada arwah Tio Sam-hong cousu untuk
meminta idjin menurunkan ilmu Thian-kong-sin-kang kepada
seorang pewaris....!"
Ia berhenti sejenak lalu menatap Siau-liong, "Pertama,
engkau harus mengajarkan ilmu Thian-kong sin-kang itu
kepada nona Song ini. Tak boleh ada sepatah kata yang
kelewatan. Kedua, selama engkau masih hidup dalam beberapa waktu
ini, tak boleh engkau mengatakan soal ilmu itu kepada
siapapun juga. Lebih2 jangan sekali-kali memberikan pelajaran
itu kepada lain orang. Nah, apakah engkau dapat menerima
syarat itu?"
Syarat yang dikehendaki kakek aneh itu justeru tepat
seperti yang direncanakan Siau-liong. Ia memang hendak
menurunkan pelajaran Thian-kong-sin-kang kepada Song Ling.
Menilik bakat dan kecerdasan dara itu, ia percaya dalam waktu
setahun saja, dara itu tentu akan menguasai ilmu sakti
tersebut. Apabila kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia tak
dapat dibasmi, sekurang-kurangnya ia dapat meletakkan
harapannya kepada dara itu. Dalam waktu setahun lagi,
setelah faham ilmu Thian-kong-sin-kang, tentulah dara itu
akan dapat melenyapkan kedua durjana pengganggu dunia
persilatan itu!
683 "Baiklah, aku menerima seluruh permintaan lo-cianpwe,"
kata Siau-liong, "tetapi aku masih mempunyai sebuah
permintaan...."
"Silahkan kalau engkau mau menyatakan apa2," kata kakek
aneh seraya mengelus jenggot.
"Adanya kuhancurkan kitab pusaka Thian-kong sin-kang itu
adalah karena aku kuatir kitab itu sampai jatuh ketangan
orang jahat. Demi menjaga hal itu, maka penurunan ilmu itu
harus dilakukan secara rahasia. Akan kuucapkan seluruh isi
kitab itu kepada nona Song. Menilik kecerdasannya, ia pasti
dapat mengingat dengan lekat".
"Ya, baiklah, aku setuju...." kata kakek itu, "tetapi berapa
lama engkau dapat menurunkan pelajaran itu?"
Sejenak Siau-liong terdiam, sahutnya, "Dalam dua jam atau
paling lambat dalam tiga jam saja, tentu sudah selesai!"
Kakek tua segera meminta kedua pemuda itu supaya
segera mulai pelajaran itu bertempat diruang samping,
katanya, "Aku yang menjaga disini untuk pengamanan kalian".
"Baiklah," kata Siau-liong lalu menarik Song Ling diajak
keruang samping. Tetapi diluar dugaan dara itu mendengus
dingin ,,Perlu apa harus keruang samping?"
"Ih, apakah tadi engkau tak mendengar pembicaraan
kami?" Siau-liong kurang senang.
"Kalau mendengar lalu bagaimana?"
Siau-liong terbeliak. Thian-kong-sin-kang merupakan ilmu
sakti nomor satu di dunia persilatan. Siapa yang dapat
menguasai tentu akan menjadi tokoh tanpa tanding. Setiap
684 orang persilatan tentu ngiler memimpikan ilmu sakti itu. Tetapi
mengapa dara itu bersikap enggan"
"Hendak kuberikan pelajaran ilmu Thian kong-sin-kang
kepada nona. Apakah engkau tak mau?" tegurnya.
Song Ling tertawa dingin, "Engkau menduga tepat! Aku tak
kepingin ilmu itu!"
Siau liong terkesiap.
Setelah menunggu sampai beberapa jenak dara itu tak
membuat reaksi pernyataan lagi, tahulah Siau-liong bahwa
Song Ling tentu masih mencurigai si kakek.
Ternyata kakek aneh itu juga mendengar kata2 Song Ling.
Dia juga heran. Matanya berkeliaran kian kemari tetapi tak
berkata suatu apa.
Siau-liong meringis. Tak tahu ia bagaimana harus
bertindak. Duduk berdiri serba salah, wajahnya tersipu-sipu
malu. Song Ling melirik. Rupanya dara itu tak sampai hati
membiarkan pemuda itu dalam kekakuan begitu. Ia tertawa
mengkikik: ,,Baiklah, mari kita keruang samping. Tetapi bukan
berarti aku akan minta pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang,
lho...." Kemudian dara itu melirik ke arah kakek aneh dan berkata
pula, "Siapapun jangan susah payah berkesal hati!"
Kakek itu tertegun. Tiba-tiba ia tertawa meloroh, "Tak
pernah selama ini aku salah lihat. Tak seorang tokoh
persilatan yang tak ngiler akan ilmu sakti Thian-kong-sinkang...."
685 Sambil memandang ke arah kedua pemuda yang
melangkah ke arah ruang samping, ia berseru lagi, "Harap
nona belajar yang teliti dan mengingat baik2. Aku tetap yang
menjaga disini!"
Kakek itu lalu tegak diambang pintu sambil lintangkan
tongkat besinya. Rambut putih dengan jubah kuning yang
berkibaran dihembus angin, sepintas pandang kakek itu
benar-benar menyerupai dewa yang turun kebumi....
Ruang samping itu terpisah empat lima tombak dari sikakek
berdiri. Song Ling duduk ditempat yang agak bersih lalu
berkata; "Sepasang mata tua bangka itu tak henti2nya
berkeliaran. Tentu mengandung maksud jahat. Apa yang
dikatakan tadi hanya ngawur saja, belum tentu...."
Siau-liong cepat mengerat, "Harap nona jangan banyak
kecurigaan. Tak peduli maksudnya bagaimana, aku akan
mengajaran isi kitab itu secara rahasia sekali sehingga tak
meninggal jejak. Tak nanti dia mendapat keuntungan...."
Song Ling tertawa dingin, "Pengalamanmu kurang sekali!
Mana dia mau tegak mematung disana saja" Tetapi asal
engkau sungguh hendak mengajarkan ilmu itu kepadaku, kita
nanti cari akal agar dapat kuterima dengan baik".
Merah wajah Siau-liong. Diam-diam ia mengakui kebenaran
kata2 itu. Jika ia lengah dan ilmu itu sampai terdengar orang
yang jahat, kematian tetap belum mampu menebus dosanya.
Siau-liong tundukkan kepala.
"Kucurigai jangan2 kakek itu kaki tangan si Iblis-penaklukdunia
Siapa tahu kemungkinan dalam biara ini masih
tersimpan orang2 yang menyembunyikan diri secara rahasia.
686 Bahkan bukan mustahil kalau kedua suami isteri durjana ini
berada disini sendiri!"
"Siau-liong seperti dipagut ular. Ah, benar, benar! Mengapa
ia selolol itu" Cepat ia bergeliat bangun dan memandang
keluar pintu. Tetapi sekeliling penjuru sunyi senyap. Tiada
sesuatu yang mencurigakan. Kakek aneh itupun tetap berdiri
diambang pintu menghadap kesebelah luar.
Setelah meneliti beberapa saat, ia kembali ketempat Song
Ling, ujarnya; "Tampaknya tempat ini tak ada tanda2 yang
mencurigakan dijadikan tempat persembunyian rahasia. Tetapi
demi pengamanan, akan kugunakan ilmu Menyusup Suara
untuk mengajarkan ilmu itu kepadamu".
Song Ling tertawa, "Pernahkah engkau mendengar tentang
ilmu Meneropong langit, mendengar bumi" Jika orang yang
bersembunyi memiliki ilmu semacam itu, asal masih dalam
lingkungan 10 tombak saja, tentu masih dapat menangkap
setiap gerak gerikmu dan setiap patah ucapanmu. Jangan kira
ilmu Menyusup Suara itu sudah aman. Ilmu itu tetap dapat
ditangkap orang...."
Sejenak memandang kesekeliling, dara itu melanjutkan
pula, "Segala rencana ini tentu dirancang Iblis-penakluk-dunia.
Mengingat saat ini kita masih terluka, jika sampai
membocorkan seluruh isi kitab Thian-kong sin-kang itu,
tentulah mereka segera menghabisi jiwa kita. Dan ilmu itu
akan dimiliki Iblis penakluk-dunia dan isterinya untuk selamalamanya.
Dunia persilatan pasti akan mereka genggam!"
Siau-liong tergetar hatinya; "Benar, nona sungguh cerdas
sekali!" Song Ling tersenyum, "Ah, sebenarnya hal itu sudah
gamblang. Tetapi karena engkau terlalu jujur sehingga mudah
687 percaya omongan kakek itu. Karena engkau yang memperoleh
dan yang menghancurkan kitab Thian kong-sin-kang, kedua
suami isteri Ibils-penakluk-dunia tentu tak mau membunuhmu
dulu. Mereka hendak mengatur siasat untuk memperoleh
pelajaran kitab itu!"
Siau-liong kerutkan jidat, katanya, "Kalau begitu, kita
gunakan kesempatan ini untuk memulangkan tenaga. Dalam 3
jam saja, kita tentu sudah cukup kuat untuk menerobos keluar
dari tempat ini!"
"Jika tak salah dugaanku," sahut Song Ling, "Jika tahu
kalau engkau tak mengajarkan ilmu itu kepadaku, Iblispenakluk-
dunia tentu tak mau menunggu sampai 3 jam...."
Berhenti sejenak, dara itu menghela napas pasrah, "Ah,
terserahlah saja kepadamu...."
Ia menyadari dari keadaan saat itu. Tenaga mereka berdua
belum pulih sehingga tak mampu bertempur. Jangankan
dengan barisan pedang yang bersembunyi disekelilmg biara
situ, sedangkan sikakek aneh yang bertongkat besi dari 200
kati itu saja, sudah sukar dihadapi. Karena tiada lain jalan,
terpaksa Song Ling menyetujui usul Siau-hong. Mereka segera
pejamkan mata bersemedhi memulangkan tenaga.
Keduanya telah membulatkan tekad. Hanya menggunakan
kesempatan beberapa jam itu untuk memulangkan tenaga.
Hanya dengan jalan itu mereka mempunyai harapan untuk
lolos. Tampaknya kakek aneh itu benar-benar mewajibkan diri
sebagai penjaga keamanan. Dan sama sekali seperti tak
manghiraukan Siau-liong yang sedang menurunkan pelajaran
kepada si dara itu.
688 Sambil melakukan penyaluran napas dan hawa murni, Siauliong
merenungkan kembali isi pelajaran kitab Thian-kong-sinkang
untuk menyalurkan pernapasan, tetapi dia sesungguhnya
masih banyak yang belum jelas akan soal2 Semangat, hati,
Nafsu, Pikiran, Ketenangan, Gerakan, Kehampaan dan
Kenyataan dalam ilmu pernapasan itu. Maka dalam melakukan
pernapasan itu pun masih belum seluruhnya berhasii seperti
yang dikehendaki, Tetapi untunglah ia memiliki otak yang
cerdas dan kemauan keras. Sedikit banyak dapat juga ia
menyelami beberapa bagian dari rahasia pelajaran itu.
Kira2 dua peminum teh lamanya, kakek aneh itu tiba-tiba
berbalik memandang ke arah kedua pemuda. Dilihatnya Siauliong
dan Song Ling duduk bersemedhi. Kakek itu kerutkan alis
lalu menghadap kemuka lagi.
Setelah sejam kemudian, kakek tua itu masih tetap berdiri
diambang pintu. Siau-liong memang curiga terhadap kakek itu.
Sambil menyalurkan pernapasan, diam-diam ia
memperhatikan gerak gerik kakek itu. Tetapi karena ternyata
kakek itu tak membuat suatu gerakan apa2, mulailah Siauliong
lepaskan perhatian dan tumpahkan semangatnya untuk
menyalurkan pernapasan.
Tiba-tiba diluar biara samar2 terdengar suara orang bicara.
Siau-liong serentak hentikan penyaluran napas dan pasang
telinga. Ah, benar, memang ada pendatang yang berada diluar
biara. Sesaat itu teringatlah Siau-liong akan ceceran noda darah.
Ia percaya pendatang itu tentu akan memasuki biara untuk
menyelidiki. Dan ketika mendengarkan dengan seksama,
ternyata pendatang itu tak kurang dari 3 atau 6 orang
jumlahnya. Mereka sedang bercakap-cakap dengan pelahan.
Rupanya kuatir pembicaraan mereka terdengar oleh orang
dalam biara. 689 "Jika kakek aneh itu benar-benar kaki tangan Iblispenakluk-
dunia, pendatang itu tentulah rombongan Ceng Hi
totiang," diam-diam Siau-liong menimang.
"Anda kalau mau masuk, masuk sajalah segera. Mengapa
kasak kusuk disini?" tiba-tiba terdengar suara orang berseru
nyaring. Menyusul terdengar derap langkah orang
mendatangi. Siau-liong tergetar hatinya. Ia tak asing dengan nada suara
itu. Tetapi sesaat ia lupa pernah bertemu dimana.
Song Ling pun sudah membuka mata. Dengan pandang
bertanya ia menatap Siau-liong lalu mencurahkan perhatian
untuk mendengarkan gerak gerik pendatang2 diluar biara itu.
Kakek aneh itu bermula masih tenang. Seolah-olah tak
mengacuhkan. Tetapi saat itu tiba-tiba ia mulai gelisah.
Beringsut dari ambang pintu, ia menyurut mandur ke dalam.
Sambil memperhatikan kedua muda mudi yang masih duduk
itu, ia beringsut mundur ke belakang jendela. Tiba-tiba ia
lontarkan passer pertandaan keluar.
Walaupun passer atau anak panah itu hanya memencar
sinar lemah tetapi tetap dapat dilihat Siau-liong. Kini
tersadarlah ia. Kakek aneh itu benar-benar memang kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia!
Dengan pemberian panah rahasia itu, jelas kalau kakek itu
bukan seorang diri melainkan dengan rombongan. Siau-liong
segera memberi isyarat mata kepada Song Ling. Keduanya
serentak bangkit lalu mengumpat disudut ruang yang gelap
dan menunggu apa yang terjadi.
690 Derap kaki orang tadipun segera tiba dimuka biara. Dan
sehabis melepas panah pertandaan, kakek aneh tadipun
segera kembali berdiri disamping meja. Tegak menjaga sambil


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencekal tongkat besi.
Rupanya pendatang itu masih bersangsi diluar pintu. Tibatiba
ia terbeliak kaget karena melihat arca di atas meja
sembahyang dan sikakek aneh yang menjagu disamping meja.
Segera orang itu melangkah masuk.
"Pak tua, apakah engkau penjaga biara ini?" tegurnya
dengan suara nyaring.
Tetapi secepat itu ia merasa kalau pertanyaannya salah
alamat. Dilihatnya kakek itu bukan bangsa paderi atau imam.
Dan biara rusak itupun tentu sudah lama tiada dirawat orang
dan tiada penjaganya.
Tiba-tiba pendatang itu tertawa gelak2 lalu bertanya pula,
"Hai, pak tua, apa kerjamu disini" Mengapa engkau
mengadakan sembahyangan ditempat ini?"
Kakek tua itu bersikap pura-pura tak mengacuhkan. Tetapi
ia berusaha untuk mengalingi pandangan pendatang itu
supaya jangan sampai melihat ke arah ruang samping. Lalu
msnyahut, "Aku seorang kelana dan kebetulan sedang
beristirahat disini...."
Sejenak menatap pendatang itu, ia melanjut-kan pula,
"Apakah saudara juga sedang lalu didaerah ini?"
Diruang samping, Siau-liong sudah melihat jelas siapa
pendatang itu. Ya. tak salah lagi. Dia adalah sitinggi besar Lu
Bu-ki, kepala Rim-ba Hijau daerah Lam-lok yang terkenal
dengan julukan Ruyung-besi-pelor-sakti.
691 Lu Bu-ki sambil mencekal ruyung besi menatap dengan
pandang curiga kepada kakek aneh itu. Dibelakangnya tampak
4 orang jago2 silat siap dengan senjata terhunus.
Siau-liong yang sudah tahu jelas status kakek aneh itu,
karena kuatir Lu Bu-ki kena dikelabuhi, cepat2 menyalurkan
pernapasan.... Setelah merasa peredaran darahnya longgar
dan tenaganya banyak pulih, segera ia berbangkit hendak
melangkah keluar.
Tetapi tiba - tiba terlintas sesuatu dalam pikirannya. Dan ia
batalkan niatnya.
Kiranya ia teringat bahwa walaupun si tinggi besar Lu Bu-ki
itu amat mengagumi dan mengindahkan dirinya tetapi dalam
kedudukan sebagai Pendekar Laknat. Dan sekarang kalau ia
muncul sebagai Siau-liong, orang tinggi besar itu pasti takkan
mengenalnya. Mengingat sitinggi besar itu seorang jujur dan
berangasan, ia kuatir akan menimbulkan salah faham. Apa
boleh buat terpaksa ia sabarkan diri dan menunggu saja
bagaimana perkembangannya barulah ia akan bertindak
bersama Song Ling.
Ternyata sitinggi besar Lu Bu-ki tak menyahut hanya
memandang kesekeliling penjuru lalu berkata, "Pak tua,
tempat ini bukan tempat yang aman. Lebih baik lekas2
tinggalkan tempat ini. Apakah selama dalam perjalananmu
engkau tak pernah mendengar tentang sepak terjang suami
iSteri Iblis-penakluk-dunia yang hendak menguasai dunia
persilatan dan melakukan pembunuhan secara besar-besaran
itu?" Kakek aneh itu tertegun, lalu tertawa.
692 "Aku berkelana keseluruh penjuru dunia.... Tak
mencampuri urusan dunia persilatan. Aku tak peduli siapapun
juga!" serunya.
Seorang tinggi kurus yang berdiri mencekal pedang di
belakang Lu Bu-ki. memandang lekat pada kakek aneh itu.
Saat itu tiba-tiba mendekati Lu-Bu-ki dan membisiki beberapa
patah kata. Si tinggi besar Lu Bu-ki keliarkan matanya dan mengerung,
"Benar.... benar, lalu ia maju dua langkah kehadapan kakek
aneh dan membentaknya, "Pak tua, kapankah engkau datang
kebiara ini?"
Kakek tua itu mundur selangkah dan merjawab tersendat;
"Baru kemarin malam dan sekarang akan melanjutkan
perjalanan lagi...." kemudian ia menggerutu, "Aku tak biasa
didesak orang dengan pertanyaan2. Kalau tak ada urusan lagi,
silahkan saudara tinggalkan aku seorang diri."
Lu Bu-ki membentaknya, "Pak tua, kalau ketemu tuanmu
ini engkau memang celaka. Kalau memang semalam engkau
sudah datang, tentu engkau tahu siapa yang bertempur diluar
biara ini?"
Kakek itu gentakkan tongkat besinya. Rupanya ia marah
tetapi ia tetap tertawa hambar dan gelengkan kepala, "Telah
kukatakan, aku tak peduli dengan urusan dunia persilatan.
Jangankan memang tak mendengar suara ribut2 itu, sekalipun
dengar akupun tak ambil pusing!"
Lu Bu-ki lintangkan ruyung besi dan membentak nyaring,
"Pak tua, sudah 20 tahun aku berkecimpung dalam dunia
persilatan. Mataku sudah kenyang melihat apa2, Hayo lekas
bilang siapakah sesungguhnya dirimu ini!"
693 Nadanya keras, sikapnya kasar. Benar-benar suatu lagak
yang biasa diunjuk oleh orang persilatan yang kasar.
Demikian keempat orang yang mangawal di belakang itu.
Begitu melihat sitinggi besar bersikap hendak turun tangan,
mereka pun cepat mencabut senjata masing-masing dan terus
mengepung kakek aneh itu.
Diam-diam Siau-liong gelisah melihat tingkah laku sitinggi
besar itu. Jangankan kakek itu masih mempunyai gerombolan
yang menyembunyikan dari disekitar biara situ. Sekali pun
hanya seorang diri, tetapi kakek yang mencekal tongkat besi
seberat 200-an kati itu tentu sukar dilawan.
Tetapi apa yang terjadi saat itu, benar-benar diiuar
dugaannya. Sikakek yang tampak seperti seorang dewa itu
dan dikira tentu mempunyai kepandaian yang sakti, tetapi
ternyata berhadapan dengan si kasar Lu Bu-ki, kakek itu
mengunjuk wajah yang ketakutan. Dia beringsut-ingsut
mundur ke belakang. Tetapi matanya tak henti2nya
memandang keluar jendela seperti orang sedang menunggu
datangnya bala bantuan.
Karena kakek itu diam saja, si kasar Lu Bu-ki terus ayunkan
ruyungnya dengan jurus Menyiak-bunga-menggoyang-pohon.
Sebagai pemimpin Rimba Hijau dari wilayah Lam-lok, sudah
tentu Lu Bu-ki memiliki kepandaian yang tinggi. Gerakan
menutuk dengan ruyung itu menimbulkan desis suara yang
amat tajam. Kakek itu mengangkat tongkat hendak menangkis tetapi
tubuhnya pun cepat2 miring kesamping. Secepat menarik lagi
tongkat dan mundur hendak menyingkir.
694 Tetapi saat itu ia berada didekat dinding ruang. Apalagi
masih ada keempat pengawal Lu Bu-ki yang menyerang.
Kakek itu tak mampu menghindar lagi.
Tring.... betapa kakek itu mundur, tak urung tongkatnya
berbentur juga dengan ruyung besi dari sitinggi besar Lu Buki.
Tiba-tiba sitinggi besar tertegun dan mundur selangkah.
Dipandangnya kakek itu dengan terlongong-longong. melihat
pemimpinnya tak melanjutkan serangannya keempat
perngawal itupun masing-masing mundur selangkah dan sikap
menunggu. Kakek aneh yang sudah terpojok disudut dinding itu,
tampak ketakutan.
"Ho, kiranya engkau binatang!" tiba-tiba Lu Bu-ki berteriak
sesaat kemudian. Dan menyusul ruyungpun segera diayunkan
dengan deras untuk mendesak kakek aneh itu.
Kakek itu sudah patah nyalinya. Tongkatnya tak keruan
gerakannya. Cepat sekali tongkatnya terpukul jatuh oleh
ruyung Lu Bu-ki.
Siau-liong dan Song Ling melihat jelas apa yang terjadi itu.
Sepintas pandang tongkat besi kakek aneh itu amat berat
sekali tetapi ternyata dapat disabat terpental oleh ruyung Lu
Bu-ki. Jelas tongkat itu bukan dari besi melainkan dari besi
tipis yang dibalut kulit.
Diam-diam Siau-liong memaki dirinya sendiri mengapa tak
cermat menilai orang sehingga mudah dikelabuhi.
695 Setelah tongkatnya terpental, tampak kakek itu bingung tak
keruan. Tiba-tiba ia menjerit keras. "Thian-cun, tolonglah!
tolonglah...."
Lu Bu-ki terkesiap. Ia mendengus dingin, lalu sabatkan
ruyungnya kepinggang si kakek.
"Bluk".... kakek itu terpental sampai setombak lebih
jauhnya dan terkapar rubuh di tanah.
Lu Bu-ki memburunya, "Binatang, engkau masih berani
pura-pura pingsan!" Ia terus mencopoti rambut, jenggot,
jubah dan mantel kakek itu.
Ternyata orang itu mengenakan kedok muka palsu. Dia
bukan lagi sikakek tua melainkan seorang lelaki yang baru
berumur 50-an tahun. Pakaiannya yang asli hanya
seperangkat pakaian yang sudah rusak, butut dan compangcamping.
Seorang tukang khwat-mia atau tukang ramal yang
berkelana mencari penghidupan di dunia persilatan.
Lu Bu-ki menginjak dada orang itu lalu membentaknya,
"Hai, mulut besi, masih kenal aku!"
Kiranya orang itu bernama Ong Thiat-go Orang si Mulut
besi. Seorang tukang ramal yang menuntut penghidupan
sebagai penipu. Sedikit2 dia memang belajar silat dan pernah
berlatih ilmu tenaga dalam. Maka sabatan ruyung Lu Bu-ki tadi
tak sampai membuatnya pingsan. Dengan bergeliatan dan
berkaok-kaok ia memanggil Thian-cun atau bapak kepala.
Tetapi sampai kerongkongannya serasa pecah, tetap tiada
penyahutan atau bantuan yang datang. Setelah Lu Bu-ki
menginjak dadanya, barulah ia tak berani bertingkah lagi.
"Poh-cu, hamba memang berdosa, hamba...."
696 "Jangan banyak bicara! bentak sitinggi besar, "Lekas bilang
mengapa engkau berani menyaru seperti setan tua!"
Karena dadanya terhimpit sehingga sukar bernapas, si
Mulut besi itu mencekal kaki Lu Bu-ki erat2 dan tak dapat
bicara. Sitinggi besar mendengus lalu longgarkan injakannya,
"Lekas bilang kalau berani bohong otakmu tentu berhamburan
keluar!" Setelah merghela napas dan memandang sejenak ke arah
luar jendeia, berkatalah ia dengan sikap ragu2, "Poh-cu, suami
isteri Iblis-penakluk-dunia berada dalam biara ini.... hamba...."
Memang pada waktu si Mulut besi berkaok-kaok minta
tolong pada "Thian cun", Lu Bu -ki sudah menduga kalau
kedua suami isteri durjana itu tentu berada disekitar tempat
situ. Tetapi sebagai kaum persilatan, Lu Bu-ki dan
rombongannya tak menghiraukan lagi soal mati atau hidup.
Walaupun kasar dan berangasan, tetapi ternyata Lu Bu-ki
cerdik juga. Ia sadar kalau kawan-kawannya sukar lolos dari
cengkeraman Iblis-penakluk-dunia. Tetapi sebelum mati, Lu
Bu-ki harus dapat menggagalkan rencana Iblis-penakluk-dunia
untuk kemudian ia laporkan pada Ceng Hi totiang.
Kiranya saat itu Ceng Hi totiang sudah mengajak
rombongan orang gagah tinggalkan Lembah Semi. Sepanjang
jalan, banyak tokoh yang dianjurkan pulang ketempat masingmasing.
Dengan hanya membawa beberapa puluh tokoh2
terkemuka dari partai2 persilatan, mereka menuju kegunung
Gobi, Lu Bu-ki bertugas menjadi pelopor dimuka.
"Tak peduli setan belang yang berada disini, jika engkau
tak mau bilang sejujurnya, tuanmu tentu segera akan...." -
697 bentak Lu Bu-ki seraya mencengkeram bahu si Mulut-besi.
bentaknya, "Biarlah engkau rasakan dulu bagaimana rasanya
ilmu Hun-kin-soh-kut itu!"
Hun-kin-soh-kut artinya Menceraikan urat nadi dan
mengunci tulang. Sudah tentu si Mulut-besi kelabakan
setengah mati. "Harap Poh-cu memberi ampun. Hamba akan
bilang! Ya, akan bilang...."
Sejenak menghela napas, si Mulut-besi segera berkata,
"Hamba sebenarnya menjadi tawanan orang. Semua rencana
disini adalah menurut perintah Iblis-penakluk-dunia. Hamba
disuruh menyaru sebagai penjaga tempat kitab pusaka
peninggalan Tio Sam-hong cousu. Dan harus menipu Kongsun
liong siauhiap agar mau menurunkan iimu Thian-kong-sinkang
kepada kawan seperjalanannya nona Song...."
"Ngaco belo!" bentak Lu Bu-ki, "apa itu iimu Thian-kongsin-
kang dan Kong sun Liong!"
Kalau sitinggi besar tak percaya obrolan si Mulut-besi,
memang beralasan juga. Karena ia telah melihat bagaimana
dalam barisan Pohon Bunga di Lembah Semi tempo harl,
Pendekar Laknat gunakan iimu Thian-kong-sin-kang untuk
melawan Jong Leng lojin dan Lam-hay sin-ni. Ia yakin
Pendekar Laknat tentulah yang mewarisi ilmu sakti itu.
Segera ia tambahi tenaga cengkeramannya pada bahu si
Mulut-besi sehingga orang itu menjerit-jerit seperti kerbau
hendak disembelih.
"Poh-cu, apa yang hamba katakan itu memang benar. Asal
Kongsun Liong mau menurukan ilmu Thian-kong-sin-kang
kepada nona Song, Iblis-penakluk-dunia segera gunakan ilmu
Meneropong-langit mendengar-bumi untuk mencuri dengar.
698 Setelah itu ia akan membunuh kedua anak muda itu dan ilmu
itu akan dimiliki tunggal oleh Iblis-penakluk-dunia sendiri...."
"Makin lama engkau makin tak keruan bicaramu!" bentak
sitinggi besar, "jika memiliki Thian-kong-sin-kang, masakan
Iblis-penakluk-dunia mampu membunuhnya" Dan mengapa ia
hendak menurunkan ilmu sakti itu kepada lain orang?"
Habis berkata siberangasan itu terus hendak menyiksanya
lagi. Si Mulut-besi berusaha menunjuk ke arah ruang samping,
serunya, " Kalau tak percaya, silahkan tanya kepada kedua
pemuda itu.... Dia sudah setuju hendak menurunkan iimu
Thiau-kong-sin kang tetapi nona itu dapat mengetahui tipu
muslihat...."
Tiba-tiba dari luar jendela meluncur sebertik sinar bintang
yang langsung mengarah ketenggorokan si Mulut-besi. Lu Buki
terkejut. Ia hendak menolong tetapi sudah tak keburu lagi.
Sebatang anak panah kecil yang amat tajam, menembus
tenggorokan si Mulut-besi. Dia menguak tertahan, tubuh
meremang2 dan pada lain saat kaki tangannya pun menjulur
kaku. Nyawanya amblas.
Sekitar luka pada anak panah itu berwarna hitam. Jelas
mengandung racun ganas.


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cepat Lu Bu ki lari keluar Ternyata Siau-liong dan Song Li
sudah berada di pintu. Hampir saja si berangasan
menumbuknya. Ia berhenti dan membentak, "Omongan si
Mulut besi tadi...."
"Seluruhnya benar! Aku memang hampir saja aku terkena
tipunya...."
699 Sambil mencekal rujung besinya, si tinggi besar berseru
pula, "Aku benar bingung mendengar semua ini! Hal ini.... hal
ini.... benar-benar sukar dipercaya!"
"Tak peduli engkau percaya atau tidak, saat ini aku tiada
waktu memberi penjelasan panjang lebar, hanya saja...." "
tiba-tiba ia tutukkan kedua jarinya kesebuah batu merah yang
terhampar dilantai.
"Krek".... batu merah itu pun pecah berantakan.
Mata si tinggi besar mendelik dan menjeritlah ia dengan
kaget, "Thian-kong-sin-kang! Benar-benar memang...."
keempat pengawal dibelakangnya pun ter-longong2 seperti
patung. Tiba-tiba Siau-liong gunakan ilmu Menyusup suara kepada
Lu Bu-ki, "Ketahuilah hai, saat ini kita sedang dikepung Iblispenakluk-
dunia. Sekali pun aku memiliki ilmu Thian-kong-sin
kang, tetapi belum lama mempelajarinya. Masih sukar
menggunakannya dan lagi sedang menderita luka. Kalau Iblispenakluk-
dunia berada disini, mungkin masih sukar
menghadapinya. Dia tentu membawa Jong Leng lojin dan
Lam-bay Sin-ni. Akibatnya suka dibayangkan bagi kita!"
Tetapi si tinggi besar tak mau berpikir panjang. Setelah
mengetahui dengan mata kepala sendiri bagaimana Siau-liong
dapat menggunakan tutukan Thian-kong-sin-kang, segera ia
suruh dua orang anak buahnya untuk memberi laporan pada
Ceng Hi totiang.
Setelah itu ia menunjuk belakarg jendela dan pintu. Kedua
anak buah itu segera berpencaran Menyebar lari ke belakang
dan muka. 700 Kedua orang itu adalah jago2 rimba hijau, merekapun
orang2 yang terkenal dalam dunia Bu-lim. Mereka jelas akan si
tuasi saat itu.
Tetapi secepat mereka loncat keluar setitik sinar perak
segera menyambarnya. dahsyat sekali sehingga kedua orang
dapat menangkis.
Lu Bu-ki dan Siau-liong terkejut mereka lihat arah
datangnya senjata gelap menyambar.
Terdengar dua erang tertahan. Ada juga yang melompat
naik, seorang yang sedang melayang di udara menukik jatuh
ke tanah. Seperti keadaan sekarat, setelah me-regang2 tubuh
dan serta kaki dan tangan mereka menjulur berapa saatpun
lantas mati. Jelas kedua orang ini mati disambar anak panah
beracun. Si tinggi besar meraung seperti singa kelaparan. Tetapi ia
tak dapat berbuat suatu apa kecuali hanya melihat kedua anak
buahnya mati secara mengenaskan.
Tiba-tiba terdengar gelak tertawa nyaring. Siau-liong
terperanjat. Ia tahu nada suara itu berasal dari Iblis-penaklukdunia.
Tetapi karena iblis itu menggunakan ilmu tertawa
Gelombang-hawa, maka sukar ditentukan arah datangnya.
Hening lelap beberapa saat kemudian. Diluar biara tiada
terdengar suara apa2 lagi. Tetapi keadaan itu merupakan
babak permulaan dari sesuatu yang sukar dibayangkan.
Berapakah jumlah anak buah yang dibawa Iblis-penaklukdunia
itu" Dan tindakan apa yang hendak mereka lakukan"
Dan dengan berada dalam ruang biara itu, Siau-liong, Lu Bu-ki
beserta kawan2 seperti terkurung!
701 Song Ling menarik Siau-liong, Song Ling berkata pada dia
begini saja, lambat laun tentu tersekat diri mereka Menilik
durjana itu menanti saat lengah kita dan takut kepada Thian
kong-sin-kang yang kau miliki, mengapa kita tidak menerobos
saja!" Sesaat Siau-liong tak dapat mengambil keputusan. hanya ia
setuju untuk mmerobos keluar. Tetapi saat ini musuh ada
dalam tempat gelap dan dirinya ditempat terang. Oleh karena
gagal mempergunakan si mulut-besi untuk mengorek ilmu
Thian-kong-sin-kang, kemungkinan iblis itu tentu marah dan
hendak membunuh dirinya. Atau mungkin ia akan dijadikan
palung hidup seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Randa
Bu-san dan lain-lain.
Agaknya Song Ling juga memikirkan kemungkinan itu. Ia
menghela napas pelahan dan tak mau mendesak Siau-liong
lagi, Ia memandang kesekeliling penjuru, menunggu apa yang
akan terjadi. Oleh karena tahu kalau memiliki Thian-kong-sin-kang. Lu
Bu-ki menaruh perindahan pada Siau-liong. Ia berdiri tegak
disamping pemuda itu sedang kedua anak buah menjaga
dipintu dan di belakang dan jendela.
Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan muncul dari pintu
muka dan melangkah masuk pe-lahan2. Sekalian orang
berseru kaget melihat kedua pendatang itu.
Yang dimuka seorang wanita berpakaian merah. Kepalanya
menunduk, keadaannya mengenaskan. Kedua tangannya
diikat ke belakang. Dan yang dibelakangnya, seoraug paderi
bertubuh kecil pendek. Memelihara jenggot kambing.
Sepasang matanya ber-kilat2 tajam penuh wibawa.
702 Siau-liong terkejut girang. Paderi itu bukan lain adalah Liau
Hoan sipaderi kurus dari Thian-san yang hendak dicarinya.
Sedang wanita baju merah itu adalah Poh Ceng-in, pemilik
Lembah Semi. Rupanya paderi Liau Hoan tak mengetahui bahwa biara itu
sedang menjadi sarang harimau2 yang akan berkelahi. Maka
seenaknya saja ia masuk ke dalam ruang.
"Liau Hoan siansu...." seru Siau-liong dengan nada
tergetar. Paderi kurus itu terkejut. Matanya ber-kilat2 mencari orang
yang memanggilnya tadi. Tetapi serentak dengan itu, tiga
bintik sinar menyambar kepala dada dan kakinya.
Saat itu Poh Ceng-in hanya terpisah dua langkah dari
paderi Liau Hoan. Serangan gelap itu berasal dari samping dan
dilakukan dengan cepat dan dahsyat. Tampaknya tak mungkin
Liau Hoan dapat menghindar.
Tetapi tadi karena Siau-liong berseru memanggilnya, paderi
itu terkejut dan siap. Dan memang paderi itu bukanlah
sembarang paderi, melainkan seorang tokoh sakti yang
termasyur dalam dunia persilatan.
Tampak tubuhnya meluncur dan secepat kilat
mencengkeram Poh Ceng-in. Aduh.... terdengar wanita itu
menjerit lalu jatuh tertelentang.
Liau hoan bergerak luar biasa cepatnya. Ia melesat ke
belakang Poh Ceng-in untuk menghindari serangan gelap.
Tetapi karena dicengkeram Poh Ceng-in rubuh ke belakang
dan tepat menyongsong serangan senjata gelap itu. Ia
menjerit dan rubuh seketika.
703 Kejut Siau-liong bukan alang kepalang.... Menyiak Song
Ling, cepat ia enjot kakinya melayang ketengah ruang.
Sambil masih mencengkeram Poh Ceng-in yang me-rintih2
kesakitan itu, Liau Hoan membentak, "Hm, akhirnya dapat
juga kucarimu...."
Siau-liong tak sempat menjawab. Cepat ia merebut Poh
Ceng-in dari tangan paderi itu lalu membawanya lari keruang
besar. Liau Hoan pun segera mengikuti.
Song Ling, Lu Bu-ki dan kedua anak buahnya terkejut
melihat kejadian itu. Apakah hubungan wanita baju merah itu
dengan Siau-liong sehingga pemuda itu begitu ngotot sekali
untuk menolongnya"
Lu Bu-ki kenal pada Liau Hoan, segera ia memberi hormat
dan menegur. Tetapi diluar dugaan paderi itu tak
mengacuhkan. Hanya sejenak memandangnya dingin lalu
menghampiri Siau-liong.
Siau-liong tampak bergegas memeriksa luka Poh Ceng-in.
Kaki kiri wanita itu terkena sebatang passer tajam. Sekitar
dagingnya sudah berwarna merah gelap.
Cepat Siau-liong menutuk jalan darah dikaki wanita itu
untuk menghentikan perdarahan. Lalu mencabut anak panah
itu. Karena senjata rahasia itu mengenai kaki kiri dan bukan
bagian yang berbahaya, maka Poh Ceng-in tak cepat2 mati
seperti Ong si Mulut-besi. Dan setelah ditutuk jalan darahnya,
peredaran racunnya pun tak sampai mengalir ke jantung
sehingga wanita itu pun sadar pikirannya.
704 Karena ujung anak panah itu agak membengkok, pada saat
dicabut Siau-liong, sakitnya bukan main sehingga Po Ceng-in
menjerit ngeri dan pingsan.
Siau-liong tak mempedulikan kesakitan atau tidak. Ia
mencabut belati dan segera mengupas daging yang sudah
memerah gelap itu.
Poh Ceng-in benar-benar setengah mati sekali. Ber-ulang2
kali ia sadar dan siuman.
Sambil menutup muka, Song Ling bertanya, "Siapakah
wanita ini?"
Siau-liong sedang sibuk mengoperasi luka Poh Ceng-in.
Tampaknya ia gelisah sekali sehingga tak mengacuhkan
pertanyaan Song Ling.
" Hai, apakah engkau tuli!" karena tak dipedulikan, Song
Ling membentaknya.
Siau-liong kicupkan mata, menyahut segan, "Kalau hendak
bertanya nanti sajalah...." "ia terus merobek bajunya dan
membalut luka Poh Ceng-in.
Song Ling marah sekali, tubuhnya menggigil, "Tidak, harus
menerangkan dulu!"
Dara itu terus mencengkeram tangan kanan Siau-liong.
Sudah tentu Siau-liong terkejut dan hentikan pertolongannya
pada Poh Ceng-in.
"Ah, hal itu tak dapat kuterangkan dalam waktu singkat.
Tetapi kalau dia sampai mati, aku pun takkan hidup juga!"
705 Si dara memandangnya sejenak. Tiba-tiba ia lepaskan
cengkeramannya dan mundur dua langkah lalu tertawa keras,
"Ah, kiranya engkau seorang yang tak kenal budi! Sayang
taciku Mawar buta matanya. Termasuk kami ibu dan anak! "
Ia terus berputar tubuh menghadap dinding dan menangis
gerung2. Siau-liong menghela napas. Setelah membalut luka
Poh Ceng-in ia lalu menghampiri Sang Ling dan menepuk
bahunya pelahan-lahan, "Nona Song, aku mempunyai rahasia
yang sukar kukatakan, wanita itu...."
Song Ling meronta dan menjerit kalap, "Tak perlu omong!
Aku sudah tahu semua!"
Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas lalu kembali
ke tempat Poh Ceng-in.
Wajah Poh Ceng-in berwarna gelap, napas terengah-engah
tetapi sudah sadar. Begitu membuka mata dan memandang
Sian-liong, ia segera berseru, "Siau-liong! Siau...."
Siau-liong deliki mata dan membentaknya, "Perempuan
siluman, engkau telah menyiksa diriku...."
Poh Ceng-in tertawa rawan, "Kalau aku menyiksa dirimu,
mengapa engkau menolong aku?"
Siau-liong kerutkan geraham. Ia marah sekali tetapi tak
dapat berbuat apa-apa.
Wanita itu masih kesakitan. Butir2 keringat mengucur deras
dari kepalanya. Tetapi ia masih kuatkan diri tertawa
mengekeh, "Sudah tentu bukan karena menolong aku
tetapi.... karena hendak menolong dirimu sendiri...."
706 Berhenti sejenak, wanita itu berkata pula, "Tetapi sekarang
percuma saja engkau hendak bilang apa2. Sekalipun dapat
menolong aku tatapi engkau tetap tak mampu menolong
dirimu. Anak panah itu khusus dibuat ayahku. Siapa kena
tentu mati. Paling lama hanya kuat bertahan sampai satu
jam!" "Perempuan siluman, aku akan meminum darahmu!" teriak
Siau-ling kalap.
Poh Ceng-in tertawa keras, "Huh, sudah terlambat!
Darahku sudah tercampur racun yang ganas. Kalau tak minum
darahku, engkau masih dapat hidup sampai tiga hari. Tetapi
jika minum, paling lama engkau hanya kuat hidup 2 jam saja!"
Tiba-tiba Siau-liong ayunkan tangannya menghantam muka
wanita itu. "Plak", seketika separoh wajah wanita itu
membegap besar. Darah mengucur deras....
Tetapi Poh Ceng-in makin kalap. Ta tertawa sekeraskerasnya.
Saat itu Song Ling sudah berhenti menangis dan
memandang tercengang peristiwa itu. Ia benar-benar heran
terhadap pemuda itu. Bukankah tadi begitu tekun menolong,
mengapa sekarang menghantamnya begitu rupa"
Juga Lu Bu-ki bingung. Ia dapat menduga kalau Poh Cengin
itu puteri dari kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia.
Tetapi ia heran mengapa Siau liong mau menolongnya tetapi
tiba-tiba hendak membunuhnya"
Kalau Song Ling dan Lu Bu-ki tercengang-cengang adalah
Liau Hoan diam saja. Ia tak mau mengurus Siau-liong yang
sedang marah kepada wanita pemilik Lembah Semi itu.
Tiba-tiba kedua pengawal Lu Bu-ki berteriak, "Poh-cu,
diluar ada orang datang!"
707 Sekalian orang terkejut. Karena terpikat perhatiannya
kepada Siau-liong, mereka sampai tak memperhatikan
keadaan di luar biara.
Ketika memandang keluar, tampak seorang wanita
berambut setengah putih, melangkah pelahan-lahan ke dalam
ruang. Begitu tiba di dalam. ia memandang kian ke mari dan
akhirnya menatap Poh Ceng-in dan Siau-liong. Ia segera
menghampiri. Lu Bu-ki cepat menghadangkan ruyungnya, Bmembentak,
"Siapa engkau" Mengapa berani mati!"
Wanita berambut kelabu itu balikkan kelopak matanya dan
tertawa, "Aku adalah orang Lembah Semi. Aku tak butuh
berkelahi dengan kalian!"
Menyiak ruyung si tinggi besar, ia terus maju menghampiri


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Poh Ceng-in Kemudian ia berjongkok dihadapan Poh Ceng-in,
"Apakah nona menderita siksaan?"
Tiba-tiba Poh Ceng-in membentaknya, "Jangan
mempedulikan aku! Lekas enyah dari sini...." napasnya terengah2.
"Pulang kasih tahu pada ayah dan ibuku. Aku mati
terkena anak panah beracun buatan mereka. Matipun ikhlas
dan tak mendendam kepada siapapun juga!" katanya lebih
lanjut. Wanita berambut kelabu itu menghela napas.
"Ayah bunda nona, amat cemas sekali. Siang dan malam
memikirkan diri nona. Sekarang su-heng nona Soh-beng Ki-su
dijebloskan dalam gua Im-hong-tong dan akan dicincang...."
708 Poh Ceng-in tertawa dingin, "Ah, soal ini tiada sangkut
pautnya dengan suheng. Tak usah menghukum orang yang
tak bersalah!"
Wanita berambut kelabu itu mengeluarkan sebuah botol
warna putih perak. "Hamba mendapat perintah dari Thiancun
untuk mengantarkan obat ini kepada nona!" katanya lalu
memandang Siau-liong dan membentak, "Obat ini khusus
untuk menyembuhkan anak panah racun Ngo-tok-bi-hun (lima
racun pencabut nyawa). Lekas minumkan kepadanya!"
Betapa geram Siau-liong saat itu, tetapi ia terpaksa
melakukan juga. Tetapi se-konyong2 Poh Ceng-in menendang
botol obat itu. Untunglah karena kedua tangannya terikat, ia
tak dapat bergerak leluasa. Dan Siau-liong pun sudah dapat
menyambuti botol itu.
"Tolol! Apakah engkau tak tahu kalau aku dan dia sudah
sama2 minum racun Jongtok?" Poh Ceng-in mendamprat
keras wanita itu.
Wanita berambut kelabu tertegun, serunya, "Kalau begitu,
dia tentu takkan mencelakaimu."
"Gila! Dia sudah tahu caranya melunturkan racun Jong-tok.
Asal racun dalam tubuhku sudah bersih, dia tentu
membunuhku!" Poh Ceng-in melengking makin marah.
Wanita berambut kelabu tertawa. "Tak apa," katanya,
"Thian-cun pesan agar nona jangan kuatir apa apa!"
Wanita itu berpaling menatap Siau-liong....
---ooo0dw0ooo---
709 Jilid 13 Ibu dan Anak " Seorang nona Pik dan seorang nona Tiau," kata wanita
itu, "saat ini ditawan oleh Thian-cun, mencelakai nona Poh. "
Habis berkata ia terus berdiri. Dengan memandang
kesegenap hadirin, wanita itupun hendak melangkah pergi.
"Berhenti!" bentak Siau-liong.
Wanita berambut kelabu itupun berhenti dan berpaling,
serunya, "Apakah Kongsun siau-hiap hendak memberi pesan
lagi?" "Ya," sahut Siau-liong, "kasih tahu pada kedua suami isteri
Iblis-penakluk-dunia. Kuberi waktu sampai matahari silam
supaya kedua nona Pik dan Tiau itu, Randa Busan serta It
Hang to-tiang dan tokoh2 yang ditawan itu dibebaskan
semua...."
Wanita rambut kelabu itu tetawa hambar. "Maksud
Kongsun siauhiap hendak mengadakan tukar menukar antara
nona Poh dengan para tawanan itu?"
"Anggaplah begitu!" sahut Siau-liong, "kalau tidak, jangan
sesalkan aku bertindak ganas. Akan kuhukum mati secara
pelahan-lahan puteri kesayangannya mereka itu!"
"Kalau Kongsun siauhiap suka menukarkan nona Poh kami
dengan kedua nona Pik dan Tiau, mungkin akan diluluskan
Tetapi kalau Randa Bu-san, It Hang totiang dan beberapa
tokoh itu, mereka telah menyatakan sendiri hendak mengabdi
kepada thian-cun kami. Oleh karena mereka mengindahkan
710 sekali akan kewibawaan dan kesaktian thian-cun (Iblispenakluk-
dunia dan Dewi Neraka). Walaupun thian-cun
hendak membebaskan, mungkin mereka sendiri yang tak
mau...." "Ngaco!" bentak Song Ling, "manusia apakah Iblispenakluk-
dunia dan isterinya itu" Ibu tak mungkin...."
Karena marah dan kalap, dara itu sampai tak dapat
melanjutkan kata-katanya.
Wanita berambut kelabu hanya tertawa dingin, "Baiklah!
Akan kusampaikan pesanmu itu. Tetapi bagaimana keputusan
thian cun, aku tak berani mendahului...."
Ia berhenti dan memandang Siau-Liong, serunya; "Harap
Kongsun siauhiap lekas minumkan obat itu kepada nona Poh.
Jika nona kami sampai terjadi apa2, bukan melainkan seluruh
tawanan itu akan diludaskan pun kalian tentu tak ada
seorangpun yang akan diberi hidup!"
Habis berkata, wanita berambut kelabu itu mendengus
seraya ayunkan langkah ke luar.
Setelah wanita itu lenyap, sekalian orang masih terlongong
tak dapat bicara. Si tinggi besar Lu Bu-ki mondir mandir
dimuka meja sembahyang. Hawa amarah dalam perutnya
serasa mau meledak.
Paderi Liau Hoan mengucap doa keagamaan. Dengan
wajah tenang ia duduk di sudut ruangan seraya memandang
lekat2 pada Siau-liong.
Saat itu Siau-liong mencekal botol kecil berisi obat. Sesaat
kemudian ia menghela napas panjang lalu membuka sumbat
711 botol. Isinya hanya setengah botol bubuk putih. Karena tak
ada air dan mangkuk, sesaat ia termangu-mangu.
Napas Poh Ceng-in makin memburu. Alisnya memancar
warna hijau gelap. Menandakan bahwa racun sudah mulai
bekerja, menjalari seluruh tubuhnya.
Walaupun tiada tenaga untuk memandang Siau-liong,
namun kesadaran pikirannya masih baik, serunya, "Aku tak
mau minum obat itu.... aku lebih suka mati...."
"Benar," geram Siu-liong, "engkau minta mati tetapi aku
ingin hidup." ia terus menampar kaki wanita itu. Walaupun
hanya pelahan tetapi karena racun sudah menjalar keseluruh
tubuhnya, tamparan itu membuat Poh Ceng-in pinsang
seketika. Sesungguhnya Siu-liong bukanlah seorang pemuda yang
kejam. Tetapi ia sudah terlanjur benci setengah mati kepada
Poh Ceng-in. Kalau dapat ingin ia mencincang wanita itu dan
memakan hatinya atau minum darahnya.
Tetapi saat itu ia tak dapat melakukan tindakan begitu.
Karena Iblis-penakluk-dunia sudah berhasil memperalat
tokoh2 sakti seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Naga
Terkutuk, Harimau Iblis dan Randa Bu-san untuk mengacau
dunia persilatan. Satu2nya jalan untuk mencegah rencana
kedua suami isteri durjana itu hanyalah anak perempuan
mereka. Kalau wanita pemilik lembah itu dibunuhnya saat itu,
Iblis-penakluk-dunia dan isterinya tentu akan mengamuk dan
akibatnya sukar dilukiskan lagi.
Siau-liong termenung beberapa saat sambil memegang
botol obat itu. Kemudian ia memandang ke arah sekalian
orang dan menanyakan siapa yang membawa air.
712 Lu Bu-ki maju menghampiri dan melolos kantong air pada
pinggangiya, diserahkan kepada Siau-liong, "Masih ada
setengah kantong."
Demikian Siau-liong lalu menuang air dan obat bubuk.
Ketika diaduk, baunya anyir, membuat orang mau muntah.
Setelah itu Siau-liong segera ngangakan mulut Poh Ceng-in
lalu menuangkan air obat itu. Perut wanita itu terdengar
berkerucukan dan tak berapa lama kemudian tubuhnya mulai
bergeliatan, dahinya mengucurkan keringat hangat. Dan
warna hijau gelap pada alisnya pun mulai hilang. Kedua
pipinya makin merah. Rupanya racun telah hilang.
Kira2 sepeminum teh lamanya, Poh Ceng-in siuman. Tetapi
masih lemah dan tak henti2nya merintih.
Hampir setengah hari ia bergeliatan meregang-regang. Ia
paksakan diri memandang Siau-liong dan berkata ter-sendat2,
"Siau Liong.... minta tolong padamu sebuah hal.... maukah?"
"Katakan!"
"Lepaskan.... tali yang mengikat.... tanganku ini.... Siau
Liong kerutkan alis. Ia sudah tak percaya lagi kepada wanita
itu. Walaupun keadaannya lemah lunglai tetapi ia tetap curiga
jangan2 wanita itu hendak memasang siasat, Kalau wanita itu
sampai bebas, bukankah menimbulkan banyak kemungkinan"
Mungkin akan melarikan diri dan mungkin akan melakukan
hal2 yang tak terduga lainnya.
"Tak apalah kalau engkau menderita sedikit dulu. Asal
kedua orangtuamu mau meluluskan permintaanku agar para
tawanan itu dibebaskan, engkau tentu segera mendapat
kebebasan juga!" sahutnya.
713 Poh Ceng-in menghela napas, "Engkau.... sungguh
kejam.... benar, benar.... sedikitpun.... tak mempunyai rasa
kecintaan...." "ia terus pejamkan mata lagi.
Saat itu haripun sudah lohor. Tetapi karena cuaca mendung
tampaknya ruangan itu sudah mulai gelap.
Mayat simulut besi Ong Thiat-go sudah digotong kesudut.
Wajahnya berwarna hitam gelap. Suatu pertanda betapa
ganas racun yang telah merenggut jiwanya itu. Sekalian orang
diam semua. Hanya wajah mereka tampak mengerut seperti
orang berpikir keras.
Kini Song Ling sudah mengetahui peribadi Siau-liong.
Bukan saja kemarahannya lenyap, pun dara itu juga menaruh
simpati kepadanya. Dara itu menghampiri ketempat Siau-liong
dan duduk di sisinya.
"Aku tadi salah sangka. Apakah engkau.... tak marah?"
katanya tersekat.
Saat itu pikiran Siau-liong tengah dicurahkan untuk mencari
jalan menghadapi suasana pada saat itu. Sampai dara itu
menghampiri dan duduk disamping, ia tak mengetahui sama
sekali. Ia baru gelagapan setelah mendengar kata2 si dara. Lalu
cepat2 menyahut, "Aku bukan orang yang berhati sempit.
Harap nona jangan pikirkan hal itu."
Song Ling tertawa. Ia memandang lekat pada Siau-liong,
ujarnya, "Ih, seri wajahnya sudah cerah. Apakah lukamu
sudah sembuh?"
714 Siau-liong tertawa masam, pikirnya, "Lukaku ini paling tidak
4-5 hari baru sembuh. Masakan begini cepat sudah bisa pulih"
" Lalu ia menanyakan bagaimana dengan luka Song Ling
sendiri. Dara itu menjawab sudah baik. Tetapi nada
ucapannya rawan seperti tak mau bilang terus terang kepada
Siau-liong. Siau-liong memandangnya tajam dan terkejutlah ia. Wajah
dara itu tampak lesi kebiru-biruan, matanya tak bersinar dan
kedua tangannya gemetar. Suatu pertanda bahwa dara itu
masih menderita luka dalam.
Melihat itu Siau-liong segera minta si dara lekas bersemedhi
memulangkan kesehatannya.
"Sudahlah, jangan engkau memikirkan lain orang. Engkau
sendiri juga harus beristirahat!" tukas Song Ling.
Siau-liong tersenyum, "Terus terang kukatakan. Aku
memang telah mendapat rejeki yang luar biasa. Makan buah
Im yang-som yang berumur ribuan tahun dan minum darah
dari binyawak purba dalam kerak gunung, dan...."
Dia hendak mengatakan bahwa Pendekar Laknatpun sudah
menyalurkan seluruh tenaga murninya kepadanya. Tetapi
segera ia menyadari bahwa keterangan itu tak perlu. Maka
buru-buru ia berganti kata, "Dan lagi akupun sudah
memperoleh ilmu pelajaran sakti Thian-kong-sin kang. Sejam
beristirahat saja, sama dengan orang biasa beristirahat satu
hari. Apalagi lukaku sudah diobati oleh ibu nona...."
Song Ling tertawa, "Akupun juga sudah memiliki dasar ilmu
tenaga sakti Ya-li-sin-kang. Lukaku ini juga tak jadi soal!"
715 Dara itu memandang ke arah Poh Ceng-in, tanyanya,
"Apakah dia benar puteri dari suami isteri durjana itu?"
Siau-liong mengangguk, "Benar, asal dia jangan sampai
lolos, sekalipun Iblis-penakluk-dunia hendak menggunakan
siasat apapun, tentu kita dapat mengatasi."
Song Ling masih belum jelas tentang ucapan Poh Ceng-in
tentang racun Jong-tok dan pembicaraan wanita berambut
kelabu tadi. Maka bertanialah dara itu, "Apakah wanita itu
juga seganas ibunya (Dewi Neraka)?"
Siau-liong tiba-tiba merasa geli, sahutnya, "Mungkin lebih
ganas dari ibunya!"
Rupanya Poh Ceng-in dengar juga pembicaraan itu. Ia
membuka mata memandang Siau-liong lalu menghela napas
dan pejamkan mata lagi.
Diam-diam Siau-liong terkesiap. Ia merasa menyesal
karena telah menyiksa batin seorang perempuan yang sudah
tak berdaya. Ia menyadari perbuatan itu tidak ksatrya. Maka
ia tak mau lanjutkan kata-katanya lagi.
Suasana hening lelap. Saat itu Liau Hoan siansu yang sejak
tadi diam saja, tiba-tiba berteriak, "Kongsun sicu!"
Siau-liong gelagapan. Memang sejak tadi ia hampir
melupakan paderi itu. Maka buru-buru ia menyahut.
Paderi Liau Hoan tertawa, "Hampir 10 jam perempuan
siluman merah ini berada dalam tanganku, hampir saja
beberapa kali meloloskan diri. Tetapi kutahu betapa
pentingnya wanita ini untukmu. Maka aku selalu menjaganya
keras dan akhirnya dapat menyerahkan kepadamu!"
716 Paderi sakti itu sungkan sekali bicaranya. Suatu hal yang
membuat Siau-liong heran. Ia masih ingat betapa dingin sikap
paderi itu ketika bertemu padanya. Mengapa sekarang
berobah begitu ramah.
"Terima kasih lo-siansu," sahutnya.
"Tak perlu sicu berterima kasih kepadaku. Bahkan akulah
yang harus lebih dulu menghaturkan selamat kepadamu."
Siau-liong menghela napas panjang, "Apakah hal yang
terjadi pada diriku sampai lo-siansu hendak menghaturkan
selamat kepadaku?"
"Omitohud," ucap Liau Hoan siansu, "sicu telah beruntung
mendapat pusaka yang tiada keduanya di dunia ilmu sakti


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian-kong-sin-kang. Kelak sicu tentu menjadi jago nomor
satu di dunia persilatan. Bukankah hal itu pantas kuhaturkan
selamat?" Siau-liong tertegun. Namun ia masih menghela napas, "Ah,
lo-siansu hanya tahu aku telah mendapatkan Thian-kong-sinkang,
tetapi tahukah...." tiba-tiba ia menganggap tak perlu
mengatakan keadaan dirinya kepada paderi sakti itu. Maka ia
tak mau melanjutkan kata-katanya.
Liau Hoan tersenyum, "Walaupun saat ini sicu mempunyai
kesulitan, tetapi semuanya akan berjalan selamat...."
Siau-liong kicupkan mata enggan, ujarnya, "Terus terang
kukatakan, bahwa ilmu Thian-kong-sin-kang itu belum dapat
kupelajari dan jiwaku sudah seperti lilin tertiup angin.
Ditambah pula dengan sepak terjang kedua suami isteri Iblispenakluk-
dunia. Aku tak dapat meramalkan bagaimana jadinya
nanti. Bahkan mungkin saat ini, kita tak dapat selamat keluar
dari ruang ini...."
717 Liau Hoan tertawa keras, "Ah, sicu memang cemas
berkelebihan. Jangan lagi ada barang tanggungan berupa
siluman baju merah ini, sekalipun tak ada sandera, masakan
sicu takut?"
Timbullah rasa malu dalam hati Siau-liong. Sesaat ia tak
dapat bicara. "Jauh2 aku datang kemari, adalah karena hendak membela
kepentingan dunia persilatan. Selain itu, aku hendak minta
bantuan sicu."
Siau-liong terkejut. Pikirnya, dia tak kenal dengan paderi
itu. Bahkan pernah bertempur tetapi mengapa sekarang
hendak minta bantuannya"
Menilik sikap Liau Hoan yang terkejut karena mengetahui ia
telah memiliki ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, ia duga paderi
itu tentu serupa dengan Lam-hay Sin-ni dan lain-lain orang.
ialah merasa gentar.
"Aku belum kenal dengan lo-siansu. Mengapa lo-siansu
hendak minta tolong padaku" " tanyanya.
Dengan terus terang, Liau Koan menyahut, " Walaupun
belum kenal pada sicu tetapi kenal akan ilmu Thian-kong-sinkang.
Terus terang hendak kukatakan. Jika bukan karena ilmu
Thian-kong-sin-kang itu, tak nanti aku datang kesini...."
"Ah. sayang lo-siansu agak terlambat. Thian-kong sin-kang
telah kuperoleh dan lo-siansu terpaksa harus kembali dengan
tangan kosong! " Siau-liong tertawa dingin....
Liau Hoan tertawa, "Sama sekali tidak terlambat. Bahwa
Thian-kong-sin-kang sicu yang mendapatkan, sungguh patut
718 membuat orang girang. Menandakan bahwa segala apa di
dunia ini memang sudah mempunyai ketentuan sendiri."
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, "Sama sekali aku tak
mempunyai kemilikan apa2, melainkan hanya hendak minta
bantuan sicu akan sebuah hal."
"Entah apakah yang lo-siansu hendak suruh aku
mengerjakan itu?"
Kata Liau Hoan, "Sehabis sicu menyelesaikan urusan sicu,
kuminta sicu datang kegunung Thian-san. Dengan pinjam ilmu
Thian-kong sin-kang yang sicu miliki, untuk menghimpaskan
cita2 dalam hidupku yang belum terlaksana...."
Dengan mata meminta, Liau Hoan menatap Sian-liong,
"Kujamin, bantuan sicu itu akan merupakan pahala yang tiada
ternilai harganya."
Siau-liong tak mempunyai selera untuk menanyakan urusan
iiu. Karera ia sudah merasa bahwa hidupnya takkan lama.
Banyak beban kewajiban dibahunya tetapi apa daya,
tenaganya sudah tak mencukupi lagi.
Akhirnya ia menyahut dengan tertawa rawan, "Asal aku
masih hidup di dunia, tentulah akan kulakukan perintah losiansu
itu." "Ucapan seorang lelaki, terpaku laksana sebuah gunung.
Harap sicu jangan menyesal" seru Liau Hoan.
Siau-liong tertawa tawar, "Besuk pertengahan musim
rontok tahun depan, apabila aku masih hidup, tentu akan
kegunung Thian-san melaksanakan permintaan lo-siansu.
Tetapi...." ia menghela napas, "ah, sekalipun mendapat
719 berkah dari Allah, hidupku pun hanya sampai pada
pertengahan musim rontok tahun depan!"
Habis berkata ia memandang ke arah Po Ceng-in telapi tak
bicara apa2. Liau Hoan tertawa tak acuh, " Dengan janji ini, sicu telah
meluluskan permintaanku!"
Saat itu Lu Bu-ki yang sejak tadi berjalan mondar-mandir
diruangan, rupanya sudah habis kesabarannya Segera ia
menghampiri Siau-liong dan berseru lantang, "Kongsun
siauhiap, apakah kita tetap menunegu disini saja?"
"Lalu saudara Lu mempunyai pendapat bagaimana?" Siauliong
balas bertanya.
"Jika menurut pendapatku, lebih baik kita menerobos
keluar. Bila bertemu kedua suami isteri durjana itu, kita
tempur saja agar lekas dapat kita ketahui mati atau hidup.
Lebih baik begitu daripada dadaku terhimpit kesesakan hawa
amarah!" Lu Bu-ki, orangnya tinggi besar, tenaganya gagah perkasa
dan wataknya berangasan.
Memandang keluar, Siau-liong tak tahu saat itu sudah jam
berapa maka ia menanyakan hal itu kepada Lu Bu-ki.
"Saat ini tentunya matahari sudah terbenam," sahut Lu Buki.
"Telah kuminta kepada wanita berambut kelabu itu untuk
menyampaikan kepada Ibiis-penakluk-dunia, bahwa setelah
Matahari terbenam harus membebaskan para tawanan...."
720 Lu Bu-ki cepat menukas, "Ah, tak mungkin! Menilik
kelicikan kedua iblis itu...."
"Akupun sudah tahu kalau mereka tentu takkan berbuat
begitu. Tetapi sekalipun hendak tinggalkan tempat ini kita juga
harus tunggu sampai hari baru agak aman!" kata Siau-liong.
Liau Hoan siansu tiba-tiba menyelutuk, " Menurut hematku,
paling lama dalam waktu sejam, tentu akan terjadi perobahan.
Kedua suami isteri durjana itu tentu sudah siapkan rencana
untuk menghadapi kita!"
Rupanya pendapat paderi sakti itu disetujui sekalian orang.
Jika mereka bersabar menunggu, tantulah fihak Iblispenakluk-
dunia tak dapat tinggal diam.
Terutama adalah Song Ling yang gelisah. Seumur hidup,
belum pernah ia berpisah sehari pun dengan ibunya. Tak kira
kalau ibunya telah ditawan Iblis penakluk-dunia sehingga
hancur luluhlah hati dara itu.
Ia paksakan diri untuk melakukan pernapasan beberapa
saat. Setelah itu ia membuka mata lagi dan memandang Siauliong.
Saat itu ruangan makin gelap. Rupanya sudah petang hari.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring memanjang. Jelas
orang itu menggunakan ilmu tertawa Mengacau-gelombangudara
sehingga sukar diduga berapa jauhnya jarak orang itu.
Tetapi Siau-liong dan sekalian kawan2 mengetahui bahwa
yang tertawa itu adalah Iblis-penakluk-dunia. Begitu pula
merekapun dapat menerka bahwa iblis itu berada dalam biara
tua situ. 721 Sekalian orang pun menyadari bahwa tertawa itu
merupakan tanda permulaan musuh hendak bertindak.
Teganglah seketika hati mereka. Segera mereka siap2.
Setelah memberi isyarat, Siau-liong dan Song Ling
mengambil tempat, duduk dikanan kiri Poh Ceng-in.
Selekas tertawa itu lenyap, terdengarlah suara bentakan
menggeledek, "Laknat tua!" Sekalian orang terkesiap.
Siau-liong berdebar-debar. Ia duga Iblis penakluk-dunia
tentu sudah mengetahui rahasia penyamarannya. Kalau tidak,
mengapa dia memanggil dengan sebutan begitu.
Syukurlah Iblis-penakluk-dunia tak melanjutkan panggilan
itu dan tertawa lagi. Tiba-tiba ia berseru dengan lain
panggilan, "Kongsun hiapsu!"
Siau liong hendak menjawab tetapi Lu Bu-ki tak dapat
bersabar lagi terus membentak, "Iblis tua, jangan coba2 jual
tingkah dihadapan tuan besarmu! Kalau berani hayo keluar
dan bertempur secara terang-terangan saja!"
Iblis-penakluk-dunia telap tertawa, "Aku tak punya tempo
adu muiut dengan kalian. Ketahuilah, engkau tak pantas
bicara dengan aku!"
Rambut dan jenggot Lu Bu-ki meregang tegak. Dengan
menggemhor keras ia terus mencabut cambuk besi dan
hendak menerjang. Tetapi dibentak Siau-liong supaya
berhenti. Si tinggi tertegun dan tegak terlongong.
"Kalau dalam soal kecil tak dapat menahan perasaan,
pekerjaan besar tentu terbengkalai. Kalau saudara hendak
maju sama halnya sepenggal anai2 membentur api.
722 Mengantar jiwa secara sia2. Lebih baik bersabar dulu
beberapa saat lagi," kata Siau-liong.
"Keadaan saat ini, lambat atau laun tentu harus bertempur.
Mengapa tak sekarang saja kita menyerbu keluar?" teriak Lu
Bu-ki. "Musuh ditempat gelap dan kita di tempat terang.
Menyerbu dengan membabi buta, hanya akan mengantar diri
ke dalam jebakan si iblis. Tetapi jika berlaku tenang
menunggu gerakan lawan, sekurang-kurangnya kita dapat
menahan musuh! " kata Siau-liong:
"Siancai! Siancai!" sahut Liau Hoan, Kongsun siauhiap
benar tak kecewa menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sinkang!"
Walaupun Lu Bu-ki sudah makin percaya bahwa Siau-liong
memang telah memperoleh ilmu Thian-kong-sin-kang yang
sakti, tetapi karena belum menyaksikan sendiri anak muda itu
menggunakan ilmu sakti tersebut, diam-diam Lu Bu-ki merasa
penasaran. Ia mendengus lalu berputar tubuh tak jadi
menerobos ke luar.
Terdengar kata2 Iblis-penakluk-dunia pula, "Budak she
Kongsun, baik bertanding silat maupun kecerdasan, aku tak
mungkin kalah dengan engkau. Hanya peristiwa engkau
berhasil menemukan kitab pusaka Thian-kong sin-kang itulah
yang membuat aku kagum tak terhingga. Tetapi aku tetap
mempunyai daya untuk menghadapi engkau. Karena kitab
pusaka itu sudah terlanjur engkau ambil, maka tiada jalan lain
kecuali membunuhmu sebelum engkau dapat mempelajari
ilmu itu!"
Siau-liong tertawa dingin. Iapun gunakan Mengacaugclombang-
hawa, tertawa, "Iblis tua, batas tempo yang
723 kuberikan sudah habis. Jika tak mau menurut perintahku,
jangan menyesal kalau kubunuh puterimu "
Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, "Budak Kongsun!
Selama hidup aku tak pernah menerima tekanan orang....
Selembar rambut anakku engkau rontokkan, tentu akan
kusiksa para tawanan itu dengan cara yang ganas."
Tiba-tiba Poh Ceng-in bergeliat dan berseru keras, "Yah,
jangan hiraukan dia! Lekas bunuh saja semua orang tawanan
itu! Jika ayah mau membunuh kedua gadis itu. berarti ayah
sudah membalaskan sakit hatiku, Karena aku.... toh harus
mati...." Siau-liong marah. Ia segera menutuk jalan darah
perempuan itu sehingga ia tak dapat berkutik kecuali masih
dapat bernapas saja.
Iblis-penakluk-dunia tertegun sampai lama baru
membentak, "Budak Kongsun, akan kuturut permintaanmu
untuk membebaskan para tawanan itu!"
Habis berkata, Iblis-penakluk dunia termangu-mangu
sehingga keadaan dalam ruang biara rusak itu sunyi senyap
lagi. Saat itu hari pun sudah gelap. Angin musim rontok
menderu-deru di luar biara itu. Tetapi Siau-liong dan sekalian
rombongannya, tetap dapat melihat jelas keadaan di sekeliling
situ. Sepeminum teh lamanya, tiba-tiba Lu Bu-ki berseru, "Ada
orang datang kemari!"
Ternyata orang tinggi besar itu menunggu di-muka pintu.
Jika ada orang datang, dialah yang pertama melihatnya.
724 Karena kuatir meninggalkan Poh Ceng-in dari tempatnya
jauh dari pintu maka ia tak dapat melihat jelas siapa
pendatang itu. "Berapa orang?" tanyanya.
Dengan masih mermandaug keluar biara, si tinggi besar
menyahut, "Hanya seorang!"
Siau-liong berpaling ke arah Liau Hoan dan melambaikan
tangan, "Harap lo-siansu suka datang kemari!"
Liau Hoan tiba-tiba melayang ke samping Siau-liong.
Sekalian orang terpesona melihat gerakan paderi sakti itu.
Dengan masih duduk, tubuhnya melambung sampai dua
meter tingginya dan keiika melayang disamping Siau-liong
ternyata paderi itu masih duduk. Sedikitpun posisi duduknya
tak berobah. Siau liong dan Song-ling pun terbeliak kaget.
"Pesan sicu apakah yang perlu kusampaikan?" tanya Liau
Hoan. "Perempuan itu kuserahkan lagi lo-siansu untuk
menjaganya. jika musuh berani menyerang kita, lekaslah tutuk
jalan darahnya!"
Dalam mengucapkan kata2 yang terakhir, Siau-liong
sengaja perkeras suaranya.
Paderi Liau Hoan mengiakan. Siau-liong ce-pat melesat
kesamping pintu. Ah, ternyata gerombolan yang datang itu
berjumlah hanya seorang. Siau-liong kejut2 girang ketika
mengetahui pendatang itu bukan lain adalah Randa Bu-san.
725 Randa Bu-san berhenti dimuka pintu biara. Setelah itu baru
pe-lahan2 ayunkan langkah menuju keruang biara.
Buru-buru Siau-liong memberi hormat, "Ah, akhirnya bibi
kembali juga. Puteri bibi, aku dan sekalian kawan2 amat
mencemaskan sekali nasib bibi."
Kemudian ia berpaling ke arah Song Ling yang duduk
disudut ruang. Dara itu ternyata terlongong memandang
ibunya. Dan pada lain kejab ia terus lari menghampiri seraya
berseru gemetar, "Mah, jika engkau tak kembali, aku tentu


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati kebingungan!" "ia terus jatuhkan diri dalam pelukan
ibunya dan menangis tersedu-sedu.
Randa Bu-san juga berduka sekali. Dipeluknya sang puteri
seraya menghibur, "Nak, jangan menangis! Hatiku tak keruan
rasanya!" Wanita itu menarik kerudung sutera yang menutupi
mukanya lalu mengusap airmata puterinya. Tiba-tiba
terdengar pula suara tertawa nyaring dari Iblis-penaklukdunia.
Seketika wajah Randa Bu-san berubah. Sepasang
matanya memberingas memandang sekalian orang. Wajahnya
tampak menyeramkan sekali. Alisnya memancar sinar
pembunuhan. Pada saat matanya tertumbuk pada tubuh Poh Ceng-in
yang menggeletak di tanah, ia segera menghampiri.
Langkahnya amat sarat. Setiap langkahnya meninggalkan
bekas tiga dim di tanah.
Melihat itu Siau-liong cepat melesat kemuka wanita itu,
serunya, "Cianpwe, engkau...."
" Menyingkirlah! " bentak Randa Bu-san.
726 Song Ling yang masih menggelendot di bahu Randa Busan,
juga cemas melihat keadaan ibunya. Sambil menarik
lengan kiri ibunya, ia berseru, "Mah, engkau ini bagaimana"....
Engkau mau apa?"
Randa Bu-san tertegun, membelai rambut Song Ling, "
Nak...." Belum selesai ia mengucap, tiba-tiba terdengar pula suara
tertawa Iblis-penakluk-dunia melantang panjang. Seketika
tubuh Randa Bu-san gemetar lalu menarik lengannya yang
dicekal Song Ling dan memandang pula ke arah Poh Ceng-in.
Sesaat ia lanjutkan langkah maju menghampiri lagi.
Melihat itu Siau-liong buru-buru berseru kepada Liau Hoan
siansu, "Lekas buka jalan darah wanita siluman itu dan
tamparlah sekeras-kerasnya lukanya!"
Saat itu Randa Busan sudah berada setombak jaraknya
dengan Liau Hoan siansu dan Poh Ceng-in. Suatu jarak yang
tepat untuk menyerang.
Liau Hoan menatap lekat pada Randa Bu-san tetapi iapun
menurut perintah Siau-liong untuk membuka jalan darah Poh
Ceng-in lalu secepat kilat menampar telapak kaki Poh Ceng in
yang terluka. Begitu terbuka jalan darahnya, Poh Ceng-in hendak
membuka mulut. Tetapi sebelum sempat berkata apa2,
kakinya ditampar. Ia menjerit ngeri dan pingsan lagi.
Secepat itu Siau-liong lalu gunakan ilmu Mengacaugelombang-
udara, membentak Iblis-penakluk-dunia, "Iblis tua,
apakah engkau benar-benar tak menghendaki anak
perempuanmu?"
727 Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, "Budak, aku hanya
menurut kata2mu untuk membebaskan tawanan...."
Tiba-tiba dari jauh terdengar beberapa jeritan ngeri. Siauliong
terkesiap dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dia tak asing dengan nada suara itu. Ya, tak salah lagi....
Mawar Putih dan Tiau Bok-kun.
Siau-liong kertak gigi. Wajahnya berobah pucat dan
keringat dingin mengucur deras. "Iblis tua, hentikanlah!"
bentaknya kepada Iblis-penakluk-dunia.
"Kalau begitu engkau pun jangan menyiksa Ceng-ji. Aku
menurut kata2mu untuk membebaskan tawanan satu
persatu," seru Iblis-penakluk-dunia dengan nada longgar.
Saat itu jeritan Mawar Putih dan Tiau Bok-kun pun
berhenti. Randa Bu-san memandang lekat2 pada Siau-liong.
Tiba-tiba ia mendengus dingin merentang kedua tangannya
terus menyergap ketempat Poh Ceng-in.
Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa Randa Busan
berada dibawah ilmu sihir Iblis-penakluk-dunia. Sama halnya
dengan Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan lain-lainnya.
Randa Bu-san tentu mendapat perintah untuk merebut Poh
Ceng-in. Kalau Poh Ceng-in yang akan dijadikan sandera itu
sampai direbut kembali oleh Iblis-penakluk-dunia, akibatnya
tentu hebat. Gerakan menyambar dari Randa Busan itu aneh dan
dahsyat. Siau liong tak sempat banyak berpikir lagi. Ia
menghantam kedua lengan Randa Bu-san. Terpancar sinar
keemasan dan Randa Bu-san segera terpental tiga langkah ke
belakang. 728 Dan saat itu Paderi Liau Hoan pun sudah menyambar Poh
ceng-in terus dibawa mundur beberapa langkah ke belakang.
Setitik pun Randa Bu-san tak menyangka bahwa ia bakal
dipukul siau-liong. Marahlah ia. Dengan mata memberingas ia
menatap Siau liong,mendengus dingin lalu mengangkat
hendak menghantamnya.
Song Ling gugup dan cemas, Ia menarik tangan Randa Busan
sekuat-kuatnya seraya meratap, "Mah.... mah...."
Ternyata Randa Bu-san walaupun lenyap kesadaran
pikirannya, namun masih tetap teringat dan tak lupa pada
anaknya. Ia kerutkan dahi lalu turunkan tangan kanan, "Nak,
mengapa engkau hari ini" Mengapa engkau mengurusi
urusanku!"
Song Ling banting2 kaki serunya, "Mah, apakah engkau
benar-benar linglung" Mengapa hendak menghantamnya.
Apakah engkau lupa kalau pernah menolong jiwanya?" Dia
kan orang baik...."
Randa Busan kerutkan alis, membentaknya, "Nak, engkau
tak mengerti hal ini. Dengarkan omonganku. Aku telah
mencarikan tempat yang baik bagimu. Kita bedua akan dapat
menikmati kebahagiaan selama-lamanya!"
Dengan berlinang-linang airmata, Song Ling menangis,
"Mah, apakah yang engkau maksudkan....?"
Mata Randa Bu-san berkeliar dan memandang ke arah Poh
Ceng-in lagi, lalu menudingnya, "Setelah mamah merebutnya,
segera akan kuajakmu tinggalkan tempat ini."
Habis berkata ia terus menghampiri ke tempat Liau Hoan
siansu dan Poh Ceng-in.
729 "Mah, ingatlah! Mengapa engkau sampai disesatkan
mereka....!" teriak Song Ling seraya menarik ibunya.
Karena tak menduga akan ditarik dan Song Ling pun
menarik dengan sekuat tenaga, Randa Bu-san terhuyunghuyung
mundur beberapa langkah dan hampir rubuh.
Setelah berdiri tegak, dengan wajah membeku dingin,
Randa Busan melengking, "Nak, apakah engkau benar-benar
hendak menentang ibumu?"
Kata2 itu penuh mengandung kemaranan.
Siau-liong yang menyaksikan peristiwa itu, gelisah bukan
main. Buru-buru ia berseru kepada Song Ling, menganjurkan
dara itu supaya berusaha menyadarkan pikiran Randa Bu-san
agar ingat akan peristiwa yang lain.
Song Ling menurut. Ia segera memeluk ibunya, "Mah,
apakah engkau masih kenal pada anakmu?"
Randa Bu-san terpukau. Alisnya mengerut penuh kedukaan.
Ia paksakan tertawa, "Anak tolol ngoceh apa engkau....!"
Dua butir air mata menitik turun dari kelopak wanita itu.
Lalu katanya rawan, "Mamah hanya mempuanyai seorang
puteri tunggal Masakkan aku bisa lupa kepadamu...."
Melihat ibunya dapat disentuh perasaannya, dara itu buruburu
menyusuli kata2 lagi, "Apakah mamah masih ingat
mengapa kita datang kemari?"
Randa Bu-san menatap lekat wajah puterinya sampai
beberapa jenak. Kemudian berkata, "Anak tolol! Mengapa
engkau masih bertanya yang tidak2!"
730 "Pertama, kami hendak mencari Pendekar Laknat untuk
membalas dendam sakit hati ayahku! Kedua, walaupun kita
tak kepingin mendapatkan kitab pusaka Thian kong-sin-kang,
tetapi kita akan berusaha supaya ilmu sakti itu jangan sampai
jatuh ke tangan kedua durjana Iblis penakluk-dunia!"
Wajah Randa Bus-an makin terlongong. Matanya
berkeliaran beberapa kali dan tiba-tiba ia menghela napas
panjang. Song Ling mengguncang-guncang tubuh ibunya pelahanlahan,
"Kata-kata itu, bukankah mamah sendiri yang
mengatakan kepadaku" Mamah sering mengatakan,
perjalanan hidup di dunia ini penuh aral bahaya. Hati manusia
banyak yang culas Di dunia persilatan penuh dengan duri dan
perangkap. Tetapi mengapa mamah sendiri sampai kena
ditipu orang....?"
Rupanya kata2 Song Ling itu dapat menyentuh nurani
Randa Bu-san. Ia hanya terlongong-longong tak berkata apa2.
Hati Siau-liong ikut rawan menyaksikan adegan itu. Hampir
saja ia mengucurkan air mata. Ia pernah ditolong oleh wanita
dari Busan itu. Ia anggap wanita itu selain berilmu silat sakti,
pun luas sekali pengetahuannya. Seorang wanita yang dapat
digolongkan tingkat cianpwe. Siau liong serasa disayat sembilu
hatinya melihat wanita itu sampai kena diperalat suami isteri
durjana Iblis-penakluk-dunia.
Siau-liong menyurut mundur kesamping Liau Hoan,
katanya, "Randa Bu-san nyata2 telah dikuasai Iblis penaklukdunia.
Sebagai seorang yang luas pengalaman, bagaimana
pendapat lo-siansu untuk menolongnya?"
731 Liau Hoan geleng2 kepala, "Aku tak faham ilmu Hitam, dan
lagi.... menilik kesadaran pikirannya masih belum lenyap sama
sekali, mengapa ia sampai tak dapat membedakan golongan
Hilam dengan Putih" Mengapa ia begitu linglung mau
melakukan perintah Iblis penakluk-dunia" Hal ini benar-benar
membingungkan pikiranku. Sebaliknya dapat menawannya
hidup2 dan pelahan-lahan memeriksa keadaannya. Mungkin
kita akan dapat menemukan sumber penyakitnya...."
Siau-liong mengela napas, "Randa Bu-san adalah pewaris
ilmu Ya-li-sin-kang. Merupakan tokoh kelas satu dewasa ini.
Untuk menangkapnya, bukanlah suatu hal yang mudah!"
Melihat mamahnya masih belum sadar. Song Ling menjerit,
"Mah, masakan engkau tak tahu bahwa kedua suami isteri
Iblis-penakluk-dunia adalah durjana yang membahayakan
dunia pesilatan?"
Ditengah malam yang sunyi, kembali terdengar gelak
tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-dunia.
Randa Bu-san kerutkan alis. Selekas tertawa itu berhenti,
tiba-tiba wajah wanita itu berobah dan membentak Song Ling
dengan bengis, "Nak, jangan sembarangan bicara. Iblispenakluk-
dunia dan Dewi Neraka adalah dua tokoh besar pada
jaman ini. Jangan engkau hina semau-maumu sendiri...."
Berhenti sejenak ia berkata lagi, "Aku telah mengatur
segala sesuatu untukmu. Kutanggung engkau tentu akan
bahagia. Tak nanti engkau mengalami nasib seperti mamah
dahulu?" Tukas Song Ling; "bukankah dahulu mamah telah memberi
nasehat dan pelajaran2 padaku" Mah, apakah engku tak ingat
lagi?" 732 Randa Bu-san menghela napas, "Ah, itu memang kesalahan
mamah yang dulu!"
"Mah, mengapa engkau makin lama makin linglung!" teriak
song Ling seraya menggoncang-goncangkan tubuh ibunya.
Randa Bu-san deliki mata. Sekonyong-konyong ia
menampar muka dara itu. "Plak".... karena tak menyangka
akan ditampar ibunya, Songs Ling tak berjaga-jaga dan
pipinya termakan tamparan. Seketika matanya berbinar-binar,
kepala pening, mulut mengucurkan darah.
Rupanya Randa Bu-san masih belum puas. Ia mendorong
tubuh puterinya hingga terhuyung-huyung beberapa langkah,
lalu maju menghampiri Liau Hoan.
Sambil mendekap pipi sebelah kanannya yang sakit, Song
Ling menjerit, "Mah, jangan...." -dara itu terus melesat
ketempat Randa Bu-san.
Siau-liong terkejut. Ia tahu bahwa Randa Bu-san memang
sudah dikuasai Iblis penakluk-dunia. Pikiran wanita itu sudah
linglung. Jika Song Ling tetap melibatnya, Randa Bu-san tentu
marah dan lupa. Wanita iiu tentu akan turun tangan sungguh2
kepada puterinya sendiri.
"Nona, mundurlah!" Siau liong cepat berseru mencegah
Song ling seraya loncat menarik dara itu dengan tangan kiri
dan tangan kanan mendorong bahu Randa Bu-san.
Liau Hoan pun tangkas sekali. Pada saat Randa Bus-an
hendak merebut Poh Ceng-in, cepat sekali paderi itu sudah
membawanya menyingkir.
Karena kedua tangannya diikat ke belakang punggung dan
kakinya terluka. Poh Ceng-in tak dapat berbuat apa2 ketika
733 paderi Liau Hoan yang bertubuh kurus itu membawanya kian
kemari. Randa Busan marah sekali. Dengan melengking nyaring ia
tinggalkan Poh Ceng-in yang dibawa Liau Hoan. Berputar
tubuh ia memandang Siau-liong tajam2. Kini ia tumpahkan
kemarahannya kepada pemuda itu. Secepat kilat ia
menghantam kepala pemuda itu!
Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa pukulan wanita itu
bukan olah2 hebatnya. Tak mau ia menangkis dan buru-buru
loncat menghindar ke samping seraya mendorong lagi bahu
wanita itu. Song Ling pun makin bingung. Ia menangis dan meraungraung.
Melihat Siau liong bertempur dengan mamahnya, dara
itu cepat lari menyerbu ke muka, "Jangan melukai mamahku!
Ah...." Sekalipun terpaksa harus berkelahi, tetapi Siau-liong masih
sadar pikirannya. Ia tahu bahwa Randa Bu-san itu pernah
menolong jiwanya. Ia tahu pula bahwa wanita itu memang
bertindak di luar kesadaran pikirannya sendiri karena telah
dibius oleh Iblis-penakluk-dunia. Maka beapapun halnya, ia tak
mau mencelakai wanita itu.
Hanya saja ia mempunyai kesulitan. Randa Bu-san memiliki
ilmu sakti Ya-li-sin kang, adakah ia mampu menandingi
dengan ilmu Thian kong-sin-kang yang baru dipelajari kulitnya
itu" Apalagi ia masih menderita luka dalam yang parah.
Untunglah dalam melancarkan serangan itu gerak Randa
Bu-san tidaklah seperti orang sehat melainkan agak ketololtololan.
Ketika kedua pukulan saling beradu, Randa Bu-san


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Siau-liong sama2 mundur beberapa langkah.
734 Randa Busan menatap Siau-liong dengan mata berapi-api
seraya berkata seorang diri, "Thian-kong-sin-kang, benarbenar
Thian-kong sin-kang...." tiba-tiba ia menghantam lagi.
Siau-liong mengandalkan kelincahan untuk menghindar
kian kemari. Setempo balas menyerang dari samping untuk
mendesak wanita itu mundur.
Dalam sekejab mata, ia sudah lancarkan lebih dari 20 jurus.
Angin menderu-deru, debu berhamburan. Song Ling tak hentihentinya
menjerit dan menangis....
Bermula Siau-liong masih kuatir kalau tak mampu
menghadapi. Tetapi setelah 20 jurus berlalu, timbullah
kepercayaannya. Ia merasa bukan saja luka dalamnya tidak
kambuh, pun ilmu Thian-kong sin-kang yang baru dipelajari
sedikit itu, terasa tambah maju.
Saat itu ia merasa, setiap pukulan atau tutukan jari serta
tamparan, lebih dahsyat dari semula. Dan yang lebih
menggirangkan, setiap gerakan yang dilancarkan, tak perlu
harus memikir lama.
Sambil bertempur dengan Randa Bu-san, otak Siau liong
berusaha keras untuk mengingat isi pelajaran kitab pusaka
Thian-kong-sin-kang. Teringat ia akan sebaris kata2 yang
terdapat dalam kitab itu:...."Keinginan timbul dari Pikiran.
Pikiran tembus pada hati. Apabila Semangat dan Keinginan
bersatu, Hati dan Semangat saling kontak.... maka lahirlah....
Dalam Tenang timbul Gerak, dalam Gerak timbul Tenang....
dan lain-lain. Berkat otaknya yang cerdas, dapatlah Siau-liong menyelami
kata2 dalam kitab itu. Seketika meluaplah kegirangannya.
Seketika gerakannya makin cepat. Ia berlincahan mengepung
Randa Bu-san. 735 Sitinggi besar Lu Bu-ki dan anak buahnya, bertugas untuk
menjadi pintu belakang dan muka. Saat itu mereka merasa
dimuka pintu bermunculan beberapa sosok tubuh yang
melangkah ke dalam ruangan. Mereka berjumlah tujuh orang.
Pakaiannya seragam warna biru. Muka ditutupi sutera tipis.
Dengan langkah lenggang mereka memasuki ruangan.
Lu Bu-ki berputar tubuh dan menjerit, "Ada beberapa orang
yang datang!"
Dalam pada berseru itu, sitinggi besarpun melangkah
menghadang pendatang yang berjalan paling muka dan
membentaknya, "Berhenti!"
Diluar dugaan ke-7 orang baju biru tak mengacuhkannya.
Bahkan orang yang berjalan paling depan, segera ayunkan
tangan menampar muka Lu Bu-ki.
Lu Bu-ki marah sekali. Dengan menggerung laksana seekor
harimau, ia menghindar lalu mencambuk dengan ruyung besi.
Ia gunakan jurus Burung-bangau-tebarkan-sayap.
Suasana senjap semakin kacau. Lu Bu ki bersama kedua
pengawalnya segera bertempur dengan pendatang itu. Empat
orang baju hitam segera lari menghampiri tempat Song Ling.
Sambil bertempur lawan Randa Bu-san, Siau-liong diamdiam
mencuri kesempatan untuk memperhatikan kawanan
pendatang itu. Diam-diam Siau-liong makin gelisah.
Walaupun kawanan pendatang itu sama mengenakan kain
kerudung sutera menutup muka yang amat tipis, tetapi karena
hari makin gelap, sukar untuk menentukan pendatang2 itu
tokoh2 persilatan yang mana.
736 Untunglah Siau-liong memiliki indera penglihatan yang luar
biasa tajamnya. Ia tetap dapat melihat wajah2 dibalik kain
kerudung itu. Ternyata pendatang2 berkedok kain sutera itu
diantaranya terdapat It Hang, ketua partai Siau-lim-si, Thi Buseng
tokoh dari partai Tiam jong-pay, ketua Ji-tok-kau Tan Ihong,
ketua perhimpunan Tong-thing pang si Kipas Im-yang
Cu Kong-leng dan ketiga tokoh Kun-lun Sam-cu.
Lu Bu-ki bertiga bertempur dengan Kun-lun Sam-cu.
sepuluh jurus kemudian, salah seorang anak buah Lu Bu-ki
tiba-tiba menjerit ngeri dan rubuh di tanah.
Tetapi si tinggi besar Lu Bu-ki tak gentar. Ruyung besinya
diputar laksana hujan deras. Untuk beberapa saat ketiga tokoh
dari Kun-lun-pay itu tak dapat melepaskan diri.
Paderi Liau Hoan meletakkan Poh Ceng-in di sudut ruang
lalu bersama Song Ling bahu membahu menghadapi musuh.
Song Ling walaupun belum sembuh sama sekali, tetapi ia
sudah mendapat latihan dasar dari ilmu sakti Ya-li sin-kang.
Pukulannya amat dahsyat. Sedangkan Liau Hoan sebagai
seorang tokoh sakti dalam dunia persilatan, sudah tentu
memiliki kesaktian yang menonjol. It Hang totiang berempat,
untuk beberapa saat saat tak mampu berbuat apa2.
Walaupun pengetahuan Siau-liong tentang il-mu Thiankong-
sin-kang sudah bertambah maju, tetapi untuk
mengalahkan Randa Bu-san, bukanlah soal yang mudah. Maka
ia tak sempat lagi untuk memperhatikan keadaan kawankawannya.
Suatu hal yang membuat gelisah hatinya ialah
apabila Iblis penakluk-dunia menyuruh beberapa tokoh seperti
Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan lain-lain, untuk maju.
Tentulah akan lain si tuasinya.
737 Kurang lebih sepeminum teh lamanya, tiba-tiba diluar
terdengar suara tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-dunia.
Nadanya bagai senjata tajam yang me-nyayat2 sehingga Siauliong
dan kawan2nya ngeri.
Mendadak Randa Bu-san menyerang hebat, Mulutnya mendesis2
seperti seekor harimau yanj ter-engah2 hendak
menelan korbannya.
Demikiah It Hang totiang dan ke-7 kawannya Mereka
terkena pengaruh dari suara tertawa durjana itu. Mata mereka
terbuka lebar2. Dengan menumpahkan seluruh kepandaian,
mereka menyerang kalap sepeiti orang kemasukan setan.
Semula Siau-liong masih ringan, tetapi setelah Randa Busan
berobah memberingas, ia menjadi sibuk juga. Ia masih
belum sembuh. Lama kelamaan tenaganya makin lemah,
darah mulai bergolak. Keringat dingin mulai mengucur deras,
napas pun ter-engah2 keras.
Siau-liong mulai payah. Setiap saat ia terancam kehancuran
dari serangan2 yang berbahaya dari Randa Bu-san.
Suara tertawa Iblis-penakluk-dunia sebentar putus sebentar
melengking. Tak ubahnya seperti seorang iblis yang sedang
menikmati korban yang disiksanya.
Terdengar pada jerit rintihan yang ngeri. Anak buah Lu Buki
kena ditendang perutnya oleh Ti-ki-cu (salah seorang Kunlun
Sam-cu), sehingga terlempar sampai setombak jauhnya,
terbentur tembok dan rubuh tak berkutik lagi....
Walaupun keempat anak buahnya sudah rubuh, namun Lu
Bu-ki tetap tak gentar menghadapi ketiga Kun-lun Sam-cu.
Kematian keempat kawannya itu membuatnya sedih dan
marah. Ia memberingas laksana seekor singa. Ruyung besi
738 dimainkan sederas hujan. Diam-diam tangan kirinya
mempersiapkan tiga butir pelor baja.
Lu Bu-ki termasyhur dengan gelar Thiat-pian sin-tan atau si
Ruyung besi Pelor-sakti. Ilmunya melontar senjata rahasia itu,
memang bukan olah2 hebatnya.
Demikianlah pada saat ia mainkan ruyung dengan gencar,
tiba-tiba ia susuli dengan menimpukkan tiga pelor besi ke arah
Kun-lun Sam-cu.
Jaraknya amat dekat dan ilmu lontaran dari Lu Bu-ki itu
amat tepat dan dahsyat. Ti-ki-cu yang menyerang paling
depan sendiri, lebih dulu yang menderita. Mata kirinya
terhantam sebutir pelor sehingga biji matanya meluncur
keluar. Darah mengucur deras sehingga seketika berobah ia
seperti seorang manusia bermuka merah.
Tetapi Ti-ki-cu memang luar biasa. Walaupun sebuah biji
matanya sudah coplok dan menderita luka berat, tetapi ia
agaknya seperti tak merasa dan tetap menyerang hebat.
Betapapun dingin hati Lu Bu-ki membunuh orang, tetapi
menghadapi seorang manusia luar biasa seperti Ti-ki-cu,
gentarlah hatinya. Permainannya ruyung pun kacau.
Liau Hoan dan Song Ling yang menghadapi It Hang totiang
berempat, masih dapat bertempur dengan berimbang. Tetapi
setelah Iblis-penakluk-dunia tertawa tadi, It Hang totiang
menyerang kalap sehingga Liau Hoan dan Song Ling
kelabakan. Liau Hoan menyambar tubuh Poh Ceng-in dan ditegakkan
di tangan sudut ruang. Ia melayani serangan musuh dengan
sebelah tangan. Tetapi makin lama ia tak sabar lagi. Tiba-tiba
ia melantangkan doa 'Omitohud. lalu berseru, "Untung celaka
739 tiada pintunya. Hanya manusia sendiri yang membuatnya.
Terpaksa aku harus membuka pantangan membunuh!"
Siau liong terkejut dan buru-buru berteriak, "Mereka adalah
tokoh2 persilatan yang telah dilenyapkan kesadaran pikirannya
oleh Iblis-penakluk-dunia. Harap lo-siansu suka bermurah hati
agar jangan sampai saling bunuh membunuh sendiri...."
Liau Hoan tertawa panjang, "Bunuh membunuh sudah
sejak tadi terjadi. Jika engkau masih tak tegah, tentu kita
sukar lolos dari sini!"
Ucapan itu mengandung anjuran supaya Siau-liong jangan
ragu2 untuk mengeluarkan ilmu sakti Thian-kong-sin- kang.
Rupanya Song-ling dapat menangkap maksud paderi itu.
Cepat ia berseru, "Siau-liong.... bagaimanapun halnya, jangan
melukai mamah!"
"Jangan kuatir! Sekalipun tubuhku hancur lebur, tetapi tak
nanti akan melukai mamahmu!" seru Siau-liong.
"Nona, jagalah wanita siluman ini!" tiba-tiba Liau Hoan
membentak dan terus dorongkan tubuh Poh Ceng-in.
Song Ling tak berani membantah. Pada saat ia menyambuti
tubuh Poh Ceng-in, Liau Hoan sudah berputar tubuh dan
lepaskan tiga tamparan dan lima pukulan. Angin menderu
hebat dan It Hang totiang berlima terpaksa mundur sampai
lima langkah. Tetapi secepat itu juga mereka segera maju lagi. Mereka
benar-benar seperti tak menghiraukan keselamatanya dan
menyerang kalap.
740 Liau Hoan agak tertegun. Begitu kawanan penyerangnya
maju, tiba-tiba ia menggembor keras dan hamburkan pukulan
bertubi-tubi lagi.
Ilmu kepandaian dari paderi Liau Hoan itu lebih tinggi dari
kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Paderi itu termasyhur dengan ilmu jari sakti Kim kong-ci (Jari
baja), amat getarkan dunia persilatan. Tetapi karena ia jarang
ke luar ke dunia persilatan, maka namanya pun jarang
dibicarakan orang.
Dalam menghadapi pertempuran saat itu, ia sudah
menyadari bahwa jika tak menggunakan serangan kilat untuk
mengakhiri pertempuran, tentulah kedua durjana Iblis
penakluk-dunia akan mengeluarkan lain rencana yang lebih
ganas lagi. Amukan Liau Hoan itu telah memberi hasil. Tiba-tiba Tan
It-hong ketua Ji-tok-kau terjungkal rubuh di tanah. Dia kena
tertutuk jalan darah diperutnya.
Dengan rubuhnya seorang, tekanan fihak It Hang totiang
menjadi berkurang. Tetapi sekonyong-konyong Iblis-penaklukdunia
tertawa memanjang lagi. Dan secepat berhenti tertawa,
iblis itu berseru, "Apa yang kukatakan tentu kulakukan.
Pembebasan tawanan gelombang ketiga, segera
berlangsung!"
Tak berapa lama dua sosok tubuh menerobos masuk.
Ketika Siau-liong memandang kedua pendatang itu, diam-diam
ia mengeluh, "Celaka "
Ternyata yang datang itu adalah Naga Terkutuk dan
Harimau Iblis. 741 Begitu masuk tanpa berkata apa2, kedua durjana itu terus
menyerang. Naga Tertutuk menerjang Siau-liong, Harimau
Iblis merabu Liau Hoan siansu.
Walaupun sudah dapat menutuk rubuh Tan Ih-hong, tetapi
Liau Hoan masih mengalami kesulitan menghadapi tokoh2
utama semacam It Hang totiang. Dan kini bertambah pula
dengan seorang Harimau Iblis. Dengan serangan yang dahsyat
sebanyak tiga jurus, Harimau Iblis dapat membuat Liau Hoan
kelabakan. Liau Hoan gagal untuk merebut kedudukan.
Keadaannya dibawah angin lagi.
Keadaan Siau-liong pun begitu juga. Dia diserang dari
muka dan belakang oleh Naga Terkutuk serta Randa Bu-san.
Dia kelabakan dan hanya mampu bertahan diri saja.
Melihat Liau Hoan siansu terdesak mundur, Song Ling
terpaksa bertindak. Ia lepaskan Poh Ceng-in dan ikut terjun
dalam pertempuran.
Keadaan Lu Bu-ki makin payah lagi Ruyung besinya sudah
terpental. Bajunya sudah compang camping. Sepintas
pandang, keadaannya mirip dengan orang gila.
Dalam himpitan kedua tokoh Naga Terkutuk dan Randa Busan,
keadaan Siau-liong benar-benar berbahaya sekali. Sekali
ia lengah atau salah tangan tentulah ia akan remuk binasa.
Betapapun ia berlaku hati2 dan cermat, namun akhirnya
dadanya kena tertampar angin pukulan Randa Bu-san. Namun
angin itu bukanlah angin biasa, melainkan angin dari Ilmu Ya li
sin-kang. Seketika Siau-liong rasakan tulang belulangnya
seperti hancur berantakan. darahnya bergolak keras. Mata
serasa gelap dan ia tak dapat menahan lagi. Segumpal darah
segar menghambur dari mulutnya....
742 Namun ia menyadari bahwa saat itu sedang berada dalam
pertempuran mati hidup. Sekali ia lengah, jiwanya pasti
amblas. Dalam keadaan terancam itu, akhirnya ia terpaksa
berjuang. Dengan kerahkan sisa tenaganya, ia lepaskan
pukulan jurus Tonggak-menyanggah-langit ke arah Randa Busan
dan gunakan jurus Sapu-jagad menghantam Naga
Terkutuk. Kedua pukulan itu adalah jurus dari ilmu Thian-kong-sinkang
Serangkum sinar emas memancar, walaupun Randa Busan
cepat2 gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong,
tetapi tubuhnya tetap ber-guncang2 keras mau rubuh.
Sedang Naga Terkutuk pun ter-huyung2 mundur sampai 7-
8 langkah, membentur meja sembahyang. Berulang kali ia


Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hendak berusaha menegakkan tubuh tetapi gagal. Akhirnya ia
rubuh dengan menderita luka parah.
Setelah menghantam, Siau-liong rasakan tenaganya telah
habis. Tulang-belulangnya serasa berhamburan lepas,
sehingga ia tak kuat lagi untuk berdiri tegak. Lukanya masih
belum sembuh sama sekali. Dan saat itu ia menderita luka
lagi. Betapa kokoh tenaga-dalamnya, tetapi ia benar-benar
sudah kehabisan tenaga....
Setelah melakukan pernapasan beberapa jenak, Randa Busan
rasakan lukanya sudah sembuh. Dengan melengking
nyaring, wanita itu hantamkan kedua tangannya ke arah Siauliong.
Saat itu Siau-liong sudah tak berdaya lagi. hanya
memandang kesima ke arah pukulan maut dari Randa Bu-san
itu.... Liau Hoan siansu. Song Ling dan Lu Bu-ki pun sudah
kenabisan tenaga. Walaupun mengetahui Siau-liong terancam
743 bahaya tetap mereka sendiri sudah payah. Tak mungkin dapat
memberi pertolongan lagi. Apalagi yang mengancam Siauliong
itu adalah tenaga-sakti Ya-lin-sin-kang. Sekali pun ketiga
orang itu serempak maju menolong pun juga tak berguna.
Bahkan malah akan menambah jumlah korban saja.
Karena tak dapat melepaskan diri dari seangan It Hang
totiang dan Cu Kong-leng, maka menangislah Song Ling
seraya menjerit, "Mah, jangan membunuhnya, engkau tak
boleh...."
Tetapi Randa Busan tak menghiraukan. Ia tetap lancarkan
kedua pukulan mautnya ke arah Siau-liong.
Tahu kalau detik itu harus mati, Siau liong pejamkan mata
menunggu ajal. Sekonyong-konyong dari luar biara melesat masuk sesosok
bayangan. Dan sebelum berdiri tegak, orang itu secepat kilat
untuk menutuk lengan Randa Bu-san.
Kedatangan orang itu sama sekali tiada mengeluarkan
suara. Gerakannya secepat angin. Jika tak mengetahui dengan
mata kepala sendiri, orang tentu mengira pendatang itu bukan
manusia tetap bangsa setan.
Tokoh semacam Randa Busan yang memiliki Ya-li-sin-kang,
pun tak mampu mendengar kedatangan orang itu. Baru ia
gelagapan kaget ketika lengannya hendak ditutuk orang itu.
Tetapi Randa Bu-san tak kecewa diagungkan orang sebagai
tokoh sakti jaman itu. Ia tak mau berputar tubuh melainkan
malah maju ke muka seraya mengganti kedua pukulannya tadi
dengan jurus Angin-puyuh-menyambar-pohon, untuk
menyapu pendatang itu.
744 Orang itu mendengus dingin. Begitu kakinya menginjak
tanah, ia balikkan tangan kanan yang hendak menutuk lengan
Randa Bu-san tadi, untuk menyongsong kedua pukulan wanita
Bu-san itu. Baik pukulan Randa Bu-san maupun gerakan tangan orang
itu, sama-sama tergolong tenaga-da-lam lunak. Sedikit pun
tak mengeluarkan suara apa-apa. Walaupun gerak pukulannya
mereka tak begitu dahsyat, tetapi angin halus dari pukulan itu
telah menimbulkan badai keras yang memekakkan telinga.
Begitu pukulan saling beradu, tubuh kedua tokoh itu sama2
berguncang. Rupanya kekuatan mereka berimbang.
Siau Liong yang pejamkan mata tadi karena merasa sampai
beberapa jenak pukulan Randa Bu-san belum juga tiba, tetapi
ia mendengar deru angin menyambar di udara, buru-buru ia
membuka mata. Begitu membuka mata, ia terkejut girang Yang datang itu
bukan lain adalah Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho,
gurunya sendiri.
"Suhu! Engkau...."
Belum Siau-liong selesai berteriak, Kongsun Sin-tho sudah
cepat goyangkan tangannya, "Jangan banyak omong! Lekas
beristirahat salurkan tenagamu!"
Habis berseru, tabib itu segera dorongkan kedua tangannya
untuk menyongsong pukulan Randa Bu-san.
Seperti orang yang hidup lagi dari kematian apalagi
mendapat kunjungan dari suhu yang dicintainya, legalah hati
Siau-liong. Cepat ia melakukan perintah snhunya. Duduk
bersemedhi menyalurkan pernapasan dan tenaga murni.
745 Tetapi ia menyadari bahwa keadaannya saat itu benarbenar
berbahaya sekali. Ia harus cepat-cepat pulihkan
tenaganya agar dapat menghadapi si tuasi saat itu.
Diluar dugaan ketika ia menguapkan hawa-murni dalam
perut, ia rasakan serangkum hawa panas mengalir naik. Suatu
hal yang tak sama seperti biasanya. Diam-diam ia girang,
pikirnya, "Adakah dalam beberapa hari ini aku memperoleh
kemajuan luar biasa dalam ilmu tenaga-dalam."
Segera ia mulai mengatur hawa panas itu menurut jalan
darah yang tersebar diseluruh tubuhnya. Dan pada beberapa
kejab kemudian, ia telah mencapai dalam kehampaan. Pikiran
dan semangatnya manunggal. Ia tak ingat lagi apa yang
terjadi disekeliling tempat situ. Semua kosong melompong....
Karena diganggu oleh Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun
Sin-tho, marahlah Randa Bu-san. Dengan meraung seperti
singa betina yang kehilangan anak, ia menyerang tabib itu
dengan gencar sekali.
Hanya dalam sekejab mata saja, ia sudah lancarkan lebih
dari 20 jurus. Tetapi Kongsun Sin-tho melayani dengan tenang. Serangan
dari wanita Bu-san yang menggunakan jurus ganas itu, satu
demi satu dapat dihapusnya. Betapapun Randa Bu-san seperti
orang yang kalap, tetapi sedikitpun tak mampu berbuat apa2
terhadap tabib sakti itu.
Ilmu tenaga-sakti Thian-jim-sin-kang yang dimiliki Kongsun
Sin-tho itu, walaupun sederajat dengan tenaga sakti Ya-Ji sinkang,
Jit-hua sin-kang dan Cek-ci-sin-kang, tetapi Than-jimsin-
kang itu mempunyai keefektifan tersendiri. Dan karena
Kongsun Sin tho telah mencapai tingkat yang tinggi dalam
746 pelajaran ilmu Thian-jim-sin-kang itu. maka kepandaiannya
pun setingkat lebih tinggi dari Randa Bu-san.
Melihat perkembangan itu, semangat Liau Hoan dan Lu Buki
pun bangkit kembali. Tetapi Song Ling makin gelisah. Ia tak
kenal siapa Kongsun Sin-tho itu. Maka ia kuatir kalau
mamahnya sampai terluka oleh kakek tua berjenggot putih itu.
Kongsun Sin-tho memang sakti. Sambil melayani Randa Busam,
diam-diam iapun pancarkan tenaga kisar (putar) untuk
melanda Harimau Iblis dan Kun-lun Sam-cu.
Tenaga kisar dari Thain-jim-sin-kang itu, walaupun tidak
sampai melukai orang, namun mampu juga untuk memaksa
Harimau Iblis dan kawan2nya sempoyongan jatuh.
Bantuan Kongsun Sin-tho itu benar-benar meringankan Liau
Hoan siansu dan Lu Bu-ki. Saat itu mereka siap untuk merebut
kemenangan lagi.
Sekonyong konyong terdengar suitan nyaring dan panjang.
Nada dan suaranya amat ngeri sekali, mirip dengan suara
harpa yang dipetik sekeras-kerasnya. Membuat anak telinga
serasa pecah. Dan memang pada saat suitan itu berhenti, nadanya tak
ubah seperti senar harpa yang putus!
Randa Bu-san, Harimau Iblis dan rombongannya tertegun.
Pada lain saat, mereka segera mengamuk lagi, menyerang
dengan dahsyat dan ganas.
Tiba-tiba Harimau Iblis menyambar tubuh Tan Ih-hong
yang terluka di tanah. Sekali enjot, ia membawanya
menerobos ke luar.
747 Randa Busan lancarkan serangan gencar. Setelah berhasil
mengundurkan Kongsun Sin-tho, cepat ia menyambar tubuh
Naga Terkutuk yang duduk bersandar pada meja
sembahyang, lalu dibawah kabur keluar.
It Hang totiang, Shin Bu-seng, Cu Kong-leng dan ketiga
tokoh Kun-lun Sam-cu, pun mulai mengundurkan diri. Satu
demi satu mereka melangkah keluar biara dan lenyap dalam
kegelapan malam.
Dengan begitu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa suitan
panjang tadi tentu berasal dari Iblis-penakluk-dunia yang
memberi komando supaya jago-jagonya mundur.
Kala itu sudah menjelang tengah malam. Angin meniup
keras dan tak lama kemudian hujan pun mencurah lebat.
Ruang biara kembali sunyi senyap. Siau-liong dan
rombongan orang gagah, masih terengah-engah napasnya
karena kehabisan tenaga. Untunglah Poh Ceng-in masih
berada pada mereka.
Song Ling menangis tersedu-sedu. Tak henti-hentinya ia
mengoceh tetapi tak jelas apa yang di-ocehkan itu. Tentulah
karena memikirkan nasib ibunya. dara itu sampai hancur
hatinya. Kongsun Sin-tho melangkah beberapa tindak, tiba-tiba
berhenti dan menghela napas panjang.
Setelah napasnya agak tenang, Lu Bu-ki terlongonglongong
memandang kedua anak buahnya yang binasa itu.
Setelah merapikan pakaiannya. si tinggi besar itu menghampiri
kemuka Kongsun Sin-tho Memberi hormat, serunya, "Terima
kasih atas budi pertolongan lo-cianpwe. Entah siapakah nama
lo-cianpwe yang mulia?"
7 Istana Pulau Es 3 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Seruling Samber Nyawa 8
^